i
DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP VOLATILITAS HARGA
SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 di BEI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
JULFI FAJRIHAN
NIM: 206081003950
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ii
DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP VOLATILITAS HARGA
SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 di BEI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Julfi Fajrihan
206081003950
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. DR. Ahmad Rodoni Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19770122 2003121 1 001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010M
iii
Hari ini Kamis, Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Julfi Fajrihan NIM: 206081003950 dengan
judul skripsi “DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP
VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 di BEI.
Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Penguji I Penguji II
Prof. DR. Ahmad Rodoni Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Herni Ali HT,SE., MM
iv
Hari ini Rabu, Tanggal 07 Bulan Tujuh Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Julfi Fajrihan NIM: 206081003950 dengan judul
skripsi “DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP VOLATILITAS
HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 di BEI. Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Juli 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Penguji I Penguji II
DR. Yahya Hamja, MM Indo Yama Nasarudin, SE., MAB
NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19741127 200112 1 002
Penguji III
Suhendra, S.Ag, MM
NIP. 19711206 200312 1 001
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Julfi Fajrihan
Tempat/Tanggal Lahir : Purwodadi, 1 Juni 1988
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Benda Barat 12 Blok D39/10a
Pamulang Permai II - Tangerang Selatan
Telp : 085691500521 / 02185496801
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
Tahun 1993-1994 : TK Islam Puspa Negara
Tahun 1994-2000 : SDN Pondok Benda I
Tahun 2000-2003 : SLTP Waskito 4
Tahun 2003-2006 : SMAN I Pamulang
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2001-2002 : Seksi kesenian OSIS Waskito 4
Tahun 2007-2008 : Seksi Penelitian dan Pengembangan BEM
FEIS Non Reguler
vi
ABSTRACT
This research has purposes : To analyze the influence between Dividen Payout
Ratio, Dividend Yield, Earning Volatility, Firm Size, DAR and Growth In Assets
partially and simultaneously to Stock Price volatility in LQ-45 companies, and to
analyze independent Variable which most dominant to Stock Price volatility. This
research is using multiple regression analysis. Data used in this study used
inusing secondary data which is obtained from the Indonesian Stock Exchange.
The chosen sample in this research is that all the company which is registered in
Indonesian Stock Exchange which include in LQ-45 categories which have a
dividend payment start from year 2005 until year 2009. The result of this research
showing if there is an influence simultaneously in Dividend Payout Ratio,
Dividend Yield, Earning Volatility, Firm Size, DAR, and Growth In Assets
Variable to Stock Price Volatility. The conclution of this research shows if the
Dividend Payout Ratio and dividend Yield has a significant influence partially to
Stock Price Volatility. Where as Earning Volatility, Firm Size, DAR, Growth In
Assets Variable is not really has a significant influence. The most dominant
variabel which has a big influence in Stock Price Volatility is Dividend Payout
Ratio.
Keyword : Dividend Yield, Dividend Payout ratio, Earning Volatility, Firm Size,
DAR, and Growth In Assets, Stock Price Volatility.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan: Menganalisa pengaruh secara parsial dan simultan
antara Dividen Payout Ratio, Dividen Yield, Volatilitas Earning, Firm Size, DAR
dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham pada perusahaan LQ-45,
dan Menganalisa variabel independen yang paling dominan terhadap Volatilitas
Harga Saham. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah semua
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk kategori LQ-45
yang melakukan Pembayaran Dividen mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan
pada variabel Dividen Payout Ratio, Dividen Yield, Volatilitas Earning, Firm Size,
DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel Dividend Payout Ratio dan Dividen Yield
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham.
Sedangkan variabel Volatilitas Earning, Firm Size, DAR, growth in asset tidak
berpengaruh signifikan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
Volatilitas Harga Saham adalah Dividen Payout Ratio.
Kata kunci: Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size,
DAR dan Growth In Asset,Volatilitas Harga Saham
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ni’mat iman, ni’mat islam serta ni’mat sehat wal’afiat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda alam junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW. Beliau adalah penutup para nabi, rasul yang amanah
serta bagi para keluarga, sahabat dan kita semua sebagai pengikutnya, dengan
harapan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta . dengan judul skripsi “Dampak
Kebijakan Dividen Terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ 45 di
BEI”.
Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari
banyaknya ni’mat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Atas segala do’a,
motivasi, serta arahan dari berbagai pihak merupakan modal utama bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak dan Mamah yang telah memberikan dukungan selama ini baik berupa
moril dan materi. Semoga Allah SWT selalu melindungi, melimpahkan
rahmat-NYA serta meninggikan derajat kalian. Amiin.
2. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu akademis selama ini, semoga
ilmu yang telah kalian berikan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi saya
khususnya dan umumnya orang lain.
6. Angga, Pakde, Bude, om, tante dan Saudara-saudara semuanya yang gak bisa
disebut satu persatu. Terma kasih atas dukungannya selama ini. Walaupun
kadang suka lupa dan bingung silsilah keluarga.
7. Seluruh staf karyawan dan karyawati Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
“Mba Ani, Mpo Heny, Mas Ajis, Mas Heri, Mas Alfred, Pak Sukmadi dan
lain-lain”. Terima kasih atas layanan dan bantuannya di akademik walaupun
suka lama.
8. Temen-temen anak-anak manajemen B “ Prima, Anggi P, Ade, Ali (belajar
maen kartu dulu lw pada biar bisa ngalahin gw haha.) Kiki (buruan lo kerjain
skripsi biar bisa ikut kloter berikutnya), Anggi S (wah curang lo nggi, nyolong
start), Faisal, Alamsyah, Restu, Umar (kuliah yang bener lo kong, inget umur),
Bukhori, Apung, Renal, Febrian, Yadih, Rosim, Muzakir, Ririn, Nurul, Rika,
Purwanti, Lia, Rheina (say password.hehe), Luthfi” terima kasih udah
berjuang bersama selama kuliah. Semoga perjuangan selama kuliah dapat
dikenang selalu dan persahabatan kita akan selalu terjalin dengan baik.
9. Temen-temen dari kelas lain “Devi dan Khania (udah bantuin dan jelasin hal-
hal yang gw gak tau tentang skripsi), Ale (buruan skripsi le, udah di tantang
Taufik Hidayat lo.haha) dan anak-anak manajemen A yang gak bisa disebut
satu persatu. Khoir (Terima kasih udah bantuin SPSS), Ibol (nongkrong terus
sama anak manajemen B). Temen-temen SD, SMP, SMA, Les, Ngaji, temen-
temen maen gw dari dari kecil, iwan (geber terus may), tio , danto.
10. Buat Gustav (my ride), udah setia nganterin kemana-mana dari awal kuliah.
Panas-panasan, hujan-hujanan, pokoknya tiada lawan.
11. Terima kasih juga untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu karena dengan segala keterbatasan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
x
Akhinya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi
ini kepada semua pihak yang berkepentingan, dengan harapan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Jakarta, September 2010
Julfi Fajrihan
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ......................................... iii
LEMBAR PENGUJIAN KOMPREHENSIF .............................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 9
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................. 11
A. Volatilitas harga saham.................................................................. 11
B. Pengertian Dividen......................................................................... 15
1. Dividen...................................................................................... 15
2. Teori Tentang Dividen............................................................... 17
3. Pembayaran Dividen.................................................................. 20
4. Faktor - faktor yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran
Dividen....................................................................................... 21
5. Macam-macam Dividen………................................................. 24
C. Dividend Yield ................................................................................ 26
D. Dividend Payout Ratio.................................................................... 27
xii
E. Volatiltas earning ( Earning volatility) ........................................... 28
F. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) ..................................... 29
G. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ..................................................... 34
H. Pertumbuhan Aset (Growth in asset) ............................................. 36
I. Penelitian Terdahulu......................................................................... 37
J. Hipotesis........................................................................................... 39
K. Kerangka pemikiran........................................................................ 40
BAB III Metode Penelitian.............................................................................. 43
A. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 43
B. Metode Penetuan Sampel................................................................. 43
C. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 44
D. Metode Analisis ............................................................................... 45
E. Operasional Variabel Penelitian........................................................ 48
BAB IV Analisis dan Pembahasan.................................................................... 53
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................. 53
B. Sejarah Objek Penelitian................................................................... 62
C. Hasil Dan Pembahasan...................................................................... 63
1. Deskriptif Data............................................................................ 63
2. Pengujian Asumsi Klasik............................................................. 74
3. Uji Signifikansi............................................................................ 78
4. Analisis Regresi Linier Berganda................................................ 81
D. Interpretasi......................................................................................... 83
BAB V Kesimpulan dan Implikasi...................................................................... 87
A. Kesimpulan........................................................................................ 87
B. Saran dan Implikasi........................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 90
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Perusahaan Objek Penelitian 63
4.2 Dividend Yield 64
4.3 Dividend Payout Ratio 66
4.4 Volatilitas Earning 67
4.5 Firm Size 68
4.6 Debt to Assets Ratio 70
4.7 Growth In Assets 71
4.8 Volatilitas Harga Saham 73
4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas 75
4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi 76
4.11 Hasil Pengujian Uji t 78
4.12 Hasil Pengujian Uji F 80
4.13 Hasil Pengujian Adj R Square 81
4.14 Hasil Analisis Regresi 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran 42
4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia 54
4.2 Pengujian Normalitas Data 74
4.3 Uji Heteroskedastisitas 77
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Dividend Yield 94
2 Dividend Payout Ratio 94
3 Volatilitas Earning 95
4 Firm Size 95
5 Debt to Assets Ratio 95
6 Growth in asset 95
7 Volatilitas Harga Saham 97
8 Descriptive Statistics 98
9 Histogram 98
10 Normal P-P plot of regression
strandardize residual 99
11 scatter plot 99
12 Residuals Statistics 100
13 Uji t 100
14 Uji F 101
15 Model Summary 101
DAMPAK KEBIJAKAIT DIWDEN TERHADAP VOLATILITAS IIARGA
sArrAM PERUSAHAAhT LQ 4s di BEr
' Skripsi
Diaiukan Kepada I'akultas Ekonomi dan BisnisUntuk Mehenuhi Syarat-Syarat UntukMeraih Gelar Sarjana Ekonomi
OIeh:
JUE X'airihan206081003950
Dibawah Bimbingan
Pembimbingl Pembimbingll
*oom"':#ffTKil"*'T]NTVERSITAS ISLAM I\TEGERI SYARIF' HIDAYATT]LLAH
JAKARTA1431H/2010M
Prof. DR Alimad RodoninrP. 19690203 zffirrz I 003 F[IP. 19770122 2M3121 I 001
Hari ini Kamis, Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Slaipsi atas nama Julfi Fajrihan NIM: 206081003950 dengan
judul slcripsi *DAMPAK KEBIJAKAI{ DWIDEN TERHADAP
YOLATILITAS IIARGA SAIIAM PERUSAIIAAI\I LQ 45 di BEI.
Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jrrrusan Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri OIllD Syarif Hidayatullatr Jakarta-
Jakaxt4 16 September 2010
Tim Pcnsuii Uiiqn Skriosi
Penguji I Penguji II
,-/ t
_Lff iProf. DR. Ahmad frdoni
@Indo Yama Nasaruddin. SE.. MAB
Penguii Ahli I
Prcf. Dr. AbdulHamid.MS
Penguji AhIi n
HsmiA|iHTSE..MM
111
Hari ini Rabu, Tanggal 07 Bulan Tujuh Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilalnrkan
Ujian Kornprehensif atas nama Julfi Fajrihan NIM: 206081003950 dengan judul
skripsi {'DAMPAK KIBIJAKAI\I DWIDEN TERIIADAP YOLATILITAS
IIARGA SAIIAM PERUSAHAAI\ LQ 45 di BEI. Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri (US{) Syarif Hidayatultah Jakarta
Jakarta 07 Juli 2010
Tim Penguii Uiian Komprehensif
Penguji II
DR Yahva Hamia" MMiltrP.19490602 197803 I 001
Pengnji III
h&wffi-Sufiendra. S.As. MM
NIP. 197112M 200312 I {ill
lV
Pcnguji I
NIP. 19?41127 2Ur12 t W2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan (return) di masa yang akan datang
(Halim, 2005:4). Investasi dibagi kedalam dua kelompok, yaitu investasi pada
aset-aset keuangan (financial assets) dan investasi pada aset-aset riel (real assets).
Investasi pada aset-aset keuangan dapat dilakukan di pasar modal dan pasar uang,
sedangkan investasi pada aset-aset riel dilakukan dengan membeli atau
mendirikan asset-aset riel seperti membeli tanah atau rnendirikan pabrik.
Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah saham. Investor saham
dapat mengharapkan return dalam bentuk dividen dan atau capital gain. Dividen
merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang
dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang
saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk
setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang artinya setiap pemegang
saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki
investor bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2
Sedangkan Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual,
dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan
adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder.
Pasar modal sangat sensitif terhadap peristiwa ataupun informasi yang
beredar disekitarnya. Peristiwa ataupun informasi dapat memotivasi investor
untuk bereaksi apakah menjual atau membeli saham, sehingga memicu terjadinya
volatilitas harga saham. Dalam berinvetasi saham, investor tidak boleh terpaku
hanya akan return yang akan dihasilkan. tetapi juga harus memperhatikan segala
resiko yang melekat dalam bermain saham. Hal ini tentu akan membuat investasi
saham lebih aman. Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat
pengembalian investasi dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu Systematic risk
dan Unsystematic risk.
Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahaan
yang terjadi di pasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar
kegiatan perusahaan. Seperti resiko inflasi, resiko nilai tukar mata uang, resiko
tingkat suku bunga.
Unsystematic risk merupakan risiko spesifik perusahaan karena tergantung
dari kondisi mikro perusahaan. Contoh unsystematic risk antara lain : risiko
industri, operating laverage risk dan lain-lain. Risiko ini dapat diminimalkan
dengan melakukan diversifikasi investasi pada banyak sekuritas dengan
pembentukan portofolio, unsystematic risk disebut juga diversible risk.
Dalam kaitannya dengan dunia pasar modal, resiko pasar merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku pasar seperti trader, baik yang
3
melakukan daily trading ataupun frequent trading. Risiko pasar ini erat kaitannya
dengan ketersediaan data dan informasi pada pasar finansial. Volatilitas harga
saham dan pergerakan harga di pasar modal pun menjadi fokus atas terjadinya
risiko pasar ini. Dalam mengontrol dan mengurangi risiko pasar yang dapat
terjadi, para pelaku pasar dapat melakukan pengukuran volatilitas atau tingkat
risiko dari aset-aset keuangan yang mereka perdagangkan, seperti saham, nilai
tukar, komoditi, indeks, portofolio, dan lain sebagainya.
Salah satu cara meminimalisir resiko dalam bermain saham adalah dengan
melihat besar resiko dari saham tersebut. Besarnya nilai resiko dari saham bisa
dilihat dengan menggunakan indikator Beta. Nilai Beta ini diperoleh dari hasil
regresi time series antara harga saham dengan IHSG dalam rentang waktu
tertentu. Semakin besar Beta menunjukan resiko makin besar. Hal ini karena
ketika pasar (IHSG) bergerak sedikit maka harga saham akan berubah cukup
besar, atau lebih volatile.
Menurut Alwi (2003) bahwa Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga
saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering
dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak
yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi
secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrument ekonomi ada
faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di suatu bursa efek, baik
harga saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan
indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan eksternal (lingkungan
makro).
4
Berdasarkan penelitian Septi uli rahmi (2009) yang berjudul Analisis
perbandingan kinerja pasar modal syariah dan konvensional di Indonesia dengan
pendekatan volatilitas return (studi kasus saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 -
2008), menjelaskan bahwa saham syariah yang tergabung dalam JII memiliki
kinerja relative lebih baik pada persistensi jangka pendek, sedangkan saham
konvensional atau LQ45 relative lebih baik pada persistensi jangka panjang.
Konsep beta sangat membantu investor dalam melakukan keputusan investasi.
Jika investor menduga saham akan naik atau bullish , maka investor akan memilih
saham dengan beta yang tinggi sehingga returnnya akan tinggi. Sebaliknya ketika
investor mempunyai ekspektasi saham akan turun atau bearish, sebaiknya
investor menjaga investasinya dengan saham yang mempunyai beta kecil
sehingga penurunan harga saham tidak akan terlalu besar.
Atas dasar pertimbangan resiko tersebut, pokok perhatian penulis adalah
apakah kebijakan dividen yang dijalankan oleh perusahaan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan, mengingat informasi yang beredar di pasar modal dapat
mempengaruhi investor dan berdampak fluktuasinya harga saham. Kebijakan
dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke
tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara tidak langsung
memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam
menciptakan laba perusahaan semakin meningkat. Informasi yang demikian akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan di pasar modal,
yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
5
Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, karena ketidak
pastian yang dimiliki investor akan masa depan. (Brigham dan Houston,2009).
Banyak faktor - faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seperti kondisi
makro ekonomi dan mikro ekonomi suatu negara, kondisi keuangan perusahaan,
informasi yang beredar di pasar modal dan sebagainya. Penilaian wajar saham dan
prediksi harga pasar merupakan aktivitas penting bagi pelaku pasar modal. Para
pelaku pasar modal seperti investor, broker, dan emiten akan menggunakan
perbandingan antara nilai wajar dan harga saham pasar sebagai dasar pengambilan
keputusan ( Elton & Gruber, 1995). Investor akan menggunakan perbandingan
antara nilai wajar dan harga pasar untuk keputusan kapan beli dan kapan jual.
Penelitian ini mengadaptasi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
nishat dan chaudhari (2003) di Pakistan tentang dividend policy and stock price
volatility. Berdasarkan penelitian yang dilakukan nishat dan chaudhari pada bursa
efek karachi, menjelaskan dividend yield dan dividend payout ratio memiliki
dampak yang signifikan pada volatilitas harga saham pada bursa pakistan. Pada
periode keseluruhan firm size dan leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volatilitas harga saham. Dan earning volatility adalah negatif dan
signifikan hanya selama periode reformasi.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba
yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Investor juga memperhatikan
tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan. Rasio pembayaran dividen
(Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam
6
perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (Dividen
Payout Ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang
tersedia untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252)
Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka
semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat
investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan
akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik
juga.
Earning Volatility digunakan untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan
potensi kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang
besar cenderung memiliki rasio hutang yang rendah. Volatilitas keuntungan
tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko (Brigham dan Houston,2009). Kita
harus memikirkan penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik kesimpulan
mengenai apakah volatilitas menunjukkan adanya resiko. Beberapa perusahaan
mengalami fluktuasi tersebut mengikuti pola-pola siklus atau musiman. Sehingga
volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan dari resiko. Hal ini tidak
akan menjadi kekhawatiran dari para investor, sehingga harga saham perusahaan
tidak akan terpengaruh.
Bradley, Jarrel dan Kim (1984); Friend dan Lang(1988); Long dan Malitz
(1985), menemukan bahwa semakin tinggi volatilitas earnings maka leverage
akan semakin rendah. Volatilitas earnings yang tinggi akan meningkatkan biaya
kebangkrutan (agency cost of debt) sehingga leverage yang digunakan dalam
7
rangka pengendalian agency cost of equity akan berkurang (Crutchley dan
Hansen, 1989).
Menurut Francis (1986) dan Elton and Gruber (1995), perusahaan besar
mengalami resiko yang lebih sedikit dibanding dengan perusahaan lebih kecil.
Dengan kata lain, perusahaan besar mengalami risiko yang lebih kecil. hal ini
dikarenakan perusahaan kecil bekerja kurang efektif dan efisien dibanding dengan
perusahaan besar (Cheng F Lee dan Josepha E Finnerty 1991)
Fama dan French (1992) meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM
terhadap pengaruh positif beta pasar terhadap rata-rata return saham dan
menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pengaruh beta pasar terutama setelah
dilakukan perhitungan yang bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan
firm size.
Variabel pertumbuhan aktiva (growth in assets) didefinisikan sebagai
perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi
mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat
atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan
pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan
tingginya resiko yang akan dihadapi. variabel asset growth didefinisikan sebagai
perubahan tahunan dari aktiva total (Hartono, 2000).
Krisis global yang sudah terasa sejak tahun 2007 lalu, menyebabkan
fluktuasi harga saham di bursa efek Indonesia meningkat. Hal ini menambah
tingkat resiko dalam investasi di pasar modal. Tidak terkecuali perusahaan
8
tergolong indeks LQ45 yang merupakan perusahaan teraktif dan memiliki
likuiditas yang tinggi.
Hal yang paling mencolok dari krisis global di dunia adalah di amerika yang
merupakan negara dengaa ekonomi terkuat. Ini antara lain ditandai kasus
kebangkrutan sejumlah perusahaan otomotif besar, seperti General Motor (GM),
Ford, dan Chrysler atau yang lebih dikenal The Big Three. Pada 2008, pangsa
penjualan The Big Three di AS untuk pertama kalinya akan berada di bawah 50
persen. Kurangnya inovasi di bidang teknologi, desain, biaya, imaji, dan unsur
lainnya menjadi penyebab penurunan penjualan mobil keluaran The Big Three.
Seiring dengan pelemahan kinerja tiga perusahaan raksasa itu, pangsa pasar
mereka pun kini semakin menurun. Dan sebaliknya, pangsa pasar pabrikan
otomotif dari Jepang mengalami peningkatan. Pada 2008, tingkat penjualan mobil
di AS mengalami kemerosotan yang drastis. Berdasarkan laporan Auto Observer,
selama tahun 2008, seluruh The Big Six (The Big Three plus Honda, Nissan, dan
Toyota) melaporkan penurunan penjualan.
Dari kondisi ini kita bisa melihat betapa besarnya dampak krisis global
terhadap terhadap perusahaan - perusahaan. Beberapa perusahaan mengalami
penurunan penjualan bahkan sampai bangkrut, tetapi beberapa peusahaan justru
mengalami kenaikan penjualan. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi investor
apakah saham perusahaan yang dimilikinya masih menguntungkan atau tidak dan
lebih selektif dalam menentukan dimana investor akan menanamkan modalnya.
9
Meskipun Indonesia tidak terlalu merasakan dampak dari krisis global, tetapi
resiko dari berfluktuasinya harga saham menjadi pertimbangan yang harus
dilakukan oleh investor.
Berdasarkan latar berlakang diatas apakah kebijakan dividen yang dilakukan
perusahaan LQ 45 berdampak pada volatilitas harga saham. Oleh sebab itu
Penulis meneliti tentang “Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Volatilitas
Harga Saham Perusahaan LQ45 di BEI”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini mencakup, sebagai berikut :
1. Apakah dividend yield, dividend payout ratio, firm size, debt to asset ratio,
earning volatility, growth in asset berpengaruh terhadap volatilitas harga
saham secara simultan dan parsial?
2. Variabel independend manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini mencakup,
sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh dividend yield, dividend payout ratio, firm size,
debt to asset ratio, earning volatility, growth in asset secara simultan dan
parsial terhadap volatilitas harga saham.
10
b. Menganalisis variabel independend yang paling dominan berpengaruh
terhadap volatilitas harga saham.
2. Manfaat penelitian
a. Bahan masukan bagi perusahaan dalam mengkaji ulang kebijakan dividen
yang diterapkannya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melaksanakan kebijakan dividen dimasa yang akan
datang
b. Menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui pengaruh dari
menetukan kebijakan dividen yang dijalankan.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor sebelum menanamkan
modalnya di perusahaan sektor industri manufaktur.
d. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan
mengenai praktek pasar modal khususnya yang berkaitan dengan dampak
kebijakan dividen dan volatilitas harga saham perusahaan.
e. Sebagai bahan referensi dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Volatilitas Harga Saham ( Stock Price Volatility)
Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut
volatilitas. Volatilitas mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu
periode. Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, karena ketidak
pastian yang dimiliki investor akan masa depan. (Brigham dan Houston,2009).
Pada dasarnya volatilitas dapat dilihat sebagai kecepatan perubahan dalam pasar,
meskipun lebih tepatnya disebut kebingungan pasar.
Terdapat 2 jenis volatilitas pada faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Karina,2006 dalam Chadijah) yaitu:
1. Transistory Volatility adalah volatilitas yang bersifat sementara karena ada
ketidak seimbangan arus order, seperti kepemilikan pasar, ekspektasi yang
berlebihan, ada pihak tertentu yang berspekulasi membeli atau menjual
komoditas dalam jumlah besar.
2. Fundamental Volatility adalah volatilitas yang di sebabkan karena faktor
fundamental seperti bencana alam, kegagalan panen, dan serangan hama.
Menurut Alwi (2003,87) bahwa Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga
saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering
dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak
yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi
12
secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrument ekonomi ada
faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di suatu bursa efek, baik
harga saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan
indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan eksternal (lingkungan
makro).
Lingkungan Mikro yang mempengaruhi volatilitas harga saham dan indeks
harga saham antara lain ;
1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan,
rincian kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan.
2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas
yang hybrid, leasing, kesepakatan kredit, pemecahan saham,
penggabungan saham, pembelian saham, joint venture dan lainnya.
3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board ofdirector
announcements), seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen
dan struktur organisasi.
4. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti
laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan
diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.
5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha
dan lainnya.
13
6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi
baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun dan setelah akhir tahun fiskal, EPS, DPS, PER, NPM,
ROA, ROE, dan lain-lain.
Sedangkan Lingkungan Makro yang mempengaruhi volatilitas harga saham
dan indeks harga saham antara lain ;
1. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah.
2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume / harga saham
perdagangan, pembatasan / penundaan trading.
4. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga
merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas
harga saham di bursa efek suatu negara.
5. Berbagai issue, baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan hidup,
hak azazi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap perilaku
investor.
Sebagai suatu konsep, volatilitas sangat sederhana dan intuitif. Menurut (sigit
dan Bambang, 2006 dalam Rahmi 2009) volatilitas mengukur variabilitas atau
14
disperse disekitar suatu tedensi pusat (central tedency). Lebih spesifik untuk suatu
aset tertentu, volatilitas mengukur seberapa jauh harga sekarang dari aset tersebut
menyimpang dari harga rata-rata masa lalu. Semakin besar penyimpangan berarti
semakin besar voaltilitasnya. Sebaliknya, apabila harga hampir tidak pernah
berubah berarti volatilitas rendah. Volatilitas dipandang sebagai ukuran resiko,dan
return yang paling akurat. semakin tinggi volatilitas semakin tinggi pula resiko
dan juga return.
Ukuran volatilitas return saham yang paling umum digunakan adalah
simpangan baku (Standar deviasi) dari perubahan harga, yang mengukur disperse
dari return saham. Pengetahuan mengenai simpangan baku dari return saham
sangat penting karena menunjukan peluang terjadinya nilai-nilai return yang
ekstrim. Bila nilai simpangan baku besar berarti volatilitas juga besar, yang
mengimplikasikan peluang terjadinya return yang positif atau negatif juga besar.
Volatilitas mengukur kecepatan perubahan harga suatu saham. Semakin tinggi
volatilitas, maka kemungkinan naik atau turunnya harga saham akan semakin
besar. Perhitungan volatilitas akan dilakukan dengan metode statistik untuk
memperoleh simpangan baku (standard deviasi).
Standar deviasi merupakan alat pengukur volatilitas dari suatu varian yang
memiliki penyebaran yang konstan (homokedastik). Standar deviasi adalah
ukuran lebar disperse titik tengah distribusi profitabilitas, yakni jarak rata-rata dari
perubahan return terhadap nilai mean sebagai puncak dari distribusi. Standar
deviasi adalah akar kuadrat dari varian (Rahmi, 2009).
15
B. Pengertian Dividen
1. Dividen
Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam buku Rodoni dan
Ali adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang
diberikan kepada pemegang saham dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau
persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai
pasarnya.
Pengertian dividen dalam undang-undang PPh Pasal 4 Ayat (1) 2008:
”pengertian dividen adalah dividen dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi. Kata-kata “dengan nama dan dalam
bentuk apapun” memberikan makna yang luas bagi dividen yang misalnya
tidak terikat pada nama dividen atau bentuk uang.”
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan
pendanaan perusahaan. Secara teoritis perubahan harga saham dipengaruhi
oleh banyak faktor. Marzuki Usman mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah dividend yield, price earning ratio dan
nilai buku (Marzuki Usman, 1990:155).
Menurut Bharbatosh Banerje (2008), kebijakan dividen yaitu:
Dividend decision comprises one of the major decision areas of
financial management. Dividend policy is the plan of action adopted by
the board of directors of company whenever a dividend decison is made.It
may be referred to as the policy relating to the amount to profits to be
distributed to the equity shareholder in proportion of their holdings.
16
Peirson and Bird's (1998), menjelaskan kebijakan dividen adalah:
An important aspect of mangement's decisions on these distributions is
dividen policy which determines how much of a company's profit will be
paid to shareholders as dividends and how muh will be retained.
Kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu pertama, pembayaran
dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan
berpengaruhpula dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang
ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal
sendiri (equity capital) yang terbesardan terpenting untuk pertumbuhan
perusahaan.
Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan perusahaan yang
agak kontroversial. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara
optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan
teliti kebijakan dividen yang harus dipilih.
Banyak perusahaan yang menyadari adanya dua hal tentang reaksi investor
atas dividen:
a. Tingkat dividen absolut akan dikurangi hanya jika ada indikasi bahwa
penurunan laba akan terjadi pada periode yang relative lama.
b. Penurunan harga saham berhubungan dengan penurunan tingkat dividen
absolut.
Dampak positif utama terhadap harga saham adalah untuk menjaga target
rasio pembayaran dividen sepanjang wakru. Jadi, pembagian dividen sangat
erat hubungannya dengan investasi dana yang ada dalam perusahaan.
17
2. Teori Tentang Dividen
Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain :
a. Teori “ Dividen Tidak Relevan “ dari Modigliani dan Miller
Mengutip dari penelitian yang dilakukan oleh suhartono (2004),
yang mendukung Modigliani dan Miller (MM) , nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi
ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas
risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen adalah tidak
relevan.
Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jika ada pajak
maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains
(kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak
untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih
suka menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada
capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui
atau di nikmati. Dengan kata lain, investor lebih untung karena dapat
menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka bila perusahaan
menetapkan DPR yang rendah, menginvestasikan kembali keuntungan
dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham.
b. Teori “ The Bird in the Hand “
Brigham, et al. (1999) dalam ariwibowo (2007). Gordon dan Lintner
menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika
DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada
18
capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield
lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat
dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (KS) adalah
tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. KS adalah
keuntungan dari dividen (dividend yield ) ditambah keuntungan dari
capital gains (capital gains yield).
Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan
Lintner ini merupakan suatu kesalahan (MM menggunakan istilah
“The Bierd in the hand Fallacy “). Menurut MM, pada akhirnya
investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada
perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang
hampir sama.
c. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan
capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat
menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan
dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividen
lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
Jika manajemen percaya bahwa teori “ Dividen tidak relevan “
dari MM adalah benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan
19
berapa besar dividen yang harus dibagi, Jika mereka menganut teori
“The Bird in the Hand“, mereka harus membagi seluruh EAT dalam
bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori
perbedaan pajak (Tax Differential Theory), mereka harus menahan
seluruh EAT atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas
mewakili kutub – kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan dividen.
d. Teori “ Signaling Hypothesis “
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering
diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen
pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat
dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen
dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan
dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “ sinyal “ kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan
dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal
(biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan
menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain , teori “Signaling Hypotesis“ ini juga
sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen
mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan
penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata
disebabkan oleh efek “sinyal“ atau disebabkan karena efek “sinyal“ dan
preferensi terhadap dividen.
20
e. Teori “ Clientele Effect “.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang
saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap
kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan
pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang
tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut
usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai
pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan
membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham
yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang
besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari “Clientele“ ini ada.
Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari
dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek “Clientele“ ini hanya
mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan
dividen tertentu lebih menguntungkan mereka
3. Pembayaran Dividen
Berkaitan dengan pengakuan dan pembayaran dividen ada tiga hal penting
dalam laporan dividen formel (A. Haryono Yusuf: 75) yaitu :
21
a. Tanggal pengumuman (Announcement Date)
Tanggal pengumuman adalah tanggal dimana direksi secara formal
mengumumkan dibagikannya dividen
b. Tanggal pencatatan (Record Date)
Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilik saham
ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen akan
dibagikan
c. Tanggal pembayaran (Paymnet Date)
Tanggal ini dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Setelah
dividen dibayarkan kas di debet dan piutang dieliminasi. Dan
pembayaran dividen akan dikenakan pajak penghasilan.
Dari ketiga tanggal yang berkaitan dengan pembayaran dividen
tersebut yang paling penting adalah tanggal pengumuman dividen. Karena
pemegang saham dihadapkan pada pilihan untuk menjual kepemilikan
sahamnya atau menahannya. Pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi
oleh besar kecilnya jumlah dividen. Jika dividen yang diterima kecil
dibanding capital gain, maka kemungkinan besar pemegang saham
memilih untuk menjualnya kembali.
4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Dividen.
Menurut Awat (1998) yang di kutip dari penelitian Dhailami (2006),
terdapat beberapa faktor yang ikut menentukan kebijakan dividen suatu
perusahaan, faktor-faktor tersebut adalah:
22
a. Dividend Payout Ratio industri di mana perusahaan itu berada. Artinya,
perusahaan tidak boleh mengabaikan kebijakan dividen perusahaan
pesaing.
b. Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan
mengalami pertumbuhan, maka jumlah pembayaran dividen dapat
dinaikkan. Sebab dengan adanya tambahan pendapatan maka dividen dan
laba ditahan juga bertambah.
c. Stabilitas pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tidak
stabil maka manajer segan untuk mengurangi jumlah pembayaran
dividen.
d. Kesempatan investasi yang tersedia. Apabila terdapat kesempatan
investasi maka diperlukan banyak tambahan dana. Tambahan dana yang
tak punya biaya tunai adalah dana intern, yaitu laba ditahan.
e. Jika tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu proyek baru adalah
tinggi, pada umumnya pemegang saham bersedia menerima capital gain
melalui kenaikkan harga saham. Dengan demikian, hubungan antara
tingkat keuntungan yang diharapkan pada suatu proyek baru dan jumlah
pembayaran dividen adalah negatif.
f. Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Apabila biaya modal pinjaman
tinggi, maka penggunaan laba ditahan akan semakin menarik.
g. Preferensi pemegang saham dan keleluasaan untuk menyimpang dari
maksimisasi kemakmuran.
h. Harapan mengenai kondisi bisnis pada umumnya. Pada waktu inflasi
mungkin laba cenderung naik sehingga manajemen dapat menaikkan
23
pembayaran dividen. Dengan demikian, dalam keadaan inflasi,
pendanaan melalui pinjaman akan lebih menarik, bandingkan dengan
menggunakan laba ditahan.
i. Pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang-kadang para
kreditur bisa memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran dividen
yang boleh dilakukan perusahaan. Tindakan ini biasanya dilakukan agar
perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam pelunasan hutang.
Menurut Hanafi (2004:375) faktor-faktor yang mempengaruhi rasio
pembayaran dividen terdiri dari:
a. Kesempatan investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa
dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika ditanamkan pada
investasi yang menghasilkan NPV positif.
b. Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik
bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya
akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen
adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang
mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi.
Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan
dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.
24
c. Akses ke pasar keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik,
perusahaan bisa membayarkan dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa
membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
d. Stabilitas pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas dimasamendatang
bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat
membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk
perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil.
Ketidakstabilan aliran kas dimasa mendatang membatasi kemampuan
perusahaan membayar dividen yang tinggi.
e. Pembatasan-pembatasan.
Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi
pembayaran dividen dalam situasi tertentu, atau rasio likuiditas tertentu,
atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen untuk
pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik,
pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan
perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam situasi buruk dimana
aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi
pembayaran dividen oleh perusahaan.
5. Macam-macam dividen
Menurut Baridwan (2003: 434) dividen yang dibagikan kapada para
pemegang saham bias berupa:
25
a. Cash dividen
Yang dimaksud cash dividen adalah dividen dalam bentuk kas.Dividen
jenis ini paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang
saham. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung dari pembatasan
pembatasan oleh undang-undang, konrtrak-kontrak dari jumlah uang tunai
yang dimiliki dan tersedia dalam perusahaan.
b. Property Dividend (Aktiva dividen selain kas)
Property dividen biasa disebut sebagai dividen barang yaitu, dividen yang
dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yagn dibagikan bias
berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut, barang dagangan atau aktiva lain.
c. Scrip Dividend (dividen utang)
Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagikan itu saldonya mencukupi
untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi.
Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividens yaitu
tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan dating. scrip
dividens ini mungkin berbunga, mungkin juga tidak.
d. Liquidating dividend (Dividen likuidasi)
Yang dimaksud dengan dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian
merupakan pengembalian modal. Dividen ini tercatat dengan mendebit
rekening pengembalian modal yang dalam neraca di laporkan sebagai
pengurangan modal saham.
26
e. Stock dividen (Dividen Saham)
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut
pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham yang
dimilikinya.
C. Dividend Yield
Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham
sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase
yang merupakan salah satu komponen dari total return
Total Return = Yield + Price Change
Apabila perusahaan dapat memperoleh laba yang besar, maka secara teoritis
perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan
meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang juga diiringi
dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan
harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik
untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat.
Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan
dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia
mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini
berarti apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka
semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat
investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan
27
akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik
juga.
Dividend Yield (DY) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
DY = Dividen yang Dibayarkan
Harga Saham Sekarang
Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase. Sedangkan untuk
mengukur besarnya perubahan yang terjadi digunakan formula sebagai berikut:
DDY = DY1 – DY0
DY0
Dimana : DY1 : Dividend yield saat t
DY0 : Dividend yield saat t-1
D. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividen per share
dengan earning per share. Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne &
Machowicz Jr. (1998:483) Dividend Payout Ratio adalah:
“Annual cash dividends divided by annual earnings; or alternatively
Dividend per Share divided by Earning per Share. The ratio indicates the
percentage of a company’s earnings that’spaid out to shareholder in cash.”
DPR digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang diberikan kepada
pemegang saham dari keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah dikurang
pajak. Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham ”equity investors”, sedangkan laba ditahan merupakan salah satu dari
sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.
Setiap perusahaan selalu ingin adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut
28
disatu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham
dilain pihak, tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan. Kalau perusahaan ingin
menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti
bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen makin
kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai ”cash dividend” disebut dividen payout ratio.
Selain jumlah dividen yang dibagikan perusahaan, investor juga
memperhatikan tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan. Rasio
pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dapat
ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen
(Dividen Payout Ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dibagi dengan
laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252)
DPR memberikan gambaran tingkat pembagian dividen terhadap Net income
yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya
memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.
Rumus :
DPR = Total Dividend
Net Income
E. Earning Volatility
Variabel ini di gunakan untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan potensi
kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang besar
cenderung memiliki rasio hutang yang rendah sehingga di harapkan akan
memiliki koefisien terhadap rasio hutang .
29
Bradley, Jarrel dan Kim (1984); Friend dan Lang(1988); Long dan Malitz
(1985), menemukan bahwa semakin tinggi volatilitas earnings maka leverage
akan semakin rendah. Volatilitas earnings yang tinggi akan meningkatkan biaya
kebangkrutan (agency cost of debt) sehingga leverage yang digunakan dalam
rangka pengendalian agency cost of equity akan berkurang (Crutchley dan
Hansen, 1989).
Volatilitas keuntungan tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko
(Brigham dan Houston,2009). Kita harus memikirkan penyebab dari volatilitas
tersebut sebelum menarik kesimpulan mengenai apakah volatilitas menunjukkan
adanya resiko. Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi tersebut mengikuti pola-
pola siklus atau musiman. Sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang
signifikan dari resiko. Hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor,
sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh.
Menurut Riyanto (1995) dalam penelitian laili hidayati, menyatakan bahwa
apabila ada aktiva perusahaan yang peka resiko, maka perusahaan harus lebih
banyak membelanjai dengan modal sendiri, modal yang tahan resiko, dan sedapat
mungkin mengurangi pembelanjaan dengan modal asing atau modal yang takut
resiko. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa makin lama modal harus diikatkan,
makin tinggi derajat resikonya, makin mendesak keperluan akan pembelanjaan
seluruhnya atau sebagian besar dengan modal sendiri.
F. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt)
Rasio hutang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio
hutang (debt ratio), akan mengukur presentase dari dana yang diberikan oleh
30
kreditor. Total hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang.
Kreditor lebih menyukai rasio total hutang yang lebih rendah karena semakin
rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang
dialami kreditor jika terjadi likudasi. Pemegang saham di lain pihak, mungkin
menginginkan lebih banyak leverage karena ia akan memperbesar ekspektasi
keuntungan (Brigham dan Houston,2009).
Hutang jangka panjang umumnya timbul apabila perusahaan membutuhkan
tambahan dana. Apabila dana ini akan digunakan untuk investasi dalam aktiva
tetap yang akan memberikan hasil dalam jangka panjang seperti misalnya untuk
pembuatan gedung atau pembelian mesin-mesin, maka dana yang dibutuhkan
sebaiknya diperoleh dari hutang jangkapanjang atau modal sendiri.
Hutang jangka panjang adalah semua hutang dan kewajiban yang akan jatuh
tempo lebih dari satu tahun. Hutang terdiri dari pinjaman-pinjaman jangka
panjang kredit investasi dari pinjaman hipotek. Istilah asing kredit bank umum
jangka panjang disebut long term loan. Sedangkan mengucurkan kredit jangka
panjang untuk mendanai perluasan usaha yang dibangun debitur disebut project
financing.
Sumber pendanaan jangka panjang terdiri dari :
1. Saham Biasa (common stock)
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan, pemegang saham
memperoleh pendapatan dari dividen dan capital again ( selisih antara harga jual
dengan harga beli).
Berbeda dengan obligasi, saham tidak membayar pendapatan yang tetap.
berbeda dengan bunga, dividen tidak harus dibayarkan apabila perusahaan
31
tidak mempunyai kas, tetapi perusahaan memerlukan kas tersebut untuk
ekspansi, perusahaan juga tidak harus membayar dividen.
2. Modal Ventura
Modal ventura adalah bentuk penyertaan modal perusahaan dari
perusahaan pembiayaan kepada yang membutuhkan dana untuk jangka waktu
tertentu. Perusahaan yang diberi modal sering dsebut sebagai investe,
sedangkan perusahaan pembiayaan yang memberi dana disebut sebagai
venture capitalist atau pihak invetor. Bentuk pembiayaan ini berbeda dengan
utang bank. Utang bank mengharuskan membayar periodenya. Apabila
perusahaan bangkrut, pemegang untuk memperoleh prioritas lebih tinggi
dibandingkan pemegang saham dalam distribusi pembagian kas dari
penjualan aset likuiditas. Penghasilan modal ventura sama seperti
penghasilan saham biasa, yaitu dari dividen (kalau dibagikan) dan dari nilai
saham dipegang (capital gain).
3. Obligasi
Obligasi merupakan instrumen yang dikeluarkan oleh perusahaan dan
dijual ke investor. Penjualan bisa dilakukan bursa keuangan dan dicatatkan
(public placemen) atau bisa langsung dijual ke investor potensial (private
placement). Struktur obligasi pada umumnya relatif sederhana. Perusahaan
mengeluarkan surat berharga (surat utang) yang menjanjikan pembayaran
pada periode tertentu.
Penerbit obligasi adalah si peminjam atau debitur, sedangkan pemegang obligasi
adalah pemberi pinjaman atau kreditur dan kupon obligasi adalah bunga pinjaman
yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur.
32
Berikut ini adalah fitur terpenting dalam suatu obligasi.
a. Nilai nominal atau nilai utang pokok , yaitu nilai yang harus dibayar
bunganya oleh penerbit dan harus dilunasi pada saat akhir masa jatuh
tempo.
b. Harga penerbitan, yaitu suatu harga yang ditawarkan kepada investor
pada saat penjualan perdana obligasi. Nilai bersih yang diterima oleh
penerbit adalah setelah dikurangi dengan biaya-biaya penerbitan.
c. Tanggal jatuh tempo, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan dimana pada
saat tersebut penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal obligasi.
d. Kupon yaitu suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang
obligasi.
e. Tanggal kupon yaitu tanggal pembayaran bunga dari penerbit kepada
pemegang obligasi.
f. Dokumen resmi yaitu suatu dokumen yang menjelaskan secara terinci
hak-hak dari pemegang saham.
4. Pinjaman dari lembaga keuangan
Pinjaman lengsung dari lembaga keuangan biasanya mempunyai beberapa
karakteristik, yaitu adanya amortisasi dan adanya jaminan. Kebanyakan
pinjaman langsung bisa dibayar dengan cara amortisasi, yang berarti
pinjaman dilunasi secara bertahap.
kelebihan pinjaman langsung, yaitu:
a. Pinjaman tidak perlu proses pendaftran dan evaluasi yang panjang seperti
halnya jika perusahaan akan menerbitkan obligasi.
33
b. Waktu yang diperlukan bisa lebih singkat dibandingkan dengan penerbitan
obligasi.
kelemahan pinjaman langsung, yaitu:
a. Bunga pinjaman langsung bisa lebih tinggi dibandingkan dengan bunga
obligasi.
b. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemberi pinjaman ( lembaga
keuangan) barangkali akan mengurangi fleksibilitas perusahaan.
c. Karena biaya investigasi yang cukup tinggi, lembaga keuangan barang
membatasi pinjaman minimum yang bisa diberikan.
d. dibandingkan dengan penerbitan obligasi mempunyai kurang "visible".
5. saham preferen
Saham preferen merupakan bentuk saham tetapi mempunyai karakteristik
obligasi. Pemegang saham preferen memperoleh dividen. Tetapi dividen
tersebut seperti bunga, yaitu besarnya tetap. Biasanya besarnya sejumlah
presentase tertentu dari nilai nominal saham preferen untuk setiap periode.
keuntungan saham preferen yaitu:
a. Karena saham preferen bukan merupakan utang, penggunaan utang bisa
dilakukan oleh perusahaan.
b. Berbeda dengan utang, jika dividen saham tidak dibayarkan, perusahaan
tidak dibangkrutkan.
c. kendali atas perusahaan biasanya masih ditangani pemegang saham
sehingga hak suara pemegang saham tidak berkurang jika saham preferen
diterbitkan.
34
meskipun saham preferen mempunyai manfaat seperti telah dijelaskan,
saham preferen juga mempunyai kelemahan dari sudut pandang perusahaan.
kelemahan utama adalah berbeda dengan utang, dividen yang dibayarkan
kepada pemegang sahanm preferen akan diperlakukan sebagai pembayaran
earning.
G. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Menurut Cooke sebagaimana dikutip oleh Harianto dan Sudomo (2001:181),
salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan prediksi laba adalah besaran
perusahaan karena skala ekonomi yang berbeda-beda. Skala ekonomi tinggi
menyebabkan perusahaan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya
rendah. Tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang
diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. Sehubungan
dengan hal itu, skala ekonomi tinggi menyebabkan biaya informasi untuk
membuat ramalan menjadi turun. Jadi, perusahaan yang mempunyai skala
ekonomi tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena kemungkinan dapat
mempunyai data dan informasi yang cukup lengkap.
Menurut Francis (1986) dan Elton and gruber (1995), perusahaan besar mengalami
resiko yang lebih sedikit dibanding dengan perusahaan lebih kecil. Dengan kata lain,
perusahaan besar mengalami risiko yang lebih kecil. hal ini dikarenakan perusahaan
kecil bekerja kurang efektif dan efisien dibanding dengan perusahaan besar.
Fama dan French (1992) meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM
terhadap pengaruh positif beta pasar terhadap rata-rata return saham dan
35
menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pengaruh beta pasar terutama setelah
dilakukan perhitungan yang bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan firm
size.
Perusahaan besar lebih mempunyai pengendalian terhadap pasar. Oleh
karena itu, perusahaan besar mempunyai tingkat daya saing yang tinggi
dibandingkan dengan perusahaan kecil (Harianto dan Sudomo, 2001:182).
Keputusan investasi yang dilakukan di pasar modal pada dasarnya merupakan
proses yang berorientasi informasi, di mana informasi digunakan sebagai bahan
untuk memprediksi ramalan. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar bisa
membuat ramalan laba yang lebih tepat dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Menurut Moh’d Perry dan Rinbey sebagaimana dikutip oleh Susilowati
(2000), besaran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan natural log of
sales. Sales dalam hal ini dilihat dari besarnya revenue pada laporan keuangan
yang diterbitkan. Dalam penelitian ini, besaran perusahaan diukur dengan
besarnya penjualan, karena besarnya penjualan lebih mencerminkan besarnya
aktifitas perusahaan serta besarnya kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan. Pihak investor cenderung menyoroti besarnya perusahaan dari sisi
penjualan karena peningkatan penjualan dari tahun ke tahun berarti perusahaan
semakin besar dan keuntungan yang akan diperoleh juga akan semakin besar.
Total aktiva dipilih sebagai proxy ukuran perusahaan dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan dengan
nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji,
2005). Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva dibagi besar
harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva
36
(Hartono, 2000:254). Ukuran perusahaaan menunjukkan jumlah pengalaman dan
kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan
dantingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stockholder
untuk meningkatkan kemakmuran mereka.
H. Pertumbuhan Aset (Growth in asset)
Menurut Eko Wahyudi dan Baidori (2008), semakin besar growth in
assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham
semakin rendah sebaliknya semakin rendah growth in net assets maka dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. Growth in assets yang besar
akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham karena pengelola
perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas
pendanaan internal peluang investasi yang ada. Kesignifikanan pengaruh growth
in net assets menunjukkan bahwa perusahaan dengan investment opportuniry
lebih menyukai menggunakan dana internal sebagai sumber pendanaan. Rozeff
(1982:249) menyatakan bahwa perusahaan akan membayar dividen yang rendah
ketika mengalami atau mengantisipasi pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi
karena pertumbuhan ini membutuhkan investment enpenditures yang lebih tinggi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Martin, dkk. (1999:459) bahwa perusahaan
yang mempunyai peluang investasi maka rasio pembayaran dividen akan turun
karena pihak manajemen lebih suka menggunakan dana internal dalam mendanai
Investasi.
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai
perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi
37
mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat
atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan
pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan
tingginya resiko yang akan dihadapi. variabel asset growth didefinisikan sebagai
perubahan tahunan dari aktiva total (hartono, 2000). Penelitian ini diukur dengan
persentase perubahan aktiva dari suatu periode tahun ke-t dikurangi dengan
periode tahun ke- t-1 dibagi dengan periode tahun ke- t-1.
bentuk matematisny adalah sebagai berikut:
Asseth growth = total aktiva t - total aktiva t-1
total aktiva t-1
Sesuai perhitungan asset growth per tahun tersebut, kemudian dihitung
rata – rata pertumbuhan aktiva dengan membagi total asset growth selama periode
pengamatan dibagi banyaknya tahun pengamatan.
T
average growth = ∑ growth
t=1 .
T
I. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Septi uli rahmi (2009) yang berjudul Analisis
perbandingan kinerja pasar modal syariah dan konvensional di Indonesia dengna
pendekatan volatilitas return (studi kasus saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 -
2008), menjelaskan bahwa saham syariah yang tergabung dalam JII memiliki
kinerja relative lebih baik pada persistensi jangka pendek, sedangkan saham
konvensional atau LQ45 relative lebih baik pada persistensi jangka panjang.
38
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I.Roni setyawan (2006) yang
berjudul Deteksi perbandingan volatilitas harga serta reaksi earning terhadap
return dan harga saham sektor LQ45, dengan variabel ekses volatilitas, discount
rate, earning, dan harga saham menjelaskan bahwa investor lebih memperhatikan
eksese volatilitas harga dibandingkan dengan ekses volatilitas earning. Walaupun
harus diakui bahwa mereka tetap menaruh minat positif terhadap kualitas earning
yang dihasilkan oleh emiten LQ45.
Menurut Anton (2006) hasil penelitian saham LQ45 menunjukkan bahwa
return saham di Indonesia memiliki permasalahan time varying volatility, tetapi
tidak terjadi leverage effect pada volatilitas return saham, serta return saham tidak
dipengaruhi oleh volume perdagangan. Ternyata pasar modal Indonesia termasuk
pasar bentuk lemah.
Berdasarkan penelitian Todi Kurniawan yang berjudul volatilitas harga saham
(Analisis atas Jakarta Islamic index) menjelaskan Shariah stock screening sejauh
ini adalah pencapaian terbaik dalam hal Islamisasi pasar modal terutama pasar
saham. Akan tetapi saham saham yang tergabung dalam indeks ini tidak akan
pernah bisa bebas dari dinamisasi pasar yang salah satunya adalah volatilitas. Di
pasar saham ini para pemain akan“easy come easy go”. Mereka akan dengan
sangat mudah melakukan apapun yang mereka inginkan. Akan sangat sulit sekali
untuk mengasumsikan mereka memiliki niat yang sama untuk melakukan
investasi dengan cara yang Islami. Sehingga selama para pemain yang ada di
pasar tidak memiliki paradigma keIslaman yang kuat Islamic index hanyalah
sebuah index yang hanya bisa memberi mereka keuntungan atau kerugian.
39
Menurut nishat dan chaudhari (2003) yang berjudul dividen policy and stock
price volatility menjelaskan bahwa menjelaskan kebijakan dividen ( dividend
yield dan dividend payoyt ratio ) memiliki dampak yang signifikan pada
volatilitas harga saham bursa Pakistan. Size dan leverage berpengaruh positif dan
signifikan pada volatilitas harga saham. Earning volatility berdampak negatif dan
sinifikan pada volatilitas harga saham.
Menurut Shamsher Mohamad dan Annuar md Naher yang berjudul Factors
Associated with Stock Price Volatility and Evaluation of Gordon's Share
Valuation Model on the Kuala Lumpur Stock Exchange, Penemuan kajian
menunjukkan Berkenaan dengan penerapan model Gordon dalam menilai saham,
temuan ini menunjukkan bahwa model memegang baik. . Untuk kedua nilai buku
dan nilai pasar versi k, model memegang serta F-statistik signifikan pada tingkat
5 persen R-squared disesuaikan sekitar 70 persen. Tanda-tanda variabel dividen
dan pertumbuhan laba berada di arah di prediksi dan signifikan pada tingkat
kepercayaan 0,05.
Namun untuk ukuran nilai pasar k, variabel tingkat pertumbuhan dividen tidak
signifikan tidak sama nol. ini berarti bahwa model gordon dengan nilai buku ukuran k
dapat dipercaya digunakan oleh investor terhadap nilai harga saham biasa dari perusahaan
yang terdaftar di KLSE dalam upaya mereka untuk mengidentifikasi kesalah harga saham
J. Hipotesis
Untuk merumuskan permasalahan mengenai dampak kebijakan dividen
(dividend yield, dividend payout ratio, firm size, Debt to asset Ratio, growth in
40
asset, earning volatility) terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan LQ 45
di BEI, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ho : b1 = 0 : Dividend payout ratio, Dividend yield, Dividend payout
ratio, Size, Debt to asset Ratio, Growth in asset tidak
terdapat pengaruh secara parsial terhadap volatilitas
harga saham.
Ha : b1 ≠ 0 : Dividend payout ratio, Dividend yield, Dividend payout
ratio, Size, Debt to asset Ratio, Growth in asset terdapat
pengaruh secara parsial terhadap volatilitas harga saham.
2. Ho : b2 = 0 : Dividend yield, dividend payout ratio, earning volatility,
longterm debt, size, growth in asset tidak terdapat
pengaruh Secara simultan terhadap volatilitas harga
saham.
Ha : b2 ≠ 0 : Dividend yield, dividend payout ratio, earning volatility,
longterm debt, size, growth in asset terdapat pengaruh
Secara simultan terhadap volatilitas harga saham.
K. Kerangka pemikiran
Pasar modal merupakan sarana untuk mempertemukan dua pihak yang
berkepentingan. Pihak pertama adalah perusahaan, sebagai pihak yang
membutuhkan dana dan pihak kedua adalah investor sebagai pihak yang kelebihan
dana. Pasar modal merupakan sarana invetasi yang sangat menguntungkan, tetapi
besar pula resiko yang akan diterima.
41
Masalah dari kebijakan dividen adalah jika pendapatan perusahaan turun
atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen yang diberikan akan menjadi
rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi
perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap
harga saham.
Hal ini bisa menjadi sinyal bagi para investor mengenai investasinya pada
saham perusahaan tersebut. Sehingga resiko kerugian yang dihadapi bisa di
minimalisir. Hal seperti ini tentunya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga
saham.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel dividend yield, dividend
payout ratio, firm size, long term debt, earning volatility, growth in asset sebagai
variabel independent untuk mengetahui dampak atau pengaruhnya terhadap harga
saham.
42
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Perusahaan LQ45
DY
Harga saham Hitung volatilitas dengan
standar deviasi
DPR
Kebijakan dividen
DA
Uji normalitas
EV
Uji asumsi klasik
SIZE
Uji model regresi
GROWTH
Kesimpulan
BEI Laporan keuangan
Multikolineritas Autokorelasi
Uji regresi
berganda
heterokedastis
Uji F Uji t
43
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih BEI sebagai tempat melakukan
observasi. Jadi penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung berupa
data sekunder dengan menggunakan data yang ada pada situs www.idx.co.id.
Untuk menganalisis permasalahan yang ada, penulis mendata laporan keuangan
dari perusahaan – perusahaan LQ 45.
Penelitian ini menggunakan rentang waktu selama lima tahun sejak 2005
sampai dengan 2009. Periode pengamatan ini diambil berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
1. Kondisi ketidakstabilan bursa efek indonesia mengalami penurunan karena
dampak dari krisis global.
2. Periode pengamatan tersebut dipilih untuk mengetahui bagaimana kondisi
semenjak munculnya krisis dan perkembangannya terutama perusahaan-
perusahaan yang termasuk dalam kategori LQ 45.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang menjadi target penelitian, sedangkan
sampel adalah bagian dari populasi. Populasi penelitian dengan mengambil
44
perusahaan yang tergolong dalam indeks LQ45 yang memiliki kapabilitas
pasar yang besar.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong LQ 45di
Bursa Efek Indonesia yang aktif membagikan deviden dan melaporkan
keuangannya tahun 2005 - 2009. Kriteria sample yang digunakan untuk
memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang tergolong LQ 45 yang melaporkan laporan
keuangannya selama tahun 2005-2009.
b. Perusahaan LQ 45 yang aktif membagikan deviden selama tahun
2005- 2009.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data guna melengkapi penelitian ini penulis
menggunakan metode Library Research. Dimana untuk memperoleh landasan
dan konsep yang relevan agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis
mengadakan kepustakaan dengan membaca literatur-literatur berupa text book,
jurnal, artikel, surat kabar, dan majalah-majalah dan media massa lainnya yang
berhubungan dengan topik penelitian.
Data laporan keuangan yang digunakan sebagai data penelitian tiap varibel
didapat dari beberapa situs internet seperti www.idx.co.id, www.idsaham.co.id.
45
D. Metode Analisis
1. Metode analisis
Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis
regresi linear berganda, yaitu teknik yang digunakan untuk menghitung
seberapa besar pengaruh kebijakan pembayaran dividen terhadap volatilitas
harga saham pada perusahaan LQ 45. Model regresi linear berganda yang
digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + εi
Dimana:
Y = Volatilitas harga saham
a = Konstanta
X1 = Dividend Yield
X2 = Dividen Payout Ratio
X3 = Volatilitas Earning
X4 = Size
X5 = hutang jangka panjang
X6 = Pertumbuhan Aset
ε = error term
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,2005)
46
Seperti diketahui bahwa uji t danF mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah kecil.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota
dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Salah
satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson. Rumus uji Durbin-Watson adalah sebagai
berikut:
dw = ∑( en –
en-1)
∑ en
2
c. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antara beberapa variabel independen dalam model regresi.
Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel
independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya.
47
Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali
tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas.
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat menggunakan VIF
(Variance Inflation Factor), bila nilai VIF lebih besar dari 10 berarti
terdapat kolinieritas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih
kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
d. Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas
dapat dilihat sebaran titik pada grafik scatterplot. Dari grafik Scatterplot
jika terlihat titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali,2005:79).
Kasus heterokedastisitas ini sering muncul apabila data yang
digunakan adalah data potong lintang (cross sectional).
3. Pengujian Statistik
Untuk mengetahui pengaruh secara secara parsial dan simultan maka di
lakukan pengujian hipotesis dengan statistika:
a. Uji F (Simultan )
Untuk membuktikan apakah varibel-variabel bebas (X) secara
simultan mempunyai pengaruh terhadap varibel terikat (Y) maka
48
dilakukan uji F. Apabila F hitung > F tabel, maka tolak Ho dan
terima Ha, artinya variabel - variabel bebas secara simultan
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
b. Uji T (Parsial)
Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter b atau
digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara individual (parsial). Bila t hitung lebih
besar dari t kecil table dan t kecil signifikan lebih kecil dari alpha
0,05 maka dapat dikatakan terdapat pengaruh signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen
E. Operasional Variabel Penelitian
Dalam penelitaian ini penulis memberikan definisi opersional dari masing-
masing varibel penelitian yaitu:
1. Variabel terikat (Dependend Variabel)
Variabel terikat yaitu Y (volatilitas harga saham) harga saham yang
digunakan adalah harga saham bulanan selama 5 tahun dari 2005 sampai 2009.
Volatilitas mengukur kecepatan perubahan harga suatu saham. Semakin
tinggi volatilitas, maka kemungkinan naik atau turunnya harga saham akan
semakin besar.
49
Volatiltas harga saham diukur dengan metode nilai ekstrim Parkinson
(Garman dan Klass 1980) yang tercantum pada Shamser Mohamad dan
Annuar MD Nassir untuk memiliki perkiraan yang efisien dari variabel
dependen.
PV = AP(High) – AP (Low)
0,5[AP(High) + AP(Low) ]
Dimana :
PV = Price Volatility
AP (High) = Harga saham tertinggi
AP (Low) = Harga saham terendah
Deviasi standar adalah akar kuadrat dari varian. Rumus yang digunakan
untuk mengukur deviasi standar sebagai berikut :
dimana :
s = deviasi standar
xi = variabel ke-i
μ = mean
n = jumlah variabel
2. Variabel Bebas (Independend varibel)
a. Deviden Payout Ratio
50
Dividen payout ratio (DPR) didefinisikan sebagai rasio
pembayaran dividen (Jensen et al, 1992). Rumus yang digunakan untuk
mencari DPR adalah sebagai berikut.
DPR = Dividen
Laba bersih setelah pajak
b. Dividend Yield
Dividend yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan
harga saham sekarang (Jones, 1999). Dividend yield dinyatakan dalam
bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return.
Dividend Yield (DY) dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
DY = Dividen yang Dibayarkan
Harga Saham Sekarang
c. Volatilitas earning (Earnings volatility)
Pengukuran Earnings volatility didasarkan pada penelitian Johnson
(1997), Toft dan Prucyk (1997), Homaifar, Zeitz dan Benkato (1994) yang
tercantum dalam Laili Hidayati (2001). Volatility adalah standar deviasi atau
selisih earnings before interest, tax and depreciation tahun sebelumnya
(EBITD0) dengan earnings before interest, tax, and depreciation tahun penelitian
(EBITD1) dibagi dengan nilaibuku total assets. tingkat volatilitas earnings yang
diukur menggunakan persamaan:
Earnvoli = EBITD1 - EBITD0 X 100%
Total Assets1
51
Volatilitas earnings berkaitan dengan ekspektasi biaya
kebangkrutan yang berpengaruh pada agency cost of debt. (Crutchley dan
Hansen, 1989).
d. Ukuran Perusahaan ( Firm Size )
Firm Size diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan natural log
total asset. Data untuk variabel ini diperoleh dari BEI selama tahun 2005
sampai dengan tahun 2009.
Size = LN Total Asset
e. Debt to Assets Ratio
Hutang jangka panjang adalah semua hutang dan kewajiban yang
akan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Debt to asset ratio dapat digunakan
untuk mengukur sampai sejauh mana kewajiban-kewajiban dapat ditutupi
dari aktiva.
Rasio Hutang atas Aktiva = total kewajiban
(Debt to Asset Ratio) total aktiva
f. Pertumbuhan Asset ( growth in asset)
variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari
aktiva total. Penelitian ini diukur dengan persentase perubahan aktiva dari suatu
periode tahun ke-t dikurangi dengan periode tahun ke- t-1 dibagi dengan periode
tahun ke- t-1.
52
bentuk matematisnya adalah sebagai berikut:
Asseth growth = total aktiva t - total aktiva t-1
total aktiva t-1
kemudian dihitung rata – rata pertumbuhan aktiva dengan membagi total
asset growth selama periode pengamatan dibagi banyaknya tahun pengamatan.
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30
November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana
Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum
Penegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan
rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut
masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan
nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani
beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek
Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih
ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan
melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.
54
2. Struktur Pasar Modal Indonesia
Gambar 4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
3. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas,
Bursa Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang
kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek
Indonesia adalah :
BAPEPAM
Bursa Efek Lembaga Keuangan Dan Lembaga Penyimpanan Dan
Penjamin Penyelesaian
Perusahaan Efek Lembaga
Penunjang
Profesi
Penunjang
Pemodal
Emiten
Perusahaan
Publik
Reksa Dana
Penjamin
Emisi Efek
Perantara
Pedagang Efek
Manajer
Investasi
Penasehat
Investasi
Biro Adm
Efek
Custodian
Wali Amanat
Penanggung
Akuntan
Konsultan
Hukum
Penilai
Notaris
Domestik
Asing
Menteri Keuangan
55
a. Perusahaan yang go publik (Emiten)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah
melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan
dana guna membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk
beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, manager investasi atau penasehat investasi.
c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan
Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek
serta penitipan harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa dana
Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi,
investasi kembali (reinvestasi).
e. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali
amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan
harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa
mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust
agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan
seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung
56
(guarantor) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau
bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.
Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula
berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan
memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor,
penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini
pencatatan semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI).
f. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai
(appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang
memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan
(auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran
laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat
yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan
dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris.
Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran
dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain.
Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani
laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang
disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan
hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama
konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari
57
segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha
dan lain-lain.
g. Pemodal (Investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan
lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas
dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan
efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para
pemodal dan masyarakat.
2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing,
settlement dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana,
perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional.
3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada
Menteri Keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan
karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu
58
peraturan mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara
konsisten.
4. Mekanisme Perdagangan
a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai
perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumen-
instrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22
Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah
menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu
Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan
administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai
empat gedung yang sama.
b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka
Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market
atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan
sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas
perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan
pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu
sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio.
59
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan
memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di
lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang
tersebut disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan
menggunakan JATS, order-order tersebut diolah oleh komputer yang
akan melakukan matcing dengan mempertimbangkan prioritas harga
dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di Bursa
Efek Indonesia adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung
terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari
perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke dalam sistem
melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah
menerapkan akses jarak jauh atau remote trading access untuk Jakarta
automated trading system (JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang
bisa langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan
dari luar Jakarta.
1) Penyelesaian Transaksi
Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan
transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi
dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus
diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)
dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa
ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk
transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan
60
transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right
dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI)
dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2) Sistem Otomasi Perdagangan
Otomasi sistem perdagangan atau JATS dimulai tanggal 22
Mei 1995. awalnya, Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit
trader work sistem di lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei
2000, Bursa Efek Indonesia melakukan perluasan lantai dengan
360 terminal di lantai 5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn
untuk sementara. Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work
System atau booth dihubungkan dengan mesin utama
perdagangkan (Trading Engine) melalui Jakarta Stock Exchange
Network.
Pada tahap pertama, JATS lebih dipusatkan pada sistem
konversi dari manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan
implementasi JATS terdiri dari beberapa tahap, antara lain :
a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang
terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing
and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia.
b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai
perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk
mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas
perdagangan pada pertengahan tahun 2000.
61
c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa
dapat secara langsung mengakses JATS dari kantornya, kantor
pusat maupun kantor cabang.
3) Biaya Transaksi
Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan
membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan
kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi
setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual).
Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi
sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.
Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya
sebagai berikut :
a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari
kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya
tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya
0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya
transaksi.
c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari
nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring
di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya
62
penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia,
dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan
untuk Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %.
d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama
sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa
sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif).
Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum termasuk
Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi penjualan
saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjualan
(khusus untuk saham).
B. Sejarah Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan LQ-45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki
likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6
bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan
melewati seleksi utama sebagai berikut :
1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.
2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir)
3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi
dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
63
Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan
yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup
besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang
masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45
terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah
memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.
2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Tabel 4.1
Perusahaan Objek Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode Saham
1 PT. ANEKA TAMBANG Tbk ANTM
2 PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk ASII
3 PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk BBCA
4 PT. BANK RAKYAT INDONESIA Tbk BBRI
5 PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk AALI
6 PT. BANK DANAMON Tbk BDMN
7 PT. BERLIAN LAJU TANKER Tbk BLTA
8 PT. BANK MANDIRI Tbk BMRI
9 PT. BUMI RESOURCE Tbk BUMI
10 PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk INDF
11 PT. TIMAH Tbk TINS
12 PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk TLKM
13 PT.BAKRIE SUMATRA PLANTIONS Tbk UNSP
14 PT. UNITED TRACTORS UNTR
C. Hasil Dan Pembahasan
1. Deskriptif Data
Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan
Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat
perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang
diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan
64
dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (Volatilitas
Harga Saham), variabel X1 Dividen Yield, X2 Dividen Payout Ratio, X3
Volatilitas Earning, X4 DAR, X5 Firm Size dan Growth In Asset sebagai
variabel bebas. Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah:
a. Dividen Yield
Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan
harga saham sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan
dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari
total return
Tabel 4.2
Dividen Yield
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 7,79 4,07 4,81 5,27 47,45
ASII 6,96 2,80 0,59 8,25 163,20
BBCA 6,47 3,27 1,62 3,03 16,60
BBRI 10,22 3,36 2,65 3,69 93,29
AALI 6,63 2,58 2,91 5,15 52,73
BDMN 5,69 1,97 2,61 2,93 56,39
BLTA 3,37 2,30 1,89 0,86 37,56
BMRI 5,20 2,41 5,31 4,37 18,66
BUMI 1,97 1,78 1,28 5,56 71,85
INDF 2,47 2,30 1,67 5,05 22,00
TINS 14,45 4,67 6,18 12,31 26,25
TLKM 6,17 3,00 4,49 4,30 14,62
UNSP 3,61 1,55 0,75 3,46 16,09
UNTR 3,95 1,98 1,93 7,72 9,33
Berdasarkan hasil perhitungan Dividen Yield masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2005, Dividen Yield, tertinggi
dimiliki oleh PT.Timah Tbk sebesar 14,45 dan terendah dipegang oleh PT.
65
Bumi Resource Tbk sebesar 1,97. Pada Tahun 2006, Dividen Yield,
tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 4,67 dan terendah dipegang
oleh PT. Bakrie Sumatra Plantions Tbk sebesar 1,55. Pada Tahun 2007,
Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 6,18 dan
terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 0,59. Pada
Tahun 2008, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar
12,31 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian laju Tanker Tbk sebesar
0,86. Dan pada Tahun 2009, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT.
Astra International Tbk sebesar 163,20 dan terendah dipegang oleh PT.
United Tractors Tbk sebesar 9,33.
Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia
mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham
dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat
kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari perusahaan
yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu
dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya
pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada
akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga.
b. Dividen Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara
dividen per share dengan earning per share. DPR digunakan untuk
mengukur berapa rupiah yang diberikan kepada pemegang saham dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak.
66
Tabel 4.3
Dividen Payout Ratio
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 63,11 40,00 40,00 40,07 90,55
ASII 52,67 47,99 9,94 38,32 46,32
BBCA 75,34 49,39 32,54 42,68 19,38
BBRI 97,67 49,94 49,99 34,92 0,88
AALI 64,75 65,00 65,03 30,23 27,76
BDMN 66,35 49,58 49,67 29,95 0,76
BLTA 22,55 13,80 27,40 1,47 8,76
BMRI 286,53 59,66 88,80 34,84 8,74
BUMI 23,82 15,47 20,10 13,89 4,08
INDF 171,34 44,28 41,42 39,90 1,02
TINS 123,16 50,00 50,00 4,99 13,54
TLKM 91,74 55,54 71,44 56,37 5,78
UNSP 30,22 20,22 31,17 19,64 6,13
UNTR 39,35 39,85 40,11 40,01 663,85
Berdasarkan hasil perhitungan Dividen Payout Ratio masing-
masing perusahaan pada Tabel 4.3, Pada Tahun 2005, Dividen Payout
Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 286,53 dan
terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 22,55.
Pada Tahun 2006, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT.
Astra Agro Lestari Tbk sebesar 65,00 dan terendah dipegang oleh PT.
Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 13,80. Pada Tahun 2007, Dividen
Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar
88,80 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar
9,94. Pada Tahun 2008, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 56,37 dan terendah
dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 1,47. Dan pada
67
Tahun 2009, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. United
Tractors Tbk sebesar 663,85 dan terendah dipegang oleh PT. Bank
Danamon Tbk sebesar 0,76. DPR memberikan gambaran tingkat
pembagian dividen terhadap Net income yang diperoleh perusahaan.
Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat
DPR yang semakin tinggi.
c. Volatilitas Earning
Earning volatility adalah standar deviasi laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT). Variabel ini di gunakan proxy untuk mengukur
tingkat resiko bisnis dan potensi kebangkrutan perusahaan.
Tabel 4.4
Volatilitas Earning
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,0069 0,1395 0,4221 (0,5243) (0,1569)
ASII 0,0042 (0,0403) 0,0750 0,0586 (0,0402)
BBCA 0,0041 0,0053 0,0015 0,0054 (0,0044)
BBRI 0,0089 0,0029 0,0028 0,0046 (0,0024)
AALI (0,0138) (0,0009) 0,3973 0,1588 (0,2652)
BDMN (0,0203) (0,0083) 0,0089 (0,0055) (0,0016)
BLTA 0,0502 0,0683 (0,0216) 0,0320 (0,0653)
BMRI 0,0004 0,0068 0,0060 0,0027 (0,0019)
BUMI (0,0455) 0,0346 0,2043 1,0855 (1,0576)
INDF (0,0289) 0,0496 0,0466 (0,0135) 0,0253
TINS (1,0432) 0,0413 0,4583 (0,0942) (0,3626)
TLKM 0,0668 0,0766 0,0439 (0,5789) (0,0266)
UNSP 0,0166 0,0501 0,0217 (0,0136) 0,0123
UNTR 0,0092 (0,0190) 0,0536 0,0789 0,0144
Berdasarkan hasil perhitungan Volatilitas Earning masing-
masing perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2005, Volatilitas
68
Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekumonikasi Indonesia Tbk
sebesar 0,0668 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar -
1,0432. Pada Tahun 2006, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh
PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 0,1395 dan terendah dipegang oleh
PT. Astra International Tbk sebesar -0,0403. Pada Tahun 2007,
Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar
0,4583 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk
sebesar -0,0216. Pada Tahun 2008, Volatilitas Earning, tertinggi
dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 1,0855 dan terendah
dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,5789.
Dan pada Tahun 2009, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk Tbk sebesar 0,0253dan terendah
dipegang oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar -1,0576.
d. Firm Size
Firm Size diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan natural
log total asset (Masdupi, 2005).
Tabel 4.5
Firm Size
Perusahaan LQ45 tahun 2005 – 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 29 30 30 30 30
ASII 31 32 32 32 32
BBCA 33 33 33 33 33
BBRI 32 33 33 33 33
AALI 31 29 29 30 30
BDMN 32 32 32 32 32
BLTA 30 30 31 31 31
BMRI 33 33 33 34 34
69
BUMI 30 31 31 32 32
INDF 30 30 31 31 31
TINS 29 29 29 29 29
TLKM 32 32 32 30 32
UNSP 28 28 29 29 29
UNTR 30 30 30 31 31
Berdasarkan hasil perhitungan Firm Size masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.5, Pada Tahun 2005, Firm Size, tertinggi
dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk Dan PT.Bank Mandiri Tbk
sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Bankrie Sumatra Plantions
Tbk sebesar 28. Pada Tahun 2006, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT.
Bank Central Asia Tbk, PT.Bank Mandiri Tbk dan PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie
Sumatra Plantion Tbk sebesar 28. Pada Tahun 2007, Firm Size,
tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk, PT.Bank Rakyat
Indonesia Tbk dan PT. Bank Mandiri sebesar 33 dan terendah dipegang
oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk, PT.Timah Tbk dan PT.Bakrie
Sumatra Plantion Tbk sebesar 29. Pada Tahun 2008, Firm Size,
tertinggi dimiliki oleh PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 34 dan terendah
dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar 29. Dan pada Tahun 2009, Firm
Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 34 dan
terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk dan PT.Bakrie Sumatra
Plantion sebesar 29. Perusahaan besar lebih mempunyai pengendalian
terhadap pasar. Oleh karena itu, perusahaan besar mempunyai tingkat
daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil (Harianto
70
dan Sudomo, 2001:182). Keputusan investasi yang dilakukan di pasar
modal pada dasarnya merupakan proses yang berorientasi informasi, di
mana informasi digunakan sebagai bahan untuk memprediksi ramalan.
e. Debt to Assets Ratio
Tabel 4.6
DAR
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,53 0,41 0,27 0,21 0,21
ASII 0,48 0,54 0,50 0,50 0,45
BBCA 0,89 0,90 0,91 0,91 0,90
BBRI 0,89 0,89 0,90 0,91 0,91
AALI 0,15 0,19 0,21 0,18 0,19
BDMN 0,87 0,88 0,88 0,90 0,84
BLTA 0,75 0,62 0,84 0,76 0,74
BMRI 0,91 0,90 0,91 0,91 0,91
BUMI 0,88 0,85 0,50 0,60 0,66
INDF 0,68 0,65 0,63 0,67 0,64
TINS 0,44 0,52 0,33 0,34 0,33
TLKM 0,52 0,52 0,48 0,52 0,50
UNSP 0,61 0,64 0,45 0,47 0,48
UNTR 0,61 0,59 0,55 0,51 0,42
Berdasarkan hasil perhitungan DAR masing-masing perusahaan
pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2005, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT.
Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT.Astra
Agro Lestari Tbk sebesar 0,15. Pada Tahun 2006, DAR, tertinggi
dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Dan PT.Bank Mandiri Tbk
sebesar 0,90 dan terendah dipegang oleh PT.Astra Agro Lestari Tbk
sebesar 0,19. Pada Tahun 2007, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank
Central Asia Tbk dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah
dipegang oleh PT. Astra agro Lestari Tbk sebesar 0,21. Pada Tahun
71
2008, DAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk, PT.Bank
Central Asia Tbk dan PT. Bank Rakyat indonesia Tbk sebesar 0,91 dan
terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,18. Dan
pada Tahun 2009, DAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah
dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19.
f. Growth In Asset
Tabel 4.7
Growth In Asset
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,06 0,14 0,65 (0,15) (0,02)
ASII 0,20 0,23 0,10 0,27 0,06
BBCA 0,01 0,18 0,23 0,13 0,11
BBRI 0,16 0,26 0,32 0,21 0,12
AALI 8,52 (0,89) 0,53 0,22 0,20
BDMN 0,15 0,21 0,09 0,20 (0,07)
BLTA 0,81 0,04 1,52 0,21 (0,05)
BMRI 0,60 0,02 0,19 0,12 0,02
BUMI 0,20 0,38 0,17 1,19 0,09
INDF (0,06) 0,09 0,83 0,34 0,03
TINS 0,14 0,26 0,45 0,15 (0,14)
TLKM 0,10 0,21 0,09 (0,89) 9,43
UNSP 0,11 0,43 1,42 0,09 0,09
UNTR 0,57 0,06 0,16 0,76 0,02
Berdasarkan hasil perhitungan Growth In Asset masing-masing
perusahaan pada Tabel 4.7, Pada Tahun 2005, Growth In Asset,
tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 0,60 dan terendah
dipegang oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar -0.06. Pada
Tahun 2006, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bakri Sumatra
72
Plantion Tbk sebesar 0,43 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro
Lestari Tbk sebesar -0,89. Pada Tahun 2007, Growth In Asset, tertinggi
dimiliki oleh PT. Bakri Sumatra Plantion Tbk sebesar 1,42 dan terendah
dipegang oleh PT. Bank Damon Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk sebesar 0,09. Pada Tahun 2008, Growth In Asset, tertinggi dimiliki
oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 1,19 dan terendah dipegang oleh
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,89. Dan pada Tahun
2009, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk sebesar 9,43 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk
sebesar -0,14. Menurut Eko Wahyudi dan Baidori (2008), semakin
besar growth in net assets maka dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham semakin rendah sebaliknya
semakin rendah growth in net assets maka dividen yang dibayarkan
oleh perusahaan semakin besar.
g. Volatilitas Harga Saham
Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu
umumnya disebut volatiles (sigit dan bambang,2006:29). Volatilitas
mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu periode.
Pada dasarnya volatilitas dapat dilihat sebagai kecepatan perubahan
dalam pasar, meskipun lebih tepatnya disebut kebingungan pasar.
73
Tabel 4.8
Volatilitas Harga Saham
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,08 0,11 0,33 0,18 0,08
ASII 0,09 0,04 0,07 0,22 0,08
BBCA 0,05 0,04 0,04 0,17 0,09
BBRI 0,08 0,07 0,05 0,18 0,07
AALI 0,08 0,07 0,08 0,20 0,06
BDMN 0,07 0,05 0,07 0,24 0,11
BLTA 0,09 0,07 0,11 0,27 0,11
BMRI 0,07 0,08 0,06 0,25 0,08
BUMI 0,26 0,06 0,11 0,22 0,20
INDF 0,10 0,08 0,07 0,15 0,09
TINS 0,19 0,17 0,13 0,46 0,11
TLKM 0,04 0,49 0,04 0,11 0,05
UNSP 0,06 0,08 0,08 0,28 0,15
UNTR 0,09 0,05 0,07 0,29 0,09
Berdasarkan hasil perhitungan Volatilitas Harga Saham masing-
masing perusahaan pada Tabel 4.8, Pada Tahun 2005, Volatilitas Harga
Saham, tertinggi dimiliki oleh PT.Bumi Resource Tbk sebesar 0,26 dan
terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar
0,04. Pada Tahun 2006, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh
PT. Telekomunikasi indonesia Tbk sebesar 0,49 dan terendah dipegang
oleh PT. Astra International Tbk dan PT. Bank Central Asia Tbk
sebesar 0,04. Pada Tahun 2007, Volatilitas Harga Saham tertinggi
dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 0,33 dan terendah
dipegang oleh PT. Bank Central Asia Tbk Dan PT.Telekomuniksi Tbk
sebesar 0,04. Pada Tahun 2008, Volatilitas Harga Saham, tertinggi
dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 0,46 dan terendah dipegang oleh
74
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,11. Dan pada Tahun
2009, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi
Resouce Tbk sebesar 0,20 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro
Lestari Tbk sebesar 0,06. Volatilitas dipandang sebagai ukuran resiko
dan return yang paling akurat. semakin tinggi volatilitas semakin tinggi
pula resiko dan juga return.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui model regresi variabel dependen, variabel
independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
Gambar 4.2
Pengujian Normalitas Data
75
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki
penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai
rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka
dapat dikatakan bahwa distribusi data return saham adalah normal.
b. Uji Multikolinieritas
Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus
terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan
korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di
bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
.471 2.125
.499 2.002
.844 1.185
.536 1.867
.527 1.896
.804 1.244
a. Dependent Variable:
VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber data diolah)
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan
melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka
data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena
76
data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan
seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi
dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW).
Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1.562
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai
signifikansi 5%, jumlah sample (n) 70 dan jumlah variabel independen (k)
adalah 6. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.340 dan 4 – du = 4 – 1.340 =
2.66. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.340 < 1.562 < 2,66 maka dapat
disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif.
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .574a .330 .266 17.436666 1.562
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO,
VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD
b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber data diolah)
77
d. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak
equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada
sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji
regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram.
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
(Sumber data diolah)
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan
demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada
gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
78
3. Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
yang terdiri dari dari Dividend Yield, Dividend Payout Ratio, Earning
Volaitity, firm Size, debt to Asset Ratio dan Growth In Asset terhadap
Volatiltas Harga saham di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.356 55.653 1.803 .076
DIVIDEN YIELD .659 .151 .658 4.377 .000
DIVIDEN PAYOUT RATIO .703 .146 .702 4.812 .000
VOLATILITAS EARNING .030 8.557 .092 .822 .414
FIRM SIZE .072 1.890 .154 1.096 .277
DAR .015 .142 .015 .108 .914
GROWTH IN ASSET .012 .115 .012 .105 .917
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA
SAHAM
(Sumber : Data diolah)
Variabel Dividen Yield, dengan nilai t hitung sebesar 4.377 > 2,00
atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti Dividen Yield
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham.
Variabel Dividen Payout Ratio, dengan nilai t hitung sebesar
4.812 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka
79
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
Dividen Payout Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Volatilitas Harga Saham.
Variabel Volatilitas Earning, dengan nilai t hitung sebesar 0.882
< 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.414 > 0,05), maka dapat
disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Volatilitas Earning
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga
Saham.
Variabel Firm Size, dengan nilai t hitung sebesar 1.096 < 2,00
atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.277 > 0,05), maka dapat
disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Firm Size tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham.
Variabel DAR, dengan nilai t hitung sebesar 0,108 < 2,00 atau
nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.914 > 0,05), maka dapat disimpulkan
Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti DAR tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham.
Variabel Growth In Asset, dengan nilai t hitung sebesar 0.105 <
2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.917 > 0,05), maka dapat
disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Growth In Asset
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga
Saham.
80
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
yang terdiri dari Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas
Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas
Harga Saham secara simultan atau serentak.
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 9423.149 6 1570.525 5.166 .000a
Residual 19154.351 63 304.037
Total 28577.500 69
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO,
VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD
b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah)
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat
nilai F hitung sebesar 5.166 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari
pada table F, diperoleh nilai F tabel 2.37. Dengan kondisi dimana F
hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari
alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Volatilitas Harga Saham.
81
c. Koefisien Determinasi (R Square)
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
determinasi (R2
). Dari koefisien determinasi (R2
) dapat diketahui derajat
ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya
variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai
(R2
) = 0,330 yaitu persentase pengaruh variabel Dividen Yield, Dividen
Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset
terhadap Volatilitas Harga Saham sebesar 33,0%.
Tabel 4.13
Hasil Pengujian Adj R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .574a .330 .266 17.436666 1.562
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO,
VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD
b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah)
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Dividend Payout
Ratio, Dividen Yield, Volatilitas Earning, DAR, Firm Size dan Growth In
Asset terhadap Volatilitas Harga Saham di BEI adalah sebagai berikut:
82
Tabel 4.14.
Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.356 55.653 1.803 .076
DIVIDEN YIELD .659 .151 .658 4.377 .000
DIVIDEN PAYOUT RATIO .703 .146 .702 4.812 .000
VOLATILITAS EARNING .030 8.557 .092 .822 .414
FIRM SIZE .072 1.890 .154 1.096 .277
DAR .015 .142 .015 .108 .914
GROWTH IN ASSET .012 .115 .012 .105 .917
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah)
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas
Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga
Saham sebagai berikut:
Y = 1.356 + 0.659 X1 + 0.703 X2 + ei
Keterangan :
Y = Volatilitas Harga Saham
a = konstanta
x1 = Dividen Yield
x2 = Dividen Payout Ratio
ei = error term
83
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat
diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 1.356 menunjukkan bahwa
jika variabel Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm
Size, DAR dan Growth In Asset bernilai nol maka nilai Volatilitas Harga
Saham adalah 1.356. Sedangkan variabel Dividen Yield sebesar 0.659
menunjukkan bahwa jika variabel Dividen Yield meningkat 1 satuan maka
akan meningkatkan Volatilitas Harga Saham sebesar 0.659 satuan, Variabel
Dividen Payout Ratio sebesar 0.703 menunjukkan bahwa jika variabel
Dividen Payout Ratio meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan
Volatilitas Harga Saham sebesar 0.703 satuan, dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
D. Interpretasi
Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh
dan signifikan adalah Dividen Payout Ratio dan Dividen Yield ,dengan nilai
signifikansi dibawah 0,05 Dividen Payout Ratio dengan nilai signifikansi
0,000 < 0,05 dan Dividen Yield dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Hasil ini sesuai dengan pendapat Alwi (2003), yang mempengaruhi
volatilitas harga saham salah satunya adalah pengumuman laporan keuangan
perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun dan setelah akhir
tahun fiskal, EPS, DPS, PER, NPM, ROA, ROE, dan lain-lain.
Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan
84
menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak
investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan
saham tersebut meningkat.
Temuan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Menurut
Nishat dan Chaudhari (2003) yang berjudul dividen policy and stock price
volatility menjelaskan bahwa menjelaskan kebijakan dividen (Dividend Yield
dan Dividend Payout Ratio) memiliki dampak yang signifikan pada
volatilitas harga saham bursa pakistan.
Temuan ini juga mendukung I.Roni setyawan (2006) yang berjudul
Deteksi perbandingan volatilitas harga serta reaksi earning terhadap return
dan harga saham sektor LQ45, dengan variabel ekses volatilitas, discount rate,
earning, dan harga saham. Variabel Menjelaskan bahwa investor lebih
memperhatikan ekses volatilitas harga dibandingkan dengan ekses volatilitas
earning. Walaupun harus diakui bahwa mereka tetap menaruh minat positif
terhadap kualitas earning yang dihasilkan oleh emiten LQ45.
Variabel Earning volatility dengan nilai signifikansi 0,414>0,05 hal ini
menunjukkan bahwa variabel earning volatility tidak berpengaruh terhadap
volatilitas harga saham. Temuan ini sesuai dengan pendapat Brigham dan
Houston (2009), volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko,
tetapi volatilitas keuntungan tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko.
Kita harus memikirkan penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik
kesimpulan mengenai apakah volatilitas menunjukkan adanya resiko.
85
Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi tersebut mengikuti pola-pola siklus
atau musiman. Sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan
dari resiko. Hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor,
sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh.
Variabel size dengan nilai signifikansi 0,277>0,05 hal ini menunjukkan
bahwa variabel size tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Hal
ini berbeda dengan temuan Nishat dan Chaudhari (2003) bahwa variabel size
berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Semakin besar ukuran
perusahaan, biasanya volatilitasnya juga semakin rendah. terutama perusahaan
yang tergolong LQ 45 yang merupakan perusahaan unggulan yang memiliki
likuiditas tinggi. Temuan ini sesuai dengan Fama dan French (1992) yang
meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM terhadap pengaruh positif
beta pasar terhadap rata-rata return saham dan menemukan bahwa tidak
terdapat pengaruh beta pasar terutama setelah dilakukan perhitungan yang
bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan firm size.
Variabel DAR dengan nilai 0,914>0,05 hal ini menunjukkan bahwa
variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas
harga saham. Temuan ini sejalan dengan penemuan Modigliani dan Miller
(1958) yang menyatakan dalam sebuah pasar modal sempurna keputusan
keuangan tidak lagi relevan, dengan kata lain penggunaan sumber pembiayaan
baik itu dari hutang maupun modal sendiri tidak mempengaruhi cost of capital
dan pada akhirnya tidak mempengaruhi nilai perusahaan (harga saham). Hasil
ini terjadi kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anton (2006)
86
hasil penelitian saham LQ45 menunjukkan bahwa return saham di Indonesia
memiliki permasalahan time varying volatility, tetapi tidak terjadi leverage
effect pada volatilitas return saham.
Variabel growth in assets dengan nilai signifikansi 0,917>0,05 hal ini
menunjukkan bahwa variabel growth in assets tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap volatilitas harga saham. Pertumbuhan aset pada
perusahaan mencerminkan kepastian akan return atau keuntungan yang akan
didapat oleh invsetor, maka investor akan terus menginvetasikannya pada
saham tersebut sehingga harga saham akan lebih stabil.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dikarenakan
adanya perbedaan objek penelitian dan wilayah penelitian yang terdapat pada
penelitian sebelumnya, dan adanya perbedaan waktu penelitian. Penelitian
terdahulu berada di luar Indonesia dengan tingkat pasar bentuk kuat
sedangkan di Indonesia termasuk dalam pasar bentuk lemah.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil Uji regresi ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap Volatilitas Harga Saham adalah Dividen Yield dan Dividen
Payout Ratio sedangkan Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth
In Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham.
2. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Volatilitas Harga
Saham adalah Dividen Payout Ratio, karena memiliki nilai beta paling
besar dibandingkan variable independent lainya.
B. Saran Dan Implikasi
Beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik
lagi. Mengingat hasil dan analisa penelitian ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan
lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya. Adapun saran untuk penelitian
berikutnya adalah sebagai berikut :
88
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar
yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.
2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data.
3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Volatilitas Harga
Saham sehingga dapat menjadi luas penelitian
4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.
Implikasi :
Dividen merupakan suatu yang diharapkan dalam melakukan investasi
di suatu perusahaan, yang akan meningkatkan keuntungan bagi investor.
Maka perlu adanya penelitian-penelitian yang lainnya yang dapat
meningkatkan keakuratan dalam melakukan investasi.
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
1. Implikasi Bagi Investor
Investor pada umumnya mengharapkan keuntungan dari investasi
dalam pemilikan saham suatu perusahaan. Baik itu capital againt atau
dividen yield. Pada investor yang akan menanamkan modal selamanya,
tentunya akan mengharapkan dividen yang pasti dari perusahaan emiten.
Tetapi investor yang akan menjual sahamnya dalam jangka pendek
tentunya akan mengharapkan keuntungan dari capital againt atau selisih
harga saham saat beli dan jual. Dimana harapan investor adalah harga
89
saham dimasa yang akan mendatang akan naik. Oleh karena itu dalam
melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara
matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan investasi yang dilakukannya, sehingga menghasilkan
keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahan-
perubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi.
2. Implikasi Bagi Perusahaan
Besar kecilnya dividen yang akan diberikan kepada investor dan
laba yang akan ditahan akan mempengaruhi harga saham suatu
perusahaan. Karena investor pada umumnya mengharapkan keuntungan
yang pasti. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang
berhubungan dengan investasi.
3. Implikasi Bagi Akademis
Penilaian analisis Pengaruh Dividen Yield, Dividen Payout
Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset
berpengaruh terhadap Volatilitas Harga Saham sehingga dapat dijadikan
tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Z. Iskandar, 2003, “Pasar Modal Teori dan Aplikasi”, Edisi Pertama,
Penerbit Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.
Anton. “Analisis Model Volatilitas Return Saham”, Universitas
Diponegoro,2006.
Asnawi, Kelana Said dan Wijaya, Chandra. “Riset Keuangan: Pengujian -
Pengujian Empiris”. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta , 2005
Banerje, Bharbatosh. “Fundamentals of Fiancial Management”. PHI Learning
Private Limited, New Delhi, 2008.
Baridwan, Z. "Sistem Akuntansi: penyusunan Prosedur dan Metode", Penerbit
BPFE, Yogyakarta, 2003
Brigham, Eugene dan Houston Joel. “Dasar- dasar Manajemen Keuangan”. edisi
kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Chadijah, Siti. “Analisis pengaruh harga, volume perdagangan, return, frekuensi
perdagangan, dan volatilitas harga saham terhadap Bid Ask Spread
perusahaan yang melakukan stock split periode 2004-2008”, UIN Jakarta,
Jakarta, 2010.
Dhailami, Achmad Friady. "Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar
terhadap Kebijakan Dividen ada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2003”, Universitas Islam Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta, 2006
Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfieeld. “Intermediate
Accounting”, tenth edition, Erlangga, Jakarta, 2001.
Elton E.J, and M.J.Gruber. “Modern Portiofolio Theory and investment Analysis”.
5th edition. new york, N.Y. : John Wiley & Son,inc.1995
Guerard, John B Jr. “Corporate Financial Policy and R&D Management”.
Second edition, John Wiley & Sons, Inc, Canada, 2005.
Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang 2005
91
Hamid, Abdul. ” Pedoman Penulisan Skripsi”. Jakarta, 2007.
Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto. "Perangkat dan Teknik Analisis Investasi
di Pasar Modal Indonesia". PT.Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2001
Hidayati, Laili. ”Analsis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Keuangan
Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Indonesia”. Universitas
Diponegoro, Semarang, 2001
Jensen, G.,D. Solberg and T. Zorn, , “Simultaneous Determination of Insider
Ownership, debt, and Dividend Policies”, Journal of Financial and
Quantitaive Analysis, Vol 27, p.247-263. 1992
Jogiyanto, “ Teori Portofolio & Analisis Investasi “, Edisi Ketiga, Cetakan
Pertama, BPFE UGM, Yogyakarta, 2003.
Jones, C.P., “Invesment: Analysis and Management”, John Wiley & Son, New
York, 1999,
Kamaludin, “Struktur Volatilitas Pendekatan GARCH dan TARCH”, Media Riset
Bisnis dan Manajemen, Bengkulu, 2008.
Keown, Martin dan Petty,scott Jr. “Prinsip-prinsip dan Aplikasi Manajemen
Keuangan” jilid 1, PT. Indeks kelompok gramedia, jakarta, 2004.
Teguh, muhammad. ”Metodologi Penelitian ekonomi”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 1999.
Nishat,M dan Chaudari, M.I. “Dividend Policy and Stock Price Volatility in
pakistan”. University of Karachi, Pakistan. 2003.
Nurmala. ”Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan–
perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta”.
Rahmi, septi uli. ” Analisis perbandingan kinerja pasar modal syariah dan
konvensional di Indonesia dengan pendekatan volatilitas return (studi kasus
saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 - 2008)”. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta, Jakarta, 2009.
Riyanto, Bambang. "Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan", Yayasan Badan
Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.1995.
92
Rodoni, Ahmad dan Ali,Herni. “Manajemen Keuangan” edisi pertama.Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2010
Rodoni, Ahmad. “Modul Istitusi Depositori dan Pasar Modal”. FEIS-UIN
Jakarta. Jakarta, 2008.
Rodoni, Ahmad. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Center for Social and
Econimics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2006.
Rozeff, Michael S., "Growth, Beta and Agency Costs as Determinants of Dividend
Payout Ratios," Journal of Financial Research, vol. 5, Fall 1982, pp. 249-
259
Ramantika, Himawan Pandu. ”Studi Empiris Tentang Stock Split dan
Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Volume Perdagangan dan Volatilitas
Saham di Bursa efek Jakarta”. UNDIP, Semarang, 2001.
Shamsher, Mohamad dan Annuar, md Naher. “Factors Associated with Stock
Price Volatility and Evaluation of Gordon's Share Valuation Model on the
Kuala Lumpur Stock Exchange”. Faculty of Economics and Management,
Universiti Pertanian Malaysia, Malaysia, 1993
Suharyadi, dan Purwanto. “Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”.
buku I, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Supranto, J. ”Ekonometri”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005 .
Setiawan, I Roni. ”Pengaruh Perbandingan Ekses Volatilitas Harga Saham
reaksi Earning Terhadap return & Harga Saham sektor LQ45” . Fakultas
Ekonomi UIEU Jakarta, Jakarta, 2006.
Sjahrial, Dermawan. ”Pengantar Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2010.
Van Horne, James C. dan Wachowicz, Jr. “Fundamental of Financial
Management”. Prentice Hall, Inc. 10th edition, 1998
Van Horne, james C. “financial management”, salemba empat, Jakarta, 2007.
W.k. Ardha Chandra," Pengaruh harga saham, Volume Perdagangan, dan
Voltilitas Terhadap bid-ask Spread”. UNDIP, semarang, 2003.
93
Wahyudi, Eko dan Baidori."Pengaruh Insider Ownership, Cllateralized Assets,
growth In Assets, dan Likuiditas Terhadapkebijakan Dividen Perusahaan
manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006"
Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya,surabaya,2008
Widyorini,Susi. "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiko Sistematik
Saham". UNDIP, Semarang, 2003
Wild, John J dan Subramanyam, K.R. ”Financial statement”, Salemba empat,
Jakarta, 2005.
www.google.com
www.idsaham.co.id
www.idx.co.id
94
LAMPIRAN
Dividen Yield
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 7,79 4,07 4,81 5,27 47,45
ASII 6,96 2,80 0,59 8,25 163,20
BBCA 6,47 3,27 1,62 3,03 16,60
BBRI 10,22 3,36 2,65 3,69 93,29
AALI 6,63 2,58 2,91 5,15 52,73
BDMN 5,69 1,97 2,61 2,93 56,39
BLTA 3,37 2,30 1,89 0,86 37,56
BMRI 5,20 2,41 5,31 4,37 18,66
BUMI 1,97 1,78 1,28 5,56 71,85
INDF 2,47 2,30 1,67 5,05 22,00
TINS 14,45 4,67 6,18 12,31 26,25
TLKM 6,17 3,00 4,49 4,30 14,62
UNSP 3,61 1,55 0,75 3,46 16,09
UNTR 3,95 1,98 1,93 7,72 9,33
Dividen Payout Ratio
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 63,11 40,00 40,00 40,07 90,55
ASII 52,67 47,99 9,94 38,32 46,32
BBCA 75,34 49,39 32,54 42,68 19,38
BBRI 97,67 49,94 49,99 34,92 0,88
AALI 64,75 65,00 65,03 30,23 27,76
BDMN 66,35 49,58 49,67 29,95 0,76
BLTA 22,55 13,80 27,40 1,47 8,76
BMRI 286,53 59,66 88,80 34,84 8,74
BUMI 23,82 15,47 20,10 13,89 4,08
INDF 171,34 44,28 41,42 39,90 1,02
TINS 123,16 50,00 50,00 4,99 13,54
TLKM 91,74 55,54 71,44 56,37 5,78
UNSP 30,22 20,22 31,17 19,64 6,13
UNTR 39,35 39,85 40,11 40,01 663,85
95
Volatilitas Earning
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,0069 0,1395 0,4221 (0,5243) (0,1569)
ASII 0,0042 (0,0403) 0,0750 0,0586 (0,0402)
BBCA 0,0041 0,0053 0,0015 0,0054 (0,0044)
BBRI 0,0089 0,0029 0,0028 0,0046 (0,0024)
AALI (0,0138) (0,0009) 0,3973 0,1588 (0,2652)
BDMN (0,0203) (0,0083) 0,0089 (0,0055) (0,0016)
BLTA 0,0502 0,0683 (0,0216) 0,0320 (0,0653)
BMRI 0,0004 0,0068 0,0060 0,0027 (0,0019)
BUMI (0,0455) 0,0346 0,2043 1,0855 (1,0576)
INDF (0,0289) 0,0496 0,0466 (0,0135) 0,0253
TINS (1,0432) 0,0413 0,4583 (0,0942) (0,3626)
TLKM 0,0668 0,0766 0,0439 (0,5789) (0,0266)
UNSP 0,0166 0,0501 0,0217 (0,0136) 0,0123
UNTR 0,0092 (0,0190) 0,0536 0,0789 0,0144
Firm Size
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 29 30 30 30 30
ASII 31 32 32 32 32
BBCA 33 33 33 33 33
BBRI 32 33 33 33 33
AALI 31 29 29 30 30
BDMN 32 32 32 32 32
BLTA 30 30 31 31 31
BMRI 33 33 33 34 34
BUMI 30 31 31 32 32
INDF 30 30 31 31 31
TINS 29 29 29 29 29
TLKM 32 32 32 30 32
UNSP 28 28 29 29 29
UNTR 30 30 30 31 31
96
Debt to Assets Ratio
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,53 0,41 0,27 0,21 0,21
ASII 0,48 0,54 0,50 0,50 0,45
BBCA 0,89 0,90 0,91 0,91 0,90
BBRI 0,89 0,89 0,90 0,91 0,91
AALI 0,15 0,19 0,21 0,18 0,19
BDMN 0,87 0,88 0,88 0,90 0,84
BLTA 0,75 0,62 0,84 0,76 0,74
BMRI 0,91 0,90 0,91 0,91 0,91
BUMI 0,88 0,85 0,50 0,60 0,66
INDF 0,68 0,65 0,63 0,67 0,64
TINS 0,44 0,52 0,33 0,34 0,33
TLKM 0,52 0,52 0,48 0,52 0,50
UNSP 0,61 0,64 0,45 0,47 0,48
UNTR 0,61 0,59 0,55 0,51 0,42
Growth In Asset
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,06 0,14 0,65 (0,15) (0,02)
ASII 0,20 0,23 0,10 0,27 0,06
BBCA 0,01 0,18 0,23 0,13 0,11
BBRI 0,16 0,26 0,32 0,21 0,12
AALI 8,52 (0,89) 0,53 0,22 0,20
BDMN 0,15 0,21 0,09 0,20 (0,07)
BLTA 0,81 0,04 1,52 0,21 (0,05)
BMRI 0,60 0,02 0,19 0,12 0,02
BUMI 0,20 0,38 0,17 1,19 0,09
INDF (0,06) 0,09 0,83 0,34 0,03
TINS 0,14 0,26 0,45 0,15 (0,14)
TLKM 0,10 0,21 0,09 (0,89) 9,43
UNSP 0,11 0,43 1,42 0,09 0,09
UNTR 0,57 0,06 0,16 0,76 0,02
97
Volatilitas Harga Saham
Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009
EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009
ANTM 0,08 0,11 0,33 0,18 0,08
ASII 0,09 0,04 0,07 0,22 0,08
BBCA 0,05 0,04 0,04 0,17 0,09
BBRI 0,08 0,07 0,05 0,18 0,07
AALI 0,08 0,07 0,08 0,20 0,06
BDMN 0,07 0,05 0,07 0,24 0,11
BLTA 0,09 0,07 0,11 0,27 0,11
BMRI 0,07 0,08 0,06 0,25 0,08
BUMI 0,26 0,06 0,11 0,22 0,20
INDF 0,10 0,08 0,07 0,15 0,09
TINS 0,19 0,17 0,13 0,46 0,11
TLKM 0,04 0,49 0,04 0,11 0,05
UNSP 0,06 0,08 0,08 0,28 0,15
UNTR 0,09 0,05 0,07 0,29 0,09
98
LAMPIRAN
UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
VOLATILITAS HARGA SAHAM 3.55000E1 20.351085 70
DIVIDEN YIELD 3.55000E1 20.321332 70
DIVIDEN PAYOUT RATIO 3.55000E1 20.321332 70
VOLATILITAS EARNING -.0085 .26708 70
FIRM SIZE 31.04 1.517 70
DAR 3.55000E1 20.325076 70
GROWTH IN ASSET 3.55000E1 20.338263 70
99
100
Residuals Statistics
a
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 11.04966 78.53844 3.55000E1 11.686205 70
Residual -3.939557E1 4.915161E1 .000000 16.661311 70
Std. Predicted Value -2.092 3.683 .000 1.000 70
Std. Residual -2.259 2.819 .000 .956 70
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.356 55.653 1.803 .076
DIVIDEN YIELD .659 .151 .658 4.377 .000 .471 2.125
DIVIDEN PAYOUT RATIO .703 .146 .702 4.812 .000 .499 2.002
VOLATILITAS EARNING .030 8.557 .092 .822 .414 .844 1.185
FIRM SIZE .072 1.890 .154 1.096 .277 .536 1.867
DAR .015 .142 .015 .108 .914 .527 1.896
GROWTH IN ASSET .012 .115 .012 .105 .917 .804 1.244
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
101
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9423.149 6 1570.525 5.166 .000a
Residual 19154.351 63 304.037
Total 28577.500 69
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD
b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .574a .330 .266 17.436666 1.562
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO,
VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD
b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM