JALAN NAFAS DEFINITIF
ENDOTRACHEAL TUBE DAN TRACHEOSTOMY
Disusun Oleh :
ANDI NOVIANTO
BRAMASTA ADI L.P,
PRAJATIYA HARWOKO
P 27220008 077
P 27220008 083
P 27220008 103
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN
2011
INTUBASI ENDOTRACHEAL
1. Pengertian
Intubasi endotracheal adalah tindakan untuk memasukkan pipa endotracheal
ke dalam trachea
2. Tujuan
a. Pembebasan jalan nafas
b. Pemberian nafas buatan dengan bag dan mask
c. Pemberian nafas buatan secara mekanik (ventilator)
d. Memungkinkan penghisapan secret secara adekuat
e. Mencegah aspirasi asam lambung ( adanya baoln yang dikembangkan )
f. Mencegah distensi lambung
g. Pemberian oksigen dosis tinggi
3. Indikasi
a. Ada obstruksi jalan nafas bagian atas
b. Pasien memerlukan bantuan nafas dengan ventilator
c. Menjaga jalan nafas tetap bebas
d. Pemberian anestesi seperti operasi kepala, leher, mulut, hidung,
tenggorokan, operasiabdominal dengan relaksasi penuh dan operasi
thoracotomy
e. Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
4. Indikasi intubasi non surgical
a. Asfiksia neonatorum berat
b. Resusitasi penderita
c. Obstruksi laring berat
d. Penderita tidak sadar lebih dari 24 jam
e. Penderita dengan atelektasis paru
f. Post operasi respiratory insufiensi
5. Jenis Intubasi
a. Intubasi oral (orotracheal)
b. Intubasi nasal (nasotracheal)
6. Cara Intubasi
a. Awake intubasi (sadar)
b. Sleep intubasi apnea dan non apnea
7. Komplikasi
a. Ringan
1). Tenggorokan serak
2). Kerusakan pharyng
3). Muntah
4). Aspirasi
5). Gigi copot / rusak
b. Berat
1). Laringeal edema
2). Obstruksi jalan nafas
3). Ruptur trachea perdarahan hidung
4). Fistula tracheoesofagal granuloma
5). Memar
6). Laserasi akan terjadi dysponia
8. Penyulit
a. Leher pendek
b. Fraktur servical
c. Rahang bawah kecil
d. Osteoarthritis temporo mandibula joint
e. Trismus.
f. Ada masa di pharing dan laring
9. Prosedur
a. Persiapan pasien
1). Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2). Mintakan persetujuan keluarga / informed consent
3). Berikan support mental
4). Hisap cairan / sisa makanan dari naso gastric tube.
5). Yakinkan pasien terpasang IV line dan infus menetes dengan
lancar
b. Persiapan alat
1). Bag and mask + selang O2 dan O2
2). Laringoscope lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan
lampu harus menyala dengan terang
3). Alat-alat untuk suction (yakinkan berfungsi dengan baik)
4). Xyllocain jelly / xyllocain spray dan Ky jelly
5). Naso / orotracheal tube sesuai ukuran pasien
a. Laki-laki dewasa no 7, 7.5, 8
b. Perempuan dewasa 6.5, 7, 7.5
c. Anak-anak: usia (dalam tahun ) + 4 dibagi 4
6). Konektor yang cocok dengan tracheal tube yang disiapkan
7). Stilet / mandarin
8). Magyll forcep
9). Oropharingeal tube (mayo tube)
10). Stetoscope
11). Spuit 20 cc untuk mengisi cuff
12). Plester untuk fiksasi
13). Gunting
14). Bantal kecil setinggi 12 cm
c. Persiapan obat
Obat-obatan untuk intubasi
1). Sedasi
a). Pentothal 25 mg / cc dosis 4-5 mg/kgbb
b). Dormicum 1 mg / cc dosis 0,6 mg/kgbb
c). Diprivan 10 mg/cc 1-2 mg/kgbb
2). Muscle relaksan
a). Succynilcholin 20 mg / cc dosis 1-2 mg/kgbb
b). Pavulon 0,15 mg/kgbb
c). Tracrium 0,5-0,6 mg/kgbb
d). Norcuron 0,1 mg/kgbb
3). Obat-obatan emergency (troley emergency)
a). Sulfas Atropine
b). Epedrine
c). Adrenalin / Epinephrin
d). Lidocain 2%
d. Prosedur pemasangan
1). Mencuci tangan
2). Posisi pasien terlentang
3). Kepala diganjal bantal kecil setinggi 12 cm
4). Pilih ukuran pipa endotracheal yang akan digunakan
5). Periksa balon pipa / cuff ETT dengan mengembangkan dengan
udara 10 cc.
6). Pasang blade yang sesuai
7). Oksigenasi dengan bag and mask / ambu bag dengan O2 100%
minimal 30 detik
8). Masukkan obat-obat sedasi dan muscle relaxan
9). Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang
laryngoscope.
10). Masukkan bilah laryngoscope dengan lembut menelusuri mulut
sebelah kanan, sisihkan lidah ke kiri.
11). Masukkan bilah sedikit demi sedikit sampai ujung laryngoscope
mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau bibir tidak
terjepit di antara bilah dan gigi pasien
12). Angkat laryngoscope ke atas dan ke depan dengan kemiringan
30-40O sejajar dengan aksis pegangan, jangan sampai
menggunakan gigi sebagai titik tumpu
13). Dorong blade sampai pangkal epiglottis
14). Lakukan penghisapan lendir bila banyak secret
15). Anestesi daerah laring dengan xyllocain spray (bila kasus
emergency tidak perlu dilakukan).
16). Masukkan endotracheal tube yang sebelumnya sudah diberi jelly.
Dari sebelah kanan mulut ke faring sampai bagian proximal dari
cuff endotracheal tube melewati pita suara 1-2 cm atau pada
orang dewasa kedalaman endotracheal tube 19-23cm. Waktu
intubasi tidak boleh dari 30 detik.
17). Cek apakah endotraceal sudah benar posisinya.
Hubungkan pipa ET dengan ambubag dan lakukan
ventilasi sambil melakukan auskultasi (asisten),
Pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri
sambil memperhatikan pengembangan dada. Bila terdengar
gurgling pada lambung dan dada tidak mengembang berarti pipa
ET masuk ke esophagus dan pemasangan pipa harus diulangi
setelah melakukan hiperventilasi ulang selama 30 detik.
Berkurangnya bunyi nafas di atas dada kiri biasanya
mengindikasikan pergeseran pipa ke dalam bronkus utama kanan
dan memerlukan tarikan beberapa cm dari pipa ET.
18). Setelah bunya nafas optimal dicapai, isi cuff dengan udara 5-10
cc, sampai kebocoran mulai tidak terdengar.
19). Lakukan fiksasi dengan plester.
20). Pasang orofaring, untuk mencegah pasien menggigit pipa ET jika
korban mulai sadar
21). Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 10-12
liter/menit) atau sesuai indikasi
22). Lakukan foto thorax jika diperlukan
10. Keuntungan dan kerugian intubasi nasal oral
a. Intubasi nasal
1). Keuntungan
a). Pasien merasa lebih enak / nyaman
b). Lebih mudah dilakukan pada pasien sadar
c). Tidak akan tergigit.
2).Kerugian
a). Pipa ET yang digunakan lebih kecil
b). Penghisapan secret lebih sulit
c). Dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan
d). Lebih sering terjadi infeksi (sinusitis)
b. Intubasi oral
1).Keuntungan
a). Lebih mudah dilakukan
b). Bisa dilakukan dengan cepat pada pasien dalam keadaan
emergency
c). Risiko terjadinya trauma jalan napas lebih kecil
2).Kerugian
a). Tergigit
b). Lebih sulit dilakukan oral hygiene
c). Tidak nyaman.
11. Perawatan intubasi
a. Fiksasi harus baik
b. Gunakan oropharing air way (guedel) pada pasien yang tidak kooperatif.
c. Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasien.
d. Jaga kebersihan mulut dan hidung
e. Jaga patensi jalan napas
f. Humidifikasi yang adekuat
g. Pantau tekanan balon
h. Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru
i. Lakukan fisioterapi napas tiap 4 jam.
j. Lakukan suction setiap fisioterapi napas dan sewaktu-waktu bila ada suara
lender
k. Yakinkan bahwa posisi konektor dalam kondisi baik
l. Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan.
m. Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu
tertentu.
n. Observasi terjadinya empisema kutis
o. Air dalam water trap harus sering terbuang
p. Pipa endotracheal tube ditandai diujung mulut / hidung.
12. Hal – hal yang harus didokumentasikan
a. Tanggal pemasangan, siapa yang memasang
b. Nomor OTT / ETT
c. Jumlah udara yang dimasukkan pada balon
d. Batas masuknya NTT / OTT
e. Obat-obat yang diberikan
f. Respon pasien / kesulitan yang terjadi.
http://www.trinoval.web.id/2010/04/intubasi-endotracheal.html
Recommended