1
LOGIKA BINER DAN PENCACAH
MEWUJUDKAN LOGIKA BINER DALAM BENTUK
UNTAI ELEKTRONIKA DIGITAL DENGAN
GERBANG AND OR NAND NOR
(Serial Teknik Digital)
Oleh :
DR Nonoh Siti Aminah MPd
2
SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS
SURAKARTA
2003
LOGIKA BINER DAN PENCACAH
MEWUJUDKAN LOGIKA BINER DALAM BENTUK UNTAI
ELEKTRONIKA DIGITAL DENGAN GERBANG AND OR NAND
NOR
Oleh : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd
Editor : Drs. Jamzuri, M.Pd
Hak cipta 2013, pada penulis
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun, tanpa izin dari penulis.
Edisi Pertama :
Edisi pertama, cetakan pertama, Mei 2013
Penerbit :
Sebelas Maret University Press
Jl. Ir. Sutami 36 A Telp. 646994 Psw. 341
Percetakan :
3
Sebelas Maret University Press
Jl. Ir. Sutami 36 A Telp. 646994 Psw. 341
LOGIKA BINER - MEWUJUDKAN LOGIKA BINER DALAM
BENTUK UNTAI ELEKTRONIKA DIGITAL
DENGAN GERBANG
AND OR NAND NOR
KATA PENGANTAR
Buku dengan judul logika biner dan Pencacah dimaksudkan
untuk mengantarkan pembaca mewujudkan logika biner dalam
bentuk untai elektronika digital dengan gerbang AND OR NAND NOR. Logika biner tidak lain merupakan logika yang hanya
mengenal dua kondisi pilihan 1 atau 0. Pilihan 1 diartikan ada
tegangan 5 volt sedang pilihan 0 berarti tidak ada tegangan atau 0
volt.
Buku dikemas untuk mengantarkan pembaca melatih
berlogika menggunakan gerbang NAND atau NOR untuk
mewujudkan untai yang lebih rumit. Kedua gerbang merupakan
akar permasalahan yang berkaitan erat dengan pemahaman
penyederhanaan suatu fungsi dan alih gerbang menggunakan
teorema de Morgan.
Pembaca diajak pula untuk mencoba merangkai untai
elektronika digital, agar terampil merangkai dan membuktikan
secara nyata apa yang dimaksud dalam logika dan perwujudan riel
dalam untai elektronika.
4
Dalam waktu yang sama telah dipersiapkan buku lanjutan,
sebagai serial teknik digital untuk mengantarkan pembaca
memahami dan terampil mewujudkan untai pencacah dan
perangkat elektronika digital.
Akhirnya selamat membaca, dan terima kasih atas
kepercayaan serta jika ada perbaikan kritik dan saran mohon
dialamatkan ke Program Fisika P.MIPA FKIP UNS.
Surakarta, Mei
2013
Penulis,
DAFTAR ISI BAB 1 GERBANG LOGIKA. 1. Operasi Boole. 2. Gerbang NOT. 3. Gerbang OR 4. Gerbang AND. 5. Gerbang NOR. 6. Gerbang NAND.. 7. Gerbang EXOR 8. Gerbang XNOR..
1
1
3
4
5
5
6
7
9
5
BAB 2 ALJABAR BOOLE. 1. Hukum Asosiatif .. 2. Hukum Komutatif .... 3. Hukum Distributif 4. Hukum Perluasan 5. Hukum Identitas .. 6. Hukum Komplemen. 7. Hukum Penjalinan Dengan Tetapan. 8. Hukum Pembalikan 2 kali. 9. Hukum Penyerapan 10. Hukum De Morgan
14
14
15
16
16
17
17
18
20
20
21
BAB 3 MENYEDERHANAKAN FUNGSI 1. Bentuk Persamaan Aljabar Boole:. 2. Sum Of Product:. 3. Product Of Sum:. 4. Cara Menyederhanakan Fungsi Aljabar Boole:. 5. Peta Karnaugh 6. Contoh Peta Karnaugh 3 Ubahan... 7. Manfaat Penyerderhanaan Fungsi.. 8. Mengatur Putaran Motor Mesin Cuci Dengan 3 Ubahan... 9. Contoh Peta Karnaught 4 Ubahan.. 10. Contoh Untai Komparator 2 Bit
27
27
28
29
30
32
37
39
42
44
49
BAB 4 ARITMATIKA
BOOLE 1. Penjumlah Tanggung (HA) :.. 2. Penjumlah Penuh (FA) . 3. Untai Penjumlah 2 BIT dan IC 4008 :.. 4. Pengurang Biner :.. 5. Penjumlah Dan Pengurang Berbasis 16 6. Perkalian Biner : 7. Seven Segment 7 . 8. Mengubah Kode Desimal ke Biner
58
58
60
64
65
68
71
72
75
BAB 5 PENCACAH SINKRON... 1. Pendahuluan.. 2. RS NAND Latch (Set-Reset Flip-flop).. 3. RS NOR Latch (Set-Reset Flip-flop). 4. T Flip-flop........................................................................ 5. JK Flip-flop...................................................................... 6. Pencacah Sinkron 7. Pencacah Sinkron J-K Flip-flop Modulo Diperpendek.......... 8. Pencacah Sinkron yang Tidak Urut
79 79 82 85 88 89 93 99
101 BAB 6 PENCACH TAK SINKRON. 105
6
1. Pencacah Taksinkron Naik Turun Modulo 4 2. Pencacah Taksinkron Naik Turun Modulo 8 3. Pencacah Tak Sinkron Diset Pada Cacahan Tak Maksimal 4. Pencacah Tak Sinkron Diset Pada Cacahan Tak Tertentu..
105 106 107 110
BAB 7 PENCACAH NAIK DAN TURUN Pencacah Johnson........................................................................
115 117
DAFTAR GAMBAR 1.1. Gerbang Buffer dan NOT 1.2. Gerbang OR ( = + ) 1.3. Gerbang AND ( = .) 1.4. Gerbang NOR.. 1.5. Gerbang NAND.. 1.6. Gerbang EXOR... 1.7. Gerbang EXNOR ..
3
4
5
6
7
8
9
2.1. Hukum Asosiatif Gerbang AND .. 2.2. Hukum Asosiatif Gerbang OR . 2.3. Hukum Komutatif Gerbang AND dan OR .. 2.4. Hukum Distributif. 2.5. Hukum Perluasan ............ 2.6. Hukum Identitas.. 2.7. Hukum Komplemen. 2.8. Hukum Konjungsi dan Disjungsi. 2.9. Aturan Pembalikan 2.10 Hukum Penyerapan..............................................................
2.11Hukum de Morgan NOR DM 2.12 Hukum de Morgan OR DM.. 2.13 Gerbang NOT dari NAND atau NOR. 2.14 Soal Nomor 7 . 2.15 Soal Nomor 8 .
14
15
15
16
17
17
18
19
20
21
21
21
23
24
25
3.1. Persamaan dan Gerbang Logika. 3.2. Sum Of Product Y = Y1 + Y2 + Y3 3.3. Product Of Sum Y = A + B C + D (E + F + G) 3.4. untai panjang Y=A. 3.5. Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan... 3.6. Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan..
3.6. Ubahn = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C = A.. 3.7. Peta Karnaugh Persamaan Y = B dan Y = C. 3.8. Pengembangan 4 Ubahan Y = A dan X = A. C. 3.9. Peta Karnaugh 5 Ubahan 3.10 Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A..
3.11 Peta Karnough Y = A + C + A. B
3.12 Peta Karnaugh Y = A. B dan Y = A + C + A. B .
27
28
29
31
32
33
34
34
35
36
36
38
38
38
7
3.13 Realisasi Persamaan 5.8
3.14 Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NOR
3.15 Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NAND..
3.16 Persamaan Motor Stop S = B. C.
3.17 Persamaan Motor Putar Kanan R = A(B + C). 3.18 Persamaan Motor Putar Kiri L = A(B + C). 3.19 Realisasi Putaran Motor Dengan NAND.. 3.20 Realisasi Putaran Motor Dengan NOR. 3.21 Peta Karnaugh Y = A. D.. 3.22 Peta Karnaugh 4 ubahan Y = A B D. 3.23 Soal Bab 2 Nomor 7 . 3.24 Soal Bab 2 Nomor 7.. 3.25 Maxterm Komparator 2 Bit... 3.26 Komparator 2 Bit .. 3.27 Untai Komparator 2 Bit Untuk G=1.. 3.28 Untai Komparator 2 Bit Untuk R=1.. 3.29 IC 7400..
39
40
41
42
42
43
44
44
46
47
47
48
50
50
51
52
53
4.1. Penjumlah Tanggung (HA).. 4.2. Peta Karnaugh FA. 4.3. Penjumlah Penuh (FA).. 4.4. Diagram FA. 4.5. Diagram IC HA dan FA 4.6. Untai Penjumlah Penuh 2 Bit 4.7. Untai Penjumlah Penuh 4 Bit 4.8. Untai Penjumlah Penuh 8 Bit 4.9. Untai Pengurang 14 5 = +9 10 4.10 Untai Pengurang 5 14 =9 10 ...................................... 4.11 Untai Penjumlah dan Pengurang... 4.12 Untai Perkalian Biner 3 x 2 Bit. 4.13 IC Segmen 7.. 4.14 IC BCD. 4.15 Model penampilan Angka Desimal.. 4.16 Mengubah Desimal ke Biner.....
60 61 62 63 64 64 65 67 68 69 72 73
74
75
76
5.1. Siklus pencacah Modulo 4.....................................................
5.2. Diagram Pulsa Rangkaian Pencacah Modulo 4....................
5.3. Perilaku NAND RS Latch.. 5.4. Saklar Bergetar 5.5. RS NAND Latch Saklar Anti Getar 5.6. Output Saklar Anti Getar.......................................................
5.7. Perilaku NOR RS Latch.. 5.8. Saklar Bergetar
81 81 82 84 84 84 85 86
8
5.9. RS OR Latch Saklar Anti Getar 5.10 Output Saklar Anti Getar......................................................
5.11 T Flip-flop dan Simbol T Flip-flop.......................................
5.12 Diagram Waktu Untuk T Flip-Flop.......................................
5.13 JK Flip-flop, dan Simbol J-K Flip-flop.................................
5.14 J-K Flip-flop AND dan NOR................................................
5.15 JK Flip-flop. 5.16 Pemetaan 5.6.......................................................................
5.17 Pencacah Sinkron Modulo 4................................................
5.18 Diagram Pulsa Pencacah Modulo 4....................................
5.19 Cacahan Modulo 8................................................................
5.20 Pengendali JK Flip-flop Modulo 8........................................
5.21 Rangkaian Pencacah Sinkron Modulo 8 Naik Turun 5.22 Pemetaan persamaan kaki J-K flip-flop A dan B..................
5.23 Rangkaian Pencacah Modulo 3. 5.24 Rangkaian Pencacah Tidak Urut 2754.. 5.25 Rangkaian Pencacahan Tidak Urut 2754.. 5.26 Rangkaian Pencacahan Tidak Urut 2754..
87 87 88 89 90 91 92 94 95 96 97 98
100 100 102 102 104
6.1. Pencacah Taksinkron Naik Turun Modulo 4.. 6.2. Pencacah Taksinkron Naik - Turun Modulo 8.......................
6.3. Diagram Cacahan Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6.....
6.4. Pulsa Reset R = A. B............................................................. 6.5. Rangkaian Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6 6.6. Diagram Pulsa Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6.. 6.7. Diagram Pencacahan 3456.....................................................
6.8. Pulsa Reset R = A. B. C........................................................ 6.9. Pencacah Taksinkron 3-4-5-6. 6.10 Diagram Pulsa Pencacah 3456..............................................
105
106
108
109
110
110
110
111
112
112
7.1 Pencacah naik turun J = K = 1 7.2 Pencacah Johnson...................................................................
7.3 Pencacah Johnson Dengan kendali Reset...........................
117
117
118
DAFTAR TABEL 1.1. Penjumlahan. 1.2. Perkalian 1.3 adalah hukum pembalikan fungsi aljabar boole 1.4. Gerbang OR 1.5. Gerbang AND 1.6. Gerbang NOR 1.7. Gerbang NAND. 1.8. Gerbang EXOR 1.9. Gerbang EXNOR
2
2
3
4
5
6
7
8
9
2.1. Hukum Perluasan . 2.2. Hukum Komplemen..
17
18
9
2.3. Konjungsi dan Disjungsi 2.4. Hukum Pembalikan 2.5. Hukum Penyerapan 2.6. Membuat gerbang NOT dari NAND. 2.7. Membuat gerbang NOT dari NOR 2.8. Kondisi Pembelajaran di Kelas..
18
20
20
22
23
26
3.1. Perilaku Siswa 3.2. Gerak Motor Mesin Cuci :. 3.3. Komparator 2 Bit
30
42
49
4.1. Penjumlahan Desimal :.. 4.2. Penjumlahan Tanggung Bilangan Biner :. 4.3. Penjumlahan Penuh Bilangan Biner :.. 4.4. Penjumlah dan Pengurang 4.11. 4.5. Nyala LED Segmen 7. 4.6. Tbel Kebenaran IC 4546. 4.7. Pengubah Desimal Ke Biner..
58
59
61
62
74
75
75
5.1. Pencacahan Modulo 4 5.2. Perilku NAND RS Latch .. 5.3. Perilku NOR RS Latch.. 5.4. Eksitasi T Flip-flop.......................................................
5.5. Karakteristik JK Flip-flop..............................................
5.6. Eksitasi JK Flip-flop......................................................
5.7. kebenaran JK Flip-flop Modulo 4 5.8. Pencacah Sinkron Modulo 8 Dengan JK Flip-flop................
5.9. Pencacah Naik Turun Modulo 8 Sinkron 5.10 Kebenaran Dari 2.17...........................................................
5.11 Kebenaran Siklus Pencacah Tidak Urut 27542...................
81
83
85
86
91
92
93
96
99
99
101
6.1. Pembacaan Cacahan Gambar 6.......................................
6.2. Pencacah Taksinkron Naik - Turun Modulo 8......................
6.3. Pencacah Tak Sinkron Naik Modulo 6.................................
6.4. Pulsa Reset Pegendali Pencacah Modulo 6....................
6.5. Pencacahan..................................................................
106
108
108
109
111
7.1. Daftar Keadaan JK Flip-Flop 116
SOAL LATIHAN
BAB 1. 10
BAB 2. 22 BAB 3. 53
BAB 4. 77
BAB 5. 104 BAB 6. 113 BAB 7. 119 BAB 8.
10
1
BAB 1
GERBANG LOGIKA
9. Operasi Boole
Abad 19 Goorge Boole menyatakan bentuk matematika dari ungkapan dengan
menggatikan huruf abjad sebagai simbul tertentu. Misal A bermakna mobil, B bermakna
hitam, maka ungkapan pernyataan mobil hitam Y = A AND B
Simbol untuk menyatakan ubahan fungsi aljabar boole digunakan huruf besar,
sedang komplemen dari pernyataan tersebut digunakan bar di atas huruf. Simbol dapat
mempunyai nilai 1 dan 0 atau gaungan dari nilai 1 dan 0 sebagai ungkapan nilai bilangan
biner. Misal A=1 komplemennya dinyatakan dengan = 0
Bila A = (28)10 dalam angka decimal akan dinyatakan secara biner menjadi
A=(11100)
Perbedaan cara menulis karena angka desimal menggunakan angka dasar (radik)
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, diberi simbol A, bobot tiap radik diberi simbul R. Cara menulis
bilangan R dalam bentuk persamaan :
N = AiRAi=0i 1.1
Sedang angka biner menggunakan 2 angka dasar ialah 0,1. Cara membaca
besarnya nilai angka biner identik dengan cara membaca angka desimal. Misal kode
angka desimal (28)10 akan diubah menjadi 28 biner dengan cara menggunakan
persamaan 1.1 sebagai berikut :
(28)10 = 2(10) + 8(10)0 (2 digit)
2
(11100)2 = 1(2)4 + 1(2)3 +1(2)2 + 1(2)1 + 1(2)0 (2 digit)
Hukum penjumlahan Boole dan nilai biner 1 atau 0 berlaku
Tabel 1.1. Penjumlahan
No Penjumlahan
Bilangan
Dibaca
OR
1 0+0=0 Nol OR Nol Sama dengan nol
2 0+1=1 Nol OR Satu Sama dengan satu
3 1+0=1 Satu OR Nol Sama dengan satu
4 1+1=1 Satu OR Satu Sama dengan satu
Kesimpulan :
Penjumlahan biner akan bernilai 0 hanya bila semua input bernilai 0
Tabel 1.2 adalah hukum perkalian boole dari nilai 1 atau 0 berlaku :
Tabel 1.2. Perkalian
No Perlkalian Bilangan Dibaca
AND
1 0.0=0 Nol AND Nol Sama dengan nol
2 0.1=1 Nol AND Satu Sama dengan satu
3 1.0=1 Satu AND Nol Sama dengan satu
4 1.1=1 Satu AND Satu Sama dengan satu
Kesimpulan :
Hasil perkalian biner akan bernila1 bila semua input bernilai 1
3
Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat dikembangkan menjadi banyak variasi
logika aljabar boole dan dapat diwujudkan menjadi untai elektronik yang sangat
bermanfaat sesuai kepentingan perancang, dari sekedar sakelar penghidup lampu,
timer, kalkulator, sampai pengatur pemakaian bahan bakar mobil pada mesin modern
(EFI= Electronics Fuel Injection), robot, dan lain sebagainya.
Realisasi untai aljabar boole dapat diwujudkan dengan gerbang logika atau
gabungan gerbang logika NOT, AND, OR, XOR, NAND, NOR, XNOR. Yang bila
disederhanakan secara benar dengal logika aljabar boole akan dapat dialih fungsikan
sama hanya satu macam gerbang NAND dan OR saja. Dengan demikian peran
pemahaman aljabar boole menjadi sangat penting, untuk menyederhanakan suatu
fungsi yang akan direalisasikan secara elektronik. Untuk menjalin suatu fungsi aljabar
boole dapat dilakukan dengan menyusun peubah pada input gerbang logika NOT, AND,
OR, XOR, NAND, NOR, XNOR.
10. Gerbang NOT :
Gambar 1.1. Gerbang Buffer dan NOT
Gerbang NOT merupakan untai logika yang berfungsi membalik suatu
pernyataan atau fungsi ,
Tabel 1.3 adalah hukum pembalikan fungsi aljabar boole
No A Buffer
Inverter
(NOT)
Y1 = A Y2 =
A
NOTBuffer
A
NOTBuffer
5V0V
Y2Y1
+5V
Y2Y1
12VSPDT
Y2Y1
+5V
Y2Y1
12VSPDT
4
1 0 0 1
2 1 1 0
Kesimpulan :
1 =
2 = 1 =
11. Gerbang OR
Gerbang OR merupakan untai logika yang brfungsi seperti untai sakelar yang
dapat dipasang parallel, sakelar buka bernilai 0 dan sakelar tertutup bernilai 1,
sedanglampu padam bernilai 0 dan lampu hidup bernilai 1.
Gambar 1.2. Gerbang OR ( = + )
Tabel 1.4. Gerbang OR
No = +
0 0 0 0
1 0 1 1
2 1 0 1
3 1 1 1
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa jalinan kebenaran gerbang OR sesuai
pernyataan kebenaran pada tabel 1.4.
A
B
A
B
A
B
5V
0V
5V
5V
5V
5V
Y
Y+5V
Y
Y+5V
Y
Y+5V
5
Kesimpulan :
Output gerbang OR bernilai 0 hanya bila kedua input bernilai 0
12. Gerbang AND
Gerbang AND merupakan untai logika yang berfungsi seperti untai sakelar yang
dipasang seri, sakelar buka bernilai 0 dan sakelar tertutup bernilai 1, sedang lampu L
padam berinlai 0, lampu nyala bernilai 1.
Gambar 1.3. Gerbang AND ( = . )
Dari gambar 1.3 dapat di pahami bahwa keberlakuan table kebenaran gerbang
AND sesuai table 1.5:
Table 1.5. Gerbang AND
No A B Y=A.B
0 0 0 0
1 0 1 0
2 1 0 0
3 1 1 1
Kesimpulan :
output gerbang AND bernilai 1 hanya bila kedua input bernilai 1
B
A
A B
B
A
A B
B
A
A B
5V
5V
0V
5V
0V
0V
Y
Y+5V
Y
Y+5V
Y
Y+5V
6
13. Gerbang NOR:
NOR kepanjangan dari NOT OR, maka merupakan untai gerbang OR dan NOT
yang diberi simbul gerbang OR dengan output diberi lingkaran yang berfungsi membalik
pernyataan fungsi OR. Tabel 1.6 adalah Jalinan kebenaran gerbang NOR
Table 1.6. Gerbang NOR
No INPUT OUTPUT
A B 1 = + 2 = 3 = + 0 0 0 0 1
1 0 1 1 0
2 1 0 1 0
3 1 1 1 0
Gambar 1.4. Gerbang NOR.
1 = + 2 = 1
3 = + 2 = 3
Kesimpulan :
Output gerbang NOR bernilai 1 hanya bila kedua input benilai 0.
B
A
B
A 0V
0V
5V
0V
Y2
Y1
Y2
Y1
7
14. Gerbang NAND
NAND kepanjangan dari NOT AND, maka gerbang NAND merupakan untai
gerbang AND dan NOT yang diberi simbul gerbang AND dengan output diberi lingkaran
yang berfungsi membalik suatu pernyataan fungsi AND. Tabel 1.7 menyatakan jalinan
kebenaran gerbang NAND
Tabel 1.7. gerbang NAND
NO INPUT OUTPUT
A B 1 = . 2 = 3 = . 0 0 0 0 1
1 0 1 1 0
2 1 0 1 0
3 1 1 1 0
Gambar 1.5. Gerbang NAND
1 = . 2 = 1
3 = . 2 = 3
Kesimpulan :
Output gerbang NAND bernilai 0 hanya bila kedua input bernilai 1
15. Gerbang EXOR
EXOR merupakan kepanjangan exlusive OR, gerbang EXOR merupakan untai
logika yang berfungsi seperti untai yang menggunakan 2 saklar geser A dan B yang di
BA
BA
0V
0V
5V
5V
Y2
Y1
Y2
Y1
8
pasang saling silang pada hubungan induk sakelear, hingga Hanya bila nilai A berlawanan
dengan nilai B susunan sakelear akan dapat menyalakan lampu. Table 1.8 merupakan
jalinan kebenaran gerbang EXOR.
Contoh bilangan EXOR adalah pilihan dari dua pernyataan: makan (A) atau gosok
gigi (B), maka kondisi pernyataan Y yang benar bila : = . atau = .
Jika digabungkan : = . + . atau =
Table 1.8 Gerbang EXOR
N
O
INPUT OUTPUT
A B 1 = . 2 = . 3 = . + . 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 2 1 0 1 0 1 3 1 1 0 0 0
Gambar 1.6. Gerbang EXOR
= . + . 2 = 1 + 2
3 = . + . = 3 = Y4 = A B
A
B
A
B
A BA
AB B
5V
5V
5V
0V
YYY
Y4
Y3
Y2
Y1
Y4
Y3
Y2
Y1
+
5V
+
5V
+
5V
9
Kesimpulan :
Output gerbang EXOR bernilai 1 hanya bila nilai kedua input berlawanan.
16. Gerbang XNOR
EXNOR kepanjangan dari Exlusive NOT OR, maka gerbang EXNOR merupakan
untai logika EXOR DAN NOT, disimbulkan dengan gerbang EXOR yang bagian outputnya
diberi tanda lingkaran.
Tabel 1.9 menyatakan jalinan kebenaran fungsi EXNOR. yang berfungsi
membalik suatu pernyataan dari fungsi EXOR.
Y1 = A B
Y2 = A B
Y1 = Y2
Gambar 1.7. Gerbang EXNOR
Tabel 1.9. Gerbang EXNOR
NO INPUT OUTPUT
A B Y1 = Y2 = 0 0 0 1
1 0 1 0
2 1 0 0
3 1 1 1
Kesimpulan :
B
A
B
A 0V
0V
5V
0V
Y2
Y1
Y2
Y1
10
Output gerbang EXNOR bernilai 1 hanya bila nilai kedua input sama.
SOAL LATIHAN :
1. Buatlah tabel kebenaran 1 ,2 ,3 ,4 5 dari untai gerbang NAND berinput A
dan B :
Tabel 1.10. Gerbang Exor dengan gerbang NAND
No A B 1 2 3 4 5 0 0 0
1 0 1
2 1 0
3 1 1
2. Selesaikan soal nomor 1 bila gerbang NAND diganti gerbang NOR
Tabel 1.11 Gerbang Exor dengan gerbang NOR
No A B 1 2 3 4 5 0 0 0
1 0 1
2 1 0
3 1 1
3. Berdasarkan jawaban soal nomor 1 dan 2 simpulkan dan animasikan kebenaran
saudara menggunakan program CircuitMaker
4. Lengkapi tabel kebenaran berdasarkan persamaan a, b, c dan d :
a. 1 = . + .
b. 2 = . +
c. 3 = . + .
A
B
Y1
Y2
Y3Y4 Y5
11
d. 4 = . +
Tabel 1.12 Mengubah fungsi
No A B 1 2 3 4 1 + 2 1 + 3 2 + 4 0 0 0
1 0 1
2 1 0
3 1 1
5. Buktikan dengan tabel kebenaran bahwa :
a. 1 = . = +
b. 2 = + = .
c. 3 = .. = + +
d. 4 = + + = ..
6. Berdasarkan jawaban soal nomor 1 dan 2 simpulkan dan animasikan kebenaran
saudara menggunakan program CircuitMaker
7. Berapa besar nilai decimal dari bilangan biner berikut :
a. 1 = (01111)2
b. 2 = (0011110)2
c. 3 = (000111100)2
8. ubahlah bilangan decimal berikut menjadi bilangan biner :
a. 1 = (15)10
b. 2 = (30)10
c. 3 = (60)10
9. Buatlah tabel kebenaran perilaku nyala padamnya lampu (Y), jika diatur
menggunakan 3 buah sakelar A seri dengan sakelar B dan sakelar B parallel dengan
sakelar C.
12
Tabel 1.13 Gerbang NOR
No A B C Y kesimpulan
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1
8 0 0 0
9 0 0 1
10 0 1 0
11 0 0 1
12 0 1 0
13 0 1 1
14 1 1 1
10. Buatlah diagram rancangan sebuah lampu garasi rumah tingkat yang dapat
dinyalakan ketika orang akan masuk garasi untuk parkir
mobil dan lampu dapat dipadamkan setelah orang sampai
di tingkat atas.
Dan bila orang turun ke garasi untuk mengambil mobil
lampu dapat dinyalakan, dan ketika orang keluar dari
garasi lampu dapat dipadamkan.
11. Buatlah diagram lampu yang menyala jika mengikuti persamaan :
a. 1 = .. + .. + .. + ..
b. 2 = .. + .. + .. + ..
c. 3 = . + + ( + ). + ( + ) + ( + ).
d. 4 = . + ( ). + ( ) + ( + )
C
B
A+
3V
Y
13
12. Gambarkan bentuk sinyal output gerbang OR, AND, EXOR, bila sinyal inputnya
berbentuk :
13. Ujilah dengan tebel kebenaran :
a. + = . ()
b. + = . ()
c. . = () + ()
d. . = + ()
Tabel 1.14 Alih Gerbang
No 0 1 2 3 Kesimpulan
A 0 1 0 1
B 0 0 1 1
+
() . ()
+
. ()
.
+ ()
.
+ ()
AND
OR
EXOR
14
BAB 2
ALJABAR BOOLE
1. Hukum Asosiatif
Aturan aljabar boole berlaku hukum asosiatif, komutatif, dan distributif yang
dapat dikembangkan menjadi aturan perluasan, identitas, komplemen, perjalinan
dengan tetapan, pembalikan, dan penyerapan baik untuk jalinan AND maupun OR. Dan
jika digabung dengan NOT akan membentuk hukum deMorgan sebagai modal pengubah
gerbang NAND maupun NOR menjadi gerbang apa saja sesuai kehendak.
B
A
A
B
B
A
A
BC
C
C
C
5V
5V
0V
0V
5V
5V
5V
0V
5V
5V
5V
0V
Y
Y
Y
Y
15
Gambar 2.1 Hukum Asosiatif Gerbang AND
Tanda huruf suatu kelompok dari persamaan / pernyataan dapat diubah
menjadi kelompok baru yang nilainya tetap :
Y = A. B . C = B. C . A = B. A . C = A. C . B
Y = A + B + C = B + C + C = A + C + B = C + B + A
Gambar 2.2 Hukum Asosiatif Gerbang OR
2. Hukum Komutatif
Gambar 2.3 Hukum Komutatif Gerbang AND dan OR
B
A B
A
A
B
A
B
C
C
C
C
0V
5V
5V
5V
5V
0V
0V
5V
5V
5V
5V
0V
YY
YY
A
B
A
B
B
A
B
A
B
A
B
A
C
C
C
C
CC
0V
5V
5V
0V
5V
5V
5V
0V
5V
5V
0V
5V
5V
5V
0V
5V
5V
0V
YY
YY
YY
16
Hukum komutatif merupakan perluasan hokum asosiatif, ialah input peubah
yang dikaitkan dengan hanya satu jenis jalinan dapat saling dipertukarkan.
Gerbang AND : = .. = .. = ..
Gerbang OR : = + + = + + = + +
3. Hukum Distributif
Hukum distributive dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :
Y = A. B + C = AB + AC
Gambar 2.4 Hukum Distributif
4. Hukum Perluasan
Gambar 2.5 Hukum Perluasan
Peubah input dapat dijalin secara perkalian AND atau penjumlah an OR tak
terbatas pengulangannya dengan nilai output yang tidak ber-ubah.
= ..
C
B
A
C
A
B
B
A
C
A
B
C
5V
5V
5V
5V
5V
5V
5V
0V
5V
5V
5V
0V
YY
YY
5V
0V
5V
0V
YA
YA
YA
YA
17
= + +
Tabel 2.1 Hukum Perluasan
No A Y=A.A.A.A = + + 1 0 0 0
2 1 1 1
5. Hukum Identitas
Bila titik A dihubungkan oleh kawat dengan titik B dan titik B dihubungkan
dengan titik C, maka sebenarnya titik A.B, dan C dihubung kan dengan satu kabel.
Aturan identitas berlaku seperti pada persamaan aljabar ialah :
Jika A = B dan B = C maka A = C
Gambar 2.6 Hukum Identitas
6. Hukum Komplemen
Hukum komplemen mengatur hubungan input gerbang dengan komplemennya,
Tabel 2.2 menunjukkan aturan jalinan peubah dengan komplemennya untuk gerbang
OR atau AND :
Tabel 2.2 Hukum Komplemen
No input Output
= . = + 1 0 1 0 1
2 1 0 0 1
A
B
C
A=B=C
18
Gambar 2.7 Hukum Komplemen
Kesimpulan :
A. A = 0 A + A = 1
7. Hukum Penjalinan Dengan Tetapan :
Tabel 2.3 Konjungsi dan Disjungsi
No input Output
A k Konjungsi Disjungsi
Y = A. k Y = A + k 1 0 0 0 0
2 1 0 0 1
3 0 1 0 1
4 1 1 1 1
Hukum penjalinan mengatur hubungan input gerbang dengan tetapan 1 atau 0.
Tabel 2.3 menunjukkan jalinan input gerbang AND atau OR dengan tetapan k.
Hubungan peubah dengan tetapan dalam bentuk perkalian ialah pada gerbang
AND dinamakan konjungsi, sedang bila dalam bentuk penjumlahan ialah pada gerbang
OR disebut disjungsi
A A
AA
5V5V
0V0V
Y2Y1
Y2Y1
19
Gambar 2.8 Hukum Konjungsi dan Disjungsi
Kesimpulan :
Aturan Disjungsi :
A + 1 = 1
A + 0 = A
Aturan Konjungsi :
A. 1 = A
A. 0 = A
8. Hukum Pembalikan 2 kali :
Tabel 2.4 Aturan pembalikan 2 kali, merupakan hukum perluasan dari
komplemen /inverter (NOT)
Tabel 2.4 Hukum Pembalikan
No 1 = 2 = Kesimpulan
1 0 1 0 Y2 = A = A 2 1 0 1
Ak k
A
Akk
A5V
0V
5V
0V
0V
0V
0V
0V
Y2Y1
Y2Y1
A A
0V0V
Y2Y1YY2Y1
Y
20
Gambar 2.9 Aturan Pembalikan
9. Hukum Penyerapan
Suatu fungsi dengan 3 suku tetap dengan 2 peubah sama dan 2 tanda jalinan
yang berbeda dapat diserap menjadi 1 suku sesuai dua peubah yang sama.
+ . =
. + =
Tabel 2.5 Hukum Penyerapan
No + (.) Kesimpulan
1 0 1 0
+ . = 2 1 0 1 3 1 1 1
Gambar 2.10 Hukum Penyerapan
10. Hukum De Morgan
Gambar
2.11 Hukum de Morgan NOR DM
B
AA
B
B
AA
B 5V
5V
5V
5V
0V
0V
0V
0V
A YA Y
A YA Y
B
A
B
A
0V
0V
5V
0V
Y3
Y2
Y1
Y3
Y2
Y1
21
Aturan de Morgan merupakan aturan aljabar boole yang sangat penting untuk
mengubah logika OR menjadi logika AND atau sebaliknya dengan NOR and NAND saja. :
a. Fungsi AND terdiri dari semua komplemen input dapat diubah menjadi fungsi NOR
atau disebut NOR de Morgan yang disingkat NOR DM menggunakan simbul AND
yang input nya diberi bulatan.
. = ( + )
b. Fungsi OR yang terrdiri dari semua komplemen input dapat diubah menjadi fungsi
NAND atau disebut NAND de Morgan yang disingkat NAND DM menggunakan
simbul OR yang input nya diberi bulatan.
. = ( + )
Gambar 2.12 Hukum de Morgan OR DM
SOAL LATIHAN
1. Berdasarkan persamaan A = A. A. A buktikan dengan tebel kebenaran bahwa
A. A = A
Tabel 2.6 Membuat gerbang NOT dari NAND
No A A A. A A. A Kesimpulan
1 0
2 1
A
B
A
B0V
0V
5V
5V
Y3
Y2
Y1
Y3
Y2
Y1
22
2. Berdasarkan persamaan A = A + A + A buktikan dengan table kebenaran bahwa
A + A + A = A
Tabel 2.7 Membuat gerbang NOT dari NOR
No A A A + A A + A Kesimpulan
1 0
2 1
3. Berdasarkan jawaban soal 1 dan 2 buktikan dengan animasi circuitMaker gambar
2.13 atau gunakan gerbang IC 74LS00 bahwa gerbang NOT dapat dibangun dari
NAND atau NOR
Gambar 2.13 Gerbang NOT dari NAND atau NOR
4. Persamaan = . . buat diagram persamaan mengguna kan gerbang
a. AND 2 input
b. AND 3 input
c. NOT dan OR 2 input
d. NOT dan OR 3 input
e. NOR 2 input
f. NOR 3 input
5. Persamaan = + + Buat diagram persamaan meng gunakan gerbang
a. OR 2 input
b. OR 3 input
c. NOT dan NAND 2 input
d. NOT dan NAND 3 input
e. NAND 2 input
AA
5V0V
Y3
Y2
Y1
Y3
Y2
Y1
23
f. NAND 3 input
6. Buktikan dengan hukum aljabar boole persamaan berikut :
a. Y1 = A. B . C = . +
b. Y2 = A + B + C = A + B . C
7. Gambar 2.14 pilihlah nilai Yn yang sama menggunakan persamaan aljabar boole dan
ujilah menggunakan animasi circuitMaker:
Gambar 2.14. Soal Nomor 7
8. Gambar 2.15 pilihlah nilai Yn yang sama menggunakan persamaan aljabar boole dan
ujilah menggunakan animasi circuitMaker:
Gambar 2.15. Soal Nomor 8
9. Buktikan persamaan sebelumnya bahwa :
a. A + A. B = A
b. A. A + B = A
B
A
5V
0V
Y7Y6
Y5Y4
Y3
Y2
Y1
A
B5V
0V
Y7Y6
Y5Y4
Y3
Y2
Y1
24
10. Beri alasan bahwa dari gerbang NAND atau NOR saja dapat dibuat menjadi gerbang
a. AND
b. OR
c. XNOR
d. NOT
e. XOR
11. Tabel 2.8 hasil pengamatan di sekolah yang bermakna kepala sekolah (A), guru kelas
(B) dan guru jaga (C) jika hadir diberi nilai 1 sedang nilai 0 jika absen. Jika kodisi
siswa (Y) gaduh bernilai 0 sedang bila aktif belajar siswa diberi nilai 1
Tabel 2.8 Kondisi Pembelajaran di Kelas
No A B C Y Persamaan
0 0 0 0 0
1 0 0 1 0
2 0 1 0 1 2 = .. 3 0 1 1 1 3 = .. 4 1 0 0 0
5 1 0 1 0
6 1 1 0 1 6 = .. 7 1 1 1 1 7 = ..
= 2 + 3 + 6 + 7
a. Buktikan bahwa = ,
b. Apakah nalar jika Proses belajar mengajar ditentukan oleh guru kelas ?
25
BAB 3
MENYEDERHANAKAN FUNGSI
11. Bentuk Persamaan Aljabar Boole:
Bentuk persamaan Aljabar Boole ditunjukkan pula oleh gerbang logika yang
digunakan. Misal jalinan 2 gerbang AND dan 1 gerbang OR dari A,B,C dan D dinyatakan
dalam bentuk persamaan:
Y1 = AB + C D
Y2 = A + B C + D
Gambar 3.1. Persamaan dan Gerbang Logika
Gambar 3.1 sebagai realisasi persamaan Y1 = AB + C D dan Y2 = A + B C +
D Umumnya persamaan menjadi rumit, hingga perlu disederhanakan menjadi persamaan
pokok dalam bentuk penjumlahan dari perkalian (sum of product) atau dalam bentuk
perkalian dalam penjumlahan (product of sum)
12. Sum Of Product:
A
B
C
DPersamaan Y1
5V
0V
5V
0V
y1
A
B
C
DPersamaan Y2
5V
0V
5V
0V
Y2
26
Untuk menjelaskan sum of product, perlu dikaji ulang mengenai perkalian dua
peubah atau lebih dari fungsi AND berinput dua atau lebih yang dijalin dalam bentuk
penjumlahan fungsi OR.
Misal: Y = Y1 + Y2 + Y3 = A. B + C. D + E. F. G
Persamaan Y = Y1 + Y2 + Y3 dapat diwujudkan menjadi untai elektronik yang
menggunakan 2 gerbang AND berinput 2 dan gerbang AND berinput 3 yang dijalin
dengan gerbang OR berinput 3.
Gambar 3.2 Sum Of Product Y = Y1 + Y2 + Y3
13. Product Of Sum:
Untuk menjelaskan Product Of Sum, perlu dikaji ulang mengenai penjumlahan
dua peubah atau lebih fungsi OR yang berinput dua atau lebih yang dijalin dalam bentuk
perkalian fungsi AND berinput dua atau lebih. Misal:
Y = Y1 + Y2 + Y3 = A + B C + D (E + F + G)
A
BC
D
G
F
E
Y1
Y2
Y3
0V
0V
5V
0V
5V
5V
5V
Y
Y3
Y2
Y1
E
D
CB
A
0V
0V
5V
0V
5V
5V
5V
Y
27
Gambar 3.3 Product Of Sum Y = A + B C + D (E + F + G)
Persamaan Y = A + B C + D (E + F + G) dapat diwujud kan dari untai 4
gerbang OR 2 input dan 2 gerbang AND 2 input atau dari 2 gerbang OR 2 input, 1
gerbang OR 3 input dan 1 gerbang AND 3 input.
Apakah fungsi yang ditulis dalam sum of product dapat diubah menjadi product
of sum atau sebaliknya ? Mengingat hukum Aljabar Boole pada umumnya dan aturan de
Morgan khususnya akan dapat menjawab permasalahan tersebut, bahkan jika dituntut
hanya menggunakan satu macam gerbang NAND atau NOR saja.
14. Cara Menyederhanakan Fungsi Aljabar Boole:
Keberlakuan hukum Aljabar Boole dapat digunakan untuk memperoleh fungsi
yang sederhana, hingga akan menghemat pemakaian gerbang logika, mengurangi
kesulitan merangkai dan kesalahan sambung antar gerbang.
Misal : suatu penelitian mengenai perilaku siswa di sekolah Y dengan ubahan
kehadiran guru kelas A, guru jaga B dan kepala sekolah C. Perilaku yang diamati bernilai
1 jika siswa giat belajar dan bernilai 0 jika ramai, sedang kehadiran guru di sekolah
bernilai 1 jika hadir dan bernilai 0 jika izin tidak ngantor di sekolah; Hasil penelitian
ditabelkan (lihat soal 11 BAB II) :
Y3
Y2
Y1
E
F
D
C
B
A
G
0V
0V
5V
0V
5V
5V
5V
Y
G
F
C
B
A
D
E
Y1
Y2
Y3
0V
0V
5V
0V
5V
5V
5V
Y
28
Table 3.1. Perilaku Siswa
No A
22 B
21 C
20 Y Persamaan
0 0 0 0 0
1 0 0 1 0
2 0 1 0 0
3 0 1 1 0
4 1 0 0 1 Y4 = A. B. C
5 1 0 1 1 Y5 = A. B. C
6 1 1 0 1 Y6 = A. B. C
7 1 1 1 1 Y7 = A. B. C
Semua persamaan Y pada tabel 3.1 dapat ditulis menjadi persamaan 3.5 yang
bila diwujudkan dalam untai elektronik gambar 3.4. Tetapi bila disederhanakan
menggunakan hukum Aljabar Boole menjadi persamaan yang sangat sederhana ialah:
Y=A yang berarti menjadi untai berupa satu kabel yang menghubungkan output
dengan input A
Gambar 3.4. untai panjang Y=A
= A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C
Y = A. [B. C + C ] + A[B C + C ] Distributif
A
B
C0V
5V
0V
A
Y
29
= A. [B. 1 ] + A[B 1 ] Komplemen
Y = A. B + AB Konjungsi
Y = A. [B + B] Distributif
Y = A. 1 Komplement
Y = A
15. Peta Karnaugh
Selalu menjadi pertanyaan, apakah penyederhanaan yang telah dilakukan
merupakan hasil paling sederhana ? Peta karnaugh merupakan salah satu model cepat
untuk menyederhanakan suatu fungsi.
A
C 5
A. B. C
7
A. B. C
3
A. B. C
1
.. 4
A. B. C
6
A. B. C
2
A. B. C
0
.. B
Gambar 3.5 Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan
Aturan penggunaan Peta karnaugh adalah :
a. Tiap sel (kotak) bermaksan sebagai kombinasi peubah, n jumlah peubah
b. Banyaknya sel 2n
c. Perbedaan nilai antar sel semitris
d. Semua kombinasi peubah yang ditulis dalam sum of product masing-masing fungsi
AND dimasukkan dalam sel yang sesuai dengan memberi tanda satu
e. Sesuai hukum komplemen sel bersebelahan yang diberi tanda 1 dapat dihilangkan
hingga hanya peubah yang sama boleh muncul.
f. Pengelompokan 2 sel akan menghilangkan satu peubah, atau mungkin dapat terjadi
suatu suku hilang karena hukum penyerapan.
g. Jika semua suku peubah telah disederhanakan, persamaan akhir diperoleh dengan
menulis semua suku dan menjalin kembali secara disjungsi.
Bobot tiap sel pada gambar 3.6, peta Karnaugh disingkat peta K dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Peta K 3 ubahan A, B dan C mempunyai 23 = 8. Sel yang bernilai 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, besarnya nilai tiap kotak dapat diurut dari tabel 2.1 pada kolom no yang tidak lain
30
merupakan nilai desimal dari biner bilangan biner ABC dengan bobot A = 22, B = 21, C =
20.Nilai ubahan A disebut Most Significance Bits ( MSB ) sedang C disebut Least
Significance Bits (LSB).
A
C
10
...
14
...
6
...
2
...
11
...
15
...
7
...
3
...
D
9
...
13
...
5
...
1
...
8
...
12
...
4
...
0
...
B
Gambar 3.6 Peta Karnaugh 3 dan 4 ubahan
Gambar 3.6. peta K 4 ubahan A, B, C, D mempunyai 24 = 16 sel yang bernilai 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 tidak lain merupakan nilai bilangan desimal
dari bilangan biner ABCD dengan bobot A = 23, B = 22, C = 21, D = 20.. Nilai ubahan A
disebut Most Significance Bits ( MSB ) sedang C disebut Least Significance Bits (LSB).
Contoh :
A
A
C 5 7 C 1 1
4 6 1 1
B B
Y = A Y = A
Gambar 3.6 Ubahn = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C = A
Gambar 3.6 = A. B. C + A. B. C + A. B. C + A. B. C bila di-masukkan pada peta karnaugh 3 ubahan cukup diberi tanda 1, karena seluruh daerah A berisi angka 1 sedang
31
daerah lainnya kosong maka = A yang bila dijabarkan berbasis aturan aljabar boole adalah :
= .. + + .. +
= .. 1 + .. 1
= .. +.
= . (. +)
= . (1)
=
Dapat disimpulkan bahwa peta K memudahkan penyederhanaan fungsi lebih
cepat, karena dapt melihat sel yang diisi persamaan. Dengan menggunakan logika yang
sama gambar 3.7 menunjukkan bentuk persamaan = B dan = A. C bila dimasukkan
dalam peta karnaugh.
A
A
C 1 1
C 1 1
1 1 D
1 1 D
1 1
1 1
B B
Y = B Y = A. C
GambaR 3.7 Peta Karnaugh Persamaan Y = B dan Y = C
Gambar 3.8.a Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A dikalikan
dengan (D + D)+ B + B C sehingga berbentuk peta karnaugh 4 ubahan X menjadi :
X = A B + B + D + D C + A[ B + B + D + D ]C disederhanakan menjadi X = A,
maka = =
Sedang gambar 3.8.b Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A dikalikan
dengan (D + D)+ B + B C sehingga berbentuk peta karnaugh 4 ubahan
X = AC B + B + D + D yang bila disederhanakan menjadi X = A. C, maka sesuai
hukum identitas X = Y. C = A. C
A A
C 1 1
C
1 1
1 1 D
1 1 D
1 1
32
1 1
B B
Y = A X = A. C
Gambar 3.8 Pengembangan 4 Ubahan Y = A dan X = A. C
Gambar 3.9. Peta Karnaugh 5 ubahan, yang meupakan pengembangan peta
karnaugh 4 ubahan sebanyak 2 buah yang dipilih menjadi E disebelah kiri dan E
disebelah kanan. Bila bobot terbesar pada A = 24 dan bobot terkecil pada E = 2=0 maka
nilai bilangan desimal dalam kotak sesuai gambar 3.9.
Pada gambar 3.9 nampak bahwa semua sel pada kotak sebelah kiri bernilai ganjil,
sedang sel pada kotak sebelah kanan bernilai genap, selisih nilai bilangan antar sel
simetris pada kotak kiri maupun kotak kanan, dalam kotak tidak ditemukan nilai bilangan
yang sama. Jumlah sel dalam kotak 25 = 32 kotak.
A A
C 21 29 13 5
C 20 28 12 4
23 31 15 7 D
22 30 14 6 D
19 27 11 3 18 26 10 2
17 25 9 1 16 24 8 0
B B
E
Gambar 3.9 Peta Karnaugh 5 Ubahan
Jika dicermati gambar 3.6, tidak lain merupakan 2 buah gambar 3.5 dengan
tambahan ubahan baru ialah D untuk kotak bernilai ganjil dan D untuk kotak bernilai
genap.
Sedang gambar 3.9 tidak lain merupakan 2 buah gambar 3.6 dengan tambahan
ubahan baru ialah E untuk kotak bernilai ganjil dan E untuk kotak bernilai genap.
Dalam bentuk persamaan :
A A
C 1 1
C
1 1
1 1 D
1 1 D
1 1 1 1
33
1 1 1 1
B B
E
Gambar 3.10 Merupakan pengembangan persamaan 3 ubahan = A
Y = Y1 + Y2
Y1 = (Y20 + Y22 + Y28 + Y30) + (Y21 + Y23 + Y29 + Y31)
Y2 = (Y16 + Y18 + Y24 + Y26) + (Y17 + Y19 + Y25 + Y27)
Y1 = A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D + A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D
Y1 = A. C. E B. D + D + B. (D + D) + A. C. E B(D + D) + B(D + D)
Y1 = A. C. E B. 1 + B. (1) + A. C. E B(1) + B(1)
Y1 = A. C. E B + B + A. C. E B + B
Y1 = A. C. E 1 + A. C. E 1
Y1 = A. C E + E Y1 = A. C[1]
Y1 = A. C
Y2 = A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D + A. C. E B. D + B. D + B. D + B. D
Y2 = A. C. E B. D + D + B. (D + D) + A. C. E B(D + D) + B(D + D)
Y2 = A. C. E B. 1 + B. (1) + A. C. E B(1) + B(1)
Y2 = A. C. E B + B + A. C. E B + B
Y2 = A. C. E 1 + A. C. E 1
Y2 = A. C E + E Y2 = A. C 1 Y2 = A. C
= 1 + 2
= . + . = ( + ) = 1 =
6. Contoh Peta Karnaugh 3 Ubahan
Sederhanakan fungsi dengan 3 peubah berikut :
= . + . + . + .. + .. + + .
Untuk menyelesaikan persamaan Y fungsi NAND dan NOR pada suku ke lima
+ . harus diubah dalam bentuk AND dan OR dengan hukum de Morgan.
Sehingga : + . = ..
= . + . + . + .. + .. + ..
34
A
A
C 5 7 3 1 C 1 1 1 1
4 6 2 0 1 1 1
B B
Gambar 3.11 Peta Karnough Y = A + C + A. B
Dengan peta Karnaugh dapat segera ditemukan bahwa
A A
C 1 1
C 1 1 1 1
1 1 D
1 1 1 1 D
1 1
1 1
B B
Y = A Y = C
A A
C 1
C 1 1 1 1
1 D
1 1 1 1 D
1 1 1 1
1 1 1 1
B B
Y = A. B Y = A + C + A. B
Gambar 3.12 Peta Karnaugh Y = A. B dan Y = A + C + A. B
Y = A + C + A. B dengan rincian jabaran sebagai berikut :
A = (Y4 + Y5 + Y6 + Y7)
C = Y1 + Y3 + Y5 + Y7
A. B = (Y0 + Y1 + Y4 + Y5)
Y = A + C + A. B
Gambar 3.12 bentuk isian persamaan jika dimasukkan pada peta K 4 ubahan ABCD
7. Manfaat Penyerderhanaan Fungsi
35
Gambar 3.13 Realisasi Persamaan 5.8
Bila persamaan berikut diwujudkan menjadi rangkaian gambar 3.13 perlu 13
buah gerbang yang terinci dari AND 6 buah, OR 4 buah, NOR 1 buah, NOT 2 buah.
Sedang bila disederhanakan 6 buah gerbang yang terinci dari AND 2 buah, OR 2 buah
dan NOT 2 buah.
= . + . + . + .. + .. + + .
Dengan demikian penyederhanaan suatu fungsi akan bermanfanfaat untuk
penghematan gerbang dan mengurangi penyambungan kawat sehingga akan mengurangi
kesalahan merangkai dan penyoldiran jika diperlukan.
Apakah persamaan
= . + . + . + .. + .. + + .
Y4+Y5
Y1+Y2
Y1+Y2+Y3
Y5
Y4
Y3
Y2
Y1
A B C
Sebelum disederhanakan
Setelah disederhanakan
Y=Y2
0V0V 0V
Y
Y2
36
yang disederhanakan menjadi Y = A + C + A. B dapat direlisasikan hanya menggunakan
gerbang NOR atau NAND saja ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut saudara harus kembali pada penyataan de
Morgan dan hukum perluasan :
Gambar 3.14 Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NOR
Y2 = Y3 = A + C + A. B Y2 = + + +
Y3 = + + ( + ) Y3 = + + ( + )
Y2=Y3
A
B
C
Y=Y2
5V
0V
5V
Y3
Y2
Y2=Y4
A
B
C
Y=Y2
5V
0V
5V
Y4
Y2
37
Gambar 3.15. Untai Y2 = Y3 = A + C + A. B Dengan NAND
Y2 = Y4 = A + C + A. B Y4 = A. C + A. B
Y4 = (A. C). (A. B) 4 = . . (.)
8. Mengatur Putaran Motor Mesin Cuci Dengan 3 Ubahan
Mesin pencuci diatur dengan criteria pada hitungan ke 0 dan ke 4 motor mati,
tetapi pada hitungan ke 1, 2, dan 3 motor berputar searah jarum jam sedang pada hitungan
ke 5, 6, dan 7 motor berputar berlawanan arah jarum jam.
Untuk mempermudah desain dapat disgunakan table kebenaran 3 ubahan yang
kemudian akan dapat dibuat persamaan masing-masing pola gerakan motor. Misal S =
stop, R = right, L = left sedang control gerakan motor dilakukan oleh 3 ubahan
masukanialah A, B, C dengan ketentuan input paling kiri berbobot terbesar dan
sebaliknya paling kanan berbobot paling kecil. Lihat tabel 3.2.
Tabel 3.2 Gerak Motor Mesin Cuci :
No INPUT
GERAK
MOTOR PERSAMAAN GERAK
A B C S R L
0 0 0 0 1 S = A. B. C + A. B. C
1 0 0 1 1
2 0 1 0 1
3 0 1 1 1 R = A. B. C + A. B. C + A. B. C
4 1 0 0 1
5 1 0 1 1
6 1 1 0 1 L = A. B. C + A. B. C + A. B. C
7 1 1 1 1
Bila ubahan tabel 3.2 dimasukkan dalam peta karnaugh 3 ubahan akan nampak
seperti pada gambar 3.16, gambar 3.17 dan gambar 3.18.
A
A
C C
4 0 1 1
B B
Gambar 3.16. Persamaan Motor Stop S = B. C
A A
38
C 3 1
C 1 1
2 1
B B
Gambar 3.17. Persamaan Motor Putar Kanan R = A(B + C)
A
A
C 5 7 C 1 1
6 0 1
B B
Gambar 3.18 Persamaan Motor Putar Kiri L = A(B + C)
Kesimpulan :
S = B. C
R = A(B + C)
L = A(B + C)
Karena S, R dan L merupakan system penggerak motor, agar system bekerja
menggunakan komponen secara efisien, maka harus ditinjau komponen yang dapat
dipakai bersama. Salah satu cara ialah dengan hukum de Morgan maka :
B + C = B. C = S karena S = B. C
S = B + C
R = A. S
L = A. S
Seperti ditunjukkan pada gambar 3.19. atau gambar 3.20 jika disusun dari
gerbang NOR.
S = B. C = B + C
R = A B + C = A + B + C = A + S
R = A + S
L = A B + C
L = A + B + C = A + S
L = A + S
39
NOT S dapat dimasukkan dalam sistem pengendali R dan L, sehingga system
dapat dibangun menggunakan gerbang NAND
Gambar 3.19.
Realisasi Putaran Motor Dengan NAND
Gambar 3.20. Realisasi Putaran Motor Dengan NOR
9. Contoh Peta Karnaught 4 Ubahan
Bila persamaan dinyatakan dalam bentuk product of sum pemasukan nilai tiap
suku dari persamaan dalam sel peta karnaugh akan lebih mudah dari pada bila dinyatakan
dalam sum of product, dan akan menjadi lebih sulit lagi bila persamaan merupakan
gabungan dari product of sum dan sum of product serta dinyatakan dalam pernyataan
NAND atau NOR, maka bentuknya harus diubah dalam persamaan product of sum.
Untuk mengubah persamaan diperlukan keterampilan memanfaatkan hokum de Morgann.
Misal :
1 = .. + + .. +
C
AB
Realisasi putaran motor
dengan gerbang campuran dengan gerbang NAND
BA
C
Realisasi putaran motor
0V
0V0V
0V
0V0V L
R
S
L
R
S
dengan gerbang NOR
Realisasi putaran motor
C
AB
dengan gerbang campuran
Realisasi putaran motor
BA
C0V
0V0V
0V
0V0V L
R
S
L
R
S
40
2 = .. + + .. +
= 1 + 2
Persamaan = 1 + 2 harus diubah dalam bentuk product of sum dengan de
Morgan jika akan dimasukkan dalam peta karnaugh. Maka :
Y1 = A A. B. D + C + A A. B. D + C
Y1 = A (A. B. D)(C) + A A. B. D (C) Hukum de Morgan
Y1 = A. A. B. C. D + A. A. B. C. D Hukum Distribusi
Y1 = A. B. C. D + A. B. C. D Hukum Perluasan
Y1 = A. B. D(C + C) Hukum Komplemen
Y1 = A. B. D(1) Hukum Penjalinan dg tetapan
Y1 = A. B. D Hasil alih de Morgan
Y2 = A A. B. D + C + A A. B. D + C
Y2 = A (A. B. D)(C) + A (A. B. D)(C) Hukum de Morgan
Y2 = A. A. B. D + A. A. B. D. C Hukum Distribusi
Y2 = A. B. D. C + A. B. D. C Hukum Perluasan
Y2 = A. B. D. (C + C) Hukum Komplemen
Y2 = A. B. D. (1) Hukum Penjalinan dg tetapan
Y2 = A. B. D Hasil alih de Morgan
Maka persamaan = 1 + 2 menjadi :
Y = A. B. D + A. B. D
Y = A. D(B + B) Hukum Komplemen
Y = A. D(1) Hukum Penjalinan dg tetapan
Y = A. D
Sehingga persamaan Y = A. D dapat dimasukkan dalam sel peta karnaugh gambar 3.20.
41
A A
C
C
11 15 D
1 1 D
9 13 1 1
B B
Gambar 3.21. Peta Karnaugh Y = A. D
Persamaan Y = A B D kelihatan sederhana hanya mem-punyai 3 ubahan,
tetapi jika harus dimasukkan dalam peta karnaugh 4 ubahan harus dimunculkan ubahan
yang tak nampak. Karena nilai 1 tidak mengubah hasil perkalian terhadap nilai ubahan
dan nilai 1 dapat diperoleh dari jalinan penjumlahan yang memenuhi hokum komplemen,
maka dilakukan langkah sebagai berikut :
Y = A B D
Y = A. B + A. B D Mengubah fungsi EXOR
Y = A. B. D + A. B. D
Memasukkan dalam peta Karnaugh
A A
C
C
11 3 D
1 1 D
9 1 1 1
B B
Gambar 3.22. Peta Karnaugh 4 ubahan Y = A B D
42
Gambar 3.23. Soal Bab 2 Nomor 7
Coba bandingkan dengan soal 7 bab 2, yang telah saudara buktikan menggunakan
tabel kebenaran bahwa :
Y4 = Y6 Merupakan gerbang EXOR dan
Y5 = Y7 Merupakan gerbang EXNOR
Uji kebenaran dapat dilakukan dengan keberlakuan aljabar boole, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Y4 = A. B. A A. B. B
Y4 = A. B. A + A. B. B Hukum de Morgan AND ke OR
Y4 = A + B A + A + B B Hukum de Morgan OR ke AND
Y4 = A. A + A. B + A. B + B. B Hukum Distributif
Y4 = 0 + A. B + A. B + 0 Hukum Komplemen
Y4 = A. B + A. B Hukum Penjalinan Dg Tetapan
Y4 = Y6 = A B
A
A
C 1 1 C 1 1
1 1 1
B B
Y4 = Y6 = A B Y5 = Y7 = A B
A A
C 1 1 C 1 1
A
B5V
0V
Y7
Y6
Y5Y4
Y3
Y2
Y1
43
1 1 D
1 1 D
1 1 1 1
1 1 1 1
B B
Y4 = Y6 = A B Y5 = Y7 = A B
Gambar 3.24. Soal Bab 2 Nomor 7
Y5 = A. B. A A. B. B
Y5 = A. B. A + A. B. B Hukum de Morgan AND ke OR
Y5 = A + B A + A + B B Hukum de Morgan OR ke AND
Y5 = A. A + A. B + A. B + B. B Hukum Distributif
Y5 = 0 + A. B + A. B + 0 Hukum Komplemen
Y5 = A. B + A. B Hukum Penjalinan Dg Tetapan
Y5 = Y7 = A B
Bila persamaan Y4 = Y6 dan Y5 = Y7 akan dimasukkan dalam peta karnaugh 3
atau 4 ubahan seperti ditunjukkan pada gambar 3.23
10. Contoh Untai Komparator 2 Bit
Tabel 3.3 Komparator 2 Bit
No Bilangan Biner Outut
A1 A0 B1 B0 G R Coba isi sendiri 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1
2 0 0 1 0 1
3 0 0 1 1 1
4 0 1 0 0 1
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0 1
7 0 1 1 1 1
8 1 0 0 0 1
9 1 0 0 1 1
10 1 0 1 0
11 1 0 1 1 1
12 1 1 0 0 1
13 1 1 0 1 1
14 1 1 1 0 1
15 1 1 1 1
44
Rancangkanlah suatu rangkaian yang mampu membandingkan 2 buah masukan
biner 2 Bit yang mampu memberi sinyal bahwa masukan pertama lebih besar akan
menyalakan lampu hijau (G) atau lebih kecil akan menyalakan lampu merah (R) dari
masukan kedua. Dan bila kedua input sama kedua lampu tidak menyala. Untuk
mewujudkan untai dibuat persamaan :
G = 1 Hanya bila A1A0 > B1B0
R = 1 Hanya bila A1A0 < B1B0
1 1
1 14
1 6 2
15 0
11 7 3 0
9 13 1
8 12 4
0 0
G=1 R=1
Gambar 3.25. Maxterm Komparator 2 Bit
1 1
1 1
1 1 1
0
1 1 1 0
1 1 1
1 1 1
0 0
G=1 R=1
Gambar 3.26. Komparator 2 Bit
Syarat G = 1 dan R = 1 dimasukkan kedalam tabel 3.3 dengan ubahan
A1 , A0 , B1 , B0 kemudian hasil pengamatan yang memenuhi syarat dimasukkan dalam peta
K 4 ubahan dengan perubahan A1 , A0 , B1 , B0
G = M8,9,12,13 + M4,12 + M12,14
R = M2,3.6,7 + M1,3 + M3,11
G = A1 . B1 + A0 . B1 . B0 + A1 . A0 . B0
R = A1 . B1 + A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0
45
Jika persamaan G = A1 . B1 + A0 . B1 . B0 + A1 . A0 . B0 akan direalisasikan hanya
dengan gerbang NOR saja diperlukan ubahan menggunakan hukum deMorgan gerbang
AND menjadi OR sebagai berikut . = + sebagai berikut :
G = A1 . B1 + A0 . B1 . B0 + A1 . A0 . B0
G1 = G digunakan gerbang NOR sebagai pengganti untai G
G1 = A1 + B1 + A0 . B1 + B0 + A1 . A0 + B0
G1 = A1 + B1 + A0 + B1 + B0 + A1 + A0 + B0
G1 = A1 + B1 + A0 + B1 + B0 + A1 + A0 + B0
Gambar 3.27. Untai Komparator 2 Bit Untuk G=1
Nyala led G atau G, keduanya akan nyala bila A1A0 > B1B0 atau padam bila
A1A0 < B1B0
G didesain sesuai gerbang
G' Didesain dari gerbang NOR
B0
B1
A0
A1
5V
0V
5V
5V
G'
G
46
Gambar 3.28. Untai Komparator 2 Bit Untuk R=1
Jika persamaan R = A1 . B1 + A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0 dapat di -bentuk hanya
dengan gerbang NAND saja, maka diperlukan ubahan menggunakan hukum deMorgan
alih gerbang OR menjadi AND sebagai berikut + = .
R = A1 . B1 + A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0
R = R1 digunakan gerbang NAND sebagai pengganti untai R
R1 = A1 . B1 . A1 . A0 . B0 + A0 . B1 . B0
R1 = A1 . B1 . A1 . A0 . B0 . A0 . B1 . B0
Gambar 3.26 komparator 2 bit A1A0 > B1B0 didesain menggunakan gerbang
NOR, sedang gambar 3.27 komparator 2 bit A1A0 < B1B0 didesain menggunakan
gerbang NAND bila menggunakan IC 7400 yang berisi 4 gerbang
NAND rancangan gambar 3.26 memerlukan 3 buah IC7400.
Gambar 3.29. IC 7400
R' didesain dengan gerbang NAND
R didesain sesuai gerbang
B0
B1A0
A1
5V5V
5V
0V
R'
R
47
Selalu menjadi pertanyaan bagi perancang, mengenai kecepatan merespond
sinyal jika diperlukan langkah yang panjang untuk sampai ke output. Sebagai contoh R
dan G. Maka wajar ada keterlambatan penyelesaian jika untai menjadi panjang. Selain
pertimbangan kecepatan respon, perancang juga mempertimbang beban output untai
sebelumnya, terhadap pemberi masukan pada input untai berikutnya kelebihan beban
(over load) akan menjadikan kinerja gerbangnya terganggu. Tetapi pada buku ini tidak
akan membahas keterlambatan respond an over load karena untai yang dibahas terbatas.
SOAL LATIHAN :
1. Apakah nilai bilangan desimal pada peta karnaugh berikut akan berubah jika ubahan
dipertukarkan :
A
B
C 5 7 2 1 A
4 6 3 0
B C
2. Apakah nilai bilangan desimal pada peta karnaugh berikut jika nilai D sebagai MSB
sedang A sebagai LSB :
A MSB
A LSB
C 10 14 6 2
C
11 15 7 3 D
LSB
D
MSB 9 13 5 1
8 12 4 0
B B
3. Isikan nilai bilangan desimal pada peta karnaugh A(MSB) dan D(LSB) posisinya
diubah. Apakah jarak antar sel masih simetris
A A
C 10 14 6 2
C
11 15 7 3 D
D
9 13 5 1
8 12 4 0
B B
48
4. Sederhanakan persamaan dalam peta karnaugh 3 ubahan berikut :
A
A
C 1 1 C 1
1 1 1
B B
A
A
C 1 1 C 1 1
1 1 1 1
B B
A
A
C 1 1 C 1 1 1 1
1 1 1
B B
5. Sederhanakan persamaan dalam peta karnaugh 3 ubahan berikut :
A A
C 1 1
C 1 1
1 1 D
1 1 D
1 1 1 1
1 1 1 1
B B
A A
C 1 1 1
C 1 1 1
1 1 1 D
1 1 1 D
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
B B
49
A A
C 1 1 1 1
C 1 1 1 1
1 1 1 1 D
1 1 1 1 D
1 1 1 1
1 1 1 1
B B
6. Ada berapa sel peta karnaugh 4 ubahan pada persamaan berikut dan buatlah
kesimpulan hasil uji saudara :
a. 1 =
b. 2 = .
c. 3 = ..
d. 4 = ...
e. 5 = . + . + . + . + . + .
7. Buat persamaan Y = A. B. C menggunakan NAND 2 input
8. Buat persamaan Y = A. B. C menggunakan NOR 2 input
9. Buat persamaan Y = A + B + C menggunakan NAND 2 input
10. Buat persamaan Y = A + B + C menggunakan NOR 2 input
11. Masukkan dalam peta karnaugh dan jika mungkin Sederhanakan dan Realisasikan
dengan gerbang NAND
a. Y1 = A B D
b. Y2 = AB + CD C
c. Y3 = A. B + A. B. C D
d. Y4 = A. B. C + A. B. C + AD
e. Y5 = A + BD C
12. Ubahlah untai gambar 3.25 dengan gerbang NAND
13. Ubahlah untai gambar 3.26 dengan gerbang NOR
14. Buatlah desain kontrol pompa air, ketika permukaan tandon air maksimum pompa
air padam, sedang ketika permukaan air kritis pompa air menyala sampai permukaan
air penuh. Gunakan sifat benda pengapung yang dihubungkan dengan sakelar tarik
yang jika menerima beban ON dan gerbang NAND atau NOR.
15. Buatlah tabel kebenaran ketidak samaan dari 012 012 dan realisasikan
dengan gerbang NAND saja atau NOR saja.
50
16. Buatlah tabel kebenaran kesamaan dari 012 = 012 dan realisasikan dengan
gerbang NAND saja atau NOR saja.
17. Nyatakan animasi soal nomor 15 dan 16
18. Ujilah Rangkaian berikut menggunakan
a. Anmasi
b. Persamaan Boole
A3
B3
B2
A1
A2
A0
B0
B1
B1
B0
A0
A2
A1
B2
B3
A3
B1
B0
A0
A2
A1
B2
B3
A3
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
5V
0V
0V
0V
0V
5V
5V
0V
0V
5V
0V
0V
0V
0V
AB
51
BAB 4
ARITMATIKA BOOLE
9. Penjumlah Tanggung (HA) :
Tentu di sekolah dasar telah mengenal cara mengopersikan
penjumlahan dan perkalian angka desimal 8 + 9 = 17 yang dapat dilakukan
dengan cara :
9 A0 +
8
+B0
1
7
C0 0
Tabel 4.1. Penjumlahan Desimal :
No
INPUT OUTPUT Harap Dibaca
A0 + B0 = C0 0 A0 B0 C0 0
1 8 9 1 7 8 + 9 = 17 10
2 6 8 1 4 6 + 8 = 14 10
3 4 5 0 9 4 + 5 = 9 10
52
4 2 6 0 8 2 + 6 = 8 10
Keterangan : indek 10 dibelakang kurung sebagi tanda desimal
Aturan penjumlah tanggung (Half Adder) mengikuti tabel 4.1 dan tabel 4.2
ubahan yang dijumlahkan A0 + B0 dengan penjumlahan hasil C0 0 yang terdiri dari
jumlahan 0 (sum) bawaan keluar C0 (Carry Out) dan yang secara keseluruhan ditulis
C0 0, Besarnya nilai ubahan A0 dan B0 pada tabel 4.1 dapat berharga 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9 tetapi besarnya ubahan bawaan dapat berharga 0 bila 0 < 9 dan akan berharga
1 bila 0 > 9
Tabel 4.2 penjumlahan biner hanya mengenal nilai 1 atau 0, ubahan yang
dijumlahkan A0 + B0 diperoleh hasil C0 0 yang terdiri dari jumlahan 0 (sum) dan
bawaan keluar C0 (Carry Out) dan secara keseluruhan ditulis C0 0, Besarnya nilai
ubahan A0 dan B0 dapat berharga 0 atau 1 Sedang hasil nilai ubahan bawaan C0 dapat
berharga 0 atau 1 hanya bila nilai output jumlahan 0 > 1 atau minimal 0 = 1 + 1
Tabel 4.2. Penjumlahan Tanggung Bilangan Biner :
No
INPUT OUTPUT Keterangan
A0 + B0 = C0 0 A0 B0 C0 0
20 20 21 20 A0 2
0 + B0 20
= 021 + 02
0
0 0 0 0 0 0 + 0 = 00 2
1 0 1 0 1 0 + 1 = 01 2
2 1 0 0 1 1 + 0 = 01 2
3 1 1 1 0 1 + 1 = 10 2
53
Keterangan : indek 2 dibelakang kurung sebagi tanda biner
0 + 0 = 00 2 dibaca 00 = 0 21 + 0 20 2 = 0 10
0 + 1 = 01 2 dibaca 01 = 0 21 + 1 20 2 = 1 10
1 + 0 = 01 2 dibaca 01 = 0 21 + 1 20 2 = 1 10
1 + 1 = 10 2 dibaca 10 = 1 21 + 0 20 2 = 2 10
Berdasarkan tabel kebenaran 4.2 maka persamaan untuk
0 = A0 B0 lihat soal BAB I No 7
0 = A0 . B0 + A0 . B0 0 = A0 . B0 . A0 . B0
C0 = A0 . B0
Bila untai penjumlah tanggung diwujudkan dalam dengan gerbang NAND, maka
0 = A0 B0 harus diubah bentuknya dengan de Morgan (lihat BAB I soal No 1) hingga
untai menjadi seperti gambar 4.1.
Gambar 4.1 Penjumlah Tanggung (HA)
10. Penjumlah Penuh (FA) :
Ao
Bo5V
0V Co
So 0
0
54
Menjumlahkan bilangan desimal 8 + 9 = 17 10 berikut cara menjumlahkan
bilangan desimal 28 + 39 = 67 10 . Angka 6 diperoleh dari penjumlahan 1 + 2 + 3 =
6 10 . Nilai 1 10 berasal dari C0 penjumlahan 8 + 9 = 17 10
Kalau pada penjumlah tanggung hanya menjumlahkan 2 ubahan ialah A0 dan B0
dengan aturan A0 + B0 = C0 0 maka pada penjumlah penuh atau Full Adder (FA)
mampu menjumlah 3 ubahan ialah A1 , B1 dan Ci dengan C0 sebagai hasil penjumlah
tanggung menjadi Ci sebagai masukan bits jumlahan berikutnya sehingga menjadi
bentuk jumlahan A1 + B1 + Ci = C1 1 0
HA C0 menjadi Ci Pada penjumlah penuh (FA) Ci
A0 A1 A0 + B0 + B1 B0
C0 0 C01 1 0
Tabel kebenaran persamaan C1 1 0 untuk penjumlah biner, mempunyai nilai
harap untuk iC sebesar 0 atau 1. Maka jika tabel 4.2 diubah untuk penjumlah penuh
menjadi tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Penjumlahan Penuh Bilangan Biner :
No
INPUT OUTPUT Keterangan
A1 B1 Ci C01 1 A1 + B1 + Ci = C01 1
20 20 20 21 20 A12
0 + B120 + CI2
0
= C0121 + 12
0
0 0 0 0 0 0 + 0 + 0 = 00 2
1 0 0 1 1 0 + 1 + 0 = 01 2
2 0 1 0 1 1 + 0 + 0 = 01 2
3 0 1 1 1 0 1 + 1 + 0 = 10 2
4 1 0 0 1 0 + 0 + 1 = 01 2
55
5 1 0 1 1 0 0 + 1 + 1 = 10 2
6 1 1 0 1 0 1 + 0 + 1 = 10 2
7 1 1 1 1 1 1 + 1 + 1 = 11 2
Berdasarkan tabel 4.3, dapat ditemukan bahwa :
A1
A1
Ci 1 1 Ci 1 1 1
1 1 1
B1 B1
1 C01
Gambar 4.2 Peta Karnaugh FA
1 = CI A1 . B1 + A1 . B1 + CI(A1 . B1 + A1 . B1)
1 = CI A1 B1 + CI(A1 B1)
1 = CI (A1 B1)
C01 = A1 . B1 + Ci(A1 . B1 + A1 . B1)
C01 = A1 . B1 + Ci(A1 B1)
56
Gambar 4.3 Penjumlah Penuh (FA)
Berdasarkan persamaan C01 = A1 . B1 + Ci(A1 B1) dapat dicermati bahwa
A1 . B1 merupakan hasil penjumlah tanggung (HA) pertama dengan input A1 dan B1
dengan hasil C0 = A1 . B1
Sedang Ci(A1 B1) merupakan hasil HA kedua dengan input Ci dan 0 yang
diambil dari HA pertama. SElanjutnya HA kedua mempunyai output sum 1 dan output
bawaan C01 yang merupakan olahan input Ci dan (A1 B1), dengan persamaan
1 = Ci (A1 B1) dan Ci(A1 B1).
Penambahan gerbang OR sebagai penggabung A1 . B1 output bawaan HA
pertama dan Ci(A1 B1) output sum HA kedua, hingga menjadi bentuk C01 = A1 . B1 +
Ci(A1 B1). Maka dapat disimpul kan bahwa FA dapat disusun dari 2 buah HA dan 1
buah gerbang OR.
Bo
Ao
HA2
Ci
So
HA1
Co
HA1
FA
Co
HA2
0V
5V
5V
Co
So
C01
1
57
Berdasarkan hukum pembalikan 2 kali = , maka gambar 4.3 dapat
disederhanakan menjadi gambar 4.4, sedang bentuk blok diagram HA dan FA seperti
disajikan pada gambar 4.5 .
Gambar 4.4. Diagram FA
Gambar 4.5. Diagram IC HA dan FA
11. Untai Penjumlah 2 BIT dan IC 4008 :
HA2
Ci
FA
Ao
Bo
0V
5V
5V
So
Co
1 = Ci (A1 B1)
C01 = A1 . B1 + Ci(A1 B1)
0 = A0 B0
Ci = A0 . B0
58
Gambar 4.6 Untai Penjumlah Penuh 2 Bit
HA Bit 0 Menjumlahkan bit pertama A0 + B0 = C0 . 0 nilai C0 sebesar 1 atau
0, sedang FA Bit 1 menjumlahkan bit kedua dan C0 ialah C0 + A1 + B1 = C01 . 1
Penampilan yang dibaca sebagai hasil dari penjumlahan 2 bit ialah C01 . 1 . 0 yang
masih merupakan kode biner bukan kode desimal, untuk mengubah kode biner ke
desimal diperlukan perangkat IC Binari Code Decimal (BCD) dan penampil desimal ialah
segmen 7.
Gambar 4.7 Untai Penjumlah Penuh 4 Bit
Gambar 4.8 Untai Penjumlah Penuh 8 Bit
BoB1B2B3AoA1A3 A2
Desimal 11Desimal 10 Desimal 21
0V5V 0V5V0V5V 5V5V
CoS3
S2 S1
So
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
B7
B6
B5
B4
B3
B2
B1
B0
A7
A6
A5
A4
A3
A2
A1
A0
Co
S8S7
S6
S5
S4
S3
S1
S0
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
0V
59
1 0 1 1 2 A3 A2 A1 A0
+ 1 0 1 0 2 + B3 B2 B1 B0
1 0 1 0 1 2 C03 3 2 1 0
Fungsi Cin gambar 4.7 digunakan untuk meningkatkan IC menjadi penjumlah 8
bit dengan cara memasukkan nilai C0 IC ke 1 pada Cin IC ke 2, sedang C0 IC ke 2
bermakna sebagai Co 28 seperti gambar 4.8 penjumlah 8 bit.
4. Pengurang Biner :
Bilangan negatif merupakan bilangan degan bobot di bawah nol.
Untuk perhitungan negatif biner tidak dapat dimunculkan dengan cara
tegangan negatif, maka untuk memunculkan negatif biner dilakukan
dengan cara menulis komplemennya (NOT). Misal 610 = 01102 bila
ditulis dapam komplemen maka nilai 1 diganti dengan 0 dan 0 dengan 1,
maka 610 = 1001 notasi c sebagai tanda komplemen biner. Kaidah
untuk pengurangan biner adalah :
Pengurang diubah menjadi komplemenya, kemudian dijumlah -kan dengan
yang dikurangi
Jika pada penjumlahan bit terakhir (MSB), menghasilkan C0 = 1 maka hasil
pengurangan merupakan bilangan positif. Hasil pengurangan merupakan
penjumlahan C0 = 1 dengan bit paling kecil (LSB) hasil penjumlahan
komplemen.
Jika pada penjumlahan komplemen bit terakhir (MSB), menghasilkan C0 = 0
maka hasil pengurangan adalah bilangan negatif. Hasil pengurangan
merupakan komplenen dari hasil penjumlahan komplemen tersebut.
Contoh pengurangan yang menghasilkan bilangan positif 9 5 = +4 10
910 10012 10012 + 510 01012 + 1010C + 410 1 00112 + 12 + 1002
Contoh pengurangan yang menghasilkan bilangan negatif 5 9 = 4 10
510 01012 10012
60
+ 910 10012 + 0110C 410 0 10112 C
01002 Langkah umum untuk mengurangkan bilangan biner 2 bit dengan cara
menjumlahkan adalah :
1.0 2 1.0 2 1 .0 2 + 1 .0 2
Bila
01 = 1 01 1 0 1 0 + C01
Hasil bilangan Positip 1 0
1.0 2 1.0 2 1 .0 2 + 1 .0 2
Bila
C01 = 0 01 1 0 1 0 C
Hasil bilangan negatip 1 0
Pada gambar 4.9 dan 4.10 fungsi relay untuk mengfungsikan ground sehingga
mengaktifkan LED Negatip jika C0 = 0 sehingga IC4008 berfungsi sebagai pengurang
dengan cara menjumlah-kan bilangan biner A3A2A1A0 + B3B2B1B0 yang ber-
output 3. 2. 1 . 0 akan di NOT menjadi 3. 2. 1 . 0 yang terbaca sebaggai
bilangan negatip 3 2 1 0
LED Positip jika C0 = 1 maka IC4008 yang berfungsi sebagai pengurang dengan
cara menjumlahkan bilangan biner A3A2A1A0 B3B2B1B0 , LED output
3 2 1 0 akan
61
Gambar 4.9 Untai Pengurang 14 5 = +9 10
Gambar 4.10 Untai Pengurang 5 14 = 9 10
padam karena tidak dihubungkan dengan ground oleh relay, tetapi akan diolah oleh
adder kedua dalam bentuk penjumlahan
3 2 1 0 + 0000 = 3+ 2+ 1+ 0+ ialah sebagai bentuk bilangan biner
positip.
+
+
+
+
BoB1B2B3
A2A3 A1 Ao
-
-
-
-
Desimal 14
Desimal 5
Desimal -9
POSITIP
Co=1
5V0V 5V0V
5V5V 0V5V
relay
S3
S2
S1
So
4008
A3
A2
A1
A0
B3
B2
B1
B0
CIN
S0
S1
S2
S3
COUT
Co
S3
S2
S1
So
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
+
+
+
+
BoB1B2B3
A2A3 A1 Ao
-
-
-
-
Desimal 14
Desimal 5
Desimal -9
POSITIP
Co=0
5V5V 0V5V
5V0V 5V0V
relay
S3
S2
S1
So
4008
A3
A2
A1
A0
B3
B2
B1
B0
CIN
S0
S1
S2
S3
COUT
Co
S3
S2
S1
So
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
62
5. Penjumlah Dan Pengurang Berbasis 16
Kolom 6 tabel 4.4 dapat diselesaikan menggunakan kaidah
penjumlahan FA dengan input B0 = Ci b0 Maka :
Ci = 0 A
+ b
Ci = 0
jumlahan pada
bit 1 sebagai
HA
A + B
0
910 1001 1001
+1410 1110 B0 = Ci b0 +
1110
+ 2310 Hasil
penjumlahan
biner
10111
Ci = 0 A
+ b
Ci = 0
jumlahan pada
bit 1 sebagai
HA
A + B
0
1410 1110 1110
+910 1001 B0 = Ci b0 +
1001
+ 2310 Hasil
penjumlahan
biner
10111
63
Gambar 4.11 Untai Penjumlah dan Pengurang
Tabel 4.4. Penjumlah dan Pengurang Gambar 4.11
N
o
In
pu
t
Output Jumla
han
K
o
l
o
m
5
-
1
6
A b Ci= 0
Ci= 1
A+ b
A b
(
1
)
(
2
)
(
3
)
(
4
)
(
5
)
(
6
)
(
7
)
(
8
)
1 9 1
4
2
3
1
1
2
3 -5 11-16
2 1
4
9 2
3
2
1
2
3
+
5
2
1
-
1
6
3 7 1
5
2
2
8 2
2
-
8
8
-
1
21
48
16
A2A3 A1 Ao Cibob1b2b35V5V 0V5V0V5V 5V0V 0V
CoS3
S2 S1
So
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
64
6
4 1
5
7 2
2
2
4
2
2
+
8
2
4
-
1
6
5 6 1
0
1
6
1
2
1
6
-
4
1
2
-
1
6
6 1
0
6 1
6
2
0
1
6
+
4
2
0
-
1
6
Kolom 8 tabel 4.4 dapat diselesaikan menggunakan kaidah
penjumlahan FA dengan input A0 dan B0 = Ci b0. Kemudian hasilnya
dihitung menggunakan kaidah mengurangkan menggunakan penjumlahan
komplemen 16 C ialah 1000 2 menjadi bentuk komplemen 00001 C
Ci = 1 A
+ b
Ci = 1
jumlahan pada
bit 1 sebagai
FA
A + B
1
910 1001 1001
1410 1110 B0 = Ci b0 +0001
510 01011
Complemen 16 01111
Hasil = 0 011010
Komplemen
Hasil bilangan
-5
-
00101
Ci = 1 A
+ b
Ci = 1
jumlahan pada
bit 1 sebagai
FA
A + B
1
1410 1110 1110
65
910 1001 B0 = Ci b0 +0110
+ 510 10101
Complemen 16 01111
Hasil = 1 100100
Pindahkan
1dan
jumlahkan
bilangan +5
1
+101
Kesimpulan :
Rangkaian gambar 4.11
a. Ketika Ci = 0 berlaku sebagai rangkaian penjumlah biner.
b. Ketika Ci = 1 berlaku sebagai pengurang biner tetapi nilai output biner dibaca
secara desimal kemudian dikurangi 16 10
6. Perkalian Biner :
Langkah untuk menghitung suatu hasil perkalian 2 bilangan dapat dilakukan
degan cara sebagai berikut :
Perkalian Perkalian Biner
23410 2 1 0
5610 1 0
1.40410 20 10 00
+ 1.17010 + 21 11 01
13.10410 3 3 2 1 00
Untuk mewujudkan untai perkalian 3 bit x 2 bit bilangan biner 210
10 = 3 3 2 1 00 menggunakan gerbang AND dan untai penjumlah,
dengan penjelasan sebagai berikut :
6 buah gerbang AND untuk menghitung perkalian :
66
210 0 = 20 10 00
210 0 = 21 11 01
1 buah gerbang HAuntuk menghitung penjumlahan
10 + 01 = 1 1
1 buah gerbang FA untuk menghitung penjumlahan
20 + 11 + 1 = 2 2
1 buah gerbang HAuntuk menghitung penjumlahan
A2B0 + CO2 = CO3 3
Hasil penampilan diwujudkan dengan nyala atau padamnya 5 display
3 3 ( 2)( 1) 00 sebagai bentuk LSB bilangan biner 00 dan
seterusnya hingga MSB display CO3
Gambar 4.12 Untai Perkalian Biner 3 x 2 Bit
7. Seven Segment
A2B1
A0B1
A1B1
A2B0
A1B0
A0B0
B0B1
A2 A1Ao
3
Desimal 21
Desimal 7x3
5V 5V
5V 5V5V
Co S3 S2 S1 So
4008A3A2A1A0B3B2B1B0CIN
S0S1S2S3
COUT
3 3 2 1 00
67
Seven segmen mempunyai input biner (abcdefg) 7 bit LED yang disusun dalam
bentuk angka 8 desimal bila semua LED nyala. Bila LED ke 7 ialah (g) padam akan
membentuk angka 0 desimal, urutan susunan dimulai dari atas (a) berputar searah
jarum jam menuju (f) dan (g) pembentuk angka 8.
Gambar 4.12 LED 7 segment disusun sedemikian ada yang menggunakan pola
ground bersama atau positip bersama sebagai komplemennya. Misal angka desimal 3
dibentuk jika hanya LED (e) dan (f) padam pada sistem ground bersama, maka akan
membentuk angka desimal 1 disebabkan LED (e) dan (f) nyala pada susunan positip
bersama. Tetapi jika LED (e) dan (f) nyala pada susunan ground bersama, maka (e) dan
(f) padam pada susunan positip bersama, sehingga membentuk angka 3 desimal.
Gambar 4.13 IC Segmen 7
Karena kebiasaan, orang akan susuh membaca angka biner dibandingkan
membaca angka decimal, maka disusun IC alih kode biner kedesimal yang disebut
dengan Biranry Code Desimal (BCD) yang berimput 4 bit ialah 3210 diubah
menjadi ber output 7 bit sebagai peggerak angka decimal 010 sampai 910 .
ab
cd
e
fg
h 87654321
1
8
7
6
54
3
2
1
87654321
abcdefg.
V+
abcdefg.
Gnd
ab
cd
e
fg
h 87654321
1
8
7
6
54
3
2
1
87654321
abcdefg.
V+
abcdefg.
Gnd
68
Tabel 4.5 adalah tabel kebenaran nyala LED untuk membentuk bilangan desimal.
LED berlogika 1 akan menyala membentuk sinyal angka desimal.
Misal gambar 4.14 angka desimal (9)10 dipresentasikan oleh LED (a-c-d-f-g) yang
menyala karena kendali input BCD ialah 3210 berlogika biner (1001)2. Sedang
angka desimal (8)10 dipresentasikan oleh LED (a-c-d-e-f-g) yang menyala karena kendali
input BCD ialah 3210 berlogika biner (1000)2.
Gambar 4.14 IC BCD
Tabel 4.5 Nyala LED Segmen 7
DISP
LAY
INPUT / OUTPUT IC 74LS47
INPUT BINER NYALA LED SEGMEN 7
3 2 1 0 a b c D e f g
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0
2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
3 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1
MSB LSB MSB LSB MSB LSB0V
0V0V
0V0V
0V0V
5V5V
0V0V
5V
abcdefg.
V+
74LS47
A3
A2
A1
A0
test
RBI
g f e d c b a
RBO
abcdefg.
V+
74LS47
A3
A2
A1
A0
test
RBI
g f e d c b a
RBO
abcdefg.
V+
74LS47
A3
A2
A1
A0
test
RBI
g f e d c b a
RBO
69
4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1
6 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
7 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
8 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
9 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1
Beragam nyala LED ditentukan oleh desain angka, gambar 4.14 menunjukkan 2
model angka (6)10 dan (9)10 yang berbeda yang ditampilkan oleh IC 7447 dan IC 7446.
Saat ini model penampilan angka desimal lebih lembut tidak patah-patah.
Tabel 4.5 model penampilan angka desimal IC 7446, maka untuk menentukan
tabel kebenaran IC 7446 hanya mengubah nyala LED a dan d saja sepeti tabel 4.6.
Tabel 4.6 Tbel Kebenaran IC 4546
DISP
LAY
INPUT / OUTPUT IC 74LS46
INPUT BINER NYALA LED SEGMEN 7
3 2 1 0 a b c d e f g
6 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
9 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
Gambar 4.15 Model penampilan Angka Desimal
70
8. Mengubah Kode Desimal ke Biner
Tabel 4.7 Pengubah Desimal Ke Biner
INPUT
DESIMAL
OUTPUT BINER
23 22 21 20
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
71
Gambar 4.16 Mengubah Desimal ke Biner
Berdasarkan tabel 4.7 maka penampil biner berupa gerbang NAND yang
mempunyai watak sebagi berikut :
Output gerbang NAND 20 berinput desimal 1, 3, 5, 7 dan 9
Output gerbang NAND 21 berinput desimal 2, 3, 6, 7
Output gerbang NAND 22 berinput desimal 4, 5, 6, 7
Output gerbang NAND 23 berinput desimal 8, 9
Gambar 4.16 contoh mengubah bilangan desimal 5 10 menjadi bilangan biner
0101 2
DCBA
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 0V
0V
0V
0V
5V
0V
0V
0V
0V
0V
841 2
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
abcdefg.
Gnd
72
SOAL LATIHAN :
1. Buatlah untai HA dengan gerbang NOR
2. Buatlah untai FA dengan gerbang NOR
3. Jumlahkan secara biner bilangan desimal berikut:
a. 8 + 6 = d. 12 + 13 =
b. 7 + 4 = e. 15 + 12 =
c. 9 + 5 = f. 14 + 13 =
4. Kurangkan secara biner desimal berikut :
a. 9 3 = d. 3 12 =
b. 7 4 = e. 4 14 =
c. 7 6 = f. 7 13 =
5. Bilangan decimal 610 dapat ditulis 410 huruf c sebagai simbul komplemen 10.
Gunakan logika pengurangan se cara penjumlahan bilangan decimal soal nomor 4.
6. Kalikan secara biner desimal berikut:
a. 9 x 3 = d. 3 x 12 =
b. 7 x 4 = e. 4 x 14 =
c. 7 x 6 = f. 7 x 13 =
7. Berapa jumlah FA yang diperlukan untuk menghitung bilangan biner : 1011 + 0011 =
1111
8. Berapa jumlah FA pada IC 74LS83A ? Jelaskan!
9. Perhatikan penjumlahan berikut:
a. Berapa hasil penjumlahan 101 + 111 + 1101 =
10. Dapatkah untai penjumlahan 101 + 111 + 1101 dirakit dengan 3 buah IC 74LS83A
cMungkinkah membuat untai pengurang 4 bit dengan IC 74LS83A dan gerbang
NAND secukupnya? Jelaskan desainnya.
11. Mungkinkah membuat untai perkalian 3 bit x 2 bit dengan gerbang NAND
secukupnya dan IC 74LS83A? Jelaskan desainnya
12. Mungkinkah membuat rangkaian perkalian 2 bit x 1 bit hanya dengan FA saja ?
73
BAB 5
PENCACAH SINKRON
9. Pendahuluan
Pencacah adalah sekelompok flip-flop yang disusun sedemikian untuk
menunjukkan cacah pulsa total yang diumpankan pada input atau sebuah register yang
mampu menghitung jumlah pulsa detak yang masuk
Recommended