1
LAPORAN AKHIR TAHUN
MODEL IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA
ANATARA SEKOLAH, ORANG TUA DAN POLSEK
UNTUK MENCEGAH DAN MEMINIMALISIR PERKELAIHAN
ANTAR PELAJAR DI KECAMATAN PARUNG- KABUPATEN BOGOR
TIM PENGUSUL
Nama Ketua : Wiyanto, S.Pd.,M.M. (NIDN. 0421038903)
Anggota 1 : Bachtiar A.H., S.Kom.,M.M. (NIDN. 0427109001)
Tahun Ke-1 Dari Rencana 1 Tahun
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
Agustus Tahun 2018
Kode / Nama Rumpun Ilmu : 570 / Ilmu Manajemen
Bidang Fokus : Sosial Humaniora-Pendidikan
i
2
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
Judul Penelitian : Model Implementasi Manajemen Kerjasama
Anatara Sekolah, Orang Tua Dan Polsek
Untuk Mencegah Dan Meminimalisir
Perkelaihan Antar Pelajar Di Kecamatan
Parung- Kabupaten Bogor
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 570 / Ilmu Manajemen
Peneliti
a. Nama Lengkap : Wiyanto, S.Pd.,M.M.
b. NIDN : 0421038903
c. Jabatan Fungsional : -
d. Program Studi : Manajemen
e. Nomor HP : 081289509008
f. Alamat Surel (e-mail) : [email protected]
Anggota Peneliti 1
a. Nama lengkap : Bachtiar Arifudin Husein, S.Kom.,M.M.
b. NIDN : 0427109001
c. Perguruan Tinggi : Universitas Pamulang
Anggota 2
a. Nama Lengkap : -.
b. NIDN :
c. Perguruan Tinggi : -
Biaya Penelitian : Rp. 15.000. 000,- (Lima Belas Juta Rupiah)
Biaya Luaran Tambahan : -
Mengetahui, Tangerang, 31 Oktober 2018
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Peneliti,
Wiyanto, S.Pd.,M.M.
NIDN. 0421038903
Menyetujui,
Ketua LP/LPPM
Dr. Ali Maddinsyah, SE.,M.M.
NIDN. 0417067101
ii
3
RINGKASAN
Perkelahian antar pelajar merupakan suatu realita (nyata) terjadinya
degradasi moral (merosotnya karakter) bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
Perkelaihan antar pelajar di Kabupaten Bogor sudah menjadi isu yang tidak asing
lagi ditelinga masyarakat. Begitu juga media masa, liputan terkait perkelahian
antar pelajar juga selalu mewarnai laman beritanya baik di media cetak maupun
online. Begitu maraknya tawuran antar pelajar hingga polisi menetapkan daerah-
daerah yang rawan tawuran antar pelajar. Jalinan kerjasama antar berbagai pihak
untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya perkelahian antar pelajar sangat
diperlukan. Kerjasama itu dapat dijalin antara sekolah, orang tua, masyarakat dan
polsek setempat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses dan model faktual
penerapan manajemen kerjasama antara sekolah, orang tua dan polsek untuk
mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di Kecamatan Parung-
Kabupaten Bogor. Sumber data diperoleh dari: (1) informan sekolah, wali murid,
dan polsek; (2) proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan kerjasama antara sekolah, orang tua dan polsek. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indep interview),
observasi dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data digunakan teknik
triangulasi. Analisis data dilakukan melalui empat tahapan yakni (1) pengumpulan
data; (2) Reduksi data; (3) penyajian data dan (4) verifikasi dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen kerjasama yang
dibangun oleh polsek, sekolah dan orang tua dalam bentuk formal maupun non
formal dengan sebuah wadah bernama satgas pelajar. Kerjasama yang dibangun
direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi. Hadirnya satgas
pelajar terbukti mampu mencegah dan meminimalisisr tawuran pelajar. Model
faktual manajemen kerjasama dapat dijadikan rujukan setiap daerah untuk
mengatasi tawuran pelajar.
Kata Kunci: Manajemen Kerjasama, Tawuran Pelajar, Polsek, Orang Tua
iii
4
PRAKATA
Puji serta syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas keberlimpahan
nikmat ilmu, iman, islam, rizki, umur dan kesehatan yang diberikan kepada kami
sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan baik. Laporan akhir ini sebagai
bentuk pertanggung jawaban kami bahwa telah kami laksanakan kegiatan
penelitian dengan judul Model Implementasi Manajemen Kerjasama Anatara
Sekolah, Orang Tua Dan Polsek Untuk Mencegah Dan Meminimalisir Perkelaihan
Antar Pelajar Di Kecamatan Parung- Kabupaten Bogor.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Pamulang Bapak Dr. H. Dayat Hidayat. MM, yang telah
mengizinkan kami satu untuk melaksanakan penelitian ini..
2. Wakil Rektor 1, 2, 3 dan 4 yang telah memfasilitasi proses belajar dan
mengajar Pada Program Pascasarjana.
3. Bapak Kaprodi Manajemen, Bapak Dekan Fakultas Ekonomi, Bapak Ketua
LP2M, Bapak Pembantu Rektor 1 yang telah mempercayakan kepada kami
untuk melaksanakan Penelitian ini.
4. Jajaran POLSEK Parung, Sekolah-Sekolah di Wilayah Parung.
Atas kebaikan semua pihak, dengan kerendahan hati kami berdo’a semoga
Allah SWT, memberikan keberlimpahan nikmat dan rahmat kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang sempurna, demikian pula
laporan ini. Laporan ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi peningkatan kemajuan
penelitian, terutama dalam hal menyusun laporan penelitian yang baik dimasa
yang akan datang. Besar harapan kami semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi semua pihak, Universitas Pamulang, dan pihak yang berkepentingan. Amin
Parung, 31 Oktober 2018
Tim Peneliti
iv
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii
RINGKASAN ......................................................................................... iii
PRAKATA .............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................. 6
D. Manfaat ........................................................................................... 7
E. Luaran Yang Diharapkan ................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 9
A. Kerjasama dan Manajemen Kerjasama ........................................... 9
B. Remaja dan Persoalanya ................................................................. 11
C. Konsepsi Keluarga dan Pendidikan di Sekolah .............................. 12
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 15
A. Penjelasan Mengapa Penelitian Menggunakan Metode Kualitatif . 15
B. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 16
C. Responden Penelitian ...................................................................... 16
D. Sumber Data Penelitian ................................................................... 16
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 17
F. Validitas Data .................................................................................. 18
G. Analisis Data ................................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 23
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 23
v
6
B. Proses manajemen kerjasama antara sekolah, orang tua dan polsek untuk
mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di Kecamatan
Parung-Kabupaten Bogor .................................................................. 28
C. Model Faktual manajemen kerjasama antara sekolah, orang tua dan polsek
untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di
Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor ............................................... 39
BAB V RENCANA DAN TAHAPAN BERIKUTNYA ....................... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 44
A. Kesimpulan ....................................................................................... 44
B. Saran ................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 47
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model dinamis kerjasama ..................................................................... 39
Gambar 2. Model faktual manajemen kerjasama antara polsek,
sekolah dan orang tua untuk mencegah dan meminimalisir
tawuran pelajar. ........................................................................ 41
vii
8
DAFTAR LAMPIRAN
1. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas
2. Biodata Ketua Dan Anggota Tim Pengusul
3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti
4. Scrip rekaman indep interview
5. Dokumentasi (Foto)
6. Artikel Ilmiah (Draft)
7. Poster Hasil Penelitian
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu tahapan pertumbuhan dan perkembangan dalam
siklus hidup manusia. Masa remaja dimulai dari membangun jati diri untuk
menunjukkan eksistensinya, memiliki kehendak bebas (Freewill untuk memilih),
memegang teguh prinsip, dan mengembangkan kapasitasnya (Asmani, 2012:14).
Melalui eksistensi yang dimiliki dan sedang dibangun, serta dengan kehendak
bebas hampir seluruh waktu usia remaja digunakan untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Berinteraksi dengan orang tua, guru, teman, dan lainya.
Oleh karena itu, usia remaja merupakan usia dimana memiliki dorongan
pergaulan yang sangat dinamis, sehingga masa remaja mudah untuk terpengaruh
dengan lingkungan sekitarnya. Jika lingkungan tempat tinggal dan bergaul remaja
positif, maka mereka akan terdorong untuk berkembang kearah positif. Begitu
juga sebaliknya. Jika lingkungan tempat tinggal dan bergaul negatif maka ia juga
akan dengan mudahnya terjerumus kepada hal yang negatif.
Keluarga merupakan lingkungan pertama kali yang dapat merubah
pertumbuhan dan perkembangan anak-sejak lahir. Keluarga merupakan unit
masyarakat terkecil sebagai tempat dimana kehidupan seorang individu dimulai
dan paling banyak menghabiskan masa hidup. Keluarga yang seyogyanya menjadi
tempat yang paling utama bagi setiap individu untuk beranung bukan hanya
secara fisik dan namun juga psikologis (Damayanti 2013:48). Baru kemudian
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan lain-lain. Peran orang tua dalam
pendidikan anak diantaranya adalah menciptakan lingkungan belajar yang
1
2
kondusif dirumah, ikut mengawasi kegiatan belajar anaknya mulai berangkat
kesekolah, mengontrol belajar anaknya disekolah hingga pulang ke rumah.
Dengan harapan anaknya dapat belajar dengan baik dan dapat meningkatkan
prestasi anaknya.
Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan titik sentral
dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar
untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tujuan pendidikan
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
termasuk sekolah bertanggung jawab. Sekolah memegang peranan sentral untuk
mewujudkan tujuan nasional tersebut.
Ketertbian dan kemanan dilingkungan masyarakat diemban oleh polisi.
Karena polisi yang memegang amanah untuk hal itu yakni untuk menciptakan
ketertiban dan keamanan masyarakat. Misalnya memberikan himbauan keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelancaran dalam berlalu lintas, dan lain-lain.
Perkelahian antar pelajar merupakan suatu realita (nyata) terjadinya
degradasi moral (merosotnya karakter) bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
Perkelaihan antar pelajar di Kabupaten Bogor sudah menjadi isu yang tidak asing
lagi ditelinga masyarakat. Begitu juga media masa, liputan terkait perkelahian
antar pelajar juga selalu mewarnai laman beritanya baik di media cetak maupun
online.
3
Begitu maraknya tawuran antar pelajar hingga polisi menetapkan daerah-
daerah yang rawan tawuran antar pelajar. Seperti yang diberitakan oleh media
online tempo, selasa 7 April 2015 ada 10 Daerah Rawan Tawuran Pelajar di
Bogor (https://m.tempo.co/read/news/2015/04/07/064655897/10-daerah-rawan-
tawuran-pelajar-di-bogor).
Begitu juga seperti pemberitaan pada laman media Berita Satu.Com pada
hari rabu, 4 februari 2015 , Kepala Kepolisian Sektor Parung, Komisaris Polisi
Rahmat Lubis menyatakan wilayah Parung darurat tawuran pelajar. Status ini
dinyatakan setelah tewasnya satu pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) saat
tawuran antar pelajar di Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Parung
(http://www.beritasatu.com/aktualitas/246433-parung-darurat-tawuran-
pelajar.html).
Berita yang dimuat pada laman Merdeka.Com, Muhammad Yossi (16
tahun), pelajar SMK Yayasan Pendidikan Umat Islam (YPUI) Parung, Kabupaten
Bogor tewas dibacok sekelompok remaja yang tengah asyik melakukan aksi
vandalisme di Gang Onong, Kampung atau Desa Waru Jaya, Parung, Kabupaten
Bogor, pukul 03.00 WIB, Minggu (04/10)
(https://www.merdeka.com/peristiwa/pelajar-smk-di-parung-tewas-dibacok-usai-
dikeroyok-sekelompok-abg.html).
Berita-berita diatas adalah sebagian, saja. Beberapa perkelahian antar
pelajar yang terjadi dan yang tidak di masukkan di media masa juga kerap terjadi.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pengalaman pribadi peneliti. Bahkan dalam
benak peneliti pribadi muncul pemikiran, polisi jaman dahulu yang biasa
ditangkap adalah pelaku perjudian, pencurian, pembunuhan yang notabene orang-
4
orang yang sudah tidak sekolah. Saat ini justru berbalik, yang ditangkap polisi
adalah anak-anak sekolahan. Di Kecamatan Parung misalnya, Polsek Parung tidak
jarang datang kesekolah-sekolah untuk menjemput siswa-siswa yang terlibat
dalam kasus tawuran. Baik itu siswa SMP maupun siswa SMK.
Perkelahian antar pelajar di Kecamatan Parung merupakan bentuk dari
konflik terbuka dan bukan perilaku individu tetapi kelompok. Tidak jarang yang
tidak memakan korban, mulai korban luka ringan, luka berat sampai pada nyawa
melayang.
Faktor yang menyebabkan perkelahian antar pelajar di Kecamatan Parung
juga bermacam-macam mulai dari adanya nilai permusuhan dan perilaku
bermusuhan dalam diri kelompok yang bertikai dan direproduksi setiap tahun oleh
para seniornya. Sehingga mendorong munculnya perkelahian antar pelajar yang
berkelanjutan, hamper setiap tahunya.
Oleh karena itu, jalinan kerjasama antar berbagai pihak untuk untuk
mencegah dan meminimalisir terjadinya perkelahian antar pelajar sangat
diperlukan. Kerjasama itu dapat dijalin antara sekolah, orang tua, masyarakat dan
polsek setempat.
Istilah kerjasama berasal dari dua kata, yaitu memorandum dan
understanding. Secara gramatikal, memorandum of understanding diartikan
sebagai nota kesepahaman. Sedangkan kata manajemen menurut kamus ekonomi
adalah ilmu dan seni dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan, penyusunan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Nurul Oktima, 2012:183). Sejalan dengan definisi tersebut, Oey
Liang Lee (Ekonom dari Indonesia) dalam (Agung Feryanto, 2013:2) mengartikan
5
manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan, dan pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Berdasarkan definisi tersebut nampaknya manajemen ditinjau
dari proses, kolektifitas orang, ilmu, dan seni serta profesi. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa manajemen kerjasama adalah
impelemntasi teori manajemen dalam bidang kerjasama.
Kerjasama antara sekolah, orang tua, dan polsek setempat sangat penting
untuk dilakukan khususnya terkait perkelaihan antar pelajar. Mengingat persoalan
pekelahian antar pelajar ini adalah persoalan serius dan pelik, serta sudah masuk
pada ranah kriminal. Maka diperlukan langkah-langkah dan strategi khusus antara
sekolah, orang tua dan polsek setempat. Kerjasama itu tidak hanya dilakukan
dalam bentuk nonformal saja, akan tetapi juga formal.
Berdasarkan latar belakang tersbut, judul penelitian ini adalah Model
Implementasi Manajemen Kerjasama Anatara Sekolah, Orang Tua Dan Polsek
Untuk Mencegah Dan Meminimalisir Perkelaihan Antar Pelajar di Kecamatan
Parung-Kabupaten Bogor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan maslahanya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses manajemen kerjasama antara sekolah, orang tua dan
polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di
Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor?
6
2. Bagimanakah model faktual penerapan manajemen kerjasama anatar
sekolah, orang tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir
perkelahian antar pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses penerapan kerjasama antara sekolah, orang tua dan
polsek setempat untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar
pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor yang meliputi:
a. Mengetahui perencanaan penerapan kerjasama antara sekolah, orang
tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar
pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor.
b. Mengetahui pengorganisasian penerapan kerjasama antara sekolah,
orang tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian
antar pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor.
c. Mengetahui pelaksanaan penerapan kerjasama antara sekolah, orang
tua dan polsek setempat untuk mencegah dan meminimalisir
perkelahian antar pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor.
d. Mengetahui pengawasan penerapan kerjasama antara sekolah, orang
tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar
pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor.
2. Mengetahui model faktual penerapan manajemen kerjasama anatar
sekolah, orang tua dan polsek setempat untuk mencegah dan
meminimalisir perkelahian antar pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten
Bogor.
7
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
manajemen yang berdayaguna dan berhasil guna dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. Yakni penerapan ilmu
manajemen dalam hal kerjasama.
2. Secara Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat:
a. Bagi para pengelola pendidikan baik negeri dan swasta, orang tua dan
polsek setempat dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan yang
dapat dilakukan dalam mengatasi perkelahian antar pelajar.
b. Bagi para peneliti, secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai informasi dan acuan sekaligus memberikan
rangsangan dalam melakukan penelitian di bidang manajemen tentang
Penerapan ilmu manajemen kaitanya persoalan kerjasama.
c. Secara khusus untuk penulis, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
bahan pembelajaran, meningkatkan pengetahuan, penerapan ilmu-ilmu
manajerial.
E. Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah artikel ilmiah yang
terbit pada jurnal nasional baik yang sudah terakreditasi maupun belum. Salah
8
satu jurnal yang akan menjadi sasaran penerbitan artikel hasil penelitian ini adalah
Jurnal Dinamika, Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Semarang dengan alamat Gd. C6 Lt. 2 Kampus Sekaran Gunung Pati Kota
Semarang Jawa Tengah kode Pos 50229 atau Jurnal Integralistik FIS UNNES.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerjasama dan Manajemen Kerjasama
Kerjasama berasal dari dua kata, yaitu memorandum dan understanding.
Secara gramatikal, memorandum of understanding diartikan sebagai nota
kesepahaman (Heri Daryono, 2014:94).
Manajemen merupakan subyek yang sangat penting karena terdapat usaha-
usaha untuk menetapkan sasaran, bukan saja ditujukan untuk mengidentifikasikan,
menganalisa, dan menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai tetapi untuk
mengombinasi secara efektif bakat orang-orang dan menggunakan sumber-
sumber materiil (Wardahana, 2007:8). Manajemen adalah suatu proses baik dalam
tataran pikir maupun praktis secara individu untuk memimpin dirinya maupun
kolektif untuk dirinya dan orang lain, memberikan bimbingan, serta mengarahkan
orang-orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya (Wiyanto, 2016:35).
Untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan, dibutuhkan sarana
(tools) yang meliputi: manusia (man), bahan (material), mesin (machine), metode
(methods), dan pasar (market). Keberhasilan manajemen tidak dapat terlepas dari
prinsip-prinsip manajemen yang menjadi dasar dan nilai pada manajemen itu
sendiri. Henry Fayol dalam buku General and Industrial Management,
mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen meliputi: (1) pembagian kerja
(Division Of Work); (2) wewenang dan tanggung jawab (authority and
responsibility); (3) disiplin (dicipline), (4) kesatuan perintah (unity of command);
9
10
(5) kesatuan pengarahan (unity of direction), mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi (subordination of individual interest to general
interest); (6) penggajian (remuneration of personal); (7) pemusatan wewenang
(centralization); (8) rantai scalar (scalar chain); (9) keadilan (equity) dan
kejujuran (honesty); (10) pemantapan jabatan (stability of turnover personnel);
(11) prakarsa (initiative); dan (12) solidaritas (solidarity) (Agung Feryanto, dkk,
2013:6-11).
Fungsi-fungsi manajemen meliputi: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), staffing, pengarahan dan pengendalian (Harold T.
Amrine, et al. 1985:28). Sejalan dengan hal tersebut di atas, Siagian dalam
(Sutomo, dkk 2007:14) manajemen mencakup empat aktifitas yaitu planning,
organizing, Actuing dan controlling.
1. Planning, yaitu perencanaan awal secarah teratur dari setiap usaha untuk
mencapai tujuan
2. Organizing, yaitu langkah kearah pelaksanaan rencana yang telah disusun
sebelumnya (planning)
3. Actuing. Yaitu keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong
para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin
demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif, efisien, dan ekonomis.
4. Controlling, yaitu usaha yang didalamnya terkandung usaha perbaikan dan
penyempurnaan sehingga pekerjaan atau kegiatan sesuai dengan rencana
tujuan yang telah ditetapkan dalam planning. Kegiatan pengawasan sangat
berkaitan erat dengan perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka
kegiatan yang telah mendapat perbaikan dan penyempurnaan ini akan menjadi
11
feed back bagi perencanaan berikutnya. Sehingga dalam manajemen
controlling sangat penting sekali untuk dilakukan dalam sebuah organisasi.
Manajemen kerjasama adalah impelemntasi teori manajemen dalam hal
kerjasama. Yang meliputi perencanaan kerjasama, pengorganisasian kerjasama,
pelaksanaan kerjasama dan pengawasan kerjaswama.
B. Remaja dan Persoalanya
Remaja atau pelajar adalah generasi penerus bangsa yang akan
meneruskan estafet pembangunan nasional, oleh karena itu kaum remaja
semestinya mendapatkan pendidikan dengan baik sehingga memiliki kemampuan
untuk melanjutkan cita-cita luhur bangsa serta dapat bersaing dengan negaramaju
(I Gede Agung Sanjaya Suryawan, 2016:64).
Remaja merupakan masa yang sarat akan konflik, karena pada masa
remaja perkembangan individu mengalami perubahan yang kompleks, yakni
mulai dari perubahan fisik jasmaniah, peran sosial, pola perilaku, serta merupakan
masa pencarian identitas atau jati diri untuk menjadi diri seindiri sebagai individu
yang ada pada lingkungan sosial (Zainul Anwar, 2015:475). Bagi sebagian remaja
masa tersebut sering menuai persoalan. Baik persoalan (konflik) pribadi maupun
kaitanya dengan pergaulan dengan orang lain yang ada di lingkunganya.
Berdasarkan hasil penelitian Septiyan Bayu Rismanto, dkk (2012) di Kota
Blitar tahun 2012 menghasilkan temuan bahwa faktor yang dapat melatar
belakangi aksi tawuran antar pelajar khususnya aksi tawuran antara SMK 1 Islam
Blitar dan SMK Katolik Santo Yusuf Blitar, yaitu (a) faktor pihak ketiga, (b)
12
faktor adu gengsi, (c) faktor dendam lama, (d) faktor perempuan, (f) faktor
ketersinggungan, dan (g) faktor saling ejek.
Kenakalan remaja menurut WHO dapat berupa hal sebagai berikut:
pelanggaran hukum atau aturan, kebiasaan membolos, bergabung dengan orang
yang diketahui sebagai pencuri, orang-orang amoral atau jahat, anak-anak yang
tidak dapat dibantu, perilaku diluar kontrol orang tua,tumbuh di dalam
pengangguran atau kenakalan, melukai diri sendiri atau orang lain, melakukan
tindakan tidak senonoh, pergi dari rumah tanpa ijin orang tua,kebiasaan
menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, cabul atau vulgar,berkunjung ke
rumah-rumah bordil, kebiasaan ngluyur, melompat kereta atau mobil, perilaku
amoral, merokok, menggunakan zat adiktif, perilaku tidak aturan, meminta-minta,
meminum minuman keras, tidak teraturan seksual (I Gede Agung Jaya Suryawan,
2016:66).
Kenakalan remaja juga dikatakan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
diri sendiri (umur, jenis kelamin, kepribadian, kedudukan dalam keluarga,
intelegensi, hormon, dan emosi atau kejiwaan) dan faktor lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat, danmedia masa) (Gunarsa dalam I Gede Agung Jaya
Suryawan, 2016:66).
C. Konsepsi Keluarga dan Pendidikan di Sekolah
Manusia selain sebagai makhluk individu (berdiri sendiri) juga sebagai
makhluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain, senantiasa berinteraksi
dengan orang lain, senantiasa menjalin hubungan dengan orang lain untuk
mewujudkan eksistensinya. Sesuai kodratnya, secara tidak langsung manusia
13
akan membuat suatu komunitas yang lebih besar yang disebut masyarakat yang
terdiri dari kelompok-kelompok terkecil masyarakat yaitu keluarga.
Sehingga dapat dilkatakan keluarga merupakan sistem sosial terkecil yang
ada di dalam masyarakat. Hal ini terjadi, sebab di dalam keluarga terjalin
hubungan yang kontinyu dan penuh kekaraban, sehingga jika diantara anggota
keluarga itu mengalami peristiwa tertentu maka, anggota keluarga yang lain
biasanya ikut merasakan peristiwa itu (Damayanti, 2013:49).
Keluarga didefinisikan sebagai jaringan orang-orang yang berbagi
kehidupan mereka dalam jangka waktu yang lama, yang terikat oleh perkawinan,
darah, atau komitmen, legal atau tidak, yang menganggap diri mereka sebagai
keluarga, dan yang berbagi pengharapan-pengharapan masa depan mengenai
hubungan yang berkaitan (Galvin dan Bromel dalam Damayanti, 2013:49).
Dari pendekatan sosiologi dikemukakan oleh Charles Cooley dalam
Damayanti (2013:50) bahwa keluarga merupakan kelompok primer atau
kelompok pertama yang memberikan dasar bagi kehidupan seseorang. Dengan
adanya interaksi tatap muka yang intim, kelompok primer memberikan perasaan
kepada seseorang tentang siapa dirinya. Selain itu keluarga penting bagi
kesejahteraan emosional seseorang, dan memunculkan rasa harga diri karna
didalamnya menawarkan rasa kebersamaan , rasa dihargai, dan dicintai.
Keluarga memiliki peran yang vital disebabkan oleh adanya nilai dan
sikapnya menyatu dalam identitas seseorang. Seseorang akan
menginternalisasikan pandangan keluarganya yang menjadi suatu lensa melalui
mana ia memandang kehidupan. Bahkan sebagai orang dewasa, tidak peduli
sejauh apapun masa kanak-kanak telah meninggalkan seseorang, keluarga sebagai
14
kelompok primer awal tetap berada dalam dirinya. Oleh karenanya sangat sukar
bagi seseorang bahkan barangkali tidak mungkin, untuk memisahkan diri dari
kelompok primer seseorang, karena diri dan keluarga melebur kedalam suatu
konsep “kita” (Damayanti, 2013:50).
Pendidikan awal dimulai dari pendidikan dalam keluarga oleh orang tua
dan dilanjutkan dengan pendidikan formal di lembaga pendidikan yang diberikan
oleh pendidik dan tenaga kependidikan, dengan harapan mampu mengubah sikap,
perilaku, emosi dan pengetahuan peserta didiknya kea rah yang lebih baik.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penjelasan Mengapa Penelitian Ini Menggunaka Metode Penelitian
Kualitatif
Penelitian merupakan kegiatan spionase untuk mencari, memata-matai,
dan menemukan pengetahuan dari lapangan yang dapat
dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah tertentu Bagong Suyanto dan
Sutinah (2005:XIII). Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa prosedur
kualitatif menghasilkan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata maupun makna, nilai serta pengertian dengan pendekatan yang diarahkan
pada latar dan individu secara holistic ‘utuh’ atau memandangnya sebagai
suatu kesatuan (Kaelan,2005: 5).
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif, dimana data-data diperoleh akan dianalisis dan akan dideskripsikan
secara kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan adalah data yang diperoleh
lewat penelitian baik itu wawancara, pengamatan dan lain-lain dapat
dipercaya, mengandung kejujuran, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan
Pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Dengan demikian bahwa penelitian kualitatif lebih merupakan wujud
kata-kata dari pada deretan angka-angka. Data kualitatif merupakan sumber
dari deskripsi yang luas dan berlandasan yang kokoh, serta memuat penjelasan
15
16
tentang proses-proses yang terjadi dalam ruang lingkup setempat. Dengan data
kualitatif kita dapat mengetahui proses manajemen kerjasama dan model
faktual penerapan manajemen kerjasama anatar sekolah, orang tua dan polsek
setempat untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di
kecamatan parung-bogor.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 6 (enam)
bulan sejak ditanda tanganinya kontrak perjanjian penelitian.
Penelitian akan dilaksanakan di wilayah Kecamatan Parung-Kabupaten
Bogor.
C. Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah pihak-pihak yang berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung terkait perkelahian antar pelajar. Pihak-pihak
tersebut adalah:
1. Sekolah-sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor. Dalam hal ini adalah (kepala sekolah beserta jajaranya)
2. Polsek Parung (Ka. Polsek Parung beserta jajaranya)
3. Wali murid.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yakni
sumber primer dan sumber skunder.
17
1. Data primer diperoleh dari kepala sekola dan/atau jajaranya, siswa, orang
tua dan Ka. Polsek Parung dan/atau jajaranya.
2. Sumber skunder diperoleh dari sumber pustaka tertulis dan dokumen-
dokumen yang mendukung dalam penelitian ini.
Sumber pustaka tertulis ini digunakan untuk melengkapi sumber data
informasi, sumber data tertulis ini meliputi berita-berita dari media masa baik
cetak maupun elektronikk, laporan atau artikel hasil penelitian ilmiah, buku-
buku yang sesuai dengan topik penelitian atau sumber lain yang relevan.
Sumber dokumentasi dikumpulkan berupa data yang berupa arsip-
arsip, buku-buku, agenda, foto dan lain-lain sebagai bukti yang menunjukkan
peristiwa atau kegiatan yang berhubungan dengan perkelahian antar pelajar
yang dimiliki oleh sekolah, polsek maupun media masa.
Dalam penelitian ini, foto yang akan digunakan adalah foto pribadi
yang dihasilkan oleh peneliti sendiri pada saat proses observasi dan kegiatan
penelitian atau wawancara berlangsung.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data menggunakan 3 (Tiga)
metode pokok yang saling berkaitan dan melengkapi, yaitu;
1. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi anatara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden) (Rianto
Adi, 2004:72). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
18
Indep Interview (wawancara mendalam) yang dilakukan dengan Kepala
Sekolah dan/atau jajaranya, orang tua siswa, siswa, Ka. Polsek parung
dan/atau jajaranya.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui peninggalan tulisan
berupa arsip-arsip (surat-surat, catatan harian, dan laporan), buku-buku,
agenda dan lain-lain yang sudah ada (Rianto, Adi, 2004:61). Dalam
penelitian ini dokumen-dokumen seperti surat-surat, catatan harian,
laporan, diambil dari data yang sudah ada pada Polsek Parung, sekolah-
sekolah dan media masa.
3. Metode Observasi
Menurut Arikunto (1993:145) bahwa peneliti dalam mengadakan
observasi atau pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti
dalam kurun waktu beberapa hari. Teknik observasi merupakan kegiatan
yang pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Metode observasi digunakan untuk memperoleh
gambaran tentang bagaimana manajemen kerjasama yang dilakukan antara
sekolah, orang tua dan polsek parung kaitanya dengan perkelahian antar
pelajar
F. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data yang diperoleh, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik
pemerikasaan kebenaran suatu data dengan cara membandingkan dengan data
19
yang diperolah dari sumber lain, pada fase penelitian lapangan, pada waktu
yang berlainan Nasution (2003:115). Pendapat lain mengatakan triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut Meleong (2006 : 330). Dengan demikian dapat
diketahui bahwa triangulasi bukan sekedar mentest kebenaran data dan bukan
untuk mengumpulkan berbagai ragam data, melainkan juga suatu usaha untuk
melihat dengan labih tajam hubungan antar berbagai data agar mencegah
kesalahan dalam analisis data. Selain itu dalam triangulasi dapat ditemukan
perbedaan informasi yang dapat merangsang pemikiran peneliti lebih
mendalam lagi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik
triangulasi yaiti : triangulasi sumber dan triangulasi metode.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif (Patton dalam
Meleong, 2006 : 330).
2. Triangulasi metode
Menurut Patto ( dalam Moleong 2006:331) terdapat dua strategi
yaitu (1) pengecekan derajat pengumpulan data, dan (2) pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Dengan demikian dengan menggunakan teknik triangulasi maka
akan diperoleh hasil penelitian yang benar-benar mengetahui model
20
proses penerapan manajemen kerjasama anatara sekolah, orang tua dan
polsek parung.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data (Meleong, 2006 ; 103). Setelah data yang terkumpul baik yang
berasal dari indeep interview (wawancara mendalam), maupun dokumentasi,
penulis mencoba menginterpretasikan dengan menggunakan metode kualitatif.
Analisis data dilakukan sejak awal proses pengumpulan data hingga akhir.
Seiddel (dalam Moleong 2006:248) mengemukakan bahwa analisis
data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilih-milih, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data tersebut mempunyai
makna, mencari dan mementukan pola dan hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.
Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif dari Miles
(1992:16) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi.
21
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuat yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa sehingga, memudahakan peneliti dalam menarik
kesimpulan atau verifikasi.
Penyajian data merupakan analisis rancangan deretan dan kolom-
kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan menetukan jenis dan bentuk
data yang dimasukkan ke dalam Kotak-Kotak matriks (Miles, 1992:17).
Dalam penyajian data peneliti harus menyajikan data atau memberikan
sekumpulan informasi yang tersusun rapi sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan. Data yang disajikan sesuai dengan apa yang diteliti maksudnya
penelitian ini dibatasi pada model yang digunakan dalam penanganan
komplain (keluhan), hambatan-hambatan dan usaha yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan dalam penanganan komplain.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah tinjauan ulang pada
cacatan di lapangan atau kesimpulan apat ditinjau sebagai mana yang muncul
dari data yang harus di uji kebenarannya, kekokohannya yaitu merupakan
validitasnya (Miles, 1992:19). Kesimpulan dalam penelitian merupakan
peninjauan ulang dari catatan yang diperoleh peneliti di lapangan, dan
kemudian data tersebut diinterpretasikan kembali melalui pandangan peneliti,
selanjutnya untuk ditarik suatu kesimpulan.
22
Tahap-tahap analisis datanya dapat terlihat seperti pada bagan berikut
ini;
Gambar 1. Tahap-tahap analisi data (Komponen-kompunen analisis data model
interaktif) (Miles, 1992:19)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penyajian Data
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Parung merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Bogor yang beralamatkan di Jl. Raden Demang Arya, Desa Waru Jaya,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor 16330. Luas daerah 2.552.478 Ha
dengan ketinggian 125 DPL. Kecamatan parung berbatasan dengan beberapa
kecamatan yakni, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan gunung sindur
dan Kabupaten Depok, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciseeng,
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kemang, dan sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Tajur Halang.
1. Kondisi Geografis dan Tata Ruang
Secara geografis kondisi Kondisi Kecamatan Parung terletak di
utara wilayah Kabupaten Bogor yang memiliki jarak ke Ibu Kota Provinsi
Jawa Barat 140 Km (Bandung), dengan Ibu Kota Negara berjarak 40 Km
dan dengan Ibu Kota Kabupaten yang terletak di Cibinong berjarak 23
Km. Suhu minimum dan maksimum di Kecamatan Parung berkisar antara
20-29 Drajad Celcius.
Adapun peruntukan Tata Ruang Kecamatan Parung terbagi atas
dua kawasan yakni kawasan pemukiman perdesaan, kawasan pemukiman
perkotaan dan kawasan lahan basa. Secara lebih jelas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kawasan permukiman pedesaan
23
24
Kawasan permukiman pedesaan meliputi kawasan rumah
tinggal (perumahan, villa, wisma, mess), kawasan jasa dan
perdagangan/komersil (pasar tradisional, toko, jasa (perkantoran, bank
dan kantor swasta), pergudangan hasil pertanian, rumah makan,
terminal agrobisnis, station relay/televise), kawasan fasilitas
umum/fasilitas social (poliklinik/balai pengobatan, terminal,
pendidikan, fasilitas pemerintahan, panti social/panti asuhan, dan
fasilitas peribadatan).
b. kawasan permukiman perkotaan terdiri atas kawasan rumah tinggal,
jasa dan perdagangan komersil fasilitas umum.
c. kawasan lahan basah yang diperuntukan untuk pertanian, perkebunan
dan lain-lain.
Pemerintahan Kecamatan Parung membawahi sebanyak 9
(Sembilan) desa dengan jarak jangkau pemerintahan desa sejauh 18 Km.
Sembilan desa tersebut adalah Desa Parung, Desa Pemagarsari, Desa
Jabon Mekar, Desa Waru, Desa Waru Jaya, Desa Bojong Indah, Desa
Bojong Sempu, Desa Iwul dan Desa Cogreg. Adapun luas wilayah
masing-masing desa tersebut dapat terlihat dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Luas Wilayah Per-Desa di Kecamatan Parung
No Nama Desa Luas
1 Parung 217.000
2 Pemagarsari 266.185
3 Jabon Mekar 217.095
4 Waru 291.319
5 Waru Jaya 293.000
6 Bojong Idah 150.700
7 Bojong Sempu 159.682
8 Iwul 431.183
9 Cogreg 511.856
25
Jumlah 2.538.002
Sumber: Diolah Peneliti Dari Data Monografi Kecamatan Parung
Disisi lain, luas tanah dan pola pemanfaatan di Kecamatan Parung
dapat terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1.2.
Luas Tanah dan Pola Pemanfaatanya
Tahun 2014
No Pemanfaatan Luas (Ha)
1 Pemukiman 1.22..776
2 Sawah 658.548
3 Darat 720.250
4 Perkebunan 197.700
5 Pertanian 318.150
6 Sawah/Situ 18.25
7 Lain-lain 567.318
Sumber: Data Diolah Peneliti Dari Data Monografi Kecamatan Parung
2. Kondisi Demografis
Kecamatan Parung dengan luas wilayah Luas daerah 2.552.478 Ha
secara Demografis atau kondisi keadaan penduduk berdasarkan data dari
BPS Kabupaten Bogor Tahun 2014 yang termuat di laman
https://bogorkab.bps.go.id yang diakses peneliti pada Tanggal 22 Januari
2018 pukul 10.11 WIB sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk berjenis kelamin laki-laki 53.187 orang
b. Jumlah Penduduk berjenis kelamin perempuan 50.665 0rang
c. Jumlah Penduduk laki-laki dan perempuan 103.852 orang.
Dengan demikian kondisi jumlah penduduk di Kecamatan Parung
berdasarkan data tersebut lebih di dominasi oleh penduduk ber jenis
kelamin Laki-Laki dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin
26
Perempuan. Namun, Berdasarkan data tersebut perbedaanya cukup jauh
yakni berkisar 2.522 orang.
3. Kondisi Sosial Budaya
Keadaan social budaya di Kecamatan Parung merupakan hasil dari
pada akulturasi buadaya oleh masyarakat yang berada di Kecamatan
Parung. Mengingat, banyaknya pendatang dari berbagai daerah yang hidup
berdampingan, bertetangga, bekerja pasa tempat yang sama pelan tetapi
pasti mereduksi kebudayaan-kebudayaan asli parung. Berkurangnya kaum
tua dan digantinya dengan kaum muda telah ikut menyumbang
kebudayaan asli parung dari nenek moyang mulai terlupakan.
4. Kondisi Kehidupan Beragama
Mayoritas kehidupan beragama di Kecamatan Parung di dominasi
oleh pemeluk Agama Islam, hanya sekitar 0,5% saja pemeluk Agama Non
Muslim. Berdasarkan data monografi pemeluk agama di Kecamatan
Parung Tahun 2014 sebagai berikut: pemeluk agama islam berjumlah
103.735 orang, pemeluk agama khatolik 1.396 orang, pemeluk agama
protestan 1.557 orang, pemeluk agama hindu 174 orang, pemeluk agama
budha 577 orang dan pemeluk agama khonghutsu 799 orang.
5. Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian pada masyarakat kecamatan parung
bertumpu pada sector perdagangan dan pertanian. Sektor perdagangan
terdiri dari jenis olahan pangan, serta makanan ringan lainya, serta sector
manufaktur terdiri dari produk-produk yang berkembang di masyarakat
misalnya komoditas pakaian mulai dari pengrajin sampai dengan
27
pengusaha konveksi. Pada sector pertanian yang awalnya dominan
khususnya tanaman hias dan perikanan (ikan hias maupun ikan untuk
dikonsumsi), kini sudah mulai berkurang akibat dari alih fungsi lahan.
Yang awalnya digunakan sebagai tempat untuk budidaya ikan menjadi
lahan perumahan. Sektor yang lain yang juga ikut menyumpang peran
dalam menggerakkan roda perekonomian adalah sector jasa misalnya jasa
perbankan/keuangan, jasa angkutan, pariwisata, dan lain-lain. Pada sector
ekonomi yang cukup menyumbang persoalan adalah rendahnya kesadaran
sebagian masyarakat dalam memanfaatkan lahan atau area yang bukan
100% haknya. Misalnya sebagian masyarakat merampas hak masyarakat
lainya yakni berjualan di trotoar jalan. Trotoar jalan yang seharusnya
digunakan untuk pejalan kaki, jalan raya yang seharusnya lebar, akhirnya
menyempit. Hal tersebut berakibat pada ketidak lancaran lalu lintas akibat
dari macet. Ditambah dengan sebagian dari angkot yang naik dan
menurunkna penumpang di sembarang tempat, angkot ngetem di tengah
jalan raya, dan lain-lain.
Selain itu, masih adanya beberapa oknum (preman pasar) yang
menarikin upeti kepada sebagian pedagang. Tentu sangat mengganggu
perekonomian. Lain halnya yang mengambil uang dari pedagang adalah
pegawai pasar (retribusi) tidak masalah karena sesuai dengan regulasi atau
kebijakan pemerintah.
Bertambahnya penduduk yang signifikan, telah merubah pola kerja
masyarakat parung terutama kaum pemuda. Pemuda banyak yang mencari
28
nafkah di luar parung dengan alasan upah yang di dapatkan lebih besar.
walaupun ia harus berangkat pagi dan pulang di malam hari.
Banyaknya pendatang dari berbagai daerah di kecamatan parung
juga ikut mendorong laju perekonomian di kecamatan parung.
6. Kondisi Pendidikan
Data pendidikan yang dihimpun oleh peneliti dari Pusat Data dan
Statistic Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, jumlah sekolah negeri dan swasta adalah sebagai
berikut: SD/MI 56 Sekolah, jumlah SMP/MTS 22 Sekolah dan jumlah
SMA/SMK/MA 15 Sekolah. Dilihat dari jarak antar sekolah di Kecamatan
Parung, jarak antar sekolah sangat berdekatan hanya berkisar 500 meter
terdapat sekolah.
B. Proses manajemen kerjasama antara sekolah, orang tua dan polsek
untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di
Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor
Persoalan tawuran pelajar yang kerap kali terjadi di kecamatan Parung-
Bogor mendorong seluruh elemen atau stakehoulder bersama-sama untuk ikut
andil dalam mengatasi persoalan tersebut. Tawuran pelajar merupaka tidakan
yang sangat membahayakan baik pelaku tawuran maupun warga masyarakat.
Karena tawuran pelajar dipandang sebagai tindakan yang sangat meresahkan
dan mengancam ketertiban dan keamanan di masyarakat. Semenjak peneliti
berada di kecamatan parung sejak 2013 hingga sekarang, melihat tawuran
pelajar di kecamatan parung layak mendapatkan perhatian yang sangat serius.
29
Karena tawuran pelajar seolah menjadi sebuah tradisi musiman, sebuah ajang
bagi anak muda untuk menunjukkan eksistensi dan mencari pengakuan
diantara sesamanya. Tawuran pelajar merupakan tindakan kejahatan yang
sangat menbahayakan bagi nyawa manusia. Karena tawuran pelajar tidak
jarang sampai dengan menewaskan korban.
Tawuran pelajar merupakan sebuah kejahatan karena mengandung
unsur-unsur dengan perbuatan-perbuatan yang memiliki sifat diantaranya;
dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, merugikan masyarakat karena
mengganggu ketentraman masyarakat, melanggar hukum pidana serta
diancam hukuman oleh negara misalnya dapat kita lihat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 338 “barang siapa dengan sengaja
merampas nyawa orang lain….” (pasal tersebut tentang pembunuhan).
Dalam persfektif sosiologis dapat kita cermati bahwa tawuran pelajar
merupaka sebuah kejahatan karena merupakan perbuatan yang dapat dianggap
sebagai tindakan anti sosial (karena ia hanya social terhadap komunitasnya.
tetapi, mengesampingkan komunitas lain), amoral (karena tidak jarang yang
harus adu cemoohan, adu senjata tajam, duel dan menghilangkan nyawa
manusia), tidak dikehendaki oleh masyarakat, serta harus ditentang.
Jika kita lihat dari persfektif psikologis, tawuran pelajar merupakan
sebuah perbuatan yang abnormal yang merupakan cerminan perilaku siswa
yang terdidik yang dimana perilaku itu berkaitan dengan kejiwaan individu
yang dianggap tidak selaras dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
ada di masyarakat. Secara psikologis tawuran pelajar lebih disebabkan oleh
faktor kejiwaan. Aspek kejiwaan yang tidak sehatlah yang menyebabkan
30
terjadinya tawuran pelajar. Aspek kejiwaan itu dapat kita identifikasi menjadi
tiga hal. Pertama, episodic criminal, yakni pelajar melakukan tawuran
disebabkan oleh dorongan emosi yang mendadak dan tidak terkendali. Pada
kasus ini yang sering terjadi adalah disebabkan oleh faktor ejek-ejekan yang
tidak terima. Berikut keterangan yang di sampaiakan oleh guru BK SMK
YPUI Parung saat ditemui peneliti di ruang kerjanya ketika peneliti lontarkan
pertanyaan apa faktor penyebab tawuran? beliau menyatakan : “sepele sih,
ternyata, ejek-ejekan di jalan, tidak terima, tidak ada masalah yang memang
terlalu besar, yg sempat kita tangani dari keempat itu adalah penghadangan,
kemudia ada yang merasa diejek di jalan, kasus yang kedua lagi sama,
istilahnya beda seragam, ternyata ia satu kampong, tapi ternyata karena
mereka sudah beda seragam membuat mereka merasa menjadi musuh. tapi
alhamdulillah mereka belum sampai tingkat yang mematikan ya. baru ancam-
ancaman dan tidak tercapai sampai mereka adu jotos atau tawuran.”
(wawancara peneliti dengan guru BK SMK YPUI Parung pada hari Kamis, 31
Mei 2018).
Kedua, mental abnormal criminals yakni disebabkan oleh jiwa
abnormal pelaku tawuran. Misalnya ia akan merasa bangga dan puas
manakalah menang dalam tawuran. Kondisi abnormal terbentuk tidak sesaat
merupakan hasil akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya yang didominasi dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial dimana pelajar bergaul di
masyarakat dan teman mainya. Ketiga adalah non malicious criminals, yakni
pelajar melakukan tawuran tetapi menurut persfektif pelaku bukan merupakan
perbuatan criminal atau kejahatan. Hal ini biasanya disebabkan oleh
31
pemahaman pelajar yang kurang terkait tindakan-tindakan yang tergolong
criminal dan merugikan masyarakat. Pemahaman yang benar perlu diberikan
kepada pelajar terkait tindakan yang dilakukan itu boleh atau tidak boleh serta
konsekuensi apa yang akan didapatkan. Bahkan tawuran pelajar ini sudah
dapat dikatakan sebagai habitual criminal sudah menjadi kebiasaan yang
dilakukan berulang ulang. Tawuran pelajar ini kerap kali terjadi pada awal
tahun ajaran baru, akhir tahun ajaran menejelang kelulusan, bahkan setiap
bulan, hanya saja ganti-ganti lokasi. Misalnya saja kejadian yang terjadi di
sepanjang 2018 ini dimedia masa banyak berita tawuran pelajar yang sampai
memakan korban nyawa.
Beberapa responden yang berbicara dengan saya, tawuran pelajar tak
ubahnya adalah sebuah persekongkolan, sebuah pertandingan, adu gang untuk
melihat siapa yang menang dan kalah. Berikut ungkap Bapak Fikri Zulfikar
bercerita ketika sewaktu sekolah “terkadang sengaja siswa itu diadu satu
lawan satu dan seterusnya oleh oknum gang-nya.”
Bahkan peneliti sendiri berfikir bahwa di Parung ini aneh, anenhnya
adalah jika jaman dahulu orang-orang yang di tangkap polisi adalah pencuri,
penjudi, dan lain-lain yang notabene masyarakat umum, demikian halnya di
daerah lain. tetapi di parung yang ditangkap polisi, diamanakan polisi,
dinaikkan mobil polisi, yang juga menyita waktu polisi adalah anak-anak
pelajar atau anak-anak sekolahan tingkat menengah pertama atau menengah
atas. sepanjang Tahun 2013- hingga sekarang sudah banyak kasus tawuran
pelajar yang polisi tangani.
32
Melihat bahwa tawuran pelajar merupakan sebuah fenomena yang
sangat krusial. Kehadiranya terkadang tidak dapat diprediksikan sebelumnya,
hadir secara tiba-tiba, tidak disangka sangka. maka perlu upaya yang lebih
serius oleh berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut adalah orang tua siswa selaku
wali murid, sekolah, dan POLSEK.
Berdasarkan percakapan saya dengan Bapak Parmin, seorang ayah
kelahiran Boyolali Jawa Tengah yang dikaruniai dua orang anak dan
merupakan Kepala Kepolisian Sektor Parung (Kapolsek) pada waktu peneliti
temui di ruang kerjanya pada hari kamis, 23 Agustus 2018 beliau mengatakan
bahwa: “ tawuran pelajar memang menjadi persoalan yang serius yang
membutuhkan perhatian khusus”. Ada beberapa dasar atau alasan kenapa
ketiga pihak tersebut yang perlu melakukan upaya serius yakni tawuran
pelajar sangat meresahkan masyarakat dan membahayakan eksistensi naywa
manusia, serta dapat menghilangkan masa depan bagi pelaku tawuran. Di
bawah in keterangan guru BK SMK YPUI Parung ketika ditanya sberapa
sering tawuran terjadi? beliau menjawab: ““kalua selama 2 tahun yang saya
tangani karena berkaitan dengan tugas kita adalah satu dua tiga Mr. Wi. tiga
kali. yang sampai di POLSEK satu, alhamdulillah sih ada proses mediaasi
sehingga ada proses pencabutan kasus. dan kalua yang melibatkan sekolah
lain sih lebih dari empat kali Mr. ya. maksudnya bukan sekolah kita ya,
sekolah yang lainya. ini memang menjadi PR besar meski memang ada satgas
pelajar disana, ada kesiswaan, dan ternyata kalua kacamata saya dan ini
coba diterapkan oleh teman-teman di YPUI juga menurun drastic memang
secara kenakalan dan sebagainya ternyata efeknya adalaha dari penanaman
33
nilai-nilai spiritual, ternyata pengaruhnya luar biasa dan yang kedua memang
saat sekolah itu kegiatanya padat anak-anak sangat jauh dari tawuran.
contoh tidak aka nada cerita, sekolah dwi warna pernah tawuran, madania
tawuran, karena kuncinya mengalihkan pola piker anak ke hal-hal,
menyalurkanya ke hal-hal positif, agar semakin sedikit hal-hal yang negative
yang akan dilakukan. itu mungkin hal kunci utama. tawuran kalua menurut
saya pribadi berkurang untuk sekolah saya, dan mudah-mudahan cakupan
lebih luas bisaberkurang, dikabupaten bogor, lebih banyak kegiatan spiritual,
pendekatan yang kesekolah, lebih banyak ke hal-hal yang positif di siswa, itu
Pakwi.” ((wawancara peneliti dengan guru BK SMK YPUI Parung pada hari
Kamis, 31 Mei 2018).
Keseriusan itu ditunjukkan oleh Kapolsek dan jajaranya dengan cara
responsip terhadap aduan-aduan yang masuk serta ditindak lanjuti dengan
cepat. Percakapan peneliti dengan Kapolsek Parung beliau mengatakan
bahwa: “ketika saya dapat laporan bahwa ada tawuran pelajar di daerah
sekitaran jampang dan sekitarnya, maka saya dengan tim langsung ke TKP
walaupun setelah di cek ternyata tida ada tawuran, tetapi bagi saya tidak
masalah, sudah menjadi kewajiban maka tetap saya lakukan mas”.
Lebih lanjut Kapolsek menjelaskan ke peniliti bahwa jalinan kerjasama
dengan sekolah-sekolah diwilayah parung sudah dilakukan semua, dan sudah
pernah dikunjungi ke sekolah. selain itu, binmas juga aktif berkunjung ke
sekolah untuk memberikan himbauan terkait kenakalan remaja, tawuran dan
narkoba.
34
Oleh karena itu ketiga pihak tersebut perlu menjalin sebuah kerjasama
yang baik agara tawuran pelajar dapat dicegah dan diminimalisir.
Kerjasama yang dibangun oleh orang tua, sekolah dan polsek terdapat
dua bentuk:
1. Kerjasama nonformal yang merupakan sebagai wujud konsekuensi dari
peran bawaan yang memang harus dilakukan sebagai wujud tanggung
jawab peran, tugas dan tanggung jawab yang melekat di dalam dirinya
atau akibat dari sebuah kasus. Sebagai contoh:
a. Polisi memiliki kewajiban menjaga ketertiban dan kemananan
masyarakat. Paling tidak ada dua tindakan yang dapat dilakukan
oleh kepolisian dalam mengatasi tawuran pelajar yakni melakukan
tindakan represip dan preventif.
Tindakan represif dilakukan sebagai wujud reaksi yang
diberikan terhadap peristiwa tawuran oleh masyarakat melalui
lembaga penegak hokum yakni melibatkan polisi, kejaksaan,
pengadilan, lembaga pemasyarakatan, KPAI (Komisi Perlindungan
Anak Indonesia). Kasus tawuran pelajar berdasarkan usia masuk
kategori anak atau remaja, sehingga diperlakukan berbeda dengan
orang dewasa. Serta memberikan reaksi yang negative terhadap
tawuran.
Namun, dalam menjalankan tugasnya polisi perlu
mendapatkan dukungan, kerjasama dan partisipasi seluruh elemen
masyarakat. Bentuk peran serta ini dapat telihat dari partisipasi
35
masyarakat khususnya di dalam kerjasama formal yang diwadahi
dalam sebuah nama satgas pelajar.
Tindakan preventif yakni sebagai upaya pencegahan yang
mencakup penanggulangan dan memberikan perlindungan hokum
pelaku tawuran, meningkatkan sifat kemanusiaan, menganalisis
tindakan tawuran lebih mendalam dengan menggunakan
pendekatan ilmiah sehingga didapatkan bukti yang dapat
dipertanggung jawabkan. Tindakan pencegahan sebagai wujud
social defence dilakukan untuk mengeliminasi faktor-faktor
kriminogen yang ada di dalam masyarakat menggerakktan potensi
masyarakat dalam mengatasi tawuran dengan cara pendekatan
terpadu, hubungan yang harmonis antara elemen serta menciptakan
situasi yang aman. Hal ini dapat terlihat pada kerjasama formal.
Bagaimana semua lemen terlibat di dlamnya saling bahu-membahu
untuk mencapai visi yang sama yakni kehidupan aman dan
nyaman, pelajar sekolah nyaman karena tidak ada aksi tawuran
yang meresahkan.
b. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mengemban visi untuk
mencapai tujuan dari pendidikan kita yakni “pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
36
bangsa dan negara Indonesia” (Pasal 1 Ayat (1) UU Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
c. Orang tua/ keluarga merupakan kelompok primer atau kelompok
pertama yang memberikan dasar bagi kehidupan seseorang.
Dengan adanya interaksi tatap muka yang intim, kelompok primer
memberikan perasaan kepada seseorang tentang siapa dirinya.
Selain itu keluarga penting bagi kesejahteraan emosional
seseorang, dan memunculkan rasa harga diri karna didalamnya
menawarkan rasa kebersamaan , rasa dihargai, dan dicintai
sebelum seseorang tersebut hidup berinteraksi dengan lingkungan
yang lebih luas. Misalnya tetangga, teman main, teman sekolah,
dan lain-lain.
2. Kerjasama formal yang merupakan sebagai wujud tindak lanjut yang lebih
tegas, wujud perhatian yang serius dalam mencegah dan meminimalisir
tawuran. Wujud tindak lanjut dilakukan secara sendiri-sendiri oleh
POLSEK, Orang Tua dan Sekolah. Namun, muaranya pada tujuan yang
sama yakni mencegah dan meminimalisir tawuran pelajar. Maupun
kerjasama yang dibangun bersama-sama dalam sebuah wadah dengan
nama satgas pelajar.
Berikut kerjasama anatara antara sekolah, orang tua dan polsek
untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar di
Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor dalam sebuah wadah satgas pelajar.
1. Perencanaan Kerjasama
37
Proses kerjasama diawali dari adanya kehendak bersama untuk
menciptakan lingkungan yang tertib, aman dan nyaman bagi siapa saja
yang berada di wilayah parung. Perencanaan kerjasama dilakukan melalui
beberapa tahapan:
a. Membangun kesamaan persepsi pentingnya kehidupan yang tertib
aman dan nyaman bagi siapa saja.
b. Sebuah bentuk implementasi dari ditandatanganinya nota kesepahaman
antara dinas pendidikan kabupaten bogor dengan polres bogor
dibentuknya satgas pelajar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan atau analisis kebutuhan
d. Mendaftar komonen-komponen/unsur yang perlu dilibatkan didalam
satgas pelajar.
e. Menyusun program satgas pelajar, dan program tindakan yang perlu
dilakukan sesuai dengan peran masing-masing. Misalnya:
1) Polsek mengagendakan setiap awal ajaran baru/awal masuk
sekolah memberikan himbauan ke sekolah-sekolah dengan menjadi
Pembina upacara.
2) Polsek mengagendakan jadwal apel rutin dan terprogram, patroli
keamanan di daerah-daerah yang rawan tawuran dan waktu-waktu
rawan tawuran.
3) Sekolah mengagendakan sweeping barang bawaan siswa secara
tiba-tiba atau mengecek ketika masuk kedalam gerbang.
38
4) Sekolah mendata siswa-siswa, memetakan siswa yang ada indikasi
tawuran kemudian siswa yang bersangkutan untuk selanjutnya
dilakukan pembinaan oleh polsek setempat.
5) Sekolah menyusun program kerja antar sekolah, dalam rangka
silaturahim mempererat hubungan dengan menyelenggarakan
kegiatan bersama yang positif misalnya futsal bersama, bulu
tangkis bersama, pengajian, dan lain-lain.
2. Pengorganisasian Kerjasama
a. Menyusun tim teknis
b. Menyusun job des dan pembagian piket
c. Pembuatan jadwal rapat penyegaran secara rutin
3. Pelaksanaan Kerjasama
Sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat dan diorganisasikan
kerjasama dilaksanakan meliputi beberapa hal yakni menyangkut
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan mulai dari
a. Tindakan pencegahan
b. Tindakan pengawasan
c. Penindakan
4. Pengendalian/Pengawasan/Evaluasi Kerjasama
Evaluasi kerjasama dilaksanakan baik oleh masing-masing pihak
dengan melihat dampak dari dibentuknya satgas pelajar, maupun
dilakukan secara bersama-sama sebagai wujud refleksi tindakan yang telah
dilakukan dengan hasil yang didapatkan. Yakni tawuran bisa di cegah dan
diminimalisir.
39
C. Model faktual penerapan manajemen kerjasama anatar sekolah, orang
tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar
pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor
Model faktual penerapan kerjasama anatara sekolah, orang tua dan
polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar akan
didapatkan hasil yang optimal apabila masing-masing pihak dengan penuh
kesadaran untuk saling mendukung dan bekerjasama, bersinergi dengan
strategi yang tentunya mampu memberikan langkah dana arah gambara yang
logis. Dibawah ini peneliti sajikan gambar model dinamis kerjasama anatara
sekolah, orang tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian
antar pelajar.
SEKOLAH
ORANG TUA
POLSEK
SATGAS PELAJAR
DINAS
PENDIDIKAN POLRES BOGOR
Gambar 1. Model Dinamis Kerjasama
40
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, kasus tawuran
pelajar memiliki beberapa tingkatan, sehingga penanganan yang dilakukan
juga berbeda untuk setiap kasusnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan
perbedaan penangan. Pertama, dapat dilihat dari tingkat kasunya ringan,
sedang atau parah. Kedua, dapat dilihat dari siapa yang menjumpai peristiwa
tawuran, masyarakat, sekolah, atau langsung polsek.
Pada kasus model dinamis diatas hubungan kerjasama bisaterjadi
melibatkan ketiga unsur tersebut yakni Polsek, sekolah dan orang tua bahkan
masyarakat atau lembaga sosial. Kerjasam juga bisa hanya terjadi antara orang
tua dengan polsek, orang tua dengan sekolah, sekolah dengan sekolah, orang
tua dengan orang tua.
Hadirnya satgas pelajar dalam gambar di atas adalah akibat dari
konsekuensi bahwa tawuran merupakan persoalan bersama yang
membutuhkan kerjasama bersama-sama oleh seluruh apparat pemerintah,
apparat keamanan dan masyarakat, maka dinas pendidikan melakukan
kerjasama dengan polres selanjutnya ditindak lanjuti oleh masing-masing
polsek dan sekolah dibentuklah disetiap kecamatan satgas pelajar yang terdiri
dari unsur polisi, sekolah dan masyarakat. Namun, satags pelajar antar
kecamatan, antar polsek juga bekerjasama karena tawuran terkadang terjadi
lingkupnya antar kecamatan, tidak hanya sebatas dalam satu kecamatan saja.
41
Gambar 2. Model faktual manajemen kerjasama antara polsek, sekolah dan
orang tua untuk mencegah dan meminimalisir tawuran pelajar.
Berdasarkan model faktual di atas, tawuran dapat dicegah dan
diminimalisir manakalah masing-masing komponen bekerjasama berperan
dengan komitmen dan spirit yang sama.
Kerjasama yang dibangun oleh Polsek parung dengan sekolah-sekolah
diwilayah parung terbukti mampu mencegah dan meminimalisir tawuran.
Sebagaimana ungkap Kapolsek Parung Bapak Parmin ketika ditemui peneliti
di ruang kerjanya beliau mengatakan bahwa “selama saya ditugaskan disini
tidak menjumpai tawuran yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di wilayah
parung. Adapun tawuran justru pelakunya adalah sekolah-sekolah dari luar
Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian
Analisis Kebutuhan
Penyusunan Program
Program Polsek
Program Orang Tua
Program Sekolah
Menetapkan Program Bersama
Tim yang tergabung di satgas pelajar, sekolah
dengan sekolah
Menyusun Tim Teknis
Pembuatan Job Des,
Distribution Job dan Jadwal Piket, serta pembuatan
jadwal penyegaran secara rutin
Pelaksanaan program sesuai
rencana baik program polsek, sekolah, orang tua
atau program bersama secara
terprogram dan
insidental
Evaluasi dan
Pengawasan
Tawuran Pelajar Dapat Dicegah dan Diminimalisir
Pembentukan SATGAS Pelajar
42
kecamatan parung”. Demikian halnya yang peneliti amati dari tahun-ketahun
sejak 2013 hingga kini 2018 penelitian ini dilakukan tawuran pelajar
diwilayah parung nyaris terdengar di telinga. Adapun tawuran pelajar terjadi
di wilayah parung. Kondisi tersebut tidak terlepas dari peran dari pada seluruh
komponen yang tergabung di dalam satgas pelajar dan masyarakat parung.
43
BAB V
RENCANA DAN TAHAPAN BERIKUTNYA
Kegiatan penelitian ini sudah dilaksanakan, rencana tahapan berikutnya
yang akan kami lakukan adalah pembuatan artikel penelitian dan selanjutnya
untuk kami submit dan diterbitkan ke jurnal ilmiah.
Selain itu, selain jurnal ilmiah, tim peneliti juga telah membuat poster, dan
menyusun buku saku tentang tawuran pelajar sebagai output tambahan penelitian
ini.
43
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen kerjasama yang dibangun oleh polsek, sekolah dan orang
tua dalam baik formal maupun non formal dalam sebuah wadah satgas
pelajar, direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dievaluasi.
Terbukti mampu mencegah dan meminimalisisr tawuran pelajar.
2. Model Faktual manajemen kerjasama yang dibangun merupakan
model yang sudah selayaknya dibentuk, dirawat sampai tidak
ditemukanya gejala akan adanya tawuran atau tawuran pelajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, saran yang dapat diberikan
adalah:
1. Perlu dibangun sebuah mindset bersama bahwa kehidupan yang tertib
aman dan nyaman adalah cita-cita bersama.
2. Bagi POLSEK parung saran yang diberikan kegiatan yang sudah baik
untuk ditingkatkan dan disebarkan agar dapat menjadi contoh bagi
wilayah (sharing knowledge) lain yang mengalami problematika
lingkungan yang hampir sama, sama atau bahkan lebih parah lagi.
44
45
3. Bagi sekolah-sekolah diwilayah parung kerjasama dengan berbagai
pihak sebagai wujud kapabilitasnya sebagai sekolah perlu terus
dilakukan, dijaga dan dirawat.
4. Bagi orang tua tanggung jawab mendidik anak bukan semata-mata
semuanya menjadi beban sekolah, tetapi peran orang tua hendaknya
lebih besar dibandingkan sekolah, sebab berbagai penyimpangan yang
dilakukan siswa terkadang disebabkan karena luputnya perhatian orang
tua terhadap anaknya.
5. Bagi masyarakat, terciptanya kehidupan yang tertib, aman dan nyaman
hendaknya menjadi visi bersama semua masyarakat. Mulai dari
kesadaran diri kemudian disebarkan agar menjadi kesadaran kolektif
bagi seluruh masyarakat.
6. Bagi siswa, jadilah siswa yang berkarakter, berakhlak muliah, dan
STOP tawuran pelajar, karena siswa punya masa depan.
7. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan
untuk penelitian berikutnya misalnya menerjemahkan variabel-variabel
yang ada di dalamnya kemudian dilakukan penelitian dengan metode
kuantitatif atau mix methode.
8. Bagi dinas pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu
media untuk menyampaikan pesan kebaikan (good massage) kepada
seluruh pihak yang berkepentingan bahwa untuk mengatasi maraknya
tawuran pelajar perlu kebersamaan.
46
9. Bagi pemerintah, diperlukan regulasi khususnya dalam penanganan
kasus tawuran pelajar. Bahkan pemerintah perlu menyediakan
anggaran khusus untuk mengatasi persoalan tawuran pelajar.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit
Agung Jaya Surahman, I Gede. 2016. Cegah Kenakalan Remaja Melalui
Pendidikan Karakter. Jurnal Penjamin Mutu Fakultas pada Dharma
Acarya IHDN Denpasar
Anwar, Zainul. 2015. Strategi Penyelesaian Konflik Antar Teman Sebaya Pada
Remaja. Makalah Seminar Psycologi dan Kemanusiaan Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Asmani, Jamal. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah.Yogyakarta
:Buku Bir
Damayanti, Wardyaningrum. 2013. Komunikasi Untuk Penyelesaian Konflik
Dalam Keluarga: Orientasi Percakapan dan Orientasi Kepatuhan.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol 2 No 1 Halaman
47-58
Feryanto, Agung, Hendro Prima Setia dan Aprilia Rachmawati Harjaningrum.
2013. Buku Referensi:Seri Ensiklopedia IPS Materi Ekonomi
Manajemen Volume 7. Klaten: Cempaka Putih
Harold T. Amrine, John A. Ritchey, Oliver S. hulley and Sedyana. 1985.
Manajemen dan Organisasi Produksi (Terjemahan edisi keempat).
Jakarta:Erlangga
Heri Daryono. 2014. Manajemen Kerjasama Antara Sekolah Menengah Kejuruan
dengan Dunia Industri. Jurnal Educational Management.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman, 3(2): 94-98
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta:
Paradigma.
Miles, B Matthew & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data kualitatif (
Terjemahan Teecep Rohendi). Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Oktima, Nurul. 2012. Kamus Ekonomi. Surakarta:PT. Aksarra Sinergi Media
47
48
Septian Bayu Rismanto, dkk. 2012. Model Penyelesaian Tawuran Antar Pelajar
Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Degradasi Moral Pelajar
(Studi Kasus di Kota Blitar-Jawa Timur). Artikel Penelitian.
Universitas Negeri Malang. http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel8397075D9A060ECD40D06CBE
EF533ECD.pd (Diakses Minggi, 3 April 2017 Pukul 18.30 WIB)
Sutomo, dkk. 2007. Manajemen Sekolah. Semarang: UPT Percetakan dan
Penerbitan MKK UNNES PRESS
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.
Wiyanto. 2016. Analisis Penerapan Manajemen Pengetahuan dan Pengetahuan
Berbasis Strategi Untuk Menciptakan Keunggulan Bersaing
Berkelanjutan (STudi Kasus SMK YPUI Parung). Tesis. Program
Pascasarjana Program Studi Manajemen Universitas Pamulang-
Tangerang Selatan.
Internet:
https://m.tempo.co/read/news/2015/04/07/064655897/10-daerah-rawan-tawuran-
pelajar-di-bogor (diakses minggu 3 April 2017 Pukul 18.30 WIB)
http://www.beritasatu.com/aktualitas/246433-parung-darurat-tawuran-pelajar.html
(diakses minggu 3 April 2017 Pukul 18.30 WIB)
https://www.merdeka.com/peristiwa/pelajar-smk-di-parung-tewas-dibacok-usai-
dikeroyok-sekelompok-abg.html (diakses minggu 3 April 2017
Pukul 18.30 WIB)
19
49
LAMPIRAN-LAMPIRAN
50
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No Nama / NIDN Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(jam/minggu) Uraian Tugas
1 Wiyanto,
S.Pd.,M.M. /
0421038903
Universitas
Pamulang
Manajemen 10 jam/minggu Mengkoordinasikan
perihal terkait penelitian
yang akan dilakukan dari
awal hingga akhir
penelitian
Berkoordinasi kepada
pihak tekait (dekan
fakultas ekonomi dan
ketua lembaga penelitian)
serta lokasi penelitian
(polsek parung dan
sekolah)
Medistribusikan tugas
yang harus dilakukan oleh
anggota
Bertanggung jawab atas
penelitian yang dilakukan
dari awal hingga akhir.
2 Bachtiar
Arifudin
Husain,
S.Kom.,M.M.
Universitas
Pamulang Manajemen 8 jam/minggu Membantu ketua dalam
membuat proposal
penelitian.
Membantu ketua dalam
persiapan instrument
penelitian, perlengkapan
penelitian, dan
instrument penunjang.
Membantu ketua dalam
proses pengambilan
data, pengumpulan data,
analisis data,
penyusunan interpretasi
data, dan penyusunan
laporan penelitian
Membantu ketua dalam
penyusunan laporan
akhir penelitian,
publikasi hasil penelitian
dalam seminar nasional/
prosiding.
Turut bertanggung
jawab terhadap hasil
pelaporan penelitian
mulai dari laporan
Lampiran 1
51
harian, laporan
kemajuan, laporan akhir
dan penggunaan
anggaran penelitian
52
BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENGUSUL
1. Ketua Peneliti
A. Identitas Diri
1 Nama Wiyanto, S.Pd.,M.M.
2 Jenis Kelamin Laki-Laki
3 Jabatan Fungsional -
4 NIK 3317122103890002
5 NIDN 0421038903
6 Tempat dan Tanggal Lahir Rembang, 21 Maret 1989
7 Email [email protected]
7 No HP 081289519008
8 Alamat Kantor Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang Barat-Tangerang
Selatan, Banten
9 Mata kuliah yang diampuh 1. Perekonomian Indonesia
2. Pengantar Bisnis
3. Pengantar Hukum Bisnis
4. Kewirausahaan (Interpreneurship)
5. Pendidikan Kewarganegaraan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Negeri Semarang Universitas Pamulang -
Bidang Ilmu Pendidikan Manajemen -
Tahun Masuk –Lulus 2007-2011 2014-2016 -
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Pengelolaan Komplain
(Keluhan) Masyarakat Dalam
Mewujudkan Tata Pamong
Yang Baik (Good Governance)
di Kota Semarang
Analisis Penerapan Manajemen
Pengetahuan dan Pengetahuan
Berbasis Strategi Untuk
Menciptakan Keunggulan
Bersaing Berkelanjutan (Studi
Kasus Pada SMK YPUI Parung)
-
Nama
Pembimbing/Promotor
1. Prof. Dr. Suyahmo, M.Si
2. Drs. Sunarto, S.H., M.Si
1. Dr. Umi Rusilowati, M.M.
2. Dr. Hadi Supratikta, M.M.
-
C. Publikasi Ilmiah
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal
Volume /
Nomor /
tahun
1 Analisis Penerapan Manajemen
Pengetahuan dan Pengetahuan Berbasis
Strategi Untuk Menciptakan Keunggulan
Bersaing Berkelanjutan (Studi Kasus
Pada SMK YPUI Parung)
Proceding Konferensi Riset
Manajemen X “ Akselerasi Daya
Saing Menuju Keunggulan Organisasi
Yang Berkelanjutan” Lombok 20-22
September 2016 (ISSN 2086-0396)
2016
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Lampiran 2
53
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penugasan penelitian
Tangerang, 26 Maret 2017
Ketua Peneliti,
Wiyanto, S.Pd.,M.M. NIDN. 0421038903
54
2. Anggota 1
D. Identitas Diri
1 Nama Bachtiar Arifudin Husein, S.Kom.,M.M.
2 Jenis Kelamin Laki-Laki
3 Jabatan Fungsional -
4 NIK 3674062710900005
5 NIDN 0427109001
6 Tempat dan Tanggal Lahir Jakarta, 27 Oktober 1990
7 Email [email protected]
7 No HP 085775842132
8 Alamat Kantor Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang Barat-Tangerang
Selatan, Banten
9 Mata kuliah yang diampuh 1. Bank dan Lembaga Keuangan lainya
2. Sistem Informasi Manajemen
3. Manajemen Sumber Daya Manusia 1
E. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”
Universitas Pamulang -
Bidang Ilmu Teknik Informatika Manajemen -
Tahun Masuk –Lulus 2008-2013 2014-2016 -
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Aplikasi Pembelajaran Al-
Qur’an Metode Iqra’
Berbasis Multimedia
Pengaruh Diklat dan
Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Di Bank
Negara Indonesia Cabang
Bumi Serpong Damai (BSD)
-
Nama
Pembimbing/Promotor
1. Bambang Warsuta,
S.Kom.,M.TI.
2. Dr. Rasmadi, M.Pd.
3. Dr. Amin K. Efachmi,
S.Pd.,SE.,M.M.
-
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak- sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penugasan penelitian
55
YAYASAN SASMITA JAYA
UNIVERSITAS PAMULANG SK.MENDIKNAS 143/D/0/2006
Jalan Surya Kencana No. 1 Pamulang-Tangerang Selatan Telp 021.741 2566 Fax 7470 9855 TANGERANG SELATAN - BANTEN
SURAT PERNYATAAN KETUA PENGUSUL
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wiyanto, S.Pd.,M.M.
NIDN : 0421038903
Pangkat/Golongan :-
Jabatan Fungsional :-
Dengan ini menyatakan bahwa laporan akhir dengan judul: Model Implementasi
Manajemen Kerjasama Anatara Sekolah, Orang Tua Dan Polsek Untuk
Mencegah Dan Meminimalisir Perkelaihan Antar Pelajar Di Kecamatan
Parung- Kabupaten Bogor.
Yang kami buat dengan skema Penelitian Dosen Pemula (PDP) untuk anggaran
2018 bersifat original dan asli buatan kami sendiri.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,
maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penugasan yang sudah diterima ke Kas Negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Mengetahui, Tangerang, 31 Oktober 2018
Ketua LP/LPPM Ketua Peneliti,
Ali Maddinsyah, SE.,M.M. Wiyanto, S.Pd.,M.M.
NIDN. 0417067101 NIDN. 042103890
Lampiran 3
56
Indep Interview
31/05/2018
Pewawancara: Wiyanto, S.Pd.,M.M.
Yang Di Wawancarai :
1. Tasripin, SS. (BK SMK YPUI Parung)
2. M. Fikri Zulfikar, S.Pd. (Kesiswaan SMK YPUI Parung)
Wiyanto : Bagaimana kondisi pendidikan di wilayah parung?
Tasripin : “kalua skopnya wilayah kabupaten bogor kita banyak SMK. jadi
mungkin lebih kepada sudut pandang segmen SMK saja. untuk SMK kita tahu di
kabupaten bogornomor satu di Indonesia dari jumlah SMK
terbanyak.meskipunnkita juga tahu lulusan SMK menyumbang pengangguran
terbanyak, ini menjadi cerminan kita bersama sebagai salah satu nya, saya
pribadi tidak bisa lepas tanggung jawab juga makanya sumbangsih, sebisa
mungkin saya pribadi dan mudah-mudahan teman-teman juga ikut mencari solusi
bersama. solusi yang paling mungkin sebenarnya parung diuntungkan dengan
sangat dekat dengan Tangerang selatan yang merpakan salah satu basis
perusahaan-perusahaan atau dunia industri disana banyak. diparungpun
sbenarnya lumayan. tapi tak tahu kenapa masih jadi PR kita, lulusan-lulusan kita
belum sepenuhnya terserap. mudah-mudahan bisa jadi introspeksi kita untuk
nanti apa yang kita ajarkan bisa bermanfaat di dunia kerja. itu salah satu
kuncinya adalah lebih banyak bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan
sekitar, tetapi tidak hanya sekitar parung sebenarnya, karena Tangerang selatan
bagus juga ya, mungkin dari sudut pandang saya kedepanya tidak hanya disektor
industri yang memang ada di kawasan parung, tetapi parung sendiri ingin
menjadikan sebagai kota minipolitan mudah-mudahan bisa lebih banyak
menyerap tenaga kerja lulusan SMK. itu pak wi pandangan saya.”
Wiyanto : Bagaimana dengan pandangan Pak Fikri? Pendidikan di
lingkungan kita seperti apa sih?
Fikri Zulfikar : “khusus di SMK YPUI, tujuan pokok sMK SDM lulusan
SMK diarahkan ketika merka lulus masuk ke dunia kerja. pasalnya ketika mereka
lulus SMK masih dipandang belum maksimal , kita pahami bersama pahwa,
pendidikan itu meski dibantu dengan BOS dan saat ini kita lihat dari antropologi
dan ekonomi, mayoritas siswa-siswa yang SMK kita buka kalangan atas juga
bukan bawah, SMK itu sendiri kegiatanya lebih kepada 70 %praktik, 30% teori
dan yang ada saat ini disekolah kita belum mengacu sesuai dengan kurikulum
bahwa praktik itu 70%. kita lihat dari kegiatan prakerin yang seharusnya 4 bulan
kita masih 2 bulan seperti itu. dan luar biasa ada beberapa titik di SMK diradius
wilayah parung saja, ciseeng, putat nutug sekita ada 15 SMK dan mayoritas
kebanyakan mereka adalah pemasaran dan akuntansi, dan AP jadi perlu adanya
jurusan-jurusan yang lebih kompetitif lagi yang sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja seperti otomotif lah saat ini luar biasa mereka bisa lebih kmpetitif. kemudia
jurusan-jurusan TKR dan seterusnya. itu tentang pendidikan di kita Pak wi”.
Lampiran 4
57
Wiyanto : kalau kita melihat radius sekolah kita berdekatan baik itu tingkat
SMP maupun tingkat SMK seberapa sering tawuran dilingungan kita kalua dari
kaca mata Pak Ipin?
Tasripin : “kalua semenjak saya disini.”
Wiyanto : Pak ipin mulai disini?
Tasripin : “tahun 2016, kurang lebih dua tahun.”
Wiyanto : sering tidak tawuran terjadi?
Tasripin : “kalua selama 2 tahun yang saya tangani karena berkaitan
dengan tugas kita adalah satu dua tiga Mr. Wi. tiga kali. yang sampai di POLSEK
satu, alhamdulillah sih ada proses mediaasi sehingga ada proses pencabutan
kasus. dan kalua yang melibatkan sekolah lain sih lebih dari empat kali Mr. ya.
maksudnya bukan sekolah kita ya, sekolah yang lainya. ini memang menjadi PR
besar meski memang ada satgas pelajar disana, ada kesiswaan, dan ternyata
kalua kacamata saya dan ini coba diterapkan oleh teman-teman di YPUI juga
menurun drastic memang secara kenakalan dan sebagainya ternyata efeknya
adalaha dari penanaman nilai-nilai spiritual, ternyata pengaruhnya luar biasa
dan yang kedua memang saat sekolah itu kegiatanya padat anak-anak sangat
jauh dari tawuran. contoh tidak aka nada cerita, sekolah dwi warna pernah
tawuran, madania tawuran, karena kuncinya mengalihkan pola piker anak ke hal-
hal, menyalurkanya ke hal-hal positif, agar semakin sedikit hal-hal yang negative
yang akan dilakukan. itu mungkin hal kunci utama. tawuran kalua menurut saya
pribadi berkurang untuk sekolah saya, dan mudah-mudahan cakupan lebih luas
bisaberkurang, dikabupaten bogor, lebih banyak kegiatan spiritual, pendekatan
yang kesekolah, lebih banyak ke hal-hal yang positif di siswa, itu Pakwi.”
Wiyanto : pak ipin, saya pertegas, berapa kasus selama pak ipin menjadi BK
disini?
Tasripin : “kalua yang saya tangani.”
Wiyanto : mulai dari kasus ringan sampai berat ke polsek itu ada berapa,
kira-kira berapa?
Tasripin : “empat kali.”
Wiyanto : empat kasus?
Tasripin : “ya, sampai ke polsek satu.”
Wiyanto : 1 ke POLSEK, yang 3 mediasi keluarga dan sekolah.
Tasripin : “ya 1 polsek 3 keluarga dan sekolah”
Wiyanto : 4 kali tawuran, rata-rata faktor penyebabnya apa?
Tasripin : “sepele sih, ternyata, ejek-ejekan di jalan, tidak terima, tidak ada
masalah yang memang terlalu besar, yg sempat kita tangani dari keempat itu
adalah penghadangan, kemudia ada yang merasa diejek di jalan, kasus yang
kedua lagi sama, istilahnya beda seragam, ternyata ia satu kampong, tapi
ternyata karena mereka sudah beda seragam membuat mereka merasa menjadi
58
musuh. tapi alhamdulillah mereka belum sampai tingkat yang mematikan ya. baru
ancam-ancaman dan tidak tercapai sampai mereka adu jotos atau tawuran.”
Wiyanto : biasanya yang dilakukan sekolah dalam penanganan kasus
tawuran itu apa saja sih?
Tasripin : “yang pasti prefentif, yang pertama pasti ada culture ada budaya
yang pasti kalua ada anak berkeliaran di jam aktif sekolah dan memakai seragam
sekolah sangat rawan nongkrong dan sebagainya. makanya tindakan prefentif
yang kita lakukan salah satunya haram hukumnya anak-anak ypui untuk
nongkrong dan itu pengaruhnya ternyata luar biasa. salah satu tindakan awal
mereka melakukan tawuran biasanya diawali dengan mereka melakukan
nongkrong. yang kedua menghindari sebisa mungkin menggunakan atribut
sekolah pada saat diluar jam sekolah. yang ketiga penindakan tegas kepada para
siswa yang memang melanggar dan itu terbukti efektif meskipun tidk bagus
mengeluarkan anak saat memang sudah tidak bisa lagi jalan satu-satunya ya
mereka kita kembalika ke orang tua, saya kira juga orang tua tahu memilih
sekolah yangmemang tidak terjadi tawuran dan sebagainya. adapun tindakan
tegas dari pihak sekolah, pihak keluarga dan pihak kepolisian dan adanya
kerjasama dari pihak sekolah itu Pak Wi.”
Wiyanto : berarti ada kerjasama baik formal maupun non formal antara
orang tua, sekolah dan POLSEK selaku apparat setempat.
Tasripin : diharapkan adanya kepedulian masyarakat pada saat melihat
akan adanya tawuran itu bisa menjadi pemecahan masalah yang bagus untuk
tawuran.
Wiyanto : kalau sekolah mendengar ada siswa tawuran, langkah yang harus
diambil seperti apa, hingga akhirnya diputuskan ini cukup sekolah yang
menangani, ini harus melibatkan orang tua, serta ini harus melibatkan polsek.
Tasripin : yang pasti kita kroscek terlebih dahulu, ketempat kejadian, betul
nggak ini terjadi tawuran, ketika memang terjadi kita analisa bareng-bareng tim
melibatkan satgas pelajar, kesiswaan, kepala sekolah dan sebagainya untuk
mengambil langkah selanjutnya. yang pasti kalua luka kita antarkan ke
pengobatan terdekat, rumah sakit atau puskesmas terdekat, baru nanti akan kita
tindak lanjuti apakah berdasarkan luka atau kejadianya itu bisa kita ambil
tindakan langsung ke polsek. Tapi yang pasti kita awali dahulu dengan mediasi ,
kalua memang mediasi tidak mempan, maka langkah selanjutnya masuk ke antar
sekolah , kalua antar sekolah tidak ada titi temu berarti akan melibatkan pihak
kepolisian.
Wiyanto : tapi tentunya lihat kasus terlebih dahulu ada nggak kasus tanpa
mediasi langsung ke polsek.
Tasripin : kalua yang sudah pernah saya tangani, kalua langsung ke polsek
karena memang ada ktidak terimaan dari pihak keluarga. karena memang luka
yang diderita anak sangat membahayakan. saat itu dibagian kepala, saya dengan
bidang kesiswaan menanganai itu, memang luar biasa secara biaya, waktu, jika
sudah berhubungan dengan kepolisian sudah luar biasa besar. dan disahkan dari
pihak keluarga, tetapi dari pihak sekolah menyarankan untuk mediasi terlebih
59
dahulu dengan pihak pelaku, ibu kita mediasi terlebih dahulu dengan pihak
sekolah, ternyata pihak orang tua belum puas kalua hanya dilevel pelaku,
keluarga dan sekolah, tapi pihak keluarga ingin adanya pembelajaran agar tidak
ada kasus dikemudian hari ada kasus-kasus yang sama seperti itu. akhirnya
sebagai pembelajaranya sampai ditingkat kepolisian, meskipun ujungnya sampai
ditingkat kepolisian, kita tangani kasus itu terhenti di pencabutan kasus karena
ada penggantian pengobatan, belum sampai pada pengadilan.
Wiyanto : kalua lihat tadi ada kerjasama antara sekolah, orang tua dan
polsek. apakah kerjasama yang dibangun direncanakan terlebih dahulu atau
spontan saja karena kepedulian bersama, atau diselesaikan bersama atau apakah
sudah ada planning sebelumnya.
Tasripin : itu sudah menjadi SOP tidak hanya program wajib sekolah yang
memang harus menggandeng satgas pelajar atau polsek terdekat tetapi itu sudah
jadi SOP kepolisian yang mengharuskan mereka harus bekerjasama dengan
pihak sekolah, . apakah itu spontanitas atau tdk karena itu sudah memang sudah
menjadi SOP dari kedua bela pihak, baik dari pihak sekolah maupun dari pihak
kepolisian. kalua pihak sekolah memiliki keinginan untuk menjaga siswa-
siswinya, dari tindakan kejahatan dan sebagainya dan ada edukasi tentang,
bahwa kalua siswa melanggar hokum maka dari pihak kepolisian yang pasti akan
menurunkan tingkat keakalan remaja. maka dua-duanya ketemu maka terjalinya
kerjasama yang harmonis antara pihak sekolah dengan pihak kepolisian. dalam
hal ini pihak YPUI dengan pihak kepolisian.
Wiyanto : Rencana itu berarti ada yang terprogram.
Tasripin : Betul
Wiyanto : berarti kalua yang tidak terprogram lihat kasusnya.
Tasripin : ya.
Wiyanto : kalua ada kasus dadakan, karena tawuran ini kan tidak bisa kita
prediksikan, tanggal sekian ada tawuran, terkadang musiman.
Tasripin : betul
Wiyanto : berarti ada tindakan yang terprogram antara pihak sekolah
maupun, polsek. bagaimana kerjasama itu diorganisasikan Pak Ipin? sehingga bisa
lebih harmonis, masing-masing pihak sekolah, orang tua, polsek juga memiliki
peran.
Tasripin : kerjasama yang harmonis akan tercipta saat ada maintenance
untuk menjaga keharmonisan itu. pihak sekolah lakukan yang pasti event-event
yang berhubungan dengan anak contoh misalkan MPLS misalkan ada suatu
kegiatan yang melibatkan pihak kepolisian akan memberikan materi tentang
keselamatan berlalu lintas, plus biasanya akan ditambahkan dengan kenakalan
remaja. plus ada MPLS ada LDKS, dan beberapa program-program yang lain.
kalua kepolisian sama biasanya mereka pada saat moment-moment rawan
terjadinya tawuran contoh misalkan momen kenaikan kelas, momen kelulusan,
momen setelah ujian kenaikan kelas, maka polisi akan selalu hadir berkomunikasi
bersama-sama melakukan tindakan preventif.
60
Wiyanto : pak fikri di YPUI sudah lama, kalua melihat dari tahun ketahun
kenalan remaja khususnya di YPUI gradenya naik atau turun. semakin tahun.
Fikri : sepanjang saya berada di lembaga ini alhamdulillah seperti yang
telah disampaikan oleh pak tasripin dengan program-program yang terencana
terkait dengan penanggulangan kenakalan remaja kaitanya dengan tawuran
pelajar ini sangat menurun. dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. bahkan
setiap hari sabtu itu sering terjadi tawuran. luar biasa pihak kepolisian
menggandeng seluruh SMk yang ada di wilayah parung ciseeng bekerjasama
membentuk satgas pelajar dan dipihak sekolah kami juga membuat tata tertib
dipertegas dengan sangsi yang disitu tujuanya yaitu untuk mempersempit
terjadinya tawuran. kemudian juga kita menggandeng dengan beberapa sekolah
untuk kegiatan-kegiatan turnamen futsal antar sekolah, dengan turnamen itu
terjadilah silaturahim. dengan silaturahim itu kita coba akan hilangkan adalah
merubah mindset dimasing-masing pelajar bahwa sekolah A dengan sekolah B
sahabat, dengan sekolah C lawan ini yang akan memicu terjadinya tawuran. dan
yang saya apa namanya gambaranya terjadi penurunan signifikan bahkan satu
semsetr ini tidak terjadi tawuran.
Wiyanto : sejak tahun berapa dibentuk satgas pelajar, dengan adanya satgas
pelajar yang diebntuk satgas pelajar dengan melibatkan masyarakat apakah sangat
efektif dalam rangka untk mencegah dan meminimalisir perkelahian antar pelajar.
Tasripin : sangat efektif.
Wiyanto : dirasakan sekolah manfaatnya.
Tasripin : karena ini semua merasakan manfaatnya semua pihak
bertanggung jawab untuk hal-hal seperti ini.
Fikri : ya satgas pelajar merupakan sayap terkecil sekolah yang masuk
ke unit-unit sekolah, sangat efektif.
Fikri : sangat konkrit contoh pada saat momen rawan pada saat selesai
pengumuman, satgas pelajar langsung menuju titik-titik yang dianggap rawan,
dan itu bikin pelajar berfikir berulang kali untuk melakukan tawuran, karena
satgas pelajar punya wewenang untuk menagkap sampai membawa pelajar itu ke
polsek terdekat, itu ternyata itu menunjukkan peran penting hadirnya satgas
pelajar.
Wiyanto : saran dengan hadirnya satgas pelajar
Tasripin : karena ada manfaatnya , maka sebaiknya ada apresiasi baik dari
pihak sekolah atau kepolisian agar tidak terjadi tawuran. karena memang tidak
mudah mengamankan sekolah, tanpa mereka ada akomodasi baik itu bensin.
perlu ada perhatian lebih. sykur-sykur dari pemda ada perhatian dengan adanya
stgas pelajar terbantu banget .at memberikan bantuan ntah operasional ata
aprsiasi agar tetap istikomah, bisa rutin, membantu dalam mengatasi tawuran
pelajar menjaga ketertiban sekolah.
Fikri : tidak berbeda dengan pak tasripin. luar biasa menagkap perilaku
tawuran ini resikonya bisa nyawa, pasti butuh transport dsbg mudah-mudahan
kedepan ini dari sekolah /kepolisian ada apresiasi lebih baik lagi.
61
Tasripin : sedikit informs kalua gak salah ada transport 3 bulan satu kali.
mudah-mudahan kedepan lebih baik lagi dan tepat waktu. ……..
62
DOKUMENTASI
Foto Peneliti Bersama Polisi dari Sektor parung Usai Memberikan Materi
Kenakalan Remaja (tertib berlalulintas, tawuran pelajar dan narkoba)
Lampiran 5
1
Draft Artikel Ilmiah
MANAGEMENT IMPELEMNTATION MODEL OF COOPERATION
TO PREVENT AND MINIMIZE THE FIGHT OF STUDENTS
IN PARUNG SUB DISTRIC-BOGOR REGENCY
MODEL IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA
UNTUK MENCEGAH DAN MEMINIMALISIR PERKELAIHAN
ANTAR PELAJAR DI KECAMATAN PARUNG - KABUPATEN BOGOR
Wiyanto¹ dan Bachtiar Arifudin Husain²
ABSTRAK. Perkelahian antar pelajar merupakan suatu realita (nyata)
terjadinya degradasi moral (merosotnya karakter) bagi generasi penerus
bangsa Indonesia. Perkelaihan antar pelajar di Kabupaten Bogor sudah
menjadi isu yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Jalinan kerjasama
antar berbagai pihak untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya
perkelahian antar pelajar sangat diperlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui proses dan model faktual penerapan manajemen kerjasama antara
sekolah, orang tua dan polsek untuk mencegah dan meminimalisir perkelahian
antar pelajar di Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indep
interview), observasi dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data
digunakan teknik triangulasi. Analisis data dilakukan melalui empat tahapan
yakni (1) pengumpulan data; (2) Reduksi data; (3) penyajian data dan (4)
verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Manajemen kerjasama yang dibangun oleh polsek, sekolah dan orang tua
dalam bentuk formal maupun non formal dengan sebuah wadah bernama
satgas pelajar. Kerjasama yang dibangun direncanakan, diorganisasikan,
dilaksanakan dan dievaluasi. Hadirnya satgas pelajar terbukti mampu
mencegah dan meminimalisisr tawuran pelajar. Model faktual manajemen
kerjasama dapat dijadikan rujukan setiap daerah untuk mengatasi tawuran
pelajar.
Kata Kunci: Manajemen Kerjasama, Tawuran Pelajar, POLSEK, Sekolah,
Orang Tua
Lampiran 6
¹ ² Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang
2
2
Abstract. Fighting between students is a reality of occurrence of moral degradation
or declining character for nect generation of the Indonesian people. Examination
between students in bogor regency has become a familiar issu in the ears of the
community. The collaboration between various parties to prevent and minimize the
occurrence of fights between students is needed. The purpose of this study was to
find out the factual processes and models for the implementation of collaborative
management between schools, parents and police to prevent and minimize fights
between students in Parung District, Bogor Regency. The method used in this study
is qualitative. Data collection techniques used in this study were in-depth interview,
observation and documentation. To test the validity of the data, triangulation
techniques are used. Data analysis was carried out through four stages, namely (1)
data collection; (2) data reduction; (3) data presentation; and (4) verification and
conclusion. The results of the study showed that the management of cooperation was
built by the police, schools and parents in both formal and non-formal forms with a
container called the student task force. Colaboration built is planned, organized,
implemented and evaluated. The presence of the student task force proved to be able
to prevent and minimize students brawls. The factual model of cooperative
management can be used as a reference for each region to overcame students brawls.
Keywords: Cooperation Management, Student Fighting, POLSEK, School, Parents
PENDAHULUAN
Remaja atau pelajar adalah
generasi penerus bangsa yang akan
meneruskan estafet pembangunan
nasional (I Gede Agung Sanjaya
Suryawan, 2016:64). Remaja
merupakan masa yang sarat akan
konflik (Zainul Anwar, 2015:475). Bagi
sebagian remaja masa tersebut sering
menuai persoalan. Baik persoalan
(konflik) pribadi maupun kaitanya
dengan pergaulan dengan orang lain
yang ada di lingkunganya.
Remaja juga merupakan suatu
tahapan pertumbuhan dan
perkembangan dalam siklus hidup
manusia. Masa remaja dimulai dari
membangun jati diri untuk
menunjukkan eksistensinya, memiliki
kehendak bebas (Freewill untuk
memilih), memegang teguh prinsip, dan
mengembangkan kapasitasnya (Asmani,
2012:14). Melalui eksistensi yang
dimiliki dan sedang dibangun, serta
dengan kehendak bebas hampir seluruh
waktu usia remaja digunakan untuk
berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Berinteraksi dengan orang
tua, guru, teman, dan lainya. Oleh
karena itu, usia remaja merupakan usia
dimana memiliki dorongan pergaulan
yang sangat dinamis, sehingga masa
3
remaja mudah untuk terpengaruh
dengan lingkungan sekitarnya. Jika
lingkungan tempat tinggal dan bergaul
remaja positif, maka mereka akan
terdorong untuk berkembang kearah
positif. Begitu juga sebaliknya. Jika
lingkungan tempat tinggal dan bergaul
negatif maka ia juga akan dengan
mudahnya terjerumus kepada hal yang
negatif.
Keluarga didefinisikan sebagai
jaringan orang-orang yang berbagi
kehidupan mereka dalam jangka waktu
yang lama, yang terikat oleh
perkawinan, darah, atau komitmen, legal
atau tidak, yang menganggap diri
mereka sebagai keluarga, dan yang
berbagi pengharapan-pengharapan masa
depan mengenai hubungan yang
berkaitan (Galvin dan Bromel dalam
Damayanti, 2013:49).
Keluarga juga merupakan
lingkungan pertama kali yang dapat
merubah pertumbuhan dan
perkembangan anak-sejak lahir.
Keluarga merupakan unit masyarakat
terkecil sebagai tempat dimana
kehidupan seorang individu dimulai dan
paling banyak menghabiskan masa
hidup. Keluarga yang seyogyanya
menjadi tempat yang paling utama bagi
setiap individu untuk beranung bukan
hanya secara fisik dan namun juga
psikologis (Damayanti 2013:48). Baru
kemudian lingkungan masyarakat,
lingkungan sekolah dan lain-lain. Peran
orang tua dalam pendidikan anak
diantaranya adalah menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif
dirumah, ikut mengawasi kegiatan
belajar anaknya mulai berangkat
kesekolah, mengontrol belajar anaknya
disekolah hingga pulang ke rumah.
Dengan harapan anaknya dapat belajar
dengan baik dan dapat meningkatkan
prestasi anaknya.
Sudah tidak dapat dipungkiri
bahwa pendidikan merupakan titik
sentral dalam mengembangkan sumber
daya manusia. Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menumbuh kembangkan
potensi sumber daya manusia melalui
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tujuan
pendidikan adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis
termasuk sekolah bertanggung jawab.
Sekolah memegang peranan sentral
untuk mewujudkan tujuan nasional
tersebut.
4
Ketertbian dan kemanan
dilingkungan masyarakat diemban oleh
polisi. Karena polisi yang memegang
amanah untuk hal itu yakni untuk
menciptakan ketertiban dan keamanan
masyarakat. Misalnya memberikan
himbauan keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran dalam berlalu
lintas, dan lain-lain.
Perkelahian antar pelajar
merupakan suatu realita (nyata)
terjadinya degradasi moral (merosotnya
karakter) bagi generasi penerus bangsa
Indonesia. Perkelaihan antar pelajar di
Kabupaten Bogor sudah menjadi isu
yang tidak asing lagi ditelinga
masyarakat. Begitu juga media masa,
liputan terkait perkelahian antar pelajar
juga selalu mewarnai laman beritanya
baik di media cetak maupun online.
Beberapa perkelahian antar
pelajar yang terjadi dan yang tidak di
masukkan di media masa juga kerap
terjadi. Pernyataan tersebut sesuai
dengan pengalaman pribadi peneliti.
Bahkan dalam benak peneliti pribadi
muncul pemikiran, polisi jaman dahulu
yang biasa ditangkap adalah pelaku
perjudian, pencurian, pembunuhan yang
notabene orang-orang yang sudah tidak
sekolah. Saat ini justru berbalik, yang
ditangkap polisi adalah anak-anak
sekolahan. Di Kecamatan Parung
misalnya, Polsek Parung tidak jarang
datang kesekolah-sekolah untuk
menjemput siswa-siswa yang terlibat
dalam kasus tawuran. Baik itu siswa
SMP maupun siswa SMK.
Perkelahian antar pelajar di
Kecamatan Parung merupakan bentuk
dari konflik terbuka dan bukan perilaku
individu tetapi kelompok. Tidak jarang
yang tidak memakan korban, mulai
korban luka ringan, luka berat sampai
pada nyawa melayang.
Faktor yang menyebabkan
perkelahian antar pelajar di Kecamatan
Parung juga bermacam-macam mulai
dari adanya nilai permusuhan dan
perilaku bermusuhan dalam diri
kelompok yang bertikai dan
direproduksi setiap tahun oleh para
seniornya. Sehingga mendorong
munculnya perkelahian antar pelajar
yang berkelanjutan, hamper setiap
tahunya.
Oleh karena itu, jalinan
kerjasama antar berbagai pihak untuk
untuk mencegah dan meminimalisir
terjadinya perkelahian antar pelajar
sangat diperlukan. Kerjasama itu dapat
dijalin antara sekolah, orang tua,
masyarakat dan polsek setempat.
Istilah kerjasama berasal dari
dua kata, yaitu memorandum dan
understanding. Secara gramatikal,
5
memorandum of understanding
diartikan sebagai nota kesepahaman
(Heri Daryono, 2014:94). Sedangkan
kata manajemen menurut kamus
ekonomi adalah ilmu dan seni dalam
perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan,
penyusunan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Nurul Oktima, 2012:183). Manajemen
merupakan subyek yang sangat penting
(Wardahana, 2007:8). Manajemen
adalah suatu proses baik dalam tataran
pikir maupun praktis secara individu
untuk memimpin dirinya maupun
kolektif untuk dirinya dan orang lain,
memberikan bimbingan, serta
mengarahkan orang-orang dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (Wiyanto,
2016:35). Sejalan dengan definisi
tersebut, Oey Liang Lee (Ekonom dari
Indonesia) dalam (Agung Feryanto,
2013:2) mengartikan manajemen adalah
ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan, dan pengawasan sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Berdasarkan
definisi tersebut nampaknya manajemen
ditinjau dari proses, kolektifitas orang,
ilmu, dan seni serta profesi. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa manajemen kerjasama adalah
impelemntasi teori manajemen dalam
bidang kerjasama.
Kerjasama antara sekolah, orang
tua, dan polsek setempat sangat penting
untuk dilakukan khususnya terkait
perkelaihan antar pelajar. Mengingat
persoalan pekelahian antar pelajar ini
adalah persoalan serius dan pelik, serta
sudah masuk pada ranah kriminal. Maka
diperlukan langkah-langkah dan strategi
khusus antara sekolah, orang tua dan
polsek setempat. Kerjasama itu tidak
hanya dilakukan dalam bentuk
nonformal saja, akan tetapi juga formal.
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui proses dan model faktual
penerapan manajemen kerjasama antara
sekolah, orang tua dan polsek untuk
mencegah dan meminimalisir
perkelahian antar pelajar di Kecamatan
Parung-Kabupaten Bogor.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian dilakukan hingga akhir 2018.
Sumber data diperoleh dari: (1)
informan sekolah, wali murid, dan
polsek, serta dari peneliti sendiri sebagai
informan kunci; (2) proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan kerjasama antara sekolah,
6
orang tua dan polsek. Teknik
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam (indep interview), observasi
dan dokumentasi. Untuk menguji
keabsahan data digunakan teknik
triangulasi. Analisis data dilakukan
melalui empat tahapan yakni (1)
pengumpulan data; (2) Reduksi data; (3)
penyajian data dan (4) verifikasi dan
penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses manajemen kerjasama antara
sekolah, orang tua dan polsek untuk
mencegah dan meminimalisir
perkelahian antar pelajar di
Kecamatan Parung-Kabupaten Bogor
Persoalan tawuran pelajar yang
kerap kali terjadi di kecamatan Parung-
Bogor mendorong seluruh elemen atau
stakehoulder bersama-sama untuk ikut
andil dalam mengatasi persoalan
tersebut. Tawuran pelajar merupaka
tidakan yang sangat membahayakan
baik pelaku tawuran maupun warga
masyarakat. Karena tawuran pelajar
dipandang sebagai tindakan yang sangat
meresahkan dan mengancam ketertiban
dan keamanan di masyarakat. Semenjak
peneliti berada di kecamatan parung
sejak 2013 hingga sekarang, melihat
tawuran pelajar di Kecamatan Parung
layak mendapatkan perhatian yang
sangat serius. Karena tawuran pelajar
seolah menjadi sebuah tradisi musiman,
sebuah ajang bagi anak muda untuk
menunjukkan eksistensi dan mencari
pengakuan diantara sesamanya.
Tawuran pelajar merupakan tindakan
kejahatan yang sangat menbahayakan
bagi nyawa manusia. Karena tawuran
pelajar tidak jarang sampai dengan
menewaskan korban.
Tawuran pelajar merupakan
sebuah kejahatan karena mengandung
unsur-unsur dengan perbuatan-
perbuatan yang memiliki sifat
diantaranya; dilakukan secara sengaja
atau tidak sengaja, merugikan
masyarakat karena mengganggu
ketentraman masyarakat, melanggar
hukum pidana serta diancam hukuman
oleh negara misalnya dapat kita lihat
dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Pasal 338 “barang
siapa dengan sengaja merampas nyawa
orang lain….” (pasal tersebut tentang
pembunuhan).
Dalam persfektif sosiologis
dapat kita cermati bahwa tawuran
pelajar merupaka sebuah kejahatan
karena merupakan perbuatan yang dapat
dianggap sebagai tindakan anti sosial
(karena ia hanya social terhadap
komunitasnya. tetapi,
mengesampingkan komunitas lain),
7
amoral (karena tidak jarang yang harus
adu cemoohan, adu senjata tajam, duel
dan menghilangkan nyawa manusia),
tidak dikehendaki oleh masyarakat, serta
harus ditentang.
Jika kita lihat dari persfektif
psikologis, tawuran pelajar merupakan
sebuah perbuatan yang abnormal yang
merupakan cerminan perilaku siswa
yang terdidik yang dimana perilaku itu
berkaitan dengan kejiwaan individu
yang dianggap tidak selaras dengan
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
ada di masyarakat. Secara psikologis
tawuran pelajar lebih disebabkan oleh
faktor kejiwaan. Aspek kejiwaan yang
tidak sehatlah yang menyebabkan
terjadinya tawuran pelajar. Aspek
kejiwaan itu dapat kita identifikasi
menjadi tiga hal. Pertama, episodic
criminal, yakni pelajar melakukan
tawuran disebabkan oleh dorongan
emosi yang mendadak dan tidak
terkendali. Pada kasus ini yang sering
terjadi adalah disebabkan oleh faktor
ejek-ejekan yang tidak terima.
Kedua, mental abnormal
criminals yakni disebabkan oleh jiwa
abnormal pelaku tawuran. Misalnya ia
akan merasa bangga dan puas
manakalah menang dalam tawuran.
Kondisi abnormal terbentuk tidak sesaat
merupakan hasil akumulasi dari tahun-
tahun sebelumnya yang didominasi dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
sosial dimana pelajar bergaul di
masyarakat dan teman mainya. Ketiga
adalah non malicious criminals, yakni
pelajar melakukan tawuran tetapi
menurut persfektif pelaku bukan
merupakan perbuatan criminal atau
kejahatan. Hal ini biasanya disebabkan
oleh pemahaman pelajar yang kurang
terkait tindakan-tindakan yang tergolong
criminal dan merugikan masyarakat.
Pemahaman yang benar perlu diberikan
kepada pelajar terkait tindakan yang
dilakukan itu boleh atau tidak boleh
serta konsekuensi apa yang akan
didapatkan. Bahkan tawuran pelajar ini
sudah dapat dikatakan sebagai habitual
criminal sudah menjadi kebiasaan yang
dilakukan berulang ulang. Tawuran
pelajar ini kerap kali terjadi pada awal
tahun ajaran baru, akhir tahun ajaran
menejelang kelulusan, bahkan setiap
bulan, hanya saja ganti-ganti lokasi.
Misalnya saja kejadian yang terjadi di
sepanjang 2018 ini dimedia masa
banyak berita tawuran pelajar yang
sampai memakan korban nyawa.
Berikut kerjasama anatara antara
sekolah, orang tua dan polsek untuk
mencegah dan meminimalisir
perkelahian antar pelajar di Kecamatan
8
Parung-Kabupaten Bogor dalam sebuah
wadah satgas pelajar.
Perencanaan Kerjasama
Proses kerjasama diawali dari
adanya kehendak bersama untuk
menciptakan lingkungan yang tertib,
aman dan nyaman bagi siapa saja yang
berada di wilayah parung. Perencanaan
kerjasama dilakukan melalui beberapa
tahapan:
a. Membangun kesamaan persepsi
pentingnya kehidupan yang tertib
aman dan nyaman bagi siapa saja.
b. Sebuah bentuk implementasi dari
ditandatanganinya nota
kesepahaman antara dinas
pendidikan kabupaten bogor dengan
polres bogor dibentuknya satgas
pelajar.
c. Mengidentifikasi kebutuhan atau
analisis kebutuhan
d. Mendaftar komonen-
komponen/unsur yang perlu
dilibatkan didalam satgas pelajar.
e. Menyusun program satgas pelajar,
dan program tindakan yang perlu
dilakukan sesuai dengan peran
masing-masing. Misalnya:
1) Polsek mengagendakan setiap
awal ajaran baru/awal masuk
sekolah memberikan himbauan
ke sekolah-sekolah dengan
menjadi Pembina upacara.
2) Polsek mengagendakan jadwal
apel rutin dan terprogram, patroli
keamanan di daerah-daerah yang
rawan tawuran dan waktu-waktu
rawan tawuran.
3) Sekolah mengagendakan
sweeping barang bawaan siswa
secara tiba-tiba atau mengecek
ketika masuk kedalam gerbang.
4) Sekolah mendata siswa-siswa,
memetakan siswa yang ada
indikasi tawuran kemudian siswa
yang bersangkutan untuk
selanjutnya dilakukan
pembinaan oleh polsek setempat.
5) Sekolah menyusun program
kerja antar sekolah, dalam
rangka silaturahim mempererat
hubungan dengan
menyelenggarakan kegiatan
bersama yang positif misalnya
futsal bersama, bulu tangkis
bersama, pengajian, dan lain-
lain.
Pengorganisasian Kerjasama
a. Menyusun tim teknis
b. Menyusun job des dan pembagian
piket
c. Pembuatan jadwal rapat penyegaran
secara rutin
Pelaksanaan Kerjasama
9
Sesuai dengan perencanaan yang
sudah dibuat dan diorganisasikan
kerjasama dilaksanakan meliputi
beberapa hal yakni menyangkut
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan
mulai dari
a. Tindakan pencegahan
b. Tindakan pengawasan
c. Penindakan
Pengendalian/Pengawasan / Evaluasi
Kerjasama
Evaluasi kerjasama dilaksanakan
baik oleh masing-masing pihak dengan
melihat dampak dari dibentuknya satgas
pelajar, maupun dilakukan secara
bersama-sama sebagai wujud refleksi
tindakan yang telah dilakukan dengan
hasil yang didapatkan. Yakni tawuran
bisa di cegah dan diminimalisir.
Model faktual penerapan manajemen
kerjasama anatar sekolah, orang tua
dan polsek untuk mencegah dan
meminimalisir perkelahian antar
pelajar di Kecamatan Parung-
Kabupaten Bogor
Model faktual penerapan
kerjasama anatara sekolah, orang tua
dan polsek untuk mencegah dan
meminimalisir perkelahian antar pelajar
akan didapatkan hasil yang optimal
apabila masing-masing pihak dengan
penuh kesadaran untuk saling
mendukung dan bekerjasama, bersinergi
dengan strategi yang tentunya mampu
memberikan langkah dana arah gambara
yang logis. Dibawah ini peneliti sajikan
gambar model dinamis kerjasama
anatara sekolah, orang tua dan polsek
untuk mencegah dan meminimalisir
perkelahian antar pelajar.
Berdasarkan gambar di atas
dapat dijelaskan bahwa, kasus tawuran
pelajar memiliki beberapa tingkatan,
sehingga penanganan yang dilakukan
Gambar 1. Model Dinamis Kerjasama
SEKOLAH
ORANG TUA
POLSEK
SATGAS PELAJAR
DINAS
PENDIDIKAN POLRES BOGOR
10
juga berbeda untuk setiap kasusnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan
perbedaan penangan. Pertama, dapat
dilihat dari tingkat kasunya ringan,
sedang atau parah. Kedua, dapat dilihat
dari siapa yang menjumpai peristiwa
tawuran, masyarakat, sekolah, atau
langsung polsek.
Pada kasus model dinamis diatas
hubungan kerjasama bisaterjadi
melibatkan ketiga unsur tersebut yakni
Polsek, sekolah dan orang tua bahkan
masyarakat atau lembaga sosial.
Kerjasam juga bisa hanya terjadi antara
orang tua dengan polsek, orang tua
dengan sekolah, sekolah dengan
sekolah, orang tua dengan orang tua.
Hadirnya satgas pelajar dalam
gambar di atas adalah akibat dari
konsekuensi bahwa tawuran merupakan
persoalan bersama yang membutuhkan
kerjasama bersama-sama oleh seluruh
apparat pemerintah, apparat keamanan
dan masyarakat, maka dinas pendidikan
melakukan kerjasama dengan polres
selanjutnya ditindak lanjuti oleh
masing-masing polsek dan sekolah
dibentuklah disetiap kecamatan satgas
pelajar yang terdiri dari unsur polisi,
sekolah dan masyarakat. Namun, satags
pelajar antar kecamatan, antar polsek
juga bekerjasama karena tawuran
terkadang terjadi lingkupnya antar
kecamatan, tidak hanya sebatas dalam
Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengendalian
Analisis Kebutuhan
Penyusunan Program
Program Polsek
Program Orang Tua
Program Sekolah
Menetapkan Program Bersama
Tim yang tergabung di satgas pelajar, sekolah
dengan sekolah
Menyusun Tim Teknis
Pembuatan Job Des,
Distribution Job dan Jadwal Piket, serta pembuatan
jadwal penyegaran secara rutin
Pelaksanaan program sesuai
rencana baik program polsek, sekolah, orang tua
atau program bersama secara
terprogram dan
insidental
Evaluasi dan
Pengawasan
Tawuran Pelajar Dapat Dicegah dan Diminimalisir
Pembentukan SATGAS Pelajar
Gambar 2. Model faktual manajemen kerjasama antara polsek, sekolah
dan orang tua untuk mencegah dan meminimalisir tawuran
pelajar
11
satu kecamatan saja.
.
Berdasarkan model faktual di
atas, tawuran dapat dicegah dan
diminimalisir manakalah masing-
masing komponen bekerjasama
berperan dengan komitmen dan spirit
yang sama.
Kerjasama yang dibangun oleh Polsek
parung dengan sekolah-sekolah
diwilayah parung terbukti mampu
mencegah dan meminimalisir tawuran.
Sebagaimana ungkap Kapolsek Parung
Bapak Parmin ketika ditemui peneliti di
ruang kerjanya beliau mengatakan
bahwa “selama saya ditugaskan disini
tidak menjumpai tawuran yang
dilakukan oleh sekolah-sekolah di
wilayah parung. Adapun tawuran justru
pelakunya adalah sekolah-sekolah dari
luar kecamatan parung”. Demikian
halnya yang peneliti amati dari tahun-
ketahun sejak 2013 hingga kini 2018
penelitian ini dilakukan tawuran pelajar
diwilayah parung nyaris terdengar di
telinga. Adapun tawuran pelajar terjadi
di wilayah parung. Kondisi tersebut
tidak terlepas dari peran dari pada
seluruh komponen yang tergabung di
dalam satgas pelajar dan masyarakat
parung.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: (1) Manajemen
kerjasama yang dibangun oleh polsek,
sekolah dan orang tua dalam baik
formal maupun non formal dalam
sebuah wadah satgas pelajar,
direncanakan, diorganisasikan,
dilaksanakan dan dievaluasi. Terbukti
mampu mencegah dan meminimalisisr
tawuran pelajar. (2) Model Faktual
manajemen kerjasama yang dibangun
merupakan model yang sudah
selayaknya dibentuk, dirawat sampai
tidak ditemukanya gejala akan adanya
tawuran atau tawuran pelajar.
Berdasarkan hasil penelitian
diatas, saran yang dapat diberikan
adalah: (1) Perlu dibangun sebuah
mindset bersama bahwa kehidupan yang
tertib aman dan nyaman adalah cita-cita
bersama; (2) Bagi POLSEK parung
saran yang diberikan kegiatan yang
sudah baik untuk ditingkatkan dan
disebarkan agar dapat menjadi contoh
bagi wilayah (sharing knowledge) lain
yang mengalami problematika
lingkungan yang hampir sama, sama
atau bahkan lebih parah lagi; (3) Bagi
sekolah-sekolah diwilayah parung
kerjasama dengan berbagai pihak
sebagai wujud kapabilitasnya sebagai
12
sekolah perlu terus dilakukan, dijaga
dan dirawat; (4) Bagi orang tua
tanggung jawab mendidik anak bukan
semata-mata semuanya menjadi beban
sekolah, tetapi peran orang tua
hendaknya lebih besar dibandingkan
sekolah, sebab berbagai penyimpangan
yang dilakukan siswa terkadang
disebabkan karena luputnya perhatian
orang tua terhadap anaknya; (5) Bagi
masyarakat, terciptanya kehidupan yang
tertib, aman dan nyaman hendaknya
menjadi visi bersama semua
masyarakat. Mulai dari kesadaran diri
kemudian disebarkan agar menjadi
kesadaran kolektif bagi seluruh
masyarakat; (6) Bagi siswa, jadilah
siswa yang berkarakter, berakhlak
muliah, dan STOP tawuran pelajar,
karena siswa punya masa depan.; (7)
Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat
dijadikan salah satu rujukan untuk
penelitian berikutnya misalnya
menerjemahkan variabel-variabel yang
ada di dalamnya kemudian dilakukan
penelitian dengan metode kuantitatif
atau mix method; (8) Bagi dinas
pendidikan, hasil penelitian ini dapat
dijadikan salah satu media untuk
menyampaikan pesan kebaikan (good
massage) kepada seluruh pihak yang
berkepentingan bahwa untuk mengatasi
maraknya tawuran pelajar perlu
kebersamaan; (9) Bagi pemerintah,
diperlukan regulasi khususnya dalam
penanganan kasus tawuran pelajar.
Bahkan pemerintah perlu menyediakan
anggaran khusus untuk mengatasi
persoalan tawuran pelajar.
DAFTAR RUJUKAN
Adi, Rianto. 2004. Metodologi
Penelitian Sosial dan Hukum.
Jakarta: Granit
Agung Jaya Surahman, I Gede. 2016.
Cegah Kenakalan Remaja Melalui
Pendidikan Karakter. Jurnal
Penjamin Mutu Fakultas pada
Dharma Acarya IHDN Denpasar
Anwar, Zainul. 2015. Strategi
Penyelesaian Konflik Antar Teman
Sebaya Pada Remaja. Makalah
Seminar Psycologi dan
Kemanusiaan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Asmani, Jamal. 2012. Kiat Mengatasi
Kenakalan Remaja di
Sekolah.Yogyakarta :Buku Bir
Damayanti, Wardyaningrum. 2013.
Komunikasi Untuk Penyelesaian
Konflik Dalam Keluarga:
Orientasi Percakapan dan
Orientasi Kepatuhan. Jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Pranata
Sosial, Vol 2 No 1 Halaman 47-58
13
Feryanto, Agung, Hendro Prima Setia
dan Aprilia Rachmawati
Harjaningrum. 2013. Buku
Referensi:Seri Ensiklopedia IPS
Materi Ekonomi Manajemen
Volume 7. Klaten: Cempaka Putih
Harold T. Amrine, John A. Ritchey,
Oliver S. hulley and Sedyana.
1985. Manajemen dan Organisasi
Produksi (Terjemahan edisi
keempat). Jakarta:Erlangga
Heri Daryono. 2014. Manajemen
Kerjasama Antara Sekolah
Menengah Kejuruan dengan
Dunia Industri. Jurnal
Educational Management.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index
.php/eduman, 3(2): 94-98
Kaelan. 2005. Metode Penelitian
Kualitatif Bidang Filsafat.
Yogyakarta: Paradigma.
Miles, B Matthew & A. Michael
Huberman. 1992. Analisis Data
kualitatif ( Terjemahan Teecep
Rohendi). Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Nasution. 2003. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito
Oktima, Nurul. 2012. Kamus Ekonomi.
Surakarta:PT. Aksarra Sinergi
Media
Septian Bayu Rismanto, dkk. 2012.
Model Penyelesaian Tawuran
Antar Pelajar Sebagai Upaya
Mencegah Terjadinya Degradasi
Moral Pelajar (Studi Kasus di
Kota Blitar-Jawa Timur). Artikel
Penelitian. Universitas Negeri
Malang. http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel
8397075D9A060ECD40D06CBE
EF533ECD.pd (Diakses Minggi, 3
April 2017 Pukul 18.30 WIB)
Sutomo, dkk. 2007. Manajemen
Sekolah. Semarang: UPT
Percetakan dan Penerbitan MKK
UNNES PRESS
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005.
Metode Penelitian Sosial Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Kencana Prenanda Media Group.
Wiyanto. 2016. Analisis Penerapan
Manajemen Pengetahuan dan
Pengetahuan Berbasis Strategi
Untuk Menciptakan Keunggulan
Bersaing Berkelanjutan (STudi
Kasus SMK YPUI Parung). Tesis.
Program Pascasarjana Program
Studi Manajemen Universitas
Pamulang-Tangerang Selatan.
14
Internet:
https://m.tempo.co/read/news/2015/04/0
7/064655897/10-daerah-rawan-
tawuran-pelajar-di-bogor (diakses
minggu 3 April 2017 Pukul 18.30
WIB)
http://www.beritasatu.com/aktualitas/24
6433-parung-darurat-tawuran-
pelajar.html (diakses minggu 3
April 2017 Pukul 18.30 WIB)
https://www.merdeka.com/peristiwa/pel
ajar-smk-di-parung-tewas-
dibacok-usai-dikeroyok-
sekelompok-abg.html (diakses
minggu 3 April 2017 Pukul 18.30
WIB)
2
POSTER HASIL PENELITIAN
Lampiran 7