7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 1/21
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada saat ini sudah banyak penelitian, jurnal dan konsensus yang sangat
dalam membahas mengenai Pneumonia. Dengan tingginya angka kematian di
seluruh dunia yang diakibatkan pneumonia pada anak, menjadikan pneumonia
sebagai salah satu penyakit infeksi yang mematikan bahkan hingga di Eropa dan
Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar melalu
Departemen Kesehatan mengemukakan prealensi ISPA pada balita sebesar
!","# dengan angka kesakitan yang diakibatkan oleh pneumonia sebesar !,! #
pada bayi dan $# pada balita, sedangkan angka kematian yang diakibatkan oleh
pneumonia sendiri pada bayi berkisar !$,%# dan pada balita sebesar &","#.
'enurut IDAI dalam Panduan Pelayanan 'edis Ilmu Kesehatan Anak
serta dalam Diagnosis dan (erapi Ilmu Kesehatan Anak, diutarakan bah)a
pneumonia merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas utama yang terjadi
pada anak usia *" tahun di seluruh dunia, terutama di +egara berkembang.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan dengan
manifestasi klinis yang beragam, tergantung seberapa progresifnya infeksi yang
terjadi, hingga etiologi dan lokasi infeksi yang terjadi, yang berakibat
penatalaksanaan pneumonia menjadi beragam.
1
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 2/21
ANATOMI PARU
2
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 3/21
BAB I
DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu
-alveoli biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh
gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas /epat ataupun tarikan
dinding dada bagian ba)ah ke dalam.
Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA -P!ISPA semua
bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumoni
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi aleolus dan
jaringan interstisial.Pneumonia pun didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda
klinis serta perjalanan penyakitnya.
Pneumonia adalah infeksi akut pada parenkim paru dengan tanda 0 tanda
infiltrat yang dapat ditemukan dalam foto rontgen dan gejala gangguan nafas yang
disebabkan terjadinya penimbunan /airan dan pus yang mengisi aleoli, baik pada
satu bagian paru atau kedua paru yang berakibat terjadinya gangguan penyerapan
oksigen.
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh berma/am 0
ma/am etiologi seperti bakteri, irus, jamur dan benda asing.
3
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 4/21
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI PNEUMONIA
'enurut 1uku Pedoman Diagnosis dan (erapi IDAI edisi ke 0 ", etiologi
pneumonia dibagi sebagai berikut2
&. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
a. 'erupakan penyebab utama di +egara berkembang.
b. 3mumnya bakteri yang menginfeksi yaitu2
Streptococcus pneumonia -$4 0 "4#
Haemophilus influenzae type b
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae!. Pneumonia yang disebabkan oleh irus.
a. 'erupakan penyebab utama di +egara maju.
b. 3mumnya irus yang menginfeksi yaitu
• Respiratory Syncitial Virus
• 5irus Influenza tipe A dan tipe 1
• Parainfluenza
• Human metapneumovirus
• Adenovirus
Disamping itu berdasarkan usia anak, etiologi pneumonia dapat dibedakan dalam
tabel diba)ah ini2
3sia Penyebab (ersering Penyebab 6arang
4 0 !4 hari 1akteri
Eschericia coli
Group streptococcus
!isteria monocyto"enes
1akteri
7rganisme
Group streptococcus
Haemophilus influenzae
Streptococcus urealyticum
5irus
#ytome"alovirus
Herpes simple$ virus
$ mgg0 $ bln 1akteri 1akteri
4
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 5/21
#hlamydia trachomatis
S% Pneumoniae
5irus
Adenovirus
Influenza virus
Parainfluenza virus &' ( ' dan )
Respiratory syncytial virus
oredetella pertussis
H% influenzae tipe dan non
typeable
*ora$ella catarrhalis
Staphylococcus aureus
8 bln 0 " th 1akteri
#hlamydia trachomatis
*ycoplasma pneumonia
S% pmeumoniae
5irus
Adenovirus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Respiratory syncytial virus
1akteri
H% influenzae tipe
*% catarrhalis
*ycobacterium tuberculosis
+esseria menin"itis
S% aureus
5irus
5ari/ella 0 9oster irus
: 0 &% th 1akteri
S% pneumoniae
*% pneumoniae
S% pneumonia
1akteri
H% influenza
!e"ionella species
*% ,uberculosis S% aureus
5irus
Adenovirus
Epstein - barr virus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
RVS
Varicella - zoster virus
'enurut 1uku Ilmu Kesehatan Anak ;K3I, etiologi pneumonia dibagi
sebagai berikut2
&. Pembagian anatomis
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis -bronkopneumonia
/. Pneumonia interstitialis -bronkiolitis
!. Pembagian etiologis
a. 1akteria
5
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 6/21
.iplococcus Pneumoniae
Pneumococcus
Streptococcus hemolyticus Streptococcus aureus
Hemophilus influenzae
acillus /riedlander
*ycobacterium tuberculosis
b. 5irus
Respiratory Syn/ytial irus
5irus influen9a
Adenoirus
5irus sitomegalik
/. 'y/oplasma pneumoniad. 6amur
<istoplasma /apsulatum
=rypto/o//us neoformans
1lastomy/es dermatitides
=o//idioides immitis
Aspergillus spe/ies
=andida albi/ans
e. Aspirasi
'akanan
Kerosenf. Pneumonia hipostatik
g. Sindrom >oeffler
EPIDEMIOLOGI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai +egara
terutama di +egara berkembang termasuk Indonesia dengan insidensi pneumonia
pada anak * " tahun di +egara maju adalah ! 0 8 kasus?&44 anak?tahun,
sedangkan di +egara berkembang &4 0 !4 kasus?&44 anak?tahun. Pneumonia
menyebabkan lebih dari " juta kematian pertahun pada balita di +egara
berkembang.
6
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 7/21
FAKTOR RISIKO PNEUMONIA
1eberapa faktor yang meningkatkan risiko kejadian dan derajat
pneumonia, antara lain defek anatomi ba)aan, defisit imunologi, polusi, @ER
-@astroesophageal reflu, aspirasi, gi9i buruk, berat badan lahir rendah, tidak
mendapatkan ASI, imunisasi tidak lengkap, kamar tidur yang terlalu sempit, dan
adanya pemba)a agen infeksi ke lingkungan rumah.
MANIFESTASI KLINIS PNEUMONIA
@ambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringan infeksi, yaitu2
&. @ejala infeksi umum
a. Demam
b. Sakit kepala
/. @elisahd. 'alaise
e. +afsu makan menurun
f. Keluhan @astrointestinal
!. @ejala gangguan respiratori
a. 1atuk
b. Sesak napas
/. Retraksi dinding dada
d. (akipneu
e. +apas /uping hidung
f. 'erintih
g. Sianosis
$. @ejala disertai malnutrisi berat
a. Kurang spesifik dan dapat tumpang tindih dengan sepsis
Sedangkan pada pneumonia yang disebabkan bakteri, gambaran klinisnya
dibagi sebagai berikut2
&. Staphylococcus sp
7
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 8/21
@ejala sama dengan pneumonia yang disebabkan
pneumo/o//us, sering ditemukan pada bayi tetapi dapat
ditemukan pada anak yang lebih besar sebagai komplikasi
dari influen9a
!. Pneumococcus sp
Dia)ali dengan demam dan napas /epat, kemudian
berkembang menjadi kesukaran bernapas, retraksi dinding
dada, dan un)ell appearan/e.
$. *ycoplasma spDengan gejala demam, nyeri sendi, sakit kepala, dan batuk
8
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 9/21
BAB II
DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
1ronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai aleolus disekitarnya, yang sering menimpa anak
anak dan balita, yang disebabkan oleh berma/amma/am etiologi seperti bakteri,
irus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada
juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
1ronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap
berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai
infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anakanak dan orang de)asa.
EPIDEMIOLOGI BRONKOPNEUMONIA
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir $4# pada anakanak
di ba)ah umur " tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka &$# dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di ba)ah umur ! tahun.
9
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 10/21
ETIOLOGI BRONKOPNEUMONIA
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
&. ;aktor Infeksi
a. Pada neonatus
Strepto0o0us "roup , Respiratory Sincytial Virus -RS5.
b. Pada bayi
• 5irus2
Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus,
RS5, #ytome"alovirus.
•7rganisme atipikal#hlamidia trachomatis, Pneumocytis.
• 1akteri
Pneumoni, Haemofilus influenza, *ycobacterium
tuberculosa, ordetellapertusis.
/. Pada anakanak 2
• 5irus
Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RS5
• 7rganisme atipikal
*ycoplasma pneumonia
• 1akteri
Pneumo0o0us, *ycoba0terium tuberculosis
d. Pada anak besar 0 de)asa muda
• 7rganisme atipikal
*ycoplasma pneumonia, #% trachomatis
• 1akteri
Pneumo0o0us, ordetella pertusis, *% tuberculosis
!. ;aktor +on Infeksi
(erjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi2
• 1ronkopneumonia hidrokarbon
(erjadi oleh karena aspirasi selama penelanan
muntah atau sonde lambung -9at hidrokarbon seperti
pelitur, minyak tanah dan bensin.
• 1ronkopneumonia lipoid
10
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 11/21
(erjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak se/ara intranasal, termasuk jeli petroleum.
Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme
menelan seperti palatoski9is, pemberian makanan
dengan posisi hori9ontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak
yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. 6enis
minyak binatang yang mengandung asam lemak
tinggi bersifat paling merusak /ontohnya seperti
susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk
terjadinya bronkopneumonia. 'enurut sistem imun pada penderitapenderita
penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang
pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
PATOFISIOLOGI BRONKOPNEUMONIA
&. Stadium I -8&! jam pertama atau stadium kongestiDisebut hiperemia, menga/u pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. <al
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat infeksi.
<iperemia ini terjadi akibat pelepasan mediatormediator
peradangan dari selsel mast setelah pengaktifan sel imun dan
11
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 12/21
/edera jaringan. 'ediatormediator tersebut men/akup histamin
dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos askuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru.
<al ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antar kapiler dan aleolus. Penimbunan /airan di antara
kapiler dan aleolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.
!. Stadium II -8% jam berikutnya
Disebut hepatisasi merah, terjadi se)aktu aleolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh
penjamu - host sebagai bagian dari reaksi peradangan.
>obus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan /airan, sehingga )arna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara aleoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 8% jam.
$. Stadium III -$% hari berikutnya
Disebut hepatisasi kelab, yang terjadi se)aktu selsel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat
12
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 13/21
ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang /edera dan
terjadi fagositosis sisasisa sel.Pada stadium ini eritrosit di aleoli mulai diresorbsi, lobus
masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, )arna merah
menjadi pu/at kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
8. Stadium I5 -B&& hari berikutnya
Disebut juga sta!im res"lsi, yang terjadi se)aktu respon
imun dan peradangan mereda, sisasisa sel fibrin dan eksudat lisis
dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula.
MANIFESTASI KLINIS BRONKOPNEUMONIA
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik se/ara mendadak
sampai $C844= dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak
sangat gelisah, dispnu, pernafasan /epat dan dangkal disertai pernafasan /uping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. 1atuk biasanya tidak dijumpai
pada a)al penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana
pada a)alnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya
bronkopneumonia ditemukan halhal sebagai berikut2
13
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 14/21
&. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan pernapasan /uping hidung.(anda objektif yang merefleksikan adanya distres
pernapasan adalah retraksi dinding dada penggunaan otot
tambahan yang terlihat dan /uping hidung orthopnea dan
pergerakan pernafasan yang berla)anan. (ekanan intrapleura yang
bertambah negatif selama inspirasi mela)an resistensi tinggi jalan
nafas menyebabkan retraksi bagianbagian yang mudah
terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub
kostal, dan fossae supraklaikula dan suprasternal.
Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat
terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi
lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang
lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus
dan pergerakan fossae supraklaikular selama inspirasi merupakan
tanda yang paling dapat diper/aya akan adanya sumbatan jalan
nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbin" F,
yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan
kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak
ada tanda distres pernapasan yang lain pada head bobbin" F,
adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat di/urigai.
Pengembangan /uping hidung adalah tanda yang sensitif
akan adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi
14
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 15/21
memendek se/ara abnormal -/ontohnya pada kondisi nyeri dada.
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan
menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu
dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan men/egah tekanan
negatif faring selama inspirasi.
!. Pada palpasi ditemukan okal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang ke/il pada paru yang terkena tidak
menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas masih terbuka,
namun bila terjadi perluasan infeksi paru -kolaps paru?atelektasis
maka transmisi energi ibrasi akan berkurang.
$. Pada perkusi tidak terdapat kelainan.
8. Pada auskultasi ditemukan crac0les sedang nyaring.
#rac0les adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu,
interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara
!44!444 <9. 1isa bernada tinggi ataupun rendah -tergantung
tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi, keras atau lemah
-tergantung dari amplitudo osilasi jarang atau banyak -tergantung
jumlah crac0les individual halus atau kasar -tergantung dari
mekanisme terjadinya.
#rac0les dihasilkan oleh gelembunggelembung udara yang
melalui sekret jalan napas?jalan napas ke/il yang tibatiba terbuka.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI BRONKOPNEUMONIA
@ambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan /orakan bronkhoaskular dan infiltrat ke/il dan halus yang tersebar
di pinggir lapang paru. 1ayangan ber/ak ini sering terlihat pada lobus ba)ah.
15
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 16/21
PEMERIKSAAN LABORATORIUM BRONKOPNEUMONIA
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.
<itung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni iral dan
bakterial. Infeksi irus leukosit normal atau meningkat -tidak melebihi
!4.444?mm$ dengan limfosit predominan dan bakteri leukosit meningkat &".444
84.444 ?mm$ dengan neutrofil yang predominan.
Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan
>ED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, /airan
pleura atau darah bersifat inasif sehingga tidak rutin dilakukan.
16
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 17/21
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan $ dari " gejala berikut2
&. Sesak napas disertai dengan pernafasan /uping hidung dan tarikan
dinding dada
!. Panas badan
$. Ronkhi basah halussedang nyaring -crac0les
8. ;oto thora menunjukkan gambaran infiltrat difus
". >eukositosis -pada infeksi irus tidak melebihi !4.444?mm$ dengan
limfosit predominan, dan bakteri &".44484.444?mm
$
neutrofil
yang predominan
KOMPLIKASI
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thora -seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis atau penyebaran
bakteremia dan hematologi.
'eningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang
jarang dari penyebaran infeksi hematologi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari ! ma/am, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus2
&. Penatalaksaan 3mum
Pemberian oksigen lembab !8 >?menit G sampai sesak nafas hilang atau
Pa7! pada analisis gas darah H :4 torr.
Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intraena.
!. Penatalaksanaan Khusus
17
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 18/21
'ukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan
pada B! jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
a)al.
7bat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pneumonia ringan Gamoksisilin &4!" mg?kg11?dosis
-di )ilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan
menjadi %4C4 mg?kg11?hari.
;aktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi 2
&. Kuman yang di/urigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
!. 1erat ringan penyakit
$. Ri)ayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
8. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus
dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman
yang di/urigai, berikan antibiotik a)al -!8B! jam pertama menurut kelompok
usia.
#$ Ne"%ats !a% ba&i m!a '( ) bla%* + ampi/illin aminoglikosid
amoksisillin asam klaulanat
amoksisillin aminoglikosid
sefalosporin generasi ke$
)$ Ba&i !a% a%ak sia pra sek"lah ') bl,- th%*
beta laktam amoksisillin
amoksisillin asam klaulanat
golongan sefalosporin
kotrimoksa9ol
makrolid -eritromisin
18
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 19/21
.$ A%ak sia sek"lah '/ - th%*
amoksisillin?makrolid -eritromisin, klaritromisin, a9itromisin
tetrasiklin -pada anak usia J % tahun
PEN0EGAHAN BRONKOPNEUMONIA
&. Pen/egahan Primer
Pen/egahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau men/egah orang
yang sehat agar tidak sakit. Se/ara garis besar, upaya pen/egahan ini dapat
berupa pen/egahan umum dan pen/egahan khusus. Pen/egahan primer
bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian
bronkopneumonia.
3paya yang dapat dilakukan anatara lain2
a. 'emberikan imunisasi 1=@ satu kali -pada usia 4&&
bulan, =ampak satu kali -pada usia C&& bulan, DP(
-Diphteri, Pertusis, (etanus sebanyak $ kali -pada usia !
&& bulan, Polio sebanyak 8 kali -pada usia !&& bulan, dan
<epatitis 1 sebanyak $ kali -4C bulan
b. 'enjaga daya tahan tubuh anak dengan /ara memberika
ASI pada bayi neonatal sampai berumur ! tahun dan
makanan yang bergi9i pada balita.
/. 'engurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam
ruangan dan polusi di luar ruangan.
d. 'engurangi kepadatan hunian rumah
!. Pen/egahan Sekunder
(ingkat pen/egahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
men/egah orang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas
penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
19
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 20/21
Pen/egahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat sehingga dapat men/egah meluasnya penyakit dan terjadinya
komplikasi.
3paya yang dilakukan antara lain2
a 1ronkopneumonia berat 2 ra)at di rumah sakit, berikan oksigen,
beri antibiotik ben9ilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri
pera)atan suportif, nilai setiap hari
b 1ronkopneumonia 2 berikan kotrimoksasol, obati demam, obati
mengi./ 1ukan 1ronkopneumonia 2 pera)atan di rumah, obati demam.
Pen/egahan (ersier8$ Pen/egahan ini dimaksudkan untuk
mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
d 3paya yang dapat dilakukan anatara lain2 'emberi makan anak
selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit, 1ersihkan
hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu
proses pemberian makan. , 1erikan anak /airan tambahan untuk
minum. d. (ingkatkan pemberian ASI. >egakan tenggorok dan
sembuhkan batuk dengan obat yang aman
20
7/23/2019 BP ISI
http://slidepdf.com/reader/full/bp-isi 21/21
DAFTAR PUSTAKA
1ennete '.6. !4&$. Pediatric Pneumonia.
1radley 6.S., 1yington =.>., Shah S.S, Alerson 1., =arter E.R., <arrison =.,
Kaplan S.>., 'a/e S.E., '/=ra/ken 6r @.<., 'oore '.R., St Peter S.D.,
Sto/k)ell 6.A., and S)anson 6.(. !4&&. (he 'anagement of =ommunity
A/uired Pneumonia in Infants and =hildren 7lder than $ 'onths of Age 2
=lini/al Pra/ti/e @uidelines by the Pediatri/ Infe/tious Diseases So/iety and the
Infe/tious Diseases So/iety of Ameri/a. #lin Infect .is. "$ -B2 :&B:$4
Ikatan Dokter Anak Indonesia. !4&!. Panduan Pelayanan 'edis Ilmu Kesehatan
Anak. 6akarta 2 Penerbit IDAI
;K3I.&C%". I>'3 KESE<A(A+ A+AK2 6AKAR(A.