Factitious cheilitis: Sebuah Laporan Kasus
Abstrak
Pendahuluan: Factitious cheilitis merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan
pembentukan krusta dan ulserasi yang kemungkinan diakibatkan oleh pengunyahan
dan menghisap bibir. Atopi, kerusakan aktinik, cheilitis eksfoliatif, cheilitis
granulomatosa atau glandularis, dermatitis kontak, reaksi fotosensitivitas dan
neoplasia harus dipertimbangkan dalam diagnosa banding lesi krusta atau ulserasi
bibir.
Gambaran kasus: Kita memberikan pasien perempuan berusia 56 tahun dengan lesi
ulserasi dan krusta pada bibir bawahnya. Biopsi menunjukkan jaringan granulasi dan
berhubungan dengan inflamasi tapi tanpa keganasan. Berdasarkan pemeriksaan
jaringan dan melalui evaluasi klinis, diagnosa factitious cheilitis dibuat.
Kesimpulan: Melalui riwayat klinis, penggunaan uji laboratorium dasar dan evaluasi
histopatologi diperlukan untuk mengecualikan/eksklusi penyakit lain dan melalui
evaluasi psikiatrik dan perawatan merupakan vital/penting untuk keberhasilan
penatalaksanaan pasien tersebut.
Pendahuluan
Kelainan yang dipicu oleh diri sendiri dapat memiliki gambaran yang bervariasi dan
dapat diklasifikasikan secara kasar menjadi dua kelompok. Salah satu kelompok
dengan karakteristik impulsivitas dan kompulsivitas, pasien biasanya mengakui
bahwa lesi diakibatkan oleh dirinya sendiri, contoh khas tersebut adalah eksoriasi
piogenik (pengelupasan kulit patologi atau kompulsif) dan trichotillomania (menarik
rambut kronis). Kelompok lain merupakan perilaku penyakit abnormal dimana pasien
memiliki kesadaran pembentukan gejala tapi dengan motivasi/dorongan yang muncul
dari pertentangan ketidaksadaran yaitu kelainan factitious/buatan. Perbedaan yang
penting antara kedua kelompok kelainan yang dipicu oleh diri sendiri tersebut adalah
pada pasien kelompok pertama yang melaporkan masalah mereka dan mereka sangat
berharap untuk menghentikan perilaku mereka sedangkan pada pasien kelompok
kedua menirukan, memicu, atau memperparah penyakit, sering menyebabkan rasa
sakit, merusak, atau bahkan menyebabkan luka yang dapat mengancam nyawa
mereka sendiri terutama untuk mendapatkan perhatian emosional dan perhatian yang
juga memainkan peran sakit. Factitious cheilitis, juga dikenal sebagai factitious lip
crusting, krusta terlokalisir atau artifak dan cheilitis eksfoliatif, merupakan kondisi
kronis yang ditandai dengan pembentukan krusta dan ulserasi. Penyakit ini
disebabkan oleh trauma yang dipicu oleh diri sendiri seperti menggigit yang
berulang-ulang, pengelupasan atau pembasahan bibir. Kecenderungan pada wanita
muda dilaporkan tapi dapat terlihat pada setiap kelompok usia dan ras. Lesi dapat
aneh dan hemoragik yang secara klinis memberikan kesan ganas.
Gambaran kasus
Perempuan berusia 56 tahun mendatangi departemen otolaringologi dengan keluhan
utama lesi pada bibir bawahnya. Lesi pertama kali terlihat oleh pasien 4 tahun yang
lalu dan perlahan-lahan meningkat ukurannya. Riwayat medisnya tidak jelas. Dia
bukan perokok dan tidak terdapat kehilangan berat badan. Pemeriksaan fisik
menunjukkan area krusta sakit, keras, indurasi 4 cm dengan ulserasi sentral yang
menyebabkan bibr tampak tergigit (Gambar 1). Sebaliknya kulit dan mukosa rongga
mulut normal. Limfo nodi tidak terpalpasi atau terdeteksi secara ultrasonografi. CBC,
laju sedimentasi, dan kimia serum rutin semua berada pada batas normal.
Biopsi insisi yang mencakup mukosa normal dan kulit dilakukan. Pemeriksaan
histopatologi menunjukan ulser non spesifik dengan jaringan inflamasi dan granulasi.
Berdasarkan riwayat detail pasien mengatakan kebiasaannya menggigit dan
menghisap bibir yang diperparah pada saat stress. Pasien tidak tampak khawatir
dengan lesinya, ataupun mengakui kebiasaannya menggigit bibir tapi meskipun
demikian mau untuk melakukan biopsy insisional. Diagnosa factitious cheilitis dibuat
dan dibahas dengan pasien setelah konsultasi dengan psikiater. Pada saat itu,
perawatan dimulai dengan salep petrolatum, obat kumur klorheksidin glukonat dan
steroid topikal. Dia menolak perawatan psikiater yang mencakup pemberian inhibitor
reuptake selektif-serotonin (fluoxetine 20 mg/hari). Setelah setahun dari kunjungan
pertamanya ke departemen otolaringologi, lesinya tidak sembuh atau lebih baik.
Pembahasan
Patogenesa factitous cheilitis yang tepat adalah tidak jelas. Walaupun perilaku
penyakit factitious, secara definisi, disebabkan secara sadar, alasan penyebab untuk
perilaku tersebut sebagian besar dianggap tidak sadar. Walaupun sangat berpotensi
taruhannya, pengetahuan empiris yang ada sangat relative sedikit mengenai etiologi,
epidemologi, perjalanan dan prognosa, dan perawatan yang efektif untuk kelainan
factitious/buatan. Masalah metodologi berhubungan dengan penelitian pasien penipu
tersebut, karena mereka sulit untuk diidentifikasi, dan bila ditemukan, mereka sering
lari untuk menghindari tuntutan penipuan. Penyebab psikogenik dikemukakan oleh
Brocq pada tahun 1921, yang menunjukkan ketidakstabilan syaraf. Schaffer dkk.,
memberikan perhatian untuk kelainan kepribadian batas pada factitial dermotosis.
Mengatasi kekurangan secara luas tercatat untuk etiologi perilaku penyakit factitious.
Pasien sering memiliki ketidakmatangan skill untuk mengatasi masalah/kekurangan,
tidak seseuai dengan kategori kelainan kepribadian, Hal ini sesuai dengan temuan
bahwa banyak pasien kelainan factitious berasal dari keluarga besar atau terabaikan
sebagai anak-anak, oleh karena itu kurangnya pengasuhan yang kondusif untuk
perkembangan penguasaan diri yang matang. Pada sisi lain, penyelesaian/mengatasi
masalah yang buruk menjadi bagian dari kelainan kepribadian, seperti kelainan batas,
atau ketergantungan dan sifat kepribadian yang narsis.
Pasien kita sangat menentang intervensi psikiater apapun dimana biasanya merupakan
gambran klinis pasien dengan kelainan factitious/buatan. Karena dia menolak
evaluasi psikiater lebih lanjut kita tidak punya cukup data untuk memiliki
pengetahuan mengenai masa lalunya, kepribadiannya, pola hubungannya dan skill
mengatasi masalahnya. Ini penting untuk dicatat bahwa konsultan psikiater
mendiagnosa depresinya dan diketahui fakta bahwa perilaku penyakit
factitious/buatan pada kasus kita disebabkan kematian suaminya dimana disertai
dengan kepergian anaknya dari rumah. Pukulan masalah terakhir tersebut
kemungkinan menyebabkan stress menjadi perawat satu-satunya untuk ayahnya yang
gila yang tinggal dengannya selama lima tahun terakhit. Perilaku penyakit
factitious/buatan dapat menjadi jalan maladaptasi dalam mengatasi stress dan tidak
harus termasuk dalam kelainan factitious/buatan. Hal ini mungkin hanya kasus untuk
pasien kita bila kita mempertimbangkan kondisi hidupnya selama lima tahun terakhir
disertai dengan depresinya yang tidak dirawat. Perhatian klinisi, keluarga dan teman
dapat sebagai cara untuk mendapatkan hiburan emosional tanpa secara langsung
menghadapi kehilangan/kerugiannya. Dia dapat memiliki kemarahan yang
disebabkan dari kewajibannya untuk merawat ayahnya yang gila oleh dirinya sendiri
dan perasaan tersebut memicu penyesalan yang sangat sulit untuk diatasi selamanya.
Khususnya mengetahui bahwa salah satu anaknya merupakan dokter yang membuat
spekulasi lebih penting. Kebutuhan emosionalnya dan perlu untuk dikenali dan
dukungan hanya dapat dipenuhi oleh factitious cheilitisnya. Penelitian
laboratoriumnya tidak mendukung etiologi organic dan temuan biopsy tidak
mendukung selain temuan fisik. Waluapun tidak ada uji laboratorium atau patologi
adalah diagnosa kelainan factitious, mereka dapat berguna dalam menunjukkan
penipuan dan membantu menjelaskan diagnosa kasus. Beberapa data menunjukkan
hubungan dengan abnormalitas tiroid. Pada pasien kita uji fungsi tiroid normal.
Atopi, kerusakan aktinik, cheilitis, dermatitis kontak, reaksi fotosensitivitas dan
neoplasia harus dipertimbangkan dalam diagnosa banding lesi krusta dan ulserasi
bibir. Juga hipervitaminosis A, lupus erythematous dan licenoid dermatosis berperan.
Pemeriksaan kultur dan histopatologi berguna untuk melihat keganasan dan etiologi
infeksius spesifik. Pada kasus ini, riwayat pasien, temuan biopsy negative dan melalui
evaluasi klinis termasuk konsultasi psikiater – tidak disebabkan oleh organic.
Perawatan psikofarmakologi dan psikoterapetik harus digunakan pertama kali
berdasarkan diagnosa, tergantung pada adanya kelainan comorbid DSM-IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) axis 1 (misalnya depresi)
atau kelainan comorbid Axis II (misalnya kepribadian ganda). Selain kelainan
comorbid psikiatrik, tidak terdapat perawatan farmakologi standar untuk kelainan
factitious/buatan. Dan salah satu yang harus diingat bahwa kelainan yang disebabkan
mood dan kegelisahan dapat dirawat untuk prognosa yang lebih baik, sedangkan
tanda-tanda kelainan yang disebabkan oleh kepribadian untuk prognosa yang lebih
buruk. Aplikasi topikal 20% urea, kortikosteroid, antibiotik, obat antijamur, gel
petrolatum dan tabir surya merupakan obat perawatan dermatologi. Tapi, tingkat
respon tidak menjanjikan seperti pada kasus kita. Eksaserbasi berhubungan dengan
stress dan menunjukkan pengurangan dengan perawatan psikoterapi dan antianxilotic
dan antidepresan.
Kesimpulan
Factitious cheilitis harus dibedakan dari infectious cheilitis, dermatitis kontak, actinic
cheilitis, glandularis cheilitis, dan neoplasia yang terlihat sama pada pemeriksaan
fisik. Krusta hemoragi atau keratotik harus memberikan kewaspadaan pada klinisi
untuk kemungkinan berasal dari factitious/buatan. Kita mencatat bahwa terdapat
penggunaan bergantian cheilitis eksfoliatif dan factitious cheilitis dalam literature,
tapi perbedaan dua penyakit tersebut memiliki signifikansi klinis. kita menujukkan
cheilitis eksfoliatif merupakan kelainan dimana pasien secara impulsive atau
kompulsif memicu lesi tanpa tujuan untuk mendapatkan perhatian emosional dan
perhatian yang disertai dengan peran sakit, sedangkan kelainan factitious/buatan, lesi
secara sengaja dibuat dengan tujuan utama peran sakit dan pasien tersebut menolak
bahwa lesi mereka disebabkan oleh dirinya sendiri. Kita berpikir bahwa membuat
perbedaan adalah penting dalam hal intervensi psikiatrik dan modalitas perawatan
lebih lanjut. Seperti kelainan yang disebabkan diri sendiri spectrum kompulsivitas-
impulsivitas sebagian besar berguna dari inhibirot reuptake selektif-serotonin dengan
atau tanpa kombinasi dosis rendah antipsikotik tertentu, kelainan factitious/buatan
harus diatasi dengan lebih baik tergatung pada patologi yang mendasari. Melalui
riwayat klinis, penggunaan uji laboratorium dasar dan evaluasi histopatologi
diperlukan untuk eksklusi penyakit lain dan melalui evaluasi psikiatrik dan perawatan
adalah vital/penting untuk keberhasilan penatalaksanaan pasien tersebut.