KANKER PANKREAS
I. PENDAHULUAN
Pankreas merupakan suatu organ penting yang berfungsi sebagai
kelenjar eksokrin dan endokrin. Dikatakan kelenjar eksokrin karena pankreas
memiliki sel-sel asinus yang setiap harinya menyekresikan sekitar 2-2.5 liter enzim-
enzim dan pro-enzim pencernaan yang kaya akan bicarbonate misalnya,
tripsinogen, chymotripsinogen, procarboxypeptidase, proelastase, dan
prophospolipase A dan B. (1)
Adapun pankreas dikatakan juga sebagai kelenjar endokrin karena
pankreas memiliki pulau-pulau langerhans yang mengandung sel-sel alpha ( )α , beta
( )β , dan delta ( ) δ yang akan menyekresikan hormon-hormon langsung ke aliran
darah. Sel-sel tersebut menyekresikan hormone-hormon yang berbeda,yaitu :
o Sel α menyekresikan hormon glukagon yang berfungsi untuk (2,3) :
Meningkatkan kadar gula darah.
Menurunkan konsentrasi insulin dalam darah.
o Sel β menyekresikan hormon insulin yang berfungsi untuk :
Menstimulasi pemakaian dan penyimpanan glukosa pada otot dan
jaringan.
Meningkatkan proses glikogenesis pada hepar dan otot skelet.
Mempercepat pengangkutan asam amino dan sintesis protein pada
sel.
Memicu sintesis asam lemak dan penyimpanan lemak pada jaringan
adipose.
Menghambat pemecahan protein, lemak, dan glukoneogenesis.
o Sel δ menyekresikan hormon somatostatin yang juga diproduksi di
hypothalamus, dimana berfungsi untuk menghambat (negative feed back)
sekresi insulin dan glukagon.
Secara anatomis, pankreas terletak secara transversal pada rongga
retroperitoneal dan dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan vaskularisasinya yaitu :
caput, corpus, dan caudal. Pada orang dewasa, panjang pankreas + 20 cm dan berat
9
+ 90 gram pada laki-laki dan + 85 gram pada perempuan. Pankreas memiliki
ductus-ductus untuk menyalurkan hasil sekresinya ke dalam duodenum. (1)
Gambar 1 : Gambaran anatomis pankreas normal. (dikutip dari kepustakaan 1)
Gambar 2 : Gambaran histologis sel-sel pankreas. (1: Retikulum Pulau Langerhans,
A: Sel α, B: Sel β, D: Sel δ ; 2: sel asinus) (dikutip dari kepustakaan 3)
Berbagai faktor baik secara eksogen dan endogen dapat memicu
terjadinya kanker pankreas. Pada + 90% kanker pankreas ialah kanker ganas dari
kelenjar eksokrin yaitu, adenokarsinoma ductus pankreas. Kanker pankreas dapat
mengenai kaput (+ 70%), korpus (15-20%), dan kauda (10%). Adapun perbedaan
lokasi dari kanker pankreas ini akan memberikan berbagai gambaran klinik yang
berbeda pula. (4)
10
II. EPIDEMIOLOGI
Kanker pankreas hanya berjumlah 2% dari seluruh kasus kanker baru di
Amerika Serikat namun, menjadi penyebab kematian keempat akibat kanker.
Kanker pankreas jarang terdapat pada orang dengan usia kurang dari 50 tahun dan
resikonya meningkat seiring dengan usia. Sekitar 80% kasus mengenai penderita
yang berusia 60-80 tahun. Selain itu, merokok, diabetes, obesitas, dan alkohol juga
meningkatkan resiko terjadinya kanker pankreas. Penderita laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan dengan perbandingan 1,2-1,5 : 1. Lebih dari 2/3 kasus kanker
pankreas terletak pada caputnya. (4,5)
III. ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
Sampai saat ini, penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya berbagai faktor resiko yang mempermudah
seseorang untuk menderita kanker pankreas. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
faktor-faktor resiko tersebut mempengaruhi sel-sel DNA pada pankreas yang akan
menyebabkan bertumbuhan abnormal dari sel. Dijelaskan pula bahwa mutasi DNA
sel-sel pankreas lebih banyak terjadi setelah kelahiran dibandingkan secara
herediter. Pada pengamatan suatu adenokarsinoma pankreas, didapatkan gambaran
histopatologi terhadap 3 macam lesi yang menjadi precursor terjadinya kanker
prankreas. Lesi-lesi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. (7,8)
Gambar 3 : Gambaran histolopatologi suatu ductus pankreas normal yang dapat
mengalami 3 macam lesi sebagai precursor untuk terjadinya kanker pankreas.
(dikutip dari kepustakaan 8)
11
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (4,6,7) :
o Faktor eksogen (Lingkungan)
Merokok
Merokok merupakan penyebab terbanyak kanker pankreas. Perokok
memiliki resiko 1,4-2,3 kali lebih besar untuk menderita kanker
pankreas dan jika pada usia 40-50 tahun tetap menjadi perokok
maka, akan meningkatkan resiko lima kali lebih besar untuk
menderita kanker pankreas. Diperlukan waktu berhenti merokok
minimal 10 tahun untuk menurunkan kembali resiko menderita
kanker pankreas seperti pada orang yang bukan perokok.
Alkohol
Alkohol bukan merupakan faktor yang secara langsung
menyebabkan kanker pankreas namun, dengan adanya riwayat
konsumsi alkohol yang lama dalam jumlah banyak maka, akan
mencetus terjadinya pancreatitis kronik. Adapun pancreatitis kronik
merupakan faktor endogen untuk terjadinya kanker pankreas.
Diet
Konsumsi daging merah, khususnya yang telah diproses di pabrik,
meningkatkan resiko terjadinya kanker pankreas. Sedangkan
konsumsi sayur dan buah yang kaya akan folat dan lycopen
(contohnya tomat) akan menurunkan resiko terjadinya kanker
pankreas.
o Faktor endogen
Usia
Resiko menderita kanker pankreas akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Insiden terbanyak (80%) berada pada usia 60-80
tahun dan jarang pada usia kurang dari 50 tahun.
Obesitas
Adanya obesitas, khususnya obesitas sentral, akan meningkatkan
resiko menderita kanker pankreas.
Diabetes Melitus
Sekitar 80% penderita kanker pankreas disertai gangguan toleransi
glukosa dan sekitar 20% memiliki klinis diabetes mellitus. Namun,
12
sekarang yang masih dipertanyakan bahwa apakah diabetes mellitus
adalah faktor predisposisi atau menjadi suatu akibat dari kanker
pankreas tersebut.
Pankreatitis kronik
Pada pasien dengan pankreatitis kronik didapatkan peningkatan
resiko terjadinya kanker pankreas sampai 20 kali lebih besar dan
pada pasien dengan pancreatitis herediter didapatkan peningkatan
resiko 5 kali lebih besar.
o Faktor genetik dan ras
Resiko kanker pankreas meningkat 2 kali pada pasien dengan riwayat
hubungan keluarga tingkat pertama. Sekitar 10% pasien kanker pankreas
memiliki predisposisi genetik yang diturunkan. Selain itu, ras kulit hitam
memiliki resiko yang lebih besar utnutk terkena kanker pankreas
dibandingkan dengan ras kulit putih.
IV. GEJALA KLINIS
Gejala awal dari penyakit ini seringkali tidak spesifik dan sering
terabaikan sehingga akan terlambat didiagnosis. Gejala klinis yang timbul
tergantung dari ukuran dan lokasi kanker serta metastasinya dan seringkali tidak
memberikan gejala khas sampai kankernya berukuran cukup besar. Keluhan awal,
misalnya kembung, anoreksia, muntah, diare, stetorea, dan badan lesu, biasanya
tampak dan berlangsung lebih dari 2 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Ikterus,
nyeri abdomen, dan penurunan berat badan merupakan gejala klasik yang sering
menjadi keluhan utama pasien. (4,5)
Adapun gejala-gejala klasik tersebut (4) :
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan keluhan yang paling sering dijumpai. Lokasi
nyeri biasanya pada regio epigastrium, awalnya difus, selanjutnya lebih
terlokalisir. Nyeri abdomen biasanya disebabkan invasi kanker pada pleksus
coeliac dan pleksus mesenteric superior. Nyeri dapat menjalar ke punggung
pasien, disebabkan oleh invasi kanker ke retroperitoneal dan terjadi infiltrasi
13
pada pleksus nervus splenicus. Nyeri yang berat menunjukkan kanker lanjut
yang meluas ke jaringan sekitarnya dan sudah tidak dapat direseksi.
Penurunan berat badan
Umumnya dijumpai penurunan berat badan lebih dari 10% dari
berat badan ideal. Pada mulanya, terjadi secara bertahap, kemudian menjadi
progresif. Penurunan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain : asupan makanan yang berkurang, malabsorpsi lemak dan protein, dtan
peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (cancer necrosis factor a dan
interleukin-6).
Ikterus
Gejala ikterus yang timbul ialah ikterus obstruktif. Hal ini
disebabkan oleh adanya obstruksi saluran empedu oleh kanker dimana, 80-
90% merupakan kanker kaput pankreas dan sering terjadi pada stadium
awal. Ikterus dapat pula terjadi pada kanker corpus maupun cauda pankreas
(6-13% kasus) pada stadium lanjut akibat metastasis di hati atau limfonodi
di hilus yang menekan saluran empedu. Ikterus obstruktif pada kanker kaput
pankreas umumnya disertai dengan nyeri abdomen, tetapi bukan kolik. Hal
ini berbeda dengan ikterus tanpa nyeri (painless jaundice) yang sering
dijumpai pada kanker ductus coleidocus atau kanker ampula vateri.
Selain dari gejala-gejala klasik tersebut, gejala-gejala lain dapat pula didapatkan
pada pasien-pasien dengan kanker pankreas. Gejala-gejala tersebut sesuai dengan
lokasi dari kanker, misalnya gastrinomas, glucagonomas, insulinomas,
somatostatinomas, dan lain sebagainya. Gejala-gejala seperti ini, utamanya
didapatkan pada kanker sel endokrin pankreas. (7)
Prevalensi timbulnya gejala pada kanker pankreas berdasarkan lokasinya dapat
dilihat pada tabel 1 dibawah ini :
14
(dikutip dari kepustakaan 5)
Penetuan stadium kanker pankreas juga merupakan faktor yang sangat penting
untuk memilih jenis terapi dan menilai prognosis penyakit. Adapun standarisasi
penentuan stadium kanker yang digunakan yaitu sistem TNM dari The American
Joint Committee on Cancer (AJCC). (7)
o Kategori T
Tx : Tumor utama tidak dapat dinilai.
T0 : Tidak ada bukti adanya tumor primer.
Tis : Carsinoma in situ
T1 : Kanker belum menyebar keluar pankreas dan ukurannya
kurang dari 2 cm.
T2 : Kanker belum menyebar keluar pankreas namun,
ukurannya lebih dari 2 cm.
T3 : Kanker telah menyebar keluar dari pankreas ke jaringan
sekitarnya namun, belum sampai ke pembuluh darah
besar atau saraf.
T4 : Kanker telah menyebar hingga ke pembuluh darah besar
atau saraf.
o Kategori N
Nx : Pembesaran kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai.
N0 : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
N1 : Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe regional.
o Kategori M
M0: Kanker tidak menyebar ke kelenjar limfe lain atau organ
lain (seperti hepar, paru-paru, otak, dan lain sebagainya).
M1: Ditemukan adanya metastasis.
15
Penentuan stadium berdasarkan system TNM (7) :
o Stadium 0 (Tis, N0, M0)
Tumor hanya terdapat pada bagian atas sel pankreas dan tidak
menginvasi jaringan yang lebih dalam. Tidak terdapat penyebaran
keluar pankreas.
o Stadium IA (T1, N0, M0)
Tumor berukuran kurang dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke
kelenjar limfe dan organ lainnya.
o Stadium IB (T2, N0, M0)
Tumor berukuran lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke
kelenjar limfe dan organ lainnya.
o Stadium IIA (T3, N0, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas.
Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
o Stadium IIB (T1-3, N1, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke bagian luar pankreas
namun, tidak sampai ke pembuluh darah besar atau saraf terdekat.
Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
o Stadium III (T4, Any N, M0)
Tumor telah menyebar dan berkembang ke pembuluh darah besar
atau saraf terdekat. Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe
regional.
o Stadium IV (Any T, Any N, M1)
Tumor telah menyebar ke berbagai tempat.
Gambar 4 : Stadium-stadium kanker pankreas (dikutip dari kepustakaan 9)
Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4
16
V. DIAGNOSIS
Diagnosis kanker pankreas dapat ditegakkan berdasarkan (4,5,6) :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisis
Pada anamnesis, dapat ditelusuri berbagai gejala-gejala yang dialami
pasien misalnya, penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, nyeri
abdomen (lokasi, intensitas, penjalaran, serta progresivitasnya), dan lain
sebagainya. Selain itu, pada anamnesis dapat pula digali informasi tentang
adanya faktor-faktor predisposisi untuk terjadinya kanker pankreas pada pasien
& riwayat kebiasaan serta riwayat penyakit yang pernah diderita pasien,
misalnya riwayat merokok, minum alcohol, riwayat diabetes mellitus, riwayat
nyeri abdomen sebelumnya, riwayat stetorea, dan lain sebagainya. Sedangkan
pada pemeriksaan fisis, dicari tanda-tanda kanker pankreas, misalnya yang
paling sering yaitu ikterus, gizi kurang, dan juga tanda-tanda komplikasi dan
metastasis seperti, hepatomegali, edema, tanda-tanda perdarahan, pembesaran
kelenjar getah bening dan lain sebagainya. (7)
b. Laboratorium
CA 19-9 & CEA
Banyak pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan sebagai
petanda kanker pankreas. Namun, oleh karena sensitivitas dan spesifitas
pada pemeriksaan CA 19-9 dan CEA terhadap kanker pankreas cukup
baik maka, kedua pemeriksaan inilah yang sering digunakan.
CA 19-9 merupakan suatu substansi yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan
darah. Namun, pemeriksaan CA 19-9 sulit dideteksi pada kanker
stadium dini sehingga tidak direkomendasikan untuk skring rutin pada
penderita yang asimtomatik. Pemeriksaan CA19-9 sering digunakan
untuk menilai hasil terapi serta rekurensi kanker pankreas setelah terapi.(7)
CEA (Carcinoembryonic antigen) merupakan suatu substansi
yang juga dapat mendeteksi adanya kanker pankreas pada beberapa
orang. Tapi, pemeriksaan ini tidak cukup sensitive untuk mendeteksi
17
kanker pankreas pada stadium dini dan juga tidak direkomendasikan
sebagai pemeriksaan untuk skrining. (7)
Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah didapatkan peningkatan kadar bilirubin yang
diakibatkan adanya massa pada pancreas yang menekan sistem biliari.
Selain itu pada pemeriksaan gula darah, kanker pankreas dapat
menyebabkan kadar gula darah yang tinggi, hal ini disebabkan oleh
kerusakan sel-sel penyekresi insulin. Namun, kadar gula darah yang
tinggi tersebut seringkali tidak memberikan gejala seperti pada diabetes
sehingga baru diketahui pada saat pemeriksaan darah. (4)
c. Radiologi
CT-Scan & MRI
Saat ini, standar untuk menegakkan diagnosis serta untuk menilai
stadium kanker pankreas adalah melalui pemeriksaan CT-Scan. Dimana
tingkat keakuratan CT-Scan adalah lebih dari 80%. CT-Scan digunakan
dalam menilai tumor primer, pembuluh darah sekitarnya (seperti vena
porta, a. mesentrika superior, aksis celiac), serta jaringan dan organ
sekitar pankreas. MRI dapat pula digunakan sebagai diagnosis serta
penentuan stadium sama halnya dengan CT-Scan. MRI sering digunakan
pada pasien yang alergi terhadapa kontras CT-Scan. (5,10)
Gambar 5 : Gambaran CT-Scan abdomen pada wanita berusia 58 tahun
yang datang dengan keluhan nyeri abdomen dan ikterus. Didapatkan
adanya massa pada caput pankreas. (dikutip dari kepustakaan 5)
A : Gambaran radiologi, B : Gambaran anatomi.
18
Gambar 6 : Gambaran CT-Scan abdomen pada wanita berusia 63 tahun
yang datang dengan keluhan rasa tidak enak pada perut dan massa
abdomen. Didapatkan adanya massa yang besar pada cauda pankreas.
A : Gambaran radiologi, B : Gambaran anatomi.
(dikutip dari kepustakaan 5)
Endoscopic Ultrasonography (EUS)
Pemeriksaan EUS digunakan pada saat tumor masih berukuran
kecil sehingga sulit tervisualisasi dengan baik pada CT-Scan. EUS
merupakan prosedur invasive miniml yang akurat dalam menilai tumor
primer, vaskulernya, dan kelenjar limfe sekitarnya. (10)
Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
ERCP merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi kanker pankreas
yang menyebabkan ikterus obstruktif.. ERCP tidak dapat menetukan
stadium kanker tetapi digunakan untuk menilai ikterus obstruktif
tersebut disebabkan oleh suatu massa atau karena penyebab obstruksi
lainnya seperti pada choledocholithiasis dan striktur benigna. (10)
Laparoskopi Diagnostik
CT-Scan kurang sensitive dalam mendeteksi metastase berukuran kecil
pada daerah peritoneum dan metastasis hepar yang berukuran < 1cm.
Hal tersebut membuat ultrasonografi intracorporeal yang digunakan
bersama laparoskopi sebagai modalitasi invasive minimal yang dapat
menilai stadium dan metastasis kanker dengan baik khususnya yang
menginvasi ke daerah peritoneum dan hepar dengan ukuran kecil.. (10)
d. Biopsi Perkutaneus
Jikalau pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan gambaran massa padat densitas
rendah disertai gejala-gejala klinis maka, diagnosis histologist umumnya tidak
19
diperlukan sehingga biopsy seringkali digunakan hanya sebagai bagian dari
perisapan peri-operative dan persiapan terapi neoadjuvant. (10)
VI. TATALAKSANA
Tatalaksana pada kanker pankreas berdasarkan pada panduan (guideline) National
Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009. (11)
Pengobatan kuratif
Pengobatan kuratif ditujukan untuk mengobati penyakit tersebut.
Pengobatan ini diberikan pada kanker pankreas dengan stadium dini (stadium I
dan II). Adapun pengobatan kuratif terutama ialah dengan pembedahan disertai
neoadjuvant terapi dengan menggunakan kemoterapi disertai radioterapi untuk
mematikan sisa-sisa sel tumor. Pembedahan yang menjadi standar pada kasus
kanker pankreas yaitu prosedur Whipple dimana, diadakan reseksi pada caput
pankreas, duodenum, + bagian lambung, dan kandung empedu. Selain prosedur
Whipple,masih banyak lagi teknik pembedahan yang dapat dilakukan sesuai
dengan keadaan kankernya. Adapun terapi suportif juga dapat berikan
berdasarkan gejala yang ada misalnya obat analgesic, anti-muntah, dan diet
TKTP untuk mempertahankan beart badan. (10,11)
Gambar 7 : Pembedahan dengan menggunakan prosedur
Whipple. A : Sebelum prosedur, B : Sesudah prosedur.
Terbentuk anastomose ductus hepaticus ke jejunum dengan
mempertahankan sebagian dari pankreas dan lambung.
(dikutip dari kepustakaan 5)
Pengobatan paliatif
20
Pengobatan paliatif digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita yang sudah tidak dapat diberikan tindakan kuratif oleh karena sudah
berada pada stadium akhir. Tindakan paliatif pada pembedahan yang sering
dilakukan adalah dengan membuat billiary bypass melalu laparoskopi untuk
memberikan drainase saluran empedu sehingga bilirubin dapat dikeluarkan.
Selain tindakan pembedahan, farmakoterapi dalam bentuk kemoterapi
dapat diberikan untuk mengecilkan atau menghambat pertumbuhan tumor.
Selain itu, obat-obat pereda nyeri seperti analgesic non-opiod hingga opiod
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas. Selain diberikan terapi terhadap
kankernya, diberikan pula asupan nutrisi yang adekuat melalui diet TKTP untuk
mempertahankan serta meningkatkan berat badan dan kekuatannya serta
dukungan emosional dari pihak medis dan keluarga dalam membantu penderita
menerima keadaannya. (9,10,11)
Panduan NCCN dalam penatalaksanaan kanker pankreas (11) :
Terapi kombinasi berbasis gemcitabine meliputi erlotinib, cisplatin, atau 5-FU.
VII. DIAGNOSIS BANDING
Pancreatic cyst
21
Resectable
(Stadium IB/II, local)
Pembedahan Salvage therapy
Clinical trial
Atau kemoterapi fluoropyrimidine +
oxaliplatin
Atau perawatan terbaik
Clinical trial
Atau Gemcitabine
Atau Terapi kombinasi berbasis gemcitabine
Atau terapi supportive (untuk pasien ekonomi
lemah)
Unresectable
(Stadium IV, metastasis)
Kemoterapi adjuvant, radioterapi
Pancreatic cyst dapat bersifat neoplastic maupun bukan. Pada kista yang
berukuran <2cm, sering tidak memberikan gejala namun, jika berukuran besar
akan memberikan gejala berupa nyeri abdomen yang dapat menembus ke
belakang. Kista yang berukuran besar pada kaput pankreas juga memberikan
gejala ikterus obstruktif akibat penekanan pada ductus biliaris. Selain itu, cyst
yang besar juga dapat menekan organ abdomen lainnya yang menyebabkan rasa
penuh hingga muntah. Pancreatic cyst biasanya disebabkan oleh pancreatitis
akut. Pancreatic cyst dapat dibedakan dengan kanker pancreas melalui
pemeriksaan EUS, pemriksaan histopatologi, dan analisa cairan kista. (12)
Choledocholithiasis
Choledocholithiasis memberikan gejala jika batu telah berada pada
common bile duct. Adapun gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri kolik
dan ikterus obstruktif akibat stagnasi aliran empedu. Choledocholithiasis yang
berlansung lama dapat memicu terjadinya pancreatitis yang menjadi faktor
resiko terjadinya kanker pancreas. Choledocholithiasis dapat dibedakan dengan
kanker pancreas, melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan USG, CT-
Scan, dan EUP. (13)
Kanker hati
Kanker hati seringkali memberikan gejala yang tidak spesifik. Gejala
yang sering tampak adalah kelemahan, fatigue, nyeri abdomen, penurunan berat
badan, dan penurunan nafsu makan. Kanker hati juga memberikan gejala
ikterus, tanda-tanda perdarahan, hipoalbuminemia, dan lain sebagainya. Selain
itu, peningkatan AFP dan CA 19-9 juga terdapat pada kanker hati. Kanker hati
dapat dibedakan dengan kankerpankreas melalui pemeriksaan fisis, USG
abdomen, CT-Scan abdomen, dan lain sebagainya. (14)
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari kanker pankreas tergantung
pada ukuran tumor, stadium kanker, dan metastasisnya. Selain dari kanker
pankreas, komplikasi juga dapat ditimbulkan dari hasil proses pembedahan dan efek
dari kemoterapi dan radioterapi yang dapat berbeda pada masing-masing pasien. (9)
22
IX. PROGNOSIS
Prognosis pada kanker pankreas ditentukan oleh tingkat stadium kanker pankreas.Adapun prognosis kanker pankreas yaitu :
Qua ad vitam : Malam Qua ad fungsionam : Malam Qua ad sanationam : Malam
Seringkali kanker pankreas terlambat didiagnosis sehingga pada saat diagnosis ditegakkan kanker pankreas telah berada pada stadium akhir sehingga prognosisnya menjadi sangat buruk dimana, angka harapan hidup dalam 5 tahun hanya kurang dari 15%. (5)
Tabel 2 menunjukkan angka harapan hidup dalam 5 tahun pada pasien kanker pankreas :
(dikutip dari kepustakaan 5)
X. KESIMPULAN
Kanker pankreas merupakan suatu bentuk keganasan baik pada kelenjar
eksokrin maupun pada kelenjar endokrin pankreas. Adapun gejala klinis yang
ditimbulkan seringkali tidak khas sehingga menyulitkan dalam hal diagnosis. Hal
ini menyebabkan kanker pankreas seringkali terlambat didiagnosis sehingga
prognosis pada penderita menjadi sangat buruk. Berbagai pemeriksaan dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis kanker pankreas serta untuk menentukan
jenis dan stadium kanker tersebut. Pemeriksaannya antara lain dari laboratorium
seperti: pemeriksaan petanda tumor CA 19-9 dan CEA, dan dari radiologi seperti:
CT-Scan dengan/tanpa kontras, MRI, EUS,dan ERCP.
Sedangkan untuk penatalaksaan kanker pankreas berdasarkan pedoman
National Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2009 dimana membagi
23
kanker pankreas berdasarkan stadium apakah kanker tersebut resectable terhadap
pembedahan atau tidak serta, untuk menentukan kapan pemberian kemoterapi dan
radioterapi pada penderita. Selain itu, bukan hanya terapi yang bersifat kuratif dan
paliatif saja yang diperlukan namun, juga terapi suportif dalam hal pemberian
nutrisi yang adekuat serta dukungan emosional dari keluarga dan pihak medis
sehingga penatalaksanaan kanker pankreas menjadi sangat kompleks dan
membutuhkan penangan holistik dari berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hruban RH, The pancreas, dalam: Robbins, Abbas, Fausto, Robbins & Cotran’s
pathologic basis of disease, ed.7. Amerika Serikat: Sanders, 2008.
2. Waugh A, Grant A, dkk. Anatomy & Physiology Health & Illness. Churchill
Livingstone, 2004. Hal.224.
3. Hansen JT, Koeppen MK. Netter’s Atlas of Human Physiology. Hal. 197.
4. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, ed.4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2006. Hal.492-6.
5. Freelove R, Walling AD. Pancreatic cancer: Diagnosis & Management. American
academy of physician, 2006. Hal.486-90.
6. Dragovich T, dkk. Pancreatic cancer [online]. 2011. [copied on 10 Februari 2012].
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/
7. NN. Pancreatic cancer. American cancer society, 2011. Hal.11.
8. Klapna J. Early detection of pancreatic cancer: Why, who, and how to screen. 2008.
Hal.3.
9. Abbruzzesk JL, Ebrahim B. Myths & facts about pancreatic cancer. New York:
Melville, 2002. Hal.27-9.
10. Wray CJ, Ahmad SA, dkk. Surgery for pancreatic cancer: Recent controversus &
current practice. American gastroenterological association, 2005. Hal.1628-9.
11. Saif MW, Pancreatic cancer: Current & future therapy breakthroughs, dalam:
Pancreatic Awareness Day. New York: Columbia University Medical Center, 2010.
Hal.39.
24
12. Lee D. Pancreatic cyst [online]. 2012. [copied on 15 Februari 2012]. Available
from URL: http://emedicine.medscape.com/article/
13. Heuman DM, dkk. Cholelithiasis [online]. 2011. [copied on 10 Februari 2012].
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/
14. Shot K. Liver cancer [online]. 2012. [copied on 10 Februari 2012]. Available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/
25