40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi
Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi
Prasiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil
belajar muatan IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya
pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus
I meliputu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan
kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang
dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II
menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi,
dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.1 Deskripisi PraSiklus/ Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan
studi awal dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dan siswa kelas IV di SDN Sukolilo 01, untuk mengetahui kondisi
kegiatan pembelajaran dan hasil belajar kelas IV.
Penelitian ini dilakukan di SDN Sukolilo 01 pada Semester 1 Tahun
Pelajaran 2016/2017. Subjek Penelitian pada PTK ini adalah siswa kelas IV SDN
Sukolilo 01 dengan jumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa
perempuan. Karakteristik daya serap pembelajaran siswa kelas IV heterogen.
Daya serap yang heterogen ini memerlukan model pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi siswa agar hasil belajar dapat tercapai dengan baik.
Studi awal penelitian dilakukan untuk mengetahui proses kegiatan
pembelajaran dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Pada studi awal
ini dapat diketahui bahwa hasil belajar masih rendah, hal ini disebabkan
pembelajaran di kelas hanya bersifat transfer ilmu pengetahuan saja dan dilakukan
secara konvensional dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya
41
tanpa memperhatikan kebutuhan siswa, kurangnya motivasi belajar, rendahnya
rasa ingin tahu, terbatasnya ruang ekspresi yang kreatif dan rasa takut untuk
menyampaikan pendapat, serta belum adanya penerapan model pembelajaran
yang dapat menunjang peningkatan kompetensi hasil belajar.
Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan observasi. Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 23 Juli 2016
dengan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dan siswa kelas IV di SDN Sukolilo 01. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan ditemukan beberapa permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Permasalahan yang muncul terkait dengan hasil belajar yang rendah pada
muatan IPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor dari guru dan
siswa itu sendiri. Daya serap siswa terhadap materi muatan IPA dan rasa ingin
tahu siswa yang rendah dalam mengikuti setiap proses pembelajaran merupakan
faktor dari siswa yang menyebabkan rendahnya perolehan hasil belajar muatan
IPA. Minat dan rasa ingin tahu siswa yang rendah dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dapat terlihat dari sikap siswa yang tidak memperhatikan guru saat
menyampaikan materi. Keadaan ini membuat guru mendominasi di setiap proses
pembelajaran karena guru selalu memberikan instruksi yang harus dilakukan oleh
siswa. Faktor penyebab lainnya dari guru yang mengakibatkan hasil belajar
muatan IPA rendah antara lain masih kurangnya keterampilan guru dalam
menyusun kegiatan pembelajaran kreatif yang mampu menumbuhkan rasa
antusias siswa untuk belajar, guru masih menerapkan pembelajaran metode
ceramah yang dianggap lebih praktis. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru
selama ini masih memposisikan guru sebagai subjek yang utama, siswa hanya
menjadi objek pasif untuk menerima semua yang guru sampaikan.Selanjutnya
pemanfaatan media pembelajaran kreatif juga jarang digunakan oleh guru, sekolah
memang sudah menyediakan beberapa media mengajar namun guru merasa
penggunaan media dirasa tidak penting. Hal tersebut diketahui karena guru yang
kurang memahami fungsi dari media, guru menganggap ceramah sudah
merupakan cara yang paling baik untuk menyampaikan materi kepada siswa,
42
karena guru beranggapan yang terpenting ialah materi dapat diterima oleh siswa.
Padahal sebuah model pembelajaran juga dapat membantu guru untuk
menyampaikan materi sehingga pengetahuan yang siswa terima tidak hanya
pengetahuan instan dari guru tapi siswa juga bisa melakukan aktivitas
pembelajaran yang lebih bermakna dengan adanya media pembelajaran. Beberapa
faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
kelas IV SDN Sukolilo 01, hambatan-hambatan yang muncul tersebut
menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif sehingga
siswa merasa kesulitan dalam memahami materi ajar.Kondisi yang demikian
berdampak pada perolehan hasil belajar muatan IPA yang masih kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Batas nilai KKM ≥ 70 merupakan
penentuan KKM dari SDN Sukolilo 01 untuk mengukur aspek pengetahuan dari
muatan IPA saja.
Hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 sebelum
pelaksanaan tindakan diperoleh dari data ulangan mata pelajaran IPA siswa kelas
IV SDN Sukolilo 01 semester 1 tahun 2016/2017. Data hasil ulangan IPA dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai IPA
Kondisi Awal
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 48 – 58 8 40 %
2. 59 – 69 4 20 %
3. 70 – 80 7 35 %
4. 81 – 91 - 0 %
5. 92 – 100 1 5 %
Jumlah Siswa 20 100 %
Nilai Rata-rata 62,40
Nilai Tertinggi 98
Nilai Terendah 48
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai evaluasi mata pelajaran
IPA menunjukkan hasil belajar masih rendah. Siswa yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal IPA (KKM ≥ 70) ada 12 siswa dan yang tuntas
43
KKM ada 8 siswa. (Daftar nilai evaluasi mata pelajaran IPA semester I dapat
dilihat pada lampiran nilai kondisi awal).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram 4.1 sebagai
berikut:
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Mapel IPA
Kondisi Awal
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil nilai
pada kondisi awal/sebelum tindakan disajikan dalam bentuk tabel 4.2 sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 70 8 40
2. Belum Tuntas < 70 12 60
Jumlah 20 100
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah
mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
48-58 59-69 70 - 80 81-91 92-100
Rentang Nilai
Ban
yakn
ya S
isw
a
44
belum berhasil mencapai kentutasan minimal. Hal tersebut disebabkan karena
banyak siswa yang kurang memahami materi yang diberikan serta model
penyampaian materi yang masih menggunakan ceramah saja atau kurang menarik.
Sehingga siswa kurang aktif dan merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa akan merasa antusias atau aktif jika penyampaian materi pembelajaran itu
sesuai dengan karakter siswa SD yang kebanyakan masih dalam tahap bermain.
Berdasarkan hasil belajar muatan IPA yang masih rendah, dibuktikan
dengan nilai evaluasi mata pelajaran IPA yang sebelumnya siswa kelas IV SDN
Sukolilo 01 maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray sebagai upaya
untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
4.1.2 Deskripsi Siklus I
Pada deskripsi siklus I ini, akan menjelaskan tentang tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada
siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali
pertemuan yang masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.
4.1.2.1.Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan akan dijelaskan tentang perncanaan yang
dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan
tindakan pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray meliputi penyusunan
RPP dan segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang
Tuntas
40% Belum
Tuntas
60%
45
akan dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada
pertemuan terakhir pada tiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua, dan
ketiga, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan
rincian sebagai berikut:
Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan
dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran IPA yang
akan disajikan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray. Penyusunan RPP
didiskusikan dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV dan sebagai guru
kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan
meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan
pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Guru menentukan standar
kompetensi (SK) yakni 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh
manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Dengan kompetensi dasar
(KD) 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia
dengan fungsinya, dan 1.2 Menerapkan cara memelihara kesehatan kerangka
tubuh. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Menjelaskan
rangka manusia dan fungsinya, dan (2) Menjelaskan cara pemeliharaan rangka
manusia. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selanjutnya peneliti menyiapkan materi
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama
dengan guru kolaborator tentang rangka manusia. Selanjutnya peneliti
menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajarannya.
Media pembelajaran yang digunakan ialah media rangka manusia yang terdapat di
laboratorium IPA. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran
seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar
observasi aktivitas siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari
46
materi yang akan diajarkan pada kelas IV agar pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik. (Dapat dilihat di RPP siklus I pada lampiran).
2) Pertemuan ke Dua
Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut
dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua sama
halnya dengan indikator pada pertemuan pertama. Peneliti menyiapkan alat peraga
yang menunjang pembelajaran.
(3) Pertemuan ketiga
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga merupakan
tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus I pertemuan
ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA
setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Materi
evalusi ialah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua mengenai rangka manusia dan penyakit pada rangka
manusia. Penyusunan soal evaluasi juga telah didiskusikan sebelumnya bersama
dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kolaborator. Soal yang diujikan pada
siklus I berjumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses
pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal
evaluasi yang terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda untuk 20 siswa, lembar
jawab untuk 20 siswa, serta ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk
pelaksanaan tes evaluasi siklus I yaitu di ruang kelas IV SDN Sukolilo 01.
Sebelum mengadakan tes evaluasi guru mengulang materi tentang rangka manusia
dan penyakit pada rangka manusia yang telah dipelajari pada pertemuan
pertamadan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi.
4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I
Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3
kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau
2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah:
47
(1). Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 25 Juli 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator
yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di
tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran
meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi,
S.Pd. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya
kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan
tanya jawab. Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan media rangka
manusia dari ruang laboratorium IPA. Kemudian guru memberikan pertanyaan
“apa yang kalian pikirkan tentang media rangka manusia ini?”. Dari berbagai
jawaban siswa misalnya tengkorak, tulang, rangka badan dan lain-lain guru
meminta siswa menulis apa yang siswa pikirkan sebagai langkah mengidentifikasi
masalah. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai yaitu siswa dapatmengidentifikasi bagian-bagian rangka tubuh manusia
dan menyebutkan fungsi dari bagian-bagian rangka manusia, dengan Kompetensi
Dasar (KD) 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh
manusia dengan fungsinya.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan
inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan
eksplorasi, siswa melakukan eksplorasi sumber bacaan tentang materi rangka
manusia. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi rangka manusia menurut
pendapat mereka. Siswa mencatat hasil identifikasi mereka pada buku catatan.
Guru menggali pengetahuan siswa tentang rangka manusia dengan menunjukkan
media rangka manusia. Guru memberikan pertanyaan “Apakah kalian memiliki
rangka seperti ini?” (guru menunjuk pada media rangka). Siswa serempak
menjawab punya. Kemudian guru bertanya lagi “rangka apa saja itu?”.Siswa
48
diminta menyebutkan rangka yang mereka ketahui dengan media tubuh mereka
masing-masing. Setiap siswa memilik jawaban yang beragam. Dengan media
tubuh mereka sendiri, siswa menyebutkan bahwa tubuh manusia terdiri dari
kepala, tangan, badan dan kaki. Ada juga yang menyebutkan bahwa rangka tubuh
manusia itu terdiri dari tengkorak kepala, tulang dada, tulang tangan dan tulang
kaki. Kemudian siswa bertanya kepada guru tentang mengapa tulang manusia
berbeda, ada yang tubuhnya tinggi, ada yang tubuhnya pendek. Sebelum guru
menjawab, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab atau menanggapi
pertanyaan tersebut. Ada siswa yang menjawab alasan kenapa manusia berbeda
tinggi rendahnya karena semua itu pengaruh dari asupan kalsium yang
dikonsumsi. Kemudian guru meminta 2 perwakilan siswa untuk maju ke depan,
dengan bimbingan guru, siswa pertama mengidentifikasi rangka manusia dengan
media rangka manusia dan siswa kedua mendeskripsikan identifikasi tersebut.
Dilanjutkan dengan penjelasan singkat oleh guru mengenai susuan rangka
manusia dengan memanfaatkan media rangka manusia.
Selanjutnya pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi 5
kelompok yang tiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian tiap kelompok
berdiskusi tentang susunan rangka manusia. Guru memberikan waktu 10 menit
untuk diskusi. Setelah tiap kelompok diskusinya selesai, perwakilan masing-
masing kelompok bertamu kekelompok lain untuk mendiskusikan hasil diskusi
kelompok dan mencatatnya. Dirasa cukup diskusinya, perwakilan dari tiap
kelompok kembali kekelompok masing-masing dan menyampaikan hasil diskusi
kepada teman kelompoknya. Secara bergantian, perwakilan dari tiap kelompok
maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan menggunakan media
rangka manusia. Disaat perwakilan kelompok ada yang presentasi, kelompok
yang lain menyimak dan mencatat hal-hal penting untuk menanggapi presentasi
kelompok yang sedang menyampaikan pendapat. Setelah semua kelompok sudah
menyampaikan hasil diskusinya, kemudian guru mengajak siswa untuk membuat
simpulan tentang materi rangka manusia dengan bertanya jawab bersama siswa.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang telah berhasil memperoleh skor tertinggi dan mampu
49
menyampaikan presentasi dengan baik. Dilanjutkan dengan kegiatan refleksi yang
dilakukan oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang jenis
penyakit pada rangka manusia. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati
aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun
aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi yang terdiri dari 20 indikator aktivitas guru dan 20 indikator aktivitas
siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 1-4.
Skor 1 berarti kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti
sangat baik. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan
kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor
pada persentase 1%-20% berada pada kriteria sangat kurang, persentase 21%-40%
berada pada kriteria kurang, persentase 41%-60% termasuk ke dalam kriteria
cukup baik, persentase skor 61%-80% termasuk ke dalam kriteria baik, dan
persentase skor 81%-100% pada kriteria sangat baik.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama dijelaskan
dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1
No Aspek yang Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran
2 8
2. Kegiatan Awal 2
6
3. Kegiatan Inti
13 48
4. Kegiatan Akhir
3 10
Jumlah 20 72
50
Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek
kegiatan inti dengan skor 46, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 10.Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 72 atau
dalam persentase 90%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi
aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga
melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap
aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kegiatan pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray siklus I pertemuan 1 dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
No Aspek yang
Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran 2 6
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4Aspek
yang
diamati
Ban
yakn
ya S
kor
51
2. Kegiatan Awal 2 5
3. Kegiatan Inti 13 50
4. Kegiatan Akhir 3 8
Jumlah 20 69
Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 6. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 5. Aspek
kegiatan inti dengan skor 50, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 8. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 69
atau dalam persentase 87%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil
observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram
berikut ini:
(2). Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua dilaksanakan.pada
hari Kamis tanggal 28 Juli 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator
yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di
tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4
Aspek yang diamati
Ban
yakn
ya S
kor
52
meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi
S.Pd. Pertemuan kedua pada siklus I ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan
pertama. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya
kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan
tanya jawab. Guru menyampaikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
“Siapa yang mempunyai kakek atau nenek? Dan bagaimana kondisi tulangnya
saat ini?”. Dari berbagai jawaban siswa misalnya bongkok, sakit, keropos dan
lain-lain. Guru memilih jawaban bongkok sebagai jawaban kunci untuk menuju
materi pembelajaran kali ini. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai yaitu mengidentifikasi bagian-bagian rangka tubuh manusia,
siswa dapat memahami dan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan rangka.
Setelah kegiatan awal disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan
eksplorasi, siswa diminta melakukan eksplorasi sumber bacaan tentang materi
penyakit pada rangka manusia. Siswa melakukan pengamatan mandiri tentang
penyakit rangka manusia yang ada pada buku. Kemudian siswa mengidentifikasi
tentang penyakit rangka. Hasil identifikasi tersebut dicatat pada buku masing-
masing. Guru menggali pengetahuan siswa tentang penyakit rangka manusia
dengan media gambar tentang penyakit rangka. Dengan media gambar penyakit
pada rangka manusia, siswa mampu memahami penyakit rangka..Kemudian siswa
bertanya kepada guru tentang penyebab dari salah satu penyakit rangka tersebut.
Sebelum guru menjawab, guru mempersilahkan siswa lain untuk menjawab atau
menanggapi pertanyaan tersebut. Ada siswa yang menjawab pertanyaan tersebut.
Kemudian guru meminta perwakilan siswa untuk maju ke depan, dengan
bimbingan guru, siswa mengidentifikasi penyakit rangka manusia dengan media
gambar penyakit rangka manusia kemudian mendeskripsikan identifikasi tersebut.
Dilanjutkan dengan penjelasan singkat oleh guru mengenai penyakit rangka
53
manusia dan faktor penyebabnya dengan memanfaatkan media gambar penyakit
rangka manusia.
Selanjutnya pada kegiatan elaborasi ini guru membentuk siswa menjadi 5
kelompok yang tiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian tiap kelompok
berdiskusi tentang penyakit rangka manusia yang lain yang belum dijelaskan oleh
guru. Guru memberikan waktu 10 menit untuk diskusi. Untuk mempermudah
dalam presentasi materi penyakit rangka manusia, siswa membuat sebuah media
gambar penyakit rangka (lordosis, kifosis, skoliosis) yang terbuat dari kertas
HVS. Setelah tiap kelompok diskusinya selesai, perwakilan masing-masing
kelompok bertamu kekelompok lain untuk mendiskusikan hasil diskusi kelompok
dan mencatatnya. Dirasa cukup diskusinya, perwakilan dari tiap kelompok
kembali kekelompok masing-masing dan menyampaikan hasil diskusi kepada
teman kelompoknya. Perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian
maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Disaat perwakilan kelompok ada
yang presentasi, kelompok yang lain menyimak dan mencatat hal-hal penting
untuk menanggapi presentasi kelompok yang sedang menyampaikan pendapat.
Setelah semua kelompok sudah menyampaikan hasil diskusinya, kemudian guru
mengajak siswa untuk membuat simpulan tentang penyakit pada rangka manusia
dan faktor penyebabnya dengan bertanya jawab bersama siswa.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. Guru
menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray pada siklus I pertemuan ke 2 dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2
No Aspek yang Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran
2 8
54
2. Kegiatan Awal 2
8
3. Kegiatan Inti
13 46
4. Kegiatan Akhir
3 12
Jumlah 20 74
Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek
kegiatan inti dengan skor 46, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 74 atau
dalam persentase 93%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi
aktivitas guru siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi
yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.6 berikut:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4
Aspek yang diamati
Ban
yakn
ya S
kor
55
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2
No Aspek yang
Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran 2 8
2. Kegiatan Awal 2 6
3. Kegiatan Inti 13 47
4. Kegiatan Akhir 3 12
Jumlah 20 73
Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 6. Aspek
kegiatan inti dengan skor 47, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 73 atau
dalam persentase 91%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
siswa termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi
aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini:
56
(3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang
dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal Sabtu, 30 Juli 2016. Kegiatan awal
pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan mengucapkan salam, ketua
kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian doa, dilanjutkan
presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung guru melakukan
kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan tanya jawab. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu mengidentifikasi
bagian-bagian rangka tubuh manusia, siswa dapat memahami dan menyebutkan
cara-cara memelihara kesehatan rangka.
Setelah kegiatan awal disampaikan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Setelah materi
pembelajaran selesai semua, dilanjutkan melaksanakan kegiatan tes evaluasi
siklus I. Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan
ganda. Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar
siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa
tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa
mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab
oleh guru kepada masing-masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara
individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.
05
101520253035404550
1 2 3 4Aspek yang
diamati
Ban
yakn
ya S
kor
57
4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus I
Pada sub bab hasil tindakan ini, akan menguraikan tentang hasil tindakan
pembelajaran, berupa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sukolilo 01
dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray oleh guru.
Hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sukolilo 01 dengan penerapan
pembelajaran Two Stay Two Stray diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi
diakhir siklus I yaitu pada pertemuan ketiga siklus I. Berikut disajikan tabel
distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I siswa kelas IV SD Negeri Sukolilo
01 Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA
Siklus I
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 48 - 58 2 10 %
2. 59 - 69 7 35 %
3. 70 - 80 7 35 %
4. 81 - 91 1 5 %
5. 92 - 100 3 15 %
Jumlah Siswa 20 100 %
Nilai Rata-rata 71,80
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 50
Berdasarkan tabel 4.7 di atas distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa
kelas IV mengalami peningkatan dari kondisi awal, dapat diketahui adanya
peningkatan nilai rata-rata siswa yang pada kondisi awal 62,40 menjadi 71,80
pada siklus I. Berdasarkan tabel 4.7 dapat dinyatakan dalam diagram 4.7 yaitu
sebagai berikut:
58
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil
perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 10 50
2. Belum Tuntas < 75 10 50
Jumlah 20 100
Dari tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM ≥ 70) sebanyak 10 siswa atau 50% dari jumlah keseluruhan siswa,
sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70)
sebanyak 10 siswa dengan persentase 50% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan hasil belajar muatan IPA,
namun hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan
yang telah ditentukan peneliti sebesar 100%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel
4.8 dapat dilihat pada diagram 4.8 berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
48-58 59-68 70-80 81-91 92-100
Fre
kue
nsi
Rentang Nilai
59
Dalam pelaksanaan siklus I, siswa sudah mulai aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TSTS, meskipun
masih ada beberapa siswa yang masih belum mempu mengikuti pembelajaran
dengan model TSTS. Sehingga masih perlu diadakan tindakan lagi pada siklus II.
4.1.2.4 Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan
pertama dan pertemuan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi atas
pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil
observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan
perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran
dengan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Kegiatan refleksi diadakan
dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer,
peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas IV. Kegiatan diskusi tersebut
berisi tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray, evaluasi tersebut ditujukan bagi guru
kolaborator, guru observer, peneliti dan siswa. Dari diskusi yang dilakukan
diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Two Stay Two Stray guru dapat memperoleh pengalaman dan
wawasan yang baru di dalam pembelajaran, selain itu guru juga merasa lebih
mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa. Sementara itu bagi siswa dengan pembelajaran dengan model
pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa merasa suasana pembelajaran lebih
50% Belum Tuntas
50% Tuntas
60
menyenangkan dan tidak membosankan lagi, siswa tidak harus selalu
mendengarkan penjelasan guru dengan ceramah. Kegiatan diskusi dan kerjasama
yang dilakukan antar siswa dalam kegiatan Two Stay Two Stray, menjadikan
materi pelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa menggunakan cara
kreatif dan berbeda melalui media kreatif yang dibuat oleh siswa sendiri.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi
aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama diketahui indikator yang
memperoleh skor 3 yaitu sebanyak 8 item, dan skor 4 sebanyak 12 item. Pada
siklus I pertemuan kedua indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 6 item dan
skor 4 sebanyak 14 item. Dari hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus I, aspek
yang mengalami peningkatan yaitu pada aspek membimbing siswa tentang
langkah-langkah Two Stay Two Stray. Dengan pembelajaran model Two Stay Two
Stray siswa secara kreatif mampu mengidentifikasi materi dengan suasana yang
menyenangkan dan membuat siswa lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian
aktivitas guru sebanyak 20 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan
pertama sebesar 90%, selanjutnya pada pertemuan kedua mengalami peningkatan
hingga persentase 93%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.9
peningkatan persentase hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama
dan kedua sebagai berikut:
Berdasarkan analisis data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan pertama indikator aktivitas belajar siswa yang memperoleh skor 3 yaitu
88
89
90
91
92
93
94
Pertemuan1
Pertemuan2
Persentase
61
sebanyak 11 item, dan skor 4 sebanyak 9 item. Kemudian pada pertemuan kedua
perolahan skor 3 sebanyak 7 item, dan skor 4 sebanyak 13 item. Indikator
aktivitas siswa yang mengalami peningkatan yaitu dalam aspek membuat media
kreatif pendukung penyampaian materi. Dari skor penilaian hasil observasi
aktivitas siswa pada pertemuan pertama persentase yang diperoleh mencapai 87%,
pada pertemuan kedua persentase hasil observasi siswa meningkat menjadi 91%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.10 peningkatan persentase hasil
observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) pada pelaksanaan tindakan siklus I baru
mencapai 60% siswa tuntas. KKM ini merupakan kriteria minimal yang harus
diperoleh siswa sebagai evaluasi hasil belajar dari aspek pengetahuan dengan
kategori yang harus dicapai minimal B skor 3,00. Hasil tersebut belum memenuhi
indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 100%, karena masih ada 8
siswa yang perolehan nilainya berada di bawah KKM 70. Namun demikian,
setelah pelaksanan siklus I, nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN
Sukolilo 01 sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal 62,4 menjadi 77,55,
dengan persentase ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal 45% menjadi
60%.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I
dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan
85
86
87
88
89
90
91
92
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Persentase
62
pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray. Kekurangan yang
ditemui selama tindakan pembelajaran menjadikan kegiatan pembelajaran kurang
maksimal. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:
1) Kelebihan
a. Rancangan pembelajaran sudah tersusun dengan baik. Siswa mampu
memahami materi walaupun belum mencapai hasil belajar yang maksimal.
b. Kegiatan pembelajaran menjadi tidak membosankan, antusiasme siswa
untuk meningkatkan rasa ingin tahu dalam belajar.
c. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok dengan pengakuan
perbedaan individu dalam kelompok.
d. Kondisi pembelajaran yang terbentuk lebih baik, dominasi guru dalam
pembelajaran berkurang. Guru mengarahkan dan mengorganisasikan
pembelajaran kepada aktivitas siswa yang terampil dan kreatif.
2) Kekurangan
a. Penerapan model Two Stay Two Stray belum terbiasa dilaksanakan oleh
siswa, sehingga pada awal proses pembelajaran siswa masih kebingungan
dan merasa canggung di dalam proses pembelajaran.
b. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal dalam
kegiatan diskusi kelompok.
c. Beberapa siswa masih malu-malu dalam menyampaikan gagasan atau
pendapatnya.
Dari berbagai kekurangan yang ditemui, maka peneliti melakukan analisis
dan berkonsultasi dengan guru kelas IV tentang kondisi siswa serta pelaksanaan
tindakan pembelajaran yang telah berlangsung, untuk menyusun rencana
perbaikan dari kekurangan tersebut yang selanjutnya akan diterapkan pada siklus
II, sebagai berikut:
1) Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran, peneliti sebaiknya
melakukan pengarahan dan diskusi bersama guru kolaborator mengenai langkah-
langkah dari model Two Stay Two Stray, sehingga antara rencana dan pelaksanaan
dapat berjalan selaras.
63
2) Guru harus memberikan instruksi dan peraturan yang jelas di dalam kegiatan
pembelajaran agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat berlangsung sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun.
3) Guru membimbing dan memberikan pengarahan agar dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran semua siswa dapat ikut berpartisipasi dan bekerjasama
dengan baik.
4) Guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani dalam
menyampaikan setiap gagasan. Salah satu contoh pemberian motivasi bisa
dilakukan guru adalah dengan memberikan penghargaan dan semangat kepada
siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
4.1.3 Deskripsi Siklus II Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan
pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.
Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I.
Rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran IPA yang
akan disajikan dengan pembelajaran Two Stay Two Stray. Penyusunan RPP
didiskusikan dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV dan sebagai guru
kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan
meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan
pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Guru menentukan standar
kompetensi (SK) yakni 1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh
manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya. Dengan kompetensi dasar
(KD) 1.3 Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan
fungsinya, dan 1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca Indera.
Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni (1) Mengidentifikasi alat
64
indera manusia berdasarkan pengamatan, dan (2) Memberi contoh cara merawat
alat indera. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selanjutnya peneliti menyiapkan materi
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama
dengan guru kolaborator tentang rangka manusia. Selanjutnya peneliti
menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajarannya.
Media pembelajaran yang digunakan ialah media rangka manusia yang terdapat di
laboratorium IPA. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran
seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar
observasi aktivitas siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari
materi yang akan diajarkan pada kelas IV agar pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik. (Dapat dilihat di RPP siklus II pada lampiran).
2) Pertemuan ke Dua
Rencana tindakan pada siklus II pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut
dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua sama
halnya dengan indikator pada pertemuan pertama. Peneliti menyiapkan alat peraga
yang menunjang pembelajaran.
(3) Pertemuan ketiga
Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan ketiga merupakan
tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus II pertemuan
ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus II, kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA
setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Materi
evalusi ialah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan pertama
sampai pertemuan kedua mengenai hubungan struktur panca indera dengan
fungsinya, dan cara memelihara kesehatan panca indera. Penyusunan soal evaluasi
juga telah didiskusikan sebelumnya bersama dengan Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku
guru kolaborator. Soal yang diujikan pada siklus II berjumlah 20 soal berbentuk
pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti menyiapkan
65
hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal
berbentuk pilihan ganda untuk 20 siswa, lembar jawab untuk 20 siswa, serta ruang
atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus II yaitu di
ruang kelas IV SDN Sukolilo 01.
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II
Pada tahap pelaksanaan tindakan mendeskripsikan tentang pelaksanaan
tindakan pembelajaran siklus II dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap
pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan. Rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut:
(1). Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan. pada
hari Selasa tanggal 8 Agustus 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator
yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di
tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran
meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi,
S.Pd. Kegiatan awal pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan
mengucapkan salam, ketua kelas memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya
kemudian doa, dilanjutkan presensi oleh guru. Sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung guru melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi dengan melakukan
tanya jawab. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai yaitu dengan mengamati media panca indera manusia, siswa dapat
mengidentifikasi bagian-bagian panca indera manusia dengan teliti.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan
inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan
eksplorasi, siswa melakukan eksplorasi sumber bacaan tentang materi panca
indera manusia. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi panca indera
manusia dilanjutkan dengan mencatat hasil identifikasi pada buku catatan. Dengan
media tubuh mereka sendiri, siswa menyebutkan panca indera yang mereka
miliki. Kemudian siswa bertanya kepada guru bagian-bagian panca indera
66
tersebut. Sebelum guru menjawab, guru mempersilahkan siswa lain untuk
menjawab atau menanggapi pertanyaan tersebut. Dilanjutkan dengan penjelasan
singkat oleh guru mengenai panca indera manusia dan fungsinya.
Selanjutnya pada kegiatan elaborasi guru membentuk siswa menjadi 5
kelompok yang tiap kelompok terdiri dari lima siswa. Kemudian tiap kelompok
berdiskusi tentang struktur panca indera dan fungsinya dengan menerapkan model
pembelajaran Two Stay Two Stray. Guru memberikan waktu 10 menit untuk
diskusi. Diskusi tampak ramai tetapi siswa serius karena siswa dalam satu
kelompok berdebat mempertahankan pendapat masing-masing. Setelah waktu
diskusi selasai, perwakilan masing-masing kelompok secara bergantian maju
mempresentasikan hasil diskusi. Disaat perwakilan kelompok ada yang presentasi,
kelompok yang lain menyimak dan mencatat hal-hal penting untuk menanggapi
presentasi kelompok yang sedang menyampaikan pendapat. Setelah semua
kelompok sudah menyampaikan hasil diskusinya, kemudian guru mengajak siswa
untuk membuat simpulan tentang materi struktur panca indera dan fungsinya.
Pada kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang telah berhasil menyampaikan presentasi dengan baik. Dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswa. Setelah
itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati
aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun
aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar
observasi yang terdiri dari 20 indikator aktivitas guru dan 20 indikator aktivitas
siswa. Masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 1-4.
Skor 1 berarti kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti
sangat baik. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan
kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor
pada persentase 1%-20% berada pada kriteria sangat kurang, persentase 21%-40%
berada pada kriteria kurang, persentase 41%-60% termasuk ke dalam kriteria
67
cukup baik, persentase skor 61%-80% termasuk ke dalam kriteria baik, dan
persentase skor 81%-100% pada kriteria sangat baik.
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama dijelaskan
dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1
No Aspek yang Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran
2 8
2. Kegiatan Awal 2
8
3. Kegiatan Inti
13 47
4. Kegiatan Akhir
3 12
Jumlah 20 75
Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek
kegiatan inti dengan skor 47, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 75 atau
dalam persentase 94%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi
aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram berikut ini:
68
Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga
melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap
aktivitas belajar siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kegiatan pembelajaran
dengan penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray siklus II pertemuan 1 dapat
dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1
No Aspek yang
Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran 2 8
2. Kegiatan Awal 2 7
3. Kegiatan Inti 13 48
4. Kegiatan Akhir 3 10
Jumlah 20 73
Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 7. Aspek
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
1 2 3 4
Aspek yang diamati
Ban
yakn
ya S
kor
69
kegiatan inti dengan skor 48, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 10. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 73
atau dalam persentase 91%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil
observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada diagram
berikut ini:
(2). Pertemuan kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua dilaksanakan. pada
hari Rabu tanggal 10 Agustus 2016 mulai pukul 07.00 WIB oleh guru kolaborator
yaitu Ibu Yatmi, S.Pd.SD selaku guru kelas IV SDN Sukolilo 01. Guru yang di
tunjuk sebagai observer untuk mengamati berlangsungnya kegiatan pembelajaran
meliputi pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa ialah Bapak Ali Zuhdi,
S.Pd. Pertemuan kedua pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan
pertama dilanjutkan materi pembelajaran berikutnya dengan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang sama seperti pada pertemuan pertama.
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray pada siklus II pertemuan ke 2 dapat
dilihat pada tabel 4.11.
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4
Aspek yang diamati
Ban
yakn
ya S
kor
70
Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2
No Aspek yang Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran
2 8
2. Kegiatan Awal 2
8
3. Kegiatan Inti
13 50
4. Kegiatan Akhir
3 12
Jumlah 20 78
Hasil observasi aktivitas guru terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek
kegiatan inti dengan skor 50, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah 78 atau
dalam persentase 98%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi
aktivitas guru siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram berikut ini:
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4
Aspek yang diamati
Ban
yakn
ya S
kor
71
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi
yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2
No Aspek yang
Diamati
Aspek
item
Jumlah skor aspek item yang
terlaksana
1. Pra Pembelajaran 2 8
2. Kegiatan Awal 2 8
3. Kegiatan Inti 13 49
4. Kegiatan Akhir 3 12
Jumlah 20 77
Hasil observasi aktivitas siswa terdapat empat aspek yang diamati, yaitu:
Pra Pembelajaran dengan skor 8. Pada aspek kegiatan awal dengan skor 8. Aspek
kegiatan inti dengan skor 49, dan aspek kegiatan akhir dengan skor 12. Jumlah
keseluruhan skor yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa adalah 77
atau dalam persentase 96%. Dari jumlah skor tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Untuk lebih jelasnya hasil
observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada diagram
berikut ini:
0
20
40
60
1 2 3 4Aspek yang diamati
Ban
yakn
ya
Sko
r
72
(3) Pertemuan ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Jum’at, 12 Agustus 2016 oleh peneliti dan guru kolaborator. Pembelajaran pada
pertemuan ketiga ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran pada pertemuan
pertama dan pertemuan kedua yang telah guru laksanakan, serta penyampaian
materi cara merawat alat indera manusia. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan
ketiga ini guru melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus II. Selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami oleh siswa, karena tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, guru
segera memulai tes evaluasi.
4.1.3.3 Hasil Tindakan Siklus II
Hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 dapat dilihat pada tabel
distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II
No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase
1. 48–58 - 0 %
2. 59–69 - 0 %
3. 70–80 12 60 %
4. 81–91 - 0 %
5. 92–100 8 40 %
Jumlah Siswa 20 100 %
Nilai Rata-rata 87,15
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 70
Berdasarkan tabel 4.13 distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA, dapat
dikatakan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV mengalami peningkatan dari
hasil belajar pada siklus I, ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata
siswa dari 71,80 pada siklus I menjadi 87,15 pada siklus II. Berdasarkan tabel
4.13 dapat dinyatakan dalam diagram 4.15 yaitu sebagai berikut:
73
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil
perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14
Ketuntasan Belajar Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 75 20 100
2. Belum Tuntas < 75 0 0
Jumlah 20 100
Dari tabel 4.14 ketuntasan belajar siswa pada siklus II naik menjadi
100% tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.14 dapat dilihat pada diagram
4.16 berikut:
Dari hasil siklus II, siswa sudah mampu memahami materi yang
disampaikan dengan menggunakan model TSTS, siswa sangat antusias dan aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa meningkat menjadi
100%.
4.1.3.4 Refleksi Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari
pertemuan pertama dan kedua maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk
0
5
10
15
48-58 59-69 70-80 81-91 92-10Fr
eku
en
si
Rentang Nilai
100% Tuntas
74
diskusi untuk mengevaluasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran selama
pelaksanaan tindakan siklus II. Diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru
observer, peneliti, dan beberapa perwakilan siswa kelas IV. Pada pelaksanaan
tindakan siklus II guru teman sejawat telah melakukan berbagai upaya perbaikan
tindakan yang telah direncanakan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.
Dari refleksi yang telah dilakukan diketahui bahwa guru kolaborator yaitu
guru kelas IV sudah dapat menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray
dalam kegiatan pembelajarannya. Bagi siswa, penerapan model Two Stay Two
Stray menjadikan siswa menguasai memecahkan masalah secara kreatif dan
menyenangkan.
Dari hasil observasi pada pertemuan pertama dengan indikator penilaian
aktivitas guru sebanyak 20 item, hasil aktivitas guru pada pertemuan pertama
memperoleh persentase sebesar 94%, pertemuan kedua meningkat menjadi 98%.
Peningkatan hasil observasi aktivitas guru pertemuan pertama dan kedua
meningkat 4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram peningkatan
persentase hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan pertama dan kedua
sebagai berikut:
Dari skor penilaian hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama
besar persentase yang diperoleh 91%, pada pertemuan kedua persentase hasil
observasi siswa meningkat menjadi 96%. Besarnya peningkatan hasil observasi
aktivitas siswa pertemuan pertama dan kedua sebanyak 5%. Untuk lebih jelasnya
92
93
94
95
96
97
98
99
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Persentase
75
dapat dilihat pada tabel peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa
siklus II pertemuan pertama dan kedua sebagai berikut:
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70), maka pada siklus II semua siswa
tuntas. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus II ketuntasan siswa telah mencapai
100%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan, hasil
evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh
peneliti.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan
hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru berhasil melakukan perbaikan
pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana
perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I, yang dapat
diketahui dari adanya peningkatan skor hasil observasi guru.
2) Siswa lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Two Stay Two Stray, terlihat dari respon positif siswa
selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa mulai berani
menyampaikan pendapat dan menanggapi jawaban.
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Persentase
76
3) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dan berdiskusi secara kondusif di
dalam proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada
pelaksanaan tindakan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik yang direncanakan
pada kegiatan refleksi siklus I yang kemudian diterapkan oleh guru kolaborator
pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II, diantaranya:
1) Peneliti dan guru kolaborator telah melakukan diskusi bersama untuk
membahas mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray sehingga proses
pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih sistematis dan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
2) Guru sudah mempersiapkan dan memperlajari materi yang akan disampaikan
kepada siswa sehingga penyampaian materi sudah terstruktur dengan baik,
guru juga dapat mengaitkan materi yang sedang dipelajari oleh siswa dengan
realitas kehidupan yang dialami oleh siswa.
3) Guru selalu memberikan penguatan positif pada siswa, melatih siswa agar
berani dan tidak malu atau takut berpendapat di depan kelas melalui
pemberian penghargaan sebagai motivasi bagi siswa.
4.2 Hasil Analisis Data dan Hasil Tindakan
Pada sub analisis data ini, akan menguraikan tentang perbandingan proses
dan hasil belajar muatan IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 pada kondisi awal,
siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan proses dan hasil
belajar muatan IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan
tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II
ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut:
77
Tabel 4.15
Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas ≥ 75 8 40 10 50 20 100
2. Belum Tuntas < 75 12 60 10 50 0 5
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Nilai Rata-rata 62,40 71,80 87,15
Berdasarkan tabel 4.15 tentang perbandingan ketuntasan belajar IPA,
diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan
siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal
nilai rata-rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa belum mampu
mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan
sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan
dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar muatan
IPA siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah
100% atau keseluruhan siswa mencapai ketuntasan. Perbandingan ketuntasan
belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.19
berikut:
Diagram 4.19 Perbandingan Ketuntasan Belajar muatan IPA Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
0
5
10
15
20
25
KondisiAwal
Siklus I Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
Jum
lah
Sis
wa
78
Untuk memperjelas peningkatan rata-rata hasil belajar muatan IPA dapat
dilihat pada diagram 4.20 berikut ini:
Diagram 4.20 Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV
SDN Sukolilo 01, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan
pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih menggunakan metode ceramah,
guru menilai pembelajaran menggunakan metode ceramah lebih praktis dari pada
menggunakan model pembelajaran yang memerlukan banyak persiapan lebih di
dalam pelaksanaannya. Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga masih jarang
dilakukan oleh guru, guru merasa kurang terampil dalam menggunakan media
pembelajaran sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru
mengesampingkan pemanfaatan sebuah media, padahal sebuah media
pembelajaran dapat menambah ketertarikan siswa dan membantu guru dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas IV di SDN Sukolilo
01 tersebut menyebabkan siswa kelas IV pasif di dalam proses pembelajaran,
tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membangun sebuah
konsep materi, kegiatan dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
KondisiAwal
Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata
79
dalam pelaksanaan pembelajaran terkesan monoton dan tidak menyenangkan. Hal
tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPA siswa
kelas IV SDN Sukolilo 01. Berdasarkan kondisi yang demikian maka perlu
adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 dengan menerapkan model pembelajaran yaitu
Two Stay Two Stray.
Perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa
diketahui terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II
dengan penerapan model Two Stay Two Stray. Setelah pelaksanaan tindakan
siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 73 dengan persentase 91,25%. Pada
siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 76,5 dengan
persentase 95,63%. Dengan adanya peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor
aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor aktivitas
siswa 71 dengan persentase 88,75%, kemudian pada siklus II rata-rata skor
meningkat menjadi 75 dengan persentase 93,75%. Peningkatan rata-rata skor
observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik
aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-
rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II
dengan menerapkan model Two Stay Two Stray tersebut berdampak pada
peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01. Diketahui bahwa
setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model Two Stay
Two Stray hasil belajar muatan IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan
mencapai KKM ≥ 70. Kondisi ini terbukti dari nilai hasil tes evaluasi dari masing-
masing siklus, baik siklus I maupun siklus II.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 71,80
mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa
hanya 62,40 dengan pencapaian ketuntasan belajar muatan IPA siswa mencapai
50%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan
bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah
menunjukkan peningkatan hasil belajar muatan IPA, tetapi hasil yang diperoleh
80
tersebut masih belum maksimal, maka dari itu masih diperlukan perbaikan pada
siklus II.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar
muatan IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata
hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 87,15 dengan pencapaian ketuntasan
belajar muatan IPA siswa mencapai 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan
bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah berhasil karena siswa tuntas
100%.
Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada
siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses
pembelajaran maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap
proses pembelajaran, lebih berani dalam menyampaikan gagasan dan melakukan
kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model Two Stay Two Stray
pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa,
proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut
terlibat dalam proses pembelajarannya. Penerapan model Two Stay Two Stray
banyak hal positif bagi siswa, dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil
belajar mata pelajaran IPA.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran menambah manfaat dari
pelaksanaan PTK ini, adanya media membuat siswa dapat berpikir secara konkrit
tentang materi disampaikan guru. Selain itu dengan model Two Stay Two Stray
siswa mampu mengidentifikasi materi dan mampu memecahkan permasalahan
yang ada dalam pembelajaran IPA. Bahkan siswa dengan kreatif mampu membuat
media pembelajaran sebagai bentuk antusias siswa terhadap materi yang
disampaikan guru dengan media yang siswa buat sendiri, memudahkan siswa
memahami materi secara kreatif. Dapat dikatakan bahwa model Two Stay Two
Stray dapat meningkatkan aktivitas belajar secara kognitif, peningkatan aktifitas
belajar secara kognitif tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar
IPA siswa kelas IV SDN Sukolilo 01 setelah dilaksanakannya tindakan penelitian
menggunakan model Two Stay Two Stray.
81
Berdasarkan uraian penelitian, maka penerapan model Two Stay Two Stray
dalam pembelajaran pada mapel IPA pada siswa kelas IV Semester I SDN
Sukolilo 01 Tahun Pelajaran 2016/2017 ini selaras dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh Dwi Hinda Wiratna dari penelitian tersebut
diketahui rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA meningkat dari 64 dengan
prosentase ketuntasan belajar sebesar 57,75% pada siklus I menjadi 78,5 dengan
prosentase ketuntasan belajar sebesar 82,92% pada siklus II setelah penerapan
model Two Stay Two Stray, selanjutnya penelitian oleh Solikin Agus Purwanto
juga menunjukkan hasil yang sama pada mata pelajaran IPA bahwa dengan
menerapkan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar dengan
peningkatan nilai rata-rata siswa dari 80,45% menjadi 92,60%. Dari hasil
penelitian tersebut terbukti bahwa penerapan model pembelajaran Two Stay Two
Stray dapat meningkatkan hasil belajar.
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Lie
(2002:61) bahwa model pembelajaran tipe Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two
Stray) adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis Cooperative
Learning. Teknik ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua
tingkat anak didik. Teknik pembelajaran TSTS membentuk kelompok-kelompok
kecil dan terdapat ciri khas dalam pembentukan kelompoknya yaitu anggota
kelompok-kelompoknya bersifat heterogen (bermacam-macam). Begitu juga
menurut Agus Suprijono (2012:93) strategi Two Stay Two Stray atau strategi dua
tinggal dua tamu adalah strategi yang dapat mendorong anggota kelompok untuk
memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada peserta
didik. Dengan pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa lebih aktif untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dalam kegiatan diskusi dengan kelompok.
Disamping itu, Two Stay Two Stray juga memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, mengeluarkan pendapat, berinteraksi serta berbicara atau
presentasi dengan siswa lain sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam kelas.
Keunggulan pembelajaran Two Stay Two Stray menurut Lie (2008:61)
antara lain : (1) Model pembelajaran kooperatif dapat di implementasikan untuk
berbagai kelas atau tingkatan usia, (2) Belajar siswa menjadi lebih bermakna
82
sehingga memberikan kesempatan pada siswa untuk membentuk konsep secara
mandiri dengan cara-cara mereka sendiri dan melalui metode-metode pemecahan
masalah, (3) Siswa aktif dan tanggung jawab masing-masing untuk kelompok, (4)
Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena setiap siswa mempunyai tanggung
jawab belajar baik untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya, (5) Bertukar
informasi, antara kelompok yang satu dengan lainnya, (6) Meningkatan restasi
belajar dan daya ingat, (7) Meningkatkan kreativitas siswa dan melatih berpikir
kritis dengan membandingkan hasil pekerjaan kelompoknya dengan kelompok
lain, dan (8) Memudahkan guru dalam pencapaian pembelajaran karena mudah
diterapakan disekolah.
Menurut pendapat para ahli di atas mengenai kelebihan model
pembelajaran Two Stay Two Stray maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan
model pembelajaran Two Stay Two Stray yaitu menciptakan suasana belajar yang
positif yaitu terbentuknya interaksi satu sama lain sehingga secara tidak langsung
siswa akan merasa nyaman tanpa adanya persaingan siswa satu dengan siswa
yang lain. Selain itu menambah semangat dan antusias siswa dalam belajar,
ketertarikan dalam menerima suatu materi yang akan diajarkan serta
mempermudah siswa dalam menerima suatu pengetahuan sehingga dapat
memberikan dampak yang positif bagi peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hinda
Wiratna (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model pembelajaran
Two Stay Two Stray untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA siswa kelas
IV SDN Tanjungrejo 2 Malang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV. Terbukti pada hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 mencapai
rata-rata 64 dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 57,75%, sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi rata-rata 78,5 dengan prosentase ketuntasan belajar
sebesar 82,92%.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Solikin
Agus Purwanto (2010) di kelas IV SDN Sawojajar 5 dengan judul “Meningkatkan
Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Sawojajar 5 melalui Pembelajaran
83
Kooperatif Model Two Stay Two Stray”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray, ketuntasan belajar
siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan besar 48,94% dan dari
siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan hasil belajar siswa sebesar
14,2%. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Two
Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV.