Transcript
Page 1: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK

TUNARUNGU DENGAN ‘ANAK DENGAR’

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Margaretha Langen Sekar Lelyana

NIM : 119114018

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ini saya persembahkan untuk:

Keluarga yang sudah mendukung dan mendoakan.

SLB B Karnnamanohara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalan kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Desember 2016

Penulis

Margaretha Langen Sekar Lelyana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

vi

INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK

TUNARUNGU DENGAN ‘ANAK DENGAR’

Margaretha Langen Sekar Lelyana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku interaksi sosial antar-anak tunarungu dan

anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

metode pengambilan data obsevasi dan metode analisis data menggunakan analisis isi kualitatif

dengan pendekatan deduktif. Responden dalam penelitian ini merupakan anak tunarungu yang

berusia 6 – 12 tahun dan memiliki interaksi sosial dengan sesama anak tunarungu serta „anak

dengar‟. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kontak sosial dan komunikasi terjadi dalam

interaksi sosial antar-anak tunarungu dan „anak dengar‟. Interaksi sosial antar-anak tunarungu

tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara

oral maupun bahasa isyarat dalam bentuk abjad atau gerak tubuh. Selain itu, mereka juga

melibatkan ekspresi perasaan dalam beragam bentuk baik mimik wajah ataupun tingkah laku.

Anak tunarungu tampak lebih pasif karena menunggu ajakan interaksi „anak dengar‟ ketika sedang

bersama. Mereka juga cenderung untuk mengajak anak kecil untuk berinteraksi dibandingkan

dengan teman sebayanya. Selain itu, anak tunarungu berkomunikasi dengan cara menggerakkan

bibir atau menuliskan pesan. Anak tunarungu juga berinteraksi dengan „orang dengar‟. Bentuk

interaksi sosial kompleks dan penolakan sosial tampak dalam interaksi antar-anak tunarungu

maupun anak tunarungu dengan „anak dengar‟.

Kata kunci : interaksi sosial, anak tunarungu, „anak dengar‟

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

vii

THE SOCIAL INTERACTION BETWEEN DEAF CHILDREN AND DEAF

CHILDREN WITH HEARING CHILDREN

Margaretha Langen Sekar Lelyana

ABSTRACT

This study aimed to describe the behavior patterns of social interaction between children with

hearing impairment and deaf children with hearing peers. This study was a qualitative research.

The method of data collection was an observation and data analyzed with qualitative content

analysis, using deductive approach. Respondents in this study was deaf children aged 6-12 years

and had social interactions with other deaf children as well as hearing peers. Our research found

that social contact and communication occurred in social interaction between deaf children and

deaf children with hearing peers. Social interaction between deaf children appeared on an appeal

play, approached fellow deaf, communicated orally or in the form of sign language alphabet or

gestures. In addition, they engaged in various forms of emotional expression either faces or

behavior. Deaf children seemed more passive, waiting for call-interaction hearing peers when it is

being shared. They also tend to encourage children to interact small compared with their peers.

Moreover, deaf children communicated by moving their lips or write a message. Children with

hearing impairment also interacted with the hearing peers. Complex forms of social interaction

and social rejection appeared in the interaction between deaf children and deaf children with

hearing peers.

.

Keywords: social interaction, deaf, hearing peers.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Margaretha Langen Sekar Lelyana

NIM : 119114018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK

TUNARUNGU DENGAN ‘ANAK DENGAR’

Beserta perangkat yang diperlukan (bila perlu). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya

dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :

Yang menyatakan

(Margaretha Langen Sekar Lelyana)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

ix

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat dan rahmatnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama persiapan, penyusunan, hingga

terselesainya skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan pihak yang terus menerus

memberikan dukungan dan ide-ide yang dapat memperlancar skripsi ini. Untuk

itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1) Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas berkat dan penyertaan yang sudah

diberikan selama penulis berproses dengan karya tulisnya.

2) Bapak Dr T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma dan segenap jajaran Dekanat.

3) Bapak Eddy selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

4) Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan dukungan dari awal

penyusunan skripsi sehingga dapat selesai dengan baik serta mendapat

pengalaman berdinamika dengan anak-anak tunarungu di Dena Upakara.

5) Papi Laurensius Ady Gassing, Mami Fransiska Rustiana, dan Adik

Vincentius Fernaldy yang senantiasa memberikan dukungan baik materil

maupun doa yang tiada hentinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

x

6) Dosen Penguji Skripsi terima kasih atas ilmu, dukungan dan bimbingan yang

telah diberikan kepada penulis sehingga memberikan hal positif bagi penulis.

7) Segenap staf administrasi dan laboratorium Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma; Ibu M.B. Rohaniwati, Mas Y. Gandung Widyantoro, Pak Gi,

Mas P. Mujiono dan Mas AG. Doni Indarto, terimakasih atas pelayanan,

bantuan dan keramahan yang diberikan.

8) Segenap Dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

terima kasih atas ilmu, pengalaman dan pembelajaran yang Bapak dan Ibu

berikan kepada penulis.

9) Pak Wawan selaku Kepala Sekolah SLB B Karnnamanohara yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian disana.

10) Bu Ambar dan Bu Milah selaku Walikelas Dasar 4 dan Dasar 3 yang telah

mengjijnkan penulis untuk berdinamika di dalam kelas dan memberikan

informasi tentang responden.

11) Ketiga responden beserta orangtua responden yang sangat terbuka dan

memberikan ijin kepada penulis untuk mengamati responden di lingkungan

rumah serta memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

12) Pak Adi, Pak Toni, Mbak Thia, dan staff P2TKP lainnya yang sudah

membagikan pengalaman selama saya berdinamika di P2TKP.

13) Teman-teman seperjuangan di P2TKP, Pudar, Stanis, Cia, Tiara, Dimas,

Jejes, Lenny, Estu, Pipit, Sasha, Grace, Yovino, Bibin, Christy, Wuri, Fiona,

Ester, yang selalu memberikan dukungan serta tempat berkeluh kesah selama

penulis mengerjakan skripsi. SEE YOU ON TOP guys!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

xi

14) Teman-teman seperjuangan “masih Remaja menuju S.Psi”, Vania, Ria, dan

Acil yang selalu menemani makan siang, memberi dukungan, dan membantu

segala kesulitan selama penulis menyelesaikan skripsi.

15) Tim “Babi” yang selalu memberikan hiburan dikala sepi, rindu celotehan

kalian di grup dan dukungan yang tiada henti.

16) My girls, Stefi, Maria, Gloria, Tya, Meme, sahabat seperjuangan sedari putih

abu-abu, sahabat yang mengerjakan skripsi bersamaan tapi selesainya

berbeda-beda. Terima kasih sudah memberikan warna dalam kehidupanku,

mengerjakan skripsi bersama, dan saling mendengarkan keluh kesah masing-

masing. Semangat girls!

17) Pasangan setia, Benedictus Alit Purwa Arintaka, terima kasih sudah menjadi

pendengar atas keluh kesah, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk

membantu dalam proses penyelesaian skripsi, terima kasih untuk penemanan

yang kamu berikan selama aku menyelesaikan tugas akhir. Love.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, penulis terbuka akan saran dan kritik yang diberikan demi

kesempurnaan penelitian ini.

Yogyakarta, 16 Desember 2016

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN UMUM ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

BAB I ..................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitan .......................................................................................... 8

1. Secara Teoretis .......................................................................................... 8

2. Secara Praktis ............................................................................................ 8

BAB II ..................................................................................................................... 9

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9

A. Interaksi Sosial............................................................................................... 9

1. Definisi ...................................................................................................... 9

2. Komponen Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu ................................ 10

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu .......................... 16

4. Tahap-tahap Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu .............................. 17

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu

18

B. Ketunarunguan ............................................................................................. 20

1. Definisi .................................................................................................... 20

2. Klasifikasi Ketunarunguan ...................................................................... 21

3. Karakteristik Anak Tunarungu ............................................................... 25

4. Penyebab Ketunarunguan ....................................................................... 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

xiii

5. Dampak Ketunarunguan ......................................................................... 26

C. Perkembangan Anak Tunarungu ................................................................. 27

1. Perkembangan Fisik ................................................................................ 28

2. Perkembangan Motorik ........................................................................... 28

3. Perkembangan Kognitif .......................................................................... 31

4. Perkembangan Bahasa ............................................................................ 33

5. Perkembangan Sosio-emosi .................................................................... 35

D. Kerangka Konseptual................................................................................... 37

BAB III ................................................................................................................. 39

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 39

A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................... 39

B. Responden Penelitian................................................................................... 40

C. Fokus Penelitian........................................................................................... 41

D. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 41

E. Proses Pengambilan Data ............................................................................ 45

F. Metode Analisis Data .................................................................................. 45

G. Verifikasi Penelitian .................................................................................... 48

1. Validitas .................................................................................................. 48

2. Reliabilitas .............................................................................................. 48

BAB IV ................................................................................................................. 49

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 49

A. Responden Penelitian................................................................................... 49

1. Responden 1 (R1) ................................................................................... 49

2. Responden 2 (R2) ................................................................................... 49

3. Responden 3 (R3) ................................................................................... 50

B. Pelaksanaan Penelitian................................................................................. 51

C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 53

1. Kontak Sosial .......................................................................................... 53

2. Komunikasi ............................................................................................. 57

3. Hasil Temuan Menarik ........................................................................... 75

D. Pembahasan ................................................................................................. 89

1. Kontak Sosial .......................................................................................... 89

2. Komunikasi Nonlinguistik ...................................................................... 91

3. Komunikasi Linguistik............................................................................ 94

4. Anak Tunarungu VS „Orang Dengar‟ ..................................................... 95

5. Bentuk Interaksi Sosial Kompleks VS Penolakan Interaksi Sosial ........ 96

BAB V ................................................................................................................. 100

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

xiv

A. Kesimpulan ................................................................................................ 100

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 101

C. Saran .......................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori Tingkat Pendengaran................................................................. 21

Tabel 2 Data Umum Responden ........................................................................... 41

Tabel 3 Daftar Susunan Perilaku........................................................................... 43

Tabel 4 Definisi Koding Komunikasi Nonlinguistik ............................................ 47

Tabel 5 Hasil Penelitian Antara Anak Tunarungu dengan Sesama Anak

Tunarungu dan Anak Tunarungu dengan „Anak Dengar‟ ...................... 73

Tabel 6 Hasil Penelitian Antara Anak Tunarungu dengan „Anak Dengar‟ .......... 82

Tabel 7 Bentuk Interaksi Sosial dan Penolakan Interaksi Sosial .......................... 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa 80%

penyandang disabilitas berada di negara-negara berkembang tidak terkecuali

Indonesia. Sepertiga dari 80% jumlah penyandang disabilitas merupakan anak-

anak. Data WHO tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah anak penyandang

disabilitas di Indonesia ada 7-10% dari jumlah populasi di Indonesia atau

sekitar 295.250 jiwa. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (2014) disabilitas pendengaran menempati

posisi ketiga setelah disabilitas lebih dari satu jenis (disabilitas ganda) dan

disabilitas penglihatan. Jumlah prosentase untuk disabilitas adalah 7,87% dari

total disabilitas yang ada di Indonesia (www.depkes.go.id).

Data sensus penduduk tahun 2010 yang diolah oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) terdapat 53.180 jiwa yang menyandang disabilitas pendengaran

ringan dan 9.866 jiwa yang menyandang disabilitas pendengaran parah di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (dalam Infodatin Kementrian Kesehatan

2014). Hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang

mengalami disabilitas pendengaran (www.depkes.go.id).

Anak-anak yang menyandang disabilitas pendengaran disebut dengan

anak tunarungu. Anak tunarungu merupakan anak-anak yang mengalami

disfungsi pendengaran dan mempengaruhi kehidupan sehari-sehari (Somantri,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

2

2007). Sedangkan, untuk anak-anak yang tidak mengalami disabilitas

pendengaran akan disebut sebagai „anak dengar‟. Disfungsi pendengaran yang

dialami oleh anak tunarungu memiliki beberapa dampak, misalnya anak

tunarungu mengalami kesulitan memproduksi bahasa dan mengalami

keterlambatan dalam meniti fase perkembangan. (Arifin, 2015).

Kesulitan anak tunarungu dalam mendengar dan memproduksi bahasa

menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa.

Marschark dan Spencer (2003) mengatakan bahwa anak tunarungu mengalami

keterlambatan berbicara jika dibandingkan dengan „anak dengar‟ pada

umumnya. Selain itu, anak tunarungu memerlukan waktu yang lebih lama

untuk belajar sesuatu dibandingkan dengan „anak dengar‟. Misalnya, seorang

„anak dengar‟ mampu untuk membuat frasa bermakna pada usia 5 tahun

sedangkan anak tunarungu belum tentu menguasai hal tersebut di usia yang

sama (Liben, 1978). „Anak dengar‟ mampu menguasai kosakata yang lebih

banyak karena mereka memiliki pendengaran yang baik sehingga mampu

untuk menangkap hal tersebut dan tersimpan di memori.

Disfungsi pendengaran juga membuat anak tunarungu mengalami

keterlambatan dalam perkembangan sosio-emosi. Mereka mengalami kesulitan

untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain (Brown dan Remine, Prescot,

dan Rickards, 2000) sehingga mereka lebih sering menghasilkan emosi negatif.

Emosi negatif inilah yang membuat mereka mengalami kesulitan untuk

berinteraksi dengan sebaya. Mereka cukup sulit untuk diterima dan dipahami

oleh orang-orang di sekitarnya (Liben, 1978).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

3

Kesulitan berinteraksi dengan sebaya juga merupakan hambatan dalam

perkembangan sosio-emosi. Menurut Hartup dalam (Most, Ingber, dan Heled-

Ariam, 2011) kapabilitas seseorang untuk berelasi dalam lingkungan sosial

akan berkembang pada masa anak-anak. Berelasi dalam lingkungan sosial akan

tampak ketika anak-anak sedang bermain. Yuhan (2013) mengatakan bahwa

bermain dengan teman sebaya memiliki peran penting dalam kualitas

pertemanan di masa depan. Hal ini juga yang menjadi penentu keberhasilan

seorang anak untuk mempertahankan relasinya dengan teman sebayanya

(Martin, Bat-Chava, Lalwani, dan Waltzman, 2010).

Berelasi dalam lingkungan sosial dan bermain akan membangun

interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan suatu proses yang dialami oleh

semua manusia tidak terkecuali antar-anak tunarungu dan anak tunarungu

dengan „anak dengar‟. Proses interaksi ini terjadi antara dua orang atau lebih

yang melibatkan komunikasi dan kontak sosial (Soekanto, 2006). Interaksi

sosial pada anak tunarungu juga merujuk pada adanya komunikasi linguistik

dan nonlinguistik serta permainan sosial (Yuhan, Potmesil, dan Peters, 2013).

Anak tunarungu cenderung untuk membangun interaksi sosial dengan

sesama anak tunarungu karena mereka memiliki tingkat pendengaran yang

kurang lebih sama (Yuhan, 2013). Selain itu, komunikasi yang terjadi antara

anak tunarungu dengan „anak dengar‟ terjadi lebih sedikit dibandingkan

dengan antar-anak tunarungu. Hal ini tampak pada penelitian sebelumnya yang

menemukan bahwa anak tunarungu seringkali ditolak oleh „anak dengar‟ ketika

mencoba untuk melakukan kontak sosial. Terkadang komunikasi yang terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

4

antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟ juga mengalami kekurangan

konten linguistik dan berakhir dengan cepat (Yuhan, Potmesil, dan Peters,

2013).

Berdasarkan pengalaman peneliti, anak tunarungu yang menempuh

pendidikan di sekolah inklusi lebih sering menghabiskan waktu di sekolah

sendirian. Teman-teman yang mendengar cenderung untuk mengabaikan

kehadirannya. Di luar jam sekolah, anak tunarungu ini bisa berinteraksi dengan

cukup baik dengan sesama teman tunarungu dan bergabung dalam suatu

komunitas. Mereka bisa bercerita suatu hal dengan bahasa mereka sendiri. Hal

ini membuktikan bahwa anak tunarungu merasa lebih nyaman untuk

berinteraksi dengan sesama tunarungu dibandingkan dengan „anak dengar‟

(Bat-Chava dan Deignan, 2001).

Anak tunarungu juga cenderung meminta klarifikasi terutama tentang

informasi baru dibandingkan dengan „anak dengar‟ (Yuhan, Potmesil, dan

Peters, 2013). Anak tunarungu juga memberikan sentuhan netral ketika

mengajak „anak dengar‟ berinteraksi sedangkan ketika dengan sesama anak

tunarungu mereka memutar kepala temannya agar melihat dirinya ketika

mengajak berinteraksi. Terkadang, anak tunarungu langsung bergabung dalam

permainan ketika sedang bersama sesama anak tunarungu lainnya (Yuhan,

Potmesil, dan Peters, 2013).

Kontak sosial seperti sentuhan fisik bisa terjadi di antara sesama anak

tunarungu dan „anak dengar‟ akan tetapi hal ini belum tentu berlaku sama pada

komunikasi. Terkadang, setelah kontak sosial terjadi akan ada proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

5

penyampaian ide atau perasaan. Hal ini yang terkadang tidak tersampaikan

oleh anak tunarungu dan „anak dengar‟. Sesama anak tunarungu mampu untuk

berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka paham pesan yang disampaikan

tetapi hal ini berbeda dengan komunikasi antara anak tunarungu dan „anak

dengar‟. Terkadang mereka mencoba untuk berkomunikasi tetapi pesan atau

maksud tidak tersampaikan karena anak tunarungu sulit untuk menerima

stimulus berupa audio. Hal ini didukung oleh Gregory, Knight, McCracken,

Powers, dan Watson (1998) yang mengatakan bahwa anak tunarungu

cenderung untuk menggunakan komunikasi non linguistik ketika berinteraksi

baik dengan sesama tunarungu atau dengan „anak dengar‟.

Bentuk komunikasi dan kontak sosial anak tunarungu yang berbeda

membuat anak tunarungu sering mengalami penolakan dari „anak dengar‟

(Yuhan, 2013). Penolakan yang dialami anak tunarungu membuat mereka

kesulitan membangun interaksi sosial sehingga mereka tidak memiliki banyak

teman (Bat-Chava dan Deignan, 2001). Mereka tidak memiliki banyak teman

dari kalangan „anak dengar‟ karena cara berinteraksi yang berbeda. Beberapa

„anak dengar‟ juga merasa kurang nyaman dengan keterbatasan yang dialami

oleh anak tunarungu sehingga memilih untuk mengacuhkan mereka.

Kegagalan anak tunarungu dalam interaksi sosial memiliki andil yang

cukup besar untuk kehidupan jangka panjang mereka. Mereka yang mengalami

penolakan saat berinteraksi dengan teman sebayanya akan merasa kesepian

yang berkepanjangan (Most, 2007). Penolakan ini juga menjadi acuan apakah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

6

seorang anak tunarungu akan terus berinteraksi atau menghindari suatu

interaksi.

Bentuk interaksi sosial yang berbeda antar-anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟ membuat peneliti ingin menggambarkan

bagaimana interaksi sosial antar-anak tunarungu dan anak tunarungu dengan

„anak dengar‟. Hal ini disebabkan penelitian sebelumnya meneliti tentang

interaksi sosial pada anak tunarungu yang menggunakan alat bantu dengar

(Bat-Chava Deignan, 2001; Martin et al, 2010; Boyd et al, 2000; Punch &

Hyde, 2011 dalam Yuhan, Potmesil, dand Peters tahun 2013) dan gambaran

tentang interaksi sosial mereka pun belum banyak diteliti. Selain itu, Yuhan,

dkk (2013) memaparkan pula bahwa penelitian antara komunikasi dan

permulaan interaksi dilakukan secara terpisah pada anak tunarungu dan „anak

dengar‟.

Ada pula penelitian yang meneliti interaksi sosial anak tunarungu pada

usia sekolah sehingga rentang usia responden 2 tahun – 10 tahun (Weisel et al,

2005; Preisler et al, 2002; Bat-Chava & Deignan, 2001 dalam Yuhan, Potmesil,

dand Peters tahun 2013). Berdasarkan hal tersebut, peneliti membatasi rentang

usia responden dalam penelitian ini 6 tahun – 12 tahun. Responden di sini

adalah anak tunarungu yang tidak menggunakan alat bantu dengar. Mereka

juga berinteraksi baik dengan anak tunarungu maupun dengan „anak dengar‟.

Pengambilan data pada penelitian sebelumnya menggunakan berbagai

macam metode, seperti observasi, kuesioner, dan eksperimen (Yuhan,

Potmesil, dan Peters tahun 2013). Observasi banyak digunakan pada responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

7

dengan usia pra sekolah dan pengambilan data responden usia sekolah

menggunakan kuesioner dan eksperimen (Yuhan, dkk, 2013). Metode

pengambilan data dalam penelitian ini akan menggunakan observasi untuk

melihat interaksi sosial antar-anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak

dengar‟. Alasannya adalah untuk menggambarkan interaksi antar-anak

tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟ diperlukan pengamatan

secara langsung pada lingkungan yang sesungguhnya.

Harapan peneliti dengan adanya penelitian ini hasil yang ditemukan

merupakan perilaku-perilaku interaksi sosial antar-anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟. Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran

perilaku anak tunarungu ketika berinteraksi dengan sesamanya dan „anak

dengar‟ dapat terlihat jelas bagaimanakah perilaku yang muncul selama

interaksi berlangsung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Bagaimanakah interaksi sosial antar-antar-anakanak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan bagaimana interaksi sosial antar-anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟.

D. Manfaat Penelitan

1. Secara Teoretis

Memberikan sumbangan pengetahuan dalam ranah psikologi

perkembangan dan psikologi sosial tentang interaksi sosial antar-anak

tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟.

2. Secara Praktis

Penelitian ini memberikan informasi interaksi sosial bagi orangtua

dan guru agar memahami interaksi sosial antar-anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟. Selain memberikan informasi, diharapkan

orangtua dan guru bisa memberikan dukungan kepada anak tunarungu untuk

berinteraksi dengan „anak dengar‟ agar anak tunarungu dapat menjalin relasi

dan mempertahan relasi dengan „anak dengar‟ di masa depan sehingga

mereka tidak merasa kesepian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Interaksi Sosial

Berinteraksi dengan teman sebaya memiliki fungsi krusial terhadap

perkembangan kehidupan sosial individu terutama anak-anak. Salah satu

bentuk sosialisasi adalah interaksi sosial. Interaksi sosial bisa terjadi dengan

siapa saja dan di mana saja.

Interaksi sosial pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak. Pentingnya

interaksi sosial pada masa ini adalah membantu anak untuk belajar memahami

perspektif orang lain terhadap realita yang ada. Hal penting lainnya adalah

seorang anak belajar untuk bernegosiasi dan belajar mengenai manajemen

konflik.

1. Definisi

Secara umum definisi interaksi sosial dikemukakan oleh Soekanto

(2006) dalam sudut pandang sosiologi, yaitu interaksi sosial merupakan

suatu hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu,

antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Beberapa ahli

dalam psikologi sosial melihat interaksi sosial sebagai suatu kebutuhan

individu di mana salah satu individu mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki perilaku individu lainnya, adanya aksi dan reaksi antarindividu

(Arifin, 2015; Ahmadi, 1991; Walgito, 2003; Cerulo, 2009; Reber&Reber,

2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

10

Definisi interaksi sosial di atas merupakan definisi bagi orang-orang

yang tidak mengalami disabilitas. Sedangkan interaksi sosial pada anak

tunarungu merupakan sebuah hubungan yang melibatkan pertukaran sosial,

komunikasi linguistik, komunikasi nonlinguistik, dan permainan sosial

(Yuhan, Potmesil, dan Peters, 2013).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa interaksi sosial pada anak tunarungu dalam penelitian ini adalah

hubungan antar individu baik perorangan atau kelompok yang dinamis dan

saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tercipta tindakan (aksi) dan

respon (reaksi) dalam proses kehidupan yang melibatkan komunikasi

linguistik, komunikasi nonlinguistik, dan permainan sosial.

Interaksi sosial tidak dapat terjadi jika hanya ada satu orang.

Interaksi sosial membutuhkan dua orang atau lebih untuk saling

berdinamika dan menciptakan interaksi. Keterlibatan individu dalam

interaksi sosial tidak hanya perorangan tetapi juga bisa antar kelompok

maupun individu dengan kelompok. Sebuah interaksi sosial dapat terwujud

apabila masing-masing pihak memiliki sebuah tujuan yang dapat dicapai

bersama-sama melalui kontak sosial dan komunikasi sebagai syarat interaksi

sosial (Loomis dalam Arifin, 2015).

2. Komponen Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu

Soekanto (2006) mengemukakan bahwa suatu interaksi sosial baru

akan terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi. Dua hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

11

ditetapkan sebagai syarat terjadinya interaksi sosial. Apabila hanya terjadi

kontak sosial tanpa ada komunikasi maka kontak sosial tidak berarti apa-

apa. Berikut penjelasan tentang kontak sosial dan komunikasi:

a. Kontak Sosial

Kontak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi

sosial. Menurut Arifin (2015) kontak sosial merupakan hubungan antara

individu atau kelompok yang di dalamnya terdapat pemahaman tentang

tujuan masing-masing. Menurut Soekanto (2013) kontak sosial terjadi

apabila terdapat suatu tindakan dari satu orang dan ditanggapi oleh orang

yang lainnya. Selain itu, kontak sosial terjadi apabila salah satu individu

menyadari keberadaan individu lain. Berdasarkan paparan pendapat ahli

di atas dapat disimpulkan bahwa kontak sosial adalah hubungan antara

individu atau kelompok yang melibatkan kesadaran akan keberadaan

individu lainnya.

Menurut Soekanto (2013) kontak sosial memiliki dua sifat, yaitu

Kontak sosial primer (langsung) dan kontak sosial sekunder (tidak

langsung). Kontak sosial primer merupakan suatu hubungan antar

individu yang saling bertatap muka secara visual dan memiliki emosi

tertentu dalam pergaulan. Misalnya, berjabat tangan, saling senyum, dan

kontak mata.

Sebaliknya, kontak sosial sekunder (tidak langsung) merupakan

kontak sosial yang membutuhkan pihak perantara di antara individu dan

ada pengaruh dari luar. Perantara ini bisa berupa alat atau benda untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

12

membantu 2 atau lebih individu. Misalnya berbicara jarak jauh dengan

menggunakan telepon. Selain itu, perantara juga bisa individu itu sendiri.

Misalnya Individu A menceritakan perilaku individu B kepada individu

C. Hal ini memunculkan kontak antara individu A dan B dengan

informasi yang diberikan oleh individu C (Soekanto, 2006).

Berdasarkan pemaparan di atas, definisi kontak sosial dalam

penelitian ini adalah hubungan antara individu atau kelompok yang

menyadari keberadaan orang lain, bertemu secara visual, dan melibatkan

emosi tertentu sehingga ada tindakan yang ditanggapi oleh orang lain.

Definisi ini disimpulkan berdasarkan definisi kontak sosial secara umum

dan definisi kontak sosial primer karena hal tersebut yang akan

dideskripsikan dalam penelitian ini.

b. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan antar

individu yang melibatkan bahasa lugas, gerak tubuh, sikap, dan perasaan

tertentu (Arifin, 2015).

Menurut Walgito (2003) komunikasi merupakan proses

penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti

(informasi, pemikiran, pengetahuan, dll) yang disampaikan oleh pengirim

pesan kepada penerima pesan.

Berdasarkan pendapat ahli atas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa informasi, ide,

pikiran, dan perasaan seseorang kepada orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

13

Menurut Marschark dan Spencer (2003) ada dua jenis komunikasi

yang digunakan oleh anak-anak tunarungu, yaitu:

1) Komunikasi Nonlinguistik

Komunikasi nonlinguistik merupakan komunikasi yang tidak

melibatkan oral. Komunikasi jenis ini banyak menggunakan ekspresi

wajah, gestur tubuh, dan aktivitas fisik. Hal ini sangat lazim

ditemukan pada anak-anak yang memiliki keterbatasan pendengaran.

Pendapat ini juga diperkuat oleh Macionis (2012) bahwa

komunikasi nonlinguistik (nonverbal) merupakan komunikasi yang

menggunakan gerak tubuh (body movement), gestur, dan ekspresi

wajah. Hal ini lebih banyak muncul dibandingan dengan kata-kata

atau ucapan.

Menurut Berkowitz (1980) komunikasi nonlinguistik akan

tampak pada perilaku nonverbal dan ekspresi wajah. Ekman dan

Friesen (dalam Berkowitz, 1980) mendeskripsikan 5 macam perilaku

nonverbal. Perilaku tersebut adalah emblems, illustrators, affects,

regulators, dan adapters.

Pertama adalah emblems. Emblems merupakan suatu gerakan

yang digunakan sebagai pengganti kata atau kalimat. Contohnya,

melambaikan tangan untuk memanggil. Kedua, illustrators

merupakan pelengkap pernyataan verbal. Hal ini biasanya tampak

pada seseorang yang sedang memberikan petunjuk arah sambil

menunjukkannya menggunakan tangannya. Ketiga adalah affect.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

14

Affects mengekspresikan sebagian emosi yang sedang dirasakan

seseorang, seperti marah, senang, dan sedih. Biasanya, afek akan

muncul pada ekspresi wajah seseorang akan tetapi Ekman dan

Friesen (dalam Berkowitz, 1980) mengatakan bahwa afek juga dapat

tampak pada gerakan tubuh seseorang.

Keempat, regulators merupakan suatu sinyal yang dapat

muncul dalam sebuah interaksi. Regulator biasa digunakan untuk

melengkapi pernyataan, mengklarifikasi penyataan, dan sebagainya.

Contoh regulator adalah anggukan kepala, kontak mata, dan

perubahan postural. Kelima, adapters merupakan salah satu perilaku

yang membantu dalam manajemen interaksi atau mengekspresikan

perasaan. Hal ini bisa berbeda pada setiap orang. Misalnya, perasaan

cemas yang tampak dengan menggerakan kaki atau tangan.

Selanjutnya adalah ekspresi wajah. Ekspresi wajah

merupakan perubahan raut muka sesuai dengan emosi yang muncul

dalam diri seseorang (Berkowitz, 1980). Ekspresi wajah seseorang

tidak terlepas dari latar belakang lingkungannya dan sangat mudah

dikenali apabila kita mengenal baik seseorang. Ekman (2010)

menjelaskan bahwa manusia memiliki 5 emosi dasar, yaitu marah,

sedih, senang, takut, dan jijik.

Emosi yang pertama adalah marah. Marah merupakan

ekspresi wajah beringas yang siap menyerang. Ciri-ciri ekspresi

kemarahan dapat dilihat dengan otot yang kencang pada alis, yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

15

apabila berkontraksi akan menurunkan dan menautkan alis,

mengencangkan otot yang membuat kelompak mata tertarik naik,

dan menyempitkan bibir dengan cara mengencangkan otot bibir.

Kedua, sedih. Ekspresi sedih memiliki ciri-ciri seperti

kelopak mata yang terkulai atau layu, alis yang terangkat, dan sudut

bibir yang ditarik ke bawah. Ketiga adalah perasaan senang. Ciri-ciri

ekspresi senang tampak pada kedua pipi yang terangkat lebih tinggi,

kontur pipi berubah, dan alis yang sedikit menurun. Selain itu,

ekspresi senang juga dapat diperlihatkan dengan senyuman lebar

yang mendorong pipi ke atas sampai membentuk kerutan.

Keempat, ekspresi jijik pada wajah akan tampak pada bibir

atas yang dinaikkan setinggi mungkin, bibir bawah dinaikkan dan

sedikit dicibirkan. Selain itu, kerutan meluas mulai dari atas

cupingnya mengarah ke bawah sampai di belakang sudut bibirnya.

Kemudian, sayap-sayap cuping hidungynya naik, kerutan muncul

pada kedua isi dan jembatan hidungnya. Kenaikan pipi dan

penurunan alis membentuk kerutan kaki gagak.

Terakhir adalah takut. Ciri-ciri wajah untuk ekspresi takut

adalah kelopak mata yang naik, bibir yang kencang dan horizontal

mengarah ke belakang, rahang terbuka sedikit, dan alis yang naik.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa

komunikasi nonlinguistik merupakan komunikasi tanpa suara yang

melibatkan gerak tubuh, perilaku nonverbal dan ekspresi wajah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

16

2) Komunikasi Linguistik

Komunikasi linguistik merupakan kebalikan dari komunikasi

nonlinguistik. Komunikasi jenis ini menggunakan bahasa oral atau

bahasa bibir. Komunikasi linguistik adalah komunikasi yang terjadi

ketika salah satu individu berbicara menggunakan mulut mereka dan

menggunakan bahasa yang dipahami.

Kontak sosial dan komunikasi merupakan dua aspek atau komponen

yang harus ada untuk membentuk interaksi sosial. Jika yang terjadi hanya

kontak sosial maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai interaksi

sosial. Kontak sosial harus berjalan beriringan bersama dengan komunikasi.

Komunikasi terjadi apabila satu sama lain mampu memahami maksud

masing-masing sehingga pesan, emosi, dan perasaan dapat tersampaikan

(Soekanto, 2013).

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan mendeskripsikan

interaksi sosial anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟ melalui perilaku kontak sosial dan

komunikasi mereka, baik secara nonlinguistik maupun linguistik.

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu

Interaksi sosial memiliki beberapa bentuk. Menurut Arifin (2015)

ada empat bentuk pokok interaksi sosial. Bentuk-bentuk tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Kerjasama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

17

Hal ini merupakan suatu bentuk interaksi sosial di mana

seseorang dan beberapa orang lain memiliki suatu tujuan yang ingin

dicapai bersama sehingga mereka berusaha untuk memahami satu sama

lain.

b. Persaingan

Persaingan merupakan salah satu proses interaksi sosial yang

pasti terjadi. Persaingan adalah suatu proses di mana individu merasa

bahwa ada orang lain yang menjadi akan menjadi penghambat dalam

mencapai suatu tujuan.

c. Pertentangan (Konflik)

Sebuah konflik akan terjadi apabila terdapat suatu perbedaan

antara individu dengan individu lainnya atau dengan kelompok.

Perbedaan ini bisa bermacam-macam bentuknya, seperti pendapat atau

pandangan terhadap suatu hal.

d. Akomodasi

Akomodasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

menyelesaikan suatu konflik tanpa harus menghancurkan pihak lawan.

Hal ini merupakan penyeimbang yang baik dari beberapa bentuk

interaksi sosial yang menimbulkan konflik tertentu antar individu.

4. Tahap-tahap Interaksi Sosial pada Anak Tunarungu

Ada 2 tahapan yang dialami oleh anak tunarungu ketika berinteraksi

dengan sesamanya. Menurut Yuhan (2013), tahapan-tahapan tersebut

adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

18

a. Inisiasi interaksi sebaya

Inisiasi merupakan tahap awal anak tunarungu dalam membangun

sebuah interaksi. Anak tunarungu berusaha untuk mengamati lingkungan

sekitarnya terlebih dahulu. Mereka mempelajari bagaimana orang lain

saling berinteraksi satu sama lain. Pengamatan yang mereka lakukan juga

membuat mereka melihat kesempatan untuk bergabung dalam sebuah

interaksi sosial. Adanya sebuah kesempatan inilah yang akan membuat

anak tunarungu akan memulai interaksi sosial mereka dengan cara

berkomunikasi. Komunikasi yang mereka gunakan biasanya bahasa non-

verbal atau gestur tubuh.

b. Memantau Interaksi Sebaya

Tahap kedua ini merupakan cara seorang anak tunarungu

mempertahankan sebuah interaksi yang sudah terjadi. Anak tunarungu

mengalami kesulitan untuk mempertahankan sebuah interaksi sosial

dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan dengan banyaknya faktor-

faktor yang menghambat anak tunarungu dalam berinteraksi.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial pada Anak

Tunarungu

Menurut Yuhan (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

interaksi sosial pada anak tunarungu, yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

19

a. Bahasa dan kemampuan berbicara

Seorang anak tunarungu memiliki keterlambatan dalam

perkembangan berbicara. Mereka membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk mengucapkan suatu kata sehingga mereka memiliki masalah

dengan interaksi sosial mereka. Kemampuan berbahasa mereka juga

dijadikan sebagai indikator perkembangan kognitif dan sosio-emosi

mereka.

b. Familiaritas dan tingkat pendengaran yang sama dengan tema

sebaya

Anak-anak tunarungu lebih nyaman untk berinteraksi dengan

sebayanya yang memiliki tingkat pendengaran yang sama. Hal ini

membuat mereka lebih mudah dalam berkomunikasi karena mereka

memahami hal yang sama. Setiap anak tunarungu memiliki strategi

masing-masing untuk berinteraksi dengan teman sebanyanya.

Salah satu kunci mereka untuk berinteraksi adalah kesamaan

pemahaman akan suatu hal. Mereka akan lebih mudah membangun

sebuah interaksi dengan anak yang mendengar apabila mereka memiliki

pemahaman yang sama dengan anak yang mendengar. Hal in juga terjadi

sebaliknya pada „anak dengar‟.

c. Model komunikasi

Ada dua model komunikasi yang biasa dimiliki oleh anak

tunarungu. Model yang pertama adalah komunikasi oral. Komunikasi ini

yang paling banyak dikuasai oleh anak tunarungu karena ini merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

20

model yang paling mudah untuk dipahami. Mereka terbiasa untuk

membaca gerak bibir lawan bicaranya atau mereka berusaha untuk bisa

mengucapkan kata-kata dengan pelafalan yang jelas. Model komunikasi

yang kedua adalah komunikasi menggunakan bahasa isyarat. Beberapa

anak tunarungu mampu untuk berkomunikasi dengan bahasa ini tapi

tidak banyak. Biasanya, anak-anak yang mampu berkomunikasi dengan

bahasa isyarat sudah terlatih sejak kecil di mana orangtua mereka juga

belajar bahasa isyarat. Akan tetapi, komunikasi menggunakan bahasa

isyarat sangat sulit untuk mereka berinteraksi sosial dengan teman

sebanyanya yang mendengar. Hal ini disebabkan dengan anak-anak yang

mendengar tidak memahami bahasa isyarat mereka.

B. Ketunarunguan

1. Definisi

Menurut Arifin (2015) anak tunarungu adalah seorang anak yang

mengalami kerusakan pada satu atau lebih pada organ telinga luar, organ

telinga bagian tengah, dan organ telinga bagian dalam sehingga organ

tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Pengertian tersebut juga didukung oleh Effendi (2006) yang

mengatakan bahwa seorang anak dikatakan tunarungu apabila mengalami

kerusakan pada organ telinga. Kerusakan organ ini bisa karena sebuah

kecelakaan atau tidak diketahui sebabnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

21

Menurut Somantri (2007) tunarungu merupakan suatu keadaan di

mana seorang anak kehilangan sebagian atau seluruhnya yang menyebabkan

pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-

hari.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

ketunarunguan adalah suatu kerusakan pada organ pendengaran seseorang

yang menyebabkan mereka kehilangan nilai fungsional pendengaran dalam

kehidupan sehari-hari. Gangguan pendengaran ini bisa disebabkan karena

kecelakaan atau bawaan atau tidak diketahui sebabnya.

2. Klasifikasi Ketunarunguan

a. Berdasarkan Satuan Bunyi Desibel (dB)

Berdasarkan kriteria International Standard Organization (ISO)

(dalam Arifin, 2015) klasifikasi gangguan pendengaran pada anak

tunarungu dapat dibedakan menjadi 6 kategori. Penjabaran kategori

tingkat pendengaran dan intensitas bunyi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Intensitas Bunyi (dB) Tingkat Pendengaran

0-20 dB Normal

20-30 dB Slight Losses

30-40 dB Mild Losses

40-60 dB Moderate Losses

60-75 dB Severe Losses

>75 dB Profoundly Losses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

22

Anak-anak tunarungu yang masuk dalam kategori slight losses

adalah anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran ringan.

Mereka tidak mengalami kesulitan berbicara karena masih berada pada

batas normal pendengaran. Mereka juga mampu belajar bicara

menggunakan kemampuan pendengarannya dan butuh perhatian khusus

terhadap perbendaharaan kata agar perkembangan bahasa tidak

terhambat. Anak-anak tunarungu dalam kategori ini juga masih dapat

mendengar menggunakan alat bantu dengar.

Ciri khas anak-anak tunarungu dalam kategori mild losses adalah

mengerti pembicaraan dalam jarak dekat dan tidak kesulitan untuk

mengekspresikan isi hatinya. Mereka mengalami kesulitan untuk

menangkap percakapan yang lemah sehinga sulit untuk menangkap isi

pesan lawan bicaranya. Mereka juga akan semakin kesulitan menangkap

isi pesan apabila tidak berbicara berhadapan. Anak-anak tunarungu

kategori ini masih dapat mendengar dengan alat bantu dengar dan masih

membutuhkan bimbingan intensif untuk menghindari kesulitan berbicara.

Anak-anak tunarungu dalam kategori moderate losses dapat

mengerti percakapan apabila dilakukan dengan volume yang keras dan

dalam jarak dekat (1 meter) sehingga mereka sering salah tangkap atau

salah paham terhadap lawan bicaranya. Ciri lainnya adalah

perbendaharaan kata mereka yang terbatas, adanya ketidakjelasan dalam

berbicara, dan kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam

percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

23

Ciri-ciri anak tunarungu dalam kategori severe losses adalah

mereka mengalami kesulitan untuk membedakan suara, tidak memiliki

kesadaran bahwa benda-benda di sekitarnya memiliki getaran suara, dan

membutuhkan pelayanan khusus untuk belajar bicara dan berbahasa.

Profoundly losses merupakan tingkat pendengaran yang paling

parah sehingga anak tunarungu hanya dapat mendengar dengan suara

keras dalam jarak 2,54 cm. Selain itu, mereka juga tidak menyadari

bunyi-bunyian di sekitarnya. Mereka juga tidak mampu menangkap

pesan walaupun menggunakan pengeras suara sehingga mereka

membutuhkan banyak latihan khusus agar bisa berkomunikasi.

b. Berdasarkan Letak Kerusakan Organ Pendengaran

Kategori anak tunarungu berdasarkan letak kerusakan organ

pendengaran dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tunarungu konduktif,

tunarungu perseptif, dan tunarungu campuran. Tunarungu konduktif

merupakan kondisi anak-anak yang mengalami kerusakan pada liang

telinga, selaput gendang, dinding-dinding labirin, dan tiga tulang

pendengaran (malleus, incus, dan stapes). Bagian-bagian tersebut

memiliki fungsi untuk menghantarkan suara sehingga seseorang bisa

mendengar.

Lalu, tunarungu perseptif merupakan gangguan pendengaran

yang terjadi karena rusaknya organ-organ pendengaran yang terdapat

pada telinga bagian dalam. Keadaan ini terjadi karena rumah siput,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

24

serabut saraf pendengaran, dan corti yang mengubah rangsang mekanis

menjadi elektris tidak diteruskan ke otak.

Sedangkan tunarungu campuran adalah suatu keadaan di mana

kerusakan organ terjadi pada organ telinga yang berfungsi sebagai

penghantar dan penerima rangsang.

c. Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunarunguan

Berdasarkan waktu terjadinya, ketunarunguan dibagi menjadi dua

jenis, yaitu tuli bawaan (Deafness Conginetal) dan tuli fungsional

(Deafness Functional). Tuli bawaan merupakan ketunarunguan yang

terjadi saat bayi dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hereditas atau faktor

lainnya yang terjadi selama ibu mengandung. Sedangkan tuli fungsional

merupakan hilangnya pendengaran seorang anak tetapi tidak ditemukan

adanya disfungsi organik.

d. Berdasarkan Terjadinya Tahap Perkembangan

Menurut Denmark (1994) anak tunarungu dibagi menjadi dua

jenis, yaitu preverbal deafness dan postlingual deafness. Preverbal

deafness adalah suatu kondisi ketunarunguan yang dialami seorang anak

sebelum mengenal bahasa dan masuk dalam tahap perkembangan bahasa.

Ketunarunguan ini sangat banyak dialami oleh anak-anak. Mereka

kehilangan kemampuan mendengar sejak lahir sehingga membuat

mereka kesulitan untuk berinteraksi. Ketunarunguan macam ini

merupakan hambatan yang sangat besar bagi anak-anak dalam

perkembangan bahasa verbal mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

25

Sebaliknya, postlingual deafness merupakan ketunarunguan yang

dialami setelah seorang anak mengenal bahasa dan masuk dalam tahap

perkembangan bahasa. Hal ini terjadi karena adanya penurunan

kemampuan pendengaran yang dimiliki seseorang. Biasanya, hal ini

sangat jarang dialami oleh anak-anak.

3. Karakteristik Anak Tunarungu

Menurut Telford dan Sawrey (dalam Mangunsong, 1998) ada

beberapa karakteristik anak tunarungu. Kekhasan tersebut adalah anak

tunarungu kurang mampu untuk memusatkan perhatian. Kemudian, anak

tunarungu juga sering mengalami kegagalan respon ketika diajak berbicara.

Kegagalan respon tersebut juga bisa disebabkan oleh keterlambatan bicara

yang dialami oleh anak tunarungu. Keterlambatan bicara juga membuat

anak tunarungu mengalami kesalahan artikulasi dan mengalami

keterbelakangan di sekolah.

4. Penyebab Ketunarunguan

Sebagian besar ketunarunguan pada anak-anak terjadi sebelum

mereka mengenal bahasa. Hal ini menyebabkan mereka mengalami

hambatan dalam perkembangan bahasa. Adapun beberapa penyebab seorang

anak mengalami ketunarunguan, yaitu prenatal, neonatal, dan post natal.

Pertama, penyebab prenatal merupakan penyebab yang diperkirakan

terjadi saat bayi masih dalam kandungan ibu. Beberapa penyebab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

26

ketunarunguan yang terjadi saat masa prenatal adalah hereditas atau

keturunan, maternal rubella, pemakaian antibiotika yang berlebihan, dan

Toxoemia. Kedua, penyebab neonatal merupakan penyebab yang muncul

saat seorang bayi dilahirkan. Beberapa penyebabnya adalah kelahiran

premature, faktor resus, dan Tang Verlossing. Ketiga, penyebab

ketunarunguan yang terjadi setelah proses melahirkan (postnatal) adalah

meningitis cebralis, infeksi, dan otitis media kronis.

5. Dampak Ketunarunguan

Ketunarunguan tentu saja memberikan banyak dampak terhadap

penyandangnya. Dampak tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Secara Fisik

Menurut Arifin (2015) ada beberapa dampak yang dialami oleh

anak yang memiliki keterbatasan pendengaran, seperti kehilangan indera

pendengatan karena ada kerusakan pada organ tersebut dan kesulitan

menerima rangsang dalam bentuk audio. Selain itu, anak tunarungu

mengalami kesulitan memproduksi bahasa dan mengalami keterlambatan

dalam meniti fase-fase perkembangan.

b. Secara Sosial-Emosi

Menurut Efendi (2006) dan Van Uden (dalam Efendi, 2006)

beberapa dampak ketunarunguan dalam kehidupan sosial adalah anak

tunarungu lebih menampakkan sikap asosial. Anak tunarungu juga lebih

menunjukkan sikap bermusuhan dan lebih menarik diri dari lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

27

Lalu, anak tunarungu juga lebih egosentris dan lebih mudah marah serta

tersinggung. Anak tunarungu juga lebih bergantung pada orang lain dan

beberapa hal yang sudah dikenal sebelumnya. Selain itu, anak tunarungu

juga memiliki perasaan yang cenderung ekstrem tanpa banyak nuansa

dan memiliki perasaan takut akan hidup yang lebih besar.

c. Secara Bahasa

Dampak yang dialami oleh anak tunarungu secara bahasa tampak

pada kekurangan anak tunarunngu akan perbendaharaan kata. Anak

tunarungu juga mengalami kesulitan untuk mengartikan bahasa yang

mengandung arti kiasan atau sindiran sehingga mereka juga kesulitan

untuk mengartikan kata-kata abstrak seperti Tuhan. Anak tunarungu

mengalami kesulitan menguasai irama dan gaya bahasa sehingga mereka

juga menggunakkan struktur bahasa yang lebih berbeda.

C. Perkembangan Anak Tunarungu

Tahap perkembangan merupakan suatu fase yang pasti dialami oleh

setiap individu. Setiap individu mengalami hal yang sama hanya saja dalam

satu tahap atau fase individu membutuhkan waktu yang berbeda-beda, terutama

pada anak-anak berkebutuhan khusus. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini

hanya akan menjelaskan tahap perkembangan masa anak-anak tengah menuju

akhir. Masa perkembangan ini mencakup anak yang berusia 6-12 tahun

(Bukatko, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

28

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan tahap perkembangan yang terkait

dengan perubahan fisik seorang anak. Menurut Santrock (2009)

perkembangan fisik seorang anak dibagi menjadi:

a. Tubuh

Umumnya, seorang anak pada usia 6-12 tahun mengalami

perkembangan tinggi badan sebanyak 5-7,6 cm setiap tahunnya.

Perkembangan lainnya, yaitu berat badan. Berat badan anak-anak pada

masa ini bertambah 2,3-3,2 kg setiap tahunnya.

b. Otak

Volume otak anak-anak di masa ini sudah lebih stabil

dibandingkan dengan masa perkembangan sebelumnya. Perkembangan

otak juga menjadi lebih cepat terutama pada variasi struktur dan area

otak. Salah satu area otak yang berkembang adalah korteks prefrontal.

Perubahan signifikan yang terjadi pada area ini berkaitan dengan kontrol

kognitif. Kontrol kognitif inilah yang berperan untuk mengontrol

perhatian, mengurangi pikiran-pikiran yang mengganggu atau tercampur

aduk, menghambat gerakan motorik, dan fleksibel dalam menentukan

pilihan yang berlawanan (Munkata dalam Santrock, 2009).

2. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik anak-anak semakin berkembang yang

ditandai dengan semakin baiknya koordinasi gerak yang mereka lakukan.

Perkembangan motorik dibagi menjadi 2, yaitu motorik kasar dan motorik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

29

halus. Motorik kasar lebih melibatkan otot-otot besar pada anak-anak

sehingga motorik kasar anak laki-laki lebih unggul daripada anak

perempuan (Santrock, 2009). Sebaliknya, perkembangan motorik halus anak

perempuan lebih unggul dibandingkan dengan anak laki-laki (Santrock

2009).

a. Perkembangan Motorik ‘anak dengar’

Otot besar anak-anak yang menginjak usia 6-12 tahun sudah lebih

kuat dibandingkan tahap usia sebelumnya. Hal ini membuat kemampuan

motorik kasar mereka pun berkembang. Misalnya, mereka sudah mampu

untuk adalah berlari, memanjat, bermain bulutangkis, dan bermain

lompat tali.

Motorik halus yang mampu dilakukan oleh anak berusia 6 tahun

adalah mengikatkan tali sepatunya sendiri dan mengancingkan baju

mereka. Saat mereka berusia 7 tahun mereka mampu untuk mewarnai

menggunakan pensil warna. Hal ini disebabkan oleh tangan mereka yang

sudah lebih ajeg sehingga mereka lebih memilih menggunakan pensil

warna dibandingkan dengan krayon. Mereka juga mampu untuk

mewarnai bidang yang lebih kecil. Menginjak usia 8 sampai 10 tahun

anak-anak mampu untuk menulis huruf tegak bersambung dibandingkan

dengan huruf cetak. Hal ini disebabkan kemampuan tangan mereka sudah

lebih presisi sehingga lengkungan huruf atau ukuran tulisan sudah lebih

kecil. Usia 11 sampai 12 tahun seorang anak mampu untuk membuat

suatu kerajinan tangan yang lebih kompleks, misalnya membuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

30

keranjang telur paskah. Mereka juga sudah mampu untuk memainkan

suatu alat musik.

b. Perkembangan Motorik Anak Tunarungu

Penjelasan di atas merupakan kemampuan yang mampu

dilakukan oleh anak-anak usia 6-12 tahun yang tidak mengalami

disfungsi apapun. Perkembangan motorik terhadap anak tunarungu

memiliki perbedaan dengan „anak dengar‟. Menurut Gheysen, Loots, dan

Waelvelde (2008) anak tunarungu mengalami kekurangan dalam

keseimbangan, koordinasi dinamis umum (general dynamic

coordination), kemampuan visual-motor, kemampuan menangkap bola,

dan perbedaan yang jelas pada kecepatan perpindahan.

Pertumbuhan tubuh dan otak antara anak tunarungu dengan „anak

dengar‟ tidak ada perbedaan. Tubuh dan otak mereka berkembang sesuai

dengan tahap usia mereka. Hal ini berbeda dengan perkembangan

motorik yang dialami oleh anak tunarungu dan „anak dengar‟. Anak

tunarungu mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik

mereka. Wiegersma dan Van der Velde (dalam Gheysen, Loots, dan

Waelvelde, 2008) mengatakan hal yang menyebabkan anak tunarungu

mengalami keterlambatan adalah gangguan syaraf, disfungsi

pendengaran, kekurangan rasa percaya diri, perlindungan dari orangtua

yang berlebihan atau pengabaian orangtua sehingga anak tunarungu

kekurangan rasa ingin tahu untuk mengeksplor lingkungannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

31

3. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan pikiran

yang disadari oleh seseorang (Santrock, 2009). Salah satu perkembangan

proses kognitif terkait fungsi eksekutif, bahasa, dan komunikasi adalah

theory of mind (Marschark dan Hauser, 2012).

Theory of mind adalah kesadaran seorang anak terhadap proses

mental dirinya dan proses mental orang lain (Santrock, 2009). Menurut

Marschark dan Hauser (2012) theory of mind merupakan kemampuan

seorang anak untuk mengetahui pikiran orang lain, emosi orang lain, dan

kepercayaan (belief) orang lain. Perkembangan theory of mind sangat

penting untuk anak-anak dalam berkomunikasi, belajar, dan berinteraksi

sosial.

Perkembangan theory of mind pada anak-anak sangat bergantung

pada efektivitas komunikasi dengan orangtua mereka. Selain itu,

kemampuan orangtua untuk menjelaskan emosi dan keadaan kognitif

seseorang dalam konteks sebab akibat (Marschark dan Hauser, 2012).

Theory of mind juga membuat anak-anak belajar maksud dari orang lain

yang mengatakan sesuatu secara tidak langsung. Misalnya, “anginnya

kencang sekali” maksud yang sebenarnya adalah “tolong tutup jendelanya.

Perkembangan theory of mind antara anak tunarungu dan „anak

dengar‟ juga berbeda. Courtin (dalam Santrock, 2009) mengatakan bahwa

anak tunarungu menunjukkan perkembangan yang tidak cukup baik pada

tugas theory of mind mereka, terutama anak-anak tunarungu yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

32

„orangtua yang mendengar‟ (hearing parents). Marschark dan Hauser

(2012) juga mengatakan bahwa anak tunarungu mengalami keterbelakangan

dalam theory of mind dibandingkan dengan „anak dengar‟ seusianya.

Selain theory of mind, intelegensi anak tunarungu juga sering

dibedakan dengan „anak dengar‟. Inteligensi merupakan sebuah kemampuan

untuk mengatasi masalah, beradaptasi, dan belajar dari suatu pengalaman

(Santrock, 2009).

Pada dasarnya anak tunarungu memiliki intelegensi yang sama

dengan „anak dengar‟ (Furth dalam Efendi, 2006). Hambatan-hambatan

inteligensi yang terjadi pada anak tunarungu disebabkan oleh pengalaman

berbahasa. Anak-anak tunarungu mengalami kesulitan untuk menghubungan

atau menarik sebuah kesimpulan (Somantri, 2007).

Hambatan tersebut yang membuat anak tunarungu sering dilabel

bodoh. Hal ini disebabkan inteligensi sering dikaitkan dengan pencapaian

akademi seorang anak. Anak tunarungu memiliki kemampuan inteligensi

yang setara dengan „anak dengar‟ akan tetapi disfungsi pendengaran yang

dialami membuat mereka kesulitan memahami bahasa dan membutuhkan

waktu yang lebih lama untuk belajar. Mereka juga membutuhkan bantuan

orangtua atau guru di sekolah untuk bisa mencapai prestasi akademik seperti

„anak dengar‟. Hal ini tidak dirasakan oleh „anak dengar‟ karena mereka

bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

33

4. Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa pada anak-anak yang „mendengar‟ dan pada

anak tunarungu jelas berbeda. Anak-anak tunarungu membutuhkan waktu

yang lebih lama untuk belajar berbahasa. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan yang dimilikinya (Marschark dan Spencer, 2003). Anak-anak

tunarungu yang mengalami keterlambatan berbicara juga kesulitan untuk

mengungkapkan emosi mereka secara verbal.

Normalnya seorang anak akan mengalami fase reflexive vocalization

(0-6 minggu), babbling (6 minggu-6 bulan), lalling (6 bulan-9 bulan),

yargon (9 bulan-12 bulan), dan true speech (12 bulan- 18 bulan) (Smith

dalam Efendi, 2006). Bagi anak tunarungu yang menderita gangguan

pendengaran sejak lahir, fase perkembangan mereka terhambat pada fase

babbling. Fase ini merupakan fase seorang anak mulai untuk mencoba

merespon suaranya sendiri. Hal ini terhambat atau terhenti karena anak

tunarungu tidak mampu untuk mendengar umpan balik dari suaranya sendiri

maupun orang lain.

Menurut Denmark (1994) anak tunarungu memiliki hambatan untuk

belajar bahasa secara verbal karena mereka tidak mampu untuk mendengar

ucapan mereka sendiri maupun ucapan orang lain. Hal ini justru salah satu

cara seorang anak belajar untuk berbicara dan mulai mengenal bahasa.

Keterbatasan anak-anak tunarungu untuk mendengar membuat mereka harus

mengandalkan indera yang lainnya untuk belajar bahasa agar bisa

berinteraksi dengan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

34

Menurut Marschark dan Spencer (2003) yang termasuk dalam

perkembangan bahasa anak tunarungu adalah:

a. Fonologi

Normalnya fonologi sudah berkembang sejak seorang anak

berusia 1 tahun sampai 6 tahun (bagi anak-anak yang belajar bahasa

inggris sebagai bahasa ibu). Hal ini tentu berbeda dengan anak-anak

tunarungu. Sebuah studi dalam Marschark dan Spencer (2003)

menemukan bahwa penguasaan fonem anak tunarungu terjadi lebih

lambat dibandingkan dengan „anak dengar‟.

Seiring meningkatnya jumlah kosakata seorang anak, maka

dibutuhkan fonem yang lebih banyak dalam membantu mempertahankan

perbedaan fonetik antara kosakata yang sudah dipelajari sebelumnya

dengan kosakata yang baru.

Anak tunarungu menguasai konsonan /p, b, m/ lebih awal

dibandingkan /f,v/. Bagi anak-anak tunarungu ada beberapa fonem yang

dikuasai lebih dulu dan ada beberapa fonem yang membutuhkan waktu

yang lama untuk dikuasai.

b. Morfologi dan Sintaks

Morfologi merupakan stuktur bahasa yang lebih luas

dibandingkan dengan fonologi. Morfologi mencakup morfem, suku kata,

kosakata, frasa, dan kalimat. Kompleksitas struktur bahasa ini yang

menjadi tolak ukur perkembangan bahasa yang dialami seorang anak

(Marschack dan Spencer, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

35

c. Kosakata

Pada umumnya, anak-anak usia 6 tahun mampu untuk menguasai

14.000 kata dan anak usia 11 tahun mampu menguasai 40.000 kata

(Santrock, 2009). Anak-anak tunarungu menguasai 12.000-18.000 kata

saat mereka menginjak usia 18 tahun (Marschark dan Spencer, 2003).

Menurut Jensema (dalam Efendi, 2006) anak-anak tunarungu

yang beusia 8-10 tahun memiliki perbendaharaan kata yang setara

dengan „anak-anak mendengar‟ dari awal TK hingga akhir kelas II SD.

5. Perkembangan Sosio-emosi

Perkembangan sosio-emosi merupakan salah satu perkembangan

yang memilih pengaruh terhadap interaksi sosial anak tunarungu selain

perkembangan bahasa. Perkembangan sosio-emosi merupakan tahap kritis

dan mendasar untuk mencapai kesuksesan kehidupan (Marschark dan

Spencer, 2003). Umumnya, seorang anak pada fase ini mampu untuk

mendeskripsikan diri mereka secara psikologis, misalnya mendeskripsikan

sifat-sifat yang dimiliki. Anak-anak juga mampu untuk membandingkan diri

mereka dengan sesamanya (Santrock, 2009).

Sosio-emosi ini juga mampu untuk membantu seseorang untuk

menyadari potensi diri yang dimiliki dan mencakup kemampuan serta

kemauan untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang dalam melihat

suatu realita. Menurut Santrock (2009) hal ini disebut dengan perspective

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

36

taking di mana seorang anak memiliki kemampuan untuk memahami

perspektif, pikiran, dan perasaan orang lain.

Disfungsi pendengaran yang dimiliki oleh anak tunarungu menjadi

hambatan mereka untuk bisa memahami adanya perbedaan perspektif dari

orang lain. Anak tunarungu yang berada pada masa tengah dan akhir anak-

anak masih memiliki egosentrisme yang tinggi dibandingkan dengan „anak

dengar‟.

Keterlambatan dalam perkembangan bahasa membuat anak

tunarungu kesulitan untuk berinteraksi sosial dengan „anak dengar‟. Hal ini

disebabkan oleh ketidakjelasan pengucapan anak tunarungu sehingga

mereka sulit unutk memahami perasaan dan pikiran orang lain.

Ketidakmampuan mereka untuk mendengar juga membuat mereka kesulitan

untuk memahami bahasa lisan dari orang lain. Hal ini membuat anak-anak

tunarungu sering menafsirkan segala sesuatu secara negatif atau salah

menafsirkan sehingga mereka memiliki tekanan tersendiri terhadap

emosinya. Keterbatasan pemahaman terhadap orang lain juga membuat

mereka lebih sering bertindak secara agresif dan lebih sering merasa gelisah

(Somantri, 2007).

Anak tunarungu yang mengalami keterlambatan dalam

perkembangan sosio-emosi mereka jelas memberikan dampak tersendiri

bagi interaksi sosial mereka. Mereka mengalami kesulitan untuk

berinteraksi dengan teman sebayanya baik yang mendengar maupun sesama

yang tunarungu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

37

D. Kerangka Konseptual

Interaksi sosial akan terjadi apabila ada dua individu atau lebih yang

sedang bersama dan melibatkan kontak sosial serta komunikasi. Interaksi sosial

juga terjadi pada anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟. Kontak sosial yang terjadi dalam interaksi

keduanya akan melibatkan kesadaran dan emosi sehingga ada tindakan yang

ditanggapi oleh orang lain. Kontak sosial tersebut akan digambarkan dari

perilaku yang tampak antara anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu

dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Selain kontak sosial, peneliti juga

akan menggambarkan perilaku komunikasi antara anak tunarungu dengan

sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Komunikasi

yang akan digambarkan memiliki dua jenis, yaitu komunikasi linguistik dan

komunikasi nonlinguistik.

Peneliti berharap melalui penelitian ini dapat menggambarkan perilaku

kontak sosial dan komunikasi antar-anak tunarungu dan anak tunarungu

dengan „anak dengar‟. Gambaranperilaku yang tampak antara anak tunarungu

dengan sesama anak tunarungu akan dibandingkan dengan gambaran perilaku

antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Penjabaran kerangka konseptual

akan tampak pada skema 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

38

Interaksi Sosial

Kontak Sosial

Anak Tunarungu dengan Sesama Anak

Tunarungu

Anak Tunarungu dengan 'Anak Dengar'

Komunikasi

Komunikasi Linguistik

Anak Tunarungu dengan Sesama Anak

Tunarungu

Anak Tunarungu dengan 'Anak Dengar'

Komunikasi Nonlinguistik

Anak Tunarungu dengan Sesama Anak

Tunarungu

Anak Tunarungu dengan 'Anak Dengar'

Skema 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang bersifat

eksploratorik karena belum banyak kepustakaan yang menyediakan laporan

penelitian yang sedang diteliti. Penelitian kualitatif juga melibatkan peneliti

secara langsung untuk terjun ke lokasi partisipan yang mengalami masalah

yang sedang diteliti. Bentuk dari data penelitian kualitatif dapat berupa hasil

wawancara, hasil observasi, atau dokumen yang bisa menjawab tentang

masalah yang diteliti (Creswell dalam Supratiknya, 2015).

Penelitian ini akan menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) untuk

menafsirkan secara data teks secara subjektif dengan klasifikasi coding dan

pengidentifikasian aneka tema dan pola (Hsieh & Shannon dalam Supratiknya,

2015). AIK merupakan metode yang bertujuan untuk menganalisis pesan-pesan

komunikasi baik bersifat lisan, tertulis, atau visual (Elo & Kyngas dalam

Supratiknya, 2008).

Semua data berasal dari catatan observasi tentang gambaran tingkah

laku anak tunarungu ketika berinteraksi dengan sesama tunarungu dan „anak

dengar‟. Hasil observasi ini kemudian diberikan kode dan dikelompokkan ke

dalam tema-tema sehingga dapat terlihat perilaku interaksi sosial keduanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

40

B. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah anak tunarungu yang

berinteraksi dengan sesama anak tunarungu dan „anak dengar‟. „Anak dengar‟

yang dimaksud bisa dengan teman bermain di rumah atau dengan saudara yang

bisa mendengar. Kemudian, anak tunarungu juga menderita ketulian sebelum

mereka mengenal bahasa sehingga mereka mengalami kesulitan berkomunikasi

secara verbal.

Rentang usia sesama anak tunarungu atau anak dengar adalah 6 tahun

sampai 12 tahun. Hal ini dikarenakan usia anak tunarungu dan kemampuan

kognitif di sekolah tidak semuanya sama dengan „anak dengar‟. Mereka sudah

berusia lebih tua akan tetapi masih duduk di kelas 3 atau kelas 4 SLB B.

Selain itu, cara peneliti mendapatkan responden adalah membagikan informed

consent kepada seluruh siswa dari kelas dasar 2 sampai dengan dasar 5.

Informed consent yang kembali kemudian dikonfirmasi kepada orangtua

apakah peneliti bisa datang ke rumah untuk melihat responden bermain. Bagi

orangtua yang menyetujui maka peneliti akan menjadikan putra/i orangtua

sebagai responden penelitian.

Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 3

orang. Hal ini disebabkan dari 20 informed consent yang kembali hanya 3

orangtua yang mengijinkan peneliti untuk datang ke rumah. Ketiga subjek ini

berusia 10 tahun dan dua diantaranya duduk di kelas dasar 3. Subjek lainnya

duduk di kelas dasar 4.

Data umum responden dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

41

Tabel 2

Kode Usia Usia mulai tuli Jenis

Kelamin

Penyebab

Ketulian

R1 11 tahun 2 tahun Perempuan Tidak diketahui

R2 11 tahun 2 tahun Laki-laki Tidak diketahui

R3 11 tahun 2,5 tahun Perempuan Tidak diketahui

C. Fokus Penelitian

Bagian yang ingin dilihat pada penelitian ini adalah interaksi sosial

antara sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟

berdasarkan perilaku yang muncul. Perilaku-perilaku yang muncul akan

dikelompokkan dalam kategori sehingga dapat menggambarkan bagaimana

interaksi sosial pada sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak

dengar‟.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan teknik observasi. Observasi merupakan teknik pengamatan yang

sistematis untuk memperoleh data yang tercermin melalui tingkah laku

individu (Kusdiati dan Fahmi, 2015).

Peneliti yang menggunakan teknik observasi akan disebut dengan

observer. Observer memiliki beberapa tipe untuk mendapatkan data yang

diinginkan, salah satunya adalah menjadi observer partisipan. Observer

partisipan adalah keterlibatan peneliti secara langsung dalam proses

pengambilan data. Dalam penelitian ini, peneliti/observer akan mengamati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

42

subjek dari satu titik tertentu akan tetapi observer juga bisa berinteraksi

langsung dengan subjek.

Observasi memiliki beberapa cara untuk mencatat data-data yang

diperoleh. Penelitian ini akan menggunakan teknik pencacatan naratif. Teknik

pencacatan naratif adalah teknik mencatat semua perilaku yang muncul saat

waktu observasi. Selain pencacatan secara tertulis, peneliti juga

mendokumentasikan perilaku-perilaku yang muncul selama observasi sesuai

dengan kriteria yang masuk dalam indikator yang ditentukan peneliti.

Sebelum melakukan observasi, peneliti juga membuat daftar susunan

perilaku yang akan dilihat pada saat observasi. Daftar susunan perilaku

merupakan perkiraan perilaku apa saja yang akan tampak selama observasi

berlangsung. Hal ini mengacu pada teori yang digunakan, yaitu komponen

interaksi sosial (kontak sosial dan komunikasi). Daftar susunan perilaku akan

dijabarkan dalam tabel 3 berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

43

Tabel 3

Aspek Perilaku

Kontak Sosial Anak tunarungu bertatap muka dengan sesama anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu menatap mata sesama anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu melihat kegiatan yang sedang dilakukan oleh sesama anak

tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu melihat anak tunarungu atau „anak dengar‟ yang sedang bermain.

Anak tunarungu memberikan sapaan kepada sesama anak tunarungu atau „anak

dengar‟ dengan melambaikan tangannya.

Anak tunarungu menghampiri atau mendekati sesama anak tunarungu atau „anak

dengar‟.

Anak tunarungu melihat ke arah terjadinya sesuatu ke sesama anak tunarungu atau

„anak dengar‟.

Komunikasi Linguistik Anak tunarungu menyampaikan pesan dengan menggerakkan bibir atau mulut

kepada sesama tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu menangkap pesan dengan melihat gerakan bibir atau mulut

sesama anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu menyampaikan pesan dengan abjad jari kepada sesama anak

tunarungu atau „anak dengar‟.

Komunikasi

Nonlinguistik

Emblems Anak tunarungu melambaikan tangan untuk memberikan tanda memanggil sesama

anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu memberikan sentuhan fisik kepada sesama anak tunarungu atau

„anak dengar‟ untuk mengajak memanggil.

Anak tunarungu memberikan tanda lambaian tangan ke arah kanan atau kiri untuk

menandakan menyingkir.

Anak tunarungu menunjuk arah atau tempat menggunakan tangannya atau jari

telunjuk ketika ditanya tentang arah/tempat oleh sesama anak tunarungu atau „anak

dengar‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

44

Illustrators Anak tunarungu menyampaikan pesan dengan gerakan bibir disertai gerakan

tangan kepada sesama anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Affects Anak tunarungu memberikan senyum (melengkungkan bibirnya ke atas dan

membentuk huruf U) kepada sesama tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu yang tertawa ketika sedang bercengkrama dengan sesama

tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu yang melengkungkan bibirnya ke bawah (membentuk huruf U

terbalik) untuk mengekspresikan kesedihan.

Anak tunarungu mengekspresikan perasaan dengan melompat-lompat.

Anak tunarungu mengekspresikan perasaan dengan menghentakkan kaki.

Regulators Anak tunarungu menganggukkan kepala untuk menyetujui sebuah pendapat

sesama anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu menggelengkan kepala untuk menyanggah pendapat oleh sesama

anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Anak tunarungu melambaikan tangan untuk menyanggah pendapat oleh sesama

anak tunarungu atau „anak dengar‟.

Adapters Anak tunarungu menggerakkan kaki atau tangan untuk menunjukkan perasan

cemas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

45

E. Proses Pengambilan Data

Responden yang dapat berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan

anak tunarungu yang berinteraksi dengan sesama anak tunarungu dan

berinteraksi juga dengan „anak dengar‟. Mereka juga berada dalam masa

kanak-kanak akhir sehingga usia mereka masuk dalam rentang 6 – 12 tahun.

Peneliti datang ke salah satu sekolah luar biasa B (khusus tunarungu) untuk

meminta bantuan menemukan responden. Setelah pihak sekolah setuju apabila

peneliti diijinkan untuk melakukna observasi disana, peneliti segera membuat

informed consent yang akan dibagikan kepada calon responden dan disetujui

oleh orangtua responden. Dari 40 kuesioner yang disebar, hanya ada 7

informed consent yang kembali kepada peneliti. Dari 7 informed consent yang

kembali hanya 3 responden yang memenuhi kriteria.

Setelah peneliti meminta ijin ke pihak sekolah, peneliti bertemu dengan

orangtua calon responden untuk memperkenalkan diri, meminta ijin secara

langsung, dan meminta ijin untuk merekam kegiatan. Setelah semuanya siap

maka peneliti segera melakukan observasi di sekolah dan di rumah responden.

Observasi di sekolah dilakukan pada saat jam istirahat ketika semua anak-anak

bisa bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya. Observasi di rumah

dilakukan saat sore hari ketika responden melakukan kegiatan dengan „anak

dengar‟.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan adalah analisis isi kualitatif

(AIK) dengan pendekatan deduktif, yaitu Analisis Isi Terarah. Analisi Isi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

46

Terarah merupakan analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini

karena menggunakan hasil penelitian sebelumnya untuk menentukan skema

awal pengkodean (Hsieh & Shannon dalam Supratiknya, 2015). Kategori

pengkodean dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti dengan menggunakan

teori interaksi sosial dimana interaksi sosial terdiri dari dua komponen yaitu

kontak sosial dan komunikasi.

Kategori pengkodean dibagi menjadi 3 kategori besar, yaitu kontak

sosial, komunikasi nonlinguistik, dan komunikasi linguistik. Kontak sosial

merupakan hubungan antara individu atau kelompok yang menyadari

keberadaan orang lain, bertemu secara visual, dan melibatkan emosi tertentu

sehingga ada tindakan yang ditanggapi oleh orang lain. Lalu, komunikasi

nonlingustik adalah komunikasi yang tidak melibatkan komunikasi secara oral.

Komunikasi nonlinguistik diklasifikasikan lagi menjadi 5 jenis, yaitu emblems,

illustrator, affect, regulator, dan adapters. Sedangkan komunikasi linguistik

merupakan proses penyampaian pesan dengan gerakan bibir dan dipahami oleh

satu sama lain. Penjabaran definisi dapat dilihat pada Tabel 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

47

Tabel 4

Kategori Sesama Anak Tunarungu Anak Tunarungu dengan ‘Anak Dengar’

Kontak Sosial Hubungan antara individu atau kelompok yang

menyadari keberadaan orang lain, bertemu

secara visual, dan melibatkan emosi tertentu

sehingga ada tindakan yang ditanggapi oleh

orang lain

Hubungan antara individu atau kelompok yang

menyadari keberadaan orang lain, bertemu secara

visual, dan melibatkan emosi tertentu sehingga ada

tindakan yang ditanggapi oleh orang lain

Komunikasi

Nonlinguistik

Emblems Penyampaian pesan dengan gerakan tangan

atau tubuh tanpa ada kata-kata atau kalimat.

Penyampaian pesan dengan gerakan tangan atau

tubuh tanpa ada kata-kata atau kalimat.

Illustrator Penyampaian pesan secara verbal disertai

dengan gerakan tangan atau tubuh untuk

memperjelas pesan.

Penyampaian pesan secara verbal disertai dengan

gerakan tangan atau tubuh untuk memperjelas pesan.

Affect Bentuk ungkapan perasaan yang sedang

dialami dan ditunjukkan melalui mimik wajah.

Bentuk ungkapan perasaan yang sedang dialami dan

ditunjukkan melalui mimik wajah.

Regulator Perilaku anak yang membantu untuk

memberikan klarifikasi ketika sedang

berinteraksi. Contohnya, anggukkan kepala.

Perilaku anak yang membantu untuk memberikan

klarifikasi ketika sedang berinteraksi. Contohnya,

anggukkan kepala.

Adapters Salah satu perilaku yang membantu dalam

manajemen interaksi atau mengekspresikan

perasaan. Misalnya, gerakan kaki untuk

mereduksi perasaan cemas.

Salah satu perilaku yang membantu dalam

manajemen interaksi atau mengekspresikan perasaan.

Misalnya, gerakan kaki untuk mereduksi perasaan

cemas.

Komunikasi Linguistik Proses penyampaian pesan dengan gerakan

bibir.

Proses penyampaian pesan dengan gerakan bibir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

48

G. Verifikasi Penelitian

1. Validitas

Menurut Creswell (dalam Supratiknya, 2015) ada beberapa strategi

yang dapat digunakan untuk menguji validitas sebuah penelitian. Salah satu

strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berada dalam jangka

waktu yang panjang di lapangan. Strategi ini dapat mengembangkan

pemahaman yang mendalam tentang fenomen yang diteliti sehingga dapat

memberikan informasi yang rinci. Informasi tersebut berupa lokasi

penelitian dan partisipan. Hal ini juga dapat mendukung strategi validitas

bias. Bias merupakan proses menguraikan kemungkinan bias yang dibawa

oleh peneliti dalam bentuk refleksi diri yang jujur.

Selain itu, peneliti juga menggunakan strategi thick description atau

deskripsi mendalam. Validitas ini memaparkan temuan dengan sangat rinci

tentang lingkungan penelitian serta mendeskripsikan penelitian dari

berbagai sudut pandang.

2. Reliabilitas

Reliabilitas yang digunakan adalah reliabilitas interobserver.

Reliabilitas intraobserver adalah melihat adanya konsistensi dan stabilitas

dalam pencatatan yang dilakukan oleh lebih dari satu observer. Observer

akan mengamati subjek yang sama, dalam waktu yang bersamaan, dan

format pencatatan yang sama (Kusdiyati dan Fahmi, 2015). Dalam

penelitian ini yang akan berperan sebagai observer adalah peneliti dan rekan

peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Responden Penelitian

1. Responden 1 (R1)

Responden 1 adalah seorang anak laki-laki yang berusia 11 tahun.

Saat ini, ia duduk di kelas 3 Sekolah Dasar Luar Biasa. Responden 1

menyandang tunarungu sejak ia berusia 2 tahun. Kedua orangtua responden

tidak mengetahui pasti penyebab disabilitas yang menimpa responden.

Informasi yang didapat dari orangtuanya, kelainan tersebut mulai diketahui

ketika Responden 1 menderita panas tinggi hingga kejang-kejang. Sejak saat

itu Responden 1 tidak mampu untuk merespon suara. Tingkat pendengaran

Responden 1 masuk dalam kategori profoundly losses dengan intensitas

bunyi sebesar 110 dB. Responden 1 menyandang disabilitas tersebut

sebelum ia mengenal bahasa.

Responden 1 berinteraksi dengan teman-teman sesama tunarungu

saat Akan tetapi, di lingkungan rumah, Responden 1 berinteraksi dengan

anak-anak seusianya yang tidak menyandang disabilitas.

2. Responden 2 (R2)

Responden 2 merupakan seorang anak perempuan yang berusia 11

tahun. Saat ini, Responden 2 duduk di kelas 3 Sekolah Dasar Luar Biasa.

Responden 2 didiagnosa menyandang disabilitas tunarungu saat ia berusia 2

tahun. Penyebab pastinya tidak diketahui oleh kedua orangtuanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

50

Perubahan Responden 2 terasa saat Responden 2 tidak mampu merespon

panggilan orangtuanya. Responden 2 tidak mampu merespon suara yang ada

sebelum ia mengenal bahasa. Awalnya Responden 2 pernah terjatuh dan

terjadi benturan di kepalanya. Saat itu, Responden 2 baik-baik saja sampai

tiba-tiba ia tidak mampu merespon suara. Tingkat pendengaran responden 2

masuk dalam kategori profound losses dengan intensitas bunyi sebesar 110

dB.

Saat di sekolah Responden 2 berinteraksi dengan teman-temannya

sesama tunarungu. mereka menggunakan bahasa yang mereka pahami

bersama. Sedangkan di lingkungan rumah, Responden 2 berinteraksi dengan

teman-teman sebaya yang tidak memiliki disabilitas seperti Responden 2. Ia

berinteraksi dengan „anak-anak dengar‟ saat mengikuti kegiatan di

lingkungan rumah.

3. Responden 3 (R3)

Responden 3 adalah seorang anak perempuan berusia 11 tahun. Ia

duduk di kelas 4 Sekolah Dasar Luar Biasa. Responden 3 kehilangan fungsi

pendengarannya sejak ia berusia 2,5 tahun. Ia kehilangan fungsi

pendengaran sebelum ia mengenal bahasa. Tingkat pendengaran responden

masuk dalam kategori profoundly losses dengan intensitas bunyi 120 dB.

Selain itu, penyebab Responden 3 menyandang tunarungu tidak diketahui.

Responden 3 tiba-tiba saja tidak merespon suara orangtuanya dan

mengalami keterlambatan bicara. Ia tidak mengalami jatuh atau panas tinggi

seperti dua responden sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

51

Saat ini, Responden 3 duduk di kelas 4 Sekolah Dasar Luar Biasa.

Responden 3 berinteraksi dengan sesama tunarungu ketika berasa di

lingkungan sekolah. Ketika di lingkungan rumah, Responden 3 berinteraksi

dengan teman-teman sebayanya yang tidak menyandang disabilitas. Mereka

berinteraksi ketika sdang ada acara khusus, seperti mengaji saat bulan

Ramadhan. Selain itu, ia berinteraksi dengan adiknya yang memenuhi

kriteria „anak dengar‟.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan sejak 25 April 2016 hingga 30 Mei 2016.

Rentang waktu ini merupakan rentang waktu pengambilan data untuk ketiga

responden. Observer datang setiap hari ke sekolah untuk melakukan

pendekatan sekaligus pengamatan di sekolah. Setiap hari observer mengamati 1

responden. Observer datang dari pagi hari jam 10.00 hingga jam 14.00 untuk

mengamati lingkungan dan berdinamika dengan responden.

Pengambilan data dilakukan pada saat jam istirahat sekolah sehingga

tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Pengambilan data saat di sekolah

berlangsung pada pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00. Waktu ini merupakan

saat istirahat siang responden di sekolah yang cukup lama. Biasanya mereka

mengawali istirahat dengan makan siang bersama, shalat berjamaah, dan

dilanjutkan dengan menghabiskan waktu bersama teman-teman.

Selama observasi berlangsung, observer dan rekan observer harus

berpindah-pindah tempat untuk mengamati responden. Hal ini disebabkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

52

tempat yang bersekat-sekat dan tidak memungkinkan untuk mengamati

kegiatan responden. Selain itu, responden juga menyadari kehadiran kamera

yang sedang merekam kegiatan mereka. Terkadang responden justru

memperhatikan kamera daripada bermain dengan teman-temannya. Ada pula

siswa lain yang menganggu dengan meminjam kamera yang sedang digunakan

atau berdiri di hadapan lensa sehingga menutupi perilaku responden.

Setelah melakukan pengambilan data di sekolah, observer melanjutkan

mengamati kegiatan para responden ketika di lingkungan rumah. Pengamatan

dilakukan bertepatan dengan bulan Ramadhan sehingga setiap sore responden

1 dan responden 2 mengikuti kegiatan TPA di masjid. Pengamatan dilakukan

dari pukul 16.30 WIB hingga pukul 17.45 WIB. Hal ini berbeda dengan

responden 3 yang hanya berkegiatan di rumah bersama adiknya.

Ketika pengambilan data berlangsung di lingkungan rumah, observer

datang sekitar pukul 16.00 WIB. Hal ini disebabkan responden baru pulang

sekolah pukul 15.00 WIB. Selama di rumah responden, observer mengamati

kegiatan untuk persiapan TPA kemudian berangkat ke masjid bersama

responden. Lingkungan di masjid sangat ramai dengan anak-anak seusia

responden akan tetapi mereka jarang yang berinteraksi dengan responden.

Terkadang responden juga kesulitan memahami pesan yang disampaikan

teman-temannya secara verbal.

Kesulitan komunikasi yang dialami oleh responden justru menjadi

distraksi bagi observer. Selama melakukan pengamatan saat di masjid,

responden banyak membutuhkan bantuan observer atau orang lain untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

53

berkomunikasi dengan „anak dengar‟. Sesekali observer membantu untuk

menterjemahkan pesan yang disampaikan kepada anak tunarungu oleh „anak

dengar‟ dan begitu pun sebaliknya. Hal ini menjadi distraksi observer ketika

sedang melakukan pengamatan.

Pengamatan responden 3 dilakukan di rumahnya ketika sedang bermain

bersama adiknya. Observer datang pada malam hari karena rumah subjek yang

cukup jauh dan jam pulang sekolah yang hampir sore. Ketika observer datang,

responden sedang bercengkrama dengan keluarganya. Responden terlihat

malu-malu dan memilih untuk menemani adiknya.

C. Hasil Penelitian

1. Kontak Sosial

a. Anak Tunarungu dengan Sesama Anak Tunarungu

Berdasarkan hasil observasi, kontak sosial yang terjadi antara

anak tunarungu dengan sesamanya melibatkan kesadaran responden dan

kontak fisik, serta adanya ajakan interaksi. Kesadaran akan kehadiran

orang lain tampak pada perilaku R1 yang menghampiri teman-temannya

untuk memberitahukan kedatangan teman yang lain.

“Ketika jam istirahat R1 melihat ada teman lamanya yang datang dan

duduk di samping sekolah.”

“R1 menghampiri temannya yang berada di aula.”

Perilaku lain tampak pada perilaku R2 yang melihat temannya sedang

menangis.

“Setelah R2 melihat temannya menangis, tidak lama ibu guru datang

untuk bertanya ada apa.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

54

Perilaku berbeda tampak dari R3 yang menyadari kehadiran sesama anak

tunarugu dengan berbagi makanan yang dimiliki.

“Lalu, R3 mengambil 2 wafer dan membagikan wafernya pada teman

yang lain.”

Setelah menyadari kehadiran sesama anak tunarungu, para

responden menyadari kegiatan yang dilakukan oleh sesama anak

tunarungu. R1 memperhatikan temannya yang sedang bermain game

pada tabnya.

“R1 berdiri di samping temannya sambil menyilangkan tangannya di

dada dan melihat temannya yang sedang bermain game di tab tersebut.”

R2 dan R3 memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain tebak-

tebakan dan bola kertas.

“Lalu, R2 duduk dan melihat teman-temannya yang sekarang bermain

tebak-tebakan.”

“Selama itu sambil duduk, R3 juga melihat kakak kelas dan teman-teman

sebaya yang laki-laki ketika mereka sedang bermain bola.”

Ketiga responden menyadari bahwa mereka sedang direkam

dengan kamera sehingga mereka beberapa kali melihat ke arah kamera.

Hal ini tampak pada:

“R1 juga sesekali melihat ke arah kamera.”

“R2 juga terkadang melihat ke arah kamera.”

“R3 juga sempat melihat ke arah kamera.”

Kemudian, R2 dan R3 juga menyadari kepemilikan sebuah benda.

Hal ini tampak pada perilaku R2 yang mengembalikan sebuah benda

kepada temannya. Sedangkan perilaku R3 tampak ketika ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

55

memperhatikan ponsel milik temannya. Akan tetapi perilaku ini tidak

tampak pada R1.

“Saat di tangga R2 memegang sesuatu dan dikembalikan kepada

temannya yang lebih kecil.”

“Kemudian, R3 juga melihat ke arah HP temannya.”

Ketiga responden tidak hanya sadar akan kehadiran sesama

tunarungu atau kegiatan sesama tunarungu. Responden juga sadar akan

lingkungan atau situasi yang ada di sekitarnya.

“Kemudian R1 berjalan-jalan kecil dan hanya melihat sekitarnya.”

“Kemudian R2 mengamati teman-teman di sekililingnya sambil

bertopang dagu.”

“R3 sempat melihat ke arah pintu masuk.”

Selain melibatkan kesadaran, kontak sosial juga melibatkan

kontak fisik yang tampak pada tatapan wajah dan sentuhan fisik. Perilaku

menatap wajah sesama anak tunarungu lain tampak pada:

“Kemudian, R1 berhadapan dengan teman yang berada pada urutan

terakhir.”

“Sampai di depan kelasnya R2 menatap wajah temannya yang

mengajaknya berkomunikasi.”

“Sambil makan R3 melihat wajah dan gerakan tangan teman di

hadapannya yang sedang berbicara.”

Sedangkan perilaku yang melibatkan sentuhan fisik tampak pada:

“R1 berbicara sambil dirangkul oleh temannya.”

“R2 berjalan mundur dan tidak sengaja langkahnya terkena lutut

temannya yang sedang duduk.”

“R3 juga makan sambil bersandar dengan temannya dengan meletakkan

siku R3 di atas lutut temannya di sampingnya.”

R1 juga sadar akan adanya ajakan interaksi. Perilaku ini tampak

pada:

“R1 juga menghampiri teman yang memanggilnya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

56

b. Anak Tunarungu dengan ‘Anak Dengar’

Kontak sosial yang terjadi antara anak tunarungu dengan „anak

dengar‟ juga melibatkan kesadaran, kontak fisik, serta adanya ajakan

interaksi. Kesadaran yang terlibat adalah kesadaran akan kehadiran „anak

dengar‟, sadar akan kegiatan „anak dengar‟, dan sadar akan

lingkungan/situasi.

R1 sadar akan kehadiran „anak dengar‟ ketika ia bertemu dengan

„anak dengar‟.

“Disana R1 bertemu dengan anak kecil yang tadi bermain dengannya.”

Sedangkan R2 duduk bersama „anak dengar‟ dan R3 mendekati „anak

dengar‟.

“Seperti biasa, R2 datang ke masjid lebih awal daripada teman-

temannya.Sesampainya di masjid R2 duduk di dekat 2 orang temannya.”

“Kemudian R3 mendekati kardus mainan dan adiknya.”

Mereka juga menyadari kegiatan yang dilakukan oleh „anak

dengar‟.Misalnya, R1 yang melihat adik kecil yang sedang makan.

“Kemudian R1 kembali melanjutkan makan sambil melihat adik kecil

yang juga makan di sampingnya.”

Ada juga R2 yang melihat teman-temannya berkejar-kejaran dan R3 yang

melihat adik yang sedang bermain keyboard.

“Lalu R2 sempat melihat ke arah temannya yang sedang berkejar-

kejaran.”

“R3 berdiri di sebelah adiknya yang sedang bermain keyboard.”

Dari ketiga responden, hanya R1 yang sadar akan

lingkungan/situasi. R1 melihat-lihat sekitarnya ketika sedang mengikuti

kegiatan TPA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

57

“Setelah itu R1 hanya berdiri dan melihat sekelilingnya.”

Dari ketiga responden, hanya R3 yang melibatkan tatap wajah

dengan „anak dengar‟ ketika sedang bersama.

“R3 bergantian melihat wajah adiknya dan kardus yang dipegang

adiknya.”

Ajakan interaksi tampak pada R1 yang mengajak seorang „anak

dengar‟ yang berusia lebih muda untuk berkomunikasi dengan

menampilkan ekspresi-ekspresi lucu.

“Kemudian R1 menghampiri balita tersebut dan menggoyang-goyangkan

pinggulnya sambil berekspresi lucu (membuka mulutnya lebar dan

berkedip-kedip).”

Pada R2, justru ia yang diajak berinteraksi terlebih dahulu oleh

„anak dengar‟.

“Tidak lama satu per satu teman R2 datang ke masjid.Ada satu

temannya yang mendekati R2 dan bertanya sesuatu kepada R2.”

Akan tetapi, ajakan interaksi tidak tampak pada R3.

2. Komunikasi

a. Komunikasi Linguistik

1) Anak Tunarungu dengan Sesama Anak Tunarungu

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan tiga bentuk

komunikasi linguistik, yaitu melafalkan pesan, menangkap pelafalan

pesan, dan berkomunikasi dengan abjad jari. R2 dan R3

menyampaikan pesan kepada sesama anak tunarungu dengan

menggerakkan mulut/bibir mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

58

“R1 bertanya kepada temannya dengan cara menunjuk tab tersebut

sambil menggerakkan mulutnya.”

“R2 diminta untuk memberikan jawaban dan R2 menatap wajah

temannya sambil menggerakan mulutnya untuk memberikan

jawaban.”

“R3 banyak menghabiskan waktu dengan bercerita kepada T bahkan

terkadang sampai menutupi mulut dan berbisik kepada T.”

Selain menyampaikan pesan, R1, R2, dan R3 juga menangkap

pesan dengan gerakan bibir. Misalnya, R1, R2, dan R3 melihat teman

yang sedang berbicara.

“R1 melihat teman yang sedang berbicara sambil menyilangkan

tangannya di belakang badan.”

“Lalu, R2 berdiri sambil melihat temannya yang berbicara.”

“R3 juga melihat gerakan mulut teman.”

Selain menggerakkan bibir untuk menyampaikan dan

menangkap pesan, ketiga responden juga menggunakan bahasa isyarat

berupa abjad jari untuk berkomunikasi secara verbal.R1 dan R3

menyampaikan pesan dengan gerakan abjad jari.

“R1 menyampaikan pesan dengan cara membentuk abjad-abjad

dengan tangannya dan mulutnya ikut melafalakan.”

“R2 melihat wajah temannya sambil berbicara dengan menggerakan

jarinya membentuk abjad”

“R3 juga membentuk abjad dengan jari-jarinya ketika

berkomunikasi.”

2) Anak Tunarungu dengan ‘Anak Dengar’

Komunikasi linguistik antara anak tunarungu dengan „anak

dengar‟ terdapat tiga perilaku. Perilaku tersebut adalah melafalkan

pesan, menangkap pelafalan pesan, dan menuliskan pesan.

Melafalkan pesan tampak pada kegiatan R1 yang sedang

mengajari „anak dengar‟ bahasa isyarat dengan melafalkan abjad.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

59

“R1 mengajari sambil tersenyum dan melafalkan huruf-huruf tersebut

dengan gerakan mulutnya.”

Menangkap pelafalan pesan tampak pada R2 yang dihampiri

dan diajak berbicara oleh „anak dengar‟. Selain itu, R3 juga melihat

gerakan bibir adiknya.

“Lalu temannya mengajak berbicara sambil menunjukkan buku yang

dipegangnya dan R2 mencondongkan badannya untuk melihat.”

“R3 melihat gerakan mulut adiknya kemudian melihat ke arah

ibunya.”

Ketika „anak dengar‟ tidak memahami pesan yang

disampaikan oleh anak tunarungu, ia mencoba untuk menuliskan

pesan. Hal ini tampak pada R2 yang menuliskan pesan di lantai

menggunakan jari tangannya.

“R2 juga mencoba menggunakan bahasa isyarat dan mencoba

menuliskan di lantai menggunakan jarinya.”

b. Komunikasi Nonlinguistik

Komunikasi nonlinguistik juga merupakan bagian dari

komunikasi. Hal ini tampak dalam kebersamaan antara anak

tunarungu dengan sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan

„anak dengar‟.

1) Anak Tunarungu dengan Sesama Anak Tunarungu

Emblems merupakan perilaku pengganti kalimat atau pesan

yang akan disampaikan. Berdasarkan hasil penelitian, emblems

tampak dalam menyampaikan pesan dengan lambaian tangan,

menyampaikan pesan dengan sentuhan fisik, menyampaikan pesan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

60

dengan tindakan langsung, menyampaikan pesan dengan simbol,

menyampaikan pesan dengan peragaan, dan menunjuk pesan yang

dimaksud.

Menyampaikan pesan dengan lambaian tangan tampak pada

perilaku R1 yang akan memanggil teman.

“R1 memanggil teman-temannya yang lain dengan cara

melambaikan tangannya”

Cara yang sama untuk menyampaikan pesan yang berbeda

tampak pada perilaku R2. R2 melambaikan tangannya untuk

mengatakan bergeser kepada temannya.

“R2 menginstruksikan ke teman-temannya untuk bergeser

menggunakan tangannya kemudian melanjutkan bermain”

R3 melambaikan tangannya untuk mengajak temannya

pergi.

“R3 tersenyum dan melambaikan tangannya untuk mengajak

temannya mengikutinya.”

Cara lain untuk menyampaikan pesan adalah dengan

melibatkan sentuhan fisik. Cara ini biasanya digunakan R1, R2, dan

R3 untuk memanggil temannya. R1, R2 dan R3menepuk pundak

untuk memanggil temannya.

“R1 menepuk pundak temannya yang sedang bermain dan

bertanya bagaimana cara memainkannya.”

“R2 hanya ditanggapi sesekali oleh teman-temannya sehingga ia

menepuk pundak dan menarik lengan temannya karena tidak

melihat dirinya.”

“Selama bercengkrama dengan temannya, R3 terlihat beberapa

kali menepuk bahu temannya untuk memanggil dan mengajak

berbicara.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

61

Setelah lambaian tangan dan sentuhan fisik, responden juga

menyampaikan pesan dengan tindakan langsung, seperti R1 yang

memegang bahu teman dengan maksud jangan pergi.

“R1 memegang bahu temannya untuk menahan temannya agar

tidak pergi.”

R2 terlihat menarik baju temannya agar temannya kembali

pada posisinya.

“R2 juga menarik baju temannya agar temannya kembali mundur

ke posisinya.”

R3 tampak menjulurkan tangannya untuk mengambil kertas

yang dibagikan.

“R3 menjulurkan tangannya untuk mengambil kertas yang

dibagikan.”

Setelah itu, responden menyampaikan pesan dalam bentuk

simbol. R1 menempelkan jari telunjuknya di bibir untuk

mengatakan diam kepada temannya.

“Kemudian R1 juga berbalik badan dan meminta temannya untuk

diam dengan menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.”

R2 menunjukan angka-angka dengan jarinya.

“R2 menunjuk temannya sambil tertawa-tawa dan seperti

menghitung karena jari-jari R2 menunjukkan angka 1 sampai 3.”

R3 tampak mengangkat jempol atau kelingkingnya.

“R3 sesekali mengangkat jempol atau kelingkingnya untuk

menandakan bahwa ia setuju.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

62

Setelah itu, responden juga menyampaikan pesan dengan

peragaan. Hal ini tampak pada perilaku R1 yang memperagakan

kegiatan memompa.

“R1 menggerakkan kedua tangannya dan menirukan gerakan

orang yang sedang memompa.”

R3 juga memperlihatkan penyampaian pesan dengan

peragaan. Hal ini tampak ketika R3 memperagakan kegiatan

bermain computer.

“R3 memperagakan seperti bermain computer dan menggerakkan

tangannya untuk menyampaikan pesan.”

Penyampaian pesan dengan peragaan hanya tampak dalam

perilaku R1 dan R3. Hal in justru tidak tampak pada R2.

Selain dengan gerakan tangan atau tubuh, sering pula

responden menunjuk pesan yang dimaksud. Misalnya, R1

menunjuk dirinya untuk menyampaikan pesan terkait dirinya.

“Lalu, ada teman R1 yang menunjuk-nunjuk kamera, R1 tersenyum

kepada temannya dan menunjuk dirinya dengan jari telunjuk yang

di arahkan ke dadanya.”

R3 juga tampak menunjukkan pesan dengan menunjuk

rambut dan menggaris poni.

“R3 juga menunjuk rambutnya dan menggaris dahinya dengan

telunjuknya untuk menyampaikan tentang poni.”

Selanjutnya adalah illustrators. Illustrator adalah sebuah

perilaku yang tampak untuk mempertegas pesan yang disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa ketiga responden

menyertakan gerakan tangan/jari dan menangkap pesan verbal yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

63

disertai gerakan tangan/jari. Menyertakan gerakan tangan/jari

tampak pada perilaku R1 yang menurunkan jari-jari tangan seperti

berhitung.

“R1 berbicara dengan 2 orang teman yang berada di sampingnya

dengan melihat wajah dan gerakan tangannya.R1 juga

menggerakkan tangannya seperti orang menghitung karena R1

menurunkan jarinya satu per satu.”

R2 tampak menunjuk wajah teman sambil berbicara dan R3

menggerakkan mulut disertai gerakan tangan.

“R2 terlihat menunjuk wajahnya ketika sedang berbicara dengan

seorang temannya.”

“R3 O berbincang dengan temannya sambil memegang botol

minumnya, melafalkan pesan, dan menggerakkan tangannya

seperti mengibas-ngibaskan.”

Adapula penyampaian pesan yang disertai dengan gerakan

tubuh. Hal ini hanya tampak pada R1 dan R3, sedangkan pada R2

tidak tampak. Perilaku R1 yang menyertakan gerakan tubuh adalah

menyampaikan pesan disertai peragaan kegiatan.

“Kemudian R1 berjalan menjauh, bercakap-cakap dengan

temannya sambil menggerakkan tangan dan mulutnya.R1

memperagakan seseorang yang sedang makan dan ditunjukkan

kepada temannya.”

Sedangkan R3 memberikan contoh cara berjalan saat

menyampaikan pesan.

“Mereka membicarakan tentang tarian karena R3 memberikan

contoh cara berjalan seperti model dan beberapa gerakan seperti

menari.”

Setelah emblems dan illustrators, ada yang disebut dengan

affects atau ungkapan perasaan. Affects muncul dalam dua bentuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

64

yaitu mimik wajah dan perilaku. Ketiga responden memunculkan

ungkapan perasaan mimik wajah dengan tersenyum dan tertawa.

“R1 tersenyum ketika melihat temannya menyampaikan pesan.”

“R2 memperhatikan temannya yang sedang bernyanyi sambil

tersenyum.”

“R3 juga tersenyum ketika menyampaikan pesan.”

Ungkapan perasaan tertawa tampak pada:

“R1 tertawa-tawa dengan membuka lebar mulutnya ketika melihat

temannya datang.”

“R2 tertawa-tawa dengan membuka lebar mulutnya dan

mengeluarkan suara.”

“R3 tertawa-tawa dan mengangkat botol minumnya.”

Selain tersenyum dan tertawa, ada pula ungkapan perasaan

lain yang hanya muncul pada masing-masing responden. Misalnya,

R1 yang matanya sayu, bibir yang dilengkungkan ke bawah, dan

menangis.

“Matanya terlihat sayu dan bibirnya di lengkungkan ke

bawah.Kemudian R1 ditanya oleh temannya yang naik tangga

kenapa menangis. R1 terdiam dan menghapus air matanya dengan

tangannya.”

Kemudian, R2 menunjukkan perasaan bingung dengan

mengerutkan dahi.

“R2 juga mengerutkan dahi ketika berbicara dengan teman yang

ada di sampingnya dan berjalan keluar sambil berbicara dengan

temannya.”

Lalu, R3 menunjukkan perasaan kesal dengan raut wajah

yang ditekuk.

“R3 juga menunjukkan sikap pura-pura kesal dengan ekspresi

wajah muka yang ditekuk tidak lama kemudian ia tersenyum

kepada temannya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

65

Ada pula ungkapan perasaan yang tampak pada perilaku

responden. R1 tampak berpura-pura akan terjatuh ketika didorong

kakak kelasnya. Selain itu, R1 juga berteriak dan melompat-lompat

kecil.

“R1 didorong pelan oleh kakak kelasnya dan mengayunkan

tangannya ke depan seakan-akan akan terjatuh.”

“R1 melompat-lompat kecil dan tersenyum sambil berpindah-

pindah tempat di aula sekolah.”

“R1 bersandar pada pagar kayu di dekatnya sambil memainkan

jari telunjuknya. Mereka seperti tidak sependapat tentang jam

tarawih.”

Ungkapan perasaan melalui perilaku yang tampak pada R2

adalah menggaruk-garuk kepala, menari-nari, dan menghentakkan

kaki.

“Kemudian R2 melanjutkan pembicaraan dengan temannya sambil

menggaruk-garuk kepalanya.”

“R2 menari-nari ketika menunggu untuk dipanggil dan I

memegang kedua telinganya.”

“R2 mengerutkan dahi, menghentakan kaki dan mencubit tangan

teman laki-laki yang datang.”

Ungkapan perasaan dengan menari-nari juga tampak pada

R3.

“Kemudian R3 menari-nari dan melihat ke arah temannya.”

R3 terlihat menundukkan kepala dan menutupi wajahnya.

“R3 juga sempat menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya

dengan tangannya ketika berbicara.”

Lalu, ada yang disebut dengan regulators. Regulators

merupakan perilaku yang tampak untuk mengklarifikasi pesan, baik

benar atau salah, setuju atau tidak setuju. Selain itu, penyampaian

pesan melalui kontak mata juga masuk dalam regulators.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

66

Berdasarkan hasil penelitian, regulators yang tampak adalah

melambaikan tangan untuk menyanggah, menganggukkan kepala,

menggelengkan kepala, dan menyampaikan pesan dengan kontak

mata.

Melambaikan tangan untuk menyanggah pesan tampak

dalam perilaku ketiga responden.

“R1 juga melambaikan tangan untuk mengatakan tidak dan

berteriak sambil mengangkat tangan.”

“Setelah temannya menangkap bola R2 melambaikan tangan

menyatakan “bukan begitu” kemudian memberikan contoh

bagaimana posisi tangan untuk menangkap bola.”

“R3 juga melambaikan tangan menandakan tidak.”

Menganggukan kepala hanya tampak pada perilaku R2 dan

R3.

“R2 sambil memegang buku. R2 bercerita dengan menggerakan

tangan dan menganggukan kepala”

“R3 setuju dengan pesan yang disampaikan temannya karena ia

menganggukkan kepala sambil menggerakkan tangannya juga.”

Sebaliknya, menggelengkan kepala hanya tampak pada

perilaku R1 dan R3.R1 mengatakan tidak dengan menggelengkan

kepala.

“Beberapa kali R1 menggelengkan kepala untuk mengatakan tidak

setuju dan melambaikan tangannya untuk mengatakan tidak. R1

kembali menunjukkan jari-jarinya tentang jam tarawih.”

“R3 juga menggelengkan kepala kepada teman yang ada di

hadapannya.”

Penyampaian pesan dengan kontak mata hanya tampak pada

perilaku R2 yang menunjuk pesan dengan kontak mata.

“R2 lalu menepuk kaki temannya dan menunjuk sesuatu dengan

kontak mata.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

67

Ada pula yang disebut dengan adapters akan tetapi hal ini

tidak tampak pada perilaku ketiga responden.

2) Anak Tunarungu dengan ‘Anak Dengar’

Komunikasi nonlinguistik juga terjadi antara anak

tunarungu dengan „anak dengar‟. Bentuknya pun sama, yaitu

emblems, illustrators, affects, regulators, dan adapters. Emblems

yang muncul dari hasil observasi adalah menyampaikan pesan

dengan lambaian tangan, menyampaikan pesan dengan sentuhan

fisik, menyampaikan pesan dengan tindakan langsung,

menyampaikan pesan dengan simbol, menyampaikan pesan dengan

peragaan, dan menunjuk pesan yang dimaksud.

Menyampaikan pesan dengan lambaian tangan tampak pada

R2. R2 memanggil temannya dengan lambaian tangan sedangkan

R3 dipanggil dengan lambaian.

“Lalu R2 melambaikan tangan ke arah anak kecil tersebut ketika

anak tersebut mendekat.”

“Lalu, adiknya memanggil R3 dengan menggerakan tangannya di

depan wajah R3.”

Lalu, menyampaikan pesan dengan sentuhan fisik tampak

pada R1, R2, dan R3. R1 dipanggil oleh „anak dengar‟ dengan

menepuk lutut.

“R1 juga dipanggil oleh teman yang lain dengan cara siku

temannya disentuhkan ke lutut R1. ”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

68

R2 tampak menepuk lengan dan menepuk kaki „anak

dengar‟.

“Lalu teman di depan R2 tidak sengaja menyenggol hidung R2 dan

reaksi R2 menepuk lengan temannya beberapa kali sambil

memegang hidungnya.”

R3 memanggil „anak dengar‟ dengan menepuk tangan.

“Setelah itu R3 melihat adiknya dan menepuk tangan adiknya.”

Kemudian, ada perilaku menyampaikan pesan dengan

tindakan langsung. Hal ini tampak dari R1 yang meminta „anak

dengar‟ untuk duduk dengan memegang kakinya. R2 juga

menyampaikan pesan dengan cara mendorong teman dengan

sikutnya dan R3 menarik baju „anak dengar‟.

“Kemudian, R1 mengajarkan bahasa isyarat berdiri, kemudian ada

temannya yang berdiri.R1 tertawa dan memegang belakang lutut

temannya untuk membuat temannya duduk kembali.”

“Lalu anak laki-laki di belakang R2 agak maju ke depan dan dekat

dengan R2. R2 agak mendorong anak tersebut dengan

menggunakan sikunya”

“R3 juga menarik baju adiknya agar duduk di sampingnya”

Selain itu penyampaian pesan dengan menggunakan simbol

hanya tampak pada R1 yang mengibaskan tangannya sebagai tanda

untuk bergeser.

“Setelah itu, R1 menepuk lutut temanya yang sedang duduk dan

mengibaskan tangannya untuk meminta temannya bergeser.”

Lalu, R1 dan R2 menyampaikan pesan dengan gerakan

tubuh atau peragaan. R1 tampak memperagakan sebuah gambar

sedangkan R2 memperagakan gerakan mencuci tangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

69

“Kemudian, R1 juga menunjuk gambar pada buku dan bergantian

menunjuk temannya.Ia juga memperagakan sesuatu dari buku

tersebut.”

“R2 memperagakan pesan yang ingin ia sampaikan dengan

menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang mencuci

tangan.”

Penyampaian pesan dengan cara menunjuk hal yang ingin

disampaikan tampak pada ketiga responden. R1 menunjuk dirinya

untuk bertanya.

“R1 menunjuk dirinya dan anak perempuan di depannya

mengangguk.”

R2 dan R3 menangkap pesan dari tulisan dan mainan yang

ditunjukkan.

“Anak tersebut menunjuk buku yang dipegang R2 dan R2

memberikan respon dengan melihat tulisan yang ditunjuk oleh

anak tersebut dan tersenyum.”

“R3 melihat kartu yang ditunjukkan oleh adiknya.”

Perilaku illustrator pada anak tunarungu ada 3 perilaku

sedangkan pada interaksi antara anak tunarungu dengan „anak

dengar‟ hanya ada 2. Perilaku tersebut adalah menyampaikan pesan

disertai gerakan tangan/jari dan menyampaikan pesan disertai

dengan gerakan badan.

Menyampaikan pesan disertai gerakan tangan/jari hanya

tampak pada R2 dan R3. R2 menyampaikan pesan sambil

menunjuk arah.

“R2 terlihat menggunakan telunjuknya untuk menunjuk beberapa

arah ketika sedang menyampaikan sesuatu kepada temannya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

70

R3 juga menyampaikan pesan disertai dengan menunjuk

pesan yang dimaksud.

“R3 menceritakan objek yang ia gambar dengan menunjuk

gambarnya dan menggerakkan mulutnya.”

Penyampaian pesan disertai gerakan badan, hanya tampak

pada R1. R1 mengelus dada sambil melafalkan pesan sabar.

“Kemudian ada teman yang duduk di hadapan R1 dan R1

mengatakan sabar dengan mengelus dadanya.”

Selanjutnya adalah affects atau ungkapan perasaan.

Ungkapan perasaan tampak pada mimik wajah dan ungkapan

perilaku. Kedua bentuk ungkapan perasaan ini tampak pada ketiga

responden. Ungkapan perasaan dengan mimik wajah hadir dalam

bentuk tersenyum, tertawa, membuat ekspresi lucu, dan

mengerutkan dahi.

Tersenyum dan tertawa tampak pada ketiga responden.

“R1 memperbaiki bentuk abjad teman yang lainnya dan tersenyum-

senyum sambil memperlihatkan giginya.”

“Kemudian ada satu teman R2 yang menghampiri dan R2

melihatnya sambil tersenyum.”

“R3 tersnyum sambil menggerakkan tangannya kepada adiknya.”

Membuat ekspresi lucu tampak pada perilaku R1 ketika

sedang bersama dengan „anak dengar‟.

“R1 memegang kedua tangan balita tersebut dan berekspresi

memajukan bibirnya dan mengerutkan dahinya.”

Mengerutkan dahi tampak dari ekspresi R2 ketika ada

temannya yang tidak sengaja lewat di depannya dan mengenaik

hidungnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

71

“Lalu anak laki-laki di belakang R2 agak maju ke depan dan dekat

dengan R2. R2 agak mendorong anak tersebut dengan

menggunakan sikunya dan memunculkan ekspresi tidak suka

(mengerutkan dahi).”

Selain dengan mimik wajah, ungkapan perasaan juga hadir

dalam bentuk perilaku. Hal ini tampak dari perilaku ketiga

responden. Berdasarkan hasil observasi, ungkapan perasaan dengan

perilaku ditunjukkan dengan memegang dan memeluk dengan

perasaan gemas, menggaruk-garuk kepala, serta mengelus leher.

Perilaku ini tampak pada perilaku R1.

“R1 memegang anak kecil itu dan memeluk anak kecil itu dengan

gaya seperti gemas.”

“Teman R1 menunjukkan kosakata untuk R1 dan ia melihatnya

sambil menggaruk-garuk kepalanya.”

“Setelah itu R1 meminum teh sambil mengelus lehernya dan sambil

tersenyum.”

Kemudian, ada pula perilaku menegakkan punggung dan

membelalakan mata sambil tertawa yang tampak dari R2.

“R2 disandari oleh temannya dan tiba-tiba R2 menegakan

punggungnya, membelalakan matanya, dan membuka mulutnya

lebar sambil sedikit tersenyum.”

Perilaku yang muncul dari R3 cukup berbeda. Hal ini

tampak dari perilaku menggosok-gosokkan kaki, mengepalkan

tangan dan mengisi mulut dengan udara.

“R3 menggosok-gosokkan kakiknya di lantai sambil melafalkan I

dan U dengan bibirnya.”

“R3 juga berekspresi mengepalkan tangannya, mengisi mulutnya

dengan udara, dan menegangkan badannya.”

Selanjutnya adalah regulators. Regulators merupakan

bentuk perilaku untuk mengklarifikasi pesan baik benar atau salah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

72

setuju atau tidak setuju. Hal ini tampak pada perilaku

menganggukkan kepala. Perilaku ini juga hanya tampak pada R1.

R1 menangkap pesan dengan anggukkan kepala.

“R1 menunjuk dirinya dan anak perempuan di depannya

mengangguk.”

Adapters juga tidak tampak dalam kebersamaan antara anak

tunarungu dengan „anak dengar‟.

Penjabaran hasil penelitian di atas dapat dilihat pada Tabel 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

73

Tabel 5

Sesama Anak Tunarungu Anak Tunarungu dengan ‘Anak

Dengar’

Kontak Sosial Sadar akan kehadiran orang lain.

Sadar akan kegiatan orang lain.

Sadar akan situasi/lingkungan.

Sadar akan kamera.

Sadar akan kepemilikan.

Adanya tatap wajah.

Adanya sentuhan fisik.

Adanya ajakan interaksi.

Sadar akan kehadiran orang lain.

Sadar akan kegiatan orang lain.

Sadar akan situasi/lingkungan.

Adanya tatap wajah.

Adanya sentuhan fisik.

Adanya ajakan interaksi.

Komunikasi Komunikasi

Nonlinguistik

Emblems Menyampaikan pesan dengan

lambaian.

Menyampaikan pesan dengan

sentuhan fisik.

Menyampaikan pesan dengan

tindakan langsung.

Menyampaikan pesan dengan

simbol.

Menyampaikan pesan dengan

peragaan.

Menunjuk pesan.

Menyampaikan pesan dengan

lambaian.

Menyampaikan pesan dengan

sentuhan fisik.

Menyampaikan pesan dengan

tindakan langsung.

Menyampaikan pesan dengan

simbol.

Menyampaikan pesan dengan

peragaan.

Menunjuk pesan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

74

Illustrators Menyampaikan pesan dengan

gerakan bibir disertai gerakan

tangan/jari.

Menyampaikan pesan dengan

gerakan bibir disertai gerakan badan.

Menangkap pesan dengan gerakan

bibir disertai gerakan tangan/jari.

Menyampaikan pesan dengan

gerakan bibir disertai gerakan

badan.

Menyampaikan pesan dengan

gerakan bibir disertai gerakan

tangan/jari.

Affects Ungkapan perasaan dengan mimik

wajah.

Ungkapan perasaan dengan perilaku.

Ungkapan perasaan dengan mimik

wajah.

Ungkapan perasaan dengan perilaku.

Regulators Melambaikan tangan untuk

menyanggah pendapat.

Menyampaikan pesan dengan

kontak mata.

Menggelengkan kepala.

Menganggukkan kepala.

Menganggukkan kepala.

Adapters Tidak ada temuan. Tidak ada temuan.

Komunikasi Linguistik Melafalkan pesan.

Menangkap pelafalan pesan.

Berkomunikasi dengan abjad jari.

Melafalkan pesan.

Menangkap pelafalan pesan.

Menuliskan pesan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

75

3. Hasil Temuan Menarik

Berdasarkan hasil observasi ditemukan pula temuan menarik.

Temuan menarik tersebut adalah interaksi sosial antara anak tunarungu

dengan „orang dengar‟, bentuk interaksi sosial yang lebih kompleks,

penolakan interaksi sosial, dan tidak ada interaksi sosial.

a. Anak Tunarungu VS ‘Orang Dengar’

Hasil observasi tidak hanya menemukan kontak sosial dan

komunikasi antara sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan

„anak dengar‟. Akan tetapi, ada pula kontak sosial dan komunikasi antara

anak tunarungu dengan „orang dengar‟. „Orang dengar‟ merupakan orang

yang berada di sekitar subjek tetapi tidak masuk dalam kriteria „anak

dengar‟.

Temuan tambahan berupa kontak sosial dengan „orang dengar‟

adalah melibatkan kesadaran responden, adanya kontak fisik, dan adanya

ajakan interaksi. R1, R2, dan R3 melibatkan kesadaran mereka ketika

sedang bersama dengan orang lain. Hal ini tampak dalam perilaku R1

yang menyapa observer dengan lambaian tangan.

“R1 juga sempat melambaikan tangan ke arah observer.”

Perilaku R2 adalah mendekati observer.

“Namun observer nampak kurang paham jadi 2 mendekati observer.”

Perilaku R3 melihat ke guru yang datang.

“Kemudian, O mendangak ke atas ketika gurunya menghampiri.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

76

Para responden juga menyadari kegiatan yang sedang dilakukan

oleh „orang dengar‟. Hal ini tampak pada perilaku R1 yang melihat

„orang dengar‟ sedang mengajari bahasa isyarat.

“R1 juga sesekali melihat ke arah ibunya ketika mengajari teman-

temannya.”

Kesadaran R2 akan kegiatan orang lain tampak ketika ia melihat

ibu yang sedang menyapu tikar.

“Kemudian ada seorang ibu menyapu tikar, R2 melihatnya dan

berpindah tempat.”

Selanjutnya adalah kontak fisik, yaitu adanya tatap wajah dan

sentuhan fisik. Tatap wajah tampak pada ketiga responden ketika sedang

bersama „orang dengar‟.

“R1 juga melihat wajah gurunya yang sedang mengatakan sudah,

jangan menangis.”

“R2 juga menatap wajah observer ketika berbicara.”

“R3 menoleh ke arah ibunya ketika memanggil.”

Kontak fisik tampak pada perilaku R1 dan R2 yang menyentuh

lutut „orang dengar‟.

“R1 tersenyum sambil membuka lebar mulutnya dan menyentuh lutut

ibunya ketika ibunya membentuk huruf A dengan jari untuk membantu D

mengajari teman-temannya.”

“Lalu R2 menepuk lutut ibunya yang ada di depannya dengan tangannya

setelah itu I menepuk menggunakan bukunya.”

Sedangkan pada R3 tampak kakinya disentuh oleh „orang dengar‟.

“Kemudian ibunya tidak sengaja menabrak kaki O dan ia menoleh untuk

melihat ibunya sambil tersenyum tanggung.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

77

Kemudian, ada pula ajakan interaksi yang tampak pada perilaku

R1 dan R3. R1 mengajak observer untuk berinteraksi dan R3 tampak

mengajak „orang dengar‟ berkomunikasi.

“R1 juga sempat melihat ke arah observer dan memperagakan orang

yang sedang membawa kamera sambil tersenyum memperlihatkan

giginya.”

“R3 melihat observer dan menggerakkan mulutnya untuk menanyakan

sesuatu.”

Anak tunarungu juga tampak berkomunikasi dengan „orang

dengar‟ baik secara linguistik maupun nonlinguistik. Komunikasi

linguistik tampak melalui responden yang menyampaikan secara verbal,

menangkap pesan secara verbal, berkomunikasi dengan abjad jari, dan

menuliskan pesan.

Menyampaikan pesan tampak pada perilaku R1 yang bertanya

kepada „orang dengar‟.

“R1 juga bertanya kembali kepada ibunya tentang suatu kosakata

dengan menunjukkan kosakata tersebut.”

Kemudian ada pula R2 yang menyampaikan dan menangkap

pesan dengan cara menggerakkan bibir, menggunakan abjad jari, dan

menuliskan pesan di lantai.

“Tiba-tiba R2 bertanya kepada observer apakah bisa meminta video di

dalam CD dengan menggerakan tangan dan tubuhnya untuk

menjelaskan. R2 terus bercerita akan tetapi observer tidak paham

maksud yang disampaikan oleh R2 sampai R2 harus menggerakan

tangan membentuk abjad dan menulis di lantai.”

Sedangkan perilaku R3 tampak ketika menyampaikan dan

menangkap pesan secara verbal.

“Lalu R3 memanggil mamanya dengan bersuara dan dilafalkan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

78

“R3 melanjutkan menggambar lalu dipanggil oleh ibunya.”

Komunikasi nonlinguistik juga tampak pada ketiga responden

ketika sedang bersama „orang dengar‟. Komunikasi yang tampak adalah

emblems, illustrators, affects, dan regulators. Adapters tidak tampak

dalam interaksi antara anak tunarungu dengan „orang dengar‟.

Emblems yang tampak dalam perilaku responden adalah

menyampaikan pesan dengan lambaian, menyampaikan pesan dengan

sentuhan fisik, menyampaikan pesan dengan tindakan langsung,

menyampaikan pesan dengan simbol, menyampaikan pesan dengan

peragaan dan menunjuk pesan. Menyampaikan pesan dengan lambaian

tampak pada perilaku R1 yang meminta minum dengan lambaian tangan.

“Lalu ada ibu lain yang membawa air mineral gelas. R1 melambaikan

tangan kepada ibu tersebut untuk meminta segelas air mineral.”

Perilaku yang sama juga tampak pada R2 yang melambaikan tangan

untuk memanggil.

“Akhirnya R2 mengajak observer berbicara dengan cara melambaikan

tangan ke observer untuk mendapatkan respon dari observer.”

Menyampaikan pesan melalui sentuhan fisik hanya tampak pada perilaku

R2. R2 menepuk lutut ibunya untuk memanggil.

“Lalu R2 menepuk lutut ibunya yang ada di depannya dengan tangannya

setelah itu R2 menepuk menggunakan bukunya.”

Kemudian ada menyampaikan pesan dengan tindakan langsung yang

tampak pada R2. Saat itu, R2 menarik catatan guru mengaji secara paksa.

“Lalu R2 mendekati gurunya untuk melihat catatannya, gurunya menarik

catatannya tetapi I justru menarik catatannya dengan paksa.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

79

R3 juga memperlihatkan perilaku menyampaikan pesan dengan tindakan

langsung ketika mengambil kartu secara langsung.

“R3 menjulurkan tangannya untuk melihat kartu yang sedang dipegang

oleh ibunya.”

Menyampaikan pesan dengan menggunakan simbol hanya tampak pada

perilaku R2 yang membentuk kotak dengan tangannya.

“R2 menggerakan tangan untuk membentuk kotak untuk menggambarkan

bentuk yang ia maksud.”

R1 memperlihatkan perilaku menyampaikan pesan dengan peragaan

ketika akan meminta minum.

“R1 menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang minum karena

melihat ibu yang sedang membawa teh dan D ingin meminum teh

tersebut.”

Menunjuk pesan tampak dari perilaku R3 yang menunjuk benda.

“Lalu R3 menunjuk sesuatu yang ada di kursi di dekat ibunya.”

Selanjutnya adalah illustrators. Illustrators yang tampak pada

responden adalah menyampaikan dan menangkap pesan dengan

menggerakkan bibir disertai dengan gerakan tangan/jari. Menyampaikan

pesan disertai dengan gerakan tangan ditunjukkan dengan perilaku R1

yang memanggil ibu dengan melafalkan pesan disertai lambaian tangan.

“Lalu R1 melambaikan tangannya untuk memanggil ibunya dan

menggerakan mulutnya.”

Perilaku ini juga tampak dari perilaku R2 yang menggerakkan bibir serta

tanganya ketika menyampaikan pesan.

“Lalu R2 melambaikan tangan dan berbicara kepada observer apakah

bisa melihat videonya? Dengan menggerakan mulut dan gerakan

tangan.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

80

Menangkap pesan yang disertai gerakan tangan/jari hanya muncul pada

R1.

“R! berbicara kepada ibunya dengan menggunakan gerakan tangan dan

pelafalan mulut untuk mengatakan sesuatu.”

Kemudian, affects juga tampak pada ketiga responden. Affects

memiliki dua bentuk, yaitu ungkapan perasaan dengan mimik wajah dan

ungkapan perasaan dengan perilaku. Ungkapan perasaan dengan mimik

wajah tampak dari perilaku ketiga responden yang tersenyum.

“R1 juga melihat ke arah yang ditunjuk oleh ibunya, kemudian ia

tersenyum-senyum.”

“Ketika observer tidak paham R2 terus menjelaskan sambil tersenyum.”

“Kemudian, R3 berjongkok sambil menghadap ke ibunya dan

tersenyum.”

Selain tersenyum ada juga mimik wajah mengerutkan dahi yang tampak

pada perilaku R1.

“Ketika R1 bingung dengan pesan yang disampaikan oleh ibunya D

mengerutkan dahinya kemudian menyampaikan pendapatnya dengan

menggerakan mulut dan tangannya.”

Ungkapan perasaan dengan perilaku juga terlihat dari perilaku ketiga

responden. R1 tampak melihat ke kanan dan ke kiri ketika kebingungan.

“Ketika itu gurunya melontarkan pertanyaan siapakah yang ingin

mendapatkan hadiah dan semua anak-anak mengacungkan tangan

sebagai tanda mau, kecuali R1. R1 diam saja karena bingung dan tidak

paham dengan ucapan yang disampaikan oleh guru mengajinya. Ia

melihat teman-temannya di samping kanan dan kirinya.”

Lalu R2 tampak menggerakkan punggungnya ketika sedang belajar

mengaji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

81

“R2 merespon dengan membuka buku dan menunjuk pada sebuah

halaman. lalu gurunya mengatakan bukan dan R2 merespon dengan

menggerakan badannya sambil duduk.”

R3 menunjukkan perasaan tidak nyaman dengan menghindari kamera.

“R3 juga tersenyum ketika melihat kamera dan berpindah posisi untuk

menghindari kamera. ”

Terakhir adalah regulators. Regulators hanya tampak pada R1

dan R2. Bentuk perilaku regulators yang tampak adalah anggukkan

kepala dan gelengan kepala. Anggukkan kepala tampak pada R1 dan R2.

“R1 juga mengangguk ketika ibunya mengatakan sesuatu dan ia juga

menggerakan kedua tangannya untuk membentuk abjad „Mawar” nama

salah satu temannya.”

“R2 juga menganggukan kepala apabila ia mengerti yang diucapkan

oleh observer.”

Sedangkan gelengan kepala tampak pada R1.

“R1 menggelengkan kepala ketika ibunya berkata sesuatu.”

Penjabaran hasil penelitian antara anak tunarungu dengan „orang dengar‟

dapat dilihat pada Tabel 6.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

82

Tabel 6

Anak Tunarungu dengan ‘Orang

Dengar’

Kontak Sosial Sadar akan kehadiran orang lain.

Sadar akan kegiatan orang lain.

Adanya tatap wajah.

Adanya sentuhan fisik.

Adanya ajakan interaksi.

Komunikasi Komunikasi

Nonlinguistik

Emblems Menyampaikan pesan dengan

lambaian.

Menyampaikan pesan dengan

sentuhan fisik.

Menyampaikan pesan dengan

tindakan langsung.

Menyampaikan pesan dengan

simbol.

Menunjuk pesan.

Illustrators Menyampaikan pesan dengan

gerakan bibir disertai gerakan

tangan/jari.

Menangkap pesan dengan

gerakan bibir disertai gerakan

tangan/jari.

Affects Ungkapan perasaan dengan

mimik wajah.

Ungkapan perasaan dengan

perilaku.

Regulators Menanggukkan kepala.

Menggelengkan kepala.

Adapters Tidak ada temuan.

Komunikasi Linguistik Melafalkan pesan.

Menangkap pelafalan pesan.

Menuliskan pesan.

Berkomunikasi dengan abjad

jari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

83

b. Bentuk Interaksi Sosial Kompleks

Hasil temuan lain yang muncul adalah bentuk interaksi sosial

yang lebih kompleks. Interaksi sosial tersebut dikatakan kompleks karena

kontak sosial dan komunikasi menjadi satu kesatuan. Bentuk interaksi

sosial ini terlihat ketika anak tunarungu sedang bersama sesama anak

tunarungu. Interaksi sosial yang terlihat berdasarkan hasil observasi

adalah bermain bersama, berkegiatan bersama, bersenda gurau,

berbincang-bincang, dan membantu sesama anak tunarungu. Bermain

bersama dan berkegiatan bersama tampak dari ketiga responden. R1

bermain petak umpet bersama sesama anak tunarungu. R2 dan R3 terlihat

bermain kejar-kejaran bersama sesama tunarungu.

“Saat bermain petak umpet, R1 bermain dengan teman sekelasnya.”

“R2 berlarian bersama temannya mengelilingi gedung sekolahnya.”

“Terkadang R3 juga terlihat menjahili temannya dengan menarik rambut

kuciran rambut temannya dengan disengaja kemudian mereka berkejar-

kejaran.”

Mereka juga berkegiatan bersama, seperti R1 yang membaca buku

bersama.

“R1 sedang duduk bersama teman laki-lakinya dan membaca buku

bersama.”

Lalu, R2 yang pergi berjalan bersama temannya dan R3 yang makan

siang bersama.

“Lalu R2 berjalan pergi bersama teman-temannya.”

“R3 dari awal jam istirahat, ia membawa botol minum dari ruang kelas

yang berada di lantai dua ke lantai satu. Kemudian menuju tempat

makan untuk makan siang bersama teman-teman yang lain.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

84

Bersenda gurau dengan sesama tunarungu lainnya hanya tampak pada R2

dan R3.

“Lalu R2 menggoda temannya di depan kamera yang kemudian

dikonfirmasi oleh temannya. R2 lalu melafalkan sesuatu di depan kamera

(menggerakan mulutnya).”

“Pertama kali R3 mengambil 1 wafer, kemudian ia mengambil

bungkusnya dan menjauhi teman lainnya yang meminta (bercanda

maksudnya).”

Selain itu, ada pula yang berbincang-bincang bersama. Hal ini tampak

pada R3 yang berbincang dan berkumpul bersama teman-temannya.

“R3 memilih untuk berbincang dengan teman-temannya sesama

perempuan.”

Ada pula perilaku membantu sesama tunarungu yang tampak pada R2.

“Ketika sedang bersembunyi R2 membantu seorang temannya untuk

melepaskan kalung yang sedang digunakan.”

Interaksi sosial juga terjadi antara anak tunarungu dengan „anak

dengar‟. Mereka bisa berinteraksi satu sama lain walaupun sebagian

besar interaksi terjadi dengan usia „anak dengar‟ yang lebih muda. Hal

ini terjadi kepada ketiga responden. Bentuk interaksi sosial yang terjadi

juga hamper sama, yaitu bermain bersama, berkegiatan bersama,

bersenda gurau, dan membantu „anak dengar‟.

Bermain bersama anak tunarungu tampak pada ketiga responden.

“R1 sedang bermain dengan anak-anak. Saat itu kegiatan TPA di dalam

sebuah ruangan. R1 melihat teman dan balita yang sedang mewarnai

sambil tengkurep.”

“R2 bermain dengan anak kecil di depannya, mengelus-ngelus

rambutnya, dan membenarkan hijab anak kecil itu.”

“R3 terlihat sedang membagikan kartu dan ia meminta kembali kartu

yang tadi diberikan kepada adiknya dengan cara langsung

mengambilnya saat masih dipegang oleh adiknya yang paling kecil.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

85

Mereka juga tampak berkegiatan bersama-sama dengan „anak

dengar‟.

“R1 sedang di rumah dan ada 3 orang teman perempuannya yang

datang ke rumahnya. D sedang belajar bersama teman-temannya.

Teman-temannya semua perempuan.”

“Lalu mereka (R2 dan „anak dengar‟) membaca bersama.”

“R3 dan adiknya melanjutkan menggambar.”

Selain bermain dan berkegiatan, mereka juga terlihat bersenda

gurau bersama. Hal ini tampak pada perilaku R1 saja.

“Setelah itu hidung R1 disentuh oleh balita yang tadi bermain

dengannya dan R1 berekspresi mengerutkan dahi dan membuka mulut

dengan menunjukkan giginya untuk membuat balita tersebut merasa

takut.”

Berdasarkan hasil observasi, R1 tampak membantu dan

mendapatkan bantuan „anak dengar‟ ketika sedang bersama.

“Kemudian R1 dibantu oleh teman yang ada di depannya untuk

memberikan lauk tersebut kepada ibunya.”

“R1 juga membantu membagian sedotan untuk teman-temannya yang

sedang mengambil minum.”

Sedangkan R2 terlihat hanya memberikan bantuan untuk „anak dengar‟.

“Setelah itu R2 juga membantu teman tersebut untuk mengikat

rambutnya.”

Bentuk interaksi sosial juga terjadi antara anak tunarungu dengan

„orang dengar‟. Bentuk interaksi sosial yang terjadi berupa bantuan yang

diberikan oleh „orang dengar‟ untuk menterjemahkan pesan kepada „anak

dengar‟. Hal ini tampak pada R1 yang dibantu oleh ibunya ketika sedang

berkomunikasi dengan „anak dengar‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

86

“R1 memanggil ibunya dengan melambaikan tangan di atas kepalanya

agar ibunya dapat melihat. R1 mulai mengajari gerakan isyarat yang

lain setelah abjad. Ia meminta ibunya untuk membantu memberitahu

temannya dengan melafalkan sesuatu dan menunjuk temannya.”

“Setelah R1 diberitahukan oleh observer pesan yang dikatakan oleh

gurunya R1 baru mengacungkan tangan sebagai respon dan teman-

teman lainnya sudah menurunkan tangannya.”

Akan tetapi, ada pula responden yang membantu „orang dengar‟.

Hal ini tampak pada perilaku R2 yang membantu merantingkan makanan

untuk berbuka puasa.

“Lalu I mengikuti gerakan yang dicontohkan oleh gurunya. I juga

membantu untuk merantingkan makanan buka puasa kepada teman-

temannya.”

c. Penolakan Interaksi Sosial

Interaksi sosial tidak selalu terjadi di antara anak tunarungu

dengan sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak

dengar‟. Hasil observasi memperlihatkan bahwa kadang terjadi pula

penolakan interaksi sosial. Penolakan interaksi sosial merupakan adanya

ajakan interaksi yang ditolak. Hal ini tampak dalam interaksi anak

tunarungu dengan sesama anak tunarungu. Penolakan interaksi sosial

terjadi dalam interaksi R1, R2, dan R3.

“Kemudian ada bola kertas yang menggelinding di hadapannya. Ada

temannya yang meminta bola tersebut kepada R1 tetapi ia justru

melemparkan bola tersebut kepada temannya yang lain.”

“Lalu ada temannya memeluk R2 dari belakang tetapi R2 mengelak

dengan melepaskan tangan temannya ”

“Temannya mengatakan sesuatu tetapi R3 tidak melihat dan membaca

kertas yang ia pegang.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

87

Penolakan interaksi juga terjadi ketika anak tunarungu sedang bersama

„anak dengar‟. Hal ini terlihat dari adanya perilaku mengabaikan orang

lain. Hal ini tampak pada:

“Ketika sedang bertanya kaki R1 dipegang oleh temannya dan R1 tidak

melihat ke arah temannya.”

“R2 diam saja dan fokus pada foto-foto yang ada di kamera.”

“R3 tidak menunjukkan interaksi dengan adiknya yang paling kecil yang

duduk di hadapannya.”

Terkadang ketiga responden tidak mendapatkan respon dari „anak

dengar‟. Hal ini terlihat pada:

“R1 melihat ke kanan dan kirinya sambil menggerakkan mulutnya untuk

mengatakan sesuatu akan tetapi teman-temannya tidak ada yang

memberikan respon kepada R1 karena semuanya sedang berdoa dan R1

tidak tahu jika teman-temannya sedang dalam keadaan berdoa.”

“Kemudian R2 juga menepuk bahu adiknya dan tidak mendapatkan

respon.”

“R3 menepuk bahu adiknya tetapi adiknya tidak menoleh.”

Penjabaran hasil di atas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7

Sesama Anak

Tunarungu

Anak Tunarungu

dengan ‘Anak Dengar’

Bentuk Interaksi

Sosial

Bermain bersama.

Berkegiatan bersama.

Bersenda gurau.

Berbincang-bincang.

Membantu sesama.

Bermain bersama.

Berkegiatan bersama.

Bersenda gurau.

Berbincang-bincang.

Membantu sesama.

Bentuk Penolakan

Interaksi Sosial

Mengabaikan

kehadiran orang lain.

Tidak mendapatkan

respon.

Menolak ajakan

interaksi.

Berkegiatan sendiri.

Tidak terlibat dalam

percakapan.

Duduk berjarak.

Mengabaikan

kehadiran orang lain.

Tidak mendapatkan

respon.

Gagal

menyampaikan/mena

ngkap pesan.

Berkegiatan sendiri.

Tidak terlibat dalam

percakapan.

Duduk berjarak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

88

d. Tidak Ada Interaksi Sosial

Tidak ada interaksi sosial merupakan tidak ada kontak maupun

komunikasi antara sesama anak tunarungu atapun „anak dengar‟. Hal ini

terlihat dari perilaku R1 dan R3.

“R1 meninggalkan temannya dan temannya mengambil kertas yang

terjatuh itu kemudian pergi. ”

“R3 duduk sendiri sambil memainkan tempat pensil.”

Selain itu juga, mereka memilih untuk berdiam diri dan tidak

terlibat dalam interaksi sosial dengan „anak dengar‟. Hal ini tampak pada

perilaku R2 dan R3 saja.

“Selama menunggu antrian mengaji R2 hanya duduk diam dan

bertopang dagu. Sesekali I berkaca dan membetulkan letak

kerudungnya.”

“Di depan R2 ada 4 orang temannya yang saling berbicara satu sama

lain akan tetapi I hanya diam saja.”

“R3 mengambil satu buku lagu dan membacanya.”

“R3 fokus pada gambarnya karena ia hanya menggambar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

89

D. Pembahasan

Bagian pembahasan ini akan membahas tentang bentuk kontak sosial

yang terjadi antara anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟. Kemudian, diikuti pembahasan tentang

komunikasi nonlinguistik, baik antara anak tunarungu dengan sesama anak

tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Selanjutnya tentang

komunikasi linguistik antara anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu

dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Setelah itu, dilanjutkan dengan

pembahasan temuan menarik berupa bentuk interaksi sosial yang kompleks,

penolakan interaksi sosial, dan tidak ada interaksi sosial.

1. Kontak Sosial

Kontak sosial terjadi di dalam kebersamaan anak tunarungu dengan

sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Kontak

sosial antar-anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟

sama-sama memperlihatkan adanya kesadaran akan orang lain, kegiatan

orang lain, dan lingkungan. Kedua kontak sosial tersebut juga melibatkan

tatap wajah dan sentuhan fisik. Temuan tersebut menyatakan bahwa kontak

sosial anak tunarungu bisa terjadi dengan siapa saja dan dimana saja, baik

dengan sesama tunarungu ataupun dengan „anak dengar‟. Hal ini sejalan

dengan definisi yang dinyatakan oleh Soekanto (2006) bahwa kontak sosial

terjadi ketika ada orang lain yang memberikan tanggapan atas tindakan

orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

90

Kontak sosial antar-anak tunarungu dan anak tunarungu dengan

„anak dengar‟ juga memperlihatkan adanya ajakan interaksi atau permulaan

interaksi. Hal tersebut tampak sama apabila dilihat secara keseluruhan. Jika

ditelisik lebih dalam ada perilaku kontak sosial yang berbeda antar-anak

tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Anak tunarungu

memilih untuk berdiam diri dan menunggu „anak dengar‟ yang memulai

sebuah interaksi karena mengalami kesulitan dan menghadapi tantangan

yang lebih besar (Yuhan, dkk, 2013). Selain kesulitan untuk memulai

sebuah interaksi, anak tunarungu juga sering mengalami penolakan atau

diabaikan oleh „anak dengar‟ ketika berusaha untuk berinteraksi dengan

„anak dengar‟ sehingga mereka memilih untuk berinteraksi dengan sesama

anak tunarungu (Yuhan, 2013). Hal tersebut didukung oleh Keating dan

Mirus (dalam Yuhan, dkk tahun 2013) bahwa percobaan anak tunarungu

untuk turn-taking dan melibatkan kontak mata sering ditolak oleh „anak

dengar‟.

Akan tetapi, dalam kontak sosial antar-anak tunarungu mereka

dengan mudah mengajak teman lain untuk berkomunikasi atau bermain.

Mereka juga tidak segan untuk mendekati teman lain terlebih dahulu.

Kecenderungan anak tunarungu untuk memulai interaksi dengan anak

tunarungu didasari oleh tingkat pendengaran yang kurang lebih sama.

Kecenderungan yang sama juga dialami oleh „anak dengar‟ (Vandell &

George, 1981; Rodriguez & Lana, 1996 dalam Yuhan tahun 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

91

2. Komunikasi Nonlinguistik

Secara umum, komunikasi nonlinguistik tampak dalam interaksi

antara anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu dan anak tunarungu

dengan „anak dengar‟. Salah satu perilaku komunikasi nonlinguistik adalah

emblems dimana perilaku ini menggantikan bahasa verbal anak tunarungu

untuk berinteraksi. Perilaku ini tampak pada anak tunarungu yang sedang

berinteraksi dengan sesama anak tunarungu maupun dengan „anak dengar‟.

Mereka sama-sama memanggil sesama anak tunarungu dan „anak dengar‟

dengan lambaian tangan, menyampaikan pesan dengan sentuhan fisik

(memanggil), menyampaikan pesan dengan tindakan langsung, simbol,

ataupun peragaan. Mereka juga menyampaikan pesan dengan menunjuk

maksud atau pesannya.

Perilaku-perilaku nonverbal dalam komunikasi nonlinguistik sangat

membantu anak tunarungu untuk bisa berinteraksi dengan „anak dengar‟.

Yuhan (2013) menunjukkan bahwa permulaan interaksi secara nonverbal

dan menirukan perilaku „anak dengar‟ merupakan strategi yang bisa

dilakukan oleh anak tunarungu dengan sukses. Selain itu penggunaan gestur

tubuh dan sentuhan juga perilaku bisa dilakukan anak tunarungu untuk

memulai sebuah interaksi dengan „anak dengar‟. Pemaparan ini mendukung

hasil penelitian bahwa perilaku emblems anak tunarungu dengan sesama

anak tunarungu maupun „anak dengar‟ sama-sama muncul dalam

komunikasi nonlinguistic keduanya karena perilaku tersebut merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

92

strategi anak tunarungu untuk berinteraksi dengan sesama anak tunarungu

dan „anak dengar‟.

Selanjutnya, perbedaan perilaku illustrators antara anak tunarungu

dengan sesama anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟.

Perbedaan yang tampak adalah anak tunarungu mampu menyampaikan dan

menangkap pesan dan gerakan yang disertakan oleh sesama anak tunarungu.

Gerakan tersebut bisa gerakan tangan atau badan. Weisel, Most, dan Efron

(2005) menemukan bahwa anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu

juga menggunakan gerakan visual-motor seperti sentuhan atau gestur untuk

menyertai komunikasi. Vandell dan George (dalam Weisel, Most, dan Efron

tahun 2005) juga menemukan bahwa interaksi antara anak tunarungu

dengan sesama anak tunarungu melibatkan gestur dan ekspresi wajah untuk

menyertai vokalisasi (bahasa verbal). Temuan sebelumnya memperkuat

bahwa illustrators tersampaikan dengan baik ketika anak tunarungu

berinteraksi dengan sesama anak tunarungu. Weisel, Most, dan Efron (2005)

juga mengatakan bahwa gestur atau sentuhan yang disertai komunikasi

verbal merupakan salah satu strategi bagi anak tunarungu untuk berinteraksi

dengan sesama anak tunarungu. Hal tersebut mendukung temuan dalam

penelitian ini sebagai salah satu strategi yang bisa membantu anak

tunarungu dalam berinteraksi sosial dengan sesama anak tunarungu.

Kesuksesan perilaku illustrator sebagai salah satu strategi interaksi

sosial anak tunarungu dengan sesama anak tunarungu tidak berlaku bagi

interaksi sosial antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

93

menemukan bahwa anak tunarungu mampu menyampaikan pesan secara

verbal disertai dengan gerakan tangan akan tetapi anak tunarungu tidak

mampu untuk menangkap pesan dari „anak dengar‟. Dalam Weisel, Most,

dan Efron (2005) dijelaskan bahwa strategi yang sama tetap memberikan

kegagalan interaksi sosial antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Hal

tersebut disebabkan karena vokalisasi yang digunakan untuk berinteraksi

dengan „anak dengar‟ memiliki level yang berbeda.

Temuan Vandell dan George (dalam Weisel, Most, dan Efron tahun

2005) terkait adanya ekspresi wajah dalam interaksi sosial antara anak

tunarungu dengan anak tunarungu juga tampak dalam penelitian ini. Anak

tunarungu juga melibatkan affects atau perasaan selama mereka

berkomunikasi dengan sesama anak tunarungu. Penelitian ini juga

memperkaya penelitian sebelumnya ternyata ungkapan perasaan juga

tampak dalam interaksi sosial antara anak tunarungu dengan „anak dengar.

Bentuk ungkapan perasaan juga ada dua, yaitu ungkapan perasaan melalui

mimik wajah dan ungkapan perasaan melalui perilaku. Kedua bentuk ini

sama-sama muncul pada komunikasi anak tunarungu baik dengan sesama

anak tunarungu maupun „anak dengar‟. Hal ini menunjukkan bahwa affects

memiliki fungsi yang sama dengan emblems dan illustrators.

Ungkapan perasaan tampak lebih variatif ketika anak tunarungu

sedang berkomunikasi dengan sesama anak tunarungu. Misalnya, kerutan

dahi disertai mulut yang ternganga untuk menunjukkan perasaan sakit dan

menghentakkan kaki untuk mengungkapkan perasaan kesal. Sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

94

ekspresi perasaan yang tampak dengan „anak dengar‟ hanya tertawa,

tersenyum, dan berekpresi lucu.

Perbedaan tampak juga pada regulators. Regulators ketika sedang

bersama „anak dengar‟ hanya tampak satu, yaitu menanggukkan kepala

sebagai tanda bahwa mereka memahami pesan yang disampaikan. Tetapi,

regulators yang tampak pada sesama anak tunarungu lebih bervariasi,

seperti menggelengkan kepala dan melambaikan tangan untuk mengatakan

bukan. Mereka menggelengkan kepala atau melambaikan tangan ketika

merasa tidak sependapat dengan sesama anak tunarungu yang sedang

berbicara. Perbedaan perilaku regulators menunjukkan adanya

pertentangan atau konflik dalam interaksi sosial anak tunarungu dengan

sesama anak tunarungu (Arifin, 2015). Sedangkan antara anak tunarungu

dengan „anak dengar‟ bentuk perilaku ini tidak tampak.

3. Komunikasi Linguistik

Menurut Yuhan (2013), model komunikasi yang banyak dikuasai

anak tunarungu adalah bahasa oral atau gerakan bibir. Hal ini tampak pada

komunikasi linguistik anak tunarungu baik dengan sesama tunarungu

maupun dengan „anak dengar‟. Anak tunarungu menyampaikan pesan

kepada sesama anak tunarungu dengan menggerakkan bibir. Ketika bersama

dengan „anak dengar‟, mereka menyampaikan pesan dengan gerakan bibir

ditambah dengan suara pelafalan yang tidak cukup jelas. Hal ini juga

didukung oleh paparan Yuhan, dkk (2013) yaitu bahasa isyarat bukan model

komunikasi utama antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

95

Komunikasi dengan gerakan bibir juga akan meningkatkan dan

mempermudah interaksi sosial anak tunarungu dengan „anak dengar‟.

Yuhan (2013) memaparkan bahwa familiaritas memainkan peran

penting dalam interaksi anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Anak

tunarungu mampu untuk berinteraksi dengan „anak dengar‟ dengan tingkat

familiaritas yang sama dibandingkan dengan „anak dengar‟ yang tidak

familiar. Temuan familiaritas juga tampak dalam penelitian ini hanya saja

temuan ini justru tampak pada interaksi antara anak tunarungu dengan anak

tunarungu dalam berkomunikasi. Penelitian ini menemukan anak tunarungu

berkomunikasi dengan sesama anak tunarungu dengan menggunakan bahasa

isyarat berupa abjad jari.

Pemaparan hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh Yuhan

(2013) menggambarkan bahwa interaksi sosial antara anak tunarungu

dengan „anak dengar‟ akan berlangsung dengan cukup baik apabila

menggunakan komunikasi linguistik sebagai salah satu cara untuk

menyampaikan pesan. Anak tunarungu bisa saja menggunakan bahasa

isyarat dengan sesama anak tunarungu tetapi isyarat tersebut belum tentu

bisa dilakukan untuk berinteraksi dengan „anak dengar‟. Hal tersebut

disebabkan oleh tingkat familiaritas yang berbeda antara anak tunarungu

dengan „anak dengar‟ terkait abjad jari (Yuhan, 2013).

4. Anak Tunarungu VS ‘Orang Dengar’

Adapun temuan lainnya, yaitu anak tunarungu tidak hanya

berinteraksi dengan sesama tunarungu ataupun „anak dengar‟, tetapi mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

96

juga berinteraksi dengan „orang dengar‟. Interaksi yang terjadi melibatkan

kontak sosial dan komunikasi, baik nonlinguistik ataupun linguistik.

Interaksi sosial yang melibatkan „orang dengar‟ berupa bantuan untuk

berkomunikasi dengan „anak dengar‟.

Salah satu dampak ketunarunguan adalah anak tunarungu menjadi

lebih bergantung pada orang lain dan beberapa hal yang sudah dikenal

sebelumnya (Efendi, 2006). Hal ini juga tampak dari temuan dimana anak

tunarungu meminta bantuan „orang dengar‟ untuk menterjemahkan pesan

kepada „anak dengar‟ agar dipahami. Selain itu, familiaritas antara anak

tunarungu dengan „orang dengar‟ juga menjadi hal penting dalam interaksi

sosial mereka. Familiaritas juga didukung oleh kemampuan anak tunarungu

untuk berkomunikasi secara verbal dengan „orang dengar‟. Yuhan (2013)

juga memaparkan bahwa komunikasi oral akan mempermudah interaksi

sosial anak tunarungu dengan „anak dengar‟.

5. Bentuk Interaksi Sosial Kompleks VS Penolakan Interaksi Sosial

Temuan lainnya adalah macam-macam interaksi sosial yang terjadi

ketika anak tunarungu sedang bersama sesama tunarungu dan dengan „anak

dengar‟. Interaksi sosial antara anak tunarungu dengan sesama anak

tunarungu terjadi saat mereka sedang bermain bersama atau membantu

sesama. Temuan ini justru tidak sejalan dengan dampak ketunarunguan

secara sosial-emosi yang dipaparkan oleh Efendi (2006). Efendi (2006)

justru memaparkan bahwa anak tunarungu lebih menampakkan sikap asosial

dan menunjukkan sikap bermusuhan. Sikap negatif ini justru tidak tampak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

97

pada anak tunarungu dan sebaliknya anak tunarungu justru banyak

menghabiskan waktu untuk bercengkrama dan bersenda gurau bersama.

Perilaku di atas menunjukkan bahwa anak tunarungu sangat nyaman

ketika berinteraksi dengan sesama anak tunarungu. Most, dkk (2011)

mendukung temuan tersebut karena penelitian sebelumnya menyatakan

bahwa kesuksesan interaksi sosial anak tunarungu dipengaruhi oleh tingkat

pendengaran yang sama. Mereka terbiasa untuk memulai interaksi terlebih

dahulu dan menghabiskan waktu lebih lama. Selain itu, mereka juga lebih

ekspresif ketika sedang berkomunikasi satu sama lain. Temuan ini didukung

oleh Most, dkk (2011) bahwa anak tunarungu memiliki pengalaman yang

baik ketika berinteraksi dengan sesama anak tunarungu sehingga interaksi di

antara mereka berjalan dengan sukses. Walaupun ada perasaan nyaman,

tidak semua interaksi sosial antara anak tunarungu dengan sesama anak

tunarungu dapat terjadi. Penelitian ini menemukan bahwa kadang pula

terjadi penolakan interaksi sosial, seperti menolak pelukan atau sentuhan.

Kadang anak tunarungu menolak sebuah interaksi sosial dengan cara

mengabaikan. Selain itu, interaksi sosial juga bisa saja tidak terjadi karena

anak tunarungu juga memilih untuk berkegiatan sendiri dan tidak menjalin

interaksi dengan siapapun.

Interaksi sosial antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟ justru

berbeda dengan sesama anak tunarungu. Interaksi sosial mereka

berlangsung cukup singkat karena mereka lebih memilih untuk diam dan

memperhatikan keadaan sekitarnya. Brown & Remine, Prescott, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

98

Rickards (2000) menemukan bahwa anak tunarungu memilih menunggu

didekati oleh „anak dengar‟ dalam aktifitas nonpermainan. Hal tersebut

disebabkan oleh kurangnya konten linguistik dalam interaksi mereka

sehingga interaksi mereka tidak terjadi atau terjadi dalam durasi yang

singkat (Keating dan Mirus dalam Yuhan, dkk tahun 2013). Penelitian ini

juga menemukan bahwa anak tunarungu memilih untuk berkegiatan sendiri,

duduk berjarak, tidak terlibat dalam percakapan, dan mengabaikan

kehadiran orang lain. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

dimana anak tunarungu menghindari untuk berinteraksi dengan „anak

dengar‟ karena memiliki ketakutan akan kegagalan dalam berinteraksi

(Most, dkk tahun 2011). Menghindari interaksi dengan „anak dengar‟ juga

merupakan salah satu cara adaptasi anak tunarungu terhadap kesulitan

mereka untuk berbahasa (Yuhan, 2013).

Bentuk interaksi sosial yang kompleks menunjukkan adanya

perbedaan durasi interaksi sosial antara anak tunarungu dengan sesama anak

tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak dengar‟. Interaksi sosial anak

tunarungu dengan anak tunarungu bisa berlangsung lebih lama

dibandingkan dengan interaksi sosial antara anak tunarungu dengan „anak

dengar‟. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya familiaritas antara anak

tunarungu dengan sesama anak tunarungu (Yuhan, 2013). Penyebab lainnya

adalah „anak dengar‟ yang kurang mampu memahami anak tunarungu

sehingga interaksi sosial berakhir dengan durasi yang tidak panjang (Weisel

dalam Yuhan, dkk tahun 2013). Penelitian ini juga menemukan penolakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

99

interaksi sosial yang terjadi dalam interaksi antara anak tunarungu dengan

„anak dengar‟. Penolakan interaksi terjadi karena kegagalan dalam

penyampaian pesan antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟ dan tidak

mendapatkan respon dari „anak dengar‟. Yuhan, dkk (2013) memaparkan

bahwa anak tunarungu memiliki kesulitan untuk mengekspresikan sesuatu

secara verbal sehingga meraka mengalami kegagalan berkomunikasi atau

tidak mendapatkan respon dari „anak dengar‟.

Temuan menarik lainnya adalah anak tunarungu juga cenderung

menghabiskan waktu dengan „anak dengar‟ yang usianya lebih muda.

Interaksi sosial yang terjadi di antara mereka saling bercanda dengan

membuat ekspresi lucu. Interaksi ini terjadi karena anak tunarungu dan

„anak dengar‟ yang usianya lebih muda memiliki tingkat familiaritas yang

sama sehingga mereka bisa memahami maksud satu sama lain (Yuhan,

2013). Selain itu, interaksi antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟

yang usianya lebih muda tidak melibatkan banyak komunikasi linguistik

atau penyampaian pesan secara verbal (Yuhan, dkk tahun 2013). Temuan ini

juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya dimana anak tunarungu

memiliki keterbatasan dalam kosakata (Yuhan, dkk tahun 2013) sehingga

membuat mereka lebih mudah membangun interaksi sosial dengan „anak

dengar‟ yang tidak banyak melibatkan komunikasi linguistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

100

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan yang dipaparkan dalam pembahasan maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Interaksi sosial antar-anak tunarungu dan anak tunarungu dengan „anak

dengar‟ terjadi dengan melibatkan dua komponen interaksi sosial, yaitu

kontak sosial dan komunikasi.

2. Interaksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain,

mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

maupun bahasa isyarat dalam bentuk abjad atau gerak tubuh. Selain itu,

mereka juga melibatkan ekspresi perasaan dalam beragam bentuk baik

mimik wajah ataupun tingkah laku.

3. Anak tunarungu tampak lebih pasif karena menunggu ajakan interaksi

„anak dengar‟ ketika sedang bersama. Mereka juga cenderung untuk

mengajak anak kecil untuk berinteraksi dibandingkan dengan teman

sebayanya. Selain itu, anak tunarungu berkomunikasi dengan cara

menggerakkan bibir atau menuliskan pesan.

4. Interaksi sosial tidak hanya terjadi antar-anak tunarungu dan anak

tunarungu dengan „anak dengar‟ tetapi interaksi sosial juga terjadi antara

anak tunarungu dengan „orang dengar‟.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

101

5. Interaksi sosial yang terjadi dalam bentuk permainan atau percakapan

tampak pada interaksi anak tunarungu baik dengan sesama maupun dengan

„anak dengar‟.

6. Penolakan interaksi sosial antar-anak tunarungu terjadi karena anak

tunarungu tidak ingin untuk membangun sebuah interaksi. Sedangkan

penolakan interaksi sosial antara anak tunarungu dengan „anak dengar‟

terjadi karena anak tunarungu tidak menangkap pesan yang disampaikan

oleh „anak dengar‟.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggambarkan bentuk perilaku interaksi sosial yang

tampak tetapi tidak dilihat dorongan atau motif yang melatarbelakangi

munculnya perilaku.

2. Jumlah jam observasi antara di rumah dan di sekolah yang tidak seimbang

sehingga kurang menggambarkan interaksi sosial dengan „anak dengar‟.

3. Perilaku guru terhadap masing-masing responden yang tidak dapat dikontrol

oleh peneliti.

4. Situasi atau lingkungan di sekolah dan di rumah yang tidak sama.

C. Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini hanya menggambarkan bentuk perilaku responden

ketika berinteraksi dengan sesama anak tunarungu dan „anak dengar‟. Ada

baiknya apabila penelitian diteruskan dengan meneliti dorongan atau motif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

102

munculnya perilaku tersebut sehingga dapat memperkaya data tentang

interaksi sosial anak tunarungu.

2. Bagi Praktisi Psikologi

Adanya pendampingan bagi orangtua dan anak tunarungu agar bias

berinteraksi dengan semua orang tanpa merasa rendah diri atau

berkekurangan. Pendampingan ini bisa berupa pelatihan atau seminar

tentang perkembangan anak tunarungu yang terhambat dan mendorong anak

tunarungu untuk berinteraksi dengan „anak dengar‟.

3. Bagi Orangtua

Anak tunarungu mengalami kesulitan berkomunikasi dengan „anak

dengar‟ sehingga perlu pendampingan dalam berkomunikasi. Anak

tunarungu juga sebaiknya dibiasakan berinteraksi dengan „anak dengar‟ agar

mampu berinteraksi sehingga mereka tidak merasa kesepian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

103

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Bat-Chava, Y., & Deignan, E. (2001). Peer Relationships of Children With

Cochlear Implants .

Beazley, S., & Moore, M. (1995). Deaf Children, Their Families and

Professionals. New York: David Fulton Publishers.

Berkowitz, L. (1980). A Survey of Social Psychology (2nd Edition). New York:

Holt, Rinehart and Winston.

Brown, P. M., Remine, M. D., Prescott, S. J., & Rickards, F. W. (2000). Social

Interactions of Preschoolers With and Without Impaired Hearing in

Integrated Kindergarten. Journal of Early Intervention, 23, 200-211.

Bukatko, D. (2008). Child and Adolescent Development. New York: Houghton

Mifflin Company. Denmark , J. C. (1994). Deafness and Mental Health . London: Jessica Kingsley

Publishers.

Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkebutuhan Khusus.

Jakarta: Bumi Aksara.

Ekman, P. (2010). Membaca Emosi. (Jamilia, & T. W. Utomo, Trans.)

Yogyakarta: Pustaka Baca.

Gerungan, Dipl.Psych, D. (2009). Psikologi Sosial (Edisi 3 ed.). Bandung: PT

Refika Aditama.

Gregory, S., Knight, P., McCracken, W., Powers, S., & Watson , L. (Eds.).

(1998). Issues in Deaf Education. London: David Fulton Publishers.

Hambali, M. Pd, P. (2015). Psikologi Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia.

Kusdiyati, S., & Fahmi, I. (2015). Observasi Psikologi. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Liben, L. S. (1978). Deaf Children: Developmental Perspective. New York:

Academic Press Inc. Macionis, J. J. (2012). Sociology (14th ed.). New Jersey: Pearson.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

104

Marschark, M. (2007). Raising and Educating A Deaf Child : A Comprehensive

Guide To The Choices, Controversies, and Decisions Faced by Parents

and Rducators (2nd edition). Oxford: Oxford University Press.

Marschark, M., & Spencer, P. E. (2003). Deaf Studies, Language, and Education.

Oxford: Oxford University Press.

Marschark, Ph.D, M., & Hauser, Ph.D, P. C. (2012). How Deaf Children Learn:

What Parents and Teachers Need to Know. New York: Oxford University

Press.

Martin, D., Bat-Chava, Y., Lalwani, A., & Waltzman, S. B. (2010). Peer

Relationship of Deaf Children With Cochlear Implants: Predictors of Peer

Entry and Peer Interaction Success. Journal of Deaf Studies and Deaf

Education. Medinnus, G. R. (1976). Child Study and Observation Guide. New York : John

Willey and Sons.

Most, T. (2007). Speech Intelligibility, Loneliness, and Sense of Coherence

Among Deaf and Hard-of-Hearing Children in Individual Inclusion and

Group Inclusion.

Most, T., Ingber, S., & Heled-Ariam, E. (2011). Social Competence, Sense of

Loneliness, and Speech Intelligibility of Young Children With Hearing

Loss in Individual Inclusion and Group Inclusion. Journal of Deaf Studies

and Deaf Education.

Reber, A. S., & Reber, E. S. (2010). Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Santrock, J. W. (1997). Life-span Development. London: Brown & Benchmark.

Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam

Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Thompson, J. (2010). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Ind: Erlangga. Walgito , B. (1991). Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (rev ed.). Yogyakarta:

Andi Offset.

Walgito, P. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: INTERAKSI SOSIAL ANTAR-ANAK TUNARUNGU DAN ANAK fileInteraksi sosial antar-anak tunarungu tampak dalam ajakan bermain, mendekati sesama teman tunarungu, berkomunikasi baik secara oral

105

Weisel, A., Most, T., & Efron, C. (2005). Initiations Social Interaction by Young

Hearing Implants Preschoolers. Journal of Deaf Studies and Deaf

Education, 10.

Wie, PhD, O. B., Pripp, ScD, A. H., & Tvete, MS, O. (2010). Unilateral Deafness

in Adults: Effects on Communication and Social Interaction. Annals of

Otology, Rhinology, & Larynology, 119, 772-781.

Yuhan, X. (2013). Peer Interaction of Children with Hearing Impairment.

International Journal of Psychological Studies, 5.

Yuhan, X., Potmesil, M., & Peters , B. (2013). Children Who Are Deaf or Hard of

Hearing in Inclusive Educational Settings: A Literature Review on

Interaction With Peers. Journal of Deaf Studies and Deaf Education.

Pedoman Yankes Anak di SLB Bagi Petugas Kesehatan. (2011). Retrieved March

20, 2015, from www.gizikia.depkes.go.id:

http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/

PEDOMAN-YANKES-ANAK-DI-SLB-BAGI-PETUGAS-

KESEHATAN.pdf

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Retrieved March 20,

2015, from www.depkes.go.id:

http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-

datin.html.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Recommended