52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Observasi Awal
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan April 2012 diawali dengan
dialog awal antara peneliti, kepala sekolah dan guru Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah. Dialog awal dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 April 2012 pukul
10.00 WIB diruang kepala sekolah.
Peneliti datang dengan membawa surat ijin penelitian. Pertemuan tersebut
sekaligus mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan
dilaksanakan sekaligus mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelum diadakan
tindakan.
Dialog awal kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5 April 2012
pukul 09.00 WIB di ruang guru. Berdasarkan pengalaman guru kelas V SDN 1
Biluhu Tengah dan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti
disepakati bahwa masalah yang perlu untuk segera diatasi dalam penelitian ini
adalah rendahnya tingkat kemampuan berbicara siswa, keberanian siswa dalam
menjawab dan mengajukan pertanyaan belum ada, keaktifan siswa dalam
pembelajaran masih kurang, kemampuan menguasai materi belum optimal.
Ketika siswa diminta untuk membaca sebuah bacaan. Selanjutnya, mereka diminta
untuk mengungkapkan isi bacaan itu secara lisan di depan kelas, mereka tidak
dapat menceritakan isi bacaan tersebut dengan lancar, terstruktur, terurut, dan
jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat. Di samping itu, pada saat guru bertanya
53
kepada seluruh siswa tentang makna yang terkandung dari isi bacaan yang telah
dibacanya tersebut, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru,
karena takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk tampil berbicara di depan kelas,
para siswa belum menunjukkan keberanian. Hal itu adalah akibat dari belum
efektifnya pembelajaran berbicara yang dilaksanakan di kelas.
4.1.1.1 Perencanaan Tindakan
Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah berjumlah 28 siswa. Karakter siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah sendiri pada umumnya berdasarkan hasil angket observasi awal dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yaitu siswa memiliki rasa kurang berminat
terhadap pelajaran bahasa Indonesia, alasannya pelajaran ini membosankan
sehingga cenderung pasif dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan pada observasi awal, terlihat
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah belum dapat dilaksanakan dengan baik
sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pada aspek ini belum optimal.
Berdasarkan kesepakatan dengan guru mitra yang menjadi kolaborasi tindakan
yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa Kelas V
SDN 1 Biluhu Tengah yaitu dengan menerapkan metode sosiodrama dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan “Memerankan Tokoh”
dengan materi pokok “Teks Drama”.
Sebelum dilaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu menyusun silabus
yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran. Sedangkan rencana
54
pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun saat perencanaan tindakan pada masing-
masing siklus (lampiran).
4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
perencanaan tindakan yang telah disusun sebelumnya (lampiran).
Model pembelajaran yang dilakukan adalah dengan penerapan metode
sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan
“Memerankan Tokoh” dengan materi pokok “Teks Drama”. Sebelum
pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama dan dilaksanakan, terlebih
dahulu dilaksanakan kegiatan awal, yaitu tes awal untuk mengetahui keterampilan
siswa dalam berbicara, dan observasi untuk mengetahui perilaku siswa selama
mengikuti pembelajaran berbicara. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam
observasi awal ini belum menggunakan metode sosiodrama. Tes awal dilakukan
dengan memberikan sebuah teks drama untuk diperankan oleh siswa. Teks drama
ini digunakan untuk mengetahui sejauhmana keterampilan siswa Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah dalam berbicara.
Keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sebelum
dilakukan tindakan (observasi awal) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
55
Tabel 2
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Observasi Awal
No Indikator
Hasil Capaian
Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Menghayati kata-
kata yang
disampaikan
0 0 3 10,71 17 60,72 8 28,57 0 0
2 Menghubungkan
kalimat sesuai
pesan
0 0 0 0 9 32,14 19 67,86 0 0
3 Pengucapan
dengan intonasi
yang tepat
0 0 2 7,14 13 46,43 13 46,43 0 0
4 Keruntutan dan
keberanian dalam
berbicara
0 0 2 7,14 11 39,29 15 53,57 0 0
Rata-Rata 0 0 2 7,14 12 42,86 14 50,00 0 0
Persentase Rata-Rata 0% 7,14% 42,86% 50% 0%
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Data pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sebelum dilaksanakan tindakan (observasi
awal) untuk kategori kurang terdapat 14 siswa atau dengan persentase 50%.
Kategori cukup terdapat 12 siswa atau dengan persentase 42,86%. Untuk kategori
baik terdapat terdapat 2 siswa atau dengan persentase 7,14%. Untuk kategori
sangat kurang tidak ada. Begitu juga kategori sangat baik belum ada yang
mencapainya. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini.
56
07.14
42.8650
00
20
40
60
80
100
Prosentase (%)
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Kategori
Grafik 1. Keterampilan Berbicara Siswa Observasi Awal
Grafik 1 di atas terlihat batang untuk kategori kurang adalah yang paling
tinggi, yaitu pada angka 50%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa
dalam berbicara sebagian besar berada pada kategori kurang, dan sisanya berada
pada kategori baik, yaitu 7,14%, kategori cukup yaitu 42,86%. Sedangkan untuk
kategori sangat baik dan sangat kurang tidak ada atau 0%.
Kegiatan dilanjutkan dengan pre test. Berdasarkan hasil pre test siswa
sebelum penelitian dilakukan masih banyak siswa yang tidak tuntas dalam belajar
sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia ditetapkan 85%, sebagai ukuran
ketuntasan individual. Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap
tuntas secara individual, jika siswa tersebut memperoleh nilai ≥ 80. Sedangkan
kelas dapat dikatakan tuntas belajarnya pada pokok bahasan atau sub pokok
bahasan jika mencapai ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya.
57
Hasil pre test yang dilakukan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah tanggal 6 April 2012, diperoleh data bahwa dari 28 siswa terdapat hanya 6
orang siswa yang tuntas, sementara selebihnya masih terdapat 22 orang siswa
yang belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas, berikut ini nilai pre test yang diberikan guru pada siswa Kelas V SDN
1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011/2012
sebelum pelaksanaan tindakan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3
Nilai Pre Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Sebelum Pelaksanaan Tindakan (Observasi Awal)
No Nama Siswa Nilai
Kriteria
Nilai No Nama Siswa Nilai
Kriteria
Nilai
T TT T TT
1 Abas Akoli 60 - 15 Mukrain Ain 82 -
2 Rizal Abdul 63 - 16 Hariyanti Bano 82 -
3 Raski Apadu 70 - 17 Mislan Rahmawati 65 -
4 Fitran Ahmad 63 - 18 Helmilia Ahmad 62 -
5 Samsul Jinaba 62 - 19 Apriyunita Saleh 61 -
6 Rahim Laji 50 - 20 Anggun Fitra M. 62 -
7 Rahman Laji 63 - 21 Ardeani J. Popa 62 -
8 Aldo Parera 52 - 22 Kasmin Yones 65 -
9 Marlina Apadu 65 - 23 Nerci Ayuba 62 -
10 Wisda R. Moha 82 - 24 Merlin Dunggio 68 -
11 Uyan P. Natsir 55 - 25 Herlin Parera 83 -
12 Sri Yolanda 60 - 26 Supriani Nalia 60 -
13 Hijrah Dumbela 82 - 27 Elis Dunggio 60 -
14 Nindrawati J. 82 28 Sri Apriyani I. 65 -
Jumlah 909 3 11 Jumlah 939 3 11
Jumlah nilai : 1848
Jumlah nilai maksimal ideal : 2800
Rata-rata nilai tercapai : 66,0
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Berdasarkan data pada tabel 3 tentang nilai pre test siswa Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan,
58
dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan guru di Kelas V SDN
1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum pelaksanaan
tindakan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,0 dan ketuntasan
belajar mencapai 21,43 atau hanya ada 6 siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 hanya sebesar 21,43%.
Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil pre test keterampilan berbicara
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah sebelum pelaksanaan tindakan (observasi
awal) dalam tabel berikut ini.
Tabel 4
Rekapitulasi Nilai Pre Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Observasi Awal
No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Persentase
%
Rata-Rata
Nilai
1 Sangat Baik 90 - 100 0 0
1848
2800
2 Baik 75 - 89 6 21,43
3 Cukup 60 - 74 19 67,86
4 Kurang 40 - 59 3 10,71
5 Sangat Kurang 0 - 39 0 0
Jumlah 28 100 66,0
Sumber Data: Olahan Data Primer dari Kegiatan Siswa, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pre test siswa Kelas
V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum
pelaksanaan tindakan berada pada kategori cukup sejumlah 19 siswa atau 67,86%,
berada pada kategori baik sejumlah 6 siswa atau 21,43%, berada pada kategori
kurang sejumlah 3 siswa atau 10,71%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
pre test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebelum pelaksanaan tindakan berada pada kategori cukup.
59
Setelah melihat nilai pre test yang diperoleh siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan masalah-masalah pembelajaran
yang dihadapi guru di atas, maka masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan
melalui penelitian tindakan kelas. Untuk itu peneliti melakukan diskusi untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
Hasil kerja kolaborasi antara guru Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah, kepala
sekolah dan peneliti disepakati bahwa asumsi penyebab masalah yaitu: berbagai
kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan di atas kemudian dianalisis
melalui kerja kolaborasi. Melalui hasil kolaborasi tersebut peneliti dan guru Kelas
V SDN 1 Biluhu Tengah sepakat bahwa penyebab masalah yang paling dominan
adalah pembelajaran yang cenderung satu arah sehingga berpusat pada guru dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati oleh rekan
kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahas perencanaan
solusi masalah ini dilakukan dalam satu rangkaian dialog awal. Tindakan solusi
masalah yang ditawarkan dalam penelitian ini yaitu melalui penerapan metode
sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Tindakan pembelajaran melalui metode sosiodrama akan diterapkan pada
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah yang akan dikembangkan pada setiap siklus
tindakan melalui perencanaan yang terevisi. Dengan penerapan metode
sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat mengubah
pembelajaran yang semula siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah hanya pasif
60
menjadi lebih aktif dalam berbicara, sehingga dapat meningkatkan keterampilan
berbicaranya.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus 1
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan melalui 4 (empat) tahap yaitu:
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap
analisis dan refleksi yaitu sebagai berikut.
4.1.2.1 Tahap Perencanaan Siklus
Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran. Langkah awal
yang dilakukan yaitu menyusun rencana pembelajaran yang merupakan program
kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Sebelum
dilaksanakan tindakan terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Pembelajaran yang akan dilaksanakan berpedoman pada
RPP yang telah disusun yaitu selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) dengan materi
ajar yaitu “Teks Drama Terjaring Operasi”. Pada tahap ini selain menyusun
rencana pembelajaran juga membuat instrumen lembar observasi kegiatan guru
dan kegiatan siswa. Selain menyiapkan instrumen lembar observasi juga
menyiapkan perangkat soal tertulis untuk mengevaluasi pemahaman siswa
Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam pembelajaran aspek berbicara.
4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah
pembelajaran pada aspek berbicara dengan metode sosiodrama.
61
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu
untuk pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 April 2012 yaitu
dimulai pukul 08.30 – 09.40 WIB. Jumlah siswa yang hadir sebanyak 28 siswa.
Selain melaksanakan tindakan peneliti juga mengadakan observasi selama
pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar
mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses
pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan
pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut. Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran,
selanjutnya proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode
sosiodrama dilaksanakan. Siswa berkelompok, kemudian mendramatisasikan
sebuah masalah sosial yang telah mereka tentukan sebelumnya dengan cara
membuat dialog yang berjudul “Terjaring Operasi”, kemudian memerankannya
di depan kelas. Kelompok lain menyimak penampilan siswa sambil menunggu
saat tampil. Setelah satu kelompok selesai tampil kelompok lain menanggapi dan
mengkritisi. Guru mengamati dan menilai kemampuan siswa dalam berbicara
pada beberapa kelompok yang sudah tampil. Kepada setiap kelompok yang sudah
tampil, guru mengevaluasi penampilan mereka dan memberikan masukan kepada
siswa jika ada yang kurang dari penampilan mereka khususnya dalam menghayati
kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan yang
ada dalam teks drama, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan
keberanian siswa dalam memerankan tokoh yang ada dalam teks drama.
62
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 ini diakhiri dengan kegiatan
penutup yaitu guru melakukan evaluasi tertulis kepada siswa. Setelah evaluasi
selesai guru mengadakan tanya jawab kepada siswa bagaimana perasaan yang
dialaminya tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukannya. Setelah tanya
jawab guru kembali mengorganisasi siswa agar duduk diam untuk menutup
kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya pada pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran siklus I pada
pertemuan 2 yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 April 2012, juga
diawali dengan mengucapkan salam dan berdoa. Kemudian guru mengecek
kehadiran siswa, setelah semua siswa lengkap, guru melakukan apersepsi. Guru
memberikan penjelasan kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan aalah lanjutan dari kegiatan pembelajaran minggu kemarin yaitu
memerankan tokoh yang ada dalam naskah drama. Kepada kelompok yang belum
tampil diminta untuk maju di depan kelas memerankan tokoh yang ada dalam
naskah drama. Kelompok lain menyimak penampilan siswa sambil menunggu saat
tampil. Setelah satu kelompok selesai tampil kelompok lain menanggapi dan
mengkritisi. Guru mengamati dan menilai kemampuan siswa dalam berbicara
pada kelompok yang sudah tampil. Setelah semua kelompok yang sudah tampil,
guru mengevaluasi penampilan mereka dan memberikan masukan kepada siswa
jika ada yang kurang dari penampilan mereka khususnya dalam menghayati kata-
kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan yang ada
dalam teks drama, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan
keberanian siswa dalam memerankan tokoh yang ada dalam teks drama.
63
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 2 juga diakhiri dengan kegiatan
penutup dengan terlebih dahulu diadakan post test untuk mengetahui hasil belajar
siswa (lampiran). Hampir semua siswa merasa kaget dan tidak siap jika diadakan
post test. Tetapi akhirnya post test berjalan dengan baik walaupun ada beberapa
siswa yang masih bingung mengerjakannya. Setelah post test berakhir peneliti
memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi berikutnya yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
4.1.2.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Siklus 1
Pemantauan adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama
penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh guru
mitra yang menjadi kolaborator yaitu kepala sekolah dan guru Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah. Sasaran yang diamati adalah penampilan siswa ketika
memerankan tokoh sebuah dialog dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar yang meliputi: menghayati kata-kata yang disampaikan,
menghubungkan kalimat sesuai dengan pesan yang ada dalam teks drama,
pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian siswa dalam
memerankan tokoh yang ada dalam teks drama.
Pada siklus I ini ada beberapa perilaku yang terdeskripsi berdasarkan hasil
observasi. Pada awal pembelajaran sebelum masuk materi, siswa terlihat senang
mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru dalam menyampaikan
apersepsi disertai dengan humor. Begitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan materi apa yang akan diajarkan, siswa banyak yang mengeluh. Mereka merasa
64
malas untuk belajar berbicara. Terlihat hanya 40% siswa yang masih bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran.
Setelah guru menjelaskan metode pembelajaran apa yang akan digunakan
dan meminta beberapa siswa untuk maju ke depan dan memerankan sebuah dialog
drama seperti yang mereka lihat di sinetron-sinetron yang ada di telivisi, sebagian
siswa yang sebelumnya kelihatan malas kelihatan lebih bersemangat, meskipun
mereka masih kelihatan bingung dengan pola pembelajaran guru yang merupakan
hal baru bagi mereka.
Pada siklus I ini, keaktifan siswa masih sangat kurang. Tidak ada siswa
yang bertanya maupun menanggapi penjelasan yang disampaikan guru. Kegiatan
berdiskusi, kerjasama antar siswa dalam kelompok masing-masing sudah
kelihatan terjalin baik. Kemudian ketika siswa diminta untuk memerankan dialog
sesuai dengan naskah drama, masih banyak perilaku negatif yang diperlihatkan
siswa. Terlihat dalam berbicara yang diungkapkan melalui tokoh dalam peran
masing-masing masih banyak pilihan kata yang tidak sesuai, penghayatan yang
kurang sesuai, pelafalan dan intonasi salah, serta tidak runtut. Beberapa siswa
masih terlihat menghafalkan dialognya dan cenderung kurang lancar dalam
berbicara, karena kurang berani dalam berbicara.
Ketika teman lain maju ke depan untuk memerankan dialognya, banyak
siswa yang kurang memperhatikan. Beberapa siswa masih asyik mengobrol
sendiri dengan temannya, dan ada juga yang sibuk menghapalkan dialognya
sendiri. Setelah akhir pembelajaran, dan siswa diminta untuk memberikan
tanggapan pada penampilan temannya, hanya beberapa siswa yang memberikan
65
tanggapan. Pada siklus I ini, kelas masih terlihat kurang hidup. Hanya sebagian
siswa yang aktif dalam pembelajaran. Komunikasi antara guru dengan siswa
belum terjadi dengan baik, terlihat siswa yang masih cenderung pasif dan kurang
bersemangat.
Hasil tindakan pada siklus I ini dapat diketahui bahwa siswa kurang
berminat dengan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran
berbicara. Minat belajar berbicara yang kurang pada siswa disebabkan karena
menurut mereka berbicara dengan bahasa Indonesia sangat sulit. Setelah
mengikuti pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama,
sebagian besar siswa mengaku senang mengikutinya. Menurut mereka dalam
pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama, mereka
mendapatkan kebebasan belajar dan berekspresi. Sambil belajar berbicara, siswa
juga berlatih menguasai naskah drama dan bagaimana cara memerankannya.
Menurut mereka pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode
sosiodrama cukup menyenangkan dan tidak membuat mereka cepat jenuh.
Meskipun mereka merasa senang dengan pembelajaran berbicara dengan
menggunakan metode sosiodrama, tetapi mereka masih mengalami beberapa
kesulitan dalam berbicara. Kesulitan yang dialami antara lain, penguasaan
kosakata yang kurang sehingga menyebabkan mereka kesulitan dalam
menyampaikan gagasan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tepat.
Kesulitan lain yang dialami siswa adalah mengenai pelafalan kosakata yang benar
sehingga mempengarui kelancaran mereka dalam berbicara.
66
Kesulitan yang dialami siswa seperti yang telah diungkapkan di atas
merupakan hal yang patut dimaklumi, meskipun mereka telah mengikuti
pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode sosiodrama. Mengingat
latar belakang mereka yang sebagian besar barada pada lingkungan yang
kesehariannya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Gorontalo dan dialek
Manado. Daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan berbeda-beda, sehingga
tingkat penguasaan siswa terhadap materi berbeda-beda pula.
Hal-hal yang ingin disampaikan siswa dalam pembelajaran berbicara
dengan menggunakan metode sosiodrama adalah guru harus lebih banyak
memberikan contoh kosakata dalam bentuk ragam bahasa yang baik dan benar,
sehingga dengan banyak menguasai kosakata siswa dapat menghubungkan
kosakata yang diketahuinya menjadi kalimat-kalimat yang runtut. Yang kedua
guru juga harus memberikan contoh pelafalan kosakata dengan intonasi yang
tepat.
Selama observasi dan pemantauan berlangsung guru mitra memberikan
penilaian terhadap keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
dan kemampuan guru dalam menerapkan metode sosiodrama. Data pemantauan
dan evaluasi terkait dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dapat dilihat
pada aspek hasil penelitian berikut.
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Kegiatan guru diamati dengan menggunakan lembar pengamatan yang
berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 12 (dua belas)
67
kriteria penilaian, sebagaimana terlampir. Berdasarkan penilaian pengamat
diperoleh data sebagaimana nampak pada tabel berikut ini.
Tabel 5
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I
No. Rentang
Nilai
Kategori
Penilaian Jumlah
Persentase
(%)
1. 90 – 100 Sangat Baik 1 8.33
2. 75 – 89 Baik 10 83.34
3. 60 – 74 Cukup Baik 1 8.33
4. 40 – 59 Kurang Baik 0 0
5. 0 - 39 Tidak Baik 0 0
Jumlah Total 12 100
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode demonstrasi,
diperoleh hasil pengamatannya bahwa semua aspek pembelajaran tersebut
di atas dilaksanakan oleh guru dengan baik. Hal ini dapat dijelaskan dari 12
(dua belas) kriteria kegiatan guru yang dinilai terdapat 10 aspek (83.34%) yang
mendapat penilaian dengan kategori baik dalam hal: menarik perhatian siswa
dan membangkitkan motivasi belajarnya, penampilan guru, kesesuaian
penggunaan metode sosiodrama dengan pokok bahasan, kejelasan dalam
menerangkan materi, kemampuan menggunakan media, keterampilan dan
ketepatan menggunakan metode sesuai dengan prosedur, melakukan evaluasi.
Ada 1 aspek (8.33%) berada pada kategori sangat baik dalam kejelasan suara
menjelaskan materi. Meskipun masih ada 1 aspek (8.33%) berada pada
kategori cukup baik dalam hal: menutup kegiatan pembelajaran dengan
68
memberikan tugas kepada siswa. Sehingga diharapkan pada tindakan siklus
berikutnya aspek ini dapat diperbaiki oleh guru dan meningkat ke arah yang
lebih baik.
2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Data hasil pengamatan kegiatan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
terkait dengan peningkatan keterampilan berbicaranya melalui metode
sosiodrama, diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan
siswa berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati yaitu: menghayati kata-kata
yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar,
pengucapan dengan intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian dalam
berbicara yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran.
Pengamatan ini menggunakan checklist (), dengan tujuan untuk
mengetahui keterampilan siswa dalam berbicara saat pembelajaran pada
masing-masing aspek yang dinilai. Lembar pengamatan kegiatan siswa
diberikan kepada guru mitra dan harus diisi semua tanpa terkecuali.
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siklus I dengan menggunakan
lembar pengamatan kegiatan siswa pada masing-masing aspek yang diamati
diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Menghayati kata-kata yang disampaikan
Pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan ini penilaian
dipusatkan pada tepat atau tidaknya atau kesesuaian kata siswa yang
disampaikan dengan ekspresi, mimik karakter tokoh dalam bermain drama.
Hasil tindakan siklus 1 pada aspek menghayati kata-kata yang disampaikan
69
dalam bermain drama oleh siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah diperoleh
data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori
sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik
dicapai 7 siswa atau 25%. Untuk kategori cukup dicapai 21 siswa atau 75%.
Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang
tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V
SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek menghayati kata-kata
yang disampaikan berada pada kategori cukup dengan persentase 75%.
b. Menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar
Pada aspek ini penilaian difokuskan pada kemampuan siswa
menghubungkan kata-kata sesuai dengan kalimat yang ada dalam teks
drama yang diperankan. Hasil tindakan siklus 1 pada aspek ini diperoleh
data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori
sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik
dicapai 1 siswa atau 3,57%. Untuk kategori cukup dicapai 27 siswa atau
96,43%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat
kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa
Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada
kategori cukup dengan persentase 96,43%.
c. Pengucapan dengan intonasi yang tepat
Pada aspek ini penilaiannya difokuskan pada kesesuaian tinggi
rendahnya nada kalimat yang diucapkan siswa dan penekanan siswa dalam
mengucapkan tiap kata saat memerankan drama. Hasil tindakan siklus 1
70
pada aspek ini diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada
aspek ini untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya
atau 0%. Kategori baik dicapai 4 siswa atau 14,29%. Untuk kategori cukup
dicapai 24 siswa atau 85,71%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori
kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai
keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada
aspek ini berada pada kategori cukup dengan persentase 85,71%.
d. Keruntutan dan keberanian dalam berbicara
Pada aspek ini penilaian difokuskan pada kemampuan siswa
berbicara dengan lancar, jelas dan runtut dengan ekspresi yang sesuai
dengan karakter tokoh, tanpa ada kecemasan atau takut salah dalam
berbicara. Hasil tindakan siklus 1 pada aspek ini diperoleh data bahwa
keterampilan siswa berbicara pada aspek ini untuk kategori sangat baik
belum ada siswa yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 6 siswa
atau 21,43%. Untuk kategori cukup dicapai 22 siswa atau 78,57%.
Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang
tidak ada lagi atau 0%. Jadi rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V
SDN 1 Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek ini berada pada kategori
cukup dengan persentase 78,57%.
Adapun keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
setelah dilakukan tindakan siklus 1 berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati
yaitu: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai
71
pesan dengan lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat, dan keruntutan
dan keberanian dalam berbicara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Siklus I
No Indikator
Hasil Capaian
Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Menghayati
kata-kata yang
disampaikan
0 0 7 25,00 21 75,00 0 0 0 0
2 Menghubungkan
kalimat sesuai
pesan
0 0 1 3,57 27 96,43 0 0 0 0
3 Pengucapan
dengan intonasi
yang tepat
0 0 4 14,29 24 85,71 0 0 0 0
4 Keruntutan dan
keberanian
dalam berbicara
0 0 6 21,43 22 78,57 0 0 0 0
Rata-Rata 0 0 5 17,86 23 82,14 0 0 0 0
Persentase Rata-Rata 0% 17,86% 82,14% 0% 0%
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilaksanakan tindakan siklus 1
untuk kategori baik terdapat 5 siswa atau dengan persentase 17,86%. Untuk
kategori cukup terdapat terdapat 23 siswa atau dengan persentase 82,14%.
Untuk kategori kurang dan sangat kurang tidak ada. Begitu juga kategori
sangat baik belum ada yang mencapainya. Hasil tersebut juga dapat dilihat
pada grafik 2 berikut ini.
72
0
17.86
82.14
0 00
20
40
60
80
100
Prosentase (%)
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Kategori
Grafik 2. Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I
Grafik 2 di atas terlihat batang untuk kategori cukup adalah yang paling
tinggi, yaitu pada angka 82,14%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
siswa dalam berbicara setelah diadakan tindakan siklus I sudah berada pada
kategori cukup, dan selebihnya berada pada kategori baik, yaitu 17,86%.
Sedangkan untuk kategori sangat baik, kategori kurang dan sangat kurang tidak
ada atau 0%.
Kegiatan dilanjutkan dengan pos test. Berdasarkan hasil pos test siswa
setelah diadakan tindakan siklus I sudah hampir sebagian siswa tuntas dalam
belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Hasil pre test yang
dilakukan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah tanggal 16 April
2012, diperoleh data bahwa dari 28 siswa terdapat hanya 6 orang siswa yang
tuntas, sementara selebihnya masih terdapat 22 orang siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas,
berikut ini nilai pos test yang diberikan guru pada siswa Kelas V SDN 1
73
Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011/2012
setelah pelaksanaan tindakan siklus I dalam tabel berikut ini.
Tabel 7
Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No Nama Siswa Nilai
Kriteria
Nilai No Nama Siswa Nilai
Kriteria
Nilai
T TT T TT 1 Abas Akoli 70 - 15 Mukrain Ain 85 -
2 Rizal Abdul 73 - 16 Hariyanti Bano 85 -
3 Raski Apadu 80 - 17 Mislan Rahmawati 82 -
4 Fitran Ahmad 72 - 18 Helmilia Ahmad 80 -
5 Samsul Jinaba 73 - 19 Apriyunita Saleh 70 -
6 Rahim Laji 60 - 20 Anggun Fitra M. 72 -
7 Rahman Laji 73 - 21 Ardeani J. Popa 72 -
8 Aldo Parera 62 - 22 Kasmin Yones 75 -
9 Marlina Apadu 75 - 23 Nerci Ayuba 72 -
10 Wisda R. Moha 80 - 24 Merlin Dunggio 80
11 Uyan P. Natsir 65 - 25 Herlin Parera 85 -
12 Sri Yolanda 80 - 26 Supriani Nalia 70 -
13 Hijrah Dumbela 86 - 27 Elis Dunggio 80 -
14 Nindrawati J. 85 - 28 Sri Apriyani I. 82
Jumlah 1034 5 9 Jumlah 1090 8 6
Jumlah nilai : 2124
Jumlah nilai maksimal ideal : 2800
Rata-rata nilai tercapai : 75,86
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Berdasarkan data pada tabel 7 tentang nilai pos test siswa Kelas V
SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan
tindakan siklus I, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran aspek berbicara dengan
menggunakan metode sosiodrama yang telah dilakukan guru di Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan
tindakan siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 75,86 dan
ketuntasan belajar mencapai 46,43 atau sudah terdapat 13 siswa dari 28 siswa
sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa
74
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 hanya sebesar
46,43%.
Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil pos test keterampilan
berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah pelaksanaan tindakan
siklus I dalam tabel berikut ini.
Tabel 8
Rekapitulasi Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus I
No Kategori Rentang
Nilai Frekuensi
Persentase
%
Rata-Rata
Nilai
1 Sangat Baik 90 - 100 0 0
2124
2800
2 Baik 75 - 89 15 53,57
3 Cukup 60 - 74 13 46,43
4 Kurang 40 - 59 0 0
5 Sangat Kurang 0 - 39 0 0
Jumlah 28 100 75,86
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pos test siswa
Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah
pelaksanaan tindakan siklus I berada pada kategori cukup sejumlah 13 siswa
atau 46,43%, berada pada kategori baik sejumlah 15 siswa atau 53,57%, berada
pada kategori kurang tidak ada lagi atau 0%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus I berada pada kategori
baik.
4.1.2.4 Tahap Analisis dan Refleksi Siklus 1
Refleksi tindakan kelas siklus I ini mendiskusikan hasil observasi tindakan
kelas yang telah dilakukan. Dari kegiatan refleksi ini diperoleh beberapa hal yang
75
dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya yaitu
sebagai berikut; 1) Keadaan kelas masih gaduh pada saat pembelajaran
berlangsung; 2) Kebanyakan siswa tidak berani mengajukan pertanyaan walaupun
belum jelas; 3) Banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat kelompok yang
maju memerankan tokoh yang dalam naskah drama; 4) Keberanian siswa untuk
membuat kata-kata sendiri sesuai dengan naskah drama masih kurang; 5) Alokasi
waktu yang digunakan masih belum sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP); 6) Keaktifan berbicara didominasi oleh siswa yang pandai;
7) Pembelajaran sosiodrama belum dapat diterapkan secara maksimal.
Hasil analisis dan refleksi pada tindakan kelas siklus I dievaluasi bersama
peneliti bersama guru kelas. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat mengatasi
kesalahan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut adalah sebagai
berikut: 1) Perlu adanya komunikasi yang ramah, terbuka dan komunikatif untuk
memberikan kesan bersahabat dan tidak menakutkan agar keberanian siswa untuk
berbicara dapat tumbuh; 2) Guru harus membimbing siswa secara menyeluruh;
3) Guru sesering mungkin untuk meningkatkan dan memotivasi aktivitas belajar
siswa; 4) Guru harus mampu mengendalikan kelas; 5) Alokasi waktu yang
direncanakan harus dilaksanakan seefektif mungkin.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II juga dilakukan melalui 4 (empat) tahap
yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan
tahap analisis dan refleksi yaitu sebagai berikut.
76
4.1.3.1 Tahap Perencanaan Siklus II
Berdasarkan hasil dari tindakan kelas siklus I, maka rencana tindakan
kelas siklus I perlu direvisi dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan
pelaksanaan tindakan kelas siklus II.
Berbagai revisi yang disepakati bersama guru kelas yaitu: 1) Dalam setiap
pertemuan guru perlu mengoptimalkan pemberian motivasi untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa; 2) Skenario pembelajaran diupayakan lebih menarik lagi
agar minat dan semangat belajar siswa semakin meningkat; 3) Proses
pembelajaran harus berpusat pada siswa; 4) Guru lebih meningkatkan bimbingan
kepada siswa secara menyeluruh; 5) Pengefektifan alokasi waktu pembelajaran.
Pembelajaran tindakan kelas siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil revisi
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang dilaksanakan
selama 2 jam pelajaran dengan materi ajar yaitu teks drama “Jahil” (lampiran).
Pembelajaran juga menerapkan metode sosiodrama seperti pada tindakan kelas
siklus I.
4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.
Tindakan siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pertemuan 1 pada
hari jumat tanggal 20 April 2012 dan pertemuan 2 pada hari jumat tanggal 27
April 2012. Jumlah siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah yang hadir adalah
sebanyak 28 siswa.
77
Tindakan siklus II pada pertemuan 1 yang dilaksanakan hari Jumat
tanggal 20 April 2012 pembelajaran dimulai dengan memberikan motivasi pada
siswa agar mempunyai semangat belajar sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berbicaranya. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti mengulas inti
materi pelajaran pertemuan sebelumnya. Sebagian siswa memperhatikan dan ada
beberapa siswa yang bertanya dari materi sebelumnya. Untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa. Dari jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa sebagian siswa
sudah siap untuk belajar. Materi sebelumnya jelas, kemudian peneliti mulai masuk
ke sub pokok bahasan selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, siswa mulai tenang dan tidak ramai,
kemudian peneliti meminta kelompok yang mendapat giliran maju ke depan untuk
memerankan tokoh sesuai dengan naskah drama. Pada saat kelompok memainkan
peran terlihat kelompok yang lain sudah mulai tenang dan memperhatikan
kelompok yang maju. Kemudian dilanjutkan tanya jawab, pada pertemuan ini
terlihat siswa sudah banyak yang berani mengajukan pertanyaan. Kelompok yang
maju sudah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan lancar.
Kemudian peneliti memberikan penegasan terhadap meteri tersebut dan
dilanjutkan siswa dibantu peneliti menyimpulkan tentang materi yang telah
disampaikan.
Kegiatan selanjutnya diadakan post test untukk mengetahui hasil belajar
siswa. Siswa sudah tidak kaget lagi ketika diadakan post test karena mereka sudah
tahu sebelumnya dan siswa mulai paham dengan apa maksud setiap akhir tindakan
78
dengan diberi post test. Setelah waktu yang diberikan habis, siswa mengumpulkan
jawabannya. Selama observasi berlangsung guru kelas dan peneliti memberikan
penilaian untuk aspek afektif dan kognnitif. Sebelumnya guru memberikan
motivasi pada siswa untuk giat belajar sebelum pelajaran berakhir.
Tindakan siklus II pada pertemuan 2 yang dilaksanakan hari Jumat
tanggal 27 April 2012 kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberi motivasi
kepada siswa tentang pentingnya belajar bahasa Indonesia khususnya aspek
kemampuan berbicara baik dalam bidang akademik maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu peneliti juga memberikan pujian kepada siswa yang
mendapat nilai baik dari hasil post test sebelumnya, dan bagi yang nilainya masih
kurang peneliti memberi motivasi lagi agar lebih semangat belajar.
Setelah itu peneliti memberikan gambaran secara umum tentang materi
yang akan dipelajari. Kesiapan siswa dalam menghadapi pelajaran sudah lebih
baik. Hal ini terbukti ketika peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
mengarah pada materi siswa antusias untuk menjawab. Siswa sudah berani
menyampaikan ide atau gagasan dalam pembelajaran. Setelah itu peneliti meminta
kelompok yang mendapat giliran maju ke depan untuk memerankan tokoh yang
telah didapatkan. Pada saat kelompok memerankan tokoh drama terlihat
kelompok lain sudah tenang dan memperhatikan kelompok yang maju. Kemudian
dilanjutkan tanya jawab terlihat hampir seluruh siswa mengacungkan jari untuk
bertanya kemudian kelompok yang maju menunjuk siswa-siswa yang ingin
bertanya. Kelompok yang maju menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan selain itu kelompok yang tidak mendapat giliran maju mulai
79
menanggapi dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum
terjawab, disini terlihat diskusi yang sudah hidup. Kemudian peneliti memberikan
penegasan terhadap materi tersebut dan dilanjutkan siswa dibantu peneliti
menyimpulkan tenteng materi yang telah disampaikan.
Kemudian guru membagikan soal post test untuk dikerjakan masing-
masing siswa dan tidak diperbolehkan mengerjakan terlebih dahulu, siswapun
diam menunggu teman lain mendapatkan soal. Setelah semua siswa mendapatkan
soal siswa diberikan waktu selama 20 menit untuk mengerjakan, jawaban
dikumpulkan oleh salah satu siswa dan memberikannya pada guru. Begitu
pelajaran berakhir sebelumnya guru berpesan agar siswa senantiasa belajar
berbicara agar dapat meningkatkan prestasinya.
4.1.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Siklus II
Pada siklus II masih dilakukan observasi untuk memperoleh data berupa
perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode
sosiodrama, serta untuk mengetahui apakah terjadi perubahan perilaku siswa dari
siklus I. Observasi pada siklus II ini masih dilakukan peneliti dengan bantuan
guru mitra.
Sasaran observasi meliputi, 1) semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran, 2) keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, 3) keaktifan
siswa dalam berdiskusi, 4) keaktifan siswa dalam bertanya, 5) kualitas pertanyaan
siswa, 6) kekritisan siswa, 7) kekreativan siswa dalam praktik berbicara,
8) perhatian siswa terhadap penampilan temannya, 9) tanggapan siswa terhadap
penampilan temannya, dan 10) keseriusan siswa saat tes berbicara.
80
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran berbicara pada siklus II ini lebih baik dari pada siklus I.
Terlihat seluruh siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga
tampak serius mengikuti pembelajaran. Siswa sudah mulai aktif bertanya dan
menanggapi penjelasan guru. Siswa yang aktif bertanya antara lain Rahman Laji,
Ardeani Popa, Nerci Ayuba dan Elis Dunggio. Kualitas pertanyaan yang diajukan
siswa sudah cukup baik, rata-rata mereka bertanya tentang bagaimana menghayati
kata-kata yang disampaikan dalam berbicara, cara pelafalan, dan menghubungkan
kalimat sesuai dengan pesan. Kekritisan siswa pada siklus II ini mencapai kategori
baik, hal ini berdasarkan hasil pengamatan, beberapa siswa sering menanggapi
penjelasan guru dan memberikan komentar terhadap penampilan temannya.
Saat berdiskusi, terlihat semangat siswa dan kerja sama yang cukup baik
di antara mereka. Ketika diminta maju memerankan tokoh sesuai dengan dialog
yang ada pada naskah drama, siswa tampak antusias mengerjakannya. Dialog-
dialog siswa sudah cukup baik, hanya beberapa siswa yang pilihan katanya kurang
tepat, tetapi sebagian besar sudah tepat. Siswa juga sudah mampu berbicara
dengan intonasi dan pelafalan yang tepat. Begitu juga dengan sikap yang mereka
tunjukkan saat berbicara sudah sesuai dengan penghayatan dan dikemukakan
secara runtut. Mereka juga sangat ekspresif ketika memerankan tokoh. Siswa yang
tidak maju terlihat memperhatikan penampilan temannya. Hampir semua siswa
memberikan tanggapan terhadap penampilan temannya.
81
Pada siklus II ini kelas juga tampak lebih hidup, komunikasi antara guru
dengan siswa maupun antar siswa cukup baik. Guru senantiasa melakukan tanya
jawab dengan siswa peran guru di kelas sangat baik. Selama proses pembelajaran,
guru mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pengelolaan
kelas yang dilakukan guru semakin baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan
yang telah dilakukan pada siklus II mampu menggeser perilaku negatif siswa
menjadi perilaku positif.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II diketahui bahwa siswa sangat
senang mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama. Mereka
mulai bisa menikmati pola pembelajaran yang diterapkan guru. Kebebasan yang
diberikan guru saat pembelajaran membuat mereka leluasa dalam belajar dan
berekspresi melalui kegiatan bermain peran. Jadi mereka mendapatkan
pengalaman yang bermakna setelah mengikuti pembelajaran berbicara dengan
metode sosiodrama.
Ketika ditanya tentang perasaan mereka mengikuti pembelajaran bahasa
Indonesia, semuanya mengaku senang. Mereka mengaku senang dengan cara
mengajar guru yang sering diselingi humor, juga terhibur dengan penampilan
siswa lain saat memerankan tokoh. Mereka juga sangat termotivasi dalam
berbicara, karena mereka akan merasa malu ketika melakukan kesalahan di depan
teman-temannya. Ketika diminta berbicara di depan kelas, mereka tidak takut lagi,
dua di antara ketiga siswa yang diwawancarai mengaku sudah percaya diri dalam
berbicara di depan kelas.
82
Pada siklus II ini kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sudah dapat
diatasi. Perbendaharaan kata siswa semakin bertambah, mereka sudah bisa
melafalkan bunyi-bunyi kata-kata dengan intonasi yang tepat, sehingga mereka
sudah mampu berbicara dengan lancar. Tetapi mereka masih kesulitan menyusun
kalimat yang baik dan benar. Selain itu, mereka masih bingung memilih kata yang
sesuai dengan lawan bicara mereka. Siswa yang nilai tesnya rendah mengaku
kesulitan dalam pelafalan dengan intonasi yang tepat. Meskipun sebagian besar
siswa sudah meningkat keterampilan berbicara, mereka masih ingin menambah
perbendaharaan kata bahasa Indonesia, agar lebih baik dalam berbicara.
Data pemantauan dan evaluasi terkait dengan kegiatan pembelajaran pada
siklus I ini dapat dilihat pada aspek hasil penelitian berikut.
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Kegiatan guru pada siklus II juga diamati dengan menggunakan lembar
pengamatan yang berpedoman pada format penilaian yang tersedia meliputi 12
(dua belas) kriteria penilaian, sebagaimana terlampir. Berdasarkan penilaian
pengamat diperoleh data sebagaimana nampak pada tabel berikut ini.
Tabel 9
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II
No. Rentang
Nilai
Kategori
Penilaian Jumlah
Persentase
(%)
1. 90 – 100 Sangat Baik 6 50,00
2. 75 – 89 Baik 6 50,00
3. 60 – 74 Cukup Baik 0 0
4. 40 – 59 Kurang Baik 0 0
5. 0 - 39 Tidak Baik 0 0
Jumlah Total 12 100
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
83
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode sosiodrama,
diperoleh hasil pengamatannya bahwa semua aspek pembelajaran tersebut
di atas dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik. Hal ini dapat dijelaskan dari
12 (dua belas) kriteria kegiatan guru yang dinilai terdapat 6 aspek (50%) yang
mendapat penilaian dengan kategori sangat baik dalam hal: menarik perhatian
siswa dan membangkitkan motivasi belajarnya, menjelaskan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan, kejelasan suara, kesesuaian penggunaan
metode sosiodrama dengan pokok bahasan, Kejelasan dalam menerangkan
materi dalam bermain drama serta kejelasan dalam memberikan contoh, dan
meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan
kesempatan bertanya kepada siswa. Sementara kemampuan menggunakan
media, keterampilan dan ketepatan menggunakan metode sesuai dengan
prosedur, melakukan evaluasi, menutup kegiatan pembelajaran dengan
memberikan tugas kepada siswa berada pada kategori baik.
2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Data hasil pengamatan kegiatan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
terkait dengan peningkatan keterampilan berbicaranya melalui metode
sosiodrama pada siklus II, diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan
kegiatan siswa berdasarkan 4 (empat) aspek yang diamati yaitu: menghayati
kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan
84
lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian
dalam berbicara yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran.
Pengamatan pada siklus II ini juga menggunakan checklist (), dengan
tujuan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam berbicara saat
pembelajaran pada masing-masing aspek yang dinilai. Lembar pengamatan
kegiatan siswa diberikan kepada guru mitra dan harus diisi semua tanpa
terkecuali.
Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siklus I dengan menggunakan
lembar pengamatan kegiatan siswa pada masing-masing aspek yang diamati
diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Menghayati kata-kata yang disampaikan
Hasil tindakan siklus II pada aspek menghayati kata-kata yang
disampaikan dalam bermain drama oleh siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
Tengah diperoleh data bahwa keterampilan siswa berbicara pada aspek ini
untuk kategori sangat baik belum ada siswa yang mencapainya atau 0%.
Kategori baik dicapai 23 siswa atau 82,14%. Untuk kategori cukup 5 siswa
atau 17,86%. Sedangkan siswa yang mendapatkan kategori kurang dan
sangat kurang tidak ada lagi atau 0%.
Dengan demikian rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah dalam berbicara pada aspek menghayati kata-kata yang
disampaikan berada pada kategori baik dengan persentase 82,14%.
85
b. Menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar
Hasil tindakan siklus II pada aspek ini diperoleh data bahwa
keterampilan siswa berbicara untuk kategori sangat baik belum ada siswa
yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 25 siswa atau 89,29%.
Untuk kategori cukup dicapai 3 siswa atau 10,71%. Sedangkan siswa yang
mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi
rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam
berbicara pada aspek ini berada pada kategori baik dengan persentase
89,29%.
c. Pengucapan dengan intonasi yang tepat
Hasil tindakan siklus II pada aspek ini diperoleh data bahwa
keterampilan siswa berbicara untuk kategori sangat baik belum ada siswa
yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 25 siswa atau 89,29%.
Untuk kategori cukup dicapai 3 siswa atau 10,71%. Sedangkan siswa yang
mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi
rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam
berbicara pada aspek ini berada pada kategori baik dengan persentase
89,29%.
d. Keruntutan dan keberanian dalam berbicara
Hasil tindakan siklus II pada aspek ini diperoleh data bahwa
keterampilan siswa berbicara untuk kategori sangat baik belum ada siswa
yang mencapainya atau 0%. Kategori baik dicapai 23 siswa atau 82,14%.
Untuk kategori cukup dicapai 5 siswa atau 17,86%. Sedangkan siswa yang
86
mendapatkan kategori kurang dan sangat kurang tidak ada lagi atau 0%. Jadi
rata-rata nilai keterampilan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam
berbicara pada aspek ini berada pada kategori baik dengan persentase
82,14%.
Untuk lebih jelasnya keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1
Biluhu Tengah setelah dilakukan tindakan siklus II berdasarkan 4 (empat)
aspek yang diamati yaitu: menghayati kata-kata yang disampaikan,
menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar, pengucapan dengan
intonasi yang tepat, dan keruntutan dan keberanian dalam berbicara dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Siklus II
No Indikator
Hasil Capaian
Sangat
Baik Baik Cukup Kurang
Sangat
Kurang
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Menghayati
kata-kata yang
disampaikan
0 0 23 82,14 5 17,86 0 0 0 0
2 Menghubungkan
kalimat sesuai
pesan
0 0 25 89,29 3 10,71 0 0 0 0
3 Pengucapan
dengan intonasi
yang tepat
0 0 25 89,29 3 10,71 0 0 0 0
4 Keruntutan dan
keberanian
dalam berbicara
0 0 23 82,14 5 17,86 0 0 0 0
Rata-Rata 0 0 24 85,71 4 14,29 0 0 0 0
Persentase Rata-Rata 0% 85,71% 14,29% 0% 0%
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
87
Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa keterampilan berbicara
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilaksanakan tindakan siklus II
untuk kategori baik sudah terdapat 24 siswa atau dengan persentase 85,71%.
Kategori cukup tinggal sejumlah 4 siswa atau dengan persentase 14,29%.
Untuk kategori kurang dan sangat kurang tidak ada. Begitu juga kategori
sangat baik belum ada yang mencapainya. Hasil tersebut juga dapat dilihat
pada grafik 3 berikut ini.
0
85.71
14.29
0 00
20
40
60
80
100
Prosentase (%)
Sangat
Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Kategori
Grafik 3. Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II
Grafik 3 di atas terlihat batang untuk kategori baik adalah yang paling
tinggi, yaitu pada angka 85,71%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
siswa dalam berbicara setelah diadakan tindakan siklus II mengalami
peningkatan sudah berada pada kategori baik, yaitu ada 24 siswa atau 85,71%
yang sudah baik dalam berbicara, dan selebihnya da 4 siswa berada pada
kategori cukup, yaitu 14,29%. Sedangkan untuk kategori sangat baik, kategori
kurang dan sangat kurang tidak ada atau 0%.
88
Kegiatan dilanjutkan dengan pos test. Berdasarkan hasil pos test siswa
setelah diadakan tindakan siklus II sudah hampir semua siswa tuntas dalam
belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Hasil pos test yang
dilakukan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah tanggal 27 April
2012, diperoleh data bahwa dari 28 siswa sudah terdapat 24 siswa yang tuntas,
sementara selebihnya masih terdapat 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan
belajar. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini nilai pos test
yang diberikan guru pada siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2011/2012 setelah pelaksanaan tindakan
siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 11
Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No Nama Siswa Nilai
Kriteria
Nilai No Nama Siswa Nilai
Kriteria
Nilai
T TT T TT 1 Abas Akoli 85 - 15 Mukrain Ain 85 -
2 Rizal Abdul 85 - 16 Hariyanti Bano 87 -
3 Raski Apadu 85 - 17 Mislan Rahmawati 85 -
4 Fitran Ahmad 90 - 18 Helmilia Ahmad 82 -
5 Samsul Jinaba 85 - 19 Apriyunita Saleh 83 -
6 Rahim Laji 73 - 20 Anggun Fitra M. 85 -
7 Rahman Laji 83 - 21 Ardeani J. Popa 85 -
8 Aldo Parera 73 - 22 Kasmin Yones 90 -
9 Marlina Apadu 85 - 23 Nerci Ayuba 82 -
10 Wisda R. Moha 82 - 24 Merlin Dunggio 88 -
11 Uyan P. Natsir 75 - 25 Herlin Parera 93 -
12 Sri Yolanda 85 - - 26 Supriani Nalia 75 -
13 Hijrah Dumbela 92 - 27 Elis Dunggio 85 -
14 Nindrawati J. 85 - 28 Sri Apriyani I. 85 -
Jumlah 1163 11 3 Jumlah 1190 13 1
Jumlah nilai : 2353
Jumlah nilai maksimal ideal : 2800
Rata-rata nilai tercapai : 84,04
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
89
Berdasarkan data pada tabel 11 tentang nilai pos test siswa Kelas V
SDN 1 Biluhu Tengah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan
tindakan siklus II, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran aspek berbicara
dengan menggunakan metode sosiodrama yang telah dilakukan guru di Kelas
V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah
pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa
adalah 84,04 dan ketuntasan belajar mencapai 85,71 atau sudah terdapat 24
siswa dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai
≥ 80 sudah mencapai 85,71%.
Berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil pos test keterampilan
berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah pelaksanaan tindakan
siklus II dalam tabel berikut ini.
Tabel 12
Rekapitulasi Nilai Pos Test Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus II
No Kategori Rentang
Nilai Frekuensi
Persentase
%
Rata-Rata
Nilai
1 Sangat Baik 90 - 100 0 0
2353
2800
2 Baik 75 - 89 24 85,71
3 Cukup 60 - 74 4 14,29
4 Kurang 40 - 59 0 0
5 Sangat Kurang 0 - 39 0 0
Jumlah 28 100 84,04
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai pos test siswa
Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah
pelaksanaan tindakan siklus II berada pada kategori baik yaitu sejumlah 24
90
siswa atau 85,71%, berada pada kategori cukup sejumlah 4 siswa atau 14,29%,
berada pada kategori kurang tidak ada lagi atau 0%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai pos test siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan siklus II
mengalami peningkatan yaitu berada pada kategori baik.
4.1.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi Siklus II
Refleksi terhadap hasil tindakan kelas siklus 2 dilaksanakan setelah
pelaksanaan tindakan siklus 2 pertemuan kedua berakhir. Kegiatan refleksi ini
mendiskusikan hasil observasi tindakan yang dilakukan.
Refleksi pada pertemuan pertama, ada beberapa hal yang diperoleh dari
kegiatan refleksi sebagai masukan perbaikan pada tindakan pertemuan
selanjutnya, yaitu: 1) Pembelajaran siklus 2 lebih baik jika dibanding dengan
pembelajaran tindakan kelas siklus I; 2) Siswa mengalami peningkatan keberanian
bertanya, meskipun masih terbatas; 3) Keberanian siswa untuk mengeluarkan ide
atau gagasan dan mengajukan pertanyaan mulai meningkat; 4) Siswa yang semula
malu-malu dan takut bertanya menjadi lebih berani dan percaya diri;
5) Kemampuan siswa sudah terlihat mulai meningkat, ini terlihat pada hasil yang
dicapai oleh siswa.
Dari hasil refleksi pertemuan tersebut, maka dievaluasi bersama dengan
guru kelas dan diperoleh kesepakatan sebagai berikut: 1) Dorongan dan
bimbingan kepada siswa perlu ditingkatkan karena masih ada siswa yang kurang
semangat dalam mengikuti pelajaran; 2) Memperbaiki komunikasi dengan
91
pembelajaran terbuka, bersahabat dan menyenangkan; 3) Lebih menghargai dan
merespon pendapat siswa dengan baik.
Dari hasil refleksi pertemuan kedua diperoleh hasil beberapa hal, yaitu:
1) Pembelajaran pada tindakan kelas siklus II pertemuan 2 jauh lebih baik
dibanding pada pertemuan pertama; 2) Keberanian siswa dalam bertanya,
menyampaikan ide atau gagasan mengalami peningkatan; 3) Pemusatan perhatian
siswa sudah baik; 4) Pembelajaran dengan metode sosiodrama diterapkan dengan
optimal, terbukti siswa sudah lebih paham dalam memerankan tokoh yang ada
dalam naskah drama dibandingkan pada pertemuan sebelumnya, pada pertemuan
ini hampir semua siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang akan terlihat
pada hasil belajar yang dicapai; 5) Pembelajaran dengan metode sosiodrama
memberikan manfaat bagi adanya peningkatan pada banyak hal baik dari segi
siswa, guru, maupun proses pembelajaran pada setiap siklus.
Hasil analisis dan refleksi pada tindakan kelas siklus 2 dievaluasi bersama
guru kelas dan diperoleh hasil yaitu: 1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan yang sangat memuaskan dan siswa tidak takut lagi
mengemukakan pendapat; 2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang
sangat berarti, ini terlihat pada hasil nilai siklus yang makin meningkat; 3) Dengan
penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara benar
dan optimal, melibatkan siswa secara aktif belajar berbicara.
Berdasarkan pembelajaran secara keseluruhan dari tindakan kelas siklus I
sampai berakhirnya tindakan kelas siklus II, usaha untuk mengatasi permasalahan
92
yaitu rendahnya kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
melalui metode sosiodrama sudah mengalami peningkatan.
4.2 Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini meliputi pembahasan peningkatan
kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dan perubahan
perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran berbicara dengan metode
sosiodrama.
Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh, meliputi hasil Observasi awal, siklus I dan siklus II. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil
penelitian mengacu pada nilai hasil keterampilan berbicara dicapai siswa Kelas V
SDN 1 Biluhu Tengah melalui metode sosiodrama. Aspek-aspek yang dinilai
meliputi aspek menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat
sesuai pesan dengan lancar, pengucapan dengan intonasi yang tepat ketika
berbicara, keruntutan dan keberanian dalam berbicara.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran berbicara dengan menggunakan
metode sosiodrama, terlebih dahulu dilakukan kegiatan Observasi awal untuk
mengetahui kondisi awal siswa, yaitu bagaimana keterampilan berbicara siswa
Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah. Kegiatan Observasi awal dilakukan dengan
memberikan tes awal (pre test). Setelah mengetahui hasil tes Observasi awal,
peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II, yaitu pembelajaran berbicara
dengan menggunakan metode sosiodrama.
93
Guru dalam memulai pembelajaran baik siklus I maupun siklus II selalu
mempresensi siswa terlebih dahulu, selanjutnya melakukan apersepsi dengan
menanyakan keadaan siswa untuk menciptakan suasana komunikatif antara guru
dengan siswa. Guru juga menyelingi dengan humor untuk menumbuhkan
semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran berbicara.
Sebelum masuk ke materi, guru mengarahkan siswa ke pokok bahasan
berbicara dengan tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman siswa yang
berkaitan dengan materi. Setelah siswa terpancing dengan pokok bahasan yang
akan diberikan, guru mulai menyampaikan tujuan pembelajaran hari itu dan
kegiatan yang akan dilakukan selama dua jam pelajaran.
Pada kegiatan inti dari proses pembelajaran ini, guru membagi siswa
menjadi 7 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 orang sesuai dengan tempat
duduknya. Selanjutnya kepada masing-masing kelompok, guru memberikan
contoh naskah drama. Masing-masing kelompok diminta untuk maju dan
memerankan teks drama tersebut. Penampilan diamati dan dinilai oleh guru
sebagai nilai tes awal. Selanjutnya guru menyampaikan materi tentang
kemampuan berbicara dengan aspek yang perlu diperhatikan adalah menghayati
kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan dengan lancar,
pengucapan dengan intonasi yang tepat ketika berbicara, keruntutan dan
keberanian dalam berbicara.
Tugas kelompok selanjutnya adalah mendramatisasikan sebuah masalah
sosial yang dekat dengan kehidupan mereka dan masalah tersebut sudah mereka
pelajari sebelumnya. Setelah teks drama ditentukan, tiap kelompok maju dan
94
mempraktekkannya di depan kelas. Setiap satu kelompok selesai, dilakukan
diskusi untuk menanggapi penampilan kelompok tersebut. Guru memberikan
penegasan atas hasil diskusi siswa. Kegiatan selanjutnya adalah tes kemampuan
berbicara. Tes dilakukan secara berkelompok, dengan mendramatisasikan dan
memerankan sebuah masalah sosial yang ada dalam naskah drama yang sudah
dipilih. Guru menilai keterampilan berbicara siswa saat tampil di depan kelas.
Hasil tes yang diperoleh merupakan nilai keterampilan berbicara setelah dilakukan
pembelajaran berbicara dengan metode sosiodrama. Hasil tes keterampilan
berbicara dan ketuntasan belajar siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 13
Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara dan Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
No Kegiatan
Pembelajaran
Peningkatan
Keterampilan Berbicara
Peningkatan Ketuntasan
Belajar
Jumlah
(Siswa)
Persentase
(%) Kategori
Jumlah
(Siswa)
Persentase
(%) Kategori
1 Observasi
awal 14 50,00 Kurang 6 21,43 Tuntas
2 Siklus I 23 82,14 Cukup 13 46,43 Tuntas
3 Siklus II 24 85,71 Baik 24 85,71 Tuntas
Sumber Data: Olahan Data Primer, 2012
Data pada tabel 13 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes keterampilan
berbicara Observasi awal, siklus I dan siklus II. Dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa rata-rata keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah
mengalami peningkatan dari Observasi awal, siklus I dan siklus II. Pada
Observasi awal keterampilan berbicara siswa yang diamati pada aspek:
95
menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan,
pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam
berbicara diperoleh data dari 28 siswa hanya terdapat 2 orang siswa atau 7,14%
yang mencapai kategori baik, 12 siswa atau 42,86% yang mencapai kategori
cukup, dan 14 siswa atau 50% yang mencapai kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara pada Observasi awal
berada pada kategori kurang dengan nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa
adalah 66,0 dan ketuntasan belajar mencapai 21,43%. Berdasarkan hasil tersebut,
diketahui bahwa keterampilan berbicara siswa masih tergolong rendah.
Keterampilan siswa dan pola pembelajaran guru yang menjadi penyebab utama
kondisi ini. Keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah masih
rendah. Keterampilan dalam menghayati kata-kata yang disampaikan,
menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat,
keruntutan dan keberanian dalam berbicara kurang. Guru selama ini dalam
pembelajarannya masih cenderung pada pola pembelajaran konvensional.
Hasil tindakan siklus I keterampilan berbicara siswa yang diamati pada
aspek: menghayati kata-kata yang disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai
pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam
berbicara meningkat yaitu dari 28 siswa sudah terdapat 23 siswa atau 82,14%
berada pada kategori cukup dan 5 siswa atau 17,86% berada pada kategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara pada siklus I
berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa
adalah 75,86 dan ketuntasan belajar mencapai 46,43%. Namun hasil siklus I
96
ternyata belum memenuhi target pencapaian ketuntasan belajar, oleh karena itu
dilakukan tindakan siklus II.
Setelah dilaksanakan tindakan siklus II keterampilan berbicara siswa
mengalami peningkatan berada pada kategori baik yaitu sudah terdapat 24 siswa
atau 85,71% siswa yang sudah baik dalam menghayati kata-kata yang
disampaikan, menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi
yang tepat, keruntutan dan keberanian dalam berbicara. Peningkatan keterampilan
berbicara siswa ini juga diikuti dengan peningkatan ketuntasan belajar yang
dicapai siswa yaitu dari Observasi awal siswa yang tuntas belajar hanya mencapai
21,43% atau 6 siswa. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I ketuntasan belajar
mengalami peningkatan yaitu sudah terdapat 13 siswa atau 46,43% yang tuntas
dalam belajar. Dilanjutkan dengan siklus II mengalami peningkatan yang
signifikan dimana sudah terdapat 24 siswa atau 85,71% yang tuntas dalam belajar.
Peningkatan keterampilan berbicara dan ketuntasan belajar yang dicapai
siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah setelah dilaksanakan tindakan merupakan
bukti keberhasilan metode sosiodrama dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam berbicara. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan metode sosiodrama,
kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah masih kurang, setelah
dilaksanakan pembelajaran dengan metode sosiodrama pada siklus I dan siklus II,
kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah mengalami
peningkatan. Pada siklus I masih pada kategori cukup, setelah dilakukan
perbaikan pada siklus II kemampuan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu
97
Tengah menjadi baik. Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
Peningkatan kemampuan siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah dalam
berbicara diikuti dengan perubahan perilaku siswa. Sebelum dilakukan tindakan,
kondisi awal menunjukkan lebih dari 50% siswa kurang bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran. Ketika diminta praktik berbicara, mereka mengeluh dan
terlihat malas. Mereka mengaku kurang berminat dengan pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya berbicara, karena menurut mereka sangat sulit. Pada siklus I
siswa masih menunjukkan sikap negatif dalam menerima pelajaran. Masih ada
beberapa siswa yang tidak disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Perhatian
siswa belum terfokus pada pembelajaran dan mereka belum berani menanggapi
penjelasan guru. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata mereka masih bingung
dengan metode sosiodrama yang diterapkan guru. Siswa juga mengaku kesulitan
berbicara bahasa.
Masalah-masalah yang muncul pada siklus I, menjadi dasar bagi guru
untuk melakukan perbaikan tindakan pada siklus II. Pada siklus II pembelajaran
dengan metode sosiodrama masih dilakukan. Perbaikan dilakukan dengan
memberikan contoh cara menghayati kata-kata yang disampaikan,
menghubungkan kalimat sesuai pesan, pengucapan dengan intonasi yang tepat,
keruntutan dan keberanian dalam berbicara. Guru juga memberi latihan-latihan
untuk meningkatkan penguasaan kosakata dan penyusunan kalimat yang efektif.
Pada siklus II ini lebih ditekankan adanya komunikasi antara guru dengan siswa
sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
98
Hasil observasi menunjukkan adanya perubahan perilaku negatif siswa
menjadi perilaku positif. Berarti perbaikan-perbaikan yang dilakukan guru pada
siklus II ini membawa pengaruh positif pada siswa. Semangat dan keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Siswa sudah berani bertanya maupun
memberikan tanggapan atas penjelasan guru atau saat siswa lain bermain drama.
Perilaku positif selama proses pembelajaran sangat mempengaruhi keterampilan
berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil tes berbicara dari
Observasi awal, siklus I dan siklus II.
Berdasarkan data peningkatan hasil tes dan perubahan perilaku siswa yang
dijelaskan di atas, membuktikan keefektifan metode sosiodrama dalam
meningkatkan keterampilan berbicara siswa Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah.
Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: “Jika guru menggunakan
metode sosiodrama dalam pembelajaran, maka keterampilan berbicara siswa
Kelas V SDN 1 Biluhu Tengah Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo akan
meningkat” dapat diuji dan dibuktikan kebenarannya.