Transcript

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangGastroenteritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lambung dan usus halus sebagai akibat dari zat beracun dari bakteri atau infeksi virus. Penyakit ini sering disebut diare atau mencret. Padahal mencret hanyalah salah satu dari kumpulan gejala gastroenteritis. Penyebab gastroenteritis yang paling umum adalah infeksi virus tetapi bakteri, parasit, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan juga merupakan penyebab dari gastroenteritis. Virus dan bakteri sangat menular dan dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Biasanya virus dan bakteri ini ada di area umum, seperti sekolah dimana ada kontak yang saling berdekatan antara orang-orang. Berbagai macam virus dapat menyebabkan gastroenteritis, termasuk Rotavirus, Norovirus, Adenovirus, Sapovirus, dan Astrovirus. Norovirus adalah penyebab tersering dari gastroenteritis. Ada 4 tipe utama dari gastroenteritis: gastroenteritis virus, gastroenteritis bakteri, disentri amoeba, dan disentri basiler. Disentri amoeba adalah suatu infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica. Disentri basiler adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri dari genus Shigella. Gastroenteritis virus adalah suatu infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh wabah virus sedangkan gastroenteritis bakteri adalah infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Apabila berat, gastroenteritis dapat menyebabkan dehidrasi, dan hal ini mengancam jiwa.

Gastroenteritis sering disingkat dengan GE. Kasus GE masih menjadi perhatian karena sering menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak, dewasa, golongan lanjut usia, serta orang yang memiliki masalah dengan daya tahan tubuh rendah. Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Lebih banyak kematian terjadi di negara yang sedang berkembang dengan tingkat kebersihan yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), WHO menyebutkan angka kematian karena diare di Indonesia sudah menurun, tapi angka penderitanya tetap tinggi, terutama di negara berkembang. Frekuensi kejadian diare pada Negara-negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan Negara maju .1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk melengkapi persyaratan tugas kepaniteraan klinik senior di Bagian Penyakit Dalam (Interna) Rumah Sakit Haji, Medan.1.2.2. Tujuan KhususMemberikan penjelasan tentang pengertian sampai penanganan dari Gastroentritis dan Disentri secara umum.1.3. Manfaat Penulisan

1. Sebagai bahan masukan bagi penulis tentang apa itu Gastroentritis dan Disentri.

2. Tulisan ini diharapkan dapat menambah informasi, pemahaman, serta wawasan mengenaiGastroentritis dan Disentri.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 GASTROENTERITIS2.1.1 DEFENISI Gastroenteritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lambung dan usus halus sebagai akibat dari zat beracun dari bakteri atau infeksi virus. Penyakit ini sering disebut diare atau mencret. Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam.

GE akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai parase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.

GE kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa criteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di Indonesia di pilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat.

Dengan kata lain Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar ( BAB ) lebih dari 3 kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.

2.2.2 ETIOLOGI

Gastroenteritis bisa disebabkan karena infeksi dan non infeksi. Lebih dari 90% penyebab GE terbesar adalah karena infeksi. Gastroenteritis infeksi bisa disebabkan oleh organisme virus, bakteri, dan atau parasit. Tersering disebabkan oleh virus, yaitu rotavirus, yang terkait dengan diare akut.Sedangkan penyebab non-infeksi bisa terjadi karena alergi makanan, minuman, obat-obatan, dan keracunan, misalnya pada bayi menyusui karena ibunya mengalami perubahan pola diet .A.Faktor infeksi 1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama Gastroenteritis. Infeksi enteral meliputi: a. Infeksi Bakteri : - Salmonella (Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp) Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman terutama terjadi pada anak-anak, identifikasi salmonella dari feses penderita . -Escherichia coli Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi dapat menjadi patogen pada bagian tubuh yang lain, dapat menimbulkan radang pada vesika urinaria.

- Vibrio (Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus) Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis yang menimbulkan penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan vibrio eltor.

- Shigella (Shigella dysentriae, Shigella Flexneri) Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang tercemar oleh sekresi / feses penderita. Lokalisasi yang paling sering terkena adalah usus besar dengan bagian terbesar adalah bagian sigmoid.

- Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis. Gastro Enteritis yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu : a.Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk ke dalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos ke dalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per-ml cairan usus. Dengan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. Sub unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke usus besar.

Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap maka akan terjadi diare

b.Bakteri Enteroinvasif Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C. b.Infeksi virus : - Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) - Adenovirus - Rotavirus - Norwalk virus - Astrovirus

Pada Gastro Enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa usus menjadi merah dan meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya terbatas pada lapisan mukosa usus, terjadi pengrusakan terhadap sel-sel epithel yang matang dan kemudian digantikan oleh absorbsi, yang tidak matang yang tidak dapat menyerap karbohidrat atau gizi lain dan air secara efisien. Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare.

Gastro Enteritis Akut dapat terjadi disebabkan oleh infeksi langsung

virus ataupun oleh efek neurotoksik yang dihasilkan oleh bakteri. Akibatnya terjadi peningkatan frekuensi buang air besar.

c. Infeksi Parasit : - Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides) - Protozoa (Entamoeba Histtolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas Haminisis) - Jamur (Candida Albicans)

Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E. Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.

2. Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Ortitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia (Radang Paru), Encephalitas (Radang Otak) dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.

B. Faktor Malabsorbsi 1.Malabsorbsi Karbohidrat :

- Disakarida (Intoleransi Laktosa, Maltosa, Dan Sukrosa)

- Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa Dan Galaktosa)2. Malabsorbsi lemak

- Long Chain Triglyceride 3. malabsorbsi protein

- Asam Amino dan B-Laktoglobulin C. Faktor makanan : - Makanan basi atau yang telah terkontaminasi D. Keracunan E. Alergi : - Alergi Susu - Alergi Makanan -Cow's Milk Potein Sensitive Enteropathy (CMPSE)

F.Imunodefisiensi G.Faktor lain : - psikis - lingkungan

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS

Secara khusus, tanda dan gejala gastroenteritis adalah :

1). Agen bakterial : a. kelompok Shigella gram negative :

demam, kram abdomen, sakit kepala, diare cair disertai mucus dan pus.

penyakit dapat sembuh sendiri , pengobatan dengan antibiotic.

b. Salmonella suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau tidak enak,

kadang bercampur sedikit lendir dan berdarah, stadium predromal 2

4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri, perut kembung.

c. Escherrichia coli pada bayi malas menyusui lemah, berat badan sukar naik , insiden

banyak pada musim panas, dengan hanya pengobatan simptomatis.

gejala berkurang dalam 3-7 hari.

d. Vibrio konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh mules, dalam waktu singkat tinja berubah menjadi cairan putih keruh, tidak berbau amis, diendapkan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan dinding perut: suara serak, kelopak mata cekung, tulang pipi menonjol, bibir kering, turgor kulit kering, perut kembung. e. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7 hari)kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat penyembuhan .

2). Agen viral : - Rotavirus

awitan tiba-tiba, nyeri perut, demam, mual, muntah, diare dapat

menetap lebih dari satu minggu , terjadi lebih tinggi pada

musim dingin, biasanya ringan dan sembuh sendiri. 3) . Agen protozoa : - Entamoeba hystolitica tinja biasanya berlendir dan berdarah, gejala menyolok adalah

tenesmusnya (perasaan konstan untuk mengosongkan usus

yang disertai rasa sakit, kram dan spontan) .

4). Keracunan makanan :

a. Staphilococcus (inkubasi 4-6 jam) mual, muntah, kram abdomen, diare hebat, demam ringan, syok pada kasus berat. ditularkan melalui makanan terkontaminasi, sembuh sendiri, perbaikan terlihat dalam 24 jam. b. Clostridium perfringens (inkubasi 8-24 jam)

kram sedang sampai hebat, nyeri di epigastrik dapat sembuh

sendiri.

c. Clostridium botulinum (inkubasi 12-26 jam)

mual, muntah, diare, mulut kering, disfagia. keparahan bervariasi cepat dalam beberapa jam, dapat diberikan antitoksin.

Penyakit yang melibatkan saluran cerna ini umumnya memunculkan gejala mual, muntah, buang air besar yang encer atau mencret beberapa kali/diare, kadang demam ringan atau meriang, nyeri abdomen. Dari kondisi kekurangan cairan atau dehidrasinya, penderita bisa disebut termasuk diare tanpa dehidrasi, diare dehidrasi ringan/sedang, atau diare dehidrasi berat. Pada kasus tanpa dehidrasi, setidaknya memenuhi 2 atau lebih tanda berikut, yaitu keadaan umum penderita baik, mata tidak tampak cekung, minum seperti biasa, dan kulit perut saat dicubit atau dijepit (disebut pemeriksaan turgor) kembali dengan cepat.

Untuk dehidrasi ringan/sedang, penderita biasanya gelisah atau rewel, mata tampak cekung, haus dan ingin minum banyak, serta turgor kembali lambat.

Jika sudah dehidrasi berat, penderita tampak sangat lesu hingga tidak sadar, mata tampak cekung, malas atau tidak bisa minum, dan turgor kembali sangat lambat .

2.1.4 PATOFISIOLOGI

Menurut perjalanan penyakitnya, gastroenteritis dibedakan menjadi gastroenteritis akut, akut berdarah, dan persisten. Viruslah yang paling sering dikaitkan dengan kasus gastroenteritis akut. GE jenis ini disebut akut karena sifat pemunculan gejalanya yang tiba-tiba, tapi cepat membaik dalam hitungan hari hingga 2 mingguan sesuai perjalanan alamiah penyakitnya. Gastroenteritis akut berdarah sering disebut disentri. Ada keterlibatan organisme yang merusak usus dan ditemukannya darah dalam tinja. Jika gastroenteritis berlanjut hingga lebih dari 14 hari, maka disebut persisten. Seringpula terjadi pada penderita dengan status gizi buruk, mengalami masalah dengan sistem kekebalan tubuh, dan sedang dalam keadaan infeksi.

Virus, bakteri, atau parasit penyebab bisa masuk ke saluran cerna

melalui mulut atau melalui perantara makanan dan minuman tercemar yang dikonsumsi, sehingga penyakit ini disebut food borne disease. Bahkan rotavirus diduga dapat menular lewat udara. Setelah masuk ke saluran cerna melewati hadangan asam lambung, organisme menuju ke usus. Di usus ini organisme penyebab diare berkembang biak. Mereka mampu mengubah struktur dinding usus, menimbulkan peradangan, mengeluarkan toksin, dan mengganggu kerja sel usus dalam proses pencernaan dan penyerapan makanan/minuman. Hal ini menyebabkan gerak khas kontraksi atau peristalsis dinding usus meningkat. Gelombang kembung kempis ini memaksa isi usus yang belum tercerna dan terserap dengan baik terus maju dan meluncur makin ke bawah menuju pembuangannya, sehingga terjadilah mencret.

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan Gastro Enteritis Akut atau diare akut karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan Faktor penjamu (host).

1. Faktor kausal Faktor kusal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat menginduksi diare.2. Faktor penjamu Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan. Penurunan keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera.

Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber infeksi. Patogenesis diare akut :

a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin. d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi: a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik hipokalemi dan sebagainya). b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). c. Hipoglikemia d. Gangguan sirkulasi darah 2.1.5 PEMERIKSAAN FISIK

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menetukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya ditensi abdomen dan nyeri tekan merupakan petunjuk bagi penentuan etiologi.

2.1.6PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau GE berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut a.l. pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasive ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis.

Ureum kreatinin diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.

Pasien yang telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau yang mengalami diare di rumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk pengukuran toksin Clostiridium difficile.

Rektoskopi atau sigmoidoskopi perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, atau pasien dengan diare akut persisten. Pada sebagian besar pasien, sigmoidoskopi mungkin adekuat sebagai pemeriksaan awal. Pada pasien dengan AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma didaerah kolon kanan. Biopsi mukosa sebaiknya dilakukan jika mukosa terlihat inflamasi berat.

2.1.7 PENATALAKSANAAN

Dasar pengobatan penderita Gastroenteritis adalah pemberian cairan, 4

hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian :

a). Jenis cairan

Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.

b). Jalan pemberian

Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau belum,

tetapi kesadarannya menurun, tidak terdapat muntah-muntah hebat.

c). Jumlah cairan

Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:

- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.

- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 90 cc/kg berat badan perhari.

- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.

d). Jadwal pemberian

Jadwal pemberian cairan tergantung pada derajat dehidrasi :

- Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik

turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada

keadaan syok.

- Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik

turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan

dalam.

- Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran

menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis. Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut terdiri atas :

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: a) Jenis cairan yang hendak digunakan. 1. Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts) Rehidrasi. Bila pasien keadaan umum baik tidak ada dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oralit antara lain: pedialit, oralit dll. Cairan invus antara lain: Ringer laktat dll. Cairan diberikan 50 200 ml/KgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi. 2. Cairan parenteral

- RL (Ringer Laktat)

- Rl g (1bagian Ringer Laktat +1bagian glukosa 5%) - DG 1 : 2 (1bagian larutan Darrow+2 bagian glukosa 5%)

- RLg 1 : 3 (1bagian RL + 3bagian glukosa 5-10%) - Cairan 4 : 1 (4bagian glukosa 5-10%+1bagian NaHCO3 1

% atau 4bagian glukosa 5-10% 1bagian NaCl, 9%)

b) Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

1. Mengukur BJ Plasma :

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma 1,025

---------------------- x BB x 4 ml 0,001

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan : 1. Keadaan klinis : ringan, sedang dan berat

2. Berat Jenis Plasma; Pada dehidrasi BJ plasma meningkat

a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 1,040

b. Dehidrasi sedang: BJ plasma 1,028 1,032

c. Dehidrasi ringan: BJ plasma 1,025 1,028

2. Metode Pierce , berdasarkan keadaan klinis, yakni: Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

3. Metode Daldiyono , Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut ( Tabel 1) :Klinis Skor

Rasa haus/muntah

TD sistolik 60-90 mmHg

TD sistolik 120 x/menit

Kesadaran apatis

Kesadaran somnolen, spoor atau koma

Frekuensi napas > 30 x/menit

Fasies cholerica

Vox Cholerica

Turgor kulit menurun

Easher womans hand

Ekstremitas dingin

Sianosis

Umur 50-60 tahun

Umur > 60 tahun1

1

2

1

1

2

1

2

2

1

1

1

2

-1

-2

Tabel 1 . Metode Skor DaldiyonoKebutuhan Cairan:

Skor/15 x 10% x kgBB x 1 liter

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan cairan per intravena.

c). Jalan masuk atau cara pemberian cairan :

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena. 1. Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi 2. Dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi oral/ saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 g KCL setiap liter. Contoh Oralit generic, renalyte, pharolit dll.3. Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah / Intravena .

d) Jadwal pemberian cairan : a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus BJ plama atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.

c. Jam berikutnya pemberian cairan dioberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja.

Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan.

2. Pengobatan Dietetik

Makanan dan minuman diberikan khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih. Pegangan dalam pengobatan dietetik adalah O B E S E , sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding, Simultaneously, Education.

3. Pemberian Terapi Simptomatik Obat antidiare yang bersifat simtomatik harus diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional (Tabel 2). SifatGolongan

Antimotilitas dan sekresi ususTurunan opiat

Difenoksilat (Lomotil)

Loperamid (Imodium)

Kodein HCL/Fosfat

AntiemeticMetoklopropamid

Proklorprazin

Domperidon

Tabel 2

Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang cepat dieliminasi. Bila pasien amat kesakitan, maka dapat diberikan obat antimotilitas dan sekresi usus diatas dalam jangka pendek selama 1-2 hari saja dengan 3-4 tablet/hari, serta memperhatikan ada tidaknya glaucoma dan hipertrofi prostat.

Pemberian antiemetic pada anak remaja, seperti metoklopropamid, dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal. Obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine mempunyai efek sedative. Obat antiemetik seperti chlorpromazin (largaktil) terbukti selain mencegah muntah juga mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat ini. Penderita menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.

4. Pemberian Terapi Definitive Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan antibiotik/antimikroba secara empiris. Pemberian antibiotik di indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti diare berat, suhu tubuh > 38,50C, adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotik. Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada diare akut dewasa seperti terlihat pada ( Tabel 3).Tabel 3 Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: a. V. kolera El Tor:

- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari

- Kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab

selama 6 hari

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 7 hari

- Golongan Fluoroquinolon.

b. ETEC:

- Trimetoprim-sulfametoksazole

- Kuinolon selama 3 hari.

c. S. Aureus:

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr

d. Salmonella Typhi:

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2 minggu

- Sefalosporin generasi 3 yang diberikan secara iv selama 7-10

hari

- Ciprofloksasin 2 x 500 mg selama 14 hari.

e. Salmonella Non Typhi:

- Trimetoprim-sulfametoksazole

- Ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 7

hari.

f. Shigellosis:

-Ampisilin 4 x 1 g/hr

- Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 5 hari.

g. Helicobacter Jejuni (C. Jejuni):

- Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari.

- Eritromisin

Dewasa : 3 x 500 mg atau 4 x 250 mg

Anak : 30-50 mg/kgbb/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari

h. Amoebiasis:

- Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr selama 3 hari.

i. Giardiasis:

-Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu

- Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari.

j. Balantidiasis:

- Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari

k. Virus:

- Simptomatik dan suportif.2.2. DISENTRIDisentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan bercamput lendir (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebuat sebagai sindroma disentri, yaitu :

1. Sakit di perut disertai dengan tenesmus

2. Berak-berak

3. Tinja mengandung darah dan lendirBerdasarkan penyebabnya, disentri dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amoeba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasite Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amoeba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler.

Shigellosis adalah endemic di seluruh dunia dimana ia bertanggung jawab untuk sekitar 120 juta kasus disentri yang parah dengan darah dan lendir dalam tinja, mayoritas terjadi di Negara berkembang dan melibatkan anak-anak kurang dari lima tahun. Sekitar 1,1 juta orang diperkirakan meninggal akibat infeksi Shigella setiap tahun, dengan 60% dari kematian yang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. A. Disentri Basiler

1. Triad Epidemiologi

1.1. Agent

Disentri basiler disebabkan oleh Shigella sp. Shigella adalah bakteri gram negatif, bersifat fakultatif anaerob. Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigellla sonnei.

1.2. Host

Shigelloides terdapat dimana-mana tapi yang terbanyak terdapat di Negara dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk. Manusia sendiri merupakan sumber penularan dan hospes alami dari penyakit ini, yang cara penularannya adalah secara oro-faecal.1.3. Environment

Disentri basiler umumnya terjadi di tempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di tempat pengungsian yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang.

2. Transmisi Disentri BasilerPenyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung melalui vector, misalnya lalat. Namun faktor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.

3. Riwayat Alamiah Disentri Basiler

1. Masa Inkubasi dan Klinis

Setelah masa inkubasi yang pendek yakni 1-3 hari, secara mendadak akan timbul nyeri perut, demam dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhuungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah 3-5 hari kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus yang lebih parah menetap selama 3- 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai colitis ulseratif.

2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Setelah timbul gejala, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan tenesmus, yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara sponntan dalam 2-5 hari pada lebih dan setengah kasus dewasa. Namun pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada proses penyembuhannya akan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman unsus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang akan membentuk antibody terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibody ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

4. Pengobatan

Pada infeksi ringan, umumnya dapat sembuh sendiri. Disentri akan sembuh pada 4 7 hari. Pasien dianjurkan untuk minum lebih banyak cairan untuk menghindari dehidrasi. Namun bila pasien sudah sampai pada tahap dehidrasi, maka dapat diatasi dengan Rehidrasi ral. Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang mudah berlebian sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi oral maka harus dilakukan rehidrasi intravena. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicillin, trimethropin-sulfamethoxazole dan ciprofloxacin. Namun beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika dosis rendah untuk melawan Shigellosis ringan.

B. Disentri Amoeba

1. Triad Epidemiologi

1.1 Agent

Amoebiasis adalah infeksi pada usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica. Pada sebagian manusia merupakan carrier asimptomatik, tetapi penyakitnya bervariasi dari diare ringan yang kronis sampai dengan disentri berat.

Amoeba berasal dari filum Sarcomastigophora, ordo Amoebida dan Famili Amoebidae. Amoeba memilii karakteristk umum berupa gerak amoeboid ang ditimbulkan oleh adanya pseudopodia yang bertindak sebagai alat lokomotornya. Hampir semua aoeba memiliki dua bentuk, yaitu bentuk tropozoid dan kista. Bentuk tropozoid adalah benuk yang aktif bergerak, makan dan bereproduksi, namun tidak mampu bertahan di luar tubuh hospes. Bentuk kista adalah bentuk yang dorman, tahan tanpa makan dan bertanggung jawab terhadap penularan penyakit. Dari sekian banyak amoeba intestinal, hanya Entamoeba histolytica yang bersifat pathogen, sedangkan yang lainnya non pathogen.

1.2 Host

Manusia merupakan host dan reservoir utama dari disentri amoeba. Adapun daur hidup dari Entamoeba histolytica adalah setelah tertelan, kista akan mengalami eksistasi di ileum bagian bawah menjadi tropozoid kembali. Tropozoid kemudian memperbanyak diri. Kisa akan dikeluarkan bersama tinja. Bentuk tropozoid dan kista dapat dijumpai di dalam tinja, namun tropozoid biasanya dijumpai pada tinja yang cair. Entomoeba histolytica bersifat invasive sehingga tropozoid dapat menembus dinding usus dan kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hematogen).1.3 Environment

Penularan Entamoeba histolytica umumnya terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista amoeba. Penularan tidak terjadi melalui tropozoid, karena bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista hystolitica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8 12 hari, di air 9 30 hari, dan di air dingin dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak oleh pemanasan 50 C.

2. Transmisi Disentri AmoebaManusia adalah sumber utama infeksi dari amoebiasis, sepanjang kista masih dikeluarkan melalui tinja penderita amoebiasis kronis atau asimtomatis. Masa periode waktu penularan dapat bertahan sampai beberapa tahun lamanya. Sumber infeksi terutama carrier, yakni penderita amoebiasis tanpa gejala klinis yang dapat bertahan lama mengeluarkan kista yang jumlahnya ratusan ribu per hari. Bentuk kista tersebut dapat bertahan di luar tubuh dalam waktu yang lama. Kista dapat menginfeksi manusia melalui makanan atau sayuran dan air yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung kista. Infeksi juga dapat terjadi dengan atau melalui vector serangga seperti lalat dan kecoa, atau dari tangan orang yang menyajikan makanan yang menderita sebagai carrier. Sumber air mnum yang terkontaminasi ada tinja yang berisi kista atau secara tidak sengaja terjadi kebocoran pipa air minum yang berhubungan dengan tangki kotoran atau tempat pembuangan.

3. Riwayat Alamiah Disentri Amoeba1. Masa Inkubasi dan Klinis

Masa akut penderita yang diserang Entamoeba histolytica terjadi pada masa inkubasi antara 1 -4 minggu, yang ditandai dengan disentri berat, feses sedikit berdarah, nyeri dan demam, dehidrasi dan lemas. Pemeriksaan jumlah leukosit berkisar antara 7000 20000 dan ditemukannya bentuk tropozoid pada feses encer penderita.

Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amoebiasis data berlangsung tanpa gejala. Penderita kronis mungkin memiliki toleransi terhadap parasite, sehingga tidak menderita gejala penyakit lagi. Dari hal ini berkembang istlah symptomless carrier. Gejala dapat bervariasi, mulai dari rasa tidak enak di perut hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus.

2. Masa Laten dan Periode Infeksi

Amoebiais yang akut mempunyai masa tunas 1 14 minggu. Dengan adanya sindrom disentri berupa diare yang berdarah dengan mucus atau lendir yang disertai dengan perasaan sakit perut dan tenesmus yang juga sering disertai dengan adanya demam. Amoebiasis yang menahun dengan serangan disentri berlang terdapat nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai dengan pembesaran hati. Penyakit ini juga mengakibatkan menurunnya berat badan.

3. Pengobatan

Beberapa obat amoebiasis adalah :

1. Emetin Hidroklorida

Pemberian obat ini hanya efektif bila diberikan secara parenteral karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relative tinggi terutama terhadap otot jantung. Dosis pada orang dewasa adalah 65 mg per hari. Lama pengobatannya adalah 4 hingga 6 hari. Pada orang tua dan orang yang mempunyai penyakit berat, dosisnya harus dikurangi.

2. Klorokuin

Obat ini merupakan amoebisid jaringan. Efek sampingnya berupa mual, muntah, diare dan sakit kepala. Dosisnya adalah 1 gram per hari diberikan selama 2 hari, kemudian 500 mg per hari selama 2 sampai 3 minggu.

3. Antibiotik

Tetrasiklin dan eritromisin bekerja secara tidak langsung sebagai amoebisid dengan mempengaruhi flora usus. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kgBB selama 5 hari, diberikan secara terbagi.4. Metronidazole

Metronidazole ini merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolytica dan bentuk kista. Efek samping yang akan ditimbulkan oleh obat ini adalah mual, muntah dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram per hari selama 3 hari berturut-turut. BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKITAnamnesa Pribadi

Nama

: Rosmanidar

Umur

: 58 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Status Kawin: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan: IRT

Alamat

: Jl. Datuk Kubu Pasar 3, dusun XVI Gg. Mustakim

Suku

: MinangAnamnesa Penyakit

Keluhan Utama: Mencret

Telaah: Os datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan mencret yang dialami 4 hari belakangan ini dengan frekuensi 3 x/hari dengan volume mencret lebih kurang sebanyak 1 aqua gelas dengan konsistensi lunak dan terdapat lendir dan darah . Os mengatakan nafsu makannya menurun. Os juga mengalami batuk lebih dari satu bulan ini. Batuk Os tidak berdahak. Lalu Os juga mengalami nyeri saat berkemih dan sering merasa mual. Os juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati sejak 4 hari yang lalu.

RPT

: TB Paru (3 tahun lalu, terapi sampai selesai)

RPO

: Antasida sirup, OAT dan obat lainnya (Os lupa nama obat)

RPK

: -Anamnesa Umum

- Badan kurang enak

: Ya

- Tidur

: Kurang

- Merasa capek / lemas: Ya

- Berat badan

: Tetap

- Merasa kurang sehat

: Ya

- Malas

: Ya

- Menggigil

: Tidak

- Demam

: Tidak

- Nafsu makan

: Menurun

- Pening

: YaAnamnesa organ

1. Cor

Dyspnoe d effort

: Tidak

- Cyanosis

: Tidak

Dyspnoe d repos

: Tidak

- Angina pectoris: Tidak

Oedema

: Tidak - Palpitasi cordis: Tidak

Nycturia

: Tidak

- Asma cardial

: Tidak

2. Sirkulasi Perifer

Claudicatio intermitten: Tidak

- Gangguan tropis: Tidak

Sakit waktu istirahat: Tidak

- Kebas-kebas

: Ya

Rasa mati ujung jari: Tidak

3. Tractus Respiratorius

Batuk

: Ya

- Stridor

: Tidak

Berdahak

: Tidak

- Sesak napas

: Tidak

Hemaptoe

: Tidak

- Napas cuping hidung: Tidak

Sakit dada waktu bernapas: Tidak- Suara parau

: Tidak

4. Traktus Digestivus

A. Lambung

Sakit di epigastrium

- Sendawa

: Tidak

sebelum/sesudah makan: Ya

- Anoreksia

: Tidak

Rasa panas di epigastrium: Ya

- Mual-mual

: Ya

Muntah

: Tidak

- Dysphagia

: Tidak

Hematemesis

: Tidak

- Factor ex ore

: Tidak

Ructus

: Tidak

- Pyrosis

: Tidak

B. Usus

Sakit di abdomen

: Tidak

- Melena

: Tidak

Borborygmi

: Tidak

- Tenesmi

: Tidak

Defekasi

: air,lendir,darah - Flatulensi

: Tidak

Obstipasi

: Tidak

- Hemoroid

: Tidak

Diare

: YaC. Hati dan saluran empedu

Sakit perut kanan

: Tidak

- Gatal-gatal di kulit: Tidak

Kolik

: Tidak

- Asites

: Tidak

Ikterus

: Tidak

- Oedema

: Tidak

Berak dempul

: Tidak

5. Ginjal dan saluran kencing

- Muka sembab

: Tidak

- Sakit pinggang: Tidak

- Kolik

: Tidak

- Oligouria

: Tidak

- Miksi

: Normal- Anuria

: Tidak

- Polyuria

: Ya

- Polakisuria

: Tidak

6. Sendi

- Sakit

: Tidak

- Sakit digerakkan: Tidak

- Sendi kaku

: Tidak

- Bengkak

: Tidak

- Merah

: Tidak

- Stand abnormal: Tidak

7. Tulang

- Sakit

: Tidak

- Fraktur spontan: Tidak

- Bengkak

: Tidak

- Deformasi

: Tidak

8. Otot

- Sakit

: Tidak

- Kejang-kejang: Tidak

- Kebas-kebas

: Ya

- Atrofi

: Tidak

9. Darah

- Sakit di mulut dan lidah: Tidak

- Muka pucat

: Tidak

- Mata berkunang-kunang: Tidak

- Bengkak

: Tidak

- Pembengkakan kelenjar: Tidak

- Penyakit darah: Tidak ada

- Merah di kulit

: Tidak

- Perdarahan sub kutan: Tidak

10. Endokrin

A. Pankreas

- Polidipsi

: Tidak

- Pruritus

: Tidak

- Polifagi

: Tidak

- Pyorrhea

: Tidak

- Poliuri

: Ya

B. Tiroid

- Nervositas

: Tidak

- Struma

: Tidak

- Exoftalmus

: Tidak

- Miksoderm

: TidakC. Hipofisis

Akromegali: Tidak

- Distrofi kongenital: Tidak11. Fungsi Genital

- Menarche

: 16 tahun

- Ereksi

: TDP

- Siklus haid

: Teratur

- Libido sexual: TDP

- Menopause

: 58 tahun

- Coitus

: TDP

- G/P/Ab

: - /10/ -

12. Susunan Syaraf

- Hipoastesia

: Tidak

- Sakit kepala

: Tidak

- Parastesia

: Tidak

- Gerakan tics

: Tidak

- Paralisis

: Tidak

13. Panca Indera

- Penglihatan

: Menurun

- Pengecapan

: Normal

- Pendengaran

: Normal

- Perasaan

: Normal

- Penciuman

: Normal

14. Psikis

- Mudah tersinggung: Tidak

- Pelupa

: Ya

- Takut

: Tidak

- Lekas marah

: Tidak

- Gelisah

: Tidak

15. Keadaan Sosial

- Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

- Hygiene

: BaikAnamnesa Penyakit Terdahulu :

Riwayat Pemakaian Obat

:

Anamnesa Intoksikasi

: -Anamnesa Makanan

Nasi: 2 x /hari

- Sayur-sayuran: Ya

Ikan: Tidak

- Daging

: Tidak

Anamnesa Family

Penyakit-penyakit family ( - )

Penyakit seperti orang sakit ( - )

Anak-anak 10 , hidup 10 , mati ( - )STATUS PRESENTKeadaan Umum

Sensorium

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 130/60 mmHg

Temperatur

: 36,7 C

Pernapasan

: 24 x/menit

Nadi

: 64 x/menit

Keadaan Penyakit

Anemi

: Tidak

- Eritema: Tidak

Ikterus

: Tidak

- Turgor: Baik

Sianose

: Tidak

- Gerakan aktif: Ya

Dispnoe

: Tidak

- Tidur paksa: Tidak

Edem

: TidakKeadaan Gizi

BB: 53 kg

TB: 160 cmRBW:BB

53

------------------------ x 100% = -------------- x 100 % = 88 %

TB 100

160 100Kesan : underweight

PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala

- Pertumbuhan rambut

: Normal

- Sakit kalau dipegang

: Tidak

- Perubahan lokal

: Tidak

a. Muka

- Sembab

: Tidak

- Parase

: Tidak

- Pucat

: Tidak

- Gangguan lokal: Tidak

- Kuning

: Tidak

b. Mata

- Stand mata

: Normal

- Ikterus

: Tidak

- Gerakan

: Normal

- Anemia

: Tidak

- Exoftalmus

: Tidak

- Reaksi pupil

: +/+

- Ptosis

:Tidak

- Gangguan lokal: Tidak

c. Telinga

- Sekret

: Tidak ada

- Bentuk

: Normal

- Radang

: Tidak ada

- Atrofi

: Tidakd. Hidung

Sekret

: Tidak ada

- Benjolan-bejolan: Tidak ada

Bentuk

: Normal

e. Bibir

- Sianosis

: Tidak

- Kering

: Tidak

- Pucat

: Tidak

- Radang

: Tidak

f. Gigi

- Karies

: Tidak ada

- Jumlah

: 30

- Pertumbuhan: Normal

- Pyorroe

: Tidak ada

g. Lidah

Kering

: Tidak

- Beslag

: Ya

Pucat

: Tidak

- Tremor

: Tidak

h. Tonsil

- Merah

: Tidak

- Membran

: Tidak

- Bengkak

: Tidak

- Angina lacunaris: Tidak

- Beslag

: Tidak

1. Leher

Inspeksi

Struma

: Tidak

- Torticolis

: Tidak

Kelenjar bengkak: Tidak

- Venektasi

: Tidak

Pulsasi vena: Tidak

Palpasi

Posisi trachea: Medial

- Tek vena jugular: R -2 cm H2O

Sakit/nyeri tekan: Tidak

- Kosta servikalis: Tidak

2. Thorax Depan

Inspeksi

Bentuk

: Fusiformis

- Venektasi

: Tidak

Simetris/asimetris: Simetris

- Pembengkakan: Tidak

Bendungan vena: Tidak

- Pulsasi verbal: Tidak

Ketinggalan bernapas: Tidak

- Mammae

: Normal

Palpasi

Nyeri tekan: Tidak

- Iktus

:Tidak teraba

Fremitus suara: ka = ki

a. Lokalisasi

: -

Fremissement: Tidak

b. Kuat angkat

: -

c. Melebar

: -

d. Ikrus negatif: -

Perkusi

Suara perkusi paru: Sonor

- Gerakan bebas: 2 cm

Batas paru hati:

- Batas jantung

:

a. Relatif: V

atas : ics III parasternal sinistra

b. Absolut: VI

kanan : parasternal dextra

kiri : 2cm medial linea midclavicula sinistra.Auskultasi

Paru-paru

Suara pernapasan

: Vesikuler

Suara tambahan

a. Ronchi basah

: -

b. Ronchi kering

: -

c. Krepitasi

: -

d. Gesek pleura

: -

Cor

Heart rate

: 64 x/menit, regular, sedang

Suara katup

:

M1 > M2A2 > A1

P2 > P1A2 > P2

Suara tambahan

Desah jantung fungsionil: Tidak

Gesek pericardial

: Tidak

3. Thorax Belakang

Inspeksi

Bentuk

: Fusiformis

- Scapulae alta: Tidak

Simetris/asimetris

: Simetris

- Tinggal napas: Tidak

Benjolan-benjolan

: Tidak ada

- Venektasi: Tidak

Palpasi

Nyeri tekan

: Tidak

- Penonjolan: Tidak ada

Fremitus suara

: ka = ki

Perkusi

Suara perkusi paru

: Sonor

- Gerakan bebas: 2 cm

Batas bawah paru

:

Kanan : proc spin vert tyh: IX

Kiri : proc spin vert tyh: X

Auskultasi

Suara pernapasan

: Vesikuler kanan/kiri

Suara tambahan

: ( - )

4. Abdomen

Inspeksi

Bengkak

: Tidak

Venektasi

: Tidak

Gembung

: Tidak

Sirkulasi collateral: Tidak

Pulsasi

: Tidak

Palpasi

Defens muscular

: Tidak

Nyeri tekan

: Tidak

Lien

: Tidak

Ren

: Tidak

Hepar teraba/ tidak, pinggir ( - ), konsistensi permukaan ( - ), nyeri tekan (- )

Perkusi

Pekak hati

: Ya

Pekak beralih

: Tidak

Auskultasi

Peristaltik usus

: Normal

5. Genitalia

Luka

: TDP

Cicatriks

: TDP

Nanah

: TDP

Hernia

: TDP

6. Ekstremitas

a. Atas (ka,ki)

Bengkak

: Tidak

- Reflex (ka,ki)

Merah

: Tidak

Biceps: +/+

Stand abnormal

: Tidak

Triceps: +/+

Gangguan fungsi

: Tidak

- Radio periost: +/+

Tes rumpelit

: Tidak

b. Bawah

Bengkak

: Tidak

Merah

: Tidak

Oedema

: Tidak

Pucat

: Tidak

Gangguan fungsi

: Tidak

Varises

: Tidak

Reflex (ka, ki)

KPR

: +/+

APR

: +/+

Struple

: +/+

RESUME

Anamnese

Keluhan Utama

: Mencret

Telaah: Os datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan mencret yang dialami 4 hari belakangan ini dengan frekuensi 3 x/hari dengan volume mencret lebih kurang sebanyak 1 aqua gelas dengan konsistensi lunak dan terdapat lendir dan darah. Os mengatakan nafsu makannya menurun. Os juga mengalami batuk lebih dari satu bulan ini. Batuk Os tidak berdahak. Lalu Os juga mengalami nyeri saat berkemih dan sering merasa mual. Os juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati sejak 4 hari yang lalu. RPT : TB Paru, pengobatan hingga selesai, RPO : OAT, antasida sirup, dan obat lainnya (OS lupa nama obat), RPK : ( - )Pemeriksaan Fisik

Kepala

: DBN

Leher

: DBN

Thorax

: DBN

Abdomen

: Palpasi, nyeri tekan ( + ) area epigastrium

Ekstremitas: Tangan dan kaki terasa kebas

Diagnosa Banding : 1 . Disentri basiler + Hipertensi Stage I + Dispepsia

2. Kolera + Hipertensi Stage I + Dispepsia

3. Iritable Bowel Syndrome + Hipertensi Stage I + Dispepsia

4. Colesistisis + Hipertensi stage I + DispepsiaDiagnosa sementara: Disentri basiler + Hipertensi Stage I + DispepsiaTerapi

1. Aktifitas: Bedrest

2. Diet

: -3. Medikamentosa:

IVFD RL 20 gtt/i

Ranitidine 1 amp/12 jam

Ondancetron 1 amp/12 jam

Metronidazole 500 mg 3 x 1

Antasida syr 3 x 1 c

Curcuma 3 x 1

Hct 25 mg 1 x 1

Glybenclamid 1 x 2,5 mg

Pemeriksaan anjuran/usul: Darah rutin

Elektrolit

Feses

STATUS ORANG SAKIT

Anamnesa Pribadi

Nama

: Rusifah

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status kawin

: Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Jl.Setada I Perumahan Agrogiya , Bandar setia Tembung

Suku

: Jawa

Anamnesa penyakit

Keluhan utama: Mencret

Telaah: Os datang ke RS. Haji Medan dengan keluhan mencret . Hal ini telah dialami Os sudah 3 hari belakangan ini . Mencret yang dialami Os sebanyak kurang lebih 10 x/hari dengan konsistensi air lebih banyak daripada ampas bercampur lendir (+), darah (-). Selain itu Os juga mengeluh adanya mual (+) disertai muntah (+) dengan frequensi 5x/hari sebanyak 1 aqua cup berisi air dan sisa makanan yang dimakan.Awalnya Os mengalami rasa tidak enak di perut seperti terlilit . Os juga sering mengalami nyeri ulu hati dan terkadang bersendawa . Akibat hal ini nafsu makan Os menurun dan lidah terasa pahit sehingga tidak enak saat makan . Os suka sekali membeli makanan/jajanan dipinggir jalan yang kurang bersih . Sejak itu Os sering merasa tidak enak diperut , badan terasa lemas (+) , tidur terganggu dan sakit kepala (+) serta mengalami mencret (+) .

Sebelumnya Os dibawa ke RSHM , Os pernah berobat ke bidan di sekitar rumah Os dengan keluhan yang sama dan disertai demam, kemudian diberikan obat oleh bidan berupa : Amoxicillin , Nadiatab, CTM,Paracetamol .

RPT: demam thypoid ( 2tahun lalu )

RPO: Amoxicillin , Nadiatab, CTM,Paracetamol

RPK: -

Anamnesa Umum

Badan kurang enak : ya

- Tidur

: terganggu

Merasa capek/lemas: ya

- berat badan: menurun

Merasa kurang sehat: ya

- malas : ya

Menggigil

: tidak

- demam: tidak

Nafsu makan

: menurun

- pening : ya

Anamnesa Organ

1. COR

Dyspnoe deffort: tidak

- cyanosis: tidak

Dyspnoe drepos: tidak

- angina pectoris: tidak Oedema

: tidak

- palpitasi cordis: tidak

Nycturia

: tidak

- asma cardial: tidak

2. Sirkulasi perifer

Claudicatio intermitten: tidak

- gangguan tropis: tidak

Sakit waktu istirahat: tidak

- kebas-kebas: tidak

Rasa mati di ujung jari: tidak

3. Tractus respiratorius

Batuk

: tidak

- stridor: tidak

Berdahan

: tidak

- sesak nafas : tidak

Haemaptoe

: tidak

- suara parau : tidak Pernafasan cuping hidung: tidak

Sakit dada saat bernafas: tidak

4. Tractus digestivus A. Lambung

Sakit di epigastrium

: ya

- sendawa : ya

Sebelum/sesudah makan

- anoreksia: tidak

Rasa panas di epigastrium: tidak

- mual-mual: ya

Muntah ( freq, isi, warna ,dll): ya , 5x air+ampas

dysphagia

: tidak

Hematemesis

: tidak

- foetor ex ore: tidak

Ructus

: tidak

- pyorosis: tidak

B. Usus

Sakit di abdomen : ya

- melena : tidak

Barborygmi

: tidak

- tenesmi : tidak

Defekasi (freq,warna,: air+lendir

- flatulensi : ya

konsistensi)

- haemorhoid : tidak

Obstipasi

: tidak

Diare ( freq, warna , : ya 10 x

Konsistensi)

C. Hati dan saluran empedu

Sakit perut kanan memancar: tidak

- gatal-gatal dikulit : tidak

ke

- asites

: tidak

Kolik

: tidak

- oedema

: tidak

Ikterus

: tidak

- berak dempul : tidak

5. Ginjal dan saluran kencing

Muka sembab

: tidak

sakit pinggang memancar ke: tidak Kolik

: tidak

- oligouria

: tidak

Miksi (freq,warna,seblum/: tidak

- anuria

: tidak

sesudah miksi ,mengedan

- polakisuria

: tidak

Polyuria

: tidak

6. Sendi

Sakit

: tidak

- sakit digerakkan : tidak

Sendi kaku

: tidak

- bengkak

: tidak

Merah

: tidak

- stand abnormal : tidak

7. Tulang

Sakit

: tidak

- fraktur spontan : tidak

Bengkak

: tidak

- deformasi

: tidak

8. Otot

Sakit

: tidak

- kejang-kejang : tidak

Bengkak

: tidak

- atrofi

: tidak

9. Darah

Sakit dimulut dan lidah: tidak

- muka pucat

: tidak

Mata berkunang-kunang: ya

- bengkak

: tidak

Pembengkakan kelenjar: tidak

- penyakit darah : tidak

Merah di kulit

: tidak

- perdarahan sub kutan: tidak

10. Endokrin

a. Pancreas

Polidipsi

: tidak

- pruritus

: tidak

Polifagi

: tidak

- pyorrhea

: tidak

Poliuri

: tidak

b. Tiroid

Nervositas

: tidak

- struma

: tidak

Exoftalmus

: tidak

- miksodem

: tidak

c. Hipofisis

Akromegali

: tidak

Distrfi adipos congenital: tidak

11. Fungsi genital

Menarche

: 13 tahun - ereksi

: TDT

Siklus haid

: teratur - Libido sexual : TDT

Menopause

: belum- Coitus

: TDT

G/P/Ab

: 0/4/2

12. Susunan saraf

Hipoastesia

: tidak

- sakit kepala

: ya

Pasrastesia

: tidak

- gerakan tics

: tidak

Paralisis

: tidak

13. Panca indera

Penglihatan

: berkurang - pengecapan

: pahit

Pendengaran

: normal - perasaan

: normal

Penciuman

: normal

14. Psikis

Mudah tersinggung

: tidak

- pelupa

: tidak

Takut

: tidak

- lekas marah

: tidak

Gelisah

: tidak

15. Keadaan social

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Hygiene

: baik

Anamnesa penyakit terdahulu

: tidak ada (-) Riwayat pemakaian obat

: Amoxicillin , CTM , Nadiatab , Paracetamol

Anamnesa penyakit veneris Bengkak kelenjar regional: tidak

- pyuria : tidak

Luka-luka di kemaluan : tidak

- bisul-bisul : tidak

Anamnesa intoksikasi

: (-)

Anamnesa makanan

Nasi

: freq 3x/hari

- sayur-sayuran : ya

Ikan

: ya

- daging

: ya

Anamnesa family

Penyakit-penyakit family : -

Penyakit seperti orang sakit : -

Anak-anak 4, hidup 2 , mati 2STATUS PRESENT

KEADAAN UMUM

Sensorium

: compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Temperature

: 36,5

Pernafasan

: 20x/ menit , reg/irreg , tipe pernafasan thoraco abdominal

Nadi

: 80x/ menit , equal/innequal,teg/vol (keras,sedang,lemah/besar , kecil ), gel,celler,tardus

KEADAAN PENYAKIT

Anemi

: tidak

- eritema : tidak

Ikterus

: tidak

- turgor: lambat

Sianose

: tidak

- gerakan aktif : ya

Dispnoe

: tidak

- sikap tidur paksa: tidak

Edem

: tidak

KEADAAN GIZI BB : 53 kg

TB : 150 cm

BB

53

RBW = __________x 100 % = _____________ x 100 % = 106 % ( kesan :Normoweight)

TB 100

150 -100 PEMERIKSAAN FISIK

1. Kepala

Pertumbuhan rambut

: normal

Sakit kalau dipegang

: tidak

Perubahan local

: tidak a. Muka

Sembab

: tidak

- parase

: tidak

Pucat

: tidak

- gangguan local: tidak

Kuning

: tidakb. Mata

Stand mata

: normal - ikterus

: tidak Gerakan

: normal - anemia

: tidak

Exoftalmus

: tidak

- reaksi pupil : isokor ka=ki

Ptosis

: tidak

- gangguan local: tidakc. Telinga Secret

: tidak

- bentuk

: normal

Radang

: tidak

- atrofi

: tidak d. Hidung

Secret

: tidak

- benjolan-benjolan: tidak

Bentuk

: normal

e. Bibir

Sianosis

: tidak

- kering

: ya

Pucat

: tidak

- radang

: tidak f. Gigi

Karies

: ya

- jumlah

: 29 bh

Pertumbuhan

: normal - pyorroe alveolaris: tidakg. Lidah

Kering

: tidak

- beslag : tidak

Pucat

: tidak

- tremor : tidakh. Tonsil

Merah

: tidak

- membrane : tidak

Bengkak

: tidak

- angina lacunaris: tidak

Beslag

: tidak 2. Leher

Inspeksi :

Struma

: tidak

- torticolis : tidak

Kelenjar bengkak

: tidak

- venektasi : tidak

Pulsasi vena

: tidak

Palpasi

-Posisi trachea

: medial

- tek. vena jugularis

: R-2 cm H20 Sakit/ nyeri tekan

: tidak

- kosta servikalis : tidak

3. Thorax depan

Inspeksi

Bentuk

: fusiformis

- venektasi : tidak

Simetris / asimetris

: simetris

- pembengkakan: tidak

Bendungan vena

: tidak

- pylsasi verbal: tidak

Ketinggalan bernafas

: tidak

- mammae : normal

Palpasi

Nyeri tekan

: tidak

- iktus : tidak teraba

Fremitus suara

: ka=ki

a. lokalisasi

: -

Fremissement

: tidak

b. kuat angkat : -

c. melebar

: -

d. iktus negatif : -

Perkusi

Suara perkusi paru

: sonor

- gerakan bebas: 2 cm Batas paru hati

- batas jantungRelatif

: ICS V

atas: ICR IIAbsolute

: ICS VI

kanan: linea parasternal dextra kiri : 2cm medial linea midclavicularis sinistra

Auskultasi

Paru-paru

: vesikuler

Suara tambahan

:

a. Ronchi basah

: - gel , kecil ,sedang,besar

b. Ronchi kering

: - sonores/sibilants

c. Krepitasi

: -

d. Gesek pleura

: -

Cor

a. Heart rate

: 80 x/menit , reg/irreg, intensitas sedang

b. Suara katup

: M1 > M2

A2>A1

P2 > P1

A2>A2

c. Suara tambahan

a. Desah jantung fungsionil/organis : tidak

b. Gesek pericardial/pleurocardial: tidak

4. Thorax belakang

Inspeksi

Bentuk

: fusiformis

- scapulae alta

: tidak

Simetris/asimetris: simetris

- ketinggalan bernafas: tidak

Benjolan-benjolan: tidak

- venektasi

: tidak

Palpasi

Nyeri tekan

: tidak

- penonjolan-penonjolan : tidak

Fremitus suara

: ka=ki

Perkusi

Suara perkusi paru : sonor

- gerakan bebas : 2 cm

Batas bawah paru

a. Kanan : proc.spin.vert.tyh: IX

b. Kiri : proc.spin.vert.tyh: X

Auskultasi

Suara pernafasan

: vesikuler kanan/kiri

Suara tambahan

: -

nyeri ulu hati di regio epigastrium

5.Abdomen

Inspeksi

Bengkak : tidak

Venektasi/pembentukan vena : tidak

Gembung : tidak

Sirkulasi collateral : tidak

Pulsasi : tidak

Palpasi

Defens muskukar : tidak

Nyeri tekan : tidakLien : tidak teraba

Ren : tidak teraba

Hepar teraba/tidak , pinggir ( -) , konsistensi permukaan( ) , nyeri tekan ( - )Perkusi

Pekak hati : ya

Pekak beralih : tidakAuskultasi

Peristaltic usus : meningkat

5.Genitalia

Luka : TDP

Cicatriks : TDP

Nanah : TDP

Hernia : TDP

5.Extremitas a.Atas (ka,ki)

Bengkak

: Tidak

- Reflex (ka,ki)

Merah

: Tidak

Biceps: +/+

Stand abnormal

: Tidak

Triceps: +/+

Gangguan fungsi

: Tidak

- Radio periost: +/+

Tes rumpelit

: Tidak

b.Bawah

Bengkak

: Tidak

Merah

: Tidak

Oedema

: Tidak

Pucat

: Tidak

Gangguan fungsi

: Tidak

Varises

: Tidak

Reflex (ka, ki)

KPR

: +/+

APR

: +/+

Struple

: +/+

Pemeriksaan laboratorium rutin

DarahUrinTinja

Hb

Lekosit

LED

Eritrosit

Hitung jenis

Eosinofil

Basofil

n.stab

n.seg

limfosit

monosit

MCV

MCH

MCHC18,0 gr%

9100 mm3

9 mm/jam

6,0 mm3

1 %

0 %

0%

70 %

24%

5 %

88,5 fl

30,0 pg

33,8 %Warna

Reduksi

Protein

Biliirubin

Urobillinogen

Sedimen

Eritrosit

Leukosit

Silinder

Epitel / Ipb

/ Ipb

/ Ipb

/ IpbWarna

Konsistensi

Eritrosit

Leukosit

Amuba/kista

Telur cacing

Askaris

Ankilosis

T.trichura

Kremi

RESUME

Anamnesa

Keluhan utama : Mencret

Telaah : Os datang ke RS. Haji Medan dengan keluhan mencret . Hal ini telah dialami Os sudah 3 hari belakangan ini . Mencret yang dialami Os sebanyak kurang lebih 10 x/hari dengan konsistensi air lebih banyak daripada ampas bercampur lendir (+) , darah (-) . Selain itu Os juga mengeluh adanya mual (+) disertai muntah (+) dengan frequensi 5x/hari sebanyak 1 aqua cup berisi air dan sisa makanan yang dimakan. Awalnya Os mengalami rasa tidak enak di perut seperti terlilit . Os juga sering mengalami nyeri ulu hati dan terkadang bersendawa . Akibat hal ini nafsu makan Os menurun dan lidah terasa pahit sehingga tidak enak saat makan . Os suka sekali membeli makanan/jajanan dipinggir jalan yang kurang bersih . Sejak itu Os sering merasa tidak enak diperut , badan terasa lemas (+) , tidur terganggu dan sakit kepala (+) serta mengalami mencret (+) . Sebelumnya Os dibawa ke RSHM , Os pernah berobat ke bidan di sekitar rumah Os dengan keluhan yang sama dan disertai demam, kemudian diberikan obat oleh bidan berupa : Amoxicillin , Nadiatab, CTM,Paracetamol .

RPT: demam thypoid ( 2tahun lalu )

RPO: Amoxicillin , Nadiatab, CTM,Paracetamol

RPK: -

STATUS PRESENT

Keadaan umum Keadaan penyakit Keadaan gizi

Sens : compos mentis

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/i

Nafas : 20x/i

Suhu : 36,5 CAnemia : tidak

Ikterus : tidak

Sianosis : tidak

Dispnoe : tidak

Edem : tidak

Eritema : tidak

turgor : lambat

gerakan aktif : ya

sikap tidur paksa : tidak

TB : 150 cm

BB : 53 kg

RBW : BB 53

-------------- = ------------

TB-100 x 100 % 150-100x100%

= 106 %

Kesan : Normoweight

Pemeriksaan fisik

Kepala : Dalam batas normal

Leher : TVJ R-2 cm H20 , KGB (-)

Thorax : I : simetris, P : fremitus ka=ki , P: sonor , A : vesikuler

Abdomen : nyeri seperti terlilit di regio epigastrium , nyeri tekan (-)

Extremitas : Dalam batas normal

Pemeriksaan Laboratorium

Urin : -Darah : -Tinja : -Dll : ureum : 18 mg/dl

kreatinin : 0.78 mg/dl

asam urat : 6,9 mg/dlDiagnosa banding ( differential diagnose )

1. Gastroenteritis akut ( GEA) + dehidrasi sedang + gastritis akut 2. Disentri Basiller + dehidrasi sedang + gastritis akut 3. Cholera + dehidrasi sedang + gastritis akut 4. Irritable bowel syndrome ( IBS) + dehidrasi sedang + gastritis akut 5. Colesistitis + dehidrasi sedang + gastritis akut Diagnosa sementara : Gastroenteritis akut ( GEA) + dehidrasi sedang + gastritis akut Terapi

Aktifitas : Bed rest

Diet ( jumlah,jenis,jadwal : Diet M II

Medikamentosa :

IVFD RL Cor 1 fls 30 gtt/i

Inj. ranitidine 1 amp / 12 jam

Inj . ondancetron 4mg/8 jam

Inj . ceftriaxone 1 amp/12jam

Oralit

Loperamid 3x1

Diaform 3x1

Lansoprazole 1x1 Pemeriksaan anjuran / usul :

Darah rutin

Widal test

Pemeriksaan feses BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 KESIMPULAN

Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair (setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24jam.

Penyebab gastroenteritis yang paling umum adalah infeksi virus tetapi bakteri, parasit, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan juga merupakan penyebab dari gastroenteritis. Virus dan bakteri sangat menular dan dapat menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Biasanya virus dan bakteri ini ada di area umum, seperti sekolah dimana ada kontak yang saling berdekatan antara orang-orang. Berbagai macam virus dapat menyebabkan gastroenteritis, termasuk Rotavirus, Norovirus, Adenovirus, Sapovirus, dan Astrovirus. Norovirus adalah penyebab tersering dari gastroenteritis. Ada 4 tipe utama dari gastroenteritis: gastroenteritis virus, gastroenteritis bakteri, disentri amoeba, dan disentri basiler. Disentri amoeba adalah suatu infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica. Penyakit disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus menerus, bercampur lendir dan darah.

1. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amoeba yang disebabkan oleh infeksi parasite Entamoeba hystolityca dan disentri basiler yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella

2. Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkntaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar ke tempat yang dihinggapinya.

3. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah kontaminasi makanan dan air, sayur dicuci dengan air hangat, dan menjaga kebersihan personal.

4.2 SARAN

Adapun saran penulis kepada pembaca adalah hendaknya menerapkan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menjaga kebersihan perorangan dengan selalu mencuci tangan memakai sabun dan selalu menjaga kebersihan lingkungan.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM 35


Recommended