8
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengertian Profil Kebiasaan Belajar
Budiningsi (2005), mengemukakan bahwa belajar menurut paham
Konstruktivistik merupakan usaha pemberian makna oleh mahasiswa kepada
pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan
struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut.
Budiningsih, (2005) mengemukakan bahwa belajar menurut teori
Behavioristik adalah perubahan perilaku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika mahasiswa telah mampu menunjukkan perubahan perilaku. Pandangan
behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus
(apa saja yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh indera) dan keluaran atau output yang
berupa respons (reaksi yang dimunculkan mahasiswa ketika belajar, yang berupa
pikiran, perasaan, gerakan/tindakan).
Thursan Hakim (2005) mengemukakan belajar adalah suatu proses
perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir,
dan lain-lain kemampuan. Sobry Sutikno (2007) mengemukakan belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang (mahasiswa) untuk memperoleh
9
suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Sumardjono (2008) kebiasaan belajar diartikan sebagai disiplin
melaksanakan tugas-tugas kuliah, mampu mengatur dan melaksanakan jadwal
belajar dan kegiatan lain secara tepat, belajar dengan asyik, mencatat bahan kuliah
dengan sistematik, meringkas pokok-pokok penting dalam kuliah dengan rapi,
belajar pemahaman, rajin menyiapkan diri untuk menempuh tes, berusaha
menyelesaikan tiap kesulitan dalam belajar, mempelajari tiap koreksi dosen
terhadap hasil pekerjaan mahasiswa, rapi menata ruang belajar sehingga
menyenangkan/nyaman untuk belajar, mempunyai tujuan belajar yang jelas dan
percaya diri.
Wahyu Untari (2010) mengemukakan kebiasaan belajar adalah tingkah
laku secara rutin yang dilakukan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya. Para
peneliti membuktikan (Ikegbunam, 1998) kebiasaan belajar yang buruk adalah
salah satu penyebab kinerja akademik yang buruk mahasiswa Nigeria. Oknonkwo
(1993) menyatakan kebiasaan belajar yang efektif berdampak efektif dan positif
pada kinerja akademik. Herrhyanto (2002) menyatakan kebiasaan belajar, bakat
dan minat adalah faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa;
yang melalui penelitiannya pada mahasiswa pendidikan Matematika UPI Bandung
menemukan pengaruh langsung sebesar 45,7% kebiasaan belajar terhadap hasil
belajar Statistika Matematika.
10
Mengikuti pemikiran Brown–Holzman (Hulburt, Gade & McLaughin,
1990), kebiasaan dan sikap belajar sebagai berikut:
1. The Delay Avoidance (DA)
Kebiasaan belajar mencakup kesegeraan mahasiswa menyelasaikan
tugas kuliah yaitu dimana mahasiswa dapat menyelasaikan tugas-
tugas yang diberikan dosen dan ketepatan menyelasaikan tugas-tugas
yang diberikan dosen, karena merupakan hal yang penting dalam
proses belajar, sehingga mahasiswa dapat menghasilkan nilai yang
sesuai dengan syarat kemampuannya.
2. The Work Methods (WM)
Yaitu efisiensi waktu belajar serta kadar efektifitas mahasiswa
mendaya-gunakan keterampilan belajar. Belajar menggunakan waktu
merupakan suatu keterampilan yang penting, keterampilan yang
memberikan keuntungan-keuntungan tidak saja dalam belajar malainkan
sepanjang hidup untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
3. The Teacher Approval (TA)
Sikap belajar mencakup sikap konstruktif mahasiswa terhadap
perilaku yaitu merupakan salah satu tipe karakteristik afektif yang sangat
menentukan keberhasilan mahasiswa dalam proses pembelajaran yang
diberikan dosen/pengajar berhubungan dengan pandangan mahasiswa
terhadap dosen, tingkah laku di kelas, dan cara mengajar.
11
4. The Education Acceptance (EA)
Sikap belajar mahasiswa bukan sekedar sikap yang ditunjukan
pada dosen, tapi juga kepada tujuan yag akan dicapai, materi pelajaran
dan tugas. Sikap belajar mahasiswa berwujud senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut.
Sikap belajar akam mempengaruh proses dan hasil dari belajarnya.(law
effect) (http://rizcafitria.wordpress.com/2011/04/30/sikap-belajar-
peserta-didik)
2.2. Kebiasaan Belajar yang Baik Bagi Mahasiswa
Sukses dalam belajar adalah bagaimana seorang mahasiswa dapat
memanfaatkan sumber belajar menurut Zainuddin (A. Kurniawati, 2010) bahwa di
mana orang dapat belajar, dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap
sebab sumber belajar pun ada di mana-mana baik berupa manusia maupun bukan
manusia yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kegiatan belajar. Dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan A. Kurniawati,
2010 “Gambaran pemanfaatan sumber belajar mahasiswa pendidikan ekonomi
FKIP. Universitas Kristen Satya Wacana, menunjukan bahwa pada saat kuliah
tatap muka untuk pemanfaatan sumber belajar dosen antara mahasiswa 100%, ini
berarti mahasiswa dalam pemanfaatan sumber belajar dosen sangat baik, karena
pada saat perkuliahan tatap muka sumber belajar dosen perannya sangat penting.
12
Menurut Haryadi (2011) ada beberapa hal yang harus dilakukan
mahasiswa agar bisa menjadi sukses dalam belajar yaitu:
2.2.1. Menyusun jadwal kuliah
Buatlah jadwal kuliah sesuai dengan jadwal yang didapatkan di kampus.
Tempelkan jadwal tersebut di kamar atau lemari baju, kalender duduk lalu
lingkarkan dengan spidol merah pada angka tanggal kuliah pergunakan juga
usahakan agar posisinya mudah terlihat, dan dekat dengan meja belajar. Semua ini
dapat membantu mahasiswa kapan harus mengikuti perkuliahan mata kuliah
tertentu.
2.2.2. Menyiapkan Buku Referensi
Bahan perkuliahan yang cukup dan memadai sangat berpengaruh terhadap
wawasan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami materi kuliah yang
diberikan oleh dosen. Pengetahuan yang mahasiswa tentukan selangkah lebih
maju dan lebih baik dari yang hanya mengandalkan catatan kuliah dari dosen
tanpa mau melengkapinya dengan berbagai sumber belajar lainnya.
2.2.3.Aktif Bertanya Ketika Kuliah
Sebagai mahasiswa sebaiknya bersikap kritis, yaitu aktif bertanya jika ada
hal-hal yang belum jelas dari dosen tersebut masih belum bisa diterima, tentu
dengan argumentasi yang kuat dan dengan niat murni demi ilmu pengetahuan,
bukan persetujuan untuk memojokan dosen. Berdebatlah dengan memperhatikan
etika dan tata krama ketimuran.
13
2.2.4. Membentuk Kelompok Diskusi
Diskusi merupakan forum yang tepat bagi mahasiswa untuk
mengembangkan wawasan berpikirnya. Melalui diskusi, mahasiswa diajak untuk
memecahkan berbagai persoalan dengan menggunakan akal dan pikiran
mahasiswa, diskusi akan berjalan dengan baik jika masing-masing peserta punya
niat yang sama yaitu ingin belajar memecahkan persoalan dan mau mengharagai
pendapat orang lain.
2.2.5. Faktor Pendukung Strategi Belajar
Apabaila kita memiliki sebuah cita-cita yang tinggi maka harus berusaha
keras untuk mencapainya demikian juga kita ingin memiliki kepandaian tentang
sesuatu maka kita juga harus mau mempelajarinya. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan mahasiswa sebagai berikut:
a. Faktor kesungguhan
Belajar adalah pertarungan jiwa manusia untuk mengerti dan menerima
kebenaran- kebenaran yang bersifat objektif. Dengan kesungguhan jiwa
manusia, menantang mahasiswa untuk tidak cepat puas dengan hal-hal
yang dangkal saja tetapi menerobos kepada hal-hal yang mendalam,
menyaring, menguji, menyelidiki hingga menemukan mutiara kebenaran.
Keberhasilan dalam belajar tidak terlepas dari niat hati dan jiwa yang tulus
dalam mencari ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, mahasiswa harus fokus
dan sungguh-sungguh dalam mempelajarinya.
14
b. Faktor keseimbangan
Dalam hidup dan kehidupan manusia, terdapat banyak tugas yang harus
dikerjakan dan nilai-nilai hidup yang wajib dikejar, yang kesemuanya itu
meminta perhatian. Hal ini menuntut mahasiswa untuk pandai-pandai
membagi waktu dengan baik sehingga terjadi harmonisasi atau
keseimbangan dalam pelaksanaannya.
c. Faktor konsentrasi
Kondisi jasmani dan rohani yang baik akan menciptakan konsentrasi
yang baik pula. Artinya seseorang itu selalu mengatur atau menyingkirkan
emosi yang tidak teratur. Emosi yang tidak baik, misalnya perasaan kesal,
jengkel, kurang senang, marah tentu akan berdampak buruk bagi
seseorang mahasiswa.
d. Faktor objektif
Sikap tunduk dan patuh kepada kebenaran dalam belajar adalah
merupakan “conditio sine qua non” atau syarat mutlak. Akibatnya anda
harus menyingkirkan segala subjektivitas yang sesat, prasangka-prasangka
pribadi dan pikiran-pikiran golongan yang langsung diterima begitu saja.
Kebenaran bukanlah soal suka atau tidak suka kalau memang suatu
kebenaran, maka mahasiswa seharusnya menerimanya. Maka mahasiswa
harus bersikap objektif.
15
e. Faktor antusiasme (semangat kegembiraan dalam belajar)
Belajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam menentukan dalam
hidup dan kehidupan manusia. Mahasiswa harus bisa menghindari rasa
keterpaksaan dalam belajar dan peliharalah antusiasme, suatu
kegembiraan, kesenangan, dan semangat belajar. Perasaan gembira,
senang dalam belajar mahasiswa ciptakan sendiri. Mahasiswa harus bisa
mengetahui menfaat positif dari ilmu yang di pelajari.
f. Faktor wawasan ilmiah yang lulus
Belajar membutuhkan totalitas dalam diri mausia. Artinya segala
kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan dan mencari kebenaran
dikerahkan. Sebagai manusia, biasanya mahasiswa cenderung mau
menguasai kebenaran atau dikuasai kebenaran. Oleh karena itu, dalam
belajar seharusnya menghubungkan segala sesuatu dengan arti luas.
Dengan demikian kepribadian dan berkembang dan belajar menjadi
aktivitas yang menghasilkan wawasan ilmiah yang luas.
2.2.6. Mengerjakan Tugas Dosen dengan Baik.
Setiap dosen mempunyai cara sendiri dalam menilai kemampuan
mahasiswanya. Tugas-tugas seperti pembuatan makalah melakukan riset
tertentu atau membuat laporan tentang suatu kegiatan merupakan tugas yang
sering diberikan kepada mahasiswa. Tugas-tugas tesebut tentunya harus
dikerjakan dengan baik karena akan berpengaruh terhadap nilai akhir. Jika
mengalami kesulitan dalam mengerjakannya jangan sungkan bertanya dan
mendiskusikannya dengan teman kuliah, atau langsung ditanyakan pada dosen.
16
2.2.7. Menghadapi Ujian (Tes tengah semester dan akhir semester)
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan mahasiswa saat menghadapi
berbagai ujian sebagai berikut:
a. Belajar step by step dari berbagai sumber .
Belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan, bertahap (step
by step). Pelajari semua sumber belajar yang ada, baik yang berasal dari
catatan perkuliahan, silabus, buku referensi, koran, majalah, atau dari
internet, tanpa memikirkan apakah materi tersebut sudah dipelajari atau
belum. Setiap materi yang dipelajari harus benar-benar dimengerti,
bahkan dipelajari secara mendalam dan meluas. Jika ada yang belum
jelas dapat dicari solusinya dengan membaca berbagai bacaan
pendukung, teman-teman atau dosen yang bersangkutan.
b. Kesiapan fisik dan mental.
Biasakan berolahraga dan menggunakan waktu beristirahat secukupnya
jaga kesehatan fisik dan psikis. Bila tubuh dan pikiran tidak sehat, tentu
akan menjadi mudah dalam menyerap berbagai pelajaran yang dipelajari.
c. Belajar berpikir secara bagan (skematik).
Buatlah bagan atau skema dari berbagai masalah secara terpadu.
Kemudian diuraikan lagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
urutannya (break down). Lalu analisis bagian- bagian tesebut secara kritis.
Dari sini dapat dituangkan dalam bentuk ungkapan verbal.
17
d. Belajar penalaran.
Bentuk ujian adakalanya diberikan secara lisan, tulisan atau tindakan
(misalnya pratikium dilaboratorium). Belajar menggunakan penalaran
artinya penekanan diberikan kepada hubungan kausal (sebab akibat –
aksentuasi). Pemahaman tentang hal ini akan membantu kesiapan
mengahadapi soalnya ujian.
e. Mengerjakan latihan.
Latihan yang rutin bisa membuat kita menjadi terbiasa dan mudah
mengingat apa yang kita pelajari. Lupa adalah penyakit dan kelemahan
manusia. Oleh sebab itu, kegiatan latihan dapat membantu mengingat apa
yang kita pelajari.
2.3. Memperbaiki Kebiasaan Belajar Mahasiswa.
Slameto (2010), mengatakan bahwa belajar mandiri adalah proses
menggerakan kekuatan atau dorongan dari dalam diri inidividu (mahasiswa) yang
belajar untuk menggerakan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada
tekanan atau pengaruh asing dari luar.
Astiyanti (2006), mengatakan salah satu bentuk kebiasaan belajar yang buruk
adalah prokrastinasi. Prokrastinasi adalah penundaan pengerjaan tugas
akademik yang ditandai oleh pengalihan kapasitas berpikir, perasaan dan tindakan
mahasiswa kepada hal lain yang mengakibatkan gagalnya penyelasaian tugas
kuliah.
18
S. Edwards (2007), menyebutkan ada beberapa cara untuk memperbaiki
kebiasaan belajar mahasiswa yaitu sebagai berikut:
2.3.1. Menghindari Prokarstinasi
a. Pengharapan yang tidak masuk akal, mahasiswa percaya bahwa harus
membaca semuanya tentang materi sebelum mempresantasikan topik
tersebut.
b. Takut akan kegagalan, mahasiswa menghindari tugas, takut
mendapatkan nilai yang jelek.
c. Perfeksionis/terlalu sempurna, mahasiswa percaya bahwa jika gagal
mengerjakan tugas nilai-nilai tersebut mengabarkan nilai ketidak
mampuan mahasiswa.
d. Susah berkonsentrasi, mahasiswa sering berkhayal ketika sedang belajar
dan lebih suka berbicara dengan teman daripada mengerjakan tugas
kuliah.
e. Masalah penjadwalan, mahasiswa tidak dapat mengatur waktunya
dengan baik, diliputi oleh tugas, dan takut mengerjakannya.
Untuk mensugesti itu semua ada enam langkah untuk menghindari proktinasi
sebagai berikut:
1. Mempunyai tujuan yang jelas, dapat membagi waktu dapat lebih mudah
dalam menyelasaikan tugas.
2. Memberika penghargaan kepada diri sendiri, berikan penghargaan kepada
diri sendiri setelah menyelesaikan sebuah tugas.
19
3. Mempunyai ruang belajar yang mendukung, cari tahu di mana tempat
yang nyaman untuk belajar.
4. Perkiraan tugas yang masuk akal, beberapa mahasiswa tidak tahu
menentukan berapa lama sebuah tugas dapat diselesaikan.
5. Sesi pendek, mengerjakan tugas secara bertahap sampai semua tugas
dapat diselesaikan dengan baik.
6. Harus memulai, mahasiswa mempunyai masalah menunda-nunda untuk
mengerjakan tugas.
2.3.2. Membagi waktu belajar dengan baik
1. Gunakanlah waktu diantara kelas untuk belajar
Masalah-masalah belajar sebagai berikut:
1. Suara-suara yang ada disekitar kita
2. Masalah-masalah visual (computer, TV, gambar, cahaya lampu
terlalu terang dan terlalu suram)
3. Gangguan dari orang-orang, teman yang datang dan berbicara, orang
yang lewat dan orang yang berada di sekitar.
4. Masalah istirahat, terlalu sedikit dan terlalu sering beristirahat atau
terlalu lama beristirahat.
5. Masalah fisik, terlalu dingin, terlalu panas, kursi yang tidak nyaman,
kursi dan meja yang terlalu tinggi.
6. Masalah-masalah personal, sedang memikirkan tentang masalah yang
lain (orang tua, teman, ragu tentant tugas, ragu tentang tes, ragu
tentang nilai dan mersa sakit).
20
7. Masalah tugas, tidak membawa bawa buku catatan yang betul, tidak
membawa perlengkapan yang benar untuk belajar, tidak menulis
tugas.
Untuk dapat menghindari ini maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Matikan TV dan radio saat belajar.
2. Sesuaikanlah pencahayaan yang cocok sehingaa dapat belajar dengan
nyaman
3. Harus meluangkan waktu untuk belajar setelah satu sampai satu
setengah jam.
4. Pakailah pakaian yang membuat nyaman, pilihlah kursi dan meja yang
cocok dengan ukuranmu.
5. Ketika kita mempunyai masalah dengan keluarga jangan ikut sertakan
dalam belajar
6. Catat semua atau tulislah semua tugas yang telah diberikan dosen,
simpanlah semua tugas dibuku catatan yang sama.
21
2.3.3. Menolong Mahasiswa sukses dalam Kelas
1. Duduk di depan, dengan duduk di depan mahasiswa dapat melihat papan
tulis dengan jelas dan dapat mendengar penjelasan dari dosen dengan lebih
seksama.
2. Mendengarkan dan mengambil catatan kecil
3. Bertanya, dengan bertanya kepada dosen, mahasiswa dengan tidak sengaja
memberitahukan kepada dosen bahwa mahasiswa peduli akan materi dan
penjelasan tersebut
4. Partisipasi dalam kelas. Berbicara sekali atau beberapa kali dalam diskusi
menunjukan kepada dosen bahwa mahasiswa tertarik kepada materi
tersebut
5. Jangan berargumen dan mengeluh kepada dosen.
6. Datanglah tepat waktu kedalam kelas. Dosen melihat mahasiswa mana
yang datang telat dalam kelas, secara jelas, para dosen melihat ini sebagai
ketidak hormatan jika ada mahasiswa yang datang terlambat.
7. Menulis dengan jelas semua tugas dengan jelas atau menggunakan
komputer. Pastikan bahwa tugas yang dikumpulkan itu rapi sehingga dapat
dibaca dengan jelas oleh dosen
8. Kumpullah tugas tersebut tepat waktu. Banyak dosen tidak menerima
tugas yang terlambat dan kadang – kadang nilai dari tugas tersebut akan
dipotong karena keterlambatan.
22
9. Kerjakanlah semua tugas. Dosen mengambil catatan mahasiswa yang
selalu mengerjakan tugas dan mahasiswa yang tidak.
10. Jangan biarkan hal-hal lain mengganggu. Jangan melihat keluar jendela,
jika seseorang datang terlambat, jangan memainkan hand phone, atau
barang elektronik lainnya. Dengar dan fokus pada apa yang dijelaskan oleh
pengajar.
2.3.4. Belajar dalam kelompok
Untuk menolong mahasiswa dan anggota kelompok supaya sukses,
pastikan setiap mahasiswa dalam kelompok setuju pada aturan-aturan berikut
ini
1. Jangan menyela satu sama lain. Untuk menjadi sukses, kelompok belajar
harus menghormati setiap anggota setiap kelompoknya.
2. Menghindarlah dari orang yang tidak mau bekerja. Belajar kelompok
bukanlah tempat bagi mahasiswa yang tidak mau bekerja.
3. Setiap mahasiswa harus membaca semua tugas. Beberapa kelompok
belajar membagi tugas-tugas membaca diantara anggotanya.
4. Jangan membuat komentar perorangan terhadap orang lain. Bekerja sama
dengan orang lain dapat saja membuat stres, perkataan kasar atau
serangan-serangan dari seseorang akan melemahkan kelompokmu dan
menyakiti perasaan orang lain untuk bekerja sama.
5. Jangan mengeluh tentang kelas, tugas dan tes. Satu kesalahan yang dibuat
oleh suatu kelompok, memungkinkan anggota-anggotanya untuk
23
mengeluh, betapapun susah materinya, janganlah mengeluh, setiap
anggota dapat menyelesaikannya dengan bekerja sama.
6. Jangan mensosialisasi setelah rapat itu berakhir. Salah satu masalah dalam
belajar kelompok adalah jangan bersosialisasi sebelum tugasnya
diselesaikan.
2.3.5. Mendapat bantuan tambahan dari pengajar/dosen
1. Jangan membuang waktu dosen. Ketika kita pergi mengunjungi para
pengajar, bersiaplah untuk langsung bertanya pada hal-hal yang kita tidak
mengerti.
2. Siapkanlah daftar-daftar pertanyaan. Pengajar pada level ini
mengharapkan mahasiswa untuk bertanggung – jawab atas apa yang
dipelajari.
3. Dengarlah dengan jelas dan menanyakan pertanyaan untuk diklarifikasi.
Dengarlah dengan jelas penjelasan pengajar. Bertanyalah untuk
memastikan bahwa mahasiswa memahami informasinya.
4. Ringkaslah apa yang dikatakan pengajar. Pastikanlah bahwa mahasiswa
memahami materi baru dengan cara meringkas informasinya dan berkata
kembali kepada pengajar, jika pengajar mengkoreksi kembali ringkasan,
pastikan untuk bertanya untuk memastikan pemahaman terhadap materi.
5. Berterima kasihlah kepada pengajar. Berterima kasihlah kepada pengajar
karena telah menolong dengan iklas.
24
6. Bertanyalah kepada pengajar apakah dapat kembali jika mahasiswa
mempunyai pertanyaan – pertanyaan lain. Sebelum pergi, tanyalah apakah
mahasiswa dapat kembali lagi jika mempunyai pertanyaan lain.
2.3.6. Kegunaan dari Kebiasaan Belajar
Penelitian M. Mahbub (2009) diperoleh lima kegunaan kebiasaan belajar
yaitu:
1. Kebiasaan dapat menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau
memakai pikiran. Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat spontan
yang tidak memerlukan banyak kesenngajaan.
2. Meningkatkan efisiensi manusia. Dengan kebiasaan belajar yang baik maka
sebagian energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk
aktivitas yang lain.
3. Membuat seseorang lebih cermat. Contohnya seorang mahasiswa yang
terbiasa membuka kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata
karena sudah terbiasa.
4. Hasil belajar yang maksimal. Dengan kecermatan yang tinggi dan usaha
belajar yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar
5. Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatan belajarnya
sehari-hari.
25
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar
Thursan Hakim (Puspa Swara, 2005) yang membaginya didalam 2 faktor
utama yaitu faktor internal (dalam diri mahasiswa) dan eksternal (di luar
mahasiswa) adalah sebagai berikut:
2.4.1 Faktor Internal
1. Faktor biologis (jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah
lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca
indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang
sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga
kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan
dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental
yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang
mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama,
intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang
berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan.
Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar
seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya
26
seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
2.4.2. Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seorang
mahasiswa. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
2. Faktor lingkungan Universitas
Lingkungan Universitas sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar mahasiswa. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para mahasiswa Universitas mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi dosen dengan mahasiswa, pelajaran, waktu
perkuliahan, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan
konsisten.
3. Faktor lingkungan masyarakat
Seseorang mahasiswa hendaknya dapat memilih lingkungan
masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat
merupakan faktor eksternal yang juga berpengruh terhadap belajar
mahasiswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang
dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-
27
lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan
tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah mahasiswa dari
penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.
2.5. Pentingnya Layanan Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang.
Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan
belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai
berikut:
a. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan
mahasiswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai berbagai
pelajaran yang diberikan dosen. Dan kualifikasi itu antara lain:
1. Mahasiswa yang benar-benar dapat menguasai pelajaran.
2. Mahasiswa yang cukup menguasai pelajaran
3. Mahasiswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
b. Adanya kemampuan/tingkat dan bakat yang dimiliki oleh setiap
mahasiswa yang mana berbeda dengan mahasiswa lainnya. Dimana
klasifikasi siswa tersebut antara lain:
1. Mahasiswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang
diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
28
2. Mahasiswa yang prestasinya memang sesuai dengan apa yang
diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
3. Mahasiswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang
diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
c. Adanya penerapan waktu untuk menyelasaikan suatu program belajar.
Dan klasifikasi mahasiswa dalam hal ini antara lain:
1. Mahasiswa yang ternyata dapat menyesuaikan pelajaran lebih
cepat dari waktu yang disesuaikan.
2. Mahasiswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran sesuai
waktu yang telah disesuaikan.
3. Mahasiswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
d. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan
prestasi mahasiswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi
mahasiswa berdasarkan prestasinya itu antara lain:
1. Mahasiswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-
rata prestasi kelompok.
2. Mahasiswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai
rata-rata dari kelompok.
3. Mahasiswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata
prestasi kelompok.
29
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap
mahasiswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan
bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para mahasiswa yang memiliki
permasalahan dalam belajarnya dapat segera teratasi. Sehingga mahasiswa dapat
mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat
yang dimilikinya. Dengan adanya bimbingan belajar dimaksud untuk:
1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam
mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan dan bersikap terhadap
dosen.
2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun
kelompok.
3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan
budaya di lingkungan unversitas maupun di dalam dan di luar.
Pemberian layanan bimbingan belajar bagi mahasiswa juga bermanfaat bagi
dosen karena, membantu menyesuaikan program pembelajaran agar sesuai dengan
karakteristik mahasiswa dan memudahkan dalam mengembangkan potensi
mahasiswa secara menyeluruh. Jadi, layanan bimbingan belajar sangat diperlukan
oleh semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatan belajar.
30
2.6. Pentingnya Mentor Bagi Mahasiswa
Pada dasarnya, mentoring digambarkan sebagai aktifitas yang dilakukan
seseorang (mentor) untuk orang lain (mentee) dalam rangka membantu orang
tersebut melakukan pekerjaannya lebih efektif dan/atau untuk kemajuan dalam
karirnya
(http://vibizmanagement.com/journal/index/category/human_resources/675/10/5/2
012).
Pengertian mentor mengandung arti bahwa seseorang yang membantu dan
memahami sistem informal yang berlaku dan bimbingan bagaimana untuk sukses
dan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan
(http://yayatsudrajat.9f.com/AKU3/mentoring.htm/10/5/2012 ).
Jadi dapat diartikan mentor adalah aktifitas yang dilakukan seseorang
(mahasiswa angkatan 2009 dan 2010) kepada orang lain (mahasiswa angkatan
2011) yang membantu dan memahami sistem informal yang berlaku dan
membimbing untuk berhasil mencapai kemajuan dalam karirnya/kuliahnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa calon mahasiswa bisa saja
mengalami kesulitan dalam mengahadapi masa transisi dilingkungan yang baru
dengan berberapa alasan. Salah satu alasannya adalah berhubungan dengan
kebutuhan untuk membuat sebuah hubungan dengan pihak universitas. Staf
program mentoring (mentor) mahasiswa melaporkan disini membentuk bagian
dari sebuah perguruan tinggi Australia pada proses transisi tahun pertama dan
diatur dalam suatu wadah untuk membantu mahasiswa untuk beradaptasi dengan
lingkungan akademis. Perguruan tinggi merespon pada statistik yang berhubungan
31
dengan mahasiswa angkatan pertama yang keluar dari studi mereka dengan
mengunaka inisiatif tahun pertama yang meliputi staf pembantu dalam
membentuk program mentoring yang sukses untuk mahasiswa angkatan baru.
2.6.1. Fungsi Mentor bagi Mahasiswa
1. Meningkatkan proses belajar yang disengaja (intentional learning),
termasuk membangun kapasitas melalui metode seperti instruksi,
coaching, memberikan pengalaman, modelling dan memberi saran.
2. Mentor, sebagai pemimpin dari suatu proses belajar, tentu perlu untuk
membagi cerita bagaimana cara melakukannya sehingga berhasil.
Mereka juga perlu untuk membagi pengalaman mereka tentang
kegagalan (misalnya, bagaimana saya melakukan kesalahan itu) Kedua
pengalaman ini adalah pelajaran yang kuat yang memberikan
kesempatan yang berharga untuk menganalisa realitas individu
(mahasiswa)
3. Mentor memberikan gambaran masa depan dan memberikan percepatan
proses untuk mengembangkan talenta seseorang menjadi kenyataan.
32
2.6.2. Karakteristik Mentor (Mahasiswa angkatan 2009/2010) Yang Baik
Kualitas yang penting dari seorang mentor yang efektif
(www.managemen thelp.org) meliputi :
1. Keinginan untuk menolong – Seseorang yang tertarik dan mau menolong
orang lain.
2. Memiliki pengalaman yang positif – Seseorang yang memiliki
pengalaman formal dan informal yang positif dengan seorang mentor
cenderung untuk menjadi mentor yang baik pula.
3. Reputasi yang baik untuk mengembangkan orang lain – Orang yang
berpengalaman yang memiliki reputasi yang baik dalam menolong orang
lain akan mengembangkan keterampilan mereka.
4. Waktu dan energi – Orang yang memiliki waktu dan energi mental untuk
diabdikan dalam hubungan tersebut.
5. Pengetahuan yang up-to-date – Orang yang selalu me-maintain
pengetahuan dan keterampilan teknologi yang up-to-date dan terkini.
6. Sikap belajar – Seseorang yang masih mau dan mampu untuk belajar dan
yang melihat keuntungan potensial dari suatu hubungan mentoring.
7. Memperlihatkan keterampilan manajerial (mentoring) yang efektif
Seseorang yang telah memperlihatkan keterampilan coaching, konseling,
facilitating, dan networking yang efektif.
33
2.6.3. Karakteristik Seorang Mentee/ Mahasiswa (angkatan 2011) Yang Baik
Karakteristik seorang mentee/mahasiswa(angkatan 2011) adalah sebagai berikut :
1. Konsisten untuk terus memperluas kemampuannya
2. Terbuka dan menerima cara baru dalam proses belajar dan mau mencoba
ide baru
3. Mampu menerima umpan balik (feedback) dan melakukan perbaikan
terhadap hal tersebut.
4. Kemauan untuk menerapkan yang telah dipelajari untuk diterapkan dalam
kebiasaan belajarnya.
5. Fokus terhadap pencapaian hasil (belajar) yang diinginkan
6. Mampu untuk berkomunikasi dan melaksanakan tugas sebagai seorang
mahasiswa yang bertanggung jawab dengan diri sendiri dan orang lain
7. Tahu kapan saat untuk meminta pertolongan
8. Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen pribadi
9. Selalu melakukan pertemuan (mentoring: sebuah proses untuk membantu
seseorang menemukan jati dirinya pembimbing atau pengasuh) secara
teratur. (www.managementhelp.org )
34
2.7. Profil Kebiasaan Belajar Implikasinya Bagi layanan Bimbingan Belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan
(http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2008/07/01/orientasi-belajar-yang-tidak-
terarah.
Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar dari waktu ke waktu dengan cara
yang sama, sedang ketrampilan belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang
telah dikuasai untuk melakukan studi belajar seseorang dari waktu ke waktu
(http://www.masbied.com/2010/03/20/sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa).
Jadi dapat disimpulkan profil kebiasaan belajar mahasiswa adalah suatu
gambaran kebiasaan (sikap belajar dimana kecenderungan perilaku mahasiswa
tatkala mempelajari hal-hal yang bersifat akademik dan orientasi belajar yaitu
membantu mahasiswa dalam suatu kebiasaan belajar yang terarah) belajar yang
dilakukan terus- menerus oleh mahasiswa.
Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari
faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja
dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai
perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa
memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses
belajar.
Pembentukan kebiasaan belajar bisa dipengaruhi oleh imitasi dan sugesti.
Kebiasaan belajar yang baik dapat terbentuk karena lingkungan tempat mahasiswa
belajar merupakan lingkungan yang sudah terbiasa melakukan aktivitas belajar
35
secara teratur. Kebiasaan ini bisa terbentuk secara tidak sadar sejak kecil melalui
imitasi dari keluarga. Yang kedua sugesti,emosi seseorang tergantung pada emosi
dan sikap orang banyak. Hal ini sering disebut sebagai herd-instinct atau naluri
gerombolan. Diantara cara membentuk kebiasaan belajar adalah dengan cara
berbuat suatu aktivitas belajar walaupun mengalami kesulitan secara terus
menerus. Ketika kegiatan ini diulang terus menerus maka akan membentuk tipe
belajar yang dikehendaki. Maka terbentuklah suatu kebiasaan belajar sehingga
merasa seakan-akan kurang tepat jika melakukan kegiatan lain. Kebiasaan
belajar juga dapat dipengaruhi oleh cara dosen menerapkan bimbingan terhadap
mahasiswanya.
Profil kebiasaan belajar mahasiswa implikasikan kedalam layanan
bimbingan belajar bertujuan agar bimbingan belajar yang dimaksud adalah untuk
membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.
Secara umum, dengan kebiasaan belajar mahasiswa dapat implikasikan
pada layanan belajar yaitu dimana dengan layanan belajar diharapkan dapat
membantu dan mebentuk mahasiwa dalam mengatasi kesulitanya dalam belajar.
Dengan memberikan layanan bimbingan belajar yaitu proses pemberian atau
layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbingkepada yang
dibimbing (mahasiswa) agar tercapai perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkungan belajarnya, menolong individu(mahasiswa)
agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat
memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi di dalam studinya dan
membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan
36
kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Dengan demikian dengan melihat profil kebiasan belajar yang dilihat dari
skor kebiasaan belajar mahasiswa (skala The Delay Avoidance dan The Work
Methods), sikap belajar mahasisw( skala The Teacher Approval dan The
Education Acceptance) dan orientasi belajar mahasiswa(skala Study Habits dan
Study Attutudes) mahasiswa dalam penelitian ini penulis dapat merekondasikan
kepada mentor melalui hasil penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa
bimbingan dan konseling angkatan 2011 yang telah penulis teliti.
2.8. Hasil Penelitian Yang Berhubungan
Menurut penelitian yang dilakukan M. Agustin (2010), “Konseling untuk
Atasi Kejenuhan Belajar Mahasiswa UPI Bandung” sebagian besar mahasiswa
semester lima/ tingkat tiga ke atas, umumnya mengeluh dan mengalami kejenuhan
dalam belajar. Mencatat banyak faktor yang memicu kejenuhan belajar. Pertama,
kesulitan mencari sumber belajar (42,5%). Kedua, kesulitan bertemu dosen untuk
berkonsultasi (28,5%). Ketiga, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan
belajar (18%). Keempat, tidak memahami materi yang diberikan dosen (45%).
Kelima, banyak biaya untuk mengerjakan tugas kuliah (25%). Keenam, sulit
menolak ajakan teman ketika sedang belajar (16%). Ketujuh, ada masalah
akademik dengan dosen (4,5%). Kedelapan, ada masalah pribadi dengan dosen
(6%). Kesembilan, ada masalah pribadi dengan teman (10%). Kesepuluh, banyak
masalah keluarga (16,5%). Kesebelas, banyak masalah di tempat kos (5,5%).
37
Keduabelas, mengalami kesulitan dalam menerjemahkan buku berbahasa asing,
khususnya bahasa Inggris dan Jepang (53,5%). Ketigabelas, kesulitan dalam
membuat tugas belajar (29,5%). Dan terakhir, kesulitan membagi waktu belajar
dengan kesibukan di luar belajar (51,5%).
Menurut penelitian yang dilakukan R. W. Wardini ( 2011), “ Gambaran
Pengetahuan, Sikap dan Praktek Belajar Mahasiswa Akbid Muhammadiyah
Mediun” menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa (56,8%) mempunyai
sikap belajar yang baik, dapat dilihat bahwa sebagian besar (79,6%) mahasiswa
melakukan praktek belajar yang cukup. mahasiswa (50%) membuat jadwal belajar
sehari-hari, minimal 2-3 jam, (20%) belajar apabila ada tugas yang banyak dari
dosen, mahasiswa tentang cara belajar yang baik untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan: (60%) mahasiswa mengatakan dengan cara membaca/mengulang
kembali pelajaran, (20%) mahasiswa belajar sebelum dan setelah kuliah, (20%)
mahasiswa belajar dengan santai tetapi serius,(40%) mahasiswa mengatakan
faktor yang mempengaruhi belajar karena adanya kemauan untuk belajar, (20%)
mahasiswa cara penyampaian materi yang menarik yang dapat mempengaruhi
untuk belajar, (20%) mahasiswa belajar bila ada tugas dari dosen, (20%)
mahasiswa faktor eksternal (malas,menunda-nunda) dan internal (pikiran) dapat
mempengaruhi belajar. mahasiswa (30%) mengatakan cara mengajar yang mudah
dipahami adalah setelah diterangkan dosen kemudian di praktekkan, mahasiswa
(30%) mengajar jangan membaca terus, mahasiswi (20%) materi jangan banyak,
penjelasan secara detail dan diberi contoh – contoh.