BENTUK-BENTUK PENGEMBANGAN EKONOMI
MASYARAKAT DI PESANTREN (Studi Kasus Atas Pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP. Annuqoyah
Guluk-guluk Sumenep Madura)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Achmad Faishal
NTM: 103032227709
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK
UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
BENTUK-BENTUK PENGEMBANGAN EKONOMI
MASYARAKAT DI PESANTREN (Studi Kasus Atas Pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP.
Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Achmad Faishal
NTM: 103032227709
Dibawah Bimbingan
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKIJLTAS ILMLJ SOSIAL DAN POLITIK
UNWERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di
Pesantren (Studi Kasus Atas pengembangan Ekonomi Masyarakat di PP.
Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura) telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2012. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada
Program Studi Sosiologi.
Jakarta, 14 Agustus 2012
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Achmad Faishal
NIM : 103032227709
Dengan mi menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Bentuk-bentuk
Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Pesantren” (studi kasus atas
pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep
Madura) adalah benar karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat
dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam
penyusunan karya mi telah saya cantumkan sumber kutipannya. Saya juga
bersedia untuk menanggung resiko sesusi dengan undang-undang yang berlaku
jika temyata skripsi im secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dan karya
orang lain.
Demikianlah pernyataan im saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Jakarta, 14 Agustus 2012
i
ABSTRAK
Nama : Achmad Faishal
NIM : 103032227709
Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan : Sosiologi
Pengembagan masyarakat (community development) merupakan salah satu
metode pekerjaan sosial dimana locus dan tujuan utamanya adalah memperbaiki
kualitas taraf hidup masyarakat dengan mendayagunakan potensi atau sumber
daya yang disandang mereka. Sedangkan pesantren yang identik dengan tempat
ideal untuk mencari atau mendalami ilmu-ilmu agama juga merupakan bagian
dari salah satu lembaga aktif dan potensial untuk dijadikan basis atau motor
penggerak yang tertuju kepada agenda perubahan tersebut, di pesantren tentunya
tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama saja melainkan juga ilmu-ilmu sosial yang
berkaitan langsung dengan kehidupan mereka.
Dalam membangun ekonomi masyarakat terdapat asusmsi bahwa untuk
melakukan pemerataan ekonomi harus didahului oleh pertumbuhan ekonomi, baru
kemudian didistribusikan melalui trickle down effect, karena jika tidak maka yang
terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi
tersebut BPM-PP Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura mengorientasikan
upayanya untuk membangun sektor ekonomi berbasis masyarakat, home
industries, ternak, perkebunan, sampai kepada koperasi juga toko, semuanya
merupakan sektor riil yang oleh BPM-PP Annuqyah coba dikembangkan. Dengan
prinsip kuat yaitu partisipatif (pesantren dan masyarakat) pengembangan ekonomi
tersebut bisa sejalan dengan apa yang diharapkan, Pesantren mendapatkan
keutungan, masyarakat memperoleh pendapatan, tentunya dengan model
pengembangan ekonomi semacam ini bisa menjadikan PP Annuqoyah dan
masyarakat hubungannya menjadi lebih inten komunikatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk-bentuk pengembangan
ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren, yang dilakukan oleh Badan
Pengabdian Masyarakat (BPM) PP. Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan
kualitatif untuk memperoleh informasi dan mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan dengan melakukan wawancara langsung kepada informan, observasi
dan dokumentasi berupa artikel, jurnal, arsip atau buku-buku yang masih
berkaitan dengan penelitian ini. Maka sampai pada interpretasi dan analisis hasil
data penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa;
pengembangan ekonomi yang telah dilakukan oleh BPM PP. Annuqoyah tersebut
tidak untuk kalangan internal pesantren saja malainkan khusus untuk membantu
perekonomian masyarakat, yang juga dikenal dengan Community Development.
Kata Kunci : Bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqoyah, BPM-PP
Annuqoyah, Community Development
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah
SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya
kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat , dan waktu serta nikmat kemudahan
jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat
dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW,
yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga
terhindar dari zaman kebodohan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan
pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan
kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi
Agama. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan.
Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas berkah, rizki, rahmat, ridha dan kemudahan-Nya yang
membuat penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya
untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari
zaman kebodohan.
3. Kedua Orang tuaku; bpk. Romadhan ibuku Rasma, kakak ku tercinta Hj.
Hasanah binti romadhan, dan adiku tercinta Sumaena rahma neng tyasari,
terima kasih segala dukungan juga pengorbanannya baik dari segi moril
maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. To My Endless Love.. Tini Faisal binti
5. Ibu Joharotul Jamilah, M.Si selaku pembimbing utama. Terima kasih banyak
atas segala bimbingan; kritikan, saran, masukan pendapat dan waktu yang
diberikan kepada penulis.
iii
6. Bapak Dr. Hendro Prasetyo. MA, Prof. Dr. Bachtiar Effendy dan seluruh staf
dekanat, terimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis selama
ini.
7. Dosen-Dosen UIN Jakarta FUF dan FISIP Reguler yang telah mengajar dan
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FUF dan sekarang di FISIP
Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang
diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah
SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga
akhir zaman. Amin.
8. Untuk Mahasiwa Sosiologi Agama FUF angkatan tahun 2003-2007, terima
kasih setulus hati untuk sahabat tercinta; Hamami Naseruddin As-zuhery, Toto
Tri Atmojo, Rohmatullah, Juhadi As-sukry, Roni Tua Harahap, Reiy Ikhsan
El-Madury, atas persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada
penulis.
9. Kawan seperjuangan Abd. Wahid, Kanda Adi Prayetno, Laily Munasir, Anis
Kurniawan, tiada kata yang pantas penulis sampaikan selain bahasa perjuagan
demi masa depan yang selalu kalian dengungkan, mampu menggugah hati
penulis selama ini.
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk
menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis
dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak
terkait.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 14 Agustus 2012
Achmad Faishal
iv
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1. Perkembangan daerah PP Annuqayah priode 1887 – 197 .................................. 25
2. Perkembangan jumlah santri PP Annuqayah selama 10 tahun terakhir (1978 –
1989) ................................................................................................................... 26
3. Jumlah santri PP Annuqayah tahun pelajaran 2009 – 2010 ................................ 27
4. Data siswa PP Annuqoyah Guluk-guluk sumenep madura ................................ 28
5. Luas daerah desa guluk-guluk ............................................................................ 31
6. Data penduduk menurut jenis kelamin ................................................................ 32
7. Data penduduk menurut profesi .......................................................................... 32
8. Jumlah dan jenis usaha di lingkungan pesantren Annuqayah ............................. 35
9. Karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren .......................................... 36
10. Jenis usaha pertokoan pesantren ......................................................................... 41
11. Jenis usaha perkebunan
12. Jenis/bentuk usaha masyarakat di dalam lingkungan pesantren ......................... 45
13. Jenis/bentuk usaha masyarakat di luar pesantren ................................................ 46
14. Total aset PP Annuqayah tahun 2010 ................................................................. 53
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
ABSTRAKSI ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Literatur Review.................................................................................. 5
C. Batasan dan Rum……………………………………......................... 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 10
E. Metodologi Penelitian ........................................................................ 11
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13
BAB II KERANGKA TEORI
A. Konsep dan Cakupan Pengembangan Masyarakat ............................ 14
B. Perspektif Teoritis Tentang Comunity Development ........................ 16
C. Proses Pengembangan Masyarakat ..................................................... 18
D. Model Pengembangan Masyarakat .................................................... 20
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Annuqoyah Guluk-guluk
Sumenep Madura ................................................................................ 22
B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat
Sekitar PP Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura ..................... 31
vi
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqoyah.... 39
B. Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren
Annuqoyah dan Masyarakat Sekitar ................................................... 51
C. Keuntungan dan Hambatan Pengembangan Ekonomi Terhadap
Masyarakat sekitar .............................................................................. 58
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 65
B. Saran .................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR WAWANCARA
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu penyebab kegagalan sistem perekonomian Indonesia ialah
adanya kebijakan pemerintah mengenai sistem ekonomi konglomerasi. Sistem
ekonomi berbasis konglomerasi ini kenyataannya hanya menguntungkan orang
atau kelompok yang telah memiliki kemampuan dan akses ekonomi, sehingga
hanya merekalah yang untung. Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki
kemampuan dan akses, tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang
dapat menguntungkan usahanya.1
Setelah kegagalan sistem ekonomi konglomerasi, maka harapan ekonomi
itu ditumpahkan ke lembaga-lembaga rakyat yang sudah teruji dan lulus dalam
sejarah kehidupan masyarakat dan berbangsa. Ternyata, yang justru tahan di
tengah badai krisis ekonomi adalah lembaga-lembaga ekonomi mikro yang
berbasis rakyat. Industri kelas menengah kecil seperti home industries justru
memiliki daya ketika berhadapan dengan krisis ekonomi.
Tentunya ini menjadi motivasi tersendiri bagi lembaga pengelola ekonomi
kemasyarakatan, lebih-lebih pesantren yang dalam hal ini dijadikan objek
penelitian. Dalam teori Physiocrat, (gabungan antar alam dan fisik) beroperasi di
atas asumsi, bahwa perilaku ekonomi adalah pokok dalam hukum alam. Motivasi
ekonomi hanya satu aspek utama sifat manusia yang universal. Setiap orang
mengarahkan minat dan alasan tindakannya pada tujuan ini. Sehingga terdapat
keteraturan dalam tindakan ekonomi. Perilaku ekonomi sendiri diarahkan untuk
1 Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim
et al., Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 248.
2
meningkatkan kesejahteraan.2 Pondok pesantren, kenyataannya adalah lembaga
potensial untuk bergerak ke arah ekonomi berbasis rakyat, sebagaimana kekuatan
yang dimilikinya. Jika Ponpes hanya menjadi penonton di era yang akan datang,
maka lembaga-lembaga ekonomi mikro lain boleh jadi bergerak ke arah
kemajuan. Oleh karena itu, kiranya diperlukan analisis yang cermat untuk
melakukan penguatan kelembagaan ekonomi ini, agar tidak salah melangkah.3
Sasaran akhir dari pengembangan pemberdayaan ekonomi Ponpes adalah
kemandirian pesantren. Selama ini Ponpes selalu dilabeli dengan nama lembaga
pengedar proposal dana bantuan, baik pada institusi formal atau non formal.
Labeling itu tentunya tidak mengenakan. Ponpes, akan terbebas dari anggapan itu
kalau Ponpes menjadi lembaga yang kuat, terutama dalam sektor ekonomi.
Dengan sendirinya, tidak setiap ada kegiatan, apakah membangun gedung atau
kegiatan lain, tidak selalu sibuk mengedarkan proposal kesana-kemari.4
Dan apabila mengingat lembaga yang telah berfungsi sebagai pengelola
dana yang digali dari masyarakat atas dasar ajaran keimanan belum dapat
berfungsi secara maksimal, maka masih perlu dipertimbangkan penciptaan
lembaga “baru” yang digerakkan oleh lembaga pesantren. Studi awal
menunjukkan bahwa pesantren sangat memadai untuk dikembangkan sebagai
model pengembangan ekonomi rakyat melalui suatu penelitian.5
2 Wardi Bahtiar, Prof. Dr. M.S., Sosiologi Klasik, Dari Comte Hingga Parsons,
(Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 19 3 Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim
et al., Manajemen Pesantren, h. 247. 4 Nur Syam, H. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Berbasis Pesantren, dalam A. Halim
et al., Manajemen Pesantren, hal. 252-253. 5 Cik, Hasan Bisri dan Eva Rufaidah, Model Penelitian Agama dan Dinamika Sosial.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 432
3
Diharapkan dalam perkembangannya, Metode dan pola pengembangan
pendidikan pesantren, seyogyanya tidak lagi ditempatkan hanya sekedar
“mendidik”, tetapi juga melakukan upaya maksimal untuk menciptakan hasil yang
bisa diterima dalam semua level kehidupan sosial masyarakat. Sebagai lembaga
pendidikan Islam tradisional. Pesantren merupakan sarana penting untuk
melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat desa.6
Dengan semangat demikian, pesantren akan dianggap mampu bersenyawa
dengan kondisi riil masyarakat, guna memenuhi tuntutan terhadap realitas, karena
spirit dasar kehadiran pesantren adalah untuk menjadi Rahmat bagi masyarakat,
baik rahmat dalam konteks pendidikan agama ataupun umum, maupun rahmat
dalam aspek sosial yang lain, seperti aspek budaya, politik, hukum dan ekonomi.
Salah satu pesantren yang sejak awal memiliki komitmen untuk
mengembangkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal adalah
Pondok Pesantren Annuqayah.7 Pesantren ini dalam derajat tertentu telah mampu
menciptakan suatu terobosan yang signifikan untuk melakukan transformasi sosial
yang cukup berarti dalam memberdayakan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dari awal berdirinya PP. Annuqayah pada tahun 1887 M. Hingga tahun
1978, kegiatan pengembangan masyarakat secara formal ke-organisasian belum
ada di pesantren Annuqayah. Hanya saja kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
kemudian disebut „pengembangan masyarakat‟ itu, sebelumnya sudah dilakukan
pesantren dalam bentuk pelayanan sosial, pendidikan keterampilan, unit-unit
6 Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. (Yogyakarta: LkiS, 2004),
h. 1 7 Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep Madura
didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi.
4
koperasi dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lewat organisasi-organisasi sosial
yang berpusat di pesantren Annuqayah.
Pengembangan masyarakat oleh pesantren Annuqayah dimulai sejak
terbentuknya Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-
PPA) yang didahului oleh perkenalan dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebuah LSM di Jakarta, pada tahun
1974. Waktu itu Bapak Drs. Soedomo, dari IKIP Malang disertai peneliti dari
LP3ES, berkunjung ke pesantren Annuqayah untuk melakukan penelitian,
bekerjasama dengan Bappeda Jawa Timur, dan IKIP Malang. Perkenalan ini
kemudian berlanjut dengan korespondensi sehubungan dengan akan diadakannya
Latihan Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM) untuk kalangan pesantren di
Pabelan Magelang. Karena alasan masih minimnya pengetahuan tentang LSM
pada waktu itu, maka pihak pesantren tidak serta merta memenuhi tawaran
tersebut. Keputusan baru diambil setelah mengkaji berbagai aspek kegiatan, serta
didukung oleh surat pribadi Bapak Abdurrahman Wahid, (Allahu maghfir lahu)
kepada K.H. Moh. Amir Ilyas, sebagai pengasuh utama An-Nuqayah periode itu,
yang menjelaskan tentang arti pentingnya latihan tersebut. An-Nuqayah kemudian
mengirimkan dua orang pesarta, yaitu, K.H. Abdul Basith, kiai muda yang waktu
itu baru menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, dan seorang santri senior,
yaitu Bapak M. Syafi‟ie Anshori.
Kemudian pada tahun 1987 BPM-PPA mengadakan Lokakarya
Perencanaan Program Pengembangan Unit usaha/Koperasi Lima Pondok
Pesantren di An-nuqayah. Kelima pesantren partisipan itu sedang menjalankan
5
koperasi batik, koperasi pelayanan pupuk, koperasi alat-alat tulis, koperasi
pertukangan, dan koperasi pengrajin genting.8
Melalui Biro Pengabdian Masyarakat (BPM), Annuqayah antara lain, telah
melakukan program usaha ternak sapi. Program ini sebagai salah satu jembatan
bagi masyarakat untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan meringankan
beban ekonomi masyarakat di tengah krisis yang belum terobati.9
Oleh karena itu, dengan pesantren, maka masyarakat memiliki peluang
yang besar untuk mengembangkan basis ekonomi mereka di sekitar pesantren atau
menjadi penyuplai (suplier) bagi kebutuhan santri yang berada di dalam
pesantren. Sehingga dapat saling menguntungkan. Santri bisa mendapatkan bahan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya santri, sementara
masyarakat memperoleh lahan untuk pengembangan ekonomi mereka dengan
baik.
B . Literatur Review
Penelitian terdahulu yang relevan dengan fokus penelitian penulis,
diantaranya adalah: yang tertuang dalam penelitian yang dilakukan oleh: M.
Murtadho, “Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi”, penelitiannya
menggunakan Studi Kasus Pada Pesantren Baitul Hamdi, dan Pesantren Turus di
Pandeglang, Serang-Banten.
Penelitian ini berangkat dari kenyataan yang ironis, yaitu banyak
pesantren, tetapi masyarakat di sekitar pesantren tersebut masih tradisional.
8 http://www.facebook.com/note.php?note_id=117199511629358. Data diakses pada
Tanggal, 20 November 2010 9 Majalah Anugerah. (Edisi II, 2003), h. 11
6
Kenyataan ini mendorong M. Murtadho, untuk meneliti masalah ini, dengan pola
mengaitkan unsur keagamaan dengan kemajuan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pendekatan
kualitatif, dengan memfokuskan masalah pada pesantren dan usaha ekonomi.
Alhasil pada tahun 1998 pesantren telah mendirikan Koperasi BMT Muamalat
Pertiwi. Terkait dengan usaha ekonomi, M, Murtadho, menemukan empat (4)
model pengembangan ekonomi yang sedang berjalan di kedua pondok pesantren
tersebut, diantaranya:
Pertama, usaha ekonomi yang berpusat pada Kyai. Dalam contoh ini
seorang Kyai mempunyai perkebunan cengkih yang luas. Untuk pemeliharaan dan
pemanenan, kyai melibatkan santrinya untuk mengerjakannya. Maka terjadilah
hubungan mutualisme saling menguntungkan: kyai dapat memproduksikan
perkebunannya, santri mempunyai pendapatan tambahan, dengan keuntungan
yang dihasilkan dari perkebunan cengkeh tersebut, kyai dapat menghidupi
kebutuhan pengembangan pesantrennya. Dalam kasus di Pandeglang, peneliti
menemukan pengembangan ekonomi semacam ini juga terdapat pada Pesantren
Nurul Hidayah Cilaja kec. Pandeglang.
Kedua, usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya operasional
pesantren. Contoh, pesantren memiliki unit usaha produktif seperti, menyewakan
gedung pertemuan, rumah dsb. Keuntungan usaha produktif ini, dialokasikan
untuk biaya operasional pesantren. Dalam kasus Pandeglang, peneliti menemukan
contoh pesantren jenis ini pada Pesantren Baitul Hamdi di kec. Menes.
Ketiga, usaha ekonomi untuk santri. Dengan membekali santri ketrampilan
di bidang pertanian dan peternakan. Tujuannya semata-mata untuk membekali
7
santri agar mempunyai ketrampilan tambahan, dengan harapan menjadi bekal dan
alat untuk mencari pendapatan hidup. Pesantren Baitul Hamdi di Menes
Pandeglang dapat dijadikan sampel pesantren dalam jenis ini juga, karena di sana
santri diajak untuk bertani, dan berkebun.
Keempat, usaha ekonomi bagi para alumni santri. Pengurus pesantren
dengan melibatkan para alumni santri menggalang sebuah usaha tertentu dengan
tujuan untuk menggagas suatu usaha produktif bagi individu alumni, peneliti
menemukan contoh pesantren dalam jenis ini ada pada Pesantren Turus desa
Kabayan kec. Pandeglang. Pesantren Turus mendirikan usaha ekonomi berupa
koperasi yang bergerak dalam kegiatan usaha simpan pinjam dan perdagangan.10
Penelitian M. Murtado ini, lebih menekankan pada: pengembangan
ekonomi yang berpusat pada kalangan internal pesantren. Tidak ditemukannya
basis pengembangan ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren walaupun
pengelolaan pengembangan ekonomi itu melibatkan para santri dan alumni.
Literatur review lainnya yang sesuai dengan soal pengembangan ekonomi
masyarakat, ditulis oleh Abd. Hamid Wahid, M.Ag (2009) yang tertuang dalam
penelitiannya, disampaikan sebagai sumbang saran dalam Pertemuan Pesantren -
Departemen Agama 2003 di Puncak Bogor, dengan judul; Peran Pemberdayaan
Potensi Pesantren: RMI dan Pengalaman BPPM Nurul Jadid. Yang menjadi
fokus penelitiannya, adalah tentang peran BPPM (Badan Pengembangan
Pesantren dan masyarakat) dan RMI (Rabithatul Ma‟ahidil Islamiyah) dalam
pemberdayaan potensi pesantren dan masyarakat. Bentuk riil peran BPPM dan
10
http://balitbangdiklat.depag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=13
1: pesantren-dan-pemberdayaan-ekonomi&catid=46:jurnal. Data diakses pada Tanggal, 20
November 2010 dengan judul : pesantren dan pemberdayaan ekonomi (studi kasus pesantren
baitul hamdi dan pesantren turus di pandeglang)
8
RMI dalam pemberdayaan potensi pesantren tertuang dalam peningkatan
wawasan dan keterampilan santri, melalui aktifitas pendidikan-pendidikan
singkat, penjaringan beasiswa bagi para santri yang berpotensi untuk dikirim studi
ke lembaga-lembaga profesional, baik di dalam maupun ke luar negeri.
Sedangkan pemberdayaan potensi masyarakat meliputi: (1) sektor pertanian, (2)
nelayan, (3) ternak, (4) niaga dan (5) industri kecil.
Biro Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) ini, Program-
program rintisannya mengacu pada pengembangan masyarakat atau Community
Development (CD) dengan memberikan pinjaman lunak (soft loan) yang
sistemnya memakai pola modal atau dana berputar (revolving fund ). dan
memberikan bantuan dengan berbentuk dana hibah untuk dikelola oleh pesantren
atau masyarakat sendiri.
BPPM PP. Nurul Jadid, dalam melakukan aktifitas CD (community
development) yaitu, membuat masyarakat binaan, fokusnya pada masyarakat
petani, masyarakat nelayan atau pesisir, dengan memberikan pelatihan berternak
ayam potong, dan berternak sapi susu. Model pembinaannya dengan stimulasi,
penyadaran dan pembinaan ekonomi masyarakat berorientasi pasar.
Kelompok-kelompok masyarakat binaan yang ditunjuk, di latih membuat
industri kecil, penggunaan hasil tangkapan ikan secara efektif, pemberian
pinjaman modal bagi buruh tani untuk sewa lahan cocok tanam, dan pembelian
pupuk. Program-program CD tersebut terlaksana dengan bekerjasama, baik
dengan lembaga-lembaga founding agency NGO, maupun dengan instansi
pemerintahan yang berkompeten.11
Dibandingkan dengan penelitian M.
11
http://www.facebook.com/note.php?note_id=191802798918. Judul: Eksistensi
Pesantren Pada Dunia Pendidikan. Data di akses pada Tanggal 20 November 2010
9
Murtadho, Penelitian Abd. Hamid Wahid, M.Ag ini sudah lebih maju: pertama,
dikarenakan pengembangan ekonomi yang ditelitinya tidak hanya untuk internal
pesantren saja, tapi sudah menyentuh pada ekonomi masyarakat dengan merujuk
pada pola community development (CD). Kedua, penelitian yang dilakukan Abd.
Hamid Wahid, lebih kepada optimalisasi peran BPPM dan RMI (Rabithatul
Ma‟ahidil Islamiyah) Nurul Jadid, sebagai instrumen lembaga pengembangan
masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada di pesantren maupun pada
masyarakat.
Oleh karena itu penelitian saya yang berjudul: Bentuk-bentuk
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Pesantren (studi kasus atas
pengembangan ekonomi masyarakat di PP. Annuqayah guluk-guluk sumenep
madura) ini bermaksud untuk mengetahui dan melihat pesantren dan
pengembangan ekonomi yang ditujukan tidak hanya untuk internal pesantren,
tetapi juga untuk masyarakat sekitar pesantren.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian agar lebih spesifik, maka masalahnya akan
dibatasi pada:
a. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi yang ada di lingkungan pondok
pesantren Annuqayah.
b. Kontribusi pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren
Annuqayah.
10
2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, Berkaitan
dengan pemaparan tentang pesantren dan pengembangan ekonomi masyarakat di
sekitar pondok pesantren, maka perumusan dan pertanyaan penelitian dibatasi
pada: Pertama, bagaimana bentuk, pola dan pengembangan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah.?
Kedua, apakah pengembangan ekonomi di pesantren Annuqayah tersebut
sudah sampai pada tingkat community development.?
Ketiga, apakah pengembangan ekonomi pesantren Annuqayah tersebut
hanya untuk internal atau eksternal pesantren.?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan
yang hendak penulis capai dari penelitian sekripsi ini :
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan pola pengembangan ekonomi yang
ada di masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.
b. Untuk menganalisa dan menjelaskan ada dan tidaknya pengembangan
ekonomi untuk masyarakat sekitar pesantren Annuqayah.
c. Untuk mendeskripsikan kontribusi pengembangan ekonomi yang
dilakukan pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren dan
masyarakat sekitarnya.
11
2. Menfaat Penelitian
Adapun menfaat penelitian ini diharapkan:
a. Dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan rekomendasi untuk
pemerintah Kabupaten Sumenep, dalam meningkatkan kualitas
pengembangan ekonomi baik dilingkungan pesantren-pesantren pada
khususnya ataupun, pada masyarakat luas.
b. Semoga dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
c. Memenuhi tugas akhir perkuliahan program Strata Satu (S1) yang telah
ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
E. Metodologi penelitian
Langkah-langkah metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
penulisan skripsi ini adalah :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan (Field
Research), yaitu terjun langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data
primer dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
lapangan ini adalah :
a. Observasi (pengamatan), yaitu mengamati secara langsung prihal
pengembangan ekonomi yang ada pada masyarakat sekitar PP Annuqayah
guluk-guluk Sumenep Madura. Observasi ini dilakukan dengan cara
12
pengamatan langsung terhadap objek penelitian guna mendapatkan data
yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis teliti.
b. Wawancara, (interview) dalam hal ini penulis mewawancarai 10 orang
responden yang terdiri dari 5 orang pengurus pesantren dan 5 orang
masyarakat sekitar pesantren.
c. Dokumentasi, teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang
penulis perlukan, yaitu dengan cara melihat buku-buku, artikel-artikel,
dokumen atau arsip-arsip yang ada di perpustakaan Pondok Pesantren
Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura. Seperti buku profile PP
Annuqayah dan.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, buku catatan. Pedoman wawancara digunakan agar
lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan buku
catatan digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau yang terlewati
atau informasi yang belum jelas.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini data dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu ; data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan
observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah yang didapatkan dari
bahan tertulis atau kepustakaan, yakni buku – buku, jurnal ilmiah, artikel, dan
terbitan ilmiah yang ada hubungannya dengan pembahasan.
13
5. Subjek Penelitian
Istilah subjek penelitian merujuk kepada orang atau individu atau
kelompok yang menjadi sasaran unit atau satuan (kasus) yang diteliti, dimana
subjek penelitian ini adalah masyarakat yang berada di luar lingkungan PP.
Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura.
6. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman
Penelitian Karya Ilmiah CeQDA, cet-II, Jakarta: 2007, yang disusun oleh Tim
penulis Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurohman, M. Syairoji Dimyati,
Netty Hartati, Syopiansyah Jaya Putra.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I. Pendahuluan: terdiri dari Latar Belakang Masalah, Literatur
Review, Batasan dan rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,
metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Kajian Teori: meliputi: Konsep dan Cakupan Pengembangan
Masyarakat (Communitu Development, Perspektif Teoritis Tentang Community
Development, Proses Pengembangan Masyarakat, Model Pengembangan
Masyarakat.
Bab III. Gambaran Umum: meliputi Gambaran Umum tentang pesantren
Annuqayah, Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat
Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.
Bab IV. Analisis Hasil Penelitian: Bab ini membahas: Bentuk-bentuk
Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqayah, Kontribusi pengembangan
14
ekonomi terhadap internal pesantren Annuqayah dan masyarakat sekitar,
Keuntungan dan hambatan pengembangan ekonomi terhadap masyarakat sekitar
Bab V. Penutup: Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
2
15
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep dan Cakupan Pengembangan masyarakat (Community
Development)
Pengembangan masyarakat (community developmet) memiliki sejarah
panjang dalam literatur dan praktek pekerjaan sosial, menurut Johnson,
pengembangan masyarakat merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan
sosial yang bersifat makro (macro practice). Memang telah menjadi perdebatan
panjang mengenai apakah pengembangan masyarakat dapat dan harus
didefinisikan sebagai kegiatan profesional dan ciri khas pekerjaan sosial. Yang
jelas PM memiliki tempat khusus dalam khazanah pendekatan pekerjaan sosial.
Dalam diskursus akademis pekerjaan sosial, PM lebih dikenal sebagai
Community Organization atau Community Development (CO/CD) (Gilbert dan
Specht, 1981) atau Bimbingan Sosial Masyarakat (Soetarso,1991). Di Australia,
Inggris dan beberapa negara Eropa, pengembangan masyarakat disebut sebagai
pekerjaan kemasyarakatan (community work), penyembuhan sosial (social
treatment), perawatan sosial (social care) atau perawatan masyarakat (community
care) (Twelvetrees, 1993; Payne, 1986).12
12
Lihat dalam Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung, PT. Refika
Aditama, 2005), h. 42
16
Adapun pengembangan itu sendiri bermakna suatu sistem penyebaran
maklumat dan ilmu pegetahuan daripada stesyen penyelidikan, pusat ilmu,
universiti atau agensi pembangunan kepada masyarakat luar yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan kemasyarakatan.2 Sebagimana asal katanya, yakni
pengembangan masyarakat, PM terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan dan
Masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha
bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang
pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan sosial-budaya. Sementara itu, masyarakat dapat diartikan dalam dua
konsep, yaitu:
1. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah
geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,
perumahan di daerah perkotaan, atau sebuah kampung di daerah
pedesaan.
2. Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan
kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh,
kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau
kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu
seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan
kebutuhan khusus (anak cacat fisik) atau bekas para pengguna
pelayanan kesehatan mental.13
2 Maimunah Ismail, Pengembangan, Implikasi ke atas Pembangunan Masyarakat, (Kuala
Lumpur, 1990 ), cetakan ke-2, h. 55 13
Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, h. 39
17
Dunham, mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “berbagai
upaya yang terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan
kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan
bantuan teknis dari pemerintah atau lembaga-lembaga sukarela”.14
B. Perspektif Teoritis Tentang Community Development
Secara teoritis, pengembangan masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah
pendekatan pekerjaan sosial yang dikembangkan dari dua perspektif yang
berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-marxis) dan kanan (kapitalis-demokratis).
Dewasa ini, terutama dalam konteks menguatnya sistem ekonomi pasar bebas dan
swastanisasi kesejahteraan sosial, PM/CD semakin menekankan pentingnya
swadaya dan keterlibatan informal dalam mendukung strategi penanganan
kemiskinan dan penindasan, maupun dalam memfasilitasi partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.
Twelvetrees, membagi perspektif teoritis PM ke dalam dua bingkai, yakni
pendekatan profesional dan pendekatan radikal. Pendekatan profesional menunjuk
pada upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian
pelayanan dalam karangka relasi-relasi sosial. Sementara itu, berpijak pada teori
struktural neo-Marxis, feminisme dan analisis anti-rasis, pendekatan radikal lebih
terfokus pada upaya mengubah ketidakseimbangan relasi-relasi sosial yang ada
melalui pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab
14
Dunham, Pengembangan Masyarakt. dalam Isbandi. rukminto Adi, Pemberdayaan,
Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 218
18
kelemahan mereka, serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya.
Sabagaimana diungkapkan oleh Payne berikut : (1995:166),
“This is the type of approach which support minority ethnic
communities, for example, in drawing attention to inequalities in service
provision and in power which lie behind severe deprivation.”
Maksudnya adalah pendekatan profesional dapat diberi label
sebagai pendekatan yang mematra tradisional, netral dan teknikal.
Sedangkan pendekatan radikal dapat diberi label sebagai pendekatan yang
bermatra tradisional.
Dua Perspektif Pengembangan Masyarakat
Pendekatan Perspektif Tujuan /Asumsi
Profesional (Tradisional,
netral, teknikal) Perawatan masyarakat
Pengorganisasian
masyarakat
Pembangunan
masyarakat
Meningkatkan inisiatif
dan kemandirian
masyarakat
Memperbaiki
pemberian pelayanan
sosial dalam karangkan
relasi sosial yang ada
Radikal (Transformasional) Aksi masyarakat
berdasarkan kelas
Aksi masyarakat
berdasarkan geder
Aksi masyarakat
berdasarkan ras
Meningkatkan
kesadaran dan inisiatif
masyarakat
Memberdayakan
masyarakat guna
mencari akar penyebab
ketertindasan dan
diskriminasi
Mengembangkan
strategi dan
membangun kerjasama
dalam melakukan
perubahan sosial
sebagai bagian dari
upaya mengubah relasi
sosial yang menindas,
diskriminatif, dan
eksploitatif
Sumber: dikembangkan dari Mayo (1998:166) dalam Edi Suharto, Ph.D.
Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,(2005:41).
19
C. Proses Pengembangan Masyarakat
Pendekatan bottom-up, „perubahan dari bawah‟ dan partisipasi merupakan
prinsip fundamental dalam pengembangan masyarakat. Tidak saja hanya pada
partisipasi proses itu berpijak, melainkan juga pada persoalan hasil dan tujuan,
adapun penekanan pengembangan masyarakat yang diarahkan pada proses, bukan
hasil, merupakan penekanan yang sama radikalnya pada perubahan dan partisipasi
dari bawah.
Penekanan ini sama-sama memerlukan reorientasi, utamanya bagi banyak
pekerja masyarakat yang telah terbiasa berfikir didasarkan pada hasil; dan sulit
menjelaskan kepada mereka yang menerima padangan umum bahwa tujuan
menjustifikasi sarana, dan bagi mereka „kemana kita menuju‟ lebih penting
daripada kita mencapainya. Partisipasi memang sangat penting untuk perubahan
dari bawah, dan sangat penting pula untuk mempertahankan fokus pada proses.
Adapun proses-proses pengembangan masyarakat tersebut sebagai berikut:
a) Integritas Proses
Gagasan mengenai intergritas proses berlandaskan pada; jika sarana dan
tujuan tidak dapat dipisahkan, dan jika kita menerima pandangan bahwa
mengubah sarana dapat mengubah tujuan, maka proses pengembangan
masyarakat memiliki nilai yang lebih dari sekedar instrumental. Sehingga sangat
penting untuk menjamin bahwa proses itu sendiri memiliki integrasi dan tidak
bertentangan dengan prinsip keadilan ekologis dan sosial.
Aspek terpenting dari integritas proses yaitu bahwa proses harus
melibatkan masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa
20
partisipasi penuh. Proses pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari
luar, dan tidak ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen
pemerintah. Proses pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat
yang memiliki, dikuasai dan dilangsungkan oleh mereka sendiri.
b) Peningkatan Kesadaran
Ada empat aspek dalam peningkatan kesadaran, meskipun perlu
ditekankan bahwa dalam proses peningkatan kesadaran, keempat aspek ini akan
terjadi pada saat yang sama; aspek-aspek tersebut bukan langkah-langkah dalam
progresi linear. Pertama, yaitu berkaitan dengan aspek personal dan politik.
Artinya adalah bahwa semua pengalaman personal dan pengalaman politik
mengharuskan keduanya dijalankan bersama-sama sebagai upaya menolong
masyarakat membuat koneksi antara pengalaman personal dan politik.
Kedua, membangun hubungan dialogis dengan para anggota masyarakat.
Ketiga,berbagi pengalaman penindasan, dengan cara menyelidiki setiap
pengalaman orang lain tentang apa pengertian dari penindasan, dan bagaimana
orang-orang memahami dan mendefinisikannya, sehingga kesadaran kolektif
dapat berkembang. Gagasan bergerak dari pengalaman individu ke pengalaman
yang terbagi dan selanjutnya kesadaran kolektif menjadi bagian terpenting dari
peningkatan kesadaran.
c) Langkah Pengembangan
Salah satu aspek penting dari proses pengembangan masyarakat adalah
bahwa proses tersebut tidak dapat dipaksakan. Agar proses berjalan dengan baik,
21
diperlukan langkah yang „natural‟ untuk memulainya, dan untuk mendorong
proses tersebut menyelaraskan dengan langkah tersebut, artinya adalah bahwa
proses merupakan milik masyarakat, bukan milik pekerja, dengan demikian,
proses harus berjalan sesuai dengan langkah yang diinginkan oleh masyarakat.
d) Konsensus
Perspektif konflik dan konsensus yang berbeda telah menjadi sangat
penting dalam konseptualisasi pengembangan masyarakat. Konflik merupakan
bagian masyarakat yang tidak dapat dihidari, justru itu kemampuan untuk
menangani konflik merupakan bagian kerja masyarakat yang sangat penting,
namun demikian perspektif konsensus jauh lebih cocok untuk pengembangan
masyarakat.15
D. Model Pengembangan Masyarakat
Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal, Three Models Of
Community Organization Practice (1968), mengembangkan tiga model yang
berguna dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat: (1)
pengembangan msyarakat lokal (locality development); (2) perencanaan sosial
(social planning); dan (3) aksi sosial (sosial action) .16
Paradigma ini merupakan
format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan
konseptualisasi. Dalam prakteknya, ketiga model tersebut saling bersentuhan satu
15
Jim Ife dan frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan
Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), cetakan ke-1, h. 335-362 16
Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2005), h.
42
22
sama lain, setiap komponennya dapat digunakan secara kombinasi dan simultan
sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang ada.
Tiga Model Pengembangan Masyarakat
PARAMETER PENGEMBANGAN
MASYARAKAT LOKAL
PERENCANAAN
SOSIAL
AKSI SOSIAL
Orientasi tujuan Kemandirian, integrasi dan
kemampuan masyarakat (tujuan
proses)
Pemecahan masalah sosial yang ada di
masyarakat (tujuan
tugas/hasil)
Perubahan struktur kekuasaan, lembaga
dan sumber (tujuan
proses & tugas)
Asumsi mengenai
struktur masyarakat
dan kondisi masalah
Keseimbangan, kurang
kemampuan dalam relasi dan
pemecahan masalah
Masalah sosial nyata;
kemiskinan,
pengangguran, kenakalan remaja
Ketidakadilan,
kesengsaraan, ketidak
merataan,
Ketidaksetaraan
Asumsi mengenai kepentingan
masyarakat
Kepentingan umum atau perbedaan yang dapat
diselaraskan
Kepentingan yang dapat diselaraskan atau
konflik kepentingan
Konflik kepentingan yang tidak dapat
diselaraskan; ketiadaan
sumber
Konsepsi mengenai
kepentingan umum Rationalist-unitary Idealist-unitary Realist-unitary
Orientasi terhadap
struktur kekuasaan
Struktur kekuasaan sebagai
kolaborator, perwakilan
Struktur kekuasaan
sebagai pekerja dan
sponsor
Struktur kekuasaan
sebagai sasaran aksi
dominasi elit kekuasaan harus dihilangkan
Sistem klien atau
sistem perubahan Masyarakat secara keseluruhan
Seluruh atau sekelompok
masyarakat, termasuk
masyarakat fungsional
Sebagian atau sekelompok masyarakat
tertentu
Konsepsi
mengenahi klien
atau penerima pelayanan
Warga masyarakat atau negara Konsumen korban
Peranan
masyarakat
Partisipan dalam proses
pemecahan masalah
Konsumen atau
penerima pelayanan
Pelaku, elemen,
anggota
Peranan pekerja
sosial
Pemungkin, kordinator,
pebimbing
Peneliti, analis,
fasilitator pelaksana program
Aktivis advokasi:
agitator, broker,
negotiator
Media perubahan Mobilisasi kelompok-kelompok
kecil
Mobilisasi organisasi
formal
Mobilisasi organisasi
massa dan politik
Strategi perubahan Pelibatan masyarakat dalam
pemecahan masalah
Penentuan masalah dan
keputusan melalui tindakan rasional para
ahli
Katalisasi dan
pengorganisasian
masyarakat untuk mengubah struktur
kekuasaan
Teknik perubahan
Konsensus dan diskusi
kelompok, partisipasi, brain storming, role playing,
bimbingan dan penyuluhan
Advokasi, andragogy,
perumusan kebijakan, perencanaan program
Konflik atau unjuk
rasa, konfrontasi atau
tindakan langsung,
mobilisasi massa, analis kekuasaan, mediasi,
agitasi, negosiasi,
pembelaan
Sumber: Edi Suharto, Ph.D. (2005)
23
23
23
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
Letak Kecamatan Guluk-Guluk berada pada paling barat kecamatan yang
ada di kabupaten Sumenep, berjarak sekitar 30 km dari kota Sumenep, berbatasan
dengan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan. Secara geografis, desa Guluk-
guluk berada di antara 6°00'-7°30' dengan ketinggian ± 117 meter dari permukaan
laut, dengan luas wilayah 1.675.955 ha dari luas kecamatan Guluk-Guluk yang
memiliki lahan seluas 6.691.316 ha.
Wilayah yang cukup luas ini ternyata tidak memberikan harapan
penghidupan bagi masyarakat Guluk-guluk karena susunan tanahnya,
sebagaimana daerah Madura lainnya cenderung terdiri dari batu-batu berkapur
(lime store rock) dan sebagian besar tanahnya berjenis mediteran. Sedangkan
curah hujan rata-rata pertahunnya 2176 mm, dengan jumlah hariannya kurang
lebih 100 hari per tahun.17
A. Gambaran Umum Tentang Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk
Sumenep Madura
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah
Pondok Pesantren Annuqayah (PPA) saat ini telah berusia lebih dari 13
dasawarsa,18
secara kuantitatif PP Annuqayah berkembang cukup pesat terutama
sejak dasawarsa 1980-an, dalam usia yang cukup tua dan populasi yang mencapai
hampir enam ribu peserta didik, tentu di dalamnya ada dinamika dan variasi
kegiatan pendidikan yang dilakukan PP Annuqayah.
17
http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011 18
Profil Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, diterbitkan oleh
Pusat Data Pondok Pesantren Annuqayah, 12 Juni 2010, h. 1
24
Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep
Madura didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi. Beliau lahir
di Kudus Jawa Tengah. Kyai Syarqawi muda sebelum mendirikan pesantren
pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak, merantau ke
Malaysia, Patani (Thailand Selatan), dan bermukim di Mekah. Pengembaraan
beliau dalam menuntut ilmu tersebut dilakukan selama sekitar 13 tahun.19
Dalam
kiprahnya menyebarkan ilmu, Kyai Syarqawi mula-mula membuka pengajian al-
Qur‟an dan kitab-kitab klasik di Prenduan Sumenep. 14 tahun kemudian, Kyai
Syarqawi bersama dua istrinya dan K. Bukhari (putra dari isteri pertama) pindah
ke Guluk-guluk dengan maksud mendirikan pesantren. Atas bantuan seorang
saudagar kaya bernama H. Abdul Aziz, beliau diberi sebidang tanah dan bahan
bangunan. Di atas sebidang tanah itu, beliau mendirikan rumah tinggal dan sebuah
langgar. Tempat ini kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, beliau juga
membangun tempat tinggal untuk isterinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak
sekitar 200 meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini
kemudian dikenal dengan Lubangsa.
Di langgar itulah Kyai Syarqawi mulai mengajar membaca al-Qur‟an dan
dasar-dasar ilmu agama. Tempat itulah yang menjadi cikal bakal lahirny PP.
Annuqayah. Sekitar 23 tahun Kyai Syarqawi memimpin pesantren Annuqayah.
Setelah Kyai Syarqawi meninggal dunia pada bulan Januari 1911, pesantren
dipimpin oleh putra beliau dari isteri pertama, K.H. Bukhari, yang dibantu oleh
K.H. Moh. Idris dan K.H. Imam. Mulai tahun 1917, kepemimpinan pesantren
dilanjutkan oleh salah seorang putra Kyai Syarqawi, yakni K.H. Moh. Ilyas. Pada
19
http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011
25
masa kepemimpinan Kyai Ilyas inilah, Annuqayah mengalami banyak
perkembangan, misalnya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola
hubungan dengan birokrasi pemerintah. Perkembangan lain yang terjadi adalah
ketika pada tahun 1923, K. Abdullah Sajjad, saudara Kyai Ilyas, membuka
pesantren sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee, berjarak
sekitar 100 meter di sebelah Timur kediaman K. Ilyas. Sejak K. Abdullah Sajjad
membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di Annuqayah terus
berkembang dan bermunculan, sehingga sekarang Annuqayah tampak sebagai
“pesantren federasi”. Setelah Kyai Ilyas meninggal dunia di penghujung 1959,
kepemimpinan di Annuqayah untuk selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri
dari para Kyai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kyai Ilyas, kepemimpinan
kolektif Annuqayah diketuai oleh K.H. Moh. Amir Ilyas (w. 1996), dan kemudian
dilanjutkan oleh K.H. Ahmad Basyir AS.20
1. Perkembangan Pondok Pesantren Annuqayah
Pondok Pesantren Annuqayah sendiri merupakan pesantren yang
berbentuk federasi.21
(pesantren bagian dalam satu-kesatuan dibawah satu
yayasan) Hal itu dimulai sejak Kyai Abdullah Sajjad, mendirikan pesantren
sendiri yang bernama Latee pada tahun 1923. Inisiatif itu dilakukan ketika
Annuqayah daerah Lubangsa yang didirikan Kyai Syarqawi, tidak mampu lagi
20
http://www.berita-annuqayah.blogspot.com/ data diakses pada tanggal, 03 April 2011.
Informasi ini juga penulis peroleh dari penjelasan Moh. Miftahunaim S.H.i (sekretaris I pengurus
yayasan Annuqayah) setelah melakukan kunjungan di kantor yayasan Annuqayah dan wawancara
pribadi dengan beliau pada tanggal, 05 April 2011 21
http://id.wikipedia.org/wiki/Federasi Federasi dari bahasa Belanda, federatie, dan
berasal dari bahasa Latin; foeduratio yang artinya "perjanjian". Federasi dalam pengertian ini
adalah "perjanjian" Kerajaan Romawi dengan suku bangsa Jerman yang menetap di provinsi
Belgia, pada abad ke 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk tidak saling memerangi, tetapi
untuk bekerja sama saja. Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah sebuah bentuk
pemerintahan di mana beberapa negara bagian bekerja sama dan membentuk negara kesatuan.
26
menampung santrinya. Berdirinya daerah Latee kemudian diikuti oleh berdirinya
daerah-daerah lain. Hingga tahun 1972 Annuqayah sudah terdiri dari lima daerah
yang seluruhnya diasuh oleh keturunan dan menantu Kyai Syarqawi, sebagaimana
pada tabel berikut:
Tabel 1
PERKEMBANGAN DAERAH PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DARI
PERIODE 1887 – 1972
Nama Daerah Pendiri Tahun Berdiri
Lubangsa KH. Moh. Syarqawi 1887
Latee KH. Abdullah Sajjad 1923
Nirmala K. M. Hasan Bashri 1963
Al-Furqan K. Husein 1917
Lubangsa Selatan KH. Moh. Ishomuddin AS 1972
sumber : dokumentasi buku profile lengkap PP Annuqoyah
Pada tahun 1972, luas areal tanah pesantren hanya sekitar 2,5 ha. Di
atasnya berdiri kurang lebih 150 asrama santri yang hampir seluruhnya terdiri dari
bangunan kecil terbuat dari bambu, dihuni oleh 981 orang santri yang menetap,
diasuh oleh enam orang Kyai dan 44 tenaga pengajar. Juga terdapat 325 santri
kalong yang setiap pagi belajar pada sekolah formal yang terdiri dari tingkat
Ibtidaiyah dan Muallimin. Sebagian besar para santri berasal dari Kabupaten
Sumenep, dan yang lain berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur yang
memang berasal dari keturunan Madura. Pada waktu itu Annuqayah memiliki satu
masjid dan tiga mushalla, dua gedung Madrasah dengan enam ruang sederhana,
juga terdapat sebuah kantor dengan dua ruang yang digunakan sebagai kantor
pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Muallimin, dan sebuah ruang
workshop.22
22
Bank data buku catatan, arsip, dokumentasi PP Annuqayah tahun pelajaran 2003
27
a. Perkembangan Jumlah Santri Annuqayah Selama 10 Tahun Terakhir
(1978 - 1989)
Selama ± hampir 30 tahun dari tahun 1950 sampai akhir tahun 1970-an,
perkembangan Pesantren Annuqayah sangat lambat. Tidak ada perubahan yang
signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perkembangan Annuqayah
kembali pesat setelah periode itu hingga tahun 1980-an akhir. Perkembangan
jumlah santri dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
PERKEMBANGAN JUMLAH SANTRI ANNUQAYAH SELAMA 10 TAHUN
TERAKHIR (1978 - 1989)
Tahun Santri Ustadz/Ustadzah Luas Lokasi
1978/1979 981 44 2,5 ha
1984/1985 3.037 167 5 ha
1987/1989 3.543 210 8 ha
Sumber: dokumentasi/arsip-arsip di kantor pengurus PPA
Seiring dengan bertambahnya jumlah pondok daerah yang merupakan
bagian integral dari pesantren Annuqayah. Secara berangsung-angsur datang
masyarakat yang ingin belajar agama bahkan menetap/mondok, sehingga saat ini
Annuqayah telah terdiri dari 26 daerah. Berikut ini data jumlah santri dari daerah-
daerah tersebut.
28
Tabel 3
JUMLAH SANTRI PP. ANNUQAYAH TAHUN PELAJARAN 2009-2010
No Nama Daerah PengasuhJumlah
Santri
1 PPA Daerah Lubangsa Putra KH. A. Waries Ilyas 807
2 PPA Daerah Lubangsa Putri Ny. Hj. Nafisah 752
3 PPA Daerah Lubangsa Tengan Putri KH. Abbasi 188
4 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putra KH. Moh. Ishomuddin AS 248
5 PPA Daerah Lubangsa Selatan Putri Ny. Hj. Helyah Ishom 179
6 PPA Daerah Latee Putra KH. Ahmad Basyir AS 693
7 PPA Daerah Latee II Putri Ny. Hj. Ummamah 538
8 PPA Daerah Latee I Putra KH. A. Basith AS. BA 14
9 PPA Daerah Latee I Putri Ny. Hj. Magfuroh Ihsan 187
10 PPA Daerah Latee Utara Putra KH. Abussiri Ali Mufi 23
11 PPA Daerah Latee Utara Putra-putri Ny. Maryam mahfoudh 27
12 PPA Daerah Nirmala Putra KH. M. Afif Hasan 214
13 PPA Daerah Nirmala Putri Ny. Hj. Syifa Ilyas 227
14 PPA Daerah Al-Furqan Putra KH. M. Mahfoudh Husaini 32
15 PPA Daerah Al-Furqan Putri Ny. Hj. Arifah AS 43
16 PPA Daerah Karang Jati Putra KH. M. Abdul Basith Bahar 28
17 PPA Daerah Karang Jati Puttri Ny. Hj. Toyyibah 119
18 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putra K. M. Hosnan A. Nafi' 9
19 PPA Daerah Kusuma Bangsa Putri Ny. Hj. Salma 30
20 Ppa Daerah Nurul Hikmah Putra KH. M. Tsabit Khazim 5
21 PPA Daerah Nurul Hikmah Putri Ny. Hj. Maltufah Mahfoudh 26
22 PPA Daerah Sumber Al-Anwar Ny. Muyassaroh 2
23 PPA Daerah Sumber Dadduwi Putri/iKH. M. Muhsin Amir 10
24 PPA Daerah Al-Amir Putra KH. Ah. Mutam Mukhtar 10
25 PPA Daerah al-Amir Putri Ny. Hj. Mahtiyah 5
26 PPA Daerah Al- Anwar Ny. Hj. Fatimah Al-Batul 6
total 4.431
Sumber: Update data PP Anuqoyah Tahun Pelajaran 2009/2010
Perbedaan adanya jumlah santri di atas yang sangat kontradiktif ini dipicu
karena PPA Lubangsa Putra, Lubangsa Putri, Latee Putra dan Latee Putri, serta
Nirmala merupakan pesantren yang pertama kali berdiri, selain karena nama
pengasuhnya yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, juga karena nama daerah
pondoknya tersebut sudah akrab ditelinga masyarakat. Untuk jumlah santri yang
2-5 tersebut, awalnya Ibu Nyai memcari pembantu terus disekolahkan, oleh
pengurus pondok didata juga.
29
Tabel 4
DATA SISWA PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH GULUK-
GULUK SUMENEP MADURA
No Jenjang Pendidikan Tahun
Berdiri
Status
Terakreditasi
Jumlah
Siswa
Jumlah
Guru
Jumlah
KelasTapel
1 TK Annuqoyah 1986 Terdaftar 52 6 2 2010/2011
2 MI I Annuqoyah 1933 Akreditasi C 71 13 6 2010/2011
3 MD 2 Annuqoyah 1985 Akreditasi B 132 16 6 2010/2011
4 MI 3 Annuqoyah 1970 Akreditasi B 96 16 6 2010/2011
5 MTs I Annuqoyah Putra 1970 Akreditasi B 634 54 17 2010/2011
6 MTs I Annuqoyah Putri 1970 Akreditasi B 654 35 13 2010/2011
7 MTs 2 Annuqoyah 1982 Akreditasi C 54 13 3 2010/2011
8 MTs 3 Annuqoyah 1980 Akreditasi C 221 30 6 2010/2011
9 MA I Annuqoyah Putra 1979 Akreditasi B 574 43 12 2010/2011
10 MA I Annuqoyah Putri 2002 Akreditasi B 854 69 20 2010/2011
11 MA II Annuqoyah 1982 Akreditasi C 260 25 6 2010/2011
12 MAK Annuqoya Putra 1997 Akreditasi B 141 24 3 2010/2011
13 SMA I Annuqoyah 2002 Akreditasi B 312 39 7 2010/2011
14 SMA 3 Annuqoyah 2001 Akreditasi 147 26 6 2010/2011
15 SMK Annuqoyah 2002 Terdaftar 38 17 3 2010/2011
16 STIK Annuqoyah 1996 Akreditasi A 2460 86 16 2010/2011
6710 200 132
sumber : diambil dari dokumentasi pengurus yayasan periode tahun 2006/2010
Jumlah
2. Organisasi Pengelola
1. Pondok Pesantren Annuqayah.
Lembaga ini berupa kepengurusan yang terstruktur, terdiri dari Dewan
Pengasuh, Pengurus Harian dibantu oleh bidang kesekretariatan atau petugas
administrasi yang berkenaan dengan unit-unit kegiatan yang berupa biro-biro yang
ada di bawahnya. Biro ini membawahi unit-unit kegiatan santri, seperti program
khusus pendidikan bahasa asing, pendidikan kepesantrenan, kesehatan dan
lingkungan, pramuka, jurnalistik, pembinaan keterampilan, perpustakaan,
penerbitan, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Ada juga biro yang menangani
pembangunan sarana dan prasarana fisik di lingkungan pesantren.
30
Dewan pengasuh yang terdiri dari tujuh Kyai sepuh, merupakan jajaran
pimpinan yang memegang kebijakan tertinggi sekaligus membina pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan kepesantrenan. Sementara pengurus harian merupakan
pelaksana kebijakan-kebijakan dewan pengasuh, serta mengatur tata tugas dan
pendelegasian tugas melalui organ-organ di bawahnya, menurut aturan
mekanisme kerja yang telah ditentukan.
Pengurus Pusat Pondok Pesantren Annuqayah
Masa Bakti 2006-2010
DEWAN PENGASUH PENGURUS HARIAN
BIRO-BIRO
Biro Kepesantrenan
Ketua : K. H. Ahmad Syamli Muqsith
Biro Madaris/Satuan Pendidikan Formal
Ketua : K. Moh. Naqib Hasan
Biro Pengabdian Masyarakat
Ketua : K. M. Zamiel El-Muttaqien
Biro Pengembangan Santri
Ketua : K. M. Syauqi Ishom
Biro Informasi, Publikasi Dan Kepustakaan
Ketua : K. H. Muhammad Shalahuddin Warits
2. Yayasan Annuqayah
Lembaga ini didirikan pada tahun 1984. Pada awalnya alasan pendirian
yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah tinggi.
Tetapi akhirnya tugasnya diperluas yaitu pada mengelola pendidikan dasar dan
menengah. Selain itu, Yayasan Annuqayah memiliki unit usaha pertokoan, home
KH. Ahmad Basyir AS. (Ketua)
KH. Moh. Mahfoudh Husaini
KH. Moh. Ishomuddin AS.
Drs. K.H. Warits Ilyas 4. Drs. K.H. Warits Ilyas
KH. A. Muqsith Idris
KH. A. Basith AS. BA.
KH. Abbasi Ali
1. Ketua : K. H. A. Hanif Hasan
2. Sekretaris : K. Alawi Thaha
3. Bendahara : K. M. Hazmi Masyir
PENGURUS HARIAN Ketua : K. H. A. Hanif Hasan
Sekretaris : K. Alawi Thaha
Bendahara : K. M. Hazmi Masyir
31
Bidang Donatur:
1. Jamal Rowi
2. H. Zubairi
3. Yusri Fath, S. Ag.
industri, peternakan, pertanian dan perkebunan, yang menjadi aset dan sumber
penghasilan yayasan.23
Struktur kepengurusan Yayasan Annuqayah terdiri dari Dewan Pembina
yang beranggotakan Kyai sepuh, Dewan Pengawas, dan Pengurus Harian dengan
dibantu sekretariat dan bidang-bidang. Sejak tahun 2006 ini, Yayasan tidak lagi
mengelola aktivitas pendidikan di lingkungan Annuqayah, tetapi lebih fokus
menangani pengelolaan aset dan usaha yang diarahkan sebagai sumber dana atau
pembiayaan aktivitas pesantren.24
Pengurus Yayasan Annuqayah
Masa Bakti 2006-2010
Dewan Pembina
1. KH. Ahmad Basyir AS.
2. KH. Moh. Mahfoudh Husaini
3. KH. Moh. Ishomuddin AS.
4. Drs. K.H. Warits Ilyas
5. KH. A. Muqsith Idris
6. KH. A. Basith AS. BA.
7. KH. Abbasi Ali
Pengurus Harian
Ketua : H. A. Panji Taufiq
Wakil Ketua : Drs. Taufiqurrahman
Sekretaris : K. M. Ainul Yaqin
Wakil Sekretaris : Muhammad Afnan : Moh. Miftahunaim, S.H. I.
Bendahara : KH. Ahmad Hazim
Wakil Bendahara : H. Asnawi Sholeh
23
Profil Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, h. 14 24
Menurut keterangan H. A. Panji Taufiq (selaku ketua umum pengurus yayasan), masa
bakti 2006-2010
Bidang Pertokoan:
1. H. Hasbi Musyaffa
2. H. A. Dauri, S. Ag.
Bidang Pertanahan:
1. Fathorrahiem, S. Pd. I.
2. H. Imam Mahdi
3. H. Helmi
Dewan Pengawas
1. KH. Abd. A`la
2. KH. A. Naufal Ashiem
3. KH. Hamidi Hasan
4. KH. Baihaqi Syafiuddin
5. K. Zainuddin
32
B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Karakteristik Ekonomi Masyarakat
Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura
1. Letak dan Keadaan Demogarfi Desa Guluk-guluk
Desa Guluk-guluk merupakan salah satu desa di kecamatan Guluk-guluk,
Sumenep Madura. Lokasinya yang berada di daerah dataran tinggi yaitu pada
ketinggian 300 m dari permukaan laut. Desa ini terletak di sebelah barat daya kota
Sumenep, kurang lebih 24 km. Ditengah-tengah desa ini dibelah oleh sebuah
persimpangan jalan beraspal menuju Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan,
menuju kota Sumenep, dan Kecamatan Pragaan dan Bluto Sumenep Madura.25
Berdasarkan data laporan desa Guluk-guluk dalam angka, luas wilayah
seluruhnya 1.322,174 ha (16,69 Km 2), sudah termasuk tanah teknis, setengah
teknis, pakarangan dan lain-lain. Seperti dalam tabel berikut :
Tabel 5
LUAS DAERAH DESA GULUK-GULUK
No Jenis Tanah Luas Tanah
1 Tanah Teknis 57.000 ha
2 setengah Teknis 50.000 ha
3 pakarangan 335.287 ha
4 Tegalan 12.214,668 ha
5 Lain-lain 12.000 ha
Jumlah 1.322.174 ha
Sumber: Bank data kecamatan guluk-guluk tahun 2010
Penduduk yang menempati atau yang bertempaat tinggal di desa Guluk-
guluk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Motifasi penduduk
pendatang di Desa ini disebabkan usaha dan tugas dinas, sehingga suami atau
istrinya juga ikut menetap, sampai-sampai juga menjadi pegawai di desa ini.
25
Hasil observasi di lapangan, pada tanggal 15 Juli 2011
33
Sedangkan jumlah penduduk desa Guluk-guluk sebesar 12.502 jiwa yang terdiri
dari 6.679 laki-laki dan 5.823 perempuan (lihat dalam tabel 6)
Tabel 6 DATA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)
1 Laki- laki 6. 679
2 Perempuan 5. 823
Jumlah 12. 502
Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010
Dari jumlah jiwa tersebut, mayoritas bekerja sebagai petani, buruh tani,
sedang lainnya ada yang menjadi pegawai negeri sipil, ABRI, wiraswasta,
pertukangan dan lain-lain. Untuk itu lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana
yang tertera dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 7 DATA PENDUDUK MENURUT PROFESI
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 134
2 A B R I 16
3 Pedagang 138
4 Petani 7. 516
5 Tukang Kayu/Batu 52
6 Buruh Tani 67
7 Purnawirawan 36
8 Lain-lain 147
Jumlah 8.106
Sumber : data sensus desa guluk-guluk dalam angka tahun 2010
2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk
Mayoritas masyarakat Guluk-guluk bermata pencaharian petani
(95,124%), selebihnya bekerja sebagai pedagang kecil, pengrajin, buruh
bangunan, peternak, pegawai negeri dan lain-lain. Dari luas wilayah desa Guluk-
guluk (1.675.955 ha) dengan lahan yang dipergunakan hampir seluruhnya
(1.329.69 ha) terdiri dari tanah yang tergantung pada kondisi musim dan hanya 94
ha. dari luas tanah pertanian itu yang mendapat pengairan dari sumber mata air
dan sungai, sedangkan curah hujan hanya 1.000 mm/tahun.
34
Dari kondisi lingkungan alam yang kritis, menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan pendapatan perekonomian rata-rata rendah. Selain alasan tersebut,
pendapatan tersebut masih tergantung pada penanaman, perawatan dan keadaan
cuaca yang baik dan normal. Untuk memberikan kepastian pendapatan perkapita
penduduk sulit sekali, namun begitu berdasarkan kenyataan yang ada di daerah
Guluk-guluk, beberapa tokoh masyarakat di daerah ini memperkirakan bahwa
pendapatan rata-rata perkapita penduduk antara 2.250-2.350 kg beras pertahun.26
atau antara Rp. 18.900.000,- sampai Rp. 19.740.000,- (data desa Guluk-guluk
2010). Dengan pendapatan perkapita seperti ini bisa digolongkan bahwa
masyarakat Guluk-guluk termasuk kedalam kelas menengah kebawah. Di desa
Guluk-guluk sendiri tanaman tembakau merupakan sumber mata pencaharian
yang cukup besar, disamping tanaman musim kering seperti, kacang-kacangan
dan ubi-ubian atau terkadang pula dengan tanaman padi ketika musim penghujan
atau pada lahan yang berdekatan dengan sumber mata air.
3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Sebagai masyarakat yang kuat dan kental dalam mempertahankan
eksistensi agama dan pengalaman agama, yang hal ini tertuang kedalam
kehidupan sosial budaya masyarakat Guluk-guluk, sangat menjunjung tinggi tali
persaudaraan, suka tolong manolong, antar sesama hubungan yang dibangun
saling hormat menghormati, sehingga jalinan komunikasi interaktif selalu terjadi
yang menjurus kepada pertalian erat hubungan persaudaraan, persahabatan,
sehingga nuansa keharmonisan sangat tercermin dalam kehidupan masyarakat
pedesaan.
26
Sumber dari hasil observasi lapangan dan olah data yang ada di Desa Guluk-guluk. Dan
hal ini dibenarkan oleh Bpk. Aminullah, selaku Kepala Desa Di Desa Guluk-Guluk, Kec. Guluk-
guluk, Kabupaten Sumenep Madura.
35
Bentuk-bentuk ekspresi nilai keagamaan merupakan perwujudan tingkah
laku masyarakat yaitu berakar kuat dalam adat istiadat. Sepanjang tahunnya
masyarakat Guluk-guluk tidak lepas dari dan penuh dengan selamatan-selamatan
islam, selamatan untuk mengenang arwah keluarga yang telah meninggal dunia
(haul), selamatan Kamis atau malam Jum‟at dengan membaca surat Yasin dan
Tahlilan, merupakan suatu yang dianggap cukup sakral oleh masyarakat Guluk-
guluk sendiri.
Terdapat juga tradisi yang dikaitkan dengan nilai keagamaan yang
beranekaragam jenis dan maksudnya, seperti kebiasaan selamatan Tajin Sorah
(bubur ayam) pada bulam Muharram yang merupakan bulan pertama tahun Islam
yang bertujuan mengenang hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Dari Mekkah ke
Madinah. Demikian pula pada bulan berikutnya yaitu selamatan Tajin Sappar
(jenang yang terbuat dari tepung beras) dan selamatan-selamatan lainnya yang
masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Guluk-guluk
4. Karakteristik Ekonomi Masyarakat Guluk-guluk Di PP Annuqayah
Dinamika ekonomi masyarakat di sekitar pesantren sendiri terus
berkembang atau dikembangkan, baik masyarakat yang hanya menitipkan barang
dagangan di dalam pesantren, maupun masyarakat yang mendirikan usaha di
sekitar pesantren mulai dalam bentuk usaha toko, warung, warnet, foto copy dan
tempat dagangan lainnya. Potensi ekonomi tumbuh dan berkembang cukup
dinamis. Setidaknya berdasarkan hasil observasi langsung (selama 3 hari berada di
lingkungan pesantren) untuk mengamati usaha-usaha ekonomi yang ada di dalam
pesantren, peneliti menemukan sedikitnya ada 27 unit usaha yang ada dan
berkembang di dalam lingkungan pesantren, baik yang menjadi milik pesantren
36
sendiri, ataupun dimiliki oleh individu keluarga pesantren. Berikut usaha-usaha
yang ada di lingkungan pesantren diantaranya:
Tabel 8 JUMLAH DAN JENIS USAHA DI LINGKUNGAN PESANTREN ANNUQAYAH
No Usaha Tempat Pemilik
1 Kantin Late Putra Pesantren
2 Koperasi Late Putra Pesantren
3 Kantin Late Putra Individu
4 Rental Komputer Late Putra Individu
5 Foto Copy Sebelah Late Utara II Individu
6 Kantin Selatan Kantor M.Ts masyarakat
7 Koperasi Selatan Kantor M.Ts An-nuqoyah Individu
8 Kantin Depan blok F lubangsa putra masyarakat
9 Kantin Nirmala masyarakat
10 Rental Komputer Nirmala Individu
11 toko Jalan Masuk Ke STIKA Yayasan
12 warnet sebelah barat toko yayasan Individu
13 Koperasi Lubangsa Selatan Pesantren
14 toko Lubangsa Putri masyarakat
15 Kantin Lubangsa Putri masyarakat
16 Toko Late II Individu
17 Toko Late II Individu
18 Toko Lubangsa Selatan Putri Individu
19 Kantin Lubangsa Selatan Putri masyarakat
20 Kantin kusuma Bangsa masyarakat
21 Toko Nirmala Putri masyarakat
22 Koperasi Sewajarin Yayasan
23 Koperasi Sewajarin Pesantren
24 Koperasi Sewajarin Pesantren
25 Kantin Sewajarin Individu
26 Koperasi Utara Kampus STIKA Putri Individu
27 Koperasi Lubangsa Tengah Yayasan
Sumber : Hasil observasi di lapangan
Dalam keterkaitan tersebut, khusus unit usaha yang menjadi milik
pesantren, pada awalnya memang didanai oleh pengasuh, hanya saja dalam
perkembangan berikutnya, toko atau unit usaha tersebut diserah-kelolakan kepada
37
pengurus pesantren dan BPM Annuqayah yang hasilnya masuk menjadi kas
pesantren.27
Berdasarkan data yang diperoleh seteleh melakuan observasi di sekitar
pesantren, karakteristik ekonomi masyarakat sekitar pesantren terklasifikasi
menjadi beberapa karakter, sebagaimanama tampak dalam tabel berikut:
Tabel 9 KARAKTERISTIK EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN
No Karakteristik Jumlah Jenis Tempat Usaha
1
penyuplai dagangan ke dalam
pesantren (dititipkan ke koperasi) /
non permanen
18 orangkoperasi-koperasi di dalam
pesantren
2mendirikan usaha permanen
seperti : toko, counter dan warung11 orang
rumah sendiri atau bangunan
resmi milik sendiri
3semi permanen seperti : toko,
counter dan warung1 orang
sewa atau kontrak pada pihak lain
Sumber : diolah dari hasil observasi langsung di lapangan
Data pada tabel di atas menjelaskan bahwa karakteristik ekonomi
masyarakat sekitar pondok pesantren Annuqayah terpola menjadi tiga macam
karakter.
1. Penyuplai dagangan kecil ke dalam pesantren
Karakteristik ini terdiri dari elemen masyarakat yang menitipkan barang
dagangan mereka ke dalam pesantren, terutama toko, atau warung-warung
yang berada dalam lingkungan pesantren. Karakteristik okonomi semacam ini,
biasanya dilakukan setiap hari, lebih-lebih saat pagi hari. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan santri sarapan pagi, (gen langgen).28
Yang tersebar
27
Menurut keterangan Kyai Memeng, selaku direktur BPM Annuqayah, putra Kyai
Abdul Basith 28
Gen langgen. Yaitu parebesan madura (bahasa Madura) yang artinya sarapan dengan
memakan makanan yang ringan dahulu,, seperti makan kue dsb.
38
dalam semua daerah yang ada di dalam lingkungan pondok pesantren
Annuqayah.
2. Mendirikan usaha permanen
Karakteristik ini, dilakukan oleh masyarakat sekitar pondok pesantren
Annuqayah dengan cara mendirikan usaha dagang secara mandiri dan bersifat
permanen, biasanya tempat usaha ini dibuka atau didirikan di dekat-dekat
rumah mereka sendiri. Karakter ekonomi semacam ini dilakukan dengan cara
bermacam-macam, ada toko, warung makan dan lain sebagainya.
3. Usaha semi permanen (bersifat sementara)
Masyarakat yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren Annuqayah,
biasanya mendirikan beberapa jenis usaha, seperti toko, warung makan,
warnet, burjo dan foto copy dengan cara sewa (kontrak) tempat kepada orang
lain. Karakteristik semacam ini rata-rata dilakukan oleh masyarakat yang agak
jauh dari lingkungan pondok pesantren Annuqayah, dan usaha-usaha tersebut
dianggap sebagai salah satu media untuk menggali keuntungan di sekitar
pesantren. Dengan obyek dan konsumen yang sama, yaitu para santri
Annuqayah itu sendiri yang berada di dalam lingkungan pesantren dan
masyarakat yang berada di sekitar pesantren.
39
39
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Sejak terbentuknya Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren
Annuqoyah (BPM-PPA) tahun 1978, suatu lembaga otonom yang berfungsi
sebagai organisai pelaksana pesantren di bidang pengembangan masyarakat.29
Kegiatan pengembangan masyarakat telah menjadi obsesi Pondok Pesantren
Annuqayah, terutama dalam bidang pengembangan ekonomi, hal itu muncul
setelah melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar pesantren yang sangat
memprihatinkan, dan inilah yang menjadi pilihan dakwah bil hal pesantren.30
Dalam prakteknya BPM-PPA membentuk kelompok-kelompok
masyarakat binaan yang terdiri dari petani, pengrajin dan pedagang kecil dengan
memberikan pendidikan pola-pola pertanian inovatif, keterampilan, serta kredit
bahan pertanian dan insentif modal tanpa bunga. Di samping itu, intensifikasi
BPM-PPA dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, yaitu memanfaatkan
media-media komunikasi tradisional masyarakat, seperti kelompok jama‟ah
pengajian Yasinan, kelompok jama‟ah Hadrah bulanan atau mingguan, pengajian
temporer seperti, Maulidan dan Isra‟ Mi‟raj dan sebagainya, untuk menyampaikan
misi-misi pembinaannya. Melalui media ini proses komunikasi tampak sangat
efektif, sebab mengenai kegiatan keagamaan yang terbentuk di desa-desa
memiliki kaitan emosional dengan para kyai-kyai sepuh pesantren Annuqayah.
29
Profil. Pondok Pesantren Annuqoyah, Guluk-guluk Sumenep Madura, diterbitkan oleh:
Pusat Data Pondok Pesantren Annuqoyah, 12 Juni 2010, h. 16 30
Menurut keterangan M. Zammiel El-Muttaqien (selaku direktur eksekutif) BPM-PPA,
Tahun ajaran 2006/2011, pada 03 Maret 2011
40
sejak pertama kali dibukanya pengajian untuk masyarakat umum oleh kyai pada
masa awal berdirinya pesantren Annuqayah.31
Secara umum bila diklasifikasikan, ada beberapa kegiatan pokok yang
menjadi consern BPM-PPA adalah:
1 Lingkungan hidup (Penghijauan, Budidaya Lahan Kering, Pengembangan
Kesehatan Swadaya).
2 Pengembangan Ekonomi Masyarakat
3 Pendidikan Kemasyarakatan dan Advokasi.32
Pengembangan masyarakat lapis bawah secara partisipatoris ini bertujuan
untuk menumbuhkan keswadayaan yang merupakan komitmen, sejalan dengan
pembebasan kaum tertindas serta pemberantasan kemiskinan sebagai perwujudan
dakwah bagi kalangan pesantren. Untuk itu yang menjadi fokus analisa penulis
dalam bab IV ini, yaitu tertuju kepada pengembangan ekonomi masyarakat, apa
saja langkah-langkah yang telah dilakukan, bentuk atau program ekonomi seperti
apa yang telah dilakukan oleh Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren
Annuqayah (BPM-PPA) sendiri untuk menunjang program tersebut.
A. Bentuk-bentuk Pengembangan Ekonomi di Pesantren Annuqayah
Pondok Pesantren Annuqayah merupakan lembaga pendidikan keagamaan
yang memiliki konsern terhadap pengembangan ekonomi dan kemasyarakatan.
Sebagai sebuah institusi, tentunya membutuhkan sumber-sumber ekonomi untuk
menjalankan kegiatannya di samping sebagai upaya pemberdayaan atau
pengembangan ekonomi masyarakat. Adapun bentuk-bentuk pengembangan
31
Menurut keterangan M. Zammiel El-Muttaqien, tanggal, 03 Maret 2011 32
Profil. Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura, h. 17
41
ekonomi tersebut berformulasi pada tiga model pengembangan dengan kegiatan
sebagai berikut:
a) Pengembangan ekonomi internal pesantren yang berada di bawah
pengawasan yayasan
Yayasan Annuqayah sendiri berdiri tahun 1984, pada awalnya alasan
pendirian yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah
tinggi, selain mengelola sarana madrasah, yayasan juga mengelola unit –unit
usaha yang menjadi aset dan sumber penghasilan yayasan, disamping dana yang
datang juga dari donatur.33
Adapun bentuk-bentuk usaha pengembangan ekonomi
yang berada di bawah naungan yayasan tersebut baik yang sedang atau belum
berjalan adalah sebagai berikut:
1. Unit Usaha Produktif
Unit usaha pesantren terdiri dari enam ( 4 ) jenis usaha yaitu:
1. Usaha pertokoan
2. Pertanian/perkebunan
3. Peternakan
4. Home industri
Adapun usaha pertokoan tersebut, terdiri dari toko alat-alat sekolah, toko
onderdil, serta toko kelontong yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari.
Seluruhnya terletak di luar lokasi pesantren dan dioperasikan oleh ustadz
pesantren yang sudah berkeluarga dan anggota masyarakat yang menjadi binaan
pesantren.34
Seperti yang dijelaskan saudara Moh. Zainal, (30 Tahun, penjaga toko Al-
Barokah pada tabel IV), yang terletak di pasar Kemis, kec. Guluk-guluk, ia
33
Profil. Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep Madura, h. 14 34
Menurut keterangan H. A. Panji Taufiq, (selaku pengurus harian yayasan Annuqayah),
dan penulis melakukan observasi langsung kelapangan, tanggal, 04 Maret 2011
42
membenarkan kalau toko yang dijaganya tersebut milik pesantren, menurutnya ia
sendiri dikasih upah dalam menjaga toko tersebut.35
Dan 9 toko lainnya yang
tersebar di beberapa daerah seperti yang tampak dalam tabel berikut:
Tabel 10
Jenis Usaha Pertokoan Pesantren
No Nama Toko Bentuk Dagangan Lokasi
1 Al - Barokah alat-alat sekolah pasar kemis kec. Guluk-guluk
2 Al - Salam alat-alat sekolah pasar Lenteng kec. Lenteng
3 As - sifa kebutuhan pokok pasar kopedi Kec. Prenduan
4 Al - Barokah 2 alat-alat sekolah pasar ganding kec. Ganding
5Toko BPM
Annuqoyah
alat-alat sekolah
& kebutuhan ruberru kec. Prenduan
6 toko al makmur I alat-alat sekolah pasar Lenteng kec. Lenteng
7 toko al makmur IIkebutuhan pokok
& alat-alat pasar kemis kec. Guluk-guluk
8 toko long onderdil motor pasar Lenteng kec. Lenteng
9 toko pasar sore kebutuhan pokok pasar Brakung kec. Guluk-guluk
Sumber: dokumentasi yayasan Annuqoyah masa bakti 2006/2010
Sedangkan untuk usaha pertanian/perkebunan, yaitu tanaman palawija
yang terdiri dari tanaman jagung dan kedelai. Tanaman hortikultura yang terdiri
dari bawang, cabe, jamu dan merica di empat desa di kecamatan Guluk-guluk. Di
antaranya berada di desa Lengkong Temor, desa Sumber Penang, desa
Panangkungan, dan desa Parebe‟en. Sedangkan perkebunan, yaitu kebun mente di
dua desa, masing-masing kebun Assalam yang berada di desa Prancak
Pasongsongan, dan kebun As-sa‟adah di desa Sumber Pajung, kebun Assalam
seluas 20 hektar, dan kebun As-sa‟adah seluas 6 hektar. Dari kedua perkebunan
tersebut pada tahun 2010 diperoleh pendapatan sebesar Rp. 5.746.750.36
Tabel 11 35
Hasil observasi di lapangan dan keterangan Moh. Zainal, tanggal: 04 Maret 2011 36
Dokumentasi Yayasan Annuqayah, dan Menurut keterangan H. A. Panji Taufiq, dan
penulis melakukan observasi langsung kelapangan, tanggal, 05 Maret 2011
43
Jenis Usaha Perkebunan
Di bidang peternakan terdiri dari ternak ayam ras, kambing dan buras yang
terdapat di tiga kecamatan di Sumenep. Masing di kecamatan Pragaan; ternak
ayam buras dikelolakan kepada Moh. Zuhri, dengan jumlah 25 ekor ayam. Di
kecamatan Guluk-guluk sendiri ternak ayam ras (ayam petelur) dikelolakan
kepada Bapak. Subhan, sebanyak 127 ekor, dengan penghasilan rata-rata tiap 2
minggu panen mancapai Rp. 114.300.00, Yang lain adalah ternak kambing
berlokasi di desa ganding, dan dikelolakan kepada Bapak. Jauhari sebagai
distributor, pengelolanya dikhususkan kepada warga yang janda dan anak yatim.
Jumlahnya semua sebanyak 15 ekor kambing, pada saat pertama kali usaha ini
dirintis pada tahun 2004 sampai tahun 2010 sudah menjadi 33 ekor kambing,
dengan satu kali jual pada 2009, dan dana yang masuk pada waktu itu kurang
lebih Rp. 4.350.000.00,37
Adapun kegiatan usaha home industri sejak didirikannya Pusat Inkubator
Agrobisnis Pondok Pesantren Annuqayah tahun 1999, bekerjasama dengan
Departemen Perhutanan RI. Jenis produksinya yaitu gula merah (gula siwalan),
Jubathe (makanan khas Sumenep yang bahan utamanya adalah gula merah). kripik
37
Dokumentasi Yayasan Annuqayah, dan hasil wawancara dengan H. Asnawi Sholeh
(selaku wakil Bendahara yayasan Annuqayah 2006/2011) dan dibenarkan oleh K. M. Zamiel el-
Muttaqien, sebagai Kepala Biro Kesehatan Lingkungan dan Pengabdian Masyarakat, PP
Annuqayah masa bakti 2006/2011. tanggal, 06 Maret 2011
No Nama Perkebunan Tahun Hasil
1perkebunan assalam dan
perkebunan as-sa'adah 2005 Rp. 3.668.350
= 2006 Rp. 4.228.422
= 2007 Rp. 4.423.270
= 2008 Rp. 4.748.320
= 2009 Rp. 5.227.120
= 2010 Rp. 5.746.750
44
singkong dan kripik pisang, rengginang, seluruh jenis produksi sudah berjalan.
Kecuali tape dan emping jagung yang masih dalam rintisan.38
2. Unit Usaha Di Bidang Jasa
Menurut H. A. Panji Taufiq, untuk usaha dalam bentuk jasa ini yaitu
berupa jasa angkutan; usaha ini di rintis sejak tahun 2005 silam sampai sekarang
masih, dan sudah berhasil mengoprasikan 6 (enam) unit mobil station (mobil jenis
angkutan umum Mitsubishi) dengan trayek perjalanan jarak tempuh antara Guluk-
guluk sampai kecamatan Prenduan, dan Guluk-guluk sampai kecamatan Ganding.
Dan mini buss, trayeknya Sumenep sampai Kamal Madura (pelabuhan perak)
Surabaya. Katanya dalam usaha ini, pemasukan tiap bulannya berkisar ± Rp.
2.470.000.00, sudah dipotong biaya oprasional.39
Yang lain berupa satu unit Wartel (tapi sekarang sudah tutup) yang
awalnya juga terletak di luar pesantren, sekarang berganti ke warnet; (1) warnet
yang berada di pondok lubangsa, (2) warnet yang berada di pondok sewajarin (3)
warnet baru di Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman Annuqayah (STIKA), Sebelumnya
jaringan internet yang dimiliki STIKA ini, beberapa bulan yang lalu hanya
digunakan untuk kepentingan STIKA saja tidak untuk umum. Warnet STIKA
dibuka sejak Kamis (25/03). Mahasiswa yang menggunakan fasilitas internet ini
mendapatkan diskon sebesar 50 persen. Tarif internet di Annuqayah biasanya
3.000 rupiah per jam, tetapi karena didiskon sehingga menjadi 1.500 /jam
38
Hasil wawancara dengan dengan Bapak. Amir Thaha, sebagai pengurus Biro
Pendidikan Keterampilan dan Kewirausahaan PP. Annuqayah masa bakti 2006/2010, tanggal, 06
Maret 2011 39
Menurut penjelasan H. A. Panji Taufiq, tanggal, 07 Maret 2011
45
demikian juga tarif rentalnya. Masa promosi ini hanya berlaku sampai 31 Maret
2010.
Menurut Faiz, operator warnet STIKA, diskon diberikan atas usul K.H. A.
Syamli Muqsith, karena beliaulah yang menangani warnet ini. Nanti setelah habis
masa diskon, tarif akan berlaku sebagaimana biasa. Faiz juga menuturkan bahwa
pengadaan warnet ini dimaksudkan agar mahasiswa tidak sulit di dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.40
Tentunya mahasiswa cukup puas dengan adanya
fasilitas warnet ini, seperti yang diungkapkan Suryadi, mahasiswa semester IV
jurusan Tafsir Hadits STIKA Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura sebagai
berikut;
“Saya cukup puas dengan layanan internet di sini, aksesnya cukup
cepat dan murah lagi”.41
Hal senada diungkapkan oleh Zuhdi, mahasiswa jurusan PAI, yang
mengatakan bahwa pelayanan warnet ini cukup memuaskan. “Saya kurang
tahu apakah karena masih baru semua fasilitasnya,” tuturnya sambil
tersenyum.42
b) Pengembangan ekonomi masyarakat (eksternal pesantren) yang
berada di dalam dan di luar pesantren
Selain pengembangan ekonomi yang telah dilakukan oleh internal
pesantren sendiri dibawah naungan yayasan PP. Annuqayah seperti yang telah
digambarkan di atas, berikutnya adalah pengembangan ekonomi masyarakat
eksternal pesantren yang berada di dalam dan di luar pesantren Annuqayah
sendiri. Jenis dan bentuk usaha yang dilakukan oleh masyarakat eksternal
40
Hasil observasi langsung di lapangan, diambil dari keterangan Faiz, (operator warnet
stika), pada tanggal, 07 Maret 2011 41
Wawancara langsung di lapangan dengan Suryadi, (mahasiswa jurusan Tafsir Hadist),
di STIKA Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, angkatan Tahun 2010/2011, pada tanggal,
07 Maret 2011 42
Wawancara langsung di lapangan dengan Zuhdi, (mahasiswa jurusan PAI), di STIKA
Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, angkatan Tahun 2010/2011, pada tanggal, 07 Maret
2011
46
pesantren dalam mengembangkan ekonominya tersebut untuk lebih jelasnya
seperti yang ada dalam data berikut:
Tabel 12
Jenis/bentuk usaha masyarakat di dalam lingkungan pesantren
(sebagai suplier)
Tabel di atas merupakan gambaran tentang jenis usaha yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar pesantren dengan karakter sebagai suplier makanan
ringan kepada santri di pesantren Annuqayah. Makanan ringan tersebut dititipkan
di kantin dan koprasi yang ada di dalam pesantren, atau di teras pondok dengan
dititipkan kepada pengurus (ketua) masing masing-masing blok kamar, dengan
imbalan pengurus tersebut gratis 1 bungkus nasi. Berdasarkan tabel di atas, artinya
setiap pagi terdapat 3 macam jenis makanan yang di suplai ke dalam pesantren
dengan 16 suplier.
Menurut keterangan Ibu Sami, salah seorang penjual nasi bungkus
menjelaskan, bahwa rata-rata dari harga barang yang ditentukan oleh pedagang,
pihak pesantren mendapatkan keuntungan 1% (atau mendapatkan keuntungan Rp.
100/jenis barang dagangan dari harga asal. Apabila barang seperti nasi bungkus
No Nama Penjual Bentuk Dagangan Omset Perhari Harga
1 Ibu Lut Nasi Bungkus 15-50 Bungkus Rp. 3500/bungkus
2 Ibu Im Nasi Bungkus 15-50 Bungkus Rp. 3500/bungkus
3 Ibu Cecek Nasi Bungkus 15-50 Bungkus Rp. 3500/bungkus
4 Ibu Sute' Nasi Bungkus 15-50 Bungkus Rp. 3500/bungkus
5 Ibu Sami Nasi Bungkus 15-50 Bungkus Rp. 3500/bungkus
6 Ibu Farhah Krupuk 50-100 Bungkus Rp. 500/bungkus
7 Ibu Im Krupuk 50-100 Bungkus Rp. 500/bungkus
8 Ibu Arsina Krupuk 50-100 Bungkus Rp. 500/bungkus
9 Ibu Erna Krupuk 50-100 Bungkus Rp. 500/bungkus
10 Ibu Im Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
11 Ibu Suja Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
12 Ibu Ram Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
13 Ibu Tur Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
14 Ibu Lisa Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
15 Ibu Imam Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
16 Ibu Erna Gorengan 20-50 Buah Rp. 500/buah
Sumber: diolah dari data hasil observasi langsung di lapangan
47
yang dititipkan mencapai 50 bungkus dan habis sekaligus , berarti pihak pesantren
akan mendapatkan keuntungan Rp. 5000 untuk jenis dagangan nasi bungkus dan
gorengan, dan 10.000 pada jenis dagangan kerupuk pada setiap harinya.43
Tabel 13
Jenis/bentuk usaha masyarakat di luar (sekitar) lingkungan pesantren
No Nama PenjualBentuk
Dagangan
Omset Kotor
Perhari
Keuntungan/ha
ri
Prosentase
Pembeli/hari
1 Ibu MunWarung
Makan± Rp.150.000 ± Rp.30.000
warga dan sebagian
kecil para santri
2Adam Budi
Budiono
Warung
Makan
± Rp.150.000 -
200.000
± Rp.45.000-
60.000
warga sekitar,
masyarakat umum
dan sebagian santri
3 LizamahToko Baju,
dll± Rp.500.000 ± Rp.50.000
santri senior, dan
santri umur 20
tahunan
4 Mufid Counter (HP) ± Rp.150.000± Rp.30.000-
50.000
30% pembeli dari
santri dan
mahasiswa STIKA
6 AdlanWarung
Kopi
± Rp.50.000-
75.000± Rp.12.000
Masyarakat luar dan
sebagian kecil dari
unsur santri
7 Syaifurrahman
Warung
sayur-mayur,
dll
± Rp.150.000 ± Rp.15.000
Masyarakat,
sebagian kecil dari
kalangan mahasiswa
dan santri
8 Wiwi
Toko obat-
obatan,
bahan-
bahan
dapur, sayur
mayur dan
snack
± Rp.150.000 ± Rp.65.000santri dan
masyarakat umum
9 Zuhairi
Toko,
berjualan
parfum dan
perlengkapa
n mandi
± Rp.97.000 ± Rp.15.000
Masyarakat umum
dan sebagian kecil
dari kalangan santri
10 Arief
Toko minyak
tanah, Gas
dll.
± Rp.75.000 ± Rp.20.000masyarakat sekitar,
sebagia kecil santri
Sumber : data diolah dari hasil observasi langsung di lapangan
Dari dua tabel di atas, jelas menunjukkan bahwa setiap karakteristik
ekonomi masyarakat sekitar pesantren, memiliki perbedaan bentuk usaha ekonomi
yang dikembangkan oleh masing-masing masyarakat. Dalam tabel 12 misalnya
menunjukan jenis pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat yaitu
43
Wawancara langsung di lapangan dengan Ibu. Sami (37 Tahun, penjual nasi bungkus),
tanggal, 07 Maret 2011
48
jenis usaha dengan karakteristik sebagai suplier makanan dengan cara menitipkan
barang dagangan ringan (nasi, gorengan dan snack) ke dalam pesantren.
Usaha tersebut menjadi sumber mata pencaharian mereka, sama juga
dengan masyarakat yang mempunyai jenis usaha permanen di sekitar pesantren
seperti yang diungkapkan oleh Syaifurrahman (38 tahun) pedagang sayur-mayur
dan barang-barang kebutuhan santri lainnya. Menurut pengakuannya:
“saya kalau buka mulai pukul 05.15 pagi sampai pukul 04.35
WIB. Dalam setiap hari saya dapat menjual barang dagangan berkisar ±
Rp. 150.000 perhari dengan keuntungan bisa mencapai ± Rp. 15.000. saya
mengakui berjualan di sekitar pesantren sangat mempengaruhi terhadap
keberadaan ekonomi keluarga saya, karena hampir semua kebutuhan
keluargan saya bersumber pada satu-satunya mata pencaharian saya ini,
walaupun yang banyak membeli dagangan saya bukan dari kalangan
santri, saya seneng karena disini rame lokasinya”.44
c) Pengembangan ekonomi bersama (pesantren dan masyarakat)
beroperasi di bawah pengawasan BPM. PP. Annuqayah
Menurut keterangan M. Zamiel El-Mutaqien, dalam memfokuskan
pengembangan ekonomi masyarakat ini. BPM-PPA mempunyai bentuk-bentuk
usaha yang telah dirintisnya. Usaha yang dilakukan tersebut antara lain adalah
kegiatan usaha bersama (UB) dimana usaha bersama ini berkenaan langsung
dengan masyarakat. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anggota
masyarakat yang menjadi korban rentenir, karena terdesak kebutuhan kemudian
mereka menggadaikan tanahnya atau pohon kelapanya dan tidak bisa menebusnya
kembali, sehingga mereka semakin menderita karena kehilangan mata
pencahariannya.45
Bentuk-bentuk usaha bersama yang dilakukan antara lain:
44
Hasil wawancara pribadi dengan Syaifurrahman (warga sekitar PP An-nuqoyah) pada
tanggal, 12 Maret 2011. 45
Data diperoleh dari hasil observasi di lapangan dan dari keterangan M. Zamiel El-
Muttaqien, tanggal, 13 Maret 2011
49
koperasi pengadaan pupuk (melayani kebutuhan pupuk petani setempat). Usaha
bersama pengrajin tikar, transportasi, perkebunan, toko atau ternak sapi.
Menurut Bapak Zainullah, selaku ketua untuk usaha pengadaan pupuk,
bentuk kinerjanya BPM-PPA dan masyarakat menjalankan sistem tabungan uang,
tagihannya tiap bulan sekali dengan akad tabungan sukarela, dalam satu bulan
tagihan tersebut bisa terkumpul uang 250.000 – 400.000, uang yang terkumpul
dipegang M. Zamiel El-Muttaqien, (direktur eksekutif BPM). Usaha ini sudah
berjalan dari Tahun 2004 yang lalu, dan dalam 1 tahun bisa membeli pupuk 2
sampai 3 kali beli, pupuknya di simpan di gudang milik BPM sampingnya rumah
Bapak Zainullah kira-kira 250 M. Ke arah barat dari pesantren.46
Ditanyakan
bagaimana responnya terhadap bentuk usaha ini, Bapak Zainullah mejelaskan:
“Alhamdulillah. secara pribadi saya sangat terbantu dengan adanya
kerjasama ini, rata-rata petani disini juga senang dengan ini, masalah
pupuk sudah bisa teratasi, jadi petani gak usah kerepotan lagi, ini aja masi
ada stok sekitar 10 ton pupuk ini”.47
Kemudian untuk bentuk usaha pengrajin tikar ini, BPM-PPA
mempercayakan kepada Ibu. Baisuri (janda 45 tahun) untuk mengurusinya, mulai
dari mendistribusikan modal dan mengarahkan pengrajin tikar. Kebetulan Ibu
Baisuri sendiri bisa dikatakan ahli dalam mengayam tikar, hasil ayamannya bagus,
karena ia sudah lama menggeluti bisnis ini, kerjasama dengan BPM ini berjalan
dari tahun 2002 yang lalu.
Menurut Ibu Baisuri, sekarang ini ada 11 orang yang dibina dan dimodali
oleh BPM untuk mengayam tikar, mereka dibelikan bahan tikarnya (daun lontar,
atau daun siwalan), karena jualnya itu hanya 1 tahun satu kali, yaitu saat musim
46
Data diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan dan keterangan Bapak.
Zainullah (39 tahun), tanggal, 15 Maret 201 47
Wawancara pribadi dengan bapak Zainullah, pada tanggal,15 maret 2011
50
tembakau tiba, jadi tikar yang dihimpun sampai berkodi-kodi tikar di rumah
warga. Setelah panin pembagian hasilnya diambil modal dulu, hasilnya dibagi 2
dengan pengayam.48
Seperti yang dijelaskan oleh ibu. Sulihah (46 tahun), berikut:
“engki ce‟asokkorah kauleh nak, napah pole se ekalakoah
ce‟rengan la towah engak engko reyah, engki eberrin kalakoan soro
ngangki teker bi ponduk ontong rajeh, pedenah bi kauleh ekabelleh emas
5gr eyangkuy cucu”.49
Artinya: “bersyukur banget nak.. apalagi yang bisa dikerjakan
orang tua seperti saya, ya dikasih pekerjaan oleh pondok, keuntungan
besar bagiku, hasilnya dibelikan emas 5gr, sama saya, sekarang dipake
cucu.
Hal di atas dibenarkan oleh ibu. Asmad (48 tahun), menurtnya:
“iyeh lakar le‟ engko esoro ngangaki teker bi ibu Baisuri, ca‟an
din ponduk koah.. iyeh ande engko.. pole keng cet ta‟andi kalakoan,
nyaman ka engko.. eperrien hasellah pole teng la ejuel ollenah tekerah,
napah ce‟rengan takusa melleh rakara, cet laesadiyeaki bi ponduk, kun
kareh ngangki,”.50
Artinya: “benar emang.. saya disuruh ngayam tiker oleh bu,
Baisuri, katanya punya pesantren.. ya saya mau, apalagi memang
nganggur gak punya pekerjaan, enak saya, dikasih hasilnya lagi kalau
udah dijuel tikernya, enak gak usah beli daun lontarnya, emang uadh di
sediakan oleh pondok tinggal ngayam”.
Selanjutnya yaitu usaha ternak sapi, dengan bentuk transaksi yaitu; pihak
pesantren yang membeli sapinya, kemudian disalurkan kepada kelompok
masyarakat, dalam hal ini BPM-PPA hanya mempunyai satu kelompok ternak
sapi (yaitu kelompok assa‟adah), dengan prosentase sistem pembagian hasil sesuai
dengan yang ada dalam tabel 14 di daftar lampiran berikut :
48
Data di peroleh dari observasi langsung di lapangan, dan dibenarkan oleh Ibu Baisuri
selaku orang kepercayaan Pesantren dalam bidang usaha ini 49
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Sulihah, warga yang dibina sekaligus dimodali
BPM-PPA sebagai pengrajin tikar, tanggal, 16 Maret 2011 50
Hasil wawancara pribadi dengan Ibu Asmad, warga yang dibina sekaligus dimodali
BPM-PPA sebagai pengrajin tikar, tanggal, 16 Maret 2011
51
Bidang usaha selanjutnya yang sedang dijalani oleh BPM-PPA yaitu usaha
di bidang transportasi, dari 6 mobil jenis angkutan umum yang telah dioperasikan
oleh PP Annuqayah, 2 di antaranya adalah punya BPM, dioperasikan oleh Bapak
Murawi dan Abd. Ghani, dengan jarak tempuh trayeknya antara Pasar Prenduan
sampai Pasar Ganding, adapun sistem bagi hasilnya yaitu sistem setoran dan pihak
BPM tidak ada patokan pemasukan yang harus disetor tiap harinya, hanya saja
pesantren mengambil 30% dari pendapatan tiap harinya setelah dipotong biaya
operasional. Dalam hal ini M. Kamal Akhyari, menjelaskan:
“betul..!! dan itu sangat menguntungkan menurut saya bagi sopir
tentunya.. karena memang tujuan utama BPM membeli mobil angkutan
umum tersebut, ya.. selain betuk pengembangan ekonomi BPM sendiri,
yaitu bertujuan membantu masyarakat yang taraf ekonominya lemah dan
tidak punya pekerjaan, untuk menolong keluarganya, itu tujuan utama
kita”.51
Berkaitan dengan hal di atas Bapak Murawi, membenarkan:
“bener mas..!! memang hanya ini pekerjaan saya, dan ini menjadi
tumpuan ekonomi saya untuk menghidupi keluarga saya, mau kerja
apalagi orang saya haya tamatan SD aja mas.. pesantren sangat membantu
saya, apalagi bayaran yang harus disetorkan saya kepada pesantren tidak
ada potongan.. misalnya harus 100.000 perhari atau brapa gitu..
sedapetnya aja, malah lebih banyakan ke saya yang masuk uangnya
ketimbang ke pasantren”.52
B. Kontribusi Pengembangan Ekonomi Terhadap Internal Pesantren
Annuqayah Dan Masyarakat Sekitar
Dalam bentuk-bentuk pengembangan ekonomi tersebut di atas yang telah
dilakukan oleh pesantren Annuqayah sendiri ataupun masyarakat sekitar
pesantren, disini ada kontribusi tersendiri bagi pesantren dan masyarakat di sekitar
51
Hasil observasi di lapangan dan keterangan M. Kamal Akhyari, (staf administrasi dan
keuangan), BPM-PPA. Pada tanggal, 17 Maret 2011 52
Wanwancara dengan Bpak Murawi, (sopir dari mobil angkutan umum milik BPM-
PPA), pada tanggal, 18 Maret 2011
52
pesantren, dimana kontribusi tersebut dibedakan kedalam dua kategori yaitu,
kontribusi untuk internal pesantren, dan kontribusi untuk masyarakat sendiri.
a) Kontribusi Untuk Internal Pesantren
Setelah melakukan observasi dan wawancara di lapangan menurut
pengamatan penulis, kontribusi pengembangan ekonomi sendiri untuk internal
pesantren bisa dikelompokan kedalam dua kategori berupa;
1. Fisik
Pada kenyataannya pembangunan serana prasarana pesantren sendiri
sekarang terbilang memang cukup pesat, sewaktu penulis melakukan penelitian
pada bulan Maret 2011 yang lalu, penulis melihat pondok Late Putra 1 sedang
direnovasi, selain karena memang tekstur bangunannya yang usianya terbilang
cukup tua, terlihat dari adanya retak-retak pada tembok, ada kusen yang dimakan
rayap, gentingnya yang menua, gampang pecah, juga sudah berwarna hitam.
Menurut keterangan M. Zamiel El-Muttaqien, kontribusi pengembangan
ekonomi terhadap internal pesantren, baik pengembangan ekonomi yang berada di
bawah pengawasan yayasan atau BPM sendiri pada tahun ajaran 2006/2011 ini
secara fisik berwujud gedung ini (gedung perkantoran BPM lt. 2). Secara eksplisit
ia menjelaskan;
“iya.. gedung perkantoran untuk BPM ini dibangun pada tahun
2007 kemarin, tepatnya peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 09
November 2007 dan dana yang digunakan murni dari alokasi hasil
pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh pesantren ini, tidak ada
bantuan sama sekali, dari membeli bahan bangunannya sampai membayar
ongkos tukangnya, bagus kan.? menurut yang saya ketahui sih.. hanya
kantor ini yang murni dibangun dengan dana hasil pengembangan
ekonomi yang telah dilakukan pesantren selama ini”.53
53
wawancara pribadi dengan Ust. M. Zamiel El-Muttaqin, selaku administratur umum
BPM-PP Annuqayah, tahun ajaran 2006/2011 pada tanggal, 26 Maret 2011
53
Berkaitan dengan hal tersebut di atas KH. A. hanif Hasan menambahkan;
“iya bener mas.. untuk pembangunan gedung itu ya.. memang gak
ada sedikitpun pengurus BPM minta ke yayasan, gedung itu dibangun
dengan dana hasil pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM sendiri
selama ini, yang telah dikumpulkan oleh pengurus sekarang. Tapi..! bahan-
bahan bangunannya gak beli semuanya kok mas.. sebagian ada donatur
yang nyumbang, setahu saya ada yang nyumbang semen satu ton dan kayu
plafon. Baguslah”.54
Ustadz Muhammad Affan juga manambahkan;
“ya.. kalau kontribusinya sih.. yang berbentuk fisik ya gedung ini
mas.. gedung ini dibangun dengan dana yang telah dihasilkan oleh BPM
melalui pengembangan ekonomi, ini satu bukti mas kalau pesantren sudah
bisa mandiri sekarang dari segi pembangunan ya.. saya harapkan
kedepannya semakin hidup dan besar kontribusi pengembangan ekonomi
yang dilakukan pesantren ini”.55
Dalam hal ini Ustadz. M. Kamil Akhyari, juga menambahkan;
“betul mas.. salah satu kontribusi besar pengembangan ekonomi
yang dilakukan oleh pesantren terhadap internal pesantren sendiri adalah
membangun gedung ini, gedung ini tidak dibantu yayasan atau pemda lo
mas.. ini hasil jerih payah kepengurusan sekarang yang sudah berbakti
terhadap pesantren ini, saya salut sama temen-temen kepengurusan
sekarang, mereka bener-bener bekerja dan ini hasilnya. Ya.. bantuan dari
donatur sih ada emang berupa semen dan kayu flafon, saya akui itu.. tapi
secara keseluruhan ya gedung ini hasil dari dana pengembangan yang telah
dilakukan oleh pesantren. tidak itu saja lho.. komputer, dan langganan
koran ini juga memakai biaya dari uang hasil itu lho mas”.56
Total Aset BPM-PP Annuqayah Tahun 2010
Jenis Barang Jumlah Keterangan
Uang Rp. 12.973.000 ada di kas BPM
ternak (sapi dan ayam) Rp. 23.732.000 masih dikelola di masyarakat
toko Rp. 31.521.000 masih dikelola
Usaha lainnya Rp. 29.110.000 masi dikelola
Total Rp. 71.137.000
Sumber : berdasarkan laporan keuangan pada bulan Juni 2010
54
wawancara pribadi dengan KH. A. Hanif Hasan, selaku ketua pengurus pondok
pesantren Annuqayah, tahun ajaran 2006/2011 pada tanggal, 28 Maret 2011 55
wawancara pribadi dengan ustadz. Muhammad Affan, selaku staf program pesantren
mandiri, tahun ajaran 2006/2011 pada tanggal, 29 Maret 2011 56
wawancara pribadi dengan ustadz. M. Kamil Akhyari, selaku staf administrasi &
keuangan, tahun ajaran 2006/2011 pada tanggal, 29 Maret 2011
54
2. Non fisik
Menurut keterangan M. Zamiel El-Muttaqin, Kontribusi pengembangan
ekonomi yang dilakukan oleh pesantren Annuqayah terhadap internal pesantren
sendiri yang berupa non fisik sejauh ini sangat minim sekali hanya cukup pada
membantu kesejahteraan guru dan pegawai BPM sendiri, misalnya membantu
nyumbang transportasi guru yang berdomisili jauh dari pesantren, dan
memberikan uang saku kepada pegawai BPM tetapi bukan gaji, sebatas uang
membeli makan dan rokok saja.
Hal di atas dibenarkan oleh M. Kamil Akhyari, menurutnya;
“gini mas.. diakui atau tidak kalau kontribusi pengembangan
ekonomi untuk internal pesantren yang berupa non fisik sejauh ini, hanya
itu menurut saya, tapi membantunya juga sedikit lo mas. kadang-kadang
lagi, umpanya ada yayasan yang minta ya.. kita kasih kalo gak diminta ya
kita diem aja. Masalahnya uang yang masuk di BPM ini kan masih mau
dikelola lagi, untuk optimalisasi program BPM sendiri gitu”.57
Selain itu, K.M. Hazmi Basyir juga menjelaskan;
“oh masalah itu. kontribusi pengembagan ekonomi untuk
pesantren,, ia mas ada memang sebagian uang untuk kesejahteraan guru
yang di ambil dari uang hasil pengembangan ekonomi, tapi itu tidak
banyak kok mas.. paling untuk transportasi guru-guru yang jauh aja,
walaupun itu sebenarnya tanggung jawab yayasan dan saya sendiri sebagai
pengurus pondok pesantren, bukan BPM karena BPM ini kan kita
proyeksikan untuk fokus ke hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat,
untuk lebih jelasnya mas tanya sama kyai zamiel ya”.58
b) Kontribusi Untuk Masyarakat Sekitar
Kontribusi pondok pesantren terhadap masyarakat sekitar dalam bidang
pengembangan ekonomi ini sangat jelas terlihat dalam bidang mu‟amalah, dan
sosial yang meliputi di antaranya:
1. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan toko
57
wawancara pribadi dengan ustadz. M. Kamil Akhyari, pada tanggal, 29 Maret 2011 58
wawancara pribadi dengan K.M. Hazmi Basyir, selaku bendahara pondok pesantren,
pada tanggal, 02 April 2011
55
Dari hasil survey di lapangan peneliti menemukan sedikitnya ada 8 toko
yang beroperasi di bawah pengelolaan dan pengawasan BPM-PPA Annuqayah
dengan bentuk dan model pengembangan yang berbeda; dimana bentuk dan
model pengembangannya di kelolakan kepada santri senior atau abdi dalem
rumah kyai sendiri yang dipercayakan untuk menjaganya, dan dengan aktif
pengurus BPM-PPA bahkan kyai sendiri terjun langsung, kroscek ke toko
tersebut.
Ke-8 toko tersebut, 7 diantaranya berada di pondok Late Putra “1, selatan
kantor M.Ts Annuqayah 1, Lubangsa Selatan 1, berada di Sewajarin 3, berada di
utara kampus STIKA Putri 1, dan di Lubangsa Tengah 1. Ke-7 koperasi ini
beroperasi di dalam lingkungan pesantren sendiri, dan 1 koperasi lagi
dioperasikan di luar lingkungan pesantren, tepatnya berada di dusun Sumber
Pandan, Kec. Prenduan, dengan nama Toko BPM- Annuqayah, dikelola langsung
oleh alumni PP. Annuqayah sendiri yang bernama Abd. Rahem. Isi tokonya
bermacam-macam mulai dari mesin foto copy, jual bensin eceran, snack dan
perlengkapan sekolah lainnya.
Menurut pengakuan Bapak Abd. Rahem, toko BPM-Annuqayah ini
didirikan pada tahun 1997, dan sampai sekarang masih ada. Bagi Abd Rahem
sendiri dan keluarganya toko ini menjadi tumpuan penghasilannya, dengan
dipercaya mengelola toko ini kontribusinya sangat nampak sekali. Dari
penghasilan tersebut, Bapak Abd Rahem sekarang bisa membeli mobil angkutan
sendiri. Katanya dari mana lagi kalau bukan dari hasil toko ini dan barokah dari
guru-guru saya, beliau menambahkan, dan menurut keterangannya:
“ awalnya saya hanya tukang bengkel motor kecil-kecilan, setelah
mengelola toko ini, alhamdulillah sekarang kehidupan saya secara
56
ekonomi ada penigkatan dan bengkel saya bisa semakin berkembang, dan
sumbangan toko yang saya kelola ini untuk pesantren sendiri.. ya.. yang
nampak dengan hasil toko ini, saya dan pengurus BPM-PPA sepakat untuk
membeli mobil Metsubishi pick up, dan mobil ini disewakan, juga untuk
mengangkut keperluan pesantren sendiri”.59
2. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan pertanian
Pada bidang ini, BPM-PPA menyalurkan dana pinjaman kepada petani
yang dianggapnya memang membutuhkan pertolongan, dana pinjaman ini
dinamai kredit usaha tani (KUT) dimana masyarakat yang mau pinjem uang
modal kepesantren tidak dibebankan bunga tambahan setelah pengembalian
modal tersebut. Tapi menurut keterangan M. Lukman selaku pengurus BPM-PPA
kerjasama ini sudah tidak berjalan lagi. Menurut penuturannya:
“iya memang.. kontribusi pesantren terhadap masyarakat di bidang
ini, untuk kepengurusan sekarang memang lagi off, ini dikarenkan sejak
pesantren mau membangun gedung baru BPM-PPA, dananya sebagian
mengambil dari dana yang mau disalurkan kemasyarakat untuk KUT
tersebut.. dan modal yang sudah ada ditangan masyarakat,, Alhamdulillah
sudah kumpul semua dan Insya Allah kalau tidak ada kendala lagi KUT ini
akan diteruskan karena masyarakat merespon positif”.60
Ust. Abd Ghaffar menambahkan..
“masyarakat sangat antusias dengan KUT ini, gimana tidak
sebelumnya masyarakat kan kalau pinjem modal ke Bank, dan pinjeman
itu berbunga.. ia kalau habis panen petaninya untung, kalau rugi gimana..?
malah bisa bangkrut petaninya.. makanya pesantren mengadakan KUT
tersebut”.61
59
observasi langsung di lapangan sekaligus wawancara pribadi dengan Bapak. Abd.
Rahem, sebagai pengelola toko BPM-PPA Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura. Pada
tanggal, 09 Maret 2011 60
wawancara pribadi dengan Ust. Lukman Hakim, selaku pengurus Staf Program Desa
Sejahtera di BPM-PPA Annuqayah, tahun ajaran 2006/2011 pada tanggal, 10 Maret 2011 61
wawancara pribadi dengan Ust. Abd Ghaffar, selaku Manager Komunikasi &
Pengembangan Sumberdaya, di BPM-PPA Annuqayah, tahun ajaran 2006/2011 pada tanggal, 12
Maret 2011
57
3. Kontribusi pengembangan ekonomi dalam bentuk pengelolaan perkebunan
Pada bidang perkebunan ini, yayasan dan BPM-PP Annuqayah memiliki 2
perkebunan yaitu perkebunan As-salam dan As-sa‟adah yang ada di Prancak
Pasongsongan dan Sumber Pajung, menurut keterangan Ach. Sunandar dalam
pengelolaannya BPM dan Yayasan melibatkan langsung masyarakat sekitar
perkebunan yang diamanatkan untuk menjaga perkebunan oleh pesantren.
Untuk kebun As-salam dipercayakan kepada Bapak. Sulamah, menurut
keterangannya:
“benar pak, memang saya yang disuruh oleh pak kyai untuk
mengurus kebun ini, ya saya sangat bersyukur, walaupun saya sudah tua,
namun masih dipercaya untuk amanah ini oleh kyai, siapa tau saya bisa
mendapatkan barokahnya kyai, saya kan sudah tua pak. Ya saya dikasih
uang kalau kebun ini sudah panen, sebenarnya saya tidak mengharapkan
pak, saya sudah sangat bersyukur sebenarnya walaupun gak dibayar, saya
ikhlas pak”.
Ditanyakan tentang kontribusi pesantren terhadap ekonomi Bapak. beliau
mengatakan:
“ya.. saya kurang tahu kalau masalah itu pak, tapi saya punya anak
yang mondok di situ.. ya.. bayarannya itu lebih murah daripada teman-
temannya yang lain, kalau kata ustadznya anak saya memperoleh diskon
bayaran, karena saya sudah membantu mengurus kebunnya milik
pesantren, ya.. saya sangat bersyukur sebesar-besarnya kepa
Allah dan kepada pesantren pak. Ya.. ada bantuan lain kepada saya
pak, pesantren memberikan beras 8 lt, tiap satu bulan kepada saya pak, ya
itu aja pak”. 62
4. kontribusi pengembangan ekonomi dalam bidang transportasi, ternak sapi
dan pengraji tikar
Bidang transportasi ini, PBM-PPA memang baru mempunyai 2 angkutan
umum yang dioperasikan Bapak. Murawi, ditanya soal kontribusinya terhadap
perekonomian keluarga bapak ia menjelaskan:
Alhamdulillah mas, berkat ini saya punya nafkah untuk keluarga
saya, dan hanya ini pekerjaan saya selain bertani, lumayan ada pemasukan
62
wawancara pribadi dengan Bapak. Sulamah, selaku tukang kebun As-salam milik
Pesantren Annuqayah, pada tanggal, 15 Maret 2011
58
tiap hari, orang kayak saya bisa kerja apalagi emang, orang gak punya
ijazah, sekolah SD aja gak tamat saya mas.63
Kontribusi lainnya untuk bidang ternak Bapak. Sabri dalam bahasa madura
mengatakan:
Bennyak lah pento‟nah, de‟kade‟en engko kan ta‟andi kalakoan
apa-apa tapeh ben ponduk engko eberri‟ obuen sapeh, ce‟ asokkorah engko
Artinya “kontribusinya banyak, awalnya saya kan tidak punya
pekerjaan apa-apa tapi oleh BPM saya dikasih gaduan sapi suruh
dipelihara/diternak, saya bersyukur banget”.64
Ditanya soal kontribusinya terhadap perekonomian keluarga Ibu, Sulihah
dalam bahasa Madura mengatakan:
Ta‟taoh ko sengoca‟ah.. iye ce‟rengan engko cet lakar ta‟andi apa
pole se ekalakoah, iyeh engko asokkor rajeh eberri kalakoan bi ponduk,
ta‟osah pesse
Artinya; .. “ gak bisa bilang apa-apa, saya kan emang gak punya
pekerjaan apalgi nak selain ini pekerjaan yang dikasih pesantren ini, gak
usah modal lagi, terimakasih banyak kyai..”.65
Dari semua kontribusi pondok pesantren dalam melayani, membimbing
dan membina terhadap pengembangan ekonomi masyarakat yang beraneka ragam
ini, tentunya tidak semua pondok pesantren dapat melakukannya secara optimal.
Hal ini diakui oleh kyai M. Zamiel El-Muttaqien, selaku direktur eksekutif BPM-
PP Annuqayah. Namun secara bertahap dan berangsur-angsur disaat ada kendala,
ada prioritas mana yang dapat dilakukan, itulah yang terbaik bagi kepentingan
masyarakat, sekaligus merupakan pengakuan masyarakat terhadap eksistensi
pondok pesantren yang kini mulai multidimensi.
63
Wawancara pribadi dengan Bapak. Murawi (47 Tahun) selaku supir yang dipekerjakan
oleh BPM-PPA di terminal Guluk-guluk, tanggal 07 April 2011 64
Wawancara pribadi dengan Bapak. Sabri ( 43 tahun ) selaku peternak sapi BPM-PPA,
tanggal 07 April 2011 65
Wawancara pribadi dengan Ibu Sulihah ( 46 tahun ) selaku pengayam tikar BPM-PPA,
di rumahnya, tanggal 07 April 2011
59
C. Keuntungan dan Hambatan pengembangan ekonomi terhadap
masyarakat sekitar
Berdasarkan informasi yang penulis temukan di lapangan, usaha yang
dikembangkan oleh masyarakat sekitar pesantren sangat berarti bagi kehidupan
mereka. Rata-rata informan mengaku bahwa, usaha yang dikembangkan di sekitar
pesantren tersebut menjadi tumpuan ekonomi keluarga mereka. Dengan unit usaha
toko, warung, dan unit usaha yang lain menjadi satu-satunya penopang kehidupan
mereka. Sementara bagi masyarakat sekitar yang menitipkan barang dagangan
mereka di dalam pesantren, selain ada yang mengakui sebagai satu-satunya
seumber penghasilan, ada juga yang menyatakan hanya sebagai sampingan saja
dari pekerjaan utama mereka sebagai petani.
Berdasarkan beranekanya bentuk/jenis usaha dalam melakukan
pengembangan ekonomi yang penulis temukan pada masyarakat sekitar pesantren
Annuqayah sendiri, maka berbeda pula keuntngan dan hambatan yang mereka
alami. Dimana bagi masyarakat yang bentuk usahanya tersebut bertumpu pada
santri sebagai konsumennya (masyarakat sebagai suplier makanan), maka
hambatan dan keuntungannya dapat dilihat sebagai berikut seperti yang dialami
oleh Ibu. Lut berikut;
“napah ki... engki rintangnah ka‟dissah mun ka peten kauleh.. kun
teng la santreh mule liburan, engak tenglah bulen poasah,, seppeh pas
kauleh, serah sengakanah juellnah kauleh pas.. engki ambu kelluh kauleh
ta‟ajuelen lamun ponduk libur. Ontonggah engki lamun santreh ampon
abelih kappi engki nyamanah, tekengan kauleh lekas totok”.66
Artinya; “apa ya.. kalau bagi saya sendiri sih hambatannya itu
kalau satri udah pada pulang liburan, seperti bulan puasa, sepi banget,
siapa yang mau belli dagangan saya..? ya.. terpaksa kalau pondok lagi
liburan saya berhenti dulu gak jualan. Keuntungannya ya.. kalau santri
udah pada balik dan pondok dah aktif,, ya dagangan saya cepet habis”.
66
Wawancara pribadi dengan ibu. Lut (penjual nasi bungkus yang dititipkan ke dalam
pesantren) pada, 05 april 2011
60
Sama seperti apa yang dialamai oleh ibu Imam berikut, menurutnya;
“rintangnah engki mun ka kauleh tibik, teng la ponduk libur kun,
pas sepeh tade se melleyah tekengan kalauleh pas. Ta‟ejuelen nasek pole
kauleh pas mun tenglah ponduk libur, duh napah keyah ce‟rengan
santrenah mule kappi. Kaontongnah ki.. mun santreh teng la abelli kappi
ka‟dissak langsung cepet totok tekengan kauleh, peng mun nyabe kol 7
engki paleng kol 10 la totok”.67
Artinya; “hambatannya kalau bagi saya sendiri, kalau pondok ini
sudah liburan, langsung sepi jualan saya gada yang mau beli, ya
sementara waktu saya berhenti jualan nasi, mau gimana lagi.. kalau santri
sudah pada pulang. Kaeuntungannya kalau santri ini udah pada balik ya..
nasi saya cepet habis mas..ya kalau naruh jam 07, jam 10 udah habis”.
Hal di atas sedikit berbeda dengan apa yang dialami oleh ibu Im, sebagai
berikut;
“engki rintangnah mun ka kauleh tengla liburan ponduk ka‟sak..
sepeh langsung le.. salaen kinikah engki sering tekkor pole pessenah,,
tapeh kun kangkuy pessenah ring-kuring, kadeng 1000, kadeng 1500
koranggah.. engki ta,oneng kauleh.. kadeng cet santreh bedeh se abele
ce‟aotangah. Kaontongnah engki cepet totok kinikah kun tengla ponduk
aktif.. ben pole kauleh ki bisah kaangkuy alakoh se laen pole. Karena
tekengnah kauleh tibik ta‟usa edantos bi kauleh kun nyaman etetep ka
santre ponduk”.68
Artinya; “ringtangannya ya.. kalau untuk saya pribadi kalau
pondok liburan saya kesepian, selain itu uang gorengan sering kurang,
kadang kurang 1000, kadang 1.500. ya saya tidak tahu, terkadang
memang ada santri yang ngomong kalau mau hutang. Keuntungannya
bagi saya dagangan saya cepet laku, dan karena dagangan saya tidak
mangharuskan saya untuk menunggunya, maka saya bisa melakukan hal-
hal lainnya, dagangan saya kan tinggal dititipkan ke satri”.
Hal ini juga sama seperti yang dialami oleh Ibu Erna, sebagai berikut;
“napah ki..? engki kun pessenah seiring korang din kauleh, kadang
1000 engki kadaeng 500. Kinikah kun mun can kauleh rintangnah. Kauleh
kan kun ajuelen gorongan, ajuelleh nasek pon bennyak se ajuel..
67
Wawancara pribadi dengan ibu. Imam (penjual nasi bungkus yang dititipkan ke dalam
pesantren) pada, 05 april 2011 68
Wawancara pribadi dengan ibu. Im (penjual nasi bungkus dan gorengan yang dititipkan
ke dalam pesantren) pada, 06 april 2011
61
kaontongnah ki kalakoan nikah bisa etingkel,, ka ki bisah ka sabe kauleh.
Ta‟bennyak nyetah waktu ka‟sah le maksuddah kauleh”.69
Artinya; “apa ya dik..? hambatannya ya.. uangnya itu sering
kurang, kadang 1000, kadang 500. Ini aja sih menurut saya rintangannya,
saya kan hanya menjual gorengan, mau jualan nasi udah banyak yang
jual. Keuntungannya bagi saya, jualan ini tidak banyak menyita waktu
saya, jadinya kan saya masih bisa ke sawah dik”.
Berdasarkan data yang diperoleh dari informan, maka penulis menganalisa
bahwa keuntungan dan hambatan bagi masyarakat yang pengembangan
ekonominya berbentuk/jenis usahanya sebagai suplier makanan yang dititipkan ke
dalam pondok pesantren, baik dititipkan ke koperasi atau kepada pengurus pondok
atau ketua kamar pondok dapat disimpulkan bahwa hambatan dan keuntungannya
adalah;
a) Bisnis ini terbatas, artinya masyarakat tidak dapat menjalankan bisnis ini
secara terus-menerus karna tergantung kepada santri, disaat pondok libur
dan santri pada pulang maka bentuk pengembangan ekonomi seperti ini
tidak dapat dilakukan, tentunya usaha masyarakat yang seperti ini tidak
dapat diandalkan, juga dapat gagal seumpama santri mulai berkurang.
b) Keuntungannya bagi masyarakat yang pengembangan ekonominya
berbentuk usaha seperti ini, tidak banyak menyita waktu, perputaran uang
yang cepat dan masyarakat dapat melakukan pekerjaan lainnya, seperti
pergi ke sawah ngurus pertanian mereka.
Tetapi keuntungan dan hambatan di atas sedikit berbeda pula bagi
masyarakat yang model pengembangan ekonominya berbentuk membuka warung
makan, warung kopi, toko baju, atau konter HP, dimana sifatnya itu permanen,
maka sebagai keuntungannya bisnis ini tetep berjalan, usaha tersebut tetap buka
69
Wawancara pribadi dengan ibu. Erna (penjual gorengan yang dititipkan ke dalam
pesantren) pada, 06 april 2011
62
meskipun lagi liburan pondok, dan tidak bisa dipungkiri kalau lagi liburan pondok
usaha mereka mengalami penurunan pemasukan, dan hal ini menjadi hambatan
tersendiri bagi mereka, tetapi tidak langsung tutup karena konsumen mereka
masyarakat umum tidak terbatas pada santri saja, seperti yang di ungkapkan oleh
saudara Mufid (31 tahun), sebagai berikut;
“iya bener,, saya buka usaha ini udah dari tahun 2005 dulu, bagi
saya pribadi satu-satunya hambatan usaha saya ini pemasukan kurang,
kalau lagi liburan pondok tidak se rame waktu pondok aktif, tapi tetep
usaha saya jalan terus meskipun liburan, ini untungnya”.70
Senada dengan saudara Mufid, Lizamah (29 tahun), juga menambahkan;
“ini saya nerusin usahanya mama, toko ini dah lama dari tahun
1998, mama emang buka toko ini awalnya karena faktor santri katanya,
dan kebetulan disini memang gak ada toko baju selain punya mama waktu
itu, seiring berjalannya waktu banyak pula masyarakat yang tahu dan beli
disini, Alhamdulillah, sekarang bisa mandiri, jadi mau liburan pondok atau
tidak, tetep saja tidak terlalu berpengaruh terhadap penghasilan saya,
karena konsumen saya memang masyarakat umum, dan saya mengakui
memang ada juga santri yang beli di sini”.71
seperti hal ini di atas ibu Mun (± 50 tahun), juga menambahkan;
“abit kauleh pon ajuelen.. paleng empeyan ki kenek omur 4 taonan
kauleh ampon ajuelen, muncan kauleh le‟ kaontongnah ki.. neng ka‟entoh
rammeh sengakanah bennyak, engki salenah warga ka‟entoh tibi, santreh
benyak keyah sengakan, kempang kerus wa le.. rintangnah tadek mun ka
kauleh le.. tengla totopan ponduk..? kauleh pakun ajuelen teros le‟ engki
keng sakone‟an akebey nase.. engki mun ka kauleh tibi pade‟eh peih nikah
le‟ antaranah bedeh totopan ponduk ben enjek, ce‟rengan benyya‟an oreng
ka‟entoh tibi se bennyak melleh ka kauleh”.72
Artinya; “oh.. dah lama saya jualan, kira-kira ya.. paling kamu
masih berumur 4 tahun, saya dah jualan disini. Kalau menurut saya
pribadi ya dik, disini rame banyak orang yang mau makan di warung saya
ini, ya selain dari warga disini, santri banyak juga yang makan disini, jadi
dagangan saya cepet laris gitu dik, hambatannya kalau bagi saya
70
Wanwancara pribadi dengan Mufid (31 tahun), berbisnis counter HP, pada 07 April
2011 71
Wanwancara pribadi dengan Lizamah (29 tahun), berbisnis toko baju, pada 07 April
2011 72
Wanwancara pribadi dengan ibu Mun (±50 tahun), berbisnis warung makan, pada 08
April 2011
63
kayaknya g’ada dik. Liburan pondok.? Saya tetep berjualan, tapi lebih
sedikit masak nasinya, takut gak habis, saya rasa hampir sama aja dik,
antara liburan pondok atau gak, karena banyakan orang sini yang makan
di warung saya”.
Hal di atas berbeda dengan apa yang di alami oleh Zuhairi (28 tahun), ia
menjelaskan;
“wah mas.. sepi banget kalau lagi liburan pondok, jarang ada yang
beli, selama ini kebanyakan santri solanya yang beli ke saya, ne hambatan
ni mas.. carikan solusi dong.. tapi emang ini toko baru sih.. baru tahun
2008 kemaren saya buka toko ini, semoga kedepan lebih rame lah mas..
keuntungannya apa ya.. menurut saya sih disini lokasinya rame mas..
banyak anak santri. Gak kayak di rumah saya di Ganding.. coba kalau saya
buka usaha ini di sana.. sepi kali”.73
Hal berbeda juga diungkapkan oleh Bapak Arif (45 Tahun), ia
menjelaskan;
“saya memulai usaha ini sudah sejak tahun 1994, untuk sekarang
pesantren dan santri tidak berpengaruh pada perekonomian keluarga saya,
mau ada liburan atau gak sama saja, karena terus terang aja, jarang sekali
sekarang santri yang membeli sama saya, sehingga pada saat santri liburan
atau tidak, tidak berdampak terhadap penghasilan saya, karena sekarang
kan santri banyakan yang beli di warung kalau mau makan, kalau dulu ia..
karena santri masih masak sendiri untuk makan, jadi minyaknya itu beli ke
saya, kalau sekarang santri dah jarang banget lah yang mau masak
sendiri”.74
Untuk pengembangan ekonomi yang berbentuk ternak, baik ternak sapi
atau ternak ayam, maka hambatan dan keuntungannya yang penulis temukan dan
tentunya dialami oleh masyarakat dalam hal ini menurut Bapak. Sabri (43 Tahun)
menerangkan;
“mun ka kauleh tibi, rintangnah ki.. neng ka entoh nikah malengan
sarah kelluh, ta‟lemele taka‟ah din pasantren pakkun ekecok. Tapi
alhamdulillah se din kauleh ki ta‟pernah ecapo kecok, tapeh masossaan ten
kauleh, salaennah kinikah aman. Kaontongnah ka kauleh... engki bennyak
le‟ bisah andi pesse kalaban ta‟usa mekaloar modal sakaleh, bisah
eyangkuy abajak sabe pole sapenah, kauleh kun coma alakoh.. kan
73
Wanwancara pribadi dengan Zuhairi (28 tahun), berbisnis toko berjualan parfum dan
perlengkapan mandi, pada 08 April 2011 74
Wanwancara pribadi dengan Bapak Arif (45 Tahun), berbisnis jualan minyak tanah, gas
dan dll. pada 10 April 2011
64
sapenah pasantren se melleh kauleh kun ngubuaki, tapi teng la ejuel kauleh
eperri hasel”.75
“artinya; kalau saya pribadi, hambatannya ya.. disini ini terlalu
banyak maling, gak milih-milih lagi walaupun punya pesantren tetep aja
di curi. Tapi Alhamdulillah yang punya saya belum pernah kecurian, tapi
cukup bikin saya khawatir, selain itu gak hambatan lain, ama..
keuntungannya bagi saya pribadi bnyak, bisa punya sapi, tanpa ngeluarin
modal, sapinya bisa dijadikan untuk membajak sawah lagi, terus bisa
punya duit kalau sapi tersebut dah dijual, sapinya kan pesantren yang
beli, saya hanya memeliharanya”.
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Abd. Muiz ((37 Tahun) sebagai
berikut;
“ia bener,, hambatannya disini maling banyak banget, tidak aman,
saya sendiri kemalingan satu sapi, jadi gak enak saya sama pak kyai, tapi
untunggnya tidak minta ganti. Keuntungannya sih.. ya.. aku bisa punya
sapi, punya duit tanpa ngeluarin duit sepeserpun.. enak kan..?
Hal di atas dibenarkan oleh M. Zamiel E-Muttaqien, ia menuturkan;
“benar emang.. selama ini hanya itu saja hambatan yang saya
sendiri rasakan, kita gak tahu bagaimana cara mengatasi hal itu, pernah
sekali sapi kita di curi orang, tapi biarlah.. semoga ada gantinya. Kalau
untuk keuntungannya saya pikir masyarakat sendiri ya yang tahu, karena
mereka yang menjalankan usaha ini, tapi selama ini respon yang masuk ke
saya sangat baik, masyarakat sangat terbantu dengan adanya program ini,
ini kerjasama yang baik menurut saya, juga sebagai wujud kepedulian
pesantren terhadap masyarakt dalam membina, membimbing atau
mengarahkan pengembangan ekonomi mereka”.76
Untuk usaha ternak ayam sendiri, maka hambatan dan keuntungannya
seperti yang dijelaskan oleh Moh. Zuhri (29 Tahun), sebagai berikut;
“hambatan saya, sekarang ini ya.. banyak tetangga yang ngeluh ke
saya.. katanya bau, emang sih saya akui kandang ayamnya emang dekat
rumah tetangga, tapi mau gimana lagi, habis kalau kandang ayamnya saya
taroh agak jauhan dari rumah.. jadi gampang dicuri orang, dah pernah
sekali kecurian masalahnya saya, waktu itu langsung 5 ekor ayam yang
dicuri, yang gede-gede lagi.. saya masih bingung ini gimana jalan
75
Wanwancara pribadi dengan Bapak Sabri (43 Tahun), selaku peternak sapip, ada 10
April 2011 76
Wanwancara pribadi dengan M, zamiel El-Muttaqien, selaku direktur utama BPM
Annuqayah, yang menaungi bentuk usaha ternak sapi, pada, 12 April 2011
65
keluarnya. Keuntungannya ya.. aku punya usaha sampingan ini selain jadi
tukang bengkel”.77
Maka dari data yang penulis dapatkan dari informan dapat disimpulkan
bahwa, yang menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi yang berbentuk
ternak tersebut kendalanya adalah masalah keamanan, kenyamanan, instabilitas,
karena banyak maling (pencuri)
Sebagai keuntungannya bagi masyarakat sendiri adalah, bagi mereka
selain bisa punya pekerjaan, juga bisa punya penghasilan, sedikitpun tanpa
mengeluarkan modal. Masyarakat bisa punya sapi, bisa punya ayam dengan
Cuma-Cuma. Kemudian inilah yang diterjemahkan oleh BPM-PP Annuqayah
sendiri sebagai upaya penguatan masyarakat (civil society), dengan cara
pendampingan, pembinaan dan pengembangan kemampuan melalui organisasi
kemasyarakatan tersebut.
77
Wanwancara pribadi dengan Moh. Zuhri, (29 Tahun), peternak ayam, pada, 10 April
2011
66
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis di atas, terdapat beberapa hal penting yang dapat
dikemukakan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini, adalah:
1. Secara faktual pesantren Annuqoyah guluk-guluk sumenep madura,
memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan ekonomi masyarakat
sekitar, atau untuk kalangan internal pesantren sendiri. Kondisi masyarakat
sekitar pesantren yang penuh dengan keterbatasan ekonomi, menjadikan
pesantren sebagai salah satu peluang besar untuk mengembangkan ekonomi
mereka.
2. Bentuk-bentuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pesantren
Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura, terpola menjadi dua macam, yaitu
masyarakat dengan cara mendirikan unit usaha permanen di sekitar pesantren,
dan masyarakat penyuplai dagangan ke dalam pesantren (terutama untuk
bentuk dagangan nasi bungkus, snack dan gorengan). Dua pola ber-ekonomi
masyarakat sekitar pesantren tersebut, antara satu dengan yang lain memiliki
banyak perbedaan. Pola pertama, lebih memiliki peluang besar utuk
mendaparkan omset dan keuntungan, karena barang dagangan yang disediakan
lebih beragam dan konsumennya lebih heterogen (santri dan sebagian besar
masyarakat umum). Kemudian pola yang kedua, lebih terbatas selain karena
konsumennya terbatas pada kalangan santri saja, barang yang dijual hanya
makanan ringan dan nasi bungkus. Tetapi demikian kedua pola pengembangan
ekonomi masyarakat tersebut tetap memiliki peluang mendapatkan
67
keuntungan karena usahanya tersebut dilakukan setiap hari dan dengan jumah
konsumen yang cukup banyak.
3. Pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM-PP Annuqoyah menurut hemat
penulis mengacu pada konsep pengembangan masyarakat dikarenan sudah; a.
berbasis masyarakat (community based), b. Berkelanjutan (sustainable), dan c.
Berbasis sumber sumber daya setempat (local resource based). Ini artinya
bahwa pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh BPM-PP Annuqoyah
tersebut asudah sampai pada tingkat community development.
4. Pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM-PP Annuqoyah tersebut tidak
hanya untuk internal pesantren saja, tetapi juga untuk masyarakat sekitar, ini
dikarenakan model dan bentuk pengembangan ekonomi yang ada dan telah
dilakukan secara langsung melibatkan masyarakat, sebagai partner saja, atau
pelaksana utama di lapangan.
B. SARAN-SARAN
Penelitian ini penulis akui masih banyak terdapat kekurangan, baik dari
segi penyajian struktur bahasa penulisan, kelngkapan teori yang digunakan,
maupun data yang sudah penulis kumpulkan. Maka dari itu penulis membutuhkan
kritik dan masukan demi kesempurnaan penelitian ini.
Namun apabila dalam penelitian ini terdapat sesuatu yang bermanfaat,
maka penulis berharap semoga ini bisa menjadi acuan pengembangan ekonomi
terutama untuk:
68
a. Pesantren, dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
bahan evaluasi dan koreksi terhadap program-program kerja BPM-PPA
yang telah dilakukan selama ini.
b. Masyarakat, diharapkan penelitian bisa dijadikan bahan informasi
tambahan untuk mengenal/mengetahui PP Annuqoyah pada umumnya dan
program BPM yang memang telah lama dijalankan, juga bisa menambah
khazanah keilmuan.
c. Pemerintah daerah, diharapkan penelitian ini bisa dijadikan bahan
referensi dalam melihat atau mempelajari serta menggali potensi-potensi
pengembangan ekonomi yang ada di daerah kecamatan guluk-guluk dan
pada daerah lainnya.
REFERENSI
Taufiq Abdullah, Islam dan Masyarakat Pantulan Sejarah Indonesia.
Jakarta: LP3ES.1996
Qodri Azizi, Membangun Pondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek
Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup
Kiai. Jakarta: LP3ES. 1994
Halim A., et al. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
2005.
Maksum H, Madrasah, Sejarah dan Pengembangannya. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu. 1999
Yusuf Qardawi, TT. Al Hill al Islami Faridhah Islamiah. Kairo: Bank al-
Taqwa.
Ismail. SM, et al, Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang kerjasama dengan Pustaka Pelajar.
2002
Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah dan Sekolah. Jakarta: LP3ES.
1984
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa. 1995
P3M STAIN Purwokerto | Ahmad Faozan 12 Ibda` | Vol. 4 | No. 1 | Jan-
Jun 2006 |88-102
Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia.
Jakarta: Djambatan. 1992
Marzuki, Wahid, et al. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan
dan Transformasi Pesantren. Jakarta: Pustaka Hidayah. 2001
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press. 2002.
Wahid, Zaini, K.H. A. 1995. Dunia Pemikiran Kaum Santri. Yogyakarta:
LKPSM NU DIY. 1995
Endang, Turmudi. Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaannya. Yogyakarta:
LkiS, 2004
Majalah Anugerah. Edisi II, 2003
Imam Suprayogo. Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2001
Maimunah Ismail. Pengembangan Implikasi Ke-atas Pembangunan
Masyarakat. Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka. 1988
Rosdiana Mustafa, Megi Budi Sumarno, Nanang sumantri, Rita
Pranawati. Modul-modul Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pembangunan
Pemberdayaan. Jakarta: Center For Study Of Religion And Culture (CSRC). 2009
Edi Suharto, Ph.D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial.
Bandung: PT. Rafika Aditama. 2005
Jim Ife Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
2008
George Ritzer, & Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prenada Media. 2004
Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas (pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis).
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2003
K.J. Veeger. Realitas Sosial, refleksi filsafat sosial atas hubungan
individu-masyarakat dalam cakrawala sejarah sosiologi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 1993
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSAKSI TERNAK SAPI KELOMPOK
BIRO PENGABDIAN MASYARAKAT PP. ANNUQAYAH GULUK-GULUK SUMENEP MADURA TAHUN 2006/2011
NAMA P. Fauzi B. Rahwini Abu Yazid P. Kholilah Zaini/P. Eva
TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2
TANGGAL 19/11/2007 13/04/2010 19/01/2007 21/01/2008 18/01/2010 8/10/2007 18/05/2009 22/10/2007 2/11/2009 30/04/2007 10/1/2010
MEMBELI 1.865.000 2.215.000 1.635.000 1.600.000 1.800.000 1.610.000 1.900.000 1.450.000 1.900.000 1.610.000 3.360.000
RINCIAN MODAL
BPM-PPA 1.450.000 1.450.000 1.135.000 1.220.000 1.220.000 1.200.000 1.200.000 1.300.000 1.300.000 1.360.000 1.360.000
PETERNAK 415,000 515,000 250,000 380,000 580,000 110,000 200,000 150,000 600,000 50,000 2.000.000
KSM 250,000 250,000 - - 300,000 500,000 - 200,000 -
TANGGAL 28/03/2010 - 10/1/2008 11/1/2010 7/2/2009 26/12/2010 1/10/2009 8/1/2010
JUAL 4.100.000 - 3.150.000 5.900.000 - 4.500.000 2.250.000 3.800.000 6.100.000 -
LABA 2.235.000 - 1.515.000 4.300.000 - 2.890.000 350,000 2.350.000 4.490.000 -
RINCIAN LABA
BPM-PPA 223,500 - 151,500 430,000 - 289,000 35,000 235,000 449,000 -
KSM 298,000 - 280,000 829,500 - 572,000 55,000 398,000 857,000 -
MODAL PETERNAK - - - - - - - - -
PETERNAK 1.713.500 - 1.083.500 3.040.500 - 2.028.900 260,000 1.717.000 3.184.000 -
NAMA H. Abd. Rahman Suhairi Zurni
TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
TANGGAL 31/12/2007 28/02/2010 5/2/2007 4/2/2008 11/5/2009 18/10/2010 1/5/2006 10/5/2008 22/03/2010
MEMBELI 1.660.000 1.760.000 1.635.000 1.550.000 1.750.000 1.770.000 1.750.000 2.100.000 2.650.000
RINCIAN MODAL
BPM-PPA 1.660.000 1.660.000 1.335.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000 1.400.000 1.500.000 1.500.000
PETERNAK - 100,000 - - 150,000 170,000 350,000 100,000 650,000
KSM - - 300,000 300,000 350,000 350,000 - 500,000 500,000
TANGGAL 15/02/2010 30/01/2008 19/04/2009 17/10/2010 - 29/04/2008 21/03/2010
JUAL 3.250.000 - 2.400.000 2.850.000 2.600.000 - 6.400.000 3.500.000
LABA 2.090.000 - 765,000 1.300.000 850,000 - 4.650.000 1.400.000
RINCIAN LABA
BPM-PPA 209,000 - 76,500 1.300.000 85,000 - 465,000 140,000
KSM 418,000 - 153,000 260,000 148,000 - 651,000 260,000
MODAL PETERNAK - - - - - - - -
PETERNAK 1.463.000 - 535,500 910,000 617,000 - 3.534.000 1.000.000
TRANSAKSI TERNAK SAPI KELOMPOK
BIRO PENGABDIAN MASYARAKAT GULUK-GULUK SUMENEP MADURA TAHUN 2006/2011
NAMA P. Sabri Sadiq Abd. Mu'iz
TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
TANGGAL 10/1/2007 18/05/2008 1/11/2009 6/1/2007 14/09/2008 7/2/2010 12/12/2007 26/10/2008 10/11/2009 27/01/2010
MEMBELI 3.400.000 1.510.000 1.500.000 1.600.000 1.850.000 2.125.000 3.000.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
RINCIAN MODAL
BPM-PPA 1.260.000 1.260.000 126000 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.350.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
PETERNAK 2.140.000 25000 240000 50000 50000 - 840000 1.860.000 1.860.000 1.860.000
KSM - - - 410000 410000 985000 810000 1.140.000 1.140.000 1.1400.000
TANGGAL 5/4/2007 27/04/2009 1/2/2010 6/3/2008 7/2/2010 - 26/10/2008 11/10/2009 17/10/2010 -
JUAL 3.350.000 2.500.000 1.650.000 2.300.000 3.600.000 - 6.900.000 8.000.000 6.400.000 -
LABA -50000 990000 150 700000 1/750.000 - 3.900.000 3.500.000 1.900.000 -
RINCIAN LABA
BPM-PPA - 99000 15000 70000 1.750.000 - 240000 3.500.000 190000 -
KSM - 182000 23000 140000 350000 - 341000 700,000 380000 -
MODAL PETERNAK - - - - - - - - - -
PETERNAK - 709000 112000 490000 1.225.000 - 1.819.000 700,000 1.330.000 -
NAMA P. Aman P. Mukti Nardi
TAHAPAN Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1
TANGGAL 10/11/2007 28/10/2008 6/4/2010 23/01/2009 25/05/2010 11/12/2006
MEMBELI 1.700.000 1.700.000 190,000 2.400.000 3.000.000 1.500.000
RINCIAN MODAL
BPM-PPA 1.250.000 1.250.000 1.250.000 1.500.000 1.550.000 1.400.000
PETERNAK - - 100,000 600,000 1.200.000 100,000
KSM 450,000 450,000 550,000 250,000 250,000 -
TANGGAL 26/10/2008 3/4/2010 - 25/05/2010 - -
JUAL 2.350.000 3.000.000 - 3.300.000 - -
LABA 650,000 1.100.000 - 900,000 - -
RINCIAN LABA
BPM-PPA 65,000 110,000 - 90,000 - -
KSM 130,000 220,000 - 112,000 - -
MODAL PETERNAK - - - - - -
PETERNAK 455,000 770,000 - 698,000 - -
Daftar Pertanyaan Untuk BPM-PPA
Nama : M. Zamiel El-muttaqin
Usia : 33 Tahun
Jabatan : Direktur BPM-PP Annuqoyah
Tanggal : 26 Maret 2011
1. Kapan BPM_PP annuqoyah didirikan?
Jawab : sekitar tahun 1978
2. Apa latar belakang berdirinya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : berawal dari perkenalan dengan lembaga LP3ES pada tahun 1974 waktu
mengadakan penelitian di pesantren ini
3. Secara umum apa tujutan BPM-PP Annuqoyah didirikan.?
Jawab : kalo secara umum ya.. BPM ini dikhususkan untuk memediasi antara
masyarakat dan pesantren dalam bidang agama dan pemngembangan ekonomi
kemasyarakatan
4. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh BPM-PPA untuk program pengembangan
masyarakat?
Jawab : kalo yang sudah berjalan sih pendekatan dakwah bil hal.. pengerus pesantren
turun langsung membimbing dan membina masyarakat
5. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BPM di pesantren ini.?
Jawab : alhamdulillah sejauh ini sih responnya sangat bagus
6. Sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan BPM-PPA sendiri untuk internal pesantren
sendiri dan masyarakat.?
Jawab : klo untuk pesantren sendiri sih.. gedung BPM ini sendiri, biaya
pembangunannya dari alokasi hasil pengembangan ekonomi yang sudah dijalankan
oleh pesantren, kalau untuk masyaraktnya kan dari program BPM ini ada program
simpan pinjam namanya KUT.
7. Program apa saja yang telah direalisasikan oleh BPM untuk pengembangan ekonomi
pesantren dan masyarakat.?
Jawab : untuk saat ini yang masih berjalan itu ternak sapi
8. Apakah menurut anda program tersebut sangat ideal dan prospektif untuk pengembangan
ekonomi masyarakat.?
Jawab : ya sangat ideal
9. Apa keuntungan dan hambatan bagi BPM-PPA sendiri dalam menjalankan program
pengembangan ekonomi masyarakt tersebut.?
Jawab : keuntungannya yang sangat nampak bagi saya pesantren dan masyarakat
sangat dekat hubungannya selain ada keuntungan secara finansial, kalau
hambatannya saya kurang tau ya
10. Selain program yang telah direalisasikan oleh BPM-PPA sendiri, untuk kedepannya
apakah ada program lain yang lebih menjanjikan terhadap pengembangan ekonomi
masyaraka.?
Jawab : untuk masalah itu pengurus selalu mengadakan evaluasi terhadap program
yang dijalankan, umpama ada salah satu program yang gak jalan itu kita selalu
mencari solusinya
TTD
( M. Zamiel El-muttaqin )
Nama : KH. A. Hanif Hasan
Usia : 47
Jabatan : Ketua Pengurus PP Annuqoyah
Tanggal : 28 Maret 2011
1. Kapan BPM_PP annuqoyah didirikan?
Jawab : persisnya sih.. kira-kira tahun 1978, tapi jelasnya lagi coba tanya sama M.
2. Apa latar belakang berdirinya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : waktu itu sih ada kerja sama dengan LSM dari jakarta cuman saya lupa
namanya sudah
3. Secara umum apa tujutan BPM-PP Annuqoyah didirikan.?
Jawab : kalo menurut saya sendiri sih tujuan didirikannya BPM itu ya untuk
mewadahi kegiatan-kegiatan yang ada di pesantren soalnya kalao yayasan yang
mengelola semuanya pasti kurang bagus karena terlalu banyak.
4. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh BPM-PPA untuk program pengembangan
masyarakat?
Jawab : kalau pendekatannya ya pendekatan secara emosional, dengan turun
langsung langsung kelapangan untuk membina masyarakat
5. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BPM di pesantren ini.?
Jawab : selama ini bagus gada masalah sepertinya masyarakat memang sangat
terbantu
6. Sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan BPM-PPA sendiri untuk internal pesantren
sendiri dan masyarakat.?
Jawab : yang sangat nampak sih untuk pembangunan gedung BPM itu ya.. memang
gak ada sedikitpun pengurus BPM minta ke yayasan, gedung itu dibangun dengan
dana hasil pengembangan ekonomi yang dilakukan BPM sendiri selama ini, yang
telah dikumpulkan oleh pengurus sekrang. Tapi..! bahan-bahan bangunannya gak beli
semuanya kok mas.. sebagian ada donatur yang nyumbang, setahu saya ada yang
nyumbang semen satu ton dan kayu plafon. Kalau untuk masyarakatnya yang saya
tahu ya ada pembinaan usaha dengan bimbingan dari pengeurus BPM.
7. Program apa saja yang telah direalisasikan oleh BPM untuk pengembangan ekonomi
pesantren dan masyarakat.?
Jawab : ada simpan pinjam, ternak sapi, KUT banyak lah
8. Apakah menurut anda program tersebut sangat ideal dan prospektif untuk pengembangan
ekonomi masyarakat.?
Jawab : ya tentunya
9. Apa keuntungan dan hambatan bagi BPM-PPA sendiri dalam menjalankan program
pengembangan ekonomi masyarakt tersebut.?
Jawab : kalau bagi saya keuntungannya dengan adanya BPM bisa membantu kinerja
pengurus yayasan. Kalau hambatannya saya rasa tidak ada
10. Selain program yang telah direalisasikan oleh BPM-PPA sendiri, untuk kedepannya
apakah ada program lain yang lebih menjanjikan terhadap pengembangan ekonomi
masyaraka.?
Jawab : masalah itu saya kurang ngerti, coba langsung aja tanyakan ke pengurus
BPM
TTD
( KH. A. Hanif Hasan )
Nama : Muhammad Affan
Usia : 24
Jabatan : staf program pesantren mandiri
Tanggal : 29 Maret 2011
1. Kapan BPM_PP annuqoyah didirikan?
Jawab : sekitar tahun 1978
2. Apa latar belakang berdirinya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : kalau dari sejarahnya sih latarbelakangnya karena ada penelitian sebuah
LSM LP3ES dari jakarta kaemudian membentuk kerjasama dengan pesantren sini
3. Secara umum apa tujutan BPM-PP Annuqoyah didirikan.?
Jawab : tujuannya untuk membantu masyarakat dalam bidang pengembangan
ekonomi.
4. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh BPM-PPA untuk program pengembangan
masyarakat?
Jawab : pendekatan yang dilakukan yaitu pendekatan persuasif mas, dengan
menerjunkan langsung pengurus BPM sesuai dengan jabatanya kepada masyarakat
untuk membina dan membimbing masyarakat.
5. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BPM di pesantren ini.?
Jawab : sangat bagus
6. Sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan BPM-PPA sendiri untuk internal pesantren
sendiri dan masyarakat.?
Jawab : ya.. kalau kontribusinya sih.. yang berbentuk fisik ya gedung ini mas.. gedung
ini dibangun dengan dana yang telah dihasilkan oleh BPM melalui pengembangan
ekonomi, ini satu bukti mas kalau pesantren sudah bisa mandiri sekarang dari segi
pembangunan ya.. saya harapkan kedepannya semakin hidup dan besar kontribusi
pengembangan ekonomi yang dilakukan pesantren ini.
7. Program apa saja yang telah direalisasikan oleh BPM untuk pengembangan ekonomi
pesantren dan masyarakat.?
Jawab : ada simpan pinjam, ternak sapi, KUT, pengadaan pupuk murah, ternak dan
pengelolaan perkebuanan
8. Apakah menurut anda program tersebut sangat ideal dan prospektif untuk pengembangan
ekonomi masyarakat.?
Jawab : pastinya sangat ideal
9. Apa keuntungan dan hambatan bagi BPM-PPA sendiri dalam menjalankan program
pengembangan ekonomi masyarakt tersebut.?
Jawab : keuntungannya.. jelas ini sangat membantu perekonomian pesantren, Kalau
hambatannya sih beda-beda, kalau untuk jenis usaha ternak hambatannya daerah sini
banyak maling, kadang walopun punya pesantren juga tetep di colong
10. Selain program yang telah direalisasikan oleh BPM-PPA sendiri, untuk kedepannya
apakah ada program lain yang lebih menjanjikan terhadap pengembangan ekonomi
masyaraka.?
Jawab : masalah itu kondisional aja, kita fokus untuk memaksimalkan program yang
sudah ada dulu
TTD
( Muhammad Affan )
Nama : M. Kamil Akhyari
Usia : 25
Jabatan : Staf Administrasi dan Keuangan
Tanggal : 29 Maret 2011
1. Kapan BPM-PP annuqoyah didirikan?
Jawab : sekitar tahun 1978 silam
2. Apa latar belakang berdirinya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : karena ada kerjasama dengan LSM LP3ES yang dari jakarta yang sempat
mengadakan penelitian disini, kemudian menjalin kerjasama
3. Secara umum apa tujutan BPM-PP Annuqoyah didirikan.?
Jawab : saya pikir BPM sendiri dikhususkan untuk mengayomi masyarakat sekitar
pesantren sendiri.
4. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh BPM-PPA untuk program pengembangan
masyarakat?
Jawab : apa ya..‼ mungkin menurut saya pendekatannya pengembangan masyarakat
sesuai dengan kepanjangan BPM itu sendiri.
5. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BPM di pesantren ini.?
Jawab : cukup bagus menurut saya
6. Sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan BPM-PPA sendiri untuk internal pesantren
sendiri dan masyarakat.?
Jawab : salah satu kontribusi besar pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh
pesantren terhadap internal pesantren sendiri adalah membangun gedung ini,
gedung ini tidak dibantu yayasan atau pemda lo mas.. ini hasil jerih payah
kepengurusan sekarang yang sudah berbakti terhadap pesantren ini, saya salut sama
temen-temen kepengurusan sekrang, mereka bener-bener bekerja dan ini hasilnya.
Ya kalau utuk masyarakat saya pikir kontribusinya masyarakat sudah semakin
banyak yang punya usaha sendiri meskipun kecil-kecilan karena dibantu oleh BPM
7. Program apa saja yang telah direalisasikan oleh BPM untuk pengembangan ekonomi
pesantren dan masyarakat.?
Jawab : ada banyak mas, toko, ada ternak ayam, ternak sapi, KUT, pengadaan
pupuk murah, pengelolaan perkebuanan, usaha tikar dan sebagainya.
8. Apakah menurut anda program tersebut sangat ideal dan prospektif untuk pengembangan
ekonomi masyarakat.?
Jawab : pastinya lah…
9. Apa keuntungan dan hambatan bagi BPM-PPA sendiri dalam menjalankan program
pengembangan ekonomi masyarakt tersebut.?
Jawab : keuntungannya.. banyak, kalau hambatannya menurut saya tidak ada
karena program yang telah dicanangkan oleh kepengurusan sekarang ini
alhamdulillah berjalan lamcar.
10. Selain program yang telah direalisasikan oleh BPM-PPA sendiri, untuk kedepannya
apakah ada program lain yang lebih menjanjikan terhadap pengembangan ekonomi
masyaraka.?
Jawab : nah.. masalah itu kita belum tahu mas… kita fokus sama program yang
sudah berjalan efektif dulu ini aja.
TTD
( M. Kamil Akhyari )
Nama : Abd. Ghaffar
Usia : 26
Jabatan : Manager Komunikasi dan Pengembangan Sumber daya
Tanggal : 12 Maret 2011
1. Kapan BPM-PP annuqoyah didirikan?
Jawab : pada tahun 1978 yang lalu
2. Apa latar belakang berdirinya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : BPM ini bermula sejak adanya penelitian dari LP3ES jakarta, sekaligus
menginisiasi kerjasama sehingga terbentuklah BPM Annuqoyah ini.
3. Secara umum apa tujutan BPM-PP Annuqoyah didirikan.?
Jawab : kalau saya melihat dari programnya tujuannya yaitu sarana pengabdian
pesantren kepada masyarakat, karena pesantren tidak mungkin ada tanpa
masyarakat jadi biar ada hubungan timbal balik gitu
4. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh BPM-PPA untuk program pengembangan
masyarakat?
Jawab : karena namanya pengabdian, jadi pendekatannya ya.. mengabdi untuk
masyarakat gitu.
5. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya BPM di pesantren ini.?
Jawab : sangat tertolong perekonomian mereka menurut pengetahuan saya
6. Sejauh ini kontribusi apa yang telah diberikan BPM-PPA sendiri untuk internal pesantren
sendiri dan masyarakat.?
Jawab : yang jelas mas sekarang BPM sudah punya gedung sendiri, yang dana
pembangunannya 90% diambil dari hasil pengebangan ekonomi yang telah
dilakukan BPM itu sendiri.
7. Program apa saja yang telah direalisasikan oleh BPM untuk pengembangan ekonomi
pesantren dan masyarakat.?
Jawab : ada banyak mas, toko, ada ternak ayam, ternak sapi, KUT, pengadaan
pupuk murah, pengelolaan perkebuanan, usaha tikar bikin rengginang, kripik
singkog, jubete dan lainnya.
8. Apakah menurut anda program tersebut sangat ideal dan prospektif untuk pengembangan
ekonomi masyarakat.?
Jawab : sejauh ini sangat ideal.
9. Apa keuntungan dan hambatan bagi BPM-PPA sendiri dalam menjalankan program
pengembangan ekonomi masyarakt tersebut.?
Jawab : jelas keuntungannya..dari segi fisik sekarang BPM sudah punya gedung
sendiri. untuk hambatannya sejauh ini kurang begitu kelihatan karena masyarakat
manyoritas sangat kooperatif dengan adanya program dari BPM ini.
10. Selain program yang telah direalisasikan oleh BPM-PPA sendiri, untuk kedepannya
apakah ada program lain yang lebih menjanjikan terhadap pengembangan ekonomi
masyaraka.?
Jawab : kalau program untuk kedepannya belum ada pembahasan mas..
TTD
( Abd. Ghaffar )
Daftar Pertanyaan Untuk Masyarakat
Nama : Abd. Rahem
Umur : 54
Pekerjaan : Penjaga Toko BPM Annuqoyah
Tanggal : 09 Maret 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : bukan, saya asli orang pragaan, bukan orang guluk-guluk
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : sudah lama sih.. mungkin ada 25 tahun ini ke sekarang
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : pasti seneng namanya tempat kelahiran kita sendiri
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : pekerjaan saya… ya ini jaga toko punya pesantren gak ada lagi
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ya saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : pengaruhnya besar banget… kan tadinya saya gpunya pekerjaan apa-apa,
ada usaha tapi kecil, dan sekarang saya dipekerjakan oleh pesantren
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : ada.. awalnya saya dan keluarga saya hanya tukang bengkel motor kecil-
kecilan, setelah mengelola toko ini, alhamdulillah sekarang kehidupan saya secara
ekonomi ada peningkatan lah.. dan bengkel saya tambah maju juga
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : kalau keuntungan sih banyak, kalau hambatan saya rasain tidak ada mas,
mungkin karena barokah Kyai usaha toko ini diberi kelancaran
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : bagus lah..
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : kalau menurut saya tambah lagi tokonya, kalau perlu toko BPM ini
menyebar ke berbagai daerah-daerah lain yang ada di madura
TTD
( Abd. Rahem )
Nama : Bpk. Sulamah
Umur : 53
Pekerjaan : Pengelola kebun pesantren
Tanggal : 15 Maret 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : iya, saya asli orang guluk-guluk
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : dari sejak lahir saya disini
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : senang-senang aja mas
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : petani aja mas selain dipercayakan suruh ngurus kebun pesantren
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : tidak tahu saya mas
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : apa ya .. kurang tahu jaga saya mas.. tapi anak saya dapet potongan bayaran
dsekolahnya.
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : saya kurang tahu kalau masalah itu, yang pasti anak saya dapet potongan di
sekolahnya soalnya bayarannya lebih murah ketimbang temennya yang lain.
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : gak ngerti saya pak
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : pastinya bagus.
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : tidak tahu apa-apa saya mas.
TTD
( Bpk. Sulamah )
Nama : Bpk. Juhari
Umur : 47
Pekerjaan : Pengguna Mesin Penetas telur BPM-PP Annuqoyah
Tanggal : 17 Maret 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : iya benar
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : dari turun temurun mas
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : sangat senang tinggal dikampung/rumah sendiri
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : usaha kecil-kecilan
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : iya saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : nah.. BPM itu yang ngajarin saya berbisnis
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : yang jelas waktu itu saya disuruh santri ikut pelatihan masalah teknologi
dipesantren waktu tahun 2005 saya diajari penggunaan mesin penetas telur,
kemudian saya tertarik, saya jalani dan akhirnya bisnis saya itu sekarang
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : ada aja pastinya namanya juga orang usaha, pasti ada untung ruginya juga
hambatannya
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : saya menilainya sangat bagus
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : kalau masalah itu ya saya rasa santri dan ustadz di pesantren lebih paham
dari saya.
TTD
( Bpk. Juhari )
Nama : Bpk. Rasidah
Umur : 42
Pekerjaan : Pengguna Mesin penetas Telur
Tanggal : 17 Maret 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : iya bener
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : dari dulu mas turun temurun
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : biasa aja menurut saya
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : petani aja saya, disamping punya usaha kecil kecilan juga
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ya saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : jelas ada orang usaha saya karena dibantu santri yang ngajarin saya usaha
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : awalnya saya tidak punya usaha apa-apa, adanya hanya warung itu juga
sering dihutang jadi bangkrut, akhirnya tahun 2008 saya dikasih mesin penetas telur
oleh santri gratis saya tidak usah bayar terus saya diajarin dan dibimbing, sampai
saya bisa mengoperasikannya walaupun setelah netas telurnya ayamnya banyak yang
mati, tapi ini ilmu yang tidak bisa ditukar dengan uang saya masih mau
empelajarinya sampai bisa betul
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : ya adalah mas walaupun tidak banyak
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : bagus
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : saya tidak tahu mas
TTD
( Bpk. Rasidah )
Nama : Ibu. Lut
Umur : 43
Pekerjaan : Suplier Nasi Bungus ke Pesantren
Tanggal : 05 April 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : iya saya asli orang guluk-guluk
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : sudah turun temurun saya disini
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : biasa aja gak gimana-gimana
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : selain ibu rmuah tangga adalah usaha kecil-kecilan
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ya saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : kalau saya pribadi tidak ada karena usaha saya bukan dibantu BPM tapi
pesantren sendiri
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : saya kan jualan nasi bungkus ya.. kalau BPM gak ada kontribusinya bagi
saya. Ya kalau pesantren banyak soalnya usaha saya ini murni dari saya pribadi
modalnya. Tapi ada orang lain yang usahanya dibantu oleh BPM.
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : keuntungannya nasi bungkus saya bisa cepat habis dan tidak repot
memasarkannya tinggal dititip ma santri aja, tapi hambatanya kalau santri sudah
liburan pondok kan sepi jadi saya gak banyak bikinnya, itupun kadang-kadang saya
buat nasi bungkus
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : bagus-bagus aja
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : mungkin lebih diperluas lagi aja kali ya cakupan usaha, biar saya juga bisa
dapet bantuan modal dari BPM
TTD
( Ibu Lut )
Nama : Bpk Murawi
Umur : 47
Pekerjaan : Sopir
Tanggal : 05 April 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : ya bener
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : dari kecil saya di sini orang tua saya juga disini aja tinggalnya..
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : seneng aja namanya kampung sendiri mas
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : ibu rumah tangga aja, tapi usaha ada kecil-kecilan
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ya saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : sangat berpengaruh.. saya kalau sudah tidak ada modal bisa pinjam di BPM
dulu,
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : alhamdulilah.. berkat ini saya punya pekerjaan untuk nafkahi keluarga saya,
karena hanya ini pekerjaan saya selain bertani, lumayan lah ada pemasukan walaupun
sekolah saya SD aja tidak tamat
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : kalau keuntungan sih banyak, soalnya hampir separuhnya penghasilan
keluarga saya ini berasal dari jualan saya, kalau hambatannya dagangan saya jadi
tikdak laku kalau santri sudah masuk libiran sepi ini pondok.
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : sangat membantu bagus lah
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : saya tidak punya solusi apa-apa mas orang pesantren pinter semua ko
TTD
( Bpk. Murawi )
Nama : Lizamah
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Punya toko baju
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : iya asli orang guluk-guluk saya
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : sudah dari dulu
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : senang senang aja
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : ya ini pekerjaan saya jualan
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ya saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : kalau bagi saya tidak ada pengaruhnya, tapi saya pernah pinjem uang ke
BPM
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : kalau dari BPM-nya sendiri tidak ada, kalau dari pondok ya banyak soalnya
kalau disini tidak ada pondok paling saya tidak buka toko ini, selain juga pembeli
toko saya sebagian ada dari kalangan santri
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : keuntungannya ada karena hampir yang jadi tumpuan ekonomi keluarga saya
dari ini, hambatannya tidak ada
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : bagus
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : apa ya.. tidak tau saya
TTD
( Lizamah )
Nama : Ibu Sulihah
Umur : 46
Pekerjaan : penganyam tikar
Tanggal : 07 April 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : ia betul
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : sejak lahir saya tinggalnya disini
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : senang-senang aja
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : ini pkerjaan saya tiap hri jagaain warung
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : pernah mendengar yang itu kan kantornya di depan
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : jujur ya.. tidak ada pengaruhnya bagi ekonomi keluarga saya
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : gak bisa bilang apa, saya kan emang gak punya pekerjaan nak.. selain yang
dikasih oleh pesantren tidak usah modal juga lagi, terimakasih banyak kyai
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : keuntungannya jualan disini lumayan rame karena banyak santri kali ya
soalya kalau sudah liburan ini sepi dagangan saya juga tidak banya bayak saya
masak
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : bagus..
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : solusi apa ya tidak tau saya mas.. orang kampung saya
TTD
( Ibu Sulihah )
Nama : Bpk. Sabri
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Peternak Sapi BPM-PP Annuqoyah
Tanggal : 10 April 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : ia betul
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : sejak dari orang tua saya
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : biasa aja
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : ini pekerjaan saya ternak sapi
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ia tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : jujur ya.. sangat berpengaruh banget
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : kontribusinya banyak, awalnya saya kan tidak punya pekerjaan apa-apa tapi
oleh BPM saya dikasih gaduan sapi suruh dipelihara/diternak, saya bersyukur banget
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : keuntungannya ya saya bisa punya ekerjaan lah dan hasilnya lumayan
walaupun lama, hambatannya di daerah sini banyak maling, walaupun puya saya
alhamdulilah belum kecurian tapi cukup bikin saya kawatir masalahnya maling sini
gak liat-liat walaupun punya pesantren juga tetep aja dicuri.
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : bagus banget ini sangat menolong saya
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : solusinya apa ya… mungkin malingnya harus di tangkep dan dipenjara yang
lama sampe jera gitu
TTD
( Bpk. Sabri )
Nama : Abd. Muiz
Umur : 37
Pekerjaan : Ternak Sapi BPM
Tanggal : 10 April 2011
1. Apakah Bapak/Ibu penduduk asli warga guluk-guluk di sini.?
Jawab : iya asli orang guluk-guluk saya
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu tinggal di dekat pesantren Annuqoyah ini.?
Jawab : dari dulu turun temurun
3. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu tinggal di daerah ini.?
Jawab : biasa aja
4. Apa pekerjaan Bapak/Ibu sekarang.?
Jawab : ini ngurusin ternak sapi punya BPM Anuqoyah
5. Sebagai warga yang tinggalnya berdekatan dengan pesantren Annuqoyah, apakah
Bapak/Ibu pernah mendengar/tahu tentang BPM-PP Annuqoyah.?
Jawab : ia saya tahu
6. Apa pengaruhnya adanya BPM-PPA ini terhadap perekonomian Bapak/Ibu.?
Jawab : jelas berpengaruh, emembuat ekonomi keluarga saya sidikit lebih laik
7. Adakah kontribusi BPM-PPA sendiri terhadap pengembangan ekonomi Bapak/Ibu.?
Jawab : ada awalnya saya kan hanya petani biasa aja, itupun hasil pertaniannya
hanya cukup dimakan keluarga sendiri, berkat BPM jadinya saya punya penghasilan
tambahan
8. Adakah keuntungan dan hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam pengembangan
ekonomi Bapak/Ibu selama ini.?
Jawab : keuntungannya itu tadi yang sudah saya jelaskan. Hambatannya disini
banyak malingnya bikin saya kurang nyenyak tidur sapi takut dicuri orang
9. Bagaimana respon Bapak/Ibu Terhadap Adanya BPM-PP Annuqoyah ini.?
Jawab : sangat bagus menurut saya.
10. Solusi apa yang bisa Bapak/Ibu tawarkan kepada BPM-PPA dalam memajukan pesantren
dan mengurangi hambatan serta meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya
warga yang tinggal di dekat pesantren.?
Jawab : tidak punya solusi saya mas, saya hanya orang kampung biasa
TTD
( Abd. Muiz )