21
BAB II
MODERNISASI MILITER TIONGKOK
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang modernisasi militer
Tiongkok beserta faktor-faktor apa saja yang menjadi landasan bagi Tiongkok
dalam melakukan modernisasi pada sektor militernya. Kemudian langkah-langkah
strategis apa yang diterapkan pemerintah Tiongkok dalam mewujudkan militer
yang tangguh dan modern.
2.1 Latar Belakang Modernisasi Militer Tiongkok
Terdapat beberapa faktor yang menjadi dasar mengapa Tiongkok
melakukan modernisasi pada sektor militernya. Beberapa di antaranya adalah
pertumbuhan ekonomi yang baik, kebutuhan Tiongkok dalam melindungi
kedaulatan wilayahnya serta adanya kepentingan Tiongkok dalam membendung
kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik.
2.1.1 Kebangkitan Ekonomi
Proklamasi kemerdekaan Tiongkok pada tanggal 1 Oktober 1949 di
lapangan Tiananmen menandai lahirnya negara Republik Rakyat Tiongkok
modern di bawah kepimpinan Mao Zedong. Sebagai negara baru yang lahir pasca-
berakhirnya Perang Dunia Kedua (PD II), RRT dan banyak negara-negara lainnya
di seluruh dunia mengalami tantangan yang hampir serupa, yakni state rebuilding
(bangkit dari keterpurukan pascaperang), rekonstruksi ekonomi, dan reorientasi
geopolitik. Pada permulaan masa pemerintahannya, Mao Zedong disibukkan
22
dengan upaya-upaya tersebut. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan
mengeluarkan kebijakan Great Leap Forwards (Lompatan Besar ke Depan).
Namun adanya kebijakan ini di satu sisi justru membuat kondisi RRT semakin
terpuruk. Akibat dari diberlakukannya kebijakan tersebut, sekitar 30-40 juta
penduduk Tiongkok meninggal karena kelaparan. Disamping itu, Mao juga
mengeluarkan kebijakan Cultural Revolution (Revolusi Kebudayaan) yang juga
gagal dalam penerapannya. Kebijakan revolusi kebudayaan ini hampir membuat
perekonomian Tiongkok runtuh. Selama penerapan kebijakan tersebut Tiongkok
telah kehilangan dana sebesar 100 miliar yuan. 1
Di era kepemimpinan Mao Zedong, kondisi perekonomian RRT tidak
memperlihatkan sesuatu yang positif. Hal tersebut di samping karena kegagalan
pengaplikasian kebijakan ekonom i juga dikarenakan oleh kebijakan pemerintah
yang terlalu proteksionis dalam menjalankan roda perekonomian. Semua kegiatan
perekonomian negara diatur dan dikendalikan oleh pemerintah pusat mulai dari
penentuan jenis produksi sampai dengan penentuan harga pasar. Pihak swasta
maupun investor asing tidak boleh terlibat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. 2 Hal
ini yang menjadi salah satu faktor mengapa PDB Tiongkok tidak mampu tumbuh
dengan baik. Dari rentang waktu 1953-1978, PDB negara hanya berkisar pada
angka rata-rata 4,4 persen per tahun. Kondisi tersebut paralel dengan standar
hidup masyarakat Tiongkok yang juga kian menurun. Standar hidup masyarakat
1 Kent Deng, From Economic Failure to Economic Reform: Lessons from China’s
modern growth, 1949 to 2012, hal. 143. Diakses dari
https://ugp.rug.nl/groniek/article/download/19520/16998 , (01/04/2018, 09:23 WIB) 2 Morrison, Op. Cit., hal. 2.
23
turun 20,3 persen pada 1958-1962 dan pada tahun 1966-1968 turun lagi menjadi
9,6 persen.3
Sepeninggal Mao pada tanggal 9 September 1976, tampuk kekuasaan
Tiongkok berpindah tangan kepada Deng Xiaoping. Pada era pemerintahan Deng
Xiaoping inilah perekonom ian Tiongkok mulai bangkit. Deng memperbaiki
kondisi ekonomi Tiongkok yang sempat kacau di masa Mao dengan melakukan
reformasi terhadap sistem perekonomian negaranya. Deng Xiaoping tidak lagi
menerapkan model perekonom ian kom unis sosialis yang memberlakukan
intervensi absolut dari pemerintah pusat namun dia menerapkan sistem ekonomi
kapitalis dengan mengedepankan sektor industri serta mengeliminasi intervensi
yang kuat dari pemerintah. 4 Walaupun Deng Xiaoping dikenal sangat sosialis,
namun dia tidak mempermasalahkan sistem ekonomi kapitalis yang ia terapkan
selama sistem tersebut mampu untuk mengangkat perekonomian negara dan
meningkatkan standar hidup masyarakatnya. Deng Xiaoping mengistilahkan
penerapan sistem ekonomi kapitalis tersebut dengan adagium “Black cat, white
cat, what does it matter what color the cat is as long as it catches mice?”.5
Reformasi kebijakan ekonomi Deng Xiaoping dimulai dengan 1)
menciptakan Special Economic Zones (SEZs/Kawasan Ekonomi Khusus) di
beberapa wilayah; 2) membuka kran investasi asing dan mengembangkan sektor
pariwisata; 3) menghapus sistem administrasi yang berbelit; 4) mengganti “laba
kepatuhan” menjadi pajak formal; 5) deregulasi terhadap kontrol harga pada
3 Ibid., hal. 3. 4 Akhmad Muawal Hasan, 2018, Deng Xiaoping yang Membunuh Komunisme Cina ,
dalam Tirto.id edisi 19 Februari 2018. Diakses dari https://tirto.id/deng -xiaoping-pemimpin-yang-
membunuh-komunisme-cina-cESD, (02/04/2018, 08:11 WIB) 5 Morrison, Op. Cit., hal. 4.
24
barang-barang kebutuhan pokok; 6) mengizinkan tenaga kerja asing untuk bekerja
di Tiongkok;6 7) memberikan wewenang (otonom i) kepada pemerintah provinsi
untuk mengatur perekonomian daerahnya masing-masing; serta 8) mendorong
masyarakat untuk mulai menciptakan bisnisnya sendiri. 7
Reformasi ekonomi yang dilakukan Deng Xiaoping ternyata menunjukkan
hasil. Secara berkala, pertumbuhan ekonomi Tiongkok mulai memperlihatkan
peningkatan di setiap tahunnya. Produktivitas petani meningkat, bahan pangan
mudah didapatkan, dan angka kemiskinan menurun. PDB Tiongkok naik dari
sebelumnya yang berada pada rata-rata 4,4 persen di tahun 1953-1978 menjadi 9,6
persen di tahun 1981-1983. Di salah satu SEZs, Shenzen, pertumbuhan
ekonominya bahkan mampu melaju hingga 75 persen pada periode yang sama.8
Keberhasilan Deng Xiaoping mereformasi sektor ekonomi telah merubah kondisi
Tiongkok dari negara berkembang yang tidak begitu memiliki peran yang cukup
signifikan dalam percaturan ekonomi dunia kini menjadi salah satu aktor utama
sekaligus pendatang baru (the new emerging power) dalam aktivitas
perekonomian global.
Pasca-kepemimpinan Deng Xioping (1978-1989), ekonomi Tiongkok terus
melaju pesat. Dari tahun 1978-2000, total nilai perdagangan luar negeri Tiongkok
naik 110 kali lipat yakni dari 35,5 miliar yuan menjadi 3.927 miliar yuan. 9
Kemiskinan menurun dari 53 persen di tahun 1981 menjadi 8 persen di tahun
2009. PDB meningkat. Menurut data dari Bank Dunia, terjadi peningkatan pada
6 Deng, Op. Cit., hal. 150. 7 Morrison, Op. Cit. 8 Hasan, Loc. Cit. 9 Deng, Op. Cit., hal. 151.
25
PDB Tiongkok di periode 2009-2016. Pada tahun 2009, nilai PDB Tiongkok
berkisar 5,109 triliun dolar AS dan naik menjadi 11,199 triliun dolar AS di tahun
2016. Dengan kata lain, Tiongkok menjadi negara yang menyumbang 18 persen
perekonomian dunia.10
Di samping itu, dalam dua dekade terakhir Tiongkok mampu
mempertahankan pertumbuhan ekonominya dan berhasil menggeser posisi Jepang
sebagai negara dengan perekonomian terbesar pertama di kawasan Asia Pasifik
dan ke dua di dunia pada tahun 2010. Di mana pada tahun 2009, nilai PDB
Tiongkok sebesar 5,109 miliar dolar AS dan PDB Jepang sebesar 5,231 m iliar
dolar AS. Satu tahun setelah itu, PDB Tiongkok berhasil menyalip nilai PDB
Jepang. Total nilai PDB Jepang pada waktu itu sebesar 5,700 miliar dolar AS
sementara PDB Tiongkok sebesar 6,100 miliar dolar AS. 11 Selain itu, PDB
Tiongkok juga diprediksi akan mengalahkan PDB Amerika Serikat pada tahun
2050 dengan nilai PDB sebesar 105,19 triliun dolar AS. Bank Dunia menyebut
kebangkitan ekonomi Tiongkok sebagai “ the fastest sustained expansion by a
major economy in history”.12
Keberhasilan Tiongkok dalam meningkatkan perekonom iannya menjadi
salah satu faktor determinan mengapa T iongkok melakukan modernisasi pada
sektor militernya.13 Faktor ekonomi menjadi penting dalam hal modernisasi
10 China GDP , dalam Trading Economics, diakses dari
https://tradingeconomics.com/china/gdp, (06/04/2018, 10:12 WIB) 11 Andrew Monahan, 2011, China Overtakes Japan as World’s No. 2 Economy , The Wall
Street Journal, 14 Februari 2011. Diakses dari
http://www.wsj.com/articles/SB10001424052748703361904576142832741439402 , (06/04/2018:
11:20 WIB) 12 Morrison, Op. Cit., hal. 1. 13 Parulian Simamora, 2013, Peluang & Tantangan Diplomasi Pertahanan, Yogyakarta:
Graha Ilmu, hal. 135.
26
militer karena terbentuknya kekuatan militer yang tangguh dan modern tidak
dapat dipisahkan dari besaran anggaran militer yang dialokasikan oleh negara.
Jika anggaran militernya terpenuhi (cukup) maka kekuatan militer, seperti
kesejahteraan (gaji) personel, peremajaan alutsista, dan riset teknologi militer
dapat terpenuhi dengan baik. Kesemuanya itu akan sulit terrealisasi jika tidak
didukung dengan kondisi perekonomian yang baik dan stabil.
2.1.2 Kepentingan Nasional (Menjaga Kedaulatan Negara)
Selain karena adanya percepatan pada sektor ekonomi, modernisasi militer
Tiongkok juga dibentuk oleh kebutuhan negara untuk mempertahankan
kepentingan nasional dan kedaulatan teritorialnya. Hal ini sebagaimana yang
tercantum dalam pasal 29 konstitusi Tiongkok yang menyebutkan bahwa:14
Article 29
The armed forces of the People’s Republic of China belong to the
people. Their tasks are to strenghten national defence, re sist
aggression, defend the motherland, safeguard the people’s peaceful
labour, participle in national reconstruction, and work hard to serve
the people.
The state strengthens the revolutionization, modernization and
regulation of the armed forces in orde r to increase the national
defence capability.
Pasal 29
[Angkatan bersenjata Republik Rakyat Tiongkok adalah milik
rakyat. Mereka bertugas untuk memperkuat pertahanan nasional,
menangkal agresi, mempertahankan ibu pertiwi, menciptakan rasa
aman pada masyarakat, berpartisipasi dalam pembangunan nasional
dan bekerja keras untuk melayani rakyat.
Modernisasi, pembaharuan dan pengaturan kekuatan militer
bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas pertahanan nasional].
14 Constitution of the People’s Republic of China , diakses dari
http://en.people.cn/constitution/constitution.html, (07/04/2018, 12:57 WIB)
27
Kepentingan menjaga kedaulatan negara menjadi hal utama bagi Tiongkok
terlebih dengan melihat cakupan kondisi geografisnya yang begitu luas, yakni
sekitar 9,5 juta km 2, serta kondisi geografisnya yang begitu strategis di mana
Tiongkok memiliki 14 negara yang berbagi perbatasan secara langsung
dengannya. Ke-14 negara tersebut adalah Korea Utara, Rusia, Mongolia,
Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afganistan, Pakistan, India, Nepal, Bhutan,
Myanmar, Laos, dan Vietnam.
Gambar 2.1 Negara-negara yang Berbatasan Langsung dengan RRT
Sumber: Into China Travel15
Dengan kondisi geografis dan geostrategis tersebut, potensi ancaman yang
akan dihadapi oleh Tiongkok di masa datang menjadi semakin kompleks. Oleh
karena itu, postur militer yang tangguh dan modern diperlukan Tiongkok untuk
melindungi kedaulatan dan kepentingan nasionalnya dari proyeksi multidimensi
ancaman yang akan dihadapinya kelak baik berupa ancaman yang datang dari
15 China’s 14 Bordering Countries, dalam Into China Travel, diakses dari
www.intichinatravel.com/chinas-14-bordering-countries/, (07/04/2018, 13:10 WIB)
28
dalam maupun luar negaranya. Namun, jika melihat tingkah laku Tiongkok baik
di kawasan Asia Timur maupun Asia Tenggara yang cenderung agresif dan asertif
maka potensi ancaman yang berasal dari luar teritorialnya diproyeksi akan jauh
lebih kompleks dari pada potensi ancaman yang berasal dari dalam negeri.
Indikasi ini dikarenakan oleh beberapa faktor seperti belum terselesaikannya
sengketa antara Tiongkok dengan sebagian negara tetangganya terkait
permasalahan tumpang tindih kepemilikan wilayah perbatasan.
Beberapa daerah perbatasan yang masih menjadi sengketa antara Tiongkok
dengan negara-negara tetangganya, antara lain pertama, wilayah Arunachal
Pradesh, Sikkim, dan Aksai Chin di perbatasan sekitar Himalaya yang
diperebutkan oleh Tiongkok dan India. Arunachal Pradesh dan Sikkim adalah
daerah perbatasan ke dua negara yang berada di sebelah timur. Wilayah ini berada
di bawah adm inistrasi India namun diklaim oleh Tiongkok. Sementara Aksai Chin
terletak di sisi sebelah barat dan dikuasai oleh Tiongkok namun diklaim oleh
India.16
Permasalahan perbatasan antara Tiongkok dan India terbilang cukup serius
sampai pernah pecah perang di tahun 1962. Peperangan tersebut banyak menelan
korban jiwa di ke dua belah pihak. India kehilangan 1.383 warganya dan 1.042
lainnya mengalami luka-luka. Sementara itu, 722 penduduk Tiongkok meninggal
dan 1.697 lainnya mengalami luka-luka.17
16 Stuart Kenny, 2015, China and India: A ‘New Great Game’ founded on historic
mistrust and current competition , Centre for Defence and Strategic Studies, hal. 3. Diakses dari
www.defence.gov.au/adc/publications/publications.html, (07/04/2018, 21:56 WIB) 17 Yantina Debora, 2017, Perselisihan antara Cina dan India yang Tak Kunjung Usai ,
Tirto.id, 08 Agustus 2017. Diakses dari https://tirto.id/perselisihan-antara-cina-dan-india-yang-tak-
kunjung-usai-c t8E, (08/04/2018, 16:44 WIB)
29
Gambar 2.2 Peta Sengketa Wilayah Perbatasan antara RRT dengan India
Sumber: The Heritage Foundation 18
Kedua, sengketa kepemilikan kepulauan Spratly dan Paracel.19 Spratly dan
Paracel adalah suatu gugusan dari pulau-pulau kecil, diperkirakan terdiri lebih dari
100 pulau karang dan atol20 yang berada di perairan Laut Tiongkok Selatan.21
Kawasan ini menjadi sangat penting karena potensi geografis maupun sumber
18 Dean Cheng and Lisa Curtis, 2011, The China Challenge: A Strategic Vision for U.S.
India Relations , The Heritage Foundation, 18 Juli 2011. Diakses dari
https://www.heritage.org/asia/report/the-china-challange-strategic -vision-us-india-relations,
(08/04/2018, 22:24 WIB) 19 Tiongkok menyebut Pulau Spartly dengan nama Nansha dan Pulau Paracel dengan
sebutan Xisha. 20 Atol, pulau karang berbentuk lingkaran atau gelang yang terjadi karena puncak suatu
bukit karang menonjol di atas muka laut (biasanya di tengahnya terdapat danau). 21 Timotius Triswan Larosa, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terkait Konflik Laut
Cina Selatan dalam Sukawarsini Djelantik, 2015, Asia Pasifik: Konflik, Kerjasama dan Relasi
Antarkawasan, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 141.
30
daya alam yang terkandung di dalamnya. Diperkirakan terdapat 5,4 triliun meter
kubik gas alam dan 11 miliar barel minyak yang belum tereksploitasi .22 Di
dalamnya juga terdapat kandungan ikan yang melimpah di mana 7 persen dari
produksi ikan dunia berasal dari kawasan ini. 23 Sementara secara geografis,
wilayah ini sangat strategis karena berfungsi sebagai jalur komunikasi dan
pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia. Oleh karenanya, wilayah ini
sering dijuluki sebagai maritime superhighway .24
Gugusan kepulauan Spratly dan Paracel ini diperebutkan oleh dua negara
di Asia Timur (Taiwan dan Tiongkok) serta empat negara di Asia Tenggara
(Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia , dan Vietnam). Tiongkok dan Vietnam
mengklaim keseluruhan wilayah kepulauan ini. Filipina mengklaim kepemilikan
atas 8 pulau dan 3 pulau diklaim Malaysia. 25 Masing-masing negara memiliki
dasar sendiri atas klaim wilayah kepulauan strategis ini. Tiongkok dan Vietnam
mengklaim kepemilikan gugusan pulau ini atas dasar sejarah yang mereka miliki.
Filipina mengklaim berdasarkan atas letak geografis dan menyatakan bahwa
kawasan tersebut masuk dalam wilayah Filipina Barat. Sementara Brunei
Darussalam dan Malaysia mengklaim atas dasar zona ekonomi eksklusif (ZEE)
sebagaimana yang diatur dalam pasal 57 konvensi PBB tentang hukum laut
22 Sukawarsini Djelantik, Peta Konflik di Asia-Pasifik dalam Sukawarsini Djelantik, Ibid.,
hal. 123. 23 Aisha R. Kusumasomantri, 2015, Strategi Hedging Indonesia terhadap Klaim
Teritorial Cina di Laut Cina Selat, Jurnal Politik Internasional (G lobal), Vol. 17, No. 1 (48-80),
hal. 49. Diakses dari http://global.ir.fisip.ui.ac.id/index.php/global/article/download/28/202 ,
(10/04/2018, 20:15 WIB) 24 Purnama Wulandari, Kegagalan Code of Conduct (COC) dan Tantangan bagi ASEAN
dalam Penyelesaian Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan dalam Prosiding Seminar Nasional
“Kontribusi Studi Hubungan Internasional dalam Integrasi ASEAN Community 2015 ”,
Yogyakarta: Buku Litera, hal. 113. 25 Sukawarsini Djelantik, Op. Cit., hal. 124.
31
internasional (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) tahun
1982 yang menyatakan bahwa ZEE suatu negara tidak boleh lebih dari 200 mil
laut dari garis pangkal (pantai). 26
Gambar 2.3 Peta Sengketa Wilayah Perbatasan antara RRT dengan beberapa
Negara di Asia Tenggara
Sumber: news.abs-cbn.com 27
Saling klaim kedaulatan atas kepulauan ini sudah berlangsung cukup lama
dan diperburuk dengan adanya beberapa kegiatan yang melibatkan kekuatan
militer. Pada tahun 1974 dan 1988 sempat berkecamuk dua kali peperangan antara
26 Yudha Kurniawan, Quo Vadis Konflik Laut China Selatan dalam Prosiding Seminar
Nasional “Kontribusi Studi Hubungan Internasional dalam Integrasi ASEAN Community 2015 ”,
Yogyakarta: Buku Litera, hal. 149. 27 Ben Blanchard and Nick Macfie (Ed.), 2017, China opens cinema at disputed South
China Sea islands . news.abs-cbn, 25 Juli 2017. Diakses dari https://news.abs-
cbn.com/news/07/25/17/china -opens-cinema-at-disputed-south-china-sea-islands, (11/04/2018,
09:34 WIB)
32
Tiongkok dan Vietnam di kawasan ini di mana puluhan tentara Vietnam tewas. 28
Insiden antara Tiongkok dan Vietnam kembali terjadi pada bulan Maret 2013 di
mana Tiongkok melakukan penembakan atas kapal-kapal nelayan milik Vietnam
hingga terbakar.29 Selain itu, pada 9 Mei 2013, seorang nelayan Taiwan bernama
Hung Shi-Cheng tewas tertembak oleh pasukan penjaga pantai Filipina. 30 Adanya
masalah tumpang tindih status wilayah perbatasan antara Tiongkok dan beberapa
negara tetangganya menjadi salah satu alasan Tiongkok untuk meningkatkan
kekuatan militernya.
2.1.3 Membendung Kehadiran Militer Amerika Serikat di Kawasan Asia
Pasifik
Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki perhatian
(kepentingan) cukup besar terhadap kawasan Asia Pasifik. Bagi Amerika Serikat
kawasan Asia Pasifik memiliki nilai yang sangat strategis baik secara ekonomi
maupun politik. Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen pada Agustus 1984
pernah menyatakan bahwa masa depan dunia berada di kawasan Asia Pasifik,
“You cannot help but feel the great Pacific Basin, with all its nations and all its
potential for growth and development. That’s the future...”.31
Namun, pasca-tragedi runtuhnya dua menara kembar, World Trade Center,
di New York pada tanggal 11 September 2001 (yang lebih dikenal dengan istilah
9/11) lanskap politik luar negeri (polugri) Amerika Serikat lebih diprioritaskan
28 Laut China Selatan: Menjaga Kedaulatan dari Atas Kapal Rusak , Kompas, 27 Mei
2013. 29 China Izinkan Turis ke Paracel, Kompas, 8 April 2013. 30 Taiwan Tuntut Filipina Minta Maaf: Sengketa Laut China Selatan Memakan Korban ,
Kompas, 11 Mei 2013. 31 Sukawarsini Djelantik, 2015, Kekuatan Nuklir, Militerisme, dan Peran Amerika Serikat
di Asia-Pasifik, hal. 45, dalam Sukawarsini, Op. Cit.
33
pada agenda War on Terror (Pemberantasan Terorisme). Yang mana selama
kurang lebih sepuluh tahun pasca-tragedi 9/11 sebagian besar kekuatan militer
Amerika Serikat dikerahkan untuk aksi perang terhadap terorisme di kawasan
Timur Tengah khususnya di Irak dan Afganistan. 32
Setelah berakhirnya perang Irak pada tahun 2010 dan dim ulainya masa
transisi kepemimpinan di Afganistan pada tahun 2011 pemer intah Amerika
Serikat mulai mengurangi jumlah kekuatan militernya yang berada di Timur
Tengah. Pengurangan pasukan bersenjata ini mengindikasikan bahwa arah polugri
Amerika Serikat tidak lagi difokuskan di kawasan Timur Tengah. Fokus polugri
Amerika Serikat kemudian mulai bergeser ke kawasan Asia Pasifik. Pergeseran
arah politik luar negeri Amerika Serikat ke Asia Pasifik mulai nampak di era
kepemimpinan Presiden Barrack Husein Obama.33 Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Presiden Obama dalam pidatonya yang disampaikan di depan
anggota Parlemen Australia saat melakukan lawatan diplomatik ke Australia pada
tanggal 16 November 2011. Berikut kutipan dari pidato Presiden Obama:
“Here, we see the future. As the world’s fastest-growing region, and
home to more than half the global economy, the Asia Pacific is
critical to achieving my highest priority, and that’s creating jobs and
opportunity for the American people. With most of the world’s
nuclear power and some half of humanity, Asia w ill largely define
whether the century ahead will be marked by conflict or cooperation,
needless suffering or human progress”.34
32 Khairunnisa, 2013, Kebijakan Militer Amerika Serikat di Asia Pasifik 2009-2012,
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman, Vol. 1, No. 3 (589 -604), hal.
589. Diakses dari https://id.scribd.com/document/326237685/e -Journal-Khairunnisa-08-27-13-12-
17-38, (13/04/2018, 21:10 WIB) 33 Ibid., hal. 590. 34 Ernest Bower, dkk., 2016, Asia-Pacifc Rebalance 2025: Capabilities, Presence, and
Partnerships, Washington, DC: Center for Strategic & International Studies, hal. 2. Diakses dari
https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/publication/160119_Green_AsiaPacificRebalance2025_Web_0.pdf , (14/04/2018, 01:10
WIB)
34
Perhatian Presiden Obama terhadap kawasan Asia Pasifik dipertegas
dengan rencana Amerika Serikat untuk menempatkan sejumlah pasukan
militernya di Australia. Setelah menyampaikan pidato di depan parlemen
Australia di Canberra, keesokan harinya Presiden Obama terbang ke Darwin
untuk membahas tentang kerjasama pertahanan antara Australia dan Amerika
Serikat. Dalam pembahasan tersebut disepakati bahwa Amerika Serikat akan
menempatkan 2.500 marinirnya di pangkalan militer milik Australia yang berada
di Darwin. Kehadiran militer Amerika Serikat di wilayah Australia bagian utara
ini menyiratkan pesan implisit bahwa Amerika Serikat memiliki perhatian yang
cukup besar akan agresifitas Tiongkok terkait konflik di Laut Tiongkok Selatan
dan adanya keinginan Amerika Serikat untuk memainkan peran di bidang
keamanan yang lebih besar pada kawasan Asia Pasifik.35
Hadirnya militer Amerika Serikat di Darwin juga menjadi pelengkap dari
keberadaan personel angkatan bersenjata Amerika lainnya yang sudah tersebar di
kawasan Pasifik sejak masa PD II. Sebaran pasukan bersenjata Amerika Serikat
tersebut dapat ditemukan antara lain di Korea Selatan, Jepang, Guam, Filipina ,
dan Singapura.
35 Dan Robinson, 2011, Obama: Perjanjian Militer AS-Australia akan Tingkatkan
Keamanan Asia Pasifik , voaindonesia.com Diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/obama-
perjanjian-militer-as-australia -akan-tingkatkan-keamanan-kawasan-134072618/100861.html,
(14/04/2018, 15:13 WIB)
35
Gambar 2.4 Militer Amerika Serikat di Asia Pasifik
Sumber: Thomson Reuters36
Keberadaan militer Amerika Serikat di Korea Selatan merupakan warisan
dari sisa-sisa Perang Korea yang berlangsung sejak tahun 1950-1953. Gencatan
senjata yang berlangsung sejak tahun 1953 sampai dengan hari ini menyebabkan
36 U.S. military in West Pacific dalam Thomson Reuters. Diakses dari
https://blogs.thomsonreuters.com/answerson/us -military-in-the-west-pacific -graphic /, (14/04/2018,
16:35 WIB)
36
masih beroperasinya sekitar 28.500 personel militer Amerika Serikat di Korea
Selatan. Mereka tersebar di wilayah Cinhae, Kunsan, dan Osan.37
Di Jepang, kehadiran militer Amerika Serikat sudah berlangsung sejak era
pendudukan pasca berakhirnya PD II. Jumlah militer Amerika Serikat di Jepang
adalah yang terbanyak dari semua angkatan bersenjata Amerika yang berada di
Pasifik, yakni sekitar 50.000 personel. Mereka tersebar di wilayah Atsugi,
Futenma, Iwakuni, Kadena, Misawa, Okinawa, Sasebo, Yokosuka , dan Yokota.38
Amerika Serikat juga memiliki lebih dari 5.000 personel di Guam.
Sementara itu, di Filipina terdapat dua pangkalan militer Amerika yang sudah
beroperasi sejak awal tahun 1990-an, yaitu di Clarck (1907) dan Subic (1917).
Kala itu Filipina masih berada di bawah koloni Amerika Serikat. 39 Pada tahun
2014, terjalin kerjasama peningkatan pertahanan (Enhanced Defense Cooperation
Agreement/EDCA) antara Amerika Serikat dan Filipina. Isi kerjasama pertahanan
tersebut adalah tentang pembangunan lima pangkalan militer baru Amerika
Serikat di Filipina.40 Kelima pangkalan militer tersebut adalah Antonio Bautista
Air Base di Palawan, Basa Air Base di sebelah baratlaut Manila, Fort Magsaysay
di sebelah utara Luzon, Lumbia Air Base di selatan Mindanao, dan Mactan-Benito
Air Base di Cebu.41 Maka tidak mengherankan jika lautan Pasifik kemudian
37 The US has a massive military presence in the Asia -Pacific. Here’s what you need to
know about it, Pri.org. Diakses dari https://www.pri.org/stories/2017 -08-11/us-has-massive-
military-presence-asia-pacific -heres-what-you-need-to-know-about-it, (15/04/2018, 10:50 WIB). 38 Ibid. 39 Petrik Matanasi, 2016, Pangkalan Militer Amerika di Filipina , Tirto.id, 13 Juli 2016.
Diakses dari https://tirto.id/pangkalan -militer-amerika-di-filipina -bsUh, (15/04/2018, 11:12 WIB) 40 Presiden Duterte Beri Akses AS Bangun 5 Pangkalan Mili ternya, Tempo.co, 27 Januari
2017, Diakses dari https://dunia.tempo.co/read/840318/presiden-duterte-beri-akses-as-bangun-5-
pangkalan-militernya, (15/04/2018, 11:19 WIB) 41 Andrew Tilghman, 2016, The U.S. Military is Moving into these 5 bases in the
Philippines , Military Times, 21 Maret 2016. Diakses dari
37
dikenal dengan istilah “Danaunya Amerika” karena sebaran pasukan militernya
yang begitu masif di kawasan ini.42
Hadirnya militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik juga turut
membuat Tiongkok merasa terancam. Oleh sebab itu, menurut Richard Bitzinger,
modernisasi militer yang gencar dilakukan oleh Tiongkok salah satu tujuanannya
adalah untuk membendung kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia
Pasifik.43
2.2 Modernisasi Militer Tiongkok
Setelah sukses dengan reformasi pada sektor ekonomi yang dimulai sejak
tahun 1979, pemerintah Tiongkok kemudian melanjutkan reformasi pada sektor
militer. Reformasi sektor militer juga menjadi salah satu prioritas utama dari
empat reformasi44 yang dicanangkan oleh Deng Xiaoping. Beberapa hal yang
dilakukan pemerintah guna mereformasi sektor militer, antara lain dengan
melakukan perubahan pada strategi militer, meningkatkan anggaran belanja
militer, meningkatkan industri militer serta meningkatkan kapabilitas angkatan
bersenjata Tiongkok.
https://www.militarytimes.com/news/your-military/2016/03/21/the -u-s-military-is-moving-into-
these-5-bases-in-the-philippines/, (16/04/2018, 09:46 WIB) 42 Sukawarsini Djelantik, 2015, Kekuatan Nuklir, Militerisme, dan Peran Amerika Serikat
di Asia-Pasifik, hal. 43, dalam Sukawarsini, Op. Cit. 43 Richard A. Bitzinger, 2011, Modernising China’s Military, 1997-2012, Journal China
Perspectives, No. 2011/4, hal. 7. Diakses dari
https://journals.openedition.org/chinaperspectives/5701?file=1 , (17/04/2018, 09:28 WIB) 44 Empat reformasi yang dicanangkan Deng Xiaoping dikenal dengan istilah si ge xian dai
hua (The Four Modernizations) yang meliputi reformasi ekonomi, pertanian, ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta militer. Lihat, Bunga, Op. Cit., hal. 1.
Konsep dari “Four Modernizations” sebenarnya sudah muncul pada tahun 1973, namun baru
diartikulasikan sejak Desember 1978. Lihat, Wayne Mapp, 2014, Military Modernisation and
Buildup in the Asia Pacific: The Case for Restraint , Singapura: S. Rajaratnam School of
International Studies, hal. 25. Diakses dari https://www.rsis.edu.sg/wp-
content/uploads/2014/11/Monograph31.pdf, (17/04/2018, 19:14 WIB)
38
2.2.1 Perubahan Strategi Militer
Di era kepemimpinan Mao Zedong strategi pertahanan Tiongkok lebih
diprioritaskan pada penguatan matra darat dan pantai. Penerapan strategi tersebut
menyesuaikan dengan kebutuhan pertahanan Tiongkok pada waktu itu, yakni
untuk menangkal hadirnya ancaman konvensional yang berupa agresi militer dari
negara lain serta upaya untuk menghadang kehadiran musuh di wilayah
perbatasan. Penerapan strategi ini hanya mengandalkan unsur manusia dan perang
gerilnya di mana menurut Mao perang gerilya adalah inti dari strategi pertahanan
Tiongkok. Strategi penguatan matra darat dan pantai ini diterapkan hingga awal
tahun 1980-an.45
Sejalan dengan keberhasilan revolusi ekonomi yang dijalankan oleh Deng
Xiaoping, pemerintah kemudian mulai melakukan revolusi pada sektor militer
sebagai pendukung pembangunan ekonomi nasional. Pada awal dekade 1980-an,
RRT mulai merevisi arah kebijakan strategis militernya dengan menerapkan
strategi pertahanan aktif (active defense). Secara umum, doktrin pertahanan aktif
dimaksudkan untuk menghadapi tiga kriteria ancaman, yakni ancaman perang
dunia, ancaman dalam menghadapi agresi negara asing, dan ancaman perang
terbatas dalam meghadapi konflik perbatasan. 46
Strategi pertahanan aktif yang diterapkan Deng Xiaoping tidak lagi
mengutamakan pada penguatan wilayah perbatasan saja namun sudah mulai
bergeser pada penguatan pertahanan di luar wilayah perbatasan. Hal ini
45 Yanyan Mochamad Yani, 2010, Makna Pengembangan Kekuatan Militer Cina , hal. 1
et seq. Diakses dari
http://repository.unpad.ac.id/4418/1/makna_pengembangan_kekuatan_militer_cina.pdf ,
(18/04/2018, 10:27 WIB) 46 Ibid., hal. 2.
39
menjadikan strategi perang rakyat yang melibatkan kekuatan manusia secara
masif tidak lagi mampu menjangkau titik-titik di luar perbatasan karena
keterbatasan kemampuan manusia. Akhirnya modernisasi militer Tiongkok
didorong pada penguatan angkatan udara dan laut dengan meningkatkan kekuatan
operasi militer berteknologi tinggi untuk memberikan respon yang cepat terhadap
hadirnya ancaman. 47 Doktrin modernisasi kekuatan militer ini kemudian menjadi
dasar pemerintah RRT untuk melakukan modernisasi militernya sejak tahun 1992
sampai saat ini.48
2.2.2 Peningkatan Anggaran Belanja Militer
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang mengalami peningkatan secara
signifikan setiap tahunnya pada akhirnya berimplikasi terhadap alokasi besaran
anggaran belanja militernya. Anggaran belanja militernya meningkat setidaknya
600 persen sejak tahun 1997. Pada akhir dekade 1990-an, Tiongkok telah
bertransformasi dari negara dengan anggaran belanja militer yang rendah, lebih
rendah dari Taiwan, menjadi salah satu negara dengan anggaran belanja militer
terbesar di dunia. Aggaran belanja militernya berhasil melampaui anggaran
belanja militer Jepang, Perancis, Rusia , dan Inggris. Dengan kata lain, Tiongkok
telah berhasil menempatkan posisinya sebagai negara dengan anggaran belanja
militer terbesar ke dua di dunia di bawah Amerika Serikat. 49
47 Defri Maulana, Respon India Terhadap Modernisasi Militer China (2004-2012), hal. 2.
Diakses dari
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6116/JURNAL.pdf?sequence=1&i
sAllowed=y, (18/04/2018, 10:54 WIB) 48 Yanyan, Op. Cit., hal. 2. 49 Richard, Op. Cit., hal. 9.
40
Walaupun anggaran belanja militernya masih berada di bawah Amerika
Serikat, namun secara kuantitas peningkatan anggaran belanja militer Tiongkok
jauh lebih besar dari pada anggaran belanja militer Amerika Serikat. Data dari
SIPRI menjelaskan bahwa anggaran belanja militer Tiongkok pada tahun 1989
hanya sebesar 20,226 miliar dolar AS. Namun, pada tahun 2016 anggaran belanja
militernya telah naik sepuluh kali lipat menjadi 215,176 miliar dolar AS.
Sementara itu, anggaran belanja militer Amerika Serikat pada tahun 1989 tercatat
sebesar 581,392 miliar dolar dan pada tahun 2016 sebesar 611,186 miliar dolar
AS. Dengan kata lain, selama kurun waktu 1989-2016 anggaran belanja militer
Amerika Serikat hanya naik sebesar 29,794 miliar dolar AS sementara anggaran
militer Tiongkok, dalam periode yang sama, naik sebesar 194,950 miliar dolar
AS. Tabel berikut memperlihatkan besaran anggaran belanja militer Tiongkok
dari tahun 1989 sampai tahun 2016 sebagaimana laporan dari SIPRI.50
Tabel 2.1 Anggaran Belanja Militer Tiongkok Tahun 1989-2016
(dalam miliar dolar AS)
Tahun Anggaran Tahun Anggaran
1989 20,226 2003 65,543
1990 22,226 2004 72,467
1991 23,415 2005 80,197
1992 28,446 2006 92,652
1993 26,240 2007 103,670
1994 25,274 2008 113,542
1995 26,232 2009 137,512
50 SIPRI, Loc. Cit.
41
1996 27,857 2010 144,499
1997 29,879 2011 156,009
1998 32,729 2012 169,382
1999 39,829 2013 185,152
2000 43,261 2014 200,915
2001 52,216 2015 214,093
2002 60,685 2016 215,176
Sumber: Data diolah dari SIPRI
2.2.3 Peningkatan Industri Militer (Alutsista)
Porsi anggaran belanja militer yang terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya telah berdampak terhadap upaya Tiongkok dalam meningkatkan
kekuatan alutsistanya. Peningkatan kekuatan alutsista dilakukan Tiongkok baik
melalui mekanisme impor maupun melakukan produksi sendiri di dalam negeri.
Pada awal tahun 1990-an sampai dengan pertengahan tahun 2000-an pengadaan
alutsista Tiongkok sepenuhnya masih mengandalkan impor. Namun, sejak
pertengahan tahun 2000-an Tiongkok mulai mengembangkan dan memproduksi
berbagai jenis alutsistanya sendiri.51
Pengembangan industri militer dalam negeri Tiongkok berjalan cukup
pesat. Hal ini karena banyaknya perusahaan di bidang militer yang memiliki
kemampuan dalam memproduksi berbagai macam alutsista yang dibutuhkan oleh
ketiga matra angkatan bersenjata RRT (darat, laut dan udara). Pada tahun 2017,
Tiongkok telah memiliki 11 perusahaan yang bergelut di bidang industri militer.
Mereka adalah AECC (Aero Engine Corporation of China), AICC (Aviation
51 Richard, Loc. Cit.
42
Industry Corporation of China), CASC (China Aerospace Science and
Technology Corporation), CASIC (China Aerospace Science and Industry
Corporation), CETGC (China Electronics Technology Group Corporation),
CNECC (China Nuclear E&C Group), CNIGC (China North Industries Group
Corporation), CNNC (China National Nuclear Corporation), CSGC (China
South Industries Group Corporation), CSIC (China Shipbuilding Industry
Corporation), dan CSSC (China State Shipbuilding Corporation). Perusahaan-
perusahaan ini memiliki kemampuan untuk memproduksi berbagai macam jenis
alutsista, seperti anti-ship missiles, bombers, early warning aircraft, firearms,
frigates, jet tempur, kapal selam, main battle tanks, self-propelled arthillery ,
supply ships, dan transport aircraft.52
Kemampuan Tiongkok dalam memproduksi berbagai jenis alutsista
kemudian berimplikasi terhadap penurunan impor senjata. Jika pada awal tahun
2000-an Tiongkok menduduki posisi pertama sebagai negara importir senjata
terbesar di dunia, kini pada periode 2012-2016 posisi tersebut turun di peringkat
ke empat dengan global share sebesar 4,5% di bawah India (13%), Arab Saudi
(8,2%), dan Uni Emirat Arab (4,6%). Dengan kata lain, im por alutsista Tiongkok
turun sebesar 11 persen antara periode 2007-2011 ke periode 2012-2016.53
Keberhasilan Tiongkok dalam memproduksi berbagai jenis alutsista telah
membawa Tiongkok menjadi negara eksportir alutsista terbesar ketiga di dunia di
52 Ma Yao, 2018, In-depth: How China becomes third-largest supplier of weapons
worldwide?, dalam China Military Online edisi 27 Ferbuari 2018, diakses dari
http://eng.chinamil.com.cn/view/2018-02/27/content_7953754.htm, (20/04/2018, 11:37 WIB) 53 Aude Fleurant, dkk., 2017, Trends in International Arms Transfers, 2016 , dalam SIPRI
Fact Sheet edisi Februari 2017, hal. 9. Diakses dari
https://www.sipri.org/sites/default/files/Trends-in-international-arms-transfers-2016.pdf,
(20/04/2018, 13:27 WIB)
43
belakang Amerika Serikat (33%) dan Rusia (23%). SIPRI mencatat bahwa nilai
ekspor alutsista Tiongkok naik sebesar 74 persen dari periode 2007-2011 ke
periode 2012-2016 atau secara global naik dari 3,8 persen menjadi 6,2 persen.
Jika pada periode 2007-2011 ekspor alutsista Tiongkok dapat dinikmati oleh 38
negara kini pada periode 2012-2016 ekspor alutsistanya telah merambah ke 44
negara. 71 persen alutsistanya diekspor ke Asia dan Oceania, 22 persen ke negara -
negara di Benua Afrika sementara 1,7 persen lainnya diekspor ke Timur Tengah .54
Negara-negara di Asia yang menjadi mitra utama dalam ekspor alutsista
Tiongkok adalah Pakistan (52,8%), Banglades (18,3%), M yanmar (11,1%), Iran
(3,2%), dan Indonesia (3,1%). Sementara 11 persen sisanya tersebar ke negara -
negara Asia lainnya. Impor Pakistan dari Tiongkok sebagian besar berupa pesawat
JF-17. Sementara Banglades semenjak tahun 2006 telah membeli senjata -senjata
kecil (small arms), seperti senapan (16.000 buah) dan pistol (4.100 buah).
Kemudian pada tahun 2013 Banglades membeli dua unit kapal selam Ming-Class
tipe-035G. Untuk Myanmar, pada enam tahun terakhir Myanmar telah mengimpor
17 unit pesawat JF-17, 12 unit pesawat nirawak (chinese rainbow drone), dua unit
fregat tipe-43, dan 76 unit armored vehicle tipe-92. Sementara itu, negara-negara
di Afrika yang paling banyak membeli alutsista Tiongkok adalah Alger ia (27,6%),
Tanzania (10,6%), Maroko (8,8%), Nigeria (8,2%), dan negara-negara Afrika
lainnya (37%).55
Walaupun Tiongkok sudah mampu memproduksi berbagai jenis alutsista
namun untuk beberapa jenis alutsista tertentu, seperti large transport aircraft,
54 Ibid., hal. 4. 55 How dominant is China in the global arms trade? , diakses dari
https://chinapower.csis.org/china-global-arms-trade/, (20/04/2018, 22:12 WIB)
44
helikopter, mesin pesawat, dan kapal Tiongkok masih mengandalkan impor.56
Impor alutsista Tiongkok sebagian besar disuplai oleh Rusia (57%), Ukraina
(16%), dan Perancis (15%).57 Dari Rusia, sebagian besar impor Tiongkok banyak
berupa combat aircraft dan helikopter. Pada tahun 2015, Tiongkok membeli 24
unit pesawat Sukhoi Su-35 dan empat unit S-400 surface-to-air missile (SAM)
dengan harga sekitar 7 miliar dolar AS.58 Pada 2016, Tiongkok mengimpor 7 unit
helikopter tipe Kamov Ka-32 dan mendatangkan dua unit lainnya pada tahun
2017. Desember 2017, Tiongkok kembali membeli 10 unit Sukhoi Su-35.
Tiongkok juga memesan 150 unit mesin turbo AL-31F di mana 100 unit telah
dikirim dari Rusia pada akhir tahun 2017. Mesin ini digunakan pada pesawat
Shenyang J-15 “Flying Shark”. Tiongkok juga melakukan pembelian mesin turbo
seri AL lainnya (AL-31FN) sebanyak 400 unit sebagai suku cadang bagi pesawat
Chengdu J-10.59
Dari Ukraina, Tiongkok mengimpor 250 turbofan yang digunakan untuk
onderdil pesawat tempur dan 50 buah mesin diesel untuk tank pada tahun 2011.60
Tiongkok kemudian mendatangkan dua unit landing ship Zubr-class (hovercraft)
pada tahun 2014. Kapal ini berhasil dikirim ke Tiongkok beberapa waktu sebelum
Rusia menginvasi Ukraina. Di tahun 2016, Tiongkok melakukan pembelian 3 unit
JI-78M aerial refueling tankers. Agustus 2016, perusahaan dirgantara Tiongkok,
56 Aude, Op. Cit., hal. 9. 57 Ibid., hal. 6. 58 Siemon T. Wezeman, 2017, China, Russia and the shifting landscape of arms sales ,
diakses dari https://www.sipri.org/commentary/topical -backgrounder/2017/china-russia-and-
shifting-landscape-arms-sales, (22/04/2018, 11:43 WIB) 59 Keegan Elmer, 2018, What Russian weapons are being bought by China? , dalam South
China Morning Post, diakses dari
https://www.scmp.com/news/china/military/article/2165182/what-weapons -china-buying-russia,
(22/08/2018, 22:03 WIB) 60 chinapower.csis.org, Loc. Cit.
45
AICC (Aerospace Industry Corporation of China) melakukan penandatanganan
kesepakatan bisnis dengan perusahaan pesawat terbang Ukraina, Antonov, untuk
memproduksi giant airlifter An-225 Mriya. Airlifter ini digadang-gadang menjadi
aircraft terbesar di dunia. Dan pada akhir tahun 2016 Tiongkok juga mengimpor
20 unit turbofans AI-222 yang akan digunakan sebagai suku cadang pada pesawat
rakitan Tiongkok L-15 fighter-trainer jet. Turbofans ini adalah onderdil pesawat
yang paling rumit pembuatannya dan harganya juga relatif mahal.61
2.2.4 Peningkatan Kapabilitas PLA (People’s Liberation Army)
Angkatan bersenjata Tiongkok dikenal dengan sebutan People’s
Liberation Army (PLA/Tentara Pembebasan Rakyat). PLA dibentuk jauh sebelum
Tiongkok modern lahir. Pasukan bersenjata ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus
1927 sebagai alat pertahanan yang digunakan untuk membendung pemberontakan
Nanchang. PLA terdiri atas angkatan darat (PLA Army/PLAA), angkatan laut
(PLA Navy/PLAN), angkatan udara (PLA Air Force/PLAAF), dan pasukan
artileri generasi kedua (PLA Second Artillery Force/PLASAF).62
Sejak dimulainya reformasi di sektor militer pada tahun 1990-an,
pemerintah Tiongkok telah melakukan perombakan secara masif di tubuh PLA
guna meningkatkan kapabilitas pertahanannya. Secara umum, reformasi dalam
tubuh PLA dapat diklasifikasikan ke dalam tiga pilar.63 Pilar pertama adalah
61 Illia Ponomarenko, 2017, China sees Ukraine as alternnative to Russia in arms trade,
expert believe, dalam Kyiv Post edisi 14 Mei 2017. Diakses dari
https://www.kyivpost.com/ukraine-politics/china-sees-ukraine -alternative-russia-arms-trade-
expert-believes.html, (22/04/2018, 17:34 WIB) 62 Adi Joko Purwanto, 2010, Peningkatan Anggaran Militer Cina dan Implikasinya
Terhadap Keamanan di Asia Timur , Jurnal Spektrum Vol. 7, No. 1, hal. 2. Diakses dari
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/SPEKTRUM/article/viewFile /495/617 ,
(23/04/2018, 14:11 WIB) 63 Ibid., hal. 3.
46
pembangunan, pengadaan, akuisisi alutsista modern, dan peningkatan teknologi
militer. Poin-poin dalam pilar pertama ini diaplikasikan melalui 1) mulai
memproduksi alutsista di dalam negeri seperti kapal selam, pesawat tempur , dan
peluru kendali; 2) meningkatkan kemampuan nuklir Tiongkok dari sistem
peluncuran tetap ke sistem peluncuran yang bergerak dan mengembangkan nuklir
yang mampu mencegah serangan musuh; 3) mengembangkan riset dan informasi
mengenai cyber force (pasukan siber) untuk memperkuat angkatan bersenjata.64
Pilar kedua adalah reformasi pada sistem dan institusi PLA.
Pengaplikasian pada pilar kedua ini adalah dengan 1) menjalin kerjasama dengan
Universitas Tsinghua dan Universitas Peking untuk meningkatkan kualitas
pendidikan para pejabat teras PLA; 2) meningkatkan standarisasi terhadap sistem
promosi dalam tubuh PLA; 3) melakukan seleksi ketat terhadap perekrutan
personel PLA; dan 4) melakukan konsolidasi di internal PLA untuk lebih
memperkuat angkatan udara, laut, dan strategic missile force .65
Dalam pilar ketiga diatur tentang pembaharuan doktrin pertahanan dan
strategi perang. Hal ini diaplikasikan dengan 1) meninggalkan konsep strategi
bertahan (defensif) menuju penerapan strategi menyerang (ofensif); 2)
meningkatkan pertahanan maritim dan udara serta pertarungan di dunia maya; dan
3) melakukan operasi militer gabungan dalam penanganan krisis internasional. 66
Di samping itu, modernisasi PLA juga dilakukan dengan melakukan
pemangkasan pada jumlah personelnya. Pengurangan personel PLA secara masif
dilakukan sejak tahun 1980-an. Pada tahun 1985, pemerintah memangkas sekitar
64 Ibid., hal. 7 et seq. 65 Ibid., hal. 8. 66 Ibid.
47
satu juta personel PLA. Pemerintah kembali memangkas personel PLA sebanyak
500 ribu orang pada tahun 1997. Pengurangan personel kembali dilakukan pada
tahun 2003 dengan memangkas sekitar 200 ribu prajurit. Walaupun Tiongkok
sempat beberapa kali melakukan pengurangan jumlah personel angkatan
bersenjatanya, namun sampai saat ini angkatan bersenjata Tiongkok masih
menjadi angkatan bersenjata yang terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2016,
Tiongkok tercatat memiliki 2.333.000 tentara aktif (yang terdiri dari 1.600.000
PLAA, 235.000 PLAN, 398.000 PLAF, dan 100.000 PLASAF), 660.000 pasukan
paramiliter, dan 510.000 pasukan cadangan.67
Gambar 2.5 Tren Perkembangan Personel PLA dari 1980-2016
Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal68
67 Anthony H. Cordesman and Joseph Kendal, 2016, Chinese Strategy and Military
Modernization in 2016: A Comparative Analysis, Washington, DC: Center for Strategic &
International Studies (CSIS), hal. 212. Diakses dari https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/publication/161208_Chinese_Strategy_Military_Modernization_2016.pdf , (25/04/2018,
09:23 WIB) 68 Ibid., hal. 214.
48
a) Kapabilitas PLA Army
Angkatan darat Tiongkok (PLA Army) merupakan angkatan darat terbesar
di dunia dengan jumlah personel mencapai 1.600.000 prajurit pada tahun 2016.
Jumlah ini cukup besar jika dibandingkan dengan angkatan darat negara -negara di
dunia. Hanya angkatan darat India dan Korea Utara yang jumlah personelnya di
atas satu juta, masing-masing sebesar 1.150.900 dan 1.020.000. Sementara
angkatan darat negara-negara lainnya masih berada di bawah satu juta termasuk
angkatan darat Amerika Serikat. Angkatan darat Amerika Serikat hanya sepertiga
dari angkatan darat Tiongkok yaitu sebesar 509.450 personel.69
PLA Army di samping memiliki jumlah personel yang besar juga
didukung dengan kepemilikan alutsista yang canggih. Per tahun 2016, PLA Army
telah memiliki 6.540 unit M ain Battle Tanks (MBT/Tank Tempur Utama), 5.020
unit Armored Personnel Carriers (APC/Kendaraan Pengangkut Personel Lapis
Baja), 3.950 unit Armored Infantry Fighting Vehicles (AIFV/Kendaraan Tempur
Infantri Lapis Baja), 900 unit Light Tank/RECCE, 13.178 artillery, 1.872 unit
Multiple Rocket Launchers (MRL) dan beberapa jenis lainnya.
Dari beberapa jenis alutsista di atas MBT adalah sistem persenjataan
unggulan yang dimiliki oleh PLA Army. Dari total 6.540 unit MBT yang dimiliki,
3.050 unit adalah MBT generasi pertama (tipe 59, 59D, 59-II), 500 unit MBT
generasi kedua (tipe 79, 88A, 88B, 88C), dan 2.990 MBT generasi ketiga (tipe 96,
96A, 98A, 99, 99A2). Dan MBT terbaru yang cukup modern dan canggih adalah
MBT tipe 99 dan 99A2 di mana beberapa komponen utamanya memiliki
69 Ibid., hal. 276.
49
kemampuan yang lebih unggul dari pada MBT milik Rusia (tipe T-90A) dan MBT
Amerika Serikat (tipe M 1A2 Abrams).70 Tiongkok juga memiliki jenis MBT
canggih generasi ketiga lainnya, yaitu MBT-3000 (VT-4) yang kemampuannya
sedikit di bawah tipe 99 dan 99A2. Namun, jenis VT-4 ini tidak digunakan oleh
PLA Army melainkan diproduksi Tiongkok khusus untuk pasar ekspor. 71
Tabel 2.2 Alutsista PLA Army Tahun 2016
ALUTSISTA PLA ARMY 2016
Jenis Tipe Unit
MBT Tipe-59/59D/59-II 3050
Tipe -79 200
Tipe -88A/88B/88C 300
Tipe-96/96A 2200
Tipe-98A/99 540
Tipe-99A2 250
Light Tank / RECCE Tipe-05 AAAV 250
Tipe-62 250
Tipe-63/63A 150
Tipe-09 250
AIFV Tipe-04/04A 850
Tipe-05 300
Tipe-86/86A 1250
Tipe-92 550
Tipe-92B 600
APC Tipe-09 120
70 Sebastien Roblin, 2016, China’s Deadly Type 99 Tank vs. Russia’s T-90 and America’s
M-1 Abrams: Who Wins? , dalam The National Intereset, diakses dari
https://nationalinterest.org/blog/the-buzz/chinas-deadly-type-99-tank-vs-russias-t-90-americas-m-
1-17836, (26/04/2018, 10:15 WIB) 71 VT4 (MBT-3000) Main Battle Tank , dalam Army Technology, diakses dari
https://www.army-technology.com/projects/vt4 -mbt-3000-main-battle-tank/, (26/04/2018, 10:57
WIB)
50
Tipe-63 2400
Tipe-891 1750
Tipe-92 700
Tipe-93 50
MRL Tipe-63 54
Tipe-81 1250
Tipe-89 375
Tipe-10 18
Tipe-03 175
Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal72
b) Kapabilitas PLA Navy
Per tahun 2016, anggota aktif PLA Navy Tiongkok berjumlah sekitar
235.000 personel. Berbeda dengan PLA Army yang merupakan angkatan darat
dengan jum lah personel terbesar di dunia, personel PLA Navy hanya menduduki
peringkat kedua. Posisi ini berada satu peringkat di bawah Amerika Serikat di
mana jumlah personel angkatan lautnya mencapai 511.850 personel. Namun,
untuk kawasan Asia Timur total personel angkatan laut Tiongkok adalah yang
terbesar. Sebagai perbandingan, angkatan laut Korea Selatan berjumlah kurang
lebih 70.000 personel, Korea Utara 60.000 personel, dan Jepang dengan 45.500
personel.73
Kekuatan PLA Navy juga didukung dengan alutsista dalam jumlah yang
cukup besar. Alutsista tersebut terbagi dalam dua kelas, yaikni naval vessel dan
naval aviation. Per tahun 2016, dari kelas naval vessel PLA Navy telah memiliki
61 unit kapal selam, 19 unit destroyer, 54 unit fregat, 199 kapal patroli pantai, 49
72 Cordesman, Op. Cit., hal. 261-264. 73 Ibid., hal. 276.
51
unit mine warfare, 123 unit kapal amphibi, 171 unit kapal logistik pendukung, dan
satu unit kapal induk. Sementara di kelas naval aviation PLA Navy memiliki 30
unit bomber, 24 fighter, 294 unit fighter ground attack, 33 unit anti-submarine
aircraft, 172 transport and training, dan 103 unit helikopter.
Disamping kuantitasnya yang cukup masif, sebagian besar alutsista PLA
Navy juga sudah masuk dalam kategori alutsista modern. Di kelas kapal selam,
dari 61 unit kapal selam yang dimiliki oleh PLA Navy 46 diantaranya adalah
kapal selam dengan teknologi modern (kelas Qing, Jin, Shang, Kilo, Song, dan
Yuan). Pada kelas destroyer, hanya kelas Luzhou yang tidak termasuk kategori
destroyer modern. Sementara pada kelas figates, 36 dari 54 frigate yang dimiliki
oleh angkatan laut Tiongkok adalah frigate modern (kelas Jiangwei II, Luda III,
dan Jiangkai I dan II).74
Tabel 2.3 Alutsista PLA Navy Tahun 2016
ALUTSISTA PLA NAVY 2016
Jenis Tipe Unit
Aircraft Carrier Liaoning 1
Submarine Qing (SLBM trials/SSB) 1
Jin (Tipe-094) 4
Han (Tipe -091) 3
Shang (Tipe -093) 2
Kilo (RF Tipe EKM 636/636N) 10
Kilo (RF Tipe EKM 877) 2
Ming (Tipe -035G/B) 12
Song (Tipe -039/039G) 12
Yuan (Tipe -039A/B) 15
74 Ibid., hal 315.
52
Destroyers Hangzhou (Sovremmeny) 4
Luhai (Tipe -051B) 1
Luhu (Tipe -052) 2
Luyang I (Tipe -052B) 2
Luyang II (Tipe -052C) 6
Luyang III (Tipe -052D) 2
Luzhou (Tipe -051C) 2
Frigates Jianghu I (Tipe-053H) 2
Jianghu II (Tipe-053H1) 6
Jianghu III (Tipe-053H2) 1
Jianghu IV (Tipe-053H1Q) 1
Jianghu V (Tipe-053H1G) 6
Jiangwei II (Tipe-053H3) 10
Luda II (Tipe-051) 2
Luda III (Tipe-051DT) 2
Luda III (Tipe-051G) 2
Jiangkai I (Tipe-054) 2
Jiangkai II (Tipe-054A) 20
Patrol and Coastal
Combatan
Jiangdao I/II (Tipe-056/A) 22
Houbei (Tipe-022) 65+
Houjian (Tipe-037/II) 6
Houxin (Tipe-037/IG) 22
Haijiu (Tipe-037/I) 2
Hainan (Tipe-037) 30
Haiqing (Tipe-037/IS) 18
Haizui/Shanghai III (Tipe-072/I) 34+
Amphibious Vessel Yuzhao (Tipe-071) 3
Yubei 10
Yudeng (Tipe-073) 1
Yuhai 10
53
Yunshu (Tipe-073A) 10
Yuting 6
Yuting II 10
Yunnan (Landing Craft) 56
Landing Craft, Air Cushion 5
Utility Craft, Air Cushion 12
Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal75
c) Kapabilitas PLA Air Force
Pada matra udara, total prajurit PLA Air Force yang dimiliki Tiongkok
mencapai 398.000 personel pada tahun 2016. Jumlah ini menempatkan angkatan
udara Tiongkok sebagai angkatan udara terbesar kedua dunia di bawah angkatan
udara India yang memiliki total personel sebesar 1.272.000 personel. Sementara
itu, angkatan udara Amerika Serikat berada satu peringkat di bawah Tiongkok
dengan jum lah anggota sebesar 319.950 personel. 76
Sama halnya dengan dua matra sebelumnya, PLA Air Force juga
dilengkapi dengan berbagai macam jenis alutsista pendukung. Per tahun 2016,
PLA Air Force Tiongkok tercatat memiliki 120 unit fixed wing bomber, 842 unit
pesawat tempur, 746 unit fighter ground attack , 347 unit pesawat pengangkut, 11
unit tanker, 5 unit UAVS, 20 unit rotary wing multirole , 31 unit rotary wing
transport, 1.800 unit surface-based air defense missile , dan lain sebagainya. 77
75 Ibid., hal. 294-301. 76 Ibid., hal. 276. 77 Ibid., hal. 361-362.
54
Tabel 2.4 Alutsista PLA Air Force Tahun 2016
ALUTSISTA PLA AIR FORCE 2016
Jenis Tipe Unit
Fixed Wing Bomber H-6A/E/H/G/K/M 120
Fighter J-7 216
J-7E 192
J-7G 120
J-8IIB/J-8B 24
J-8F 24
J-8H 96
Su-27K 43
Su-27UBK 32
J-11 95
Fighter Ground Attack JH-7/JH-7A 120
Q-5C/D/E 120
J-10 78
J-10A/S 192
J-10B 53
J-11B/BS 110
Su-30MKK 73
Tankers H-6U 10
I1-78 Midas 1
UAVS Chang Kong I 1
Gongji-1 4+
Sumber: IISS Military Balance 2016 dalam Cordesman and Kendal78
78 Ibid., hal. 353-358.
55
Dalam Cooperation Under the Security Dilemma Robert Jervis
menjelaskan bahwa setiap upaya peningkatan keamanan yang dilakukan oleh
suatu negara pada akhirnya akan menurunkan derajat keamanan negara lain. 79
Modernisasi militer yang dilakukan Tiongkok telah membuat derajat keamanan
negara-negara di sekitarnya menurun. Jepang menjadi salah satu negara yang
khawatir akan progresifitas dari modernisasi m iliter yang dilakukan Tiongkok.
Kekhawatiran Jepang didasari a tas beberapa alasan, yaitu Tiongkok dinilai kurang
transparan mengenai alokasi anggaran belan ja militernya, Jepang memiliki sejarah
hubungan kurang harmonis dengan Tiongkok terkait masalah saling klaim
wilayah kepulauan Senkaku, dan Jepang tidak memiliki kekuatan pertahanan yang
tangguh (ofensif) sejak kekalahannya dalam PD II. Pada bab selanjutnya penulis
akan mengidentifikasi bagaimana respon Jepang terhadap peningkatan militer
yang dilakukan Tiongkok selama ini.
79 Robert Jervis, 1978, Cooperation Under the Security Dilemma , World Politics, Vol. 30,
No. 2, Januari 1978 (167-214), hal. 186. Diakses dari
http://www.sfu.ca/~kawasaki/Jervis%20Cooperation.pdf, (06/04/2018, 09:33 WIB)
Recommended