TUGAS FILSAFAT EKONOMI/MANAGEMENT
SUKSES BISNIS ALA NABI MUHAMMAD SAW
(Makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Filsafat Ekonomi/Management )
Dosen : Prof. DR. Sjamsuri SA.
Disusun Oleh :
HERY MULYANTO 1202229
SEKOLAH PASCASARJANA
1
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN BISNIS NON-
REGULER
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat Yang
Maha Sempurna yang telah memberikan kita nikmat iman dan islam, serta berkat
rahmat, karunia dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Sukses Bisnis ala Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu prasyarat
kelulusan mata kuliah Ilmu Filsafat Manajemen . Sholawat teriring salam tak lupa
kita haturkan dan semoga terlimpah curah kepada junjungan kita Nabi Agung,
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya
hingga kepada kita selaku umatnya yang insyaAllah istiqomah dalam menjalankan
syariahNya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak sekali kesalahan-kesalahan baik dari segi penulisan maupun materi yang
di sajikan karena keterbatasan penulis, oleh sebab itu saran dan kritik dari semua
pihak yang terkait sangat di harapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut .
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Tidak lupa pula penulis haturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya ke semua pihak yang tidak dapt kami sebutkan satu persatu serta
permohonan maaf sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat sesuatu hal yang salah dan tidak sesuai.
Bandung, Januari 2013
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIS2. 1. Perdagangan .................................................................................................3
2. 2. Konsep Perdagangan dalam Islam .........................................................3
2.3 Sifat Rosulullah SAW ...................................................................................6
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Sukses Berdagang Rasulullah SAW .......................................................9
3.2 Kiat Sukses Bisnis Rasulullah SAW .....................................................10
BAB V. KESIMPULAN.............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Perniagaaan telah lahir sudah sejak lama . Dari dimulainya pertukaran
barang (barter) hingga manusia mengenal uang sebagai alat tukar
perdagangan antar manusia terus terjadi hingga jaman modern ini.
Maju mundunya perekonomian suatu negara ternyata tergantung kepada
jumlah pedagang (businesmen) yang berada di negara tersebut. Negara-
negara yang telah maju seperti negara –negara di benua Eropa, Amerika
Serikat, Jepang serta China mempunya 10 % dari jumlah penduduknya
3
merupakan pedagang. Sedangkan di Indonesia baru mencapai sekitar 2
% dari penduduk yang berjumlah sekitar 231, 83 juta yang berprofesi
sebagai pedagang yang berati hanya sekitar 4,6 juta orang. Sedangkan di
lingkungan ASEAN seperti Singapura misalnya telah mencapai 7 % dari
jumlah penduddunya (Harian Kompas 13 Februari 2010 dalam
Abdussalam : x ).
Indonesi sebagai negara yang besar penduduknya dengan hasil bumi dan
kekayaan yang terkandung didalamnya yang melimpah serta budaya
yang dapat menghasilkan barang seni yang bermutu tinggi, kenyataanya
hanya sedikit sekali yang berprofesi sebagai pedagang. Meskipun para
pebisnis di Indonesia sudah mencapai peringkat dunia dalam segi
kekayaannya, namun hal itu dirasakan tidak merata di seluruh lapisan
masyarakat. Indonesia yang sesungguhya
Rendahnya jumlah pengusaha di Indonesia seyogyanya tidak terjadi
mengingat mayoritas penduduknya beragama islam. Meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa mengingat kesuburan dan luasnya lahan yang belum
digarap indonesia juga seharusnya menjadi pusat agrobisnis yag handal.
Sekiranya pemeluk agama Islam di Indonesia meneladani Rasululah
Muhammad saw, niscaya sebagian besar penduduk Indonesia akan
mengikuti langkah beliau sebagai pebisnis dan pedagang yang handal.
Sebab Nabi Muhammad SAW sejak dari muda telah menjadi pedagang
yang sukses bahkan dapat disebut sebagai “ Eksportir kelas satu dan
eksekutif muda yang sukses” ( Kamaludin 2008, dalam Abdussalam : x).
Tidak sedikit para pengusaha saat ini yang telah berkecimpung dalam
dunia usaha melakukan tindakan-tidakan yang kurang terpuji. Orientasi
mereka hanya keuntungan semata dan tidak lagi mempedulikan etika,
kejujuran dalam melakukan bisnisnya. Tidak terbatas dari produk yang
diperjual belikan namun dengan tipu muslihat, cara-cara perdagangan
sampai dengan bagaimana untuk melicinkan bisnisnya begitu nyata dan
kasat mata. Betapa banyak pedagang yang melakukan penipuan bahan
baku yang dipergunakan, pencampuran bahan pengawet yang
berlebihan, samapai pada kasus dumping, suap dan sebagainya demi
tercapainya sukses di dalam bisnisnya. Bahkan perdagangan fiktifpun
4
telah marak dimana-mana seperti “trading” yang tidak jelas ada barangnya
atau tidak.
Di dalam ajaran Islam telah diatur bahwa perdagangan tidak semata-
mata hanya keuntungan yang dikejar namun lebih dititik-beratkan pada
ibadah kekepada Allah swt. Sebagai mana firman Allah dalam Al
Qur’an : ....padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.... (Q.S : 2: 275). Lebih lanjut terkait bahwa perniagaan merupakan
kegiatan dalam rangka beribadah kepada Allah swt, telah ditetapkan
melalui firmannya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (Q.S :4:29)
1.2 Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas
bagaimana kita dapat sukses melakukan perniagaan yang tidak hanya
untuk kepentingan dunia semata namun juga diharapkan dapat mencapai
ridho Allah swt. Lebih lanjut dalam makalah ini akan dikemukakan
bagaimana kita dapat diharapkan mencapai sukses berbisnis sebagai
mana Nabi Muhammad saw melakukan pedagangan di masa hidupnya
sebagai tauladan bagi kita semua.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Beberapa pandangan dan penjelasan yang terkait dengan perdagangan,
bisnis atau perniagaan baik secara umum maupun yaang terkait dengan
istilah perniagan dalam islam di dalam makalah ini antara lain :
2.1.Perdagangan
5
Perdagangan berasal dari kata dagang yang berarti : pekerjaan yang
berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh
keuntungan http://kamusbahasaindonesia.org/dagang/mirip#ixzz2K0SSLtR1
atau dengan kata lain Jual-beli atau niaga. Sedangkan perdagangan
dapat diartikan sebagai perihal perdagangan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia 2005 : 229). Orang yang melakukan perdagangan disebut
pedagang dan kata lain atau padanannya adalah “pengusaha” atau
usahawan yang dapat diartikan sebagai seseorang yang menekuni
kegiatan di bidang perdagangan dengan maksud mencari keuntungan
(www.KamusBahasaIndonesia.org).
Dalam arti yang lebih luas perdagangan berkembang dengan istilah baru
yaitu bisnis yang berasal dari kata “business” yang dapat diartikan sibuk
atau kesibukan. Sibuk yang dimaksud adalah sibuk melakukan berbagai
aktifitas yang dapat menghasilkan keuntungan. Banyak definisi tentang
bisnis yang dikemukakan oleh para ahli antara lain menurut:
a. Grifin dan Ebert (2006 : 4) : “Business in organization thats provide
gods or services in order to earn provit” dengan pengertian bahwa
bisnis dsi dalam organisasai adalah kegiatan untuk menyediakan
barang atau jasa untuk menghasilkan keuntungan.
b. Allan Afuah (2004 : “Business is the organized effort of individuals to
produce and sell for a provit, the goods and services that satisfy
societies needs. The general term business refer to all such efforts
within a society or within an industry”. Maksudnya Bisnis ialah suatu
kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan
menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan ada dalam industri. Orang yang
mengusahakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko dalam
menjalankan kegiatan bisnis disebut Entrepreneur.
2.2. Konsep Perdagangan dalam Islam .
6
Jauh sebelum ilmuwan barat seperti Frederick W Taylor (1856-1915) dan
Henry Fayol (1841-1925) mengemukakan tentang prinsip-prinsip
manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi muhammad saw melalui
ajarannya telah mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut di dalam
perdagangan yang pernaha belaiau laksanakan sejak muda maupun
kehidupan sehari melalui ajarannya.
Perdagangan atau tijaroh menurut ahli fiqih sebagai bagian dari
muamalah dan mempunyai hukum mubah ( Mufti : 28). Jika ditinjau dari
pengertian tijaraoh itusendiri tidak sekedar perdagangan atau jual beli
namun telah melua hingga menyentuh elemen mikro dan makro ekonomi .
Ahli ekonomi modern seperti Adam Smith berpendapat bahwa setiap
manusia diberi kebebasan untuk mensejahterakan dirinya yang berakibat
apabila setiap manusia mempunyai keinginan yang sama yaitu
mensejahterakan dirinya maka akan sejahteralah masyarakatnya. Dalam
Islam ada nilai hidayah robbaniyah di dalamnya. Keinginan
mensejahterkan dirinya dan masyarakt telah diatur dan menyandarkan diri
dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah swt.
Di dalam ajaran Islam ada fondasi yang merupakan prasyarat pada
bidang perdagangan maupun ekonomi secara luas yang berdasarkan
syariah sebagamana yang dikemukakan oleh Mufti ( 2010 : 36) yaitu :
a. Aqidah yang merupakan fondasi utama dimana dapat diartikan
sebagai ideologi yang samawai yang datang dari Alalh yang mebantuk
paradigma bahwa Allahlah yang menciptkan selauruh alam jagad raya
ini untuk sarana hidup bagi manusia.
b. Syariah dan akhlaq sebagai fondasi pendukung utama diaman semua
stakeholder tunduk pada ketentuan hukum dan norma yang berlaku
dalam islam dalam menjalankan usahanya.
c. Ukhuwah sebagai fondasi pendukung selanjutnya yang merupakan
prinsip persaudaraan dalam berinteraksi dan saling tolong menolong
dalam mengerjakannya . Dalam ekonomi maka hal ini dimulai dari
proses ta’aruf ( saling mengenal), tafahum ( saling memahami),
7
ta’awun ( saling tolong menolong), takaful (saling menjamin) dan
tahaluf ( saling beraliansi).
Sedangkan prinsip –prinsip perdagangan islam maupun ekonomi secara
luas dalam islam yaitu :
a. Keadilan (‘adalah) yaitu menempatkan seuatu pada tempatnya dan
memberikan sesuatu pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu
pada sesuai posisinya. Implementasi keadilan dalam perdagangan
tercermin dalam larangan-larangan terhadap aktifitas yang
mengandung unsur-unsur :
Riba yaitu unsur bungan dalam segala bentuk dan jenisnya, baik
riba asiah maupun riba fadlah.
Dzilm yaitu unsur kedzaliman yang merugikan diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
Maysir yaitu unsur pejudian ataupun sifat untung-untungan.
Gharar yaitu unsur ketidakjelasan
Haram yaitu sifat haram baik pad barang maupun jasa serta aktifitas
operasionalnya.
b. Kemaslahatan (maslahah), yaitu bahwa segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi integral duniawi dan ukhrawi, material dan
spiritual, serta individual dan kolektif. Sesuatu akan bermasalahat jika
mengandung unsur kepatuhan syariah (halal) dan bermanfaat dan
membawa kebaikan (thayyib) bagi semua aspek secara integral yang
tidak menimbulkan mudharat pada salah satu aspek.
c. Keseimbangan ( tawazun) yaitu menempatkan keseimbangan dalam
segala aspek, tekait dengan pembangunan material dan spiritual,
sektor keuangan dan sektor riil, risk dan return, bisnis dan sosial serta
pemenfaatan dan pelestarian sumber daya alam.
Dari ketiga pilar tersebut pada akhirnya menjurus kepada tujuan akhir
yaitu falah yang dapat diartikan sebagai kesuksesan hakiki berupa
8
kebahagiaan dalam segi material dan spiritual serta tercapainya
kesejahteraan di dunia dan akhirat. ( Mufti, 2010:38).
2.3 Sifat Rosululullah Muhammad saw.
Muhammad saw. Merupakan utusan Allah yang mempunyai sifat-sifat
yang hendaknya di jadikan suri tauladan bagi manusia sebagaimana di
firmankan oleh Allah swt dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan menemui Allah
dan Hari Akhir dan mengingat Allah sebanyak-banyak” (QS Al Ahzab 33 :
21).
Tujuan Allah menjadikan Rosululloh saw. untuk menjadi suri tauladan
tersebut terkait dengan penyempurnaan akhlak manusia sebagaimna
disabdakan oleh Rosululah dalam hadistnya sebagai berikut : Inna ma
bu’itstu li utammima makaarimal Akhlak, Artinya: Sungguh tidaklah aku
diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak (manusia) (HR Bukhori).
Salah satu cara untuk meneladani sifat Rosulullah saw, adalah
mengetahui sifat utama dari diri beliau yang secaragaris besar sifat dari
belaiau adalah sebagai berikut :
1. Ash Shiddiq
memiliki pengertian bahwa Rasulullah SAW selalu benar (jujur) dalam
ucapannya. Kebenaran ucapan ini dilakukan bukan hanya setelah
beliau diangkat jadi nabi dan rasul, namun jauh sebelum itu semenjak
masa kanak-kanak beliau tidak pernah berbohong sehingga mendapat
gelar AL-AMIN. Segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasul tidak
pernah punya tendensi pribadi atau didasari oleh interest pribadi atau
emosional pribadi, tetapi semua yang diucapkan oleh beliau didasari
atas panduan wahyu dari Allah SWT. Hal ini ditegaskan oleh Allah
dalam surat An Najm ayat 4-5 bahwa tidak ada yang diucapkan oleh
9
Muhammad berdasarkan hawa nafsunya, tetapi apa yang diucapkan
semata-ata didasari atas wahyu dari Allah SWT.
2. Amanah / Amanat
Mempunyai pengertian bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menjaga
amanah yang diembannya. Tidak pernah menggunakan wewenang dan
otoritasnya sebagai nabi dan rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab
untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan keluarganya, namun
yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan Islam dan ajaran Allah
swt. Sebagai contoh bahwa beliau sangat amanah dalam suatu riwayat
dikisahkan bahwa salah seorang sahabat beliau yang bernama Abu
Thalhah pernah memberikan sebidang tanah yang subur kepada beliau
tapi beliau tidak menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi
beliau mencari sanak saudara Abu Thalhah yang berkehidupan kurang
layak dan memberikan tanah itu untuk mereka, supaya taraf
perekonomian mereka meningkat.
3. Tabligh
Sifat ini mempunyai pengertian bahwa rasulullah selalu menyampaikan
segala sesuatu yang diwahyukan Allah kepadanya meskipun terkadang
ada ayat yang substansinya menyindir beliau seperti yang tersurat
dalam surat Abbasa, dimana Rasulullah mendapat teguran langsung
dari Allah pada saat rasulullah memalingkan mukanya dari Abdullah
Ummu Maktum yang meminta diajarkan suatu perkara sama sekali
tidak disembunyikan oleh beliau. Beliaupun tidak merasa kawatir
reputasinya akan rusak dengan sindiran Allah tersebut, justru
sebaliknya para sahabat tambah meyakini akan kerasulan beliau.
Marilah kita teladani sifat tabligh ini.
4.Fathonah (cerdas, intelek)
10
adalah suatu keniscayaan untuk para nabi dan rasul karena tidak
mungkin Rasulullah bisa menyampaikan wahyu yang berupa al Qur’an
yang sedemikian banyaknya hingga mencapai 6.666 ayat dan 323.670
huruf tanpa ada yang salah dan keliru satupun. Demikian juga dalam
memimpin umat islam dari sisi lahir dan batin Jika beliau tidak
mempunyai fondasi intelektual yang tinggi hal itu mustahil terjadi.
Kecerdasan Rasulullah tidak hanya intelektual semata tetapi juga
cerdas dari segi emosional dan spiritual.
Sumber : http://uripsantoso.wordpress.com/2010/08/30/meneladani-
empat-sifat-rasulullah/
III. PEMBAHASAN
3.1 Sukses Berdagang Rosulullah saw.
11
Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi rosul telah melakukan
kegiatan perdagangan sejak dari mudanya. Perjalanan Muhammad saw
dalam mencapai sukses dimulai sejak berusia 12 tahun dengan
membantu pamannnya kemudian dipercaya oleh pemilik modal dan
sampai kesuksesan ssebagai pebisnis terkemuka dan eksportir sukses
dalam perdagannya.
Bukan modal yang diutamakan oleh Nabi Muhammad untuk menjalankan
bisnisnya namun lebih menekankan pada kejujuran dalam menjalankan
bisnisnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Muhammad Antonio Syafii
M.ec : “Money is not number one capital in business, the number one is
trust and competent”.
Dengan berbekal kejujuran Nabi mampu untuk membangun bisnisnya
mulai dai awal kehidupannya sehingga beliau dijuluki Al amin atau orang
yang dapat dipercaya . Kepercayaan ini lah yang menajdi modal dasar
dari Rosulullah saw dalam kehidupan untuk memimpin umatnya termasuk
dalam melakukan perdagangan jauh sebelum Muhammad saw diangkat
menjadi seorang nabi dan rosul.
Kejujuran sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad saw dalam
melaksanakan bisnisnya sebagaimana sabda belliau : “ Pedagang yang
jujur dan dapat dipercaya akan bersama dengan para nabi , orang-orang
yang benar dan orang-orang yang mati syahid kelak di hari kiamat (HR.
Ibnu Majah).
Kesuksesan Nabi dalam berdagang menurut Abdussalam( 2012 : 38)
dapat ditinjau dari 4 Aspek yaitu :
1. Kepercayaan yang diberikan oleh orang lain kepada Rosulullah saw.
Hal ini terkait dengan sifat jujr dari Rosululah.saw.
2. Menjaga kejujuran dan kepercayaan yang diberikan, artinya Rosulullah
saw selalu dapat menjaga kejujuran dan kepercayaan yang diberikan
12
oleh orang lain, misalnya dalam mengelola barang dagangan yang
dititipkan dan dikelolanya tidak ada sedikitpun kecurangan yang terjadi.
3. Keuntungan yang diperoleh digunakan untukperjuangan di jalan allah.
4. Akhlaq mulia yang diteladankan dalam menjalan kan perdagangannya.
Kalau kita lihat saat ini banyak tipu muslihat yang dilakukan oleh para
pedagang dan pelaku bisnis bertindak tidak jujur , baik terhadap produk
yang dijual- belikan maupun tata cara jual beli . Pelanggaran tehadap jual
beli yang diharamkan oleh syariah seperti kehalalan, cara-cara penjualan
yang dilakukan yang terkadang merugikan seperti mencampur antara
produk yang baik dan buruk , barang yang halal dicampur dengan yang
haram, menambahkaan zat pengawet yang berlebihan. Demikiaan juga
penggunaan cara-cara kekerasan dalam penagihan itu semua
menunjukkan hal-ha yang bertentangan dangan apa yaang telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
3.2 Kiat Sukses Bisnis Rosulullah saw
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa dengan sifat kejujuran aatau
amanah dari Rosuluulah merupakansalah satu pilar keteladanan belau
dalam melaksanakan bisnisnya sangaatlah dipuji, belaiu tidak pernah
mengecewakaan konsumen dan selalu jueur dalam mutu produk atau
barang dagangan yang diperjual belikan dan selalu bermurah hati dalam
menjalankan bisnisnya , artinya beliau tidak pernah menyusahkan baik
kepada pembeli penjual maupun dalam pembayarannya hal ini mengacu
kepada sabda beliau : Allah merahmati orang yang murah hati ketika
menjual, membeli dan menagih ( HR Bukhari dari Jabir bin Abdullah)
Dalam bukunya yang berjudul 14 langkah bagaimana Rasulullah saw
membangun kerajaan bisnis, Prof La Ode Kamaludin, Phd menyebutkan
kiat-kiat Rasulullah saw dalam berisnis antara lain : kejujuran dan
keterbukaan Rasulullah dalam melakukan transaksi perdagangan
merupakan teladan bagi seorang pengusaha generasi selanjutnya. Beliau
13
selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar
kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan sehingga tidak pernah
membuat pelanggannya mengeluh atau bahkan kecewa. Reputasi
sebagai pelanggan yang benar-benar jujur telah tertanam dengan baik.
Sejak muda, beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawabnya
terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
Selanjutnya rahasia untuk sukses Nabi Muhammad saw mempunyai kunci
dalam mencapai sukses dalam melaksanakan bisnisnya anatara lain :
menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput surga, berpikir VISIONER,
kreatif dan siap menghadapi perubahan, pintar mempromosikan diri,
menggaji karyawan sebelum kering keringatnya, mengutamakan
sinergisme, berbisnis dengan cinta, serta pandai bersyukur dan berucap
terima kasih.
Selain memaparkan rahasia bisnis Rasulullah, Laode M. Kamaluddin.
Ph.D juga memberi penekanan khusus pada pentingnya menjaga
amanah. Sebab kesuksesan Rasulullah tak bisa lepas dari
keberhasilannya menjaga kepercayaan (amanah), ini merupakan ciri
utama dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah sehingga tidak
ada satupun orang yang berinterakasi dengan beliau kecuali
mendapatkan kepuasan yang luar biasa. Dan sangat pantas jika beliau
mendapatkan gelar Al-Amiin (orang yang dapat dipercaya). Itulah modal
terbesar yang tak bisa ditawar-tawar jika kita ingin sukses dalam berbisnis
seperti Rasulullah
Selanjutnya dalam melaksanakan bisnisnya Rasululoh mempunyai etika
bisnis yang mumpuni yang dapat dijadikan sebagai contoh kongkrit bagi
pebisnis saat ini
Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan
sistem transaksi bisnis, yang dijalankan seseorang. Nabi Muhammad
14
SAW sangatlah menjunjung tinggi etika di dalam berbisnis sehingga
menjadi hal yang disegani oleh lawan bisnisnya. Belaiau sangatlah
menekankan kepada nilai spiritual, humanisme, kejujuran keseimbangan,
dan semangatnya untuk memuaskan mitra bisnisnya. Nilai-nilai tersebut
melandasai setiap langkah dalam melaksankan bisnisnya. Implementasi
nilai –nilai tersebut didasari oleh keimanan kepada Allah swt yang
tercermin dalam :
1) Tauhid
Sistem etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara
keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhid yang dalam pengertian
absolut, hanya berhubungan dengan Tuhan. Umat manusia tak lain
adalah wadah kebenaran, dan harus memantulkan cahaya kemuliaannya
dalam semua manifestasi duniawi.
Baik Tauhid rububiyyah yag merupakan keyakinan bahwa semua yang
ada dialami ini adalah memiliki dan dikuasai oleh Allah SWT maupun
Tauhid uluhiyyah yaitu aturan yang ditetapkan oleh Allah swt dalam
menjalankan kehidupan keduanya diterapkan Nabi Muhammad SAW
dalam kegiatan ekonomi. Beliau mengajarkan bahw setiap harta (aset)
dalam transaksi bisnis hakekatnya milik Allah swtsedangkan manusia
sebagai pelaku ekonomi hanya mendapatkan amanah mengelola
(istikhlaf), dan oleh karenanya seluruh aset dan anasir transaksi harus
dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki, yaitu Allah swt.
Kepeloporan Nabi Muhammad saw. Dalam meninggalkan praktik riba
(usury-interest), transaksi fiktif (gharar), perjudian dan spekulasi (Maysir)
dan komoditi haram adalah wujud dari keyakinan tauhid ini.
2) Keseimbangan (Adil)
Pandangan Islam mengenai kehidupan berasal dari suatu persepsi Ilahi
mengenai keharmonisan alam. Maka dalam menjalankan bisnis harus
seimbang antara materi dan rukhani, kepentingan dunia dan akherat serta
sosial maupun lingkungan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al
Qur,an yang artinya :”Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
15
yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang,
kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu
itupun dalam keadaan payah. (Q.S Al Mulk: 3-4).
3) Kehendak Bebas
Didalam filsafat sosial berkaitan dengan konsep mengenai manusia
‘bebas’ bahwa hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas-
batas skema penciptaan-Nya manusia juga bebas. Namun kebebasan
manusia juga diberikan oleh Tuhan. Modifikasi dan ekspansi seluas
sebesar-besarnya, bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan dengan siapa
pun secara lintas agama. Dalam kaitan ini, kita memperoleh pelajaran
yang begitu banyak dari Nabi Muhammad Saw, termasuk skema kerja
sama bisnis yang dieksplorasi Nabi Muhammad Saw. Di luar praktek
ribawi yang dianut masyarakat masa itu. Model-model usaha tersebut
antara lain, mudharabah, musyrakah, murabahah, ‘ijarah, wakalah, salam,
istishna, dan lain-lain.
4) Pertanggungjawaban
Selanjutnya, Nabi Muhammad Saw. mewariskan pula pilar tanggung
jawab dalam kerangka dasar etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi
dengan pertanggungjawaban manusia, karena setiap perbuatan di dunia
ini diyakini akan dimintakan pertanggung jawabannya. Setelah
menentukan daya pilih antara yang baik dan buruk, harus menjalani
konsekuensi logisnya. Sabagaimana firman Allah dalam Al Quranul Kariim
: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS
AI-Muddatstsir:38)
5) Hikmah
16
Suatu pelajaran yang bisa kita ambil bahwa dalam etika bisnis seseorang
harus mencontoh ketauladanan Nabi Muhammad saw bahwa seorang
muslim harus mempunyai tauhid yaitu menyerahkan segalanya kepada
Allah swt. Karena semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan
harus mematuhi semua aturan yang telah ditentukan oleh-Nya.
Sukses besar yang diperoleh Nabi Muhammad selama menjalankan
bisnis, tidak terlepas dari prinsip-prinsip mulia, yang selalu beliau junjung
tinggi selama bertransaksi bisnis. Nilai-nilai itu sendiri hingga kini sudah
menjadi tauladan bagi setiap pebisnis muslim, yang ingin mendapatkan
kesuksesan dan barokah dalam setiap aktifitas bisnisnya.
Lalu bagaimanakah kita selaku umatnya meneladani sikap rasululloh agar
kita dapat menjadi sukses sebagai pebisnis yang handal dan
mendapatkan barokah dari Allah swt di dunia dan di akherat. Berikut
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan bisnis yang
diridhoi oleh Allah swt :
1. Memiliki kepribadian spiritual (Takwa)
Seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, bahkan
dalam suasana mereka sedang sibuk dalam aktifitas bisnis mereka. Ia
hendaknya sadar penuh dan responsif terhadap prioritas-prioritas yang
telah ditentutukan oleh Sang Maha Pencipta. Kesadaran akan hal ini
hendaklah menjadi sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala
tindakan. Sebagai contoh: ia harus menghentikan aktivitas bisnisnya saat
datang panggilan shalat, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban
lainnya. Semua kegiatan bisnis hendaklah selaras dengan moralitas dan
nilai utama yang digariskan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an menegaskan bahwa
setiap tindakan dan transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup
yang lebih mulia. Ummat muslim diperintahkan untuk mencari
kebahagiaan dunia dan akhirat dengan cara menggunakan nikmat yang
Allah karuniakan kepadanya, dengan jalan yang sebaik-baiknya.
2. Berperilaku baik dan simpatik (Shidiq)
17
Berperilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar dan
inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang
tinggi, dan mencakup semua sisi manusia. Islam juga mengharuskan
pemeluknnya untuk berlaku sopan dalam setiap hal. Bahkan dalam
melakukan transaksi bisnis dengan orang-orang yang bodoh (sufaha’),
tetap harus berbicara dengan ucapan dan ungkapan yang baik. Kaum
Muslimin diharuskan untuk berlaku manis dan dermawan terhadap orang-
orang miskin, dan jika dengan alasan tertentu ia tidak mampu memberikan
uang kepada orang-orang itu, setidak-tidaknya memperlakukan mereka
dengan kata-kata yang baik dan sopan, dalam tingkah dan ucapannya.
3. Berlaku adil dalam berbisnis (Al-’Adl)
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung
kezaliman, dan mewajibkan kepada setiap pelaku bisnis berpedoman
pada terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam setiap hubungan
dan kontrak-kontrak bisnis.Oleh karena itu, Islam melarang jual beli yang
tidak jelas sifat-sifat barang yang ditransaksikan (bai’al gharar), karena
mengandung unsur ketidakjelasan yang membahayakan salah satu pihak
yang melakukan transaksi. Hal itu akan menjadi kezaliman terhadapnya.
4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah)
Sikap melayani atau to serve merupakan sikap utama dari seseorang
pebisnis dan hal ini sangat ditekankan dalam bisnis modern saat ini .
Tanpa sikap melayani, yang melekat dalam kepribadiannya, dia bukanlah
seorang yang berjiwa bisnis. Melekat dalam jiwa melayani ini adalah sikap
sopan, santun dan rendah hati, yang harus ada sejak pra penjualan
samapai dengan sesudahnya. Orang yang beriman diperintahkan untuk
bermurah hati, sopan, dan bersahabat saat berelasi dengan mitra
bisnisnya.
5. Menepati janji dan tidak curang (Wafa’)
18
Menapati janji atau amanah bermakna, keinginan untuk memenuhi
sesuatu sesuai dengan ketentuan. Secara umum, amanah dari Allah SWT
kepada manusia ada dua, yaitu ibadah dan khalifah. dalam kehidupan,
seorang muslim harus melaksanakan segala perintah Allah dan
meninggalkan segala larangannya. Seorang pebisnis, harus senantiasa
menjaga amanah yang diberikan kepadanya sebagai wakil dari
perusahaan dalam memasarkan serta mempromosikan produk kepada
pelanggan, serta jauh dari niat ingin memanipulasikan data dan harga
produk tersebut.
6. Jujur dan tepercaya ( Al-Amanah)
Di antara akhlak yang harus menghiasi pebisnis dalam setiap gerak
geriknya adalah kejujuran. kadang-kadang sifat jujur dianggap mudah
untuk dilaksanakan bagi orang-orang awam, manakala tidak dihadapkan
pada ujian yang berat atau tidak dihadapkan pada godaan duniawi. Di
sinilah Islam menjelaskan bahwa kejujuran yang hakiki itu terletak pada
muamalah mereka. Demikian juga dalam dunia bisnis amanh ini sangatlah
penting karena hal ini akan mejadi fondasi yang kokoh bagi hubungan
berikutnya.Jika ingin mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran seorang
sahabat, ajaklah kerjasama dalam bisnis. Di sana akan kelihatan sifat-sifat
aslinya, terutama dalam hal kejujuran.
7. Tidak suka berburuk sangka (Su-uz-zhan)
Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Muhammad
yang harus diimplementasikan dalam prilaku bisnis modern. Tidak boleh
satu pengusaha menjelekkan pengusaha yang lain, hanya bermotifkan
persaingan bisnis. Amat naif jika perilaku seperti ini terdapat pada praktisi
bisnis.Karena itu, sepatutnya akhlak para praktisi, akademisi dan para
pakar ekonomi harus menjadi teladan bagi umat.
8. Tidak melakukan sogok/suap (Risywah)
19
Dalam Islam, menyuap (risywah) hukumnya haram, dan menyuap
termasuk dalam kategori makan harta orang lain dengan cara batil.
memberikan sejumlah uang dengan maksud agar kita dapat
memenangkan tender suatu bisnis, atau memberikan sejumlah uang
kepada hakim atau pengusaha agar kita dapat memperoleh hukuman
yang lebih ringan atau termasuk dalam kategori suap (risywah).
Panduan serta suri tauladan tersebut di atas, merupakan beberapa kiat
yang diaplikasikan oleh Nabi Muhammad dalam menjalankan bisnisnya.
Sehingga membuat para pesaing sangat hormat kepada beliau, yang
akhirnya berubah dan menjadi mitra bisnis sejati. Mampu tidaknya kita
melaksanakan kiat-kiat tersebut, adalah tergantung dari niat. Karena niat
yang ikhlas, merupakan fondasi dari segala aktifitas manusia di bumi Allah
ini. ”.. Innamal Akmaalu Binniyyah ..” (setiap perkejaan itu didasari
dengan niat).
Dari uraian diatas diharapkan pebisnis hendaknyaa meneladani tentang
kiat-kiat nabi Muhammad SAW dalam menjalankan bisnisnya, sehingga
diharpkan dapat menjadi pebisnis yang ukses tidak saja di dunia namun
daapt dipertanggungjawabkan kelak di Yaumil akhir
Wallahu a’lam bissawab..
20
IV. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Perniagaan atau bisnis merupakan salah satu tolok ukur dari kemajuan
dan kemakmuran suatu bangsa.
2. kesuksesan Bisnis Nabi Muhammad SAW memiliki rahasia-rahasia
yang bisa dicontoh oleh manusia, sebagai cikal bakal kesuksesan
dunia dan akhirat.
3. Nabi Muhammad SAW. telah menerapkan prinsip bisnis modern dalam
membangun kerajaan bisnis dengan bekerja sebagai ladang
menjemput surga, penuh kejujuran (As Siddiqh) dan kepercayaan (Al
Amin) menjadi prinsip utama dalam berbisnis, pandai dalam mengelola
bisnis (Fathonah) dan senantiasa mengedepankan barokah (Tabligh)
yang sudah semestinya diikuti oleh semua orang jika ingin
membangun kerajaan bisnis yang modern.
4. Etika Rosululllah dalam bebisnis yang meliputi ketakwaan, keadilan,
endah hati, tidak curang, kepercayaan, berbaik sangka dan tidak
melakukan suap merupakan keteladanan yang patut diikuti oleh
pevisnis saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
21
Abdussalam , Mokh.Syaiful Bahri , 2012, Sukses Berbisnis ala Rasulullah SAW, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Afuah, Allan N, 2004. Business Models : A Strategic Management Approach, New York : Mc Graw Hill.
Griffin, Ricky W and Ebert, Ronald J, 2006, Business, 8th Edition : New York, : Pearson Education
Griffin, Ricky W and Ebert, Ronald J, 2007, Bisnis, Edisi kedelapan : Jakarta, : Penerbit Erlangga.
Kamaludin, La Ode M, 2007, 14 langkah bagaimana Rasulullah saw membangun kerajaan bisnis, Jakarta : Republika,
Mufti, Aris. Sula, Muhammad Syakir. Amanah bagi bangsa , Konsep SistemEkonomi Syariah , Jakarta : Masyarakat Ekonomi Syariah
www.kamusbahasaindonesia.org
www.id.wikipidia
http://books.google.co.id/books?id=HpfszR_KK7UC&pg=PA166&dq=
22