FORMULASI SEDIAAN KRIM LULUR DARI EKSTRAK
BERAS KETAN HITAM ( Oryza sativa L . var glutinosa)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
SKRIPSI
Oleh :
KHOIRUN NISA
1501196076
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN KRIM LULUR DARI EKSTRAK
BERAS KETAN HITAM ( Oryza sativa L . var glutinosa)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
Oleh :
KHOIRUN NISA
1501196076
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Krim Lulur Dari Ekstrak
Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L. var
glutinosa) Sebagai Pelembab Alami Kulit
Nama Mahasiswa : Khoirun Nisa
Nomor Induk Mahasiswa : 1501196076
Minat Studi : S1 Farmasi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing-I
(Hafizhatul Abadi, S.Farm, M.Kes., Apt.)
Pembimbing-II
(Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt.)
Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
Dekan,
(H. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt)
NIDN:0125096601
elah diuji pada tanggal: 11 September 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Hafizhatul Abadi, S.Farm, M.Kes., Apt.
Anggota : 1. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt.
2. Chemayanti Surbakti, S.Farm, M.Si, Apt
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penelaah
tim penguji.
3. Isi skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan, Agustus 2019
Yang membuat pernyataan
(Khoirun Nisa)
1501196076
Materai 6000
i
ABSTRAK
FORMULASI SEDIAAN KRIM LULUR DARI EKSTRAK BERAS
KETAN HITAM ( Oryza sativa L. var glutinosa) SEBAGAI
PELEMBAB ALAMI KULIT
KHOIRUN NISA
1501196076
Program Studi S1 Farmasi
Krim lulur merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk perawatan
kulit. Salah satu bahan alami yang dapat dijadikan bahan baku krim lulur adalah
beras ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa). Beras ketan hitammemiliki
kandungan antosianin sebagai antioksidan yang dapat memberi efek lembab dan
memicu regenerasi sel baru.Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan krim
lulur menggunakan bahan dasar ekstrak beras ketan hitam dengan variasi
konsentrasi 3%, 6% dan 9%.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Pengujian sediaan meliputi
uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji iritasi, uji daya sebar, uji stabilitas,
uji tipe emulsi dan uji efektivitas kelembaban.
Hasil penelitian menunjukkan sediaan yang dibuat memenuhi evaluasi
fisik sediaan yaitu tekstrur semi padat, warna formula A putih susu, formula B
dan C coklat muda, formula D coklat tua, aroma oleum rosae, setiap sediaan
homogen, tipe emulsi m/a, pHberkisar 6,1-6,4, tidak mengiritasi kulit, memenuhi
persyaratn uji daya sebar, memiliki stabilitas yang baik, dan pada uji efektivias
a formula B,C,D
Kesimpulan dari penelitian ini ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L.
var glutinosa) dapat diformulasikan sebagai krim lulur, tidak mengiritasi kulit,
dan dapat memberikan efek melembabkan pada kulit.
Kata Kunci : Krim Lulur, Ketan Hitam (Oryza sativa L . var glutinosa),
Kelembaban
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
nikmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Formulasi Sediaan Krim Lulur Dari Ekstrak Beras Ketan Hitam
(Oryza sativa L. var glutinosa) Sebagai Pelembab Alami Kulit yang disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas
sehingga Skripsi ini dapat disusun, antara lain penulis ingin sampaikan kepada:
1. Dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes. Selaku Penasehat Yayasan
Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom, M.M., M.Kes. Selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si. Selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Darwin Syamsul , S.Si., M.Si., Apt. Selaku Dekan Farmasi Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
5. Adek Chan, S.Si, M.Si, Apt. Selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia
6. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt, Selaku Dosen PembimbingI yang
telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt, Selaku Dosen Pembimbing
IIyang telah memberikan masukan yang bermanfaat dan bimbingan selama
menyusun Skripsi.
8. Chemayanti Surbakti, S.Farm, M.Si, Apt, Selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat selama penyusunan Skripsi.
9. Seluruh Dosen dan Staff Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan arahan fasilitas dan bimbingan selama menyusun Skripsi.
10. Teristimewa buat orang tua serta saudara-saudarakutercinta yang telah
l untuk penulis
dalam menuntut ilmu, sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Teman teman yang telah banyak membantu dan memberikan support dalam
mengerjakan Skripsi ini.
Penulis menyadadari baik dari penggunaan bahasa, cara menyususn Skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk kesempurnaan skripsi ini.
iv
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan , September2019
Penyusun
Khoirun Nisa
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI Nama : Khoirun Nisa
Tempat/tanggal lahir : Bagansiapiapi, 03 Januari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : 5 (Lima) dari 5 (lima) bersaudara
Alamat : Jl. Kecamatan Km 4 Rokan Hilir Riau
II. NAMA ORANG TUA Nama Ayah : Sumardi
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Siti Hajar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kecamatan Km 4 Rokan Hilir Riau
III. RIWAYAT PENDIDIKAN Tahun 2002-2008 : SD Negeri 018 Bagan Punak
Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 1 Bangko
Tahun 2011-2014 : SMANegeri 2 Bangko
Tahun 2015-2019 : Menyelesaikan Program Studi S1 Farmasi
Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii i
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4 1.3 Hipotesis .............................................................................. 4 1.4 Tujuan Masalah.................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5 1.6 Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7
2.1 Ketan Hitam ......................................................................... 7 2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................ 8 2.1.2 Antosianin ................................................................ 9
2.2 Kulit ..................................................................................... 10 2.2.1 Struktur Kulit ........................................................... 11 2.2.2 Fungsi Kulit ............................................................. 13 2.2.3 Jenis Kulit ................................................................ 15 2.2.4 Kulit Kering ............................................................. 15
2.3 Kosmetika ............................................................................ 16 2.3.1 Penggolongan Kosmetika ........................................ 17 2.3.2 Pembagian Kosmetika ............................................. 17
2.4 Lulur..................................................................................... 18 2.4.1 Jenis-jenis Lulur ....................................................... 19 2.4.2 Macam-macam Lulur ............................................... 19
2.5 Krim ..................................................................................... 21 2.6 Emulsi .................................................................................. 21 2.7 Ekstrak ................................................................................. 22
2.7.1 Pengertian Ekstrak ................................................... 22 2.7.2 Estraksi..................................................................... 22
2.8 Skin Analyzer ....................................................................... 24 2.9 Komposisi Krim Lulur ......................................................... 25
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 28
3.1 Desain Penelitian ................................................................. 28 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 28
3.2.1 Waktu ....................................................................... 28 3.2.2 Tempat ..................................................................... 28
3.3 Populasi Dan Sampel ........................................................... 28 3.3.1 Populasi .................................................................... 28 3.3.2 Sampel ..................................................................... 28
3.4 Alat dan Bahan..................................................................... 29 3.4.1 Alat........................................................................... 29 3.4.2 Bahan ....................................................................... 29
3.5 Sukarelawan ......................................................................... 29 3.6 Prosedur Kerja ..................................................................... 29
3.6.1 Pembuatan Simplisia................................................ 29 3.6.2 Pembuatan Ekstrak Beras Ketan Hitam ................... 30 3.6.3 Formula Dasar.......................................................... 30 3.6.4 Formula Modifikasi ................................................. 31 3.6.5 Pengelompokan Sukarelawan .................................. 32 3.6.6 Prosedur Pembuatan Sediaan Krim Lulur ............... 32 3.6.7 Evaluasi Sediaan Krim Lulur ................................... 33
3.7 Analisis Data ........................................................................ 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 36
4.1 Identifikasi Sampel .............................................................. 36 4.2 Hasil Pembuatan Sediaan Krim Lulur ................................. 36
4.2.1 Hasil Uji Evaluasi Sediaan Krim Lulur ................... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 47
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 47 5.2 Saran .................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 48
LAMPIRAN ............................................................................................. 50
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian. ......................................................... 6
Gambar 2.1 Tumbuhan ketan hitam ............................................................. 9
Gambar 2.2. Struktur Kulit ............................................................................ 10
Gambar 2.3 Lulur bubuk ............................................................................... 20
Gambar 2.4 Lulur krim ................................................................................. 20
Gambar 2.5 Lulur kocok ............................................................................... 21
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 3.1 Komposisi bahan krim lulur ..................................................... 31
Tabel 4.1 Data pengamatan uji organoleptis pada sediaan krim lulur ...... 37
Tabel 4.2 Data pengamatan uji homogenitas sediaan krim lulur .............. 38
Tabel 4.3 Data pengamatan uji pH sedian krim lulur ............................... 39
Tabel 4.4 Data pengamatan uji iritasi terhadap sukarelawan ................... 40
Tabel 4.5 Data pengamatan hasil uji daya sebar pada sediaan krim lulur 40
Tabel 4.6 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat
sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 4 minggu ...... 41
Tabel 4.7 Data pengamatan tipe emulsi sediaan krim lulur ..................... 42
Tabel 4.8 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan 44
Tabel 4.9 Uji annova kadar air .................................................................. 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1. Bagan Alir Proses Ekstraksi Beras Ketan Hitam ..................... 50
Lampiran 2. Bagan Alir Proses Pembuatan Sediaan Krim Lulur ................. 51
Lampiran 3. Gambar Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L. var glutinosa)
Lampiran 4 Gambar Bahan Pembuatan Sediaan Krim Lulur ..................... 52
Lampiran 5. Gambar Formulasi Sediaan Krim Lulur Konsentrasi .............. 53
3%, 6%, 9%dan Blanko ............................................................ 54
Lampiran 6. Gambar Alat Skin Analyzer ...................................................... 55
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Organoleptis Sediaan Krim Lulur ............. 56
Lampiran 8. Gambar hasil Uji pH Sediaan Krim Lulur Formula A, B, C,
dan D ........................................................................................ 57
Lampiran 9. Gambar hasil Uji Daya Sebar Sediaan Krim Lulur .................. 59
Lampiran 10. Gambar Hasil Uji Stabilitas Sediaan Krim Lulur ..................... 63
Lampiran 11. Gambar Hasil Uji Ti pe Emulsi Sediaan Krim Lulur ................ 65
Lampiran 12. Gambar Hasil Uji Iritasi Sediaan Krim Lulur .......................... 66
Lampiran 13. Gambar Hasil Uji Kadar Air (moisture) Sediaan Krim Lulur
Terhadap Sukarelawan ............................................................. 68
Lampiran 14. Hasil Pengolahan data SPSS .................................................... 80
Lampiran 15. Lembar Pengajuan Judul ......................................................... 89
Lampiran 16. Lembar Konsultasi Pembimbing I (Proposal) .......................... 90
Lampiran 17. Lembar Konsultasi Pembimbing II (Proposal) ......................... 91
Lampiran 18. Lembar Revisi Proposal ........................................................... 92
Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 93
Lampiran 20. Surat Balasan Ijin Penelitian .................................................... 94
Lampiran 21. Surat Determinasi .................................................................... 95
Lampiran 22. Persetujuan Komisi Etik .......................................................... 96
Lampiran 23. Lembar Konsultasi Pembimbing I (Skripsi) ............................. 97
Lampiran 24. Lembar Konsultasi Pembimbing II (Skripsi) ........................... 98
Lampiran 25. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi ....................... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan
membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit berfungsi
untuk melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika, terutama
kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme (1).
Penuaan pada kulit terdiri ada dua proses, yaitu proses penuaan karena
faktor umur dan proses penuaan karena photoagingoleh radiasi sinar UV. Melihat
pentingnya kulit sebagai pelindung jaringan dan organ, maka diperlukan
perlindungan dan perawatan terhadap kulit (2).
Perawatan kulit dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi dan
menggunakan kosmetik, perawan yang dilakkukan dengan cara tradisional dapat
dibuat sendiri dari bahan-bahan yang segar atau bahan-bahan yang telah
dikeringkan, seperti buah-buahan atau tanam-tanaman yang ada disekitar kita.
Kosmetik ini diolah menurut resep dan cara pengolahannya yang turun-temurun
dari nenek moyang (3).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian
luar) atau gigi dan bagian mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan atau melindungi
dan memelihara tubuh dalam kondisi baik. Salah satu jenis kosmetik produk
pembersih tubuh adalah lulur atau yang lebih dikenal body scrub(2).
2
Lulur adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk merawat dan
membersihkan kulit dari kotoran yang menyebabkan sel kulit mati. Cara lulur
menghilangkan kotoran dari sel kulit mati dapat dilakukan dengan pemijatan
keseluruh tubuh, hasilnya dapat langsung terlihat kulit menjadi lebih lembab,
halus, kencang, harum dan sehat bercahaya (4).
Lulur adalah jenis kosmetik yang dibuat dari bunga-bunga dan bahan-
bahan tanaman lainya yang sangat bermanfaat untuk menjaga kecantikan,
kesehatan, kehalusan dan kecerahan kulit tubuh. Lulur dapat membantu
membersihkan kotoran yang menempel dikulit akibat pengaruh faktor cuaca dan
polusi sehingga kulit menjadi sehat, bersih dan cantik (5).
Krim lulur adalah lulur yang biasanya berbentuk seperti pasta atau adonan
kental yang langsung dapat digunakan dikulit dalam kondisi lembab atau sudah
dibasahi terlebih dahulu (6)
Pada umumnya masyarakat hanya mengenal manfaat beras ketan hitam
untuk bahan makanan saja, tetapi penggunaan beras ketan hitam belum banyak
diketahui oleh masyarakat sebagai perawatan kulit. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Virgita pada beras ketan hitam dalam bentuk masker tradisional
tanpa menggunkaan variasi konsentrasi dijelaskan bahwa beras ketan hitam selain
bermanfaat untuk kesehatan juga memiliki manfaat bagi kecantikan kulit seperti :
melembabkan kulit, mencerahkan kulit, mendinginkan kulit, membantu merawat
peremajaan kulit dan menghaluskan kulit (7).
Ketan hitam telah diketahui mengandung senyawa golongan antosianin
yang memiliki beberapa aktivitas farmakologi, salah satunya adalah aktivitas
3
antioksidan. Antosianin yang terkandung dalam beras ketan hitam merupakan
komponen flavonoid dari tumbuh-tumbuhan yang berfungsi sebagai antioksidan.
Antosianin adalah senyawa fenolik yang masuk kelompok flavonoid dan
berfungsi sebagai antioksidan, berperan penting, baik bagi tanaman itu sendiri
maupun bagi kesehatan manusia. Kadar antosianin tinggi umumnya diperoleh
pada padi yang warnanya mendekati hitam akibat reaksi pigmen antosianin
terhadap pH yang menghasilkan warna ungu. Semakin tinggi kadar antosianin
maka warna ungu pada bulir beras akan semakin pekat hingga menjadi warna
kehitaman (8).
Beras ketan hitam juga mengandung zat besi dan merupakan antioksidan
yang sangat bermanfaat utntuk kulit, karena membantu mengaktifkan vitamin
termasuk vitamin B1 yang dapat membantu menjaga kesehatan kulit, kekurangan
magnesium dapat menyebabkan kulit menjadi kusam. Selain itu beras ketan hitam
diyakini mampu meningkatkan kolagen yang berfungsi untuk membantu menjaga
kesehatan kulit, dan membuat kulit tampak lebih cerah (9).
Ketan hitam mengandung 336 kilokalori, protein, lemak, dan kalsium,
selain itu ketan hitam juga mengandung vitamin A, B1, dan E didalam nya. Ketan
hitam memiliki kandungan pelembab alami yang dapat mendinginkan kulit,
sebagai perawatan dari dalam maupun dari luar. Perawatan dari dalam dengan
langkah memberi asupan makan yang memiliki kandungan gizi tinggi, sedangkan
perawatan dari luar dapat melalui dengan langkah membersihkan kulit dengan
menggunakan pembersih dan penyegar serta dapat dibantu dengan menggunakan
lulur yang terbuat dari bahan alami (10).
4
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin membuat formulasi
sediaan krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa)
dengan variasi konsentrasi 3%, 6% dan 9% dimana manfaat beras ketan hitam
(Oryza sativa L. var glutinosa) untuk perawatan kulit belum banyak diketahui
oleh masyarakat dan penggunaan krim lulur lebih mudah digunakan dan langsung
dapat diaplikasikan pada kulit. Pembuatan formulasi krim lulur dari ekstrak beras
ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa) dilakukan dengan uji organoleptik, uji
homogenitas, uji pH, uji iritasi, uji daya sebar dan uji stabilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui:
1. Apakah ekstrak beras ketan hitam (Oriza sativa L. var glutinosa) dapat
diformulasikan sebagai krim lulur untuk melembabkan kulit?
2. Apakah krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oriza sativa L. var
glutinosa) tidak mengiritasi kulit?
3. Apakah krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var
glutinosa) mampu memberikan efek melembabkan pada kulit?
1.3 Hipotesis
1. Ekstrak beras ketan hitam (Oryza satuva L. var glutinosa) dapat
diformulasikan sebagai krim lulur untuk melembabkan kulit.
2. Krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa)
tidak mengiritasi kulit.
5
3. Krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa)
mampu memberikan efek melembabkan pada fulit.
1.4 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui ekstrak beras ketan hitam (Oriza sativa L. var
glutinosa) dapat diformulasikan sebagai krim lulur untuk melembabkan
kulit.
2. Untuk mengetahui krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oriza sativa
L. var glutinosa) tidak mengiritasi kulit.
3. Untuk mengetahui krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa
L. var glutinosa) mampu memberikan efek melembabkan pada kulit.
1.5 Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat terhadap kegunaan beras
ketan hitam untuk perawatan kesehatan kulit sebagai pelembab dalam sediaan
krim lulur.
6
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 : Kerangka pikir penelitian.
Formulasi Sediaan
Krim Lulur Dari
Ekstrak Beras
Ketan Hitam
(Oryza sativa L.
var glutinosa)
Dengan
Konsentrasi 3%,
6% dan 9%
1. Uji Organoleptik 2. Uji Homogenitas 3. Uji pH 4. Uji Iritasi 5. Uji Daya Sebar 6. Uji Stabilitas 7. Uji Kelembaban
1. Bentuk, Warna dan Bau
2. Tidak Terdapat Butiran Kasar
3. pH 4,5-6,5 4. Tidak Menimbulkan
Kemerahan, Gatal-
gatal dan Bengkak
5. Diameter 5-7 cm 6. Stabil Pada Suhu
Kamar
7. Tingkat Kelembaban Kulit
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketan Hitam
Beras ketan hitam merupakan salah satu varietas dari padi yang
merupakan tumbuhan semusim. Helaian daun berbentuk garis dengan panjang 15
sampai 50 cm, kebanyakan dengan tepi kasar. Mempunyai malai dengan panjang
15 sampai 40 cm yang tumbuhan ke atas yang akhir ujungnya menggantung. Pada
waktu masak, buahnya yang berwarna ada yang rontok dan ada yang rontok dan
ada yang tidak. Buah yang dihasilkan dari tanaman ini berbeda ada yang kaya pati
dan ini disebut beras, sedangkan buah kaya perekat disebut ketan (11).
Ketan hitam merupakan salah satu varietas beras berpigmen yang telah
lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan. Hal ini
dikarenakan beras ketan hitam sangat potensial sebagai sumber karbohidrat,
antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang tinggi bagi kesehatan. Ketan hitam
mempunyai warna ungu kehitaman, bila sudah dimasak warnanya benar-benar
hitam pekat (12).
Beras ketan hitam mengandung zat besi dan merupakan komponen
antioksidan yang sangat bermanfaat untuk kulit, karena membantu mengaktifkan
vitamin termasuk vitamin B1 yang dapat membantu menjaga kesehatan kulit,
kekurangan magnesium dapat menyebabkan kulit kusam. Zat besi dan protein
yang terkandung didalam beras ketan hitam juga dapat membuat kulit tampak
lebih cerah (13).
8
Selain itu beras ketan hitam diyakini mampu meningkatkan kolagen yang
berfungsi untuk membantu menjaga kesehatan kulit, dan membuat kulit tampak
lebih cerah (9).
Beras ketan hitam selain bermanfaat untuk kesehatan juga memiliki
manfaat bagi kecantikan kulit seperti melembabkan kulit, mencerahkan kulit,
mengangkat sel kulit mati dan menggantikannya dengan sel kulit baru yang lebih
sehat, mendinginkan kulit, membantu merawat peremajaan kulit, dan
menghaluskan kulit (9).
Dalam komposisi kimiawi nya diketahui pati adalah karbohidrat penyusun
utama pada ketan hitam. Pati adalah homopolimer glukosa -
glikosida. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas,
dimana fraksi terlarut adalah amilosa, sedangkan fraksi yang tidak larut adalah
amilopektin. Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan
warna dan tekstur nasi (14).
Kadar amilosa dalam beras ketan hitam hanya sekita 1-2%, sedangkan
beras biasa berkisar antara 7-38%. Pati ketan dikombinasi oleh amilopektin yang
memiliki struktur kimia bercabang sehingga jika ditanak ketan menjadi lengket
(14).
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Dalam sistematika tumbuhan, beras ketan hitam diklasifiksikan sebagai
berikut (11).
9
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L. var gkutinosa
Nama Lokal : Beras Ketan Hitam
Gambar 2.1 Tumbuhan Ketan Hitam
2.1.2 Antosianin
Antosianin berperan dalam memberikan pigmen merah, biru, ungu hingga
kehitaman pada beberapa bunga, buah, sayuran dan serelia. Beberapa sumber
antosianin terdapat pada buah mulberry, blueberry, cherry, blackberry, rosella,
kulit dan sari anggur, strawberry dan lobak merah. Salah satu sumber antosianin
yang juga merupakan sumber kekayaan alam di Indonesia selain sayuran adalah
beras (Oriza sativa). Saat ini dikenal beberapa jenis beras yang kaya akan
antosianin, seperti beras ketan hitam (14).
10
Senyawa antosianin berfungsi sebagai antioksidan penangkap radikal
bebas, sehingga berperan untuk mencegah terjadi penuaan, kanker dan penyakit
degenerative. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai
antimutagenik dan antikarsinogenik, mencegah gangguan fungsi hati,
antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah (15).
2.2 Kulit
Gambar 2.2 Struktur Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan
membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit berfungsi
untuk melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika, terutama
kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme (1).
Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh, rata-rata kulit manusia dewasa
mempunyai luas permukaan sebesar 1,5 2 m2,
dengan berat 3 kg, dan berperan
sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh dari luar, baik pengaruh fisik
maupun kimia (16).
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang
melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup manusia dan merupakan alat
11
tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat tubuh
dan luas kulit orang dewasa 1,5 m2. Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif,
serta sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya.
Rata-rata tebal kulit 1-2m. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki
dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis. Kulit merupakan organ yang vital dan
esensial serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (17).
2.2.1 Struktur Kulit
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis
merupakan jaringan epitel yang berasal dari eksoderm, sedangkan dermis berupa
jaringan ikat agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat
selapis jaringan ikat longgar yaitu hipodermis, yang pada beberapa tempat
terutama terdiri dari jaringan lemak (18).
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan
epitel, tidak mempunyai pembuluh darah maupun limfe oleh karena itu semua
nutrien dan oksigen diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis (18).
Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal, stratum
spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum (18).
a. Stratum Basal
Stratum basal adalah lapisan terbawah epidermis, dilapisan ini juga terdapat
sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (19).
12
b. Stratum Spinosum
Merupakan anakan sel dari hasil pembelahan sel basal yang memiliki duri,
saling melekat antara sel dengan diperantarai desmosome. Terdapat bundle
serabut keratin yang menyebrangi setiap sel yang menguatkanperlekatan
demosom dan nucleus (16).
c. Stratum Granolusum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron
ternyata merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom.
Mikrofilamen melekat pada permukaan granula (18).
d. Stratum Lusidum
Stratum lusidum berada tepat dibawah stratum korneum, merupakan lapisan
yang tipis, jernih, mengandung eleidin, lapisan ini tampak jelas pada telapak
tangan dan telapak kaki (19).
e. Stratum Korneum
Stratum korneum terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak
memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh
dari pengaruh luar (19).
13
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis dan lebih tebal dari pada
epidermis. Komponen utama lapisan ini adalah kolagen dan serat elastin, yang
mengandung pembuluh darah, saraf, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan
folikel rambut (20).
3. Hypodermis
Lapisan epidermis atau jaringan subkutan terletak dibawah dermis dan
mengandung sel-sel lemak. Lemak lapisan ini melindungi bagian dalam organ
dari trauma mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh dari udara dingin.
Besarnya bagian lemak sangat tergantung pada faktor keturunan, gaya hidup,
diet dan aktivitas sehari-hari (20).
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan
lingkungan, antara lain sebagai berikut : (17)
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik
(tarikan, gesekan, dan tekanan), gangguan kimia ( zat-zat kimia yang iritan),
dan gangguan bersifat panas (radiasi, sinar ultraviolet), dan gangguan infeksi
luar.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit
14
ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuanabsorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan
jenis vehikulum.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis sehingga
kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan. Rangsangan panas
diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis, rangsangan dingin
diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis, rangsangan rabaan
diperankan oleh badan meissner yang terletak di papila dermis, dan
rangsangan tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengekskresikan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Di waktu suhu dingin,
peredaran darah di kulit berkurang guna mempertahankan suhu badan. Pada
waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan
keringat dari kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu
panas.
15
6. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Jumlah melanosit danjumlah serta besarnya butiran pigmen
(melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu.
7. Fungsi kreatinisasi
Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8. Fungsi pembentukan/sintesis vitamin D
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit terbagi atas lima bagian: (21)
1. Kulit normal : memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak seimbang
tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil.
2. Kulit berminyak : kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai
60%,tampak mengkilap, memiliki pori pori besar; cenderung mudah
berjerawat.
3. Kulit kering : Kulit kasar dan kusam, mudah bersisik.
4. Kulit kombinasi : merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan
berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit
kering.
5. Kulit sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif.
2.2.4 Kulit Kering
Kulit kering dalam istilah medis adalah xerosis cutis. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan kulit kering yaitu :
16
1. Faktor resiko yang signifikan terkait kulit kering adalah usia tua dan jenis
kelamin wanita.
2. Prevalensi kulit kering di Indonesia adalah 50%-80% sedangkan pada
beberapa negara lain seperti Brazil, Australia, Turki, dan lain lain adalah
35%-70%. Pada divisi geriatri poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr.
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta tahun 2008-2013 kulit kering
termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak.
3. Kulit kering terjadi karena hilangnya atau berkurangnya kelembapan pada
stratum korneum dan menyebabkan peningkatan Trans Epidermal Water Loss
(TEWL). Gambaran klinisnya adalah kulit tampak kasar dengan tekstur kulit
lebih jelas sertatampak bersisik, disertai keluhan gatal. Jika memberat, dapat
pula tampakkemerahan dan terjadi fisura. Kulit kering dapat diatasi dengan
menggunakan pelembap (22).
2.3 Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya
dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan
kecantikan. Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki
maupun perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan
diseluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki(23).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian
17
luar) atau gigi dan bagian mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan atau melindungi
dan memelihara tubuh dalam kondisi baik (2).
2.3.1 Penggolongan Kosmetika
Kosmetika dapat digolongkan sebgai berikut : (24).
1. Preparat untuk bayi
2. Preparat untuk mandi
3. Preparat untuk mata
4. Preparat wangi-wangian
5. Preparat untuk rambut
6. Preparat untuk rias (make up)
7. Preparat untuk perawatan rambut
8. Preparat untuk kebersihan mulut
9. Preparat untuk kebersihan badan
10. Preparat untuk kuku
11. Preparat untuk cukur
12. Preparat utnuk perawatan kulit
13. Preparat untukproteksi sinar matahari
2.3.2 Pembagian Kosmetika
Sedangkan menurut Sub Bagian Kosmetika Medik Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin FKU/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
membagi kosmetika atas : (24).
18
1. Kosmetika pemeliharaan dan perawatan, terdiri atas :
a. Kosmetika pembersih (cleansing)
b. Kosmetika pelembab (moisturizing)
c. Kosmetika pelindung (protecting)
d. Kosmetika penipis (thining)
2. Kosmetika rias/dekoratif, terdiri atas :
a. Kosmetika rias kulit terutama wajah
b. Kosmetika rias rambut
c. Kosmetika rias kuku
d. Kosmetika rias bibir
e. Kosmetika rias mata
3. Kosmetika pewangi, terdiri atas :
a. Deodorant dan antiperspirant
b. After shave lotion
c. Parfum
2.4 Lulur
Lulur adalah jenis kosmetik yang dibuat dari bunga-bunga dan bahan-
bahan tanaman lainya yang sangat bermanfaat untuk menjaga kecantikan,
kesehatan, kehalusan dan kecerahan kulit tubuh. Lulur dapat membantu
membersihkan kotoran yang menempel dikulit akibat pengaruh faktor cuaca dan
polusi sehingga kulit menjadi sehat, bersih dan cantik(5).
Lulur memiliki fungsi dan manfaat bagi kulit dan tubuh seperti relaksasi,
scrubbing atau pengelupasan akan mengangkat sel-sel kulit yang mati sehingga
19
menstimulasi tumbuhnya sel-sel kulit baru. Fungsi lain dari lulur adalah sebagai
masker tubuh yang berfungsi untuk memberikan nutrsi pada kulit (24).
Nutrisi yang optimal pada lulur dapat membuat kulit lebih halus dan sehat
juga berfungsi untuk memperbaiki kekencangan kulit. Lulur yang dioleskan pada
kulit akan mengembalikan kekencangan kulit yang kendur(24).
2.4.1 Jenis-jenis Lulur
Lulur dibagi menjadi dua yaitu lulur tradisional dan lulur modern(25).
1. Lulur tradisional terbuat dari rempah dan tepung yang teksturnya kasar yang
digunakan dengan cara dioles dan dogosok perlahan-lahan keseluruh tubuh
untuk membersihkan badan dari kotoran serta mengangkat sel-sel kulit mati
pada tubuh sehingga kulit terlihat bersih dan halus.
2. Lulur modern terbuat dari scrub yang dilengkapi lotion yang rata-rata terbuat
dari susu, lulur modern menggunakan campuran bahan alami yang berupa
ekstrak agar lulur lebih tahan lama dan penggunaannya dirancang lebih praktis
sehingga mudah dalam penggunaannya.
2.4.2 Macam-macam Lulur
Lulur biasanya berbentuk bubuk, krimdan kocok (6).
1. Lulur bubuk biasanya bahan dari lulur ini mengandung butiran kasar yang
bersifat melembutkan kulit. Lulur ini berupa serbuk kering yang
penggunaannya dengan mengencerkan atau mengentalkan terlebih dahulu
dengan air biasa atau air mawar sebelum digunakan.
20
Gambar 2.3 Lulur bubuk
2. Krim lulur biasanya berbentuk seperti pasta atau adonan kental yang langsung
dapat digunakan dikulit dalam kondisi lembab atau sudah dibasahi terlebih
dahulu.
Gambar 2.4 Lulur krim
3. Lulur kocok biasanya bebentuk cair tetapi tidak larut (suspensi), penggunaan
lulur ini tidak jauh berbeda dengan lulur pada umumnya, hanya saja sebelum
penggunaan lulur dikocok terlebih dahulu.
21
Gambar 2.5 Lulur kocok
2.5 Krim
Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai (26).
Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe m/a emulsi minyak
dalam air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam
krim distabilkan dengan penambahan surfaktan(21).
Istilah krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak
atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk
produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air
dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika(26).
2.6 Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
22
bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam
dan medium dispersi sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai
fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak-dalamair dan biasanya
dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air-dalamminyak dan dikenal
bersifat kontinu, suatu
emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambahkan dengan air atau suatu
preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase
ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni: zat pengemulsi (emulsifying agent)
(23).
2.7 Ekstrak
2.7.1 Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung(27).
2.7.2 Estraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair, dengan
diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Ekstraksi dapat dilakukan dengan baberapa
cara yaitu : (27).
23
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar.
Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak)
terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya
selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang
lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu pada 40-50oC
24
c. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
90oC) selama 15 menit.
d. Dekok
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30
menit.
e. Sokletasi
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan
dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah
kantung ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas
yang bekerja kontinu.
2.8 Skin Analyzer
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisankulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyser
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat. Pengukuran yang dapat dilihat dari
alat Skin analyzer adalah Moisture (kadar air), Evenness (kehalusan), Pore (pori),
Spot (noda), dan Wrinkle (keriput)(28).
25
2.9 Komposisi Krim Lulur
Dalam membuat formulasi suatu sediaan lulur krim yang baik perlu
diperhatikan adalah kesesuaian sifat bahan-bahan yang dipilih, yaitu kesesuaian
sifat antara bahan aktif dengan bahan pembawa (basis). Suatu krim terdiri atas
bahan aktif dan bahan dasar (basis) krim. Bahan dasar terdiri dari fase minyak dan
fase air yang dicampur dengan penambahan bahan penegmulsi (emulgator)
kemudian akan membentuk basis krim. Selainkarakteristik formula yang
diinginkan, maka sering ditambah bahan-bahan antara lain, pengawet, pengkelat,
pengental, pewarna, pelembab, pewangi dan sebagainya. Bahan-bahan yang
digunakan dalam formula lulur krim penelitian ini adalah sebagai berikut :(29).
1. Asam stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak. Merupakan zat padat, keras mengkilat, menunjukkan susunan hablur, putih
atau kuning pucat, mirip lemak lilin, praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P, suhu lebur tidak kurang dari
45oC. Asam stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagai bahan pengemulsi.
Dalam pembuatan basisi krim netral (nonionik) dinetralisasi dengan penambahan
alkali. Kombinasi agen pengemulsi digunakan untuk meningkatkan sifat fisik dan
stabilitas fisik atau krim. Asam stearat digunakan pada umumnya karena tidak
mengiritasi. Konsentrasi asam stearat pada formulasi topikal 1-20%.
2. Setil alkohol
Dalam sediaan topikal losio, krim, dan salep, setil alkohol digunakan
karena sifatnya emolien, daya absorpsinya terhadap air, dan sebagai bahan
26
pengemulsi. Dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur sediaan, dan
meningkatkan konsistensi. Praktis tidak larut dalam air, larut 1:10 alkohol, dapat
bercampur dengan minyak dan lemak tertentu seperti paraffin cair, paraffin padat,
ketika dalam bentuk lelehan.
3. Sorbitol
Sorbitol merupakan cairan kental seperti minyak berwarna kuning. Praktis
tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan propilenglikol, tercampur dalam alkohol
dan methanol, satu bagian sorbitol larut dalam 100 bagian minyak biji kapas,
sedikit larut dalam etil asetat. Memiliki bobot jenis 1,01 g/ml dan HLB 4,3.
Dalam dunia farmasi digunakan sebagai emulgator surfaktan nonionik,
peningkatan kelarutan. Sorbitol stabil terhadap asam dan basa lemah. Disimpan
dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk, dan kering.
4. Propilen glikol
Propilen glikol banyak pelarut dan pembawa dala pembuatan sediaan
farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang tidak stabil atau tidak dapat
larut dalam air. Propilen glikol adalah cairan bening, tidak berwarna, kental,
hampir tidak berbau. Dalam kondisi basa, propilen glikol stabil dalam wadah yang
tertutup baik dan juga merupakan suatu zat kimia yang stabil bila dicampur
dengan gliserin, air atau alkohol. Propilen glikol juga digunakan sebagai
penghambat pertumbuhan jamur.
5. Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) dalam sediaan topikal dalam farmasetika digunakan
secara luas dalam pembentukan emulsi. Digunakan sebagai bahan pengemulsi
27
anionik untuk menghasilkan produk emulsi minyak dalam air yang homogen dan
stabil. Trietanolamin ketika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat,
asam oleat akan membentuk bahan pengemulsi anionik yang stabil. Konsentrasi
yang biasanya digunakan untuk emulsifikasi adalah 2-4%.
6. Metil paraben
Merupakan serbuk putih, berbau, serbuk higroskopik, mudah larut dalam
air. Digunakan sebagai pengawet pda kosmetik, makanan, dan sediaan farmasetik.
Dapat digunakan sendiri, kombinasi dengan pengawet paraben lain atau dengan
antimikroba lainnya. Lebih efektif terhadap gram negatif dari pada gram positif.
Aktif pada pH, mempunyai titk lebur 125-128oC. Aktivitas pengawet ini memiliki
rentang pH 4-8 dalam sediaan topikal konsentrasi yang umum digunakan 0,02-
0,3%.
7. Aquadest
Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara menyuling. Air
murni dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis, atau
dengan cara yang sesuai. Air murni lebih bebas kotoran maupun mikroba. Air
murni digunakan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan air terkecuali untuk
parenteral, aquades tidak dapat digunakan.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian ini meliputi
pengumpulan relawan, pengukuran kulit relawan, pembuatan ekstrak, pembuatan
sediaan lulur dari ekstrak beras ketan hitam dan uji evaluasi sediaan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu
Waktu yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dari bulan Mei-Juli 2019.
3.2.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Teknologi
Formulasi Sediaan Liquida dan Semi SolidaInstitut Kesehatan Helvetia Medan
dan dilaboratorium kosmetologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah tanaman beras ketan hitam (Oryza
sativa L. var glutinosa) dilakukan dengan cara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah beras ketan hitam (Oryza sativa L. var
glutinosa) yang diperoleh dari kota Bagansiapiapi Riau.
29
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender, ayakan,skin
analyzer, batang pengaduk, cawan porselin, lumping dan alu, gelas kimia, gelas
ukur, pipet tetes, kertas perkamen, kain flanel, pH meter, rotary evaporator, kertas
saring, sendok tanduk dan timbangan digital.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam stearat, sorbitol,
setil alkohol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, aquades, parfum dan
ektrak beras ketan hitam.
3.5 Sukarelawan
Dalam penelitian ini digunakan sukarelawan. Pemilihan sukarelawan
dilakukan di Fakultas Kesehatan Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan
sebanyak 12 orang. Kriteria sukarelawan yang dipilih adalah yang memiliki kulit
kering dan sering terpapar sinar matahari. Sukarelawan bersedia dilakukan uji
iritasi dan uji kelembaban sediaan krim lulur selama penelitian berlangsung.
3.6 Prosedur Kerja
3.6.1 Pembuatan Simplisia
1. Ditimbang beras ketan hitam sebanyak 500 gram
2. Dicuci beras ketan hitam, kemudian ditiriskan
3. Keringkan beras ketan hitam pada suhu 40C-60C
30
4. Setelah kering, beras ketan hitam kemudian dihaluskan menggunakan
blender
3.6.2 Pembuatan Ekstrak Beras Ketan Hitam
1. Simplisia serbuk dimasukkan kedalam wadah kaca
2. Ditambah etanol 96% sampai sampel terendam
3. Dimaserasi selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang
diaduk
4. Sampel disaring dan filtrat yang diperoleh ditampung
5. Filtrat yang diperoleh dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator
dengan suhu 50oC sampai diperoleh ekstrak kental(30).
3.6.3 Formula Dasar
Formula dasar menurut Young(31)
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol 5 g
Propilen glikol 3 g
Trietanolamin 1 g
Gliserin 1-5 tetes
Metil paraben 1 sendok spatula
Parfum 1-3 tetes
Aqudest 78,2 ml
31
3.6.4 Formula Modifikasi
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol 5 g
Propilen glikol 3 g
Trietanolamin 1 g
Metil paraben 0,2 g
Eksfolian 2 g
Parfum qs
Aquadest ad 100 ml
Ekstrak beras ketan hitam yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim
lulur dengan variasi konsentrasi 3%, 6% dan 9%. Formulasi dasar krim lulur tanpa
ekstrak dibuat sebagai blanko.
Tabel 3.1. Komposisi Bahan Krim Lulur
Bahan Konsentrasi (%)
A B C D
Asam stearat
Setil alkohol
Sorbitol
Propilen glikol
Trietanolamin
Metil paraben
Eksfolian
12
0,5
5
3
1
0,2
2
12
0,5
5
3
1
0,2
2
12
0,5
5
3
1
0,2
2
12
0,5
5
3
1
0,2
2
Ekstrakberas ketan hitam - 3 6 9
Parfum
Aquades
4 tetes
76
4 tetes
73
4 tetes
70
4 tetes
67
Keterangan : Formula A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formula B : Konsentrasi ekstrak ketan hitam 3%
Formula C : Konsentrasi ekstrak ketan hitam 6%
Formula D : Konsentrasi ekstrak ketan hitam 9%
32
3.6.5 Pengelompokan Sukarelawan
Semua sukarelawan terlebih dahulu diukur kadar air (moisture), pada kulit
yang telah diberi tanda dengan alat skin analyzer. Setelah itu, para relawan
tersebut dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
1. Kelompok I : 3 orang relawan untuk formula blanko (krim lulur tanpa
ekstrak beras ketan hitam)
2. Kelompok II : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi 3%
3. Kelompok III : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi 6%
4. Kelompok IV : 3 orang relawan untuk formula dengan konsentrasi 9%
3.6.6 Prosedur Pembuatan Sediaan Krim Lulur
Cara pembuatan sediaan krim lulur :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Panaskan lumpang dan alu dengan air panas kemudian dilap kering
4. Campurkan bahan-bahan fase minyak (asam stearat, setil alkohol) dimasukkan
kedalam cawan penguap dan dilebur diatas penangas air (massa I)
5. Dilarutkan fase air (sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben)
dalam air panas (massa II)
6. Dimasukkan massa I kedalam lumpang panas yang telah dikeringkan
7. Ditambahkan secara perlahan-lahan massa II digerus secara konstan hingga
diperoleh massa krim yang homogen
33
8. Lalu ditambahkan eksfolian dan ekstrak beras ketan hitam kedalam dasar krim
lulur sesuai konsentrasi yang ditetapkan, gerus kembali dan ditambahkan 4
tetes parfum, dihomogenkan
9. Lakukan evaluasi sediaan krim lulur
3.6.7 Evaluasi Sediaan Krim Lulur
1. Uji Organoleptik
Pada uji organoleptik dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan
dengan cara melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan baudari
sediaan yang telah dibuat (30).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah sediaan yang telah
dibuat homogen atau tidak. Dengan cara krim dioleskan pada kaca
transparan dimana sediaan diambil tiga bagian yaitu atas, tengah dan
bawah. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar (30).
3. Uji pH
Uji pH dilakukan menggunakan pH meter. Sebanyak 1 g sediaan
dimasukkan dalam gelas kimia dan diencerkan dalam 100 ml aquades. pH
sediaan diukur menggunakan pH meter, dibiarkan pH meter menunjukkan
angka pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan
pH sediaan. Sediaan kosmetik yang digunakan pada kulit harus memiliki
pH yang sesuai dengan pH kulit, berkisar antara 4,5-6,5 (30).
34
4. Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan krim pada lengan bawah
atau dibelakang daun telinga selama 24 jam terhadap 12 orang
sukarelawan. Reaksi yang diamati adalah terjadinya iritasi pada kulit atau
tidak (2).
5. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan krim saat
diaplikasikan pada kulit. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal
adalah 5-7 cm. Sebanyak 1 g sediaan diletakkan ditengah kaca bulat,
ditutup dengan kaca lain, dan dibiarkan selama satu menit, kemudian
diukur diameter sebarnya. Setelah itu ditambah beban 50 g, dan dibiarkan
selama 1 menit, lalu ukur diameter sebarnya. Penambahan berat 50 g
setelah satu menit dilakukan terus-menerus hingga diperoleh diameter
yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter
sebar sediaan (30).
6. Uji Stabilitas Sediaan
Uji ini bertujuan untuk melihat kestabilan sediaan. Masing-masing
formula krim dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian atasnya, dan
diukur parameter-parameter kestabilan meliputi pemisahan fase, warna,
dan bau dari sediaan secara visual pada suhu kamar 25C-30C selama 4
minggu(24).
35
7. Uji Tipe Emulsi
Uji tipe sediaan dilakukan dengan metode penambahan warna dilakukan
dengan penambahan sedikit metil biru kedalam sediaan diatas objek gelas.
Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi minyak
dalam air (m/a), tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut
tipe emulsi air dalam minyak (a/m)(26).
8. Pengujian Efektivitas Kelembaban Sediaan Terhadap Sukarelawan
Setiap sukarelawan yang telah dikelompokkan diukur kadar air (moisture)
menggunakan skin analyzer pada kulitnya terlebih dahulu, kemudian
diberikan krim lulur ekstrak beras ketan hitam pada daerah kulit pinggung
tangan sukarelawan yang telah ditandai. Uji kelembaban dilakukan selama
4 minggu. Dilakukan pengukuran kembali setiap minggu pada kulit
relawan menggunakan skin analyzer untuk melihat pertambahan tingkat
kelembaban pada kulit (32).
3.7 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode statistik
program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17. Pertama data
dianalisis menggunakan metode One Way ANNOVA untuk menentukan
perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan
dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata
antar perlakuan (33)
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)
Universitas Sumatera Utara. Hasilnya menunjukkan adalah benar beras ketan
hitam (Oryza sativa L. var glutinosa).
4.2 Hasil Pembuatan Sediaan Krim Lulur
Pembuatan sediaan krim lulur menggunakan beberapa bahan yaitu asam
stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben,
eksfolian dan parfum. Ekstrak beras ketan hitam digunakan sebagai zat berkhasiat
untuk melembabkan kulit. Variasi konsentrasi dari sediaan krim lulur memiliki
perbedaan bentuk, warna dan bau. Ekstrak beras ketan hitam konsentrasi 3%, 6%
dan 9% memiliki bentuk semi padat, warna coklat muda pada konsentrasi 3% dan
6%, warna coklat tua konsentrasi 9%. Aroma sediaan krim lulur oleum rosae.
4.2.1 Hasil Uji Evaluasi Sediaan Krim Lulur
1. Uji Organoleptis
Hasil uji organoleptis dari sediaan krim lulur dari ekstrak beras ketan
hitam dilakukan pada 3 sediaan dari berbagai konsentrasi dengan blanko untuk
melihat bentuk, warna dan bau dapat dilihat pada tabel 4.1
37
Tabel 4.1 Data pengamatan uji organoleptis pada sediaan krim lulur
No Formula Bentuk Warna Bau
1 A Semi solid Putih Susu Ol. Rosae
2 B Semi solid Coklat muda Ol. Rosae
3 C Semi solid Coklat muda Ol. Rosae
4 D Semi solid Coklat Tua Ol. Rosae
Keterangan : Formulasi A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formulasi B : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 3%
Formulasi C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formulasi D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan
cara melakukan pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang
telah dibuat (30).
Berdasarkan hasil uji organoleptis terhadap sediaan krim lulur ekstrak
beras ketan hitam dan salah satunya tanpa ekstrak (blanko) didapat bahwa sediaan
memiliki warna putih susu pada blanko, warna coklat muda pada konsentrasi 3%,
6%, dan warna coklat tua pada konsentrasi 9%. Sedangkan tekstur pada sediaan
memiliki tekstur semi solid dan memiliki aroma oleum rosae karna ada
penambahan pewangi pada sediaan krim lulur.
2. Uji Homogenitas
Hasil pengamatan uji homogenitas dari semua sediaan krim lulur dari
ekstrak beras ketan hitam dapat dilihat pada tabel 4.2 dan lampiran
38
Tabel 4.2 Data pengamatan uji homogenitas sediaan krim lulur
Formula Pengamatan homogenitas
A
B
C
D
Keterangan: Formulasi A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formulasi B : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 3%
Formulasi C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formulasi D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
: homogen
- : tidak homogen
Pengamatan homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah semua zat
sudah tercampur merata atau terdistribusi secara merata, sehingga apabila
diaplikasikan kebagian kulit yang membutuhkan semua bagian kulit memiliki
kesempatan yang sama untuk mendapatkan khasiat dari zat yang terkandung
dalam suatu sediaan (34).
Dari hasil pengamatan homogenitas krim lulur ekstrak beras ketan hitam
menunjukkan bahwa semua sediaan tidak diperoleh butiran kasar dan gumpalan
pada objek gelas, maka semua sediaan krim lulur dinyatakan homogen.
3. Uji pH
Hasil uji pH sediaan krim lulur ekstrak beras ketan hitam dilakukan
dengan menggunakan pH meter. Dari pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh
data pada tabel 4.3
39
Tabel 4.3 Data pengamatan uji pH sedian krim lulur
No Formula pH
Rata-rata 1 2 3
1 A 6.2 6.3 6.2 6.2
2 B 6.4 6.3 6.3 6.3
3 C 6.3 6.3 6.2 6.3
4 D 6.2 6.3 6.3 6.3
Keterangan: Formulasi A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formulasi B : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 3%
Formulasi C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formulasi D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui apakah krim memiliki pH
yang sesuai dengan pH kulit, sehingga tidak melampau asam atau basa agar tidak
merusak kulit (34).
Penetuan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. pH meter
dikalibrasi dengan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH
asam (pH 4,01) sampai menunjukkan harga pH tersebut. sampel dibuat dalam
konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air
suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (35).
Pada tabel 4.3 didapatkan hasil pH sediaan, formula A mempunyai pH 6,2;
formula B mempunyai pH 6,3; formula C mempunyai pH 6,3; formula D
mempunyai pH 6,3 sehingga semua sediaan krim lulur dapat dinyatakan
memenuhi persyaratan pH kulit yang bekisar 4,5-6,5.
40
4. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang
tipis seperti pada belakang telinga dan di bagian lengan bawah selama 24 jam.
Hasil dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Data pengamatan uji iritasi terhadap sukarelawan
No Pernyataan Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kemerahan - - - - - - - - - - - -
2 Gatal-gatal - - - - - - - - - - -
3 Bengkak - - - - - - - - - - - -
Keterangan: + : Terjadi reaksi
- : Tidak terjadi reaksi
Berdasarkan hasil data pada tabel terhadap 12 sukarelawandapat
disimpulkan bahwa sediaan krim lulur yang diformulasi aman untuk digunakan
karena memberikan hasil yang negatif
5. Uji Daya Sebar
Hasil uji daya sebar sediaan krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Data pengamatan hasil uji daya sebar pada sediaan krim lulur
No Formula
Daya sebar Rata-rata
1 2 3
B50 B100 B50 B100 B50 B100
1 A 3,4 3,6 3,5 3,7 3,3 3,5 7
2 B 3,4 3,7 3,3 3,6 3,4 3,7 6,9
3 C 3,1 3,4 3,0 3,2 3,0 3,2 6,8
4 D 2,9 3,0 2,8 3,1 3,0 3,1 5,9
Keterangan : Formula A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formula B : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 3%
Formula C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formula D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
B50 : Penambahan beban 50 gram
B100 : Penambahan beban 100 gram
41
Data hasil pengujian daya sebar sediaan krim lulur yang mengandung
ekstrak beras ketan hitam dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa daya sebar
dari sediaan krim lulur formula A lebih luas daya sebarnya dibandingkan dengan
formula B,C,dan D, karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak semakin kecil luas
daya sebar. Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan krim saat
diaplikasikan pada kulit. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal adalah 5-7
cm.(30).
6. Uji Stabilitas Sediaan
Suatu emulsi menjadi tidak stabil salah satunya diakibatkan oleh
pengumpalan dari globul-globul fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu
sediaan emulsi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.
Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan
penambahan pengawet (36).
Hasil pengamatan stabilitas terhadap sediaan dengan melihat pemisahan
fase, warna dan bau secara visual pada suhu kamar selama 4 minggu. Hasil dapat
dilihat pada tabel
Tabel 4.6 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan
selesai dibuat dan penyimpanan selama 4 minggu
Formula
Pengamatan selama 8 minggu
0 2 4 6 8
x y z x y z x y z x y z x y z
A - - - - - - - - - - - - - - -
B - - - - - - - - - - - - - - -
C - - - - - - - - - - - - - - -
D - - - - - - - - - - - - - - -
42
Keterangan: Formula A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formula B : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 3%
Formula C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formula D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
x : Perubahan warna
y : Perubahn bau
z : Pemisahan fase
- : Tidak kertjadi Perubahan
+ : Terjadi perubahan
Berdasarkan data hasil pada tabel dapat dilihat bahwa sediaan krim tidak
mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan pada fase emulsinya. Hal ini
menunjukkan bahwa semua sediaan krim lulur stabil dalam penyimpanan suhu
kamar 25C-30C selama 8 minggu.
7. Uji tipe Emulsi Sediaan Krim Lulur
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan
menggunakan metil biru dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Data pengamatan tipe emulsi sediaan krim lulur
No Formula Kelarutan metil biru pada sediaan
Ya Tidak
1 A -
2 B -
3 C -
4 D -
Keterangan: Formula A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formula B : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 3%
Formula C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formula D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
: metil biru larut
- : metil biru tidak larut
Pengujian tipe emulsi dengan metode penambahan warna menggunakan
emulsi yang telah dibuat dimasukkan dalam cawan porselin, kemudian ditetesi
43
beberapa tetes larutan metilen biru. Jika warna biru segera terdispersi keseluruhan
emulsi maka fase eksternalnya adalah air (29)
Dari hasil data pada tabel uji tipe emulsi sediaan krim, metil biru dapat
larut dalam semua formula krim, sehingga dapat dibuktikan bahwa sediaan krim
yang dibuat mempunyai tipe emulsi minyak dalam air (m/a). Tipe emulsi minyak
dalam air memiliki keuntungan yang lebih mudah menyebar dipermukaan kulit,
tidak lengket dan mudah dicuci menggunakan air.
8. Pengujian Efektivitas Kelembaban Sediaan Terhadap Sukarelawan
Hasil pengukuran kelembaban yang menunjukkan persentase peningkatan
kelembaban kulit pada sebelum pemakaian samapai minggu ke 4 setelah
pemakaian. Lokasi uji adalah kulit punggung tangan sukarelawan. Sukarelawan
diminta untuk tidak menerapkan produk topikal dilokasi uji selama 4 minggu
sebelum dan selama penelitian. Sebelum pengukuran, sukarelawan tinggal diruang
pengujian setidaknya 30 menit untuk memungkinkan adaptasi suhu dan
kelembaban (32)
Adapun sebelum sediaan krim lulur diaplikasikan ketangan sukarelawan,
terlebih dahulu kelembaban dari kulit punggung tangan sukarelawan diukur
menggunakan alat Skin Analyzer Aramo. Pengukuran evektifitas kelembaban
sediaan krim lulur dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit sukarelawan
bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh krim lulur ekstrak beras ketan
hitam dalam memulihkan kulit yang mengalami kekeringan. Data yang diperoleh
dianalisis secara statistik dengan metode One Way ANOVA dan dilanjutkan
dengan uji Tukey. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.8.
44
Tabel 4.8 Hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit sukarelawan
No Formula Sukrelawan
Kadar air
Sebelum Pemulihan (minggu)
I II III IV
1 A 1
2
3
Rata-rata
15
18
16
16,3
15
18
16
16,3
16
18
17
17
16
19
17
17,3
17
20
18
18,3
2 B 1
2
3
Rata-rata
16
19
16
17
17
20
18
18,3
19
21
19
19,7
21
23
20
21,3
22
24
22
22,7
3 C 1
2
3
Rata-rata
17
19
15
17
19
21
17
18
22
23
20
21,7
25
24
22
23,7
27
26
25
26
4 D 1
2
3
Rata-rata
18
17
20
18,3
23
20
22
21,7
26
23
25
24,7
29
27
29
28,3
32
30
33
31,7
Nilai pengukuran: 0-29 (dehidrasi), 30-50 (normal), 51-100 (hidrasi)
Keterangan: Formula A : Blanko (tanpa ekstrak beras ketan hitam)
Formula B : Konsentrasi eksatrak beras ketan hitam 3%
Formula C : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 6%
Formula D : Konsentrasi ekstrak beras ketan hitam 9%
Secara ilmiah kulit memiliki lapisan lemak tipis dipermukaannya. Lapisan
lemak tersebut berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air
yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai
pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena
kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan
pada kandungan lemaknya. Bila kadar air dalam kulit sedikit maka akan kering
dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan
mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang
45
pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan
kesehatan serta menjadi sumber infeksi(37).
Ketan hitam memiliki kandungan mineral atau antosianin yang sangat baik
untuk kesehatan, warna ungu kehitamannya berasal dari sumber antosianin, suatu
zat turunan polifenol berkemampuan antioksidan yang dikandungnya. Ketan
hitam juga bermanfaat bagi kecantikan kulit yaitu dapat memperlambat penuaan
dini karna dalam ketan hitam terkandung antioksidan yang tinggi, ketan hitam
juga mengandung vitamin E yang dapat melembabkan kulit dan serat yang
tinggi(7).
Data selanjutnya dianalis dengan menggunakan one way annova dan tukey
hsd untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan.
Tabel 4.9 Uji annova kadar air
Pemakaian (minggu) F Sig.
Minggu awal (0) 0,724 0,566
Minggu I 5,293 0,027
Minggu II 17,952 0,001
Minggu III 30,400 0,000
Minggu IV 54,222 0,000
Dari data yang diperoleh pada tabel 4.8, terlihat bahwa kondisi awal kulit
semua kelompok sukarelawan adalah dehidrasi (0-29). Hasil analisa statistik dari
data yang diperoleh pada tabel 4.9 sebelum perawatan tidak terdapat perbedaan
yang signifika yaitu 0,566 maka Ho diterima dan
Ha ditolak, pada perawatan minggu I, II, III dan IV terdapat perbedaan yang
yaitu 0,027, 0,001, 0,000 dan 0,000 maka Ha diterima dan
Ho ditolak. Sediaan krim lulur yang mendapatkan efek terbesar dalam
46
peningkatan kadar air terlihat pada krim ekstrak beras ketan hitam 9% (18,3
menjadi 31,7) krim yang menghasilkan efek terkecil terlihat pada krim blanko
(16,3 menjadi 18,3). Hal ini menunjukkan bahwa krim lulur ekstrak beras ketan
hitam 9% yang paling baik dalam meningkatkan kadar air kulit sukarelawan.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa) dapat
diformulasikan sebagai krim lulur untuk melembabkan kulit.
2. Sediaan krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var
glutinosa) tidak mengiritasi kulit.
3. Krim lulur dari ekstrak beras ketan hitam (Oryza sativa L. var glutinosa)
dengan konsentrasi 3%, 6%, dan 9% dapat memberikan efek melembabkan
pada kulit.
5.2 Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk membuat sediaan kosmetik
yang berbeda dengan menggunakan ekstrak beras ketan hitam.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutarna TH, Ngadeni A, Anggiani R. Formulasi Sediaan Masker Gel Dari
Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Dan Madu Hitam
(Apisdorsata) Sebagai Antioksidan. 2013;1(1):1723.
2. Musdalipah dkk. Formulasi Body Scrub Sari Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L.) Varietas Ayamurasaki.
3. Rostamailis. Perawatan Badan, Kulit dan rambut. Jakarta: Rineka Cipta;
2005.
4. Ningsi S, Nonci FY, Sam R. Formulasi Sediaan Lulur Krim Ampas Kedelai
Putih Dan Ampas Kopi Arabika. Jf Fik Uinam. 2015;3(1):14.
5. Prabandani R, Suherman H. Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Lulur
Dari Rimpang Kunyit (Curcuma Longa Linn). :528.
6. Isfianti DE. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Dan Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk) Untuk Pembuatan
[Internet]. 2018; Available from:
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-
rias/article/view/24717
7. Virgita V. Pemanfaatan Ketan Hitam Sebagai Masker Wajah. 2015;
8. Ridwan M, Kasman K, Darwis D. Pembuatan Lapisan Tipis Berbahan
Antosianin Beras Ketan Hitam (Oryza Sativa Glutinosa) Menggunakan
Metode Spin Coating. Nat Sci J Sci Technol. 2018;6(1):2938.
9. Jamil C. Pemanfaatan Peeling Beras Ketan Hitam Sebagai Pencerahan
Kulit Wajah. 2017;(September). Available from: http://www.albayan.ae
10. MauliaVirgita V. Pemanfaatan Ketan hitam Sebagai Masker Wajah. 2015;
11. Hasanah H. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol Tape
Ketan Hitam (Oryza sativa L var Forma Glutinosa) Dan Tape Singkong
(Manihot utilissima Pohl). 2008.
12. Winarno FG. Kimia Bahan Pangan dan Gizi. Edisi IV, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta: PT. Gramedia; 1986.
13. Achroni K. Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada di sini. Jakarta;
2012.
14. Darmawati D. Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Beras Ketan Hitam
(Oriza sativa. var. Glutinosa (Lour) Korn) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir
Surya Kombinasi Avobenzone Dan Oktil Metoksisinamat Secara In Vitro.
2012.
15. El Husna N, Novita M, Rohaya S. Kandungan Antosianin Dan Aktivitas
Antioksidan Ubi Jalar Ungu Segar Dan Produk Olahannya. Agritech.
2013;33(3):296302.
16. Umar I. Formulasi dan Uji Efektivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol
- Metode DPPH
[DISS]. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar; 2016.
17. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2007.
18. Kalangi SJR. Histofisiologi Kulit. J Biomedik. 2013;5(3).
49
19. Tranggono RI, Latifah F. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Vol. 6, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta; 2007.
20. Prianto J. Cantik: Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Gramedia
Pustaka Utama; 2014.
21. Yunita D. Formulasi Sediaan Krim Sari Tomat (Solanum lycopersicum L.)
Dan Uji Efek Anti-Aging. 2016.
22. Sinulingga,E H dkk. Efektivitas Madu Dalam Formulasi Pelembap Pada
Kulit Kering. 2018;7(1):14657.
23. Putri KG. Formulasi Sediaan Losio Tangan Dan Badan Menggunakan Sari
Kentang (Solanun tuberosum L.) Sebagai Bahan Pelembab. 2013;
24. Wasitaatmadja SM. Penuntun lmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta; 1997.
25. Yumas M, Ramlah S, Mamang. Formulasi Lulur Krim Dari Bubuk Kakao
Non Fermentasi Dan Efek Terhadap Kulit. Biopropal Ind. 2015;
26. Ditjen POM. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta; 1995.
27. Hasibuan, Dian N. Pengaruh Penggunaan Air Yang Mengandung Ion Dan
Yang Tidak Mengandung Ion Terhadap Stabilitas Sediaan Krim Ekstrak
Etilasetat Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai Obat
Luka Bakar Pada Kelinci Putih Jantan. 2009.
28. Susana D. Formulasi Dan Uji Anti-Aging Krim Ekstrak Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.). 2013.
29. Pramuditha N. Uji Stabilitas Fisik lulur Krim Dari Ampas Kelapa (Cocos
nucifera L.) Dengan Menggunakan Emulgator Anionik Dan Nonionik.
2016.
30. Suprio HW. Pemanfaatan Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L. Indica) Dan
Madu Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Lotion Gel. 2017;
31. Young A. Practical Cosmetic Science. Mills And Boon Limited. London;
1972. 40 p.
32. Cristaefolium S, Agardh C, Konsentrasi V, Farmasi F, Hasanuddin U,
Selatan M. Uji Efektivitas Kelembaban Sabun Transparan Ekstrak Rumput
Laut Cokelat Uji Efektivitas Kelembaban Sabun Transparan Ekstrak
Rumput Laut Cokelat ( Sargassum Cristaefolium C . Agardh ) dengan
Variasi Konsentrasi Sukrosa. 2018;(July 2017).
33. Sayuti NA, AS I, Suhendriyo. Formulasi Hand & Body Lotion Antioksidan
Ekstrak Lulur Tradisional. J Terpadu Ilmu Kesehat. 2016;5(2):17481.
34. Mektildis R. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Kulit batang Floak (Sterculia
Quadruifida R.Br).
35. Ilmiah P, Kurniasih N, Farmasi F, Surakarta UM. Formulasi Sediaan Krim
Efek Pada Kulit. 2016;
36. Putri CP. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Minyak
Atsiri Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus aurantium Dulcis) Dengan Variasi
Konsentrasi Setil Alkohol Sebagai Stiffening Agent. 2018;
37. Daun K, Chromolaena B, King L, Pada R, Kering K. Formulasi dan uji
efektifitas pelembaban se - 2016;
50
Lampiran 1. Bagan Alir Proses Ekstraksi Beras Ketan Hitam
Dimasukkan kedalam wadah kaca gelap
Ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 3,750mL
Ditutup dengan aluminium foil kemudian di diamkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya, diaduk sesekali
Disaring masterat setelah 5 hari
Ditambahkan etanol 96%
sebanyak 1250 mL
Didiamkan kembali selama 2
hari terlindung dari cahaya
Disaring
Dipekatkan dengan alat rotary evaporator pada suhu
500 gram simplisia
beras ketan hitam
Filtrat II
Filtrat I
Residu
Residu
Ekstrak kental
beras ketan
hitam
51
Lampiran 2. Bagan Alir Proses Pembuatan Sediaan Krim Lulur
Ditimbang asam Ditimbang sorbitol,
stearat dan setil alkohol propilen glikol, TEA, dan
Dimasukkan ke dalam cawan metil paraben
Dilebur diatas penangas air Dilarutkan dalam air
Pada suhu 700C panas dengan suhu 70
0C
Digerus konstan di dalam lumpang panas
Sampai terbentuk massa krim
Ditambahkan Eksfolian, gerus perlahan
Ditambahkan ekstrak beras ketan hitam
dengan variasi konsentrasi pada masing
masing formula dan 3 tetes pengaroma
Fase minyak Fase air
Fase minyak + fase air
Krim Lulur Ekstak
Beras Ketan Hitam
52
Lampiran 3. Gambar Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L. var glutinosa) Dan
Serbuk Simplisia
53
Lampiran 4. Gambar Bahan pembuatan Sediaan Krim Lulur
54
Lampiran 5. Gambar Formulasi Sediaan Krim Lulur Konsentrasi 3%, 6%, 9%
dan Blanko
55
Lampiran 6. Gambar Alat Skin Analyzer
56
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Organoleptis Sediaan Krim Lulur
Formula A