ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
FIBROADENOMA MAMMAEPADA NY.R UMUR
24 TAHUN DENGAN POST LUMPECTOMY
DI RSUD KARANGANYAR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
RATNA SARI NUR JANAH
B 13129
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
\
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi
Fibroadenoma Mammae pada Ny. R umur 24 tahun dengan Post Lumpectomy di
RSUD Karanganyar”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D
III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ernawati, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. dr. Mariyadi selaku Direktur RSUD Karanganyar yang telah bersedia
memberikan ijin pada penulis dalam melakukan Studi Kasus.
5. Ny. R yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
6. Seluruh dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
SemogaKarya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Ratna Sari Nur Janah
B13129
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
FIBROADENOMA MAMMAE PADA NY.R UMUR
24 TAHUN DENGAN POST LUMPECTOMY
DI RSUD KARANGANYAR
xi + 97 halaman + 13 lampiran INTISARI
Latar Belakang :Berdasarkan data pasien rawat inap gangguan reproduksi dari
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar pada bulan September 2014 hingga
bulan September 2015 diperoleh jumlah penderita Gangguan reproduksi pada
payudarasebanyak 197 (100%) orang yaitu penderita Ca Mammae sebanyak 7
orang (3,55% ), penderita Mastitis 14 (7,11%), neoplasma payudara sebanyak 156
orang (79,19% ), Fibroadenoma mammae 20 orang (10,15% ).
Tujuan Studi Kasus :Memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada
ibu gangguan reproduksi dengan Fibroadenoma Mammaedengan pendekatan 7
langkah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.
Metodologi Penelitian : jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data
ini yaitu metode observasional deskriptifyang berlokasi di RSUD Karanganyar
dengan menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan
pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 hari keadaan
ibu baik, ibu sudah tidak merasa nyeri pada luka jahitan, dan perasaannya lega
setelah dilakukan tindakan.
Kesimpulan : setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, pada ibu gangguan
reproduksi dengan Fibroadenoma Mammae serta tidak ada kesenjangan antara
teori dan pelaksanaan Studi Kasus selama tiga hari pasien sudah dalam keadaan
baik
Kata Kunci :Asuhan Kebidanan, gangguan reproduksi, fibroadenoma mammae
Kepustakaan :29 literatur (tahun 2006 s/d 2015)
vi
MOTTO
1. Hidup haruslah kuat untuk punya mimpi dan impian yang tak bisa dikalahkan
oleh uang maupun kekuasaan.
2. The pain you feel today will be the strength you feel tomorrow.
3. Berjuanglah, tanpa berfikir untuk menyerah ditengah jalan, tanpa emosi
dalam melakukan segala hal, tanpa menyakiti orang lain, tanpa menjatuhkan
teman seperjuangan. Berjuanglah, mungkin kamu akan mendapatkan hal yang
menyakitkan, tapi tetaplah menghadap kedepan dan biarkan hidupmu terus
berjalan (Bapak)
4. Hidup mengajarimu tentang menangis dan bersedih, tapi tidak untuk
menyerah.
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Bapak Sutardi Padma S. dan Ibu Sukarti tercinta yang selalu setia berdo’a
dan berjuang untukku, yang selalu memarahi setiap kekeliruanku dan tetap
percaya terhadap apapun yang aku lakukan.
2. Kakak-kakakku (Sutino Eko Prasetyo, Winarsih, Suwandi, Titik Setyowati,
Supomo Tri Ariawan, Sugiarti, Sujanto Rudi Istanto, Iin Hariani) yang hebat
luar biasa yang selalu memberikan support setiap langkahku, yang tidak
pernah mengeluh pada setiap kenakalanku.
3. Ibu Kartika Dian L. SST.,M.Sc selaku pembimbing Akademi dan ibu
Ernawati SST., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
4. The best patnerku selama 3 tahun Wulan, keluarga kost “sakinah”(Aryani,
Rina, Isti, Nazela, Nana, Sari) yang juga sangat fenomenal terima kasih
sudah rela memberikan waktu untuk menemaniku dalam pembuatan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Sahabatku Rita, Viera, mbak Umi dan semua yang selalu setia memberikan
semangat dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
6. Teman-teman kelas 3C yang selalu kompak, terima kasih kenangannya.
7. Almamater tercinta.
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Agama
Jenis kelamin
Alamat
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 2 Jetis, Sambi
2. SMP N 1 Sambirejo, Sragen
3. SMA Negeri Kerjo, Karanganyar
4. DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
vii
CURICULUM VITAE
: Ratna Sari Nur Janah
Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 3 Februari 1996
: Islam
: Perempuan
: Prodadi, RT.17, Jetis, Sambirejo, Sragen
Riwayat Pendidikan
SD Negeri 2 Jetis, Sambirejo, Sragen Lulus Tahun 2007
SMP N 1 Sambirejo, Sragen Lulus Tahun 2010
SMA Negeri Kerjo, Karanganyar Lulus Tahun 2013
DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013
: Prodadi, RT.17, Jetis, Sambirejo, Sragen
Lulus Tahun 2007
Lulus Tahun 2010
Lulus Tahun 2013
Angkatan Tahun 2013
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
INTISARI .................................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi
CURRICULUM VITAE ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................ 6
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .............................................................................. 8
1. Gangguan Sistem Reproduksi ........................................... 8
2. Payudara ............................................................................ 15
3. Fibroadenoma .................................................................... 17
4. Terapi Nyeri Post Lumpectomy ........................................ 30
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 34
C. Landasan Hukum...................................................................... 56
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ................................................................................ 59
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................... 59
C. Subjek Studi Kasus................................................................... 59
D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 60
ix
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................. 60
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 60
G. Alat dan Bahan ......................................................................... 64
H. Jadwal Penelitian ...................................................................... 65
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tijauan Kasus ........................................................................... 66
B. Pembahasan .............................................................................. 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 94
B. Saran ......................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kasus Tumor Menurut Provinsi .................................................. 13
Table 2.2Massa yang dapat di palpasi ........................................................ 19
Tabel 2.3 Manifestasi klinis Fibroadenomma Mammae dan
penyakitfibrokistik payudara .................................................... 19
xi
DAFTAR LAMPIRAN KARYA TULIS ILMIAH
Lampiran 1. Jadwal Penelitian (dalam bentuk tabel)
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Ijin Pengambilan Data dari Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik
Lampiran 5. Surat Ijin Pengambilan Data dari Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Teknik Perawatan Luka
Lampiran 11. Leaflet Teknik Relaksasi Genggam Jari
Lampiran 12. Leaflet SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Lampiran 13. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 14. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum
seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan-keadaan di negara
lain. Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya
individu yang bersangkutan, karena dampaknya menyangkut berbagai aspek
kehidupan dan menjadi parameter kemampuan Negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Manuaba,
2009).
Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organitation)
adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011)
Gangguan reproduksi adalah ketidak mampuan seorang wanita untuk
memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburan (fertilitas) tidak dapat
menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta tidak mendapatkan
bayi tanpa resiko apapun atau well healt mother dan well born baby dan
selanjutnya tidak dapat mengembalikan kesehatan dalam batas normal.
Masalah dalam gangguan reproduksi yaitu Mastitis/peradangan payudara,
Fibriodenom/tumor
2
payudara, Kista Sarkoma Fillodes, Kista Ovarium, Sarkoma, Kanker Payudara,
Tumor Jinak (Marmi, dkk 2011).
Angka kejadian Insiden Kanker dan tumor payudara di Jawa Tengah
khususnya Kota Se
marang, berdasarkan Rekapitulasi Bulanan Data Kesakitan Tingkat
Puskesmas Se-Kota Semarang pada Tahun 2009 berjumlah 93 orang
menderita kanker payudara, terdiri dari kriteria umur 5-14 tahun berjumlah 2
orang, 15-44 tahun berjumlah 25 orang, 45-54 tahun berjumlah 38 orang, 55-
64 tahun berjumlah 22 orang, dan umur 65 tahun ke atas berjumlah 6 orang.
Sebesar148 kasus lainnya menderita Tumor jinak payudara (Dinkes
Semarang, 2009).
Penelitian Dewi (2008), dari hasil penelitian diperoleh 144 kasus
fibroadenoma payudara pada wanita. Paling banyak ditemukan pada usia
dibawah 30 tahun (79,90%), yaitu pada kelompok usia 21 – 25 tahun (41,70
%), kelompok usia 16 – 20 tahun (25,70 %), kelompok usia 26 – 30 tahun
(9,70%) dan kelompok usia 10 – 15 tahun (2,80 %)
Massa payudara menunjukkan berbagai etiologi, mulai dari
Fibroadenoma dan kista yang terlihat pada wanita yang berusia lebih muda,
hingga abses atau mastitis, hingga kanker payudara primer. Semua massa
payudara memerlukan evaluasi yang cermat, dan tindakan diagnostik definitif
harus dilakukan (Bickley, 2014).
Di dalam istilah kedokteran semua benjolan disebut tumor. Benjolan
tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah
3
yangdisebut kanker (Hasdianah, 2014). Fibroadenoma mammae (FAM) yaitu
tumor jinak pada payudara yang berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang
dapat digerakkan (Indonesian Nurse, 2008).
Di kutip dari jurnal Karakteristik Penderita Fibroadenoma Mammae
(FAM) Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011,
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda yaitu pada
usia remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breast
Cancer Institute, Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia
21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia diatas 50 tahun, sedangkan
prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma (NSW,
2005).
Hasil penelitian teknik relaksasi genggam jari dapat berpengaruh
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post laparatomi. Teknik
relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari
tangan serta aliran energi didalam tubuh (Pinandita et al,2012).
Berdasarkan data pasien rawat inap gangguan reproduksi dari Rumah
Sakit Umum Daerah Karanganyar pada bulan September 2014 hingga bulan
September 2015 diperoleh jumlah penderita Gangguan reproduksi pada
payudarasebanyak 197 (100%) orang yaitu penderita Ca Mammae sebanyak 7
orang (3,55% ), penderita Mastitis 14 (7,11%), neoplasma payudara sebanyak
156 orang (79,19% ), Fibroadenoma mammae 20 orang (10,15% ).
4
Dari latar belakang diatas mengingat masih tingginya pasien gangguan
reproduksi dengan fibroadenoma mammae atau tumor jinak payudara maka
penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Gangguan Reproduksi Pada Ny.R Umur 24 Tahun dengan Fibroadenoma
Mammae di RSUD Karanganyar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas masalah yang timbul adalah “ Bagaimana
penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.Rumur 24
tahun dengan Fibroadenoma Mammae di RSUD Karanganyar dengan
menggunakan pendekatan management kebidanan 7 langkah Varney ? ”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.R
umur 24 dengan Fibroadenoma Mammaedengan pendekatan 7 langkah
Varney.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu
1) Mampu melakukan pengkajian gangguan reproduksi pada
Ny.R umur 24 tahun dengan Fibroadenoma Mammae di RSUD
Karanganyar.
2) Mampu menginterprestasikan data yang timbul, meliputi
diagnosa kebidanan, masalah, kebutuhan khusus gangguan
5
reproduksi pada Ny.R umur 24 tahun dengan Fibroadenoma
Mammae di RSUD Karanganyar.
3) Mampu mendiagnosa potensial kasus gangguan reproduksi
pada Ny.R umur 24 tahun dengan Fibroadenoma Mammae di
RSUD Karanganyar.
4) Mampu melaksanakan antisipasi atau tindakan segera
gangguan reproduksi pada Ny.R umur 24 tahun dengan
Fibroadenoma Mammae di RSUD Karanganyar.
5) Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan
pada kasus gangguan reproduksi pada Ny.R umur 24 tahun
dengan Fibroadenoma Mammae di RSUD Karanganyar.
6) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi
pada Ny.R umur 24 tahun dengan Fibroadenoma Mammae di
RSUD Karanganyar.
7) Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan kasus gangguan
reproduksi pada Ny.R umur 24 tahun dengan Fibroadenoma
Mammae di RSUD Karanganyar.
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antar teori dan praktek
pada kasus gangguan reproduksi Ny.R umur 24 tahun
Fibroadenoma Mammae di RSUD Karanganyar.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada
kasus gangguan reproduksi Ny.R umur 24 tahun dengan
Fibroadenoma Mammaedi RSUD Karanganyar.
6
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman
secara langsung dalam menghadapi kasus gangguan reproduksi dengan
Fibroadenoma Mammae.
2. Bagi profesi
Sebagai salah satu masukan bagi tenaga kesehatan sebagai upaya
menigkatkan kualitas pelayanan yang optimal berupa pemantauan
pemberian informasi serta pelayanan yang tepat, akurat dan maksimal
dalam memberikan asuhan kebidanan kususnya pada kasus reproduksi
dengan Fibroadenoma Mammae.
3. Bagi institusi
a. Rumah sakit Umum Daerah Karanganyar
Diharapkan agar rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada
kasus gangguan reproduksi dengan Fibroadenomma Mammae.
b. STIKes Kusuma Husada Surakarta
Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau sumber bacaan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya
pada kasus gangguan reproduksi dengan Fibroadenomma
Mammae.
7
D. Keaslian studi kasus
Keaslian studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini tentang Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi Dengan FibroadenommaMammae sudah
pernah dilakukan oleh mahasiswa : Apriliani Lusia Wardani (2015) DIII
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. dengan judul “Manajemen
Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. A umur 17 tahun
dengan Fibroanomma Mammae di RSUD Kota Surakarta.” Manajemen
Asuhan yang diberikan berupa medikasi luka jahitan dan mengajarkan ibu
tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri yang telah diberikan selama 3 hari
yaitu kecemasan teratasi dan nyeri berkurang.
Perbedaan dari keaslian kasus tersebut dengan studi kasus yang
dilakukan penulis adalah mengenai subyek, tempat, waktu, responden, terapi,
dan pemberian teknik relaksasi.
Persamaan dari keaslian studi kasus tersebut dengan studi kasus yang
di lakukan penulis adalah judul dan pemberian asuhan medikasi luka jahitan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Gangguan Sistem Reproduksi
Pengertian dari gangguan reproduksi adalah Gangguan reproduksi
adalah ketidak mampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat
reproduksi dan mengatur kesuburan (fertilitas) tidak dapat menjalani
kehamilan dan persalinan secara aman serta tidak mendapatkan bayi tanpa
resiko apapun atau well healt mother dan well born baby dan selanjutnya
tidak dapat mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Marmi, 2011)
Menurut Marmi (2011) gangguan patologi terdiri dari :
a. Mastitis/peradangan payudara
Peradangan payudara adalah hal yang sangat biasa pada
wanita yang pernah hamil, malahan dalam praktek sehari-hari yang
tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan mastitis
b. Fibroadenom/tumor payudara
Penyakit Fibroadenom/tumor payudara wanita muda dengan
frekuensi yang paling tinggi pada wanita yang berumur 20-25 tahun.
Benjolan-benjolan tersebut sama sekali bukan berarti suatu penyakit
karena kadang-kadang akibat pertumbuhan berlebihan pada lobules
payudara.
9
c. Kista Sarkoma Fillodes
Penyakit ini adalah fibriodenoma yang tumbuh
meliputiseluruh mamae. Adakalanya demikian besar, nyaris tidak
tergendong oleh penderitanya. Tumor ini biasa jinak, tetapi beberapa
diantaranya mempunyai potensi untuk menjadi fibrosarkoma. Tumor
ini timbul biasanya pada umur 35-40 tahun.
d. Sarkoma
Sarkoma pada payudara pertama kali dipublikasikan pada tahun
1828 oleh chelius. Keganasan ini sangat jarang meliputi kurang dari
1 persen dari seluruh keganasan yang terdapat pada payudara.
Pembesaran tumor biasanya berupa massa yang tumbuh ekspansif
meliputi seluruh jaringan lunak pada payudara.
e. Kanker Payudara
Klasifikasi kanker payudara terdiri dari 2 macam yaitu
klasifikasi patologik dan klinik.
1) Klasifikasi patologik terdiri dari :
a) Kanker putting payudara/pagets disease
pagets disease adalah bentuk kanker dalam bentuk
permulaan manifestasinya sebagai eksema menahun putting
susu yang biasa merah dan menebal. Suatu tumor
sub areola bisa teraba.
b) Kanker duktus laktiferus : papilari,comedo,
adenocarcinoma dengan banyak fibrosis (scirhus), medulari
10
carcinoma dengan infiltrasi kelenjar, semuanya infiltrating
non infiltrating papilari carcinoma bisa terbentuk dalam
setiap duktus latiferus dari yang terbesar sampai yang
terkecil-kecilnya. Kadang-kadang sulit sekali dibedakan
dari papiloma. Comedocarcinoma terdiri dari sel-sel kanker
non papillary dan intraductal, sering dengan nekrosis
central, sehingga pada permukaan potongan terlihat seperti
isi kelenjar. Ini adalah kanker payudara yang lazim
ditemukan. 75% dari kanker payudara adalah tipe ini oleh
karena banyak fibrosis, umumnya agak besar dan keras.
c) Kanker dari lobulus : infiltrating dan non infiltrating ini
yang timbul sering sebagai carcinoma insitu dengan lobus
yang membesar penyakit ini dapat timbul pada waktu
menyusui, akan tetapi juga diluar waktu tersebut. Dapat kita
ketahui bahwa operasi dapat mengakibatkan penyebaran
yang sangat cepat dan kematian.
2) Klasifikasi Klinik
Kanker payudara, disamping klasifikasi patologis juga
mempunyai klasifikasi klinik. Diklinik bedah sering dipakai
klasifikasi steinthal.
Jenis-jenis kanker payudara menurut Nurcahyo (2010)antara
lain :
11
1. Tumor Jinak (Fibroadenoma Mamae)
Tumor jinak berkembang di jaringan dan kelenjar susu.
2. LCIS (Lobular Carcinoma In Situ)
LCIS tidak meluas, melainkan hanya terjebak pada kelenjar
susu.
3. DCIS (Ductal Carcinoma In Situ)
DCIS adalah perkembangan sel abnormal yang menyerang sel-
sel pada saluran susu.
4. ILC (Infiltrating Lobular Carcinoma)
Kanker jenis ini menyerang jaringan payudara di bawah kulit,
didalam kelenjar susu dan menyebar ke jaringan lemak serta
jaringan penyangga payudara.
5. IDC (Infiltrating Ductal Carcinoma)
Jenis kanker ini yang paling banyak menyerang. IDC berawal
dari saluran susu dan menyebar melalui aliran darah serta
jaringan limfa ke bagian tubuh lainnya.
Faktor pemicu atau faktor resiko tumbuhnya sel kanker
payudara menurut Saryono (2014) antara lain :
1. Wanita diatas usia 30 tahun.
2. Wanita yang sudah menikah
3. Wanita yang menikah tapi tidak punya anak
4. Tidak pernah menyusui anak
5. Mengaami trauma berulang kali pada payudara
12
6. Riwayat family/ keluarga penderita penyakit kanker
7. Menstruasi pada usia yang sangat muda
8. Wanita yang mengalami gangguan jiwa
9. Menderita lesi fibrokistik yang berat.
f. Tumor
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam
tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang
menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali
normal atas pertumbuhannya.
Begitu tumor terbentuk, pertumbuhannya bersifat otonom,
karakteristik tumor diturunkan kegenerasi sel berikutnya,
pertumbuhannya relative tidak dapat dikendalikan tubuh, aktif dan
tidak terbatas. Pertumbuhan yang invasive, kelainan metabolisme
dan fungsinyamerupakan ancaman bagi tubuh. Jaringan tumor dalam
intensitas berlainan kehiangan kemampuan berdiferensiasi sehingga
morfologinya berbeda dari jaringan normal (Desen,Wan, edt, 2008).
Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor.
Benjolan tersebut ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang
ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor
ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran
kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya (Anonim, 2009).
Tumor jinak adalah benjolan tidak normal
akibatpertumbuhan sel yang terjadi secara terus menerus (Kumar
13
dkk, 2007). Merupakan benjolan pada payudara yang biasanya
terdiri dari gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah
yang menyerupai kantong yang sifatnya jinak dan tidak menyebar ke
bagian lain pada tubuh.
Tabel 2.1 Kasus Tumor Menurut Provinsi
NO PROVINSI PREY ALENSI % 95 % CI
1 Aceh 2,68 2,06-3,49
2 Sumatra Utara 2,88 2,33-3,56
3 Sumatra Barat 5,57 4,72-6,58
4 Riau 3,24 2,43-3,42
5 Jambi 3,34 2,44-4,58
6 Sumatra Selatan 1,91 1,33-2,74
7 Bengkulu 3,68 2,84-4,76
8 Lampung 3,60 2,82-4,59
9 Bangka Belitung 2,01 1,32-3,06
10 Kepulauan Riau 3,83 2,29-6,39
11 DKI Jakarta 7,44 6,02-9,20
12 Jawa Barat 5,47 4,89-6,12
13 Jawa Tengah 8,06 7,37-8,81
14 DIY Yogyakarta 9,66 7,92-11,96
15 Jawa Timur 4,41 3,94-4,94
16 Banten 6,35 5,03-8,02
17 Bali 4,92 3,79-6,38
18 Nusa Tenggara Barat 2,84 1,99-4,04
19 Nusa Tenggara Timur 3,35 2,77-4,05
20 Kalimantan Barat 2,45 1,88-3,18
21 Kalimantan Tengah 3,84 2,97-4,95
22 Kalimantan Selatan 3,91 3,06-4,99
23 Kalimantan Timur 3,59 2,80-4,60
14
24 Sulawesi Utara 5,76 4,36-7,60
25 Sulawesi Tengah 4,50 3,56-5,68
26 Sulawesi Selatan 4,78 4,12-5,54
27 Sulawesi Tenggara 2,60 1,99-3,14
28 Gorontalo 3,21 2,21-4,67
29 Sulawesi Barat 2,45 1,46-4,10
30 Maluku 1,54 0,83-2,86
31 Maluki Utara 1,95 0,91-4,20
32 Papua Barat 2,75 1,44-5,26
33 Papua 3,23 2,17-4,79
Indonesia 5,03 4,82-5,24
Sumber : Riskesda (2007)
2. Payudara
Secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan IV, secara
horizontal mulai dari pinggit sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada di jaringna sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub
kutan superficial dan profundus, yang menutupi musculus pectoralis
mayor (Walyani, 2015).
Payudara terdiri dari kumpulan kelenjar dan jaringan lemak yang
terletak diantara kulit dan tulang dada. Kelenjar di dalam payudara akan
menghasilkan susu setelah wanita melahirkan kelenjar-kelenjar susu
disebut lobule yang membentuk lobe atau kantung penghasil susu. Sisa
bagian dalam payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan berserat
yang saling berhubungan, yang mengikat payudara dan mempengaruhi
bentuk dan ukuran payudara (Saryono, 2014).
15
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil
adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa
laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi
menurut aktifitas fungsionalnya. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan
lemak (Walyani, 2015).
Anatomi dan fisiologi menurut Desen Wan, edt (2008) yaitu
a. Morfologi dan ruang lingkupnya
Kelenjar mammae wanita dewasa yang belum pernah
melahirkan berupa benjolan berbentuk kerucut, wanita yang telah
menyusui bentuknya cenderung menurun dan mendatar. Kelenjar
mamae wanita lanjut usia mengalami artofi bertahap. Mammae kedua
sisi berukuran serupa tapi tidak harus simetris. Beberapa kelenjar
mammae memiliki kutub latero-superior berekstensi sehingga fosa
aksila, membentuk kauda aksiar dari kelenjar mamae, disebut juga
‘eminesia aksilaris’.
b. Struktur dan kelenjar mammae
Sentrum dari kelenjar mamae adalah papilla mamae,
sekelilingnya terdapat lingkaran areola mamae. Areola mamae
memiliki banyak tonjolan kelenjar areolar, waktu menyusui dapat
menghasilkan sebum yang melicinkan papilla mamae. Sebagian
duktus besar menjelang ke papilla saling beranastomosis. Maka jumlah
pori muara duktus laktiferi lebih sedikit dari jumlah lobili laktiferi.
16
c. Fasia yang berkaitan dengan glandula mammae
Glandula mamae terletak di antara lapisan superficial dan
lapisan profunda dari fasia superficial subkutis. Serabut lapisan
superficial fasia superficial danglandula mamae dihubungkan dengan
jaringan sebabut pengikat, yang disebut dengan ligamentum Cooper
mamae. Jika ligament ini terinvasi tumor hingga menyusut, dikuit
bersangkutan akan timbul cekungan secara klinis dikenal
dengan’tanda lesung’.
Posterior dari gandula mamae adalah lapisan profunda fasia
superficial subkutis, dianterior fasia m. pektoralis mayor terdapat
struktur yang longgar, disebut dengan celah posterior glandula
mamae, maka glandula mamae dapat digerakan bebas diatas
permukaan otot pektoralis mayor. Jika tumor menginvasi fasia m.
pektoralis mayor ataou otot pektoralis mayor, mobilitasnya akan
berkurang atau terfiksasi padanya.
d. Pemasokan darah
Pasokan darah kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri
aksilaris, ramus perforate interkostales 1-4 dari arteri mamaria interna
dan ramus perforate arteri interkostales 3-7.
3. FIBROADENOMA MAMMAE
a. Pengertian
17
Fibroadenoma Mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah
tumor jinak berkarakter tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak
ditemukan pada wanita yang berusia muda. FAM (Fibroadenoma
Mammae) adalah tumor jinak yang paling sering terjadi dikalangan wanita
muda. Insiden FAM(Fibroadenoma Mammae) bergerak naik terus sejak
30 tahun terakhir. Tumor ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia
menopause (Kumar, 2007).
FAM (Fibroadenoma Mammae) merupakan neoplasma jinak yang
terutama terdapat pada wanita usia muda. FAM (Fibroadenoma Mammae)
teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol dan konsistensi kenyal.
Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk
digerakkan. Biasanya FAM (Fibroadenoma Mammae) tidak disertai rasa
nyeri. Neoplasma ini tidak lagi di temukan pada masa menopause
(Sjamsuhidajat, 2010).
Western Breast Service Alliance melaporkan bahwa fibroadenoma
sering terjadi pada wanita usia 15-25 tahun (Alhadrami, S.2007). wanita
yang pernah menderita fibroadenoma mammae memiliki peningkatan
resiko untuk mengalami kanker payudara 8,95 kali lebih tinggi.
Peningkatan resiko ini berhubungan dengan riwayat tumor jinak dimana
pernah terjadi proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya
pengendalian kematian sel terprogram oleh proses apoptosis akan
menimbulkan keganasan karena tubuh menjadi tidak mampu mendeteksi
kerusakan DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) (Indrati, Rini. 2005).
18
Menurut Bickley S Lynn (2008), beberapa massa payudara yang
dapat di palpasi
Table 2.2Massa yang dapat di palpasi
Usia Lezi yang lazim ditemukan Karakteristik
15-25 Fibroadenoma Mammae Biasanya bulat, keras, dapat di gerakkan.
Tidak ada nyeri tekan
25-50 Kista Biasanya lukan sampai keras, bulat, dapat
digerakkan sering nyeri tekan.
Sumber : Bickley S Lynn, (2008)
Tabel 2.3 Manifestasi klinis Fibroadenomma Mammae danpenyakitfibrokistik
payudara
Manifestasi
Fibroadenomma
Mammae
Penyakit Fibrokistik
Umur
15-20 tahun, bisa
juga umur 55 tahun
30-45 tahun berkurang setelah menopause
Bentuk Bundar, lobular Bundar, lobular
Kepadatan Padat, bisa lembut Lembut
Demarkasi Jelas batasnya Jelas batasnya
Banyaknya Biasanya tunggal Biasanya multiple
Mobilitas Sangat mobile, licin Mobile
Retaktsi kulit Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Nyeri
19
Sumber : Mary Baradero, (2006)
b. Etiologi
Payudara merupakan alat sekunder yang selalu menerima
rangsangan hormonal setiap siklus menstruasi, pada saat hamil, dan
laktasi (menyusui). Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan
hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau
menjadi ganas (manuaba, 2010).
Etiologi tumor payudara belum diketahui dengan pasti, biasanya
bersifat multifactor. Ada yang bersifat endogen (epigenetik genetik
heredofamilial. hormonal, status imun. nulipara, aging, stress spsikis
berat), dan / eksogen seperti faktor konsumtif (defisiensi : protein,
vitamin A dan derivatnya. antioksidan ; diet tinggi lemak), intake
berlebih atau obesitas, alkoholik, perokok, pengguna terapi sulih
hormon, trauma / pasca bedah local (Nasar Made I, 2010).
Penyebab dari Fibroadenoma Mammae adalah peningkatan
mutlah atau nisbi aktifitas esterogen di perkirakan berperan dalam
pembentukan FAM(Fibroadenoma Mammae). Dan lesi serupa muncul
bersama dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis), usia < 30 tahun
jenis kelamin, genetik, stress, serta lesi prekanker juga dapat
menyebabkan terbentuknya FAM(Fibroadenoma Mammae) (Kumar,
2007).
c. Tanda dan Gejala
20
Menurut Norwitz R Errol (2007)dan gejala dari Fibroadenomma
Mammae antara lain
1) Biasanya terjadi pada wanita muda berusia 20-an yang diawali
dengan penemuan massa yang tidak terasa sakit saat mandi
2) Pertumbuhan massa biasanya sangat melambat.
Menurut Nugroho (2011) dan gejala dari Fibroadenomma Mammae
antara lain
1) Fibroadenoma dapat multipel
2) Benjolan berdiameter 2-3 cm namun dapat bertambah dengan
ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma)
3) Benjolan kenyal, halus dan dapat digerakan.
4) Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara
5) Benjolan berlobus - lobus
6) Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa
rata dan memiliki batas jelas
d. Klasifikasi
Klasifikasi Fibroadenoma mammae berdasarkan histologik menurut
Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012) yaitu:
1) Fibroadenoma Pericanaliculare, Yakni kelenjar berbentuk bulat
dan lonjong dilapisi epitel sepalis atau beberapa lapis.
2) Fibroadenoma intacanalicular, Yakni jaringan ikat mengalami
proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-
21
panjang atau tidak teratur dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak
pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.
e. Patofisiologi
Fibroadenoma mammae merupakan tumor jinak payudara yang
sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh
beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang
berlebihan terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering
digolongkan dalam memary dysplasia. Fibroadenoma biasanya
ditemukan pada kuadran luar, merupakan lobus yang terbatas jelas,
mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Pada gambar histologi
menunjukan stroma dengan poliferasifibroblast yang mengelilingi
kelenjar rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran
berbeda (Jitowiyono dan Kristyanasari, 2012).
f. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Desen Wan Edt, (2008) tumor (terutama tumor ganas)
memiliki jenis terapi khusus (bedah radikal yang destruktif, kemoterapi
yang toksik dan rudapaksa radiasi dari radioterapi dan lain-lain) yang
mempengaruhi mental, psikologi dan ekonomi pasien, maka sebelum
memulai terapi, sedapat mungkin perlu ditegakkan diagnosis yang
pasti. Metode diagnosis patologik tumor salah satunya diagnosis
histologik dengan potongan blok parafin (parafinembedded tissue
section) metodenya adalah jaringan sampel didehidrasi kemudian
22
ditanam dalam paraffin padat, lalu di potong. diwamai (hematoksilin
eosin / H-E), diperiksa dibawah mikroskop untuk dibuat diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Benjolan cenderung berbentuk bundar dan memiliki pinggiran
yang dapat dibedakan dengan jaringan payudara disekitarnya, sehingga
sering kali teraba seperti ada kelereng didalam jaringan payudara.
Untuk membantu menegakan diagnosa biasanya dilakukan aspirasi
jarum atau biopsy (Nugroho dan Utama, 2014).
Menurut Jitowiyono dan Kristyanasari (2012) fibroadenoma
dapat di lakukan pemeriksaan diagnostik dengan beberapa cara yaitu
1) Biopsi
Tindakan mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah
mikroskop
2) Pembedahan
Tindakan operasi pengambilan tumor di dalam payudara
3) Hormonal
Pemakaian kontrasepsi oral yaitu pil KB dan suntik KB dalam
waktu lama lebih dari 7 tahun.
4) Ultrasonography (USG)
Untuk membuktikan adanya massa kristik dan solid atau padat
yang mengarah pada keganasan, dhan pada perempuan dibawah
usia 40 tahun.
5) Mammografi
23
Merupakan pemeriksaan sinar-x terhadap payudara, untuk
menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan
adanya keganasan.
6) Angiografi
7) MRI
MRI mammae dengan kontras memiliki sensitivitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae dalam stadium dini. Tapi
pemeriksaan ini cukup mahal, sulit digunakan meluas, hanya
menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikro
tumor.
8) CT-Scan
Ultrasound/scan CT membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi
massa,foto rontgen pemeriksaan ini berguna untuk menentukan
adanya hidrotorak (Kusuma dan Nurarif, 2015).
9) Foto Rontgen
Pemindaian tulang bila terdapat gejala metastasis atau bila
fosfatase alkali meningkat.
10) Blood study
g. Penanganan
Fibroadenoma sering kali berhenti tumbuh atau bahkan
mengecil dengan sendirinya. Pada kasus seperti ini tumor biasanya
24
tidak diangkat. Jika Fibroadenoma terus membesar, maka harus
dibuang melalui pembedahan (Nugroho, 2014).
1) Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai
berikut:
a) Ukuran
b) Terdapat rasa nyeri atau tidak
c) Usia pasien
d) Hasil biopsy
2) Pembedahan
Menurut Hasdianah dan Suprapto (2014) masektomi adalah operasi
pengangkatan payudara, ada 3 jenis mastektomi:
a) Modified Radical Mastectomy
Operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara
ditulang dada, tulang selangka, tulang iga, dan benjolan
disekitar ketiak.
b) Total (Simple) Mastectomy
Operasi pengangkatan seluruh payudara saja tetapi bukan
kelenjar ketiak
c) Radical Mastectomy
Operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya
disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
25
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
Lumpectomy biasanya diakukan pada klien dengan tumor yang
diameternya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir
payudara.
3) Kemoterapi
Kemoterapi proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang
bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga seluruh tubuh
(Hasdianah dan Suprapto, 2014).
4) Terapi penyinaran
Radio terapi atau terapi sinar adalah penggunaan sinar berenergi
tinggi (seperti sinar x) untuk membunuh atau memperkecil sel
kanker. Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka
kekambuhan sebesar 50-75%. Namun radioterapi dapat
menyebabkan efek samping dikemudian hari. Untuk alasan itu,
radioterapi setelah operasi dianjurkan dibatasi pada pasien dengan
resiko tinggi untuk kekambuhan (Saryono dan Pramitasari, 2014).
5) Lintasan metabolisme
Asam bifosnat merupakan senyawa penghambat aktifitas osteoklas
dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan
osteoporosis yang di induksi oleh overian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan
26
efektivitas untuk menurunkan metasis sel kanker payudara menuju
tulang (Hasdianah dan Suprapto, 2014).
h. Deteksi dini dan pencegahan
1) Menurut Saryono dan Pramitasari (2014), wanita yang harus
melakukan deteksi dini yaitu:
a) Wanita >20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan sekali
b) Wanita >35 tahun-40 tahun melakukan mammografi
c) Wanita >40 tahun melakukan check up pada dokter ahli
d) Wanita >50 tahun check up rutin/ mammografi setiap tahun.
e) Wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi (misalnya keluarga
ada yang menderita kanker) pemeriksaan kedokter lebih rutin
dan lebih sering.
2) Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari atau Breast Self Examination)
Semua wanita diatas usia 20 tahun sebaiknya melakukan sadari
setiap bulan dan segera periksa kedokter bila ditemukan benjolan.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), sangat penting dianjurkan
kepada masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara
detemukan oleh penderita sendiri (saryono, 2014).
Cara melakukan SADARI menurut Nugroho dan Utama (2014)
yaitu:
a) Berdiri didepan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan
normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikir berbeda.
Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri
27
dan kanan dan perubahan pada putting susu ( misalnya tertarik
kedalam) atau keluarnya cairan dari putting susu. Perhatikan
apakah kulit pada putting susu berkerut.
b) Masih berdiri didepan cermin, kedua telapak tangan diletakkan
di belakang kepala dan kedua tangan ditarik kebelakang.
Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk
menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan
perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara
bagian bawah.
c) Kedua tangan diletakkan dipinggang dan badan agak condong
ke arah cermin, tekan bahu dan sikut kearah depan. Perhatikan
ukuran dan kontur payudara.
d) Angkat lengan kiri dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan
kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara
memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara,
mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak kearah dalam sampai
ke putting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan
atau massa dibawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap
payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan
memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara
kedua payudara dan ketiak.
28
e) Tekan putting susu secara perlahan dan perhatikan apakah
keluar cairan dari putting susu. Lakukan hal ini secara
bergantian pada payudara kiri dan kanan.
f) Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan dibawah
bahu kiri dan lengan kiri ditarik keatas. Telusuri payudara kiri
dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi
seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan
pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan
dengan meletakkan bantal dibawah bahu kanan dan mengangkat
lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari
tangan kiri.
3) Pemeriksaan Klinik
Pada usia 20-39 tahun setiap wanita sebaiknya memeriksakan
payudaranya ke dokter tiap 3 tahun sekali. Pada usia 40 tahun ke
atas sebaiknya dilakukan tiap tahun.
4) Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan sinar-x terhadap
payudara.Skrining kanker payudara dengan Mammografi
dianjurkan untuk perempuan berusia lebih dari 40 tahun dengan
risiko standar. Untuk wanita dengan resiko tinggi (khususnya
dengan mutasi gen tersebut diatas) Mammografi sebaiknya dimulai
pada usia 25 tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari anggota
keluarganya yang termuda yang mempunyai riwayat kanker
29
payudara. Misalnya ada kakaknya menderita kanker payudara pada
usia 26 tahun, maka adiknya dengan mutasi gen BRCA I atau
BRCA 2 dianjurkan memulai pemeriksaan Mammografi pada usia
21 tahun.
4. Terapi Nyeri Post Lumpectomy
Penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita dengan
Fibroadenoma Mammae salah satunya adalah pembedahan yang di sebut
dengan Lumpectomy. Tindakan tersebut untuk mengangkat seluruh
jaringan sel tumor serta sedikit jaringan sehat di sekitarnya
(Braseher,2007)
Tanda gejala Fibroadenoma Mammae yang harus dilakukan
membedahan menurut Jotowiyono dan Kristiyanasari (2012) yaitu :
a) Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan.
Pada pemampang tampak jaringan ikat berwarna putih kenyal.
b) Ada penekanan pada jaringan sekitar
c) Ada batasan yang tegas.
d) Diameter mencapai 5-10 cm muncul Fibroadenoma raksasa (Giant
Fibroadenoma)
e) Memiliki kapsul dan soliter
f) Benjolan dapat digerakkan.
Menurut Heather (2013) post operasi mammae diagnosa yang
muncul yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (pembedahan)
30
b. Gangguan gambaran diri berhubungan (body image) berhubungan
dengan tindakan bedah
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Kriteria hasil interfensi resiko infeksi NOC (Nursing Outcomes
Clasification) :
(1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
(2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
(3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
(4) Jumlah leukosit dalam batas normal
(5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC (Nursing Intervention Classification) :
(1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
(2) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
(3) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik local
(4) Monitor kerentanan terhadap infeksi
(5) Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Menurut Rofiqoh (2015) dalam manajemen perawatan luka ada
beberapa tahap yaitu :
(1) Evaluasi luka
Meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik ( lokasi dan eksplorasi)
(2) Tindakan antiseptik
31
Prinsipnya untuk mensucihamakan kulit biasanya digunakan
cairan atau larutan antiseptik.
(3) Pembersihan luka
Tujuan dilakukan pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta
menghindari terjadinya infeksi.
(4) Penutupan luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang
baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung
optimal.
(5) Pembalutan
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, pengupayaan lingkungan yang baik bagi luka dalam
proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan
hematom
(6) Pemberian antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik.
Pasca bedah biasanya terjadi nyeri akibat luka operasi. Nyeri
merupakan sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial (Corwin,2009).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dalam Zees (2012) pada pasien
setelah pembedahan mengeluh nyeri bisa dilakukan tindakan baik secara
32
farmakologi maupun nonfarmakologi. Tindakan farmakologi biasanya
dengan pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
Metode pereda nyeri non farmakologi biasanya mempunyai resiko
yang sangat rendah, Karena tidak adanya efek samping seperti pada
pemberian obat. Berbagai macam teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri diantaranya massasse, pijat refleksi, range of motion,
distraksi, relaksasi, umpan balik tubuh (biofeed back) sentuhan terapeutik
dan relaksasi genggam jari (Wirya dan Sari, 2013).
Menurut Pinandita (2012) dalam handayani (2014) Teknik genggam
jari merupakan cara yang mudah untuk mengelola emosi dan
mengembangkan kecerdasan emosional. Rangsangan mengalirkan
semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut
diterima oleh otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses
dengan cepat diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang
mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energy menjadi lancar.
Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk
mencapai relaksasi. Dalam keadaan relaksasi secara ilmiah akan memicu
pengeluaran hormone endofrin, hormone ini merupakan analgesik alami
dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang.
Menurut Wong (2011) dalam Hndayani (2014) prosedur teknik
relaksasi genggam jari dilakukan +-15 menit dengan tahapan antara lain :
a) Duduk atau berbaring dengan tenang.
33
b) Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya bila
merasa khawatir, genggam jari telunjuk bila merasa takut, genggam
jari tengah bila merasa marah, genggam jari manis apabila merasa
sedih dan genggam jari kelingking bila merasa stress.
c) Tutup mata, fokus dan tari nafas perlahan dari hidung, hembuskan
perlahan dengan mulut. Lakukan berkali-kali.
d) Katakan “semakin rileks, semakin rileks”, dan seterusnya sampai
benar-benar rileks.
e) Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang
diinginkan seperti, “maafkan”, “lepaskan”, “lepaskan”, “tunjukkan
yang terbaik”, “saya pasti bisa”, “saya ingin bahagia”, “saya ingin
masalah cepat selesai”, dan lain-lain sesuai permasalahannya.
f) Gunakan perintah sebaliknya untuk menormalkan pikiran bawah
sadar. Contohnya, “saya akan terbangun dengan keadaan baik”,
“mata saya perintahkan untuk normal kembali dan dapat dengan
mudah di buka”.
g) Lepaskan genggaman jari dan usahakan lebih rileks.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang di lakukan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
34
pelaksanaan dan evaluasi (Hidayat Asri, 2009)
2. Proses Manajemen Kebidanan
Menurut Sulistyawati (2009)Manajemen kebidanan terdiri atas
tujuh langkah yang berurutan, diawali dengan jpengumpulan data sampai
evaluasi. Proses ini bersifat siklik (dapat berulang), dengna tahap
evaluasi sebagai data awal pada siklus berikutnya. Proses manajemen
kebidanan terdiri atas langkah-langkah beriut ini:
a. Mengumpulkan semua data yang di butuhkan untuk menilai
keadaan klien secara keseluruhan.
b. Menginterpretasi data untuk diagnosis atau masalah
c. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lainnya serta melakukan
rujukan berdasarkan kondisi klien.
e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek sosial yang tidak
efektif.
f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman
g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan
mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan
yang tidak efektif.
1) Langkah I : Pengkajian
35
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien (Nugraheny dan Sulistyawati, 2010).
a) Data Subyektif
Adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Wulandari dan
Handayani, 2011).
(1) Biodata Pasien
Pengkajian biodata antara lain :
(a) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(b) Umur/Usia
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 35 tahun beresiko
terhadap Fibroadenomma Mammae karena
adanya peningkatanhormon (Anggraini, 2010).
(c) Agama
36
Sebagai dasar bidan dalam memberikan
dukungan mental dan spiritual terhadap pasien
dan keluarga (Nugraheny dan Sulistyawati 2010).
(d) Pendidikan
Dikaji untuk menyesuaikan dalam
memberikan pengetahuan sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan
seseorang (Norma dan Dwi, 2013).
(e) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari (Wulandari dan Handayani,
2011).
(f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
(g) Alamat
Dikaji untuk maksud mempermudah hubungan
bila dalam keadaan mendesak. Dengan diketahui
alamat tersebut, bidan mengetahui tempat tinggal
pasien dan lingkungannya (Bobak, 2005).
37
(2) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui
alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2014). Keluhan utama adalah alasan
kenapa klien datang ke tempat bidan. Hal ini disebut
tanda dan gejala. Dituliskan sesuai dengan yang
diungkapkan oleh klien serta tanyakan juga sejak
kapan hal tersebut dikeluhkan oleh klien (Astuti,
2012).
(3) Riwayat Menstruasi
Menurut Sulistyawati (2014), dari data yang
kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa
data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi
antara lain :
(a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia
sekitar 12-16 tahun.
(b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi
yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam
hitungan hari, biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
38
(c) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan kadang kita kesulitan
untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan
biasanya kita gunakan kriteria banyak, sedang, dan
sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien
biasanya bersifat subyektif, namun kita dapat gali
lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan
pendukung seperti sampai beberapa kali ganti
pembalut dalam sehari.
(d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan ketika mengalami menstruasi misalnya
sakit yang sangat, penig sampai pingsan, atau
jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan
yang disampaikan oleh pasien dapat menujukkan
kepada diagnosis tertentu.
(e) Lamanya
Lamanya Haid yang normal adalah +- 7 hari.
Apabila sudah ebih dari 15 hari berarti sudah
abnormal dan kemungkinan adanya gangguan
39
ataupun penyakit yang mempengaruhinya (Astuti,
2012)
(4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,
status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
(Wulandari dan Handayani, 2011).
(5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Menurut Wulandari dan Handayani (2011), berapa kali
ibu hamil, apakah pernah abortus,jumlah anak,cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu.
(6) Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,adakah
keluhan selam menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelahmasa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Wulandari dan Handayani, 2011).
(7) Riwayat Kesehatan
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah
atau sedang menderita penyakit, seperti jantung,
40
diabetes mellitus (DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan
hepatitis (Sulistyawati, 2009).
(a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti
jantung, DM, hipertensi,dan asma (Ambarwati dan
Wulandari, 2010)
(b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan kista ovarium
(Ambarwati dan Wulandari, 2010)
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk megetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati
dan Wulandari, 2010)
(8) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan (Wulandari dan Handayani, 2011).
41
(b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Wulandari dan Handayani, 2011).
(c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur, kebiasaan pasien sebelum
tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur
siang, penggunaan waktu luang. Istirahat
sangat penting pada ibu nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(d) Personal Hygine
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data ini
perlu kita gali karena akan sangat berkaitan dengan
kenyamanan pasien. Beberapa pertanyaan yang
perlu diajukan berhubungan dengan perawatan
kebersihan pasien.
Kapan terakhir mandi, keramas dan gosok gigi.
42
Kapan terakhir ganti baju dan pakaian dalam.
(e) Kehidupan seksual
Menurut Nugraheny dan Sulistyawati (2010), data
yang kita perlukan berkaitan dengan aktivitas
seksual adalah sebagai berikut, keluhan, frekuensi,
dan kapan terakhir melakuakan hubungan seksual.
(f) Data Psikologis
Untuk mengetahui respon keluarga terhadap
perubahan emosi atau psikososial pasien
(Wulandari dan Handayani, 2011).
b) Data Objektif
Menurut Nugraheny dan Sulistyawati (2010), data ini
dikumpulkan guna melengkapai data untuk menegakkan
diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.
(1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya
adalah sebagai berikut :
(a) Baik
43
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak
mampu berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Menurut Astuti (2012), tingkat kesadaran adalah ukuran
dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi:
(a) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
(b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
(c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
(d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
44
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan).
(e) Stupor (spoor koma), yaitu keadaan seperti tertidur
lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
(f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap rangsangan apapun.
(3) Tanda-tanda vital
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
(Saifuddin, 2007).
(2) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit (saifuddin, 2007). Batas normal 60-80 x/menit
(Ambarwati dkk, 2010).
(3) Pernapasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang
dihitung dalam 1 menit (saifuddin, 2007). Batas normal
20-30 x/menit (Ambarwati dkk, 2010).
(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan
atau tidak jika ada dan lebih dari 380 C, kemungkinan
terjadi infeksi. Batas normal 37,50-38
0C
(Ambarwati dkk, 2010).
45
(5) Berat badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas(Saifuddin,
2007).
(6) Tinggi badan
Untuk mengetahui faktor resiko kesempitan panggul
(saifuddin, 2007). Tinggi badan wanita normalnya
150 cm (Ambarwati dkk, 2009).
c) Pemeriksaan sistemik
(1) Kepala
(a) Rambut
Untuk mengetahui apakah kuit kepala dan rambut
bersih, rontok dan berketombe (Kamariyah dkk,
2014)
(b) Muka
Untuk mengetahui apakah pucat/tidak, edema/tidak
(Kamariyah dkk, 2014)
(c) Mata
Untuk mengetahui apakah simetris/tidak,
konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterus/tidak,
palpebra edema/tidak (Kamariyah dkk, 2014).
(d) Hidung
46
Untuk mengetahui apakah ada secret/tidak,
polip/tidak, pernafasan cuping hidung/tidak
(Kamariyah dkk, 2014).
(e) Telinga
Untuk mengetahui apakah simetris/tidak, ada
purulen/tidak (Kamariyah dkk, 2014)
(f) Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui mukosa bibir, stomatitis, ada
caries/tidak, gigi palsu, kebersihan lidah, tonsillitis
(Kamariyah dkk, 2014).
(2) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok
atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening
(Nursalam, 2008).
(3) Dada dan axilla
Untuk mengetahui mammae ada pembesaran atau tidak,
tumor simetris, aerola hiperpigmentasi apa tidak, puting
susu menonjol apa tidak, kolostrum sudah kluar atau
belum (Anggraini, 2010).
(4) Axilla
Untuk mengetahui adakah tumor, adakah nyeri tekan
(Nursalam, 2008).
(5) Abdomen
47
Untuk mengetahui adanya bising diatas aorta, arteri
renalis dan arteri femoralis.
(6) Anogenital
(a) Vulva vagina dan Perineum
Meliputi pemeriksaan : Varices, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini
(bengkak, massa) (Astuti, 2012).
(b) Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak (Astuti,
2012).
(7) Ekstermitas
Meliputi pemeriksaan : oedema, varices, kuku jari, dan
reflek patella (Astuti, 2012).
d) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnose,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium
(Varney, 2007). Ultrasound/scan CT membantu
mengidentifikasi ukuran/lokasi massa,foto rontgen
pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotorak (Kusuma dan Nurarif, 2015).
2) Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan
diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan
48
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu
dengan lainya sehingga tergambar fakta (Nugraheny dan
Sulistyawati 2013).
a) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
dalam lingkungan praktek kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney,
2007)
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Ny.X dengan
gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammae.
Data Subjektif
Ibu mengatakan payudara kanan lebih terasa berat dan
berbeda daripada payudara yang kiri (Norma dan Dwi,
2013).
Data Objektif :
(1) Keadaan umum :
(2) Kesadaran :
(3) TTV, TD : x mmHg, N : x/menit, R : x/menit, S: 0C
(4) Pada palpasi teraba benjolan abnormal yang bisa
digerakkan di payudara (Norma dan Dwi, 2013).
49
b) Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan
“diagnosis” dipakai keduanya beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan
untuk membuat rencana yang menyeluruh.Masalahsering
berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami
kenyataan terhadap diagnosisnya (Nugraheny dan
Sulistyawati 2013).
c) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Nugraheny dan
Sulistyawati 2013).
3) Langkah III : Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain
juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien.
Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah
potensial benar-benar terjadi (Sulistyawati, 2009).
Diagnosa potensial pada kasus Fibroadenomma Mammae
yang mungkin terjadi yaitu terjadi Ca Mammae (Varney, 2007).
4) Langkah IV : Antisipasi Masalah
50
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan
dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan lain (Walyani, 2015).
Pada kasus gangguan reproduksi dengan
FibroadenommaMammae antisipasi yang diberikan yaitu
kolaborasi dengan dokter bedah, bila tidak terjadi keganasan
bisa diobati secara operasi atau dengan obat-obatan, bila terjadi
keganasan harus dilakukan pengangkatan Fibroadenomma
Mammae atau operasi dan diberikan obat-obatan anti kanker
yaitu Alkilator, Antimetabolit, Golongan Antibiotik, Inhibitor
protein mikotubuli, Inhibitor tomoisomerase, Golongan hormon
dan golongan target molekuler (Desen Wan Edt, 2008).
5) Langkah V : Perencanakan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah klien, tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut,
apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan dan apakah
pasien perlu dirujuk karena ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan masalah kesehatan lain (Walyani, 2014).
a) Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana
asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya(Walyani, 2014).
51
b) Lakukan tindakan pembedahan atau Lumpectomy yaitu
pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh payudara (Hasdianah, 2014).
c) Lakukan Kemoterapi proses pemberian obat-obatan anti
kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair atau kapsul atau
melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker
melalui mekanisme kemotaksis (Hasdianah, 2014).
d) Pemberian terapi relaksasi pereda nyeri dengan
menggunakan Teknik Genggam Jari (finger hold), yaitu
merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan serta aliran
energy didalam tubuh ( Pinandita, 2011).
6) Langkah VI : Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan
oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan
tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
atas terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam situasi dimana ia
harus berkolaborasi dengan dokter, misalnya karena pasien
mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan
menigkatkan mutu asuhan (Sulistyawati, 2009).
52
Pada langkah ini dilakukan sesuai dengan langkah
perencanaan yang telah diputuskan.
7) Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang telah diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan
pasien yang di identifikasi saat merencanakan asuhan
kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan, bidan
mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan
kebidanan; efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah; dan
hasil asuhan kebidanan (Walyani, 2015).
Menurut Irianto (2015), mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien, pada tahap ini
bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap
masalah yang dihadapi oleh klien. Apakah masalah diatasi
seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau timbul masalah baru.
Evaluasi yang diharapkan akan tercapai setelah asuhan
kebidanan diberikan adalah
a) Keadaan umum baik
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : Normal (120/80 mmHg)
N : Normal (60-90 x/menit)
S : Normal (36,5-37,50C)
R : Normal (18-24 x/menit)
53
c) Fibroadenoma Mammae teratasi
d) Rasa nyeri berkurang
3. Data Perkembangan Dengan Menggunakan SOAP
Menurut Walyani (2015), data perkembangan menggunakan SOAP
meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasiaan hasil analisis dan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus
untuk mendukung assessment.
A : Assessment
Masalah atau diagnosa yang ditegakakan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian
adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisis adalah sesuatu
yang penting dalam mengikuti perkembangan klien.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
a. Diagnosa/Masalah
54
1) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien.
2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu.
b. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
dimasukkan dalam planning.
C. Landasan Hukum
Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi
bidan di Indonesia dalam kasus gangguan reproduksi dengan prolaps uteri
bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam Permenkes
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010. Tentang ijin dan penyelenggaraan
praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai dengan pasal 9
yang isinya :
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
i. Pelayanan kesehatan ibu
ii. Pelayanan kesehatan anak
iii. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
55
Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 huruf c, berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
(Menkes RI, 2010)
Menurut Kharimaturrahmah, dkk (2012),kompetensi ke 9 peran,
fungsi, kompetensi bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada
wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi meliputi :
1. Pengetahuan Dasar
a. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit
menular seksual (PMS), HIV AIDS
b. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang
lazim terjadi
c. Tanda dan gejala pelaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi,
keputihan pendarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
2. Ketrampilan Dasar
a. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelaianan system
reproduksi.
b. Melaksanakan pertolongan pertama pada wanita/ibu dengan
gangguan system reproduksi.
56
c. Melaksanakan kolaborasi atau rujukan secara cepat dan tepat pada
wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenagan
pada kelainan ginekologi meliputi, keputihan, perdarahan tidak
teratur dan penundaan haid.
e. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang
dilakukan.
3. Ketrampilan Tambahan
a. Mempersiapkan wanita menjelang klimaktrium dan menopause
b. Memberikan pengobatan pada pendarahan abnormal dan abortus
spontan (bila belum sempurna)
c. Melaksanakan kolaborasi atau rujukan secara tepat pada wanita/ibu
dengan gangguan system reproduksi
d. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenagan
pada gangguan system reproduksi meliputi, keputihan, perdarahan
tidak teratur dan penundaan haid.
e. Mikroskop dan penggunaanya
f. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
g. Menggunakan mikroskop untuk pemerikasaan hapusan vagina
h. Pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
58
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS
A. Jenis Studi Kasus
Jenis Karya Tulis Ilmiahini adalah studi kasus. Studi kasus adalah studi
yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber
informasi (Nasir dkk, 2011). Studi kasus ini menggunakan metode
observasional deskriptif yaitu suatu metode untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini menggambarkan tentang Asuhan
kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.R umur 24 dengan Fibroadenoma
Mammaedi RSUD Karanganyar tahun 2016 menggunakan manajemen
kebidanan 7 langkah varney.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi pengambilan kasus
yang dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi pengambilan kasus
inidilaksanakan di RSUD Karanganyar.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah orang yang akan dijadikan subjek untuk
dilakukan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Subjek studi kasus ini dilakukan
pada Ny.R umur 24 tahun pasien gangguan reproduksi dengan
fibroadenommamammae
59
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah merupakan pengambilan data kasus diambil
(Notoatmodjo, 2010), seorang peneliti sering memperkirakan waktu yang
diperlukan tiap selesainya tahap proses penelitian (Nursalam, 2013). Waktu
studi kasus ini dilaksanakan pada bulan 24 April 2016 sampai 26 April 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengambilan
data. Instrumen yang penulis pakai dalam pengambilan data adalah format
asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan reproduksi dan lembar status
atau dokumentasi pasien tentang kesehatan sebelumnya dan lembar observasi
serta data perkembangan SOAP (Notoatmodjo, 2012).
Pada kasus Ny.R umur 24 Tahun dengan gangguan reproduksi
Fibroadenoma Mammae instrument yang penulis pakai dalam pengambilan
data adalah format asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi, lembar
observasi serta data perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah :
1. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
memerlukannya (Notoatmodjo, 2010). Data primer diambil dengan cara
a. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian kesehatan merupakan komponen kunci dalam pembuatan
60
klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis menopang
pengembangan praktek kebidanan (Nursalam, 2008).
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu proses observasi dengan
menggunakan mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-
tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik
(Priharjo,2006). Dalam pengambilan kasus Ny.R umur 24 tahun
dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammaepeneliti
melakukan inspeksi dari kepala sampai kaki (Head to toe).
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba,
tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan
digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperature,
turgor, bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran (Nursalam,
2008). Dalam pengambilan kasus Ny.R umur 24 tahun dengan
gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammaepeneliti
melakukan pemeriksaan palpasi pada payudara teraba benjolan
padat, berbatas jelas dan dapat digerakkan.
3) Perkusi
Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk
untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi bertujuan
untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran dan konsistensi jaringan.
61
Perkusi dilakukan untuk mengetahui reflek patella pasien
(Nursal, 2008). Dalam pengambilan kasus Ny.R umur 24 tahun
dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammaepeneliti
melakukan pemeriksaan perkusi dilakukan pada lutut untuk
mengetahui reflek patella.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkansuara
yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop
(Nursalam, 2008). Dalam pengambilan kasus Ny.R umur 24
tahun dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma
Mammaepeneliti melakukan pemeriksaan auskultasi untuk
mendeteksi tekanan darah.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data di mana mendapatkan keterangan atau pendirian
secara lisan dari seorang sasaran penelitian (responden) atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus wawancara dilakukan pada Ny.R
umur 24 tahun pasien gangguan reproduksi dengan Fibroadenomma
mammae
c. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang berencana. antara
lain meliputi, melihat, mencatat, jumlah dan taraf aktivitas tertentu
62
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Dalam observasi menggunakan format asuhan kebidanan
gangguan reproduksi untuk mengetahui antara lain keadaan umum
pasien, kesadaran, tanda-tanda vital, keluhan terdapat benjolan pada
payudara dan hasil pemeriksaan penunjang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan
akan tetapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkunganya,
mempelajari status atau dokumentasi pasien, catatan asuhan kebidanan
dan studi (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder meliputi :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya
laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi
adalah segala bentuk dokumen di bawah tanggung jawab instasi
tidak resmi seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo. 2010).
Dalam hal ini contohnya yaitu status / catatan pasien, rekam medik
di RSUD Karanganyar.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik berupa
teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh
berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010).
Contoh studi kepustakaan yang digunakan penulis adalah buku-
63
bukudan jurnal dari tahun 2006 sampai 2015.
G. Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai berikut
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara)
a. Format pengkajian pada gangguan sistem reproduksi (ASKEB)
b. Buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi pra
Operasi
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Temperature suhu
d. Spet 5cc
f. Tourniquet
g. Infuse set
h. Cairan infuse RL 500cc
i Kapas alkhohol
j. Povidone iodine 10%
k. Bengkok
l. Pinset cirugis
m. Kassa steril
n. plester
o. Supratule
64
H. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian adalah langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun
proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta
waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut. Biasanya jadwal
kegiatan ini disusun dalan suatu “gant’s chart” (Notoatmodjo, 2013)
Jadwal penelitian Terlampir
65
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY.R UMUR 24 TAHUN DENGAN
FIBROADENOMA MAMMAE
DI RSUD KARANGANYAR
Ruang : Kenanga II
Tanggal Masuk : 26 April 2016
No. Register : 227604
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN : IDENTITAS SUAMI :
1. Nama : Ny.R Nama : Tn.N
2. Umur : 24 tahun Umur : 26 Tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
5. Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
6. Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
7. Alamat : Majan RT.3, RW.4, kandangan, Kerjo, Karanganyar
B. ANAMNESE (DATA SUBYEKTIF)
Tanggal: 24 April 2016 Pukul : 08.00 WIB
1. Keluhan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan adanya benjolan pada payudara kiri bagian bawah,
benjolan tersebut padat dan dapat digerakkan sejak 6 bulan yang lalu.
2. Riwayat penyakit :
66
a. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengatakan adanya benjolan
padapayudara kiri bagian bawah,
benjolan tersebut padat dan dapat
digerakkan sejak 6 bulan yang lalu.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri
dada sebelah kiri dan tidak keluar keringat
dingin saat beraktivitas.
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak ada nyeri tekan pada
pinggang bagian bawah dan tidak nyeri saat
BAK
3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kulit, dan kuku
tidak pernah berwarna kuning.
6) DM : Ibu mengatakan tidak mudah lapar, haus dan
sering BAK pada malam hari.
7) Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah
lebih dari 140/90 mmHg
8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai
mengeluarkan busa dari mulutnya.
67
9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit lain
seperti HIV/AIDS.
c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari keluarganya
maupun keluarga suaminya tidak
ada riwayat penyakit menular
(hepatitis) maupun riwayat penyakit
menurun (jantung, DM, dll)
d. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari keluarganya
maupun keluarga suaminya tidak
ada keturunan kembar
e. Riwayat operasi : Ibu mengatakan belum pernah
operasi apapun.
3. Riwayat menstruasi
a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama kali umur 12 tahun
b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 30 hari
c. Lamanya : Ibu mengatakan lama haidnya 5-7 hari
d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali dalam
sehari.
e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur
f. Sifat darah : Ibu mengatakan arah haidnya berwarna merah
kecoklatan
68
g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan ketika menstruasi tidak pernah
merasakan rasa nyeri yang berlebihan saat
menstruasi
4. Riwayat Keluarga Berencana :
a. Metode yang pernah dipakai : KB Suntik 3 bulan
Lama penggunaan : 1 tahun
b. Keluhan selama pemakaian : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
5. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : Sah, kawin : 1 kali
b. Kawin/menikah : umur 21 tahun, dengan suami
umur 23 tahun
Lamanya : 3 tahun, anak 1 orang
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
7. Riwayat Hamil
a. HPHT : 13 juli 2013
b. HPL : 20 April 2014
c. Keluhan – keluhan pada
Trimester I : Pusing dan Mual
Trimester II : mudah lelah
Trimester III : pegal-pegal pada punggung dan kaki
d. ANC : 11 kali teratur
No
TGL/
THN
PAR-
TUS
UK
(mg
)
JENIS
PAR-
TUS
PEN
O
LON
G
ANAK NIFAS KEA-
DAAN
ANAK
SEKA-
RANG
JE
NIS
(P/
L)
BB
(gram)
PB
(cm) KEAD
LAK-
TASI
1 2014 39 Spontan Bidan L 3200 48 Baik Lancar Hidup
69
Trimester I : 3 kali, Umur kehamilan 7minggu, 9 minggu, 11
minggu
Trimester II : 4 kali umur kehamilan 16 minggu, 21minggu,
25 minggu, 28 minggu
Trimester III : 4 kali, umur kehamilan 31 minggu,33 minggu,
36 minggu, 39minggu
e. Penyuluhan yang didapat: gizi ibu hamil, kneechest dan persiapan
persalinan
f. Imunisasi TT : 3 kali
TT 1 saat sebelum menikah, TT 2 saat umur kehamilan 16
minggu dan TT3 saat umur kehamilan 21 minggu
g. Pergerakan janin : terasa saat umur kehamilan 5 bulan
8. Riwayat Persalinan Ini
a. Tempat Persalinan : RB Hastuti
b. Penolong : Bidan
c. Tanggal/Jam : 16 April 2014/ jam : 17.55 WIB
d. Jenis Persalinan : Spontan
e. Tindakan Lain : Tidak Ada
f. Komplikasi : Tidak Ada
g. Perinium
1) Ruptur / tidak : Rupture derajat II
2) Dijahit / tidak : Dijahit
9. Pola Kebiasaan
70
a. Nutrisi
1) Sebelum masuk rumah sakit
ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang, menu
nasi, sayur, lauk pauk, daging dan buah. Minum 7-8
gelas per hari jenis air putih
2) Selama dirumah sakit
Ibu mengatakan makan menu dari rumah sakit hanya
habis 5 sendok, jenis sayur, lauk dan minum 1 gelas
air putih.
b. Eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari konsistensi lunak,
warna kuning. BAK ±7 kali sehari warna kuning jernih,
bau khas urine
2) Selama di rumah sakit
Ibu mengatakan belum BAB dan BAK 2 kali, warna
kuning keruh.
c. Istirahat / Tidur : 7 jam dalam sehari
d. Personal Hygiene : ibu mandi 2 kali sehari, gosok gigi
3 kali dalam sehari dan gamti
celana dalam dan BH 2 kali dalam
sehari
e. Data Psikologis : Ibu mengatakan saat ini merasa cemas
71
dengan keadaan yang sedang dialaminya
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF )
1. Status generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTD : TD : 120/70 mmHg
N : 86 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37,1ºC
d. TB : 161 cm
e. BB : 56 kg
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, berwarna hitam, tidak
mudah rontok
2) Muka : Tidak oedema, dan tidak pucat
3) Mata :
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Merah muda
c) Sklera : Putih
4) Hidung : Simetris, bersih dan tidak ada
benjolan
5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen
72
6) Mulut/gigi/gusi : Bersih tidak ada caries, tidak ada
stomatitis, gusi tidak berdarah
b. Leher
1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran
2) Tumor : Tidak ada pembesaran
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
c. Dada dan Axillia
1) Mammae
a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
b) Tumor : Ada benjolan padat, berbatas jelas
dan dapat di gerakan pada payudara
kiri bagian samping kiri bawah
c) Simetris : Tidak simetris
d) Areola : Menonjol
e) Puting Susu : Belum keluar
f) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
2) Axillia
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d. Ektremitas
1) Atas : Simetris, tidak oedema, lengkap,
terpasang infuse pada tangan kanan.
73
2) Bawah :
a) Varices : Tidak ada
b) Oedema : Tidak ada
c) Reflek patella : Positif kanan dan kiri
e. Abdomen
1) Pembesaran hati : Tidak dilakukan
2) Benjolan/tumor : Tidak dilakukan
3) Nyeri tekan : Tidak dilakukan
4) Luka bekas operasi : Tidak dilakukan
f. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varices : Tidak dilakukan
b) Kemerahan : Tidak dilakukan
c) Nyeri : Tidak dilakukan
d) Luka : Tidak dilakukan
e) Kelenjar bartolini : Tidak dilakukan
f) Pembengkakan : Tidak dilakukan
g) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
2) Anus
a) Haemorhoid : Tidak dilakukan
b) Lain – lain : Tidak dilakukan
3) Inspekulo
a) Vagina : Tidak dilakukan
74
b) Portio : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 24 April
2016 dengan hasil Hemoglobin 12gr%, eritrosit 4,76 UL,
trombosit 320 UL, Leukosit 7500 UL, golongan darah O.
b. Pemeriksaan Penunjang lain :
Dilakukan pemeriksaan USG tanggal 24 April 2016 pada
kedua payudara dengan hasil payudara sebelah kiri bagian
bawah terdapat benjolan pada kelenjar mammae sebesar
kelereng dengan diameter 1,5 cm dan berbatas jelas dapat di
gerakkan.
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 24 April 2016 Pukul : 09.00 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
NY. R umur 24 tahun dengan gangguan reproduksi
fibroadenommamammae
Data dasar
Data subjektif
1. Ibu mengatakan bernama Ny. R
2. Ibu mengatakan berumur 24 tahun
3. Ibu mengatakan merasakan benjolan pada payudara kiri bagian bawah
4. Ibu mengatakan benjolan pada payudaranya tersebut padat dan dapat
75
digerakkan.
Data Obyektif
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTD : TD : 120/70 mmHg
N : 86 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37,1ºC
d. TB : 161 cm
e. BB : 56 kg
f. Mammae : Ada benjolan padat, berbatas jelas dan dapat di
gerakan pada payudara kiri bagian samping kiri
bawah
g. Ekstermitas : Terdapat infuse RL 500cc 20 tpm pada tangan
kanan pasien.
h. Pemeriksaan USG tanggal 24 April 2016 pada kedua payudara dengan
hasil payudara sebelah kiri bagian bawah terdapat benjolan pada
kelenjar mammae sebesar kelereng dengan diameter 1,5 cm dan
berbatas jelas dapat di gerakkan.
B. Masalah
Ibu mengatakan merasa tidak nyaman dan cemas terhadap keadaannya.
76
C. Kebutuhan
Memberikan support mental dan spiritual kepada ibu untuk mengurangi
kecemasan.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Ca Mammae
IV. ANTISIPASI
Dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis bedan dan dokter anestesi
untuk dilakukan tindakan operasi Lumpectomy dan pemberian terapi.
V. PERENCANAAN
Tanggal 24 April 2016 Pukul 09.30 WIB
1. Beritahu hasil pemeriksaanyang telah dilakukan pada ibu dan keluarga
2. Beritahu pada ibu dan keluarga tentang keadaanya saat ini dan minta
persetujuan kepada keluarga untuk dilakukan tindakan operasi pada
payudara ibu.
3. Anjurkan keluarga untuk menandatangani Informed consent.
4. Kolaborasi dengan dokter spesialis bedah dan anastesi untuk melakukan
tindakan operasi Lumpectomy
5. Pasang infuse RL 500 cc 20 tpm / menit
6. Berikan terapi seftazidim 1 gram / 12 jam, metronidazol 500 mg / 8 jam,
tranexamic acid 500 mg / 8 jam.
7. Anjurkan ibu untuk berpuasa selama 5 jam sebelum dilakukan operasi
lumpectomy
77
VI. PELAKSANAAN
Tanggal 24 April 2016 Pukul : 10.00 WIB
1. Pukul 10.05 WIB memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan.
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTD : TD : 120/70 mmHg
N : 86 x/menit
R : 21 x/menit
S : 37,1ºC
2. Pukul 10.10 WIB memberitahu pada ibu dan keluarga tentang keadaanya
saat ini bahwa dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa ibu mengalami
benjolan pada payudara yang sering disebut dengan Fibroadenoma
Mammae serta meminta persetujuan untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau operasi.
3. Pukul 10.30 WIB memberikan informed consent pada keluarga untuk
ditanda tangani.
4. Pukul 10.40 WIB berkolaborasi dengan dokter spesialis bedah dan dokter
anastesi untuk dilakukan tindakan operasi Lumpectomy
5. Pukul 10.45 WIB melakukan pemasangan Infuse pada tangan Kanan ibu
RL 500cc sebanyak 20tpm.
6. Pukul 10.50 WIB memberikan terapi seftazidim 1 gram / 12 jam,
metronidazol 500 mg / 8 jam, tranexamic acid 500 mg / 8 jam.
78
7. Pukul 11.00 WIB menganjurkan pasien untuk berpuasa selama 5 jam
sebelum dilakukan tindakan operasi Lumpectomy tanggal 24 April 2016
pukul 16.00 WIB.
VII. EVALUASI
Tanggal : 24 April 2016 Pukul : 12.00 WIB
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu dan keluarga telah mengetahui tentang keadaannya saat ini
3. Keluarga setuju untuk dilakukan tindakan operasi dan telah bersedia
menandatangani Informed Consent
4. Kolaborasi dengan dokter bedan dan Anestesi dilakukan
5. Infuse RL 500cc telah terpasang sebanyak 20tpm pada tangan kanan ibu.
6. Obat terapi telah diberikan
7. Ibu bersedia untuk puasa selama 5 jam sebelum dilakukan tindakan
operasi.
79
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 24 April 2016 pukul : 20.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan dioperasi tadi sore jam 16.00 WIB
2. Ibu mengatakan merasa lega karena operasinya berjalan dengan lancar
3. Ibu mengatakan baru bisa menggerakkan jari-jarinya sedikit dan belum
bisa miring kanan atau kiri
4. Ibu mengatakan mulai merasakan nyeri pada luka bekas operasi
5. Ibu mengatakan sedikit pusing dan mual
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Mammae : Payudara sebelah kiri tampak luka operasi tertutup
perban
4. Ekstermitas : Tangan kanan terpasang selang infuse RL 500cc
dengan kecepatan 40tpm
5. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 79 x.menit
S : 36,7ºC
R : 18x/menit
80
Assessement
Ny.R umur 24 tahun dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammae 4
jam Post operasi Lumpectomy
Planning
Tanggal 24 April 2016 pukul 19.10 WIB
1. Pukul 19.10 WIB memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
2. Pukul 19.20 WIB menjelaskan pada ibu bahwa rasa pusing dan mual
karena itu efek dari sisa anastesi
3. Pukul 19.30 WIB menyarankan keluarga untuk memberikan minum
kepada ibu sedikit demi sedikit.
4. Pukul 19.40 WIB menyarankan ibu agar istirahat yang cukup.
5. Pukul 19.45 WIB infuse RL 500cc tetap terpasang 40 tpm
6. Pukul 20.00 WIB memberikan terapi injeksi ketorolac 1 ampul / 8 jam,
terapi seftazidim 1 gram / 12 jam, metronidazol 500 mg / 8 jam,
tranexamic acid 500 mg / 8 jam.
Evaluasi
Tanggal : 24 April 2016 pukul : 20.00 WIB
1. Observasi telah dilakukan dengan hasil
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmhg
81
N : 79 x.menit
S : 36,7ºc
R : 18x/menit
2. Ibu mengatakan merasakan nyeri pada luka bekas operasi
3. Ibu telah mengerti bahwa rasa pusing dan mual yang di alaminya adalah
efek samping dari anestesi
4. Ibu di beri minum 2 sendok.
5. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan keadaannya.
6. Infuse tetap terpasang pada lengan kanan ibu.
7. Terapi injeksi telah diberikan.
82
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal 25 April 2016 Pukul 07.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka bekas operasi
2. Ibu mengatakan sudah makan dan minum
3. Ibu mengatakan pusing dam mual sudah mulai berkurang
4. Ibu mengatakan sudah bisa miring dan setengah duduk
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Mammae : Payudara sebelah kiri tampak luka operasi tertutup
perban
4. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 83 x/menit
S : 36,6ºC
R : 20x/menit
5. Ekstermitas : Tangan kanan terpasang selang infuse RL 500cc
dengan kecepatan 20tpm
6. Muka : Bersih, tidak pucat, tidak oedema
83
Assessement
Ny.R umur 24 tahun dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammae
post operasi Lumpectomy
Planning
Tanggal: 25 April 2016 pukul : 07.05 WIB
1. Pukul 07.05 WIB memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
2. Pukul 07.10 WIB mengobservasi tetesan infuse RL 20 tpm
3. Pukul 07.15 WIB memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang
cara mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi genggam jari
4. Pukul 07.40 WIB menganjurkan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan makan makanan sesuai kebutuhan yang telah disediakan
rumah sakit
5. Pukul 07.50 WIB menganjurkan pasien untuk belajar duduk
7. Pukul 08.00 WIB memberikan terapi obat sesuai advis dokter yaitu
injeksi ketorolac 1 ampul / 8 jam, terapi seftazidim 1 gram / 12 jam,
metronidazol 500 mg / 8 jam, tranexamic acid 500 mg / 8 jam.
8. Pukul 08.10 WIB memberitahu ibu bahwa infuse akan dilepas pukul
20.00 WIB.
Evaluasi
Tanggal : 25 April 2016 pukul: 08.00 WIB
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yaitu
84
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmhg
N : 83 x.menit
S : 36,6ºc
R : 20 x/menit
2. Infuse RL terpasang dengan kecepatan 20 tpm
3. Ibu telah mengerti cara mengurangi nyeri denganteknik relaksasi genggam
jari dan bersedia melakukannya secara rutin hingga nyeri berkurang.
4. Ibu bersedia makan dan minum teratur.
5. Ibu sudah mulai belajar untuk duduk dengan di bantu
6. Terapi injeksi telah diberikan.
7. Infuse sudah dilepas
85
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal 26 April 2016 Pukul 07.00 WIB
Subjektif
1. Ibu mengatakan keadaanya sudah merasa lebih baik
2. Ibu mengatakan sudah tidak begitu merasakan nyeri
3. Ibu sudah bisa berjalan dan duduk.
4. Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan ingin segera pulang
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Mammae : Payudara sebelah kiri tampak luka operasi tertutup
perban
4. TTV : TD : 120/70 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,8ºC
R : 22x/menit
Assessment
Ny. R umur 24 tahun dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammae
2 hari post operasi Lumpectomy
86
Planning
Tanggal 26 April 2016 Pukul 07.05 WIB
1. Pukul 07.05 WIB memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan
2. Pukul 07.10 WIB melakukan medikasi luka jahitan operasi dengan
betadine dan kassa steril
3. Pukul 07.20 WIB menjelaskan pada pasien bahwa luka jahitan sudah
mulai membaik dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Pukul 07.30 WIB menjelaskan kepada pasien untuk menjaga luka tetap
kering selama dirumah
5. Pukul 07.35 WIB memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
6. Pukul 07.55 WIB menganjurkan pasien untuk kontrol 3 hari lagi untuk
mengganti perban luka.
Evaluasi
tanggal 26 April 2016 Pukul 08.00 WIB
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan yaitu
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/70 mmHg
N : 82 x.menit
S : 36,8ºc
R : 22 x/menit
87
2. Medikasi luka jahitan telah dilakukan
3. Keadaan luka sudah kering dan tidak ada pus
4. Ibubersedia untuk menjaga agar luka tetap kering
5. Ibu sudah paham dan jelas tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dan bersedia untuk melakukannya dirumah.
6. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis menguraikan tentang proses Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. R Umur 24 Tahun Dengan
Fibroadenomma Mammae dengan menggunakan 7 langkah varney. Dalam
penerapan asuhan kebidanan ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan yang penulis temukan.
1. Pengkajian
Data subjektif Adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Wulandari dan Handayani, 2011). Keluhan yang biasa terjadi pada
Fibroadenoma Mammae adalah padat. Dapat digerakkan, tidak nyeri tekan,
ada batasan yang jelas (Bickley S Lynn,2008). Data objektif dikumpulkan
guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis (Nugraheny, 2010). Pada
pemeriksaan generalis keadaan umum baik, kesadaran composmentis
88
(Alimul, 2009). Pada pemeriksaan penunjang pada kasus fibroadenoma
mammae dilakukan USG (Desen Wan, 2008).
Pada kasus Ny. R dengan fibroadenoma mammae keluhan utamanya
pasien merasakan adanya benjolan pada payudara sebelah kiri bagian bawah,
benjolan tersebut padat dan dapat digerakkan, sedangkan pada data objektif
didapatkan data keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV : TD :
120/70 mmHg, N : 84x/menit, S: 37,1°C. pada pemeriksaan payudarasaat di
palpasi didapatkan hasill terdapat benjolan di payudara sebelah kiri bagian
bawah, padat, berbatas jelas dan dapat digerakkan. Pada pemeriksaan
penunjang dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil terdapat benjolan pada
payudara sebelah kiri di bagian bawah, benjolan tersebut padat dan berbatas
jelas sebesar biji kelereng dengan diameter 1,5 cm.
Pada langkah pengkajian ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lapangan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data adalah Langkah awal dari perumusan diagnosis atau
masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data
satu dengan lainya sehingga tergambar fakta (Nugraheny dan Sulistyawati
2013). Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Ny.
R umur 24 Tahun dengan gangguan reproduksi Fibroadenoma Mammae.
89
Pada kasus fibroadenomma mammae masalah yang dihadapi pasien yaitu
pasien merasa cemas sebelum dilakukan pengangkatan fibroadenomma
mammae (Sulistyawati, 2009). Kebutuhan adalah tindakan yang dilakukan
bidan berdasarkan keadaan dan masalahnya (Nugraheny, 2013).
Pada kasus yang didapatkan diagnosa kebidanan Ny. R umur 24 tahun
dengan gangguan reproduksi fibroadenomma mammae. Masalah yang timbul
adalah pasien merasa cemas serta kebutuhan yang diberikan yaitu memberi
dukungan moril dan spiritual kepada pasien agar tidak cemas dengan
keadaanya dan agar pasien lebih tenang.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada di lapangan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Pada langkah ini
Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial
benar-benar terjadi (Sulistyawati, 2009). Diagnosa potensial pada kasus
Fibroadenomma Mammae yang mungkin terjadi yaitu terjadi Ca Mammae
(Varney, 2007).
Pada kasus Ny. R dengan fibroadenomma mammae diagnosa potensial
yang mungkin terjadi yaitu Ca Mammae, tetapi pada kasus ini diagnosa
potensial tidak terjadi karena telah dilakukan penanganan yang tepat sebelum
keganasan terjadi, sehingga pada langkah ini penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lapangan.
90
4. Antisipasi atau Tindakan Segera
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk
konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
(Walyani, 2015). Pada kasus gangguan reproduksi dengan
FibroadenommaMammae antisipasi yang diberikan yaitu kolaborasi dengan
dokter bedah, bila tidak terjadi keganasan bisa diobati secara operasi atau
dengan obat-obatan (Desen Wan Edt, 2008).
Pada kasus Ny. A dengan fibroadenomma mammae antisipasi yang
diberikan yaitu kolaborasi dengan dokter spesialis bedah dan anastesi untuk
dilakukan tindakan operasi Lumpectomy. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lapangan.
5. Rencana Tindakan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi/masalah klien, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu
konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain (Walyani,2014).
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga,
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya
(Walyani, 2014). Lakukan tindakan pembedahan atau Lumpectomy yaitu
pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan
seluruh payudara (Hasdianah, 2014). Pemberian terapi relaksasi pereda nyeri
91
dengan menggunakan Teknik Genggam Jari (finger hold), yaitu merupakan
teknik relaksasi dengan jari tangan serta aliran energy didalam tubuh (
Pinandita, 2011).
Pada kasus Ny. R rencana tindakan yang diberikan yaitu observasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, jelaskan pada pasien dan
keluarganya tentang keadaanya saat ini, berikan informedconsent pada
keluarga untuk tindakan operasi Lumpectomy, danberikan terapi. Pada
langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lapangan.
6. Pelaksanaan
Menurut Sulistyawaty (2009), pada langkah ini melaksanakan asuhan
yang menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Pada
kasus Ny.R dengan fibroadenomma mammae pelaksanaan dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada di lapangan.
7. Evaluasi
Menurut Irianto (2015), mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
asuhan yang diberikan kepada klien, pada tahap ini bidan harus melakukan
pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi oleh klien.
Apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau timbul
masalah baru. Evaluasi yang diharapkan akan tercapai setelah asuhan
92
kebidanan diberikan adalah Keadaan umum baik, Tanda-tanda vital dalam
batas normal, Fibroadenoma Mammae teratasi, rasa nyeri berkurang.
Pada kasus Ny. R evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan asuhan
kebidanan selama 3 hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
TD : 120/70 mmHg, N : 82x/menit, R : 22x/menit, S : 36,8°C, diagnosa
potensial Fibroadenomma Mammae tidak terjadi, nyeri teratasi, luka jahitan
bersih kering tidak ada tanda-tanda infeksi, terapi injeksi telah diberikan
sesuai advis dokter. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilapangan.
93
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan dan saran setelah melakukan
asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.R umur 24 tahun dengan
Fibroadenomma Mammae di RSUD Karanganyar yang meliputi :
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan Varney pada Ny.R umur 24 tahun dengan
fibroadenomma mammae, maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian pada kasus Ny.R umur 24 tahun dengan
fibroadenommamammae keluhan utamanya pasien merasakan adanya
benjolan dipayudara kiri bagian bawah, benjolan tersebut padat dan dapat
digerakkan sejak 6 bulan yang lalu, sedangkan pada data objektif
didapatkan data keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV : TD
: 120/70 mmHg, N : 84x/menit, R : 23x/menit S : 37,1ºC. pada
pemeriksaan payudara didapatkan hasil pada payudara kiri bagian bawah
terdapat benjolan, benjolan tersebut padat, berbatas jelas dan dapat
digerakkan. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan USG
dengan hasil terdapat benjolan pada payudara kiri bagian bawah, benjolan
tersebut padat dan berbatas jelas sebesar kelereng dengan diameter 1,5
cm.
2. Diagnosa kebidanan yang diperoleh yaitu Ny.R umur 24 tahun dengan
94
gangguan reproduksi fibroadenomma mammae. Masalah yang timbul
94
adalah pasien mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaanya
sekarang.
3. Diagnosa potensial yang ditetapkan adalah potensial terjadinya Ca
Mammae.Tetapi pada kasus ini diagnosa potensial tidak terjadi karena
telah dilakukan penanganan yang tepat sebelum keganasan terjadi
4. Antisipasi yang diberikan yaitu pengangkatan Fibroadenomma Mammae
dengan cara operasi Lumpectomy.
5. Rencana tindakan yang diberikan yaitu observasi keadaan umum dan
tanda-tanda vital pasien, jelaskan pada pasien dan keluarganya tentang
keadaan pasien saat ini, berikan Informed Consent pada keluarga untuk
tindakan operasi, berikan terapi sesuai advis dokter, kolaborasi dengan
dokter spesialis bedah dan anastesi untuk melakukan tindakan operasi
dan anjurkan pasien untuk berpuasa 5 jam sebelum dilakukan operasi
Lumpectomy pada Tanggal 24 April 2016 pukul 16.00 WIB
6. Pada kasus Ny.R umur 24 tahun dengan Fibroadenomma Mammae
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
7. Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3
hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 120/70
mmHg, N : 82x/menit, R: 22x/menit S : 36,8 C, nyeri teratasi, medikasi
luka jahitan telah dilakukan, luka jahitan bersih kering tidak ada tanda-
tanda infeksi, ibu bersedia untuk menjaga luka jahitan tetap bersih dan
kering, ibu mengerti cara melakukan SADARI(pemeriksaan Payudara
Sendiri).
95
8. Pada kasus ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada di lapangan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan bahwa konsep teori merupakan landasan
pelaksanaan praktek dilapangan, sehingga penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut
1. Bagi profesi
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif, pada asuhan gangguan
reproduksi sehingga keluarga dan masyarakat khususnya perempuan agar
berperilaku hidup sehat serta tidak menganggap remeh setiap benjolan
yang ada dan dapat mendeteksi secara dini adanya benjolan pada tubuh
kita.
2. Bagi institusi
a. Rumah sakit
Menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan
kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan
fibroadenommamammae.
b. Pendidikan
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan
atau referensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan
khususnya gangguan reproduksi dengan fibroadenomma mammae.
96
3. Bagi pasien
Diharapkan pasien mengetahui tentang penyakit fibroadenommamammae
dan menganjurkan untuk segera membawa ke petugaskesehatan yang
terdekat bila mengenali tanda dan gejala, menjaga kesehatan diri, pola
makan dan dapat memberikan penanganan segera apabila terdapat
benjolan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R, Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika
Astuti, H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press
Baswedan, R.H, Ekorini, L. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan Perilaku Sadari pada
Mahasiswi Non Kesehatan Di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Desen, W, Ed. 2008. Onkologi Klinis. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia.
Floreska, A, Dewi, P, Lia, M._____. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Remaja
Putri Terhadap Perilaku Pencegahan Penyakit Fibroadenoma Mammae
di MA Sabilul Muttaqin Trimulyo Demak.Universitas Muhammadiyah
Semarang
Hasdianah, H.R, Suprapto, S.I. 2014. Patologi & Patofisiologi Penyakit.
Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat, AA. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, AA. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kamariyah, N. dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan untuk Mahasiswa dan Praktisi
Keperawatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Lynn, B.S, 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat Kesehatan. Edisi
5. Jakarta: ECG
Manuaba, I.A.C, Manuaba, I.B.G.F, Manuaba, I.B.G. 2009. MemahamiKesehatan
Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: ECG
Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Marmi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Menkes RI. 2010. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggara praktik
bidan. Available online: http://www.google.co.id/tag/diakses tanggal : 11
November 2015
Mufdlilah, Asri, H, Ima, K. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nasir, A. dkk. 2011. Buku Ajar Metodelogi Penelitian Kesehatan : Konsep
Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Norma, N.D, Dwi, M.S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho, T, Bobby, I.U. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurna, N. 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Wanita dengan
Fibroadenoma Mammae di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Tahun 2013. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Pratiwi, Y. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Reproduksi : Post Lumpektomi Fibroadenoma Mammae (FAM) Sinistra
di Ruang Multazam RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Priharjo, R. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Saryono, Roischa, D.P. 2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Sidauruk, H.A, Rasmaliah, Hiswan.____. Karakteristik Penderita Fibroadenoma
Mammae (FAM) Rawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-
2011. Universitas Sumatra Utara
Sulistyawati, A. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Sulistyawati, A, Esti, N. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
Walyani, E.S, Endang, P. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama