DESKRIPSI PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI
BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI KEPRIBADIAN
SENSING DAN INTUITION SISWA KELAS VIII SMPN 2
SUNGGUMINASA
SKRIPSI
Oleh
Didin Ferdiansyah
NIM: 105361112216
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Januari 2021
2
3
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Nama : DIDIN FERDIANSYAH
Nim : 105361112216
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi :
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah asli hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh
siapa pun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sangsi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021
Yang Membuat Pernyataan
Didin Ferdiansyah
NIM. 105361112216
Deskripsi Pemahaman Konsep Siswa pada Materi
Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kepribadian
Sensing dan Intuition Siswa Kelas VIII SMPN 2
Sungguminasa
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Nama : DIDIN FERDIANSYAH
Nim : 105361112216
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi :
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapa pun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Juni 2021
Yang Membuat Pernyataan
Didin Ferdiansyah
NIM. 105361112216
Deskripsi Pemahaman Konsep Siswa pada Materi
Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kepribadian
Sensing dan Intuition Siswa Kelas VIII SMPN 2
Sungguminasa
vi
MOTO
“Janganlah Kamu Bersedih, Sesungguhnya Allah Bersama Kita”
_QS. At-Taubah: 40_
“...Pada Hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu...”
_QS. Al-Maidah: 3_
“...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya...”
_QS. At-Thalaaq: 2-3_
“Seorang muslim itu sibuk, sibuk dengan ibadah”
_Ust. Khalid Basalamah_
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan dengan penuh cinta dan setulus hati kepada
Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa selama
perjalanan hidup saya sampai penyusunan skripsi ini. Kepada kakak saya yang
membantu dalam hal apapun khususnya selama perkuliahan. Kepada sahabat-
sahabat saya yang mendukung dan memberi motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
vii
ABSTRAK
Didin Ferdiansyah. 2021. Deskripsi Pemahaman Konsep Siswa pada Materi
Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kepribadian Sensing dan Intuition Siswa
Kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I Sri Satriani dan pembimbing II Ahmad Syamsuadi.
Masalah pada penelitian ini yaitu tidak semua siswa dapat menyerap
materi dengan baik, maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian terkait
bagaimana siswa memperoleh informasi berdasarkan kepribadiannya. Penelitian
ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, bertujuan untuk
mendeskripsikan pemahaman konsep siswa dengan kepribadian sensing dan
intuition, dengan subjek penelitian berjumlah 2 orang siswa. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah tes dan wawancara. Adapun tes yang digunakan
yaitu tes kepribadian untuk memilih dua siswa yang memiliki skor kepribadian
tinggi dan berlawanan. Setelah terpilih 2 subjek maka selanjutnya diberikan tes
pemahaman konsep untuk melihat kemampuannya berdasarkan tujuh indikator
pemahaman konsep, setelah itu dilakukan wawancara kepada setiap subjek untuk
mendapatkan informasi lebih banyak tentang pemahaman konsepnya. Pengukuran
pemahaman konsep menggunakan hasil tes diagnostik yaitu mampu, kurang
mampu, dan tidak mampu. Pemahaman konsep pada siswa dengan kepribadian
sensing (S1) yaitu kurang mampu pada indikator menyatakan ulang konsep,
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup, dan menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu namun mampu pada indikator
memberikan contoh dan non contoh, menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis, dan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.
Kecenderungan yang muncul yaitu praktis menjawab soal, fokus pada hasil,
spesifik dan detail dalam penjelasan. Berhati-hati dalam memproses informasi dan
mengambil keputusan, serta cermat, realistis dan konkret. Mayoritas indikator
dipahami oleh S1 maka dari itu S1 cenderung memahami konsep. Pemahaman
konsep siswa dengan kepribadian intuition (S2) yaitu kurang mampu pada
indikator mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dan menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu namun mampu pada indikator
menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifatnya,
memberikan contoh dan non contoh, menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis, dan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.
Kecenderungan yang muncul yaitu imajinatif, abstrak, konseptual dan menjawab
dengan caranya sendiri. Melihat keterkaitan serta fokus pada proses. Mayoritas
indikator dipahami oleh S2 maka dari itu S2 cenderung memahami konsep.
Kata kunci: Pemahaman Konsep, Bangun Ruang Sisi Datar, Sensing, Intuition
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan segala puji atas kehadirat Allah Swt yang atas luasnya ampunan
dan rahmat-Nya serta atas nyatanya janji-janji-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Deskripsi pemahaman Konsep Siswa pada
Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kepribadian Sensing dan
Intuition Siswa Kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa.
Penulis kirimkan salawat dan salam kepada Baginda Rasulullah
Muhammad saw, pendidik terbaik yang dibimbing langsung oleh Allah Swt
dengan membawa risalah terbaik untuk disampaikan kepada umat terbaik di muka
bumi ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban
sebagai salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan terkhusus untuk orang-orang
berpengaruh dalam hidup penulis, untuk Ayahanda Darise, S.Sos. dan Ibunda
Gustiati, S.Pd. yang senantiasa memberi nasihat, kasih sayang, dan perhatian,
serta do’a yang tidak putus. Saudariku Rika Wulandari, S.Pd., Gr. yang selalu
memberikan bantuan, semangat, dan saran yang penulis butuhkan.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
ix
2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Mukhlis, S.Pd,. M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan
sebagai Penasihat Akademik yang membimbing selama perkuliahan.
4. Ma’rup, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Sri Satriani, S.Pd., M.Pd. Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya
untuk memberi arahan, petunjuk, dan motivasi serta koreksi dalam
penyusunan skripsi.
7. Ahmad Syamsuadi, S.Pd., M.Pd., Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi arahan, petunjuk, dan motivasi serta koreksi dalam
penyusunan skripsi.
8. Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd. dan Dr. Asdar, M.Pd., Validator yang telah
meluangkan waktunya untuk memeriksa dan memberikan saran terhadap
perbaikan instrumen penelitian yang digunakan penulis untuk penelitian.
9. Muhammad Irfan Mahmud, S.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 2
Sungguminasa yang telah memberikan izin dan penerimaan untuk melakukan
penelitian.
10. Fatmawati, S.Pd., Guru Bidang Studi Matematika yang telah membantu
penulis selama melaksanakan penelitian.
x
11. Bapak, Ibu Guru dan staf tata usaha SMP Negeri 2 Sungguminasa.
12. Siswa-siswi kelas VIII-1 atas kerja sama dan kesediaannya selama proses
penelitian.
13. Saudara-saudari seperjuangan Pejuang XII Lembaga Kreativitas Ilmiah
Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA), yang telah mengukir tak
terhingga kisah suka dan duka mulai dari semester 3 perkuliahan penulis
hingga saat ini.
14. Saudara-saudari seperjuangan Rudi, Andi Rifaq Guttu Patalo, Virey Tsalasa
Faradiba Ridwan, Khoirul Hidayati K, Indah Mursyd yang senantiasa
membantu penulis selama perkuliahan.
15. Rekan Seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2016
terkhusus Algoritma 2016 D Universitas Muhammadiyah Makassar, terima
kasih atas bantuan, kerja sama, dan kekeluargaan yang terjalin dengan erat.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak,
selama saran dan kritikan tersebut bersifat membangun. Semoga segala apa yang
kita lakukan bernilai ibadah disisi-Nya.
Makassar, Juni 2021
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v
MOTO ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 9
D. Batasan Istilah .......................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian.................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 12
A. Kajian Teori.............................................................................. 12
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 39
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 39
C. Subjek Penelitian ...................................................................... 39
D. Data dan Sumber Data.............................................................. 40
E. Fokus Penelitian ....................................................................... 42
F. Instrumen Penelitian ................................................................. 43
G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 44
xii
H. Uji Validasi Data ...................................................................... 45
I. Teknik Analisis Data ................................................................ 46
J. Prosedur Penelitian ................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 53
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 53
B. Pembahasan .............................................................................. 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 99
A. Kesimpulan .............................................................................. 99
B. Saran ......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kemampuan Menyatakan Ulang Konsep ............................................. 47
3.2 Kemampuan Mengklasifikasikan Objek Berdasarkan Sifat-Sifatnya .. 48
3.3 Kemampuan Memberikan Contoh dan Non contoh ............................. 48
3.4 Kemampuan menyatakan Konsep dalam Bentuk Matematis ............... 48
3.5 Kemampuan Mengembangkan Syarat Perlu atau Syarat Cukup .......... 49
3.6 Kemampuan Menggunakan, Memanfaatkan, dan Memilih Prosedur
Tertentu ................................................................................................. 49
3.7 Mengaplikasikan Konsep dalam Bentuk Pemecahan Masalah ............ 49
3.8 Kode Data Penelitian ............................................................................ 53
4.1 Hasil Tes Kepribadian Sensing dan Intuition Siswa ............................. 54
4.2 Subjek yang terpilih Berdasarkan Hasil Tes Kepribadian .................... 55
4.3 Data Wawancara Kemampuan S1 Menyatakan Ulang Konsep ........... 58
4.4 Data Wawancara Kemampuan S1 Mengklasifikasikan objek
berdasarkan sifat-sifatnya ..................................................................... 60
4.5 Data Wawancara Kemampuan S1 Memberikan Contoh dan Non
Contoh .................................................................................................. 63
4.6 Data Wawancara Kemampuan S1 Menyajikan Konsep dalam Bentuk
Representasi Matematis. ....................................................................... 66
4.7` Data Wawancara Kemampuan S1 Mengembangkan Syarat Perlu dan
Syarat Cukup ........................................................................................ 67
4.8 Data Wawancara Kemampuan S1 Menggunakan, Memanfaatkan,
dan Memilih Prosedur Tertentu ............................................................ 69
4.9 Data Wawancara Kemampuan S1 Mengaplikasikan Konsep Atau
Algoritma Ke Pemecahan Masalah. ..................................................... 71
4.10 Data Wawancara Kemampuan S2 Menyatakan ulang Konsep ............ 73
4.11 Data Wawancara Kemampuan S2 Mengklasifikasikan Objek
Berdasarkan Sifatnya ............................................................................ 75
xiv
4.12 Data Wawancara Kemampuan S2 Memberikan Contoh dan Non
Contoh .................................................................................................. 77
4.13 Data Wawancara Kemampuan S2 Menyajikan Konsep dalam Bentuk
Representasi Matematis ........................................................................ 79
4.14 Data Wawancara Kemampuan S2 Mengembangkan Syarat Perlu dan
Syarat Cukup ........................................................................................ 81
4.15 Data Wawancara Kemampuan S2 Menggunakan, Memanfaatkan,
dan Memilih Prosedur Tertentu ............................................................ 83
4.16 Data Wawancara Kemampuan S2 Mengaplikasikan Konsep dalam
Bentuk Pemecahan Masalah. ................................................................ 85
4.17 Tabel Triangulasi Data .......................................................................... 87
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Preferensi Berlawanan Dari Empat Fitur Kepribadian ......................... 25
2.2 Kubus .................................................................................................... 29
2.3 Diagonal Bidang Kubus ........................................................................ 30
2.4 Diagonal Ruang Kubus ......................................................................... 31
2.5 Bidang Diagonal Ruang Kubus ............................................................ 31
2.6 Kubus dan Jaring-Jaring Kubus ............................................................ 32
2.7 Kubus Satuan ........................................................................................ 33
2.8 Kubus Satuan Balok ............................................................................. 34
2.9 Diagonal Bidang Balok......................................................................... 35
2.10 Diagonal Ruang Balok .......................................................................... 35
2.11 Bidang Diagonal Balok......................................................................... 36
2.12 Jaring Balok dan Balok ......................................................................... 36
3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 51
4.1 Kemampuan S1 Menyatakan Ulang Konsep ........................................ 58
4.2 Kemampuan S1 Mengklasifikasikan Objek Berdasarkan Sifat-
Sifatnya ................................................................................................. 60
4.3 Kemampuan S1 Memberikan Contoh dan Non Contoh ....................... 62
4.4 Kemampuan S1 Menyajikan Konsep dalam Bentuk Representasi
Matematis ............................................................................................. 64
4.5 Kemampuan S1 Mengembangkan Syarat Perlu dan Syarat Cukup...... 67
4.6 Kemampuan S1 Menggunakan, Memanfaatkan, dan Memilih
Prosedur Tertentu.................................................................................. 69
4.7 Kemampuan S1 Mengaplikasikan Konsep atau Algoritma ke
Pemecahan Masalah.............................................................................. 71
4.8 Kemampuan S2 Menyatakan Ulang Konsep ........................................ 73
4.9 Kemampuan S2 Mengklasifikasikan Objek Berdasarkan Sifatnya. ..... 75
4.10 Kemampuan S2 Memberikan Contoh dan Non Contoh ....................... 77
4.11 Kemampuan S2 Menyajikan Konsep dalam Bentuk Representasi
Matematis ............................................................................................. 79
xvi
4.12 Kemampuan S2 Mengembangkan Syarat Perlu dan Syarat Cukup...... 81
4.13 Kemampuan S2 Menggunakan, Memanfaatkan, Dan Memilih
Prosedur Tertentu.................................................................................. 83
4.14 Kemampuan S2 Mengaplikasikan Konsep dalam Bentuk Pemecahan
Masalah ................................................................................................. 85
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Instrumen Penelitian ............................................................................. 106
2 Hasil Tes dan Wawancara Subjek Terpilih .......................................... 114
3 Dokumen dan Surat .............................................................................. 122
4 Dokumentasi Foto ................................................................................. 137
5 Power Point Skripsi .............................................................................. 140
6 Hasil Cek Plagiat Skripsi ...................................................................... 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peluang berkarya dan mengembangkan ilmu pengetahuan semakin
terbuka lebar dengan semakin mendekatnya seratus tahun Indonesia merdeka
dibarengi dengan bonus demografi yang sangat menggiurkan untuk Indonesia.
Seratus tahun Indonesia disebut dengan “Indonesia emas” dengan target-target
pada setiap lini pemerintahan. Menjelang seratus tahun Indonesia merdeka
keberadaan penduduk dengan usia produktif atau para pemuda diprediksi akan
mencapai puncaknya. Dibutuhkan keahlian yang istimewa untuk mengarahkan
pemuda-pemuda Indonesia pada keadaan yang tidak biasa ini. Pemerintah telah
menetapkan tujuan pendidikan pada era generasi emas 2045. Hal tersebut
membuat Indonesia harus mengarahkan dengan baik pemudanya, maka
terdapat tiga tahap yang sedang dan akan dilakukan pemerintah untuk
mencapai Indonesia emas 2045. Sekarang sedang berada pada tahap pertama
(2016-2025) dengan target pembangunan difokuskan pada peningkatan
kapasitas satuan pendidikan untuk meningkatnya layanan dan modernisasi
pembelajaran serta mendorong penguatan layanan sehingga dapat dirasakan
semua masyarakat (Kemdikbud, 2017: 17).
Berjalannya target pendidikan untuk Indonesia emas 2045 harus
sinkron dengan gol dari pendidikan yang dijalankan, dari itu pemerintah
senantiasa melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas pendidikan sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membangun anak didik secara
2
intelektual yaitu memiliki badan sehat, berilmu, kecakapan, kreativitas,
kemandirian, serta menjadi masyarakat demokrasi yang sadar kewajiban, pada
sisi spiritual yaitu beriman dan bertakwa. Tujuan pendidikan tersebut sangat
ideal untuk Indonesia namun tetap saja implementasinya masih harus
dipertanyakan. Konsep pemerintah sangat mudah dirancang, namun
implementasi yang masih kurang dari berbagai aspek membuat tujuan tersebut
tidak tercapai, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dari setiap
unsur penyelenggara pendidikan (Thahir, 2020: 1).
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, Kurikulum 2013 memiliki
sistem pembelajaran saintifik dan penilaian autentik yakni sebagai pendekatan,
prosedur, dan instrumen penilaian proses. Capaian pembelajaran yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam bentuk perilaku yang
mirip dengan keadaan nyata. Dilihat dari Indonesia Emas, tujuan pendidikan
nasional, dan Kurikulum 2013. Ketiganya memiliki garis besar yaitu perbaikan
kualitas sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan standarnya masing-
masing.
Informasi yang dipaparkan memuat data dengan pembahasan penting
dan bersifat universal yaitu dengan pendekatan ilmiah. Kemudian yang
menjadi alat berpikir ilmiah dalam pendekatan ilmiah yaitu matematika.
Adapun Andri dan Rismawati (2018: 92) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa Matematika sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengambangkan cara berpikir seperti dalam memproses dan menarik
kesimpulan berdasarkan apa yang dianalisis atau sering kali disebut sebagai
bahasa untuk mengenali alam semesta dan isinya.
3
Satu di antara sekian banyak bagian dari ilmu matematika yang
diterapkan pada sekolah tingkat menengah adalah geometri ruang dengan
dengan sisi datar. Cabang geometri tersebut memiliki tempat istimewa pada
perangkat pelajaran sekolah disebabkan di dalamnya terdapat konsep yang
banyak. Melihat perspektif psikologi, bangun ruang sisi datar merupakan
penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola,
pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematika, bangun
ruang sisi datar menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan
masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan
transformasi. Pendekatan tersebut sangat dapat digambarkan pada kehidupan
sehari-hari. Pengenalan bangun sisi datar merupakan topik yang telah dikuasai
para pendidik namun terdapat batasan yang kurang diperhatikan oleh pendidik
untuk disampaikan ke siswa. Guru sering kali langsung memberikan ciri-
cirinya kepada siswa pada pengenalan bangun ruang sisi datar ini. Bentuknya
bersifat abstrak sehingga guru sering memberikan gambaran yang paling nyata
yaitu contoh bangunan dan benda yang serupa.
Salah satu sampelnya yaitu geometri ruang yang memiliki garis
berujung, garis tersebut tidak dapat dihitung lebarnya. Hal itu membuat para
guru berusaha menjadikan konkret konsep tersebut dengan mengaitkan pada
kehidupan atau dengan media. Bentuk tersebut familier di lingkungan kita
sehingga siswa sudah terbiasa dengan bentuk yang dicontohkan tersebut pada
usia sekolahnya.
Berdasarkan paparan tersebut, telah membuat geometri menjadi hal
penting dalam matematika dalam rangka mengembangkan keahlian pemecahan
4
masalah dan mengasah kemampuan berpikir. Peserta didik diharapkan mahir
menggunakan konsep dasar geometri terkhusus materi bangun ruang sisi datar
namun pada beberapa keadaan tidak maksimal. Penelitian yang menunjukkan
kemampuan memahami konsep siswa SMP yang di luar ekspektasi yaitu oleh
Hudanagara dan Anita (2018: 20) mengungkapkan di antara berbagai cabang
matematika, geometri menempati posisi yang paling memprihatinkan.
Kesulitan yang dialami siswa terjadi pada setiap tingkat pendidikan. Kesulitan
ini membuat siswa tidak memahami secara menyeluruh sub materi yang
diajarkan sehingga ketika berpindah ke materi selanjutnya tidak akan bisa
maksimal. Efek domino pun terjadi jika pemahaman dasar tidak maksimal
maka keseluruhan pemahaman tidak akan maksimal. Sebaiknya pemahaman
dasar dikuasai secara menyeluruh sebelum berpindah ke materi selanjutnya,
begitu seterusnya.
Pemahaman siswa terkait hal baru tidak sama berdasarkan pada
penjelasan yang diserapnya dan fokus perhatiannya pada informasi tersebut.
Ada informasi yang tidak bisa diterima, ada juga yang bisa, yaitu harus
memfokuskan perhatian pada suatu informasi kemudian diproses dan terserap
sebagai sebuah konsep. Hal tersebut menggambarkan perbedaan dalam
memahami informasi bisa tidak sama tergantung peserta didik dalam
memfokuskan perhatiannya.
Pengawalan kepada siswa dalam hal memahami informasi harus
dilakukan setiap guru, Menurut Satriani, dkk. (2020: 15) bahwa “sebagai guru
diharapkan mampu untuk memahami siswa dari sisi psikologi seperti ciri-ciri
setiap siswa karena salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah
5
faktor psikologis khususnya kepribadian”. Setiap orang mampu membuat
pikirannya fokus terhadap sesuatu pada lingkungan yang berhubungan dengan
kepribadian manusia. Sejalan dengan yang dinyatakan Bastable, dkk (2019: 82)
bahwa fungsi sensing dan intuition pada psikologi menjadi landasan seseorang
dalam memahami dan membuat pikirannya fokus pada kecenderungan tertentu.
Kemudian Zaky (2019: 38) menyatakan bahwa tipe sensing menilai bahwa
setiap yang ditangkap indra itulah menjadi acuan untuk memahami dan
memproses informasi yang didapatnya. Sementara tipe intuition memahami
yang tersirat dan mencari makna sebuah fenomena bisa terjadi. Kedua tipe
kepribadian tersebut mengarah ke bagaimana manusia memfokuskan
perhatiannya dan memahami informasi. Maka terlihat bahwa kepribadian
sensing dan intuition sangat erat kaitannya dengan bagaimana siswa
memahami informasi berupa konsep geometri.
Menurut penelitian Purbaningrum (2017: 48) pemecahan masalah pada
matematika mempengaruhi kemampuan siswa pada berbagai aspek di
antaranya yaitu kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir merupakan
kemampuan memproses informasi dari kelas yang rendah ke tingkat kelas
kemampuan berpikir yang tinggi. Keduanya mengacu pada pengelompokan
Bloom yaitu enam dimensi pemahaman. Hasil penelitian bahwa peserta didik
yang ditinjau dari gaya belajar optis, kinestetik,dan mendengarkan temasuk
kategori kurang dalam kemampuan berpikirnya.
Hasil penelitian tersebut membahas tentang kemampuan memproses
informasi berdasarkan aspek kognitif dari taksonomi Bloom. Apabila ditelusuri
dari sudut pandang lain, kemampuan memproses informasi dapat dikaji dari
6
sisi kepribadian setiap individu. Pembagian kepribadian yang membahas
tentang bagaimana manusia memproses informasi terdapat pada indikator tipe
kepribadian oleh Myers-Briggs yang membahas 16 tipe kepribadian dengan 4
fitur kepribadian yang salah satunya terdapat dimensi memahami dan
memproses informasi dari luar. Dimensi tersebut terbagi menjadi 2 fokus
kajian yang saling bertolak belakang yaitu sensing dan intuition. Penjelasan
tersebut memberikan isyarat kepada peneliti yaitu ada jalan lain untuk
mengetahui bagaimana manusia memproses informasi, dengan melakukan
penelitian tentang pemrosesan informasi berdasarkan indikator tipe kepribadian
oleh Myers-Briggs.
Kepribadian sensing atau intuition dalam memperoleh informasi serta
pemahaman konsep, idealnya dapat saling menunjang konsep-konsepnya satu
sama lain pada materi matematika. Apabila siswa mampu memahami konsep
dari satu sub bab dasar maka sub bab selanjutnya akan mengacu dari sub bab
sebelumnya yang harus dikuasai, sehingga dengan tersistematisnya
penguasaan, setiap tingkatannya akan membentuk pemahaman konsep yang
baik dan menyeluruh. Keadaan yang terjadi pada siswa, yaitu telah
mempelajari materi bangun ruang namun tidak mampu menggunakan konsep
yang diketahui sebelumnya sehingga kondisi ideal pemahaman konsep tidak
dapat tercapai. Sebagaimana dirasakan siswa SMPN 2 Sungguminasa kelas 8,
dikarenakan tidak semua siswa dapat memperoleh informasi yang diberikan
oleh guru, ada yang memperoleh informasi dengan baik dan mampu
menyerapnya namun tidak maksimal dalam pemerolehan informasi yang
berkaitan dengan pelajaran bangun ruang sisi datar di kelasnya. Berdasarkan
7
wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika di SMPN 2
Sungguminasa menyatakan problem dalam pembelajaran bangun ruang sisi
datar adalah pemahaman siswa yang tergolong rendah disebabkan tidak
tuntasnya penguasaan dan ketidakmampuan mengaplikasikan konsep yang
telah diberikan. Hal tersebut dikarenakan pemerolehan informasi yang tidak
maksimal oleh siswa. Berdasarkan tipe kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type
Indicators) pemerolehan informasi manusia terdiri dari sensing dan intuition.
Sensing yaitu kecenderungan memperoleh informasi berdasarkan fakta,
kemudian intuition yaitu kecenderungan memperoleh informasi berdasarkan
kata hati atau perasaan. Pemahaman konsep yang rendah mengakibatkan
terhambatnya proses untuk melanjutkan materi. Peneliti merasa terdapat
perbedaan dalam pemerolehan informasi siswa, maka dari itu perlu adanya
penelitian untuk mendeskripsikan perbedaan pemerolehan informasi dari siswa
di SMPN 2 Sungguminasa.
Peneliti menemukan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan
Syarifuddin (2019) yang membahas tentang kepribadian sensing dan intuition
dari sisi kemampuan koneksi matematis siswa dengan memanfaatkan indikator
dari koneksi matematis. Sedangkan pada penelitian ini diarahkan untuk
mengetahui kemampuan kepribadian sensing dan intuition pada pemahaman
konsepnya, karena peneliti menganggap kemampuan memahami konsep itu
sejalan dengan kemampuan memperoleh informasi. Terdapat penelitian lainnya
yaitu oleh Kiswanto (2015) yang meneliti tentang pemahaman konsep siswa
pada kepribadian sensing dan intuition, pada penelitian ini hanya menggunakan
lima indikator dari tujtuh indikator pemahaman konsep yang terdapat dari
8
berbagai sumber. Berdasarkan penelitian tersebut masih ada dua indikator dari
pemahaman konsep yang tidak dikaji, maka dari itu pada penelitian ini
menggunakan semua indikator pemahaman konsep sehingga hasil penelitian ini
lebih lengkap membahas tujuh indikator pemahaman konsep yang dikaji dari
sisi psikologi kepribadian memperoleh informasi yaitu sensing dan intuition.
Kedua penelitian tersebut menjadi acuan ataupun titik tolak peneliti untuk lebih
mengkaji tentang pemahaman konsep siswa dari sisi pemerolehan informasi
yaitu sensing dan intuition. Sehingga hasil penelitian ini bisa lebih unik dan
melengkapi kajian dari dua penelitian sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, menjadi landasan peneliti untuk
mendalami terkait bagaimana informasi diperoleh dari kedua kepribadian
berlawanan tersebut. Sehingga peneliti tertarik meneliti dengan judul
“Deskripsi pemahaman Konsep Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar
Ditinjau dari Kepribadian Sensing dan Intuition Siswa Kelas VIII SMPN 2
Sungguminasa”. Judul tersebut peneliti tentukan dikarenakan pemahaman
konsep siswa sangat berkaitan dengan proses pemerolehan informasi dan
sumber pemerolehan informasi paling relevan terdapat di kajian kepribadian
MBTI.
B. Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah
penelitian yaitu.
1. Bagaimana siswa dengan kepribadian sensing memahami konsep pada
materi bangun ruang sisi datar ?
9
2. Bagaimana siswa dengan kepribadian intuition memahami konsep pada
materi bangun ruang sisi datar?
C. Tujuan Penelitian
Berikut ini tujuan penelitian yang ditargetkan oleh peneliti.
1. Mendeskripsikan siswa dengan kepribadian sensing dalam memahami
konsep materi bangun ruang sisi datar.
2. Mendeskripsikan siswa dengan kepribadian intuition dalam memahami
konsep materi bangun ruang sisi datar.
D. Batasan Istilah
1. Deskripsi yaitu pemaparan atau penggambaran suatu objek dengan kata-kata
secara jelas dan terperinci. Deskripsi yang dimaksud pada penelitian ini
yaitu menguraikan dengan jelas tentang pemahaman konsep siswa yang
memiliki kepribadian sensing dan intuition dalam memahami konsep materi
bangun ruang sisi datar.
2. Pemahaman Konsep yaitu siswa mampu menyatakan ulang konsep,
mengelompokkan berdasarkan sifat, memberikan contoh, menyajikan
konsep, mengembangkan syarat perlu dan cukup, kemudian memanfaatkan
prosedur tertentu berdasarkan masalah.
3. Bangun ruang yaitu semua konsep geometri yang memiliki panjang, lebar,
dan luas serta memiliki volume.
4. Bangun ruang yang memiliki sisi datar, pembatasan ini mencakup bangun
yang memiliki permukaan yang datar.
10
5. Siswa dengan kepribadian sensing yaitu siswa yang menangkap dan
memproses informasi berdasarkan apa yang ditangkap indranya .
6. Siswa dengan kepribadian intuition yaitu siswa yang memproses informasi
dengan menghubungkan sesuatu yang dianggapnya memiliki keterkaitan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Secara teoretis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan sebagai sumber informasi untuk masyarakat, guru, peneliti,
atau siswa. Peneliti berharap karya ini dapat menjadi acuan untuk peneliti
selanjutnya dengan topik penelitian yang relevan guna berkembangnya
topik penelitian tentang topik kepribadian, pemahaman konsep, dan bangun
ruang sisi datar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat memberikan
kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan secara umum
selanjutnya.
2. Manfaat secara praktis
a. Manfaat bagi pendidik
Hasil penelitian dapat digunakan oleh pendidik, terkhusus di
SMPN 2 Sungguminasa terkait pemahaman konsep dari segi sensing dan
intuition , terkhusus di kelas tersebut. Dapat juga menjadi referensi bagi
guru untuk mengembangkan dan melihat pola teoritik untuk menentukan
langkah selanjutnya dalam pembelajaran.
b. Manfaat bagi sekolah
11
Hasil penelitian ini dapat dikaji lebih lanjut untuk pengembangan
sistem belajar berbasis kepribadian di sekolah. Sehingga sekolah tidak
hanya menilai dari kognitif, afektif, dan psikomotorik, tetapi ada juga
aspek kepribadian yang sangat perlu dipertimbangkan.
c. Manfaat bagi siswa
Setelah mengetahui kepribadiannya, siswa dapat lebih lanjut
untuk mencari gaya belajar yang sesuai dengannya. Hal tersebut akan
mempermudah dan mengefisienkan waktu siswa untuk belajar lebih
efektif.
d. Manfaat bagi peneliti lainnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk peneliti
selanjutnya dalam mengkaji topik penelitian yang relevan dengan
penelitian ini yaitu terkait pemahaman konsep, materi bangun ruang, dan
kepribadian sensing dan intuition .
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Matematika
Konsep bisa diartikan sebagai relasi dan dapat berupa sifat yang
umum untuk sekumpulan objek, subjek atau ide, sedangkan dalam
matematika berupa ide untuk menggambarkan objek. Hal tersebut membuat
kita dapat menghubungkan objek serta mengelompokkan objek yang
berupa hal yang dapat atau tidak dikatakan ide abstrak tersebut (Fauzi,
2017: 3).
Mempelajari dan memahami konsep matematika tidak hanya
memahami konsep atau prosedur saja. Melainkan akan banyak hal yang
menjadi referensi baru dalam mempelajari matematika. Maka dari itu sangat
perlu pembelajaran yang tersusun rapi dan runut supaya pemahaman siswa
terkait konsep matematika dapat terbangun dengan baik. Kemampuan
pemahaman siswa sangat penting, maka dari itu antara konsep satu dan
konsep lainnya sangat berkaitan (Saputra, 2018).
Pemahaman adalah kemampuan manusia untuk memahami suatu hal
setelah hal tersebut diketahuinya. Dapat dikatakan juga bahwa pemahaman
yaitu adalah mengetahui konsep terhadap objek tertentu dari berbagai sudut
pandangannya sehingga dapat melihat suatu kejadian dengan berbagai
pandangan yang berbeda. Seorang peserta didik dikatakan memahami
apabila mampu menjelaskan suatu konsep secara lebih rinci tentang
13
sesuatu dengan menggunakan kata-kata sendiri. Alan dan Afriansyah (2017:
69) menyatakan bahwa pemahaman merupakan aspek dasar dalam
pembelajaran sehingga tingkatan tersebut dikatakan paham apabila dapat
mengatur dan menjelaskan ulang dengan kata-katanya sendiri.
Pengalaman sinkron dengan terbentuknya konsep yang dilanjutkan
dari aktivitas memasukkan informasi secara langsung. Siswa yang
memproses konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang
mewakili konsep itu. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar
pemahaman. Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau
paling tidak punya pengaruh tertentu.
2. Perkembangan konsep menurut psikologi kognitif
Tahapan kognitif dalam perkembangannya kepada anak dimulai dari
tahap rendah sampai tahap sempurnanya. Sederhananya, kemampuan anak
untuk memikirkan sesuatu yang lebih rumit dan mampu bernalar serta
memecahkan masalah disebut kemampuan memahami atau kognitif.
Kemampuan ini juga dapat membantu anak hingga memiliki pemikiran
universal, karena itu anak bisa dengan normal melakukan fungsi dan
tanggung jawabnya di kehidupan sehari-hari. Piaget dalam Juwantara (2019:
32) meyakini bahwa perkembangan pemikiran anak-anak berkembang mulai
dari kecil hingga usia dewasa. Sehingga Pieget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahapan yaitu.
a. Tahap Sensorimotor
Tahapan ini berada pada dua tahun pertama kehidupan bayi.
Waktunya memahami sekitarnya dengan menggunakan motorik dan
14
sensorik yang sedang berkembang yang dimilikinya dengan menggunakan
inderanya dan menggerakkan anggota tubuhnya. Tahap ini juga membuat
anak dapat mengerti sebab dilakukan perilaku tertentu dan akibat ketika
dilakukan perilaku tertentu sehingga lebih memahami hubungan antar
perilaku yang akan dilakukannya. Kemampuan-kemampuan yang mewakili
keadaan tersebut yaitu anak sudah mulai mengenali dirinya sebagai pelaku,
menyadari dirinya bahwa terpisah dari setiap objek, dan memiliki tujuan
pada setiap tindakannya.
b. Tahap Pra Operasional
Tahap ini terjadi rentang usia dua hingga tujuh tahun. Tahap ini
membuat mulai bisa berkata-kata menggambarkan objek dan mulai bisa
belajar menggunakan bahasa. Realitas yang ada menjadi andalan anak-anak
karena sudah bisa mengandalkan cara pandangnya, pada tahap ini anak-anak
bersifat egosentris, sulit menerima pendapat lain dan cenderung dipengaruhi
oleh kesan visual.
c. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini yaitu berada setelah tahap pra operasional yaitu usia tujuh tahun
sampai dua belas tahun. Kemampuan inderanya masih diandalkan sebagai
satu-satunya proses mendapatkan informasi. Tahap ini terjadi dengan ciri
bentuk dan ukuran benda sudah dapat diurutkan oleh anak. Contohnya, anak
sudah mulai mengidentifikasi dan mengelompokkan benda-benda mulai dari
kecil ketika diberikan benda-benda tersebut sesuai dengan ukuran, tampilan,
dan karakteristik dari benda tersebut.
d. Tahap Operasional Formal
15
Tahap ini ada pada rentang usia lebih dari 12 tahun. Anak memahami
sesuatu yang abstrak pada tahap ini, mengutarakan alternatif penyelesaian
masalah dan mampu merangkai kata untuk menyampaikan ide-ide siswa.
Siswa tersebut sudah mampu berpikir induktif menyampaikan pernyataan
yang bersifat abstrak yang mampu menarik perhatian dan sudah mampu
menyimpulkan banyak hal melalui pengamatannya.
3. Indikator Pemahaman Konsep
Pemahaman terhadap sesuatu konsep dapat berkembang baik jika
terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antar
informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif
siswa. Pemahaman siswa terhadap konsep matematika dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam beberapa hal yakni. Mendefinisikan konsep secara
verbal dan tulisan membuat contoh non contoh penyangkal,
mempresentasikan konsep dengan model, diagram dan simbol, mengubah
bentuk representasi ke bentuk lain, mengenal berbagai makna dan
interpretasi konsep serta membandingkan dan menemukan konsep.
Perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep matematika
siswa dalam menyelesaikan soal matematika untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam memahami konsep matematika. Maka perlu ada suatu indikator
untuk mengukurnya. Berikut beberapa indikator di antaranya.
a. Indikator pemahaman konsep menurut tim pusat pengembangan penataan
guru (PPPG) Matematika dalam Yolanda (2020: 26-27).
1) Menyatakan ulang konsep;
2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu;
16
3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
4) Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis;
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
6) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
b. Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004
tanggal 11 November 2004 dalam Komariyah, dkk (2018: 3-4) bahwa
indikator pemahaman konsep matematika adalah mampu .
1) Menyatakan lagi konsep.
2) Mengelompokkan objek sesuai dengan sifat berdasarkan konsepnya.
3) Menyajikan sampel dan non sampel sebuah konsep.
4) Menyajikan konsep dengan berbentuk representasi matematika.
5) Mengembangkan syarat cukup atau perlu dari sebuah konsep.
6) Memanfaatkan dan menggunakan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu.
7) Mengaplikasikan algoritma pada penyelesaian problem.
c. Menurut KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dalam
Kristina dan Widodo (2018: 484) bahwa indikator pemahaman konsep
adalah mampu.
1) Menyatakan ulang konsep;
2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu;
3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
4) Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis;
5) Mengembangkan syarat cukup atau perlu dari sebuah konsep.
17
6) Memanfaatkan dan menggunakan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu.
7) Mengaplikasikan algoritma pada penyelesaian problem.
Berdasarkan paparan tersebut, maka indikator yang digunakan
berdasarkan PPPG Yolanda (2020: 26-27). Berikut dijabarkan mengenai setiap
indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
Siswa mampu menjelaskan kembali dengan kata-kata sendiri
berdasarkan konsep yang telah dijelaskan kepadanya. Contohnya yang
dijelaskan yaitu materi pada sub bab balok dan kubus, maka siswa mampu
menjelaskan lagi definisi, sifat, dan unsur dari kedua bangun tersebut.
2. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu.
Siswa mampu mengelompokkan objek yang telah dijelaskan
kepadanya bersama dengan sifat yang dipaparkan. Misalnya disediakan
beberapa sifat pada suatu soal, kemudian siswa memproses dengan memilah
sifat tersebut berdasarkan objek yang diminta seperti kubus atau balok.
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
Memberi sampel dan bukan sampel adalah kemampuan siswa untuk
dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. Setelah
mempelajari materinya maka siswa diharapkan mampu menunjukkan
contoh nyata yang mana merupakan bangun kubus atau balok.
4. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis;
Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan
18
yang bersifat matematis. Contohnya pada penelitian ini, siswa mampu
mempresentasikan materi bangun ruang sisi datar terkhusus kubus dan balok
secara berurutan.
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
Kemampuan ini adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat
perlu dan syarat cukup dari yang terkait dalam suatu materi. Contohnya,
siswa dapat memahami materi bangun kubus dan balok dengan melihat
syarat-syarat yang harus diperlukan dan yang tidak perlu harus dihilangkan.
6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu
Kemampuan ini adalah siswa menyelesaikan soal dengan tepat
sesuai dengan prosedur. Contohnya siswa harus mampu menyelesaikan soal
terkait kubus atau balok dengan benar sesuai dengan langkah-langkah yang
benar dengan prosedur yang dipilihnya.
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
Kemampuan ini mengaplikasikan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan soal berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa
diharapkan mampu menggunakan konsep dalam menyelesaikan masalah
terkait bangun balok dan kubus sesuai yang telah dipelajarinya.
4. Pemahaman Konsep Geometri
Secara umum siswa belajar konsep terpisah-pisah dan tidak
mendalam, bisa dikatakan bahwa siswa tidak memahami betul setiap konsep
yang diajarkan. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya siswa memahami
secara keseluruhan materi dikarenakan pengarahan dan cara mengajar dari
guru yang kurang mendorong siswa untuk mengeksplorasi dan
19
mengintegrasikan konsep yang satu ke konsep lainnya. Konsep yang kurang
dipahami siswa tercampur dengan konsep lain dengan tidak utuh karena
terbentuknya sebuah konsep dibangun dari beberapa konsep lain.
Contohnya, konsep dari bangun datar yang terbentuk dari minimal tiga ruas
garis, dari tiga ruas garis tersebut harus diketahui konsep setiap ruas garis
yang terbentuk dari sejumlah tak hingga titik yang memiliki dua ujung.
Kemudian menuju ke konsep titik. Ketika siswa telah memahami konsep
geometri bangun dan belum memahami konsep lainnya maka siswa belum
bisa maksimal menggunakan kemampuannya.
Pemahaman dalam matematika bisa terjadi jika siswa bisa fokus
untuk mempelajari dan menganalisis pelajarannya dengan latihan rutin agar
terjadi penguatan ingatan. Sehingga penguasaan siswa dapat tersimpan
lama. Semua yang dipahami berada pada tingkatan kedua pada domain
kognitif menurut Bruner dalam Sagala (2017: 157).
Aspek kognitif pemahaman mengacu pada kemampuan seseorang
untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah mengetahui dan
mengingat kemudian memaknai arti dari materi yang dipelajari unsur
pemahaman yang menyangkut kemampuan menangkap makna suatu
konsep dengan kata-kata sendiri.
Gestalt dalam Sagala (2017: 13) menyatakan bahwa “pemahaman
merupakan hasil belajar tidak diperoleh seketika, tetapi berlangsung melalui
proses yang menimbulkan makna berarti”. Proses belajar merupakan
terjadinya proses pada setiap manusia dengan respons dan kemudian
diproses melalui kognitif yang menimbulkan adanya pengertian terhadap
sebuah objek. maka dari itu satu hal yang menarik atau unik bagi seorang
manusia dan memunculkan pemaknaan tersebut. Bermaknanya pemahaman
20
dalam belajar. menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dan apa yang
menjadi pelajarannya saat itu. Kemudian peserta didik Mampu
mengoperasikan dengan berbagai sumber lain. Bruner dalam buku Sagala
membagi tiga jenjang proses dalam belajar yaitu, pertama memperoleh
informasi yang dilakukan melalui kegiatan membaca dan kegiatan indera
lainnya. Kedua menjadi abstrak dan Kemudian akan diproses sesuai dengan
kebutuhan. Ketiga yaitu evaluasi, bagaimana informasi dengan nilai
pengetahuan yang diperoleh dan akan dimanfaatkan untuk memahami
permasalahan-permasalahan yang timbul (Sagala, 2017).
Piere Van hiele dalam Ermawati (2018: 620), meneliti terkait siswa
yang mengalami kesulitan dalam mempelajari geometri. Pengkajian ini
mengarah dan mengembangkan teori yang strata pemikiran dalam geometri
yang dilewati siswa ketika lebih dari sekadar mengenali objek hingga bisa
menurunkan pembuktian geometri. Teori tersebut menjelaskan siswa
mengalami kesulitan pada pelajaran geometri, terutama dengan bukti
formal. Van hiele yakin bahwa peserta didik yang mampu membuktikan
secara formal maka peserta didik memiliki tingkat pemikiran yang relatif
tinggi, dan bahwa seharusnya peserta didik memiliki banyak pengalaman
dan pemikiran mendasar dan mendalam sebagai persiapan untuk kajian
pembuktian formal. Penelitian yang dilakukan Van Hiele menghasilkan
teori terkait strata perkembangan kognitif anak pada pemahaman geometri.
Pemahaman tentang geometri tidak hanya ditentukan dari konsep-
konsep lainnya. Menurut Ermawati (2018: 622) pemahaman ini ditentukan
juga dari berbagai aspek, salah satu yang dominan yaitu proses berpikir
21
yang digunakan. Kelima tahap berpikir geometri Van Hiele tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap 0 (Pengenalan/Visualisasi)
Tahap pertama yaitu tahap pengenalan Atau visualisasi dalam memahami
geometri. Mengidentifikasi dan memperhatikan bentuk geometri oleh siswa
adalah ah yang akan dilakukan pada tahap ini mengidentifikasi semua
bentuk geometri yang tampak sehingga dapat memahami dan mengenali
bentuk geometri secara fisik berdasarkan apa yang diamati dengan
menggunakan pandangan secara universal namun dalam penentuan sifat-
sifat geometri ataupun karakteristik dari sifat tersebut siswa belum dapat
mengetahui dan menunjukkan hal tersebut.
2. Tahap Satu (Analisis)
Tahap ini siswa mampu untuk mengamati dan menganalisis bentuk geometri
yang disediakan melalui pengamatan, membuat model geometri dan
pengukurannya sehingga sifat-sifat geometri sudah dapat dinyatakan oleh
siswa. Misal diberikan sebuah balok maka siswa dapat mengetahui bahwa
Balok itu memiliki 6 sisi memiliki 12 rusuk memiliki 6 diagonal ruang dan
memiliki pasangan pasangan Sisi yang yang kongruen.
3. Tahap Dua (Pengaturan Deduksi Informal)
Tahap ini dikenal dengan deduksi yang tidak formal dan biasa disebut
dengan tahap pengurutan. Tahap ini siswa mulai dapat melihat lebih jelas
lagi objek geometri dan mampu membandingkan sifat-sifat bangun
geometri. Kemudian kemudian berdasarkan kemudian berdasarkan sifat
kemudian abstrak dari bangun-bangun tersebut. Misalnya siswa diberikan
22
kubus dan balok dan kemudian mengidentifikasi sifat-sifat dari kubus dan
balok hingga mampu memberikan kesimpulan bahwa kubus dan Balok itu
berbeda.
4. Tahap Tiga Deduksi
Tahap ini adalah tahap ke-4 yang disebut dengan tahap deduksi. Tahap ini
siswa sudah mengetahui dan menggunakan dalil-dalil dan teorema atau
prinsip-prinsip geometri sehingga sudah mampu melakukan atau membuat
kesimpulan deduktif melalui rangkaian pembuktian. Contohnya, ketika
siswa diberikan persegi panjang maka dengan menggunakan definisi dari
persegi panjang dan menggunakan prinsip kesejajaran maka dapat
dibuktikan bahwa bentuk diagonal bidang pada balok tersebut adalah
berbentuk persegi panjang.
5. Tahap Empat Keakuratan
Tahap ini adalah tahap Rigor. Siswa dapat memahami Bagaimana aksioma
dan teorema terjadi berdasarkan penggunaan prinsip dasar pembuktian
dengan baik.
5. Teori Kepribadian
Menurut Yusuf dan Nurihsan (2013: 166-167) Kepribadian adalah
hasil kajian para psikolog dari banyak temuan dan sederet kajian. Human
behavior merupakan objek kajian dari kepribadian atau biasa disebut dengan
juga kelakuan manusia tentang semua dari perilaku tersebut. Organisasi
fisik dan jiwa yang dinamis yang menentukan diri seorang individu yang
yang yang unik dalam interaksinya terhadap lingkungannya. Kehidupan
yang dinamis ditunjukkan bahwa merupakan sebuah keutuhan kompleks
23
atau ke Tuhan dalam komponen kepribadian yang mengalami dinamika
mengalami peningkatan dan mengalami perkembangan, kehidupan tersebut
menentukan penyesuaian dirinya terhadap apa yang ada di sekitarnya yang
menunjukkan bahwa kecenderungan-kecenderungan itu membentuk
kepribadian yang berperan aktif dalam menentukan diri sendiri individu atau
jati diri individu yang berhubungan dengan tingkah lakunya.
Karakteristik yang membedakan satu individu dan individu lainnya
merupakan pembahasan yang dibahas oleh pakar psikologi mengenai
kepribadian yang yang mengarah ke perbedaan individual. Acuan dari
kepribadian berdasarkan pola karakteristik pikiran perilaku emosi yang
tersembunyi dan tidak Dibalik suatu pola yang dibangun oleh individu
tertentu. Perbedaan individual yang dibahas oleh para pakar psikologi, yang
membahas hal berbeda dari suatu individu dengan lainnya berdasarkan
karakteristik. Menurut Karim (2020: 41) kepribadian adalah “psiko dan
organisasi fisik yang dinamis dari setiap manusia yang menentukan adaptasi
yang unik terhadap lingkungannya”.
Menurut Warsah dan Uyun (2019: 65) membahas tentang
kepribadian, bahwa kepribadian adalah keseluruhan kualitas tingkah laku
seorang pendidik, baik fisik maupun nonfisik, yang mendasari siswa dapat
berkesan saat belajar dalam kelas. Kepribadian yang baik yang dimiliki guru
menjadi dasar bagi siswa untuk melakukan pendekatan dan akan menjadi
ciri khas yang akan tertanam di benak siswa terhadap sudut pandang pada
model guru yang akan diteladani. Hal tersebut menjadi penting bagi guru
24
untuk dipahami dan guru dapat memfokuskan pembinaan kepribadiannya
dengan baik.
Keseluruhan pendapat yang telah dipaparkan memuat kesimpulan
yaitu kepribadian manusia merupakan bawaan dari lahir yang yang bersifat
abstrak dan berbeda-beda setiap orang namun dapat dilihat dan diperhatikan
pola-polanya, sehingga pola tersebut dapat menjadi karakteristik yang
berulang dan berbeda terkait perilaku, emosi, dan bagaimana seseorang
bersosialisasi pada lingkungan masyarakat.
6. Kepribadian Myers Briggs Type Indicator (MBTI)
Fretwell dan Lewiss dalam Setyaedhi (2020: 15) menyatakan bahwa
terdapat 16 tipe kepribadian yang berbeda, dari 16 tipe tersebut, seseorang
hanya memiliki satu jenis tipe yang sesuai. Kepribadian Myers Briggs Type
Indicator memiliki kategori yang didasari dari 4 fitur kepribadian. Secara
garis besar keempat fitur tersebut merupakan kecenderungan sifat dasar
manusia, dapat dilihat pada penjelasan berikut.
a. Dimensi pemusatan perhatian yaitu introvert dan ekstrovert
b. Dimensi memahami informasi dari luar yaitu sensing dan intuition
c. Dimensi menarik kesimpulan dan keputusan yaitu thinking dan feeling
d. Dimensi pola hidup yaitu judging dan perceiving
Empat fitur tersebut pada setiap fitur terdiri dari dua preferensi yang
berlawanan. Manusia memiliki preferensi bawaan yang menentukan
bagaimana manusia di kehidupan sehari-hari. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut.
25
Gambar 2.1 Preferensi Berlawanan Dari Empat Fitur Kepribadian
Sumber: Setyaedhi (2020: 15)
Setyaedhi (2020: 15) menjelaskan dari empat fitur yang terdiri dari
dua preferensi yang berlawanan adalah sebagai berikut.
a. Extraversion dan introversion. Ekstrovert artinya kepribadian yang suka
di luar ruangan, beraktivitas dengan orang lain, senang bersosialisasi
pada masyarakat atau berorientasi kepada aksi. Introvert adalah kebalikan
dari ekstrovert yaitu suka merenung, tidak suka berinteraksi dengan
banyak orang dan senang menyendiri.
b. Sensing dan intuition. Melakukan proses data dengan bertitik tolak pada
fakta yang nyata konkret dan melihat apa adanya, update dan memiliki
perencanaan dan teknis bagus detail dan aplikatif. Intuition memproses
data dengan melihat hubungan dan pola-pola, konseptual serta melihat
kemungkinan yang yang dapat terjadi, memiliki kemampuan dalam
penyusunan konsep visi jangka panjang dan ide-ide.
c. Thinking dan feeling. Thinking adalah kepribadian yang lebih mengarah
ke logika dalam mengambil keputusan sehingga terkesan keras kepala
dan kaku dalam mengambil keputusan. Feeling adalah kebalikan dari
Thinking, lebih melibatkan empati, perasaan dalam mengambil
Extrovert
Sensing
Thinking
Judging
Introvert
Intuition
Feeling
Perceiving
26
keputusan. Tipe kepribadian ini dapat memelihara hubungan dan
keharmonisan antar sesama.
d. Judgement dan perception. Judging adalah tipe Kepribadian yang yang
lebih sistematis teratur dalam merencanakan pekerjaan dan lebih senang
menjadwalkan. Perceiving adalah kebalikan dari judging yaitu lebih
senang fleksibel, memiliki sikap spontan dalam melihat peluang yang
muncul sehingga bagus dalam menghadapi masalah-masalah yang tiba-
tiba dan mendesak.
7. Kepribadian Sensing dan Intuition
Periantalo dan Azwar (2017: 191) mengatakan bahwa hal-hal yang
membentuk kepribadian manusia salah satunya yaitu sensing dan intuition,
keduanya dimiliki oleh semua orang, ada yang dominan kesadaran dan ada
yang tidak. Fungsi yang yang dominan disebut lebih tidak dominan disebut
dengan inferior. Dapat dikatakan sebagai bentuk aktivitas mental yang tidak
mudah dilakukan pada lingkungan yang berbeda-beda.
Sensing dan intuition sangat berkaitan dengan kecenderungan
seorang individu menerima informasi apakah lebih mementingkan firasat
atau kemungkinan atau lebih mementingkan informasi yang diterima panca
inderanya. Sensing lebh melihat kenyataan atau melihat langsung fakta atau
pengalaman sedangkan intuition melihat cenderung ke kemungkinan yang
akan terjadi.
a. Sensing (pengindraan)
Sensing menilai apa yang ditangkap oleh inderanya adalah yang
mendasarinya untuk memahami informasi dalam aktivitas sehari-hari.
27
Fungsi tersebut sebagai alat ukur dalam memahami situasi. Dilihat pada
realitasnya, Sensing cenderung meyakini fakta yang dapat dilihat dari
pengalamannya secara langsung. Sensing Suka dengan hal yang praktis
dan dan menghasilkan objek yang nyata atau riil sehingga hal tersebut
dapat dicermati sebagai sebuah informasi. Orang yang berkepribadian
sensing tidak larut dalam imajinasinya sendiri. Baginya mengkhayal
adalah sesuatu yang tidak nyata dan terlalu dramatis sehingga hanya akan
membuang waktu hanya untuk merenung. (Zaky, 2019: 38).
Seorang sensing meyakini sesuatu yang realistis, suka ide segar
dan aplikatif, respek terhadap realitas, melatih kemampuan tertentu yang
dimilikinya, cenderung detail, dan cenderung teratur dengan cara
konvensional, serta berorientasi pada masa lalu dan masa kini. Seorang
yang berkepribadian sensing mempunyai karakteristik konkret, realistis,
praktis, empiris, dan konvensional (Kiswanto, 2015: 37).
b. Intuition (Inisiatif)
Intuition adalah kepribadian yang yakin terhadap sesuatu yang
abstrak, baru, menyukai ide seperti Inovasi dan kreativitas. Lebih senang
mempelajari keterampilan baru, cepat bosan apabila melakukan sesuatu
yang rutin dan berulang-ulang. Kepribadian ini lebih senang untuk
memberikan gambaran secara umum atau dapat dikatakan dengan
general dan lebih cenderung untuk membuat sesuatu menjadi sebuah
figur. orang yang memiliki kepribadian intuition cenderung bertindak
tanpa prosedur sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya sendiri.
Seorang yang intuition suka menghubungkan satu objek dengan objek
28
lainnya yang dianggap memiliki keterkaitan satu sama lain, lebih senang
mencari fenomena penyebab yang menyebabkan sebuah hal bisa menjadi
nyata. Sosok ini sangat sering mengkhayal sehingga sangat bergairah
dengan ide-ide atau hal-hal yang abstrak.. Seorang intuition dalam
mengerjakan sesuatu tidak mementingkan darimana asalnya, yang
terpenting adalah bagaimana melakukan terobosan dengan mencari
kesempatan untuk mendapatkan hal yang baru. Pribadi ini jenuh dengan
kegiatan yang monoton. Fungsi indrawi hanya sebagai media untuk
menyerap informasi, bukan untuk mempersepsikan sebuah informasi.
Seorang yang berkepribadian intuition mempunyai karakteristik abstrak,
imajinatif, konseptual, teoritis dan konvensional.
8. Materi ajar geometri bangun ruang sisi datar
Sama dengan konsep matematika lainnya, konsep geometri juga
saling berkaitan satu sama lain, pemahaman konsep akan saling membangun
satu sama lain. Konsep dasar menjadi syarat terbentuknya konsep lanjutan
dengan tingkat yang lebih rumit. Begitu seterusnya hingga terbentuk sebuah
hierarki pengetahuan yang saling berkaitan. Konsep pada geometri
terkhusus pada geometri bangun sisi datar yang menjadi pokok bahasan
pada materi geometri pada tingkat sekolah menengah pertama kelas dua.
Balok dan kubus merupakan bangun yang berdimensi tiga yaitu
memiliki, panjang, lebar dan tinggi. Unsur bangun tersebut yaitu bidang
diagonal, diagonal bidang, diagonal ruang, rusuk, titik sudut dan sisi.
Pemahaman untuk melangkah ke materi bangun ruang sisi datar pada
29
tingkat selanjutnya diperlukan pemahaman pada konsep yang menjadi
prasyarat yaitu salah satunya yaitu kubus dan balok.
Pokok bahasan pada tingkat SMP kelas 8 salah satunya yaitu materi
ajar geometri dengan pembahasan bangun ruang sisi datar memahami
konsep bangun ruang sisi datar dan ukurannya menjadi standar capaian
kompetensi materi tersebut. Pokok bahasan pada materi yang akan dibahas
pada penelitian ini yaitu hanya berfokus pada pembahasan kubus serta
balok.
a. Kubus
1) Pengertian Kubus
Ini adalah materi tentang kubus, maka dari itu pada gambar 2.2 tersebut
merupakan bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan
semua ukuran semua rusuknya sama. Bangun tersebut disebut kubus.
Kubus tersebut diberi nama kubus ABCD EFGH, unsur-unsur dari kubus
tersebut sebagai berikut.
Gambar 2.2 Kubus
1) Sisi/Bidang
Bidang yang membatasi kubus disebut sisi kubus. Berdasarkan gambar
tersebut kubus memiliki enam sisi dan setiap Sisinya berbentuk persegi,
yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG
A B
D C
E F
G H
30
(sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping
kanan).
2) Rusuk
Rusuk kubus terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus merupakan
garis potong antara dua sisi bidang yang terdapat pada kubus. Gambar
Kubus 2.1. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB. BC,
CD. DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
3) Titik Sudut
Titik potong antara dua rusuk disebut titik sudut yang membentuk sebuah
kubus. Dari Gambar 2.2, terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki delapan
titik sudut, yaitu titik A. B. C, D, E, F, G,dan H.
4) Diagonal Bidang
Kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.3. Pada kubus tersebut terdapat
garis AF yang menghubungkan dua titik sudut yang saling
Gambar 2.3 Diagonal Bidang Kubus
5) Diagonal Ruang
A B
D C
E F
G H
31
Kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.4 Ruas garis disebut diagonal ruang
contohnya terdapat ruas garis HB yang menghubungkan 2 titik sudut
Dalam suatu ruang.
Gambar 2.4 Diagonal Ruang Kubus
6) Bidang diagonal
Pada gambar 2.5 berikut terdapat dua buah diagonal bidang pada kubus
ABCD.EFGH yaitu AE dan CG. Diagonal bidang AE dan CG serta dua
rusuk yang sejajar, yaitu EG dan AC membentuk suatu bidang pada
ruang kubus bidang ACGE pada kubus ABCD. Bidang ACGE disebut
sebagai bidang diagonal.
Gambar 2.5 Bidang Diagonal Ruang Kubus
2) Sifat-sifat Kubus
1) Setiap sisinya persegi dan kongruen.
2) Ukuran antar rusuknya sama.
3) Setiap diagonal bidang memiliki ukuran sama.
4) Ukuran antar diagonal ruang memiliki ukuran sama.
A B
D C
E F
G H
A B
D C
E F
G H
32
5) Semua bidang diagonal berbentuk persegi panjang.
3) Luas Permukaan Kubus
Saat membuat kotak yang berbentuk kubus dari sehelai karton.
Berapakah luas total dari karton yang dibutuhkan ketika kubus tersebut
sudah jadi?. Masalah tersebut dapat dihitung dengan menggunakan luas
permukaan kubus, untuk mengetahui jumlah kardus yang akan
digunakan.
(a) (b)
Gambar 2.6 Kubus dan Jaring-Jaring Kubus
Dari Gambar 2.5 terlihat bentuk kubus dan ketika dibongkar akan
menjadi gambar yang satunya yaitu jaringan. jaring-jaringnya. Luas
permukaan dari total jaring-jaring kubus tersebut dapat dihitung dengan
menjumlahkan semua luas jaring-jaring yang terbentuk. Kubus memiliki
enam persegi yang kongruen. Maka dapat dituliskan yaitu:
= luas jaring-jaring kubus
= 6 ( )s s
= 26L s
Jadi, kubus Luas permukaan kubus = 26s
4) Volume Kubus
s
s
s
s s s
s
33
Terdapat gentong air yang berbentuk kubus dengan panjang sisinya 1
meter. Bak tersebut akan diisi dengan air hingga penuh, Bagaimana cara
mencari volume pada kubus tersebut?, Untuk menjawab permasalahan
ini, hanya menghitung volumenya dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.
(a) (b) (c)
Gambar 2.7 Kubus Satuan
Gambar tersebut menunjukkan kubus yang berbeda-beda. Gambar
(a) merupakan kubus satuan. Gambar (b), diperlukan 2 2 2 = 8
kubus pada gambar (a), sedangkan untuk membuat kubus pada Gambar
(c), diperlukan 3 3 3 = 27 kubus pada gambar (a). Dengan
demikian, isi atau volume dapat didapatkan dengan mengalikan rusuk
sebanyak tiga kali. Sehingga
volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk
= s s s
= 3s
Jadi, volume =3s .
b. Balok
1) Pengertian Balok
34
Gambar korek api berikut merupakan salah satu contoh bentuk balok (a).
Jika gambar korek api tersebut diubah ke gambaran geometri maka
hasilnya akan tampak seperti pada Gambar (b).
(a) (b)
Gambar 2.8 Kubus Satuan Balok
Bangun ABCD.EFGH pada gambar 2.8 disebut balok, kemudian bangun
tersebut memiliki tiga pasang sisi berhadapan kongruen dengan bentuk
dan ukuran sama. Berikut ini adalah unsur-unsur yang dimiliki oleh balok
ABCD.EFGH pada Gambar (b).
a) Sisi/Bidang
Bidang atau sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok.
Dari Gambar (b), terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah
sisi berbentuk persegi panjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD
(sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi
belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping
kanan). Sebuah balok memiliki tiga pasang sisi yang berhadapan yang
kongruen. Ketiga pasang sisi tersebut adalah ABCD dengan EFGH,
ABFE dengan DCGH, dan BCGF dengan ADHE.
b) Rusuk
Serupa dengan kubus, balok ABCD.EFGH juga memiliki 12 rusuk.
Gambar (b), Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB, BC, CD,
DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan HD.
A B
D C
E F
G H
35
c) Titik Sudut
Terdapat 8 titik sudut pada balok ABCD.EFGH yaitu A,B,C,D,E,F,G,
dan H berdasarkan Gambar 2.8.
d) Diagonal Bidang
Gambar 2.9. Ruas garis AC yang melintang antara dua titik sudut
yang saling berhadapan pada satu bidang yaitu titik sudut A dan titik
sudut C, dinamakan diagonal bidang balok ABCD.EFGH.
Gambar 2.9 Diagonal Bidang Balok
e) Diagonal Ruang
Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan E pada
balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 2.10 disebut diagonal ruang
balok tersebut. Jadi, diagonal ruang terbentuk dari ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam suatu
bangun ruang.
Gambar 2.10 Diagonal Ruang Balok
f) Bidang Diagonal
Sekarang balok ABCD.EFGH pada gambar 2.11. Dari gambar
tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu diagonal
A B
D C
E F
G H
A B
D C
E F
G H
36
bidang AE dan CG. Kedua diagonal bidang tersebut beserta dua rusuk
balok yang sejajar, yaitu AC dan EGF membentuk sebuah bidang
diagonal. Bidang ACGE adalah bidang diagonal balok ABCD.EFGH.
Gambar 2.11 Bidang Diagonal Balok
2) Sifat-sifat Balok
a) Ada sisinya berbentuk persegi panjang
b) Rusuk sejajar sama panjang
c) Setiap diagonal bidang yang berhadapan sama panjang.
d) Setiap diagonal ruang sama panjang.
e) Setiap bidang diagonal berbentuk persegi panjang.
3) Luas Permukaan Balok
Cara menghitung luas permukaan balok, yaitu dengan menghitung semua
luas jaring-jaringnya seperti pada gambar berikut. Misalkan, rusuk-rusuk
pada balok diberi nama p (panjang), I (lebar), dan t (tinggi) seperti pada
gambar 2.12. Dengan demikian, luas permukaan balok tersebut adalah
Gambar 2.12 Jaring Balok dan Balok
A B
D C
E F
G H
p
p
l l
t t
t t
1
2 t
l
p p
p
l l
t
3
5
4 6
37
= luas bangun 6 + luas bangun 5 + luas bangun 4 + luas bangun 3 + luas
bangun 2 + luas bangun 1
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2( ) 2( ) 2( )
2 ( ) ( ) ( )
2( )
p l p t l t p l l t p t
p l p l p t p t l t l t
p l p t p t
p l p t p t
pl pt lt
Jadi, Luas permukaan 2( )pl pt lt
4) Volume Balok
Volume balok didapatkan dengan mengalikan ukuran panjang, lebar, dan
tinggi balok tersebut.
Volumebalok panjang lebar tinggi
p l t
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kiswanto (2015: 80), pada siswa
dengan kepribadian sensing, memenuhi semua indikator pemahaman konsep
kecuali dalam mengaplikasikan konsep. Untuk siswa dengan kepribadian
intuition memenuhi semua indikator pemahaman konsep kecuali indikator
menyatakan ulang konsep.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra and Syarifuddin (2019: 69)
mendapatkan hasil penelitian bahwa siswa berkepribadian Sensing memiliki
kemampuan koneksi matematis sedang dengan rata-rata nilai adalah 3,
sedangkan siswa berkepribadian Intuiting memiliki kemampuan koneksi
matematis tinggi dengan rata-rata nilai adalah 4,6. Penilaian tersebut
berdasarkan indikator kemampuan koneksi matematika.
38
Penelitian yang dilakukan Oleh Maharani (2019) mendapatkan hasil
bahwa siswa yang memiliki kepribadian sensing memberikan minimal 2
jawaban, berbeda pada penyelesaiannya, dan terperinci. Sedangkan siswa
dengan kepribadian intuitive memiliki jawaban berbeda, terperinci, namun
terdapat kesalahan pada penyelesaiannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2020) mendapatkan hasil bahwa
tipe kepribadian intuition berpikir kreatif matematis lebih tinggi dari sensing.
Kepribadian intuition menunjukkan kemampuan kefasihannya, kebaruan, dan
fleksibilitas dibandingkan dengan sensing yang kesulitan pada hal tersebut.
Intuiting memiliki respons lebih cepat terhadap masalah dari sensing.
Hal yang membedakan penelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu
penelitian ini berfokus untuk mendeskripsikan siswa dengan kepribadian
sensing dan siswa dengan kepribadian intuition dalam memahami konsep pada
materi bangun ruang sisi datar. Indikator pemahaman konsep yang dikaji yaitu
keseluruhan indikator pemahaman konsep yang dikaitkan dengan tabel
diagnostik kemampuan. Bangun ruang sisi data yang menjadi fokus pada
penelitian ini yaitu kubus dan balok.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
matematika di SMPN 2 Sungguminasa mengatakan problem yang dihadapi
siswa dalam pembelajaran geometri khususnya pada bangun ruang sisi datar
yaitu siswa kurang memahami dan memiliki pengetahuan yang rendah
terhadap konsepnya. hal tersebut disebabkan tidak tuntasnya pemahaman dan
siswa tidak mampu menggunakan konsep yang telah dijelaskan oleh guru.
39
Pemahaman konsep yang rendah tersebut mengakibatkan proses belajar untuk
materi selanjutnya menjadi terhambat.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan
metode deskriptif. Penelitian yang mendeskripsikan secara sederhana dan
mendalam terhadap fenomena, baik alami atau buatan manusia, dapat
berbentuk aktivitas, karakteristik, perubahan hubungan kesamaan dan
perbedaan antara fenomena. Maka dari itu format yang paling tepat digunakan
untuk penelitian ini yaitu format desain deskriptif kualitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di SMP Negeri 2 Sungguminasa. Jl. Andi
Mallombasang No. 1 Pandang pandang, kecamatan Somba Opu, Kabupaten
Gowa. Kelas yang dituju dalam hal ini kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa
Kabupaten Gowa karena mempelajari tentang Geometri bangun ruang sisi
datar yaitu kubus dan balok. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 29 Mei
2021 sampai dengan 29 Juli 2021.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu 2 dari 40 siswa kelas VIII.1 (pemilihan kelas
dilakukan secara acak) yang masing-masing memiliki kepribadian berlawanan
yang kuat berdasarkan hasil tes kepribadian, pemahaman konsep, dan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Penentuan subjek penelitian
dilakukan dengan cara memberikan tes kepribadian kepada siswa untuk
41
dikerjakan, setelah tes kepribadian selesai maka dipilih dua kepribadian yang
paling tinggi nilainya dan saling berlawanan. Selanjutnya siswa tersebut
diberikan soal pemahaman konsep dan harus mengerjakannya. Setelah
pengerjaan selesai maka diwawancarai berdasarkan hasil pengerjaannya dan
disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep.
D. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu data
primer dan data sekunder, data tersebut berasal dari sumber yang berbeda maka
dari itu pengelompokan kedua data tersebut dapat dilihat pada pengelompokan
berikut sesuai dengan jenis data dan masing-masing sumbernya.
1. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder, lebih detail sebagai berikut.
a. Data Sekunder
Data sekunder biasanya disajikan oleh pihak pengumpul data.
Misalnya disajikan dalam bentuk tabel atau diagram. Pendefinisian data
sekunder dapat pula sebagai data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara.
b. Data Primer
Data primer yaitu data yang didapatkan dari sumber pertama baik
secara individu ataupun kelompok dapat berupa hasil dari wawancara dan
pengisian kuesioner yang diajukan oleh peneliti secara langsung. Maka
dari itu dalam penelitian ini, data yang diambil secara langsung
merupakan data primer seperti hasil wawancara kepada siswa dan hasil
42
tes yang diberikan ke siswa. Contohnya peneliti butuh berinteraksi
langsung untuk mendapatkan data riil dari subjek penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data yang peneliti butuh disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian yaitu fokus dan tujuan penelitian, yaitu.
a. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder pada penelitian ini yaitu bersumber dari
dokumen yang berupa jurnal, buku, skripsi, peraturan perundang-
undangan, dokumen sekolah, arsip lembaga, dan lain-lain. Data sekunder
tersebut digunakan sebagai pendukung data utama.
b. Sumber data primer
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan. Data primer pada penelitian ini bersumber dari subjek
penelitian. Data primer diambil menggunakan tahapan berikut.
1) Pemberian skala kepribadian. Skala dalam penelitian Merupakan
sekumpulan pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi.
informasi tersebut dapat diukur Berdasarkan cara pengukuran dari dari
sebuah skala tertentu. Penelitian ini yang diukur adalah
kecenderungan dari kepribadian siswa sensing dan siswa dengan
kepribadian intuisi. Penelitian ini menggunakan skala yang berfokus
pada kepribadian kemudian diisi siswa kelas VIII SMP 2
Sungguminasa yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
kepribadian siswa. Nantinya subjek yang terpilih melalui tahapan ini
43
diwawancarai guna mendapat informasi yang lebih akurat terkait
kepribadian subjek.
2) Pemberian tes pemahaman konsep geometri. Pemberian proses ini
berupa diagnostik dalam Pemahaman konsep siswa. tes memuat
sebanyak 7 soal yang didasari oleh indikator Pemahaman konsep.
pemberian setelah dikonsultasikan dengan pembimbing dan
dinyatakan valid oleh dosen validator.
3) Wawancara. wawancara yaitu bentuk tanya jawab dalam mendapatkan
informasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan informan.
Ketika melakukan wawancara ini peneliti lebih dahulu membuat
pedoman wawancara yang kemudian didiskusikan dengan dosen
pembimbing, setelah mendapatkan hasil yang disepakati oleh peneliti
dan dosen pembimbing maka pedoman tersebut digunakan untuk
mewawancarai subjek penelitian yang telah dipilih.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini meneliti tentang pemahaman konsep siswa pada
materi bangun ruang sisi datar ditinjau dari kepribadian sensing dan intuition,
pemahaman konsep yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat. Kemudian
kepribadian sensing dan kepribadian intuition, sensing lebih mengarah ke
penginderaan, fungsi indrawi sangat penting bagi kepribadian ini karena
sebagai alat ukur nyata dalam memahami situasinya. Sedangkan intuition yaitu
yakin terhadap informasi abstrak dan atau ide-ide atau konsep-konsep dan
44
menghargai imajinasi atau mengacu pada sumber-sumber selain indrawi
misalnya perasaan, khayalan, imajinasi ataupun ide-ide. Tinjauan kepribadian
tersebut dihubungkan pada indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan
ulang konsep, mengklasifikasikan objek tertentu menurut sifat-sifat tertentu,
memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup,
memproses tahap tertentu, dan mengaplikasikan konsep ke pemecahan
masalah.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen utama yaitu peneliti. Peneliti sendiri adalah instrumen utama
atau instrumen kunci dalam penelitian ini. Penelitian apa pun itu instrumen
penelitian pasti digunakan sebagai alat untuk mengukur. Hal tersebut
dikarenakan masalah yang diangkat belum pasti dan belum jelas pada
penelitian kualitatif sedangkan instrumen pendukung adalah alat yang
digunakan untuk mendapatkan informasi secara kualitatif.
2. Instrumen pendukung yaitu
a. Skala kepribadian MBTI,
Skala kepribadian ini dibuat dengan 15 pertanyaan yang merupakan
adaptasi tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang memiliki 2
pilihan jawaban yang bertolak belakang. Instrumen MBTI terdiri dari
beberapa item berbentuk kuesioner berformat forced-choice, untuk
semua item pertanyaan, siswa hanya memilih satu pilihan dari dua
pilihan yang disediakan.
45
b. Tes pemahaman konsep bangun ruang sisi datar, berdasarkan indikator
pemahaman konsep.
Tes ini mendiagnosis data mengenai pemahaman siswa terkait kubus dan
balok. Tes terdiri dari 7 nomor soal dengan isi yaitu pemahaman konsep
geometri berdasarkan indikator pemahaman konsep. Adapun indikator
yang dimaksud adalah.
1) Menyatakan ulang konsep;
2) Mengelompokkan objek menurut sifat tertentu;
3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep;
4) Menyatakan konsep dalam bentuk representasi matematis;
5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur tertentu.
7) Mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah;
c. Pedoman wawancara,
Pedoman berisi pertanyaan kepada subjek untuk mengetahui secara
mendalam pemahaman konsepnya. Wawancara yang dilakukan yaitu
wawancara terstruktur atau dilakukan wawancara dengan menggunakan
pertanyaan yang sudah divalidasi oleh validator.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Pemberian Skala kepribadian
Skala kepribadian diberikan untuk mengetahui informasi kepribadian yang
cenderung dimiliki oleh siswa. objek yang terpilih dari tahapan sebelumnya
sebanyak dua siswa, yaitu seorang yang memiliki kepribadian sensing yang
46
paling dominan dan seorang siswa yang memiliki kepribadian intuition
yang paling dominan.
2. Pemberian tes pemahaman konsep bangun ruang sisi datar
Tes pemahaman konsep bangun ruang sisi datar diberikan kepada siswa
yang telah terpilih melalui tes skala kepribadian. Memuat 7 nomor soal
bangun ruang sisi datar yang dibuat berdasarkan indikator pemahaman
konsep.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan pedoman
wawancara. Wawancara ini berupa tanya jawab untuk memperjelas dan
menggali serta mengaitkan hasil jawaban siswa dengan pemahaman
terhadap konsep konsep geometri yang telah dipelajarinya. Jadi pada
penelitian ini wawancara dilakukan setelah pemberian tes pemahaman
konsep bangun ruang sisi datar untuk lebih mendapatkan informasi yang
mendalam kepribadian dan pemahaman subjek.
H. Uji Validasi Data
Validasi data menggunakan teknik uji kredibilitas data yang dilakukan
dengan triangulasi teknik atau metode. yaitu menganalisis data berdasarkan
tiga teknik pengambilan data yaitu pemberian skala kepribadian, pemberian tes
pemahaman, dan wawancara, itu yang dilakukan pada penelitian ini. Teknik ini
dimaksudkan untuk memperoleh hasil penelitian yang valid,Memperdalam dan
memperjelas informasi yang didapatkan berdasarkan data yang diambil dari
subjek penelitian terkait Pemahaman konsep siswa pada materi geometri.
47
I. Teknik Analisis data
Analisis data penelitian ini menggunakan analisis secara deskriptif
kualitatif. Teknik tersebut merupakan teknik yang menginterpretasikan dan
menggambarkan makna informasi yang terkumpul dengan mengumpulkan
informasi aspek pada situasi yang dikaji dengan memberikan perhatian dan
merekam informasi sehingga mendapatkan informasi secara menyeluruh dan
umum tentang keadaan yang sebenarnya.
Data dianalisis secara kuantitatif berdasarkan jawaban siswa pada tes
yang diberikan berdasarkan setiap aspek kepribadian. Kemudian data yang
berdasarkan hasil wawancara dianalisis secara kualitatif berdasarkan teknik
Miles dan Huberman yaitu reduksi data penyajian data dan penarikan
kesimpulan serta verifikasi. Pentingnya teknik analisis data sangat bermakna
dalam sebuah penelitian. Maka dari itu teknik ini harus dikuasai dengan baik
oleh para peneliti. Data yang bersifat deskriptif pada umumnya dianalisis
berdasarkan isi. Analisis dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif, yaitu
teknik yang digunakan untuk menggambarkan arti dari data-data yang
terkumpul yang kemudian data tersebut diberikan perhatian serta menggali
sebanyak mungkin situasi yang diteliti pada saat data tersebut dianalisis.
sehingga dapat tersaji gambaran secara menyeluruh tentang keadaan yang
sebenarnya. Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan dari data skala
kepribadian siswa yang memiliki kecenderungan paling bertolak belakang dan
tinggi. Dari data tersebut dipilihlah subjek penelitian. Kemudian hasil dari tes
pemahaman konsep dan skala kepribadian menghasilkan 2 subjek penelitian
yang kemudian diwawancarai. Setelah pengambilan data dilakukan tahap
48
analisis secara kualitatif sesuai dengan teknik Miles dan huberman sebagai
berikut.
1. Reduksi data, dapat juga dikatakan sebagai bentuk membuang data yang
tidak perlu, memusatkan dan mentransformasikan data yang diperoleh dari
lapangan. Sebagai aktivitas mempertahankan yang penting dan membuang
yang tidak perlu. Dapat membuat kategori data, juga hal-hal atau hasil
wawancara dihilangkan apabila tidak sesuai dengan tujuan penelitian..
2. Display (penyajian data). Setelah dilakukan reduksi maka dilanjutkan
dengan penyajian data yaitu mengaturnya sehingga terlihat pola koneksi
yang didapatkan dari dari hasil reduksi. Peneliti harus berusaha untuk
menyusun data yang relevan dan sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
informasi dapat disimpulkan dan disajikan dengan hasil yang lebih dapat
dipahami.
3. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Setelah disajikan dengan baik
dan mudah dipahami, selanjutnya adalah menyimpulkan berdasarkan apa
yang telah ditemukan dan melakukan verifikasi data. Kalaupun setelah
penelitian ini ditemukan bukti kuat pada pengumpulan data selanjutnya
maka dari data tersebut dapat berlaku dan dapat berubah.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik setiap indikatornya dapat diukur dengan cara sebagai berikut.
1. Menyatakan ulang konsep
Tabel 3.1 Kemampuan menyatakan Ulang Konsep
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Tahu terhadap konsep dan proses konsep tersebut
terbentuk
49
2 Kurang
Mampu
Tahu terhadap konsep dan tidak mengetahui proses
terbentuknya
3 Tidak Mampu Tidak tahu terhadap konsep dan tidak mengetahui
proses terbentuknya
Sumber: Kiswanto (2015: 45-47)
2. Mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifatnya
Tabel 3.2 Kemampuan mengklasifikasikan Objek Berdasarkan Sifat-Sifatnya
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Dapat mengenali objek dari sifat dan mampu
menjelaskan
2 Kurang
Mampu
Dapat mengenali objek dari sifat dan tidak mampu
menjelaskan
3 Tidak
Mampu
Tidak dapat mengenali objek dari sifat dan tidak mampu
menjelaskan
Sumber: Kiswanto (2015: 45-47)
3. Memberikan contoh dan non contoh
Tabel 3.3 Kemampuan Memberikan Contoh dan Non contoh
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Mengenali contoh dan non contoh dari konsep dan
mampu memberikan contoh lain yang ada dalam
kehidupan sehari-hari
2 Kurang
Mampu
Mengenali contoh dan non contoh dari konsep, tetapi
tidak dapat memberikan sampel lain berdasarkan konsep
yang ada
3 Tidak Mampu Tidak mengetahui sampel dan non sampel dan tidak
mampu menyajikan contoh lain konsep dalam kehidupan
sehari hari
Sumber: Kiswanto (2015: 45-47)
4. Menyatakan konsep dalam bentuk matematis
Tabel 3.4 Kemampuan menyatakan Konsep dalam Bentuk Matematis
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Mampu memberikan gambaran konsep berdasarkan
objek yang disediakan
2 Kurang
Mampu
Hanya mampu memberikan satu contoh objek dari
konsep yang disediakan
50
3 Tidak Mampu Tidak mampu memberikan contoh objek dari konsep
yang disediakan
Kiswanto (2015: 45-47)
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
Tabel 3.5 Kemampuan Mengembangkan Syarat Perlu atau Syarat Cukup
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Mampu memahami syarat perlu atau syarat cukup dari
konsep dan mengembangkan pada pemecahan masalah
2 Kurang
Mampu
Mampu memahami syarat perlu dari konsep tetapi tidak
mampu mengembangkan pada pemecahan masalah
3 Tidak Mampu Tidak mampu memahami syarat perlu dari konsep dan
tidak mampu mengembangkan pada pemecahan
masalah
Kiswanto (2015: 45-47)
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu
Tabel 3.6 Kemampuan Menggunakan, Memanfaatkan, dan Memilih Prosedur
Tertentu
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Mampu memilih dan memanfaatkan prosedur
berdasarkan masalah kemudian menggunakan dalam
pemecahan masalah
2 Kurang
Mampu
Mampu memilih dan memanfaatkan prosedur
berdasarkan masalah tetapi tidak bisa menggunakan
dalam pemecahan masalah
3 Tidak Mampu Tidak mampu memilih dan memanfaatkan prosedur
berdasarkan masalah dan tidak dapat menggunakannya
dalam pemecahan masalah
Kiswanto (2015: 45-47)
7. Mengaplikasikan konsep dalam bentuk pemecahan masalah
Tabel 3.7 Mengaplikasikan Konsep dalam Bentuk Pemecahan Masalah
No. Kemampuan Penjelasan
1 Mampu Paham terhadap problem dan mampu menyelesaikannya
dengan konsep yang sesuai
2 Kurang
Mampu
Paham terhadap problem tetapi tidak mampu
menyelesaikannya dengan konsep yang sesuai
51
3 Tidak
Mampu
Tidak paham terhadap problem dan tidak mampu
menyelesaikannya dengan konsep yang sesuai
Sumber: Kiswanto (2015: 45-47)
J. Prosedur Penelitian
1. Persiapan penelitian
Sebelum melakukan penelitian dilakukan observasi di SMPN 2
Sungguminasa. Observasi tersebut dilakukan dengan cara mewawancarai
salah satu guru yaitu ibu Widyawati, S.Pd. yang Mengajar kelas VIII. Guru
tersebut merupakan guru Pamong peneliti pada saat magang 2 di SMP 2
Sungguminasa. Setelah melakukan observasi dan sekaligus meminta izin
atau mengonfirmasi bahwa akan melakukan penelitian ke wakasek
kurikulum yaitu Pak Abdul Kadir, S.Pd. Maka diarahkan untuk mengurus
perizinan-perizinan berupa surat dari universitas dan dinas penanaman
modal provinsi dan kabupaten. Kemudian surat tersebut diantarkan ke
sekolah. Sembari menunggu surat penelitian, peneliti melakukan validasi
instrumen penelitian. Ada tiga instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data yaitu itu tes kepribadian sensing dan intuition. Tes
pemahaman konsep berupa 7 butir soal bangun ruang sisi datar yaitu balok
dan kubus berdasarkan indikator pemahaman konsep, kemudian pedoman
wawancara yaitu pedoman wawancara terstruktur yang sudah di validasi
oleh dua orang validator dari Universitas Negeri Makassar yaitu bapak Prof.
Dr. Nurdin Arsyad M.Pd. sebagai validator satu dan Bapak Dr. Asdar,
M.Pd. sebagai validator dua. Instrumen penelitian yang dinyatakan valid
kemudian dipersiapkan untuk melakukan pengambilan data di SMP Negeri
2 Sungguminasa tepatnya di kelas VIII. Setelah surat penelitian sudah jadi
52
maka peneliti Membawa surat tersebut sebagai bentuk perizinan tertulis
Untuk melakukan penelitian di SMPN 2 Sungguminasa. Pak Kadir
mengizinkan untuk pengambilan data. Kemudian Pak Kadir memberikan
guru Pamong yaitu Ibu Fatmawati, S.Pd. dan peneliti dimasukkan oleh Pak
Kadir di grup Whatsapp kelas VIII.1.
2. Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data ini melalui tahapan pengumpulan data sebagai
berikut.
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian
A. Membagikan tes skala kepribadian kepada siswa dengan bentuk Google
form, kemudian hasil dari Google form tersebut dipilih dua siswa yang
memiliki kepribadian yang yang saling berlawanan dan memiliki hasil tes
yang sangat cenderung pada kepribadian tertentu.
B. setelah ditentukan subjek sebanyak 2 orang maka subjek tersebut
diberikan tes pemahaman konsep berupa 7 butir soal tentang bangun
ruang sisi datar yaitu kubus dan balok, tentunya instrumen ini sudah
divalidasi oleh validator.
C. melakukan wawancara kepada 2 orang siswa yang telah diberikan tes
berdasarkan pedoman wawancara dan hasil tes pemahaman konsepnya.
Persiapan Pelaksanaan Pelaporan
53
D. Merekam pernyataan-pernyataan dari siswa berdasarkan hasil tes yang
dilakukan, kemudian diberikan kode dalam analisis data untuk
mempermudah analisis datanya.
E. Digunakan pengodean untuk memudahkan saat menganalisis data,
pengodean tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8 Kode Data Penelitian
Kode Makna Kode
P-j-k Peneliti, indikator ke-j, pertanyaan ke-k. Contoh: P-3-2
Si-j-k Subjek ke-i, indikator ke-j, jawaban ke-k. Contoh S1-3-4
Si-j-k Subjek ke-i, indikator ke-j, jawaban ke-k. Contoh S2-7-2
PK-i Soal Pemahaman Konsep Nomor ke-i. Contoh PK-3
3. Pelaporan penelitian
a) Tahap Analisis Data
1) Menganalisis hasil dari tes kepribadian, tes pemahaman konsep, dan
wawancara.
2) Hasil analisis data selanjutnya dipaparkan.
b) Tahap Pembuatan Laporan Skripsi
Pembuatan laporan skripsi adalah peneliti menyusun laporan
melalui tahap penelitian yang telah dilakukan sebagai hasil penelitian
mengenai pemahaman konsep siswa dengan kepribadian sensing dan
intuition.
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang merupakan jawaban
dari rumusan masalah pada bab satu. Data yang dikumpulkan diambil
berdasarkan hasil dari tes kepribadian, kemudian diberikan tes pemahaman
konsep, setelah itu subjek diwawancarai.
Setelah peneliti masuk di grup Whatsapp siswa kelas VIII.1 peneliti
memperkenalkan diri dan meminta izin akan melakukan penelitian. Jadi tahap
pertama yaitu pemberian tes berupa tes kepribadian sensing dan intuition yang
berbentuk Google form yang terdiri dari 15 nomor pernyataan yang dapat
dipilih siswa, hasil tes ini disajikan dengan persentase dari pilihan setiap siswa
menurut kecenderungan dari kepribadiannya. Hasil tes ini diolah dengan
menggunakan Microsoft excel yang sudah ada rumus di dalamnya. Jadi tes ini
diubah dari bentuk kertas yang sudah divalidasi ke bentuk formulir online agar
bisa digunakan dan disebar langsung di grup Whatsapp siswa sehingga siswa
dapat langsung mengisi instrumen tes kepribadian tersebut di mana saja siswa
berada. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya pertemuan langsung
dan memanfaatkan fasilitas daring yang juga sedang digunakan di sekolah.
Setelah dilakukan pembagian Google form maka pastinya ada masalah yang
yang terjadi yaitu tidak semua siswa merespons dan mengisi Google form
tersebut. Jadi dilakukan beberapa kali pengiriman Google form untuk
mengingatkan siswa sehingga dalam waktu 1 pekan semua siswa kelas VIII.1
55
telah mengisi Google form. Rentang waktu 1 pekan tersebut juga sambil
menunggu siswa yang sedang sedang mengikuti ujian semester yang diadakan
oleh sekolah. Setelah semua siswa mengisi Google form tersebut maka
dilakukan pengelompokan kepribadian dari siswa berdasarkan kepribadian
sensing dan intuition. Berdasarkan pengelompokan tersebut terdapat 30 orang
siswa cenderung berkepribadian sensing dan 10 orang siswa cenderung
berkepribadian intuition. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Tes Kepribadian Sensing dan Intuition Siswa.
No. Inisial
Siswa
Persentase
Sensing Intuition
1 AAP 53% 47%
2 ANF 53% 47%
3 AP 53% 74%
4 AP 87% 13% 5 AFTA 80% 20%
6 ALLNI 73% 27%
7 AEPPA 53% 47%
8 AN 80% 20%
9 AAA 13% 87% 10 ARA 47% 53%
11 CATA 60% 40%
12 DPDH 53% 47%
13 FNFR 73% 27%
14 FAS 60% 40%
15 GAP 40% 60%
16 IL 73% 27%
17 KCLB 47% 53%
18 MFP 47% 53%
19 MRPP 73% 27%
20 MAY 53% 47%
21 MADP 60% 40%
22 MAN 53% 47%
23 MFF 53% 47%
24 MFII 63% 33%
25 MAMS 53% 47%
26 MFH 40% 60%
27 MM 53% 47%
56
28 NNP 60% 40%
29 NA 53% 47%
30 QNI 53% 47%
31 SSJA 80% 20%
32 SNMK 53% 47%
33 SNA 60% 40%
34 SRDPF 33% 67%
35 SAR 40% 60%
36 TAJ 73% 27%
37 TDA 80% 20%
38 WMPI 27% 73%
39 WS 53% 47%
40 ZEZ 80% 20%
Tabel tersebut menyajikan data hasil tes kepribadian sensing dan
intuition siswa, terdapat siswa yang memiliki kecenderungan tertinggi di setiap
kepribadian tersebut di antaranya dua siswa yang memiliki kepribadian yang
berlawanan dan memiliki skor yang sangat tinggi yaitu AP pada kepribadian
dan AAA pada kepribadian intuition Berikut siswa yang terpilih menjadi
subjek pada penelitian ini.
Tabel 4.2 Subjek yang terpilih Berdasarkan Hasil Tes Kepribadian
No. Inisial Siswa Persentase Ket.
Sensing Intuition
1 AP 87% 13% S1
2 AAA 13% 87% S2
Berdasarkan instrumen tes kepribadian subjek dengan kepribadian
sensing dengan inisial AP, AP memiliki kecenderungan sebagai berikut, AP
bergerak dari hal-hal detail ke gambaran umum sebagai kesimpulan akhir,
kemudian lebih berfokus pada masalah apa yang akan dihadapi pada hari ini ini
dan bagaimana langkah praktis dalam menghadapi hari-harinya, kemudian
57
ketika ada pedoman pengerjaan atau petunjuk itu membuatnya sangat terbantu,
AP sangat berpacu atau berpatokan pada pengalaman dalam bertindak, AP
adalah sosok yang prosedural dan tradisional ataupun tidak memiliki
kecenderungan untuk berubah, baginya fakta lebih penting daripada ide kreatif,
AP lebih senang pada hal-hal yang berkelanjutan dan stabil ataupun berupa
rutinitas. AP seseorang yang bertindak step-by-step dengan jangka waktu yang
jelas dan menarik kesimpulan dengan lama dan berhati-hati. AP lebih suka
mengklarifikasi teori sebelum mempraktekkannya. Untuk jangka waktu lama
AP lebih senang berpikir hal-hal masa depannya. Secara konsisten AP
mengamati dan mengingat hal-hal yang detail. AP cenderung berpikir praktis
cerita dan menyukai Tantangan untuk menguasai keterampilan baru, AP lebih
suka hal-hal yang sudah terbukti dan memilih cara-cara yang sudah ada.
Subjek dengan kepribadian intuition dengan inisial AAA di cenderung
lebih bergerak dari gambaran umum baru ke gambaran gambaran detail AP
adalah orang yang berbicara mengenai visi masa depan dan bagaimana konsep-
konsep untuk visi tersebut. AP menggunakan imajinasi dan perenungan sebagai
pedoman dalam membuat sesuatu. Baginya petunjuk pengerjaan sangat
membuatnya terbantu, AP adalah orang yang bebas dan dinamis serta memiliki
ide kreatif. Menurutnya ide inspiratif lebih penting daripada fakta serta
perubahan dan variasi-variasi lebih diutamakan. AP adalah orang yang
bertindak dengan semangat tanpa menggunakan batas waktu dan tanpa ada
aturan. AP menarik kesimpulan dengan cepat sesuai alurnya, AP juga
memahami ide, konsep ataupun teori ketika mempraktekkannya langsung, AP
adalah orang yang fokus pada apa yang AP bisa perbaiki pada masa sekarang,
58
hal yang sama dengan subjek sebelumnya yaitu AP konsisten mengamati hal-
hal yang detail namun AP cenderung berpikir konseptual. AP menyukai
Tantangan untuk mengasah keterampilan baru dan lebih memilih cara yang
sudah ada dan sudah terbukti.
Setelah terpilih dua siswa yang memiliki kepribadian yang berlawanan.
Maka peneliti segera menghubungi dua siswa tersebut untuk melakukan
pemberian tes pemahaman konsep yang berisi tujuh nomor soal pemahaman
konsep dari materi bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok. Perjanjian
pemberian tes yaitu dengan metode luar jaringan (luring) dilakukan di sekolah
pada pukul 09.00 Wita tanggal 15 Juni 2021 tepatnya pada hari Selasa dengan
menerapkan protokol kesehatan yaitu menjaga jarak dan memakai masker.
Kegiatan ini dilakukan dengan izin dari Wakasek kurikulum yaitu pak Abdul
Kadir, S.Pd. sehingga peneliti dapat melakukan pengambilan data. Data
tersebut disajikan pada hasil ini dengan tetap mengacu pada indikator tes
diagnostik kemampuan dan disajikan dengan membahas soal, jawaban, dan
hasil wawancara. Berikut lembar jawaban siswa pada tes pemahaman konsep.
1. Pemahaman Konsep Subjek Berkepribadian Sensing (S1)
Indikator pemahaman konsep menjadi dasar pengukuran pemahaman
konsep bangun ruang sisi datar dari subjek dengan kepribadian Sensing
dengan menggunakan tes diagnostik kemampuan dengan penyajian sebagai
berikut.
a. Menyatakan Ulang Konsep
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengerjaan tes
pemahaman konsep siswa dengan kepribadian sensing dengan inisial AP
59
dapat dilihat bahwa AP merupakan siswa yang tidak suka basa-basi
ataupun lebih suka sesuatu yang langsung atau to the point, salah satu
contohnya penulisan nama dan kelasnya, AP tidak menggunakan
keterangan nama dan titik dua begitu juga dengan kelas tidak
menggunakan atau menulis kata kelas dan tanda titik dua. Jawaban
pertama pada indikator kemampuan menyatakan ulang konsep S1 hanya
menuliskan bahwa “kubus adalah sebuah bangun ruang” seperti dapat
dilihat pada gambar jawaban berikut ini.
Soal nomor 1 (PK-1).
Tuliskan pengertian kubus dengan bahasamu sendiri!
Jawaban:
Gambar 4.1 Kemampuan S1 Menyatakan Ulang Konsep
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
Menyatakan ulang konsep.
Tabel 4.3 Data Wawancara Kemampuan S1 Menyatakan Ulang Konsep
Petikan Wawancara
P-1-1: Coba jelaskan pengertian kubus menurutnya dek,
S1-1-1: Kubus adalah bangun ruang yang bentuknya kotak kak,
---
P-1-2: Apakah hanya itu?, Sebutkan lagi dek?
S1-1-2: bawahnya sama atasnya berbentuk segi empat, sampingnya
juga berbentuk segi empat
---
P-1-3: Kenapa bisa begitu dek?
S1-1-3: saya sudah tidak tahu kak.
P: iya dek.
Indikator 1
60
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik, pada indikator menyatakan ulang konsep, yang termasuk
mampu apabila subjek mengetahui konsep dan mampu menyatakan ulang
sesuai konsepnya.
Berdasarkan petikan wawancara tersebut, S1 mengatakan bahwa
kubus adalah bangun ruang yang bentuknya kotak (S1-1-1), kemudian
mengatakan bahwa yang dimaksud kotak adalah bentuk segi empat (S1-
1-2), adapun segi empat yang dimaksudnya adalah bagian alas, tutup, dan
bagian samping dari kubus tersebut S1 mengetahui bahwa kubus
memiliki 6 Sisi yang semuanya sama. S1 mampu mendefinisikan kubus
dan dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa S1 mengetahui
bagaimana itu kubus dan unsur-unsur penyusunnya. Pernyataan yang
dikemukakan pada saat wawancara membuktikan S1 mengetahui konsep
kubus namun hasil tesnya tidak menggambarkan hal tersebut (PK-1).
S1 memiliki definisi bahwa kubus berbentuk kotak (S1-1-1).
Jawabannya tersebut masih kurang jelas dikarenakan definisi kotak dapat
berarti petak, atau tempat penyimpanan yang bisa saja rusuknya tidak
sama panjang. Ketika S1 ditanya tentang mengapa bisa seperti itu, S1
tidak tahu lebih jauh tentang konsep kubus (S1-1-3). Itu berarti S1 tidak
bisa menyatakan ulang konsep sesuai dengan konsepnya.
Berdasarkan data hasil tes pemahaman konsep dan wawancara,
S1 tidak bisa menyatakan ulang konsep sesuai dengan konsepnya namun
S1 memahami konsep kubus tersebut sesuai dengan konsepnya.
Meskipun S1 menyebut bentuk persegi itu dengan kotak.
61
b. Mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifatnya
Selanjutnya pada indikator tentang mengklasifikasikan objek
berdasarkan sifat-sifatnya disajikan 3 sifat pada soal kemudian S1
mencoba untuk mengerjakannya, jawaban dari S1 yaitu sesuai dengan
bangun yang dibatasi oleh sifat-sifat pada soal yaitu jawabannya balok.
Soal nomor 2 (PK-2).
Perhatikan sifat-sifat bangun ruang berikut!
- Semua bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang
- Terdapat sisi yang berbentuk persegi panjang
- Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang
Sebutkan bangun ruang yang dimaksud berdasarkan sifat-sifat tersebut!
Jawaban:
Gambar 4.2 Kemampuan S1 Mengklasifikasikan Objek Berdasarkan
Sifat-Sifatnya
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
Mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifatnya
Tabel 4.4 Data Wawancara Kemampuan S1 Mengklasifikasikan objek
berdasarkan sifat-sifatnya
Petikan Wawancara
P-2-1: Jelaskan coba yang kita paham dari sifat-sifat yang ada di
soal dek.
S1-2-1: yang ada bidang diagonalnya pasti kubus atau balok kak,
kalau yang pertama, pasti bidang diagonalnya berbentuk persegi
panjang kak, karena pasti sisi yang diagonalnya lebih panjang dari
sisi yang bagian tingginya. Kalau yang kedua, lebih jelas lagi karena
ada sisinya yang persegi panjang, ini pasti balok kak. Kemudian
yang ketiga rusuknya sama panjang untuk yang sejajar, kubus sama
Indikator 2
62
balok itu pasti sejajar rusuknya yang berhadapan kak.
---
P-2-2: jadi kenapa kita pilih balok dek?
S1-2-2: karena dari sifat kedua yang di soal kak, jelas sekali di situ
balok yang dimaksud, kalau sifat ke satu dan ketiga itu mendukung.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik, pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu mengenali objek berdasarkan sifat-sifatnya dan menjelaskannya.
Berdasarkan petikan wawancara tersebut, peneliti mencoba untuk
mencari tahu tentang hal-hal yang dipahami S1 pada setiap sifat yang
disajikan tersebut. Untuk sifat pertama yaitu terkait bidang diagonal yang
berbentuk persegi panjang. Menurut S1, yang memiliki bidang diagonal
sudah pasti adalah kubus dan balok (S1-2-1). Kemudian untuk bidang
diagonal yang berbentuk persegi panjang, kubus dan balok sudah pasti
juga memiliki bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang
dikarenakan persegi panjang yang dimaksud panjangnya merupakan
diagonal dari alas kubus atau balok, kemudian katanya lebih panjang dari
bagian tingginya dari itu menyatakan bahwa kubus dan balok memiliki
bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang (S1-2-1). Kemudian
untuk sifat kedua yaitu terdapat sisi yang berbentuk persegi panjang,
menurut S1 sifat ini memperjelas jawaban dari soal (PK-2) dikarenakan
dibandingkan dengan kubus dan balok, balok pasti memiliki sisi yang
berbentuk persegi panjang. Kemudian yang ketiga terkait rusuk yang
sejajar itu memiliki ukuran yang sama panjang, menurutnya kubus dan
balok sudah pasti memiliki rusuk yang sama panjang ketika rusuk itu
63
sejajar. Kemudian pada poin ini mengapa S1 memilih balok dikarenakan
yang paling mencolok dari ketiga sifat tersebut adalah sifat yang kedua
dan menurutnya kedua sifat lainnya hanya sebagai pendukung (S1-2-2).
S1 pada Indikator mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-
sifatnya ini mampu mengenali objek berdasarkan sifat-sifatnya yang
telah disajikan dan juga mampu menjelaskan sifat-sifat yang ada atau
yang disediakan pada soal.
c. Memberikan contoh dan non contoh
Indikator ketiga yaitu memberikan contoh dan non contoh dari
bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok, soal meminta untuk
menggambarkan sebuah kubus dan sebuah bangun selain kubus, S1
Menggambar sesuai dengan apa yang diminta dari soal. Berikut ini
jawabannya.
Soal nomor 3 (PK-3).
Gambarlah satu contoh bangun ruang berikut.
a. Kubus
b. Bangun ruang selain Kubus
Jawaban:
Gambar 4.3 Kemampuan S1 Memberikan Contoh dan Non Contoh
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
Memberikan contoh dan non contoh
Indikator 3
64
Tabel 4.5 Data Wawancara Kemampuan S1 Memberikan Contoh dan
Non Contoh
Petikan Wawancara
P-3-1: Kenapa itu gambar pertama kita sebut sebagai kubus dek?
S1-3-1: iya kak, begitu memang kubus, segi empat semua, sisinya
juga sama panjang
---
P-3-2: terus itu gambar keduanya dek, kenapa itu bukan kubus?
S1-3-2: Karena kubus Itu sama semua panjang sisinya kak, kalau
ada yang tidak sama panjang berarti bukan itu kubus, jadi balok saja
kugambar, ada juga gambar balok di nomor 4.
P-3-3: bagaimana itu contohnya dek, itu gambar semua?
S1-3-3: Kalau kubus itu contohnya rubik kak, kalau balok itu kayu
kak,
---
P-3-4: apa bedanya itu gambar secara umum dek?
S1-3-4: maksudnya kak?
---
P-3-5: Perbedaannya yang paling kelihatan dek
S1-3-5: itu tadi kak asalkan sama semua sisinya berarti kubus itu,
kalau beda satu sisinya berarti bukan kubus, itu sudah gambar lain.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik, pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mengenali contoh dan non contoh dari konsep dan mampu memberikan
contoh pada kehidupan sehari-hari.
Saat wawancara ditanyakan bahwa, mengapa S1 menganggap
gambar pertama adalah kubus, meskipun gambarnya tidak memenuhi
bentuk kubus yaitu terlihat panjang dari setiap rusuknya itu berbeda-
beda, bagi peneliti itu lebih mirip dengan balok (PK-3). Kemudian
diperjelas pada saat wawancara yaitu dikatakan bahwa kubus memiliki
empat sisi yang segi empat dan katanya semuanya sisinya sama (S1-3-1).
Kemudian ditanyakan terkait gambar kedua yang S1 gambar adalah
balok (P-3-2), sudah memenuhi bahwa yang diminta bangun yang selain
65
kubus, pada wawancara S1 menjelaskan bahwa ketika sebuah bangun
yang satu sisinya ada yang lebih panjang dari sisi yang lain itu sudah
terbukti bahwa bangun itu sudah bukan kubus (S1-3-2). Selanjutnya
dikatakan juga bahwa S1 juga melihat gambar balok di soal nomor empat
(S1-3-2). Berdasarkan penjelasan tersebut subjek mampu mengenali
contoh dan non contoh yang diminta.
Kemudian peneliti menanyakan terkait gambaran di kehidupan
sehari-hari. S1 menyatakan bahwa bentuk kubus yaitu rubik dan kalau
bentuk balok yaitu kayu. Kemudian ditanyakan Bagaimana menurut S1
terkait perbedaan gambaran secara umum dari kedua benda tersebut. S1
menyatakan ketika sisinya sama maka itu adalah kubus kalau sisinya
sudah berbeda berarti S1 itu bukan kubus. Hasil wawancara tersebut
menunjukkan bahwa subjek mampu memberikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari dari bangun kubus dan balok.
Jadi pada indikator ketiga ini, memberikan contoh dan non contoh
sebuah konsep. Subjek mampu mengenali contoh dan non contoh yang
diminta dan subjek juga mampu memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari dari bangun kubus dan balok.
d. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.
Indikator menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.
Indikator keempat ini disajikan soal menentukan volume dari sebuah
balok dengan panjang, lebar, dan tinggi diganti dengan sebuah sebuah
huruf yaitu a, b, dan c. Pengerjaan soal ini diharapkan subjek menghitung
volume bangun dengan cara mengalihkan sejumlah panjang dari alas
66
ataupun mencari luas alasnya berdasarkan satuan centimeter dan
kemudian dikalikan dengan sejumlah tinggi sehingga volume dari
bangun tersebut dapat dihitung. Pada hasil pengerjaan dari S1
menuliskan diketahui panjangnya lebar dan tinggi, kemudian mencari
volume yaitu dengan cara panjang kali lebar kali tinggi sehingga
menghasilkan abc cm2. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Soal nomor 4 (PK-4)
Tentukan volume dari bangun berikut!
Jawaban:
Gambar 4.4 Kemampuan S1 Menyajikan Konsep dalam Bentuk
Representasi Matematis.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.
Indikator 4
67
Tabel 4.6 Data Wawancara Kemampuan S1 Menyajikan Konsep dalam
Bentuk Representasi Matematis.
Petikan Wawancara
P-4-1: Coba jelaskan dek, penggambaran volume dari soal itu..?
S1-4-1: setahu saya kak, volume itu panjang kali lebar kali tinggi.
Jadi langsung saja saya kalikan yang ada di gambarnya.
---
P-4-2: Kenapa harus panjang kali lebar kali tinggi dek?
S1-4-2: itu yang diajarkan kak,
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu menggambarkan bentuk konsep berdasarkan bentuk yang
disediakan.
Saat wawancara, peneliti menanyakan bagaimana S1
menggambarkan volume dari soal tersebut (P-4-1), S1
menggambarkannya dengan apa yang ada di soal yaitu panjang kali lebar
kali tinggi jadi S1 langsung mengalihkannya (S1-4-1). Kemudian peneliti
menanyakan Mengapa harus dikalikan semua (P-4-2), S1 menjawab
bahwa itu yang diajarkan (S1-4-2). Hasil wawancara dan tes pemahaman
konsep tersebut menggambarkan bahwa S1 mampu menggambarkan
bentuk konsepnya berdasarkan bentuk pada soal.
Jadi pada indikator menyatakan konsep dalam bentuk matematis
dapat disimpulkan bahwa Subjek mampu menggambarkan bentuk
konsepnya berdasarkan bentuk yang disediakan.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup
Kemudian untuk indikator mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup. Sebuah konsep pada indikator ini, disajikan soal dengan
68
mengetahui luas permukaan kubus kemudian dicari salah satu rusuk dari
kubus tersebut. Pengerjaan yang dilakukan oleh S1 hanya menulis
panjang panjang rusuk yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.
Soal nomor 5 (PK-5).
Diketahui luas permukaan kubus yaitu 1350 cm . Tentukanlah panjang
salah satu rusuk kubus tersebut!
Jawaban:
Gambar 4.5 Kemampuan S1 Mengembangkan Syarat Perlu dan Syarat
Cukup.
Jawaban dari tes pemahaman konsep tersebut menunjukkan bahwa S1
tidak dapat mengembangkan konsep luas permukaan terkhusus pada soal
ini.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup.
Tabel 4.7 Data Wawancara Kemampuan S1 Mengembangkan Syarat
Perlu dan Syarat Cukup.
Petikan Wawancara
P-5-1: Bagaimana pendapat anda tentang luar permukaan kubus dek
S1-5-1: luar permukaan itu yang di luar saja kak, luas sisi luarnya
---
P-5-2: kalau rusuknya dek?
S1-5-2: rusuk itu kak, sisinya.
---
P-5-3: beda itu dek, sisi di bangun datar sama bangun ruang, sisi
persegi beda dengan sisi kubus.
S1-5-3: owh, rusuk itu yang garisnya kak.
---
P-5-4: Jadi apa syaratnya untuk bisa dihitung luar permukaan dek?
S1-5-4: Hmmm, kalau bisa dihitung sisi-sisinya kak.
Indikator 5
69
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu memahami syarat perlu atau syarat cukup dari konsep dan
mengembangkannya ke pemecahan masalah.
Saat wawancara peneliti menanyakan pendapat tentang luas
permukaan kubus (P-5-1), S1 menyatakan bahwa luas permukaan adalah
bagian luar atau luar sisinya saja (S1-5-1). Kemudian dari pernyataannya
S1 menyatakan bahwa rusuk itu sama dengan sisi (S1-5-2). Kemudian
diberikan contoh oleh peneliti yaitu perbedaan Sisi dari kubus dan
persegi, S1 baru menyadari bahwa rusuk yang dimaksud adalah garis
pada bangun ruang (S1-5-3). Kemudian peneliti menanyakan syarat
untuk menghitung luas permukaan (P-5-4). S1 menyatakan bahwa ketika
sisi-sisinya sudah ada maka dapat dihitung luas permukaannya (S1-5-4).
Jawaban dari wawancara tersebut menunjukkan bahwa S1 mampu
memahami syarat perlu atau syarat cukup dalam menyelesaikan soal luas
permukaan.
Tes pemahaman konsep dan hasil wawancara tersebut membuat
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa S1 mampu memahami syarat
perlu dari sebuah konsep dan tidak mampu untuk mengembangkannya
pada pemecahan masalah salah satunya pada soal yang disajikan S1 tidak
mampu untuk mencari rusuk panjang rusuk dari soal yang disediakan.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.
Indikator menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur
tertentu, pada indikator ini diberikan soal terkait volume sebuah bak yang
70
yang berisi air seperlima bagiannya dan bagian lainnya adalah kosong
kemudian bagian yang kosong itu harus dipenuhi dengan air. S1
menjawab hanya dengan menulis Apa yang diketahui kemudian mencari
volume dari apa yang diketahui tersebut pada soal. S1 mampu memilih
dan memanfaatkan prosedur tertentu seperti terdapat pada gambar
berikut.
Soal nomor 6 (PK-6).
Diketahui bak air dengan ukuran penampungan airnya yaitu dengan
panjang 120cm, lebar 100 cm, dan tinggi 150 cm. Bak tersebut telah
terisi 1
5 bagiannya dengan air. Agar bak air tersebut penuh, maka jumlah
air yang harus ditambahkan adalah sebanyak .... cm 3
Jawaban:
Gambar 4.6 Kemampuan S1 Menggunakan, Memanfaatkan, dan Memilih
Prosedur Tertentu.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.
Tabel 4.8 Data Wawancara Kemampuan S1 Menggunakan,
Memanfaatkan, dan Memilih Prosedur Tertentu
Petikan Wawancara
P-6-1: bagaimana cara kerja kalau ada soal seperti ini dek?
S1-6-1: itu yang saya tahu kak, cari volume saja
Indikator 6
71
---
P-6-2: apa pertimbangan ta?, kenapa bisa pilih cara itu?
S1-6-2: itu memang kak kalau mau cari volumenya, ada panjang,
lebar, tinggi.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu memilih dan memanfaatkan prosedur tertentu kemudian
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Untuk lebih jelasnya, pada hasil wawancara terkait bagaimana
prosedur yang telah digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut (P-6-
2), kata S1 hanya mengetahui volumenya jadi S1 hanya mencari volume
(S1-6-1). Kemudian peneliti bertanya terkait pertimbangan pemilihan
cara tersebut (P-6-2), kata S1 hanya mengetahui bahwa ketika ada
panjang lebar dan tinggi berarti yang dicari adalah volumenya (S1-6-2).
Hasil wawancara ini menunjukkan bahwa S1 tidak bisa menggunakan
suatu prosedur dalam menyelesaikan masalah karena S1 tidak mampu
menjawab berapa jumlah air yang ditambahkan ke dalam bak air
sehingga bak itu bisa penuh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada indikator menggunakan
memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu S1 mampu memilih dan
memanfaatkan prosedur tertentu, tetapi S1 tidak bisa menggunakannya
dalam penyelesaian masalah yaitu pada soal Ada hal spesifik yang
ditanyakan namun tidak mampu menjawab.
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah
72
Indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan
masalah. Jawaban dari S1 yaitu menulis apa yang diketahui kemudian
mencari luas permukaan dari soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa S1
mampu menggunakan cara yang tepat. Hasil tes pemahaman konsepnya
sebagai berikut.
Soal nomor 7 (PK-7).
Rudi ingin membuat kotak suvenir menggunakan plastik akrilik. Kotak
yang akan dibuat memiliki panjang 20 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 10
cm. Berapakah luas paling sedikit dari plastik akrilik yang dibutuhkan
Rudi untuk membuat kotak suvenir berbentuk balok?
Jawaban:
Gambar 4.7 Kemampuan S1 Mengaplikasikan Konsep atau Algoritma ke
Pemecahan Masalah.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
Tabel 4.9 Data Wawancara Kemampuan S1 Mengaplikasikan Konsep
Atau Algoritma Ke Pemecahan Masalah.
Petikan Wawancara
Indikator 7
73
P-7-1: Darimana anda tahu dek, kalau kerjakan soal ini pakai rumus
luas permukaan?
S1-7-1: dari soalnya ji kak, karena luas mau buat dari plastik akrilik
berarti pasti luas akriliknya dicari.
---
P-7-2: kenapa kerja soalnya pakai rumus itu dek?
S1-7-2: karena dari soal minta luas kak, jadi pakai rumus luas
permukaan.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu memahami permasalahan dan dapat menyelesaikannya dengan
menggunakan konsep yang tepat.
Jawaban S1 pada hasil wawancara ditanyakan terkait dari mana
S1 bisa menggunakan cara tersebut untuk menyelesaikan soal (P-7-1),
jawaban dari S1 ketika kita ingin membuat sebuah bentuk dengan plastik
maka yang sudah pasti yang dicari adalah luasnya, luas plastiknya (S1-7-
1). S1 menyelesaikan soal tersebut dengan menggunakan rumus itu
dikarenakan soal meminta untuk mencari luas(S1-7-2). Hasil wawancara
tersebut menunjukkan bahwa S1 mampu memahami permasalahan pada
soal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator mengaplikasikan
mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah, S1
mampu memahami permasalahan dan dapat menyelesaikannya dengan
menggunakan konsep yang tepat.
2. Pemahaman Konsep Subjek Berkepribadian Intuition (SI)
a. Menyatakan ulang konsep
Terlihat ada perbedaan dari kepribadian sensing dan intuition,
pada subjek dengan kepribadian intuition menulis lengkap Nama, Kelas
74
NIS pada bagian atas. Kemudian untuk indikator pertama yaitu
menyatakan ulang konsep di sini pada soal pemahaman konsep diminta
untuk S2 menuliskan pengertian kubus menurut bahasanya sendiri bagi
subjek yang berinisial AAA ini menjawab dengan kalimat yang
menyatakan bahwa kubus dan Balok itu hampir sama dalam menghitung
volume kalau balok menggunakan panjang lebar dan tinggi sedangkan
kubus menggunakan Sisi kali Sisi, dari jawaban tersebut, sudah cukup
menggambarkan bahwa S2 mengetahui konsep kubus, dapat dilihat pada
gambar berikut.
Soal nomor 1 (PK-1).
Tuliskan pengertian kubus dengan bahasamu sendiri!
Jawaban:
Gambar 4.8 Kemampuan S2 Menyatakan Ulang Konsep
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
menyatakan ulang konsep.
Tabel 4.10 Data Wawancara Kemampuan S2 Menyatakan ulang Konsep
Petikan Wawancara
P-1-1: Jelaskan pengertian kubus menurut anda dek!
S2-1-1: Menurutku kubus hampir sama dengan balok kak, bisa
dihitung volumenya, balok ada panjang, lebar, tinggi, kalau kubus
hanya sisi kali sisi kali sisi.
---
P-1-2: Apa lagi dek?
S2-1-1: Jadi kubus itu sisinya dikalikan kak
---
Indikator 1
75
P-3-1: Kenapa bisa begitu dek?
S2-3-1: karena sama panjang sisi-sisinya
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik, pada indikator menyatakan ulang konsep, yang termasuk
mampu apabila subjek mengetahui konsep dan mampu menyatakan ulang
sesuai konsepnya.
Ketika diwawancarai dan ditanyakan terkait pengertian kubus
menurutnya kubus hampir sama dengan balok, volume balok dihitung
dengan mengalikan panjang, lebar, dan tingginya, sedangkan untuk pada
kubus dihitung dengan mengalikan sisi yang mewakili panjang, lebar dan
tinggi (S2-1-1). Jawaban tersebut hampir sama dengan apa yang ditulis
pada jawaban dari tes pemahaman konsep (S2PK-1). Jawaban tersebut
menunjukkan bahwa S2 menyatakan pengertian kubus menurut
pendapatnya sendiri, hal tersebut menunjukkan S2 mengetahui konsep
dan mampu menyatakan ulang konsepnya. Kemudian peneliti bertanya
untuk memastikan bahwa kubus itu hanya sisi-sisinya yang dikalikan (P-
3-1), AAA menjawab dengan alasan karena kubus memiliki sisi yang
sama panjang (S2-3-1).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada indikator menyatakan ulang
konsep ini, subjek mampu untuk mengetahui konsep dan menyatakan
ulang konsep sesuai konsepnya.
b. Mengklasifikasikan objek berdasarkan sifatnya
Indikator kedua yaitu mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-
sifatnya. Disajikan pada soal, tiga sifat balok. Adapun jawaban dari AAA
76
menyatakan sesuai dengan apa yang dimaksud dan diharapkan peneliti
yaitu menjawab dengan balok, dapat dilihat pada gambar berikut.
Soal nomor 2 (PK-2).
Perhatikan sifat-sifat bangun ruang berikut!
- Semua bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang
- Terdapat sisi yang berbentuk persegi panjang
- Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang
Sebutkan bangun ruang yang dimaksud berdasarkan sifat-sifat tersebut!
Jawaban:
Gambar 4.9 Kemampuan S2 Mengklasifikasikan Objek Berdasarkan
Sifatnya.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
mengklasifikasikan objek berdasarkan sifatnya.
Tabel 4.11 Data Wawancara Kemampuan S2 Mengklasifikasikan Objek
Berdasarkan Sifatnya.
Petikan Wawancara
P-2-1: Jelaskan coba yang kita paham dari sifat-sifat yang ada di
soal dek.
S2-2-1: yang pertama bidang diagonalnya persegi panjang kak, itu
terjadi karena diagonal sisi dari alasnya menjadi panjang persegi
panjangnya terus tinggi bangunnya menjadi lebarnya kak. Sifat
kedua terdapat sisi yang persegi panjang, itu berarti balok kak, yang
ketiga rusuk-rusuk bangun ruang kayak balok sejajar kak.
---
P-2-2: jadi kenapa kita pilih balok dek?
S2-2-2: karena dari semua sifatnya balok yang memenuhi kak,
terutama itu sifat kedua.
Indikator 2
77
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik, pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu mengenali objek berdasarkan sifat-sifatnya dan menjelaskannya.
Kemudian pada saat wawancara peneliti bertanya tentang sifat-
sifat balok yang dipahami berdasarkan pada soal(P-2-1). Untuk sifat
pertama yaitu semua bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang, S2
menjawab bahwa hal tersebut terjadi karena alasnya akan menjadi
panjang dari persegi panjang tersebut dan tingginya tinggi dari bangun
tersebut menjadi lebar dari persegi panjang yang. Sifat kedua menurut
S2, bahwa itu adalah sifat yang paling menggambarkan balok (S2-2-1).
Kemudian yang ketiga, rusuk-rusuk bangun ruang dalam Balok itu sudah
pasti sejajar. Kemudian peneliti bertanya kenapa memilih balok? (P-2-2).
S2 menyatakan bahwa semua sifat menunjukkan sifat bangun ruang
balok, terkhusus pada sifat kedua (S2-2-2). Jawaban tersebut
menunjukkan bahwa S2 mengenali objek berdasarkan sifat-sifat yang
diberikan. Selanjutnya peneliti bertanya tentang contoh kubus dalam
kehidupan, sehari-hari
Hasil wawancara dan hasil tes pemahaman konsep dapat dilihat
bahwa S2 mampu mengenali objek berdasarkan sifat-sifatnya dan
mampu menjelaskan objek tersebut.
c. Memberikan contoh dan non contoh
Indikator ketiga yaitu memberikan contoh dan non contoh, pada indikator
ini disajikan sebuah sebuah soal yang meminta S2 untuk menggambarkan
bangun kubus dan bangun ruang selain kubus. Lembar jawaban dari
78
pemahaman konsep S2, S2 hanya menggambar kubus, dapat dilihat pada
gambar berikut.
Soal nomor 3 (PK-3).
Gambarlah satu contoh bangun ruang berikut.
a. Kubus
b. Bangun ruang selain Kubus
Jawaban:
Gambar 4.10 Kemampuan S2 Memberikan Contoh dan Non Contoh
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
memberikan contoh dan non contoh.
Tabel 4.12 Data Wawancara Kemampuan S2 Memberikan Contoh dan
Non Contoh
Petikan Wawancara
P-3-1: Kenapa itu gambar anda sebut sebagai kubus dek?
S2-3-1: setahu saya, itu memang kubus kak karena semua sisinya
sama kak.
---
P-3-2: terus untuk gambar kedua, kenapa itu bukan kubus dek?
S2-3-2: karena, itu balok lebih panjang dari kubus kak, sisinya. Ada
juga gambarnya di nomor 4 kak.
---
P-3-3: terus dek, apa coba contohnya itu gambar dalam kehidupan?
S2-3-3: dadu kak toh.
---
P-3-4: kalau balok, apa dek?
S2-3-4 kalau balok, ada kardus mie kak, atau batu bata,
Indikator 3
79
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik, pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mengenali contoh dan non contoh dari konsep dan mampu memberikan
contoh pada kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara pada indikator ketiga ini peneliti
bertanya tentang gambar yang disebut sebagai kubus (P-3-1), kemudian
dijawab oleh S2 bahwa itu memang adalah kubus sesuai dengan apa yang
diketahuinya yaitu kubus itu memilki sisi yang sama (S2-3-1).
Selanjutnya peneliti bertanya tentang bagian B yaitu gambar yang selain
kubus, kenapa S2 menggambar balok (P-3-2), S2 menjawab bahwa sisi
balok berbeda dengan kubus dan memang ada gambarnya di nomor
empat (S2-3-2). Jawaban tes kemampuan pemahaman konsep dan
wawancara dapat disimpulkan bahwa S2 mengenali contoh dari sebuah
soal. Kemudian ditanyakan terkait contoh kubus dan bukan kubus dalam
kehidupan sehari (P-3-3), S2 dapat menjawab dengan baik, kalau kubus
S2 mengambil dadu sebagai contoh (S2-3-3). Untuk balok S2 mengambil
contoh kardus dan batu bata (S2-3-4). S2 dapat memberikan contoh
bangun tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep dan wawancara untuk
indikator ketiga ini, S2 mampu mengenali contoh dan non contoh dan
mampu memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari
d. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis
Kemudian untuk indikator keempat yaitu menyatakan konsep
dengan bentuk matematis, pada soal disajikan gambar terkait sebuah
80
balok dengan panjang sisi atau panjangnya, lebar, dan tinggi hanya
menggunakan a, b, dan c. Kemudian subjek menjawab dengan dengan
benar yaitu menuliskan diketahui panjang lebar dan tingginya kemudian
mencari volumenya seperti pada gambar berikut ini.
Soal nomor 4 (PK-4)
Tentukan volume dari bangun berikut!
Jawaban:
Gambar 4.11 Kemampuan S2 Menyajikan Konsep dalam Bentuk
Representasi Matematis.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis.
Tabel 4.13 Data Wawancara Kemampuan S2 Menyajikan Konsep dalam
Bentuk Representasi Matematis
Petikan Wawancara
P-4-1: Coba jelaskan dek, penggambaran volume dari soal itu..?
S2-4-1: volume itu kak, panjangnya dikalikan lebarnya baru
dikalikan tinggi.
---
P-4-2: Kenapa harus panjang kali lebar kali tinggi dek?
S2-4-2: kan kalau persegi panjang itu kak panjang kali lebar, nah ini
ada lagi tingginya, jadi dikalikan lagi itu hasil panjang kali lebar,
Indikator 4
81
dikalikan ke tingginya kak.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu menggambarkan bentuk konsep berdasarkan bentuk yang
disediakan.
Berdasarkan hasil wawancara SI, peneliti ingin mengetahui
bagaimana penggambaran volume menurut subjek (P-4-1), subjek
menyatakan bahwa volume itu adalah panjang dikalikan dengan lebar
kemudian dikalikan dengan tingginya (S2-4-1). Kemudian peneliti
bertanya, Kenapa harus hal tersebut yaitu panjang lebar dan tinggi? (P-4-
2). Selanjutnya S2 menjawab bahwa untuk persegi panjang yang awalnya
panjang kali lebar yaitu persegi panjang dan ketika S2 balok maka ada
tingginya nanti tingginya tersebutlah yang dikalikan dengan panjang dari
kali lebar yang tadi (S2-4-2). Jawaban tersebut menunjukkan S2 mampu
menyatakan konsep berdasarkan bentuk yang disediakan.
Berdasarkan hasil wawancara dan tes pemahaman konsep
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa S2 atau AAA mampu
menyatakan bentuk konsep berdasarkan bentuk yang telah disediakan
ataupun mampu menyelesaikan permasalahan berdasarkan apa yang ada
pada soal.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup
Indikator kelima yaitu mengembangkan syarat perlu dan syarat
cukup pada sebuah permasalahan pada pada soal kali ini subjek
menjawab hanya menerka panjang rusuknya adalah 40 cm. Pada soal ini
82
menyajikan soal tentang luas permukaan yang diketahui dan dicari
rusuknya kemudian dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Soal nomor 5 (PK-5).
Diketahui luas permukaan kubus yaitu 1350 cm . Tentukanlah panjang
salah satu rusuk kubus tersebut!
Jawaban:
Gambar 4.12 Kemampuan S2 Mengembangkan Syarat Perlu dan Syarat
Cukup.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup.
Tabel 4.14 Data Wawancara Kemampuan S2 Mengembangkan Syarat
Perlu dan Syarat Cukup.
Petikan Wawancara
P-5-1: Bagaimana pendapat anda tentang luar permukaan kubus dek
S2-5-1: luas permukaan kubus, itu luas tutupnya kak, kayak ada
bungkusnya baru itu luas bungkusnya dicari.
---
P-5-2: kalau rusuknya dek?
S2-5-2: rusuk itu garis-garisnya kak, seperti garis panjang, garis
lebar, garis tinggi
---
P-5-3: terus kenapa nda dicari panjang rusuknya dek?
S2-5-3: saya tidak tahu caranya kak, hanya luas permukaan yang
saya tahu.
---
P-5-4: Jadi apa syaratnya untuk bisa dihitung luar permukaan dek?
S2-5-4: sisinya toh kak, atau rusuknya, kalau diketahui itu bisa
dicari luas permukaannya.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes diagnostik
pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek mampu
Indikator 5
83
memahami syarat perlu atau syarat cukup dari konsep dan
mengembangkannya ke pemecahan masalah.
Kemudian hasil wawancara menyatakan bahwa peneliti ingin
mencari tahu bagaimana pendapat subjek tentang luas permukaan (P-5-
1). Jadi menurutnya luas permukaannya adalah tutup ataupun bungkus
dari sebuah bangun (S2-5-1). Kemudian peneliti menanyakan tentang
rusuk (P-5-2), subjek menjawab rusuk itu garis-garis yang sebagai garis
panjang lebar dan tinggi (S2-5-2). Kemudian peneliti bertanya kenapa
tidak dicari rusuknya maka subjek menjawab bahwa tidak tahu untuk
mencari rusuk ketika hanya diketahui luas permukaannya (S2-5-3).
Jawaban tersebut menunjukkan S2 tidak mampu menerapkan konsep
pada suatu permasalahan. Kemudian peneliti bertanya tantang syarat dari
luas permukaan, S2 menjawab kalau sisi sudah diketahui maka dapat
dicari luar permukaannya . Secara umum, S2 telah memahami syarat
perlu dan syarat cukup dari soal yang disediakan.
Dari semua sumber yaitu dari wawancara dan tes pemahaman
konsep dapat dinyatakan bahwa subjek mampu memahami syarat perlu
dari luas permukaan tarik dan tidak dapat mengembangkannya pada
pemecahan masalah, yaitu tidak dapat mencari rusuk dari walaupun luas
permukaannya sudah diketahui.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.
Kemudian untuk indikator keenam yaitu kemampuan memanfaatkan dan
memilih prosedur tertentu. Pada soal ini disajikan sebuah soal tentang
volume yaitu terdapat sebuah bak mandi yang telah terisi seperlima
84
bagiannya dan akan dipenuhi maka berapa jumlah air yang harus
ditambahkan supaya bak tersebut penuh, maka dari itu AAA menjawab
hanya mencari menggunakan rumus volume dengan hanya mencari
seperlima dari volume tersebut. S2 menjawab jumlah seperlima bagian
bak yang terisi air bukan yang ditanyakan soal. Karena yang ditanyakan
soal adalah jumlah air yang harus ditambahkan dapat dilihat pada
jawabannya berikut ini.
Soal nomor 6 (PK-6) .
Diketahui bak air dengan ukuran penampungan airnya yaitu dengan
panjang 120cm, lebar 100 cm, dan tinggi 150 cm. Bak tersebut telah
terisi 1
5 bagiannya dengan air. Agar bak air tersebut penuh, maka jumlah
air yang harus ditambahkan adalah sebanyak .... cm 3
Jawaban:
Gambar 4.13 Kemampuan S2 Menggunakan, Memanfaatkan, Dan
Memilih Prosedur Tertentu.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.
Tabel 4.15 Data Wawancara Kemampuan S2 Menggunakan,
Memanfaatkan, dan Memilih Prosedur Tertentu.
Petikan Wawancara
P-6-1: bagaimana cara anda mengerjakan kalau ada soal seperti ini
Indikator 6
85
dek?
S2-6-2: kucari saja volumenya kak, saya tidak tahu kalau isinya bak
mau diisi.
---
P-6-3: kenapa bisa pilih cara itu?
S2-6-3: di soal dibahas tentang volume kak dan diketahui panjang,
lebar, dan tingginya, jadi pakai rumus volume.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu memilih dan memanfaatkan prosedur tertentu kemudian
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Kemudian hasil wawancara dengan subjek terkait indikator ini
yaitu S2 menyatakan bahwa hanya mencari volumenya (S2-6-2) dan S2
tidak tahu cuma cara mencari isi bak mandi itu (S2-6-2). Pernyataan
tersebut menunjukkan S2 tidak bisa menggunakan suatu prosedur sesuai
apa yang ditanyakan soal. Kemudian bagaimana memilih cara itu (P-6-3),
dikatakan bahwa soal ini membahas tentang volume jadi didukung
dengan apa yang diketahui yaitu panjang lebar dan tinggi Maka dari itu
S2 menggunakan volume (S2-6-3). Berdasarkan pernyataan tersebut, S2
dapat memilih dan memanfaatkan sebuah prosedur sesuai apa yang
diketahuinya.
Dapat disimpulkan pada indikator ini bahwa kemampuan
mengembangkan menggunakan memanfaatkan dan memilih prosedur
bagi siswa kurang mampu untuk memilih dan memanfaatkan prosedur
berdasarkan masalah S2 mampu memilih sebuah prosedur namun untuk
memecahkan sebuah masalah masih belum mampu.
g. Mengaplikasikan konsep dalam bentuk pemecahan masalah
86
Kemudian untuk indikator ketujuh yaitu mengaplikasikan konsep dalam
bentuk pemecahan masalah. Pada indikator ini disajikan soal yaitu
bagaimana membuat sebuah kotak suvenir dengan menggunakan plastik
akrilik dan ditanyakan berapa luas akrilik yang harus digunakan untuk
membuat sebuah kotak suvenir tersebut. Hasil jawaban dari subjek S2
mencari dengan benar apa yang ditayangkan soal dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Soal nomor 7 (PK-7.
Rudi ingin membuat kotak suvenir menggunakan plastik akrilik. Kotak
yang akan dibuat memiliki panjang 20 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 10
cm. Berapakah luas paling sedikit dari plastik akrilik yang dibutuhkan
Rudi untuk membuat kotak suvenir berbentuk balok?
Jawaban:
Gambar 4.16 Kemampuan S2 Mengaplikasikan Konsep dalam Bentuk
Pemecahan Masalah.
Kemudian berikut ini adalah kutipan wawancara khusus indikator
mengaplikasikan konsep dalam bentuk pemecahan masalah.
Tabel 4.16 Data Wawancara Kemampuan S2 Mengaplikasikan Konsep
dalam Bentuk Pemecahan Masalah.
Indikator 7
87
Petikan Wawancara
P-7-1: Dari mana anda tahu dek, kalau kerjakan soal ini pakai rumus
luas permukaan?
S2-7-1: dari soalnya kak, kan kalau soal bangun ruang, yang
ditanyakan luas permukaan sama volume, na ini tidak ditanyakan
volumenya, terus dibahas tentang luas, jadi pakai rumus luas
permukaan saja kak.
---
P-7-2: kenapa kerja soalnya pakai rumus itu dek?
S2-7-2: karena soalnya toh kak, jadi penyelesaiannya pakai rumus
luas permukaan.
Pengukuran pemahaman konsep siswa menggunakan hasil tes
diagnostik pada indikator ini, yang termasuk mampu apabila subjek
mampu memahami permasalahan dan dapat menyelesaikannya dengan
menggunakan konsep yang tepat.
Kemudian dilanjutkan pada saat wawancara S2 yaitu dari mana
S2 tahu kalau ini menggunakan luas permukaan (P-7-1), S2 menjawab
bahwa katanya kalau untuk bangun ruang hanya menggunakan luas
permukaan dan volume, dalam soal ini lebih banyak dibahas tentang luas
permukaan (S2-7-1), jadi S2 menggunakan rumus luas permukaan.
Penyataan tersebut menunjukkan S2 memahami soal dengan baik.
Kemudian kenapa menggunakan rumus tersebut (P-7-2), dijawab sesuai
dengan soalnya jadi S2 menyesuaikan dengan apa yang ada di pada soal
(S2-7-2). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa S2 menyelesaikan
soal dengan menggunakan konsep yang tepat.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa dalam indikator ketujuh
itu mengaplikasikan konsep dalam bentuk pemecahan masalah subjek
mampu memahami permasalahan dengan benar yang dibuktikan dengan
hasil pengerjaan soal pemahaman konsep dan dapat menyelesaikan
88
dengan menggunakan konsep yang tepat ini dibuktikan dengan apa yang
ada di hasil lembar jawabannya dan pada saat wawancara.
3. Triangulasi data.
Triangulasi data digunakan untuk memperoleh untuk memperjelas dan
memperdalam informasi yang dibahas, pada pembahasan ini menggunakan
triangulasi metode, metode yang dibahas yaitu tes dan wawancara yang
telah dilakukan. Kemudian tetap mengacu kepada hasil tes diagnostik
kemampuan. Adapun triangulasi data pada penelitian ini disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 4.17 Tabel Triangulasi Data
No Indikator Sensing Intuition
1 Mengklarifikasi
objek
berdasarkan
sifatnya
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek mampu
menentukan objek dari
sifat yang disediakan
- Subjek memastikan
bahwa dari sifat pertama
yang dimaksud adalah
kubus atau balok, sifat
kedua memperjelas bahwa
yang dimaksud adalah
balok
- Sifat ketiga menurutnya
hanya tambahan
- Subjek mampu
menjelaskan sifat-sifat
tersebut pada saat
wawancara
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek mampu
menentukan objek dari
sifat yang disediakan
- Subjek menganggap
bahwa sifat kedua paling
menggambarkan balok,
subjek menyatakan bahwa
sifat pertama dan ketiga
sangat umum dan sudah
pasti pada kubus dan
balok
2 Memberikan
contoh dan non
contoh
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek melihat gambar
balok di nomor empat
- Subjek mampu
memberikan contoh
dengan benar, menurut
subjek kalau ada satu sisi
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek melihat gambar
balok di nomor empat
- Subjek memberikan
contoh dengan benar
- Menurutnya balok lebih
panjang dari kubus
89
saja yang berbeda, maka
sudah bukan kubus
- Subjek memberikan
contoh nyata yaitu rubik
dan balok kayu
- Subjek memberikan
contoh nyata yaitu dadu,
kardus mie, dan batu bata
3 Menyajikan
konsep dalam
bentuk
representasi
matematis
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek mengerjakan
berdasarkan apa yang
diketahui soal
- Subjek mengetahui bahwa
volume itu adalah hasil
kali antara panjang, lebar,
dan tinggi.
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek mengerjakan
berdasarkan apa yang
diketahui soal
- Subjek menggambarkan
bahwa untuk balok
alasnya persegi panjang,
kemudian ketika mencari
volumenya dilanjutkan
mengalikan luas alas
dengan sejumlah
tingginya
4 Mengembangka
n syarat perlu
dan syarat cukup
- Subjek kurang mampu
pada indikator ini
- Subjek menyatakan syarat
cukup luas permukaan
saat wawancara yaitu
diketahui sisinya
- Subjek menganggap
rusuk sama dengan sisi
- Subjek tidak mampu
mengembangkan pada
pemecahan masalah,
subjek hanya menjawab
dengan 13 cm
-
- Subjek kurang mampu
pada indikator ini
- Subjek menyatakan bahwa
syarat cukup untuk luas
permukaan adalah
diketahui sisi atau
rusuknya. Rusuk
menurutnya yaitu garis
panjang, garis lebar, dan
garis tinggi.
- Subjek menyatakan bahwa
luas permukaan itu adalah
bungkus dari bangun
ruang
- Subjek hanya menjawab
dengan 40 cm2, berarti
tidak mampu
mengembangkan pada
pemecahan masalah
5 Menggunakan,
memanfaatkan,
dan memilih
prosedur
tertentu
- Subjek kurang mampu
pada indikator ini
- Subjek mampu memilih
cara penyelesaian
tertentu,
sepengetahuannya yaitu
mencari volume
- Subjek mengerjakan soal
tidak sesuai apa yang
diminta pada soal
- Tidak mampu
- Subjek kurang mampu
pada indikator ini
- Subjek mampu memilih
cara penyelesaian tertentu
yaitu volume, karena itu
yang dibahas pada soal
- Subjek mengerjakan soal
tidak sesuai apa yang
diminta pada soal
- Tidak mampu
menggunakan prosedur
90
menggunakan prosedur
pada suatu penyelesaian
masalah
pada suatu penyelesaian
masalah
- Subjek mencari volume
bak yang telah terisi
6 Mengaplikasika
n konsep atau
algoritma ke
pemecahan
masalah
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek menyelesaikan
dengan prosedur yang
benar yaitu dengan rumus
luar permukaan.
- Subjek mampu
memahami permasalahan
dari hasil wawancara,
bahwa ketika ingin
menghitung penggunaan
plastik, maka pasti luas
plastik yang dihitung
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Subjek menyelesaikan
dengan prosedur yang
benar yaitu dengan rumus
luar permukaan.
- Subjek mampu memahami
permasalahan dari hasil
wawancara, bahwa soal
bangun ruang pasti yang
ditanyakan adalah luas
permukaan dan volume
yang dibahas pada soal
bukanlah volume, jadi
subjek menggunakan
rumus luas permukaan
7 Menyatakan
ulang konsep - Subjek kurang mampu
pada indikator ini
- Subjek mengetahui
konsep kubus pada saat
wawancara
- Jawaban hasil tes terlalu
umum
- Subjek tidak dapat
menjelaskan lebih jauh
tentang konsep kubus
- Subjek mampu pada
indikator ini
- Hasil wawancara sesuai
dengan jawaban pada tes
- Subjek menyatakan
konsep dengan
pendapatnya sendiri
B. Pembahasan
Hasil penelitian telah dipaparkan pada subbab sebelumnya, berdasarkan
data hasil penelitian tersebut yang terkait pemahaman konsep bangun ruang sisi
datar siswa yang diukur berdasarkan 7 indikator pemahaman konsep dan hasil
wawancara maka terdapat beberapa persamaan dan beberapa perbedaan antara
subjek sensing dan subjek intuition yang disajikan sebagai berikut.
91
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Subjek
Sensing (S1)
Subjek dengan kepribadian sensing ini dari lembar jawabannya, S1
tidak terlalu suka basa-basi, hal tersebut dapat dilihat dari lembar
jawabannya yang menuliskan langsung nama dan NIS. Pemahaman konsep
subjek pada materi kubus dan balok berkaitan dengan kemampuan subjek
dalam memahami konsep bangun ruang sisi datar yang dipelajarinya.
Indikator pertama yaitu menyatakan ulang konsep, pada indikator ini subjek
telah mengetahui konsep kubus sesuai dengan konsepnya namun belum
mampu menyatakan ulang konsep dari kubus tersebut. S1 mengetahui
konsep kubus dan unsur penyusunnya. S1 Menjawab bahwa kubus adalah
sebuah bangun ruang dan menyebut kubus sebagai kotak, yang dimaksud
sebagai Kotak adalah segi empat, kemudian yang dimaksud segi empat
adalah sisi-sisinya yaitu alas, tutup, dan sisi samping. Hal tersebut sesuai
dengan karakteristik sensing yang dinyatakan oleh Zaky (2019) yaitu
spesifik dan detail dalam penjelasannya. Kemudian S1 tidak bisa
menyatakan ulang konsep dikarenakan jawaban pada tes pemahaman
konsepnya S1 menjawab kubus adalah bangun ruang. Jawaban tersebut
sesuai dengan pernyataan Maharani (2019) yaitu subjek sensing itu berfokus
pada hasil dan praktis dalam menjawab soal.
Indikator kedua yaitu mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-
sifatnya, S1 mampu mengenali objek berdasarkan sifat-sifat yang diberikan
dan S1 juga mampu untuk menjelaskan sifat-sifat yang disediakan pada
soal, pada sifat pertama yang disediakan yaitu terkait bidang diagonal yang
92
berbentuk persegi panjang. S1 menulis Balok dan mengetahui bahwa untuk
kubus dan balok sudah pasti bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang.
Kemudian pada sifat kedua S1 memiliki gambaran bahwa sifat kedua adalah
penentu dari jawaban tersebut yaitu terdapat Sisi yang berbentuk persegi
panjang, sesuai dengan analisanya bahwa sisi yang berbentuk persegi
panjang yang dimaksud adalah balok. Sifat ketiga yaitu sifat yang berkaitan
dengan rusuk sejajar dan sama panjang, bagi S1 kubus dan balok sudah pasti
memiliki rusuk sama panjang, ketika rusuk tersebut sejajar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa S1 mengambil Keputusan berdasarkan fakta sesuai
yang diungkapkan Zaky (2019) dan sesuai yang dinyatakan Susilo (2020)
bahwa S1 cermat mengamati informasi. Berdasarkan jawaban yang
diberikan menunjukkan bahwa S1 mampu menjelaskan sifat-sifat pada
objek tersebut.
Kemudian pada indikator ketiga yaitu memberikan contoh dan non
contoh dari konsep. S1 mampu memberikan contoh dan non contoh serta
mampu memberikan gambaran di dunia nyata ataupun di dalam kehidupan
sehari-hari. S1 menjawab dengan menggambar satu kubus dan satu balok
pada jawaban tes pemahaman konsepnya. S1 menyatakan kubus dan 1
bangun selain kubus yang digambarnya yaitu balok. Menurutnya balok dan
kubus memiliki perbedaan, kubus memiliki enam sisi yang sama, kemudian
yang dimaksud bukan kubus yaitu bangun balok dinyatakannya ketika satu
saja sisinya yang berbeda ada maka itu sudah pasti bukan kubus. Jadi S1
memilih untuk menggambar balok. S1 juga mampu melihat gambar yang
disediakan pada instrumen yaitu pada nomor empat, memang itu tersedia
93
gambar balok. Jadi S1 langsung saja menggambar balok. Hal yang
dilakukan S1 sesuai dengan pernyataan Putra and Syarifuddin (2019) bahwa
subjek sensing mengambil keputusan berdasarkan fakta. S1 mampu
memberikan contoh pada kehidupan sehari-hari, disebutkan untuk contoh
kubus yaitu rubik, dan contoh balok yaitu balok kayu.
Kemudian pada indikator keempat yaitu kemampuan menyatakan
konsep dalam bentuk matematis. Subjek mampu menggambarkan bentuk
dari konsep yang disediakan. S1 menjawab dengan benar dengan langkah
yang tepat, S1 menyatakan bahwa S1 mengamati konsep balok yang dicari
volumenya kemudian berdasarkan dari narasi soal terkait volume yang
ditanyakan maka S1 langsung mengalikan apa yang diketahui pada soal. Hal
tersebut seperti yang dikatakan Maharani (2019) yaitu sensing cenderung
praktis dan tidak imajinatif dalam menjawab soal. Selanjutnya indikator
kelima yaitu mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup. S1 mampu
untuk memahami syarat perlu yang ada pada soal. S1 mengetahui bahwa
luas permukaan hanyalah bagian luarnya saja dan syarat untuk mencari luas
permukaan adalah ketika telah diketahui sisi sisinya atau luas dari sisi
sisinya. S1 tidak mampu dalam menerapkan atau mengembangkannya pada
pemecahan masalah, S1 awalnya tidak bisa membedakan rusuk dengan Sisi,
kemudian peneliti mencoba memancing dengan membahas perbedaan rusuk
dan sisi pada bangun datar dan bangun ruang, hal tersebut membuat S1
sadar bahwa rusuk dan sisi itu beda. Kemudian pada tes pemahaman
konsepnya juga S1 tidak mencari panjang rusuknya sesuai dengan prosedur
yang ada. Namun pada saat wawancara S1 bisa mengidentifikasi syarat
94
cukup dari luas permukaan yaitu ketika diketahui sisi-sisinya. Menurutnya
luas permukaan yaitu luas sisi luarnya. Berdasarkan pernyataan S1 tersebut
menunjukkan S1 itu realistis dan konkret dalam menjawab pertanyaan
berdasarkan fakta yang dilihatnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Susilo (2020).
Selanjutnya untuk indikator keenam yaitu menggunakan
memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu. S1 mampu memilih prosedur
tertentu dan tidak mampu menggunakan atau memanfaatkan sebuah
prosedur pada penyelesaian masalah yang diminta. S1 telah memilih cara
untuk menyelesaikan soal, S1 langsung memilih prosedur berdasarkan
volume yang yang dibahas pada soal dan berdasarkan Apa yang diketahui
oleh soal, pada hasil pengerjaan tes pemahaman konsepnya, cara yang
digunakan tidak mengantarnya pada jawaban yang diminta oleh soal yaitu
volume tambahan pada bak tersebut. Namun jawaban pada saat wawancara
S1 mengetahui cara mencari volume bangun ruang dan memutuskan
menggunakan rumus volume untuk menyelesaikan soal pada indikator ini.
Hal tersebut menunjukkan S1 adalah orang yang praktis dalam memutuskan
hal yang sulit, sama seperti yang diungkapkan oleh Zaky (2019) yaitu
subjek sensing cenderung lebih suka hal-hal praktis. Selanjutnya pada
indikator ketujuh yaitu mengaplikasikan konsep dalam bentuk pemecahan
masalah. S1 memahami permasalahan yang ada pada soal dan mampu
menyelesaikan dengan konsep yang tepat. S1 menjawab dengan benar,
menurut S1, ketika kita akan membentuk sebuah bangun ruang dari sebuah
plastik yang datar seperti akrilik, maka yang akan ditanyakan adalah
95
luasnya. Seperti yang dikatakan Zaky (2019) yaitu subjek sensing cermat
mengamati informasi. Maka dari itu S1 menggunakan rumus luas
permukaan dan menyelesaikan soal tersebut dengan benar.
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Sisi Datar Subjek
Intuition
Indikator pertama yaitu menyatakan ulang konsep, pada indikator ini
S2 mengetahui konsep dari apa yang diminta soal dan S2 mampu
menyatakan ulang konsep sesuai dengan konsepnya. S2 menjawab dengan
menjelaskan cara mencari volume balok yaitu dengan cara panjang
dikalikan lebar, kemudian dikalikan tingginya. Sedangkan cara mencari
volume kubus yaitu dengan mengalikan sisi-sisinya, S2 Menjelaskan hal
tersebut sesuai dengan pendapatnya sendiri. S2 menyatakan ulang konsep
kubus sesuai dengan apa yang ditulisnya pada lembar jawabannya.
Penjelasan dan jawaban S2 terkait dengan pemaparan Zaky (2019) yaitu
subjek intuition cenderung imajinatif, abstrak, dan konseptual serta intuition
cenderung menjawab pertanyaan tanpa prosedur dan dengan caranya
sendiri.
Kemudian pada indikator kedua yaitu mengklasifikasikan objek
berdasarkan sifat-sifatnya. S2 mampu mengenali objek berdasarkan sifatnya
yang telah disediakan pada soal. S1 menjawab dengan balok dan
menyatakan sifat pertama pada soal terkait diagonal bidang yang berbentuk
persegi panjang, menurut S2 bidang tersebut atau panjang dari persegi
panjang yang dimaksud berasal dari alas bangun ruang, kemudian tinggi
dari bangun ruang itu menjadi lebar dari persegi panjang tersebut.
96
Kemudian S2 mengidentifikasi bahwa sifat kedualah yang paling
menggambarkan tentang bangun ruang balok. Kemudian S2 menjelaskan
sifat ketiga bahwa kubus dan balok itu pasti memiliki rusuk yang sama
panjang ketika rusuk tersebut sejajar. S2 mampu untuk menjelaskan objek
berdasarkan sifat-sifat yang telah disediakan. Berdasarkan jawaban tersebut
sesuai dengan yang diungkapkan Zaky (2019) yaitu subjek sensing mencari
makna dari informasi dan menghubungkan sesuatu yang bersifat korelatif.
Kemudian untuk indikator ketiga yaitu memberikan contoh dan non contoh.
S2 mampu memberikan contoh dan contoh dari bangun yang diminta oleh
soal. S2 menjawab kubus dan balok. Untuk yang bukan kubus, S2
menjawab balok. S2 menyatakan bahwa bentuk selain kubus terdapat pada
soal nomor empat. Kemudian pada kehidupan sehari-hari S2 memberikan
contoh kubus itu sebagai dadu dan contoh balok yaitu kardus dan batu bata.
Jawaban tersebut seperti yang dikatakan Susilo (2020) bahwa subjek
intuition melihat kemungkinan dan keterkaitannya.
Kemudian pada indikator keempat yaitu menyatakan konsep dalam
bentuk matematis. S2 menjawab dengan tepat dan menggambarkan bentuk
dan menyatakan volume itu adalah panjang dikalikan lebar, kemudian
dikalikan tingginya. Sesuai dengan pemahamannya volume itu terbentuk
dari luas alas yang yang disebut dengan panjang dikalikan lebar. Kemudian
alas tersebut dikalikan dengan tingginya, itulah nanti yang akan menjadi
volume. Jawaban tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Maharani
(2019) bahwa subjek sensing itu fokus pada proses. Kemudian untuk
indikator kelima yaitu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup. S2
97
mampu memahami syarat perlu namun tidak mampu dalam menyelesaikan
dalam permasalahan. S2 berpendapat bahwa luas permukaan merupakan
bagian luar dari sebuah bangun ruang ataupun sebagai bungkus dari bangun
tersebut. Pernyataan tersebut menunjukkan S2 mendefinisikan luar
permukaan dengan bentuk lain. Seperti yang dikatakan Maharani (2019)
Subjek intuition imajinatif dan figuratif serta berspekulasi. S2 menyatakan
bahwa rusuk merupakan garis yang mewakili panjang, lebar, dan tinggi
sebuah bangun. Kemudian S2 menyatakan bahwa syarat untuk mencari luas
permukaan adalah harus diketahui sisi-sisinya.
Kemudian untuk indikator keenam yaitu menggunakan
memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu. S2 mampu memilih prosedur
tertentu. Menurutnya S2 hanya mencari volume pada soal tersebut. Volume
tersebut juga berdasarkan Apa yang diketahui di soal yaitu panjang, lebar,
dan tinggi. Kemudian S2 kurang mampu menggunakan pada pemecahan
masalah. Namun S2 memiliki hal berbeda yaitu menggunakan sifat
distributif pada proses pengerjaan jawabannya. Berdasarkan hal tersebut
menunjukkan S2 memiliki kreativitas tersendiri saat mengerjakan soal. Hal
tersebut seperti yang dinyatakan Putra and Syarifuddin (2019) bahwa subjek
intuition cenderung menghubungkan sesuatu yang dianggapnya memiliki
hubungan dengan caranya sendiri. Kemudian untuk indikator ketujuh yaitu
mengaplikasikan konsep dalam bentuk pemecahan masalah. S2 menjawab
dengan tepat mampu memahami permasalahan dengan baik dan juga
mampu menyelesaikan dengan menggunakan konsep yang tepat sesuai
dengan apa yang diminta soal. Menurutnya ketika mendapat soal bangun
98
ruang yang ditanyakan pasti adalah luas permukaan atau volumenya.
Menurut analisisnya soal tersebut membahas tentang luas permukaan. Jadi
S1 menggunakan rumus luas permukaan untuk mencari jawaban dari soal
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Maharani (2019) bahwa
subjek intuition menjawab dengan cenderung memprediksi dan memahami
informasi dengan baik. Hasil tes pemahaman konsep dan hasil wawancara
menunjukkan bahwa S2 mampu menyelesaikan permasalahan pada konsep
dengan cara yang tepat.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis data telah dilakukan terkait pemahaman konsep siswa pada
materi geometri ruang yang memiliki sisi datar yaitu kubus dan balok dengan
membagi subjek pada kepribadian sensing dan intuition. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa.
1. Pemahaman konsep siswa dengan kepribadian sensing (S1) kurang mampu
pada indikator pertama yaitu menjelaskan ulang konsep, mengembangkan
syarat cukup dan perlu, serta memanfaatkan dan memakai prosedur
tertentu. Mampu pada indikator memberikan sampel dan non sampel,
menyajikan secara matematis sebuah konsep, dan menerapkan suatu
konsep ke solusi permasalahan serta mengelompokkan suatu objek
berdasarkan sifatnya. Kecenderungan S1 yaitu praktis dalam menjawab
soal, fokus pada hasil, spesifik dan detail dalam penjelasan. S1 berhati-hati
dalam memproses informasi dan mengambil Keputusan berdasarkan fakta,
serta cermat mengamati informasi, S1 juga cenderung realistis dan konkret.
Mayoritas indikator dipahami oleh S1 yaitu empat dari tujuh indikator,
maka dari itu S1 cenderung memahami konsep bangun ruang sisi datar
2. Pemahaman konsep siswa dengan kepribadian intuition (S2) yaitu kurang
mampu pada indikator mengembangkan syarat cukup dan perlu dan
memanfaatkan dan memakai prosedur tertentu. Mampu pada indikator
menjelaskan ulang konsep, mengelompokkan suatu objek berdasarkan
100
sifatnya, memberikan sampel dan non sampel, menyajikan secara
matematis sebuah konsep, dan menerapkan suatu konsep ke solusi dari
permasalahan. Kecenderungan S2 yaitu imajinatif, abstrak, konseptual dan
menjawab dengan caranya sendiri. S2 melihat keterkaitan dan
kemungkinan serta fokus pada proses. Mayoritas indikator dipahami oleh
S2 yaitu lima dari tujuh indikator maka dari itu S2 cenderung memahami
konsep bangun ruang sisi datar.
B. Saran
Peneliti sangat mengetahui tidak ada yang sempurna termasuk dalam penelitian
ini, maka adapun saran peneliti yaitu sebagai berikut.
1. Bagi guru, pada masa pandemi Covid-19 ini diharapkan lebih giat lagi
dalam mengajar siswa dikarenakan siswa butuh lebih banyak lagi metode
yang baru dan dapat mengembangkan dan meningkatkan pemahaman
terkait mata pelajaran matematika.
2. Bagi siswa diharapkan menjadi pembelajar yang baik dan mampu belajar
dan menutupi kekurangan dari dirinya sendiri dan mengetahui
kepribadiannya sehingga mampu untuk menemukan metode belajar sendiri.
3. Bagi yang ingin meneliti selanjutnya, penelitian ini bisa dijadikan acuan
dalam rangka menguatkan penelitian yang relevan dengan kepribadian dan
pemahaman konsep. Kemudian agar kajian ini dapat menambah khazanah
keilmuan baik peneliti selanjutnya ataupun masyarakat yang ingin
mengetahui karya ilmiah tentang kepribadian siswa.
101
DAFTAR PUSTAKA
Alan, U. F.dan Afriansyah, E. A. 2017. Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition dan
Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika 11(1): 68-78.
https://dx.doi.org/10.22342/jpm.11.1.3890.
Andri, A. dan Rismawati, M. 2018. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Rendahnya Hasil Belajar Konsep Dasar Matematika SD pada Mahasiswa
PGSD. Jurnal Vox Edukasi, 9(2): 91-101.
https://doi.org/10.31932/ve.v9i2.123.
Bastable, S. B, Sopczyk, D, Gramet, P. Jacobs, K, dan Braungart, M. M. 2019.
Health Professional as Educator: Principles of Teaching and Learning.
Jones & Barlet Learing: New York.
Ermawati. 2018. Keefektifan Model Two Stay Two Stray Berbasis Teori Van
Hiele dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 018
Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. JURNAL PAJAR
(Pendidikan dan Pengajaran) 2(4): 619-627.
http://dx.doi.org/10.33578/pjr.v2i4.5712.
Fauzi, A. M., & Abidin, Z. 2019. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Tipe
Kepribadian Thinking. Suska Journal of Mathematics Education, 5(1): 1-
8. http://dx.doi.org/10.24014/sjme.v5i1.6769.
Hudanagara, M. A. &. Anita, I. W. 2018. Analisis Kesulitan yang Dialami Siswa
SMP pada Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pokok Bahasan
Segitiga dan Segiempat. Jurnal Silogisme, 3(1): 14-20.
https://doi.org/10.24269/js.v3i1.940.
Juwantara, R. A. 2019. Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget pada Tahap
Anak Usia Operasional Konkret 7-12 Tahun dalam Pembelajaran
Matematika. Al-Adzka: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah 9(1): 27-34.
https://dx.doi.org/10.18592/aladzkapgmi.v9i1.3011.
Karim, B. A. 2020. Teori Kepribadian dan Perbedaan Individu. Education and
Learning Journal, 1(1): 40-49. http://dx.doi.org/10.33096/eljour.v1i1.45.
Kemdikbud, 2017. Peta Jalan Indonesia Emas 2045. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta.
Kiswanto. 2015. Deskripsi pemahaman Konsep Materi Geometri Ditinjau dari
Kepribadian Sensing dan Intuition pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 33
Makassar. MaPan : Jurnal Matematika dan Pembelajaran 3(1): 42-58.
http://dx.doi.org/10.24252/mapan.2015v3n1a5.
102
Komariyah, S. Afifah, S. D. N. dan Resbiantoro, G. 2018. Analisis Pemahaman
Konsep dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Minat
Belajar Siswa. SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan
Humaniora 4(1): 1-8. http://dx.doi.org/10.30738/sosio.v4i1.1477.
Kristina. dan Widodo, S. A. 2018. Peningkatan pemahaman Konsep Siswa Kelas
X Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Pendekatan Creative
Problem Solving. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Etnomatnesia. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta. 11 Desember.
Maharani. I. 2019. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Ditinjau dari Kepribadian
Sensing-Intuitive. AlphaMath, 5(1): 11-23.
http://dx.doi.org/10.30595/alphamath.v5i1.7347.
Periantalo, J. dan Azwar, S. 2017. Pengembangan Skala Kepribadian Siswa SMA
dari Tipologi Kepribadian Jung dan Myers-Briggs. Jurnal Sains Sosio
Humaniora, 1(2): 191-207. https://doi.org/10.22437/jssh.v1i2.4301.
Purbaningrum, K. A. 2017. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP
dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar. Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran Matematika, 10(2): 40-49.
http://dx.doi.org/10.30870/jppm.v10i2.2029.
Putra, R. A. C., dan Syarifuddin, A. 2019. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
Tipe Sensing-Intuiting dalam Menyelesaikan Soal Olimpiade. Jurna
Gantang, 4(1): 61–70. https://doi.org/10.31629/jg.v4i1.899.
Sagala, S. 2017. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Saputra, M. E. A. dan Mujib. 2108. Efektivitas Model Flipped Classroom
Menggunakan Video Pembelajaran Matematika terhadap Pemahaman
Konsep. Deseimal: Jurnal Matematika, 1(2): 173-179.
http://dx.doi.org/10.24042/djm.v1i2.2389.
Satriani, S., Wahyuddin, Halim, N. Humaerah, & Syamsuadi, A. 2020. The
Analysis of Compliance Type Students Error In Resolving Integral
Challenge of Trigonometry Function. International Journal of
Mathematics Trends and Technology, 66(10): 14-19. https://www.ijmttjournal.org/archive/ijmtt-v66i10p503.
Setyaedhi, H. S. 2020. Gambaran Kepribadian Pengurus OSIS Berdasarkan Myers
Briggs Type Indicator (MBTI). Indonesian Psychological Research, 2(1):
13–21. https://doi.org/https://doi.org/10.19109/Psikis.v5i1.3157.
Susilo, B. 2020. Profile of Mathematical Creative Thinking in Students Type
Sensing and Intuiting Personality in Resolving Mathematical Problems.
Journal of Instructional Development Research, 1(1): 45-52. DOI:
103
http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v11i1.7810
Thahir. H. 2020. Implementasi Tutjuan pendidiakan nasional (Online).
(https://makassar.tribunnews.com/2020/05/03/impelementasi-tujuan-
pendidikan-nasio nal. diakses 18 Desember 2020).
Warsah, I. dan Uyun, M. 2019. Kepribadian Pendidik: Telaah Psikologi Islami.
Psikis : Jurnal Psikologi Islami, 5(1): 62-73.
https://doi.org/10.19109/Psikis.v5i1.3157.
Yolanda, D. D. 2020. pemahaman Konsep Matematika dengan Metode Discovery.
Agam: Guepedia.
Yusuf, S. dan Nurihsan, J. 2013. Teori kepribadian. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zaky, A. R. 2019. Success with MBTI. Bekasi: Guepedia.
105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
106
Lampiran 1: Instrumen Penelitian
Instrumen Tes Kepribadian Sensing dan Intuition
Berikut ini ada 15 nomor. Masing-masing nomor memiliki dua pernyataan yang
bertolak belakang (PERNYATAAN A & B). Pilihlah salah satu pernyataan yang
paling sesuai dengan diri Anda dengan centang () pada kolom yang sudah
disediakan (KOLOM ISIAN). Anda HARUS memilih salah satu yang dominan
pada diri anda serta mengisi semua nomor.
NO PERNYATAAN A ISIAN PERNYATAAN B
1 Saya bergerak dari gambaran
umum baru ke detail
Saya bergerak dari detail ke
gambaran umum sebagai
kesimpulan akhir
2 Saya berbicara mengenai masalah
yang dihadapi hari ini dan langkah-
langkah praktis mengatasinya
Saya berbicara mengenai visi masa
depan dan konsep-konsep
mengenai visi tersebut
3 Saya menggunakan pengalaman
sebagai pedoman dalam membuat
sesuatu
Saya menggunakan imajinasi dan
perenungan sebagai pedoman
dalam membuat sesuatu
4 Petunjuk pengerjaan sangat
membantu saya
Petunjuk pengerjaan sangat
membuat saya bosan
5 Saya bebas dan saya dinamis
Saya prosedural dan saya
tradisional
6 Memilih ide inspiratif lebih penting
daripada fakta
Memilih fakta lebih penting
daripada ide inspiratif
7 Kontinuitas dan stabilitas lebih saya
utamakan
Perubahan dan variasi lebih saya
utamakan
8 Bertindak step by step dengan
jangka waktu yang jelas
Bertindak dengan semangat tanpa
menggunakan jangka waktu
9 Saya menarik kesimpulan dengan
lama dan hati-hati
Saya menarik kesimpulan dengan
cepat sesuai naluri
10 Saya mengklarifikasi ide dan teori
sebelum dipraktekkan
Saya memahami ide dan teori saat
mempraktekkannya langsung
11 Saya berfokus pada masa kini (apa
yang bisa diperbaiki sekarang)
Saya berfokus pada masa depan
(apa yang mungkin dicapai di masa
depan)
12 Saya secara konsisten mengamati
dan mengingat detail
Saya mengamati dan mengingat
detail hanya bila berhubungan
dengan pola
13 Saya cenderung berpikir praktis
Saya cenderung berpikir
konseptual
14 Saya menggunakan keterampilan
yang sudah dikuasai
Saya menyukai tantangan untuk
menguasai keterampilan baru
15 Saya memilih cara yang sudah ada
dan sudah terbukti
Saya memilih cara yang unik dan
belum dipraktekkan orang lain
107
108
109
110
TES PEMAHAMAN KONSEP
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VIII
Waktu : 40 Menit
PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal!
2. Tulislah nama, NIS, dan kelas pada lembar jawaban yang telah tersedia!
3. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab!
4. Kerjakan setiap soal dengan teliti dan lengkap!
5. Dahulukan menjawab soal yang anda anggap mudah!
SOAL
1. Tuliskan pengertian kubus dengan bahasamu sendiri!
2. Perhatikan sifat-sifat bangun ruang berikut!
- Semua bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang
- Terdapat sisi yang berbentuk persegi panjang
- Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang
Sebutkan bangun ruang yang dimaksud berdasarkan sifat-sifat tersebut!
3. Gambarlah satu contoh bangun ruang berikut.
a. Kubus
b. Bangun ruang selain Kubus
4. Tentukan volume dari bangun berikut!
5. Diketahui luas permukaan kubus yaitu 1350 cm 2. Tentukanlah panjang salah
satu rusuk kubus tersebut!
6. Diketahui bak air dengan ukuran penampungan airnya yaitu dengan panjang
120cm, lebar 100 cm, dan tinggi 150 cm. Bak tersebut telah terisi 1
5
bagiannya dengan air. Agar bak air tersebut penuh, maka jumlah air yang harus
ditambahkan adalah sebanyak .... cm 3
7. Rudi ingin membuat kotak suvenir menggunakan plastik akrilik. Kotak yang
akan dibuat memiliki panjang 20 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 10 cm. Berapakah
111
luas paling sedikit dari plastik akrilik yang dibutuhkan Rudi untuk membuat
kotak suvenir berbentuk balok?
112
Pedoman Wawancara Pemahaman Konsep Siswa
Petunjuk Wawancara
1. Lakukan kesepakatan dengan informan terlebih dahulu!
2. Tulislah Nama, NIS, dan kelas informan!
3. Pertanyakan sesuai butir yang ada di pedoman wawancara!
4. Tetap menjaga etika dalam berkomunikasi
5. Pastikan tidak ada indikator yang terlewat!
6. Periksa kembali pertanyaan dan jawaban ketika akan selesai melakukan
wawancara!
Tujuan Wawancara
1. Melengkapi informasi dari hasil tes pemahaman konsep
2. Mengarahkan informan sesuai dengan kebutuhan penelitian
3. Mendapatkan informasi yang relevan dengan topik penelitian.
Jenis wawancara yaitu wawancara terstruktur
Narasumber:
Kepribadian:
No Indikator Pertanyaan
1 Menyatakan ulang konsep 1. Coba jelaskan pengertian kubus?
2. Mengapa bisa seperti itu?
2 Mengklasifikasikan objek
berdasarkan sifat-sifatnya
1. Coba jelaskan apa yang kamu pahami dari
setiap sifat tersebut?
2. Mengapa memilih balok?
3 Memberikan contoh dan noncontoh 1. Mengapa gambar pertama kamu sebut
sebagai kubus?
2. Mengapa gambar kedua kamu sebut bukan
kubus?
3. Bagaimana contohnya dalam kehidupan
sehari-hari dari gambar yang kamu pilih?
4. Apa yang membedakan gambar tersebut
secara umum?
4 Menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis
1. Bagaimana penggambaran volume dari
bangun tersebut?
5 Mengembangkan syarat perlu atau
syarat cukup
1. Bagaimana pemahaman kamu tentang luas
permukaan kubus dan rusuk kubus serta
keterkaitan keduanya?
6 Menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur tertentu
1. Jelaskan bagaimana prosedur yang telah
kamu gunakan dalam menyelesaikan soal
ini?
2. Jelaskan apa pertimbangan kamu memilih
cara tersebut dalam menyelesaikan soal
ini?
7 Mengaplikasikan konsep atau
algoritma ke pemecahan masalah
1. Dari mana kamu tahu untuk menyelesaikan
soal ini menggunakan rumus luas
permukaan?
2. Jelaskan mengapa kamu menyelesaikan
113
soal tersebut menggunakan rumus luas
permukaan?
114
Lampiran 2: Hasil Tes dan Wawancara Subjek Terpilih
115
116
117
118
Transkrip Wawancara Subjek Pertama
Keterangan.
P: Peneliti
S1: Subjek Sensing
S2: Subjek Intuition
Tes Pemahaman Konsep.
Indikator 1
P: Coba jelaskan pengertian kubus menurutta dek,
S1: Kubus adalah bangun ruang yang bentuknya kotak kak,
P: ituji?, Apa lagi dek?
S1: bawah sama atasnya berbentuk segi empat, sampingnya juga berbentuk segi
empat
P: Kenapa bisa begitu dek?
S1: nda tauma kak.
P: oiye pale dek.
Indikator 2
P: Jelaskan coba yang kita paham dari sifat-sifat yang ada di soal dek.
S1: yang ada bidang diagonalnya pastimi kubus atau balok kak, kalau yang
pertama, pastimi bidang diagonalnya berbentuk persegi panjang kak, karena pasti
sisi yang diagonalnya lebih panjang dari sisi yang bagian tingginya. Kalau yang
kedua, lebih jelasmi lagi karena nabilang ada sisinya yang persegi panjang, ini
pastimi balok kak. Kemudian yang ketiga rusuknya sama panjangki untuk yang
sejajar, kubus sama balok itu pastimi sejajar rusukna yang berhadapan kak.
P: jadi kenapa kita pilih balok dek?
S1: karena dari sifat kedua yang di soal kak, jelas sekali di situ bilang balok
namaksud, kalau sifat ke satu sama ketiga itu mendukung mi.
Indikator 3
P: Kenapa itu gambar pertamata kita sebut sebagai kubus dek?
S1: iya kak, begitu memang kubus, segi empat semua, sisinya juga sama panjang
P: terus itu gambar keduata dek, kenapa itu bukan kubus?
S1: Karena kubus Itu sama semua panjang sisinya kak, kalau adami yang tidak
sama panjang berarti bukanmi itu kubus, jadi balokmi saja kugambar, adaji juga
gambar balok di nomor 4
P: bagaimana itu contohnya dek, itu gambar semua?
S1: Kalau kubus itu contohnya rubik kak, kalau balok itu kayu kak,
P: apa pale bedanya itu gambar secara umum dek?
S1: maksudnya kak?
P: Perbedaannya yang paling kelihatan dek
S1: itumi tadi kak asalkan sama semua sisinya berarti kubus itu, kalau bedami satu
sisinya berarti bukanmi kubus, gambar lainmi.
Indikator 4
P: Coba jelaskan dek, penggambaran volume dari soal itu..?
119
S1: setahuku kak, volume itu panjang kali lebar kali tinggi. Jadi langsung saja
kukalikan yang ada di gambarnya,
P: Kenapa harus panjang kali lebar kali tinggi dek?
S1: itu yang diajarkan kak,
Indikator 5
P: Bagaimana pendapatta tentang luar permukaan kubus dek
S1: luar permukaan itu yang di luar saja kak, luas sisi luarnya
P: kalau rusuknya dek?
S1: rusuk itu kak, sisinyami,
P: beda itu dek, sisi di bangun datar sama bangun ruang, sisi persegi beda dengan
sisi kubus.
S1: owh, rusuk itu yang garisnya kak,
P: Jadi apa syaratnya untuk bisa dihitung luar permukaan dek?
S1: Hmmm, kalau bisami dihitung sisi-sisinya kak.
Indikator 6
P: bagaimana carata kerja kalau ada soal seperti ini dek?
S1: ituji yang kutau kak, cari volume saja
P: apa pertimbangan ta?, kenapa bisa pilih cara itu?
S1: ituji memang kak kalau mau cari volumenya, ada panjang, lebar, tinggi
Indikator 7
P: Darimana ditau dek, kalau kerjakan soal ini pakai rumus luas permukaan?
S1: dari soalnya ji kak, karena luas mau buat dari plastik akrilik berarti pastimi
luas akriliknya dicari.
P: kenapaki kerja soalnya pakai rumus itu dek?
S1: karena dari soal minta luas kak, jadi pakai rumus luas permukaan.
Transkrip Wawancara Subjek Kedua
Keterangan.
P: Peneliti
S1: Subjek Sensing
S2: Subjek Intuition
Indikator 1
P: Jelaskan pengertian kubus menurutta dek!
S2: Menurutku kubus hampir sama dengan balok kak, bisa dihitung volumenya,
balok ada panjang, lebar, tinggi, kalau kubus hanya sisi kali sisi kali sisi.
P: Apa lagi dek?
S2: Jadi kubus itu sisinyaji dikali kak
P: Kenapa bisa begitu dek?
S2: karena sama panjang sisi-sisinya
Indikator 2
120
P: Jelaskan coba yang kita paham dari sifat-sifat yang ada di soal dek.
S2: yang pertama bidang diagonalnya persegi panjang kak, itu terjadi karena
diagonal sisi dari alasnya menjadi panjang persegi panjangnya terus tinggi
bangunnya menjadi lebarnya kak. Sifat kedua terdapat sisi yang persegi panjang,
itu berarti balokmi kak. Yang ketiga rusuk-rusuk bangun ruang kayak balok
sejajar kak
P: jadi kenapa kita pilih balok dek?
S2: karena dari semua sifatnya balok yang memenuhi kak, terutama itu sifat kedua
Indikator 3
P: Kenapa itu gambar anda sebut sebagai kubus dek?
S2: setahuku, itu memang kubus kak karena semua sisinya sama kak.
P: terus untuk gambar kedua, kenapa itu bukan kubus dek?
S2: karena, balok lebih panjang dari kubus kak, sisinya. Adaji juga gambarnya di
nomor 4 kak.
P: terus dek, apa coba contohnya itu gambar dalam kehidupan?
S2: dadu kak toh.
P: kalau balok, apa dek?
S2: kalau balok, ada kardus mie kak, atau batu bata,
Indikator 4
P: Coba jelaskan dek, penggambaran volume dari soal itu..?
S2: volume itu kak, panjangnya dikalikan lebarnya baru dikali tinggi
P: Kenapa harus panjang kali lebar kali tinggi dek?
S2: kan kalau persegi panjang itu kak panjang kali lebar, nah ini ada lagi
tingginya, jadi dikalikan lagi itu hasil panjang kali lebar, dikalikan ke tingginya
kak.
Indikator 5
P: Bagaimana pendapatta tentang luar permukaan kubus dek
S2: luas permukaan kubus, itu luas tutupnya kak, kayak ada bungkusnya baru itu
luas bungkusnya dicari
P: kalau rusuknya dek?
S2: rusuk itu garis-garisnya kak, seperti garis panjang, garis lebar, garis tinggi
P: terus kenapa nda dicari panjang rusuknya dek?
S2: nda kutau caraanya kak heheh, ituji luas permukaan kutau
P: Jadi apa syaratnya untuk bisa dihitung luar permukaan dek?
S2: sisinya toh kak, atau rusuknya, kalau diketahuimi itu bisami dicari luas
permukaannya
Indikator 6
P: bagaimana carata kerja kalau ada soal seperti ini dek?
S2: kucari saja volumenya kak, nda kutaumi kalau isinya bak mau diisi.
P: kenapa bisa pilih cara itu?
121
S2: di soal dibahas tentang volume kak dan diketahui panjang, lebar, dan
tingginya, jadi pakai rumus volume
Indikator 7
P: Darimana ditau dek, kalau kerjakan soal ini pakai rumus luas permukaan?
S2: dari soalnya kak, kan kalau soal bangun ruang, yang ditanyakan luas
permukaan sama volume, na ini tidak ditanyakan volumenya, terus dibahas
tentang luas, jadi pakai rumus luas permukaan saja kak
P: kenapaki kerja soalnya pakai rumus itu dek?
S2: karena soalnya toh kak, jadi pakai rumus luas permukaan.
122
Lampiran 3: Dokumen dan Surat
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
Lampiran 4: Dokumentasi Foto
Membawa Surat ke Sekolah
Masuk ke Grup Whatsapp Kelas VIII.1
138
Menyampaikan Maksud dan Teknis Penelitian
Hasil Tes Kepribadian
Hasil Tes Kepribadian
Tes Pemahaman Konsep
139
Tes Pemahaman Konsep
Wawancara
Wawancara
140
Lampiran 5: Power Point Skripsi
141
Lampiran 6: Hasil Cek Plagiat Skripsi
142
RIWAYAT HIDUP
Didin Ferdiansyah. Dilahirkan di Sidrap pada tanggal
20 November 1997 dari pasangan Ayahanda Darise,
S.Sos. dan Ibunda Gustiati, S.Pd. Penulis masuk SDN
204 Sompe pada tahun 2004 hingga kelas dua, penulis
pindah di SDN 87 Talotenreng dan lulus pada tahun
2010, lulus SMP Negeri 1 Sabbangparu pada tahun
2013, dan lulus SMA Negeri 10 Wajo pada tahun 2016. Tahun 2016, penulis
melanjutkan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai
tahun 2021.