PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta)
Oleh:
DAHRIYANI
NIM: 204011002722
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Kasus di SMA PGRI 3 Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh DAHRIYANI 204011002722
Dosen Pembimbing
Dr. Sururin, M.Ag NIP. 197103191998032001
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH Skripsi berjudul “Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya
Dengan Motivasi Belajar Siswa” studi kasus di SMA PGRI 3 Jakarta, disusun
oleh Dahriyani, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Maret 2010 dihadapan Dewan
Penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar S1 (S.Pd.I) dalam program
Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, Maret 2010
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan / Prodi) Tanggal Tanda Tangan Dr. H. AF. Wibisono, MA NIP. 195801121988031002 .......... .................. Sekretaris (Sekretaris Jurusan / Prodi) Drs. Safiuddin Shidiq, M.Ag NIP. 196703282000031001 .......... .................. Penguji I Dr. H. AF. Wibisono, MA NIP. 195801121988031002 .......... .................. Penguji II Bahris Salim M. Pd NIP. 196803071998031002 .......... ..................
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada,MA NIP. 195710051987031003
1. Nama : Dahriyani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1984
3. NIM : 204011002722
4. Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
5. Program : Non Reguler
6. Judul Skripsi Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannnya Dengan Motivasi
Belajar Siswa (Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta
7. Pembimbing : Dr. Sururin, M.Ag
8. Penguji : 1. Dr. H. AF. Wibisono, M.Ag
2. Bahris Salim, M. Pd
9. Tanggal Lulus : 24 Maret 2010
10. Nomor Ijazah :
11. Indeks Prestasi / Yudisium : 3, 26
12. Jabatan Dalam Organisasi
Kemahasiswaan : Anggota
13. Alamat Asal : Madina - Sumut
14. Alamat Sekarang : Jln. Kerta Mukti Raya No. 11 c Rt.
001/008
15. NO. HP : 081381278902
16. Nama Ayah : Syamsuddin Batubara
17. Pendidikan Terakhir : Aliyah
18. Pekerjaan Ayah : Guru
19. Nama Ibu : Derliana Lubis
20. Pendidikan Terakahir : Aliyah
21. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Jakarta, 26 Maret 2010
Calon Wisudawan
(Dahriyani)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata Satu Pendidikan Agama Islam pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarf
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Jakarta, Februari 2010
Dahriyani
ABSTRAKSI
(A). Fakultas Tarbiyah (B). Maret 2010 (C). Dahriyani (D). “Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Siswa” (Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta). (E). 91 + viii (F). Profesional merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan untuk mewujudkan profesi yang dikerjakannya. Profesionalisme guru PAI adalah sebutan untuk guru PAI yang mengacu pada sikap mental untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmen terhadappeningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan strategi. Tujuan dari pembahasan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru PAI, motivasi belajar siswa dan hubungan profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif korelasional yaitu penelitian yng menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti, yaitu dengan membandingkan kedua variabel penelitian. Data tentang profesionalisme guru PAI dan motivasi belajar siswa diungkapkan melalui penelitian skala profesionalisme guru PAI dan motivasi belajar siswa dalam bentuk skala likert. Skala kedua variabel ini terdiri dari 52 item dengan tingkat validitas cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa. Artinya, semakin tinggi tingkat profesionalisme guru PAI makin tinggi pula motivasi belajar siswa. Kenyataan dari hasil penelitian profesionalisme guru PAI pada umumnya tergolong sedang, motivasi belajar siswapun tergolong sedang. Oleh karena itu, hendaknya guru PAI harus tetap meningkatkan profesionalitasnya dengan terus mengembangkan wawasan dan kualitas diri sebagai seorang guru, sehingga dapat meningkatkan dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kontribusi profesionalisme guru PAI terhadap motivasi belajar siswa DI SMA PGRI 3 Jakarta tergolong kuat, hal ini dapat dilihat dari perhitungan koefisien determinasi sebesar (44,5 %).
ABSTRAKSI
(A). Fakultas Tarbiyah (B). Maret 2010 (C). Dahriyani (D). “Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Siswa” (Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta). (E). 91 + viii (F). Profesional merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan untuk mewujudkan profesi yang dikerjakannya. Profesionalisme guru PAI adalah sebutan untuk guru PAI yang mengacu pada sikap mental untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmen terhadappeningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan strategi. Tujuan dari pembahasan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru PAI, motivasi belajar siswa dan hubungan profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif korelasional yaitu penelitian yng menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti, yaitu dengan membandingkan kedua variabel penelitian. Data tentang profesionalisme guru PAI dan motivasi belajar siswa diungkapkan melalui penelitian skala profesionalisme guru PAI dan motivasi belajar siswa dalam bentuk skala likert. Skala kedua variabel ini terdiri dari 52 item dengan tingkat validitas cukup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa. Artinya, semakin tinggi tingkat profesionalisme guru PAI makin tinggi pula motivasi belajar siswa. Kenyataan dari hasil penelitian profesionalisme guru PAI pada umumnya tergolong sedang, motivasi belajar siswapun tergolong sedang. Oleh karena itu, hendaknya guru PAI harus tetap meningkatkan profesionalitasnya dengan terus mengembangkan wawasan dan kualitas diri sebagai seorang guru, sehingga dapat meningkatkan dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kontribusi profesionalisme guru PAI terhadap motivasi belajar siswa DI SMA PGRI 3 Jakarta tergolong kuat, hal ini dapat dilihat dari perhitungan koefisien determinasi sebesar (44,5 %).
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam yang telah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita, yang dengan karunia-Nya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah bagi Rasulullah SAW, beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
dihadapi dan dialami penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu,
pengumpulan data maupun pembiayaan dan lain sebagainya. Akan tetapi berkat
kesungguhan dqan usaha disertai motivasi dan bantuan berbagai pihak, maka segala
hambatan dapat dihadapi dengan baik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya terutama kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sururin, M.Ag, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
membimbing dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. H Achmad Sjamsuri, MM, selaku Kepala Sekolah SMA PGRI 3
Jakarta yang telah memberikan izin dan membantu dalam pengambilan data.
5. Ayahanda (Syamsuddin Batubara) dan Ibunda (Derliana Lubis) tercinta, yang
tak pernah lelah menuntun dan memberiku semangat, dan terus mencurahkan
ii
kasih sayang serta do’a kepadaku, yang tanpa itu semua mungkin diri ini tidak
akan mampu berjuang setegar ini.
6. Abangku (Irul) dan adik-adikku tersayang (Usan, Ami, Biah And Fatma)
terima kasih untuk do’a, dukungan dan motivasinya.
7. Saudara-saudaraku, khususnya udak Khollad, atas keikhlasan mendidik,
memberikan do’a, dukungan moril maupun materil serta motivasi sehingga
Utet dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah.
8. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Dan terakhir, penulis ucapkan terima kasih Teruntuk yang Terindah Ahmad
Hanafi Lubis yang juga tak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungan
atas selesainya penulisan skripsi ini.
Tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat sebagai bekal menambah
ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ’Alamin
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa karya tulis
ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta
kemampuan dalam menulis, namu demikian, saya berharap agar karya tulis ini dapat
menjadi sumbangsih yang berarti dalam dunia pendidikan.
Jakarta, 10 Maret 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 7
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian
1.1 Guru ........................................................................... 9
1.2 Profesionalisme ............................................................ 10
2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Guru ................................. 12
3. Kompetensi Profesionalisme Guru .................................... 16
4. Prinsip Profesionalitas Guru ............................................. 19
B. Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................ 20
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................... 22
3. Ruang Lingkup Pelajaran Pendidikan Agama Islam ........ 22
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ...................................... 23
C. Motivasi Belajar siswa
1. Pengertian Motivasi ............................................................. 24
2. Peran Motivasi ..................................................................... 26
iv
3. Sifat Motivasi dalam Belajar................................................. 27
4. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar ................................ 28
D. Kerangka Berpikir ................................................................... 29
E. Hipotesis .................................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian ..................................................................... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 32
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 32
D. Variabel Penelitian .................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 33
F. Instrumen Penelitian ............................................................... 34
G. Teknik Pengolaan Data ............................................................ 35
H. Teknik Analisis Data................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 41
B Deskripsi data .......................................................................... 44
C Analisis Data dan Interpretasi Data......................................... 46
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan .............................................................................. 49
B Saran-Saran............................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan
kehidupan umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sarana
untuk memperoleh kelangsungan hidup manusia dan juga merupakan hak
asasi tiap manusia dalam proses mempersiapkan dirinya menuju masa depan
yang lebih baik. Oleh karena itu, setiap warga negara memperoleh hak untuk
memperoleh pendidikan sesuai dengan pasal 31 UUD RI 1945.1
Pendidikan juga merupakan syarat mutlak dalam menghadapi globaliasi
yang dampaknya makin terasa di masyarakat luas, baik di lingkungan bawah,
menengah maupun atas.
Secara fundamental agama Islam telah memberikan landasan yang jelas
mengenai pendidikan dan secara tegas pula mewajibkan semua orang tua
untuk mendidik anak-anaknya sebagian dari amanat Allah Swt. dalam Q. S.
An- Nisa ayat 9 yang berbunyi:
�
1 Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan
Terlindungi. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 209.
1
2
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Selain pendidikan, agama juga memiliki peran yang penting dalam
kehidupan manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama dalam kehidupan manusia maka internalisasi nilai-
nilai agama dalam kehidupan tiap pribadi menjadi satu keniscayaan yang
ditempuh melalui pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Namun bagaimanapun karakteristik pendidikan itu akan lebih bijak bila
ada filter dalam segala perubahan yang yelah terkonstruk oleh agama, dengan
kata lain pendidikan adalah alat filter yang sangat relevan dengan keadaan
sekarang. Oleh karena itu dibutuhkan banyak tenaga-tenaga profesional untuk
melakukan transfer ilmu agama yang bersifat teori maupun pratik dalam
proses pembelajaran formal.
Pendidikan agama dimaksud untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia yang mencakup etika, budi
pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama2.
Memahami hal tersebut maka diperlukan guru agama profesional dan
berpendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia berkemauan
dan berkemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus-
menerus. Hal ini penting karena dunia pendidikan modern telah mengalami
kemajuan yang pesat seiring dengan tuntutan perkembangan dunia global.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional (Undang-Undang Sisdiknas), mengemukakan bahwa pendidikan nasional bertujuan
2 Departeman Agama RI, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UU
Sisdiknas, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003), hal. 79.
3
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Untuk meningkatkan tingkat profesionalisme guru, maka pemerintah
merumuskan standar pendidik dan tenaga kependidikan. Standar pendidik
adalah kriteria pendidikan pra jabatan dan kelayakan fisik maupun mental,
serta pendidikan dalam jabatan.4
Standar pendidik ini secara jelas terperinci dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan yang bertujuan memberikan jaminan, kepastian hukum bagi
peserta didik, orang tua dan masyarkat untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan yang profesional memenuhi kualifikasi dan kompetensi.5
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak
memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi
guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang
harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan.6
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan
mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan. Untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban
merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan
membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif
3 Undang-Undang Sisdiknas 2003, (UU RI NO. 20 TH. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika,
2007), cet. Ke-4, hal. 5. 4 E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-1,
hal. 40. 5 Asrorun Ni'am Shaleh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elses, 2006), Cet.
Ke-1, hal.12. 6 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hal. 5.
4
seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini yang paling utama dalam memberi
bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Peran guru diharapakan dapat
menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan,
kemiskinan dan berbagai krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa
ini.7
Dibutuhkan kesadaran bagi tenaga-tenaga yang berprofesi langsung
dalam dunia pendidikan agar senantiasa mengikuti tuntutan zaman jika tidak
ingin tertinggal dengan lembaga-lembaga lainnya. Kesadaran seperti inii
sangat diperlukan dalam rangka mencegah gencarnya serangan yang
ditimbulkan oleh kemajuan informasi yang dengan mudah dapat diserap anak
didik.
Pada tataran seperti itu, pendidikan Islam akan merasakan dampak
negatif yang luar biasa bagi perubahan mental anak didik. Oleh karena itu
peran ganda pendidikan agama Islam menuntut untuk dilakukan kajian-kajian
intensif agar siswa termotivasi untuk mempelajarinya. Untuk itu pelajaran
yang dikemas harus selalu sesuai dengan pertumbuhan mental dan kondisi
zamannya. Artinya nilai-nilai keislaman yang disampaikan dalam pelajaran
sekolah harus tetap menarik dengan contoh-contoh kongkrit sesuai
perkembangan pengetahuan. Disinilah guru agama memegang peranan kunci
bagi keberhasilan pendidikan agama di sekolah. Fungsinya sebagai pengajar
dan pendidik menuntut dedikasi yang dilandasi dengan kemampuan
profesional seorang guru.
Selain guru, hal yang menentukan keberhasilan suatu proses belajar
adalah siswa. Dalam kegiatan belajar, setiap siswa mempunyai tingkatan
motivasi yang berbeda-beda. Tugas gurulah untuk membangkitkan motivasi
siswa sehingga ia mau melakukan belajar.8 Motivasi merupakan suatu hal
yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan serta mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam kegiatan belajar siswa, Sardiman AM mengatakan
bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
7 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran…, h. 37. 8 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional..., h. 29.
5
seseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek tersebut dapat tercapai.9
Dari pengertian diatas tersirat bahwa motivasi mengarah pada tujuan
yang dikehendaki oleh seseorang. Motivasi yang kuat pada diri individu akan
mengarahkan mereka untuk senantiasa berusaha mewujudkan tujuannya.
Dengan motivasi ini, maka akan mengarah pada terlaksananya aktifitas belajar
seseorang dengan baik dan memuaskan. Tanpa adanya motivasi yang kuat
maka suatu aktifitas belajar seseorang akan melemah.
Dalam proses pendidikan dituntut banyak faktor untuk menumbuhkan
motivasi belajar anak, diantara faktor-faktor tersebut adalah guru. Guru sangat
dominan sebab guru adalah sebagai pembimbing siswa-siswanya. Selama
pengajaran berlangsung siswa dapat mengamati dan ikut berpartisipasi dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar. Dari pengamatan tersebut timbul
kesan dan akhirnya siswa dapat menyikapi bagaimana proses belajar mengajar
berlangsung selama diajar oleh guru.
Pada waktu belajar sering kali siswa-siswa dalam satu kelas ada yang
giat dan ada pula yang bermalas-malasan untuk belajar, ada yang suka
membolos pada mata pelajaran tertentu, ada juga yang suka bermain-main di
dalam kelas dan tidak serius mengikuti pelajaran yang diterangkan oleh guru.
Hal ini mungkin disebabkan oleh guru yang tidak dapat mendorong atau
membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Mungkin siswa tidak memahami
apa yang diterangkan oleh guru, siswa tidak simpatik terhadap gerak-gerik
guru, atau siswa tidak senang dengan penampilan guru mengajar sehingga
tidak timbul motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran. Atau dapat juga karena
siswa tidak mengetahui manfaat dari pelajaran yang disajikan oleh guru
tersebut.10 Oleh karena itu dibutuhkan profesionalisme guru (sikap mental
berupa keahlian khusus dan kemampuan dalam bidang keguruan sehingga ia
9 Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali,
1988), cet. Ke-1, Hal. 75. 10 Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran,
(Jakarta: Delia Press, 2004), h. 18.
6
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal) dalam mengajar, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan di SMA PGRI 3 Jakarta diperoleh gambaran bahwa guru dalam
kegiatan pembelajaran telah berusaha dengan baik meningkatan
profesionalisme guru dalam mengajar, akan tetapi sering kali dalam kegiatan
pembelajaran guru menemukan siswa yang kurang semangat dalam mengikuti
proses pembelajaran di sekolah, khususnya pada pelajaran pendidikan agama
Islam.
Dari fenomena tersebut, muncul beberapa permasalahan menarik untuk
diteliti, yaitu: Seberapa besar peran profesionalisme guru pendidikan agama
Islam dalam mengajar? Serta bagaimana keterkaitan profesionalisme guru
pendidikan agama Islam dengan motivasi belajar siswa?
Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitiaan yang berjudul "Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Siswa"
(Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Profesionalisme guru pendidikan agama Islam di SMA PGRI 3 Jakarta
2. Motivasi belajar siswa di SMA PGRI 3 Jakarta
3. Hubungan antara profesionalisme guru pendidikan agama Islam dengan
motivasi belajar siswa.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis
membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut:
7
a. Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kompetensi atau keahlian guru pelajaran PAI dalam mengajar bidang
studi/mata pelajaran agama Islam yang meliputi penguasaan bahan
pengajaran, penyusunan program pengajaran, pelaksanaan program
pengajaran di kelas, penilaian hasil dan prosese belajar mengajar yag
telah dilaksanakan.
b. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2. Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang diteliti sebagai berikut:
a. Bagaimana profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam di SMA
PGRI 3 Jakarta?
b. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI?
c. Adakah hubungan antara profesionalisme guru Pendidikan Agama
Islam dengan motivasi belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di
SMA PGRI 3 Jakarta
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI
3. Untuk mengetahui hubungan antara profesionalisme guru Pendidikan
Agama Islam dengan motivasi belajar siswa
E. Manfaat penelitian
Bagi instansi sekolah tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu
acuan dalam meningkatkan profesionalisme guru pendidikan agama Islam dan
motivasi belajar siswa di SMA PGRI 3 Jakarta.
8
Sedangkan bagi guru mata pelajaran PAI, penelitian ini dapat menjadi
bahan acuan untuk mengetahui profesionalisme guru pendidikan agama Islam
dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pai di SMA PGRI 3 Jakarta,
sehingga lebih lanjut secara bersama-sama dapat diperbaiki dan dicari
solusinya
Bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi konsentrasi
lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi dan dapat
dicari solusinya.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian
1.1. Guru
Dari segi bahasa, guru atau pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang mendidik.1 Dalam bahasa Arab disebut mu'allim dan
dalam bahasa Inggris Teacher, semua memiliki arti sedarhana, sebagaimana
Muhibbin Syah mengutip pernyataan Mc. Leod yaitu a person whose
occupation is teach other (seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain).
Pengertian-pengertian itu masih bersifat umum dan dapat mengundang
bermacam-macam interpretasi. Pertama, kata seseorang (a person) dapat
mengacu pada siapa saja asal pekerjaan sehari-harinya (profesi) mengajar.
Dalam hal ini berarti bukan hanya seseorang yana dapatdisebut guru,
melainkan juga orang lain yang berposisi sebagai: kyai di pesantren, instruktur
di balai pendidikan dan pelatihan. Kedua, kata mengajar dapat pula ditafsirkan
macam-macam misalnya:
a. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan pada orang lain (kognitif)
b. Melatih ketrampilan jasmani pada orang lain (psikomotorik) dan
1 W. J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), Cet.ke-12, h. 250.
10
c. Menanamkan nilai keyakinan pada orang lain (afektif)2
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan
bahwa guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.3
1.2. Profesionalisme
Membicarakan masalah profesionalisme, ada beberapa istilah yang
berkaitan dangan masalah tersebut yaitu, profesi, profesional, profesionalisasi.
Profesi menunjukkan pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian, tanggungjawab dan kesetiaan pada suatu profesi. Suatu profesi
secara teori tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak disiapkan untuk itu.
Secara etimilogi, profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu, profession
atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan
mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Sedangkan secara
terminologi profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual.4
Sedangkan dalam Undang-Undang Sisdiknas, profesional diartikan
"sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.5
Profesional juga memiliki makna yang mengacu pada sebutan tentang
orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet-9, h. 222-223. 3 Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI No 14 Tahun 2005…h. 2 4 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 20-21. 5 Departemen Agama RI, UU RI Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen serta UU RI No.
20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006), h. 2.
11
seorang dalam mewujudkan untuk kerja sesuai profesinya. Penyandangan dan
penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan, baik secara formal
maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh lembaga atau suatu
badan yang memiliki kewenagan untuk itu, yaitu pemerintah atau organisasi
profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas
dan para pengguna jasa suatu profesi.6
Seseorang yang profesional adalah seseorang yang pekerjaannya
memerlukan pelatihan dan pengalaman khusus yang lebih tinggi, tanggung
jawab yang sah secara hukum, seperti lisensi untuk melakukan pekerjaan dan
menentukan prestasi etika standar.
Guru profesional adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara
formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan
maupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan
dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat dan sebagainyabaik yang
berupa kualifikasi maupun kompetensi.
Dihubungkan dengan profesi guru sebagai karir, maka guru yang
profesional menurut Mondy adalah meraka yang mengambil keahlian khusus
untuk tujuan organisasi pendidikan/sekolah. Kemajuan ini biasanya diperoleh
dari hasil pendidikan atau training khusus. Sedangkan menurut Drs. M. Uzer
Usman guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata
lain, guru profesional adalah orang terdidik dan terlatih dengan baik, serta
memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.7
Mohamad Surya dalam bukunya Percikan Perjuangan Guru mengatakan
bahwa profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan menimgkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang
memiliki profesionalisme yang tinggi akan akan tercermin dalam sikap mental
6 Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan Terlindungi. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 214.
7 Uzer Usman, Menjadi Guru…, h. 15.
12
serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional
melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya
sesuai dengan tuntutan zaman sehingga keberadaannya senantiasa
memberikan makna profesional.8
1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Guru
2. 1. Kedudukan Guru
Tenaga Pendidik atau guru merupakan salah satu kunci utama berhasil
atau tidaknya gerakan pendidikan dalam rangka memenuhi standar mutu, baik
standar produk dan pelayanan maupun standar kustuomer pada umumnya.9
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 pasal 2 ayat (1) dan
(2) secara tegas menyebutkan bahwa, ”guru mempunyai kedudukan sebagai
tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
peraturan perundang-undangan. Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai
tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik”.10
Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru
hanya dapat dilakukan seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,
kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap
jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Adapun pengakuan kedudukan guru
sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan cita-cita dan
tujuan dari Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen itu.
Cita-cita dan tujuan Undang-Undang ini antara lain:
1. Mengangkat martabat guru dan dosen 2. Menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen. 3. Meningkatkan kompetensi guru dan dosen,
4. Memajukan profesi serta karir guru dan dosen. 5. Meningkatkan mutu pembelajaran. 6. Meningkatkan mutu pendidikan nasional.
8 Mohammad Surya, Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional,
Sejahtera dan Terlindungi. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 214. 9 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme... h.
34. 10 Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI No 14 Tahun 2005…h. 5
13
7. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antardaerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi.
8. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah, dan 9. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.
Berkaitan dengan hal di atas, sebenarnya guru memiliki peranan yang
unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya
untuk mengantarkan anak didik ke taraf yang di cita-citakan. Karenanya setiap
kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi
kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.11
Oleh karena itu, guru sebagai salah satu unsur di bidang kependidikan
harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang.
2.2. Tugas dan Fungsi Guru Sebagai Tenaga Pendidik
Kedudukan tenaga pendidik sebagai tenaga profesional untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Fungsi guru berpengaruh
terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai agen pembelajaran
Yang dimaksud guru sebagai agen pembelajaran (learning agent)
adalah peran guru antara lain:
a. Fasilitator
Sebagai fasilitator, tugas guru dalam hal ini memberikan fasilitas
atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja
dengan menciptakan suasana kegiatan yang sedemikian rupa, serasi
dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar
akan berlangsung secara efektif.12
11 A.M Sardiman,. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), Cet. Ke-13, h. 125 12 A.M Sardiman,. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 146
14
b. Motivator
Peran Guru disini adalah sebagai motivator, guru harus mampu
membangkitkan motivasi belajar, dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaanya,
2) Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengeri, 3) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi
peserta didik, 4) Menggunakan hukuman dan hadiah secara efektif dan tepat
guna, serta 5) Memberikan penilaian dengan adil dan transparan.
c. Admnistrator
Sebagai administrator setiap guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan disekolah,
sehingga harus memiliki kepribadian jujur, teliti, rajin, serta
memahami strategi dan manajemen pendidikan.
d. Inisiator
Pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri
dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan
belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran,
gagasan, dan ide-ide baru.
Demikian beberapa tugas dan fungsi guru pada umumnya, yang harus
dilakukan guru sebagai pekerja profesional. Melengkapi uraian tersebut,
berikut dikemukakan tugas dan fungsi guru yang dirumuskan oleh P2TK
(Program Pengadaan Tenaga Kependidikan) Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
15
Tabel 3
Tugas dan Fungsi Guru yang dirumuskan oleh P2TK (Program Pengadaan
Tenaga Kependidikan) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS
I. Mendidik,
Mengajar,
Membimbing
dan Melatih
Sebagai Pendidik
1.1 Mengembangkan
potensi/kemampuan dasar
peserta didik.
1.2 Mengembangkan kepribadian
peserta didik.
1.3 Memberikan keteladanan.
1.4 Menciptakan suasana
pendidikan yang kondusif.
Sebagai Pengajar 2.1 Merencanakan Pembelajaran
2.2 Melaksanakan Pembelajaran
yang mendidik
2.3 Menilai proses dan hasil
pembelajaran
Sebagai
Pembimbing
3.1 Mendorong berkembangnya
prilaku positif dalam
pembelajaran
3.2 Membimbing peserta didik
memecahkan masalah dalam
pembelajaran
Sebagai Pelatih
4.1 Melatih keterampilan-
keterampilan yang diperlukan
dalam pembelajaran
4.2 Membiasakan peserta didik
berprilaku positif dalam
pembelajaran
16
Sebagai
Pengembangan
program
5.1 Membantu mengembangkan
program pendidikan sekolah
dan hubungan kerjasama intra
sekolah
II. Membantu
pengelolaan dan
pengembangan
program
sekolah
Sebagai Pengelola
Program
6.1 Membantu secara aktif dalam
menjalin hubungan dan
kerjasama antar sekolah dan
masyarakat
III. Mengembngkan
keprofesionalan
Sebagai tenaga
profesional
7.1 Melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan
kemampuan profesional
Sumber: Ditjen Dikti P2TK (Program Pengadaan Tenaga Kependidikan), 2004.
2. Kompetensi Profesionalis Guru
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta)
kompetensi berarti kewenangan/kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau
kecakapan.13
Sedang dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan
dan kepribadian yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan keprofesionalan.14
Drs. M. Uzer Usman dalam bukunya Menjadi Guru Profesional
mengatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam melaksanakan profesi keguruannya.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru
profesional yang berkompetensi adalah orang yang memiliki kemampuan dan
13 Uzer Usman, Menjadi Guru…, h. 14. 14 Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI No 14 Tahun 2005…h. 3.
17
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
E. Mulyasa mengatakan, ada empat macam kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru, antara lain:
1. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Kompetensi ini meliputi:
e. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan f. Pemahaman terhadap peserta didik g. Pengembangan kurikulum/silabus h. Perancancangan pembelajaran i. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis j. Pemanfaatan teknologi pembelajaran k. Evaluasi belajar l. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.15
2. Kompetensi Kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik. Kompetensi ini meliputi:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seseorang guru
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya16
3. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk:
a. Berkomunikasi lisan dan tulisan. b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
15 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan
Terlindungi. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 172. 16 Martinis yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan..., h. 22.
18
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik. d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.17
4. Kompetensi Profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Dari berbagai sumber yang
membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi
dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru
sebagai berikut:
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.18
3. Kompetensi Dasar Guru Pendidikan Agama Islam
Disamping kualifikasi pendidikan yang harus S-1, seorang guru agama
juga harus memiliki beberapa kompetensi dasar yang meliputi:
a. Penguasaan Materi Pelajaran
Penguasaan materi pelajaran bagi guru merupakan hal yang sangat
menentukan khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan
guru mata pelajaran.
b. Penguasaan Metodologi Pembelajaran
Metode-metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses
belajar mengajar akan membuat pelajaran agama lebih menarik dan
mengesankan bagi siswa, sehingga mempermudah pencapaian sasaran
yang diinginkan. Guru agama harus mampu menggunakan pendekatan
17 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru..., h. 176. 18 E. Mulyasa, Standar Kompetensi..., h. 135-136
19
atau metode pembelajaran yang bervariasi.
c. Pengelolan Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila
terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai apabila guru
mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan
siswa juga merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan
kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
belajar mengajar yang efektif.19
d. Variasi Media Belajar
Dalam melaksanakan sistem pembelajaran di sekolah, guru agama
diharapkan mampu mengembangkan dan menggunakan variasi media
pembelajaran. Hal ini guna untuk mengatasi kebosanan murid sehingga,
dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan,
antusiasme dan partisipasi.
e. Evaluasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
tujuan yag telah dirumuskan tercapai atau belum, dan apakah materi yang
diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut dapat dijawab
melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.20
4. Prinsip Profesionalitas Guru
Prinsip profesionalitas guru ini dijelaskan pada pasal 7 ayat 1 Undang-
Undang nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa
guru merupakan pekerjaan khusus yang dilandasi oleh sembilan prinsip yaitu:
19 Uzer Usman, Menjadi Guru…, h. 97. 20 Uzer Usman, Menjadi Guru…, h. 11.
20
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.21
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia,nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemuan bangsa, dan kode etik profesi.
Dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi sebuah ”rumah” yang
senantiasa menjadi pelindung profesi dari perubahan zaman. Dengan
demikian, rumah itulah yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan
martabat dan mutu guru.
B. Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
21 Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI No 14 Tahun 2005…h. 6.
21
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
Islam dari sunber utamanyakitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dibarengi
tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.22
Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Sedangkan Ahmad Tafsir mengatakan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.23
Sedangkan Khoirun Rosyadi, Pendidikan Agama Islam adalah
"mengarahkan anak didik (manusia) pada optimal kemampuannya dengan
tujuan terbentuknya kepribadian yang utuh sebagai manusia individual, sosial
dan hamba Allah yang mengabdikan diri kepada-Nya."24
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Berkenaan dengan tanggung
jawab ini, maka pendidikan agama di sekolah berarti: suatu usah yang secara
sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan
manusia baragama. Pemberian pengaruh pendidikan agama disini mempunyai
arti ganda, yaitu: pertama sebagai salah satu sarana agama (da’wah Islamiyah)
yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan. Kedua, sebagai
satu sarana pendidikan nasional untuk terutama meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.25
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam
tidak hanya bersifat mengajar, dalam arti menyampaikan ilmu pengetahuan
tentang agama Islam kepada peserta didik, melainkan mengarahkan kepada
22 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA&MA,
(Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), h. 7. 23 Abdul Majid, Pendidikan Agama..., h. 131 24 Khiron Rrosyadi, Pendidikan Profetik, (Bandung: Pustaka Pelajar, 2004), h. 135. 25 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara ,
1995), Cet. 1, h. 172.
22
pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu dan beramal agar ia bahagia
di dunia dan akhirat.
Pendidikan agama Islam dilakukan dalam rangka mempersiapakan peserta
didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan
keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan tentang ajaran agama atau menjadi ahli ilmu agama.26
Dan pada (pasal 37 ayat 1) UU ini juga disebutkan bahwa pendidikan
agama dimaksudkan unuk membentuk peserta didik yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.27
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
penumpukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya. Berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi
(kurikulum PAI: 2003)28
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Pengajaran agama Islam diberikan pada sekolah umum dan sekolah agama
(madrasah), baik negeri maupun swasta. Seluruh bahan pelajaran yang
diberikan disekolah/madrasah diorganisasikan dalam bentuk kelompok-
26 Departemen Agama RI, Memahami Paradigma..., hal. 72. 27 Departemen Agama RI, Memahami Paradigma..., hal. 79. 28 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI
SMA&MA…, h. 8.
23
kelompok mata pelajaran yang disebut bidang studi (broadfield) dan
dilaksanakan melalui sistem kelas.
Dalam stuktur program sekolah, pengajaran agama merupakan satu
kesatuan atau keseluruhan dan dipandang sebagai sebuah bidang studi, yaitu:
bidang studi agama Islam.
Dalam stuktur program madrasah, pengajaran agama Islam dibagi menjadi
4 macam bidang studi, yaitu: bidang studi aqidah akhlak, Al-Quran hadist,
syariah dan sejarah islam.29
Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi Sekolah
Menengah Atas berfokus pada aspek:
a. Al-Quran Hadits
b. Keimanan
c. Syariah
d. Akhlak
e. Tarikh30
Pendidikan agama Islam menekankan keseimbangan dan keselarasan
antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya.31
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi
sebagai berikut:
a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkup
keluarga.
29 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), ed.1, Cet.1. h. 173 30 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI
SMA&MA…, h. 9. 31 Abdul Majid, Pendidikan Agama... h. 131.
24
b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian
dunia akhirat.
c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d) Perbaikan, yaitu kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan
peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
e) Penecegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir nyata), sistem dan fungsionalnya.
g) Penyaluran, yaitu menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus
di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.32
C. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian Motivasi
Manusia dalam melakukan aktivitasnya memiliki suatu daya penggerak atau pendorong. Gerakan atau dorongan itu bisa datang dari dalam individu atau bisa juga dari luar. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, seorang guru harus memperhatikan segala sesuatu yang dapat mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan apa yang telah diusahakan guru dapat menimbulkan satu motif untuk belajar sesuai yang diharapkan.
Secara etomologi, motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion yang berarti "gerakan" atau "sesuatu yang bergerak". Jadi istilah
32 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasisis Kompetensi…,
h. 134 -135.
25
motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan manusia, atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku.33
Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Selain motif, dalam psikologi dikenal pula istilah motivasi. Sebenarnya motivasi merupakan istilah umum yang menunjukkan pada seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan tujuan atau akhir dari segala gerakan atau perbuatan. Karena itu dapat dikatakan bahwa motivasi berarti pembangkit motif, membangkitkan daya gerak atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam mencapai suatu tujuan.34
Menurut Purwanto, motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar dapat tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu hingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.35
Sedangkan Usman, mengungkapkan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Drs. H. M. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengatakan bahwa motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.
Berkaitan dengan masalah belajar, maka secara umum syah mengungkapkan bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam proses belajar dorongan sangat mutlak dilakukan, baik dari dalam dirinya sebagai pelaksananya maupun dari luar dirinya, sehingga dengan adanya dorongan belajar yang diterimanya dapat membantu pencapaian hasil belajar.
33 Drs. Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), Cet. Ke-1, h. 268. 34 Alex Sobur, Psikologi Umum…, h. 268. 35 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 71.
26
2. Peran Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar dan dengan motivasi ini pulalah kwalitas hasil belajar siswa juga kemungkinan dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mengajar memiliki motivasi tinngi dan jelas pastilah akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu mungkin oleh sebab adanya tiga fungsi motivasi sebagai berikut:
a. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan b. Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai c. Penyeleksian perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah pada tujuan yang ingin dicapai.36
Di samping itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar dengan baikakan mendapatkan prestasi yang baik.37
Berdasarkan arti dan fungsi motivasi itu bukan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tersebut dalam agama islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu "niat", seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits: "Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dalam niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan dengan niatnya". Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi akan mendorong orang untuk bekerja atau melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya niat/motifasi itu pula yang akan menentukan pahala/balasan sebagai hasil perbuatannya.
36 Drs. H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007),
cet. Ke-3, h. 86. 37 M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 86.
27
3. Sifat Motivasi dalam Belajar
Pada pokoknya motivasi memiliki dua sifat, yakni motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik, yang paling berkaitan satu dengan lainnya.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar
yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri. Motivasi ini
sering disebut "motivasi murni" atau motivasi sebenarnya yang timbul dari
dalam diri peserta didik, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan
tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap
untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan
kepada kelompok, keinginan untuk diterima orang lain dan sebagainya.
Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang hidup dari dalam diri peserta didik dan berguna dalam situasi
belajar yang fungsional.38
Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari
dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan
kegiatan belajarnya. Motivasi ini bukan tumbuh diakibatkan oleh dorongan
dari diri seseorang seperti dari orang lain dan sebagainya.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel diantaranya
adalah:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban
b. Belajar demi menghindari hukuman
c. Belajar demi memperoleh hadiah
d. Belajar demi meningkatkan gengsi
e. Belajar demi memperoleh pujian
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang diinginkan.39
Perlu diingat bahwa perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak motif
motif intrinsik atau keduanya sekaligus. Meskipun demikian, yang paling baik
dalam hal belajar adalah motif intrinsik. 40
38 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. Ke-
5, hal 112-113. 39 Martinis yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan..., h. 179. 40 Alex Sobur, Psikologi Umum…, h. 296.
28
4. Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sanagt diperlukan.
Dengan motivasi pelajar dapat memgembangkan inisiatif dan aktivitas, dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Guru harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi
kegiatan belajar para siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu
demikian karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu
pekarjaan tersebut.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.
Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena
dapat membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga harus
bersikap terbuka, maksudnya jika akan diadakan ulangan harus
diberitahukan pada siswa.
5. Pujian
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika terjadi kemajuan akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa
hasil belajar meningkat, makaakan timbul motivasi pada diri siswa untuk
terus belajar, dengan suatu harapan hasilya terus meningkat.
29
6. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi jika diberikan
secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru
harus memahami prinsip-prinsip pemberia hukuman.
7. Minat
Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena
adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepatlah jika minat
merupakan alat motivasi pokok. Proses belajar mengajar akan berjalan
lancar jika disertai minat.
8. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti bahwa ada unsur kesengajaan dan ada
maksud untuk belajar. Hal ini baik, bila dibandingkan dengan sesuatu
tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti ada pada diri anak didik itu
memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar akan lebih baik.
9. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan
merupakan alat motivasi yang penting. Sebab dengan memahami tujuan
yang yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan
menguntungkan, maka akan timbul semangatuntuk terus belajar.41
D. Kerangka Berfikir
Guru adalah salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi
seberapa besar keberhasilan pembelajaran itu tercapai, baik peranannya
sebagai fasilisator, motivator, administrator dan inovator, guru bukanlah satu-
satunya subjek pembelajaran. Maka bijaklah bahwa seorang guru harus
memiliki profesionalitas tinggi dalam menjalankan tugasnya karena baik
disadari atau tidak profesionalitas guru sangat penting peranannya dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran. Seorang siswa akan lebih termotivasi
belajar apabila guru yang mengajar memiliki kompetensi profesional,
pedagogik, kepribadian dan sosial.
41 M Sardiman,. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar…, h. 91-95.
30
Hal ini bukanlah hal baru dalam pembelajaran yang ada selama ini.
Motivasi belajar siswa merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri siswa
untuk dapat melakukan kegiatan belajar, menambah ketrampilan dan
pengalaman. Dan tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa. Guru
yang profesional dibidangnya mampu memberi stimulus bagi siswa sehingga
menghasilkan feedback yang mengagumkan.
Sebagaimana diketahui bahwa motivasi guru profesional maupun yang
tidak profesional akan memiliki implikasi yang berbeda. Motivasi yang
diberikan guru profesional akan berimplikasi pada efek proses pembelajaran
(siswa akan memiliki motivasi). Motivasi yang dilakukan oleh guru yang
profesional secara psikologis mampu menjamah hal-hal yang dibutuhkan oleh
seorang siswa baik instrinsik maupun ekstrinsik, dimana keduanya tidak dapat
dipungkiri dalam tercapainya proses pembelajaran.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara, yang sifatnya bisa benar dan bisa
juga salah. Maka untuk itulah diperlukan adanya penelitian.
Jadi, dari kerangka berfikir di atas hipotesa yang diajukan penulis
sementara ini untuk menjawab benar atau tidaknya dugaan sementara
mengenai profesionalisme guru PAI hubungannya dengan motivasi belajar
siswa, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
Ha : Terdapat korelasi positif yang signifikan antara profesionalisme guru PAI
hubungannya dengan motivasi belajar siswa
Ho : Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara profesionalisme
guru PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa
Lebih jelasnya, jika terdapat hubungan yang positif antara
profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa, maka hipotesa
alternativ (Ha) diterima, sedangkan hipotesa nihil (Ho) ditolak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah
desain penelitian deskriptif korelasional (descriptive correlational research)
melalui pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.1 Metode
deskriptif korelasional digunakan untuk memberi gambaran tentang sifat
sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu penelitian dilakukan dan
mencari sebab-sebab dari suatu gejala tertentu, dalam hal ini untuk
menemukan hubungan antara dua variabel yang akan diteliti. Dalam teknik
penulisan penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi yang
diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
1 S. Margono, Metologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-4, h. 100.
31
32
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SMA PGRI 3 Jakarta, yang terletak di
Jalan Pondok Labu 1B No. 29A Pondok Labu, Cilandak Jakarta Selatan.
Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pada tahun
ajaran 2008-2009 yaitu pada bulan Februari 2009.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang terdiri dari manusia,
tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu
dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas II dan III SMA PGRI 3 Jakarta dengan jumlah 150 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi. Untuk
menyederhanakan proses pengimpulan data dan pengolahan data, maka
penulis menggunakan teknik sampling, dengan mengacu pada pendapat
suharsimi Arikunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil 10-15%, atau 20-
25%, atau lebih.2
Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil 20% saja dari jumlah
populasi yang ada, yaitu 30 orang siswa yang pengambilan sampel
menggunakan random sampling.
Tabel 3.1
Matrik populasi
Jenis kelamin No. Kelas
Laki-laki Perempuan
Jumlah
1 II 34 33 67
2 III 36 47 83
Jumlah 70 80 150
2 Suharsima Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ke- 13, h. 134.
33
Matrik Sampel
Jenis kelamin No. Kelas
Laki-laki Perempuan
Jumlah
1 II 5 6 11
2 III 8 11 19
Jumlah 13 17 30
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah "objek penelitian yang bervariasi" dalam hal ini, yang
menjadi objek penelitiannya adalah profesionalisme guru pendidikan agama
Islam dalam mengajar dan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Dengan demikian, variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas atau independent (x) yaitu: profesionalisme guru
pendidikan agama Islam
2. Variabel terikat atau dependent (y) yaitu: motivasi belajar siswa
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap objek yang dipandang dapat dijadikan sumber data.
Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung. Hasil
pengamatan tersebut akan menjadi salah satu data untuk bahan rujukan
yang selanjutnya akan dianalisa dalam penelitian ini.
2. Interview atau wawancara
Interview yaitu Tanya jawab atau dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
3. Kuesioner atau angket
Kuesioner atau angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk menperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
34
hal-hal yang ingin diketahui. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data dan informasi tentang keterkaitan antara profesionalisme guru
Pendidikan Agama Islam dan hubungannya dengan motivasi belajar siswa
di SMA PGRI 3 Jakarta.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah3.
Berikut mengenai kisi-kisi instrumen penelitian
Tabel 3.4
Kisi-Kisi instrumen Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam
Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Siswa
Variabel Indikator Butir Pertanyaan No item
Profesionalisme
Guru PAI
(Variabel X)
1. Penguasaan materi
pelajaran
2. Penguasaan metodologi
pembelajaran
3. Pengelolaan kelas
4. Variasi media
belajar
5. Evaluasi belajar
6 3
14
4 3
1-6
7-9
10-23
24-27
28-30 Motivasi Belajar
Siswa (Variabel
Y)
A. Motivasi Intrinsik
1. Kebutuhan
2. Keinginan
3. Cita-cita
B. Motivasi Ekstrinsik
1. Pemberian hadiah
4
3
2 2
1-4
5-7
8-9
10-11
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi
VI)…, H. 160.
35
2. Pemberian pujian
3. Mengetahui hasil
ulangan
4. Pemberian hukuman
5. Angka/nilai
6. Persaingan
7. Memberi ulangan
4
3
4
3
2
3
12-15
16-18
19-22
23-25
26-27
28-30
Adapun untuk melihat validitas instrumen, maka perlu diadakan uji coba:
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kebenaran suatu instrumen.
Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apanyang diinginkan
dan dapat mengungkap suatu data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yag dimaksud.
G. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh maka selanjutnya data tersebut akan diolah dengan
menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah
diserahkan oleh responden. Tujuan dari editing adalah mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah
diselesaikan.4
Pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap data yang
diperoleh khususnya pada angket yang telah diisi siswa.
4 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar
Baru, 1989). H. 70.
36
b. Memberikan kode (Coding)
Setelah data diedit, langkah selanjutnya adalah coding
(memberikan kode), yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban
responden menurut macam-macamnya. Dalam penelitian ini penulis
membuat lima alternatif jawaban yaitu:
1. Selalu (SL)
2. Sering (SR)
3. Kadang-kadang (KK)
4. Pernah (P)
5. Tidak Pernah (TP)
c. Memberikan skor (Scoring)
Untuk menentukan skoring semua pertanyaan angket, maka akan
ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban yang
berupa huruf akan diubah menjadi angka, sebagai berikut:
Adapun jawaban yang pernyataan cenderung positif skornya
sebagai berikut:
Untuk jawaban SL diberi skor 5
Untuk jawaban SR diberi skor 4
Untuk jawaban KK diberi skor 3
Untuk jawaban P diberi skor 2
Untuk jawaban TP diberi skor 1
Adapun jawaban yang pernyataannya cenderung negatif skornya
sebagai berikut:
Untuk jawaban SL diberi skor 1
Untuk jawaban SR diberi skor 2
Untuk jawaban KK diberi skor 3
Untuk jawaban P diberi skor 4
Untuk jawaban TP diberi skor 5
37
H. Teknis Analisis Data
Data yang berasal dari sumber kepustakaan digunakan sebagai rumusan
teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data
yang berasal dari hasil observasi, wawancara dan angket dianalisis dengan
menggunakan teknik deskriptif analisis. Deskriptif analisis yaitu
menggambarkan apa adanya, kemudian dianalisis.
Untuk mempermudah analisis data, maka terlebih dahulu ditabulasikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi relatif. Setelah itu analisis data
dilakukan dengan teknik korelasional untuk mencari tahu hubungan kedua
variabel. Secara operasional teknik analisa data ini dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terhadap angket
mengenai profesionalisme guru pendidikan agama Islam dengan
menggunakan rumus:
P = NF x 100%
Keterangan :
P = Angka Persentase
F = Frekuensi Jawaban
N = Jumlah Responden5
5 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2006), Cet-16, h. 43.
38
Adapun ketentuan skala persentase dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Penafsiran Persentase
No. Presentase Penafsiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
100 %
90-99 %
60-89 %
51-59 %
50 %
40-49 %
10-39 %
1-9 %
0 %
Seluruh
Hampir seluruh
Sebagian besar
Lebih dari setengah
Setengah
Hampir setengah
Sebagian kecil
Sedikit sekali
Tidak ada
2. Mencari angka korelasi
Penelitian dalam skripsi ini membahas dua variabel yang saling
berhubungan (korelasi bivariat), maka data yang diperoleh juga diolah
menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Person untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara dua variabel tersebut dengan
rumus sebagai berikut:
πxy = ( )( )( )( ) ( )( )22 .. YYNXXN
YXXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
πxy = Angka indeks korelasi ”r” product moment
N = Number of casses
ΣX = Jumlah seluruh skor X
ΣY = Jumlah seluruh skor Y
ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara variabel X dan Y
39
Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data
dengan dua cara sebagai berikut:
a. Interpretasi kasar atau sederhana, dengan berpedoman pada angka
indeks korelasi product moment sebagai berikut:
Tabel 3.6
Angka Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya ”r” product moment
Interpretasi
0,00-0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat rendah sehingga korelasi diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y
0,20-0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang rendah
0,40-0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,70-0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang tinggi
0,90-1,00 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
b. Interpretasi nilai "r" dengan berkonsultasi pada tabel nilai "r" product
moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (degrees of
freedom) dengan rumus:
df = N - nr
Keterangan:
df = degrees of freedom
N = number of class
nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan
40
Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisien "r" pada
tabel nilai "r" procuct moment, baik pada taraf sinifikasi 1 % maupun
pada taraf 5 %.
3. Analisis Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel X
(Profesionalisme guru pendidikan agama Islam) terhadap variabel Y
(motivasi belajar siswa), maka selanjutnya dilakukan analisis determinasi
dari angka indeks korelasi (r) product moment yang telah diperoleh.
Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus:
KD = r x 100 %
Keterangan:
KD = koefisien determinasi
r = angka indeks korelasi product moment
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA PGRI 3 JAKARTA Tahun 2008/2009
1. Sejarah Berdirinya SMA 3 PGRI 3 Jakarta
SMA PGRI 3 Jakarta didirikan pada tanggal 1 Juni 1981, dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Alamat tempat pendidikan : Gedung bertingkat SD Pondok Labu
Jln. H. Saleh Pondok Labu, Cilandak -
Jakarta Selatan Telp. 021-766630
Waktu belajar : Jam 13.15 – 18.00
Dewan pengajar : Guru-guru SMP/SMA Negeri di Wilayah
Kecamatan Cilandak
Dewan Pembina : 1. Ketua PGRI Ancab. Cilandak
2. Ketua PGRI Cab. Jakarta Selatan
3. Kepala SMP/SMA se-Kecamatan Cilandak
Status sekolah : Swasta Tahap Pertama
Berbantuan Tahap Selanjutnya.
SMA PGRI 3 Cilandak – Jakarta Selatan berlindung di bawah Yayasan Lembaga
Pendidikan PGRI DKI Jakarta.
41
42
Tempat kedudukan Yayasan Pembina Pendidikan PGRI Daerah Khusus Ibukota
Jakarta: Jalan Cikini Raya No. 10 – Telp. 021- 331178.
3. VISI dan MISI
Visi
Mitra Pemerintah mendidik anak bangsa
Misi
a. Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya
b. Mengembangkan kualitas dan kuantitas sarana pendidikan
c. Meningkatkan nilai produktifitas hasil belajar
d. Mengembangkan profesionalisme tenaga kependidikan.
4. TUJUAN
a. Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya dikonsentrasaikan kepada
nilai budi pekerti luhur.
b. Mengembangkan kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan
dikonsentrasikan pada pembangunan gedung dan peralatan sekolah sesuai
standar
c. Meningkatkan pengetahuan peserta didik dengan memberi kesempatan
lulusan SMA yang tidak diterima di SMU Negeri agar dapat melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
d. Melaksanakan profesionalisme tenaga kependidikan dengan memberi
kesempatan dan bantuan untuk mengikuti MGMP, penataran dan
pendidikan lanjut.
B. Deskripsi Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan penyebaran angket. Observasi yang penulis lakukan adalah
untuk mengetahui bagaimana profesionalisme guru pendidikan agama Islam
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam kelas. Instrumen yang
digunakan berbentuk cheklist yang berisi pengamatan penulis terhadap
43
profesionalisme guru pendidikan agama Islam. Penulis melakukan observasi
secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat
dengan melihat dan mengamati secara langsung ke dalam kelas.
Kemudian juga melakukan wawancara dengan guru agama, berkaitan
dengan masalah profesionalisme guru pendidikan agama Islam, dan motivasi
belajar siswa. Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan kepala
sekolah SMA PGRI 3 Jakarta untuk memperoleah informasi mengenai sistem
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA PGRI 3 Jakarta.
Selanjutnya penulis menyebarkan angket. Angket yang penulis gunakan
adalah angket tertutup, artinya pertanyaan dan jawabannya sudah penulis
sediakan. Adapun angket yang penulis buat berjumlah 52 butir dan disebarkan
pada sampel sebanyak 30 orang responden dari seluruh populasi yamg
berjumlah 150 orang.jumlah soal yang diberikan pada responden sebanyak 52
item yang berbentuk pilihan ganda, yang harus dijawab oleh siswa dengan
memberikan tanda silang (X). Kemudian angket yang telah diisi oleh
responden, ditabulasikan dalam bentuk hitungan statistik dan diolah, dan
kemudian dapat diperoleh kesimpulan.
44
C. Analisis Data dan Interpretasi Data
1. Analisa Dan Interpretasi Data Menggunakan Rumus Korelasi Product
Moment
Setelah data yang diperoleh dari jawaban responden dianalisa secara
deskriptif analisis dengan menggunakan nilai presentasi frekuensinya, maka
selanjutnya akan dicari korelasi antara kedua variabel penelitian dengan
menggunakan rumus korelasi product moment. Dalam menggunakan
perhitungan angka indeks korelasi kita harus mengacu berdasarkan skor asli
yang tertera dibawah ini:
Tabel 4.55
Data Mentah Pengumpulan Angket Responden
No. Subjek X Y X² Y² XY
1. A 122 95 14884 9025 11590
2. B 109 94 11664 8836 10246
3. C 102 77 10404 5929 7854
4. D 122 107 14884 11449 13054
5. E 120 84 14400 7056 10080
6. F 115 101 13225 10201 11615
7. G 100 78 10000 6084 7800
8. H 117 85 13689 7225 9945
9. I 109 89 11881 7921 9701
10. J 119 89 14161 7921 10591
11. K 117 90 13389 8100 10530
12. L 101 77 10201 5929 7777
13. M 109 89 11881 7921 9701
14. N 99 88 9801 7744 8172
15. O 127 101 16129 10201 12827
16. P 122 108 14884 11664 13176
17. Q 126 96 15876 9216 12096
18. R 126 98 15876 9604 12348
45
19. S 124 98 15376 9604 12152
20. T 124 103 15376 10609 12772
21. U 116 94 13456 8836 10904
22. V 120 83 14400 6889 9960
23. W 121 87 14641 7569 10527
24. X 127 89 16129 7921 11303
25. Y 134 92 17956 8464 12328
26. Z 115 92 13225 8464 10580
27. AB 106 88 11236 7744 9328
28. AC 103 83 10609 6889 8549
29. AD 110 87 12100 7569 9570
30. AE 106 92 11236 8464 9752
Jumlah ΣX=3468 ΣY=2734 ΣX²=402969 ΣY²=241048 ΣXY=317368
Setelah keseluruhan data dihitung maka dapat diketahui N = 30, Σ X =
3468, Σ Y = 2734, Σ X2 = 402969, Σ Y2 = 241048, Σ XY = 317368, maka
dapat dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus product moment
sebagai berikut:
rxy = N Σ X Y – (Σ X) (Σ Y) √[N Σ Χ2 – (Σ Χ) 2] [N Σ Y2 – (Σ Y)2]
= (30 X 410145) - (4870 X 5053)
√ [ 60 (398642) – (4870)2] [ 60 (429045) – (5053)2]
= 9521040 - 9481512 √ [ (12089070 – 12027024)] [( 7531440 – 7474756)] = 39528
√(62046) (56684)
= 39528 √ 3517015464
[
46
= 39528 59304,43
rx y = 0,667
Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan, maka hasil yang
didapatkan antara profesionallisme guru PAI dengan Motivasi Belajar Siswa
di SMA PGRI 3 Jakarta, diperoleh angka indeks korelasi “r” product moment
sebesar 0,667.
Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data
dengan dua cara sebagai berikut:
a. Interpretasi Kasar Atau Sederhana
Dari perhitungan diatas, angka indeks korelasi (rx y) berhasil diperoleh
sebesar 0,667 dan tidak bertanda negatif. Ini berarti korelasi antara variabel X
(Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam) terdapat hubungan yang
searah atau terdapat korelasi positif antara kedua variabel tersebut. Artinya
semakin tinggi profesionalitsme guru pendidikan agama Islam, maka semakin
tinggi pula motivasi belajar siswa dalam belajar. Pernyataan tersebut apabila
dibuat bagannya adalah sebagai berikut:
Var. X:
Var. Y:
Var. X:
Var. Y:
Selanjutnya besarnya rxy yang diperoleh (0,667) ternyata terletak antara
0,40 - 0,70. Berdasarkan pedoman dapat dinyatakan bahwa korelasi antara
variabel X dan Y terdapat korelasi yang besar atau tinggi. Dengan demikian
secara sederhana penulis dapat memberi interpretasi terhadap rxy tersebut,
yaitu bahwa terdapat korelasi positif yang besar atau tinggi antara
profesionalisme guru pendidikan agama Islam dan motivasi belajar siswa.
47
b. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment
Rumusan hipotesa kerja/alternative (Ha) dan hipotesa (Ho), yang
penulis ajukan adalah:
Ha : Terdapat korelasi positif antara variabel X (Profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa) di SMA PGRI 3 Jakarta.
Ho : Tidak terdapat korelasi positif antara variabel X
(Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam) dan
variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) di SMA PGRI 3
Jakarta.
Adapun kriteria pengajuan adalah jika r hitung > r tabel maka Ha diterima
dan Ho ditolak. Sebaliknya jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak dan Ho
diterima.
Kemudian penulis mencari derajat kebebasannya (df atau db).
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Df = N-nr
= 30 – 2
= 28
Dengan memeriksa tabel “r” product moment ternyata df sebesar 28
dan taraf signifikasi 5 %, diperoleh r tabel = 0,361, sedangkan pada taraf 1 %
diperoleh r tabel = 0,463. Dengan demikian ternyata rxy (yang besarnya 0,667)
adalah jauh lebih besar daripada rtabel, baik pada signifikasi 5 % maupun 1%.
Karena rxy lebih besar daripada rtabel, maka hipotesis alternatif diterima,
sedangkan hipotesis nihil ditolak.
Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: korelasi
positif antara Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dan Motivasi
Belajar Siswa disini merupakan korelasi positif yang signifikan.
48
2. Analisis Determinasi
Selanjutnya dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelasi
(rxy) product moment yang telah diperoleh dengan rumus:
KD = r2 x 100%
= (0,667)2 x 100%
= 0,444889 x 100% dibulatkan menjadi
= 44,5 %
Dari perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa nilai koefisien
determinasinya sebesar 44,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel X
(Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam) mempengaruhi atau
memberi kontribusi terhadap variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) sebesar
44,5 %. Adapun sisanya adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar siswa dan hal itu tidak diteliti oleh peneliti.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengkaji secara teoritis mengenai pengaruh
profesionalisme guru pendidikan agama Islam terhadap motivasi belajar
siswa, kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian lapangan untuk
membuktikan kebenaran hipotesis, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dilihat dari hasil perhitungan distribusi frekuensi tentang tingkat
profesionalisme guru, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru di
SMA PGRI 3 Jakarta termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dilihat dari
jumlah responden yang berjumlah 12 orang dari 30 responden berada
pada interval 122-111. Adanya responden yang berada pada interval 110-
99, menunjukkan masih rendahnya atau kurangnya profesionalitas guru
agama di mata siswa.
2. Motivasi belajar siswa berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban yang diberikan oleh 15 dari 30 responden yang menjadi
sampel penelitian berada pada interval 100-89.
3. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di SMA PGRI 3 Jakarta,
penulis memperoleh adanya hubungan positif yang tinggi antara variabel
49
50
X (Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y
(Motivasi Belajar Siswa), dengan perolehan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,667. Nilai ini mencerminkan bahwa profesionalisme guru
pendidikan agama Islam dan motivasi belajar siswa secara kualitatif
memiliki hubungan yang kuat.
4. Hubungan yang kuat tersebut dinyatakan dengan adanya kontribusi
variabel X (Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam) terhadap
variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) melalui koefisien determinasi
sebesar 44,5 %.
5. Atas dasar temuan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa motivasi
belajar siswa dapat dipengaruhi oleh profesionalisme guru. Namun
demikian, profesionalisme guru bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, melainkan masih banyak faktor
lain yang berkontribusi terhadap motivasi belajar siswa.
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian di SMA PGRI 3 Jakarta, dan dapat
dilihat bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara profesionalisme guru PAI
terhadap motivasi belajar siswa, maka ada beberapa saran yang penulis ajukan
sebagai berikut:
1. Pimpinan sekolah hendaknya tetap memberikan perhatian terhadap kinerja
guru, penyediaan media belajar, fasilitas dan prasarana sekolah yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa agar siswa lebih termotivasi
2. Karena dalam penelitian ini diperoleh hasil korelasi yang tinggi antara
kedua variabel, hendaknya guru agama harus tetap meningkatkan
profesionalitasnya dengan terus mengembangkan wawasan dan kualitas
diri sebagai seorang guru, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa yang lebih tinggi.
50
51
51
3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah dalam rangka
meningkatkan motivasi belajar siswa hendaknya terus ditingkatkan,
dengan berbagai kegiatan yang dapat menunjang motivasi belajar siswa.
4. Siswa lebih memotivasi diri agar mendapatkan hasil yang maksimal
5. Orang tua hendaknya dapat mengawasi dan membina anak- anaknya
ketika berada di lingkungan rumah khususnya dalam hal peningkatan
motivasi belajar siswa.
88
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), Cet. ke-1.
Danim Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002). Departemen Agama RI, Memahami Paradigma Baru Penidikan Nasional dalam
Undang-Undang Sisdiknas (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2006.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
Cet. ke-5. Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005). Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Margono, S, Metologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet.
ke-4. Mulyasa, E, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: Rosdakarya, 2006), Cet.
ke-1. Mulyasa, E, Menjadi Guru Professional: Menciptakan Pembelajaran Yang
Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet ke-1.
Mulyasa, E, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya,
2007), cet. Ke-1. Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan
Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004). Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). Rosyadi, Khoirun, Pendidikan Profetik, (Bandung: Pustaka Pelajar, 2004). Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet.
ke-3.
89
Shaleh, Asrorun Ni’am Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. ke-1.
Sobur, Alex, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia,
2003), Cet. ke-1. Sudijono, Anas Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), Cet-16. Surya, Mohammad Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2006). Usman M. Uzer, Menjadi Guru Professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), Cet- ke-22. Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan Di Indonesia, (Jakarta:Gaung
Persada Press, 2006), Cet. Ke-1.
ANGKET PENELITIAN
Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan
Motivasi Belajar Siswa Di SMA PGRI 3 Jakarta
Identitas responden
Nama siswa : Kelas : Jenis kelamin :
Petunjuk umum:
1. Bacalah bismillah sebelum anda mengerjakan angket ini.
2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab.
3. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang anda kehendaki.
SL (Selalu)
SR (Sering)
KK (Kadang-Kadang)
P (Pernah)
TP (Tidak Pernah)
4. Diterapkan kejujuran agar penelitian ini dapat memperoleh jawaban yang valid
agar tercapainya tujuan pendidikan.
5. Angket ini tidak ada hubungannya dengan nilai anda.
6. Terima kasih atas partisipasi dan kejujurannya.
A. Butir Soal Proesionalisme Guru PAI
No. Pertanyaan SL SR KK P TP
1. Sebelum mengajar di kelas Guru Agama
mempersiapkan materi yang akan diajarkan
2. Ketika menerangkan materi pelajaran, Guru
Agama melihat dan terpaku pada buku
pelajaran
3. Guru Agama menerangkan dengan baik dan
mudah dipahami
4. Guru Agama menjawab dengan baik
pertanyaan siswa
5. Sewaktu menyampaikan materi, Guru
Agama memberi gambaran dengan
kejadian/fakta yang terjadi di masyarakat
6. Ketika mengajar di kelas, Guru Agama
menerangkan mata pelajaran dengan bahasa
yang baku
7. Guru Agama menjelaskan mata pelajaran
denagan bahasa yang mudah dimengerti oleh
siswa
8. Setiap mengajar Guru Agama menggunakan
metode sesuai dengan materi pelajaran
9. Guru Agama tidak menggunakan metode
yang bervariasi ketika mengajar
10. Guru Agama tidak menggunakan metode
yang menarik dan menyenangkan ketika
KBM berlangsung
11. Sebelum memulai proses pembelajaran.
Guru Agama memeriksa kebersihan dan
kerapian kelas
12. Guru Agama tidak memperhatikan keadaan
ruang kelas
13. Sebelum memulai proses pembelajaran,
Guru Agama membuka pelajaran dengan
doa bersama
14. Sebelum memulai proses pembelajaran,
Guru Agama menanyakan keadaan siswa
dan mengabsen siswa
15. Guru mengatur posisi duduk siswa
berdasarkan kemampuan siswa
16. Guru Agama menciptakan suasana belajar
yang menarik dan menyenangkan
17. Guru Agama tidak memperhatikan kondisi
siswa ketika KBM berlangsung
18. Ketika KBM berlangsung guru Agama
memperhatikan semua aktivitas siswa
19. Ketika menjelaskan materi Guru Agama
hanya duduk di kursinya dan tidak
memperhatikan siswa
20. Ketika ada teman yang bercanda sewaktu
proses pembelajaran berlangsung, Guru
Agama menegur dan memberikan
pertanyaan tentang materi pelajaran yang
sedang diberikan
21. Siswa diberikan hukuman oleh Guru Agama
jika tidak mengerjakan tugas
22. Guru Agama datang tepat waktu sebelum
pelajaran dimulai
23. Guru Agama menggunakan jam pelajaran
lain untuk menyelesaikan materinya
24. Guru Agama memulai dan mengakhiri
pelajaran tepat waktu
25. Guru Agama menggunakan buku sumber
lain selain buku paket yang diwajibkan
26. Untuk memudahkan dan membantu siswa
agar cepat memahami materi pelajaran,
maka guru menggunakan media, seperti
televisi, VCD dan sebagainya
27. Media yang digunakan Guru Agama ketika
proses pembelajaran tidak bervariasi
28. Guru Agama memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya
29. Guru Agama memberikan pertanyaan pada
siswa tentang pelajaran yang telah diajarkan
30. Bagi siswa yang mendapatkan nilai kurang,
Guru Agama memberikan bimbingan dan tes
ulang (remedial)
B. Butir Soal Motivasi Belajar Siswa
No. Pertanyaan SL SR KK P TP
1. Ketika anda mengalami kesulitan untuk
memahami pelajaran, anda akan bertanya
pada guru
2. Untuk meningkatkan hasil belajar, anda akan
mengulang pelajaran yang diajarkan Guru
Agama di rumah
3. Untuk menambah pengetahuan keagamaan,
anda membaca buku agama yang berkaitan
dengan materi pelajaran
4. Motivasi dari Guru Agama dapat
menyemangati anda untuk aktif dalam
berdiskusi di kelas
5. Anda berusaha untuk giat belajar Pendidikan
Agama Islam
6. Setiap mata pelajaran PAI berlangsung anda
senang untuk duduk di barisan depan
7. Ketika anda ingin menjadi suri tauladan,
anda berusaha menjadi yang terbaik
8. Untuk dapat menjadi seorang ahli agama
yang handal dan pintar, anda selalu berusaha
untuk belajar tentang agama Islam
9. Motivasi dalam diri anda membuat anda
semangat dalam meraih cita-cita
10. Ketika anda berprestasi Guru Agama
memberi hadiah
11. Ketika orang tua menjanjikan hadiah jika
anda mendapat nilai yang baik pada mata
pelajaran PAI, anda akan lebih giat lagi
belajar
12. Anda merasa senang belajar PAI jika guru
menjanjikan hadiah bagi yang mendapatkan
nilai bagus
13. Pujian dari Guru Agama membuat anda
senang pelajaran PAI
14. Jika anda menyelesaikan tugas dari Guru
Agama tepat waktu, anda mendapat pujian
15. Pujian pada siswa yang aktif, memotivasi
anda untuk ikut aktif
16. Guru Agama tidak pernah memberi pujian
kepada siswa/i yang berprestasi
17. Dengan mengetahui hasil ulangan, anda akan
berusaha memperbaikinya dan lebih giat lagi
belajar
18. Anda termotivasi untuk belajar PAI ketika
anda mengetahui hasilnya memuaskan
19. Setelah mendapatkan penghargaan atas
prestasi, anda merasa senang dan berusaha
mempertahankannya
20. Anda mengerjakan tugas PAI karena takut
hukuman dari Guru Agama
21. Guru Agama memberikan hukuman kepada
anda yang tidak mengerjakan tugas tepat
waktu
22. Guru Agama memberikan teguran jika
mendapat hasil yang rendah dalam ujian
23. Agar mendapat nilai yang tinggi, anda
berusaha giat belajar
24. Ketika anda mendapat nilai tinggi, anda
tetap giat belajar
25. Setelah meraih nilai tinggi, anda merasa
senang dan berusaha mempertahankannya
26. Anda berusaha belajar dengan giat karena
takut nilai mata pelajaran PAI anda kalah
dengan teman
27. Setelah anda melihat teman anda
menunjukkan prestasi yang baik, maka anda
berusaha menyainginya
28. Ketika Guru Agama anda memberitahu akan
diadakan ulangan, maka anda berusaha
untuk belajar secara sungguh-sungguh
29. Setelah mengetahui Guru Agama anda akan
mengadakan ulangan pelajaran PAI, anda
termotivasi untuk belajar
30. Anda merasa tidak bersemangat ketika Guru
Agama memberitahu akan diadakan ulangan
pelajaran PAI