EFEKTIVITAS PENYALURAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA BEKASI
DALAM PENINGKATAN PENDIDIKAN MELALUI PROGRAM
BEKASI CERDAS
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
DINI FAKHRIAH
NIM : 1112046300014
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
iv
ABSTRAK
DINI FAKHRIAH, NIM 1112046300014, “Efektivitas Penyaluran Dana Zakat Di Baznas Kota Bekasi Dalam Peningkatan Pendidikan Melalui Program Bekasi Cerdas”, Skripsi. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1437H/2016M. Jumlah halaman 75. Isi :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui penyaluran dana
Zakat yang ada di BAZNAS Kota Bekasi dan efektivitas penyaluran dana Zakat pada program Bekasi Cerdas di BAZNAS Kota Bekasi.
Penelitian yang dilakukan deskriptif kualitatif, karena metode ini menurut penulis
cocok dan relevan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini data-data yang digunakan ialah data kualitatif yaitu yang bersumber dari data primer dan sekunder yang kemudian diformulasikan dan diinterprestasikan sehingga tersusun menjadi satu.
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumenatsi dan
studi pustaka. Kesemua instrument tersebut saling menunjang dan melengkapi sehingga diperoleh data yang lengkap dan akurat.
Hasil penelitian didapatkan bahwa BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan dana
zakatnya dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan laporan keuangan yang transparan dan merata, serta mendistribusikannya secara terarah dan merata dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan. Efektifitas penyaluran dana zakat BAZNAS Kota Bekasi kurang efektif. Karena di BAZNAS Kota Bekasi penyaluran dana tersebut setiap tahunnya mengalami penurunan
Saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca adalah diharapkan BAZNAS
Kota Bekasi melalui program Bekasi Cerdas jika menyalurkan dana untuk program beasiswa seharusnya dananya lebih dipantau sampai proses penyalurannya selesai dan tidak hanya diperuntukan siswa MI, MTS dan MA saja, tetapi juga sampai Perguruan Tinggi serta BAZNAS Kota Bekasi harus mempunyai Tim Audit Independen.
Pembimbing : Dr. H. Sumuran Harahap, S.H, M.Ag, M.M, M.H. M.Si.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas petunjuk,
rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah pada
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi
Muhammad Saw, beserta segenap keluarga, sahabat dan seluruh umatnya, yang Insya
Allah kita termasuk di dalamnya. Dan didorong oleh semangat itu penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Penyaluran Dana Zakat Di
Baznas Kota Bekasi Dalam Peningkatan Pendidikan Melalui Program Bekasi
Cerdas”.
Selanjutnya, penulis pun menyadari bahwa selesainya Skripsi ini banyak dibantu
dan dikung oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis juga
ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Asep Saepuddin Jahar, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Dr.
Abdurrauf, Lc, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, MM, M.H., M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk
memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, serta motivasi kepada penulis dalam
membantu menyelesaikan Skripsi ini.
vi
4. Bapak Dr.A. Juaini Syukri, Lc. MA selaku dosen penguji I dan Bapak Dr. Alimin
Mesra, M.Ag selaku dosen penguji II yang telah menguji dan memberikan arahan
dan motivasi sehingga terselesaikannya Skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abd Azis Hasibuan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
pengetahuan dan bantuannya kepada penulis. Serta para pengurus perpustakaan
yang senantiasa memberikan pelayanan kepada para mahasiswa.
7. Kedua orang tuaku Bapak Drs.Basri Sanusi, MM, BKP dan Ibu Siti Maimunah
yang tiada henti-hentinya selalu memberikan dukungan, baik berupa moril maupun
materil dan selalu memberikan kasih sayangnya serta selalu mendoakan penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
8. Kepala Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi yang telah
memberikan izin penelitian kepada peneliti serta Bapak Aiz, Bapak Ismail, Bapak
Nurhakim, Bapak Nurrohim selaku wakil BAZNAS Kota Bekasi dan Bapak
Ayatullah, Bapak Rizki, Bapak Syambuzi, Bapak Syamsul, Bapak Suherman dan
Ka Melan selaku staff Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi yang
telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan arahan informasi, dan
dukungan dalam penyusunan Skripsi ini.
9. Keluarga Besar Ustad H. Ahmad, H. Dumroh yang telah memberikan dukungan
dan doanya.
10. Azka Zuhdiyah S.Farm, Faiz Fadlan Azizi, Ibnu Faqih, Abidzar Al-Ghifari, Reikza
Lazuardi, Sahla Kamila, Najma Syukriah, Iklima Syukriah, Muhammad Hifdzi,
Rif’ah Bilqis Ahsana, Amira Dzuka Ahsana, dan Syahdan Muhammad Kahfi,
vii
saudaraku yang paling menghidupkan semangatku kembali ketika kejenuhan
menghampiriku.
11. Keluarga besar manajemen ZISWAF 2012 (Evi Nurhayati, Hari Nurapdiansyah,
Awal Ramadhan, Dedi Setiawan, Fitriwati, Dewi Soimah, Andi Nursamha Fitriah,
Azmi Husaeni, Rizki Gustiansyah, Ekomah, Hilma Wildayani, Dini Fakhriah,
Maesaroh, Unun Sutia, Murtafiah, Bintang Mikail Subuh, Riyantama Wiradifa,
Muhammad Syarif, Faris Qasmal Hakim, Imron Prasetyo, Anggun Sukmawati)
yang banyak membantu dan memberikan masukan, saran, kritik kepada penulis
dalam penyusunan Skripsi ini.
12. Sahabatku Resti Hartati Suguarti yang menemani, memberikan waktunya selama
saya mengikuti studi di UIN Jakarta dan turut membantu memberikan tawa,
semangat dan candanya ketika kejenuhan menghampiri.
13. Teman-teman KKN AKSARA 2015. Terima kasih telah memberikan dukungan dan
semangatnya kepada penulis. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang
berguna bagi nusa, bangsa, maupun agama.
14. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu-persatu, terimakasih
atas motivasi, dukungan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa serta rasa
syukur yang telah membuat satu persatu impian penulis terwujud. Penulis sangat
sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam Skripsi ini, karena penulis bukanlah
makhluk yang sempurna. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
bagi para pembaca.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …….………………………………… 1
B. Pembatasan Masalah ……….………………………………… 7
C. Perumusan Masalah …….…..………………………………… 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………..…… 8
E. Kerangka Teori ………………………..……………………… 9
F. Review Kajian Terdahulu …………………………………….. 11
G. Metode Penelitian ……………………………………………. 13
H. Sistematika Penulisan ……….………………………………... 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Tentang Efektifitas .......................................................... 17
1. Pengertian Efektifitas Menurut Para Ahli ………………. 17
2. Indikator Efektifitas ……………………………………… 18
3. Mekanisme Efektifitas …………………………………… 20
B. Konsep Zakat dan Penyaluran (Pendistribusian) …………….. 21
ix
1. Model Pendistribusian (Penyaluran) ………..…………….. 21
2. Penyaluran (Pendistribusian) Zakat ………………………. 23
3. Definisi Zakat …………………………………………….. 27
4. Landasan Hukum Zakat ………………………………….. 27
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Profil Singkat BAZNAS Kota Bekasi ....................................... 46
B. Visi dan Misi Lembaga ............................................................ 49
C. Program dan Kegiatan Lembaga ............................................... 50
D. Tujuan dan Fungsi BAZNAS Kota Bekasi ................................ 51
E. Hubungan Organisasi dengan Lingkungan ................................. 53
F. Kerjasama dan Jaringan Lembaga .............................................. 53
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penyaluran Zakat di BAZNAS Kota Bekasi ........................... 56
B. Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Upaya Paningkatan Pendidikan 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 67
B. Saran ............................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat dan pendidikan adalah dua unsur yang terkait satu sama lainnya.
Zakat merupakan investasi bagi para Muzzaki karena zakat secara bahasa
berarti suci, tumbuh, bersih dan baik.1 Sedangkan pendidikan adalah investasi
pengetahuan untuk masa depan. Zakat merupakan stimulus guna
membangkitkan motivasi untuk mengembangkan potensi, karya dan
produktivitas ekonomi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Harus diyakini bahwa para Mustahik pun memiliki potensi dan
kontribusi terhadap kehidupan masyarakat yang selama ini dihargai sangat
rendah oleh masyarakat.2
Perintah berzakat mengandung dua dimensi, yaitu vertikal kepada sang
khalik sebagai bukti kepatuhan menjalankan perintah-Nya, disamping bersifat
horizontal sesama manusia.3 Bila zakat dapat diimplementasikan secara
optimal, ia memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan
masyarakat cerdas, adil dan makmur. Zakat untuk pendidikan bukanlah hal
yang baru, sudah banyak organisasi pengelola zakat mengaktualisasikan
program-programnya dalam dunia pendidikan.
1 Abdul Aziz Dahlan.,(et al.), Zakat Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve 1996), h. 1985
2 Didin Hafhifuddin.,(ett.al.),Problematika Zakat Kontemporer : Arikulasi Proses Sosial Politik Bangsa, (Jakarta : Forum Zakat, 2003), h.95
3 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1998), h. 90
1
2
Pendidikan adalah hak seluruh warga masyarakat, mulai lapisan paling
bawah, masyarakat menengah keatas dengan kondisi sosial ekonomi yang
mendukung, tentunya tidak akan mengalami kesulitan untuk menjangkau
pendidikan sampai tingkat atas, namun tidak demikian halnya dengan
masyarkat menengah kebawah, untuk inilah perlu adanya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan.4Banyak dari masyarakat yang lemah
tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena biaya
pendidikan yang mahal.5
Dalam peranannya fungsi pendidikan sesuatu hal yang penting dalam
kehidupan manusia, ini berarti bahwa setiap individu berhak mendapat dan
berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan yang selalu dikaitkan
dengan peningkatan sumber daya manusia.
Zakat merupakan realisasi kepedulian sosial, yang akan mencegah atau
minimal mengurangi terjadinya penumpukan dan perputaran harta di kalangan
orang-orang yang kelebihan harta dengan orang yang kekurangan harta. Zakat
termasuk kedalam ibadah sosial yang diperintahkan Islam apabila telah
memenuhi syarat nisab dan haulnya untuk diberikan sesama manusia dalam
bermasyarakat.6 Maka dari itu penyaluran dalam program pendidikan untuk
orang miskin sangatlah penting agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
cerdas, bermoral, pandai dan berkarakter lewat zakat.
4 IMZ, Zakat dan Empeweing, Jurnal Pemikiran dan Gagasan , 2009, h. 68 5 Beni Sarbeni, Panduan Zakar Al-Quran dan Sunnah, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2005),
h. 25 6 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung : Mizan, 2000), h. 244
3
Dalam menyalurkan harta bagi orang yang mampu kepada orang yang
membutuhkan, dalam Islam ada beberapa istilah yaitu zakat, infak, dan
shodaqah. Kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan kewajiban seorang
muslim yang berfungsi membersihkan harta yang dimiliki serta merupakan
sarana yang dipersiapkan oleh syariat untuk menguatkan ukhuwah, sekaligus
sebagai sarana menciptakan keamanan sosial. Salah satu kegiatan langsung
berhubungan dengan Mustahiq mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menciptakan faedah adalah penyaluran dana zakat. Setiap jenis dana memiliki
karakteristik sumber dana yang harus dipenuhi pengelola zakat.7
Secara subtantif, zakat secara bahasa berarti suci, berkembang, berkah,
tumbuh, bersih dan baik.8 Infak berarti mendermakan atau memberikan rizki
(karunia Allah) atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan
ikhlas Allah semata.9 Dan sedekah berarti memberikan atau mendermakan
sesuatu kepada orang lain.10 Menurut Mustaq, zakat adalah sumber utama kas
Negara dan sekaligus merupakan soko guru dari kehidupan ekonomi
sebagaimana dicanangkan Al-Qur’an.Zakat dapat menghapuskan kesenjangan
sosial11 dan zakat sebagian mekanisme agama yang berintikan semangat
pemerataan pendapatan.12 Oleh karena itu perlu dikembangkan adanya sistem
7 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha,(Jakarta : CED, 2005) h. 20 8Abdul azis dahlan..(et al.)”zakat” Ensiklopedei Hukum Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve 1996), h. 1985 9Cholid Fadhullah, Mengenal Hukum Islam dan Pengalamannya di DKI Jakarta, (Jakarta :
BAZIS DKI Jakarta, 1993), h. 5 10Cholid Fadhullah, Mengenal Hukum Islam dan Pengalamannya di DKI Jakarta, h. 7 11 Mohammad Ridwan, Menejemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta : UII Press),
2005. Cet 2, h. 190 12 Muhammad Nejatullah Siddiq, Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Penelitian Kepustakaan
Masa Kini, (Jakarta: LPPW), h. 134
4
penyaluran zakat, agar proses penyaluran dana zakat kepada Mustahiq yang
berjalan lancar dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Ditinjau dari segi fiqh, idealnya penghimpunan dan penyaluran zakat
dilakukan oleh pemerintah yang mewakili oleh para Amilnya, sebagaimana
pemungutan pajak sekarang ini yang pemungutannya bersifat memaksa.
Pengeloaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual
dari para Muzzaki diserahkan kepada Mustahiq, tetapi dilaksanakan oleh
sebuah lembaga yang khusus manangani zakat, yang memenuhi persyaratan
tertentu yang disebut Amil zakat. Kemudian Amil zakat inilah yang bertugas
untuk mensosialisasikann kepada masyarakat, melakukan penghimpunan dan
penyaluran zakat dengan tepat dan benar.
Semestinya zakat dapat terdistribusi secara efektif dengan indikator
adanya sasaran dan penggunaan yang tepat oleh Mustahiq. Namun
kenyataannya berdasarkan informasi awal yang diperoleh oleh peneliti bahwa
penyaluran zakat yang di lakukan Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bekasi
memiliki cara sendiri dalam pengumpulan dan penyaluran dana zakat. Dalam
penyaluran dana zakat, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi
memiliki beberapa program salah satunya adalah program Bekasi Cerdas.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi yang
beralamatkan di Jl. Jendral Ahmad Yani No. 11 Kec. Bekasi Selatan, Kota
Bekasi 17141 ini menargetkan pendirian Unit Pengumpulan Zakat di 10 Titik
5
yang berfungsi sebagai gerai untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat
sepanjang tahun 2012.13
“Hingga saat ini baru ada tiga Unit Pengelola Zakat (UPZ) yang
dibentuk masing-masing di Rumah Makan Marga Jaya, Restoran Pondok
Indah Raya dan Mall Metropolitan”.
Kepala Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi
menyatakan bahwa, keberadaan Unit Pengelola Zakat (UPZ) ini akan
memudahkan masyarakat untuk menyalurkan zakat bagi warga Kota Bekasi
yang membutuhkan. Masyarakat cukup menelepon dan pihak BAZNAS akan
menjemput zakat yang akan diberikan. Karena Unit Pengelola Zakat (UPZ)
merupakan program untuk mewujudkan Kota Bekasi yang berdaya, cerdas,
sehat dan ikhlas dapat berjalan maksimal demi kemaslahatan umat.14
Program pemberdayaan BAZNAS Kota Bekasi diawal tahun 2012,
diantaranya dilakukan dalam bentuk kegiatan beastudi. Sedikitnya tercatat
3.500 siswa siswi madrasah yang tersebar di Kota Bekasi melalui beberapa
simpul pendidikan yang berada Madrasah Diniyah, Tsnawiyah dan Aliyah. Ini
merupakan salah satu dari ikhtiar dari program BAZNAS Kota Bekasi yang
bertajuk Bekasi Cerdas, yakni pendayagunaan dana zakat, infak dan shodaqah
untuk kegiatan pendidikan.15
13http://antarabogor.com/berita/2476/bazda-bekasi-targetkan-pendirian-10-upz pada tanggal 15 januari 2016 pukul 08:38
14http://jakartaplaces.com/lokasi/badan-amil-zakat-daerah-bazda-kota-bekasi/ pada tanggal 15 januari 2016 pukul 09.10
15http://www.google.co.id/search?q=program+bekasi+cerdas+BAZ+Kota+Bekasi&noj=1&ei=CEqYVvO_KIKWuASXzJHQDA&start=10&sa=N&biw=1366&bih=629 pada tanggal 15 Januari 2016 Pukul 09.00
6
Pendidikan tidak lepas dari peranan pemerintah dan swasta.
Penyelenggaraan pendidikan adalah kewajiban pemerintah dalam amanat
UUD 1945 yakni tiap-tiap warga Negara berhak mendapakan pengajaran dan
setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.16 Pendistribusian zakat untuk pendidikan lebih diutamakan
pendistribusiannya untuk golongan Fisabilillah.17
Kondisi yang tidak memungkin karena banyak faktor, anak-anak usia
berkembang seharusnya mendapatkan pendidikan yang baik, pendidikan
merupakan hak dasar setiap manusia. Pendidikan juga menentukan tingginya
peradaban manusia. Hanya saja keterbatasan ekonomi memang menjadi alasan
sehingga angka putus sekolah terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu
BAZNAS Kota Bekasi mengeluarkan program bekasi cerdas, sebuah program
beasiswa untuk siswa yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan dari
tingkat SD/MI sampai SLTA/MA.
Dari penyataan diatas penulis melihat bahwa BAZNAS Kota Bekasi
memiliki peranan penting dalam mengelola dana zakat sehingga dapat
membantu kesejahteraan masyarakat khususnya bidang pendidikan dan karena
keberhasilan dalam pengelolaan ini juga sehingga tertarik untuk menulis
Skripsi ini dengan judul “EFEKTIVITAS PENYALURAN DANA ZAKAT
DI BAZNAS KOTA BEKASI DALAM PENINGKATAN PENDIDIKAN
MELALUI PROGRAM BEKASI CERDAS”
16UUD 45 Pasal 31 Aayat 1 17Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Kajian Kritis Pendayagunaan Zakat, (Semarang:
Dimas, 1983), h. 50
7
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus,
dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis
memfokuskan kepada pembahasan atas permasalahan pokok sebagai berikut :
a. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi adalah lembaga
Amil Zakat yang menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infak,
shaqadah yang dikelola oleh Pemda Kota Bekasi yang terletak di jalan
Ahmad Yani No.22 Komplek Islamic Center Bekasi.
b. Efektifitas dalam Skripsi ini menyatakan seberapa jauh target (kualitas,
kuantitas dan waktu) telah tercapai.
c. Penyaluran dibatasi pada proses pembagian dana zakat kepada beberapa
orang atau ke beberapa tempat untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya
d. Tingkatan Pendidikan dalam program Bekasi Cerdas ini dibatasi pada
tingkat MI, MTS, dan MA
e. Bekasi cerdas adalah program yang ada di BAZNAS Kota Bekasi untuk
mewujudkan Kota Bekasi yang berdaya, cerdas, sehat dan ikhlas dapat
berjalan maksimal demi kemaslahatan umat yang sesuai sesuai visi dan
misi di Kota Bekasi.
f. Data yang diteliti dibatasi pada tahun 2013-2015 karena setelah
dibentuknya Program Bekasi Cerdas
8
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian Skripsi sebagai berikut :
1. Bagaimana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi dalam
menyalurkan dana zakat tersebut?
2. Bagaimana efektivitas penyaluran dana zakat pada program Bekasi Cerdas
pada tahun 2013-2015 di BAZNAS Kota Bekasi ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penulisan Skripsi ini :
a. Untuk mengetahui penyaluran dana Zakat yang ada di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi
b. Untuk menngetahui efektivitas penyaluran dana Zakat pada program
Bekasi Cerdas di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bekasi
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
daya guna bagi pihak-pihak terkait yakni sebagai berikut :
a. Bagi Akademisi
Menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas demi
meningkatkan kompetensi diri, kecerdasan intelektual dan emosional dan
mengetahui atau menjelaskan ekonomi syariah khususnya tentang zakat
serta menambah wawasan tentang bentuk-bentuk penyaluran dana zakat
yang di laksanakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
Bekasi
9
b. Bagi BAZNAS Kota Bekasi
Sebagai sumbangan pemikiran serta motivasi kepada BAZNAS
dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat dan juga dapat
menjadi rujukan dan perbandingan untuk menerapkan bentuk-bentuk dan
strategi penyaluran zakat yang efektif.
c. Bagi Masyarakat.
Agar masyarakat lebih memahami tentang pola penyaluran dana
zakat yang dijalankan oleh BAZNAS Kota Bekasi pada program Bekasi
Cerdas.
E. Kerangka Teori
Zakat pada dasarnya merupakan konsep Islam dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan sosial yang merata melalui penyaluran harta
orang kaya kepada orang miskin, penyalurannya bisa dilakukan secara
langsung maupun lewat perantara. Dimana perantara disini ialah pengelolaan
lembaga zakat yang menghimpun dana zakat dan mendayagunakannya sesuai
dengan syariat Islam.
Fungsi dan tugas organisasi zakat adalah mengelola zakat. Umumnya
organisasi zakat langsung terjun ke masyarakat berkampanye tentang zakat.
Cara seperti ini mengabaikan satu hal penting, yaitu terpisahnya perencanaan
di tubuh internal organisasi zakat yaitu rancang bangun organisasi. Mereka
10
tidak sadar bahwa rancang bangun sosok organisasi zakat merupakan induk
kegiatan pengelolaan zakat.18
Sesungguhnya maju atau tidaknya lembaga zakat terletak pada
kreatifitas divisi pendayagunaan. Boleh saja lembaga zakat memiliki struktur
yang lengkap, dan bahkan bisa saja lembaga zakat tiba-tiba memiliki dana
yang besar karena mendapat kepercayaan dari beberapa perusahaan besar.
Tetapi pada akhirnya kembali juga pada kreativitas program pendayagunaan
apa yang bisa dikembangkan untuk Mustahik. Sesungguhnya program
pemberdayaan Mustahik merupakan inti dari penghimpunan dana. Dari
program ini masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana performance
lembaga zakat. Program pengelolaan zakat terpaku pada yang sifatnya charity
murni. Program yang bersifat sosial ini, dicirikan dengan kegiatan yang
dikelola secara kepanitian dalam waktu singkat dan berhenti setelah program
itu dilaksanakan. Prinsipnya usai kegiatan usai pula programnya. Maka dari
itu dalam pendayagunaan ada beberapa kegiatan yang bersifat produktif dan
dapat dikembangkan yaitu dalam pengembangan ekonomi seperti penyaluran
modal, pembentukan lembaga keuangan, peningkatan usaha dan masih banyak
lagi kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dalam pengembangan ekonomi.
Kemudian kegiatan dalam pembinaan SDM seperti beastudi (beasiswa).
18 Eri Sudewo, Menejemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat: IMZ,2004), Cet 1, h. 100
11
F. Review Kajian Terdahulu
Dari hasil pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap
beberapa sumber kepustakaan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas
dalam penulisan Skripsi ini, penulis menemukan beberapa literatur yang
membahas tentang pemberdayaan masyarakat, di antaranya:
Ringkasan Review Studi Terdahulu
No. Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Keterangan dan
Isi Penelitian Perbedaan
1. Fitrotul Fuziah,
“Efektifitas
Penggunaan
Mobile Banking
Dalam
Menghimpun Dana
ZIS Pada Dompet
Duafa” Skripsi
mahasiswa fakultas
Syariah dan Hukum
tahun 2012
Skripsi ini membahas
tentang penggunaan
mobile banking yang
secara mendalam
menghimpun dana zis
berdasarkan laporan
penerimaan donasi via
sms mobile banking
mandiri serta analisa
pola pelaksanaan
kelebihan dan
kekurangan mobile
banking di dompet
duafa
Skripsi ini
membahas efektifitas
penyaluran dana ZIS
pada program Bekasi
Cerdas pada tingkat
sekolah dasar di
badan Amil zakat
Kota Bekasi
12
No. Nama Peneliti,
Judul Penelitian
Keterangan dan
Isi Penelitian Perbedaan
2. Muhammad
Bukhori,
“Efektifitas
Penyaluran Dana
Beasiswa Etos di
Dompet Duafa
Republika”Skripsi
mahasiswa Fakultas
Dakwah dan
Komunikasi Jurusan
Menejemen Dakwah
pada tahun 2011
Skripsi ini membahas
penyaluran dana
beasiswa etos yang
diprioritaskan untuk
kaum dhuafa pada
tingkat sekolah
menengah keatas
sampai perguruan tinggi
.
Skripsi ini
membahas efektifitas
penyaluran dana ZIS
pada program bekasi
cerdas pada tingkat
sekolah dasar di
Badan Amil Zakat
Kota Bekasi
3. Hendra Maulana, “
Analisa Distribusi
Zakat Dalam
Meningkatkan
Kesejahteraan
Mustahik” Skripsi
mahasiswa Fakultas
Syariah dan Hukum
pada tahun 2008
Skripsi ini membahas
tentang penyaluran
dana zakat kepada para
Mustahik dalam
meningkatkan
kesejahteraan para
Mustahik
Skripsi ini
membahas efektifitas
penyaluran dana
ZIS pada program
Bekasi cerdas di
Badan Amil Zakat
Kota Bekasi
13
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini
merupakan riset lapangan ( field research)19
Dalam penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kualitatif
dengan jenis data metode deskriptif, yaitu metode yang memandu peneliti
untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam.20 Penelitian deskriptif yaitu mencatat
secara teliti segala gejala-gejala yang dilihat dan didengar dan dibacanya
(via wawancara, foto, video, dokumen pribadi, brosur dan lain-lain) dan
peneliti juga membanding-bandingkan mengkombinasikan dan menarik
kesimpulan.21
Selain itu, peneliti juga merupakan penelitian kepustakaan. Penulis
akan mendapatkan data dari literature berupa buku-buku, makalah, artikel
dan tulisan-tulisan lainnya yang menyangkut tentang lembaga pokok
bahasan dalam Skripsi ini.
19Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : pustaka pelajar offset, 1998), h. 11 20Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,(Bandung: CV.
Alfabeta,2009),h. 8 21Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : PT Grafindo Persada,2001),
h. 234
14
2. Kriteria dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data-data yang digunakan ialah data kualitatif
yang bersumber dari data primer dan sekunder yang kemudian
diformulasikan dan diinterprestasikan sehingga tersusun menjadi satu
Skripsi ini .
1.) Data Primer
Data primer ialah data utama yang diambil atau didapatkan dari
sumber pertama yakni internal data dalam bentuk dokumentasi atau
data-data tertulis di BAZNAS Kota Bekasi
2.) Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bersumber dari buku kepustakaan,
jurnal, majalah serta materi kuliah yang berkaitan dengan pembahasan
masalah ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke
BAZNAS Kota Bekasi.
b. Wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak
yang terkait yang dapat menjelaskan berbagai data yang diperlukan
mengenai efektifitas penyaluran dana ZIS pada program Bekasi
Cerdas.
c. Studi Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data sekunder mengenai
bahan penelitian yang didapatkan dari berbagai sumber tertulis seperti
15
arsip, dokumen resmi, foto, data statistik dan sejenisnya yang
diharapkan dapat mendukung analisis penelitian.22
d. Studi Pustaka yaitu melakukan penelusuran kepustakaan dan
menelaahnya. Sumber data berupa buku, jurnal, majalah, koran,
internet dan sebagainya yang relevan.
4. Teknik Analisa Data
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini analisa kualitatif,23 dan akan
dikembangkan oleh penulis dengan metode deskripsi yaitu metode
menggambarkan secara jelas tentang topik penelitian yang diteliti dan
mengambil kesimpulan dari penelitian tersebut.
5. Teknik Penulisan Laporan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penyusunan Skripsi ini dengan
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 yang
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidyatullah.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan, Skripsi ini dibagi dalam lima bab yang
memuat ide-ide pokok dan kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub bab
yang mempertajam ide-ide pokok, sehingga secara keseluruhan menjadi
kesatuan yang saling menjelaskan dan memperkuat sebagai suatu
pemikiran.
22Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University, 1993), h. 111
23Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian, h.3
16
BAB I: PENDAHULUAN
Merupakan bagian pendahuluan yang dijadikan sebagai acuan
pembahasan bab-bab berikutnya dan sekaligus mencerminkan isi global
Skripsi yang berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study
terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian, sistematika penulisan
BAB II: LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan membahas yang berisi mengenai konsep zakat
yang meliputi definisi zakat, hukum zakat, fungsi dan tujuan zakat.
Konsep efektifitas meliputi pengertian efektifitas serta konsep penyaluran .
BAB III: GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT
Dalam bab ini akan membahas mengenai sejarah berdirinya Badan
Amil Zakat Kota Bekasi, landasan hukum, visi dan misi, tugas, fungsi,
struktur organisasi, program kerjanya, dan program Badan Amil Zakat
Kota Bekasi.
BAB IV: EFEKTIVITAS PENYALURAN DANA ZAKAT PADA
PROGRAM BEKASI CERDAS
Dalam bab ini akan membahas mengenai upaya BAZNAS Kota
Bekasi dalam penyaluran Zakat, Infaq, Shodaqoh dan efektifitas
penyaluran pada Program Bekasi Cerdas di Badan Amil Zakat Kota
Bekasi.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab ini akan membahas kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Tentang Efektifitas
Secara bahasa efektiftas berasal dari kata efektif yang berarti ada
efeknya, akibatnya, keadaan berpengaruh, kesannya, dapat berhasil dan
berhasil guna.24 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata
“efektifitas” berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang bermakna : 1) ada
efeknya (akibatnya, berpengaruh, kesannya, 2) manjur dan mujarab, 3) dapat
membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha dan tindakan).25
1. Pengertian Efektifitas Menurut Para Ahli
a. Menurut Ety Rochaey dan Ratih Tresnati
Efektifitas adalah suatu besaran atau angka untuk menunjukan
sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.
b. Menurut Miller
Effectiveness can be difine as the degree to which a sosial
system achieve its goa, yang artinya efektifitas dimaksudnkan sebagai
tingkat seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai tujuannya.26
24 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2001) cet.1, Edisi III, h.286
25 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka,1997), cet ke-9, h.250
26Kumpulan Teori Efektifitas, Diakses dari http://al-bantany_112.blogspot.com, pada hari Senin, 15 Februari 2016
18
19
c. Menurut Ali Menejemen Peter F.Drucker
Efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the
right things). Sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan yang
benar ( doing things right). Efektifitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.27
d. Menurut Hasan Sadili dalam Ensiklopedia Bahasa Indonesia
Efektifitas bermakna menunjukan taraf pencapaian suatu
tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai tujuan.
Secara ideal efektifitas dinyakatakan dengan ukuran-ukuran yang agak
pasti, misalnya X 60% efektif dalam pencapaian tujuan Y.28 Dengan
demikian pengertian efektifitas yang sesungguhnya diterapkan dan
mengerti adalah efektifitas yang berasal dari kata efektif, yaitu
pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan
satu unit keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika
suatu pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2. Indikator Efektifitas
Dalam buku Sujadi F.X disebutkan bahwa mencapai efektifitas
dan efisensi kerja haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun unsure-unsur
sebagai berikut :29
27 T. Hani Handoko, Menejemen, (Yogyakarta: BPFE,1993), Edisi II, h.7 28 Hasan Sadili, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, (Jakarta: IchtiarBaru-Van Hoeve), Jilid 2,
h. 883 29Sujadi F.X.O&M, Penunjang Keberhasilan Proses Menejemen, (Jakarta: CV
Masagung,1990) Cet Ke-3, h. 13
20
a. Berhasil guna, yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian
efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan, waktu, ruangan
dan lain sebagainya telah dipergunakan dengan secepatnya
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak
adanya pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan
bertanggungjawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yaitu pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas, wewenang dan tanggungjawab artinya wewenang
haruslah seimbang dengan tanggungjawab dan harus dihindari dengan
adanya dominasi oleh salah satu pihak terhadap pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
kerja yang praktis, maka target efektif dan ekonomis, pelaksanaan
kerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta pelayanan kerja yang
memuaskan tersebut hanyalah kegiatan operasional yang dapat
dilaksanakan dengan lancar.
21
g. Akuntabilitas, yaitu untuk menegaskan bahwa kegatan kerja dapat
dipertanggungjawabkan dan diperkuat dengan adanya laporan
keuangan berkala periode yang telah di audit oleh lembaga auditor
independen yang terakreditasi dengan baik dan dapat diterima oleh
masyarakat umum bersifat transparan.30
3. Mekanisme Efektifitas
Menurut Paul E. Mott mekanisme dalam pencapaian suatu kerja
yang efektif adalah merumuskan dan mengembangkan sarana mengukur
efektifitas organisasi yang mempengaruhi tingkat efektifitas itu berkaitan
langsung dengan :31
a. Produktivitas dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan efisiensi
b. Daya penyesuaian adalah kemampuan untuk menaksir masalah yang
bersangkutan. Daya suai ini dikaitkan dengan tempo (cepat atau
lambat) dan besaran (derajat penyesuaian, apakah seluruhnya,
sebagian mendasar ataukah hanya sekedarnya). Dalam faktor ini
tercakup konsep kepaduan yaitu kerelaan kerja, atau kegairahan yang
tinggi atau kepuasan kerja, lebih menerima perubahan (metode atau
prosedur kerja misalnya).
c. Keluwesan menyangkut kemampuan anggota organisasi menanggapi
keadaan darurat seperti beban lebih yang tidak terduga atau
percepatan jadwal kerja.
30 Denny Bagus, Efektifitas Kerja, artikel diakses pada 22 Januari 2016 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/efektifitas-kerja-definisi-faktor-yang.html.
31 Paul E. Mott, The Characteristies of Effective Organization, (New York: Halper and Row.1972), h 20-24
22
B. Konsep Zakat dan Penyaluran (Pendistrisbusian)
1. Model Peendistribusian (Penyaluran)
Pendistribusian adalah tata cara atau tindakan penyaluran barang
atau jasa ke pihak lain dengan tujuan tertentu.32 Sasaran (Mustahik) zakat
sudah ditentukan sebagimana disebutkan dalam surat Taubah ayat 60 yaitu
delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan miskin. Orang
fakir dan miskin ini mendapat posisi yang pertama diberi harta zakat oleh
Allah. Ini menunjukan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak
mnghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam.
Oleh karena itu Al-Qur’an lebih mengutamakan golongan fakir
miskin, dan Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab yang jelas.
Mengingat dalam mengatasi masalah kemiskinan dan menyantuni kaum
fakir miskin merupakan sasaran pertama dan menjadi tujuan zakat, zakat
yang utama. Dalam mencapai sasaran tersebut diperlukan pendistribusian
zakat yang tujuannya agar harta zakat sampai kepada Mustahik.
Pembayaran harta zakat tersebut oleh Muzzaki dapat dilakukan secara
langsung kepada Mustahik atau lewat lembaga zakat yang nantinya akan
disalurkan kepada Mustahik.33
1. Muzzaki langsung memberikan zakat kepada Mustahik.
Pemberian atau penyaluran zakat secara langsung diberikan oleh
Muzzaki kepada Mustahik tujuannya agar terjadi interaksi langsung
32 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2003)
33 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan Salman Harun DKK dari kitab Hukm Al-Zakah, (Bandung: Mizan, 1996), h. 510
23
antara Muzzaki dan Mustahik. Sehingga dapat memperkokoh rasa
kesadaran dan mempererat jalinan silaturahmi di antara mereka.
2. Muzzaki mebayar zakat lewat lembaga zakat
Zakat yang paling utama sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadits melalui Amil zakat yang amanah dan terpercaya. Hal ini
sebagimana terkandung dalm surat At-Taubah ayat 103.
Distribusi zakat terkandung hanya bersirkulasi pada suatu tempat
tertentu, ketika zakat tidak dikelola secara keseimbangan dan diberikan
langsung oleh si pemberi zakat (Muzzaki) kepada Mustahik (penerima
zakat). Hal ini salah satu faktor penyebabnya karena kurang adanya
lembaga zakat yang professional, yang menyampaikan dana zakat
tersebut kepada umat yang membutuhkan juga berimplikasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.34
Zakat tidak lagi dibayarkan langsung dari Muzzaki kepada Mustahik.
Itu tidak mengurangi fungsi dan peran zakat dalam mengentaskan
kemiskinan. Disamping itu, pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola
zakat akan lebih banyak manfaatnya, apalagi yang memiliki kekuatan
hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain : untuk
menjamin kepastian pembayaran dan kedisiplinan pembayar zakat.
Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para Mustahik zakat
apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dan para Muzzaki.
34 Didin Hafidhuddin, Zakat dan Peningkatan Kesejahteraan (Upaua Memahami Kembali Makna Dan Hakikat Zakat) dalam Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta : Penerbit UIN Syarif Hidayatullah,2002), h.264
24
Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektifitas serta sasaran yang
tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada
pada suatu tempat.
Zakat sebetulnya dapat menjadi salah satu alternatif pertumbuhan dan
pemerataan ekonomi yang selama ini timpang. Hal ini bisa terlaksana
apabila pengelolaan zakat dilakukan secara benar dalam hal
pengumpulan dan pendistribusiannya. Sementara itu pada
kenyataannya, beberapa problem zakat yang selama ini ada menjadi
penghambat optimalisasi peranan lembaga zakat, selain kurangnya
respon masyarakat terhadap zakat, baik pembayarannya,maupun
pengelolaannya. Ternyata keterlibatan semua pihak terhadap lembaga
zakat pun sangat minim. Padahal dengan keterlibatan dari semua
pihak, maka optimalisasi peran lembaga zakat untuk menciptakan
keadilan sosial sebagaimana esensi dari zakat itu sendiri secara ideal
dapat memberikan pemerataan ekonomi.35
2. Penyaluran (Pendistrbusian) Zakat
Allah SWT telah menentukan Mustahik zakat di dalam firman-Nya
dalam surat At-Taubah ayat 60. Dari ayat ini jelas kelihatan bahwa
pengelola zakat tidak diperkenankan menyalurkan hasil pemungutan zakat
kepada pihak lain di luar Mustahik yang delapan tersebut di atas. Di sini
terdapat kaidah umum, bahwa pengelolaan zakat dalam melakukan
35 Muhammad Daud Ali, Lembaga-Lembaga Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995), h.242-243
25
pengalokasiannya, mereka harus memperhatikan kemaslahatan umat
Islam. Dalam kaitan ini, pengelola zakat menghadapi beberapa masalah,
yaitu bagaimana mendistribusikan zakat kepada Mustahik yang delapan.
Dalam hal ini, para ulama ahli fikih telah membuat beberapa cara yang
dapat membantu pengelola zakat dalam menyalurkan zakat,36 diantaranya
sebagai berikut :
1. Alokasi atas dasar kecukupan dan keperluan
Bahwa pengalokasian zakat kepada Mustahik yang delapan haruslah
berdasarkan tingkat kecukupan dan keperluan masing-masing. Dengan
menerapkan kaidah ini, maka akan terdapat surplus pada harta zakat.
Jika hal itu terjadi maka didistribusikan kembali, sehingga dapat
mewujudkan kemaslahatan kaum muslimin seluruhnya. Atau mungkin
juga akan mengalami defisit (kekurangan), dimana pada saat itu,
pengelola boleh menarik pungutan tambahan dari orang-orang yang
kaya dengan syarat kebutuhan yang sangat mendesak di samping tidak
adanya sumber lain, kemudian harus disalurkan demi kemaslahatan
umat Islam, dan hal ini harus mendapat restu dari tokoh-tokoh
masyarakat Islam.
2. Berdasarkan harta zakat yang terkumpul
Harta zakat yang terkumpul itu dialokasikan kepada Mustahik yang
delapan sesuai dengan kondisi masing-masing. Kaidah ini akan
mengakibatkan masing-masing Mustahik tidak menerima zakat yang
36 Hikmat dan Hidayat, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultummedia,2008), h.159
26
dapat mencukupi kebutuhannya dan menjadi wewenang pemerintah
dalam mempertimbangkan Mustahik mana saja yang lebih berhak dari
pada yang lain. Setiap kaidah yang disimpulkan dari sumber syariat
Islam ini dapat diterapkan tergantung pada pendapat zakat dan
kondisiyang stabil.
3. Pelaksanaan dan pendistribusian dan pedayaguanaan zakat
Semangat yang dibawa bersama perintah zakat adalah adanya
perubahan kondisi seseorang dari Mustahik (penerima) menjadi
Muzzaki (pemberi). Bertambahnya jumlah Muzzaki akan mengurangi
beban kemiskinan yang ada di masyarakat. Namun keterbatasan dana
zakat yang berhasil dihimpun sangat terbatas. Hal ini menuntut adanya
pengaturan yang baik sehingga potensi umat dapat dimanfaatkan
secara optimal mungkin. Dan tidak bisa diperlukan lembaga-lembaga
yang khusus mengelola dana-dana zakat ini secara professional.37
Agar dana zakat yang didistribusikan itu dapat berdaya guna dan
berhasil guna, maka pemanfaatannya harus seselektif mungkin, maka dari
itu pendistribusian zakat ada dua bentuk,38 yakni :
1. Pola pendistribusian Tradisional (Konsumtif) yaitu penyaluran bantuan
dana zakat diberikan langsung kepada Mustahik. Dengan pola ini
penyaluran tidak disertai target adanya kemandirian kondisi sosial
maupun kemandirian ekonomi.
37 Fakhruddin, Fikih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN-Malang Press,2008), h.312
38 Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: CED,2005), h. 34
27
2. Pola pendistribusian produktif yaitu penyaluran dana zakat kepada
Mustahik disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi
katagori Mustahik menjadi katagori Muzzaki.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, efektif dan efisien serta
tercapainya tujuan dan sasaran zakat, maka pendayagunaan alokasi
dana zakat dapat digolongkan kedalam empat katagori, sebagai
berikut:
a. Bersifat konsumtif tradisional yaitu zakat dibagikan kepada
Mustahik untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah
yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari atau zakat maal yang dibagikan kepada para korban
bencana alam
b. Penyaluran bersifat konsumtif kreatif yaitu zakat diwujudkan
dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam
bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa
c. Penyaluran dalam bentuk produktif tradisional yaitu zakat yang
diberikan dalam bentuk barang produktif seperti kambing, sapi,
alat cukur, dan sebagainya. Pemberian dalam bentuk alat produksi
tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka
lapangan kerja bagi fakir miskin
d. Penyaluran dalam bentuk produktif kreatif yaitu zakat diberikan
dalam bentuk pemodalan baik untuk membangun proyek sosial
atau menambah modal pedagang pengusaha kecil
28
3. Definisi Zakat
Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, Zakat didefinisikan sebagai harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam39. Zakat, sebagai
rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untuk
membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak menerimanya.
Dengan pengelolaan yang baik zakat merupakan salah satu cara untuk
mewujudkan keseimbangan sosial di dunia dengan cara tolong menolong
yang kaya memberi pertolongan kepada yang lemah40. Hubungan antara
pengertian zakat menurut bahasa dan istilah sangat nyata dan erat sekali,
yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya menjadi suci, baik, tumbuh
atau berkembang dan berkah.
4. Landasan Hukum Zakat
Zakat merupakan bentuk ibadah yang mengandung dimensi sosial.
Artinya, selain sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada Allah,
zakat juga sebagai bentuk bakti sosial sesamanya. Dalam Islam, perintah
zakat didasarkan pada berbagai sumber hukum Islam yaitu di dalam Al-
Qur’an, sunnah maupun ijma ulama, Dan dalam bentuk Indonesia zakat
diantara dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat.
1. Al-Qur’an :
39 UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 40 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT Grasindo,2006), h.3
29
Zakat dalam Al-Qur’an menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat
kuat, antara lain :
a. At-Taubah ayat 103
وَصَلِّ عَلَیْھِمْ إِنَّ تُزَكِّیھِمْ بِھَاخُذْ مِنْ أَمْوَالِھِمْ صَدَقَةً تُطَھِّرُھُمْ وَ عَلِیمٌ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَھُمْ وَاللَّھُ سَمِیعٌ
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-
Taubah : 103)41
b. Al-An’am ayat 141
وَھُوَ الَّذِي أَنشَأَ جَنَّاتٍ مَّعْرُوشَاتٍ وَغَیْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا تُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِھًا وَغَیْرَ مُتَشَابِھٍ كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَآأَثْمَرَ وَءَاتُوا أُكُلُھُ وَالزَّیْ
حَقَّھُ یَوْمَ حَصَادِهِ وَلاَتُسْرِفُوا إِنَّھُ لاَیُحِبُّ الْمُسْرِفِینَArtinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam
itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
41 http://www. Zakat dalam Islam Assabbab.com.htm
30
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan. (QS.Al-An’am : 141)
Banyak lagi dalil-dalil Al-Qur’an yang menerangkan tentang
kewajiban mengeluarkan zakat
2. As-Sunnah
Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya
yang agung berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Saw bersabda:
وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ االلهِ وَإِقاَمِ الصَّلاَةِ االلهُ شَھاَدَةِ أَنْ لاَ إِلھَ إِلاَّ: بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ سَبِیْلأ الزَّكَاةِ وَصَومِ رَمَضَانَ وَحَجِّ البَیْتِ لِمَنِ اسْتَطَاعَ إِلَیْھِ وَإِیْتاَءِ
Artinya : Islam dibangun di atas lima perkara: Syahadat bahwa tidak ada
Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah
utusan Allâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa. (
hr. bukhari & muslim di kitab arbain an-nabawi)
Membayar Zakat merupakan salah satu sebab dihapuskannya kesalahan
dan dosa. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal,
bahwa Nabi Saw bersabda:42
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِیئَةَ كَمَا یُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَArtinya : “Dan sedekah itu dapat menghapuskan dosa (kesalahan)
sebagaimana air dapat memadamkan api.” (HR. ibnu majah di
kitab sunan ibnu majah).
42 http://www. Zakat dalam Islam Assabbab.com.htm
31
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى االلهُ عَلَیْھِ وَسَلَّمَ قَالَ لَیْسَ : االلهُ عَنْھُ حَدِیْثُ أبِي سَعِیدٍ الْخُدْرِيّ رَضِيَ ا دُونَ سِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلاَ فِیمَفِیمَا دُوْنَ خَمْسَةِ أوْسُقٍ صَدَقَةٌ وَلاَ فِیمَا دُوْنَ خَمْ
﴿ متفق علیھ ﴾ خَمْسِ أوَاقٍ صَدَقَةٌDiriwayatkan dari Abi Sa’id Al-Khudri r.a, dia telah berkata: Nabi SAW
telah bersabda: “Hasil bumi yang kurang dari lima wasaq (gantang),
tidak diwajibkan zakat. Unta yang kurang dari lima ekor, tidak diwajibkan
zakat. Perak yang kurang dari lima uqiah (satu uqiah adalah sama
dengan empat puluh dirham perak), tidak diwajibkan zakat. (Muttafaq
‘Alaih di kitab shahih bukhari hal jilid 2 hal.244)
3. Ijma Ulama :
Sedangkan menurut Ijma Ulama zakat merupakan suatu rukun daripada
segala rukun Islam yang lima. Adapun hukum mengeluarkan zakat adanya
kesepakatan semua (ulama) umat Islam di semua Negara sepakat bahwa
zakat adalah wajib.43
43 Ibnu Mundzir, Al Ijma, (Jakarta : Akbar Media, 2012), Cet Ke- 1, h. 27
32
4. Zakat Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2011 :
Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang
kini diganti dengan UU RI No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
dan dengan diterbitkannya UU tersebut diharapkan menyarakat
memanfaatkan lembaga atau pengelola zakat dalam menampung zakat
serta menyalurkannya kepada yang berhak menerima.
Hukum zakat dijelaskann dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
Pasal 1 ayat 2 BAB I Ketentuan Umum berbunyi :
“Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesua
dengan syariat Islam”
Dalam BAB I Pasal 3 UU RI Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengolahan
Zakat disebutkan sebagai berikut :
Pengelolaan zakat bertujuan :
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat, dan
Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
5. Hukum Dana Zakat Untuk Beasiswa
Pada zaman Rasulullah Saw, tidak ada pemberian beasiswa untuk belajar
yang bersumber dari dana zakat. Begitu pula, pada surah At-Taubah
ayat 60, Allah Swt tidak menyebutkan pemberian beasiswa sebagai satu
bagian distribusi zakat. Tidak adanya penyebutan beasiswa bukan berarti
33
zakat tidak boleh didistribusikan untuk beasiswa. Tidak adanya
penyebutan beasiswa, hal ini menunjukan bahwa zakat untuk beasiswa
merupakan permasalahan dan kajian ulama kotemporer.
Sebagian besar ulama kontemporer membolehkan pemberian beasiswa
dari dana zakat. Akan tetapi harus memenuhi beberapa syarat dan
ketentuannya di antaranya :
a. Sebagian ulama mensyaratkan bidang ilmu yang dipelajari adalah ilmu
syar’i. Ulama kontemporer, seperti syaikh Yusuf Al-Qaradhawi dan
fatwa ulama Saudi Arabia sepakat atas hal ini. Para ulama
memasukkan orang-orang yang memperdalam ilmu keIslaman dalam
katagori fii sabilillah, Makna fisabilillah secara khusus adalah jihad,
yaitu jihad untuk membela dan menegakkan kalimat Islam di muka
bumi. Yusuf Al-Qaradhawi memperluas arti Jihad ini tidak hanya
terbatas pada peperangan dan pertempuran dengan senjata saja, namun
termasuk juga segala bentuk peperangan yang menggunakan akal dan
hati dalam membela dan mempertahankan aqidah Islam dengan begitu
mereka bisa mendapatkan beasiswa dari dana zakat.44
b. Diperbolehkan memberikan beasiswa dari dana zakat bagi anak-anak
tidak mampu atau orang miskin untuk meningkatkan taraf hidup
mereka. Kebutuhan pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia.
44 http://www. Zakat dalam Islam Assabbab.com.htm
34
Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi mensyaratkan bahwa anak orang miskin
tersebut memiliki potensi.45
c. Diperbolehkan memberikan beasiswa bagi orang-orang yang menuntut
ilmu-ilmu yang dibutuhkan dalam kehidupan, seperti: ekonomi,
teknologi, dan sejenisnya. Akan tetapi, orang yang mendapatkan
beasiswa itu adalah orang yang dikaderkan oleh umat Islam. Misalnya,
seseorang yang dikaderkan oleh lembaga dakwah atau institusi yang
memperjuangkan kehidupan umat Islam. Mereka bisa mendapatkan
beasiswa dari saham fii sabilillah.
Tiga hal di atas memberikan ganbaran bahwa bila penerima manfaat
tersebut adalah aktifis dakwah atau bekerja pada lembaga dakwah yang
seluruh aktifisnya tercurahkan untuk dakwah, ia bisa menerima
beasiswa. Sebab, para ulama membolehkan beasiswa bagi pelajar atau
mahasiswa melalui dua hal: fakir miskin dan fii sabilillah. Maka,
orang-orang yang berada pada dua posisi tersebut dapat mendapatkan
beasiswa dari dana zakat.
6. Tujuan Zakat
Beberapa tujuan dan dampak zakat bagi si Pemberi sebagai berikut :
1. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir.
Penyakit kikir ini telah menjadi tabiat manusia, yang juga
diperingatkan Rasulullah Saw sebagai penyakit yang dapat
merusak manusia (HR Thabrani), dan penyakit yang dapat
45 Yusuf Qardhawi, terjemahan Salman Harun dan kawan-kawan, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa,1993), h.642
35
memutuskan tali persaudaraan (HR Abu Daud dan
Nasai). Sehingga alangkah berbahagianya orang yang bisa
menghilangkan kekikiran. "Barangsiapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung". 46
Allah Swt berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi bakhil,
فَضْلِھِ ھُوَ خَیْرًا لَھُمْ بَلْ ھُوَ شَرٌّ وَلَا یَحْسَبَنَّ الَّذِینَ یَبْخَلُونَ بِمَا آتَاھُمُ اللَّھُ مِنْ مَا بَخِلُوا بِھِ یَوْمَ الْقِیَامَةِ لَھُمْ سَیُطَوَّقُونَ
Artinya: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Allâh berikan kepada mereka dari karuniaNya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta
yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di
lehernya di hari kiamat. [Ali Imrân :180]47
Zakat yang mensucikan dari sifat kikir ditentukan oleh
kemurahan dan kegembiraan ketika mengeluarkan harta semata
karena Allah. Zakat yang mensucikan jiwa juga berfungsi
membebaskan jiwa manusia dari ketergantungan dan ketundukan
terhadap harta benda dan dari kecelakaan menyembah harta.
2. Zakat mendidik berinfak dan memberi.
46 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa,1999), h.642 47 https://almanhaj.or.id/4175 - zakat dalam Islam kedudukan dan tujuan-tujuan syarinya.
html
36
Berinfak dan memberi yaitu suatu akhlaq yang sangat
dipuji dalam Al Qur'an, yang selalu di kaitkan dengan keimanan
dan ketaqwaan
Orang yang terdidik untuk siap menginfakan harta sebagai
bukti kasih sayang kepada saudaranya dalam rangka kemaslahatan
ummat, tentunya akan sangat jauh sekali dari keinginan mengambil
harta orang lain dengan merampas dan mencuri (juga korupsi).
3. Berakhlak dengan Akhlak Allah
Apabila manusia telah suci dari kikir dan bakhil, dan sudah
siap memberi dan berinfak, maka ia telah mendekatkan akhlaknya
dengan Akhlak Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan
Maha Pemberi.
4. Zakat merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah.
Menumbuhkan rasa syukur terhadap nikmat merupakan
kemestian. Mengeluarkan zakat merupakan salah satu bentuk
manifestasi rasa syukur kepada Allah Swt sebagai pengakuan akan
keutamaan dan kebaikan-Nya baik berhubungan dengan diri maupun
hartanya. Karena ibadah dengan harta adalah dilakukan dengan
mengeluarkan zakatnya sebagai pengakuan rasa syukur atas niklmat
harta.48
5. Zakat mengobati hati dari cinta dunia.
48Yusuf Qardhawi, Fiqih Zakat, (Beirut : Muassasah Risalah, Juz II1999), h.859
37
Tenggelam kepada kecintaan dunia dapat memalingkan jiwa
dari kecintaan kepada Allah dan ketakutan kepada akhirat. Kecintaan
kepada dunia itu suatu lingkaran yang tak berujung. Usaha
mendapatkan harta, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan kelezatan
lebih berusaha mendapatkan harta, dan seterusnya. Syariat Islam
memutuskan lingkaran tersebut dengan mewajibkan zakat, sehingga
terhalanglah nafsu dari lingkaran syetan itu. Bila Allah mengaruniai
harta dengan disertai ujian/fitnah, maka zakat melatih si Muslim
untuk menandingi fitnah harta dan fitnah dunia tersebut.
6. Zakat mengembangkan kekayaan bathin
Pengamalan zakat mendorong manusia untuk menghilangkan
egoisme, menghilangkan kelemahan jiwanya, menimbulkan jiwa
besar dan menyuburkan perasaan optimisme.
7. Zakat menarik rasa simpati/cinta
Zakat akan menimbulkan rasa cinta kasih orang-orang yang
lemah dan miskin kepada orang yang kaya. Zakat melunturkan rasa
iri dengki pada si miskin yang dapat mengancam si kaya dengan
munculnya rasa simpati dan doa ikhlas si miskin atas si kaya.49
8. Zakat mensucikan harta dari bercampurnya dengan hak orang lain
(tapi zakat tidak bisa mensucikan harta yang diperoleh dengan jalan
haram). Sebagaimana Firman Allah Swt :
49 Yusuf Qardhawi, Fiqih Zakat, (Beirut : Muassasah Risalah, Juz II1999), h.859
38
وَصَلِّ عَلَیْھِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ خُذْ مِنْ أَمْوَالِھِمْ صَدَقَةً تُطَھِّرُھُمْ وَتُزَكِّیھِمْ بِھَا عَلِیمٌ لَھُمْ وَاللَّھُ سَمِیعٌ
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-
Taubah : 103) 50
Nabi Saw bersabda:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِیئَةَ كَمَا یُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَArtinya : “Dan sedekah itu dapat menghapuskan dosa (kesalahan)
sebagaimana air dapat memadamkan api.” (HR. ibnu majah di kitab
sunan ibnu majah jilid 2 hal.1408).
9. Zakat mengembangkan dan memberkahkan harta.
Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda). Sehingga
tidak ada rasa khawatir bahwa harta akan berkurang dengan zakat.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Saba ayat 39 :
قُلْ إِنَّ رَبِّى یَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن یَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَیَقْدِرُ لَھُۥ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَھُوَ یُخْلِفُھُۥ وَھُوَ
خَیْرُ ٱلرَّٰزِقِینَArtinya : Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang
50 http://www. Zakat dalam Islam Assabbab.com.htm
39
apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya
dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba : 39)
Nabi Saw bersabda :
فَیَقُولُ لعِبَادُ إِلاَّ وَمَلكَانِ یَنْزِلاَنِمَا مِنْ یَوْمٍ یُصْبِحُ االآخَرُ اللھُمَّ أَحَدُھُمَا اَللھُمَّ أَعْطِ مُنْفِقاً خَلَفاً وَیَقُولُ
أَعْطِ مُمْسِكاً تَلَفاًArtinya : Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan
waktu pagi kecuali ada dua malaikat turun, salah satu
dari keduanya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah pengganti
kepada orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya
berkata, ‘Ya Allâh berikanlah kebinasaan kepada orang
yang menahan.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Nabi Saw bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍArtinya : Sedekah tidak mengurangi harta. (HR Muslim di kitab shahih muslim hal.2044).
Adapun tujuan dan dampak zakat bagi si penerima:51
1. Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga
dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat
kepada Tuhannya.
51 http://www.fimadani.com/zakat-dan-kedudukannya-dalam-Islam/
40
Sesungguhnya Islam membenci kefakiran dan menghendaki manusia
meningkat dari memikirkan kebutuhan materi saja kepada sesuatu
yang lebih besar dan lebih pantas akan nilai-nilai kemanusiaan yang
mulia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
2. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci.
Sifat hasad dan dengki akan menghancurkan keseimbangan pribadi,
jasamani dan ruhaniah seseorang. Sifat ini akan melemahkan bahkan
memandulkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini
dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba
mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan
menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan
satu sama lain.
Berikut ini merupakan kelanjutan dari pembahasan "tujuan Zakat dan
dampaknya" yang kali ini difokuskan dalam kehidupan masyarakat.
Zakat didasarkan pada delapan asnabnya yang tersebut dalam QS At-
Taubah: 60 memperjelas kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat yaitu
terkait dengan :52
1. Tanggung jawab sosial (dalam hal penanggulangan kemiskinan,
pemenuhan kebutuhan fisik minimum (KFM), penyediaan lapangan kerja
dan juga asuransi sosial (dalam hal adanya bencana alam dll).
52 http://www.fimadani.com/zakat-dan-kedudukannya-dalam-Islam/
41
2. Perekonomian, yaitu dengan mengalihkan harta yang tersimpan dan tidak
produktif menjadi beredar dan produktif di kalangan
masyarakat. Misalnya halnya harta anak yatim; مَنْ وَلِيَ مَالَ الْیَتِیْمِ فَلْیَتَّجِرْ بِھِ، وَلَا یَتْرُكْھُ حَتَّى تَأْكُلَھُ الصَّدَقَةُ
Artinya : "Usahakanlah harta anak yaitm itu sehingga tidak habis oleh
zakat" (Hadits).
3. Tegaknya jiwa ummat, yaitu melalui tiga prinsip :
a. Menyempurnakan kemerdekaan setiap individu (fi riqob)
b. Membangkitkan semangat beramal sholih yang bermanfaat bagi
masyarakat luas. Misalnya berhutang demi kemaslahatan masyarakat
ditutupi oleh zakat.
c. Memelihara dan mempertahankan akidah (fi sabilillah)
Beberapa problematika masyarakat yang disorot oleh Yusuf Qardhawy
dimana zakat seharusnya dapat banyak berperan sebagai berikut:
1. Problematika Perbedaan Kaya-Miskin.
Zakat bertujuan untuk meluaskan kaidah pemilikan dan
memperbanyak jumlah pemilik harta (..."supaya harta itu jangan hanya
berputar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu", QS 59:7).53
Islam mengakui adanya perbedaan pemilikan berdasarkan perbedaan
kemampuan dan kekuatan yang dimiliki manusia. Namun Islam tidak
menghendaki adanya jurang perbedaan yang semakin lebar, sebaliknya Islam
53 http://www.fimadani.com/zakat-dan-kedudukannya-dalam-Islam/
42
mengatur agar perbedaan yang ada mengantarkan masyarakat dalam
kehidupan yang harmonis, yang kaya membantu yang miskin dari segi harta,
yang miskin membantu yang kaya dari segi lainnya.
2. Problematika Meminta-minta.
Islam mendidik ummatnya untuk tidak meminta-minta, dimana hal ini
akan menjadi suatu yang haram bila dijumpai si peminta tersebut dalam
kondisi berkecukupan (ukuran cukup menurut hadits adalah mencukupi untuk
makan pagi dan sore). Disisi lain Islam berusaha mengobati orang yang
meminta karena kebutuhan yang mendesak dengan dua cara:
(1) Menyediakan lapangan pekerjaan, alat dan ketrampilan bagi orang yang
mampu bekerja, dan
(2) Jaminan kehidupan bagi orang yang tidak sanggup bekerja.
3. Problematika Dengki dan Rusaknya Hubungan dengan Sesama.
Persaudaraan bagian tujuan Islam yang asasi, dan setiap ada sengketa
hendaknya ada yang berusaha mendamaikan. Rintangan dana dalam proses
pendamaian tersebut seharusnya dapat dibayarkan melalui zakat, sehingga
orang yang tidak kaya pun dapat berinisiatif sebagai juru damai.
4. Problematika Bencana
Orang kaya pun suatu saat bisa menjadi fakir karena adanya
bencana. Islam melalui mekanisme zakat seharusnya memeberikan
pengamanan bagi ummat yang terkena bencana (sistem asuransi Islam),
sehingga mereka dapat kembali pada suatu tingkat kehidupan yang layak.
43
5. Problematika Membujang
Banyak orang membujang dikarenakan ketidakmampuan dalam hal
harta untuk menikah. Islam menganjurkan ummatnya berkawin yang juga
merupakan benteng kesucian. Mekanisme zakat dapat berperan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
6. Problematikan Pengungsi
Rumah tempat berteduh juga merupakan kebutuhan primer disamping
makanan dan pakaian. Zakat seharusnya menjadi unsur penolong pertama
dalam menangani masalah pengungsi ini.54
Orang Yang Berhak Menerima Zakat
Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat, baik zakat fitrah
atau zakat mal, dan dibagikan kepada mereka sesuai dengan tartib (kebutuhan)
yang tertera dalam firman Allah Swt:
وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُھُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِینَ إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِینِ وَالْعَامِلِینَ عَلَیْھَا ﴾٦٠التوبة ﴿ – وَفِي سَبِیلِ اللّھِ وَابْنِ السَّبِیلِ فَرِیضَةً مِّنَ اللّھِ وَاللّھُ عَلِیمٌ حَكِیمٌ
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS At-Taubah : 60)
1. Al-Fuqara’
54http://www.oocities.org/infozakat_kzis/tujuan_zakat.htm diakses pada tanggal 14 Maret 2016
44
Orang fakir (orang melarat) yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, tidak
memiliki harta dan tidak mempunyai tenaga untuk menutupi kebutuhan
dirinya dan keluarganya. Seumpama orang fakir orang yang membutuhkan
10.000 rupiah tapi ia hanya berpenghasilan 3.000 rupiah. Maka wajib
diberikan zakat kepadanya untuk menutupi kebutuhannya.
2. Al-Masakin
Orang miskin berlainan dengan orang faqir, ia tidak melarat, ia mempunyai
penghasilan dan pekerjaan tetap tapi dalam keadaan kekurangan, tidak
mencukupi untuk menutupi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Misalnya
orang miskin yang membutuhkan 10.000 rupiah, tapi ia hanya berpenghasilan
7.000 rupiah. Orang ini wajib diberi zakat sekedar menutupi kekurangan dari
kebutuhannya.
3. Al’Amilin
Yaitu Amil zakat (panitia zakat), orang yang dipilih oleh imam untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat kepada golongan yang berhak
menerimanya. Amil zakat harus memiliki syarat tertentu yaitu muslim, akil
dan baligh, merdeka, adil (bijaksana), medengar, melihat, laki-laki dan
mengerti tentang hukum agama. Pekerjaan ini merupakan tugas baginya dan
harus diberi imbalan yang sesuai dengan pekerjaaanya yaitu diberikan
kepadanya zakat.
4. Almuallafah
Yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum mantap imannya, terbagi atas
tiga bagian:
45
Orang yang masuk Islam dan hatinya masih bimbang. Maka ia harus
didekati dengan cara diberikan kepadanya bantuan berupa zakat
Orang yang masuk Islam dan ia mempunyai kedudukan terhormat. Maka
diberikan kepadanya zakat untuk menarik yang lainya agar masuk Islam
Orang yang masuk Islam jika diberikan zakat ia akan memerangi orang
kafir atau mengambil zakat dari orang yang menolak mengeluarkan zakat.
5. Dzur- Riqab
Yaitu hamba sahaya (budak) yang ingin memerdekan dirinya dari majikannya
dengan tebusan uang. Dalam hal ini mancakup juga membebaskan seorang
muslim yang ditawan oleh orang orang kafir, atau membebaskan dan menebus
seorang muslim dari penjara karena tidak mampu membayar diah
6. Algharim
Yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan peribadi yang bukan
maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Orang ini sepantasnya dibantu
dengan diberikan zakat kepadanya. Adapun orang yang berhutang untuk
memelihara persatuan umat Islam atau berhutang untuk kemaslahatan umum
seperti membangun masjid atau yayasan Islam maka dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.55
لَا تَحِلُّ الصَّدَقَةُ لِغَنِيٍّ : أن صَلَّى اللَّھ عَلَیْھِ وَسَلَّمَ قَالَ عَنْ أَبِي سَعِیْدٍ الخُدْرِي رَضِيَ االلهُ عَنْھُ لِرَجُلٍ إِلَّا لِخَمْسَةٍ لِغَازٍ فِي سَبِیلِ اللَّھِ أَوْ لِعَامِلٍ عَلَیْھَا أَوْ لِغَارِمٍ أَوْ لِرَجُلٍ اشْتَرَاھَا بِمَالِھِ أَوْ
حسن صحیح أبو (الْمِسْكِینِ فَأَھْدَاھَا الْمِسْكِینُ لِلْغَنِيِّ لَىكَانَ لَھُ جَارٌ مِسْكِینٌ فَتُصُدِّقَ عَ )داود
55 http://www.mutiarahadits.com/30/57/75/siapa-yang-memberikan-sedekah-zakat-dan-batasan-kaya.htm
46
Artinya : Sesuai dengan sabda Nabi saw dari Abu Said Al-Khudri ra : ”
Sedekah itu tidak halal zakat diberikan kepada orang kaya kecuali
lima sebab, orang yang berperang di jalan Allah, atau pengurus
sedekah atau orang yang berhutang atau orang yang membeli
sedekah dengan hartanya, atau orang kaya yang mendapat hadiah
dari orang miskin dari hasil sedekah” (HR Abu Dawud, hadits
hasan shahih).56
7. Fi sabilillah (Almujahidin)
Yaitu Orang yang berjuang di jalan Allah (Sabilillah) tanpa gajih dan imbalan
demi membela dan mempertahankan Islam dan kaum muslimin.
8. Ibnu Sabil
Yaitu musafir yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) yang bukan
bertujuan maksiat di negeri rantauan, lalu mengalami kesulitan dan
kesengsaraan dalam perjalanannya.
Niat zakat:Setiap perbuatan harus didahulukan dengan niat. Begitu pula zakat
harus diniati ketika akan mengeluarkannya, sesuai dengan hadist Nabi saw yang
tersebut sebelumnya:
Niat zakat fitrah atau mal untuk diri sendiri:
عَنْ نَفْسِي لِلَّھِ تَعَالىَ) المَالِ(نَوَیْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ اْلفِطْرِ Artinya: ”Saya niat mengeluarkan zakat fitrah (mal) saya karena Allah Ta’ala”
56 http://www.mutiarahadits.com/30/57/75/siapa-yang-memberikan-sedekah-zakat-dan-batasan-kaya.htm
47
Niat untuk zakat fitrah orang lain:
فُلاَنٍ أَوْ فُلاَنَةْ لِلَّھِ تَعَالىَ عَنْ) المَالِ(نَوَیْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ اْلفِطْرِ Artinya: “Saya niat mengeluarkan zakat fitrah (mal) fulan atau fulanah karena
Allah Ta’ala”
Zakat tentang mengedepankan kerabat disbanding anak yatim
Artinya: timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
Golongan Yang Haram Menerima Zakat
Ada beberapa golongan yang tidak berhak (haram) menerima zakat dan
tidak shah zakat jika diserahkan kepada mereka, antara lain sebagai berikut:
48
Orang tua dan anak termasuk ayah, ibu, kakek, nenek, anak kandung
dan cucu laki-laki dan perempuan
Istri, karena nafkahnya wajib bagi suami
Orang kaya dengan harta atau kaya dengan harta dan penghasilan,
sudah jelas bahwa orang yang memiliki kekayaan yang melebihi
kebutuhannya itu haram baginya menerima zakat. Nabi SAW bersabda
:
يٍّوِسَ ةٍرَّي مَذِا لِلَوَ يٍّنِغَلِ ةُقَدَالصَّ لُّحِا تَلَ
(abu daud sulaiman bin al asy’ as’ as-sajistsani, sunan abi daud, hlm.39.
diriwatkan oleh abu daud dan atturudji dari amr bin al as’.
Keluarga Rasulullah saw yaitu Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Berdasarkan
hadist yang diriwayatkan dari Abdul Muttalib bin Rabiah bin Harks, sabda
Rasulullah saw, “Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu adalah kotoran manusia,
sesungguhnya ia tidak halal (haram) bagi Muhammad dan bagi sanak
keluarganya. (HR Muslim)57
إِنَّمَا ھِيَ أَوْسَاخُ النَّاسِ, تَنْبَغِي لِآلِ مُحَمَّدٍإِنَّ الصَّدَقَةَ لاَ
(“Sesungguhnya zakat tidak dihalalkan bagi Nabi n dan keluarganya. Zakat itu
hanyalah merupakan kotoran manusia. HR Muslim di kitab shahih muslim”).
57https://hasansaggaf.wordpress.com/2012/03/05/siapa-berhak-dan-haram-menerima-zakat/ diakses pada tanggal 14 Maret 2016
46
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Profil Singkat BAZNAS Kota Bekasi.
Badan Amil Zakat Nasional Kota Bekasi atau disingkat BAZNAS
Kota Bekasi adalah sebuah Badan yang bertugas mengumpulkan, mengelola
dan mendistribusikan zakat. BAZNAS Kota Bekasi berusaha mewujudkan
masyarakat Bekasi sadar zakat dan manfaat zakat.
BAZNAS Kota Bekasi dibentuk dan dikukuhkan berdasarkan :
1. UU No. 38 Tahun 1999 Tantang Pengelolaan Zakat. Dengan tata kerja dan
organisasi yang sesuai dengan profesionalisme dan transparasi para
pengelolanya
2. UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
3. Keputusan Mentri Agama RI No. 581 1999 tentang Pelaksanaan UU No.
38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.
4. Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 37 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Zakat dan Pengurus Badan Amil Zakat Propinsi Jawa Barat.
5. Keputusan Walikota Bekasi No. 451.12/Kep.291.Kesos/VIII/2008
BAZNAS Kota Bekasi merupakan lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggungjawab dalam kegiatan pengelolaan
zakat yang meliputi kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.Adapun ruang lingkup tugas dan fungsi BAZNAS Kota
Bekasi yaitu di wilayah Kota Bekasi.
47
B. Visi dan Misi Lembaga
Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2008, BAZNAS telah
menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut:
1. Visi
“Menjadi Badan Amil Zakat Nasional yang Amanah, Transparan dan
Profesional.”
2. Misi :
Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat.
Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan zakat nasional
sesuai dengan ketentuan syariah dan prinsip manajemen modern.
Menumbuh kembangkan pengelola/amil zakat yang amanah,
transparan, profesional, dan terintegrasi.
Mewujudkan pusat data zakat nasional.
Memaksimalkan peran zakat dalam menanggulangi kemiskinan di
Indonesia melalui sinergi dan koordinasi dengan lembaga terkait.
STRUKTUR PENGURUS BAZNAS JAWA BARAT
48
STRUKTUR PENGURUS BAZNAS KOTA BEKASI
KETUA DAN WAKIL-WAKIL KETUA
BAZNAS KOTA BEKASI PERIODE 2015-2020
Ketua : Drs. H. Paray Said, MM, MBA
Wakil Ketua I Bidang Pengumpulan : H. Muhammad Aiz, SH, MH
Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian : Ismail Hasyim, S.HI
dan Pendayagunaan
Wakil Ketua III Bidang Perencanaan, : Drs. H. Nor Khakim, M.Pd
Keuangan, dan Pelaporan
Wakil Ketua IV Bidang Administrasi, : Abdul Haris, S.Sos
Sumber Daya Manusia, dan Umum
SUSUNAN PELAKSANA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS)
KOTA BEKASI
Bendahara : H. AF Bachrun, SE, MM
Bidang Pengumpulan : M. Syambuzi, S.HI
Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan : Suherman, S.Pd.I
Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Pelaporan : Ayatulloh Humaini, S.Sos
Bidang Administrasi, SDM, dan Umum : Rizki Topananda, Amd
Bidang IT dan Pengelola Buletin : Syamsul B Islamy, S.Fil
49
C. Program dan Kegiatan Lembaga
Program Usaha Produktif BAZNAS Kota Bekasi untuk tahun
2016 ini terbagi menjadi empat fokus program yaitu :
Bekasi Berdaya merupakan program
pendayagunaan dana ZIS yang diperuntukkan
untuk meningkatkan kemandirian para
Mustahik melalui pelatihan dan pemberian
modal usaha. Setiap tahunnya tercipta mitra
usaha BAZNAS yang termandirikan
usahanya melalui pendampingan dan bantuan
bergulir dana ZIS
Bekasi Cerdas adalah dana ZIS yang
didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan
para Mustahik dalam menyelesaikan
sekolahnya. Tak hanya pendidikan formal
yang menjadi fokus program ini, kursus
peningkatan kapasitas para siswa dhuafa yang
berprestasi juga akan dikembangkan ke depan
diantaranya melalui keterampilan bahasa dan
computer
Bekasi Sehat terdiri dari bantuan biaya
pengobatan bagi para Dhuafa dan Layanan
50
D. Tujuan dan Fungsi BAZNAS Kota Bekasi
1. Tujuan
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat serta mewujudkan masyarakat Bekasi Sehat, Cerdas
dan Ihsan.
Jaminan Persalinan dalam upaya menekan
angka kematian ibu melahirkan. Ke depan,
akan ditingkatkan kerjasama program secara
strategis dengan pihak lain demi
meningkatkan secara kuantitas maupun
kualitas jumlah penerima manfaat program.
Bekasi Ihsan mewujudkan kenyamanan
masyarakat dalam beribadah menjadi ouput
dari program ini. Baik berupa bantuan
perlengkapan fisik rumah ibadah hingga
menjadikan masjid sebagai mitra program
zakat mampu kian mendekatkan BAZNAS
dengan objek penerima manfaat. Tahun ini
sedikitnya 24 mushollah sudah mengikuti
kegiatan Benah Musholla (upaya pelayakan
sarana dan prasarana)
51
2. Fungsi
a. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran para Muzakki dalam
melaksanakan kewajiban menunaikan Zakat, Infaq dan Shadaqah.
b. Terlaksananya pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq dan
shadaqah kepada Mustahik sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
c. Menyaluran dana zakat yang bersifat bantuan pemberdayaan, yaitu
membantu Mustahik untuk meningkatkan kesejahteraannya, baik
secara perorangan maupun kelompok melalui program atau
kegiatan yang berkesinambungan.
E. Hubungan Organisasi dengan Lingkungan
Kantor BAZNAS terletak di pusat Pemerintahan Kota Bekasi, itu
artinya BAZNAS Kota Bekasi berada diantara dinas dan instansi
pemerintahan Kota Bekasi. Hubungan dengan lingkungan sekitar dapat
terjalin dengan baik dan bahkan lingkungan sekitar itu jugalah yang paling
besar memberikan kontribusi atau penyedia dana.
F. Kerjamsama dan Jaringan Lembaga
1. BAZNAS
2. BAZNAS Propinsi Jawa Barat
3. Pemerintah Daerah Kota Bekasi
4. Dompet Dhu’afa
BAZNAS Kota Bekasi juga menjadi pusat koordinasi Unit Pengumpulan
Zakat (UPZ) Kecamatan se-Kota Bekasi yang berjumlah 12 Kecamatan:
52
UPZ Bekasi Timur
UPZ Rawa Lumbu UPZ Bekasi Barat
UPZ Pondok Melati UPZ Bekasi Selatan
BAZDA UPZ Mustikajaya KOTA BEKASI UPZ Bekasi Utara
UPZ Pondok Gede UPZ Jatiasih
UPZ Bantar Gebang UPZ Jati Sampurna
UPZ Medan Satria
53
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Penyaluran Zakat di BAZNAS Kota Bekasi
BAZNAS Kota Bekasi mengumpulkan dana zakat dari UPZ yang
dibentuk pada satu kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kota Bekasi dan
juga dari dinas-dinas Pemerintahan Kota Bekasi.
BAZNAS Kota Bekasi juga menjadi pusat koordinasi UPZ Kecamatan
se-Kota Bekasi yang berjumlah 12 Kecamatan :
UPZ Bekasi Timur
UPZ Rawa Lumbu UPZ Bekasi Barat
UPZ Pondok Melati UPZ Bekasi Selatan
BAZNAS UPZ Mustikajaya KOTA BEKASI UPZ Bekasi Utara
UPZ Pondok Gede UPZ Jatiasih
UPZ Bantar Gebang UPZ Jati Sampurna
UPZ Medan Satria
Selain di Dua Belas Kecamatan Badan Amil Zakat Kota Bekasi juga
mengumpulkan dari 56 Kelurahan yang ada di Kota Bekasi, yaitu Kelurahan
54
Bantar Gebang, Cikiwul, Ciketing Udik, Jaka Sampurna Bekasi Jaya,
Jatiranggon, Jtirasa, Pedurenan, Jati Rahayu, Margajaya, Margahayu,
Jatiraden, Jatiluhur, Mustika Sari, Jatimelati, Kayuringin Jaya, Teluk Pucung,
Jatisampurna, Jatisari, Mustika Jaya, Jatiwarna, ikarSumur Batu, Jaka Mulya,
Perwira, Jatiranffa, Pejuang, Jaticempaka, Jatimurni, Kota Baru, Jaka Setia,
Harapan Baru, Jatikarya, Medan Satria, Jatiwaringin, Sepanjang Jaya, Bintara,
Pekayon Jaya, Harapan Jaya, Jati Kramat, Kali Baru, Jatibening Baru,
Pengasinan, Kranji, Aren Jaya, Kali Abang Tengah, Jatimekar, Harapan
Mulya, Jatibening, Bojong Rawalumbu, Bintara Jaya, Duren Jaya, Marga
Mulya, Jatiasih, Cimuning, Jatimakmur, Bojong Menteng.
Disamping itu, Badan Amil Zakat Nasional Kota Bekasi juga
mengumpulkan dari tiga puluh empat instansi/dinas yang ada di Kota Bekasi
diantaranya : BAZNAS Kota Bekasi, Sekertariat DPRD Kota Bekasi, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kesatuan Bangsa, Politik&
Perlindungan Masyarakat, Badan Pengelolaan Lingkugan Hidup, Inspektorat
Kota, Kantor Arsip Daerah, Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Dinas
Kependudukan & Catatan Sipil, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga &
Tata Air, Dinas B Tata Kota, Dinas Bangunan Pemukiman, Dinas Kebersihan,
Dinas Pertamanan, Dinas Perekonomian Rakyat, Dinas Pendidikan,
Kementrian Agama Kota Bekasi, Badan Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak & KB, Dinas Sosial, Rumah Sakit Umum Daerah,
Sekertariat Daerah, Badan Kepengawasan Daerah, Badan Pengellolaan
Keuangan & Aset, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, SatPol PP Kota
55
Bekasi, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja,
Badan Narkotika Kota Bekasi, Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan &
Pariwisata, Kantor Perpustakaan, Dinas Pendistribusian & Koperasi, Kantor
Pemadam Kebakaran
Selain yang disebutkan di atas BAZNAS Kota Bekasi juga
menghimpun dana dari zakat profesi individu/perorangan. Zakat yang
dihimpun dari sejumlah instansi/dinas itu diihimpun setiap bulan para pegawai
dinas yang terkait setiap bulan menyetor ke BAZNAS Kota Bekasi. Dari dana
yang dihimpun BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan dana zakat kedalam
empat fokus :
Bekasi Berdaya merupakan program
pendayagunaan dana ZIS yang diperuntukkan
untuk meningkatkan kemandirian para
Mustahik melalui pelatihan dan pemberian
modal usaha. Setiap tahunnya tercipta mitra
usaha BAZNAS yang termandirikan
usahanya melalui pendampingan dan bantuan
bergulir dana ZIS
Bekasi Cerdas adalah dana ZIS yang
didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan
para Mustahik dalam menyelesaikan
sekolahnya. Tak hanya pendidikan formal
56
yang menjadi fokus program ini, kursus
peningkatan kapasitas para siswa dhuafa
yang berprestasi juga akan dikembangkan ke
depan diantaranya melalui keterampilan
bahasa dan komputer
Bekasi Sehat terdiri dari bantuan biaya
pengobatan bagi para Dhuafa dan Layanan
Jaminan Persalinan dalam upaya menekan
angka kematian ibu melahirkan. Ke depan,
akan ditingkatkan kerjasama program secara
strategis dengan pihak lain demi
meningkatkan secara kuantitas maupun
kualitas jumlah penerima manfaat program.
Bekasi Ihsan mewujudkan kenyamanan
masyarakat dalam beribadah menjadi ouput
dari program ini. Baik berupa bantuan
perlengkapan fisik rumah ibadah hingga
menjadikan masjid sebagai mitra program
zakat mampu kian mendekatkan BAZNAS
dengan objek penerima manfaat. Tahun ini
sedikitnya 24 mushollah sudah mengikuti
kegiatan Benah Musholla (upaya pelayakan
sarana dan prasarana)
57
Pengelolaan yang dilakukan BAZNAS Kota Bekasi dengan
menyalurkan dana zakatnya sesuai dengan bidang-bidang yang telah
ditetapkan oleh BAZNAS Kota Bekasi. Bidang-bidang tersebut sebagai
berikut :
PROGRAM BEKASI CERDAS
Beasiswa siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Beasiswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Beasiswa Madrasah Aliyah (MA)
Beasiswa Mahasiswa (Rencana Berjalan Tahun 2016)
Bantuan Raudhatul Athfal (RA)
Bantuan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ)
Bantuan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA)
Bantuan Pembinaan Rutin Qori/Qoriah dan Hafidz/Hafidzah
Bantuan Santri Pondok
Penerbitan Buletin Wasilah
PROGRAM BEKASI SEHAT
Bantuan Dana Kesehatan
Bantuan Biaya Persalinan
Membantu Pengurusan BPJS untuk Dhuafa
Sunatan Masal
Operasi Katarak
58
PROGRAM BEKASI BERDAYA
Santunan Anak Yatim
Dana Bergulir Berbasis Masjid
Pelatihan Sevice AC dan Pemberian Modal Remaja Masjid
PROGRAM BEKASI IHSAN
Bantuan Dana Kematian
Sinergi Program Baznas Jawa Barat
Benah Sarana Ibadah
Operasional Relawan Benah Sarana Ibadah
Honor Guru Ngaji di Masjid
Majlis Ta’lim
Operasional Ambulance
Kegiatan Keagamaan/Proposal Masyarakat
Bantuan Mukena
Bantuan Masjid Pada Tarling Walikota
Bantuan Masjid Pada Suling Walikota
Buka Puasa Bersama Anak Yatim dan Guru Ngaji
Honor Guru Ngaji di Pondok Pesantren
Bantuan Al-Qur’an Ddan Buku Islami
Pelatihan Manajemen Pengelolaan Masjid
Pelatihan Amil Janazah
Kajian-kajian Keislaman
Edukasi Wajib Zakat dikalangan Pelajar dan Mahasiswa
59
Dalam penyaluran zakat Kota Bekasi, BAZNAS Kota Bekasi
menerapkan dua bentuk yaitu zakat produktif dan konsumtif.Pada Tahun 2013
BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan zakat sebagian besar untuk zakat
konsumtif. Pada tahun 2014 BAZNAS Kota Bekasi juga menyalurkan dana
zakat sebagian besar untuk zalat konsumtif, akan tetapi pada tahun 2015
BAZNAS Kota Bekasi mulai menyusun program kearah yang lebih produktif.
Dalam program penyaluran dan pendayagunaan meliputi tiga model,
yakni penyaluran harian, penyaluran bulanan dan penyaluran pada bulan
ramadhan.Dan untuk mengimplementasikan hal tersebut dalam bentuk
penyaluran dan pendayagunaan zakat, BAZNAS Kota Bekasi sebelumnya
perlu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan Mustahik.
Agar penyalurkan zakat di BAZNAS Kota Bekasi mencapai
sasarannya maka dilakukan dengan metode prioritas yaitu mengutamakan para
Mustahik yang paling membutuhkan, tentunya disesuaikan dengan harta zakat
yang terkumpul di BAZNAS Kota Bekasi. Menurut peneliti apa yang
dilakukan BAZNAS Kota Bekasi dalam menyalurkan dana zakat telah sesuai
dalam Pasal 26 disebutkan bahwa pendistribusian zakat. Sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan.
Penyaluran yang dilakukan BAZNAS Kota Bekasi selama tahun
2013-2015 telah sesuai dengan ajaran agama islam untuk dibagikan kepada
asnab zakat sesuai dengan Surat At-Taubah ayat 60. BAZNAS Kota Bekasi
menyalurkan dana zakatnya paling utama kepada enam asnab yaitu : fakir,
60
miskin, amil, mualaf, ibnu sabil dan sabilillah. Kalau gharim di zaman
sekarang sebenarnya mereka masih mampu untuk menghidupi kehidupan
sehari-hari dan hutangnya tersebut bukan untuk kebutuhan primer tetapi untuk
kebutuhan tersiernya. Sedangkan untuk bagian riqab bisa disamakan dengan
pembebasan dari lintah darat atau rentenir.
Penyaluran secara produktif adalah penyaluran yang sangat tepat,
karena esensi dari zakat akan lebih terasa dengan jangka panjang, selain itu
untuk mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan perekonomian
masyarakat akan tercapai. Karena harta zakat yag diberikan secara konsumtif
akan cepat habis dan esensi dan fungsi zakat hanya sebentar. Oleh karena itu,
apabila zakat akan diberikan secara konsumtif, maka lebih baik kalau Amil
zakat membuat batasan atau ketentuan siapa saja yang berhak menerima zakat
secara konsumtif atau tunai misalnya, hanya mereka yang tidak mampu lagi
bekerja, dikarenakan sudah lanjut usia, atau karena cacat. Sedangkan bagi
mereka yang masih mampu bekerja tetapi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya sehari-harinya harta zakat diberikan untuk modal
usaha.Ini dimaksudkan agar harta zakat itu bisa lebih memberi manfaat. Tapi
sebelum diberi zakat, Amil zakat perlu melihat dahulu, apakah orang yang
akan diberi zakat produktif mempunyai keterampilan dan kepandaian untuk
mengelola zakat tersebut atau tidak. Dan selanjutnya Amil zakat perlu melihat
permaslahan yang dihadapi oleh Mustahik, apakah lebih baik diberikan uang
tunai atau keterampilan untuk berwirausaha. Dan apabila hal seperti ini dapat
diwujudkan maka tidak menutup kemungkinan orang yang sekarang menjadi
61
Mustahik tahun depan bisa menjadi Muzzaki. Hal ini yang diterapkan oleh
BAZNAS Kota Bekasi walaupun dalam kenyataannya belum berjalan dengan
baik.
B. Efektivitas Penyaluran Zakat dalam Upaya Peningkatan Pendidikan
Peran dan fungsi Amil zakat sangat menentukan dalam keberhasilan
pengelolaan zakat yang meliputi penghimpunan, pengelolaan, pendistribusian
zakat, pelaporan dan pencatatan. Dalam hal ini jika Amil melakukan
kesalahan dalam kerjanya seperti tidak amanah, tidak professional dan tidak
transparan sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat, sehingga
eksistensi Amil pun akan hilang, karena tidak ada lagi Muzzaki yang
menyalurkan zakatnya ke Amil tersebut.
Suatu usaha dapat dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai target
yang harus dicapai atau tujuannya. Dalam setiap lembaga pasti ada target yang
harus dicapai sesuai dengan perencanaan dalam waktu satu tahun kedepan,
begitu pula BAZNAS Kota Bekasi yang juga menargetkan penerimaan dana
zakat setiap tahun. Yang menentukan target penerimaan zakat pada BAZNAS
Kota Bekasi yaitu kepala UPZ-UPZ dan dinas- dinas yang ada di Kota Bekasi
tersebut.
Dalam menentukan efektivitas penyaluran zakat, peneliti
menganalisisnya berdasarkan kriteria menurut Prof. DR. Sondang P. Siagian
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
Pada BAZNAS Kota Bekasi sendiri sudah memiliki tujuan yang
ingin dicapai, yakni membutuhkan kepercayaan Muzzaki agar zakatnya
62
untuk disalurkan kepada BAZNAS Kota Bekasi dan mengubah Mustahik
menjadi Muzzaki dengan mengangkat kaum dhuafa melalui ekonomi
produktif dan juga berkeinginan menurunkan angka kemiskinan di Kota
Bekasi. Dalam penerapannya, BAZNAS Kota Bekasi sudah mencapai
salah satu tujuan yang diinginkan melalui program Bekasi Berdaya yang
tadinya Mustahik karena diberikan modal untuk usaha maka si Mustahik
berganti menjadi Muzzaki.Namun untuk program-program yang lainnya
belum terlihat perubahan dari Mustahik menjadi Muzzaki. Diantaranya
termasuk program bekasi cerdas tersebut.
2. Proses analisa dan perumusan kebijakan yang mantap
Dalam proses menganalisa dan merumuskan kebijakan, BAZNAS
Kota Bekasi sudah melakukannya sesuai dengan Undang-Undang yang
berlaku, seperti BAZNAS Kota Bekasi menyusun sistem pengelolaan
mulai dari awal tahun sampai mengadakan evaluasi dalam setiap kegiatan,
dan dalam menganalisa dan merumuskan penyaluran zakat yang
menggunakan skala prioritas dengan mengutamakan Mustahik yang mana
yang paling membutuhkan, yang tentunya disesuaikan dengan jumlah
zakat yang ada dan yang terkumpul di BAZNAS Kota Bekasi.
3. Pelaksanaan yang efektif
Pada BAZNAS Kota Bekasi melaksanakan beberapa program
diiantaranya program Beasiswa, menurut data yang peneliti terima Pada
Tahun 2013 BAZNAS Kota Bekasi Menghimpun Dana Sebesar Rp
3.129.472.214 dan mengeluarkan dana sebesar Rp 897.875.986 Saldo dana
63
pada tahun 2013 sebesar Rp 2.231.596.228. Pada tahun 2013 di BAZNAS
Kota Bekasi mengalami saldo yang cukup besar dikarenakan BAZNAS
Kota Bekasi masih menyalurkan dan menghimpun berdasarkan kalender
masehi, sehingga dana zakat masih memiliki saldo yang cukup besar
dibandingkan dengan dana yang disalurkannya dan BAZNAS Kota Bekasi
juga belum memiliki program-program yang cukup unggul. Pada tahun
2014 BAZNAS Kota Bekasi menerima dana sebesar Rp 4.478.344.560
dan menyalurkannyya sebesar Rp 3.575.164.283 dan sisa saldo pada tahun
2014 sebesar Rp 903.180.277. Pada tahun 2014 BAZNAS Kota Bekasi
mulai memperbaiki program kerja yang ada, BAZNAS Kota Bekasi
menyalurkannya sudah berdasarkan kalender hijriyah dan pada tahun 2014
sudah mulai program dana bergulir untuk kaum dhuafa agar dana tersebut
dikembangkan oleh kaum dhuafa tersebut. Pada tahun 2015 BAZNAS
Kota Bekasi menerima dana sebesar Rp 8.041.878.083 dan dana yang
disalurkan kepada para Mustahik sebesar Rp 7.247.438.449 sisa saldo pada
tahun 2015 tersebut sebesar Rp 794.439.634 .
64
Dana pada Tahun 2013-2015
Pada tahun 2013 dari jumlah dana yang terhimpun BAZNAS Kota
Bekasi menyalurkan pada program Bekasi Cerdas melalui dana beasiswa
untuk tingkat MI, MTS dan MA sebesar Rp 1.098.000 sedangkan pada
tahun 2014 BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan dana tersebut pada
program Bekasi Cerdas untuk beasiswa tingkat MI, MTS dan MA sebesar
Rp 675.000.000 dan pada tahun 2015 BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan
dana tersebut sebesar Rp 564.000.000.
65
Grafik Penyaluran Dana Pada Program Beasiswa Tingkat MI, MTS dan MA
Jika dilihat efektif penyaluran dalam jumlah tersebut dari segi
dana, BAZNAS Kota Bekasi belum efektifitas dalam menyalurkan dana
dalam program beasiswa karena seharusnya dari dana yang diterima setiap
tahunnya terus tambah tetapi angka penyaluran pada program Bekasi
Cerdas di BAZNAS Kota Bekasi tersebut malah menurun.
4. Akuntabilitas
Untuk menegaskan bahwa kegatan kerja dapat
dipertanggungjawabkan dan diperkuat dengan adanya laporan keuangan
berkala periode yang telah di audit oleh lembaga auditor independen yang
terakreditasi dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat umum
bersifat transparan.Sedangkan pada BAZNAS Kota Bekasi belum ada
lembaga auditor independen yang terakreditasi dan belum adanya laporan
keuuangan berkala periode yang telah di audit.
66
Setiap kegiatan penghimpunan yang dilakukan oleh lembaga
pengelola zakat, harus didorong dengan program-program penyaluran
yang baik, sehingga sebaik apapun program penghimpunan, maka
keberhasilannya akan sampai pada penyaluran. Begitu juga halnya
BAZNAS Kota Bekasi, keberhasilan kegiatan penhimpunan juga didorong
kegiatan penyaluran.
Kegiatan penyaluran yang sudah dipercaya oleh Muzzaki dan
berdampak besar bagi kesejahteraan Mustahik, sehingga Muzzaki akan
selalu mendonasikan zakatnya di BAZNAS Kota Bekasi.
67
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian, wawancara, studi dokumentasi dan beberapa
metode penelitian yang dilakukan serta uraian dari beberapa bab terdahulu
maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan dana zakatnya dengan baik. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan laporan keuangan yang transparan dan
merata, dengan mendistribusikan secara terarah dan merata dengan
ukuran-ukuran yang telah ditentukan. Berikut beberapa program yang ada
di BAZNAS Kota Bekasi diantaranya :
PROGRAM BEKASI CERDAS
Beasiswa siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Beasiswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Beasiswa Madrasah Aliyah (MA)
Beasiswa Mahasiswa (Rencana Berjalan Tahun 2016)
Bantuan Raudhatul Athfal (RA)
Bantuan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ)
Bantuan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA)
Bantuan Pembinaan Rutin Qori/Qoriah dan Hafidz/Hafidzah
Bantuan Santri Pondok
Penerbitan Buletin Wasilah
68
PROGRAM BEKASI SEHAT
Bantuan Dana Kesehatan
Bantuan Biaya Persalinan
Membantu Pengurusan BPJS untuk Dhuafa
Sunatan Masal
Operasi Katarak
PROGRAM BEKASI BERDAYA
Santunan Anak Yatim
Dana Bergulir Berbasis Masjid
Pelatihan Sevice AC dan Pemberian Modal Remaja Masjid
PROGRAM BEKASI IHSAN
Bantuan Dana Kematian
Sinergi Program Baznas Jawa Barat
Benah Sarana Ibadah
Operasional Relawan Benah Sarana Ibadah
Honor Guru Ngaji di Masjid
Majlis Ta’lim
Operasional Ambulance
Kegiatan Keagamaan/Proposal Masyarakat
Bantuan Mukena
Bantuan Masjid Pada Tarling Walikota
69
Bantuan Masjid Pada Suling Walikota
Buka Puasa Bersama Anak Yatim dan Guru Ngaji
Honor Guru Ngaji di Pondok Pesantren
Bantuan Al-Qur’an Ddan Buku Islami
Pelatihan Manajemen Pengelolaan Masjid
Pelatihan Amil Janazah
Kajian-kajian Keislaman
Edukasi Wajib Zakat dikalangan Pelajar dan Mahasiswa
2. Dalam program beasiswa BAZNAS Kota Bekasi telah menyalurkan
kurang efektif. Karena di BAZNAS Kota Bekasi menyalurakan dana
tersebut setiap tahunnya mengalami penurunan, dan dahuunya BAZNAS
Kota Bekasi pada tahun 2013 masih menyalurkan dana zakat
menggunakan kalender hijriyah jadi penyaluran pada tahun 2013 itu dua
kali BAZNAS Kota Bekasi menyalurkannya jadi jumlah yang dikeluarkan
pada tahun 2013 itu cukup besar, sedangkan pada tahun 2014 dan 2015
BAZNAS Kota Bekasi sudah mengacu pada bulan-bulan masehi.
Di BAZNAS Kota Bekasi tersebut setiap tahunnya berbeda yang
diunggulkan pada tahun 2013 diunggulkan program bekasi cerdas jadi
penyalurannya juga paling besar pada program bekasi cerdas tersebut.
Sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 yang mulai diunggulkan program
Bekasi berdaya karena BAZNAS Kota Bekasi berniat dana zakat yang
terkumpul bisa di kembangkan dan yang tadinya Mustahik bisa menjadi
Muzzaki.
70
B. SARAN-SARAN
1. Untuk BAZNAS Kota Bekasi melalui program Bekasi Cerdas jika
menyalurkan dana untuk program beasiswa seharusnya dananya lebih
dipantau sampai proses penyalurannya selesai.
2. Program Bekasi Cerdas ini penyalurannya tidak hanya diperuntukan siswa
MI, MTS dan MA saja, tetapi juga sampai Perguruan Tinggi, karena
banyak orang-orang yang ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi
dengan keterbatasan biaya..
3. BAZNAS Kota Bekasi seharusnya mempunyai Tim Audit Independen
sehingga penyajian laporan keuangannya berdasarkan PSAK 109.
71
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI Ali,.Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI Press,
1998 Ali., Muhammad Daud, Lembaga-Lembaga Islam Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,1995 Azwar., Saifudin, Metode Penelitian, (Yogyakarta : pustaka pelajar offset, 1998 Bagus., Denny, Efektifitas Kerja, artikel diakses pada 22 Januari 2016 dari
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/efektifitas-kerja-definisi-faktor-yang.html.
Bariadi, Lili, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta : CED, 2005 Bungin., Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : PT Grafindo Persada,
2001 Dahlan, Abdul Aziz.,(et al.), Zakat Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve 1996 Fadhullah, Cholid, Mengenal Hukum Islam dan Pengalamannya di DKI Jakarta,
Jakarta : BAZIS DKI Jakarta, 1993 Fakhruddin, Fikih dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN-Malang
Press, 2008 Faris., Muhammad Abdul Qadir Abu, Kajian Kritis Pendayagunaan Zakat,
Semarang: Dimas, 1983 Hafhifuddin, Didin.,(ett.al.),Problematika Zakat Kontemporer : Arikulasi Proses
Sosial Politik Bangsa, Jakarta : Forum Zakat, 2003 Hafidhuddin., Didin, Zakat dan Peningkatan Kesejahteraan (Upaya Memahami
Kembali Makna Dan Hakikat Zakat) dalam Mimbar Agama dan Budaya, Jakarta : Penerbit UIN Syarif Hidayatullah, 2002
Handoko., T. Hani, Menejemen, Yogyakarta: BPFE,1993, Edisi II Hidayat., Hikmat, Panduan Pintar Zakat, Jakarta: Qultummedia,2008
72
http://antarabogor.com/berita/2476/bazda-bekasi-targetkan-pendirian-10-upz pada tanggal 15 januari 2016 pukul 08:38
http://jakartaplaces.com/lokasi/badan-amil-zakat-daerah-bazda-kota-bekasi/ pada
tanggal 15 januari 2016 pukul 09.10 http://www. Zakat dalam Islam Assabbab.com.htm http://www.fimadani.com/zakat-dan-kedudukannya-dalam-Islam/ http://www.google.co.id/search?q=program+bekasi+cerdas+BAZ+Kota+Bekasi&
noj=1&ei=CEqYVvO_KIKWuASXzJHQDA&start=10&sa=N&biw=1366&bih=629 pada tanggal 15 Januari 2016 Pukul 09.00
http://www.mutiarahadits.com/30/57/75/siapa-yang-memberikan-sedekah-zakat-
dan-batasan-kaya.htm http://www.oocities.org/infozakat_kzis/tujuan_zakat.htm diakses pada tanggal 14
Maret 2016 https://almanhaj.or.id/4175 - zakat dalam Islam kedudukan dan tujuan-tujuan
syarinya. html https://hasansaggaf.wordpress.com/2012/03/05/siapa-berhak-dan-haram-
menerima-zakat/ diakses pada tanggal 14 Maret 2016 IMZ, Zakat dan Empeweing, Jurnal Pemikiran dan Gagasan , 2009 Kumpulan Teori Efektifitas, Diakses dari http://al-bantany_112.blogspot.com,
pada hari Senin, 15 Februari 2016 Maleong., Lexy J, Metodologi Penelitian Mott., Paul E., The Characteristies of Effective Organization, New York: Halper
and Row.1972, h 20-24 Mundzir., Ibnu, Al Ijma, Jakarta : Akbar Media, 2012, Cet Ke- 1 Nasution, Harun, Islam Rasional, Bandung : Mizan, 2000 Nawawi., Hadari, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University,
1993 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2001 cet.1, Edisi III
73
73
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2003
Qardawi., Yusuf, Hukum Zakat, diterjemahkan Salman Harun DKK dari kitab
Hukm Al-Zakah, Bandung: Mizan, 1996 Qardhawi., Yusuf, Fiqih Zakat, Beirut : Muassasah Risalah, Juz II, 1999 Qardhawi., Yusuf, Hukum Zakat, Jakarta : Litera Antar Nusa, 1999 Qardhawi., Yusuf, terjemahan Salman Harun dan kawan-kawan, Hukum Zakat,
Jakarta : Litera Antar Nusa,1993 Ridwan, Mohammad, Menejemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta :
UII Press, 2005. Cet 2 Sadili., Hasan, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, Jakarta: IchtiarBaru-Van Hoeve,
Jilid 2 Sarbeni, Beni, Panduan Zakar Al-Quran dan Sunnah, Bogor : Pustaka Ibnu
Katsir, 2005 Sari., Elsi Kartika , Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: PT Grasindo,
2006 Siddiq, Muhammad Nejatullah, Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Penelitian
Kepustakaan Masa Kini, Jakarta: LPPW, h. 134 Sudewo., Eri, Menejemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,
Ciputat: IMZ,2004, Cet 1 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung: CV.
Alfabeta, 2009 Sujadi F.X.O&M, Penunjang Keberhasilan Proses Menejemen, Jakarta: CV
Masagung,1990 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka,1997 UU No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat