9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laparatomi
2.1.1 Definisi Laparatomi
Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut
(Jitowiyono, 2010).
2.1.2 Klasifikasi cara Pembedahan Laparatomi
Menurut Jitowiyono (2010), ada 4 cara pembedahan Laparatomi yaitu:
1. Midline incision
2. Paramedian yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm)
3. Transverse upper abdomen incision yaitu insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy
4. Transverse lower abdomen incision yaitu insisi melintang di bagian bawah
± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi apendiktomy
2.1.3 Indikasi
Menurut Jitowiyono (2010), ada 5 indikasi Pada pembedahan
Laparatomy yaitu:
1. Trauma Abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur Abdomen
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding)
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar 5. Masa pada abdomen
2.1.4 Komplikasi
Menurut Jitowiyono (2010), Pasca operasi dapat terjadi komplikasi
yaitu:
1. Ventilasi paru tidak adekuat
2. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung
10
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
5.
2.1.5 Perawatan Post Laparatomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasien – pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
perut. Tujuan perawatan post laparatomi:
1. Mengurangi Komplikasi akibat pembedahan
2. Mempercepat penyembuhan
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi
4. Mempertahankan konsep diri pasien
5. Mempersiapkan pasien pulang
(Jitowiyono 2010)
2.1.6 Pengkajian Pasien Post Laparatomy
Pengkajian yang dilakukan pada pasien post Lapatomy yaitu:
1. Respiratory : bagaimana pernapasan, jenis pernapasan, bunyi napas
2. Sirkulasi : tensi, nadi, respirasi, suhu, warna kulit, dan refil kapiler
3. Persyarafan : tingkat kesadaran
4. Balutan : tube, drainage, tanda infeksi
5. Perawatan : monitor, cairan infus
6. Rasa nyaman : rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan ventilasi
7. Psikologis : kecemasan suasana hati setelah operasi (Jitowiyono 2010)
2.2 Anestesi
2.2.1 Definisi Anestesi
Menurut Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846 Anestesi berasal
dari Bahasa Yunani An : “tidak, tanpa” dan aesthetcs “persepsi,kemampuan
untuk merasa”. Menurut Scott C. Littin pada tahun 2003 anestesi adalah
hilangnya kepekaan terhadap nyeri melalui pemberian berbagai jenis obat /
11
abestetik (Maryunani, 2015). Anestesia adalah keadaan narkosis,
analgesia,relaksasi dan hilangnya refleks. (Bruner & Sudarth, 2002).
2.2.2 Petugas yang Memberikan Anestesi
Teknik dan obat anestesi dipilih dan diberikan oleh orang yang
berpengalaman dan terlatih, ahli anestesi (dokter dan perawat anestesi),
berkolaborasi dengan ahli bedah dan pasien. Meskipun perawat bedah tidak
memberikan obat anestesi perawat harus memiliki pengetahuan tentang
interaksi obat-obatan, persiapan pasien sebelum anesthesia dan efek obat-
obatan anestesi yang diberikan selama fase operasi untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif pada masa pasca pemulihan (Maryunani, 2015).
2.2.3 Klasifikasi
Anestesi dibagi menjadi dua kelas : anestetik yang menghambat
sensasi di seluruh tubuh (anestesia umum) atau menghambat sensasi di
sebagian tubuh (regional,epidural atau anestesia spinal) (Bruner & Sudarth,
2002).
Anestesi digolongkan menjadi anestesi umum dan regional (Kozier,
2011). Anestesi di klasifikasikan berdasarkan efek yang ditimbulkan pada
sensorium pasien (sistem saraf pusat) dan persepsi nyeri yaitu anestesi umum,
lokal dan regional (Maryunani, 2015).
2.2.4 Anestesi Umum
Anestesi umum adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible
karena inhibisi impulse saraf otak misalnya untuk bedah kepala, leher, klien
yang tidak kooperatif. Menurut Lewis et al, anestesi umum adalah hilangnya
sensasi disertai hilangnya kesadaran, relaksasi otot rangka, analgesia dan
eliminasi respon somatik, otonom dan ekdokrin yang meliputi respon batuk,
sendawa, muntah dan simpatis (Maryunani, 2015).
Anestesi umum adalah anestetik yang menghambat sensasi di seluruh
tubuh. Anestesi umum diberikan melalui 2 cara, bisa dilakukan secara
inhalasi atau pun secara intravena (Bruner & Sudarth, 2002). Anestesi umum
12
adalah menghilangkan semua sensasi rasa dan kesadaran. Anesetesi umum
bekerja dengan cara memblok pusat kesadaran di otak sehingga terjadi
amnesia (kehilangan memori), analgesia (insesibilatas terhadap nyeri),
hipnosis (tidur palsu), relaksasi (mengurangi ketegangan pada beberapa
bagian tubuh) (Kozier, 2011)
Menurut Bruner & Suddart, (2002) Anestesi umum diberikan secara
inhalasi atau pun secara intravena. Anestesi inhalasi akan menghasilkan
anestesia jika uapnya dihisap, anestesi intravena akan menghasilkan anestesi
jika dilakukan tindakan intravena dengan cara menyuntikkan substansi ked
alam vena.
1. Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi merupakan metode anestesi yang paling dapat di
kontrol karena intake dan eliminasi secara primer oleh paru. Obat yang biasa
digunakan cairan volatile atau gas (Maryunani, 2015). Anestesi cair volatile
diberikan melalui oksigen dan biasanya dengan oksida nitrat. Yang termasuk
kelompok ini adalah seperti halotan, enfluran dan isoflura. Anestesia gas
diberikan melalui inhalasi dan selalu dikombinasi dengan oksigen. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah oksida nitrat dan siklopropane.
2. Anestesi Intravena
Anestesi umum juga dapat dilakukan dengan tindakan intravena
dengan cara menyuntikkan substansi kedalam vena. Anestesi intravena sangat
bermanfaat untuk prosedur operasi singkat dan kejadian mual dan muntah
pasca operasi rendah.
Menurut Maryunani, 2015 dalam pemberian Anestesi ada tahapan
yang dilalui oleh pasien dari keadaan sadar hingga tertidur dan tidak
merasakan lingkungan, Tahapan anestesi umum itu adalah
1. Stadium 1 (stadium relaksasi / analgesia)
Pada saat stadium ini pasien merasa pusing dan seakan-akan
melayang, telinga merasa berdenging dan bising, kesadaran pasien masih ada
13
dan tidak bisa berbuat apa – apa, merasa seluruh badan lumpuh namun masih
bisa menjawab pertanyaan. Tanda – tanda stadium ini adalah ukuran pupil
normal, refleks pupil kuat, pernapasan tidak teratur tetapi masih normal, nadi
tidak teratur sedangkan tekanan darah tidak berubah.
2. Stadium 2 (stadium excitementn stadium delirium)
Pada stadium ini pasien berontak, berusaha melepaskan kap bius,
teriak berbicara, menyanyi, ketawa ataupun menangis.
3. Stadium 3 (stadium anestesi pembedahan / stadium operasi)
Pada stadium ini pasien tidak sadar, otot - otot rileks, ukuran pupil
mengecil, relaksasi rahang, respirasi teratur penurunan pendengaran dan
sensasi nyeri, denyut nadi dan tekanan darah normal
4. Stadium 4 (stadium keracunan / bahaya)
Pada stadium ini batang otak (medulla oblongata) menjadi lumpuh
sehingga pernapasan berhenti.
2.2.5 Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah pembiusan lokal dengan disertai adanya
hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian kecil
daerah tubuh) tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Anestesi
lokal dilakukan untuk prosedur perawatan tertentu seperti operasi kecil oleh
dokter gigi, biopsi kulit atau menjahit luka (Maryunani, 2015).
Anestesi lokal (infiltrasi) adalah diinjeksikan ke area tertentu dan
digunakan untuk prosedur pembedahan minor seperrti penjahitan luka kecil
atau prosedur biopsi. Yang sering digunakan lidokain atau tetrakain 0,1 %
(Kozier, 2011). Anestesia infiltrasi lokal adalah penyuntikan larutan yang
mengandung anestetik lokal ke dalam jaringan pada bidang yang direncakan
sebagai tempat inisisi (Bruner & Suddart, 2002).
14
2.2.6 Anestesi Regional
Anestesi regional adalah pemutusan sementara transmisi impuls saraf
ke dan dari area atau bagian tubuh tertentu, sehingga masih tetap sadar
(Kozier, 2011). Anestesi regional adalah anestesia lokal dengan
menyuntikkan agens anestetik di sekitar saraf sehingga area yang dipersarafi
oleh saraf ini (Bruner & Suddart, 2002).
Anestesi regional adalah obat yang menghilangkan sensasi pada area
tubuh pada saat saraf / kelompok tertentu dihambat dengan pemberian
anestesi lokal tanpa kehilangan kesadaran. Anestesi ini menghilangkan rasa
pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan
spinal atau saraf yang berhubungan dengannya (Maryunani, 2015)
2.2.7 Obat dan Cara Pemberiannya
Anestesi berdasarkan Obat dan Cara Pemberiannya dibedakan atas
Anestesi umum, Anestesi regional, Anestesi spinal, Blok konduksi dan
Anestesi infiltrasi lokal (Bruner & Suddart, 2002).
1. Anestesi umum yang diberikan secara inhalasi yaitu kelompok Anestesi
cair volatil : halotan, enfluran, isoflura di berikan melalui oksigen dan
oksida nitrat dan kelompok Anestesia gas : oksida nitrat dan
siklopropane. Anestesi umum yang diberikan secara intravena dengan
cara menyuntikkan substansi kedalam vena (Anestesi Intravena).
2. Anestesi regional adalah anestesia lokal dengan menyuntikkan agens
anestetik di sekitar saraf sehingga area yang dipersarafi oleh saraf ini
teranestesi.
3. Anestesi lokal memblok saraf motorik paling lambat dan saraf simpatis
palong cepat. Pasien dengan anestetik lokal masih bangun dan sadar
tentang sekelilingnya.
4. Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan
memasukkan anestesia lokal ke dalam ruang subarakhnoid di tingkat
15
lumbal (L4 dan L5). Anestesi ini menghasilkan anestesia pada ekstremitas
bawah, perineum dan abdomen bawah. Secara umum agen yang
digunakan adalah prokain, tetrakain (pontocaine) dan lidokain
(xylocaine) Pengkajian untuk anestesi spinal yaitu memantau tanda vital,
sensasi kaki dan jari.
5. Blok konduksi terdiri dari Blok epidural yang dicapai dengan
menyuntikkan anestetik lokal ke dalam kanalis spinalis dalam spasium
sekeliling dura mater. Blok pleksus brakialis yaitu anestesia pada lengan.
Anestesia paravertebral yaitu anestesi pada saraf yang mempersarafi
dada, dinding abdomen dan ektremitas. Blok transakral (kaudal) yaitu
anestesi pada perineum dan abdomen bawah.
6. Anestesia infiltrasi lokal adalah penyuntikan larutan yang mengandung
anestetik lokal ke dalam jaringan pada bidang yang direncakan sebagai
tempat inisisi.
Obat anestesi berdasarkan Obat dan Cara Pemberiannya dibedakan
atas Obat Premedikasi dan Obat Anestesi. Obat Premedikasi adalah obat yang
diberikan selama periode sebelum dilakukannya induksi anestesia (Gwinnut,
2011).
1. Obat Premedikasi : Ansiolisis (untuk meredakan cemas) : benzodiazepin,
Antasida (untuk meningkatkan pH serta mengurangi volume isi lambung)
Ranitidine, omeprazole. metoelopramide, natrium sitrat oral, Analgesia
(untuk pasien yang kesakitan sebelum operasi): morfin, fentanyl dan opiad.
2. Obat anestesi : Anestesi intravena diberikan dengan cara menyuntikan
obat anestesi kedalam intravena, obat dibawa oleh aliran darah ke
sirkulasi serebral karena bersifat larut dalam lemak, cepat menembus
sawar darah otak dan menyebabkan penurunan kesadaran. Obat anestesi
inhalasi merupakan uap anestetik yang berdifusi ke dalam darah di
kapiler-kapiler paru dan kemudian didistribusikan melalui sirkulasi
16
sistemik ke otak dan jaringan lain. Semua obat yang digunakan pada
anestesi inhalasi menyebakan depresi sistem kardiovaskular dan respirasi.
Anestesi digolongkan menjadi anestesi umum dan regional. Anestesi
umum adalah menghilangkan semua sensasi rasa dan kesadaran. Anestesi
regional adalah pemutusan sementara transmisi impuls saraf ke dan dari area
atau bagian tubuh tertentu, sehingga masih tetap sadar (Kozier, 2011).
1. Anestesi umum diberikan melalui infusi intravena dan inhalasi gas melalui masker atau melalui endotrakea yang di masukan ke dalam trakea.
2. anestesi regional diberikan melalui Anestesi permukaan (topikal) :
lidokain (xylocaine) dan benzokain. Anestesi lokal (infiltrasi): lidokain
atau tetrakain 0,1 %, Anestesi blok saraf: blok pleksus brakialis
menimbulkan anestesia lengan, blok minor melibatkan saraf tunggal
misalnya saraf fasial, Blok intravena (blok bier) digunakan untuk
prosedur-prosedur yang melibatkan lengan pergelangan tangan dan tangan,
Anestesi spinal (blok subaraknoid) : untuk area perineum atau rektum,
hernia atau apendiktomi, seksio sesaria.
Anestesi di klasifikasikan berdasarkan efek yang ditimbulkan pada
sensorium pasien (sistem saraf pusat) dan persepsi nyeri yaitu anestesi umum,
lokal dan regional (Maryunani, 2015).
1. Anestesi umum dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui isapan gas bius
(inhalasi), menyuntikkan cairan obat bius (intravena), dan memasukkan
obat bius ke dalam rectum.
a. Anestesi inhalasi (isapan gas bius)
contoh obat anestesi inhalasi : Gas nitrous oxida, Haloten (flutane),
Eter (etil eter), Klor etil, Trilene (triklor etilena), Ethrane, Penthrane
b. Anestesi vena (suntikan vena)
contoh obat anestesi intravena : Barbiturat, Narkotik (morphin sulfat,
meperidine dan fentanil sitrate), Inovar, dan Ketamin
17
c. Anestesi rektum
contoh obat anestesi rektum : Tribumetanol
2. Anestesi Lokal diberikan dengan cara topikal dan infiltrasi lokal
a. Anestesi topikal
Contoh obat anestesi topikal EMLA cream (eutentic mixture of local
anesthenthics) : lidocaine dan prilocaine.
b. Infiltrasi lokal
Contoh obat anestesi lokal : Prokain (novokain), Lidokain (xylokain).
3. Anestesi Regional diberikan dengan cara Anestesi Lumbal, Anestesi epidrual, Anestesi blio, Anestesi infiltrasi, Anestesi topikal
4. Obat pelemas otot rangka (relaksan otot) / nuromusculer brochler obat
pelemas otot dibagi menjadi obat jenis depolarizing dan non depolarizing.
a. Obat depolarizing
Contoh obat succinylcholine dan decamethonium.
b. Obat non depolarizing
Contoh obat metocurine, pancuronium bromide, gallamine,
tubocuranine, dan dexacurium.
2.2.8 Efek Anestesi
Obat anestesi intravena yang diberikan dengan cara menyuntikan obat
anestesi kedalam intravena, obat dibawa oleh aliran darah ke sirkulasi
serebral karena bersifat larut dalam lemak, cepat menembus sawar darah otak
dan menyebabkan penurunan kesadaran. Sejumlah obat di eliminasi sempurna
melalui metabolisme hepatik, memerlukan waktu lebih lama dan dosis
berulang dapat menyebkan akumulasi dan keterlambatan pulih sadar.
Obat Anestesi inhalasi biasa disebut dengan uap anestetik. Uap
berdifusi ke dalam darah di kapiler-kapiler paru dan kemudian didistribusikan
melalui sirkulasi sistemik ke otak dan jaringan lain. Tekanan parsial di otak
ini sangat erat hubungannya dengan tekanan parsial di alveolus. Semua obat
yang digunakan pada anestesi inhalasi dan intravena menyebakan depresi
18
sistem kardiovaskular dan respirasi yang bersifat dependent. Obat anestesi
menyebabkan denyut jantung, penekanan ventilasi dan peningkatan tekanan
intrakranial. (Gwinnut, 2011).
Menurut Maryunani, 2015 Anestesi berdasarkan efek yang di
timbulkan terbagi 2 yaitu efek Anestesi dan Efek samping Anestesi. efek
anestesi meliputi hilang memori/ingatan (amnesia), tidak sensitif terhadap
nyeri (analgesia), membuat tertidur (hypnosis), melemaskan/kaku bagian
tubuh tertentu (relaksasi). Efek samping dari anestesi umum pasca operasi
meliputi mual, muntah dan otot pegal, berlangsung singkat dan bisa di obati
namun dapat juga terjadi komplikasi yang lebih serius seperti serangan
jantung, kerusakan ginjal dan stroke.
Anestesi umum memiliki keunggulan yaitu klien tidak sadar fungsi
pernapasan dan jantung terjaga, anastesi dapat disesuaikan dengan lamanya
operasi serta usia dan status fisik. Kerugian anestesi umum yaitu mendepresi
sistem pernapasan dan sirkulasi. (Kozier, 2011).
2.3 Pulih Sadar
2.3.1 Definisi Pulih Sadar
Pulih sadar merupakan pulih sepenuhnya dari pengaruh anestesia
yaitu pasien telah mempunyai tekanan darah yang stabil, fungsi pernapasan
adekuat saturasi O2 minimum 95% dan tingkat kesadaran yaitu baik (Bruner
& Suddart, 2002). Anestesi menghambat kemampuan klien untu berespons
terhadap stimulus lingkungan. Masa pemulihan dari anestesi beragam
tergantung jenis agens anestesia yang digunakan, dosis dan respons inidividu
terhadap agens (Kozier, 2011).
Pulih sadar adalah kondisi kembali pasien seperti sebelum operasi
dengan kriteria sadar, respirasi normal, tonus otot normal, suhu normal.
Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di ruang pemulihan tergantung pada
berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan, teknik anestesi dan
timbulnya komplikasi (Gwinnut,2011). Pulih sadar adalah masa pulih yang
19
dimulai sejak pasien selesai ditangani secara bedah, dibawa dalam keadaan
tidak sadar atau setengah sadar ke Ruang Pemulihan, sampai ketika
kesadarannya pulih sempurna dan dapat dipindahkan ke Ruang Rawat. Pulih
sadar adalah kondisi ketika pasien dibawa sejak selesai ditangani secara
bedah, dibawa dalam keadaan tidak sadar atau setengah sadar ke ruang
pemulihan, sampai ketika kesadarannya pulih sempurna dan pasien dapat
dipindahkan ke ruang rawat (Syansuhidajat, 2005).
2.3.2 Penilaian Waktu Pulih Sadar
Ruang pemulihan (Recovery Room) adalah ruangan yang digunakan
setelah pasien selesai dilakukan tindakan pembedahan dan dilakukan
observasi keadaan pasien, hingga memungkin dipindahkan ke ruangan karena
keadaan pasien dianggap stabil (Maryunani, 2015). Penilaian yang dilakukan
adalah memberikan perawatan sampai pasien pulih dari efek anestesia
(kembali fungsi motorik dan sensorik), teriorientasi, mempunyai tanda vital
yang stabil dan tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda hemoragi (Bruner
& Suddart, 2002).
Ketentuan pengeluaran pasien dari Ruang Pemulihan tergantung
kebijakan setiap unit ruang unit pemulihan (biasanya sekitar 30 menit),
memenuhi kriteria pengeluaran, >30 menit pasien sangat rentan berespons
terhadap stimulus (Gwinnut, 2011). Tingkat Pulih Sadar sesorang Pasca
Anestesi dilakukan dengan perhitungan Alderete Skore. Nilai pasien diukur
pada interval yang ditentukan, setiap 5 menit, 15 menit, atau 30 menit dan
ditotal pada catatan pengkajian. Pasien dengan nilai total kurang dari 8 harus
tetap dalam Ruang Pemulihan sampai kondisi mereka membaik atau mereka
dipindahkan ke Area Perawatan Intensif (Bruner & Suddart, 2002).
20
Tabel 2.1 Alderete Scoring system
KRITERIA RECOVERY SCORE
in 15 30 45 60 Out
Aktifitas dapat
bergeak
volunter atau
atas perintah
4 angota gerak 2 2 2 2 2 2
2 anggota
gerak
1 1 1 1 1 1
0 anggota
gerak
0 0 0 0 0 0
Respirasi Mampu bernapas dan batuk
secara bebas
2 2 2 2 2 2
Dyspnea, napas dangkal 1 1 1 1 1 1
Apnea 0 0 0 0 0 0
Sirkulasi Tensi
Pre- op
...
mmHg
Tensi 20 mmHg
preop
2 2 2 2 2 2
Tensi 20-50 mmHg
preop
1 1 1 1 1 1
Tensi 50 mmHg
preop
0 0 0 0 0 0
Kesadaran Sadar penuh 2 2 2 2 2 2
Bangun dengan di panggil 1 1 1 1 1 1
Tidak berespon 0 0 0 0 0 0
Warna
Kulit
Normal 2 2 2 2 2 2
Pucat Kelabu 1 1 1 1 1 1
Sianotik 0 0 0 0 0 0
Sumber: KEPMENKES RI NOMOR: 779/Menkes/SK/VIII/2008
Catatan :
1. Nilai 9 atau lebih boleh pulang ke rumah dengan kondisi pembedaan /
tindakan memungkinkan
2. Nilai 8 ke ruang perawatan jika pernafasan 2
3. Nilai 5 ke ICU
21
2.3.3 Pengkajian Sebelum dilakukan Pemindahan Pasien
Menurut Bruner & Suddart, 2002 Sebelum dilakukan pemindahan
pasien ke Ruang Rawat harus dilakukan pengkajian. Pengkajian segera pasien
bedah :
1. Respirasi: kepatenan jalan napas, kedalaman, frekuensi dan karakter
pernapasan, sifat dan bunyi napas
2. Sirkulasi: tanda-tanda vital termasuk tekanan darah, kondisi kulit,
pernapasan, suhu tubuh. Pemantauan pasca operatif dicatat setiap 15 menit
selama 2 jam pertama dan setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Suhu
tubuh diatas 37,7oC atau dibawah 36,1oC, pernapasan lebih dari 30 kali
atau kurang dari 16 kali per menit, tekanan darah sistolik turun di bawah
90 mmHg harus dilakukan penanganan dan dilaporkan
3. Neurologi: tingkat respons
4. Drainase: keharusan untuk menghubungkan selang ke sistem drainase
yang spesifik adanya dan kondisi balutan.
Menurut Kozier, 2011 Pengkajian klinis pasca anestesi segera yaitu:
1. kepatenan jalan napas
2. saturasi oksigen
3. kepatenan ventilasi: frekuensi, irama dan kedalaman nafas, penggunaan
otot aksesoris, suara napas
4. status kardiovaskular: frekuensi, irama nadi, amplitudo dan
keseimbangan nadi perifer, tekanan darah, pengisian ulang kapiler
5. tingkat kesadaran: tidak berespons, bangun dengan stimulus, benar-benar
terjaga, orientasi terhadap waktu, orang dan tempat
6. adanya fungsi refleks protektif misalnya refleks gangguan batuk
7. aktivitas kemampuan untuk menggerakan ekstremits
8. warna kulit: merah muda, pucat, abu-abu, bercak-bercak, sianosis, ikterus
9. status cairan: asupan dan haluaran, stats infusi IV (jenis cairan, frekuensi,
jumlah dalam wadah, kepatenan selang IV), tanda-tanda dehidrasi atau
kelebihan cairan
22
10. kondisi area operatif: keadaaan balutan, drainase (jumlah, tipe, warna)
setelah pengkajian dilakukan harus dilakukan evaluasi kembali
meliputi saturasi oksigen dengan oksimetri, memantau volume, keteraturan
nadi, kedalaman dan sifat pernapasan, warna kulit, tingkat kesadaran dan
kemampuan pasien untuk berespon terhadap perintah (Bruner & Suddart,
2002).
2.3.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Waktu Pulih Sadar
Proses pulih sadar yang tertunda merupakan salah satu kejadian yang
tidak diharapkan dalam anestesi. Penyebab proses pulih sadar yang tertunda
bisa disebabkan oleh faktor pasien, faktor obat, faktor pembedahan, faktor
metabolik dan kelainan neurologis. Penyebab utama pulih sadar yang tertunda
adalah sisa-sisa efek obat anestesi yang masih ada (efek residu). Pulih sadar
yang terganggu dapat timbul karena potensiasi efek obat-obat anestesi dengan
medikasi yang diberikan sebelum operasi (Permatasari, 2017).
Masa pemulihan sangat bergantung dengan kecepatan induksi obat
anestesi. Mempercepat kecepatan induksi anestesi akan mempercepat proses
ambilan, penyebaran dan eliminasi anestesi, sehingga kecepatan induksi akan
mempengaruhi kecepatan pemulihan pasien (Gwinnut, 2011). Eliminasi
anestesi dilakukan dengan gas (rebreathing), metabolisme oleh hati,
metabolisme oleh ginjal. Eliminasi anestetik dengan gas (rebreathing)
dipengaruhi oleh ventilasi paru, aliran darah dan kelarutan gas (Janet, 2009).
Mempercepat eliminasi dapat dicapai dengan cara: Inspirasi yang tinggi pada
paru, Peningkatan ventilasi, Peningkatan curah jantung, dan aliran darah
serebral yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempercepat induksi juga mempercepat
pemulihan (cepat bangun/sadar) antara lain eliminasi dari rebreathing, aliran
udara bebas yang tinggi, volume sirkuit anestesi yang rendah, rendahnya
absorbsi sirkuit anestesi, rendahnya kelarutan, aliran darah serebral yang
tinggi dan peningkatan ventilasi. Penyembuhan (recovery)anestesi juga
23
tergantung pada penurunan konsentrasi anestesi pada jaringan otak, dimana
obat-obat anestesi dapat dieliminasi dengan biotransformasi, kehilangan
melalui transcutaneus, dan ekspirasi (Smeltzer & Bare, 2012 dalam Saputra,
2018).
Proses pulih yang tertunda bisa disebabkan oleh faktor obat anestesi.
Faktor penyebab yang terkait bisa karena faktor farmakologis dan
nonfarmakologis. faktor farmakologis misalnya penggunaan berbagai obat
anestesi dengan obat adjuvant yang bersifat saling sinergis dan berinteraksi
ataupun faktor nonfarmakologis seperti hipotermia, hipotensi, hipoksia dan
hipercapnia (Permatasari, 2017).
Efek obat anestesi akan mempengaruhi mekanisme regulasi sirukulasi
normal sehingga mempunyai risiko terjadi penurunan kemampuan jantung
yang berimplikasi pada punurunan curah jantung. efek anestesi pada sistem
saraf pusat akan mempengaruhi penurunan kontrol kesadaran dan
kemampuan dalam berorientasi pada lingkungan (Muttaqin, 2009).
Semua obat anestesi yang digunakan pada anestesi inhalasi dan
intravena dapat menyebakan depresi sistem kardiovaskular dan respirasi yang
bersifat dependent (Gwinnut, 2011). Pasca operasi dengan anastesi inhalasi
dapat terjadi komplikasi pernapasan, sirkulasi, urinarius, dan infeksi luka
sehingga berpengaruh pada waktu pemulihan (Kozier, 2011).
Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di Ruang Pemulihan
tergantung pada berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan,
teknik anestesi dan timbulnya komplikasi (Gwinnut, 2011). Ketentuan
pengeluaran pasien dari Ruang Pemulihan tergantung kebijakan setiap Unit
Ruang Pemulihan (biasanya sekitar 30 menit) dan memenuhi kriteria
pengeluaran (Gwinnut, 2011).
Faktor pasien merupakan faktor yang mempengaruhi waktu pulih
sadar misalnya usia. pada usia lanjut akan terjadi peningkatan sensitifitas
24
terhadap obat-obatan anestesi karena penurunan fungsi susunan saraf pusat
sehingga metabolisme obat di usia lanjut akan menurun (permatasari, 2017).
Lama operasi merupakan faktor yang mempengaruhi waktu pulih
sadar. Semakin lama waktu operasi akan semakin banyak dosis obat anestesi
di dalam tubuh sehingga akan memperpanjang waktu pemulihan pasca
operasi.
2.3.5 Komplikasi Pasca Pulih Sadar yang tertunda Menurut Bruner & Suddart, 2002 Komplikasi Pasca Pulih Sadar yang
Tertunda terdiri dari Komplikasi Pasca Operatif dan Komplikasi Pernapasan
1. Komplikasi pasca operatif
Bahaya dalam pembedahan mencakup tidak hanya risiko prosedur
bedah tetapi juga bahaya komplikasi pascaopratif yang dapat
memperpanjang penyembuhan dan merugikan karena mempengaruhi hasil
pembedahan. Komplikasi mayor pascaoperatif mencakup syok,
Hemoragik, tombosis vena profunda, embolisme pulmonari.
a. Syok
Syok Merupakan komplikasi pascaoperatif yang paling serius karna
tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan
ketidakmampuan untuk mengeksresikan produk sampah metabolisme,
ketidakadekuatan aliran darah ke organ-organ vital dan ketidakmampuan
jaringan dari organ-organ ini untuk menggunakan oksigen dan nutrien lain.
Tanda-tanda syok: pucat, kulit dingin,basah, pernapasan cepat, sianosis,
nadi cepat, lemah dan bergetar, penurunan tekanan nadi, urin pekat. Syok
terdiri dari syok hivolemik disebabkan oleh penurunan volume cairan
akibat kehilangan darah atau plasma.
Syok hipovolemik ditandai dengan turunnya tekanan vena, naiknya
resistensi perifer dan takikardia. Syok neurogenik disebabakan penurunan
tahanan arterial yang disebabkan oleh anestesia spinal. Syok ini ditandai
dengan turunnya tekanan darah akibat pengumpulan darah dalam
25
pembuluh yang berdilatasi (pembuluh yang mempunyai kemampuan
untuk mengubah kapasitas volume), aktivitas jantung meningkat dalam
berespon sehingga mempertahankan curah normal (isi sekuncup) dan
membantu untuk mengisi sistem vaskular yang berdilatasi sebagai upaya
untuk memulihkan tekanan perfusi.
Pengobatan syok terapi obat kardiotonik diberikan untuk
memperbaiki disritmia dan meningkatkan efisensi jantung. Diuretik
diberikan untuk mengurangi retensi cairan dan edema selama dan selama
bedah neurologi. Vasodilator untuk mengurangi resistensi perifer,
mengurangi kerja jantung dan meningkatkan curah jantung dan perfusi
jaringan. Pemantauan stasus pernapasan dan kardiovaskular ditandai
dengan frekuensi pernapasan, nadi, tekanan darah, konsentrasi O2,
haluaran urin, tingkat kesadaran, tekanan vena sentral, tekanaan baji
kapiler pulmonari dan curah jantung.
b. Hemoragi
Hemoragi di kelompokan sebagai primer, intermediari dan
sekunder. Hemoragi primer terjadi pada waktu pembedahan. Hemoragi
intermediari terjadi selama beberapa jam setelah pembedahan ketika
kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang
tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh yang terikat. Hemoragi
sekunder dapat terjadi beberapa waktu setelah pembedahan, bila ligatur
slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi
terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainase.
Manifestasi pada hemoragi: pasien gelisah gundah, terus bergerak
dan merasa haus, kulitnya dingin, basah dan pucat, frekuensi nadi
meningkat, suhu tubuh turun dan pernapsan cepat dan dalam, berbicara
tersengal-sengal seperti kehabisan napas.
26
c. Trombosis vena profunda (TVP)
Trombosis vena profunda adalah trombosisi pada vena yang
letaknya dalam dan bukan superfisial yang berisiko terhadap TVP adalah
pasien ortopedi (bedah panggul, rekontruksi lutut, dan bedah ekstremitas
bawah), pasien urologi (prostatektomi transuretral dan pasien yang sudah
tua), pasien bedah umum (pasien berusia daitas 40 tahun, obesitas
maligna, yang telah memiliki embolisme pulmonari, atau pun yang
mengalami pembedahan rumit), pasien ginekologi dan obsetri dengan usia
diatas 40 tahun dengan faktor risiko tambahan (varises vena, trombosis
vena sebelumnya, infeksi, maligna dan obesitas, pasien bedah neuron
beresiko tinggi dengan pasien stroke.
Manifestasi klinis nyeri atau keram pada betis, ini terjadi karna
adanya pembengkan lunak (edema) pada vena dalam betis. Bahaya dari
trombosis jenin ini adalah bekuan dapat terlepas yang menghasilkan suatu
embolus.
d. Emboli pulmonal
Embolus adalah suatu benda asing seperti bekuan darah, udara,
lemak yang terlepas dari tempat asalnya dan terbawa di sepanjang aliran
darah. Ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dengan
sempurna menyumbat arteri pulmonal maka akan nyeri pada dada, sesak
napas, diatoretik, cemas dan sianosis, pupil dilatasi, nadi cepat tidak
teratur dan menyebabkan kematian mendadak.
2. Komplikasi pernapasan
Komplikasi pernapasan merupakan masalah paling sering dan
paling serius dihadapi oleh pasien bedah, Faktor risiko komplikasi
pulmonari. Jenis komplikasi pernapasan yang mungkin timbul hipoksia,
atelektasis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti
pulmonal hipostatik, pleurisi dan superinfeksi.
27
Hipoksemia subakut adalah tingkat saturasi oksigen yang rendah
dan konstan, meski pernapsan pasien tampak normal. Hipoksemia episodik
terjadi mendadak dan pasien dapat berisiko terhadap disfungsi serebral,
iskemia miokardium dan henti jantung. Hipoksemia dapat di deteksi
dengan oksimetri nadi untuk menentukan saturasi oksigen, pemantauan
oksigen diharuskan oleh american society of anesthesiologist (ASA) pada
pasien yang menjalani anestesi umum dan di PACU.
Atelektasis adalah ketika gumpalan mukus menyumbat salah satu
bronkhi secara keseluruhan, jaringan pulmonari diluar gumpalan tersebut
kolaps dan mengalami atelektasis masif (pengembangan paru yang
inkomplit).
Bronkhitis adalah keadaan dimana batuk produktif tetapi tanpa
ditandai oleh kenaikan suhu atau nadi . bronkopneumonia adalah
komplikasi pulmonari yang sering sejalan dengan batuk produktif dapat
terjadi kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi nadi dan
pernafasan. Penumonia lobaris adalah komplikasi pulmonari yang sedikit
lebih jarang dibanding bronkhopenumonia yang ditandai dengan mengigil,
nadi dan pernapasan yang tinggi.
Kongesti pulmonari hipostatik adalah melemahnya sistem jantung
dan vaskular yang memungkinkan stagnasi sekresi pada bagian basal
kedua paru. Manisfestasi klinis yaitu kenaikan suhu, frekuensi nasi,
pernafasan dan batuk. Pleurisi adalah nyeri dada akut yang sangat nyeri
seperti ditusuk pisau pada sisi yang sakit menjadi lebih nyeri ketka pasien
menarik napas dalam, bunyi napas hilang, demam, kenaikan frekuensi nadi
dan pernapsan dalam dan lebih cepat dari normal. Superinfeksi dapat
terjadi ketika preparat antimikrobia menggangu flora bakteri dari saluran
pernapasan. Bakteri yang rentan terbunuh dan bakteri yang resisten
memperbanyak diri.
28
2.4 Murotal Alqur’an
2.4.1 Definisi Murotal Alqur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang di wahyukan kepada
penutup para nabi dan para rosul Muhammad saw, Dihimpun dalam bentuk
mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dari generasi ke generasi. Pengobatan
dengan al-qur’an bukan hanya semata-mata pengobatan atau penyembuhan
penyakit akan tetapi alqur’an adalah rahmat, tarbiyah (pendidikan),
kebahagiaan dan kedekatan diri kepada allah.
Bacaan alqur’an adalah kumpulan frekuensi – frekuensi suara yang
sampai ke telinga, kemudian merayap menuju sel – sel otak dan memberi
pengaruh di dalamnya melalui celah aliran listrik yang lahir di dalam sel –
sel. Sel – sel itu pun bereaksi seiring dengan aliran ini dan bergetar seirama
dengannya (Al - Kahil, 2018).
Terapi murrotal adalah terapi bacaan Al-qur’an yang merupakan
terapi reliji dimana seseorang akan dibacakan ayat – ayat al-qur’an selama
beberapa menit atau bahkan beberapa jam, sehingga memberikan dampak
positif bagi tubuh seseorang (Gusmiran, 2005 dalam Billah, 2015)
2.4.2 Dampak Murotal Al-qur’an
Menurut Al – Kahil, 2018 Terapi pengobatan dengan al-quran
merupakan terapi yang paling mudah dan paling efektif untuk
mengembalikan keseimbangan sel-sel tubuh yang rusak. Allah yang
menciptkaan sel-sel tubuh manusia beserta program-program yang ada
didalamnya sehingga dia pula yang mengetahui apa-apa yang bermanfaat bagi
makhluk ciptaannya. Allah berfirman, dan kami turunkan dari Al-qur’an
sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang beriman,
dan tidaklah menambah terhadap orang-orang yang zhalim itu kecuali
kerugian (QS. Al-Isra’ 82).
Ketika ayat-ayat Al-qur.’an diperdengarkan kepada orang yang sakit,
maka gelombang suara itu akan merasuk kedalam otak dan mempengaruhi
29
sel-sel tubuh yang rusak. Akibatnya sel-sel itu bergerak sesuai dengan fitrah
yang telah allah tetapkan atasnya (Al-Kahil, 2018). Stimulasi datang dari
banyak sumber di dalam dan luar tubuh, khsususnya melalui indra
penglihatan (visual), pendengaran (auditori), perabaan (taktil), penciuman
(olfaktori) dan rasa (gustatori). Jika seseorang sadar terhadap stimulasi dan
menerima informasi maka akan terjadi persepsi. Tingkat kesadaran seseorang
dapat mempengaruhi sejauh mana stimulus dipersepsikan dan
diinterpretasikan oleh otak (Potter & Perry, 2006).
Kedokteran Universitas Rusyister menjelaskan bahwa sel-sel yang
aktif di dalam otak memiliki fungsi untuk mendengar jenis suara tertentu (Al-
Kahil, 2018). Umat islam memiliki sarana pengobatan suara yang lebih suci,
lebih jernih, dan lebih dahsyat pengaruhnya yakni ayat-ayat al-qur’an dan
doa-doa ma’tsurat. Sebagaimana kita ketahui semuanya bahwa gelombang
suara akan sampai ke otak melalui sel-sel telinga sedangkan suara itu sendiri
merupakan wujud dari gerakan-gerakan udara. Bagi orang-orang yang
ditimpa penyakit, baik fisik maupun psikis hendaknya yakin kitab suci al-
qur’an sebagai obat dan penawar. Allah berfirman wahai orang-orang yang
beriman! Telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian dan obat
bagi penyakit di dalam hati dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
beriman (QS. Yunus 57).
Dampak Murotal Al-Qur’an terhadap orang yang mendengarkannya
yaitu membuat rileks, menurunkan hormon setres dan mengaktifkan hormon
endofrin (Billah, 2015) Mendengarkan bacaan al-qur’an akan menimbulkan
efek positif berupa aktifnya kerja hati / jantung, tidak tegang dan tidak
goncang. Sedangkan ketenangan hati merupakan faktor penting yang akan
merefleksikan kerja-kerja organ-organ tubuh (Al –Kahil, 2018).
Dr. Alfred Tomatis mengatakan bahwa dirinya melakukan riset terkait
dengan alat indera manusia selama 50 tahun. Dia menyimpulkan bahwa
indera pendengaran (telinga) merupakan indera yang paling vital bagi
30
manusia. Telinga menguasai hampir seluruh tubuh manusia, mengendalikan
akitivitas-aktivitas penting, mengatur dan menyusun keseimbangan geraknya
serta mengatur sistem syaraf manusia. Sistem indera telinga bagian dalam
terhubung dengan seluruh agian organ tubuh seperti hati, jantung, lambung
dan usus sehingga organ tersebut dapat mempengaruhi bagian tubuh secara
keseluruhan (Al-Kahil, 2018).
Pada tahun 1960, Hans Jenny menemukan bahwa suara mampu
memberi pengaruh terhadap berbagai materi dan mengembalikan
pembentukan bagian-bagiannya. Setiap sel tubuh memiliki pola khusus yang
sesuai dengan suara yang khusus pula dan suara-suara itu akan memberi
pengaruh serta mengembalikan tertib susunan di dalam sel. Pada tahun 1974,
Fabien Maman dan Joel Sternheimer melakukan riset yang menghasilkan
kesimpulan bahwa setiap organ tubuh manusia memiliki sistem getaran
khusus yang tunduk kepada aturan-aturan ilmu fisika. Ahli pengobatan
menyatakan bahwa tubuh manusia akan bereaksi ketika bersentuhan dengan
sebagain frekuensi-frekuensi suara dan mengakibatkan perubahan pada
kecepatan getar partikel-partikel hati / jantung pada telinga yang tuli
sekalipun (Al-kahil, 2018).
Dampak murotal Al-qur’an salah satunya membuat rileks. Keadaan
rileks ditandai dengan memperlambat frekuensi pernapasan, memperlambat
frekuensi detak jantung, memperlambat frekuensi nadi dan memperlambat
aktivitas gelombang di otak (Billah, 2015).
2.4.3 Surat yang Memberi Ketenangan
Dalam dunia medis ada obat generik dan ada obat khusus yang
digunakan. Di dalam pengobatan Al-qur’an ada ayat–ayat generik dan ayat
khusus yang digunakan. Ayat generiknya antara lain : surah Al-Fatihah, ayat
Kursi, surah Al-Baqarah pada dua ayat terakhir, surah Al-Iklas, surah Al-
falaq dan surah An-nas (Al – Kahil, 2018). Ayat-ayat untuk penyakit khusus
antara lain :
31
1. Penyakit gelisah, setres dan rasa takut
Surat Quraisy dapat memberikan ketenangan. Pada surah Al-
Quraisy memilik makna bahwa “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
(yaitu) kebiasaaan mereka bepergian pada musim dingin dn musim panas.
Maka hendaklah mereka menyembah Rabb Pemilik ruang ini (ka’bah).
Yang telah memeberi makanan kepada mereka untuk mengholangkan
lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (QS. Al-Quraisy 1-4).
Allah berfirman (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram denga mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan
mengingat allah hati menjadi tentram (Ar-Ra’du 28).
Surat Ar-Rahman merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang
terdiri atas 78 ayat. Semua ayat dalam surat Ar-Rahman merupakan surat
yang mempunyai karakter ayat pendek sehingga ayat ini nyaman didengarkan
dan dapat menimbulkan efek relaksasi bagi pendengar yang masih awam
sekalipun. Secara fisiologis Murotal Al-Qur’an akan mempengaruhi sistem
saraf parasimpatis sehingga akan terjadi penurunan frekuensi denyut jantung,
penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi nafas, penurunan ketegangan
otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperature pada
extermitas. (Wirakhmi, 2016)
Bentuk gaya bahasa dalam surat Ar Rahman mempunyai ciri-ciri
Surat Ar Rahman miliki nada 44 Hz, harmoni teratur dan konsisten, ritme
andate (mendayu-dayu), volume 60 desibel, amplitudo medium intensitas,
terdapat 31 ayat yang diulang-ulang. Pengulangan ayat ini untuk menekankan
keyakinan yang sangat kuat (Sunny, 2014 dalam wirakhmi, 2016). Untuk
mencapai efek terapeutik terapi harus dilakukan minimal 10 menit (Potter &
perry, 2010).
2. penyakit gagal, lemah dan putus asa
Surat Yusuf karna surah ini turun pada saat paling susah dan berat
yang dilalui oleh Nabi. Allah berfirman katakanlah, dengan karunia allah
32
dan rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan
rahmatnya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (QS.
Yunus 58).
3. Berbagai jenis penyakit kanker
Surah yang dapat mengatasi yaitu surah Yasin secara lengkap dan
surah Al-Baqarah baik lengkap maupun sebagian. Allah berfirman
sesungguhnya, allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya
pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan allah akan
mengokohkan yang benar dengan ketetpannya, walaupun orang-orang
yang berbuat dosa tidak menyukai (QS Yunus 81-82)
2.4.4 Lagu (Qiroati) dalam Pembacaan Al-qur’an
2.4.4.1 Definisi Qiroati
Qiroati adalah pembacaan Al-Qur’an dengan cara dilagukan oleh
seseorang sehingga lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an akan memiliki tempo
dan suara akan sangat harmonis di telinga (Siswantinah, 2011 dalam
Risnawati, 2017)
2.4.4.2 Jenis - Jenis Qiroati
Menurut Guru Qurro’ ada 7 lagu yang dipakai di Indonesia, lagu/ seni
dalam membaca Al-Qur’an antara lain :
1. Bayati
Bayati sebagai salah satu nama standar lagu dan sangat populer di dunia
tilawatil Qur’an. Di Indonesia bayati selalu diberlakukan untuk kriteria
penilaian pada MTQ, bayati memiliki 4 tingkatan tangga nada (Scale)
yaitu: Qoror (dasar), Nawa (Menengah), jawab (Tinggi) dan jawabul
jawab (tertinggi).
2. Shoba
Lagu ini memiliki karakter halus dan lembut sehingga menggugah
perasaan jiwa. Shoba memiliki 4 tingkatan nada antara lain:
33
a. Awal maqom shoba
Nada suara dapat dimulai dari nada antara nawa dan jawab (nada 2-4
tingkatan nada suara secara umum) kemudian gerak relatif lurus
aksentuasi dan diakhiri dengan gerakan turun naik relatif
b. Asyiron (nawa)
Nada lebih tinggi dari nada akhir awal maqom sehingga nada turun
naik tanpa dijembatani oleh gerakan - gerakan tertentu
c. Ajami (jawab)
Nada suara awal dimulai sama dengan nada shoba Asyiron, kemudian
naik kepada nada jawab secara mantap dan seimbang diikuti dengan
aksentuasi dalam jumlah empat atau lima kali
d. Quflah bustanjar
Nada ini dipakai pada akhir jawab dengan gerakan-gerakan tertentu
kemudian naik dalam dua gerakan dan kembali turun dalam gerakan
yang lurus kemudian sedikit naik dan turun secara secara bertangga
dengan beberapa gerakan tertentu
3. Nahawand
Lagu nahawan memiliki karakteristik sedih sehingga sangat sesuai untuk
melantunkan ayat al-qur’an yang bernuansa kesedihan. Tingkatan nada
pada nahawand yaitu: nawa, jawab dan quflah mahur. Quflah mahur
adalah nada akhir khusus yang dimiliki oleh lagu nahawand dimana
gerakan nada memiliki elepasi menurun kemudian diikuti oleh gerakan
lurus 2 sampai 4 kali dalam gerakan yang wajar
4. Hijaz
Lagu ini menggambarkan tarikan khas ketimuran, terkesan sangat indah,
lagunya asli mendasar. Hijaz memiliki 4 tingkatn nada yaitu Awal maqom,
Hijaz kar, Hijaz kar dan kur, alwan Hijaz.
5. Rost
Lagu rost merupakan jenis lagu yang paling dominan dan merupakan lagu
dasar. Lagu ini sedikit lebih cepat daripada lagu murrotal yang lain. Rost
34
memiliki 4 tingkatan nada yaitu: awal maqom rost, kuflah zinjiron, syabir
alarrost, alwan rost.
6. Sika
Lagu sika memiliki keistimewaan dan sering dipakai untuk melantunkan
ayat suci al-qur’an. Sika memiliki 3 tingkatan nada yaitu: Iraqi (Nawa),
Turki (Jawab), Variasi Rami
7. Jiharkah
Awal lagu jiharkah sama denga awal lagu sika, kemudian dilanjutkan
dengan suara minor denga relative lurus kemudian diikuti oleh nada
sedikit lebih tinggi dengan menjaga gerakan-gerakan yang sama
sebelumnya kemudian diakhiri dengan nada gerakan lurus secara wajar.
Tingkatan nada jiharkah:
a. Nawa
Nada ini sedikit dimulai lebih tinggi dari nada awal maqom, untuk
gerakan selanjutnya hampir sama dengan gerakan-gerakan suara dari
dari nada awal maqom
b. Jawab
Nada ini dimulai lebih tinggi dari nada nawa dengan gerakan-gerakan
elepasi yang terkesan minor satu atau dua kali kemudian dilanjutkan
dengan aksentuasi nada tinggi dan diakhiri dengan nada bertangga
turun bersama elepasi, sehingga gerakan wajar, indah dan enak
didengar.
2.4.5 Pengaruh Murotal Alqur’an terhadap Pulih Sadar
2.4.5.3 Fisiologis yang Berperan pada Murotal Al – Qur’an
1. Pendengaran Pendengaran (auditori) dapat terjadi karena fungsi dari organ telinga
bekerja dengan mengirimkan suatu pola yang akurat ke otak kemudian otak
akan mengindentifikasi semua suara yang diterima dari lingkungan, intensitas
relatif dari suara dan asal suara (Potter & Perry, 2006). Suara adalah wujud
dari gelombang-gelombang atau getaran-getaran yang mengalir di udara
35
dengan kecepatan mencapai 340 meter per detik. Setiap suara memiliki
gelombang tertentu dan menjangkau ruangan yang dapat didengar oleh
manusia mulai dari 20 sampai 20.000 getaran per menit (Al-Kahil, 2018).
Suara dihasilkan oleh benda yang bergetar dalam medium fisik (udara, air,
dan benda padat) sehingga suara tidak dapat di dengar melalui hampa udara
(syaifuddin, 2006).
Telinga menyediakan pendengaran stereotonik untuk menilai arah
suara. Telinga bagian luar melindungi gendang telinga dan mempertahankan
suhu yang konstan dan kelembaban secara relatif untuk mempertahankan
elastisitas. Telinga tengah adalah suatu ruang berisi udara diantara gendang
telinga dan jendela oval Terdiri dari 3 tulang kecil (osikula) (Potter & Perry,
2006).
Menurut Al-Kahil, 2018 Mekanisme pendengaran yaitu Gelombang –
gelombang suara bertebaran di udara dan di tangkap oleh radar telinga. Suara
berubah menjadi sinyal – sinyal listrik dan merambat melalui saraf
pendengaran menuju otak. Kemudian sinyal suara menyebar ke berbagai
penjuru otak, khususnya bagian depan. Bagian otak depan secara bersambut
menjawab sinyal – sinyal tersebut kemudian menerjemahkannya ke dalam
bahasa yang di pahami manusia, sehingga otak memberi perintah ke berbagai
organ tubuh untuk menanggapi sinyal tersebut
Di dalam otak terdapat Serabut saraf yg bergerak menuju nukleus
vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula
oblongata terus bergerak menuju serebelum. Serabut saraf di pancarkan ke
sebuah nukleus khusus yang berada di belakang talamus, dipancarkan menuju
korteks otak yang terletak pada bagian temporalis (syaifuddin, 2006).
2. Persyarafan Otak merupakan kumpulan sistem saraf kompleks dan rumit yang
dapat mengatur seluruh organ tubuh. Otak (serebrum) terdiri dari berapa
bagian salah satunya hipotalamus. Hipotalamus mengatur sistem saraf
36
otonom (Latief, 2002). Susunan saraf yang terdapat pada kepala yang ke luar
dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang tengkorak,
berhubungan erat dengan panca indra mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit.
Di dalam kepala ada dua saraf kranial, serabut campuran gabungan dari saraf
motorik dan saraf sensorik tetapi ada yang terdiri dari saraf motorik saja atau
hanya sensorik saja. Nervus auditorius, sifatnya sonsoris mempersarafi alat
pendengaran, membawa rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke
otak (Syaifuddin, 2006). Serabut saraf ini bergerak menuju nukleus
vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula
oblongata terus bergeak menuju serebelum. Serabut saraf di pancarkan ke
sebuah nukleus khusus yang berada di belakang talamus, dipancarkan menuju
korteks otak yang terletak pada bagian temporalis (syaifuddin, 2006).
Saraf otonom adalah saraf yang bekerja tidak disadari dan bekerja
secara otomatis. saraf otonom juga dipengaruhi oleh sistem saraf pusat
sehingga seseorang bisa menahan napas untuk beberapa menit. Menurut
fungsinya saraf otonom terdiri dari sistem simpatis dan parasimpatis. Fungsi
dari saraf simpatis dan parasimpatis yaitu mempersarafi sebagian besar alat
tubuh yaitu jantung, paru-paru, gastrointestinum, ginjal, pankreas, limpa,
hepar dan kelenjar suprarenalis yang berpusat pada nukleus dorsalis nervus X
(Syaifuddin, 2006).
3. Pernapasan bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara bergantian,
teratur, berirama, dan terus menerus. Bernafas merupakan gerak refleks yang
terjadi pada otot-otot pernafasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat
pernapasan yang terletak di sumsum penyambung (medula oblongata). Pada
keadaan tertentu seseorang dapat menahan, memperlambat, atau
mempercepat napasnya, ini berarti refleks bernapas juga dibawah pengaruh
korteks serebri (Syaifuddin, 2006). Tidak mendapatkan oksigen selam 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan
bisa menimbulkan kematian. Jika penyediaan oksigen berkurang akan
37
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, sehingga warna darah
merah hilang dan berganti kebiru-biruan pada bibir, telinga, lengan dan kaki
(sianosis) (Syaifuddin, 2006).
Sinyal – sinyal yang berkaitan dengan tekanan darah akan
diintegrsikan Pusat kardiovaskular tepatnya diotak. Apabila terjadi perubahan
tekanan darah, pusat kardiovaskular mengaktifkan sistem saraf otonom,
sehingga terjadi perubahan stimulasi simpatis dan parasimpatis ke jantung.
Saraf simpatis merangsang kecepatan denyit dan kontraktilitas jantung
melalui ikatan dengan reseptor B1 di jantung, sedangkan saraf parasimpatis
menurunkan kecepatan denyut jantung melalui ikatan dengan reseptor
kolinergik. Jika Terjadi perubahan stimulasi simpatis maka akan
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, aliran darah dan tekanan
darah (Elizabeth, 2009).
2.2.5.4 Mekanisme Murotal Al – Qur’an Mempengaruhi Pulih Sadar
Ketika seseorang di dengarkan terapi Murotal Al-qur’an akan terjadi
Perubahan perasaan karena Murotal Al-qur’an dapat menjangkau wilayah kiri
korteks serebri, kemudian dilanjutkan ke hipokamus dan meneruskan sinyal
ke amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada
tingkat bawah sadar, kemudian sinyal diteruskan ke hipotalamus (Ganong,
2005 dalam Nurzallah, 2015). sistem saraf yang ada di hipotalamus akan
mengkomunikasikan untuk mensekresi atau meningkatkan hormon
endonefrin di kelenjar piutary dan menekan hormon setres, epinefrin dan non
epinefrin di kelenjar adrenal (Billah, 2015). Dari hipotalamus pendengaran
di lanjutkan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju saraf
otonom. saraf otonom terdiri dari sistem simpatis dan parasimpatis. Fungsi
dari saraf simpatis dan parasimpatis yaitu mempersarafi sebagian besar alat
tubuh yaitu jantung dan paru-paru dengan cara mempengaruhi otot polos, otot
jantung dan kelenjar (Syaifuddin, 2006). Obat yang digunakan pada anestesi
inhalasi dan intravena menyebakan perubahan tekanan darah, denyut jantung,
tekanan intrakranial, aliran darah serebral dan menekan ventilasi (pernapasan)
38
sehingga anestesi menimbulkan depresi sistem kardiovaskular dan respirasi
(Gwinnut, 2011). Anestesi menyebabkan penekanan pada pernapasan (laju
pernapasan meningkat) dan menurunkan respons terhadap CO2, menekan
fungsi miokardium, meningkatkan aktifitas simpatis (Latief, 2002). Dengan
adanya pengaruh anestesi ventilasi akan menjadi terganggu sehingga
Murotal Al-qur’an melalui audio dapat membantu ventilasi dengan cara
menjangkau wilayah kiri korteks serebri, hipotalamus, saraf simpatis dan
parasimpatis, dimana saraf simpatis akan mengontrol kerja jantung
(Elizabeth, 2009). Setelah Murotal Al-qur’an mampu mengontrol otot
jantung, maka akan membuat seseorang menjadi rileks, kondisi yang rileks
jauh dari tekanan psikologi dan setres akan membantu kinerja obat anestesi,
obat akan bekerja dengan baik sehingga pemulihan akan memerlukan waktu
yang lebih cepat (Supriyadi, 2011 dalam Nurzallah 2015).
2.4.6 Hasil penelitian yang Mendukung
Penelitian Billah (2015), Pengaruh Pemberian Murotal Al-Qur’an
terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan General
Anestesi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Hasil
analisis Uji Mann Whitney menunjukkan P-value 0,001 sehingga Ada
Pengaruh Murotal Al-Qur’an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker
Payudara dengan General Anestesi.
Penelitian Nurzallah (2015) Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik
Mozart Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan
Anesetesi General Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Hasil P-Value 0,001 <
0,05 sehingga ada Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Mozart
Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anesetesi
General
Penelitian Nafi’ah (2015) Pengaruh Pemberian Murotal Al-Qur’an
Terhadap Tekanan Darah dan Frekuensi Denyut Jantung Pasien Pasca
Operasi dengan Anestesi Umum di Rumah Sakit Umum Daerah
39
DR.Moewardi Surakarta. Hasil T-test tekanan darah sistol diperoleh p-value
0,044, tekanan darah diastol p-value 0,049 sehingga ada Pengaruh Pemberian
Murotal Al-qur’an Terhadap Tekanan Darah Pasien Pasca Operasi dengan
Anestesi Umum
Penelitiann Kardiatun (2015) Pengaruh Terapi Murotal Surah Al-
fatihah terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi di RSUD DR. Soedarso
Pontianak Kalimantan Barat. Hasil T- test 2,586 dengan p-value 0,001 dengan
karakteristik tekanan darah, pernapasan, nadi sehingga ada Pengaruh Terapi
Murotal Surah Al-fatihah terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi.
Penelitian Widaryati (2016) Pengaruh Terapi Murotal Al-qur’an
terhadap Hemodinamik dan GCS Pasien Cidera Kepala. Hasil variabel GCS
2,484 dengan p-value 0,04 sehingga ada Pengaruh Terapi Murotal Al-qur’an
terhadap Hemodinamik dan GCS Pasien Cidera Kepala.
Penelitan Safri (2013) Murotal Al-qur’an dapat Meningkatkan
Kesadaran Pasien Stroke Hemoragik. Hasil penelitian p-value 0,046 sehingga
Murotal Al-qur’an dapat Meningkatkan Kesadaran Pasien Stroke Hemoragik.
40
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka teori
Sumber : Smeltzer & Bare (2012), Nurzallah (2015)
2.6 Kerangka Konsep
Kelompok
Intervensi
Kelompok
Kontrol
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Waktu Pulih Klien
Terapi Murotal Al-qur’an
Tanpa Terapi Murotal Al-qur’an
Terapi Murotal Al-Qur’an
Mempercepat Waktu
Pemulihan
Mempercepat Induksi Obat
Waktu Klien diterima di Recovery Room
Eliminasi obat ↑
Metabolisme di ginjal
1. Inspirasi yang tinggi 2. Peningkatan ventilasi 3. Peningkatan curah jantung 4. Penurunan TIK (aliran darah serebral
yang tinggi).
Gas (Rebreating) adekurat
Metabolisme di hati
Waktu klien diterima di Recovery Room
Waktu Pulih Klien
Manfaat Murotal Al-qur’an 1. Menurunkan
frekuensi pernafasan
2. Menurunkan frekuensi denyut jantung
3. Aliran darah adekuat
41
2.7 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an Melalui Audio terhadap Waktu
Pulih Sadar Pasien Postop Laparatomi dengan General Anestesi Di
Ruang Pemulihan RSUD H. Abdul Moeloek
Ho : Tidak Ada Pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an Melalui Audio Terhadap
Waktu Pulih Sadar Pasien Postop Laparatomi Dengan General Anestesi
Di Ruang Pemulihan RSUD H. Abdul Moeloek
Recommended