5
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga ( Duval ,1972
dalam Setiadi, 2008 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi,
2008 ).
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalalm interaksi sosial,
peran dan tugas (Spredley dan Allender, 1996 dalam Setyowati, 2007 )
2. Ciri – ciri Keluarga
a. Menurut Robert Mac Ivec dan Charles Horton
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan .
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai sistem tata nama termasuk perhitungan garis
keturunan
6
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama , rumah atau rumah
tangga.
b. Ciri Keluarga Indonesia
1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawara.
3. Tipe Keluarga
Keluarga inti/ Nuclear family, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari ayah , ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya (Setiadi, 2008)
4. Fungsi keluarga
Menurut Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,
sebagai
berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psiko sosial.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah :
1) Saling mengasuh ; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain.
7
2) Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi sosialisasi.
Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalu
individu, yang menghasilkan interaksi social. Sosialisasi dimulai sejak
manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,ibu,
dan orang – orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai
belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian
keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang
berujung pada perceraian.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan, dan atu
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
8
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluaraga menurut Friedmann (1981) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan : kemampuan keluarga dalam
mengetahui penyebab, tanda gejala, komplikasi, serta pencegahan
suatu masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kemampuan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi suatu masalah
kesehatan
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit : kemampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan upaya-
upaya apa saja yang di lakukan untuk merawat anggota keluarga yang
sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat :
kemampuan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit
dengan cara merubah atau memodifikasi tempat tinggal
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat : kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan misalnya puskesmas di lingkungan tempat
tinggalnya ( Friedman,1998 dalam Murwani, 2007).
9
6. Struktur Keluarga
Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu
menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak mengulang –
ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim :
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima :
a) Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota keluarga
b)Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang di Kemukakan
anggota keluarga.
c) Melakukan validasi
b. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang di berikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istrri,
anak dan sebagainya. Tetapi terkadang peran ini tidak dapat di jalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedang orang
tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.
c. Strukur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang
lain ke arah positif (Setyiowati, 2008)
10
Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan :
1) Legitimate power/ kekuasaan/ hak untuk mengontrol
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam
suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku
anggota keluarga yang lain.
2) Referent power/ seseorang yang ditiru
Kekuasan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain karena
identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang
anak dengan orang tua (role mode).
3) Reward power/ kekuasaan penghargaan
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh
seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan
seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
4) Coercive power/ kekuasan paksaan/ dominasi
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan
paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
5) Affective power/kekuasaan afektif kekuasaan yang diberikan melalui
manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi atau
kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan suami istri.
d. Nilai-Nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan yangsecara sadar
atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
system dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang
dapat dipelajari, dibagi, dan di tularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
11
7. Peran perawat keluarga
Dari 5 fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi perawat kesehatan dimana
perawat kesehatan bersama perawat menyelesaikan masalah kesehatan.
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
keluarga dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi
dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Ada banyak peran perawat dalam
membantu keluarga dalam menylesaikan masalah atau melakukan perawatan
kesehata keluarga, diantaranya sebagai berikut :
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan
tujuan sebagai berikut : keluarga dapat melakukan program asuhan
kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan/ penyuluhan diharapkan
keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatannya.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota
keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga
asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
memberikan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
12
d. Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan
kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau memint nasehat pada perawat maka
hubungan antara keluarga dan perarawat harus dibina dengan baik,
perawatan harus terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus
ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
f. Kolaborasi
Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang Lain untuk
mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya
dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi di keluarga dan komunitas
pun juga dapat di laksanakan.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yangoptimal.
Kendala yang sering di alami keluarga keraguan didalam menggunakan
pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosialbudaya. Agar dapat
melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana
sehat.
h. Penemu Kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi
kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau
kejadian luar biasa (KLB).
13
i. Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.
8. Tahap - Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga teridiri dari 8 tahap yang meliputi :
1) Pasangan baru / Keluarga baru
Tugas perkembangannya meliputi, membina hubungan intim yang
memuaskan kehidupan baru, membina hubungan dengan keluarga
lain,teman dll,
2) Keluarga “Child Bearing” (kelahiran anak pertama)
Tugas perkembangannya meliputi, perubahan peran menjadi orang
tua-> perubahan hidup yg sulit->masa transisi->tugas kritis, adaptasi
dengan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaaskan dengan pasangannya.
3) Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya meliputi, memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, membantu anak beradaptasi dengan lingkungan, beradaptasi
dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
maupun diluar keluarga, pembagian waktu untuk individu,pasangan
dan anak, pembagian tanggung jawab anggota keluarga, kegiatan dan
waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Tugas perkembangannya meliputi ; membantu sosialisasi anak
dengan tetangga,sekolah dan lingkungan, mempertahankan hubungan
perkawinan bahagia, memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang
semakin meningkat, meningkatkan komunikasi terbuka.
14
5) Keluarga dengan Anak Remaja
Tugas perkembangannya meliputi ; memberikan kebebasan yang
seimbang dengan tanggung jawab,meningkatkan otonominya,
mempererat hubungan yang intim dalam keluarga, mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, perubahan sistem
peran dan perarturan tumbuh kembang keluarga.
6) Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan meliputi ; memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu
orang tua,suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua,
membantu anak untuk mandiri di masyarakat, penataan kembali peran
dan kegiatan di masyarakat.
7) Orang Tua Usia Pertengahan
Tugas perkembangannya meliputi ; mempertahankan kesehatan,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak anak, meningkatkan keakraban pasangan.
8) Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangannya meliputi ; mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan,kehilangan
pasangan,teman dll, mempertahankan keakraban suami isteri dan
saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat, melakukan ‘Life Review’.
9. Alasan keluarga menjadi fokus asuhan keperawatan
a. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera,
perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan
dalam hal tertentu, sering kali akan mempengaruhi anggota keluarga
yang lain dan unit ini secara keseluruhan. Keluarga merupakan
jaringan yang mempunyai hubungan erat dan bersifat mandiri, dimana
masalah-masalah seorang individu “menyusup” dan mempengaruhi
15
anggota keluarga yang lain dan seluruh sistem. Jika seorang perawat
hanya menilai seorang individu , bukan keluarga, ia akan kehilangan
bagian yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu pengkajian holistik.
Salah satu prinsip terapi keluarga penting adalah bahwa gejala-gejala
dari seorang pasien yang telah teridentifikasi (anggota keluarga dengan
masalah-masalah perilaku umum dan penyakit psikosomatis) adalah
indeks tingkat adaptasi keluarga , atau dalam kasus ini disebut
maladaptasi.
b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status
kesehatan anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi
setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu,
mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi . mengkaji dan
memberikan perawatan kesehatan merupakan hal penting dalam
membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu keadaan
sehat hingga tingkat optimum.
c. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada
peningkatan, perawatan diri (self-care) , pendidikan kesehatan , dan
konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi
resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahya dari lingkungan.
Tujuannya adalah untuk mengangkat derajat kesehatan keluarga secara
menyeluruh , yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat
kesehatan dari setiap anggota keluarga.
d. Upaya menemukan kasus merupakan satu alasan bagus lainnya untuk
memberikan perawatan kesehatan. Adanya masalah-masalah kesehatan
pada salah seorang anggota keluarga dapat menyebabkan
ditemukannya faktor-faktor resiko pada anggota lain. Ini sering
menjadi masalah ketika mengunjungi keluarga yang memiliki
masalah-masalah kesehatan yang kronis atau penyakit-penyakit yang
16
dapat menular. Perawat keluarga bekerja lewat keluarga supaya dapat
menyentuh seluruh anggota keluarga.
e. Seseorang dapat mnecapai suatu pemahaman yang lebih jelas terhadap
individu-individu dan berfungsinya mereka bila individu tersebut
dipandang dalam konteks keluarga mereka.
f. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi
individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai .
g. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi
individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai
dan disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.
B. Konsep Lansia
1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah mengetahui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk. (Nugroho, 2008)
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
2. Batasan-Batasan Usia Lanjut
Ada beberapa pendapat tentang batasan-batasan usia lanjut yaitu:
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun
17
4) Usia saat tua (very old), yaitu kelompok usia di atas 90 tahun
b. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog UI)
Mengatakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dibagi 4 bagian:
1) Fase Inventus: antara umur 25-40 tahun
2) Fase verilitas: antara umur 40-50 tahun
3) Fase praesenium: antara umur 55-65 tahun
4) Fase senium: umur antara 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro
Pengelompokan usi lanjut adalah sebagai berikut:
1) Usia Dewasa Muda (elderly adulhood): umur 18 atau 20-25 tahun
2) Usia Dewasa Penuh (middle years) atau maturitas: umur 25-60 atau 65
tahun
3) Lanjut usia (geriatric age): umur 65 atau 70 tahun
4) Young old: umur 70-75 tahun
5) Old: umur 75-80 yahun
6) Very old: umur lebih dari 80 tahun
3. Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Stanley dan Patricia (2002) beberapa teori tentang penuaan
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
a. Teori Biologis, yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses
fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,
panjang usia dan kematian.perubahan-perubahan dalam tubuh
termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama
dan kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit
b. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi
oleh pembentukan gen dan dampak lingkunagan pada pembentukan
kode etik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar di
18
wariskan yang berjalan dari waktu mengubah sel atau struktur
jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia
telah ditentukan sebelumnya.
c. Teori dipakai dan rusak
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal.
d. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya,
karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor
ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan
lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama
dalam penuaan.
e. Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bartambah tua, pertahanan
mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker
dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh.
f. Teori Neuroendokrin
Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang
telah terjadi pad struktur dan sel,
g. Teori Psikologis, teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap
dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi biologi pad kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
19
1) Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur
dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang
penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarakn harapan atau tugas spesifik lansia.
2) Teori Tugas perkembangan
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang senagai kehidupan yang di jalani dengan
integritas. Dengan kondisi tidak adanya pencapaian pada perasaan
bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia
tersebut beresiko untuk disibukkan denagn rasa penyesalan atau
putus asa.
3) Teori Disengagement (Teori Pembebasan)
Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
4) Teori Aktifitas
Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas
penuaan, yang berpandapat bahwa jalan menuju panuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif.
5) Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang
akan dapat menyesuaikan diri terhadap penuaan.
4. Perubahan dan Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
a. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap setahun
20
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke
berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
b. Gangguan kardiovaskuler
Dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimum dan fungsi lain
jantung juga berangsur menurun. Lanjut usia umumnya mengalami
pembesaran jantung / hipertrofi. Bilik kiri juga mengalami penurunan,
akibat semakin berkurangnya aktivitas. Yang juga mengalami penurunan
adalah besarnya sel otot jantung yang menyebabkan menurunnya
kekuatan otot jantung. Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara
bertahap, elastisitas janntung pada usia 70 tahun menurun sekitar 50% di
banding orang berusia 20 tahun. Perubahan yang jauh lebih bermakna
dalam kehidupan lanjut usia adalah yang terjadi pada pembuluh darah.
Proses yang disebut Arterisklerosis atau pengapuran dinding pembuluh
darah dapat terjadi dimana-mana. Proses pengapuran ini akan berlanjut
menjadi proses yang menghambat aliran darah yang pada suatu saat dapat
menutup pembuluh darah tadi.
Masalah-masalah lain yang terjadi pada lanjut usia yaitu :
1) Nyeri dada
Nyeri dada dapat disebabkan oleh:
a) Penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung
(berkurangnya aliran darah ke jantung).
b) Aneruisme aorta
c) Radang selaput jantung (perikarditis)
21
d) Gangguan pada sistem alat pernafasan, misalnya pleuropneumonia /
emboli paru-paru dan gangguan pada saluran alat pencernaan bagian
atas.
2) Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
Disebabkan oleh :
a) Kelemahan Jantung
b) Gangguan sistem saluran pernafasan
c) Karena berat badan berlebihan
d) Anemia
3) Berdebar debar ( palpitasi )
Disebabkan oleh :
a) Gangguan irama jantung
b) Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis
c) Faktor-fsktor psikologis
Bila ketiga gejala, yakni nyeri dada, sesak napas dan berdebar-debar terjadi
bersamaan dalam waktu yang sama, kermungkinan besar hal ini disebabkan
oleh gangguan pada jantung.
4) Keluhan pusing
Disebabkan oleh :
a) Gangguan lokal, misalnya vaskular, migrain ( sakit kepala sebelah ),
mata ( glaukoma atau tekanan dalam bola mata yang meninggi ),
kepala, sinusitis, furunkel, sakit gigi dan lain-lain.
b) Penyakit sistemis yang menimbulkan hipoglikemi
c) Psikologis ( perasaan cemas, depresi, kurang tidur, kekacauan pikiran
dan lain-lain ).
5) Kesemutan pada anggota badan
Keluhan ini dapat disebabkan oleh :
a) Gangguan sirkulasi darah lokal
b) Gangguan persarafan umum ( gangguan pada kontrol )
22
c) Gangguan persarafan lokal pada bagian anggota tubuh.
( Friedman, 1998 )
C. Konsep Hipertensi pada Lansia di Keluarga
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002). Tekanan darah
tinggi (Hipertensi) adalah adalah suatu peningkatan di dalam arteri (
Ruhyanudin, 2007).
Jantung pada lansia normal tanpa hipertensi atau penyakit klinis
lainnya tetap mempunyai ukuran yang sama atau menjadi sedikit lebih kecil
daripada usia setengah baya. Penuruna kadar hemoglobin pada lansia
mengakibatkan penurunan pada konsentrasi oksigen yang dapat ditransportasi
oleh darah sehingga oksigenasi menjadi tidak adekuat. Ditambah lagi dengan
masukan diet yang buruk, kondisi psikologis seperti kesepian. Perubahan-
perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang), pembuluh
darah (arteriosklerosis; elastisitas dinding pembuluh darah), dan kemampuan
memompa dari jantung harus bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi.
Semua hal tersebut berhubungan dengan proses menua dimana dapat
mengubah fungsi dan menempatkan para lansia pada resiko terhadap
penyakit.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan adanya hipotensi ortostatik
mengakibatkan tekanan darah menurun saat berubah posisi dari duduk ke
berdiri mengakibatkan pusing mendadak.(Maryam, dkk, 2008)
23
2. Anatomi dan Fisiologi
Jantung adalah organ yang mensirkulasi darah teroksigenasi ke paru
untuk pertukaran gas.
a. Struktur Jantung
Jantung besarnya sekepalan tangan. Menyerupai jantung pisang dan
beratnya kira-kira 250-300 gr Terletak di belakang sternum dan
kartilago kosta dalam mediastimun, struktur blok di antara paru-paru.
Jantung berada di bagian tengah diafragma dan pangkalnya terletak
dibelakang kiri antara casta V dan VI dua jari ibawah papilla mamae.
Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut iktus
codis.
b.Fisiologi Jantung
Jantung adalah: pompa yang sangat efisien,bekerja terus menerus
,mempertahankan aliran darah melalui sistem sirkulasi Setiap hari
5.500 – 7.500 liter darah mengalir melalui jantung Setiap menit: 4-5
liter darah. Darah “kotor” dengan kadar CO2 relatif tinggi dari vena
kava superior dan v. kava inferior masuk ke atrium kanan Darah dari
atrium kanan melalui katup trikuspid masuk ke ventrikel kanan
Ventrikel kanan memompa darah melalui katup semilunar pulmonaris
masukkearteripulmonarisDi dalam sirkulasi pulmonaris, darah masuk
dalam pembuluh kapiler paru-paru, C02 dilepaskan dan O2 diangkut
Darah yang banyak mengandung O2 kembali ke jantung melalui ke
empat vena pulmonaris masuk ke atrium kiri Darah dari atrium kiri
melalui katup mitral masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel kiri
memompa darah “bersih” melalui katup semilunar aortik masuk dalam
aorta asending dan masuk ke sirkulasi sistemik Pada pembuluh
kapiler, O2 berdifusi melalui cairan intersisial masuk ke dalam sel
jaringan, pada saat yang bersamaan CO2, produk sisa metabolisme sel,
24
berdifusi melalui cairan intersisial masuk kembali ke pembuluh
kapiler, untuk kemudian ditukar dengan O2 di paru-paru.
c.Periode Kerja jantung
1) Periode sistol ( periode kontriksi ) adalah suatu keadaan jantung
dimana bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan
trikuspidalis dalam keadaan tertutup dan valvula semilunaris aorta dan
valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka sehingga darah dari
ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis dan masuk kedalam
paru kiri dan kanan. Darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta dan
selanjutnya beredar keseluruh tubuh.
2) Periode diatol (periode dilatasi) suatu keadaan dimana jantung
mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka
sehingga dari atriium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah
dari atrium dekstra masuk keventrikel dekstra. Selanjutnya , darah
yang datang dari paru-paru dan kanan melalui vena pulmonalis
kemudian masuk ke atrium sinistra darah dari seluruh tubuh melalui
vena kava superior dan vena kava inferior masuk ke atrium dekstra.
3) Periode istirahat (periode relaksaasi) adalah waktu antara periode
diastol dengan periode sistol dimana jantung berhenti kira-kira 1/10
detik.
25
d.Siklus jantung
Gambar 2.1 sirkulasi peredaran darah
Aliran darah melalui jantung diatur oleh katup yang memungkinkan
darah hanya mengalirkan satu arah saja. Katup-katup tersebut menutup
dengan rapat untuk mencegah adanya aliran balik, namun saat terbuka
memungkinkan darah mengalir bebas ke depan. Setiap kontraksi otot janutng
dengan mudah meningkatkan tekanan dalam ruang jantung.Darah vena dari
26
jaringan tubuh memasuki atrium kanan darivena kava superior dan inferior.
Atrium kanan memompa darahmelalui katup trikuspidalis ke ventrikel kanan
dari dari sini darah ipompa oleh kontraksi dinding ventrikel melewati katup
emilunaris masuk ke arteri pulmonalis dalam perjalanannyamenuju paru-
paru.Darah teroksigenasi (kaya oksigen) dari paru-paru memasukiatrium kiri
melalui empat vena pulmonalis dan melintasi katup itral masuk ke ventrikel
kiri dari sini dipompakan melalui katupsemilunaris masuk ke aorta yang
mendistribusikan darah kesirkulasi sistemik.Katup-katup jantung adalah
lapisan jaringan fibrosa. Katuptrikuspidalis dan mitral, katup
artioventrikularis harus menahantekanan tinggi saat terjadi kontraksi jantung.
Daun-daun katupnya dilekatkanoleh khorda tendinea ke otot papilaris di
dindingmasing-masing ventrikel, saat ventrikel berkontraksi, khorda
inimencegah katup terbalik ke atrium. Katup-katup semilunarisdipintu masuk
ke aorta dan arteri pulmonalis memiliki tiga helaidaun katup. Katup ini tidak
memiliki tali-tali khorda yangmencegah katup-katup tersebut membuka
terbalik karena tekananbelakang dimana katup ini diarahkan lebih sedikit
daripada yangdidorongkan ke katup atrioventrikularis.
e.Pembuluh darah
2 kelompok pembuluh darah utama yang mengalirkan darah dari dan
ke jantung:
1)Pembuluh Pulmonaris
2)Pembuluh Sistemik
a) Pembuluh Pulmonaris
arteri pulmonaris mengangkut darah “kotor” dari ventrikel kanan ke
paru-paru vena pulmonaris mengangkut darah “bersih” dari paru-paru
ke atrium kiri . Paru-paru tempat pertukaran gas CO2 dan O2
b) Pembuluhsistemik:
Arteri sistemik : membawa darah “bersih” dari ventrikel kiri ke
sirkulasi sistemik melalui aorta.
27
3.klasifikasi
Klasifikasi menurut Brunner&Suddarth, tekanan darah pada orang dewasa
berusia 18 tahun keatas.
Kategori ┼ Sistolik,mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi ±
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120
(Brunner dan Suddarth,2002)
4.Etiologi
Menurut Ruhyanudin (2007), Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi
menjadi dua golongan yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah hipertensi yang
penyebabnya tidak diketahui .Hipertensi esensial kemungkinan
disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan
darah.
b. Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Penyebab
hipertensi yang biasa ditemukan seperti : kegemukan (obesitas),gaya
hidup yang tidak aktif (malas berolahraga) , stres, alkohol atau garam
dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang yang
memiliki kepekaan yang diturunkan ( riwayat keturunan ).
28
5. Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
29
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup,
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner dan Suddarth, 2002).
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
c. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
30
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
31
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi
lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang
yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2) Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
32
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya).
4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit
kepala dan pusing.
5) Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
6) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah.
7) Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan
ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
33
8. Komplikasi
Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara
lain:
a.Otak:menyebabkanstroke
b.Mata: menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan
c.Jantung : menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark kantung),
gagaljantung
d.Ginjal : menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal
9. Pengkajian fokus
Pengkajian menurut Friedman (1998), yang mendukung masalah utama
hipertensi meliputi :
a. Data identitas
1) Umur
Resiko hipertensi umumnya terjadi pada pria diatas usia 40 tahun,
sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun (setelah
menopause)
2) Jenis kelamin
Pria lebih beresiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan
wanita, karena faktor pria lebih banyak pengaruhnya seperti : stress,
merokok, kebiasaan kerja berat, makan tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Pekerjaan seperti kulit bangunan, sopir, kuli panggul, dan sebagainya
lebih beresiko untuk menderita hipertensi.
34
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan mereka
tidak mengenal tentang hipertensi dan akibatnya serta pentingnya
fasilitas kesehatan.
5) Hubungan (Genogram)
Hipertensi sangat dipengaruhi faktor genetik yaitu agen kembar
monozigot pembawa sifat dominan pada hipertensi.
6) Latar Belakang Budaya
Kebiasaan yang mendukung adanya hipertensi adalah kebiasaan
merokok, kurang olah raga, gemar mengonsumsi makanan kaleng, sea
food, fast food, makanan yang mengandung garam tinggi.
7) Status Sosial Ekonomi
Hipertensi sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status social
ekonomi yang menengah keatas. Karena merreka senang mengonsumsi
makanan hasil olahan teknologi dengan bahan pengawet dan pengasin.
Hipertensi juga mudah terjadi pada keluarga dengan kondisi ekonomi
menengah ke bawah, karena mereka jarang mengambil keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan denagn alasan biaya.
8) Tingkat Perkembangan dan Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dimulai dari konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai
saat ini termasuk dalam riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian
dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang unik yang berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang dapat
memicu tingkat perkembangan seseorang. Kondisi ini dapat
mempengaruhi penyakit yang sedang diderita oleh sala satu anggota
keluarga.
35
b. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah Dan Lingkungan
Lingkungan rumah yang lembab, sinar matahari yang kurang, dapat
menyebabkan keadaan kurang sehat. Keadaan rumah meliputi :
ventilasi, penerangan, kebersihan, luas rumah dibandingkan dengan
jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi terjadinya penyebaran
penyakit. Adanya sanitasi lingkungan yang baik meminimalkan
terjadinya penyebaran penyakit terhadap anggota keluarga yang lain.
2) perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
hubungan baik, hubungan timbal balik yang saling menguntungkan
antara warga sekitar dapat mempengaruhi kehidupan keluarga dan
peran anggota keluarga dalam persepsi kesehatan anggota keluarga.
(Sudiharto, 2007).
c. Fungsi Keluarga menurut Friedman (1998) :
1) Fungsi Afektif
bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
memperhatikan keluarga yang menderita hipertensi akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
2) Fungsi Sosial
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada keluarga yang
menderita hipertensi untuk berinteraksi dengan lingkungan akan
mengurangi tingkat stress keluarga.
3) Fungsi Perawat Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah
hipertensi :
a) Mengenal Masalah Kesehatan
ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah pada
hipertensi salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurang
36
pengetahuan tentang hipertensi. Apabila keluarga tidak mampu
mengenal masalah hipertensi, penyakit tersebut akan
mengakibatkan kompliksi.
b)Mengambil Keputusan Bagi Anggota Keluarga yang Sakit
Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang
dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyakit
hipertensi yang tidak ada penanganan akan mengakibatkan
komplikasi.
c)Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Ketidakmampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui
keadaan penyakit misalnya keluarga tidak mengetahui tentang
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan pengelolaan pada
hipertensi.
d) Memelihara dan Memodifikasi Lingkungan
Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Ketidaksanggupan ini
disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak
mencukupi diantaranya adalah biaya.
e) Memanfaatkan dan Menggunakan Fasilitas Kesehatan
ketidaksanggupan keluarga dalam menggunakan fasilitas
kesehatan. Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang
mempunyai masalah hipertensi.
d.Koping Keluarga
Apabila terdapat stessor yang muncul dalam anggota keluarga,
sedangkan koping keluarga tidak afektif, maka ini akan menjadi stress
pada anggota keluarga yang menderita hipertensi, karena salah satu
37
cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur,
dan mengurangi stress.
e. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Nyeri Kepala
Mata : Pupil Edema, Diplopia
Hidung : Epistaksis
Leher : Distensi Vena Jugularis
Dada : Sesak Nafas
Abdomen : Asietas
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (
viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
b. Blood Urea Nitrogen (BUN) : memberikan informasi tentang perfusi
ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (
penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
38
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. IntraVena Pressure (IVP)
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
k. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
l. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
m. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi
(Dongoes, 2000)
39
11. Pathway
Asupan garam berlebih Penyakit GinjalGenetik Hipertensi Kelainan HormonSterss Penyakit Metabolik
Kerusakan Vaskuler Pembuluh Perifer
Perubahan Struktur dalam arteri kecil dan arterior
Penyumbatan Pembuluh / Vasokonstriksi
Gangguan Sirkulasi
Otak Mata Ginjal Ekstremitas Jantung
Peningkatan Kerusakan Kerusakan penurunan suplai kontraksi Tingkat Endotel pada pembu- darah otot jantungVaskuler luh eteren danSerebral Robekan penebalan intoleransi kardiomegali
Obeterasi enteranal aktivitasSakit Kepala retina arteri gagal jantung
Nyeri akut perdarahan nekrosisRetina kapilerGangguan glomelurusPenglihatan protein
Urine hematomaResikoinjuri Gagal ginjal akutjatuh Komplikasi
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dan tindakan yang tepat3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah
hipertensi5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
memelihara kesehatan
Resiko perubahan perfusi jaringan
40
12.Fokus Intervensi
Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul :
a. Gangguan perfusi jaringan serebral
1) Prevensi primer
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang pengertian,
tanda gejala gangguan pefusi jaringan
b) Beritahu klien untuk mengendalikan atau memodifikasi factor
resiko misalnya : membatasi merokok, mengatur pola diit
2) Prevensi sekunder
a) Mendeteksi secara dini adanya gangguan perfusi jaringan
b) Motivasi klien untuk minum obat secara teratur
c) Monitor pola diit
d) Lakukan pemantauan tekanan darah tinggi
3) Prevensi tersier
a) Rujuk atau konsultasikan ke ahli gizi
b) Rujuk ke pelayanan kesehatan
c) Motivasi klien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses
pengobatan
b. Gangguan rasa nyaman nyeri
1) Prevensi primer
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
keluhan nyeri yang dirasakan sebagai salah satu gejala hipertensi
b) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan yang bisa
membuat penderita menjadi tambah sakit
2) Prevensi sekunder
a) Pertahankan tirah baring selama fase akut
b) Berikan tindakan untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher
c) Ciptakan lingkungan yang nyaman
41
3) Prevensi tersier
a) Berikan terapi farmakologi sesuai indikasi
b) Pertahankan hal-hal yang bisa mengurangi nyeri
c) Rujuk ke pelayanan kesehatan jika keluhan semakin memberat
c. Resiko injuri
1) Prevensi primer
a) Orientasikan klien terhadap lingkungan
b) Minimalkan /hilangkan benda-benda yang bisa membahayakan
dilingkungan sekitar
c) Anjurkan kepada keluarga untuk selalu menjaga penerangan di
rumah
2) Prevensi sekunder
a) Pertahankan dan motivasi keluarga untuk menciptakan lingkungan
yang nyaman dan tenang
b) Modifikasi lingkungan
3). Prevensi tersier
a) Pertahankan lingkungan yang nyaman
b) Rujuk bila ke pelayanan kesehatan jika trjadi injuri misalnya: jatuh
dari tempat tidur ,kamar mandi
d. Intoleran aktifitas
1) Prevensi primer
a) Motivassi keluarga untuk mau merawat keluarga yang sakit
b) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluargs tentang
gangguan aktifitas yang sering kali terjadi
2) Prevensi sekunder
a) Monitor respon pasien terhadap aktivitas : perhatikan peningkatan
tekanan darah tinggi
b) Anjurkan klien untuk istirahat secara teratur
42
c) Anjurkan klien untuk menghemat energinya seperti menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat menyisir
3) Prevensi tersier
a) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri
bertahap
b) Berikan bantuan sesuai kebutuhan