SESI 7 – 10:PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Must-to-know keypoints:
1. Observasi
Penampilan
Kesadaran
Perilaku psikomotor
2. Pembicaraan
Atensi dan Konsentrasi
Pembicaraan dan Proses Pikir
Orientasi
Memori
Afek
3. Eksplorasi
Suasana Perasaan (Mood)
Tingkat energi
Persepsi
Isi pikir
Gejala Somatik yang Tidak Dapat Dijelaskan Secara Medis
Konversi
Disosiasi
Serangan-serangan paroksismal (“spells”)
Fungsi eksekutif
Tilikan (Insight)
Daya Nilai (Judgment)
Metode Pembelajaran:
Tugas Baca
Diskusi interaktif
Demonstrasi / Role-play
49
Persiapan Sesi dalam kelas:
Pasien/pemeran pasien
Alat Bantu Latih (bila memungkinkan dan tersedia fasilitasnya):
o Video contoh wawancara
Alat bantu latih di luar kelas:
Daftar tilik pemeriksaan status mental (terlampir)
Daftar tilik: Pemeriksaan Status Mental
Daftar tilik ini dibuat untuk membantu pemeriksa menilai seluruh status mental pasien
secara lengkap. Jika terdapat hal yang belum terisi dapat diberi tanda.
Pilih angka yang paling sesuai
1. Pasien yang kooperatif dalam dapat saya periksa melalui metode: (dapat dipilih sampai
4 poin)
1 = observasi
2 = percakapan (conversation)
3 = eksplorasi (exploration)
4 = testing _____ _____ _____ _____
OBSERVASI
Penampilan
2. Karakteristik dari penampilan pasien berikut ini merupakan bagian dari diagnosis:
(dapat dipilih sampai dengan 3 poin)
1. tidak ada
2. ras
3. perbedaan dari usia penampilan dibandingkan dengan usia sebenarnya
4. nutrisi
5. bentuk tubuh
6. higiene
7. cara berpakaian
8. kontak mata _____ _____ _____
50
Kesadaran
3. Tingkat kesadaran pasien :
1. waspada/compos mentis
2. apatis
3. somnolen
4. stupor
5. koma ______
Perilaku psikomotor
4. Fungsi berikut mendukung diagnosis (dapat dipilih sampai 3 poin):
1. tidak ada
2. postur
3. gerakan ekspresif
4. gerakan reaktif
5. perawatan diri
6. symbolic gesture
7. gerakan bertujuan _____ _____ ______
5. Gerakan abnormal berikut dapat diobservasi:
1. tidak ada
2. tremor
3. gerakan athetotic
4. gerakan choreatic
5. stupor katatonik
6. tics _____ ______ ______
PERCAKAPAN (CONVERSATION)Atensi dan konsentrasi
6. Selama wawancara pasien tampak :
1. perhatian
2. perhatian mudah teralih (distractable)
3. apatis ______
51
Pembicaraan
7. Pasien memiliki masalah bicara sebagai berikut : (dapat dipilih sampai lebih dari 3 poin)
1. tidak ada
2. artikulasi terganggu
3. dysprosody
4. nonfluency
5. pressure of speech
6. circumscriptions
7. paraphasic language
8. neologistic language
9. tata bahasa yang salah _____ _____ _____
Proses pikir
8. Pasien memiliki gangguan berpikir berikut ini (dapat dipilih sampai lebih dari 3 poin):
1. tidak ada
2. penggunaan kata-kata yang konkret
3. penggunaan kata-kata yang overinclusive
4. sirkumstansial
5. tangensial
6. perseverasi
7. palilalia
8. clang association
9. blocking dan derailment
10. flight of ideas
11. non sequitur
12. fragmentasi
13. rambling
14. driveling
15. word salad ______ _______ _______
Orientasi
9. Pasien memperlihatkan adanya disorientasi berikut (dapat dipilih seluruhnya, jika ada)
1. tidak ada
52
2. terhadap orang
3. terhadap hari dan minggu
4. terhadap hari dan bulan
5. terhadap waktu dalam hari tersebut
6. terhadap bulan
7. terhadap tahun
8. terhadap musim
9. terhadap tempat _____ _____ _____
Memori selama percakapan (conversation) :
10. Pasien menunjukkan bukti berikut dalam memori jenis immediate recall. Jangka
pendek, jangka panjang, dan remote memory:
1. mengulang nama anda (atau benda yang disebutkan)
2. immediate recall mengeja nama anda (atau 4 huruf)
3. mengulang nama anda (atau 4 huruf) selama perjalanan wawancara
4. mengingat kejadian dalam 24 jam
5. mendiskusikan kejadian-kejadian yang sudah berlangsung lama
_____ _____ _____
Afek
11. Afek yang mendominasi pasien saat wawancara :
1. sedih
2. elasi
3. disgust
4. cemas
5. marah
6. bingung
7. merasa bersalah
8. curiga
9. senang ______
12. Afek mana dari 9 yang tertulis diatas yang tidak ditemukan pada pasien : (gunakan
pilihan di nomor 11) _____ _____ _____ _____ _____
53
13. Afek pasien terutama tampak pada:
1. gestur
2. ekspresi wajah
3. postur
4. grooming
5. gerakan reaktif
6. gerakan bertujuan
7. nada bicara
8. irama bicara
9. pemilihan kata ______ _____ _____
14. Pasien mengatur afeknya, terutama melalui :
1. supresi
2. kontrol yang sesuai
3. acting out
4. palsu (faking)
5. tidak salah satu diatas ______
15. Bagaimana intensitas afek pasien menurut pemeriksa
1. tinggi
2. sedang
3. rendah ______
16. Rentang afek pasien menunjukkan
1. sempit
2. sedang
3. luas ______
EKSPLORASI
Mood
17. Sebutan yang digunakan pasien untuk mendeskripsikan kualitas moodnya
18. Seberapa stabil mood pasien dalam 24 jam terakhir? Jika terdapat perubahan mood,
sebutkan jenisnya dan bagaimana mood pasien yang tampak?
54
19. Seberapa reaktif pasien terhadap berita baik? Deskripsikan sedikitnya satu kejadian
baik dan reaksi pasien terhadap hal tersebut.
20. Berikan contoh yang mendemonstrasikan intensitas mood pasien
21. Deskripsikan jika mood pasien yang predominan berubah dalam 4 minggu terakhir dan
berapa lama mood tersebut bertahan?
Energi
22. Deskripsikan seberapa energik pasien.
23. Apakah rencana pasien terorganisir ya tidak
24. Apakah pasien mudah memulai sesuatu ya tidak
25. Apakah pasien banyak menunda ya tidak
26. Apakah pasien memiliki sikap persisten dalam mencapai tujuan ya tidak
27. Apakah pasien dapat menyelesaikan tugas-tugas ya tidak
Persepsi
28. Jika pasien memiliki halusinasi, deskripsikan isinya
29. Bagaimana tilikan pasien terhadap halusinasinya
Isi pikir
30. Jika pasien mempunyai waham, deskripsikan isinya
55
31. Bagaimana tilikan pasien terhadap waham tersebut
32. Klasifikasikan waham pasien menurut isinya, yang predominan :
1. manik
2. depresif
3. skizofrenik
4. non spesifik _________
33. Deskripsikan overvalued ideas yang dimiliki pasien, jika ada
34. Deskripsikan jenis phobia yang dimiliki pasien
35. Jika pasien memiliki ide-ide obsesif, tuliskan
36. Jika pasien memiliki kompulsi, tuliskan
Keluhan somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis
37. Dari ketujuh keluhan somatik yang merupakan uji skrining cepat adanya gangguan
somatisasi, terdapat pada pasien
1. sesak napas
2. dismenore
3. rasa panas di organ seksual
4. rasa tercekik
5. amnesia
6. muntah
7. nyeri di ekstremitas _____ ______ _____ _____ _____
56
38. Pada jawaban pertanyaan 37, lingkarilah gejala-gejala yang memiliki onset sebelum
usia 30 tahun dan tidak memiliki penjelasan medis.
Gejala konversi
39. Tuliskan jika ada
Kepribadian disosiatif
40. Deskripsikan jika pasien pernah memiliki periode amnestik, yang dianggap pasien
sebagai kepribadian yang lain
Serangan paroksismal (berulang)
41. Tuliskan serangan pasroksismal yang dimiliki pasien, jika ada
1. pingsan (fainting)
2. narcoleptic attacks
3. grand mal seizures
4. psedoseizures
5. complex partial seizures
6. panic attacks
7. alcoholic blackouts
8. psychogenic amnesia
9. fugue state
10. hypoglycemic attacks
11. transient global amnesia
12. transient ischemic attacks
13. tic Tourette’s
Tilikan
42. Klasifikasikan pemahaman pasien terhadap penyakitnya
1. Pasien menyadari gejala-gejala yang dimiliki pasien merupakan bagian dari
gangguan
57
2. Pasien menyadari adanya gejala-gejala namun memberikan penjelasan yang
rasional
3. Pasien menyangkal gejala-gejala yang dimiliki pasien adalah bagian dari
gangguannya
Derajat tilikan yang dimiliki pasien :
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan
pertolongan, dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab
eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya
4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang tidak
diketahui dari diri pasien.
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai bagian
dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada dalam diri
pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu
selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti
tilikan derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada
pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal
ini membuat perubahan perilaku pada pasien.
Daya nilai
43. Deskripsikan rencana pasien ke depannya. Apakah hal tersebut realistik?
MATERI ACUAN
58
MENILAI STATUS MENTAL
Penilaian status mental dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu observasi,
percakapan dengan pasien, dan eksplorasi saat melakukan wawancara dengan pasien.
Dalam observasi, pemeriksa dapat mengamati berbagai perilaku pasien kemudian
mencoba mengartikan perilaku tersebut. Dalam observasi, pemeriksa tidak membutuhkan
kerja sama dengan pasien, sementara dalam percakapan dan eksplorasi sangat
tergantung pada tingkat kooperatif pasien. Oleh karenanya pemeriksa perlu membina
rapport dengan pasien sehingga informasi lebih dapat tergali saat wawancara.
Dalam observasi pemeriksa dapat menilai perilaku, penampilan, kesadaran,
aktivitas psikomotor dan afek, yang mulai dapat terlihat sejak menit-menit pertama
wawancara. Untuk pasien-pasien yang menolak berbicara, observasi mungkin merupakan
satu-satunya cara untuk menilai kondisi pasien. Setiap kelainan yang dapat diamati
disebut sebagai tanda.
Percakapan merupakan komunikasi ringan yang tidak terstruktur dengan
pasiennya. Selama percakapan, pemeriksa dapat menilai kondisi pasien sementara
pasien belum menyadari bahwa pemeriksaan sudah dimulai. Pemeriksa dapat menilai
orientasi, pembicaraan, pikiran, perhatian, konsentrasi dan pemahaman, memori jangka
panjang, sedang, pendek dan segera. Pasien yang secara verbal keras, bermusuhan atau
curiga akan menolak ekplorasi, namun tidak menolak percakapan biasa.
Eksplorasi merupakan metode yang digunakan untuk memahami pengalaman
internal pasien yang tidak terlihat, seperti mood, motivasi, persepsi, isi pikir, tilikan dan
daya nilai (judgment). Untuk dapat mengeksplorasi pasien, pasien harus memiliki motivasi
untuk berbicara. Melalui eksplorasi ini, pemeriksa dapat menilai gejala-gejala pada pasien.
Pemeriksa perlu mengetahui kapan ia harus kembali ke percakapan biasa setelah
eksplorasi jika pasien menjadi lebih hostile.
1. ObservasiObservasi dimulai sejak sebelum pemeriksa berbicara dengan pasiennya. Yang
diamati pada pasien antara lain penampilan, tingkat kesadaran, perilaku psikomotor
dan afek. Untuk menilai afek selain dari observasi ekspresi wajah, perlu juga menanyakan
isi pikir pasien, yang akan dibahas pada percakapan dengan pasien.
Penampilan
59
Saat bertemu pasien, pemeriksa dapat mengamati jenis kelamin, usia, ras, status
nutrisi, bentuk tubuh, higiene, cara berpakaian dan kontak mata.
- Jenis kelamin dan usia
Sering kali jenis kelamin dan usia berhubungan dengan diagnosis. Seperti
misalnya pada wanita lebih sering dijumpai anorexia dan bulimia nervosa, somatisasi dan
gangguan mood. Sementara pada pria lebih sering dijumpai kepribadian antisosial, atau
penggunaan alkohol. Pada pasien usia muda gangguan anorexia nervosa, somatisasi,
kepribadian antisosial dan skizofrenia lebih sering dijumpai, sementara pada pasien usia
lanjut sering dijumpai demensia. Pasien yang tampak lebih tua dari usianya mungkin
mempunyai riwayat penggunaan zat, gangguan fungsi kognitif, depresi atau penyakit fisik.
- Latar belakang etnis dan ras
Pemahaman tentang latar belakang etnis dan ras tidak hanya diperlukan untuk
menggambarkan kondisi demografi. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber stres atau
reaksi penyesuaian. Beberapa kultur mempunyai penilaian yang berbeda terhadap
perilaku tertentu. Perbedaan etnis antara pasien dengan pemeriksanya dapat
mempengaruhi interaksi, dapat pula menimbulkan rasa curiga atau tidak percaya.
Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi asumsi tentang suatu perilaku?
Kumpulkan informasi tentang makna perilaku dalam kulur dan etnik yang berbeda
tersebut. Minta bantuan pasien untuk membantu pemeriksa dalam memahami pandangan
pasien, keluarga, atau negara pasien tentang perilaku tersebut.
- Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang buruk dapat merupakan akibat dari gangguan psikiatri seperti
anorexia nervosa pada wanita usia muda, penggunaan alkohol atau zat psikoaktif,
skizofrenia, depresi, atau penyakit medis seperti kanker, diabetes atau endokrinopati.
Sebaliknya kondisi obesitas mungkin berhubungan dengan ganguan makan, gangguan
somatisasi, gangguan mood dengan hiperfagia atau penggunaan obat psikotropika seperti
trisiklik, lithium, atau antipsikotik yang bersifat sedatif (thorazine, thioridazine, termasuk
clozapine).
- Higiene dan cara berpakaian
Perawatan diri yang kurang dapat berhubungan dengan adanya gangguan psikiatri
tertentu seperti demensia, penggunaan alkohol atau zat psikoaktif, depresi atau
60
skizofrenia. Sebaliknya pasien yang tampak rapi secara berlebihan dapat juga
menunjukkan kemungkinan suatu gangguan obsesif kompulsif.
Cara berpakaian dapat menunjukkan status sosial, atau kondisi mood pasien saat
itu seperti depresi dan mania. Pasien yang berpakaian meriah dengan dandanan
berlebihan, sering menunjukkan adanya gejala manik atau histerikal atau suatu gangguan
kognitif. Pasien yang berpakaian aneh dan tidak sesuai, sering menunjukkan adanya
perilaku psikotik. Tanda-tanda ini perlu disadari pemeriksa, namun jangan sampai menjadi
prasangka terhadap pasien. Pemeriksa perlu mengkonfirmasikan cara berpakaian pasien
tersebut, sebelum memutuskan bahwa hal itu memang bagian dari tanda yang
berhubungan dengan suatu gangguan jiwa.
- Kontak mata
Dalam wawancara, sebagian besar pasien dapat menunjukkan kontak mata yang
baik dengan pemeriksa. Kontak mata yang sulit karena pandangan pasien sering
berpindah-pindah dapat merupakan bagian dari gejala distractibility, halusinasi visual,
mania, atau gangguan kognitif. Sementara pasien yang menghindari kontak mata dapat
merupakan suatu ekspresi bermusuhan, malu atau cemas. Terus menjaga kontak mata
dengan pasien dapat mengurangi kecurigaan yang ada pada pasien. Jika memungkinkan,
tanyakan pada pasien tentang hal ini, dan jawaban pasien dapat membantu pemeriksa
untuk menentukan patologi pasien.
Kesadaran
Tingkat kesadaran dapat berubah pada penggunaan zat psikoaktif atau karena
serangan paroksismal dari penyakit-penyakit tertentu, seperti petit mal, grand mal, kejang
parsial kompleks, pingsan, serangan narkoleptik, atau pseudoseizure. Dalam wawancara,
pemeriksa perlu menanyakan riwayat penurunan kesadaran seperti ini sebelumnya.
Apatis (lethargy) juga dapat menggambarkan adanya suatu gangguan mental
akibat kondisi medis umum atau terkait dengan delirium, demensia, kondisi amnesia, atau
gangguan kognitif yang lain. Sebaiknya tidak selalu mengaitkan apatis/lethargy sebagai
akibat dari depresi, intoksikasi alkohol atau zat psikoaktif lain sebelum eksplorasi dan
pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan etiologinya.
Stupor psikogenik juga dapat menyertai panik, somatisasi dan gangguan mood.
Selain itu juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenia katatonik, kondisi delirium,
demensia, amnesia dan gangguan kognitif yang lain.
61
Perilaku psikomotor
Perilaku psikomotor pasien dapat memberi gambaran diagnostik tentang
kesadaran pasien, afek pasien, tingkat energinya, agitasi, gangguan pergerakan yang
merupakan gangguan psikiatri atau neurologi. Pemeriksa perlu menilai :
- Postur
Yang mempertahankan postur tubuh adalah tonus otot seseorang. Tonus otot
berkaitan dengan tingkat energi orang tersebut dan tegangannya. Pasien yang mengalami
agitasi dan tegang akan tampak dengan tonus otot yang tinggi, sementara pasien yang
mengantuk dan tenang akan memperlihatkan tonus otot yang rendah. Postur tubuh tegak
menggambarkan tingkat energi yang tinggi, sementara pasien dengan postur yang
membungkuk mungkin terkait dengan energi yang kurang. Perlu juga diperhatikan adanya
mannerisme, catalepsy, posturing, waxy flexibility yang merupakan tanda-tanda pada
pasien skizofrenia katatonik, gangguan mood yang tidak spesifik atau adanya lesi
midbrain.
- Gerakan psikomotor
Gerakan psikomotor dan bicara merupakan ekspresi dari pikiran dan tindakan.
Gerakan psikomotor dapat dibedakan atas gerakan yang bertujuan, bahasa tubuh
ekspresif dan ilustratif (expressive and illustrative gestures), serta bahasa tubuh simbolik
(symbolic gesture). Sebagai pemeriksa, dokter perlu menilai apakah gerakan yang
dilakukan pasien telah mencapai tujuan. Contohnya pada pasien manik, gerakan yang
dilakukan seringkali tidak selesai atau tidak mencapai tujuan. Gerakan bertujuan akan
berkurang pada pasien depresi, parkinson atau parkinsonisme akibat obat neuroleptik.
Pada pasien dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif, akan kesulitan bertahan
melakukan satu aktivitas misalnya wawancara dengan pemeriksa. Gerakan tubuh
ekspresif dan ilustratif digunakan oleh pasien untuk menekankan apa yang ingin
disampaikan oleh pasien secara verbal. Gerakan ilustratif dapat menggambarkan ucapan
verbal pasien, misalnya saat pasien ingin menunjukkan tinggi, lebar atau bentuk suatu
benda. Sementara gerakan ekspresif digunakan menyertai ucapan verbal pasien untuk
menambah pengekspresian peraasaan atau sikap pasien. Bahasa tubuh simbolik
umumnya tergantung budaya pasien dan menggantikan apa yang ingin dikatakan secara
verbal.
- Gerakan tubuh yang menggambarkan afek pasien
62
Gerakan ini dapat diobservasi dan tampak lebih jelas saat pembicaraan dengan
pasien. Gerakan ini akan dibahas pada komponen pemeriksaan afek.
- Gerakan abnormal kompleks
Yang termasuk gerakan abnormal kompleks adalah stupor, excitement dan
tindakan impulsif. Gerakan excitement akan tampak pada pasien depresi agitasi, mania,
skizofrenia tipe katatonik dan paranoid. Pada excitement katatonik, ekspresi emosi akan
menurun, sementara gerakan lain akan berlebih-lebihan dan kaku. Perilaku kekerasan
disertai tindakan destruktif sering merupakan karakteristik dari postepileptic confusion atau
intoksikasi alkohol yang patologis.Tindakan impulsif menggambarkan adanya defisit pada
tilikan dan daya nilai pasien.
Selain itu perlu pula dinilai adanya gerakan abnormal dengan dasar neuropatologi,
seperti tremor, akathisia, tardivie dyskinesia, choreatic, gerakan athetotic dan tic. Tremor
yang terkait dengan pasien histerikal, biasanya hanya pada satu ekstremitas, bersifat
irregular dan berubah-ubah sejalan dengan waktu. Tremor juga dapat ditimbulkan oleh
rasa takut atau cemas, dan hal ini dapat dikurangi dengan mengalihkan perhatian pasien.
Obat-obat neuroleptik juga dapat mengakibatkan tremor, akathisia dan tardive dyskinesia.
Gerakan athetotic dam choreatic biasanya mengindikasikan adanya gangguan neurologis.
2. Percakapan (Conversation)
Dalam komunikasi yang berbentuk percakapan biasa, perasaan pasien bahwa
dirinya sedang diperiksa akan lebih berkurang. Meskipun dalam percakapan ini pemeriksa
sering kali belum dapat menentukan masalah utama dari diri pasien, namun dapat
mengevaluasi banyak hal, seperti atensi dan konsentrasi, pembicaraan, pikiran pasien dan
afeknya. Hal-hal yang didapatkan pada percakapan ini dapat membantu mengarahkan
pemeriksa ke masalah pasien dan dapat mengevaluasi lebih lanjut pada hal tersebut.
Atensi dan konsentrasi
Ketika bertemu dengan pasien baru, pemeriksa dapat menanyakan pasien datang
dengan siapa, dimana ia memarkir kendaraannya, atau kapan ia membuat janji untuk
datang pada pemeriksa saat ini. Dari pertanyaan tersebut, pemeriksa dapat menentukan
seberapa besar atensi, konsentrasi, orientasi dan memori. Jika pasien menjawab singkat,
coba untuk mendapat informasi yang lebih banyak dan detail. Monitor apakah pasien
63
dapat tetap mengikuti pertanyaan pemeriksa atau beralih. Apakah konsentrasi pasien
hanya terbatas pada subyek yang menarik baginya? Dapatkah pasien berkonsentrasi saat
ia sedang bicara atau mendengarkan pemeriksa?
Beberapa gangguan psikiatri dapat terlihat selama percakapan awal ini. Sebagai
contoh intoksikasi alkohol dapat menyebabkan pasien tampak mengantuk, mabuk dan
tidak dapat memperhatikan pemeriksa; depresi menurunkan minat dan konsentrasi;
pasien dengan lesi lobus frontal awalnya tampak sadar dan memiliki perhatian yang baik,
namun tidak lama kemudian fokus perhatian akan menghilang.
Pembicaraan dan Proses Pikir
Pembicaraan merupakan bentuk yang terucap dari apa yang dipikirkan pasien.
Memahami pembicaraan pasien adalah memahami apa yang sedang dipikirkan pasien.
Pembicaraan dan proses pikir harus dibedakan dalam pemeriksaan pasien. Pembicaraan
diatur oleh pusat bicara pada hemisfer korteks dominan. Gangguan pada pembicaraan
dapat menentukan adanya gangguan pada proses pikir, namun tidak selalu demikian.
Pembicaraan
Pembicaraan pasien dapat menunjukkan jendela untuk masuk ke dalam pikiran
pasien, perasaan yang ditunjukkan oleh afek, dan adanya gangguan artikulasi. Untuk
mengevaluasi hal ini , ajak pasien untuk membicarakan topik emosi sehingga pemeriksa
dapat menilai afek pasien. Untuk gangguan pembicaraan, dapat dievaluasi artikulasi,
irama dan aliran (flow) pembicaran. Sementara untuk proses pikir dapat dievaluasi
penggunaan kata, tata bahasa dan struktur kalimat. Untuk afek dapat dinilai adanya
periode laten dalam berespon terhadap pertanyaan pemeriksa, kecepatan, nada, jumlah,
volume dan naik turunnya pembicaraan pasien.
Gangguan artikulasi pasien (dysarthria atau slurring of speech) sering
mengindikasikan adanya gangguan neurologis atau intoksikasi zat , terutama sedatif,
hipnotik, dan alkohol. Gangguan irama pembicaraan sering disebut sebagai dysprosody,
sebagai contoh pembicaran scanning speech, yaitu pasien menggunakan jeda pada
setiap kata yang diucapkan dalam satu kalimat, terdapat pada multipel sklerosis.
Pembicaraan dengan irama stacato pada pasien epilepsi psikomotor dan irama
menggumam pada pasien chorea Huntington’s.
Bedakan antara kecepatan dan aliran kata. Jika aliran kata terganggu, pasien
berbicara dengan terfragmentasi atau menghubungkan kata-kata yang digunakannya. Jika
64
pasien sulit diinterupsi, mungkin menandakan suatu kesulitan pada kontrol untuk
menghentikan pembicaraan. Aliran yang terus menerus (continous) atau aliran pressure
speech, sering kali terkait dengan adanya tekanan pada pembicaraan sehingga sulit
diinterupsi. Pasien mania, intoksikasi alkohol atau stimulan sering menunjukkan jenis
pembicaraan seperti ini, yaitu continous dan pressure. Pasien dengan anxietas, waham
persekutorik, atau obsesif kompulsif dapat menunjukkan adanya tekanan (pressure) saja
pada pembicaraan.
Kerusakan pada pusat bicara di otak berpengaruh pada kemampuan berbicara dan
menyebabkan bentuk afasia yang berbeda-beda. Kecepatan dan aliran pembicaraan juga
terpengaruh dalam afasia ini. Pembicaraan yang nonfluent, dengan banyak jeda dan
tanpa kata depan, kata sambung, dan pronoun diantara kata benda dan kata kerja,
disebut sebagai bentuk telegram. Pasien-pasien tersebut tampak berusaha untuk
menemukan kata yang sesuai dan terbatas pada kata-kata yang tidak dapat diingat
pasien. Pada kasus ini pasien memiliki afasia jenis ekspresif (motor), yaitu adanya
kerusakan pada area Broca’s pada bagian frontal hemisfer dominan. Hal ini dapat terjadi
spontan setelah trauma kepala atau stroke, atau terjadi lambat pada tumor otak, dan awal
penuaan (penyakit Alzheimer’s). Kondisi ini dapat membedakan gejala pada pasien
depresi dan demensia.
Kata yang dicampur tanpa pemahaman yang jelas dan terus menerus, disebut
sebagai word salad. Pasien yang tidak mampu memahami apa yang disampaikan oleh
pemeriksa mungkin memiliki afasia reseptif (sensorik). Pada afasia ini, area Wernicke’s
pada lobus termporal hemisfre dominan terganggu.
Pada pasien dengan paraphasia, pasien menggunakan kata yang salah,
menciptakan kata baru, atau mengganti struktur fonetik kata-kata yang digunakan. Pada
jenis parafasia semantik, pasien mengganti kata dengan kata, namun penggunaan dalam
kalimat tidak tepat. Contohnya : “ Saya senang mengemudi di dalam tenda saya” . Pada
jenis parafasia literal atau fonemik, pasien mengganti satu kata atau suku kata saja,
contohnya: “Saya menulis surat dengan lena saya”. Pada word approximation, pasien
mengganti satu kata yang benar dengan satu kata yang salah namun memiliki sedikit
hubungan dengan kata yang benar. Misalnya “Saya menulis surat dengang menggunakan
mainan tulis saya”. Pada neologisme terdapat beberapa kata baru yang diciptakan pasien,
contohnya “Saya menulis surat dengan zemps saya. Pada hari minggu saya senang
menonton flom”.
65
Parafasia juga muncul pada pasien skizofrenia atau jenis psikotik fungsional lain
yang bukan merupakan kelainan organik. Terdapat perbedaan antara afasia reseptif dan
parafasia pada pasien skizofrenia, yaitu pada afasia reseptif terdapat:
Miskinnya kata benda dan kata kerja
Banyaknya penggunaan kata sambung, kata depan dan kata-kata sisipan
Neologisme yang acak, tidak berulang, tanpa arti tertentu
Kalimat yang terbatas dan struktur gramatikanya salah
Sementara pada pasien skizofrenia biasanya penggunaan kata neologisme diulang-ulang
dan terkait dengan arti tertentu, struktur gramatika kalimat yang digunakan juga masih
baik. Pasien retardasi mental sering menunjukkan adanya penggunaan tata bahasa yang
salah, selain itu juga tampak pada beberapa pasien skizofrenia, pasien dengan kerusakan
area bicara di otak atau pasien yang berasal dari bangsa asing.
Pembicaraan dan afek
Afek dapat dinilai dari respon pasien, gerakan reaktif, wajah dan cara berpakaian,
serta pembicaraan pasien. Respon yang lambat dalam menjawab pertanyaan dapat
mengindikasikan adanya afek depresi, sementara respon yang cepat terdapat pada
pasien mania. Pasien skizofrenia menunjukkan waktu respon yang bervariasi. Bedakan
antara pasien dengan afek depresi dan kecerdasan yang rendah. Pasien retardasi mental
atau demensia, dapat menjawab pertanyaan sederhana dengan baik, namun menghindar
saat diberikan pertanyaan yang lebih kompleks.
Nada bicara juga dapat menggambarkan adanya suatu gangguan psikiatri. Pasien
manik dapat memperlihatkan nada yang kasar akibat bicara yang terlalu banyak.
Sementara nada bicara yang pelan, ragu-ragu dapat mengindikasikan adanya depresi
atau anxietas. Naik-turunnya nada bicara menggambarkan afek pasien saat itu. Misalnya
nada yang monoton dapat dijumpai pada pasien depresi atau skizofrenia, sementara pada
pasien mania atau somatisasi modulasi bicaranya amat berlebih. Pasien cemas dan
excited sering bicara dengan nada tinggi kemudian menurun dengna kesedihan.
Proses pikir
Proses pikir diutarakan melalui pembicaraan, namun perlu dibedakan adanya
gangguan pada proses pikir dan gangguan dalam pembicaraan. Juga perlu disingkirkan
adanya gangguan dalam pemahaman berbahasa, sebelum mendiagnosa adanya
66
gangguan proses pikir. Tiga kriteria yang dapat membantu menilai pikiran pasien, yaitu
konsep kata yang digunakan, kekuatan asosiasinya dan penggunaan kata yang bertujuan.
Konsep kata
Pasien yang memiliki gangguan dalam konsep kata, menggunakan kata dengan
arti yang konkrit dan overinclusive. Contohnya :
1. Proses pikir konkrit
Pemeriksa : Apa yang membawa anda datang ke sini?
Pasien : Mobil. Saya datang dengan mobil
Pemeriksa: Maksud saya, problem apa yang anda miliki?
Pasien : Kami tidak memiliki masalah dengan mobil kami, perjalanannya baik dan
saudara saya yang mengemudikan.
2. Overinclusive
Pasien memasukkan masalahnya sebagai bagian dari suatu skema permasalahan
besar. Contoh:
Pemeriksa : Apa yang membawa anda ke sini?
Pasien : Barat. Segala sesuatu yang datang dari hangat ke dingin, dari barat, akan
muncul. Saya tinggal di barat dan datang dengan angin dari barat. Seluruh
masalah lebih banyak berasal dari timur. Masalah saya membawa saya dari barat
ke timur.
Kekuatan asosiasi dan penggunaan kata bertujuan
Asosiasi dalam menggunakan kata dan kalimat yang digunakan pasien dapat
berbeda-beda dalam bentuk : perseverasi, verbigerasi atau palilalia, clang asociation,
blocking dan derailment, flight of ideas, non sequitur, fragmentasi, rambling, driveling, dan
word salad. Adanya kelonggaran asosiasi dalam kalimat yang digunakan pasien disebut
sebagai asosiasi longgar (loosening association). Gangguan pada asosiasi umumnya
mengakibatkan gangguan pada penggunaan kata yang bertujuan. Namun demikian pada
bentuk pikir sirkumstansial dan tangensial, penggunaan kata seluruhnya atau sebagian
masih mempunyai tujuan yang benar.
Yang dimaksud dengan sirkumstansial adalah proses pikir yang berputar-putar
dengan disertai detail-detail yang irrelevan. Asosiasi pada kalimat-kalimatnya memiliki
hubungan yang kuat dan pada akhir mencapai tujuan yang ingin disampaikan. Sementara
itu yang dimaksud dengan tangensial adalah proses pikir yang mungkin memiliki asosiasi
67
yang kuat atau longgar, jawaban pasien sering tidak mencapai tujuan yang diinginkan
namun masih di sekitar topik tersebut.
Perseverasi : pasien mengulang kata atau frase yang sama meski subyek telah
diganti, atau pasien bertahan pada satu tema tertentu. Perseverasi dapat muncul pada
gangguan depresi mayor, kerusakan lobus frontal, skizofrenia tipe katatonik.
Verbigerasi atau palilalia: pasien mengulang kata-kata atau frase secara automatis,
terutama pada akhir kalimat.
Clang association: pasien menggunakan kata yang bunyinya sama atau mirip meski
tanpa arti yang logis.
Blocking dan derailment: pada blocking aliran berpikir tiba-tiba berhenti dan jika
setelah jeda beberapa saat pasien memulai dengan ide pikiran yang seluruhnya baru,
disebut dengan derailment.
Flight of ideas: pasien berbicara dengan ide yang melompat-lompat, akibat adanya
distraksi. Ketika pasien menjawab satu pertanyaan, pasien berubah pada ide yang lain
yang biasanya dicetuskan oleh salah satu kata yang diucapkan pada kalimat
sebelumnya. Biasanya ditemukan pada pasien manik dan disertai dengan kecepatan
bicara yang meningkat.
Non sequitur: respon pasien yang sama sekali tidak berkaitan dengan pertanyaan
yang diberikan, baik secara konkret maupun abstrak. Umumnya ditemukan pada
demensia atau skizofrenia.
Fragmentasi : pasien berbicara dengan frase yang tidak saling berkaitan satu sama
lain. Pasien memperlihatkan non sequitur yang terus menerus dalam frase yang
digunakannya. Fragmentasi tidak spesifik untuk gangguan psikiatri tertentu, dapat
berasal dari pasien bipolar, episode manik, skizofrenia tipe disorganized atau katatonik
atau demensia.
Rambling: pasien menggunakan kelompok kalimat yang berhubungan, namun diikuti
dengan kelompok kalimat lain yang tidak memiliki hubungan atau tujuan. Biasanya
didapatkan pada pasien delirium atau intoksikasi zat.
Driveling: pasien yang berbicara dengan tata bahasa dan kalimat yang tampaknya
berhubungan, namun apa yang dibicarakan pasien tidak dapat dimengerti.
Word salad: kata-kata yang digunakan tidak memiliki hubungan arti sehingga
pembicaraan tidak dimengerti.
68
Orientasi
Untuk menilai orientasi tempat, sebagai contoh pasien dapat ditanyakan
bagaimana caranya mencapai tempat pemeriksa. Umumnya pasien rawat jalan yang
mengalami disorientasi tempat yang berat diantar oleh keluarga atau temannya. Orientasi
waktu merupakan indikator sensitif untuk menilai orientasi. Untuk menilai orientasi waktu,
dapat ditanyakan kapan perjanjian untuk bertemu dengan pemeriksa dibuat oleh pasien
atau jika pasien dirawat, sudah berapa lama pasien dirawat. Selain itu juga dinilai orientasi
pasien terhadap orang, misal terhadap pemeriksa sebelumnya atau anggota keluarganya.
Memori
Penilaian memori pasien dapat dilakukan secara informal. Saat pemeriksa
memperkenalkan diri dan pasien dapat mengulang menyebut nama pemeriksa, hal ini
menandakan immediate recall pasien baik. Jika beberapa saat kemudian pasien
memanggil pemeriksa dengan nama pemeriksa, atau menceritakan bagaimana pasien
sampai ke tempat pemeriksa dan dimana ia memarkir kendaraannya, maka memori
jangka pendek pasien dapat dinilai baik. Untuk menilai memori jangka sedang dan
panjang, pasien dapat diajak untuk menceritakan kejadian yang telah beberapa lama
terjadi.
Afek
Afek merupakan manifestasi respon emosi pasien yang tampak dan terdengar,
terhadap kejadian eksternal dan internal yang dialami pasien, yaitu pikiran pasien, ide-ide
pasien, ingatan pasien yang tercetus dan refleksi. Afek dapat dinilai dari respon
autonomik, postur, gerakan wajah dan gerakan reaktif, cara berpakaian, nada bicara,
vokalisasi dan pilihan kata.
Afek perlu dibedakan dari mood, perbedaannya antara lain :
- afek bersifat singkat, dapat hanya berlangsung 1-2 detik, sementara mood
bertahan lebih lama.
- afek berkaitan dengan stimulus dari luar atau dari dalam dan dapat berubah akibat
stimulus tersebut, mood dapat berubah spontan.
69
- afek merupakan emosi yang tampak langsung dari pasien, sementara mood yang
melatar belakangi emosi pasien.
- afek dapat diobservasi oleh pemeriksa (sign), mood dilaporkan oleh pasien
(symptom)
Pada gangguan psikiatri afek dapat berupa rasa jijik (disgust), perplexity (surprise), elasi
(kegembiraan), marah, anxietas/ takut, sedih, berminat, malu (merasa bersalah) dan
kecurigaan.
Dimensi primer dalam menilai afek adalah kualitas, intensitas, durasi dan
keserasian dengan stimuli. Dimensi sekunder adalah rentang (range) dan kontrol pasien
terhadap afeknya.
EKSPLORASI
Dalam observasi dan percakapan, pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan tanpa
adanya persetujuan dari pasien, namun dalam eksplorasi, pemeriksa perlu memiliki kerja
sama yang baik dengan pasien. Selama eksplorasi hal-hal berikut ini tidak boleh sampai
terlewatkan:
1. Keinginan suicide atau homicide yang menggambarkan adanya suatu kondisi yang
membahayakan
2. Kondisi organik pasien, atau kondisi medis umum yang berkontribusi pada
timbulnya gangguan saat ini
3. Penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain yang menimbulkan intoksikasi,
withdrawal dan efek toksik lain pada otak dan sistem tubuh yang lain
4. Adanya gangguan dalam penilaian realita pada pasien, yang merupakan gejala
psikotik seperti halusinasi dan waham
Secara umum selama eksplorasi, pemeriksa dapat menilai mood, level energi pasien,
persepsi, tilikan (terutama tilikan pasien tentang gejala seperti halusinasi dan waham),
serta isi pikir pasien.
Mood
Mood merupakan kondisi perasaan pasien yang dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama. Pasien dapat menyebutkan bagaimana moodnya saat ditanya oleh
pemeriksa. Kadang pemeriksa dapat melihat adanya perbedaaan antara afek dan mood.
70
Hal ini bisa terkait dengan kondisi bahwa afek dapat dikontrol oleh pasien dengan
menggunakan “topeng” sosial, namun mood tetap tergambar dari pasien.
Terdapat lima dimensi mood yang dinilai dalam eksplorasi terhadap pasien, yaitu:
kualitas, stabilitas, reaktivitas, intensitas dan durasinya.
Kualitas mood menggambarkan tema perasaan yang dialami pasien. Kualitas mood tidak
dapat diobservasi dari afek pasien, namun perlu ditanyakan pada pasien langsung,
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:
“Bagaimana perasaan yang mendominasi anda sehari-hari?”
“Bagaimana perasaan anda sekarang?”
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan perasaan pasien yang jelas, seperti “baik”,
“energik”, “semangat”, “sedih”, “lelah”, atau dengan jawaban yang kurang jelas, seperti
“saya merasa berat”, “saya sedang terombang-ambing”, “saya banyak berbaring di rumah
belakangan ini”, atau “ya..saya rasa..”. Untuk mengeksplorasi jawaban pasien yang
kurang jelas ini, pasien dapat diberi pertanyaan demikian:
“Apakah anda lebih sering merasa sedih, lesu, semangat berkurang atau merasa
semangat tinggi, besar, seperti berada di puncak?”. Jika pasien sulit untuk mengutarakan
perasaannya, pemeriksa dapat bertanya tentang aktivitas sehari-harinya atau fungsi
vegetatif pasien, seperti:
“Apakah anda merasa senang berbicara dengan saya?”
“Apakah anda merasa senang melakukan aktivitas kesukaan anda?”
“Apa rencana anda untuk hari-hari selanjutnya?”
“Apakah anda merasa puas dengan pekerjaan dan apa yang anda lakukan setiap
hari?”
“Bagaimana tidur anda, nafsu makan anda, dorongan sexual anda, dan energi
anda?”
Stabilitas Mood
Pemeriksa perlu menilai bagaimana kestabilan mood pasien dalam satu harinya.
Mood yang stabil akan memperlihatkan kondisi perasaan yang tetap sepanjang hari,
sementara mood yang tidak stabil akan berubah dalam satu harinya. Pada gangguan
mood, dikenal variasi diurnal, sehingga dapat ditanyakan pada pasien: “Coba bandingkan
mood anda di pagi hari dengan mood anda di malam hari, apakah terdapat perbedaan?”
“Kapan anda merasa lebih baik, saat sarapan pagi atau saat makan malam?”
Reaktivitas Mood
71
Tidak adanya reaktivitas perasaan merupakan suatu karakteristik pasien dengan
depresi endogen. Pasien merasa tidak ada satu pun hal yang dapat membuatnya merasa
lebih baik. Lain halnya dengan pasien disforik yang merupakan pengguna zat, gangguan
somatisasi atau gangguan kepribadian, pasien-pasien ini akan merasa lebih nyaman jika
situasi sosial lebih baik.
Intensitas Mood
Intensitas mood bervariasi antara dangkal dan intens(dalam). Pasien panik, mania,
atau excitement akibat penggunaan zat akan memperlihatkan mood yang intens. Pasien
skizofrenia memperlihatkan mood yang dangkal, sementara pada pasien depresi, mood
dapat bersifat intens meski dengan afek yang dangkal.
Durasi Mood
Lamanya mood juga dapat menggambarkan diagnosis. Disforia yang berlangsung
beberapa jam sampai hari, mungkin merupakan bagian dari gangguan kepribadian seperti
antisosial atau penggunaan zat. Mood depresi yang berlangsung 2 minggu atau lebih
merupakan suatu episode depresi. Demikian pula halnya dengan mood yang meningkat
selama lebih dari 1 minggu, menggambarkan adanya suatu episode manik.
Tingkat Energi
Tanyakan pada pasien tentang aktivitasnya dalam 24 jam terakhir. Pasien depresi
umumnya mengatakan ia tidak dapan merencanakan, memutuskan, memulai dan
melakukan kegiatan-kegiatannya. Pasien obsesif merasa khawatir akan keragu-raguan
mereka dan perilaku checking yang berulang-ulang. Pasien manik akan banyak memulai
melakukan kegiatan-kegiatan namun sedikit yang dapat diselesaikan. Pasien fobia akan
menunjukkan penghindaran terhadap hal-hal tertentu. Pasien dengan kepribadian
antisosial tampak aktif sehari-harinya, namun lebih banyak dihabiskan pada aktivitas
bersenang-senang dari pada aktivitas yang produktif. Semetara pasien skizofrenia
mungkin dapat menghabiskan waktu seharian untuk menonton televisi.
Persepsi
Persepsi normal berasal dari rangsangan terhadap reseptor sensorik spesifik.
Pada pasien dengan gangguan persepsi, terdapat persepsi panca indera tanpa adanya
stimulasi yang nyata. Pasien psikotik yang mendengarkan suara halusinasi, sering kali
juga menyangkal jika ditanyakan oleh pemeriksa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
72
suara yang melarang pasien membicarakan keadaan ini pada pemeriksa. Oleh karenanya,
pemeriksa perlu menanyakan pada pasien meski pasien menyangkal adanya halusinasi.
Tilikan pasien terhadap halusinasi dapat bervariasi, dan menentukan bagaimana
tilikan pasien terhadap penyakitnya. Pasien dapat mengikuti halusinasinya, berperilaku
sesuai yang dikatakan oleh suara yang didengarnya. Pasien dapat mengatakan adanya
halusinasi namun tidak mengikuti apa yang diperintahkan suara halusinasinya, atau
pasien mengatakan pernah mendengar halusinasi beberapa saat yang lalu namun
menolak untuk membicarakannya lebih lanjut karena pasien menyadari adanya kontradiksi
antara persepsi yang dialaminya dengan realita. Pasien juga dapat mengalami halusinasi
di masa lalu, dan ia menganggap hal tersebut benar. Tilikan pasien yang paling tinggi
terhadap penyakitnya adalah apabila ia menyadari bahwa halusinasi yang pernah
dialaminya adalah bagian dari penyakitnya.
Isi Pikir
Gangguan psikiatri mempunyai karakteristik isi pikir yang patologis, oleh karenanya
dalam pemeriksaan status mental perlu dinilai isi pikir pasien.
1. Tendensi untuk melakukan bunuh diri (suicide) atau membunuh orang lain (homicide).
Pasien sering kali menolak untuk mengatakan adanya impuls agresif untuk membunuh
atau melakukan bunuh diri, oleh karenanya perlu ditanyakan langsung tentang adanya
kemungkinan ini.
2. Waham
Waham merupakan keyakinan yang salah, sering kali tentang suatu keadaan yang
terjadi pada diri pasien, misalnya tetangga yang memata-matai pasien, dan mempunyai
niat jahat terhadap diri pasien.
Yang perlu ditanyakan dalam menilai waham pasien, adalah:
- Isi waham : “Apakah anda pernah mempunyai pikiran yang aneh atau tidak biasa”
atau “Apakah orang lain pernah berpikir bahwa anda memiliki pikiran yang tidak
biasa?”
Kemudian dinilai apakah pasien memiliki waham dengan tema persekutorik,
ketidakadilan, diskriminasi, rasa bersalah, kebesaran, percintaan, kekuatan,
pengetahuan, kecemburuan, penyakit, pasivitas, nihilistik, kemiskinan, persepsi
ekstrasensorik, kemampuan supranatural, menjadi korban dari suatu kejadian yang
aneh atau tidak masuk akal.
73
- Penjelasan tentang waham tersebut : memberi kesempatan pasien untuk
memberikan penjelasan tentang jenis waham yang dialami pasien.Sering pasien
berespon bahwa hal tersebut akan mengontrol, membahayakan, menghukum atau
memuja pasien.
- Maksud dan keinginan waham tersebut terhadap pasien: seringkali pasien
menjawab bahwa pasien merasa hal tersebut akan menyerang atau membuatnya
sulit.
- Reaksi pasien tentang waham: pasien misalnya mengatakan ia akan melawan
atau menyerah.
Macam-macam waham :
1. Waham dengan tema depresif
Isi Penjelasan pasien Harapan pasien Reaksi pasien
Rasa bersalah Merasa diri buruk,
berdosa,
dipengaruhi setan
Hukuman yang
berat
Mengininkan
pengampunan,
penyesalan diri,
pengorbanan diri
Kemiskinan Tidak produktif,
tidak berharga, tidak
bermoral
Diasingkan dari
masyarakat, tidak
lagi memiliki
kebaikan diri
Destruksi diri,
suicide
Nihilistik dan
kematian
Akibat dari
hukuman terhadap
dirinya
Korban yang tidak
mempunyai
harapan dan
kekuatan
Menyakiti diri sendiri
Penyakit Kelemahan dan
ketidakberdayaan
jiwa dan raga
Disabilitas yang
permanen,
kematian
Mencari
pertolongan,
pengorbanan diri
2. Waham dengan tema kebesaran
Isi Penjelasan pasien Harapan pasien Reaksi pasien
Kemampuan
mesias
Dipilih, dilahirkan
kembali, mendapat
Pemujaan,
pengakuan sebagai
Mengkotbahi,
membantu,
74
penghargaan
spesial atas apa
yang diraih
pemimpin umat
manusia
menyembuhkan
Kekayaan Berhak atas
penghargaan
Pemujaan dan
pengakuan dari
masyarakat
Menggunakan
kekayaan untuk
menghilangkan
kemiskinan di dunia
Kekuatan dan
kelebihan
Berhak atas
penghargaan
Penghargaan Membantu dan
memimpin,
menciptakan suatu
yang besar
Kesehatan yang
tidak ada habisnya
dan hidup yang
kekal
Kelebihan dan
pilihan khusus,
terpilih
Pemujaan Memberikan
kelebihannya dalam
berbagai aktivitas
3. Waham dengan tema pasivitas
Isi Penjelasan
pasien
Contoh Reaksi pasien
Insertion of
sensation
(pasivitas
somatik)
Mengalami
perasaan
adanya
kekuatan yang
mengontrol
“Atasan saya memberi
tatapan yang berjalan sampai
ke dalam tubuh saya dan
memberikan sensasi pada
daerah genital saya”
Penerimaan pasif
Thought
broadcasting
Gelombang
radio,
gelombang
magnetik,
telepati
“Kepala saya seperti radio
yang dapat menyiarkan isi
pikir saya pada semua orang,
sehingga dapat didengar”
Tidak memiliki
kontrol, tidak ada
tindakan yang
diambil
Thought
withdrawal
Ada suatu
kekuatan yang
mencuri
“Suatu malam, terjadi angin
besar yang memompa dan
menarik seluruh pikiran saya
Keluhan dan
penerimaan
75
pikirannya keluar dari kepala saya”
Though
insertion
Pikiran dari luar
dipaksa masuk
melalui
gelombang
mikro atau radio
“Tn.X di TV menggunakan
kepala saya untuk berpikir”
Patuh secara pasif
Insertion of
Feelings
Agen di luar diri
pasien
memproyeksikan
perasaannya ke
pasien
“Saudara saya yang sudah
meninggal menyalurkan
kemarahannya pada saya. Ia
berteriak dan menangis,
serta menggunakan tubuh
saya untuk berperilaku
seperti itu”
Pasien
memperlihatkan
perasaan yang
menurutnya
terpaksa ia rasakan
Insertion of
impulse
Impuls dari luar
diri pasien
ditanamkan
dalam diri pasien
“Ada kekuatan jahat yang
menggerakan kepala saya
dan membuat saya melihat
pada tubuh laki-laki”
Menerima
masuknya impuls
Insertion of
outside will
Kekuatan luar
menarik dan
mengontrol
tindakan pasien
Komputer universitas
mengirimkan impuls-impuls
ke seluruh otot saya dan
membuatnya bergerak,
mengontrol tindakan saya”
Kepatuhan seperti
boneka
Delusional
perception
Pasien
memberikan
penjelasan yang
bersifat
delusional
terhadap
persepsi yang
nyata
“Dokter menyilangkan
kakinya, kemudian saya tahu
ia menyuruh saya untuk
pulang dan melakukan
masturbasi”
Kepatuhan terhadap
pesan
4. Waham dengan tema persecutory
76
Isi Penjelasan pasien Harapan pasien Reaksi pasien
Persecution Cemburu Memenangkan
perselisihan dengan
orang yang
dicemburui
Berhati-hati, marah-
marah secara
verbal atau
kekerasan fisik.
Terdapat pada
pasien skizofrenia,
gangguan waham
Persecution Kerusakan moral,
dosa
Hukuman Penyalahan diri, menyerahkan diri untuk dihukum, mengharap pengampunan.Terdapat pada pasien depresi
Persecution Salah pengertian
terhadap maksud
baik persekutor
Pengakuan
terhadap maksud
baik pasien
Demonstrasi maksud baik yang dilakukan pasien.Terdapat pada pasien mania
Persecution Menjadi lebih wild,
tidak mampu
menentukan alasan
untuk persecution
Harapan untuk
menghentikan
persecution
Ketakutan, proteksi
diri yang hostile,
kepatuhan,
penyesalan.
Terdapat pada
pasien gangguan
kognitif
3. Overvalued ideas (ide-ide yang berlebihan)
Mirip dengan waham, ide-ide yang berlebihan ini tidak dapat dikoreksi dengan
alasan yang logis, meskipun kadang kala ide-ide tersebut tidak sepenuhnya salah. Ide-ide
tersebut dapat bersifat persisten dan kepentingannya dilebih-lebihkan.
4. Fobia
77
Phobia merupakan kecemasan terhadap stimulus spesifik tertentu yang bersifat tidak
beralasan dan tidak dapat dijelaskan, disertai dengan perilaku menghindar.
5. Pikiran obsesif
Isi pikir berulang-ulang yang muncul dalam pikiran pasien, sering kali menghabiskan
waktu pasien dan menimbulkan kecemasan jika tidak diikuti dengan perilaku kompulsif
(perilaku berulang tanpa arti yang jelas, yang dilakukan pasien untuk mengikuti pikiran
obsesif atau aturan yang ditanamkan dari diri pasien). Pikiran obsesif ini bersifat ego
distonik.
Gejala Somatik yang Tidak Dapat Dijelaskan Secara Medis
Gejala-gejala somatik yang beraneka-ragam yang tidak dapat dijelaskan secara
medik menunjukkan kemungkinan adanya gangguan somatisasi. Untuk menyaring gejala-
gejala gangguan somatisasi secara efisien, tanyakan gejala-gejala berikut: sesak nafas,
dismenore, sensasi panas di organ seksual, perasaan seperti ada sumbatan di
tenggorokan, amnesia, muntah/mual, dan paralisis. Bila pasien mempunyai dua atau lebih
gejala-gejala tersebut, mengganggu kehidupan sehari-hari, tak dapat dijelaskan secara
medik, dan timbul sebelum usia 30 tahun, maka harus dipikirkan kemungkinan gangguan
somatisasi.
Konversi
Konversi adalah gejala-gejala neurologik yang secara medis tidak dapat dijelaskan,
misalnya paralisis, kebutaan, ketulian. Umumnya gejala konversi muncul setelah suatu
stres atau bersamaan dengan gejala somatik multipel, dan sering memiliki “secondary
gain” yaitu keuntungan eksternal bagi diri pasien.
Disosiasi
Gangguan identitas disosiatif merupakan keadaan yang relatif mudah dinilai
apabila pasien pribadi yang satu mengenali pribadi lainnya. Dalam keadaan ini pemeriksa
dapat menanyakannya langsung.
78
Bila kepribadian yang sekarang tidak menyadari adanya pribadi lainnya maka ia
akan menyangkal hal tersebut. Dalam hal itu anda dapat mencari adanya gangguan
memori atau hilangnya waktu tertentu dari ingatannya. Dapat juga diminta data dari
keluarga yang mengatakan bahwa pasien mengatakan memiliki nama yang lain,
berpakaian berbeda, bicara dengan suara yang berbeda atau dapat juga mengatakan
tidak mengetahui identitas aslinya. Anda juga dapat mewawancarai pasien berdasarkan
laporan ini. Dapat juga dilakukan hipnosis untuk mendapatkan data.
Penilaian terhadap gangguan disosiatif seringkali sulit apabila pasien menampilkan
hostilitas serta gejala yang mirip dengan gejala psikosis. Bila hostilitas ditujukan kepada
pewawancara, maka tenangkan pasien dengan neuroleptik dan lanjutkan wawancara
untuk menemukan sifat disosiatif dari perilakunya, tak perlu membina rapport lagi.
Anda dapat mengenali tanda-tanda disosiatif samar selama wawancara yaitu bila
ada fluktuasi rapport, afek, sikap, pandangan, memori, perilaku yang memberi kesan
adanya perubahan kepribadian. Hal ini dapat dipakai sebagai pintu masuk untuk
menelusuri gangguan kepribadian disosiatif.
Serangan Paroksismal
Keadaan ini seringkali tak terdeteksi karena pasien tidak merasa memiliki
gangguan psikiatrik tapi menderita gangguan neurologik atau medik. yang gambarannya
berupa serangan yang paroksismal (berulang). Jika dalam anamnesis pasien mengatakan
memiliki jenis serangan tertentu yang berulang, pemeriksa perlu mendeskripsikan apa
yang dimaksud pasien dengan serangan tersebut, gejala-gejalanya, durasinya, kapan dan
bagaimana munculnya apa yang memicu timbulnya gejala, bagaimana jenis-jenisnya.
Berikut adalah bentuk serangan yang paling sering didapati:
Pingsan (syncope)
Serangan-serangan narkoleptik
Grand mal seizures
Pseudoseizure
Complex partial atau temporal lobe seizure
Serangan-serangan panik
Serangan-serangan amnestik (alcoholic blackout)
Amnesia Disosiatif
Fugue Disosiatif
79
Hypoglicemic attack
Transient global amnesia
Transient ischemic attacks (TIA)
Fungsi Eksekutif
Yang termasuk fungsi eksekutif adalah fungsi merencanakan, mengorganisasi,
mengurutkan, dan berpikir abstrak. Untuk menilai fungsi eksekutif dapat dilakukan dengan
pendekatan induktif dan deduktif. Pendekatan induktif berfokus pada fungsi kognitif dasar
seperti atensi, konsentrasi, shifting sets dan memori. Pada tingkat yang lebih kompleks
terdiri dari fungsi abstraksi, problem solving dan dimensi intelegensi.
Pendekatan deduktif mempunyai target pada fungsi yang paling kompleks yang
langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari pasien. Carilah bukti-bukti adanya
penurunan efektivitas intelektual pasien yang tampak pada kegiatan sehari-hari. Hal ini
lebih penting dibandingkan dengan melakukan serangkaian tes pada pasien. Pemeriksa
dapat menilai tentang perencanaan dengan menanyakan pada pasien apakah ia tetap
melakukan kegiatannya sesuai dengan jadwal sehari-hari, merencanakan pengeluaran
sehari-hari, atau apakah ia menggunakan waktunya dengan bijaksana. Untuk menilai
fungsi mengurutkan, dapat ditanyakan apakah pasien dapat memprioritaskan kegiatan-
kegiatan sehari-harinya di pekerjaan atau di rumah. Pemeriksa dapat menilai kemampuan
berpikir abstrak dengan berdiskusi tentang prinsip-prinsip yang diambil pasien dalam
menetapkan prioritas.
Tilikan (Insight)
Yang dimaksud dengan tilikan adalah pemahaman pasien tentang penyakit yang
dialaminya.
Derajat tilikan yang dimiliki pasien :
1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan
2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan pertolongan,
dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya
3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab
eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya
80
4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang tidak
diketahui dari diri pasien.
5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai bagian dari
penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada dalam diri pasien,
namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu
selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)
6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti tilikan
derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada pada diri
pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal ini membuat
perubahan perilaku pada pasien.
Daya Nilai (Judgment)
Judgment adalah kemampuan untuk memilih tindakan yang memiliki tujuan, dan
arti yang sesuai, yang dapat diterima secara sosial. Hal ini merefleksikan penilaian realita,
intelegensi dan pengalaman. Daya nilai dapat menjadi indikator sensitif untuk adanya
fungsi mental yang terganggu, karena daya nilai memerlukan integrasi dari pemahaman
realita eksternal, pemahaman internal dan keterampilan hidup.
Reference:
Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using DSM-IV. Volume1: Fundamentals. Washington: American Psychiatric Press Inc., 1994., hal. 99 – 151.
_________________
81