FG 6 : Dika Dina Rahayu 1106021500Himella Asfi Rasigita 1106018455Moh Khaerul Effendi 1106003144Rizky Annisa Rahadiany 1106014122Septiani Anwar 1106008681
Cardiovascular Heart Failure (CHF) pada Lansia (kasus 2)
Tujuan Presentasi :
1. Menjelaskan tentang perubahan anatomis dan fisiologis jantung pada lansia.
2. Menjelaskan gagal jantung kongestif pada lansia.
3. Menjelaskan etiologi,patofisiologi,manifestasi klinis, jenis dan komplikasi gagal jantung kongestif.
4. Menjelaskan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi dan evaluasi) pada lansia dengan gagal jantung kongestif.
Outline :
Perubahan anatomis & fisiologis jantung pada lansia
Pengertian, jenis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan komplikasi gagal
jantung.
Asuhan keperawatan gagal jantung.
Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler pada Lansia
Perubahan pada jantung1. Penumpukan amiloid2. Akumulasi lipofuscin3. Katup jantung mengalami penebalan
dan mengalami penurunan elastisitas4. Terjadinya peningkatan jaringan ikat
pada jantung5. Atrofi atau hipertrofi6. Penebalan endokardium atrium,
penebalan katup atriventrikular, serta kalsifikasi sebagian dari annulus mitral katup aorta
Perubahan pada pembuluh darah
Tunica intima Media tunika
kerusakan pada sel endotel peningkatan kolagen dan kalsifikasi elastin serat, sehingga pembuluh darah menjadi kaku atau terjadi pernurunan elastisitas
Terjadi adalah terjadi pengentalan tunica intima oleh adanya fibrosis, proliferasi sel, lipid, serta akumulasi kalsium
arteri membesar dan memanjang.
dinding arteri lebih rentan terhadap aterosklerosis
Secara keseluruhan kekakuan pada pembuluh darah akan menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah
sistolik
Cardiovascular Heart Failure
Pengertian CHF
Cardiovascular Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada jantung dikarenakan faktor usia (Wallace, 2008)
Cardiovascular Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Anderson, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa :
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan
dimana jantung mengalami kegagalan
untuk memompa darah disebabkan karena salah
satunya faktor usia sehingga kebutuhan darah
tidak terpenuhi secara adekuat
Etiologi :
1. Hipertensi2. Arterosklerosis3. Aritmia4. Penyakit katup jantung5. Penyakit arteri koroner6. Penyakit jantung iskemik7. Merokok, obat-obatan, dan alkhohol
(eksternal)8. Faktor usia
(Internal)
Manifestasi Klinis :
1. Dyspnea2. Edema ekstremitas3. Distensi vena jugular4. Hepatomegali5. Kelemahan6. Edema paru
Komplikasi :
PPOK
Anemia Nutrisional
Gagal ginjal
Jenis gagal jantung :
Gagal jantung
kiriGagal
jantung kanan
Patofisiologi CHF
Regugirtasi aorta dan cacat septum
ventrikel
Stenosis aorta dan hipertensi sistemik
Menurunkan kontraktilitas miokardium
Meningkatkan beban awal
Meningkatkan beban akhir
Gangguan kemampuan kontraktilitas jantung
Daya kembang ruang jantung berubah
Kemampuan ventrikel kiri mengosongkan diri
Volume residu ventrikel
Volume sekuncup
Respon simpatis kompensatoris
EDV (volume akhir diastolik)
LVDEP (tekanan akhir diastolik ventrikel kiri)
LAP diteruskan ke vena pulmonalis
LAP (tekanan atrium kiri)
Vasokonstriksi arteri perifer
Aktivasi renin-angiotensin-aldosteron
Aliran darah ke ginjal dan kulit
Pucat, mudah lelah
Retensi natrium & air
Peningkatan volume plasma
Tek. Darah Hipertrofi ventrikel
kanan
PATOFISIOLOGI
Tekanan pada vena pulmonalis
Tek. Terhadap ejeksi ventrikel kanan
Hipertrofi ventrikel kanan
Gagal jantung kanan
Distensi vena jugularis
Terjadi kongesti di ektremitas
Edema
Tek. Hidrostatik > tek. Onkotik pada vena pulmonalis
Cairan intraseluler keluar menuju interstisial pada vena pulmonalis
Edema paru
Batuk, suara ronkhi, sesak napas
PATOFISIOLOGI
Kasus : Seorang laki-laki berusia 66 tahun tinggal disebuah panti werdha, mengeluh sesak dan kaki bengkak pada perawat di poliklinik panti. Hasil pengkajian didapatkan data klien tampak lemah, berat badan 78kg, tinggi badan 161cm, suara napas ronchi, dan edema derajat 2 pada ekstremitas bawah kanan. Sehari-hari klien membantu petugas panti menjaga kebersihan kebun, namun saat ini klien tidak lagi melakukannya.
Asuhan Keperawatan pada Kasus 21. pengkajian
Identitas Klien 1. Nama : Kakek. X2. Umur : 66 tahun3. Jenis Kelamin : Laki-laki4. Tinggi Badan : 161 cm5. Berat Badan : 78 Kg
Termasuk dalam overweight. Nilai : 30 (overweight) Rumus : BB (kg)/TB2 (m2)
Anamnesis1. Keluhan Utama: sesak dan edema ekstremitas
bawah.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : Adanya retraksi dada menunjukkan
kesulitan bernapas
b. Palpasi : pada klien dengan gagal jantung akan teraba
denyut nadi perifer melemah, terdapat edema tungkai,
dan distensi vena jugularis.
Pemeriksaan Fisik (2)c. Perkusi : Mengukur besar jantung dan
mengetahui posisi jantung.
d. Auskultasi: Ronchi (akibat penumpukan cairan di paru-paru) Tekanan darah menurun akibat penurunan volume sekuncup Bunyi jantung S4 dapat terdengar pada lansia yang sehat ataupun pada lansia yang memiliki penyakit jantung karena lansia mengalami penurunan kelenturan ventrikel.Sepertiga dari individu yang mendekati usia 60 tahun dan separuh individu yang mencapai usia 85 tahun akan memiliki bising sistolik aorta.
Pengkajian kebutuhan dasar
Tekanan Darah.
Aktivitas/istirahat.
Sirkulasi.
Makanan/cairan.
Higiene.
Neurosensori.
Nyeri/kenyamanan.
Pernapasan.
Keamanan.
Interaksi sosial.
Pemeriksaan penunjanga. EKG (elektrokardiografi) : hipertropi atrial
atau ventrikel, penyimpangan aksis dan
iskemia
b. Rontgen dada: dapat menunjukkan
perbesaran jantung, pembesaran atrium,
pelebaran arteri pulmonal, aorta yang
relatif kecil, pembesaran ventrikel kanan,
perkapuran di daerah katup mitral atau
perkardium. Pada paru-paru terlihat tanda-
tanda bendungan vena.
Pemeriksaan penunjangc. Ekokardiografi : Pemeriksaan ekokardiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat
penting dalam penegakan diagnosis. Dapat digunakan untuk menentukan derajat
stenosis, dimensi ruang untuk jantung, ada tidaknya kelainan penyerta, dan ada
tidaknya trombus pada atrium kiri.
d. Analisa gas darah: gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan
atau hiposemia
Pemeriksaan Laboratorium a. CK (Creatin Kinase): Pria < 130 u/L, CKMB CK-MB : < 16 U/L atau <
6% dari CK
b. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase: 0-50 (u/l), SGPT
(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase): 0-50 (u/l). Pada umumnya nilai
tes SGPT lebih tinggi daripada SGOT.
c. GDS (Gula Darah Sewaktu) : Nilai rujukan 60-120 mg/dl.
d. Hb: rentangnya adalah 13.5-17.5 (g/dl). Albumin rentang normalnya 3.8-
5.0 (gr %)
e. Kadar Elektrolit Normal : Natrium = 136-145 mmol/L, Klorida = 98-106
mmol/L, Magnesium = 0,65-1,05 mmol , Kalsium = 2,25-2,75 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
D(x) 1: Penurunan curah jantung berhubugan dengan gangguan preload
Data Objektif:Edema derajat 2 pada ekstremitas bawah kananKeletihanKenaikan berat badan Data Subjektif:Klien mengeluh kaki bengkakTujuan:Klien mendapatkan status sirkulasi yang baik
Intervensi Rasional
Auskultasi nadi perifer Catat bunyi jantung
Palpasi nadi perifer
Pantau tekanan darah
Kaji kulit terhadap pucat dan
sianosis Pantau haluaran urin Sediakan lingkungan yang nyaman:
membantu pasien menghindari stres Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi dan catat respon klien
Biasanya terjadi takikardia Irama gallop umum S3 dan S4 dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang mengalami distensi
Penurunan curah jantung dapat menunjukkan turunnya nadi radial, popliteal, dorsalis pedis dan posubial
Pada CHF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tak dapat normal lagi
Pucat menunjukkan turunnya perfusi perifer, sianosis dapat terjadi sebagai refraktori
Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium
Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung
Dengan pemberian obat dapat meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas
D(x) 2 : Intoleransi aktivitas
Data Objektif:Klien terlihat lemahData subjektif: Klien mengatakan sudah berhenti dari
pekerjaan Tujuan:Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap
aktivitas dan tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan seperti sesak napas serta TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
Terapi Aktivitas:• Kaji kemampuan klien
melakukan aktivitas• Jelaskan pada klien manfaat
aktivitas bertahap
• Tetap sertakan oksigen saat aktivitas
• Periksa TTV sebelum dan sesudah latihan aktivitas
Manajemen Energi:• Rencanakan aktivitas klien
secara bertahap
• Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas
Manajemen Nutrisi dan Dukungan:• Monitor intake nutrisi • Emotional support dan
reinfortcement positif
• Menentukan kemampuan dan toleransi klien dalam beraktivitas
• Pengetahuan klien mengenai manfaat aktivitas dapat meningkatkan motivasi klien untuk berlatih aktivitas secara bertahap
• Antisipasi jika klien mengalami penurunan saturasi oksigen selama latihan aktivitas
• Mengetahui tingkat toleransi serta perbaikan kondisi klien dalam melakukan
• Memfasilitasi klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan toleransi fisiologis tubuh
• Istirahat dapat memulihkan energi dan mencegah terjadinya perburukan kondisi
• Nutrisi merupakan sumber energi yang memfasilitasi klien untuk dapat melakukan aktivitas
• Dukungan emosional dapat meningkatkan kepercayaan diri serta motivasi klien dalam berlatih aktivitas
D(x) 3 : Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan peningkatan tekanan hidrostatik akibat bendungan vena balik dan gangguan pengosongan ventrikel
Data Objektif:Edema derajat 2 di ekstrimitas kanan bawahSuara napas ronchi (efusi pleura/ kongesti
pulmonal)Data subjektif: -Tujuan:Tercapainya keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh klien setelah diberikan intervensi
Intervensi Rasional
Fluid monitoring• Ukur dan monitor TTV serta
keadaan umum secara rutin• Ukur balance cairan / 24 jam
(intake dan output) atau per shif jaga, sesuai kebutuhan
• Timbang BB setiap hari jika memungkinkan
• Restriksi cairan • Monitor serum albumin dan
protein total Fluid manajemen:• Kaji lokasi dan luas edema • Atur posisi elevasi 30-45
derajat
• TTV dan KU dapat merefleksikan status cairan dan elektrolit dalam tubuh
• Intake dan output cairan dapat digunakan sebagai indikator paling valid dalam menentukan status serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Perubahan berat badan merupakan salah satu manifestasi klinis terjadinya masalah keseimbangan cairan dan elektrolit
• Pembatasan jumlah cairan mencegah terjadinya penumpukan atau perburukan kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit (kelebihan volume cairan)
• Sifat dan fungsi albumin dalam darah serta jumlah protein total dapat digunakan untuk pengkajian status cairan dan elektrolit
• Menentukan masalah kesehatan (dalam hal ini gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit) serta intervensi yang dibutuhkan
• Pemberian posisi elevasi pada daerah dengan edema dapat mengurangi edema itu sendiri serta memperbaiki sirkulasi jaringan di daerah tersebut
• Kaji distensi leher (JVP) • Monitor balance cairan
Kolaborasi:• Pemberian diuretik • Kolaborasi restriksi
asupan natrium dan balance kalium
• Distensi vena jugularis (JVP) merupakan salah satu manifestasi klinis terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Mencegah terjadinya perburukan status cairan serta untuk mengamati perubahan status cairan dan elektrolit
• Diuretik merupkan substansi yang dapat menarik cairan dan mengeluarkan kelebihan cairan dari tubuh melalui urin
• Natrium dan kalium merupakan substansi yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
D(x) : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Batasan Karakteristik:Dispnea, Ketidaknormalan frekuensi, irama, dan
kedalaman napas, Napas cuping hidung, Takikardia, Somnolen, AGD tidak normal, Hipoksia
Tujuan:Adanya kemampuan bernapas yang adekuat
Intervensi Rasional
Identifikasi kebutuhan klien terhadap pemasangan jalan napas aktual atau potensial
Auskultasi suara napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
Pantau status pernapasan dan oksigenasi , sesuai dengan kebutuhan
Ajarkan batuk efektif apabila ada sekret Kolaboratif : AGD, obat antiaritmia, dan obat-obatan lain yang
disarankan Atur posisi semi fowler atau yang nyaman
Atur posisi untuk mengurangi dispnea Pantau pernapasan dengan cermat ketika
menggunakan antidepresan Apabila menggunakan oksigen, gunakan aliran
rendah
Untuk menentukan status pernapasan klien
Untuk mengetahui aktivitas paru
Untuk menjaga kestabilan kondisi klien
Melonggarkan jalan napas Untuk memberikan medikasi yang
mendukung Untuk memaksimalkan potensial
ventilasi Untuk mengurangi sesak Waspadai efek samping obat
Mencegah gawat napas akibat oksigen
Penatalaksanaan Medis dan non medis
Penatalaksanaan Medis
Digitalis
Terapi Diuretik
Vasodilator
Digitalis 1. Berfungsi untuk meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
2. Obat digoksin. Untuk penggunaan lansia, berikut dosisnya :
3. Kapsul : untuk digitalisasi cepat, diawali dengan 0,4-0,6mg per oral. Lalu setelahnya beri 0,1-0,3mg setiap 6-8jam selama 24jam. Untuk digitalisasi yang lambat beri 0,05-0,35mg untuk 2 kali pemberian selama 7-22hari.
4. Lansia harus waspada dengan obat ini karena dapat menyebabkan anoreksia, mual, dan muntah adalah efek awal keracunan digitalis
Terapi Diuretik1. Diuretik paling efektif adalah loop diuretik,
contohnya adalah furosemid.
2. Dosis furosemid untuk lansia yang mengalami edema adalah 20-80 mg pemberian obat setiap pagi
3. Ketika dosis sudah dicapai, maka beri 1-2 kali per hari.
4. Terapi diuretik jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia (kekurangan natrium dalam darah) yang mengakibatkan lemah, letih, malase, keram otot, dan denyut nadi yang kecil dan cepat.
Vasodilator 1. Obat-obat ini memperbaiki pengosongan
ventrikel dan pengosongan kapasitas vena.
2. Vasodilator yang biasanya digunakan adalah nitrogliserin
Penatalaksanaan non medis
Istirahat Mutlak
Intravena
Diet Natrium
Eliminasi
Olahraga
Istirahat & Intravena1. Istirahat Mutlak => Dengan istirahat tirah
baring yang adekuat dapat mengurangi beban jantung.
2. Intravena => Jika mendapat cairan intravena harus diperhatikan agar tetesan tidak terlalu cepat karena akan menambah sesak nafas. Jika klien mendapatkan diuretikum terlalu lama dapat mengakibatkan gangguan asam basa dan elektrolit, oleh karena itu perlu diperhatikan juga sudah beberapa lama diberikan.
Diet NatriumPembatasan natrium bertujuan untuk mencegah atau mengurangi edema pada gagal jantung. Pembatasan natrium per hari adalah 1000-2000 mg natrium. Pasien yang sedang dalam diet natrium tidak diperbolehkan mengonsumsi sirup obat batuk atau obat penenang karena produk tersebut menganduk natrium dan kalium yang berlebihan.
Eliminasi & Olahraga1. Eliminasi => Klien dengan gagal jantung
perlu diperhatikan mengenai pemasukan/ pengeluaran cairan selama 24 jam. Urin dikumpulkan dan diukur, begitu juga pemasukan cairan. Perhatikan apakah klien dapat defekasi setiap hari, karena konstipasi akan memperberat kerja jantung.
2. Olahraga => Latihan fisik berskala sedang dapat membantu memperbaiki kerusakan yang telah terjadi
Referensi :Ball, Stephen et al. (1996). Buku Pedoman Gagal
Jantung. Jakarta : HoechstBickley, Lynn S. (2009). Buku ajar pemeriksaan fisik dan
riwayat kesehatan Bates.Jakarta: EGCHolmes, N. (2008). Nursing 2008 Drug handbook.
Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins Mauk, K. L. Gerontological Nursing : Competencies For
Care 2nd ed. Jones and Barlett Publisher, LCCMiller, C. A. (2004). Nursing for wellness in older adults :
theory and practice. 4th ed. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins
NANDA International. (2012). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Referensi (cont) : Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCSmeltzer, S.C & Bare, B. G. (1997). Buku ajar keperawatn
medikal bedah Brunner & Suddarth Vol. 2 Ed: 8. Terj. Ester, K.M, Hartono, A. & Asih, Y. Jakarta: EGC
Stanley, M & Patricia, G. B. (2007). Gerontological Nursing : A health Promotion/ protection Approach, 2nd Edition. Philadelphia : Davis Company
Wallace. M. (2008). Essentials of Gerontological Nursing. New York : Springer Publishing Company
Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2002). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Ed: 9. Jakarta: EGC