8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi Dasar
Sanitasi Dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus
dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari
meliputi :
A. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak
seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain
itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan
membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk
keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia
dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya
dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra 2007).
1. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber, yakni :
a) Air atmosfir (air hujan)
Air atmosfir atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi.
Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada
8
9
waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun,
karena masih mengandung banyak kotoran.
b) Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni
air sungai dan air rawa/danau.
c) Air tanah
1) Air tanah dangkal, terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah
dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar
antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air tanah ini
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal.
Kritera sumur yang memenuhi syarat kesehatan ialah :
(a) Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah,
dibuat dari tembok yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat
(tidak mudah retak / longsor) untuk mencegah perembesan air yang telah
tercemar ke dalam sumur. Kedalaman 3 m diambil karena bakteri
pada umunya tidak dapat hidup lagi.
(b) Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang
tidak disemen, tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah.
10
(c) Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur ± 1 meter
dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah
agar air sekitarnya tidak masuk ke dalam sumur, serta juga untuk
keselamatan pemakai.
(d) Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling
sumur ± l,5 m dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk.
Lantai sumur tidak retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak
tergenang air, kemiringan 1-5% ke arah saluran pembuanagan air
limbah agar air bekas dapat dengan mudah mengalir ke saluran air
limbah.
(e) Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran
lainnya tidak dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai
jangan diletakkan di bawah/lantai tetapi digantung.
2) Air tanah dalam, terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama.
Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal.
Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa
kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-
300 m) akan didapatkan suatu lapisan air. Kualitas dari air tanah
dalam pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.
3) Mata air, adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke
permukaan tanah (Sutrisno dan Suciastuti, 2010).
11
2. Syarat-syarat Air
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat
yaitu kuantitas dan kualitas.
a) Syarat Kuantitas
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga/hari/kapita tidaklah sama
pada tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan di Negara-negara yang
sudah maju. Jumlah pemakaian air/hari/kapita lebih besar dari pada di
Negara-negara yang sedang berkembang.
Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak
100 liter/hari/kapita dengan perincian yaitu untuk minum 5 liter,
memasak 5 liter, membersihkan/mencuci 15 liter, mandi 30 liter, kakus
45 liter (Entjang, 2000).
b) Syarat Kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum adalah sebagai berikut :
1) Parameter Fisika
Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik
air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu,
warna dan jumlah zat padat terlarut (Total Dissolved Solid – TDS).
Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak
menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk
12
bisa di sebabkan proses penguraian bahan organic yang terdapat
didalam air.
Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung
partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan.
Air yang baik idealnya juga tidak memiliki rasa/tawar. Air yang
tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air
tersebut. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu di
dalam air, begitu juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam
air dan rasa pahit di sebabkan adanya basa di dalam air tersebut.
Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan
suhu yang mencolok dengan udara sekitar (udara ambien). Di
Indonesia, suhu air minum idealnya ± 30C dari suhu udara.
2) Parameter Mikrobiologi
Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai
organism petunjuk (indicator organism). Dalam laboratorium, istilah
total coliform menunjukan bakteri Coliform dari tinja, tanah atau
sumber alamiah lainnya. Istilah fecal coliform (koliform tinja)
menunjukan bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau
hewan berdarah panas lainnya. Parameter mikrobiologi dimaksudkan
untuk mencegah adanya mikroba pathogen di dalam air minum.
13
3) Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak
tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium (Al), Arsen (As),
Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat
keasaman (pH), dan zat kimia lainnya.
4) Parameter Radioaktivitas
Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni
menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat
berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel-sel
dapat di ganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila
tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan
penyakit seperti kanker (Mulia, 2005).
3. Peranan Air dalam Penularan Penyakit
Adanya penyebab penyakit didalam air, dapat menyebabkan efek
langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang mungkin ada dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :
a) Penyebab hidup yang menyebabkan penyakit menular
b) Penyebab tidak hidup yang menyebabkan penyakit tidak menular
Peranan air dalam memindahkan penyakit dapat melalui empat cara :
1) Waterborne mechanism
Penyakit yang paling umum dari semua penyakit yang berhubungan
dengan air dan yang paling berbahaya dalam skala global mencakup
14
penyakit-penyakit yang ditularkan atau disebarkan akibat
kontaminasi air oleh kotoran manusia atau urine. Penyakit ini,
infeksi atau penularannya dapat terjadi apabila organism pathogen
mencapai jalan masuk ke dalam air yang kemudian dikonsumsi oleh
orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Penyakit yang termasuk kedalam kategori ini adalah kolera,
Hepatitis infeksiosa, dan penyakit Disentri basiler.
2) Water Washed mechanism
Penularan penyakit ini berkaitan dengan air bagi kebersihan umum
alat-alat terutama alat-alat dapur dan makanan, juga di peruntukan
bagi kebersihan perorangan. Kelompok penyakit yang sangat
dipengaruhi oleh media penularnya, caranya sangat banyak dan
dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni :
(a) Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan yaitu penyakit
diare. Penyakit diare ini dapat ditularkan melalui beberapa jalur
diantaranya melalui air dan peralatan makanan yang dicuci
dengan air.
(b) Penyakit infeksi kulit. Golongan penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk.
(c) Penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit, penyakit
ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene
perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta
parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta parasit akan mudah
15
berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan air,
kebersihan perorangan tidak terjaga.
3) Water Bashed mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh
vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air.
Contohnya skistosomiasis.
4) Water Related Insect Vector mechanism
Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga (insekta) yang
berkembang biak di dalam air. Beberapa penyakit yang di tularkan
oleh insekta antara lain : filariasis, malaria, dengue, yellow fever
(Yuliawati, 2002).
B. Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoran atau najis manusia yang lazim
disebut kakus/WC sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman (Depkes RI, 2001).
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang
cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan
pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan
terutama tanah dan sumber air.
16
1. Syarat-syarat jamban sehat
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban
tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
(Depkes RI, 1995)
a) Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini dibuat lubang
penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air).
b) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
c) Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah
disekitarnya.
d) Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama.
e) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang.
f) Luas ruangan cukup.
g) Ventilasi cukup baik.
h) Tersedia air dan alat pembersih.
i) Cukup penerangan.
2. Jenis-jenis jamban
Menurut Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja,
antara lain:
17
a) Jamban cemplung (Pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini
dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter
80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu
dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber
minum sekurang-kurangnya 15 meter.
b) Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti
pembusukan tinja dalam air kali.
c) Jamban leher angsa (Angsa latrine)
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi
air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila
dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke
bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.
d) Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil
karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi
pengotoran tanah permukaan (meluap).
e) Jamban keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan
18
tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam
jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan
ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya
menimbulkan bau.
f) Jamban parit (Trench latrine)
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defaecatie.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit
sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang
berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan
lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
g) Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali,
rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga
bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana
dengan air, yang dapat menimbulkan wabah.
h) Jamban kimia (Chemical toilet)
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga
dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam
kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan
dalam rumah.
3. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang
baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal yaitu :
19
a) Melindungi kesehatan masyarakat.
b) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang
aman.
c) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
d) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan
(Tarigan, 2007).
C. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang.
Sampah bisa berasal dari rumah tangga, rumah sakit, hotel, restoran,
industri, dan lain-lain (Widyati, Yuliarsih 2002).
Sampah adalah setiap bahan/material yang untuk sementara tidak dapat
dipergunakan lagi dan harus dibuang atau dimusnahkan (Dainur 1995).
Beberapa faktor yang memengaruhi sampah adalah jumlah penduduk,
sistem pengumpulan/ pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang
ada pada sampah, faktor geografis, waktu, sosial, ekonomi, budaya, musim,
kebiasaan masyarakat, kemajuan teknologi serta jenis sampah.
Sampah dapat digolongkan berdasarkan sumber, bentuk, sifat, dan
jenisnya (Suriawiria, 2003) :
Berdasarkan kepada sumbernya, sampah digolongkan kepada dua
kelompok besar yaitu :
1. Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh akibat
kegiatan manusia secara langsung : dari rumah tangga, pasar, sekolah,
pusat keramaian, pemukiman, rumah sakit, dan sebagainya.
20
2. Sampah non-domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh
kegiatan manusia secara tidak langsung : dari pabrik, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan, transportasi dan sebagainya.
Berdasarkan kepada bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan,
kotoran ataupun benda-benda lain yang bentuknya padat.
2. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industry,
pertanian, perikanan, peternakan, ataupun manusia yang berbentuk cair,
misalnya air-buangan, air-seni, dan sebagainya.
3. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor,
cerobong pabrik, dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau
asap.
Berdasarkan kepada jenisnya, dikenal ada dua kelompok sampah, yaitu :
1. Sampah organik, yaitu jenis sampah yaitu jenis sampah yang sebagian
besar tersusun oleh senyawa organik (sisa tanaman, hewan, ataupun
kotoran).
2. Sampah anorganik, yaitu jenis sampah yang tersusun oleh senyawa
anorganik (plastik, botol, logam, dan sebagainya).
Dari jenis sampah dikenal pula sifatnya kedalam dua kelompok sampah
yaitu :
21
1. Sampah yang bersifat degradable, yaitu sifat sampah yang secara alami
dapat / mudah diuraikan oleh jasad hidup (mikroorganisme). Pada
umumnya jenis sampah organic termasuk ke dalam kelompok ini.
2. Sampah yang bersifat non-degradabel, yaitu sifat sampah yang secara
alami sukar atau sangat sukar untuk diuraikan oleh jasad hidup. Pada
umumnya jenis sampah anorganik termasuk ke dalam kelompok ini.
Cara-cara pengelolaan sampah antara lain :
a) Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing
rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab
itu, mereka harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan
sampah sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke tempat
penampungan akhir sampah (TPA).
b) Pemusnahan dan pengolahan sampah
Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain
1) Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat
lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun
dengan tanah.
2) Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan
membakar di dalam tungku pembakaran (incinerator).
22
3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi
pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan,
sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk
(Notoatmodjo 2003).
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menyediakan tempat bagi
vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang pengerat untuk mencari
makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat mengganggu
kesehatan manusia.
Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan
sampah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Tersedianya tempat sampah yang dilengkapi tutup (sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa
mengotori tangan).
2) Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah
bocor, untuk mencegah berseraknya sampah.
3) Tempat sampah tahan karat dan bagian dalam rata.
4) Tempat sampah mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah
dibersihkan.
5) Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkat
oleh satu orang.
6) Tempat sampah dikosongkan setiap 1x24 jam atau 2/3 bagian telah
terisi penuh.
23
7) Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
8) Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
9) Memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan
dan makanan jadi yang cepat membusuk.
10) Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah
dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak di lokasi
yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus
dikosongkan sekurang-kurangnya 3x24 jam.
D. Pengelolaan Air Limbah
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal
dari rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya
mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra 2007).
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
1. Air Buangan Rumah Tangga ( domestic waste water)
Air buangan dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi
yang terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian, dapur dan
kamar mandi dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan organik.
2. Air Buangan Kotapraja (minicipal waste water)
Air buangan ini umumnya berasal dari daerah perkotaan,
perdagangan, selokan, tempat-tempat ibadah dan tempat-tempat
umum lainnya.
24
3. Air Buangan Industri (industrial waste water)
Air buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada
umumnya lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang
luas. Zat-zat yang terkandung didalamnya, misalnya logam berat, zat
pelarut, amoniak dan lain-lain (Notoatmodjo 2003).
Ada lima cara pembuangan air limbah rumah tangga yaitu:
1. Pembuangan umum, melalui tempat penampungan air limbah yang
terletak dihalaman.
2. Digunakan untuk menyiram tanaman di kebun.
3. Di buang ke lapangan peresapan.
4. Di alirkan ke saluran terbuka.
5. Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan (Kusnoputranto, 1997).
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani
pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air
limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Sistem
pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan
berikut :
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air
minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di
air di dalam penggunaannya sehari-hari.
25
4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan
penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak diolah dan tidak dapat
dicapai oleh anak-anak.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap (Chandra 2007).
Menurut Notoatmodjo (2003) beberapa cara sederhana pengolahan air
buangan antara lain sebagai berikut :
1. Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan
makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya
kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu
banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka
cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya :
bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada,
pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap
badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses
pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk
26
segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar
kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari
daerah pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga
memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
3. Irigasi (irrigation)
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit
tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk
pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi
untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah
dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan
lain-lainya dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup
tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.
2.2 Masyarakat Nelayan
Nelayan adalah adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan. Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan
adalah orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di
perairan umum. Orang yang melakukan pekerjaan seperti membuat Jaring,
mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam perahu/kapal motor,
mengangkut ikan dari perahu/kapal motor, tidak dikategorikan sebagai
nelayan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002).
Masyarakat nelayan dapat di bagi menjadi tiga bagian jika dilihat dari
sudut pemilikan modal, yaitu :
27
1. Nelayan juragan, nelayan ini merupakan nelayan pemilik perahu dan alat
penangkap ikan yang mampu mengubah para nelayan pekerja sebagai
pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan juragan ada
tiga macam yaitu nelayan juragan laut, nelayan juragan darat yang
mengendalikan usahanya dari daratan, dan orang yang memiliki perahu,
alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli, yang di sebut
tauke (toke) atau cakong.
2. Nelayan pekerja, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan
modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk
membantu usaha penangkapan ikan di laut. Nelayan ini disebut juga
nelayan penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Hubungan kerja
antara nelayan ini berlaku perjanjian tidak tertulis yang sudah dilakukan
sejak ratusan tahun yang lalu. Juragan berkewajiban menyediakan bahan
makanan untuk dapur keluarga yang ditinggalkan selama berlayar. Hasil
tangkapan dilaut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda-beda
antara juragan yang satu dengan juragan lainnya, setelah dikurangi semua
biaya operasi.
3. Nelayan pemilik, merupakan nelayan yang kurang mampu, nelayan ini
hanya mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat
penangkap ikan sederhana, karena itu disebut nelayan perorangan.
28
2.3 Kerangka Berpikir
A. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Status ekonomi Pendidikan Lingkungan Perilaku
Sanitasi Dasar
Sarana Penyediaan air
bersih
Sarana Pembuangan
Sampah
Sarana Pembuangan Air Limbah
Sarana Jamban
Keluarga
Nelayan
Penyakit-Penyakit Berbasis Lingkungan
29
B. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang di teliti yaitu Sanitasi Dasar, meliputi :
a. Sarana Penyediaan Air Bersih
b. Sarana Jamban Keluarga
c. Sarana Pembuangan Sampah
d. Sarana Pembuangan Air Limbah
Masyarakat Nelayan
Sanitasi Dasar : - Sarana Penyediaan Air
Bersih - Sarana Jamban Keluarga - Sarana Pembuangan
Sampah - Sarana Pembuangan Air
Limbah