i
IMPLEMENTASI PROGRAM KORPS PERGERAKAN
MAHASISWA ISLAM INDONESIA PUTRI
DALAM PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SITI KONIAH
NIM 23010160154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTIUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
IMPLEMENTASI PROGRAM KORPS PERGERAKAN
MAHASISWA ISLAM INDONESIA PUTRI
DALAM PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SITI KONIAH
NIM 23010160154
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTIUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
روا ما ر ما بقوم حتى ي غي (١١)الرعد: بان فسهم ان الله لا ي غي
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka
mengubah diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’d:11)
"Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan."
~Imam Syafi'i~
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas lipahan rahmat dan karuniaNya, skripsi ini
penulis persembahkan untuk:
1. Orang tua saya Surjono dan Umi Jannah, yang selalu mendukung,
membimbing, memotivasi saya. Selalu memberikan doa, nasihat, dan kasih
sayang yang tiada henti. Selalu menjadi pahlawan dalam kehidupan saya.
2. Kakak-kakak saya Samroni, Nur Rohmatun, Muh. Nurdin, Amin Rosidah
yang selalu memberikan dukungan dan motivai kepada saya sehingga saya
dapat menempuh perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana ini dengan baik.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum w.w.
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayat
serta karuniaNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Agung
Muhammad Saw yang telah membawa kita pada zaman yang terang benderang ini
dengan perantara agama Islam yang dibawanya.
Skripsi ini berjudul Implementasi Program Korps Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia dalam Pendidikan Pemberdayaan Perempuan di Institut Agama
Islam Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020. Topik ini diangkat sebagai
judul skripi dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan program
kegiatan yang dilakukan oleh organisasi KOPRI dalam melakukan pendidikan
pemberdayaan perempuan terhadap kader dan anggotanya.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Bapak Prof. Dr. KH. Mansur,
M.Ag.
3. Ketua Progam Studi Pendidikan Agama Islam, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
x
4. Ibu Dr. Muna Erawati, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mengarahkan, memberi saran dan masukan serta memberi bimbingan
dengan sangat baik ikhlas.
5. Bapak Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan saran dan motivasi selama perkuliahan di IAIN
Salatiga.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Mbak Ummu Athika Rahmi, S.Pd. selaku ketua KOPRI PMII Cabang Kota
Salatiga 2019-2020.
8. Seluruh keluarga KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga yang telah membantu
memberikan informasi selama proses penelitian dalam penulisan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat Persatuan Bakul-Bakul (PBB) Nurul Arestiyani, Feni
Isnaeni, Muhammad Subchi, M. Harun Al-Rasyid, Evis Retnosari, Eliza
Ayu, M. Miftakhul Ulum, Misbachul Munir, Mahdiyan Nashikin yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada saya selama perkuliahan,
semoga diberi kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan skripsi.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan karyawan Dapur UGD Nurul Basyiroh,
Emily, Sania, Fitriyana yang telah berjuang bersama dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga sukses selalu dan diberi kelancaran dalam segala hal.
11. Sahabat-sahabat pengurus DEMA FTIK IAIN Salatiga 2019 “Disiplin
Bhakti”.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2016 khususnya jurusan PAI.
xi
13. Seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu,
terimakasih telah membantu saya dalam segala hal, memberikan motivasi,
dukungan, dan doa.
14. Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasama sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Atas dukungan dan jasa mereka penulis hanya dapat memohon doa
semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik dan semoga diberikan
kesuksesan di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf
yang setulus-tulusnya dan memohon kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan penelitian selanjutnya dan memberikan manfaat bagi penulis aupun
pembaca.
Wassalamu’alaikum w. w.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................ i
LEMBAR BERLOGO IAIN ............................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .............................. vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................. ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
ABSTRAK ..................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ................................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori ............................................................................... 12
1. Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri ............ 12
a. Sejarah KOPRI ................................................................... 12
b. Profil KOPRI ...................................................................... 14
c. Sistem Kaderisasi KOPRI .................................................. 17
d. Ruang Lingkup Pengembangan KOPRI............................. 19
2. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan ................................... 21
a. Pengertian Pendidikan Pemberdayaan Perempuan ............ 21
b. Ruang Lingkup Pemberdayaan Perempuan ....................... 24
c. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan ............ 38
B. Kajian Pustaka ................................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 43
B. Lokasi Penelitian .......................................................................... 43
C. Sumber Data ................................................................................ 44
D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 44
E. Analisis Data ................................................................................ 46
F. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 46
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ................................................................................ 48
1. Sejarah Berdirinya KOPRI Salatiga ..................................... 48
2. Susunan Pengurus KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga ...... 50
xiv
3. Program Kegiatan KOPRI .................................................... 51
4. Hasil Penelitian ..................................................................... 52
B. Analisis Data ................................................................................ 77
1. Implementasi Program KOPRI dalam Dimensi
Pemberdayaan Perempuan .................................................... 77
2. Implementasi Program KOPRI PMII Cabang Kota
Salatiga dalam Pendidikan Pemberdayaan Perempuan ........ 81
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 84
B. Saran ............................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Materi Kegiatan SIG ......................................................................... 17
Tabel 2.2 Materi Kegiatan SKK........................................................................ 18
Tabel 2.3 Materi Kegiatan SKKN ..................................................................... 18
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan diskusi rutinan oleh divisi wacana dan keilmuan. ......... 58
Gambar 4.2 Kegiatan Tutor Kajian di SMK Diponegoro Salatiga ................... 64
Gambar 4.3 Kegiatan Pelatihan Menyulam Divisi Kewirausahaan KOPRI ..... 65
Gambar 4.4 Kegiatan Santunan Anak Yatim oleh Divisi Sosial Budaya ......... 68
Gambar 4.5 Kegiatan Sosial Berbagi Bunga kepada Dosesn IAIN salatiga
dalam Rangkat Memperingati Hari Guru .................................... 74
Gambar 4.5 Kegiatan Sosialisasi Pemilu oleh KPU Tahun 2019 ..................... 75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Pedoman Wawancara
2. Lampiran Hasil Wawancara
3. Lampiran Dokumentasi
4. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian
5. Lampiran Surat Keterangan Penelitian
6. Lampiran Surat Pembiming Skripsi
7. Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian
8. Lampiran Daftar Nilai SKK
9. Lampiran Daftar Riwayat Hidup
xviii
ABSTRAK
Koniah, Siti. 2020. Implementasi Program Korps Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Putri dalam Pendidikan Pemberdayaan Perempuan di Institut
Agama Islam Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020. Skripsi. Prodi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, M.Si.
Kata Kunci: Program KOPRI, Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program KOPRI
dalam pendidikan pemberdayaan perempuan di IAIN Salatiga. Pertanyaan yang
ingin dijawab dari penelitian ini adalah: bagaimana pelaksanaan program kegiatan
Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri dalam pendidikan
pemberdayaan perempuan di Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun
akademik 2019/2020?, dan bagaimana implementasi program Korps Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia Putri dalam pendidikan pemberdayaan perempuan di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun akademik 2019/2020?
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, informan penelitian ini
adalah ketua, pengurus per divisi, anggota, dan alumni KOPRI PMII Cabang Kota
Salatiga dengan jumlah 11 orang. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan dengan penghimpunan data, klasifikasi data, dan
penyimpulan data.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan KOPRI
memberikan penyadaran, akses, partisipasi, kesejahteraan, dan penguasaan diri
kepada anggota-anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa mahasiswi
mampu membuka usaha sendiri, mahasiswi mampu berbicara didepan umum,
mampu bekerjasama dengan baik dalam satu organisasi, mampu menjadi tutor
kajian dan pesantren kilat disekolah-sekolah, dan mampu mengaktualisasikan
dirinya dan bergerak sesuai keinginannya tanpa takut didiskriminasi oleh
masyarakat. (2) KOPRI telah mengimplementasikan programnya dalam
pendidikan pemberdayaan perempuan melalui beberapa kegiatan diantaranya:
Bidang pendidikan, kegiatan tanya jawab dan diskusi dari materi dalam kegiatan
SIG dan SKK. Menjadi tutor kajian dan pesantren kilat. Bidang ekonomi,
Memberikan pelatihan-pelatihan membuat kerajinan sebagai modal untuk
berwirausaha, dan mengelola sebuah catering agar mengetahui bagaimana cara
menjalankan sebuah usaha. Bidang sosial budaya, ikut serta dalam kegiatan
bermasyarakat seperti santunan anak yatim, menjadi tutor dalam kegiatan
pesantren kilat dan kajian di sekolah-sekolah. Ikut serta dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah setempat. Bidang politik, dalam bidang politik,
Bekerjasama dengan KESBANGPOL untuk memberikan sosialisasi mengenai
politik, serta ikut serta dalam kontestasi partai politik di kampus.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang
mengarah pada pembangunan ekonomi berbasis digital dan teknologi.
Berdasarkan dari jumlah penduduk Indonesia yang didominasi oleh
perempuan, maka dalam hal ini perempuan memiliki peran penting dalam
produktivitas pembangunan bangsa guna menghadapi persaingan di era
revolusi industri 4.0. Perempuan harus bisa terlibat dalam proses
pembangunan diberbagai sektor seperti pendidikan, ekonomi, kewirausahaan,
kesehatan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Melihat data Index
Pembangunan Manusia (IPM), selama 6 tahun IPM laki-laki dan IPM
perempuan sama-sama mengalami peningkatan. Berdasarkan Angka
Partisipasi Sekolah (APS) perempuan dibandingkan laki-laki telah mencapai
angka di atas 100. Berarti dalam hal ini partisipasi perempuan dalam sekolah
meningkat dan lebih tinggi dari laki-laki (KP3A, 2018: 21).
Secara umum kualitas perempuan masih tertinggal dari laki-laki. IPM
laki-laki sudah masuk dalam kategori pencapaian tinggi antara 70 sampai
dengan 80 yaitu 74,85, sedangkan IPM perempuan masih dalam taraf sedang
antara 60 sampai dengan 70 yaitu berada pada level 68,08. Ketertinggalan
pembangunan perempuan ini yang menyebabkan pembangunan manusia yang
bersifat adil gender belum sepenuhnya tercapai (KP3A, 2018: 27). Hal ini
dikarenakan masih kurangnya partisipasi dan kontribusi perempuan dalam
2
kegiatan publik. Contoh lain berdasarkan data yang diolah Ani Wiyani
Soetjipto, staf pengajar Pascasarjana Kajian Wanita UI, memberikan paparan
tingkat partisipasi perempuan sangat kecil dan tidak proporsional dalam
sektor publik, terlebih bidang politik dalam lingkaran kekuasaan (Muslikhati,
2004: 50).
Perempuan memiliki peran ganda dalam kehidupan, yaitu dalam
keluarga dan masyarakat. Namun, tidak banyak dari mereka yang bisa
melaksanakan perannya dengan baik. Konstruksi sosial mengakibatkan laki-
laki dipersepsikan lebih cerdas dalam banyak hal, lebih kuat, dan berani
daripada perempuan. Peran perempuan selalu terbatas dalam mendapatkan
kekuasaan dan kesempatan (Umar, 2001: 75). Akhirnya banyak perempuan
berpendidikan tinggi ragu untuk mengejar mimpinya dan tidak memanfaatkan
ilmunya untuk berkontribusi dalam proses pembangunan bangsa. Hal ini
terjadi karena dalam masyarakat dinilai perempuan yang ambisius itu tidak
pantas dan mengakibatkan kaum perempuan menjadi tidak percaya diri dan
enggan untuk berkembang mengejar profesinya.
Kedudukan perempuan di dalam berbagai organisasi juga masih
timpang dengan laki-laki. Perempuan dianggap memiliki berbagai
keterbatasan, bukan saja secara alami laki-laki diperspektifkan sebagai kaum
yang lebih unggul tetapi juga ditemukan bahwa perempuan dipespektifkan
masih kurang terampil jika dibandingkan dengan laki-laki (Umar, 2001: 56).
Pemberdayaan perempuan menjadi penting untuk membentuk perempuan
mandiri yang mampu menolong dirinya sendiri dalam hal kelangsungan
3
hidup, serta menciptakan perempuan yang kreatif dan inovatif dalam
membantu proses pembangunan kemajuan bangsa. Melihat kondisi
perempuan saat ini yaitu masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, sikap
kreatif dan aspirasi, hal ini yang mengakibatkan banyak perempuan hidup
dalam kemiskinan dan termarginalkan (Hasanah, 2013: 73).
Kegiatan pendidikan dalam pemberdayaaan dilakukan dengan harapan
mampu menyadarkan perempuan akan nilai dan kedudukannya ditengah
masyarakat. Menggerakkan kaum perempuan untuk tidak terbiasa pasif dan
bergantung pada orang lain. Memberikan aktivitas yang bermanfaat sebagai
partisipasi kaum perempuan dalam masyarakat. Menumbuhkan sikap berani
dan percaya dalam diri perempuan. Serta mengajarkan agar perempuan
menjadi lebih mandiri dan teratur dalam urusan hidupnya (Qazan, 2001: 107).
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman guna menciptakan generasi yang
cerdas dan berkualitas sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap
perkembangan suatu bangsa. Kualitas masa depan bangsa terletak pada
generasi dan sistem pendidikan saat ini. Secara khusus pendidikan adalah
suatu proses belajar untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta
mengembangkan potensi dan keterampilan diri seseorang. Belajar menjadi
aktivitas inti dunia pendidikan. Pendidikan memberi pengaruh yang sangat
besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan membangun watak bangsa (nation
character building). Masyarakat yang cerdas memberi nuansa kehidupan
yang cerdas pula dan secara progresif membentuk kemandirian. Kondisi
4
masyarakat yang seperti ini merupakan investasi untuk berjuang keluar dari
krisis dan menghadapi dunia global (Naim, 2016: 29).
Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Cabang
Kota Salatiga adalah organisasi pergerakan yang dibentuk sebagai ruang
mahasiswa perempuan untuk beraktifitas sehingga mereka dapat bebas
mengeluarkan pendapat, berdiskusi, dan belajar bersama. Mengajak,
mengajarkan, dan memahamkan bagaimana peran seorang perempuan baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat sosial. Peran strategis KOPRI
sebagai wadah pemberdayaan perempuan yang bertujuan untuk
mengembangkan bakat dan potensi perempuan.
KOPRI organisasi perempuan untuk saling belajar dan bergerak bukan
sekedar perkumpulan mahasiswi dengan tujuan yang sama. KOPRI akan
senantiasa bergerak dan berjuang dalam pembebasan ketidakadilan
perempuan karena memang latar belakangnya adalah organisasi pergerakan.
KOPRI sebagai organisasi perempuan yang berlandaskan Islam Aswaja, dan
berasaskan Pancasila maka dalam setiap pola pikir dan gerakannya
berdasarkan pada hukum-hukum Islam sesuai Al-Qur’an, hadits serta sesuai
aturan dan norma-norma hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya disini
KOPRI sebagai organisasi perempuan Islam yang moderat. Di IAIN Salatiga
sendiri KOPRI menjadi organisasi ekstra kampus terbesar dengan jumlah
anggota paling banyak.
Pengkaderan KOPRI Cabang Kota Salatiga juga dimaksudkan untuk
membentuk perempuan yang unggul dan berprestasi guna mematahkan
5
konstruksi sosial dalam masyarakat yang menghambat pergerakan dan
perkembangan kaum perempuan selama ini. Selain itu juga untuk
menegakkan sistem berorganisasi yang adil bagi perempuan.Meningkatkan
kualitas sumberdaya perempuan untuk dapat berperan dalam sektor-sektor
strategis pembangunan kemajuan bangsa, serta mengawal pergerakan
perempuan. Kegiatan-kegiatan KOPRI Cabang Kota Salatiga seperti Sekolah
Islam Gender (SIG), santunan, kewirausahaan, dan tutor pendidikan
diharapkan mampu membawa posisi sosial perempuan berada pada tingkat
yang sejajar dengan laki-laki. Karena pada dasarnya laki-laki dan perempuan
memiliki kedudukan sama di mata Islam yang membedakan hanya tingkat
ketakwaannya kepada Allah SWT . Seperti dijelaskan dalam Q.S Al Hujurat
(49):13 dibawah ini:
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (Al-Hujurat [49]: 13 )
Mahasiswi memiliki peranan penting dalam pebangunan bangsa yaitu
sebagai agen of change (agen perubahan) yang diharapkan mampu membawa
6
perubahan bagi masyarakat dan bangsanya. Sebagai kontrol soaial, mahasiswi
harus peka terhadap lingkungan sekitar dan kritis dengan isu-isu untuk
mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah. Pandangan dalam masyarakat
sebenarnya harapan terhadap mahasiswi atau lulusan sarjana juga sangat
tinggi, mereka beranggapan bahwa mahasiswi memiliki ilmu, wawasan, dan
pengalaman yang lebih sehingga mampu menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di masyarakat dan membawa masyarakat menjadi
lebih baik. Untuk itu mahasiswa harus terus meningkatkan kapasitas dan
potensinya agar mampu bersaing dengan laki-laki dalam membangun bangsa.
Pendidikan perempuan yang berkualitas akan menghasilkan generasi yang
berkualitas pula.
Dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Implementasi Program Korps Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia Putri dalam Pendidikan Pemberdayaan Perempuan di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga Tahun Akademik 2019/2020”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini difokuskan
pada Implementasi Program Kegiatan Program Kegiatan Korps Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia Putri dalam Pendidikan Pemberdayaan
Perempuan di Institut Agama Islam Negeri Salatiga Tahun Akademik
2019/2020.
Dari fokus penelitian tersebut, maka akan dijabarkan dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
7
1. Bagaimana pelaksanaan program kegiatan Korps Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia Putri dalam pendidikan pemberdayaan perempuan
mahasiswi di Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun akademik
2019/2020?
2. Bagaimana implementasi program Korps Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Putri dalam pendidikan pemberdayaan perempuan mahasiswi di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun akademik 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program kegiatan Korps Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia Putri dalam pendidikan pemberdayaan
perempuan di Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun akademik
2019/2020.
2. Untuk mengetahui implementasiprogram Korps Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia Putri dalam pendidikan pemberdayaan perempuan di
Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun akademik 2019/2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan Islam,
khususnya dalam masalah pemberdayaan perempuan.
2. Manfaat Praktis
8
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran
terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan pendidikan
pemberdayaan perempuan. Serta pembaca mampu memahami kedudukan
dan peran perempuan sehingga dapat melaksanakan pendidikan
pemberdayaan perempuan baik di organisasi, di kampus, maupun di
masyarakat.
E. Penegasan Istilah
1. Program Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri
(KOPRI)
Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI)
adalah wadah perempuan yang didirikan oleh kader-kader putri sebagai
salah satu organisasi pemberdayaan mahasiswa dalam organisasi Islam
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Melakukan gerakan
pemberdayaan perempuan yang benar-benar mampu menempatkan
posisinya sebagai agen of change, agen perubahan. Perubahan ditingkatan
nalar atau mindset maupun perubahan pada praksis gerakan yang nyata
sehingga dapat menjadi sebuah sinergitas gerakan antara nalar dan
perilaku hidup (Wuriyan, 2019: 112).
Program KOPRI yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu
suatu program kerja atau daftar kegiatan yang telah dirancang oleh KOPRI
PMII Cabang Kota Salatiga untuk dilaksanakan sebagai bentuk pendidikan
dan pemberdayaan anggota dan kader mahasiswi IAIN Salatiga yang
tergabung dalam organisasi PMII .
9
2. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan sebagaimana
termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara (Djumali, 2013: 31).
Pemberdayaan adalah kemampuan untuk mengelola atau mengatur
sebuah nilai yang ada pada diri sumberdaya manusia baik secara kelompok
maupun secara individu yang bertujuan agar mampu berdikari sesuai
dengan keinginan. Sedangkan pemberdayaan perempuan dalam lingkup
mikro merupakan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh nilai
tambah yang berguna bagi diri manusia (Kuncoro, 2016:46).Prioritas
utama dalam pemberdayaan adalah terciptanya kemandirian. Artinya
perempuan sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu menolong
dirinya sendiri dalam berbagai hal, terutama yang menyangkut
kelangsungan hidupnya. Caranya dengan membekali perempuan dengan
informasi dalam proses penyadaran, pendidikan, pelatihan dan motivasi
10
agar mengenal jati diri. Perempuanlebih percaya diri, dapat mengambil
keputusan yang diperlukan, mampu menyatakan diri, memimpin,
menggerakkan perempuan untuk mengubah dan memperbaiki keadaannya
untuk mendapatkan bagian yang lebih adil sesuai nilai kemanusiaan
universal (Hasanah, 2013: 76).
Pendidikan pemberdayaan perempuan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah suatu proses pembelajaran guna memperoleh
pengetahuan mengenai usaha atau langkah-langkah yang dilakukan untuk
memajukan peran perempuan dalam ranah publikmelalui program kegiatan
yang dilakukan oleh KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga.Mahasiswi IAIN
Salatiga yang tergabung dalam organisasi KOPRI mampu mandiri,
berdikari, dan lebih percaya diri. Menjadi perempuan yang produktif di
masyarakat, sehingga menjadi suatu capaian atau tolak ukur mahasiswi
untuk kemajuan dirinya.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Laporan penelitian ini akan disusun dalam tiga bagian yang disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
Bagian pertama terdiri dari halaan sampul luar, lembar berlogo IAIN
Salatiga, halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian, halaman
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
lampiran, dan abstrak.
11
Bagian kedua yaitu bagian inti yang terdiri dari bab satu sampai bab
lima. BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan.
BAB II adalah kajian pustaka yang berisi tentang landasan teori
(telaah teoretik terhadap pokok permasalahan atau variabel penelitian) dan
kajian pustaka (kajian penelitian terdahulu).
BAB III adalah metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV adalah paparan dan analisis data yang berisi tentang paparan
data dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. BAB V adalah
penutup yang berisi simpulan dan saran.
Dan bagian ketiga atau akhir memuat daftar pustaka, lampiran, dan
daftar riwayat hidup.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (KOPRI)
a. Sejarah KOPRI
Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri atau
disingkat KOPRI adalah wadah untuk pengembangan anggota dan
kader perempuan yang tergabung dalam organisasi Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). PMII merupakan organisasi
pengkaderan mahasiswa Islam yang berideologi Ahlussunah wal
jama’ah (ASWAJA) dan berasaskan pancasila. PMII memiliki tujuan
membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah
SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggungjawab dalam
mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia.
Lahirnya KOPRI berawal dari keinginan kaum perempuan untuk
memiliki ruang tersendiri dalam beraktivitas, sehingga mereka dapat
bebas mengemukakan pendapatnya. Awal terbentuknya KOPRI yang
13
bernama Departemen Keputrian pada Kongres PMII ke-III di Malang
Jawa Timur pada 7-11 Februari 1967. KOPRI lahir pada tanggal 25
November 1967 bersama dengan Musyawarah Kerja Nasional
(MUSKERNAS) PMII ke-II di Semarang dengan status badan semi
otonom di PMII (Modul MAPABA, 2017: 84). Kondisi gerakan
perempuan pada saat itu masih sebatas emansipasi perempuan dalam
bidang sosial dan kemasyarakatan saja. Misalnya seperti mengadakan
kegiatan pengabdian sosial kemasyarakatan bersama Muslimat, dan
melakukan kerjasama dengan organisasi perempuan yang telah berdiri.
Adanya gagasan otonomisasi pada tingkat pusat (Pengurus
Besar) terdapat problem dalam hubungan KOPRI dengan PMII. Terjadi
dualisme organisasi karena KOPRI memiliki program terpisah dan
kebijakan yang berbeda dengan PMII. Terjadi pro dan kontra dengan
kemajuan KOPRI. Anggapan KOPRI mengalami perkembangan yang
positif karena bergerak dibawah PMII menjadi organisasi yang mandiri,
sedangkan pendapat lain mengatakan KOPRI bergerak untuk
mendapatkan posisi strategis di PMII. Orientasi pemikiran pendiri
KOPRI waktu itu adalah keinginan bulat bahwa perempuan cukup
mandiri dan mampu dalam menentukan kebijakan tanpa harus
mengekor lagi kepada laki-laki. Kesadaran gender dalam PMII
membangun argumen bahwa keharusan dalam pembubaran KOPRI.
Akhirnya pada kongres XIII di Medan tahun 2000 KOPRI dibubarkan
(Modul MAPABA, 2016: 39).
14
Marginalisasi perempuan disetiap kepengurusan PMII dan
munculnya krisis kader perempuan di PMII, akhirnya pada Kongres ke-
XIV di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur membuat pertemuan
Kelompok Kerja (POKJA) Perempuan PMII. Pertemuan tersebut
menghasilkan keputusan dibentuknya kembali keorganisasian KOPRI
sebagai wadah pemberdayaan perempuan di PMII pada 29 September
2003 dan Pengurus Besar KOPRI berpusat di Jakarta.
b. Profil KOPRI
KOPRI sebagai organisasi perempuan hadir untuk melakukan
pembenahan organisasi dan kekuatan strategi sebagai wadah perempuan
PMII untuk terwujudnya kemandirian perempuan dalam pemikiran dan
sikap dalam menjawab persoalan-persoalan publik. Berdasarkan
Keputusan MUSPIMNAS (2019: 186) KOPRI mewujudkan
kemandirian perempuan yang kemudian diturunkan dalam visi
“Perempuan Berdikari Menuju Indonesia yang Adil, Demokratis dan
Ilmiah” yaitu berdasarkan kebutuhan dan situasi perkembangan realitas
sosial danperan serta posisi kader perempuan PMII dengan menentukan
pilihan stratak (Strategi dan Taktik) yang tepat dalam perjuangan
ideologi dan nilai-nilai yang dianut. Seiring berjalannya organisasi
KOPRI terdapat panca norma yang dicetuskanpada 16 Februari 1966
saat Training Course Keputrian I PMII di Jakarta yang berisi:
1) Emansipasi Wanita
15
Emansipasi wanita berarti memberikan kesempatan kepada
wanita untuk memiliki kedudukan yang setingkat dan berjalan
seirama dengan laki-laki. Memberikan tuntutan hak-hak kehidupan
perempuan baik dalam pendidikan, politik, sosial, maupun ekonomi.
Serta perjuangan pemenuhan hak dan kewajiban perempuan ketika
terjun dalam dunia politik, sosial, budaya, dan ekonomi.
2) Tentang Etika Wanita Islam
Etika yang dimaksud adalah etika yang meliputi seluruh
aspek kehidupan baik terhadap Allah, manusia, maupun kepada alam
sesuai dengan Al-Qur’an dan Assunnah. Pengabdian kepada Allah
yang disandarkan atas ketakwaan dengan berammar ma’ruf nahi
munkar. Hubungan kepada sesama manusia dibutuhkan kesesuaian
dan keharmonisan.
3) Tentang Watak KOPRI dalam Kesatuan dan Totalitas
Berorganisasi
KOPRI sebagai badan semi otonom PMII dapat berjalan
sendiri tetapi harus beriringan dan senada dengan pergerakan PMII.
Melangkah bersama dan seirama dalam berbagai bidang dalam
organisasi tanpa melupakan sifat dan ciri perempuan yang telah
menjadi kodratnya sesuai norma dan kaidah agama. Suatu kesatuan
dan totalitas berorganisasi antara PMII dan KOPRI merupakan
bentuk perjuangan perempuan atas tuntutan sosial bahwa peranan
dalam organisasi antara laki-laki dan perempuan tidak dibedakan.
16
4) Tentang Partisipasi KOPRI terhadap Kegiatan-Kegiatan
Organisasi
Organisasi KOPRI adalah sebuah alat perjuangan dalam
mencapai tujuan bersama. Sikap masa bodoh, rendah diri, dan
penakut adalah sesuatu yang tidak seharusnya ada di KOPRI.
Emansipsi wanita yang selalu diperjuangkan harus dilakukan secara
bersama-sama dengan organisasi lain yang memiliki tujuan yang
sama. Berjalan bersama dan seirama dengan turut meningkatkan
kemampuan-kemampuan dan daya perjuangan dalam berorganisasi,
seperti terhadap IPPNU, Muslimat, Fatayat. Baik dalam bidang
politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, maupun dalam bidang lainnya.
Bidang-bidang praktis yang dapat dilakukan dalam partisipasi ini
meliputi bidang organisasi, administrasi, latihankepemimpinan,
pendidikan dan pengajaran, maupun dalam bentuk sosial
kemasyarakatan lain yang menyangkut peri kehidupan perempuan.
5) Tentang Partisipasi KOPRI dalam Kegiatan Masyarakat
Pengabdian kepada masyarakat merupakan suatu hal wajib
bagi seorang mahasiswa, seperti yang tertuang dalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan pengembangan,
serta Pengabdian kepada masyarakat. Organisasi menjadi jembatan
antara mahasiswa dengan masyarakat. KOPRI sebagai organisasi
mahasiswa akan menyatukan antara ilmu dan amal, antara teori dan
pelaksanaan, serta melaksanakan kegiatan masyarakat yang
17
mengarah kepada kepentingan agama, nusa, dan bangsa, juga tidak
bertentangan dengan norma agama.
c. Sistem Kaderisasi KOPRI
Sistem kaderisasi KOPRI mengikuti sistem kaderisasi di PMII,
yaitu sistem kaderisasi formal terdapat Sekolah Islam Gender (SIG)
yang dilaksanakan pasca MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru),
Sekolah Kader KOPRI (SKK) dilaksanakan pasca SIG dan PKD
(Pelatihan Kader Dasar), dan Sekolah Kader KOPRI Nasional (SKKN)
dilaksanakan pasca SKK dan PKL (Pelatihan Kader Lanjut). Terdapat
juga sistem kaderisasi informal yang merupakan follow up atau tindak
lanjut setelahkegiatan kaderisasi formal. Sistem kaderisasi non formal
yaitu kegiatan diluar kegiatan formal dan non formal. Berikut cakupan
materi kaderisasi formal KOPRI berdasarkan hasil MUSPIMNAS
(BAB VII Pasal 14, 2019: 92). Adapun cakupan materi yang
disampaikaan dalam kegiatan kaderisasi formal KOPRI yaitu:
Tabel 2.1. Materi Kegiatan SIG
No Materi Status Waktu
1. Ke-KOPRI-an Wajib 120 menit
2. Perempuan Perspektif Al Quran Wajib 120 menit
3. Perempuan perspektif hadis Wajib 120 menit
4. Fiqih perempuan Wajib 120 menit
5. Citra diri kader KOPRI Wajib 120 menit
18
6. Strategi pengembangan diri wajib 120 menit
7. Kepemimpianan perempuan dalam
Islam Tambahan 120 menit
8. Sejarah gerakan perempuan lokal Tambahan 120 menit
9. Konsepdasar Islam Wajib 120 Menit
10. Hukum Islam di Indonesia Wajib 120 menit
Tabel 2.2. Materi Kegiatan SKK
No Materi Status Waktu
1. GerakanPerempuandıIndonesıa Wajib 150 menit
2. Sinergi dan Relasi KOPRI
DenganGerakan Multi Sektor
Wajib 150 menit
3. StigmatisasiBudaya Wajib 150 menit
4. AnalisisSosial Gender Wajib 150 menit
5. AdvokasiKebijakanPublikBerbasis
Gender
Wajib 150 menit
6. Teknik Lobbi dan
penguatanJaringan
wajib 150 menit
7. Penguasaan Media Wajıb 150 menit
8. Konsep gender sex dan sexualitas Tambahan 150 menit
9. AnalisisStrukturPatriarki Wajib 150 menit
10. Analisissosialperspektiffeminis Wajib 150 Menit
Tabel 2.3. Materi Kegiatan SKKN
No Materi Status Waktu
1 Historiografi NU
2 Kopri Perspektif Ideologi dan
organisasi
wajib 150 menit
3 Geo Ekonomi, Geo Politik dan Geo
Strategi gerakan Perempuan
wajib 150 menit
4 Perempuan dan Ruang Strategis
Public
wajib 150 menit
5 Community Organizing wajib 150 menit
19
6 Manajemen Pelatihan wajib 150 menit
7 Kedaulatan Pangan berbasis
Gender
wajib 150 menit
8 Sumber Daya Alam persfektif
Ekofeminism
wajib 150 menit
9 Teknik Fasilitasi Tambahan 150 Menit
d. Ruang Lingkup Pengembangan KOPRI
Berdarkan hasil keputusan pada Kongres PMII di Jambi (2015:
118) dijelaskan cakupan ruang lingkup wilayah pergerakan KOPRI
yaitu:
1) KOPRI dan Kampus
Perguruan tinggi merupakan tempat pembentukan peradaban
karena terdapat SDM yang terdidik dan terlatih. Hal ini menjadi
ruang utama bagi KOPRI sebagai organisasi mahasiswi untuk
melihat kondisi sekitarnya. Mahasiswa menjadi jembatan antara
masyarakat dengan perguruan tinggi untuk menghapus ketimpangan
sosial yang terjadi. Bertolak belakang dengan hal itu, mahasiswa saat
ini cenderung hedonis, pragmatis, dan apatis. Mereka seakan
kehilangan identitas intelektualnya dan tidak peduli dengan keadaan
sekitarnya. Untuk itu KOPRI perlu melakukan gerakan sebagai
berikut:
a) KOPRI melakukan proses penyadaran berkeadilan gender dan
pemberdayaan terhadap perempuan.
b) Menjadi wadah untuk mendorong dan mengawal kepemimpinan
perempuan baik di dalam organisasi intra maupun ekstra kampus.
20
c) Melakukan kerjasama dengan pihak kampus seperti Pusat studi
wanita.
d) KOPRI sebagai laboratorium pendidikan dan transformasi
pengetahuan tentang isu-isu perempuan.
e) Berjuang mengakhiri bentuk perendahan martabat perempuan
dengan terorganisir dan mendapat dukungan dari laki-laki.
2) KOPRI dan Masyarakat
Wadah perempuan KOPRI merupakan organisasi yang
menentang ketidakadilan terhadap perempuan. Masalah yang terjadi
pada perempuan seringnya karena konstruksi sosial di masyarakat.
Maka dalam hal ini KOPRI melakukan advokasi di masyarakat
dengan membimbing anggota, kader, dan masyarakat untuk menjadi
perempuan yang cerdas dalam menghadapi kehidupan, mengajak
mereka untuk mengetahui dan memahami tentang hak-hak
perempuan.
3) Sikap dan Arah Gerakan KOPRI
Gerakan KOPRI harus lebih masif dan terorganisir dalam
menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi terhadap
perempuan untuk melakukan perubahan. Sebagai kader yang harus
mengawal isu-isu tentang perempuan KOPRI juga harus memiliki
terobosan lain untuk bergerak dalam isu-isu sosial lainnya, sehingga
merumuskan tiga strategi gerakan yaitu:
21
a) Gerakan sosial, yaitu advokasi kepada masyarakat dalam
kebijakan publik yang tidak berpihak kepada perempuan.
b) Gerakan politik, yaitu penguasaan leading sector untuk kader-
kader perempuan PMII.
c) Gerakan sains dan teknologi, yaitu menggunakan produk sains
dan teknologi dalam ranah geraknya.
2. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
a. Pengertian Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Pendidikan adalah merupakan suatu proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan
juga adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu (Zaman B,
2019: 19-20).
Pendidikan yang dilaksanakan pada prinsipnya semua sama,
yaitu memberi bimbingan agar dapat hidup mandiri sehingga dapat
meneruskan dan melestarikan tradisi yang hidup di masyarakat (Zaman
B, 2018: 130). Melalui pendidikan yang terprogram dan terkelola
dengan baik dan intensif, titik optimum usaha pendidikan akan terwujud.
Pendidikan dikatakan berhasil apabila mampu mengubah tingkah laku
manusia ke arah yang positif (Rochimah & Zaman B, 2018: 31).
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam membentuk
22
pribadi yang cerdas, dan berkualitas. Menurut Rivai Zainal dalam
Ardiyani (2017: 13) pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu
ducare yang berarti menuntun, mengarahkan, atau keluar. Jadi,
pendidikan diartikan menuntun ke luar. Pendidikan adalah suatu proses
di mana seorang mendapatkan pengetahuan (knowledge acquisition),
mengembangkan kemampuan atau keterampilan sikap (skills
developments) atau mengubah sikap (attitute change). Proses
pendidikan terdiri dari beberapa tahapan, yang dimulai dari input yaitu
memasukkan diri ke dalam suatu lembaga pendidikan, kemudian proses
yaitu kegiatan pembelajaran yang berupa interaksi, diskusi,
komunikasi, dan sebagainya. Selanjutnya yang terakhir yaitu output
yaitu hasil yang didapatkan dari suatu proses yang berupa
ilmu,kompetensi keahlian, kepribadian, keterampilan, dan sebagainya.
Pemberdayaan yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan dalam kondisi maupun status yang
rentan menuju tingkat kesejahteraan. Menurut Kamuli (2017: 5)
pemberdayaan dimaknai sebagai kemampuan suatu individu atau
kelompok yang lemah dan tidak memiliki akses, sehingga mereka harus
memiliki kekuatan dan kemampuan dalam berbagai dimensi
kehidupannya. Proses pemberdayaan menekankan pada kemampuan
masyarakat untuk mendorong dan memotivasi individu agar menjadi
berdaya dan mampu untuk menentukan pilihan hidupnya. Istilah lain
yang dapat digunakan dalam pemberdayaan adalah memandirikan, yaitu
23
mendorong suatu individu untuk mengembangkan potensinya,
menyadarkan dan memberi kekuasaan dalam penentuan kesejahteraan
dirinya. Sehingga mereka menjadi mandiri dalam menyelesaikan setiap
permasalahan hidupnya.
Menurut Pranarka dan Mujarto dalam Kurnia (2017: 17)
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun eksistensi pribadi ,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan tata nilai dalam kerangka proses
aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab yang terwujud dalam
kehidupan baik politik, hukum, pendidikan, dan sebagainya.
Memberdayakan orang berarti mendorong seseorang untuk
mendapatkan keadilan terhadap dirinya dan membantu membangkitkan
motivasi dan kesadaran akan potensi yang dimilikinya. Sehingga
seseorang tersebut dapat mengubah diri dan kehidupannya menjadi
lebih baik.
Pemberdayaan perempuan adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mensejahterakan perempuan, memajukan kaum perempuan
dengan menghapuskan segala bentuk ketidakadilan terhadap
perempuan, dan meningkatkan kualitas hidup perempuan dengan
mengikutsertakan perempuan dalam proses pembangunan bangsa
melalui sektor-sektor publik. Novian Budhy dalam Kurnia (2017: 27)
menjelaskan pemberdayaan perempuan adalah usaha pengalokasian
kembali kekuasaan melalui perubahan struktur sosial, posisi perempuan
akan membaik hanya ketika perempuan dapat mandiri dan mampu
24
menguasai atas keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
kehidupannya. Keputusan tersebut dapat berupa partisipasi aktif dalam
masyarakat dan berperan dalam pengorganisasian pembangunan
masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas yang dimaksud dengan
pendidikan pemberdayaan perempuan adalah proses menuntun dan
mengarahkan perempuan untuk mengubah struktur sosial yang
mendiskriminasi peran perempuan yang hanya dalam ranah domestik
hingga membuka peluang perempuan untuk memperbaiki kualitas
hidupnya dengan ikut andil dalam kegiatan publik.Harapannya
perempuan menjadi mandiri dengan mengembangkan potensi yang
dimilikinya tidak lagi hanya menjadi objek dalam pembangunan
masyarakat, tetapi juga berperan menjadi subjek dengan
mengaktualisasikan potensi dan meningkatkan perannya diluar sektor
domestik tanpa meninggalkan ketentuan-ketentuan kodrat yang telah
Allah tetapkan.
b. Ruang Lingkup Pemberdayaan Perempuan
1) Tujuan Pemberdayaan Perempuan
Hakikat pemberdayaan perempuan adalah memperkuat unsur
keberdayaan dalam meningkatkan martabat perempuan yang berada
pada kondisi tidak mampu untuk keluar dari keterbelakangan hidupnya.
Maka dari itu, tujuan pemberdayaan pemberdayaan menurut Mely G.
Tan dalam Kharima (2008: 20), yaitu:
25
a) Mengubah dan meminimalisir budaya patriarki.
b) Mengubah struktur sosial yang mendiskriminasikan perempuan.
c) Memberi kesempatan kepada perempuan untuk dapat mengakses
materi dan informasi.
d) Memperbaiki keadaan perempuan yang mapan dalam segala bidang
baik pendidikan, ekonomi, sosial, maupun politik.
Riyan Nugroho dalam Supriyanti (2017: 3) menyebutkan tujuan
program pemberdayaan perempuan dalam pembangunan antara lain:
a) Meningkatkan kemampuan perempuan untuk berpartisipasi aktif
dalam program pembangunan.
b) Meningkatkan posisi perempuan dalam kepemimpinan pelaksanaan
program pembangunan.
c) Meningkatkan kemampuan perempuan dalam membuka peluang
kerja melalui usaha atau industri untuk kebutuhan rumah tangga.
d) Meningkatkan peran organisasi perempuan dalam pemberdayaan
perempuan agar terlibat aktif dalam proses pembangunan.
Jadi, tujuan pemberdayaan perempuan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan perempuan dengan menyadarkan kaum
perempuan akan tugas dan perananya di dalam keluarga dan
masyarakat, memberikan keleluasaan dalam akses informasi, dan
memberikan peran aktif serta partisipasi perempuan dalam proses
pembangunan bangsa di sektor publik.
2) Dimensi Pemberdayaan Perempuan
26
Menurut Handayani dalam Fitrina (2016: 18) dimensi
pemberdayaan adalah kategori analitis yang bersifat dinamis satu
dengan yang lain, saling menguatkan dan melengkapi, serta mempunyai
hubungan hierarkis.
a) Dimensi Kesejahteraan
Pemberdayaan perempuan dalam dimensi kesejahteraan ini
dilihat dari tercukupinya kebutuhan dasar seperti makan,
penghasilan, kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Upaya
pemberdayaan yang dilakukan yaitu dimulai dengan meningkatkan
kemampuan dalam perekonomiannya, sehingga dapat mengangkat
penderitaannya.
b) Dimensi Akses
Dimensi ini diukur dari sejauh mana kemampuan perempuan
dalam mendapatkan informasi, pengetahuan, dan hak sehingga
perempuan mendapatkan peluang untuk bergerak. Pemberdayaan
yang dilakukan dengan menempatkan perempuan pada sektor-sektor
untuk dapat mengakses informasi dalam kesempatan belajar maupun
kesempatan bekerja.
c) Dimensi Penyadaran
Penyadaran ini diukur dari bagaimana pemahaman tentang
peran dan fungsi perempuan serta cara pandang perempuan terhadap
struktur sosial yang terjadi dalam lingkungannya. Kesadaran harus
27
muncul dalam diri perempuan agar mereka dapat memperbaiki taraf
kehidupannya.
d) Dimensi Partisipasi
Partisipsi aktif perempuan dalam proses perencanaan dan
pembangunan menjadi tolak ukur dalam dimensi ini. Partisipasi
berarti ikut serta dan terlibat dalam proses baik pengambilan
keputusan, penyusunan rencana, maupun pelaksanaan dan
pengelolaan. Meningkatkan peran serta perempuan dalam segala
kegiatan menjadi salah satu bentuk pemberdayaan yang harus
dilakukan.
e) Dimensi Penguasaan
Penguasaan dalam dimensi ini yaitu adanya keseimbangan
peran atau posisi antara laki-laki dan perempuan. Penguasaan
perempuan dalam keputusan yang dapat memberikan dampak bagi
pemberdayaan perempuan.
3) Bentuk-Bentuk dan Strategi Pemberdayaan Perempuan
a) Bidang Pendidikan
Pemberdayaan perempuan dalam bidang pendidikan menjadi
poros atau kunci dalam pemberdayaan bidang lainnya. Karena
pendidikan adalah berkenaan dengan ilmu dan pengetahuan yang
akan mereka gunakan untuk bergerak dalam kehidupan. Saat ini
berdasarkan konstruksi sosial tidak sedikit perempuan yang masih
terjebak pada batasan dalam memperoleh pendidikan. Banyak
28
masyarakat yang masih beranggapan bahwa pendidikan perempuan
itu dinilai kurang penting, karena nantinya setelah menikah
perempuan hanya akan kembali ke ranah domestik. Menuntut ilmu
bagi perempuan bertujuan agar menghasilkan perempuan yang alim,
pandai, mampu mendidik anak, melakukan tugas keluarga dan
masyarakat (Istibsyaroh, 2004: 82).
Al-Sya’rawi dalam (Istibsyaroh, 2004: 82) mengakui adanya
hak untuk menuntut ilmu bagi perempuan, karena mereka yang
berilmu baik laki-laki maupun perempuan mendapat penghargaan
dari Allah sejajar kedudukannya dengan malaikat. Hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah juga dijelaskan perintah menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap orang muslim baik laki-laki maupun
perempuan.
عنانس ابن مالك قل قال رسوللله صلی الله علیه وسلم طلب العلم فريضت علی ع
لو والدهب كل مسلم ووضع الع لم عن دغی رأهله كمقلد النا زير الو هر وللو
Artinya : "Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw,
bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan
ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang
mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas" (HR. Ibnu
Majah).
Dari hadits di atas dijelaskan bahwa mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim, kewajiban itu berlaku bagi laki-laki maupun
perempuan, anak-anak maupun orang dewasa. Sedangkan orang
yang mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak mengetahui atau
tidak paham maka akan sia-sia. Maksudnya, ilmu itu harus
29
disampaikan sesuai dengan taraf berfikir si penerima ilmu,
memberikan ilmu secara tidak tepat diibaratkan mengalungkan
perhiasan pada babi, meskipun babi diberikan perhiasan kalung emas
maka babi tetap kotor dan menjijikkan.
Kelompok kerja pusat kajian dan gender (2007: 17)
menjamin persamaan hak laki-laki dan perempuan serta menghapus
diskriminasi terhadap perempuan dalam bidang pendidikan yaitu
dengan memberikan kesempatan kepada setiap perempuan untuk
mengikuti pendidikan dan memperoleh ijazah, memberikan
bimbingan karier dan keahlian, menghapus konsep stereotip
mengenai kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam
segala tingkat pendidikan. Menyelenggarakan program untuk anak-
anak perempuan untuk mengurangi angka putus sekolah,
memberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pendidikan.
b) Bidang Ekonomi
Persoalan kemiskinan menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam pembangunan perempuan, masyarakat, bahkan
pembangunan suatu bangsa.Perempuan miskin memiliki beban
ganda dalam hal ini, yaitu menjadi pengurus rumah tangga dan
pencari nafkah. Laporan akhir Staf Ahli Bidang Penanggulangan
Kemiskinan (2016: 3) pengalaman laki-laki dan perempuan berbeda
30
dalam menghadapi kemiskinan, perempuan cenderung kurang
memiliki akses publik dan informasi dalam sumberdaya ekonomi.
Pemberdayaan perempuan dalam bidang ekonomi lebih
ditekankan dalam mengelola usaha. Menurut IMF (International
Monetary Fund) dalam (Supriyanti, 2017: 3) ada lima langkah
penting yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan
kemampuan berwirausaha bagi perempuan, yaitu mendorong
perempuan untuk membangun kompetensi dirinya dengan mengikuti
pelatihan. Membantu perempuan dalam strategi usaha dan
pemasaran produk. Memberikan pemahaman tentang regulasi
pemerintah terkait legalitas usaha. Membantu perempuan untuk
menggunakan tekhnologi secara optimal, dan membuat mikro
jaringan pelatihan usaha bagi perempuan.
Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki hak yang sama atas apa yang telah mereka usahakan dalam
QS. An-Nisa’[4: 32], yaitu:
31
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.
(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka
usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sungguh, Allah maha mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisa’[4:
32])
Islam memperbolehkan perempuan melakukan peran yang
tidak bertentangan dengan kodratnya, karena Islam tidak
membedakan laki-laki dan perempuan dalam hal apapun, termasuk
pekerjaan. Perempuan memiliki hak untuk bekerja selama ia
membutuhkannya dan tetap memelihara norma-norma agama dan
susila. Berdasarkan Kelompok Kerja Pusat Kajian Wanita dan
Gender (2007: 18) menghapus diskriminasi terhadap perempuan
dalam lapangan kerja dengan menjamin persamaan hak antara laki-
laki dan perempuan. Pertama, memberikan hak untuk memilih bebas
profesi dan pekerjaan yang diinginkan. Kedua, memberi upah dan
kesempatan kerja yang sama baik dalam perlakuan dan penilaian
kualitas kerja. Ketiga, memberikan jaminan sosial dan perlindungan
atas kesehatan dan keselamatan terhadap fungsi reproduksi.
c) Bidang Sosial Budaya
Konstruksi sosial yang terjadi di mayarakat saat ini masih
banyak yang meyakini bahwa tempat terbaik bagi perempuan adalah
di dalam rumah (domestic role). Perempuan masih dipandang
sebagai makhluk yang lemah dan tidak mampu mandiri sehingga
menjadi subordinat laki-laki. Masih sedikit perempuan yang
mendapatkan akses dan partisipasi dalam masyarakat (Kharima,
32
2008:3). Kaitannya dengan relasi laki-laki dan perempuan, prinsip
dasar Al-Qur’an sesungguhnya memperlihatkan pandangan yang
egaliter seperti dalam QS. An-Nahl 16: 97:
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.
An-Nahl 16: 97).
Ayat di atas memberikan landasan metafisik, sosial, dan etis
terhadap sistem gender yang egaliter yaitu laki-laki dan perempuan
berdasarkan keberadaan mereka di dunia adalah sama. Laki-laki dan
perempuan sebagai pribadi, mitra, anggota masyarakat dan hamba
Allah yang saling menghormati dan yang sama-sama diharapkan
untuk saling menjaga hak masing-masing agar diberi balasan di
akhirat. Laki-laki dan perempuan bersama-sama bertanggungjawab
untuk mencegah kejahatan dan menyebarkan kebaikan akan
menerima imbalan sesuai dengan tindakan dan perilaku mereka
(Modul SIG KOPRI, 2017: 13).
Secara global, Islam mengakui eksistensi perempuan. Islam
mengangkat derajat dan martabat perempuan dengan memberikan
33
kebebasan dan mengakui karakteristik perempuan serta menghormati
hak-haknya. Laki-laki dan perempuan merupakan dua komponen
yang saling koplementer bukan kontradiktif. Islam juga
mengingatkan bahwa kerusakan dalam masyarakat merupakan
implikasi dari kesalahpahaman posisi laki-laki dan perempuan yang
terjadi (Istibsyaroh, 2004: 166). Perlunya keterlibatan perempuan
dalam pelaksaan pembangunan masyarakat. Melakukan penyadaran
perempuan akan nilai dan kedudukannya dimasyarakat dengan
memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berpartisipasi
dalam menyelesaikan masalah yang berkembang di masyarakat.
Memberikan wawasan yang luas dan memfungsikannya dengan baik
melalui organisasi-organisasi atau kelompok swadaya masyarakat.
Menggerakkan perempuan yang biasa malas, pasif, dan bergantung
dengan orang lain dalam mewujudkan tujuan umum, menjadi
perempuan yang mandiri dan berani (Qazan, 2001: 106).
d) Bidang Politik
Pemberdayaan perempuan dalam bidang politik dinilai masih
kurang, hal ini dibuktikan dengan rendahnya keterwakilan
perempuan dalam lembaga legislatif pada tahun 2009-2014.
Pencapaian pembangunan dalam aspek keterwakilan dalam jabatan
publik pada laki-laki adalah sebesar 80,7 persen, sementara
pencapaian yang sama pada perempuan hanya 19,3
persen.Sebenarnya keterlibatan perempuan dalam ranah politik telah
34
didukung oleh pemerintah dengan Undang-undang No. 27 tahun
2007 tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU), Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, dan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah. Semua undang-
undang tersebut menetapkan adanya kuota sebesar 30 persen bagi
keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di
tingkat pusat dan daerah, dalam daftar yang diajukan untuk calon
anggota legislatif (BAPPENAS, 2012: 31). Meskipun demikian
secara nyata kuota yang telah disediakan tidak terisi dengan penuh,
masih jauh dari yang telah ditargetkan.
Kerja politik harus berorientasi pada pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat. Kaum perempuan yang selama ini
menjadi pihak yang sering ditinggalkan dalam hal politik harus
mulai diberdayakan. Seperti halnya laki-laki, perempuan juga
memiliki kesempatan yang sama dalam masalah sosial dan politik
yang berkembang di masyarakat (Takariawan, 2003:119). Mereka
dituntut untuk ambil bagian sesuai dengan batas kemampuan dan
kondisinya melalui kegiatan amar ma’ruf nahi mungkar serta saling
mendukung satu sama lain. Seperti dijelaskan dalam firman Allah
QS. At Taubah 9:71:
35
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian
yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah
dari yang munkar,...(QS. At Taubah [10]:71).
Ayat di atas menyebutkan kewajiban untuk melakukan hal
yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Baik laki-laki maupun
perempuan mukmin, baik secara lisan, ataupun tulisan. Termasuk
juga dalam mengkritik penguasa atau pemimpin (Takariawan, 2003:
121). Penumbuhan kesadaran tentang politik bagi perempuan sangat
penting, agar perempuan dapat berpartisipasi dalam politik secara
maksimal. Pendidikan tentang politik juga harus dilakukan, sehingga
partisipasi perempuan dalam politik tidak hanya sekedar sebagai
pemenuhan kursi. Bergabung dalam partai politik, LSM, atau
organisasi massa untuk memperkuat dan memperluas jaringan kaum
perempuan. Pemberian jabatan strategis yang mampu menunjang
kemampuan perempuan seperti memberikan kecakapan dalam
urusan sipil. Beberapa upaya untuk mencapai kesetaraan partisipasi
perlu dilakukan, seperti merekrut dan membantu secara finansial
serta melatih kandidat perempuan. Menunjuk perempuan pada
jabatan kabinet dan administratif senior. Menargetkan perempuan
untuk ditunjuk pada jabatan publik seperti hakim atau kelompok
36
profesional lain yang memiliki peran penting dalam masyarakat
(Pusat Kajian Wanita dan Gender, 2007: 100).
c. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan Perempuan
Pemberdayaan perempuan adalah upaya untuk meningkatkan peran
perempuan dalam berbagai sektor baik politik, sosial, maupun ekonomi
dalam proses pembangunan. Proses pemberdayaan perempuan dilakukan
dengan sebuah program-program atau kegiatan. Guna mengetahui
keberhasilan dari proses pemberdayaan perempuan tersebut, Afviva (2011:
43) menyebutkan terdapat indikator sebagai berikut:
1) Terdapat sarana yang memadai untuk mendukung perempuan
mendapatkan pendidikan dengan maksimal.
2) Adanya peningkatan semangat dan partisipasi perempuan dalam
memperoleh pendidikan tinggi.
3) Meningkatnya peluang karier bagi perempuan.
4) Meningkatnya jumlah perempuan dalam menempati posisi legialatif,
eksekutif, maupuan posisi pemerintahan lainnya.
5) Meningkatnya keterlibatan aktivis perempuan dalam kampanye
pendidikan pemberdayaan terhadap perempuan.
Hasemi dan Riley dalam Kharima, (2008: 24) mengembangkan
delapan indikator pemberdayaan yang disebut empowerment index sebagai
berikut:
37
1) Kebebasan mobilitas, yaitu kemampuan individu untuk pergi keluar
dari rumah atau wilayah tempat tinggalnya. Tingkat mobilitas akan
meningkat ketika individu dapat keluar sendiri.
2) Kemampuan membeli komoditas kecil, yaitu kemampuan individu
untuk membeli sesuatu kebutuhan pribadinya berdasarkan
keputusannya sendiri tanpa meminta ijin dari pasangannya.
3) Kemampuan membeli komoditas besar, yaitu kemampuan suatu
individu untuk membeli kebutuhan sekunder atau tersier berdasarkan
keputusannya sendiri tanpa meminta ijin dari pasangannya.
4) Terlibat dalam pengambilan keputusan rumah tangga baik keputusan
sendiri maupun bersama.
5) Mendapatkan kebebasan relatif dari dominasi keluarga, misalnya
kebebasan bekerja diluar rumah.
6) Kesadaran hukum dan politik, mengetahui pentingnya memiliki
pemahaman terhadap hukum dan politik dari hal kecil seperti
mengetahui pejabat daerah setempat, dan mengetahui nama presiden.
7) Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes atas ketidakadilan atau
penyalahgunaan kekuasaan.
8) Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga, yaitu memiliki
rumah, aset produktif, dan tabungan.
Terdapat beberapa bekal yang diperlukan untuk mendukung proses
pemberdayaan pada individu agar mencapai puncak berdasarkan pendapat
Alisjahbana (2016: 22) yaitu pertama, memiliki motivasi yang kuat
38
dengan membawa misi akan memberikan kekuatan untuk terus melangkah
ditengah badai dan halangan. Kedua, perlu mentor untuk memberikan
dukungan emosional seperti membangkitkan harapan, memberikan pujian
dan harapan sehingga akan sangat membantu perempuan untuk
terussemangat bergerak untuk mendapatkan hak-haknya. Ketiga,
mengambil inisiatif untuk mencari kesempatan dalam berinteraksi dan
bekerja sama dalam kegiatan publik, sehingga perempuan akan terlihat dan
terlibat dalam pelaksanaan proses pembangunan. Keempat, membangun
jejaring yang efektif guna mengembangkan wawasan dan membuka
peluang untuk mengembangkan diri. Kelima, berani keluar dari zona
nyaman untuk mengambil keputusan sendiri dan memperkaya pengalaman
melalui kerja sama dengan orang yang berbeda-beda sehingga akan
menambah pengetahuan dan wawasan.
B. Kajian Pustaka
Dewi Kurnia tahun 2017 yang berjudul “Fungsi KORPS PMII Puteri
(KOPRI) wilayah Lampung dalam Pemberdayaan Perempuan” Institut
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung. Skripsi ini membahas tentang
fungsi atau kegunaan organisasi KOPRI dalam pemberdayaan atau
pendidikan perempuan sehingga perempuan dapat mengisi segala ranah ruang
publik. Skripsi yang penulis tulis berfokus pada implementasi dari program
kegiatan KOPRI dalam memberikan pendidikan pemberdayaan perempuan.
39
Persamaan dari kedua skripsi ini yaitu pada objek penelitian, meneliti
organisasi KOPRI dalam pemberdayaan perempuan. Hal yang membedakan
dari skripsi ini adalah pada fokus penelitiannya. Skripsi Dewi Kurnia fokus
pada fungsi atau peran dari organisasi KOPRI, sedangkan skripsi penulis
fokus pada program kegiatan yang dilakukan oleh KOPRI.
Dewi Tisnawati tahun 2014 yang berjudul “Pemberdayaan Mahasiswi
dalam Membina Kepribadian Islami Melalui Lembaga Ekstra Kampus di
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari”
Jurusan Dakwah dan Komunikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari. Skripsi ini membahas tentang
pemberdayaan kepribadian islami mahasiswi yang dalam dakwah dilakukan
oleh organisasi ekstra kampus yaitu PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam), dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia), sedangkan skripsi yang dibuat oleh penulis dalam segala aspek,
tidak hanya pada kepribdian islaminya saja.
Persamaan dari kedua skripsi ini yaitu berkenaan dengan
pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh lembaga organisasi ekstra
kampus. Perbedaannya dalam skripsi penulis yaitu pendidikan pemberdayaan
perempuan yang dilakukan oleh satu organisasi KOPRI sebagai badan semi
otonom dari organisasi ekstra kampus PMII.
Silvi Afviva tahun 2011, yang berjudul “Pemberdayaan Perempuan
Melalui Pendidikan Islam (Studi Kasus Organisasi KAMMI Daerah
40
Malang)” jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Sunan Ampel Surabaya. Dalam skripsi ini membahas mengenai upaya
organisasi KAMMI dalam memberdayakan perempuan melalui pendidikan
atau diskusi seputar perempuan. Skripsi penulis membahas mengenai
program kegiatan KOPRI seperti diskusi, pelatihan-pelatihan, sekolah atau
pendidikan, santunan, dan kegiatan sosial masyarakat lainnyayang dapat
memberikan pengetahuan tentang pemberdayaan perempuan.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field
research) dengan teknik analisis deskriptif yaitu memaparkan secara detail
selengkap mungkin mengenai realitas yang dikaji (Ibrahim, 2015: 11).
Metode kualitatif dilakukan pada kondisi yang dialami langsung kepada
sumber dan peneliti sebagai kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,
tidak menekankan pada angka (Sugiyono, 2016: 13).
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif, karena
memperhatikan kejadian-kejadian dilapangan secara langsung dan terlibat
secara pribadi. Selanjutnya menguraikan dan menafsirkan kejadian atau
peristiwa yang dialami dengan bentuk kata-kata.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di organisasi KOPRI PMII Cabang Kota
Salatiga yang merupakan organisasi ekstra kampus di IAIN Salatiga. Dalam
mendapatkan data informasi penulis membutuhkan objek mahasiswi yang
tergabung dalam organisasi KOPRI. Cabang Salatiga sendiri hanya terdapat
satu kampus yang tergabung dalam organisasi KOPRI PMII, yaitu IAIN
Salatiga.Kader dan anggota KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga adalah
mahasiswi IAIN Salatiga yang tersebar dilima fakultas yang terdapat di IAIN
42
Salatiga. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari 20 November- 15
Desember 2019.
C. Sumber Data
Penelitian ini mempunyai dua sumber data yang digunakan, yaitu:
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama yang dapat
memberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan
dalam penelitian. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam
pengambilan sampel. Sumber data yang didapatkan yaitu dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan pengurus, anggota dan
alumni KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga sebagai data informasi utama
dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder atau tambahan adalah segala bentuk
dokumen, baik dalam bentuk tulisan maupun foto (Ibrahim, 2015: 70).
Sumber data didapat dari sumber bacaan seperti buku, jurnal, modul yang
digunakan untuk memperkuat informasi dari hasil penelitian.
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab. Wawancara merupakan prosedur
43
pengumpulan data yang utama. Wawancara ini dilakukan dengan
mahasiswi dan alumni mahasiswi IAIN Salatiga yang tergabung dalam
kepengurusan KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga tahun 2019-2020.
Diantaranya Badan Pengurus Harian (BPH) KOPRI PMII Cabang Kota
Salatiga dan koordinator atau perwakilan setiap departemen yang terdapat
dalam kepengurusan KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga tahun 2019/2020,
anggota dan alumni yang tergabung dalam organisasi KOPRI PMII
Cabang Kota Salatiga. Teknik yang digunakan yaitu teknik wawancara
semi terstruktur untuk menggali berbagai informasi secara jelas.
2. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan sebagai penunjang dalam
pengumpulan data. Observasi dilakukan secara terus terang dengan
menjadi partisipasi pasif untuk melihat secara nyata mengenai pelaksanaan
program kegiatan yang dilakukan oleh KOPRI PMII Cabang Kota
Salatiga. Penulis melakukan pengamatan konsep dan proses
berlangsungnya program kegiatan tersebut, sehingga peneliti mendapatkan
hasil nyata mengenai pendidikan pemberdayaan perempuan yang
dilakukan oleh KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berupa catatan atau data yang didapatkan untuk
melengkapi hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Baik
berupa foto-foto kegiatan selama observasi kegiatan atau data-data profil
44
KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga dan program kegiatan yang telah
dibentuk.
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Patton (dalam Ibrahim, 2015: 105)
adalah suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola kategori dan satuan uraian dasar, hingga proses penafsiran. Dalam
konteks analisis penafsiran dimaksud untuk memerikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara
dimensi-dimensi uraian.
Penelitian ini, analisis data dilakukan dengan tiga langkah. Pertama,
menghimpun data sebanyak mungkin yang berkenan dengan pelaksanaan
program kegiatan KOPRI. Kedua, data-data yang sudah terkumpul
diklasifikasikan sesuai dengan aspek kajian dalam penelitian yaitu
implementasi program KOPRI dalam pemberdayaan mahasiswi IAIN
Salatiga. Ketiga, data-data yang sudah diklasifikasi dalam aspek penelitian
ditafsirkan dan dimaknai sebagai kesimpulan akhir penelitian.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Pengecekan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode triangulasi.Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi
45
dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2016:
273).
1. Triangulasi Sumber
Pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah didapatkan dari beberapa sumber dari pertanyaan yang sama.
Data tersebut kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan
dimintakan kesepakatan dengan sumber-sumber tersebut.
2. Triangulasi Teknik
Pengujian kredibilitas daata dilakukan dengan pengecekan kepada
sumber data yang sama melalui teknik yang berbeda, diantaranya yaitu
seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi (Sugiyono, 2016: 274).
46
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Sejarah KOPRI di Salatiga
Gerakan perempuan di Salatiga sudah lahir sejak tahun 2008,
dimana memang KOPRI belum terbentuk di cabang Salatiga. Saat itu
masih bernama divisi keperempuanan yang ada dinaungan komisariat.
Gerakan divisi keperempuanan PMII lebih fokus memusatkan perhatian
mengenai masalah-masalah domestik perempuan dan hanya sebatas
menjahit, memasak, dan mengenai masalah dapur. Kesadaran sahabat-
sahabat yang tergabung dalam divisi keperempuanan berkeinginan dan
memiliki tekad yang bulat dan teguh bahwa perempuan cukup mampu
dalam menentukan kebijakan sendiri. Divisi keperempuanan yang diketuai
oleh sahabati Nur Asmaiyah kemudian melakukan gerakan reaktualisasi
dengan membuat gerakan GGB (Gender Gue Banget). Gerakan perempuan
di Salatiga saat itu sangat masif dan progresif. Adapun tokoh perakarsa
berdirinya gerakan GGB yaitu:
a. Nur Asmaiyah (Ketua)
b. Zair Naila Karimah (Sekretaris)
c. Nurul Faizah (Bendahara)
d. Khoirina Hapsari
e. Tasliyatul Muhimmah
47
f. Indah Pujiyanti
g. Nining Hasanah
KOPRI di Salatiga berdiri pada tahun 2013, karena sejak dari tahun
2008 hingga tahun 2013 gerakan perempuan yang telah terbentuk sebagai
GGB kembali hanya menjadi divisi keperempuanan yang fokus pada
masalah domestik keperempuanan. Tahun 2013 dalam kepemimpinan
sahabati Winda Nur Syifa gerakan keperempuanan KOPRI di Salatiga
mulai dibangun. Banyaknya kesadaran kader-kader perempuan yang dirasa
perlu adanya wadah sendiri bagi perempuan untuk beraktivitas. Alasan lain
karena banyaknya kader perempuan yang tidak mampu bersaing di PMII.
Melihat sedikitnya kader perempuan yang mampu bertahan dalam jenjang
kepengurusan cabang. Sebagian dari mereka hanya sempat mengikuti
MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) dan terseleksi alam. Kader-
kader yang memiliki kesadaran tersebut ingin membangun kepengurusan
dalam wadah yang bernama KOPRI yang telah disepakati oleh pengurus
pusat dan membuat pembaharuan untuk mempertahankan KOPRI.
Ketua-ketua KOPRI Cabang Kota Salatiga:
a. Winda Nur Syifa (2013-2015)
b. Endarti (2015-2016)
c. Ridha Ayu Wintari (2016-2017)
d. Khodijat Us Sunna (2017-2018)
e. Rahma Ummah (2018-2019)
f. Ummu Athika Rahmi (2019- sekarang)
48
2. Susunan Pengurus KOPRI Cabang Kota Salatiga
STRUKTUR KEPENGURUSAN KOPRI
TAHUN 2019-2020
Ketua : Ummu Athika Rahmi
Sekretaris 1 : Siti Rohmah
Sekretaris 2 : Nurul Arestiyani
Bendahara : Ika Febriana
Divisi Kaderisasi : Luluk Nur Hamidah
Nafahatin Ridlwaniyah
Fathonah Nur Romadhona
Ida Ulil Ulfa
Siti Asiyah
Divisi Jarkominfo : Nurul Afdhilah
Roudhotun Najah
Maulida Isna Aulia
Anisatun Nafisa
Divisi Wacana & Keilmuan : Melinda Aliffia Ayuniha
Eliza Ayu Permatasari
Anindita Neng Puspa Dwi Ayuningrum
Nining Kurnia
Ana Fajriani
Khoridatul Bahiyah
49
Divisi Sosbud : Maya Dina Safitri
Maratun Haniah
Nur Fitri Islamawati
Trisnia Nungki Khotimah
Najihatus Sakhiyya
Novika Sari
Divisi Kewirausahaan : Jelita Raudya Tujzarah Syahrultanti
Nurul Basyiroh
Nailana Sofya
Nofa Amma Lutfi
3. Program Kegiatan KOPRI Cabang Kota Salatiga
PROGRAM KEGIATAN KOPRI
TAHUN 2019-2020
Divisi Kaderisasi : Sekolah Islam Gender (SIG)
Sekolah Kader KOPRI (SKK)
KOPRI Traveling
Silaturahim Komisariat Abdul Djalil
Tutor Kajian
Divisi Jarkominfo : Menjalankan akun sosial media KOPRI
Menjalin relasi dengan KOPRI luar Salatiga
Membuat pamflet atau ucapan dalam event
50
Divisi Wacana & Keilmuan : Diskusi rutin KOPRI
Diskusi setiap hari Sabtu
Mendampingi SIG dan SKK
Membuat modul untuk tutor kajian
Divisi Sosbud : MC pergerakan
Paduan suara Djoko Tingkir
Beauty class
Fahion stylis
Fashion show
Santunan anak yatim
Divisi Kewirausahaan : KOPRI catering
KOPRI merchandise
4. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
telah dilakukan, akan dipaparkan beberapa hasil penelitian terkait dengan
program KOPRI dalam pendidikan pemberdayaan perempuan. Demi
menjaga privasi narasumber, maka penulis memakai inisial diantaranya
sebagai berikut: ketua KOPRI berinisial UA, sekretaris KOPRI berinisial
NA, divisi kaderisasi berinisial LN, divisi wacana dan keilmuan berinisial
EA, divisi sosial budaya berinisial MD, divisi kewirausahaan berinisial
NB, anggota pertama berinisial SI, anggota kedua berinisial AN, anggota
ketiga berinisial FT, alumni pertama berinisial RU, alumni kedua berinisial
FI.
51
a. Program Kegiatan KOPRI
Kepengurusan KOPRI dilihat dari hasil dokumentasi terbagi
dalam lima divisi yaitu divisi kaderisasi, divisi wacana dan
keilmuan, divisi jarkominfo, divisi kewirausahaan, dan divisi sosial
budaya. Program-program kegiatan yang disusun juga disesuaikan
dengan tugas dan fungsi dari masing-masing divisi.
Divisi wacana dan keilmuan tugasnya memahamkan konsep
gender dari perspektif Islam kepada anggota telah memberikan bekal
ilmu melalui kegiatan kajian dan diskusi. Anggota divisi wacana dan
keilmuan EA mengatakan bahwa:
Kita tidak akan bisa berbica ataupun berekspresi tanpa
bekal, berbicara tanpa berpikir adalah omong kosong, tetapi
berpikir tanpa dilakukan juga sama. Intinya keduanya harus
sama. Jadi kita memberikan bekal berupa ilmu dan
kemudian nanti diaplikasikan dalam kajian ataupun diskusi
rutin tentang isu-isu gerakan perempuan, perempuan itu
seperti apa, dan sebagainya. (wawancara dengan EA tanggal
21 November 2019 pukul 15.00 di Kampus 3 IAIN
Salatiga).
EA menyatakan program-program kegiatan yang dibentuk
oleh divisi wacana dan keilmuan diantaranya yaitu “Diskusi rutin,
kemudian kajian rutin, pendampingan anggota, dan koordinasi
dengan devisi kaderisasi tentang tutor kajian.”
Program kegiatan divisi kaderisasi berdasarkan dokumentasi
yang diperoleh yaitu Sekolah Islam Gender (SIG), Sekolah Kader
KOPRI (SKK), KOPRI Travelling, Silaturahim Komsat, Tutor
Kajian. LN selaku anggota divisi kaderisasi juga menyatakan bahwa:
52
“Program kegiatan dari divisi kaderisasi yang pertama yaitu Sekolah
Islam Gender (SIG), Sekolah Kader KOPRI (SKK), KOPRI
Travelling, Silaturahim Komsat, dan Tutor Kajian.”
Divisi kewirausahaan melakukan proses pendidikan
mengenai bisnis dengan beberapa program kegiatan, NB yang
tergabung dalam divisi kewirausahaan mengatakan:
Divisi kewirusahaan memiliki program kerja KOPRI
Catering dan KOPRI Merchandise. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan maksud memberikan pendidikan
bisnis bagi anggota KOPRI seperti perencanaan bisnis,
pemasukan, pengeluaran, dan lain-lain. Harapan kami agar
anggota KOPRI bisa berani, mandiri dan berprestasi dalam
segala hal, termasuk dalam hal ekonomi berupa bisnis
(wawancara dengan NB tanggal 21 November 2019 di
Candirejo).
MD selaku pengurus divisi sosial budaya mengungkapkan
tugas dari divisinya yaitu untuk mengembangkan bakat dan minat
dari anggota KOPRI. Berdasarkan dokumen yang diperoleh program
kegiatan divisi sosial budaya diantaranya seperti: MC Pergerakan
(Public Speaking), Paduan Suara Djoko Tingkir, Beauty Class,
Fashion Stylis, Fashion Show, dan Santunan Anak Yatim.
SI selaku anggota yang pernah menjadi pengurus KOPRI
divisi jarkominfo: “Tugasnya adalah mengolah sosial medianya
KOPRI, kemudian menambah relasi di KOPRI-KOPRI luar kota
Salatiga, membuat pamflet-pamflet ucapan” (Wawancara pada 30
November 2019 pukul 13.00 di Candirejo). Hal ini sesuai dengan
dokumen yang diperoleh, program kegiatan dari divisi jarkominfo
53
yaitu menjalankan akun media sosial KOPRI, menjalin dan
menambah relasi dengan pihak-pihak lain, serta membuat pamphlet-
pamflet ucapan.
b. Pelaksanaan program KOPRI
Pelaksanaan program kegiatan KOPRI dapat dilihat dari hasil
wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan kepada pengurus
KOPRI, anggota, dan alumni. Wawancara ini terfokus pada tugas
dan fungsi KOPRI, serta proses pelaksanaan program kerja KOPRI
yang dapat memberikan pendidikan pemberdayaan perempuan
kepada mahasiswi yang tergabung dalam organisasi KOPRI.
KOPRI adalah organisasi badan semi otonom PMII sebagai
wadah anggota dan kader perempuan PMII untuk berproses,
berekspresi, dan berpendapat dengan percaya diri. Memberikan
pemahaman tentang keperempuanan, gender, dan mengeksplor
kemampuan yang dimiliki perempuan untuk bersinergi bergerak
bersama laki-laki. Seperti yang dikatakan oleh UA:
KOPRI adalah bagian dari PMII, dan PMII adalah
organisasi pengkaderan dibawah naungan Nahdlatul Ulama
tetapi tidak di struktural. Nah artinya tugas PMII dan
KOPRI adalah mengakomodir mahasiswa untuk secara
istiqomah mewaqafkan dirinya di organisasi pengkaderan
NU. Kemudian fungsinya memberikan pemahaman kepada
perempuan tentang gender, tentang gerakan-gerakan
perempuan agar perempuan itu menjadi perempuan mandiri.
Tapi bukan untuk membanding-bandingkan antara laki-laki
dan perempuan tetapi keduanya memiliki tugas yang sama.
Antara laki-laki dan perempuan itu seimbang (wawancara
23 November 2019 pukul 11.00 di RA Pulutan dalam
kegiatan SIG).
54
Sama halnya dengan yang dikatakan oleh FI selaku alumni
yang pernah bergabung dengan organisasi KOPRI menyatakan
bahwa: “KOPRI adalah organisasi dengan tupoksi pengkaderan yang
menjadi wadah bagi perempuan untuk bergerak dan eksis baik dalam
bidang pendidikan, literasi, maupun ekonomi. KOPRI benar-benar
memberdayakan perempuan, karena disitu perempuan bisa
mengekpresikan karakternya.” (wawancara 5 Desember 2019 pukul
14.00 di Perpustakaan Daerah Salatiga).
Berdasarkan wawancara dengan beberapa anggota FT juga
menyatakan bahwa:“KOPRI bukan hanya sebagai wadah
perkumpulan perempuan, tetapi di sana perempuan juga bisa
mengembangkan potensinya” (wawancara 2 Desember 2019 pukul
13.00 di Candirejo). Pernyataan tersebut sejalan dengan yang
diungkapkan oleh AN: “KOPRI memberikan wadah untuk
perempuan berkreasi, berkontribusi, dan menunjang perempuan
untuk lebih produktif”(wawancara 3 Desember 2019 pukul 10.30 di
Kampus 3 IAIN Salatiga). KOPRI juga merupakan organisasi yang
memberdayakan perempuan dengan memberikan pemahaman bahwa
perempuan juga bisa bergerak diluar ranah domestik, seperti yang
dikatakan oleh NA:“KOPRI adalah organisasi untuk anak-anak
PMII, sebagai wadah perempuan untuk berekspresi dan
mengaktualisasikan perempuan ke dalam ranah publik.” (wawancara
20 November 2019 pukul 11.00 di Candirejo)
55
Terkait peran KOPRI dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya KOPRI melakukan beberapa program kegiatan, NA
mengatakan“Pertama melalui kegiatan SIG dan SKK. Kedua
kegiatan tutor kajian, selanjutnya ada KOPRI Catering, paduan
suara, juga terdapat kegiatan sosial berupa santunan anak yatim”
(wawancara 20 November 2019 pukul 11.00 di Candirejo).Ketua
KOPRI UA mengatakan terdapat jargon bagi KOPRI di Salatiga
yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan
fungsi KOPRI. Berani, Mandiri, Berprestasi. Menjadi perempuan
yang berani mengambil keputusan dalam kehidupannya, berani
menerima konsekuensi dari setiap keputusan yang diambilnya.
Mandiri, artinya perempuan tidak boleh selalu bergantung dengan
orang lain terutama laki-laki, perempuan harus memiliki cara sendiri
agar nantinya tidak selalu diremehkan dan dimanfaatkan.
Berprestasi, perempuan harus menunjukkan kemampuannya agar
perempuan diakui bahwa perempuan itu bisa dan mampu. Baik itu
berprestasi dalam hal akademik maupun non akademik.
Langkah-langkah KOPRI dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan yaitu dengan melaksanakan program-
program kegiatan seperti yang dijelaskan oleh UA:
Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai tugas
dan peran perempuan melalui kegiatan SIG, SKK, diskusi,
dan kajian. Mewadahi minat dan bakat anggota seperti
dalam tutor kajian, KOPRI catering, paduan suara, kelas
kecantikan, kelas public speakingdan sebagainya.
Memberikan pendidikan sosial dengan kegiatan santunan
56
anak yatim, mengisi kegiatan pesantren kilat, dan
bekerjasama dengan pihak lain seperti IPNU IPPNU,
Fatayat, Muslimat, KPI (Koalisi Perempuan Indonesia),
DIKESBANGPOL (Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik),
pemerintah kota, polres, dan menghadiri kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh pemerintah kota. Kemudian ada kajian
dan diskusi tentang politik yang dilakukan oleh divisi
wacana tentang kesadaran politik, demokrasi, RUU PKS,
dan sebagainya. (wawancara dengan UA tanggal 23
November 2019 pukul 11.00 di RA Pulutan).
Sekretaris KOPRI juga menyatakan bahwa KOPRI
memberikan pengetahuan kepada kader-kader agar memiliki
wawasan yang luas melalui kegiatan SIG dan SKK juga melalui
program-program kegiatan lain yang mewadahi bakat-bakat anggota:
Pertama melalui kegitan SIG dan SKK tadi, anggota
diberikan pengetahuan mengenai tugas dan perananya di
ranah publik, memberikan pemahaman mengenai gender
dalam perspektif Islam, karena di dalam Islam ada beberapa
koridor yang tidak bisa dilewati. Kedua dengan kegiatan
tutor kajian, mereka dibekali kemampuan public speaking
untuk mengajarkan kajian-kajian Islam di sekolah-sekolah
sekitar salatiga. Selanjutnya ada KOPRI catering, disitu
anggota diajarkan untuk berbisnis, ada juga paduan suara,
dan paduan suara ini tidak hanya perempuan saja, tetapi
juga laki-laki. KOPRI juga bekerjasama dengan
KESBANGPOL Salatiga untuk memberikan sosialisasi
pendidikan politik bagi kader dan anggota KOPRI. Juga
terdapat kegiatan sosial berupa santunan anak yatim
disekitar markas KOPRI yang dilakukan setiap tahunnya.
(wawancara dengan NA tanggal 20 November 2019 pukul
11.00 di Candirejo)
Semua program kegiatan yang dilaksanakan oleh KOPRI
dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada anggota agar
perempuan dapat berperan dan mengaktualisasikan kemampuannya
ke dalam ranah publik. EA mengungkapkan program kegiatan dari
divisi wacana dan keilmuan yang pertama, yaitu diskusi rutin,
57
kegiatan ini dilaksanakan sebagai wadah anggota untuk
menyampaikan pemikiran, pengetahuan, ataupun hasil analisisnya
tentang sesuatu. Sebagai ajang melatih mental perempuan dalam
menyampaikan kritik, saran atau masukan. Seperti yang terlihat
dalam Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Kegiatan diskusi rutinan oleh divisi wacana dan
keilmuan.
(Sumber: Dokumentasi KOPRI)
EA menjelaskan bahwa: “Diskusi rutin dilaksankan pengurus
KOPRI dengan anggota melalui rayon. Pengurus KOPRI menjadi
pemantik dan mendampingi diskusi-diskusi yang dilaksanakan
rayon. Cakupan materinya terkait ke-KOPRI-an, keperempuanan,
isu-isu tentang perempuan, ataupun gerakan-gerakan perempuan
dalam perspektif Islam”(wawancara dengan EA tanggal 21
November 2019 pukul 15.00 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Kedua, diskusi rutin setiap hari Sabtu, diskusi ini dilakukan
setiap hari Sabtu dengan anggota KOPRI dari semua rayon yang
58
mau bergabung. Diskusi ini sudah berlangsung dari tahun
sebelumnya, dilaksanakan di Blotongan dengan pemateri oleh ibu
Nazil selaku pembina KOPRI di salatiga. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan penyampaian materi tentang gerakan-gerakan perempuan
kemudian dilanjutkan sharing dan diskusi tanya jawab. Hasilnya
seperti yang di katakan oleh SI selaku anggota yang pernah
mengikuti kegiatan tersebut yaitu: “Lebih mengetahui tentang
konsep perempuan, gender, dan feminisme. Pengetahuan-
pengetahuan tentang perempuan dalam perspektif Islam. Mengetahui
keadaan dan isu-isu yang terjadi terhadap perempuan, mengetahui
cara dan ranah bergerak bagi perempuan” (wawancara 30 November
2019 pukul 13.00 di Candirejo). Sependapat dengan SI, FT juga
menyatakan bahwa: “Dari diskusi yang bisa saya ambil adalah
pengetahuan, disana dijelaskan bahwa perempuan itu memiliki
peranan yang sama dengan laki-laki. Sehingga lebih tahu tentang
kesetaraan gender, dan apa yang harus saya lakukan” (wawancara 2
Desember 2019 pukul 13.00 di Candirejo).
Ketiga, pendampingan anggota yang akan mengikuti kegiatan
SIG atau SKK di luar kota. Kegiatan ini dilaksanakan agar ketika
anggota maupun kader yang ingin mencari ilmu dari luar kota
mampu bersaing dengan kader dari kota lain. Anggota dan kader
diberikan bekal ilmu dan pengalaman mengenai gambaran kegiatan,
materi-materi kegiatan, apa saja yang harus dipersiapkan dan
59
dilakukan oleh anggota dan kader, sehingga mereka bisa percaya diri
berada dalam kegiatan yang diikutinya. Keempat, membuat modul
dan silabi tutor kajian, EA menjelaskan:
Kegiatan ini dilakukan agar dalam kegiatan tutor kajian
dapat mencapai tujuan dalam waktu yang sama. Awal
terbentuknya kegiatan tutor cakupan materinya berbeda-
beda tergantung yang mengisi. Sekarang dibuatkan modul
dan silabi agar cakupan materi yang diberikan sama baik
antar kelas dalam sekolah maupun antar sekolah. Materi
yang disampaikan dalam tingkatan SMA/SMK/MAN yaitu
tentang risalatul mahid dan untuk tingkatan SMP tentang
fiqh dasar. (wawancara dengan EA tanggal 21 November
2019 pukul 15.00 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Pernyataan tersebut sama dengan yang diungkapkan oleh FI,
selaku alumni yang pernah mengikuti kegiatan tutor. FI mengatakan
bahwa: “Kegiatan kajian di sekolah sekarang sudah baagus,
materinya sama. Pas saya dulu materinya terserah yang mengisi,
karena masih awal dan saat itu yang penting ada yang mau mengisi”
(wawancara dengan FI 5 Desember 2019 pukul 14.00 di
Perpustakaan Daerah Salatiga).
Divisi kaderisasi, dengan tugas dan fungsi untuk melakukan
pengkaderan baik secara formal, informal, maupun non formal.
Memberikan pengetahuan mengenai bagaimana perempuan bergerak
melalui perspektif Islam baik dalam Al-Qur’an maupun hadits.
Koordinator divisi kaderisasi LN menjelaskan:
Proses pengkaderan ini dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan diantaranya SIG yaitu gerbang awal untuk menjadi
anggota KOPRI. Isi dari kegiatan ini yaitu materi tentang
ke-KOPRI-an, strategi pengembangan diri, gender
perspektif Al-Qur’an, gender perspektif hadits, fiqh
60
perspektif perempuan, hukum dan konsep Islam di
Indonesia. Dilanjutkan sesi tanya jawab peserta kepada
pemateri, dan ada FGD (Focus Grup Discusssion) untuk
mengulas pemahaman peserta terkait materi-materi yang
telah diberikan. SKK, jenjang kaderisasi formal setelah
SIG. Isi kegiatannya hampir sama dengan SIG, hanya saja
muatan materinya yang berbeda. Jika SIG untuk
memberikan pemahaman dan gambaran awal maka SKK ini
disiapkan untuk bergerak (wawancara 21 November 2019
pukul 11.30 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Anggota dan alumni yang pernah mengikuti kegiatan SIG
dan SKK menyatakan banyak mendapatkan pengetahuan tentng
keperempuanan. AN selaku anggota mengatakan “Saya
mendapatkan pengetahuan mengenai perempuan, kesetaraan gender,
peranan perempuan, dan gerakan perempuan” (wawanacara 3
Desember 2019 pukul 10.30 di Kampus 3 IAIN Salatiga). Selain itu
alumni yang pernah mengikuti, FI jugamengatakan “Banyak yang
bisa didapatkan, di SIG dan SKK itu tentunya mendapatkan ilmu
tentang keperempuanan, dari segi agama, negara, strategi gerakan
perempuan dan lain-lain” (wawancara 5 Desember 2019 pukul 14.00
di Perpustakaan Daerah Salatiga).
KOPRI traveling, kegiatan untuk memberikan pemberdayaan
perempuan ke rayon-rayon, karena anggota dari KOPRI sendiri
berada di rayon. Kegiatan ini bekerjasama dengan divisi
keperempuanan pengurus rayon memahamkan dan mendampingi
divisi keperempuanan rayon agar dapat berjalan selaras dengan
KOPRI. Selain itu, untuk mendengarkan aspirasi anggota terkait apa
yang mereka butuhkan, sehingga KOPRI bisa memberikan yang
61
terbaik untuk memberdayakan anggotanya. Program kegiatan
selanjutnya yaitu Silaturahim komisariat Abdul Djalil UNU, LN
menyatakan “Karena Komisariat Abdul Djalil UNU merupakan
komisariat baru di Salatiga sehingga harus bisa menjalin relasi dan
kerjasama”(wawancara 21 November 2019 pukul 11.30 di Kampus 3
IAIN Salatiga).
Kegiatan tutor kajian, yaitu kegiatan yang dilaksanakan
sebagai bentuk kepedulian sosial KOPRI terhadap pendidikan. LN
yang juga selaku ketua koordinator tutor kajian menyatakan:
Di sini selain sebagai bentuk kepedulian sosial, pendidikan,
juga untuk melatih skil dan pengetahuan anggota KOPRI
dengan masuk ke sekolah-sekolah binaan KOPRI dengan
memberikan pengetahuan keislaman khususnya terkait
perempuan. Selain itu juga diskusi tentang isu-isu yang
terjadi seperti kekerasan seksual, pemahaman tentang Islam
nusantara, atau isu-isu lain. Ada juga kegiatan sharing dan
motivasi untuk siswa. Kegiatan ini juga dilakukan untuk
mencegah radikalisme sejak dini, karena pada saat itu ada
juga siswa di salah satu sekolah yang tidak setuju dengan
adanya Pancasila (wawancara dengan LN tanggal 21
November 2019 pukul 11.00 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Tutor kajian dilaksanakan disekolah-sekolah binaan KOPRI
diantaranya SMK Diponegoro, SMK N 1 Salatiga, SMK N 3
Salatiga, MAN Salatiga, dan SMP N 3 Salatiga. Seperti terlihat
dalam Gambar 4.2.
62
Gambar 4.2 Kegiatan Tutor Kajian di SMK
Diponegoro Salatiga.
(Sumber: Dokumentasi KOPRI)
Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi KOPRI
memang dimaksudkan untuk tujuan kaderisasi. Memberdayakan
kuantitas anggota dengan mewadahi sesuai bakat minatnya demi
terbentuknya kader-kader yang berkualitas. Begitu juga dengan
divisi kewirausahaan yang melakukan proses kaderisasi melalui
pendidikan bisnis. Tugas dan fungsi dari divisi kewirausahaan yang
untuk melakukan kaderisasi dengan memberi layanan dan
pendidikan tentang kewirausahaan serta menjembatani anggota
KOPRI dalam kegiatan berwirausaha.
FI juga berpendapat bahwa “Divisi kewirausahaan
memberikan bekal ilmu berupa pelatihan-pelatihan enterpreneur,
membuat merchandise yang nantinya bisa digunakan sebagai modal
berwirausaha” (wawancara dengan FI tanggal 5 Desember 2019
pukul 14.00 di Perpustakaan Daerah Salatiga). Seperti kegiatan yang
terlihat dalam Gambar 4.3.
63
Gambar 4.3 Kegiatan Pelatihan Menyulam oleh Divisi
Kewirausahaan KOPRI
(Sumber: Dokumentasi KOPRI)
Koordinator divisi kewirausahaan NB menjelaskan proses
kegiatan ini dilaksanakan dengan promosi melalui penyebaran
pamflet-pamflet di media sosial. Selain itu juga melalui akses
kerjasama dengan organisasi-organiasasi lain seperti di internal
kampus. Jadi ketika mereka mengadakan kegiatan seperti seminar
atau yang lain bisa memesan di KOPRI. Kegiatan sederhana yang
bisa dilakukan oleh mahasiswa, karena mahasiswa yang juga
mengikuti kegiatan organisasi pasti juga memiliki banyak kegiatan
lain. Sehingga kegiatan ini dirasa cukup untuk bisa membantu
memberikan ilmu terkait usaha bisnis.
Divisi sosial budaya dalam organisasi pengkaderan KOPRI di
Salatiga memiliki tugas dan fungsi untuk mengembangkan bakat dan
minat dari pengurus, anggota, dan kader KOPRI. Langkah-langkah
dari divisi sosbud dalam memberikan pendidikan pemberdayaan
64
perempuan yaitu dengan mengoptimalkan bakat minat kader.
Pengurus divisi sosbud MD mengatakan:
Dengan mengoptimalkan bakat minat dari kader, misalkan
pada MC jadi perempuan bisa menunjukkan bahwa
perempuan itu bisa diandalkan. Selain itu juga mengasah
minat bakat lain, untuk melatih mental perempuan agar
lebih berani dalam menunjukkan bakat mereka bahwa
perempuan itu bisa (wawancara tanggal 30 November 2019
pukul 12.00 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh divisi sosial
budaya diantaranya MC pergerakan, untuk mewadahi kader dan
anggota KOPRI yang ingin mengasah kemampuannya dalam bidang
pembawa acara. Pelaksanaan kegiatannya dengan pelatihan dan
diberi follow up untuk setiap rayon masing-masing. Output dari
kegiatan ini peserta akan menjadi mc atau pembawa acara disetiap
acara yang dilaksanakan oleh PMII baik di rayon, komisariat,
cabang, maupun di KOPRI sendiri. Selanjutnya paduan suara Djoko
Tingkir, kegiatan ini untuk melanjutkan program yang sudah ada.
NA mengatakan “Padus Djoko Tingkir ini sebagai wadah anggota
KOPRI dalam bidang tarik suara. Padus Djoko Tingkir ini tidak
hanya perempuan, tetapi juga laki-laki. Sebagai bukti bahwa laki-
laki dan perempuan bisa bekerjasama dengan baik tanpa
merendahkan salah satu” (wawancara 20 November 2019 pukul
11.00 di Candirejo). Sebuah organisasi pasti akan banyak perbedaan,
tidak semuanya bisa seketika nyaman, terlebih seorang perempuan.
Harus selaluada yang mendukung. Seperti yang dikatakan oleh RU:
65
Dengan adanya KOPRI juga bisa menjadikan tempat
nyaman anggota PMII untuk aktif dan berproses di PMII.
Banyak dari anggota KOPRI yang sebelumnya tidak aktif di
PMII, setelah mengikuti KOPRI mereka jadi aktif dan
sering terlibat dalam kegiatan PMII juga. Seperti anggota
dari padus djoko tingkir. Dulu kita merekrut mereka yang
kurang partisipsi dalam kegiatan PMII. Sekarang mereka
selalu meluangkan waktu untuk padus dan menjadi lebih
aktif di PMII (wawancara pada 4 Desember 2019 pukul
10.00 di Kantor Notaris Edho Chermando, Sidorejo Lor
Salatiga)
Kegiatan beauty class dan fashion stylis juga diadakan agar
perempuan berani dan peraya diri dalam menunjukkan dirinya,
Menurut MD banyak perempuan berbakat dan mampu melakkan
sesuatu hal, namun mereka berani show up krena kurang percaya diri
dengan penampilannya. Program beauty class dan fashion stylis ini
dilaksanakan dan bekerjasaa dengan brand make up seperi wardah,
sariayu, untuk fashion stylis akan bekerjasama dengan salah satu
sekolah model. Ada juga kegiatan sosial lain berupa bakti sosial
kepada anak yatim seperti yang diungkapkan oleh UA
bahwa:“Setiap tahunnya KOPRI selalu mengadakan bakti sosial
kepada anak yatim disekitar markas. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap bulan Muharram baik berupa material maupun non material
yang bersumber dari pengurus KOPRI sendiri dan alumni atau
senior” (wawancara 23 November 2019 pukul 11.00 di RA Pulutan).
Seperti terlihat dalam Gambar 4.4.
66
Gambar 4.4 Kegiatan Santunan Anak Yatim oleh
Divisi Sosial Budaya
(Sumber: Dokumentasi KOPRI)
Divisi jaringan komunikasi dan informasi, ketua KOPRI
mengatakan bahwa adanya divisi jarkominfo ini tugasnya untuk
menyebarluaskan tentang KOPRI dan kegiatan-kegiatannya, serta
untuk mencari relasi dan jaringan dengan pihak lain.
Proses pelaksanaan program kegiatan dari divisi jarkominfo
yang pertama yaitu menjalankan akun sosial media KOPRI terutama
Ig (instagram) dengan mempublikasikan setiap kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh KOPRI sebagai bukti bahwa KOPRI di
Salatiga itu ada dan produktif. Kedua menjalin relasi, melalui grup
media sosial juga sehingga bisa berkomunikasi, diskusidengan
KOPRI luar kota Salatiga. Juga untuk menambah relasi dan jaringan,
sehingga selalu bertukar undangan kegiatan dengan KOPRI lain.
Selain dengan KOPRI dari luar kota juga menambah relasi dan
jaringan komunikasi dengan yang lain seperti alumni dan senior,
pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, daan sebagainya. Hal ini akan
67
sangat bermanfaat untuk keberlangsungan kegiatan-kegiatan KOPRI.
Ketiga membuat pamflet-pamflet ucapan pada event, misalnya
dalam hari guru, kartini, pahlawan, kemerdekaan dan hari-hari besar
lainnya. Tidak hanya itu, pembuatan pamflet ini juga diadakan dalam
kegiatan lain, seperti ucapan selamat atas hari terbentuknya
organisasi keperempuanan lain, sebagai bentuk bahwa sesama
organisasi perempuan harus saling mendukung dan bekerjaama demi
tercapainya tujuan yang sama.
Program kegiatan yang telah dibentuk itu masih belum
semuanya bisa terlaksana, AN mengatakan:
Program-programnya ada banyak dan bagus, tapi sangat
disayangkan karena tidak semua program kerja bisa
terlaksana. Ini karena ketuanya sudah lulus dan tidak selalu
ada di Salatiga. Pengurusnya juga mahasiswa yang
memiliki banyak kegiatan juga. Sehingga manajemen waktu
dan pelaksanaannya kurang maksimal (wawancara pada 3
Desember 2019 pukul 10.30 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Penyataan tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh UA
yaitu:
KOPRI di Salatiga ada sejak tahun 2013, perjalanan sampai
2019 ini memang masih belum maksimal. Terlebih yang
menduduki BPH Kopri itu sudah selesai di semester 8,
sehingga untuk memaksimalkan produktif dalam
menjalankan pergerakan yang masif itu masih terhambat
banyak hal. Tetapi masih selalu ikhtiyar dengan pengurus
lainnya untuk bekerja bersama-sama menjalankan ikhtiyar
kaderisasi (wawancara 23 November 2019 pukul 11.00 di
RA Pulutan).
Badan pengurus harian KOPRI itu sudah lulus dan sudah
kembali ke daerahnya masing-masing. Sehingga sedikit menghambat
68
pererakan KOPRI. Tetapi seluruh pengurus masih selalu berusaha
untuk menjalankan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya
sehingga program-program KOPRI tetap bisa berjalan dengan baik.
c. Implementasi Program KOPRI
Setiap mengikuti suatu kegiatan pasti terdapat hal-hal yang
bisa diambil dan dipelajari dengan baik. Selanjutnya bisa diterapkan
dalam kehidupannya, baik itu secara langsung di kehidupan sehari-
harinya ataupun dikehidupan masa mendatangnya kelak. Harapan
dengan adanya program-program yang telah dibuat oleh KOPRI ini
mampu mengaktualiasi dan mengekspresikan perempuan menjadi
lebih berani, mandiri, dan berprestasi. Selaras dengan yang dikatakan
LN:
Adannya pemberdayaan yang dilakukan oleh KOPRI
melalui kegiatan-kegiatan ini agar perempuan dapat
berperan dan bergerak. Karena perempuan jika mereka tahu
maka dia akan bergerak, tetapi jika mereka tidak tahu maka
mereka akan merasa bahwa dirinya hanya dimanfaatkan.
Kemudian untuk membentuk kader-kader KOPRI yang
loyal dan militan guna regenerasi dan melanjutkan roda
organisasi KOPRI yang lebih baik (wawancara pada 21
November 2019 pukul 11.30 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Kegiatan SIG dan SKK memberikan pendidikan kepada
anggota dan kader mengenai perempuan, kedudukan perempuan, dan
pentingnya perempuan berpendidikan. FT anggota yang telah
mengikuti kegiatan SIG dan SKK menyatakan:
Terakhir, dari kegiatan SIG dan SKK banyak ilmu yang
saya dapatkan di sana. Terutama tentang keperempuanan,
gender, dan feminisme. Bagaimana posisi perempuan dalam
Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, kemudian Fiqh
69
perspektif perempuan, kedudukan perempuan di Indonesia.
Ada juga strategi dan cara gerak perempuan di ranah publik,
peran perempuan, posisi perempuan, dan hak-hak
perempuan. Yang jelas saya lebih paham bahwa perempuan
itu tidak seperti yang telah di stigma oleh masyarakat bahwa
perempuan itu hanya 3M (Masak, Macak, Manak). Tapi
lebih dari itu, bahwa perempuan juga bisa produktif
(wawancara dengan FT pada 2 Desember 2019 pukul 13.00
di Candirejo).
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan apa yang diungkapkan
oleh LN selaku pengurus divisi kaderisasi yaitu:
SIG dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada hari Jum’at-
Minggu, 22-24 November 2020 di RA Pulutan.Kegiatan ini
diikuti oleh anggota KOPRI baik dari dalam cabang Kota
Salatiga maupun dari luar Kota Salatiga. Pemberian
beberapa materi diantaranya keKOPRI-an, strategi
pengembangan diri, gender perspektif Al-Qur’an, gender
perspektif hadits, Fiqh perspektif perempuan, Hukum dan
konsep Islam di Indonesia. Dalam setiap akhir materi akan
ada sesi tanya jawab peserta kepada pemateri. Pemateri
sendiri berasal dari senior dan dosen yang memang
profesional dalam materi-materi tersebut. Selain itu juga
ada FGD (Forum Grup Discussion) ini untuk mengulas
seberapa pemahaman peserta terkait materi-materi yang
telah diberikan, Berjanji, Tahlil, Senam, semua yang
bertugas adalah anggota dan kader KOPRI. Selain itu juga
ada pentas seni dan orasi dari peserta. Dan ditutup dengan
kegiatan harlah KOPRI yang diisi dengan Talk show
selanjutnya ada follow up dari kegiatan SIG salah satunya
adalah tutor kajian. (wawancara pada 21 November 2019
pukul 11.30 di Kampus 3 IAIN Salatiga).
Selain SIG dan SKK, kegiatan diskusi dan kajian juga sangat
memberikan banyak ilmu. Terutama tutor kajiandi sekolah-sekolah
sekita kota Salatiga. Kegiatan tersebut menjadikan anggota KOPRI
lebih berani dan percaya diri, terutama ketika berbicara dengan
banyak orang, juga mendapatkan banyak pengetahuan dan
pengalaman. FT yang juga aktif ikut serta dalam kegiatan tutor
70
kajian ini mengatakan: “Di tutor kita diberi tanggung jawab untuk
mengabdi di sekolahan, kita juga harus belajar bagaimana
menyampaikan materi berbicara di depan, dan bagaimana kita
mengajar di depan kelas” (wawancara dengan FT pada 2 Desember
2019 pukul 13.00 di Candirejo).
Kegiatan tutor kajian yang ranahnya mengajar di kelas untuk
menyampaikan pengetahuan tentang kajian keislaman tentunya akan
sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa keguruan. LN
menyatakan:
Kegiatan tutor hari Jum’at ini dilaksanakan setiap hari
Jum’at di seklah-sekolah binaan KOPRI diantaranya MAN
Salatiga, SMK Diponegoro Salatiga, SMK N 1 Salatiga,
SMK N 3 Salatiga, dan SMP N 1 Salatiga. Sasaran dari
kegitan ini yaitu siswi-siswi sekolah yang beragama Islam.
Jadi waktunya ketika siswa laki-laki melaksanakan sholat
jum’at, siswi-siswi tersebut diberikan kajian
mengenainkeperempuan dan hal lain. Materi inti dari
kegiatan ini yaitu Risalatul Mahid untuk taraf
MAN/SMA/SMK dan Fiqh dasar untuk taraf SMP.
(wawancara pada 21 November 2019 pukul 11.30 di
Kampus 3 IAIN Salatiga).
FI selaku alumni yang pernah mengikuti kegiatan tutor
mengungkapkan bahwa: “Kajian di sekolah sangat memberi kita
bekal khsusnya bagi mahasiswa tarbiyah yang pasti akan melakukan
PPL, itu pasti akan sangat bermanfaat. Dulu pertama kali saya
belajar mengkondisikan siswa di kelas ya di tutor kajian itu, sebelum
saya melaksakan PPL.” (wawancara 5 Desember 2019 pukul 14.00
di Perpustakaan Daerah Salatiga).
71
Kegiatan diskusi dan kajian rutin dilakukan setiap dua
minggu sekali. EA selaku pengurus divisi wacana dan keilmuan
menjelaskan,
Diskusi rutin dilakukan dua minggu sekali setelah kegiatan
MAPABA dan SIG di markas-markas cabang dan rayon.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperdalam materi-
materi yang telah diberikan selama kegiatan MAPABA dan
SIG. untuk kegiatan kajian rutin dilaksanakan setiap hari
Sabtu di Blotongan dengan pemateri Ibu Nazil selaku
Pembina KOPRI dengan materi mengenai isu-isu yang
sedang hangat dan mengenai bagaimana ranah gerakan
sekaligus strategi dan gerakan perempuan dalam
menghadapi hal-hal tersebut. (wawancara dengan EA
tanggal 21 November 2019 pukul 15.00 di Kampus 3 IAIN
Salatiga).
Bidang ekonomi juga menjadi lahan produktif bagi KOPRI
untuk memberikan pendidikan, khususnya dalam hal usaha bisnis.
AE selaku anggota yang pernah mengikuti kegiatan KOPRI catering
menyatakan bahwa dirinya mendapatkan keterampilan berusaha dari
kegiatan tersebut. Hal itu sama seperti yang diungkapkan oleh FI:
Ada divisi kewirausahaan dengan kegiatan pelatihan
kwirausahaan atau enterpreneur, seperti membuat bros dan
kerajinan-kerajinan lain, juga ada KOPRI Catering yang
secara otomatis itu berkaitan dengan bidang ekonomi.
Contoh kecil, sekarang itu Isti alumni KOPRI menjadi
pemasok utama di angkringan Bismillah daerah klaseman
(wawancara dengan FI pada 5 Desember 2019 pukul 14.00
di Perpustakaan Daerah Salatiga).
Kegiatan usaha KOPRI cathering telah bekerjasama dengan
organisasi-organisasi mahasiswa intra kampus seperti HMPS,
DEMA, maupun SEMA. KOPRI catering menjadi tempat
pemesanan konsumsi setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
72
ormawa-ormawa tersebut seperti seminar, workshop, pelatihan dan
lainnya. Selain itu juga dari acara-acara lain yang diadakan oleh
PMII dan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh NB selaku
pengurus divisi kewirausahaan, “Kegiatan KOPRI catering ini
dilaksanakan melalui akses jaringan kerjasama dengan ormawa-
ormawa di kampus. Jadi ketika nandi ada pesanan baru
dilaksanakan” (wawancara pada 21 November 2019 pukul 10.00
WIB di Candirejo).
Selain KOPRI cathering ada juga KOPRI merchandise,
setelah diadakan pelatihan-pelatihan membuat kerajinan diterapkan
untuk usaha pada saat wisuda IAIN Salatiga. KOPRI menjual
berbagai macam buket baik bunga dari kain flanel atau bunga asli,
juga buket snack. Kegiatan-kegiatan sosial lain seperti bagi-bagi
bunga saat memperingati hari ibu atau hari guru seperti yang terlihat
dalam gambar 4.5
Gambar 4.5 Kegiatan Sosial bagi-bagi bunga kepada
Dosen IAIN Salatiga dalam rangka
memperingati hari Guru.
(Sumber: Dokumentasi KOPRI)
73
KOPRI juga bekerjasama dengan KESBANGPOL Salatiga
dan pihak lain untuk memberikan sosialisasi pendidikan politik bagi
kader dan anggota KOPRI.Kegiatan ini dilaksanakan pada 31 Maret
2019 bertempat di markas Cabang PMII Kota Salatiga dan ditujukan
kepada anggota PMII Kota Salatiga yang didalamnya termasuk
KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk memberikan edukasi tentang pemilu bagi mahasiswa agar
mahasiswa juga bisa mengawal proses pelaksanaan pemilu yang
berlangsung nantinya. Seperti terlihat dalam Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Kegiatan Sosialisasi Pemilu oleh KPU
Tahun 2019
(Sumber: Dokumentasi KOPRI)
Hasilnya, UA mengatakan bahwa:“Banyak anggota dan kader
KOPRI yang menjabat di struktural ORMAWA di kampus, seperti
Senat mahasiswa, dewan eksekutif mahasiswa, himpunan program
studi, dan ukm-ukm yang ada dikampus” (wawancara 23 November
2019 pukul 11.00 di RA Pulutan). Pendidikan politik berupa
74
sosialisasi dan diskusi kemudian dilaksanakan melalui praktik politik
di kampus. Seperti yang telah dilaksanakan setiap kegiatan PEMIRA
(Pemilihan Umum Raya) mahasiswa IAIN salatiga anggota KOPRI
selalu ikut mencalonkan diri sebagai anggota SEMA (Senat
Mahasiswa) ataupun ketua DEMA (Dewan Mahasiswa) dan HMPS
(Himpunan Mahasiswa Program Studi) baik dilingkup Institut,
fakultas, Maupun Jurusan. PEMIRA tahun ini dilaksanakan pada
tanggal 27 November 2019 di kampus IAIN Salatiga Banyak juga
anggota-anggota KOPRI yang menjabat sebagai pengurus DEMA
HMPS maupun UKM-UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa).
Banyak hal yang bisa diperoleh dari megikuti kegiatan
KOPRI, secara umum RU mengungkapkan bahwa:
Lebih bisa saling menghargai dan menghormati laki-laki,
tingkat egoisnya lebih rendah. Memiliki wawasan yang luas
juga, karna sering mengikuti kegitan diskusi dan
sebagainya. Memiliki banyak relasi dan jaringan luar. Bisa
memahami dan memaklumi sikap dan sifat laki-laki ketika
sedang berada dalam suatu kegiatan di masyarakat karena
sudah banyak mendapat ilmu akan kesadaran gender
(wawancara 4 Desember 2019 pukul 10.00 di Kantor
Notaris Edho Cherando Sidorejo Lor).
Selain itu dari menjadi panitia di kegiatan-kegiatan bisa
berlatih bagaimana untuk memanajemen waktu, mengatur jadwal
kegiatan, mengatasi masalah dengan baik, berani mengambil
keputusan dengan bijak. (Obervasi kegiatan SIG tanggal 23
November 2019 pukul 09.00-14.00 di RA Pulutan)
75
RU dan FI selaku alumni sependapat bahwa mengikuti
kegiatan KOPRI akan melatih kita untuk bisa terjun ke masyarakat.
FI mengatakan “Kita mahasiswa besok pasti akan melakukan KKN
di masyarakat. Harus bisa bersosialisasi untuk mendapatkan relasi
dan jaringan dengan kepala desa, pejabat-pejabat desa, dan
sebagainya. Ketika kita mengikuti organisasi maka itu akan mudah”
(wawancara 5 Desember 2019 pukul 14.00 di Perpustakaan Daerah
Salatiga). RU juga mengatakan hal yang didapatkan dari mengikuti
progra KOPRI yaitu “Pertama melatih kita untuk bisa terjun ke
masyarakat. Apalagi kita mahasiswa yang besok akan melakukan
KKN atau pengabdian di masyarakat. Bisa memanajemen waktu dan
kegiatan, dan sadar akan adanya kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan” (wawancara 4 Desember 2019 pukul 10.00 di Kantor
Notaris Edho Cherando Sidorejo Lor).
B. Analisis Data
1. Implementasi Program KOPRI dalam Dimensi Pemberdayaan
Perempuan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis,program
kegiatan yang dibentuk oleh KOPRI telah memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan dalam dimensi-dimensi berikut:
a. Dimensi kesejahteraan, dilihat dari dimensi kesejahteraan, KOPRI telah
memberikan apa yang menjadi kebutuhan anggota dan kader. Upaya
76
yang dilakukan dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai
dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Memberikan bekal
kemampuan-kemampuan seperti berwirausaha, public speaking, beauty
class, pengetahuan, dan berpolitik sehingga anggota dan kader KOPRI
tidak lagi merasa dimarginalkan. Mereka akan lebih percaya diri dalam
mengaktualisasikan dirinya, sehingga akan mengangkat kedudukannya.
b. Dimensi akses, KOPRI memberikan kesempatan kepada anggota untuk
menjadi panitia dalam kegiatan-kegiatan. Kepanitiaan dalam kegiatan
memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Sebagai panitia mereka akan
belajar bagaimana mengatur waktu dan kegiatan. Dalam tugasnya
mereka juga dituntut untuk memiliki informasi relasi untuk
memudahkan tugasnya. Misalnya seperti sie acara mereka harus punya
informasi dan chanel siapa saja yang akan menjadi pengisi acara dalam
kegiatan, sie perlengkapan harus punya informasi dan chanel tentang
penyewaan-penyewaan barang, dan sebagainya. Selain itu juga terdapat
divisi jarkominfo, dimana salah satu tugasnya adalah memperluas relasi
dengan pihak luar yang nantinya akan bisa membantu terlaksananya
program-program KOPRI tersebut.
c. Dimensi penyadaran, kegiatan penyadaran banyak dilakukan dalam
program KOPRI. Diantaranya kegiatan formal berupa SIG dan SKK,
disana anggota dan kader KOPRI diberikan pemahaman tentang
perempuan baik dalam Islam maupun dalam hukum negara.
Pengetahuan tentang peran dan kedudukan perempuan juga diberikan.
77
Tentang hak-hak dan strategi gerakan perempuan juga banyak diberikan
dalam kegiatan-kegiatan baik formal, informal maupun non formal
seperti dalam kegiatan diskusi-diskusi. Kegiatan penyadaran ini tidak
hanya sekedar memberi tahu tentang peranan perempuan. Tetapi juga
diberikan bukti dengan mendiskusikan mengenai isu-isu yang terjadi
mengenai ketidakadilan yang diterima oleh perempuan.
d. Dimensi partisipasi, banyak anggota maupun kader KOPRI yang telah
bergerak dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Bakti sosial menjadi
salah satu contoh bentuk partisipasi perempuan di masyarakat. Selain
itu juga terdapat kegiatan tutor kajian dan pesantren kilat disekolah-
sekolah sekitar Salatiga. Kegiatan ini menjadikan perempuan sebagai
pelaku utama dalam pelaksanaan. Mulai dari perencanaan materi yang
diajarkan, hingga pada pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan. Bentuk
partisipasi lain yaitu hadirnya KOPRI dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakanakan oleh pihak luar seperti pemerintah kota, ataupun
organisasi-organisasi sosial lain. Anggota dan kader KOPRI juga selalu
berpartisipasi dalam kegiatan politik di kampus. Setiap tahunnya selalu
ada yang menjadi ketua HMPS, pengurus DEMA ataupun SEMA di
kampus.
e. Dimensi penguasaan, konteks dimensi penguasaan terlihat dalam
kegiatan politik dan kepanitiaan. PMII dan KOPRI menempatkan
bahwa laki-laki dan perempuan itu memiliki hak yang sama. Laki-laki
dan perempuan berhak mengajukan diri untuk menjadi kandidat ketua
78
HMPS, DEMA, maupun anggota SEMA. Begitu juga dalam
kepanitiaan kegiatan, laki-laki dan perempuan menjadi satu dan
bekerjasama dalam setiap sienya masing-masing. Perempuan bisa
menjadi ketua panitia dan laki-laki bisa menjadi sie konsumsi. Dimensi
ini juga bisa dilihat dari anggota dapat memilih mengikuti program
kegiatan apa yang sesuai keinginannya. Sehingga mereka dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya tanpa paksaan dari orang
lain. Mereka memilih sesuai apa yang menjadi bakat dan minatnya
masing-masing.
Berdasarkan teori dimensi pemberdayaan perempuan menurut
Handayani dalam Fitrina (2016: 18) dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat lima dimensi dalam pemberdayaan perempuan. Dimensi
kesejahteraan yaitu perempuan sejahtera dengan tercukupi segala
kebutuhannya.Dimensi akses, perempuan dapat dengan mudah
memperoleh informasi dan relasi untuk keperluannya. Dimensi
penyadaran, perempuan sadar akan kedudukan, tugas, dan hak-haknya
baik secara individu maupun dalam masyarakat.Dimensi partisipasi,
perempuan aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan publik di
masyarakat.Dimensi penguasaan, perempuan memiliki peran yang
seimbang dengan laki-laki, mampu menetapkan keputusan baik untuk
hidupnya maupun keputusan bersama.
Hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan analisa mengenai
program kegiatan KOPRI, serta kesimpulan tetang teori pemberdayaan
79
perempuan ditinjau dari dimensi pemberdayaan. Program KOPRI telah
mampu memberikan pendidikan pemberdayaan perempuan. Penerapan
program kegiatan KOPRI dapat memberikan pengaruh sesuai dengan lima
dimensi pemberdayaan perempuan, meskipun dalam pelaksanannya ada
yang kurang maksimal.
2. Implementasi Program KOPRI dalam Pendidikan Pemberdayaan
Perempuan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis KOPRI
telah mengimplementasikan programnya dalam pendidikan pemberdayaan
perempuan melalui beberapa kegiatan diantaranya:
a. Bidang pendidikan, bentuk-bentuk pemberdayaan perempuan yang
dilakukan oleh KOPRI sudah termasuk kategori bagus. Anggota telah
ikut berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, seperti kegiatan tanya
jawab dan diskusi dari materi dalam kegiatan SIG dan SKK. Menjadi
tutor kajian dan pesantren kilat juga termasuk dalam berpartisipai dalam
proses pendidikan. Anggota dan kader KOPRI bahkan menjadi subjek
dalam kegiatan tersebut. Selain itu, program kegiatan KOPRI juga
memberikan bimbingan keahlian diantaranya seperti mengajar di kelas,
menjadi MC, menjadi model, dan sebagainya.
b. Bidang ekonomi, diberikan pelatihan berbisnis untuk memberikan
pendidikan pemberdayaan perempuan dalam bidang ekonomi.
Memberikan pelatihan-pelatihan membuat kerajinan sebagai modal
80
untuk berwirausaha, dan mengelola sebuah catering agar mengetahui
bagaimana cara menjalankan sebuah usaha.
c. Bidang sosial budaya, ikut serta dalam kegiatan bermasyarakat seperti
santunan anak yatim, menjadi tutor dalam kegiatan pesantren kilat dan
kajian di sekolah-sekolah. Ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah setempat. Bekerjasama dengan pihak lain dalam
melakanakan kegiatannya.
d. Bidang politik, dalam bidang politik, meskipun belum secara langsung
terjun dalam politik yang sesungguhnya dalam tataran pemerintahan
negara, tetapi KOPRI telah memberikan pendidikan politik kepda
anggota. Bekerjasama dengan KESBANGPOL untuk memberikan
sosialisasi mengenai politik, serta ikut serta dalam kontestasi partai
politik di kampus. Kampus adalah minitur sebuah negara, disana juga
terdapat sistem pemerintahan dan melalui partai politik dalam
menentukan pemimpin pemerintahan.
Menurut Tim Kelompok Kerja Pusat Kajian Wanita Dan Gender
(2007: 17) pemberdayaan perempuan dalam bidang pendidikan dapat
dilakukan melalui memberikan kesempatan kepada setiap perempuan
untuk mengikuti pendidikan, memperoleh bimbingan keahlian, dan
memberi kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan.
Bidang ekonomi melalui menghapus deskriminasi perempuan dalam
lapangan kerja, memberi hak untuk bebas memilih profesi, memberi upah
dan kesempatan kerja yang sama, serta memberikan jaminan sosial dan
81
perlindungan kesehatan perempuan. Bidang sosial dengan melakukan
penyadaran akan kedudukan perempuan di masyarakat, memberi
kesempatan kepada perempuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat,
memberikan wawasan dan memfungsikan organisasi swadaya masyarakat
dengan baik, serta menjadikan perempuan yang mandiri dan berani.
Bidang politik dengan menumbuhkan kesadaran politik bagi perempuan
dengan pendidikan politik, bergabung dalam partai politik, dan pemberian
jabatan strategis untuk menunjang kemampuan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat
disimpulkan bahwa implementasi program KOPRI dalam pendidikan
pemberdayaan perempuankepada mahasiswi berjalan dengan baik.
Mahasiswi sebagai agen perubahan yang diharapkan ketika mereka terjun
ke masyarakat akan membawa perubahan, salah satunya yaitu
pemberdayaan perempuan dalam beberapa bidang diantaranya bidang
pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan bidang politik. Kegiatan KOPRI
mampu memberikan pendidikan pemberdayaan perempuan bagi
mahasiswi IAIN Salatiga.
82
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dan analisis data di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Kegiatan KOPRI memberikan penyadaran, akses, partisipasi,
kesejahteraan, dan penguasaan diri kepada anggota-anggotanya. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa mahasiswi mampu membuka usaha sendiri,
mahasiswi mampu berbicara di depan umum, mampu bekerjasama dengan
baik dalam satu organisasi, mampu menjadi tutor kajian dan pesantren
kilat di sekolah-sekolah, dan mampu mengaktualisasikan dirinya dan
bergerak sesuai keinginannya tanpa takut didiskriminasi oleh masyarakat.
2. KOPRI telah mengimplementasikan programnya dalam pendidikan
pemberdayaan perempuan melalui beberapa kegiatan diantaranya:
a. Bidang pendidikan, kegiatan tanya jawab dan diskusi dari materi dalam
kegiatan SIG dan SKK. Menjadi tutor kajian dan pesantren kilat.
b. Bidang ekonomi, Memberikan pelatihan-pelatihan membuat kerajinan
sebagai modal untuk berwirausaha, dan mengelola sebuah catering agar
mengetahui bagaimana cara menjalankan sebuah usaha.
c. Bidang sosial budaya, ikut serta dalam kegiatan bermasyarakat seperti
santunan anak yatim, menjadi tutor dalam kegiatan pesantren kilat dan
83
kajian di sekolah-sekolah. Ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah setempat.
d. Bidang politik, dalam bidang politik, Bekerjasama dengan
KESBANGPOL untuk memberikan sosialisasi mengenai politik, serta
ikut serta dalam kontestasi partai politik di kampus.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisis data, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi pengurus KOPRI agar selalu menjaga komunikasi baik dengan
pengurus yang lain sehingga menghasilkan koordinasi dan kerja sama
yang baik juga. Ketua KOPRI agar dipilih dari mahasiswi yang masih aktif
kuliah agar pelaksanaan program kegiatannya berjalan lebih maksimal.
2. Bagi anggota untuk bisa selalu mengikuti kegiatan KOPRI, karena akan
mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman banyak ketika
selalu berlanjut mengikuti kegiatan. Tidak setengah-setengah dalam
mendapatkan ilmu.
3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai program-program
kegiatan lain yang dapat memberikan pendidikan pemberdayaan kepada
perempuan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Betti. 2017. Perempuan Pemimpin: Inspirasi 10 CEO Membangun
Keluarga, Bisnis, dan Masyarakat. Yogyakarta: PT Mizan Pustaka.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2012. Indeks Kesetaraan dan
Keadilan Gender (IKKG) dan Indikator Kelembagaan Pengarusutamaan
Gender (IKPUG): Kajian Awal. Jakarta: Bappenas.
Djumali, dkk. 2013. Landasan Pendidikan. Surakarta: Penerbit Gava Media.
Ibrahim, 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif Panduan Penelitian Beserta
Contoh Proposal Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.
Istibsyaroh. 2004. Hak-Hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-
Sya’rawi. Jakarta: Teraju Mizan.
Kamuli, Sukarman. 2017. Pemberdayaan Perempuan di Pesisir Kelembagaan,
Kemitraan dan Agensi Perempuan di Pesisir Utara Gorontalo. Jakarta
Timur: UNG dan Pustaka Indonesia Press.
Kharima, Nadya. 2008. Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan Melalui
Gender Mainstreaming (Studi Kasus Workshop Pemberdayaan
Mubalighat I oleh Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta). Skripsi. Jakarta: Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kelompok Kerja Pusat Kajian Wanita dan Gender. 2007. Hak Azasi Perempuan
Instrumen Hukum untukMewujudkan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2016.
Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2016. Jakarta: CV Lintas
Khatulistiwa.
KOPRI PMII Cabang Kota Salatiga. 2017. Aktualissi Pemahaman Islam Gender
dalam Dinamika Berproses. Modul Sekolah Islam Gender KOPRI PC
PMII Kota Salatiga.
Muslikhati, Siti. 2004. Feimnisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam
Timbangan Islam. Jakarta: Gema Insani.
Naim, Ngainun. 2016. Self Development Melejitkan Potensi Personal, Sosial dan
Spiritual. Yogyakarta: Lingkar Media Yogyakarta.
Qazan, Shalah. 2001. Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan.
Solo: Era Intermedia.
Rayon Matori Abdul Djalil. 2016. Modul Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) Rayon Tarbiyah Matori Abdul Djalil. Jogjakarta: Lingkar
Media.
_______________________. 2017. Modul Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) Rayon Tarbiyah Matori Abdul Djalil. Jogjakarta: Lingkar
Media.
Staf Ahli Bidang Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak. 2016. Kajian Peran Perempuan
dalam Penanggulangan Kemiskinan Melalui Kegiatan Industri
Rumahan. Laporan Akhir tidak diterbitkan. Jakarta.
85
Sugiyono, 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfa Beta.
Takariawan, Cahyadi. 2003. Fiqh Politik Perempuan. Solo: Era Intermedia.
Umar, Nasaruddin. 2001. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Paramadina.
Afviva, Silvi. 2011. Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Islam (Studi
Kasus di Organisasi KAMMI Daerah Malang). Skripsi. Malang: Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya (Online).
(http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/9383diakses pada 22 Oktober 2019)
Ardiyani, Dian. 2017. Konsep Pendidikan Perempuan Siti Walidah. Tajdida, Vol.
15, No. 1, Juni 2017 (Online).
(http://journals.ums.ac.id/index.php/tajdida/article/view/5753 diakses
pada 22 Oktober 2019)
Fitrina, Nika Rizqia. 2016. Pemberdayaan Perempuan dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga Melalui Industri Kecil di Pedesaan (Studi dalam
Kelompok Usaha Bersama (KUB) Serang di Desa Pulorejo Keccamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan). Skripsi. Semarang: Jurusan Sosiologi
dan Antroplogi Universitas Negeri Semarang (Online).
(https://lib.unnes.ac.id/27664/1/3401412001.pdf diakses pada 22 Oktober
2019)
Hasanah, Siti. 2013. Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Ekonomi
Berkeadilan (Simpan Pinjam Syari’ah Perempuan). Sawwa (Online). Vol.
9, No. 1, Oktober 2013. (http://dp3a.semarangkota.go.id/ebook diakses
23 Oktober 2019 diakses 23 Oktober 2019).
Kurnia, Dewi. 2017. Fungsi Korps PMII Puteri (KOPRI) Wilayah Lampung
dalam Pemberdayaan Perempuan. Skripsi. Lampung: Jurusan
Pengembangan Masyarakat IslamIAIN Raden Intan Lampung (Online)
(http://repository.radenintan.ac.id/1041/x diakses pada 22 Oktober 2019)
Kuncoro, Amin. 2016. Pengaruh Pemberdayaan Perempuan dan Peningkatan
Sumberdaya Ekonomi Keluarga. Buana Gender (Online). Vol. 1, No. 1,
Januari-Juni 2016. (http://dp3a.semarangkota.go.id/ebook diakses 23
Oktober 2019 diakses 23 Oktober 2019).
Pengurus Besar PMII. 2019. Keputusan-Keputusan MUSPIMNAS 2019 Khidmat
untuk Negeri PMII dalam Narasi Pembangunan Bangsa.
(https://pmiijatim.or.id/download/hasil-muspimnas-boyolali-2019/
diakses pada 30 Oktober 2019)
Pengurus Besar PMII. 2015. Hasil-Hasil Kongres Jambi Anggaran Dasar/
Anggaran Rumah Tangga. (https://pmii.or.id/hasil-muspimnas/ diakses
30 Oktober 2019)
Rochimah, Nur Apriliya & Badrus Zaman. 2018. Pendidikan Moral Anak
Jalanan. Yogyakarta: Trussmedia Grafika.
86
Supriyanti, Marisatya. 2017. Pemberdayaan Perempuan Pedesaan dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Perspektif Ekonomi Islam (Studi
Kasus di Home Industry Batik Tulis Desa Plana Kecamatan Somagede
Kabupaten Banyumas). Skripsi. Purwokerto: Program Studi Ekonomi
Syariah IAIN Purwokerto (Online).
(http://repository.iainpurwokerto.ac.id/2819/1/ diakses pada 31 Oktober
2019)
Wuriyan, Siti. 2019. Kepemimpinan Perempuan dalam Meningkatkan Kinerja
Organisasi Pada KOPRI (Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Putri). Dakwah dan Ilmu Komunikasi Mau’idhoh Hasanah (Online). Vol.
1, No. 1, Juli-Desember 2019.
(http://journal.iai.agussalimmetro.ac.id/index.php/mauidhohhasanah/artic
le/download/36/24 diakses 23 Oktober 2019).
Zaman, Badrus. 2018. Pendidikan Akhlak pada Anak Jalanan di Surakarta. Jurnal
Inspirasi Vol. 2 No. 2 Undaris Ungaran.
Zaman, Badrus. 2019. Urgensi Pendidikan Karakter yang sesuai dengan Falsafah
Bangsa Indonesia. Jurnal Al Ghazali Vol. 2 No. 1 STAINU Purworejo.
87
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Wawancara Kepada Badan Pengurus Harian (BPH)
1. Bagaimana perkembangan organisasi KOPRI dari tahun ke tahun?
2. Apa yang diharapkan dengan adanya organisasi KOPRI di Salatiga
khususnya bagi mahasiswi IAIN Salatiga?
3. Bagaimana keadaan anggota KOPRI selama ini? Apakah sudah termasuk
dalam kategori berdaya?
4. Bagaimana peran organisasi KOPRI selama ini dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya?
5. Apakah organisasi KOPRI telah melaksanakan pendidikan pemberdayaan
perempuan?
6. Apa saja langkah-langkah KOPRI dalam memberikan pendidikan
pemberdayaaan perempuan terhadap anggota?
7. Apakah terdapat kendala dalam melaksanakan langkah-langkah tersebut?
8. Terkait pelaksanaan kegiatan KOPRI apakah terdapat pedoman khusus?
B. Wawancara Kepada Pengurus per Devisi
1. Anda tergabung di pengurus KOPRI dalam devisi apa?
2. Apa tugas dan fungsi devisi anda?
3. Bagaimana langkah yang dilakukan dalam devisi anda untuk memberikan
pendidikan pemberdayaan perempuan?
4. Apa saja program kegiatan yang bentuk oleh devisi anda?
5. Mengapa devisi anda memilih program kegiatan tersebut?
88
6. Kapan dan dimana program tersebut dilaksanakan?
7. Bagaimana proses pelaksanaan program tersebut?
8. Apa yang devisi anda harapkan dari pelaksanaan program tersebut?
C. Wawancara Kepada Anggota dan Alumni
1. Bagaimana pendapat anda mengenai adanya organisasi KOPRI?
2. Mengapa anda mengikuti organisaasi KOPRI?
3. Apakah anda selalu mengikuti kegiatan KOPRI?
4. Apakah yang anda dapatkan setelah mengikuti program kegiatan KOPRI?
5. Bagaimana pendapat anda mengenai program-program kegiatan yang
dilaksanakan oleh KOPRI?
6. Apakah anda merasakan perubahan positif dalam diri anda setelah
bergabung dengan organisasi KOPRI? Bagaimana dan dalam hal apa saja
perubahan yang terjadi?
89
Lampiran 2
Hasil Wawancara
A. Nama : Nurul Arestiyani
Jabatan : Sekretaris KOPRI
Tanggal : 20 November 2019
Waktu : 11.00 WIB
X :Bagaimana perkembangan KOPRI dari tahun ke tahun?
NA : Saya sudah beradaa di KOPRI selama 3 tahun dan 2 tahun diantaranya
menjadi pengurus di KOPRI. Perkembangan KOPRI selama ini baik,
hanya saja pergerakan KOPRI pada tahun 2017 sempat stagnan.
Program-program kegiatan berjalan tapi kurang maksimal, karena ketua
yang menjabat waktu itu juga kurang maksimal dalam menjalankan
tugasnya.
X : Apa yang diharapkan dengan adanya organisasi KOPRI di Salatiga
khususnya bagi mahasiswa IAIN Salatiga?
NA : KOPRI adalah organisasi untuk anak-anak PMII, sebagai wadah
perempuan untuk berekspresi. Karena ketika kita melihat sekarang
jumlah anggota perempuan di PMII khususnya semakin banyak tetapi
gerakannya di publik kurang. Jadi harapnnya dengan adanya KOPRI ini
dapat mengaktualisasikan perempuan ke dalam ranah publik.
90
X : Bagaimana keadaan anggota KOPRI saat ini? Apakah sudah termasuk
dalam kategori berdaya?
NA : Menurut saya sudah, karena fokus gerakan KOPRI saat ini pada
kegiatan tutor kajian di sekolah-sekolah SMP dan SMA/SMK sekitar
Salatiga. Disitu salah satu langkah untuk mengaktualisasikan peran
perempuan ke publik.
X : Bagaimana peran organisasi KOPRI selama ini dalam melaksanakan
tugas dan funginya?
NA : KOPRI memberikan pengetahuan kepada kader-kader agar memiliki
wawasan yaang luas melalui kegiatan SIG dan SKK, juga melalui
program-program kegiatan lain yang mewadahi bakat-bakat anggota
untuk dikembangkan.
X : Apakah organisasi KOPRI telah melaksanakan pendidikan
pemberdayaan perempuan?
NA : Iya sudah
X : Apa saja langkah-langkah KOPRI dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan terhadap anggota?
NA : Pertama melalui kegitan SIG dan SKK tadi, anggota diberikan
pengetahuan mengenai tugas dan perananya di ranah publik, memberikan
pemahaman mengenai gender daalam perspektif Islam, karena di dalam
Islam ada beberapa beberapa koridor yang tidak bisa dilewati. Kedua
dengan kegiatan tutor kajian, mereka dibekali kemampuan public
speaking untuk mengajarkan kajian-kajian Islam di sekolah-sekolah
91
sekitar salatiga. Selanjutnya ada KOPRI catering, disitu anggota
diajarkan untuk berbisnis, ada juga paduan suara, dan paduan suara ini
tidak hanya perempuan saja, tetapi juga laki-laki. KOPRI juga
bekerjasama dengan KESBANGPOL Salatiga untuk memberikan
sosialisasi pendidikan politik bagi kader dan anggota KOPRI. Juga
terdapaat kegiatan sosial berupa santunan anak yatim disekitar markas
KOPRI yang dilakukan setiap tahunnya.
X : Apakah terdapat kendala dalam melaksanakan langkah-langkah
tersebut?
NA : Ada, salah satunya karena perempuan itu harus butuh partner untuk
bergerak dan karena ketua KOPRI saat ini tidak berdomisili di Salatiga
dan harus bolak-balik Salatiga-Temanggung jadi sedikit menghambat
pergerakan KOPRI. Tetapi dari pengurus yang lain selalu berusaha untuk
memback-up jadi program-program KOPRI tetap berjalan dengan baik.
92
B. Nama : Nurul Basyiroh
Jabatan : Devisi Kewirausahaan
Tanggal : 21 November 2019
Waktu : 10.00 WIB
X : Anda tergabung dalam devisi apa?
NB : Saya tergabung dalam devisi kwu atau kewirausahaan.
X : Apa tugas dan fungsi dari devisi anda?
NB : Memberi layanan tentang kewirausahaan dan menjembatani anggota
KOPRI dalam kegiatan usaha.
X : Bagaimana langkah devisi anda dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan?
NB : Mengumpulkan anggota KOPRI untuk mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh devisi kami yaitu dengan pendidikan bisnis seperti mulai
dari perencanaan, pemasukan, pengeluaran, dan lain-lain.
X : Apa saja program kegiatan yang dibentuk oleh devisi anda?
NB : KOPRI Catering
X : Mengapa anda memilih program kegiatan tersebut?
NB : Karena dirasa itu sesuai untuk anggota KOPRI yang juga masih ada
kegiatan kuliah dan lain-lain
X : Bagaimana proses pelaksanaan program tersebut?
93
NB : Prosesnya dengan menggunakan iklan berupa pamflet yang disebar,
kemudian melalui akses jaringan kerjasama dengan ormawa-ormawa di
kampus. Jadi ketika nanti ada pesanan baru dilaksanakan.
X : Apa yang devisi anda harapkan dari pelaksanan program tersebut?
NA : Kami berharap dapat memberikan pembelajaraan kepada anggota-
anggota KOPRI bahwa perempuan juga membuat usaha sebagai
pekerjaan sampingan.
94
C. Nama : Luluk Nur Hamidah
Jabatan : Devisi Kaderisasi
Tanggal : 21 November 2019
Waktu : 11.30 WIB
X : Anda tergabung dalam devisi apa?
LN : Saya tergabung dalam devisi kaderisasi.
X : Apa tugas dan fungsi dari devisi anda?
LN : Tugasnya untuk melakukan pengkaderan baik secara formal, informal,
dan nonformal.
X : Bagaimana langkah devisi anda dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan?
LN : Dengan memberikan pengetahuan mengenai bagaimana perempuan
bergerak melalui perspektif Islam baik Al-Qur’an maupun hadits dan
pemahaman lain terkait gender itu sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang
telah dibentuk oleh devisi kami. Karena melalui pengetahuan dan
pemahaman akan berlanjut dalam berpikir dan hasilnya akan bergerak.
X : Apa saja program kegiatan yang dibentuk oleh devisi anda?
LN : Program kerja dari devisi kaderisasi yang pertama yaitu SIG (Sekolah
Islam Gender), kemudian SKK (Sekolah Kader KOPRI), KOPRI
Traveling, Silaturahim Komisariat, dan Tutor Kajian.
X : Mengapa anda memilih program kegiatan tersebut?
95
LN : Karena SIG merupkan suatu kegiatan untuk open recruitmen anggota
KOPRI yang sudah diatur dalam PO. Dan SIG menjadi awal dari
pendidikan pemberdayaan perempuan karena didalam kegiatan tersebut
akan diberikan pemahaman tentang gerakan perempuan di dalam Islam,
strategi pengembangan diri, dan gerakan perempuan berdasarkan hukum
di Indonesia.
Kemudian untuk SKK itu sama dengan SIG, yaitu merupakan sistem
kaderisasi formal yang sudah diatur oleh KOPRI. SKK ini dilaksanakan
untuk kader-kader yaitu anggota KOPRI yang telah mengikuti kegiatan
SIG. Jika SIG untuk memberikan pemahaman dan gambaran awal maka
SKK ini disiapkan untuk bergerak.
KOPRI Traveling untuk memberikan pemberdayan perempuan ke rayon-
rayon, karena sasaran atau anggota dari KOPRI itu sendiri berada di
rayon-rayon. Dan bekerjasama dengan devisi keperempuanan yang
berada dirayon agar bergerak sinergi untuk sama-sama memberdayakan
perempuan PMII.
Silaturahim Komisariat Abdul Djalil, karena ini merupakan komisariat
baru di PMII Cabang Kota Salatiga, sehingga untuk menjalin relasi dan
kerjasama
Tutor Kajian keagamaan, karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa
perempuan akan menjadi pendidik, bukan hanya menjadi guru disekolah
tapi juga madrasatul ula bagi anak-anaknya. Maka disini juga sebagai
ajang untuk melatih perempuan untuk mendidik. Kegiatan ini juga
96
dilakukan untuk mencegah radikalisme sejak dini, karena pada saat itu
juga ada siswa disalah satu sekolah yang dia tidak setuju dengan
pancasila.
X : Bagaimana proses pelaksanaan program tersebut?
LN : SIG dilaksanakan selama 3 hari dengan pemberian beberapa materi
diantaranya keKOPRI-an, strategi pengembangan diri, gender perspektif
Al-Qur’an, gender perspektif hadits, Fiqh perspektif perempuan, Hukum
dan konsep Islam di Indonesia. Dalam setiap akhir materi akan ada sesi
tanya jawab peserta kepada pemateri. Pemateri sendiri berasal dari senior
dan dosen yang memang profesional dalam materi-materi tersebut. Selain
itu juga ada FGD (Forum Grup Discussion) ini untuk mengulas seberapa
pemahaman peserta terkait materi-materi yang telah diberikan, Berjanji,
Tahlil, Senam, semua yang bertugas adalah anggota dan kader KOPRI.
Selain itu juga ada pentas seni dan orasi dari peserta. Dan ditutup dengan
kegiatan harlah KOPRI yang diisi dengan Talk show selanjutnya ada
follow up dari kegiatan SIG salah satunya adalah tutor kajian.
SKK proses kegiatannya hampir saja, hanya saja muatan materinya yang
berbeda
KOPRI Traveling, proses pelaksanaannya langsung turun ke rayon-rayon
memberikan pemahaman dan mendampingi devisi keperempuanan rayon
agar dapat berjalan selaras dengan KOPRI
Silaturahim Komisariat Abdul Djalil UNU, kegitannya kita kesana
bekerja sama untuk saling memberikan pemahaman tentang PMII
97
umumnya dan KOPRI khususnya, karena komisariatt itu memang masih
baru dan baru ada beberapa mahasiswa, jadi masih perlu banyak
bimbingan.
Tutor kajian, ini untuk melatih skil dan pengetahuan anggota KOPRI
dengan masuk kesekolah-sekolah binaan KOPRI memberikan
pengetahuan keislaman khususnya terkait perempuan seperti kajian
tentang Risalahul Mahid untuk taraf SMA/SMK, dan fiqh dasar untuk
SMP. Selain itu juga diskusi tentang isu-isu yang terjadi seperti
kekerasan seksual, atau isu insidental lainnya. Ada juga kegiatan sharing
dan motivasi.
X : Kapan dan di mana program tersebut dilaksanakan?
LN : Kegiatan SIG dilaksanakan pada tangggal 22-24 November 2019 di
Pulutan Salatiga. Kemudian SKK dilaksanakan bulan Mei 2019, KOPRI
Traveling dilaksanakan................ . Tutor kajian dilaksanakan setiap hari
Jum’at mulai jam 11.00-12.30 di sekolah-sekolah binaan PMII
diantaranya MAN Salatiga, SMK Diponegoro Salatiga, SMK N 1
Salatiga, SMK N 3 Salatiga, dan SMP N 3 Salatiga.
X : Apa yang devisi anda harapkan dari pelaksanan program tersebut?
LN : Membentuk kesadaran dan pemahaman bagi sahabat-sahabat PMII akan
adanya KOPRI di PMII Salatiga. Dan KOPRI sendiri ada untuk
memberdayakan perempuan khususnya anggota PMII itu sendiri. Karena
selama ini berdasarkan pengamatan saya ketika kepengurusan PMII
masuk ke tingkatan yang lebih tinggi lagi peran perempuan semakin
98
habis. Adannya pemberdayaan yang dilakukan oleh KOPRI melalui
kegiatan-kegiatan ini agar perempuan dapat berperan dan bergerak.
Karena perempuan jika mereka tahu maka dia akan bergerak, tetapi jika
mereka tidak tahu maka mereka akan merasa bahwa dirinya hanya
dimanfaatkan. Kemudian untuk membentuk kader-kader KOPRI yang
loyal dan militan guna regenerasi dan melanjutkan roda organisasi
KOPRI yang lebih baik.
99
D. Nama : Eliza Ayu P
Jabatan : Devisi Wacana dan Keilmuan
Tanggal : 21 November 2019
Waktu : 15.00 WIB
X : Anda tergabung dalam devisi apa?
EA : Saya tergabung dalam devisi wacana dan keilmuan.
X : Apa tugas dan fungsi dari devisi anda?
EA : Tugasnya memahamkan konsep gender dari perspektif Islam kepada
pengurus dan anggota disetiap rayon.
X : Bagaimana langkah devisi anda dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan?
EA : Memberikan bekal kepada pengurus dan anggota melalui kegiatan
kajian dan diskusi. Kita tidak akan bisa berbica ataupun berekspresi tanpa
bekal, berbicara tanpa berpikir adalah omong kosong, tetapi berpikir
tanpa dilakukan juga sama. Intinya keduanya harus sama. Jadi kita
memberikan bekal berupa ilmu dan kemudian nanti diaplikasikan dalam
kajian ataupun diskusi rutin tentang isu-isu gerakan perempuan,
perempuan itu seperti apa, dan sebagainya.
X : Apa saja program kegiatan yang dibentuk oleh devisi anda?
EA : Program kerjanya yang petama diskusi rutin, kemudian kajian rutin,
pendampingan anggota, dan koordinasi dengan devisi kaderisasi tentang
tutor kajian.
100
X : Mengapa anda memilih program kegiatan tersebut?
EA : Diskusi rutin ini dilaksanakan sebagai wadah anggota untuk
menyampaikan pemikiran, pengetahuan, ataupun hasil analisisnya
tentang sesuatu, juga sebagai ajang melatih mental perempuan dalam
menyampaikan kritik saran atau masukan.
Kajian rutin dilaksanakan untuk memberikan bekal keilmuan kepada
anggota KOPRI tentang gender dan gerakan perempuan.
Pendampingan anggota ini sebagai bekal anggota KOPRI yang mau
mengikuti kegiatan SIG dan SKK baik didalam maupun diluar kota.
Koordinasi dengan devisi kaderisasi terkait tutor kajian, ini dilakukan
untuk memberikan bekal ilmu dan pengetahuan sebelum anggota-anggota
tersebut diterjunkan ke sekolah-sekolah dan juga membuat materi
ataupun silabus agar materi yang disampaikan tidak melebar dari apa
yang diharapkan.
X : Bagaimana proses pelaksanaan program tersebut?
EA : Diskusi rutin dilaksanakan kepada pengurus KOPRI terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan kepada anggota maupun kader KOPRI di setiap
rayon sebagai bentuk follow up diskusi pengurus. Pengurus KOPRI tidak
hanya dari devisi wacana dan keilmuan saja, secara bergantian seluruh
pengurus nantinya akan memantik dan mendampingi diskusi-dikusi yang
dilaksanakan anggota rayon. Cakupan materinya terkait ke-KOPRI-an,
keperempuanan, isu-isu tentang perempuan, ataupun gerakaan-gerakan
perempuan dalam perspektif Islam.
101
Kajian Rutin, setiap hari Sabtu dilaksankan dengan penyampaian sedikit
materi dari pemateri dan kemudian dilanjutkan sharing atau diskusi tanya
jawab.
Pendampingan anggota yang akan mengikuti SIG atau SKK ini dengan
memberikan bekal ilmu pra kegiatan kepada anggota. Memberikan
gambaran selama kegiatan nantinya berlangsung. Muatan materi apa saja
yang harus anggota miliki dan sebagainya.
Bekerjasama dengan devisi kaderisasi tentang tutor kajian. Jika devisi
kaderisasi yang fokus pada kuantitas tutor, disini devisi wacana dan
keilmuan yang akan fokus pada kualitas tutor. Mereka akan diberikan
modul atau silabus muatan materi yang akan diajarkan kepada siswi-
siswi di sekolah.
X : Kapan dan di mana program tersebut dilaksanakan?
EA : Diskusi rutin dilaksanakan 2 minggu sekali setelah kegiatan MAPABA
dan SIG di markas-markas cabang dan rayon.
Kajian rutin dilaksanakan setiap hari Sabtu di Blotongan.
Mendampingi anggota yang akan melaksanakan SIG dan SKK ini
dilksanakan kondisional.
Koordinasi dengan devisi kaderisasi mengenai tutor kajian dilaksanakan
kondisional.
X : Apa yang devisi anda harapkan dari pelaksanan program tersebut?
EA : Harapannya kita KOPRI Salatiga bisa mengubah perspektif tentang
KOPRI bahwa hanya ada secara struktural saja, tetapi benar-benar bisa
102
memberdayakan perempuan-perempuan di PMII. Dan juga menyiapkan
anggota dan kader KOPRI untuk bersama-sama menjalankan roda
kepengurusan KOPRI dengan lebih baik lagi.
103
E. Nama : Ummu Athika Rahmi
Jabatan : Ketua KOPRI
Tanggal : 23 November 2019
Waktu : 11.00 WIB
X :Bagaimana pekembangan KOPRI dari tahun ke tahun?
UA : Alhamdulillah perkembangan KOPRI selalu meningkat, jika dulu tahun
2013 hanya ada 7 orang di KOPRI. Saat ini anggota KOPRI lebih
berpikiran ke depan, bahwa perempuan bisa double job menjadi ibu
rumah tangga dan wanita karier. Saat ini juga KOPRI telah memiliki
banyak program kerja, dintaranya dengan pendampingan di bidang
pendidikan yaitu tutor kajian, kemudian dibidang tarik suara ada paduan
sura, bidang perekonomian ada kopri catering, bidang wacana dan
keilmuan ada kajian dan diskusi hal ini dilakukan agar kita terus berpikir
apa tantangan yang harus kita hadapi kedepannya. Kalau dulu masih
berfokus pada untuk mendapatkan anggota yang mau di KOPRI, dan
sekarang sudah banyak kesadaran dianggota untuk sama-sama
membangun dan mengembangkan KOPRI.
X : Apa yang diharapkan dengan adanya organisasi KOPRI di Salatiga
khususnya bagi mahasiswa IAIN Salatiga?
UA : Harapannya mahasiswa IAIN Salatiga khususnya anggota KOPRI
mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan dirinya menjadi
perempuan yang berani, mandiri, dan berprestasi dalam segala hal. Untuk
104
memahamkan mahasiswa bahwa gender itu bukan untuk menandingi
laki-laki namun untuk saling bersinergi berjalan bersama mencapai
tujuan yang sama.
X : Bagaimana keadaan anggota KOPRI saat ini? Apakah sudah termasuk
dalam kategori berdaya?
UA : Secara garis besar alhamdulillah sudah, karena banyak sekali yang
sudah mengikuti lomba-lomba sampai ke luar negeri. Perempuan saat ini
sudah setara dengan laki-laki. Apalagi di PMII mereka semua sudah
sadar bahwa yang melaksanakan organisasi bukan hanya laki-laki.
Contohnya ketua panitia tidak hanya laki-laki daan menjadi sie konsumsi
tidak hanya perempuan.
X : Bagaimana peran organisasi KOPRI selama ini dalam melaksanakan
tugas dan funginya?
UA : KOPRI di Salatiga ada sejak tahun 2013, perjalanan sampai 2019 ini
memang masih belum maksimal. Terlebih yang menduduki BPH Kopri
itu sudah selesai di semester 8, sehingga untuk memaksimalkan produktif
dalam menjalankan pergerakan yang masif itu masih terhambat banyak
hal. Tetapi masih selalu ikhtiyar dengan pengurus lainnya untuk bekerja
bersama-sama menjalankan ikhtiyar kaderisasi. Contohnya seperti SIG
yaitu Sekolah Islam Gender untuk memberikan pemahaman kepada
anggota terkait dengan gender. Ada gender perspektif Al-Qur’an, gender
perspektif Hadits, dan sebagainya. Kemudian perempuan menjadi
mandiri, berani dan berprestasi. Ini menjadi jalan bagi saya untuk
105
menjalankan tugas dan fungsi dari KOPRI. Menjadi perempuan yang
berani dengan dapat menentukan keputusan dan konsekuensi dalam
dirinya. Kemudian mandiri, banyak perempuan yang terjebak dengan
ketergantungan, dengan laki-laki. Perempuan harus bisa mandiri
melaksanakan sesuatu, harus memiliki cara agar nantinya tidak
dimanfaatkan oleh orang lain. Kemudian berprestasi, ketika laki-laki
dikenal dengan kemampuan dan perempuan dengan penampilan maka itu
menjadi tidak adil bagi perempuan. Karena perempuan juga memiiliki
kemampuan, untuk itu mari kita hapuskan dengan menunjukkan prestsi
perempuan baik seara akdemik maupun non akademik.
X : Apakah organisasi KOPRI telah melaksanakan pendidikan
pemberdayaan perempuan?
UA : Iya sudah
X : Apa saja langkah-langkah KOPRI dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan terhadap anggota?
UA : Langkah-langkahnya memberikan pengetahuan dan pemahaman
mengenai tugas dan peran perempuan melalui kegiatan SIG, SKK,
Kajian, Diskusi, dll. Mewadai bakat dan minat anggota agar mereka
dapat mengeksplor dan mengekspresikan dirinya melalui KOPRI seperti
tutor kajian, kopri catering, diskusi, paduan suara, kelas kecantikan, kelas
public speaking, dan sebagainya. KOPRI juga memberikan pendidikan
sosial seperti santunan anak yatim, kemudian mengisi kegiatan pesantren
kilat, dan bekerjasama dengan pihak-pihak lain seperti IPNU, Fatayyat,
106
Muslimat, KPI (Koalisi Perempuan Indonesia), DIKESBANGPOL,
Polres, pemerintah kota dan sebagainya, melakukan audiensi dengan
program kerja KOPRI untuk mendukung setiap kegiatan. Jika dalam hal
politik inklud dalam PMII, karena dalam kepengurusan Cabang ada
bidang politik, melakukan audiensi dekat dengan pejabat pemerintah,
kemudian menghadiri kegitan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintah
kota, kemudian ada kajian dan dikusi tentang politik yang dilakukan oleh
devisi waccana dan keilmuan seperti tentang kesadaran berpolitik,
demokrasi RUU PKS, dan sebagainya. Untuk terjun, karena kita masih
mahasiswa jadi kita melakukan praktik politik dikampus, karena kampus
merupakan sebuah miniatur negara, maka kita melakukan pendidikan
politik melalui kampus. Banyak sekali anggota dan kader KOPRI yang
masuk dan menjabat di struktural ORMAWA di kampus, seperti Senat
mahasiswa, dewan eksekutif maahasiswa, himpunan program study, dan
ukm-ukm yang ada dikampus.
X : Apakah terdapat kendala dalam melaksanakan langkah-langkah
tersebut?
UA : Kendala utama dalam pemberdayaan perempuan adalah perempuan itu
sendiri, seringkali perempuan masih berubah pikiran secara mendadak
karena dihadapkan oleh suatu persoalan yang megakibatkan kita mundur.
Banyak yang mental dan keluar dari KOPRI karena mereka tidak mampu
untuk menghadapi tantangan yang ada di KOPRI, karena organisaasi
perempuan yang mengurusi banyak hal pastinya tidak mudah, akan ada
107
banyak kesalahpahaman, banyak tantangan. Jadi ketika perempuan belum
mampu mmengendalikan egonya mereka akan tersingkir dengan
sendirinya, karena pemikiran perempuan itu udah berubah tak kenal
waktu.
108
F. Nama : Maya Dina
Jabatan : Devisi Sosial dan Budaya
Tanggal : 30 November 2019
Waktu : 12.00 WIB
X : Anda tergabung dalam devisi apa?
MD : Devisi sosbud (sosial dan budaya)
X : Apa tugas dan fungsi dari devisi anda?
MD : Mengembangkan bakat dan minat dari pengurus, anggota, dan kader
KOPRI.
X : Bagaimana langkah devisi anda dalam memberikan pendidikan
pemberdayaan perempuan?
MD : Dengan mengoptimalkan bakat minat dari kader, misalkan pada MC
jadi perempuan bisa menunjukkan bahwa perempuan itu bisa diandalkan.
Selain itu juga mengasah mint bakat lain, selain itu untuk melatih mental
perempuan agar lebih berani dalam menunjukkan bakat mereka bahwa
perempuan itu bisa.
X : Apa saja program kegiatan yang dibentuk oleh devisi anda?
MD : Prokernya dari devisi sosbud ada MC Pergerakan, Paduan suara, Beauty
class, Fashion Stylis, dan ada Fashion show.
X : Mengapa anda memilih program kegiatan tersebut?
MD : MC pergerakan tujuannya untuk mewadahi kader dan anggota KOPRI
yang ingin mengembangkan minat dan bakatnya di bidang MC. Paduan
109
suara ini melanjutkan dan meregenerasi program yang sudah ada. Jadi
untuk mewadahi anggota dan kader yang tertarik dalam bidang tarik
suara khususnya paduan suara. Beauty class ini dilaksanakan agar
perempuan lebih berani dan percaya diri dalam menunjukkan dirinya.
Banyak perempuan yang berbakat dan mampu melakukan sesuatu hal,
namun kemudian banyak yang tidak bergerak karena mereka kurang
percaya diri dengan penampilannya. Fashion Stylis, sama halnya dengan
beauty class, jika beauty class lebih ke make up tata rias wajah, fashion
stylis ini kepada gaya berpakaian. Selanjutnya Fashion show, sebagai
follow up dari beauty class dan fashion stylis. Untuk mempraktikkan
ilmu yang udah di dapatkan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Kegiatan
ini juga sebagai ajang untuk melatih kepercayaan diri dari setiap anggota.
X : Bagaimana proses pelaksanaan program tersebut?
MD : MC Pergerakan ini mencari ke setiap rayon anggota yang ingin
mengembangkan minat dan bakanya dalam bidang MC dengan
bekerjasama dengan devisi keperempuanan rayon. Selanjutnya diadakan
workshop dan diberi follow up untuk setiap rayon masing-masing.
Outputnya nanti ketika ada kegiatan-kegiatan di KOPRI dan PMMII
secara khusus dan kegiatan lain yang memutuhkan MC kita bisa ambil
dari mereka dan nanti akan dikloter. MC pergerakan ini tidak hanya
perempuan saja. Jika ada anggota laki-laki yang berminat juga boleh
bergabung.
110
Paduan suara Djoko Tingkir ini dilaksanakan dengan open recruiten
anggota baru, kemudian ada seleksi dan nanti akan mengisi setiap
kegaiatan PMII secara khususnya, dan kegiatan lain. Kegiatan besar yang
pernah diikuti padus Djoko Tingkir ini salah satunya MUSPIMNAS
(Musyawarah Pimpinan Nasional) PMII di Boyolali, kemudian acara
dengan Sujiwo Tedjo yang dilaksanakan oleh DEMA FEBI IAIN
Salatiga, Pelantikan Cabang PMII Kota Salatiga, Pelantikan KOPRI
PMII Cabang Kota Salatiga, dan kegiatan-kegiatan lain ditataran rayon
maupun komisariat. Paduan suara ini juga untuk perempun dan laki-laki.
Beauty class ini dilaksanakan seperti pelatihan dan bekerja sama dengan
brand make up seperti wardah, sariayu, atau yang lain dengan mereka
menjadi tutor. Ini dilakukan agar anggota dan kader KOPRI menjadi
paket komplit, ada devisi wacana dan keilmuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan, devisi kewirausahaan untuk melatih
berbisnis, dan devisi sosbud untuk mengoptimalkan dan mengeksplor
kemampuan diri.
Fashion stylis, sama halnya dengan beauty class bekerjasama dengan
manajemen dari sekolah model. Disitu nanti akan diajarkan bagaimana
cara berpakaian bagaimana biar match sehingga mmereka yang memakai
akan lebih berani dan percaya diri. Modelnya nanti akan seperti
workshop dan akan diberi pengetahuan juga tentang cara pose dan
berjalan di catwalk bagi yang mau menekuni bidang permodelan.
111
Fashion show ini bentuk kegiatannya lomba pada event-event tertentu
seperti hari batik, hari kartini, dll. Mereka akan mengaplikasikan ilmu
yang didapatkan dri kegiatan sebelumnya.
X : Kapan dan di mana program tersebut dilaksanakan?
MD : MC pergerakan akan dilaksanakan Desember, karena kita baru saja
dilantik kemarin tanggal 23 November. Untuk beauty class dan fashion
stylis dilaksanakan Februari-Maret. Fashion show dilaksanakan bulan
April. Dan untuk padun suara endiri ini sudah mulai open recruitment.
X : Apa yang devisi anda harapkan dari pelaksanan program tersebut?
MD : Kader KOPRI selain memiliki soft skill mereka juga bisa mengeksplor
kemampuan mereka. Perempuan tidak hanya mengendalikan laki-laki
saja, perempuan menjadi lebih mandiri, berani mengambil resiko, dan
berani unjuk diri. Anggota dan kader KOPRI lebih bisa mengerti dan
saling memahami kepada sesama perempuan.
112
G. Nama : Siti Indah
Jabatan : Anggota KOPRI
Tanggal : 30 November 2019
Waktu : 13.00 WIB
X : Mengapa anda mengikuti organisasi KOPRI?
SI : Karena saya merasa membutuhkan wadah di KOPRI ini, sebagai tempat
bergerak kader dan anggota perempuan PMII.
X : Bagaimana pendapat anda mengenai adanya organisasi KOPRI?
SI : Bagus dengan adanya KOPRI, perempuan-perempuan di PMII bisa
lebih leluasa untuk bergerak, dan juga sebagai tempat untuk memberikan
pendidikan mengenai perempuan, sehingga perempuan-perempuan di
PMII bisa lebih mengerti mengenai peran dan rnah gerak perempuan baik
di PMII sendiri maupun di masyarakat umum.
X : Apakah anda selalu mengikuti kegiatan KOPRI?
SI : Ada beberapa yang sudah saya ikuti, yaitu SIG, Tutor kajian, dan
diskusi rutin setiap hari Sabtu.
X : Apakah yang anda dapatkan setelah mengikuti kegiatan tersebut?
SI : Lebih mengetahui tentang konsep perempuan, gender, dan feinisme.
Pengetahuan-pengetahuan tentang perempuan dalam perspektif Islam.
Mengetahui keadaan dan isu-isu yang terjadi terhadap perempuan,
mengetahu cara dan ranah bergerak bagi perempuan. Lebih berani dan
percaya diri, terutma ketika berbicara di depan banyak orang. Banyak
113
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Memiliki kemampuan baru
yaitu mendesign, memiliki jaringan dengan anggota-anggota KOPRI di
cabang lain luar Salatiga.
X : Bagaimana pendapat anda mengenai program-program yang
dilaksanakan oleh KOPRI?
SI : Program-programnya baik, ada tutor kajian, diskusi, santunan, dan lain-
lain. Bisa melatih dan mengasah kemampuan anggota dan kader
perempuan PMII.
X : Apakah anda merasakan perubahan positif dalam diri anda setelah
bergabung dengan organisasi KOPRI? Bagaimana dan dalam hal apa
saja?
SI : Iya, yang paling saya rasakan adalah public speaking yang saya
dapatkan dari kegiatan diskusi dan tutor kajian. Kemampuan mendesign
juga sangat berarti saat ini. Dan terutama pengetahuan tentang
perempuan. Jika di masyarakat perempuan sering dinomor duakan
sekarang tahu jika perempuan juga bisa menjadi nomor satu. Bukan
mengalahkan laki-laki dan menjadikannya nomor dua tetapi sama-sama
menjadi nomor satu untuk bergerak bersama.
114
H. Nama : Fitriyana
Jabatan : Anggota KOPRI
Tanggal : 2 Desember 2019
Waktu : 13.00 WIB
X : Mengapa anda mengikuti organisasi KOPRI?
FT : Pertama, karena saya tidak tahu KOPRI itu apa, kedua karena kebetulan
saya mengikuti PMII dan KOPRI itu termasuk dalam bagian PMII, selain
itu karena saya ingin tahu perempuan itu seperti apa dan saya harus
bagaimana.
X : Bagaimana pendapat anda mengenai adanya organisasi KOPRI?
FT : Menurut saya dengan adanya KOPRI di Salatiga ini sudah produktif,
dan sudah ada follow upnya melihat program-program KOPRI, seperti
terjun ke sekolah-sekolah di Salatiga untuk memberikan kajian-kajian.
Itu sebagai salah satu bukti kinerja KOPRI. Sehingga KOPRI itu bukan
hanya sebagai perkumpulan perempuan-perempuan saja, tetapi
perempuan juga bisa mengembangkan potensinya.
X : Apakah anda selalu mengikuti kegiatan KOPRI?
FT : Beberapa kegiatan yang sudah saya ikuti kaya diskusi rutinan setiap
Sabtu, tutor kajian, SIG, SKK, dan MC.
X : Apakah yang anda dapatkan setelah mengikuti kegiatan tersebut?
FT : Dari diskusi yang bisa saya ambil adalah pengetahuan, disana dijelaskan
bahwa perempuan itu memiliki peranan yang sama dengan laki-laki.
115
Sehingga lebih tahu tentang kesetaraan gender, dan apa yang harus saya
lakukan. Kemudian di tutor , disana kita diberi tanggung jawab untuk
mengabdi di sekolahan, kita juga harus belajar bagaimana menyampaikan
materi berbicara di depan, dan bagaimana kita mengajar di depan kelas.
Kemudian setelah saya mengikuti program MC melatih saya untuk public
speaking, mendapatkan ilmu-ilmu tentang mc ada tatacara pengucapan,
etika-etika dalam mc, dan sebagainya. Yang terakhir dari SIG dan SKK
banyak ilmu yang saya dapatkan di sana. Terutama tentang
keperempuanan, gender, dan feminisme. Bagaimana posisi perepuan
dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, kemudiaan Fiqh
perempuan, kedudukan perempuan di Indonesia, ada juga strategi dan
cara gerak perempuan di ranah publik, peran, posisi, dan hak-hak
perempuan. Yang jelas saya lebih paham bahwa perempuan itu tidak
seperti yang telah di stigma oleh masyarakat bahwa perempuan itu hanya
masak, macak, manak. Tapi lebih dari itu, bahwa perempun juga bisa
produktif.
X : Bagaimana pendapat anda mengenai program-program yang
dilaksanakan oleh KOPRI?
FT : Pendapat saya programnyaa bagus, karena bisa memberikan pendidikan
kepada perempuan bahwa perempuan itu tidak hanya sekedar bergerak di
ranh domestik rumah saja. Tetapi di sana banyak diberikan pelajaran
tentang peranan perempuan di ranah publik.
116
X : Apakah anda merasakan perubahan positif dalam diri anda setelah
bergabung dengan organisasi KOPRI? Bagaimana dan dalam hal apa
saja?
FT : Iya, ada perubahan terutama saya lebih sadar tentang peran dan posisi
perempuan. Ketika berada di perkumpulan di desa saya tidak lagi merasa
termarginalkan. Karena ayaa merasa bahwa perempuan itu juga perlu
berada disitu, untuk ikut berkontribusi di masyarakat. Kemudian bisa
mengikuti organissi-organisasi di desa, yang selama ini perempuan di
desa saya fakum di situ. Kemudian ssaya bisa memberikan argumen dan
pendapat untuk pembangunan dan kemajuan desa. Misalnya seperti
ketika ada kegiatan-kegiatan peringatan hari besar di desa ada perempuan
yang berkontribusi di situ.
117
I. Nama : Aeni Nadhifa
Jabatan : Anggota KOPRI
Tanggal : 3 Desember 2019
Waktu : 10.30 WIB
X : Mengapa anda mengikuti organisasi KOPRI?
AN : Karena saya mengikuti PMII maka secara otomatis saya mengikuti
KOPRI. Juga karena KOPRI memberikan wadah untuk perepuan
berkreasi, berkontribusi. Karena biasanya perempuan tidak percaya diri
dalam mengemukakan pendapat dihadapan laki-laki.
X : Bagaimana pendapat anda mengenai adanya organisasi KOPRI?
AN : Sebenarnya KOPRI ini sangat menunjang kaderisasi PMII khususnya
anggota dan kader putri. Menunjang perempuan untuk lebih produktif. Di
Salatiga sendiri semboyan KOPRI berani, mandiri, dan berprestasi.
Sehingga perempuan-perempuan di Salatiga khususnya anggota KOPRI
bisa lebih berani, mandiri, dan berpretasi.
X : Apakah anda selalu mengikuti kegiatan KOPRI?
AN : Kalau saya kemarin ikut SIG, KOPRI Catering.
X : Apakah yang anda dapatkan setelah mengikuti kegiatan tersebut?
AN : Saya mendapatkan pengetahuan mengenai perempuan, kesetaraan
gender, peranan perempuan, gerakan perempuan. Kemudian di KOPRI
Catering mendapatkan keterampilan berusaha. Pengalaman menjadi
118
panitia SIG, mengkonsep kegiatan, mempersiapkan kegiatan, hingga
melaksanakan kegiatan.
X : Bagaimana pendapat anda mengenai program-program yang
dilaksanakan oleh KOPRI?
AN : Program-programnya ada banyak dan bagus, tapi sangat disayangkan
karena juga banyak program kegiatan yang tidak terlaksna. Ini karena
ketuanya sudah lulus dan tidak selalu ada di Slatiga. Pengurusnya juga
mahasiswa yang memiliki banyak kegiatan juga. Sehingga manajemen
waktu dan pelaksanaannya kurang maksimal.
X : Apakah anda merasakan perubahan positif dalam diri anda setelah
bergabung dengan organisasi KOPRI? Bagaimana dan dalam hal apa
saja?
AN : Menjadi bagian dari panitia SIG, bisa memanajemen waktu, mengatur
jadwal dan kegiatan, yang bermanfaat untuk manajemen waktu dan
kegiatan saya sehari-hari. Kemudian saya merasa perempuan lebih
dihargai. Jiwa perempuan saya bangkit. Bisa mmelakukan hal-hal yang
sama dengan laki-laki. Berani berpendapat bersama dalam forum dengan
laki-laki.
119
Lampiran 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wawancara dengan Ketua KOPRI
Wawancara dengan Pengurus KOPRI
120
Wawancara dengan Anggota KOPRI
Wawancara dengan Alumni KOPRI
121
Lampiran 4
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN
KOPRI PC PMII KOTA SALATIGA
TAHUN 2018/2019
SUSUNAN PENGURUS KOPRI PC PMII SALATIGA 2018/2019
Ketua : Rohmatul Ummah
Sekretaris 1 : Ulfah Mahmudah
Sekretaris 2 : Ummu Athika Rahmi
Bendahara : Nabiila Azka Amalia
Devisi Kaderisasi
Nafahatin Ridlwaniyah
Linda Karmelia
Erika Wijayanti
Fatikhatul Malikah
Devisi Jarkominfo
Nofa Amma Luthfi
Indah Siti Romadhona
Ika Febriana
Lala
Devisi Dikbudeksos
Siti Rohmah
Dyah Ayu Sita Resmi
Fitri Mawatul
Nurul Arestiyani
Jelita Raudya Tujzarah S
122
A. SEKRETARIS
NO Program
Kerja
Keterangan Waktu
Pelaksanaan
Hambatan Solusi
1 Tertib
Administrasi
(surat keluar
dan surat
masuk)
Terlaksana Selama masa
kepengurusan
kurang
disiplin
dalan
menertibkan
surat
Disiplin dan
tertib sesuai
kebutuhan
2 Inventarisasi Terlaksana Selama masa
kepengurusan
Tempat
inventaris
yang kurang
memadai
Menyediakan
tempat
khusus
inventaris
3 Koordinasi
pengurus
Terlaksana Selama masa
kepengurusan
Koordinasi
tidak
kontinuitas
Menjaga
komunikasi
antar
pengurus
B. Devisi Kaderisasi
N
O Program
Kerja
Keteranga
n
Waktu
Pelaksanaa
n
Hambatan Solusi
1
SIG
Terlaksana 23-25 Nov
2018
Kurang
adanya
Koordinasi
dan sulit
mengumpulka
n sahabat
Paska SIG sebelumnya
Perencanaan
Kepanitiaan
harus benar-
benar matang,
lebih saling
2
SKK Belum
Terlaksana
-
Dilaksanakan
6 Bulan Pasca
SIG, namun
jadwal
berbenturan
dengan adanya
PKD Rayon
dan Puasa.
Koordinasi
baik Cabang,
Komisariat
maupun
Rayon harus
terjalin dengan
baik.
3
KOPRI
TRAVELLIN
G
Terlaksana
(Kurang
Maksimal)
ZUJ = 19
Nov 2018
REBI = 20
Nov 2018
MAD = 21
Masih ada
miskomunikas
i dengan Dep.
Keperempuan
an di Rayon-
Menjalin
komunikasi
lebih baik lagi
antara KOPRI
dan Dep
123
Nov 2018
Rayon Keperempuan
an Rayon.
4
BEAUTY
CLASS
Terlaksana 27 Oktober
2018
Untuk kelas
pertama
lancar, namun
para peserta
meminta
adanya kelas
lanjutan, akan
tetapi belum
bisa terlaksana
Harus
diadakan
berkelanjutan
agar output
yang
didapatkan
bisa
maksimal.
5 Diskusi
Gender
Terlaksana Setiap Hari
Sabtu
Miskomunikas
i dan kurang
Kompaknya
Pengurus dan
Sahabat Kopri
Salatiga,
Seharusnya
agenda ini
menjadi hal
yang menarik,
namun pada
faktanya
kurang adanya
isu-isu
Perlu adanya
sosialisasi
adanya diskusi
gender dan
juga perlu
adanya hal-hal
yang membuat
adanya diskusi
menarik,
misalkan
dengan adanya
pembahasan
isu-isu
perempuan
atau yang
lainnya.
6 Silaturahim
Komisariat
Abdul Jalil
Belum
Terlaksana
- Karena tidak
adanya
kesadaran
pengurus
Kaderisasi,
dan adanya
dualisme
kepengurusan.
Semua
pengurus
bidang
kaderisasi
harus
memiliki rasa
juang penuh
juga semangat
yang sama
guna
kemajuan
kaderisasi
7 TUTOR PMII Terlaksana Tutor
sekolah
setiap hari
Pelaksanaan
Kajian Tutor
PMII setiap
Adanya
perencanaan
yang lebih
124
Jumat
Upgrading
dan
Reorganisas
i Tutor
jumat
terkendala
pada SDM
dari sahabat-
sahabat yang
kurang
maksimal
matang
terkhusus
untuk
pendataan
sahabat-
sahabat
pengisi kajian
agar lebih
akurat dan
jelas. Perlu
adanya modul
utama yang
bisa menjadi
pegangan dan
acuan.
C. Devisi : DIKBUDEKSOS
Program
Kerja
Keterangan Waktu
Pelaksanaan
Hambatan Solusi
KOPRI
Catering
Latihan
tari
Pendampi
ngan
bimbel
almahira
bersama
dosen
lingkar
Terlaksana
Tidak
terlaksana
Terlaksana
tidak
maksimal
Setiap ada
pesanan
2 bulan sekali
Sebulan
sekali
Terbatasnya
alat memasak
Bertabrakan
dengan
agenda lain
Almahira
tidak berjalan
lagi karena
tutup
Membuat
invetaris alat
masak KOPRI
agar laba yang
diperoleh lebih
banyak lagi
Harus benar-
benar
dijadwalkan
dengan baik.
125
nusantara
Paduan
Suara
Terlaksana Setiap event
Penting
Tidak
kontinuitas
Tetap berlatih
dan menjalin
komunikasi
dengan baik
D. Devisi : JARKOMINFO (Jaringan Komunikasi dan
Informasi)
Program
Kerja
Keterangan Waktu
Pelaksanaan
Hambatan Solusi
Menjalankan
akun sosial
media Kopri
Menjalin
relasi dengan
Kopri luar
Salatiga
Membuat
pamflet
dalam
berbagai
event,
ucapan
maupun
peringatan
hari besar
Terlaksana
Terlaksana
Terlasana
Setiap hari
Saat SKK di
Pekalongan
dan
Semarang
Kondisional
Masih belum
bisa langsung
up to date
dalam
mengupload
setiap
kegiatan
Belum bisa
silaturahim
secara rutin
Dari tim
jarkominfo
sendiri masih
belum
menguasai
tentang
desain grafis
Lebih update
lagi dalam
setiap kegiatan
Membuat
jadwal rutinan
untuk
silaturahim
Sebaiknya ada
bimbingan
khusus bagi
tim jarkominfo
dalam belajar
desain
126
Lampiran 5
127
Lampiran 6
128
Lampiran 7
129
Lampiran 8
130
Lampiran 9
131
132
133
134
135
136
137
138
139
Lampiran 10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Koniah
TTL : Kab. Semarang, 19 Agustus 1998
Alamat : Dsn. Sukodono RT 06 RW 10, Ds. Kebumen, Kec.
Banyubiru, Kab. Semarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : RA Mashitoh Suodono
SDN Rowoboni 01
SMP N 1 Banyubiru
SMK-SPMA N H. Moenadi Ungaran