BAHAN AJAR SOSIOLOGI SMA KLS X SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU KEMASYARAKATAN
Oleh : John Muli
A. PengantarPada awal kelahirannya, sosiologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang dikembangkan oleh Auguste Comte dari Perancis di pertengahan abad ke-18. Comte mencetuskan suatu sistem ilmiah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan baru yaitu sosiologi. Ia berpendapat bahwa sesungguhnya analisa untuk membedakan “Statistika” dan “Dinamika” sosial, serta analisis masyarakat sebagai suatu sistem yang saling tergantung haruslah didsarkan pada konsesnsus. Dalam perkembangannya, sosiologi membatasi kajiannya terhadap masyarakat sebagai ilmu pengetahuan murni. Ketika berbagai metode penelitian masyarakat mulai di kembangkan, sosiologi dapat diterapkan sebagai ilmu pengetahuan terapan atau priaktis. Misalnya sosiologi perkotaan, sosiologi pedesaan, sosiologi industri, sosiologi pendidikan, sosiologi agama, sosiologi politik dan lain-lain.Perkembangan sosiologi di Indonesia pada awalnya hanya dipelajari di tingkat perguruan tinggi sebagai ilmu pengetahuan murni. Namun saat ini sosiologi tidak hanya di ajarkan di perguruan tinggi saja, melainkan di ajarkan juga di sekolah menengah pertama (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi IPS SMP). Tujuan sosiologi di berikan kepada siswa sekolah menengah adalah agar siswa sedini mungkin mampuh mengenal, menganalisis, dan memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang masyarakat yang merupakan objek utamanya. Ilmu pengetahuan (Science) adalah suatu kerangka pengetahuan (Knowledge) yang tersusun dan teruji kebenarannya, dan di peroleh melalui suatu penelitian ilmiah. Sementara pengetahuan (Knowledge) adalah kesan yang timbul dalam pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan pancaindra. Kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) ataupun anggapan, tidak termasuk pengetahuan karena tidak dapat di buktikan kebenarannya.tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu pengetahuan. pengetahuan yang termasuk ilmu hanyalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Maksudnya adalah adanya urutan-urutan tertentu yang teratur dari unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan sehingga tergambar jelas garis besar dari ilmu pengetahuan tersebut. Sistem dalam ilmu pengetahuan tersebut harus bersifat dinamis, artinya dapat terus berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan karena sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah. Semua jenis perilaku, misalnya perilaku remaja dapat di telaah secara ilmiah jika kita menggunakan metode ilmiah, yang salah satunya menggunakan metode sosiologi.Secara umum, dikenal adanya empat kelompok ilmu pengetahuan ditinjau dari objeknya, yaitu sebagai berikut :
1. Ilmu Matematika yang terdiri dari : aljabar, aritmatika, stereometri, statistik, geometri, dan kalkulus.
2. Ilmu Pengetahuan Alam, terdiri dari : kelompok ilmu pengetahuan yang mempelajari gejalah-gejalah alam baik yang bersifat hayati (Seperti biologi) maupun yang tidak hayati (seperti fisika, kimia).
3. Ilmu Pengetahuan Sosial, yang menyoroti perilaku manusia seperti : ilmu politik, ekonomi, sejarah, tata negara, psikologi, komunikasi, hukum, antropologi, sosiologi, geografi, dan arkeologi.
4. Ilmu Budaya (Humaniora) yang terdiri dari ilmu bahasa, filsafat, agama dan seni. Menurut sifatnya, ilmu pengetahuan dapat di bagi dua yakni :
1. Ilmu eksakta atau bisa disebut ilmu pasti, seperti matematika dan IPA2. Ilmu Noneksakta atau disebut ilmu sosial. Misalnya : IPS, ilmu budaya, serta ilmu
bahasa.Dari sudut penerapannya, ilmu pengetahuan dibedakan sebagai berikut.
1. Ilmu pengetahuan murni (pure science), yaitu ilmu pengetahuan yang sifatnya teoritis dan abstrak. Sumber ilmu pengetahuannya adalah salah satunya dari referensi buku.
2. Ilmu pengetahuan terapan (applied science), yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat dengan membantu kehidupan masyarakat.Teknologi merupakan hasil terapan ilmu pengetahuan murni. Kemajuan ilmu pengetahuan murni akan mendukung kemajuan dalam bidang teknologi. Sebaliknya, kemajuan dalam bidang teknologi akan memajukan ilmu pengetahuan murni. Ilmu pengetahuan murni terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, yaitu untuk mempertinggi mutunya. Adapun tujuan dari ilmu pengetahuan terapan bertujuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan murni tersebut dalam masyarakat. Jadi, ada hubungan saling memengaruhi antara ilmu pengetahuan murni dan ilmu pengetahuan terapan. Berikut ini merupakan contoh ilmu murni dan ilmu terapan.
ILMU MURNI ILMU TERAPANEkonomi PerusahanKimia FarmasiZoologi PeternakanBotani PertanianGeologi PertambanganAstronomi NavigasiHukum Peradilan
B. Konsep Dasar Sosiologi1. Konsep dan Definisi Sosiologi
Berbicara mengenai konsep dasar sosiologi terdapat dua pengertian dasar, yaitu sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan sosiologi sebagai metode. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan berarti sosiologi merupakan kumpulan ilmu pengetahuan mengenai kajian masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis dan logis. Dalam konteks ini, sosiologi memberikan pemecaham atas berbagai masalah dengan pendekatan kemasyarakatan. Sosiologi sebagai metode berarti sosiologi merupakan cara-cara berpikir untuk mengungkapkan realitas sosail dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
Secara etimologi, sosiologi berasal dari kata socious dan logos. Socious (bahasa latin) artinya teman, dan logos (bahasa yunani) yang berarti kata, perkataan atau pembicaraan. Secara harfiah, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat.Beberapa definisi mengenai sosiologi (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, 2002), diantaranya sebagai berikut :
a) Sosiologi dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang masyarakat dan tentang aspek kehidupan manusia yang diambil dari “ kehidupan didalam masyarakat” (Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial)
b) Auguste Comte berpendapat bahwa : sosiologi adalah ilmu yang terutama mempelajari manusia sebagai makluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya. Artinya, sosiologi mempelajari segalah aspek kehidupan bersama yang terwujud dalam asosiasi-asosiasi, lembaga-lembaga dan peradaban.
c) J.A.A Van Dorn dan C.J. Lammars, mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
d) William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkof, mengemukakan bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial, dan hasilnya yaitu organisasi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara perorangan dengan perorangan, perorangan dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.
e) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan kelompok
f) Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi, mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial.
g) Pitirim A. Sorokin mengemukakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari Hubungan maupun pengaruh timbal balik antara gejalah sosial dengan gejalah
nonsosial, seperti pengaruh iklim terhadap watak manusia, dan pengaruh kesuburan tanah terhadap pola migrasi penduduk.
Ciri-ciri umum dari semua jenis gejalah atau fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Hubungan maupun pengaruh timbal balik antara berbagai gejalah sosial, seperti gejalah ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, dan gerakan masyarakat dengan politik.
2. Sifat Hakikat SosiologiSifat-sifat hakikat dari ilmu pengetahuan sosiologi adalah sebagai berikut :
a) Sosiologi termasuk rumpun ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam ataupun imlu kerohanian.
b) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri dengan apa yang terjadi dan bukan apa yang seharusnya terjadi.
c) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science)
d) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, artinya yang diperhatikan adalah pola dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
e) Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar manusia dan periihal sifat, hakikat, isi, , dan struktur masyarakat.
f) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional, terikat dengan metode yang digunakan.
g) Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, bukan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya sosiologi mengamati dan mempelajari gejalah-gejalah umum yang ada pada setiap interaksi dalam masyarakat secara empiris.Sebagai ilmu sosial yang objeknya masyarakat, sosiologi mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut (dalam Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, 1990).
a) Sosiologi bersifat empiris karena didasarkan pada pengamatan (observasi) terhadap kenyataan-kenyataan sosial dan hasilnya tidak bersifat spekulatif.
b) Sosiologi bersifat teoritis, artinya sosiologi selalu berusaha untuk menyusun kesimpulan dari hasil observasi untuk menghasilkan teori keilmuan.
c) Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori dalam sosiologi di bentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Kemudian di perbaiki, diperluas, serta di perdalam.
d) Sosiologi bersifat non etis, artinya sosiologi tidak mempersoalkan baik buruknya fakta, tetapi yang lebih penting adalah menjelaskan fakta tersebut secara analitis dan apa adanya.
3. Objek Studi SosiologiObjek studi sosiologi adalah masyarakat, dengan menyoroti hubungan antarmanusia dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan tersebut.
4. Kegunaan SosiologiSebagai ilmu pengetahuan sosial yang objeknya adalah masyarakat, sosiologi memiliki empat macam kegunaan, yaitu dalam bidang perencanaan sosial, penelitian, pembangunan, dan pemecahan masalah sosial.
a) Perencanaan sosialPerencanaan sosial adalah kegiatan untuk mempersiapkan masa depan kehidupan masyarakat secara ilmiah dan bertujuan untuk mengatasi berbagai hambatan. Perencanaan sosial lebih bersifat prefentif. Oleh karena itu, kegiatan berupa pengarahan-pengarahan dan bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat yang lebih baik.Beberapa kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial adalah :
1) Sosiologi memahami perkembangan kebudayaan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern sehingga dalam proses pemasyarakatan suatu perencanaan sosial relatif mudah di lakukan.
2) Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam, hubungan antar golongan, juga proses perubahan dan pebgaruh penemuan baru terhadap masyarakat. Ini berarti perencanaan sosial kedepan yang disusun atas dasar kenyataan yang faktual dalam masyarakat oleh sosiologi relatif bisa di percaya.
3) Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang didasarkan atas objektivitas. Dengan demikian, pelaksanaan suatu perencanaan sosial diharapkan lebih kecil peyimpangannya.
4) Dengan berpikir secara sosiologis, suatu perencanaan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat ketertinggalan dan tingkat kemajuan masyarakat yang di tinjau dari sudut kebudayaannya, seperti perkembangan IPTEK. Hal ini dilakukan agar dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada.
5) Menurut pandangan sosiologi, perencanaan sosial merupakan alat untuk untuk mengetahui perkembangan masyarakat yang fungsinya untuk menghimpun kekuatan sosial guna menciptakan ketertiban masyarakat.
b) PenelitianDalam bidang penelitian masyarakat, sosiologi memiliki kelebihan dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain, karena :
1) Memahami simbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang digunakan oleh masyarakat sebagai objek penelitian empiris.
2) Pemahaman terhadap pola-pola tingkah laku manusia dalam masyarakat3) Kemampuan untuk mempertimbangkan berbagai fenomena sosial yang timbul
dalam kehidupan masyarakat, terlepas dari prasangka-prasangka subjektif.4) Kemampuan melihat kecendrungan-kecendrungan arah perubahan pola tingkah
laku anggota masyarakat atas sebab-sebab tertentu.5) Kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak
dalam pola pikir yang tidak jelas.
c) PembangunanPembangunan merupakan suatu proses perubahan disegalah bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Proses pembangunan terutama ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, baik secara material maupun secara spiritual. Peningkatan taraf hidup masyarakat mencakup suatu perangkat cita-cita yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Pembangunan harus bersifat rasionalitas.2) Adanya perencanaan dan proses pembangunan.3) Peningkatan produktivitas4) Peningkatan standar kehidupan5) Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
Kegunaan sosiologi dalam usaha-usaha pembangunan (dalam sosiologi suatu pengantar edisi kedua Soerjono Soekanto, 1986) adalah sebagai berikut :
1) Pada tahap perencanaan, sosiologi dapat berguna didalam mengadakan identifikasi-identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini diperlukan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat yang akan dibangun. Data-data tersebut mencakup pola interaksi sosial, kelompok sosial, kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai, lembaga sosial, dan stratifikasi sosial.
2) Pada tahap pelaksanaan, pada tahap ini perlu diadakan identifikasi terhadap kekuatan yang ada dalam masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan penelitian terhadap pola-pola kekuasaan dan wewenang yang ada dalam masyarakat. Disamping itu, juga harus diadakan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.
3) Pada tahap evaluasi, pada tahap ini diadakan analisis terhadap efek pembangunan. Keberhasilan pembangunan hanya dapat dinilai melalui evaluasi dan dapat diidentifikasi tentang adanya kekurangan, kemacetan, kemunduran, bahkan mungkin kemerosotan. Melalui evaluasi dapat dilakukan pengadaan, pembetulan, penambahan, dan peningkatan secara proporsional.
d) pemecahan masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang membahayakan kehidupan masyarakat. Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antara unsur-unsur tersebut. Masalah sosial timbul dari kekurtangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor berikut :
1) ekonomis, misalnya kemiskinan, pengangguran dan bencana alam.2) Biologis, misalnya penyakit menular dan wabah.
3) Psikologis, misalnya penyakit syaraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa.4) Kebudayaan, misalnya kejahatan, perceraian, kenakalan remaja, konflik etnis, dan
konflik agama.Disetiap masyarakat terdapat perbedaan persepsi tentang kepincangan-kepincangan yang dianggap masalah sosial. Akan tetapi, pada umumnya yang di anggap masalah sosial yaitu : kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda, peperangan, pelanggaran terhadap norma masyarakat (seperti prostitusi, perjudian, narkoba, dan perilaku seks menyimpang), Masalah kependudukan, dan masalah lingkungan hidup.Didalam mengatasi masalah sosial juga harus melihat aspek sosiologis dengan tidak mengabaikan aspek lain. Sosiologi menyelidiki persoalan-persoalan umum dalam masyarakat dengan maksud untuk menemukan dan menafsirkan kenyataan-kenyataan kehidupan masyarakat. Jadi, diperlukan suatu kerjasama antar ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada khususnya untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi secara interdisipliner.
C. Metode-Metode SosiologiMetode-metode yang sering di gunakan dalam penelitian sosiologi adalah sebagai berikut :
1) Metode Statistik. Metode ini banyak dipakai untuk menjukan hubungan atau pengaruh kausalitas serta memperkecil prasangka pribadi atau sepihak. Penerapan metode ini yang paling sederhana adalah teknik enumerasi (perhitungan). Jawaban pertanyaan responden dalam bentuk tabel sehingga diketahui hasilnya secara kuantitatif.
2) Metode Eksperimen (Percobaan). Metode ini dilakukan terhadap dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol. Metode ini membandingkan hasil percobaan kedua kelompok tersebut. Ada dua macam metode eksperimen, yaitu eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.
3) Metode Induktif dan Deduktif. Metode induktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kaidah umum dengan mempelajari gejalah yang khusus. Metode deduktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kaidah khusus dengan mempelajari gejalah yang umum.
4) Metode Studi Kasus. Metode ini digunakan untuk meneliti kebenaran peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya gerakan-gerakan buruh untuk menuntut kenaikan gaji, gerakan mahasiswa untuk memprotes kenaikan harha BBM, dan lain lain.
5) Metode Survei Lapangan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang hanya ada pada kehidupan masyarakat secara langsung. Data diperoleh melalui angket, wawancara, ataupun observasi secara langsung. Persiapan-persiapan yang dilakaukan adalah menentukan populasi yang hendak diteliti, sekaligus menentukan sampel objek penelitian, membuat instrumen (angket) dengan bahasa yang dapat di pahami objek, melakukan pendekatan sosial, dan persiapan lainnya.
6) Metode Partisipasi. Metode ini digunakan untuk mengadakan penelitian mendalam tentang kehidupan kelompok. Peneliti berbaur dalam kehidupan kelompok sambil melakukan pengamatan atau kegiatan penelitiannya tanpa mengungkapkan identitas sebagai peneliti. Peneliti tidak boleh secara emosional terhadap kelompok yang ditelitinya. Hal itu akan menyebabkan peneliti kehilangan jejak tentang apa yang dicari dalam penelitian itu.
7) Metode Empiris dan Rasionalitis. Metode empiris menyandarkan diri pada fakta yang ada dalam masyarakat melalui penelitian. Metode rasionalistis, mengutamakan
pemikiran yang sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
8) Metode Fungsionalisme. Metode ini bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat.
9) Metode Studi Pustaka. Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mangambil data atau keterangan dari buku-buku literatur di perpustakaan. Kelebihan dari metode ini adalah dapat memperoleh banyak sumber tanpa memerlukan banyak biaya, tenaga dan waktu karena buku-bukunya terkumpul didalam ruangan perpustakaan. Akan tetapi, yang menjadi kelemahannya adalah dibutuhkan kepandaian peneliti untuk mencari buku-buku yang relevan agar dapat dipakai sebagai sumber perolehan data dalam penetian tersebut.Metode-metode sosiologi yang tersebut diatas bersifat saling melengkapi dan para ahli sosioloi sering kali menggunakan lebih dari satu metode untuk menyelidiki objeknya.
D. Konsep-Konsep Tentang Realitas Sosial Budaya
Realitas sosial budaya mengandung arti kenyataan-kenyataan sosial budaya disekitar lingkungan masyarakat tertentu. Kenyataan sosial budaya ini terjadi karena adanya pola-pola hubungan yang terjadi dalam masyarakat. Pola-pola hubungan tersebut dapat menciptakan kestabilan, tetapi dapat juga menimbulkan konflik. Misalnya kenaikan BBM baru-baru ini, menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Ada yang melalkuakn demo dijalan, tetapi ada pula yang menanggapinya dengan sikap pasrah. Realitas sosial ini akan selalu ada dalam masyarakat seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat. Berikut ini beberap realitas sosial budaya yang terdapat di masyarakat, yakni sebagai berikut :
1) Masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah tertentu dan membinah kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial tertentu dalam waktu yang cukup lama.Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat merupakan organisasi manusia yang selalu berhubungan satu sama lain dan memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut :
a. Orang-orang dalam jumlah yang relatif besar yang saling berinteraksi, baik antara individu dengan kelompok maupun antar kelompok sehingga menjadi satu kesatuan sosial budaya.
b. Adanya kerjasama secara otomatis terjadi dalam setiap masyarakat, baik dalam skala kecil (antar individu) maupun dalam skala besar (antar kelompok). Kerjasama ini meliputi berbagai aspek kehidupan , seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.
c. Berada dalam wilayah dengan batas-batas tertentu yang merupakan wadah tempat berlangsungnya suatu tata kehidupan. Ada dua macam wilayah yang dikemukakan oleh Robert Lawang (Konsep dasar Sosiologi 2004) disebut satuan administratif (desa-kecamatan-kabupaten-propinsi), dan satuan teritorial (kawasan pedesaan-perkotaan).
d. Berlangsung dalam waktu yang relatif lama, serta memiliki norma sosial tertentu yang menjadi pedoman dalam sistem tata kelakuan dan hubungan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.Konsep masyarakat tidak berdiri sendiri, tetapi erat hubungan dengan lingkungan. Hal tersebut berarti bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan sesamanya, maka lingkungan menjadi faktor mempengaruhi sikap-sikap, perasaan, perlakuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang ada dilingkungannya. Misalnya : lingkungan keluarga,
para remaja yang sebaya, lingkungan kerja, dan lingkungan kampus. Dimasing-masing lingkungan itulah ia akan masuk sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, ia dapat menyertakan , memainkan sifat dan kehendak anggota kelompoknya bahkan kadang-kadang menciptakan, meciptakan, meminjam, dan memperkenalkan perilaku yang berbeda dalam masyarakatnya.
2) Interaksi Sosial. Interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antar individu, antar individu dengan kelompok dan antar kelompok.
3) Status dan Peranan. Status adalah posisi seseorang dalam masyarakat. Status mewrupakan aspek masyarakat yang kurang lebih bersifat statis. Peran merupakan tindakan atau perilaku dari orang yang memiliki status tertentu. Peran merupakan aspek masyarakat yang kurang lebih bersifat dinamis. Status dan peran tidak dapat dipisahkan, keduanya saling beriringan. Misalnya : status seorang sultan mengharuskan ia berperan sebagai tokoh panutan masyarakat.
4) Nilai Sosial. Nilai sosial adalah segalah sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh masyarakat dan merupakan sesuatu yang diidam-idamkan. Pergeseran nilai akan mempengaruhi kebiasaan (folkways) dan tata kelakuan (mores).
5) Norma Sosialnorma merupakan wujud konkret dari nilai sosial. Norma di buat untuk melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang telah dianggap baik dan benar. Agar norma di patuhi oleh semua warga masyarakat, maka norma dilengkapi dengan sanksi. Sanksi adalah alat untuk menekan atau memaksa masyarakat untuk mematuhi nilai-nilai yang telah disepakati. Ada emapt macam norma yang ada dalam masyarakat, antara lain :
a. Norma Agama, yaitu petunjuk hidup yang berupa perintah dan larangan agar manusia berada dalam jalan yang dikehendaki Tuhan. Misalnya : dilarang mencuri.
b. Norma Adat atau kebiasaan, yaitu norma yang berkaitan dengan sistem penyelenggaraan hidup yang terjadi secara berulang-ulang karena dibakukan dan diyakini sebagai sebagai sesuatu yang baik. Contohnya : norma adat yaitu adat pembagian warisan.
c. Norma Kesusilaan atau kesopanan, yaitu tuntutan perilaku yang harus di patuhi oleh setiap warga masyarakat. Norma ini memiliki substansi pokok mengenai penghargaan terhadap harkat dan martabat orang lain. Contohnya : cara berpakaian.
d. Norma Hukum, yaitu norma masyarakat yang dibuat oleh lembaga-lembaga berwenang, seperti MPR,DPR,DPD, dan pemerintah. Di Indonesia norma hukum terdiri dari hukum perdata dan hukum pidana. Ciri-ciri norma hukum antara lain bersifat eksplisit, memaksa, dan dibuat oleh lembaga yang berwenang untuk mengatur perilaku sosial warga masyarakat. Norma ini dapat lebih menjamin tertib sosial yang ada dalam masyarakat dibandingkan dengan norma-norma lainnya.
6) Lembaga Sosial (Pranata Sosial). Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, lembaga adalah sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umum tertentu dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan yang oleh masyarakat di angga penting. Ada lima lembaga sosial yang terdapat di masyarakat, yaitu lembaga keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintah, lembaga perekonomian dan lembaga pendidikan.
7) Sosialisasi. Sosialisasi merupakan proses individu belajar berinteraksi di tengah-tengah masyarakat. Melalui prose sosialisasi, seseorang individu akan memperoleh
pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma yang akan membekalinya dalam proses pergaulan.
8) Perilaku Menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat bersumber beberapa di bawah ini, antara lain :
a. Tidak berfungsinya aparat hukumb. Memburuknya situasi sosial budaya masyarakat, seperti depresi dan resesi
ekonomi, peperangan dan bencana alam.c. Tidak berhasilnya proses pewarisan budaya, misalnya melalui pendidikan didalam
keluarga dan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah.d. Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak lengkap, serta karena proses
sosialisasi terhadap sub-sub kebudayaan yang menyimpang.9) Pengendalian Sosial. Setiap masyarakat menginginkan adanya suatu ketertiban
agar tata hubungan antar warga masyarakat dapat berjalan secara tertib dan lancar. Untuk kepentingan ini, masyarakat menciptakan norma sebagai pedoman perilaku yang pelaksanaanya memerlukan suatu bentuk pengawasan dan pengendalian. Usaha yang dilakukan agar masyarakat berpeilaku sesuai dengan norma dan nilai yang belaku di masyarakat disebut pengendalian sosial.. dalam pelaksanaan pengendalian sosial diperlukan beberapa perangkat, antara lain norma, lembaga/institusi, dan personel-personel penegak hukum.
10) Proses Sosial. Proses sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi antar komponen masyarakat dari waktu ke waktu sehingga mewujudkan suatu perubahan. Dalam suatu proses sosial terdapat komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain, yaitu sebagai berikut :
a. Struktur sosial, yaitu susunan masyarakat secara komprehensif yang menyangkut individu-individu, tata niali, organisasi sosial, dan struktur budayanya. Struktur sosial merupakan suatu bangunan masyarakat yang abstrak dan menentukan bagaimana corak gerakan masyarakat itu menuju suatu perubahan.
b. Interaksi sosial, yaitu keseluruhan jalinan antar warga masyarakat, baik secara individu, maupun secara kelompok dalam menyelenggarakan kehidupannya.
c. Struktur alam lingkungan yang meliputi aspek letak, bentang alam, iklim, flora, dan fauna. Komponen ini merupakan salah satu komponen yang turut serta dalam mempengaruhi bagaimana jalannya proses sosial dalam suatu masyarakat. Masyarakat yang kondisi alamnya tidak ramah akan memberikan dorongan yang kuat bagi warganya untuk berusaha secara maksimal dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya, contohnya masyarakat Jepang. Sebaliknya, masyarakat yang di dukung oleh kondisi alam yang serba berlimpah dapat memberikan dorongan yang negatif, seperti malas dan apatis sehingga terbentuklah suatu etos kerja yang lamban dan formalistik. Contohnya masyarakat Indonesia.
11) Perubahan Sosial. Perubahan sosial budaya adalah perubahan struktur sosial budaya akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak sosial budaya baru yang di anggap ideal. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat adalah :
a. Perubahan lingkungan alamb. Perubahan situasi kependudukanc. Perubahan struktur sosial dan budaya, dand. Perubahan nilai dan sikap.12) Kebudayaan. Kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia
dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti luas, kebudayaan merupakan segalah sesuatu yang berada di muka bumi ini yang keberadaanya diciptakan oleh manusia.
Wujud dari kebudayaan (Pengantar Antropologi I, Koentjaraningrat, 1996) itu dapat berbentuk :
a. Artefak, yaitu benda-benda yang merupakan hasil karya manusiab. Sistem aktifitas, yaitu seperti berbagai jenis tarian, olah raga, kegiatan-kegiatan
sosial, dan kegiatan ritual.c. Sistem ide atau gagasan, yaitu suatu pola pikir yang ada dalam pikiran manusia. Ide
merupakan bentuk budaya abstrak yang mengawali suatu perilaku ataupun hasil perilaku bagi setiap bangsa. Sistem ide ini sangat mempengaruhi oleh nilai-nilai yang di anut oleh anggota masyarakat.Kebudayaan secara universal terdiri dari tujuh unsur utama, yaitu :
a.Sistem komunikasi (bahasa)b.Sistem kepercayaan (religi)c. Sistem kesenian (seni)d.Sistem organisasi sosial (sistem kemasyarakatan)e.Sistem mata pencaharian (sistem ekonomi)f. Sistem ilmu pengetahuang.Sistem peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
E. Hubungan Antara Berbagai Konsep Realitas Sosial Budaya1. Masyarakat dan Kebudayaan.
Masyarakat dan kebudayaan seperti dua sis mata uang yang tak dapat dipisahkan. Berbicara
tentang masyarakat tentu tak akan lepas dari konsep budaya. Karena kebudayaan adalah
segalah sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh masyarakat. Dalam
proses pergaulannya, masyarakat akan menghasilkan budaya yang selanjutnya akan dipakai
sebagai sarana penyelenggaraan kehidupan bersama. Oleh sebab itu, konsep masyarakat dan
konsep kebudayaan merupakan dua hal yang senantiasa berkaitan dan membentuk suatu
sistem.
2. Masyarakat dan Interaksi Sosial.
Dalam kehidupan, manusia senantiasa membutuhkan pertolongan manusia yang lain (zoon
politicon). Oleh sebab itu, masyarakat selalu melakukan interaksi sosial, baik antar individu,
antara individu dan kelompok, maupun antar kelompok. Jadi masyarakat dan interaksi sosial
tidak dapat di pisahkan.
3. Status dan Peranan.
Status sosial (kedudukan) merupakan posisi seseorang di tengah-tengah masyarakat. Status
dan peranan selalu berkaitan. Peranan merupakan perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang memiliki status tertentu.
4. Nilai, Norma dan lembaga Sosial.
Untuk menciptakan keteraturan dalam masyarakat dibutuhkan suatu perangkat pengaturan tertib
sosial yang dinamakan pranata sosial. Dalam pranata sosial ini norma-norma dan nilai-nilai
sosial akan menjadi sebuah pedoman berperilaku dalam masyarakat. Pranata sosial ini di buat
oleh lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Lembaga sosial dapat mengontrol apakah
suatu norma berjalan dengan baik atau sebaliknya. Contohnya, lembaga peradilan dapat
memberikan sanksi pada orang yang melanggar norma hukum.
5. Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial.
Adanya perilaku menyimpang akan mengancam keseimbangan dalam masyarakat. Oleh sebab
itu, diperlukan pengendalian sosial. Dengan pengendalian sosial yang efektif, maka perilaku
menyimpang akan mengalami penurunan. Selanjutnya, dengan menurunnya perilaku
menyimpang, maka pengendalian sosial menjadi berkurang intentitasnya.. demikian terjadi terus
menerusmembentuk suatu korelasi sebab akibat antara perilaku menyimpang dan pengendalian
sosial dalam suatu masyarakat.F. Data Tentang Realitas Sosial dan Permasalahan Sosial.
Data merupakan fakta atau keterangan mengenai suatu fenomena yang terjadi di lapangan. Untuk meneliti atau mengetahui sebab terjadinya suatu fenomena sosial diperlukan data yang akurat. Data sosiologi dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti wawancara dengan responden, dan melakukan pengamatan langsung terhadap pola kehidupan respondenAdapun fenomena sosial adalah gejalah-gejalah yang terjadi dalam masyarakat yang sifatnya luar biasa. Fenomena-fenomena sosial merupakan bentuk-bentuk kenisbian dari tata pergaulan masyarakat majemuk seperti di Indonesia. Fenomena ini dapat berupa perubahan gaya hidup, tata cara pergaulan, perubahan sistem kemasyarakatan, maupun hal-hal yang dapat memicu terjadinya masalah-masalah sosial. Berikut ini ada beberapa fenomena-fenomena sosial di masyarakat berdasarkan hasil penelitian dan data statistik yang perlu mendapat perhatian dari keseluruhan komponen bangsa, yaitu antara lain :
1. Penurunan Kualitas Moral (Demoralisasi).Dewasa ini banyak di jumpai keadaan dimana kualitas moral yang terjadi di masyarakat mengalami penurunan. Hal inilah yang dinamakan demoralisasi. Brooks dan Gable (1997) mengatakan bahwa demoralisasi berhubungan dengan rendahnya standar moral dan penepatan nilai serta norma dalam masyarakat. Beberapa indikasi yang menunjukan suatu bangsa mengalami gejalah demoralisasi adalah sebagai berikut :
a. Kuantitas dan kualitas kriminalitas sosial semakin meningkat, seperti pemerkosaan, pencurian, perampokan dan pembunuhan.
b. Terjadinya kerusuhan yang bersifat anarkis, seperti pembakaran rumah, perusakan fasilitas umum, dan penjarahan.
c. Konflik sosial semakin marak, baik vertikal maupun horisontal.d. Tindakan korupsi merajalela.e. Meningkatnya jumlah pemakai dan pengedar narkoba di kalangan masyarakat.f. Pergaulan bebas semakin merajalela.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan demoralisasi di kalangan masyarakat antara lain :
a.krisis ekonomi yang berkepanjanganb.pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi sehingga mengakibatkan jumlah pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja.c. Menurunya kewibawaan pemerintah yang ditandai dengan tidak berhasilnya
pemerintah memenuhi tuntutan rakyat.d.Meningkatnya angka kemiskinan.e. Menurunnya kualitas aparat penegak hukum, seperti kepolisisan, kejaksaan, dan
kehakiman.f. Adanya sikap-sikap negatif seperti malas, boros, tidak disiplin, serta sikap apatis
yang akhirnya untuk mencapai sesuatu dengan jalan pintas.g. Keengganan memahami dan medalami ajaran-ajaran agama.
2. Terorisme.Terorisme merupakan tindakan yang membuat kerusakan-kerusakan didalam masyarakat dengan tujuan menyebarkan rasa takut serta mengancam keselamatan publik. Tindakan ini muncul salah satunya akibat adanya rasa ketidakadilan dan pemahaman keagamaan yang sempit. Tidakan terorisme dapat dilakukan oelh siapa
pun tanpa mengenal suku, ras, dan agama. Motif yang digunakan pun bermacam-macam. Contohnya aksi pelemparan bom molotof ke kantor DPD oleh satu partai poitik di kota Depok. Beberapa akibat yang timbul dari tindakan terorisme antara lain :
a. Jatuhnya korban jiwa dan materib. Menurunnya sektor pendapatan bidang pariwisatac. Adanya rasa takut akan keselamatan jiwa (trauma)
3. Merebaknya Kasus Perdagangan Anak.Aris Merdeka Sirait, sekjen Komnas Anak mengemukakan bahwa Indonesia merupakan pemasok perdaganagan anak dan wanita (trafficking) terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan lembaganya, terdapat sekitar 200 sampai 300 ribu pekerja seks komersial (PSK) berusia di bawah 18 tahun.Terdakang ada rang tua yang menjual anaknya karena terhimpit beban eknomi. Adapula yang tertipu merelakan anak mereka untuk bekerja di luar kota, dengan harapan memperoleh masa depan yang lebih baik, padahal mereka dipekerjakan sebagai pekerja seks komesrsial.
4. Meningkatnya Angka Kemiskinan.Krisi multidimensional yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia semakin bertambah. Mengutip data pusat statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan maret 2006 sebesar 39,5 juta (17,75%). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97%), maka jumalah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka pengangguran, sementara harga barang-barang di pasaran terus meningkat. Krisis ekonomi yang berkepanjangan berpengaruh pada perekonomian negara sehimgga pemerintah mengambil kebijakansanaan, seperti menaikan harga BBM. Bagi penduduk miskin pemerintah memberikan dana kompensasi BBM, namun masi saja ada kesalahan teknis sehingga dana kompensasi tersebut tidak sampai pada sasaran.Beberapa akibat yang ditimbulkan dari meningkatnya angka kemiskinan antara lain :
a. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat akibat kekurangan gizi, contohnya kasus busung lapar di beberapa daerah yang akhir-akhir ini semakin meningkat, dan
b. Munculnya demoralisasi yang ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas.5. Kenakalan remaja (Delinkuensi).
Kenakanlan remaja adalah semua perbuatan anak remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang di akui bersama) yang ditujukan pada orang lain, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Contohnya pemerkosaan dan kumpul kebo. Hai ini merupakan tindakan penyimpangan sosial yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 PayakumbuhAlamat Sekolah : Jl. Merapi 04 PayakumbuhMata Pelajaran : SosiologiKelas/Semester : X/2 (pertemuan 1-5)
B. STAN DAR KOMPETENSI
“Memahami Nilai Dan Norma Dalam Proses Pengembangan Kepribadian "
C. KOMPETENSI DASAR
"Menjelaskan Sosialisasi Sebagai Proses Dalam Pembentukan Kepribadian"
D. INDIKATOR
Menjelaskan pengertian sosialisasi berdasarkan pendapat para ahli Menjelaskan tujuan sosialisasi Menjelaskan tahapan proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian Menjelaskan agen sosialisasi Menjelaskan bentuk-bentuk sosialisasi Menjelaskan tipe-tipe sosialisasi Menjelaskan pengertian kepribadian. Menjelaskan faktor pembentuk kepribadian Menjelaskan unsur-unsur penyusun kepribadian. Menjelaskan hubungan sosialisasi dengan kepribadian. Menjelaskan pengertian kebudayaan Menjelaskan unsur-unsur kebudayaan. Menjelaskan hubungan kebudayaan dengan kepribadian.
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menjelaskan pengertian sosialisasi berdasarkan pendapat para ahli Siswa dapat menjelaskan tujuan sosialisasi Siswa dapat menjelaskan tahapan proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian Siswa dapat menjelaskan agen sosialisasi Siswa dapat menjelaskan bentuk-bentuk sosialisasi Siswa dapat menjelaskan tipe-tipe sosialisasi Siswa dapat menjelaskan pengertian kepribadian. Siswa dapat menjelaskan faktor pembentuk kepribadian Siswa dapat menjelaskan unsur-unsur penyusun kepribadian. Siswa dapat menjelaskan hubungan sosialisasi dengan kepribadian. Siswa dapat menjelaskan pengertian kebudayaan
Siswa dapat menjelaskan unsur-unsur kebudayaan. Siswa dapat menjelaskan hubungan kebudayaan dengan kepribadian
SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
A. Pengertian Sosialisasi
Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan hubungan berdasarkan nalurinya.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, yang disebut sosialisasi. Berikut beberapa definisi mengenai sosialisasi.
Charlotte Buller sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Peter l. Berger sosialisasi adalah suatu proses ketika seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto sosialisasi merupakan proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Koentjaraningrat sosialisasi merupakan suatu proses, yaitu proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses tersebut seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Irvin L. child dalam bukunya sosialization mengatakan bahwa sosialisasi adalah segenap proses individu yang dilahirkan dengan banyak sekali potensi tingkah laku. Dituntut untuk mengembangkan potensi tingkah laku aktualnya, yang dibatasi di dalam satu jajaran menjadi kebiasaannya dan bisa diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
Hasan Shadily; Sosialisasi adalah proses di mana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan diri terhadap adat istiadat suatu golongan. Di mana lambat laun ia akan merasa sebagian di golongan itu.
Robert M.Z. Lawang: Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial.
Horton dan Hunt: Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.
Sosialisasi mencakup beberapa hal sebagai berikut : Kegiatan belajar menurut Dimyati dan kawan-kawan, belajar adalah peristiwa komplek dan berkelanjutan yang berlangsung setiap hari.
Penyesuain diri
Pengalaman mental. Pengalaman seseorang sebagai hasil dari proses sosialisasi dan internalisasi nilai akan mengakibatkan terbentuknya sikap pada diri seseorang.
Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1) belajar nilai dan norma (sosialisasi), (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi), dan (3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang telah menjadi miliknya (enkulturasi).
1. Fungsi Sosialisasi
1) Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya, sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat
2) Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui / dengan memfungsikan sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.
2. Tujuan Sosialisasi
1) sosialisasi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dapat memberikan kepada si anak bekal untuk mampu berinteraksi dengan masyarakat.
2) Supaya masyarakat tetap dengan semua nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.3) Memberi dan menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien mengembangkan kemampuan membaca,
menulis dan bercerita.4) Proses pembentukan sikap.5) Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan seorang individu untuk hidup bermasyarakat.6) Membantu pengandalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan mawas diri.7) Membiasakan individu dengan nilai-nilai kepercayaan pokok dan mendasar yang ada pada masyarakat dimana ia tinggal.
3. Proses Tahapan Sosialisasi
a. Tahap Persiapan (Preparatory stage)
Tahap persiapan adalah suatu tahap persiapan bagi seseorang dalam dalam mengenal dunia
sosialnya, termasuk persiapan untuk memperoleh pemahaman tentang dirinya. Tahap ini di alami
seseorang sejak ia dilahirkan ke dunia (1-5 tahun). Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-
orang yang ada di sekitarnya, tetapi belum mampu memberi makna apapun dari tindakan yang ditiru.
(Merupakan peniruan murni.)
Contonya ketika seorang anak balita belajar berbicara pertama kali la dikenalkan dengan kata-kata
yang mudah ditirunya kata " minum" dengan kata "makan" dengan "mam-mam".
b. Tahap meniru (play Stage)
Play Stage, atau tahap permainan (usia 6 – 12 tahun), anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru. Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimana definisi yang diberikan oleh significant other.
Significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam proses sosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap play stage, orangtua merupakan significant other. Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa significant
other-nya! Ketika ada yang menyapa: “Hi, Agus”, maka anak mengerti: “Oh – aku Agus”. “Hi, Pintar”. “Oh, aku pintar”. “Bodoh banget kamu”. “Oh, aku bodoh banget”, dan setertusnya. Definisi diri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh significant other.
c. Tahap Siap Bertindak (Game Stega) Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengan
tindakan yang disadari. Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengan
siapa ia berinteraksi.
Bisakah Anda membedakan antara “bermain bola” dengan “pertandingan sepakbola”?Bermain bola dapat dilakukan oleh anak-anak pada yang telah mengalami sosialisasitahap play stage, tetapi bertanding sepakbola baru dapat dilakukan oleh anak-anak yang telah mengalami sosialisasi pada tahap game stage. Mengapa demikian? Karena dalam pertandingan sepakbola ada prosedur dan tatacara yang harus ditaati. Anak-anak akan memahami tentang prosedur dan tatacara apabila telah mengalami sosialisasi pada tahap game
stage. ( 13 – 17 tahun).
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (generalized Stage) ( 17 tahun keatas)
Pada tahap ini individu telah mampu mengambil peran yang dijalankan oleh orang-orang dalam masyarakatnya, ia telah mampu berinteraksi dan memainkan perannya dengan berbagai macam orang dengan status, peran dan harapan yang berbeda-beda dalam masyarakatnya.Pada tahap ini seorang telah dianggap dewasa. Dia telah mampu menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dimana individu telah mampu mentaati nilai dan norma yang ada dalam mayarakat, mereka telah menjadi anggota masyarakat sepenuhnya.
Menurur Charles H. Cooley menekankan pentingnya peran interaksi dalam proses sosialisasi dimana
seorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain yang terbentuk melalui tiga tahap : Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai diri kita. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat penilaian tersebut.
B. Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Dapat juga disebutsebagai media sosialisasi.Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1)keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media massa. Para ahlisosiologi menambahkan juga peran dan pengaruh dari lingkungan kerja.
1. Keluarga
Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia
karena keluarga mempakan kelompok primer yang selalu tatap muka diantara anggotanya, sehingga
dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi
untuk mendidik anak-anaknya sehingga menimbulkan hubungan emosional yang kuat dalam proses
sosialisasi dan adanya hubungan sosial yang tetap. Peran sosialisasi dalam keluarga rnempunyai
fungsi dominan dalam pembentukan keperibadian anak 3 . Keluarga adalah ling bagi setiap
lingkungan yang pertama dan utama bagi setiap individu. Dalam hal ini peran orang tua :
Memberikan pengawasan dan pengendalian yang sewajarnya dengan tujuan agar jiwa anak
tidak merasa tertekan.
Mendorong agar anak bisa membedakan anatar perilaku yang baik dan buruk dan benar salah serta pantas
dan tidak pantas dilakukan. Menjadi teladan dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Pola sosialisasi dalam keluarga
Terdapatnya dua macam pola proses sosial isasi di l ingkungan keluarga, yaitu sebagai berikut : a) Sosialisasi Represif (Repressive sicialization)
Yaitu pola sosial isasi yang mengutamakan kepatuhan anak terhadap orang tua. Ciri-cir i yang lain dari pola sosialisasi seperti ini adalah menghukum prilkau yang keliru, hukuman dan imbalan berupa materi, menekankan komunikasi yang bersifat satu arah dan berisi perintah, berpusat pada orang tua, anak memperhatikan orang tua, serta keluarga merupakan dominasi orang tua. [dapat mengakibatkan anak cacat fisik...?], untuk lebih jelasnya sosialisasi Represif menekankan pada:
(1) penggunaan hukuman,(2) memakai materi dalam hukuman dan imbalan,(3) kepatuhan anak pada orang tua,(4) komunikasi satu arah (perintah),(5) bersifat nonverbal,(6) orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting.(7) keluarga menjadi significant others.
b) Sosialisasi Partisipatoris (Partisipatory Sosialization)
Yaitu pola pola sosialisasi yang mengutmnakan adanya partisipasi dari anak. Dalam pola sosial isasi sepert i ini anak diberi kebebasan dimana anak-anak diberi imbalan ketika anak berperilaku baik dan diberi hukuman ketika ia berbuat kesalahan. Cirl-cirl yang , melekat pada sosialisasi pertisipatoris adalah penekanan pada interaksi dan komunikasi yang bersifat lisan dan dua arah, sehingga hukuman dan imbalan yang diperoleh anak bersifat simbolis. Sosialisasi partisipatoris menekankan pada(1) individu diberi imbalan jika berkelakuan baik,(2) hukuman dan imbalan bersifat simbolik,(3) anak diberi kebebasan,(4) penekanan pada interaksi,(5) komunikasi terjadi secara lisan/verbal,(6) anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, dan(7) keluarga menjadi generalized others
2. Kelompok Bermain / teman sebaya
Agen sosialisasi bagi anak setelah keluarga adalah teman atau kelompok bermain yang dalam istilah sosiologi disebut peer group. Kelopok bermain pada usia anak--anak- meliputi teman-teman, tetangga, keluarga, dan kerabat yang sebaya dengannya. Dalam kelompok ini seorang anak mulai belajar aturan-aturan yang belum tentu sama dengan kebiasaan yang dilakukannya di dalam kelaurga. la dituntut untuk menghargai hak orang lain, toleran terhadap teman, serta memainkan suatu peran tertentu. Adapun peranan positif kelompok bermain sebagai berikut :
Anak merasa aman dan nyaman karena d ianggap pent ing da lam ke lompoknya. . Kelompok persahabatan dapat mengembangkan sikap kemandirian remaja dengan baik Remaja dapat tempat yang baik untuk menyalurkan rasa kecewa, khawatir, takut, gembira, dan sebagainya yang
mungkin tidak didapatkan dirumah. R ema j a dapa t mengembangkan ke te r amp i l an sos i a l yang mungk i n be r guna bag i kehidupannya kelak
melalui interaksi dalam kelompoknya. Kelompok persahabatan biasanya memiliki pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang dapat mendorong
remaja untuk bersikap lebih dewasa. Setiap anggota kelompok dapat mengembangkan keterampilan berorganisasi.
3. Lembaga pendidikan / Sekolah
Sekolah merupakan salah satu agen sosial isasi di dalam sistem pendidikan formal. Seseorang akan mempelajar i hal-ahal yang baru yang belum pernah dipelajar inya di dalam keluarga maupun k e l o m p o k b e r m a i n m e l a l u i s e k o l a h . D i l i n g k u n g a n r u m a h , s e o r a n g a n a k menghargai. Dalam lembaga pendidikan sekolah seseorang belajar membaca, menulis, d a n b e r h i t u n g . A s p e k l a i n y a n g j u g a d i p e l a j a r i a d a l a h a t u r a n - a t u r a n m e n g e n a i kemand i r ian ( i ndependence ) , p res tas i ( ach ievement ) , un iversa l i se , dan kekhasan (speci f ic i ty ) bantuan dar i orang tuanya dalam melaksanakan berbagai peker jaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Sekolah sebagai agen sosialisasi dapat mempengaruhi perkembangan intelektual, disamping itu juga mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Sekolah sangat berperan untuk mengantarkan para pelajar agar menjadi dirinya sendiri dengan baik. Untuk itu sekolah mengemban beberapa fungsi seperti:
a. Mengembangkan potensi para pelajar agar memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupannya kelak.
b. Mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang telah terbina secara tradisional sehingga akan tetap terjaga kelestariannya.
c. Membina para pelajar untuk menjadi warga negara yang baik, berjiwa demokratis, berwawasan kebangsaan.d. Membina para pelajar untuk menjadi manusia-manusia yang berjiwa religius, yakni manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.Proses pendidikan yang diselenggarakan di sekolah akan berhasil secara maksimal apabila didukung oleh proses pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga dan di masyarakat. Keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan tiga pusat pendidikan atau dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan yang sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan kepribadian seseorang.
4. Peran media massa
Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.)memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak. Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet, seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi, bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan kecenderungan cara hidup yang sama5. Sistem/lingkungan kerja dan masyarakat
Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup. Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang tegas. Dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.
Masyarakat
Masyarakat memberikan pengaruh yang basar dalam proses sosialisasi seseorang. Pada masyarakat pedesaan yang bersifat homogen sehinnga. proses sosialisasi berjalan dengan lancar tetapi pada masyarakat perkotaan yang tingkat kemajemukannya sangat tinggi sehingga proses sosialisasi agak sulit terjadi.
C. Bentuk-Bentuk Sosialisasi1. Sosialisasi Primer
Menurut Peter L. Berger dan Luckman menyatakan bahwa sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu dari masa anak-anak (kecil) melalui belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Proses sosialisasi primer berlangsung pada anak berusia 1-5 tahun ketika anak tersebut belum memasuki lingkungan pendidikan formal di sekolah. Pada tahap berlangsungnya sosialisasi primer peran orang-orang terdekat anak menjadi sangat panting, hal tersebut terjadi karena anak melakukan poly interaksi terbatas dalam komunitas tersebut, sehingga warna kepribadian anak akan banyak ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjalin antara si anak dengan orang-orang yang terdekat. Sosialisasi primer bukan hanya sekedar proses awal berlangsungnya sosialisasi, namun Iebih dari itu adalah dasar pembentukan karakter dan karakter anak.
2. Sosialisasi sekundersosialisasi ini merupakan proses sosialisasi lanjutan dari sosialisasi primer dalam rangka memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Terdapatnya dua bentuk sosialisasi sekunder yaitu sebagai herikut :
a. Resosialisasi yaitu proses sosialisasi di mana seseorang mendapat suatu identitas diri yang baru.
b. Desosialisasi yaitu proses sosialisasi di mana seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang telah dimiliki.Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja.
Tipe-Tipe Sosialisasi
Tipe sosialisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut1. Sosialisasi formal
adalah sosi l isasi yang ter jadi melaluai lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, misaInya pendidikan di sekolah.
2. Sosialisasi informal
adalah sosial isasi yang bersifat kekeluargaan, misalnya antar teman (sahabat), antar anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial, dan dalam keluarga.3. Sosialisasi non formal
Adalah sosialisasi yang berlangsung dalam masyarakat, misalnya bimbingan belajar, kursus-kursus.Ketiga tipe sosilisasi di atas pada dasamya tetap mengarah pada pertumbuhan kepribadian anak agar sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat di lngkungannya.
D. Fungsi nilai dan norma sosial dalam proses sosialisasi
Ada beberapa fungsi nilai sosial dalam proses sosialisasi
o Sebagai pendorong. Nilai sosial yang berfungsi sebagai pendorong adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan cita-cita dan harapan.
o Sebagai petunjuk arah. Nilai sosial memengaruhi cara berfikir, berperasaan, bertindak, dan menjadi panduan dalam menentukan pilihan.
o Sebagai alat pengawas. Nilai sosial menuntun, mendorong, bahkan tidak jarang pula memaksa anggota masyarakat untuk bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Apabila ada seseorang yang melanggar nilai dan norma maka ia akan merasa bersalah dan tersiksa.
o Sebagai alat solidaritas. Solidaritas dalam kelompok atau masyarakat akan terjaga dengan adanya nilai sosial.
o Sebagai benteng perlidungan. Artinya dapat menjaga stabilitas budaya dalam suatu kelompok, maupun masyarakat yang bersangkutan.
E. Desosialisasi dan Resosialisasi
Beberapa lembaga yang ada dalam masyarakat berfungsi melaksanakan proses resosialisasiterhadap anggota masyarakat yang perilakunya tidak sesuai harapan sebagian besar wargamasyarakat (baca: menyimpang), dari yang penyimpangannya berkadar ringan sampai yangberat.Lembaga yang dimaksud antara lain: penjara, rumah singgah, rumah sakit jiwa, pendiidkan militer, dan sebagainya. Di lembaga-lembaga itu nilai-nilai dan cara hidup yang telah menjadi milik diri seseorang, karena tidak sesuai dengan nilai dan norma serta harapan sebagian besar warga masyarakat, dicabut (desosialisasi) dan digantikan dengan nilai-nilai dan cara hidup baru yang sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat. Proses penggantian nilai dan cara hidup lama dengan nilai dan cara hidup baru ini disebut resosialisasi.
SOSIO INFO
SOSIALISASI
Menurut Hasan Mustafa, sosialisasi adalah sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.Peran sosialisasi dalam kehidupan manusia sangat penting, antara lain mampu memberikan dasar bagi manusia untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan mampu melestarikan kehidupan masyarakat itu sendiri. Tanpa adanya sosialisasi, mustahil manusia untuk mengembangkan kehidupan sosial dengan sesamanya. Sementara itu, tanpa adanya sosialisasi nilai-nilai budaya maka generasi penerus akan kesulitan menemukan identitas budayanya.Ada beberapa syarat terjadinya sosialisasi, antara lain sebagai berikut. Pertama, secara biologis memungkinkan manusia untuk selalu mengadakan pembelajaran. Ia lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Sosialisasi manusia senantiasaberkembang seiring dengan perkembangan biologisnya. Kedua, lingkungan yang baik juga akan mempermudah manusia dalam bersosialisasi. Sosialisasi dilakukan manusia sejak ia dilahirkan di dunia. Semenjak bayi, manusia telah hidup dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu, fungsisosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi yang ada dalam masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya agar mereka dapat segera dapat berpartisipasi di dalamnya. Artinya, yang disosialisasikan oleh manusia adalah kebudayaan yang berintikan nilai yang berkaitan dengan hal baik dan buruk serta norma yang berkaitan dengan aturan bakuyang harus dipatuhi manusia. Sosialisasi bisa berlangsung karena peran institusi, media massa, individu, dan kelompok.Ada tiga teori yang menjelaskan proses pembelajaran dalam sosialisasi.1. Teori pembelajaran sosial (social learning theory)
Menurut B.F. Skinner (1953), proses pembelajaran sosial bisa dilakukan dengan mengkondisikan. Orang tua yang menginginkan anaknya taat dan patuh, bisa mengkondisikan keadaan di lingkungan rumahnya dengan memberi contoh, menasihati, memuji, atau memberi hukuman.Menurut Albert Bandura, proses pembelajaran dalam sosialisasi bisa dilakukan dengan meniru perilaku orang lain. Anak bisa berperilaku disiplin dengan meniru kedisiplinan yang diterapkan kedua orang tuanya.2. Teori perkembangan individu (developmental theory)
Menurut Erik Ericson (1950), dalam sosialisasi ada delapan tahap perkembangan: rasa percaya pada lingkungan, kemandirian, inisiatif, kemampuan psikis dan pisik, identitas diri, hubungan dengan orang lain secara intim, pembinaan keluarga/keturunan, penerimaan kehidupan.3. Teori interaksi simbolis (symbolic interaction theory)
Inti dari teori ini adalah memusatkan pada kajian tentang bagaimana individu menginterpretasikan dan memaknakan interaksi-interaksi sosialnya. Menurut Herbert Mead (1934) ada tiga proses tahapan pengembangan diri: preparatory stage saat anak mencoba memberikan makna pada perilakunya, play stage saat anak mulai belajar berperan seperti orang lain, dan game stage saat anak melatih ketrampilan sosialnya.
Sumber: dikutip secara bebas dari tulisan Hasan Mustafa dalam
http://home.unpar.ac.id/~hasan/SOSIALISASI.doc
KEPRIBADIAN
A. Pengertian Kepribadian
Dalam penjelasan tentang agen-agen sosialisasi telah disinggung tentang pentingnya sosialisasi dalam membentuk karakter kepribadian seseorang. Bagaimana sosialisasi berjalan membentuk kepribadian yang unik karena setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda walaupun hidup dalam lingkungan yang sama.
Kepribadian merupakan gambaran secara umum dari perilaku seorang individu yang sangat khas yang dapat terlihat dari perilaku seharihari. Wujud nyata dari kepribadian dapat berupa banyak hal antara lain perangai, sikap, atau perilaku, tutur kata, persepsi, kegemaran, keimanan, dan sebagainya. Kepribadian merupakan perpaduan antara warisan biologis yang diterima seseorang dari leluhurnya dengan pengaruh lingkungan melalui proses interaksi dan proses sosialisasi sejak lahir hingga dewasa. Sebelum kalian mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya kepribadian maka terlebih dahulu kalian harus mengetahui apa yang dimaksud dengan kepribadian.
1. Theodore M. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.2. J. Milton Yinger
K ep r i bad i an ada l ah kese l u r uhan pe r i l a ku da r i seseo r ang i nd i v i du dengan s i s t em kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Yang dimaksud dengan kecenderungan tertentu itu adalah bahwa setiap orang mempunyai cara berperilaku yang khas dan bertindak sama setiap hari.
3. John F. Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihatoleh seseorang.
4. M.A. W Brower
Ker ibad ian ada lah ada lah corak t ingkah laku sos ia l yang mel iput i corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
5. Horton
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, eksperesi, dan temperamen i tu akan terwujud dalam t indakan seseorang j ika dihadapkan pada stuasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan berperilaku yang baku, atau berpola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
6. Schaefer &, Lamm
Kepr ibadian sebagai keseluruhan pola s ikap, kebutuhan, c i r i -c i r i khas, dan per i laku seseorang. Pola berarti seseuatu yang sudah menjadi standar atau baku, berlaku terus- menerus secara konsisten dalam menghadapi stuasi yang dihadapi.Jadi berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku,nilai,pola berfikir yang dinamis dan terintegrasi serta bersifat unik (khas) yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Kepribadian merupakan cir i-cir i watak yang khas yang dimil iki set iap individu yang berbeda satu sama lain dan menjadi identitas bagi dirinyaB. Faktor-Faktor Penentu Pembentukan Kepribadian
1. Warisan biologis, semua hal yang diterima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuannya. Set iap manusia sehat dan normal memi l ik i kesamaan b io logis tertentu seperti tubuh dengan dua tangan, dua kaki, l ima indra dan otak yang komplek. Kesamaan biologis ini menjelaskan kemiripan kepribadian dan tingkah laku antarmanusia. misalnya bentuk tubuh, apakah endomorph/gemuk bulat, ectomorph/kurus tinggi, dan esomorph/atletis. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa mesomorph lebih berpeluang melakukan tindakan-tindakan, termasuk berperilaku menyimpang dan melakukan kejahatan)
2. Fak to r L i ngkungan f i s i k ( f ak to r geog ra f i s ) , sanga t mempengaruh i pe rkembangan kepribadian seseorang meskipun beberapa ahl i sosiologi . berpendapat bahwa faktor l ingkungan georafis t idak begitu penting pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Contohnya beda kekayaan alam, dimana orang yang mempunyai kekayaan alam yang banyak mereka mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup, berbeda dengan orang yang sumber kekayaannya rendah mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
3. Faktor lingkungan kultural (Kebudayaan khusus masyarakat), dapat berupa:
1) Kebudayaan khusus kedaerahan atau etnis (Jawa, Sunda, Batak, Minang, dst.)Cara hidup yang berbeda antara desa (daerah agararis-tradisional) dengan kota(daerah industri-modern)
2) Kebudayaan khusus kelas sosial (ingat: kelas sosial buka sekedar kumpulan dariOrang-orang yang tingkat ekonomi, pendidikan atau derajat sosial yang sama,Tetapi lebih merupakan gaya hidup)
3) Kebudayaan khusus karena perbedaan agama (Islam, Kristen, Katholik, Hindu,Budha, dan lain-lain)
4) Pekerjaan atau keahlian (guru, dosen, birokrat, politisi, tentara, pedagang,Wartawan, dll.)
4. Faktor Pengalaman Kelompok, terdapat dua kelompok yang cukup berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang yaitu sebagai berikut
Kelompok acuan (Kelompok Reference), yang menjadi acuan adalah keluarga, teman sebaya.
Kelompok. Majemuk, kelopok ini lebih menunjukkan kepada realita masyarakat yang lebih komplek dan beraneka ragam. Dimana dalam kelompok majemuk seorang anak akan menemukan ada banyak orang dengan karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. (LKS. Kelas X hal. 7-18).
5. Faktor Pengalaman yang unik (misalnya sensasi-sensasi ketika seseorang dalam situasi jatuh cinta)C. Faktor dasar yang mempengaruhi pembentukan kepribadian
1. Sifat dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi oleh seorang dari ayah dan ibunya yangdiperoleh saat konsepsi (saat terjadinya hubungan suami istri ). sifat dasar yang masih merupakan potensi tersebut akan berkembang menjadi aktualisasi karena pengaruh faktor-faktor lain
2.. Lingkungan prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapat pengaruh tidak langsung dari ibu. Pengaruh itu antara lain:
a. struktur tubuh ibu merupakan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandunganb. beberapa jenis penyakit yang diderita ibu seperti diabetes, aid, secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan
mental, penglihatan dan pendengaran si bayic. gangguan pada kelenjar endokrin yang dapat mengakibatkan keterbelakangan perkembangan anakd. shock pada saat melahirkan dapat mernpengaruhi kondisi anak.
3. Perbedaan individual (perorangan)
Perbedaan individual meliputi perbedaan cirri-ciri fisik, seperti warna mata, kulit, rambut, bentuk badan.4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala kondisi disekeliling individu yang mempengaruhi proses sosialisasi. Lingkungan dapat dibagi atas tiga bagia yaitu (lingkungan alam,lingkungan kebudayaan,dan lingkungan sosial)
5. motivasi
Motivasi merupakan kekuatan dari dalam diri individu yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu. Motivasi dibedakan menjadi dorongan dan kebutuhan.
D. Unsur-unsur penyusun Kepribadian
Ada beberapa unsur penyusun kepribadian1. Pengetahuan
P e n g e t a h u a n i n d i v i d u t e r i s i d e n g a n f a n t a s i , p e m a h a m a n , d a n k o n s e p y a n g l a h i r d a r i pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berada dalam l ingkungan individu tersebut. Semua i tu direkam dalam otak dan sediki t demi sediki t diungkapkan oleh individu tersebut dalam bentuk perilaku.2. Perasaan
Adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu. Bentuk penilaian itu dipengaruhi oleh pengatahuannya.
3. Dorongan Naluri
Adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap manusia. Ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1) Dorongan untuk mempertahankan hidup2) Dorongan seksual3) Dorongan untuk mencari makan4) Dorongan untuk bergual dan berinteraksi dengan sesama manusia5) Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya6) Dorongan untuk berbakti7) Dorongan untuk keindahan bentuk, warna, suara dan gerak.
Beberapa karakteristik kepribadian
Mampu menilai diri secara realistik Mampu menilai stuasi secara realistik Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik Menerima tanggung jawab Kemandirian Dapat mengontrol emosi Berorientasi tujuan Berorientasi keluar Penerimaan sosial Memeiliki filsafat hidup Berbahagia
Sedangkan kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik sebagai berikut
o Mudah maraho Menunjukkan kecemasano Sering merasa tertekan bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya relatif lebih muda atau terhadap
binatango Memiliki kebiasaan berbohongo Hiperaktifo Bersikap memusuhi segala bentuk otoritas.o Gemar mengkritik atau mencemooh orang lain.o Susah tidur
E. Hubungan Kepribadian dengan sosialisasi
Hubungan antara kepribadian dengan sosialisasi sangat erat dimana kalau sosialisasi seorang individu baik, maka kepribadiannya akan baik karena dia dibentuk oleh keluarga yang baik.
KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN
1. Pengertian Kebudayaan
1. Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kata kebudayaan berasal dari kata sangserkerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, bearti budi atau akal, dengan demikian, kebudayaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
2. E.B. Tylor (1871.) kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
3. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardei merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil, karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
4. Kluckhohn & Kelly kebudayaan adalah semua rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.
5. Menurut J.J Hoenigman wujud kebudayaan ada tiga yaitu
a) Gagasan
Merupakan wujud ideal kebudayaan yang berupa kumpulan ide-ide. nilai-nilai, norma-noma, peraturan, dan sebagainya. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, dan disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam, kepala-kepala atau di dalam pikiran warga masyarakat.
b) Aktivitas
Merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu kegiatan serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya bisa diamati, difoto, dan didokumentasikan.
c) Artefak
Merupakan wujud kebudayaan fisik yang bempa hasil dari aktivitas, perhuatan. dan karya manusia dalam masyarakat. Wujud artefak dapat herupa benda-benda atau hal yang dapat, dilihat, dan didokumentasikan.Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari sistem gagasan, ide, tindakan dan hasil karya manusia yang diperoleh oleh manusia tersebut dari hasil belajar dalam masyarakatnya.
2. Unsur-unsur Kebudayaan
Menurut Mellville J. Herskovirs mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu1) Alat-alat teknologi2) Sistem ekonomi3) Keluarga4) Kekuasaan Politik
Bronislaw malanowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori fungsional dalam antropoiogi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan antara lain:
a) Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam, sekelilingnya,
b) Organisasi ekonomic) Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama.d) Organisasi kekuatan
Menurut Antropolog C. Kluckhohn dalam sebuah karyanya yang berjudul Universal Categories of culture ada tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal yaitu :
1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, dan transport).
2) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).
3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan)4) Bahasa (lisan maupun tertulis)5) Kesenian (seni rupa, seni suara. seni gerak dan sebagainya)6) Sistem pengetahuan7) Religi (sistem kepercayaan).
PENGARUH SOSIALISASI NILAI (BUDAYA) TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Kepribadian tidak akan tumbuh jika seorang individu tidak memiliki pengalaman- Pengalaman sosial. Di dalam kelompok sosial seorang individu akan mempelajari berbagai nilai, norma, dan sikap. Dengan mengetahui dari mana lingkungan sosial seseorang berasal, dapat diketahui kepribadian seseorang tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Jika proses sosialisasi berlangsung dengan baik, maka akan baik pula kepribadian seseorang. Begitu sebaliknya, jika sosialisasi berlangsung kurang baik, maka kurang baik pula kepribadian seseorang. Misalnya, seorang anak yang berasal dari keluarga yang broken home tentunya si anak mengalami sosialisasi yang kurang baik, akibatnya anak tersebut menjadi nakal. Dengan demikian, proses pembentukan kepribadian dimulai dari proses sosialisasi baik di lingkungan keluarga, teman sepermainan, lingkungan sosial, lingkungan kerja, maupun lingkungan masyarakat luas
Dari bagan di atas, kita bisa melihat bahwa kepribadian seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan media massa. Tidak aneh apabila ada anak yang telah dibekali oleh orang tuanya denganberagam nilai dan norma, menjadi berantakan karena bergaul dengan lingkungan yang tidak sehat. Apalagi di era globalisasi ditandai dengan pergaulan bebas. Nilai dan norma yang telah ditanamkan oleh kedua orang tua seakan-akan menjadi absurd dan ketinggalan zaman. Benarkah?
Selain itu, kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Kebudayaan merupakan polapola tindakan yang sering diulang-ulang yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan ini digunakan untuk memberikan arah kepada individu ataupun kelompok, bagaimana seharusnya ia berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain bahkan, telah menjadi tuntutan masyarakat di mana pun dan dalam kurun waktu kapan pun. Oleh karena itu, kebiasaan-kebiasaan melekat dalam diri masyarakat, diperkenalkan dan dipelajari oleh individuindivitu secara terus-menerus. Dalam proses yang panjang inilah, kepribadian terbentuk seiring dan sesuai dengan kebudayaan setempat. Oleh karena itu, kebudayaan antarsatu daerah dengan daerah lain berbeda, maka dapat dipastikan kepribadian dari dua kebudayaan tersebut berbeda pula. Misalnya, seorang yang berasal dari suku Jawa tentu memiliki kepribadian yang berbeda dengan seorang yang berasal dari suku Batak. Orang yang berasal dari suku Jawa terkesan lebih halus dan lembut. Namun, orang Batak terkesan tegas dan keras. Perbedaan ini menunjukkan adanya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian seseorang.
AKTIVITAS KELOMPOK
Selain proses sosialisasi, kebudayaan setempat dapat memengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya, orang asing yang berasal dari budaya Barat akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang yang berbudaya Timur. Sebagai tugas terakhirmu dalam bab ini, cobalah bersama teman sekelompokmu membuat sebuah kliping yang menunjukkan adanya pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian individu. Selanjutnya, berikan kesimpulan sederhana mengenai isi kliping yang telah kalian buat. Hasilnya kumpulkan kepada guru tepat pada waktu yang telah ditentukan. Selamat bekerja
RANGKUMAN
Sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan (adat istiadat, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat, mulai dari lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Proses sosialisasi yang dialami oleh individu mampu membentuk kepribadian diri individu tersebut. Dengan kata lain, sosialisasi merupakan salah satu proses dalam pembentukan kepribadian.
Untuk memahami lebih lanjut, salin dan lengkapilah beberapa pengertian di bawah ini ke dalam buku catatanmu dengan menggunakan beragam sumber pustaka
Faktor yang Memengaruhi Pembentukan kepribadiana. Sifat dasarb. Lingkunganc. . . . .d. . . . .e. Motivasi2. Media-Media Sosialisasia. Keluargab. Sekolahc. . . . .d. Media
3. Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadiana. Warisan biologisb. . . . .c. Lingkungan sosial
4. Tahap Pengembangan Diri/Kepribadian Menurut Meada. Imitation stageb. . . . .c. . . . .d. Generalized Others
UJI KOMPETENSI
A. Jawablah pertanyaan dengan tepat!1. Jelaskan pengertian sosialisasi menurut Hasan Shadily!2. Sebutkan dan jelaskan dua cara terjadinya sosialisasi!3. Jelaskan fungsi umum sosialisasi!4. Sebutkan faktor-faktor pembentuk kepribadian!5. Jelaskan peranan sosialisasi dalam membentuk kepribadian!6. Jelaskan mengapa keluarga disebut tempat pertama berlangsungnya sosialisasi!7. Sebutkan fungsi penting sekolah dalam proses sosialisasi!8. Sebutkan tujuan dari proses sosialisasi itu sendiri!9. Bilamana proses sosialisasi dikatakan berhasil?10. Jelaskan hubungan antara sosialisasi dengan kepribadian!
Sosiologi dalam Kurikulum SMA/MA 2013
AUGUST 15, 2013 LEAVE A COMMENT
Rate This
Akhirnya, setelah mengalami revisi, pembelajaran
sosiologi di SMA sesuai Kurikulum 2013 jelas sudah wujudnya. Kalau dalam draft terdahulu akan digabungkan
dengan Antropologi, dan ini mendapatkan banyak reaksi dari para ahli Sosiologi di perguruan tinggi, karena
perkawinan antara Sosiologi dengan Antropologi dalam pembelajarannya di SMA diprediksi akan melahirkan
kekacauan konsep, mengingat ada beberapa perbedaan sudut pandang dan metodologi di antara keduanya
dalam melakukan peng(k)ajian terhadap masyarakat.
Walaupun di kalangan guru-guru SMA masih terjadi aneka macam penafsiran terhadap materi pembelajaran,
tetapi yang sudah pasti adalah Sosiologi diajarkan tersendiri, terpisah dari Antropologi. Sosiologi diajarkan di
program peminatan ilmu sosial, sedangkan Antropologi diajarkan di program peminatan Bahasa.
Mengenai materi pembelajaran, sebenarnya tidak banyak perbedaan dengan yang ada di Kurikulum SMA
sebelumnya, baik 1994, 2004, maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang diterapkan sejak
2006. Perbedaan yang terjadi justru pada strategi pembelajaran. Berdasarkan KI dan KD yang ada, strategi
pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajarkan Sosiologi di SMA adalah dengan pendekatan
saintifik atau pendekatan ilmiah, mulai dari melakukan pengamatan atau obervasi terhadap gejala, menanya,
mengeksperimenkan atau mengeksplorasi, melakukan asosiasi, dan akhirnya mengomunikasikan.
Sebenarnya, strategi serupa juga sudah dikenalkan pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, seperti CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) pada Kurikulum 1984, pendidikan keterampilan proses pada Kurikulum 1994, maupun
pembelajaran berbasis kompetensi pada Kurikulum 2004 yang kemudian disempurnakan pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006. Subtstansi dari pembelajaran tersebut adalah lagi berorientasi
pada guru sebagaiman kurikulum 1973, melainkan pada siswa atau peserta didik. Guru tidak lagi menjadi satu-
satunya sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator, motivator, dan desainer pembelajaran. Sumber belajar
dapat berupa apa saja dan darimana saja, buku, majalah, dan berbagai dokumen tertulis, audio, bahan-bahan
audio-visual, termasuk sumber-sumber belajar yang langsung dari masyarakat. Hanya, dalam Kurikulum 2013
ini guru tidak dibiarkan untuk merancang sendiri strategi mengajarnya, melainkan sudah dituntun melalui silabus
yang diterbitkan secara nasional, menjadi bagian tak terpisahkan dari Kurikulum 2013.
Selanjutnya, jika dalam kurikulum sebelumnya guru diwajibkan untuk menyisipkan pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran, dan pendidikan karakter itu harus tercantum dalam silabus serta rencana pembelajaran,
maka dalam kurikulum baru, hal yang semacam dengan pendidikan karakter sudah masuk dalam Kompetensi
Inti (KI) di setiap mata pelajaran, yaitu menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya (KI 1) dan
menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia (KI 2).
Kemampuan atau kompetensi ideal (KI 1 dan 2) tersebut, diharapkan dapat tercapai setelah guru membelajarkan
para peserta didiknya dengan bahan ajar sesuai dengan disiplin ilmu atau mata pelajarannya dan menjadikan
peserta didiknya mampu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin-tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah (KI 3), dan mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan (KI 4).
Semoga teman-teman guru tidak sekedar membaca KI 1 sampai dengan KI 4 yang tercantum dalam Lampiran
Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tersebut sebagai sekumpulan kata-kata mutiara yang seolah-olah ada di
awang-awang, lengkap tak ada cela sebagai indikator manusia Indonesia yang seutuhnya. Apabila para peserta
didik benar-benar dapat diantarkan kepada kompetensi sebagaimana tertulis di atas, jelas permasalahan bangsa
dan negara kita akan selesai, dan tak perlu lagi ada KPK, atau bahkan lembaga kepolisian. Semua prosedur
sosial, politik, kebudayaan, maupun ekonomi yang merupakan sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat akan
terkendali dengan sendirinya, tanpa memerlukan lembaga-lembaga dan mekanisme pengendalian sosial.
Agar kita –para guru dan peminat Sosiologi SMA/MA, atau siapa saja, mendapatkan gambaran tentang bahan
ajar dan prosedur yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, maka marilah kita cermati Kompetensi Dasar
Sosiologi dalam Kurikulum SMA/MA 2013 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Permendikbud Nomor 69
Tahun 2013, tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Kelas X
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
1.1 Memperdalam nilai agama yang dianutnya
dan menghormati agama lain
1. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
2.1 Mensyukuri keberadaan diri dan keberagaman
sosial sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa
2.2 Merespon secara positif berbagai gejala sosial
di lingkungan sekitar
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
1. Memahami ,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
3.1 Mendeskripsikan fungsi Sosiologi dalam
mengkaji berbagai gejala sosial yang terjadi di
masyarakat
3.2 Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi
untuk memahami hubungan sosial antar individu,
antara individu dan kelompok serta antar kelompok
3.3 Menganalisis berbagai gejala sosial dengan
menggunakan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk
memahami hubungan sosial di masyarakat
3.4 Menerapkan metode-metode penelitian sosial
untuk memahami berbagai gejala sosial
1. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
4.1 Melakukan kajian, diskusi dan menyimpulkan
fungsi Sosiologi dalam memahami berbagai gejala
sosial yang terjadi di masyarakat
4.2 Melakukan kajian, diskusi, dan menyimpulkan
konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami
hubungan sosial antar individu, antara individu dan
kelompok serta antar kelompok
4.3 Melakukan kajian, diskusi dan mengaitkan
konsep-konsep dasar Sosiologi untuk mengenali
berbagai gejala sosial dalam memahami hubungan
sosial di masyarakat
4.4 Menyusun rancangan, melaksanakan dan
menyusun laporan penelitian sederhana serta
mengkomunikasikannya dalam bentuk tulisan, lisan
dan audio-visual
Kelas XI
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
1.1 Memperdalam nilai agama yang dianutnya dan
menghargai keberagaman agama dengan
menjunjung tinggi keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat
1. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
2.1 Menumbuhkan kesadaran individu untuk
memiliki tanggungjawab publik dalam ranah
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
perbedaan sosial
2.2 Menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial
terhadap perbedaan sosial
1. Memahami ,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
3.1 Memahami tinjauan Sosiologi dalam mengkaji
pengelompokkan sosial dalam masyarakat
3.2 Mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial
yang muncul dalam masyarakat
3.3 Memahami penerapan prinsip-prinsip
kesetaraan dalam menyikapi keberagaman untuk
menciptakan kehidupan harmonis dalam masyarakat
3.4 Menganalisis potensi-potensi terjadinya konflik
dan kekerasan dalam kehidupan masyarakat yang
beragam serta penyelesaiannya
3.5 Menerapkan metode penelitian sosial
berorientasi pada pemecahan masalah berkaitan
dengan konflik, kekerasan dan penyelesaiannya.
1. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
4.1 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi
tentang pengelompokkan sosial dengan
menggunakan tinjauan Sosiologi
4.2 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi
mengenai permasalahan sosial yang muncul di
masyarakat
4.3 Merumuskan strategi dalam menciptakan
kehidupan yang harmonis dalam masyarakat
berdasar prinsip-prinsip kesetaraan
4.4 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi
tentang konflik dan kekerasan serta upaya
penyelesaiannya
4.5 Merancang, melaksanakan dan menyusun
laporan penelitian sosial berorientasi pada
pemecahan masalah berkaitan dengan konflik,
kekerasan dan penyelesaiannya serta
mengkomunikasikannya dalam bentuk tulisan, lisan
dan audio-visual
Kelas XII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
1.1 Membuka wawasan terhadap berbagai
peradaban dunia untuk memperkuat nilai
keagamaan dan mendorong penghormatan terhadap
keragaman peradaban.
1. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
2.1 Mengembangkan kemampuan penyesuaian
diri terhadap perubahan sosial.
2.2 Menunjukkan rasa empati terhadap
ketimpangan sosial di masyarakat sekitar dan
mendorong partisipasi dalam mengatasinya
1. Memahami ,menerapkan, menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
3.1 Menganalisis perubahan sosial dan akibat
yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat
3.2 Mendeskripsikan berbagai permasalahan
sosial yang disebabkan oleh perubahan sosial di
tengah-tengah pengaruh globalisasi
3.3 Menganalisis ketimpangan sosial sebagai
akibat dari perubahan sosial di tengah-tengah
globalisasi
3.4 Menerapkan strategi pemberdayaan
komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai
kearifan lokal di tengah-tengah pengaruh globalisasi
3.5 Mengevaluasi aksi pemberdayaan komunitas
sebagai bentuk kemandirian dalam menyikapi
ketimpangan sosial.
1. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
4.1 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi
dalam perubahan sosial dan akibat yang
ditimbulkannya
4.2 Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi
tentang berbagai permasalahan sosial yang
disebabkan oleh perubahan sosial di tengah-tengah
pengaruh globalisasi
4.3 Mengolah hasil kajian dan pengamatan
tentang ketimpangan sosial sebagai akibat dari
perubahan sosial di tengahtengah globalisasi
4.4 Merancang, melaksanakan dan melaporkan
aksi pemberdayaan komunitas dengan
mengedepankan nilainilai kearifan lokal di tengah-
tengah pengaruh globalisasi
4.5 Memaparkan inisiatif, usulan, alternatif dan
rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi aksi
pemberdayaan komunitas
Yang pertama, marilah kita cermati tentang materi ajar atau topik-topik pembelajarannya, mulai dari kelas X, XI
dan XII.
Kelas X
Agar peserta didik mampu memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghormati agama lain,
menumbuhkan kesadaran individu untuk memiliki tanggungjawab publik dalam ranah perbedaan sosial, dan
menunjukkan sikap toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan sosial, para perserta didik kelas X akan
dibelajarkan tentang
1. Fungsi Sosiologi dalam mengkaji berbagai gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Hal-hal yang akan dikaji
dalam topik ini antara lain, pengertian tentang sosiologi, sejarah sosiologi, tokoh-tokoh yang berperan pada
tahap awal/perintis atau founding fathers, pokok-pokok kajian sosiologi, dan manfaat sosiologi dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami hubungan sosial antar individu, antara individu dan
kelompok serta antar kelompok. Hal-hal yang dikaji dalam pembelajaran antara lain, tentang nilai dan norma
sosial sebagai dasar interaksi sosial, pengertian interaksi sosial, macam-macam atau bentuk-bentuk proses-
proses yang menjauhkan (disosiatif) atau mendekatkan (asosiatif), keteraturan atau ketertiban sosial
3. Berbagai gejala sosial dengan menggunakan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami hubungan
sosial di masyarakat. Gejala-gejala sosial yang dikaji dalam bagian ini adalah proses-proses atau gejala-
gejala yang secara dasar harus diketahui oleh para peserta didik, seperti sosialisasi, pembentukan
kepribadian, perilaku menyimpang, dan pengendalian sosial.
4. Metode penelitian sosial untuk memahami berbagai gejala sosial. Dalam hal ini peserta didik dibelajarkan
dengan bagaimana menyusun rancangan penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun laporan
penelitian sederhana, serta mengkomunikasikannya dalam bentuk tulisan, lisan dan/atau audio-visual.
Memperhatikan draft silabus yang beredar di teman-teman guru, pembelajaran sosiologi kelas X akan
berlangsung kurang lebih 35 minggu, di mana 8 minggu pertama untuk kajian tentang fungsi sosiologi dalam
mengenali gejala sosial dalam masyarakat, 9 minggu kedua untuk kajian tentang individu, kelompok, dan
hubungan sosial, 9 minggu berikutnya tentan ragam gejala sosial dalam masyarakat (sosialisasi, kepribadian,
penyimpangan, dan pengendalian sosial) dan 9 minggu terakhir untuk metode penelitian sosial sederhana.
Kelas XI
Untuk mencapai kemampuan atau kompetensi memperdalam nilai agama yang dianutnya dan menghargai
keberagaman agama dengan menjunjung tinggi keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, menumbuhkan
kesadaran individu untuk memiliki tanggungjawab publik dalam ranah perbedaan sosial, dan menunjukkan sikap
toleransi dan empati sosial terhadap perbedaan sosial, peserta didik kelas XI akan dibelajarkan tentang
1. Tinjauan Sosiologi dalam mengaji pengelompokkan sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini para peserta
didik akan mempelajari tentang berbagai macam jenis kelompok dalam masyarakat, baik yang teratur
maupun yang tidak teratur, baik yang relatif tetap maupun yang sementara.
2. Mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial yang muncul dalam masyarakat, seperti masalah-masalah
dalam hubungan antar-kelompok, seperti adanya streotipe, prasangka, perilaku kolektif, dan juga pola-pola
hubungan antar-kelompok, seperti nasionalitas, pluralisme, integrasi, dan sebagainya.
3. Memahami penerapan prinsip-prinsip kesetaraan dalam menyikapi keberagaman untuk menciptakan
kehidupan harmonis dalam masyarakat. Dalam hal ini para peserta didik akan mempelajari tentang struktur
dan proses-proses yang terjadi dalam struktus sosial masyarakat, seperti stratifikasi sosial, diferensiasi
sosial, dan juga mobiitas sosial.
4. Menganalisis potensi-potensi terjadinya konflik dan kekerasan dalam kehidupan masyarakat yang beragam
serta penyelesaiannya. Secara khusus peserta didik akan mempelajari tentang berbagai macam bentuk
konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung,
baik yang bersifat verbal maupun non-verbal.
5. Menerapkan metode penelitian sosial berorientasi pada pemecahan masalah berkaitan dengan konflik,
kekerasan dan penyelesaiannya. Setelah di kelas X para peserta didik dibelajarkan tentang rancangan dan
metode penelitian sosial sederhana, di kelas XI ini para siswa akan memraktekkannya untuk mengaji tentang
konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat.
Kelas XII
Agar para peserta didik dapat mencapai kompetensi membuka wawasan terhadap berbagai peradaban dunia
untuk memperkuat nilai keagamaan dan mendorong penghormatan terhadap keragaman peradaban,
mengembangkan kemampuan penyesuaian diri terhadap perubahan sosial, dan menunjukkan rasa empati
terhadap ketimpangan sosial di masyarakat sekitar dan mendorong partisipasi dalam mengatasinya, peserta
didik kelas XII akan dibelajarkan tentang
1. Perubahan sosial dan akibat yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat, seperti konsep tentang
perubahan sosial, faktor-faktor penyebab perubahan, faktor-faktor pendorong dan penghambat, bentuk-
bentuk perubahan sosial, termasuk dalam hal ini industrialisasi, modernisasi, dan urbanisasi.
2. Berbagai permasalahan sosial yang disebabkan oleh perubahan sosial di tengah-tengah pengaruh
globalisasi, seperti dampak positif, dampak negatif dari perubahan sosial.
3. Ketimpangan sosial sebagai akibat dari perubahan sosial di tengah-tengah globalisasi.
4. Strategi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal di tengah-tengah
pengaruh globalisasi, yang antara lain meliputi cara berfikir, cara berperasaan, dan cara bertindak dalam
masyarakat yang telah institutionalized.
5. Aksi pemberdayaan komunitas sebagai bentuk kemandirian dalam menyikapi ketimpangan sosial. Para
siswa dapat mencermati langkah-langkah yang akan atau telah dilakukan oleh berbagai Lembaga Swadaya
Masyaraka (NGO/LSM), dan juga strategi pembedayaan masyarakat melalui pembangunan.
Demikian, semoga menjadi bahan awal diskusi dalam rangka berbagaipakai informasi tentang pelaksanaan
Kurikulum SMA/MA 2013, khususnya dalam pembelajaran Sosiologi.
PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 1
PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE, DAN FUNGSI
Oleh Agus Santosa, SMA Negeri 3 Yogyakarta
A. Pendahuluan
Manusia pada dasarnya hidup di dalam suatu lingkungan yang serba berpranata.
Artinya, segala tindakan dan perilakunya senantiasa akan diatur menurut cara-cara
tertentu yang telah disepakati bersama. Dalam studi sosiologi dan antropologi, caracara tertentu yang telah disepakti bersama itu disebut sebagai pranata sosial, atau
dalam istilah lain lembaga sosial, atau kadang juga disebut sebagai organisasi sosial
atau lembaga kemasyarakatan.
Apabila seseorang masuk di dalam suatu lingkungan sosial tertentu –misalnya
keluarga atau sekolah— ia akan dilayani sekaligus terikat oleh seperangkat aturan
yang berlaku di lingkungan tersebut sesuai dengan kedudukan/status dan perannya.
Seseorang yang berkedudukan sebagai ayah dalam suatu keluarga akan dilayani
sekaligus terikat oleh seperangkat aturan, misalnya setiap pagi akan disedikan minum
teh atau kopi beserta kudapannya oleh seseorang yang berkedudukan sebagai isteri,
sekaligus ia akan terikat oleh seperangkat aturan tertentu, misalnya harus melindungi
keluarga, bertanggung jawab atas nafkah keluarga, bertindak mewakili keluarga
terhadap keluarga atau pihak lain, dan seterusnya. Demikian juga seorang murid di
suatu lingkungan sekolah, ia akan mendapatkan pelayanan tertentu, misalnya dalam
hal pembelajaran, menerima informasi, dan sebagainya, tetapi sekaligus akan terikat
oleh seperangkat norma yang berlaku, misalnya tentang prasyarat mengikuti
pendidikan pada jenjang tertentu, untuk dapat mengikuti pendidikan di jenjang SMP
harus lulus SD terlebih dahulu, untuk mengikuti pendidikan di jenjang SMA harus
lulus SMP dulu, harus mengenakan seragam tertentu, harus mengikuti prosedur
tertentu, misalnya dapat mengikuti ujian setelah mengikuti pendidikan dalam kurun
waktu tertentu, dan seterusnya.
Di dalam kehidupan masyarakat, jumlah pranata sosial yang ada relatif beragam dan
jumlahnya terus berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat itu
sendiri. Selain pranata keluarga dan pendidikan seperti tersebut pada contoh di atas,
masih banyak pranata sosial lain, yang secara umum memiliki fungsi yang sama, yaitu
mengatur cara-cara warga masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang
penting.
Setidaknya di dalam masyarakat terdapat lima pranata atau lembaga sosial yang
pokok, yaitu: (1) keluarga, (2) pendidikan, (3) ekonomi, (4) politik, dan (5) agama.
Namun, menurut ahli antropologi –seperti S.F. Nadel (1953) dan Koentjaraningrat
(1979), di luar lembaga pokok yang telah disebutkan tadi, terdapat pranata lain,
seperti: pranata ilmiah, pranata keindahan, dan juga pranata rekreasi.
B. Pengertian Pranata Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian pranata sosial sering bias atau rancu dengan
pengertian kelompok sosial atau asosiasi. Apalagi kalau menggunakan istilah lembaga
sosial, organisasi sosial, atau lembaga kemasyarakatan. Pada uraian ini akan PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 2
dijelaskan, bahkan ditegaskan, tentang pengertian pranata sosial, dan perbedaannya
dengan kelompo sosial atau asosiasi.
Horton dan Hunt (1987) mendefinisikan pranata sosial sebagai lembaga sosial, yaitu
sistem norma untuk mencapai tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang
penting.
Di dalam sebuah pranata sosial akan ditemukan seperangkat nilai dan norma sosial
yang berfungsi mengorganir (menata) aktivitas dan hubungan sosial di antara para
warga masyarakat dengan suatu prosedur umum sehingga para warga masyarakat
dapat melakukan kegiatan atau memenuhi kebutuhan hidupnya yang pokok.
Koentjarningrat (1979) menyatakan bahwa pranata sosial adalah sistem-sistem yang
menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut
pola-pola atau sistem tatakelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitasaktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat.
Terdapat tiga kata kunci dalam setiap pembahasan tentang pranata sosial, yaitu: (1)
nilai dan norma sosial, (2) pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut dengan
prosedur umum, dan (3) sistem hubungan, yaitu jaringan peran serta status yang
menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang
berlaku.
Pranata sosial pada dasarnya bukan merupakan sesuatu yang kongkrit, dalam arti
tidak selalu hal-hal yang ada dalam suatu pranata sosial dapat diamati atau dapat
dilihat secara empirik (kasat mata). Tidak semua unsur dalam suatu pranata sosial
mempunyai perwujudan fisik. Bahkan, pranata sosial lebih bersifat konsepsional,
artinya keberadaan atau eksistensinya hanya dapat ditangkap dan difahami melalui
pemikiran, atau hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau
konstruksi yang ada di alam pikiran. Beberapa unsur pranata dapat diamati atau
dilihat, misalnya perilaku-perilaku individu atau kelompok ketika melangsungkan
hubungan atau interaksi sosial dengan sesamanya.
Hal penting yang perlu ditegaskan di sini adalah bahwa seorang individu atau
sekelompok orang dapat saja datang dan pergi dalam suatu lembaga, tetapi fungsi
individu atau kelompok dalam pranata hanyalah sebagai pelaksana fungsi atau
pelaksana kerja dari suatu unsur lembaga sosial. Kedatangan atau kepergian individu
atau sekelompok individu tidak akan menganggu eksistensi dari suatu lembaga sosial.
Individu atau sekelompok individu di dalam pranata sosial, kedatangannya atau
kepergiannya hanyalah berfungsi saling menggantikan.
Agar lebih jelas tentang pranata sosial, berikut disajikan tentang perbedaannya dengan
kelompok sosial atau asosiasi.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 3
Konteks perbandingan
Lembaga/Pranata Sosial Asosiasi/kelompok/badan sosial
Pengertian Suatu sistem norma khusus
yang menata serangkaian
tindakan berpola untuk
keperluan khusus manusia
dalam kehidupan
bermasyarakat
(Koentjaraningrat)
Sistem pola sosial yang
tersusun rapi dan secara
relatif bersifat permanen,
mengandung perilaku
tertentu yang kokoh dan
terpadu demi pemuasan
kebutuhan pokok manusia
(Bruce J. Cohen)
Orang-orang yang berkumpul
membentuk unit atau satuan sosial:
Saling berinteraksi
Memiliki kesadaran sebagai
satuan sosial dan solidaritas
Membentuk sistem hidup
bersama yang “melakukan suatu
aktivitas” untuk mencapai
tujuan tertentu
Menghasilkan kebudayaan
(disarikan dari beberapa pengertian)
Komponen
utamanya
Komponen utamanya adalah
aturan-aturan (sistem norma)
Memiliki pengikut, orangorang dalam lembaga dapat
datang dan pergi tanpa
menganggu eksistensi
lembaga sosial, karena hanya
melaksanakan fungsi dari
suatu status atau kedudukan
Komponen utamanya adalah
orang-orang yang melakukan
aktivitas dalam bidang tertentu
Memiliki anggota; suatu
kelompok akan bubar apabila
orang-orang yang menjadi
anggotanya keluar dari
kelompok
Contoh Permainan olah raga sepak
bola
Jurnalistik
Pendidikan Menengah
Umum
Perkawinan /keluarga
Organisasi Kesiswaan
Tim sepakbola: PSS, PSIM,
PERSIJA, dst.
PT Abdi Bangsa, Penerbit HU
Republika
SMA Negeri 3
Yogyakarta/SMA Islam
Terpadu Abu Bakar
Kantor Urusan Agama
Kecamatan Pakem/Keluarga
Pak Yekti
OSIS/MPKPRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 4
C. Proses Pelembagaan (Institusionalisasi)
Proses pelembagaan atau institusionalisasi adalah suatu proses penggantian tindakantindakan spontan dan coba-coba (eksperimental) dengan perilaku yang “diharapkan”,
“dipolakan”, “diatur”, serta “dapat diramalkan”.
Tahapan-tahapan dalam proses pencapaian tujuan bukanlah sesuatu yang dibuat
secara tiba-tiba, spontan ataupun eksperimental. Ia merupakan proses yang telah
berlangsung lama, diketahui dan diterima oleh banyak orang dan mengikat kepada
setiap warga masyarakat. Antisipasi terhadapnya adalah strategi, organisasi, stabilitas
emosi dan, tentu saja, komitmen!
Seperangkat hubungan sosial dinyatakan melembaga (institutionalized) apabila:
1. Berkembang sistem yang teratur berkenaan dengan status dan peran yang harus
dilaksanakan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas atau memenuhi
kebutuhan hidup tertentu
2. Sistem harapan, status dan peran telah berlaku umum dan diterima sebagian besar
warga masyarakat.
Proses berlangsungnya dapat digambarkan sebagai berikut. Orang mencari-cari cara
untuk memenuhi kebutuhannya. Ditemukan cara yang terbukti mudah dilakukan dan
berhasil baik. Selanjutnya cara tersebut diulang-ulang. Cara tersebut dibakukan
sehingga mengikat para warga masyarakat untuk menggunakannya. Jika telah
mengikat, artinya cara tersebut artinya telah melembaga. Ingat baik-baik tentang
perkembangan norma mulai dari usage, folkways, mores, customs sampai dengan
Law.
D. Tujuan dan Fungsi Pranata Sosial
Diciptakannya pranata sosial pada dasarnya mempunyai maksud serta tujuan yang
secara prinsipil tidak berbeda dengan norma-norma sosial, karena pada dasarnya
pranata sosial merupakan seperangkat norma sosial.
Secara umum, tujuan utama pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan
hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar
kehidupan sosial para warga masyarakat dapat berjalan dengan tertib dab lancar
sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Contoh: pranata keluarga mengatur
bagaimana keluarga harus merawat (memelihara) anak. Pranata pendidikan mengatur
bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak sehingga dapat menghasilkan lulusan
yang handal.
Tanpa adanya pranata sosial, kehidupan manusia dapat dipastikan bakal porak
poranda kaena jumlah prasarana atau sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia
relatif terbatas, sementara jumlah orang yang membutuhkan justru semakin lama
semakin banyak. Itulah mengapa semakin lama, seiring dengan meningkatkan jumlah
penduduk suatu masyarakat, pranata sosial yang ada di dalamnya juga semakin
banyak dan kompleks. Kompleksitas pranata sosial pada masyarakat desa akan lebih
rendah daripada masyarakat kota.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 5
Koentjaraningrat (1979) mengemukakan tentang fungsi pranata sosial dalam
masyarakat, sebagai berikut:
1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku
atau bersikap di dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya
fungsi ini kaena pranata sosial telah siap dengan bebagai aturan atau kaidahkaidah sosial yang dapat digunakan oleh anggota-anggota masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
2. Menjaga keutuhan masyarakat (integrasi sosial) dari ancaman perpecahan
(disintegrasi sosial). Hal ini mengingat bahwa jumlah prasarana atau sarana untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia terbatas adanya, sedangkan orang-orang
yang membutuhkannya semakin lama justru semakin meningkat kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga memungkinkan timbulnya persaingan (kompetisi) atau
pertentangan/pertikaian (konflik) yang bersumber dari ketidakadilan atau
perebutan prasarana atau sarana memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Sistem
norma yang ada dalam suatu pranata sosial akan berfungsi menata atau mengatur
pemenuhan kebutuhan hidup dari para warga masyarakat secara adil dan
memadai, sehingga keutuhan masyarakat akan terjaga.
3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam melakukan pengendalian sosial
(social control). Sanksi-sanksi atas pelanggaran norma-norma sosial merupakan
sarana agar setiap warga masyarakat konformis (menyesuaikan diri) terhadap
norma-norma sosial itu, sehingga tertib sosial dapat terwujud. Dengan demikian,
sanksi yang melakat pada setiap norma itu merupakan pegangan dari warga
masyarakat untuk melakukan pengendalian sosial –meluruskan—warga
masyarakat yang perilakunya menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku.
E. Karakteristik Pranata Sosial
Dari uraian-uraian sebelumnya dapat ditemukan unsur-unsur yang terkandung dalam
pengertian atau konsep pranata sosial, seperti: (1) berkaitan dengan kebutuhan pokok
manusia dalam hidup bermasyarakat, (2) merupakan organisasi yang relatif tetap dan
tidak mudah berubah, (3) merupakan organisasi yang memiliki struktur, misalya
adanya status dan peran, dan (4) merupakan cara bertindak yang mengikat.
Gillin dan Gillin mengemukakan ciri-ciri pranata sosial sebagaimana dikutip oleh
Selo Soemadjan dan Soelaiman Soemardi (1964) dan Koentjaraningrat (1979) yang
ringkasannya sebagai berikut:
1. Pranata sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan perilakuan yang
terwujud sebagai aktivitas warga masyarakat yang berpijak pada suatu “nilai
tertentu” dan diatur oleh: kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat maupun hukum.
2. Pranata sosial memiliki tingkat kekekalan relatif tertentu. Pranata sosial pada
umumnya mempunyai daya tahan tertentu sehingga tidak cepat lenyap dari
kehidupan bermasyarakat. Umur yang relatif lama itu karena seperangkat norma
yang merupakan isi suatu pranata sosial terbentuk dalam waktu yang relatif lama
dan tidak mudah, juga karena norma-norma tersebut berorientasi pada kebutuhan
pokok, maka masyarakat berupaya menjaga dan memelihara pranata sosial
tersebut sebaik-baiknya, apalagi kalau pranata tersebut berkaitan dengan nilainilai sosial yang dijunjung tinggiPRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 6
3. Pranata sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan yang ingin dicapai atau
diwujudkan.
4. Memiliki alat-alat perlengkapan baik keras (hardware) maupun lunak (soft ware)
untuk mencapai atau mewujudkan tujuan-tujuan dari pranata sosial. Karena
masing-masing pranata memiliki tujuan yang berbeda-beda, maka
perlengkapannyapun berbeda antara satu pranata dengan pranata lainnya.
Perlengkapan dalam pranata keluarga berbeda dari perlengkapan pada lembaga
pendidikan, ekonomi, politik, maupun agama
5. Memiliki simbol atau lambang tersendiri. Lambang, di samping merupakan
spesifikasi dari suatu pranata sosial, juga sering dimaksudkan secara simbolis
menggambarkan tujuan atau fungsi dari suatu pranata. Lambang suatu pranata
sosial daat berupa gambar, tulisan, atau slogan-slogan, yang dapat merupakan
representasi ataupun sekedar menggambarkan spesifikasi dari pranata sosial yang
besangkutan. Misalnya Burung Garuda atau Bendera Merah Putih dapat
merepresentasikan Indonesia, sedangkan gambar buku dan pena merupakan
gambaran dari spesifikasi suatu lembaga pendidikan.
6. Memiliki dokumen atau tradisi baik lisan maupun tertulis yang berfungsi sebagai
landasan atau pangkal tolak untuk mencapai tujuan serta melaksanakan fungsi.
F. Unsur-unsur Pranata Sosial
Menurut Horton dan Hunt (1987), setiap pranata sosial mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut.
1. Unsur budaya simbolik, misalnya cincin kawin dalam lembaga keluarga
2. Unsur budaya manfaat, misalnya rumah atau kendaraan dalam lembaga keluarga
3. Kode spesifikasi baik lisan maupun tertulis, misalnya akta atau ikrar nikah dalam
lembaga keluarga
4. Pola perilakuan, misalnya pemberian perlindungan dalam lembaga keluarga
5. Ideologi, misalnya cinta dan kasih sayang dalam lembaga keluarga
G. Tipe-tipe Pranata Sosial
Sebagaimana telah disampaikan pada uraian terdahulu, pranata sosial mempunyai
tujuan-tujuan umum yang sama, yakni mengatur warga masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, tetapi apabila dirinci lebih lanjut, karena kebutuhan hidup itu
juga bermacam-macam, di dalam masyarakat dijumpai pranata sosial yang bermacammacam tipologinya.
Gillin dan Gillin (1954) mengemukakan tipe-tipe pranata sosial (dikutip oleh
Koentjaraningrat, juga oleh Soerjono Soekanto) sebagai berikut.
1. Menurut perkembangannya, dibedakan antara crescive dan enacted institutions,
yakni pranata sosial yang tumbuh dengan sendirinya dan lembaga yang sengaja
dibentuk.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 7
2. Berdasarkan orientasi nilainya, dibedakan antara pranata sosial dasar (basic
institutions) dan subsider (subsidiary institutions), yakni lembaga sosial yang
berdasarkan nilai dasar dan vital, misalnya keluarga, agama, dst., dan lembaga
sosial yang dibangun di atas dasar nilai yang tidak penting, misalnya rekreasi.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat, ditemukan lembaga sosial bersanksi dan tidak
bersanksi, yakni lembaga sosial yang adanya diharapkan oleh masyarakat,
misalnya perkawinan, dan lembaga sosial yang keberadaannya ditolak oleh
masyarakat, misalnya kumpul kebo (cohabitation).
4. Dari sudut komppleksitas penyebarannya, dibedakan antara pranata sosial umum
(general institutions) dan lembaga sosial terbatas (restricted instutions), yakni
lembaga sosial yang ditemukan dalam setiap masyarakat, misalnya keluarga, dan
lembaga sosial yang hanya ditemukan pada masyarakat yang terbatas, misalnya
keluarga patrilineal.
5. Berdasarkan fungsinya, dibedakan antara pranata sosial operatif (operative
institutions) dengan pranata sosial regulatif (regulative institutions), yakni
lembaga sosial yang fungsinya memproduksi atau menghasilkan jasa atau barang
kebutuhan masyarakat, dan lembaga yang fungsi utamanya menciptakan
keteraturan (regulasi) dalam masyarakat. Bedakan antara lembaga pendidikan atau
ekonomi/industri dengan lembaga kepolisian, kejaksaan, atau kehakiman.
F. Pranata Sosial Pokok
Sebagaimana telah disebut di bagian depan uraian ini, di dalam masyarakat dijumpai
setidaknya lima pranata sosial pokok, yaitu: (1) keluarga, (2) agama, (3) ekonomi. (4)
politik, dan (5) pendidikan, di samping adanya pranata-pranata yang berada di luar
itu, seperti pranata ilmiah, pranata keindahan, dan pranata rekreasi. Berikut ini akan
diuraikan tentang lima lembaga pokok.
1. Pranata Keluarga
Pranata keluarga adalah pranata yang berfungsi untuk menata atau mengatur aktivitas
warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Keluarga merupakan pranata sosial dasar dan bersifat universal. Keluarga merupakan
pusat terpenting dari pranata-pranata lainnya. Di masyarakat mana pun di dunia ini,
akan selalu dijumpai pranata keluarga.
Horton dan Hunt (1987) mengemukakan bahwa, istilah keluarga umumnya digunakan
untuk menyebut: (1) suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama, (2)
suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh hubungan darah atau perkawinan,
(3) pasangan perkawinan, dengan atau tanpa anak-anak, (4) pasangan perkawinan
yang mempunyai anak, (5) satu orang –dua atau janda—dengan beberapa anak.
Aktivitas warga masyarakat yang diatur oleh lembaga keluarga antara lain: (1)
masalah kelangsungan keturunan hidup, hal ini menyangkut kebutuhan akan relasi PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 8
seksual antara pria dan wanita yang diatur oleh lembaga perkawinan, (2) masalah
perawatan atau pemeliharaan anak-anak baik yang bersifat fisik, biologis, psikologis
maupun sosial, dan (3) hubungan persaudaraan, darah, kekerabatan dan organisasi
kekeluargaan.
Berdasarkan orientasi atau proses pembentukannya, Horton dan Hunt (1987)
membedakan antara keluarga konjugal (conjugal family) atau keluarga inti dengan
keluarga konsanguinal (consanguine family) atau keluarga kerabat. Keluarga konjugal
adalah keluarga yang dibentuk oleh perkawinan. Anggota keluarga ini adalah suami,
isteri, dan anak-anak yang belum kawin. Kadang juga dinamakan sebagai the family
of procreation. Dalam keluarga ini anggota keluarga lebih menekankan pada
pentingnya hubungan perkawinan dari pada hubungan darah. Keluarga konsanguinal
adalah keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Sering disebut sebagai the
family of orientation. Dalam keluarga jenis ini hubungan darah lebih dipentingkan
dari pada hubungan perkawinan.
Keluarga inti
Keluarga inti (atau biasanya disebut dengan istilah keluarga saja) adalah keluarga
yang terdiri atas ayah atau suami, ibu atau isteri dengan atau tanpa anak-anak baik
yang dilahirkan maupun yang diadopsi (anak angkat). Istilah lainnya adalah: keluarga
batih, somah atau nuclear family.
Beberapa pranata sosial dasar yang berhubungan dengan keluarga inti adalah: (1)
kencan (dating), (2) peminangan, (3) pertunangan, dan (4) perkawinan. Tidak semua
pranata sosial dasar ini dijumpai pada suatu masyarakat atau sukubangsa. Pranata
kencan atau dating mungkin banyak dijumpai pada masyarakat Eropa Barat dan
Amerika Utara, tetapi tidak banyak dijumpai pada masyarakat Timur seperti
Indonesia.
Pranata kencan (dating)
Kencan merupakan perjanjian sosial yang secara kebetulan dilakukan oleh dua
individu yang berlainan jenis kelaminnya untuk mendapatkan kesenangan. Pada
umumnya, kencan ini mengawali suatu perkawinan. Jadi fungsi kencan yang
sebenarnya adalah memberi kesempatan bagi kedua belah pihak (laki-laki dan
perempuan) untuk saling mengenal, atau bahkan saling menyelidiki kepribadian,
sebelum mereka berdua mengikatkan diri dalam suatu perkawinan.
Tidak semua keluarga dari berbagai bagian dunia ini mengikuti pranata sosial kencan
ini. Dalam suatu masayarakat di mana jodoh itu ditentukan oleh orangtua, maka
pranata kencan tidak dijumpai, atau bahkan dilarang.
Dewasa ini, pada beberapa masyarakat, kencan tidak selalu diorientasikan kepada
terbentuknya perkawinan atau keluarga, melainkan hanya untuk tujuan bersenangsenang, sehingga dapat dilakukan oleh orang-orang yang saling suka meskipun tidak
bermaksud membentuk suatu keluarga.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 9
Pranata Peminangan (courtship)
Apabila melalui pranata kencan hubungan antara dua individu berjenis kelamin
berbeda itu telah mantap, maka dapat dilanjutkan dengan peminangan, yaitu
permintaan untuk menjalin sebuah hubungan eksklusif (khusus dan tertutup) di antara
dua orang berbeda jenis kelamin yang akan melangsungkan perkawinan. Peminangan
dapat dilakukan oleh pihak laki-laki maupun pihak perempuan, sesuai dengan pranata
sosial yang berlaku. Pada masyarakat Minangkabau, peminangan dilakukan oleh
pihak perempuan. Pada banyak masyarakat dilakukan oleh pihak laki-laki.
Pranata Pertunangan (mate-selection)
Pertunangan dapat diartikan sebagai hubungan yang diumumkan secara resmi/formal
di antara laki-laki dengan perempuan yang bermaksud untuk menikah. Pranata
pertunangan ini lebih banyak dikenal di negara-negara Eropa Barat dan Amerika
Utara. Sementara di masyarakat Asia, pertunangan hanya dilakukan di kalangan
tertentu, biasanya di kalangan menengah atas atau orang kota.
Pranata Perkawinan (marriage)
Pranata terakhir yang berkaitan dengan pembentukan keluarga inti adalah perkawinan,
yang secara sosiologis dapat diartikan sebagai ikatan antara seorang laki-laki atau
lebih dengan seorang perempuan atau lebih yang terbentuk atau berlangsung melalui
persetujuan masyarakat. Konsekuensi dari suatu perkawinan adalah adanya status
baru (suami dan isteri) yang diikuti dengan sederet hak dan kewajiban atau tanggung
jawab baru.
Horton dan Hunt (1987) memberikan batasan bahwa perkawinan merupakan pola
sosial yang disetujui dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga.
Menurut UU Perkawinan RI, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang lakilaki dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Mahaesa (Pasal
1 UU Nomor 1 Tahun 1974). Definisi menurut undang-undang ini agak berbeda
dengan definisi sosiologi, karena landasan berfikir yang berbeda. Definisi menurut
undang-undang berpijak pada bagaimana sebaiknya suatu peristiwa sosial itu
berlangsung, sedangkan definisi sosiologi lebih berdasarkan pada bagaimana suatu
peristiwa sosial itu apa adanya (taken from granted). Sehingga dalam definisi
sosiologi, perkawinan dapat diartikan sebagai ikatan antara seorang laki-laki atau
beberapa laki-laki dengan seorang wanita atau beberapa wanita dalam suatu hubungan
suami isteri dan diberi sanksi sosial. Definisi ini didasarkan pada kenyataan, bahwa
perkawinan tidak selalu merupakan ikatan antara seorang wanita dengan seorang lakilaki (monogami), melainkan dapat berlangsung dalam bentuk poligami, dapat antara
seorang laki-laki dengan lebih dari satu perempuan (poligini), seorang perempuan
dengan beberapa laki-laki (poliandri), atau bahkan beberapa laki-laki dengan
beberapa perempuan (conogami atau group marriage).
Pijakan sahnya perkawinan dapat didasarkan pada ketentuan adat, agama, ataupun
hukum negara, dan suatu perkawinan akan memiliki legalitas yang kuat apabila PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 10
dilangsungkan sesuai dengan tiga ketentuan tersebut, jadi sah secara adat, sah secara
agama, dan sah secara hukum negara. Perkawinan siri merupakan contoh perkawinan
yang sah menurut ketentuan agama, tetapi tidak menurut hukum negara.
Keluarga Luas
Keluarga luas lebih didasarkan pada pertalian atau ikatan darah atau ketutunan
daripada ikatan perkawinan, sehingga sifatnya lebih stabil, karena eksistensinya tidak
terganggu oleh adanya perceraian.
Karena dasar utamanya adalah garis keturunan, maka dapat dibedakan antara keluarga
luas parental (bilateral) yang menghitung garis keturunan melalui pihak laki-laki
(ayah) maupun perempuan (ibu), dan keluarga luas unilineal, yang menghitung garis
keturunan berdasarkan keturunan ayah saja (patrilineal), atau ibu saja (matrilineal).
Keluarga Luas Bilateral (Parental)
Keluarga luas bilateral menentukan garis keturunan berdasarkan garis keturunan dua
pihak, laki-laki (ayah) dan perempuan (ibu). Sehingga, dapat dipastikan dalam
keluarga luas bilateral, semua kerabat biologis akan sekaligusmenjadi kerabat
kultural. Seseorang akan mempunyai dua orang kakek, yaitu ayahnya ayah dan
ayahnya ibu, dan dua orang nenek, yaitu ibunya ayah dan ibunya ibu. Keluarga jenis
ini dijumpai pada banyak masayarakat, antara lain Jawa dan Sunda.
Keluarga Luas Unilineal
Pada keluarga luas unilineal garis keturunan ditentukan berdasarkan satu pihak, yaitu
ibu saja atau ayah saja, sehingga tidak semua kerabat biologis otomatis menjadi
kerabat kultural.
Pada keluarga luas matrilineal, garis keturunan ditentukan berdasarkan garis ibu,
sehingga ayahnya ibu, anak dari anak laki-laki, anaknya saudara laki-laki ibu, dan
seterusnya, meskipun secara biologis adalah kerabat, tetapi secara kultural mereka
bukanlah kerabat.
Sebaliknya, pada keluarga luas patrilineal, garis keturunan ditentukan berdasarkan
garis ayah, sehingga ibunya ayah, anak dari anak perempuan, anaknya saudara
perempuan ayah, dan seterusbya, meskipun secara biologis adalah kerabat, tetapi
secara kultural mereka bukanlah kerabat.
Pola menetep setelah menikah
Lingkup pranata keluarga juga meliputi Di dalam masyarakat terdapat beberapa pola
menetap (residence pattern), seperti:
a. Patrilokal (menetap di keluarga pihak suami)
b. Matrilokal (menetap di keluarga pihak isteri)
c. Ambilokal atau utrolokal (memilih di pihak suami atau isteri)
d. Natalokal (di tempat lahir masing-masing)
e. Neolokal (menetap di tempat tinggal yang baru)
f. Avunkolokal (di keluarga saudara laki-laki ibu)PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 11
Fungsi Keluarga
Karena dalam banyak masyarakat, keluarga dianggap sangat penting dan menjadi
pusat perhatian kehidupan individu, bahkan anggota keluarga yang satu
memperlakukan anggota keluarga lain sebagai tujuan, maka fungsi keluarga dalam
banyak masyarakat relatif sama. Secara rinci, beberapa fungsi dari keluarga adalah:
a. Fungsi Reproduksi atau pengaturan keturunan
Fungsi ini merupakan hakikat dari keluarga untuk menjaga kelangsungan hidup
manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan sekedar
kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
sosial, misalnya melanjutkan keturunan, mewariskan harta kekayaan, ataupun
jaminan di hari tua.
b. Fungsi Afeksi atau kasih sayang
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau rasa
dicintai. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius
merupakan salah ciri khas anak-anak yang di keluarganya tidak merasakan kasih
sayang.
c. Sosialisasi atau pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak
hingga terbentuk kepribadian atau personality-nya. Anak-anak itu lahir tanpa
bekal keterampilan sosial, maka agar anak dapat berpartisipasi dalam kehidupan
sosial, orangtua perlu mensosialisasikan tentang nilai-nilai dan norma-norma
sosial yang berlaku di masyarakatnya. Anak-anak harus dibelajarkan tentang suatu
hal, apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang pantas dan tidak pantas, apa yang
baik dan tidak baik, sehingga si anak dapat hidup wajar dan diterima oleh sesama
anggota masyarakat/kelompoknya.
d. Fungsi Ekonomi atau produksi
Suatu keluarga diharapkan menjalankan fungsi ekonomi, dalam arti dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan material para anggota keluarga. Fungsi ini harus
berjalan, karena para anggota keluarga memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat material yang untuk memenuhinya harus ada pengorbanan-pengorbanan
yang bersifat ekonomi. Dalam banyak masyarakat, seorang suami atau ayah
dituntut untuk menjalankan fungsi produksi untuk menjamin nafkah bagi
keluarganya. Dalam masyarakat yang telah menganut kesetaraan laki-laki
perempuan, fungsi produksi dalam arti mencari nafkah tidak hanya merupakan
beban laki-laki, tetapi dapat menjadi tugas bersama antara seorang suami dan
isteri.
Apabila fungsi ekonomi keluarga ini tidak terjamin, dapat menganggu
pelaksanaan fungsi-fungsi lain dari keluarga, seperti afeksi dan sosialisasi.
e. Pelindung atau proteksi
Yang dimaksud adalah bahwa keluarga diharapkan menjalan fungsi sebagai
pelindung bagi para anggota-anggotanya sehingga dapat menikmati keadaan yang
dirasa aman dan tanpa ancaman dari pihak manapunPRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 12
.
f. Penentuan status
Pada masyarakat feodal atau berkasta, di mana status seseorang lebih banyak
diberikan berdasarkan keturunan, keluarga berfungsi mewariskan status sosial
kepada para anggotanya. Misalnya status sebagai bangsawan atau kedudukan
dalam kasta.
g. Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya memiliki fungsi memelihara anggota-anggotanya
sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman dan terbebaskan dari berbagai
penderitaan, termasuk penyakit-penyakit. Fungsi pemeliharaan ini sangat
dirasakan oleh para anggota keluarga yang masih di bawah usia lima tahun, juga
bagi yang telah lanjut usia atau jompo.
Dalam perkembangannya, sesuai dengan semakin kompleksnya lembaga-lembaga
yang ada dalam masyarakat, beberapa fungsi keluarga dialihkan kepada lembaga lain,
misalnya sebagian fungsi edukasi dialihkan ke lembaga pendidikan atau sekolah, pada
golongan menengah ke atas atau masyarakat kota, pengalihan fungsi ini telah
dilakukan sejak dini, misalnya anak usia 3 atau 4 tahun sudah disertakan dalam
pendidikan usia dini atau play group. Kemudian fungsi perawatan anak sebagian
dialihkan ke lembaga pentitipan anak, fungsi proteksi banyak diambil alih oleh negara
melalui aparat kepolisian atau para petugas keamanan masyarakat, dan sebagainya.
Tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsi-fungsi di atas dengan baik.
Kegagalan keluarga menjalankan fungsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain:
a. Faktor pribadi, misalnya suami-isteri kurang menyadari akan arti dan fungsi
perkawinan yang sebenarnya. Misalnya egoisme, kurang mampu bertoleransi,
kurang adanya saling-percaya, dan sebagainya
b. Faktor situasi khusus dalam keluarga, seperti: pengaruh atau intervensi orangtua
dari suami dan/atau isteri, isteri bekerja dan mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari suaminya, tinggal bersama dengan keluarga inti lain dalam sebuah
rumah tangga, suami dan atau isteri terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kariernya.
Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan disfungsi dalam keluarga, misalnya
terganggunya fungsi biologis/reproduksi karena suami atau isteri jarang di rumah,
orangtua kurang mampu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anakanaknya, orangtua tidak mampu menanamkan sense of value kepada anak-anaknya,
dan sebagainya.
Disfungsi dalam keluarga apabila dibiarkan dapat menyebabkan broken home atau
disintegrasi keluarga.
2. Pranata Agama
Kajian tentang agama dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu teologis dan
sosiologis. Kajian agama dalam dimensi teologis berangkat dari adanya klaim tentang
kebenaran multlak ajaran suatu agama bagi para pengikut atau pemeluknya. Doktrin-PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 13
doktrin agama yang diyakini berasal dari Tuhan, kebenarannya melampui kemampuan
akal atau pikiran manusia, sehingga hanya dapat diyakini dengan dimilikinya sesuatu
dalam hati/diri manusia yang disebut iman.
Sedangkan dalam dimensi sosiologis, agama dipandang sebagai salah satu institusi
atau pranata sosial. Karena posisinya sebagai sub dari sistem sosial, maka eksistensi
dan peran agama dalam suatu masyarakat adalah sebagaimana eksistensi dan peran
dari subsistem lainnya, misalnya politik, ekonomi, pendidikan, ataupun keluarga.
Sosiologi memandang suatu agama bukan pada masalah kebenaran dari doktrin,
keyakinan, atau ajaran-ajarannya, melainkan bagaimana doktrin, keyakinan atau
ajaran-ajaran itu mewujud dalam perilaku para pemeluknya dalam kehidupan seharihari. Studi tentang perilaku keberagamaan manusia sebagai suatu realitas kehidupan
sosial itu kemudian dikenal sebagai sosiologi agama. Dalam sosiologi agama, agama
dan keberagamaan seseorang semata-mata dianggap sebagai salah satu dari berbagai
gejala sosial.
Definisi agama menurut pandangan sosiologi dapat dilihat antara lain pada definisi
menurut Emmile Durkheim, bahwa agama adalah suatu sistem kepercayaan dan
praktik-praktik (tingkah laku) yang berhubungan dengan hal-hal yang dianggap suci
atau sakral (sacred), dan menyatukan semua penganutnya ke dalam satu komunitas
moral yang disebut umat (church).
Sebagai suatu sistem keyakinan, agama berbeda dengan isme-isme yang lain. Agama
diyakini oleh para penganutnya sebagai hal yang berpijak pada: (1) sesuatu yang
dianggap sacred (suci), (2) bersifat supranatural, dan (3) ajaran bersumber dari
Tuhan yang diturunkan melalui para Nabi atau Rasul, sedangkan isme-isme lainnya:
(1) didasarkan pada hal-hal yang bersifat profane (biasa), (2) bersifat natural, dan (3)
bersumber dari gagasan/idea tokohnya.
Sesuatu yang dianggap suci dan sacral pada umumnya disebut Tuhan. Istilah lain:
Allah, Illah, Elly, Ellyas, Dewa, Deva, Dewi, Devi, dan sebagainya. Menurut Rudolf
Otto (antropolog) sesuatu yang dinyatakan sebagai Tuhan oleh berbagai masyarakat
memiliki tiga ciri, yaitu: (1) mysterious (tidak terjawab oleh jangkauan pemikiran
manusia), (2) tremendous (tidak terkalahkan), (3) fascination (mempesona).
Pranata agama mempunyai fungsi utama mengatur aktivitas warga masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan berhubungan dengan sesuatu yang dianggap suci atau sacral
tersebut.
Pranata agama berhubungan dengan segenap komponen yang berkaitan dengan
kehidupan beragama, yaitu: (1) sistem keyakinan, (2) emosi keagamaan, (3) sistem
ritus atau upacara keagamaan, (4) alat-alat ritus, (5) umat, yakni satuan sosial yang
terdiri atas orang-orang yang memiliki sistem keyakinan (agama) yang sama.
Fungsi nyata (manifest) lembaga agama:
a. Menyangkut pola keyakinan (doktrin) yang menentukan sifat dan mekanisme
hubungan antara manusia dengan TuhannyaPRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 14
b. Ritual yang melambangkan doktrin dan mengingatkan manusia pada doktrin
tersebut serta seperangkat perilaku yang konsisten dengan doktrin tersebut
c. Menyatukan pemeluknya ke dalam satu komunitas moral yang disebut umat
d. Dalam beberapa negara lembaga agama melaksanakan fungsi pengendalian
Negara
Fungsi laten lembaga agama:
a. Menciptakan lingkungan kehidupan beragama, misalnya masjid, di samping yang
utama sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi medium pergaulan sosial dan
komunikasi di antara para penganut agama Islam, termasuk penentuan dan
pemilihan jodoh
b. Menciptakan lingkungan kebudayaan (musik, seni baca, lagu-lagu, kitab, dan
seterusnya)
c. Tumbuhnya bangunan-bangunan sebagai tempat ibadah dengan arsitektur yang
indah dan megah, misalnya masjid agung, gereja, dan seterusnya.
d. Menjalankan fungsi pendidikan dan pewarisan pengetahuan
3. Pranata Ekonomi
Pranata ekonomi lahir ketika orang-orang mulai mengadakan pertukaran barang
secara rutin, membagi-bagi tugas, dan mengakui adanya tuntutan dari seseorang
terhadap orang lain (Horton dan Hunt, 1987). Ketika manusia masih hidup pada taraf
yang sangat sederhana (primitive) dengan cara mengumpulkan biji-bijian dan
tumbuh-tumbuhan, kebutuhan akan adanya pranata ekonomi belum mendesak dan
tidak penting. Tiap-tiap keluarga akan menjalankan fungsi ekonomi secara subsisten,
keluarga-keluarga tersebut memproduksi sesuatu yang dikonsumsi sendiri, tidak ada
pasar, sehingga tidak memerlukan penataan tentang perdagangan (pertukaran barang
dan jasa).
Masalahnya berubah ketika orang-orang mulai memerlukan barang yang diproduksi
oleh orang lain, para tetanga atau kerabatnya. Kebutuhan akan pranata yang mengatur
mengenai distribusi atau pertukaran barang dan jasa mulai dirasakan. Proses
pertukaran itu mukai ditata dengan kaidah-kaidah atau norma-norma tertentu yang
disepakati bersama. Proses-proses itu kemudian distandardisasi sehingga membentuk
pola dan keajegan tertentu yang mengikat dan dapat diramalkan. Lahirlah pranata
ekonomi, yang menata aktivitas masyarakat berkaitan dengan kebutuhan akan barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh pihak lain. Kegiatan yang diatur oleh
lembaga ekonomi meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi.
Elemen dasar pranata ekonomi
Struktur pranata ekonomi pada dasarnya bervariasi dalam berbagai masyarakat, ada
yang sederhana ada yang rumit, tergantung pada: (1) elemen dasar proses ekonomi
yang ada, apakah gathering, produksi, distributing, ataukah servicing, dan (2) faktorfaktor yang menentukan struktur ekonomi, misalnya tanah, tenaga kerja, modal,
teknologi, dan kewiraswastaan.
Kompleksitas pranata ekonomi akan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
tipe pranata ekonomi yang berlaku. Masyarakat berburu dan meramu akan memiliki
kompleksitas pranata yang berbeda dari masyarakat pertanian, apalagi kalau PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 15
dibandingkan dengan masyarakat industri maju. Sistem ekonomi yang berlaku,
apakah sosialis, kapitalis, atau lainnya, juga mempengaruhi pranata sosial yang
berlaku.
Sistem Ekonomi Campuran
Terkait dengan sistem ekonomi masyarakat, Horton dan Hunt (1987) menyatakan
bahwa dewasa ini tidak ada masyarakat yang sepenuhya kapitalis. Masyarakat yang
dikenal sebagai masyarakat kapitalis, sesungguhnya menerapkan sistem ekonomi
campuran, di mana harta milik pribadi dan sistem keuntungan digabungkan dengan
sejumlah campur tangan dan intervensi pemerintah.
Sistem ekonomi campuran memberikan peluang adanya inisiatif individu yang lebih
besar daripada sistem komunis dan fasis. Pada sistem komunis dan fasis, kontrol
negara terhadap aktivitsa ekonomi sangat dominan. Pada sistem komunis, segenap
regulasi ekonomi, termasuk tingat harga, tingkat gaji serta jenis barang yang
diproduksi ditentukan oleh badan pusat perencanaan. Di negara-negara fasis,
meskipun pemilikan perusahaan secara pribadi diperkenankan, tetapi keuntungan
yang diperoleh lebih diutamakan untuk kepentingan negara.
Dalam perkembangan terakhir, sejak era 1990-an telah ada tanda-tanda keruntuhan
masyarakat ekonomi sosialis. Diterapkannya perestroika dan glasnost oleh Gorbachev
di Uni Soviet serta runtuhnya tembok Berlin merupakan awal keruntuhan masyarakat
sosialis dan pelan-pelan bergeser ke tipe masyaraat kapitalis.
Fungsi Pranata Ekonomi
Lepas dari masalah kompleksitas pranata, fungsi utama pranata ekonomi adalah
mengatur kegiatan atau aktivitas warga masyarakat yang berkaitan dengan:
a. Kegiatan produksi, meliputi berbagai aktivitas produksi baik yang tradisional
seperti berburu dan meramu, ladang berpindah (shifting cultivation), bercocok
tanam menetap di ladang, di sawah, beternak, perikanan, maupun aktivitas
produksi modern yakni industri yang menghasilkan barang, jasa-jasa, maupun
informasi.
b. Kegiatan distribusi, meliputi berbagai pertukaran barang dan jasa (resiprositas),
berbagai bentuk mekanisme pemerataan (leveling mechanism), berbagai macam
redistribusi, berbagai bentuk pertukaran di pasar baik yang secara tunai maupun
berdasarkan kepercayaan (berbagai macam kredit)
c. Kegiatan konsumsi, meliputi aktivitas mengkonsumsi barang dan jasa yang
diproduksi sendiri (subsistence economic) maupun aktivitas memperoleh barang
dan jasa di pasar.
Fungsi laten lembaga ekonomi:
a. Mengubah dan kadang-kadang merusak lingkungan, misalnya sebagai dampak
dari penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas
b. Mengubah pola penggunaan waktu. Hal ini berkaitan dengan kecenderungan
warga masyarakat untuk mengejar efisiensi dan produktivitas.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 16
4. Pranata Politik
Sejak Adam dan Hawa mempunyai keturunan, dan keturunannya itu melipatganda,
maka muka bumi ini mulai dipadati oleh manusia. Sebagai mahluk yang bersifat
sosial, manusia hidup berkelompok pada daerah-daerah yang subur, berdasarkan
keturunan, ras, etnisitas, agama, ataupun matapencaharian. Sepanjang masing-masing
pihak yang hidup bersama tersebut dapat saling tenggangrasa (toleransi) dan sumbersumber pemenuhan kebutuhan hidup dapat mencukupi, sebanyak apapun manusia
yang hidup bersama tidaklah menjadi masalah, Masalah menjadi lain, kalau masingmasing yang hidup mendiami daerah-daerah tersebut mempunyai kepentingan dan
kebutuhan yang sama, sementara hal yang menjadi pemenuh kebutuhan atau
kepentingan tersebut terbatas adanya, mereka akan terlibat persaingan, pertikaian,
bahkan harus berperang untuk memperebutkannya.
Thomas Hobbes memberikan ilustrasi sederhana mengenai hal ini, jika ada dua orang
membutuhkan hal yang sama, akan tetapi hanya satu orang yang akan
memperolehnya, maka mereka akan saling bermusuhan –masing-masing pihak akan
menganggu dan menindas pihak lain untuk mencapai tujuannya, yaitu kelangsungan
hidupnya. Sementara itu, pihak yang tertindas akan membalasnya sebab hal itu
menyangkut hidup dan mati. Maka, perang tidak dapat dihindarkan.
Menyadari bahwa hidup bersama tanpa aturan akan bisa menjadi boomerang yang
memusnahkan kelangsungan hidup manusia, maka lahirlah pranata politik.
Kornblum mendefinisikan pranata politik sebagai seperangkat norma dan status yang
mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang, termasuk
kewenangan menggunakan paksaan fisik. Di masyarakat manapun, kalau tidak ada
pranata politik yang diberi kewenangan untuk melaksanakan hukuman atau paksaan
fisik, maka negara akan hilang dan yang terjadi adalah anarkhi.
Disamping mengatur siapa yang berwenang untuk menggunakan paksaan fisik,
pranata politik juga berfungsi untuk mencapai kepentingan bersama dari anggotaanggota kelompok/masyarakat.
Sampai di sini, akhirnya bisa disimpulkan bahwa kebutuhan akan pranata politik,
adalah karena kelompok-kelompok dalam masyarakat memerlukan adanya asosiasi
atau kelompok tertentu yang dapat menguasai kelompok-kelompok lainnya, karena
kepada kelompok atau asosiasi tersebut diberikan wewenang untuk menggunakan
hukuman dan paksaan fisik karena didukung oleh adanya aparat (tentara, kepolisian,
kejaksaan, dan pengadilan). Asosiasi dan nilai-nilai yang mendasarinya tersebut
kemudian dilembagakan (institutionalized) dan secara riil diterima sebagai pola-pola
perilaku dalam masyarakat, demi kelanggengan masyarakat. Asosiasi itu kemudian
disebut negara, yang dilengkapi dengan aparat pemerintahan, nilai-nilai bersama yang
dijunjung tinggi serta diwujudkan dalam konstitusi, berupa undang-undang dasar,
undang-undang, peraturan pemerintah, dan seterusnya.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 17
Pengertian dan ciri pranata politik
Dalam berbagai literature sosiologi, terdapat berbagai istilah yang digunakan untuk
menyebut pranata politik. McIver menyebutnya sebagai “negara”, Zanden
menyebutnya sebagai “perilaku politik”, sedangkan Gillin dan Gillin menyebutnya
institusi politik. Apapun istilahnya, pranata yang dimaksud mempunyai dua ciri
utama, yaitu: (1) mempunyai kewenangan untuk menggunakan kekuatan fisik, dan (2)
mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri (self sufficient).
Berdasarkan hal tersebut, pranata politik akan menyangkut masalah negara,
pemerintahan, kekuasaan, partai politik, kebijakan, dan sebagainya. Hanya perlu
ditekankan, istilah negara tidak sama dengan pemerintahan. Pemerintahan adalah
aparatnya negara yang melaksanakan fungsi-fungsi dan kekuasaan negara. Jadi,
pemerintahan hanyalah salah satu unsur negara.
Karakteristik pranata politik adalah: (1) adanya suatu komunitas manusia yang secara
sosial bersatu atas dasar nilai-nilai yang disepakati bersama, (2) adanya asosiasi
politik, yaitu pemerintahan yang aktif, (3) asosiasi tersebut melaksanakan fungsifungsi untuk kepentingan umum, dan (4) asosiasi tersebut diberi kewenangan dalam
luas jangkauan dalam territorial tertentu.
Fungsi pranata politik
James W. Vender Zanden menyebutkan bahwa pranata politik di masyarakat
manapun pada dasarnya memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Pemaksaan norma (enforcement norms)
b. Merencanakan dan mengarahkan perubahan
c. Menengahi pertentangan kepentingan (arbritasi)
d. Melindungi masyarakat dari serangan musuh yang berasal dari luar
masyarakatnya, baik dengan diplomasi maupun kekerasan (perang).
Dalam rumusan lain, pranata politik berfungsi:
a. Memelihara ketertiban di dalam (internal order)
b. Menjaga keamanan dari luar (external security)
c. Melaksanakan kesejahteraan umum (general welfare)
Di samping itu, terdapat fungsi laten lembaga politik, yaitu:
a. Menciptakan stratifikasi politik, yakni munculnya penguasa dan yang dikuasai.
Bahkan dalam suatu masyarakat sering muncul jenjang atau rentang stratifikasi
politik yang jauh, yakni penguasa absolut di satu pihak dan tuna kuasa (power
less) di pihak lain.
b. Partai politik sebagai social elevator (saluran mobilitas sosial vertikal), misalnya
yang terjadi pada para pemimpin partai pemenang pemilihan umum (pemilu).PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 18
5. Pranata Pendidikan
Lembaga pendidikan mempunyai fungsi utama menata tentang proses sosialisasi ilmu
pengetahuan, teknologi, seni (IPTEKS) maupun kebudayaan kepada para generasi
penerus.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merujuk pada UU Sistem Pendidikan
Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003). Poin-poin penting mengenai sistem
pendidikan di Indonesia antara lain
a. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
b. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
c. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.
.
Pendidikan formal
a. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
b. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus.
d. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Pendidikan Nonformal
a. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat
b. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
c. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
d. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
e. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 19
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
f. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
(7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pendidikan Informal
a. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
b. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar
b. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan/atau informal.
c. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanakkanak (TK), raudatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
d. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok
bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
e. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan
Pendidikan Kedinasan
a. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
b. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
c. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal.
Pendidikan Keagamaan
a. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
c. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 20
d. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
Pendidikan Jarak Jauh
a. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
b. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka
atau reguler.
c. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan
cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian
yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.
a. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
b. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Bahasa Pengantar
a. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam
pendidikan nasional.
b. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal
pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau
keterampilan tertentu.
c. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan
tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.
Wajib Belajar
a. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar
b. Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
c. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pendidikan Multikulturalisme
Sesuai dengan realitas objektif masyarakat Indonesia sebagai sebuah masyarakat bangsa dan
plural, dalam rangka mewujudkan etika berbangsa dan visi Indonesia masa depan menuntut
dilaksanakannya pendidikan yang bersifat multikultural. Mengikuti Bikhu Parekh (2001)
dalam Rethinking Multiculturalism, Harvard University Press, bahwa istilah
multikulturalisme mengandung tiga komponen, yakni: (1) terkait dengan kebudayaan, (2)
merujuk kepada pluralitas kebudayaan, dan (3) cara tertentu untuk merespons pluralitas itu. PRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 21
Pendidikan multikulturalisme membelajarkan para warga masyarakat terutama cara merespon
pluralitas.
Fungsi nyata (manifes) lembaga pendidikan:
a. Membantu orang untuk sanggup mencari nafkah bagi kehidupannya kelak
b. Menolong orang untuk mengembangkan potensi diri untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya
c. Melestarikan kebudayaan
d. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berbicara secara rasional
e. Meningkatkan cita rasa keindahan
f. Meningkatkan taraf kesehatan dengan cara melatih jasmani melalui olah raga dan
pengetahuan tentang kesehatan
g. Menciptakan warga negara yang cinta tanah air melalui pelajaran
kewarganegaraan
Fungsi laten lembaga pendidikan:
a. Menunda masa kedewasaan dan memperpanjang ketergantungan
b. Menjadi saluran mobilitas sosial vertikal
c. Memelihara integrasi sosial maupun politik dalam masyarakat, melalui
penggunaan Bahasa Indonesia, pelajaran kewarganegaraan, sejarah perjuangan
maupun kebudayaan.
G. Hubungan antar-Pranata Sosial
Tidak ada satupun pranata sosial yang otonom, dalam arti dapat menghindari
pengaruh dari pranata sosial lain. Terjadi hubungan yang saling mempengaruhi di
antara lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Hubungan tersebut dapat
digambarkan dalam bagan berikut:
Bagan tentang hubungan antar-pranata sosial
Dalam konteks hubungan antar-pranata sosial, Erving Goffman mengemukakan
konsep tentang pranata total (total institution), yakni pranata yang memisahkan
pengikutnya dari masyarakat umumnya. Misalnya: pendidikan militer atau kedinasan
Lembaga
Ekonomi
Lembaga
Keluarga
Lembaga Politik
Lembaga
Pendikan
Lembaga
AgamaPRANATA SOSIAL: PENGERTIAN, TIPE DAN FUNGSI
2011
BAHAN AJAR SOSIOLOGI KELAS XII IPS SMAN 3 YK 2011-2012 Page 22
tertentu, lembaga pemasyarakatan (penjara), rumah sakit jiwa, dst. Seluruh aktivitas
pengikut lembaga sosial harus dilakukan di dalam lembaga yang dimaksud. Sedikit
berbeda dengan Goffman, Lewis Coser mengemukakan tentang pranata tamak
(Greedy Institution), yakni pranata yang memonopoli loyalitas dan kesetiaan individu
pengikutnya. Misalnya negara dan agama.
Daftar Pustaka
1. Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi; Edisi Keenam Jilid I.
Jakarta: PT Erlangga.
2. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.). 2006. Sosiologi Teks Pengantar
dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
3. Kamanto Soenarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
FE UI.
4. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
5. Masri Singarimbum dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survey.
Jakarta: LP3ES.
6. Mohammad Nazir. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
7. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pantantar; Edisi Baru Keempat,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
8. Soerjono Soekanto. 1985. Kamus Sosiologi; Edisi Baru. Jakarta: Rajawali
Pers.
9. Soerjono Soekanto. 2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT
RajaGrafiondo Persada
10. Tim Sosiologi. 2004. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Kelas 1
SMA. Jakarta: PT Yudhistiransert contents
11. Nasikun. 1996. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Rajawali Pers.
12. Dyole Paul Johnson. 1981. Teori-teori Sosiologi Klasik dan Modern.
Jakarta: PT Gramedia.
13. Margaret M. Poloma. 1998. Sosiologi Kontemporer. Terjemahan dari
Contemporary Sociological Theory. Jakarta: PT Rajawali Pers.
14. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi. 1986. Setangkai Bunga
Sosiologi. Jakarta: Yasbit FE UI.