21
BAB II
KONDISI GEOGRAFIS
KECAMATAN PALAS TAHUN 1983-2000
A. Kondisi Geografis
Kecamatan Palas terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung. Secara topografi, Kecamatan Palas terdiri dari dataran tinggi dan
hanya sebagian kecil merupakan dataran rendah. Kecamatan Palas terbentuk
sejak tahun 1971 berada pada wilayah Provinsi Lampung berdasarkan
Undang-undang No.14 tahun 1964. Ibukota Kecamatan Palas adalah Desa
Bangunan. Secara administratif Kecamatan Palas terbagi menjadi 23 Desa.
Batas-batas wilayah Kecamatan Palas adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Way Sekampung
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Penengahan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda
Kecamatan Palas merupakan salah satu daerah tempat tujuan dari
program transmigrasi baik sebelum atau sesudah kemerdekaan. Kecamatan
Palas sendiri tidak memiliki penduduk asli, dikarenakan kecamatan ini
terbentuk dari program transmigrasi. Masyarakat di kecamatan ini terdiri dari
berbagai suku bangsa antara lain, Jawa, Bali, dan Palembang. Sebagian besar
dari mereka mengikuti program transmigrasi dari daerah Malang dan
Wonogiri. Penduduk yang mengikuti program transmigrasi, hanya diberi
tanah sebagai tempat tinggal. Mereka tidak diberikan lahan untuk bertani.
22
Kehadiran para pendatang dari seberang Selat Sunda ini mempunyai
sejarah panjang. Empat abad yang lalu, sejak akhir abad ke-16 hingga tahun
1808, Kesulatanan Banten sudah menguasai Lampung. Penguasaan ini tidak
disertai dengan campur tangan pada adat istiadat. Kesultanan Banten hanya
menginginkan agar Lampung menanam lada bagi keperluan dagangnya.
Gelombang datangnya para pendatang ini kian deras pada tahun 1922, 1935
hingga 1941. Suksesnya nasib para pendatang menyebabkan pemerintah
Republik Indonesia melanjutkan kebijaksanaan transmigrasi ini.1
Tahun 1991, Kecamatan Palas dibagi menjadi dua wilayah kecamatan
yaitu Kecamatan Palas dan Kecamatan Sragi. Kecamatan Palas terdiri dari 15
desa dan Kecamatan Sragi terdiri dari 9 desa. Ibukota Kecamatan Palas tetap
berada di Desa Bangunan, sedangkan ibukota Perwakilan Sragi terdiri dari 9
desa.2 Pemukiman penduduk di Kecamatan Palas, terbagi ke dalam beberapa
kelompok. Penduduk suku bangsa Bali menempati sebuah perkampungan Bali
(Desa Bali Agung) , dan penduduk bersuku bangsa Jawa membentuk
kelompok sendiri di sebuah perkampungan Jawa (Desa Rejomulyo). Sebagian
besar penduduk berprofesi sebagai petani, baik petani penggarap atau petani
pemilik. Oleh karena itu, tanah pertanian mempunyai sebuah nilai yang sangat
tinggi.
Selain penduduk yang datang melalui program transmigrasi, sebagian
kecil penduduk Kecamatan Palas merupakan pendatang dari sekitar
Kecamatan Palas yang berurbanisasi secara pribadi. Mereka bergabung
1 Al Chaidar, Lampung Bersimbah Darah, (Jakarta : Madani Press,
2000), hlm. 84 2 Diolah dari data Kecamatan Palas dalam Angka Tahun 1993
23
dengan penduduk yang sudah lebih dahulu menempati beberapa daerah di
Kecamatan ini.
B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Kondisi Sosial
Kehidupan sosial masyarakat tidak lepas dari kehidupan agama,
pendidikan dan nilai budaya. Demikian pula dengan kehidupan masyarakat
Kecamatan Palas yang dipengaruhi oleh agama, pendidikan dan nilai budaya
yang berlaku. Terlebih, Kecamatan Palas dihuni oleh masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan dan suku bangsa yang berbeda-beda. Hal ini membuat
Kecamatan Palas memiliki dinamika yang cukup menarik dalam berinteraksi
antar masyarakat. Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Palas ini kemudian
berpengaruh terhadap terjadinya sengketa ini.
a. Penduduk
Demografi suatu daerah atau negara adalah masalah yang perlu untuk
diketahui, karena dengan mengetahui masalah demografi suatu daerah maka
akan memudahkan pemerintah menentukan kebijakan terhadap daerah
tersebut. Di Kecamatan Palas, permasalahan kependudukan juga menjadi
persoalan penting yang mendapat perhatian guna menentukan kebijakan
pemerintah setempat. Hal ini ditunjukan dengan adanya arsip-arsip yang
lengkap dan relatif akurat tentang perkembangan penduduk di wilayah
tersebut.
24
Adapun perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Palas sejak tahun
1985-2000 adalah :
Tabel. 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1985 32396 30569 62965
1986 32724 32409 65133
1987 34403 34596 68999
1988 33426 34451 67877
1989 34636 33756 68392
1990 37133 34861 71994
1991 37598 35214 72812
1992 37611 35415 73026
1993 37202 35130 72332
1994 37978 35695 73673
1995 38080 35932 74012
1996 38701 37080 75781
1997 38934 37323 76257
1998 38310 38443 76753
1999 39212 37470 76682
2000 39712 37845 77557
Sumber : Dinas Kependudukan Kecamatan Palas Tahun 1985-2000
Setiap tahunnya, penduduk Kecamatan Palas mengalami
perkembangan. Pertumbuhan penduduk ini menandakan bahwa Kecamatan
Palas memiliki potensi sumber daya masyarakat yang mumpuni. Pertumbuhan
masyarakat juga menyebabkan kebutuhan akan tanah semakin tinggi.
Terutama tanah untuk pertanian yang dijadikan sebagai sumber utama bagi
penghidupan mereka.
25
b. Bidang Agama
Aspek Keagamaan adalah salah satu yang berpengaruh dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Agama diyakini merupakan sumber motivasi
tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali pada konsep
hubungan agama dengan masyarakat. Ada tiga aspek penting yang selalu
dipelajari dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian.
Ketiga aspek tersebut meupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang
pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia.
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa
unsur pokok yaitu, kepercayaan agama sebagai suatu prinsip yang dianggap
benar tanpa ada keraguan lagi. Simbol agama, yakni identiras agama yang
dianut umatnya. Praktik keagamaan yakni hubungan vertikal antara manusia
dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antar umat
beragama sesuai dengan ajaran agama. Pengalaman keagamaan, yakni
berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-
penganut secara pribadi. Terakhir, umat beragama, yakni penganut masing-
masing agama. Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam
agama yang diakui resmi oleh negara. Keenam agama tersebut adalah Islam,
Katholik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Konghuchu. Sedangkan semua
sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi.3
Masyarakat Kecamatan Palas mayoritas beragama Islam, Kristen dan
Hindu. Toleransi kehidupan masyarakat setempat yang hidup rukun, saling
3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan,
(Jakarta : Gramedia, 1974), hlm 137-142.
26
menghormati, berdampingan, dan gotong royong. Tidak ada perselisihan yang
mengatasnamakan agama ataupun suku bangsa. Kegiatan beragama
memerlukan sarana dan prasarana guna mendukung aktivitas beribadah
masyarakat Kecamatan Palas. Di Kecamatan ini banyak berdiri tempat-tempat
beribadah seperti masjid, gereja kecil dan pura. Jumlah penduduk berdasarkan
agama dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel. 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Islam 29188 32647 61835
2 Kristen Katolik 232 261 493
3 Kristen Protestan 470 438 908
4 Hindu 768 845 1613
5 Budha 146 138 284
Sumber : Data BPS Tahun 1985-1986
Penduduk melakukan kegiatan keagamaan di tempat-tempat ibadah
yang dibangun atas swadaya masyarakat maupun bantuan dari pemerintah.
Untuk mendukung kehidupan agama dalam masyarakat dan melancarkan
proses pembangunan dibutuhkan peran pemuka agama. Pelaksanaan berbagai
kegiatan pembangunan seperti penyuluhan pertanian, kesehatan dan budaya
dapat tercapai dengan melibatkan para pemuka agama.4 Pemuka agama juga
dibutuhkan ketika proses pengambilan keputusan sebuah masalah. Pemuka
4 Murbyanto, Poitik dan Pembangunan Pedesaan,( Jakarta : Sinar
Harapan, 1983), hlm 47.
27
agama kerap kali berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka menjadi
panutan bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang berpengaruh.5
Keberagaman agama yang dianut oleh masyarakat Kecamatan Palas
tidak lantas membuat mereka menjadi terpecah belah. Mereka tetap hidup
berdampingan dengan damai. Perbedaan agama tidak lantas menjadi
penyebab timbulnya sengketa yang terjadi. Namun, toleransi atas agama juga
tidak mampu membendung perbedaan pendapat sehingga muncul sengketa.
Keberagaman juga tidak mampu membuat sengketa yang terjadi diselesaikan
dengan jalur musyawarah mufakat.
c. Bidang Pendidikan
Aspek pendidikan juga tidak kalah penting dengan kebutuhan lainnya.
Pendidikan merupakan faktor penentu dalam upaya menciptakan kualitas
manusia. Suatu negara akan berhasil dalam pembangunan dan tumbuh
menjadi negara maju apabila telah berhasil meningkatkan jumlah mutu
pendidikan.6
Pendidikan membuat masyarakat bisa berpikir kreatif dan mampu
mengikuti perubahan seperti penggunaan inovasi baru, penerapan teknologi
dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan. Masyarakat yang tidak
mampu berubah untuk mengikuti perkembangan zaman akan semakin
5 Wawancara dengan Darmawan sebagai Perangkat Kecamatan Palas,
Tanggal 12 Juni 2015 6 Darmansyah dkk, Kumpulan Essai, Surabaya (Usaha Nasional,
1986), hlm. 104
28
tertinggal. Dengan keadaan seperti ini, struktur ekonomi masyarakat pedesaan
akan tetap berada dalam ambang kemiskinan.
Pendidikan memiliki banyak fungsi khususnya dalam pembangunan.
Hal ini dapat dilihat dari fungsi pendidikan untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan dalam
memasuki dunia kerja atau menjadi masyarakat yang produktif.7 Hal yang
perlu diperhatikan terutama adalah kondisi ekonomi masyarakat desa, kondisi
fisik atau tempat sebagai sarana pendidikan, dan tersedianya tenaga
kependidikan.
Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh kualitas manusia
yang dapat meningkatkan jumlah dan mutu pendidikan penduduk. Pendidikan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi perubahan di dalam
masyarakat. Arti penting pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas
manusia adalah membentuk golongan elit yang terdiri dari orang-orang
terpelajar yang mampu membentuk tenaga kerja terlatih untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam rangkaian produksi.8
Masyarakat desa pada umumnya memiliki tradisi yang masih terikat
pada budaya-budaya yang diwariskan oleh leluhur mereka. Masih banyak
kebiasaan-kebiasaan yang meupakan adat setempat dan harus dipatuhi oleh
masyarakatnya. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah merupakan
7 Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional,
(Bandung : PT Imperial Bhakti Utama, 2009), hlm. 59
8 Louis Maasih, Dunia Pedesaan : Pendidikan dan Perkembangannya,
(Jakarta : Gunung Agung, 1981), hlm. 47.
29
nikmat yang luar biasa bagi mereka, karena dari sumber daya tersebut mereka
memperoleh pekerjaan.
Lingkungan alam merupakan faktor penentu bagi pekerjaan yang
dilakukan oleh masyarakat desa. Masyarakat desa yang tinggal di area yang
memiliki lahan sawah luas berpotensi bekerja sebagai petani. Jika dilihat dari
ukuran komunitasnya, jumlah penduduk di desa tidak sepadat penduduk kota
karena sebagaian besar wilayah pedesaan adalah lahan sumber daya alam
sehingga masyarakat lebih memilih untuk memanfaatkannya sebagai lahan
pencarian nafkah. Bertambahnya jumlah penduduk maka lahan subur sebagai
sumber nafkah akan berkurang karena dijadikan pemukiman.
Masyarakat Palas yang menjadi pembuka lahan pertama rata-ata
berpendidikan menengah ke bawah. Mereka hanya menempuh pendidikan
sampai jenjang sekolah dasar. Kebutuhan akan pendidikan waktu itu hanya
sebatas bisa membaca dan menulis. Rendahnya pendidikan masyarakat
pembuka itu yang menjadi salah satu penyebab sengketa. Mereka sangat awan
dalam masalah sistem landreform hingga proyek Rawasragi dan pembagian
tanah yang dilakukan pemerintah. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah
tentang proyek Rawasragi juga hanya dipahami secara sederhana oleh
mereka. Pengetahuan mereka tentang hukum atas tanah yang masih rendah,
membuat banyak kalangan memanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang
membuat petani pembuka dirugikan. Jumlah penduduk yang seharusnya
menempuh pendidikan terlihat pada tabel berikut :
30
Tabel. 3
Jumlah Penduduk Usia Sekolah
No Desa Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Usia
Sekolah
1 Suka Raja 4264 963
2 Tanjung Sari 4800 1034
3 Bangunan 8711 2683
4 Rejo Mulyo 3353 731
5 Palas Aji 953 134
6 Sumber Agung 2617 478
7 Kuala Sekampung 8584 1968
8 Mandala Sari 3903 809
9 Bakti Rasa 3695 831
10 Suka Pura 1366 98
11 Palas Pasemah 4213 703
12 Bandan Hurip 7238 1996
13 Palas Jaya 2318 682
14 Pulau Tengah 719 198
15 Bali Agung 1240 386
16 Bumi Daya 5027 1308
Jumlah 62965 15052
Sumber : Data Penduduk Kecamatan Palas Tahun 1985
Banyaknya jumlah penduduk usia sekolah, berbanding terbalik dengan
fasilitas-fasilitas sekolah sebagai lembaga pendidikan di Kecamatan Palas.
Tingginya angka jumlah penduduk usia sekolah juga membuktikan bahwa
jika penduduk Kecamatan Palas dibekali pendidikan yang cukup, mereka
dapat memajukan Kecamatan Palas dalam berbagai bidang. Khususnya adalah
bidang pertanian yang menjadi potensi utama di Kecamatan Palas. Inovasi-
inovasi pertanian sangat diperlukan untuk mendukung produktifitas lahan
pertanian di Kecamatan ini.
Fasilitas-fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Palas tahun 1985
dapat dilihat dari tabel 4 :
31
Tabel. 4
Banyaknya Fasilitas Gedung Sekolah
No Desa
Banyaknya
Sekolah
SDN SMPN SMPS SMAS
1 Suka Raja 4 - - -
2 Tanjung Sari 4 - - -
3 Bangunan 8 - 1 -
4 Rejo Mulyo 3 - - -
5 Palas Aji 1 - - 1
6 Sumber Agung 1 - 1 -
7 Kuala Sekampung 6 - - -
8 Mandala Sari 3 - - -
9 Bakti Rasa 3 - 1 -
10 Suka Pura 1 - - -
11 Palas Pasmah 3 1 - -
12 Bandan Hurip 7 - 1 1
13 Palas Jaya 2 - - -
14 Pulau Tengah 1 - - -
15 Bali Agung 1 - - -
16 Bumi Daya 5 - 1
Jumlah 53 1 5 2
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Palas Tahun
1985.
Lambat laun pendidikan masyarakat di Kecamatan Palas mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Masyarakat mulai mengedepankan pendidikan
bagi anak-anak mereka. Mereka menyekolahkan anak-anak mereka di luar
Kecamatan hingga mengirimkan anak-anak mereka ke kota untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Perkembangan pendidikan di
Kecamatan Palas, juga mulai signifikan. Pembangunan fasilitas-fasilitas
seperti gedung sekolah mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, hingga sekolah menengah atas mulai dilaksanakan.
32
Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi
kesejahteraan masyarakat. Penduduk Kecamatan Palas sudah semakin sadar
akan arti pentingnya kehidupan. Sehingga meskipun sebagian besar dari
mereka yang berprofesi sebagai petani dan tidak terlalu membutuhkan
kemampuan baca dan tulis, mereka tetap mengutamakan pendidikan.
Kesadaran akan pendidikan yang semakin meningkat setiap tahunnya
dibuktikan dengan banyaknya petani yang juga berpofesi sebagai guru, PNS,
dan wiraswasta lainnya. Keterbukaan terhadap teknologi membuat
masyarakat Kecamatan Palas mulai melangkah ke era modern. Seperti
membajak sawah yang dulu menggunakan kerbau sudah beralih
menggunakan traktor. Penyuluhan pertanian yang modern juga kerap
dilakukan guna menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.
Seiring dengan kemajuan di sektor pendidikan membuat masyarakat
yang terlibat sengketa berkepanjangan melakukan tindak perlawanan yang
terstruktur. Gerakan masyarakat yang tradisional bertransformasi menjadi
sedikit lebih modern dan terstruktur. Tindakan perlawanan yang dulu hanya
dilakukan secara sendiri-sendiri dan tidak berpola, kini perlawanan yang
dilakukan petani mulai dengan cara-cara yang terstruktur. Mereka biasa
mengadakan rapat-rapat untuk mendengar keluhan-keluhan masyarakat dan
membahas langkah-langkah yang akan mereka tempuh untuk
memperjuangkan hak mereka. Gerakan-gerakan petani yang mulai terstruktur
ini kemudian digawangi oleh orang-oang yang sudah melek akan pendidikan.
Biasanya, mereka yang memiliki latar belakang tinggi, ditunjuk sebagai
33
perwakilan dari petani ketika terjadi perundingan-perundingan bersama tim
penyelesaian sengketa.
d. Bidang Budaya
Pola kehidupan masyarakat Kecamatan Palas juga dipengaruhi oleh
nilai budaya tradisional. Hal ini tercermin dari sikap mentalitas keseharian
mereka. Nilai budaya yang berpengaruh ini disebut adat istiadat yang
merupakan kebiasaan atau pola perilaku tradisional masyarakat penganut
kebudayaan tertentu.
Adat adalah kebiasaan yang berlangsung dan menjadi norma dalam
masyarakat atau pola-pola perilaku tertentu dari warga masyarakat di suatu
daerah. Adat istiadat didalamnya terkandung serangkaian nilai, pengetahuan
dan keyakinan serta aturan-aturan yang saling berkaitan sehingga membentuk
satu kesatuan. Fungsinya sebagai pedoman tertinggi dalam bersikap dan
berperilaku bagi seluruh warga masyarakat.
Upacara-upacara keagamaan juga masih dilaksanakan. Hal ini
dilatarbelakangi budaya tradisional yang dihubungkan dengan tradisi
keagamaan. Beberapa suku bangsa yang menetap di Kecamatan Palas ini rutin
menggelar upacara keagamaan. Beberapa contoh upacara keagamaan yang
masih sering dilaksanakan antara lain, upacara selametan dan ngaben.
Selametan pada umumnya dapat digolongkan sesuai dengan peristiwa atau
34
kejadian dalam kehidupan sehari-hari seperti perkawinan, kelahiran,
kematian, bersih desa, tolak bala dan lain-lain. 9
Sikap gotong royong dan kerukunan desa masih sangat kental. Hal ini
merupakan cerminan dari masyarakat tradisional yang berorientasi pada
bidang pertanian. Kehidupan masyarakat petani sangat memperhatikan
kebersamaan. Kesadaran sebagai anggota masyarakat yang saling tergantung
dan membutuhkan sudah ditanamkan sejak kecil. Budaya gotong royong dan
sambatan ini dapat terihat dalam upacara perkawinan, kematian atau
mendirikan rumah.
Masyarakat yang heterogen di Kecamatan Palas membuat interaksi
antar individu guna memunculkan rasa kebersamaan. Peranan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari sangat penting dalam proses interaksi masyarakat.
Bahasa merupakan wujud ekspresi kita dalam berkomunikasi dengan sesama.
Bahasa yang digunakan dalam suatu lingkungan masyarakat pada dasarnya
dapat menunjukkan suatu kelompok etnis. Rata-rata masyarakat Kecamatan
Palas menggunakan bahasa Jawa, Bali dan Lampung Semendo. Meskipun
berbeda-beda dalam bahasa, mereka menggunaka Bahasa Indonesia untuk
berinteraksi antar sesama dengan logat daerah asal yang masih sangat kental.
Masyarakat Kecamatan Palas yang sangat heterogen mempunyai
pandangan masing-masing terhadap tanah. Bagi masyarakat asli Lampung,
tanah memiliki nilai prestise yang tinggi. Semakin banyak seseorang memiliki
tanah, maka dikatakan orang tersebut termasuk orang yang terpandang.
9 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta:
Djambatan, 1979), hlm.340.
35
Sedangkan menurut masyarakat Bali, tanah adat dapat dibedakan menjadi
beberapa pengertian. Pertama, tanah desa yaitu tanah yang dikuasai oleh desa
yang didapat baik melalui pembelian atau usaha lainnya yang termasuk druwe
tanah desa. Kedua, tanah laba pura yaitu tanah yang dimiliki dan dikuasai
oleh desa adat yang khusus diperuntukkan untuk keperluan pura. Ketiga,
tanah pekarangan yaitu tanah yang dikuasai oleh desa yang diberikan kepada
krama desa untuk tempat tinggal mereka. Keempat, tanah ayahan desa, yaitu
tanah yang dikuasai oleh desa yang penggarapannya diserahkan kepada krama
yang melekatkannya pada suatu kewajiban sebagai ayahan. Kelima, tanah
yang dikuasai oleh desa pekraman yaitu tanah druwe desa dan laba pura.
Terakhir, tanah adat yang dikuasai oleh perseorangan. Dalam hal ini, lahan
pertanian yang mereka buka melalui proyek Rawasragi masuk dalam kategori
terakhir, tanah adat yang dikuasai oleh perseorangan.
Bagi masyarakat bersuku bangsa Jawa yang mendiami beberapa desa
di Kecamatan Palas, menilai bahwa tanah merupakan sumber utama
penghidupan mereka. Mereka yang notabene merupakan masyarakat
perantauan menggantungkan sebagian besar kehidupan mereka melaluk
kegiatan bertani. Pentingnya lahan pertanian sebagai faktor utama kegiatan
bertani membuat tanah memiliki nilai yang sangat tinggi. Perbedaan nilai
tentang tanah ini yang kemudian membuat masyarakat Kecamatan Palas
merasa perlu mempertahankan hak tanah mereka ketika ada yang ingin
mengakui tanah tersebut.
2. Kondisi Ekonomi
36
Kegiatan perekonomian merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
keberlangsungan hidup seseorang. Seseorang melakukan kegiatan
perekonomian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat
Kecamatan Palas melakukan segala upaya guna kemajuan hidup. Hal ini
didukung oleh keadaan alam yang potensial. Berdasarkan data penduduk
Kecamatan Palas, dapat dilihat berbagai macam mata pencaharian :
Tabel. 5
Jenis-jenis Mata Pencaharian
No Jenis Mata Pecaharian Jumlah
1 Petani Penggarap 8174
2 Petani Pemilik 16501
3 Nelayan 35
4 Buruh Tani 6374
5 Pedagang Tetap 336
6 Pedagang Keliling 600
7 Pegawai Negeri 49
8 ABRI 268
9 Pensiunan 14
10 Angkutan 47
11 Industri 354
12 Jasa 160
13 Lainnya 33
Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Selatan Tahun 1985
Mayoritas Penduduk Kecamatan Palas berprofesi sebagai petani baik
petani pemilik ataupun penggarap. Lahan yang subur ditambah tersedianya
pasokan air dari Sungai Way Sekampung membuat lahan di Kecamatan ini
sangat cocok untuk pertanian. Penggunaan lahan untuk pertanian dapat dilihat
dari tabel berikut ini :
Tabel. 6
37
Jenis-jenis Penggunaan Tanah
No Jenis Penggunaan Tanah
Luas
(Ha) %
1 Persawahan 8920 56
2 Peladangan/Tegalan 4920,55 31
3 Pekarangan 1127,4 7
4 Perkebunan Rakyat 686 4
5 Lainnya 333,05 2
Jumlah 15987 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung Selatan Tahun 1985
Prosentase lahan pertanian di Kecamatan Palas mencapai 56% atau
8920 hektare. Sedangkan peladangan, 31% atau 4920 hektare. Pekarangan
dan perkebunan rakyat berkisar 22 %. Lahan pertanian yang luas dan
potensial membuat tingkat mobilitas penduduk seperti urbanisasi atau
emigrasi menjadi tinggi. Mereka datang dari daerah-daerah di luar Kecamatan
Palas yang pada akhirnya menetap. Mereka membeli lahan pertanian dari
masyarakat setempat. Sebagian yang lain berprofesi sebagai petani penggarap
karena tidak memiliki lahan pertanian.10
Ketersediaan lahan pertanian menjadi sesuatu hal yang sangat penting
bagi perekonomian masyarakat Palas. Bertani merupakan profesi utama
sebagian besar masyarakat Kecamatan Palas. Tanah memiliki nilai prestisius
untuk warga karena tanah sebagai faktor utama mereka melakukan kegiatan
bertani.
Sebagai negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia bermata
pencaharian pokok sebagai petani. Hal ini berarti sumber ekonomi dan sosial
penduduk sangat tergantung pada tata produksi dan hasil-hasil pertanian.
10
Diolah dari Data Penduduk Kecamatan Palas, Tahun 1985.
38
Dengan demikian, persoalan pertanian merupakan masalah pokok bagi
masyarakat Indonesia. Masalah pertanian merupakan faktor penting untuk
mengukur tingkat kesejahteraan kehidupan masyarakat Indonesia secara
keseluruhan.
Tabel. 7
Produktifitas Sawah Menurut Waktu Panen
No Nama Desa Dapat Dipanen Dalam Setahun
Dua Kali atau Lebih Satu Kali
1 Suka Raja 275 265
2 Tanjung Sari 110 -
3 Bangunan 1927 225
4 Rejo Mulyo - 108
5 Palas Aji - 600,5
6 Sumber Agung - 141
7 Kuala Sekampung - 1621
8 Mendala Sari - 350
9 Bakti Rasa - 260
10 Suka Pura - 400
11 Palas Pasemah - 954,5
12 Bandan Hurip 418 496
13 Palas Jaya - 475
14 Pulau Tengah - 291
15 Bali Agung 78 138
16 Bumi Daya - 156
Jumlah 2808 6501
Sumber : Data Pertanian Kecamatan Palas Tahun 1985
Keberadaan tanah sebagai lahan pertanian menjadi sesuatu yang
mutlak harus dimiliki oleh petani. Ketersediaan tanah yang digunakan sebagai
area pertanian akan membuat keberlangsungan kehidupan petani menjadi
terpenuhi. Tidak tersedianya tanah, akan membuat petani tidak bisa
memproduksi beras dan menyebabkan kelimbungan kehidupan perekonomian
39
petani. Hal inilah yang menyebabkan sengketa terjadi antar petani yang tetap
ingin mendapatkan hak atas tanah pertaniannya.
Selain padi, penduduk Kecamatan Palas juga menanam palawija
seperti jagung, ketela pohon, kacang tanah, ketela rambat, dan kedelai. Sayur-
sayuan yang ditanam antara lain, sawi, tomat, kacang panjang, terong, buncis
dan lain-lain. Selain pertanian, masyarakat juga mengganutngkan hidup
mereka pada sektor perkebunan. Masyarakat Kecamatan Palas menanam
kelapa dan coklat di lahan perkebunan mereka.
Masyarakat Kecamatan Palas juga memelihara berbagai binatang
peliharaan seperti ayam, itik, kambing, domba, sapi, kerbau bahkan sebagian
kecil dari mereka memelihara babi. Hal ini adalah salah satu ciri masyarakat
desa yang pada umumnya hidup dari pertanian/bercocok tanam.
Pembudidayaan ini berlangsung bertahun-tahun dan turun temurun.
C. Kondisi Lahan Pertanian Sebelum Dilaksanakan Proyek
Rawasragi
Proyek Rawasragi merupakan program pemerintah tentang
pembukaan lahan bekas rawa yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Lahan pertanian yang dijadikan sebagai area Rawasragi awalnya merupakan
suatu hutan dan rawa berisi pohon palas dan kayu renggas yang digenangi air
limpahan dari Sungai Sekampung akibat belum terdapat tanggul. Luas area
tersebut berkisar 22000 hektare yang meliputi Kecamatan Palas dan
Penengahan. Namun, sebagian besar rawa tersebut masuk ke dalam
Kecamatan Palas.
40
Pelaksanaan proyek ini termasuk kedalam Pembangunan Lima Tahun
IV yang menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian dan industri.
Pembangunan ini bertujuan untuk memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor.
Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar
keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian,
karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Palas merupakan para
pendatang yang datang dari berbagai daerah melalui program transmigrasi.
Daerah asal transmigrasi bermacam-macam mulai dari Wonogiri, Malang,
Bali, Cilacap dan lain-lain. Mereka hidup berkelompok dan membentuk
kampung-kampung sesuai dengan daerah asal mereka. Mereka datang secara
bertahap dari awal tahun 1965 hingga tahun 1971. Mereka yang mengikuti
program transmigrasi mendapatkan lahan untuk bermukim dan tidak
mendapatkan lahan untuk bercocok tanam atau untuk mereka memenuhi
kehidupan mereka.11
Area Rawasragi dibuka oleh transmigran pada tahun 1971 hingga
tahun 1979.12
Transmigran yang menjadi pembuka pertama merupakan
masyarakat yang mengikuti program transmigrasi dan ditempatkan di
Kecamata Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Transmigran tersebut berasal
11
Wawancara dengan Sudarto sebagai Petani, Pada Tanggal 7 Agustus
2015 12
Tim Pussbik, Tanah Lampung,Sengketa Pertanahan dan
Perjuangan Rakyat Tani Lampung (Lampung: Pussbik, 2002), hlm.26
41
dari Wonogiri Jawa Tengah, Malang, Jawa Timur.13
Mereka membuka area
Rawasragi yang berpotensi untuk dijadikan sawah. Masyarakat sekitar
membuka lahan dikarenakan mereka tidak mendapatkan lahan untuk bertani
sewaktu ditempatkan di Kecamatan Palas. Mereka hanya diberikan lahan
untuk tempat tinggal. Pembukaan lahan yang dilakukan warga memiliki tanah
pertanian yang dijadikan sumber penghasilan meskipun tanah yang mereka
garap secara hukum adalah milik pemerintah.
Pembukaan lahan pada saat itu hanya didasarkan pada izin pihak
Kepala Desa yang surat-surat atas tanah yang mereka buka dan mereka garap
merupakan surat yang dikeluarkan oleh pihak Kepala Kampung. Kepemilikan
atas tanah yang didasarkan pada proses pembukaan lahan dan penguasaan
tanah secara turun temurun sudah menjadi sebuah aturan tidak tertulis bagi
masyarakat.14
13
Wawancara dengan Bapak Sudarto sebagai Petani, Pada Tanggal 7
Agustus 2015. 14
Wawancara dengan Darmawan sebagai Perangkat Kecamatan Palas,
Pada Tanggal 7 Agustus 2015.