II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Mesin Gerinda
Mesin gerinda adalah salah satu mesin yang digunakan untuk mengasah
atau memotong benda kerja. Prinsip kerja dari mesin gerinda adalah batu gerinda
yang berputar kemudian bergesekan dengan benda kerja sehingga terjadi
pemotongan atau pengasahan.
2.1.1 Macam-macam Mesin Gerinda
1. Mesin gerinda datar
Mesin gerinda datar adalah salah satu jenis mesin gerinda yang
digunakan untuk penggerindaan datar dan bertujuan untuk meratakan
suatu permukaan benda kerja yang tidak rata.
Gambar II.1 Bagian-bagian mesin gerinda datar
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
Keterangan :
1. Spindel penggerak roda gerinda.
2. Stopper langkah meja mesin kiri-kanan.
3. Tombol hidrolik penggerak langkah meja mesin.
4. Spindel penggerak meja mesin naik-turun.
II-2
5. Spindel penggerak meja mesin kiri-kanan.
6. Tuas pengontrol meja mesin.
7. Panel pengatur proses kerja mesin.
8. Meja mesin.
9. Kepala utama.
Berdasarkan sumbu utamanya, mesin gerinda datar dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu:
1. Mesin gerinda datar horisontal dengan gerakan meja bolak-balik, jenis
mesin gerinda ini digunakan untuk menggerinda benda kerja dengan
permukaan rata atau menyudut.
Gambar II.2 Mesin gerinda datar dengan gerak meja bolak-
balik (Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
2. Mesin gerinda datar horisontal dengan gerakan meja berputar, jenis
mesin gerinda ini digunakan untuk menggerinda permukaan rata pada
benda kerja silinder atau poros.
Gambar II.3 Mesin gerinda datar dengan gerak meja berputar
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
II-3
3. Mesin gerinda datar vertikal dengan gerakan meja bolak-balik, jenis
mesin ini digunakan untuk menggerinda benda kerja yang mempunyai
permukaan rata, lebar dan menyudut.
Gambar II.4 Mesin gerinda vertikal dengan gerak meja bolak-
balik (Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
4. Mesin gerinda vertikal dengan gerakan meja berputar, jenis mesin
gerinda ini digunakan untuk menggerinda permukaan rata benda kerja
silinder atau poros.
Gambar II.5 Mesin gerinda vertikal dengan gerak meja berputar
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
Berdasarkan prinsip kerjanya, mesin gerinda datar dibedakan
menjadi 2 macam :
1. Mesin gerinda datar semi otomatis, adalah mesin gerinda dimana proses
penggerindan dapat dilakukan secara manual (tangan) dan otomatis
mesin.
II-4
2. Mesin gerinda datar otomatis, adalah mesin gerinda dimana proses
penggerindaan diatur melalui program NC dan CNC.
2. Mesin gerinda silindris
Mesin gerinda silindris adalah mesin gerinda yang digunakan
untuk menggerinda benda kerja dengan bentuk silindris, silindris
bertingkat, dsb.
Gambar II.6 Bagian-bagian mesin gerinda silindris
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
Keterangan :
1. Kepala utama.
2. Spindel utama untuk pencekaman benda kerja.
3. Kaki mesin.
4. Panel kontrol pengatur proses kerja mesin.
5. Meja bawah sebagai dudukan meja atas.
6. Meja atas sebagai tempat dudukan kepala lepas di spindel utama
benda kerja dan dapat diatur sudutnya.
7. Kepala lepas untuk menyangga benda kerja untuk pencekaman
diantara dua senter.
8. Perlengkapan pendingin sebagai tempat pengatur aliran cairan
pendingin.
II-5
Berdasarkan konstruksi mesinnya, mesin gerinda silindris
dibedakan menjadi 4 macam :
1. Mesin gerinda silindris luar, jenis mesin gerinda ini digunakan untuk
menggerinda diameter luar dari benda kerja yang berbentuk silindris
atau tirus.
Gambar II.7 Gerinda silindris luar
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
2. Mesin gerinda silindris dalam, jenis mesin gerinda ini digunakan untuk
menggerinda diameter dalam dari benda kerja yang berbentuk silindris
atau tirus.
Gambar II.8 Gerinda silindris dalam
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
3. Mesin gerinda silindris luar tanpa center, jenis mesin gerinda ini
digunakan untuk menggerinda diameter luar dari benda kerja yang
berbentuk silindris dalam jumlah yang banyak baik panjang maupun
pendek.
II-6
Gambar II.9 Gerinda silindris luar tanpa center
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
4. Mesin gerinda silindris universal, jenis mesin gerinda ini digunakan
untuk menggerinda diameter luar dan diameter dalam dari benda kerja
yang berbentuk silindris atau tirus.
Gambar II.10 Gerinda silindris universal
(Proses Gerinda, Paryanto, M.Pd)
3. Mesin gerinda tangan
Mesin gerinda tangan merupakan mesin gerinda yang digunakan
untuk menggerinda benda kerja dengan tujuan untuk membentuk benda
kerja atau merapihkan hasil pemotongan, merapihkan hasil las.
II-7
Gambar II.11 Bagian-bagian mesin gerinda tangan
4. Mesin gerinda duduk (Pedestal)
Mesin gerinda duduk adalah mesin gerinda yang digunakan untuk
mengasah alat potong seperti mata bor, pahat bubut juga untuk pengasahan
atau pembentukan benda kerja lain seperti pisau dapur, kampak, golok,
dan perkakas pisau lainnya sesuai dengan kapasitas dan peruntukannya.
Gambar II.12 Bagian-bagian mesin gerinda duduk
5. Mesin gerinda potong
Mesin gerinda potong adalah mesin gerinda yang digunakan untuk
memotong benda kerja yang berbentuk pelat atau silinder. Roda gerinda
yang digunakan berbentuk piringan gerinda tipis yang berputar dengan
kecepatan tinggi. Prinsip kerja mesin ini yaitu piringan batu gerinda yang
berputar memotong benda kerja yang tercekam.
II-8
Gambar II.13 Mesin gerinda potong
Gambar II.14 Bagian-bagian mesin gerinda potong
Keterangan :
a. Handle pengangkat
b. Tutup pisau dinamis
c. Tutup pisau statis
d. Batu gerinda
e. Skala pengukur sudut potong
f. Plat pelindung percikan
g. Dudukan
h. Stang pengunci
i. Pengunci ulir
j. Lengan ulir pencekam
k. Tombol on/off
l. Pengunci pisau potong
II-9
m. Motor
n. Pengungi handle pengangkat
o. Pembatas kedalaman potong
p. Kabel power
q. Karet dudukan
2.2 Kodifikasi Batu Gerinda
Kodifikasi batu gerinda bertujuan untuk memberi identitas batu gerinda
supaya pemilihan batu gerinda bias disesuaikan dengan proses gerinda yang
direncanakan. Kode tersebut merupakan tanda yang harus ada pada batu gerinda
yang terdisi atas 7 kelompok huruf dan angka dengan arti tertentu.
Tabel II.1 Pengertian 7 huruf dan angka kodifikasi batu gerinda
0 Spesifikasi serbuk abrasive; sesuai dengan klasifikasi lebih lanjut dari pabrik
pembuat.
1 Jenis serbuk abrasive.
2 Ukuran serbuk abrasive.
3 Kekerasan atau kekuatan ikatan.
4 Struktur; hanya dicantumkan bila perlu.
5 Jenis bahan pengikat
6 Spesifikasi bahan pengikat; hanya dicantumkan bila perlu sesuai jenis atau
modifikasi yang dilakukan pabrik pembuat.
II-10
Gambar II.15 Kodifikasi batu gerinda (Proses Gerinda, Taufiq Rochim, 2007)
Catatan: khusus untuk batu gerinda dengan serbuk abrasive intan, ditambah lagi
kode yang kedelapan untuk menjelaskan tebal lapisan serbuk intan yang
menempel pada roda gerinda yang dibuat dari metal.
2.3 Fixture
Fixture adalah alat bantu yang digunakan untuk memegang dan
memposisikan benda untuk di proses pemesinan, assembly, marking, control, etc.
Untuk membuat fixture yang baik, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
1. Lokasi
Fixture yang dibuat harus mudah dijangkau oleh operator dan mudah untuk
digunakan.
II-11
2. Pencekaman
Pencekaman harus mampu menahan gaya potong yang terjadi pada benda kerja
dan tidak merusak benda kerja.
3. Handling
Fixture yang dibuat harus mudah ditangani. Kemudahan pemasangan dan
pembongkaran benda kerja harus dipastikan.
4. Rigidity, stability
Alat yang dibuat harus stabil dan kaku meskipun design alat sangat sederhana.
5. Material
Pemilihan material komponen harus diperhatikan. Bagian-bagian komponen
yang dikenakan keausan atau tekanan lainnya sebaiknya terbuat dari baja
perkakas and baja yang mengalami perlakuan panas.
2.3.1 Klasifikasi fixture
Fixture diklasifikasikan berdasarkan jenis mesin yang
menggunakan dan jenis pekerjaan yang dilakukan, misalnya fixture yang
digunakan pada mesin milling untuk pekerjaan bor disebut milling boring
fixture. Berikut adalah list operasi produksi yang menggunakan fixture :
1. Assembling Lapping
2. Boring Milling
3. Broaching Planing
4. Drilling Sawing
5. Forming Shaping
6. Gaughing Stamping
7. Grinding Tapping
8. Heat Treating Testing
9. Honing Turning
10. Inspecting Welding
II-12
2.3.2 Jenis-jenis fixture
Jenis fixture dibedakan berdasarkan bagaimana fixture ini dibuat.
Perbedaannya dengan jig adalah fixture dibuat lebih berat dan kuat dari jig
karena gaya perkakas yang lebih besar.
1. Fixture pelat
Fixture pelat adalah fixture dengan bentuk paling sederhana. Fixture
ini terbuat dari pelat datar dengan variasi pada klem dan locator yang
berguna untuk memegang dan memposisikan benda kerja.
Konstruksinya yang sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir
semua proses pemesinan.
Gambar II.16 Fixture pelat
2. Fixture pelat sudut
Fixture pelat sudut adalah variasi dari fixture pelat dimana komponen
diproses pada sudut tegak lurus terhadap locatornya.
Gambar II.17 Fixture pelat sudut
II-13
3. Fixture vise-jaw
Fixture vise-jaw digunakan untuk pemesinan komponen kecil. Dengan
alat ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai
dengan bentuk komponen.
Gambar II.18 Fixture vise-jaw
4. Fixture indexing
Fixture indexing adalah fixture dengan bentuk yang hampir sama
dengan jig indexing. Fixture jenis ini digunakan untuk pemesinan
komponen dengan rongga yang detil.
Gambar II.19 Fixture indexing
II-14
5. Fixture multistation
Fixture multistation adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi.
Fixture duplex adalah jenis paling sederhana dari jenis ini karena
hanya memiliki dua stasiun. Fixture tersebut bisa memasang dan
melepaskan benda kerja ketika pekerjaan pemesinan berlangsung.
Gambar II.20 Fixture duplex
6. Fixture profil
Fixture profil digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan
kontur imternal atau eksternal dimana mesin secara normal tidak bisa
melakukan.
Gambar II.21 Fixture profil
II-15
2.4 Pahat Bubut
Pahati bubuti adalahi alati potongi yangi digunakan pada proses
pembubutan. Pahat bubut berfungsi untuk memotong atau menyayat benda kerja
yang tercekam dan berputar pada spindle mesin bubut.
2.4.1 Material Pahat Bubut
Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material/ bahan yang
digunakan, yaitu:
1. Baja Karbon
Material pahat bubut yang termasuk dalam kelompok baja karbon
adalah High Carbon Steel (HCS) dan Carbon Tool Steels (CTS). Baja
jenis ini memiliki kandungan karbon yang relatif tinggi (0,7% – 1,4%
C) dengan presentase unsur lain relatif rendah yaitu Mn, W dan Cr
masing-masing 2% sehingga memiliki kekerasan permukaan yang
cukup tinggi. Proses perlakuan panas yang dilakukan pada suhu tertentu
mentrasformasi struktur bahan menjadi martensite dan menghasilkan
kekerasan antara 500 ÷ 1000 HV. Baja dengan struktur mastensite akan
melunak pada temperatur sekitar 250ºC, maka baja karbon jenis ini
hanya dapat digunakan pada kecepatan potong yang rendah yaitu vc =
10 m/menit dan hanya dapat digunakan untuk memotong logam yang
lunak atau kayu. 2. Baja kecepatan tinggi/High speed steel (HSS)
High speed steel adalah baja tool paduan tinggi yang mampu
mempertahankan sifat kekerasannya pada temperature tinggi.
Komposisi High speed steel terdiri dari paduan besi karbon dengan
tungsten 18% dan chromium 5,5% sebagai paduan utamanya. Ada juga
yang dipadukan dengan molybdenum, chromium, vanadium dan cobalt.
High speed steel dikategorikan menjadi 2, yaitu HSS konvensional dan
HSS spesial. HSS konvensional terdiri dari Molybdenum HSS dan
Tungsten HSS sedangkan HSS spesial terdiri dari Cobalt Added HSS,
High Vanadium HSS, High Hardness Co HSS, Cast HSS, Powder HSS
dan Coated HSS.
II-16
3. Paduan cor non-ferro
Bahan paduan cor non-ferro mengandung unsur paduan utama cobalt
40-50%, chromium 15-35%, tungsten 12-15% dengan sedikit unsur
pembentuk karbida 1-2% seperti boron, tantalum, molibden. Bahan
paduan cor non-ferro memiliki kekerasan yang tinggi yaitu sampai 925o
C
4. Karbida
Bahan karbida mengandung wolfram karbida 94% dan 6% cobalt.
Bahan ini cocok untuk proses pemesinan besi cord an semua bahan
kecuali baja. Karbida memiliki harga kekerasan yang dapat
mempertahankan tepi potong pada temperature diatas 1200o C serta
kekuatan kompresinya sangat tinggi namun rapuh.
5. Keramik
Serbuk aluminium oksida dengan beberapa bahan tambah dibuat
sebagai sisipan pahat potong. Titik lunak dari keramik adalah diatas
1100o C serta memiliki kekuatan kompresi yang tinggi tapi rapuh.
6. Intan
Intan adalah bahan yang sangat keras sehingga digunakan untuk proses
pemotongan yang tidak bias dilakukan dengan bahan alat potong lain.
2.4.2 Macam-macam Pahat Bubut HSS
1. Pahat rata kanan
Pahat jenis ini biasanya digunakan untuk pembubutan muka
(facing) dan memanjang.
Gambar II.22 Pahat bubut rata kanan
II-17
2. Pahat ulir
Pahat jenis ini digunakan untuk pembuatan ulir, baik ulir luar
maupun ulir dalam dengan sudut puncak 55o dan 60o.
Gambar II.23 Pahat ulir
3. Pahat alur
Pahat jenis ini digunakan untuk pembuatan celah atau
memotong.
Gambar II.24 Pahat alur
4. Pahat champer
Pahat jenis ini digunakan untuk membuat chamfer dengan
sudut 45o.
II-18
Gambar II.25 Pahat chamfer
2.5 Gaya Penggerindaan
Gaya penggerindaan adalah gaya yang terjadi pada proses penggerindaan,
yaitu pada saat terjadinya pemotongan batu gerinda dan benda kerja. Gaya
penggerindaan pada mesin gerinda pedestal dihitung dengan menerapkan teori
dari gaya gesek.
Gambar II.26 Gaya gesek
Fg = µk . Fn ...................(1)
Fg = Gaya gesek (N)
µk = Koefisien gesek kinetik
Fn = Gaya normal (N)
Dimana F ≥ Fg supaya benda bisa bergerak.
II-19
Dalam penerapan teori gaya gesek terhadap gaya gerinda dapat di jelaskan
dengan gambar berikut :
Gambar II.27 Gaya gesek pada batu gerinda
Ft = Gaya tangensial dari batu gerinda
Fn = Gaya tekan (N)
µk = Koefisien gesek kinetik
Fg = Gaya gesek (N)
Dimana Fg ≤ Ft supaya batu gerinda tetap berputar dan Ft
menjadi gaya maksimum yang dapat diterima batu gerinda.
Ft = P/Vs ...................(2)
P = Daya (watt)
Vs = Kecepatan periferal batu gerinda (m/s)
Vs = π . d . n
60000
d = diameter batu gerinda
n = rpm mesin gerinda
2.6 Sambungan Baut
Sambungan mur dan baut (Bolt) adalah komponen yang digunakan untuk
menyambungkan atau menghubungkan dua komponen atau lebih. Sambungan
mur dan baut merupakan sambungan tidak tetap, artinya dapat dibongkar pasang
dengan mudah. Beberapa keuntungan sambungan mur dan baut adalah
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menerima beban, dibuat dengan
II-20
standarisasi, pemasangan sangat mudah serta harga yang relative murah
sedangkan kerugian utama dalam menggunakan sambungan mur dan baut adalah
mempunyai konsentasi tegangan yang tinggi didaerah ulir.
2.6.1 Jenis sambungan ulir
Baut mur sederhana, yaitu terdiri dari baut dan mur, seperti
diperlihatkan pada gambar II.22 dibawah.
Gambar II.28 Jenis-jenis baut
a) Baut tap
Batang baut tidak mempunyai kepala. Keuda ujung batang baut
diulir seperti dilihat pada gambar II.22 bagian tengah.
b) Baut tanam
Baut tanam tidak mempunyai mur, sebagai ganti mur komponen
yang akan disambung diberi ulir seperti terlihat pada gambar
II.22 sebelah kanan.
c) Sekrup
Sekrup hampir sama dengan baut tanam, kecuali ukurannya
kecil dan kepala bautnya tersedia dalam berbagai bentuk seperti
terlihat pada gambar II.22.
Gambar II.29 Sekrup
II-21
d) Sekrup penyetel
Digunakan untuk menjamin agar tidak terjadi gerak ralatif antar
dua bagian, jenisnya diperlihatkan pada gambar II.23.
Gambar II.30 Sekrup penyetel
2.6.2 Kerusakan pada baut
Pemilihan ukuran dan jenis material dari baut harus sesuai
dengan perhitungan supaya tidak menyebabkan kerusakan pada
baut. Kerusakan pada baut bisa disebabkan kareka tarikan,
puntiran, tergeser dan ulir lumur.
Gambar II.31 Kerusakan pada baut
2.6.3 Menghitung kekuatan baut
Baut yang mengalami tegangan geser dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜏 g = F/A .....……………(3)
𝜏 g = Tegangan geser rata-rata (N/mm2)
F = Gaya geser (N)
A = Luas penampang baut (mm2)
II-22
Baut yang mengalami tegangan bending dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎b = Mb/Wb .......……………(4)
𝜎b = Tegangan bending (N/mm2)
Mb = Momen bending (N)
Wb = Ketahanan bending (mm3)
= Ix/y
Ix = Momen inersia terhadap sumbu x (mm4)
Y = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (mm)
Baut yang mengalami tegangan puntir dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎p = T/Wp ...………............(5)
𝜎p = Tegangan puntir (N/mm2)
T = Momen puntir (N/mm)
Wp = Ketahanan puntir (m3)
= Ip/r
Ip = Momen inersia polar (m4)
= Ix + Iy
r = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (m)
Baut yang mengalami tegangan tarik/tekan dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎t = F/A ...………............(6)
𝜎t = Tegangan tarik/tekan (N/mm2)
F = Gaya tarik/tekan (N)
A = Luas penampang benda (mm2)
II-23
Baut yang mengalami tegangan dukung ( tekanan permukaan )
dihitung dengan menggunakan rumus :
𝜎d = F/A ...………............(7)
𝜎d = Tegangan dukung (N/mm2)
F = Gaya dukung (N)
A = Luas penampang yang bersinggungan (mm2)
= d .t
d = diameter baut (mm2)
t = tebal penampang yang bersinggungan (mm)
(Sumber : Ir. Suyitno, Elemen Mesin)
2.7 Poros
Poros adalah salah satu elemen mesin yang berbentuk silindris memanjang
dan digunakan untuk mentransmisikan suatu daya.
2.7.1 Macam-macam poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mengalami beban puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk
atau sproket, rantai, dll.
b. Spindel
Poros spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek, seperti
poros utama pada mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa
puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya
harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang pada roda-roda kereta
api. Poros gandar hanya mendapat beban lentur kecuali jika digerakan
oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.”
II-24
2.7.2 Menghitung kekuatan poros
Poros yang mengalami tegangan bending dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎b = Mb/Wb .......……………(8)
𝜎b = Tegangan bending (N/mm2)
Mb = Momen bending (N)
Wb = Ketahanan bending (mm3)
= Ix/y
Ix = Momen inersia terhadap sumbu x (mm4)
Y = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (mm)
Poros yang mengalami tegangan puntir dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝜎p = T/Wp ...………............(9)
𝜎p = Tegangan puntir (N/mm2)
T = Momen puntir (N/mm)
Wp = Ketahanan puntir (m3)
= Ip/r
Ip = Momen inersia polar (m4)
= Ix + Iy
R = Jarak dari pusat benda ke serat terluar (m)
2.8 Pasak
Pasak adalah sepotong baja karbon rendah yang diselipkan diantara poros
dan lubang pulley atau roda gigi (yang disebut hub atau boss) untuk
mentambungkannya, agar tidak terjadi gerak relatif diantara kedua bagian
tersebut. Pasak digunakan secara tidak permanen, oleh karena itu udah dibongkar
dan dipasang kembali. Beban yang diterima pasak adalah beban geser dan
tumbukan.
II-25
2.8.1 Jenis pasak
Berikut adalah jenis pasak : a. Pasak benam/sunk key, b. Pasak
pelana, c. Pasak tangensial, d. Pasak bundar, dan e. Spline.
a. Pasak benam/sunk key
Pasak benam setengahnya terpasang pada alur pasak poros dan
setengahnya lagi terpasang pada alur hub. Pasak benam terdiri dari
beberapa tipe :
• Pasak memanjang
Gambar II.32 Pasak memanjang
Proporsi ukuran pasak
Lebar pasak w = d/4
Tinggi pasak t = d/6
Ketirusan 1:100
d = diameter poros
• Pasak bujur sangkar
Bedanya dengan pasak memanjang adalah pada bentuk penampang
yang bujur sangkar, yaitu lebar w sama dengan tebal t.
• Pasak kepala
Pasak kepala ini sama dengan pasak memanjang ditambah kepala,
yang berguna memudahkan membuka dan memasang pasak tersebut.
II-26
Gambar II.33 Pasak kepala
• Pasak daun
Pasak dipasang pada dua bagian yang dapat bergerak relatif kearah
aksial.
Gambar II.34 Pasak daun
• Pasak tembereng
Pasak ini berbentuk tembereng kurang setengah lingkaran.
Gambar II.35 Pasak tembereng
II-27
b. Pasak pelana
Pasak pelana terpasang pada alur hub, tapi hanya menempel pada
permukaan poros. Pasak ini hanya bekerja berdasarkan gesekan saja dan
hanya cocok untuk beban ringan.
c. Pasak tangensial
Pasak tangensial hanya mampu memikul beban torsi pada satu arah
saja.
Gambar II.36 Pasak pelana dan Pasak tangensial
d. Pasak bundar
Pasak bundar dengan bentuk penampang bulat hanya cocok untuk
beban ringan.
Gambar II.37 Pasak bundar
e. Spline
Spline adalah pasak yang terintegrasi dengan poros sehingga bentuk
poros nya bergigi. Alur pada hub disesuaikan dengan gerigi poros.
Spline lebih kuat dibanding pasak lain.
II-28
Gambar II.38 Pasak spline
2.8.2 Menghitung kekuatan pasak
Untuk menghitung kekuatan pasak dapat dihitung dengan rumus :
𝜏 k = F/b.l ...………............(10)
F = Gaya tangensial (N)
b = Lebar pasak (m)
l = panjang pasak (m)
Gambar II.39 Gaya geser pada pasak