1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga
perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis
bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang dibedakan
berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:
1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah.
Bank Islam dalam perkembangannya di Indonesia sejak tahun 1991
sampai sekarang ternyata mampu memberikan bukti nyata kepada
masyarakat dan bangsa Indonesia tidak hanya sekedar membuktikan
eksistensinya tetapi juga mampu memberikan keuntungan dan prospek yang
menjanjikan. Badai krisis ekonomi yang menyerang negara ini sejak 10
tahun silam hingga hari ini belum mampu menggoyahkan keberadaan bank
Islam. Sebaliknya, bank Islam mampu meningkatkan asetnya setiap tahun.
Bank Islam mampu memikat banyak bank nasional untuk ikut terjun dalam
sistem ekonomi Islami ini. Bank konvensional ikut terjun dengan
2
merealisasikan unit usaha syariah. Bank konvensional yang membuka
cabang syariah dan menawarkan produk-produk syariah. Dan sekarang
muncul BPRS yang masuk dalam perbankan syariah dengan menekankan
pada penawaran produk pembiayaan kepada masyarakat.
Akhir tahun 1999, bersamaan dengan dikeluarkannya UU perbankan
maka muncullah bank-bank syariah umum dan bank umum yang membuka
unit usaha syariah. Sejak beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI),
sebagai bank syariah yang pertama pada tahun 1992, dengan satu kantor
layanan dengan aset awal sekitar Rp. 100 Milyar, maka data Bank Indonesia
per 31 Desember 2007 menunjukkan bahwa saat ini perbankan syariah
nasional telah tumbuh cepat, ketika pelakunya terdiri atas 3 Bank Umum
Syariah (BUS), 26 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 114 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan aset kelolaan perbankan syariah nasional
per Desember 2007 telah berjumlah Rp. 36.537.637 Triliyun.
Perkembangan bank umum syariah dan bank konvensional yang
membuka cabang syariah juga didukung dengan tetap bertahannya bank
syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada
tahun 1998. Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam
produk-produk Bank Muamalat menyebabkan bank tersebut relatif
mempertahankan kinerjanya dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga
simpanan yang melonjak sehingga beban operasional lebih rendah dari bank
konvensional (Novita Wulandari, 2004).
Pola bagi hasil memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung
kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang
3
diperoleh. Jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula
bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi
hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama menjadi indikator
bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini
yang transparan dan mudah bagi nasabah. Berbeda dari perbankan
konvensional, nasabah tidak dapat menilai kinerja hanya dari indikator
bunga yang diperoleh (Novita Wulandari, 2004).
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya
agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus
bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang
pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus disertai dengan
manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu
faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bartahan hidup
adalah kinerja keuangan (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH
DENGAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas di dalam rencana penelitian ini secara
garis besar adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Umum Syariah jika dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah dari
Aspek Permodalan?
4
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Umum Syariah jika dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah dari
Aspek Kualitas Aktiva?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Umum Syariah jika dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah dari
Aspek Rentabilitas?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Umum Syariah jika dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah dari
Aspek Likuiditas?
5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Bank Umum Syariah jika dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah dari
Aspek Sensitivitas terhadap Risiko Pasar?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kinerja secara keseluruhan
antara Bank Umum Syariah dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah?
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bank Syariah yang dipilih untuk dinilai kinerjanya dalam penelitian ini
adalah Bank Umum Syariah yang telah beroperasi selama 10 tahun sejak
pertama kalinya BUS beroperasi di tahun 1992, diwakili oleh Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Sedangkan Unit Usaha
Syariah yang dipilih adalah yang telah beroperasi selama 5 tahun sejak
UUS pertama kali beroperasi di tahun 1999, serta memiliki aset diatas
5
Rp. 100 Milyar, diwakili oleh Unit Usaha Syariah dari BNI, Bank Jabar,
BRI, Bank Danamon, Bank Bukopin, BII, HSBC, dan Bank DKI.
2. Data untuk mengukur kinerja rasio-rasio keuangan dalam penelitian ini
adalah Laporan Keuangan terpublikasi dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2007. Dipilih tahun tersebut dikarenakan pada tahun 2005
perbankan syariah dalam kondisi stabil dan pada akhir tahun 2007
merupakan awal dari krisis global yang akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia.
3. Rasio-Rasio yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode
CAMELS yaitu Aspek Permodalan (Capital) yaitu Capital Adequacy
Ratio (CAR), mewakili Aspek Kualitas Aktiva (Asset Quality) yaitu
Rasio Non Performing Financing (NPF), mewakili Aspek Rentabilitas
(Earning) yaitu Rasio Return On Asset (ROA), mewakili Aspek
Likuiditas (Liquidity) yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR),
sedangkan Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
dilihat dengan Rasio Ekses Modal dibandingkan Potencial Loss nilai
tukar (MR). Dalam penelitian ini, tidak semua aspek dalam Rasio
CAMELS dapat dilakukan penelitian atau perhitungan karena adanya
keterbatasan. Aspek dalam rasio CAMELS yang tidak bisa diikutkan
dalam penelitian ini adalah Aspek Manajemen yaitu: kualitas manajemen
umum, penerapan manajemen risiko terutama pemahaman manajemen
atas risiko bank atau UUS; kepatuhan Bank atau UUS terhadap
ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia maupun
pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi
6
pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan laporan keuangan yang telah
dipublikasikan oleh bank yang bersangkutan dan juga tidak semua data
internal bank dapat diketahui oleh publik, hanya Bank Indonesia dan
bank yang bersangkutan saja yang berhak mengetahui secara rinci data
internal tersebut termasuk data mengenai manajemen bank yang
bersangkutan. Oleh karena itu dalam penelitian ini Aspek Manajemen
diabaikan pengujiiannya.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja keuangan Bank Umum Syariah jika dibandingkan
dengan Unit Usaha Syariah untuk masing-masing rasio keuangannya.
2. Mengetahui perbedaan kinerja secara keseluruhan antara Bank Umum
Syariah dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah.
E. Manfaat Penelitian
Dari pembahasan permasalahan diatas, diharapkan rencana penelitian
ini akan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Bank Umum Syariah
a. Sebagai referensi bagi Bank Umum Syariah dalam mengetahui
kinerja Bank Umum Syariah.
7
b. Sebagai bahan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja Bank
Umum Syariah dan dapat dipergunakan sebagai dasar perbaikan
kinerja bank tersebut.
2. Bagi Unit Usaha Syariah
a. Sebagai referensi bagi Unit Usaha Syariah dalam mengetahui kinerja
Unit Usaha Syariah.
b. Sebagai bahan evaluasi terhadap kinerja dan perbaikan kinerja
tersebut agar menjadi bank syariah yang mandiri yaitu menjadi Bank
Umum Syariah (spin off dari Bank Umum Konvensional, asalkan
nilai aset Unit Usaha Syariah telah mencapai 50% dari total nilai aset
Bank Umum Konvensional).
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan bisa dikembangkan
lebih lanjut oleh peneliti yang akan melakukan penelitian dalam bidang
atau masalah yang sama.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perbankan
1. Lembaga Keuangan Bank dan Pengertiannya
Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah pasal 1 (2), bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
keuangan. Kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan
deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat meminjam uang, menukar
uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telpon, air, pajak dan
lainnya (Kasmir, 2003:23).
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan
perusahaan atau lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu (Kasmir,
2003:37-39):
9
a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah
bank yang berorientasi pada prinsip konvensional.
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan dua metode yaitu:
1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga
untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan
tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan
istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi
dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative
spreed.
2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat
menggunakan atau menerapkan biaya-biaya dalam nominal atau
persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan
istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di
Indonesia. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam
penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan
prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak
lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
10
perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari
keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah
sebagai berikut:
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah).
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah).
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah).
5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai syariah
Islam.
2. Perbankan Syariah
Menurut M. Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga keuangan
syariah dalam praktiknya digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:
lembaga keuangan bank dan lembaga lainnya (lembaga pembiayaan non
bank). Lembaga keuangan bank dibagi menjadi Bank Syariah (Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) dan BPR Syariah. Sementara
lembaga keuangan non bank seperti pegadaian syariah, lembaga finance,
11
asuransi syariah, koperasi syariah, lembaga wakaf, lembaga zakat, dan
pasar modal syariah.
Pengertian perbankan syariah menurut Undang-Undang Nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 (1), perbankan syariah
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
3. Bank Syariah dan Pengertiannya
Menurut Mudrajad Kuncoro (2003:593), “bank syariah adalah
bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu
mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an dan
Hadits”.
Sedangkan pengertian bank syariah menurut Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 (7), Bank
Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Jadi berdasarkan pengertian diatas maka Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan segala kegiatannya berdasar prinsip-prinsip syariah
Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan ada Unit Usaha Syariah yang
merupakan kantor syariah dari bank konvensional:
12
a. Bank Umum Syariah (BUS)
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pasal 1 (8), BUS adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Aldi Antapani, bank umum syariah adalah “bank yang
menerapkan sistem independent pada sistem perbankan syariahnya,
secara keseluruhan sistem perbankannya sudah murni berbasis
syariah”.
Jadi BUS adalah bank independent yang kegiatan perbankannya
secara keseluruhan sudah murni syariah.
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pasal 1 (9), BPRS adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah
Indonesia Tahun 2002, BPRS adalah bank perkreditan rakyat yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
Jadi BPRS adalah bank perkreditan rakyat yang kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan beroperasi
berdasarkan prinsip syariah.
c. Unit Usaha Syariah (UUS)
Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal
1(10), UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
13
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan
di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Sedangkan menurut Wiroso (2004:13), “UUS merupakan unit kerja
yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang
syariah, kantor-kantor cabang syariah dari bank umum konvensional
yang mempunyai karakteristik kegiatan usaha yang berbeda”.
Jadi UUS adalah kantor pusat atau induk dari kantor cabang bank
konvensional yang melaksanakan kegiatan syariah.
4. Sejarah Perbankan Islam di Indonesia
Rintisan praktek perbankan Islam di Indonesia dimulai pada awal
periode 1980-an, melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai
pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengkajian
tersebut, untuk menyebut beberapa, diantaranya adalah Karnaen A
Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, AM. Saefuddin, dan M. Amien
Azis. Sebagai uji coba, gagasan perbankan Islam dipraktekkan dalam
skala yang relatif terbatas diantaranya di Bandung (Bait At-Tamwil
Salman ITB) dan di Jakarta (Koperasi Ridho Gusti). Sebagai gambaran,
M. Dawam Rahardjo dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi
Bank Syari’at Islam sebagai konsep alternatif untuk menghindari
larangan riba, sekaligus berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan
pembiayaan guna pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat. Jalan
14
keluarnya secara sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan
berdasarkan tiga modus, yakni Mudharabah, Musyarakah dan
Murabahah.
Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di Indonesia
baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal 18-20 Agustus tahun tersebut,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga
bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya
tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional
IV MUI di Jakarta 22-25 Agustus 1990, yang menghasilkan amanat bagi
pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di Indonesia.
Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi
tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak
yang terkait.
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya
PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya,
berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI
resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp. 106.126.382.000,-.
Sampai bulan September 1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kelahiran Bank Islam di Indonesia relatif terlambat dibandingkan
dengan negara-negara lain sesama anggota OKI. Hal tersebut merupakan
ironi, mengingat pemerintah RI yang diwakili Menteri Keuangan Ali
Wardana, dalam beberapa kali sidang OKI cukup aktif memperjuangkan
realisasi konsep bank Islam, namun tidak diimplementasikan di dalam
15
negeri. KH. Hasan Basri, yang pada waktu itu sebagai Ketua MUI
memberikan jawaban bahwa kondisi keterlambatan pendirian Bank
Islam di Indonesia karena political-will belum mendukung.
Selanjutnya sampai diundangkannya Undang-undang No. 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, BMI merupakan satu-satunya bank umum yang
mendasarkan kegiatan usahanya atas Syariat Islam di Indonesia. Baru
setelah itu berdiri beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI membuka
cabang Syariah pada tanggal 28 Juni 1999, Bank Syariah Mandiri yang
merupakan konversi dari Bank Susila Bakti (BSB), anak perusahaan
Bank Mandiri, serta pendirian lima cabang baru berupa cabang syariah
dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Per bulan Februari 2000,
tercatat di Bank Indonesia bank-bank yang sudah mengajukan
permohonan membuka cabang syariah, yakni: Bank Niaga, Bank BTN,
Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh
(Umar Faraouk, 2007).
Perkembangan jumlah kantor pusat dan aset Bank Syariah di
Indonesia, Unit Usaha Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
dari 1992 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada TABEL II.1.
16
TABEL II.1 PERKEMBANGAN JUMLAH KANTOR PUSAT/UUS DAN ASET BANK SYARIAH PADA TAHUN 1992-2007
Dec-92 Dec-93 Dec-94 Dec-95 Dec-96 Dec-97 Dec-98 Dec-99 Dec-00 Dec-01 Dec-02 Dec-03 Dec-04 Dec-05 Dec-06 Dec-07
Kelompok Bank KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
KP/ UUS
Aset Sept‘06 Aset Des‘07
Bank Umum Syariah 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 Milyar Milyar
1. PT Bank Muamalat Indonesia*) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8.070 10.569
2. PT Bank Syariah Mandiri*) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8.903 12.885
3. PT Bank Syariah Mega Indonesia 1 1 1 1 1.803 2.561
Unit Usaha Syariah 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3 6 8 15 19 20 26 Milyar Milyar
1. PT Bank IFI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 440
2. PT Bank Negara Indonesia 1 1 1 1 1 1 1 1 1.328 2.546
3. PT Bank Jabar 1 1 1 1 1 1 1 1 385 556
4. PT Bank Rakyat Indonesia 1 1 1 1 1 1 1.003 1.191
5. PT Bank Danamon 1 1 1 1 1 1 365 765
6. PT Bank Bukopin 1 1 1 1 1 1 388 640
7. PT Bank Internasional Indonesia 1 1 1 1 1 149 302
8. HSBC, Ltd. 1 1 1 1 1 337 188
9. PT Bank DKI 1 1 1 1 1 98 395
10. BPD Riau 1 1 1 1 56 98
11. BPD Kalsel 1 1 1 1 26 90
12. PT Bank Niaga 1 1 1 1 485 1029
13. BPD Sumatera Utara 1 1 1 1 64 207
14. BPD Aceh 1 1 1 1 127 294
15. Bank Permata 1 1 1 1 249 711
16. Bank Tabungan Negara 1 1 1 352 789
17. BPD Nusa Tenggara Barat 1 1 1 16 28
18. BPD Kalimantan Barat 1 1 1 26 91
19. BPD Sumatera Selatan 1 1 1 57 80
20. BPD Kalimantan Timur 1 1 148
21. BPD DIY 1 20
22. BPD Sulawesi Selatan 1 21
23. BPD Sumatera Barat 1 6
24. BPD Jawa Timur 1 15
25. PT Bank Ekspor Indonesia 1 150
26. Bank Lippo 1 38
Bank Perkreditan Rakyat Syariah 79 81 83 84 88 92 105 114
TOTAL
Hanya 78 buah dari masa 1992-1999 (tidak terinci) 84 86 91 94 106 114 128 142
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (1992-2007)
17
Dari TABEL II.1 dapat dilihat bahwa perkembangan bank syariah
di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 1992 sampai
dengan tahun 2007. Jumlah Bank Umum Syariah mengalami
peningkatan dari 1 buah pada tahun 1992 dan di akhir 2004 terdapat 3
buah BUS hingga 2007. Sedangkan jumlah Unit Usaha Syariah ikut
mengalami peningkatan dari 1 buah UUS di tahun 1999 menjadi 26 buah
di akhir 2007. Aset yang dimiliki oleh masing-masing bank syariah juga
mengalami peningkatan hingga Desember tahun 2007.
5. Landasan Hukum
Landasan hukum positif adalah dari Undang-Undang RI Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan. Yang terbaru adalah Undang-Undang RI
Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
a. Bank Umum Syariah
Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Bagian Kesatu yaitu Perizinan Pasal 5 (1), Setiap pihak yang
akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah atau UUS wajib
terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah atau
UUS dari Bank Indonesia. Pasal 5 (2), Untuk memperoleh izin usaha
Bank Syariah harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya
tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan,
kepemilikan, keahlian di bidang Perbankan Syariah, dan kelayakan
usaha. Pasal 5 (4), Bank Syariah yang telah mendapat izin usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan dengan
18
jelas kata “syariah” pada penulisan nama banknya. Pasal 5 (7), Bank
Umum Syariah tidak dapat dikonversi menjadi Bank Umum
Konvensional.
b. Unit Usaha Syariah
Pada Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
menyebutkan bahwa “Undang-Undang memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang
menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
termasuk pemberian kesempatan kepada Bank Umum untuk
membuka kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan
berdasarkan Prinsip Syariah”. Kemudian pada Penjelasan Pasal demi
Pasal, Pasal 6 Huruf m menyebutkan bahwa “Bank Umum yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah melalui
pendirian kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang baru,
pengubahan kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang
melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam rangka
persiapan perubahan kantor cabang tersebut, kantor cabang atau
kantor di bawah kantor cabang yang sebelumnya melakukan kegiatan
usaha secara konvensional dapat terlebih dahulu membentuk unit
tersendiri yang melaksanakan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah
di dalam kantor bank tersebut”.
19
Pada Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Bagian Kesatu yaitu Perizinan Pasal 5 (3), Persyaratan untuk
memperoleh izin usaha UUS diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bank Indonesia. Pasal 5 (5), Bank Umum Konvensional yang telah
mendapat izin usaha UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib mencantumkan dengan jelas frase “Unit Usaha Syariah”
setelah nama Bank pada kantor UUS yang bersangkutan. Pasal 5 (6),
Bank Konvensional hanya dapat mengubah kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dengan izin Bank Indonesia. Pasal 5 (9),
Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat
bank dengan izin Bank Indonesia.
6. Tujuan dan Fungsi Bank Syariah
Tujuan Bank Syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 3, Perbankan Syariah menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Fungsi bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 4, fungsi bank diterangkan
sebagai berikut:
a. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat.
b. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam
bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari
20
zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal
dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
d. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (b) dan
ayat (c) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Kegiatan dan Tugas Utama Bank Syariah
a. Bank Umum Syariah
Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah menurut UU No. 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 19 ayat 1 adalah:
1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad Wadi’ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad Mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
Mudharabah, Akad Musyarakah, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
21
4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad Murabahah,
Akad Salam, Akad Istishna’, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad Qardh atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau
tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad Ijarah
dan/atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad Hawalah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah.
9) Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad
Ijarah, Musyarakah, Mudharabah, Murabahah, Kafalah, atau
Hawalah.
10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak
ketiga berdasarkan Prinsip Syariah.
22
12) Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan
suatu Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah.
13) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga berdasarkan Prinsip Syariah.
14) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
15) Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad
Wakalah.
16) Memberikan fasilitas Letter of Credit atau bank garansi
berdasarkan Prinsip Syariah.
17) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang
perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Unit Usaha Syariah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/2006. PBI ini berlaku
ketentuan-ketentuan pada Pasal 11 sebagai berikut:
1) Bank yang akan membuka kantor Bank yang melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah wajib membentuk
Unit Usaha Syariah di kantor pusat Bank.
2) Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
a) mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan Kantor Cabang
Syariah dan atau Unit Syariah
23
b) menempatkan dan mengelola dana yang bersumber dari
Kantor Cabang Syariah dan atau Unit Syariah
c) menerima dan menata usahakan laporan keuangan dari
Kantor Cabang Syariah dan atau Unit Syariah dalam rangka
penyusunan laporan gabungan
d) melakukan kegiatan lain sebagai kantor induk dari Kantor
Cabang Syariah dan atau Unit Syariah.
3) Pada Unit Usaha Syariah wajib ditempatkan Dewan Pengawas
Syariah.
Kemudian pada Pasal 14 berlaku ketentuan bahwa Bank yang
membuka Kantor Cabang Syariah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) wajib menyisihkan modal kerja untuk kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah minimum untuk meng-cover biaya
operasional awal, dan memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum bagi Unit Usaha Syariah.
Sedangkan kegiatan usaha Unit Usaha Syariah menurut Undang-
Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 19
ayat 2 adalah:
1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan Akad Wadi’ah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
24
berdasarkan Akad Mudharabah atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
Mudharabah, Akad Musyarakah, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad Murabahah,
Akad Salam, Akad Istishna’, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad Qardh atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau
tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad Ijarah
dan/atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad Hawalah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah.
9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip
Syariah, antara lain, seperti Akad Ijarah, Musyarakah,
Mudharabah, Murabahah, Kafalah, atau Hawalah.
10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
25
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak
ketiga berdasarkan Prinsip Syariah.
12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga berdasarkan Prinsip Syariah.
13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
14) Memberikan fasilitas Letter of Credit atau bank garansi
berdasarkan Prinsip Syariah.
15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang
perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8. Perbedaan BUS dan UUS
Pada dasarnya secara konsep tidak ada perbedaan antara BUS dan
UUS. Perbedaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat
dilihat pada TABEL II.2 sebagai berikut:
26
TABEL II.2 PERBEDAAN ANTARA BANK UMUM SYARIAH (BUS) DAN
UNIT USAHA SYARIAH (UUS)
BUS UUS
Status Pendirian
(Aldi Antapani, Beda
Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah)
Status independent, tidak
bernaung di bawah
sistem perbankan
konvensional
Tidak independent dan
masih bernaung di
bawah aturan
manajemen perbankan
konvensional (yang
masih menerapkan
RIBA)
Kegiatan Usaha
(UU RI No.21 Tahun
2008, Tentang
Perbankan Syariah)
Melakukan fungsi
sebagai Wali Amanat
berdasarkan Akad
Wakalah.
Tidak ada
Sumber: UU RI No. 21 Tahun 2008 dan Aldi Antapani (2008).
Dengan mencermati ketentuan hukum positif tersebut diatas kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa dana yang disediakan untuk UUS
dan operasional seterusnya tidak akan tercampur dengan dana-dana
konvensional induknya (Pasal 15, 28, 38, 48). Karena itu tidak perlu ada
keraguan masyarakat muslim yang menganggap bahwa akan terjadi
percampuran antara yang halal dan yang haram, hal ini sudah terjawab
bahwa sistem yang diterapkan bank syariah sesuai ketentuan yang
berlaku berbeda dengan bank konvensional. Meskipun secara struktural
UUS berada di bawah bank konvensional, akan tetapi manajemen dan
tata cara pengelolaan dananya berbeda dan terpisah. Jadi tidak terjadi
percampuran dana dalam sistem operasional UUS, baik dalam
penghimpunan dan pengelolaan dana maupun menyalurkan dana
27
sehingga UUS tidak melanggar prinsip syariah (Karnaen A.
Perwataatmadja, 2008).
Berkaitan dengan dana UUS yang berasal dari bank induknya
(konvensional) yang sesuai prinsip syariah (pasal 14 dan 25) adalah
bukan berasal dari dana yang bersumber dari pendapatan bunga. Bank
syariah tidak dapat menerima dana dari unsur bunga. Dana tersebut
statusnya bisa berupa pinjaman dari bank induknya tanpa dibebankan
bunga saat pengembalian, ataupun berupa penyertaan modal yang
dilaksanakan dengan skim syariah, yaitu bagi hasil. Dana awal yang
diterima UUS dari bank induknya tidak serta merta merupakan hasil
percampuran antara modal bank dengan pendapatan bunga. Dalam
sistem pencatatan dan pelaporannya terdapat pada pos yang
terpisah/berbeda. Sehingga dapat terlihat jelas antara modal bank dan
pendapatan bunga. Jadi, untuk pendanaan UUS dapat bersumber dari
modal sendiri dari bank bersangkutan (Karnaen A. Perwataatmadja,
2008).
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah (BUS). Dalam aturan ini
ditetapkan modal disetor Bank Umum Syariah (BUS) hasil pemisahan
UUS dari Bank Umum Konvensional hanya sebesar Rp. 500 Miliar.
Namun modal BUS hasil pemisahan itu wajib ditingkatkan secara
bertahap menjadi paling kurang sebesar Rp. 1 Triliun, paling lambat 10
tahun setelah izin usaha BUS diberikan. Dalam PBI baru dijelaskan
bahwa BUK dapat melakukan kegiatan syariah dengan mengajukan
28
permohonan izin usaha pembukaan UUS kepada BI. Modal kerja UUS
paling kurang sebesar Rp. 100 Miliar. Selanjutnya UUS wajib
dipisahkan atau spin off dari BUK setelah memenuhi syarat:
a. Nilai aset UUS telah mencapai 50 persen dari total nilai aset BUK
induk.
b. Paling lambat 15 tahun sejak berlakunya UU Nomor 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah.
Menurut Nurul Qomariyah (Detik Finance, 2009), pemisahan UUS
dari BUK dapat dilakukan dengan cara:
a. Mendirikan BUS baru.
b. Mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang telah ada.
9. Prinsip-Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Prinsip-prinsip dasar perbankan syariah menurut M. Syafi’i
Antonio (2001:83-134) adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah) dapat
diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki.
b. Bagi Hasil (Profit-Sharing), dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu Al-Musyarakah, Al-
Mudharabah, Al-Muzara’ah, Al-Musaqah, dan yang paling banyak
dipakai adalah Al-Musyarakah dan Al-Mudharabah.
c. Jual Beli (Sale and Purchase), ada 3 jenis jual beli yang telah banyak
dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal
29
kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu Bai’Al
Murabahah, Bai’As-Salam, dan Bai’ Al-Istishna.
d. Sewa (Operational Lease and Financial Lease), Al-Ijarah adalah
akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Al-Ijarah
Al-Muntahia Bit-Tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
kepemilikan barang di tangan si penyewa.
e. Jasa (Fee-Based Services) meliputi Al-Wakalah, Al-Kafalah
(Guaranty), Al-Hawalah (Transfer Service), Ar-Rahn (Mortgage),
Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan).
B. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan pada bank secara umum hampir sama. Pada bank
syariah dan bank konvensional berbeda pada fungsi bank syariah sebagai
manajer investasi dan fungsi sosial sehingga perlu adanya pelaporan khusus
atas hal tersebut.
Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan bank
berupa neraca memberikan informasi kepada pihak di luar bank, misalnya
bank sentral, masyarakat umum, dan investor, mengenai gambaran posisi
keuangannya, yang lebih jauh dapat digunakan pihak eksternal untuk
menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank. Laporan laba rugi
30
memberikan gambaran mengenai perkembangan usaha bank yang
bersangkutan.
Menurut penggunaannya, laporan keuangan bank dibedakan menjadi 3
(Indra Bastian dan Suhardjono, 2006:236) yaitu:
1. Laporan Keuangan untuk Kepentingan Masyarakat
Laporan keuangan bank harus mengikuti pedoman dalam PSAK
N0. 31 Revisi 2000 tentang Akuntansi Perbankan yang terdiri atas
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas
dan catatan atas laporan keuangan.
a. Neraca
Neraca merupakan salah satu elemen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu. Misal neraca per 31 Desember 2005. Komponen neraca
terdiri atas aktiva, kewajiban, dan modal. Di dalam penyajiannya,
bank harus menyajikan aktiva dan kewajiban dalam neraca
berdasarkan urutan likuiditasnya.
b. Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan salah satu elemen laporan keuangan
yang menggambarkan posisi hasil usaha suatu perusahaan dalam
jangka/periode tertentu, misalnya laporan laba rugi untuk periode 1
Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2005. Komponen laporan
laba rugi terdiri atas pendapatan dan beban. Di dalam penyajiannya,
bank harus menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan
pendapatan dan beban menurut karakteristiknya, dan disusun dalam
31
bentuk berjenjang (multiple step), yang menggambarkan pendapatan
atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lain,
atau dengan kata lain laporan laba rugi harus membedakan antara
unsur pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional
dan nonoperasional.
c. Arus Kas
Laporan arus kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode dan memberikan penjelasan
tentang alasan perubahan tersebut dengan menunjukkan darimana
sumber penerimaan kas dan untuk apa penggunaannya. Laporan arus
kas berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara dengan kas, dan menilai
kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Komponen utama laporan arus kas adalah sumber-sumber
penerimaan kas dan penggunaan kas.
d. Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas pemilik/laporan laba ditahan merupakan
laporan yang menyajikan peningkatan atau penurunan aktiva bersih
atau kekayaan bank selama periode bersangkutan, berdasarkan
prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan dalam PSAK No. 31 (Revisi 2000)
ditetapkan bahwa catatan atas laporan keuangan harus disajikan
32
secara sistematik. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan
arus kas yang perlu penjelasan harus didukung dengan info yang
dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan mengungkapkan
analisa jatuh tempo aktiva dan kewajiban, komitmen kontijensi dan
unsur-unsur di luar neraca, konsentrasi aktiva, kewajiban dan unsur
di luar neraca, perkreditan, aktiva yang dijaminkan, instrumen
derivatif, kegiatan wali amanat, pengungkapan tambahan untuk pos
tertentu.
2. Laporan Keuangan untuk Keperluan Manajemen Bank
Laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan
internal perusahaan.
3. Laporan Keuangan untuk Keperluan Pengawasan BI
Jenis dan cara penyajian laporan keuangan bank harus disajikan
sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Perbedaan penyajian laporan keuangan pada bank konvensional dan
syariah dapat dilihat dalan TABEL II.3.
33
TABEL II.3 LAPORAN KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK
SYARIAH
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6. Laporan Perubahan Dana
Investasi Terikat
7. Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana ZIS
8. Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana Qordhul Hasan
Sumber: Short Course Bank Syariah (2002).
Dari TABEL II.3 diatas, ada 3 komponen yang membedakan laporan
keuangan bank konvensional dengan bank syariah yaitu:
1. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat yang menyajikan simpanan
dan penarikan pemegang rekening investasi terbatas dan ekuivalensinya;
keuntungan/kerugian investasi.
2. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS yang menyajikan sumber
dana, penggunaan dana dan saldo dana dari zakat dan dana sosial.
3. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan yang menyajikan
sumber, penggunaan dan saldo dana Qardh.
Dengan mengadakan analisis data finansiil dari tahun-tahun yang lalu,
dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaan serta hasil-hasil yang
telah dianggap cukup baik. Hasil analisis historis tersebut sangat penting
34
artinya bagi perbaikan penyusunan rencana atau policy yang akan dilakukan
di waktu yang akan datang. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya, diusahakan agar dalam penyusunan rencana untuk tahun-tahun
yang akan datang, kelemahan tersebut dapat diperbaiki. Hasil sudah
dianggap cukup baik di waktu-waktu yang lampau harus dipertahankan
untuk waktu-waktu yang mendatang. Laporan finansiil ini selain digunakan
oleh manajemen, biasanya digunakan oleh para kreditur (nasabah) dan juga
investor terkait atas rate of return.
Dengan demikian jelaslah bahwa mengadakan interpretasi atau analisa
laporan finansiil suatu perusahaan adalah sangat penting artinya bagi pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan
meskipun kepentingan mereka masing-masing adalah berbeda (Bambang
Riyanto, 2001:327-329).
C. Rasio Keuangan Bank
1. Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan finansiil suatu
perusahaan, seorang penganalisa finansiil memerlukan adanya ukuran
atau “yard stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa
finansiil adalah rasio. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam “arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil (Bambang
Riyanto, 2001:329).
35
Macam-macam rasio keuangan dilihat dari sumber darimana rasio
itu dibuat, dapat digolongkan menjadi 3 (Bambang Riyanto, 2001:330)
yaitu:
a. Rasio-rasio Neraca (Balance sheet ratios), ialah rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio,
acid test ratio, current asset to total assets ratio, current liabilities to
total asset ratio, dan lain sebagainya.
b. Rasio-rasio Laporan Laba dan Rugi (income statement ratios), ialah
rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income
statement, misalnya gross profit margin, net operating margin,
operating ratio, dan lain sebagainya.
c. Rasio-rasio antar Laporan (inter-statement ratios), ialah rasio-rasio
yang disusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya
yang berasal dari Income statement, misalnya assets turnover,
inventory turnover, receivables turnover, dan lain sebagainya.
Adapula yang mengelompokkan rasio-rasio dalam rasio-rasio
likuiditas, rasio-rasio leverage, rasio-rasio aktivitas dan rasio-rasio
profitabilitas.
a. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur likuiditas perusahaan (Current Ratio, Acid Test Ratio).
b. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan
utang (Debt To Total Asset Ratio, Net Worth To Debt Ratio, dan lain
sebagainya).
36
c. Rasio-rasio Aktivitas, adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam
mengerjakan sumber-sumber dananya (Inventory Turnover, Average
Collection Period, dan lain sebagainya)
d. Rasio-rasio profitabilitas, adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil
akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan-keputusan (Profit
Margin On Sales, Return On Total Asset, Return On Net Worth, dan
lain sebagainya).
2. Analisis CAMELS
Tingkat Kesehatan Bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja bank
dengan melakukan penilaian terhadap faktor finansial dan faktor
manajemen. Penilaian yang dilakukan Bank Indonesia (berdasar PBI No.
9/1/PBI/2007 Tahun 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah) meliputi beberapa aspek
seperti:
a. Permodalan (Capital)
Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal
Bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi
eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor
permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
1) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM), merupakan rasio utama.
37
2) Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku
(write off), merupakan rasio penunjang.
3) Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat
likuidasi, merupakan rasio penunjang.
4) Trend/pertumbuhan KPMM, merupakan rasio penunjang.
5) Kemampuan internal bank untuk menambah modal, merupakan
rasio penunjang.
6) Intensitas fungsi keagenan bank syariah, merupakan rasio
pengamatan (observed).
7) Modal inti dibandingkan dengan dana Mudharabah,
merupakan rasio pengamatan (observed).
8) Deviden Pay Out Ratio, merupakan rasio pengamatan
(observed).
9) Akses kepada sumber permodalan (external support),
merupakan rasio pengamatan (observed).
10) Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan
permodalan bank, merupakan rasio pengamatan (observed).
b. Kualitas Aset (Asset Quality)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank,
termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit
risk) yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset
dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
38
1) Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama.
2) Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti,
merupakan rasio penunjang.
3) Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio
penunjang.
4) Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang
telah dihapusbuku, merupakan rasio penunjang.
5) Besarnya Pembiayaan non performing, merupakan rasio
penunjang.
6) Tingkat Kecukupan Agunan, merupakan rasio pengamatan
(observed).
7) Proyeksi/Perkembangan kualitas aset produktif, merupakan
rasio pengamatan (observed).
8) Perkembangan/trend aktiva produktif bermasalah yang
direstrukturisasi, merupakan rasio pengamatan (observed).
c. Manajemen (Management)
Penilaian manajemen dimaksudkan untuk menilai kemampuan
manajerial pengurus bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan
prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan
kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip
kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan
komitmen bank kepada Bank Indonesia. Penilaian kualitatif faktor
manajemen dilakukan dengan penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
39
1) Kualitas manajemen umum terkait dengan penerapan good
corporate governance.
2) Kualitas penerapan manajemen risiko.
3) Kepatuhan terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip
kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah serta
komitmen kepada Bank Indonesia.
d. Rentabilitas (Earning)
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank
dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas
dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-
komponen sebagai berikut:
1) Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama.
2) Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang.
3) Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO), merupakan rasio
penunjang.
4) Rasio Aktiva Yang Dapat Menghasilkan Pendapatan,
merupakan rasio penunjang.
5) Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang.
6) Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO)
merupakan rasio penunjang.
7) Net structural operating margin, merupakan rasio pengamatan
(observed).
8) Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan
(observed).
40
9) Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar
keuangan, merupakan rasio pengamatan (observed).
10) Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan
rasio pengamatan (observed).
11) Pelaksanaan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan
(observed).
12) Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan
(observed).
13) Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil
yang diberikan oleh bank syariah, merupakan rasio pengamatan
(observed).
14) Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan
(observed).
15) Penyaluran dana yang di-write off dibandingkan dengan biaya
operasional, merupakan rasio pengamatan (observed).
e. Likuiditas (Liquidity)
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank
dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk
antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian
kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
1) Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban
jangka pendek, merupakan rasio utama.
41
2) Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio
penunjang.
3) Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio
penunjang.
4) Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak
ketiga, merupakan rasio penunjang.
5) Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain
apabila terjadi mismatch, merupakan rasio pengamatan
(observed).
6) Ketergantungan pada dana antar bank, merupakan rasio
pengamatan (observed).
f. Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai
kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko
pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian
sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya
kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank
dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari
pengaruh perubahan risiko pasar.
D. Kinerja Keuangan Bank
Menurut Mirza Adityaswara (2003), di negara maju yang pasar
sahamnya sudah efisien dan persentase saham publik sudah cukup
42
signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolok ukur menilai kinerja
direksi suatu perusahaan publik, termasuk bank. Kian baik kinerja suatu
bank, akan semakin tinggi harga sahamnya dan semakin besar pula nilai
kapitalisasi pasarnya. Artinya, mengukur kinerja bank bukan melihat dari
besarnya total aset, tetapi dilihat rasio laba dan besarnya kapitalisasi pasar.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/1/Pbi/2007 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah Pasal 1 (6), Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu
Bank atau UUS melalui:
1. Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap
risiko pasar.
2. Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.
Jadi kinerja bank diukur dengan cara melihat rasio laba atau rasio
lainnya yang mempengaruhi kondisi tingkat kesehatan suatu bank dan
dilihat dari berbagai aspek.
Faktor Finansiil adalah salah satu faktor pembentuk tingkat kesehatan
bank yang terdiri dari faktor permodalan, aset, rentabilitas, likuiditas, dan
sentivitas terhadap risiko pasar. Lebih dikenal dengan analisis CAMELS, ini
digunakan untuk mengukur kinerja perbankan baik secara konvensional
maupun syariah (Penjelasan SEBI No. 9/24/DPbS/2007 tanggal 30 Oktober
2007).
43
Karena banyak alat yang dipakai dalam mengukur kinerja maka
penelitian ini dibatasi hanya menggunakan permodalan, kualitas aktiva
rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar karena adanya
keterbatasan data yang diperoleh untuk aspek manajemen dalam analisis
CAMELS.
1. Permodalan (Capital)
Yang dinilai dalam aspek permodalan adalah :
a. Kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan
permodalan dalam meng-cover risiko.
b. Kemampuam memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung
pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja
keuangan pemegang saham.
2. Kualitas Aset (Asset Quality)
Yang harus dinilai dalam aspek kualitas aset :
a. Kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif
bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur risiko nasabah
inti.
b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review)
internal, sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva
produktif bermasalah.
44
3. Manajemen (Management)
Yang dinilai dalam aspek menajemen :
a. Kualitas manajemen umum, penerapan manajemen risiko terutama
pemahaman manajemen atas risiko Bank atau UUS.
b. Kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yang berlaku,
komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan
terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat
pelaksanaan fungsi sosial.
4. Rentabilitas (Earnings)
Yang dinilai dalam aspek rentabilitas :
a. Kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung
ekspansi dan menutup risiko, serta tingkat efisiensi.
b. Diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk
mendapatkan fee based income, dan diversifikasi penanaman dana,
serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan
biaya.
5. Likuiditas (Liquidity)
Yang dinilai dari aspek likuiditas bank :
a. Kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity
mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan.
b. Kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber
pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
45
6. Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk)
Yang dinilai dari aspek risiko pasar :
a. Kemampuan modal Bank atau UUS meng-cover potensi kerugian
sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar.
b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
E. Beberapa Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dalam
membandingkan analisis kinerja bank diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Saiful Azhar Rusly dan Mohd Afandi Abu Bakar melakukan penelitian
terhadap kinerja Bank Islam dan mainstream bank (bank konvensional
yang mengeluarkan produk-produk syariah) di Malaysia. Sampel yang
diambil adalah Islamic Banking Sceme Bank (IBS) dan mainstream bank
(data IBD). Dengan uji beda, Uji T dapat diambil kesimpulan bahwa
Bank IBS memiliki catatan ROA, PM, NOM, dan OER yang tinggi
dibandingkan mainstream bank. Dalam penelitian ini mainstream bank
memiliki kinerja lebih baik dibandingkan Bank IBS karena memiliki
pangsa pasar, pengalaman lebih lama, dan faktor keuangan mendasar
yang lebih baik sedangkan Bank IBS sedang dalam tahap perkembangan.
2. Ulfa, Eva Maria melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja
keuangan bank umum syariah dan unit usaha syariah bank konvensional
di Indonesia. Kinerja yang dibandingkan meliputi kinerja likuiditas yang
diukur dengan Loan To Deposit Ratio (LDR), kinerja profitabilitas yang
diukur dengan Return On Assets (ROA), dan kinerja solvabilitas yang
46
diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Teknik analisis yang
digunakan adalah dengan melakukan uji beda dua rata-rata untuk dua
sample yang berbeda (Independent sample t-test). Untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja likuiditas,
profitabilitas, dan solvabilitas antara bank umum syariah dan unit usaha
syariah selama periode penelitian 2002-2005. Hasil pengujian
menunjukkan perbedaan berarti pada kinerja profitabilitas dan
solvabilitas antara kedua bank, dan menunjukkan tidak adanya
perbedaan pada kinerja likuiditas antara kedua bank.
3. Tri Mulyani melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja
keuangan bank umum syariah, bank umum yang membuka unit syariah
dan bank konvensional di Indonesia. Kinerja yang dibandingkan CAR
mewakili aspek Modal, NPL mewakili aspek kualitas aktiva produktif,
ROA dan ROE mewakili aspek rentabilitas, LDR mewakili aspek
likuiditas, BOPO dan NIM mewakili aspek efisiensi. Teknik analisis
yang digunakan adalah dengan melakukan uji beda dua rata-rata untuk
dua sample yang berbeda (Independent sample t-test). Hasil pengujian
menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada CAR, ROA, LDR,
BOPO. Sedangkan pada rasio NPL, ROE, NIM tidak terdapat perbedaan.
4. Ema Rindawati melakukan penelitian perbandingan kinerja keuangan
perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Sampel yang
diambil adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BPD
Aceh, BPD Kaltim, BPD Sumut, BTPN, dan Bank Mizuho Indonesia.
Dengan variabel rasio keuangan CAMEL dan analisis data dengan
47
Independent Samples T-test dapat diambil kesimpulan bahwa berdasar
masing-masing rasio keuangan CAMEL pada bank syariah lebih rendah
dibanding bank konvensional kecuali pada rasio likuiditas variabel LDR
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan bank konvensional. Dilihat
dari kinerja secara keseluruhan bank konvesional lebih baik terbukti
setelah diberikan rating BTPN menduduki peringkat pertama, disusul
BMI dan BSM.
5. Yunanto Adi Kusumo melakukan penelitian analisis kinerja keuangan
Bank Syariah Mandiri. Sampel Bank Syariah Mandiri pada periode 2002
sampai 2007. Dengan variabel rasio keuangan CAMELS dapat diambil
kesimpulan bahwa berdasar analisis rasio keuangan, BSM memiliki
modal yang kuat (KPMM), dan pengelolaan aktiva produktif yang baik
(KAP), profitabilitas sangat baik (NOM), kemampuan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan baik (STM). Tapi dalam
MR, kemampuan BSM meng-cover risiko yang muncul akibat dari
perubahan nilai tukar sangat lemah dan penerapan manajemen risiko
pasar yang diterapkan tidak efektif dan tidak konsisten.
6. Hernawa Rachmanto melakukan penelitian dengan menganalisa tingkat
kesehatan bank syariah dengan menggunakan analisis CAMEL dan
mengambil sampel PT. Bank Syariah Mandiri. Analisis berdasar rasio
keuangan dari laporan keuangan terpublikasi periode 2001 sampai 2005.
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Bank
Syariah Mandiri dari tahun 2001 sampai 2005 semakin baik dan kinerja
48
terbaik pada tahun 2003. Aspek yang paling menentukan dalam analisis
kesehatan bank ini adalah CAR.
7. Muhammad Shehzad Moin melakukan penelitian untuk menguji dan
mengevaluasi kinerja Bank Islam pertama di Pakistan yaitu Meezan
Bank Limited (MBL) dibandingkan dengan 5 bank konvensional.
Penelitiannya mengevaluasi Bank Islam (MBL) dalam profitability,
liquidity, risk and efficiency untuk periode 2003-2007. Rasio keuangan
(total 12) terdiri dari Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE),
Loan to Deposit ratio (LDR), Loan to Assets ratio (LAR), Debt to
Equity ratio (DER), Asset Utilization (AU), dan Income to Expense ratio
(IER) ini digunakan untuk menilai kinerja bank. T-test dan F-test
digunakan untuk mengukur perbedaan kinerja dari 2 kelompok bank
tersebut. Penilitian ini menemukan bahwa MBL memiliki profitabilitas
yang rendah dan lebih solvent, dan juga efisiensi rendah jika
dibandingkan rata-rata 5 bank konvensional. Bagaimanapun, tidak ada
perbedan yang signifikan dalam likuiditas pada kedua bank tersebut. Hal
ini dikarenakan bank konvensional di Pakistan memiliki sejarah lebih
panjang, memiliki pengalaman lebih panjang dan lebih mendominasi
sektor keuangan di Pakistan.
8. Abdus Samad melakukan penelitian tentang kinerja interest-free bank
Islam Bahrain dan interest-based bank konvensional di Bahrain. Dengan
menilai aspek profitabilitas, risiko likuiditas dan risiko kredit, ada 9 rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja 2 kelompok bank
tersebut. Rasio keuangan diuji dengan T-test dan F-test untuk masing-
49
masing kelompok bank pada periode 1991-2001. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada aspek
likuiditas dan profitabilitas pada bank Islam dan konvensional.
Penelitian ini juga menemukan ada perbedaan yang signifikan pada
kinerja kreditnya.
F. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini ingin membandingkan antara bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah yang merupakan cabang syariah dari bank
konvensional. Perkembangan kedua bank tersebut hingga kini tetap menjadi
sorotan karena sistem bagi hasil yang diterapkan bank syariah yang
menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya. Bank
syariah juga harus bersaing dengan bank konvensional yang telah
berkembang pesat di Indonesia.
Analisis perbandingan kinerja keuangan yang tercermin dalam rasio-
rasio yang mewakili aspek CAMELS kecuali aspek manajemen, yaitu aspek
permodalan dengan proxy CAR, aspek kualitas aktiva dengan proxy NPF,
aspek rentabilitas dengan proxy ROA, aspek likuiditas dengan proxy FDR
dan aspek sensitivitas terhadap risiko pasar dengan proxy MR. Penyajian
data untuk menghitung masing-masing rasio berasal dari laporan keuangan
yang terpublikasi dari masing-masing bank.
Penelitian ini membandingkan mean rasio-rasio keuangan pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah kemudian masing-masing kinerja
rasio dijumlahkan dan diketahui kinerja secara keseluruhan antara kedua
50
jenis bank tersebut. Diharapkan dengan proxy tersebut mampu mewakili
kinerja (kondisi) keuangan pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah dan melihat terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak diantara
kedua jenis bank tersebut.
Berdasarkan tujuan dan perumusan masalah yang ada maka kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
GAMBAR II.1 KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
Analisis Rasio Keuangan CAELS
Aspek Permodalan (Capital)
§ CAR (Capital Adequacy Ratio)
Aspek Kualitas Aktiva (Asset) § NPF (Non Performing
Financing)
Aspek Rentabilitas (Earning) § ROA (Return On Asset)
Aspek Likuiditas (Likuidity) § FDR (Financing to Deposit
Ratio)
Aspek Sensitivity to Market Risk § MR (Ekses Modal to Loss
Potenssial Nilai Tukar)
Kinerja Bank Umum Syariah
Kinerja Unit Usaha Syariah
Laporan Keuangan Bank
Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah
51
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah, jika dilihat dari Aspek Permodalan
H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah, jika dilihat dari Aspek Kualitas Aktiva.
H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah, jika dilihat dari Aspek Rentabilitas.
H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah, jika dilihat dari Aspek Likuiditas.
H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah, jika dilihat dari Aspek Sensitivitas
terhadap Risiko Pasar.
H6 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja secara keseluruhan
Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif agar memperoleh gambaran tentang kinerja bank-bank
syariah di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode analisis CAMELS. Rasio yang
digunakan adalah rasio-rasio yang mewakili aspek CAMELS kecuali aspek
manajemen karena keterbatasan data. Penyajian data untuk menghitung
rasio-rasio berasal dari laporan keuangan yang terpublikasi dari masing-
masing bank.
Penelitian ini adalah membandingkan mean rasio-rasio keuangan
masing-masing Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Kemudian
membandingkan apakah ada perbedaan yang signifikan dari masing-masing
rasio keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah secara
keseluruhan.
B. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya
berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Mudrajad Kuncoro,
2003:103).
53
Penelitian ini mengambil populasi seluruh Bank Syariah yang
terdaftar di Bank Indonesia (BI) hingga tahun 2007 akhir. Terdapat 29
Bank Syariah yang terdiri dari 3 buah Bank Umum Syariah dan 26 Unit
Usaha Syariah.
2. Teknik Sampling
Pengambilan sampel yang telah dilakukan dalam penelitian ini
dengan metode judgment sampling menurut Mudrajad Kuncoro
(2003:119). Judgment sampling merupakan “salah satu jenis purposive
sampling selain quota sampling dimana peneliti memilih sampel
berdasarkan penilaian beberapa karakteristik anggota sampel yang
disesuaikan dengan maksud penelitian”.
Kriteria yang berkaitan dengan sampel yang diambil adalah:
a. Bank Umum Syariah yang terdaftar di BI selama periode penelitian
2005 sampai dengan 2007 dan telah beroperasi selama 10 tahun sejak
pertama kalinya BUS beroperasi di tahun 1992 serta menerbitkan
Laporan Keuangan terpublikasi selama 3 tahun berturut-turut dari
tahun 2005-2007.
b. Unit Usaha Syariah yang terdaftar di BI selama periode penelitian
2005 sampai dengan 2007, UUS telah beroperasi selama 5 tahun
sejak UUS pertama kali beroperasi di tahun 1999 dan menerbitkan
Laporan Keuangan terpublikasi selama 3 tahun berturut-turut dari
tahun 2005-2007 serta memiliki aset diatas Rp. 100 Milyar.
c. Periode yang dipilih adalah 2005 sampai dengan 2007, dengan
alasan pada tahun 2005 perbankan syariah dalam kondisi stabil dan
54
pada akhir tahun 2007 merupakan awal dari krisis global yang akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia.
3. Sampel
Menurut Mudrajad Kuncoro (2003:103) “Sampel adalah suatu
himpunan bagian (subset) dari unit populasi”.
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, diperoleh 2 buah Bank Umum
Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah yang dijadikan sampel penelitian yaitu
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Sedangkan Unit
Usaha Syariah terdiri dari 8 bank yaitu BNI, Bank Jabar, BRI, Bank
Danamon, Bank Bukopin, BII, HSBC, dan Bank DKI.
C. Pengukuran Variabel
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan
data yang diawali dengan menghitung proxy-proxy yang digunakan. Metode
untuk analisis penelitian ini dengan CAMELS. Proxy dalam penelitian ini
yaitu rasio-rasio keuangan dari aspek CAMELS (kecuali M yaitu
Management) yang meliputi:
1. Aspek Permodalan (Capital)
Proxy untuk Aspek Permodalan ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR).
( )
%100321 ´-++
=RisikoMenurutTertimbangAktiva
penyertaanMMMBankModalCAR TierTierTier
Atau %100´=AssetTotalCapitalEquity
CAR
55
Keterangan:
MTier1 : Modal Inti
MTier2 : Modal Pelengkap
MTier3 : Modal Tambahan
Penyertaan : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan
prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau
akan memiliki saham pada perusahaan yang
bergerak dari bidang keuangan syariah.
Semakin tinggi CAR mengindikasikan bahwa bank tersebut
memiliki aset yang likuid dalam jangka panjang, batas minimum CAR
yang ditetapkan pemerintah adalah 8%.
2. Aspek Kualitas Aktiva (Asset Quality)
Proxy untuk Aspek Kualitas Aktiva ini adalah Rasio besarnya
pembiayaan non performing (NPF).
( )
%100,,
´=PembiayaanTotal
MDKLPembiayaanRatioNPF
Keterangan:
Pembiayaan : Pembiayaan yang tergolong dalam Kurang Lancar
(KL), Diragukan (D), dan Macet (M).
Jika rasio ini semakin besar maka menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syariah tersebut dalam keadaan buruk.
56
3. Aspek Rentabilitas (Earning)
Proxy untuk Aspek Rentabilitas ini adalah Rasio Return On Asset
(ROA).
%100´-
=AssetTotalRataRata
PajakSebelumLabaROA
Semakin tinggi ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam
penggunaan aset.
4. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Proxy untuk Aspek Likuiditas ini adalah Financing to Deposit
Ratio (FDR).
%100)(´=
DPKDiterimaYangDanaFinancing
FDR
Semakin tinggi rasio ini maka bank lebih menekankan
keuangannya pada pembuatan pembiayaan/hutang yang banyak.
Semakin kecil FDR maka semakin baik likuiditas bank tersebut.
5. Aspek Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk)
Proxy untuk mengukur sensitivitas terhadap risiko pasar adalah
Rasio Ekses Modal dibandingkan potensial loss nilai tukar (MR).
%100´=TukarNilaiLossPotential
ModalEksesMR
Keterangan:
Loss Nilai Tukar = Eksposur Trading Book Valas + Banking Book
Valas x Fluktuasi Nilai Tukar
57
Semakin besar rasio ini maka semakin baik kemampuan bank
meng-cover risiko yang muncul akibat perubahan nilai tukar.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data untuk penelitian adalah data sekunder berupa laporan
keuangan per tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 terpublikasi.
Jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-
Rugi, Laporan Kualitas Aktiva produktif, Perhitungan Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum atau Ikhtisar Kinerja Keuangan. Data berasal
dari Bank Indonesia yang ditampilkan melalui website www.bi.go.id dan
melalui website masing-masing bank seperti www. muamalatbank.com,
www.syariahmandiri.com, www.bni.com, www.bii.com, www.bri.com,
www.bankdki-syariah.com, www.hsbc.com. Termasuk buku, jurnal, artikel,
koran, majalah dan lain-lain yang mendukung dan memuat informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
E. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder sehingga metode
dalam pengumpulan data lebih banyak dari studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan bentuk tulisan lain dari
sumber kepustakaan atau sumber lainnya yang diperoleh dari berbagai
literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain yang
berhubungan dengan aspek penelitian ini.
58
F. Metode Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik statistik uji beda dua rata-rata (Independent Sample T-Test). Tujuan
dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini
adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah
dibuat.
Analisis masing-masing rasio keuangan dihitung mean-nya dan
dibandingkan antara mean Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Pertama dilakukan pengujian kesamaan varian (homogenitas) dengan Uji F.
Pengujian berdasarkan probabilitas/signifikansi, jika probabilitas > 0,05
maka kedua varian kelompok BUS dan UUS sama dan jika probabilitas <
0,05 maka varian kelompok BUS dan UUS berbeda.
Setelah pengujian kesamaan varian (homogenitas) kemudian dilakukan
pengujian Independent Sample T-Test pada setiap hipotesis yang telah
dibuat. Digunakan equal variances assumed/e.v.a (diasumsikan kedua
varian sama), nilai T hitung (equal variances assumed) dilihat T hitung > T
tabel maka hipotesis diterima tetapi jika –T tabel £ T hitung £ T tabel maka
hipotesis yang dibuat ditolak. Tabel distribusi T dicari pada
%5,22%5 =¸=a (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)
82102 =-=-n . Pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025) dengan T tabel
sebesar 2,306 (lihat pada Lampiran XVI). Berdasarkan
probabilitas/signifikansi, jika probabilitas > 0,05 maka hipotesis ditolak
(kinerja kedua bank sama) dan jika probabilitas < 0,05 maka hipotesis yang
dibuat diterima (kinerja kedua bank terdapat perbedaan). Pada T hitung
59
dengan equal variances not assumed, perubahan ini menyebabkan
menurunnya derajat kebebasan (degree of freedom) dan mendapat perlakuan
sama, jika probabilitas > 0,05 maka kinerja kedua bank tersebut sama atau
sebaliknya jika < 0,05 maka kinerja kedua bank tersebut terdapat perbedaan.
Analisis kinerja Bank secara keseluruhan dengan menjumlahkan rasio
masing-masing bank dan diberi nama “kinerja” kemudian diolah dengan
SPSS versi 11.5 menggunakan Independent Sample T-Test dan mendapat
perlakuan yang sama seperti hipotesis-hipotesis yang dibuat sebelumnya.
60
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang merupakan
pengamatan terhadap obyek penelitian, yaitu 2 Bank Umum Syariah dan 8
Unit Usaha Syariah pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
Bank Umum Syariah (BUS) yang digunakan adalah Bank Muamalat
dan Bank Syariah Mandiri. Sedangkan untuk Unit Usaha Syariah (UUS)
yaitu Unit Syariah dari BNI, BRI, Bukopin, BII, Bank DKI, Danamon, Bank
JABAR, dan HSBC.
Kedua jenis bank tersebut diperbandingkan dengan melihat dari aspek
Permodalan (Capital) yang dengan proxy CAR, Aspek Kualitas Aktiva
(Asset Quality) dengan proxy NPF, Aspek Rentabilitas (Earning) dengan
proxy ROA, Aspek Likuiditas (Likuidity) dengan proxy FDR, dan Aspek
Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk) dengan proxy
MR. Kinerja keuangan dari berbagai rasio yang mewakili aspek CAMELS
pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah seperti tampak pada
TABEL IV.1.
61
TABEL IV.1 DAFTAR RASIO-RASIO CAMELS
PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH TAHUN 2005-2007 (dalam persentase)
CAR NPF ROA FDR MR KINERJA BANK JENIS
BANK 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007
Muamalat 1 16,33 14,23 10,69 2,8 5,76 2,96 2,53 2,10 2,27 89,08 83,6 99,16 6,84 8,22 11,77 23,52 22,78 25,37
BSM 1 11,88 12,56 12,43 3,5 6,94 5,22 1,83 1,10 1,53 83,09 90,18 92,98 0,89 8,48 1,36 20,24 23,85 22,7
BNI 2 8,38 8,60 7,85 0,16 12,43 6,07 0,51 0,95 0,73 97,43 100,76 100,00 0,03 0,03 1,78 21,3 24,61 23,39
BRI 2 15,29 20,93 7,71 2,8 3,11 4,6 0,31 1,52 1,65 253,71 291,00 236,13 0,05 0,05 0,02 54,43 63,32 50,02
Bukopin 2 11,66 16,08 8,76 2,94 1,49 2,44 0,61 -0,44 1,26 151,74 109,00 128,28 4,19 0,09 0,01 34,23 25,24 28,15
BII 2 8,75 16,87 20,00 0 3,52 3,52 8,75 -3,41 2,86 112,53 97,83 86,96 0,09 0,02 0,02 26,13 22,97 22,67
Bank DKI 2 8,46 14,09 27,63 0,56 1,34 0,72 4,75 7,06 3,76 348,17 258,27 193,96 3,28 3,89 3,81 73,05 56,93 45,98
Danamon 2 29,72 12,12 19,27 2,25 18,19 3,61 -9,94 0,28 1,67 124,43 85,33 68,6 2,66 1,22 0,03 29,82 23,43 16,39
Bank JABAR 2 14,80 23,04 23,88 7,65 0,41 1,92 3,35 4,43 3,82 278,94 182,22 174,61 0,01 0,04 0,01 62,75 42,03 40,85
HSBC 2 22,51 18,37 22,50 0 1,11 0,00 2,99 -20,49 -7,16 0,00 96,61 260,07 1,35 1,39 0,03 5,87 -0,15 55,09
Sumber : Data Sekunder yang diolah (2005-2007). Keterangan :
Jenis Bank 1 = Bank Umum Syariah (BUS) 2 = Unit Usaha Syariah (UUS)
62
B. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat karakteristik data,
dimana dalam penelitian ini menggunakan mean, nilai maksimum, nilai
minimum, dan standar deviasi dari masing-masing rasio yang mewakili
baik untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. TABEL IV.2
menyajikan statistik deskriptif dari data yang digunakan dalam
penelitian.
TABEL IV.2 MEAN RASIO-RASIO CAMELS
PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
BUS UUS 2005 2006 2007 2005 2006 2007
CAR 14,1050 13,3950 11,5600 14,9463 16,2625 17,2000 NPF 3,1500 6,3500 4,0900 2,0450 5,2000 2,8600 ROA 2,1800 1,6000 1,9000 1,4162 -1,2625 1,0738 FDR 86,0850 86,8900 96,0700 170,8688 152,6275 156,0762 MR 3,8650 8,3500 6,5650 1,4575 0,8413 0,7137
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
Berdasarkan TABEL IV.2 diatas dapat dijelaskan bahwa rasio-
rasio dari 5 aspek CAMELS yang menggambarkan kinerja perbankan
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari nilai mean masing-
masing rasio dari 5 aspek CAMELS.
Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata BUS tahun 2005 sampai
dengan 2007 diperoleh Rasio CAR sebesar 14,1050% untuk tahun 2005,
13,3950% untuk tahun 2006, dan tahun 2007 sebesar 11,5600%
sehingga kinerja CAR secara kuantitatif pada BUS mengalami
penurunan.
63
Hasil analisis deskriptif UUS tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
kenaikkan yaitu pada tahun 2005 Rasio CAR mencapai 14,9463%
menjadi 16,2625% di tahun 2006. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan
menjadi 17,2000% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata BUS tahun 2005 sampai
dengan 2007 diperoleh Rasio NPF sebesar 3,1500% untuk tahun 2005,
6,3500% untuk tahun 2006, dan tahun 2007 sebesar 4,0900% sehingga
kinerja NPF pada BUS mengalami pasang surut hingga 2007.
Hasil analisis deskriptif UUS tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
kenaikan yaitu pada tahun 2005 Rasio NPF mencapai 2,0450% dan pada
tahun 2006 menjadi 5,2000%. Pada tahun 2007 mengalami penurunan
menjadi 2,8600% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata BUS tahun 2005 sampai
dengan 2007 diperoleh Rasio ROA sebesar 2,1800% untuk tahun 2005,
1,6000% untuk tahun 2006, dan tahun 2007 sebesar 1,9000% sehingga
kinerja ROA pada BUS mengalami pasang surut dari tahun 2005 sampai
tahun 2007.
Hasil analisis deskriptif UUS tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
kenaikan negatif yaitu pada tahun 2005 Rasio ROA mencapai 1,4162%
menjadi -1,2625% di tahun 2006. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan
menjadi 1,0738% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata BUS tahun 2005 sampai
dengan 2007 diperoleh Rasio FDR sebesar 86,0850% untuk tahun 2005,
64
86,8900% untuk tahun 2006, dan tahun 2007 sebesar 96,0700%
sehingga kinerja FDR pada BUS mengalami kenaikan.
Hasil analisis deskriptif UUS tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
penurunan yaitu pada tahun 2005 Rasio FDR mencapai 170,8688%
menjadi 152,6275% di tahun 2006. Pada tahun 2007 mengalami
kenaikkan menjadi 156,0762%.
Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata BUS tahun 2005 sampai
dengan 2007 diperoleh Rasio MR sebesar 3,8650% untuk tahun 2005,
8,3500% untuk tahun 2006, dan tahun 2007 sebesar 6,5650% sehingga
kinerja MR pada BUS mengalami pasang surut.
Hasil analisis deskriptif UUS tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
penurunan yaitu pada tahun 2005 Rasio MR mencapai 1,4575% menjadi
0,8413% di tahun 2006. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi
0,7137% sehingga kinerja MR mengalami penurunan dari tahun 2005
sampai 2007.
Dari keseluruhan analisis tersebut di atas maka Aspek Permodalan,
Kualitas Aktiva, Rentabilitas, yang menggambarkan kinerja perbankan
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari nilai mean beberapa
rasio yang mewakili. Aspek Likuiditas dengan proxy FDR tahun 2007,
dan Aspek Sensitivitas terhadap Risiko Pasar dengan proxy MR tahun
2006 dan tahun 2007 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
dilihat secara deskriptif.
65
2. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Aspek Permodalan
Berdasarkan TABEL IV.3 dan TABEL IV.4 diperoleh hasil
perbandingan kinerja antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah menggunakan Uji Statistic Independent Sample T-Test.
Aspek Permodalan diwakili dengan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Pada bagian TABEL IV.3 terlihat ringkasan statistik dari kedua jenis
bank. Untuk CAR tahun 2005, BUS mempunyai rata-rata 14,1050%,
di bawah rata-rata CAR UUS yaitu 14,9463%. Pada CAR tahun
2006 dan 2007, rata-rata CAR BUS juga di bawah rata-rata CAR
UUS. Dari data tersebut, untuk mengetahui terdapat perbedaan yang
signifikan (jelas dan nyata) atau tidak antara CAR tahun 2005
sampai 2007 dapat dilihat lebih lanjut pada TABEL IV.4.
TABEL IV.3 GROUP STATISTICS UNTUK CAR
BANK N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean BUS 2 14,1050 3,14663 2,22500
CAR05 UUS 8 14,9463 7,65314 2,70579 BUS 2 13,3950 1,18087 ,83500
CAR06 UUS 8 16,2625 4,67757 1,65377 BUS 2 11,5600 1,23037 ,87000
CAR07 UUS 8 17,2000 7,94929 2,81050
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
66
TABEL IV.4 INDEPENDENT SAMPLES T-TEST UNTUK CAR
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
F
Sig.
t
df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
Lower Upper
Equal variances assumed ,995 ,348 -,147 8 ,887 -,8412 5,72750 -14,04889 12,36639
CAR05 Equal variances not assumed -,240 4,682 ,820 -,8412 3,50313 -10,03347 8,35097
Equal variances assumed 1,770 ,220 -,825 8 ,433 -2,8675 3,47482 -10,88046 5,14546
CAR06 Equal variances not assumed -1,548 7,577 ,162 -2,8675 1,85262 -7,18152 1,44652
Equal variances assumed 6,452 ,035 -,958 8 ,366 -5,6400 5,88863 -19,21920 7,93920
CAR07 Equal variances not assumed -1,917 7,898 ,092 -5,6400 2,94207 -12,43969 1,15969
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
67
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terlihat bahwa
nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung untuk CAR tahun 2005
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,348 > 0,05 maka kedua varian kelompok BUS dan UUS
sama. Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances
assumed (diasumsikan kedua varian sama), dapat dilihat dari
TABEL IV.4 nilai -T hitung < -T tabel yaitu -0,147 < -2,306 dan P
value 0,887 > 0,05 maka H1 ditolak, jadi kinerja CAR antara BUS
dan UUS tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas), CAR
tahun 2006 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung dengan
equal variance assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah
0,220 > 0,05 maka kedua varian antara BUS dan UUS sama. Dengan
ini penggunaan Uji T menggunakan equal variance assumed
(diasumsikan kedua varian sama), dapat dilihat dari TABEL IV.4
bahwa nilai -T hitung < -T tabel yaitu -0,825 < -2,306 dan P
value 0,433 > 0,05 maka H1 ditolak, kinerja CAR antara BUS dan
UUS tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas),
CAR tahun 2007 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,035 < 0,05 maka kedua varian BUS dan UUS berbeda.
Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal variance not
assumed (diasumsikan kedua varian berbeda), dapat dilihat
68
TABEL IV.4 bahwa -T hitung < -T tabel yaitu -1,917 < -2,306 dan
P value 0,092 > 0,05 maka H1 ditolak.
Maka rata-rata CAR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
dari tahun 2005-2007 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
b. Analisis Aspek Kualitas Aktiva
Berdasarkan TABEL IV.5 dan TABEL IV.6 diperoleh hasil
perbandingan kinerja antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah menggunakan Uji Statistic Independent Sample T-Test.
Aspek Kualitas Aktiva dengan proxy Rasio Non Performing
Financing (NPF).
Pada bagian TABEL IV.5 terlihat ringkasan statistik dari kedua jenis
bank. Untuk NPF tahun 2005, BUS mempunyai rata-rata 3,1500%,
di atas NPF UUS 2,0450%. Rata-rata NPF BUS 2006 adalah
6,3500% di atas rata-rata NPF UUS 5,2000%. Tahun 2007 NPF rata-
rata untuk BUS 4,0900% sedangkan NPF UUS sebesar 2,8600%.
Dari data tersebut, untuk mengetahui terdapat perbedaan yang
signifikan (jelas dan nyata) atau tidak antara NPF tahun 2005 sampai
2007 dapat dilihat lebih lanjut pada TABEL IV.6.
TABEL IV.5 GROUP STATISTICS UNTUK NPF
BANK N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean BUS 2 3,1500 ,49497 ,35000
NPF05 UUS 8 2,0450 2,58986 ,91565 BUS 2 6,3500 ,83439 ,59000
NPF06 UUS 8 5,2000 6,50867 2,30116 BUS 2 4,0900 1,59806 1,13000
NPF07 UUS 8 2,8600 2,00531 ,70899
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
69
TABEL IV.6 INDEPENDENT SAMPLES T-TEST UNTUK NPF
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
Lower Upper
Equal variances assumed
1,536 ,250 ,575 8 ,581 1,1050 1,92022 -3,32303 5,53303 NPF05
Equal variances not assumed 1,127 8,000 ,292 1,1050 ,98027 -1,15552 3,36552
Equal variances assumed
2,770 ,135 ,239 8 ,817 1,1500 4,81887 -9,96234 12,26234 NPF06
Equal variances not assumed ,484 7,717 ,642 1,1500 2,37559 -4,36328 6,66328
Equal variances assumed ,342 ,575 ,794 8 ,450 1,2300 1,54876 -2,34145 4,80145
NPF07 Equal variances not assumed ,922 1,900 ,458 1,2300 1,33400 -4,80849 7,26849
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
70
Terlihat dari TABEL IV.6 bahwa nilai probabilitas (signifikansi)
pada F hitung (uji asumsi kesamaan varian) untuk Rasio NPF tahun
2005 dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian
sama) adalah 0,250 > 0,05 maka kedua varian kelompok BUS dan
UUS sama. Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal
variances assumed (diasumsikan kedua varian sama), berdasarkan
TABEL IV.6 nilai T hitung < T tabel yaitu 0,575 < 2,306 dan P value
0,581 > 0,05 maka H1 ditolak. Jadi kinerja Rasio NPF antara BUS
dan UUS tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
NPF tahun 2006 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,135 > 0,05 maka kedua varian antara BUS dan UUS sama.
Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances
assumed (diasumsikan kedua varian sama), berdasarkan TABEL
IV.4 nilai T hitung < T tabel yaitu 0,239 < 2,306 dan P value 0,817 >
0,05 maka H1 ditolak. Jadi kinerja Rasio NPF antara BUS dan UUS
tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
NPF tahun 2007 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,575 > 0,05 maka kedua varian BUS dan UUS sama. Dengan
ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama), berdasarkan TABEL IV.4 terlihat
bahwa nilai T hitung < T tabel yaitu 0,794 < 2,306 dan P value 0,450
71
> 0,05 maka H1 ditolak. Jadi kinerja NPF tahun 2007 antara BUS
dan UUS tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Maka rata-rata NPF Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
dari tahun 2005-2007 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
c. Analisis Aspek Rentabilitas
Berdasarkan TABEL IV.7 dan TABEL IV.8 diperoleh hasil
perbandingan kinerja antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah menggunakan Uji Statistic Independent Sample T-Test.
Aspek Rentabilitas diwakili dengan Rasio Return On Asset (ROA).
Pada bagian TABEL IV.7 terlihat ringkasan statistik dari kedua jenis
bank. Untuk ROA tahun 2005, BUS mempunyai rata-rata 2,1800%,
di atas ROA UUS 1,4163%. Rata-rata ROA BUS 2006 adalah
1,6000% diatas rata-rata ROA UUS -1,2625%. Tahun 2007 ROA
rata-rata untuk BUS 1,9000% sedangkan ROA UUS sebesar
1,0738%. Dari data tersebut, untuk mengetahui terdapat perbedaan
yang signifikan (jelas dan nyata) atau tidak antara ROA tahun 2005
sampai 2007 dapat dilihat lebih lanjut pada TABEL IV.8.
TABEL IV.7 GROUP STATISTICS UNTUK ROA
BANK N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean BUS 2 2,1800 ,49497 ,35000
ROA05 UUS 8 1,4163 5,38216 1,90288 BUS 2 1,6000 ,70711 ,50000
ROA06 UUS 8 -1,2625 8,38085 2,96308 BUS 2 1,9000 ,52326 ,37000
ROA07 UUS 8 1,0738 3,51697 1,24344
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-200
72
TABEL IV.8 INDEPENDENT SAMPLES T-TEST UNTUK ROA
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
Lower Upper
Equal variances assumed 1,276 ,291 ,192 8 ,853 ,7637 3,98256 -8,42006 9,94756
ROA05 Equal variances not assumed ,395 7,422 ,704 ,7637 1,93480 -3,75910 5,28660
Equal variances assumed 1,141 ,317 ,462 8 ,657 2,8625 6,20087 -11,43674 17,16174
ROA06 Equal variances not assumed ,953 7,363 ,371 2,8625 3,00497 -4,17280 9,89780
Equal variances assumed ,809 ,395 ,317 8 ,759 ,8263 2,60494 -5,18076 6,83326
ROA07 Equal variances not assumed ,637 7,863 ,542 ,8263 1,29732 -2,17447 3,82697
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
73
Berdasarkan dari TABEL IV.8, hasil pengujian asumsi kesamaan
varian (homogenitas) bahwa nilai probabilitas (signifikansi) pada F
hitung untuk ROA tahun 2005 dengan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama) adalah 0,291 > 0,05 maka kedua
varian kelompok BUS dan UUS sama. Dengan ini penggunaan Uji T
menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian
sama), nilai T hitung < T tabel yaitu 0,192 < 2,306 dan P value 0,853
> 0,05 maka H1 ditolak. Jadi kinerja Rasio ROA tahun 2005 antara
BUS dan UUS tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) ROA tahun
2006, berdasarkan nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,317 > 0,05 maka kedua varian antara kelompok BUS dan
UUS sama. Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal
variances assumed (diasumsikan kedua varian sama), nilai T hitung
< T tabel yaitu 0,462 < 2,306 dan P value 0,657 > 0,05 maka H1
ditolak. Jadi kinerja Rasio ROA tahun 2006 antara BUS dan UUS
tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap ROA
tahun 2007 terlihat nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,395 > 0,05 maka kedua varian BUS dan UUS sama. Dengan
ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama), dapat dilihat pada TABEL IV.8
74
bahwa nilai T hitung < T tabel yaitu 0,317 < 2,306 dan P value 0,759
> 0,05 maka H1 ditolak. Jadi kinerja Rasio ROA tahun 2006 antara
BUS dan UUS tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Maka rata-rata ROA Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
dari tahun 2005-2007 tidak terdapat perbedaanyang signifikan.
d. Analisis Aspek Likuiditas
Berdasarkan TABEL IV.9 dan TABEL IV.10 diperoleh hasil
perbandingan kinerja antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah menggunakan Uji Statistic Independent Sample T-Test.
Aspek Liquiditas diwakili dengan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Pada bagian TABEL IV.9 terlihat ringkasan statistik dari kedua jenis
bank. Untuk FDR tahun 2005, BUS mempunyai rata-rata 86,0850%,
di bawah FDR UUS 170,8688%. Rata-rata FDR BUS 2006 adalah
86,8900% dan FDR UUS 152,6275%. Tahun 2007 FDR rata-rata
untuk BUS 96,0700% sedangkan FDR UUS sebesar 156,0763%.
Dari data tersebut, untuk mengetahui terdapat perbedaan yang
signifikan (jelas dan nyata) atau tidak antara FDR tahun 2005 sampai
2007 dapat dilihat lebih lanjut pada TABEL IV.10.
75
TABEL IV.9 GROUP STATISTICS UNTUK FDR
BANK N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BUS 2 86,0850 4,23557 2,99500 FDR05
UUS 8 170,8688 113,69951 40,19885 BUS 2 86,8900 4,65276 3,29000
FDR06 UUS 8 152,6275 81,45663 28,79927 BUS 2 96,0700 4,36992 3,09000
FDR07 UUS 8 156,0763 71,06165 25,12409
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
TABEL IV.10 INDEPENDENT SAMPLES T-TEST UNTUK FDR
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
Lower Upper
Equal variances assumed 4,472 ,067 -1,008 8 ,343 -84,7838 84,09026 -278,69623 109,12873
FDR05 Equal variances not assumed -2,103 7,076 ,073 -84,7838 40,31027 -179,89415 10,32665
Equal variances assumed 6,019 ,040 -1,091 8 ,307 -65,7375 60,25203 -204,67892 73,20392
FDR06 Equal variances not assumed -2,268 7,175 ,057 -65,7375 28,98658 -133,94178 2,46678
Equal variances assumed 6,467 ,035 -1,142 8 ,287 -60,0063 52,56499 -181,22134 61,20884
FDR07
Equal variances not assumed -2,371 7,202 ,049 -60,0063 25,31339 -119,52452 -,48798
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
76
Berdasarkan TABEL IV.10, pengujian asumsi kesamaan varian
(homogenitas) terlihat nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
untuk FDR tahun 2005 dengan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama) adalah 0,067 > 0,05 maka kedua
varian kelompok BUS dan UUS sama. Dengan ini penggunaan Uji T
menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian
sama), maka nilai -T hitung < -T tabel yaitu -1,008 < -2,306 dan P
value 0,343 > 0,05 maka H1 ditolak. Jadi kinerja FDR tahun 2005
antara BUS dan UUS tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap FDR
tahun 2006 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung dengan
equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah
0,040 < 0,05 maka kedua varian antara BUS dan UUS berbeda.
Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances not
assumed (diasumsikan kedua varian berbeda), nilai -T hitung < -T
tabel yaitu -2,268 < -2,306 dan P value 0,057 > 0,05 maka H1
ditolak. Jadi kinerja FDR tahun 2005 antara BUS dan UUS tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap FDR
tahun 2007 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung dengan
equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah
0,035 < 0,05 maka kedua varian BUS dan UUS berbeda. Dengan ini
penggunaan Uji T menggunakan equal variances not assumed
(diasumsikan kedua varian berbeda), maka terlihat nilai -T hitung < -
77
T tabel yaitu -2,371 < -2,306 dan nilai P value 0,049 < 0,05 maka H1
diterima. Jadi kinerja FDR tahun 2007 antara BUS dan UUS tidak
terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan TABEL IV.10,
perbedaan rata-rata (mean difference) tahun 2007 adalah sebesar
60,0063 (selisih antara 156,0763 dengan 96,0700), dan perbedaan
tersebut berkisar antara -119,525 sampai -0,48798 (terlihat pada
kolom lower dan upper).
Maka rata-rata FDR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
dari tahun 2005 sampai 2006 tidak terdapat perbedaan yang
signifikan sedangkan pada tahun 2007 terdapat perbedaan yang
signifikan.
e. Analisis Aspek Sensitivitas terhadap Risiko Pasar
Berdasarkan TABEL IV.11 dan TABEL IV.12 diperoleh hasil
perbandingan kinerja antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah menggunakan Uji Statistic Independent Sample T-Test.
Aspek Sensitivitas terhadap Risiko Pasar dengan proxy Rasio Ekses
Modal dibanding Potensial Loss (MR).
Pada bagian TABEL IV.11 terlihat ringkasan statistik dari kedua
jenis bank. Untuk MR tahun 2005, BUS mempunyai rata-rata
2,5600%, diatas MR UUS 0,4425%. Rata-rata MR BUS 2006 adalah
8,0850% diatas MR UUS yaitu 0,0950%. Tahun 2007 MR rata-rata
untuk BUS 4,0350% sedangkan MR UUS sebesar 0,0700%. Dari
data tersebut, untuk mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan
78
(jelas dan nyata) atau tidak antara MR tahun 2005 sampai 2007 dapat
dilihat lebih lanjut pada TABEL IV.12.
TABEL IV.11 GROUP STATISTICS UNTUK MR
BANK N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean BUS 2 3,8650 4,20729 2,97500
MR05 UUS 8 1,4575 1,69999 ,60104 BUS 2 8,3500 ,18385 ,13000
MR06 UUS 8 ,8413 1,35775 ,48004 BUS 2 6,5650 7,36098 5,20500
MR07 UUS 8 ,7138 1,39447 ,49302
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
79
TABEL IV.12 INDEPENDENT SAMPLES T-TEST UNTUK MR
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
Lower Upper
Equal variances assumed 8,258 ,021 1,399 8 ,200 2,4075 1,72144 -1,56215 6,37715
MR05 Equal variances not assumed ,793 1,083 ,565 2,4075 3,03511 -29,82597 34,64097
Equal variances assumed 1,912 ,204 7,469 8 ,000 7,5088 1,00539 5,19032 9,82718
MR06 Equal variances not assumed 15,098 7,772 ,000 7,5088 ,49733 6,35602 8,66148
Equal variances assumed 44,857 ,000 2,542 8 ,035 5,8512 2,30142 ,54416 11,15834
MR07 Equal variances not assumed 1,119 1,018 ,462 5,8512 5,22830 -57,86625 69,56875
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
80
Berdasarkan Tabel IV.12, pengujian asumsi kesamaan varian
(homogenitas) terlihat nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
untuk MR tahun 2005 dengan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama) adalah 0,035 < 0,05 maka kedua
varian kelompok BUS dan UUS berbeda. Dengan ini penggunaan
Uji T menggunakan equal variances not assumed (diasumsikan
kedua varian berbeda), maka dapat dilihat nilai T hitung < T tabel
yaitu 0,793 < 2,306 dan P value 0,565 > 0,05 maka H1 ditolak. Jadi
kinerja MR pada tahun 2005 antara BUS dan UUS tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap MR
tahun 2006 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung dengan
equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah
0,204 > 0,05 maka kedua varian antara BUS dan UUS sama. Dengan
ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama), maka dapat dilihat nilai T hitung
> T tabel yaitu 7,469 > 2,306 dan P value 0 < 0,05 maka H1 diterima
sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja MR BUS
dan UUS. Berdasarkan TABEL IV.12, perbedaan rata-rata (mean
difference) tahun 2006 sebesar 7,5087 (selisih antara 8,3500 dengan
0,8413), dan perbedaan berkisar antara 5,19032 sampai 9,82718
(terlihat pada kolom lower dan upper).
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap MR
tahun 2007 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung dengan
81
equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah 0
< 0,05 maka kedua varian BUS dan UUS berbeda. Dengan ini
penggunaan Uji T pada tahun 2007 menggunakan equal variances
not assumed (diasumsikan kedua varian berbeda) maka nilai T
hitung > T tabel yaitu 2,542 > 2,306 dan P value 0,035 < 0,05 maka
H1 diterima. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean difference) pada
tahun 2007 adalah sebesar 5,8512 (selisih antara 6,5650 dengan
0,7138), dan perbedaan berkisar antara 0,54416 sampai 11,15834
(lihat kolom lower dan upper).
Maka rata-rata MR Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
tahun 2005 tidak terdapat perbedaan yang signifikan sedangkan pada
tahun 2006 dan 2007 terdapat perbedaan yang signifikan.
f. Analisis KINERJA secara keseluruhan
Berdasarkan TABEL IV.13 dan TABEL IV.14 diperoleh hasil
perbandingan kinerja secara keseluruhan antara Bank Umum Syariah
dengan Unit Usaha Syariah menggunakan Uji Statistic Independent
Sample T-Test.
Pada bagian TABEL IV.13 terlihat ringkasan statistik dari kedua
jenis bank. Untuk KINERJA secara keseluruhan tahun 2005, BUS
mempunyai rata-rata 2,5600%, diatas KINERJA UUS 0,4425%.
KINERJA tahun 2006, rata-rata KINERJA BUS juga di atas rata-rata
KINERJA UUS yaitu 8,0850% dan UUS 0,0950%. Tahun 2007 rata-
rata KINERJA secara keseluruhan untuk BUS 4,0350% sedangkan
KINERJA UUS sebesar 0,0700%. Dari data tersebut, untuk
82
mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan (jelas dan nyata) atau
tidak antara KINERJA tahun 2005 sampai 2007 dapat dilihat lebih
lanjut pada TABEL IV.14.
TABEL IV.13 GROUP STATISTICS UNTUK KINERJA
BANK N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BUS 2 21,8800 2,31931 1,64000 KINERJ05
UUS 8 38,4475 22,81183 8,06520 BUS 2 23,3150 ,75660 ,53500
KINERJ06 UUS 8 32,2975 20,67178 7,30858 BUS 2 24,0350 1,88798 1,33500
KINERJ07 UUS 8 35,3175 14,45812 5,11172
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
83
TABEL IV.14 INDEPENDENT SAMPLES T-TEST UNTUK KINERJA
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference Std. Error Difference
Lower Upper
Equal variances assumed 4,454 ,068 -,981 8 ,355 -16,5675 16,88203 -55,49752 22,36252
KINERJ05 Equal variances not assumed -2,013 7,501 ,081 -16,5675 8,23025 -35,76849 2,63349
Equal variances assumed 3,750 ,089 -,588 8 ,573 -8,9825 15,28845 -44,23773 26,27273
KINERJ06 Equal variances not assumed -1,226 7,074 ,260 -8,9825 7,32813 -26,27420 8,30920
Equal variances assumed 9,156 ,016 -1,054 8 ,323 -11,2825 10,70494 -35,96813 13,40313
KINERJ07 Equal variances not assumed -2,136 7,736 ,066 -11,2825 5,28317 -23,53839 ,97339
Sumber: Data Sekunder yang Diolah (2005-2007).
84
Berdasarkan TABEL IV.14, pengujian asumsi kesamaan varian
(homogenitas) terlihat bahwa nilai probabilitas (signifikansi) pada F
hitung untuk KINERJA tahun 2005 dengan equal variances assumed
(diasumsikan kedua varian sama) adalah 0,068 > 0,05 maka kedua
varian kelompok BUS dan UUS sama. Dengan ini penggunaan Uji T
menggunakan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian
sama), maka dapat dilihat nilai -T hitung < -T tabel yaitu -0,981 < -
2,306 dan P value 0,355 > 0,05 maka H1 ditolak. Jadi KINERJA
tahun 2005 antara BUS dan UUS tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap
KINERJA tahun 2006 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung
dengan equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama)
adalah 0,089 > 0,05 maka kedua varian antara BUS dan UUS sama.
Dengan ini penggunaan Uji T menggunakan equal variances
assumed (diasumsikan kedua varian sama), maka dapat dilihat nilai -
T hitung < -T tabel yaitu -0,588 < -2,306 dan P value 0,573 > 0,05
maka H1 ditolak. Jadi KINERJA tahun 2006 antara BUS dan UUS
tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Pengujian asumsi kesamaan varian (homogenitas) terhadap Kinerja
tahun 2007 nilai probabilitas (signifikansi) pada F hitung dengan
equal variances assumed (diasumsikan kedua varian sama) adalah
0,016 < 0,05 maka kedua varian BUS dan UUS berbeda. Dengan ini
penggunaan Uji T menggunakan equal variances assumed
85
(diasumsikan kedua varian sama), maka dapat dilihat nilai -T hitung
< -T tabel yaitu -2,136 < -2,306 dan P value 0,066 > 0,05 maka H1
ditolak. Jadi KINERJA tahun 2007 antara BUS dan UUS tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Maka rata-rata KINERJA secara keseluruhan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah dari tahun 2005-2007 tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa:
1. Aspek Permodalan
Hasil analisis pada hipotesis pertama menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja CAR antara BUS dan UUS pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2007. Hal ini karena tingkat signifikansi CAR >
0,05 sehingga menolak H1. Selain itu berdasarkan hasil analisis
deskriptif terhadap CAR selama periode penelitian, dari 2 jenis bank
tersebut, secara kuantitaif Unit Usaha Syariah memiliki kinerja CAR
lebih tinggi walaupun terdapat selisih kecil dibandingkan Bank Umum
Syariah. CAR merupakan aspek penting dalam rangka pengembangan
usaha dan menampung kerugian, sehingga semakin tinggi nilai CAR
mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal cukup baik dalam
menunjang kebutuhan modalnya.
86
Hasil analisis yang dilakukan peneliti tidak mendukung hasil
penelitian Eva Maria Ulfa (2002-2005) dan Tri Mulyani (2005-2006)
karena tahun yang dijadikan acuan dalam penelitian dan pada saat
tersebut Bank Syariah di Indonesia belum mengalami perkembangan
yang pesat. Disamping itu unit usaha syariah cenderung memiliki modal
yang lebih kecil dibandingkan Bank Umum syariah dan aset-aset yang
berisiko harus menghasilkan pendapatan sehingga tidak perlu menekan
permodalan. Berbeda pula dengan hasil penelitian Ema Rindawati, CAR
bank syariah dan bank konvensional cenderung berbeda. Bank
konvensional memiliki modal yang kuat dibanding bank syariah dan
bank konvensional jauh lebih lama berkiprah di dunia perbankan
sehingga tingkat kepercayaan dan jumlah nasabah jauh lebih banyak
dibandingkan bank syariah.
2. Aspek Kualitas Aktiva
Hasil analisis pada hipotesis kedua menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja NPF antara BUS dan UUS pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2007. Karena tingkat signifikan NPF > 0,05
sehingga menolak H1. Selain itu berdasarkan hasil analisis deskriptif
terhadap NPF selama periode penelitian, dari 2 jenis bank tersebut, Unit
Usaha Syariah dan Bank Umum Syariah tidak terdapat perbedaan yang
signifikan walaupun secara kuantitatif terdapat selisih diantara keduanya.
Dalam analisis penelitian ini, didapatkan NPF pada BUS dan UUS
masih pada kondisi ideal jika dilihat dari ketentuan BI, NPL/NPF
dibawah 5% dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Penelitian ini
87
tidak mendukung penelitian Ema Rindawati NPF bank syariah (sampel
BSM dan BMI) lebih bagus tetapi pada penelitian kali ini BUS (diwakili
BSM dan BMI) NPF lebih tinggi dari UUS. Perbedaan ini disebabkan
adanya pengaturan lebih baik atas pembiayaan pada bank syariah dan
penerapan KYC (Know Your Customer) pada masing-masing bank.
Sedangkan penelitian ini mendukung hasil penelitian Tri Mulyani yaitu
tidak terdapat perbedaan pada Rasio NPL/NPF secara signifikan karena
tahun acuan dalam penelitian hampir sama.
3. Aspek Rentabilitas
Hasil analisis pada hipotesis ketiga menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja ROA antara BUS dan UUS pada tahun 2005
sampai dengan tahun 2007. Karena tingkat signifikan ROA > 0,05
sehingga menolak H1. Selain itu berdasarkan hasil analisis deskriptif
terhadap ROA selama periode penelitian, dari 2 jenis bank tersebut,
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah memiliki rata-rata ROA
yang tidak jauh berbeda, secara kuantitatif lebih tinggi BUS daripada
UUS.
Penelitian ini mendukung penelitian Tri Mulyani terdapat
kesamaan hasil penelitian. Sedangkan Pada penelitian kali ini tidak
mendukung dengan penelitian-penelitian lain sebelumnya. Hal ini karena
kemampuan BUS dan UUS dalam memperoleh laba berdasarkan aset
dan modal yang dimiliki hampir sama kuat. Pada masa setelah tahun
2000, bank syariah banyak memperoleh perhatian, apalagi masa
88
sekarang jauh lebih baik dalam permodalan dan aset yang dimiliki BUS
dan UUS dibandingkan bank konvensional.
4. Aspek Likuiditas
Hasil analisis pada hipotesis keempat menyatakan bahwa terdapat
perbedaan kinerja FDR antara BUS dan UUS pada tahun 2007. Karena
tingkat signifikan FDR < 0,05 sehingga menerima H1. Sedangkan pada
tahun 2005 sampai dengan 2006 FDR BUS dengan UUS tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Hasil analisis peneliti kali ini tidak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Eva Maria Ulfa, LDR/FDR yaitu tidak terdapat
perbedaan baik jika dibandingkan antara BUS dengan UUS atau BUS
dengan bank konvensional. FDR yang ideal menurut ketentuan BI
adalah 85%-110%, ini bisa menjadi pemicu FDR pada setiap jenis bank
tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitian tahun 2007 mendukung
penelitian Ema Rindawati dan Tri Mulyani dengan hasil bahwa
LDR/FDR terdapat perbedaan yang signifikan.
5. Sensitivitas terhadap Risiko Pasar
Hasil analisis pada hipotesis kelima menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja MR tahun 2005 antara BUS dan UUS,
sedangkan kinerja MR antara BUS dan UUS pada tahun 2006 sampai
dengan tahun 2007 terdapat perbedaan yang signifikan. Karena tingkat
signifikan MR < 0,05 sehingga menerima H1. Selain itu berdasarkan
hasil analisis deskriptif terhadap MR selama periode penelitian, dari 2
jenis bank tersebut, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
89
memiliki kinerja yang kurang bagus sehingga semakin rendah nilai MR
mengindikasikan bahwa bank tidak meng-cover modal untuk risiko
pasar dengan baik.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Yunanto
Adi Kusumo bahwa Rasio MR masih sangat buruk terdapat perbedaan
yang signifikan. Penerapan manajemen risiko tidak efektif dan tidak
konsisten.
6. KINERJA secara keseluruhan
Hasil analisis pada hipotesis keenam menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan atas KINERJA secara keseluruhan
antara BUS dan UUS pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Tetapi jika
dilihat secara kuantitatif KINERJA BUS lebih kecil dibandingkan UUS.
Hasil penelitian kali ini tidak mendukung penelitian Ema
Rindawati, karena penelitian Ema Rindawati mengambil sampel
penelitian BUS (BSM dan BMI) dengan beberapa bank konvensional.
Sedangkan penelitian kali ini membandingkan BUS dan UUS. Tetapi
secara kuantitatif ada perbedaan dalam hasil penelitian. Penelitian Ema
Rindawati BUS (BSM dan BMI) lebih tinggi mean kinerjanya
dibandingkan bank konvensional tetapi penelitian kali ini mean kinerja
BUS (BMI dan BSM) lebih rendah dibandingkan UUS.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis uji statistic
independent sample T-Test yang mengacu pada masalah dan tujuan
penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Aspek Permodalan dengan proxy CAR (Capital Adequacy Rate) pada
tahun 2005-2007 menunjukkan antara Bank Umum Syariah dengan Unit
Usaha Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Walaupun
secara kuantitatif CAR pada Bank Umum Syariah dibawah Unit Usaha
Syariah.
2. Aspek Kualitas Aktiva dengan proxy Rasio NPF (Non Performing
Financing) pada tahun 2005-2007 antara Bank Umum Syariah dengan
Unit Usaha Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Walaupun
secara kuantitatif, Rasio NPF pada Bank Umum Syariah diatas Unit
Usaha Syariah.
3. Aspek Rentabilitas dengan proxy rasio ROA (Return on Asset) pada
tahun 2005-2007 antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Walaupun secara
kuantitatif Rasio ROA pada Bank Umum Syariah diatas Unit Usaha
Syariah.
4. Aspek Likuiditas dengan proxy FDR (Financing to Deposit Ratio) pada
tahun 2005-2006 antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
91
Syariah tidak terdapat perbedaan yang signifikan, kecuali pada tahun
2007. Pada tahun 2007 terdapat perbedaan yang signifikan, Bank Umum
Syariah memiliki FDR yang lebih baik dibandingkan dengan Unit Usaha
Syariah.
5. Aspek Sensitivitas terhadap Risiko Pasar dengan proxy MR pada tahun
2006-2007 antara Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah
terdapat perbedaan yang signifikan, kecuali tahun 2005. Pada tahun
2006-2007 terdapat perbedaan yang signifikan, Bank Umum Syariah
memiliki rasio MR yang lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan
Unit Usaha Syariah walaupun keduanya masih sangat kurang dalam
penyediaan modal untuk meng-cover kerugian akibat nilai tukar.
6. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan dengan proxy KINERJA
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara KINERJA Bank Umum
Syariah dibandingkan dengan Unit Usaha Syariah. Secara umum jika
dilakukan pemeringkatan terhadap 10 bank berdasarkan mean kinerja,
maka diperoleh rating sebagai berikut:
92
TABEL V.1 PERINGKAT PER TAHUN BUS DAN UUS
BERDASARKAN MEAN KINERJA TAHUN 2005-2007
Peringkat per Tahun Bank 2005 2006 2007
BMI Peringkat 7 Peringkat 9 Peringkat 6 BSM Peringkat 9 Peringkat 6 Peringkat 8 BNI Peringkat 8 Peringkat 5 Peringkat 7 BRI Peringkat 3 Peringkat 1 Peringkat 2 Bukopin Peringkat 4 Peringkat 4 Peringkat 5 BII Peringkat 6 Peringkat 8 Peringkat 9 Bank DKI Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Danamon Peringkat 5 Peringkat 7 Peringkat 10 Bank JABAR Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 HSBC Peringkat 10 Peringkat 10 Peringkat 1
Sumber : Data Sekunder yang diolah (2005-2007).
Berdasarkan TABEL V.1 diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa
bank yang selalu memperbaiki kinerja keuangannya dan ada beberapa
bank yang kinerja keuangan secara keseluruhan lebih rendah atau
mengalami penurunan secara kuantitatif.
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan keterbatasan-keterbatasan
yang tidak terlalu berpengaruh antara lain:
1. Jangka waktu analisis yang pendek yaitu 3 tahun kemungkinan akan
menyebabkan hasil yang diperoleh kurang akurat untuk menganalisis
kinerja jangka panjang perbankan, sehingga untuk penelitian di masa
yang akan datang sebaiknya jangka waktu yang digunakan lebih panjang
dan dengan catatan ekonomi negara dalam kondisi yang stabil.
93
2. Penelitian ini sangat tergantung pada laporan keuangan yang diterbitkan
perbankan sehingga keakuratan dari hasil penelitian ini juga tergantung
pada keakuratan laporan keuangan yang diterbitkan bank tersebut.
C. Saran
Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini dan manfaat yang ingin
dicapai, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Bank Umum Syariah
Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah. Untuk
meningkatkan rasio-rasio yang mengalami penurunan, BUS perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Aspek Permodalan BUS dilihat dari proxy CAR dapat ditingkatkan
dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih
memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit.
Usahakan setiap aset yang berisiko tersebut menghasilkan
pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan permodalan. Tetap
berusaha mempertahankan CAR pada batas minimum yang sudah
ditetapkan Bank Indonesia (BI) yaitu 8%.
b. Aspek Kualitas Aktiva dengan proxy NPF dapat ditingkatkan
dengan penyaluran dana pihak ketiga secara optimal dalam bentuk
aktiva produktif. Dalam melakukan pembiayaan usaha harus lebih
selektif dengan memperhatikan prinsip 5 C (Character, Capability,
Collateral, Condition, serta Capital) pada masing-masing nasabah
94
bank. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia (BI) Rasio NPF
dikatakan baik dengan batas maksimum 5%.
2. Bagi Unit Usaha Syariah
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja antara
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tetapi perlu ada
peningkatan dalam beberapa aspek seperti pada:
a. Aspek Rentabilitas dengan proxy ROA, dengan meningkatnya
simpanan dana pihak ketiga maka manajemen sebaiknya
memaksimalkan likuiditas yang dimiliki pada pembiayaan yang
produktif. Sehingga dengan meningkatnya aktiva produktif akan
meningkatkan pula pendapatan.
b. Aspek Likuiditas dengan proxy FDR, jika likuiditas yang dimiliki
terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya ketimpangan cukup
besar antara simpanan pihak ketiga dengan pembiayaan yang
disalurkan, sehingga menyebabkan bank tidak kompetitif. Oleh
karena itu, Unit Usaha Syariah lebih baik menyalurkan
likuiditasnya pada pembiayaan-pembiayaan yang produktif, agar
dapat meningkatkan pendapatannya.
c. Aspek Sensitivitas terhadap risiko Pasar dengan proxy MR. Aspek
ini sangat buruk dan sebaiknya dilakukan perbaikan kinerja.
Kedepannya besar gap position valas antara pasiva dengan aktiva
harus seimbang, agar risiko nilai tukar dapat diminimalkan.
95
3. Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini hanya menggunakan 5 rasio sebagai proxy masing-
masing aspek CAMELS dalam mengukur kinerja perbankan, maka
sebaiknya peneliti yang akan datang menggunakan lebih banyak rasio
untuk mengukur kinerjanya. Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan
datang juga memperbanyak sampelnya, agar hasilnya lebih
tergeneralisasi. Selain itu peneliti yang akan datang juga menambah
jangka waktu tahun analisis agar lebih tahu besar peningkatan atau
penurunan dari masing-masing rasio yang mewakili aspek CAMELS.
96
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica & Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio Camel terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7, No. 2, Nopember 2005.
Antapani, Aldi. 2008. Future is Today-Beda Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah. Diambil melalui internet http://www.futureistoday.com. Diakses pada tanggal 28 April 2009.
Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. Bank Indonesia. 1998. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia.
. 2008. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Jakarta: Bank Indonesia.
. 2007. Laporan Pengawasan Perbankan 2007. Jakarta: Bank
Indonesia.
. 2007. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2007. Jakarta: Bank Indonesia.
. 2005-2007. Laporan Keuangan Publikasi Bank Syariah.
Diambil melalui internet http://www.bi.go.id/. Diakses pada tanggal Maret 2009.
Bastian, Indra & Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan Buku 2. Jakarta :
Salemba Empat.
Farouk, Umar. 2007. Omperi: Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia (Esei Hukum Peri Umar Farouk). Diambil melalui internet http://wikidot.com/omperi:sejarahperkembanganHukumPerbankan SyariahdiIndonesia. Diakses pada tanggal 16 Desember 2008.
Hassan, M. Kabir & Abdus Samad. 2000. The Performance of Malaysian
Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study. International Journal of Islamic Financial Services Vol.1, No.3.
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Keenam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
97
. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Moin, Muhammad Shehzad. 2008. Performance of Islamic Banking and Conventional Banking in Pakistan: A Comparative Study. International Journal of Islamic Financial Services Vol.1, No.3.
Muljawan, Dadang. 2002. A Design for Islamic Banking Rating System: An
Integrated Approach. Research Economist, Bank Indonesia. Mulyani, Tri. 2008. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah, Bank Umum yang Membuka Unit Syariah, dan Bank Konvensional. Surakarta: Jurusan Manajemen, Universitas Sebelas Maret (Unpublish).
Perwataatmadja, Karnaen A. Hukum UUS. Diambil melalui internet
http://www.pkesinterkatif.com/kantorberitaekonomisyariah. Diakses pada tanggal 27 April 2009.
Qomariyah, Nurul. 2009. BI Wajibkan Unit Usaha Syariah Dipisah dari Bank
Induk. Diambil melalui internet http://www.detikfinance.com. Diakses pada tanggal 28 April 2009.
Rachmanto, Hernawa. 2006. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah dengan
Menggunakan Metode Camel (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Rashid, Hassan. 2008. The Performance Of Pakistani Islamic Bank During
1999-2006: An Exploratory Study. PhD Scholar at Mohammad Ali Jinnah Universty, Islamabad.
Rindawati, Ema. 2007. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Perbankan Konvensional. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Rosly, Saiful Azhar & Mohdi Afandi Abu Bakar. 2003. Performance of Islamic
and Mainstream Banks in Malaysia. International Journal of Social Economics Vol. 30 No. 12, page 1249-1265.
Samad, Abdus. 2004. Performance of Interest-free Islamic banks vis-à-vis
Interest-based Conventional Banks of Bahrain. IIUM Journal of Economics and Management 12, no.2: 1-15.
98
Sarker, Abdul Awwal. Camels Rating System in the Context of Islamic Banking: a Proposed ‘S’ for Shariah Framework. International Journal of Islamic Financial Services, Vol. 1, No.3.
Sufian, Fadzlan & Abdul Majid, Muhamed Zulkhibri. 2007. Bank Ownership,
Characteristics and Performance: A Comparative Analysis of Domestic and Foreign Islamic Banks in Malaysia. MPRA Paper No. 12131, posted 12 Desember 2008.
Supriyanto, Bambang & AM. Susilo. 2007. Modul Laboratorium Statistika.
Surakarta: Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Sebelas Maret (Unpublish).
Tim Praktisi Bank-Bank Syariah. 2002. Short Course Bank Syariah. Surakarta:
The Sharia Banking Training Center. Ulfa, Eva Maria. 2006. Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah Bank Konvensional di Indonesia. http://www.adln.lib.uanair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007ulfaevamar-4273&PHPSESSID=dd2cc1da310370d55fcbeb92ddaa70d7, dipublikasikan oleh Airlangga University Library, Surabaya. Diakses pada tanggal 29 April 2009.
Wiroso. 2004. Konsep Dasar Perbankan Syariah. Disampaikan pada Seminar
Perbankan Syariah Politeknik Negeri Semarang: 1 Juli 2004. Wulandari, Novita. 2004. Keunggulan Komparatif Bank Syariah. Suara
Merdeka: Senin 22 Nopember 2004.