10
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori, akan diuraikan berbagai penjelasan dan teori-teori yang
diambil dari buku-buku, jurnal yang relevan dengan penelitian ini. Adapun teori
yang dibahas dalam penelitian ini meliputi
2.1 Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik (Uno &
Kuadrat, 2009). Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya
untuk mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik, yang kegiatannya dirancang melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar (Amir, 2014).
Mengacu pada pendapat ahli di atas, pembelajaran merupakan suatu proses belajar
yang kompleks, dimana di dalam proses tersebut terdapat berbagai aspek atau
faktor yaitu guru, peserta didik, tujuan, metode, model, strategi, teknik dan
penilaian dalam pencapaian kompetensi dasar.
Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir,
berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-
unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas
(Uno & Kuadrat, 2009). Matematika juga bisa disebut ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar yang menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang abstrak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
11
(Amir, 2014). Mengacu pada pendapat ahli di atas, matematika adalah cabang
ilmu pengetahuan yang merupakan ilmu yang diperoleh dengan bernalar,
komunikasi dan memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan
perhitungan, penalaran logis serta simbol-simbol dan angka yang dituangkan
dalam model matematika.
Pembelajaran matematika adalah suatu upaya untuk mengoraganisasikan
lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, yang
kegiatannya dirancang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam menelaah bentuk, struktur, susunan, besaran dan konsep-konsep yang
abstrak serta hubungannya, dalam rangka mencapai kompetensi dasar (Amir,
2014). Mengacu pada pendapat ahli diatas, maka pembelajaran matematika SMP
merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar melalui pengetahuan yang merupakan alat pikir,
komunikasi dan pemecahan masalah yang berhubungan dengan bilangan dan
perhitungan, penalaran logis, serta simbol-simbol dan angka yang meliputi aspek-
aspek yang tersusun dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
SMP/MTs.
Tujuan umum pembelajaran matematika menurut NCTM (National Council
of Teacher of Mathematics) yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem
solving), kemampuan penalaran (reasoning), kemampuan berkomunikasi
(communication), kemampuan membuat koneksi (connection), kemampuan
representasi (representation) (Amir, 2014). Selain itu NCTM juga menyatakan
bahwa pada tingkat sekolah menengah, peserta didik seharusnya memilki
12
berbagai kecakapan seperti memberikan penjelasan dengan menggunakan sifat-
sifat dan aturan dalam matematika, memperkirakan jawaban, dan menggunakan
pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika, menarik analogi, dan
generalisasi (Lestari, Prahmana, & Wiyanti, 2016).
Setelah mengetahui pembelajaran dan tujuan pembelajaran matematika yang
sudah disebutkan sebelumnya maka, guru diharapkan mampu mewujudkan tujuan
pembelajaran matematika tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
guru yaitu pemilihan model pembelajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran matematika. Misalnya dengan menggunakan model pembelajaran
Generatif pada pembelajaran matematika.
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran
karena hasil belajar adalah sebuah ukuran keberhasilan dari proses pembelajaran
atau tercapainya sebuah tujuan pembelajaran di sekolah (Fitri, Helma, &
Syarifuddin, 2014). Selain itu Mansur (2015) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan seluruh kemampuan yang hasilnya diraih melalui proses pembelajaran
di sekolah yang di olah dalam bentuk angka yang diukur berdasarkan tes hasil
belajar. Menurut Bloom hasil belajar dikategorikan pada tiga ranah yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor(Fatmawati & Rusdiana, 2015). Hasil belajar
dalam ranah kognitif merupakan hasil belajar yang mencangkup kegiatan mental
(otak) berupa kemampuan yang dimiliki peserta didik yang meliputi menghafal,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Ranah
13
afektif merupakan hasil belajar yang tampak pada tingkah laku peserta didik
dalam memperhatikan, merespons, menghargai, dan mengorganisasi atau
menghubungkan materi satu dengan yang lain. Sedangkan ranah psikomotorik
merupakan hasil belajar yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan
peserta didik dalam bertindak setelah menerima pengalaman belajar (Rosa, 2015).
Selain itu penilaian hasil belajar berdasarkan kurikulum 2013 yang digunakan
di sekolah pada saat ini juga penilaian menitikberatkan pada aspek pengetahuan,
sikap, dan keterampilan (Sari & Kurniawati, 2016). Aspek pengetahuan dengan
kualifikasi kemampuan memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata.Aspek sikap memiliki perilaku yang mencerminkan
sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaaannya. Aspek keterampilan memiliki
kemampuan piker dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis
(Kemendikbud, 2013).
Mengacu pada pendapat ahli di atas, hasil belajar yaitu kemampuan,
pemahaman dan penguasaan seorang peserta didik setelah proses pembelajaran di
sekolah yang dituangkan dalam bentuk angka atau biasa disebut dengan nilai.
Malalui proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran generatif
dengan teknik brainstorming peserta didik akan mengasah kemampuan penalaran
dan komunikasinya. Model pembelajaran generatif dengan teknik brainstorming
14
melalui tahapannya akan mengajak peserta didik untuk memahami materi,
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, mengevaluasi dari hasil
pengetahuannya sendiri dan temannya, menerapkan konsep pada soal yang
sejenis, dan membuat kesimpulan. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan penalaran dan komunikasi matematika peserta didik
melalui penerapan model pembelajaran generatif dengan teknik brainstorming.
2.2.2 Kemampuan Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses kognitif dalam menarik kesimpulan
berdasarkan argument yang telah dianggap valid (Aditya, Mulyana, & Kustiawan,
2012). Selain itu Utami, Mukhni, dan Jazwinarti (2014) mengungkapkan bahwa
penalaran juga merupakan pola berfikir yang tinggi yang mencakup kemampuan
berfikir secara logis dan sistematis. Mengacu pendapat diatas maka penalaran
merupakan suatu aktivitas berpikir logis dan sistematis berdasarkan argument
yang telah diuji kebenarannya guna menarik sebuah kesimpulan.
Sejalan dengan pendapat ahli yang telah mengungkapkan mengenai
penalaran, Lestari, Prahmana dan Wiyanti (2016) mengungkapkan mengenai
kemampuan penalaran matematika bahwa merupakan kemampuan menarik
kesimpulan berdasarkan sumber yang relevan dan berdasarkan pada beberapa
pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya. Selain itu kemampuan penalaran
dalam matematika juga merupakan kemampuan peserta didik dalam
menggunakan aturan-aturan, sifat-sifat atau logika matematika untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang benar (Amir, 2014).
15
2.2.2.1 Indikator Kemampuan Penalaran
Dalam mengukur ketercapaian sebuah kemampuan maka dibutuhkannya
indikator. Indikator kemampuan penalaran menurut Sugilar (2017) yaitu
kemampuan peserta didik dalam mengajukan dugaan, melakukan manipulasi
matematika, menyusun bukti dan memberikan bukti terhadap kebenaran solusi,
menarik kesimpulan dari suatu argument dan memeriksa kesahihan dari suatu
argument. Menyusun bukti dan memeriksa kesahihan argument adalah jika
menyusun bukti dan memberikan bukti terhadap kebenaran solusi maka peserta
didik mampu memberikan bukti terhadap kebenaran solusi dimana bukti tersebut
dapat dijelaskan menggunakan model yang berupa gambar, diagram atau grafik,
sedangka memeriksa kesahihan suatu argument adalah peserta didik mampu
menjawab soal dengan jawaban yang sesuai dengan langkah-langkah matematika
atau dengan kata lain peserta didik mampu melakukan perhitungan matematika
secara benar.
Pendapat lain, Sumartini (2015)mengungkapkan indikator kemampuan
penalaran meliputi memperkirakan jawaban dan proses solusi, menyusun dan
mengkaji konjektur, membuat analogi dan generalisasi. Analogi merupakan
penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses, sedangkan
generalisasi yaitu penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang
teramati. Menurut Sulistiawati, Suryadi, dan Fatimah (2016) bahwa dalam
menyusun konjektur (dugaan), peserta didik akan melalui tahapan memperkirakan
jawaban dan proses solusi. Sehingga indikator dugaan terdapat di dalam indikator
memperkirakan jawaban dan proses solusi. Mengacu pada uraian-uraian yang
16
telah dikemukakan oleh para ahli, adapun indikator yang akan diukur dalam
penelitian ini adalah:
1. Menyusun memperkirakan jawaban dan proses solusi
2. Melakukan manipulasi matematika
3. Memeriksa kesahihan dari suatu argument
4. Menyusun bukti dan memberikan bukti terhadap kebenaran solusi
5. Membuat analogi
6. Membuat generalisasi
Indikator-indikator tersebut bukan urutan namun muncul dalam penyelesaian
pemecahan masalah. Adapun pengembangan indikator tersebut ke dalam bentuk
soal yaitu :
17
Tabel 2.1 Contoh Soal Untuk Kemampuan Penalaran dan Penyelesaiannya
No Soal dan Penyelesaian Indikator
1 Jika diketahui jumlah titik sampel sebuah kejadian dilemparnya dua buah
koin adalah 4, tiga buah koin adalah 8, dan empat buah koin adalah 16.
a. Berapakah jumlah titik sampel sebuah kejadian jika enam buah koin dilempar bersama-sama?
Penyelesaian :
pelemparan dua buah koin menghasilkan empat titik sampel, pelemparan
tiga buah koin menghasilkan delapan titik sampel, dan pelemparan empat
buah koin menghasilkan enam belas titik sampel
Ditanya :
jumlah titik sampel pada pelemparan enam buah koin
Dijawab :
4, 8, 16, … , …
×2 ×2
Berdasarkan data tersebut berarti untuk mengetahui jumlah titik sampel
pelemparan 5 buah koin adalah 16 × 2 = 32 dan untuk mengetahui
jumlah titik sampel pelemparan 6 buah koin adalah 32 × 2 = 64
Memperkirakan
jawaban dan
proses solusi
b. Berapakah jumlah titik sampel sebuah kejadian jika n buah koin dilempar bersama-sama?
Penyelesaian :
Banyak koin Jumlah titik sampel
2 4 = 22 3 8 = 23 4 16 = 24 5 25 = 32 6 26 = 64 N 2𝑛
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa untuk
menghitung jumlah titik sampel pada n banyak koin yaitu 2𝑛
Melakukan
manipulasi
matematika,
membuat
analogi dan
generalisasi
c. Benarkah jika jumlah titik sampel pelemparan 8 buah koin adalah 356? Penyelesaian :
28 = 356, jadi benar pada pelemparan 8 buah koin akan menghasilkan titik sampel sejumlah 356
Memeriksa
kesahihan dari
suatu argument
d. Benarkah jika 2 buah koin dilemparkan menghasilkan 4 titik sampel? Tunjukkan dengan menggunakan tabel atau grafik!
Penyelesaian :
KOIN PERTAMA KOIN KEDUA HASIL YANG MUNGKIN
A AA
A
G AG
A GA
G
G GG
Jadi benar jumlah titik sampel pada pelemparan dua buah koin secara
bersama-sama adalah 4 yang terdiri dari AA, AG, GA, dan GG
Menyusun
bukti dan
memberikan
bukti terhadap
kebenaran
solusi
2.2.3 Kemampuan Komunikasi Matematika
Kemampuan komunikasi adalah kecakapan seseorang dalam menyampaikan
pesan, ide atau gagasan (H. Sugiarto & Budiarto, 2014). Sugiarto dan Budiarto
18
(2014) menjelaskan bahwa kemampuan komunikasi matematika terdiri dari
kemampuan komunikasi tulis dan kemampuan komunikasi lisan. Kemampuan
komunikasi matematika tulis adalah kecakapan menyampaikan ide, gagasan,
pendapat matematika ke orang lain dalam bentuk kalimat matematika atau tulisan.
Sedangkan kemampuan komunikasi matematika lisan adalah kecakapan
menyampaikan ide, gagasan, pendapat matematika ke orang lain dalam bentuk
kata-kata. Melalui komunikasi peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengaplikasikan dan mengekspresikan pemahaman tentang konsep dan proses
matematika yang mereka pelajari (Rachmayani, 2014).
2.2.3.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika
Mengukur ketercapaian sebuah kemampuan maka dibutuhkannya
indikator.Rachmayani (2014) mengungkapkan bahwa indikator komunikasi
menurut NCTM yaitu menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar atau grafik
dengan kata-kata sendiri dalam bentuk lisan atau tulisan, menyatakan suatu situasi
dengan gambar atau grafik secara lisan atau tulisan dan menyatakan suatu situasi
ke dalam bentuk model matematika. Selain itu, Wijaya, Sujadi, dan Riyadi (2016)
mengungkapkan bahwa indikator kemampuan komunikasi matematika meliputi
penggunaan bahasa matematika (notasi, istilah, dan lambang-lambang) yang
disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, penggunaan representasi matematika
(rumus, diagram, tabel, grafik, model) yang disajikan dalam bentuk tulisan, dan
merepresentasikan ide-ide matematika menggunakan istilah atau notasi
matematika. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan indikator
komunikasi tulis untuk mengukur kemampuan komunikasi peserta didik, adapun
indikator yang digunakan yaitu :
19
1. Menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar, diagram, tabel atau grafik
dengan kata-kata sendiri dalam bentuk tulisan
2. Menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk model,gambar, diagram, tabel atau
grafik
Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika tulis peserta didik
maka indikator-indikator tersebut dikembangkan ke dalam bentuk soal sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Contoh Soal Untuk Kemampuan Komunikasi dan Penyelesaiannya
No Soal dan Penyelesaian Indikator
1 Bagaimana cara membaca tabel berikut?
1 2 3 4 5 6
A A,1 A,2 A,3 A,4 A,5 A,6
G G,1 G,2 G,3 G,4 G,5 G,6
Penyelesaian :
Tabel di atas adalah tabel pelemparan sebuah koin dengan sebuah dadu
yang dilempar secara bersama-sama. Tabel tersebut juga menjelaskan
bahwa hasil dari pelemparan adalah 12 titik sampel yaitu (A,1), (A,2),
(A,3), (A,4), (A,5), (A,6), (G,1), (G,2), (G,3), (G,4), (G,5), (G,6).
Menjelaskan ide
atau situasi dari
suatu gambar,
diagram, tabel
atau grafik
dengan kata-
kata sendiri
dalam bentuk
tulisan
2 Danu dan Toni bermain monopoli, mereka sedang bertaruh ingin membeli
sebuah negara. Danu berada 6 petak ke arah negara yang dituju, Toni
berada 9 petak. Dadu yang digunakan berjumlah 2 buah. Berapakah
peluang Danu dan Toni untuk berhenti di negara tersebut?
Penyelesaian :
1 2 3 4 5 6
1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6
3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6
4 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5 4,6
5 5,1 5,2 5,3 5,4 5,5 5,6
6 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa peluang Danu yang harus melangkah
6 petak untuk berhenti ditempat yang dituju adalah 𝑃 𝐷 =5
36 karena
pasangan mata dadu yang dijumlahkan menghasilkan angka 6 ada 5
kemungkinan dari 36 kemungkinan dan peluang Toni yang harus
melangkah 9 petak untuk berhenti ditempat yang ia tuju adalah 𝑃 𝑇 =4
36
karena pasangan mata dadu yang dijumlahkan menghasilkan angka 9 ada 4
kemungkinan dari 36 kemungkinan. Jadi peluang Danu dan Toni berhenti
di negara tersebut adalah 5
36dan
4
36.
Menyatakan
suatu situasi ke
dalam bentuk
model, gambar,
diagram, tabel
atau grafik.
20
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Mujiani (2016) rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan
oleh berbagai faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut adalah
kematangan usia peserta didik, kecerdasan, minat belajar, kurangnya berpikir
kreatif, motivasi, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah penerapan metode, model,
strategi, dan teknik pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan berpusat
pada guru, pengaturan kelas yang monoton, pembelajaran di kelas yang kurang
dinamis, terbatasnya media pembelajaran, sarana, dan prasarana.
Mengacu pada faktor-faktor yang mempegaruhi hasil belajar maka pemilihan
metode, model, strategi, dan teknik pembelajaran yang tepat dapat mampu
meningkatka motivasi, minat belajar dan kecerdasan peserta didik serta membantu
peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar pada proses pembelajaran. Oleh
karena itu agar dalam proses belajar peserta didik dapat meningkatkan hasil
belajarnya maka pemilihan model pembelajaran yang dilakukan guru harus tepat.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran generatif
dengan teknik brainstorming karena model pembelajaran generatifdengan teknik
brainstorming dalam tahapannya mendorong peserta didik untuk menghubungkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan temannya agar mendapatkan
pengetahuan yang baru dan menerapkan pengetahuan baru pada permasalahan lain
yang sejenis. Pengetahuan tersebut akan tersimpan pada memori jangka panjang,
selain itu model pembelajaran generatifdengan teknik brainstorming ini juga
menghindari kritikan dan semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama
untuk mengungkapkan ide sehingga mampu melatih kecerdasan peserta didik dan
21
meningkatkan motivasi untuk belajar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
2.3 Model Pembelajaran Generatif
2.3.1 Model Pembelajaran Generatif
Teori belajar generatif adalah suatu penjelasan tentang bagiamana seseorang
peserta didik membangun pengetahuan dalam pikirannya, seperti membangun ide
tentang suatu fenomena atau membangun arti untuk suatu istilah dan juga
membangun startegi untuk sampai pada suatu penjelasan tentang pertanyaan
bagaimana dan mengapa(Shohimin, 2014). Model pembelajaran
generatifmerupakan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme
(Mawadah & Anisah, 2015). Hakim (2014) menyatakan bahwa dalam
konstruktivisme, peserta didik belajar membentuk makna dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan, dan alami. Bukan hanya sekedar mengumpulkan fakta,
melainkan lebih pada suatu pengembangan pemikiran atau membangun pola pikir
dengan membuat pengertian yang baru. Melalui konstruktivisme, aktivitas
matematika akan diwujudkan melalui tantangan masalah, kerja kelompok kecil
dan diskusi kelas dan pembelajarannya selalu “problem centered approach” yang
memiliki arti bahwa guru dan peserta didik terikat dalam pembicaraan yang
memiliki makna matematika.
Pendapat ahli lain menyatakan bahwa melalui model pembelajaran generatif,
otak tidak menerima informasi dengan pasif, tetapi aktif mengkonstruksi
interpretasi dari informasi kemudian membuat kesimpulan (Zulkarnain &
Rahmawati, 2014). Pengetahuan baru tersebut akan diuji dengan cara
22
mengaplikasikannya dalam menjawab permasalahan atau gejala yang terkait. Jika
pengetahuan baru tersebut dapat menjawab permasalahan yang dihadapi maka,
pengetahuan tersebut akan tersimpan dalam memori jangka panjang. Dalam
model pembelajaran ini guru berperan sebagai stimulator rasa ingin tahu peserta
didik, fasilitator dan motivator peserta didik dalam belajar.
Tujuan model pembelajaran generatifadalah untuk memperkenalkan konsep
dan dapat mengadopsi informasi baru terhadap apa yang mereka ketahui. Bagian
utama dari pembelajaran ini adalah pada tahap tantangan, ketika pandangan lain
diperkenalkan, apakah sesuai dengan pemahaman awal peserta didik ataukah
berbeda (Hamdani et al., 2012). Dalam pembelajaran generatif, peserta didik
diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri serta berani
mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai adanya perbedaan pendapat teman
(Mawadah & Anisah, 2015).Model pembelajaran generatifsecara efektif
menekankan peran penting dari kognisi, pengetahuan sebelumnya, mentransfer,
dan generasi dalam belajar manusia (motivational).
2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Generatif
Mengacu pada pengertian-pengertian mengenai model pembelajaran generatif
maka model pembelajaran generatif memiliki beberapa karakteristik yaitu model
pembelajaran yang dilandasi oleh pandangan konstruktivisme, memperhatikan
pengalaman dan konsep awal peserta didik, pembelajaran berpusat pada peserta
didik, dimana peserta didik sendiri yang aktif membangun pengetahuannya, dan
peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan kegiatannya sendiri dan melatih
berpikir. Karakteristik tersebut berdampak pada peserta didik menjadi tahu
23
manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupannya, peserta didik lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
sehingga mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajari, dan mampu bekerjasama dengan temannya. Selain itu ketika
peserta didik membuat kesimpulan akan pengetahuan yang lama dengan
pengetahuan yang baru maka peserta didik akan melatih menggunakan
penalarannya.
Moma (2013) menjelaskan bahwa kemampuan peserta didik yang dapat
dikembangkan dan sesuai dengan karakteristik model pembelajaran generatif
dalam pembelajaran matematika, yaitu kemampuan berkomunikasi, bekerjasama
dalam tim, kreativitas, berpikir kritis, percaya diri, dan pemecahan masalah. Jadi
model pembelajaran generatif dalam pembelajaran matematika mampu
mengembangkan kemampuan komunikasi, penalaran, berpikir kritis, kreatif,
bekerjasama dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Generatif
Langkah-langkah model pembelajaran generatifmenurut Shohimin (2014)
terdiri atas lima tahap yaitu tahap orientasi, tahap pengungkapan ide, tahap
tantangan dan restrukturisasi, tahap penerapan, dan tahap melihat kembali.
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini peserta didik mendapat motivasi untuk mempelajari materi
yang akan diajarkan, sehingga peserta didik mendapat kesempatan untuk
membangun kesan mengenai konsep yang sedang dipelajari dengan
mengaitkan materi dengan pengalamannya sehari-hari.
24
2. Tahap pengungkapan ide
Pada tahap ini guru dapat mengetahui ide atau konsep awal yang dimiliki oleh
peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari dengan cara peserta didik
diberi kesempatan untuk mengemukakan ide mereka mengenai konsep yang
dipelajari. Pada tahap ini peserta didik akan menyadari bahwa ada pendapat
yang berbeda mengenai konsep tersebut
3. Tahap tantangan dan restrukturisasi
Pada tahap ini peserta didik diminta membandingkan pendapatnya dengan
pendapat peserta didik lain. Pada tahap ini peserta didik mendapat tantangan
berupa permasalahan yang diberikan oleh guru ataupun peserta didik lain,
kemudian berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
4. Tahap penerapan
Pada tahap ini peserta didik menerapkan konsep awal yang mereka miliki
dengan konsep baru yang telah mereka dapat melalui tahap
sebelumnya.Peserta didik diberi kesempatan untuk menguji ide alternative
yang mereka bangun untuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi. Peserta
didik diharapkan mampu mengevaluasi keunggulan konsep baru yang dia
kembangkan
5. Tahap melihat kembali
Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan
dari konsepnya yang lama. Peserta didik juga diharapkan dapat mengingat
kembali apa saja yang mereka pelajari selama pembelajaran.
Mawadah dan Anisah (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran
generatifdapat diterapkan dalam bentuk kelompok.Setiap anggota kelompok
25
terdiri atas 2-4 orang.Pembagian kelompok tersebut dalam pembelajaran
generatifadalah agar peserta didik berlatih untuk meningkatkan sikap kerjasama
dengan sesama teman, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat
teman, tukar pengalaman, dan keberanian bertanya.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran generatifdalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Langkah Model Pembelajaran Generatif
No Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
1 Memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengenali materi yang akan dibahas
dengan mengaitkan pengetahuan yang
dimiliki dengan materi yang akan dipelajari
(orientasi)
Melakukan ekplorasi terhadap pengetahuan, ide,
atau konsepsi awal yang diperoleh dari
pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari
pembelajaran pada tingkatan kelas sebelumnya
2 Menggali ide dari peserta didik serta
mengklasifikasikan informasi awal dengan
menanyakan konsep atau ide-ide apa saja
yang dapat dikaitkan dengan materi
(pengungkapan ide)
Mengungkapkan idenya berdasarkan
pengetahuannya
3 Meminta peserta didik untuk
membandingkan idenya dengan ide
temannya (tantangan dan restrukturisasi)
Melakukan sharing idea dengan
membandingkan idenya dengan ide temannya
4 Membimbing peserta didik untuk
melakukan percobaan untuk
mengaplikasikan dalam bentuk soal
(penerapan)
Melakukan percobaan secara berkelompok,
melakukan diskusi dan mengerjakan latihan soal
5 Melakukan tanya jawab untuk menunjukkan
kelemahan konsepsi awal dari pembuktian
dan membuat kesimpulan (melihat
kembali)
Membangun pengetahuan baru yang telah
diperoleh dari hasil percobaan dan penjelasan
guru dan memberikan alasan tentang
pengetahuan yang baru tersebut dengan kata-
katanya
Sumber : Shohimin (2014)
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Generatif
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan
kelebihan.Shohimin (2014) dalam bukunya menuliskan kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran generatif.Kelebihan model pembelajaran generatifyaitu
model pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
26
mengungkapkan pikiran, pendapat, dan pemahamannya terhadap konsep, melatih
peserta didik untuk mengkomunikasikan konsep, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dapat menciptakan
suasana kelas yang aktif karena peserta didik dapat membandingkan gagasannya
dengan gagasan peserta didik lainnya serta interverensi guru.Sedangkan
kekurangan dari model pembelajaran ini adalah peserta didik yang pasif merasa
diteror untuk mengkonstruksi konsep dan ketika peserta didik mengeluarkan
pendapatnya atau berdiskusi masih terdapat kritikan sehingga membuat peserta
didik merasa kurang nyaman dalam mengungkapkan pendapatnya. Sehingga
apabila peserta didik kurang merasa nyaman dalam pembelajaran maka akan
menghambat keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, agar pembelajaran
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan pembelajaran maka model pembelajaran
generatifdigabungkan dengan teknik brainstorming. Dengan penggabungan model
pembelajaran dengan teknik tersebut maka pembelajaran akan menjadi menarik
dan menyenangkan karena proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan pembelajaran akan menjadi bermakna.
2.4 Teknik Brainstorming
2.4.1 Teknik Brainstorming
Brainstorming merupakan suatu cara untuk mendapatkan banyak ide dari
sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat (Roestiyah, 2012).
Pendapat lain mengemukakan bahwa teknik brainstorming merupakan teknik
pembelajaran partisipatif yang mengajak peserta didik secara aktif dalam
menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Tina,
Gani, & Nursaid, 2013). Sudjana (dalam Tina et al., 2013) menyatakan bahwa
27
brainstorming adalah brainstorming adalah teknik pembelajaran yang berpacu
pada kegiatan kelompok dimana peserta didik memiliki latar belakang
pengetahuan dan pengalaman yang berbeda. Slameto (2013) mengungkapkan
bahwa teknik brainstorming dilakukan untuk menghimpun gagasan maupun
pendapat peserta didik untuk menemukan, memilih, dan menentukan berbagai
macam pernyataan sebagai alternatif jawaban terhadap permasalahan yang mereka
temui untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah tersebut.
Mengacu pada pendapat ahli di atas, brainstorming merupakan suatu teknik
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, peserta didik mendapat
kesempatan yang sama dalam berpendapat atau mengungkapkan gagasannya
mengenai pemecahan masalah yang mereka temui dan melalui teknik
brainstorming peserta didik tidak akan takut bahwa pendapat atau gagasannya
tidak diterima ataupun dikritik. Menurut Roestiyah (2012) tujuan penggunaan
teknik brainstorming adalah untuk mengeksploitasi apa yang sedang dipikirkan
para peserta didik dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas.
Alrubaie dan Gnanamalar (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa melaui
teknik brainstorming peserta didik juga dapat meningkatkan penalaran karena
melalui brainstorming peserta didik mampu mengasah kemampuannya berpikir
kritis dan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah dan ketika peserta didik
mengevaluasi pendapat-pendapat yang telah didapat peserta didik akan
menggunakan penalarannya.
28
2.4.2 Karakteristik Teknik Brainstorming
Mengacu pada penjelasan-penjelasan mengenai brainstorming maka teknik
brainstorming memiliki karakteristik peserta didik dengan leluasa
mengungkapkan pendapat atau gagasannya tanpa perlu khawatir pendapat atau
gagasannya dikritik oleh guru atau peserta didik lain, setiap pendapat ataupun
gagasan ditulis di dalam kertas untuk selanjutnya dievaluasi bersama-sama.
Melalui teknik brainstorming peserta didik akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan melatih peserta didik untuk mengasah kemampuannya dalam
berpikir pada waktu yang singkat. Alrubaie dan Gnanamalar (2014)
mengungkapkan bahwa kemampuan yang dapat diasah melalui teknik
brainstorming adalah berpikir kreatif, kritis, penalaran dan pemecahan masalah.
2.4.3 Langkah-langkah Teknik Brainstorming
Pada pelaksanaannya teknik brainstorming dapat diterapkan dalam kelompok
besar maupun kecil (Sudjana dalam Fatmawati dan Rusdiana, 2015).Tina, Gani,
dan Nursaid (2013) menjelaskan bahwa teknik brainstorming dalam
penerapannya memiliki beberapa langkah, yaitu:
1. Permberian Masalah
Guru memberikan masalah yang akan dihadapi dengan memberikan
pertanyaan kepada peserta didik dalam kelompok (kelompok dibagi secara
heterogen). Peserta didik diberi waktu 3-5 menit untuk memikirkan alternatif
jawabannya.
29
2. Informasi dan Aturan Diskusi
Guru menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan oleh peserta didik,
yaitu: setiap orang menyampaikan satu pendapat, mengemukakan pendapat
atau gagasan dengan cepat, menyampaikan jawaban secara langsung, dan
menghindarkan diri untuk mengeritik atau menyela pendapat orang lain. Guru
memberitahukan waktu yang akan digunakan untuk menyampaikan masing-
masing pertanyaan dan meminta para peserta didik untuk untuk
mengemukakan jawaban.
3. Pengungkapan Ide
Guru menunjuk seorang penulis untuk mencatat pendapat dan jawaban yang
diajukan oleh peserta didik. Peserta didik mengajukan pendapat yang terlintas
dalam pikirannya dan dilakukan secara bergiliran dan berurutan.Peserta didik
tidak boleh mengomentari gagasan yang dikemukakan peserta didik lainnya
baik komentar positif maupun komentar negatif.
4. Verifikasi
Guru membimbing peserta didik dalam mengevaluasi jawaban dan pendapat
yang terkumpul secara berkelompok. Guru menghindarkan kegiatan dari
dominasi seseorang peserta didik dalam menyampaikan gagasan dan pendapat.
Langkah-langkah pembelajaran dengan teknik brainstorming dalam
pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
30
Tabel 2.4 Langkah Teknik Brainstorming
No Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik
1 Memberikan permasalahan melalui
pertanyaan-pertanyaan (pemberian
masalah)
Mendengarkan pertanyaan dari guru dan
mempersiapkan jawaban
2 Menjelaskan aturan-aturan dan waktu yang
akan digunakan (informasi dan aturan
diskusi)
Mendengarkan penjelasan guru mengenai aturan
diskusi
3 Menunjuk seorang penulis dan memberi
instruksi untuk memulai diskusi
(pengungkapan ide)
Mengajukan pendapat dengan aturan yang telah
disampaikan oleh guru
4 Membimbing dalam mengevaluasi
jawaban dan pendapat yang terkumpul
secara berkelompok (verifikasi)
Mengevaluasi jawaban
Sumber : Tina, Gani, dan Nursaid (2013)
2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Teknik Brainstorming
Setiap teknik pembelajaran pastilah ada kekurangan dan kelebihan, begitu
juga dengan teknik brainstorming seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah
(2012). Kelebihan teknik brainstorming yaitu peserta didik secara aktif berpikir
untuk menyatakan pendapat, melatih peserta didik untuk berpikir cepat dan
tersusun logika, merangsang peserta didik untuk selalu siap berpendapat yang
berhubungan dengan masalah yang diberikan guru, meningkatkan partisipasi
peserta didik dalam menerima pelajaran, peserta didik yang kurang aktif mendapat
bantuan dari temannya atau guru, terjadinya persaingan sehat dalam proses
pembelajaran, peserta didik merasa bebas dan gembira, dan suasana demokrasi
dan disiplin dapat ditumbuhkan melalui teknik ini. Sedangkan kekurangan dari
brainstorming adalah guru kurang memberi waktu yang cukup kepada peserta
didik untuk berpikir dengan baik, peserta didik yang memiliki kemampuan kurang
akan tertinggal, terkadang pembicaraan dimonopoli oleh peserta didik yang
pandai, guru hanya bertugas menampung ide dan tidak merumuskan kesimpulan,
31
peserta didik tidak segera tahu idenya benar atau salah, tidak menjamin hasil
pemecahan masalah, dan masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan.
2.5 Model Pembelajaran Generatif dengan Teknik Brainstorming
Pada subbab model pembelajaran generatifdengan teknik brainstorming
dijelaskan mengenai masing-masing model dan teknik pembelajaran. Dalam
subbab ini langkah-langkah kegiatan pembelajaran model pembelajaran
generatifdengan teknik brainstorming adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5 Langkah Model Pembelajaran Generatifdan Teknik Brainstorming
No Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Pembelajaran
Generatif
Teknik
Brainstorming
1 Orientasi √ - 2 Pemberian masalah - √ 3 Informasi dan aturan diskusi - √ 4 Pengungkapan Ide √ √ 5 Tantangan dan restrukturisasi √ - 6 Verifikasi - √ 7 Penerapan √ - 8 Melihat Kembali √ -
Mengacu pada tabel diatas, dapat diuraikan langkah-langkah penerapan
pembelajaran generatifdengan teknik brainstorming sebagai berikut:
1. Orientasi
Guru mengarahkan peserta didik untuk mengenali materi yang akan dipelajari
dengan mengaitkan materi yang sudah dimiliki dengan materi yang akan
dipelajari dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari
Teknik Pembelajaran Brainstorming
1. Pemberian Masalah 2. Informasi dan Aturan Diskusi 3. Pengungkapan Ide 4. Verifikasi
Model Pembelajaran Generatif
1. Orientasi 2. Pengungkapan Ide 3. Tantangan dan Restrukturisasi 4. Penerapan 5. Melihat Kembali
32
2. Pemberian Masalah
Guru memberikan pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari untuk
mengetahui konsep awal peserta didik
3. Informasi dan Aturan Diskusi
Guru menjelaskan aturan dan waktu yang akan digunakan selama diskusi.
Selain itu guru juga menunjuk seorang penulis di setiap kelompok. Peserta
didik yang bertugas menjadi seorang penulis, menuliskan ide-ide yang telah di
ungkapkan oleh peserta didik lain.
4. Pengungkapan Ide
Peserta didik mulai mengungkapkan idenya secara bergiliran dan untuk
mempersingkat waktu maka cara mengungkapkan idenya dengan menuliskan
idenya pada secarik kertas dengan waktu yang telah ditentukan
5. Tantangan dan Restrukturisasi
Guru meminta peserta didik untuk membandingkan idenya dengan ide
temannya.
6. Verifikasi
Guru meminta peserta didik untuk mengevaluasi ide-ide yang telah didapat
selama diskusi secara berkelompok. Peserta didik akan mengetahui ide-ide
mana yang sesuai dengan konsep dan mana yang kurang sesuai.
7. Penerapan
Guru meminta peserta didik untuk menerapkan konsep yang baru ke dalam
bentuk soal pada LKS
33
8. Melihat Kembali
Guru melakukan tanya jawab kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan
dan menjelaskan alasan terhadap konsep barunya.
Dari penjelasan langkah-langkah diatas maka kegiatan guru dan peserta didik
dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran generatifdengan
teknik brainstorming secara terperinci disajikan sebagai berikut :
Tabel 2.6 Kegiatan Guru dan Peserta Didik dalam Pembelajaran
Guru Peserta Didik
A. Kegiatan Awal 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 2. Berdo’a bersama 2. Memimpin do’a 3. Mempresentasi kehadiran peserta didik 3. Merespon guru 4. Membagi peserta didik kedalam kelompok 4. Mendengarkan pembagian kelompok
B. Kegiatan Inti 1. Memberi kesempatan untuk membangun
kesan terkait materi dengan kehidupan
sehari-hari (orientasi)
1. Membangun kesan terkait materi dengan kehidupan sehari-hari
2. Menjelaskan aturan dan waktu yang akan digunakan untuk diskusi (informasi dan
aturan diskusi)
2. Mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru
3. Menunjuk seorang penulis di setiap kelompok
(informasi dan aturan diskusi)
3. Mencatat ide yang diungkapkan peserta didik lain
4. Menyampaikan pertanyaan (pemberian
masalah)
4. Mendengarkan pertanyaan
5. Memberikan instruksi untuk mengajukan pendapatnya (pengungkapan ide)
5. Mengajukan pendapatnya
6. Meminta membandingkan idenya dengan ide peserta didik lain (tantangan dan
restrukturisasi)
6. Membandingkan ide yang diungkapkan dengan ide peserta didik
lain
7. Memberikan kesempatan untuk menguji ide-ide yang telah mereka dapatkan (verifikasi)
7. Melakukan percobaan secara berkelompok
8. Membimbing dalam menerapkan konsep yang telah didapat ke dalam bentuk soal
(penerapan)
8. Menerapkan konsep ke dalam bentuk soal
9. Meminta pengungkapan alasan tentang pengetahuan yang telah mereka temukan
(melihat kembali)
9. Memberikan alasan tentang pengetahuan baru tersebut dengan
kata-katanya sendiri
C. Kegiatan Akhir 1. Memberikan kesempatan untuk
menyimpulkan hasil dari proses
pembelajaran (melihat kembali)
1. Menyimpulkan hasil dari proses pembelajaran mengenai konsep baru
yang telah didapatkan
2. Meminta untuk mempelajari materi selanjutnya
2. Mendengarkan dan melaksanakan perintah yang diberikan oleh guru
3. Mengucap salam 3. Menjawab salam
34
2.6 Hipotesis Penelitian
Mengacu pada teori-teori yang telah dijelaskan pada subab sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran akan sukses apabila guru dapat
berinteraksi dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik.
Alangkah baiknya guru mengetahui dan menerapkan berbagai macam model
pembelajaran agar peserta didik mudah memahami dan merasa senang sehingga
mampu meningkatkan kemampuan matematika peserta didik salah satunya
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.Melalui model pembelajaran
yang bervariasi akan meningkatkan semangat peserta didik dalam proses
pembelajarannya.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru yaitu model
pembelajaran generatifdengan teknik brainstorming. Model pembelajaran ini
membuat pembelajaran lebih bermakna karena model pembelajaran dengan teknik
ini mengajak peserta didikuntuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan ketika
berdiskusi tidak ada kritikan di dalamnya. Sehingga peserta didik lebih leluasa
dalam mengungkapkan idenya tanpa ada rasa takut jika pendapatnya akan dikritik
oleh temannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model
pembelajaran generatifdengan teknik brainstorming terhadap kemampuan
penalaran dan komunikasi peserta didik.