1
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN 2015
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA
PULAU GILI KETAPANG, KABUPATEN PROBOLINGGO,
JAWA TIMUR
Tim Pengabdi:
Ketua : Ir. Hasan Ikhwani, MSc (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS)
Anggota 1 : Dr. Suntoyo, ST, M.Eng (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS)
Anggota 2 : Dr. M. Mustain, MSc (Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS)
Anggota 3 : Dr. H. D. Armono, ST, M.Eng (Jur Teknik Kelautan FTK-ITS)
Anggota 4 : Arwi Yudhi Koswara, ST, MT (Jurusan PWK-FTSP ITS)
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
2
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PULAU GILI KETAPANG,
KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR
RINGKASAN
Di Indonesia, jumlah pulau kecil mencapai ribuan dan kurang mendapat perhatian pemerintah
dalam pengelolaannya. Kasus hilangnya Pulau Lipatan dan Sepidan ke tangan pemerintah
Malaysia menunjukkan betapa lemahnya pemerintah kita dalam mengelola pulau-pulau kecil.
Paradigma pembangunan yang berorientasi ke darat, menjadikan pulau-pulau kecil lebih
termarginalkan. Pulau Gili Ketapang merupakan salah satu pulau kecil dari 445 pulau yang ada
di Jawa Timur. Pulau Gili Ketapang ini terletak di Wilayah Kabupaten Probolinggo, terletak
kurang lebih 3.8 mil laut dari Pelabuhan Mayangan dan dapat ditempuh kurang lebih 45 menit
dengan perahu. Luas Pulau Gili Ketapang hanya sekitar 60 ha. Dimensi yang demikian itu
Pulau Gili Ketapang dapat dikategorikan sebagai pulau yang sangat kecil. Di sisi lain, jumlah
penduduk di pulau tersebut mencapai 9.389 jiwa. Kondisi ini mengakibatkan kerapatan
penduduknya sangat tinggi (1610 jiwa/km2). Dengan kepadatan penduduk yang tinggi tersebut
tentu akan mempunyai permasalahan tersendiri apabila sumber daya alam di pulau tersebut
tidak mampu secara ekonomi mencukupi kebutuhan penduduknya.
Pulau Gili ketapang sebetulnya mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah
tekstur tanah berupa pasir putih dan karang. Kondisi tersebut merupakan lahan yang subur bagi
terumbu karang untuk hidup. Akan tetapi terumbu karang di Pulau Gili Ketapang dilaporkan
tinggal 40% saja yang masih baik. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena terumbu
karang merupakan indikator kesehatan ekosistem yang akan berdampak terhadap kelangsungan
sumber daya ikan lestari di pulau tersebut. Di samping sebagai habitat ikan-ikan pelagis,
terumbu karang juga mempunyai potensi untuk wisata bahari. Upaya perbaikan telah dilakukan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur dengan diakukannya rehabilitasi terumbu
karang buatan sebanyak 196 buah di tahun 2005. Di samping terumbu karang, di bagian sisi
pulau terdapat gua alami yang juga berpotensi sebagai tempat tujuan wisata.
Potensi lain yang ada di pulau tersebut belum digali secara maksimal. Untuk itu, dalam
kegiatan ini akan dilakukan kajian sebagai upaya membantu pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Pemkab Probolinggo dalam menggali potensi sumber daya alam di Pulau Gili Ketapang,
kemudian memberikan usulan untuk pengelolaan ke depannya sehingga potensi yang ada di
pulau tersebut dapat digunakan semaksimalnya dalam mensejahterakan penduduk yang ada di
pulau tersebut. Pemetaan potensi menggunakan SWOT analysis, dan konsep pengelolaan
dimodelkan dengan mengunakan pendekatan dynamic system.
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah suatu negara kepulauan (archipelago states), yang terdiri kurang lebih 17.504
pulau, yang sebagian besar berupa pulau-pulau kecil. Pulau kecil tersebut berjumlah lebih
10.000 buah (Bengen 2003). Di Jawa Timur sendiri, jumlah pulau kecil mencapai 445 buah,
dengan panjang pantai mencapai 1600 km dan luas perairan 208.097 km2 (Dinas Perikanan
dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2010). Jumlah yang demikian besar tersebut merupakan
peluang untuk memanfaatkan potensi pulau-pulau kecil dalam rangka peningkatan
kesejahteraan, namun juga merupakan tantangan bagi pemerintah untuk memberikan
pengelolaan yang lebih baik. Belajar dari lepasnya Pulau Lipatan dan Sepidan ke Negara
Malaysia, pengelolaan pulau kecil tidak bisa dilakukan sembarangan dan diperlukan usaha
yang sungguh-sungguh bagi semua pemangku kepentingan (stake holder).
Pengelolaan pulau kecil merupakan persoalan tersendiri. Persoalan umum yang dijumpai
pulau-pulau kecil adalah limbah lokal, persoalan perikanan, kehutanan, penggunaan lahan dan
persoalan hak ulayat pulau. Sementara itu persoalan yang bersifat lokal dapat berupa hilangnya
tanah (soil loss), kekurangan air (water shortage), limbah padat, bahan kimia beracun, dan
problem spesies langka (DKP, 2009). Kerusakan ekosistem akibat kegiatan perikanan, seperti
penangkapan berlebih, pemboman yang mengakibatkan kerusakan terumbu karang, peracunan
ikan, juga sering dijumpai di wilayah pulau-pulau kecil.
Pulau kecil didefinisikan sebagai pulau yang memiliki luas kurang dari 10.000 km2 dan
penduduk kurang dari 500.000 jiwa, sementara itu Kepmen Kelautan dan Perikanan no
41/2000 memberikan batasan jumlah penduduk kurang dari 200.000 jiwa. Peraturan Presiden
no 78/2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar memberikan batasan definisi pulau
kecil adalah pulau yang luasnya kurang dari 2.000 km2. Definisi yang terakhir ini pula yang
ditegaskan dalam UU no 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Sementara itu, pulau yang luasnya kurang dari 100 km2 dengan lebar kurang dari 3 km dapat
dikatakan sebagai pulau yang sangat kecil (Bengen, 2003).
Pulau Giliketapang merupakan pulau karang yang terletak di sebelah utara wilayah Kabupaten
Probolinggo pada koordinat 113o15’21” BT dan 7o40’48” LS, dengan kondisi daerah yang
khas pesisir dan penduduk Suku Madura. Panjang pulau Giliketapang 2,1 km dengan lebar
0,6 km, dan luas wilayah kurang lebih 60 ha. Jumlah penduduk di Pulau Giliketapang
berdasarkan hasil data statistik Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 sebanyak 9.389 jiwa,
dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar + 1 %. Berdasarkan data tersebut, maka Pulau
Gili Ketapang dapat dikategorikan Pulau Kecil, bahkan Pulau Yang Sangat Kecil dengan
kepadatan penduduk yang paling padat di Jawa Timur.
Pulau Gili Ketapang memiliki 8 Dusun yang tersebar dari barat sampai timur pulau yaitu
Dusun Pesisir, Dusun Mujahidin, Dusun Krajan, Dusun Baiturrohman, Dusun Mardian, Dusun
Gozali, Dusun Suro dan Dusun Marwa. Adapun prosentase mata pencaharian penduduk di
Pulau Giliketapang, adalah sebagai berikut : nelayan (90%); pedagang (5%); buruh (3%), PNS
1%), lain-lain (1%) (Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Probolingo, 2013).
Permasalahan penduduk di pulau yang sangat kecil ini akan menjadi pemicu bagi
permasalahan-permasalahan lain, diantaranya:
a. Ketersediaan air bersih
4
b. Ketersediaan penerangan dan listrik
c. Limbah domestik
d. Lingkungan
e. Sarana dan prasarana fisik/non fisik
f. Kerusakan ekosistem perairan
g. dan Sumber Daya Manusia
Gambar 1. Peta Lokasi Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo
Gambar 1. Letak Pulau Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur
Gambar 2. Kepadatan Penduduk di Pulau Gili Ketapang dilihat dari Citra Satelit
Kompleksnya permasalahan tersebut mengharuskan adanya prioritas pembangunan dan
pengelolaan yang tepat. Proposal ini bertujuan untuk mengkaji kebijakan yang paling sesuai
PPaaiittoonn
SSuukkaappuurraa
SSuummbbeerr KKrruucciill
TTiirriiss
GGaaddiinngg
KKoottaaaannyyaarr
PPaakkuunniirraann
BBeessuukk
WWoonnoommeerrttoo
PPaajjaarraakkaann DDrriinngguu
BBaannyyuuaannyyaarr
KKRRAAKKSSAAAANN
SSuummbbeerraassiihh
SELAT MADURA
KKAABB.. JJEEMMBBEERR
KKAABB.. LLUUMMAAJJAANNGG
KKOOTTAA PPRROOBBOOLLIINNGGGGOO
MMaarroonn
GGeennddiinngg
LLeecceess
BBaannttaarraann
KKuurriippaann
LLuummbbaanngg
TTeeggaallssiiwwaallaann
TToonnggaass
KKrreejjeennggaann
P. GILIKETAPANG
5
pemanfataan dan pengelolaan Pulau Gili Ketapang sebagai pulau kecil di wilayah Kabupaten
Probolinggo. Potensi sumber daya alam yang ada di pulau tersebut juga akan dikaji dan
dipetakan sebagai potensi ekonomi yang mandiri. Hasil dari kegiatan ini adalah memberikan
masukan bagi Pemda Probolinggo dan Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Timur, dan sekaligus
sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di Pulau Gili Ketapang.
1.2 Perumusan Masalah
Pulau Gili Ketapang terletak kurang lebih 3.8 mil laut dari daratan, ditempuh dengan
menggunakan perahu penumpang kurang lebih 45 menit dari Pelabuhan Mayangan di
Probolinggo. Letak geografis ini mengakibatkan Pulau Gili Ketapang terisolasi dari daratan
utama, sehingga timbul berbagai permasalahan antara lain terbatasnya pendidikan, kesehatan,
aksebilitas, sarana dan prasarana (listrik, air bersih).
Kondisi yang demikian mengakibatkan minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas dan
kerusakan lingkungan yang semakin meningkat. Laporan dari Pemkab Probolinggo, terumbu
karang yang hidup di sekitar pulau Gili Ketapang tinggal 40% saja, hal tersebut karena dirusak
oleh penduduk untuk diambil sebagai bahan bangunan, atau diledakkan untuk mendapatkan
ikan secara pintas (lihat gambar). Kondisi yang demikian sangat mengkhawatirkan, karena
dengan rusaknya terumbu karang akan mengakibatkan turunnya sumber daya perikanan lestari
di pulau tersebut.
Gambar 3. Terumbu Karang yang di ambil Penduduk
6
Gambar 4. Terumbu Karang yang Digunakan sebagai Pondasi Rumah
Selain sebagai habitat ikan-ikan pelagis, terumbu karang yang sehat juga sebagai potensi
ekonomi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai wisata bahari (selam, snorkeling). Wisata
tersebut saat ini menjadi andalan nasional sebagaimana di Bunaken, Manado dan Raja Ampat,
Papua. Oleh karena itu dibutuhkan adanya suatu pola pengelolaan pulau yang tepat, sesuai
dengan potensi sumber daya alam, karakteristik, dan permasalahan yang dimiliki di Pulau Gili
Ketapang.
I.3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Mengetahui dan menggali potensi sumber daya alam yang ada di Pulau Gili Ketapang
sebagai potensi ekonomi.
2. Menganalisis alternatif pengelolaan yang paling sesuai untuk Pulau Gili Ketapang
sebagai pulau kecil yang terpisah dari daratan utama (maindland).
I.4. Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah :
1. Melibatkan secara aktif peran masyarakat di Pulau Gili Ketapang dalam pengelolaan
pulau, khususnya dalam usaha pelestarian ekosistem terumbu karang.
2. Memberikan kontribusi kepada Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Timur dan Pemkab
Probolinggo berupa konsep dan pola pengelolaan pulau kecil yang berkelanjutan.
3. Sebagai usaha pemikiran untuk mensejahterakan masyarakat pesisir di Pulau Gili
Ketapang.
I.5. Target Luaran
Target luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah berupa kebijakan sebagai
pedoman bagi Dinas Perikanan & Kelautan Jawa Timur dan Pemkab Probolinggo dalam
merencanakan anggaran untuk pengelolaan Pulau Gili Ketapang. Hasil kajian akan
dipublikasikan dalam :
1. Seminar Kelautan yang diadakan di ITS bulan Nopember 2015, atau bulan Juli 2015 di
UGM, atau
2. Majalah Ilmiah Kelautan Neptunus, Universitas Hang Tuang Surabaya
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Pulau Kecil
Paradigma pembangunan dengan orientasi daratan (land based oreinted) pada masa lalu telah
memarginalkan pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia. Padahal tidak dapat dipungkairi bahwa
negara kita adalah negara kepulauan (archipelago countries) yang mempunyai 17.000 pulau
lebih. Pemeriantah baru sadar setelah hilangnya 2 (dua) pulau kecil di perbatasan dengan
Malaysia, yaitu Lipatan dan Sipidan hanya karena Malaysia mengklaim telah melakukan
pengelolaan terhadap lingkungan di kedua pulau tersebut, yang pada akhirnya Mahkamah
Internasional menjatuhkan keputusan atas dua pulau tersebut ke tangan Malaysia. Dua pulau
tersebut hanya sebagai contoh betapa lemahnya pemerintah dalam memberikan perhatian
terhadap pulau-pulau kecil yang jumlahnya ribuan.
Kebijakan pembangunan yang keliru (miss management) pada masa lampau, menurut
Retraubun (2003) telah menjadikan kawasan pulau-pulau kecil mengalami berbagai kondisi,
seperti: miskinnya masyarakat pada kawasan itu, kemampuan sumberdaya manusia yang
rendah sebagai akibat kurangnya sentuhan pendidikan formal –walaupun sebetulnya mereka
kaya dengan pengetahuan tradisional-, tidak termanfaatkan secara optimal dan efisien
sumberdaya hayati maupun nirhayatinya, terjadi kerusakan lingkungan yang cukup serius baik
di pantai maupun lautnya di kawasan itu, dan terjadi kesenjangan pembagunan yang sangat
besar bila dibanding dengan daratan utama (mainland).
Menurut Martadiningrat (2009), konsep pembangunan di Indonesia masa lalu adalah
berdasarkan wawasan kontinental (continental paradigm). Mengingat wilayah NKRI 2/3 adalah
berupa lautan dan didalamnya bertebaran pulau-pulau kecil, konsep tersebut adalah sangat
keliru. Konsep pembangunan di Indonesia seharusnya berorientasi pada pembangunan maritim
berdasarkan pada wawasan maritim (maritime paradigm). Hal ini sebagai konsekuensi dari
konsep geopolitik dan geostrategis, mengharuskan bangsa Indonesia melakukan perubahan
paradigma dari semangat pembangunan ke arah kontinental menuju ke arah pembangunan
keluatan, sesuai dengan fakta bahwa Bangsa Indonesia adalah negara kepulauan. Dengan
bergesernya arah paradigma tersebut, bukan berarti mengabaikan potensi daratan, namun
kegiatan pembangunan di daratan seharusnya bersifat sinergis dan saling menguatkan dengan
pembangunan kelautan (Muladi, 2009).
Berdasarkan Permen No 20/2008, pemanfaatan pulau-pulau kecil diprioritaskan untuk 8
(delapan) kegiatan utama, yaitu: (1) konservasi; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) penelitian
dan pengembangan; (4) budidaya laut; (5) ekowisata pantai dan bahari; (6) usaha perikanan
dan kelautan secara lestari; (7) pertanian organik; (8) peternakan. Pemanfaatan tersebut harus
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: (1) keterpaduan antara kegiatan
pemerintah dengan pemerintah daerah, antar pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat
dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya; (2)
kepekaan/kerentanan ekosistem suatu kawasan yang berupa daya dukung lingkungan, dan
sistem tata air suatu pulau kecil; (3) ekologis yang mencakup fungsi perlindungan dan
konservasi; (4) kondisi sosial dan ekonomi masyarakat; (5) politik yang mencakup fungsi
pertahanan, keamanan, dan kedaulatan NKRI, (6) teknologi ramah lingkungan, dan (7) budaya
dan hak masyarakat adat, masyarakat lokal, serta masyarakat tradisional.
Pengelolaan pulau-pulau kecil berkelanjutan, menurut Retraubun (2003) haruslah memenuhi
kriteria-kriteria, yaitu efisien dan optimal secara ekonomi (economically sound), berkeadilan
8
dan dapat diterima secara sosial-budaya (socio-culturally accepted and just), dan tidak
melampaui daya dukung lingkungan secara ekologis (environmentally friendly). Sedang
menurut Dahuri (2003) pengelolaan berkelanjutan adalah suatu pemanfaatan sumberdaya
alamiah yang sedemikian rupa sehingga kapasitasnya untuk memberikan kemanfaatan bagi
kehidupan umat manusia tetap lestari dan tidak rusak. Dahuri dkk (1996) mengemukakan
bahwa kriteria-kriteria pembangunan berkelanjutan dapat dikelompokkan ke dalam 4 aspek,
yaitu: ekologis, sosial ekonomi, sosial politik, dan hukum kelembagaan.
2.2. SWOT Analysis
Analisis SWOT (Strenght Weakness Opportunities Threats) adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis tersebut didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Salusu, 1996).
Analisis SWOT merupakan suatu alat yang umum digunakan untuk menganalisis lingkungan
internal dan eksternal dalam rangka mencapai suatu pendekatan sistematis dan dukungan untuk
suatu situasi pengambilan keputusan.
Faktor-faktor dalam SWOT sebagai berikut :
1. Strengths (S) atau kekuatan adalah berbagai sumberdaya dan tatanan yang dimiliki daerah
yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan yang mana apabila diberdayakan akan
memberi kinerja yang lebih baik sehingga bisa memberi kontribusi kepada tujuan dan
sasaran pembangunan.
2. Weaknesses (W) atau kelemahan adalah berbagai sumberdaya dan tatanan dan kegiatan di
dalam daerah yang merupakan kekurangan dan hambatan apabila diminimalkan akan
memberi kontribusi terhadap perkembangan kegiatan di dalam daerah.
3. Opportunities (O) atau peluang adalah berbagai kondisi, tatanan dan kegiatan di luar
daerah yang apabila dimanfaatkan akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan
kegiatan di daerah.
4. Threats (T) atau ancaman adalah unsur-unsur diluar daerah yang bersifat kontra produktif.
Analisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 2 model matriks, yaitu
matriks SWOT atau matriks TOWS (Salusu, 1996). Matriks SWOT menghasilkan 4 strategi
yaitu :
1. Strategi SO (Strategi kekuatan-peluang), menciptakan strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
2. Strategi WO (Strategi kelemahan-peluang), menciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
3. Strategi ST (Strategi kekuatan-ancaman), menciptakan strategi dengan memanfaatkan
kekuatan untuk menghindari atau memperkecil dampak dari ancaman eksternal.
4. Strategi WT (Strategi kelemahan-ancaman), didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan, serta menghindari ancaman (Rangkuti,
2005).
Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Keterkaitan Faktor Internal dan Eksternal
INTERNAL EKSTERNAL
Faktor
Kekuatan
(S)
Bobot
Urgensi
Skor
Faktor
Peluang
(O)
Bobot
Urgensi
Skor
9
Sub Jumlah
(S)
Sub Jumlah
(O)
Faktor
Kelemahan
Bobot
Urgensi
Skor
Faktor
Ancaman
Bobot
Urgensi
Skor
Sumber : Rangkuti, ( 2005)
Perumusan strategi pengembangan dengan menggunakan analisa SWOT merupakan analisa
pendekatan yang sistematis dan terstruktur, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Secara sistematis artinya kajian aspeknya selalu didasarkan pada aspek internal dan
eksternal meliputi faktor-faktor potensi/kekuatan (strengths) dan kelemahan (
weaknesses). Sedangkan aspek eksternal meliputi faktor peluang (opportunities) dan
ancaman (threats).
b. Secara terstruktur artinya langkah-langkah perumusan strategis pengembangan selalu
diawali dengan mengidentifikasi dan mengkaji aspek internal dan eksternal yang
kemudian dilanjutkan dengan mengawinsilangkan kedua aspek tersebut.
2.3. Dynamic Systems
Pemodelan dinamika sistem adalah sebuah metode analisis masalah dimana waktu adalah
faktor yang penting dan merupakan studi bagaimana sistem bekerja setelah ada pengaruh –
pengaruh dari luar (Coyle, 1995). Dinamika Sistem adalah suatu metode pemodelan yang
diperkenalkan oleh Jay Forrester pada tahun 1950-an dan dikembangkan di Massachusetts
Institute of Technology Amerika. Sesuai dengan namanya, penggunaan metode ini erat
berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamik sistem-sistem
yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan
bertambahnya waktu. Asumsi utama dalam paradigma dinamika sistem adalah bahwa tendensi-
tendensi dinamik yang persistent (terjadi terus menerus) pada setiap sistem yang kompleks
bersumber dari struktur kausal yang membentuk sistem itu. Oleh karena itulah model-model
dinamika sistem diklasifikasikan ke dalam model matematik kausal.
.
Gambar 5. Sistem pada Pemodelan System Dynamic
Pada Gambar 5 di atas adalah sebuah grup bebas dari variable-variabel yang terpola dan telah
terdefinisikan. Dengan pendekatan sistem terlebih dahulu kita akan lebih mudah untuk
memprediksikan apa yang akan terjadi. Suatu sistem bisa memiliki beberapa pola tingkah laku
(Pattern of Behavior) yang berbeda karena perubahan variabel atau definisi yang ada pada
sistem. Perubahan pola tingkah laku sistem akan menyebabkan perbedaan kejadian yang akan
terjadi pada sistem tersebut. Perubahan kejadian akan digunakan untuk mengkoreksi sistem
tersebut, apakah struktur sistem yang dibuat telah sesuai atau tidak. Struktur sistem yang tidak
sesuai perlu dilakukan perubahan hingga akhirnya sistem yang dibuat dapat bertahan terhadap
10
perubahan.Jadi paradigma dalam pemodelan dinamika sistem adalah pendekatan untuk
penyelesaian suatu masalah dengan titik berat pada struktur sistem yang dibangun karena
pengaruh pola tingkah laku dari variable-variabel dalam sisem tersebut dan perubahan yang
akan mengkoreksi sistem.
2.3.1 Pola Tingkah Laku Sistem (Pattern of Behaviour)
Penentuan pattern of behavior pada struktur sistem sangat penting. Pattern of behavior akan
menunjukkan apa yang terjadi apabila variable-varabel yang telah terdefinisi dalam sisem
tersebut dihubungkan. Pola tingkah laku sistem didapatkan dari bentuk grafik yang diinginkan.
Grafik yang menggambarkan pola tingkah laku sistem ada 4 macam yaitu :
1. Grafik Pertumbuhan Eksponensial (Eksponential Growth)
Adalah grafik yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan secara kuantitas.
Pertumbuhan eksponensial berasal dari pemodelan matematika untuk menggambarkan
proses peningkatan pertumbuhan dimana pertumbuhan mengikuti fungsi partikular
yang disebut eksponensial
Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Eksponensial
2. Grafik Goal-Seeking
Adalah grafik yang menujukkan pertumbuhan yang dimulai diatas atau dibawah goal
level dan secara periodik akan mendekati nilai target.
Gambar 7. Grafik Goal Seeking
3. Grafik S – Shape
Adalah grafik yang menunjukkan pertumbuhan eksponensial yang diikuti dengan
perilaku goal seeking sehingga hasil akhirnya ada pada satu level.
Gambar 8. Grafik S – Shape
11
4. Grafik Gelombang (Oscillation)
Adalah grafik yang menunjukkan kuantitas dari peningkatan yang terjadi secara
fluktuatif pada beberapa level.
Gambar 9. Grafik Oscillation
Pola tingkah laku struktur juga bisa terbentuk dari kombinasi grafik pola tingkah laku di atas.
Dalam model dinamika sistem, sistem dianggap sebagai kumpulan dari bebrapa variabel yang
dikelola untuk satu tujuan. Model dinamika sistem mengelompokkan variable-variabel dari
sistem menjadi 3 kelompok yaitu : informasi, tindakan dan kosekuensi. Dalam 3 kelompok
tersebut terkandung pilihan, kebijakan dan pengetahuan. Bersama-sama ketiganya disebut
dynamic behavior yang dipengaruhi oleh waktu (Coyle, 1996).
2.3.2 Feedback
Menurut Richardon dan Pugh (1981dalam Chen (2004), feedback adalah transmisi dan
informasi yang kembali. Feedback loop adalah sebuah konsekuensi dari proses sebab akibat
yang berasal dari bagian-bagian tindakan dan informasi yang tertutup dalam sistem. Feedback
loop perlu dibuat karena perlunya pertimbangan untuk memahami apa yang menyebabkan pola
tingkah laku sistem. Sebuah diagram feedback loop adalah titik awal untuk menganalisa pola
tingkah laku sistem.
Sebuah feedback diagram yang lengkap memiliki elemen dan arah panah. Arah panah
menunjukkan langkah dan keterkaitan variabel sedangkan elemen menginformasikan
bagaimana sistem tersebut berjalan pada kondisi normal dan adanya feedback. Elemen
dilambangkan dengan tanda positif (+) dan negative (-), tanda-tanda tersebut bermakna :
a. Jika hubungan dari elemen A dan elemen B positif maka perubahan di A juga terjadi di
B dengan arah yang sama.
b. Jika hubungan dari elemen A dan B bertanda negative (-) maka perubahan di A akan
menyebabkan terjadinya perubahan di B dengan arah yang berlawanan.
Dalam model dinamika sistem, loop akan menyebabkan sistem terkoreksi. Negative feedback
akan menyeimbangkan sistem, sedangkan positive feedback akam membuat sistem lebih
berkembang.
a. Positive Feedback Loop
Positive feedback loop menyebabkan sistem lebih berkembang. Pola tingkah laku pada positive
feedback biasanya adalah pertumbuhan eksponensial, ini sesuai karena sistem yang mengalami
positive feedback akan mengalami peningkatan atau pertumbuhan.
12
Gambar 10. Positive feedback loop
b. Negative Feedback Loop
Negative feedback loop bersifat menyeimbangi sistem. Ide dasar negative feedback adalah bila
ada perbedaan antara keinginan dan kondisi sekarang akan ada tindakan yang akan
mempengaruhi kebijakan untuk meniadakan perbedaan itu. Pola tingkah laku sistem yang
sesuai dengan negative feedback adalah goel seeking.
Gambar 11. Negative feedback loop
2.3.3 Casual Loop Diagrams
Pembuatan causal loop diagram menurut Richardson dan Pugh (1981) serta Kim (1992) dalam
Chen (2004) adalah :
1. Menentukan elemen yang ada dalam causal loop sebagai variabel sistem.
2. Menghubungkan antar variabel yang ada menjadi diagram. Tentukan kemungkian
adanya dampak lain dari diagram yang telah terbuat.
3. Untuk negative loop dimana ada target (goal) akan lebih mudah dengan menunjukkan
selisih goal dengan “gap” dimana loop akan mendekati goal.
4. Perbedaan kondisi sekarang dan keinginan penting untuk menerangkan pola tingkah
laku sistim maka perlu dibuat causal loop keduanya.
5. Perbedaan konsekuensi dan tindakan pada jangka pendek dan jangka panjang bisa
diatasi dengan membuat loop yang beda.
6. Jika kaitan antara kedua elemen memerlukan banyak keterangan maka bisa dibuat
sebuah elemen untuk memperjelasnya.
13
7. Buat diagram yang simple. Tujuan dari diagram tidak untuk menjelaskan semua
terperinci tetapi menggambarkan keterkaitan dan pola tingkah laku sistem.
Dalam pemodelan dinamika sistem symbol-simbol yang digunakan adalah simbol-simbol yang
telah distandartkan.Tahapan pembuatan model dinamika sistem adalah
1. Membuat struktur sistem
Dengan merangkaikan variable-variabel yang berpengaruh pada sistem tersebut
sehingga menjadi satu sistem yang melingkar. Struktur sistem yang dibuat harus
melingkar agar proses yang terjadi pada sistem tersebut terjadi secara kontinyu.
2. Mentukan jenis grafik
Penentuan jenis grafik yang akan memudahkan dalam pengoperasian yang ada pada
sistem. Pada dasarnya ada 4 macam jenis grafik yaitu : Eksponensial, goal seeking, S-
Shape dan Osicillation.
3. Kejadian-kejadian yang terjadi
Kejadian adalah konsekuensi dari tindakan dan pilihan yang diambil. Dalam pemodelan
dinamika sistem, perancang harus dapat memikirkan apa saja kejadian yang akan
terjadi. Dengan mengetahui kejadian yang akan terjadi maka diharapkan dapat
menentukan respons yang akan diambil sehingga sistem tetap stabil.
Ketiga tahapan tersebut adalah tahapan yang melingkar dan saling berhubungan untuk
memastikan agar sistem yang dibangun bisa stabil bahkan berkembang.
14
BAB III
METODE
Langkah-langkah dalam pengerjaan kegiatan ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah.
Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah dan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu
dilakukan studi pendahuluan berupa mempelajari data sekunder yang sudah ada untuk
mengetahui kondisi wilayah studi. Data dapat diperoleh dari Pemkab Probolinggo,
Pemprov Jawa Timur dan mengamati langsung di Pulau Gili Ketapang.
2. Pengumpulan Data
Data didapat dari wawancara dan kuisioner yang disebar ke responden yang merupakan
pemangku kepentingan (stake holder). Responden dapat berasal dari :
a. Masyarakat pesisir/nelayan di Pulau Gili Ketapang, yang dapat diwakili oleh Kades,
Ketua Dusun di 8 Dusun, tokoh masyarakat, RW dan RT.
b. Kecamatan Sumberasih, Probolinggo.
c. Bapeda Probolinggo
d. Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Probolinggo
e. Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jatim
f. Perguruan Tinggi di Jawa Timur yang mempunyai Pusat Kajian Pesisir/Kelautan
g. Konsorsium Kemitraan Bahari Regional Jawa Timur
h. LSM
Penyebaran kusioner dibantu oleh 3 orang mahasiswa dari Jurusan Teknik Kelautan FTK-
ITS.
3. Pengolahan dan Analisis Data
A. SWOT Analysis
Analisis ini dilakukan dengan menerapkan kriteria kesesuaian dengan data kuantitatif dan
deskripsi keadaan (faktor internal dan eksternal) yang ada di Pulau Gili Ketapang.
Pembobotan dan skoring dalam analisis SWOT ini dilakukan berdasarkan hasil kuisioner
dan wawancara dari seluruh responden (steakholders) yang kemudian dianalisa dalam
bentuk bobot dan skor. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan
internal. Data eksternal berasal dari lingkungan luar (peluang dan ancaman), sedangkan
data internal berasal dari dalam sistem pengelolaan Pulau Gili Ketapang yang mencakup
ketersediaan dan kondisi sumberdaya alam, kondisi sumberdaya manusia dan
pengembangan kawasan yang sedang dijalankan (kekuatan dan kelemahan). Dalam tahap
ini digunakan dua model matriks yaitu: matriks faktor strategi eksternal dan matriks faktor
strategi internal. Adapun matriks faktor strategi internal disusun dengan langkah-langkah:
- Pada kolom 1 disusun kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan.
- Pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot untuk semua faktor kekuatan
dan kelemahan sama dengan 1,0.
- Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1
(poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk
suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif (nilai 4:
15
sangat besar, 3: besar, 2: sedang, dan 1: kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk
kelemahan bersifat negatif (nilai 4: kecil, 3: sedang, 2: besar dan 1: sangat besar).
- Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai
hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut.
- Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya dihitung.
- Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4.
Tabel 2. Analisis Strategi Faktor Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
Faktor-faktor
Strategi Internal Bobot Rating Skor Komentar
1 2 3 4 5
Kekuatan :
S1
S2
S3
....
4
3
2
1
Kelemahan :
W1
W2
W3
....
1
2
3
4
TOTAL 1,00 -
Sumber: Rangkuti, 2005
Matriks faktor strategi eksternal disusun dengan langkah-langkah:
- Pada kolom 1 disusun peluang-peluang dan ancaman-ancaman.
- Selanjutnya pada kolom 2 diberi bobot terhadap masing-masing faktor peluang dan
ancaman, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah
bobot untuk semua faktor peluang dan ancaman sama dengan 1,0.
- Pada kolom 3 diberi skala rating mulai dari nilai 4 (outstanding) sampai dengan 1
(poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pemanfaatan lahan untuk
suatu kegiatan tertentu. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif (nilai 4:
sangat besar, 3: besar, 2: sedang, dan 1: kecil). Sedangkan pemberian nilai rating untuk
ancaman bersifat negatif (nilai 4 : kecil, 3 : sedang, 2 : besar, dan 1 : sangat besar).
- Pada kolom 4 diisi nilai hasil perkalian bobot dan rating suatu faktor yang sama. Nilai
hasil kali tersebut merupakan skor pembobotan dari faktor tersebut.
- Pada kolom 5 diberi komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan
bagaimana skor pembobotannya dihitung.
- Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4. Nilai tersebut menunjukkan bagaimana
sistem bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.
Tabel 3. Analisis Strategi Faktor Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary)
Faktor-faktor
Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar
1 2 3 4 5
Peluang:
O1
O2
4
3
16
O3
....
2
1
Ancaman:
T1
T2
T3
....
1
2
3
4
TOTAL 1,00 -
Sumber: Rangkuti, 2005
Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan model matriks SWOT, dimana terdapat 4
strategi yang dapat dihasilkan, yaitu strategi SO, ST, WO dan WT setelah diperoleh matriks
SWOT, selanjutnya disusun rangking semua strategi yang dihasilkan berdasarkan faktor-faktor
penyusun strategi tersebut.
Tabel 4. Model Matriks Hasil Analisis SWOT
External Strategic
Factors
Analysis Summary
(Internal Strategic Factors Analysis Summary)
STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES
(O)
SO1 WO1
SO2 WO2
SO3 WO3
.. ..
.. ..
Son Won
THREATS
(T)
ST1 WT1
ST2 WT2
ST3 WT3
.. ..
.. ..
STn WTn
Sumber: Rangkuti, 2005
B. Dynamic System
Setelah mengetahui pemetaan potensi yang ada di Gili Ketapang dengan SWOT analysis,
selanjutnya dilakukan pemodelan dengan dynamic system, yang secara garis besar dibagi
menjadi tiga bagian.
a. Konseptualisasi model dan formulasi
Penyusunan Model simulasi diawali dengan pembuatan causal loops diagram.
Penyusunan causal loop dilakukan untuk mengetahui struktur umpan-balik antar
variabel sebagai hubungan logis sebab-akibat. Dengan perkataan lain, suatu struktur
umpan-balik adalah suatu causal loop (lingkar sebab-akibat). Dengan berdasar pada
konseptualisasi model yang telah dibuat, kemudian diformulasikan secara matematis
hubungan-hubungan antar variabel tersebut sesuai stocks dan flows. Tahap formulasi
17
model dinamik merupakan penyusunan model dalam software simulasi yaitu Stella
9.1.3. Tahap ini meliputi langkah-langkah terkait dengan penggambaran model secara
metodologis yang digunakan untuk me-replikasi permasalahan dari sistem
pengembangan Pulau Gili Ketapang.
b. Simulasi, validasi dan penyusunan scenario
Simulasi dilakukan untuk mengetahui secara logika sebuah sistem ini dapat dikatakan
benar atau vallidasi sebuah sistem yang telah dibangun. Penyusunan skenario adalah
penyusunan rencana pengembangan yang baik dalam sebuah sistem sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Jika dalam sebuah sistem ada terdapat kesalahan dan
penyimpangan hasil validasi maka dilakukan konseptualisasi model ulang.
c. Rekomendasi
Setelah dilakukan analisa atas hasil pemodelan di atas, kemudian dilakukan untuk
mengetahui hasil dari sebuah sistem yang dibangun berdasarkan data yang telah
dibentuk dalam rangkaian variabel. Analisa yang dilakukan adalah perbandingan antara
pemodelan kondisi sebenarnya (existing) dan scenario yang akan dikembangkan. Dari
hasil analisa yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi
pengelolaan Pulau Gili Ketapang. Secara keseluruhan metodologi penelitian dapat
dilihat pada gambar diagram alir di bawah.
Langkah-langkah studi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir
penelitian.
Tahap Awal
Mulai
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Tujuan
Studi bahan dan literatur
SOWT Analysis Potensi Pulau Gili Ketapang
A
Survey lapangan dan pengumpulan data
dadatadata
18
Tidak
Ya Tahap Pemodelan
Tahap Akhir
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
4. Pelaporan dan Desiminiasi
Hasil akhir dari kegiatan ini berupa laporan yang berisi rekomendasi kebijakan pengelolaan
Pulau Gili Ketapang untuk instansi terkait, yaitu Departemen Perikanan dan Kelautan
Prmprov Jawa Timur dan Pemkab Probolinggo. Desiminasi akan dilakukan melalui
seminar atau publikasi dalam jurnal.
Analisa
Rekomendasi
mpulan
A
Konseptualisasi model System Dynamic
Identifikasi variabel berdasarkan data
Membuat causal loop diagram
Simulasi, validasi, dan penysunan scenario
Menjalankan sistem yang telah dibangun
Validasi sistem agar dapat dikatakan
benar
Penyusunan rencana pengembangan
Selesai
Valid
19
BAB IV
ORGANISASI TIM, JADWAL DAN ANGGARAN BIAYA
1.1 . Organisasi Tim
Tim pengabdi terdiri dari 5 (lima) dosen dan dibantu oleh 3 (tiga) mahasiswa
sebagai berikut ini:
NO NAMA JABATAN DALAM
TIM
KETARANGAN
1 Ir. Hasan Ikhwani, MSc Ketua Dosen Teknik Kelautan
FTK ITS
2 Dr. Suntoyo Anggota 1 Dosen Teknik Kelautan
FTK ITS
3 Dr. M. Mustain Anggota 2 Dosen Teknik Kelautan
FTK ITS
4 Dr. Haryo D Armono Anggota 3 Dosen Teknik Kelautan
FTK ITS
5 Arwy Yudi K, ST, MT Anggota 4
Dosen PWK FTSP ITS
6 Wilda Ningrum Rofika R.
NRP: 4312100051
Pembantu Survey Mahasiswa Teknik
Kelautan FTK ITS
7 Harish Wirayuhanto
NRP: 4312100050
Pembantu Survey Mahasiswa Teknik
Kelautan FTK ITS
8 Muhammad Fathur Rozi
NRP: 4312100049
Pembantu Survey Mahasiswa Teknik
Kelautan FTK ITS
Adapun perincian tugas dari masing-masing adalah sebagai berikut;
a. Ketua Tim
Nama : Ir. Hasan Ikhwani, MSc
Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS
Tugas dalam kegiatan :
- Merancang kegiatan
- Membuat kuisioner
- Melakukan survey lapangan
- Melakukan identifikasi masalah, pengolahan data dan analisis
- Mengkoordinir semua kegiatan
- Melakukan presentasi
b. Anggota Tim
Nama : Dr. Suntoyo, ST, M.Eng
Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS
Tugas dalam kegiatan :
- Melakukan survey lapangan
- Membantu pengolahan data dan analisis
- Melakukan pemodelan
c. Anggota Tim
Nama : Dr. M. Mustain, MSc
Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS
20
Tugas dalam kegiatan :
- Melakukan survey lapangan
- Membantu pengolahan data dan analisis
- Melakukan pemodelan
d. Anggota Tim
Nama : Dr. Haryo D. Armono, ST, M.Eng
Unit kerja : Jurusan Teknik Kelautan FTK-ITS
Tugas dalam kegiatan :
- Melakukan survey lapangan
- Membantu pengolahan data dan analisis
- Melakukan pemodelan
e. Anggota Tim
Nama : Arwi Yudhi Koswara, ST, MT
Unit kerja : Jurusan Perencanaan Wilayah Kota FTSP-ITS
Tugas dalam kegiatan :
- Melakukan survey lapangan
- Membantu pengolahan data
- Melakukan analisa SWOT
f. Pembantu kegiatan
Kegiatan ini dibantu oleh 3 (tiga) mahasiswa dari Jurusan Teknik Kelautan.
Tugas mahasiswa adalah sbb:
- Membantu survey lapangan
- Melakukan wawancara ke responden
- Membantu mengolah data
- Membantu membuat dokumentasi kegiatan
1.2 . Jadwal
Kegiatan pengabdian ini direncanakan akan berlangsung selama sepuluh bulan dengan rencana
kegiatan dan alokasi waktu sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di bawah ini:
NO KEGIATAN
B U L A N
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penyiapan Program kerja&koordinasi
2 Studi literatur pembuatan kuisioner
3 Penyusunan rencana survey
4 Pelaksanaan kegiatan lapangan/survey
5 Pengolahan data dan Pemodelan
6 Analisis
7 Pelaporan dan publikasi
21
1.3 . Anggaran Biaya
1.GAJI DAN UPAH
NO PELAKSANA KEGIATAN JML MG VOLUME SAT BIAYA
SATUAN (Rp) BIAYA
1 Ketua 15 12 jam/mg 10,000.00 Rp1,800,000.00
2 Anggota 1 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00
3 Anggota 2 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00
4 Anggota 3 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00
5 Anggota 4 15 10 jam/mg 10,000.00 Rp1,500,000.00
Sub Total Rp7,800,000.00
2. BIAYA SURVEY dan PENGOLAHAN DATA
NO JENIS VOLUME LAMA SAT BIAYA
SATUAN (Rp) BIAYA
1 Sewa mobil 1 3 hari 500,000.00 Rp1,500,000.00
2 sewa perahu 2 3 hari 300,000.00 Rp1,800,000.00
3 Akomodasi 3 3 hari 350,000.00 Rp3,150,000.00
4 Konsumsi 8 9 kali 20,000.00 Rp1,440,000.00
5 wawancara responden 30 1 kali 100,000.00 Rp3,000,000.00
5 Pengolahan data dan pemodelan 1 1 paket 1,000,000.00 Rp1,000,000.00
Sub Total Rp11,890,000.00
3. BAHAN HABIS PAKAI
NO BAHAN VOLUME SAT BIAYA
SATUAN (Rp) BIAYA
1 Kertas A4 4 rim 50,000.00 Rp200,000.00
2 Alat-alat tulis (ballpoint, dsb) 1 paket 250,000.00 Rp250,000.00
3 Tinta printer deskjet 2 buah 250,000.00 Rp500,000.00
4 Toner printer 1 buah 500,000.00 Rp500,000.00
5 materai 20 buah 6,000.00 Rp120,000.00
6 buku catatan, kwitansi, dsb 1 paket 200,000.00 Rp200,000.00
7 keperlauan arsip (foto, ordner) 1 paket 250,000.00 Rp250,000.00
8 Flash disk 2 buah 200,000.00 Rp400,000.00
9 compact disk 1 box 250,000.00 Rp250,000.00
Sub Total Rp2,670,000.00
4. LAIN-LAIN
NO URAIAN VOLUME SAT BIAYA
SATUAN (Rp) BIAYA
1 Publikasi (Jurnal) 1 judul 500,000.00 Rp500,000.00
2 Publikasi (seminar) 2 org/hari 500,000.00 Rp1,000,000.00
3 Pelaporan 1 paket 550,000.00 Rp550,000.00
4 Komunikasi (telp, internet, dsb) 2 bulan 300,000.00 Rp600,000.00
Sub Total Rp2,650,000.00
TOTAL Rp25,010,000.00
DIBULATKAN Rp.25.000,000,00
22
REKAPITULASI
NO URAIAN (%) JUMLAH
1 GAJI UPAH 30.1
Rp7,800,000.00
2 BIAYA SURVEY 47.4
Rp11,890,000.00
3 BAHAN HABIS 11.4
Rp2,670,000.00
4 LAIN-LAIN 11.1
Rp2,650,000.00
5 BIAYA TOTAL 100
Rp25,010,000.00
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2003. Definisi, Batasan dan Realitas Pulau Kecil. Makalah disampaikan dalam
Semiloka Penentuan Definisi dan Pendataan Pulau di Indonesia. Jakarta.
Chen. 2004. “Decision Support System For Tourism Development : System Dynamics
Approach”. The Journal of Computer Information Systems.
Coyle, R.G., 1995. Systems Dynamic Modelling. Chapman&Hall. London
Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. IPB Bogor.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Modul Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo. 2013. Profil Pulau Gili Ketapang,
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2010. Profil dan Program Pembangunan
Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil di Jawa Timur.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan no 41 tahun 2000. Pedoman Umum Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat.
Martadiningrat, Y.S. 2009. Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan dalam Memperkokoh
Ketahanan Nasional. Makalah disampaikan dalam acara Rembug nasional Kelautan,
Lemhanas, Jakarta, 26 Pebruari 2009.
Muladi. 2009. Geopolitik dalam Perspektif Indonesia sebagai Negara Kepulauan. Makalah
disampaikan dalam acara Rembug nasional Kelautan, Lemhanas, Jakarta, 26 Pebruari
2009.
Permadi, B. 1992. AHP. PAU-EK-UI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Antar
Univrsitas Studi Ekonomi, Universitas Indonesia.
Retraubun, A.W. 2003. Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan. Seminar Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Jakarta Rangkuti, F. 2005, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Salusu J. 1996. Proses Pengambilan Keputusan Perencanaan. Modul Perencanaan
Pembangunan. Pusat Studi Kebijaksanaan dan Manajemen Pembangunan – LPPM –
Universitas Hasanuddin. Program Pendidikan dan Latihan Teknik dan Manajemen
Perencanaan Pembangunan Tingkat Dasar (TMPP-D), Kerjasama OTO –
BAPPENAS – Departemen Dalam Negeri dengan Universitas Hasanuddin T.A.
1995/1996. Ujung Panjang
Undang-Undang no 27 tahun 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.