حيم ن ٱلر ـ حم بسم ٱهلل ٱلر
KUMPULAN PUISI JEMBATAN PELANGI BERBUNGA LAYU
Faisal Rahman Abdurahim
Facebook : [email protected]
Email : [email protected]
Blog : http://www.mfar-abdurrahim.blogspot.com
KUMPULAN PUISI JEMBATAN PELANGI BERBUNGA LAYU
Berlinang Air Mata Hatiku
Tentang Syair Pelita Matiku
Dimana Jiwa Asal Riwayatku
Merana Kecewa Sesal Akhiratku
Jiwaku Tumbuh Bersama Godaaan
Mengembun Hilang Bersama Kenyataan
Dimana Surga Tempat Menanti
Di Akhirat Kelak Di Akui Berarti
Faisal Rahman Abdurahim
Facebook : [email protected]
Email : [email protected]
Blog : http://www.mfar-abdurrahim.blogspot.com
Tiga tahun telah berlalu
Aku slalu menjaga rasa dalam kalbu
Sempat ada hubungan antara kita
Namun telah jadi kenangan yang nyata
11 Juli kita bertemu
Menjalani rasa suci denganmu
Suka duka sudah ku lewati
Berjalan dalam hatimu yang slalu menyakiti
Engkau tlah jadi bunga kenangan
Kala itu tumbuh sumbur dalam ketenangan
Namamu terukir dalam di dalam hati
Takkan pernah terhapus walau aku mati
Sekolah yang mempertemukan kita
Sekolah itu juga yang mengikat hubungan kita
Dan disitu pulalah perpisahan kita
SMPN 3 Dolo Bulubete
Menyimpan sejuta kenangan untukku
(Mfar 11 Juli 2008 : Tiga Tahun Menjaga Rasa)
Empat tahun lalu aku terdiam di tempat
Menjaga rasa yang sbenarnya tlah berputus asa
Tak ingin bertingkah tuk menuruti langkah
Hilangkan sang mentari di hati yang sedang menari
11 Juli hari pertama dirimu ku cintai
Mewarnai pagi dengan pelangi syurgawi
Merdu terdengar suara Bidadari „Aina bernyanyi
Lantunkan puja puji syair dalam janji suci
Bisahkah sedikit kamu mau tahu
Apa yang aku inginkan darimu
Bisakah sejenak kamu mau mengerti aku
Untuk apa aku berkorban perasaan dan waktu demu cahayamu
Tak kuasa jiwaku menahan sakitnya kecewa
Melihat sekolah yang menyimpan banyak sejarah
Disanalah pertama kali aku berani mengukir harapan
Akan cinta dan cita-cita yang kini tinggal kenangan
(Mfar 11 Juli 2009 : Kenangan Slama 4 Tahun)
Aku masih sama dengan setahun yang lalu
Mempunyai harapan tetap hidup bersamamu
Walaupun Cahayamu kau padamkan di pagi hari
Dakupun hidup dengan hati yang terhianati
Cintaku masih sama seperti dua tahun yang lalu
Menjadi penjaga hatimu di sisi siang dan malam
Walalupun kamu tidak mau tahu apa yang aku inginkan darimu
Katidak mengertianmu untuk apa aku berkorban demu Cahayamu
Diriku sama dengan tiga tahun yang lalu
Mengasah harapan yang kadang putus termakan waktu
Tak ingin gaun Bidadari-mu selimuti hati Malaikat lain lagi
Aku pun percaya kamu kan datang seperti fajar menyinari pagi
Hatiku jua sama seperti empat tahun lalu yang punya arti
Karna senyummu mengubah duniaku yang sepi
Menciptakan surga yang di kelilingi taman-taman bunga yang tertata rapi
Aku pun menghuni surga dengan mengagumimu secara sembunyi-sembunyi
(Mfar 11 Juli 2009 : Masih Tetap Sama)
Tertulis sebuah sejarah di lingkungan sekolah
Sebuah kisah percintaan dalaml kenyataan
Antara yang mencintai dan di cintai
Antara yang di kagumi dan yang mengagumi
Selama 4 tahun ak mengitari sang mentari
Berjalan dalam hatinya dengan sang rembulan
Demi memiliki cahaya darinya yang ku percaya
Walau aku tahu ini kan menyakitkan
Aku sudah lelah mengikuti sebuah langkah
Penuh tangis yang aku rasakan mengiris
Membebani jiwaku dalam kecewa
Menjadi amarahku merah membara
Aku tak pandai mendustai rasa yang ku cintai
Berusaha melupakannya demi kebaikan bersama
Aku tak bisa dan mungkin takan pernah bisa
Karna dialah Bidadari yang aku pilih
Menjadi slimut jiwa ragaku dalam syurga
(Mfar 11 Juli 2009 : Sebuah Sejarah)
Hari ini
Umur bertambah
Tak terasa
Engkau sudah dewasa
Hari ini
Engkau tersenyum ceria
Merayakan hari yang bahagia
Tawa ria penuh cerita
Tawa canda penuh cinta
Selamat ulang tahun
Selamat untukmu
Wahai gadis nan cantik
Senyumlah sbagai tanda kebahagiaanmu
Sujudlah sbagai tanda syukurmu
Karna hari ini adalah hari ulang tahunmu
Ku ucapkan kepadamu
Dalam puisiku
Selamat ulang tahun
Smoga sehat selalu
Dan panjang umur
Sampai waktu yang sudah di tentukan
Oleh Tuha Yang Maha Esa
( Mfar 19 September 2006 : Selamat Ulang Tahun )
Nan jauh disana
Terdapat sebuah cerita
Cerita tentang cinta
Di antara dua anak manusia
Aneh tapi nyata
Kebahagiaan yang ada di depan mata
Namun dua hati yang bisa bersama
Karna suatu perkara
Di antara mereka berdua
Perhatian dan senyuman mereka
Menjadikan cinta itu semaki ada
Di hati kedua anak cucu Adam dan Hawa
Rasa kecewa pun masuk mengetuk rasa
Membuatnya amat sangat terluka
Karna semua yang dialaminya
Selama hidupnya di dunia
Kisah ini akan berakhir di suatu masa
Yang takkan lama lagi tiba
Dalam kehidupan mereka berdua
Sekarang, besok atau lusa
(Mfar : Cerita Tentang Cinta )
Adakah cinta yang tersembunyi
Biarlah dia bersemayam dalam hati
Adakah kasih sayang yang tersimpan
Biarlah dia hidup dalam persembunyian
Hari demi hari terjalani
Seiring dengan masalah yang tak di mengerti
Oleh diri sendiri
Tentang cinta yang sejati
Andai cinta itu bisa ku dapatkan
Pastilah ku kan merasakan
Betapa indahnya dunia percintaan
Api membakar harapan
Hati hancur tak karuan
Air mata membanjiri pipi
Pupuslah semua mimpi
Bayang-bayang kekecewaan
Menghantui setiap detik kehidupan
Kesedihanku bersarang
Dalam hatiku yang malang
Wahai cinta sejati
Izinkalah ku pergi
Dari duniamu yang suci
Agar ku tak menderita lagi
(Mfar : Kecewa Karena Cinta )
Aku tidur berselimut lelah
Menutup mata tuk meredam amarah
Akan cinta yang kini menjauh
Yang kini tinggallah kisah
Aku pergi seorang diri
Membawa sediku di alam sunyi
Membawa cintaku di tempat abadi
Agar aku tenang slamanya disini
Takkan ada lagi aku yang dahulu
Takkan seperti yang lalu
Menyayangi cinta di setiap waktu
Walalu terluka tertusuk rindu
Inilah aku yang sekarang sekarat
Inilah jiwaku yang sekarang terikat
Inilah tubuhku yang tertutup liang lahat
Dan inilah namaku di nisan putih yang terpahat
(Mfar 3 Januari 2009 : Tidurku Tuk Pergi)
Dalam api aku terbakar amarah
Datangkan murkaku di langit gemuruh
Di saat kau pergi tanpa alasan yang jelas
Di saat kau yang hilang tinggalkan luka pedih dan luas
Dalam air kau hanyutkan sebuah janji
Larutkan semua cinta yang suci
Aku terikat derasnya kenangan pahit
Aku tenggelam dalam cintamu yang sempit
Dalam udarah kau tinggikan sebuah mimpi
Lalu kau jatuhkan, pecah! Hancur lebur di bumi
Mau tahukah kamu, sakit... sekali terasa
Mau mengertikah kamu, sekarang aku sudah berputus asa
Dalam tanah kau kubur aku yang menangis
Tumbuh kau lepas, tinggi kau tebas
Aku sudah mati dalam kehidupan
Aku pun sudah mati dalam kematian
(Mfar 3 Januari 2009 : Empat Eleman Sedihku)
Masa ini tak ada burung yang bernyanyi
Bunga-bunga mekarpun tak tumbuh bersemi
Air mataku jatuh membasahi pipi
Tuk sambut mentari di pagi hari
Oh Yang Agung Pencipta semesta
Disini aku terpaku tanpa sepatah kata
Sembunyikan bebanku sendiri dalam dada
Ku hanya bisa bercerita dalam sebuah do‟a
Yaa Tuhan, waktu ini terus berjalan
Aku smakin terkikis dalam hayalan
Langkahku semakin berat kedepan
Tampaki hidup dalam ratapan
Sungguh aku tak sanggup lagi
Lewati hari-hari yang berat ku rasai
Bila ada pintu yang terbuka saat ini
Izinkanlah aku pergi tidur di Sisi-Mu yang Suci
(Mfar 5 Januari 2009 : Ketakutanku)
Kau seindah bunga taman surga
Memiliki kecantikan alami di pandang mata
Wujudmu sesuci Bidadari penghuni Surga Firdaus
Cahayamu semulia Malaikat cinta yang bagus
Aku pun ingin menjadi sang penghuni surga
Ingin jadi kekasihmu seutuhnya disana
Apapun yang kamu inginkan kan ku penuhi
Walau sayap-sayap hatiku patah tersakiti
Ini adalah hasratku sejak pertama kali bertemu
Ingin memiliki keelokkan hatimu itu
Agar kamu tahu aku sangat mencintaimu
Agar kamu mengerti aku sangat menyayangimu
Namun hatimu lebih keras dari batu atau baja skalipun
Balasan cintamu lebih tajam dari pedang skalipun
Kau tutup rapat pintu hatimu, hancurkan semua mimpiku
Aku pun mati dalam cinta yang tak bisa ku miliki darimu
(Mfar 10 Januari 2009 : Dibalik Kesempurnaanmu)
Tiap tahun aku slalu tunggui
Seucap kalimat darimu yang pergi
Sebuah kenangan yang pernah ku beri
Ku simpan rapi di hatimu yang suci
Tahun ini tak lagi ku dapati
Hadiah yang ku inginkan slama ini
Pemberian yang indah ku rasai
Ucapan slamat ultah darimu yang ku kagumi
Aku tak butuh jabatan yang tinggi
Tak butuh pula bulan yang sinari hati
Aku pun tak butuh apa-apa lagi
Hanya kamu, hanya kamu yang aku butuh hari ini
Dimana kekasih yang dulu ku miliki
Hiasi hariku dengan sejuta mimpi
Aku hanya ingin satu di ultahku ini
Hanya dirimu yang aku butuh saat ini
(Mfar 2 Februari 2009 : Hanya Kamu Yang Aku Inginkan)
Setelah setahun berlalu
Menjalani hari satu demi satu
Teriring tanpa hadirnya Cahayamu
Menorehkan luka yang sangat sakit spanjang waktu
Setelah setahun kamu pergi
Putuskan asaku dan nyalakan api
Smua seakan mimpi buruk yang slalu ku alami
Karnamu dan penghianatanmu yang ku alami
Setelah setahun aku tenggelam
Larut dalam kekekcewaan yang mendalam
Cinta dan cita-citaku pun menjadi kelam
Menjalani hidup dengan pelita yang padam
Setelah setahun air mata ini mengalir
Tak satu pun luka yang bisa terbayar
Dan tak sedikit pun aku bisa berpikir
Mencari kekasih hati baru yang hadir
(Mfar 25 April 2009 : Setelah Setahun)
Ia menyalamiku dengan senyuman
Menyejukkan hatiku dengan tatapan
Mungkin suatu saat nanti
Dia kan menadi taqdir yang ku nanti
Serpihan-serpihan hati yang kan menyatu
Pergi dari masa lalu yang kini membatu
Hinggap aku dalam cerita baru
Berharap hatiku kembali bersujud dalalm haru
Menemuinya dalam sau kedaimaian
Membawa satu irama nyanyian
Ku ingin dia sebagai pengganti
Seutas kenangan yang terputus mati
Berat langkahku tuk temuinya
Khawatir dia sudah ada yang punya
Namun aku hanya ingin tahu pribadinya
Siapa tahu dia menjadi taqdirku selanjutnya
(Mfar 25 Juli 2009 : Tentang Pengganti)
Besar akar bersabar terkubur
Carut marut hayat sesaat
Menawar mawar terusir membakar
Terikat riwayat dicabut maut
Sumpah serapah kisah bersejarah
Atas tangis mengiris nafas
Amarah terpanah darah merah
Lepas manis membekas luas
Bermakna sempurna nirwana disana
Pujian kedamaian, nyanyian kematian
Kemana warna sirna merana
Pakaian kesucian, tarian kesepian
Hamparan harapan hayalan kedepan
Seperti hati mati di tempati
Berjalan rembulan di kegundahan kenangan
Mencari jati diri tercuri
(Mfar 8 Agustus 2009 : Kesetiaan Yang di Hianati)
Ini kisahku tentang seseorang
Tali kasihku kenang sekarang
Sewaktu tinggal di parantauan ilmu
Suatu sesal kemauan bertamu
Wajahnya permata bertabur kesucian
Mempunyai air mata berbutir berlian
Kemana tinta menulis cerita
Berwarna cinta tulus menderita
Hatiku berjalan sempurna bersamanya
Seperti bulan purnama namanya
Hening mimpi itu bermain
Saling melengkapi satu sama lain
Selalu aku ingit tawa khasnya
Dahulu itu terikat di jiwaku slamanya
Biarkan ini menjadi rahasia
Memberikan nurani abadi setia
(Mfar 11 Agustus 2009 : Kisahku Tentang Seseorang)
Aku menulis sebuah sajak
Merayu lepas arah jejak
Sejak perpisahanku mengajukkan aduan
Mengajak pilihanku temukan kerinduan
Berbaris indah puisi ini
Bergores pena berisi seni
Ada senandung cinta disana
Nada membendung tinta sederhana
Wujud naskah karya sejati
Bermaksud apakah percahaya hati?
Terang menulis syair berpunya
Tentang tangis air matanya
Kenanganku bersama seorang sahabat
Kebanggaanku lama melayang hebat
Aku bersyukur bisa mengenalnya
Dahulu terukir asa bersamanya
(Mfar 14 Agustus 2009 : Tentang Seorang Sahabat)
Disini aku menungggu kepastian
Menemani khayalku terbelenggu penantian
Biarkan raga hancur binasa
Asal surya terhambur di anggakasa
Retak membisu kata langkahku
Terletak di pintu cerita lelahku
Hanya bahasa keluhan terucap
Punya masa menahan hidup
Menghapus kesendirian sang surya
Terputuslan nyanyian yang terpercaya
Altarpun di penuhi debu penyesalan
Memutar arah abu kematian
Yang hilang dan pergi
Melayang terbuang nan hadir
Berakhirlah setiap langkah percintaan
Telah lenyap di sebuah kesetiaan
(Mfar 20 Agustus 2009 : Di Ujung Kesetiaan)
Dua tahun cintaku tergantung
Memelihara rasa cinta terbuang
Lelah langkahku menjaga janji
Satu setia sirna terpuji
Bintang terbenam memberi nasehat
Hilang padam misteri jahat
Bersyair bunga layu di tanam
Serukan rasa sakit kegundahan
Sudah roboh dada bersabar
Sembunyikan ragaku di usia rentah
Terikat janjiku sampai mati
Membusuk setiaku dalam hati
Panas batinku di sifat dinginmu
Terpenjara langkahku terantai engoismu
Entah kapan semuanya berakhir
Air mata batinku mengalir
(Mfar 20 Agustus 2009 : Sudah Dua Tahun)
Di hari yang istimewa ini
Banyak hal yang ku syukuri
Kemenangan jiwa yang tercuci suci
Dan ulang tahun sang Bidadari
Takbirpun mengiringi sebuah cinta
Warnai hilang sgala nestapa
Cintaku pun besar punya makna
Berarti slalu ada yang sempurna
Tuhan-pun di hibur sang cemburu
Menyanjung-Nya dengan syair pujian merayu
Dia-pun Menegurku sambil menepuk hatiku
Menghadirkan rasa semburuku padamu
Di ajarkan-Nya pada Nabi dan Malaikat
Ucapkan sebuah salam shawalat
Selamat ulang tahun untuk dirimu yang taat
Semoga Ridha Allah padamu slalu melekat
(Mfar 19 September 2009 : Ultah Sebuah Kemenangan)
Ku buat hadiah, simpan sendiri
Karna tak ada guna ku beri
Pasti ia menolak mengingkari
Buang di lukaku pergi berlari
Aku hanya bisa ucapkan
“Selamat Ultah” dengan pelan
Smoga dirinya sudah berkenan
Terima hadirku dalam kehidupan
Selamat ultah untuk sang Bidadari
Ini hadiahku tersembunyi menari
Menjadi lambang sang mentari
Untukmu yang dahulu mengakhiri
Jika kamu berikan sedikit senyuman
Itu akan sangat ku syukurkan
Walau itu hanya mimpi harapan
Sumpah demi Allah aku takkan bangun
(Mfar 19 September 2009 : Sebuah Hadiah Ultah Tersembunyi)
Terlahir kembali untuk merantau
Bila ingin, aku tak mau
Mencari lagi persinggahan yang berkilau
Susah payah untukku menjangkau
Sungguh indah bila datangnya memanggil
Penantian hidup berujung ajal
Pergi sudah jiwa meninggal
Harapanku yang berbungkus iman dan sesal
Kematian damai yang ku tunggu
Menjemput dengan nada syair berlagu
Smoga tak ada yang menggangu
Tentang diriku sang pencinta lugu
Namun demikian itu adanya
Bercerita tentang harap pribadinya
Membuka ta`bir rahasia berpunya
Jika surga dan neraka itu nyata adanya
(Mfar 21 September 2009/Idul Fitri : Menunggu Kematian Indah)
Siapakah yang mau mendengarku?
Tentang luka dalam cintaku
Ini sudah terlalu sakit
Tak berkurang barang sedikit
Dimana semua sahabat baik
Apakah mereka sudah naik?
Pergi kesurga tinggalkanku didunia
Hidup sendiri yang sia-sia
Aku butuh teman bicara
Tuk menemaniku dalam cerita
Bukan selembar kertas putih
Membuatku lari di tempat tertatih-tatih
Dimana, dimana semua nyanyian?
Buatku terbang dalam pujian
Namun sekarang hanyalah kematian
Menemani tidurku dalam kesendirian
(Mfar 25 September 2009 : Kesendirianku)
Sudahkkah kau temukan apa yang di sebut cinta mati?
Sebuah hati yang bersayap
Mampu memenuhi sgala keinginan
Namun ia buka TUHAN tetapi hanya daging kecil
Sudahkah kau temukan hati yang luas bersayap?
Sebuah kesetiaan yang sejati
Taat bersemayam dalam hati
Namun ia buka MALAIKAT tapi cinta yang suci
Sudahkah kau temukan kesetiaan yang sejati?
Sebuah pengorbanan yang tulus
Rela terluka asal kamu bahagia
Namun ia bukan NABI tetapi sifat yang mulia
Sudahkah kau temukan pengorbanan yang tulus?
Sebuah raga yang bernyawa
Berdiri tegak untuk mencintaimu
Namun bukan SEGALANYA tapi hanya MANUSIA biasa
(Mfar 25 September 2009 : Sudahkah Kamu Temukan?)
Tak ku sangka jadinya
Perpisahan ini begitu lama
Entah mengapa slalu bernyawa
Cinta, cintaku didalam dada
Jujur! Masih ada harap
Walau itu ku nyatakan lenyap
Tak mungkin ada yang bersyap
Yang baru pengganti hidup
Ku akui smuanya berakhir
Namun ku tetap menulis syair
Membiarkan rasa cintaku mengalir
Membiarkannya tetap hidup terlahir
Disaat cinta itu pergi
Ku tak bisa bangun lagi
Hanya pasrah tersirat di hati
Hingga waktunya tiba ku mati
(Mfar 26 September 2009 : Rasaku Yang Tersisah)
Senyummu membuat imanku luntur
Gejolak jantung hatiku tak teratur
Keindahanmu sangat membuatku resah
Makan tidur pun aku susah
Oh..., Bidadari canti surgawi
Siapakah pemilik nama itu?
Ingin rasanya ku jadikan isi duniawi
Sebagai mahar lamaranku untukmu
Hanya kamu yang bisa membuatku tergoda
Memberiku racun atau madu di dada
Hanya kamu yang aku inginkan slama ini
Ungkapan cinta dan sayang dalam nurani
Aku sebut Bidadari `Aina
Sebuah cahaya ILAHI bersinar di nirwana
Sempai batas surga kan ku sanjung
Dirimu, dirimu dalam pujianku yang berujung
(Mfar 13 Oktober 2009 : Bidadari `Aina)
Di ruang hampa yang redup
Aku menyendiri bersama waktu
Mendengar gangguan suara hidup
Tentang cintaku yang membatu
Air mata yang mengalir
Membangun menara bijak terputus
Aku berlindung di balik syair
Matinya cintaku telah pupus
Terasa redup smua pandangan
Terhampar pula smua kecewa
Hilang sudah angan-angan
Distiap butir buah nyawa
Inikah smua hasil pengorbanan?
Buat derita di atas bahagianya
Bukannya tak ada keikhlasan
Namun hanya ingin bertanya
(Mfar 20 Oktober 2009 : Hasil Pengorbanan)
Aku cuman ingin bertanya
Kepada siapa yang percaya
Kepada stiap hati berpunyai
Memberiku jawaban yang bercahaya
Dimanakah pengorbanan itu adanya
Apakah harus seterang surya?
Haruskah di puji balasan hadirnya?
Lalu bagaimanakah membuatnya berjawa?
Ku tak pandai mengatakan hanya
Seolah itu kunci jagad raya
Ku ingin jawaban yang sbenarnya
Hadir langsung di dalam hatinya
Mengapa aku bukan saya?
Dimana kamu dalam waktunya?
Bagaimana aku berkata “Supaya”?
Jika terluka pengorbananku untuknya
(Mfar 20 Oktober 2009 : Aku bertanya)
Luka ini ku sebut pengorbanan
Kelelahan ini pun adalah pengorbanan
Aku rela menjadi korban
Memang aku tumbal cinta yang jadi korban
Setetes air mataku pengorbanan
Setetes keringatku ku korbankan
Menetes darahku dalah korban
Memang sakit tetapi inilah pengorbanan
Terserah apa kata orang tentang aku berkorban
Asalkan aku melaksanakan pengorbanan
Jalani nafas dengan sgala pengorbanan
Dan inilah cintaku selalu berkorban
Setiap hari aku isi dengan perngorbanan
Menjadikan aku ornag yang bodoh berkorban
Namun demi cinta aku siap berkorban
Walau itu sia-sia aku korbankan
(Mfar 4 November 2009 : Pengorbananku)
Putri telaga warna menari
Menyanyikan syair lilin berbunga
Hempasnya mimpinya ingin berlari
Temukan indahnya pertama surga
Langit melihat dan berucap
Memberi patuah yang di kenang
Sebuah jalan takkan lenyap
Sebuah perjuagan yang menang
Indah langkahnya yang bersuara
Membangun seberkas cahaya bersinar
Rangkul iman pemudah pengembara
Menyampaikan cintanya yang benar
Dan ketika ia jatuh
Lelah mengarungi sang waktu
Putus cintanya tak utuh
Tertinggal dizaman yang membatu
(Mfar 26 Oktober 2009 : Putri Telaga Warna)
Aku berjalan di negeri berpasir
Demi mencari kata lulus
Sgala rasa malasku usir
Melangkah kedepan dengan tulus
Aku sekolah untuk cita
Memeras keringat ketika berjalan
Menembus teriknya surya bercinta
Walau habis smua amalan
Kalau bukan karena itu
Aku putuskan untuk berhenti
Membagi deritaku bersama waktu
Sampai tiba ajalku mati
Ini adalah sebuh perjuangan
Sebagai bukti satu kesungguhan
Abaikan sementara kenangan
Demi kelululsan berawal kesusahan
(Mfar 3 Nopember 2009 : Demi Kelulusan)
Dibalik senyumku ada tangis
Iris tiap sudut dalam hati
Mati ragaku di liang lahat terkikis
Habis riwayatku tak terhenti
Dibalik sabarkupun tersembunyi amarah
Merah berlambang luka kecewa
Takwa yang berani membangun rumah
Lemah berbungkus canda tawa
Aku berdiam di belakang asa terputus
Tulus terima takdir pahit
Menghimpit ragaku kini pupus
Menghapus derita bertambah sempit
Aku pandai bersembunyi di samping kesedihan
Kegundahan yang tersimpan lama
Bernama satu asalan kesalahan
Kelelahan penantianku memandangi purnama
(Mfar 4 Nopember 2009 : Persembunyianku)
Dikala rinduku merasuk
Aku menjadi sang perusak
Meracuni daging di balik rusuk
Mengisinya dengan asap yang menusuk
Kini hatiku menjadi busuk
Tak ada lagi tempat masuk
Cerita indah menjadi mimpi buruk
Jadikan ragaku smakin terpuruk
Rinduku masuk secara mendadak
Sehingga aku tak bisa bertindak
Untuk berkata “Jangan, tidak!
Aku ini masih mati tergeletak”
Dihadapanku memang engaku merunduk
Namun engkau merunduk untuk menanduk
Tutupi ketulusanku yang tak lagi terketuk
Membatu jadinya pengorbananku yang terkutuk
(Mfar 7 Nopember 2009 : Rindu Yang Tak di Inginkan)
Rowan-ku padam pergi mengembara
Melihat dua Bidadari kembar
Betapa putih beningnya raga
Sehingga imanku mengalir terhambur
Kecantikannya seakan memperdayakan aku
Sampai-sampai aku tak bisa memilih
Kemana luka hati kan berlabuh
Membuka lembaran baru yang ku damba
Salah satunya mengingatkan aku
Ketika kulita Bidadari mandi di telaga
Kecantikannya hampir memalingkanku
Hm..., entah dimana dia sekarang
Jika itu adalah hanta
Hadir langsung di depan mata
Ku tentukan satu dari dua
Kan menjadi jodohku walau habis masa tua
(Mfar 16 Nopember 2009 : Bidadari Kembar)
Kau dahulu pernah ada
Mengisi hariku dengan tangismu
Smua yang ada di dada
Kau curahkan kedalalm hatiku
Lahirkan sebiji rasa kagum
Buat pandanganku sedikit berpaling
Menumbuhkah kasih bertunas alam
Awal cinta dahulu terhalang
Kau memang seorang sahabat
Namun kau adalah setitik cahaya
Sirami lukaku yang menjadi obat
Menjadikanmu orang yang aku percaya
Bila suatu hati kelak
Disaat aku di ujung mati
Harapku ada yang beridi tegak
Menopangku di hatimu yang ku nanti
(Mfar 28 Nopember 2009 : Sahabat Yang Ku Harapkan)
Izinkan aku menggenggam tanganmu
Biarkan aku membawamu kesurga
Kan ku perlihatkan kerajaan megah
Ku jadikan engkau ratu disana
Dan bila saatnya telah tiba
Ku bawakan padamu bulan bercampur madu manis
Cicipilah! Dan izinkan aku ikut mencicipinya
Berdua kita tiduri sang waktu
Biarkan aku tanggalkan sucimu dalam suciku
Letakkan mahkota indahmu di samping imanku
Hatimu dalam tubuhku serta namamu dalam hasratku
Biarkan aku menjadi kamu dan kamu menjadi aku
Ketahuilah hai jiwa yang pergi tuk kembali!
Engaku selimut untuk tubuhku
Aku pun jua selimut untuk nyawamu
Karena aku bersinar dan aku cahayanya
(Mfar 28 Nopember 2009 : Mencumbui Cinta)
Aku masih disini
Menunggu kepastian yang tidak pasti
Aku pun masih ada disini
Menyambung asa cinta yang sejati
Walau lelah dan slalu mengeluh
Memeras keringat hati yang lemah
Walaupun hidup tinggal sedikit tersisah
Aku tetap berdiri disini memandang jauh
Menanti hadirmu kembali untuk melengkapi kisah
Memang ini amatlah berat
Namun aku sudah putuskan tuk mengikat
Satu-satunya impianku yang aku ingat
Mencintainya dengan tulus walau kadang luka sakit menyayat
Sejak dia hadir berwujud Bidadari berhati Malaikat
Begitu besarnya cintaku padanya
Tidak perduli dia perduli atau tidak
Walau itu amat perih aku terima
Tapi inilah perasaanku yang hanya sebatas mimpi
(Mfar 14 Desember 2009 : Masih Disini Menunggumu)
Aku meniduri sang waktu
Merasakan nikmatnya saling menyatu
Tenggelam memeluk hadirnya mimpi
Melebur selamanya di alam sepi
Aku bercinta dan bercumbu
Lenyaplah smua masa kelabu
Kini aku sudah peristri
Satu janji sesudah mati
Madu ini terasa manis
Siang malam tiada habis
Walau kadang aku mendengar
Bisik tangis mendayuh menggelegar
Bersamanyalah surga duniaku adanya
Tiada terpisah untuk selamanya
Akupun menidurinya dengan nyanyian
Tidurku bersamanya bernama kematian
(Mfar 8 Januari 2010 : Menidurinya)
Sewaktu nafas masih berhembus
Kau selalu melukai hati dengan pedan terhunus
Di saat Aku pun jadi mayat yang membusuk
Kau tetap membuatku sakit dan tertusuk
Tak puaskah Kau melukai hati sewaktu Ku hidup?
Sampai mati pun, kau ingin cintaku makin redup
Tak puaskah hatimu membuatku hidup terpuruk?
Sampai mati pun, tidurku kau selalu jadi mimpi buruk
Aku di sini ingin tidur dalam matiku yang tenang
Tak ingin bangun, berjalan dalam takdir yang malang
Aku di sini ingin memejamkan mata dengan nyeyak
Tak mau hidup dengan nafas cintaku yang sesak
Bebaskan Aku dari sakitnya cintamu
Lepaskan Aku dari perihnya bencimu
Aku ini tinggallah mayat, duhai kasih!
Tak inginkah kau membuatku tak lagi sedih?
(Mfar 15 Agustus 2008 : Matipun Kau Lukai)
Antarlah daku kepembaringan
Iringilah dengan do‟a dalam ketenangan
Jangan sekali-kali dengan ratapan
Karena tak mungkin lagi kita bertatapan
Terangilah Aku dengan do‟a-do‟a bagus
Agar ada sinar di kain kafan yang membungkus
Sering-seringlah kalian ziarah kesini
Pasti Aku akan ingat kalian di sana
Aku memang mati dalam kehidupan
Tapi Aku tetap hidu dalam kematian
Aku memang pergi membawa semua impian
Tapi Aku selalu ada di setiap hati kalian
Lambaikanlah tangan sebagai perpisahan
Karena antara kita sudah ada pertemuan
Kan Ku ucapkan sebuah kalimat sebelum Ku pergi
“Selamat Tinggal, Sampai Berjumpa Lagi”
(Mfar 15 Agustus 2008 : Kepergianku)
Dera air mata dalam nyata
Sungguh hidupKu ini tlah redup
Cinta yang dulu Ku miliki telah berlalu
Dia pergi dan takkan kembali lagi
Setaip arah cinta selalu ada darah
Nirwana hatiku tlah sirna
Di padamkannya surya agar Aku percaya
Bahwa dia pergi dan takkan kembali lagi
Aku menangis dalam sifatnya yang egois
Kini rasa suciku tlah jadi dosa
Tak bisa menerima terhimpit takdir yang pahit
Kalau dia pergi dan takkan kembali lagi
Lukaku padam tergali amat dalam
Bunga nan ayu yang Ku jaga baik sudah layu
Tak Ku sangka cintaku tlah jadi langka
Menerima dia pergi dan takkan kembali lagi
(Mfar 6 juli 2008 : Dia Tlah Pergi)
Terukir indah nama di pahatan nisan
Membuat semua mata bertanya dalam lisan
Siapakah raga yang meninggalkan nama?
Raga yang mati muda, tidur untuk waktu yang lama
Kini semua pandangan tlah melihat
Sebuah nama di nisan putih yang terpahat
Tulisan nama yang selalu bercbicara
Demi pengorbanan cinta dengan segala cara
Aku lah sang Penguni Surga Jannatu Firdaus
Pemilik nama di nisan putih yang bagus
Aku lah nama yang hidup dalam percintaan
Pemilik cinta yang berakhir dengan kemantian
(MFAR 15 Agustus 2008 : Pemilik Nama di Nisan Putih)
Aku bercerita tentang seorang sahabat
Sehembus nafas dalam hidup yang hebat
Acap kali kita berkumpul sambil bercerita
Tentang suka dalam senyum maupun duka dalam derita
Tiap detik waktu tlah kita lewati bersama
Melangkah dengan cinta dan sebuah nama
“Persahabatan Yang Selamanya Sejati”
Walau kadang tiap saat kita saling menyakiti
Pencarian ilmu tlah mengikat cinta kita
Setiap cinta sahabat kan jadi pelita
Penerang masa lalu dalam ketenangan
Membingkai indah dalam hubungan
Kematian tlah memutuskan seutas tali
Ak tak tahu apakah kita kan bertemi kembali
Relakan Aku pergi terbang tinggi kesurga
Biarlah sekolah ini jadi kenangan persahabatan kita yang terjaga
(MFAR 15 Agustus 2008 : Persahabatan Yang Selamanya Sejati)
Ku goreskan pena tuk sebuah syair
Tapi yang ku tulis ada di atas air
Stiap kata mutiara sekejap terhapus
Seiring dengan asmaraku yang sudah pupus
Hanya dalam sebuah syair aku bercerita
Tentang jalan cintaku yang slalu menderita
Hm..., tapi aku bukanlah seorang pujangga
Menjadikan hati kekasihku seakan di surga
Syairku bergoreskan hati yang sedih
Karna rasaku sakit amat perih
Syairku berbuahkan hidup yang kecewa
Slalu jadi mayat hidup tanpa nyawa
Hanya dalam sebuah syair yang mewakili
Cinta yang bersinar dan redup di Tanah Kaili
Stiap syair hanya untuk dia, 19 September
Yang ku tulis di pinggir pantasi Pulau Sanger
(Mfar 11 Juli 2008 : Syair Yang Terhapus)
Setiap saat aku jejaki kota ini
Kegelisahan dalam hati yang stiap menemani
Hancurnya masa depanku berawal dari sini
Smua masalah yang slama ini amat sangat sabar ku jalani
Kerasnya taqdir sudah ku nikmati
Mungkin akan ku bawa sampai mati
Stiap saat aku slalu mengamati
Selangkah demi selangkah cobaan yang ku lewati
Di kota ini aku hanya ingin mencari
Sebuah cinta dan cita-cita yang seterang mentari
Namun kesedihanku terus saja menari
Di atasku yang slalu menyendiri
Entah sampai kapan air mata ini membanjiri pipi
Aku seakan berada di dalam gunung berapi
Aku berharap deritaku ini hanyalah sebuah mimpi
Saat aku tidur berselimut sepi
(Mfar 17 Juli 2008 : Kota Penuh Cobaan)
Ingatkah kau sewaktu aku masih hidup?
Menjadi pengagummu yang tertutup
Sekarang aku telah jadi bangkai yang tak punya arti
Bisakah kau jadikan ragaku itu berarti?
Dulu sewaktu nafas masih berhembus
Janjiku padamu tak sempat tertebus
Sekarang raga dan ruhku tak lagi bersatu
Masihkah kau menagih janji itu?
Sewaktu aku masih ada hanya untukmu
Aku slalu menuruti kemauanmu
Sekarang aku sudah terbaring kaku
Merasakah aku kehilangannku?
Kala itu aku hidupkan malam Tahajjud
Ku selimuti hatimu dengan do‟a dalam sujud
Sekarang aku tidur untuk selamanya
Adakah do‟a untukku yang kau punya?
(Mfar 23 Juli 2008 : Pertanyaanku Sesudah Mati)
Mungkin cinta yang tumbuh dalam hati
Seperti pada yang di tanam di bumi
Merunduk tuk mengormati
Bukan berdiri tuk menggurui
Namun cinta juga bisa membuat kita mati
Tapi tumbuh dalam hidup yang tak berisi
Kita ibarat petani yang menanami
Tapi sepanjang hari kita kan selalu merugi
Cinta itu bisa jadi perisai
Bila yang menjaganya baik tuk menemani
Cinta pun indah tuk sebuah karya seni
Bila penanya bagus tuk memiliki
Cinta itu tajam seperti duri
Menurusk perasaan dalam diri
Tapi ia pun bisa jadi yang sejati
Bila kesetiaan ada dalam hati
(Mfar 19 September 2008 : Tentang Cinta)
Mulianya umurmu di bulan penuh berkah ini
Yang menghiasi nafas dengan ibadah suci
Ku peruntuhkan sebuah do‟a dalam senyummu
Smoga lebih dewasa lagi dalam hatimu
Tak ada pelangi di hari yang cerah ini
Bintang pun tak ada yang menghiasi
Namun ada memori yang mebingkai indah disini
Ucapan Selamat Ulang Tahun yang ku tanam dalam hati
Ku pacu langkah demi sebuah harapan
Dengan gundah gulana dalam ratapan
Berharap harga sehembus nafas masa lalu
Semoga panjang umur dan sehat selalu
Kusediakan permadani dalam mimpi
Sebuah syair yang tertuang dalam puisi
Inilah perasaanku yang kau halang
Abadi dalam kenangan yang hilang
(Mfar 19 September 2008 : Sebuah Ulang Tahun)
Dalam semilir angin aku menari
Tanpa ada cinta yang menemani
Aku menari di atas bara api yang membara
Membakar smua kecewa yang tiada tara
Aku pun menyanyikan lagu kesedihan
Tetesan air mataku banjir dalam kesepian
Hatiku renyuh dan hancur berantakan
Tenggelam dalam tanah pemakaman
Aku hidup bersama bintang hati yang berkaca
Merayap dalam tangis yang tak mudah di baca
Aku tersesat dalam jalan cinta yang nyata
Slalu menerima kenyataan yang ada
Tubuhku di hujani duri kecewa dalam percintaan
Tak terhingga sakitnya yang ku rasakan
Abadi dalam keputus asaan yang begitu perih
Dan menjadi kenangan hidup yang sangat pedih
(Mfar 6 Oktober 2008 : Kekecewaanku)
Bila hati sedang gundah gulana
Karena di rundung sial pergi berkelana
Adakah kau sempat jadi nirwana?
Agar cintaku sedikit punya makna
Bila air mata banjir di pipi
Karena perjalanan seakan tak bertepi
Adakah lelahku tuk berkorban kau tutupi?
Agar harapanku nyata tak berselimut mimpi
Bila langkah tak sempat tuk selamat
Karena raga rentah di usia muda yang mengikat
Adakah kau di sampingku tuk mengajariku syahadat?
Agar nafasku yang singkat sempat bertaubat
Bila ajalpun datang tuk bertamu
Karena sudah waktunya berpisah denganmu
Adakah kau hadir terakhir kalinya tuk bertemu?
Agar aku bisa bersyukur telah mengenalmu
(Mfar 19 Oktober 2008 : Bila)
Tlah habis lembaran buku tuk menulis
Mengadu sejuta sedih yang tiada putus
Kata-kata bermutiarakan tangis
Terpahat sederhana di atas kertas
Sudah patah pena yang ku punya
Tuk sebuah ungkapan di dalamnya
Menghiasi bait-bait puisi dengan apa adanya
Biar jadi sejarahku tuk selamanya
Tak ada lagi halaman tuk singgah
Mengeluarkan api dalam amarah
Terbakar kecewa yang ada di sgala arah
Akan rasa cinta yang berkurang tak bertambah
(Mfar 22 Oktober 2012 : Sudah Tidak Ada Lagi)
Sebelum denyut jantung terheti
Dan sgala hidup yang ada tertutupi
Pinjamkan padaku nafas jiwa suci
Agar jalanku tak membawa sepi
Sebelum lisanku diam membisu
Dengarkanlah pintahku padamu
Walaupun dua mata angin berganti waktu
Bawalah dia sekarang padaku
Sebelum cahaya padam tak berbekas
Sungguh, dialah pelitaku dari Yang di Atas
Memberiku arah tujuan hidup yang luas
Dan menghiasi masa depanku yang tak terbatas
Sebelum semuanya berakhir tak punya makna
Hadirkanlah padaku cinta yang sempurna
Agar aku tenang terbang kenirwana
Dan kau akan ku tunggu dengan sabar disana
(Mfar 22 Oktober 2008 : Permintaan Terakhir)
Dunia seakan tak punya wajah
Darah bercucuran di semua arah
Nafas hilang tak tahu rimba
Semua mudah tuk di adu domba
Kekejaman terus merajai zaman
Seakan selangkah pun jalan tak aman
Pembunuhan ada di stiap sudut bumi
Seakan kejahatan tak habis di basmi
Inilah awal berakhirnya sebuah peradaban
Nyawa sudah mudah di hilangkan
Uangpun bak menggantikan Tuhan
Di kejar walau dalam kesusahan
Entah kapan semua ini berakhir
Di saat terasingnya kaum yang berdzikir
Di saat kebaikan sudah lama berlalu
Ia tlah hilang di makan waktu
(Mfar 19 November 2008 : Kehancuran Zaman)
Minggu 26 Desember 2004
Hindia surut mengering
Hindia mengamuk dalam Perintah
Hindia tuliskan bencana dalam sejarah
Minggu 26 Desember 2004
Ombak besar mengepung segenap jiwa
Maut renggut puluhan ribu nyawa
Hilang seketika dalam sesal dan kecewa
Minggu 26 Desember 2004
Mayat-mayat berserakan di bumi
Semua arah seperti tempat yang mati
Hanya tangis dam ketakutan yang tersimpan di hati
Minggun 24 Desember 2004
Semuanya hancur berantakan
Tinggal puing-puing yang berserakan
Yang kini jadi saksi bisu sebuah sejarah
(Mfar 26 Desember 2008 : Tsunami)
TENTANG PENULIS
Nama penulis adalah Faisal Rahman Abdurrahim. Lahir di
Bulubete 2 Februari 1992 M atau pada tanggal 27 Rajab 1412 H.
Kegiatan keseharian penulis adalah sebagai mahasiswa di STAIN
Datokarama Palu dan menjadi kader di beberapa organisasi di luar
kampus. Baik itu organisasi yang berbasis Islam mau pun yang berbasis
Nasionalisme.
Cita-cita penulis adalah ingin menjadi seorang penulis yang
betul-betul bisa menjadi refrensi bagi penulis-panulis lain. Terutama di
bidang Kristologi karena penulis sedang menekuni bidang perbandingan
agama ini sebagai bekal menuju kebenaran Islam di atas semua agama-agama yang mengaku
benar dengan ajarannya tersebut.
Selain menulis dan bergabung dengan berbagai organisasi, penulis juga mendalami
tentang IT (Teknologi Informatika) secara autodidak karena berhubungan dengan Jurusan
Dakwah Penyiaran Islam yang di ambil penulis selama kuliah di STAIN. Ingin membuat
jaringan dunia maya itu sebagai ladang dakwah yang Insya Allah dapat memperlihatkan
ISLAM itu adalah sebuah agama dan satu-satunya jalan keselamatan bagi umat manusia.
Mimpi penulis dalam dunia kepenulisan adalah bertemu dengan penulis idolanya
yaitu Adnan Ocktar atau di kenal sebagai Harun Yahya. Seorang penulis yang sangat
profesional di bidangnya. Dan juga ingin bertemu dengan tokoh-tokoh Kristogi di antaranya
adalah DR. M. Yahya Waloni, Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Lc, Ustadz H. Insan LS
Mokoginta. Kristolog dunia yaitu Dr. Zakir Abdulkariem Naik yang berasal dari India dan
Almarhum Syekh Ahmed Hoosen Deedat dari Afrika Selatan, semoga keselamatan tetap
tercurahkan kepada beliau, amin.
Ingin mempersunting seorang Bidadari yang sangat di cintai untuk
menyempurnakan sebagian agama di Sisi Allah. Menjadikannya cinta yang halal untuk di
cintai merupakan salah tujuan utama penulis dalam menggapai cita-cita setinggi bintang di
langit. Karena hanya Bidadari itu yang di pilih penulis untuk mengisi kekosongan hati yang
telah lama di tinggal pergi olehnya ( mungkin dalam hati sana sudah berdebu ) . Semoga
dia selalu dalam Lindungan Allah Azza Wa Jalla, Amin Yaa Rabbal Alamin.
Kritik Dan Saran :
Facebook : [email protected]
Email : [email protected]
Blog : http://www.mfar-abdurrahim.blogspot.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pada tahun 1998 untuk pertama kalinya penulis menimbah ilmu di bangku
pendidikan. Pendidikan pertama penulis dapatkan di SD Negeri Bulubete sampai pada tahun
2004. Penulis tidak pernah masuk di Sekolah TK ( Taman Kanak-kanak ) seperti teman-
teman saat itu karena penulis hidup dan besar di area perkebunan para petani yang cukup jauh
dari keramaian masyarakat. Semua itu tidak menjadi penghalang untuk penulis dalam hal
mengejar cita-citanya, selama tinggal di kebun, Ibu Penulis yang Tercinta membelikan alat
tulis menulis berupa buku dan polpen. Karena ala bisa karena biasa itulah, menulis di jadikan
sebagai sebuah hobi yang menyenangkan sekali. Penulis banyak membaca buku di
perpustakaan sekolah yang saat itu masih sangat sederhana sekali. Buku yang sangat di
gemari penulis adalah Buku Pendidikan Agama di samping dengan Buku-buku yang lain. Di
kelas 4 SD, Penulis di angkat menjadi ketua kelas sampai tamat dan mulai pada kelas 5 SD
sampai tamat pula, menjadi kewajiban penulis untuk memimpin ucapara setiap hari senin.
Pada tahun 2004, penulis masuk di sekolah menengah yang tidak jauh dari rumah
yaitu SMP Negeri 3 Dolo Bulubete. Di sekolah inilah di mulainya masa-masa ABG bagi
penulis sebagai bekal utama dalam mencari jati diri dimasa dewasa kelak. Disini, penulis
banyak mengukir prestasi walaupun tidak ada pengresmian atas prestasi tersebut tetapi
prestasi tersebut cukup di akui oleh kawan atau pun lawan dalam kelas.
Di kelas VIII, pertama kalinya penulis bertemu dengan seseorang yang selama ini
menjadi inspirasi penulis untuk menulis dan meraih cita-cita yang di impikan. Seorang yang
sudah banyak mengajarkan penulis tentang sebuah hal yang patut di pertahankan hakikatnya
dalam hati. Seorang yang menguatkan penulis belajar dengan giat agar bisa mendapatkan
perhatiannya dan alhamdulillah di kelas ujian saat semester I dan II penulis berhasil menjadi
bintang kelas dan semua itu penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang selalu
mendo‟akan dan spesilanya untuk seseorang yang telah menjadi bagian dari Ruh dalam hati
penulis. Semoga lindungan Allah Azza Wa Jalla selalu tercurahkan kepadanya.
Hobi menulis ini berawal dari pemberian buku dan polpen oleh Ibu dan hobi tersebut
di kembangkan penulis di SMP ini sejak mengenal masa-masa ABG. Hal itu berawal dari
tulisan-tulisan pribadi tentang seseorang yang selama ini menjadi inspirasi bagi penulis. Hal
itu terus berkembang dengan banyak membaca buku-buku yang bernafaskan tentang agama
Islam ini sampai dengan buku-buku tentang perbandingan agama.
Tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya di Yayasan Pendidikan Islam
Amaliah Palu. Namun karena suatu hal penulis hanya bertahan satu semester saja dan pada
semester kedua panulis bersekolah di Yayasan Al-Khairaat Pusat Palu tetapi penulis hanya
bertahan satu semester juga. Hal itu di karena sebuah problem pribadi yang sangat rumit
sekali sebagai seorang ABG yang masih labil terhadap suatu komitmen yang di bangun
bersama si pemberi inspirasi tersebut. Pertengahan tahun 2008 penulis harus mengikuti
perkataan orang tua untuk sekolah di kampung lagi, walaupun keputusan tersebut amat sangat
berat untuk di terima tetapi penulis tidak bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya sekolah SMA ketiga ada di SMA N 1 Dolo Rogo, kelas jauh Dolo Selatan.
Sekolah yang masih satu tahun lebih di buka dan penulis adalah angkatan yang kedua.
Gedung sekolah tersebut merupakan bekas dari gedung madrasah ibda‟iyah yang keadaanya
sungguh memprihatinkan. Penulis tidak bisa berbuat apa-apa dengan semua itu, penulis harus
berjuang keras untuk tetap sekolah walaupun hampir tiap hari pergi dan pulang sekolah
dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh kurang dari satu jam. Sebenarnya ada alternatif
lain untuk cepat kesekolah yaitu dengan berkendara tetapi penulis adalah salah satu dari
manusia yang di tumbuhi oleh kekurangan yang tidak di miliki oleh oran lain, yaitu penulis
adalah orang yang cacat untuk berkendara. Sekali pun penulis cacat, semua itu tidak
menyurutkan niat penulis untuk menggapai cita da cintanya, amin.
Akhirnya pada tahun 2010, penulis menghadapi UN di sekolah induk yaitu di SMA
Negeri 2 Dolo Rarampadende yang terletak di kecamatan tetangga. Namun sayangnya
penulis tidak lulus dalam UN ini sehingga harus mengikuti Ujian Pengulangan dan penulis
merupakan salah satu dari dua orang siswa yang mengulang semua mata pelajaran yang di
Ujiankan saat itu. Alhamdulillah saat Ujian Pengulangan tersebut penulis lulus.
Di tahun yang sama penulis memutuskan untuk kuliah di Modern College Palu
jurusan Komputer dan Administrasi Perkantoran selama setahun. Di kampus inilah penulis
belajar dasar-dasar tentang ilmu komputer sehingga setelah lulus dari disini penulis
mengembakan sendiri pengetahuan yang di dapatkan selama belajar disana. Dan di kampus
ini pulalah penulis pertama kalinya belajar tentang perbandingan agama karena suatu hari
penulis membaca sebuah Ebook tentang dialog KH. Bahaudin Mudhary dengan seorang
Kristen.
Setelah lulus pada tahun 2011 dari Modern College, penulis melanjutkan kuliah di
STAIN Datokarama Palu. Sebelumya penulis merasa bingung untuk melanjutkan kuliah yaitu
di antara STAIN Datokarama Palu atau STIMIK Adhiguna Palu tetapi alhamdulillah setelah
meminta pendapat salah seorang teman dekat, penulis memutuskan untuk kuliah di STAIN
Datokarama Palu dan lulus di jurusan Dakwah Komunikasi Penyiaran Islam hingga saat ini.
٢ ١٩٩٢ / ٢ ١٤١٢
THE END