FISIOLOGI SISTEM URINARIA
A. Ginjal
a. Penyaringan keluar ampas
ampas
b. Mengatur keseimbangan
air, bahan bahan terlarut,
dan pH cairan tubuh
Selain membuang sampah-sampah
yang sudah tidak terpakai
lagi, ginjal juga berfungsi
menjadi ‘pabrik’ penghasil
tiga hormon penting, yaitu:
Eritropoietin (EPO), yang
merangsang sumsum tulang
membuat sel-sel darah merah
(eritrosit)
Renin, membantu mengatur
tekanan darah
Bentuk aktif vitamin D
(kalsitriol), yang membantu
penyerapan kalsium dan menjaga
keseimbangan kimia dalam tubuh
Dalam ginjal terdapat
aktivitas pembentukan urin yang
dilaksanakan oleh nefron. Proses
pembentukan urine antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Ultrafiltrasi
(penyaringan)
Proses ini terjadi di
glomelurus, dimana semua zat zat
yang dapat menembus dinding
glomelurus yang bersifat
semipermeabel untuk memasuki
kapsula bowman.
Zat zat tersebut terdiri
dari : air, garam garam, glukosa,
urea, asam urat dan kreatinin.
Sedangkan zat yang tak dapat
masuk adalah sel darah, plasma
dan protein.
Proses ultrafiltrasi
dipengaruhi oleh volume darah,
tekanan hidrostatis darah,
tekanan osmotis darah, dan
tekanan di kapsula bowman.
2. Reabsorpsi
(penyerapan kembali)
Proses ini dilakukan oleh
tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle dan tubulus
kontortus distal.
a) Reabsorpsi air (H2O)
Diatur oleh hormon dari
hipofise posterior dan
hipotalamus, reabsorpsi air 80 %
terjadi di tubulus kontortus
proksimal, 15 % di tubulus
kontortus distal, dan 5% lagi
dikeluarkan sebagai urine.
Reabsorpsi air ini diatur oleh
hormon yang dihasilkan di
hipofise posterior dan
hipotalamus pusat pengatur air.
Aktivitas hormon di ginjal adalah
merangsang sel sel ditubuli
dengan bantuan dari tekanan
osmotik air dengan garam terlarut
b) Reabsorpsi Zat Zat
Terlarut
Terjadi di tubulus
kontorti proksimal dengan
cara selektif antara
lain :
Non elektrolit :
Glukosa dihisap seluruhnya
dan Asam amino semuanya
dihisap kembali . Metabolit
protein : urea, asam urat,
kreatinin hanya diserap
sedikit
Elektrolit
Natrium (Na+), kalium (K+),
Calsium (Ca+ +). Magnesium
(Mg+ +), Chlorida (CL-),
Carbonat (HCO3-), Phospat
(HPO4) dihiap sebagian
tergantung jumlah dalam
plasma
c) Sekersi
Selain proses reabsorsi, ada
beberapa zat yang di sekresi
dari kapiler peritubular ke
dalam tubulus, yaitu :
- PAH (para amino
hipurat)
- Creatinin
- Hidrogen (H+)
- Penisilin
- Amoniak (NH3)
- Kalium (K3)
d) Waktu yang diperlukan dari
masuknya caira samapai keluar
air kemih :
Sesudah masuk cairan
eksresi dimulai dalam waktu 20-30
menit, selambat lambatnya : 1-1,5
jam dan keluarkan dalam waktu 4-5
jam
e) Jumlah air kemih :
a. Tergantung dari
pemasukan cairan,
banyaknya cairan yang
hilang dalam tubuh melalui
saluran pencernaan dan
penguapan dan keringat
b. Pengeluaran cairan :
500cc - 1500cc
f) Kandungan air kemih
normal :
a.
Air : ±
1500 cc
b. Garam garam : ± 40
gram/hari
B. Ureter
1. Gerak peristaltik
menuju vesika urinaria
2. Banyak air kemih yang
masuk ke dalam kandung
kemih : 1-5 tetes/menit
3. Penyumbatan bisa
terjadi karena : ureter
tertekuk, adanya batu,
tekanan dari luar, dapat
menyebabkan berkumpulnya
air kemih di pylum dan
menimbulkan infeksi
C. Vesika Urinaria
1. Di kontrol oleh
refleks
Rangsangan berkemih terjadi
bila volume air kemih mencapai
3oo cc dengan respon muskulus
detrusor berkontraksi (mengerut)
dan muskulus spungter relaksasi
(melebar), pusat refleks terdapat
di regio sakralis dari sum sum
tulang belakang.
2. Dikontrol oleh
pikiran
Bila pikiran mendapat sters
muskulus detrusor relaksasi,
spingter berkontraksi, pusat
kontrol terdapat di daerah
motorik dari korteks cerebri.
Pusat kontrol tak bekerja dibawah
kemauan kita bila :
a. Anestesi umum
b. Paralise :
hemiplegi,
paraplegi
c. Terputusnya
sumsum belakang di
regio sakralis
Referensi
Handout Pak Umar Sumarna SKM.M.Kes
http://www.sahabatginjal.com/display_
articles.aspx?artid=1
ASKEP KECEMASAN
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan atau ansieti merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu,biasanya dengan objek ancaman yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi,tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapanpun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta membuktikan bahwa diseluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.
Dinegara maju,gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain.oleh karena itu sebagai seorang perawat,kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Kecemasan atau ansietas adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Kecemasan atau ansietas adalah istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir,gelisah yang tidak menentu,takut,tidak tenteram,kadang-kadang disertai berbagai keluhan fisik.
B. Tingkat kecemasan
Beberapa teori membagi ansietas menjadi empat tingkat :
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan lahan persepsinya meningkat. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.
c. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan,untuk dapat memusatkan pada daerah lain.
d. Panik
Pada tingkatan ini lahan persepsi sudah sangat sempit,sehingga individu tidak dapat lagi mengendalikan diri dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntutan. Pada keadaan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang laindan kehilangan pemikiran yang rasional.
C. Rentang respon ansietas atau kecemasan
Rentang respon ansietas atau kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif dan maladptif ,seperti terlihat pada gambar berikut.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Faktor peredisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konsep emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian –ad dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang,sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua element yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa perkembangan seperti kehilangan,perpisahan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
c. Teori prilaku
Prilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasanya ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal dan internal seperti dibawah ini :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,harga diri,dan integrasi fungsi sosial.
3. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Tabel I.Respon fisiologis terhadap ansietas.
Sistem Respon
Kardivaskuler • Palpitasi
• Jantung berdebar
• Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun
• Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan
Saluran pernapasan • Napas epat
• Pernapasan dangkal
• Rasa tertekan pada dada
• Pembengkakan pada
Tenggorokan
• Rasa tercekik
• Terengah-engah
Neuromuskuler • Peningkatan reflek
• Reaksi kejutan
• Insomnia
• Ketakutan
• Gelisah
• Wajah tegang
• Kelemahan secara umum
• Gerakan lambat
• Gerakan yang janggal
Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan
• Menolak makn
• Perasaan dangkal
• Rasa tidak nyaman pada abdominal
• Rasa terbakar pada jantung
• Nausea
• Diare
Saluran kemih • Tidak dapat menahan kencing
• Sering kencing
Sistem kulit • Rasa terbakar pada mukosa
• Berkeringat banyak pada
Telapak tangan
• Gatal-gatal
• Perasaan panas atau dingin pada kulit
• Muka pucat dan bekeringat
Diseluruh tubuh
Tabel II.Respon prilaku kognitif
Sistem Respon
Perilaku • Gelisah
• Ketegangan fisik
• Tremor
• Gugup
• Bicara cepat
• Tidak ada koordinasi
• Kecenderungan untuk celaka
• Menarik diri
• Menghindar
• Terhambat melakukan aktifitas
Kognitif • Gangguan perhatian
• Konsentrasi hilang
• Pelupa
• Salah tafsir
• Adanya bloking pada pikiran
• Menurunnya lahan persepsi
• Kreatif dan produktif menurun
• Bingung
• Khawatir yang berlebihan
• Hilang menilai objektifitas
• Takut akan kehilangan kendali
• Takut yang berlebihan
Afektif • Mudah terganggu
• Tidak sabar
• Gelisah
• Tegang
• Nerveus
• Ketakutan
• Alarm
• Tremor
• Gugup
• Gelisah
4. Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas,individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya,dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara kontruktif merupakan penyebab utama terjadinya prilaku patologis,yang mengancam ego. Dimana individu menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas(task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis,yaitu
a. Perilaku menyerang(agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis
c. Perilaku kompromi
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (ego oriented reaction)
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
a. Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b. Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
c. Pemindahan(displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
d. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
e. Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
f. Intelektualisasi(intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g. Introjeksi(intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar(pembentukan superego)
h. Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu(emosi atau tingkah laku atau pikiran)sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
i. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
j. Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
k. Reaksi foemasi
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
l. Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu(tingkah laku yang primitif),contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,merusak,melempar barang,meraung,ds.
m. Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran,impuls,atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
n. Acting out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
o. Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
p. Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
q. Undoing
Tindakan/prilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/prilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
B. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan
2. Kecemasan
3. Pola napas tidak efektif
4. Koping individu tidak efektif
5. Diam
6. Gangguan pembagian bidang energi
7. Ketakutan
8. Inkontinensial
9. Stres
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi
12. Respon pasca trauma
13. Ketidakberdayaan
14. Gangguan harga diri
15. Gangguan pola tidur
16. Isolasi sosial
17. Perubahan proses berfikir
18. Gangguan eliminasi urine
C. Intervensi
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu :
• Membina hubungan saling percaya
• Melakukan aktifitas sehari-hari
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya
• Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas ringan
Deskripsi Batasan karakter Intervensi
Ansietas ringan adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah meningkat. - Tidak nyaman
- Gelisah
- Insomnia ringan
- Perubahan nafsu makan ringan
- Peka
- Pengulangan pertanyaan
- Prilaku mencari perhatian
- Peningkatan kewaspadaan
- Peningkatan persepsi pemecahan masalah
- Mudah marah
- Fokus pada masalah masa dating
- Gerakan tidak tenang - Perhatikan tanda peningkatan ansietas
- Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
- Gunakan obat bila perlu
- Dorong pemecahan masalah
- Berikan informasi akurat dan fuktual
- Sadari penggunaan mekanisme pertahanan
- Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil
- Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu
- Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
2. Ansietas sedang
Deskripsi Batasan karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan penyempitan lapangan persepsi sehngga individu kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan orang lain. - Perkembangan dari ansietas ringan
- Perhatian terpilih dari lingkungan
- Konsentrasi hanya pada tugas-tugs individu
- Suara bergetar
- Ketidaknyamanan jumlah waktu yang digunakan
- Takipnea
- Takikardia
- Perubahan dalam nada suara
- Gemetaran
- Peningkatan ketegangan otot
- Menggigit kuku,memukul-mukulkan jari,menggoyangkan kaki dan mengetukkan jari kaki - Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa,tenang bila berurusan dengan pasien
- Bicara dengan sikap tenang,tegas meyakinkan
- Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana
- Hindari menjadi cemas,marah,dan melawan
- Dengarkan pasien
- Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien
- Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi
- Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya
- Bantu pasien mengenali dan menamai ansietasnya
3. Ansietas berat
Deskripsi Batasan karakter Intervensi
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan,untuk dapat memusatkan pada daerah lain.
- Perasaan terancam
- Ketegangan otot yang berlebihan
- Diaforesis
- Perubahan pernapasan
- Napas panjang
- Hiperventilasi
- Dispnea
- Pusing
- Perubahan gastrointestinalis
- Mual muntah
- Rasa terbakar pada ulu hati
- Sendawa
- Anoreksia
- Diare atau konstipasi
- Perubahan kardivaskuler
- Takikardia
- Palpitasi
- Rasa tidak nyaman pada prekokardia
- Berkurangnya jarak persepsi secara berat
- Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
- Rasa terbakar
- Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan
- Aktivitas yang tidak berguna
- Bermusuhan - Isolasi pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang
- Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan
- Berikan obat-obatan pasien melakukan hal untuk dirinya sendiri
- Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi
- Jangan mennyentuh pasien tanpa permisi
- Yakinkan pasien bahwa dia aman
- Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya.
4. Panik
Deskripsi Batasan karakter Intervensi
Mengungkapkan sampai tingkat dimana individu berada pada bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta dapat menjadi diam atau menyerang dengan cara kacau. - Hiperaktif atau imobilitasi berat
- Rasa terisolasi yang ekstrim
- Kehilangan desintegrasi kepribadian
- Sangat goncang dan otot-otot tegang
- Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap
- Distori persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap lingkungan dan ancaman
- Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
- Menyerang - Tetap bersam pasien;minta bantuan
- Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan
- Bicara dengan tenang,sikap meyakinkan,menggunakan nada suara yang rendah
- Katakan pada pasien bahwa nada (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau orang lain
- Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman
- Lanjut dengan perawatan ansietas berat.
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.
E .Evaluasi
Ansietas ringan :
a. Pasien mampu menggunakan koping secara efektif untuk mengatasi ancaman potensial atau aktual
b. Pasien mampu meningkatkan pengetahuan tentang situasi diri
c. Pasien melaporkan peningkatan harga diri
Ansietas sedang :
a. Pasien menerima ancaman secra realitas
b. Pasien mengekspresikan berkurangnya tingkat ansietas
Ansietas berat :
a. Pasien mengungkapkan penurunan prilaku,afektif,gejala fisiologis dari ansietas.
b. Pasien mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk konsentrasi dan mengikuti dengan bantuan terhadap lingkungan sekitar.
c. Menggunakan strategis koping untuk mengurangi ansietas.
d. Menggunakan pikiran persepsi dan ansietas terlebih dahulu.
Panik :
a. Pasien tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
b. Pasien mengekspresikan penurunan perasaan ansietas.
c. Mulai membuat keputusan untuk diri sendiri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecemasan atau ansietas adalah reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Kecemasan atau ansietas adalah istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir,gelisah yang tidak menentu,takut,tidak tenteram,kadang-kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Beberapa teori membagi ansietas menjadi empat tingkat :
a. Ansietas ringan
b. Ansietas sedang
c. Ansietas berat
d. Panik
Rentang respon ansietas atau kecemasan berfluktuasi antara respon adaptif dan maladptif ,seperti terlihat pada gambar berikut.
B. Saran
Sebagai seorang perawat,kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi dan kita harus mampu membedakan jenis-jenis kecemasan tersebut.
Daftar pustaka
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC
Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC
Pendahuluan Askep Cemas
KONSEP DASAR
PENGERTIAN KECEMASAN
Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi dimasa depan yang tidak bisa dikendalikan dan jika itu terjadi akan dinilai sebagai “mengerikan”( Sivalitar, 2007 ).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampuir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan meruakan suatu reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang, dan karena itu berlangsung tidak lama. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung gejala- gejala lain dari berbagai gangguan emosi. ( Savitri, 2003 )
Kecemasan merupakan suatu “ tanda bahaya “ yang membuat orang yang bersangkutan waspada dan bersiap diri melakukan upaya untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal tidak jelas dan konfliktual.(Kartijo, 2002)
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas tentang kepribadian dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000).
Kecemasan adalah sebab dari resepsi dimana terdapat konflik emosional antara id dan super ego (Freund, 2002).
PENYEBAB KECEMASAN
A. Faktor predisposisi
1) Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu ide, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan
3) Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya
4) Teori Biologis
Menurut Selye, otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diazepine reseptor ini membantu mengatur kecemasan Penghambat asam amino butirikgamma neuro regulator juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan sebagai halnya dengan endokrin. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi reseptor.
Menurut W. B. Cannon sentrum-sentrum dalam otak yang diduga mempunyai pengaruh penting dalam masalah emosi adalah hipotalamus retikuler aktivasi sistem (RAS) dan sistem limbik. Fungsi dari sisteni aktivasi retikuler adalah untuk mempersiapkan areal-areal dalam otak untuk rangsangan yang akan datang. Sistem limbik adalah bagian dari otak yaitu viceral brain (otak dalam) yang merupakan kesatuan integritas dan menerima impuls dari organ tubuh. Impuls dan viceral dapat sampai ke korteks melalui sistem limbik. Salah satu aspek yang penting dalam penyaluran impuls adalah zat-zat Catecholamines Neurotransmitter tidak
secara homogen tersebar di seluruh otak akan tetapi berkonsentrasi di bagian-bagian otak tertentu.
Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan diperhatikan tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.
Bila pada seseorang terdapat kadar neurotransmitter meningkat, dia akan merasakan suatu emosi (menangis, tertawa, takut. dan cernas) dibuktikan juga bahwa kesehatan umum seseorang dapat sebagai predisposisi kecemasan-kecemasan yang disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya mcnurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
B. Faktor Presipitasi
1) Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem kekebalan, pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.
2) Ancaman Sistem Diri
Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.
3) Faktor Lain Menurut Model Integritas
Perbedaan dipengaruhi kecemasan sehingga untuk menyelamatkan dari stimulus yang mengancam adalah dengan cara menghindar.
Individu lahir mempunyai sistem saraf otonom yang lebih peka terhadap ancaman atau stressor.
Masa anak-anak dan dewasa dalam belajar mencari pengalaman mungkin dengan menentukan tingkat kecemasan dan situasi yang pada dasarnya akan menimbulkan kecemasan.
Ketidakmampuan mengatasi situasi berbaya dengan adaptif bisa menimbulkan kecenderungan untuk berespon terhadap kecemasan.
Fungsi kognitif dapat berkesinambungan yang berfokus pada kecemasan sehingga fungsi tersebut mempunyai antisipasi untuk menahan stimulus yang menimbulkan kecemasan.
Seseorang mungkin lebih mudah terancam rasa amannya terutama trauma intelegensi dan mawas diri.
TINGKAT KECEMASAN
Menurut Stuart and Sundeen, 1991, tinngkat kecemasan dibagi empat, yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah
3. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada orang lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian,
peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.
KARAKTERISTIK TINGKAT KECEMASAN
1. Kecemasan Ringan
Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan berkeringat.
Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan Sedang
Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat. Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah
Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya
Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,bicara lebih banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman
3. Kecemasan Berat
Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.
4. Kecemasan Panik
Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi, ko
UKURAN SKALA KECEMASAN
Ukuran skala kecemasan rentang respon kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991) dengan skala HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :
Perasaan Cemas meliputi Cemas, takut, mudah tersinggung dan firasat buruk
Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah terkejut dan mudah menangis
Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian lalulintas, kerumunan orang banyak
Gangguan Tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangun lesu, sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan
Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk
Perasaan depresi meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah – ubah sepanjang hari
Gejala somatic meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara tidak stabil
Gejala Sensorik meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan di tusuk – tusuk
Gejala kardiovakuler meliputi tachicardi , berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap
Gejala Pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas panjang
Gejala Saluran Pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah, enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, berat badan menurun, perut terasa panas atau kembung
Gejala Urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing
Gejala Vegetatif atau Otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah berkeringat , sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri
Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah
Adapun cara penilaiannya adalah dengan sistem scoring yaitu :
Nilai 0 = Tidak ada gejala
Nilai 1 = Gejala Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)
Nilai 2 = Gejala Sedang (separo dari gejala yang ada)
Nilai 3 = Gejala Berat (Lebih dari separo gejala yang ada)
Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (Semua gejala ada)
Bila :
Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan
Skor 14 - 20 = Kecemasan ringan
Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang
Skor 28 – 41 = Kecemasan berat
Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali
MEKANISME KOPING
Ketika mengalami kecemasan individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dalam bentuk ringan, mekanisme koping, dapat diatasi dengan menangis. tidur. tertawa, olah raga, melamun, dan merokok. Namun bila bentuknya lebih berat seperti panik, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan awal penyebab perilaku patologis yang mengancam ego dimana individu menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping seseorang yang digunakan untuk mengatasi kecemasan ringan biasanya akan digunakan juga apabila mengalami kecemasan yang lebih berat. Kecemasan sedang dan berat dapat menimbulkan mekanisme koping sebagai berikut :
1. Reaksi Orientasi
Pemecahan masalah secara sadar yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistik, dapat berupa konstruktif atau destruktif :
Perilaku menyerang (agresif), biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.
2. Mekanisme Pertahanan Ego
Membantu seseorang; untuk mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk memper tahankan keseimbangan.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN
Tidak semua kecemasan dapat dikatakan bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat normal Dibawah ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut Adikusumo (2003) dari berbagai sumber :
1. Faktor Internal
a. Usia
Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan kenyamanan, reasurance dan nasehat- nasehat.
b. Pengalaman
Individu yang mempunyai modal kemampuan pengalaman menghadapi stres dan punya cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stres yang bertapun sebagai masalah yang bisa diseleseikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga dan belajar dari pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stres.
c. Aset Fisik
Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang datang mengganggu.
2. Faktor Eksternal
a. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai ilmu pengtahuan dan kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut.
b. Pendidikan
Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi stres. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi stres yang ada.
c. Financial/ Material
Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset finasialnya terbatas.
d. Keluarga
Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi stres suaminya.
e. Obat
Dalam bidang Psikiatri dikenala obata- obatan yang tergolong dalam kelompok anti ansietas. Obat- obat ini mempunyai kasiat mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.
f. Sosial Budaya Suport.
Dukungan sosial dan sumber- sumber masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan sangat membantu seseorang dalam menghadapi stresor, pemecahan asalah bersama- sama dan tukar pendapat dengan orang disekitarnya akan membuat situasi individu lebih siap menghadapi stres yang akan datang.DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. (1998). Prosedure penelitian suatu pendekatan Praktek. Jogya : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsini. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Aziz Alimul H,S. kwp, Ners. (2003). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Adikusuma. (1999). Penatalaksanaan Stres.http://www.kabefarma.com 123.htm (diakses 5 maret 2007)
Baskoro. (2009). Kahamilan Resiko Tinggi. Jakarta : Rineka Cipta.
Burns & Grove (1999), Metodology Research . Jakarta : Rineka Cipta
Carpeneto. (2000). Buku saku keperawatan Edisi III. Jakarta.EGC
Departemen kesehatan dan Kesejahteraan sosial Republik Indonesia. 2008. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur
Freund, Sigmund. (2002). Psicoanalis A General Intruduction to Psicoanalisis
Kertidjo,2002.Pengaruh latihan olah raga pernafasan Bio Energy Power terhadap derajat Ansietas dan depresi,www/http: bionergy power.com/ansietas.htm ( Diakses 8 pebrruari 2007)
Mocthar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid I Ed. 2. Jakarta : EGC
Manuaba, (1998), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Notoatmojo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2000). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam dan Pariani. (2001). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: S.Agung Seto.
Nuryanto, 2008. Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
Santoso, Singgih. (2001).Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: Gremedia
Sugiono. (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet
Suhaeni. (2009). Kecemasan dalam Persalinan. Jakarta : EGC.
Susenas, (2006). Buku Peran Bidan Dalam Menolong Persalinan. Jakarta : Rineka Cipta.
Stuart & Sundeen (1991), Buku saku keperawatan jiwa,buku kedokteran jiwa. Jakarta EGC
Sivalintar,2007,Rasa takut dan Ansietas, www//http:sivalintar.com.ansietas.htm (diakses 28 pebruari 2007)
Savitri,2003. Kecemasan.Jakarta. Pustaka Popular Obor.