5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat IPS
Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta
kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan
dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan
menengah, menurut Susanto (2013: 137)
Sedangkan menurut Buchari Alma (2003: 148) mengemukakan pengertian
IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada
pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam
lingkungan sosialnya dan bahnnya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti:
geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan
mempelajari IPS ini sudah semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang
berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan
masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik individu maupun kelompok,
untuk menemukan kepentingan yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang
baik dan harmonis.
Dari definisi para ahli tentang IPS, dapat disimpulkan hakikat IPS adalah
perpaduan dari beberapa ilmu sosial dan kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk
membantu pengembangan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh tentang
berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Pembelajaran IPS juga
menyadarkan siswa bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat sehingga
mereka harus bisa belajar menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.
2.1.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh siswa
dalam pembelajaran. Setiap Proses pembelajaran akan menggunakan kompetisi dasar
6
sebagai acuan minimal bagi siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman dalam
pembelajaran. Pada pembelajaran IPS juga terdapat kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh setiap siswa.Tugas guru sebagai seorang pendidik adalah
menyampaikan pembelajaran dengan baik agar siswa mampu memahami materi
sesuai dengan SK dan juga KD.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk SD/MI kelas 4 yang
akan digunakan adalah sebagi berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS untuk
SD/MI Kelas 4 Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sejarah,
kenampakan alam, dan
keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi
1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota,
provinsi) dengan menggunakan skala sederhana
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial dan budaya
1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam
serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya
setempat (kabupaten/kota, provinsi)
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di
lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan
menjaga kelestariannya
1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-
tokoh di lingkungannya
Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
7
2.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning
2.2.1 Pengertian
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada kerangka kerja teoritik kontruktivisme, focus pada masalah yang
dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan
dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut
(Hamdayana, 2014: 210). Sedangkan menurut Tan dikutip oleh Rusman (2014: 229)
menyatakan bahwa Pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam
pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir siswa betul-betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaan menggunakan masalah
nyata (autentik) yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai peluang bagi
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah dan
berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru, berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBL
menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum
mereka mengetahui konsep formal (Hosnan, 2014: 298)
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berfikir
siswa dalam menyelesaikan permasalahan, siswa juga dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara
berkesinambungan, siswa tidak hanya menggunakan konsep yang berhubungan
dengan masalah, tetapi juga metode untuk memecahkan masalah.
Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum ( rencana pembelajaran
8
jangka panjang), merancang bahan-bahan pemebelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain menurut Joyce & Weil,1980 dikutip oleh
(Rusman 2014 : 133). Model pembelajaran memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
1. Urutan Langkah-langkah atau Sintak
Menurut Ibrahim dan Nur (2000 :13) sintak pembelajaran model Problem
Based Learning adalah a) Orientasi siswa pada masalah; b) Mengorganisasi
siswa untuk belajar; c) Membimbing pengalaman individual atau kelompok;
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; e) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Sistem Sosial
Menurut Winataputra (2001 : 8) sistem sosial adalah situasi atau suasana dan
norma yang berlaku dalam model tersebut. Dalam pembelajaran
menggunakan model Problem Based Learning sistem sosial menekankan pada
suasana kelas yang berlangsung secara demokratis, kooperatif dan penuh
tanggungjawab sehingga timbul rasa yang nyaman dan rasa persahabatan
dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
3. Prinsip Reaksi
Menurut Winataputra (2001 : 8) prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang
menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan
para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon
terhadap peserta didik. Prinsip ini mengatur guru hanya berperan sebagai
“fasilitator”, dalam arti guru hanya mengarahkan peserta didik untuk
memecahkan masalah.
4. Sistem Pendukung
Menurut Winataputra (2001 : 9) sistem pendukung adalah segala sarana,
bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Agar
dalam pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning
menunjukkan kelancaran, diperlukan perangkat pendukung yang terdiri dari :
a) Kumpulan masalah IPS; b) Rencana pembelajaran yang disusun atas
9
prinsip Problem Based Learning; c) Lembar kerja siswa (LKS) yang memuat
masalah-masalah IPS dan; d) Penilaian pembelajaran yang lengkap dengan
pedoman penskoran masalah IPS.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Menurut Winataputra (2001 : 9) dampak instruksional adalah hasil belajar
yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik pada tujuan
yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya
yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya
suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan
langsung dari pengajar. Model Prolem Based Learning ini memiliki dampak
pembelajaran bagi siswa. Hal ini merupakan kompetensi yang ingin dicapai
melalui model pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang
melliputi kompetensi peserta didik :
a. Mengerti konsep, prinsip dan ide-ide dalam pembelajaran IPS di
kehidupan sehari-hari
b. Memilih proses dan strategi pemecahan masalah
c. Penggalian Informasi
Dampak pengiring melalui model Problem Based Learning diharapkan
dapat dibentuk sikap jujur, bertanggungjawab, disiplin, bekerja sama, teliti,
percaya diri, mandiri, serta rasa ingin tahu.
Dampak yang akan diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS materi
“Kenampakan Alam” dengan menggunakan model “Problem Based Learning
(PBL)” adalah jujur, bertanggungjawab, disiplin, bekerja sama, teliti, percaya
diri, mandiri serta rasa ingin tahu.
10
Gambar 2.1:
Dampak instruksional dan pengiring model Problem Based Learning (PBL)
Keterangan :
2.2.2 Kekurangan dan Kelebihan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
model belajar Problem Based Learning ,Menurut (Trianto, 2014: 68) kelemahan dan
kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
Jujur
Tanggung
jawab
Disiplin
Teliti
Kerja
sama
Mandiri
Problem Based
Learning (PBL)
Kemampuan
mengidentifikasi ciri-ciri
dan manfaat kenampakan
alam terhadap kehidupan
sosial
Kemampuan
mengidentifikasi peristiwa
alam yang pernah terjadi
Kemampuan mengidentifikasi
peristiwa alam dan
pengaruhnya terhadap
kehidupan sosial
Percaya Diri
Rasa Ingin
Tahu
Dampak Instuksional:
Dampak Pengiring :
11
Kelebihan :
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut
b. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berpikir siswa yang lebih tinggi
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki siswa sehingga
pembelajaran lebih bermakna
d. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari
e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu meemberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di
antara siswa
f. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian keyuntasan belajar siswa
dapat diharapkan
Kelemahan :
a. Siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba
b. Keberhasilan pembelajran melalui Problem Based Leraning ini membutuhkan
cukup waktu untuk persiapam
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah, maka
mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
2.2.3 Langkah –Langkah Model Problem Based Learning
Langkah – langkah atau sintak Problem Based Learning menurut
Hamdayana (2014: 212) adalah sebagai berikut :
12
Tabel 2.2
Sintak Problem Based Learning
Fase Indikator Tingkah laku guru
1. Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing pengalaman
individual / kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai
laporan, dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan
Sumber : Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter (2014: 212)
2.2.4 Karakteristik Problem Based Learning
Karakteristik Problem Based Learning menurut (Rusman 2014: 232) adalah:
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
dan tidak terstruktur
13
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiiki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan.
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
2.2.5 Komponen – Komponen model Problem Based Learning
Komponen pembelajaran Problem Based Learning menurut (Hosnan
2014:300) adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan
b. Keterkaitan masalah dengan berbagai masalah disiplin ilmu
c. Penyelidikan yang autentik
d. Menyajikan atau memamerkan hasil karya
e. Kolaborasi
2.3 Hasil Belajar
Nana Sudjana (2009:3) Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Oemar Hamalik (2013:33) juga menyatakan bahwa hasil belajar
adalah bila seseorang belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada
14
seseorang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Senada dengan pendapat tersebut Abdul Majid (2014:28) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan
peserta didik.
Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku, yang merupakan akibat dari proses belajar
yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.Atau adanya perubahan
dalam tingkah laku misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian tentang Pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa diantaranya adalah: Penelitian yang
dilakukan oleh Frizta Wahyu Pety, Perida dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penggunaan Model Problem Based
Learning Siswa Kelas 4 SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
Semester II Tahun 2012/2013” Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Model PTK yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis, S dan Mc
Taggart, R dengan menggunakan 2siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap
yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan (3)
refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4SDN 6 Depok Kecamatan Toroh
Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.Sebanyak 24 siswa. Hal
ini nampak pada perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus
sebesar 29,17%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat
menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70). Hasil penelitian ini
disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD terutama dalam
http://repository.uksw.edu/browse?type=author&value=Perida%2C+Frizta+Wahyu+Pety
15
menggunakan model Problem Based Learning.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul
“Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 6 Semester I SD
Negeri Batiombo 02 Kecamatan Bandar Tahun Pelajaran 2013/2014”.Permasalahan
dalam penelitan tindakan kelas ini ialah hasil belajar matematika siswa kelas 6 SD
Negeri Batiombo 02 hasilnya rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes
matematika 23 siswa kelas 6 yang tuntas hanya 14 siswa (60,26%), dan 9 siswa
(39,13%) tidak tuntas, dan nilai rata-rata kelas 63,26. Kondisi tersebut masih jauh
dari yang diharapkan. Pembelajaran matematika dalam kurikulum KTSP kelas 6 SD
Negeri Batiombo 02 dianggap tuntas apabila 75% siswanya mencapai nilai ≥ 60.
Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah observasi dan tes. Hasil
belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 39,13%
dengan rata-rata kelas 63,26 setelah dilakukan tindakan, pada siklus1 ketuntasan
belajar siswa 73,91% dengan nilai rata-rata 66,30. Pada siklus 2 ketuntasan belajar
siswa 100% dengan nilai rata-rata kelas 71,08 Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasisi masalah (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 6 SD Negeri Batiombo 02
Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.
Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Novi Andriastutik, Siti dengan
judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran
Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5
Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran 2012/2013” Penelitian
dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah
diterapkan model problem based learningdalam proses pembelajaran matematika di
kalangan siswa kelas 5 semester II SD Negeri 6 Sindurejo. Penelitian ini merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Teknik observasi
digunakan untuk mengetahui tingkah laku siswa dan aktifitas guru selama proses
pembelajaran.Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
http://repository.uksw.edu/browse?type=author&value=Novi+Andriastutik%2C+Siti
16
komparatif yaitu membandingkan data yang diperoleh dari prasiklus, siklus I, dan
siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa penerapan model problem based learning dalam pembelajaran
matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan ini
dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada prasiklus, siklus I dan
siklus II diperoleh peningkatan yaitu 62,3 pada prasiklus, 66,9 pada siklus I dan
meningkat menjadi 77,5 pada siklus II. Serta ketuntasan hasil belajar matematika
siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu 44% pada prasiklus, 72% pada
siklus I serta meningkat menjadi 94% pada siklus II. Saran, kegiatan pembelajaran
matematika hendaknya menggunakan model problem based learningkarena model
tersebut dapat menjebatani karakteristik siswa pada operasional kongkrit dengan
karakteristik matematika yang abstrak.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih, Ralita Ayu dengan
judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Problem
Based Learning pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Candisari Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014”. Tujuan penelitian ini yang
pertama adalah menjelaskan bagaimana Problem Based Learning (PBL) dalam
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Candisari. Sedangkan
tujuan yang kedua adalah meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri atas 2
siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable x yaitu hasil belajar dan
variable y model Problem Based Learning (PBL). Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas IV yang berjumlah 30 siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi
peningkatan hasil belajar dari pra siklus rata-rata 67,5, siklus I rata-rata 78 dan siklus
II rata-rata 85,5. Peningkatan ketuntasan belajar terjadi secara bertahap dari pra siklus
tuntas 14 siswa (46,7%), siklus I tuntas 23 siswa (76,7%) dan siklus II tuntas 27 siswa
(90%). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Problem Based
17
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD
Negeri 01 Candisari kecamatan Ampel kabupaten Boyolali.
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir dengan model Problem Based Learning akan dijelaskan pada
skema berikut :
Sintak atau Langkah-Langkah
Gambar 2.2: Kerangka Pikir Problem Based Learning (PBL)
Model PBL
Orientasi Siswa pada
Masalah
Mengorganisasi Siswa
untuk Belajar
Membimbing Pengalaman
Kelompok
Mengembangkan dan
Menyajikan Hasil Karya
Menganalisis dan
Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Teliti
Rasa Ingin
Tahu
Disiplin
Kerja Sama
Percaya Diri
Tanggung
Jawab
Jujur
Mandiri
Mengidentifikasi
ciri-ciri dan
manfaat
kenampakan alam
terhadap
kehidupan sosial
Mengidentifika
si peristiwa
alam yang
pernah terjadi
Mengidentifikasi
peristiwa alam dan
pengaruhnya
terhadap kehidupan
sosial
Hasil
Belajar
18
2.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut: Jika penggunaan model Problem Based Learning (PBL) maka dapat
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SDN Kesongo 04 Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan presentase 85%.