MEKANISME PEMBENTUK VERBA BERAFIKSDALAM BAHASA MAKASSAR
Oleh: Johar Amir
Universitas Negeri Makassar
AbstrakPenelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan
deskriptif. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan mekanisme pembentukan
verba dalam bahasa Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
menunjang penelitian ini adalah teknik baca, catat, dan teknik simak libat cakap.
Hasil penelitian ini ditemukan ada 4 macam afiks atau imbuhan yang digunakan
untuk menurunkan verba dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan
infiks. (1) Prefiks meliputi: aK-, aN-. Pa-, pi-, si-, taK, paka-, appa-, appi-, appaka-,
sipaka-, pasaN-, appasi-, nipasiN-, nipa-, nipi-, dan sipa-. (2) Sufiks meliputi: sufiks-i
dan sufiks –ang. (3) Konfiks meliputi: konfiks aK-i, aN-i, aK-ang, aN-ang, ni-i, ni-
ang, pi-i, paK-i, si-i, dan piti-i. (4) Infiks meliputi: -um-, -im-, -ar-, -ul-, dan –al-.
A.Pendahuluan
Salah satu bahasa alami yang tetap dipelihara dan dipergunakan oleh penuturnya,
baik secara lisan maupun tertulis, adalah bahasa Makassar. Sebagaimana bahasa
umumnya, bahasa Makassar juga mengenal aspek morfologis, yaitu struktur bahasa
yang secara hierarki dapat mengalami perubahan akibat perkembangan yang dialami
bahasa itu sendiri. Proses perubahan morfologis itu dapat berupa afiksasi, reduplikasi,
pemajemukan, perubahan zero (Kridalaksana, 1992: 45).
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar. Pada proses ini
terlihat unsur-unsur a) dasar atau bentuk dasar, b) afiks, c) makna gramatikal yang
dihasilkan (Chaer, 2008: 177). Ramlan (1985: 50) mengemukakan bahwa afiks
adalah suatu satuan gramatikal terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur
1
yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada
satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.
Salah satu jenis kata yang dapat dibentuk melalui afiksasi adalah kata kerja
(verba). Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kalimat karena dalam
kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau
boleh ada dalam kalimat tersebut. Makna yang terkandung dalam verba dapat pula
muncul karena adanya afiksasi. Apabila ada suatu verba dan pada verba itu kita
tambahkan afiks tertentu, akan muncul makna tambahan.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan
deskriptif dan data yang digunakan untuk menunjang pembahasan dalam makalah ini
dikutip dari buku-buku bacaan yang berbahasa Makassar, dan tuturan lisan
masyarakat Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menunjang
penelitian ini adalah teknik baca, catat, dan teknik simak libat cakap.
B. Proses Penurunan Verba dengan Afiksasi
Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk menurunkan verba
dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks.
1. Prefiks
Prefiks (awalan) adalah afiks yang diletakkan di muka dasar. Dalam bahasa
Makassar terdapat delapan belas prefiks pembentuk verba, yaitu: aK-, aN-, ni-, pa-,
pi-, si-, taK-, paka-, appa-, appi-, appaka-, sipaka-, pasi-, appasi-, nipasi-, nipa-,
nipi-, sipa-.
a. Prefiks aK-
Prefiks aK- dapat mengalami perubahan bentuk (alomorf) sesuai dengan
fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Proses berubahnya suatu fonem menjadi
fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya dinamakan
proses morfofonemis. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks aK-.
2
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /k/, bentuk aK- menjadi
ak-.
Contoh:
(1) kuta?naŋ akkuta?naŋ ’bertanya’
(2) kio? akkio? ’memanggil’
(3) kanre akkanre ’terbakar’
(4) kape? akkape? ’mengipas’
2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /j/, /r/, bentuk aK-
menjadi a?-
Contoh:
(5) boya a?boya ‘mencari’
(6) baju a?baju ‘memakai baju’
(7) je?ne? a?je?ne? ‘mandi’
(8) jappa a?jappa ‘berjalan’
(9) rua a?rua ‘berdua’
3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /l/, /t/, /s/, dan /p/,
fonem awal kata dasar itu mengalami geminasi (penggandaan).
Contoh:
(10) cokko accokko ’bersembunyi’
(11) cini? accini? ’melihat’
(12) lappa? allappa? ’melipat’
(13) lonjo? allonjo? ’menyusun’
(14) lole? allole? ’berteman’
(15) tayaŋ attayaŋ ’menanti’
(16) tallu attallu ’bertiga’
(17) sulu? assulu? ’keluar’
3
(18) suro assuro ’menyuruh’
(19) piwali appiwali ’menjawab’
(20) pa?jeko appa?jeko ’membajak’
Untuk membentuk kata kerja, prefiks aK- dapat dibubuhkan pada kata dasar
yang berupa: a) kata kerja sebagai penguatan atau dengan makna tambahan, seperti
pada data (1) sampai dengan (5), (8), (10) sampai dengan (13), (15), (17) sampai
dengan (20); kata benda, seperti pada data (6), (7), dan (14); kata bilangan, seperti
pada data (9) dan (16).
Prefiks aK- berfungsi membentuk kata kerja aktif, baik transitif maupun
intransitif. Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:
a) melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasar seperti pada data (1), (2), (4),
(5); b) menyatakan kumpulan seperti pada data (16); c) menyatakan keadaan seperti
pada data (3); d) menggunakan hal yang tersebut pada kata dasar seperti pada data
(6).
b. Prefiks aN-
Prefiks aN- dapat mengalami perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal
dasar kata yang dilekatinya. Alomorf prefiks aN- adalah am-, an-, dan aŋ. Untuk
membentuk kata kerja aktif, prefiks aN- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang
berupa: kata kerja, kata benda, dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah
morfofonemik untuk prefiks aN-.
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, /m/, bentuk aN-
berubah menjadi am-. Fonem /b/ dan /p/ di awal kata mengalami peluluhan
menjadi fonem /m/. Jadi, fonem /m/ mengalami geminasi (penggandaan).
Contoh:
(21) biŋkuŋ ammiŋkuŋ ‘mencangkul’
(22) bu?bu? ammu?bu? ‘mencabut’
(23) paŋkulu? ammaŋkulu? ’mengapak’
(24) pela? ammela? ’membuang’
4
(25) makkala? ammakkala? ’tertawa’
(26) mempo ammempo ’duduk’
2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /n/, /j/, /r/, /n/, /t/, /s/,
dan /k/, bentuk aN- tetap menjadi an-. Fonem /t/ di awal kata pada umumnya
luluh menjadi fonem /n/, fonem /s/ luluh menjadi fonem /n/, dan fonem /k/ luluh
menjadi fonem /ŋ/.
Contoh:
(27) naba annaba ’membenarkan’
(28) jari anjari ’menjadi’
(29) jama anjama ’bekerja’
(30) ronroŋ anronroŋ ’membangunkan’
(31) ri?ba? anri?ba? ’terbang’
(32) no?ri anno?ri ’pergi ke pesta’
(33) tama antama ’masuk’
(34) toto annoto ’memangkas’
(35) tinrak anninrak ’memancang’
(36) tunruŋ annunruŋ ’memukul’
(37) soso annoso ’mengupas’
(38) suŋke annuŋke ’membuka’
(39) kokko? anŋokko? ’menggigit’
(40) kanre anŋanre ’makan’
3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem vokal /a/, /i/ /u/, /e/, /o/,
bentuk aN- berubah menjadi aŋ-.
Contoh:
(41) alle aŋalle ’mengambil’
(42) inuŋ aŋinuŋ ’meminum’
(43) ulu aŋulu ’menyundul dengan kepala’
5
(44) eraŋ aŋeraŋ ’membawa’
(45) ondaŋ aŋondaŋ ’memburu’
Prefiks aN- berfungsi membentuk kata kerja aktif, baik transitif maupun
intransitif. Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:
a) melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasar seperti pada data (41), (42),
(44), (45); b) membuat jadi seperti pada data (30).
c. Prefiks ni-
Prefiks ni- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan
kata dasar yang dimulai dengan fonem apa saja. Untuk membentuk kata kerja pasif,
prefiks ni- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja.
Contoh:
(46) aŋka? niaŋka? ‘diangkat’
(47) beso nibeso ‘ditarik’
(48) calla nica1la ‘dicela’
(49) de?de? nide?de? ‘ditempa’
(50) eraŋ nieraŋ ‘dibawa’
(51) gentuŋ nigentuŋ ‘digantung’
(52) kape? nikape? ‘dikipas’
(53) sare nisare ‘diberi’
(54) tobo? nitobo? ‘ditikam’
d. Prefiks pa-
Digabung dengan kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun, prefiks pa-
tidak mengalami perubahan bentuk. Untuk membentuk kata kerja, prefiks pa- dapat
dibubuhkan pada kata dasar yang berupa: kata kerja dan kata sifat.
Contoh:
(55) bella pabella ‘jauhkan’
6
(56) dulu? padulu? ‘gulingkan’
(57) empo paempo ‘dudukkan’
(58) lette? palette? ‘pindahkan’
(59) nai? panai? ’naikkan’
(60) na?na? pana?na? ‘tenangkan’
(61) nauŋ panauŋ ‘turunkan’
(62) sepe? pasepek ’selipkan’
(63) sulu? pasulu? ’keluarkan’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:
a) sebabkan jadi seperti pada data (55), (58), (59), (61); b) sebabkan jadi berada di
seperti pada data (63).
e. Prefiks pi-
Prefiks pi- tidak mempunyai variasi bentuk meskipun digabung dengan kata
dasar yang dimulai dengan fonem apa saja. Untuk membentuk kata kerja aktif
intransitif, prefiks pi- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja.
Contoh:
(64) ara? piara? ’cium’
(65) na?na? pina?na? ’perhatikan dengan teliti’
(66) sammaŋ pisammaŋ ’rasakan’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya adalah melakukan hal
yang tersebut pada kata dasar.
f. Prefiks si-
Prefiks si- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan
kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun. Untuk membentuk kata kerja yang
bermakna melakukan perbuatan berbalasan atau kesalingan, prefiks si- dapat
dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata sifat.
7
Contoh:
(67) beta sibeta ‘saling mengalahkan’
(68) calla sicalla ‘saling mence1a’
(69) deŋka sideŋka ‘berkelahi’
(70) gea? sigeak ’sa1ing bertengkar’
(71) imaŋ siimaŋ ‘saling mendendam’
(72) janjaŋ sijanjaŋ ’saling melihati’
(73) kio? sikio? ‘sa1ing memanggil’
g. Prefiks taK-
Prefiks taK- mempunyai variasi bentuk (alomorf). Prefiks ini mengalami
perubahan sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Untuk membentuk
kata kerja, prefiks taK- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa: kata kerja
dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks taK-.
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /m/ dan /r/, bentuk taK-
menjadi ta?-
Contoh:
(74) mea ta?mea ‘kencing’
(75) runtu? ta?runtu? ’terbentur’
2) Prefiks taK- dapat berubah menjadi ta- jika bermakna ’tidak seperti kata dasar’.
Contoh:
(76) gio? tagio?-gio? ’tak bergerak’
(77) battu tabattu-battu ’tak datang-datang’
3) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /l/, /t/, /s/, dan /p/,
prefiks taK- berubah sesuai dengan fonem awal kata dasar itu.
Contoh:
(78) cini? accokko ’terlihat’
8
(79) lappa? tallappa? ’terlipat’
(80) lonjo? tallonjo? ’tersusun’
(81) tinra? tattinra? ’terpancang’
(82) tai tattai ’berak’
(83) suŋke tassuŋke ’terbuka’
(84) pela? tappela? ’terbuang’
4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem vokal, bentuk taK-
berubah menjadi tar-.
Contoh:
(85) attu? tarattu? ’kentut’
(86) alle taralle ’terambil, laku’
(87) ono? arono? ’mundur, reda’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain:
a) tidak sengaja seperti pada data (75), (84); b) dalam keadaan seperti pada data (74)
dan (82); b) sudah terjadi seperti pada data (78), (79), (80).
h. Prefiks paka-
Prefiks paka- tidak mempunyai variasi bentuk. Untuk membentuk kata kerja
yang bermakna membuat jadi, prefiks paka- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang
berupa kata sifat dan kata bilangan.
Contoh:
(88) alusu? pakaalusu? ‘haluskan’
(89) beru pakaberu ‘jadikan baru’
(90) bodo pakabodo ‘pendekkan’
(91) ca?di? pakaca?di? ‘kecilkan’
(92) jai pakajai ‘perbayak’
(93) nassu pakanassu ‘jadikan marah’
(94) rannu pakarannu ‘gembirakan’
9
(95) rua pakarua ’jadikan dua’
(96) siŋara? pakasiŋara? ‘perjelas’
(97) tiŋgi pakatiŋgi ‘tinggikan’
i. Prefiks appa-
Prefiks appa- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan
kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun. Untuk membentuk kata kerja
transitif, prefiks appa- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan
kata sifat.
Contoh:
(98) Inuŋ appainuŋ ’meminumkan’
(99) kanre appakanre ’memakankan’
(100) nai? appanai? ’menaikkan’
(101) nauŋ appanauŋ ’menurunkan’
(102) sau appasau ‘melegakan’
(103) sa?ri appasa?ri ’menyampingkan’
(104) tama appantama ’memasukkan’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan appa- antara lain adalah:
a) membuat jadi seperti pada data (100) sampai dengan (104) dan melakukan untuk
orang lain seperti pada data (98) dan (99).
j. Prefiks appi-
Prefiks appi- mempunyai variasi bentuk walaupun digabung dengan kata
dasar yang dimulai dengan fonem apa saja. Untuk membentuk kata kerja yang
bermakna memperhatikan hal yang disebut pada kata dasar, prefiks appi- dapat
dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata sifat, kata benda, dan kata kerja.
Contoh:
(105) na?na? appina?na? ’memperhatikan dengan teliti’
10
(106) sa?bi appisa?bi ’menyampaikan’
(107) sa?ra appisa?ra ’memperhatikan suara’
(108) sipa? appisipa? ‘memperhatikan sifat’
k. Prefiks appaka-
Prefiks appaka- tidak mempunyai variasi bentuk. Untuk membentuk kata
kerja aktif transitif yang bermakna membuat jadi, prefiks paka- dapat dibubuhkan
pada kata dasar yang berupa kata sifat.
Contoh:
(109) bodo appakabodo ‘memendekkan’
(110) ca?di? appakaca?di? ‘mengecilkan’
(111) gassiŋ appakagassiŋ ’membuat jadi kuat’
(112) jai appakajai ‘memperbanyak'
(113) la?biri? appaka1a?biri? ‘memuliakan’
(114) la?bu appakala?bu ’memanjangkan’
(115) nassu appakanassu ’membuat jadi marah’
(116) sannaŋ appakasannaŋ ‘menyenangkan’
(117) seppa? appakaseppa? ’menyempitkan’
(118) tolo appakato1o ’membuat jadi bodoh’
l. Prefiks sipaka-
Prefiks sipaka- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun bertemu kata
dasar apa pun. Untuk membentuk kata kerja yang bermakna melakukan perbuatan
berbalasan atau kesalingan, prefiks sipaka- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang
berupa kata sifat.
Contoh:
(119) iŋa? sipakaiŋa? ’saling mengingatkan’
(120) la?biri? sipaka1a?biri? ‘saling memuliakan’
(121) sannaŋ sipakasannaŋ ‘saling menyenangkan’
11
(122) tolo sipakatolo ‘saling membodohi’
(123) tuna sipakatuna ’saling merendahkan’
m. Prefiks pasiN-
Prefiks pasiN- mempunyai variasi bentuk (alomorf). Prefiks ini mengalami
perubahan sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Untuk membentuk
kata kerja aktif, prefiks pasiN- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata
kerja dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks pasiN-.
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /j/ dan /t/, bentuk pasiN-
tetap menjadi pasin-. Fonem /t/ di awal kata tidak luluh.
Contoh:
(124) jai pasinjai ‘menyamakan banyaknya’
(125) tiŋgi pasintiŋgi ‘menyamakan tingginya’
2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/ dan /p/, bentuk
pasiN- berubah menjadi pasim-. Fonem /p/ di awal kata tidak luluh.
Contoh:
(126) battala? pasimbattala? ’menyamakan beratnya’
(127) pappa? pasimpappa? ’menyamakan ratanya’
3) Prefiks rangkap pasiN- dapat berubah menjadi pasi- jika menimbulkan makna
’membuat jadi saling seperti kata dasar’.
Contoh:
(128)cini? pasicini? ’membuat jadi saling melihat’
(129)kokko? pasikokko? ‘membuat jadi saling menggigit’
(130)te?ba? pasite?ba? ‘membuat jadi saling menetak’
(131)tobo? pasitobo? ‘membuat jadi saling menikam’
4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, prefiks rangkap
pasiN- berubah menjadi pasil-.
12
Contoh:
(132) lompo pasillompo ’menyamakan besarnya’
(133) la?bu pasilla?bu ’menyamakan panjangnya’
Prefiks pasiN- berfungsi membentuk kata kerja aktif. Makna yang diperoleh
sebagai hasil pengimbuhannya, antara lain: a) menyamakan keadaan seperti pada data
(124), (125), (132), (133) dan b) membuat jadi saling seperti pada data (128) sampai
dengan (131).
n. Prefiks appasi-
Prefiks rangkap appasi- tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi
dan situasi apa pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja aktif yang
bermakna menjadikan saling, prefiks sipaka- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang
berupa kata kerja dan kata sifat.
Contoh:
(134) alle appasialle ’ menjadikan saling mengambil, menjodohkan’
(135) ampi? appasiampi? ’ menjadikan saling mendekat’
(136) kokko? pasikokko? ‘menjadikan saling menggigit’
(137) ondaŋ appasiondaŋ ‘menjadikan saling memburu’
(138) poke appasipoke ‘menjadikan saling menombak’
(139) tobo? appasitobo? ‘menjadikan saling menikam’
(140) turu? appasituru? ‘saling mencocokkan’
o. Prefiks nipasiN-
Prefiks nipasiN- mempunyai variasi bentuk (alomorf). Prefiks ini mengalami
perubahan sesuai dengan fonem awal dasar kata yang dilekatinya. Untuk membentuk
kata kerja pasif, prefiks nipasiN- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata
kerja dan kata sifat. Berikut ini adalah kaidah morfofonemik untuk prefiks nipasiN-.
13
1) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /j/ dan /t/, bentuk
nipasiN- tetap menjadi nipasin-. Fonem /t/ di awal kata tidak luluh.
Contoh:
(141) jai nipasinjai ‘disamakan banyaknya’
(142) tiŋgi nipasintiŋgi ‘disamakan tingginya’
2) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/ dan /p/, bentuk
nipasiN- berubah menjadi nipasim-. Fonem /p/ di awal kata tidak luluh.
Contoh:
(143) battala? nipasimbattala? ’disamakan beratnya’
(144) pappa? nipasimpappa? ’disamakan ratanya’
3) Prefiks rangkap nipasiN- dapat berubah menjadi nipasi- jika menimbulkan makna
’dibuat jadi saling seperti kata dasar’.
Contoh:
(145) cini? nipasicini? ’dibuat jadi saling melihat’
(146) kokko? nipasikokko? ‘dibuat jadi saling menggigit’
(147) te?ba? nipasite?ba? ‘dibuat jadi saling menetak’
(148) tobo? nipasitobo? ‘dibuat jadi saling menikam’
4) Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, prefiks rangkap
nipasiN- berubah menjadi nipasil-.
Contoh:
(149) lompo nipasillompo ’disamakan besarnya’
(150) la?bu nipasilla?bu ’disamakan panjangnya’
Prefiks nipasiN- berfungsi membentuk kata kerja pasif. Makna yang diperoleh
sebagai hasil pengimbuhannya adalah bentuk pasif dari prefiks pasiN-, antara lain:
a) disamakan keadaan seperti pada data (143), (144), (149), (150) dan b) dibuat jadi
saling seperti pada data (145) sampai dengan (148).
14
p. Prefiks nipa-
Prefiks nipa- tidak mengalami perubahan bentuk meskipun digabung dengan
kata dasar yang dimulai dengan fonem apa pun. Untuk membentuk kata kerja pasif,
prefiks nipa- dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata sifat.
Contoh:
(151) enteŋ nipaenteŋ ’didirikan’
(152) inuŋ nipainuŋ ’diberi minum’
(153) kanre nipakanre ’diberi makan’
(154) lolo? nipalolo? ’dijalankan’
(155) nai? nipanai? ’dinaikkan’
(156) nauŋ nipanauŋ ’diturunkan’
(157) sa?ri nipasa?ri ’disampingkan’
(158) tinro nipatinro ’ditidurkan’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan nipa- antara lain adalah:
a) dibuat jadi seperti pada data (155) sampai dengan (158) dan melakukan perbuatan
untuk orang lain seperti pada data (152) dan (153).
q. Prefiks nipi-
Prefiks nipi- tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi dan situasi
apa pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja pasif yang bermakna
diperhatikan hal yang disebut pada kata dasar, prefiks nipi- dapat dibubuhkan pada
kata dasar yang berupa kata sifat, kata benda, dan kata kerja.
Contoh:
(159) na?na? nipina?na? ’diperhatikan dengan teliti’
(160) sa?bi nipisa?bi ’disampaikan’
(161) sa?ra nipisa?ra ’diperhatikan suara’
15
r. Prefiks sipa-
Prefiks sipa- juga tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi dan
situasi apa pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna
saling atau sama-sama seperti yang tersebut pada kata dasar, prefiks sipa- dapat
dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kata kerja.
Contoh:
(162) empo sipaempo ’saling/sama-sama duduk’
(163) enteŋ sipaenteŋ ’saling/sama-sama berdiri’
(164) kana sipakana ’saling memberi pendapat’
(165) kanre sipakanre ’saling memberi makan’
(166) rutusu? siparutusu? ’saling mengawasi/mengurus’
(167) tinro sipatinro ’saling/sama-sama tidur’
2. Sufiks
Sufiks (akhiran) adalah afiks yang diletakkan di belakang dasar. Dalam
bahasa Makassar terdapat dua sufiks pembentuk verba, yaitu: -i dan –aŋ.
a. Sufiks –i
Sufiks –i tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi, dalam kondisi dan situasi apa
pun, bentuknya sama. Untuk membentuk kata kerja aktif transitif, sufiks -i dapat
dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata benda, kata kerja, dan kata sifat.
Contoh:
(168) batu batui ’beri batu, lempari batu’
(169) bissa bissai ’cuci’
(170) jarre? jarreki ’eratkan’
(171) jappa jappai ’jalani’
(172) la?bu la?bui ’panjangkan’
16
(173) maŋe maŋei ’kunjungi’
(174) sambila sambilai ’lempari’
Perlu dipahami bahwa kata dasar yang bersuku akhir berfonem awal /l/ serta
berfonem akhir /?/ hanya akan mempertahankan fonem /l/ saja seperti pada data
(175) dan (176) berikut.
(175) sombala? sombali ’layari’
(176) paŋkulu? paŋkuli ’kapaki’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan sufiks -i adalah, antara lain:
a) memberikan atau membubuhi seperti pada data (168); b) berkali-kali seperti pada
data (174) dan (176); c) membuat jadi seperti pada data (170) dan (172);
memerintahkan melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasar seperti pada data
(169), (171), (173), dan (175).
b. Sufiks –aŋ
Seperti halnya dengan -i, sufiks -aŋ tidak mengalami perubahan jika
ditambahkan pada dasar kata apa pun. Untuk membentuk kata kerja transitif yang
bermakna lakukan perbuatan untuk orang lain, sufiks -kan dapat dibubuhkan pada
kata dasar yang berupa kata kerja.
Contoh:
(177) alle alleaŋ ’ambilkan’
(178) bembeŋ bembeŋaŋ ’antarkan’
(179) bu?bu? bu?bukaŋ ’cabutkan’
(180) eraŋ eraŋaŋ ’bawakan’
(181) keke kekeaŋ ’galikan’
(182) kio? kiokaŋ ’panggilkan’
(183) lari lariaŋ ’larikan’
(184) sare sareaŋ ’berikan’
(185) suŋke sungkeaŋ ’bukakan’
17
3. Konfiks
Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar dan
membentuk satu kesatuan. Dalam bahasa Makassar terdapat sepuluh konfiks
pembentuk verba, yaitu: aK--i, An--i, aK--aŋ, aK--aŋ, ni--i, ni--aŋ, pi--i, paK--i, si--i,
piti--i.
a. Konfiks aK--i
Konfiks aK--i adalah prefiks aK- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks
aK- dan sufiks –i berlaku pula bagi konfiks aK--i. Pengimbuhannya dilakukan secara
bertahap. Ada yang diberi awalan aK- baru diberi akhiran –i, namun ada pula
sebaliknya. Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna selalu melakukan hal
yang disebut pada kata dasar, konfiks aK--i dapat dibubuhkan pada kata dasar yang
berupa kata kerja.
Contoh:
(186) cini? acciniki ‘selalu melihat’
(187) kana akkanai ‘selalu berbicara’
(188) kio? akkioki ‘selalu memanggil’
(189) sare assarei ‘selalu memberi’
(190) seŋka asseŋkai ‘menyinggahi’
b. Konfiks aN--i
Konfiks aN--i adalah prefiks aN- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks
aN- dan sufiks –i berlaku pula bagi konfiks aN--i. Pengimbuhannya dilakukan secara
bertahap. Ada yang diberi awalan aN- baru diberi akhiran –i, namun ada pula
sebaliknya.
18
Contoh:
(191) alle anngallei ’meleraikan’
(192) baji? ambajiki ’memperbaiki’
(193) battu ambattui ’mendatangi’
(194) boko ambokoi ’membelakangi’
(195) panra? ammanraki ’merusaki’
(196) maŋe ammaŋei ’mengunjungi’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan sufiks -i adalah, antara lain:
a) membuat jadi seperti pada data (191), (192), dan (195) b) lokatif seperti dan pada
data (193) dan (196).
c. Konfiks aK--ang
Konfiks aK-- aŋ adalah prefiks aK- dan sufiks – aŋ yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks
aK- berlaku pula bagi konfiks aK--aŋ. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap,
yaitu diberi awalan aK- baru diberi akhiran –aŋ. Untuk membentuk kata kerja aktif
yang bermakna sama-sama terjadi pada kedua belah pihak, konfiks aK--aŋ dapat
dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata sifat.
Contoh:
(197) bali a?baliaaŋ ‘bersamaan terjadi pada dua belah pihak’
(198) baji? a?bajikaŋ ‘kadua pihak berbaik kembali’
(199) la?bu a?la?buaŋ ‘sama-sama memanjang’
(200) rurung akrurungaaŋ ‘beriringan’
(201) ra?bu? akra?bukaŋ ‘berampasan’
d. Konfiks aN--ang
Konfiks aN-- aŋ adalah prefiks aN- dan sufiks – aŋ yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks
19
aN- berlaku pula bagi konfiks aN--aŋ. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap,
yaitu diberi awalan aN- baru diberi akhiran –aŋ. Untuk membentuk kata kerja aktif
yang bermakna membuat jadi atau melakukan perbuatan untuk orang lain, konfiks
aN--aŋ dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata bilangan.
Contoh:
(202) eraŋ angeraŋaŋ ’membawakan’
(203) lari allariaŋ ’melarikan’
(204) sambe annambeaŋ ’menggantikan’
(205) se?re anne?reaŋ ’menyatukan’
(206) sombala annomba1aŋ ’melayarkan’
(207) suŋke annuŋkeaŋ ’membukakan’
e. Konfiks ni--i
Konfiks ni--i adalah prefiks ni- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Ada
yang diberi awalan ni- baru diberi akhiran –i, namun ada pula sebaliknya.
Contoh:
(208) allo nialloi ’dijemur’
(209) bodo nibodoi ’dipendekkan’
(210) bu?bu? nibu?buki ’dicabuti’
(211) eja niejai ’dimerahkan’
(212) jappa nijappai ’dijalani’
(213) la?bu nila?bui ’dipanjangkan’
(214) maŋe nimaŋei ’dikunjungi’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan ni--i adalah, antara lain:
a) dibuat jadi seperti pada data (209), (211), dan (213); b) lokatif seperti pada data
(214); c) dikenai perbuatan (berulang-ulang) seperti pada data (208) dan (210).
20
f. Konfiks ni--ang
Konfiks ni--aŋ adalah prefiks ni- dan sufiks –aŋ yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Ada
yang diberi awalan ni- baru diberi akhiran –aŋ, namun ada pula sebaliknya. Makna
yang dihasilkan oleh pembubuhan konfiks ni—aŋ adalah dilakukan perbuatan untuk
orang lain.
Contoh:
(215) bali nibaliaŋ ’dilawan’
(216) balli niballiaŋ ’dibelikan’
(217) bembeŋ nibembeŋaŋ ’dibawakan, diantarkan’
(218) boli? nibolikaŋ ’disimpankan’
(219) pala? nipalakaŋ ’dimintakan’
(220) sare nisareaŋ ’diberikan’
(221) soso nisosoaŋ ’dikupaskan’
g. Konfiks pi--i
Konfiks pi--i adalah prefiks pi- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Ada
yang diberi awalan pi- baru diberi akhiran –i, namun ada pula sebaliknya.
Contoh:
(222) alle piallei ’usahakan supaya terambil’
(223) assa piassai ‘perhatikan baik-baik’
(224) baju pibajui ‘pakaikan baju’
(225) onjo? pionjoki ‘usahakan supaya terinjaki’
(226) ondaŋ piondaŋi ’usahakan supaya diburu’
(227) ponto pipontoi ‘pakaikan gelang’
(228) sa?riŋ pisa?riŋi ’rasakan’
21
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan pi-i adalah, antara lain:
a) pakaikan seperti pada data (224) dan (227); b) usahakan supaya seperti pada data
(222), (225), dan (226); c)memerintahkan melakukan perbuatan yang tersebut pada
kata dasar seperti pada data (224) dan (228).
h. Konfiks paK--i
Konfiks paK--i adalah prefiks paK- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Kaidah morfofonemik yang berlaku pada prefiks
paK- dan –i berlaku pula bagi konfiks paK--i.
Contoh:
(229) baju pabajui ‘pakaikan baju’
(230) jeko pa?jekoi ’bajaki’
(231) kana pakkanai ’katai’
(232) mantaŋ pamantaŋi ’tinggali’
(233) mone pammonei ’isikan’
(234) nai? panaiki ‘naiki’
(235) nauŋ panauŋi ’turuni’
(236) ponto pipontoi ‘pakaikan gelang’
(237) seŋka paseŋkai ‘singgahi’
(238) suluk passuluki ’keluarkan untuk suatu maksud’
(239) tama pantamai ’masukkan’
Makna yang diperoleh sebagai hasil pengimbuhan paK--i adalah, antara lain:
a) pakaikan seperti pada data (229) dan (236); b) lokatif seperti pada data (232),
(234), (235), dan (238); c)memerintahkan melakukan perbuatan yang tersebut pada
kata dasar seperti pada data (230) dan (233).
22
i. Konfiks si--i
Konfiks si--i adalah prefiks si- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap.
Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna perbuatan saling berbalasan,
konfiks aN--aŋ dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa kata kerja dan kata
bilangan. Untuk membentuk kata kerja aktif yang bermakna melakukan perbuatan
berbalasan (kesalingan), konfiks si--i dapat dibubuhkan pada kata dasar yang berupa
kata kerja dan kata benda.
Contoh:
(240) baji? sibajiki ’saling berbaik’
(241) batu sibatui ’saling melempar batu’
(242) battu sibattui ’saling mendatangi’
(243) boko sibokoi ’saling membelakangi’
(244) maŋe simaŋei ’saling mengunjungi’
(245) sambila sisambilai ’saling melempar’
(246) tarima sitarimai ’saling menerima’
j. Konfiks piti--i
Konfiks piti--i adalah prefiks piti- dan sufiks –i yang secara bersama-sama
digunakan pada sebuah kata dasar. Konfiks piti--i digunakan pada kata dasar kata
kerja yang diulang. Makna yang dihasilkan oleh pengimbuhan piti—i adalah
sembarang yang di....
Contoh:
(247) alle pitialle-allei ’sembarang diambil’
(248) ani pitiani-ani ’sembarang yang disangka miliknya’
(249) kana pitikana-kanai ’sembarang diucapkan’
(250) kanre pitikanre-kanrei ’sembarang dimakan’
(251) olo pitiolo-oloi ’sembarang dijalani’
23
4. Infiks
Infiks (sisipan) adalah bentuk afiks yang ditempatkan di tengah dasar. Dalam
bahasa Makassar terdapat lima infiks pembentuk verba, yaitu: -um-, -im-, -ar-, -ul-,
dan -al-. Kelima jenis infiks ini adalah imbuhan yang tidak produktif karena
frekuensi penggunaannya sangat rendah (hanya terbatas pada beberapa kata saja).
a. Infiks -um-
Contoh:
(252) seŋka sumeŋka ’singgah’
(253) saya? sumaya? ’terbang menurun’
(254) selaŋ sumelaŋ ’menyelam’
b. Infiks -im-
Contoh:
(255) sombala? simombala? ’berlayar’
c. Infiks -ar-
Contoh:
(256) kaŋkaŋ karaŋkaŋ ’genggam’
d. Infiks -ul-
Contoh:
(257) sampe sulampe ’sandang’
e. Infiks -al-
Contoh:
(258) ga?ru? gala?ru? ’berbunyi gaduh’
24
C. Penutup
Verba turunan bahasa Makassar dapat dibentuk melalui afiksasi (pembubuhan
afiks pada kata dasar, baik berupa kata dasar kata benda, kata kerja, kata sifat,
maupun kata bilangan).
Ada empat macam afiks atau imbuhan yang dipakai untuk menurunkan verba
dalam bahasa Makassar, yaitu: prefiks, sufiks, konfiks, dan infiks. Prefiks (awalan)
pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada delapan belas, yaitu: aK-, aN-, ni-, pa-,
pi-, si-, taK-, paka-, appa-, appi-, appaka-, sipaka-, pasi-, appasi-, nipasi-, nipa-,
nipi-, sipa-. Sufiks (akhiran) pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada dua, yaitu:
-i dan –aŋ. Konfiks pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada sepuluh, yaitu:
aK--i, An--i, aK--aŋ, aK--aŋ, ni--i, ni--aŋ, pi--i, paK--i, si--i, piti--i. Infiks (sisipan)
pembentuk verba dalam bahasa Makassar ada lima, yaitu: -um-, -im-, -ar-, -ul-, dan -
al-.
Keadaan afiks pembentuk verba dalam bahasa Makassar sesuai dengan hukum
Greenberg (1966), yaitu hukum kesemestaan ke-26 ”jika suatu bahasa memiliki afiks
terbagi, maka bahasa itu selalu memiliki prefiks atau sufiks atau kedua-duanya”. Oleh
karena jumlah prefiks pembentuk verba lebih dominan, maka bahasa Makassar
dikategorikan sebagai bahasa preposisional sebagaimana hukum Greenberg yang ke-
27 ”jika suatu bahasa memiliki proses sufiksasi secara ekslusif, maka bahasa itu
adalah posposisional; jika memiliki proses prefiksasi, maka bahasa itu adalah
preposisional.
25
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2008. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Daniel Parera, Jos. 1988. Morfologi. Jakarta: Gramedia.
Greenberg’s, Joseph H., 1966. Universal of Grammar. (2 Ed). Mit Press, Cambridge Mass.
Kridalaksana, Harimurti. 1992. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ramlan, M. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Gramedia.
Nida, Eugene. 1976. Morphology. Michigan: The University of Michigan Press.
Verhaar. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University.
26