HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE
PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH
MARINA APRINA NIM. 081000048
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN
MEDAN MARELAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
MARINA APRINA 081000048
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
ABSTRAK
Sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali. Sumur gali mudah terkontaminasi oleh bakteri dari sumber pencemaran. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit seperti diare. Selain itu, sampah juga merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga. Populasi adalah keluarga di Lingkungan 20. Dan dilakukan pemeriksaan air sumur gali yang terdapat pada rumah responden dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air sumur gali, yaitu keberadaan Total coliform tidak memenuhi syarat sebanyak 73,30% sampel air dan keberadaan Escherichia coli tidak memenuhi syarat sebanyak 90% sampel air. Seluruh keluarga (100%) tidak melakukan pemisahan sampah, seluruh keluarga (100%) tidak menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, metode pemusnahan sampah yang baik sebanyak 83,30% dan tidak baik sebanyak 16,70%. Kejadian diare pada anggota keluarga sebanyak 33,30%. Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air dengan kejadian diare (p=1,000) dan (p=0,251).
Sebaiknya Puskesmas mengadakan sosialisasi terhadap penggunaan saringan air dan sanitasi air. Penduduk dapat menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, melakukan pemisahan sampah di rumah, dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air. Kata kunci : kualitas mikrobiologis air, pengelolaan sampah, diare
ABSTRACT
The source of clean water which is mostly used by society is dug well. Dug well is easily contaminated by bacterial from the source of pollution. It can cause the disease like diarrhea. Moreover, waste is the source of disease too and the breeding ground of vector like fly.
The purpose of this research was to know correlation between the quality of microbiological water of dug well and description management of domestic waste with the incidence of diarrhea at family in Terjun Village District Marelan.
This research used the cross sectional design, to know how the correlation the quality of microbiological water of dug well with the incidence of diarrhea and description management of domestic waste. This population are family in environment 20. And do the examination of dug well water in respondent’s house with taking sampel by purposive sampling.
The Result showed that the quality of microbiological water of dug well are the Total of uneligible coliform is 73,30% of water samples and the uneligible Escherichia coli is 90% of water samples. All family (100%) do not seperation the waste, all family do not provide the eligible trash, method of waste destruction that good is 83,30% and not good is 16,70%. Diarrhea happened in every member family is 33,30%. There is no corellation between the quality of the microbiological water with the incidence of diarrhea (p=1,000) and (p=0,251).
Puskesmas should be made the socialization to use the water filter and the water sanitation. The society provide the eligible trash, do separation the waste, and keep healthy behavior of use the water.
Keyword : the quality of microbiological water, management of waste, diarrhea
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Marina Aprina
Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 27 April 1991
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 7 (tujuh) orang
Alamat Rumah : Jl.Karya Darma gg. Ampera No.5 Polonia Medan
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD Kemala Bhayangkari I Medan : Tahun 1996-2002
2. SMP Negeri 1 Medan : Tahun 2002-2005
3. SMA Negeri 4 Medan : Tahun 2005-2008
4. FKM USU : Tahun 2008-2013
RIWAYAT ORGANISASI :
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU
2. Paguyuban KSE USU
3. Ikatan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan (IMAKEL) FKM USU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kualitas
Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda H. Amrin Lubis dan
Ibunda Anisah yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang
serta dukungan dan doa yang tiada pernah henti diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing Ibu Ir.Evi
Naria,M.Kes, Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH yang telah meluangkan waktu dan
pemikirannya dalam memberikan bimbingan, kritikan dan saran kepada penulis
untuk penyempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
6. Lurah Kelurahan Terjun dan Kepala Lingkungkan 20 yang telah memberikan
informasi dan data-data terkait dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Mahyudi, ST, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi
BTKL-PPM Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan
telah membantu dalam menyelesaikan penelitian.
8. Yayasan Karya Salemba Empat dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang
telah memberikan bantuan beasiswa, hal ini sangat membantu dalam
menyelesaikan perkuliahan.
9. Kepada keluargaku Abang Adrian Hilman, STP dan Abang Achmad Luthfi,
SE , Adik Atikah Ramadhani dan Tri Safitri, terima kasih untuk kasih sayang,
dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.
10. Sahabat terbaikku Titan Amaliani, terima kasih untuk semangat, dukungan,
dan doa yang diberikan. Mari bersama kita menggapai impian.
11. Sahabat seperjuangan (Budi, Syofia, Yuni, Lista, Rikky, Hilma, Dani, Zul,
Bidah, Rizky, Ari, Vika, Winda, Nona, Heri, Oji) terima kasih untuk
semangat serta warna kehidupan yang telah ditorehkan selama ini.
12. Untuk Kak Ulfa, Kak Irma, Kak Amalia, Kak Putri, Kak Santi terima kasih
untuk semangat dan dukungan yang diberikan selama ini.
13. Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan (Sri, Rahmi, Wini, Yenni,
Melisa, Leo, Fiesta, Sarah, Ade, dan lainnya) terima kasih untuk semangat
kebersamaan dan dukungan selama perkuliahan ini.
14. Rekan-rekan, senioren, teman-teman, adik-adik di HMI, teman-teman
Paguyuban KSE USU Terima kasih untuk proses belajar yang telah diberikan.
15. Untuk Aulia Fahrozi Kaloko, terima kasih untuk Semangat dan doanya.
16. Untuk semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu, terima kasih banyak untuk semangat, dukungan, dan doa yang
diberikan.
Akhir kata, semoga Allah senantiasa meringankan langkah dalam setiap
aktivitas kita dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2013
Penulis
Marina Aprina
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................ ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ……….….... ................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................... .... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................ .... 5 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... .... 5
1.3.1.Tujuan Umum ................................................................ .... 5 1.3 2.Tujuan Khusus ............................................................... .... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. .... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih .................................................................... .... 7 2.2. Sumber Air .................................................................... .... 8
2.2.1. Air Angkasa (Hujan) ........................................................ 8 2.2.2. Air Permukaan .................................................................. 8 2.2.3. Air Tanah ......................................................................... 8 2.2.4. Sumur ................................................................................ 9
2.3. Mikrobiologi Air .................................................................... .... 10 2.3.1. Bakteri Indikator Polusi ................................................ .... 11
2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi .............. .... 12 2.4. Golongan Air .................................................................... .... 14 2.5. Air dan Penyakit .................................................................... .... 15
2.5.1. Waterborne Mechanism................................................ .... 16 2.5.2. Waterwashed Mechanism ................................................. 16
2.5.3. Water-based Mechanism ................................................. 16 2.5.4. Water Related Insect Vektor Mechanism ......................... 16
2.6. Pengertian Sampah ................................................................. .... 16 2.7. Jenis-Jenis Sampah ……………….. ........................................... 17 2.8. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga .......................................... 18
2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber ........................................................... 18
2.8.2. Tahap Pengangkutan ........................................................ 19 2.8.3. Tahap Pemusnahan ........................................................... 19
2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan ......................................................................... 21 2.9.1. Pengaruh Positif ............................................................... 21
2.9.2. Pengaruh Negatif ............................................................. 22 2.10. Diare ......................................................................................... 23
2.10.1. Pengertian Diare ........................................................... 23 2.10.2. Jenis-Jenis Diare ........................................................... 23 2.10.3. Penyebab Diare ............................................................. 24 2.10.4. Penularan Diare ............................................................. 26 2.10.5. Gejala dan Tanda Diare ................................................. 26 2.10.6. Pencegahan Diare .......................................................... 27
2.11. Landasan Teori ......................................................................... 29 2.12. Kerangka Konsep ...................................................................... 31 2.13. Hipotesa Penelitian .................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 33 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 33
3.2.1. Tempat Penelitian ............................................................. 33 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 34
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 34 3.3.1. Populasi ........................................................................... 34 3.3.2. Sampel ............................................................................. 34
3.4. Objek Penelitian ......................................................................... 35 3.5. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 35
3.5.1. Data Primer ...................................................................... 35 3.5.2. Data Sekunder .................................................................. 35
3.6. Variabel Penelitian ...................................................................... 35 3.6.1. Variabel Independen ........................................................ 35 3.6.2. Variabel Dependen ........................................................... 35
3.7. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 36 3.7.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ............................................................... 36 3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium ....................... 36
3.7.2.1. Alat dan Bahan ..................................................... 37 3.7.2.2. Cara Kerja ........................................................... 38
3.8. Defenisi Operasional ........................................................... 41 3.9. Aspek Pengukuran ............................................................... 41 3.10. Analisa Data ...................................................................... 43
3.10.1. Analisa Univariat ............................................ .... 43 3.10.2. Analisa Bivariat.... ................................................. 43
BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .... ................................................. 44 4.1.1. Keadaan Geografi ......................... ................................................. 44
4.1.2. Gambaran Kependudukan ................ ................................................. 44 4.1.3. Keadaan Kesehatan .......................... ................................................. 45 4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk ............ ................................................. 46
4.2. Analisa Univariat ....................................... ................................................. 46 4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden ................................................. 46 4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... ................................................. 47
4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali ......... ................................................. 49 4.2.4. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali……................ .. 49 4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga…………….. 51
4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga……………………….. 54 4.3. Analisa Bivariat………………………………………………………... 55
4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare…………………………………………………… 55
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali…………………………………….. 57 5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali………………………………………... 60 5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur……………………………………. 61
5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga…………………………………… 62
5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga……………………. 64 5.4.1. Pemisahan Sampah……………………………………………… 64 5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah………………………. 65 5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah……………………………………. 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…………………………………………………………….. 69 6.2. Saran……………………………………………………………………. 70
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 71
DAFTAR TABEL
Hal. Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam ........................... 9 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2012…………………………………………………………. 44
Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012………........ 45
Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011….. 45
Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Tahun 2012……………………………………… 46
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………………………………………………. 47 Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013………………………………………………………… 47
Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…. 49 Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
di Kelurahan Terjun Tahun 2013……………………………………. 50 Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform)
Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………… 51 Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli)
Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………… 51 Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga
di Kelurahan Terjun Tahun 2013……………………………………. 52 Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan
Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………………………………………………... 53
Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013………………………………………………………… 53
Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013………………………………………………………… 54
Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………………………………………………... 54 Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013…. 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian
Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2013
Lampiran 2 Lembar Observasi Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air
Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Lurah
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013
Lampiran 5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari BTKL-
PPM Medan Tahun 2013
Lampiran 6 Peta Kelurahan Terjun
Lampiran 7 Data-Data Penelitian (Output Data SPSS)
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mulia (2005) keadaan lingkungan dapat
memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia
dipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya adalah penyakit yang terjadi di masyarakat
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Seperti halnya masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia, adalah
penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh faktor-faktor biologi di lingkungan
manusia seperti di air, makanan, udara, dan tanah. Penyebab-penyebab tersebut dapat
mengakibatkan kematian dini atas jutaan orang khususnya pada bayi dan anak-anak.
Masalah yang paling dirasakan di negara-negara berkembang, satu diantaranya
yakni empat juta bayi atau anak meninggal setiap tahun akibat diare terutama sebagai
akibat air atau makanan yang tercemar (WHO, 2001).
Kejadian diare juga terjadi pada orang dewasa. Di Amerika Serikat,
diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien
dirawat di rumah sakit setiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang
disebabkan karena diare. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang
termasuk Indonesia lebih banyak dua sampai tiga kali dibandingkan dengan negara
maju (Sudoyo, 2006).
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan dari tahun
2000- 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000, IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24
Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). KLB diare masih sering
terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya cakupan
higiene sanitasi dan perilaku kesehatan yang rendah sering menjadi faktor risiko
terjadinya KLB diare (KemKes RI, 2011). Hasil SKRT (2001) menunjukkan angka
kematian diare pada semua umur sebesar 23 per 100.000 penduduk dan pada balita 75
per 100.000. Hal ini menjadikan diare menempati urutan ke-3 penyebab kematian
pada semua umur.
Pada tahun 2010, dari 549.147 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan
ditangani sebanyak 243.214 kasus (44,29%) sehingga angka kesakitan (IR) akibat
diare per 1000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami peningkatan dari
tahun 2009 yaitu 12,98%. Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu 220
per 1000 penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya
kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus
yang tidak terdata. Di Kota Medan pada tahun 2010, dari 39 puskesmas yang ada
terdapat 88,729 kasus diare dari 2,097,610 penduduk Kota Medan atau sebesar
4,23% kasus yang terjadi (Profil Kesehatan PROVSU, 2010).
Kejadian diare dapat ditularkan melalui air yang merupakan media utama dalam
penularan diare, disamping makanan dan vektor penyakit. Diare dapat terjadi bila
seseorang mengonsumsi air minum yang telah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya maupun tercemar selama perjalanan sampai ke rumah (Widjaja, 2011).
Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air
sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik
sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber
pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang
memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang
mengandung bakteriologi.
Keberadaan sampah juga erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena
pada sampah dapat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteria
pathogen) dan juga binatang sebagai pemindah ataupun penyebar penyakit (vektor)
(Notoatmojo,2007). Penanganan sampah yang tidak memadai, penanganan dan
pengelolaan septic tank yang tidak memenuhi persyaratan menjadi penyebab utama
timbulnya pencemaran mikroorganisme berbahaya pada air terutama Escherichia coli
dan Coliform, apabila dikonsumsi oleh manusia akan mengakibatkan penyakit pada
saluran pencernaan seperti diare.
Menurut Junias dan Balelay (2008) bahwa terdapat hubungan antara kondisi
penggunaan tempat sampah sementara dengan kejadian diare. Dimana pengumpulan
dan pembuangan sampah merupakan rangkaian proses pengelolaan sampah rumah
tangga.
Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri indikator polusi yang
digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia maupun
hewan, merupakan organisme komensal yang ada pada saluran pencernaan manusia
maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat
digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena
dianggap mengandung mikroorganisme patogen berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz,
1992).
Mikroorganisme penyebab penyakit seperti kelompok enterik tersebut dapat
bertahan dalam waktu lama di luar badan. Organisme tersebut dapat ditularkan
secara mekanis oleh lalat yang berkembang biak dalam tumpukan sampah domestik
di sekitar tempat tinggal (WHO , 2001).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan menunjukkan bahwa diare merupakan penyakit kedua terbesar setelah ISPA.
Pada tahun 2011 angka insidens rate tertinggi terdapat pada Kelurahan Terjun
sebanyak 757 kasus dengan angka insidens rate 2,90 per 100 penduduk.
Penderita diare yang tercatat dari Bulan Januari sampai Bulan Agustus tahun
2012 sebanyak 939 orang, terdiri dari 450 orang dari kelompok umur balita dan 489
orang dari kelompok umur > 6 tahun (Data Puskesmas Terjun Kecamatan Medan
Marelan, 2012).
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan bahwa masyarakat Kelurahan
Terjun memperoleh sumber air bersih yang berasal dari PDAM, sumur gali, ataupun
sumur bor. Pada lingkungan 20 Kelurahan Terjun, sekitar 50% penduduk
mendapatkan air bersih dari sumur gali. Jika dilihat secara fisik kondisi air terihat
keruh dan sebagian sumur gali berada pada jarak < 10 m dari sumber pencemaran.
Selain itu, pada sebagian rumah masih terlihat sampah berserakan di halaman
sehingga dapat menjadi tempat hinggap berbagai vektor penyakit seperti lalat.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di
rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan.
1.2. Perumusan Masalah
Kejadian diare yang cukup tinggi dan kondisi sanitasi yang tidak baik terutama
kondisi sumber air bersih yang dekat dengan sumber pencemaran menjadi resiko air
tercemar oleh bakteri yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Selain itu, pada
beberapa rumah masih terlihat sampah berserakan dan terdapat banyak lalat, sehingga
dikhawatirkan dapat menjadi tempat penularan penyakit seperti diare.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis
air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kejadian
diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kandungan mikrobiologis air sumur gali pada keluarga di
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
2. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga pada
keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
3. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada keluarga di Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan.
4. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali penduduk di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan.
5. Untuk mengetahui kualitas fisik pada air sumur gali penduduk di Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan.
6. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali
dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Puskesmas Terjun Kecamatan
Medan Marelan dan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam meningkatkan
upaya pencegahan dan penanggulangan kejadian diare khususnya di
Kelurahan Terjun.
2. Sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat digunakan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang kejadian diare dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat
bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seseorang yang dapat bertahan
hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air dipergunakan untuk memasak,
mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga
dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat
rekreasi, transportasi, dan lainnya. Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit
kepada manusia. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-
mana (Chandra, 2007).
Air sangat diperlukan oleh manusia. Air diperlukan untuk minum, memasak,
mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua
ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kwantitas maupun
kwalitasnya (Entjang, 2000).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Permenkes No.416 Tahun 1990).
2.2. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber.
Menurut Chandra (2007) air dapat dibagi sebagai berikut:
2.2.1. Air Angkasa (Hujan)
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi
merupakan air yang bersih, namun air tersebut mengalami pencemaran ketika berada
di atmosfer. Pencemaran di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu,
mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida, nitrogen, dan amonia).
2.2.2. Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk,
rawa, air terjun, dan sumur permukaan. Air permukaan sebagian besar berasal dari air
hujan. Air hujan tersebut kemudian dapat mengalami pencemaran baik oleh tanah,
sampah, dan lainnya.
Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Mutu atau kualitas baku
b. Kuantitas
c. Kontinuitas
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air
yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.
2.2.3. Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan
menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan
tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan
terjadinya kesadahan air. Kesadahan pada air akan menyebabkan air mengandung zat-
zat mineral (kalsium, magnesium, dan logam berat) dalam konsentrasi. Akibatnya,
apabila menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang digunakan tidak akan
berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.
2.2.4. Sumur
Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan
oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Sumur terbagi atas dua, yaitu
(Chandra, 2007):
a. Sumur dangkal (shallow well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas
permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak
terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari
kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu
diperhatikan.
b. Sumur dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan
oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi
dan memenuhi persyaratan sanitasi.
Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam Sumur dangkal Sumur dalam Sumber air Air permukaan Air tanah Kualitas air Kurang baik Baik Kualitas bakteriologis
Kontaminasi Tidak terkontaminasi
Persediaan Kering pada musim kemarau
Tetap ada sepanjang tahun
Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan Tahun 2006
2.3. Mikrobiologi Air
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti
udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai),
kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya. Mikroorganisme
tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak
cocok. Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya
bagi kesehatan.
Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung
dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992) :
1. Sumber air
Sumber air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalamnya,
misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah
(sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.
2. Komponen nutrien dalam air
Air terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang
dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti mikroorganisme saprofit
organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman
dan bangkai hewan.
3. Komponen beracun
Komponen beracun dalam air memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
dalam air tersebut. Seperti Hidrogen Sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme
pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan
mikroorganisme lainnya. Selain itu komponen-komponen metalik, asam-asam
organik maupun anorganik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh
mikrooganisme dan kehidupan lainnya dalam air.
4. Organisme air
Adanya organisme lain dalam air dapat memengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme air. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah
bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri.
Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh
bakteri lainnya.
5. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik,
aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat memengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme. Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air buangan selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air
tersebut. Misalnya, air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia
mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Escherichia coli,
streptokoki fekal, atau Clostridium perfringens.
2.3.1. Bakteri Indikator Polusi
Jenis mikrooorganisme air yang dapat mencemari air dan dapat digunakan
sebagai indikator pencemaran pada air atau indikator sanitasi adalah bakteri yang
berasal dari kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut adalah
organisme komensal yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia maupun
hewan.
Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat
digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena
dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan,
terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan.
2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi
Ada berbagai jenis bakteri indikator polusi, antara lain yaitu (Fardiaz, 1992):
1. Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup
secara normal dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut
juga Coliform fecal. Escherichia coli adalah grup koliform yang mempunyai
sifat dapat memfermentasi lactose dan dapat memproduksi asam dan gas pada
suhu 37◦C maupun suhu 44.5+0.5◦C dalam waktu 48 jam. Escherichia coli
adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat gram
negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora.
Keberadaan Escherichia coli dan fecal coliform diakibatkan oleh pencemaran
tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen dalam air. Bakteri-
bakteri yang mencemari air ini memiliki resiko yang langsung dapat dirasakan
oleh manusia yang mengonsumsinya.
Sedangkan bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim
digunakan sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi
patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Ciri-ciri bakteri koliform
antara lain bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak
membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam
dan gas pada suhu 35°C-37°C. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia seperti
mual, nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada
beberapa kasus bisa kejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi (Dirgantara,
2010).
Menurut Permenkes No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air bahwa kadar maksimum mikrobiologi yaitu total coliform yang
diperbolehkan dalam jumlah per 100ml air bersih adalah 50.
2. Streptococcus fekal
Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat
atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang disebut kokobasili.
Streptococcus fekal dapat dibedakan dari streptococcus lainnya karena bakteri ini
hidup dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan
dapat tumbuh pada suhu 45◦C. Streptococcus fekal terdiri dari semua anggota
yang termasuk Streptococci lancefield Grup D, yaitu S.faecalis, S.faecium,
S.durans, S.bovis dan S.equinus. Streptococcus fekal lebih tahan hidup dalam air
dibandingkan dengan Coliform fecal.
3. Clostridium perfringerns
C.perfringerns merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang
dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di dalam tanah, debu, dan
merupakan bagian dari mikroflora normal dalam saluran usus manusia dan
hewan. Bakteri ini bersifat anerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi
aerobik meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.
Bakteri ini merupakan bakteri patogen penyebab keracunan.
2.4. Golongan Air
Air secara bakteriologi dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-
golongan air tersebut, antara lain (Chandra, 2007):
1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform
dan pathogen atau zat kimia beracun.
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<50/100 cc.
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100cc.
4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100cc.
5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100cc.
MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari
bakteri koliform dalam 100cc air).
Menurut Peraturan Pemerintah no. 20 tahun 1990, air dibagi kedalam empat
golongan berdasarkan peruntukkannya, yaitu sebagai berikut:
1. Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
2.5. Air dan Penyakit
Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air
disebut waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit
tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Berikut beberapa contoh
penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya yaitu
(Chandra, 2007):
1. Penyakit viral, misalnya hepatitis, viral, poliomyelitis.
2. Penyakit bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare.
3. Penyakit protozoa, misalnya ameabiasis, giardiasis.
4. Penyakit Helmintik, misalnya askariasis, whip worm, hydatid disease.
5. Leptospiral,misalnya Weil’s disease.
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit
sendiri terbagi menjadi empat macam, yaitu (Chandra, 2007) :
2.5.1. Waterborne Mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain
kolera, tifoid, hepatitis, viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.
2.5.2. Waterwashed Mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
2.5.3. Water-based Mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang
menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate
host yang hidup dalam air. Contohnya skistomiasis dan penyakit akibat Dracunculus
medinensis.
2.5.4. Water-related insect vektor Mechanism
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak
dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
2.6. Pengertian Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang
berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika, membuat batasan,
sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang
dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat yang tidak
digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah mengandung
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.
b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.
c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (UU no. 18 tahun
2008).
2.7. Jenis-Jenis Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu (Chandra, 2007):
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:
a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,
misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.
b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,
misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu, plastik, kain
bekas, dan sebagainya.
b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/
logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.
Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah yang
berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk,
sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lainnya.
2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua, kaleng bekas,
dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik, dan sisa kain.
3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah,
gedung, dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar
seperti, meja, kursi, kulkas, radio,dan peralatan dapur.
2.8. Pengelolaan sampah rumah tangga
Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dianggap baik jika
sampah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi
media perantara penyebaran luas suatu penyakit (Azwar, 1996).
Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah sampah
padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut
(Chandra, 2007):
2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber
Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah organik dan
anorganik. Sampah organik dan anorganik yang dihasilkan sebaiknya dipisahkan dan
dikumpulkan pada tempat sampah yang berbeda (Dwiyatmo, 2007).
Adapun tempat sampah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut (Azwar, 1996):
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor untuk mencegah berserakannya
sampah.
b. Memiliki tutup, untuk mencegah bau busuk dan menjadi tempat hinggap lalat
serta mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan sementara, kemudian sampah dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam rumah sampah yang berbentuk bak besar. Pengelolaan rumah
sampah dapat diserahkan pada pemerintah setempat atau masyarakat secara
bergotong-royong.
2.8.2. Tahap Pengangkutan
Dari rumah sampah, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA)
atau tempat pemusnahan sampah dengan diangkut oleh truk pengangkut sampah
yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota, untuk selanjutnya dilakukan
pemusnahan terhadap sampah tersebut.
2.8.3. Tahap Pemusnahan
Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang dan dimusnahkan.
pembuangan atau pemusnahan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu
sehingga tidak menganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi
dalam membangun tempat pembuangan sampah akhir, yaitu (Azwar, 1996):
a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air
lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan lainnya).
b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.
Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari
perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.
Dalam tahap pembuangan atau pemusnahan sampah, terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan antara lain (Chandra, 2007):
a. Sanitary landfill
Pembuangan sampah dengan cara menimbun dengan tanah lapis demi lapis,
sehingga sampah tidak berada di alam terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan
bau serta tidak menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit.
b. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik
oleh kuman-kuman pembusuk, menjadi pupuk. Kompos dapat dibuat untuk
meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya
menjadi lebih bermanfaat secara ekologis.
c. Hot feeding
Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak adalah sampah organik,
seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan. Sampah tersebut harus
diolah (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan
trchionosis ke hewan ternak. Metode pemusnahan sampah jenis ini umumnya
dilakukan pada lingkup rumah tangga.
d. Dumping
Cara Pembuangannya dengan diletakkan begitu saja di tanah. Cara ini banyak
dilakukan di negara-negara yang masih berkembang. Hal ini tentu saja banyak segi
negatifnya.
e. Dumping in Water
Cara pembuangannya sama dengan dumping tetapi dibuang ke dalam air (sungai
atau laut). Hal ini akan menimbulkan banyak kerugian, misalnya dapat mengotori
permukaan air, memudahkan berjangkitnya penyakit, dan lain sebagainya.
f. Individual inceneration
Pembakaran sampah yang dilakukan perorangan di rumah tangga.
g. Recycling
Pengolahan sampah dengan cara ini bertujuan memakai kembali sampah yang
masih bisa dipakai, misalnya kaleng, kaca, dan sebagainya.
2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan
lingkungan, yaitu sebagai berikut (Mukono, 2006):
2.9.1. Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif,
sebagai berikut (Chandra, 2007) :
a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk
sampah terhadap ternak.
d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak
serangga atau binatang pengerat.
e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah.
2.9.2. Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial masyarakat, sebagai
berikut :
a. Pengaruh terhadap kesehatan
1. Sampah dapat menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti lalat yang
dapat menyebabkan kejadian diare.
2. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor
penyakit hidup berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas
yang berisi air hujan.
b. Pengaruh terhadap lingkungan
1. Estetika lingkungan
2. Penurunan kualitas udara
3. Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air
c. Pengaruh terhadap Sosial Masyarakat
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan sosial budaya
masyarakat setempat.
2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok akan menurunkan minat dan
hasrat orang lain (turis) untuk berkunjung ke daerah tersebut.
2.10. Diare
2.10.1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 ml/ jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair dan disertai dengan frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000).
Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
2.10.2. Jenis-Jenis Diare
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset of action),
yaitu (Widoyono, 2008):
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut
gejalanya mulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, dan pemulihan biasanya
terjadi dalam waktu 3-7 hari (Ramaiah, 2000).
Diare akut dapat disebabkan oleh gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk
ke dalam usus halus, jasad renik yang berkembang pesat dalam usus halus, racun
yang dikeluarkan oleh bakteri, kelebihan cairan usus akibat racun (Widjaja, 2004).
Diare ini dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang disebabkan oleh
hilangnya air dan garam dalam jumlah yang besar dari tubuh yang disebut dehidrasi
(WHO, 1999).
2. Diare Kronik
Diare ini ditandai dengan penularan tinja encer dan disertai darah, gejala
berlangsung lebih dari 14 hari, dan disertai dengan penurunan berat badan (Ramaiah,
2007).
Pada diare menetap (kronik), kejadiannya lebih kompleks yang disebabkan
karena adanya gangguan bakteri, jamur, dan parasit, malabsorpsi kalori, dan
malabsorpsi lemak (Widjaja, 2004).
2.10.3. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut
(Widjaja, 2004):
1. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut:
1. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera).
2. Infeksi basil (disentri).
3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).
5. Infeksi jamur (candidiasis).
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan.
7. Keracunan makanan.
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat
Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan
diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah
perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b. Malabsorpsi lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.
Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul
karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung
lemak.
3. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang , jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis. Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan karena infeksi dan
keracunan.
2.10.4. Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal dengan mekanisme seperti berikut
(Widoyono, 2011):
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare kepada orang yang memakannya.
2.10.5. Gejala dan Tanda Diare
Kejadian diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda diare, antara
lain (Widoyono, 2011):
1. Gejala umum
a. Berak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas diare.
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibrio cholera, ditandai dengan diare hebat, warna tinja sepertian cucian beras
dan berbau amis.
b. Disenteriform, ditandai dengan tinja yang berlendir dan berdarah.
2.10.6. Pencegahan Diare
Menurut Kementerian Kesehatan (2011), cara melakukan pencegahan diare
yang benar dan efektif adalah :
a. Perilaku Sehat
Pencegahan pada Bayi
Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada bayi adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun,
ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. ASI bersifat steril
sehingga menghindarkan anak dari bahaya dan bakteri lain yang akan
menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare.
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, makanan tambahan
yang bergizi dan bersih, dimulai ketika anak berumur 4-6 bulan.
3. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh
karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
Pencegahan pada Anak-Anak dan Orang Dewasa
1. Mencuci tangan, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.
2. Menggunakan jamban, keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus
diperhatikan oleh keluarga yaitu, keluarga harus mempunyai jamban yang
berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, bersihkan
jamban secara teratur, dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
b. Penyehatan Lingkungan
Selain berperilaku yang sehat, kejadian diare juga dapat dicegah dengan menjaga
lingkungan agar selalu bersih dan sehat, sebagai berikut:
a. Penyediaan air bersih, penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas
mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sumber air juga harus dijaga dari
pencemaran oleh hewan dan sumber air terletak < 10m dari septic tank. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui
air antara lain adalah diare, kolera, disentri, dan lainnya.
b. Pengelolaan sampah, pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah
penularan penyakit yang penularannya melalui vektor penyakit seperti lalat,
tikus, dan lainnya . Oleh karena itu, tempat sampah harus disediakan, sampah
harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.
Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun
atau dibakar.
c. Sarana pembuangan air limbah, Air limbah baik limbah pabrik atau limbah
rumah tangga harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi sumber penularan
penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan
menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk dan bersarangnya tikus.
2.11. Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini mengacu pada teori simpul yang
menjelaskan bahwa kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh empat
simpul, yaitu (Achmadi, 2008) :
a. Simpul 1, Sumber penyakit
Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah
komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
kontak secara langsung atau melalui media perantara (juga komponen lingkungan).
Agent penyakit dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu, mikroba, kelompok
fisik (kebisingan, kekuatan cahaya, dan lainnya), kelompok bahan kimia
(cadmium, merkuri, dan lainnya).
b. Simpul 2, Media Transmisi Penyakit
Media transmisi adalah komponen-komponen yang berfungsi dalam memindahkan
agent penyakit kedalam tubuh manusia. Ada lima komponen yang termasuk
sebagai media transmisi penyakit, yaitu : udara, air, tanah/pangan,
binatang/serangga, manusia/langsung.
c. Simpul 3, Perilaku Pemajanan
Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen
lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit.
d. Simpul 4, Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk
dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Kejadian
penyakit dapat diidentifikasi melalui diagnosis laboratorium ataupun anamnase.
2.12. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
- Kandungan Total coliform
- Kandungan Escherchia coli
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
- Pemisahan sampah
- Tempat pembuangan sampah
- Metode pemusnahan sampah
Kejadian Diare pada Keluarga
PERMENKES NO.416 TAHUN 1990
2.13. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Ho : Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan
kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan
b. Ha : Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali
dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik dengan desain
cross sectional, dimana dilakukan pengamatan terhadap objek, wawancara dengan
menggunakan kuesioner dalam waktu bersamaan/tertentu untuk mengetahui
hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di
rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan
Marelan. Alasan untuk memilih lokasi ini karena:
1. Pada umumnya penduduk di lingkungan 20 yang diobservasi menggunakan
sumber air bersih berasal dari sumur bor dan sumur gali. Dimana air sumur
tersebut rentan terjadi pencemaran mikrobiologis air.
2. Masyarakat lingkungan 20 menggunakan air sumur untuk aktivitas sehari-hari
seperti mandi, mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur, dan lainnya.
3. Pengolahan sampah rumah tangga yang kurang baik dilihat dari sampah yang
masih berserakan pada beberapa rumah dapat menimbulkan datangnya vektor
penyakit.
4. Berdasarkan data Puskesmas Terjun, diare menempati urutan kedua dalam 10
penyakit terbesar di Puskesmas tersebut. Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan
yang banyak terdapat kejadian diare dibanding dengan kelurahan lainnya.
Pemeriksaan sampel air dilakukan di Laboratorium Balai Besar Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM), Jl.
KH. Wahid Hasyim no. 15 Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari - April 2013
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di lingkungan 20 Kelurahan
Terjun dan sumur gali yang terdapat pada rumah setiap keluarga di lingkungan 20
Kelurahan Terjun.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling berdasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
- Keluarga yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih.
- Sumur gali yang berada pada jarak < 10 meter dari sumber pencemaran
yaitu septic tank.
Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka jumlah sampel adalah 30 keluarga di
Lingkungan 20 Kelurahan Terjun.
3.4. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sumur gali yang merupakan sumber air bersih
dan pengelolaan sampah di rumah tangga.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Data Primer
Data diperoleh langsung dengan melakukan observasi dan wawancara kepada
masyarakat meliputi kejadian diare, pengelolaan sampah di rumah tangga dengan
kuesioner yang telah dipersiapkan. Serta data tentang kualitas mikrobiologis air
sumur gali yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium.
3.5.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan
tentang kejadian diare, dan Kantor Kelurahan Terjun diperoleh data penduduk
Kelurahan Terjun.
3.6. Variabel Penelitian
3.6.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air
sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli), pengelolaan sampah di rumah
tangga yang meliputi tahap pemisahan sampah, tempat pembuangan sampah, dan
metode pemusnahan sampah.
3.6.2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare.
3.7. Pelaksanaan Penelitian Pemeriksaan Mikrobiologis Air Sumur Gali
(Total Coliform dan Escherechia coli)
3.7.1. Pengambilan Sampel Air dan Pengiriman ke Laboratorium
1. Dibuka kertas yang ada di botol yang sudah disterilkan secara perlahan.
2. Lalu lilitkan tali yang ada mengelilingi botol ke tangan seperlunya.
3. Buka botolnya yang dilapisi dengan koran, panaskan dengan menggunakan
pinset dan spritus, usahakan jangan sampai terkena sesuatu yang dapat
memengaruhi sterilnya botol.
4. Uraikan tali yang dililitkan pada tangan, dan masukkan botol ke dalam sumur
dengan tenang, teliti dan hati-hati, agar tidak menyentuh dinding sumur
sehingga tidak terkontaminasi, batas mininimal 10cm dalam air (bila tinggi air
memungkinkan).
5. Ambil airnya dgn ¾ air dari botol, krn ¼ untuk bernapas e.coli.
6. Angkat perlahan ke atas, Kemudian sterilkan mulut botol dengan dipanaskan
pada api spritus.
7. Berikan label pada botol, yang terdiri dari nama dan alamat, waktu dan
tanggal pengambilan, tempat sampel air diambil, asal sampel air.
3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium
Untuk menentukan adanya Total coliform dan Escherechia coli di dalam air
dipakai sistem Multiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most
Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang
telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda : 5x10 ml, 5x1 ml,
5x0,1ml.
3.7.2.1. Alat dan Bahan
Alat :
a. Inkubator 37◦C dan 44,5◦C
b. Inokulum Equipment
c. Kawat ose
d. Petri Disk
e. Pipet ukur 10ml; 1ml
f. Rak tabung reaksi
g. Tabung durham
Bahan :
a. BGLB (Brilian Green Lactosa bile Broth)
b. Larutan pengencer
c. Lauryl Tryptose Broth (LTB)
d. Reagen konvacs
e. Sampel air
f. Trypton water
3.7.2.2. Cara Kerja
Uji kualitas Mikrobiologis air melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Total Coliform
1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB)
- Cara pemeriksaan:
a. Siapkan 15 tabung reaksi yang masing-masing berisi media Lauryl Tryptose
Broth pada tabung durham.
b. Air ditanam pada 5 tabung masing-masing 10ml, 1 ml, 0,1ml, dan dituliskan
standart portion; 5 x 10ml; 5 x 1ml; 1 x 0,1ml
c. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 37◦C. Tabung positif adalah tabung
yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan
dengan tes penegasan.
2. Tes Penegasan (Confirmation Test)
Media yang dipergunakan adalah Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%).
Tes ini dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.
- Cara Pemeriksaan :
a. Tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose ke dalam
tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung
Presumtif diinokulasikan ke dalam tabung BGLB 2%.
b. Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 35◦C selama 24-48
jam, untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain
diinokulasikan pada suhu 44,5◦C selama 24 jam untuk memastikan adanya
koli tinja.
c. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB
2%yang menunjukkan positif gas.
Hitung MPN Total coliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung
BGLB yang positif, dari jumlah tabung BGLB yang positif dibaca pada tabel MPN.
b. Pemeriksaan Escherechia coli
1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)
Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB)
- Cara Pemeriksaan :
a. Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel 10ml; 0,1ml;
1ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar
atau air pengolahan.
- Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10ml sampel
- Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1;0,1ml sampel
b. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam
masing-masing tabung media LTB.
c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media
bercampur rata.
d. Inkubasikan pada suhu 35◦C±0,5◦C selama 24 jam±2 jam.
- Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung
fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikan
kembali sampai 48 jam ±3jam.
e. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu
48jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif. Bila pada
tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3
jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif.
f. Kemudian tabung-tabungnya positif dilanjutkan ke tes penegasan.
2. Tes Penegasan (Confirmation Test)
- Cara Pemeriksaan :
a. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian
dipindahkan dengan ose ke dalam media tryptone water.
b. Inkubasikan pada incubator suhu 44,5◦C selama 24 jam ± 2 jam.
c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 – 0,3 ml reagen kovacks ke dalam
masing-masing tabung tryptone water.
- Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes
penegasan dinyatakan postif.
- Bila tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes
penegasan dinyatakan negatif.
Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah
tabung tryptone water yang positif Escherichia coli, jumlah tabung tryptone water
yang positif dibaca pada tabel MPN.
3.8. Defenisi Operasional
1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali adalah kualitas air yang memenuhi
persyaratan kualitas mikrobiologis air.
2. Pengelolaan sampah di rumah tangga adalah kegiatan yang terdiri dari:
a. Pemisahan sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik yang
dilakukan oleh keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan.
b. Tempat pembuangan sampah yaitu adanya tempat pembuangan sampah di
rumah tangga yang memenuhi syarat.
c. Metode pemusnahan sampah yaitu cara yang dilakukan setiap keluarga
untuk meniadakan sampah yang dihasilkan di rumah tangga.
3. Kejadian diare adalah keadaan yang dialami oleh anggota keluarga di
Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berupa buang
air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan konsistensinya cair dalam 6
bulan terakhir.
3.9. Aspek Pengukuran
1. Pengukuran kualitas mikrobiologis air (Total coliform dan Escherichia coli)
dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan Permenkes no.416
tahun 1990).
a. Memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam air bersih
dalam jumlah per 100ml air adalah 50 dan kandungan Escherechia coli 0.
b. Tidak memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam jumlah per
100ml air bersih > 50 dan kandungan Escherechia coli > 0.
2. Pengukuran untuk variabel pengelolaan sampah di rumah tangga yaitu :
a. Pemisahan sampah (Dwiyatmo, 2007)
1. Ya, jika melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.
2. Tidak, jika tidak melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik
b. Tempat pembuangan sampah (Azwar, 1996)
1. Memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah kuat,
memiliki tutup, dan kedap air.
2. Tidak memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah :
a. kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air.
b. tidak kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air.
c. Metode pemusnahan sampah
1. Baik, jika sampah rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan.
2. Tidak baik, jika sampah rumah tangga dibakar, dibuang sembarangan
atau dibuang ke sungai.
3. Pengukuran kejadian diare yaitu :
1. Ya, jika ada anggota keluarga menderita diare dalam 6 bulan terakhir.
2. Tidak, jika anggota keluarga tidak menderita diare dalam 6 bulan terakhir.
3.10. Analisa Data
Data yang diperoleh lalu dikumpulkan, diedit untuk memeriksa kelengkapan
data, dan diberi kode untuk memudahkan proses entri data.Selanjutnya dilakukan
analisa data yang meliputi:
3.10.1. Analisa Univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel-variabel penelitian yaitu
kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli) yang
telah diperiksa di laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes No.416 Tahun
1990, data tentang pengelolaan sampah di rumah tangga, serta kejadian diare.
3.10.2. Analisa Bivariat
Variabel Kualitas mikrobiologis air bersih, pengelolaan sampah di rumah
tangga, dan kejadian diare akan dianalisa dengan menggunakan uji chi-square, untuk
melihat hubungan antara variabel. Menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05),
jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka digunakan uji exact fisher.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografi
Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Medan Marelan. Kelurahan Terjun terdiri atas 22 lingkungan dengan luas wilayah
16,05 Km2. Kelurahan Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : P. Sicanang Medan Labuhan
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tanah 600 Medan Marelan
c. Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang
d. Sebelah Timur : Kelurahan Paya Pasir / Rengas Pulau Medan Marelan.
4.1.2. Gambaran Kependudukan
Kelurahan Terjun memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.113 jiwa dengan
jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 6378 KK. Jumlah penduduk perempuan
lebih banyak sebesar 13.451 jiwa (51,51%) dibandingkan jumlah penduduk laki-laki
sebesar 12.662 jiwa (48,49%). Dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Laki-laki 12.662 48,49 2. Perempuan 13.451 51,51
Jumlah 26.113 100,00 Sumber: Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012
Dilihat dari segi pekerjaan, penduduk di Kelurahan Terjun paling banyak
bekerja sebagai wiraswata sebesar 2447 jiwa (30, 49%).
Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012 No. Pekerjaan Jumlah Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 250 3,11 2. TNI AD, AU, AL 82 1,02 3. Tenaga Medis 62 0,77 4. POLRI 51 0,63 5. Guru 158 1,97 6. Tani 2.015 25,11 7. Nelayan 1.034 12,88 8. Pegawai BUMN 90 1,12 9. Wiraswasta 2.447 30,49 10. Pedagang 629 7,84 11. Dan lain – lain 1.208 15,05 Jumlah 8.026 100,00
Sumber : Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012
4.1.3. Keadaan Kesehatan
a. Keadaan Penyakit Terbesar di Puskesmas
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat 10 penyakit terbesar yang diderita
penduduk dalam dua tahun terakhir.
Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011 No. Nama Penyakit Jumlah Persentase
1. ISPA 2.807 33,80 2. DIARE 1.779 21,40 3. GIGI 1.536 18,50 4. GASTERITIS 479 5,80 5. HIPERTENSI 490 5,90 6. P.DM 359 4,30 7. MATA 331 4,00 8. TB PARU 310 3,70 9. SCABIES 117 1,40 10. KECACINGAN 93 1,10 Jumlah 1.257 100,00
Sumber : Data Pusksesmas Terjun Tahun 2011
Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa diare menempati urutan kedua tertinggi
yaitu sebanyak 1779 penderita (21,40%). Kejadian diare dapat disebabkan
diantaranya karena ketersediaan air bersih bagi penduduk.
4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk
Sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk di Kelurahan Terjun pada
Lingkungan 20 adalah sumur gali dan sumur bor.
Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Kelurahan Terjun Tahun 2012
No. Jenis Sarana Jumlah Persentase
1. Sumur Gali 75 50,00 2. Sumur Bor 75 50,00 Jumlah 150 100,00
Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa penduduk di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun menggunakan sumur gali dan sumur bor sebagai sarana air bersih
masing-masing sebanyak 50% penduduk.
4.2. Analisa Univariat
Berdasarkan wawancara dan hasil observasi di Lingkungan 20 Kelurahan
Terjun, hasil yang didapat di lapangan adalah sebagai berikut.
4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden
Gambaran karakteristik responden yang meliputi umur dan pekerjaan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur (tahun) a. 15 – 24 4 13,30 b. 25 – 49 16 53,30 c. >50 10 33,30
Jumlah 30 100,00 2. Pekerjaan a. Ibu Rumah Tangga 18 60,00 b. Pedagang 9 30,00 c. Pegawai Swasta 1 3,30 d. Buruh 2 6,70
Jumlah 30 100,00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, paling banyak
responden berusia antara 25 – 49 tahun yaitu 16 orang (53,30%). Untuk pekerjaan,
paling banyak responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 18 orang (60,00%).
4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali
Hasil observasi di lapangan dapat dijelaskan konstruksi sumur gali di
Lingkungan 20 Kelurahan Terjun sebagai berikut.
Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Konstruksi Sumur Gali Jumlah Persentase
A. Tutup Sumur 1. Ada 4 13,30 2. Tidak 26 86,70 Jumlah 30 100,00 B. Bibir Sumur 1. > 80 cm, bahan kedap air 26 86,70 2. < 80 cm, bahan kedapair 4 13,30 Jumlah 30 100,00 C. Cincin Sumur 1. 3 m, bahan kedap air 28 93,30 2. < 3 m, bahan kedap air 2 6,70 Jumlah 30 100,00 D. Lantai Sumur
1. 1 m atau lebih, kedap air 30 100,00 Jumlah 30 100,00 E. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 1. 10 m, kedap air 16 53,30 2. < 10 m, kedap air 14 46,70 Jumlah 30 100,00 F. Jarak dengan Pembuangan Limbah (Parit) 1. > 10 m 16 53,30 2. < 10 m 14 46,70 Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa sumur gali yang memiliki tutup
sebanyak 4 sumur (13,30%) dan tidak memiliki tutup sebanyak 26 sumur (86,70%),
bibir sumur yang > 80 cm dan bahan kedap air sebanyak 26 sumur (86,70%) dan bibir
sumur < 80 cm sebanyak 4 sumur (13,30%), cincin sumur yang 3 m dan bahan kedap
air sebanyak 28 sumur (93,30%) dan cincin < 3 m sebanyak 2 sumur (6,70%),
keseluruhan lantai sumur (100,00%) adalah 1 m atau lebih dan kedap air, SPAL yang
10 m dan kedap air sebanyak 16 sumur (53,30%) dan SPAL < 10 m sebanyak 14
sumur (46,70%), dan jarak dengan pembuangan limbah (parit) yang > 10m sebanyak
16 sumur (53,30%) dan < 10 m sebanyak 14 sumur (46,70%).
Berdasarkan pada sumur gali yang diperiksa, keseluruhan sumur gali tidak
memenuhi syarat kesehatan karena tidak memiliki satu atau lebih konstruksi
persyaratan yang telah ditetapkan.
Lanjutan Tabel 4.6.
4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Gambaran kualitas fisik air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan TerjunTahun 2013 No. Kualitas Fisik Air Sumur Gali Jumlah Persentase
1.
Jerni Berwarna a. Ya b. Tidak
16 14
53,30 46,70
Jumlah 30 100,00 2. Berasa
a. Ya b. Tidak
16 14
53,30 46,70
Jumlah 30 100,00 3. Berbau
a. Ya b. Tidak
16 14
53,30 46,70
Jumlah 30 100,00 Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa air sumur yang berwarna, berasa, dan
berbau sebanyak 16 air sumur (53,30%), sedangkan air sumur yang tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau sebanyak 14 air sumur (46,70%).
4.2.4. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali
Gambaran kualitas mikrobiologis air sumur gali di Kelurahan Terjun di
Lingkungan 20 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Hasil ini kemudian akan
dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dimana kualitas
air bersih yang memenuhi syarat yaitu Total coliform < 50/100ml sampel air dan
Escherichia coli 0.
Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No Sampel Hasil
Pemeriksaan Total
coliform
Persyara- Tan
Ket Hasil Pemeriksaan Escherecia
coli
Persyara- tan
Ket
1. Sampel 1 1600
50/100 sampel
TMS 70
0
TMS 2. Sampel 2 48 MS < 1,8 MS 3. Sampel 3 48 MS < 1,8 MS 4. Sampel 4 48 MS < 1,8 MS 5. Sampel 5 220 TMS 9,3 TMS 6. Sampel 6 >1600 TMS 48 TMS 7. Sampel 7 1600 TMS 350 TMS 8. Sampel 8 540 TMS 49 TMS 9. Sampel 9 920 TMS 240 TMS 10. Sampel 10 920 TMS 240 TMS 11. Sampel 11 1600 TMS 39 TMS 12. Sampel 12 4,5 MS 4,5 TMS 13. Sampel 13 6,8 MS 6,8 TMS 14. Sampel 14 6,8 MS 6,8 TMS 15. Sampel 15 1600 TMS 47 TMS 16. Sampel 16 1600 TMS 47 TMS 17. Sampel 17 1600 TMS 47 TMS 18. Sampel 18 1600 TMS 47 TMS 19. Sampel 19 1600 TMS 47 TMS 20. Sampel 20 1600 TMS 33 TMS 21. Sampel 21 1600 TMS 47 TMS 22. Sampel 22 >1600 TMS 47 TMS 23. Sampel 23 6,8 MS 6,8 TMS 24. Sampel 24 6,8 MS 6,8 TMS 25. Sampel 25 1600 TMS 110 TMS 26. Sampel 26 >1600 TMS 79 TMS 27. Sampel 27 >1600 TMS 49 TMS 28. Sampel 28 1600 TMS 110 TMS 29. Sampel 29 >1600 TMS 23 TMS 30. Sampel 30 1600 TMS 49 TMS Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat
Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform) Air Sumur Gali
Kelurahan Terjun Tahun 2013 No. Kualitas Total coliform Jumlah Persentase
1. Memenuhi Syarat 8 26,70 2. Tidak Memenuhi Syarat 22 73,30 Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 22 sampel
(73,30%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total coliform),
sedangkan 8 sampel (26,70%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total
coliform) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.
Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli) Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas Escherechia coli Jumlah Persentase
1. Memenuhi Syarat 3 10,00 2. Tidak Memenuhi Syarat 27 90,00 Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.10. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 27 sampel
(90,00%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia coli),
sedangkan 3 sampel (10,00%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia
coli) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.
4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Pengelolaan Sampah Jumlah Persentase
A. Pemisahan Sampah 1. Ya 0 0 2. Tidak 30 100,00 Jumlah 30 100,00 B. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah 1. Memenuhi Syarat 0 0 2. Tidak Memenuhi Syarat 30 100,00 Jumlah 30 100,00 B.1. Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah 1. Ya 23 76,70 2. Tidak 7 23,30 Jumlah 30 100,00 B.2. Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah 1. Setiap hari 13 56,52 2. Sekali dalam seminggu 10 43,48 Jumlah 23 100,00 B.3. Terdapat Sisa Bahan Cair 1. Ya 10 33,30 2. Tidak 20 66,70 Jumlah 30 100,00 B.4. Keberadaan Lalat di sekitar Tempat Pembuangan Sampah 1. Ya 10 33,30 2. Tidak 20 66,70 Jumlah 30 100,00 B.5. Jumlah Lalat 1. Tinggi (6 – 20) 3 30,00 2. Sedang (3 – 5) 7 70,00 Jumlah 10 100,00 C. Metode Pemusnahan Sampah 1. Baik 25 83,30 2. Tidak baik 5 16,70 Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa tidak ada keluarga yang melakukan
pemisahan sampah, tidak ada keluarga yang menyediakan tempat pembuangan
sampah yang memenuhi syarat, dan metode pemusnahan sampah secara baik yaitu
dengan cara diangkut oleh petugas sebanyak 25 keluarga (83,30%) dan secara tidak
baik yaitu dengan cara dibakar sebanyak 5 keluarga (16,70%).
Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Membersihkan tempat
pembuangan sampah Kejadian diare Jumlah
Ya Tidak 1. Ya 8 15 23 2. Tidak 2 5 7 Jumlah 10 20 30
Berdasarkan pada tabel 4.12. diketahui bahwa dari 23 keluarga yang
membersihkan tempat pembuangan sampah terdapat 8 orang yang menderita diare
dan 15 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 7 orang yang membersihkan
tempat pembuangan sampah terdapat 2 orang yang menderita diare dan 5 orang yang
tidak menderita diare.
Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Waktu membersihkan tempat
pembuangan sampah Kejadian diare Jumlah
Ya Tidak 1. Setiap hari 5 8 13 2. Sekali dalam seminggu 3 7 10 Jumlah 8 15 23
Berdasarkan pada tabel 4.13. diketahui bahwa dari 13 orang yang
membersihkan tempat pembuangan sampah setiap hari terdapat 5 orang yang
menderita diare dan 8 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 10 orang
yang membersihkan tempat pembuangan sampah sekali dalam seminggu terdapat 3
orang yang menderita diare dan 7 orang yang tidak menderita diare.
Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Keberadaan lalat di tempat
pembuangan sampah Kejadian diare Jumlah
Ya Tidak 1. Ya 5 5 10 2. Tidak 5 15 20 Jumlah 10 20 30
Berdasarkan pada tabel 4.14. diketahui bahwa dari 10 rumah yang disekitar
tempat pembuangan sampah terdapat keberadaan lalat ada 5 rumah yang anggota
keluarga menderita diare dan 5 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 20
rumah disekitar tempat pembuangan sampah tidak terdapat keberadaan lalat ada 5
rumah yang anggota keluarga menderita diare dan 15 orang yang tidak menderita
diare.
4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga
Kejadian diare pada keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kejadian Diare pada Keluarga Jumlah Persentase
1. Ya 10 33,30 2. Tidak 20 66,70 Jumlah 30 100,00
Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa keluarga yang mengalami kejadian
diare pada anggota keluarga adalah 10 keluarga (33,30%) yaitu 5 orang (50,00%)
termasuk usia balita (0-5 tahun), 3 orang (30,00%) dalam usia 8-16 tahun, dan 2
orang (20,00%) dalam usia 24-27 tahun dan yang tidak mengalami kejadian diare
pada anggota keluarga sebanyak 20 keluarga (66,70%). Lamanya diare yang diderita
oleh anggota keluarga yaitu 3 – 7 hari. Pengobatan atau pertolongan pertama yang
dilakukan terhadap kejadian diare adalah pemberian obat/oralit sebanyak 8 orang
(80,00%) dan dibawa ke dokter/klinik sebanyak 2 orang (20,00%).
4.3. Analisa Bivariat
4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian
Diare
Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013
No. Kualitas
Mikrobiologis Air Kejadian Diare Total
Ya Tidak A. Total Coliform Jumlah % Jumlah % Jumlah % p 1. Memenuhi syarat 3 37,50 5 62,50 8 100,00 1,000 2. Tidak memenuhi
syarat 7 31,80 15 68,20 22 100,00
B. Escherichia coli Jumlah % Jumlah % Jumlah % p 1. Memenuhi syarat 2 66,70 1 33,30 3 100,00 0,251 2. Tidak memenuhi
syarat 8 29,60 19 70,40 27 100,00
Berdasarkan tabel 4.16. diketahui bahwa air sumur gali dengan kualitas Total
coliform yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang menderita diare yaitu 37,50%
lebih kecil dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 62,50%.
Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Total coliform yang tidak memenuhi syarat
proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 31,80% dari
proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 68,20%. Karena ada nilai expected
count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai p (=1,000) >
0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
keberadaan Total coliform yang terkandung dalam air sumur gali dengan kejadian
diare pada keluarga.
Pada kualitas Escherichia coli yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang
menderita diare yaitu 66,70% lebih besar dari proporsi keluarga yang tidak menderita
diare yaitu 33,30%. Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Escherichia coli yang
tidak memenuhi syarat proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil
yaitu 29,60% dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 70,40%. Karena
ada nilai expected count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai
p (=0,251) > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara keberadaan Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur gali dengan
kejadian diare pada keluarga.
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali
Hasil observasi di lapangan dapat dilihat bahwa keseluruhan sumur gali tidak
memenuhi syarat konstruksi secara lengkap. Peneliti berasumsi bahwa konstruksi
sumur yang tidak memenuhi syarat karena beberapa faktor, diantaranya penduduk
yang tidak mengetahui tentang sumur yang memenuhi syarat kesehatan dan
dampaknya bagi kesehatan jika syarat tersebut tidak terpenuhi, khususnya syarat jarak
sumur dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat
konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai
sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan (Entjang, 2000).
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap cincin sumur yang memenuhi
syarat konstruksi sebanyak 28 sumur (93,30%). Terdapat beberapa sumur yang
dinding sumurnya dibuat dari riol sumur yang setiap riolnya berukuran 1 meter. Jarak
antara satu riol dengan riol lainnya tidak disemen, sehingga memungkinkan kuman
atau bakteri dapat masuk melalui sela-sela dinding tersebut.
Menurut Entjang (2000) bahwa dinding sumur gali memiliki jarak
kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding harus terbuat dari tembok yang
kedap air (disemen). Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perembesan
air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.
Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu
bata tanpa semen sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.
Dilihat dari konstruksi sumur gali yaitu bibir sumur, terdapat 26 sumur
(86,70%) yang memenuhi syarat yaitu > 80cm dan bahan kedap air. Pada umumnya
bibir sumur gali telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Masih ada penduduk
yang menggunakan timba untuk mengambil air secara langsung, dapat diasumsikan
walaupun bibir sumur telah memenuhi syarat namun air sumur dapat tercemar dari
timba bila diletakkan di sembarang tempat. Menurut Chandra (2007), bibir sumur gali
merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan merupakan satu kesatuan
dengan dinding sumur. Bibir sumur harus dibuat setinggi ≥ 70 cm dari permukaan
tanah. Tujuannya agar air sumur gali terlindung dari kontaminasi air kotor dari luar
sumur dan tidak membahayakan seseorang yang akan mengambil air sumur gali.
Terutama anak-anak yang dikhawatirkan dapat terjatuh kedalam sumur. Menurut
Entjang (2000) keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat
merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan
pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan
sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di
dalam sumur.
Lantai sumur merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Berdasarkan
hasil obsevasi bahwa keseluruhan lantai sumur memenuhi syarat yaitu lebar lantai
sumur 1m atau lebih dan kedap air. Menurut Chandra (2007), lantai harus terbuat dari
semen dan lebarnya lebih kurang satu meter ke seluruh arah melingkari sumur dengan
kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat pembuangan air. Tujuannya agar
air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur.
Tutup sumur juga merupakan hal yang harus dipenuhi untuk menghindari
pencemaran air sumur. Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun
kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki
tutup sumur yang kuat dan rapat (Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan RI,
1986).
Berdasarkan pada hasil observasi, terdapat 4 sumur (13,30%) yang memiliki
tutup sumur. Tutup sumur gali terbuat dari papan/kayu yang digunakan pada malam
hari saja. Sebagian besar penduduk belum menyadari bahwa tutup sumur dapat
mencegah terjadinya pencemaran pada air sumurnya.
Saluran pembuangan air limbah (SPAL) juga hal yang harus diperhatikan
dan dipenuhi. SPAL yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan limbah hasil
kegiatan di sekitar sumur dapat kembali meresap ke dalam sumur. Menurut Entjang
(2000) saluran pembuangan air limbah sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan
panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Dari 30 sumur, terdapat 14 sumur (46,70%)
yang saluran pembuangan air limbah yang < 10 m dan kedap air. Berdasarkan pada
hasil wawancara, jika terjadi hujan lebat secara terus-menerus maka air sumur dapat
menjadi seperti bau parit karena masuknya air limbah (parit) ke dalam sumur melalui
saluran pembuangan air limbah.
Hal yang harus diperhatikan juga adalah jarak sumur dengan sumber
pencemaran. Jika dilihat dari syarat lokasi atau jarak terhadap sumber pencemaran
yaitu septic tank, keseluruhan sumur gali tidak memenuhi syarat kesehatan karena
jarak sumur dengan septic tank < 10 m. Hal ini dapat diasumsikan bahwa air sumur
gali beresiko tercemar oleh mikrobiologi dari sumber pencemaran tersebut.
Menurut Entjang (2000) sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan
tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat
mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat
buangan kotoran manusia dan hewan juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena
lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keseluruhan sumur yang diobservasi tidak ada yang memenuhi semua syarat
konstruksi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumur yang digunakan rentan terhadap
pencemaran. Sejalan dengan penelitian Marsono (2009) di Kecamatan Klaten Utara,
Kabupaten Klaten yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kandungan
bakteriologis air sumur dengan konstruksi/ bangunan sumur.
5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali
Hasil pemeriksaan secara organoleptik di lapangan untuk warna, bau dan rasa
air diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 14 sampel (46,70%) yang memenuhi
syarat dan 16 sampel (53,30%) lainnya tidak memenuhi syarat. Bahkan ada air yang
berwarna hitam dan berbau seperti air parit.
Menurut Suripin (2004) air murni tidak berwarna, berasa, dan berbau. Warna
dalam air dapat diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam
suspensi atau mineral. Menurut Soemirat (2007) air yang berbau selain tidak estetis
juga tidak diterima oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas
air, bau anyir dikarenakan oleh karena adanya alga. Air biasanya tidak memberi rasa
atau tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan adanya berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme
dalam air dan adanya gas-gas seperti H2S.
5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur
Sumber air bersih yang digunakan oleh penduduk Lingkungan 20 Kelurahan
Terjun adalah air sumur gali. Sumur gali yang ada di lingkungan tersebut memiliki
kedalaman sekitar 5 – 8 meter. Berdasarkan pada hasil pemeriksaan di laboratorium
terdapat 22 sampel (73,30%) yang keberadaan Total coliform dalam air sumur tidak
memenuhi syarat dan terdapat 27 sampel (90,00%) yang keberadaan Escherichia coli
dalam air sumur tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes no.416
Tahun 1990.
Keberadaan sumber pencemaran seperti septic tank < 10 meter dari sumur
gali dan pada beberapa rumah satu septic tank dibagi untuk empat rumah penduduk,
hal ini diasumsikan memungkinkan terjadinya pencemaran air sumur oleh bakteri-
bakteri dari sumber pencemaran tersebut.
Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air
sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik
sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber
pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang
memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang dapat
mengandung bakteriologi.
5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian
Diare pada Keluarga
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa
kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform dan Escherichia coli tidak
memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare pada keluarga di
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.
Syarat menggunakan uji chi-square tidak terpenuhi, maka digunakan uji
exact fisher. Hasil analisis dengan menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p
(=1,00) > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas
mikrobiologis air sumur gali (Total Coliform) dengan kejadian diare yang terjadi
pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Kecamatan Medan Marelan tahun
2013. Begitu juga dengan keberadaan Escherichia coli bahwa hasil analisis dengan
menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p (=0,251) > 0,05, artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali (Escherichia
coli) dengan kejadian diare yang terjadi pada keluarga di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan.
Penduduk Kelurahan Terjun mendapatkan air bersih dari sumur gali , sumur
bor dan Air PDAM. Di lingkungan 20 , penduduk memperoleh air bersih dari sumur
gali dan sumur bor. Air sumur digunakan untuk keperluan minum, masak, mencuci,
mandi, dan kakus. Sebagian besar penduduk sudah menggunakan air galon kemasan
untuk masak dan minum. Bagi penduduk yang masih menggunakan air sumur untuk
memasak dan air minum, berdasarkan pada hasil wawancara bahwa mereka memasak
air sampai mendidih hingga mencapai titik didih 100◦C, dimana bakteri Eschericia
coli akan mati pada suhu tersebut. Menurut Pratiwi (2008) salah satu faktor yang
memengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu. Bakteri mempunyai tingkat suhu
tertentu untuk pertumbuhan dirinya. Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri
golongan mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu minimal 15 - 20ºC, optimal pada
suhu 20 - 45ºC.
Selain itu, air sumur yang digunakan dapat mengkontaminasi peralatan makan
(piring, sendok, gelas, dan lainnya) pada saat mencuci piring. Menurut Depkes RI
(2003) setiap peralatan makan harus selalu dijaga kebersihannya. Alat makan belum
terjamin kebersihannya karena pada alat makan telah tercemar bakteri Escherichia
coli yang menyebabkan alat makan tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu,
diperlukan pencucian peralatan makan sangat penting diketahui secara mendasar
dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat
pula. Berdasarkan penelitian Pohan (2009) bahwa kandungan Escherichia coli pada
peralatan makan yaitu piring, gelas dan sendok yang digunakan oleh pedagang
makanan di Pasar Petisah Medan tidak mengandung Escherichia coli.
Menurut Dirgantara (2010), Bakteri coliform merupakan golongan
mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat
menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen
atau tidak. Bakteri coliform merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya.
Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan.
Angka kejadian diare di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak begitu tinggi.
Dari 30 keluarga, terdapat 10 keluarga (33,30%) yang salah satu anggota keluarganya
menderita diare. Sekitar 50% yang menderita diare adalah anak balita, 30,00%
dalam usia 8-16 tahun, dan 20,00% dalam usia 24-27 tahun, lama diare yang dialami
adalah 3 – 7 hari. Anggota keluarga yang menderita diare diberikan pertolongan
pertama dengan memberikan oralit ataupun obat-obatan yang biasa dibeli di warung,
dan ada juga yang berobat ke dokter/klinik jika diare yang dialami tidak juga sembuh.
Kejadian diare yang tidak begitu tinggi di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun
diasumsikan karena sebagian penduduk yang tidak lagi menggunakan air sumur
untuk memasak dan minum.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nuswantari (2010) tentang hubungan
antara kualitas air bersih dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas I Sokaraja
Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai p > 0,05, tidak ada hubungan antara kualitas air bersih dengan kejadian diare.
5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Pengelolaan sampah di rumah tangga, terdiri dari tiga tahapan berikut:
5.4.1. Pemisahan Sampah
Sampah yang dihasilkan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak dipisahkan
antara sampah organik dan anorganik. Berdasarkan hasil wawancara, para ibu rumah
tangga sudah memiliki pengetahuan tentang pemisahan sampah di rumah, namun
belum ada tindakan yang diambil. Mereka membuang sampah organik dan anorganik
pada tempat penbuangan sampah yang sama. Sebagian mereka ada yang membuang
sampah basah seperti sampah-sampah potongan-potongan ikan atau ayam ke tempat
sampah yang jauh dari rumah. diasumsikan bahwa hal tersebut dapat mencegah
datangnya vektor seperti lalat di tempat pembuangan sampah tersebut.
Menurut Suprapto (2005), lalat biasa hidup di tempat-tempat yang kotor dan
tertarik akan bau yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga merupakan makanan
lalat. Sampah terutama sampah basah, cepat berbau busuk, sehingga merupakan
tempat berkembang biak dan tempat makanan lalat.
5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah
Pada umumnya penyediaan tempat pembuangan sampah di rumah penduduk
di Kelurahan Terjun, tidak memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah berada di
dapur, sekitar tempat mencuci piring dan halaman rumah yang berupa tong atau
keranjang plastik, berupa kantongan plastik atau goni, keranjang dari anyaman
bambu, dan wadah plastik. Tempat pembuangan sampah tidak ada yang memiliki
tutup, hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan hinggap di tempat sampah
tersebut. Menurut Dwiyatmo (2007) bahwa pemberian tutup bertujuan agar sampah
tidak menjadi sarang lalat. Tidak semua tempat pembuangan sampah kuat dan kedap
air. Ada tempat sampah berupa keranjang plastik berukuran kecil, digunakan sebagai
tempat pembuangan sampah sisa-sisa makanan yang berada di sekitar sumur atau
tempat mencuci piring.
Pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat sisa bahan cair, dapat
diasumsikan bahwa ini menjadi faktor yang dapat mengundang datangnya vektor
seperti lalat. Namun demikian, tempat pembuangan sampah yang ada dibersihkan
setiap hari oleh 13 keluarga (56,52%) atau sekali dalam seminggu oleh 10 keluarga
(43,48%). Sampah yang dibersihakan setiap hari anggota keluarga yang menderita
diare lebih kecil yaitu 5 keluarga dibandingakan dengan keluarga yang tidak
menderita diare sebanyak 8 keluarga. Sampah yang dibersihkan sekali dalam
seminggu anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 3 keluarga
dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 7 keluarga. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa membersihkan tempat pembuangan sampah tidak menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan kejadian diare pada keluarga.
Dapat dilihat pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat lalat yang
berterbangan dan hinggap disana. Banyaknya lalat yang hinggap dan terbang di
sekitar tempat pembuangan sampah termasuk dalam kategori sedang (3-5) pada 7
tempat pembuangan sampah (70,00%) dan kategori tinggi (6-20) pada 3 tempat
pembuangan sampah (30,00%). Keberadaan lalat dengan keluarga yang menderita
diare yaitu 5 keluarga sama dengan yang tidak menderita diare yaitu 6 keluarga.
Tidak adanya lalat dengan keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 5 keluarga
dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 15 keluarga.
Lalat dapat menjadi vektor dalam penyebaran penyakit diantaranya adalah
diare. Hal ini dapat diasumsikan bahwa lalat dapat berkembang biak dan
menyebarkan kuman-kuman yang terdapat dalam sampah tersebut kepada manusia
melalui makanan dan media penularan lainnya. Menurut Widyati dalam Junias (2008)
lalat adalah salah satu makhluk yang berperan dalam penyebaran kejadian diare,
bertindak sebagai agen atau vektor mekanis yang hanya bertindak sebagai alat
pemindah pasif.
5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah
Tahapan terakhir dalam pengelolaan sampah yaitu tahap pembuangan
sampah, termasuk didalamnya pengangkutan sampah dan pemusnahan sampah. Pada
umumnya penduduk di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun melakukan pemusnahan
sampah dengan cara diangkut oleh petugas kebersihan dan dibakar. Sampah yang
diangkut oleh petugas dilakukan oleh 25 keluarga (83,30%). Sampah diangkut
sebanyak > 2 kali dalam seminggu, penduduk membayar retribusi sampah sebesar
Rp. 8000 setiap bulannya. Kemudian sampah akan dibuang ke Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) dengan sistem open dumping, sehingga sampah tidak lagi
terlihat berserakan dan mencegah datangnya lalat di sekitar tempat pembuangan
sampah sementara yang terletak di depan rumah. Sementara itu, ada penduduk yang
melakukan pemusnahan sampah dengan cara dibakar oleh 5 keluarga (16,70%).
Pembakaran yang dilakukan sekali dalam seminggu dan ada juga yang membakar
sampah setiap hari. Pembakaran sampah dilakukan di sekitar rumah penduduk. Hal
ini tentunya dapat menyebabkan pencemaran udara terhadap lingkungan sekitar.
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, dan lainnya. Selain itu, sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan seperti bau yang tidak sedap. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit
tersebut. Sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan
sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun.
(Kemenkes RI, 2011).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Terjun Kecamatan
Medan Marelan tentang hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan
pengelolaan sampah dengan kejadian diare, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform yang keberadaannya
tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes no.416 Tahun 1990 sebesar
73,30% dan keberadaan Escherichia coli yang tidak memenuhi syarat sebesar
90,00%.
2. Pengelolaan sampah di rumah tangga belum memenuhi syarat dilihat karena
seluruh rumah tangga tidak melakukan pemisahan antara sampah organik dan
anorganik, tidak menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi
syarat, dan metode pemusnahan sampah dilakukan dengan baik sebesar 83,30%
dan pemusnahan sampah tidak baik sebesar 16,70%.
3. Keluarga yang menderita diare, 50% adalah usia balita (0-5 tahun), 30% dalam
usia 8-16 tahun, dan 20% dalam usia 24-27 tahun.
4. Seluruh sumur gali tidak memenuhi syarat dilihat dari konstruksi sumur dan
jarak sumur < 10 m dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.
5. Kualitas fisik air sumur yang memenuhi syarat sebesar 46,70%.
6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali
dengan kejadian diare pada keluarga.
6.2. Saran
1. Perlu diadakannya sosialisasi oleh Puskesmas setempat terhadap penggunaan
saringan air yang benar agar air sumur layak digunakan sebagai sumber air bersih
dan sanitasi air bersih.
2. Hendaknya penduduk di Kelurahan Terjun menyediakan tempat pembuangan
sampah yang memenuhi syarat , melakukan pemisahan sampah di rumah tangga,
dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor lainnya
terhadap kejadian diare di lingkungan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, U. F 2000, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, UI Press, Jakarta.
Azwar, A 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010, Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.
Chandra, B 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.
Depkes RI 2003, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta.
_________2006, Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Dinkes Provinsi Sumatera Utara 2011, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Medan.
Dirgantara, P 2010, Bakteri Koliform yang Bersifat Anaerob, http://1sthumanwinner.wordpress.com/2010/12/16/hello-world/ , tanggal 12 Februari 2013.
Dwiyatmo, K 2007, Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya, Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Entjang, I 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Fardiaz, S 1992, polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta.
Junias, M & Balelay, E 2008, Hubungan antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, Jurnal MKM Desember 2008, Vol.3, No.2. PDII LIPI.
Kemenkes RI 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, tanggal 29 September 2012.
__________ 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah Tuntaskan Diare, Jakarta.
Mansjoer, A 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta.
Marsono, 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteorologis Air Sumur Gali di Permukiman di Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.
Mulia, R 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.
Nuswantari, D.A 2010, Hubungan antara Kualitas Air Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Puskesmas I Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.
Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta.
Pohan, D 2009, Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pratiwi, 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga.
Putra, B 2010, Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis, dan Kimia Air Sumur Gali serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Soemirat, J 2007, Kesehatan Lingkungan, UGM PRESS, Yogyakarta.
Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi IV, FK UI, Jakarta.
Suprapto, 2005, Dampak Masalah terhadap Kesehatan Masyarakat, Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2, Universitas Sumatera Utara.
Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta.
Undang-Undang no. 18 tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.
Undang-Undang no.36 tahun 2009, Tentang Kesehatan, Jakarta.
Ramaiah, S 2000, All You Wanted to Know About Diare, Gramedia, Jakarta.
WHO 1999, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare, Edisi III, EGC, Jakarta.
______ 2001, Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Widjaja, 2007, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.
-------------- 2011, Penyakit Tropis, Erlangga, Jakarta.
Widyadmoko, H & Moerdjoko, S 2002, Menghindari Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Abdi Tandur, Jakarta.
Lampiran 1
KUESIONER HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI
DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA
DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
TAHUN 2013
I. Data Responden
1. Nomor responden :
2. Nama responden :
3. Umur Responden :
4. Pekerjaan :
5. Jumlah anggota keluarga : balita, dewasa
6. Umur anggota keluarga : 1.
2.
3.
4.
II. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
A. Pemisahan Sampah
1. Apakah ibu melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik?
1. Ya
2. Tidak
2. Apakah dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap sampah-sampah
tersebut?
1. Ya
2. Tidak
B. Metode Pemusnahan Sampah
1. Bagaimana cara ibu melakukan pemusnahan sampah ?
1. Diangkut oleh petugas
2. Dibakar
3. Dibuang sembarangan
2. Jika sampah diangkut oleh petugas, berapa kali dalam sebulan diangkut
oleh petugas kebersihan?
1. < 2 kali
2. >2 kali
3. Jika sampah dibakar, berapa kali?
1. Setiap hari
2. Sekali dalam seminggu
3. Jika sudah menumpuk
4. Apakah pembakaran sampah dilakukan disekitar rumah
1. Ya
2. Tidak
5. Jika sampah tidak diangkut dan dibakar, sampah dibuang ke mana?
1. Halaman rumah
2. Dibuang ke sungai
6. Apakah pemusnahan sampah dilakukan di sekitar rumah?
1. Ya
2. Tidak
III. Kejadian Diare
1. Apakah dalam 6 bulan terakhir ada anggota keluarga yang menderita diare
(buang air besar lebih dari tiga kali sehari dan konsistensi cair)?
1. Ada, siapa: -
-
-
2. Tidak
2. Berapa lama kejadian diare yang diderita?
1. 3 – 7 hari
2. >14 hari
3. Pertolongan pertama yang diberikan jika anggota keluarga menderita diare?
1. Pemberian Oralit
2. Dibawa ke fasilitas kesehatan, apa? a. Dokter / Klinik
b. Bidan / Mantri
c. Puskesmas
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI
DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA
DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN
TAHUN 2013
I. Sarana Air bersih
- Nomor sumur gali :
I. Konstruksi
Sumur
Ada Tidak Ukuran Keterangan
Standar Hasil
Observasi
1. Tutup Sumur
2. Bibir Sumur 0,8 meter
3. Cincin Sumur 3 meter
4. Lantai Kedap
Air
5. Saluran
Pembuangan
Air Limbah
6. Jarak dengan
Sumber
Pencemaran
10 meter
II. Kualitas
Fisik Air
Ya Tidak Keterangan
1. Jernih
2. Berasa
3. Berbau
II. Tempat Pembuangan Sampah
I. Komponen Ya Tidak Frekuensi Keterangan
a. Kuat
b. Memiliki tutup
c. Kedap air
II. Kebersihan tempat
pembuangan sampah di
rumah
a. Membersihkan tempat
sampah
b. Waktu membersihkan
tempat pembuangan sampah
*Setiap hari /
Sekali dalam
seminggu/ dua
kali dalam
sebulan
c. Terdapat sisa bahan cair
yang berasal dari sampah
III. Keberadaan lalat
a. Terdapat lalat di tempat
pembuangan sampah
b. Berapa banyak lalat *a. Rendah (0-2)
b. Sedang (3-5)
c. Tinggi (6-20)
d. Sangat tinggi
(>20)
Catatan :
*) coret yang tidak perlu
Analisa Univariat
I. Karakteristik Responden
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 15-24 4 13.3 13.3 13.3
25-49 16 53.3 53.3 66.7
>50 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ibu Rumah Tangga 18 60.0 60.0 60.0
Pedagang 9 30.0 30.0 90.0
Pegawai Swasta 1 3.3 3.3 93.3
Lain-lain 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
II. Konstruksi Sumur Gali
Tutup Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ada 4 13.3 13.3 13.3
Tidak 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Bibir Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Lebih dari 80 cm dari bahan kedap air
26 86.7 86.7 86.7
Kurang dari 80 cm dari bahan kedap air
4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lampiran 7 : Output Data SPSS
Cincin Sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 meter dari bahan kedap air 28 93.3 93.3 93.3
kurang dari 3 meter dari bahan kedap air
2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lantai Kedap Air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 meter atau lebih, kedap air 30 100.0 100.0 100.0
Saluran Pembuangan Air Limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 10 meter atau lebih, kedap air
16 53.3 53.3 53.3
Kurang dari 10 meter, kedap air
14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jarak dengan Pembuangan Limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid >10 meter 16 53.3 53.3 53.3
<10 meter 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Total coliform
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 8 26.7 26.7 26.7
Tidak Memenuhi Syarat
22 73.3 73.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Escherichia coli
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Memenuhi Syarat 3 10.0 10.0 10.0
Tidak Memenuhi Syarat
27 90.0 90.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Air Jernih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 14 46.7 46.7 46.7
Tidak 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Air Berasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3
Tidak 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Air Berbau
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3
Tidak 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
III. Sumur Gali sesuai dengan Syarat Kesehatan
Sumur Gali
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Memenuhi Syarat 30 100.0 100.0 100.0
IV. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga
Pemisahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0
Cara Pemusnahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Diangkut oleh petugas 25 83.3 83.3 83.3
Dibakar 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak memenuhi syarat 30 100.0 100.0 100.0
Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 23 76.7 76.7 76.7
Tidak 7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Setiap hari 13 43.3 56.5 56.5
Sekali dalam seminggu 10 33.3 43.5 100.0
Total 23 76.7 100.0 Missing System 7 23.3 Total 30 100.0
Terdapat Sisa Bahan Cair pada Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Terdapat Lalat pada Tempat Pembuangan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Keberadaan Lalat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sedang (3-5) 7 23.3 70.0 70.0
tinggi (6-20) 3 10.0 30.0 100.0
Total 10 33.3 100.0
Missing System 20 66.7
Total 30 100.0
Cara Pemusnahan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 25 83.3 83.3 83.3
Tidak Baik 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Frekuensi Sampah Diangkut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid > 2 kali 25 83.3 100.0 100.0
Missing System 5 16.7 Total 30 100.0
Frekuensi Sampah Dibakar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid setiap hari 3 10.0 60.0 60.0
sekali dalam seminggu 2 6.7 40.0 100.0
Total 5 16.7 100.0 Missing System 25 83.3 Total 30 100.0
Bersihkan tempat sampah * menderitadiare Crosstabulation
Count
menderitadiare
Total Ya Tidak
Bersihkantempatsampah Ya 8 15 23
Tidak 2 5 7
Total 10 20 30
Waktu membersihkan * menderitadiare Crosstabulation
Count
menderitadiare Total
Ya Tidak
Waktumembersihkan Setiap hari 5 8 13
Sekali dalam
seminggu 3 7 10
Total 8 15 23
Ada lalat * menderita diare Crosstabulation
Count
menderitadiare
Total Ya Tidak
adalalat Ya 5 6 11
Tidak 5 14 19
Total 10 20 30
V. Kejadian Diare Keluarga yang Menderita Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3
Tidak 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Frekuensi Kejadian Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 3 - 7 hari 10 33.3 100.0 100.0
Missing System 20 66.7
Total 30 100.0
Pertolongan Pertama pada penderita Diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pemberian oralit 8 26.7 80.0 80.0
Dokter/Klinik 2 6.7 20.0 100.0
Total 10 33.3 100.0 Missing System 20 66.7
Total 30 100.0
Analisa Bivariat
1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare
a. Keberadaan Total Coliform pada Air
menderitadiare
Total Ya Tidak
Kualitastotalcoliform Memenuhi Syarat Count 3 5 8
Expected Count
2.7 5.3 8.0
% within Kualitastotalcoliform
37.5% 62.5% 100.0%
% within menderitadiare
30.0% 25.0% 26.7%
Tidak Memenuhi Syarat Count 7 15 22
Expected Count
7.3 14.7 22.0
% within Kualitastotalcoliform
31.8% 68.2% 100.0%
% within menderitadiare
70.0% 75.0% 73.3%
% of Total 23.3% 50.0% 73.3%
Total Count 10 20 30
Expected Count
10.0 20.0 30.0
% within Kualitastotalcoliform
33.3% 66.7% 100.0%
% within menderitadiare
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .085a 1 .770 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .084 1 .772 Fisher's Exact Test 1.000 .548
Linear-by-Linear Association .082 1 .774 N of Valid Casesb 30 a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
b. Computed only for a 2x2 table
b. Keberadaan Escherichia coli pada air
menderitadiare
Total Ya Tidak
Kualitasecoli Memenuhi Syarat Count 2 1 3
Expected Count 1.0 2.0 3.0
% within Kualitasecoli 66.7% 33.3% 100.0%
% within menderitadiare 20.0% 5.0% 10.0%
Tidak Memenuhi Syarat Count 8 19 27
Expected Count 9.0 18.0 27.0
% within Kualitasecoli 29.6% 70.4% 100.0%
% within menderitadiare 80.0% 95.0% 90.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within Kualitasecoli 33.3% 66.7% 100.0%
% within menderitadiare 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.667a 1 .197 Continuity Correctionb .417 1 .519 Likelihood Ratio 1.556 1 .212 Fisher's Exact Test .251 .251
Linear-by-Linear Association 1.611 1 .204 N of Valid Casesb 30 a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi – Square Tests
Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Pengambilan sampel air sumur gali di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 2. Sampel air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 3. Pemeriksaan sampel air sumur gali di BTKL-PPM Medan
Gambar 4. Sumur gali yang memiliki tutup sumur di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 5. Sumur gali yang tidak memiliki tutup sumur di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 6. Air sumur gali yang jernih di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan
Gambar 7. Air sumur gali yang berwarna kuning di Lingkungan 20 Kelurahan
Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 8. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Lingkungan 20
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan
Gambar 9. Tempat sampah berupa kantongan plastik yang terdapat di dapur
rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan MedanMarelan
Gambar 9. Tempat sampah berupa Keranjang dari anyaman bambu yang
terdapat di halaman rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan