ANALISIS WACANA PENOLAKAN FRONT PEMBELA ISLAM
TERHADAP PENGANGKATAN AHOK SEBAGAI
GUBERNUR DKI JAKARTA DI MERDEKA.COM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Fajar Yugaswara
NIM : 1110051100064
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H /2015
PtrNGESAI{AN PANITIA U.IIAN
Skripsi yang berjudulAnalisis Wacana Penolaksn Front Pembela Islam
Terhodap Pengangkatan Ahok Sebagai Gabernur DKI lakarta di Merdeko^com
telah diujikan dala.m sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 6 Januari 2015. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada jurusan Konsentrasi Jurnalistik, Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta,6 Januari 2015
Sidang lVlunaqasyalt
Ketua, Sekretaris,
o-hr*-
Drs. Jumroni. M.$iNrP. 19630515 199203 1 006
Anggota
Pembimbing
q^^a\$iti Nut'bpva. M.Si
NrP. 19790823 200912 2 002
Penguji II
WH'Cecen Castrawiiava" MA
NrP. 19670818 199803 I 002
NrP. 19710412 2200003 2 001
i
ABSTRAK
Fajar Yugaswara
1110051100064
Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan
Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com
Pasca terpilihnya Jokowi sebagai Presiden pada Pilpres kemarin rupanya
menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Jika nanti Jokowi telah
resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok), akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur.
Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun
2008. Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena
menuai pro dan kontra. Salah satu penolakan tersebut datang dari Ormas Front
Pembela Islam (FPI). Mereka menilai Ahok terlalu keras dan tidak
merepresentasikan mayoritas warga Jakarta.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana
level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan
Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana level konteks
sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis
wacana model Teun van Dijk. Van Dijk membagi wacananya ke dalam tiga
dimensi yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Van Dijk tidak
hanya meneliti perihal wacana teks yang dikonstruksikan saja, tapi juga mental
dari pengarang serta menganalisa wacana yang berkembang di masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada segi teks Merdeka.com
menggambarkan bagaimana penolakan keras FPI terhadap Ahok yang dilakukan
secara anarkis dan melanggar hukum. Kemudian level kognisi sosial, penulis dan
redaktur menempatkan posisi dirinya mendukung pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta meskipun berlatar belakang non muslim. Pada level
konteks sosial, berita yang ditulis merupakan isu yang sedang berkembang di
dalam masyarakat.
Dari penjelasan singkat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa teks
tersebut tidak lahir dari realitas yang diambil apa adanya, melainkan telah
dikonstruksi oleh media. Sama halnya dengan pemberitaan FPI dan Ahok yang
dihadirkan oleh Merdeka.com. Wacana itu dibangun untuk merepresentasikan
nilai-nilai pancasila, agar masyarakat tidak termakan isu SARA yang disuarakan
oleh FPI dalam demo penolakan terhadap Ahok.
Kata kunci : Ormas FPI, Gubernur, Media Online
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih terdapat kekuarangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak
akan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Arif Subhan, MA. selaku Dekan, Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D, selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, dan Dr. H. Sunandar, MA selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si beserta Sekretaris
Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A yang
selalu berkenan membantu peneliti.
3. Dr. Rully Nasrullah, M.Si selaku dosen Penasihat Akademik. Terimakasih
atas saran dan masukan yang diberikan selama ini.
4. Siti Nurbaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
membimbing saya. Terima kasih atas waktu, tenaga serta ilmunya yang
telah Ibu berikan selama ini.
iii
5. Orang Tua ku, Bapak Wahyu dan Ibu Kurniasih dan kedua kakak ku
Yunia Azani Munggaran dan Yudhitya Witasari yang telah banyak
memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran, cambukan semangat dan harta
kalian untuk peneliti. Maaf jika sampai saat ini belum bisa menjadi yang
diharapkan. Alhamdulilah akhirnya Ayang sebentar lagi wisuda.
6. Teman-teman Marawis An-Nazah, Daus, Panji, Reza, Madon, Nunu,
Alfan, Asep, Didit, Rozak, dan alm.Bowo. Terimakasih atas suka duka nya
selama ini. Tetap kompak ya guys.
7. Kawan-kawan Band Jelly Spotters, Rizki Dwi Summaputra, Hedy Afwan,
Surya Agung Wibisono. Ayo cepat selesaikan kuliahnya, agar bisa fokus
di dunia musik dan wujudkan mimpi kita, Go Internasional.
8. Teman-teman Jurnalistik B (JB), Mae, Welda, Hetty, Anas, Butet, Tanti,
Lala, Ami, Ika, Diyah, Babay, Ema, Fika, Viky, Fiki sunyi, Teh Anis,
Dinoy, Fauziah, Ntep, Tifa, Farhan, Dede, Aki, Damar, Tyo, Dwiyan,
Bang Algi, Jali, Agoy, Farid, Hendro. Terimakasih untuk empat tahun
yang berkesan ini.
9. Keluarga besar Jurnalistik angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu
per satu. Jaga terus tali silaturahmi diantara kita ya.
10. Kawan-kawan KONTRAS Musik. Terimakasih sudah memberikan warna
hidup selama di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
11. KKN Pionir, Apoy, Desan, Ricky, Risang, Nizar, Akbar, Yanu, Yandi,
Dadan, Uwii Shantika, Merizka, Zahra, Fatimah, Viky. Terimakasih atas
suka duka selama sebulan di Rajeg Tangerang. Jangan lupakan semua
kenangan kita yah.
iv
12. Mas Asis selaku Redaktur Politik dan Mas Fendi selaku reporter
Merdeka.com yang sudah banyak membantu dan memberikan peneliti
data-data yang dibutuhkan. Terimakasih banyak atas waktunya.
13. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini.
14. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Komunikasi.
15. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga
akhir yang tak disebutkan satu-persatu, semoga Allah senantiasa membalas
kebaikan kalian semua, Amin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu peneliti membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk
penelitian selanjutnya.
Jakarta, 6 Januari 2015
Fajar Yugaswara
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………........ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v
DAFTAR BAGAN DAN TABEL......………………………………………….vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………..……. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah …………………………….....……...4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………….…………........5
D. Metodologi Penelitian……………………………….……………….. 6
1. Paradigma Penelitian………………………………...………6
2. Metode Penelitian……………………………..………......... 7
3. Subjek dan Objek Penelitian.......………………………….... 8
4. Tahap Penelitian………………………….....….....................8
E. Tinjauan Pustaka.......………………………...................................... 10
F. Sistematika Penulisan………………….……..…………………….. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Wacana...................……………………………….....…...... 13
B. Macam-macam Model Analisis Wacana.............................................15
C. Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk...………………….......... 17
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Situs Berita Online Merdeka.com…………………………….…...... 28
B. Karakteristik Merdeka.com…………………………………………. 29
C. Struktur Organisasi Dan Rubrikasi Merdeka.com………………...... 32
D. Alur Berita di Merdeka.com.....………………………………...........35
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Berita I.................................……………..............................37
1. Analisis Level Teks....................................................................... 38
2. Analisis Level Kognisi Sosial....................................................... 49
3. Analisis Level Konteks Sosial.......................................................52
B. Analisis Berita II................................................................................. 55
1. Analisis Level Teks....................................................................... 55
2. Analisis Level Kognisi Sosial....................................................... 64
3. Analisis Level Konteks Sosial.......................................................65
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………69
B. Saran……………………………………………………………........71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Merdeka.com..………………………………….. 32
Tabel 3.1 Rubrikasi Merdeka.com………………………………………………. 33
Tabel 4.1 Analisis Teks Berita yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi gubernur
karena bukan Islam & bacotnya busuk” edisi Rabu, 24 September 2014............. 47
Tabel 4.2 Analisis Teks Berita yang berjudul, “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli
wanita pengendara sepeda motor” edisi Rabu, 24 September 2014...................... 61
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Teks Van Dijk..........................................................……….. 9
Gambar 2.2 Model Analisis Van Dijk.....................……………………………...18
Gambar 2.3 Struktur Teks Van Dijk............................................……………….. 19
Gambar 2.4 Elemen-Elemen Wacana Teun A. Van Dijk...................................... 20
Gambar 2.5 Skema/Model Van Dijk......................................................................25
Gambar 4.1 “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam dan bacotnya
busuk”.................................................................................................................... 47
Gambar 4.2 “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara sepeda motor”. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan agama. Hal ini terlihat pada semboyan dan lambang negara
“Bhineka Tunggal Ika,” yang berarti berbeda-beda namun tetap satu. Tetapi
kemajemukan tersebut bisa menjadi titik awal lahirnya suatu masalah. Oleh
karena itu, kesadaran akan kemajemukan harus mendapat perhatian yang lebih
guna menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
Keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia merupakan modal
awal untuk menciptakan sebuah negara yang demokratis. Keterlibatan masyarakat
merupakan unsur penting sehingga demokrasi bisa berjalan dengan baik. Sejarah
mencatat, partisipasi dalam memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
pertama kali diadakan tahun 1955, sekitar sepuluh tahun setelah Indonesia
diproklamasikan sebagai negara merdeka.1
Bicara tentang demokrasi, masyarakat Indonesia baru saja merayakan
pesta demokrasi dalam Pemilihan Legislatif (Pileg), dan Pemilihan Presiden
(Pilpres) 2014. Masyarakat terlibat langsung untuk ikut berpartisipasi dalam
memilih pemimpin mereka baik itu Pileg maupun Pilpres. Dimulai dari beberapa
bulan lalu, ketika Jokowi resmi dideklarasikan sebagai Calon Presiden dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Akhirnya pada Pilpres kemarin,
pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan M. Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden
1 Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskridho Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisis
Tentang Perilaku Memilih Dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru,
(Jakarta; Mizan, 2011), h.1.
2
dan wakil presiden terpilih setelah mampu mengungguli suara dari pasangan
Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Pemilu kemarin merupakan bentuk
implementasi demokrasi yang sukses, hal ini bisa menjadi refleksi bagi negara
lain yang juga menganut sistem demokratis.
Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan
pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa Jokowi
menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai
Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur.
Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12
Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala
daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala
daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa
jabatannya.2
Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena
menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Bahkan Organisasi Masyarakat
(Ormas) Front Pembela Islam (FPI) dengan gamblang menolak dan mengancam
akan melakukan demonstrasi. Selain itu terdapat ormas lain seperti Forum Betawi
Rempug (FBR), dan beberapa komunitas Betawi yang ramai-ramai menolak
pelantikan Ahok sebagai Gubernur. Mereka menilai bahwa sosok Ahok terlalu
keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta.
2 www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober
2014, pukul 02.00 WIB
3
Penolakan yang dilakukan gabungan ormas, khususnya FPI bukan tanpa
alasan. Seperti dilansir Merdeka.com, Ketua FPI Tanah Abang, Suharto
menyatakan penolakan terhadap Ahok memiliki tiga dasar. Pertama karena Ahok
non muslim, kedua perilaku Ahok yang arogan, kasar dan tidak bermoral, dan
yang terakhir penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok.3
Diantara beberapa ormas yang menolak Ahok, FPI merupakan ormas yang
paling rajin menyuarakan penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Penolakan tersebut didasarkan atas alasan perbedaan keyakinan, dalam hal ini
adalah agama. Alasan ini bisa dikategorikan menyinggung SARA (Suku, Agama,
dan Ras) yang sangat sensitif dan berpotensi memecah belah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Ketegasan Ahok dalam memimpin Jakarta sering
diartikan negatif oleh sebagian orang hanya demi menjatuhkannya. Padahal alasan
itu hanya pembungkus untuk alasan sebenarnya terkait SARA
Aksi demo yang dilakukan oleh FPI terhadap Ahok terpublikasi oleh
media massa. Media massa memiliki peranan penting dalam menyebarluaskan
isu-isu yang sedang berkembang. Beberapa hari belakangan isu terkait FPI versus
Ahok menjadi konsumsi publik setiap harinya. Setiap media mempunyai cara
pandang tersendiri dalam mengkonstruksi sebuah peristiwa, sehingga reaksi atas
berita yang dikonsumsi oleh khalayak menimbulkan persepsi yang berbeda.
Penulis beranggapan bahwa isu tersebut menarik untuk diteliti, karena
penulis ingin melihat perspektif sebuah media terhadap kasus FPI dan Ahok. Isu
tersebut adalah imbas dari sentimen SARA yang gencar dipropagandakan oleh
FPI terhadap Ahok.
3 http://www.merdeka.com/peristiwa/fpi-tolak-ahok-jadi-gubernur-karena-bukan-islam-
bacotnya-busuk.html diakses pada 7 Oktober 2014, pukul 02.30 WIB
4
Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, maka penelitian ini diberi
judul “Analisis Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap
Pengangkatan Ahok Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com.”
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
membatasi masalah penelitian ini pada berita mengenai penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com
yang terdapat di bulan September 2014. Dari bulan tersebut lalu dipilih dua
berita yang dianggap telah mewakili sebuah wacana penelitian yang cover
both side.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com ?
b. Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di
Merdeka.com ?
c. Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di
Merdeka.com ?
5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana level teks dalam penyajian berita
penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI
Jakarta di Merdeka.com ?
b. Untuk mengetahui bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian
berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur
DKI Jakarta di Merdeka.com ?
c. Untuk mengetahui bagaimana level konteks sosial dalam penyajian
berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur
DKI Jakarta di Merdeka.com ?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi
praktisi media bahwa dalam produksi suatu berita, teks bukan semata-mata
hanya sebuah tulisan yang netral, namun terdapat banyak faktor yang
memengaruhi dalam proses produksi sebuah berita. Termasuk kondisi
mental atau kognisi wartawan dan pandangan masyarakat dalam melihat
suatu isu yang ada.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para
akademisi tentang bagaimana wacana itu dibuat oleh sebuah media
6
tertentu. Seperti wacana yang dibangun oleh Merdeka.com dalam kasus
FPI dan Ahok. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi dalam proses
produksi sebuah berita.
D. Metodelogi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme.
Dalam paradigma konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat
untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan sosialnya.4
Paradigma konstruktivisme memperhatikan interaksi kedua belah pihak,
komunikator dan komunikan untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari
suatu pesan. Paradigma konstruktivisme menekankan pada politik pemaknaan dan
proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini
memandang kegiatan komunikasi sebagai sebuah proses yang dinamis. Titik
perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang mengirimkan pesan, melainkan
bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi
produksi pesan tersebut dan mempertukarkan maknanya. Paradigma
konstruktivisme ini merupakan cara berfikir yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitiannya, bahwa segala peristiwa maupun berita yang ada tidak lahir sebagai
realitas murni saja namun di balik realitas peristiwa yang dibangun terdapat
orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi berita.
Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam pemberitaan di
4 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.5.
7
media massa tidak sepenuhnya menggambarkan kejadian yang sebenarnya, tetapi
juga mempunyai maksud dan makna tertentu. Maka, dalam penelitian ini penulis
ingin mengetahui lebih jauh konstruksi yang terbentuk dalam kasus penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com.
2. Metode Penelitian
Mengutip pernyataan Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.5 Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan pisau analisis wacana yang dikembangkan oleh Teun van Dijk.
Pendekatan kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
masyarakat.6
Sedangkan analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek yang mengemukakan suatu
pernyataan. Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang
lebih menekankan pada pertanyaan apa (what), analisis wacana lebih melihat
kepada bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis
wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi bagaimana
juga pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora macam apa suatu
5 Lexy J Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h.3. 6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.23.
8
berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan
tersebut, analisis wacana lebih bisa mengungkap permasalahan tersebut.7
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek nya adalah Merdeka.com,
sedangkan objeknya adalah pemberitaan mengenai penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com. Peneliti
memilih berita tersebut karena menilai ada pihak yang menjadi dominan
dalam pengkonstruksian berita tersebut.
4. Tahap Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
1). Wawancara Mendalam ( Depth Interview )
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Peneliti melakukan
tanya jawab kepada dua orang narasumber secara detail, mengenai
berita tersebut. Peneliti melakukan wawancara pertama via email
kepada Muhammad Hasits selaku Redaktur Politik pemberitaan di
Merdeka.com pada tanggal 27 Oktober 2014.
Narasumber selanjutnya yaitu Efendi Ari Wibowo, yang
merupakan reporter di Merdeka.com pada tanggal 28 Oktober 2014.
Wawancara kedua narasumber tersebut sebagai cara untuk
mengumpulkan data dan fakta untuk memecahkan masalah yang
diteliti.
7 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.68.
9
2). Dokumentasi
Sebagai suatu cara pengumpulan data yang bertujuan untuk
dijadikan bukti dari data yang telah diambil dan berguna untuk
mengumpulkan data secara tersistem dan objektif. Peneliti juga
menggunakan beberapa referensi buku dari perpustakaan, yang terdapat
di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, dan
Perpustakaan Utama UIN Jakarta.
b. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis
data. Setelah diperoleh wacana yang akan dianalisis, lalu peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan analisis wacana model
Teun van Dijk yang terdiri dari tiga elemen yaitu dimensi teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial. Peneliti merasa perlu meneliti wacana
dengan menggunakan teknik van Dijk, karena selain menganalisis dari
struktur teks, analisa ini juga mengacu kepada elemen kognisi sosial
(mental wartawan dalam memahami peristiwa). Dan elemen terakhir
yaitu konteks sosial (menganalisa wacana yang berkembang di
masyarakat).
Dalam teknik analisis wacana van Dijk ini, terdapat tiga elemen, yang
pertama ialah dimensi teks.
Gambar 1.1 Struktur Teks Van Dijk
Struktur Makro
Makna Global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema
yang diangkat oleh suatu teks.
Super Struktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup,
dan kesimpulan.
10
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS,
2001, h.227.
Kedua adalah kognisi sosial, yaitu bagaimana wartawan atau penulis
mengetahui dan memahami peristiwa yang sedang ditulisnya.
Ketiga, konteks sosial yaitu mengetahui apa yang sedang terjadi di
masyarakat dan dampak yang ditimbulkan setelah adanya pemberitaan tersebut.
Dalam pengolahan data, peneliti menggabungkan hasil melalui
pengumpulan data. Unit analisis dalam penelitian ini adalah berita yang ditulis
oleh Merdeka.com pada bulan September 2014. Lalu hasil tersebut digabungkan
dan diteliti menggunakan metode analisis wacana Teun A. van Dijk. Sedangkan
teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan Ceqda.
E. Tinjauan Pustaka
Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku
yang membahas tentang analisis wacana. Beberapa skripsi mengenai analisis
wacana yang menjadi acuan diantaranya yaitu:
1. Analisis Wacana Van Dijk Terhadap Berita “Sebuah Kegilaan di Simpang
Kraft” di Majalah Pantau karya Tia Agnes Astuti.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana teks yang
dibangun dalam peristiwa simpang kraft di majalah Pantau. Dalam proses
11
produksinya, teks tersebut dibangun oleh faktor dari pihak GAM dan
militer Indonesia.
2. Analisis Wacana Penulisan Feature di Media Indonesia Edisi 25-26
Oktober 2011 karya Apristia Krisna Dewi.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana penulisan
feature di produksi di Media Indonesia. Dalam prosesnya teks tersebut di
pengaruhi oleh faktor lain yang memengaruhi isi teks.
Dari kedua skripsi tersebut terdapat perbedaan dengan skripsi peneliti,
yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media nya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri
dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-bab dengan penyusunan
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang masalah
penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini akan menguraikan kajian teoritis
mengenai Analisis Wacana, Macam-macam Model Analisis Wacana, dan Analisis
Wacana Model Teun A. van Dijk.
BAB III : GAMBARAN UMUM Bab ini memaparkan latar belakang
Merdeka.com sebagai media online, Karakteristik Merdeka.com, Struktur
Organisasi dan Rubrikasi Merdeka.com serta Alur Pemberitaan Merdeka.com.
12
BAB IV : HASIL TEMUAN DAN ANALISIS Membahas tentang level
konstruksi mengenai pemberitaan penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok
sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com yang dilihat dari tiga aspek yaitu
teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab
penutup dari berbagai sub bab yang memuat kesimpulan penulisan.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana adalah ilmu yang baru muncul beberapa puluh tahun
belakangan ini, aliran-aliran linguistik selama ini membatasi
penganalisaannya hanya pada soal kalimat, dan barulah belakangan ini
sebagian ahli bahasa memalingkan perhatian kepada penganalisaan wacana.1
Analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana, keduanya
memiliki pengertian masing-masing yang berbeda.
Istilah analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai suatu sifat penelitian atau kupasan. Pengertian analisa atau analisis
adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.2
Wacana sendiri merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yakni
discourse. Namun istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli
linguis (ahli bahasa) di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa
Inggris, ‘discourse’. Kata „discourse’ sendiri berasal dari bahasa Latin,
discursus (lari ke sana lari ke mari). Kata ini diturunkan dari kata ‘dis’
(dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata ‘currere’ (lari).3 Menurut
Syamsuri wacana adalah rekaman utuh tentang peristiwa komunikasi,
1 Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik (Bandung: Angkasa, 1993), h.12.
2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Cet Ke-1, 1998),
h.32. 3 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana (Yogyakarta: Kanisius,
1993), h.3.
14
biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan
pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan
bahasa lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.4
Secara etimologi analisis wacana sebagaimana dikutip Mulyana
berasal dari bahasa sansekerta wac/wak/vac yang memiliki arti „berkata‟,
„berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana,
kata ana yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang
bermakna „membedakan‟. Dengan demikian kata wacana dapat diartikan
sebagai perkataan atau tuturan.5
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna
dari istilah wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua,
keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan
bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang
utuh, seperti novel, buku, dan artikel.6
Sara Mills berpendapat bahwa analisis wacana merupakan sebuah
reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang bersifat formal (linguistik
struktural). Menurut Mills, linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya
pada pilihan unit-unit dan struktur-struktur kalimat tanpa memperhatikan
analisis bahasa dalam penggunaannya. Berbeda dari linguistik tradisional,
analisis wacana justru lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan (gramatikal)
seperti subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas daripada
4 Panuti Sudjiman. Bunga Rampai Stilistika (Jakarta: Pustaka Utama Grifiti, 1993), h.6.
5 Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis
Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana 2005), h.3 6 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:
Modern English Press, Edisi Ke-3, 2002), h.1709
15
teks. Bagi teks tertulis, analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk
mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa yang implisit.
Selain itu, analisis wacana juga bertujuan untuk menemukan unit-unit hirarkis
yang membentuk suatu struktur diskursif.7
B. Macam-macam Model Analisis Wacana
Pada perkembangannya selain model analisis wacana Teun van Dijk,
model analisis wacana dikemukakan para ahli melalui pendekatan yang beragam,
di antara para ahli yang mengembangkan model analisis wacana adalah:
1. Michael Foucault
Foucault memulai analisis wacana atau diskursus yang bersifat politis
dan ideologis. Michael Foucault menjelaskan definisi fenomenal dari wacana
beserta potensi politis dan kaitannya dengan kekuasaan “Diskursus atau
wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kancah relasi
kekuasaan”.8 Antara wacana dan kekuasaan memiliki timbal balik seperti
yang dikatakan Michael Foucault, „elemen taktis‟ yang sangat terkait dengan
kajian strategis dan politis.
Dari definisi yang dikatakan Foucault, terungkap bahwa wacana
adalah alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi budaya dan
ilmu pengetahuan. Distribusi wacana ke tengah masyarakat pada era
postmodern ini dilaksanakan secara strategis melalui media, baik itu media
cetak maupun elektronik.9
7 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 9-13
8 Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 83.
9 Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.83.
16
2. Theo Van Leeuwen
Model yang diperkenalkan Theo Van Leeuwen untuk mendeteksi dan
meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang yang dimarjinalkan
posisinya dalam suatu wacana. Bagaimana suatu kelompok dominan lebih
memegang kendali dalam menafsirkan suatu peristiwa dan pemaknaannya.
Sementara, kelompok lain yang posisinya rendah cenderung untuk terus
menerus menjadi objek pemaknaan dan digambarkan secara buruk.10
Analisis wacana Van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana
pihak-pihak dan aktor (bisa individu atau kelompok) ditampilkan dalam
pemberitaan, sehingga mempunyai dua pusat perhatian.
3. Roger Fowler, dkk
Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew mulai
dikenal sejak diterbitkannya buku Languange and Control pada tahun 1979.
Mereka menggunakan pendekatan critical linguistics yang memandang
bahwa bahasa sebagai praktik sosial. Para linguis kritis percaya bahwa pilihan
bahasa dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideologi, politik, sosial,
dan kultural. Implikasinya masyarakat dapat dimanipulasi dalam aturan yang
baik sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dinilai peran dan statusnya ke
dalam dikotomi atasan-bawahan, superior-inferior melalui strategi sosial yang
melibatkan aspek kekuasaan, aturan, subordinasi, solidaritas, kohesi,
antagonis, kesenangan dan sebagainya, yang semuanya merupakan bagian
integral dari sistem kontrol masyarakat. Critical Linguistics terutama
10
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.166.
17
dikembangkan dari teori linguistik yang melihat bagaimana tata bahasa
(grammar) tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan
ideologi tertentu.11
Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan
terjadinya sebuah peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau
pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk mengungkap makna yang tersirat
dari subjek yang mengungkapkan pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini
penulis lebih mengarah kepada tokoh Teun A. van Dijk, yang lebih
memaksudkan bahwa analisis wacana sebagai suatu analisis untuk
membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.
C. Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk
Model analisis wacana yang diperkenalkan van Dijk mengolaborasi
elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis.
Oleh sebab itu, model van Dijk banyak dipakai. Model yang diperkenalkan oleh
van Dijk sering disebut juga “Kognisi Sosial”. Menurut van Dijk, penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks
hanya hasil dari suatu praktik dari produksi yang harus diamati. Disini harus
dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu
pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.12
Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi / pikiran dan
kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh
11
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, h.84. 12
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.221.
18
van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi / bangunan: teks, kognisi sosial,
dan konteks sosial. Intinya, menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut
kedalam satu kesatuan analisis.13
Gambar 2.2 Model analisis Van Dijk
TEKS
KOGNISI SOSIAL
KONTEKS
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta,
LKiS, 2001, h.225.
Berikut adalah penjelasan dari ketiga dimensi yang digambarkan oleh van
Dijk:
1. Teks
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada
level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan
kognisi individu dari komunikator. Sedangkan aspek ketiga, konteks,
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
suatu masalah.
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro, merupakan makna global/umum dari
suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang
dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, Superstruktur, merupakan struktur
13
Eriyanto, Analisis Wacana, h.224.
19
wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-
bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro,
adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks
yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.14
Gambar 2.3 Struktur Teks Van Dijk
Struktur Makro
Makna Global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema
yang diangkat oleh suatu teks.
Super Struktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup,
dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata-
mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi dipandang sebagai politik
berkomunikasi. Politik berkomunikasi merupakan suatu cara untuk
memengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat
legitimasi dan menyingkirkan lawan atau penentang. Berikut akan diuraikan
satu peristiwa elemen wacana van Dijk tersebut.15
14
Eriyanto, Analisis Wacana, h.225-226. 15
Eriyanto, Analisis Wacana, h.228.
20
Gambar 2.4 Elemen-elemen Wacana Teun A. Van Dijk
STRUKTUR HAL YANG DIAMATI ELEMEN
WACANA
Struktur Makro Tematik Topik
Tema/topik yang dikedepankan
dalam suatu berita.
Superstruktur Skematik Skema
Bagaimana bagian dan urutan berita
di skemakan dalam teks berita utuh.
Struktur Mikro Semantik Latar, Detil,
Makna yang ingin ditekankan dalam Maksud,
teks berita. Misalnya dengan mem- Pra-anggapan,
beri detil pada satu sisi atau membuat Nominalisasi
eksplisit satu sisi dan mengurangi
detil sisi lain.
Sintaksis Bentuk kalimat,
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) Koherensi, Kata
yang dipilih. Ganti
Stilistik Leksikon
Bagaimana pilihan kata yang dipakai
dalam teks berita.
Retoris Grafis, Metafora
Bagaimana dan dengan cara apa Ekspresi
penekanan dilakukan.
a. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks.
Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama
dari suatu teks. Gagasan penting van Dijk, wacana umumnya dibentuk
dalam tata aturan umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan
mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi
suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini
sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian
21
dalam teks yang dirunut menunjuk pada satu titik gagasan umum, dan
bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk
menggambarkan topik umum tersebut.16
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana
bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
satu kesatuan aksi. Menurut van Dijk, arti penting dari skematik
adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan
tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan
bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk
menyembunyikan informasi penting.17
c. Semantik
Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang telah menelaah makna
satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.18
Menurut van Dijk, beberapa elemen semantik dijabarkan lebih detil
sebagai berikut:
1) Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi
semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
16
Eriyanto, Analisis Wacana, h.229-230. 17
Eriyanto, Analisis Wacana, h.231-234 18
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). h.78
22
Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam
suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen berguna
karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan
oleh komunikator.
2) Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi
yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan
secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra
yang baik. Detil yang dibuat lengkap dan panjang lebar merupakan
penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra
tertentu kepada khalayak.
3) Maksud
Maksud hampir sama dengan detil, bagaimana penulis
mengkonstruksi suatu berita secara eksplisit maupun implisit.
d. Sintaksis
Sintaksis merupakan salah satu bagian dari tingkatan Struktur
Mikro. Sintaksis mempunyai pengertian bagaimana pemilihan kalimat
pada suatu teks ditinjau dari bentuk dan susunan. Adapun elemen
sintaksis diantaranya ialah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti.
e. Stilistik
Pusat perhatian Stilistik adalah style atau gaya, yaitu cara yang
digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan
maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa
mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan
23
citraan, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan yang
terdapat dalam sebuah karya sastra. Elemen pemilihan leksikal pada
dasarnya menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan
kata atau frase atas berbagai kemungkinan kata atau frase yang
tersedia. Kata “meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati,
tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan
sebagainya.19
f. Retoris
Retoris merupakan kategori Struktur Mikro yang terakhir. Retoris
adalah bagaimana dan dengan cara penekanan apa yang dilakukan
terhadap suatu teks atau wacana. Elemen–elemen dalam retoris antara
lain:
1) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa saja yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis itu juga
muncul dalam bentuk foto, gambar, atau tabel untuk mendukung
gagasan atau untuk bagian lain yang ingin ditonjolkan. Elemen
grafis memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol
perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah
suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus
dipusatkan/difokuskan.
19
Alex Sobur. Analisis Teks Media, h.82-83.
24
2) Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya
menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan,
ungkapan metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau
bumbu dari suatu berita.20
2. Level Kognisi Sosial
Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan
dengan proses produksi berita. Bagaimana berita tersebut dibuat dan siapa
yang membuatnya. Karena dalam suatu berita akan dipengaruhi oleh
subyektifitas dari wartawan yang bersangkutan. Titik kunci dalam memahami
produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks.21
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada
skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema
dikonseptualisasikan sebagai struktur mental dimana tercakup di dalamnya
bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial, dan peristiwa.22
Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur
teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Van Dijk menyebut sebagai
kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks,
diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
20
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h. 257-259 21
Eriyanto, Analisis Wacana, h.266. 22
Eriyanto, Analisis Wacana, h.261.
25
diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental
dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas
representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.23
Ada beberapa skema/model yang dapat digambarkan dalam tabel berikut
ini:24
Gambar 2.5 Skema/Model Van Dijk
Skema person (Person Schemas). Skema ini menggambarkan bagaimana
seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
Skema diri (Self Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri
sendiri dipandang, dipahami, dan digambarkan oleh seseorang.
Skema Peran (Role Schemas). Skema ini berhubungan dengan bagaimana
seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang
ditempati dalam masyarakat.
Skema peristiwa (Event Schemas). Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan
dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya skema inilah yang paling
banyak dipakai oleh wartawan.
Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta, LKiS,
2001, h.262-263
3. Level Analisis Sosial (Konteks)
Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana
adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga
untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti
23
Eriyanto, Analisis Wacana, h.259-260. 24
Eriyanto, Analisis Wacana, h.262-263.
26
bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat.25
Analisis sosial mencakup sosiokultural yang berkembang dalam
masyarakat. Norman Fairclough mengasumsikan bahwa konteks sosial yang
berada di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam
media. Sosiocultural practice ini memang tidak berhubungan langsung
dengan produksi teks tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan
dipahami.26
Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua
poin yang penting: kekuasaan (power) dan akses (acces).27
a. Praktek Kekuasaan
Teun A. van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai
kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya),
satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari
kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan
atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan
pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik,
kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif;
tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan
jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan
pengetahuan.
25
Eriyanto, Analisis Wacana, h.271. 26
Eriyanto, Analisis Wacana, h.320. 27
Eriyanto, Analisis Wacana, h.272.
27
b. Akses Memengaruhi Wacana
Analisis Wacana Teun A. van Dijk memberi perhatian yang besar
pada akses bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam
masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu,
mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk
memengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan
hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak
lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang
dapat disebar dan didiskusikan kepada khalayak.
28
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Situs Berita Online Merdeka.com
1. Merdeka.com Sebagai Media Online
Merdeka.com adalah sebuah situs berita online yang didirikan pada 21
Februari 2012, hasil kolaborasi antara media dan teknologi. PT Integra Ventura
sebagai induk perusahaan yang terafiliasi dengan KapanLagi.com memilih jalur
media online karena dinilai lebih praktis dalam penyajiannya, dibandingkan
dengan media cetak. Pada umumnya, kebanyakan media online dibangun dan
didirikan sebagai bagian dari pengembangan perusahaan media atau dibangun
oleh orang-orang media. Tetapi Merdeka.com justru dibangun dari perusahaan
teknologi yang terdiri dari orang-orang yang ahli dibidang Teknologi Informasi.
Berangkat dari pengalaman Kapanlagi.com (KL), sebuah situs media yang
fokus di entertaintment. Portal tersebut didirikan oleh Steve Christian pada tahun
2003. Seiring berjalannya waktu, Steve berencana mendirikan sebuah portal berita
yang lebih serius, dalam artian berisi berita non entertainment. Dengan bermodal
pengalamannya ditambah dengan jajaran redaksi yang dimiliki, akhirnya
terbentuklah sebuah portal berita Merdeka.com.1
Merdeka.com berdiri tahun 2012 sebagai media online yang memberitakan
peristiwa politik nasional, olahraga, hiburan, dan otomotif, semuanya ada disini.
Merdeka.com merupakan penggabungan dari dua bagian, yaitu bagian teknik
informasi (TI) dan bagian redaksi. Berawal dari sekumpulan orang-orang TI yang
1 www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
29
ingin membuat media, karena sebuah media tidak lepas dari seorang wartawan,
oleh karena itu mereka bergabung dengan orang-orang media.
Merdeka.com dibangun oleh orang-orang ahli tekhnologi yang bersinergi
dengan orang-orang jurnalistik handal dan berpengalaman. Diantaranya adalah
Didik Supriyanto (Pemimpin Redaksi ex tabloid Detik dan detikcom), Titis
Widyatmoko (Redaktur Eksekutif, ex Sindo), Arie Basuki (Foto, ex Tempo),
Anwar Khumaini wartawan kepresidenan sebagai Korlip didukung tim champion
lain. Mereka adalah tim KL veteran seperti Reyno (IT), Jeffrie (desain), Rita
(editor), dan Ivan (produk).
Situs Merdeka.com merupakan organisasi yang hidup di internet, orang-
orangnya hidup, berkarya, bisa di-googling, dan diajak ngobrol di internet, bahkan
menghidupi keluarganya dari internet. Internet hidup, berkembang, dan memberi
inspirasi, dimana Merdeka.com menjadi bagian dan memberi kontribusi terutama
untuk internet Indonesia. Kendati bukan situs yang pertama tapi Merdeka.com
punya mimpi baru yakni merdeka berkreasi, bagaimana menyajikan informasi
yang sebenarnya dan bisa dinikmati pembaca. Di world wide web (www) yang
sangat luas, perlu ada informasi yang harus benar, cepat disajikan, cepat diakses,
akurat, dan bisa dipertanggungjawabkan.2
B. Karakteristik Merdeka.com
Berbekal desain beda, berita khas Indepth, news tagging, autoload page
dan lain-lain, Merdeka.com menawarkan terobosan baru dalam hal berita,
penulisan, serta teknis. Tinggalkan cara kuno dan konvensional dalam banyak hal.
2 www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
30
Warna warni di logo Merdeka.com adalah warna kebebasan dalam
menyampaikan informasi, tidak terikat oleh paham tertentu atau kepentingan
tertentu. Warna-warni pelangi memberikan makna bahwa siapapun bebas
mengungkapkan kata merdeka tanpa terbelenggu oleh satu warna tertentu. Dalam
tim, Merdeka.com juga menerapkan sifat kebersamaan tanpa sekat SARA yang
bisa membelenggu. Dengan latar belakang yang berwarna itulah modal utama
Merdeka.com dalam mewujudkan media yang berintegritas dan independen.
Dengan dua hal tersebut Merdeka.com meyakini fungsi kontrol media bisa
berjalan dengan baik. Tujuan dari semua itu adalah agar menjadi sebuah media
yang bisa diakses jutaan orang melalui teknologi, tanpa batasan atau dibatasi.
Karena tidak ada yang lebih berharga dari pada menjadi Merdeka.3
Visi dari Merdeka.com adalah menjadi media online yang memberi
kontribusi dan memberikan inspirasi dalam penyajian berita untuk seluruh
pengguna internet di Indonesia. Tujuannya adalah menjadi sebuah media yang
bisa diakses oleh jutaan orang melalui teknologi, tanpa batasan atau dibatasi.
Sedangkan misi dari Merdeka.com yaitu menyajikan informasi secara benar,
bebas, cepat, mudah diakses dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan dalam
menyampaikan informasi yang dimaksud ialah tidak terikat oleh paham tertentu
atau kepentingan tertentu. Sehingga informasi dapat disajikan dengan sebenarnya
dan bisa dinikmati di world web yang sangat luas. Orang pun bisa bebas
mengakses situs Merdeka.com di seluruh internet Indonesia.4
Dalam waktu dua tahun, Merdeka.com menjadi situs berita tercepat
pertumbuhannya. Situs yang memiliki kantor redaksi di Jl.Tebet Barat IV No.3
3 www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
4 www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
31
Jakarta Selatan ini menduduki peringkat ke 19 di Alexa ID dan ke 6 di Comscore.
Semua pencapaian tersebut tidak lepas dari respect pembacanya.
Meski baru berumur dua tahun, namun Merdeka.com sudah mendapatkan
tempat di hati para pembaca di seluruh Indonesia. Penyajian berita yang dikemas
secara ringkas dan berbeda, membuat rating pembaca Merdeka.com bertambah
banyak. Hal ini terbukti ketika Merdeka.com meraih penghargaan Journalist
Award 2014 yang diadakan oleh Jawa Pos Institute Pro-otonomi (JPIP) dan
United State for International Development (US-AID). Merdeka.com mendapat
penghargaan sebagai media online yang tetap independen dalam pemberitaan
tentang Pemilu 2014, pembaca terbanyak, dan dianggap mampu mendorong
peningkatan kinerja akuntabilias negara.
Dari berbagai pencapaian yang diraih oleh Merdeka.com diatas,
mengindikasikan bahwa kehadiran Merdeka.com sangat diterima di hati
masyarakat Indonesia. Perlahan Merdeka.com bertransformasi menjadi bacaan
terbaik yang dikunjungi mayoritas masyarakat Indonesia di mana pun mereka
berada. Dengan karakteristik Merdeka.com yang berbasis online, maka seluruh
berita yang ada dapat diakses kapanpun dan dimanapun oleh siapapun.
Faktor penting dari segala pencapaian yang telah diraih Merdeka.com
yaitu dengan menyuguhkan berita yang tidak hanya penting, tetapi juga menarik
bagi para pembacanya. Dalam sebuah pemberitaannya, Merdeka.com tidak
melupakan unsur lain, selain penting, unsur menarik juga di munculkan. Kedua
unsur tersebut, penting dan menarik itulah yang menjadi ciri khas dari
Merdeka.com yang membedakannya dengan media online lainnya.
32
C. Struktur Organisasi Dan Rubrikasi Merdeka.com
Struktur organisasi kepengurusan Merdeka.com, diantaranya adalah:
Bagan 3.1
Struktur Organisasi Merdeka.com5
Pemimpin Redaksi:
Didik Supriyanto
Redaktur Eksekutif: Koordinator Liputan:
Titis Widyatmoko Anwar Khumaini
Tim Redaksi:
- Ahmad Baiquni - Al Amin
- Arbi Sumandoyo - Aryo Putranto Saptohutomo
- Ardyan M.Erlangga - Alwan Ridha Ramdhani
- Achmad Dedi Rahmadi - Ahmad Ragridio Saptama Tanjung
- Didi Syafirdi - Eko Prasetya
- Faisal Assegaf - Harwanto Bimo Pratomo
- Hery Winarno - Henny Rachma Sari
- Idris Rusadi Putra - Lia Harahap
- Iqbal Fadil - Islahudin
- Laurencius Simanjuntak - Laurel Benny
- Saron Silalahi - Muhammad Taufik
- M. Mirza Harera - M. Hasits
- Mustiana Lestari - Muhammad Sholeh
- Nurul Julaikah - Novita Intan Sari
- Pramirvan Datu Aprillatu - Putri Artika R
- Pandasurya Wijaya - Ramadhian Fadhilah
- Randy Ferdy Firdaus - Siwi Sri Wiyanti
- Saugi Riyandi - Vincent Asido Panggabean
- Yulistyo Pratomo - Ya'cob Billiocta
- Dewi Pratiwi (Sekred) - Mardani
- Effendi Ari Wibowo
5 www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
33
Daerah:
- M. Andriansyah Syafi'ie (Surabaya) - Parwito (Yogyakarta)
- Andrian Salam Wiyono (Bandung) - Yan Muhardiansyah (Medan)
- Rita Sugihardiyah (Malang) - Ivan Valentino (Malang)
- Jeffrie (Malang) - Fatchur Rochim H.P (Malang)
- Destriyana (Malang) - Dwi Andi Susanto (Malang)
- Dwi Zain Musofa (Malang) - Kun Sila Andanda (Malang)
- Hikmah Wilda Amalia (Malang) - Nova Andriani (Malang)
- Rizqi Adnamazida (Malang) - Agus Salim (Malang)
- Alvin Nouval (Malang) - Mohammad Shoifudin (Malang)
- Muhammad Faizin (Malang) - Vizcardine Audinovic (Malang)
- Wanda Praditya Ramadhan (Malang) - Yoga Tri Priyanto (Malang)
Foto:
- Arie Basuki - Dwi Narwoko
- Debby Restu Utomo - Imam Buchori
- Iqbal Septian Nugroho - Mudasir
- Muhammad Luthfi Rahman
Sumber: www.merdeka.com diakses Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
Dalam tampilannya, Merdeka.com mempunyai beberapa bagian rubrikasi
di tiap kolomnya, diantaranya digambarkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.1
Rubrikasi Merdeka.com6
1. PERISTIWA
2. POLITIK
3. JAKARTA - KRIMINAL
- TRANSPORTASI
- PUBLIK
4. UANG - EKONOMI
- RIIL
- BURSA
- ENERGI
- BANK
6 www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
34
5. DUNIA
6. KHAS
7. GAYA - TRAVEL
- KULINER
- KARIR
- CANTIK
- HOBI
- CINTA
8. ARTIS - SELEBRITI
- HOLLYWOOD
- FILM
- MUSIK
- ASIAN STAR
9. SPORT - MOTOGP
- FORMULA1
- RAKET
- BASKET
- OLIMPIK
10. BOLA - INGGRIS
- ITALIA
- SPANYOL
- BOLA DUNIA
- INDONESIA
11. TEKNOLOGI - IT
- SAINS
- TELCO
- GADGET
- SOFTWARE
- STARTUP
- SOCIAL MEDIA
- APPLE
12. SEHAT - SEKS
- NUTRISI
- DIET
- DIAGNOSIS
- KANKER
- BUGAR
13. OTOMOTIF - BERITA
- REVIEW
- TIPS & TRICKS
14. FOTO
15. PROFIL
16. WORKSTATION
17. RAMADHAN - BERITA RAMADHAN
- TAUSIAH
- PELANGI
35
- KULINER RAMADHAN
- SAFARI
- BUTIK
- TANYA JAWAB
18. INDEX FOTO
Sumber: www.merdeka.com diakses pada Kamis 17 Juli 2014, pukul 04.00.WIB
D. Alur Berita di Merdeka.com
Rutinitas di Merdeka.com dimulai dengan melakukan rapat redaksi setiap
sore pukul 17.00. Biasanya rapat redaksi itu memetakan isu-isu yang akan di
running atau dimuat untuk keesokan harinya. Intinya rapat tersebut membahas
tentang apa yang mau di bahas besok.
“Rutinitas pertama rapat redaksi, dilakukan setiap hari pukul 17.00. Dalam
rapat redaksi koordinator liputan membagi jadwal masuk untuk redaktur
editor dan reporter. Termasuk membagi jadwal piket untuk pagi, siang dan
malam. Kemudian sekaligus membagi siapa yang akan liputan kemana
terhadap reporter. Agenda nya itu bukan hanya liputan kemana, tetapi apa-
apa yang kemudian akan dia liput disana, lalu dikirimkan lewat email
paginya ke semua reporter. Kemudian teman-teman reporter nanti
mengerjakan di lapangan masing-masing, dikirim ke kantor via email,
kemudian dikantor di edit lagi baru kemudian di naikkan.”7
Di Merdeka.com sendiri, reporter ada dua jenis atau cara kerjanya. Yang
pertama menulis lewat email, yang kedua laporan langsung via telfon ke kantor.
Reporter yang menulis berita lewat email biasanya membahas isu-isu yang ringan,
santai dan tidak harus cepat-cepat dinaikkan. Sedangkan reporter yang
melaporkan via telfon biasanya untuk isu-isu yang harus cepat dinaikkan, semisal
kasus kebakaran, kecelakaan dan lain-lain (straight news). Reporter akan
melaporkan point-point penting dari permasalahan dilapangan saja, sedangkan
untuk penulisan beritanya dilakukan oleh tim redaksi yang ada dikantor. Dalam
7 Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
2014
36
peliputan berita mereka diberikan kebebasan, namun bukan berarti bisa
sebebasnya menuliskan berita melainkan tetap pada acuan kode etik jurnalistik.
Untuk kebijakan redaksi di Merdeka.com, dilakukan secara situasional.
Jika ada berita yang mengangkat isu-isu ringan, sekelas editor saja bisa
menaikkan berita tersebut. Untuk berita yang bersifat straight news juga bisa
langsung dinaikkan setelah melalui meja editor dan masukkan dari redaktur
eksekutif atau pemimpin redaksi. Tidak ada rapat tertentu yang mengkhususkan
pada agenda pembicaraan layaknya berita untuk dimuat atau tidak. Di
Merdeka.com semua dilakukan secara situasional, semua berita bisa dinaikkan
asalkan tidak mengandung unsur SARA dan melenceng dari kode etik jurnalistik.
37
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Analisis Berita I
Pada bab ini akan diuraikan analisis wacana mengenai pemberitaan
penolakan Front Pembela Islam (FPI) terhadap pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta berdasarkan model Teun van Dijk yang disajikan oleh
Merdeka.com. Model yang dipakai van Dijk ini sering disebut dengan kognisi
sosial (Social Cognition Analysis). Dari sekian banyak model analisis wacana
yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, barangkali model ini
adalah model yang banyak dipakai. Menurut Eriyanto, hal ini terjadi kemungkinan
karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana, sehingga bisa digunakan
dan dipakai secara praktis.
Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan
pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi
yang harus juga diamati.1 Selain itu dalam penelitian wacana juga harus
menganalisis lebih jauh dari segi kognisi sosial dan konteks sosial yang juga
berperan dalam analisis wacana.
Dalam analisis teks ini penulis mencoba mengurai makna wacana
mengenai pemberitaan penolakan Front Pembela Islam (FPI) terhadap pelantikan
Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com yang dilihat dari struktur
teks berita seperti tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris.
1 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),,
h.221.
38
Selanjutnya penelitian ini juga akan dianalisis pada level kognisi sosial dan
konteks sosial.
Adapun berita-berita yang dianalisis di Merdeka.com mengenai isu
penolakan tersebut mengambil dua berita saja, yang dimuat pada bulan September
2014. Untuk selanjutnya, penulis akan menganalisis berita dari segi teksnya
terlebih dahulu.
1. Analisis Level Teks
Analisis Berita 1: “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam &
bacotnya busuk” Rabu, 24 September 2014.
a. Tematik
Elemen tematik atau tema menunjukkan pada gambaran umum dari suatu
teks, dapat juga disebut gagasan inti, ringkasan atau yang paling utama dari
suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh
wartawan dalam pemberitaannya. Tematik juga sering disebut sebagai tema
atau topik.2 Maka, tema yang diungkapkan pada berita “FPI tolak Ahok jadi
gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk,” ini adalah mengenai
penolakan yang dilakukan oleh ratusan kader FPI terhadap Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Dalam berita tersebut, peneliti menemukan bahwa
setiap paragraf mengandung inti berita dan memberikan ringkasan kejadian.
Namun di beberapa paragraf terdapat kalimat yang tidak mencapai
topik/tema, bahkan cenderung memiliki inti topik yang sama. Secara
keseluruhan, setiap paragraf yang dituliskan saling berkaitan satu sama lain,
sehingga memunculkan satu gagasan inti atau tema dari berita tersebut.
2 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.229.
39
b. Segi Skematik
Skematik adalah skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur
akan menjelaskan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diuraikan
sehingga membentuk kesatuan arti.3
Judul berita ini adalah “FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan
Islam & bacotnya busuk.” Pada bagian awal berita ini berisi tentang
persiapan aksi yang dilakukan oleh ratusan kader FPI terkait penolakan Ahok
sebagai Gubernur DKI Jakarta (baris 1-4). Untuk menggambarkan peristiwa
tersebut, penulis menjelaskan lebih jauh mengenai persiapan yang dilakukan
oleh para kader FPI. Diantaranya adalah mempersiapkan spanduk yang
berisikan tulisan menentang Ahok (baris 7-8).
Kemudian di bagian tengah berisi tentang dasar penolakan yang
dilakukan FPI. Penulis memperjelas tulisan dengan menyantumkan
pernyataan dari Ketua FPI Tanah Abang, Suharto yang menyatakan bahwa
dasar penolakan Ahok karena dia bukan Islam (baris 9-10). Selain itu
penolakan Ahok didasari oleh perilaku Ahok yang arogan dan kasar. Yang
terakhir penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok selama
ini (baris 12-15).
Inti dari berita ini terletak di awal berita, terdapat pada kalimat:
“Ratusan kader Front Pembela Islam (FPI) bersiap melakukan aksi
penolakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
sebagai gubernur DKI. Mereka berkumpul di markas FPI Jalan
Petamburan III Tanah Abang Jakarta Pusat.”
Bagian ini menyampaikan pokok utama dari berita tersebut. Yaitu aksi
penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
3 Eriyanto, Analisis Wacana, h.231.
40
FPI berargumen bahwa aksi penolakan tersebut dilakukan karena Ahok bukan
Islam dan bacotnya busuk.
Berita ini ditutup dengan rencana FPI yang akan berjalan kaki ke DPRD
DKI sebagai titik pusat demonstrasi. FPI menilai, hal ini sengaja dilakukan
untuk menghindari kemacetan yang semakin parah apabila membawa
kendaraan (baris 16-17). Skema dari berita tersebut saling berkaitan satu sama
lain, sehingga alur berita tersebut dapat tersusun dengan baik dan
menciptakan satu kesatuan arti.
c. Segi Semantik
Semantik merupakan salah satu elemen tingkatan terakhir dari model
Teun A. van Dijk yakni Struktur Mikro. Semantik adalah bagian dimana pada
suatu wacana atau teks tertera makna, maksud, atau arti yang ingin
ditekankan serta dapat dikategorikan menjadi latar, detil dan maksud. Latar
yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa.
Di samping itu, latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan
dalam suatu teks.4
Kemudian detil adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi
bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.5
Pada detil biasanya terdapat pro dan kontra serta bagian fakta dan informasi
yang ditampilkan atau tidak ditampilkan oleh wartawan. Sedangkan maksud
adalah melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan
secara eksplisit dan jelas. Elemen wacana maksud, hampir sama dengan
4 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.235. 5 Eriyanto, Analisis Wacana, h.238.
41
elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan
diuraikan dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang
menguntungkan komunikator dan akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,
implisit, dan tersembunyi.6
Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah persiapan aksi demonstrasi
yang akan dilakukan oleh ratusan kader FPI terhadap Ahok. Aksi tersebut
didasari oleh pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Peneliti
melihat bahwa setiap paragraf yang ditulis oleh wartawan pada berita
pertama, memunculkan sebuah makna bahwa FPI sangat membenci Ahok
karena omongannya yang kasar dan bukan berlatar belakang muslim.
Sehingga dari judulnya saja, pembaca sudah bisa menangkap makna yang
ingin diungkapkan oleh wartawan.
1) Latar
Latar dalam pemberitaan ini terletak pada baris pertama dalam
paragraf pertama: “Ratusan kader Front Pembela Islam (FPI) bersiap
melakukan aksi penolakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI.”
Pada kalimat tersebut, latar yang ingin ditampilkan wartawan pada
pemberitaan ini adalah memberitahukan bahwa aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh FPI dipicu oleh pengangkatan Ahok sebagai Gubernur
DKI Jakarta. Hal tersebut berdampak pada penggerakan massa aksi yang
berdemo di depan gedung DPRD DKI Jakarta.
6 Eriyanto, Analisis Wacana, h.240.
42
2) Detil
Detil yang hendak disampaikan wartawan dalam pemberitaan ini
terlihat pada baris 5 paragraf 2. Hal ini dapat dilihat pada kalimat:
“..massa FPI mulai berdatangan dengan mengenakan baju putih-putih
kebesarannya. Mereka pun mempersiapkan beberapa spanduk bertuliskan
„Umat Islam Jakarta Tidak Butuh Ahok yang Bacotnya Busuk‟.”
Pada bagian tersebut wartawan memaparkan persiapan yang dilakukan
oleh FPI dalam aksi nya siang nanti. Jika dibaca secara utuh, penulis ingin
memaparkan proses persiapan demonstrasi.
3) Maksud
Maksud yang terkandung dalam berita ini terdapat pada teks yang
memaparkan dasar dari penolakan Ahok sebagai Gubernur. Hal ini dapat
dilihat di baris 8 paragraf 4, yaitu pada kalimat: “Ketua FPI Tanah Abang
Suharto menyatakan penolakan kepada Ahok memiliki 3 dasar. Hal itu
yang melandasi perjuangan mereka untuk tegas menolak dan menentang
kepemipinan Ahok hari ini.”
Dalam teks tersebut, peneliti beranggapan bahwa wartawan berusaha
menggambarkan secara jelas maksud dari penolakan yang dilakukan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Melalui tulisannya,
penulis meyakinkan pembaca dengan memaparkan alasan penolakan FPI
terhadap Ahok melalui pernyataan dari Ketua FPI Tanah Abang, Suharto.
Namun hal ini berseberangan dengan pemikiran wartawan yang
mendukung pengangkatan Ahok sebagai Gubernur Jakarta.
43
d. Segi Sintaksis
Sintaksis merupakan salah satu bagian dari tingkatan Struktur Mikro.
Sintaksis mempunyai pengertian bagaimana pemilihan kalimat pada suatu
teks ditinjau dari bentuk dan susunan. Adapun unsur sintaksis adalah sebagai
berikut:
1) Bentuk Kalimat
Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat deduktif. Bentuk
kalimat deduktif merupakan bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat
ditempatkan di bagian awal, kemudian disusul dengan keterangan
tambahan. Seperti pada berita pertama yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi
gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk,” penulis menggunakan
bentuk kalimat deduktif didalamnya.
2) Koherensi
Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik.
Koherensi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf
menunjukan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya.
Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada baris
ke 16 dalam paragraf 5, yaitu: “Selain itu, mereka pun memutuskan untuk
berjalan menuju DPRD DKI, hal itu untuk menghindari kemacetan.”
Kalimat diatas menggunakan kata hubung yang menyatakan tujuan
yaitu “untuk.” Proposisi “mereka pun memutuskan untuk berjalan menuju
DPRD DKI” dan “menghindari kemacetan,” adalah dua hal yang
berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata hubung “untuk” dua hal
tersebut menjadi tampak koheren.
44
3) Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.7 Kata ganti yang
ditemukan pada teks berita ini adalah pada kalimat:
a) “Mereka berkumpul di Markas FPI Jalan Petamburan III Tanah
Abang Jakarta Pusat (baris 3 paragraf 1).” Pada kalimat tersebut
menggunakan kata ganti “Mereka.”
b) “Kita tidak asal menentang, kita punya landasan... (baris 12
paragraf 4).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti
“Kita.”
c) “...ini biar jalanan tidak tambah macet (baris 18 paragraf 5).”
Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti “Dia.”
e. Segi Stilistik
Sama seperti Semantik dan Sintaksis, Stilistik termasuk tingkatan
Strukstur Mikro. Stilistik adalah pemilihan kata yang dipakai dalam suatu
teks atau wacana. Dengan kata lain Stilistik menjelaskan tentang bagaimana
seseorang atau penulis melakukan pemilihan kata yang menyatakan maksud
dengan menggunakan bahasa sebagai sarana penyalurannya.
Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita
ini adalah kata-kata denotatif, yaitu kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada
beberapa kata yang tidak mudah dimengerti digunakan dalam berita ini.
7 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.253.
45
1) Leksikon
Elemen Leksikon atau pemilihan kata dalam berita ini dapat dilihat
sebagai berikut:
a) Pada baris ke 2 dalam paragraf pertama terdapat kata aksi
penolakan, yang berkalimat: “Ratusan kader Front Pembela Islam
(FPI) bersiap melakukan aksi penolakan Wakil Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI.”
b) Pada baris ke 10 dalam paragraf 3 terdapat kata melandasi
perjuangan, yang berkalimat: “Ketua FPI Tanah Abang Suharto
menyatakan penolakan kepada Ahok memiliki 3 dasar. Hal itu yang
melandasi perjuangan mereka...”
f. Segi Retoris
Retoris merupakan kategori Struktur Mikro yang terakhir. Retoris adalah
bagaimana dan dengan cara penekanan apa yang dilakukan terhadap suatu
teks atau wacana. Unsur retoris adalah sebagai berikut:
1) Grafis
Unsur grafis merupakan pengamatan terhadap teks yang ditekankan
atau ditonjolkan pada bagian yang dianggap penting. Unsur ini dapat
ditunjukkan dengan foto, gambar, atau tabel. Pada teks berita yang
menceritakan tentang persiapan aksi demo penolakan Ahok sebagai
Gubernur ini, digambarkan dengan foto dimana para anggota FPI terlihat
tengah berkumpul di Markas FPI sebelum menuju lokasi demo. Dari foto
tersebut, tampak beberapa orang yang sedang berkumpul dengan
mengenakan baju putih-putih kebesarannya.
47
Tabel 4.1
Analisis Teks Berita
“FPI tolak Ahok jadi gubernur karena bukan Islam & bacotnya busuk”
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Makro Tematik - Tentang penolakan yang dilakukan
oleh ratusan kader FPI terhadap Ahok
sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Superstruktur Skematik - Diawali dengan persiapan aksi yang
dilakukan oleh ratusan kader FPI
terkait penolakan Ahok sebagai
Gubernur DKI Jakarta (baris 1-4).
Untuk menggambarkan peristiwa
tersebut, penulis menjelaskan lebih
jauh mengenai persiapan yang
dilakukan oleh para kader FPI.
Diantaranya adalah mempersiapkan
spanduk yang berisikan tulisan
menentang Ahok (baris 7-8).
- Pada pertengahan tulisan diceritakan
mengenai dasar penolakan yang
dilakukan FPI. Penulis memperjelas
tulisan dengan menyantumkan
pernyataan dari Ketua FPI Tanah
Abang, Suharto yang menyatakan
bahwa dasar penolakan Ahok karena
dia bukan Islam (baris 9-10). Selain
itu penolakan Ahok didasari oleh
perilaku Ahok yang arogan dan kasar.
Yang terakhir penolakan umat Islam
Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok
selama ini (baris 12-15).
- Ditutup dengan rencana FPI yang
akan berjalan kaki ke DPRD DKI
sebagai titik pusat demonstrasi. FPI
menilai, hal ini sengaja dilakukan
untuk menghindari kemacetan yang
semakin parah apabila membawa
kendaraan (baris 16-17).
Struktur Mikro Latar - Terletak pada baris pertama dalam
paragraf pertama, yang isinya
menceritakan latar belakang tentang
aksi demonstrasi yang dilakukan oleh
FPI dipicu oleh pengangkatan Ahok
sebagai gubernur DKI Jakarta:
“Ratusan kader Front Pembela Islam
(FPI) bersiap melakukan aksi
penolakan Wakil Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
48
(Ahok) sebagai gubernur DKI.”
Detil - Bagian detil berita ini terlihat pada
baris 5 paragraf 2, yang terdapat pada
kalimat:
“..massa FPI mulai berdatangan
dengan mengenakan baju putih-putih
kebesarannya. Mereka pun
mempersiapkan beberapa spanduk
bertuliskan „Umat Islam Jakarta
Tidak Butuh Ahok yang Bacotnya
Busuk‟.”
Maksud - Maksud yang terkandung dalam
berita ini terdapat pada teks yang
memaparkan dasar dari penolakan
Ahok sebagai gubernur. Hal ini dapat
dilihat di baris 8 paragraf 4, yaitu
pada kalimat:
“Ketua FPI Tanah Abang Suharto
menyatakan penolakan kepada Ahok
memiliki 3 dasar. Hal itu yang
melandasi perjuangan mereka untuk
tegas menolak dan menentang
kepemipinan Ahok hari ini.”
Bentuk Kalimat - Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah
bentuk kalimat deduktif. Bentuk
kalimat deduktif merupakan bentuk
penulisan kalimat di mana inti
kalimat ditempatkan di bagian awal,
kemudian disusul dengan keterangan
tambahan.
Koherensi - Bentuk koherensi yang terkandung
dalam berita ini terdapat pada baris ke
16 dalam paragraf kelima, yaitu:
“Selain itu, mereka pun memutuskan
untuk berjalan menuju DPRD DKI,
hal itu untuk menghindari
kemacetan.”
Kata Ganti - Kata “mereka” pada baris ke 3.
- Kata “kita” pada baris 12.
- Kata “dia” pada baris 18.
Leksikon - Kata “aksi penolakan” pada baris 2.
- Kata “melandasi perjuangan” pada
baris 10.
Grafis - Ditunjukkan dengan sebuah foto
dimana terdapat para kader FPI yang
tengah berkumpul di Markas besar,
sebelum menuju lokasi demo.
49
Metafora - Metafora atau kata kiasan dalam
berita ini terdapat pada baris ke 6
dalam paragraf 2, yaitu;
“kebesarannya.”
2. Analisis Level Kognisi Sosial
Dalam menganalisis wacana, kognisi sosial adalah bagian integral yang
saling berkaitan dari rumus kerangka Teun A. van Dijk. Pendekatan kognisi
sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini sangat bersebrangan
dengan kecenderungan menghubungkan teks komunikasi dengan isu besar
dalam media seperti kontrol, institusi, profesi, modal, dan sebagainya.8
Dalam berita pertama yang berjudul “FPI tolak Ahok jadi gubernur
karena bukan Islam & bacotnya busuk,” penulis berusaha memberitahukan
kepada pembaca bahwa akan ada demo penolakan yang dilakukan oleh FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Penulis juga berusaha untuk
memberitahukan kepada pembaca bahwa penolakan yang dilakukan oleh FPI
sudah menyalahi aturan hukum dan Undang-Undang. Karena isu utama yang
ditarik disini ialah karena Ahok bukan berlatar belakang muslim. Isu ini
menjadi sangat sensitif, karena alasan FPI tersebut sangat bersinggungan
dengan SARA, tentu saja hal ini bisa menimbulkan perpecahan dikalangan
masyarakat.
Efendi Ari Wibowo merupakan seorang reporter Merdeka.com yang
sehari-hari bertugas di Polda Metro Jaya. Oleh karena itu, segala berita yang
menyangkut pelanggaran bisa cepat didapat dan ditulis ke dalam sebuah
berita. Sama hal nya dengan berita mengenai FPI dan Ahok. Sementara
8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001),
h.266.
50
Muhammad Hasits yang menjabat sebagai editor sekaligus redaktur politik
sehari-hari bertugas di kantor, menunggu berita yang masuk dari para reporter
di lapangan untuk kemudian di lakukan pengkajian ulang sebelum
dipublikasikan.
Latar belakang akademik Efendi Ari Wibowo berasal dari Fakultas
Keguruan Universitas Negeri Yogyakarta. Sementara latar belakang
akademik dari Muhammad Hasits berasal dari Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Di Merdeka.com, latar
belakang pendidikan tidak terlalu mempengaruhi profesi wartawan, tetapi
lebih mengutamakan wawasan dan pengetahuan. Profesi wartawan dibuka
untuk semua jurusan, dan tidak terlalu mementingkan latar belakang
akademiknya.
Disinggung mengenai kognisi penulis, yakni seberapa jauh penulis
mengetahui segala hal mengenai isu ini. Dalam penjelasannya Redaktur
Politik Merdeka.com mengungkapkan bahwa untuk kasus FPI dan Ahok, ia
menugasi para reporternya dilokasi -lokasi penting, seperti Polda Metro Jaya,
Markas FPI, Gedung DPRD DKI Jakarta dan Balai Kota Jakarta. Salah satu
penulis berita mengenai FPI dan Ahok adalah Efendi Ari Wibowo, wartawan
di Merdeka.com yang beragama Islam. Menurut penulis, tidak masalah jika
Jakarta dipimpin oleh orang yang berlatar belakang non muslim, karena
Indonesia berdasarkan pancasila.
Dalam kasus FPI dan Ahok, pemberitaan Merdeka.com dipengaruhi
oleh rekam jejak FPI selama ini yang dikenal anarkis dan negatif. Kuat
dugaan bahwa kasus ini dipengaruhi oleh kepentingan politik yang
51
ditunggangi oleh seseorang. Hal ini juga yang melatarbelakangi pembentukan
teks berita terkait isu FPI dan Ahok.
“Untuk saya, persoalan Ahok ini adalah persoalan politik bukan persoalan
like, dislike artinya suka tidak suka masyarakat juga, ada persoalan politik
didalamnya. Karena kemarin waktu demo yang ricuh itu ternyata saya
waktu itu ngeposnya di Polda Metro Jaya. Berdasarkan hasil
penyelidikannya ternyata hampir semua orang-orang yang ditangkap
pengikut aksi massa itu ternyata dia dari luar Jakarta, artinya kan setelah
ditarik, diduga ini kan didatangkan, diduga ini masa bayaran, seperti itu.
Artinya ada dalang atau otak dibalik aksi itu. Artinya kalo ada otak dibalik
itu kan ini ada kepentingan yang berseberangan, atau kepentingan yang
kemudian saling berbenturan. Ini kan soal politik berarti, bukan hanya soal
suka tidak suka, lagi-lagi kan seperti itu”.9
Kesimpulannya penulis berusaha memberitahukan bahwa apa yang
dilakukan oleh FPI itu tidak sesuai dengan dasar negara. Penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak
mempunyai alasan yang jelas. Jika alasannya hanya karena Ahok bukan dari
kalangan muslim, maka hal itu bisa memicu perpecahan di dalam masyarakat.
Penulis pun memberitahukan bahwa aksi demo yang dilakukan FPI telah
menyalahi aturan dan melanggar hukum. Hal ini sangat tidak mencerminkan
perilaku dari sebuah organisasi masyarakat yang bercorak muslim. Melalui
teks berita, penulis menyampaikan dukungannya terhadap pengangkatan
Ahok sebagai Gubernur. Siapapun yang memimpin, dan berlatar agama
apapun, asalkan mampu mensejaherakan rakyat, dia layak menjadi seorang
pemimpin.
9 Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
2014
52
3. Analisis Level Konteks Sosial
Bagian dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial.
Menurut Van Dijk Wacana itu sebenarnya adalah bangunan teoritis yang
abstrak (the abstact theoretical conctruct).10
Dalam pandangannya, van Dijk
menjelaskan bahwa wacana merupakan bagian dari wacana yang berkembang
dalam masyarakat. Oleh karenanya untuk meneliti teks perlu dilakukan
analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Konteks sosial ini
dihubungkan dengan pengetahuan dan literatur yang berkembang pada
khalayak atas suatu wacana. Analisis sosial berkaitan dengan hal-hal yang
mempengaruhi pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti
latar, situasi, peristiwa, dan kondisi sosial yang sedang terjadi saat itu.
Seperti dalam pemberitaan di Merdeka.com ini, untuk mengetahui
bagaimana wacana pemberitaan tentang perseteruan FPI dan Ahok ini adalah
dengan menganalisis bagaimana masyarakat dan media melakukan produksi
dan reproduksi mengenai isu tersebut.
Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan
pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa
Jokowi menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik
sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur.
Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12
Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala
10
Aris Bandara, Analisis Wacana Teori Metode dan Penerapannya pada Wacana Media,
(Jakarta: Kencana, 2013),h.17.
53
daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila
kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam
masa jabatannya.11
Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena
menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok sebagai
Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Bahkan Organisasi Masyarakat
(Ormas) Front Pembela Islam (FPI) dengan gamblang menolak dan
mengancam akan melakukan demonstrasi. Selain itu terdapat ormas lain
seperti Forum Betawi Rempug (FBR), dan beberapa komunitas Betawi yang
ramai-ramai menolak pelantikan Ahok sebagai Gubernur. Mereka menilai
bahwa sosok Ahok terlalu keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga
Jakarta.
Aksi demo yang dilakukan oleh FPI terhadap Ahok terpublikasi oleh
media massa. Media massa memiliki peranan penting dalam
menyebarluaskan isu-isu yang sedang berkembang. Beberapa hari belakangan
isu terkait FPI versus Ahok menjadi konsumsi publik setiap harinya. Setiap
media mempunyai cara pandang tersendiri dalam mengkonstruksi sebuah
peristiwa, sehingga reaksi atas berita yang dikonsumsi oleh khalayak
menimbulkan persepsi yang berbeda.
Dalam sistem negara Indonesia yang demokratis, tentu kekhawatiran
dipimpin oleh seorang non muslim kurang beralasan, karena kekuasaan
Pemerintah Daerah tidak mutlak dan tidak absolut. Sehingga penolakan FPI
11
www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober
2014, pukul 02.00 WIB
54
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi tidak
beralasan. Karena dalam UU No. 12 Tahun 2008 tentang pemerintah Daerah,
telah diatur bahwa seorang wakil gubernur akan otomatis menjadi gubernur
jika gubernur sebelumnya berhalangan seperti mengundurkan diri atau tetap
(meninggal).
Menurut Efendi Ari Wibowo, reporter Merdeka.com yang menulis isu
tersebut, isu SARA adalah alasan utama FPI menolak Ahok. Efendi menilai
ada keterserabutan sejarah (ahistorys)/ lupa akan sejarahnya dari masyarakat
Indonesia.
“Di Jakarta sendiri orang yang bukan islam kemudian dan bukan betawi,
sudah pernah ada yang menjadi pemimpin Jakarta, Henk Ngantung
misalnya, dia seorang Kristen yang menjabat sebagai Gubernur DKI
Jakarta. Lalu kenapa dengan Ahok? Isu yang ditarik kan dia bukan
muslim, lalu apa masalahnya? Bagi saya masalahnya adalah Ahok mampu
tidak kemudian mensejahterakan masyarakat Jakarta, pertanyaannya kan
gitu. Jika tidak mampu ya silahkan di kritisi, tapi sekarang persoalannya
sudah mengarah ke SARA, itu menjadi tidak mencerdaskan masyarakat.”12
Meskipun penolakan Ahok sebagai gubernur terus disuarakan oleh
massa FPI dan Ormas lainnya, tetapi sesuai hukum yang telah ditetapkan
pada akhirnya nanti Ahok tetap akan menjadi Gubernur DKI sesaat setelah
Jokowi ditetapkan sebagai Presiden terpilih. Sebagai negara hukum yang
demokratis, hal ini sudah tidak bisa diganggu gugat.
Sebagai media online yang mudah diakses oleh masyarakat,
Merdeka.com tentu ingin memberikan pesan tersendiri terhadap pembacanya.
Terkait isu tersebut, terdapat pesan bahwa siapapun boleh menyatakan
pendapat di muka umum asal tidak menyalahi aturan. Mengenai pemimpin
12
Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
2014
55
non muslim, tidak menjadi masalah karena negara ini berlandaskan pada
pancasila.
Wacana yang dibangun oleh Merdeka.com memberikan perspektif
tersendiri terhadap isu diatas. Melalui berita-berita yang disajikan, konstruksi
wacana berkembang pada kognisi masyarakat memberikan penilaian yang
dibaca oleh pembacanya. Dengan demikian isu-isu nasional dipengaruhi oleh
aktifitas Merdeka.com dalam mendokumentasikan setiap peristiwa dengan
kesubjektifannya.
B. Analisis Berita II
1. Analisis Level Teks
Analisis Berita 2: “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara
sepeda motor” Rabu, 24 September 2014.
a. Tematik
Tema yang terkandung pada berita yang kedua adalah demo menolak
Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta yang disuarakan FPI berujung ricuh dan
berubah menjadi anarkis. Massa FPI memukuli wanita pengendara motor
yang tengah melintas disekitar lokasi demo. Sama halnya dengan berita
sebelumnya, dalam berita kali ini, peneliti menemukan bahwa setiap paragraf
mengandung inti berita dan memberikan ringkasan kejadian. Namun di
beberapa paragraf terdapat kalimat yang tidak mencapai topik/tema, bahkan
cenderung memiliki inti topik yang sama. Secara keseluruhan, setiap paragraf
yang dituliskan saling berkaitan satu sama lain, sehingga memunculkan satu
gagasan inti atau tema dari berita tersebut.
56
b. Segi Skematik
Judul berita ini adalah “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli wanita pengendara
sepeda motor.” Berita ini didahului oleh aksi massa FPI yang tengah
berdemonstrasi yang semula berjalan damai, mendadak ricuh. Keributan
dipicu oleh seorang pengendara motor yang melintas ditengah masa yang
sedang melakukan orasi (baris 1-4).
Selanjutnya dalam berita tersebut dituliskan bahwa massa FPI yang
sedang berorasi kemudian mendekat kearah seorang pengendara motor yang
merupakan seorang wanita (baris 5-7). Tidak hanya itu, kemudian penulis
menggambarkan bahwa massa FPI lantas mengepung wanita pengendara
motor tersebut, kemudian memukulinya dengan menggunakan bambu.
Meskipun dikepung massa, namun wanita pengendara motor tersebut berhasil
melarikan diri dari amukan massa yang tengah dilanda emosi tersebut (baris
11-13).
Inti dari berita ini terletak di awal berita, terdapat pada kalimat:
“Front Pembela Islam (FPI) mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi
menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
menjadi Gubernur. Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor
melintas di tengah-tengah massa.”
Bagian ini menyampaikan pokok utama dari berita tersebut. Yaitu
kericuhan yang terjadi saat demonstrasi tengah berlangsung. Massa FPI
tersulut emosi saat seorang wanita pengendara motor melintas disekitar lokasi
demo, sehingga memicu keributan.
Berita ini ditutup dengan menggambarkan tindakan dari aparat
kepolisian yang langsung turun untuk meredakan ketegangan tersebut. Hal ini
57
dilakukan polisi untuk menghindari timbulnya kericuhan yang lebih parah
dari massa demo FPI (baris 14-15).
Dari alur berita tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penulis ingin
memberitahukan kepada pembaca bahwa FPI telah melanggar hukum karena
melakukan aksi demo secara anarkis. Bahkan seorang pengendara sepeda
motor tidak luput dari amukan massa FPI.
c. Segi Semantik
Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah perilaku anarkis yang
diperlihatkan oleh massa FPI dengan memukuli wanita pengendara sepeda
motor yang tengah melintas.
1) Latar
Latar dalam pemberitaan ini adalah kehadiran wanita pengendara
motor yang melintas ditengah kerumunan demonstran FPI. Hal ini terdapat
pada baris 4 paragraf 1, yaitu pada kalimat: “Front Pembela Islam (FPI)
mendadak ricuh di tengah-tengah demonstrasi menolak Wakil Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur.
Keributan terjadi ketika seorang pengendara motor melintas di tengah-
tengah massa.”
Pada bagian ini, latar yang ingin ditampilkan wartawan pada
pemberitaan ini adalah ingin memberitahukan kehadiran wanita
pengendara motor yang melintas ditengah kerumunan demonstran FPI. Hal
ini yang kemudian memicu keributan.
58
2) Detil
Bagian detil yang hendak disampaikan wartawan dalam pemberitaan
ini terlihat pada baris 7 paragraf 2, yang terdapat pada kalimat: “massa
yang tengah berkumpul mendengarkan orasi tiba-tiba merangsek
mendekati seorang pengendara motor. Tak hanya itu, mereka lantas
memukuli wanita yang mengendarai kendaraan roda dua tersebut dengan
menggunakan bambu.”
Pada bagian tersebut wartawan berusaha menguraikan kronologi
kejadian saat massa FPI melakukan penyerangan terhadap wanita
pengendara sepeda motor. Hal ini terjadi ketika massa FPI melakukan
orasi menolak pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta.
3) Maksud
Maksud yang terkandung dalam berita ini terdapat pada teks yang
memaparkan kericuhan yang terjadi saat demo FPI tengah berlangsung.
Hal ini dapat dilihat di baris 11 paragraf 3, yaitu pada kalimat: “Meski
dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja warna
hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orang-orang
disekitarnya. Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar,
namun tidak berhasil.”
Dalam teks tersebut, peneliti berpendapat bahwa penulis ingin
menggambarkan demo anarkis yang dilakukan oleh FPI. Hal ini amat
sangat disayangkan, karena bisa membahayakan pengguna jalan yang
tengah melintas disekitar lokasi kejadian juga masyarakat sekitar.
59
d. Segi Sintaksis
1) Bentuk Kalimat
Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat deduktif. Bentuk
kalimat deduktif merupakan bentuk penulisan kalimat di mana inti kalimat
ditempatkan di bagian awal, kemudian disusul dengan keterangan
tambahan. Seperti berita yang berjudul “Ricuh demo Ahok, FPI pukuli
wanita pengendara sepeda motor,” penulis menggunakan bentuk kalimat
deduktif didalamnya.
2) Koherensi
Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik.
Koherensi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf
menunjukan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya.
Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada baris
ke 3 dalam paragraf 1, yaitu: “Keributan terjadi ketika seorang
pengendara motor melintas di tengah-tengah massa.”
Kalimat diatas menggunakan kata hubung yang menyatakan waktu
yaitu “ketika.” Proposisi “Keributan” dan “seorang pengendara motor
melintas di tengah-tengah massa,” adalah dua hal yang berlainan. Tetapi,
dengan menggunakan kata hubung “ketika” dua hal tersebut menjadi
tampak koheren.
60
3) Kata Ganti
Kata ganti yang ditemukan pada teks berita ini adalah pada kalimat:
a) “Tak hanya itu, mereka lantas memukul wanita yang mengendarai
kendaraan roda dua tersebut dengan menggunakan bambu. (baris
7 paragraf 2).” Pada kalimat tersebut menggunakan kata ganti
“Mereka.”
b) “Beberapa pria berpakaian serba putih berupaya mengejar,
namun tidak berhasil (baris 12 paragraf 3).” Pada kalimat tersebut
menggunakan kata ganti “Pria.”
e. Segi Stilistik
1) Leksikon
Elemen Leksikon atau pemilihan kata dalam berita ini dapat dilihat
pada baris ke 11 dalam paragraf 3 terdapat kata amukan, yang berkalimat:
“meski dikepung massa, namun wanita yang mengendarai Kawasaki Ninja
warna hijau tersebut berhasil tancap gas dan menjauhi amukan orang-
orang disekitarnya.”
f. Segi Retoris
1) Grafis
Pada teks berita yang menceritakan tentang pemukulan terhadap
wanita pengendara sepeda motor yang dilakukan oleh massa FPI,
digambarkan dengan foto oleh wartawan. Dalam foto tersebut terlihat
massa FPI tengah mengepung salah seorang wanita pengendara motor.
Berikut adalah fotonya:
62
Superstruktur Skematik - Berita ini didahului oleh aksi massa
FPI yang tengah berdemonstrasi
yang semula berjalan damai,
mendadak ricuh. Keributan dipicu
oleh seorang pengendara motor yang
melintas ditengah masa yang sedang
melakukan orasi (baris 1-4).
- Pada pertengahan tulisan diceritakan
mengenai massa FPI yang sedang
berorasi kemudian mendekat kearah
seorang pengendara motor yang
merupakan seorang wanita (baris 5-
7). Tidak hanya itu, kemudian penulis
menggambarkan bahwa massa FPI
lantas mengepung wanita pengendara
motor tersebut, kemudian memukuli
nya dengan menggunakan bambu.
Meskipun dikempung massa, namun
wanita pengendara motor tersebut
berhasil melarikan diri dari amukan
massa yang tengah dilanda emosi
tersebut (baris 11-13).
- Ditutup dengan penggambaran dari
tindakan aparat kepolisian yang
langsung turun untuk meredakan
ketegangan tersebut. Hal ini
dilakukan polisi untuk menghindari
timbulnya kericuhan yang lebih parah
dari massa demo FPI (baris 14-15).
Struktur Mikro Latar - Terletak pada baris pertama dalam
paragraf pertama, yang isinya
menceritakan tentang seorang wanita
pengendara motor yang melintas
ditengah kerumunan demonstran FPI.
Hal ini terdapat pada baris 4 paragraf
1, yaitu pada kalimat:
“Front Pembela Islam (FPI)
mendadak ricuh di tengah-tengah
demonstrasi menolak Wakil Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) menjadi Gubernur. Keributan
terjadi ketika seorang pengendara
motor melintas di tengah-tengah
massa.”
Detil - Bagian detil berita ini terlihat pada
baris 7 paragraf 2, yang terdapat pada
kalimat:
“massa yang tengah berkumpul
63
mendengarkan orasi tiba-tiba
merangsek mendekati seorang
pengendara motor. Tak hanya itu,
mereka lantas memukuli wanita yang
mengendarai kendaraan roda dua
tersebut dengan menggunakan
bambu.”
Maksud - Maksud yang terkandung dalam
berita ini terdapat pada teks yang
memaparkan kericuhan yang terjadi
saat demo FPI berlangsung. Hal ini
dapat dilihat di baris 11 paragraf 3,
yaitu pada kalimat: “Meski dikepung
massa, namun wanita yang
mengendarai Kawasaki Ninja warna
hijau tersebut berhasil tancap gas
dan menjauhi amukan orang-orang
disekitarnya. Beberapa pria
berpakaian serba putih berupaya
mengejar, namun tidak berhasil
Bentuk Kalimat - Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah
bentuk kalimat deduktif. Bentuk
kalimat deduktif merupakan bentuk
penulisan kalimat di mana inti
kalimat ditempatkan di bagian awal,
kemudian disusul dengan keterangan
tambahan.
Koherensi - Bentuk koherensi yang terkandung
dalam berita ini terdapat pada baris ke
3 dalam paragraf 1, yaitu: “Keributan
terjadi ketika seorang pengendara
motor melintas di tengah-tengah
massa.”
Kata Ganti - Kata “mereka” pada baris ke 7.
- Kata “pria” pada baris 12.
Leksikon - Kata “amukan” pada baris 11.
Grafis - Ditunjukkan dengan sebuah foto yang
menggambarkan seorang wanita
pengendara sepeda motor yang tengah
dikepung oleh massa FPI.
Metafora - Metafora atau kata kiasan dalam
berita ini terdapat pada baris ke 11
dalam paragraf 3, yaitu “tancap gas.”
64
2. Analisis Level Kognisi Sosial
Dalam pemberitaan demo penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok
sebagai Gubernur, penulis berusaha memberitahukan kepada pembaca bahwa
setiap warga negara berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum.
Namun jika aksi tersebut dilakukan dengan anarkis dan melanggar hukum,
maka demo tersebut menjadi sebuah tindakan yang tidak terpuji. Apalagi jika
sampai membahayakan pengguna jalan dan warga disekitar lokasi.
Disinggung mengenai kognisi penulis, yakni seberapa jauh penulis
mengetahui segala hal mengenai isu ini. Dalam kasus FPI dan Ahok, kognisi
penulis dinilai cukup menguasai isu tersebut. Apalagi masalah yang
diungkapkan dalam peristiwa ini cukup serius. Hal ini terlihat dari penulis
yang tidak hanya menceritakan fakta tentang demonstrasi yang dilakukan
oleh FPI dari satu sisi, tetapi juga dari berbagai sisi lainnya seperti kondisi
demo yang berubah anarkis, adanya pengguna jalan yang menjadi korban
amukan massa FPI, juga pengendalian situasi dari aparat Kepolisian.
Pemberitaan Merdeka.com terhadap isu ini dipengaruhi oleh rekam jejak
FPI selama ini yang dikenal anarkis dan negatif. Kuat dugaan bahwa kasus ini
dipengaruhi oleh kepentingan politik yang ditunggangi oleh seseorang. Hal
ini juga yang melatarbelakangi pembentukan teks berita terkait isu FPI dan
Ahok.
“Untuk saya, persoalan Ahok ini adalah persoalan politik bukan persoalan
like, dislike artinya suka tidak suka masyarakat juga, ada persoalan politik
didalamnya. Karena kemarin waktu demo yang ricuh itu ternyata saya
waktu itu ngeposnya di Polda Metro Jaya. Berdasarkan hasil
penyelidikannya ternyata hampir semua orang-orang yang ditangkap
pengikut aksi massa itu ternyata dia dari luar Jakarta, artinya kan setelah
ditarik, diduga ini kan didatangkan, diduga ini masa bayaran, seperti itu.
65
Artinya ada dalang atau otak dibalik aksi itu. Artinya kalo ada otak dibalik
itu kan ini ada kepentingan yang berseberangan, atau kepentingan yang
kemudian saling berbenturan. Ini kan soal politik berarti, bukan hanya soal
suka tidak suka, lagi-lagi kan seperti itu.”13
Kesimpulannya penulis berusaha memberitahukan bahwa apa yang
dilakukan oleh FPI itu tidak sesuai dengan dasar negara. Penolakan FPI
terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak
mempunyai alasan yang jelas. Jika alasannya hanya karena Ahok bukan dari
kalangan muslim, maka hal itu bisa memicu perpecahan didalam masyarakat.
Penulis pun memberitahukan bahwa aksi demo yang dilakukan FPI telah
menyalahi aturan dan melanggar hukum. Hal ini sangat tidak mencerminkan
perilaku dari sebuah organisasi masyarakat yang bercorak muslim. Melalui
teks berita, penulis menyampaikan dukungannya terhadap pengangkatan
Ahok sebagai Gubernur. Siapapun yang memimpin, dan berlatar agama
apapun, asalkan mampu mensejaherakan rakyat, dia layak menjadi seorang
pemimpin.
3. Analisis Level Konteks Sosial
Seperti dalam pemberitaan di Merdeka.com ini, untuk mengetahui
bagaimana wacana pemberitaan tentang perseteruan FPI dan Ahok ini adalah
dengan menganalisis bagaimana masyarakat dan media melakukan produksi
dan reproduksi mengenai isu tersebut.
Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ternyata menyisakan kekosongan
pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Seperti diketahui sebelumnya bahwa
13
Wawancara Pribadi, Efendi Ari Wibowo, Reporter Merdeka.com, Selasa 28 Oktober
2014
66
Jokowi menjabat sebagai Gubernur. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik
sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur.
Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12
Tahun 2008. Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Wakil kepala
daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila
kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam
masa jabatannya.14
Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas
karena menuai pro dan kontra. Unjuk rasa menolak pengangkatan Ahok
sebagai Gubernur akhir-akhir ini kencang disuarakan. Diantara beberapa
ormas yang menolak Ahok, FPI merupakan organisasi yang paling rajin
menyuarakan penolakan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Penolakan
tersebut didasarkan atas alasan perbedaan keyakinan, dalam hal ini adalah
agama. Alasan ini bisa dikategorikan menyinggung SARA (Suku, Agama,
dan Ras) yang sangat sensitif dan berpotensi memecah belah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
FPI sendiri merupakan organisasi masyarakat yang bercorak keislaman.
Posisi FPI menjadi semacam Pressure Group di Indonesia, untuk mendorong
berbagai unsur pengelola negara agar berperan aktif dalam memperbaiki dan
mencegah kerusakan moral dan akidah umat Islam, serta berinisiatif
membangun suatu tatanan sosial, poitik dan hukum yang sejalan dengan nilai-
14
www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7 Oktober
2014, pukul 02.00 WIB
67
nilai syariat Islam. Namun sayangnya kini FPI merupakan ormas yang
terlarang atau ilegal di Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan bahwa Front
Pembela Islam (FPI) sebagai sebuah organisasi masyarakat yang ilegal dan
terlarang di Jakarta. Dinyatakannya FPI sebagai organisasi illegal karena
ormas pimpinan Habib Riziq Shihab ini tidak terdaftar dalam administrasi
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Hal ini bisa berdampak pada pemberian
sanksi terhadap segala sesuatu yang dilakukan kelompok tersebut. Sanksi
tersebut diberikan oleh Pemprov DKI. Meski begitu, secara nasional FPI
merupakan organisasi legal yang sudah terdaftar di Kemendagri.15
Oleh
karena itu penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur
menjadi sangat tidak beralasan dan kegiatannya bersifat ilegal.
Penolakan Ahok ini menjadi menarik karena sesuai aturan dalam UU
Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintah Daerah, seorang wakil gubernur
akan otomatis menjadi gubernur jika gubernur sebelumnya berhalangan
seperti mengundurkan diri atau tetap (meninggal).
“Artinya, penolakan yang dilakukan oleh FPI tak berdasar sehingga
menjadi menarik. Apakah bisa Ahok ditolak menjadi gubernur sedangkan
UU mengatur tentang pengangkatan”.16
Penolakan yang dilakukan FPI terhadap Ahok tidak mempunyai alasan
yang kuat, bahkan terindikasi adanya muatan politik didalamnya. Pasalnya
banyak anggota FPI yang didatangkan dari luar daerah untuk meramaikan
aksi demo tersebut. Apa yang dilakukan FPI juga telah menyalahi aturan
15
http://www.islampos.com/kemendagri-nyatakan-fpi-terlarang-di-jakarta-147574/ 16
Wawancara Pribadi via Email, Muhammad Hasits, Redaktur Politik Merdeka.com,
Senin 27 Oktober 2014
68
karena berdemo dengan anarkis. Meski penolakan begitu kencang disuarakan,
Ahok akan tetap dilantik sebagai Gubernur sesuai dengan UU yang telah
diatur.
Sebagai media online yang mudah diakses oleh masyarakat,
Merdeka.com tentu ingin memberikan pesan tersendiri terhadap pembacanya.
Terkait isu tersebut, terdapat pesan bahwa siapapun boleh menyatakan
pendapat di muka umum asal tidak menyalahi aturan. Mengenai pemimpin
non muslim, tidak menjadi masalah karena negara ini berlandaskan pada
pancasila. Wacana yang dibangun oleh Merdeka.com memberikan perspektif
tersendiri terhadap isu diatas. Dengan demikian, Merdeka.com mencoba
mengungkapkan permasalahan dan mendokumentasikan setiap peristiwa
seobjektif mungkin.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data yang telah diuraikan oleh peneliti pada
bab-bab sebelumnya, maka pada bab penutup ini peneliti dapat menarik
kesimpulan dari rumusan masalah yang ditulis pada bab pertama. Kesimpulan
analisis wacana pada pemberitaan mengenai demo penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, adalah sebagai berikut:
1. Struktur Teks
a. Teks ini mampu memaparkan dari segi semantik atau makna yang
ditekankan, seperti pendeskripsian latar, detil, dan maksud secara
keseluruhan teks dengan cukup baik.
b. Dalam pemilihan kata atau leksikon, penulis menggunakan kata-kata
yang menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Seperti penggunaan kata
aksi penolakan, amukan, dan berserakan.
c. Dari keseluruhan struktur teks yang memberitakan mengenai demo
penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI
Jakarta, struktur teks yang penulis bangun menunjukkan bahwa FPI
seharusnya tidak melakukan demo yang anarkis. Disamping itu apa
yang dilakukan FPI tidak berdasar, karena pengangkatan gubernur
sudah diatur dalam Undang-Undang. Penekanan tersebut dapat terlihat
dari skema dan proporsi pemberitaan yang ditampilkan dalam teks
tersebut.
70
2. Level Kognisi Sosial
Dilihat dari kognisi sosial, penulis dan redaktur menempatkan
posisi dirinya mendukung pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI
Jakarta yang menggantikan Joko Widodo karena terpilih menjadi Presiden
RI. Tidak masalah jika Jakarta dipimpin oleh orang yang berlatar belakang
non muslim, karena Indonesia berdasarkan pancasila. Konteks disini
bukan membicarakan persoalan muslim dan non muslim, tetapi bagaimana
sosok pemimpin itu bisa membenahi berbagai persoalan yang ada di
Jakarta.
FPI sebagai ormas Islam yang menjunjung tinggi syariat Islam,
harusnya mereka bisa mengejawantahkan nilai-nilai Islam, bukan malah
berbanding terbalik dari syariat Islam. Tidak harus orang Islam yang jadi
pemimpin, konteksnya disini bukan kemudian meng-Islamkan Indonesia,
tapi meng-Indonesiakan Islam. Artinya Islam itu agama yang masuk ke
Indonesia, otomatis harus mengikuti segala adat istiadat di Indonesia yang
menjunjung tinggi asas pancasila, bukan karena Indonesia mayoritas
muslim lantas mengikuti adat istiadat Islam seperti di Arab Saudi dan
negara Islam lainnya.
3. Level Konteks Sosial
Pada level konteks sosial, kondisi masyarakat Indonesia masih
cukup sensitif dengan isu SARA. Isu ini cukup mendapat perhatian dari
masyarakat Indonesia. Penolakan yang dilakukan FPI terhadap Ahok tidak
mempunyai alasan yang kuat, bahkan terindikasi adanya muatan politik
didalamnya. Pasalnya banyak anggota FPI yang didatangkan dari luar
71
daerah untuk meramaikan aksi demo tersebut. Apa yang dilakukan FPI
juga telah menyalahi aturan karena berdemo dengan anarkis. Meski
penolakan begitu kencang disuarakan, Ahok akan tetap dilantik sebagai
Gubernur sesuai dengan UU yang telah diatur.
Merdeka.com yang diakui oleh redaktur politiknya selalu
mendukung dan memegang teguh pancasila dan undang-undang sebagai
landasan negara. Selain itu Merdeka.com dengan dominasi kekuasaannya
sebagai media massa, membuka ruang bagi terkonstruksinya pandangan
masyarakat agar setuju dengan pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI
Jakarta dan menolak tindakan FPI yang anarkis. Dari hal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa Merdeka.com memaknai Bhineka Tunggal Ika
dalam setiap pemberitaannya, khususnya dalam isu tersebut.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai demo penolakan FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta, peneliti memiliki beberapa
saran sebagai berikut:
1. Merdeka.com sebagai media online harus tetap kritis dan objektif dalam
pemberitaannya, agar bisa terus menjadi media yang memberikan
pencerahan dan pengetahuan bagi masyarakat. Sehingga suatu
permasalahan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh masyarakat.
Selain itu Merdeka.com harus tetap menjaga keberimbangan setiap berita
atau cover both side sesuai dengan etika jurnalistik sehingga masyarakat
bisa menanggapinya dengan baik.
72
2. Bagi masyarakat luas, harus lebih bijak dalam memahami isu yang
dikonstruksi oleh media agar tidak mudah terpancing dengan isu SARA
yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Sehingga
persatuan dan kesatuan Indonesia dapat selalu terjaga dengan baik dan
damai.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Bandara, Aris. Analisis Wacana Teori Metode dan Penerapannya Pada
Wacana Media. Jakarta: Kencana, 2013
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007
Darma, Yoce Aliah. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya, 2009
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LkiS, 2001
Lubis, Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa, 1993
Maleong, J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006
Mujani, Saiful dkk. Kuasa Rakyat: Analisis Tentang Perilaku Memilih Dalam
Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru.
Jakarta: Mizan, 2011
Mulyana, Deddy. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-
prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005
Oetomo, Dede. Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana. Yogyakarta:
Kansius, 1993
Salim, Peter. Dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press, 2002
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001
Sudjiman, Panuti. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grifiti,
1993
B. Sumber Internet
www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_12_Tahun_%202008.pdf diakses pada 7
Oktober 2014, pukul 02.00 WIB
http://www.merdeka.com/peristiwa/fpi-tolak-ahok-jadi-gubernur-karena-
bukan-islam-bacotnya-busuk.html diakses pada 7 Oktober 2014, pukul
02.30 WIB
www.merdeka.com diakses pada Minggu 26 Oktober 2014, pukul 02.00.WIB
http://www.islampos.com/kemendagri-nyatakan-fpi-terlarang-di-jakarta-
147574/
Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok
Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com
Nama : Fajar Yugaswara
Nim : 1110051100064
Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Narasumber : Muhammad Hasits
Jabatan : Editor/Redaktur Politik
Tanggal : 27 Oktober 2014 (Via Email)
Draft Pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah Merdeka.com sampai saat ini?
Tentang sejarah merdeka.com bisa dicek di link berikut ini:
http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html
2. Apa visi dan misi dari Merdeka.com?
Bisa dicek di link ini: http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html
3. Bagaimana pemilihan kata, bahasa, judul dan wacana pada setiap penulisan berita?
Apakah ada ciri khas yang membedakan Merdeka.com dengan media online lain?
Setiap berita yang ditampilkan oleh merdeka.com selalu sesuai dengan kode etik
jurnalistik. Kaidah bahasa yang digunakan menggunakan Bahasa Indonesia yang
benar dengan merujuk kamus bahasa Indonesia.
Soal judul dalam berita disesuaikan dengan berita itu sendiri.
4. Bagaimana alur berita yang ada di Merdeka.com (Mulai dari pencarian berita,
pemilihan berita, dan pembuatan berita) ?
Ini adalah tugas utama seorang reporter dalam mencari berita di lapangan. Reporter
bertugas menghimpun data atau info sebanyak-banyaknya di lapangan. Kemudian
tugas editor mengedit dan menentukan data dan info yang didapat oleh reporter itu
layak dinaikkan menjadi berita atau tidak.
Setiap berita sudah melewat editing oleh seorang editor sebelum dipublis ke publik.
5. Bagaimana proses produksi/pembuatan berita yang ada di Merdeka.com (Pra, Proses,
Pasca Produksi) ?
Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Setelah berita sudah jadi atu sudah
melalaui proses editing oleh editor, berita itu kemudian dinaikkan ke tools yang
sudang disiapkan oleh tim IT.
6. Strategi apa yang diterapkan Merdeka.com dalam menjaga keobjektifan setiap berita
yang dibuat?
Ya mengabarkan apa adanya, tanpa ada yang dikurangi. Paling utama adalah cover
both side.
7. Ideologi seperti apa yang dijadikan rujukan Merdeka.com dalam menulis berita?
Tak ada ideologi.
8. Bagaimana Rutinitas media yang terjadi di Merdeka.com setiap harinya
(misal:editing, rapat redaksi, deadline, dan waktu terbitnya) ?
Sudah dijawab di atas. Prosesnya dari reporter, lalu editor kemudian dipublish, itu aja
simpel.
9. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak luar dalam setiap penulisan dan penentuan
berita? (misalnya dari pemerintah, partai politik, pemasang iklan, pembaca, teknologi,
kondisi ekonomi, dan sebagainya)?
Tidak ada
10. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak dalam untuk setiap penulisan dan penentuan
berita? (misalnya dari pemimpin redaksi, dan sebagainya)?
Tidak ada
11. Bagaimana tanggapan anda terkait isu penolakan yang dilakukan oleh FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta?
Ini isu menarik yang perlu diangkat oleh media. Isu ini menjadi sensitif karena Ahok
bukan non muslim.
12. Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman para wartawan yang menuliskan isu
penolakan Ahok sebagai Gubernur tersebut? Dan apa latar belakang wartawan yang
menulis berita tersebut?
Penolakan Ahok ini menjadi menarik karena sesuai aturan dalam UU Nomor 12
Tahun 2008 tentang pemerintah Daerah, seorang wakil gubernur akan otomatis menjadi
gubernur jika gubernur sebelumnya berhalangan seperti mengundurkan diri atau tetap
(meninggal).
Artinya, penolakan yang dilakukan oleh FPI tak berdasar sehingga menjadi menarik. Apakah
bisa Ahok ditolak menjadi gubernur sedangkan UU mengatur tentang pengangkatan.
13. Bagaimana dengan pemilihan narasumber terkait isu diatas, apakah berimbang
(coverbothside)? Adakah kriteria khusus dalam pemilihan narasumber?
Pasti, narasumber yang dipilih yang terkait isu di atas. Contohnya adalah Ahok
sendiri, anggota FPI dan kepolisian.
14. Sosok Ahok sendiri dimata anda seperti apa?
Wartawan tak bisa menilai, wartawan hanya mengabarkan.
15. Pandangan anda terhadap FPI seperti apa?
Sama jawaban saya dengan pertanyaan nomor 14
16. Bagaimana tanggapan anda tentang pemimpin non muslim?
Asal tidak menyalahi UU, ya tidak masalah. Karena ini negara yang menganut sistem
demokrasi dan berjalan sesuai dengan undang-undang.
17. Setujukah anda jika Jakarta dipimpin oleh sosok yang berlatarbelakang non muslim?
Saya ga bisa jawab
18. Adakah penekanan tertentu yang mengarahkan pembaca pada suatu kesimpulan?
Wartawan dalam menulis tidak boleh mengarahkan pembaca, harus diberitakan apa
adanya.
19. Apa yang ingin dihadirkan Merdeka.com dari pemberitaan tersebut?
Kurang paham dengan pertanyaannya.
20. Nilai dan pesan moral apa yang disajikan dalam berita tersebut?
Dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh FPI menentang Ahok tidak boleh anarkis.
Menyampaikan pendapat boleh, asalkan tidak memaksakan.
Negara ini ada aturan, tidak bisa memaksakan untuk kepentingan salah satu golongan.
Narasumber
Muhammad Hasits
Wacana Penolakan Front Pembela Islam Terhadap Pengangkatan Ahok
Sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com
Nama : Fajar Yugaswara
Nim : 1110051100064
Kampus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Narasumber : Efendi Ari Wibowo
Jabatan : Wartawan/Reporter
Tanggal : 28 Oktober 2014
1. Bagaimana sejarah Merdeka.com sampai saat ini?
Ya kalo ditanya secara detail mungkin saya ini yah apa namanya, karena saya bukan
pendiri jadi saya kurang tau secara detail, tapi Merdeka.com sampai hari ini sudah berusia
2 tahun lebih. Kemarin Agustus tanggal 17 itu kita berulang tahun. Nah nanti secara
lengkap mas nya bisa langsung saja mengunjungi situs kami di www.merdeka.com itu ada
di profilnya, seperti itu.
2. Bagaimana pemilihan kata, bahasa, judul dan wacana pada setiap penulisan berita?
Apakah ada ciri khas yang membedakan Merdeka.com dengan media online lain?
Untuk judul itu kita mengambil kalo karakter itu tidak boleh lebih dari 65 karakter,
secara kata ya, jadi seperti itu. Jadi kan kalo temen-temen ngedit di dalem itu kan pake
note kan jadi tau berapa karakter untuk judul tidak boleh lebih dari itu. Untuk kemudian
apa namanya isi sendiri karena kita berita online minimal itu ada lima paragraf, kita
usahakan, kecuali apa namanya ini ya apa namanya berita-berita tertentu yang kadang
quote nya dari narsum itu hanya sedikit. Misalnya kadang Jokowi kan waktu kita doorstop
ngomongnya cuma sedikit, itu.. apa.. atau apalah nah itu kan kita harus kemudian
menambahkannya kadang biasanya dengan background kita ngambil berita yang
sebelumnya ditambah dibawahnya, tapi ya minimal lima paragraf itu sudah layaklah
untuk kemudian naik.
Untuk framing kadang ini apa namanya dari redaktur di kantor, tim redaksi itu pagi
itu biasa nya dia temen-temen yang reporter dilapangan, pagi temen-temen yang di redaksi
yang disini yang masuk itu nitip isu yang sudah mereka godok sendiri disini yang
kemudian oh narasumber ini nanti coba tanyakan terkait isu ini. Nah sorenya, sorenya
kemudian dari sekian isu tadi itu kalo kita istilahnya packaging, nanti temen-temen kalo
tau ada misalnya sembilan apa.. lima orang ter apa.. sindiran-sindiran terhadap kabinet
Jokowi nah itu istilahnya rangkuman dari sekian berita yang sehari ini yang akan
ditampilkan besok paginya karena kan apa media online itu kan cepat, karena cepat kita
perlu kemudian mengunggah kembali apa namanya ingatan pembaca itu dan hal-hal yang
unik itukan sayang kalo kemudian hilang di packaging itu kita istilahnya namanya
packaging.
Kemarin tanggal berapa ya, saya lupa tepatnya, Merdeka mendapatkan award sebagai
salah satu media online Independent ya, di Hotel Bidakara. Nah itu kalo menurut juri ya
kita kan kalo saya mau menilai kan saya ga ini kan, kalo menurut juri itu katanya sih
menurut pembaca apa namanya tampilannya menarik pertama, kemudian beritanya tuntas
dan juga apa namanya temen-temen online ini kan yang kita rambah menggunakan sosial
media kan gadget kita, jadi lebih ke hal hal yang istilahnya itu menarik tentu karena kita
news tidak melupakan bahwa unsur-unsur yang penting selain menarik, yang penting itu
juga kita munculkan. Misalnya pembahasan rancangan undang-undang apa... itu belum
tidak terlalu menarik karena share pembaca juga sedikit tapi bahwa itu penting, kita tetap,
bahwa penting dan menarik itu adalah suguhan dari Merdeka.com tidak hanya sekedar
menarik.
3. Bagaimana alur berita yang ada di Merdeka.com (Mulai dari pencarian berita, pemilihan
berita, dan pembuatan berita) ?
Rutinitas pertama rapat redaksi dilakukan setiap hari pukul 17.00. Dalam rapat
redaksi koordinator liputan membagi jadwal masuk untuk redaktur editor dan reporter.
Termasuk membagi jadwal piket untuk pagi, siang dan malam. Kemudian sekaligus
membagi siapa yang akan liputan kemana terhadap reporter. Agenda nya itu bukan hanya
liputan kemana, tetapi apa-apa yang kemudian akan dia liput disana dikirimkan lewat
email paginya ke semua reporter. Nah kemudian teman-teman reporter nanti mengerjakan
di lapangan masing-masing, dikirim ke kantor via email, kemudian dikantor di edit lagi
baru kemudian di naikkan. Kalo di online itu redaktur atau sekelas editor sudah diberi hak
untuk menaikkan berita, bahwa ini layak atau tidak. Untuk rapat-rapatnya itu sore. Sore itu
untuk packaging untuk pagi.
4. Strategi apa yang diterapkan oleh anda dalam menjaga keobjektifan setiap berita yang
dibuat?
Pertama ini yang sebagai saya reporter ya dilapangan. Pertama masuk merdeka saya
diwawancarai oleh redaktur eksekutif yaitu mas Titis Widyatmoko sama koordinator
liputannya cak Anwar Khumaini, dia bilang bahwa di Merdeka kamu boleh nulis apapun,
kamu tidak dibatasi, untuk mengkritik apapun tidak dibatasi karena ada beberapa media
yang tidak perlu saya sebut kalo anda paham saya pikir tau, mereka tidak boleh menulis
hal-hal yang kemudian berhubungan dengan misalnya pemilik media, nah di merdeka
alhamdulilah tidak. Kita bebas mau nulis apapun bebas, mau se-kritis apapun bebas.
Artinya jurnalis dilapangan dia diberi hak untuk kemudian melakukan peliputan sesuai
dengan hal yang a da dilapangan sesuai yang dia ketahui dilapangan, seperti itu.
Lagi-lagi waktu saya masuk ya awal masuk di merdeka sudah di wanti-wanti kamu
tidak boleh menerima amplop. Kalo misalkan kamu menerima dan tidak bisa menolak
misalnya, karena kadang apa namanya temen-temen itukan, karena kita anak baru kan
misalnya ga enak ga berani menolak langsung, yaudah kita terima tapi dikembalikan lewat
sekertaris tapi kamu harus jelas ini dari siapa yang ngasih dan bagaimana tapi kalo kamu
ketawan menerima akan dikeluarkan dari merdeka.com
5. Ideologi seperti apa yang dijadikan rujukan anda dalam menulis berita?
Kalo menurut saya adalah refleksi pemikiran intelektual, karena merdeka tidak hanya
menyuguhkan berita, artinya berita ucapan, artinya kita doorstop ada ucapan, tidak, tapi
ada berita-berita yang juga itu lahir dari perenungan misalnya kaya kemarin 17 Agustus,
tempat-tempat yang tersingkirkan dari momentum sejarah misalnya kaya apa namanya
misalnya tempat penculikan Soekarno di Rengas Dengklok nah itu kan sampe hampir
dijual lalu pemerintah ga tahu seperti itu ada tematik-tematik tertentu yang kemudian itu
berdasarkan pemikiran berdasarkan diskusi di Redaksi sendiri, seperti itu.
6. Bagaimana Rutinitas media yang terjadi di Merdeka.com setiap harinya (misal:editing,
rapat redaksi, deadline, dan waktu terbitnya) ?
Yaiya tadi pagi yang seperti saya bilang awal itu pertama korlip membagi
penugasannya, kemudian ada tugas piket untuk redaktur dan editor. Tugas harian misalnya
yang masuk pagi siang dan juga malam itu ada piket dua orang redaktur satu sama reporter
satu untuk kemudian menjaga kalo misalnya malem ada sesuatu hal. Rapat redaksi sore
jam 5, karena kita online langsung terbit, setiap jam kita naikin.
7. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak luar dalam setiap penulisan dan penentuan berita?
(misalnya dari pemerintah, partai politik, pemasang iklan, pembaca, teknologi, kondisi
ekonomi, dan sebagainya)?
Bahwa kemudian misalnya apa namanya, berita kemudian ada yang kritis, negatif
kemudian faktanya kaya gitu dan membuat narasumber atau orang yang kemudian terkena
efek itu menjadi tersinggung, ada. Kita persilahkan kemarin saya sempet denger itu
keluarga nya kader PKS Tangsel yang kemudian mati bunuh diri lompat dari hotel. Dia
tidak terima, dia ngirim rilis kesini bahwa suami saya tidak meninggal bunuh diri lompat
dari hotel, dia meninggal karena sakit jantung. Oke kita terima karena itu adalah, didalam
temen-temen jurnalis komunikasi tentu adalah hak jawab, kita persilahkan. Kita naikkan
hak jawab dia tapi kita berikan fakta benarnya kemudian reporter ada yang diturunkan ke
Bogor waktu itu nah untuk ngecek di TKP bener engga ini meninggal beneran.
Selama ini saya meliput Pemilu kemaren Pilpres habis Pilpres sampe sekarang belum
ada bentuk-bentuk seperti itu. Alhamdulilah di Jakarta saya pikir hampir semua
narasumber dan masyarakatnya terbuka terhadap pers mereka tahu tugas-tugas pers dan
tidak ada proses-proses untuk kemudian mengganggu atau menghambat tugas-tugas
jurnalistik.
8. Adakah pengaruh/tekanan dari pihak dalam untuk setiap penulisan dan penentuan berita?
(misalnya dari pemimpin redaksi, dan sebagainya)?
Ya deadline, artinya setiap hari setiap jam setiap detik itu deadline bagi temen-temen
online. Kalo di Merdeka tidak ada seperti itu, cuman tiap jamnya itu deadline. Tidak ada
paksaan yang datang dari pemimpin redaksi atau yang lain. Pemimpin redaksi atau
redaktur biasanya hanya memberi masukan terhadap isu yang akan diangkat.
9. Bagaimana tanggapan anda terkait isu penolakan yang dilakukan oleh FPI terhadap
pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta?
Menurut saya sah-sah saja apa namanya ormas organisasi masyarakat menyampaikan
aspirasinya dalam bentuk unjuk rasa artinya dia mau setuju dan tidak setuju terhadap
pemerintahan seseorang itu sah. Secara hukum itu sah dilindungi, dalam undang-undang
apa namanya kemudian menyampaikan pendapat di muka umum itu sah. Tapi kemudian
ketika demonstrasi itu kemudian merujuk atau mengarah kepada hal-hal yang bersifat
merusak atau mengganggu ketertiban umum nah itu kemudian artinya dia sudah
melanggar hukum dalam konteks pidana. Nah itu persoalannya bukan menyampaikan
pendapat lagi tapi mengganggu ketertiban umum, ini persoalannya pidana dan polisi
kemudian berhak menindak. Kalo saya sah-sah saja dia mau menolak Ahok menolak
Jokowi itu sah lalu dia menyampaikan pendapat, kecuali kemudian itu ditumpangi dengan
misalnya merusak halte, membakar sesuatu, kan persoalannya menjadi berbeda.
10. Apa latar belakang anda dalam menulis berita tersebut?
Karena ini suatu hal yang menarik, sebenarnya. Saya pikir ada keterserabutan sejarah
(ahistorys)/ lupa akan sejarahnya dari masyarakat Indonesia . Di Jakarta sendiri orang
yang bukan islam kemudian dan bukan betawi, sudah pernah ada yang menjadi pemimpin
Jakarta, Henk Ngantung misalnya, dia seorang Kristen yang menjabat sebagai Gubernur
DKI Jakarta. Lalu kenapa dengan Ahok? Isu yang ditarik kan dia bukan muslim, lalu apa
masalahnya? Bagi saya masalahnya adalah Ahok mampu tidak kemudian mensejahterakan
masyarakat Jakarta, pertanyaannya kan gitu. Jika tidak mampu ya silahkan di kritisi, tidak
ada persoalannya, tapi persoalannya sudah mengarah ke SARA, itu menjadi tidak
mencerdaskan masyarakat.
11. Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman anda terkait isu penolakan Ahok sebagai
Gubernur tersebut?
Sejarah tentang Ahok ini panjang, kalo Ahok itu kan sebenernya dia awalnya ini soal
sebenernya bukan murni masyarakat yang menurut saya ya menurut saya walaupun
kemudian faktanya tentu perlu kemudian didalami lagi lebih dalam. Untuk saya persoalan
Ahok ini adalah persoalan politik bukan persoalan like, dislike artinya suka tidak suka
masyarakat juga, ada persoalan politik didalamnya. Karena kemarin waktu apa namanya
demo yang ricuh itu ternyata saya waktu itu ngeposnya di Polda, Polda Metro Jaya
berdasarkan hasil penyelidikannya ternyata hampir semua orang-orang yang ditangkap itu
pengikut aksi massa itu ternyata dia dari luar Jakarta, artinya kan setelah ditarik, diduga ini
kan didatangkan, diduga ini masa bayaran, seperti itu. Artinya ada dalang atau otak dibalik
aksi itu. Artinya kalo ada otak dibalik itu kan ini ada kepentingan yang berseberangan,
atau kepentingan yang kemudian saling berbenturan. Ini kan soal politik berarti, bukan
hanya soal suka tidak suka, lagi-lagi kan seperti itu.
12. Bagaimana dengan pemilihan narasumber terkait isu diatas, apakah berimbang
(coverbothside)? Adakah kriteria khusus dalam pemilihan narasumber?
Ini yang kemudian temen-temen harus bisa membedakan online dan cetak. Kalo cetak
dia membuat atau mengetengahkan cover both side itu didalam satu tulisan, karena dia
harus selesai sekali. Kalo online dia berbeda, istilahnya kalo saya mengistilahkan itu di
running, misalnya kita ngangkat si demonya FPI, setelah itu kita mengangkat bagaimana
komentarnya yang di demo, Ahok, bagaimana kemudian komentarnya Kepolisian, atau
bagaimana komentarnya masyarakat. Nah itu didalam potongan-potongan memang kalo di
online, dia tidak jadi satu. Tapi bagaimana cara mengetahui hal-halnya tetep ada disitu
kalo mau dicari, komentarnya yang didemo gimana sih, komentarnya yang mendemo
gimana sih, komentarnya pemerintah gimana sih, komentarnya aparat gimana sih, seperti
itu. Di online seperti itu, karena dia perlu cepat yang pertama, kedua dia space nya
terbatas untuk kemudian menyampaikan, kalo panjang-panjang orang mau baca juga jadi
males.
13. Sosok Ahok sendiri dimata anda seperti apa?
Bagi saya dia tegas, dan cenderung keras. Saya tidak tahu apakah kemudian gaya
kepemimpinan seperti ini bisa dilakukan di semua bidang. Mungkin di bidang lain tidak
bisa. Artinya satu segmen kelompok misalnya di birokrasi bisa, tapi kemudian untuk
kelompok yang lain saya pikir pendekatannya tidak bisa kemudian keras, tapi harus lentur
sebagai pemimpin.
Bahwa ketegasan ini penting, menurut saya figur Ahok keren sebagai apa namanya
diidolakan anak muda, karena keras dan tegas, tapi disisi lain terobosan-terobosan politik
didalam menjadi pemimpin tidak bisa mungkin keras saja, dia harus lentur, bukan
kemudian saya mengidolakan Jokowi atau Prabowo, tapi bagaimana proses Jokowi
kemudian apa ada deadlock di DPR bahwa itu juga dihubungi dengan pemerintahannya
dia, dia datang ke Prabowo ini bagi saya inikan proses bagaimana membuat terobosan
politik, jalan keluar, itu sebagai contoh bagaimana terobosan itu diambil. Misalnya FPI
keras seperti menjadi menarik kalo kemudian Ahok datang ke rumahnya Habib Rizieq
diajak syukuran bersama atau makan bersama, cair semuanya gitu loh tidak mengeras
terus. Ini kan persoalan terobosan politik.
14. Pandangan anda terhadap FPI seperti apa?
Bagi saya FPI sebagai organisasi masyarakat monggo, tapi harus diperjelas dia
bergerak dibidang apa, kerusuhan atau apa, diiperjelas aja kegiatannya. Monggo kan kita
di beri hak pasal 28 untuk kemudian berkumpul, berpendapat, mendirikan organisasi. Tapi
bahwa buat apa mendirikan organisasi itu kan harus diperjelas AD/ART nya seperti apa.
Pokoknya tidak dengan, apapun yang di Indonesia kan harus kemudian dibawah sumber
dari segala sumber hukum pancasila kan seperti itu. Kalo kemudian tindakannya selalu
membuat kerusuhan saya pikir bisa masyarakat, masyarakat bisa menilai sendiri, tapi
kalau kemudian gerakannya didalam konteks hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat
saya pikir masyarakat juga mendukung.
15. Bagaimana tanggapan anda tentang pemimpin non muslim?
Tidak masalah jika Jakarta dipimpin oleh orang yang berlatar belakang non muslim,
karena Indonesia berdasarkan pancasila. Konteks disini bukan membicarakan persoalan
muslim dan non muslim, tetapi bagaimana sosok pemimpin itu bisa membenahi berbagai
persoalan yang ada di Jakarta. Kemudian sebagai orang islam dengan syariat islam,
bagaimana pemimpin itu mengejawantahkan nilai-nilai islam, itu aja. Tidak harus orang
islam jadi pemimpin tapi nilai-nilai itu.. bahwa kalo spirit saya, saya sepakat dengan
Gusdur bukan kemudian meng-Islamkan Indonesia, tapi meng-Indonesiakan Islam.
Artinya Islam itu karena masuk ke Indonesia ya dia harus kemudian mengikuti segala adat
istiadat di Indonesia, bukan kita yang mengikuti adat istiadat di Arab.
16. Setujukah anda jika Jakarta dipimpin oleh sosok yang berlatarbelakang non muslim?
Saya tidak masalah, artinya yang penting dia mampu membenahi berbagai persoalan
yang ada di Jakarta.
17. Adakah penekanan tertentu yang mengarahkan pembaca pada suatu kesimpulan?
Mungkin temen-temen juga sudah pernah diajari ya bahwa didalam apa namanya
jurnalistik ada teknik framing, dalam teknik framing itu seorang penulis, seorang jurnalis
ibaratnya dia lagi memotret sesuatu yang perlu kemudian untuk disampaikan kepada
masyarakat. Artinya bukan dia untuk mempengaruhi masyarakat, tapi bagaimana dia
menyampaikan informasi itu ke masyarakat, ini loh.. Kalo temen-temen online kan ini loh
yang menarik dan penting, kalo di merdeka kan ini loh yang menarik dan penting, bahwa
masyarakat akan kemudian menyimpulkan atau menilai apapun itu kemudian diserahkan
kepada masyarakat, misalnya masyarakat tidak terima atau sebagainya atau organisasi
tersebut tidak terima, monggo kan ada hak jawab dan sebagainya seperti itu. Bahwa
framing ada, sekali lagi framing ada, kita perlu ikut merdeka apa yang menarik dan
kemudian itu penting.
18. Apa yang ingin dihadirkan/disampaikan anda dari pemberitaan tersebut?
Yang ingin saya sampaikan sebenernya kalo framing saya menyampaikan pendapat
didepan umum silahkan, mengkritisi seorang pemimpin silahkan tapi sampaikan sesuai
dengan cara-cara dan peraturan yang berlaku. Itu aja yang saya sampaikan secara tersirat.
19. Nilai dan pesan moral apa yang disajikan dalam berita tersebut?
Yang ingin saya sampaikan sebenernya sederhana, mengutip perkataan bung Karno
bahwa setiap hari kita masyarakat kita seperti orang kebingungan. Budaya kita adalah
budaya timur, tetapi kita mengagung-agungkan budaya lain. Indonesia kan terkenal
santun, ramah, tapi sepertinya barbar sekali, ada perbedaan sedikit serang, ada
permasalahan sedikit serang, kenapa tidak dialog saja, ketemu lah, gimana sih, apa sih
yang menjadi keberatan? Harusnya kan seperti itu. Kenapa ga ada dialog, kenapa langsung
serang, dialog dulu lah gimana baiknya, seperti itu.
Narasumber
Efendi Ari Wibowo
Foto bersama Reporter Merdeka.com, Efendi Ari Wibowo (Kiri), Selasa 28
Oktober 2014.
Foto bersama Redaktur Politik/Editor Merdeka.com, Muhammad Hasits (Kiri),
Selasa 28 Oktober 2014.