1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Sejarah PT. Chevron Pacific Indonesia
Pada tahun 1924, tim survei eksplorasi yang bernama Standard Oil Company
of California (SOCAL) dan Texas Oil Company (Texaco) membentuk sebuah
perusahaan patungan yang berlokasi di Sumatera Tengah. Usaha yang dilakukan
oleh tim eksplorasi SOCAL tersebut sempat terhenti, karena Indonesia pada
waktu itu masih berada di bawah penjajahan Belanda. Akan tetapi, usaha
eksplorasi tersebut tidak berhenti total karena pada bulan Juni 1930 tim tersebut
membentuk Naamloze Vennootschap (NV) Nederlandsche Pacific Petroleum
Matschappij (NPPM) (Sumber : Wikipedia). Pada tahun 1935, NPPM mendapat
hak konsensi tanah seluas lebih kurang 600.000 hektar di Sumatera Tengah yang
belum banyak dieksplorasi dan masih dianggap kurang memberikan harapan bagi
pemerintahan Hindia Belanda. Daerah yang ditawarkan merupakan daerah yang
sebenarnya tidak dikehendaki oleh NPPM itu sendiri dan dianggap kurang dapat
memberikan harapan bagi pemerintah Hindia Belanda. Walapun bukan
merupakan daerah yang tidak dikehendaki oleh NPPM, kegiatan ekplorasi tetap
akan dijalankan pada daerah tersebut.
Tahun 1936, TEXACO Inc. (Perusahaan yang beralokasi di Texas, AS)
bersama-sama dengan SOCAL sepakat untuk bergabung dan membentuk
perusahaan California-Texas Petroleum Corporation (CALTEX). Hasil
penelitian kegiatan geofisika yang dilakukan sekitar tahun 1936-1937
menunjukan bahwa prospek minyak yang lebih besar terletak di daerah selatan.
Kegiatan eksplorasi yang pertama kalinya dilakukan sekitar bulan April 1939
di lapangan Kubu 1. Tahun 1940, ditemukan lapangan minyak bumi di Sebanga
yang merupakan penemuan lapangan minyak yang pertama di daerah Riau. Pada
bulan November 1940, ditemukan lagi lapangan minyak baru di daerah Rantau
Bais dan disusul di daerah Duri pada bulan Maret 1941. Pada tahun 1942, Mercu
Bor siap dipasang di lapangan minyak di Minas I. Karena pecah PD II, kegiatan
pemasangan Mercu Bor tersebut terhenti.
1
2
Kegiatan eksplorasi pada tahun-tahun selanjutnya dilakukan oleh Jepang. Hal
ini dapat dilihat dari data yang ada dan mengidentifikasikan bahwa proses
pengeboran selesai dilakukan pada saat pendudukan Jepang atas Indonesia.
Pengeboran yang dilakukan oleh Jepang merupakan satu-satunya sumur wild cat
di Indonesia selama PD II yang mempunyai kedalaman 2.623 kaki (± 787 m).
Kegiatan Jepang ini tidak berlangsung lama karena pecah perang kemerdekaan
sehingga pada tahun 1946 kegiatan ini terhenti.
Setelah perang berakhir, kegiatan eksplorasi dipusatkan untuk pengembangan
lapangan Minas. Pada tahun 1950, pemerintahan RI mulai mempelajari dan
menyusun suatu undang-undang yang mengatur masalah pertambangan.
Berdasarkan undang-undang pertambangan yang telah terbentuk, maka pada
bulan Januari 1951 pemerintah RI memberi izin berdirinya Caltex Pacific Oil
Company (CPOC) untuk melanjutkan kegiatan NPPM. Setelah setahun, CPOC
memproduksi minyak bumi di lapangan Minas. Pada tanggal 20 April 1952,
diadakan pengapalan pertama Minas Crude dari Perawang menyusuri Sungai Siak
menuju Pakning di Selat Malaka. Hasil ekspor tersebut antara lain adalah
pengembangan lapangan Duri, pembangunan jalan, dan pemasangan pipa saluran
(shipping line) yang mempunyai garis tengah 60 cm dan 70 cm sepanjang 120 km
dari Minas melintasi rawa sampai ke Dumai, mencakup pula pembangunan
stasiun-stasiun pengumpul dan stasiun pompa pusat di Duri maupun di Dumai
serta kompleks perumahan dan perbengkelan di Duri maupun di Dumai.
Tahun 1957, Presiden Soekarno mengeluarkan suatu perintah untuk
menasionalisasi perusahan penghasil minyak di Indonesia yang dimiliki oleh
modal Belanda. Walaupun perintah Presiden Soekarno pada saat itu terbatas
hanya pada perusahaan penghasil minyak Belanda, namun secara tidak langsung
keputusan tersebut mengancam kedudukan Caltex sebagai salah satu penghasil
minyak asing terbesar di Indonesia. Pada tahun 1950-an, Caltex telah
menginvestasikan modalnya di Indonesia yang besar sebagai penghasil minyak
terbesar di dunia. Menjelang tahun 1958, produksi minyak Caltex hampir
mencapai 200.000 barrel per hari.
3
Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia memberlakukan undang-undang
nomor 44 tahun 1960 mengenai pengaturan dana pembagian wilayah kerja CPOC,
yaitu seluruh wilayah konsensi NPPM (Rokan I blok dan Rokan III blok seluas
9.030 km2) dikembalikan oleh Caltex pada pemerintah Republik Indonesia, tetapi
pelaksanaan operasi wilayah tetap dikerjakan oleh Caltex yang pada tahun 1963
menjadi badan hukum dengan nama PT. Chevron Pacific Indonesia, tetapi 100 %
sahamnya tetap dimiliki oleh Chevron (nama baru dari SOCAL) dan Texaco Inc.
Sekitar bulan September 1963, diadakanlah kontrak karya yang
ditandatangani antara perusahaan negara dan perusahaan asing yang termasuk di
dalamnya PT. Chevron Pacific Indonesia adalah wilayah Kangaroo seluas 9.030
km2. Tahun 1968, diadakan penambahan luas wilayah yaitu sekitar Minas
Tenggara, Libo Tenggara, Libo Barat, dan Sebanga sehingga luas wilayah kerja
PT. Chevron Pacific Indonesia seluruhnya menjadi 9.898 km2. Kemudian
kontrak karya yang berakhir pada 28 Agustus 1983 diperpanjang menjadi
Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing Contract) hingga tanggal 8 Agustus
2001 dengan wilayah kerja seluas 31.700 km2. Dalam kontrak bagi hasil tersebut
antara lain ditetapkan bahwa Pertamina adalah pengendali manajemen operasional
dan bahwa Pertamina harus menyetujui program kerja dan anggaran tahunan. PT.
Chevron Pacific Indonesia sebagai kontraktor berkewajiban melaksanakan
kegiatan operasional dan menyediakan keahlian teknis, dana investasi, serta biaya
operasi. Perbandingan pembagian untuk kontrak bagi hasil yang disepakati sampai
saat ini oleh pemerintah (dalam hal ini adalah Pertamina ) dan PT. Chevron
Pacific Indonesia adalah sebesar 88% dan 12% ditambah dengan ketentuan
khusus lainnya berupa keluwesan atau insentif bagi PT. Chevron Pacific
Indonesia untuk hal - hal tertentu.
Dengan ditemukannya teknologi perminyakan yang canggih, kemungkinan
besar untuk memperpanjang “harapan hidup” industri perminyakan di Indonesia
dapat terus bertahan seperti ladang minyak di Duri. Dengan teknologi
perminyakan yang canggih yaitu menggunakan teknologi steam dapat
meningkatkan produksi minyak per hari 6 kali lipat dari yang sebelumnya atau
dari 50.000 barel per hari menjadi 300.000 barel per hari. Teknologi ini
4
diterapkan mengingat bahwa kadar kekentalan dari minyak bumi yang ada di Duri
sangat tinggi dan sulit untuk dipompa keluar. Dengan bantuan injeksi uap ke
dalam tanah akan membantu keluarnya minyak ke permukaan tanah.
Ladang minyak Duri telah memberikan sumbangan yang cukup besar
terhadap produksi minyak Indonesia yaitu sebesar 8% dan 42% dari seluruh total
produksi minyak PT. Chevron Pacific Indonesia. Akan tetapi, sangat disayangkan
bahwa produksi minyak di Duri mulai mengalami penurunan pada tahun 1964.
Penurunan produksi tersebut berasal dari ladang minyak di Duri sangat
memprihatinkan pihak PT. Chevron Pacific Indonesia. Penurunan tersebut akan
sangat berpegaruh pada “Economic Life Expectancy“ dari perusahaan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, PT. Chevron Pacific Indonesia telah menciptakan
suatu proyek yang dinamakan Proyek Injeksi Uap ( seperti yang telah disinggung
pada alinea sebelumnya ) di ladang minyak Duri. Proyek ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada bulan Maret 1991. Injeksi uap tersebut merupakan
teknologi generasi ketiga yang dimiliki oleh PT. Chevron Pacific Indonesia.
Injeksi uap adalah suatu teknologi perminyakan mutakhir yang mempermudah
penyedotan minyak dari perut bumi, yang tidak dapat dijangkau dengan teknologi
penyedotan minyak konvensional . Dengan menerapkan teknologi baru tersebut
maka pihak PT. Chevron Pacific Indonesia mengharapkan tidak hanya mencegah
penurunan produksi minyak yang berasal dari ladang minyak Duri tetapi juga
dapat melipatgandakan produksi minyak yang berasal dari ladang minyak
tersebut. Rancangan injeksi uap ini diterapkan secara efektif pada ladang dengan
pola yang bervariasi antara lain “pola tujuh titik “, yaitu satu sumur injeksi untuk
enam sumur produksi atau pola lima titik dan sembilan titik.
Dibandingkan dengan 52 kontraktor minyak lainnya, PT. Chevron Pacific
Indonesia merupakan kontraktor minyak yang terbesar. Produksi minyak mentah
PT. Chevron Pacific Indonesia mencapai 65.8% (1974) dan menurun menjadi
46.5 % (1990). Meskipun terjadi penurunan pangsa produksi dari PT. Chevron
Pacific Indonesia, kelima kontraktor minyak, yaitu Caltex, Arco, Mobil Oil, Total,
dan Maxus tetap menguasai pangsa pasar produksi sebesar 75 % sedangkan
Pertamina dan Unocal mengalami penurunan produksi.
5
Pada tahun 2005, Caltex, sebagai anak perusahaan Chevron dan Texaco Inc.
diakuisisi oleh Chevron bersama dengan Texaco dan Unocal. Maka, resmi nama
PT Caltex Pacific Indonesia berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia.
1.1.1 Sejarah Logo PT. Chevron Pacific Indonesia
Selama masa operasi nya di dunia, Chevron telah beberapa kali berganti logo
dimana penggunaan logo tersebut bergantung pada kegiatan yang dilakukan oleh
Chevron dan dengan pihak mana ia bekerja sama.
Sejarah logo perusahaan Chevron adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Sejarah Logo PT. Chevron Pacific Indonesia
Logo Keterangan
Logo ini digunakan sejak tahun 1879,
ketika Pasific Coast Oil co. didirikan.
Pada tahun 1903, diciptakan simbol baru untuk
perusahaan. Simbol tersebut
diciptakan berdasarakan saran yang
diberikan oleh seorang ahli kimia berusia 19
tahun, yang menyarankan penggunaan gambar
bintang seperti lambang dari Negara Bagian
Texas pada saat itu. Sehingga, pada tahun 1909
sebuah logo baru yang berbentuk bintang merah
dengan huruf T di tengah, digunakan untuk
mengambarkan perusahaan Texaco.
Pada periode yang sama, sebuah perusahaan
yang bernaman Gulf, menjadi bagian dari
Chevron. Sehingga logo perusahaan kembali
6
berubah.
Chevron tidak mengadopsi simbol lain
sebagai lambang perusahaan nya hingga tahun
1931, ketika Standard Oil
mengkonsolidasikan produk dan jasanya dan di
gambarkan sebagai emblem berwarna biru, putih
dan merah.
Ketika terjadi nya Perang Dunia ke II,
sepasang sayap ditambahkan kedalam
lambang perusahaan Chevron.
Setelah Perang Dunia ke II, Perusahaan
mulai menggunakan identitas Chevron
untuk membangun pom bensin (gas
station). Dan pada awal 1995, sekitar 7000 pom
bensin telah menggunakan logo Chevron.
Pada akhir 1960, logo Chevron kembali
berganti, dengan dua warna terang (biru dan
merah) dan tulisan “Standard” diatasnya.
Pada tahun 1984, setelah merger dengan Gulf
Corporation, nama Standard OilCompany sudah
tidak lagi dipergunakan. Sebagai gantinya, nama
Chevron Corporation digunakan untuk
menggambarkan 2 (dua) perusahaan yang telah
bersatu menjadi satu identitas dalam
menjalankan operasinya.
Pada 1996, Caltex Inc. meluncurkan logo baru.
7
Pada 2001 ketika Chevron melakukan merger
dengan Texaco, merger tersebut mengharuskan
Chevron untuk mengganti logo yang lama untuk
mengidentifikasikan perusahaan baru, yaitu
“ChevronTexaco”.
Pada 2005, perusahaan berubah nama menjadi
“Chevron” dan dibuatlah logo baru yang
didesain dengan nuansa gradasi warna biru dan
merah dan tulisan “Chevron” diatasnya.
(Sumber: http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2009-2-00075-AK%20Bab%203.pdf)
8
Gambar 1.Struktur Organisasi Perusahaan PT. Chevron Pacific Indonesia
1.2 Struktur Organisasi Perusahaan.
Struktur Organisasi perusahaan yang dipakai PT. Chevron Pacific Indonesia
sedikit terlihat unik. Semula PT. Chevron Pacific Indonesia menggunakan struktur
organisasi perusahaan yang berlaku di kebanyakan perusaan, yaitu Line and Staff
Organization. Struktur Organisasi perusahaan yang di pakai PT. Chevron Pacific
Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.
PT. Chevron Pacific Indonesia dipimpin oleh seorang President & Chairm of
The Managing Board yang berkedudukan di Jakarta. Dewan direksi lainnya
adalah Executive Vice President & Managing Director yang akan membawahi
beberapa bagian seperti :
Senior Vice President Sumatera,
Public Affairs Sumatra,
PRESIDENT DIRECTOR
VICE PRESIDENT CORP. FINANCE &
TREASURY
GENERAL
COUNSEL
VICE PRESIDENTCORP PUBLIC AFFAIRS
SR. VICEJAKARTA
VICE PRESIDENTTECH PLAN &
NEW VENTURES
MANAGER JAKARTA GEN.
SERVICES
MANAGING DIRECTOR
VICE PRESIDENTGENERAL AFFAIRS
VICE PRESIDENTCORP. HUMAN RESOURCES
MANAGER CORP.
QUALITY, PLANNING &
BUDGET
MANAGER PUBLIC AFFAIRS
SUMATRA
MANAGER INTERNAL AUDIT
SR. VICESUMATRA
ASST. TO SR. VP
GENERAL MANAGER
EXPLORATION
VICE PRESIDENTSUPPORT OPERS.
GENERAL MANAGERTECHNOLOGY &
DRILLING
VICE PRESIDENTOPERS. RUMBAI SBU
VICE PRESIDENTOPERS. MINAS SBU
VICE PRESIDENT
OPERS. BEKASAP SBU
VICE PRESIDENT
OPERS. DURI SBU
MANAGERCORP. SH&E
8
9
Coorporate services,
Coorporate Human Resource,
Coorporate QI,
Planing Budget and
Internal Audit.
Dengan Manajeman sistem Strategic Business Unit (SBU) ini, otonomi tiap
unit menjadi semakin besar (desentralisasi), sehingga diharapkan effektifitas dan
effisiensi perusahan dengan semboyan “Our Journey To World Class Company”
ini semakin tinggi. Hal ini sangat perlu mengingat tingkat persaingan dan biaya
produksi yang semakin tinggi, sementara harga minyak dan cadangan minyak
bumi semakin menurun dan sulit di eksploitasi.
SBU yang terbentuk ada tujuh bagian, empat diantaranya bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan mengelola ladang minyak di Riau (unit prodiksi),
yaitu
1. SBU Duri, merupakan penghasil minyak terbesar PT. Chevron Pacific
Indonesia, yang memiliki sistem injeksi uap terbesar di dunia. Wilayah
operasinya meliputi lapangan minyak Duri dan Kulin.
2. SBU Minas, merupakan daerah lapangan minyak dengan kadar belerang
sangat rendah dan dikenal dengan Minas Crude. Minyak jenis ini sangat
digemari negara-negara industri yang mengimpor Sumatran Light Crude.
Wilayah operasinya meliputi lapangan Minas.
3. SBU Bekasap (yang mengelola ladang bagian utara), dengan wilayah
operasinya meliputi area Petani, Bekasap, Bangko dan Balam.
4. SBU Rumbai (yang mengelola ladang bagian selatan), dengan wilayah operasi
meliputi area Petapahan, Libo, Zamrud, dan Pedada. Untuk Are Zamrud dan
Pedada terhitung mulai Agustus 2002 Explorasinya telah diserahkan kepada
Pemda Propinsi Riau yang dikelola oleh PT. Bumi Siak Pusako (PT. BSP).
5. SBU Exploration ang IT Support (merupakan SBU pendukung yang
bertanggung jawab terhadap eksplorasi di bagian tengah dan lepas pantai barat
Sumatra, operasi pengeboran, kontrak-kontrak jasa bersekala besar,
pengembangan teknologi).
10
6. SBU Support Operation ( bertanggung jawab atas transportasi dan pengisian
minyak, pembangkit tenaga listrik, operasi perbaikan, dan jasa-jasa
transportasi angkutan darat dan laut ).
7. SBU Public Affairs ( bertanggung jawab atas penggandaan barang-barang
umum, pembelian berkala tahunan, pengamanan, jasa perjalanan udara dan
kesehatan ).
Dengan sistem SBU ini, sistem manajemennya memiliki level-level tertentu
dengan tiap SBU dipimpin oleh seorang Vice President yang dibantu oleh
beberapa manajer. Manajer dibantu beberapa team manajer dan dibawah team
manajer terdapat beberapa orang team leader.
Pada Tahun 2002 yang lalu PT. Chevron Pacific Indonesia kembali merubah
struktur manajemennya menjadi Indonesia Bisnis Unit (IBU) dimana bentuk
strukturnya hampir sama dengan sistem SBU dimana perubahan hanya terdapat
pada sistem pemegang saham.
1.3 Visi dan Misi PT. Chevron Pacific Indonesia
1.3.1. Visi
Visi PT. Chevron Pacific Indonesia adalah ”Menjadi perusahaan energi
Indonesia yang paling dikagumi oleh karyawan (SDM), kemitraan dan
kinerjanya”. Agar tetap dapat diakui sebagai perusahaan kelas dunia, PT Chevron
Pacific Indonesia melaksanakan ”Perbaikan kualitas berkesinambungan”
(Continously Quality Improvement). Dalam visi ini disebutkan bahwa PT.
Chevron Pacific Indonesia dalam operasinya mempunyai pandangan yang
menjadi landasan, yaitu untuk selalu menampilkan citra perusahaan semaksimal
mungkin untuk hasil yang terbaik. Hal ini sesuai dengan posisi dan status
perusahaan sebagai perusahaan multinasional.
1.3.2. Misi
Misi yang diemban oleh PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan tujuan
yang ingin dicapai oleh perusahaan. Hal ini tertuang pada mottonya, yaitu ”PT
CPI will effectively explore and develop hydrocarbons for the benefit of Indonesia
11
and its shareholders”. Dengan misi tersebut PT. Chevron Pacific Indonesia
berusaha untuk memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan Indonesia.
1.4 Ruang Lingkup Kerja Perusahaan
1.4.1. Wilayah Kerja Perusahaan
PT. Chevron Pacific Indonesia terletak di Rumbai Camp Rumbai, Pekanbaru,
Provnsi Riau, Indonesai dengan Wilayah kerja PT. Chevron Pacific Indonesia
yang pertama seluas hampir 10.000 km2 dikenal dengan nama blok Kangoroo
yang terletak di Kabupaten Bengkalis. PT. Chevron Pacific Indonesia selain
mengerjakan sendiri daerahnya juga bertindak sebagai operator bagi Chevron dan
Texaco. Peta kepemilikan Chevron dapat dilihat pada gambar 4.
Perjanjian yang diadakan pertama yaitu pada tahun 1963 untuk jangka waktu
selama 30 tahun, wilayah kerjanya meliputi Blok A,B, C, dan D seluas 12.328
km2. Setelah memperoleh tambahan daerah seluas 4.300 km2, maka pada tahun
1968 sebagian Blok A dan D dan seluruh Blok C (seluruhnya 32.6% dari daerah
asal) diserahkan kembali ke pemerintah Indonesia sedangkan pengembalian
daerah - daerah berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978.
Penandatanganan dua perjanjian C & T yang berdasarkan kontrak bagi hasil
(KPS ) dilakukan pada bulan Agustus 1971 yaitu Coastal Plain Pekanbaru Block
seluas 21.975 km2 dan pada bulan Januari 1975 yaitu Mount Front Kuantan Block
seluas 6.865 km2 . Setelah dilakukan pengembalian beberapa daerah dari daerah
kerja secara bertahap, sekarang Coastal Plain Pekanbaru hanya seluas 9.996 km2.
Tahun 1979 hingga tahun 1983 dilakukan penambahan kontrak - kontrak baru
oleh PT. Chevron Pacific Indonesia yaitu sebagai berikut :
Joint Venture dengan Pertamina daerah Jambi Selatan blok D seluas 5.826
km2 pada tahun 1976 dan dikembalikan seluruhnya pada tahun 1988.
Kontrak bagi hasil ( KPS ) untuk wilayah Blok Singkarak pada tahun 1981
seluas 7.163 km2 di Sumatera Barat yang dikembalikan seluruhnya pada
tahun 1984.
Kontrak bagi hasil untuk wilayah Blok Langsa pada tahun 1981 seluas
7.080 km2 di Selat Malaka, lepas pantai Sumatera Utara, dan lepas pantai
12
Daerah Istimewa Aceh yang dikembalikan sebelumnya pada bulan Mei
1986.
Kontrak bagi hasil Blok Nias pada tahun 1981 seluas 16.116 km2.
Perpanjangan perjanjian karya menjadi bentuk kontrak bagi hasil ( KPS )
untuk wilayah Blok Siak selama 20 tahun terhitung mulai tanggal 28
November 1993 dengan luas wilayah kerja 8.314 km2.
Perluasan ladang minyak Duri dilakukan dalam tiga belas area yang dimulai
dengan membangun daerah konstruksi pertama pada tahun 1981. Dalam sepuluh
tahun belakangan ini sudah dikembangkan tujuh daerah. Pembangunan juga
mencakup fasilitas pendukung utama seperti stasiun pengumpul minyak dan
stasiun pembangk uap. Sampai pengembangan area V, sistem injeksi yang
diterapkan dikenal dengan sistem pola tujuh titik dimana satu buah sistem injeksi
uap dikelilingi oleh enam buah sumur produksi.
1.4.2. Ruang Lingkup Bisnis dan Operasi.
Adapun ruang lingkup bisnis dan operasi dari PT. Chevron Pacific Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. 88 lapangan produksi dengan jumlah sumur 12.500.
2. 2.700 Km kabel jaringan listrik
3. 11 menara pemboran, 30 menara kerja ulang, 7 hoist, ~400 sumur/tahun
4. 4.200 Km jalan lokasi.
5. 588 MW kapasitas pembangkit listrik.
6. 13.000 Km pipa produksi utama.
7. 6 Million Barrels tangki penyimpanan
8. 87 MM jarak tempuh mengemudi/tahun
9. 5.000 pegawai (97 % Nasional)
10. 23.500 rekanan bisnis
13
11. 4 perumahan distrik utama dan 3 distrik kecil/terpencil
12. 10.000 penghuni perumahan ( Camp )
13. 1 rumah sakin dan 6 klinik.
14. 18 sekolah dan 10.000 pelajar
15. 85 MM jam kerja/tahun
1.4.3. Lokasi dan Tata Letak PT. Chevron Pacific Indonesia
Lokasi PT. Chevron Pacific Indonesia terletak di propinsi Riau dengan luas
daerah meliputi lebih dari 50.000 km2. Berdasarkan luas operasi dan kondisi
geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam pengoperasian, maka PT.
Chevron Pacific Indonesia membagi lokasi daerah menjadi 5 distrik :
1. Distrik Rumbai, sebagai pusat kerja administrasi daerah operasi PT.
Chevron Pacific Indonesia .
2. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak jenis Sumatera
Light Crude (SLC) dan terletak sekitar 30 KM dari distrik Rumbai.
3. Distrik Duri, merupakan daerah operasi produksi minyak. Distrik Duri
terdiri atas Duri OU/DSF dan Bekasap-OU yang daerah operasinya
meliputi Bekasap Petani, Balam, dan Bangko.
4. Distrik Dumai, merupakan pelabuhan tempat pemasaran/ pengapalan
crude oil dan terletak sekitar 184km dari Distrik Rumbai.
5. Distrik Jakarta, sebagai tempat pusat administrasi seluruhnya yang
memudahkan hubungan PT. Chevron Pacific Indonesia dengan pemerintah
pusat.
Peta daerah operasi PT. Chevron Pacific Indonesia dapat dilihat pada gambar 3.
1.5 Pemasaran
PT. Chevron Pacific Indonesia merupakan produsen minyak mentah terbesar
di Indonesia, yang menyumbangkan sekitar 40 persen produksi nasional. PT.
PETA DAERAH OPERASI CPIPETA DAERAH OPERASI CPIA Production
for PertaminaSharing Contractor
P. BENGKALIS
PINANG
ANTARA
NO. MENGGALA
SO. MENGGALA SIKLADI
BATANG
KOPAR
KULIN
DUMAIBUAYA
PAGER
TONGA
PUNCAK
PETANIJORANG
RANGAUDURI
PE MATA NG
P. PADANG
MINAS
ZAMRUD
LIBO
KOTABATAK
BERUK
SABAK
PUSAKA
PEDADA
BENUA
PE TAP AH AN
L ANGG AK
KASIKAN
PEKANBARU
TANDUN
PUNGUT
WADUK
SURAM
B EK ASA P
L INDAI
RINTIS
25 KMBANGKO
MANDAR
SANGSAM
ROKIRI
BAGANBELADA
NILAM
DORAL
BUNGSU
BERUK N.E.
DUSUN
PAK
GATAM
BENAR
PUSING
UJUNG TANJUNG
RANTAUBAIS
KERANGSERUNI
SINTONGKUTU
NINIK
OSAM
T ERANTAMPAIT AN
TOPAZ
KOTAGARO
GARUKAYU
MINDAL
TALAS
SE. BALAM
JAMBON
TELINGA
PINGGIR
N. SEBANGA
DAMAR
HITAM
KELABU
PUTIH
JINGGA
LEGEND :
RUMBAI SBU
MINAS SBU
BEKASAP SBU
D U R I SBU
R U M B A I
T. MEDAN
OKI ASIH
AMI
BESAR
IDRIS
P. RUPAT
0 300 KMS
N
INDEX MAP
SINGAPORE
KUANTAN BLOCKIS NOT ON THE MAP
NE MINASKB J
4D6D
8DMPP
PE MATA NG BOW
PE T. SS
PT Caltex Pacific Indonesia
14
Chevron Pacific Indonesia juga memasarkan minyak mentah, bahan bakar mentah
lain dan minyak bumi olahan kepada Pertamina, perusahaan minyak dan gas bumi
milik Pemerintah Indonesia dan juga memasarkan produk-produk kepada
pengimpor dan distributor terdaftar melalui unit bisnis perdagangan PT. Chevron
Pacific Indonesia yang ada di singapura. (http://www.chevronindonesia.com
akses: 11/Maret/2013 13:50 WIB)
Gambar 2.
Peta Daerah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia
15
15
Gambar 3. Peta Kepemilikan Chevron
16