IMKÂ
ÂN AL-RU
Diaj
Untuk M
PR
F
UKYAT D
AL
ajukan Kepa
Memenuhi Pe
O
NI
ROGRAM S
FAKULTA
UNIVER
SYAR
DALAM P
-MARZU
Skrip
ada Fakultas
ersyaratan M
leh : Khuza
IM : 111304
STUDI HU
S SYARIA
RSITAS ISL
RIF HIDAY
JAKAR
1439 H 20
PERSPEK
UQIYAH
psi
s Syariah da
Memperoleh
aifi Amir
44000091
UKUM KEL
AH DAN HU
LAM NEG
YATULLAH
RTA
018 M
KTIF KO
an Hukum
h Gelar Sarj
LUARGA
UKUM
GERI
H
OMUNITA
rjana
AS
v
ABSTRAK
Khuzaifi Amir. NIM 1113044000091. Imkân Al-Rukyat Dalam Perspektif
Komunitas Al-Marzuqiyah. Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Al-
Syakhshiyyah), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1439H/2018 M. x + 72 halaman + Lampiran.
Skripsi ini bertujuan untuk membahas sebuah metode penentuan awal Bulan
Qamariah. Dari sekian banyaknya metode tersebut, salah satunya adalah metode
Imkân Al-Rukyat, adanya metode tersebut salah satu tujuannya adalah untuk
meredam perselisihan antar dua metode, yaitu metode hisab, dan metode rukyat.
Metode Imkân Al-Rukyat merupakan metode perpaduan antara kedua metode
tersebut, karena dalam metode ini tidak mengesampingkan hisab, dan tidak pula
mengesampingkan metode rukyat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Sumber data
didapat dari hasil wawancara, buku-buku serta dokumen-dokumen terkait.
Pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, wawancara kepada segenap
Komunitas Al-Marzuqiyah, dan studi pustaka. Analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif guna menafsirkan, dan menguraikan data yang diperoleh dari
Komunitas Al-Marzuqiyah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Menurut Komunitas Al-Marzuqiyah,
Imkânur Al-Rukyat adalah sebuah metode penetapan awal bulan dengan
mendahulukan rukyat, kemudian disempurnakan dengan hilal. Dalam menentukan
awal bulan, Komunitas ini menggunakan ketinggian 6.7°. Hal tersebut tentu
berbeda dengan ketinggian yang ditetapkan oleh Pemetintahan Indonesia (yang
menetapkan ketinggian hilal 2° sudah menandakan awal bulan baru), sehingga
dalam melaksanakan ibadah-ibadah tertentu terkadang terjadi perbedaan.
Kata Kunci : Imkân Al-Rukyat, Ijtimak, dan Hisab.
Pembimbing : Dr. Hj. Maskufa, M.A.
Daftar Pustaka : Tahun 1996 s/d 2017
vi
KATA PENGANTAR
ٱلرحيم ٱلر ٱAlhamdulillahirabbil’alamin, Maha Besar Allah SWT, sang pemilik
segala ilmu pengetahuan dan semesta alam, puji syukur kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis senantiasa diberikan
kemudahan, kesabaran dan keikhlasan dalam menyelesaikan skripsi ini,
Shalawat dan Salam tak lupa dipanjatkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang setia dalam suka dan duka.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
banyak kekurangan mengingat terbatasnya kemampuan penulis, namun atas
rahmat dan karunia Allah SWT, kesungguhan serta dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung skripsi ini dapat
diselesaikan.
Pada proses penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya penulis
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan
membimbing penulis. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
Bapak/Ibu:
1. Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta serta para jajarannya.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. selaku ketua Program Studi
Hukum Keluarga dan juga kepada Bapak Indra
Rahmatullah,S.H.I, MH, selaku sekretaris Program Studi Hukum
Keluarga, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan,
perhatian, serta arahan yang selama ini diberikan.
3. Dr. Hj. Maskufa, M.A, sebagai pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktunya, dalam membimbing, memberikan
saran, nasihat, pencerahan,ilmu, serta motivasi kepada penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.
vii
4. Dr. H. Kamarusdiana, M.H., sebagai dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan arahan dalam proses
pembuatan proposal skripsi ini sehingga dapat diseminarkan
dengan baik.
5. Segenap anggota Komunitas Al-Marzuqiyah yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan observasi
dan mendapatkan data-data penelitian.
6. Seluruh bapak dan ibu dosen di lingkungan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah mencurahkan kemampuannya dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sebagai landasan
dasar dalam menyusun skripsi ini.
7. Segenap pengelola perpustakaan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam
mencari data-data yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teristimewa ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Zuhri dan Ibunda
Midrawati yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya,
serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
9. Untuk Almamater Penulis, Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang
berperan dalam proses pembentukan karakter serta banyak
pelajaran yang semoga dapat diamalkan oleh penulis.
10. Teristimewa untuk K.H. Ahmad Syahiduddin, selaku pimpinan
Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
11. Teman-teman Program Studi Hukum Keluarga angkatan
2013 yang telah memberikan saran dan dukungan pada penulis.
12. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2016 Cisoka yang telah
telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
namun telah memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup
viii
besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
14. Sahabat-sahabat sebagai salah satu keceriaan terampuh bagi
penulis : Abdurrahman, Azhari Zaki, Ricki A. Faisal, Ridhwan
Aridhy, Renaldo Chaniago, Revi Lexmana, Diah Ayu
Setianingrum, Mella Rosdiana, Fachra Irvania, Zaki Mubarok,
Satria Erlangga, Teguhan Afsa, dan kepada semua orang yang
saya kenal maupun yang mengenal saya, terima kasih atas ilmu
yang telah diberikan. Semoga peran-peran kalian dapat digantikan
dengan kerahmatan, dan keberkahan oleh Allah SWT.
Menyadari atas banyaknya kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu
penulis berharap dapat dikembangkan menjadi yang lebih baik.
Demikianlah penulis haturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya,
karena berkat doa, motivasi, fasilitas, arahan dan bimbingan dari mereka
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga
menjadi amal dan kebaikannya mendapat balasan berlimpah dari Allah SWT.
Amin
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Jakarta, 6 Agustus 2018
Khuzaifi Amir
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................ii
ABSTRAK .............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
G. Metode Penelitian ..................................................................................... 8
H. Review Studi Terdahulu ........................................................................... 9
I. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB II IMKÂN AL-RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIAH ...................................................................................... 12
A. Dasar Hukum Penentuan Awal Bulan Qamariah ................................... 12
B. Konsep Imkân Al-Rukyat ....................................................................... 15
C. Kriteria Imkân Al-Rukyat Menurut Para Ahli........................................ 17
1. Ulug Berg (Hisab Urfi) ................................................................... 17
2. Muhammad Ilyas ............................................................................ 19
3. Imkânur Rukyat MABIMS ............................................................. 19
4. Imkânur Rukyat LAPAN ................................................................ 20
BAB III PROFIL KOMUNITAS AL-MARZUQIYAH .................................... 22
A. Sejarah Perkembangan Komunitas Al-Marzuqiyah ............................... 22
B. Tokoh dan Karya-karya Pendiri Komunitas Al-Marzuqiyah ................. 23
x
1.Guru Marzuki .................................................................................... 23
2.Guru Mansur ...................................................................................... 25
BAB IV HISAB IMKÂN AL-RUKYAT PADA KOMUNITAS AL-MARZUQIYAH ................................................................................ 27
A. Dasar Hukum Penggunaan Imkân Al-Rukyat di Komunitas Al-Marzuqiyah ............................................................................................. 27
B. Perkembangan Sistem Penetapan Awal Bulan di Komunitas Al-Marzuqiyah ............................................................................................. 28
C. Konsep Dan Aplikasi Imkân Al-Rukyat di Komunitas Al-Marzuqiyah 30
BAB V KESIMPULAN .................................................................................... 61
A. Kesimpulan ............................................................................................. 61
B. Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 65
DRAFT WAWANCARA ............................................................................ 65
Narasumber : Ahmad Mirshod ............................................................. 65
Narasumber : Ustad Abdullah (Uwo) ................................................... 67
Narasumber : Ustad Luqman ................................................................ 69
SILSILAH GURU MARZUKI....................................................................71
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Hari Dalam Kalender Urfi……………....................... 18
Tabel 2 Penanggalan Bulan September Tahun 2018 ............................ 32
Tabel 3 Penanggalan Bulan September Tahun 2019............................. 33
Tabel 4 Peristilahan Pada Kolom Pertama Dalam Taqwîm An-Nayyiraini.............................................................................................. 33
Tabel 5 Peristilahan Pada Kolom Pertama Dalam Taqwîm An-Nayyiraini…………………………………………………………….. 34
Tabel 6 Peristilahan Pada Kolom Kedua Dalam Taqwîm An-Nayyiraini…………………………………………………...………... 34
Tabel 7 Peristilahan Pada Kolom Keempat Dalam Taqwîm An-Nayyiraini…………………………….………………………………. 35
Tabel 8 Peristilahan Pada Kolom Kelima Dalam Taqwîm An-Nayyiraini…………………………….………………………………. 36
Tabel 9 Peristilahan Pada Kolom Keenam Dalam Taqwîm An-Nayyiraini…………………………….………………………………. 38
Tabel 10 Peristilahan Pada Kolom Ketujuh Dalam Taqwîm An-Nayyiraini…………………………….………………………………. 38
Tabel 11 المجموعة سنين …………………………………………………. 40
Tabel 12 المبسوطة سنين …………………………………………………. 41
Tabel 13 تام شھر ………………………………………………………. 42
Tabel 14 43 …………………...……..……………………… تعديل الخاصة
Tabel 15 المركز تعديل ………………………………...………………… 44
Tabel 16 45 .……………………………………………………تعديل االيام
Tabel 17 45 ...…………………………………………………جملة الخاصة
Tabel 18 Perbedaan Waktu Komunitas Al-Marzuqiyah Dengan Pemerintah 59
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi umat Islam, penentuan awal Bulan Qamariah merupakan hal yang
penting. Hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tertentu, terdapat pelaksanaan
ibadah yang terkait dengan awal bulan suatu ibadah dilaksanakan.
Dalam bahasan Ilmu Falak, diskusi mengenai awal Bulan Qamariah
merupakan wacana yang paling hangat dan selalu dibahas. Permasalahan yang
muncul dalam awal Bulan Qamariah adalah mengenai cara ataupun metode
yang harus digunakan dalam menentukan Awal Bulan Qamariah.1
Hisab, dan Rukyat sebagai metode penentuan awal Bulan Qamariah
khususnya dalam menetapkan hari-hari besar Hijriah seperti Ramadan, dan
Syawal. Isu tentang penentuan awal bulan yang terkait dengan pelaksanaan
suatu ibadah telah menjadi kontroversi selama lebih dari empat puluh tahun2.
Kontroversi ini terjadi akibat belum adanya metode yang tepat terhadap
penentuan awal bulan, ada yang berpendapat bahwasanya hilal itu harus
dilihat dengan mata telanjang (rukyah), dan ada juga berpendapat bahwa hilal
itu adalah hasil perhitungan astronomis matamatis (hisab).
Secara etimologis, kata hisab yang berarti Al-Adad wa Al-Ihsa, yang
berarti bilangan atau hitungan.3 Adapun secara terminologi, istilah hisab
sering dihubungkan dengan ilmu hitung (arithmatic), yaitu suatu ilmu
pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan. Dalam literatur
klasik, ilmu hisab disamakan dengan ilmu falak, yaitu suatu ilmu yang
mempelajari benda-benda langit, matahari, bulan, bintang, dan planet.4
1 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, (Cipinang, Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar), h. 191. 2 Tono Saksono, Mengkopromikan Rukyat & Hisab, (Jakarta: Amythas Publicita, 2007),
h. 83 3 Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta;PP Al-
Munawir Krapyak, 1984), h. 228. 4 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, h. 197.
2
Tujuan Hisab adalah memperkirakan kapan awal suatu bulan Qamariah,
terutama yang berhubungan dengan waktu ibadah. Yang dihitung bermacam-
macam. Hisab yang paling sederhana ialah memperkirakan panjang suatu
bulan, apakah 29 atau 30 hari, dalam rangka menentukan awal bulan baru
qamariah. Tujuan lainnya adalah menghitung kapan terjadi ijtimak. Sebagian
ahli hisab berpendapat, jika ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam
(ijtimak qabla al-ghurûb), maka ia menandakan bulan baru. Adapula hisab
dengan cara menghitung kehadiran (wujud) hilal di atas ufuk ketika matahari
terbenam (ghurûb). Jika menurut perhitungan, hilal masih ada di atas ufuk
ketika matahari terbenam, maka dipastikan sudah masuk bulan baru, berapa
pun ketinggian hilal itu.5
Muhammad Rasyid Ridha’ menjabarkan bahwa hisab menghasilkan
kepastian tentang waktu. Dalam keadaan yang tidak cerah dan adanya
penghalang untuk melihat hilal maka penentuan awal bulan baru dengan
menggenapkan bulan 30 hari. Adapun kaidah yang disepakati adalah
“mendahulukan kepastian dari pada dugaan” ى الظن اليقين عل تقديم .6
Hisab bukanlah sebuah metode yang muncul secara tiba-tiba. Sebab
adanya hisab diawali dari rukyat yang panjang. Benar tidaknya sebuah hisab
tentunya harus diuji secara langsung melalui pengamatan (rukyat) terhadap
fenomena alam yang dihitung. Sebagus dan sebaik apapun sebuah metode
hisab, jika tidak sesuai dengan fenomena alam tertentu tidak dapat dikatakan
benar.7
Secara etimologi istilah dari bahasa Arab, kata ra’a (رأى) yang berarti
melihat, mengamati, melihat dengan mata kepala. Kemudian kata rukyat ( رؤية)
memiliki arti keadaan dapat dlihat, keadaan tampak, visibilitas.8 Kata rukyat
pada umumnya diartikan dengan menggunakan mata kepala. Sedangkan
dalam astronomi rukyat dikenal dengan istilah observasi. Adapun istilah
5 Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab & Rukyat. Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 29.
6 Syamsul Anwar, Hisab Bulan Qamaria, (Yogyakarta: Gramasurya, 2009), h. 87. 7 Hendro Setyanto, Membaca Langit, (Paseban, Jakarta Pusat: Al-Ghuraba, 2008), h. 26. 8 Thoha Husein Al-Mujahid, Kamus Al-Wâfi Arab-Indonesia, (Jakarta: Gema Insani) h.
530.
3
rukyatul hilal dalam konteks penentuan awal Bulan Qamariah adalah melihat
hilal dengan mata telanjang atau dengan menggunakan alat yang dilakukan
setiap akhir bulan atau tanggal 29 bulan Qamariah pada saat matahari
terbenam. Keberhasilan rukyat pada tanggal 29 akhir bulan Qamariah
menentukan penetapan awal Bulan Qamariah. Selain kata ra’a dalam bahasa
arab kata nazhara ( نظر) juga memiliki arti yang sama, yaitu melihat, namun
kata nazhara ini diperuntukan bagi benda-benda yang jelas bentuk dan
tempatnya seperti : meja, pulpen, dan sebagainya.9
Rukyat dikenal sebagai sistem penentuan awal Bulan Qamariah terutama
bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Sejak masa Rasulullah dan permulaan
Islam. Pada masa itu, dalam awal Bulan Qamariah untuk keperluan waktu-
waktu ibadah ditentukan secara sederhana, yaitu dengan pengamatan hilal
secara langsung dengan pengamatan hilal secara langsung tanpa
menggunakan alat. Rukyat hilal adalah suatu kegiatan atau usaha melihat hilal
atau bulan sabit di langit (ufuk) sebelah barat sesaat sebelah matahari
terbenam menjelang awal bulan baru, khususnya menjelang bulan Ramadan,
Syawal, dan Zulhijjah, untuk menentukan kapan bulan baru itu dimulai.rukyat
merupakan kegiatan atau aktivitas mengamati visibilitas (kedaan dapat dilihat,
dan diamati (terutama untuk keadaan cuaca, bendanya dapat dilihat dengan
jelas pada jarak jauh); kejelasan) hilal, yakni penampakan bulan sabit yang
peertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak (Pada waktu ini, posisi bulan
ada di ufuk barat, dan bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya matahari).
Rukyat pada prakteknya dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan
alat bantu optik seperti teleskop.
Aktivitas rukyat dilakukan saat menjelang terbenamnya Matahari pertama
kali setelah ijtima. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu
setempat telah memasuki bulan baru berikutnya.10
Selain kontroversi metode hisab, dan rukyat, permasalahan terkait dengan
penentuan awal bulan adalah berbedanya dalam mendefinisikan hilal. Hilal
9 Thoha Husein Al-Mujahid, Kamus Al-Wafii (Jakarta: Gema Insani) h. 1332. 10 Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, h. 194..
4
berasal dari bahasa Arab yang berarti sabit bulan. Ibnu Manzur berpendapat
bahwa hilal adalah cahaya putih yang bisa dilihat manusia pada awal bulan.
Ibnu Hisyam berargumen bahwa hilal adalah sabit tipis pada hari pertama,
dan kedua di awal Bulan Qamariah kemudian dalam 2 hari di akhir bulan.
Menurut ahli linguistik Arab, al-Khalil bin Ahmad, hilal didefinisikan
dengan: sinar bulan pertama, ketika orang melihat dengan nyata bulan sabit
pada awal sebuah bulan.11 Ibnu Manzur mengatakan : hilal dapat pula berasal
dari teriakan gembira karena melihat atau mengalami sesuatu, misalnya
tangisan bayi ketika baru lahir (ihlal-al-saby), atau teriakan gembira: bulan
sabit telah muncul (ahalla al-hilal).12 Secara astronomis hilal adalah bulan
sabit uda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi di arah barat
yang menjadi penanda dimulainya awal bulan dalam kalender hijriah.
Persoalan hisab rukyat dalam hal penentuan awal Bulan Qamariah
terutama pada bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah sering kali
memunculkan perbedaan, bahkan kadang menimbulkan permusuhan.13 Pada
awal abad pemerintahan Islam, metode yang digunakan untuk menentukan
awal bulan yaitu dengan rukyat atau dengan melihat tanpa adanya alat bantu
optik. Berdasarkan hadis Shahih Bukhari :
صلى هللا عليه و سلم عنھما قال: سمعت رسول هللا عن بن عمر رضي هللا
يقول: ’اذا رايتموه فصومو، واذا رايتموه فافطرو، فان غم عليكم فاقدروله ‘
يعني ھالل رمضان (رواه البخاري)
“Diriwayatkan dari Umar, bahwa aku mendengar Rasulullah bersabda: Apabila melihat hilal maka berpuasalah, dan jika melihatnya maka berbukalah apabila langit mendung (sehingga hilal takterihat), maka genapkanlah (menjadi 30 hari) Bulan Ramadhan (Shahih Bukhari).”14
Dalam hadis ini menjelaskan bahwasanya bulan Ramadan akan dimulai
apabila ada sekelompok orang yang sudah melihat hilal. secara redaksional,
11 Tono Saksono, Mengkopromikan Rukyat & Hisab, h. 83. 12 Tono Saksono, Mengkopromikan Rukyat & Hisab, h. 84. 13 Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyat, (Ciracas, Jakarta: Erlangga, 2007), h. 45. 14 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, (Cibiru, Bandung : Jabal) h. 280.
5
metode rukyah yang ada dalam hadis ini adalah melihat tanpa alat bantu,
karena pada saat itu belum adanya alat bantu optik.
Imam Hanafi berpendapat bahwa penentuan awal Bulan Qamariah tidak
bisa dijadikan landasan hukum jika disandarkan pada kabar yang disandarkan
pada perhitungan waktu atau hisab.15 Karena hal tersebut bertentangan dengan
syariat nabi. Imam Maliki berpendapat sama, penentuan awal bulan Ramadan,
Syawal, dan Zulhijah tidak boleh ditentukan oleh ahli perbintangan saja,
karena berdasarkan nas, untuk melakukan ibadah yang dilaksanakan pada
bulan tertentu merupakan masalah syariat yang penggunaan penetapannya
harus dengan melihat hilal bukan dengan dasar perhitungan, meskipun
perhitungannya bisa saja benar. Imam Syafiʻi juga telah bersepakat bahwa
penentuan awal bulan harus didasarkan atas teramatinya hilal atau rukyat.
Kemudian Imam Hambali berpendapat bahwa tidak ada kewajiban berpuasa
jika penetapannya menggunakan bilangan astronomis, walaupun tingkat
kebenarannya telah teruji kebenarannya, hal ini dikarenakan penggunaan
metode selain rukyat tidak mempunya sandaran hukum secara syarʻi.16
Seiring berjalannya waktu, metode rukyat kini mengalami perkembangan,
yang disebut dengan Imkân Al-Rukyat, yang mana dalam metode ini adalah
perpaduan antara metode hisab, dan rukyat sehingga metode ini mampu
meredam perselisihan antar umat Islam. Dalam pengertian lain, Imkaanur
Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan hijriah dengan mengamati bulan
dengan ketentuan bahwa bulan sudah berada di atas ufuk saat matahari
terbenam, dengan ketinggian bulan minimal dua hingga delapan derajat.17
Sebagian besar warga negara Indonesia sudah menggunakan Imkân Al-
Rukyat, guna menghilangkan perbedaan dalam melaksanakan ibadah tertentu.
Akan tetapi, pada realitanya ada yang berbeda dalam menentukan ketinggian
hilal. Misalnya : pemerintah menetapkan bahwa ketinggian hilal 2° (dua
derajat) sudah menandakan datangnya bulan baru. Namun, ada yang
15 Masdar Helmy, Terjemahan Al-Fiqhu Al-Islamiyyu Wa Adillatuhu, (Jakarta : Media
Utama 2006) h. 31. 16 Masdar Helmy, Terjemahan Al-Fiqhu Al-Islamiyyu Wa Adillatuhu, h. 32-34. 17 www.librarylinux.wordpress.com
6
bertetapan bahwa ketinggian 2° belum bisa terlihat, dan terlihatnya hilal itu
dimulai dari ketinggian 4° sampai 5°. Seperti dalam Komunitas Al-
Marzuqiyah, yang terkadang mengalami peerbedaan (khususnya dengan
pemerintah) dalam menentukan awal Bulan Qamariah, hal ini disebabkan
karena mereka punya penghitungannya tersendiri.
Dari permasalahan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah, untuk itu permasalahan ini akan
diangkat sebagai kajian skripsi yang berjudul “Imkân Al-Rukyat Dalam
Perspektif Komunitas Al-Marzuqiyah”.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa itu Ilmu Falak ?
2. Apakah ada ayat qur’an yang membahas tentang ilmu falak ?
3. Apakah ada hadis yang membahas tentang ilmu falak ?
4. Apa yang dimaksud dengan hisab ?
5. Apa yang dimaksud dengan rukyah ?
6. Apakah hisab berbeda dengan rukyah ?
7. Apa yang dimaksud dengan hilal ?
8. Apa yang dimaksud dengan Rukyatul Hilal ?
9. Apa yang dimaksud dengan Imkân Al-Rukyat ?
10. Bagaimana cara menetapkan awal Bulan Qamariah ?
11. Ada berapa jenis metode dalam menetapkan awal Bulan Qamariah ?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dalam penelitian ini akan
difokuskan pada metode hisab Imkân Al-Rukyat yang digunakan oleh
komunitas Al-Marzuqiyah dalam menetapkan awal Bulan Qamariah
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalahnya
adalah bagaimana metode hisab Imkân Al-Rukyat yang digunakan oleh
Komunitas Al-Marzuqiyah dalam menetapkan awal Bulan Qamariah. Adapun
pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep hisab Imkân Al-Rukyat menurut pendapat ulama ?
2. Bagaimana konsep hisab Imkân Al-Rukyat menurut Komunitas Al-
Marzuqiyah ?
3. Bagaimana aplikasi metode hisab Imkân Al-Rukyat dalam
memenetapkan awal Bulan Ramadan, dan Syawal menurut Komunitas
Al-Marzuqiyah ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep hisab Imkân Al-Rukyat menurut pendapat
ulama.
2. Untuk mengetahui konsep hisab Imkân Al-Rukyat menurut Komunitas
Al-Marzuqiyah.
3. Untuk mengetahui aplikasi metode hisab Imkân Al-Rukyat dalam
memenetapkan awal Bulan Ramadan, dan Syawal menurut Komunitas
Al-Marzuqiyah.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitiannya adalah sebagai bahan untuk memperkaya
keilmuan di bidang hukum islam umumnya dan di bidang ilmu falak
khususnya.
1. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi mengenai metode penetapan awal
Bulan Qamariah menurut Komunitas Al-Marzuqiyah, memberikan
wawasan kepada masyarakat yang terkait dengan persoalan dalam
menetapkan awal Bulan Qamariah dan bagi semua orang yang mempunyai
8
kepentingan dalam bidang tersebut. kemudian hasil penelitian ini akan
dijadikan dokumen khusus bagi Komunitas Al-Marzuqiyah.
2. Bagi Fakultas
Bagi sesama mahasiswa ataupun kalangan akademisi di tingkat
universitas, hasil penelitian ini akan menjadi tambahan referensi di masa
yang akan datang, yang kemungkinan akan dilakukannya penelitian sejenis
oleh kalangan akademisi lainnya, dan dapat menjadi rujukan dalam
menambah wawasan bagi akademisi, ataupun pembaca lainnya terhadap
ilmu pengetahuan khususnya ilmu Falak.
3. Bagi Penulis
Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana strata 1 di Fakultas syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana, dilakukan
dengan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru guna
membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran suatu gejala.18 Metode penelitian
merupakan sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi serta seni19
1. Jenis Penelitian
Jenis peneitian ini adalah penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan beberapa kegiatan ilmiah secara intensif, terinci, dan
mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas. Baik pada
tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk
memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya
studi kasus merupakan peristiwa yang sedang berlangsung ataupun yang
sudah berlalu.20
2. Sumber Data
18 Bambang Waluyo, Penelitain Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), h.
2. 19 Zainudin Ali, Metoe Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 17. 20 Mudjia Rahardjo, Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif, ( UIN Malang, 2017) h. 3.
9
Dalam melakukan penelitian ilmiah, sumber data terbagi menjadi dua
yaitu: primer (utama), dan sekunder (tambahan). Adapun data dari masing-
masing sumber data ialah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara dengan beberapa orang di Komunitas Al-Marzuqiyah, dan
narasumber yang dirasa ahli dalam permasalahan ini serta pengumpulan
dokumen-dokumen terkait yang dimilik oleh Komunitas Al-Marzuqiyah.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa: buku-buku, jurnal, artikel,
dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
maka metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode wawancara,
dan dokumentasi. Wawancara yang penulis lakukan diantaranya adalah
Komunitas Al-Marzuqiyah dan lembaga hisab dan rukyat di daerah
Jakarta untuk mendapatkan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu Falak
khususnya tentang penetapan awal Bulan Qamariah. Kemudian penulis
mengumpulkan beberapa dokumen, data, dan buku-buku yang berkitan
dengan penetapan awal Bulan Qamariah. Kemudian mengkaji dan
menganalisanya.
4. Metode Analisis Data
Setelah data-data penelitian terkumpul, kemudian data akan diolah
dan dianalisia dengan analisis deskriptif, yaitu analisis suatu objek
dengan kerja, dan aktivitas, dimana penelitian ini ditujukan untuk
menyelidiki secara terperinci aktivitas, dan pekerjaan manusia maupun
kelompok, dan hasil penelitian tersebut memberikan rekomendasi untuk
keperluan yang akan datang.21
21 Siti Putri Fatimah, analisa Sistem Antrian sebagai Upaya Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Pada PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Kantor Pusat, (UNPRI Tangerang, 2011) h. 28.
10
H. Review Studi Terdahulu
1. Skripsi Ahmad Haetami, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul
“Analisa Perbandingan Terhadap Akurasi Waktu Kalender Hijriah, dan
Kalender Masehi”22, skripsi ini mengkaji tentang penghitungan hari
dalam Kalender Masehi danKalender Hijriah, dengan metode
penghitungan Trigonometri, beserta sejarah(kalender Masehi dan
Hijriah)nya.
2. Muhammad Iqbal, IAIN Walisongo Semarang, dengan judul ”Analisis
Konsep Imkan Ar-Rukyat Mohd. Zambri Zainudin”23, penelitian ini
membahas tentang pola pikir Mohd. Zambri Zainudin dalam proses, dan
penetapan awal Bulan Qamariah, dan mengkaji kriterianya terhadap data
pengamatan yang berlkau di Indonesia.
3. Jumiatil Huda, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul
“Penentuan Awal Bulan Qamariah Dalam Perspektif Hizbut Tahrir”24
dalam penelitian ini hal-hal yang dikaji adalah dasar hukum yang
digunakan, serta praktek atau metode penghitungan dalam menetapkan
awal Bulan Qamariah yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir.
4. Nahraji Zaen, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Sistem
Penentuan Awal Bulan Qamariah Lajnah Falakiyah Al-Husiniyyah
Cakung Barat Jakarta Timur”25 dalam skripsi ini menjelaskan tentang
metode penetapan awal Bulan Qamariah, beserta data-data awal Bulan
Qamariah Lajnah Al-Husiniyah, lalu membandingkannya dengan data-
data yang ada/diberlakukan oleh pemerintah.
22 Ahmad Haetami, Analisa Perbandingan Terhadap Akurasi Waktu Kalender Hijriah,
dan Kalender Masehi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011) 23 Muhammad Iqbal, Analisis Imkan Ar-Rukyat Mohd. Zambri Zainudin, (Semarang:
IAIN Walisongo, 2014). 24 Jumiatil Huda, Penentuan Awal Bulan Qamariah Dalam Perspektif Hizbut Tahrir,
(UIN Jakarta: 2011) . 25 Nahraji Zen, Penentuan Awal Bulan Qamariah Di Lajnah Falakiyah Al-Husiniyyah
Cakung Barat Jakarta Timur, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
11
5. Muhammad Ishak, dengan judul “Penentuan Awal Bulan Ramadan
Dalam Perspektif Masyarakat Basmol- Kembangan- Jakarta Barat”26
penelitian ini mengkaji tentang sejarah perkembangan ilmu Falak di
daerah Basmol, metode penetapan awal Bulan Qamariah (meliputi
ketentuen dasar penetapan awal bualan Qamariah, dan tata cara
penghitungannya menurut masyarakat Basmol), dan pandangan
komunitas Ulama Basmol terhadap penetapan awal bulan Ramadan,
Syawal, dan Dzulhijjah oleh pemerintah.
Dari beberapa hasil penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
belum ada yang meneliti tentang Komunitas Al-Marzuqiyah. Adapun yang
akan dikaji ialah sistematika penentuan awal Bulan Qamariah, dalil-dalil atau
dasar hukumnya, dan sejarah perkembangannya.
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka
penulis menyusun penulisan skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I: PENDAHULUAN, bab ini berisi hal-hal yang melatar belakangi
mengapa penelitian ini dilakukan, yang terdiri dari: latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujan penelitian,
manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II: IMKÂN AL-RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN
QAMARIAH, landasan teori mengenai imkanur rukyat akan diuraikan
beserta dasar hukum, pengertian, dan jenis-jenis metode penentuan awal
bulan menurut para ahli.
Bab III: PROFIL KOMUNITAS AL-MARZUQIYAH, kajian pada bab ini
mengenai profil Komunitas Al-Marzuqiyah. Juga akan dicantumkan pula
sejarah perkembangan ilmu falak, tokoh-tokoh pendirinya, dan serta karya-
karyanya.
26 Muhammad Ishak, Penentuan Awal Bulan Ramadan Dalam Perspektif Masyarakat
Basmol- Kembangan- Jakarta Barat, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010).
12
Bab IV: IMKÂN AL-RUKYAT DI AL-MARZUQIYAH, pada bab inilah
yang merupakan pokok pembahasan dalam penelitian ini, yang
mengemukakan dasar hukum menurut, metode penentuan, dan akurasinnya
dalam menetapkan awal Bulan Ramadan, dan Syawal menurut Komunitas Al-
Marzuqiyah.
Bab V: PENUTUP, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan, saran-
saran dan penutup.
13
BAB II
IMKÂN AL-RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN
QAMARIAH
A. Dasar Hukum Penentuan Awal Bulan Qamariah
Islam menjadikan peristiwa alam yang merupakan dari sunatullah tentang
pergerakan matahari, bumi, dan bulan sebagai acuan dalam perhitungan waktu
di bumi. Sebagaimana Qur’an Surat Al-Isra:17:12 :
ار ھ ة الن ا آي ن ل ع ج ل و ي ة الل ا آي ن و ح م ن ف ي ت ار آي ھ الن ل و ي ا الل ن ل ع ج و
اب س ح ال ين و ن د الس د وا ع م ل ع ت ل م و ك ب ن ر وا فضال م غ ت ب ت ل ة صر ب م
ا ن ل ء فص ي ل ش ك صيال و ف ت )١٢: ١٧/(االسراء ه
“Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan, dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.”
Perbedaan siang dan malam adalah tanda-tanda kekuasaan-Nya, supaya
mereka beristirahat di malam hari, sedangkan di siang harinya mereka bekerja
untuk mencari penghidupan. Dengan adanya perbedaan itu mereka
mengetahui perbedaan hari, bulan, dan tahun. Karena sesungguhnya jikalau
smua waktu sama saja (tidak ada perbedaannya), maka hal-hal seperti ini tidak
diketahui. Tanda bagi malam hari adalah munculnya kegelapan dan terbitnya
bulan, sedangkan tanda bagi siang hari adalah dengan menculnya cahaya
dengan terbitnya matahari yang meneranginya.27
Ayat ini meletakan siang dan malam sebagai acuan dalam perhitungan
tahun. Malam dan siang dikenal sebagai al-yaum (hari/tanggal), yakni periode
waktu terpendek dalam taqwîm yang dimulai dari saat datangnya dan berakhir
pada perginya siang. Apabila ingin mengetahui permulaan hari dalam Islam,
seseorang juga tinggal mengamati fenomena alam yang terjadi ketika matahari
27 Jalaludin As-Suyuti, Terjemahan Tafsiir Jalalain, (Tasikmalaya : Sinar Baru
Algesindo,2004) h. 270.
14
terbenam. Begitu pula dengan awal permulaan awal bulan Hijriah, juga
melakukan pengamatan terhadap ketampakan hilal ketika matahari terbenam
pada akhir bulan.28
(Qur’an Surat Al-An’am:6: 96)
لك ا ذ ان ب س ر ح م ق ال مس و الش ا و ن ك ل س ي ل الل ع ج اح و ب ص الق اإل ف
ليم ع يز ال ز ع ير ال د ق )٩٦: ٦/االنعام( ت
“Dia menyisingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan (sebagai alat) perhitungan. Itulah tanda keperkasaan (Allah) yang maha perkasa lagi maha mengetahui”
(Qur’an Surat Ar-Rahman:55: 5)
)٥: ٥٥/و القمر بحسبان (الرحمن الشمس
“Matahari dan bulan (beredar) dalam perhitungan(Nya)” Ayat ini menjelaskan bahwa beredarnya bulan, dan matahari ada
perhitungan, dan ketetapannya tersendiri, serta tidak saling berbenturan, jika
tidak adanya perhitungan tersebut, maka matahari akan mendahulukan bulan,
begitu juga sebaliknya keduanya beriringan dengan jangka waktu tertentu,
dan beriringan secara teratur.29
(Qur’an Surat Yunus:10:5)
وا م ل ع ت ل ل ناز م ه ر د ق ا و ور ر ن م ق ال اء و ي مس ض ل الش ع ذي ج ھو ال
الح ال ب لك إ ذ ق هللا ل ا خ اب م س ح ال ين و ن د الس د يات ع ل اآل فص ق ي
مون ل ع م ي و ق )٥: ١٠/(يونس ل
“Dia-lah yang menciptakan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia-lah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar, Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”
Ayat ini menjelaskan bahwasanya tata surya bisa digunakan sebagai alat
ataupun dasar dalam mengetahui perubahan waktu, bulan, dan tahun.30
28 Ahmad Adib Rofiudin, Penentuan Hari Dalam Sistem Kalender Hijriah, (Surakarta
:DPP Asosiasi Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia Merdeka, 2016) h.119. 29 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an The Wisdom, (Jakarta Selatan: PT Aku Bisa) h.
531. 30 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, h. 29.
15
Dalam suatu riwayat mengenai penetapan awal Bulan Ramadan, ditinjau
dari penglihatan hilalnya, seperti dalam hadis berikut ini :
ذكر رمضان، يلي عن عبد هللا بن عباس ان رسول هللا عن مالك بن زيد الد
فقال : ال تصوموا حتى ترو الھالل، وال تفطروا حتى تروه، فان غم عليكم
فاكملو العدة الثالثين (رواه مسلم)
Dari Malik, dari Tsaur bin Zaid Ad-Dailiy, dari Abdullah bin Abbas bahwasanya Rasulullah SAW menyinggung tentang Ramadan, lalu beliau bersabda “Janganlah kalian berpuasa (Ramadhan) sehingga kalian melhat hilal, dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihatnya (hilal Syawal). Apabila hilal tertutup, maka genapkanlah hitungannya tiga puluh hari”.31
Dalam riwayat lain :
صلى هللا عليه و سلم عنھما قال: سمعت رسول هللا عن بن عمر رضي هللا
يقول: ’اذا رايتموه فصومو، واذا رايتموه فافطرو، فان غم عليكم فاقدروله ‘
يعني ھالل رمضان (رواه البخاري)
“Diriwayatkan dari Umar, bahwa aku mendengar Rasulullah bersabda: Apabila melihat hilal maka berpuasalah, dan jika melihatnya maka berbukalah apabila langit mendung (sehingga hilal takterihat), maka genapkanlah (menjadi 30 hari) Bulan Ramadhan (Shahih Bukhari).”32
Dalam hadis ini menggunakan lafaz amr, yang secara umum ditujukan
untuk seluruh umat Islam. Perintah tertsebut menunjukan suatu kewajiban
dalam berpuasa, dan berbuka puasa. Namun untuk melihat rukyah tidak
diwajibkan untuk seluruh umat Islam, melainkan hanya sebagiaannya saja.
Secara lahiriah hadis ini menunjukan suatu kewajiban. Namun, dalam
realitanya tidak demikian, tidak semua orang Islam memulai puasa karena
melihat hilal terlebih dahulu, bahkan banyak dari umat Islam berpuasa karena
mendengar berita tentang terlihatnya hilal atau pengakuan bahwa dirinya
sudah melihat hilal.33
31 Muhamma Fu’ad bin Abdul Baqi, Hadis Shahih Bukhari Muslim, (Raden Saleh,
Depok, Jawa Barat: Fathan) h. 278 32 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, h. 280. 33 Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak, h. 14.
16
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani hadis tersebut tidak mewajibkan rukyat
kepada setiap orang yang hendak berpuasa Ramadan. Akan tetapi, rukyat
hanya dilakukan bagi orang yang adil. An-Nawawi juga menambahkan bahwa
cukup dilakukan dengan dua orang adil.34
Menurut Jumhur Ulama, metode rukyat adalah metode yang paling
disahkan dalam menentukan awal bulan, termasuk juga Imam Hambali,
Hanafi, Syafi’i, dan Maliki. Karena dari keempat Imam tersebut setuju bahwa
dalam menentukan awal bulan baru, harus didasarkan pada metode rukyat.
Imkân Al-Rukyat tidak mengesampingkan metode rukyat, melainkan metode
ini adalah mempersatukan kedua metode tersebut, guna tidak
mengesampingkan hadis-hadis yang dalam menentukan awal bulan hanya ada
metode rukyatnya saja.
B. Konsep Imkân Al-Rukyat
Pada mulanya penentuan awal bulan untuk menentukan waktu ibadah
dilakukan secara sederhana, yaitu dengan pengamatan hilal secara langsung
(rukyat bil fi’li). Hal ini dapat dipahami dari teks hadis :
صلى هللا عليه و سلم عنھما قال: سمعت رس ول هللا عن بن عمر رضي هللا
يقول: ’اذا رايتموه فصومو، واذا رايتموه فافطرو، فان غم عليكم فاقدروله ‘
يعني ھالل رمضان (رواه البخاري)
“Diriwayatkan dari Umar, bahwa aku mendengar Rasulullah bersabda:
Apabila melihat hilal maka berpuasalah, dan jika melihatnya maka berbukalah apabila langit mendung (sehingga hilal takterihat), maka genapkanlah (menjadi 30 hari) Bulan Ramadhan (Shahih Bukhari).”35
Bisa tidaknya hilal teramati bergantung pada waktu dan tempat.
Kebergantungan terhadap waktu terkait dengan waktu terbenamnya matahari
dan hilal (serta usia hilal), yakni terjadi dari saat konjungsi. Cahaya hilal
34 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak. h. 31. 35 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, h. 280.
17
sangat lemah bila dibandingkan dengan cahaya matahari maupun cahaya
senja, sehingga sangat sulit untuk bisa mengamati hilal yang berusia sangat
muda (semakin muda usia bulan semakin dekat dengan matahari dan begitu
pula sebaliknya). Pada saat konjungsi, bulan dan matahari berada dalam rute
yang sama, setelah konjungsi keduanya berangsur-angsur menjauh.36
Imkân Al-Rukyat berasal dari dua kata bahasa Arab yaitu Imkân, dan Al-
Rukyat. Kata imkân agak dekat dengan kata mumkin, yumkin yang dalam
bahasa Indonesia diserap menjadi kata mungkin. Dalam hal ini, kata Imkân
diartikan dengan kemungkinan . Adapun al-rukyat berasal dari kata ra’a,
secara umum bermakna melihat dengan mata kepala, mata telanjang. Kalau
digabungkan menjadi mungkin (dapat) melihat (sesuatu). Dalam terminologis
falak, perkataan Imkân Al-Rukyat biasa disandingkan kata hilal, bulan baru.
Jadi secara sederhana apat disebut dengan keadaan hilal mungkin dapat dlihat
dengan mata. Para ahli menyebutnya dengan visibilitas penampakan hilal.
Di Indonesia permasalahan penetapan awal bulan, khususnya pada hari-
hari besar seperti awal bulan Syawal, Ramadan, dan Hijriah atau Muharram,
bukan merupakan masalah agama saja, melainkan ada unsur politik di
antaranya. Yang mana metode hisab diidentikan oleh Muhammadiyah, lalu
metode rukyat diidentikan dengan Nadlatul Ulama. Dalam menangani
perbedaan tersebut, pemerintah menetapkan sebuah metode baru, guna
meredam konflik tersebut. Yaitu IR MABIMS (Imkân Al-Rukyat Malaysia,
Brunei, Indonesia, Myanmar, dan Singapur) yang terdiri dari beberapa
negara, dan metode ini pula merupakan metode perpaduan antar keduanya.
Imkân Al-Rukyat merupakan suatu teori dalam menentukan awal Bulan
Qamariah yang menyatakan bahwa bulan baru akan terlihat ketika
rukyatulhilal apabila telah memenhi kriteria tertentu yang tekah disepakati,
dan jika kriteria itu tidak sesuai baik dari segi teoti, maupun ketika observasi
(rukyatul hilal), maka bulan sebelumnya disempurnakan menjadi 30 hari
(istiʻmal). Adapun jika observasi hilal terlihat tetapi menurut teori belum
36 Siti Tatmainul Qulub, Mengkaji Konsep Kalender Islam Internasional Gagasan
Muhammad Ilyas, (Surabaya, UIN Sunan Ampel, 2012) hal. 25.
18
memenuhi kriteria Imkân Al-Rukyat maka hasil observasi yang dijadikan
tolak ukur.
Ada lima teori tentang Imkân Al-Rukyat : 12 derajat (kitab Al-lu’mah), 7
derajat (Imam ba Machromah), 6 derajat, 4 derajat, dan 2 derajat.37
Sebagai tambahan, ada dua pernyataan lagi tentang teori Imkân Al-Rukyat.
Pertama teori berdasarkan kesepakatan, kedua teori berdasarkan ahli
astronomi.
Dari teori kesepakatan ada dua pandangan. Pertama, berdasarkan teori
kesepakatn Istanbul, Turki, pada konferensi Almanak Islam pada tahun 1978
menyatakan visibilitas hilal dapat dilihat apabila ketinggian hilal tidak kurang
dari 5 derajat (di atas ufuk) dengan jarak busur (azimuth) minimal 8 derajat.
Dari teori kesepakatan, MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, dan Singapur) menyatakan bahwa visibilitas hilal dapat
terlihat ketika pada ketinggian 2 derajat, dengan azimuth 3 derajat, dan umur
bulan minimal 8 jam setelah ijtimak.38
C. Kriteria Imkân Al-Rukyat Menurut Para Ahli
Ada beberapa literatur yang menyatakan bahwa peletak batu pertama Ilmu
Falak adalah Nabi Idris a.s. pernyataan ini dapat kita temukan dalam kitab Al-
Khulashoh Al-Wafiyah karya Umar Zuber Jailani, Mukhtashar Muhadzab
karya Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani dan lain sebagainya. Jika kita
berhenti menelusuri sejarah fundamental dalam kajian Ilmu Falak atau
astronomi dan berpegang teguh pada kitab-kitab tersebut, maka sudah bisa
dipastikan bahwa Nabi Idris adalah penemu Ilmu Falak.39 Seiring berjalannya
waktu, kini Ilmu Falak berkembang, bahkan hampir tiap-tiap negara punya
metode perhitungannya tersendiri, bahkan ada juga tiap wilayah berbeda
waktu dalam melaksanakan ibadah-ibadah tertentu.
37 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, h. 91-92. 38 Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, h..93. 39 Nur Hidayatullah Al-Banjary, Penemu Ilmu Falak, h.31.
19
Berikut adalah beberapa pemikiran tentang kriteria hilal yang
dimungkinkan dapat dilihat :
1. Ulug Berg (Hisab Urfi)
Mirza Muhammad Tharaghay Bin Syakhrukh Ulug Beg,
merupakan Sultan Khorasan dan ahli astronomi dan matematika,
dilahirkan di Sholthaniyah, Iran pada tahun 1394 M dan meninggal di
tahun 1449 M di Samarkand, Uzbekistan.
Dalam kriterianya :
a. Hisab Urfi adalah perhitungan kalender yang ditetapkan secara
konvensional.
b. Sistem ini tak ubahnya seperti sistem kalender masehi dimana
bilangan hari pada tiap-tiap bulan berjumlah tetap, kecuali
pada bulan tertentu pada tahun tertentu.
c. Awal tahun pertama Hijriah bertepatan dengan hari kamis, 15
Juli 622 Masehi.
d. Satu periode (daur) membutuhkan 30 tahun. Dalam satu
periode terdapat 11 tahun Kabisat, dan 19 tahun Basithat.
e. Tahun Kabisat terdiri dari 355 hari. Secara harfiah kabasa
yakbisu ( يكبس -كبس ) berarti menambah hari,40 namun yang
dimaksud dalam Hisab Urfi tahun Kabisat adalah tahun yang
ditambahkan satu hari dari tahun Bashitat, Tahun Bashitat
yang diartikan secara harfiah adalah tahun pendek. Tahun ini
terdiri dari 354 hari, sedangkan Masehi terdiri dari 365 hari.
f. Tahun Kabisat memiliki angka daur : 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18,
21, 24, 26, 29. Sedangkan tahun Bashitat melainkan angka
diluar itu : 1, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 25,
27, 29, 30.
g. Tabel tahun Kabisat dan Bashitat
Tabel 1
40 Thoha Husein Al-Mujahid, Kamus Al-Wâfi, h. 1142
20
Jumlah Hari dalam Kalender Urfi
Nama Bulan Basitat Kabisat
Muharram 30 30
Shafar 29 29
Rabi'ul Awal 30 30
Rabi'ul Akhir 29 29
Jumadil Ula 30 30
Jumadil Tsani 29 29
Rajab 30 30
Sya'ban 29 29
Ramadan 30 30
Syawal 29 29
Dzulkaedah 30 30
Dzulhijjah 29 30
Dari teorinya Hisab Urfi Ulug Berg, memang tidak ada
hubungannya dengan standarisasi metode Imkân Al-Rukyat, terutama
pada ketinggian hilalnya, namun dari metode ini, dapat ditentukan
bahwa terjadinya/terlihatnya hilal pada hari-hari tertentu yang
ditentukan dari hasil metode ini.
2. Muhammad Ilyas
Muhammad Ilyas adalah seorang fisikawan dan ahli mengenai
atmosfer, ia juga banyak menulis tentang astronomi islam. Ia lahir di
India dan kini berkediaman di Malaysia. Selain itu, ia juga merupakan
penggagas dan konsultan ahli di pusat Falak Syech Thahir di Pulau
Pinang, ia telah banyak memberi sumbangan di bidang pengembangan
ilmu falak, khususnya tentang kalender Islam. Bagi Ilyas, persoalan
kalender Islam tidak semata-mata persoalan sains, tapi perlu
melibatkan persoalan sains.
21
Muhammad Ilyas menetapkan Imkaanur Rukyat miliknya ka dalam
3 kriteria
Pertama, kriteria posisi bulan dan matahari: beda tinggu bulan dn
matahari minimum agar hilal dapat teramati adalah 4° bila beda
azimuth bulan dan matahari lebih dari 4,5°, bila beda azimuthnya 0°
perlu beda tinggi lebih dari 10,5°.
Kedua, beda waktu terbenam: sekurang-kurangnya bulan 40 menit
lebih lambat daripada matahari dan memerlukan beda waktu lebih
besar untuk daerah di lintang tinggi, terutama pada musim dingin.
Ketiga, kriteria umur bulan (dihitung sejak ijtimak): hilal harus
berumur lebih dari 16 jam bagi pengamat di daerah tropik dan berumur
lebih dari 20 jam bagi pengamat di lntang tinggi.41
3. Imkânur Rukyat MABIMS42
Untuk memasuki bulan baru ketika terjadi ijtimak, kriteria Imkân
Al-Rukyat ini memiliki syarat :
a. Ketinggian hilal minimal 2°.
b. Umur bulan lebih dari 8 jam pasca konjungsi (Ijtimak, atau
keadaaan dimana bumi, bulan, dan matahari berada dalam garis
yang sama)..
c. Tinggi bulan lebih dari 3° dari horizon jarak bulan-matahari
(elongasi).43
Kriteria ini digunakan oleh Pemerintah Indonesia dalam
menetapkan Kalender Hijriah termasuk juga di dalamnya puasa,
dan hari raya
41 Muhammad Iqbal, Analisis Konsep Imkaan Ar-rukyah Mohammad Zambri Zainudin,
(Semarang, IAIN Walisongo 2014) h. 43. 42 MABIMS adalah singkatan dari beberapa negara yang terdiri dari Malaysia, Brunei
Darussalam, Indonesia, Myanmar, dan Singapur. 43Rupi’i Amri, Pemikiran Muhammad Ilyas Tentang Penyatuan Kalender Internasional,
(Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Semarang, Semarang ; 2016) hal. 13.
22
4. Imkânur Rukyat LAPAN
Adapun kriteria dari LAPAN yaitu :
a. Umur hilal harus lebih besar dari 8 jam.
b. Jarak sudut bulan dan matahari harus lebih besar dari 5.6°.
c. Beda tinggi lebih besar dari 3° untuk elongasinya.
Dalam keputusan bersama Dewan Hisab dan Rukyat dan Dewan
Hisbah tahun 2012 memutuskan bahwa :
a. Kriteria imkaanur rukyah harus didasarkan pada prinsip
visibilitas hilal yang ilmiah, teruji dan dapat
dipertanggungjaawabkan.
b. Kriteria yang dimaksud dalam poin (a) pada saat ini adalah jika
posisi bulan pada waktu ghurûb (terbenam matahari) di salah
satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia :
1. Jarak bulan-matahari lebih dari 6,40°.
2. Beda bulan-matahari 4°.44
Kriteria Lapan ini digunakan oleh PERSIS (Persatuan Islam) sejak
tahun 2012, sebelumnya PERSIS menggunakan metode hisab Imkân
Al-Rukyat MABIMS, karena banyaknya gugatan maka metode
MABIMS tidak lagi digunakan.
44 Muhammad Iqbal, Analisis Konsep Imkaan Ar-rukyah Mohammad Zambri Zainudin,
h. 44.
23
BAB III
PROFIL KOMUNITAS AL-MARZUQIYAH
A. Sejarah Perkembangan Komunitas Al-Marzuqiyah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kmunitas adalah kelompok
sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografis, dan nilai-nilai kepentingan
bersama, perkumpulan orang-orang. Kelompok yang hidup di daerah tertentu,
dan saling berinteraksi.45 Adapun Al-Marzuqiyah adalah sebuah nama masjid
yang berada di daerah Cipinang Muara, Jakarta Timur. Yang dimaksud dengan
Komunitas Al-Marzuqiyah adalah kumpulan orang yang berinteraksi atas
terselenggaranya kegiatan, dan kemakmuran masjid.
Sebelum menjadi Masjid Jami’, Al-Marzuqiyah merupakan pondok
pesantren yang dibangun oleh Habib Utsman Banahsan yang bertempat di
Rawabangke (sekarang Rawa Bunga). Kemudian beliau wafat pada tahun
1916 M. Sebagai muridnya Guru Marzuki mengambil alih dalam meneruskan
perjuangan gurunya untuk memberantas umat dari kekufuran.46 Awal mula
perjuangannya, Guru Marzuki mengarang kitab (buku) dengan bahasa yang
mudah dipahami (pada saat itu), adapun kitab karangan adalah ilmu-ilmu yang
membahas tentang tauhid, fikih, dan akhlak. Karena pada saat itu, banyak dari
masyarakat Jakarta yang masih mempercayai tahayyul, beserta hal-hal mistis
lainnya, dan pada saat itu pula, ajaran Islam belum terlalu diterima oleh
masyarakat setempat.
Selain faktor minimnya penyebarluasan Agama Islam di Rawabangke,
daerah tersebut merupakan daerah yang didiami oleh pribumi nusantara seperti
Melayu, Makassar, dan Ambon yang ada dibawah naungan VOC. Sehingga
daerah ini merupakan daerah yang dipadukan oleh budaya-budaya luar
Betawi. Melihat kondisi tersebut, nampaknya Rawabangke tidak
memungkinkan untuk penyebarluasan ajaran Islam. Pada bulan Rabiul Awal
45 Depdiknas RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka) h. 1442. 46 Ahmad Mirshod, wawancara pribadi di Masjid Al-Marzuqiyah pada tanggal 18
November 2017.
24
1340/September 1921 Al-Marzuqiyah dialokasikan ke daerah Cipinang, yang
berbatasan dengan Jatinegara. Pada tahun 1921, nama Cipinang Muara belum
ada, yang ada hanyalah hutan, tanah yang berbukit-bukit, dan pesawahan.
Nama Muara diambil dari pertemuan antara Sungai Cipinang, dan Sungai
Sunter yang bertemu di Cipinang Jagal, sehingga dinamakan Muara. Hal
tersebut dilakukan guna mendapatkan ketenangan dalam proses belajar-
mengajar, serta membawa masyarakat Jakarta ke arah yang lebih baik.47
Dengan sabar dan ikhlas, Guru Marzuki beserta santri-santri/murid-
muridnya yang dibawa dari Rawabangke membangun pesantren dan musolla
sebagai tempat untuk belajar mengajar sebagaimana pesantren-pesantren pada
umumnya. Awal masa pembangunannya Guru Marzuki banyak menerima
kontak fisik, dan pengrusakan tempat tinggal santrinya dari masyarakat
setempat. Hingga beliau terbiasa dengan hal tersebut, tak lama dari itu,
keadaan pun berbalik, kini masyarakat tidak lagi membencinya bahkan banyak
yang menghormatinya.
Pada bulan November tahun 1934 M Guru Marzuki wafat. Berdasarkan
kesepakatan santri-santrinya pembangunan pesantren diambil oleh K.H. Tohir
Rohili yang merupakan santrinya Guru Marzuki (bukan anaknya, dikarenakan
anak-anaknya tidak lagi berkediaman di Cipinang Muara). Dalam masa
kepemimpinannya, K.H. Tohir mengedepankan aspek pembangunan, terutama
pembangunan musolanya, dan pada masa kepemimpinannya, ia berpesan
kepada santri-santrinya untuk menjadikan musolla tersebut menjadi masjid.
Pada tahun 1939, K.H. Tohir berpulang ke rahmatullah. Sehabis wafatnya
K.H. Tohir, Al-Marzuqiyah mengalami kemunduran dalam pembangunan
tempat tinggal santrinya, bahkan beberapa santri meninggalkan kediamannya
tersebut. Namun, pembangunan musola tetap dikepeankan. Melihat kondisi
pembangunan musolla yang sudah meluas akhirnya pada tahun 1960, musala
47 Muhammad Baqir, Fathu Raabi Al-Baqii Fii Manakibi Syaikh Ahmad Al-Marzuqi , hal.
12.
25
tersebut ditetapkan sebagai masjid, hingga saat ini masjid tersebut dinamakan
Masjid Jami’ Al-Marzuqiyah.48
B. Tokoh dan Karya-karya Pendiri Komunitas Al-Marzuqiyah
Adapun tokoh-tokoh besarnya ialah Guru Marzuki, Guru Mansur, dan
santri-santrinya
1. Guru Marzuki
Guru Marzuki merupakan tokoh ulama Jakarta awal abad 20 yang
sangat familiar dan disegani oleh murid serta masyarakat pada masanya.
Beliau dilahirkan pada Ahad 16 Ramadan 1294 H yang bertepatan
dengan 23 September 1877 M di Rawabangke (sekarang Rawa Bunga).
Ayahnya bernama Mirshod bin Hasnum bin Khatib Sa’ad bin
Abdurrahman bin Ahmad Al-Fathani dengan gelar Laksamana Malayang
(sebuah pangkat dalam kesultanan Melayu). Ibundanya bernama Hj.
Fatimah binti Syihabuddin Al-Maduri yang merupakan salah satu
keturunan Syiekh Ishaq Gresik, Jawa Timur.49 Pada saat kehamilannya
Guru Marzuki, Hj. Fatimah tidak lepas dari Shalat malam seraya berdoa
agar kelak anaknya menjadi anak yang bermanfaat dunia dan akhirat.
Guru Marzuki adalah anak kedua dari Mirshod dan Hj. Fatimah ia pula
merupakan adik dari Hj. Mardhiyah. Selama 9 tahun mereka diasuh oleh
kedua orang tuanya, namun menjelang tahun ke-10 mereka ditinggal oleh
ayahnya, yang dimakamkan di pekuburan Rawa Bangke. Namun, saat ini
tidak diketahui lagi makamnya.
Sepeninggal ayahnya, beliau diasuh oleh ibu dan kakeknya yang
bernama H. Syihabuddin Al-Maduri. Dalam usia 12 tahun, ibundanya
menyerahkan Guru Marzuki kepada seorang alîm dalam ilmu Al-Qur’an
dan disiplin ilmu dasar dalam Agama Islam yang bernama Syeikh Anwar
(bertempat di Rawabangke).
48 Ustad Abdullah, wawancara pribadi di Cipinang Muara pada tanggal 21 Januari 2018. 49 Muhammad Baqir, Fathu Raabi Al-Baqii Fii Manakibi Syaikh Ahmad Al-Marzuqi , hal.
4.
26
Dalam kurun waktu 4 tahun, di usianya yang 16 ia sudah mahir dalam
membaca Al-Qur’an, dan ilmu-ilmu dasar Agama Islam. Kemudian atas
restu guru dan ibunya akhirnya ia melanjutkn studinya kepada seorang
aliim Sayyid Utsman bin Muhammad Banahsan atau yang lebih dikenal
sebagai Habib Utsman bin Aqil bin Yahya.
Semasa studi dengan Sayyid Utsman, beliau merupakan murid yaang
paling kuat hafalannya baik di bidang Tauhid, Fikih, Tafsir, Nahwu,
Mantiq, Bayan, Maani, dan berbagai ilmu agama lainnya. Sebagai bekal
untuk melanjutkan pendidikannya di Haramain, Arab Saudi.
Setelah lama mengabdi dan belajar bersama Sayyid Utsman, ia
diberangkatkan oleh Sayyd Utsman ke Makkah Al-Mukarromah sebagai
bentuk mencari berkat di kota para pencari ilmu. Selama di Mekkah
beliau belajar bersama Ulama Betawi yaitu Guru Mughni (Kuningan),
dan Guru Ghayar (Klender). Pada tahun 1232 H/1914 M beliau diminta
pulang ke batavia untuk membawa hasil-hasil dari pembelajarannya.
Pada tahun 1340 H/1922 M beliau melihat keadaan Rawa Bangke
sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengembangkan ajaran islam.
Selanjutnya beliau mengambil keputusan untuk berpindah ke Kampung
Muara (sekarang disebut Cipinang Muara). Di sinilah ia mengajar, dan
membimbing masyarakat serta menunjukan hasil pembelajarannya
dengan mengarang kitab-kitab yang membahas tentang fikih, akidah, dan
akhlak. Diantaranya :
a. Sabîlu At-taqlîd fî ilmi at-tauhîd (jalan yang harus diikuti dalam ilmu
tauhid).
b. Shirâju al-mubtadi fî ushûli ad-dîni al-muhammadi (tangga pertama
dalam menyusuri agama Nabi Muhammad).
c. Tuhfatu ar-rahmân fî bayani akhlâqi banî akhîru az-zamâni.
d. Zahru basâtin fii bayâni ad-dalaili wa al-barohîn (kebun bunga
dalam menerangkan dalil dan burhan).
27
e. Fadlu ar-rahmân fî roddi man rodda al-marhûm as-sayyid utsman
(pemberian maha kuasa bagi orang yang menentang Habib Utsman
(Habib Utsman bin Aqil bin Yahya)).
2. Guru Mansur
Dilahirkan di Kampung Sawah, Jembatan Lima, Jakarta pada tahun
1295 H/1967 M. ayahnya bernama K.H. Abdul Hamid bin Muhammad
Damiri. Sejak kecil Guru Mansur sudah tertarik dengan ilmu hisab dan
ilmu falak, disamping ilmu-ilmu agama lainnya. Sepeninggalan ayahnya,
Guru Mansur diajar oleh kakak kandungnya yang bernama K. H.
Mahbub, dan K.H. Thabrani.
Pada usia 16 tahun, Guru Mansur pergi ke Makkah bersama ibunya
untuk menunaikan ibadah haji dan belajar agama di sana selama 4 tahun
dan berguru kepada beberapa ulama terkemuka diantaranya : Syeikh
Mukhtar Atharid Al-Buguri, Syiekh Umar Bajunaidd Al-Hadrami,
Syeikh Alli Al-Maliki, Syekh Said Al-Yamani dan banyak lagi.
Cita-cita dan pengalaman Guru Mansur dalam mengamalkan ajaran
Islam, telah terbukti di jalan dakwahnya, membina pemuda-pemudi
harapan bangsa dan agama. Dibuktikannya dengan mendrikan Masjid,
madrasah, pesantren, serta majls taklim pada masa penjajahan.
Adapun kitab karangannya berupa :
a. Sullamu An-Nayyirain.
b. Khulasah Al-Jadâwil.
c. Jadwal ad-Dawairu Al-Falakiyah.
d. Mukhtashar Ijtimaku An-Nayyirain.
e. Jadwal Al-Faradhi.50
Guru Mansur mendalami ilmu falak karena pada masa penjajahan,
orang Betawi menetapkan awal Ramadan dan hari lebaran dengan
melihat bulan. Ketika bulan terlihat maka ada isyarat berupa pukulan
bedug yang berulang-ulang sebagai tanda bahwasanya keesokan harinya
50 www.jainudin-betawi.blogspot.com/2018/06/08-guru-mansur-ulama-betawi-dari-
jembatan-lima.
28
adalah awal bulan Ramadan atau Syawal. Tetapi, tidak semua orang
mampu mendengar atau mendapatkan isyarat pukulan bedug tersebut,
akibatnya ada beberapa orang yang merayakan lebaran dalam waktu yang
berbeda. Karena hal itu, Guru Mansur memahami betul permasalahan
tersebut, sehingga ia mendalami ilmu falak agar tidak adanya perbedaan
dalam menetapkan awal Bulan Qamariah.51
51 Ahmad Mirshod, wawancara pribadi di Masjid Al-Marzuqiyah pada tanggal 18
November 2017.
29
BAB IV
METODE HISAB IMKÂN AL-RUKYAT MENURUT
KOMUNITAS AL-MARZUQIYAH
A. Dasar Hukum Penggunaan Imkân Al-Rukyat Di Komunitas Al-
Marzuqiyah
Penetapan awal bulan yang dilakukan oleh komunitas Al-Marzuqiyah
dadasarkan pada dalil-dalil berikut ini :
(Qur’an Surat Yaasin:36 ayat 38)
يز ز ع ير ال د ق لك تھا ذ قر ل ت س م س تجري ل م الش ليم و ع : ٣٦يس/( ال
٣٨(
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikian ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui”
Ayat ini menjelaskan bahwasanya tiap-tiap planet dalam garis astronomi
punya garis edarnya atau jalannya masing-masing untuk mengelilingi
matahari, guna terjadinya siang, dan malam. Ayat ini juga menjadikan bukti
bagaimana Allah menjadikan bagian bumi diliputi kegelapan adalah bahwa
matahari terus menerus beredar pada garis edarnya secara amat teratur sejak
penciptaannya hingga kini menuju tempat perhentiannya atau sampai waktu
perhentiannya. Akibat peredaran itulah, terjadilah siang, dan malam.52
(Qur’an Surat Ar-Rahman:55:5)
بان س ح ر ب م ق ال س و م )٥: ٥٥/(الرحمن الش
“Matahari, dan bulan (beredar dengan) perhitungan(Nya)”. Perjalanan matahari, dan bulan adalah perhitungan yang tepat. Tidak
pernah terjadi perbenturan, dan tidak pernah terjadi kekacauan. Perjalanan
52 Quraish Shihab, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an,
(Ciputat, Tangerang : Lentera Hati) h.325.
30
bumi mengelilingi matahari teratur selama 365 hari dalam satu tahun,
sedangkan perjalanan bulan dikurangi dari itu sebelas hari menjadi 354 hari.53
Kemudian dalam surat Al-An’am ayat 96 dijelaskan pula bahwa matahari,
dan bulan mampu digunakan sebagai alat perhitungan :
(Qur’an Surat Al-An’am:6:96)
مس الش ا و ن ك ل س ي ل الل ع ج اح و ب ص الق اإل لك ف ا ذ ان ب س ر ح م ق ال و
ليم ع يز ال ز ع ير ال د ق )٩٦: ٦/(االنعام ت
“Dia menyisingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan (sebagai alat) perhitungan. Itulah tanda keperkasaan (Allah) yang maha perkasa lagi maha mengetahui”.
Yang dimaksud dengan “matahari, dan bulan untuk perhitungan” adalah
bahwasanya edaran matahari dalam satu tahun adalah 365 hari, 12 bulan, dan
52 minggu. Hitungan peeredaran bulan 354 hari dalam satu tahun, dan
bulannya 12. Kemudian perjalanan itu tetap, dan teratur, tidak pernah
berselisih dari ketentuan falaknya, walaupun satu menit dalam 10 ribu tahun.
Lantaran tepatnya peredaran itu, dan masa ke masa, manusia sudah boleh
menghitung bilangan, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun dengan seteliti-
telitinya, tercapailah ilmu falak, dan hisab sehingga menjadi perhitungan
itubagian yang penting dalam kehidupan manusia.54
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa “Allah menbentangkan hilal untuk
dilihat” sebagaimana Hadis Shahih Bukhari berikut ini :
لنا قال عن ابي البختري ا نز ترأينا الھالل ببطن نخلة قال خرجنا للعمرة فلم
فقال بعض القوم ھو بن ثالث وقال بعض القوم ھو بن ليلتين قال فلقينا بن
فقلنا انا رأينا الھالل فقال بعض القوم ھو بن ثالث وقال بعض القوم عباس
ھو بن ليلتين فقال أي ليلة رأيتموه قال فقلنا ليلة كذا وكذا فقال ان رسول هللا
ع ؤية فھو لليلة رايتموه (رواه بخاري)صلى هللا مده للر ليه وسلم قال ان هللا
53 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 7, (Jakarta: Gema Insani) h.598. 54 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 2, (Jakarta: Gema Insani) h.222.
31
“Diriwayatkan dari Abu-Al-Bakhtariy, dia berkata: kami pernah keluar untuk melaksanakan umrah. Ketika kami telah sampai Nahlah, beliau berkata: “kami saling melihat hilal”. Kemudian sebagian orang mengatakan: “bulan sudah tiga hari”. Sebagian lain mengatakan: “bahwa bulan telah dua malam”. Abu Al-Bakhtariy mengatakan: “lalu kami menemui Ibnu Abbas, kami mengatakan bahwa kami telah melihat hilal, kemudian sebagian orang mengatakan bahwa “bulan sudah tiga hari” dan sebagian lain mengatakan “bulan sudah dua malam”. Kemudian Ibnu Abbas bertanya: “Kapan kalian melihatnya?” Kami menjawab:”malam ini, dan malam ini”. Selanjutnya Ibnu Abbas Mengatakan: “Sesungguhnya Rasulullah bersabda: Allah telah membentangkan hilal agar kalian menyaksikannya, maka mulailah dari malam kalian melhatnya” (Shahih Muslim)”.55
Hadis ini menjelaskan bahwa adanya hilal guna untuk dilihat, adapun
prosesi penglihatan hilal guna untuk menentukan Awal Bulan Qamariah,
dalam hadis ini pula yang digunakan adalah kata rukyah ( رؤية) yang mana jika
diartikan secara harfiah adalah melihat tanpa adanya alat bantu.
Dalam riwayat lain, dijelaskan pula bahwasanya awal mula berpuasa itu
karena ada pengakuan bahwasanya ia melihat hilal sebagaimana Hadis Shahih
berikut ini :
صلى هللا عليه و سلم عنھما قال: سمعت رسول هللا عن بن عمر رضي هللا
يقول: ’اذا رايتموه فصومو، واذا رايتموه ف افطرو، فان غم عليكم فاقدروله ‘
يعني ھالل رمضان (رواه بخاري)
“Diriwayatkan dari Umar, bahwa aku mendengar Rasulullah bersabda: Apabila melihat hilal maka berpuasalah, dan jika melihatnya maka berbukalah apabila langit mendung (sehingga hilal takterihat), maka genapkanlah (menjadi 30 hari) Bulan Ramadhan (Shahih Bukhari).”56
ذكر رمضان، يلي عن عبد هللا بن عباس ان رسول هللا عن مالك بن زيد الد
فقال : ال تصوموا حتى ترو الھالل، وال تفطروا حتى تروه، فان غم عليكم
فاكملو العدة الثالثين (رواه مسلم)
Dari Malik, dari Tsaur bin Zaid Ad-Dailiy, dari Abdullah bin Abbas bahwasanya Rasulullah SAW menyinggung tentang Ramadan, lalu beliau
55 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, h.231. 56 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, h. 280.
32
bersabda “Janganlah kalian berpuasa (Ramadhan) sehingga kalian melhat hilal, dan janganlah kalian berbuka sehingga kalian melihatnya (hilal Syawal). Apabila hilal tertutup, maka genapkanlah hitungannya tiga puluh hari”.57
Dari kedua hadis ini, menjelaskan bahwa untuk memulai Puasa Ramadhan
perlu adanya pengakuan atas terlihatnya hilal, jika secara harfiah kata shaum
ditujukan kepada semua orang yang beragama Islam yang telah melihat (صوم )
hilal untuk berpuasa, namun pada faktanya, tidak semua orang yang beragama
Islam mampu melihatnya. Maka dari itu, proses penglihatan cukup dibebankan
bagi orang yang mampu melihatnya, serta memenuhi syarat-syaratnya.
B. Perkembangan Sistem Penetapan Awal Bulan Di Komunitas Al-
Marzuqiyah
Dalam perkembangannya, dalam Komunitas ini awalnya melakukan
rukyat saja, itupun dilakukan semasa Guru Marzuki masih hidup, karena pada
saat itu belum ada murid yang mampu melihatnya. Kemudian semasa
peninggalannya (pada kisaran tahun 1978-1982, pada saat itu pesantren
dipimpin oleh Muhammad Thahir) mengalami perubahan yaitu dengan
metode hisab yang mana metode ini berasal dari kitab Taqwîm karangan Guru
Mughni beserta Taqwîm karangan H. Abdul Wardi, akan tetapi metode
rukyatpun tidak ditinggalkan. Lalu, pada awal tahun 2007 bekerja sama
dengan Muhammadiyah menggunakan metode hisab “Wujudul Hilal” dengan
mengutus beberapa orang saja dari komunitas. Adapun kritera dari metode
ini ialah :
1. Terjadinya konjungsi antara bumi, bulan, dan matahari.
2. Bulan tenggelam belakangan setelah matahari tenggelam pada waktu
petang.
Adapun keunggulan dari metode ini adalah kemudahan, dan kepastian.
Karena dalam astronomi, semua pergerakan benda-benda angkasa dapat
dipetakan, lalu kemudian dibuat rumus, dan perhitungannya untuk tahun-
tahun yang akan datang. Akan tetapi metode ini juga memiliki
57 Muhamma Fu’ad bin Abdul Baqi, Hadis Shahih Bukhari Muslim, h. 278
33
kekurangannya, yaitu tidak menggunakan metode rukyat, padahal dalam
hadis-hadis tidak ditemukan bahwa penentuan awal bulan dapat disahkan
melalui metode selain rukyat.58 Sehabis menggunakan metode ini, karena
dinilai metode ini tidak sesuai dengan dalil-dalil syar’i kemudian Kominutas
Al-Marzuqiyah kembali kepada metode yang digunakan sebelumnya yaitu
hisab berdasarkan hasil rukyat. Namun, pada tahun 2008 di Indonesia dan
sekitarnya (IR MABIMS), muncul metode baru yang disebut dengan
Imkaanur Rukyat yaitu metode hisab yang berdasarkan hasil rukyat kemudian
ditambahkan dengan ketinggian hilal pada ketinggian tertentu. Adapun
keunggulan dari metode ini adalah kepastian dan pemenuhan hadis-hadis nabi
karena mempertahankan metode rukyat. Kepastiannya karena dengan
mnentukan ketinggian bulan sebelum dihisab, mampu meminimalisir
kesalahan dalam memprediksi awal bulan baru. Menanggapi hal tersebut,
Komunitas Al-Marzukiyah tidak begitu antusias karena metode tersebut
sudah digunakan terlebih dahulu dalam komunitas tersebut, hanya
penyelarasan nama metodenya saja. Hanya saja Komunitas Al-Marzuqiyah
memiliki keentuan yang berbeda, jika yang diselaraskan adalah 2° akan tetapi
dalam komunitas ini menetapkan bahwa terlihatnya hilal dimulai
ketinggianannya pada titik 6.7°.59 Namun, jika pada hari ke-29 hilal belum
mencapai ketinggian 6.7° maka dalam bulan tersebut digenapkan menjadi 30
hari.
Kemudian pada tahun 2010, pernah kedatangan dari pihak MUI (Majlis
Ulama Indonesia) untuk menyelaraskan metode Imkaan Rukyat yaitu dengan
ketinggian 2°, akan tetapi tidak disetujui karena pada ketinggian tersebut hilal
masih belum terlihat jelas, dan dari pihak MUIpun melihatnya bukan dengan
mata telanjang melainkan dengan alat bantu optik.60 Sampai saat ini
Komunitas Al-Marzuqiyah sudah mengalami tiga kali perubahan dalam
metode penentuan awal Bulan Qamariah, yang awalnya hanya berdasarkan
58 Ustad Luqman, wawancara pribadi di Cipinang Muara pada tanggal 22 Januari 2018. 59 Ahmad Mirshad, wawancara pribadi di Masjid Al-Marzuqiyah pada tanggal 18
November 2017. 60 Ustad Luqman, wawancara pribadi di Cipinang Muara pada tanggal 22 Januari 2018
34
rukyat saja hingga beralih ke hisab, kemudian menggabungkan metode
keduanya. Namun, komunitas ini masih berkomitmen menggunakan Imkaan
Rukyat atau hisab yang berdasarkan hasil rukyat dengan ketinggian 6.7°
(bahkan di antara komunitas tersebut berpendapat harusnya ketinggian hilal
makin bertambah harinya, makin bertambah tinggi pula hilalnya).
Dari segi peminatan, tidak terlalu menunjukan persentase yang tinggi,
namun, sebagai warisan budaya, komunitas ini mempertahankan dengan cara
memberitahukan kepada masyarakat, baik berupa buku, dan bagi yang ingin
mempelajari akan disesuaikan dengan yang mampu untuk meluangkan
waktunya untuk mengajar.
Dari segi peralatan, masyarakat masih menggunakan alat-alat sederhana,
sama sekali tidak menggunakan alat modern, karena masyarakat hanya
memberlakukan metode dengan mata telanjang.
Adapun kitab yang digunakan adalah :
1. Hisab Al-Falaki min Taqwîm An-Nayyiraini, yang dibuat oleh Komunitas
Al-Marzuqiyah, Cipinang Muara, Jakarta Timur.
2. Taqwîmu An-Nayyiraini, karangan H. Abdul wardi bin H. Abdul Ghani.
3. Kitab karangan guru H. Mansur yang membahas tata cara penghitungan
awal bulan Hijriah.61
C. Metode dan Aplikasi Imkân Al-Rukyat Di Komunitas Al-Marzuqiyah
Dalam penetapan awal Bulan Qamariah, sering terjadi perbedaan.
Khususnya pada bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Dalam menanggapi
perbedaan tersebut kita bisa mengkomparasikan penentuan awal bulan yang
ada di Indonesia melalui 3 lembaga yaitu : pertama, metode rukyat yang
dipresentasikan oleh organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nadlatul
Ulama (NU) . kedua, metode hisab yang yang dipresentasikan oleh
61 Ahmad Mirshad, wawancara pribadi di Masjid Al-Marzuqiyah pada tanggal 18
November 2017.
35
Muhammadiyah, dan Imkaanur Rukyat yang diterapkan oleh pemerintah
Indonesia sebagai penengah dari organisasi tersebut.62
Metode penetapan awal bulan yang digunakan Komunitas Al-Marzuqiyah,
merupakan metode yang penetapannya didasari oleh peredaran bulan. Dalam
sistem ini umur bulan tidaklah tetap melainkan terkadang dua bulan berturut
berjumlah 29 hari atau 30 hari, dan terkadang juga bergantian seperti halnya
dalam perhitungan hisab urfi.
Adapun metode penghitungan yang diadakan pemerintah secara sekilas
adalah sebagai berikut :
Ketentuan umum :
a. 1 tahun Bashithah Hijriah terdiri dari 354 hari, Dzulhijjah 29
hari, sedangkan 1 tahun Kabisat Hijriah 355 hari, Dzulhijjah 30
hari.
b. Tahun-tahun Kabisat jatuh pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18,
21, 24, 26, dan 29.
c. 1 daur Tahun Hijriah = 30 hari/10631 hari.
Untuk menghitung hari pada tanggal 1 Muharram dapat menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tentukan tahun yang akan dihitung.
2. Hitung tahun tam63
3. Hitung berapa daur selama tahun tam tersebut, dan berapa
tahun kelebihan dari daur tersebut.
4. Hitung berapa hari selama daur yang ada, yakni daur x 10631
hari.
5. Hitung berapa hari selama tahun kelebihan.
6. Jumlahkan hari-hari tersebut dan tambahkan 1 hari.
7. Jumlah hari kemudian dibagi 7, selebihnya dihitung mulai
Jumat, yakni :
1 = Jumat 2 = Sabtu 3 = Ahad 4 = Senin
62 Ahmad Adib Rofiudin, Penentuan Hari Dalam Sistem Kalender Hijriah, h.124. 63 tahun yang bersangkutan dikurangi 1.
36
5 = Selasa 6 = Rabu 7 = Kamis 0 = Kamis64
Contoh :
Tanggal 1 Muharram 1440 H
Tahun tam = 1440-1 = 1439
1439/30 = 47 lebih 29 tahun
1 Muharram 1440 H = 47 daur + 29 tahun + 1 hari
47 daur = 47 x 10631 hari = 499.657 hari
29 tahun = 29 x 354 hari + 11 hari (Basithah) = 10.277 hari
1 hari = 1 hari________ +
Jumlah = 509.934 hari
509.934 : 7 = 72.847 sisa 5 hari, lebih hari selasa.
Dalam Hisab Urfi :
Diketahui : 1 Muharram 1440 bertepatan dengan 11 September 2018
Ditanya : 1 Muharram 1441 bertepatan dengan ?
Jawab :
144030
48
Karena tidak ada sisa maka tahun 1440 Hijriah merupakan tahun Bashitat.
Tabel 2
Penanggalan Bulan September Tahun 2018
September 2018
M S S R K J S
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30
64 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, hal. 110
37
144130
48sisa1
Tahun 1441 juga merupakan tahun Bashitat.
Tabel 3
Penanggalan Bulan September Tahun 2019
September 2019
M S S R K J S
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30
1 Muharram 1441 H bertepatan dengan 1 September 2019.
Sedangkan ketentuan dan metode penghitungan komunitas Al-Marzuqiyah
adalah sebagai berikut :
Penetapan awal bulan akan dilakukan setelah diketahui melalui mampu
terlihatnya hilal atau tidaknya terlebih dahulu pada tanggal 29 malam.
Ketentuan suatu hilal dapat dilihat menurut Komunitas Al-Marzuqiyah adalah
7° di atas ufuk. Hal ini didasarkan pada hilal yang kurang dari 7° dianggap
kecil, sehingga kurang memungkinkan untuk terlihat. Adapun ketinggian hilal
yang kurang dari 7° namun tertutup oleh awan sehingga tidak memungkinkan
untuk dilihat, maka umur bulan akan digenapkan menjadi 30 hari. Dalam
prakteknya Komunitas Al-Marzuqiyah tidak menggunakan alat bantu sebab
penggunaan alat tidak ada dalilnya. Maka dari itu, kemungkinan terlihatnya
hilal dengan mata telanjang adalah 7° diatas ufuk oleh saksi (yang mampu
melihatnya), dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Adanya dua orang saksi yang melihatnya.
38
2. Orang yang mengaku melihatnya haruslah baligh, berakal, adil, laki-
laki, dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang hisab.
3. Kesaksian yang diberikan dapat diterima.65
Untuk mempermudah, hendaknya mengetahui terlebih dahulu istilah-
istilah yang akan digunakan dalam tabel perhitungan, diantaranya :
1. ((jim) Buruj) : kode bintang (rasi 12 Bintang)
2. ((mim) yaum) : kode angka yang menunjukan hari (7 hari)
3. ((ah) saah) : Satuan angka jam dalam satu hari (24 jam)
4. ((qoh) daqiqoh) : Satuan angka dalam satu jam (60 menit)
5. ((nii) sawani) : Satuan angka dalam satu menit (60 detik)
6. ((lis) sawalis) : Satuan angka dalam satu detik (60 sekon)66
Kemudian buatlah 7 kolom dengan ketentuan sebagai berikut :
Kolom Pertama :
Tabel 4
Peristilahan Pada Kolom Pertama Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
Berhimpun dua cahaya (ijtimak antara bulan dan
matahari, lalu cantumkan pula bulan yang akan
dihitung).
ارتفاع اانيرين شھر
Tahun yang akan dihitung. سنة
Bertepatan . الموفق
Diambil dari bulan. يؤخد من شھر تام
Dihitung oleh (cantumkan nama penghitung). على يد
Kolom kedua :
Tabel 5
Peristilahan Pada Kolom Kedua Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
Tahun satuan (misalnya pada tahun 1428, maka سنين المجموعة
65 Ahmad Mirshad, wawancara pribadi di Masjid All-Marzuqiyah pada tanggal 18
November 2017. 66 Muhammad Ishak, Penentuan Awal Bulan DalamPerspektif Masyarakat Basmol
(Jakarta Barat), hal. 76.
39
ambillah angka 8).
Dalam kolom ini akan didisi bulan yang telah lalu
dan lebih jelasnya ada pada kolom Syahrul
Aʻrobiyyu.
سنين المبسوطة
Penjumlahan جملة
Kolom ketiga :
Tabel 6
Peristilahan Pada Kolom Ketiga Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
عالمة خاصة مركز اوج
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7
Kolom ini isiannya selaras dengan kolom pertama. Adapun angka yang di
bawahnya menunjukan bahwa angka yang akan ditulis tidak boleh melebihi
dari angka tersbut. Misalnya pada kolom عالمة kolom pertama tertulis angka 7
jika hasil penghitungannya 9 maka yang ditulis adalah angka 2 (9-7=2).
Kolom keempat :
Tabel 7
Peristilahan Pada Kolom Keempat Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
60 30 12 اساس الثني Asas kedua
ج جة قة
تعديل الخاصة
Kolom isian dari jadwal nomor 4 dengan
cara jumlah Khossoh dari hasil Qoh dan
Jah, misalnya Buruj 17 dan derajat 7 jadi
Qoh 51 dan Darojah 8.
Kolom isian dari jadwal nomor 5 dengan تعديل المركز
40
cara menjumlah Taʻdîlul Markaz dari
hasil Qoh dan Jah, misalnya Buruj 10
dan derajat 3 jadi Qoh 20 dan Darojah 0.
بعد غير معدل
Menjumlah Taʻdîlul Khassah dengan
Ta’dilul Markaz.
حاصل الضرب
Kolom umlah perkalian angka Jah
dengan 5 ditambah dengan kelipatan dari
12 pada kolom Qoh.
تعديل المركز
Memindahkan angka Taʻdîlul Markaz di
atas.
تعديل الشمس
Kolom jumlah antara Hasilu Dharb
dengan Taʻdîlul Markaz, caranya sama
seperti penjumlahan Harokatul Khoms di
atas.
مركز
Menurunkan jumlah hasil kolom Markaz
pada Harokatul Khoms di atas.
اوج
Menurunkan hasil penjumlahan Auj pada
Harokatul Khoms di atas.
.Penjumlahan dari angka Markaz dan Auj وسط الشمس
تعديل الشمس
Menurunkan angka Taʻdîlul Syams di
atas.
مقوم الشمس
Kolom pengurang dari angka Wasathu
Syams dengan Taʻdîlul Syams, caranya :
apabila angka yang diambil itu kurang
maka meminjam angka disebelahnya.
تعديل االيام
Kolom untuk menisi angka di jadwal
nomor 6, caranya : kom Jim dan Jah
pada Muqowwamus Syams, Qoidahnya,
bila angka pada kolom Jah lebih dari 30,
maka ditambahkan 1 ke kolom
41
sebelahnya, lalu carilah kedua angka
tersebut di jadwal.
بعد غير معدل
Kolom untuk menurunkan angka pada
kolom Buʻud Ghairu Muaddal di atas.
تعديل االيام
Kolom untuk menurunkan angka Taʻdîlul
Ayyam di atas
بعد غير معدل
Kolom penjumlahan antara Buʻud
Ghairu Muaddal dengan Taʻdîlul Ayyam.
Kolom kelima :
Tabel 8
Peristilahan Pada Kolom Kelima Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
60 60 24 7 Asas Ketiga اساس الثالث
م عة قة ني
حصة الساعة
Kolom untuk mengisi angka dari
jadwal no: 7 caranya melihat angka
pada hasil Qah dan Jim pada kolom
Khashah (caranya seperti Ta’dilul
Khashah).
حاصل
Kolom untuk perkalian angka
Hishatu Sa’ah dengan Buʻud
Muaddal. Caranya : kolom ‘Ah
dikalikan dengan kolom Jah pada
Buʻud Muaddal. Dan ‘Ah pada
Hishatu Sa’ah dikalikan dengan
kolom Qah pada Buʻud Muaddal,
lalu ditulis masing-masing hasilnya
‘Ah dan Qah.
Kolom untuk perkalian angka الضرب
42
Hishatu Sa’ah dengan Buʻud
Muaddal. Caranya : kolom Qah
dikalikan dengan kolom Jah pada
Buʻud Muaddal. Dan Qah pada
Hishatu Sa’ah dikalikan dengan
kolom Qah pada Buʻud Muaddal,
lalu ditulis masing-masing hasilnya
Qah dan Ni.
تعديل العالمة
Kolom penjumlahan antara Hashil
dan Dharab. Caranya : bila hasil
penjumlahan itu melebihi dari angka
asas, maka dibikin kelipatannya, lalu
sisanya ditulis dan hasil kelipatannya
ditambahkan ke kolom sebelahnya.
عالمة
Kolom untuk menurunkan angka
pada kolom ʻAlamah yang di
Harokatul Majmu’ah pada asas awal
di atas.
تعديل العالمة Kolom untuk menurunkan angka
dari Ta’dilul ʻAlamah yang di atas.
عالمة معدلة
Kolom pengurangan dari Ta’dilul
ʻAlamah. Caranya sama seperti di
atas (bila angka yang di atas lebih
kecil maka meminjam angka di
sebelahnya).
Kolom keenam :
Tabel 9
Peristilahan Pada Kolom Keenam Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
Asas Keempat اساس الرابع 23 59 60
43
عة قة ني
عالمة معدلة
Kolom untuk menurunkan angka
ʻAlamah Muaddalah yang di atas.
جملة المقسمة
Kolom pengurangan dari angka asas
(60,59,23) dengan angka ʻAlamah
Muaddalah
جملة
Kolom pembagian dari angka Jumlah
Muqassamah dengan angka 2
Kolom ketujuh :
Tabel 10
Peristilahan Pada Kolom Ketujuh Dalam Taqwîm An-Nayyiraini
60 60 60 30 Asas Kelima اساس الخامس
جة قة ني لث
حاصل Kolom hasil pengkalian dari angka pada
kolom jumlah dengan angka 1
الضرب
Kolom hasil pengkalian dari angka
Hashil dengan angka 5, caranya : untuk
angka Ni diletakan pada kolom Lits, dan
angka Qah pada kolom Ni, dan angka Jah
pada dalam kolom Qah
جملة للمكث
Kolom penjumlahan dari angka kolom
Hashil dengan angka kolom Dharab.
Caranya sama seperti di atas, hasil yang
melebihi angka asas, maka dihitung
kelipatannya.
حاصل Untuk hasil pengkalian dari kolom Jah
pada Jumlah Lilmuksi dengan angka 4.
الضرب Kolom untuk mengisi kelipatan 15 dari
angka Qah pada Jumlah Lilmuksi, lalu
44
ditulis di Qah bagian Dharab. Apabila
kurang dari 15 maka tidak perlu diisi.
Hasil Akhir Derajat Bulan جملة
Adapun ketetuan jadwalnya sebagai berikut :
Jadwal Nomor 1
Tabel 11
سنين المجموعة
اوج مركز خاصة عالمةTahun
Puluhan 60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة م
46 16 3 50 21 0 13 28 0 39 17 1 1380
54 11 3 30 4 9 13 6 8 44 9 3 1390
2 12 3 10 17 5 13 14 3 49 1 5 1400
10 12 3 50 29 1 13 22 10 54 17 6 1410
18 12 3 30 12 10 13 0 6 59 9 1 1420
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 3 1430
34 12 3 50 7 3 13 16 8 9 18 4 1440
42 12 3 30 20 11 13 24 3 14 10 6 1450
50 12 3 10 3 8 13 2 11 19 2 1 1460
58 12 3 50 15 4 13 10 6 24 18 2 1470
6 13 3 30 28 0 13 18 2 29 10 4 1480
14 13 3 10 11 9 13 26 9 34 2 6 1490
22 13 3 50 23 5 13 4 5 39 18 0 1500
30 13 3 30 6 2 13 12 0 44 10 2 1510
38 13 3 10 19 10 13 20 7 49 2 4 1520
46 13 3 50 1 7 13 28 2 54 18 5 1530
54 13 3 30 14 3 13 6 10 59 10 0 1540
2 14 3 10 27 11 13 14 5 4 3 2 1550
45
10 14 3 50 9 8 13 22 0 9 19 3 1560
Jadwal Nomor 2
Tabel 12
سنين المبسوطة
اوج مركز خاصة عالمة
Tahun Satuan 60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7
قة جة ج قة جة ج قة جة ج قة جة م
1 0 0 16 16 19 48 9 10 48 8 4 1
2 0 0 32 32 8 36 19 8 37 17 1 2
2 0 0 48 48 27 24 29 6 25 2 6 3
3 0 0 4 4 17 12 9 5 14 11 3 4
4 0 0 20 20 6 0 19 3 2 20 7 5
5 0 0 36 36 25 48 28 1 51 4 5 6
6 0 0 52 52 14 36 8 0 39 13 2 7
6 0 0 8 8 4 24 18 10 28 22 6 8
7 0 0 24 24 23 12 28 8 16 7 4 9
8 0 0 40 40 12 0 8 7 5 16 1 10
Jadwal Nomor 3
Tabel 13
شھر تام
مركز خاصة عالمةNama Bulan Hijriah
60 30 12 60 30 12 60 24 7
46
قة جة ج قة جة ج قة جة ج
0 0 0 0 0 0 0 0 0 Muharram
6 29 0 49 49 25 44 12 1 Shafar
13 28 1 38 38 21 28 1 3 Rabiul Awal
32 8 11 36 36 19 37 17 1 Rabiul Akhir
26 26 3 16 16 13 56 2 6 Jumadil Awal
32 25 4 5 5 9 40 15 7 Jumadil Akhir
38 24 5 54 54 4 24 4 2 Rajab
45 23 6 43 43 0 8 17 3 Sya’ban
51 22 7 32 32 26 52 5 5 Ramadan
57 21 8 21 21 22 36 18 6 Syawal
4 21 9 10 10 18 20 7 1 Dzulqo’dah
10 20 10 59 59 13 4 20 2 Dzulhijjah
Jadwal keempat
Tabel 14
تعديل الخاصة
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Buruj
Derajah جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة
18 7 7 9 59 9 29 9 59 4 41 7 19 2 30 0 2 0 52 0 41 2 59 4 0
15 7 4 9 59 9 31 9 5 5 46 7 23 2 30 0 2 0 49 0 36 2 54 4 1
9 7 1 9 58 9 33 9 11 5 50 7 27 2 35 0 1 0 47 0 32 2 51 4 2
5 7 58 8 57 9 36 9 16 5 55 7 32 2 37 0 11 0 44 0 28 2 45 4 3
0 7 55 8 57 9 38 9 22 5 59 7 37 2 40 0 0 0 41 0 24 2 40 4 4
47
56 6 52 8 56 9 40 9 27 5 3 8 43 2 43 0 0 0 38 0 20 2 35 4 5
52 6 49 8 55 9 41 9 33 5 8 8 48 2 46 0 0 0 36 0 15 2 30 4 6
48 6 46 8 3 9 42 9 39 5 12 8 53 2 49 0 0 0 34 0 11 2 25 4 7
43 6 43 8 52 9 44 9 45 5 17 8 58 2 52 0 1 0 32 0 7 2 20 4 8
39 6 40 8 50 9 46 9 50 5 21 8 3 3 55 0 1 0 29 0 32 2 15 4 9
35 6 36 8 48 9 48 9 56 5 25 8 8 3 58 0 2 0 27 0 59 1 11 4 10
30 6 33 8 47 9 49 9 2 6 29 8 13 3 2 1 2 0 26 0 55 1 6 4 11
24 6 29 8 46 9 50 9 8 6 33 8 19 3 59 1 3 0 25 0 51 1 1 4 12
21 6 25 8 44 9 51 9 13 6 37 8 24 3 12 1 4 0 23 0 47 1 56 3 13
16 6 22 8 43 9 52 9 19 6 41 8 29 3 15 1 5 0 21 0 43 1 51 3 14
11 6 18 8 41 9 53 9 24 6 44 8 35 3 15 1 6 0 18 0 40 1 47 3 15
6 6 15 8 39 9 54 9 30 6 48 8 40 3 19 1 7 0 17 0 36 1 43 3 16
1 6 11 8 37 9 55 9 35 6 51 8 45 3 23 1 8 0 16 0 33 1 38 3 17
57 5 7 8 35 9 56 9 40 6 54 8 51 3 27 1 9 0 15 0 29 1 33 3 18
52 5 3 8 33 9 57 9 45 6 58 8 56 3 31 1 10 0 13 0 26 1 28 3 19
47 5 59 7 31 9 57 9 50 6 1 9 2 4 35 1 11 0 11 0 23 1 24 3 20
42 5 55 7 29 9 58 9 56 6 4 9 7 4 39 1 12 0 9 0 19 1 19 3 21
37 5 51 7 27 9 58 9 1 6 7 9 12 4 43 1 15 0 8 0 16 1 15 3 22
33 5 47 7 25 9 59 9 6 7 10 9 17 4 47 1 16 0 7 0 13 1 11 3 23
28 5 43 7 23 9 59 9 11 7 13 9 22 4 51 1 18 0 6 0 10 1 7 3 24
23 5 49 7 20 9 0 10 16 7 16 9 27 4 56 1 19 0 5 0 7 1 3 3 25
18 5 35 7 17 9 0 10 21 7 19 9 33 4 0 2 21 0 4 0 4 1 58 2 26
13 5 31 7 15 9 0 10 26 7 21 9 39 4 5 2 23 0 3 0 1 1 54 2 27
9 5 27 7 13 9 59 9 31 7 23 9 46 4 9 2 25 0 3 0 58 0 49 2 28
4 5 23 7 10 9 59 9 36 7 26 9 52 4 14 2 27 0 2 0 55 0 45 2 29
Jadwal Kelima
Tabel 15
تعديل المركز
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Buruj
Derajah جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة جة قة
0 1 18 0 0 0 14 0 56 0 57 1 56 2 39 3 52 3 35 3 53 2 56 1 0
2 1 19 0 0 0 13 0 54 0 55 1 54 2 38 3 52 3 36 3 55 2 59 1 1
4 1 20 0 0 0 12 0 52 0 53 1 52 2 37 3 52 3 37 3 57 2 1 2 2
48
5 1 22 0 0 0 11 0 50 0 51 1 51 2 36 3 52 3 38 3 58 2 3 2 3
7 1 23 0 1 0 10 0 48 0 48 1 49 2 35 3 52 3 39 3 59 2 5 2 4
9 1 24 0 1 0 9 0 47 0 46 1 47 2 34 3 52 3 40 3 1 3 6 2 5
11 1 25 0 1 0 9 0 45 0 44 1 45 2 33 3 52 3 41 3 3 3 8 2 6
13 1 26 0 2 0 8 0 43 0 42 1 43 2 32 3 52 3 41 3 5 3 10 2 7
14 1 28 0 2 0 7 0 42 0 40 1 42 2 30 3 52 3 42 3 7 3 12 2 8
16 1 29 0 2 0 7 0 40 0 38 1 40 2 29 3 52 3 43 3 8 3 14 2 9
18 1 30 0 3 0 6 0 39 0 36 1 38 2 28 3 52 3 44 3 9 3 16 2 10
20 1 31 0 3 0 6 0 37 0 34 1 36 2 27 3 51 3 45 3 11 3 18 2 11
22 1 33 0 4 0 5 0 36 0 32 1 34 2 25 3 51 3 46 3 12 3 19 2 12
23 1 34 0 4 0 4 0 35 0 29 1 32 2 24 3 51 3 46 3 13 3 21 2 13
24 1 36 0 5 0 4 0 33 0 27 1 30 2 22 3 50 3 47 3 15 3 23 2 14
27 1 37 0 6 0 3 0 32 0 25 1 28 2 21 3 50 3 48 3 16 3 25 2 15
29 1 38 0 6 0 3 0 30 0 23 1 26 2 19 3 49 3 48 3 17 3 27 2 16
31 1 40 0 7 0 2 0 29 0 21 1 23 2 18 3 48 3 48 3 19 3 29 2 17
33 1 41 0 7 0 2 0 28 0 19 1 21 2 17 3 48 3 49 3 20 3 31 2 18
35 1 43 0 8 0 1 0 26 0 17 1 19 2 15 3 47 3 49 3 21 3 33 2 19
37 1 44 0 9 0 1 0 25 0 15 1 17 2 14 3 47 3 50 3 23 3 35 2 20
39 1 46 0 9 0 1 0 24 0 13 1 15 2 12 3 46 3 50 3 24 3 37 2 21
41 1 47 0 10 0 1 0 23 0 11 1 13 2 10 3 45 3 51 3 26 3 39 2 22
43 1 49 0 11 0 0 0 21 0 10 1 11 2 8 3 45 3 51 3 27 3 40 2 23
45 1 50 0 12 0 0 0 20 0 8 1 9 2 7 3 44 3 51 3 28 3 42 2 24
46 1 52 0 13 0 0 0 19 0 6 1 7 2 5 3 43 3 52 3 29 3 44 2 25
48 1 53 0 15 0 0 0 18 0 4 1 5 2 3 3 43 3 52 3 31 3 46 2 26
50 1 55 0 15 0 0 0 17 0 2 1 3 2 1 3 42 3 52 3 32 3 48 2 27
52 1 56 0 16 0 0 0 16 0 0 0 1 2 59 2 41 3 52 3 33 3 50 2 28
54 1 58 0 17 0 0 0 15 0 58 0 59 1 57 2 40 3 52 3 34 3 51 2 29
Jadwal Nomor 6
Tabel 16
تعديل االيام
49
HU
T
Dah
wu
Jady
u
Qow
us
Aqr
ab
Miz
an
Sun
bula
h
Asa
d
Sar
otho
n
Jauz
an
Tsa
ur
Ham
el
Buruj
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Derajah
0 2 9 16 17 13 7 6 8 11 9 10 0
1 1 7 15 17 13 8 5 8 11 10 5 5
1 1 6 14 16 14 9 6 7 10 10 6 10
2 0 5 13 16 15 10 6 7 10 11 7 15
3 0 4 11 16 16 11 6 6 9 11 8 20
3 0 3 10 16 16 12 7 6 9 11 9 25
Jadwal Nomor 7
Tabel 17
جملة الخاصة
His
shot
u
Sa’
ah
Jum
lah
Kha
shah
His
shot
u
Sa’
ah
Jum
lah
Kha
shah
His
shot
u
Sa’
ah
Jum
lah
Kha
shah
His
shot
u
Sa’
ah
Jum
lah
Kha
shah
ج جة عة قة ج جة عة قة ج جة عة قة ج جة عة قة
55 1 20 8 12 2 20 11 1 2 5 4 12 2 5 1
53 1 15 8 11 2 15 11 1 2 10 4 12 2 10 1
52 1 10 8 10 2 10 11 59 1 15 4 12 2 15 1
52 1 5 8 12 2 0 0 57 1 20 4 12 2 20 1
51 1 0 8 10 2 5 11 56 1 25 4 12 2 0 0
49 1 25 7 9 2 0 11 55 1 0 4 12 2 25 1
48 1 20 7 8 2 25 10 54 1 5 5 12 2 0 1
47 1 15 7 7 2 20 10 53 1 10 5 12 2 5 2
46 1 10 7 6 2 15 10 51 1 15 5 11 2 10 2
46 1 5 7 5 2 10 10 50 1 20 5 10 2 15 2
45 1 0 7 4 2 5 10 49 1 25 5 10 2 20 2
45 1 25 6 3 2 0 10 49 1 0 5 9 2 25 2
50
45 1 20 6 2 2 25 9 48 1 5 6 8 2 0 2
45 1 15 6 1 2 20 9 47 1 10 6 8 2 5 2
44 1 10 6 0 2 15 9 46 1 15 6 7 2 10 3
44 1 5 6 58 1 10 9 45 1 20 6 6 2 15 3
44 1 0 6 58 1 5 9 45 1 25 6 4 2 20 3
57 1 0 9 45 1 0 6 3 2 25 3
56 1 25 8 12 2 25 11 2 2 0 3
Adapun cara penggunaan tabel-tabel di atas adalah sebagai berikut :
BulanRamadan1435H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول على سبيل حركات
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 3 سنين المجموعة سنة
4 0 0 20 6 10 0 19 3 2 20 7 سنين المبسوطة الموفق
45 23 6 43 0 6 8 17 3 يؤخد من شھر تام
30 12 3 15 25 11 57 27 10 14 15 7 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
7 15 تعريل الخاصة
55 0 تعديل المركز
2 16 بعد غير معدل
22 حاصل الضرب
55 0 تعديل المركز
17 تعديل الشمس
15 25 11 مركز
51
30 12 3 اوج
45 7 3 وسط الشمس
17 تعديل الشمس
28 7 3 مقوم الشمس
8 تعديل االيام
2 16 بعد غير معدل
8 تعديل االيام
6 16 بعد غير معدل
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
8 2 حصة الساعة
12 8 حاصل
48 128 الضرب
48 10 9 تعديل العالمة
14 15 6 عالمة
48 10 9 تعديل العالمة
48 4 6 6 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
48 4 6 عالمة معدلة
12 55 17 جملة المقسمة
6 22.5 8.5 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
6 22.5 8.5 حاصل
30 52.5 42.5 الضرب
52
30 58.5 6 8.5 جملة للمكث
17 حاصل
الضرب
6 17 جملة
Ketinggian Hilal = 6.17°
BulanRamadan1436H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول على سبيل حركات
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 3 سنين المجموعة سنة
5 0 0 36 25 9 48 28 1 51 4 5 سنين المبسوطة الموفق
45 23 6 43 0 6 8 17 3 يؤخد من شھر تام
31 12 3 31 13 10 45 7 9 3 24 4 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
3 9 تعريل الخاصة
34 0 تعديل المركز
37 9 بعد غير معدل
46 حاصل الضرب
34 0 تعديل المركز
20 1 تعديل الشمس
31 13 10 مركز
31 12 3 اوج
2 26 1 وسط الشمس
53
20 1 الشمستعديل
18 24 1 مقوم الشمس
11 تعديل االيام
37 9 بعد غير معدل
11 تعديل االيام
26 9 بعد غير معدل
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
58 1 حصة الساعة
26 9 حاصل
1.508 522 الضرب
8 32 10 تعديل العالمة
3 24 4 عالمة
8 32 10 تعديل العالمة
8 28 13 4 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
8 28 13 عالمة معدلة
52 31 10 جملة المقسمة
26 15.5 5 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
26 15.5 15 حاصل
10 17.5 25 الضرب
10 43.5 40.5 5 جملة للمكث
20 حاصل
54
5 الضرب
5 10 جملة
Ketinggian Hilal = 5.1°
BulanSyawal1436H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول على سبيل حركات
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 3 سنين المجموعة سنة
5 0 0 36 25 9 48 28 1 51 4 5 سنين المبسوطة الموفق
51 22 7 32 26 6 52 5 5 يؤخد من شھر تام
31 12 3 37 13 11 34 3 9 47 12 6 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
0 0 تعريل الخاصة
23 1 تعديل المركز
23 1 بعد غير معدل
16 حاصل الضرب
23 1 تعديل المركز
39 تعديل الشمس
37 13 11 مركز
31 12 3 اوج
8 26 2 وسط الشمس
39 تعديل الشمس
29 26 2 مقوم الشمس
55
9 تعديل االيام
23 1 بعد غير معدل
9 تعديل االيام
12 1 بعد غير معدل
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
58 1 حصة الساعة
12 1 حاصل
696 58 الضرب
36 11 2 تعديل العالمة
47 12 6 عالمة
36 11 2 تعديل العالمة
36 58 14 6 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
36 58 14 عالمة معدلة
24 1 9 جملة المقسمة
12 1/2 4.5 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
12 1/2 4.5 حاصل
60 2.5 22.5 الضرب
50 14.5 23 4.5 جملة للمكث
18 حاصل
8 الضرب
8 18 جملة
56
Ketinggian Hilal = 8.18°
BulanRamadan1437H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول سبيل حركات على
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 3 سنين المجموعة سنة
6 0 0 52 14 9 36 8 0 39 13 2 سنين المبسوطة الموفق
45 23 6 43 0 6 8 17 3 يؤخد من شھر تام
32 12 3 47 3 10 33 17 7 51 8 2 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
51 8 تعريل الخاصة
22 0 تعديل المركز
13 9 بعد غير معدل
46 حاصل الضرب
22 0 تعديل المركز
6 0 تعديل الشمس
47 3 10 مركز
51 8 2 اوج
38 12 12 وسط الشمس
6 0 تعديل الشمس
32 12 12 مقوم الشمس
1 تعديل االيام
13 9 بعد غير معدل
1 تعديل االيام
57
14 9 بعد غير معدل
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
47 1 حصة الساعة
14 9 حاصل
658 423 الضرب
58 17 9 تعديل العالمة
51 8 2 عالمة
58 17 9 تعديل العالمة
58 34 1 2 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
58 34 1 عالمة معدلة
2 25 22 جملة المقسمة
1 12.5 11 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
1 12.5 11 حاصل
5 2.5 55 الضرب
5 3.5 7.5 11 جملة للمكث
44 حاصل
الضرب
44 جملة
Ketinggian Hilal = 7.54°
58
BulanSyawal1437H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول على سبيل حركات
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 3 سنين المجموعة سنة
6 0 0 52 14 9 36 8 0 39 13 2 سنين المبسوطة الموفق
51 22 7 32 26 6 52 5 5 يؤخد من شھر تام
32 12 3 53 2 11 22 13 8 35 21 3 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
58 9 تعريل الخاصة
4 1 تعديل المركز
2 11 بعد غير معدل
59 حاصل الضرب
4 1 تعديل المركز
3 2 تعديل الشمس
53 2 11 مركز
32 12 3 اوج
25 15 1 وسط الشمس
3 2 تعديل الشمس
22 13 1 مقوم الشمس
11 تعديل االيام
2 11 بعد غير معدل
11 تعديل االيام
9 11 بعد غير معدل
59
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
53 1 حصة الساعة
9 11 حاصل
477 583 الضرب
53 44 14 تعديل العالمة
35 21 3 عالمة
53 44 14 تعديل العالمة
53 51 8 3 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
53 51 8 عالمة معدلة
7 9 15 جملة المقسمة
3.5 4.5 7 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
3.5 4.5 7 حاصل
17.5 22.5 35 الضرب
17.5 26 36.7 7 جملة للمكث
28 حاصل
6.7 الضرب
6.7 28 جملة
Ketinggian Hilal = 6.70°
BulanRamadan1438H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول على سبيل حركات
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
26 12 3 10 25 6 13 8 1 4 2 13 سنين المجموعة سنة
6 0 0 8 4 9 24 18 10 28 22 6 سنين المبسوطة الموفق
45 23 6 43 0 6 8 17 3 يؤخد من شھر تام
32 12 3 3 23 10 21 27 5 41 18 6 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
31 7 تعريل الخاصة
45 3 تعديل المركز
16 11 بعد غير معدل
59 حاصل الضرب
31 7 تعديل المركز
30 8 تعديل الشمس
3 23 10 مركز
32 12 3 اوج
35 5 2 وسط الشمس
30 8 تعديل الشمس
4 25 2 مقوم الشمس
9 تعديل االيام
16 11 بعد غير معدل
9 تعديل االيام
7 11 بعد غير معدل
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
61
50 1 حصة الساعة
7 11 حاصل
350 550 الضرب
50 17 11 تعديل العالمة
41 18 6 عالمة
50 17 11 تعديل العالمة
50 24 7 6 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
50 24 7 عالمة معدلة
10 35 16 جملة المقسمة
5 17.5 8 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
5 17.5 8 حاصل
25 27.5 40 الضرب
25 32.5 57.5 8 جملة للمكث
2 حاصل
12.5 الضرب
70 2 جملة
Ketinggian Hilal = 7.02°
BulanSyawal1438H
اوج مركز خاصة عالمة ارتفاع اانيرين شھر
60 30 12 60 30 12 60 30 12 60 24 7 اساس االول على سبيل حركات
قةااخمس جة ج قة جة ج قة جة ج قة عة م
62
26 12 3 10 25 6 11 8 1 4 2 3 سنين المجموعة سنة
6 0 0 8 4 9 24 18 10 28 22 6 سنين المبسوطة الموفق
51 22 7 32 26 6 52 5 5 يؤخد من شھر تام
32 12 3 9 22 11 8 23 6 25 6 1 جملة على يد
+ + + + + + + + + + + +
60 30 12 اساس الثني
قة جة ج
59 9 تعريل الخاصة
10 0 تعديل المركز
9 9 بعد غير معدل
54 حاصل الضرب
10 0 تعديل المركز
4 0 تعديل الشمس
9 22 11 مركز
32 12 3 اوج
41 4 2 وسط الشمس
4 0 تعديل الشمس
37 4 2 مقوم الشمس
6 تعديل االيام
9 9 بعد غير معدل
6 تعديل االيام
3 9 بعد غير معدل
60 60 24 7 اساس الثالث
ني قة عة م
44 1 حصة الساعة
3 9 حاصل
63
132 396 الضرب
12 40 10 تعديل العالمة
25 6 1 عالمة
12 40 10 تعديل العالمة
12 25 3 عالمة معدلة
60 59 23 اساس الرابع
ني قة عة
12 25 3 عالمة معدلة
48 24 20 جملة المقسمة
24 12 10 جملة
60 60 60 30 اساس الخامس
لث ني قة جة
24 13 10 حاصل
60 60 50 الضرب
60 25 3 10 جملة للمكث
10 حاصل
3 الضرب
6 10 جملة
Ketinggian Hilal = 6.10°
Dari hasil penentuan dalam Komunitas Al-Marzuqiyah, menurut
Komunitas Al-Marzuqiyah, Imkânur Al-Rukyat adalah sebuah metode
penetapan awal bulan dengan mendahulukan rukyat, kemudian
disempurnakan dengan hisab. Dalam menentukan awal bulan, Komunitas ini
menggunakan ketinggian 6.7°. Hal tersebut tentu berbeda dengan ketinggian
yang ditetapkan oleh Pemetintahan Indonesia yang menetapkan ketinggian
64
hilal 2° sudah menandakan awal bulan baru, sehingga dalam melaksanakan
ibadah-ibadah tertentu terkadang terjadi perbedaan.
Adapun beberapa perbedaan Komunitas Al-Marzuqiyah dengan IR
MABIMS dalam melaksanankan ibadah sebagai berikut :
Tabel 18
Perbedaan Waktu Komunitas Al-Marzuqiyah Dengan Pemerintah67
No.
Tanggal
Bulan
Hijriah
Ketinggian Hilal Tanggal Bulan Masehi
Ket
eran
gan
Pem
erin
tah
Al-
Mar
zuqy
ah
Pem
erin
tah
Al-
Mar
zuqi
yah
1. 1 Ramadan
1435 4.48° 6.17° 27 Juni 2014 28 Juni 2014 Beda
2. 1 Ramadan
1436 3.39° 5.10° 18 Juni 2015 19 Juni 2015 Beda
3. 1 Syawal
1436 7.10° 8.18° 16 Juli 2015 16 Juli 2015 Sama
4. 1 Ramadan
1437 6.93° 7.54° 6 Juni 2016 6 Juni 2016 Sama
5. 1 Syawal
1437 4.22° 5.52° 5 Juli 2016 6 Juli 2016 Beda
6. 1 Ramadan
1438 8.15° 7.02° 26 Mei 2017 26 Mei 2017 Sama
7. 1 Syawal
1438 3.35° 6.10° 24 Juni 2017 25 Juni 2017 Beda
Dari lima tahun terakhir, ada beberaapa pelaksanaan ibadah yang
dilakukan bersamaan, dan adapula yang dilakukan secara berbeda. Hal ini
sibebabkan karena standarisasi ketentuannya yang berbeda. Contohnya
seperti pada 1 Syawal 1438 H, hasil hilal tinjauan pemerintah berada pada
67 Hisaabu Al-Falaki Min Taqwiimi An-Nayyiraini, Komunitas Al-Marzuqiyah, Cipinang
Muara.
65
ketinggian 3.35° sedangkan hasil dari Komunitas Al-Marzuqiyah adalah
6.10°. Karena ketentuan pemerintah pada ketinggian 3.00° sudah memasuki
awal bulan baru maka pada tanggal 24 Juni 2017 sudah bisa melaksanakan
Hari Raya Idul Fitri, sedangkan dalam Komunitas Al-Marzuqiyah, ketinggian
6.70° menyatakan bahwa datangnya bulan baru. Maka Komunitas tersebut
merayakan hari yang berbeda dengan pemerintah. Namun, jika hasil
perhitungan pemerintah mencapai standarisasi Komunitas Al-Marzuqiyah
maka dapat dipastikan bahwa pelaksanaan suatu ibadah maupun hari raya
dilakukan secara bersamaan.
66
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Menurut Jumhur Ulama, metode rukyat adalah metode yang paling
disahkan dalam menentukan awal bulan, termasuk juga Imam Hambali,
Hanafi, Syafi’i, dan Maliki. Karena dari keempat Imam tersebut setuju bahwa
dalam menentukan awal bulan baru, harus didasarkan pada metode rukyat.
Imkaanur Rukyat tidak mengesampingkan metode rukyat, melainkan metode
ini adalah mempersatukan kedua metode tersebut, guna tidak
mengesampingkan hadis-hadis yang dalam menentukan awal bulan hanya ada
metode rukyatnya saja.
Menurut Komunitas Al-Marzuqiyah, Imkânur Al-Rukyat adalah sebuah
metode penetapan awal bulan dengan mendahulukan rukyat, kemudian
disempurnakan dengan hisab. Dalam menentukan awal bulan, Komunitas ini
menggunakan ketinggian 6.7°. Hal tersebut tentu berbeda dengan ketinggian
yang ditetapkan oleh Pemetintahan Indonesia (yang menetapkan ketinggian
hilal 2° sudah menandakan awal bulan baru), sehingga dalam melaksanakan
ibadah-ibadah tertentu terkadang terjadi perbedaan.
B. Saran
Melhat perkembangan Ilmu Falak, peminatan dalam ilmu ini pun
meningkat, walaupun tidak signifikan. Sehingga penulis berharap kepada
sivitas akademika untuk menyediakan alat bantu, dalam mempelajarinya,
khususnya dalam menentukan awal Bulan Qamariah.
Dari Komunitas Al-Marzuqiyah, menyarankan kepada Pemerintah
Indonesia umumnya, dan IR MABIMS khususnya, untuk menaikkan
ketinggian hilal dalam menentukan awal bulan, karena sistem penentuan
tersebut dengan ketingian 2°, menganut sistem penentuan awal bulan di Arab
67
Saudi, kemudian kondisi awan di Indonesia berbeda dengan kondisi awan di
Arab Saudi.
Kemudian penullis juga mengharapkan untuk komunitas tersebut, dalam
menentukan awal bulan, untuk menggunakan alat bantu optik, guna
mempermudah dalam menentukan awal bulan.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah U. (2018). Wawancara Pribadi. Cipinang Muara, Jakarta.
Al-Asqalani, I. H. (2013). Bulughul Maram & Dalil-dalil Hukum. Jakarta: Gema Insani.
Al-Banjary, N. H. (2013). Penemu Ilmu Falak. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Ali, Z. (2011). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Alimudin. (2013). Sejarah Ilmu Falak. Ad-Daulah, 104.
Amri, R. (2016). Pemikiran Muhammad Ilyas Tentang Penyatuan Kalender Internasional. Semarang: Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Semarang.
Anwar, S. (2009). Hisab Awal Bulan Qamariah. Yogyakarta: Gramasurya.
Aziz, A. (2012). Islam Dan Masyarakat Betawi. Jakarta: Logos.
Baqir, M. (t.thn.). Fathu Raabi Fii Manakibi Ahmad Al-Marzuqi.
Bashori, M. H. (2015). Pengantar Ilmu Falak. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Fatah, R. A. (2010). Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Badan Hisab Rukyat Depag RI.
Fatimah, S. P. (2011). Analisa Sistem Antrian Sebagai Upaya Meningkatkan Efisiensi Pelayannan Pada PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Kantor Pusat. Tangerang: UNPRI.
Glasse, C. (1999). Ensiklopedi Islam Ringkas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Haetami, A. (2011). Analisa Perbandingan Terhadap Akurasi Waktu Kaender Hijriah, dan Kalender Masehi . Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Haji, D. B. (2004). Selayang Pandang Hisab Rukyat. Direktorat Pembinaan Peradilan Agama.
Hambali, S. (2012). Pengantar Ilmu Falak. Banyuwangi: Bismillah Publisher.
Helmy, M. (2006). Terjemahan Al-Fiqhu Al-Islamiyyu Wa Adllatuhu. Jakarta: Media Utama.
Huda, J. (2011). Penentuan Awal Bulan Qamariah Dalam Perspektif Hizbut Tahrir. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
69
Iqbal, M. (2014). Analisis Imkan Ar-Rukyat Mohd. Zambri Zainudin. Semarang: Walisongo.
Ishak, M. (2010). Penentuan Awal Bulan Ramadhan Dalam Perspektif Masyarakat Basmol- Kembangan- Jakarta Barat. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Izzudin, A. (2007). Fiqih Hisab Rukyah. Ciracas, Jakarta: Erlangga.
Luqman U. (2018). Wawancara Pribadi. Cpinang Muara, Jakarta .
Maskufa. (2009). Ilmu Falaq. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).
Mirshad, A. (2017). Wawancara Pribadi. Masjid Al-Marzuqiyah, Jakarta.
Munawwir, A. W. (1984). Al-munawwir Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP Al-Munawwir.
Murtadho, M. (2008). Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press.
Putri, H. T. (2012). Redefinisi Hilal Dalam Perspektif Fikih Dan Astronomi. Al-Ahkam, 103.
Qulub, S. T. (2012). Mengkaji Konsep Kalender Internasional Gagasan Muhammad Ilyas. UIN Sunan Ampel, 25.
Rahardjo, M. (2017). Sistem Penelitian Kualitatif. Malang: UIN Malang.
Rofiudin, A. A. (2016). Penentuan Hari Dalam Sistem Kalender Hijriah . DPP Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia Merdeka, 119.
Ruskanda, F. (1996). 100 Masalah Hisab & Rukyat. Telaah Syariah, Sains, dan Teknologi. Jakarta: Gema Insani.
Saksono, T. (2007). Mengkompromikan Rukyat & Hisab. Jakarta: Amythas Publicita.
Salimi, M. (2008). Visibilitas Hilal Minimum : Studi Komparatif Antara Kriteria DEPAG RI Dan Astronomi . Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2.
Setyanto, H. (2008). Membaca Langit. Jakarta: Al-Ghuraba.
Waluyo, B. (1991). Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika.
Zen, N. (2011). Sistem Penentuan Awal Bulan Qamariah di Lajnah Falakiyyah Cakung Barat Jakarta Timur. Jakarta: UIN SYarif Hidayatullah.
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TranskripWawancara
Narasumber:AhmadMirshod
1. Bagaimana perkembangan Ilmu Falak di Marzuqiyah ?
Perkembangannya tidak terlalu signifikan, karena hanya orang-orang
tertentu yang bisa menghitung ilmu falak ini, rujukannya ada di kitab
Taqwimun Nayirain karangan Guru Madjid yang mana ia merupakan
murid dari Habib Usman bin Ali bin Yahya, dan ada rumusannya tetang
tatacara menghitung yang terdiri dari 5 asas. Makin kesini makin sedikit
pula yang mampu menghitung dan mau mempelajari ilmu tersebut, dan
juga penghitungannya hanya dilakukan pada hari-hari besar tertentu saja.
Sampai saat ini Al-Marzuqiyah istiqomah menggunakan metodenya Habib
Usman. Yang mana penetapan bulan baru apabila sudah terlihat 7 derajat,
dan seharusnya makin lama ketinggiannya harus meningkat.
2. Bagaimana metode penetapan awal bulan ?
Untuk awal bulan seperti Shafar, Rajab, dan sebagainya kami tidak
mempermasalahkan, entah mau disamakan pemerintah tidak apa-apa.
Tetapi pada hari-hari besar seperti Ramadan, Syawal, da Dzulhijjah kami
melakukan penghitungan tersendiri, dan suka terjadi perbedaan dengan
pemerintah.
3. Apakah metode perhitungannya merujuk pada suatu kitab, dalil, atau
mazhab tertentu ?
Untuk kitab kami merujuk pada kitab Taqwîmun Nayyirain yang disusun
oleh H. Abdul Wardi bin H. Abdul Ghani, untuk dalil kami merujuk pada
surat Ar-rahman ayat 5 yang dijelaskan bahwa “matahari dan bulan
beredar menurut perhitungan”, kata perhitungan ditujukan bagi orang yang
menghitung.
4. Adakah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam menetapkan
awal bulan ?
71
Alat yang digunakan ya sederhana, seperti : kalkulator, patok, tiang,
bambu, kertas, untuk mentaksir bayangan dimana bulan itu akan muncul.
Jadi sebelum matahari terbenam kita pasang patok dulu, nanti kalo
semisalnya cuacanya mendung, kita ga khawatir kehilangan arah bayangan
terahir dari matahari karena kita sudah masang patok tersebut.
5. Siapakah tokoh pertama kali yang menetapkan metode khusus di
Marzuqiyah ?
Habib Usman (Syekh Abdurrahman Al-Mishri), Guru Mansyur, Guru
Madjid, Guru Mughni.
6. Apakah ada perubahan dalam menetapkan awal bulan ?
Belum ada perubahan, dan tidak menggunakan alat, kami mengutamakan
pake mata telanjang.
7. Bagaimana eksistensi jama’ah dalam menghadapi perbedaan dalam
menetapkan awal bulan ?
Dari zamannya Guru Marzuki memang sudah sering terjadi perbedaan,
jadi kami selaku warga sini sudah terbiasa menghadapi hal tersebut.
Misalnya pemerintah menanggalkan 1 Oktober lebaran dan Al-
Marzukiyah 2 Oktober bagi yang ingin mengikuti pemerintah silakan tapi
shalat iednya di tempat lain, dan kami hanya menyediakan untuk tanggal 2
Oktobernya.
8. Bagaimana cara jama’ah menghadapi media ?
Jama’ah tidak dianjurkan untuk berhadapan dengan media, jadi orang yang
menghadapinya harus orang-orang khusus yang mengerti.
72
TranskripWawancara
Narasumber:UstadAbdullah(Uwo)
1. Bagaimana perkembangan Ilmu Falak di Marzuqiyah ?
Perkembangannya tidak terlalu mencolok atau terlihat, masih pada
posisinya saja.
2. Bagaimana metode penetapan awal bulan ?
Untuk metodenya kami menetapkan ketinggian hilal berada pada 6.7° di
bawah itu maka kami nyatakan tidak terlihat, memang ada yang
menyatakan bahwa pada ketinggian 2° pun sudah terlihat, tetapi itu
melalui alat-alat modern, bukan dengan mata telanjang, jadi yang kami
tetapkan itu adalah dengan menggunakan mata telanjang, karena pada
zamannya Guru Marzuki belum masuk alat-alat modern.
3. Apakah metode perhitungannya merujuk pada suatu kitab, dalil, atau
mazhab tertentu ?
Dalilnya kai merujuk pada surat Yaasin ayat 38 “dan matahari berjalan di
tempat peredarannya” dan surat Yunus ayat 5 “ Dia (Allah) yang
menciptakan matahari bersinar, dan bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya
tempat bagi perjalanannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan.
4. Adakah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam menetapkan
awal bulan ?
Alat-alat sederhana, seperti pada umumnya saja, tidak ada alat khusus.
5. Siapakah tokoh pertama kali yang menetapkan metode khusus di
Marzuqiyah ?
Guru Marzuki Bin Mirshod, karena pada saat itu beliau selaku pimpinan
pesantren, walaupun ada yang menyatakan bahwa metode tersebut berasal
dari muridnya.
6. Apakah ada perubahan dalam menetapkan awal bulan ?
Tidak, karena kami komitmen pada angka 6.7° minimal, untuk terlihatnya
hilal.
73
7. Bagaimana eksistensi jama’ah dalam menghadapi perbedaan dalam
menetapkan awal bulan ?
Selama saya disini, belum pernah ada jama’ah yang mempermasalahkan,
kalau ingin duluan ya silakan, kalau ingin sama ya silakan, saya juga tidak
mempermasalahkan
8. Bagaimana cara jama’ah menghadapi media ?
Guru Marzuki lahir lebih dulu dibandingkan media, media itu kan, adanya
pada saat-saat tertentu saja, sebelum ada media pun, kami tidak ada
masalah.
74
TranskripWawancara
Narasumber:UstadLuqman
1. Bagaimana perkembangan Ilmu Falak di Marzuqiyah ?
Dalam perkembangannya, Ilmu Falak di Cipinang Muara berada pada
posisi yang stagnan, tidak bertambah, dan juga tidak berkurang.
Semisalnya ada anak muda yang aktif, lalu mempunyai kesibukan lain,
lalu digantikan oleh orang yang lebih muda, atau yang lebih tua. Intinya
patah tumbuh hilang berganti.
2. Bagaimana metode penetapan awal bulan ?
Untuk metode penetapan kami selaku pengurus tetap berpedoman pada
kitab Sullamun Nayyirain, Taqwîmun Nayyirain yang diutamakan.
3. Apakah metode perhitungannya merujuk pada suatu kitab, dalil, atau
mazhab tertentu ?
Kitabnya Sullamun Nayyirain, dan Taqwîmun Nayyirain.
4. Adakah alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam menetapkan
awal bulan ?
Untuk alat-alat yang digunakan masih alat-alat sederhana.
5. Siapakah tokoh pertama kali yang menetapkan metode khusus di
Marzuqiyah ?
Marzuki Bin Mirshod (Guru Marzuki).
6. Apakah ada perubahan dalam menetapkan awal bulan ?
Dalam perkembangannya kami selalu mempertahankan metode yang
dilakukan oleh Guru Marzuki, kami sama sekali tidak menggunakan alat-
alat modern.
7. Bagaimana eksistensi jama’ah dalam menghadapi perbedaan dalam
menetapkan awal bulan ?
Kami mempunyai metode perhitungan tersendiri, jika hasil kami berbeda
dengan pemerintah, maka bagi jama’ah yang ingin lebaran atau puasa
duluan, maka kami persilakan, tetapi tidak di masjid Al-Marzuqiyah.
8. Bagaimana cara jama’ah menghadapi media ?
75
Untuk menghadapi media kami sarankan kepada ketua atau wakil ketua
Lembaga Ubudiyah saja, jika keduanya tidak ada, maka yang paham
tentang hal tersebut kami persilakan.
76
SILSILAH GURU MARZUKI
CIPINANG MUARA, JAKARTA TIMUR, INDONESIA
SULTAN AHMAD Bergelar Laksana Malayang, Raja Islam Fatani Thailand
MIRSHOD
HASNUM
KHOTIB SA’AD
ABDURRAHMAN
ZAINAB
Mekkah/ Malaysia
SOLEHAH
Rawa Bunga, Jakarta
MALEHAH
Rawa Bunga, Jakarta
HASANAH
Pondok Gede, Bekasi
SYEIKH AHMAD MARZUQI
Ulama/ Guru Besar jakarta
Pendiri Nadhatul Ulama
FATMAH
Rawa Bunga, Jakarta