KESEPAKATAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON NUTRITION KE 2 DI ROMA
DAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
(GERAKAN 1000 HPK)
oleh: Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Bappenas
Disampaikan pada Temu Ilmiah Internasional dan
Kongres Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) XV
Yogyakarta, 27 November 2014
A. PENDAHULUAN
B. GAMBARAN MASALAH GIZI GLOBAL DAN INDONESIA
C. STRATEGI MEMBENTUK KOMITMEN GLOBAL DALAM
GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
D. DEKLARASI ROMA UNTUK GIZI
E. PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN
PERBAIKAN GIZI
2
SISTEMATIKA
A. PENDAHULUAN
3
SAMBUTAN SEKJEN PBB PADA PEMBUKAAN ICN 2
• Saat ini adalah babak baru untuk mencari jalan keluar dalam menghilangkan isu kelaparan dan kekurangan gizi untuk selamanya.
• Lebih dari 100 negara berkembang di Afrika, Latin Amerika dan Karibia, serta Asia Pasifik dan Timur Tengah telah menyampaikan komitmen untuk mengakhiri kelaparan pada tahun 2025.
• 54 negara telah melakukan gerakan percepatan perbaikan gizi (Scalling up Nutrition/SUN) dan mengarusutamakan gizi ke dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Diperlukan peningkatan upaya global dan komitmen nasional mengatasi masalah pangan dan gizi.
4
Selamat bagi negara-negara yang telah menyatakan komitmennya untuk Deklarasi Roma untuk Gizi dan Kerangka kerjanya
SAMBUTAN DIRJEN WHO PADA ICN 2
• Kebijakan yang cerdas dan kuat untuk mengatur pertanian, produksi pangan dan gizi saat ini makin diperlukan.
• Saat ini di tingkat dunia disparitas sosial yang berdampak pada status kesehatan dan gizi adalah yang tertinggi dalam sejarah. Ekonomi tumbuh namun kebijakan lebih memihak pada kaum elit dan gagal melindungi kaum miskin. Dunia ini tidak memerlukan negara kaya yang penuh dengan penduduk miskin.
• Kelaparan dan kemiskinan yang diderita jutaan manusia dunia berdampak pada kekurangan gizi, penyakit seperti anemia, gondok, kebutaan, BBLR, dan anak yang kurus dan pendek. Kekurangan gizi menghambat pertumbuhan, perkembangan kognitif dan membunuh anak pada hari-hari pertama kehidupannya.
• Produksi pangan tradisional telah digeser oleh industri pangan yang murah namun tidak sehat.
• Prevalensi obesiti yang tinggi juga telah menggejala di dunia yang berdampak pada penyakit jantung, diabetes dan cancer.
• Oleh karena itu dunia memerlukan kebijakan yang koheren lintas sektor meliputi pertanian, produksi pangan, distribusi dan pemasaranannya dan upaya melindungi lingkungan dan kehidupan petani. 5
Dukungan kesepatan ilmiah tentang asupan minimum dari zat gizi mikro terkait kekurangan gizi dan asupan maksimum yang tidak boleh dilanggar untuk terlindung dari penyakit kronis yang disebabkan oleh pola diit.
SAMBUTAN DIRJEN FAO PADA ICN 2
• ICN 2 adalah pertemuan yang dilakukan setelah 22 tahun yang lalu dilakukan di tempat yang sama.
• Dalam 2 dekade 210 juta penduduk dunia terbebas dari masalah kekurangan gizi namun 800 juta masih menderita kelaparan yang hebat; prevalensi stunting dunia turun dari 40% ke 25 % tetapi masih sekitar 160 juta anak adalah anak pendek, dan tidak diduga 22 tahun yang lalu penduduk yang menderita kegemukan naik menjadi 500 juta dewasa saat ini.
• Banyak negara berkembang terutama negara berpenghasilan menengah menderita double burden of malnutrition, oleh karena itu kita harus mengatur kembali sistem pangan dunia yaitu sistem pangan yang sustainable, inclusive, dan yang lebih sehat.
• Untuk itu harus dilakukan upaya bersama antara pemerintah dan dunia usaha serta masyarakat sipil untuk kepentingan para konsumen pangan terutama untuk melindungi mereka yang suaranya tidak terdengar yaitu kaum miskin yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi. 6
• Koordinasi sektor–sektor pemerintah yaitu pertanian, kesehatan, pendidikan dan perlindungan sosial harus mengatur kebijakan bersama yang bertujuan untuk mencapai status gizi yang lebih baik
untuk semua (better nutrition for all).
• Zero hunger yang meresonansikan ketahanan pangan dan kecukupan gizi untuk masa depan dunia yang tercakup dalam Deklarasi Roma untuk Gizi, perlu didukung karena merupakan upaya pembaruan untuk mencapai status gizi yang lebih baik untuk semua.
• Marilah kita bekerjasama sebagai satu generasi manusia yang akan membuat kelaparan dan gizi salah sebagai bagian dari sejarah.
7
SAMBUTAN DIRJEN FAO PADA ICN 2 (2)
SAMBUTAN PAUS FRANSISKUS PADA ICN 2
• Perumusan komitmen negara-negara untuk memerangi kelaparan dan kekurangan gizi harus diinspirasi oleh keyakinan bahwa hak atas pangan hanya dapat diwujudkan bila kita menyayangi subyek aktual yaitu manusia yang menderita kelaparan dan kekurangan gizi.
• Perbincangan tentang hak harus diikuti dengan pemenuhan kewajiban. Oleh karena itu rencana pembangunan dan pekerjaan dari organisasi internasional harus memperhitungkan harapan dari orang biasa atas haknya terhadap pangan. Yang diminta adalah martabat bukan belas kasihan.
• ST John Paul II pada pidatonya di ICN 1 meperingatkan dunia terhadap resiko “paradox of plenty” dalam persoalan pangan dan gizi – ketika pangan cukup untuk setiap manusia, namun tidak semua bisa makan, sementara sisa makanan, konsumsi yang sangat berlebihan dan penggunaan pangan tujuan lain sangat nyata bagi kita. 8
• Paus juga menekankan pentingnya manusia untuk bertanggung jawab , saling menghormati, daripada berselisih dan menghancurkan dunia. Negara sebagai kesatuan keluarga manusia harus bertindak secara nyata untuk saling menolong dengan menggunakan hukum alam yang tertulis di hati dan dimengerti oleh setiap manusia yaitu cinta kasih, keadilan dan keamanan.
• Beliau juga berharap dunia mendengar Konferensi ini sebagai satu cerminan kesadaran bersama untuk memberi makan bagi yang kelaparan, menyelamatkan hidup dan dunia.
9
SAMBUTAN PAUS FRANSISKUS PADA ICN 2 (2)
GIZI MENURUT PANDANGAN TOKOH NASIONAL K.H. SALAHUDDIN WAHID
• Dari sisi keagamaan, upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan ibadah sosial disamping ibadah ritual. Artinya bila diketahui terdapat kejadian gizi buruk di masyarakat namun tidak dilakukan upaya penanganan, maka bagi yang mengetahui kejadian tersebut termasuk golongan pendusta agama.
• Ajaran agama telah secara jelas mendukung upaya perbaikan gizi. Sebagai contoh, konsep gizi seimbang yang ditekankan oleh Rasulullah SAW yang diambil dari pesan implisit Al-Qur'an: “Makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang (makan-minum) berlebih-lebihan”. 10
B. GAMBARAN MASALAH GIZI GLOBAL DAN INDONESIA
11
•
178 Million Children Under 5 Suffer from Stunting
Prevalence of Stunting
Source : The Lancet Maternal and Child Undernutrition Series (2008)
13
BASELINE STUNTING RATE AND ANNUAL REDUCTION IN STUNTING
Overlap /indicator group
Under-five stunting≥20%, WRA anaemia≥20%, Adult overweight ≥35%
Number of countries
Total Population (millions)
Countries
Under-five stunting only
3 194 Ethiopia, Rwanda, Viet Nam
WRA anaemia only
3 102 Senegal, Sri Lanka, Thailand
Adult overweight only
12 873 Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Germany, Mexico, Paraguay, Peru, The former Yugoslav Republic of Macedonia, United States of America, Uruguay
Under-five stunting and WRA anaemia only
47 2758 Angola, Bangladesh, Benin, Bhutan, Burkina Faso, Burundi, Cambodia, Central African Republic, Chad, Comoros, Congo (Republic of the), Cote d’Ivoire, Democratic People’s Republic of Korea, Democratic Republic of the Congo, Djibouti, Eritrea, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, India, Indonesia, Kenya, Lao People’s Democratic Republic, Liberia, Madagascar, Malawi, Mali, Mozambique, Myanmar, Namibia, Nepal, Niger, Nigeria, Pakistan, Philippines, Sierra Leone, Somalia, Sudan, Tajikistan, Timor-Leste, Togo, Uganda, United Republic of Tanzania, Zambia, Zimbabwe
14
COUNTRIES WITH OVERLAPING UNDERFIVE STUNTING, ANEMIA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE, AND ADULT OVERWEIGHT(1)
Overlap /indicator group
Under-five stunting≥20%, WRA anaemia≥20%, Adult overweight ≥35%
Number of
countries
Total Population (millions)
Countries
Adult overweight and Under-five stunting only
2 14 Honduras, Nicaragua
WRA anaemia and Adult overweight only
29 438 Algeria, Belarus, Belize, Bosnia and Herzegovina, Dominican Republic, Gabon, Georgia, Guyana, Iran, Jamaica, Jordan, Kazakhstan, Kuwait, Kyrgyzstan, Malaysia, Mongolia, Montenegro, Morocco, Oman, Panama, Republic of Moldova, Saint Lucia, Saudi Arabia, Serbia, Suriname, Tunisia, Turkey, Uzbekistan, Venezuela
WRA Anaemia and Adult overweight and Under-five stunting
24 321 Albania, Armenia, Azerbaijan, Bolivia, Botswana, Cameroon, Ecuador, Egypt, El Salvador, Equatorial Guinea, Guatemala, Iraq, Lesotho, Libya, Maldives, Mauritania, Papua New Guinea, Sao Tome and Principe, Solomon Islands, South Africa, Swaziland, Syria, Vanuatu, Yemen.
Below cut-off for all 3 indicators
2 1426 China, Republic of Korea
Total with data 122
Missing data for at least one of the three indicators
71
Total 193 15
COUNTRIES WITH OVERLAPING UNDERFIVE STUNTING, ANEMIA IN WOMEN OF REPRODUCTIVE AGE, AND ADULT OVERWEIGHT(2)
Indicator Sources: - United Nations Children’s Fund, World Health Organization, The World Bank. UNICEF-WHO-The World Bank: 2013 Joint child malnutrition estimates - Levels and trends. UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, DC; 2014.Population. Data are from 2005-2013 - Stevens GA et al (2013). Global, regional, and national trends in haemoglobin concentration and prevalence of total and severe anaemia in children and pregnant and non-pregnant women for 1995-2011: a systematic analysis of population-representative data. The Lancet Global Health 2013;1:e16-e25 - World Health Organization Global Health Observatory Data Repository, 2014. Data is from 2008. Available from: http://apps.who.int/gho/data/node.main.A896?lang=en Population source: United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division. World Population Prospects: The 2012 revision, 2013.
Overlap/indicator group
Under-five stunting≥20%, Under-five wasting≥5%, Under-five overweight ≥7%
Number of countries
(Total: 193)
Total population (millions)
Countries
Stunting only
12 212 Democratic People’s Republic of Korea, El Salvador, Guatemala, Honduras, Liberia, Nauru, Nicaragua, Solomon Islands, Togo, Uganda, Viet Nam, Zimbabwe
Wasting only
6 68 Guyana, Oman, Saudi Arabia, Senegal, Sri Lanka, Suriname
Overweight only
25 603 Algeria, Argentina, Belarus, Belize, Bosnia and Herzegovina, Brazil, Chile, Costa Rica, Dominican Republic, Gabon, Georgia, Kazakhstan, Kuwait, Kyrgyzstan, Mexico, Mongolia, Montenegro, Morocco, Paraguay, Peru, Serbia, The former Yugoslav Republic of Macedonia, Tunisia, Uruguay, Uzbekistan
Stunting and wasting only
38 2462 Bangladesh, Burkina Faso, Burundi, Cambodia, Cameroon, Central African Republic, Chad, Congo (Republic of the), Cote d'Ivoire, Democratic Republic of the Congo, Eritrea, Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, Haiti, India, Kenya, Lao People’s Democratic Republic, Maldives, Mali, Mauritania, Myanmar, Namibia, Nepal, Niger, Nigeria, Pakistan, Philippines, Somalia, South Sudan, Sudan, Tajikistan, Timor-Leste, United Republic of Tanzania, Vanuatu, Yemen
16
COUNTRIES WITH OVERLAPING STUNTING, WASTING, AND OVERWEIGHT IN UNDERFIVE (1)
Overlap/indicator group
Under-five stunting≥20%, Under-five wasting≥5%, Under-five overweight ≥7%
Number of countries
(Total: 193)
Total population (millions)
Countries
Stunting overweight only
7 45 Armenia, Bolivia, Equatorial Guinea, Lesotho, Malawi, Rwanda, Swaziland
Wasting and overweight only
2 70 Republic of Moldova, Thailand
Stunting, wasting and overweight
17 468 Albania, Azerbaijan, Benin, Bhutan, Botswana, Comoros, Djibouti, Egypt, Indonesia, Iraq, Libya, Mozambique, Papua New Guinea, Sao Tome and Principe, Sierra Leone, Syria, Zambia
Below cut-off for all three indicators
10 1914 China, Colombia, Germany, Jamaica, Jordan, Republic of Korea, Saint Lucia, Tuvalu, United States of America, Venezuela
Total with data
117 5842
17
Indicator Source: United Nations Children’s Fund, World Health Organization, The World Bank. UNICEF-WHO-The World Bank: 2013 Joint child malnutrition estimates - Levels and trends. UNICEF, New York; WHO, Geneva; The World Bank, Washington, DC; 2014. Data are from 2005-2013.
COUNTRIES WITH OVERLAPING STUNTING, WASTING, AND OVERWEIGHT IN UNDERFIVE (2)
59 37 33
0
10
20
30
40
50
60
70
Afg
hani
stan
Yem
enG
uate
mal
aT
imor
-Les
teM
adag
asca
rM
alaw
iB
urun
diE
thio
pia
Rw
anda
Nep
alIn
dia
Lao
Peo
ple'
s…B
huta
nN
iger
Gui
nea-
Bis
sau
Dem
ocra
tic R
epub
lic…
Zam
bia
Dem
ocra
tic P
eopl
e's…
Uni
ted
Rep
ublic
of…
Moz
ambi
que
Erit
rea
Com
oros
Ban
glad
esh
Ben
inP
apua
New
Gui
nea
Cen
tral
Afr
ican
…E
quat
oria
l Gui
nea
Pak
ista
nC
ambo
dia
Som
alia
Leso
tho
Nig
eria
Mya
nmar
Cha
dS
udan
Cot
e d'
Ivoi
reG
uine
aT
ajik
ista
nLi
beria
Uga
nda
Mal
iIn
done
sia
Vie
tnam
Cam
eroo
nB
urki
na F
aso
Sie
rra
Leon
eK
enya
Phi
lipin
esZ
imba
bwe
Djib
outi
World Average26,9
Sumber : UNICEF 2009
Prevalence of Stunting in 50 Countries (Tahun 2003-2008) Indonesia rank 42 (37 percent)
54
48
42 41 37 36 34
16
4
0
10
20
30
40
50
60
Timor-Leste Laos Cambodia Myanmar Indonesia Vietnam Philipines Thailand Singapore
World Average 26,9
Prevalence of Stunting in countries part of ASEAN (2003-2008)
PREVALENCE OF STUNTING : INDONESIA’S POSITION
20
PROPORSI BAYI LAHIR PENDEK (<48 CM), 2013*)
28.7
20.2
9.6
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
NT
T
DIY
Su
lte
ng
Ba
bel
Sulu
t
Pa
pua
Ja
teng
Su
mse
l
Ka
lbar
Su
lse
l
Ma
lut
La
mp
un
g
Ka
lte
ng
Ja
mb
i
Ba
nte
n
Ja
ba
r
Ind
on
esia
Su
lbar
DK
I
Su
mu
t
Pa
bar
NT
B
Su
ltra
Kaltim
Ke
p.R
iau
Ja
tim
Ria
u
Su
mb
ar
Go
ron
talo
Ka
lse
l
Ace
h
Ma
luku
Be
ngku
lu
Bali
*) Berdasarkan 45% sampel balita yang punya catatan
0 200 400 km
0 200 400 mm
PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA BERDASARKAN PROVINSI
Lautan Hindia
Laut Jawa
Laut Arafuru
Laut Banda
Laut Sulawesi
< 20 % (0 province)
20-29,9 % (8 province)
30-39,9 % (18 province)
>= 40 % (7 province)
Indonesia : 35,6 %
Laut Timor
22 Sumber Data : Riskesdas 2010
C. STRATEGI MEMBENTUK KOMITMEN GLOBAL DALAM GERAKAN PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI (SUN MOVEMENT)
23
28
BENEFIT-COST RATIOS OF SCALING UP NUTRITION-SPECIFIC INTERVENTIONS FOR STUNTING REDUCTION, SELECTED COUNTRIES
(HODDINOTT ET AL., 2013)
D. DEKLARASI ROMA UNTUK GIZI (ROMA, 19-21 NOVEMBER 2014)
37
Rome Declaration on Nutrition
We reaffirm that: 1. the elimination of malnutrition is an imperative for health, ethical, political, social
and economic reasons
2. nutrition policies should promote a diversified, balanced and healthy diet at all stages of life
3. coordinated action needs to be supported through cross-cutting and coherent policies, programmes and initiatives
4. food should not be used as an instrument for political or economic pressure;
5. volatility of prices of food and agricultural commodities can negatively impact food security and nutrition;
6. improvements in diet and nutrition require relevant legislative frameworks
7. nutrition data and indicators need to be improved
8. empowerment of consumers is necessary
9. national health systems should integrate nutrition
10. special attention to women and empower women and girls
38
Rome Declaration on Nutrition (1)
We commit to:
1. Eradicate hunger and prevent all forms of malnutrition worldwide
2. Increase investments for effective interventions and actions
3. Enhance sustainable food systems by developing coherent public policies from production to consumption and across relevant sectors
4. Raise the profile of nutrition within national strategies, policies, actions plans and programmes, and align national resources accordingly
5. Strengthen human and institutional capacities to address all forms of malnutrition through, inter alia, scientific and socio-economic research and development, innovation and transfer of technologies
39
Rome Declaration on Nutrition (2)
6. Strengthen and facilitate contributions by all stakeholders and promote collaboration within and across countries
7. Develop policies, programmes and initiatives for ensuring healthy diets, in particular during the first 1,000 days of life
8. Empower people and create an enabling environment through improved information and education;
9. Implement the commitments of this Declaration through the Framework for Action;
10. Integrate the vision and commitments of this Declaration into the post-2015 development agenda
40
E. PELAKSANAAN GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
41
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI PADA 1000 HPK
Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor untuk mengatasi penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif 42
Menyatukan komponen pemerintah, masyarakat madani, donor, PBB, swasta, media massa dan peneliti/akademisi dalam upaya perbaikan gizi secara kolektif.
54 member
countries
SUN MOVEMENT
• Indonesia telah menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB pada bulan Desember 2011.
• Saat ini jumlah negara yang bergabung dalam Gerakan SUN sebanyak 50 negara, termasuk Indonesia.
• SUN Movement bukanlah inisiatif baru, maupun pendanaan baru,
tetapi merupakan peningkatan efektivitas dari berbagai inisiatif dan program/kegiatan yang sudah ada melalui dukungan dari kepepimpinan nasional, penetapan prioritas, dan harmonisasi program.
• Dilakukan melalui upaya KOORDINASI dan dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, serta kemitraan.
44
SUN MOVEMENT (2)
SUN Global Stewardship
SUN Global networks
SUN Countries
UN Secretary General
SUN Lead Group
SUN Secretariat
Country
Donor
UN
Civil society
Business
Knowledge
Government SUN focal point
Donor
UN
CSOs Business
Knowledge
Government
Multi-sector Multi-stakeholder
platform
45
SUN MOVEMENT (3)
46
PENERAPAN SUN MOVEMENT DI INDONESIA
SUN Movement di Indonesia di terapkan dalam Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
Karena fokus SUN Movement pada 1000 HPK, maka disebut juga Gerakan 1000 HPK
PRINSIP DASAR INTERVENSI DALAM GERAKAN 1000 HPK
1. Intervensi Fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu dimulai dari 270 hari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun (730 hari).
2. Intervensi didasarkan kepada bukti (evidence based)
3. Intervensi harus dilakukan lintas sektor melibatkan pemerintah dan swasta
47
STRATEGI NASIONAL
1. Tahap Pertama: Membangun komitmen dan kerjasama antar pemangku kepentingan.
2. Tahap Kedua: Mempercepat pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, meningkatkan efektifitas dan meningkatkan sumber pembiayaan.
3. Tahap Ketiga: Memperluas pelaksanaan program, meningkatkan kualitas pelaksanaan dan memelihara kesinambungan kegiatan untuk mencapai indikator dampak yang sudah disepakati.
48
I. Ibu Hamil
Suplementasi besi folat
PMT pada ibu hamil Kurang Energi Kalori (KEK)
Penanggulangan kecacingan
Suplemen kalsium
Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria
II. Ibu Menyusui
Promosi menyusui
Komunikasi perubahan perilaku untuk memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI
INTERVENSI GIZI SPESIFIK
49
III. Bayi 0-23 Bulan
Suplementasi zink
Zink untuk manajemen diare
Suplemen vitamin A
Pemberian garam iodium
Pencegahan kurang gizi akut
Pemberian obat cacing
Fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi
Pemberian kelambu
No Kegiatan
1 Penyediaan air bersih dan sanitasi
2 Ketahanan pangan dan gizi
3 Keluarga Berencana
4 Jaminan Kesehatan Masyarakat
5 Perlindungan Sosial, termasuk PNPM
6 Fortifikasi Pangan
7 Pendidikan gizi masyarakat, termasuk PAUD
8 Intervensi untuk remaja perempuan, termasuk pemberdayaan perempuan
9 Pengentasan Kemiskinan, termasuk BLT bersyarat/PKH
INTERVENSI GIZI SENSITIF
50
51 51
POKJA I: Kampanye Nasional &
Daerah
POKJA II: Advokasi
dan Sosialisasi
Lintas Sektor dan
Lintas Lembaga
POKJA III: Pelatihan
POKJA IV: Perencanaan
dan Penganggaran
POKJA V: Kemitraan
TIM PENGARAH
TIM TEKNIS
POKJA VI: Kajian Faktor Risiko Lingk.
KELOM-
POK AHLI
Perpres No.42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gerakan 1000 HPK)
SK Menko Kesra No.11 Tahun 2014 Tentang Keanggotaan Tim Teknis
SK Deputi SDM&K Selaku Ketua Tim Teknis Gerakan 1000 HPK No.37 Tahun 2014 Tentang Kelompok Kerja Gerakan 1000 HPK
1
2
3
GUGUS TUGAS GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
(TIM GERAKAN NASIONAL 1000 HPK)
PEMERINTAH PEMDA
inisiator, fasilitator dan
motivator
MITRA PEMBANGUNAN
memperkuat kolaborasi
DUNIA USAHA
pengembangan produk
MEDIA MASSA
menyebarluaskan informasi terkait pangan dan gizi
secara terus menerus
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
analisa kebijakan serta pelaksana
pada tingkat masyarakat
UN NETWORK
memperluas dan mengembangkan
kegiatan
ORGANISASI PROFESI & AKADEMISI
Think Tank
PARLEMEN
GERAKAN NASIONAL
PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
52
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN
INDIKATOR HASIL 2025
No Indikator Hasil
1. Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen.
2. Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) kurang dari 5 persen.
3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30 persen.
4. Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.
5. Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50 persen.
6. Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan paling kurang 50 persen.
53
54