BIDAN DESA
Definisi Bidan Desa dan program bidan desa 1. Definisi Bidan Desa
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan
diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of
International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam
pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27,
pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki
izin yang sah untuk melakukan praktik bidan (Depkes RI, 2007b).
2. Tujuan Penempatan Bidan Di Desa
Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran
masyarakat berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan,
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal,
serta pelayanan kontrasepsi,
4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, persalinan dan
perinatal,
5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare,
6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu pembinaan kesehatan
masyarakat,
7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan Dana Sehat
(Depkes RI, 2002).
3. Tugas dan Wewenang Bidan di Desa
Tugas Bidan di Desa
Tugas seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1)Melaksanakan kegiatan di desa
wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki dan diberikan, 2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di
wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).
Wewenang Bidan di Desa
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996 menjelaskan
bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk memberikan pelayanan KIA,
Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan
lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang
tersebut adalah sebagai berikut :
o Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan
secara mandiri.
o Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter.
Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut.
o Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan penderita atas
tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut,
bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
o Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah pendidikan dan pelatihan yang
diterimanya.
Tempat Tinggal
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan diwajibkan tinggal di desa
(polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1
sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).
Kegiatan atau peran Bidan Desa
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
2. Rujukan
Upaya-upaya Pemecahan Masalah Pelayanan Bidan Desa Terhadap tingginya Angka kematian
ibu adalah:
a. Pemerintah
1. Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan mempunyai
wewenang dalam memantau dan membina kinerja bidan desa dalam aspek teknis
maupun aspek pengelolaan program KIA,
2. Arahan, dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten menjadi unit terdepan dalam
pemantauan, pembinaan bidan desa serta bertanggung jawab dalam fasilitas
kelancaran pelaksanaan tugas bidan desa di wilayahnya.
b. Masyarakat
1) Suami Siaga,
2) Bidan Siaga,
3) Warga Siaga,
4) Desa Siag
PROGRAM BIDAN DESA
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian
sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
perinatal. Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di
desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan
tenaga non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat:
meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan
dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama
dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu. Biasanya
masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai
kader. Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu
dan anak, sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang
menyatakan penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya
bidan desa dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi
ini bidan desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada
sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui:
peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
pertolongan persalinan
deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan :
kunjungan rumah
sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali
selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap dalam
melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk
memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi
ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat
meningkatkan kunjungan ibu.
Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,
kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas
Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika
profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
Dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memperhatikan dan memberi
penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan
dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan.
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan
koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas
Tujuan Penempatan Bidan di desaTujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat.Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan,3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan
nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi,4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan dan perinatal,5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare,6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu pembinaan
kesehatan masyarakat,7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk
gerakan Dana Sehat (Depkes RI, 2002).
Kedudukan Bidan DesaMenurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), diuraikan bahwa bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa.Tugas Pokok Bidan di DesaTugas pokok seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1)Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, 2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).Fungsi Bidan di Wilayah KerjanyaFungsi seorang bidan desa di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan kesehatan meliputi asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan bayi baru lahir, perawatan anak balita, pelayanan keluarga berencana (kontrasepsi),
2. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,3. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan,
yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat,4. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi,5. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan,6. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya
masyarakat,
7. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan darurat hams dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya,
8. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan (Depkes RI, 2002).
Wewenang Bidan di DesaPeraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996 menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk memberikan pelayanan KIA, Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :1. Wewenang umumKewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara mandiri.2. Wewenang khusus Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut.3. Wewenang pada keadaan daruratBidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.4. Wewenang tambahanBidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.Tempat TinggalSesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan diwajibkan tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).Peran Bidan Desa
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan2. Rujukan
Upaya-upaya Pemecahan Masalah Pelayanan Bidan Desa Terhadap tingginya Angka kematian ibu adalah: a. Pemerintah
1. Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan mempunyai wewenang dalam memantau dan membina kinerja bidan desa dalam aspek teknis maupun aspek pengelolaan program KIA,
2. Arahan, dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten menjadi unit terdepan dalam pemantauan, pembinaan bidan desa serta bertanggung jawab dalam fasilitas kelancaran pelaksanaan tugas bidan desa di wilayahnya.
b. Masyarakat 1) Suami Siaga,2) Bidan Siaga,3) Warga Siaga,4) Desa Siaga
efinisi Bidan Desa dan program bidan desa
1. Definisi Bidan Desa
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut
dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan
Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara
berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun
melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan
sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi
untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan
(Depkes RI, 2007b).
2. Tujuan Penempatan Bidan Di Desa
Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan,
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas
dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi,
4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan dan perinatal,
5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare,
6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu pembinaan
kesehatan masyarakat,
7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk
gerakan Dana Sehat (Depkes RI, 2002).
3. Tugas dan Wewenang Bidan di Desa
Tugas Bidan di Desa
Tugas seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1)Melaksanakan
kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan
yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan,
2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya (Depkes RI,
2002).
Wewenang Bidan di Desa
Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996
menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk
memberikan pelayanan KIA, Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan
wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan
Menteri Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
o Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara mandiri.
o Wewenang khusus
Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan
pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang
diberikan wewenang tersebut.
o Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan
penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah
melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke
Puskesmas di wilayah kerjanya.
o Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah
pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.
Tempat Tinggal
Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan diwajibkan tinggal di desa
(polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1
sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997).
Kegiatan atau peran Bidan Desa
1. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
2. Rujukan
Upaya-upaya Pemecahan Masalah Pelayanan Bidan Desa Terhadap tingginya Angka kematian
ibu adalah:
a. Pemerintah
1. Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan mempunyai
wewenang dalam memantau dan membina kinerja bidan desa dalam aspek teknis
maupun aspek pengelolaan program KIA,
2. Arahan, dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten menjadi unit terdepan dalam
pemantauan, pembinaan bidan desa serta bertanggung jawab dalam fasilitas
kelancaran pelaksanaan tugas bidan desa di wilayahnya.
b. Masyarakat
1) Suami Siaga,
2) Bidan Siaga,
3) Warga Siaga,
4) Desa Siag
PROGRAM BIDAN DESA
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian
sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
perinatal. Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di
desa maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan
tenaga non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat:
meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan
dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan
Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama
dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu. Biasanya
masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai
kader. Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu
dan anak, sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang
menyatakan penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya
bidan desa dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi
ini bidan desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada
sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui:
peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
pertolongan persalinan
deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi
Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan :
kunjungan rumah
sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali
selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap dalam
melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk
memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi
ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat
meningkatkan kunjungan ibu.
Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,
kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas
Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika
profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
Dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memperhatikan dan memberi
penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan
dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan.
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan
koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas
Pemerataan Bidan Desa di Indonesia 24 Nov
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian Bidan Desa
Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan,diwajibkan tinggal srta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya,yang meliputi satu atau dua desa yang dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas dan bekerja sama dengan perangkat desa.
II.2. Fungsi bidan desa
1) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,menangani persalinan,pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi
2) Menggerakkan dan membina para serta masyarakat dalam bidang kesehatan,yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat
3) Membina dan memberikan bimbimngan teknis kepada kader serta dukun bayi
4) Membina kelompok dasa wisma dibidang kesehatan
5) Membina kerja sama lintas program,lintas sektoral,dan lembaga swadaya masyarakat
6) Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya
7) Mendeteksi secara dini adanya rfrek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai kemampuan.
II.3. Tujuan penempatan bidan di desa
Tujuan penempatan bidan desa secara umum adalah meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu,anak balita,dan menurunkan angka kelahiran serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan di desa adalah :
1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat
2) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
3) Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil,pertolongan persalinan,perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanana kontrasepsi.
4) Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan penyulit kehamilan,persalinan,dan perinatal
5) Menurunnya jumlah balita yang menderita gizi buruk dan diare
6) Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan masyarakat
7) Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan dana sehat.
II.4. Pelayanan Bidan Desa
Menurut Azrul Azwar pelayanan kesehatan yang terdapat dalam masyarakat secara umum dapat dibedakan atas tiga macam,yaitu :
1) Pelayanan kesehatan tingkat I
Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar.
2) Pelayanan Kesehatan tingkat II
Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis atau bahkan kadang-kadang pelayanan subspesialisi tetapi terbatas.
3) Pelayanan Kesehatan tingkat III
Pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan subspesialisi.
Dari ketiga klasifikasi di atas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan desa lebih cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama. Selain membantu penurunan angka kematian dan peningkatan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan pengobatan pertama pada masyarakat yang membutuhkan sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih efisien di rumah sakit.
II.5. Tugas Pokok bidan desa
1) Melakukan pelayanan kesehatan,khususnya kesehatan ibu dan anak di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
2) Menggerakkan dam membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar memiliki kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat
II.6. Komitmen kerja bidan desa
Pelayanan kesehatan yang dilakukan bidan desa akan terlaksana secara optimal apabila setiap bidan desa memahami komitmen kerjanya sebagai bidan kerja. Komitmen kerja bidan desa adalah suatu janji dari seorang bidan desa atau kebulatan tekad untik melaksanakan kegiatannya sebagai seorang bidan sesuai dengan tujuan,kedudukan,dan cakupan yang sudah ditentukan dalam tugasnya.
Jenis-jenis komitmen kerja bidan desa terdiri dari :
1) Bidan desa harus komitmen terhadap peningkatan cakupan pelayanan
2) Bidan desa harus komitmen terhadap kebijaksanaan Depkes RI
3) Bidan desa harus komitmen terhadap tugas manajemen Kesehatan ibu dan Anak ( KIA ) dan administrasi/pencatatan dan pelaporan.( Depkes RI,2004 )
II.7. Wewenang bidan desa
Wewenang bidan desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan.( Depkes RI,1996 )
Wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
1) Wewenang umum
Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara mandiri.
2) Wewenang khusus
Wewenang khusus adalah wewenang untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut.
3) Wewenang pada keadaan darurat
Bidan diberikan wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insane profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut,bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya.
4) Wewenang tambahan
Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya sesuai dengan program pemerintah,pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.
II.8. Kegiatan bidan desa
Sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.363/Menkes/Per/IX/1990,maka kegiatan bidan desa adalah :
1) Mengenal wilayah,struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk serta sistem pemerintahannya.
2) Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk merencanakan penanggulangannya.
3) Menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan melaksanakan Pertemuan Tingkat Desa ( PTD ),Supaya Mawas Diri ( SMD ) dan Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD ) yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai dengan kebutuhan.
4) Memberikan pertolongan persalinan
5) Memberikan pertolongan kepada pasien ( orang sakit ),kecelakaan dan kedaruratan.
6) Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan.
7) Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanaka penyuluhan dan membantu deteksi ibu hamil risiko tinggi.
8) Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah kerjanya.
II.9. Peranan teknik bidan desa
Peranan teknik yang dimiliki bidan desa maksudnya pengetahuan dan keterampilan tentang semua upaya dan kegiatan untuk melaksanakan pelayanan kebidanan dan pelayanan KIA pada umumnya ( termasuk KB ),manajemen pelayanan KIA di wilayah kerjanya dan peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang KIA,khususnya pembinaan dukun bayi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bidan dalam aspek fungsi teknisnya,agar dapat berperan dalam mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi dan meningkatkan kemampuan dalam manajemen KIA dan upaya pendukungnya. ( Depkes RI,1994 )
Kebijaksanaan yang ditetapkan dalam pembinaan peranan teknik bidan desa adalah sebagai berikut :
1) Pendayagunaan bidan desa ditujukan untuk mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB
2) Bertujuan untuk memastikan bahwa mereka melaksankan tugas pokoknya sesuai standar yang ditetapkan dan mempunyai bekal pengetahuan serta keterampilan cukup untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
3) Pembinaan bidan desa hendaknya dikembangkan per kabupaten sesuai kondisi setempat di bawah pembinaan tingkat propinsi dengan mengacu kepada pola pembinaan teknis yang berlaku nasional.
II.10. Peranan non teknis bidan desa
1) Melakukan penyuluhan kesehatan
Penyuluhan yang khususnya mengenai kesehatan reproduksi kepada masyarakat. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan serta persalinan yang ditolong oleh tenaga bidan desa.
2) Melakukan pelayanan rujukan
Jika bidan desa tak mampu menangani pasien atau pasien mengalami kegawatdaruratan,maka diharapkan bidan desa melakukan rujukan ke puskesmas atau Rumah sakit
3) Memberikan pelayanan antenatal
Antenatal care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal
II.11. Faktor internal dan eksternal dalam pelayanan bidan desa
Faktor karakteristik ( internal ) yang terkait dengan pelayanan bidan desa antara lain :
1) Umur
2) Tingkat pendidikan
3) Kemampuan
4) Masa kerja
5) Asal daerah
Faktor eksternal yang mempengaruhi mutu pelayanan bidan desa antara lain:
1) Faktor lingkungan di desa wilayah kerja bidan ( lokasi tempat tinggal dan keamanan lingkungan )
2) Kualitas fisik ( bangunan ) dan fasilitas di Polindes
BAB III
PERMASALAHAN
III.1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah sebagian besar masih ditolong dukun dan keluarga sendiri. Hal ini sangat membahayakan keselamatan ibu dan bayi yang baru lahir. Kepercayaan ibu hamil pada dukun masih sedemikian besar sehingga walaupun ada bidan desa tingkat pemanfaatannya masih belum maksimal. Hal ini berkaitan dengan pola perilaku kebiasaan dan tradisi nenek moyang yang masih dipegang erat oleh masyarakat.
III.2. Pertolongan persalinan dengan bantuan bidan maupun perawat masih belum memuaskan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam hal ini baik bidan maupun perawat masih belum memuaskan (bandingkan pertolongan persalinan oleh tenaga non profesional). Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa pada saat persalinan ibu memilih tenaga non profesional :
1) Rumah bidan jauh
2) Lebih merasa aman bila ditolong dukun senior (faktor sugesti/psikologis).
3) Jika panggil bidan, bayar mahal
4) Bidan lebih sering tidak berada di tempat tugas
III.3. Masih rendahnya pengetahuan bidan mengenai manajemen Pelayanan Kesehatan Maternal
Masih rendahnya pengetahuan bidan mengenai management Pelayanan Kesehatan Maternal seperti K1, K4, Kehamailan beresiko tinggi dan pemeriksaan diagnostik kebidanan.Sebagai akibat rendah pengetahuan bidan mengenai management Pelayanan Kesehatan Maternal, maka bidan tidak tahu indikator-indikator yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan program.
III,4. Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana menyebabkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) dengan 5 T tidak dapat terlaksana dengan baik seperti misalnya tensimeter yang tidak berfungsi, alat timbang badan yang rusak dan kegiatan imunisasi/vaksinasi puskesmas yang macet.
III.5. Bidan kurang memahami pentingnya pencatatan dan pelaporan
Bidan kurang memahami pentingnya pencatatan dan pelaporan untuk perencanaan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) baik di tingkat Puskesmas maupun di tingkat Kabupaten
disamping masih rendahnya kapasitas bidan dalam hal pencatatan dan pelaporan itu sendiri.
BAB IV
SOLUSI PERMASALAHAN
IV.1. Bidan memberikan pelatihan bagi dukun dan mendampingi dukun ketika menolong persalinan
Semua ibu yang mempunyai bayi, balita harus membawa dan aktif datang ke posyandu. Bila tidak datang dikena sangsi sesuai dengan keputusan desa tersebut juga diharuskan bagi dukun kampung, bila menolong persalinan harus memberitahu bidan desa, mengajak serta untuk didampingi, walaupun yang menolong masih dukun kampung tersebut,mengingat kepercayaan ibu yang bersalin kepada dukun kampung masih sangat besar.
Untuk meningkatkan pelayanan persalinan yang aman dan bersih, dukun bersalin harus dilengkapi dengan peralatan seperti gunting, sarung tangan dan klem arteri. Kepada dukun harus terus -menerus diajarkan cara merawat, menyimpan dan sterilisasinya agar alat dapat tahan lama
IV.2. Membangun Polindes dan memberikan sangsi bagi bidan desa yang sering meninggalkan lokasi kerjanya
Bagi Bidan desa yang sudah menerima dana pembangunan Polindes harus segera merealisasikan pembangunan polindesnya. Dinas Kesehatan/Seksi KIA harus berani memberikan sangsi bagi bidan yang belum membangun polindes meskipun telah menerima dana pembangunannya.
Kepala Puskesmas diharapkan memberi sangsi kepada bidan desa yang sering meninggalkan lokasi tugas, serta memperhatikan tingkat kesejahteraan bidan dan petugas.
Perlu adanya komitmen pemerintah dalam membantu meluruskan kesesuaian tugas dan fungsi bidan di desa; memberikan reward atas beban kerja tambahan yang berat yang diterima oleh bidan desa; memfasilitasi dalam kerjasama lintas sektor; adanya mekanisme pengelolaan dana mandiri bagi pemerintah di tingkat desa/kelurahan.
IV.3. Memberikan bimbingan teknis kepada bidan desa yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kesehatan
Memberikan bimbingan teknis kepada bidan desa yeng berkaitan dengan management pelayanan ANC dan mengadakan bina teknik mengenai kegawatan obstetri dan neonatus dan penanganannya.
IV.4. Melakukan pengadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh bidan desa harus disediakan agar bidan desa dapat memberikan pelayanan secara cepat dan tepat. Saat ini bidan desa mendapatkan bantuan fasilitas dari pemerintah berupa sepeda onthel. Untuk daerah dengan medan lebih banyak perbukitan dan pegunungan,bantuan sepeda ini tentu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena fasilitas jalan juga belum memadai, dengan bersepeda bidan desa yang dituntut secara cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan persalinan sering terlambat, dan nyawa ibu hamil tidak tertolong lagi sehingga diharapkan bantuan berupa sepeda motor yang dapat digunakan untuk berbagai jenis medan serta lebih cepat dalam memberikan pertolongan persalinan.
IV.5. Bidan desa diberitahukan mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan
1. Bidan desa harus memahami pentingnya ketersediaan data yang akurat.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu sistem registrasi/pencatatan kelahiran dan kematian bayi yang baik. Bidan desa/dukun bayi serta petugas-petugas kesehatan maupun aparat pemerintahan di tingkat desa perlu/dapat dilatih untuk melakukan pencatatan/pelaporan yang efisien dan tidak tumpang tindih.
1. Mendistribusikan form LI1 dan L2 untuk bidan di Puskesmas dan form pencatatan dan pelaporan untuk bidan didesa yaitu form 00 rekapitulasi Pencatatan ibu hamil dan balita di tingkat posyandu dan sudah melakukan bimbingan cara pengisian formulir-formulir tersebut.
2. Melakukan bimbingan teknis kepada dukun bersalin mengenai sistim pencatatan dan pelaporan yang sederhana (walaupun hasil belum memuaskan).