EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK
(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat
Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)
Oleh :
RUSWATI
F1B001050
Diajukan untuk menyusun skripsi Program Strata Satu (S1)
Jurusan Ilmu Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKERTO2005
======================================================================
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK
(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)
Oleh :Ruswati
F1B001050
Diterima dan disahkan
Purwokerto, November 2005
Pembimbing 1. Pembimbing IDrs. Andi Antono, M.Si. ………………………….NIP. 131691611 2. Pembimbing IIDrs. Darmanto S.S., M.Kes. ………………………….NIP. 131657334 3. Penilai PendampingDrs. M. Imron ………………………….NIP. 131996098
MengetahuiDekan FISIP UNSOED
Drs. Bambang Kuncoro, M.Si.NIP. 131569011
======================================================================
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini
disebutkan dalam daftar pustaka. Dengan kata lain semua isi yang ada dalam
skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
Purwokerto, November 2005
( Ruswati ) F1B001050
======================================================================
Presented for
My beloved parents, Bapak and Mama
Thanks for the sincerity in praying and supporting me
My beloved sister ‘Wary’ thanks for your love and attentions
My little sister and brother’Musliah & Agus’
Praying, study hard and never stop trying. Must !
Barakallahu…
I’ll love all of you forever
======================================================================
MOTTO
Jadikanlah Allah sebagai penolongmu dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’(Qs. Albaqarah : 45)
Kita hidup hanya sekali, maka sekiranya ada kebaikan yang bisa kita tunjukkan terhadap sesama, biarlah itu kita lakukan sekarang juga dan jangan menundanya sebab kita tidak akan pernah melewati jalan ini lagi untuk yang kedua kalinya.
(William Pen)
Jangan menunggu keadaan paling ideal, jangan pula menunggu kesempatan yang paling baik. Keduanya tak akan pernah datang.
(Janet Erskine Stuart)
Tiada kesalahan atau kegagalan yang lebih buruk selain berhenti dan tidak mencoba lagi.
(John Wanamaker)
Tak selamanya kegagalan berakhir dengan kesedihan. Ada keajaiban yang akan membuat kita tersenyum.
(Emi)
Try and try, never giving up and face all the things with smile, cause smile will give us The Power.
(My Self)
=====================================================================
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PELAYANAN
PUBLIK (Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat
Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)”. Karya ini
ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Penulis menyadari bahwa karya ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Drs. Andi Antono, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Darmanto S.S., M.Si. selaku pembimbing dua yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. M. Imron selaku penilai pendamping yang telah memberikan saran, bimbingan dan petunjuk untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Bambang Kuncoro, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED.
5. Seluruh staff dan dosen pengajar Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED.
6. Seluruh aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data selama penelitian berlangsung.
7. Bapak dan Mama tersayang yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, do’a, dorongan dan segalanya serta kakak dan adik-adikku tersayang atas dukungannya selama ini.
8. Teman-teman AN 2001 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Lisna, Emi, Imung, Upi, Erni, Peni, Bambang, Mas Jay, Astri, Ria, Siti Diah, Qiah, terimakasih atas perhatian dan dukungannya, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai.
9. Teman-teman kost di “Wisma An Najah” Neta, Vita, Lusi, Tamah, Hany, Mega dan Iis, atas pesahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah selama ini. Thanks for this beautiful friendship. Keep it forever !
10. Semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun spirituil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap masukan dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Purwokerto, November 2005
Penulis
=====================================================================
THANKS TO……
Sujud syukurku pada Allah SWT atas segala anugerah, cinta dan kasih sayang
yang telah diberikan sehingga Ana bisa melewati satu langkah dalam perjalanan hidup yang panjang ini.
Nabi besar Muhammad SAW sebagai panutan hidup Ana di dunia.
Bapak dan Mama yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, do’a, dorongan dan segalanya, Aku Bangga pada kalian, dan aku berjanji tidak akan
mengecewakan kalian dan akan membuat kalian bahagia!
Mbak Wary…My Best sister…thanks for everything you’ve gived to me…I’ll do the best! Buat adik-adikku tersayang De’ Mus dan De’ Agus terimakasih sudah
menjadi adik yang manis dan baik. Jangan lupa belajar dan terus berdo’a. Tiru yang baik dari kaka, dan buang yang jelek dari kaka.
My Best Friend Ika&Fitri terimakasih atas perhatian, semangat, nasihat, dan
persahabatan yang manis ini semoga kita selalu bersama selamanya.
Teman seperjuanganku Lisna, Ika, Ria, Bambang, Ahmad, Imung, Mas Jay, Yuli, Mas Tanjung, Mas Wiwit, Mas Momo, Evi, Diah, Resi, Q-yah terimakasih untuk
semua bantuan dan support kalian.. terimakasih sudah bersama-sama selama ini.
Dewi, Peni, Upi, Erni, Astri, Somad, Siti, Mi’ing, Samsiyah, Probo, Desi, Thanks for your attentions, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai
dan teman-teman AN 2001 atas kebersamaannya selama ini. Kompak Selalu!!
Teman-teman kost di “Wisma An Najah” mbak neta, vita, lusi, tamah, hany, rina, sumini, mega dan iis, atas persahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah
selama ini. Thanks for this beautiful friendship. Keep it forever !
Teman-Teman Kenanga Crew terimakasih atas kerjasama, persahabatan, kekompakan, pengertian dan pertolongannya selama ini. Semoga kita selalu
bersahabat selamanya.
My Friends on cyber especially niceguy community, mas burhan, mas mul,mbak liany, mbak ika, dan teman-teman yang lain
terimakasih atas persahabatan, keceriaan, kebahagiaan dan semangat yang kalian berikan untukku…Kehadiran kalian memberikan warna dalam hidupku.
Untuk masa depanku…Sekarang aku bekerja keras dan terus berjuang untukmu…
Terakhir kuingin mengucapkan banyak terimakasih untuk orang-orang yang telah menyakitiku dan membuatku sedih…karena kalianlah sekarang aku menjadi lebih
kuat dan menjadi lebih baik.
Barakallahu…
=====================================================================
RINGKASAN
Pada saat ini pemerintah banyak mendapat sorotan publik terutama dalam hal pelayanan. Masyarakat Indonesia semakin kritis dan menginginkan pelayanan yang maksimal dari pemerintah. Mereka menuntut pelayanan yang efektif dalam berbagai hal. Tidak hanya di pusat pemerintahan, di semua tingkat pemerintahan dari pusat sampai kelurahan mendapatkan tuntutan yang sama dari publik yaitu pelayanan yang efektif. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi efektivitas pelayanan suatu organisasi, diantaranya disiplin kerja dan iklim kerja aparat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
Penelitian ini dilakukan di lima kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dengan sasaran penelitiannya adalah seulurh pegawai pada lima kelurahan tersebut. Jumlah responden sebanyak 82 pegawai. Penentuan sampel menggunakan teknik Total Sampling dengan asumsi menggunakan teknik total sampel maka sampel akan representatif. Metode yang digunakan adalah kuantitatif sehingga data-data yang ditampilkan berupa angka-angka. Untuk validitas data digunakan validitas konstruksi dan reliabilitas data menggunakan internal consistency dengan teknik belah dua (split half) dari Spearman brown. Pengujian hipotesis dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi kendall tau dan regresi ordinal.
Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik, koefisien korelasi kendall antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,518; antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,540; antara variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,779. Hubungan-hubungan ini bersifat signifikan dan positif. Dari hasil perhitungan regresi ordinal didapatkan nilai beta () sebesar 54,627 artinya pengaruh disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y) sebesar 54,627 dan sisanya sebesar 45,373 dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil-hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima. Kata kunci : disiplin kerja, iklim kerja dan efektivitas pelayanan. ===========================================================
==========
SUMMARY
At the moment the government often received the attention of public especially in the matter of service. The Indonesian community increasingly critical and wanted the maximal service from the government. They demanded the effective service in various matters. Not only in the center of the government, in all the levels of the government from the center until the district got the same demand from public that is the effective service. There were many factors that could influence the service effectiveness in an organization, such as dicipline and climate of the work from officials. This research aimed to know the influence dicipline and climate of work towards the service effectiveness of district officials in the North Cilacap Subdistrict in the Cilacap Regency.
This research done in five districts in the Cilacap Subdistrict North, with target was all the officials of five districts. The number of respondents totalling 82 officials. The determination of sample made use the Total Sampling technique with the assumption that sample will be representative. The method was used quantitative so the datas that was put forward took the form of figures. For the validity of the data was used by the validity of the construction and reliabilitas the data used internal consistency technically the crack two (split half) from Spearman Brown. The testing of the hypothesis was analysed by use kendall tau correlation and ordinal regression technique.
Based on the results statistically, the correlation coefficient kendall between dicipline of work (X1) with the effectiveness of service (Y) variabel is 0,518; between the climate of work (X2) with the effectiveness of service (Y) variable is 0,540; between the dicipline (X1) and climate of work (X2) variable with the effectiveness of service variable (Y) is 0,779. These relations were significant and positive. From results of ordinal regression was obtained beta () as big as 54,627 meaning that the influence dicipline of work variable (X1) and climate of work variable (X2) toward the effectiveness of the service variable (Y) as big as 54,627 and the rest of them as big as 45,373 was influenced by the other variable. From these results the conclusion is the hypothesis that was raised in this research could be accepted.
The key word : discipline of work, climate of work and effectiveness of service.
===========================================================
==========
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….… ii
PERNYATAAN …………………………………………………………….. iii
PERSEMBAHAN …………………………………………………………... iv
MOTTO ……………………………………………………………………... v
KATA PENGANTAR …………………………………………………….… vi
RINGKASAN ………………………………………………………………. viii
SUMMARY ………………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………….. 12
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………….… 12
D. Tujuan Penelitian ……………………….………………………….… 12
E. Kegunaan Penelitian ……………………………………………….… 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritik……...……...……...……...……...……...…….….. 14
1. Konsep Teori ……………………………………………………... 142. Pelayanan Publik …..……………………………………………... 153. Efektivitas Pelayanan Aparat …...………………………………... 184. Disiplin Kerja Aparat …………………………………….………. 225. Iklim Kerja Organisasi ………………….………………………... 256. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat...
297. Pengaruh Iklim Kerja Dalam Kelurahan Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan ……………………………………... 318. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap
Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan ………………………..... 33
B. Hipotesis……...……...……...……...……...……...……...……...…... 34 1. Hipotesis Model Verbal …………………………………………... 342. Hipotesis Model Geometrikal .……………………………..……... 35
C. Definisi Konsep Dan Definisi Operasional……...……...……...……. 35
1. Definisi Konsep …………………………………………………... 352. Definisi Operasional ……………………………………………… 363. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian……...……...…..
38 BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Metode Penelitian……...……...……...……...……...……...……. 42
1. Sasaran Penelitian …………………………………………….. 422. Lokasi Penelitian ……………………………………………... 423. Metode Penelitian …………………………………………….. 424. Variabel-Variabel Yang Digunakan ……….……………….… 425. Teknik Pengambilan Sampel ……………………………….… 436. Metode Pengumpulan Data ……...……………………………. 447. Sumber Data …………………………………………………... 458. Validitas dan Reliabilitas Data ………………………………... 45
B. Metode Analisis……...……...……...……...……...……...…….... 48
1. Pengukuran Variabel ………………………………………….. 482. Model Analisis Yang Digunakan ……………………………... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……...……...……...……...……...…….… 56
1. Keadaan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara……………... 56 2. Struktur Organisasi dan Rinciann Tugas Pokok Pemerintah Kelurahan……...……...……...……...……...……...…...……... 69
3. Karakteristik Responden………………………………………. 74
B. Uji Validitas dan Reliabilitas……...……...……...……...……...…….
761. Uji Validitas….……………………………………………….. 77
2. Uji Reliabilitas………………………………………………... 80
C. Deskripsi Variabel Penelitian……...……...……...……...……...……. 821. Deskripsi Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)….…………….. 82
2. Deskripsi Variabel Disiplin Kerja (X1)………………………. 83
3. Deskripsi Variabel Iklim Kerja (X2)…………………………. 84
4. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean………………... 85
D. Pengujian Hipotesis……...……...……...……...……...……...…….... 851. Tabulasi Silang….……………………………………………. 86
2. Korelasi Kendall Tau………………………………………… 90 3. Korelasi Parsial……...……...……...……...……...……...…... 97 4. Koefisien Konkordasi Kendall (W)………………………….. 98 5. Regresi Ordinal………………………………………………. 100
E. Pembahasan …………………………………………………………. 101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 107
B. Implikasi……………………………………………………………... 108
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
=====================================================================
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jumlah Aparat Pemerintah Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan Januari-Juni 2004 ...........................
7
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan Desember 2004………………………………. 7 Tabel 3. Jenis-Jenis Pelayanan yang Diberikan Kelurahan Kepada Masyarakat…………………………………………………………. 8 Tabel 4. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian………………….. 39 Tabel 5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi……... 50 Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Pendidikan………………………………………………………….. 57 Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Tenaga Kerja……………………………………………………….. 57 Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Gumilir Berdasarkan Mata Pencaharian………………………………………………………… 58 Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Pendidikan……………………………………………………. 59 Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Tenaga Kerja……………………………………………………….. 60 Tabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Mata Pencaharian…………………………………………………... 61 Tabel 12. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Pendidikan………………………………………………………….. 62 Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia
Tenaga Kerja………………………………………………………. 63 Tabel 14. Komposisi Penduduk Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Mata Pencaharian………………………………………………….. 63 Tabel 15. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Pendidikan…………………………………………………………. 65Tabel 16. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Tenaga Kerja………………………………………………………. 65 Tabel 17. Komposisi Penduduk Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Mata Pencaharian………………………………………………………… 66 Tabel 18. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Pendidikan…………………………………………………………. 68 Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Tenaga Kerja………………………………………………………. 68 Tabel 20. Komposisi Penduduk Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Mata Pencaharian………………………………………………………... 69
Tabel 21. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……………..
74
Tabel 22. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……………………….
75
Tabel 23. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….
76Tabel 24. Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Pelayanan………………….. 77 Tabel 25. Hasil Pengujian Validitas Disiplin Kerja………………………….. 78 Tabel 26. Hasil Pengujian Validitas Iklim Kerja…………………………….. 79 Tabel 27. Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas………………………….. 81
Tabel 28. Distribusi Frekuensi Variabel Efektivitas Pelayanan ……………... 82 Tabel 29. Distribusi Frekuensi Variabel Disiplin Kerja ……………………... 83 Tabel 30. Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja ………………………… 84 Tabel 31. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean ……………………... 85 Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1)
dengan Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)………………………................
86 Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)………………………...
88
Tabel 34. Hasil Perhitungan Kendall c……………………………………... 90 Tabel 35. Hasil Perhitungan Koefisien Konkordansi Kendall (W)…………… 99 ===========================================================
==========
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hipotesis Model Geometrikal……………………………………... 35 Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan……………… 71 Gambar 3. Pengujian Hipotesis Model Geometrikal………………………….. 106
=====================================================================
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Input Data Penelitian Lampiran 3. Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Lima Kelurahan di Kecamatan
Kabupaten Cilacap Lampiran 4. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Disiplin Kerja Lampiran 5. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Iklim Kerja Lampiran 6. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan Publik Lampiran 7. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Lampiran 8. Tabulasi Silang Variabel Penelitian dilanjutkan Analisis Kendall c
Lampiran 9. Hasil Pengujian Korelasi Parsial Lampiran 10. Hasil Pengujian Konkordansi Kendall (W) Lampiran 11. Hasil Pengujian Regresi Ordinal Lampiran 12. Tabel Nilai-nilai r Product Moment Lampiran 13. Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat Lampiran 14. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 15. Surat Rekomendasi Penelitian Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup
=====================================================================
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan
negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam segala aspek
kehidupan oleh penyelenggara negara yaitu lembaga tertinggi dan lembaga tinggi
negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia.
Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk memperbaiki keterbelakangan dan ketertinggalan dalam semua
bidang kehidupan menuju suatu keadaan yang lebih baik dari pada keadaan
sebelumnya. Tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yaitu mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual. Pencapaian
tujuan nasional di atas dilakukan dengan rangkaian upaya pembangunan
berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
yang dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah menuju terwujudkan
masyarakat adil dan makmur. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan
pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta menciptakan
suasana yang menunjang.
Keberhasilan pembangunan nasional tidak lepas dari peran dan fungsi
organisasi pemerintah yang mengemban tugas-tugas pemerintah karena
keberhasilan organisasi pemerintah dalam mencapai tujuan sangat mendukung
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam rangka pencapaian tujuan
nasional dan tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan peran serta Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat
yang tugasnya adalah untuk melaksanakan pemerintahan dan tugas pembangunan.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pada Bab II,
Pasal 3 ayat 1 ditegaskan bahwa :Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.
Widjaja menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan hanya unsur
aparatur pemerintah, melainkan juga abdi negara dan abdi masyarakat yang pada
dasarnya adalah pelayan masyarakat. Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Deddy
Mulyadi bahwa :Pegawai negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, juga merupakan abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat birokrasi harus mengabdikan diri. Aparat birokrasi memang sangat diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat (Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).
Dengan demikian output dari pelaksanaan tugas adalah berupa jasa
pelayanan kepada masyarakat sehingga pelayanan dikatakan efektif apabila aparat
berhasil dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain keberhasilan tugas
pemerintah dalam pembangunan nasional banyak tergantung pada kerja dan
kemampuan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut kita dapat melihat bahwa
kedudukan dan peranan pegawai negeri sangat penting dan menentukan
keberhasilan pembangunan nasional.
Aparat kelurahan sebagai bagian dari pegawai negeri dituntut untuk dapat
menjadi motor penggerak pembangunan karena aparat kelurahan bersentuhan
langsung dengan masyarakat sehingga akan lebih memahami keadaan dan kondisi
masyarakat. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian dinyatakan bahwa kelancaran menyelenggarakan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan nasional, terutama tergantung dari kesempurnaan
aparatur negara, dan kesempurnaan aparatur negara tergantung dari kesempurnaan
pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kesempurnaan
birokrasi tergantung dari kesempurnaan aparatur negara sehingga kualitas birokrasi
kita tercermin dari kualitas aparatur negara.
Tugas pemerintah tidak hanya mengatur saja, akan tetapi juga memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Fungsi pelayanan selama ini belum mendapat
perhatian dari para aparat birokrasi kita sebab fungsi mengaturnya lebih dominan
dibandingkan porsi pelayanannya. Deddy Mulyadi menjelaskan bahwa aparat
birokrasi merasa ada dalam posisi penguasa yang lebih menempatkan diri sebagai
pengarah daripada pamong, oleh karena itu timbul kecenderungan untuk melihat
warga masyarakat sebagai objek pasif dalam pelayanan publik (Pikiran Rakyat, 7
Agustus 2004).Birokrasi pemerintah menempati posisi yang penting dalam pelaksanaan
pembangunan karena merupakan salah satu instrumen penting yang akan menopang dan memperlancar usaha-usaha pembangunan. Berhasilnya pembangunan ini memerlukan sistem dan aparatur pelaksana yang mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen modern dalam sikap perilaku dan kemampuan teknisnya termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat. Karena pelayanan yang efektif akan memperlancar jalannya proses pembangunan. Dengan alasan itulah penulis mengambil efektivitas pelayanan sebagai variabel yang diteliti.
Sejak masa orde baru sampai saat ini, kondisi birokrasi di Indonesia terkenal sangat buruk seperti inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi dan nepotisme. Hal ini dibuktikan dengan adanya tuntutan dan keluhan masyarakat terhadap pelayanan jasa yang dinilai kurang memuaskan (Deddy Mulyadi, Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004). Masyarakat semakin jauh dari harapan memperoleh pelayanan sesuai hak yang dimiliki sebagai warga negara. Birokrasi dalam hal ini pemerintah menjadi kurang mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat.
Untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang netral kenyataannya masih menghadapi banyak rintangan, sementara masyarakat selalu menuntut
efektivitas pelayanan dari pemerintah. Seperti disebutkan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Deddy Mulyadi bahwa :
Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang netral dalam penyelenggaraan administrasi dan
pemerintahan negara, ternyata dalam praktiknya memang banyak menghadapi rintangan. Padahal di
tengah rintangan itu, masyarakat sangat merindukan pelayanan publik yang baik, dalam arti
proporsional dengan kepentingan, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada penciptaan keseimbangan
antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan tanggung jawab (accountability)yang mesti
diberikan kepada masyarakat yang dilayani (Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).
Aparat kelurahan sebagai birokrat di tingkat kelurahan dituntut untuk
mampu menangani kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha-usaha
pembangunan yang digalakkan pemerintah. Aparat kelurahan harus mampu
melaksanakan fungsi utamanya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan baik, cekatan, efektif dan efisien.
Dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah, pasal 127 ayat 1 bahwa kelurahan dibentuk dalam wilayah
kecamatan dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Kemudian, dalam ayat 2 dijelaskan bahwa kelurahan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dipimpin oleh lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan dari Bupati/Walikota. Penjelasan tersebut di atas memberikan
pengertian bahwa pemerintah kelurahan adalah organisasi pemerintahan yang
berada di wilayah kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dalam
pelaksanaan tugas pokoknya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan disebutkan bahwa
Susunan Organisasi Pemerintahan Kelurahan terdiri dari :a. Lurahb. Sekretaris Kelurahanc. Kepala Seksi
Membawahi : - seksi pemerintahan- seksi pembangunan- seksi sosial ekonomi- seksi ketentraman ketertiban
d. Kepala Lingkungan
Sekretaris kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada
Lurah, sekretaris kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala Lingkungan
merupakan jabatan non struktural yang mempunyai tugas pokok membantu
pelaksanaan tugas-tugas operasional Lurah dalam wilayah kerjanya.
Lurah dan aparat-aparat di pemerintah kelurahan memiliki tugas pokok
dan fungsi yang berat dan kompleks. Oleh karena itu birokrat di tingkat kelurahan
ini dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang maksimal. Akan tetapi
perbandingan jumlah aparat yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang
harus dilayani akan menimbulkan persoalan apabila kerja aparat lamban dan tidak
efisien dalam pelayanannya.
Demikian juga yang terjadi di wilayah Kecamatan Cilacap Utara, jumlah
penduduk dibandingkan dengan jumlah aparat kelurahan sangat tidak seimbang.
Aparat kelurahan yang jumlahnya terbatas harus melayani penduduk yang
jumlahnya ribuan. Jumlah aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara dapat
dilihat pada tabel berikut ini :Tabel 1. Jumlah Aparat Pemerintah Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
Berdasarkan Keadaan Data Bulan Januari – Juni 2004 No. Nama Kelurahan Aparat1. Gumilir 132. Karang Talun 133. Kebonmanis 174. Mertasinga 145. Tritih Kulon 25
Jumlah 82Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan
Januari – Juni 2004
Tabel 1 memperlihatkan jumlah aparat pemerintah kelurahan dalam
wilayah Kecamatan Cilacap Utara secara keseluruhan adalah berjumlah 82 orang.
Jumlah ini tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani. Oleh
karena itulah perlu adanya efisiensi dalam pelayanannya. Jumlah penduduk di
Kecamatan Cilacap Utara yang tersebar di lima kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data
Bulan Desember 2004 No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk1. Gumilir 13.5702. Karang Talun 10.0833. Kebonmanis 9.9174. Mertasinga 14.2415. Tritih Kulon 15.747
Jumlah 63.558Sumber : Laporan Kependudukan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan Desember
2004
Efisiensi dalam memberikan pelayanan selain disebabkan oleh jumlah aparat yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani, juga disebabkan oleh banyaknya jenis pelayanan yang diberikan kelurahan kepada masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan aparat kelurahan kepada masyarakat antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 3. Jenis-Jenis Pelayanan yang Diberikan Kelurahan Kepada Masyarakat
No.
Jenis Pelayanan
1. Pengantar pembuatan KTP2. Pengantar pembuatan akte kelahiran3. Pengantar pembuatan SKKB4. Kependudukan (nikah, cerai, lahir, mati)5. Pelayanan pembayaran PBB6. Pelayanan pembayaran listrik
Sumber : Kantor Kecamatan Cilacap Utara
Jenis-jenis pelayanan tersebut hanya sebagian dari banyaknya pelayanan yang diberikan kelurahan kepada masyarakat, karena sering ada program-program pemerintah yang biasanya diberikan kewenangan kepada kelurahan untuk menanganinya, seperti misalnya program bantuan untuk masyarakat miskin. Kelurahan bertugas mendistribusikan beras kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Selain itu, kelurahan juga sering menangani surat-surat perijinan pendirian bangunan, surat-surat keterangan tidak mampu masyarakat yang membutuhkan untuk keringanan pengobatan, keringanan biaya pendidikan, yang
semuanya itu menuntut pelayanan yang efektif agar masyarakat yang dilayani merasa puas.
Bapak Sungkowo (nama samaran) salah seorang warga di salah satu kelurahan ada di Kecamatan Cilacap Utara, mengatakan bahwa pada saat beliau datang ke kantor kelurahan untuk meminta surat keterangan kelakuan baik, aparat yang melayaninya sangat lamban dan berbelit-belit. Beliau mengatakan :
“Pada saat saya minta surat pengantar, saya memang dilayani, tapi wajah mereka sangat tidak menyenangkan dan sangat lambat dalam mengerjakannya. Selain itu, mereka sambil ngobrol sendiri dengan petugas yang lain, pada waktu saya tegur supaya cepat-cepat karena saya sedang tergesa-gesa, malah saya dimarahi suruh bersabar. Saya jadi malas untuk pergi ke kantor itu lagi”.
Penulis juga memperoleh keluhan dari bapak Kisnaji (nama samaran)
salah seorang warga yang tidak puas atas pelayanan yang diberikan aparat kelurahan pada saat beliau datang ke kantor untuk meminta surat pengantar pembuatan KTP, beliau mengatakan :
“Saya kan mau buat KTP untuk anak saya yang baru datang dari luar kota, pada waktu saya datang ke kantor untuk minta surat pengantar, ternyata disuruh datang lagi esok hari, sebab pak lurah lagi tidak ada di tempat. Saya maklum mungkin beliau lagi ada rapat di kecamatan, tapi kenapa tidak ada orang yang diberi wewenang untuk mengurus surat pengantar tersebut, ini jadi membuat tidak efektif pelayanannya, mana perilaku petugasnya tidak menyenangkan”.
Aparat juga sering datang terlambat, tidak sesuai dengan jam kerja. Ada
salah seorang penjaga di salah satu kantor kelurahan tempat penulis melakukan observasi, mengatakan :
“Dulu jam kerja itu jam 07.00 mereka berangkatnya sekitar setengah delapan sampai jam delapan, sekarang jam kerjanya jadi jam 07.30 mereka tetap sama berangkatnya sampai jam delapanan. Padahal sering jam tujuh itu sudah ada warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat, tapi mereka belum pada datang, saya jadi yang tidak enak sendiri sama warga, saya tidak punya hak apa-apa untuk melayani mereka, tugas saya kan hanya bersih-bersih disini”.
Dari hasil wawancara terhadap beberapa warga yang membutuhkan pelayanan dari
aparat kelurahan ternyata masih banyak keluhan yang muncul dari
masyarakat seperti adanya pegawai yang sering datang terlambat dan
pelayanan yang kurang adil yang menyebabkan keterlambatan
penyelesaian pekerjaan, dalam hal ini adalah melayani keperluan yang
dibutuhkan oleh warga masyarakat. Merujuk pada kenyataan tersebut,
dapat dirumuskan masalah bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparat
kelurahan belum “efektif”.
Pelayanan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik karena
adanya kepentingan umum dalam masyarakat yang dilayani kelurahan.
Kepentingan umum yang ada di masyarakat merupakan sasaran utama dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik bukanlah suatu sasaran,
melainkan suatu proses atau kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu yang telah
ditetapkan.Sasaran yang dimaksudkan dalam lingkup pemerintahan adalah sasaran
pembangunan. Sebagai suatu proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan dalam masyarakat. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan publik akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor.
Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan, seperti yang dikemukakan oleh Weber dan Moenir bahwa efektivitas pelayanan dari birokrasi pemerintah dapat dipengaruhi oleh kepuasan masyarakat yang dilayani dan juga tingkat kedisiplinan pegawai dengan mentaati peraturan dan prosedur yang ada sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Selain itu, Steers juga mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan yaitu optimasi tujuan, perspektif sistematika dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi.
Lain halnya dengan Sondang P. Siagian yang menerangkan bahwa efektivitas dapat diukur dari tingkat disiplin pegawai, apakah pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau tidak. Kemudian, Manullang menambahi bahwa efektivitas dapat juga diukur melalui koordinasi yang baik dan tingkat prestasi pegawainya, bagaimana cara pegawai mengintepretasikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Hasibuan mengatakan bahwa efektivitas juga dapat diukur dari motivasi
pegawai dalam melaksanakan pekerjaanya. Lain halnya dengan Thoha yang
menjelaskan bahwa efektivitas suatu organisasi juga dipengaruhi oleh perilaku-
perilaku pegawai yang ada dalam organisasi tersebut. Sedangkan Kotler
berpendapat bahwa efektivitas suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh iklim kerja,
manajemen, pemasaran, lingkungan dan kinerja organisasi tersebut.
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, kita dapat
mengetahui bahwa tercapainya efektivitas pelayanan yang diberikan kelurahan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perbedaan dalam
mengintepretasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, disiplin, motivasi,
kinerja, manajemen dan perilaku aparat dalam bekerja serta iklim kerja yang ada
dalam organisasi tempat aparat bekerja.
Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi
efektivitas pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani
masyarakat dan iklim kerja yang ada di kelurahan yang bersangkutan. Bagaimana
kedisiplinan mereka terhadap pekerjaan yang mereka kerjakan sehingga dapat
memuaskan masyarakat yang dilayani. Bagaimana suasana iklim organisasi yang
dapat menunjang efektivitas pelayanan terhadap masyarakat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dengan efektivitas
pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja dengan efektivitas
pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektifitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
Kabupaten Cilacap ?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi
efektivitas pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani
masyarakat dan iklim kerja yang ada di kelurahan yang bersangkutan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan
aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan
aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dan iklim kerja dengan
efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan wawasan
pengetahuan yang lebih mendalam tentang efektifitas pelayanan publik
sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori ilmu-ilmu
sosial khususnya Ilmu Administrasi Negara.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah
daerah setempat, khususnya bagi pemerintah kelurahan yang bersangkutan
dalam meningkatkan efektivitas pelayanan publik.
=====================================================================
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritik1. Konsep Teori
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa dalam penelitian ini menyajikan dua variabel bebas yaitu variabel disiplin dan iklim kerja serta variabel efektivitas pelayanan sebagai variabel terikat. Namun sebelum membahas variabel-variabel tersebut terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian landasan teori dan teori itu sendiri.
Dalam melakukan penelitian diperlukan landasan teori yang digunakan sebagai kerangka berfikir untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti. Sugiyono mengungkapkan bahwa :
Landasan Teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis) (Sugiyono, 2002:200).
Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak,
definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Menurut definisi ini, teori
mengandung tiga hal :1. Teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan;2. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar
konsep;3. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan
dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya (Kerlinger, dalam Singarimbun, 1989:37).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan sebuah teori
dalam penelitian sangat penting, karena teori dapat memandu peneliti untuk
mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat
perhatiannya dalam penelitian tersebut, sekaligus dapat memperoleh pengetahuan
tentang hubungan antar variabel yang mengandung fenomena-fenomena yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba membahas mengenai perilaku
aparat pemerintah kelurahan dalam pelayanan publik, meninjau efektivitas
pelayanan yang dilakukan aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan
Cilacap Utara dari segi disiplin kerja pegawai dalam melayani masyarakat dan
iklim kerja dalam organisasi tempat pegawai bekerja.
2. Pelayanan PublikPelayanan yang diberikan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik.
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :1. perihal atau cara melayani2. servis, jasa3. kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa
Moenir (2000:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pendapat lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu perbuatan (deed), suatu kinerja (performance) atau suatu usaha (effort), jadi menunjukkan secara inheren pentingnya penerima jasa pelayanan terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu sendiri (Warella, 1997:18).
Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah asing, yaitu service. Menurut Reading (1986:380), pengertian service adalah pekerjaan yang harus dilakukan seorang pelayan pada tuannya. Thoha (1989:78) menyatakan bahwa pelayanan masyarakat merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian di atas terlihat bahwa service atau pelayanan merupakan jasa yang diberikan oleh orang perorangan organisasi swasta maupun instansi pemerintah.
Kotler (dalam Nasution, 2001:61) menjelaskan bahwa jasa (service) adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Menurut Parasuraman et. al. dan Haywood Farmer (dalam Warella, 1997:17-18), ada tiga karakteristik utama pelayanan jasa yaitu :
1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil pengalaman dan bukannya suatu obyek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba atau ditest sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas. Jadi berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat ditest kualitasnya sebelum disampaikan kepada pelanggan.
2. Heterogenity, berarti pemakai jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin memiliki prioritas yang berbeda. Demikian pula performance sering bervariasi dari satu produser ke produser lainnya bahkan dari waktu ke waktu.
3. Inseparability, berarti produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya di dalam industri pelayanan kualitas tidak direkayasa ke dalam produksi di sektor pabrik dan kemudian disampaikan kepada pelanggan; tetapi kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan, biasanya selama interaksi antara klien dan penyedia jasa.
Suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor :
1. kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana2. adanya aturan yang memadai3. organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis4. pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum5. kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan yang dipertanggungjawabkan6. tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan (Moenir,
2000:123-124).
Dari pengertian di atas tersirat bahwa suatu pelayanan pada dasarnya
melibatkan dua pihak yang saling berhubungan yaitu organisasi pemberi pelayanan
di satu pihak dan masyarakat sebagai penerima pelayanan di pihak lainnya. Jika
organisasi mampu memberikan pelayanan yang optimal dan memenuhi tuntutan
dari masyarakat, maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan pada masyarakat.
Publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang banyak
(umum). Sedangkan menurut Ensiklopedi Administrasi adalah sejumlah orang
(yang tidak mesti berada dalam satu tempat) yang dipersatukan oleh faktor
kepentingan yang sama, yang berbeda dengan kelompok orang lain. Penggolongan
publik dapat dilakukan dalam :1. Publik intern, yakni publik di dalam lingkungan suatu instansi atau perusahaan, misal dalam suatu
perusahaan mulai dari penjaga malam sampai dengan presiden direkturnya, adalah merupakan publik intern dari perusahaan tersebut.
2. Publik ekstern, yakni publik di luar organisasi, instansi atau perusahaan yang mempunyai kepentingan dengan instansi atau perusahaan tadi (Westra dalam Ensiklopedi Administrasi, 1989:359).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi
tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau
kelompok yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan ini
diberikan kepada seluruh masyarakat atau yang berhak mendapatkan pelayanan
tanpa terkecuali dengan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.
3. Efektivitas Pelayanan AparatEfektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat
yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Ensiklopedi Administrasi, 1989:149). Efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat
membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko (1993:7) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendakinya (Ensiklopedi Administrasi, 1989:147).
Dalam kenyataannya, sulit sekali memperinci apa yang dimaksud dengan
konsep efektivitas dalam suatu organisasi. Pengertian efektivitas dalam suatu
organisasi mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang, begantung pada
kerangka acuan yang dipakainya. Bagi sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas
seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan pekerja (Steers, 1985:1).
Richard M. Steers mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik
untuk meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah
konsep yang saling berhubungan yaitu :1. Paham mengenai optimasi tujuan : efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi
berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;2. Perspektif sistematika : tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi;3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi : bagaimana tingkah laku individu dan
kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi (Steers, 1985:4-7)
Orientasi dalam penelitian tentang efektivitas sebagian besar dan sedikit banyak
pada akhirnya bertumpu pada pencapaian tujuan. Georgepoulus dan Tenenbaum (Richard M. Steers, 1985:20) berpendapat bahwa konsep efektivitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Chester I. Barnard (dalam Gibson, 1994:27), mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Definisi lain yang dapat dijadikan acuan ialah menurut Emerson (dalam Handayaningrat, 1985:16) :
Efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, hal ini dikatakan efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif.
Katz dan Kahn (Richard M. Steers, 1985:48) berpendapat bahwa efektivitas sebagai usaha untuk mencapai suatu keuntungan bahwa efektivitas sebagai usaha untuk mencapai suatu keuntungan maksimal bagi organisasi dengan segala cara. Berkaitan dengan konsep efektivitas, The Liang Gie (1988:34) berpendapat :
Efektivitas merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud sebagaimana yang dikehendaki.
Sondang P. Siagian (1981:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait penyelesaian
pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya atau dapat dikatakan apakah pelaksanaan sesuatu tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. M. Manullang (1986:214) berpendapat :
Prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.
Dari bermacam-macam pendapat di atas terlihat bahwa efektivitas lebih
menekankan pada aspek tujuan dari suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian efektivitas pada hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Moenir (2000:vii) mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam
berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat berarti tercapainya tujuan pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang didapatnya. Weber (dalam Azhar Kasim, 1993:9) mengatakan :
Bahwa konsep birokrasi yang rasional sangat mengandalkan pada peraturan-peraturan dan prosedur yang kesemuanya dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan dan terlaksananya nilai-nilai dan norma-norma yang diinginkan.
Dengan melihat konsep tentang pelayanan publik yang telah diuraikan di atas,
bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa efektivitas pelayanan aparat adalah tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan dari suatu organisasi. Untuk mengukur efektivitas pelayanan maka kita dapat melihatnya dari optimasi tujuan, perspektif sistematika dan perilaku pegawai dalam organisasi. Dari konsep tersebut, indikator-indikator efektivitas pelayanan aparat adalah sebagai berikut :
a. Optimasi tujuan,
Efektivitas pelayanan dapat diukur dengan indikator optimasi tujuan yaitu bagaimana kita melihat pada pencapaian target kerja, apakah sesuai dengan yang telah direncanakan atau tidak. Kita juga melihat apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat tentang pelayanan yang sudah diberikan pegawai atau tidak, sebab adanya keluhan berarti menunjukkan tujuan organisasi belum tercapai sepenuhnya.
b. Perspektif sistematika,Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perspektif sistematika yaitu melihat pada kemampuan masing-masing pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kedudukannya dalam organisasi tersebut, apakah pegawai mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuan sendiri, apakah pegawai memiliki keterampilan atau keahlian khusus.
c. Perilaku pegawai dalam organisasi.Indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perilaku pegawai dalam organisasi, yaitu bagaimana tingkat ketelitian pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, baik ketelitian dalam hal kebersihan maupun tingkat kesalahan yang mungkin terjadi pada saat bekerja. Bagaimana kita melihat pada kecepatan dan ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya, bagaimana konsentrasi pegawai dalam bekerja.
4. Disiplin Kerja Aparat
Peraturan sebagai salah satu sarana dalam mencapai tujuan bukan hanya
satu kata yang tidak bermakna dan diabaikan tanpa ditaati. Dalam rangka mencapai
tujuan, peraturan harus benar-benar ditaati oleh setiap individu yang menjadi
obyek dari peraturan tersebut. Ketaatan terhadap peraturan yang ada lazim disebut
dengan disiplin. Dalam organisasi disiplin diperlukan agar jangan sampai terjadi
keteledoran atau kelalaian serta pemborosan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai ketaatan
atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdasarkan asal
katanya, disiplin berasal dari kata disiplina yang berarti latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung
dalam suatu organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan
senang hati (Kerlinger dan Pedhazur, 1987:160). Gordon S. Watkins mengartikan
disiplin sebagai suatu kondisi atau sikap yang ada pada semua anggota organisasi
yang tunduk dan taat pada aturan organisasi (dalam Moenir, 2000:94).
Disiplin menurut Moenir adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan,
baik tertulis maupun tidak tertulis, yang telah ditetapkan (Moenir, 2000:94).
Moenir berpendapat bahwa :Dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan disiplin terdiri atas dua jenis disiplin, yaitu disiplin waktu dan disiplin perbuatan. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan serta saling mempengaruhi. Disiplin waktu tanpa disertai disiplin kerja tidak ada artinya, dengan kata lain tidak ada hasil sesuai dengan ketentuan organisasi. Sebaliknya disiplin kerja tanpa didasari dengan disiplin waktu tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu usaha pendisiplinan tidak dapat dilakukan separuh-separuh melainkan harus serentak kedua-duanya (Moenir, 2000:95-96).
Kemudian Tjing Bing Tie (dalam Kerlinger dan Pedhazur, 1987:160)
menyatakan bahwa :Pada umumnya disiplin yang baik terdapat apabila pegawai datang ke kantor atau perusahaan dengan teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila menggunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitet pekerjaan yang memuaskan, dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan dan apabila menyelesaikan dengan semangat yang baik.
Disiplin menurut Atmosudirjo adalah :1. Suatu sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai hasil daripada latihan dan pengendalian pikiran dan watak oleh pribadi secara teratur;2. Suatu pengetahuan tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma
kriteria dan standar sekaligus keseluruhan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar struktur dan sistem organisasi tersebut itu adalah syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan;
3. Sikap kelakuan (behavior) yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, pengertian kesadaran untuk mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib. (Atmosudirjo, 1987)
Bedasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin
kerja adalah suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab
dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan. Dari konsep ini indikator-
indikator dari disiplin kerja dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Ketaatan aparat terhadap peraturan,
Indikator disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan
salah satunya adalah tingkat ketaatan pegawai pada peraturan dan tata tertib.
Taat berarti mematuhi semua petunjuk-petunjuk atau aturan yang ada.
Ketepatan aparat pada jam-jam kerja, pada saat datang dan pulang apakah
selalu tepat waktu, faktor keterlambatan pegawai saat masuk kantor. Kemudian
kepatuhan pegawai pada perintah atau instruksi dari atasan. Apakah pegawai
selalu melaksanakan instruksi dari atasan atau tidak. Apakah pegawai selalu
mengikuti prosedur dalam melaksanakan tugasnya, apakah pegawai pernah
melanggar aturan tata tertib yang ada di kantor, bagaimana cara berpakaian
pegawai, apakah selalu memakai seragam atau tidak dan bagaimana tingkat
kehadiran pegawai pada jam kerja.
b. Tanggung jawab.
Indikator lain dari disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas
pelayanan dalam penelitian ini adalah rasa tanggungjawab dari para
pegawainya. Tanggungjawab dalam hal ini berarti melaksanakan pekerjaannya
dengan baik dan mau menanggung akibat dari semua resiko hasil kerjanya.
Bagaimana para aparat menggunakan dan memelihara alat-alat perlengkapan
kantor yang ada. Apakah mereka menggunakannya hanya untuk keperluan
pekerjaan atau malah mereka menggunakannya untuk kepentingan pribadi
mereka sendiri. Kemudian bagaimana tanggungjawab mereka dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan dengan jumlah dan
kualitas yang memuaskan serta bagaimana kesanggupan mereka untuk
menanggung resiko terhadap tindakan yang sudah dilakukan.
5. Iklim Kerja Organisasi
Menurut Steers, bila kita membahas konsep iklim kerja dalam suatu
organisasi, itu berarti kita sedang membicarakan mengenai sifat-sifat atau ciri yang
dirasa terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan
organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak dan yang dianggap
mempengaruhi perilaku kemudian (Steers, 1985:120). Menurut Steers ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan definisi iklim kerja
organisasi, yaitu :Pertama, iklim organisasi tertentu adalah iklim yang dilihat oleh para pekerjanya, jadi tidak selalu iklim yang
“sebenarnya”. Kedua, iklim organisasi adalah anggapan adanya hubungan antara ciri dan kegiatan lainnya dari organisasi dan iklim.
Davis dan Newstrom (1990:20), iklim organisasi adalah lingkungan
manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka.
Sedangkan pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Kuncorohadi (1983:99),
iklim organisasi adalah suasana dalam suatu organisasi yang diciptakan oleh para
hubungan antar pribadi yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Iklim kerja dalam suatu organisasi menurut Widyarto pada dasarnya
terbentuk karena proses menyatunya tiga unsur, yaitu karyawan, manajemen dan
penjabaran kegiatan organisasi. Hal tersebut akan berjalan baik jika semua berjalan
sesuai secara fungsional yaitu : Pertama, karyawan dapat memahami hal-hal teknis
pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan supervisi yang ketat dari atasannya.
Kedua, atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-hal teknis dari
pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial,
perencanaan, membagi pekerjaan memimpin dan mengarahkan serta memotivasi.
Ketiga, kebijaksanaan organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan
kerja yang dijalankan dengan baik, sistem penggajian dan pemberian tunjangan
yang memadai dan adanya perhatian terhadap karyawan (dalam Handoko,
1993:34).
Faktor-faktor yang membentuk iklim organisasi menurut Steers
(1985:125) yaitu struktur organisasi, teknologi organisasi, lingkungan tugas luar
atau dari kebijakan dan praktek yang ditetapkan oleh manajemen puncak.
Selanjutnya untuk memperjelas dimensi-dimensi iklim organisasi bisa dilihat
dalam pendapat Campbell dan Beaty (dalam Steers, 1985:122) yang
mengemukakan 10 dimensi iklim organisasi, yaitu :1. struktur tugas2. hubungan imbalan hukum3. sentralisasi keputusan4. tekanan pada prestasi5. tekanan pada latihan dan pengembangan6. keamanan versus risiko7. keterbukaan versus ketertutupan8. status dan semangat9. pengakuan dan umpan-balik10. kompetensi dan keluwesan organisasi secara umum
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja dalam
organisasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun
tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka dapat diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas organisasi dapat tercapai. Sebaliknya bila iklim yang ada bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi karyawan maka dapat mengganggu kinerja dan prestasi serta kepuasan karyawan sehingga dapat mengurangi optimalisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
Demikian juga kelurahan-kelurahan dalam upaya meningkatkan efektivitas
pelayanannya dituntut terlebih dahulu untuk melakukan upaya-upaya yang dapat
mendukung ke arah iklim kerja yang lebih kondusif. Dari konsep ini, kita dapat
mengambil indikator-indikator iklim kerja sebagai berikut :
a. Struktur tugas,
Salah satu indikator yang diambil dari variabel iklim kerja yang digunakan
untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah indikator Struktur tugas. Disini
kita melihat adanya struktur organisasi yang tegas dan tergambar dalam bagan
organisasi yang ada di kantor tersebut. Karena dengan adanya gambar struktur
organisasi yang jelas, maka masing-masing pegawai akan lebih memahami
bagaimana kedudukan dan tugasnya dalam bekerja. Selain itu juga harus ada
pembagian tugas / pekerjaan yang jelas dalam organisasi tersebut, hal ini untuk
menjaga terjadi over lapping. Selain itu kita juga melihat dari terjalinnya
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama rekan kerja.
b. Hubungan imbalan - hukum,
Yang dimaksud hubungan imbalan hukum disini adalah tingkat batas
pemberian imbalan tambahan seperti promosi dan kenaikan gaji didasarkan
pada prestasi dan jasa dan bukan pada pertimbangan-pertimbangan lain seperti
senioritas, favoritisme, dan seterusnya. Dari indikator ini, kita dapat mengukur
iklim kerja dengan melihat ada tidaknya pemberian imbalan tambahan bagi
pegawai yang berprestasi, bagaimana tingkat penghargaan bagi pegawai yang
berprestasi serta adakah pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar
peraturan.
c. Pengambilan keputusan,
Dari indikator pengambilan keputusan, apabila kita ingin mengukur efektivitas
pelayanan dari variabel iklim kerja maka yang dapat kita perhatikan adalah
bagaimana peran atau partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan
dalam organisasi tersebut, serta adakah kebebasan pegawai biasa untuk
mengambil tindakan dalam situasi darurat.
d. Tekanan pada prestasi dan semangat kerja,
Dari indikator ini, kita melihat bagaimana organisasi berusaha menekan prestasi
dan semangat kerja para pegawainya dengan berbagai cara termasuk juga
latihan dan pengembangan bagi pegawai yang sangat berguna untuk menaikkan
prestasi pegawainya dalam bekerja. Disini kita mengukur sejauh mana
peraturan organisasi dijalankan oleh pegawai, melihat bagaimana semangat
pegawai dalam bekerja. Selain itu kita juga ingin mengetahui tentang ada
tidaknya sistem penilaian kerja dalam organisasi tersebut. Adakah aktivitas
organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan bagi pegawainya,
seberapa besar frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawainya
sebab hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kenaikan prestasi kerja
pegawai. Apakah ada bimbingan dan pengawasan dari supervisor / atasan
supaya hasil kerja mereka sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu kita juga
akan melihat bagaimana tingkat kedisiplinan pelaksanaan evaluasi kerja
pegawai dalam organisasi tersebut. Melihat ketersediaan fasilitas dan sarana
bagi kelancaran pekerjaan juga sangat penting supaya iklim kerja di kantor akan
menjadi baik sehingga efektivitas pelayanan akan meningkat.
e. Keamanan versus resiko.
Yang dimaksud dengan keamanan versus resiko disini adalah tingkat batas
tekanan dalam organisasi yang menimbulkan perasaan kurang aman dan
kecemasan pada para anggota. Dari indikator ini kita melihat dari segi rasa
aman dan nyaman pegawai pada saat bekerja, besarnya insentif, munculnya
resiko pekerjaan yang berat dan bagaimana sikap pegawai dalam menghadapi
resiko pekerjaan yang ada. 6. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat
KelurahanSuatu organisasi dalam pencapaian tujuannya akan berhasil melalui usaha
yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu efektivitas yang tinggi dicapai organisasi tidak diperoleh secara kebetulan. Dari sikap disiplin inilah, aparat akan taat serta patuh terhadap aturan yang ada sehingga pencapaian sasaran organisasi dapat diperoleh secara optimal.
Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dari perilaku pribadi atau
kelompok berupa kepatuhan, ketaatan terhadap hukum dan norma yang berlaku
dan dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin. Birokrat di tingkat kelurahan
sebagai aparat teknis harus mempunyai disiplin tinggi, karena disiplin akan
menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Miftah Thoha bahwa birokrasi itu cirinya harus disiplin, harus menegakkan aturan
yang sudah disepakati atau telah ditetapkan (Thoha, 1987:54). Dalam kehidupan
sehari-hari dapat kita amati bahwa mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya
berprestasi lebih tinggi pula (Widjaja, 1990:28).Disiplin itu mutlak diperlukan untuk membuat segala urusan dapat berjalan lancar. Aturan-aturan disiplin harus
diketahui, dipahami, diingat dan ditaati oleh setiap anggota organisasi, untuk mensukseskan operasi-operasi yang harus dijalankan setiap organisasi. Tidak satupun organisasi atau badan usaha yang dapat berkembang jika tidak ada disiplin.
Pentingnya disiplin diungkapkan oleh Widjaja (1990:28) bahwa disiplin adalah
termasuk dalam unsur-unsur penting yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud organisasi adalah organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas negara. Widjaja kembali mengungkapkan tentang pentingnya disiplin dalam organisasi pemerintah, yaitu :
“Pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam pengelolaan Departemen secara keseluruhan. Berhasil tidaknya pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar ditentukan oleh tingkat disiplin pegawainya. Makin disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya.” (Widjaja, 1990:156).
Dari uraian tersebut terlihat arti penting dari disiplin kerja bagi pencapaian
efektivitas pelayanan. Oleh karena itu aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar tugas-tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena tugas yang diemban oleh kelurahan bersifat kompleks,
maka lurah beserta perangkatnya harus punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna bagi masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama.
7. Pengaruh Iklim Kerja Dalam Kelurahan Terhadap Efektivitas Pelayanan
Aparat KelurahanSuasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim kerja
dalam suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Bagaimana cara pegawai berinteraksi dengan masyarakat pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai dalam organisasi tersebut, sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang dimaksud adalah iklim organisasi dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan melayani kepentingan masyarakat. Hal ini sangat penting guna mendukung tercapainya pelayanan yang efektif terhadap masyarakat.
Iklim kerja yang baik dalam suatu organisasi sangat penting artinya karena
efektivitas setiap organisasi sangat ditentukan oleh iklim kerja yang ada dalam organisasi setiap pegawai bekerja, dalam hal ini adalah organisasi kelurahan. Seperti diungkapkan oleh Steers bahwa : “iklim memang merupakan faktor pengaruh yang penting bagi prestasi dan kepuasan kerja.” (Steers, 1985:130). Dari pendapat Steers tersebut kita dapat melihat bahwasannya iklim kerja sangat berpengaruh pada prestasi dan kepuasan kerja pegawai yang dalam penelitian ini adalah tercapainya efektivitas pelayanan aparat kelurahan.
Dari indikator-indikator iklim kerja yang sudah diterangkan dalam konsep iklim
kerja diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pegawai, struktur tugas yang jelas, adanya pelatihan, kesejahteraan dan rasa aman yang semakin meningkat akan sangat mendukung kelancaran kerja dan secara otomatis meningkatkan efektivitas pelayanan pemerintah kelurahan. Selain itu juga sarana penunjang kerja yang semakin memadai akan memperlancar kerja dan tugas-tugas yang pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas pelayanan.
Aparat pemerintah kelurahan merupakan penanggung jawab atas tugas-tugas yang
diemban oleh kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Masalah-masalah yang ditangani oleh kelurahan sangat kompleks sifatnya, maka dari itu diperlukan iklim kerja yang baik untuk menunjang hasil kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan
maupun dalam melayani masyarakat agar semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa iklim kerja yang baik dalam organisasi sangat
penting dalam rangka mewujudkan efektivitas pelayanan suatu organisasi, dalam hal ini pencapaian efektivitas pelayanan kelurahan. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka dapat diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas pelayanan kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara dapat tercapai.
8. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Kerja Dan Iklim Kerja Terhadap
Efektivitas Pelayanan Aparat KelurahanDisiplin kerja yang baik dan iklim yang menunjang dalam pemerintah kelurahan
akan menciptakan pelayanan yang efektif. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat pada peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak serta sanggup menerima sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Siswanto, 1987:278). Sedangkan iklim kerja dalam organisasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi (Steers, 1985:120).
M. Manullang (1986:214) mengatakan bahwa prestasi atau efektivitas organisasi
pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja yang tercipta di lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ada hubungan yang erat antara kedisiplinan dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu organisasi.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa efektivitas pelayanan akan dipengaruhi
oleh disiplin aparat dan iklim kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dalam melayani kepentingan masyarakat. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik akan menciptakan interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan sesama aparat birokrasi maupun antara aparat dengan masyarakat. Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus dipatuhi oleh masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati. Hal itu disebabkan oleh karena interaksi yang baik tadi. Suasana ini juga akan menciptakan ketertiban
dalam jalannya pelayanan di kelurahan sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut maksimal.
B. HipotesisHipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Model Verbala. Semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah kelurahan maka akan
semakin meningkat efektivitas pelayanannya.b. Semakin baik iklim kerja yang ada dalam pemerintah kelurahan
maka semakin meningkat pula efektivitas pelayanannya.c. Semakin tinggi disiplin dan iklim kerja pada pemerintah kelurahan
maka semakin meningkat pula efektivitas pelayanannya.
2. Hipotesis Model Geometrikal
Gambar 1. Hipotesis Model Geometrikal
Keterangan :Efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebagai variable terikat (Y)Disiplin kerja aparat kelurahan sebagai variable bebas pertama (X1)Iklim kerja pemerintah kelurahan sebagai variable bebas kedua (X2)--------> : menunjukkan adanya pengaruh
C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional
1. Definisi Konsep
a. Efektivitas Pelayanan Aparat
Yaitu tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Disiplin Kerja Aparat
Yaitu suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab
dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan.
c. Iklim Kerja Dalam Organisasi
Yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan
timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun
tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi.
2. Definisi Operasional
a. Efektivitas pelayanan aparat
Indikator untuk mengukur efektivitas pelayanan aparat antara lain :
1). Optimasi tujuan, meliputi :
- tercapainya target kerja
- keluhan dari penerima hasil kerja
- prioritas pencapaian tujuan
2). Perspektif sistematika, meliputi :
- kesesuaian cara kerja pegawai dengan sistem kerja yang ada
- pencapaian tujuan dengan mengikuti prosedur yang ada
- memahami dan menguasai hal-hal teknis pekerjannya
3). Perilaku pegawai dalam organisasi, meliputi :
- partisipasi anggota dalam program-program yang dilaksanakan
organisasi
- tingkat kerjasama dalam organisasi
- tingkat pelanggaran terhadap peraturan organisasi
b. Disiplin kerja aparat
Indikator-indikator disiplin kerja antara lain :
1). Ketaatan aparat terhadap peraturan, antara lain :
- ketepatan aparat pada jam-jam kerja
- kepatuhan aparat pada perintah/instruksi dari atasan
- taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku
- cara berpakaian
- absensi atau daftar hadir
2). Tanggung jawab, antara lain :
- penggunaan dan pemeliharaan alat-alat perlengkapan kantor
- penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ketentuan (tepat waktu)
- kesanggupan menanggung resiko tindakan yang dilakukan
c. Iklim Kerja dalam Organisasi
Indikator-indikator iklim kerja antara lain :
1). Struktur tugas, meliputi :
- adanya struktur organisasi yang tegas tergambar dalam bagan
- adanya pembagian tugas/pekerjaan yang jelas dalam organisasi
- terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan
maupun sesama rekan kerja
2). Hubungan imbalan - hukum, meliputi :
- pemberian imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi
- tingkat penghargaan bagi pegawai yang berprestasi
- pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan
3). Pengambilan keputusan, meliputi :
- partisipasi anggota dalam mengambil keputusan
- kebebasan pegawai mengambil tindakan dalam situasi darurat
4). Tekanan pada prestasi dan semangat kerja, meliputi :
- peraturan organisasi yang dijalankan dengan baik oleh pegawai
- semangat pegawai dalam bekerja
- kejelasan sistem penilaian kerja
- aktivitas organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan
bagi pegawai
- frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawai
- adanya bimbingan dan pengawasan dari supervisor / atasan
- tingkat kedisiplinan pelaksanaan evaluasi kerja pegawai
- ketersediaan fasilitas dan sarana bagi kelancaran pekerjaan
5). Keamanan versus resiko, meliputi :
- rasa aman dan nyaman pada saat bekerja
- adanya insentif yang sesuai dengan pekerjaannya
- munculnya resiko pekerjaan yang berat
- sikap pegawai dalam menghadapi resiko pekerjaan yang ada
3. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian
Matriks definisi operasional variabel penelitian akan diperlihatkan pada
tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Dimensi Indikator ItemA. Efektivitas Pelayanan
1. Optimasi tujuan
a. tercapainya target kerja
b. keluhan dari penerima hasil kerja
c. prioritas pencapaian tujuan
1-2
3-4 5
2. Perspektif sistematika
a. kesesuaian cara kerja pegawai dengan sistem kerja yang ada
b. pencapaian tujuan dengan mengikuti prosedur yang ada
c. memahami dan menguasai hal-hal teknis pekerjaannya
6 7
8-9
3. Perilaku pegawai dalam organisasi a. partisipasi anggota
dalam program-
program yang
dilaksanakan
organisasi
b. tingkat kerjasama
dalam organisasi
c. tingkat pelanggaran
terhadap peraturan
organisasi
10-11
12-13
14
B. Disiplin Kerja 1. Ketaatan aparat terhadap peraturan
a. ketepatan aparat
pada jam-jam kerjab. kepatuhan aparat
pada perintah atau instruksi atasan
c. taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku
d. cara berpakaiane. absensi dan daftar
hadir
15-16
17
18-19
2021-22
2. Tanggung jawab a. penggunaan dan pemeliharaan alat-alat perlengkapan kantor
b. penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ketentuan
c. kesanggupan menanggung resiko terhadap tindakan yang dilakukan
23-25
26-27
28
C. Iklim Kerja 1. Struktur tugas a. adanya struktur organisasi yang tegas dan tergambar dalam bagan
b. adanya pembagian tugas/pekerjaan yang jelas dalam organisasi
c. terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama rekan kerja
29
30
31
2. Hubungan imbalan – hukum
a. pemberian imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi
b. tingkat penghargaan
bagi pegawai yang
berprestasic. pemberian
hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan
32
33
34
3. Pengambilan keputusan a. partisipasi anggota
dalam mengambil
keputusanb. kebebasan pegawai
mengambil tindakan dalam situasi darurat
35
36
4. Tekanan pada prestasi dan semangat kerja
a. peraturan organisasi
yang dijalankan
dengan baik oleh
pegawai
b. semangat pegawai
dalam bekerja
c. kejelasan sistem
penilaian kerja
d. aktivitas organisasi
yang mempunyai
orientasi
pengembangan bagi
pegawai
e. frekuensi
pengadaan
pendidikan dan
latihan bagi pegawai
f. adanya bimbingan
dan pengawasan
dari atasan
g. tingkat kedisiplinan
pelaksanaan
evaluasi kerja
pegawai
h. ketersediaan
fasilitas dan sarana
bagi kelancaran
pekerjaan
37
38-39
40
41
42
43-44
45
46
5. Keamanan versus Resiko a. rasa aman dan
nyaman pada saat
bekerja
b. adanya insentif
yang sesuai dengan
pekerjaannya
c. munculnya resiko
pekerjaan yang berat
d. sikap pegawai
dalam menghadapi
resiko pekerjaan
yang ada
47-49
50
51
52
===========================================================
==========
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Metode Penelitian
1. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Dan untuk melengkapi
kevalidan data, penulis juga mengadakan wawancara dengan beberapa
masyarakat yang dipilih secara acak.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan
Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan
pada banyaknya keluhan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan
aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
menggunakan metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang
pokok (Masri Singarimbun Effendi, 1989:3).
4. Variabel - Variabel Yang Digunakan
1). Efektifitas pelayanan aparat sebagai variabel terikat (Y)
2). Disiplin kerja aparat sebagai variabel bebas pertama (X1)
3). Iklim kerja sebagai variabel bebas kedua (X2)
5. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu dengan
mengambil seluruh populasi sebagai sampel selama jumlah populasi
diketahui terbatas. Sampel yang jumlahnya sebesar populasi tersebut sering
disebut sampel total (Surakhmad, 1989:100). Penentuan sampel total
sebagai teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat Arikunto yang menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi (Arikunto, 1998:120). Penelitian ini menggunakan sampel total
atau sampel yang sebesar populasinya dengan mempertimbangkan hal
sebagai berikut :
a. jumlah populasi terbatas dan masih dalam jangkauan
b. dalam menggunakan total sampel maka sampel akan representatif
c. responden adalah orang yang sudah jelas diketahui
Jadi dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh aparat kelurahan yang ada
di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yang berjumlah 82 orang.
Dan untuk melengkapi kevalidan data, penulis juga mengadakan wawancara
dengan beberapa masyarakat yang dipilih secara acak.
6. Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Suatu penelitian mengenai suatu masalah yang dilakukan dengan jalan
mengedarkan suatu pertanyaan berupa formulir, diajukan secara tertulis
kepada responden untuk mendapatkan jawaban tertulis.
2. Wawancara
Suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini
merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik. Wawancara ini akan dilakukan pada pegawai
kelurahan yang lebih mengetahui tentang keadaan di kelurahan dan juga
kepada masyarakat yang datang ke kelurahan untuk memperoleh
pelayanan dari aparat. Hal ini dilakukan untuk mendukung data yang
sudah ada dari menyebaran kuesioner.
3. Observasi
Suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan
gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Metode ini
digunakan untuk mengamati keadaan responden yang tidak secara
mudah dapat ditangkap melalui metode wawancara dan kuesioner. Dari
sini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari kegiatan-kegiatan sehari-
hari responden.
4. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada pada instansi
atau lembaga yang relevan untuk menyusun deskriptif wilayah penelitian
dan untuk melengkapi bahan analisa.
7. Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu :
1. Data Primer
Data ini bersumber dari responden secara langsung. Dalam prakteknya
diperoleh dari wawancara dan jawaban responden pada kuesioner yang
telah diberikan. Selain itu dari pengamatan langsung terhadap situasi
lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen data statistik, buku-
buku, majalah, koran dan keterangan lainnya yang ada kaitannya dengan
obyek penelitian yang penulis lakukan di kelurahan-kelurahan yang ada
di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
8. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat utama untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 1999:97).
1. Validitas Instrumen
Validitas instrumen menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu
mengukur secara cermat dan tepat apa yang ingin diukur. Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998:160). Menurut Sugiyono,
instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur (Sugiyono, 1999:97). Adapun uji validitas yang
dipakai dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct
validity) yaitu yang membuat konstruk atau kerangka instrumen yang
kemudian dikonsultasikan dengan para ahli. Instrumen dikatakan
mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur gelaja sesuai dengan yang didefinisikan. Untuk
melahirkan definisi yang benar, maka didasarkan pada teori-teori atau
pendapat para ahli. Sutrino Hadi (dalam Sugiyono, 1999:97) menyatakan
bahwa “bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran
dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah
dipandang sebagai hasil yang valid”.
2. Reliabilitas InstrumenReliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sugiyono berpendapat bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 1999:97). Demikian pula yang dikatakan Arikunto bahwa instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Arikunto, 1998:170). Pengujian reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah internal consistency dengan Teknik Belah Dua (split half). Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989:143) cara pengujian reliabilitas teknik belah dua adalah sebagai berikut:a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian
dihitung validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu, sedangkan yang tidak valid dibuang.
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan, untuk membelah alat pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara:1. Membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan
pertama (X), separuh lagi masuk belahan kedua (Y).2. Membagi item berdasarkan nomor genap ganjil, item bernomor
ganjil dimasukkan kedalam belahan pertama (X) dan yang bernomor genap dikelompokkan dalam belahan kedua (Y).
3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor total untuk belahan pertama (X) dan skor total belahan kedua (Y).
4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama (X) dengan skor total belahan kedua (Y) dengan menggunakan tekhnik korelasi product moment (r x y).
5. Mengkorelasikan r x y dengan formula Spearman-Brown, sehingga akan diperoleh angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam rumus Spearman-Brown, yaitu:
(Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989: 144)Keterangan :r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item. t.tt = angka korelasi belahan pertama dan keduaApabila nilai r.tot lebih besar daripada nilai pada r tabel maka dapat dinyatakan bahwa item tersebut reliable (terandalkan).
B. Metode Analisis
1. Pengukuran Variabel
Alat pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah kuesioner. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono, 2002:74)
dimana pemberian skor berkisar dari nilai tertinggi 3 sampai terendah 1,
dengan scoring/pemberian skor terhadap jawaban yang diberikan responden
sebagai berikut :
- Apabila responden memilih alternatif jawaban A diberi skor 3
- Apabila responden memilih alternatif jawaban B diberi skor 2
- Apabila responden memilih alternatif jawaban C diberi skor 1
2. Metode Analisis Yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode survai, oleh karena itu untuk
menganalisa hasil penelitian digunakan metode analisa kuantitatif. Metode
analisis ini adalah dengan cara perhitungan statistik untuk menganalisis
variabel-variabel penelitian karena statistik bekerja dengan angka-angka,
maka metode ini memungkinkan deskripsi tentang suatu kegiatan secara
eksak dan obyektif. Sifatnya lebih efisien dibandingkan dengan bahan verbal
sehingga rangkuman hasil penelitian lebih singkat dan menggambarkan
kesatuan yang mudah dimengerti.
Penelitian ini menggunakan teknik satistik non parametrik yaitu
dengan menggunakan Analisa Tabulasi Silang, Kendall Tau, Korelasi Parsial
dan Konkordansi Kendall. Apabila hasil korelasi valid maka akan dilanjutkan
dengan model Regresi Ordinal. Kendall Tau digunakan untuk mencari
hubungan dan menguji hipotesis antara 2 variabel atau lebih bila datanya
berbentuk ordinal atau rangking. Korelasi parsial digunakan untuk
mengetahui pengaruh antar variabel independen dengan dependen setelah
dikontrol. Sedangkan, Korelasi Konkordansi Kendall digunakan untuk
mengetahui derajat asosiasi semua variabel bebas secara bersama-sama.
Setelah dilakukan perhitungan data menggunakan rumus analisa yang
telah disebutkan di atas, maka akan diperoleh koefisien korelasi. Untuk dapat
memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka dapat berpedoman
pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut :Tabel 5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah0,20 – 0,39 Rendah0,40 – 0,59 Sedang0,60 – 0,79 Kuat0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2004:216
Rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisa data meliputi :
a. Kendall Tau – c ( c)Korelasi kendall tau - c ( c) digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara 2 variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Teknik ini digunakan karena dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi parsial. Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan: = koefisien korelasi kendall tau yang besarnya (-1<0<1)N = jumlah anggota sampel
Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi digunakan rumus z, karena
distribusinya mendekati normal. Rumus z adalah sebagai berikut :
(Sugiono, 2002 : 238)
b. Korelasi Parsial
Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis bila bermaksud
mengetahui pengaruh atau mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen, di mana salah satu variabel
independennya dibuat tetap/dikendalikan (Sugiono, 2004:220).
Rumus korelasi parsial :
Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan rumus :
Keterangan :
rp = korelasi parsial ditemukan
n = jumlah sample
t = t hitung
c. Koefisien Konkordansi Kendall (W)Fungsinya adalah untuk mengetahui derajat asosiasi antara variabel bebas pertama dan kedua secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Pengukuran ini dapat bermanfaat dalam mempelajari reliabilitas saling menentukan dan menguji (Siegel, 1997: 292). Dalam penelitian ini koefisien ini digunakan untuk mengetahui derajat asosiasi antara variabel disiplin kerja aparat dengan variabel iklim kerja secara bersama-sama terhadap variabel efektivitas pelayanan aparat. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan :W = Koefisien Konkordansi KendallK = Banyaknya variabel yang diobservasi (banyaknya ranking
penjenjangan) N = Jumlah obyek S = Jumlah kuadrat deviasi T = Menjumlahkan harga T untuk ke semua k rangkingRumus :
Dimana, T = Faktor koreksi t = Banyaknya observasi dalam suatu kelompok yang
memperoleh angka yang sama untuk rangking tertentu. I2 = Angka tetap (konstanta).Sementara untuk uji signifikan tidaknya digunakan koefisien kontuinitas atau chissquare, dengan rumus:
Atau = k (N- 1) W (Siegel, 1997: 292).Keterangan :k = Banyaknya rangking penjenjanganN = Jumlah obyekW = Angka koefisien konkordansi kendallS = Jumlah kuadrat deviasiDengan derajat kebebasan (db) = N-1 (Siegel,1997: 292)Hasil uji signifikansi ini lalu dibandingkan dengan tabel, bila hasilnya lebih besar dari harga tabel berarti signifikan, dan jika hasilnya lebih kecil dari harga tabel berarti tidak signifikan. Untuk uji signifikansi koefisien konkordansi kendall ini tergantung pada besarnya sampel N (sampel).1. Jika N 7 maka hasilnya dapat langsung dibandingkan dengan tabel
pada tingkat signifikansi 0,05. tabel untuk ini adalah tabel R2. Jika N 7 maka digunakan rumus X = k (N-1)W.
Hasil ini baru dapat dilihat pada tabel, apabila hasilnya lebih besar berarti signifikan. Tabel ini adalah tabel .
Dalam penelitian ini yang harus dilakukan sehubungan hal tersebut adalah:
1. Mencari koefisien konkordansi kendall antara variabel disiplin kerja aparat kelurahan dan iklim kerja dalam kelurahan.
2. Karena dalam penelitian ini sudah pasti N lebih besar dar 7 maka langkah selanjutnya mencari harga signifikansi dengan rumus = k(N-1)W.
3. Hasil perhitungan tersebut (nomor 2) kemudian dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada tabel dengan db = N-1 apabila hasilnya lebih besar daripada harga tabel. Berarti signifikan. Dengan demikian maka antara variabel disiplin kerja aparat dan iklim kerja dalam kelurahan dengan variabel efektivitas pelayanan aparat terbukti ada hubungannya.
d. Analisis RegresiAnalisis regresi bermanfaat untuk menggambarkan hubungan sebab akibat (cause effect ) antara satu atau beberapa variabel explanatory dengan satu variabel respon. Tujuan analisis regresi adalah untuk mendapatkan model terbaik dan sederhana untuk menggambarkan hubungan antara kedua jenis variabel tersebut. Hasil dari analisis regresi adalah suatu persamaan matematik yang berguna untuk melakukan peramalan atau prediksi.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ordinal. Analisis regresi ordinal digunakan bila variabel yang dianalisis memiliki skala pengukuran ordinal. Tujuan analisis regresi ini sebagaimana analisis regresi yang lain adalah mendapatkan model terbaik dan sederhana yang menggambarkan antar variabel.Persamaan yang dipakai dalam penelitian ini dikenal dengan Proportional Odds Model (PO) atau Ordinal Regression Model atau disebut McCullagh’s Grouped Continuous Model.
Ciri-ciri nya adalah sebagai berikut :
1. Model menjadi stabil atau invariant pada kondisi timbal balik
(reversal) dari kategori dimana hanya tanda koefisien regresi yang
berubah.
2. Keadaan model yang stabil tersebut pada kondisi pemampatan
atau collapsibility dari kategori berurutan.
3. Model menghasilkan koefisien regresi yang paling mudah untuk
ditafsirkan.
Adapun persamaan PO tersebut adalah sebagai berikut :
log {j (X) / (1j (X))} = j + x
j (X) = exp (j + x) / {1 + exp (j + x)}
===========================================================
==========
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian1. Keadaan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
a. Kelurahan Gumilir
Kelurahan Gumilir memiliki luas 310,013 Ha atau sekitar 16,69 persen luas
kecamatan Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 0,5
km. Secara administratif, batas-batas wilayah kelurahan Gumilir adalah
sebagai berikut :Sebelah Utara : Kelurahan Tritih Kulon.Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Kamulyan.Sebelah Barat : Kelurahan Kebonmanis.Sebelah Timur : Kelurahan Mertasinga.
Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Gumilir memiliki ketinggian
tanah 7 m di atas permukaan laut. Kelurahan Gumilir mempunyai sifat iklim tropis
dengan musim penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun.
Curah hujan rata-rata 2012 mm dan suhu udara rata-rata 20°C. Peruntukan dan
penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan tabel dalam lampiran
3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang ada dipakai untuk pekarangan,
pemukiman/perumahan dan bangunan umum. Selain itu ada tanah yang digunakan
untuk jalan umum sepanjang 18.765 km.
Penduduk kelurahan Gumilir terdiri dari 3.017 KK. Jumlah penduduk
menurut jenis kelamin sebanyak 13.626 orang dengan perincian penduduk laki-laki
sebanyak 6.894 orang dan perempuan 6.732 orang. Jumlah penduduk berdasarkan
kelompok usia pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Pendidikan
Usia Jumlah00 – 03 tahun 1.09704 – 06 tahun 80307 – 11 tahun 97013 – 15 tahun 80116 – 18 tahun 72019 – keatas 9.235
Jumlah Total 13.626
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih
dalam usia pendidikan sebesar 13.626 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 – keatas yaitu 9.235 orang. Sedangkan jumlah penduduk
berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini :Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Tenaga Kerja
Usia Jumlah10 – 14 tahun 1.28315 – 19 tahun 1.40020 – 26 tahun 1.40227 – 40 tahun 2.35541 – 56 tahun 2.27157 – ke atas 2.262Jumlah Total 10.973
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan
ini cukup tinggi yaitu 10.973 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 27 – 40 tahun. Namun angka ini tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah tenaga kerja pada usia 41 – 56 tahun dan 57 – ke atas.
Penduduk kelurahan Gumilir memiliki mata pencaharian yang beraneka
ragam. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel
berikut :Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Gumilir Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)1. Pegawai Negeri Sipil 465 11,362. ABRI 41 13. Swasta 801 19,564. Wiraswasta/pedagang 505 12,335. Tani 315 7,76. Perukangan 56 1,377. Buruh 1312 32,058. Pensiun 370 9,049. Nelayan 71 1,7310. Jasa 158 3,86
Jumlah Total 4094 100
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan
Gumilir bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 32,05 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai swasta menduduki ranking dua yaitu sebanyak 19,56 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai ABRI, yaitu sebanyak satu persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Gumilir.
b. Kelurahan Karang Talun
Kelurahan Karang Talun memiliki luas 353,02 Ha atau sekitar 19 persen luas kecamatan Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 4,5 km. Secara administratif, batas wilayah kelurahan Karang Talun adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Kali Donan.Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Kebonmanis.Sebelah Barat : Kelurahan Lomanis.Sebelah Timur : Kelurahan Tritih Kulon.
Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Karang Talun memiliki
ketinggian tanah 6 m di atas permukaan laut. Kelurahan Karang Talun mempunyai
sifat iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau yang silih berganti selama
satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000 mm dan suhu udara rata-rata 26°C.
Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan tabel
pada lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang ada dipakai
untuk sawah, ladang dan pemukiman/perumahan. Selain itu ada tanah yang
digunakan untuk jalan umum sepanjang 1.027 km.
Penduduk kelurahan Karang Talun terdiri dari 2.627 KK. Jumlah
penduduk menurut jenis kelamin sebanyak 10.615 orang dengan perincian
penduduk laki-laki sebanyak 5.446 orang dan perempuan 5.169 orang. Jumlah
penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut
ini :Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia
Pendidikan
Usia Jumlah00 – 03 tahun 1.13104 – 06 tahun 99807 – 11 tahun 1.97113 – 15 tahun 1.85716 – 18 tahun 2.83819 – keatas 2.849
Jumlah Total 11.644
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih
dalam usia pendidikan sebesar 11.644 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk 16-18 tahun yaitu sebanyak 2.838 orang dan penduduk usia 19 – keatas yaitu 2.849 orang. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga
kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini :Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Tenaga
kerja
Usia Jumlah10 – 14 tahun 99915 – 19 tahun 2.43520 – 26 tahun 2.44327 – 40 tahun 2.37341 – 56 tahun 1.32657 – keatas 1.133
Jumlah Total 10.709
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini
cukup tinggi yaitu 10.709 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 20 – 26 tahun yaitu sebanyak 2.443 orang. Namun angka ini tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah tenaga kerja pada usia 15 – 19 tahun yaitu sebanyak 2.435 orang dan 27 – 40 tahun yaitu sebanyak 2.373 orang.
Penduduk kelurahan Karang Talun memiliki mata pencaharian yang
beraneka ragam mulai dari pertani, nelayan, pertukangan, buruh sampai dengan
pegawai negeri sipil dan ABRI. Rincian komposisi penduduk berdasarkan mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut iniTabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Mata
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)1. Pegawai Negeri Sipil 129 2,372. ABRI 4 0,073. Swasta 1.542 28,374. Wiraswasta/pedagang 348 6,45. Tani 310 5,76. Pertukangan 986 18,147. Buruh 1.198 22,048. Pensiun 474 8,729. Nelayan 377 6,9410. Pemulung 2 0,0411. Jasa 66 1,21
Jumlah Total 5.436 100
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan
Karang Talun bermata pencaharian sebagai swasta, yaitu sebanyak 1.542 orang atau sekitar 28,37 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai buruh menduduki ranking dua yaitu sebanyak 1198 orang atau sekitar 22,04 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai pemulung, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,04 persen dan ABRI sebanyak 4 orang atau sekitar 0,07 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Karang Talun.
c. Kelurahan KebonmanisKelurahan Kebonmanis memiliki luas 198,641 Ha atau sekitar 10,69 persen luas
kecamatan Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2 km. Secara administratif, batas-batas wilayah kelurahan Kebonmanis adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Karang Talun dan Tritih Kulon.Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Kamulyan.Sebelah Barat : Kelurahan Gunung Simping.Sebelah Timur : Kelurahan Gumilir.
Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Kebonmanis memiliki
ketinggian tanah 7 m di atas permukaan laut. Kelurahan Kebonmanis mempunyai
sifat iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau yang silih berganti selama
satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000 mm dan suhu udara rata-rata 21°C.
Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3.
Berdasarkan tabel dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan
yang ada dipakai untuk irigasi yaitu seluas 163,286 Ha. Dengan luas yang hampir
sama, tanah di Kebonmanis digunakan untuk sawah, pemukiman/perumahan, dan
pekarangan. Selain itu ada tanah yang digunakan untuk jalan umum sepanjang
2.500 km.
Penduduk Kebonmanis terdiri dari 2.252 KK. Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin sebanyak 10.030 orang dengan perincian penduduk laki-laki
sebanyak 5.062 orang dan perempuan 4.968 orang. Kemudian lihat tabel berikut :Tabel 12. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia
Pendidikan
Usia Jumlah00 – 03 tahun 94304 – 06 tahun 70307 – 12 tahun 97913 – 15 tahun 90416 – 18 tahun 1.02119 – keatas 5.470
Jumlah Total 10.020
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Tenaga
Kerja
Usia Jumlah10 – 14 tahun 85115 – 19 tahun 97320 – 26 tahun 177927 – 40 tahun 187441 – 56 tahun 148857 – keatas 1190
Jumlah Total 8.155
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 10.020 orang. Jumlah paling banyak adalah pada
penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu sebanyak 5.470 orang. Kemudian
dari tabel 13 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini
cukup tinggi yaitu 8.155 orang.
Penduduk kelurahan Kebonmanis memiliki mata pencaharian yang
beraneka ragam. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut :Tabel 14. Komposisi Penduduk Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Mata
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)1. Pegawai Negeri Sipil 374 19,722. ABRI 46 2,423. Swasta 450 23,724. Wiraswasta/pedagang 215 11,335. Tani 150 7,916. Buruh 500 26,367. Pensiun 160 8,438. Nelayan 2 0,11
Jumlah Total 1897 100
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan
Kebonmanis bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 500 orang atau sekitar 26,36 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai swasta menduduki ranking dua yaitu sebanyak 450 orang atau sekitar 23,72 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai nelayan, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,11 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Kebonmanis.
d. Kelurahan MertasingaKelurahan Mertasinga memiliki luas 492,660 Ha atau sekitar 26,52 persen luas
kecamatan Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2,5 km. Secara administratif, batas-batas wilayah kelurahan Mertasinga adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Tritih Wetan.Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.Sebelah Barat : Kelurahan Gumilir.Sebelah Timur : Desa Menganti.
Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Mertasinga memiliki
ketinggian tanah 6 m di atas permukaan laut. Kelurahan Mertasinga mempunyai
sifat iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau yang silih berganti selama
satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000 mm dan suhu udara rata-rata 27°C.
Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di lampiran 3.
Berdasarkan tabel dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan
yang ada dipakai untuk sawah dan ladang yaitu seluas 343,194 Ha. Dengan luas
yang hampir sama, tanah di Mertasinga digunakan untuk irigasi, yaitu seluas
317,356 Ha. Selain itu ada tanah yang digunakan untuk jalan umum sepanjang
42.750 km.
Penduduk kelurahan Mertasinga terdiri dari 4.198 KK. Jumlah penduduk
menurut jenis kelamin sebanyak 15.114 orang dengan perincian penduduk laki-laki
sebanyak 7.850 orang dan perempuan 7.264 orang. Jumlah penduduk berdasarkan
kelompok usia pendidikan dapat dilihat dalam tabel 15 berikut ini :Tabel 15. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia
Pendidikan
Usia Jumlah00 – 03 tahun 71804 – 06 tahun 48707 – 12 tahun 154913 – 15 tahun 84516 – 18 tahun 88819 – keatas 10.628
Jumlah Total 15.115
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat
dalam tabel 16 berikut ini :Tabel 16. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Tenaga
Kerja
Usia Jumlah10 – 14 tahun 1.38415 – 19 tahun 1.47720 – 26 tahun 2.23727 – 40 tahun 3.363
41 – 56 tahun 3.22957 – keatas 1.616
Jumlah Total 13.306
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 15.115 orang. Jumlah paling banyak adalah pada
penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu sebanyak 10.628 orang. Kemudian
dari tabel 16 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini
sangat tinggi yaitu 13.306 orang.
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
tabel berikut :Tabel 17. Komposisi Penduduk Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Mata
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)1. Pegawai Negeri Sipil 274 5,622. ABRI 8 0,163. Swasta 656 13,454. Wiraswasta/pedagang 309 6,345. Tani 1.256 25,756. Pertukangan 256 5,257. Buruh 1.309 26,848. Pensiun 72 1,489. Nelayan 600 12,310. Jasa 135 2,7711. Pemulung 2 0,04
Jumlah Total 4.877 100
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan
Mertasinga bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 1.309 orang atau sekitar 26,84 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai tani menduduki ranking dua yaitu sebanyak 1.256 orang atau sekitar 25,75 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai pemulung, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,04 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Mertasinga.
e. Kelurahan Tritih KulonKelurahan Tritih Kulon memiliki luas 503,530 Ha atau sekitar 27,10 persen luas
kecamatan Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 1,8 km. Secara administratif, batas-batas wilayah kelurahan Tritih Kulon adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jeruk Legi.Sebelah Selatan : Kelurahan Gumilir.Sebelah Barat : Kelurahan Karang Talun.Sebelah Timur : Kelurahan Mertasinga.
Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Tritih Kulon memiliki
ketinggian tanah 5 m di atas permukaan laut. Kelurahan Tritih Kulon mempunyai
sifat iklim tropis dengan musim penghujan dan kemarau yang silih berganti
selamas satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000 mm dan suhu udara rata-rata
29°C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di lampiran 3.
Berdasarkan tabel di lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang
ada dipakai untuk pekarangan dan tegalan yaitu seluas 233,162 Ha dan 154,519
Ha. Selain itu ada tanah yang digunakan untuk jalan umum sepanjang 14.039 km.
Penduduk kelurahan Tritih Kulon terdiri dari 3.570 KK. Jumlah penduduk
menurut jenis kelamin sebanyak 15.830 orang dengan perincian penduduk laki-laki
sebanyak 8.038 orang dan perempuan 7.792 orang. Jumlah penduduk berdasarkan
kelompok usia pendidikan dapat dilihat dalam tabel 18 berikut ini :
Tabel 18. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia
Pendidikan
Usia Jumlah00 – 03 tahun 1.07904 – 06 tahun 93607 – 12 tahun 1.84813 – 15 tahun 1.39816 – 18 tahun 2.43719 – keatas 8.132
Jumlah Total 15.830
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat
dalam tabel 19 berikut ini :Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Tenaga
Kerja
Usia Jumlah10 – 14 tahun 1.461
15 – 19 tahun 4.06620 – 26 tahun 1.14727 – 40 tahun 2.29041 – 56 tahun 2.46657 – keatas 1.399
Jumlah Total 12.829
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 15.830 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu sebanyak 8.132 orang. Kemudian dari tabel 19 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini sangat tinggi hampir sama dengan jumlah di kelurahan Mertasinga yaitu sebanyak 12.829 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 15 – 19 tahun yaitu sebanyak 4.066 orang.
Penduduk kelurahan Tritih Kulon memiliki mata pencaharian yang
beraneka ragam. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut :Tabel 20. Komposisi Penduduk Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Mata
Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)1. Pegawai Negeri Sipil 405 6,282. ABRI 8 0,133. Swasta 1.466 22,744. Wiraswasta/pedagang 1.420 22,025. Tani 158 2,456. Pertukangan 2.003 31,067. Buruh 304 4,728. Pensiun 118 1,839. Nelayan 387 6,0010. Jasa 173 2,6811. Pemulung 6 0,09
Jumlah Total 6.448 100
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari – Juni 2005Berdasarkan tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan
Tritih Kulon bermata pencaharian di bidang pertukangan, yaitu sebanyak 2.003 orang atau sekitar 31,06 persen. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai swasta dan pedagang memiliki jumlah yang hampir sama yaitu sebanyak 1.466 orang atau sekitar 22,74 persen dan 1.420 orang atau sekitar 22,02 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian
paling sedikit adalah sebagai pemulung, yaitu sebanyak 6 orang atau 0,04 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Tritih Kulon.
2. Struktur Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Pemerintah Kelurahan
Disebutkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan dalam pasal 1, Kelurahan adalah merupakan perangkat Kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan yang disebut Lurah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat.
Dari penjelasan tersebut kita dapat mengetahui bahwa pemerintah kelurahan adalah organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sebuah kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang menjadi penanggung jawab atas tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh kelurahan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan disebutkan bahwa Susunan Organisasi Pemerintahan Kelurahan terdiri dari :
a. Lurahb. Sekretaris Kelurahanc. Kepala Seksi
Membawahi : - seksi pemerintahan- seksi pembangunan- seksi sosial ekonomi- seksi ketentraman ketertiban
d. Kepala Lingkungan Adapun bagan struktur organisasi kelurahan dapat ditunjukkan dalam
skema gambar berikut ini :
Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan
Sumber : Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003
Sekretaris Kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab
kepada Lurah, sekretaris kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala
Lingkungan merupakan jabatan non struktural yang mempunyai tugas pokok
membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional Lurah dalam wilayah kerjanya.
Berdasarkan pasal 4, tugas pokok seorang Lurah adalah melakukan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan umum dan urusan pemerintahan di
wilayahnya. Dalam pasal 5 disebutkan mengenai fungsi Lurah antara lain :a. pengkoordinasian atas jalannya penyelenggaraan pemerintah
kelurahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat;b. pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya;c. pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan partisipasi dan
swadaya gotong royong masyarakat;d. pelaksanaan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman dan
ketertiban wilayah;e. pelaksana tugas lain yang dilimpahkan kepada pemerintah kelurahan.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 itu
juga disebutkan mengenai tugas pokok Sekretaris Kelurahan yaitu membantu
pelaksanaan tugas Lurah di bidang pembinaan dan pelayanan administrasi kepada
masyarakat serta memberikan pelayanan teknis administratif kepada Perangkat
Pemerintah Kelurahan serta mengkoordinasikan pelaksanaan tugas seksi-seksi.
Fungsi Sekretaris Kelurahan antara lain :a. penyusunan rencana dan program, pengendalian serta pengevaluasian
pelaksanaannya;b. pengadministrasian keuangan, kepegawaian, tata usaha, perlengkapan
dan rumah tangga;c. pengkoordinasian pelaksanaan tugas seksi-seksi dan lingkungan;d. pelaksanaan pelayanan;e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Untuk tugas pokok dan fungsi masing-masing seksi dijelaskan pula dalam
pasal 10-15. Tugas Seksi Pemerintahan adalah melakukan urusan pemerintahan.
Dan fungsi Seksi Pemerintahan antara lain :a. penyelenggaraan pemerintahan umum;b. pengadministrasian kependudukan dan catatan sipil;c. pelaksanaan tugas-tugas di bidang pertanahan;d. penyusunan program dan pembinaan kegiatan politik, ideologi negara
dan kesatuan bangsa;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Tugas Seksi Pembangunan adalah melakukan pembinaan pembangunan di
bidang perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan lingkungan hidup.
Fungsinya antara lain :a. penyusunan program dan pembinaan pembangunan prasarana dan
sarana fisik;b. penyusunan program dan pembinaan perekonomian masyarakat,
produksi dan distribusi;c. penyusunan program dan pembinaan pembangunan pada umumnya
serta pembinaan lingkungan hidup;d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
Tugas Seksi Sosial Ekonomi adalah mengkoordinasikan penyusunan
program dan melaksanakan pembinaan sosial dan ekonomi. Seksi Sosial Ekonomi
memiliki fungsi :a. penyusunan program dan pembinaan pelayanan bantuan sosial,
pembinaan kepemudaan, pemberdayaan wanita dan olah raga;b. penyusunan program dan pembinaan kehidupan keagamaan,
pendidikan, kebudayaan dan kesehatan masyarakat;c. penyusunan program dan pembinaan kegiatan pembangunan
perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan ekonomi lainnya dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Tugas Seksi Ketentraman dan Ketertiban adalah melakukan pembinaan
ketentraman dan ketertiban wilayah. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
mempunyai fungsi sebagai berikut :a. penyusunan rencana dan program pembinaan ketentraman dan
ketertiban umum;b. penyusunan rencana dan program peningkatan kesatuan bangsa dan
perlindungan masyarakat;c. pemberian batuan pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengamanan
akibat bencana alam dan bencana lainnya;d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya
Tugas pokok Kepala Lingkungan adalah membantu pelaksanaan tugas-
tugas operasional Lurah dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kepala Lingkungan memiliki fungsi sebagai berikut :a. pelaksanaan tugas Lurah dalam wilayah kerjanya;b. pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan kelompok/lembaga/
organisasi kemasyarakatan di wilayah kerjanya;c. pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong
masyarakat;d. pelaksanaan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada
masyarakat;e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Lurah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
3. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dimaksudkan untuk mengetahui dengan jelas
karakteristik dari responden penelitian. Dari data hasil penelitian dapat diperoleh
gambaran mengenai ciri-ciri khusus dari responden sehubungan dengan masalah
yang diteliti. Responden yang dimaksud berjumlah 82 orang yang merupakan
keseluruhan dari aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara.
Karakteristik responden secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sesuai data penelitian
ditunjukkan pada tabel 21 di bawah ini :Tabel 21. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)1.2.
Laki-lakiPerempuan
6913
84,1515,85
Jumlah 82 100Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 21 di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden
yang dijadikan sebagai data penelitian ini adalah laki-laki yaitu sejumlah 69
orang atau sekitar 84,15 persen dari keseluruhan responden. Sedangkan
responden perempuan hanya 13 orang atau sekitar 15,85 persen dari
keseluruhan jumlah responden penelitian.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.
Karakteristik responden berdasarkan usia/umur sesuai data penelitian
ditunjukkan pada tabel 22 di bawah ini :Tabel 22. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No.
Usia Jumlah Persentase (%)
1.2.3.4.5.6.
Di bawah 40 tahun41 – 45 tahun46 – 50 tahun51 – 55 tahun56 – 60 tahunDi atas 60 tahun
351831223
3,666,1021,9537,8026,833,66
Jumlah 82 100
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 22 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden berusia antara
51 – 55 tahun yaitu sebanyak 31 orang atau sekitar 37,80 persen. Kemudian
responden yang berusia 46 – 50 tahun sebanyak 18 orang atau sekitar 21,95
persen. Kemudian responden yang berusia 41 – 45 tahun sebanyak 5 orang
atau sekitar 6,10 persen. Sedangkan untuk responden yang berusia di bawah
40 tahun jumlahnya sama dengan responden yang berusia di atas 60 tahun
yaitu sebanyak 3 orang atau sekitar 3,66 persen dari jumlah keseluruhan
responden penelitian.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sesuai data
penelitian ditunjukkan pada tabel 23 di bawah ini :Tabel 23. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1.2.3.4.
SDSMPSMU/SMKD3
418223
509,7626,833,65
5. S1 8 9,76Jumlah 82 100
Sumber Data Primer Diolah
Dari tabel 23 di atas dapat diketahui bahwa responden tamatan SD
jumlahnya paling banyak, yaitu 41 orang atau sekitar 50 persen.
Berdasarkan data penelitian hampir seluruh responden yang tingkat
pendidikannya SD menjabat sebagai kepala lingkungan di masing-masing
kelurahan. Untuk responden tamatan SMU/SMK cukup banyak yaitu
sebanyak 22 orang atau sekitar 26,83 persen dari keseluruhan jumlah
responden. Kemudian responden dengan tingkat pendidikan SMP dan S1
memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 8 orang atau sekitar 9,76 persen.
Sedangkan responden tamatan D3 hanya ada 3 orang atau sekitar 3,65
persen dari jumlah keseluruhan responden penelitian.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kualitas data suatu penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau
instrumen penelitiannya. Kalau instrumen penelitiannya cukup valid dan
reliabel, makan data yang dihasilkan juga cukup valid dan reliabel.
Berkenaan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini dilakukan
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan
dalam pengambilan data.
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi
product moment. Harga korelasi tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel
korelasi pada taraf signifikansi 5 persen. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid
apabila didapatkan angka korelasi lebih besar atau sama dengan r-tabel.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan rumus Spearman Borwn. Suatu
instrumen penelitian dikatakan reliabel/andal apabila didapatkan koefisien
reliabilitas yang lebih besar dari tabel korelasi pada taraf siginifikansi 5 persen.
1. Uji Validitas
a. Variabel Efektivitas Pelayanan
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release
11.05 didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 24. Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Pelayanan
Butir ke r-hitung r-tabel Status1 0,5315 0,220 Valid2 0,5690 0,220 Valid3 0,5383 0,220 Valid4 0,3902 0,220 Valid5 0,5844 0,220 Valid6 0,3521 0,220 Valid7 0,4887 0,220 Valid8 0,2232 0,220 Valid9 0,4073 0,220 Valid10 0,2456 0,220 Valid11 0,2279 0,220 Valid12 0,4310 0,220 Valid13 0,4773 0,220 Valid14 0,3057 0,220 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Untuk variabel efektivitas pelayanan dengan jumlah responden 82 maka N
yang didapat adalah 82 – 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf
signifikansi lima persen nilai r-tabel = 0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa
semua pertanyaan dalam kuesioner efektivitas pelayanan bersifat valid. Hal
ini berarti bahwa instrumen efektivitas pelayanan tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang
digunakan telah memenuhi pengujian validitas konstruksi sehingga seluruh
pertanyaan tersebut disertakan dalam menganalisa data.
b. Variabel Disiplin Kerja
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release
11.05 didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 25. Hasil Pengujian Validitas Disiplin Kerja
Butir ke r-hitung r-tabel Status
1 0,6778 0,220 Valid2 0,3993 0,220 Valid3 0,7575 0,220 Valid4 0,7741 0,220 Valid5 0,5934 0,220 Valid6 0,2550 0,220 Valid7 0,4658 0,220 Valid8 0,2740 0,220 Valid9 0,4753 0,220 Valid10 0,7571 0,220 Valid11 0,3399 0,220 Valid12 0,2803 0,220 Valid13 0,5922 0,220 Valid14 0,4074 0,220 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Untuk variabel disiplin kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang
didapat adalah 82 – 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf
signifikansi lima persen nilai r-tabel = 0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa
semua pertanyaan dalam kuesioner disiplin kerja bersifat valid. Hal ini
berarti bahwa instrumen disiplin kerja tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang digunakan
telah memenuhi pengujian validitas konstruksi sehingga seluruh pertanyaan
tersebut disertakan dalam menganalisa data.
c. Variabel Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release
11.05 didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 26. Hasil Pengujian Validitas Iklim Kerja
Butir ke r-hitung r-tabel Status1 0,3278 0,220 Valid2 0,4185 0,220 Valid3 0,6199 0,220 Valid4 0,3615 0,220 Valid5 0,4931 0,220 Valid6 0,3899 0,220 Valid7 0,3148 0,220 Valid8 0,3941 0,220 Valid9 0,5255 0,220 Valid10 0,3148 0,220 Valid
11 0,3740 0,220 Valid12 0,3771 0,220 Valid13 0,4129 0,220 Valid14 0,4306 0,220 Valid15 0,4476 0,220 Valid16 0,3897 0,220 Valid17 0,4168 0,220 Valid18 0,3863 0,220 Valid19 0,4655 0,220 Valid20 0,4203 0,220 Valid21 0,4149 0,220 Valid22 0,3158 0,220 Valid23 0,5604 0,220 Valid24 0,4674 0,220 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Untuk variabel iklim kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang
didapat adalah 82 – 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf
signifikansi lima persen nilai r-tabel = 0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa
semua pertanyaan dalam kuesioner iklim kerja bersifat valid. Hal ini berarti
bahwa instrumen iklim kerja tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang digunakan telah memenuhi
pengujian validitas konstruksi sehingga seluruh pertanyaan tersebut
disertakan dalam menganalisa data.
2. Uji Reliabilitas
a. Variabel Efektivitas Pelayanan
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release
11.05 didapatkan Spearman Brown sebesar 0,8694. Untuk variabel
efektivitas pelayanan dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat
adalah 82–2 yaitu 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi 5
persen nilai r-tabelnya adalah 0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown
lebih besar dari r-tabel (0,8694>0,220), maka kuesioner efektivitas
pelayanan seluruhnya reliabel. Artinya adalah jika instrumen-instrumen
tersebut digunakan untuk menguji variabel efektivitas pelayanan beberapa
kali m
maka akan didapatkan hasil yang relatif sama.
b. Variabel Disiplin Kerja
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release
11.05 didapatkan Spearman Brown sebesar 0,9274. Untuk variabel disiplin
kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat adalah 82 – 2 = 80
sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi 5 persen nilai r-tabel =
0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown lebih besar dari r-tabel
(0,9274>0,220), maka kuesioner disiplin kerja seluruhnya reliabel. Artinya
adalah jika instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk menguji variabel
disiplin kerja beberapa kali maka akan didapatkan hasil yang relatif sama.
c. Variabel Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release
11.05 didapatkan Spearman Brown sebesar 0,8682. Untuk variabel iklim
kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat adalah 82 – 2 = 80
sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi 5 persen nilai r-tabel =
0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown lebih besar dari r-tabel
(0,8682>0,220), maka kuesioner iklim kerja seluruhnya reliabel. Artinya
adalah jika instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk menguji
variabel iklim kerja beberapa kali maka akan didapatkan hasil yang relatif
sama.
Hasil pengujian reliabilitas dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut :Tabel 27. Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas
No. VariabelSpearman
Brownr-tabel Status
1.2.3.
Efektivitas Pelayanan (Y)
Disiplin Kerja (X1)Iklim Kerja (X2)
0,86940,92740,8682
0,2200,2200,220
ReliabelReliabelReliabel
Sumber : Data Primer Diolah
C. Deskripsi Variabel Penelitian
Langkah awal dalam menganalisis data hasil penelitian adalah melakukan deskripsi
pada setiap variabel penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kondisi variabel-variabel
tersebut. Deskripsi variabel akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi karena
dianggap sebagai cara yang paling sederhana guna mengatur data secara sistematis dan
mudah dimengerti. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat rentang kelas dengan
jumlah kelas sebanyak 3 dengan rentang merupakan rentang skor. Kemudian masing-masing
interval kelas ditafsirkan dengan kalimat kualitatif rendah, sedang dan tinggi.
1. Deskripsi Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Variabel efektivitas pelayanan (Y) dalam penelitian ini diambil dengan
kuesioner dengan skala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 14.
Berdasarkan hal tersebut maka rentang data teoritik adalah 14 sampai dengan
42. Adapun interval kelas dan penafsirannya adalah sebagai berikut :
14,0 – 23,3 = Rendah
23,4 – 32,7 = Sedang
32,8 – 42,1 = Tinggi
Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data dengan
frekuensi sebagai berikut :Tabel 28. Distribusi Frekuensi Variabel Efektivitas Pelayanan
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
14,0 – 23,323,4 – 32,732,8 – 42,1
RendahSedangTinggi
83341
9,840,250,0
Jumlah 82 100,0
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 28 menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 8 responden (9,8
persen) menilai bahwa efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan masih
rendah, 33 responden (40,2 persen) menilai efektivitas pelayanan yang ada di
kelurahan tergolong sedang dan 41 responden (50,0 persen) menilai efektivitas
pelayanan yang ada di kelurahan tergolong tinggi.
2. Deskripsi Variabel Disiplin Kerja (X1)
Variabel disiplin kerja (X1) dalam penelitian ini diambil dengan
kuesioner dengan skala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 14 item.
Berdasarkan hal tersebut maka rentang data teoritik adalah 14 sampai dengan
42. Adapun interval kelas dan penafsirannya adalah sebagai berikut :
14,0 – 23,3 = Rendah
23,4 – 32,7 = Sedang
32,8 – 42,1 = Tinggi
Kemudian dari hasil penelitian yang dilak ukan didapat data dengan
frekuensi sebagai berikut :Tabel 29. Distribusi Frekuensi Variabel Disiplin Kerja
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
14,0 – 23,323,4 – 32,732,8 – 42,1
RendahSedangTinggi
63244
7,339,053,7
Jumlah 82 100,0
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 29 di atas menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 6
responden (7,3 persen) menilai bahwa disiplin kerja aparat kelurahan tergolong
rendah, 32 responden (39,0 persen) menilai disiplin kerja aparat kelurahan
tergolong sedang dan 44 responden (53,7 persen) menilai disiplin kerja aparat
kelurahan tergolong tinggi.
3. Deskripsi Variabel Iklim Kerja (X2)
Variabel iklim kerja (X2) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner
berskala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 24 soal. Berdasarkan
hal tersebut maka rentang data teoritik adalah 24 sampai dengan 72. Adapun
interval kelas dan penafsirannya adalah sebagai berikut :
24,0 – 40,0 = Rendah
40,0 – 56,0 = Sedang
56,0 – 72,0 = Tinggi
Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data dengan
frekuensi sebagai berikut :Tabel 30. Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
24,0 – 40,040,0 – 56,056,0 – 72,0
RendahSedangTinggi
162739
19,532,947,6
Jumlah 82 100,0
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 30 di atas menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 16
responden (19,5 persen) menilai bahwa iklim kerja yang terdapat di kelurahan
tergolong rendah, 27 responden (32,9 persen) menilai iklim kerja yang ada di
kelurahan tergolong sedang dan 39 responden (47,6 persen) menilai iklim kerja
yang ada di kelurahan tergolong tinggi.
4. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS for
Windows release 11.05 didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel 31. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean
No. Variabel Mean
1.2.
Disiplin Kerja (X1)Iklim Kerja (X2)
31,8754,98
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 31 di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas pelayanan aparat
kelurahan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel iklim kerja yaitu sebesar
54,98. Sedangkan pengaruh variabel disiplin kerja terhadap efektivitas
pelayanan aparat kelurahan relatif kecil apabila dibandingkan dengan variabel
iklim kerja yaitu sebesar 31,87.
D. Pengujian HipotesisAnalisis data merupakan cara untuk menyajikan data yang telah diperoleh
dari hasil penyebaran kuesioner penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian
diolah untuk mengetahui hubungan variabel yang dioperasionalkan yaitu variabel Disiplin Kerja (X1), Iklim Kerja (X2) dan variabel Efektivitas Pelayanan (Y).
Penelitian ini menggunakan teknik satistik non parametrik yaitu dengan
menggunakan Analisa Tabulasi Silang, Korelasi Kendall Tau dan Koefisien
Konkordansi Kendall. Korelasi Kendall Tau digunakan untuk menguji hipotesis
pertama yaitu pengaruh antara disiplin kerja pegawai dengan efektivitas pelayanan
aparat kelurahan dan hipotesis kedua yaitu pengaruh antara iklim kerja yang ada
dalam kelurahan dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan. Sedangkan
Korelasi Konkordansi Kendall digunakan untuk mengetahui derajat asosiasi semua
variabel bebas secara bersama-sama. Hasil analisis dengan teknik-teknik tersebut
akan dibahas satu persatu, sebagai berikut :
1. Tabulasi Silang
Pada analisa tabulasi silang data yang sudah ada dikelompokkan dalam jenjang
kategori. Tabulasi silang digunakan untuk mengamati kecenderungan
pengaruh antara dua variabel dengan memperhatikan beberapa prinsip
dalam tabulasi silang kemudian dihitung persentasenya tiap kelompok
untuk memperjelas dan melihat pengaruh antara dua variabel. Berikut
rinciannya :a. Kecenderungan Pengaruh Antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan
Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Kecenderungan pengaruh antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel
efektivitas pelayanan (Y) dapat dilihat pada tabel 32 di bawah ini :Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1)
dengan Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Disiplin Kerja
(X1)
Efektivitas Pelayanan (Y)Jumlah
Rendah Sedang Tinggi
Tinggi2
25,0%5
15,2%37
90,2%44
53,7%
Sedang5
62,5%25
75,8%2
4,9%32
39,0%
Rendah1
12,5%3
9,1%2
4,9%6
7,3%
Jumlah8
100,0%33
100,0%41
100,0%82
100,0%
Sumber : Data Primer Diolah.
Merujuk tabulasi silang pada tabel 32 di atas, kecenderungan pengaruh antara
disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan menunjukkan bahwa :1). Dari 82 responden terdapat 6 responden yang disiplin kerjanya rendah. Dari 6
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :a. 1 responden yang disiplin kerjanya rendah cenderung berpengaruh terhadap
rendahnya efektivitas pelayanan.b. 3 responden yang disiplin kerjanya rendah cenderung berpengaruh terhadap
efektivitas pelayanan yang sedang.c. 2 responden yang disiplin kerjanya rendah cenderung berpengaruh terhadap
tingginya efektivitas pelayanan.2). Dari 82 responden terdapat 32 responden yang disiplin kerjanya sedang. Dari
32 responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :a. 5 responden yang disiplin kerjanya sedang cenderung berpengaruh terhadap
rendahnya efektivitas pelayanan.b. 25 responden yang disiplin kerjanya sedang cenderung berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan yang sedang pula.c. 2 responden yang disiplin kerjanya sedang cenderung berpengaruh terhadap
tingginya efektivitas pelayanan.3). Dari 82 responden terdapat 44 responden yang disiplin kerjanya tinggi. Dari 44
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :a. 2 responden yang disiplin kerjanya tinggi cenderung berpengaruh terhadap
rendahnya efektivitas pelayanan.b. 5 responden yang disiplin kerjanya tinggi cenderung berpengaruh terhadap
efektivitas pelayanan yang sedang.c. 37 responden yang disiplin kerjanya tinggi cenderung berpengaruh terhadap
efektivitas pelayanan yang tinggi pula.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa variabel disiplin kerja (X1)
cenderung berpengaruh terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y).
b. Kecenderungan Pengaruh Antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan
Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Kecenderungan pengaruh antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel
efektivitas pelayanan (Y) dapat dilihat pada tabel 33 di bawah ini :Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan
Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)
Iklim Kerja Efektivitas Pelayanan (Y) Jumlah
(X2) Rendah Sedang Tinggi
Tinggi1
12,5%3
9,1%35
85,4%39
47,6%
Sedang6
75,0%17
51,5%4
9,8%27
32,9%
Rendah1
12,5%13
39,4%2
4,9%16
19,5%
Jumlah8
100,0%33
100,0%41
100,0%82
100,0%Sumber : Data Primer Diolah
Merujuk tabulasi silang pada tabel 33 di atas, kecenderungan pengaruh antara iklim
kerja dengan efektivitas pelayanan menunjukkan bahwa :1). Dari 82 responden terdapat 16 responden yang menyatakan iklim kerja rendah.
Dari 16 responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :a. 1 responden menyatakan iklim kerja yang rendah cenderung berpengaruh
terhadap rendahnya efektivitas pelayanan.b. 13 responden menyatakan iklim kerja yang rendah cenderung berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan yang sedang.c. 2 responden menyatakan iklim kerja yang rendah cenderung berpengaruh
terhadap tingginya efektivitas pelayanan.2). Dari 82 responden terdapat 27 responden yang menyatakan iklim kerja sedang.
Dari 27 responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :a. 6 responden menyatakan iklim kerja yang sedang cenderung berpengaruh
terhadap rendahnya efektivitas pelayanan.b. 17 responden menyatakan iklim kerja yang sedang cenderung berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan yang sedang pula.c. 4 responden menyatakan iklim kerja yang sedang cenderung berpengaruh
terhadap tingginya efektivitas pelayanan.3). Dari 82 responden terdapat 39 responden yang menyatakan iklim kerja tinggi.
Dari 39 responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :a. 1 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh
terhadap rendahnya efektivitas pelayanan.b. 3 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan yang sedang.c. 35 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan yang tinggi pula.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa variabel iklim kerja (X2)
cenderung berpengaruh terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y).
2. Korelasi Kendal c
Korelasi Kendal c digunakan untuk mencari pengaruh dan menguji
hipotesis antara variabel disiplin kerja (x1) dan variabel iklim kerja (x2) sebagai
variabel bebas dengan variabel efektivitas pelayanan aparat kelurahan di
Kecamatan Cilacap Utara sebagai variabel terikat.
Hasil perhitungan secara statistik pengaruh antara variabel disiplin kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat dan pengaruh antara variabel iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 34. Hasil Perhitungan Kendall cKorelasi Koefisien Korelasi Keterangan
X1Y0,518 Signifikan
X2Y0,540 Signifikan
Sumber : Data Primer Diolaha. Analisis Pengaruh antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y)
Berdasarkan tabel 39 di atas koefisien korelasi antara variabel disiplin
kerja (X1) dan variabel efektivitas pelayanan (Y) adalah sebesar 0,518.
Koefisien ini menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya
disiplin kerja berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan dan diterima pada
taraf signifikansi 5 persen (α lebih besar dari nilai approximate
significance yaitu 0,05 > 0,001).
Hasil tersebut diperkuat dengan membandingkan Z hitung dengan harga
Z tabel, dimana bila Z hitung lebih besar dari Z tabel maka koefisien korelasi
yang ditemukan adalah signifikan (Sugiono, 2004:240). Harga Z untuk variabel
disiplin kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Sedangkan besarnya Z tabel untuk taraf signifikansi 5 persen dan
pengujian dua sisi diketahui sebesar 1,96. Kemudian harga ini dibandingkan
dengan Z hitung, sehingga Z hitung yang diperoleh lebih besar dari Z tabel
(6,888>1,96) sehingga hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi
antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y)
sebesar 0,518 adalah signifikan. Dengan hasil ini maka terlihat terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel disiplin kerja dengan variabel
efektivitas pelayanan aparat kelurahan.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa disiplin kerja aparat
berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan
Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Disiplin kerja aparat kelurahan yang ada di
Kecamatan Cilacap Utara sudah baik. Hal ini ditujukkan dengan taatnya aparat
pada peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi, ketaatan aparat pada
jam kerja, cara berpakaian yang selalu memakai baju seragam, dan tingkat
kehadiran yang tinggi serta tanggung jawab pegawai yang tinggi dalam
menggunakan peralatan kantor dan dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Kerlinger dan
Pedhazur (1987:160) bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-
orang yang bergabung dalam suatu organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan
yang telah ada dengan senang hati. Widjaja (1990:28) berpendapat bahwa
disiplin adalah termasuk dalam unsur-unsur penting yang mempengaruhi
prestasi suatu organisasi, dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa
mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula. Dari
pendapat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa seorang pegawai yang
memiliki disiplin kerja yang tinggi maka akan dapat berprestasi lebih tinggi
pula. Prestasi pegawai yang tinggi akan memberikan sumbangan yang optimal
kepada organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Begitu pula
halnya bagi kelurahan yang mempunyai tujuan memberikan pelayanan yang
baik bagi masyarakat, pelayanan yang efektif bagi masyarakat. Tujuan tersebut
dapat tercapai melalui disiplin kerja yang tinggi dari pada pegawainya dalam
mengerjakan semua tugas-tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Atmosudirjo yang
mengemukakan bahwa :
Disiplin adalah suatu pengetahuan tingkat tinggi tentang sistem aturan-
aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria dan standar sekaligus
keseluruhan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar
struktur dan sistem organisasi tersebut itu adalah syarat mutlak untuk
mencapai keberhasilan.
Pentingnya disiplin dalam organisasi pemerintah ditegaskan oleh Widjaja
(1990:156) bahwa :
Pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam
pengelolaan Departemen secara keseluruhan. Berhasil tidaknya
pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar ditentukan oleh
tingkat disiplin pegawainya. Makin disiplin pegawai, makin berhasil pula
dalam mengemban misinya.
Aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang
baik agar tugas-tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat
terselesaikan dengan baik. Karena tugas yang diemban oleh kelurahan bersifat
kompleks, maka lurah beserta perangkatnya harus punya disiplin tinggi
sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna bagi
masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan secara bersama-sama.
Pendapat-pendapat di atas memberikan gambaran pada kita bahwa
disiplin kerja pegawai memiliki arti penting dalam mencapai pelayanan yang
efektif. Dengan demikian siginifikansinya pengaruh disiplin kerja terhadap
efektivitas pelayanan aparat kelurahan dengan kenyataan di lapangan mengenai
faktor disiplin kerja yang mempengaruhi efektivitas pelayanan terbukti
kebenarannya.
b. Analisis Hubungan antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y)
Berdasarkan tabel 34 di atas koefisien korelasi antara variabel iklim kerja
(X2) dan variabel efektivitas pelayanan (Y) adalah sebesar 0,540. Koefisien ini
menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya iklim kerja
berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan dan diterima pada taraf signifikansi
5 persen (α lebih besar dari nilai approximate significance yaitu 0,05 > 0,001).
Hasil tersebut diperkuat dengan membandingkan Z hitung dengan harga
Z tabel, dimana bila Z hitung lebih besar dari Z tabel maka koefisien korelasi
yang ditemukan adalah signifikan (Sugiono, 2004:240). Harga Z untuk variabel
iklim kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Sedangkan besarnya Z tabel untuk taraf signifikansi 5 persen dan
pengujian dua sisi diketahui sebesar 1,96. Kemudian harga ini dibandingkan
dengan Z hitung, sehingga Z hitung yang diperoleh lebih besar dari Z tabel
(7,181>1,96) sehingga hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi
antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y)
sebesar 0,540 adalah signifikan. Dengan hasil ini, terlihat terdapat hubungan
antara variabel iklim kerja dengan variabel efektivitas pelayanan aparat
kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa iklim kerja aparat
berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan
Cilacap Utara Kabupaten Cilacap. Iklim kerja aparat kelurahan yang ada di
Kecamatan Cilacap Utara sudah baik. Hal ini ditujukkan dengan terdapatnya
struktur tugas di masing-masing kelurahan, adanya pembagian tugas yang jelas
dalam organisasi, komunikasi yang baik, partisipasi dan kebebasan pegawai
dalam setiap pengambilan keputusan serta adanya hukuman dan imbalan bagi
pegawai yang berprestasi dan melanggar aturan.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Widyarto (dalam
Handoko, 1993:34) bahwa pada dasarnya terbentuk karena proses menyatunya
tiga unsur, yaitu karyawan, manajemen dan penjabaran kegiatan organisasi. Hal
tersebut akan berjalan baik jika semua berjalan sesuai secara fungsional yaitu :
Pertama, karyawan dapat memahami hal-hal teknis pekerjaannya, sehingga
tidak diperlukan supervisi yang ketat dari atasannya. Kedua, atasan sebagai
bagian dari manajemen, selain memahami hal-hal teknis dari pekerjaan dan unit
kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial, perencanaan, membagi
pekerjaan memimpin dan mengarahkan serta memotivasi. Ketiga,
kebijaksanaan organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan kerja
yang dijalankan dengan baik, sistem penggajian dan pemberian tunjangan yang
memadai dan adanya perhatian terhadap karyawan.
Iklim kerja dalam suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang
dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang
dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi
kelancaran aktivitas organisasi. Berdasarkan pada pendapat Steers (1985:130)
bahwa “iklim memang merupakan faktor pengaruh yang penting bagi prestasi
dan kepuasan kerja.” Dari pendapat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa
dalam sebuah organisasi yang memiliki iklim kerja yang baik maka organisasi
akan dapat memberikan pelayanan yang efektif. Begitu pula halnya bagi
kelurahan yang mempunyai tujuan memberikan pelayanan yang baik bagi
masyarakat, pelayanan yang efektif bagi masyarakat. Tujuan tersebut dapat
tercapai apabila dalam kelurahan tercipta iklim kerja yang baik.
Suasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim
kerja dalam suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan
dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan
secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran
aktivitas organisasi. Bagaimana cara pegawai berinteraksi dengan masyarakat
pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai dalam organisasi
tersebut, sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah iklim organisasi dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan
melayani kepentingan masyarakat. Hal ini sangat penting guna mendukung
tercapainya pelayanan yang efektif terhadap masyarakat.
Pendapat-pendapat di atas memberikan gambaran pada kita bahwa iklim
kerja yang tercipta di suatu organisasi memiliki arti penting dalam mencapai
pelayanan yang efektif dari suatu organisasi. Demikian pula halnya dengan
organisasi kelurahan. Harus tercipta suatu iklim kerja yang baik agar kelurahan
dapat memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat. Dengan
demikian siginifikansinya pengaruh iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan
aparat kelurahan dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor iklim kerja
yang mempengaruhi efektivitas pelayanan terbukti kebenarannya.
3. Korelasi Parsial
Uji korelasi parsial digunakan untuk melihat tingkat kemurnian pengaruh
antara variabel independen dengan dependen, dimana salah satu variabel
independennya dibuat tetap/dikontrol.
a. Perhitungan Korelasi Antara Variabel Disiplin Kerja (X1) Dengan
Variabel Efektivitas Pelayanan (Y) Dikontrol Variabel Iklim Kerja (X2)
Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel disiplin kerja dengan
variabel efektivitas pelayanan yang dikontrol oleh variabel iklim kerja sebesar
0,5724. Koefisien korelasi ini lebih besar dibandingkan dengan koefisien
korelasi sebelum dikontrol yaitu 0,518 sehingga pengaruhnya dapat dikatakan
murni. Jadi setiap subyek dalam sampel bila iklim kerjanya sama, maka
pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan lebih kuat. Hal ini
berarti bila pegawai yang disiplin kerjanya tinggi dan iklim kerjanya sama
dengan pegawai yang disiplin kerjanya rendah, maka efektivitas pelayanannya
akan jauh lebih tinggi.
b. Perhitungan Korelasi Antara Variabel Iklim Kerja (X2) Dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y) Dikontrol Variabel Disiplin Kerja (X1)
Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel iklim kerja dengan
variabel efektivitas pelayanan yang dikontrol oleh variabel disiplin kerja
sebesar 0,3549. Koefisien korelasi ini lebih kecil dibandingkan dengan
koefisien korelasi sebelum dikontrol yaitu 0,54 sehingga pengaruhnya dapat
dikatakan tidak murni. Jadi setiap subyek dalam sampel bila disiplin kerjanya
sama, maka pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan menjadi
lebih lemah. Hal ini berarti bila pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang
tinggi dan disiplin kerjanya sama dengan pegawai yang bekerja pada iklim
kerja yang rendah, maka efektivitas pelayanannya justru akan jauh lebih rendah.
4. Koefisien Konkordansi Kendall (W)
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh secara
bersama-sama antara variabel disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2)
terhadap efektivitas pelayanan (Y). Rumus ini akan membuktikan
hipotesis bahwa disiplin kerja aparat dan iklim kerja secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas
pelayanan aparat kelurahan. Hasil perhitungan data dengan analisis
konkordansi kendall (W) diperoleh koefisien yang dapat dilihat pada
tabel 35 berikut ini :
Tabel 35. Hasil Perhitungan Koefisien Konkordansi Kendall (W)
Korelasi W X2 Hitung X2Tabel Keterangan
X1.X2.Y 0,779 127,696 5,991 Signifikan
Sumber : Data Primer Diolah
Dari tabel 35 di atas dapat dilihat hasil perhitungan X1.X2.Y yang merupakan
pengaruh disiplin kerja dan iklim kerja secara bersama-sama dengan
efektivitas pelayanan aparat pada tingkat kepercayaan 5 persen.
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien
konkordasi kendall sebesar 0,779. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
yang sangat kuat antara disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) dengan
efektivitas pelayanan aparat dengah arah positif.
Melalui pengujian signifikansi pengaruh antara tiga variabel penelitian
diperoleh X2 sebesar 127,696. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga X2 tabel pada taraf signifikansi 5 persen menunjukkan angka 5,991 sehingga
dengan demikian X2 hitung sebesar 127,696 lebih besar dari X2 tabel (127,696 >
5,991). Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa pengaruh antara disiplin
kerja (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y) siginifikan
diterima pada taraf signifikansi 5 persen sehingga dapat dikatakan bahwa
peningkatan disiplin kerja dan iklim kerja secara bersama-sama akan diikuti pula
peningkatan efektivitas pelayanan aparat kelurahan. Dengan demikian hipotesis
pengaruh antara disiplin kerja dan iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat
kelurahan dapat diterima.
Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa peningkatan efektivitas
pelayanan kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap
dapat dipengaruhi oleh faktor disiplin kerja aparat dan iklim kerja yang
ada pada lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh M. Manullang (1986:214) yang mengatakan bahwa
prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas
perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara
terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing
dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.
Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja yang tercipta di
lingkungan kerja. Melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik
berarti kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik.
Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ada pengaruh yang erat
antara disiplin dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu organisasi.
Dengan demikian signifikansi pengaruh disiplin kerja aparat dan iklim
kerja yang ada di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan dengan
kenyataan di lapangan mengenai faktor disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan terbukti.
5. Regresi Ordinal
Hasil perhitungan regresi ordinal pengaruh variabel disiplin kerja (X1) dan
variabel iklim kerja (X2) secara bersama-sama terhadap variabel efektivitas
pelayanan (Y) diperoleh nilai beta () sebesar 54,627 dan signifikan pada taraf
0,001 ( 0,05 > 0,001). Hasil regresi ordinal sebesar 54,627 menunjukkan arah
positif sehingga model regresi ini cocok (fitting) digunakan untuk meramalkan
pengaruh antara variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2) terhadap
variabel efektivitas pelayanan (Y) sehingga dapat dikatakan setiap kenaikan satu
unit pada variabel disiplin kerja dan iklim kerja sebesar 54,627 akan
mengakibatkan kenaikan satu unit pada variabel efektivitas pelayanan sebesar
54,627 pula.
Nilai Negelkerke R2 dalam penelitian dipakai untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Nilai Negelkerke R2 dapat
diiterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2002:129). Hasil
pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan nilai Negelkerke
R2 sebesar 0,642. Hal ini berarti bahwa pengaruh disiplin kerja aparat kelurahan
dan iklim kerja yang ada di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan aparat
kelurahan sebesar 64,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 35,8 persen dipengaruhi
variabel di luar model. Dengan demikian hipotesis diterima, artinya bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja aparat kelurahan dan iklim kerja
yang ada di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan.
E. Pembahasan
Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui kecenderungan pengaruh dua variabel
dengan memperhatikan beberapa prinsip dalam tabulasi silang
kemudian dihitung presentasenya tiap kelompok untuk memperjelas
dan melihat pengaruh antara dua variabel. Dari hasil perhitungan
tabulasi silang didapatkan dua kecenderungan. Yang pertama, bahwa
disiplin kerja cenderung berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan
aparat. Yang kedua, bahwa iklim kerja cenderung berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan aparat.
Adanya pengaruh ini dibuktikan melalui perhitungan korelasi kendall tau-c,
dimana didapatkan koefisien korelasi antara X1 terhadap Y adalah
sebesar 0,518. Nilai koefisien menunjukkan disiplin kerja memiliki
hubungan yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi disiplin
kerja aparat, maka efektivitas pelayanan akan semakin tinggi pula.
Besarnya pengaruh tersebut adalah sebanyak 51,8 persen. Koefisien ini
dinyatakan signifikan karena nilai approximate significance lebih kecil
dari nilai (0,001 < 0,005) dan diperkuat dengan perbandingan harga Z
hitung dan Z tabel, dimana Z hitung lebih besar dari Z tabel (6,888 >
1,96). Dengan demikian maka hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah kelurahan maka
akan semakin meningkat efektivitas pelayanannya dapat diterima.
Dari perhitungan korelasi kendall tau-c juga didapatkan koefisien korelasi antara
X2 terhadap Y yaitu sebesar 0,540. Nilai koefisien menunjukkan iklim
kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Artinya semakin
baik iklim kerja maka efektivitas pelayanan akan cenderung meningkat.
Besarnya pengaruh tersebut adalah sebanyak 54 persen. Koefisien ini
dinyatakan signifikan karena nilai approximate significance lebih kecil
dari nilai (0,001 < 0,005) dan diperkuat dengan perbandingan harga Z
hitung dan Z tabel, dimana Z hitung lebih besar dari Z tabel (7,181 >
1,96). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
semakin tinggi iklim kerja maka akan semakin meningkat efektivitas
pelayanannya dapat diterima.
Uji korelasi parsial digunakan untuk melihat kemurnian pengaruh antara
variabel independen dengan dependen, dimana salah satu variabel independennya
dibuat tetap/dikontrol. Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel disiplin
kerja dengan variabel efektivitas pelayanan yang dikontrol variabel iklim kerja
sebesar 0,5724. Nilai koefisien ini lebih besar dari nilai koefisien setelah dikontrol
yaitu sebesar 0,518 sehingga pengaruhnya dapat dikatakan murni. Hasil
perhitungan korelasi parsial antara variabel iklim kerja dengan variabel efektivitas
pelayanan yang dinkontrol oleh variabel disiplin kerja sebesar 0,3549. Nilai
koefisien ini lebih kecil dari nilai koefisien sebelum dikontrol yaitu sebesar 0,540
sehingga pengaruhnya dapat dikatakan tidak murni. Dari hasil tersebut diperoleh
dua kesimpulan. Pertama, pegawai yang disiplin kerjanya tinggi dan iklim kerjanya
sama dengan pegawai yang disiplin kerjanya rendah, maka efektivitas
pelayanannya akan jauh lebih tinggi. Kedua, pegawai yang bekerja pada iklim
kerja yang tinggi dan disiplin kerjanya sama dengan pegawai yang bekerja pada
iklim kerja yang rendah, maka efektivitas pelayanannya justru akan lebih rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi konkordansi kendall (W)
didapatkan koefisien korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,779. Nilai
koefisien ini menunjukkan bahwa variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim
kerja (X2) memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap variabel iklim
efektivitas pelayanan (Y). artinya semakin tinggi disiplin kerja dan iklim kerja,
maka efektivitas pelayanan akan cenderung meningkat. Koefisien korelasinya
dinyatakan signifikan berdasarkan perbandingan antara X2 hitung dengan X2 tabel
dan juga berdasarkan hasil perhitungan regresi ordinal. Perbandingan antara
X2 hitung dengan X2 tabel menunjukkan bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel
pada taraf signifikansi 5 persen (127,696 > 5,991). Hasil perhitungan tersebut
membuktikan bahwa antara X1 dan X2 mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Y diterima pada taraf signifikansi 5 persen.
Berdasarkan perhitungan regresi ordinal didapatkan nilai sebesar 54,627
dan signifikan pada taraf 0,001 ( 0,05 > 0,001). Hasil ini menunjukkan arah positif
sehingga model regresi ini cocok (fitting) digunakan untuk meramalkan pengaruh
antara variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2) terhadap variabel
efektivitas pelayanan (Y) sehingga dapat dikatakan setiap kenaikan satu unit pada
variabel disiplin kerja dan iklim kerja akan mengakibatkan kenaikan satu unit pada
variabel efektivitas pelayanan sebesar 54,627. Hasil perhitungan tersebut
membuktikan bahwa antara X1 dan X2 mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Y. Hal ini memperkuat diterimanya hipotesis ketiga yang menyatakan
bahwa semakin tinggi disiplin kerja dan iklim kerja maka semakin meningkat pula
efektivitas pelayanannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat M. Manullang (1986:214) yang menyatakan bahwa
prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas
perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara
terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing
dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.
Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja yang tercipta di
lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti kedisiplinan tiap-
tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat
mengetahui bahwa ada hubungan yang erat antara kedisiplinan dan
iklim kerja terhadap efektivitas suatu organisasi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Disiplin kerja aparat dan iklim kerja yang ada di suatu organisasi memiliki peranan
sentral dalam memacu efektivitas pelayanan dalam suatu organisasi
karena keefektifan pelayanan membutuhkan dukungan kuat dari para
pegawainya dan dukungan kuat dari suasana iklim kerja yang ada di
organisasi tersebut. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik
akan menciptakan interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan
sesama aparat birokrasi maupun antara aparat dengan masyarakat.
Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus dipatuhi
oleh masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati,
hal itu disebabkan oleh karena interaksi yang baik. Suasana ini juga
akan menciptakan ketertiban dalam jalannya pelayanan di kelurahan
sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut
maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan diperoleh bahwa
pengaruh disiplin kerja dan iklim kerja secara serentak terhadap efektivitas
pelayanan aparat kelurahan adalah sebanyak 0,779. Dari nilai ini dapat dikatakan
bahwa sumbangan disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan
aparat kelurahan sebesar 77,9 persen, sedangkan sisanya sebesar 22,1 persen
dipengaruhi variabel di luar model, seperti kemampuan aparat dalam
mengintepretasikan tugas-tugas, pendidikan pegawai, fasilitas kerja, motivasi
pegawai, kinerja organisasi, manajemen organisasi, perilaku aparat dalam bekerja
dan sebagainya.
Selain secara statistik yaitu yang tertera dalam hipotesis kerja model
verbal, penelitian ini juga menyajikan hipotesis secara geometrikal. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada sekam berikut ini :
Gambar 3. Pengujian Hipotesis Model Geometrikal
0,518 0,779 0,540
Berdasarkan gambar 3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja aparat
pemerintah kelurahan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dengan
efektivitas pelayanan aparat di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap yaitu sebesar 0,518 atau 51,8 persen. Hal yang sama juga terjadi
pada iklim kerja yang di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan aparat
kelurahan yaitu sebesar 0,540 atau 54 persen. Selanjutnya pengaruh
variabel disiplin kerja dan iklim kerja secara bersama-sama terhadap
efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 0,779 atau 77,9 persen. Pengaruh kedua
variabel ini kuat, akan tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi
efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
Kabupaten Cilacap sebesar 0,221 atau 22,1 persen. Faktor lain tersebut
misalnya kemampuan aparat dalam menginterpretasikan tugas-tugas,
pendidikan pagawai, fasilitas kerja, motivasi pegawai, kinerja organisasi,
manajemen organisasi, perilaku aparat dalam bekerja dan sebagainya
yang mendorong peningkatan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
===========================================================
==========
BAB VKESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian secara kuantitatif dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tabulasi silang diperoleh kecenderungan bahwa disiplin kerja
berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan. Merujuk pada hasil korelasi kendall
didapatkan pengaruhnya sebesar 0,518. Dengan demikian hipotesis pertama dapat
diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja pegawai
dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
Kabupaten Cilacap.
2. Berdasarkan tabulasi silang diperoleh kecenderungan bahwa iklim kerja berpengaruh
terhadap efektivitas pelayanan. Merujuk pada hasil korelasi kendall didapatkan
pengaruhnya sebesar 0,540. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim kerja pegawai dengan efektivitas
pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
3. Berdasarkan perhitungan Konkordasi Kendall (W) untuk analisis pengaruh secara
bersama-sama antara X1 dan X2 terhadap Y diperoleh koefisien korelasinya sebesar
0,779. Pengaruhnya yang sangat kuat dan positif. Berdasarkan korelasi parsial
didapatkan pengaruh yang murni untuk X1 terhadap Y yang dikontrol X2 sebesar
0,5724 dan pengaruh yang tidak murni untuk X2 terhadap Y yang dikontrol X1
sebesar 0,3549. Kemudian berdasarkan regresi ordinal pengaruh antara variabel X1
dan X2 secara bersama-sama terhadap Y diperoleh nilai sebesar 54,627. Nilai
Negelkerke R2 sebesar 0,642 menunjukkan bahwa pengaruh X1 dan X2 secara
bersama-sama terhadap Y sebesar 64,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 35,8 persen
dipengaruhi variabel di luar model. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang
menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara
Kabupaten Cilacap dapat diterima.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian tentang pengaruh dari disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan tersebut, dapat diberikan implikasi
yang dapat digunakan untuk mencapai efektivitas pelayanan aparat kelurahan di
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap sebagai berikut :
1. Adanya pegawai yang masih kurang memahami dan menguasai hal-hal teknis
pekerjannya membuat pekerjaan terhambat. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Organisasi
harus menindak lanjuti antara lain dengan mengadakan suatu pelatihan seperti
pelatihan komputer, kursus pembukuan dan akuntansi. Pelatihan ini bisa dibuat wajib
untuk semua pegawai. Dengan adanya pelatihan yang wajib ini, diharapkan partisipasi
anggota dalam kegiatan organisasi akan meningkat dan keterampilan pegawai akan
bertambah.
2. Banyaknya pegawai yang datang terlambat mengakibatkan pelayanan kepada
masyarakat menjadi kurang maksimal. Kedisiplinan pegawai perlu ditingkatkan agar
pelayanan aparat semakin meningkat. Caranya antara lain dengan memberikan
hukuman kepada aparat yang datang terlambat sesuai dengan tingkat
keterlambatannya dan diberikan penghargaan kepada yang datang tepat waktu.
Misalnya setiap satu semester diadakan rekapitulasi daftar hadir, kemudian diberikan
hadiah kepada yang selalu datang tepat waktu.
3. Pemeliharaan alat-alat kantor masih kurang. Perlu perbaikan sistem pemeliharaan agar
peralatan yang sudah usang tetap dapat digunakan secara maksimal. Selain petugas
kebersihan, pengguna barang juga harus memiliki kesadaran untuk memelihara dan
menggunakan peralatan kantor sebagaimana mestinya. Peralatan juga perlu
disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada, seperti misalnya komputer
harus ada di setiap kantor untuk memperlancar dan mempercepat pekerjaan.
4. Tidak ada pembagian tugas yang jelas di kantor. Pemimpin perlu membuat deskripsi
pekerjaan yang jelas agar tidak terjadi over lapping dalam pekerjaan. Selain itu,
tingkat penghargaan bagi pegawai yang berprestasi juga perlu diadakan agar para
pegawai bersemangat dalam bekerja.
=====================================================================
KUESIONER
I. Pengantar
Dengan Hormat,Dalam rangka menyelesaikan studi akhir pada Jurusan Ilmu Administrasi
Negara FISIP UNSOED, kami mohon dengan hormat kesediaan bapak / ibu / saudara meluangkan waktu sejenak. Maksud dari daftar ini semata-mata hanya
untuk kepentingan ilmiah. Jawaban yang anda berikan sangat berharga bagi kami sebagai bahan untuk menyusun skripsi.
Oleh karena itu jawaban yang sejujur-jujurnya merupakan harapan kami. Adapun judul skripsi yang kami susun yaitu “PENGARUH DISIPLIN DAN IKLIM KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN APARAT PEMERINTAH KELURAHAN DI KECAMATAN CILACAP UTARA KABUPATEN CILACAP”.
Pada kesempatan yang baik ini peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan bapak / ibu / saudara, yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi angket ini. Peneliti mohon maaf apabila ada pertanyaan yang kurang berkenan di hati bapak / ibu / saudara.
Hormat kami, Ruswati
II. Petunjuk PelaksanaanAngket yang peneliti sediakan ini terdiri dari dua bagian yaitu: bagian pertama
yang berisi tentang identitas responden. Pada bagian ini bapak / ibu / saudara cukup mengisi bagian yang telah disediakan. Bagian kedua yang berisi daftar pertanyaan. Pada bagian ini bapak / ibu / saudara memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar.
III. Angket Penelitian* Identitas Responden
1. Nama / Umur :……………………… / ………………………………..2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)3. Kedudukan dalam kantor :.……………………………………………...4. Pendidikan Terakhir :………………………………………………….5. Alamat :………………………………………………………….
Keterangan *) Coret yang tidak perlu * Daftar Pertanyaan
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban a, b, c, dari pertanyaan dibawah ini :
A. Variabel Efektivitas Pelayanan1. Apakah bapak/ibu saat ini masih memiliki tunggakan pekerjaan yang belum
selesai ?a. tidak ada b. mungkin ada c. ya, ada
2. Apakah atasan bapak/ibu pernah menegur bapak/ibu berkaitan dengan hasil pekerjaan bapak/ibu ?a. jarang b. kadang-kadang c. sering
3. Apakah bapak/ibu pernah menerima keluhan masyarakat yang sedang dilayani ?
a. jarang
b. kadang-kadang
c. sering
Apabila jawaban “sering”, sebutkan macam keluhan apa saja yang pernah bapak/ibu terima :1). …………………………………………2). …………………………………………3). …………………………………………
4. Apakah di kantor bapak/ibu terdapat kotak saran ?a. ada
b. tidak ada
Bila jawaban “a”, berapa banyak kritik dan saran yang masuk dalam sebulan ?a. banyak
b. agak banyak
c. sedikit
Bila jawaban “b”, apakah bapak/ibu mengetahui alasan mengapa di kantor bapak/ibu tidak ada kotak saran ?a. tahu
b. tidak tahu
c. tidak perduli
Bila jawaban bapak/ibu “tahu”, sebutkan alasannya ?1). …………………………………………2). …………………………………………3). …………………………………………
5. Apa yang akan bapak/ibu lakukan apabila memiliki kepentingan kelurga yang sangat mendesak pada saat jam kerja ?
a. menyelesaikan tugas kantor terlebih dahulu
b. membawa pekerjaan ke rumah
c. pulang karena urusan mendesak
6. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang sistem kerja yang berlaku di lingkungan kantor bapak/ibu saat ini ?a. sangat cocok dengan kemampuan pegawainyab. lumayan cocok dengan kemampuan pegawainyac. kurang cocok dengan kemampuan pegawainya
7. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap prosedur atau peraturan yang ada di kantor bapak/ibu ?a. sangat mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baikb. cukup mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baikc. kurang mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik
8. Bagaimana bapak/ibu mengerjakan semua tugas-tugas yang dibebankan kepada bapak/ibu ?a. mengerjakan dengan cepat dan yakin pekerjaannya
benar b. mengerjakan dengan baik dan sesekali meminta bantuan pada rekan kerjac. kadang merasa bingung sehingga meminta bantuan kepada rekan kerja
9. Bagaimana tindakan atasan bapak/ibu apabila timbul masalah dalam organisasi ?a. berhasil mengatasinya dengan baik b. berhasil mengatasinya namun butuh waktu yang lamac. berhasil mengatasinya namun cara penyelesaiannya tidak tepat
10. Apakah bapak/ibu pernah berpartisipasi dalam program-program yang dilaksanakan organisasi (seperti diklat dan management training) ?a. seringb. kadang-kadang c. jarang
11. Apakah yang bapak/ibu lakukan apabila organisasi sedang mengadakan suatu acara diklat ?a. berpartisipasi sebagai panitiab. berpartisipasi sebagai pesertac. tidak ikut berpartisipasi
12. Apakah bapak/ibu merasa senang bekerja sama dengan rekan-rekan kerja bapak/ibu di kantor ?a. sangat senang
b. senang
c. biasa saja
13. Apakah semua rekan kerja bapak/ibu mudah diajak kerjasama dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi ?
a. semua mudah diajak kerjasama
b. ada yang sulit diajak kerjasama
c. hanya beberapa saja yang mudah diajak kerjasama
14. Ada berapa kasus pelanggaran yang terjadi di kantor bapak/ibu dalam waktu satu bulan ?
a. banyak
b. sedang
c. sedikit B. Variabel Disiplin Kerja
15. Bagaimana biasanya bapak/ibu datang ke kantor ?a. pagi sekali
b. agak siang
c. siang
16. Bagaimana biasanya bapak/ibu pulang dari kantor ?a. sebelum jam kerja habis
b. tepat pada saat jam kerja habis
c. setelah jam kerja habis
17. Apakah bapak/ibu pernah tidak mengerjakan perintah dari atasan ?a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
18. Apakah bapak/ibu pernah melanggar tata tertib yang ada di kantor ?a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
19. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang peraturan dan tata tertib di kantor ?a. terlalu ketat
b. biasa
c. terlalu longgar
20. Apakah bapak/ibu selalu memakai pakaian dinas yang telah ditentukan ?a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
21. Apakah bapak/ibu selalu hadir setiap hari pada jam kerja kantor ?a. selalu hadir setiap hari
b. kadang-kadang ijin untuk tidak hadir
c. sering ijin tidak masuk kerja
22. Berapa kali bapak/ibu ijin tidak masuk kantor dalam satu bulan ?a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
Sebutkan alasan bapak/ibu mengajukan ijin tidak masuk kerja :1). …………………………………………2). …………………………………………3). …………………………………………
23. Apakah bapak/ibu dalam bekerja selalu menggunakan perlengkapan kantor yang tersedia ?
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak selalu
24. Apakah bapak/ibu pernah menggunakan peralatan dan perlengkapan kantor untuk kepentingan pribadi ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
25. Bagaimana keadaan peralatan dan perlengkapan kantor tempat bapak/ibu bekerja ?
a. terpelihara dengan baik
b. sedikit terpelihara dengan baik
c. tidak terpelihara dengan baik
26. Bagaimana tindakan bapak/ibu mengahdapi tumpukan pekerjaan yang begitu banyak di kantor ?
a. menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik
b. mendahulukan pekerjaan yang disukai
c. hanya menyelesaikan pekerjaan yang diminta atasan saja
27. Apakah waktu yang tersedia sudah cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan ?
a. lebih dari cukup
b. cukup
c. kurang
28. Apakah bapak/ibu menanggung resiko dan kerugian yang terjadi pada saat bekerja selama ini ?
a. pernah
b. mungkin pernah
c. tidak pernah
Sebutkan kerugian yang pernah ditanggung :1). …………………………………….2). …………………………………….3). …………………………………….
C. Variabel Iklim Kerja dalam Organisasi
29. Apakah di kantor bapak/ibu terdapat bagan struktur organisasi ?a. ya, ada
b. tidak ada
Jika jawaban “a” apakah bapak/ibu mengetahui maksud dari bagan struktur organisasi tersebut ?a. tahu betul
b. bingung
c. tidak tahu
Jika jawaban “b” apakah bapak/ibu tahu alasan mengapa di kantor bapak/ibu tidak ada bagan struktur organisasi ?a. tahu betul
b. bingung
c. tidak tahu
Bila tahu alasannya, coba bapak/ibu sebutkan :1). …………………………………….2). …………………………………….3). …………………………………….
30. Apakah di kantor bapak/ibu sering terjadi overlap atau tumpang tindih pekerjaan ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
31. Apakah bapak/ibu pernah berselisih dengan salah satu rekan kerja ataupun atasan bapak/ibu ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
32. Bagaimana sikap organisasi terhadap pegawai yang berprestasi di kantor bapak/ibu ?
a. diberi imbalan tambahan
b. tidak diperhatikan
c. tidak tahu
Bila jawaban “a” sebutkan imbalan yang pernah diberikan organisasi :1). …………………………………….2). …………………………………….3). …………………………………….
33. Bagaimana tingkat penghargaan di kantor bapak/ibu terhadap pegawai yang berprestasi ?
a. tinggi
b. sedang
c. rendah
34. Bagaimana sikap organisasi terhadap pegawai yang melanggar peraturan di kantor bapak/ibu ?
a. diberi hukuman sesuai perbuatannya
b. diberi hukuman sama rata untuk semua perbuatan
c. tidak dihukum
35. Bagaimana sistem pengambilan keputusan di kantor bapak/ibu ?a. melibatkan seluruh pegawai
b. hanya melibatkan pegawai tertentu
c. tidak melibatkan pegawai biasa
36. Bagaimana sikap organisasi apabila terjadi masalah yang sangat mendesak dalam situasi yang sangat darurat ?
a. bawahan boleh mengambil tindakan sendiri
b. bawahan harus menunggu instruksi dari atasan
c. pekerjaan diambil alih oleh atasan
37. Bagaimana tingkat pelanggaran tata tertib di kantor bapak/ibu ?a. tinggi
b. sedang
c. rendah
38. Apakah bapak/ibu sering terlambat datang ke kantor ?a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
Jika jawaban “a” sebutkan alasan mengapa sering terlambat :1). ……………………………………
2). …………………………………….3). …………………………………….
39. Apakah keluarga bapak/ibu sering memotivasi bapak/ibu untuk selalu bersemangat dalam bekerja ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
40. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sistem penilaian kerja yang ada di kantor bapak/ibu saat ini ?
a. dijalankan dengan baik
b. kadang tidak dijalankan
c. tidak ada sistem penilaian kerja yang jelas
41. Bagaimana tindakan organisasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh pegawainya ?
a. mengadakan pelatihan seperti diklat
b. memberikan pengarahan pada bawahan
c. tidak melakukan tindakan apapun
42. Apakah di kantor bapak/ibu sering mengadakan pelatihan seperti diklat, kursus komputer, management training atau sejenisnya ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
Bila jawaban “a”, berapa kali organisasi mengadakan acara tersebut dalam setahun terakhir ….. kali dan sebutkan jenis kegiatannya :1). ……………………………………2). …………………………………….3). …………………………………….
43. Bagaimana sikap atasan apabila melihat bawahan yang tidak dapat bekerja dengan baik ?
a. memberikan bimbingan
b. tidak perduli
c. memarahi bawahan
44. Menurut bapak/ibu bagaimana atasan bapak/ibu bekerja ?a. mengerjakan kewajibannya dan mengawasi bawahannya dengan baik
b. hanya mengawasi bawahan dan tidak mengerjakan kewajibannya
c. mengerjakan kewajibannya tetapi tidak mengawasi bawahannya
45. Bagaimana pelaksanaan evaluasi kerja di kantor bapak/ibu ?a. rutin dilaksanakan
b. jarang dilaksanakan
c. tidak ada evaluasi
46. Apakah bapak/ibu menunda pekerjaan yang disebabkan oleh terbatasnya sarana dan fasilitas yang tersedia ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
47. Apakah di ruang kerja bapak/ibu terdapat filing cabinet (lemari) untuk menyimpan berkas-berkas kerja atau dokumen penting ?
a. ada
b. tidak ada
c. tidak tahu
48. Apakah bapak/ibu merasa aman meletakkan kendaraan di tempat parkir yang tersedia di kantor ?
a. sangat nyaman
b. kurang nyaman
c. tidak nyaman
49. Apakah bapak/ibu merasa nyaman bekerja di ruangan kerja yang bapak/ibu tempati saat ini ?
a. sangat nyaman
b. kurang nyaman
c. tidak nyaman
50. Apakah bapak/ibu merasa puas dengan besarnya insentif yang diterima ?
a. sangat puas
b. kurang puas
c. tidak puas
51. Apakah pekerjaan bapak/ibu memunculkan resiko pekerjaan yang berat ?
a. ya
b. kadang-kadang
c. tidak
52. Bagaimana sikap bapak/ibu menghadapi resiko berat yang muncul ?a. menghadapi dengan sabar dan berusaha sebaik-baiknya
b. melaporkan pada atasan
c. menghindari pekerjaan yang mengandung resiko
-------------------------
LAMPIRAN
Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Lima Kelurahan di Kecamatan Kabupaten Cilacap
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Gumilir
No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah1. Sawah dan ladang 56,965 Ha2. Bangunan umum 102,500 Ha3. Empang 13 Ha4. Pemukiman/perumahan 114,783 Ha5. Pekuburan 2,500 Ha6. Pertokoan/perdagangan 0,500 Ha7. Perkantoran 2,750 Ha8. Tanah wakaf 1,500 Ha9. Tanah sawah 51,365 Ha10. Irigasi 51,365 Ha11. Pekarangan 212,533 Ha12. Perladangan 3,100 Ha13. Tegalan 7,500 Ha
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Karang Talun
No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah1. Sawah dan ladang 116,1 Ha2. Bangunan umum 60 Ha3. Empang 20 Ha4. Pemukiman/perumahan 131,15 Ha5. Pekuburan 1,5 Ha6. Industri 20 Ha7. Perkantoran 50,20 Ha8. Tanah wakaf 15 Ha9. Tanah sawah 116 Ha10. Irigasi 32 Ha11. Pekarangan 204 Ha12. Jalur Hijau 0,5 Ha13. Pasar Desa 20 Ha
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Kebonmanis
No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah1. Sawah 92,457 Ha2. Pemukiman/perumahan 85,892 Ha3. Pekuburan 2,398 Ha4. Petokoan/perdagangan 0,366 Ha5. Perkantoran 1,112 Ha6. Irigasi 163,286 Ha7. Pekarangan 85,892 Ha8. Jalur Hijau 0,250 Ha9. Tegalan 7,393 Ha10. Perladangan 10,544 Ha11. Lain-lain 5,721 Ha
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Mertasinga
No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah1. Sawah dan ladang 343,194 Ha2. Bangunan umum 1,34 Ha3. Jalur Hijau 2,5 Ha4. Pemukiman/perumahan 88,85 Ha5. Pekuburan 4,5 Ha6. Pertokoan/perdagangan 1,5 Ha7. Perkantoran 0,595 Ha8. Tanah wakaf 1,459 Ha9. Pasar Desa 0,860Ha10. Irigasi 317,356 Ha11. Pekarangan 253,462 Ha12. Rawa 8 Ha13. Lain-lain 9,513 Ha
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Tritih Kulon
No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah1. Sawah dan ladang 91,568 Ha2. Bangunan umum 20,284 Ha3. Jalur Hijau 0,15 Ha4. Pemukiman/perumahan 0,50 Ha5. Pekuburan 4,745 Ha6. Empang 5 Ha7. Perkantoran 1,652 Ha8. Tanah wakaf 0,883 Ha9. Pasar Desa 0,094Ha10. Irigasi 91,565 Ha11. Pekarangan 233,162 Ha12. Tegalan 154,519 Ha
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
Hasil Pengujian Validitas dan ReliabilitasVariabel Disiplin Kerja
Reliability
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5
X1 ,6778 ,3993 ,7575 ,7741 ,5934
X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10
X1 ,2550 ,4658 ,2740 ,4753 ,7571
X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1
X1 ,3399 ,2803 ,5922 ,4074 1,0000
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
N of Cases = 82,0
Reliability Coefficients 14 items
Correlation between forms = ,8641 Equal-length Spearman-Brown = ,9271
Guttman Split-half = ,7972 Unequal-length Spearman-Brown = ,9274
Alpha for part 1 = ,6923 Alpha for part 2 = ,5160
7 items in part 1 7 items in part 2
Hasil Pengujian Validitas dan ReliabilitasVariabel Iklim Kerja
Reliability
**** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis *****
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5
X2 ,3278 ,4185 ,6199 ,3615 ,4931
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10
X2 ,3899 ,3148 ,3941 ,5255 ,3148
X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 X2.15
X2 ,3740 ,3771 ,4129 ,4306 ,4476
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
X2.16 X2.17 X2.18 X2.19 X2.20
X2 ,3897 ,4168 ,3863 ,4655 ,4203
X2.21 X2.22 X2.23 X2.24 X2
X2 ,4149 ,3158 ,5604 ,4674 1,0000
N of Cases = 82,0
Reliability Coefficients 24 items
Correlation between forms = ,7668 Equal-length Spearman-Brown = ,8680
Guttman Split-half = ,7852 Unequal-length Spearman-Brown = ,8682
Alpha for part 1 = ,5334 Alpha for part 2 = ,4167
12 items in part 1 12 items in part 2
Hasil Pengujian Validitas dan ReliabilitasVariabel Efektivitas Pelayanan
Reliability
**** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis *****
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Y ,5315 ,5690 ,5383 ,3902 ,5844
Y6 Y7 Y8 Y9 Y10
Y ,3521 ,4887 ,2232 ,4073 ,2456
Y11 Y12 Y13 Y14 Y
Y ,2279 ,4310 ,4773 ,3057 1,0000
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
N of Cases = 82,0
Reliability Coefficients 14 items
Correlation between forms = ,7683 Equal-length Spearman-Brown = ,8690
Guttman Split-half = ,7929 Unequal-length Spearman-Brown = ,8694
Alpha for part 1 = ,6077 Alpha for part 2 = ,4356
7 items in part 1 7 items in part 2
Frequencies
Frequency Table
Crosstabs
Disiplin Kerja * Efektivitas Pelayanan
Iklim Kerja * Efektivitas Pelayanan
Partial Corr
- - - PARTIAL CORRELATION COEFFICIENTS - - -
Controlling for.. X2
X1 Y
X1 1,0000 ,5724( 0) ( 79)P= , P= ,000
Y ,5724 1,0000( 79) ( 0)P= ,000 P= ,
(Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance)
" , " is printed if a coefficient cannot be computed
Controlling for.. X1
X2 Y
X2 1,0000 ,3549( 0) ( 79)P= , P= ,001
Y ,3549 1,0000( 79) ( 0)P= ,001 P= ,
(Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance)
" , " is printed if a coefficient cannot be computed
Hasil Pengujian Konkordansi Kendall (W)
NPar Tests
Kendall's W Test
PLUM - Ordinal Regression