Penerbit : Bank Indonesia Surabaya Bidang Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 129/128 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis
Bank Indonesia
Visi dan Misi
Kantor Bank Indonesia Surabaya
Misi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter,
perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta
memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam
rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.”
Visi Kantor Bank Indonesia Surabaya :
“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang
diberikan.”
Misi Bank Indonesia :
“ Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembangunan
nasional yang berkesinambungan.“
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi bank sentral yang kredibel secara nasional maupun internasional
melalui penguatan nilai-nilai strategis serta pencapaian inflasi yang rendah dan
stabil.“
Nilai – Nilai Strategis :
Kompetensi – Intergritas – Transparansi – Akuntabilitas – Kebersamaan.
Pertama-tama ijink
Yang Maha Esa atas rah
Provinsi Jawa Timur Triwula
Kajian triwulanan ini disus
eksternal maupun interna
perbankan dan sistem pem
prospek ke depan.
Analisa pada kajian
Provinsi Jawa Timur didasa
pihak seperti perbankan da
swasta. Atas seluruh bant
kasih yang sebesar-besarny
ini dapat lebih ditingkatk
masukan dan saran unt
memberikan kemanfaatan
Semoga Tuhan Y
kemudahan kepada kita
peningkatan kesejahteraan
umumnya.
i
KATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTARKATA PENGANTAR
kanlah kami memanjatkan puji dan syukur ke
ahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Eko
ulan I - 2012 dapat diselesaikan dengan baik da
usun untuk memenuhi kebutuhan informasi ba
nal yang berkaitan dengan perkembangan
mbayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dim
ian ini menggambarkan perkembangan pereko
sarkan pada data dan informasi yang diperole
dan instansi di lingkungan pemerintah daerah,
ntuan tersebut kami mengucapkan pengharga
nya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang
tkan di masa yang akan datang. Kami juga
ntuk lebih meningkatkan kualitas kajian s
n yang maksimal.
Yang Maha Pemurah selalu memberikan
a semua dalam memberikan kontribusi yan
n masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan
Surabaya, 9 M
KANTOR PERWA
INDONESIA W
MohamadPemim
ke hadirat Tuhan
konomi Regional
dan tepat waktu.
bagi stakeholders
n perekonomian,
imaksud maupun
konomian daerah
leh dari berbagai
, BUMN maupun
gaan dan terima
g terjalin selama
a mengharapkan
sehingga dapat
kekuatan dan
ng terbaik bagi
n Indonesia pada
Mei 2012
AKILAN BANK
WILAYAH IV
ad Ishak impin
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK v
RINGKASAN EKSEKUTIF x
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiv
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xv
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 KONDISI UMUM 1
1.2 SISI PERMINTAAN 2
a. Konsumsi 3
b. Investasi 6
c. Ekspor - Impor 8
1.3 SISI PENAWARAN 11
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 13
b. Sektor Industri Pengolahan 15
c. Pertanian 16
DAFTAR ISI
c. Pertanian 16
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 17
e. Bangunan 19
f. Pengangkutan dan Komunikasi 19
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 21
2.1 KONDISI UMUM 21
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 22
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 26
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 29
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 30
2.5 DISAGREGASI INFLASI 32
BOKS 1
36
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 38
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 39
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 41
ii
KETAHANAN PANGAN DAN PEMANFAATAN PUSAT INFORMASI HARGA
UPAYA PENGENDALIAN INFLASI MELALUI STRATEGI PENGUATAN
PANGAN STRATEGIS
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 42
3.1.3. KREDIT 43
3.1.4. KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 46
3.1.5 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) 48
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 49
3.2.1. RISIKO KREDIT 50
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS 53
3.3 PERBANKAN SYARIAH 54
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 58
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 60
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 64
3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI 64
a. ALIRAN UANG MASUK / KELUAR (INFLOW/OUTFLOW) 64
b. UANG KARTAL TIDAK LAYAK EDAR 66
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 67
a. TRANSAKSI RTGS (REAL TIME GROSS SETTLEMENT) 67
b. TRANSAKSI KLIRING 69
3.6.2 PENEMUAN UANG PALSU JAWA TIMUR 70
BOKS 2 KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERKAIT PENETAPAN BESARAN LOANBOKS 2
(KPR) DAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KKB) 73
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 75
4.1 UMUM 75
4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH 75
4.3 REALISASI BELANJA DAERAH 76
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 77
5.1 UMUM 77
5.2 KETENAGAKERJAAN 77
5.2.1 ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN 77
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 78
5.3.1 NILAI TUKAR PETANI (NTP) 78
5.3.2 NILAI TUKAR NELAYAN (NTN) 78
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 79
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 82
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 82
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 84
iii
KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERKAIT PENETAPAN BESARAN LOAN
TO VALUE (LTV) DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH
Tabel 2.1 Inflasi Triwulan I Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm) 22
Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi Di Jawa Timur (qtq) 27
Tabel 2.3 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 29
Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur 31
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tahun 2012 (% yoy) 32
Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Tahun 2012 (% yoy) 32
Tabel 2.7 Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan 34
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 36
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 37
Tabel 3.3 Penyaluran Kredit pada Kab/Kota Dominan di Jawa Timur 44
Tabel 3.4 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 48
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 59
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (inflow-Outflow) Kantor Bank Indonesia 63
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.I - 2012 67
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Prop.Jatim Triwulan I - 2012 72
Tabel 4.2 Realisasi Belanja APBD Prov.Jatim Triwulan I - 2012 (Rp juta) 72
Tabel 5.1 Kndisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 - 2012) (dalam ribuan) 85
iv
DAFTAR TABEL
Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi Permintaan Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 2
Grafik 1.4 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov. Jawa Timur 2
Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran 4
Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 4
Grafik 1.9 Pertumbuhan Konsumsi BBM (Transportasi darat & Rumah Tangga) di Jawa Timur 4
Grafik 1.10 Perkembangan Kredit Konsumsi 5
Grafik 1.11 Dana Simpanan Perbankan Perorangan 5
Grafik 1.12 Survei Konsumen - Keyakinan Masyarakat 6
Grafik 1.13 Survei Konsumen - Kondisi Ekonomi Saat ini 6
Grafik 1.14 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi 7
Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Proyek Investasi 7
Grafik 1.16 Perkembangan PMTB 7
Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Investasi 7
Grafik 1.18 Perkembangan Volume Penjualan Semen 8
Grafik 1.19 Perkembangan Impor Barang Modal 8
Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 9
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.20 Perkembangan Kinerja Ekspor Jatim 9
Grafik 1.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim 9
Grafik 1.22 Perkembangan Nilai Ekspor Per Jenis Barang 9
Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang 9
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Ekspor 10
Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Impor 10
Grafik 1.26 Nilai Impor per Jenis Barang 10
Grafik 1.27 Pertumbuhuan Impor per Jenis Barang 10
Grafik 1.28 Statistik Kontainer di Tanjung Perak 11
Grafik 1.29 Statistik Discharge-Loaded di Tanjung Perak 11
Grafik 1.30 Statistik Kontainer Internasional 11
Grafik 1.31 Statistik Kontainer Domestik 11
Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor Utama 11
Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor Pendukung 11
Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Pendukung 12
Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas Produksi 12
Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral 12
Grafik 1.37 Indeks Realisasi Usaha 13
Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Sektoral 13
Grafik 1.39 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim 14
Grafik 1.40 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim 14
Grafik 1.41 Jumlah Wisatawan Asing Melalui Bandara Juanda 15
Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Golongan Bisnis 15
Grafik 1.43 Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan 15
Grafik 1.44 Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku 15
Grafik 1.45 Perkembangan Pertumbuhan Impor Impor Barang Bahan Baku 16
Grafik 1.46 Perkembangan Konsumsi BBM Industri 16
Grafik 1.47 Konsumsi Listrik Golongan Industri 16
Grafik 1.48 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur 17
Grafik 1.49 Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur 17
Grafik 1.50 Luas Lahan Puso d Jawa Timur 17
Grafik 1.51 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa timur 18
Grafik 1.52 Perkembangan NIM Perbankan Jawa timur 18
Grafik 1.53 Perkembangan Fee - Based Income 18
Grafik 1.54 Perkembangan Interest - Based Income 18
Grafik 1.55 Perkembangan Pendapatan - Biaya Operasional Bank 18
Grafik 1.56 Volume Penjualan Semen di Jawa timur 19
Grafik 1.57 Arus Penumpang di Tanjung Perak 20
Grafik 1.58 Arus Barang di Tanjung Perak 20
Grafik 1.59 Penumpang Domestik di Bandara Juanda 20
Grafik 1.60 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 20
Grafik 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 21
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur 21
Grafik 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy) 22
Grafik 2.4 Inflasi Januari 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang 23
Grafik 2.5 Inflasi Februari 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang 23Grafik 2.5 Inflasi Februari 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang 23
Grafik 2.6 Inflasi Maret 2012 - Berdasarkan Kelompok Barang 24
Grafik 2.7 Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan 24
Grafik 2.8 Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras 26
Grafik 2.9 Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuhan 26
Grafik 2.10 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan 26
Grafik 2.11 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan Tw IV - 2011 & Tw I - 2012 26
Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras di Surabaya 28
Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras Internasional 28
Grafik 2.14 Perkembangan Harga Bumbuh-bumbuhan 28
Grafik 2.15 Pergerakan Harga Sayur-sayuran 28
Grafik 2.16 Inflasi Kelopok Sandang (qtq) 29
Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Per Kelompok Barang 30
Grafik 2.18 Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang 30
Grafik 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2011 - 2012 30
Grafik 2.20 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau 30
Grafik 2.21 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy) 7 Kota di Jawa Timur 31
Grafik 2.22 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy) 32
Grafik 2.23 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 33
Grafik 2.24 Perkembangan Capacity Utilization 33
Grafik 2.25 Perbandingan Komponen Inflasi Inti 34
Grafik 2.26 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 34
Grafik 2.27 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 34
Grafik 2.28 Perkembangan Komponen Inflasi Inti Tradeable 35
Grafik 2.29 Perkembangan Inflasi Manufacturing Good & Services 35
Grafik 2.30 Perkembangan Inflasi Adm. Price 34
Grafik 2.31 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 35
Grafik 2.32 Perkembangan Capacity Utilization 35
Grafik 2.33 Perbandingan Komponen Inflasi Inti 35
Grafik 2.34 Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable 36
Grafik 2.35 Perkembangan Inflasi Inti - Exclude Gold Price 36
Grafik 3.1 Perkembangan LDR 38
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 38
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 38
Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq) 38
Grafik 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum 39
Grafik 3.6 Proporsi Aktiva Produktif 39
Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 40
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y) 40
Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 40
Grafik 3.10 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan (Rp juta) 41
Grafik 3.11 Komposisi DPK Bank Umum (%) 41
Grafik 3.12 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 41
Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (yoy) 45
Grafik 3.14 Pertumbuhan Kredit (qtq) 45
Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 46
Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 46
Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 46Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q) 46
Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (y-o-y) 46
Grafik 3.18 Proporsi Kredit Sektoral 47
Grafik 3.19 Perkembangan Kredit Sektoral (yoy) 47
Grafik 3.20 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 47
Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM 48
Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 48
Grafik 3.23 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 50
Grafik 3.24 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 50
Grafik 3.25 Perkembangan NPL Bank Umum 52
Grafik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 52
Grafik 3.27 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah) 52
Grafik 3.28 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy) 53
Grafik 3.29 Undisbursed Loans 47
Grafik 3.30 Perbandingan Suku Bunga Kredit - BI Rate 47
Grafik 3.31 Perkembangan Kredit UMKM 49
Grafik 3.32 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha 49
Grafik 3.33 5 Besar Provinsi Penyalur KUR 50
Grafik 3.34 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim 50
Grafik 3.35 Perkembangan NPL Bank Umum 52
Grafik 3.36 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 52
Grafik 3.37 Money Position Perbankan di Jawa Timur 54
Grafik 3.38 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq) 55
Grafik 3.39 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) 55
Grafik 3.40 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jatim 56
Grafik 3.41 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah 56
Grafik 3.42 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 56
Grafik 3.43 Pangsa Pembiayaan Syariah per Jenis Penggunaan 56
Grafik 3.44 Non Performance Financing ( NPF ) Perbankan Syariah Jatim 57
Grafik 3.45 Financing to Deposit Ratio ( FDR ) Perbankan Syariah Jatim 57
Grafik 3.46 Perkembangan Indikator BPR (yoy) 58
Grafik 3.47 Perkembangan Indikator BPR (qtq) 58
Grafik 3.48 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy) 59
Grafik 3.49 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - qtq) 59
Grafik 3.50 Pertumbuhan Kredit BPR per Jenis Penggunaan (yoy) 60
Grafik 3.51 Proporsi Kredit BPR per Jenis Penggunaan 60
Grafik 3.52 Perkembangan LDR & NPL BPR 60
Grafik 3.53 Pertumbuhan Indikator Bank ber KP di Surabaya (qtq) 61
Grafik 3.54 Pertumbuhan Indikator Bank ber KP di Surabaya (yoy) 61
Grafik 3.55 Proporsi DPK per Jenis Simpanan pada Bank ber KP di Surabaya (Mar-2011) 62
Grafik 3.56 Pertumbuhan DPK per Jenis Simpanan pada Bank Ber KP di Surabaya (qtq) 62
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit per Jenis Simpanan pada Bank Ber KP di Surabaya (qtq) 62
Grafik 1.5 Proporsi Kredit per Jenis Penggunaan Bank ber KP di Surabaya 62
Grafik 1.5 Perkembangan LDR Bank ber KP di Surabaya 63
Grafik 1.5 Dana Pemerintah Provinsi/Kab/Kota Jatim di Perbankan 68
Grafik 1.5 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) 73
Grafik 1.5 Perkembangan Net Inflow 73
Grafik 1.5 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan 74Grafik 1.5 Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan 74
Grafik 1.5 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 74
Grafik 1.5 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 75
Grafik 1.5 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 76
Grafik 1.5 6 Kota dengan aktivitas transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I-2011 76
Grafik 1.5 6 Kota dengan aktivitas transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw I-2011 76
Grafik 1.5 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 77
Grafik 1.5 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur 77
Grafik 1.5 Rasio Tolakan dalam Perputaran Kliring Di Jawa Timur 78
Grafik 1.5 Statistik Uang Palsu yang ditemukan 79
Grafik 1.5 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar) 79
Grafik 1.5 Statistik Uang Palsu Yang Ditemukan (nilai) 79
Grafik 1.5 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral 86
Grafik 1.5 Penyerapan Tenaga Kerja 87
Grafik 1.5 Komposisi Tenaga Kerja Formal 87
Grafik 1.5 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 87
Grafik 1.5 Penyerapan Tenaga Kerja 88
Grafik 1.5 Penyerapan Tenaga Kerja Tiga Sektor Utama 88
Grafik 1.5 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 89
Grafik 1.5 NTP Nasional & Jawa Timur 90
Grafik 1.5 NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 90
Grafik 1.5 It Serta Pertumbuhan Nasional & Jatim 90
Grafik 1.5 Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim 90
Grafik 1.5 NTN Nasional & Jawa Timur 91
Grafik 1.5 NTN Serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim) 91
Grafik 1.5 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 89
Grafik 1.5 Indeks Ekspetasi Penghasilan 89
Grafik 1.5 Estimasi Realisasi Usaha Tw I -2011 90
Grafik 1.5 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw I-2011 90
Grafik 1.5 Ekspektasi Harga 3 bulan y.a.d 91
Grafik 1.5 Ekspektasi Harga 6 bulan y.a.d 91
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan I-2012
x
Bank Indonesia Surabaya
RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN RINGKASAN EKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIFEKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN ITRIWULAN I –––– 2012012012012222
Assesmen Perkembangan Assesmen Perkembangan Assesmen Perkembangan Assesmen Perkembangan Makro EkonomiMakro EkonomiMakro EkonomiMakro Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada triwulan
I-2012 sebesar 7,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-
2011 yang tercatat sebesar 7,11% (yoy).
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, disertai
dengan investasi (PMTB). Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah
tangga sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu, namun
besaran proporsi yang masih berada diatas 65% menyebabkan
sumbangan pertumbuhannya masih signifikan mempengaruhi
kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran
(PHR), sektor Industri Pengolahan, serta sektor Pertanian
merupakan sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim. Ketiga
sektor tersebut, secara berurutan menyumbang pertumbuhan
ekonomi masing-masing sebesar 2,99% (yoy), 1,55% dan 0,39%.
Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, meskipun
pertumbuhan sektor PHR masih berada pada level yang sama, yaitu
9,69%, namun dengan nilai proporsinya yang terbesar
menyebabkan tingkat pertumbuhan sektor dimaksud signifikan
mendorong pertumbuhan ekonomi dibandingkan kedua sektor
lainnya. Sementara itu, kedua sektor lainnya menunjukkan
terjadinya peningkatan kinerja, dimana sektor industri pengolahan
dari sebelumnya 5,96% menjadi 6,27% dan sektor pertanian dari
1,64% (yoy) menjadi 2,25%.
Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan I-2012 masih tumbuh stabil di level 7%.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan I-2012
xi
Bank Indonesia Surabaya
Assesmen Inflasi
Inflasi triwulanan Jawa Timur yang dihitung dari kenaikan IHK
di 7 (tujuh) kota di Jawa Timur pada triwulan I-2012 cenderung
melambat dengan tingkat inflasi triwulanan sebesar 0,68% (qtq)
atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
0,92%(qtq). Secara tahunan, realisasi inflasi tersebut mengawali
inflasi di awal triwulan tahun 2012 sebesar 3,97%(yoy) melambat
cukup dalam dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
7,46%. Penurunan inflasi pada periode laporan terkait dengan
tibanya panen raya sehingga menahan kenaikan harga dari sisi
supply. Selain itu pelemahan harga beberapa komoditas strategis
internasional pun turut mengurangi tekanan dari sisi eksternal/
imported inflation.
Berdasarkan disagregasinya, penurunan laju inflasi di awal
tahun 2012 didorong oleh penurunan kelompok administered
price dan core inflation. Sedangkan, kelompok volatile food sedikit
mengalami kenaikan. Sementara itu, tekanan inflasi di Jatim yang
berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar
4,32% (yoy), atau menurun dibanding akhir tahun 2011 yang
tercatat sebesar 4,72%. Secara umum tekanan inflasi inti di awal
tahun 2012 berasal dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi
eksternal terutama dipengaruhi oleh perkembangan harga
komoditas internasional yang dipicu oleh ekspektasi pelaku
ekonomi atas ketidakpastian kondisi ekonomi Amerika dan Eropa,
serta depresiasi nilai tukar rupiah yang berasal dari fluktuasi capital
outflow sebagai respon investor asing atas penurunan suku bunga
acuan BI rate pada bulan Februari 2012 dari 6,00% menjadi
5,75%. Sementara itu kondisi output gap yang menunjukkan
kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran pada periode
laporan diestimasikan berada pada kondisi yang cukup baik. Pasca
meningkatnya permintaan pada periode Natal dan Tahun Baru,
respon permintaan masyarakat Jawa Timur diperkirakan
mengalami perlambatan, yang kemudian direspon dengan baik
oleh sisi penawaran/sektor produksi. Hal ini dikonfirmasi oleh
Tekanan kenaikan harga di Jatim secara umum selama triwuan I-2012 cenderung melambat.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan I-2012
xii
Bank Indonesia Surabaya
stabilnya tingkat kapasitas utilisasi dunia usaha berdasarkan hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw I-2012 yang
masih berada pada level 78%, yaitu dari sebelumnya 78,14%
menjadi 78,53% dari kapasitas terpasangnya.
Assesmen Perbankan
Kinerja perbankan di Jawa Timur pada triwulan triwulan I-2012
menunjukkan perkembangan yang cukup stabil, tercermin dari
tingkat pertumbuhan indikator total aset, kredit dan DPK serta
tingkat risiko kredit yang terjaga. Penyaluran kredit oleh Bank
Umum dan BPR mencatat pertumbuhan sebesar 19,65% (yoy)
diiringi oleh kualitas kredit atau rasio Non Performing Loans (NPLs)
sebesar 3%. Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin pada
Loan to Deposit Ratio (LDR) terjaga di kisaran 77,01%.
Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh
membaiknya penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank
yang selanjutnya disalurkan melalui kredit pada sektor produktif.
Dengan mempertimbangkan pertumbuhan kredit di Triwulan I-
2012 yang sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
(22,07%), maka sektor perbankan masih memberikan peluang
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang pada
triwulan ini berada pada level 7,19%.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Triwulan II-2012
Pertumbuhan ekonomi Jatim pada Tw II-2012 diproyeksikan
tumbuh pada rentang pertumbuhan 7,00%–7,25% (yoy).
Perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-2012 diperkirakan
sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi (7,19%) serta triwulan
II-2011 yang mencapai 7,29%.
Ekonomi Jatim pada Tw II-2012diperkirakan sedikit melambat.
Fungsi Intermediasi perbankan berjalan baik dengan didorong oleh pertumbuhan kredit yang terus meningkat.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan I-2012
xiii
Bank Indonesia Surabaya
Tren penurunan tingkat inflasi Jawa Timur yang terjadi sejak
triwulan I-2011 diperkirakan mulai tertahan hingga triwulan I-
2012. Untuk triwulan II-2012, diperkirakan inflasi Jawa Timur mulai
mengalami peningkatan dan berada di kisaran 1% s/d 1,5% (qtq)
atau 4,60% s/d 4,80% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan
banyak dipengaruhi oleh inflasi volatile food yang masih berpotensi
untuk meningkat dan cenderung berfluktuasi. Periode musim raya
padi yang telah lewat akan mempengaruhi jumlah pasokan dan
harga beras pada triwulan mendatang. Di sisi lain, tekanan inflasi
terkait pergerakan harga komoditas internasional antara lain emas
dan minyak mentah, yang meskipun diperkirakan akan menurun
namun masih dalam batas atas kisaran harga rata-rata.
Tingkat inflasi Jatim pada Tw II-2012diperkirakan mulai mengalami peningkatan.
2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 125.591 125.92 128.50 129.69 130.58
- Kota Surabaya 125.081 125.50 128.30 129.38 130.33
- Kota Malang 125.735 126.03 128.46 129.91 130.48
- Kota Kediri 123.956 124.60 127.34 128.66 129.33
- Kota Jember 127.970 126.99 128.73 130.02 131.15
- Kota Probolinggo 129.455 129.84 131.66 132.75 133.59
- Kota Madiun 130.053 130.09 132.35 133.51 134.45
- Kota Sumenep 122.031 123.09 125.03 127.02 128.25
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 6.94 6.26 4.87 4.29 4.48
- Kota Surabaya 7.60 6.98 5.22 4.73 4.56
- Kota Malang 5.82 5.37 4.71 4.07 4.50
- Kota Kediri 5.38 4.48 4.45 3.64 4.71
- Kota Jember 6.76 5.04 4.03 2.42 3.63
- Kota Probolinggo 6.81 5.59 3.71 3.78 3.85
- Kota Madiun 5.60 5.32 4.65 3.49 4.28
- Kota Sumenep 5.69 5.70 3.57 4.19 5.53
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 88,724,137 91,361,994 93,350,482 93,212,679 95,255,849
- Pertanian 15,553,734 13,773,813 13,336,371 10,507,871 15,903,128
- Pertambangan dan Penggalian 1,802,122 2,085,751 2,139,238 2,201,521 1,893,917
- Industri Pengolahan 21,820,355 22,560,496 23,274,729 24,299,093 23,417,927
- Listrik, gas, dan air bersih 1,174,790 1,237,703 1,245,192 1,274,399 1,269,738
- Bangunan 2,626,382 3,054,205 3,102,022 3,212,217 2,893,702
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 27,085,226 28,588,367 29,708,289 30,450,678 30,081,571
- Pengangkutan dan komunikasi 6,546,139 6,966,113 7,141,739 7,443,098 6,933,037
- Keuangan, persewaan, dan jasa 4,785,173 4,993,959 5,124,947 5,282,030 5,153,153
- Jasa 7,330,216 8,101,587 8,277,955 8,541,772 7,709,676
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.98 7.25 7.12 7.11 7.19
Pertumbuhan (YoY)
- Pertanian 2.82 5.11 4.52 1.64 2.25
- Pertambangan dan Penggalian 10.34 5.44 4.55 4.85 5.09
- Industri Pengolahan 5.61 6.01 5.67 5.96 6.27
- Listrik, gas, dan air bersih 7.22 7.05 5.17 5.65 8.08
- Bangunan 7.42 10.98 8.90 8.99 10.18
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.24 8.86 9.29 9.69 9.69
- Pengangkutan dan komunikasi 19.72 10.69 9.11 9.86 13.01
- Keuangan, persewaan, dan jasa 8.21 8.50 8.17 7.87 7.69
- Jasa 3.89 4.48 5.96 5.82 5.18
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.98 7.25 7.12 7.11 7.19
LAMPIRAN
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
INDIKATOR2011
xviii
A. Perbankan2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 256.43 270.26 282.00 292.82 304.22
DPK (Rp. Triliun) 217.02 226.92 234.25 250.61 252.81252.81252.81252.81
- Tabungan (Rp. Triliun) 90.19 92.85 98.48 110.42 109.95
- Giro (Rp. Triliun) 38.03 40.31 41.85 40.99 42.8542.8542.8542.85
- Deposito (Rp. Triliun) 88.79 93.76 95.31 99.20 100.00
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 161.93 172.59 180.42 190.57 192.75
- Modal Kerja 95.80 102.38 107.00 113.54 112.31
- Investasi 21.77 23.36 23.29 24.89 26.13
- Konsumsi 44.36 47.37 50.12 52.15 54.32
Non Performing Loan (NPL-Gross) 3.373.373.373.37 3.553.553.553.55 3.473.473.473.47 2.902.902.902.90 2.96
Loan to Deposit Ratio - LDR (%) 74.61% 76.06% 77.02% 76.04% 76.25%76.25%76.25%76.25%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 56.27 59.07 61.29 62.35 63.21
NPL UMKM Gross (%) 4.58 4.62 4.68 3.74 4.22
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 5.86 6.16 6.37 6.81 6.98
DPK (Rp. Triliun) 3.58 3.72 3.84 4.04 4.18
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.12 1.15 1.15 1.28 1.33
- Deposito (Rp. Triliun) 2.46 2.58 2.69 2.76 2.85
Kredit (Rp. Triliun) 4.28 4.62 4.82 4.85 5.15
- Modal Kerja 2.94 3.13 3.22 3.18 3.36
- Investasi 0.11 0.13 0.14 0.14 0.16
- Konsumsi 1.23 1.36 1.47 1.53 1.64
Non Performing Loan (NPL-Gross) 4.99% 4.92% 4.77% 4.01% 4.29%
Loan to Deposit Ratio - (LDR) % 119.67% 115.49% 125.69% 120.01% 123.38%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 8.04 9.02 10.30 11.65 12.01
DPK (Rp. Triliun) 6.28 7.07 7.74 9.23 9.32
- Giro (Rp. Triliun) 0.47 0.56 0.46 0.63 0.84
- Tabungan (Rp. Triliun) 2.23 2.50 2.78 3.36 4.90
- Deposito (Rp. Triliun) 3.58 4.01 4.50 5.24 3.58
Pembiayaan (Rp. Triliun) 6.16 6.96 8.08 8.84 8.93
- Modal Kerja 2.25 2.80 3.17 3.45 3.60
- Investasi 0.93 1.04 1.19 1.40 1.51
- Konsumsi 2.97 3.13 3.72 3.98 3.83
Non Performance Financing (NPF) % 1.14 1.45 1.41 1.21 1.36
Financing to Deposit Ratio (FDR) % 98.06 98.53 104.46 95.73 10.58
B. SISTEM PEMBAYARAN
2012201220122012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Inflow (Rp. Triliun) 8.99 7.13 12.2 8.7 12.70
Outflow (Rp. Triliun) 3.54 7.62 14.66 8.24 6.52
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 6.30 5.08 5.61 4.07 4.75
Nominal Transaksi RTGS 127 125.07 149.32 148.29 122.21
Volume Transaksi RTGS 142,015 141,213 149,834 155,650 141,322
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 40.04 40.58 41.00 44.33 44.05
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.35 1.37 1.23 1.37498 1.395226
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 764,425 691,041 518,985 596,757 632,814
Tolakan Kliring (lembar) 24,250 20,257 17,900 48,249 20,065
LAMPIRAN
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR
INDIKATOR2011
INDIKATOR2011
Bab 1Bab 1Bab 1Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONALMAKRO REGIONAL
1
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1. KONDISI UMUM
Mengawali tahun 2012, perekonomian Jawa Timur pada triwulan awal ini
mencatatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari
7,11% (yoy) menjadi 7,19% (yoy). Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada
periode laporan pun berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,30%.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini masih didorong oleh kinerja
konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing menyumbang
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,19% (yoy) dan 1,65%(yoy). Meskipun pertumbuhan
konsumsi rumah tangga pada triwulan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan lalu,
namun besaran proporsi yang masih berada di atas 65%, menyebabkan sumbangan
pertumbuhannya masih signifikan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur.
Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR),
sektor Industri Pengolahan, serta sektor Pertanian merupakan sektor pendorong
pertumbuhan ekonomi Jatim. Ketiga sektor tersebut, secara berurutan menyumbang
pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 2,99% (yoy), 1,55% dan 0,39%. Jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, meskipun pertumbuhan sektor PHR masih
berada pada level yang sama, yaitu 9,69%, namun dengan nilai proporsinya yang terbesar
menyebabkan tingkat pertumbuhan sektor dimaksud signifikan mendorong pertumbuhan
ekonomi dibandingkan kedua sektor lainnya. Sementara itu, kedua sektor lainnya
menunjukkan terjadinya peningkatan kinerja, dimana sektor industri pengolahan dari
sebelumnya 5,96% menjadi 6,27% dan sektor pertanian dari 1,64% (yoy) menjadi 2,25%.
2
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3Grafik 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4Grafik 1.4 StrukturStrukturStrukturStruktur Perekonomian Prov. Jawa TimurPerekonomian Prov. Jawa TimurPerekonomian Prov. Jawa TimurPerekonomian Prov. Jawa Timur
Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1Grafik 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral Kontribusi Pertumbuhan PDRB Sektoral
Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur Prov.Jawa TimurProv.Jawa Timur
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2 Kontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi PermintaanKontribusi PDRB Sisi Permintaan
Prov.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa TimurProv.Jawa Timur Prov.Jawa TimurProv.Jawa Timur
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pendorong pertumbuhan dari sisi permintaan pada triwulan ini
masih didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB), yang masing-masing
menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 4,19% (yoy) dan 1,65%(yoy).
Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5Grafik 1.5 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Grafik 1.6Grafik 1.6Grafik 1.6Grafik 1.6 Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa TimurSisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
5,79 5,89
6,32
6,44
5,97 6,08
6,11
5,61
4,33
5,01
5,28 5,42
5,81
6,53
7,14 7,20
7,17
7,29 7,30 7,117,19
6,03
6,64 6,58
5,85
6,25 6,42 6,40
5,18
4,37
4,00
4,20
4,58
5,70
6,17
5,80
6,90
6,50 6,50 6,50
6,30
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur
%
y
o
y
2,50
0,32
3,68
0,13
0,68
4,83
0,98
0,72
0,77
0,96
0,26
2,82
0,14
0,92
4,17
0,81
0,64
1,25
2,40
0,21
3,10
0,11
0,65
4,63
1,01
0,60
0,80
0 5 10
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Tw I 2012
Tw IV 2011
Tw I 2011
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009* 2010 2011 2012
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel &
RestoranPengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
PerusahaanJasa-jasa
-3.500,00
-3.000,00
-2.500,00
-2.000,00
-1.500,00
-1.000,00
-500,00
0,00
500,00
1.000,00
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Net Ekspor Antar Pulau Net Ekspor
g_Net Ekspor (rhs-%yoy) g_Net Ekspor Antar Pulau (rhs-%yoy)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah
gKonsumsi (rhs) g_Konsumsi Pemerintah (rhs-%yoy)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
5,95
67.18
0.59
7.14
19.10
4.16
21.94
-20.10
70.64
0.64
6.02
20.72
1.89
23.71
-23.61
-40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00
Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba
Konsumsi Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Perubahan Stok
Ekspor
Impor
q1-2012 q4-2011 q1-2011
3
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
a. Konsumsi
Pada triwulan I-2012, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong
utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Walaupun mengalami perlambatan,
pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap berada pada level tinggi yaitu di kisaran 6%.
Tercatat pertumbuhannya pada triwulan ini mencapai 5,95% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,97%. Melambatnya konsumsi pada
triwulan ini turut dikonfirmasi oleh melambatnya beberapa indikator konsumsi, seperti hasil
survei konsumen, konsumsi listrik rumah tangga, kredit konsumsi dan simpanan
perorangan. Selain itu, impor barang konsumsi (consumption goods) juga mengalami
pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya,
termasuk secara volume impor barang konsumsi. Namun demikian, beberapa indikator
lainnya masih mencatatkan peningkatan pertumbuhan, seperti nilai indeks omset riil, yang
diperoleh dari hasil Survei Penjualan Eceran dan pertumbuhan konsumsi Bahan Bakar
Minyak (BBM) jenis premium. Sedangkan, indikator lainnya, yaitu konsumsi untuk BBM jenis
solar relatif stabil.
Dalam merespon pertumbuhan ekonomi Jatim yang terus meningkat, kinerja konsumsi
masyarakat Jatim pada triwulan I-2012 dinilai sedikit tertahan yang cenderung mengikuti
pola tahunannya, yaitu mengalami perlambatan pasca peningkatan belanja barang rumah
tangga pada saat perayaan Idul Adha, Natal dan persiapan menyambut Tahun Baru.
Meskipun demikian, indikator indeks omset penjualan mengindikasikan adanya
peningkatan, khususnya untuk kelompok peralatan rumah tangga, konstruksi, alat tulis serta
kelompok makanan, minuman dan tembakau. Lebih lanjut, peningkatan keempat kelompok
tersebut terutama dipicu oleh peningkatan omset penjualan produk mebel pada kelompok
peralatan rumah tangga serta produk kayu, semen dan pasir pada kelompok konstruksi.
Secara keseluruhan, indeks omset riil dari Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan
oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV, mengalami kenaikan dari sebelumnya
berada pada level 97,57 menjadi 101,69.
4
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.7 Grafik 1.7 Grafik 1.7 Grafik 1.7 Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualan Eceran
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya Sumber: PLN Distribusi Jatim
Sumber: Pertamina Jatim, diolah
Sementara itu, indikator konsumsi listrik rumah tangga mengindikasikan terjadinya
perlambatan konsumsi, yaitu dari 2,416 juta Kwh menjadi 2,376 juta Kwh atau setara
dengan perlambatan dari 110,76 menjadi 107,47 Kwh per pelanggan. Perlambatan ini
diperkirakan dipicu dari relatif minimnya kegiatan perayaan pada triwulan ini dibandingkan
periode sebelumnya yang memiliki 3 (tiga) kali momentum, yaitu Idul Adha, Natal serta
persiapan menyambut Tahun Baru.
Meningkatnya pertumbuhan konsumsi BBM jenis premium pada triwulan ini diduga
sebagai respon balik masyarakat atas isu kenaikan harga BBM jenis ini yang rencananya
akan diberlakukan pada awal triwulan II-2012. Namun demikian, berdasarkan informasi
diperoleh kepastian mengenai terjaganya ketersediaan stok pada triwulan berjalan, yang
bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan aksi borong yang dilakukan jika kebijakan
tersebut diimplementasikan per-1 April 2012.
Grafik 1.9Grafik 1.9Grafik 1.9Grafik 1.9 Pertumbuhan Konsumsi BBM Pertumbuhan Konsumsi BBM Pertumbuhan Konsumsi BBM Pertumbuhan Konsumsi BBM
(Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa Timur(Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa Timur(Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa Timur(Transportasi Darat & Rumah Tangga) di Jawa Timur
Grafik 1.8Grafik 1.8Grafik 1.8Grafik 1.8 Konsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah TanggaKonsumsi Listrik Rumah Tangga
-
50
100
150
200
250
300
350
-
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012
Indeks Omset Riil Peralatan Rumah Tangga
Pakaian & Perlengkapannya Makanan, Minuman, Tembakau
Alat Tulis Konstruksi
Barang Budaya dan Rekreasi
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
70
75
80
85
90
95
100
105
110
115
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konsumsi Listrik
Kwh per pelanggan RT
(50)
-
50
100
150
200
250
-
300,000
600,000
900,000
1,200,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Premium Solar
gPremium (rhs) gSolar (rhs)
%
5
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.10101010 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit KonsumsiKredit Konsumsi
Pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber pembiayaan
konsumsi masyarakat menunjukkan pola yang menurun yaitu dari 39,58% pada triwulan
sebelumnya menjadi 17,40%. Penurunan ini dipicu oleh menurunnya ketiga jenis simpanan,
dengan penurunan terbesar pada jenis tabungan (dari 60,51% menjadi 21,03%), deposito
(dari 20,87% menjadi 12,91%) dan giro (dari 21,21% menjadi 16,34%). Tren penurunan
ketiganya diduga dipicu oleh menurunnya suku bunga acuan Bank Indonesia per tanggal 9
Februari 2012 yang kemudian turut mempengaruhi suku bunga simpanan bank, sehingga
nasabah cenderung memindahkan simpanannya pada bentuk investasi lain, seperti emas,
yang mengalami tren penurunan harga pada periode laporan.
Sebagai sumber pembiayaan lainnya, kondisi serupa tercermin pula pada
melambatnya kinerja pertumbuhan kredit konsumsi Bank Umum, yaitu dari 25,27% (yoy)
menjadi 22,87%. Pola ini searah dengan melambatnya konsumsi masyarakat Jatim pada
triwulan I-2012.
Perlambatan konsumsi masyarakat turut dikonfirmasi oleh hasil survei konsumsi, yang
mengindikasikan penurunan indeks sebagai akibat dari menurunnya Indeks Kondisi
Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menjadi sebesar 102,73
dan 109,07. Kekhawatiran perkembangan ekonomi saat ini pasca kenaikan harga BBM
bersubsidi dan ketidakpastian ekonomi global diterjemahkan oleh para responden dengan
menurunnya keyakinan ketersediaan lapangan pekerjaan dan penghasilan saat ini. Selain
itu, juga terdapat kecenderungan untuk melakukan penundaan pembelian barang tahan
lama, seperti elektronik dan kendaraan bermotor. Kondisi ini diindikasikan dengan
menurunnya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dari sebelumnya 130
menjadi 108. Demikian pula, responden memiliki menurunkan ekspektasinya atas
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11111111 Dana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan PeroranganDana Simpanan Perbankan Perorangan
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
gDPK Perorangan gGiro Perorangan
gTab Perorangan gDep Perorangan
6
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.13131313 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Kondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat IniKondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.12121212 Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen Survei Konsumen –––– Keyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan KonsumenKeyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
perkembangan perekonomian Indonesia oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen
(IEK), dari 125,73 menjadi 109,07.
b. Investasi
Meskipun kondisi ekonomi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan pada triwulan
I-2012, namun tidak diikuti oleh peningkatan pertumbuhan investasi pada triwulan tersebut.
Kinerja investasi Jawa Timur yang tercermin pada tingkat pertumbuhan investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto – PMTB) pada triwulan I-2012 mengalami perlambatan
dari sebesar 17,73% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi sebesar 9% pada periode
laporan. Meskipun demikian, menyerupai pola konsumsi rumah tangga, dengan porsi kedua
terbesar, investasi publik pada periode laporan juga masih menjadi salah satu pendorong
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan
mengindikasikan hal serupa pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA), sedangkan jenis
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami kenaikan. Dapat dilaporkan, bahwa
realisasi investasi jenis PMA mengalami penurunan dari USD777,3 juta (93 proyek) menjadi
USD244,8 juta (93 proyek) atau pertumbuhannya menurun dari 159% (yoy) menjadi 18%.
Sedangkan, untuk kinerja investasi jenis PMDN tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari
Rp2,419 milyar (61 proyek) menjadi Rp3,818 milyar (64 proyek) atau pertumbuhannya
meningkat dari 15% (yoy) menjadi 56%.
Berdasarkan informasi dari kegiatan Liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Wilayah IV, diperkirakan pada periode mendatang masih akan terus terjadi
perbaikan kinerja investasi di Jawa Timur, seiring dengan meningkatnya optimisme para
pelaku usaha di Jawa Timur. Selain itu, juga sebagai respon balik atas berbagai program
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV
I II III IV
I II III IV
I II III IV
I II III IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Penghasilan Saat IniIndeks Ketersediaan Lapangan KerjaIndeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
7
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.11117777 Perkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit InvestasiPerkembangan Kredit Investasi
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.161.161.161.16 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PMTBPMTBPMTBPMTB
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.14141414 Perkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek InvestasiPerkembangan Jumlah Proyek Investasi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.15151515 Perkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek InvestasiPerkembangan Nilai Proyek Investasi
inisiatif yang telah dicanangkan oleh Gubernur Jatim melalui instansi terkait. Salah satunya
yang mendapat sambutan positif dari para pelaku usaha di dalam negeri adalah upaya
untuk mengembangkan jejaring perdagangan dalam negeri dengan membuka perwakilan
dagang di 20 (dua puluh) provinsi, khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Indikator lainnya juga mengindikasikan hal yang sama, sebagaimana tercermin dari
peningkatan melambatnya kinerja penyaluran kredit investasi yang merupakan salah satu
sumber pembiayaan investasi dari Bank Umum. Pada periode laporan tercatat
pertumbuhan kredit jenis ini menurun dari 28,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi
sebesar 21,24%.
Namun demikian, indikator investasi lainnya, yaitu volume penjualan semen di
wilayah Jawa Timur tercatat mengalami peningkatan yaitu dari 19,66% (yoy) menjadi
21,98%. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan investasi dalam bentuk pembangunan
konstruksi.
Sumber: BKPM
Sumber: BPS Jawa Timur, diolah
Sumber: BKPM
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Nilai Proyek PMA (USD million) Nilai Proyek PMDN (Rp miliar)
g Nilai Proyek PMA g Nilai Proyek PMDN
-100%
0%
100%
200%
300%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Proyek PMA Jumlah Proyek PMDN
Perubahan Jumlah Proyek PMA Perubahan Jumlah Proyek PMDN
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pembentukan Modal Tetap Bruto gPMTB (rhs)
T
r
i
l
i
u
n
R
p
8
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.181.181.181.18 Perkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan SemenPerkembangan Volume Penjualan Semen
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.191.191.191.19 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Impor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang ModalImpor Barang Modal
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
Searah dengan indikator volume penjualan semen, indikator kinerja impor barang
modal mengindikasikan adanya peningkatan investasi berupa penambahan barang-barang
modal seperti mesin beserta perlengkapannya. Mengingat kinerja realisasi PMTB yang
melambat, diperkirakan pelaku usaha tetap melakukan pengembangan usaha, namun
dengan tidak menambah lahan atau pabrik baru. Kondisi ini turut didukung dari perolehan
hasil liaison yang menginformasikan bahwa pelaku usaha sektor industri pengolahan di
Jawa Timur masih tetap melakukan investasi, yang terdiri dari penggantian dan
penambahan mesin. Selain itu, turut diperoleh informasi bahwa pelaku usaha dengan
produk yang memiliki tujuan ekspor cenderung melakukan aksi “wait and see” terkait upaya
penambahan dan peningkatan investasi. Strategi ini masih memungkinkan untuk dirubah
jika di pertengahan tahun 2012, target omset penjualan ekspor produk tercapai. Di sisi lain,
kondisi yang berbeda terjadi pada kelompok pelaku usaha dengan produk tujuan dalam
negeri. Rata–rata pelaku usaha menginformasikan rencananya untuk melakukan
penambahan kapasitas produksi baik dengan penambahan mesin produksi maupun dengan
pembangunan pabrik baru.
c. Ekspor-Impor
Mengawali tahun 2012, tercatat transaksi perdagangan Jawa Timur mengalami
peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan mencatatkan kinerja net
ekspor sebesar Rp13,24 triliun, sebagai lanjutan tren positif sejak triwulan I-2011.
Berdasarkan pencatatan transaksi ekspor pada BPS, perolehan kinerja triwulan ini diperoleh
dari kenaikan tajam nilai net ekspor perdagangan dalam negeri dari posisi net impor
sebesar Rp0,44 triliun menjadi Rp13,03 triliun. Selain itu, perdagangan luar negeri Jawa
Sumber: Bank Indonesia
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
140
160
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Capital Goods g_Capital Goods
9
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.201.201.201.20 Perkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Jatim
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.211.211.211.21 Perkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri JatimPerkembangan Kinerja Ekspor Luar Negeri Jatim
Timur pun mencatatkan kinerja positif dengan posisi net ekspor sebesar Rp0,2 triliun dari
sebelumnya berada pada kondisi net impor sebesar Rp0,42 triliun.
Informasi pendukung lainnya menginformasikan kondisi serupa, yaitu laporan aplikasi
Permohonan Ekspor Barang (PEB) dan Permohonan Impor Barang (PIB) masih
mencatatkan net ekspor yang tercatat sebesar USD255,73 juta dengan faktor pendorong
dari peningkatan didorong net ekspor barang bahan baku (dari sebelumnya kondisi net
impor sebesar USD772,04 triliun menjadi net ekspor USD16,76 juta) dan net ekspor barang
konsumsi (net ekspor USD445,19 menjadi USD414,95 juta). Sedangkan ekspor barang
modal menyumbang kondisi net impor (dari USD259,70 juta menjadi USD175,97 juta).
Berdasarkan data ini, kinerja perdagangan luar negeri Jatim terus mengalami perbaikan
dibandingkan periode sebelumnya. Lonjakan ekspor barang bahan baku diindikasikan
sebagai perbaikan kinerja sektor pengolahan pada negara tujuan utama, yaitu negara
Jepang dan Amerika Serikat. Kondisi ini diharapkan menjadi salah satu indikator adanya
perbaikan perekonomian di kedua negara tujuan utama dimaksud.
Grafik 1.23Grafik 1.23Grafik 1.23Grafik 1.23 Pertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis BarangPertumbuhan Ekspor Per Jenis Barang
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.22222 Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai Perkembangan Nilai EksporEksporEksporEkspor Per Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis BarangPer Jenis Barang
Sumber: BPS Jatim Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
(800)
(600)
(400)
(200)
-
200
400
600
800
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
NET EKSPOR (USD Juta) Net Capital Goods
Net Intermediate Goods Net Consumption Goods
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
70
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
g_Total Ekspor g_Capital Goods (rhs)
g_Intermediate Goods (rhs) g_Consumption Goods (rhs)
(4,000,000)
(2,000,000)
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Net Ekspor Net Ekspor Antar Pulau
10
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.26262626 Nilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis BarangNilai Impor per Jenis Barang
GrafikGrafikGrafikGrafik 1.271.271.271.27
Pertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis BarangPertumbuhan Impor per Jenis Barang
Kondisi serupa turut diindikasikan oleh perolehan data dari kegiatan bongkar muat
kontainer di Pelabuhan Tanjung Perak. Sebagaimana ditunjukkan pada grafik 1.28, dimana
terjadi peningkatan jumlah kontainer yang melakukan kegiatan bongkar muat, dengan
dominasi pada jenis pengiriman barang antar negara. Tercatat peningkatan arus bongkar
muat kontainer baik yang ditujukan untuk pasar internasional maupun domestik, secara total
tumbuh positif sebesar 12,65% (yoy) atau menjadi sebanyak 318,921 Teus.
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.25Grafik 1.25Grafik 1.25Grafik 1.25 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai ImporImporImporImpor
Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.2Grafik 1.24444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NilaiNilaiNilaiNilai EksporEksporEksporEkspor
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
g_Total Impor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
y
o
y
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Total Impor g_Total Impor
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Total Ekspor g_Total Ekspor
11
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.29292929 Statistik DischargeStatistik DischargeStatistik DischargeStatistik Discharge----Loaded di Tanjung PerakLoaded di Tanjung PerakLoaded di Tanjung PerakLoaded di Tanjung Perak
Grafik 1.30Grafik 1.30Grafik 1.30Grafik 1.30 Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer InternasionalInternasionalInternasionalInternasional
1.3. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2012 masih
masih didorong oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri
Pengolahan dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar
71,10% terhadap PDRB Jawa Timur.
Grafik 1.32Grafik 1.32Grafik 1.32Grafik 1.32 Pertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor UtamaPertumbuhan Tiga Sektor Utama
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Grafik 1.31Grafik 1.31Grafik 1.31Grafik 1.31 Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer DomestikDomestikDomestikDomestik
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Grafik 1.33Grafik 1.33Grafik 1.33Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.28282828 Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer Statistik Kontainer di Tanjung Perakdi Tanjung Perakdi Tanjung Perakdi Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: PT X, Tanjung Perak
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel & Restoran gPertanian (rhs)
gIndustri Pengolahan (rhs) gPerdagangan, Hotel & Restoran (rhs)
Triliu
n R
p.
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa gPengangkutan & Komunikasi (rhs)
gKeuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (rhs) gJasa-jasa (rhs)
Triliu
n R
p.
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Total Kontainer (Teus)
Ships Call
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012
Discharge Loaded gDischarge gLoaded
TEUS
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012
Discharge Loaded gDischarge gLoaded
TEUS %
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012
Discharge Loaded
gDischarge gLoaded
TEUS
12
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.35Grafik 1.35Grafik 1.35Grafik 1.35 Utilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas ProduksiUtilisasi Kapasitas Produksi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi dengan
angka mencapai 13,01% (yoy) dan kontribusi sebesar 0,71%. Diikuti oleh pertumbuhan
salah satu sektor utama Jawa Timur, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
yang mencapai 9,69% sehingga memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar mencapai
2,87%. Sedangkan sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian masing-masing tumbuh
sebesar 6,27% dan 2,25% dengan kontribusi masing-masing sebesar 1,66% dan 0,41%
terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sedangkan sektor pendukung secara umum
mencatatkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya.
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank
Indonesia Surabaya, tingkat utilisasi kapasitas produksi di Jawa Timur tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 78,14% menjadi 78,53% (lihat
grafik 1.35). Dari sisi sektoral, peningkatan kapasitas produksi ini terutama dipicu oleh
perbaikan kinerja sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih.
Sumber: BPS Jawa Timur
Grafik 1.36Grafik 1.36Grafik 1.36Grafik 1.36 Utilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi SektoralUtilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
Grafik 1.34Grafik 1.34Grafik 1.34Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor PendukungPertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: SKDU BI Surabaya
(2,00)
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
20,00
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertambangan dan Penggalian Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan gPertambangan dan Penggalian (rhs)
gListrik, Gas & Air Bersih (rhs) gBangunan (rhs)
Trili
un
Rp
.
63.4
56.9
67.2
71.5
63.3
64.2
70.0
69.8
75.1
80.1
77.7
73.2
74.9
69.370.7
73.974.3
73.3
74.578.1
78.5
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: SKDU BI Surabaya
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Total Pertanian Pertambangan
Industri Pengolahan Listrik Gas Air Bersih
%
13
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Kondisi yang sedikit berbeda diperoleh dari perkembangan kegiatan usaha melalui
angka indeks realisasi usaha hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang mengalami
perlambatan menjadi 12,65. Sedangkan indeks realisasi usaha secara sektoral
mencatatkan perolehan angka tertinggi berada pada sektor pertanian yang diikuti oleh
sektor jasa-jasa. Panen raya yang terjadi hampir di sepanjang triwulan I-2012 menjadi faktor
pendorong tingginya realisasi usaha sektor pertanian. Sedangkan, kinerja sektor jasa relatif
stabil berada pada level 5 (lima) poin.
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) menunjukan pertumbuhan
yang sama dibandingkan triwulan sebelumnya dengan tingkat pertumbuhan sebesar
9,69% (yoy). Namun apabila ditinjau berdasarkan sub-sub sektornya, secara keseluruhan
ketiganya mencatat perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sub Sektor Perhotelan mencatat perlambatan dari sebesar 9,45% (yoy) pada periode
sebelumnya menjadi 7,29% (yoy) pada triwulan I-2012. Sub Sektor Restoran melambat
dari sebesar 8,51% (yoy) menjadi 7,91% (yoy) pada periode laporan.
Sementara itu Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran mencatat perlambatan
pertumbuhan paling signifikan, yaitu dari sebesar 9,69 % (yoy) menjadi –10,35% (yoy)
pada triwulan I-2012. Perlambatan kinerja pertumbuhan sub-sektor Perdagangan, Hotel
dan Restauran tersebut disebabkan oleh relatif menurunnya konsumsi masyarakat pasca
dari tingginya konsumsi akhir tahun dalam rangka perayaan Idul Adha, Natal dan
persiapan menyambut tahun baru.
Grafik 1.37Grafik 1.37Grafik 1.37Grafik 1.37 Indeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi UsahaIndeks Realisasi Usaha
Sumber: SKDU BI Surabaya
Grafik 1.38Grafik 1.38Grafik 1.38Grafik 1.38 Indeks Realisasi Usaha Indeks Realisasi Usaha Indeks Realisasi Usaha Indeks Realisasi Usaha SektoralSektoralSektoralSektoral
Sumber: SKDU BI Surabaya
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-27.23
7.05
22.1
-0.45
-18.91
11.35
22.32
25.86
-1.85
21.623.29
4.15
1.1
19.5518.54
6.47
-1.46
20.88
11.6
15.81
6.43
26.35
8.49
35.87
12.65
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Realisasi Usaha
S
B
T
14
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.39Grafik 1.39Grafik 1.39Grafik 1.39 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di JatimJatimJatimJatim
Grafik 1.40Grafik 1.40Grafik 1.40Grafik 1.40 Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang JatimLama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
Selanjutnya, kinerja sub-sektor hotel juga tercermin pada beberapa indikator lainnya,
seperti Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan lama tinggal tamu di Hotel Berbintang di Jawa
Timur serta jumlah wisatawan asing melalui Bandara Juanda, yang mencerminkan kondisi
serupa, yaitu mengalami perlambatan. Tercatat, TPK Hotel Berbintang mengalami
penurunan dari sebelumnya mencapai 54,22% menjadi 48,33%. Indikator untuk rata – rata
lama menginap tamu di hotel berbintang pun mengindikasikan adanya penurunan dari 2,02
hari menjadi 1,55 hari. Penurunan ini didorong oleh menurunnya lama menginap tamu asing
dan domestik masing-masing dari sebelumnya 2,62 hari dan 2 hari (triwulan IV-2011)
menjadi 2,12 hari dan 1,51 hari (triwulan I-2012). Selain itu, jumlah wisatawan asing melalui
Bandara Juanda pun mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 16.883 orang (triwulan IV-
2011) menjadi 16.257 (triwulan I-2012).
Berbeda dengan ketiga indikator sebelumnya, indikator konsumsi listrik bisnis di Jawa
Timur pada triwulan ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dari
sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif yaitu -14,16% menjadi positif 0,52%. Kinerja
positif ini mengawali perubahan tren dari sebelumnya mengalami tren negatif sejak triwulan
III-2011. Selanjutnya, searah dengan kinerja sub-sektor perhotelan, sub-sektor restoran
juga mengalami perlambatan kinerja, meskipun masih tetap tinggi yaitu berada pada level
8%. Seiring dengan relatif stabilnya animo masyarakat untuk berwisata di hari libur dan cuti
bersama, maka kinerja sub-sektor perhotelan dan restoran terus berada dalam tren
perbaikan pasca krisis global tahun 2008.
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
TPK Hotel Berbintang Jatim
%
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Asing Indonesia Total
H
A
R
I
15
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Sumber: BPS Prov.Jawa Timur
b. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja Industri Pengolahan pada triwulan I-2012 berada dalam tren peningkatan, yang
tercermin dari peningkatan pertumbuhan dari 5,96% (yoy) pada periode sebelumnya
menjadi 6,27% (yoy). Pertumbuhan tertinggi (yoy) terdapat pada sub-sektor semen dan
barang galian bukan logam sebesar 10,42%, yang diikuti oleh sub-sektor alat angkut, mesin
dan peralatannya dengan pertumbuhan sebesar 7,26%, sub-sektor Pupuk, Kimia dan
Barang dari Karet sebesar 7,13%, dan sub-sektor makanan, minuman dan tembakau
dengan pertumbuhan sebesar 6,62%. Secara umum, pertumbuhan positif hampir terjadi di
seluruh sub-sektor, kecuali sub-sektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang mencatat
pertumbuhan negatif sebesar -1,59%.
Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan turut dikonfirmasi oleh ketiga
indikatornya, yaitu impor bahan baku dan modal, konsumsi bahan bakar dan konsumsi
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.41414141
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara JuandaJumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Grafik 1.44Grafik 1.44Grafik 1.44Grafik 1.44 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Nilai Nilai Nilai Nilai Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.Grafik 1.42424242
Konsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan BisnisKonsumsi Listrik Golongan Bisnis
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
Grafik 1.43Grafik 1.43Grafik 1.43Grafik 1.43 Pertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri PengolahanPertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
Sumber: BPS Jawa Timur
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
252011 IV 2012 I
0
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Wisman Melalui Juanda
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
%
K
W
h
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Consumption Goods Intermediate Goods Capital GoodsJ
U
T
A
U
S
D
(
C
I
F)
16
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
listrik untuk sektor industri. Meskipun impor bahan baku mengalami sedikit penurunan,
namun impor barang modal mencatatkan peningkatan signifikan. Kondisi ini merefleksikan
rencana investasi para pelaku usaha untuk mengganti maupun menambah mesin produksi
di wilayah Jawa Timur.
c. Pertanian
Kinerja Sektor Pertanian mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya
yaitu dari tumbuh sebesar 1,64% menjadi 2,25% (yoy). Hampir semua sub-sektor
mengalami peningkatan pertumbuhan, kecuali sub-sektor tanaman perkebunan yang
mencatatkan perlambatan dari sebesar 9,36% menjadi 3,34% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan terbesar terdapat pada sub-sektor kehutanan yang mencatat kenaikan dari
sebesar 8,04% menjadi 35,70% (yoy) pada triwulan laporan.
Grafik 1.45Grafik 1.45Grafik 1.45Grafik 1.45 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan Impor Impor Impor Impor
Impor Impor Impor Impor Barang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan BakuBarang Bahan Baku
Grafik 1.47Grafik 1.47Grafik 1.47Grafik 1.47
Konsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan IndustriKonsumsi Listrik Golongan Industri
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
Grafik 1.46Grafik 1.46Grafik 1.46Grafik 1.46 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan Konsumsi BBM IndustriKonsumsi BBM IndustriKonsumsi BBM IndustriKonsumsi BBM Industri
Sumber: Pertamina, diolah Sumber: Bank Indonesia
-25%
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
K
W
h
%
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
g_Total Impor g_Capital Goods
g_Intermediate Goods g_Consumption Goods
%
y
o
y
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Solar gSolar (rhs)
17
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Gambar 1.48Gambar 1.48Gambar 1.48Gambar 1.48
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa TimurLuas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Gambar 1.49Gambar 1.49Gambar 1.49Gambar 1.49
Luas Lahan Tanam Luas Lahan Tanam Luas Lahan Tanam Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timurdan Panen Jagung di Jawa Timurdan Panen Jagung di Jawa Timurdan Panen Jagung di Jawa Timur
Sumber: Dinas Pertanian Prov.Jawa Timur
d. Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Pada triwulan I-2012, kinerja Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
masih relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, namun sedikit melambat dari sebesar
7,87% menjadi 7,69% (yoy). Semua sub-sektor mengindikasi peningkatan pertumbuhan,
kecuali sub-sektor lembaga keuangan tanpa bank yang menunjukan menunjukkan
terjadinya perlambatan dari 14,20% menjadi 9,81%.
Dari beberapa indikator perbankan yang menjadi penopang pembiayaan berbagai
sektor ekonomi, hingga triwulan laporan masih menunjukan peningkatan, yang diantaranya
tercermin pada pertumbuhan dana pihak ketiga, interest based income dan fee based
income.
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
Gambar 1.50Gambar 1.50Gambar 1.50Gambar 1.50 Luas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa TimurLuas Lahan Puso di Jawa Timur
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
80
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
200.00
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
18
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Grafik 1.52Grafik 1.52Grafik 1.52Grafik 1.52
Perkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa TimurPerkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.53Grafik 1.53Grafik 1.53Grafik 1.53
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan FeeFeeFeeFee----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Grafik 1.54Grafik 1.54Grafik 1.54Grafik 1.54
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan InterestInterestInterestInterest----Based IncomeBased IncomeBased IncomeBased Income
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Grafik 1.51Grafik 1.51Grafik 1.51Grafik 1.51
Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa TimurPertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Grafik 1.55Grafik 1.55Grafik 1.55Grafik 1.55
Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan Perkembangan Pendapatan –––– Biaya Biaya Biaya Biaya Operasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank UmumOperasional Bank Umum
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2010 2012
G Kredit (yoy) G DPK (yoy)
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Fee Based Income
g.Fee Based Income
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Interest Based Income
g.Interest Based Income
0.60
20.60
40.60
60.60
80.60
100.60
120.60
140.60
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Pendapatan Operasional - Biaya Operasional
BO/PO
8,00
8,50
9,00
9,50
10,00
10,50
11,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2010 2012
19
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
Grafik 1.56Grafik 1.56Grafik 1.56Grafik 1.56 Volume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen dVolume Penjualan Semen diiii Jawa TimurJawa TimurJawa TimurJawa Timur
e. Bangunan
Kinerja sektor bangunan pada triwulan I-2012 menunjukan peningkatan pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,99% menjadi 10,18%(yoy). Hal
tersebut juga terindikasi peningkatan pertumbuhan volume penjualan semen dari 19,66%
(yoy) menjadi 21,98%. Kondisi ini turut dikonfirmasi oleh peningkatan pembangunan
perumahan residensial di kawasan utama Jawa Timur, seperti Kota Surabaya, Sidoarjo,
Gresik, Mojokerto, Malang dan Jember.
f. Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I-2012 menunjukkan
peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,86% (yoy)
menjadi 13,01% (yoy). Hal yang sama juga terjadi di sub-sektor transportasi dan sub-sektor
komunikasi yang masing-masing tumbuh sebesar 9,34% dan 16,94% (yoy). Indikator
penurunan di sektor ini, salah satunya tercermin dari meningkatnya jumlah penumpang
wisatawan mancanegara dan domestik yang masuk melalui Pelabuhan Udara Juanda
Surabaya. Selain itu, indikator arus penumpang dan barang di Tanjung Perak pun
mengindikasikan adanya peningkatan.
Dengan beroperasinya Kereta Api (KA) jenis komuter di wilayah Malang Raya
diharapkan dapat meningkatkan kinerja sub-sektor transportasi di tahun 2012. Kereta ini
berjumlah lima gerbong dengan total kapasitas komuter untuk 500–750 orang. Rute yang
dilewati adalah Kepanjen, Malang dan Lawang. Selain itu, layanan jasa transportasi
penerbangan di wilayah Jawa Timur diperkirakan akan terus mengalami peningkatan,
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
20
BAB I – PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2012
GGGGrafikrafikrafikrafik 1.591.591.591.59
Penumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara JuandaPenumpang Domestik di Bandara Juanda
GGGGrafikrafikrafikrafik 1.601.601.601.60
Penumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara JuandaPenumpang Internasional di Bandara Juanda
GGGGrafikrafikrafikrafik 1.581.581.581.58
Arus Barang di Tanjung Arus Barang di Tanjung Arus Barang di Tanjung Arus Barang di Tanjung PerakPerakPerakPerak
seiring dengan telah beroperasinya Bandara Trunojoyo, Sumenep sejak bulan Maret 2012.
Direncanakan terdapat empat kali penerbangan dalam satu minggu dengan rute Sumenep–
Surabaya dan sebaliknya dengan tarif di kisaran Rp500.000,-. Sementara itu realisasi
pembangunan Bandara Abd. Saleh, Malang dan Bandara Juanda, Surabaya diharapkan
dapat sesuai target, sehingga turut meramaikan kinerja sub-sektor transportasi dan sub-
sektor perhotelan dan restoran di Jawa Timur.
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jml Penumpang Domestik
g Jml Penumpang Domestik (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
GGGGrafikrafikrafikrafik 1.571.571.571.57
Arus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung PerakArus Penumpang di Tanjung Perak
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-10
10
30
50
70
90
110
130
150
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-100
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Vol Barang g Jml Barang (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jml Penumpang Intl
gPenumpang Intl (rhs)
R
I
B
U
O
R
A
N
G
%
y
o
y
Bab 2Bab 2Bab 2Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI
JAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMURJAWA TIMUR
21
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM
Inflasi Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan Indeks Harga
Konsumen (IHK) di 71 kota pada triwulan I-2012 sebesar 0,68% (qtq) atau melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,92%(qtq). Secara tahunan,
realisasi inflasi tersebut mengawali inflasi di awal triwulan tahun 2012 sebesar
3,97%(yoy) melambat cukup dalam dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
7,46%. Penurunan inflasi pada periode laporan terkait dengan tibanya panen raya
sehingga menahan kenaikan harga dari sisi supply. Selain itu pelemahan harga
beberapa komoditas strategis internasional pun turut mengurangi tekanan dari sisi
eksternal/ imported inflation.
Berdasarkan pendekatan kelompok barang, perlambatan laju inflasi terutama
disebabkan oleh perlambatan inflasi pada seluruh kelompok, terutama kelompok
makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Berdasarkan disagregasinya, penurunan
laju inflasi pada kelompok inflasi volatile food menjadi penyebab penurunan inflasi Jatim
secara umum.
Searah dengan perlambatan inflasi yang terjadi di nasional, inflasi Jatim pun
menunjukkan tren yang searah. Namun demikian, jika dibanding dengan provinsi lain
di kawasan Jawa, Jatim masih mencatat inflasi tertinggi (Grafik 2.3). Tercatat
realisasi inflasi tahunan (yoy) provinsi – provinsi di Pulau Jawa s.d triwulan I-2012
1 7 kota di Jawa Timur yang masuk dalam perhitungan inflasi Nasional : Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Probolinggo, Madiun dan Sumenep, dengan bobot kota total sebesar 10,87%.
Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2.Perkembangan Inflasi Jawa Timur
3.93
3.97
3.56
3.97
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
Inflasi Jatim (7 Kota) Inflasi Nasional (66 Kota)
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
% Inflasi Bulanan (mtm) inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Triwulanan (qtq)
22
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
inflasi bulanan di sepanjang triwulan I-2011. Hingga maret 2012, tercatat inflasi bulanan
Jatim memiliki tren menurun, yaitu dari 0,35% (Januari) menjadi 0,25%(Februari) dan
berlanjut menurun menjadi 0,08% (Maret). Pola yang sama pun terjadi di triwulan I-2011
namun dengan fluktuasi nilai yang lebih tinggi. Demikian pula jika dibandingkan dengan
rata-rata historis inflasinya selama 6 (enam) tahun terakhir2, inflasi bulanan di sepanjang
triwulan I-2012 memiliki nilai yang lebih rendah.
Berdasarkan kelompok barang, rata-rata laju inflasi bulanan di sepanjang triwulan
I-2012 diwarnai dengan inflasi yang berada dibawah rata-rata inflasi bulanan pada
periode yang sama di 2011, kecuali untuk kelompok makanan, minuman, rokok dan
tembakau yang mencatat inflasi cukup stabil. Meskipun demikian, kelompok ini memiliki
nilai inflasi bulanan tertinggi dengan rata-rata inflasi sebesar 0,42%, sedangkan
terendah terdapat pada kelompok pendidikan (0,09%) yang terutama ditekan oleh
rendahnya nilai inflasi pada bulan Februari dan Maret, masing – masing sebesar 0,05
dan 0,02 (mtm). Di sisi lain, relatif tingginya inflasi pada kelompok makanan jadi,
2 Rata-rata inflasi bulanan Jawa Timur selama 6 (enam) tahun terakhir (2007-2012) untuk bulan Januari, Februari dan Maret masing-masing sebesar 0,52%, 0,39% dan 0.17% (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Tabel 2.1
Inflasi Triwulan I Tahun 2011 & 2012 di Jawa Timur (mtm)
berdasarkan urutan realisasi inflasi terendah
yaitu Jawa Barat (3,33%), Yogyakarta
(3,44%), Jawa Tengah (3,46%) Banten
(3,81%) dan Jawa Timur (3,97%),
sedangkan inflasi nasional tercatat sebesar
3,97% (yoy).
2.2 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan realisasi inflasi Jatim
cukup terkendali, bahkan berada pada level
yang lebih rendah dibandingkan rata – rata
Grafik 2.3
Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
0.00
2.00
4.00
6.00
8.002010 Tw.I
2010 Tw.II
2010 Tw.III
2010 Tw.IV
2011 Tw.I2011 Tw.II
2011 Tw.III
2011 Tw.IV
2012 Tw.IJabar
Jatim
Jateng
DIY
Banten
Nasional
(%,yoy)
Jan Feb Mar Jan Feb Mar
UMUM 0.80 0.16 0.04 0.33 0.35 0.25 0.08 0.23
1 Bahan Makanan 2.49 -0.57 -1.08 0.28 0.73 0.03 -0.20 0.19
2 Mamin, Rokok & Tbakau 0.29 0.52 0.39 0.40 0.33 0.52 0.42 0.42
3 Perumahan,LGBB 0.40 0.26 0.34 0.33 0.28 0.27 0.11 0.22
4 Sandang -0.11 -0.16 1.31 0.35 -0.25 1.64 -0.32 0.36
5 Kesehatan 0.35 0.82 0.46 0.54 0.16 0.23 0.11 0.17
6 Pendidikan 0.12 0.46 0.21 0.26 0.19 0.05 0.02 0.09
7 Transportasi 0.41 0.45 0.20 0.35 0.36 -0.18 0.24 0.14
Rata-
rata
Tw I-2011Kelompok BarangNo
Tw I-2012Rata-
rata
23
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
minuman, rokok dan tembakau, terutama akibat dari meningkatnya harga komoditas
gula pasir dan rokok, terutama yang terjadi pada bulan Januari dan Maret, yang rata-rata
mengalami inflasi lebih dari 1% (mtm). Berdasarkan informasi dari instansi setempat,
dorongan harga pada komoditas gula pasir tersebut merupakan dampak lanjutan dari
meningkatnya ekspektasi harga di level pedagang eceran dan bukan akibat
ketidakcukupan pasokan. Sedangkan kenaikan komoditas rokok, diindikasikan sebagai
respon atas kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif cukai rokok di awal tahun.
Sebagaimana pada umumnya, pelaku usaha di bidang ini menaikkan harga jual
produknya secara bertahap dengan konsekwensi mengurangi margin usaha guna
mencegah turunnya omset penjualan.
Selain sub kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau, inflasi pada
triwulan I-2012 pun turut disumbang oleh sub kelompok sandang, dengan kenaikan
signifikan harga emas perhiasan, terutama pada bulan Februari 2012. Kenaikan
komoditas ini turut dipengaruhi oleh tren peningkatan harga emas di tingkat
internasional.
Bulan Januari
Secara umum, inflasi IHK 7 kota di Jawa Timur pada bulan Januari cukup
terkendali, bahkan berada dibawah inflasi nasional dan rata-rata historis inflasi pada
periode yang sama dalam 5 tahun terakhir (2007-2011). Tercatat, inflasi bulanan pada
Januari 2012 mencapai 0,35% (mtm) dan lebih rendah dibandingkan inflasi Desember
2011 (0,61%). Secara umum, perlambatan laju inflasi pada bulan ini terutama
disebabkan oleh penurunan angka inflasi pada kelompok bahan makanan, yaitu dari
2,18% menjadi 0,73% (mtm), penurunan inflasi kelompok kesehatan dari 0,21% menjadi
0,16%, serta deflasi yang masih terjadi pada kelompok sandang (-0,25%). Sementara
itu, keempat kelompok barang lainnya mengalami peningkatan laju inflasi dengan
kisaran yang cukup rendah.
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Grafik 2.4 Inflasi Januari 2012
Berdasarkan Kelompok Barang
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Grafik 2.5 Inflasi Februari 2012
Berdasarkan Kelompok Barang
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.800.73
0.33
0.28
-0.25
0.16 0.190.36
mtm (%) Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tbakau
Perumahan,LGBB Sandang
Kesehatan Pendidikan
Transportasi
Inflasi Jatim : 0.35%
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
0.03
0.52
0.27
1.64
0.23
0.05
-0.18
mtm (%)
Bahan Makanan
Mamin, Rokok & Tbakau
Perumahan,LGBB
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Inf. Jatim : 0,25%
24
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan yang masih berlanjut, terutama
disebabkan oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan, khususnya
komoditas cabe merah (-19,74%), cabe rawit (-17,17%) dan bawang merah (-4,52%).
Tibanya panen cabe di beberapa wilayah sentra cabe di Jawa Timur seperti Blitar,
Malang dan Tuban mendukung ketersediaan stok komoditas ini di pasaran, sedangkan
penurunan harga bawang merah masih terkait melimpahnya stok paska panen bawang
merah di sentra bawang merah wilayah Jawa Timur & Jawa Tengah (Bojonegoro,
Brebes) serta masuknya aliran impor bawang merah dari India dan Bangladesh. Di
samping itu, rendahnya inflasi pada kelompok bahan makanan juga didukung oleh
minimnya kenaikan harga beras pada periode laporan, yang hanya sebesar 0,35% atau
jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan harga beras secara nasional yang
mencapai 2,67% (Jan-11). Rendahnya kenaikan harga beras di Jawa Timur tersebut
didukung oleh mulai berlangsungnya panen di beberapa wilayah di Jawa Timur sehingga
mendorong penurunan harga gabah di level petani. Di sisi lain, Bulog Divre Jatim selama
bulan Januari telah melaksanakan 5 (lima) kali operasi pasar di kota Surabaya dan 3
kota lain yang mencatat inflasi tertinggi, yang bertujuan untuk mengarahkan ekspektasi
pembentukan harga di level pedagang.
Selanjutnya deflasi yang terjadi pada kelompok sandang terutama disebabkan oleh
masih berlanjutnya koreksi harga emas perhiasan dari -0,69% (Des-11) menjadi -1,11%
seiring dengan tren penurunan harga emas internasional.
Bulan Februari
Indeks Harga Konsumen (IHK) 7 kota di Jatim pada bulan Februari kembali
mencatat inflasi yang cukup terkendali yaitu sebesar 0,25% (mtm), bahkan lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya (0,35%). Secara umum, perlambatan laju inflasi pada
bulan ini terutama disebabkan oleh penurunan angka inflasi pada kelompok bahan
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,000
1,000
1,100
1,200
1,300
1,400
1,500
1,600
1,700
1,800
1,900
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
2010 2011 2012
Harga Emas Perhiasan (rhs)
Harga Emas Internasional
USD/Troy onz Rp/gram
Grafik 2.6
Inflasi Maret 2012 – Per Kelompok Barang
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Grafik 2.7
Harga Emas Internasional vs Emas Perhiasan
Sumber: SPH, Bank Indonesia & Bloomberg
-0.40
-0.30
-0.20
-0.10
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
1
-0.20
0.42
0.11
-0.32
0.11
0.02
0.24
Inflasi mtm (%)
Bahan Makanan
Mamin, Rokok & Tbakau
Perumahan,LGBB
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Inf. Jatim : 0,08%
25
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
makanan, yaitu 0,73% menjadi 0,07% (mtm), penurunan inflasi kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga dari 0,19% menjadi 0,05%, dan deflasi pada kelompok
transportasi dan jasa keuangan sebesar -0,19%. Sementara itu, kelompok sandang
yang selama 2 (dua) bulan berturut-turut (Desember 2011 & Januari 2012) mengalami
deflasi, pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 1,64% (mtm).
Berlanjutnya penurunan inflasi kelompok bahan makanan didorong oleh
penurunan inflasi serta deflasi pada hampir seluruh sub kelompoknya, kecuali inflasi
pada sub kelompok buah-buahan yang relatif meningkat. Komoditas-komoditas
strategis pada kelompok ini yang mengalami koreksi harga paling besar adalah tomat
sayur (-30,21%), cabe merah (-37,16%), disusul oleh beberapa jenis ikan segar dan ikan
diawetkan seperti bandeng, udang, kepiting/rajungan dan pindang asin. Mulai
berkurangnya intensitas curah hujan serta kembali normalnya tinggi ombal dan cuaca di
laut pada periode laporan menjadi salah satu faktor pendukung melimpahnya pasokan
komoditas-komoditas tersebut diatas. Kelompok barang lainnya yang juga menunjukkan
perlambatan laju inflasi adalah kelompok transportasi, khususnya yang disebabkan oleh
penurunan tarif angkutan udara dan tarif kereta api, seiring dengan minimnya dorongan
dari sisi permintaan terkait dengan tidak banyaknya event khusus hari raya keagamaan
maupun hari libur nasional di bulan Februari.
Bulan Maret
Inflasi IHK 7 kota di Jatim pada bulan Maret secara bulanan berada pada level
yang lebih rendah dibandingkan Februari. Meskipun demikian inflasi bulan ini telah
terimbas wacana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tercatat, inflasi Jatim mencapai 0,08% (mtm), berada pada level yang sama untuk inflasi
tahunan (yoy) di tingkat nasional. Inflasi yang lebih rendah pada bulan ini terutama
didorong oleh deflasi pada kelompok sandang dan bahan makanan, masing-masing
menjadi -0,32% (mtm) dan -0,20%. Selain itu, penurunan pada keempat kelompok
lainnya juga turut mendorong perlambatan inflasi di Jatim.
Penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan yang masih berlanjut, terutama
disebabkan oleh koreksi harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan, khususnya
komoditas tomat sayur (-18,15%) dan bawang merah (-4,67%), lihat grafik 2.9.
Rendahnya inflasi pada kelompok bahan makanan juga didukung oleh deflasi harga
beras pada periode laporan, yaitu sebesar -2,01% (mtm). Tibanya musim panen raya
padi di bulan Maret 2012 diduga menjadi faktor pendukung penurunan harga beras pada
periode ini. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bulog Divre Jatim, hingga 28
Maret 2012 telah melakukan pengadaan beras sebesar 180.000 ton, yang merupakan
jumlah terbesar selama 5 (lima) tahun terakhir yang juga memperkuat indikasi atas
26
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
semakin membaiknya panen padi di Jatim. Pada tahun 2012, BULOG Jatim ditargetkan
dapat mencapai 1,036,500 ton atau sebesar 25,91% dari target nasional (4,000,000
ton). Upaya pengendalian harga beras juga dilakukan melalui percepatan pembagian
Beras Miskin (Raskin) yang sedianya akan dilakukan pada bulan Mei menjadi April
dimana total pembagian Raskin direncanakan sebanyak 13 kali di sepanjang tahun
2012.
Adapun deflasi pada kelompok sandang terutama disebabkan oleh masih
berlanjutnya koreksi harga emas perhiasan dari kenaikan 4,16% (Feb-12) menjadi -
1,04% seiring dengan tren penurunan harga emas internasional.
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Laju inflasi Jatim secara triwulanan pada Tw I-2012 mencapai 0,68% (qtq), atau
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,92% (qtq). Berdasarkan
kelompok barang, perlambatan inflasi pada periode laporan terutama didorong oleh
penurunan inflasi kelompok bahan makanan dari 2,49% (qtq) menjadi 0,56%.
Selanjutnya penurunan pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pun turut
menyumbang perlambatan ini. Meskipun demikian, laju perlambatan ini sedikit tertahan
oleh peningkatan inflasi di kelompok sandang, yang terutama didorong oleh kenaikan
harga emas perhiasan. Sedangkan, kenaikan harga gula pasir dan rokok pada kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pun turut menahan laju perlambatan
inflasi pada periode ini.
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
2009 2010 2011 2012
Rp/ Kg
Cabe Merah Bawang Merah
Cabe Rawit Bawang Putih
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
22,000
24,000
26,000
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
2009 2010 2011 2012
Rp/ Kg Daging ayam ras Telur Ayam Ras
Grafik 2.9
Harga Sub Kelompok Bumbu-bumbuan Grafik 2.8
Harga Daging Ayam Ras & Telur Ayam Ras
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
27
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Jika dirinci berdasarkan sub kelompoknya, perlambatan inflasi kelompok bahan
makanan pada periode laporan terutama disebabkan oleh melambatnya sebagian besar
sub kelompoknya, bahkan terjadi deflasi pada sub kelompok padi-padian (-1,46%) dan
sayur-sayuran (-0,30%). Berdasarkan informasi di lapangan, tingkat curah hujan yang
lebih baik pada triwulan ini turut mendukung keberhasilan panen di Jawa Timur. Selain
itu, tibanya panen raya kelompok padi-padian turut mempengaruhi tren penurunan harga
sejak awal tahun 2012.
Rata-rata harga beras di pasar tradisional maupun modern berdasarkan Survei
Pemantauan Harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur
menunjukkan harga yang relatif stabil, kecuali untuk posisi Maret 2012. Sebaliknya,
harga beras internasional terus mengalami penurunan. Namun tren ini tidak
mempengaruhi harga beras domestik karena minimnya penggunaan impor beras karena
melimpahnya hasil panen rakyat hingga akhir triwulan I-2012.
2012201220122012 2012201220122012
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I
UMUM 0.99 0.26 2.05 0.92 0.68 0.99 0.26 2.06 0.92 3.98
BAHAN MAKANAN 0.81 -1.14 2.07 2.49 0.56 0.18 -0.25 0.46 0.56 0.90
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.20 0.71 2.23 0.77 1.28 0.22 0.23 0.30 0.14 1.04
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 1.01 0.65 0.79 0.57 0.67 0.22 0.14 0.17 0.13 0.58
SANDANG 1.04 2.03 5.88 -0.21 1.06 0.07 0.14 0.40 -0.01 0.61
KESEHATAN 1.64 1.46 0.26 0.52 0.50 0.08 0.07 0.01 0.02 0.13
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.79 0.35 5.29 0.40 0.25 0.07 0.03 0.48 0.04 0.57
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 1.06 0.17 0.79 0.23 0.42 0.19 0.03 0.14 0.03 0.28
KELOMPOKKELOMPOKKELOMPOKKELOMPOK 2011201120112011 2011201120112011
INFLASI QTQ SUMBANGAN INFLASI QTQ
-30.00
-25.00
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Pa
di-
pa
dia
n, u
mb
i-u
mb
ian
Da
gin
g d
an
Ha
sil-
ha
siln
ya
Ika
n S
eg
ar
Ika
n D
iaw
etk
an
Te
lur,
Su
su d
an
Ha
sil
2n
ya
Sa
yu
r-s
ayu
ra
n
Ka
ca
ng
-ka
ca
ng
an
Bu
ah
-b
ua
ha
n
Bu
mb
u -
bu
mb
ua
n
Le
ma
k d
an
Min
ya
k
Ba
ha
n M
aka
na
n L
ain
nya
-1.460.08
3.612.60
1.23
-0.300.32
1.82
1.98
1.46 1.11
% (qtq)
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00Padi-padian, umbi-umbian
Daging dan Hasil-hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil2nya
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Tw I-2012 Tw IV-2011
Grafik 2.10
Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan
Grafik 2.11 Inflasi (qtq) Kel. Bahan Makanan
Tw IV-2011 & Tw I-2012
Sumber : BPS, data diolah Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah
28
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Grafik 2.12 Pergerakan Harga Beras di Surabaya
Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras Internasional
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Bloomberg
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
10,000
10,500
Ma
yJu
nJu
lA
ug
Se
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
es
Jan
Fe
bM
ar
2009 2010 2011 2012
Rp/Kg
Harga Beras Domestik
-
100
200
300
400
500
600
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oc
t
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
2010 2011 2012
Harga Beras InternasionalUSD/mt
Meskipun Bulog telah berkomitmen untuk tidak mengimpor beras untuk
kebutuhan penyaluran beras miskin di tahun 2012, namun tercatat impor beras masih
dilakukan hingga 20 Februari 2012. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
selama triwulan I-2012, beras impor yang masuk mencapai 770,3 ribu ton dengan nilai
US$ 420,7 juta atau Rp. 3,8 triliun. Masuknya impor beras ini merupakan realisasi dari
rencana di tahun 2011, yang mentargetkan impor beras sebanyak 1,9 juta ton, yang
berasal dari Thailand, India dan Vietnam.
Dengan pelaksanaan strategi “dorong-tarik” dan pengembangan “jaringan
semut”, diharapkan dapat mempercepat arus pengadaan melalui kerjasama Bulog
dengan Pemda dimana Pemda bertugas untuk mendorong produksi padi dan kelompok
taninya, sedangkan Bulog berfungsi untuk menyerap hasil produksi. Di Jatim sendiri,
strategi ini berhasil meningkatkan perolehan beras melebihi dari target yang telah
ditetapkan. Dengan stok yang melimpah, diharapkan fluktuasi harga komoditas ini dapat
ditekan.
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Grafik 2.15 Pergerakan Harga Sayur-sayuran
Grafik 2.14
Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
2009 2010 2011 2012
Rp/ Kg
Cabe Merah Bawang Merah
Cabe Rawit Bawang Putih
3,000
5,000
7,000
9,000
11,000
13,000
15,000
Ma
yJu
nJu
lA
ug
Se
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
ec
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ay
Jun
Jul
Au
gSe
pO
ct
No
vD
es
Jan
Fe
bM
ar
2009 2010 2011 2012
Rp/ Kg
Kacang Panjang Kangkung
Bayam Sawi Hijau
Tomat Sayur Wortel
Kentang
29
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy)
Inflasi Jawa Timur pada triwulan I-2012 menunjukkan tren perlambatan. Tercatat,
laju inflasi Jatim pada periode ini mencapai 3,97% (yoy), atau mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya (4,29%). Faktor utama penyebab perlambatan laju
inflasi adalah penurunan inflasi hampir pada seluruh kelompok, yang terutama didorong
oleh penurunan inflasi kelompok bahan makanan dari 4,26% (yoy) menjadi 4,00%.
Jika dilihat lebih detail, dorongan penurunan inflasi pada triwulan ini juga turut
disumbang oleh kelompok kesehatan (2,76%), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar (2,70%), kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (1,62%),
kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (6,35%) serta kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan (1,62%). Namun demikian, laju perlambatan ini sedikit
tertahan oleh inflasi kelompok sandang (8,95%) dan kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau (5,09%).
Tabel 2.3
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Sandang (qtq)
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Di sisi lain, kelompok Sandang menjadi
penahan laju inflasi pada triwulan laporan
dengan mencatat deflasi sebesar -0,21%
(qtq). Penurunan ini terutama disebabkan
oleh deflasi pada sub kelompok Barang
pribadi dan sandang lain khususnya
komoditas emas perhiasan didorong oleh
koreksi harga emas perhiasan di akhir
tahun.
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Sandang Laki-
laki
Sandang
Wanita
Sandang Anak-
anak
Barang Pribadi
dan Sandang
Lain
Tw I-2011 Tw II-2011 Tw III-2011 Tw IV-2011 Tw.I-2012
%, qtq
2012201220122012 2012201220122012
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I
UMUM 7.46 6.26 4.87 4.29 3.97 7.46 6.26 4.87 4.29 3.98
BAHAN MAKANAN 15.71 9.69 5.33 4.26 4.00 3.55 2.16 1.19 0.96 0.90
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 5.63 5.98 6.22 5.00 5.09 1.01 1.19 1.13 1.02 1.04
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.62 4.83 3.08 3.04 2.70 0.99 1.04 0.66 0.66 0.58
SANDANG 9.58 7.64 13.27 8.93 8.95 0.63 0.51 0.91 0.60 0.61
KESEHATAN 3.11 4.34 3.88 3.93 2.76 0.15 0.21 0.18 0.18 0.13
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.75 7.08 6.97 6.92 6.35 0.59 0.62 0.63 0.63 0.57
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 3.93 3.98 1.44 2.27 1.62 0.71 0.71 0.26 0.39 0.28
KELOMPOKKELOMPOKKELOMPOKKELOMPOK 2011201120112011 2011201120112011
INFLASI YOY SUMBANGAN INFLASI YOY
30
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Selama triwulan laporan, perkembangan dua kelompok barang utama
penyumbang inflasi di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang berbeda, yaitu
kelompok bahan makanan cenderung menurun, sedangkan kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau mengalami peningkatan. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, pendorong penurunan kelompok bahan makanan berasal dari kelompok
bumbu-bumbuan. Sedangkan pendorong kenaikan kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau berasal dari sub kelompok minuman yang tidak beralkohol.
2.4 INFLASI MENURUT KOTA
Pada triwulan I-2012, 7 (tujuh) kota di Jatim yang masuk dalam perhitungan inflasi
nasional secara umum menunjukkan perlambatan laju inflasi triwulanan. Tercatat, inflasi
tertinggi pada periode laporan terjadi di kota Sumenep dengan inflasi sebesar 0,97%
(qtq) sedangkan terendah terjadi di Malang (0,46%).
Sumber : BPS, (data diolah)
Sumber : BPS, (data diolah)
Grafik 2.17 Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
Per Kelompok Barang
Grafik 2.18
Inflasi (yoy) Tertinggi - Kelompok Barang
Sumber : BPS, (data diolah) Sumber : BPS, (data diolah)
Grafik 2.19 Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan
Tahun 2011 - 2012
Grafik 2.20 Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman &
Tembakau
Sumber : BPS, (data diolah) Sumber : BPS, (data diolah)
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Jun
Jul
Au
g
Se
p
Oct
No
v
De
c
Jan
Fe
b
Ma
r
2010 2011 2012
Inflasi yoy (%) BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
BAHAN MAKANAN
MAKANAN JADI
PERUMAHAN
SANDANGKESEHATAN
PENDIDIKAN
TRANSPORTASI
Inflasi (yoy) Tahun 2011 Inflasi (yoy) Tahun 2012
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
Padi-padian
Daging & hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu
Sayur-sayuranKacang - kacangan
Buah - buahan
Bumbu - bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Inflasi (yoy) Tahun 2011 Inflasi (yoy)Tahun 2012
0.00
5.00
10.00
15.00Makanan Jadi
Minuman yang
Tidak Beralkohol
Tembakau dan
Minuman
Beralkohol
Inflasi (yoy) Tahun 2011 Inflasi (yoy) Tahun 2012
31
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Namun, secara tahunan, hanya beberapa kota yang mengalami perlambatan, yaitu
Surabaya (4,19%), Malang (3,80%), Probolinggo (3,19%) dan Madiun (3,36%).
Sedangkan sisanya mengalami peningkatan. Inflasi tahunan (yoy) tertinggi terjadi di kota
Sumenep (5,10%) dan inflasi terendah terjadi di Jember (2,46%).
Di sisi lain, rendahnya inflasi di kota Jember dibandingkan kota-kota lainnya di Jatim
terutama disebabkan deflasi pada kelompok bahan makanan, disaat kota-kota lainnya
mengalami inflasi yang tinggi untuk kelompok ini. Keberadaan Jember sebagai wilayah
produsen komoditas pertanian dan perkebunan, serta upaya pemerintah daerah dalam
menjaga stabilitas harga diyakini sebagai faktor penahan tekanan inflasi di wilayah
Jawa Timur.
Sumber : BPS, data diolah.
Grafik 2.21 Perbandingan Inflasi Year on Year (yoy)
7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
Salah satu faktor yang mendorong
tingginya inflasi di kota Sumenep
dibandingkan kota-kota lainnya
diperkirakan terkait dengan sulitnya
akses untuk mencapai wilayah ini,
sehingga mengakibatkan tingginya
fluktuasi harga barang di kawasan ini.
Selain itu faktor ketinggian ombak di
musim tertentu pun turut mempengaruhi
tingkat harga, terutama untuk komoditas
bumbu-bumbuan yang pada umumnya
bersifat tidak tahan lama.
Tabel 2.4 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
2012 2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Jawa Timur 0.65 1.40 3.40 1.49 0.99 0.26 2.05 0.92 0.68 3.01 4.67 6.31 7.10 7.46 6.26 4.87 4.29 3.97
Surabaya 0.63 1.29 3.94 1.31 1.25 0.34 2.23 0.84 0.73 2.94 4.71 6.72 7.34 8.00 6.98 5.22 4.73 4.19
Malang 0.99 1.23 2.56 1.76 0.72 0.24 1.92 1.13 0.46 3.08 4.19 5.43 6.70 6.42 5.37 4.71 4.07 3.80
Kediri 0.62 1.96 2.23 1.83 -0.15 0.52 2.20 1.03 0.53 3.30 5.32 5.52 6.81 5.98 4.48 4.45 3.64 4.34
Jember -0.01 2.00 2.35 2.59 0.80 -0.76 1.37 1.00 0.84 2.60 4.57 5.80 7.10 7.97 5.04 4.03 2.42 2.46
Sumenep 0.52 1.45 3.69 0.96 0.10 0.87 1.59 1.57 0.97 3.00 4.33 6.17 6.75 6.31 5.70 3.57 4.19 5.10
Probolinggo 0.72 1.82 3.47 0.54 1.20 0.30 1.62 0.61 0.63 3.67 5.48 7.17 6.68 7.19 5.59 3.71 3.78 3.19
Madiun 0.83 1.15 2.38 2.02 0.81 0.03 1.73 0.89 0.68 3.23 4.41 5.29 6.53 6.51 5.32 4.65 3.49 3.36
Inflasi Triwulanan (qtq)
20112011WILAYAH 2010 2010
Inflasi Tahunan (yoy)
Jatim, 3.97
Surabaya, 4.19
Malang, 3.80
Kediri, 4.34
Jember, 2.46
Probolinggo,3.19
Madiun, 3.36
Sumenep, 5.10
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00
% (Yoy)
32
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Sementara itu, masih sama dengan pola pada periode sebelumnya, berdasarkan
kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan inflasi di ketujuh kota cenderung
beragam (tabel 2.8). Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi tertinggi
di kota Surabaya, Malang dan Sumenep. Sedangkan inflasi di kota Kediri, Jember dan
Probolinggo terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau.
2.5 DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan disagregasinya, penurunan laju inflasi di awal tahun 2012 didorong
oleh penurunan kelompok administered price dan core inflation. Sedangkan, kelompok
volatile food sedikit mengalami kenaikan.
Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
Umum 3.97 4.55 4.52 4.72 3.61 5.61 3.84 4.26
Bahan Makanan 4.00 6.08 8.15 5.13 4.12 10.82 4.74 6.56
Makanan Jadi, Minuman & Rokok 5.09 6.30 4.47 6.55 4.35 3.55 4.21 4.48
Perumahan Listrik, Gas & Bahan Bakar 2.70 2.66 1.87 4.49 4.73 2.77 3.21 3.79
Sandang 8.95 7.38 5.15 8.03 5.78 8.76 9.91 5.53
Kesehatan 2.76 2.30 1.27 4.11 1.15 5.09 0.73 3.05
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 6.35 6.48 7.59 5.45 3.80 4.69 6.93 5.83
Tranpor, Komunikasi & Jasa 1.62 1.87 1.62 1.43 0.48 0.48 0.09 0.83
KELOMPOK BARANG JATIM Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo
UMUM 4.29 4.73 4.07 3.64 2.42 4.19 3.78
BAHAN MAKANAN 0.96 1.02 1.49 0.35 -0.56 1.72 1.07
MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK 1.02 1.01 0.70 0.91 0.94 0.37 3.59
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.66 0.66 0.48 0.88 0.68 0.74 0.54
SANDANG 0.60 0.67 0.39 0.51 0.58 0.71 0.76
KESEHATAN 0.18 0.21 0.09 0.22 0.21 0.24 0.12
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH R 0.63 0.68 0.77 0.46 0.30 0.27 0.44
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0.39 0.51 0.19 0.35 0.39 0.18 0.02 Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Tahun 2012 (% yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.6 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Tahun 2012 (% yoy)
Grafik 2.22 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy)
Sumber : BPS, data diolah.
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3 4 5 6 7 8 91
01
11
2 1 2 3
2009 2010 2011 2012
% (yoy)
umum Volatile food Adm Price Core Inflation
33
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Kenaikan kelompok volatile food disumbang oleh kenaikan inflasi sub kelompok
ikan segar (0,89%), kelompok buah-buahan (0,21%) dan kelompok padi-padian (5.15%).
Sedangkan, penurunan [ada kelompok administered price mengalami penurunan karena
didorong oleh penurunan inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol
(1,88%) dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor (0,19%). Sementara itu,
dorongan penurunan inflasi kelompok core inflation berasal dari menurunnya sebagian
besar sub kelompoknya dan sisanya relatif berada pada level yang sama dimana
penurunan terbesar berasal dari sub kelompok biaya tempat tinggal (0,69%) dan biaya
barang pribadi dan sandang lain (0,83%).
Mengawali tahun 2012, tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor
fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 4,32% (yoy), atau menurun dibanding akhir
tahun 2011 yang tercatat sebesar 4,72%. Secara umum tekanan inflasi inti di awal tahun
2012 berasal dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal terutama
dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas internasional yang dipicu oleh
ekspektasi pelaku ekonomi atas ketidakpastian kondisi ekonomi Amerika dan Eropa,
serta depresiasi nilai tukar rupiah yang berasal dari fluktuasi capital outflow sebagai
respon investor asing atas penurunan suku bunga acuan BI rate pada bulan Februari
2012 dari 6,00% menjadi 5,75%. Sementara itu kondisi output gap yang menunjukkan
kesenjangan antara sisi permintaan dan penawaran pada periode laporan diestimasikan
berada pada kondisi yang cukup baik. Pasca meningkatnya permintaan pada periode
Natal dan Tahun Baru, respon permintaan masyarakat Jawa Timur diperkirakan
mengalami perlambatan, yang kemudian direspon dengan baik oleh sisi
penawaran/sektor produksi. Hal ini dikonfirmasi oleh stabilnya tingkat kapasitas utilisasi
dunia usaha berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jatim pada Tw I-
2012 yang masih berada pada level 78%, yaitu dari sebelumnya 78,14% menjadi
78,53% dari kapasitas terpasangnya.
Grafik 2.25
Perkembangan Capacity Utilization
Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Kurs Tengah Bank Indonesia
Grafik 2.23
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
63.4
56.9
67.2
71.5
63.3
64.2
70.0
69.8
75.1
80.1
77.7
73.2
74.9
69.370.7
73.974.3
73.3
74.5
78.178.5
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
%
8000
8200
8400
8600
8800
9000
9200
9400Rp/ 1 USD
Kurs Tukar Rupiah
34
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Dengan menggunakan pendekatan komoditas, perhitungan inflasi inti pada triwulan I-
2012 sebesar 0,06 (mtm) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 0,30% (mtm). Berdasarkan komponen pembentuknya,
penurunan inflasi inti terutama disebabkan oleh penurunan inflasi pada kedua kelompok
pembentuknya, yaitu inflasi inti tradeable (barang) dan inflasi inti non tradeable (jasa).
Tercatat, penurunan inflasi komoditas daging dan telur ayam ras (kelompok daging)
serta komoditas pakaian (kelompok sandang) turut mendorong penurunan inflasi inti
tradeable (barang). Sedangkan penurunan tarif angkutan udara, jasa kesehatan dan
jasa otomotif turut mempengaruhi menurunnya inflasi non tradeable (jasa).
Sumber : BPS, data diolah.
Grafik 2.25
Perbandingan Komponen Inflasi Inti
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Jan
-11
Fe
b-1
1
Ma
r-1
1
Ap
r-1
1
Ma
y-1
1
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Se
p-1
1
Oc
t-1
1
No
v-1
1
De
c-1
1
Jan
-12
Fe
b-1
2
Ma
r-1
2
Inti - Tradeable
(Barang)
Inti - Non Tradeable
(Jasa)
Tabel 2.7
Perkembangan Capacity Utilization Industri Pengolahan
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
2012201220122012
Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I Tw IITw IITw IITw II Tw IIITw IIITw IIITw III Tw IVTw IVTw IVTw IV Tw ITw ITw ITw I
REALISASIREALISASIREALISASIREALISASI
1111 PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANANPERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANANPERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANANPERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 74.41 63.05 62.03 66.46 72.84 69.66 79.71 74.69 74.47 72.17 74.82 80.32 84.38
A. Tanaman Pangan 68.25 65.00 64.70 75.40 84.75 71.56 73.61 73.33 81.56 68.00 71.94 69.00 91.47
B. Tanaman Perkebunan 78.73 43.75 49.00 55.00 55.92 62.22 88.75 72.50 59.44 70.47 74.38 85.08 72.50
C. Peternakan dan Hasil - hasilnya 86.60 86.40 79.38 80.00 87.50 88.33 85.63 86.67 75.88 83.75 85.86 86.88 88.40
D. Kehutanan 0.00 0.00 0.00 50.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00
E. Perikanan 62.60 75.00 53.25 54.33 79.49 67.61 76.43 72.62 77.93 83.22 66.94 87.84 86.25
2222 PERTAMBANGANPERTAMBANGANPERTAMBANGANPERTAMBANGAN 80.00 100.00 66.50 97.50 70.00 55.13 75.00 75.00 78.33 68.33 61.67 100.00 91.43
A. Minyak dan gas bumi 80.00 0.00 1.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
B. Pertambangan tanpa migas 0.00 0.00 90.00 90.00 50.00 0.50 100.00 75.00 75.00 80.00 80.00 100.00 80.00
C. Penggalian 0.00 100.00 87.50 100.00 80.00 73.33 50.00 0.00 80.00 62.50 52.50 0.00 93.33
3333 INDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHANINDUSTRI PENGOLAHAN 71.21 64.52 66.48 70.66 68.16 71.51 73.29 74.41 73.80 74.85 74.26 77.32 74.44
A. Industri Non Migas
1. Makanan, minuman dan tembakau 71.21 61.00 70.82 75.90 64.84 70.88 73.79 71.00 73.98 75.38 74.40 77.40 76.06
2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 77.80 65.86 48.46 72.50 81.53 74.19 77.03 74.26 80.11 74.37 78.37 78.98 77.94
3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 65.56 69.10 54.29 62.33 53.07 63.23 58.15 61.73 59.67 65.81 56.73 59.91 65.45
4. Kertas dan barang cetakan 85.00 57.00 78.33 75.29 67.80 76.38 83.57 89.56 83.63 86.38 71.63 84.14 77.57
5. Kimia dan barang dari karet 69.00 70.00 60.40 54.83 73.24 78.47 76.13 87.11 80.91 83.54 83.86 87.23 80.29
6. Semen dan barang galian bukan logam 79.00 38.33 51.67 68.00 98.50 73.00 100.00 80.00 90.00 99.00 92.33 80.00 75.50
7. Logam dasar, besi dan baja 62.50 79.67 68.57 59.00 63.93 68.23 69.71 76.45 73.17 68.67 74.29 77.64 68.00
8. Alat angkutan, mesin dan peralatannya 75.00 56.67 90.00 82.50 78.00 76.25 76.67 72.50 64.63 73.13 73.57 80.00 73.57
9. Barang Lainnya 70.57 70.18 74.67 81.25 64.18 66.00 72.13 73.57 67.13 68.00 69.55 71.88 67.80
B. Industri Migas
4444 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 35.00 60.00 30.50 63.33 83.82 68.71 61.36 72.29 64.56 64.83 78.49 76.06 82.99
A. Listrik 20.00 65.00 60.00 90.00 0.00 67.50 26.67 82.50 35.00 45.00 46.50 66.25 95.00
B. Gas 0.00 65.00 0.00 0.00 0.00 75.00 100.00 0.00 80.00 0.00 81.67 72.00 75.00
C. Air bersih 50.00 50.00 1.00 50.00 83.82 67.75 70.71 69.74 70.99 69.79 86.27 81.78 81.99
TOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTORTOTAL SELURUH SEKTOR 71.5271.5271.5271.52 63.3263.3263.3263.32 64.2064.2064.2064.20 69.9669.9669.9669.96 69.4969.4969.4969.49 70.7170.7170.7170.71 73.8973.8973.8973.89 74.3174.3174.3174.31 73.2673.2673.2673.26 73.6473.6473.6473.64 74.4774.4774.4774.47 78.1478.1478.1478.14 78.53 78.53 78.53 78.53
2007200720072007NoNoNoNo SEKTORSEKTORSEKTORSEKTOR
20112011201120112010201020102010
35
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
Pendorong inflasi pada kelompok inflasi inti tradeable (barang) menunjukkan bahwa
penurunan inflasi pada periode laporan cenderung disebabkan oleh menurunnya inflasi
kelompok non food. Sedangkan inflasi pada kelompok food justru mengalami
peningkatan, yang dipicu oleh peningkatan harga pada sub kelompok bahan makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau. Jika diidentifikasi per komoditas ditemukan bahwa
inflasi pada komoditas gula pasir dan rokok di sepanjang triwulan I-2012 signifikan
mempengaruhi peningkatan inflasi pada kelompok food.
Analisis selanjutnya pada perkembangan inflasi kelompok barang industri/pabrik dan
jasa mengindikasikan bahwa tekanan inflasi pada periode laporan berasal dari inflasi
kelompok industri/pabrik dibandingkan kelompok jasa. Jika ditelusuri lebih lanjut pada
komoditas penyumbang inflasi di masing – masing kelompok ditemukan bahwa hampir
seluruh komoditas pada sub kelompok sandang menyumbang inflasi pada kelompok
barang industri/pabrik, terutama untuk pakaian pria dan wanita dewasa.
Grafik 2.26
Perkembangan Inflasi Inti Tradeable & Non Tradeable
Grafik 2.27
Perkembangan Inflasi Inti – Exclude Gold Price
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
Jan
-11
Fe
b-1
1
Ma
r-1
1
Ap
r-1
1
Ma
y-1
1
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Se
p-1
1
Oct-
11
No
v-1
1
De
c-1
1
Jan
-12
Fe
b-1
2
Ma
r-1
2
Inti - Tradeable
(Barang)
Inti - Non Tradeable
(Jasa)
Core -Exc. Gold
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
Jan
-11
Fe
b-1
1
Mar-
11
Ap
r-1
1
Ma
y-1
1
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Se
p-1
1
Oc
t-1
1
No
v-1
1
De
c-1
1
Jan
-12
Fe
b-1
2
Mar-
12
Core Inflation (mtm)
Core -Exc. Gold
Grafik 2.28 Perkembangan Komponen
Inflasi Inti Tradeable (Barang)
Grafik 2.29 Perkembangan Inflasi
Manufacturing Good & Services
Sumber : BPS, data diolah. Sumber : BPS, data diolah.
-0.60
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
Fe
b-1
1
Mar-
11
Ap
r-1
1
May
-11
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Se
p-1
1
Oc
t-1
1
No
v-1
1
De
c-1
1
Jan
-12
Fe
b-1
2
Mar-
12
TRADED
Food
Non Food
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
Fe
b-1
1
Ma
r-1
1
Ap
r-1
1
Ma
y-1
1
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Se
p-1
1
Oc
t-1
1
No
v-1
1
De
c-1
1
Jan
-12
Fe
b-1
2
Ma
r-1
2
Ap
r-1
2
MANUFACTURING
GOOD
SERVICES
36
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
BOKS 1
UPAYA PENGENDALIAN INFLASI MELALUI
STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN
DAN PEMANFAATAN PUSAT INFORMASI HARGA PANGAN STRATEGIS
Program Penguatan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Sebagai langkah utama pelaksanaan program penguatan ketahanan pangan daerah
telah dilakukan penandatanganan MOU antara Bupati Kab.Banyuwangi dengan Disperindag
Prov.Jawa Timur dihadapan Gubernur Jawa Timur pada tanggal 26 Maret 2012, yang terdiri
dari pengembangan industri kompetensi daerah melalui pendirian One Village One Product
(OVOP), Industri Kreatif dan Industri Agro.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
Sebagai salah satu upaya pengendalian harga, Disperindag Jatim telah
menyediakan sistem informasi harga komoditas secara online, dengan data yang selalu
diperbaharui pada pukul 11.00 WIB untuk 38 kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur. Sistem
tersebut beralamatkan di www.siskaperbapo.com. Selain menggunakan mekanisme akses
informasi melalui website, juga dapat menggunakan fasilitas short messaging services
(sms) ke 081217000021, dengan format SURABAYAKOTA(spasi)BERAS, yang akan
mendapat balasan sebagai berikut “Harga Beras di Surabayakota (14/10/2011)
Bengawan(kg):8720, Mentik(kg):9500, IR 64(kg):7380 -Disperindag Jatim”.Tercatat terdapat
18 komoditas yang dapat diakses perkembangan harganya di seluruh pasar utama pada
kabupaten/kota se-Jawa Timur (lihat tabel 1).
37
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – 2011
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Tabel 1. Daftar Komoditas pada www.siskaperbapo.com
No Komoditas Jenis No Komoditas Jenis
Bengawan Eks Impor
Mentik Lokal
IR 64 11 Indomie Indomie Rasa Kari Ayam
Luar Negeri Keriting
Dalam Negeri Biasa
Bimoli Botol / Kemasan (Sps) 620 ml Cabe Rawit
Tanpa Merk / Minyak Curah Bawang Merah
Bimoli botol/Kemasan (sps) 2 liter Bawang Putih
Daging Sapi Murni 14 Ikan Asin Ikan Asin Teri
Daging Ayam Broiler Kacang Hijau
Daging Ayam Kampung Kacang Tanah
Telur Ayam Ras / Petelur 16 Ketela Ketela Pohon
Telur Ayam Kampung Kol/Kubis
Merk Bendera Kentang
Merk Indomilk Tomat
Merk Bendera (Instant) Wortel
Merk Indomilk (Instant) Buncis
8 Jagung Jagung Pipilan Kering Semen Gresik
Bata Semen Tiga Roda
Halus Semen Holcim
Segitiga Biru (Kw Medium)
7
9
10
12
13
15
17
18
1
2
3
4
5
6
Kedelai
Cabe
Bawang
Kacang
Sayur
Semen
Susu Bubuk
Garam
Beras
Gula
Minyak Goreng
Daging
Telur
Susu
�
Bab 3Bab 3Bab 3Bab 3
�
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERBANKANPERBANKANPERBANKANPERBANKAN DAN DAN DAN DAN
SISTEMSISTEMSISTEMSISTEM PEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARANPEMBAYARAN
�
38
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Jawa Timur pada Triwulan I-2012
menunjukkan perkembangan yang cukup stabil, tercermin dari tingkat pertumbuhan
indikator total aset, kredit dan DPK serta tingkat risiko kredit yang terjaga. Penyaluran
kredit oleh Bank Umum dan BPR mencatat pertumbuhan sebesar 19,65% (yoy) diiringi oleh
kualitas kredit atau rasio Non Performing Loans (NPLs) sebesar 3%. Fungsi intermediasi
perbankan yang tercermin pada Loan to Deposit Ratio (LDR) terjaga di kisaran 77,01%.
Peningkatan fungsi intermediasi tersebut terutama didorong oleh membaiknya
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank yang selanjutnya disalurkan melalui
kredit pada sektor produktif. Dengan mempertimbangkan pertumbuhan kredit di Triwulan I-
2012 yang sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (22,07%), maka sektor
perbankan masih memberikan peluang untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur yang pada triwulan ini berada pada level 7,19%.
TW I *) TW II *) Tw III *) Tw IV*) Tw.I
Total Aset (Triliun Rupiah) 262,29 276,41 287,12 299,63 311,21
Pertumbuhan (yoy %) 15,30 15,87 16,43 17,33 18,65
Pertumbuhan (qtq %) 2,71 5,38 3,88 4,36 3,86
Dana Pihak Ketiga (Triliun Rupiah) 218,52 228,35 235,87 252,42 256,99
Pertumbuhan (yoy %) 12,45 13,85 14,70 16,37 17,60
Pertumbuhan (qtq) 0,74 4,50 3,29 7,02 1,81
Kredit (Triliun Rupiah) 165,41 176,37 184,37 194,50 197,91
Pertumbuhan (yoy %) 22,05 19,71 20,45 22,07 19,65
Pertumbuhan (qtq) 3,81 6,63 4,53 5,49 1,75
LDR (%) 75,69 77,24 78,16 77,05 77,01
NPL (%) 3,41 3,59 3,50 2,92 3,00
*) angka diperbaiki
2012INDIKATOR BANK UMUM DAN BPR
2011
Perkembangan sistem pembayaran di wilayah Jawa Timur (KPwBI Surabaya,
KPwBI Malang, KPwBI Jember dan KPwBI Kediri) pada triwulan I-2012 menunjukkan
Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa TimurPerkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa TimurPerkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa TimurPerkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
Sumber: Laporan Bank Umum- BI Surabaya, data diolah
39
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
peningkatan untuk transaksi tunai, sedangkan transaksi non-tunai menunjukkan
penurunan. Transaksi tunai mengalami net-inflow sebesar Rp6,27triliun dan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS
dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya.
3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Kinerja Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan I-2012 menunjukkan
perkembangan positif dan mencerminkan pelaksanaan fungsi intermediasi yang berjalan
dengan baik. Peningkatan kinerja Bank Umum di Jawa Timur tersebut terutama tercermin
dari pertumbuhan total aset dan DPK yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, meskipun pertumbuhan kredit mengalami perlambatan dibanding triwulan
sebelumnya, namun dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan kredit tahun 2010-2011
(19,40%) masih mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi.
TW I TW II Tw III Tw IV Tw I
Total Aset (Juta Rupiah) 256,43 270,26 280,75 292,82 304,22
Pertumbuhan (yoy %) 15,86 22,42 20,87 17,30 18,64
Pertumbuhan (qtq %) 2,72 5,39 4,34 3,84 3,89
Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) 214,94 224,62 232,03 248,38 252,81
Pertumbuhan (yoy %) 12,48 13,73 15,63 16,43 17,62
Pertumbuhan (qtq) 0,83 4,56 3,23 6,98 1,78
Kredit (Juta Rupiah) 161,12 171,76 179,54 189,65 192,75
Pertumbuhan (yoy %) 22,23 19,50 20,65 22,18 19,63
Pertumbuhan (qtq) 3,81 6,59 4,53 5,63 1,64
LDR (%) 74,96% 76,46% 77,38% 76,35% 76,25%
NPL (%) 3,36 3,55 3,47 2,89 2,96
INDIKATOR BANK UMUM2011 2012
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, tampak bahwa ketiga indikator kinerja perbankan di
Jawa Timur mengalami pertumbuhan dengan trend yang meningkat secara konsisten.
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Perkembangan Indikator Perkembangan Indikator Perkembangan Indikator Bank UmumBank UmumBank UmumBank Umum di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur
40
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Meskipun cenderung berfluktuasi, namun tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank
umum selama periode 2010 hingga Triwulan I-2012 menunjukkan tren yang terus
meningkat (grafik 3.1). Peningkatan ini terutama didorong oleh rata-rata pertumbuhan kredit
yang lebih tinggi daripada DPK, dimana pada Triwulan I-2012 LDR tercatat mencapai
76,25%. Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar didominasi oleh kelompok Bank
Pemerintah dengan LDR sebesar 95,21%, diikuti oleh kelompok Bank Asing sebesar
74,92% dan Bank Swasta sebesar 61,29%. Sementara berdasarkan nominal, proporsi
penyaluran kredit masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa
Timur didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar 52,21%, Bank Swasta sebesar 42,20%
dan Bank Asing sebesar 5,60%.
GrGrGrGrafik 3.2afik 3.2afik 3.2afik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok BankPerkembangan LDR per Kelompok BankPerkembangan LDR per Kelompok BankPerkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1 Perkembangan LDRPerkembangan LDRPerkembangan LDRPerkembangan LDR
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan ((((yoy)yoy)yoy)yoy)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
60,00
62,00
64,00
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
80,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2010 2011 2012
LDR Bank Umum (%)LDR Bank Umum (%)LDR Bank Umum (%)LDR Bank Umum (%)
41
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Total aset Bank Umum pada Triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya baik dari sisi nominal
maupun pertumbuhannya. Secara tahunan, total aset bank umum mengalami peningkatan
sebesar Rp47,79 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 18,64% (yoy) dan 3,89%
(qtq). Pertumbuhan aset Bank Umum pada triwulan laporan ini relatif stabil dengan periode-
periode sebelumnya yaitu di kisaran 15%-20% (yoy) dan 3%-5% (qtq).
Stabilnya pertumbuhan total aset utamanya disebabkan oleh pertumbuhan aktiva
produktif khususnya penyaluran kredit selama 1 (satu) terakhir yang relatif meningkat.
Walaupun mengalami sedikit perlambatan dibandingkan Triwulan IV-2011, namun
diharapkan kedepannya kredit akan tetap bertumbuh seiring dengan kinerja perekonomian
Jawa Timur yang kondusif.
Pada Triwulan I-2012 ini, terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan untuk pos
penempatan pada Bank Indonesia yaitu tumbuh 145,09% (yoy) atau 124,39% (qtq) dari
Rp2,714 triliun menjadi Rp6,652 triliun. Peningkatan tersebut terutama berasal dari
kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang mengalami pertumbuhan hingga
197,78% (yoy). Diperkirakan, tingkat pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan kredit mendorong bank menempatkan kelebihan dana tersebut dalam bentuk
Penempatan pada BI, di samping untuk memenuhi kewajiban pemenuhan Giro Wajib
Minimum baik Primer maupun Sekunder.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.6666 Proporsi Aktiva ProduktifProporsi Aktiva ProduktifProporsi Aktiva ProduktifProporsi Aktiva Produktif
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.5555 Perkembangan Total Aset Bank UmumPerkembangan Total Aset Bank UmumPerkembangan Total Aset Bank UmumPerkembangan Total Aset Bank Umum
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
42
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum di
Jawa Timur pada Triwulan I-2012 masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu
tumbuh sebesar 17,62% (yoy) atau 1,78%
(qtq) menjadi Rp252,81 triliun. Secara
tahunan, pertumbuhan DPK terus
menunjukkan tren peningkatan, sedangkan
secara triwulanan, pertumbuhan DPK
berfluktuasi dengan siklus yang cenderung
melambat setiap awal triwulan. Dengan
mempertimbangkan siklus musiman tersebut,
diprediksi sepanjang tahun 2012 pertumbuhan DPK masih akan tetap meningkat
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur hingga Triwulan I-2012 masih
didominasi oleh tabungan (43,49%), deposito (39,56%) dan giro (16,95%). Secara historis,
terjadi pergeseran penghimpunan DPK selama 2 (dua) tahun terakhir yaitu yang semula
didominasi oleh deposito, namun sejak Triwulan IV-2010 sampai dengan sekarang
didominasi oleh tabungan. Disamping itu, tabungan juga memberikan kontribusi
pertumbuhan terbesar selama rata-rata 1 (satu) tahun terakhir yaitu tumbuh sebesar
22,15%.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.7777 Pertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak Ketiga ((((yoyyoyyoyyoy))))
(5,00)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
ust
Se
p
Ok
t
No
p
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
ust
Se
p
Ok
t
No
p
De
s
Jan
Fe
b
Ma
r
2010 2011 2012
DPK (yoy)
DPK (qtq)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.9999 Pertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak Ketiga ((((qtqqtqqtqqtq))))
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.8888 Pertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak KetigaPertumbuhan Dana Pihak Ketiga ((((yoyyoyyoyyoy))))
43
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Pemberian tingkat suku bunga bank umum
di Jawa Timur (khususnya untuk dana
mahal berupa deposito) searah dengan
kebijakan Bank Indonesia. Berdasarkan
grafik 3.12 terlihat bahwa penetapan suku
bunga deposito perbankan memiliki tren
yang menurun dan mencapai titik
terendahnya pada Triwulan I-2012 yaitu
sebesar 5,63%. Hal ini sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh Bank
Indonesia yaitu meningkatkan efisiensi
perbankan sehingga dapat memberikan
suku bunga kredit yang kompetitif dan meningkatkan fungsi intermediasi perbankan.
3.1.3. KREDIT Penyaluran kredit oleh Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan I-2012 mengalami
peningkatan sebesar Rp31,63 triliun atau tumbuh 19,63% (yoy) dan 1,64% (qtq).
Pertumbuhan kredit pada periode ini relatif melambat dibandingkan periode sebelumnya
yang mencapai 5,63% (qtq). Meskipun demikian, dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian Jawa timur yang cukup stabil dan kondusif maka kredit diprediksi tetap akan
mengalami pertumbuhan.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.10101010 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp.Juta)Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp.Juta)Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp.Juta)Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp.Juta)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.12222 Perbandingkan Suku Bunga Simpanan Perbandingkan Suku Bunga Simpanan Perbandingkan Suku Bunga Simpanan Perbandingkan Suku Bunga Simpanan –––– BI RateBI RateBI RateBI Rate
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.11111 Komposisi DPK Bank Umum Komposisi DPK Bank Umum Komposisi DPK Bank Umum Komposisi DPK Bank Umum (%)(%)(%)(%)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
GIRO
15,90%
DEPOSITO
39,78%
TABUNGAN
44,32%
Tw.IV-2011
GIRO
16,95%
DEPOSITO
39,56%
TABUNGAN
43,49%
Tw.I-2012
44
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Berdasarkan jenisnya, kredit di Jawa Timur pada laporan masih didominasi oleh
kredit produktif yaitu kredit modal kerja dengan jumlah mencapai Rp112,31 triliun atau
sebesar 58,27% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit konsumsi sebesar Rp 54,32
triliun dengan proporsi 28,18% serta kredit investasi sebesar Rp 26,13 triliun dengan
proporsi 13,55%. Pertumbuhan kredit paling tinggi pada periode ini terjadi pada kredit
konsumsi dengan pertumbuhan sebesar 22,87% (yoy) disusul kredit investasi sebesar
21,24%, sedangkan kredit modal kerja terjadi perlambatan pertumbuhan dibanding triwulan
sebelumnya, namun masih relatif stabil di level 17,77% (yoy).
Dibandingkan triwulan IV-2012, perubahan proporsi kredit hanya terjadi untuk kredit
konsumsi dari 27,47% (triwulan IV-2012) menjadi 28,12% dan kredit modal kerja dari
27,47% menjadi 28,18%, sementara proporsi kredit investasi tetap stabil di kisaran 13%.
Walaupun pertumbuhan kredit modal kerja mengalami sedikit perlambatan, namun
berdasarkan nominal selama 1 (satu) tahun terakhir, kredit modal kerja tetap menjadi
penyumbang terbesar penyaluran kredit di Jawa Timur dengan proporsi yang stabil di
kisaran 58%-60%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan Jawa Timur turut berperan aktif
dalam mendorong aktivitas dunia usaha melalui penyaluran kredit yang bersifat produktif.
Sementara menurut kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit
terbesar dengan proporsi 5,21% disusul oleh Bank Swasta sebesar 42,20% dan Bank Asing
sebesar 5,60%. Berdasarkan data penyaluran kredit selama 1 (satu) tahun terakhir, terjadi
pergeseran proporsi penyaluran kredit berdasarkan kelompok bank, seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit oleh Bank Swasta sebesar 26,29% (yoy)
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.13333 Pertumbuhan Kredit (yoy)Pertumbuhan Kredit (yoy)Pertumbuhan Kredit (yoy)Pertumbuhan Kredit (yoy)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.14444 PertumbuhanPertumbuhanPertumbuhanPertumbuhan KreditKreditKreditKredit(qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
45
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
pada Triwulan I-2012 sehingga proporsi kredit Bank Swasta meningkat dari 39,97%
(Triwulan I-2011) menjadi 42,20% pada periode ini. Hal ini menunjukkan tingkat persaingan
yang semakin kondusif antara kelompok bank sehingga dapat meningkatkan kualitas
penyaluran kredit kepada masyarakat.
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.15555 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis
PenggunaanPenggunaanPenggunaanPenggunaan
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.16666 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok
BankBankBankBank
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.18888 Pertumbuhan Kredit Per Jenis PenggunaanPertumbuhan Kredit Per Jenis PenggunaanPertumbuhan Kredit Per Jenis PenggunaanPertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(qtq(qtq(qtq(qtq))))
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.1Grafik 3.17777 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan
(yoy(yoy(yoy(yoy))))
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
46
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan
kepada sektor-sektor yang mendominasi struktur perekonomian di Jatim, seperti sektor
Industri Pengolahan serta sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-
masing sebesar 27,22% dan 22,65%. Sementara apabila dilihat dari angka
pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit tertinggi adalah pada sektor jasa
perorangan yang melayani rumah tangga, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
budaya, serta sektor perantara keuangan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar
91,03%, 64,14%, dan 53,14% (yoy).
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.13.13.13.19999 Proporsi Kredit SektoralProporsi Kredit SektoralProporsi Kredit SektoralProporsi Kredit Sektoral
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.21111 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BI raterateraterate
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.20202020 Perkembangan Kredit Sektoral (yoy)Perkembangan Kredit Sektoral (yoy)Perkembangan Kredit Sektoral (yoy)Perkembangan Kredit Sektoral (yoy)
47
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Sementara itu, penyaluran kredit berdasarkan dati II (kab/kota) di Jawa Timur
didominasi oleh kota Surabaya (56,18%), diikuti oleh kota Malang (8,48%), kota Kediri
(5,29%), kab Jember (4,20%) dan kab Gresik (2,74%). Namun berdasarkan
pertumbuhannya, secara tahunan pertumbuhan tertinggi terdapat di kab Kediri (149,98%),
diikuti oleh kab Madiun (107,63%) dan kab Malang (56,45%).
3.1.4 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Pengembangan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak terlepas
dari dukungan industri perbankan terutama dalam hal penyaluran kredit kepada kelompok
dimaksud. Selain dapat mendorong perekonomian Jawa Timur, tingginya UMKM di Jawa
Timur juga merupakan pasar potensial bagi perbankan untuk meningkatkan ekspansi
penyaluran kredit.
Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah
terus berupaya untuk memfasilitasi serta menyusun kebijakan-kebijakan yang diharapkan
dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM. Beberapa upaya yang telah
dilakukan antara lain pembentukan PT. Jamkrida (lembaga penjaminan kredit daerah) untuk
memberikan jaminan kredit kepada UMKM yang feasible namun belum bankable dan
penyaluran kredit linkage. Upaya lain yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya yaitu
pemberian bantuan teknis/pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh
pembiayaan dari perbankan dengan mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan Mitra
Bank (KKMB), pengembangan klaster komoditas potensial, serta Program Kerjasama
Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang
bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM.
Tabel 3.3Tabel 3.3Tabel 3.3Tabel 3.3 PePePePenyaluran Kredit pada kab/kota Dominan di Jawa Timurnyaluran Kredit pada kab/kota Dominan di Jawa Timurnyaluran Kredit pada kab/kota Dominan di Jawa Timurnyaluran Kredit pada kab/kota Dominan di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Dati II
2012 2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Jan Feb Mar Tw II Tw III Tw IV Tw I
Total 161,12 171,76 179,54 189,65 192,75 22,82 21,37 19,63 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Kab. Gresik 3,98 4,28 4,84 5,79 5,27 49,70 45,73 32,54 2,49% 2,69% 3,05% 2,74%
Kab. Jember 6,40 6,95 7,51 8,15 8,24 31,36 26,38 28,70 4,05% 4,18% 4,30% 4,27%
Kab. Malang 0,38 0,47 0,52 0,57 0,59 59,07 60,70 56,45 0,27% 0,29% 0,30% 0,31%
Kab. Kediri 0,15 0,19 0,25 0,32 0,37 160,92 160,81 149,98 0,11% 0,14% 0,17% 0,19%
Kab. Madiun 0,04 0,06 0,07 0,08 0,09 127,09 120,60 107,63 0,04% 0,04% 0,04% 0,05%
Kota Surabaya 91,98 98,62 99,84 105,86 107,72 20,12 18,80 17,12 57,42% 55,61% 55,82% 55,89%
Kota Malang 13,61 14,26 15,24 16,31 16,45 23,58 23,87 20,89 8,30% 8,49% 8,60% 8,54%
Kota Kediri 7,28 7,28 10,27 10,54 10,90 46,04 35,48 49,71 4,24% 5,72% 5,56% 5,66%
2011
nominal kredit (triliun rupiah)
Provinsi Jawa
Timur
2011
pangsayoy (%)
2012
48
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Upaya-upaya Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia tersebut telah mulai
membuahkan hasil yang tercermin dari meningkatnya nominal penyaluran kredit UMKM
secara konsisten dengan kualitas kredit yang baik.
Sampai dengan akhir Triwulan I-2012, penyaluran total kredit UMKM1 di Jawa Timur
mencapai Rp63,21 triliun atau tumbuh sebesar 12,23%% (yoy) dan 1,39% (qtq). Searah
dengan pertumbuhan total kredit, pada periode ini pertumbuhan kredit UMKM (qtq) juga
relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih dalam tingkat
pertumbuhan yang positif.
Walaupun terus menunjukkan pertumbuhan secara konsisten, namun proporsi
penyaluran kredit UMKM terhadap total kredit masih belum sebanding dengan pertumbuhan
total kredit itu sendiri. Tercatat pada periode ini, proporsi kredit UMKM mencapai 32,79%
dari total kredit, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 32,87%.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya-upaya pengembangan UMKM melalui perluasan akses
ke sektor perbankan masih harus dioptimalkan.
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh Bank Umum di Jawa Timur didominasi oleh
Bank Pemerintah sebesar 57,67% dengan jumlah mencapai Rp 36,46 triliun, disusul
kemudian oleh Bank Swasta dan Bank Asing dengan besar masing-masing Rp26,06 triliun
(41,23%) dan Rp693 miliar (1,10%). Bank swasta secara bertahap mulai meningkatkan
penyaluran kredit UMKM seiring dengan arahan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Hal ini
tercermin dari peningkatan proporsi kredit UMKM oleh Bank Swasta dari 36,91% (Triwulan
I-2011) menjadi 41,23% (Triwulan I-2012).
1 mengacu pada definisi UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 tentang UMKM
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.22222 Perkembangan Kredit UMKMPerkembangan Kredit UMKMPerkembangan Kredit UMKMPerkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.23333 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan BankBankBankBank
Sumber: Bank Indonesia
49
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)2
Hingga akhir periode laporan, perkembangan penyaluran KUR di Jawa Timur terus
menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data Kementerian Koordinator
Perekonomian RI, realisasi penyaluran KUR hingga Tw I-2012 mencapai Rp10,83 triliun
dengan jumlah debitur sebanyak 1.059.683 nasabah atau tumbuh sebesar 78,92% (yoy)
dan 10,15% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Kondisi ini masih memposisikan provinsi Jawa Timur pada urutan pertama daerah
penyalur KUR dengan plafon tertinggi secara nasional (28,54%), disusul oleh Jawa Tengah
dan Jawa Barat dengan plafon masing-masing sebesar Rp 9,28 triliun dan Rp 8,35 triliun.
Sampai dengan akhir periode laporan tercatat outstanding / baki debet KUR di Jatim
sebesar Rp 5 triliun, meningkat sebesar 66,30% (yoy) dan 4,44% (qtq) dibandingkan
dengan Triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp 4,78 triliun.
Sementara itu, khusus penyaluran KUR untuk TKI, hingga triwulan laporan masih
relatif minim, yaitu sekitar Rp1,77 miliar atau sebesar 0,02% dari total penyaluran KUR di
Jawa Timur.
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan yang merupakan bagian dari stabilitas sistem keuangan
memegang peranan penting untuk mewujudkan perekonomian yang kuat dan stabil. Hasil
penilaian terhadap kondisi sistem keuangan menunjukkan bahwa stabilitas sistem
keuangan tetap terjaga di tengah dinamika perkembangan perekonomian global. Baiknya
2 KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam bentuk
pemberian kredit modal kerja dan kredit investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.
Sumber: Kementrian Koordinator Perekonomian
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.24444 5 Besar5 Besar5 Besar5 Besar ProvinsiPenyalur KURProvinsiPenyalur KURProvinsiPenyalur KURProvinsiPenyalur KUR
Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.2Grafik 3.25555 PerkembanganPenyaluran KUR di JatimPerkembanganPenyaluran KUR di JatimPerkembanganPenyaluran KUR di JatimPerkembanganPenyaluran KUR di Jatim
Sumber: KementrianKoordinatorPerekonomian
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
0,00
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
Tw I
Tw I
I
Tw I
II
Tw I
V
Jan
ua
ri
Fe
bru
ari
Tw I
2011 2012
Jml Rek. Debitur Plafon Outstanding
JAWA TIMUR
28,54%
JAWA TENGAH
27,38%
JAWA BARAT
24,02%
SULSEL
10,56%
SUMUT
9,50%
50
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
kondisi sistem keuangan didukung oleh kinerja perbankan yang cukup menggembirakan.
Kinerja positif perbankan antara lain tercermin dari aspek permodalan dan profitabilitas yang
semakin kuat. Di samping itu, kualitas intermediasi juga semakin baik yang ditunjukkan dari
meningkatnya penyaluran kredit produktif.
Stabilitas industri perbankan yang tercermin dari berbagai risiko yang dihadapi dalam
pelaksanaan transaksi perbankan selama Triwulan I-2012 secara umum relatif stabil dan
terjaga. Peningkatan DPK sebesar 17,60% (yoy) masih diimbangi dengan kecukupan alat
likuid bank untuk mengantisipasi adanya penarikan likuiditas. Sementara potensi risiko
kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) relatif stabil di kisaran 3%-
3,5%. Peningkatan penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL
mengindikasikan adanya peningkatan stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh
kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.
Sementara itu, risiko lain yang masih harus diwaspadai adalah adanya risiko
operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, perlu
adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh
internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) maupun oleh pihak eksternal.
Beberapa program peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang terdiri
atas Transparansi Produk, Penyelesaian Pengaduan, Mediasi Perbankan, dan Edukasi
Konsumen masih menjadi upaya yang terus dilakukan oleh Bank Indonesia untuk
mendorong terciptanya iklim perbankan yang kondusif dengan cara mendorong peningkatan
kualitas pelayanan perbankan maupun perlindungan konsumen.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur pada periode laporan sedikit
meningkat dibandingkan periode sebelumnya namun masih terkendali yaitu dari 2,89%
menjadi 2,96% atau secara nominal meningkat sebesar Rp222,64 milyar. Berdasarkan
Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.Tabel 3.4444 Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan NPL NPL NPL NPL perperperper----Kelompok BankKelompok BankKelompok BankKelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia
2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
NPL Bank Umum (%) 3,01 2,88 3,04 2,96 3,36 3,55 3,47 2,89 2,96
Bank Pemerintah 2,74 2,67 2,99 3,14 3,77 4,10 4,37 3,69 4,09
Bank Swasta 2,71 2,56 2,53 2,35 2,57 2,64 2,13 1,71 0,85
Bank Asing 6,64 6,57 7,11 5,55 5,18 4,88 4,46 4,18 8,40
2010 2011Kelompok Bank
51
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
kelompok bank, persentase NPL tertinggi masih tercatat pada kelompok bank asing yang
mencapai 4,12%, disusul kemudian oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta
dengan rasio NPL masing-masing sebesar 3,90% dan 1,66%. Sementara itu berdasarkan
jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi terjadi pada kredit modal kerja dengan
prosentase sebesar 2,13%, disusul oleh kredit konsumsi sebesar 0,47% dan kredit investasi
sebesar 0,36%.
Secara individual debitur, kredit konsumsi merupakan kredit yang memiliki tingkat
risiko terbesar karena bukan merupakan sektor produktif sehingga jaminan terhadap
pengembalian kredit lebih kecil dibandingkan kredit produktif. Namun secara aggregat
perbankan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan kredit
lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat meminimalkan
signifikansi default debitur kredit konsumsi.
Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar yang dilakukan oleh Bank Umum hingga
akhir Triwulan I-2012 tertuju pada sektor Penerima Kredit Bukan lapangan Usaha, Industri
Pengolahan, serta Perdagangan Besar dan Eceran dengan proporsi masing-masing
sebesar 28,18%, 27,22% dan 22,65%.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.25Grafik 3.25Grafik 3.25Grafik 3.25 Perkembangan NPL Bank UmumPerkembangan NPL Bank UmumPerkembangan NPL Bank UmumPerkembangan NPL Bank Umum
Grafik 3.26Grafik 3.26Grafik 3.26Grafik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
52
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Sementara untuk 8 (delapan) sektor lainnya yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial, listrik,
gas dan air, jasa pendidikan, perikanan, badan internasional dan badan ekstra internasional
lainnya, administrasi pemerintahan, jasa perorangan yang melayani rumah tangga, serta
sektor lain-lain, masing-masing hanya memiliki proporsi kurang dari 0,5%terhadap total
penyaluran kredit.
Dari sisi pertumbuhan tahunan, peningkatan penyaluran kredit tertinggi terdapat pada
Sektor Perorangan yang Melayani Jasa Rumah Tangga sebesar 91,03% (yoy), Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 64,14%, dan Perantara Keuangan sebesar 53,14%
(yoy). Sementara sektor usaha yang justru mengalami perlambatan adalah sektor
perikanan, sektor jasa pendidikan, dan sektor kegiatan yang belum jelas batasannya.
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.273.273.273.27 Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)Sektor dengan Penyaluran Kredit Terbesar (Juta Rupiah)
Sumber: Bank Indonesia
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.283.283.283.28 Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)Sektor dengan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Terbesar (% yoy)
53
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
NPL terbesar dimiliki oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan NPL sebesar
9,50%, disusul kemudian oleh sektor perikanan dan jasa perorangan yang melayani rumah
tangga masing-masing sebesar 8,32% dan 5,45%. Sementara berdasarkan nominal,
penyumbang terbesar NPL pada Triwulan I 2012 searah dengan proporsi penyaluran kredit
yaitu sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran serta penerima kredit
bukan lapangan usaha.
Sementara itu, berdasarkan series NPL selama 1 (satu) tahun terakhir, terdapat
beberapa perkembangan signifikan yaitu perbaikan rasio NPL untuk sektor perdagangan
besar dan eceran (dari 1,21% pada Triwulan I-2011 menjadi 0,85% pada periode laporan),
dan di sisi lain memburuknya kinerja debitur di sektor pertambangan dan penggalian
(meningkat dari 0,01% pada Triwulan I-2011 menjadi 0,06% pada periode laporan).
Sehubungan dengan berlakunya Surat Edaran Bank Indonesia No.14/10/DPNP
tanggal 15 Maret 2012 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan
Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor, perbankan perlu untuk
mengevaluasi kembali portofolio kredit properti yang dimiliki karena akan berpengaruh
terhadap maksimum pemberian kredit yang diberikan, kecukupan agunan, serta
pencadangan.
GrafikGrafikGrafikGrafik 3.293.293.293.29 NPL per Sektor EkonomiNPL per Sektor EkonomiNPL per Sektor EkonomiNPL per Sektor Ekonomi
2%
0%2%
35%
0%
3%29%
1%
5%
0%1%
0%
0%
0% 1%
0%0%
4%
16%
0%
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN AIR
KONSTRUKSI
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
PERANTARA KEUANGAN
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL
WAJIBJASA PENDIDIKAN
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN
LAINNYAJASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
Lain-lain
54
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas perbankan di Jawa Timur pada Triwulan I-2012 secara umum relatif
terjaga. Cash Ratio yang mencerminkan kemampuan perbankan Jawa Timur dalam
melunasi kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimilikinya sebesar 6,09%
atau mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,34%.
Membaiknya cash ratio perbankan disebabkan peningkatan penempatan pada BI sehingga
meningkatkan cadangan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek khususnya
kepada pihak ketiga.
Namun demikian, perlu diperhatikan preferensi penempatan dana masyarakat pada
instrumen simpanan perbankan. Proporsi dana pihak ketiga bank pada triwulan ini adalah
tabungan sebesar 43,12% disusul oleh deposito dan giro masing-masing sebesar 39,34%
dan 17,54%. Cukup tingginya komposisi deposito tersebut perlu menjadi perhatian karena
terkait dengan kemampuan likuiditas bank untuk memenuhi pencairan deposito khususnya
yang berjangka waktu pendek.
Berdasarkan jangka waktunya, terdapat 49,89% atau Rp50,14 triliun deposito memiliki
jangka waktu s.d 1 bulan dan hanya 6,38% atau Rp6,41 triliun yang memiliki jangka waktu
lebih besar atau sama dengan 1 tahun. Hal ini menyebabkan bank harus memiliki cadangan
yang cukup untuk mengantisipasi adanya pencairan deposito berjangka waktu 1 bulan
tersebut sehingga berpotensi risiko likuiditas terhadap perbankan.
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.30303030 Money Position Perbankan di Jawa TimurMoney Position Perbankan di Jawa TimurMoney Position Perbankan di Jawa TimurMoney Position Perbankan di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
Aktiva Lancar meningkat dari Rp13,77
triliun pada triwulan sebelumnya
menjadi Rp16,12 triliun (13,83%-qtq).
Komposisi aktiva lancar terbesar berupa
kas sebesar Rp5,74 triliun, disusul dengan
penempatan pada bank lain dan Bank
Indonesia masing–masing sebesar Rp3,73
triliun dan Rp6,65 triliun. Sementara
pasiva lancar sebesar Rp264,55 triliun
yang didominasi oleh dana pihak ketiga.
55
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Terus tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan syariah di Provinsi
Jawa Timur didukung oleh pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang terus menunjukkan
perkembangan positif, serta masih terbukanya potensi pengembangan pasar perbankan
syariah di Jawa Timur. Selain itu, peningkatan kinerja perbankan syariah di Jawa Timur juga
dapat menjadi indikasi meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Syariah.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.33333 Perkembangan Indikator Perbankan SyariahPerkembangan Indikator Perbankan SyariahPerkembangan Indikator Perbankan SyariahPerkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.Grafik 3.32323232 Perkembangan Indikator Perbankan SyariahPerkembangan Indikator Perbankan SyariahPerkembangan Indikator Perbankan SyariahPerkembangan Indikator Perbankan Syariah (qtq)(qtq)(qtq)(qtq)
Walaupun trend pertumbuhan dana
pihak ketiga di Jawa Timur (yoy) masih
didominasi oleh tabungan sebesar
22,15% dan disusul oleh deposito
sebesar 13,22%, namun perbankan
diharapkan tetap menjaga asset and
liability management (ALMA),
melakukan pengendalian risiko
likuiditas serta menjaga komposisi
penghimpunan DPK sehingga dapat
meminimalkan risiko likuiditas.
GGGGrafik 3.rafik 3.rafik 3.rafik 3.31313131 Money PMoney PMoney PMoney Position Perbankan di Jawa Timurosition Perbankan di Jawa Timurosition Perbankan di Jawa Timurosition Perbankan di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
56
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Secara umum, indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur yang terdiri
atas aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan mencatat pertumbuhan walaupun
melambat dibandingkan periode sebelumnya. Aset tumbuh sebesar 49,27% (yoy) dan
3,05% (qtq) dari Rp 11,65 triliun pada Triwulan IV-2011 menjadi Rp 12,0 triliun pada
Triwulan I-2012. Sementara itu, dana masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di
Jawa Timur tumbuh 48,38% (yoy) dan 0,99% (qtq), atau meningkat dari sebesar Rp 9,23
triliun menjadi Rp 9,32 triliun.
Berdasarkan komposisinya, peningkatan dana masyarakat didorong oleh cukup
tingginya pertumbuhan ketiga jenis simpanan yaitu giro, tabungan dan deposito yang
masing–masing secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 78,52%, 119,36%, dan 0,09%.
Secara triwulanan, pertumbuhan dari masing-masing Dana Pihak Ketiga Bank Syariah
adalah 33,46% (qtq) untuk giro, 45,98% (qtq) untuk tabungan, dan -31,73% (qtq) untuk
deposito. Pada triwulan ini terjadi pergeseran bentuk simpanan dari deposito menjadi
tabungan sehingga dapat mengurangi potensi risiko likuiditas akibat pencairan deposito
jangka pendek.
Selama Tw I-2012 penyaluran pembiayaan tumbuh 1,02% (qtq) atau 44,91% (yoy)
dengan baki debet sebesar Rp 8,93 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan
konsumsi masih mengambil proporsi terbesar dengan prosentase mencapai 42,86% dari
total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah di Jawa Timur, disusul kemudian oleh
pembiayaan modal kerja 40,28% dan pembiayaan investasi 16,86%.
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.34444 Proporsi DPK Perbankan Syariah Proporsi DPK Perbankan Syariah Proporsi DPK Perbankan Syariah Proporsi DPK Perbankan Syariah
di Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timurdi Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.3Grafik 3.35555 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)(yoy)(yoy)(yoy)
57
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Besarnya proporsi pembiayaan konsumsi Bank Syariah di Jawa Timur antara lain
didorong oleh ekspansi kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah/properti, serta
kepemilikan kendaraan bermotor. Namun perbankan syariah telah mulai meningkatkan
proporsi pembiayaan produktif, yang tercermin pada peningkatan proporsi pembiayaan
modal kerja pada Triwulan I-2012 sebesar 36,59% (Triwulan I-2011) menjadi 40,28% pada
periode laporan atau meningkat 59,59% (yoy) dan 4,15% (qtq), serta pembiayaan investasi
yang tercatat sebesar 15,17% (Triwulan I-2011) menjadi 16,86% pada periode laporan atau
meningkat 61,08% (yoy) dan 7,41% (qtq).
Kinerja penyaluran pembiayaan yang cukup baik tersebut diiringi dengan kualitas
pembiayaan yang terjaga, tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) yang stabil
berada di kisaran 1%-1,5% yaitu sebesar 1,21% pada Triwulan IV-2011 menjadi sebesar
1,36% pada Triwulan I-2012.
Grafik 3.33Grafik 3.33Grafik 3.33Grafik 3.33 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Pertumbuhan Pembiayaan Syariah
Per Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.34Grafik 3.34Grafik 3.34Grafik 3.34 Pangsa Pembiayaan Syariah Pangsa Pembiayaan Syariah Pangsa Pembiayaan Syariah Pangsa Pembiayaan Syariah
Per Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.35Grafik 3.35Grafik 3.35Grafik 3.35 Non Performing Financing (NPF)Non Performing Financing (NPF)Non Performing Financing (NPF)Non Performing Financing (NPF) dan dan dan dan Financing to Deposits Ratio (FDR)Financing to Deposits Ratio (FDR)Financing to Deposits Ratio (FDR)Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa TimurPerbankan Syariah Jawa TimurPerbankan Syariah Jawa TimurPerbankan Syariah Jawa Timur
58
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun secara umum menunjukkan
peningkatan selama 1 (satu) tahun terakhir. Rasio FDR selama 2 (dua) periode
menunjukkan nilai yang stabil yaitu di kisaran 95%. Pertumbuhan rasio FDR ini diimbangi
dengan terjaganya rasio NPF di bawah 2%.
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur pada Triwulan I-2012 menunjukkan
peningkatan yang cukup baik. Secara tahunan (yoy), total aset pada periode laporan
tumbuh sebesar 19,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 18,76% (yoy). Penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 16,88% (yoy) pada
triwulan IV-2011, meningkat menjadi sebesar 20,34% (yoy) pada Triwulan I-2012.
Sementara itu, jumlah penghimpunan dana dari masyarakat (DPK) juga mencatat
pertumbuhan dari sebesar 15,19% (yoy) pada Triwulan IV-2011 menjadi sebesar 16,72%
(yoy) pada periode laporan. Adapun secara triwulanan (qtq) aset BPR tumbuh sebesar
2,56% sedangkan untuk kredit dan DPK masing-masing tumbuh sebesar 6,28% dan 3,38%.
Tingginya pertumbuhan aset tersebut dipicu oleh pertumbuhan DPK yang oleh bank
disalurkan dalam bentuk kredit. Hingga akhir periode laporan total dana masyarakat yang
disimpan pada BPR di Jatim mencapai Rp4,18 triliun. Berdasarkan jenis DPK, pertumbuhan
Grafik 3.36Grafik 3.36Grafik 3.36Grafik 3.36 Perkembangan Indikator BPR (yoy)Perkembangan Indikator BPR (yoy)Perkembangan Indikator BPR (yoy)Perkembangan Indikator BPR (yoy)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.37Grafik 3.37Grafik 3.37Grafik 3.37 Perkembangan Indikator BPR (qtq)Perkembangan Indikator BPR (qtq)Perkembangan Indikator BPR (qtq)Perkembangan Indikator BPR (qtq)
Sumber: Bank Indonesia
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
tertinggi dicapai oleh tabungan atau meningkat sebesar Rp45,93 miliar, tumbuh sebesar
3,59% (qtq) dan 18,11% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya. Sementara deposito
meningkat sebesar Rp90,53 miliar atau tumbuh sebesar 3,28% (qtq) dan 16,09% (yoy),
menjadi Rp2,85 triliun pada periode laporan.
Masih stabilnya peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan
yang disimpan di BPR hingga triwulan I-2012, selain menunjukkan tingginya kepercayaan
masyarakat juga terkait dengan besarnya suku bunga simpanan BPR yang secara rata-rata
berada di atas tingkat suku bunga deposito bank umum. Bagi sebagian masyarakat yang
menganggap instrumen simpanan di BPR lebih menarik sebagai salah satu bentuk
investasi tentunya memanfaatkan hal ini dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya.
Grafik 3.38Grafik 3.38Grafik 3.38Grafik 3.38 PertPertPertPertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% umbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% umbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% umbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% ---- yoy)yoy)yoy)yoy)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.39Grafik 3.39Grafik 3.39Grafik 3.39 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%----qtq)qtq)qtq)qtq)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.40Grafik 3.40Grafik 3.40Grafik 3.40 Pertumbuhan Kredit BPR perPertumbuhan Kredit BPR perPertumbuhan Kredit BPR perPertumbuhan Kredit BPR per----Jenis Penggunaan (yoy)Jenis Penggunaan (yoy)Jenis Penggunaan (yoy)Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Bank Indonesia
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja yang memiliki proporsi terbesar dalam
penyaluran kredit BPR (mencapai 65,10% dari total kredit) meningkat sebesar 14,04% (yoy)
menjadi sebesar Rp3,36 triliun pada Triwulan I-2012. Pertumbuhan tersebut menjadi salah
satu faktor pendorong meningkatnya outstanding penyaluran kredit oleh BPR pada Triwulan
laporan hingga mencapai Rp5,15 triliun.
Pertumbuhan kredit yang melebihi pertumbuhan DPK selama 2 (dua) periode
terakhir menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 120,01% (Triwulan IV-
2011) menjadi 123,38% pada Triwulan I-2012. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut
didukung dengan terjaganya kualitas kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan
(NPL) selama 1 (satu) tahun terakhir berada di bawah 5% dan mencapai 4,29% pada
Triwulan I-2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi intermediasi BPR telah berjalan
dengan cukup baik dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kinerja BPR dalam
menghadapi resiko kredit.
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Kinerja 6 (enam)3 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada triwulan
laporan menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil dan cenderung meningkat. Tercatat
total aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat dari -2,16% (qtq) pada Triwulan
3 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda),
Bank Anglomas Internasional (Bank Amin), Bank Centratama Nasional Bank (CNB) dan Bank Prima Master.
Grafik 3.41Grafik 3.41Grafik 3.41Grafik 3.41 Proporsi Kredit BPR Per Jenis PenggunaanProporsi Kredit BPR Per Jenis PenggunaanProporsi Kredit BPR Per Jenis PenggunaanProporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.42Grafik 3.42Grafik 3.42Grafik 3.42 Perkembangan LDR & NPL BPRPerkembangan LDR & NPL BPRPerkembangan LDR & NPL BPRPerkembangan LDR & NPL BPR
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
IV-2011, menjadi 19,95% (qtq) pada Triwulan I-2012 dengan nominal sebesar Rp 36,66
triliun.
2012
TW I TW II TW III TW IV TW I
Total Aset (Milyar Rupiah) 26.786,47 29.668,52 31.234,86 30.560,73 36.657,87
Pertumbuhan (yoy%) 10,83 14,55 21,53 24,33 36,85
Pertumbuhan (qtq%) 8,97 10,76 5,28 -2,16 19.95
Dana Pihak Ketiga (Milyar Rupiah) 20.305,85 23.003,10 23.954,47 21.755,51 26.344,53
Pertumbuhan (yoy%) 9,82 12,03 17,36 20,81 29,74
Pertumbuhan (qtq%) 12,76 13,26 4,14 -9,18 21.09
Kredit (Milyar Rupiah) 14.269,65 15.529,87 16.680,43 16.958,44 17.436,07
Pertumbuhan (yoy%) 30,09 30,38 28,20 24,70 22,19
Pertumbuhan (qtq%) 4,93 8,83 7,41 1,67 2.82
LDR (%) 70,27 67,51 69,63 77,95 66,18
NPL (%) 0,82 1,03 1,30 1,08 1,40
2011INDIKATOR BANK UMUM
Sumber utama pertumbuhan aset tersebut adalah peningkatan dana pihak ketiga yang
pada triwulan ini mencapai Rp26,34 triliun atau tumbuh sebesar 21,09% (qtq) jauh
meningkat dibandingkan Triwulan IV-2011 yang justru mengalami perlambatan sebesar -
9,18%.
Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat terdiri atas giro,
tabungan dan deposito dengan proporsi masing-masing sebesar 44,28%, 24,71% dan
31,02%. Pertumbuhan terbesar DPK didominasi oleh peningkatan simpanan dalam bentuk
giro yang pada Triwulan I-2012 ini mencapai 48,80% (qtq).
Tabel 3.5Tabel 3.5Tabel 3.5Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di SurabayaPerkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di SurabayaPerkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di SurabayaPerkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
(dalam (dalam (dalam (dalam MilyarMilyarMilyarMilyar Rupiah)Rupiah)Rupiah)Rupiah)
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.43Grafik 3.43Grafik 3.43Grafik 3.43 Pertumbuhan Indikator Bank BerPertumbuhan Indikator Bank BerPertumbuhan Indikator Bank BerPertumbuhan Indikator Bank Ber----KP di KP di KP di KP di
Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya (yoy(yoy(yoy(yoy))))
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.44Grafik 3.44Grafik 3.44Grafik 3.44 Perumbuhan IndikatorPerumbuhan IndikatorPerumbuhan IndikatorPerumbuhan Indikator Bank BerBank BerBank BerBank Ber----KP di KP di KP di KP di
SurabayaSurabayaSurabayaSurabaya (qtq(qtq(qtq(qtq))))
Sumber: Bank Indonesia
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar
22,19% (yoy) dan 2,82% (qtq), meningkat dari sebesar Rp16,96 triliun pada Triwulan IV-
2011 menjadi Rp 17,44 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit
konsumsi masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 48,64%, disusul kemudian oleh
kredit modal kerja dan Investasi dengan proporsi masing-masing sebesar 40,35% dan
11,01%. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan proporsi kredit pada Triwulan I-
2011, terjadi pergeseran porsi penyaluran kredit, dimana kredit modal kerja mendominasi
dengan persentase mencapai 48,07%, sedangkan kredit konsumsi mencapai 33,39%.
Meskipun demikian, trend penurunan proporsi penyaluran kredit konsumsi dan cukup
besarnya kredit modal kerja yang disalurkan dapat menjadi indikator positif antusiasme
masyarakat dan perbankan di Jawa Timur dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan I-
2012 didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup
rendah, yaitu sebesar 1,40%. Walaupun meningkat dibandingkan Triwulan IV 2011 yang
tercatat sebesar 1,08%, namun besarnya NPL tersebut masih relatif terjaga dan masih
dapat cukup terkendali.
Grafik 3.45Grafik 3.45Grafik 3.45Grafik 3.45 Proporsi DPK Per Jenis SimpananProporsi DPK Per Jenis SimpananProporsi DPK Per Jenis SimpananProporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di SurabayaPada Bank Ber KP di SurabayaPada Bank Ber KP di SurabayaPada Bank Ber KP di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.46Grafik 3.46Grafik 3.46Grafik 3.46 Pertumbuhan DPK Per JenPertumbuhan DPK Per JenPertumbuhan DPK Per JenPertumbuhan DPK Per Jenis Simpananis Simpananis Simpananis Simpanan Pada Bank BerPada Bank BerPada Bank BerPada Bank Ber----KP di Surabaya (qtq)KP di Surabaya (qtq)KP di Surabaya (qtq)KP di Surabaya (qtq)
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimurProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2012
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor
Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari
peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara konsisten. Pada grafik di bawah ini terlihat
bahwa peningkatan LDR membentuk pola yang meningkat sampai dengan Triwulan IV-
2011, kemudian akan menurun di awal tahun. Hal ini terkonfimasi pada triwulan ini, dimana
LDR tercatat sebesar 66,18%, sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya yang
mencapai 77,95%. Penurunan di awal tahun tersebut karena meningkatnya DPK berupa
giro yang meningkat pada awal tahun.
Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.4Grafik 3.47777 Perkembangan Kredit Perkembangan Kredit Perkembangan Kredit Perkembangan Kredit Per Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis PenggunaanPer Jenis Penggunaan
Pada Bank BerPada Bank BerPada Bank BerPada Bank Ber----KP di Surabaya (qtq)KP di Surabaya (qtq)KP di Surabaya (qtq)KP di Surabaya (qtq)
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.48Grafik 3.48Grafik 3.48Grafik 3.48 Proporsi Kredit Per Jenis PenggunaanProporsi Kredit Per Jenis PenggunaanProporsi Kredit Per Jenis PenggunaanProporsi Kredit Per Jenis Penggunaan
Bank Ber KP di SurabayaBank Ber KP di SurabayaBank Ber KP di SurabayaBank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.49Grafik 3.49Grafik 3.49Grafik 3.49 Perkembangan LDR dan NPL Bank Perkembangan LDR dan NPL Bank Perkembangan LDR dan NPL Bank Perkembangan LDR dan NPL Bank
Berkantor Pusat di SurabayaBerkantor Pusat di SurabayaBerkantor Pusat di SurabayaBerkantor Pusat di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran di Jawa Timur, baik tunai maupun non-tunai pada triwulan I-
2012 dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
kegiatan ekonomi. Hal tersebut tercermin antara lain melalui peningkatan transaksi
keuangan tunai dan non-tunai, perkembangan jumlah uang tidak layak edar serta jumlah
temuan uang palsu di wilayah Jawa Timur.
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI
Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa
kegiatan, yaitu: aliran uang keluar (outflow) dan aliran uang masuk (inflow) dari perbankan
ke Bank Indonesia, kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda
Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat.
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Hingga akhir Triwulan I-2012, aliran uang kartal yang masuk/keluar dari Bank
Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember)
secara kumulatif menunjukkan posisi net inflow. Jumlah aliran uang yang keluar dari Bank
Indonesia kepada perbankan (outflow) lebih kecil dibandingkan jumlah aliran uang yang
masuk ke Bank Indonesia (inflow). Net inflow yang terjadi diperkirakan terkait dengan pola
musiman/cyclical akibat dari tingginya penarikan dana oleh masyarakat pada periode
sebelumnya dalam rangka peringatan Hari Natal dan Tahun Baru. Hal ini mendorong
terjadinya peningkatan jumlah aliran uang masuk ke Bank Indonesia sebagai arus balik dari
banyaknya uang yang beredar di masyarakat pada periode sebelumnya.
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
Secara umum transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank Indonesia (KBI)
di Jawa Timur pada Triwulan I-2012 menunjukkan tren peningkatan. Dibandingkan dengan
periode sebelumnya, Outflow menurun sebesar 20,87% (qtq) dari sebesar Rp 8,24 triliun
menjadi Rp 6,52 triliun. Sebaliknya, inflow meningkat sebesar 47,05% (qtq) dari sebesar
Rp 8,7 triliun menjadi Rp 12,79 triliun. Peningkatan Inflow yang lebih besar dibandingkan
dengan penurunan outflow pada periode ini menyebabkan terjadinya Net Inflow sebesar
Rp 6,27 miliar.
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Kantor Bank Indonesia – Rp. Juta
dalam jutaan rupiah
2012
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
OUTFLOW 2.000.130,88 3.859.961,16 7.241.746,38 4.826.881,52 3.323.748,12
INFLOW 4.711.067,49 3.044.294,55 6.584.758,69 5.316.031,06 6.395.569,26
NET FLOW 2.710.936,61 (815.666,60) (656.987,69) 489.149,53 3.071.821,14
OUTFLOW 926.510,13 1.963.414,00 3.567.299,00 2.081.368,42 1.525.840,77
INFLOW 1.021.510,17 1.505.535,00 2.239.735,00 1.207.693,84 1.830.428,68
NET FLOW 95.000,04 (457.879,00) (1.327.564,00) (873.674,58) 304.587,91
OUTFLOW 324.031,03 1.105.888,00 2.135.130,44 1.331.602,91 842.198,39
INFLOW 2.319.335,73 1.996.449,00 2.726.217,97 2.177.240,19 3.071.891,49
NET FLOW 1.995.304,70 890.561,00 591.087,53 845.637,28 2.229.693,10
OUTFLOW 292.363,72 687.462,52 1.716.668,17 945,52 829.197,60
INFLOW 940.678,06 585.137,39 649.344,40 1.032,18 1.498.420,82
NET FLOW 648.314,34 (102.325,13) (1.067.323,77) 86,66 669.223,22
OUTFLOW 3.543.035,75 7.616.725,67 14.660.843,99 8.240.798,38 6.520.984,88
INFLOW 8.992.591,45 7.131.415,94 12.200.056,06 8.701.997,27 12.796.310,24
NET FLOW 5.449.555,69 (485.309,73) (2.460.787,93) 461.198,89 6.275.325,36
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
MALANG
Wilayah Keterangan
JEMBER
SURABAYA
KEDIRI
2011
JAWA TIMUR
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.50 PerkembanganArusUangTunai (Inflow –Outflow)
DalamJuta Rupiah
-
2.000.000,00
4.000.000,00
6.000.000,00
8.000.000,00
10.000.000,00
12.000.000,00
14.000.000,00
16.000.000,00
TW I TW II TW III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
OUTFLOW INFLOW
Gambar 3.51
Perkembangan Net Flow JawaTimur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
(3.000.000,00)
(2.000.000,00)
(1.000.000,00)
-
1.000.000,00
2.000.000,00
3.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
6.000.000,00
7.000.000,00
TW I TW II TW III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
Net Flow (Juta Rupiah)
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada
masyarakat (Clean Money Policy), dilakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga
(PTTB) sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau
rusak yang dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia. Selama Triwulan I-2012, tercatat
sebesar Rp4,75 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan yang
dimusnahkan. Jumlah tersebut meningkat 16,85% (qtq) dibandingkan dengan yang
dimusnahkan pada Triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp 4,07 triliun. Peningkatan
jumlah PTTB pada periode laporan diperkirakan sebagai arus balik dari rangkaian net-
outflow yang terjadi pada triwulan II dan III tahun 2011 (tahun ajaran baru dan perayaan
Hari Raya Idul Fitri 2011).
Dalam memenuhi kewajibannya untuk menyediakan Uang Layak Edar (ULE) di
masyarakat, Bank Indonesia melaksanakan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
menggantinya dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan
transaksi keuangan. Namun demikian, tetap diperlukan peningkatan kesadaran
masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki. Dengan demikian
diharapkan usia edar uang kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya
volume PTTB yang pada akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru. Terkait
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.52 Pemusnahan UangTidak Layak Edar (PTTB)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
-
1.000.000,00
2.000.000,00
3.000.000,00
4.000.000,00
5.000.000,00
6.000.000,00
7.000.000,00
TW I TW II TW III TW IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
PTTB Jt Rp Rasio PTTB thdp Inflow (%)
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
dengan hal tersebut, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui
brosur, pamflet, serta edukasi perbankan.
3.6.1. TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan yang menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement)
Gambar 3.54
Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
1
10
100
1000
10000
100000
1000000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2009 2010 2011 2012
Volume RTGS Nominal Rp Triliun (Skala Kanan)
Gambar 3.53
PerkembanganTransaksi Non Tunai Di JawaTimur
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
Kliring RTGS
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
Share Kliring Share RTGS
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada
Triwulan I-2012 secara umum menunjukkan penurunan dibandingkan periode
sebelumnya. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada
periode laporan adalah sebanyak 141.322 transaksi atau menurun 9,21% (qtq) dari
periode sebelumnya. Sementara itu, nominal transaksi RTGS Jawa Timur pada Triwulan I-
2012 adalah sebesar Rp 122,21 triliun, menurun 17,58% (qtq) dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur,
besarnya transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten menunjukkan masih terpusatnya
kegiatan perekonomian pada wilayah–wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya,
transaksi outgoing maupun incoming RTGS didominasi oleh beberapa kota/kabupaten
dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai
Ibu Kota provinsi Jawa Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Tercatat transaksi RTGS pada Triwulan I-2012 dari kota Surabaya ke kota lainnya
(outgoing) sebesar Rp66,41 triliun dengan volume sebanyak 56.318 transaksi.
Sementara itu transaksi RTGS yang masuk ke rekening perbankan di Surabaya
(incoming) tercatat sebanyak 100.081 transaksi atau senilai Rp 93,86 triliun. Kota lain di
Jawa Timur yang memiliki transaksi RTGS cukup tinggi, baik outgoing maupun incoming
meliputi Kediri, Malang, Gresik, Batu dan Sidoarjo.
Gambar 3.56 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming
RTGS Terbesar Tw IV -2011
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
SURABAYA MALANG KEDIRI GRESIK BATU SIDOARJO
Nilai (Miliar Rp) Volume
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.55 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS
Terbesar Tw IV -2011
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK BATU SIDOARJO
Nilai (Miliar Rp) Volume
69
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
b. Transaksi Kliring
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur
diikuti oleh 454 kantor/bank umum peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung
yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4
(empat) Kantor Perwakilan Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur yaitu Surabaya,
Malang, Kediri dan Jember.
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung
pada triwulan ini masih menunjukkan tren yang relatif sama. Tercatat sebanyak 1,39 juta
warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan
melalui kliring dengan nilai mencapai Rp44,05 triliun, tidak terlalu jauh berbeda dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp44,33 triliun. Sementara itu, jumlah tolakan
warkat kliring menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada
Triwulan I-2012 tercatat sebanyak 20.065 lembar tolakan warkat senilai Rp632,81 miliar,
lebih tinggi 6,04% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya yang mencatat nominal senilai
Rp 596,75 miliar.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I - 2012
Jumlah
Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 255 1.146.140 36.280.537 49.832 1.577.415 14.898 472.063 648 20.524 1,30 1,30
Malang 65 116.854 4.026.663 5.081 175.072 2.927 110.383 127 4.799 2,50 2,74
Kediri 78 77.921 2.351.597 3.388 102.243 1.377 29.988 60 1.304 1,77 1,28
Jember 56 54.311 1.393.067 2.361 60.568 863 20.380 38 886 1,59 1,46
Jatim 454 1.395.226 44.051.864 60.662 1.915.298 20.065 632.814 872 27.514 1,44 1,44
Keterangan : - Jumlah kantor peserta kliring termasuk yang tidak langsung (kliring lokal)
Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Rata-2 Penolakan % Rata-2 PenolakanPerputaran Kliring
Kliring Sehari Cek & Giro Kosong Cek & BG Kosong/hari Cek & BG Kosong/hariKota
70
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
5.3 PENEMUAN UANG PALSU DI JAWA TIMUR
Pada Triwulan I-2012, penemuan
uang palsu di Jawa Timur baik melalui
perbankan maupun berdasarkan laporan
masyarakat secara umum menunjukkan
penurunan. Tercatat penemuan uang palsu
pada periode laporan sebanyak 5.597
lembar dalam berbagai pecahan dengan
nilai nominal sebesar Rp488,71 juta.
Dilihat dari jumlah lembar uang palsu yang
ditemukan, pada periode ini terjadi
penurunan sebesar 9,52% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 6.186 lembar dengan nilai
nominal mencapai Rp529,62 juta.
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.57
PerkembanganTransaksiKliring Di JawaTimur
1,100
1,200
1,300
1,400
1,500
-5,00
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I2009 2010 2011 2012
Kliring (Rp Triliun) warkat (Juta Lembar)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.58
TolakanTransaksiKliring Di JawaTimur
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
-
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
Tw
I
Tw
II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw II
I
Tw
IV
Tw
I
2009 2010 2011 2012
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.59
Statistik Uang Palsu yang Ditemukan
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2010 2011 2012
Uang Palsu (Lembar)
71
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di Jawa
Timur pada Triwulan laporan didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan proporsi
mencapai 78% (berdasarkan lembar) dan 89% (berdasarkan nominal). Surabaya sebagai
kota terbesar dan pintu gerbang perdagangan Indonesia Timur hingga saat ini masih
menjadi kota dengan penemuan uang palsu baik lembar maupun nominal tertinggi di
wilayah Jawa Timur.
Gambar 3.60 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(lembar)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
78%
18%
4%
0%0%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Gambar 3.61 Statistik Uang Palsu yang ditemukan
(nilai)
89%
10%
1%0%0%
100.000 50.000 20.000 10.000 5.000
Gambar 3.62 StatistikUangPalsu yang Per Kota
(lembar)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012
Surabaya Malang Kediri Jember
72
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi RegionalProvinsiJProvinsiJProvinsiJProvinsiJawaTimurawaTimurawaTimurawaTimur Triwulan I – 2012
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang
yang terkait terus berupaya untuk melakukan penanggulangan yang bersifat preventif
maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya memasyarakatkan
pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada
uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam maupun luar
negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif dilaksanakan oleh Kepolisian
dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai
dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
73
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – 2011
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
BOKS 2
KEBIJAKAN BANK INDONESIA TERKAIT PENETAPAN BESARAN LOAN TO
VALUE (LTV) DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) DAN
KREDIT KENDARAAN BERMOTOR (KKB)
Salah satu faktor yang mendasari diterbitkannya kebijakan yang menetapkan
besaran Loan to Value (LTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Down Payment
(DP) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) adalah semakin meningkatnya
permintaan KPR dan KKB yang terlalu tinggi sehingga dikhawatirkan berpotensi
menimbulkan berbagai risiko bagi bank. Sedangkan dari sudut pandang
makroprudensial, pertumbuhan KPR yang terlalu tinggi juga dapat mendorong
peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble)
sehingga dapat meningkatkan risiko kredit bagi bank-bank yang memiliki eksposur
kredit properti yang besar.
Hingga triwulan I-2012, jumlah kredit yang disalurkan bank umum untuk
konstruksi dan real estate di Jawa Timur sebesar Rp8,36 triliun atau mencapai 4,34%
dari total kredit, dimana proporsi kredit konstruksi (70,99%) lebih dominan
dibandingkan kredit real estate (29,01%). Adapun pertumbuhan tahunan kredit
konstruksi dan real estate masing-masing sebesar 28,27%, lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan total kredit (19,63%). Tingkat risiko penyaluran kredit tersebut yang
tercermin dari rasio NPL menunjukkan adanya peningkatan dari 1,78% (Tw I-2011)
menjadi 2,25% (Tw I-2012).
Untuk memperoleh informasi dini terkait dampak pemberlakuan kebijakan
tersebut, maka dilakukan quick survey terhadap perbankan dan masyarakat umum di
Jawa Timur, dengan hasil sebagai berikut:
• Secara umum menggambarkan bahwa kebijakan LTV KPR dan DP KKB yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia telah cukup dipahami oleh kalangan perbankan
dan masyarakat, dimana sebagian besar responden perbankan (50%) menyatakan
telah melakukan sosialisasi kepada nasabahnya terkait dengan kebijakan tersebut.
74
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – 2011
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
• 50% dari responden perbankan memperkirakan bahwa kebijakan tersebut akan
mempengaruhi penyaluran kredit mereka kurang lebih sebesar 28%. Sementara
50% sisanya menganggap bahwa kebijakan tersebut tidak akan berpengaruh pada
penyaluran kredit, dikarenakan pelaksanaannya saat ini sudah sesuai dengan
kebijakan tersebut.
• Terkait dengan pembatasan jumlah LTV maksimal 70% dari nilai agunan dan DP
KKB minimal 25% untuk roda dua dan 30% untuk roda 4, sebanyak 83,3%
responden menganggap besaran tersebut cukup sesuai untuk diterapkan dalam
rangka peningkatan mitigasi risiko kredit. Sementara sisanya, masing-masing
sebesar 16,67% menganggap besaran tersebut terlalu rendah dan terlalu tinggi.
• Rata-rata responden mengemukakan bahwa kebijakan tersebut akan berpengaruh
kepada keputusan pengajuan kredit mereka sebesar 21%.
Dalam rangka mengoptimalkan penerapan kebijakan tersebut yang merupakan salah
satu upaya memitigasi risiko kredit perbankan, maka perlu dilakukan sosialisasi
kebijakan secara luas dan penerapan secara konsisten di lapangan.
===**===
Paham
42,86%
Tidak Paham
14,29%
Cukup Paham
42,86%
Perbankan
Sudah
57,14%
Belum
42,86%
Masyarakat Umum
75
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Secara umum, kinerja realisasi baik penerimaan maupun belanja APBD Provinsi
Jawa Timur pada triwulan laporan menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan tahun
sebelumnya. Pos pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun
anggaran 2012 mencapai Rp14,7 triliun atau meningkat 32,73% dibandingkan anggaran
2011, dengan realisasi pendapatan sampai dengan triwulan I – 2012 telah mencapai Rp
3,72 triliun atau 117,76%. Sementara itu dari sisi pengeluaran Anggaran Belanja Daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011 sebesar Rp 15,15 triliun meningkat
29,8% dibandingkan anggaran 2011, dengan realisasi belanja sampai dengan triwulan I –
2012 sebesar Rp 1,80 triliun atau 11,85%.
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Jawa
Timur didominasi oleh Pendapatan Asli daerah (PAD) yang bersumber dari penerimaan
pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah dengan proporsi 61,57% dari total
pendapatan. Kontribusi terbesar selanjutnya berasal dari Dana Perimbangan (28,07%),
sementara itu pendapatan lain-lain yang sah hanya memberikan kontribusi yang relatif
rendah.
4.2. REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Kinerja pendapatan daerah hingga triwulan I-2012 telah mencapai Rp 3,72 triliun atau
terealisasi sebesar 24,83% dari yang ditargetkan di tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan
adanya peningkatan jika dibandingkan realisasi penerimaan pendapatan pada periode yang
sama tahun 2011 yang mencapai 23,86% di akhir triwulan I-2011. Sebagaimana pola pada
tahun sebelumnya, realisasi pendapatan daerah sebagian besar masih disumbang oleh
realisasi penerimaan pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar Rp2,25, sedangkan sisanya disumbangkan oleh dana perimbangan dengan
realisasi sebesar Rp 781,77 miliar (terealisasi 28,07%) dan lain-lain pendapatan yang sah
sebesar Rp 688,04 miliar (terealisasi 23,94%).
76
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
TABEL 4.1
REALISASI PENDAPATAN APBD PROP. JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 (Rp juta) Anggaran Sebelum Anggaran Sebelum
Perubahan Tahun 2011 Perubahan Tahun 2012
4 9.907.001.026.685,00 2.373.179.321.419,21 14.727.475.360.411,00 3.721.721.138.229,06 23,95% 25,27%
4.1 7.615.042.879.117,00 1.817.155.283.330,21 9.068.160.048.588,00 2.251.910.825.704,06 23,86% 24,83%
4.1.1 6.120.000.000.000,00 1.573.943.322.443,52 7.502.400.000.000,00 1.609.229.602.899,00 25,72% 21,45%
4.1.2 56.357.559.100,00 15.714.669.071,37 123.663.970.000,00 11.941.268.854,00 27,88% 9,66%
4.1.3 315.158.897.817,00 - 320.317.073.588,00 330.831.378.114,78 0,00% 103,28%
4.1.4 1.123.526.422.200,00 227.497.291.815,32 1.121.779.005.000,00 299.908.575.836,28 20,25% 26,74%
4.2 2.267.158.147.568,00 556.024.038.089,00 2.785.080.971.825,00 781.773.383.714,00 24,53% 28,07%
4.2.1 864.625.248.568,00 106.856.806.089,00 1.240.732.155.823,00 284.586.339.714,00 12,36% 22,94%
4.2.2 1.347.501.699.000,00 449.167.232.000,00 1.491.561.136.000,00 497.187.044.000,00 33,33% 33,33%
4.2.3 55.031.200.000,00 - 52.727.680.000,00 - 0,00% 0,00%
4.3 24.800.000.000,00 5.748.410.606,50 2.874.234.340.000,00 688.036.928.811,00 23,18% 23,94%
4.3.1 24.800.000.000,00 5.748.410.606,50 23.300.000.000,00 8.013.393.811,00 23,18% 34,39%
4.3.4 - - 2.850.934.340.000,00 680.023.535.000,00 0,00% 23,85%
9.907.001.026.685,00 2.373.179.321.419,21 14.727.475.360.411,00 3.721.721.138.229,06 23,95% 25,27%
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG
SAHPENDAPATAN HIBAH
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUSJUMLAH PENDAPATAN DAERAH
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKANLAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAHDANA PERIMBANGAN
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAKDANA ALOKASI UMUM
DANA ALOKASI KHUSUS
% Tw I-
2011
% Tw I-
2012
PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH
PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
No Uraian Realisasi s.d Tw I-2011 Realisasi s.d Tw I-2012
4.3. REALISASI BELANJA DAERAH
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012
direncanakan sebesar Rp.15,15 triliun atau naik 42,60% dibandingkan anggaran belanja
tahun sebelumnya.
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PROV. JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 (Rp juta)
Anggaran Sebelum Anggaran Sebelum
Perubahan Tahun
2011
Perubahan Tahun
2012
5.1 5,797,640,027,698.00 398,918,016,419.74 9,436,506,402,841.00 1,235,904,638,616.71 6.88% 13.10%
5.1.1 1,497,004,813,695.00 268,248,770,583.00 1,668,623,319,850.00 298,351,546,633.00 17.92% 17.88%
5.1.2 4,878,211,780.00 294,184,468.74 6,139,011,401.00 2,309,953,308.71 6.03% 37.63%
5.1.4 974,301,072,000.00 13,080,450,000.00 3,895,673,765,000.00 797,434,138,675.00 1.34% 20.47%
5.1.5 87,714,900,000.00 774,500,000.00 31,358,000,000.00 590,000,000.00 0.88% 1.88%
5.1.6 2,229,468,218,036.00 - 2,292,840,281,343.00 - 0.00% 0.00%
5.1.7 963,160,438,765.00 107,026,929,000.00 1,490,172,025,247.00 137,219,000,000.00 11.11% 9.21%
5.1.8 41,112,373,422.00 9,493,182,368.00 51,700,000,000.00 - 23.09% 0.00%
5.2 4,828,721,359,854.00 368,437,333,821.98 5,717,182,698,075.00 560,448,536,259.86 7.63% 9.80%
5.2.1 833,869,936,141.00 114,609,229,418.00 969,382,979,974.00 159,204,008,601.00 13.74% 16.42%
5.2.2 3,094,388,943,127.00 220,661,892,308.98 3,685,777,301,924.00 328,095,212,935.86 7.13% 8.90%
5.2.3 900,462,480,586.00 33,166,212,095.00 1,062,022,416,177.00 73,149,314,723.00 3.68% 6.89%
10,626,361,387,552.00 767,355,350,241.72 15,153,689,100,916.00 1,796,353,174,876.57 7.22% 11.85%
BELANJA LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
JUMLAH BELANJA DAERAH
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN BELANJA TIDAK TERDUGA
Realisasi s.d Tw I-
2011 Realisasi s.d Tw I-2012 % Tw I-
2011
% Tw I-
2012
BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI
No Uraian
Hingga akhir triwulan I-2012 realisasi belanja pada periode laporan telah mencapai
11,85% terhadap total belanja yang dianggarkan pada tahun 2012, lebih tinggi dibandingkan
triwulan I- 2011 yang mencapai 7,22%. Sesuai dengan penggunaannya yang bersifat rutin,
tercatat realisasi belanja terbesar pada triwulan laporan terdapat pada komponen belanja
tidak langsung, yang terdiri dari: realisasi belanja bunga, belanja hibah serta belanja.
Sementara itu, jika dibandingkan berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja
terendah terjadi pada belanja bantuan sosial baru dibelanjakan sebesar Rp 590 miliar atau
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daeah Provinsi Jawa Timur
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Timur
77
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2012
1,88% dari total rencana belanja di tahun 2012. Rendahnya realisasi belanja bantuan sosial
kemungkinan disebabkan oleh pemberian bantuan sosial dilakukan secara selektif, tidak
mengikat/terus-menerus dalam arti tidak harus diberikan setiap tahun anggaran serta
pemberian bantuan tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan urgensinya bagi
kepentingan daerah dan kemampuan keuangan daerah. Sementara itu, realisasi belanja
modal pada triwulan I-2012 mencapai 6,89%, masih relatif rendah dibandingkan total
belanja modal yang dianggarkan pada tahun 2012, namun porsinya relatif membaik
dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2011. Masih minimnya besaran realisasi
APBD Provinsi Jawa Timur juga tercermin pada peningkatan saldo dana pemerintah di
perbankan pada triwulan ini (lihat gambar 4.1).
Porsi belanja pegawai, baik pada pos belanja tidak langsung (16,61%) maupun pos
belanja langsung (8,86%), dengan total nilai sebesar Rp 457, 55 miliar masih lebih tinggi
dibandingkan belanja modal.
Disisi lain, belum terealisirnya realisasi belanja bagi hasil kepada
provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa pada triwulan ini mengindikasikan bahwa
belum selarasnya kinerja aparatur birokrasi pemerintah baik tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota dalam merealisasikan nilai bagi hasil. Guna meningkatkan tingkat realisasi
pos anggaran ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan sosialisasi teknis
penggunaan anggaran terutama untuk kebutuhan pengadaan barang dan jasa yang masih
menghambat realisasi anggaran di daerah untuk menghindari kesalahan prosedur dan
dugaan kasus korupsi bagi aparat terkait.
Grafik 4.1
Dana Pemerintah Prov/ kab/Kota di Perbankan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
-
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
12.000.000
14.000.000
16.000.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tabungan
Deposito
Giro
�
Bab Bab Bab Bab 5555
�
KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
�
78
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5.1. UMUM
Seiring dengan terus membaiknya perekonomian Jawa Timur hingga akhir
triwulan I-2012, perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur yang
tercermin dari kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang
kembali menunjukkan perbaikan. Berdasarkan rilis data Ketenagakerjaan dari Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), diindikasikan bahwa terjadi
peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja di Jawa Timur.
Indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN) menjadi salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat pedesaan menunjukkan adanya peningkatan. Kenaikan NTN disebabkan
oleh lebih tingginya kenaikan indeks harga yang diterima oleh nelayan dibandingkan
dengan indeks harga yang harus dibayarkan. Disisi lain, Nilai Tukar Petani (NTP)
menunjukkan sedikit penurunan yang didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang
diterima petani (It) lebih rendah dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan
oleh petani (Ib).
5.2. KETENAGAKERJAAN
Perkembangan ketenagakerjaan di Jawa Timur hingga triwulan I-2012
menunjukkan kondisi yang semakin baik. Hal ini tercermin dengan adanya kenaikan
penyerapan tenaga kerja seiring dengan perbaikan kinerja di beberapa sektor utama
di Jawa Timur yang berlangsung pada beberapa periode terakhir.
5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Situasi ketenagakerjaan di Jawa Timur relatif membaik dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja di Jatim per-Februari 2012
sebanyak 19,83 juta orang, sedikit meningkat dibandingkan data ketenagakerjaan di
bulan Agustus 2011 (19,76 juta). Peningkatan ini menyebabkan menurunnya rasio
penduduk yang menganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasa disebut
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pada periode laporan tercatat TPT
mengalami sedikit penurunan dari 4,16% menjadi sebesar 4,14%.
79
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Di sisi lain, perbaikan perekonomian Jatim yang sedang berlangsung diyakini
juga menjadi pendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tercatat terjadi
peningkatan jumlah penduduk yang bekerja, dari 18,94 juta menjadi 19,01 juta jiwa.
Peningkatan kinerja di sektor pertanian yang cenderung padat karya diyakini menjadi
salah satu pengurang angka pengangguran terbuka pada periode laporan.
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2008 – 2012) (dalam ribuan)
2012
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
Angkatan Kerja 20.117.245 20.178.590 20.316.773 20.338.568 20.623.490 19.527.051 20.251.672 19.761.886 19.831.685
Bekerja 18.861.360 18.882.277 19.123.221 19.305.056 19.611.540 18.698.108 19.406.025 18.940.340 19.012.225
Menganggur 1.255.885 1.296.313 1.193.552 1.033.512 1.011.950 828.943 845.647 821.546 819.460
TPAK (%) 69,69% 69,32% 69,36% 69,25% 69,77% 69,08% 71,39% 69,49% 69,55%
TPT (%) 6,24% 6,42% 5,87% 5,08% 4,91% 4,25% 4,18% 4,16% 4,14%
2011Kegiatan
2008 2009 2010
Sumber : BPS Jatim
Gambar 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral
18.200,00
18.400,00
18.600,00
18.800,00
19.000,00
19.200,00
19.400,00
19.600,00
0
5000
10000
15000
20000
25000
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012
Transportasi Jasa Kemasyarakatan Perdagangan
Konstruksi Industri Pertanian
TOTAL
Struktur penyerapan tenaga kerja secara sektoral di Jawa Timur pada triwulan
laporan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Sektor pertanian masih
mendominasi dalam jumlah penyerapan tenaga kerja, disusul oleh sektor
perdagangan dan sektor jasa kemasyarakatan. Dibandingkan posisi Februari 2011,
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian pada posisi Agustus 2011
cenderung mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada
triwulan I-2012 dibandingkan pada triwulan yang sama periode sebelumnya
mencerminkan kondisi yang sama dengan penurunan jumlah tenaga kerja yang
bekerja pada sektor tersebut.
Sumber: BPS Jawa Timur
80
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Gambar 5.2 Gambar 5.3 Penyerapan Tenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
3.325,69 3.452,21 3.404,75 3.417,64 3.291,38 3.019,91 3.462,76 2.885,29 2.669,67
4.257,49 4.254,54 4.335,52 4.460,27 4.358,63 4.098,25 3.911,26
3.849,41 3.986,67
1.483,91 1.500,06 1.573,68 1.512,67 1.457,70 1.470,16 1.452,91
1.431,75 1.411,13
855,59 997,75 940,98 1.036,94 1.011,22 905,98 888,68
1.052,73 1.127,68
3.652,78 3.560,43 3.847,53 3.688,76 3.987,65 3.768,09 3.990,84
3.616,02 3.667,06
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012
Pekerja Tak Dibayar Pekerja Bebas di Pertanian
Pekerja Bebas di Pertanian Berusaha dibantu buruh tidak tetap
Berusaha Sendiri
Berdasarkan komposisinya, penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur
masih didominasi oleh penyerapan tenaga kerja di sektor informal, dengan
pertumbuhan yang cenderung meningkat pada triwulan laporan. Tingginya
penyerapan tenaga kerja sektor informal menjadi perhatian pemerintah
daerah dalam meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Berbagai kebijakan pemberdayaan perekonomian masyarakat dilaksanakan
guna mendorong kapasitas masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Melalui 4 (empat) strategi pembangunan, yaitu pro-poor, pro-gender, pro-growth
dan pro-job, Pemerintah provinsi Jawa Timur menerapkan beberapa kebijakan
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: BPS Jawa Timur
5,29 5,12 5,02 5,19 5,50 5,44 5,70 6,11 6,15
13,58 13,76 14,10 14,12 14,11 13,26 13,71 12,84 12,86
-8%
-4%
0%
4%
8%
12%
16%
-
5
10
15
20
25
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012
Informal Formal G Formal G Informal
482,50 581,58 492,72 552,93 511,50 555,88 600,85 618,44 654,53
4.803,42 4.535,71 4.528,05 4.635,85 4.993,43 4.879,82 5.098,73 5.486,71 5.495,47
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb
2008 2009 2010 2011 2012
Buruh/Karyawan Berusaha dibantu buruh tetap g berusaha dibantu buruh tetap g buruh/karyawan
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
81
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
antara lain cash transfer (Jamkesmas, Rumah Tidak Layak Huni-RTLH, Raskin,
bantuan hibah/sosial), pemberdayaan UMKM (kredit bunga murah, pembentukan
PT.Jamkrida, peningkatan nilai tambah produksi, produksi sektor primer, dan
lembaga keuangan mikro/Kopwan).
Sementara itu, perkembangan tenaga kerja di sektor formal sedikit mengalami
peningkatan, dengan didominiasi oleh tenaga buruh/karyawan yang mencapai
89,36% dari total tenaga kerja yang bekerja di sektor formal, sedangkan selebihnya
merupakan tenaga kerja yang masuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap
(wirausaha).
5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur pada triwulan I-
2012 relatif menurun dibandingkan periode sebelumnya, khususnya didorong oleh
perbaikan Nilai Tukar Petani (NTP). Sementara itu Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang
mengindikasikan kondisi kesejahteraan nelayan menunjukkan kondisi yang sedikit
membaik.
5.3.1. Kesejahteraan Petani
Sampai dengan akhir triwulan laporan, indikator kesejahteraan petani di Jawa
Timur yang tercermin dari indikator Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan sedikit
penurunan. Namun demikian, NTP pada periode ini masih berada dibawah level
nasional serta level normal = 100. Penurunan NTP didorong oleh pertumbuhan indeks
harga yang diterima petani (It), lebih rendah dibandingkan dengan indeks harga yang
dibayarkan oleh petani (Ib). Penurunan indeks ini indeks yang diterima petani pada
sub-sektor tanaman pangan seperti gabah, jagung pipilan/pocelan, kentang dan ayam.
Sementara tren peningkatan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan
diyakini menjadi penambah besaran indeks harga yang dibayarkan oleh petani,
khususnya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi sehari-hari.
82
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Gambar 5.5 Gambar 5.6 NTP Nasional & Jawa Timur NTP dan Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
Gambar 5.7 Gambar 5.8 It serta Pertumbuhan Nasional & Jatim Ib dan Pertumbuhan Nasional & Jatim
5.3.2. Kesejahteraan Nelayan
Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Provinsi Jawa Timur pada triwulan I-2012 relatif stabil, yang tercermin dari nilai NTN
yang stabil di level 149,81. Jika dibandingkan dengan NTN nasional, kondisi
kesejahteraan nelayan di Jawa Timur cenderung berada diatas level nasional.
Mengingat nilainya yang selalu berada diatas level 100, kesejahteraan nelayan di
Jatim dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan kesejahteraan petani (level
NTP dibawah 100). Biaya operasional yang relatif lebih rendah, serta faktor risiko
kegagalan yang tidak setinggi di sektor pertanian menjadi salah satu penyebab
tingginya nilai NTN dibandingkan NTP.
Sementara itu, berdasarkan komposisinya peningkatan indeks harga yang
diterima nelayan pada periode ini disebabkan oleh kenaikan harga beberapa jenis
Sumber: BPS Jawa Timur
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
NTP Nasional NTP Jawa Timur
-4%
-3%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I
Nasional Jatim g NTP Nasional g NTP Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
90
92
94
96
98
100
102
104
106
108
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
NTP Nasional NTP Jawa Timur g It Nasional g It Jatim
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
105
110
115
120
125
130
135
140
145
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Ib Nasional Ib Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
83
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB V – KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
ikan, seperti ikan teri, ikan bambangan/merah dan ikan tengiri, sedangkan kenaikan
indeks harga yang dibayar oleh nelayan dipicu oleh kenaikan indeks harga konsumsi
rumah tangga yang didominasi oleh kelompok bahan makanan dan kelompok
sandang.
Gambar 5.9 Gambar 5.10 NTN Nasional & Jawa Timur NTN serta Pertumbuhan (Nasional & Jatim)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012
NTN Nasional NTN Jawa Timur
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2009 2010 2011 2012
Nasional Jatim g NTN Nasional g NTN Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
�
Bab Bab Bab Bab 6666
�
PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN PERKIRAAN EKONOMI DAN
HARGAHARGAHARGAHARGA
�
84
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR
Pada triwulan II-2012, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada
rentang pertumbuhan 7,00%–7,25% (yoy). Perekonomian Jawa Timur pada triwulan II-
2012 diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan yang cukup tinggi (7,19%) serta triwulan II-2011 yang mencapai 7,29%.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
tingkat konsumsi masyarakat, yang tercermin pada hasil survei konsumen, meskipun
tren-nya relatif menurun namun masih dalam kisaran yang cukup tinggi. Disamping itu,
tingkat konsumsi pemerintah dan investasi juga diperkirakan menjadi faktor pendorong
pertumbuhan pada triwulan II-2012, seiring dengan aktivitas perekonomian yang
meningkat serta sesuai dengan pola-pola tahun sebelumnya. Investasi juga
diperkirakan tumbuh meningkat, diindikasikan dengan peningkatan impor barang modal
pada triwulan I-2012. Sementara itu, tingkat ekspor Jawa Timur juga diperkirakan
meningkat, seiring membaiknya perekonomian negara tujuan utama ekspor Jatim,
seperti Jepang dan Amerika Serikat diperkirakan dapat mengurangi tekanan kinerja
ekspor. Hal ini juga dikonfirmasi dengan dengan meningkatnya pesanan ekspor pada
beberapa perusahaan eksportir di Jawa Timur, sesuai hasil liaison.
Dari sisi penawaran, kinerja sektor utama (sektor industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran) diperkirakan mengalami peningkatan. Peningkatan
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.1111 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I II III
IV
I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.Grafik 6.2222 Indeks Indeks Indeks Indeks Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi Ekspektasi PenghasilanPenghasilanPenghasilanPenghasilan
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
85
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
tersebut didukung oleh kondusifnya dunia usaha serta didukung oleh membaiknya
konsumsi masyarakat. Disamping itu, relatif stabilnya inflasi serta nilai tukar turut
menjadi faktor pendukung. Sementara itu, sektor pertanian diperkirakan mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring dengan telah lewatnya
periode panen raya. Kondisi sektoral pada triwulan II-2012 ini searah dengan indeks
realisasi usaha dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) atas estimasi realisasi
usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama di Jawa Timur.
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMURPERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR
Tren penurunan tingkat inflasi Jawa Timur yang terjadi sejak triwulan I-2011
diperkirakan mulai tertahan hingga triwulan I-2012. Untuk triwulan II-2012, diperkirakan
inflasi Jawa Timur mulai mengalami peningkatan dan berada di kisaran 0,8% s/d 1,2% (qtq)
atau
Pada triwulan II-2012,inflasi Jawa Timur diperkirakan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya
Inflasi Jawa Timur pada triwulan I-2012 diperkirakan meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya dan berada di kisaran 1% s/d 1,5% (qtq) atau 4,60% s/d 4,80% (yoy).
Peningkatan tersebut diperkirakan banyak dipengaruhi oleh inflasi volatile food yang masih
berpotensi untuk meningkat dan cenderung berfluktuasi. Periode musim raya padi yang
telah lewat akan mempengaruhi jumlah pasokan dan harga beras pada triwulan mendatang.
Di sisi lain, tekanan inflasi terkait pergerakan harga komoditas internasional antara lain
emas dan minyak mentah, yang meskipun diperkirakan akan menurun namun masih dalam
batas atas kisaran harga rata-rata.
Grafik Grafik Grafik Grafik 6666....3333 Estimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha TwEstimasi Realisasi Usaha Tw IIIIIIII----2012201220122012
Sumber: SKDU KBI Surabaya
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011 2012
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
Grafik Grafik Grafik Grafik 6666.4.4.4.4 Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw IIIIIIII----2012201220122012
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011 2012
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
86
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa TimurProvinsi Jawa Timur
Triwulan I – Tahun 2012
BAB VI – PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Dari sisi fundamental, potensi dorongan inflasi inti diperkirakan masih berasal dari
kelompok tradeable, khususnya yang disebabkan oleh fluktuasi harga emas perhiasan.
Sementara itu kondisi output gap yang menggambarkan kesenjangan antara sisi
permintaan dan penawaran diperkirakan masih berada pada kondisi yang cukup baik dan
tidak memberikan dorongan yang signifikan terhadap kenaikan harga, meskipun pada
triwulan II-2012 diperkirakan akan terjadi dorongan pada sisi permintaan dan penawaran
seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi di Jawa Timur. Namun peningkatan tersebut
masih dapat dipenuhi mengingat masih terdapat ruang untuk mengoptimalkan penggunaan
kapasitas terpasang pada sektor produksi.
Ekspektasi masyarakat atas tingkat inflasi mendatang diperkirakan masih
memnberikan tekanan. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan
hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan
baik dari sisi konsumen maupun produsen.
Selanjutnya dorongan dari sisi administered price pada triwulan II-2012 diperkirakan
relatif minim. Meskipun terdapat rencana kenaikan tarif tol, namun dampaknya tidak akan
signifikan mendorong inflasi. Meskipun demikian, isu pembatasan BBM bersubsidi
diperkirakan masih menjadi faktor yang rentan mempengaruhi dan mendorong ekspektasi
inflasi masyarakat kedepan, meskipun saat ini Pemerintah telah menetapkan 5 kebijakan
pengganti pembatasan BBM bersubsidi.
Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang
& Jasa Di Surabaya
Sumber: Survei Konsumen – KBI Surabaya