44
BAB III IDENTIFIKASI DATA
A. Tari Bondan Surakarta
Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisional dari Surakarta.
Banyaknya budaya asing yang masuk tentu berdampak pada eksistensi Tari
Bondan yang masih ada tetapi tidak begitu diminati dibandingkan dengan tarian
modern. Dari latar belakang yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis
berusaha untuk mengenalkan nilai yang terkandung dalam Tarian Bondan pada
anak-anak usia 6-7 tahun melalui cerita bergambar. Berikut akan diuraikan hasil
wawancara tentang Tari Bondan dan hasil observasi di Sanggar Tari Soerya
Soemirat.
Narasumber dalam wawancara ini adalah Ibu Ninik Mulyani Sutrangi,
beliau merupakan putri pertama dari Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo)
yang merupakan pencipta berbagai macam tari tradisional, salah satunya Tari
Bondan Kendhi. Ibu Ninik Sutrangi lahir di Surakarta tanggal 7 Juli 1958 dan saat
ini masih aktif sebagai pengajar di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta.
1. Sejarah dan Perkembangan Tari Bondan
Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisi dari Surakarta. Pencipta
Tari Bondan Kendhi adalah Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo), tari ini
diciptakan sekitar tahun 1960an. Bapak S. Maridi adalah seorang seniman tari
yang juga pernah mengajar di STSI Surakarta, selain itu beliau juga kerap kali
tampil dalam acara-acara bergengsi di dunia tari luar negeri. Banyak sekali
karya-karya seni tari yang beliau ciptakan antara lain Tari Karonsih, Tari
45
Ekaprawira, Tari Kukila, Tari Manipuri, Tari Lutung dan lain sebagainya,
serta salah satunya yaitu Tari Bondan. Nama Bondan sendiri sebetulnya telah
ada dari sebelum Bapak S. Maridi menciptakan Tari Bondan Kendhi, yaitu
berasal dari nama pencipta terdahulu. Selain Tari Bondan Kendhi ada juga
versi tarian lain yaitu Tari Bondan Tani, yang merupakan hasil karya gubahan
Bapak Ngaliman. Bapak S. Ngaliman Condropangrawit juga seorang seniman
tari yang mengawali debutnya pada tahun 1935, baik sebagai penari, guru,
maupun penata tari. Beberapa karya yang diciptakan Bapak Ngaliman antara
lain Tari Prawiroguno, Tari Kridowarastro, Tari Batik, Tari Retno Tinanding,
dan masih banyak lagi. Beberapa karya gubahan inovasinya yaitu Tari
Gambyong Pareanom, Tari Srimpi Manggolo Retno, dan lain-lain, salah
satunya juga Tari Bondan Tani.
Pada zaman dahulu tugas dari perempuan Jawa khususnya seorang ibu
adalah mengerjakan urusan rumah tangga dan juga merawat anak-anaknya,
sedangkan bagi kakak perempuan (mbakyu) akan membantu orang tuanya
sambil mengasuh adiknya. Tari Bondan sendiri memang terinspirasi dari
kegiatan keseharian perempuan Jawa zaman dulu. Secara umum Tari Bondan
ini menggambarkan keadaan seorang ibu yang mengasuh anaknya maupun
seorang kakak yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi) sambil
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Tari Bondan ini berkembang dengan berbagai versi, ada yang memakai
kendhi ada yang tidak memakai kendhi (sebagai gantinya pada saat gerakan
lumaksono lembehan atau berjalan dengan kendhi bisa menggunakan sampur).
Penggunaan kendhi ini disesuaikan dengan keterampilan penarinya, apakah
46
penari cukup mudah menangkap gerakan-gerakan dari Tari Bondan serta
apakah terampil dan mempunyai keseimbangan yang baik saat naik atau
mancik kendhi, jika tidak maka saat menari tidak menggunakan kendhi.
Dahulu Tari Bondan biasanya ditarikan oleh satu orang, namun sekarang bisa
ditarikan secara berkelompok.
2. Jenis Tari Bondan
Tari Bondan ini dibedakan menjadi Tari Bondan Kendhi dan Tari
Bondan Tani. Ada beberapa versi Tari Bondan, pada sub bab ini akan
diuraikan versi Tari Bondan Kendhi yang merupakan karya dari Bapak S.
Maridi dan sedikit uraian Tari Bondan Tani karya Bapak Ngaliman.
a. Tari Bondan Kendhi
Pada Tari Bondan Kendhi, perlengkapan yang dibawa oleh penari,
yaitu boneka bayi, payung, dan kendhi (untuk properti kendhi ini
tergantung keterampilan penari, bisa menggunakan atau tidak
menggunakan kendhi). Sedangkan ragam tarinya yaitu ragam tari merawat
bayi dan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian. Pada ragam tari
merawat bayi, dimulai dari memandikan bayi, menimang-nimang atau
meninabobokan, dan menghibur atau ngliling (ngleledung) bayi. Lalu
untuk ragam tari yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga,
digambarkan dari gerakan mencuci dan menjemur pakaian. Seperti
wajarnya seorang wanita, dalam Tari Bondan Kendhi juga ada ragam tari
ngilo (ngilo bisa diartikan berdandan atau berhias) pada waktu naik di atas
kendhi. Lalu ada pula gerakan di mana si penari memainkan payungnya.
Kemudian zaman dulu pada akhir gerakan Tari Bondan, kendhi akan
47
dipecah. Kendhi dipecah ini ibaratnya seperti untuk menghilangkan
kesedihan, melupakan kejadian buruk yang menimpa atau di dalam
kepercayaan orang Jawa zaman dulu kendhi ini menjadi simbol doa,
berharap dalam pelaksaan tariannya lancar tidak ada halangan.
b. Tari Bondan Tani
Sedangkan dalam Tari Bondan Tani ada sedikit perbedaan dengan
Bondan Kendhi. Pada Tari Bondan Tani ini, para penarinya membawa
perlengkapan berupa bakul, caping, ani-ani dan boneka bayi tanpa
membawa kendhi dan payung. Untuk kostumnya, para penari
menggunakan kebaya lengan panjang (kebaya lurik). Pada permulaan Tari
Bondan Tani ada ragam gerakan bertani atau menggarap sawah.
Gerakannya antara lain menebar benih, menanam benih, memanen benih,
menumbuk padi dan lain sebagainya layaknya seorang petani yang
menggarap sawah hingga memanen padi. Kemudian pakaian kebaya
lengan panjang dilepas, hingga terlihat pakaian seperti kostum pada Tari
Bondan biasanya. Dilanjutkan dengan ragam gerakan merawat bayi seperti
pada Tari Bondan Kendhi.
3. Nilai Penggambaran Tari Bondan
Makna atau penggambaran yang terkandung dalam Tari Bondan intinya
sama baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani, yaitu seorang ibu yang
merawat (mengasuh) anaknya yang masih kecil atau bisa juga seorang kakak
yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi). Pada Tari Bondan Kendhi
seorang ibu mengasuh anaknya atau kakak mengasuh adiknya sambil
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, sedangkan dalam
48
Bondan Tani pekerjaan yang dilakukan adalah bertani atau menggarap sawah.
Dalam Tari Bondan, tidak hanya asal gerakan merawat bayi sambil melakukan
pekerjaan rumah maupun menggarap sawah, tetapi komunikasi antara ibu
dengan anaknya maupun kakak dengan adiknya ini sangatlah penting. Karena
nilai di balik penggambaran seorang ibu yang merawat anaknya atau kakak
yang mengasuh adiknya adalah nilai kasih sayang dari seseorang yang lebih
dewasa pada yang lebih muda (dalam hal ini, kasih sayang ibu pada anaknya
atau kasing sayang kakak pada adiknya).
4. Ketentuan Pada Tari Bondan
a. Jumlah Penari Tari Bondan
Jumlah penari Tari Bondan tidak ada ketentuan khusus, bisa
ditarikan oleh penari tunggal, bisa juga ditarikan secara berkelompok.
Zaman dahulu anak menarikannya sendirian kemudian semakin
berkembang menjadi cukup banyak anak yang menarikannya, sehingga
bentuk komposisinya pun bisa dibuat bervariasi.
b. Kostum atau Pakaian untuk Penari Tari Bondan
Kostum atau pakaian untuk Tari Bondan ada beberapa macam.
Untuk Tari Bondan Kendhi kostumnya bisa dua variasi dan untuk Tari
Bondan Tani pun kostumnya juga berbeda :
1) Kostum atau pakaian pertama seperti perempuan Jawa zaman dulu
yang memakai pakaian basahan dengan atasan kemben atau cindhe,
bawahannya menggunakan jarik, lalu menggunakan sampur
(selendang untuk menari), menggunakan sabuk bagian tengahnya
diberi muk. Lalu bagian rambutnya disanggul menggunakan gelung
49
atau cepol dengan hiasan cundhuk mentul dan cundhuk jungkat.
Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting atau ceplik.
Gambar 1. Kostum Tari Bondan Kendhi (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)
2) Kostum atau pakaian Tari Bondan yang menggunakan jamang (hiasan
kepala yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau) dan sumping (hiasan
yang digunakan di telinga bersamaan dengan penggunaan jamang),
baju atasannya barupa baju kutang (baju yang bentuknya seperti
rompi) dengan aksesoris klat bahu (aksesoris dalam pakaian tari yang
diikatkan pada lengan), bawahan menggunakan jarik, lalu
menggunakan sampur untuk menari, bagian pinggang diikatkan sabuk
dan muk. Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting
(ceplik).
50
Gambar 2. Kostum Tari Bondan dengan jamang dan baju kutang (Sumber : https://celoteh4ti.wordpress.com, diakses pada 7 Oktober 2015)
3) Kostum untuk Tari Bondan Tani, pada awalnya menggunakan kebaya
lengan panjang atau kebaya lurik untuk atasan. Bawahannya
menggunakan jarik, lalu bagian dalam baju kebaya memakai kemben
seperti pada Tari Bondan Kendhi. Sampur atau selendang digunakan
untuk menggendong bakul. Rambutnya disanggul lalu mengenakan
caping. Perhiasan yang digunakan juga sama gelang, kalung, dan
anting.
51
Gambar 3. Kostum Tari Bondan Tani (kebaya lurik dan jarik) (Sumber : www.online-instagram.com, diakses pada 8 Oktober 2015)
c. Properti atau Perlengkapan Tari Bondan
Properti atau perlengkapan dalam Tari Bondan ada beberapa macam.
Pada Tari Bondan Kendhi, properti yang dibawa antara lain boneka bayi,
payung, dan kendhi.
1) Kendhi
Kendhi adalah tempat (wadah) air minum yang terbuat dari
tanah liat, bentuknya seperti buah labu dengan leher sebagai pegangan
dan corot atau lubang untuk minum yang terletak di samping. Properti
kendhi ini bisa digunakan atau tidaknya tergantung dari keterampilan
penarinya. Jika penari terampil dan mempunyai keseimbangan yang
bagus, maka bisa menggunakan kendhi. Namun dalam pementasan
untuk lomba, biasanya properti apa saja yang digunakan akan
ditentukan.
http://www.online-instagram.com/
52
Gambar 4. Kendhi (tempat air minum dari tanah liat) (Sumber : tofo.me/panjimahardhika80, diakses 7 Oktober 2015)
2) Boneka bayi
Boneka bayi menggambarkan anak ataupun adik, di mana dalam
tarian ini yang akan dirawat atau diemong. Boneka bayi yang
digunakan untuk menari biasanya dibedong (kain bisa berupa
selendang atau jarik dililitkan untuk menutupi badan bayi agar bayi
merasa hangat).
Gambar 5. Boneka bayi yang dibedong (Sumber : Dokumentasi pribadi, 8 Oktober 2015)
53
3) Payung
Payung digunakan untuk perlindungan, baik dari panas matahari
maupun dari hujan. Begitu pula dalam tarian ini, boneka bayi
(melambangkan anak atau adik) diletakkan di bawah payung agar
terlindung dari panas matahari, selama penari (sebagai peran ibu atau
kakak) mencuci pakaian dan menjemur pakaian.
Gambar 6. Payung untuk pementasan Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)
Sedangkan pada Bondan Tani bedanya membawa bakul, caping, dan
ani-ani (bisa menggunakan atau tidak menggunakan payung dan kendhi).
1) Bakul
Bakul merupakan hasil kerajinan tangan yang terbuat dari
anyaman bambu, berfungsi sebagai wadah beras atau padi, sayur
mayur hasil panen, penyimpan beras, dan lain sebagainya. Ukurannya
pun bervariasi, biasanya untuk Tari Bondan Tani menggunkan bakul
dengan ukuran yang kecil.
2) Caping
Caping juga merupakan hasil kerajinan tangan, berupa topi yang
berbentuk kerucut dan bisa terbuat dari anyaman bambu, daun pandan,
atau jenis rerumputan lain yang biasa digunakan untuk menganyam.
54
Caping biasanya dilengkapi dengan tali dagu untuk menjaga
keseimbangan caping pada saat dikenakan agar tidak jatuh. Fungsinya
untuk melindungi kepala dari panas matahari maupun dari air hujan,
biasanya digunakan petani pada waktu menggarap sawah.
Gambar 7. Bakul dan Caping (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)
3) Ani-ani (Ketam)
Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang digunakan
untuk memanen padi. Dengan menggunakan ani-ani batang padi
dipotong satu-satu sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut
terpotong, namun memang akan memakan banyak waktu. Dalam Tari
Bondan Tani bisa menggunakan ataupun tidak menggunakan ani-ani.
Jika membawa biasanya akan diselipkan di rambut.
Gambar 8. Ani-ani atau Ketam (Sumber : www.kdpbiz.com, diakses pada 9 Oktober 2015)
http://www.kdpbiz.com/
55
d. Pementasan Tari Bondan
Tari Bondan, baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani bisa
dipentaskan pada event-event budaya, bisa juga pada acara hajatan, dan
kegiatan lomba misalnya lomba dalam rangka PORSENI (Pekan Olah
Raga dan Seni), maupun dalam acara lainnya. Dalam pertunjukan, Tari
Bondan bisa ditarikan oleh penari tunggal maupun secara berkelompok
(penari masal). Sedangkan pementasan dalam kegiatan lomba biasanya
hanya satu penari. Pada acara hajatan pun juga bisa dipentaskan Tari
Bondan, jenis tariannya tergantung permintaan dari orang yang
mempunyai acara hajatan.
5. Ragam Gerakan Tari Bondan
Inti dari gerakan Tari Bondan telah dijelaskan sebelumnya yaitu
penggambaran seorang ibu maupun kakak yang mengasuh adiknya sambil
mengerjakan pekerjaan rumah atau pada Bondan Tani sambil menggarap
sawah. Berikut urutan ragam gerakan Tari Bondan Kendhi :
a. Lumaksono Lembehan
Lumaksono lembehan maksudnya adalah berjalan sambil
menggerakkan tangan kanan. Jika dalam Tari Bondan berjalan sambil
menggerakkan kendhi yang dipegang tangan kanan, jika tidak memakai
kendhi sambil menggerakkan sampur.
56
Gambar 9. Lumaksono Lembehan Pada Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
b. Lenggah
Setelah gerakan lumaksono lembehan, penari lenggah atau duduk
dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan,
sehingga posisinya menduduki kaki kanan.
Gambar 10. Posisi Lenggah (Sindet Kiri) atau Duduk (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
c. Meletakkan Kendhi
Dari posisi lenggah atau duduk, kemudian penari meletakkan kendhi,
posisinya tepat di tengah depan penari. Setelah kendi diletakkan, penari
melakukan gerakan pacak gulu yaitu menggerakkan leher ke kiri dan ke
57
kanan pandangan mengarah ke bayi, sambil menunggu iringan tepat untuk
gerakan selanjutnya.
Gambar 11. Posisi Meletakkan Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
Gambar 12. Pacak Gulu (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
d. Meletakkan Payung
Setelah meletakkan kendhi dan pacak gulu, penari meletakkan
payung di sebelah kanan kendhi posisinya sedikit serong kanan.
58
Gambar 13. Posisi Duduk dan Meletakkan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
e. Meletakkan Boneka Bayi
Setelah payung diletakkan, penari meletakkan boneka bayi dengan
hati-hati. Posisinya di antara kendhi dan payung, lebih tepatnya berada di
bawah teduhnya payung (karena payung berfungsi sebagai perlindungan).
Pada waktu penari mencuci sambil menengok ke arah boneka bayi, ada
baiknya boneka bisa terlihat oleh penari, sehingga gambaran komunikasi
antara ibu dengan anak bisa terlihat. Dalam meletakkan properti-properti
dalam Tari Bondan ini tidak boleh asal meletakkan, tapi tetap mengandung
seni.
Gambar 14. Posisi Meletakkan Boneka Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
59
f. Enjer (Lumaksono Pecak Miring)
Enjer (Lumaksono Pecak Miring) yaitu penari berjalan miring atau
berjalan ke samping kanan dan ke samping kiri, tangannya secara
bergantian satu di tekuk dan satunya direntangkan sambil menggunakan
sampur.
Gambar 15. Enjer atau Lumaksono Pecak Miring (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
g. Minggah Kendhi atau Mancik Kendhi
Setelah gerakan enjer (berjalan ke samping), terakhir ke samping
kanan, menyibakkan sampur ke belakang (seblak) lalu naik ke atas kendhi
Gambar 16. Minggah (Mancik) Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
60
h. Ogek Tawing
Gerakan pertama yang dilakukan saat menari di atas kendhi adalah
ogek tawing, yaitu lengan kiri ditekuk, telapak tangan ngryung (ngruji),
posisi tangan di depan dada, tangan kanan ngiting posisinya di sekitar
pinggang.
Gambar 17. Ogek Tawing (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
i. Ulap-ulap
Gerakan setelah ogek tawing yaitu ulap-ulap, posisi penari masih
menari di atas kendhi. Tangan kiri diposisikan di depan dahi kiri, hampir
seperti orang hormat tetapi memakai tangan kiri, tangan kanan ngiting dan
posisinya di sekitar pinggang.
Gambar 18. Ulap-ulap (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
61
j. Entragan
Entragan sebagai peralihan, penari menggerakkan tangan kanan dan
kiri (pentangan atau tumpang tali) bergantian sambil miwir sampur kiri
lalu disibakkan (seblak), badan sambil digerakkan naik turun (entragan).
Gambar 19. Entragan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
k. Ngilo Asta
Gerakan menari di atas kendhi selanjutnya yaitu ngilo asta
(menggambarkan bercermin), kedua telapak tangan disilangkan dan
dihadapkan ke wajah si penari.
Gambar 20. Ngilo Asta (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
62
l. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping
Gerakan setelah ngilo asta yaitu merentangkan kedua tangan ke
samping, bagian telapak tangan ngryung, tolehan kepala ke arah kiri.
Gambar 21. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
m. Ukel Karna
Setelah gerakan ngilo dan merentangkan tangan, sebelum turun dari
kendhi ada gerakan ukel karna. Tangan kanan diukel dari posisi samping
sampai ke dekat telinga.
Gambar 22. Ukel Karna (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
63
n. Turun dari Kendi
Selesai menari di atas kendhi, penari perlahan turun dari kendhi
dengan tetap menjaga keseimbangan sehingga kendhi tidak terguling dan
penari tidak terjatuh.
Gambar 23. Turun dari Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
o. Panggel
Setelah turun dari kendhi, penari memposisikan tangannya seperti
menyilang di depan, tangan kanan ngiting dan telapak tangan kiri ngryung
setinggi pinggang.
Gambar 24. Panggel (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
64
p. Mengambil Payung
Setelah turun dari kendhi dan gerakan panggel, lalu penari
menunduk untuk mengambil payung dengan tangan kanan, telapak tangan
kiri ngryung.
Gambar 25. Mengambil Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
q. Lumaksono Lembehan dengan Payung
Setelah payung diambil, penari berjalan memutari kendhi dan boneka
bayi sambil menggerakkan tangan kanan yang membawa payung
(lumaksono lembehan).
Gambar 26. Lumaksono Lembehan dengan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
65
r. Laku Telu (payung di tangan kanan)
Setelah berjalan (lumaksono lembehan) dengan payung, penari
berjalan tiga langkah-tiga langkah (laku telu) mengikuti iringan, sambil
memainkan payungnya.
Gambar 27. Laku Telu (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
s. Magak
Penari masih membawa payung di tangan kanan, lengan kiri
direntangkan ke samping, bagian telapak tangan ngryung.
Gambar 28. Magak (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
t. Kawilan (sambil putar payung)
Dari posisi magak, lalu penari melakukan gerakan kawilan sambil
memutar-mutar payung, jika tanpa payung bisa menggunakan sampur.
66
Gambar 29. Kawilan (Sambil Memutar Payung) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
u. Jengkeng (Duduk) Meletakkan Payung
Selesai dengan gerakan tari sambil memainkan payung, penari
kemudian duduk (jengkeng) sambil meletakkan payung.
Gambar 30. Duduk (Jengkeng) Meletakkan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
v. Mengambil Bayi
Gerakan selanjutnya, penari mengambil boneka bayi dibawa
(dibopong) dengan tangan kiri, posisi penari masih duduk.
67
Gambar 31. Mengambil Boneka Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
w. Memandikan Bayi
Penari melakukan gerakan seperti memandikan bayi menggunakan
tangan kanan, tangan kiri membawa boneka bayi, dan posisi penari masih
duduk. Arah pandangan mengikuti gerak tangan kanan.
Gambar 32. Memandikan Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
x. Meletakkan Bayi
Selesai gerakan memandikan bayi, lalu boneka bayi diletakkan ke
tempat semula.
68
Gambar 33. Meletakkan Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
y. Kenser ke Kanan (Arah Badan Pojok Kanan)
Setelah meletakkan bayi, penari berdiri memposisikan badannya ke
arah pojok kanan, lalu kenser sambil mementangkan lengan kanan, telapak
tangan ngryung.
Gambar 34. Kenser (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
z. Mencuci Pakaian
Penari duduk (jengkeng) menari seperti gerakan mencuci baju,
sambil sesekali menengok ke arah bayi yang menggambarkan komunikasi
antara Ibu atau kakak dengan anak atau adik.
69
Gambar 35. Mencuci Baju (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
aa. Menjemur Pakaian
Dari gerakan mencuci baju, kemudian penari berdiri sambil
mengibaskan sampur ke depan atas seperti gerakan menjemur pakaian,
kaki kenser ke kanan sedikit demi sedikit
. Gambar 36. Menjemur Pakaian (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
bb. Magak
Setelah gerakan menjemur pakaian sambil kenser ke kanan, lengan
kiri direntangkan ke samping, telapak tangan kiri sambil mememgang
ujung sampur.
70
Gambar 37. Magak (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
cc. Gajah Ngoling
Dari posisi magak penari menggunakan sampur di tangan kanan
seperti berjalan (lumaksono lembehan), sedangkan sampur di tangan kiri
dibawa ke pundak kiri, ujung sampur diapit dengan jari tangan kiri,
telapak tangan kiri ngryung, kemudian berjalan (gajah ngoling).
Gambar 38. Gajah Ngoling (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
dd. Srisig
Selesai gerakan gajah ngoling, lalu penari srisik (berjalan dengan
kaki sedikit jinjit dengan tempo yang cepat memutari kendhi, boneka dan
payung, tangan memegang sampur.
71
Gambar 39. Srisig (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
ee. Lenggah
Setelah srisig memutari payung, boneka bayi, dan kendhi, penari
lenggah atau duduk dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada
kaki kanan, menduduki kaki kanan.
Gambar 40. Lenggah (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
ff. Menghibur (Ngliling atau Ngleledong) Bayi
Pada saat posisi duduk, penari bertepuk tangan diarahkan ke boneka
bayi sesuai nyanyian pada iringan, menggambarkan saat ibu atau kakak
menghibur (ngliling atau ngleledong) bayi.
72
Gambar 41. Menghibur (Nglilling atau Ngleledong) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
gg. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium)
Setelah gerakan menghibur bayi (seperti bertepuk tangan), lalu
penari menggendong boneka bayi sambil dicium. Posisi penari dari duduk
perlahan-lahan berdiri.
Gambar 42. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
hh. Menimang-nimang Bayi
Penari berdiri sambil menggendong boneka bayi, berjalan sambil
menimang-nimang boneka bayi, pandangan penari mengarah ke boneka
bayi sebagai gambaran komunikasi antara ibu dengan anak atau kakak
dengan adiknya.
73
Gambar 43. Menimang-nimang Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
ii. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi
Dari gerakan menimang-nimang bayi, kemudian srisig, lalu kembali
duduk seperti posisi permulaan, kemudian menggendong boneka bayi
dengan sampur.
Gambar 44. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
jj. Mengambil Payung
Setelah boneka bayi digendong. Selanjutnya penari mengambil
payung, diposisikan seperti permulaan penari akan menarikan Tari
Bondan.
74
Gambar 45. Mengambil Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
kk. Mengambil Kendhi
Sebelum berdiri, terakhir penari mengambil kendhi diposisikan juga
seperti permulaan, lalu duduk sambil menunggu iringan untuk berdiri.
Gambar 46. Mengambil Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
ll. Berdiri, Lumaksono Lembehan Kanan
Pada saat sikap duduk sudah seperti pada permulaan tari, penari telah
membawa boneka bayi, payung, dan kendhi kemudian berdiri dan berjalan
sambil menggerakkan kendhi (lumaksono lembehan), sama seperti berjalan
di awal menari namun arah berjalannya ke kanan.
75
Gambar 47. Berdiri Lumaksono Lembehan Kanan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
mm. Srisig Kanan, Masuk
Dari gerakan berjalan (lumaksono lembehan), terakhir penari srisig
ke kanan dan masuk ke dalam (keluar dari arena pertunjukan).
Gambar 48. Srisig Kanan, Masuk (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
6. Perkembangan Tari Bondan
Perkembangan Tari Bondan dari zaman dulu hingga sekarang yang bisa
diamati adalah dari susunan ragam gerakannya. Sama-sama Tari Bondan,
tetapi dari susunannya berbeda tergantung susunan dari penciptanya. Bapak S.
Maridi pun tidak hanya menghasilkan satu susunan ragam Tari Bondan,
gendhing atau iringannya juga beberapa kali direkam sesuai dengan susunan
atau urutan gerakannya. Sehingga Tari Bondan ini ada berbagai variasi
76
gerakan. Misalnya saja pada waktu penari naik di atas kendhi, ada yang
susunan yang hanya gerakan ngilo asta, ada juga yang menggunakan gerakan
pidian (alisan). Ada pula variasi gerakan lain pada waktu memainkan payung,
ada yang menari sambil memainkan payung di bawah, ada pula yang
memainkan payungnya di atas kendhi. Hal tersebut juga tergantung
kemampuan penari, apakah terampil dan punya keseimbangan bagus saat naik
(mancik) kendhi. Kemudian pada gerakan menghibur (ngliling atau
ngleledong) bayi bisa sambil duduk lalu menari seperti gerakan bertepuk
tangan yang diarahkan untuk menghibur bayinya. Ada variasi lain yaitu bayi
digendong, kemudian penari tangannya menunjuk seolah memperlihatkan
pada anaknya, ada burung di sebelah sana. Dalam iringannya pun juga ada
perbedaan, untuk peran ibu atau peran sebagai kakak. Jika peran penari
sebagai ibu maka dalam iringannya bayi dinyanyikan dengan kata anak.
Sedangkan untuk peran kakak perempuan (mbakyu) kata anak diganti
dengan kata adhi (adik).
Ada pula perkembangan dalam jumlah penarinya, jika zaman dahulu Tari
Bondan dibawakan oleh penari tunggal, sekarang berkembang tidak selalu
dibawakan oleh satu orang penari saja tetapi bisa dibawakan secara
berkelompok (penari massal). Dalam acara atau kegiatan lomba biasanya
dibawakan satu persatu, untuk memudahkan penilaian juri. Sedangkan dalam
acara-acara bertemakan budaya atau daam rangka memperingati salah satu
hari nasional, Tari Bondan bisa dibawakan secara berkelompok.
77
7. Eksistensi Tari Bondan di Surakarta
Sampai saat ini sebetulnya Tari Bondan masih tetap eksis di Surakarta.
Hanya saja dikalangan anak-anak belum terlalu banyak peminatnya. Jika
dibandingkan dengan anak-anak se-Surakarta mungkin hanya sebagian kecil
saja yang belajar Tari Bondan maupun tari tradisional lainnya, mengingat
banyak sekali bentuk tarian modern yang berkembang. Apabila di Kota
Surakarta tidak ada event-event kebudayaan, maka untuk bisa menyaksikan
pertunjukkan Tari Bondan tentunya sangat jarang, kecuali jika ada pementasan
dalam rangka kegiatan lomba.
Dari keterangan salah seorang pelatih tari di Sanggar Tari Soerya
Soemirat, yaitu Ibu Kurniati yang juga mantan pengajar di Jurusan Seni Tari
ISI Surakarta bahwa jika pemerintah Surakarta tidak mulai menggerakkan
masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak untuk mengenal kebudayaan
Indonesia melalui acara-acara kebudayaan, akan sangat mungkin jika bangsa
Indonesia lupa atau bahkan kehilangan beragam kebudayaan yang dimiliki.
Menurut pengalaman beliau mengajar seni tari, ada banyak mahasiswanya
yang berasal dari luar negeri sangat mengapresiasi beragam bentuk tarian
tradisional yang dimiliki Indonesia, bahkan banyak dari mereka yang justru
mempunyai dokumentasi lebih bagus dan lebih lengkap dari dokumentasi
yang dimiliki oleh orang Indonesia sendiri (secara umum).
78
B. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Dalam perancangan konsep ini Tiga Serangkai Pustaka Mandiri berlaku
sebagai publisher yang direncanakan sebagai penerbit buku cerita bergambar
untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak-anak usia 6-7 tahun.
1. Profil PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta
Tiga Serangkai merupakan salah satu penerbit buku, khususnya buku
pelajaran dan pengetahuan serta buku-buku umum yang berdiri sejak 28
September 1958.
a. Alamat : Jl. Dr. Supomo No. 23 Solo 57141 Surakarta
b. Telepon : (0271)714344
c. Fax : (0271) 713607
d. Website : www.tigaserangkai.co.id
e. E-mail : [email protected]
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari General Book Departement di PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri adalah sebagai berikut :
http://www.tigaserangkai.co.id/mailto:[email protected]
79
Bagan 2. Struktur Organisasai General Book Departement di TS Surakarta
3. Prosedur Publikasi ke Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri mempunyai prosedur dalam
menenerbitkan sebuah buku. Alur untuk publikasi ke TS dapat digambarkan
sebagai berikut :
Bagan 3. Alur Publikasi ke Tiga Serangkai
Ilustrator
Layouter
Desainer Religi Editor Popular Editor Religi Editor
Publishing Manager
C & T Editor Officer
Popular Editor Officer
Religi Editor Officer
Art Creative Supervisor
Proof Reader Traffic ADM
Naskah (Penulis/ Pengarang)
Review/ Evaluasi (Bagian Editor)
Presentasi (Marketing, Sales, Promo)
Naskah ditolak
Naskah diterima
Naskah diterima dengan catatan
Proses Editing (Ilustrasi, Tipografi,
Layout dll)
Koreksi, Revisi, Siap Cetak
80
Naskah dari penulis atau pengarang masuk ke Tiga Serangkai, di review
atau evaluasi oleh bagian editor apakah naskah tersebut layak atau tidak. Jika
naskah tidak layak akan dikembalikan pada penulis. Sedangkan naskah yang
layak akan masuk ke tahapan selanjutnya. Dari awal naskah masuk ke Tiga
Serangkai, jangka waktu pemberitahuan kepada penulis apakah naskah
tersebut layak atau tidak yaitu 3 bulan. Jika naskah tersebut layak maka akan
dipresentasikan dihadapan Marketing, Sales, dan Promosi, karena bagian
tersebut yang mengetahui lebih dalam tentang kondisi pasar. Setelah tahap
presentasi, akan diputuskan naskah tersebut diterima, diterima dengan catatan,
atau ditolak. Jika naskah diterima, selanjutnya akan masuk proses editing
mulai dari pembuatan ilustrasi, tipografi, penataan layout, cover, dan
sebagainya kemudian dikoreksi, direvisi, sampai siap cetak. Jika naskah
diterima dengan catatan, maka akan diolah kembali oleh bagian editor
kemudian melalui tahap presentasi lagi untuk menentukan apakah naskah
tersebut bisa lanjut ke tahap selanjutnya ataukah akan ditolak. Sedangkan
naskah yang telah dipresentasikan namun ditolak akan dikembalikan kepada
penulis. Naskah yang telah diproses dan siap cetak, waktu penerbitannya pun
tidak selalu dalam jangka waktu dekat. Buku yang telah jadi, waktu terbitnya
tergantung bagaimana kondisi pasar dan disesuaikan dengan momen yang
sedang marak di masyarakat, misalnya saat momen bulan puasa, awal masuk
sekolah, dan sebagainya.
81
4. Ketentuan Buku Cerita Anak di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Penerbit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, mempunyai beberapa
ketentuan dalam pembuatan buku cerita anak. Kententuannya adalah sebagai
berikut :
a. Ukuran Buku Cerita Bergambar Anak
Ukuran untuk buku cerita anak yang ditentukan oleh Tiga Serangkai
ada beberapa macam ukuran, antara lain :
1) 19 cm x 24 cm
2) 20 cm x 22,5 cm
3) 21,5 cm x 25 cm
4) 21 cm x 26,5 cm
b. Jenis Kertas yang Digunakan
Ketentuan jenis kertas untuk cover atau sampul, isi, maupun cara
finishing untuk buku cerita bergambar untuk anak di Tiga Serangkai
adalah sebagai berikut :
1) Jenis Kertas Cover
Cover atau sampul dalam buku cerita bergambar yang dikhususkan
untuk anak, biasanya dicetak dengan kertas tebal agar lebih awet. Jenis
kertas cover yang digunakan oleh Tiga Serangkai yaitu kertas Art
Carton 210gr untuk produk buku cerita bergambar atau buku cerita
anak. Sedangkan untuk buku ensiklopedia anak (big books) ada yang
menggunakan hard cover.
82
2) Jenis Kertas Isi
Jenis kertas untuk isi dari produk buku cerita bergambar atau buku
cerita anak di Tiga Serangkai yaitu bisa menggunakan kertas HVS
80gr, bisa juga kertas Art Paper 150gr, atau kertas BC.
3) Finishing
Finishing dalam buku cerita bergambar maupun buku cerita anak di
Tiga Serangkai yaitu pada bagian cover atau sampul menggunakan
laminasi doff dan beberapa bagian menggunakan spot UV (misalkan
pada bagian judul atau gambar ilustrasi pada cover).
c. Jumlah Halaman
Jumlah halaman untuk buku cerita bergambar atau buku cerita anak
di Tiga Serangkai ada ketentuan tersendiri, yaitu jumlah halaman bisa
kelipatan 8 atau 16, misalnya 24 halaman, 32 halaman, maksimal 48
halaman.
d. Layout
Layout atau tata letak ilustasi dan tulisan menyesuaikan dari naskah
cerita, yangterpenting yaitu buku cerita bergambar atau buku cerita anak
harus punya tingkat keterbacaan tinggi, karena targetnya untuk anak-anak
sehingga kenyamanan membaca adalah faktor yang penting.
1) Ilustrasi
Ilustrasi menyesuaikan dengan naskah cerita dari penulis yang telah
disetujui Tiga Serangkai, untuk buku anak-anak tentunya dibuat
menarik dengan warna-warna cerah.
83
2) Tipografi
Tipografi berkaitan dengan tulisan yang terdapat dalam buku cerita
bergambar atau buku cerita anak, yaitu harus punya tingkat
keterbacaan yang tinggi karena faktor kenyamanan membaca pada
anak-anak sangatlah penting. Jenis font yang dipilih bentuknya
sederhana, tanpa kait, dan mudah dibaca. Ukuran font khusus untuk
anak TK-SD minimal 14 pt dan ukuran font pada bagian judul harus
dibuat lebih besar.
5. Sistem Royalti di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
a. Besaran Royalti
Royalti merupakan uang jasa yang dibayarkan penerbit kepada
pengarang atau penulis naskah untuk setiap buku yang diterbitkan.
Besaran royalti khusus untuk buku anak di Penerbit Tiga Serangkai yaitu
sebesar 7% dari hasil penjualan buku yang telah dikurangi biaya produksi
sebanyak 35%. Misalkan hasil penjualan buku 100% dikurangi 35% biaya
produksi sehingga tinggal 65% hasil penjualan, jadi besar royalti 7% dari
65% hasil penjualan buku.
b. Cara Pembayaran Royalti
Sistem pembayaran royalti di Penerbit Tiga Serangkai, yaitu
dibayarkan dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Januari, dengan
rentang waktu 3 bulan. Bulan Juni antara Juli-September, untuk bulan
Januari antara Februari-April.
84
6. Distribusi Produk Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Produk dari Penerbit Tiga Serangkai telah tersebar ke seluruh Indonesia,
dan penyebaran terbesarnya yaitu se-JABODETABEK. Distribusi dari
produknya melalui pasar modern dan pasar tradisional. Pasar modern
maksudnya melewati toko-toko buku besar yang tersebar di seluruh Indonesia,
misalnya Toko Buku Gramedia, Togamas, dan lain sebagainya. Sedangkan
pasar tradisional maksudnya buku didistribusikan melalui toko-toko buku
kecil.
7. Promosi yang Dilakukan di Tiga Serangkai Surakarta
Beberapa promosi yang dilakukan Tiga Serangkai untuk mempromosikan
produk buku yang beraneka ragam, antara lain :
a. Melalui launching buku.
b. Melalui kegiatan-kegiatan pameran dan workshop.
c. Melalui bedah buku lewat radio (khusus buku dewasa)
d. Melalui kegiatan lomba-lomba
e. Promosi melalui media pendukung seperti poster, sticker, postcard, dan
lain sebagainya.
f. Promosi melalui media sosial (website, twitter, twitter dari penulis,
facebook).
C. Target Market dan Target Audience
1. Target Market
Segmentasi dari target market dalam konsep perancangan buku cerita
bergambar untuk mengenalkan tari bondan adalah sebagai berikut :
85
a. Segmen Demografi
1) Usia : anak-anak (6 7 tahun)
2) Pendidikan : SD kelas 1 sampai kelas 2
3) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan
4) Agama : semua agama
5) Kelas Sosial : menengah ke atas
b. Segmen Geografi
Daerah yang menjadi target sasaran perancangan buku cerita
bergambar untuk mengenalkan tari bondan ini adalah Kota Surakarta dan
sekitarnya secara khususnya dan secara umum untuk seluruh Indonesia.
c. Segmen Psikografi
Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik
dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang
suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal
beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat tampilan
visual (gambar).
2. Target Audience
Target audience adalah orang yang akan menjadi sasaran komunikasi,
dalam perancangan ini yaitu menjadi sasaran komunikasi baik dari buku cerita
bergambarnya maupun dari media promosinya. Sedangkan detail untuk
segmentasi dari target audience pada konsep perancangan ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu target audience primer dan target audience sekunder
sebagai decision maker (pengambil keputusan), dapat diuraikan sebagai
berikut :
86
a. Target Audience Primer
1) Segmen Demografi
a) Usia : anak-anak (6 - 7 tahun)
b) Pendidikan : SD kelas 1-2
c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan
d) Agama : semua agama
e) Kelas Sosial : menengah ke atas
2) Segmen Geografi
Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan
sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya.
3) Segmen Psikografi
Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik
dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang
suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal
beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat
tampilan visual (gambar).
b. Target Audience Sekunder (Decision Maker)
1) Segmen Demografi
a) Usia : dewasa (25 - 50 tahun)
b) Pendidikan : SMA sampai jenjang kesarjanaan
c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan
d) Agama : semua agama
e) Kelas Sosial : menengah ke atas
87
2) Segmen Geografi
Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan
sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya.
3) Segmen Psikografi
Dari segmen psikografi ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk mengambil keputusan membeli buku cerita
bergambar ini, faktor tersebut antara lain orang dewasa yang
memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, memiliki
kekhawatiran dengan banyaknya budaya asing yang masuk, ingin ikut
berperan mengenalkan pada anak-anak tentang berbagai kesenian asli
Indonesia salah satunya seni tari, orang tua yang mempunyai
ekspektasi atau keinginan agar anaknya bisa menari, dan orang tua
yang ingin anak-anaknya mengenal budaya Indonesia.
c. Hasil Identifikasi Target Audience
Dalam perancangan ini penulis menggunakan kuesioner atau
angket untuk mengetahui insight dari target audience yang nantinya akan
digunakan untuk menentukan tone and manner dalam visualisasi cerita
bergambar tentang pengenalan nilai Tarian Bondan. Angket disebarkan
secara acak pada 20 responden yaitu anak-anak usia 6-7 tahun dan orang
tuanya. Untuk anak-anak angket dibacakan oleh penulis sambil
menunjukkan beberapa gambar yang berkaitan dengan Tari Bondan dan
visualisasi gambar, kemudian responden menjawab dan memilih gambar
sesuai dengan pendapat dan ketertarikannya.
88
Berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil kuesioner, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1) Hasil Kuesioner untuk Anak Usia 6-7 Tahun
a) Terkait dengan jenis tarian yang lebih disukai oleh anak-anak,
yaitu sebanyak 40% responden anak menyukai tarian modern dan
60% menyukai tarian tradisional.
b) Tentang tari tradisional apa yang responden ketahui, sebanyak 20%
responden anak tahu tentang Tari Kijang, 15% anak tahu Tari
Bondan, 10% tahu tarian lain seperti Tari Kipas, 55% anak tidak
tahu.
40%
0%
60%
Jenis Tarian yang disukai
Tarian Modern
Tarian India
Tarian Tradisional
20% 0%
15%
10%
55%
Tari Tradisional yang diketahui
Tari Kijang
Tari Kukila
Tari Bondan
Tari Lainnya
Tidak Tahu
89
c) Terkait pengalaman melihat Tari Bondan, sebanyak 15%
responden anak pernah melihat dan 85% anak belum pernah
melihat.
d) Pengetahuan tentang Tari Bondan, sebanyak 15% responden anak
menjawab memakai boneka dan payung, 5% anak menjawab
membawa busur panah, dan 80% anak tidak tahu.
e) Tentang penggambaran Tari Bondan, yaitu sebanyak 25%
responden menjawab anak yang bermain boneka, 15% anak kasih
sayang ibu pada anaknya, dan 60% anak tidak tahu.
15%
85%
Pengalaman melihat Tari Bondan
Pernah Melihat
Belum PernahMelihat
15% 5%
80%
Pengetahuan tentang Tari Bondan
Tari Membawa Boneka,Payung, dan Kendhi
Tari membawa Busur danAnak Panah
Tidak Tahu
90
f) Terkait keinginan belajar menari tradisional, yaitu 60% responden
anak ingin belajar menari dan 40% anak kuang berminat belajar
menari.
g) Tentang model gambar yang lebih disukai, yaitu 70% responden
anak lebih menyukai gambar yang sederhana dan 30% anak
menyukai gambar yang lebih detail.
25%
0%
15% 60%
Penggambaran Tari Bondan
Anak yang bermain boneka
Hewan yang lincah
Kasaih sayang Ibu padaanaknyaTidak Tahu
65%
35%
Keinginan Belajar Tari Tradisional
Ya, Ingin
Tidak Ingin
91
h) Warna yang lebih disukai anaka-anak, sebanyak 90% responden
anak lebih menyukai warna cerah dan 10% anak menyukai warna
pastel atau warna yang lembut.
i) Tentang cara pewarnaan gambar yang disukai, sebanyak 35%
responden anak menyukai pewarnaan flat (tanpa gradasi) dan 65%
anak menyukai pewarnaan gradasi berkesan volume.
70%
30%
Model Gambar Yang Disukai
Gambar simple(sederhana)
Gambar yang lebihdetail
90%
10%
Warna Yang Lebih Disukai
Warna Cerah
Warna Pastel
92
j) Tentang penataan layout, sebanyak 80% responden anak lebih suka
layout dengan fullcolor dan 20% anak menyukai ada white space-
nya.
2) Hasil Kuesioner untuk Orang Tua
a) Tentang jenis tari yang lebih disukai, 90% responden orang tua
lebih menyukai Tari Tradisional daripada Tari Modern.
35%
65%
Pewarnaan Gambar
Pewarnaan Flat
Pewarnaan GradasiBerkesan Volume
80%
20%
Tata Layout
Fullcolor
Ada White space
10% 0%
90%
Tari yang lebih disukai
Tari Modern
Tari India
Tari Tradisonal
93
b) Pengalaman menyaksikan Tari Bondan, sebanyak 25% responden
orang tua pernah melihat Tari Bondan dari internet, 60% pernah
melihat pertunjukan Tari Bondan langsung, dan 15% belum pernah
melihat Tari Bondan.
c) Pengetahuan tentang Tari Bondan, 85% responden orang tua
menjawab bertema kasih sayang seorang ibu dan 15% tidak tahu.
d) Terkait apakah putra atau putri dari responden mengikuti les tari,
15% responden orang tua menjawab bahwa anaknya ada yang
mengikuti les menari dan 85% anaknya tidak mengikuti les menari.
25%
60%
15%
Pengalaman Menyaksikan Tari Bondan
Pernah melihat dari internet
Pernah melihat langsung
Belum pernah melihat
0% 0%
85%
15%
Pengetahuan tentang Tari Bondan
Tari bertema peperangan
Tari bertema kelincahan hewan
Tari bertema kasih sayang ibu
Tidak tahu
94
e) Terkait dengan keinginan orang tua agar anak bisa menari, 95%
responden orang tua ingin anaknya bisa menari tradisional.
f) Tentang keinginan orang tua berperan mengenalkan budaya
Indonesia, semua orang orang tua menjawab ya, ingin turut
berperan dalam mengenalkan budaya Indonesia pada putra
putrinya.
15%
85%
Apakah putra/putrinya mengikuti les tari
Ada
Tidak ada
95%
5%
Keinginan orang tua agar anak bisa menari
Ya
Tidak
95
g) Perkembangan Tari Bondan di Surakarta, 20% responden orang tua
menjawab semakin menghilang, 45% menjawab masih ada tetapi
kurang diminati, dan 35% orang tua menjawab mulai diangkat dan
berkembang lagi.
3) Kesimpulan
Dari hasil kuesioner terhadap anak-anak usia 6-7 tahun dan
orang tuanya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a) Target Audience Anak-Anak Usia 6-7 Tahun
Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh data bahwa anak-
anak usia 6-7 tahun sebetulnya tetap mempunyai ketertarikan
dengan tarian tradisional, hanya saja sebagian besar masih belum
100%
0%
Keinginan orang tua ikut berperan mengenalkan budaya Indonesia
Ya, ada
Tidak ada
20%
45%
35%
Perkembangan Tari Bondan di Surakarta
Semakin menghilang
Masih ada tapi kurang diminati
Mulai diangkat dan berkembanglagi
96
tahu tentang macam-macam tari tradisional, salah satunya juga
termasuk Tari Bondan. Sehingga diperlukan pengenalan sedikit
demi sedikit tentang Tari Tradisional.
Sedangkan dalam visualisasi cerita bergambar, anka-anak
usia 6-7 tahun cenderung menyukai gambar-gambar yang
sederhana tidak terlalu mendetail, menggunakan warna-warna
cerah, pewarnaannya jelas dengan memunculkan gradasi yang
menimbulkan kesan bervolume, dan penataan layout yang rapi
dengan teks yang mudah dibaca serta background berwarna.
b) Target Audience Orang Tua (Decision Maker)
Data orang tua sebagai pengambil keputusan yang diperoleh
dari hasil kuesioner tersebut yaitu sebagain besar orang tua
menyukai tarian tradisional dan tahu tentang tari Bondan. Para
orang tua berkeinginan untuk berperan dalam mengenalkan tari
tradisional, juga mempunyai keinginan agar putra atau putrinya
bisa menari tradisional.
D. Komparasi
1. Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya
a. Deskripsi Umum
Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini merupakan
kumpulan dari cerita bergambar yang bertemakan budaya. Buku ini
memang ditujukan untuk mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia
97
melalui kumpulan cerita bergambar yang bertemakan budaya Indonesia.
Terdapat cerita tentang alat musik angklung, mpek-mpek masakan khas
palembang, baju tradisional kebaya, dan permainan congklak atau dakon.
Dalam buku ini juga ada satu cerita pendek yang bertemakan seni tari,
yaitu Tari Pendet.
1) Judul Keseluruhan : Dongeng Cinta Budaya
2) Judul Cerita : Tarian Dewi
3) Pengarang : Watiek Ideo dan Fitri Kurniawan
4) Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
5) Tahun terbit : 2015
6) Jumlah Halaman : 168 halaman
7) Ukuran : 18 cm x 24 cm
8) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita Tarian Dewi
Dewi adalah seorang anak perempuan yang berasal dari Bali, sejak
kecil dia suka menari. Bahkan di rumah Dewi ada sanggar tari yang
biasa dia gunakan bersama teman-temannya untuk berlatih menari,
dengan pelatih ibunya sendiri. Namun akhir-akhir ini Dewi merasa
bosan menari Tari Pendet, dia menganggap tarian tersebut kuno. Pada
suatu hari Dewi berjalan-jalan di pantai, dia bertemu dengan seorang
anak perempuan wisatawan asing bernama Elle. Mereka berkenalan,
Elle menunjukkan pada Dewi sebuah video rekaman tentang Tari
Pendet dan dia sangat terkesan dengan tarian tersebut. Segera saja
Dewi mengajak Elle dan keluarganya ke sanggar tari di rumahnya.
Dengan bangga Dewi menarikan Tari Pendet di depat wisatawan asing
98
tersebut bersama ibunya, para wisatawan sangat terkesan. Sejak saat
itu Dewi kembali senang menarikan Tari Pendet.
b. Target Market
1) Segmen Demografi :
a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun)
b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan
c) Agama : semua agama
d) Kelas sosial : menengah ke atas
2) Segmen Geografi :
Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh
Indonesia.
3) Segmen Psikografi :
Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini dibuat untuk
anak-anak yang tertarik dengan berbagai macam budaya dan ciri khas
dari Indonesia, untuk anak-anak yang senang membaca maupun
senang belajar membaca, serta anak-anak yang tertarik dengan gambar
atau visual yang menarik.
c. Distribusi
Buku cerita bergambar Dongeng Cinta Budaya ini
didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar
maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.
d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan
Promosi dari buku ini dari media sosial, diantaranya melalui
facebook, twitter, instagram BIP, dan melalui website.
99
e. Tampilan visual
1) Cover Cergam Dongeng Cinta Budaya
Gambar 49. Cover Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)
2) Bagian Isi Cergam Dongeng Cinta Budaya
Bagian isi dari cergam Dongeng Cinta Budaya yang penulis
ambil yaitu bagian Tarian Dewi. Tampilan visualnya menarik, cukup
detail, dan background juga terlihat, namun pada beberapa halaman
penataan layout-nya kurang rapi, antara elemen teks dengan elemen
gambar kurang seimbang, sehingga keterbacaan teks sedikit kurang.
Berikut contoh tampilan visual isi :
100
Gambar 50. Isi Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)
Gambar 51. Isi Buku Cerita Bergambar Dongeng Cinta Budaya (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)
2. Buku Cerita Bergambar Dongeng Tujuh Menit
a. Deskripsi Umum
Buku cerita bergambar Dongeng Tujuh Menit ini juga
merupakan kumpulan dari beberapa cerita bergambar pendek. Namun
101
dalam buku ini tidak semua cerita bertemakan budaya. Hanya satu bagian
cerita di dalam buku ini yang bertemakan budaya, yakni tentang mengenal
tokoh wayang Punakawan. Meskipun wayang asing di telinga anak-anak
namun melalui cerita singkat tentang wayang yang dikemas dengan visual
yang menarik, diharapkan anak-anak bisa sedikit tahu tentang budaya
pewayangan.
1) Judul Keseluruhan : Dongeng Tujuh Menit
2) Judul Cerita : Wayang Sebelum Tidur
3) Pengarang : Clara Ng
4) Ilustrasi : Cecillia Hidayat
5) Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
6) Tahun terbit : 2010
7) Jumlah Halaman : 24 halaman
8) Ukuran : 20 cm x 20 cm
9) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita Wayang Sebelum Tidur
Sita dan Bima tidak bisa tidur, kemudian Sita bermain bayang-
bayang dari lampu kecil yang dinyalakan ibunya dengan tangannya.
Tetapi bagaimana dengan adiknya, Bima tidak bisa ikut bermain
karena jari tangannya masih kecil sehingga susah untuk ditekuk. Sita
kemudian membuat bentuk wayang Punakawan dari kertas untuk
adiknya. Sita dan Bima bermain bayangan wayang seru sekali, sambil
mereka mengenal nama tokoh wayang tersebut. Mendengar suara-
suara dari kamar Sita dan Bima, ayah kemudian masuk ke kamar
mereka, ternyata mereka memang sedang asyik bermain bayangan
102
bentuk wayang. Lama tidak keluar dari kamar, Ibu kemudian
mengintip dan ternyata ayah sudah tertidur bersama Sita dan Bima.
b. Target Market
1) Segmen Demografi :
a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun)
b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan
c) Agama : semua agama
d) Kelas sosial : menengah ke atas
2) Segmen Geografi :
Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh
Indonesia.
3) Segmen Psikografi :
Buku cerita bergambar Dongeng Tujuh Menit pada bagian cerita
Wayang Sebelum Tidur ini dibuat untuk anak-anak yang suka
berimajinasi, suka dengan cerita dongeng sebelum tidur, senang
membaca maupun senang belajar membaca, serta anak-anak yang
tertarik dengan gambar atau visual yang menarik.
c. Distribusi
Buku cerita bergambar Wayang Sebelum Tidur ini
didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar
maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.
d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan
Promosi yang dilakukan untuk buku ini dari media sosial,
diantaranya melalui facebook Gramedia Pustaka Utama, twitter,
103
instagram, dan melalui beberapa website seperti bukabuku.com,
bukukita.com.
e. Tampilan visual
1) Cover Cergam Wayang Sebelum Tidur
Gambar 52. Cover Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : facebook Gramedia Pustaka Utama, 6 Oktober 2015)
2) Bagian Isi Cergam Wayang Sebelum Tidur
Bagian isi pada cergam Wayang Sebelum Tidur, dari tampilan
visualnya cukup simple (sederhana), bentuk karakter juga menarik dan
lucu, penataan layout-nya juga sudah rapi, tetapi untuk gambar latar
belakang atau settingnya kurang, dan pada beberapa halaman paragraf
untuk teksnya sedikit terlalu panjang bagi bacaan anak-anak.
104
Gambar 53. Isi Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015)
Gambar 54. Isi Buku Cerita Bergambar Wayang Sebelum Tidur (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015)
E. Analisa SWOT
Analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) dapat digunakan
sebagai alat untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi
produk, dalam hal ini untuk perancangan buku cerita bergambar ini agar lebih
terarah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
105
(strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), sekaligus sebagai
bahan perbandingan dengan kompetitor atau komparasinya.
Untuk mengetahui peluang utama dalam pembuatan buku cerita
bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun,
diperlukan observasi terhadap kekuatan (strenght), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari buku cerita bergambar ini
yaitu tentang nilai Tarian Bondan terhadap pembandingnya atau komparasinya,
melalui analisa SWOT.
Berikut ini merupakan tabel analisa SWOT dari Buku Cerita Bergambar
untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun yang berjudul
Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang dengan dua komparasinya, yaitu
Dongeng Cinta Budaya bagian Tarian Dewi dan Dongeng Tujuh Menit bagian
Wayang Sebelum Tidur:
106
Tabel Analisa SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, Threats)
Analisa SWOT
Cergam Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang
Cergam Dongeng Cinta Budaya
bagian Tarian Dewi
Cergam Dongeng Tujuh Menit bagian Wayang Sebelum Tidur
Strengh
(Kelebihan)
1. Tema yang diangkat menarik
tentang Tari Bondan yang sarat
makna akan kasih sayang ibu
terhadap anak.
2. Berusaha mengenalkan nilai
Tarian Bondan lewat cerita
yang sederhana.
3. Ilustrasi yang akan dibuat
sederhana dengan sedikit detail
sehingga menarik bagi anak-
anak.
4. Pewarnaannya menggunakan
warna-warna watercolor yang
cerah agar tidak monoton.
5. Layout akan dibuat rapi
sehingga gambar dan teksnya
terkesan seimbang.
1. Tema yang diangkat tentang
kebudayaan, yaitu tentang
seni tari yang jarang
ditemukan pada cerita
bergambar.
2. Cerita dikemas dengan
sederhana dan mudah
dipahami.
3. Ilustrasinya cukup detail,
dapat dilihat dari kostum
tari yang dikenakan
karakter dan gambar latar
belakang yang terkesan
hidup.
4. Pewarnaan gambarnya
bagus warna cerah namun
lembut, tidak monoton.
1. Tema yang diangkat menarik
yaitu tentang wayang yang
jarang ditemukan dalam
buku cergam.
2. Ide ceritanya juga menarik
mengenalkan pewayangan
lewat imajinasi anak-anak.
3. Ilustrasinya dibuat
sederhana, baik karakter
maupun setting atau latar
belakangnya.
4. Penataan layout-nya sudah
rapi, ada space sendiri untuk
meletakkan elemen teks
sehingga terkesan seimbang.
5. Menggunakan hard cover
sehingga buku awet untuk
106
107
6. Elemen teks menggunakan font
yang mudah dibaca oleh anak-
anak dan dengan ukuran yang
sesuai.
5. Teksnya tidak terlalu
panjang dan disertai dengan
teks bahasa Inggris
(bilingual).
anak-anak.
Weakness
(Kelemahan)
1. Sampulnya tidak menggunakan
hardcover sehingga mudah
rusak.
2. Tema tentang tari kemungkinan
hanya disukai oleh target yang
tertarik dengan budaya
Indonesia.
3. Jika tidak disertai contoh
bagaimana wujud Tari Bondan,
kemungkinan anak akan kurang
paham.
1. Cerita yang berhubungan
dengan temanya yaitu
tentang Tari Pendet masih
kurang.
2. Beberapa halaman penataan
layout-nya kurang rapi,
sehingga terkesan tidak
seimbang antara gambar
dengan teks.
3. Teks Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris tapi di
beberapa halaman tidak
diberikan space tersendiri
untuk elemen teksnya
sehingga keterbacaanya
kurang .
1 Visualisasi gambar latar
belakangnya kurang
mencerminkan untuk
setting di kamar tidur
anak-anak, sehingga
terkesan kurang hidup.
2 Ada beberapa bagian yang
paragraf teksnya terlalu
panjang.
3 Ada ilustrasi yang terlihat
kurang menyatu karena
memasukkan motif kain jadi
yang kurang sesuai.
107
108
Tabel 1. Tabel Analisa SWOT
Opportunities
(Peluang)
1. Belum ada buku cerita
bergambar yang mengangkat
tema nilai Tarian Bondan.
2. Ilustrasi tentang gerakan Tari
Bondan bisa memberi
pengetahuan pada anak-anak
tentang gambaran Tari Bondan.
1. Ilustrasinya yang menarik
dan tema yang masih jarang
diangkat menjadikan buku
ini diminati.
2. Tema yang diangkat bisa
sedikit memberi
pengetahuan pada anak
tentang Tari Pendet.
1. Masih sedikit buku cerita
bergambar dengan tema
pewayangan.
2. Gambar yang sederhana
menjadikan buku cergam
ini mudah dipahami anak-
anak
Treath
(Ancaman)
1 Semakin banyaknya buku
cergam terjemahan yang
temanya lebih variatif.
2 Semakin berkembangnya gaya
ilustrasi yang lebih menarik dan
lebih detail.
1. Banyaknya gaya ilustrasi
dalam buku cergam dengan
dua bahasa yang lebih
menarik.
2. Mulai banyak cergam
bertema budaya yang
dikemas dengan cerita yang
lebih bagus.
1. Semakin banyak cergam
yang mulai mengambil
tema budaya yang lebih
menarik
2. Berkembangnya beragam
gaya ilustrasi cergam yang
lebih lebih detail dan
menarik.
108
109
F. Unique Selling Preposition (USP)
USP (Unique Selling Preposition) merupakan sebuah teknik penjualan
dengan memunculkan keunikan dari sebuah perusahaan maupun produk yang
tidak dimiliki oleh pesaing. Agar sebuah produk dapat laku dan diminati oleh
konsumen selain menentukan positioning, perlu ditentukan pula USP atau
keunikan dari sebuah produk. Masing-masing produk pasti mempunyai
keunikannya sendiri, hanya saja bagaimana cara agar keunikan tersebut bisa
ditonjolkan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga melekat dibenak
konsumen,.
Keunikan yang dimiliki oleh Buku Cerita Bergambar Tari Bondan untuk
Ibunda Tersayang ini adalah dari segi tema yang diangkat, yaitu tentang nilai
Tarian Bondan yang menceritakan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya atau
kakak kepada adiknya. Cerita yang disampaikan tidak hanya menceritakan
kehidupan seorang anak tapi juga disertai ilustrasi contoh gerakan Tari Bondan,
sehingga anak tidak hanya tahu nama Tari Bondan, tetapi sedikit demi sedikit
mengetahui bagaimana gerakannya.
G. Positioning
Positioning adalah suatu proses atau upaya menempatkan sebuah produk,
merek, perusahaan, individu, atau apa saja untuk mendapatkan posisi yang baik di
benak konsumen. Merek yang telah memiliki posisi mapan dalam benak akan
menjadi faktor pengaruh yang kuat saat konsumen memerlukan solusi.
110
Strategi positioning buku ceita bergambar Tari Bondan untuk Ibunda
Tersayang adalah memposisikan buku cerita bergambar ini sebagai buku edukasi
tentang nilai kasih sayang seorang ibu pada anaknya atau kakak pada adiknya
melalui Tari Bondan yang akan divisualisasikan dalam bentuk cerita bergambar
sehingga cukup tepat untuk anak-anak dan melalui cerita bergambar ini
disampaikan pula bahwa tari tradisional pun tidak kalah menarik dengan tarian
modern. Cerita bergambar akan disajikan dengan illustrasi yang menarik,
fullcolor, cerita yang sederhana, dan mudah dimengerti anak-anak.