Analisis Pengaruh Faktor Motivasi Guru terhadap
Mutu Pelayanan Sekolah Dasar Negeri,
di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo
Siti Bariroh
Abstract: The study of need theory factors should be conducted periodically, so
that it can bee seen how large the contribution of motivation enabling a teacher lo
get achievement. This study was executed in Kecamatan Waru and Kecamatan
Sedati, Kabupaten Sidoarjo, suggesting that (he physiological need: (clothes,
foods, and houses) is the main factors making teacher to get achievement, in
another time, then can be observed its progress through the other motivation.
Keywords: motivation, teacher.
Pada waktu yang lampau pada umumnya tugas kewajiban guru hampir
seluruhnya mengenai pekerjaan mengajar melulu, dalam arti menyampaikan
keterangan-keterangan dan fakta-takta dari buku kepada murid, memberi tugas-
tugas dan memeriksanya. Waktu dan keadaan demikian seolah-olah berubah
secara cepat, sehingga kini guru harus juga memperhatikan kepentingan-
kepentingan sekolah, ikut serta menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi
sekolah, yang kadang-kadang sangat kompleks sifatnya.
Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat sekali dengan pekerjaan
seorang pengawas; kepala sekolah; pegawai tata usaha sekolah, dan berbagai
pejabat inspeksi lainnya. Kegiatan partisipasi guru dalam administrasi sekolah itu
antara lain, seperti sumbangan-sumbangan guru terhadap perbaikan kesejahteraan
guru dan murid, penyempurnaan kurikulum, perbaikan alat-alat pelajaran dan
sebagainya. Sekarang sudah ada PGRI dan makin berkembangnya kesadaran dan
pengertian akan perlunya demokrasi dalam pendidikan pada pemimpin-pemimpin
pendidikan dan guru pada umumnya, kebijakan-kebijakan kepegawaian makin
berubah ke arah pelaksanaan yang demokratis. Pada dasarnya Manajemen
Personalia adalah Manajemen yang mengkhususkan diri dalam bidang personalia
atau dalam bidang kepegawaian. Kemudian, personalia mempunyai hubungan erat
dengan yang lain. Misalnya, ada hal yang ternyata dalam bidang manajemen telah
dijelaskan, tetapi dimasukkan pula dalam Manajemen Personalia seperti
pendelegasian wewenang; kepemimpinan; motivasi dan sebagainya(Nitisemito,
1986:9).
Sementara perihal motivasi yang memberikan dorongan terhadap prestasi
kerja akan tampak bilamana ditelaah lebih lanjut. Adapun prestasi kerja
perlupenilaian. Selanjutnya, penilaian prestasi kerja (performance appraisal)
adalah proses melalui organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi
kerja karyawan(Handoko, 1993:135).
Untuk menjawab dari pertanyaan tentang apa yang mendorong tingkah
laku manusia dalam organisasi adalah tidaklah sederhana dan mudah. Paling tidak
pemenuhan kebutuhan seorang pegawai sudah dapat diketahui dan dirumuskan
dengan pasti.
Perbaikan mutu kerja pada dasarnya mempunyai makna sebagai perbaikan
mutu, baik mutu manajemen, mutu pelayanan, mutu prosedur, hasil, masukan,
karyawan, kerjasama, daya guna, sikap kerja, lingkungan pekerjaan, infoirnasi,
kemampuan pemecahan masalah, tata krama, penggunaan sumber-sumber
maupun mutu pelaksanaan dan penampilan.
Suatu gugus kendali mutu (GKM) adalah sekelompok pegawai dari satu
satuan organisasi tertentu yang mengadakan perternuan secara teratur. Maksud
dan perternuan itu antara lain: menemukan masalah, mengkaji masalah serta
melakukan perbaikan.
Banyak organisasi yang sering menghadapi masalah-masalah yang
menyangkul semangat kerja; tingkat produktivitas rendah; mutu pelayanan yang
rendah; masalah sikap kerja; masalah kelalaian dan kelengahan serta masalah
manusia yang acuh terhadap pekerjaan (Zainun, 1989:117). Tujuan diadakannya
GKM ( gugus kendali mutu) adalah:
Memuaskan berbagai kebutuhan sosial dan kejiwaan berupa:
Keberhasilan
Pengakuan
Penghargaan
Kebanggan alas pekerjaan
Reran yang berguna
Kemantapan
Kerj a yang bertanggung jawab, dan
Perasaan memiliki
Dari uraian di atas, maka tentunya dapat diambiI berbagai faktor yang
dikaitkan dengan mutu pelaya nan guru. Guru sebagai karyawan negara yang
tentunya juga mempunyai kebutuhan yang sama dengan karyawan lainnya. Guru
butuh motivasi. Sedangitan motivasi yang dijabarkan searah dengan kebutuhan
manusia pada umumnya. Kebutuhan akan membuat prestasi; pengakuan akan
keberhasilan; pekerjaan yang menantang, tingkat untuk memenuhi tanggungjawab
dan aktualisasi diri (pengembangan prestasi).
Pada setiap organisasi senantiasa erat kaitannya dengan manajemen
sumber daya manusia. Patut disadari hal ini, di mana fungsi dari manajemen
terdiri atas: planning; organizing; actuating dan controlling (Handoko, 1992).
Dalam manajemen sumber daya manusia pun membahas berbagai sudut
pandang tentang prestasi kerja sebagai tujuan, dimana salah satunya adalah
dipandang dari faktor motivasi (rangsangan/dorongan).
Motivasi dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai
tempat dan keadaan daripada masing-masing orang itu (Zainun, 1994; 17).
Motivasi menyangkut perilaku manusia dan merupakan sebuah unsur vital dalam
manajemen. Dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai membuat seseorang
menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena orang itu ingin melakukannya
(Me. Kenna & Nic Beech, 2000: 168).
Menurut Gibson (1996:185) motivasi merupakan konsep yang
dipergunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul di dalam
seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku.
Oleh Prawirosentono (1999:4) dijelaskan bahwa pendaiaman dan
perluasan dan teori motivasi banyak mengisi lembaran berbagai lileratur ataupun
Jurnal-jurnal ilmiah. Namun, secara praktis hubungan terjadi antara upaya kerja;
kinerja dan hasil kinerja itu sendiri. Motivasi menyangkut perilaku manusia dan
merupakan sebuah unsur vital dalam manajemen. Hal tersebut dapat didefenisikan
sebagai membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena
orang itu ingin melakukannya. Tugas manajer adalah menciptakan kondisi-
kondisi kerja yang akan membangkitkan dan memelihara keinginan yang
bersemangat ini. Untuk melakukan hal ini pengeta-huan mengenai manusia dan
kecakapan dalam berurusan dengan perilaku mereka adaiah penting.
Seorang manajer yang tidak bermotivasi untuk kemajuan dan berhasil akan
mendapatkan hal yang sangat sulit untuk memotivasikan orang-orang lain.
Pemikiran-pemikiran positif dan ketaatan kepada jalannya kegiatan yang
dinyatakan juga merupakan faktor-faktor motivasi.
Pendekatan dasar terhadap motivasi berbeda-beda dalam kalangan manajer. Tiga
buah pendekatan- pendekatan umum di pilih, yaitu:
Pendekatan lingkungan;
Pendekatan produktivitas; dan
Pendekatan pernuasan kebutuhan-kebutuhan.
Untuk mudahnya pendekatan lingkungan adalah diasumsikan jika
lingkungan dibuat dengan suasana menyenangkan, maka pelaksanaan kerjanya
akan baik pula. Produktivitas memberikan penekanan terhadap tingkat upah;
penugasan yang terperinci dan jelas. Dalam “Wants Satisfaction Approach”
dilakukan usaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia dan
memuaskannya melalui situasi pekerjaan. Perhatian tidak hanya pada kebutuhan-
kebutuhan itu sendiri, tetapi akan pernuasan-pernuasan bagi orang-orang yang
benar-benar akan berjuang untuk itu. Secara umum orang selalu mempunyai
kebutuhan, segera sesudah keinginan dipuaskan, maka yang lainnya muncul
menggantikannya.
Teori motivasi terbagi ke dalam dua kategori, yaitu:
• Teori Kepuasan
• Teori Proses
Teori kepuasan memusatkan perhatian pada faktor-faktor di dalam
individu yang mendorong, mengarahkan; mempertahankan; dan menghentikan
perilaku. Teori tersebut mencoba untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan
spesifik yang memotivasi orang. Di lain pihak teori proses rnenerangkan dan
menganalisa bagaimana perilaku di dorong; di arahkan; dipertahankan dan
dihentikan.
Tingkat kebutuhan yang akan dipuaskan berbeda di antara perorangan,
karena saling memberikan penilaian yang berbeda-beda pula bagi berbagai jenis
keberhasilan. Barangkali klasifikasi-klasifikasi yang paling umum dan kebutuhan-
kebutuhan dikemukakan dalam bentuk sebuah "hierarchy" (jenjang-jenjang) oleh
Abraham Maslow. Dan dalam Gibson (1996:189) Teori Maslow yang
menganggap bahwa kebutuhan orang bergantung kepada apa yang telah mereka
miliki. Dalam pengertian suatu kebutuhan yang telah terpenuhi bukan faktor
motivator. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki kepentingan yaitu:
• Fisiologis: makanan; minuman; tempat tinggal dan sembuh dari rasa sakit
(sehat).
• Keamanan dan keselamalan: kebutuhan akan kemerdekaan dari ancaman;
dipindahkan dari pekerjaan tetap/kontinu dan lain dan sebagainya.
• Rasa merniliki; sosial dan kasih sayang; kebutuhan atau persahabatan;
kebutuhan akan berkelompok interaksi serta kasih sayang.
• Penghargaan (esteem): kebutuhan atas harga diri (self-esteem) dan
penghargaaan dari pihak lain.
• Aktualisasi diri: kebutuhan untuk memenuhi diri seseorang melalui
memaksimumkan penggunaan kemampuan; keahlian dan potensi.
Di lain pihak ada teori motivasi oleh ERG-Adelfer dalam Gibson (1996:194)
mengemukakan teorinya tentang hierarki kebutuhan sebagai berikut:
• Eksistensi: kebutuhan-kebutuhan terpuaskan oleh laktor-taktor seperti:
makanan; udara, air, gaji dan kondisi pekerjaan.
• Keterkaitan: kebutuhan-kebutuhan terpuaskan dengan adanya hubungan sosial
dan interpersonal yang berarti.
• Pertumbuhan; kebutuhan-kebutuhan yang terpuaskan oleh seorang individu
menciptakan kontribusi yang kreatifatau produktif.
Dari kedua teori antara Maslow dan ERG persamaannya adalah adanya
hierarki (jenjang-jenjang), tetapi perbedaannya adalah para manajer atau pimpinan
dapat menggunakan secara bebas antara kedua teori tersebut untuk dipergunakan
sebagai landasan penelitian terhadap kepuasan kerja yang akhirnya secara tidak
langsung akan berakibat pada prestasi kerja karyawan/pegawai.
Dari uraian teori motivasi yang telah diuraikan menurut pendapat Maslow, maka
yang terpenting terdapat jenjang kebutuhan:
• Kebutuhan fisiologi
• Kebutuhan keselamatan dan keamanan
• Kebutuhan sosial
• Kebutuhan penghargaan
• Kebutuhartaktuatisasidiri
Yang dimaksudkan dengan jasa/pelayanan adalah merupakan suatu kinerja
penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada
dimiliki, serta pelanggan lebih cepat dapat berpartisipasi aktif dalam proses
mengkonsumsi jasa tersebut.(Supranto, 1997:227). Pada hakekatnya dalam
strategi pemasaran definisi jasa harus diamati dengan baik, karena pengertiannya
sangat berbeda dengan produk berupa barang. Kondisi dan cepat lambatnya
pertumbuhan sektor jasa akan sangat bergantung pada penilaian pelanggan.
Terhadap kinerja (penampilan) yang ditawarkan oleh pihak produsen.
Menurut Kotler dalam Supranto (1997:227) mengenai karakteristik jasa dapat
diuraikan sebagai benkut:
• Intangible (tidak berwujud)
Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud; tidak dapat dirasakan dan
dmikmati sebelum dibeli olehkonsumen.
• Inseparibility (tidak dapat dipisahkan)
Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu
bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada
pihak lainnya, makadia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.
Jasa senantiasa mengalami perubahan, bergantung dari siapa penyedia
jasa, penerima jasa dan kondisi di mana jasa tersebut diberikan. Daya tahan suatu
jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai taktor. Jasa (service)
adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikkan apapun.
Produksinya mungkin terikat atau tidak pada produk fisik (Kotler,
1996:467). Pekerjaan di bidang jasa mencakup industri hotel; perusahaan
penerbangan; bank; telekomunikasi dan lain-lainnya. Juga industri produk seperti:
pengacara; staf kesehatan dan pelatih penjualan (Nasution, 2001:64). Sebagai
akibat dari naiknya tingkat kemakmuran lebih banyak waktu untuk bersenang-
senang dan makin rumitnya produk yang memerlukan perawatan, maka hal ini
pada gilirannya menyebabkan semakin tingginya minat dalam masalah bisnis jasa.
Sernentara itu, bauran pemasaran yang ada tersebut lebih mengarah kepada
produk berupa barang. Sedangkan pada pemasaran jasa lebih menekankan pada
rantai pemasaran, yaitu:
• Pelayanan yang mernuaskan mendatangkan laba dan pertumbuhan perusahaan
dari kinerja superior perusahaan jasa yang merupakan hasil dari..........
• Pelanggan yang puas dan loyal - pelanggan puas yang tetap setia, membeli
ulang dan merekomendasikan kepada pelanggan lain, merupakan hasil
dari...........
• Nilai pelayanan lebih besar - penciptaan nilai bagi pelanggan yang lebih
efektif dan efisien serta memberikan pelayanan, merupakan hasil dari……….
• Karyawan jasa yang puas dan produktif- karyawan yang lebih puas; setia dan
pekerja keras, mempakan hasil dari..........
• Mutu pelayanan internal-seleksi dan pelatihan karyawan yang superior,
lingkungan kerja yang bermutu dan dukungan bagi mereka yang berhadapan
dengan pelanggan.
Di lain pihak perusahaan jasa dapat mengambil 3 (tiga) langkah ke arah
pengendalian kualitas, yaitu:
• Yang pertama adalah investasi dalam seleksi dan pelatihan karyawan dalam
menyediakan jasa yang baik.
• Kedua adaIah menstandardisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi.
• Ketiga adalah: memanlau kepuasan pelanggan lewat sistem saran dan keluhan;
survei pelanggan; perbandingan, sehingga pelayanan yang kurang dapat
dideteksi dan diperbaiki.
Untuk menilai persepsi dan sikap pelanggan (isu:reliabilitas dan validitas)
dapat dilakukan dengan kuesioner. Adapun istilah kepuasan pelanggan dan
persepsi mutu merupakan label yang dipergunakan untuk meringkas himpunan
aksi/lindakan yang terlihat, terkait dengan produk dan atau jasa.
(Supranto,1997:44). Untuk itu keandalan/reliabilitas didefinisikan sebagai
seberapa jauh pengukuran bebas dari varian kesalahan acak. Validitas
menunjukkan besarnya tingkat/derajat kesimpulan yang ditarik melalui skor/skala
yang pengukuran.
Sejauh ini pemasaran jasa sampai kepada penentuan kebutuhan
pelanggan. Maksud dari menentukan kebutuhan pelanggan adalah untuk
rnembentuk suatu daftar semua dimensi mutu yang penting dalam menguraikan
barang dan jasa. Dimensi mutu berlaku untuk berbagai jenis organisasi penghasil
jasa, meliputi:
Keberadaan (availability)
Ketanggapan (responsiveness)
Menyenangkan (convinience)
Tepat waktu (time lines) (Kennedy and Young Dalam Supranto 1997:11).
Hal di atas, amat penting untuk mengidentifikasi dimensi mutu dengan berbagai
pendekatan yang dianggap amat relevan.
Persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi;
diorganisasi dan diinterpretasikan (Pawitra, 2001:62). Dengan demikian, maka
secara sederhana dapat dipahami bahwa persepsi merupakan tanggapan seseorang
dalam menerima stimuli (rangsangan); yang kemudian dikumpulkan sehingga
dapat dinterpretasikan (ditentukan/diputuskan).
Tujuan pemasar mengiklankan produknya untuk mendapat perhatian
konsumen. Prinsip lain adalah menunjukkan penampilan (performance) yang
menyakinkan. Bila sekolah jelas selain faktor: fisik (berupa gedung) juga mutu
hasil anak didiknya dapat diterima di sekolah negeri yang dianggap favorit bagi
siswa maupun orang tuanya.
Citra merek merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merk.
Kotler (1995) mendefinisikan citra sebagai jumlah dari gambaran-gambaran;
kesan-kesan; dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
suatu objek. Misalnya, merk yang sudah terkenal jauh iebih menguntungkan
daripada merk-merk yang masih merangkak untuk bersaing terhadap persepsi
konsumen.
Sekolah pun sebagai penjuaijasa dapat membuat suatu citra merk.
Sementara ini pada Peran Tinggi Negeri hampir semua mempunyai merk,
sehingga terkadang membingungkan bagi calon pengguna pendidikan yang
dibutuhkan. Image adalah realitas (Prawita. 2001:85). Jika diketahui citranya
positif, maka konsumen akan berbondong-bondong untuk membelinya.
Persaingan bisnis pada era globalisasi menjadi sangat tajam. Oleh
karenanya, untuk memenangkan persaingan, maka perusahaan atau organisasi
harus mampu memberikan kepuasan kepada para pelanggannya. Dengan
demikian, maka pokok masalah: kepuasan menjadi suatu yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut.
Menurut Supranto (1997:2) pelanggan memang harus dipuaskan. Di mana
tingkat kepuasan pelanggan sangat bergantung pada mutu suatu produk. Produk
yang dimaksud adalah barang atau jasa.
Jadi, suatu produk dikatakan bermutu bagi seseorang kalau produk tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya. Pengukuran aspek mutu yang bermanfaat bagi pebisnis,
yaitu:
Mengetahui dengan baik bagaimana jalannya atau bekerjanya proses bisnis.
Mengetahui di mana harus melakukan perubahan dalam upaya melakukan
perbaikan secara terus-menerus untuk mernuaskan pelanggan, terutama untuk
hal-hal yang dianggap penting oleh para pelanggan.
Menentukan apakah perubahan yang dilakukan mengarah ke perbaikan
(improvement). (Supranto, 1997:3).
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya (Oliver dalam Supranto,
1997:233). Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka
pelanggan akan kecewa. Bila sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas.
Sedangkan bilamana kinerja melebihi harapan pelanggan maka pelanggan akan
merasa sangat puas.
Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau,
komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasardan saingannya.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan
memberi komentar yang baik tentang perusahaan/organisasi itu. Untuk
menciptakan kepuasan pelanggan, maka perusahaan harus menciptakan dan
mengelola suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya.
Oleh Sutarto ( 1984:21 ) dijelaskan bahwa organisasi adalah suatu sistem
tentang aktivitas-aktivitas kerjasama dari dua orang atau lebih sesuatu yang tak
berujut dan tak bersifat pribadi, sebagian besar mengenai hal-hal hubungan-
hubungan.
Oleh Thoha, Miftah ( 1983:79) diterangkan bahwa organisasi dijabarkan
sebagaimana berikut ini.
Organisasi senantiasa mempunyai tujuan. Organisasi mempunyai kerangka
atau struktur.
Organisasi mempunyai cara memberikan kecakapan bagi anggota untuk
melaksanakan kerja tersebut.
Organisasi di dalamnya terdapat proses interaksi hubungan kerja antara orang-
orang yang bekerja sama mencapai tujuan tersebut.
Organisasi mempunyai pola kebudayaan sebagai dasar cara hidupnya.
Organisasi mempunyai hasil-hasil yang ingin dicapainya.
Kemudian, perilaku organisasi masih merupakan bidang yang terus
berkembang guna membantu manajer memahami manusia secara lebih baik,
sehingga dapat dicapai peningkatan produktivitas, kepuasan pelanggan, dan posisi
kompetisi yang lebih baik melalui penerapan manajemen yang lebih baik. Diawali
dari perilaku organisasi yang multidisiplin menggambarkan sejumlah hal.
Pertama, perilaku organisasi adalah cara berpikir. Perilaku berada pada diri
individu, kelompok dan organisasi. Kedua, perilaku organisasi adalah
multidisiplin yang menggunakan prinsip; model; teori dan metode-metode dari
disiplin lain.
Ketiga, terdapat suatu orientasi kemanusiaan yang jelas dalam perilaku
organisasi. Manusia dalam berperilaku, persepsi, kapasitas pembelajaran,
perasaan, dan sasaran merupakan hal penting bagi perusahaan. Keempat, PO
(perilaku organisasi) berorientasi pada kinerja. Bagaimana cara meningkatkan
kinerja? Hal ini harus terjawab. Kelima, lingkungan eksternal terlihat memberikan
dampak yang signifikan terhadap perilaku organisasi. Keenam, karena bidang PO
sangat bergantung dari disiplin yang dikenal, metode ilmiah menjadi penting
dalam mempelajari variabel dan keterkaitan (Gibson, 1996:7).
Selanjutnya, efektivitas setiap organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku
manusia. Adapun perilaku manusia tidak lepas dari kebutuhan yang diinginkan.
Dengan demikian, maka motivasi diharapkan berhubungan dengan mutu
layananjasa seperti yangdiuraikan di atas.
Seorang manajer yang tidak bennotivasi untuk kemajuan dan berhasil akan
mendapatkan hal yang sangat sulit untuk memotivasikan orang-orang lain.
Pemikiran-pemikiran positif dan ketaatan kepada jalannya kegiatan yang
dinyatakan juga merupakan faktor-faktor motivasi.
Kerangka pikir penelitian yang dimaksud ada merupakan paduan antara
rumusan masalah yang dikemukakan, dengan dukungan teori sehingga secara
konseptual akan terlihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen
(variabel bebas) (variabel dependen (variabel terikat/tidak bebas) (ABI,2003).
Dalam pada itu di bawah ini kiranya dapat dituangkan ke dalam Gambar 1.
Dari Gambar I terlihat hubungan antara faktor motivasi terhadap mutu pelayanan
sekolah.
Gambar 1 : Hubungan antara Faktor Motivasi terhadap Mutu Pelayanan Sekolah
Prestasi
(X1)
Pengakuan akan keberhasilan
(X2)
Pekerjaan yang menantang
(X3)
Tingkat tangggung jawab
(X4)
Aktualisasi diri
(X5)
Mutu Pelayanan Sekolah
(Y)
Konsep yang dapat diambil adalah setiap usaha manajemen untuk meningkatkan
mutu pelayanan sekolah dapat dipandang dari motivasi.
Sebagai hasil dari fakta bahwa motivasi memberi perhatian pada perilaku
atau secara lebih spesifik perilaku yang diarahkan pada tujuan. Adapun alasan
utama mengapa perilaku karyawan (dalam hal ini adalah: guru), sebab motivasi
terhadapnya juga bervariasi (bermacam-macam).
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah serta kerangka pikir, maka
dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
Di duga bahwa faktor dari variabel prestasi; pengakuan akan keberhasilan;
pekerjaan yang menantang; tingkat tanggung jawab; aktualisasi diri secara
bersama-sama atau parsial berpengaruh terhadap mutu pelayanan sekolah
SDN, di Kecamatan waru, Kabupaten Sidoarjo.
Diduga bahwa varibel pengakuan akan keberhasilan dominan dalan
mempengaruhi mutu pelayanan sekolah, di Kecamatan Waru, Kabupaten
Sidoarjo.
METODE
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menjabarkan arah pemahaman penelitian dengan
memebuat desain penelitian.
Di mana, desain penelitian pada motivasi guru tersebut mencakup beberapa aspek,
yaitu:
Tujuan studi.
Tipe hubungan antar variabel.
Lingkungan (setting) studi.
Unit analisis.
Pengukuran serta analisisnya.
Dengan menunjukkan beberapa aspek tersebut, peneliti dapat
mempermudah penjabaran penelitian ini, sehingga dapat dipahami oleh siapa saja
dalam melakukan kajian ilmiah. Yang jelas menggunakan metode survei (Survey
Methods).
Populasi dan Sampel
Tipe data penelitian yang urnum dikelompokkan menjadi dua, yakni:
Data kuantitatif
Data kualitatif
Dimana data kuantitatif menunjukkan jumlah ataupun banyaknya
"sesuatu". Seperti, jumlah produksi; jumlah persediaan bahan; gaji karyawan dan
lain-lainnya. Kemudian, yang dimaksudkan dengan kualitatif adalah menunjukkan
kategori kualitas, misalnya: pegawai negeri dan pegawai swasta atau pengusaha
serta proporsi (bagian) terhadap total responden.
Populasi (population) menjelaskan sekelompok orang atau sejumlah unit
kejadian yang dijadikan objek penelitian. Unit analisis berbeda dengan populasi,
sebab unit analisis dapat melalui individu; kelompok atau tingkat organisasional
(departemen; divisi dan sebagainya). Jika yang diteliti individu guru, maka semua
guru merupakan populasi. Oleh karena, unit analisisnya sudah jelas di Kecamatan
Waru, maka populasi yang dimaksudkan adalah guru di Kecamatan Waru,
Kabupaten Sidoarjo.
Secara umum kendala/batasan yang mempengaruhi peneliti untuk
melakukan sebagian dari elemen-elemen dari populasi. Yang lebih dikenal dengan
sebutan: sampel. Oleh Indriantoro (2002:116) dikatakan bahwa anggota sampel
disebut dengan subjek(subject).
Untuk itu, peneliti menggunakan sampel sebagai subjek penelitian atas
dasar keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang tersedia. Di samping itu, juga
dirasakan penelitian dengan sampel memungkinkan selesainya lebih cepat serta
relatif lebih teliti.
Oleh karena, jumlah guru SD di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo ada
489 orang, maka dengan mengacu pada teori "Metodologi Research " nya
Surakhmad (1985), bahwa penentuan sampel antara jumlah populasi 100-1000
orang dapat diambil 15-50%, maka peneliti mengikutinya dengan menentukan
jumlah sampel secara acak dengan penentuan jumlah sampel sebesar 1% dan 489
orang. Jadi jumlah sampelnya ada 73 orang.
Definisi Konsep dan Operasional Variabel
Definisi Konsep
Konsep dapat dijabarkan dasar/kerangka pemikiran peneliti yang
selanjutnya dapat dijelaskan kepada orang lain. Arti kata lainnya konsep perlu
dibuat, sehingga membuat orang lain tersebut mengerti.
Misalnya saja dapatxlibuat: prestasi kerja. Yang dimaksudkan adalah
seberapa besar seorang dapat berprestasi, misalkan: disiplin; mengajar dengan
sepenuh hati dan sebagainya. Agar lebih jelas lagi, maka konsep pada penelitian
guru ini dapat dijelaskan dengan operasional variabel.
Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi nilai. Di mana teori
mengekspresikan fenomena-fenomena/masalah-masalah secara sistematis melalui
pernyataan hubungan antar variabel.
Contoh variabel, misalnya: sikap; motivasi; prestasi dan lain-lainnya.
Variabel yang dapat diukur secara fisik, memungkinkan bantuan alat ukur yang
relatip lebih mudah. Sebaliknya, untuk variabel yang dibahas dalam masalah
bisnis akan berkaitan dengan persepsi, sikap, perilaku yang bersifat subjektif.
Operasional variabel tersebut merupakan suatu cara agar variabel yang
khas sifatnya dapat diukur. Tentu saja pengukuran yang umum adalah dengan
menggunakan skor. Secara detail, maka operasional variabel pada penelitian ini
terdiri atas:
Variabel mutu pelayanan sekolah (Y)
Yang dimaksudkan dengan mutu pelayanan sekolah adalah seberapa besar pihak
organisasi sekolah dapat memberikan pelayanan terhadap pengguna jasa
pendidikan. Indikator dari variabel mutu pelayanan meliputi:
Pelayanan terhadap belajar siswa.
Pelayanan terhadap administrasi siswa.
Pelayanan terhadap saran orang tua siswa.
Memiliki pelayanan sesama guru.
Dari empat ukuran di atas, maka patut dinilai mutu pelayanan sekolah yang
bersangkutan. Untuk variabel bebas (X) nya adalah:
XI: Kebutuhan akan prestasi.
Yangdimaksudkan dengan kebutuhan akan prestasi adalah seberapa besar
dukungan organisasi dalam membuat seorang guru berprestasi. Adapun
indikatornya adalah:
Kepuasan sarana pendukung prestasi guru.
Kepuasan atas bantuan pribadi kepala sekolah.
Kepuasan atas bantuan guru lain.
Dari tiga ukuran penunjang kebutuhan untuk berprestasi, maka hal ini dapat
dianalisis.
X2: Kebutuhan akan pengakuan akan keberhasilan.
Yang dimaksudkan dengan kebutuhan akan pengakuan akan keberhasilan
adalah seberapa besar organisasi sekolah itu memberi dukungan akan pengakuan
keberhasilan seorang guru. Adapun indikatornya adalah:
• Kepuasan terhadap motivasi dari siswa akan keberhasilan guru tersebut.
• Kepuasan terhadap motivasi dari guru lain akan keberhasilan guru tersebut.
• Kepuasan terhadap motivasi dari kepala sekolah akan keberhasilan guru
tersebut.
Dari tiga ukuran kebutuhan akan pengakuan keberhasilan seorang guru,
dapat dipergunakan dalam menilai sesuai atau tidaknya motivasi itu dirasakan
kepuasannya.
X3: Pekerjaan yang menantang
Yang dimaksudkan dengan pekerjaan yang menantang adalah seberapa
besar organisasi yang bersangkutan dapat memberikan tingkat dukungan akan
kebutuhan seseorang terhadap pekerjaan yang penuh tantangan.
Adapun indikatornya adalah:
Kepuasan terhadap pekerjaan yang menantangdari siswa.
Kepuasan terhadap pekerjaan yang menantang dari guru lainnya.
Kepuasan terhadap pekerjaan yang menantang dari kepala sekolah.
Dari ketiga indikator di atas, maka variabel tersebut dinilai.
X4: Tingkat tanggungjawab
Yang dimaksudkan dengan tingkat tanggung jawab adalah seberapa besar
organisasi mendukung agar guru itu bertanggungiawab dalam bekerja.
Adapun indikatornya adalah:
Kepuasan terhadap tanggung jawab dari siswa.
Kepuasan terhadap tanggung jawab dari guru lainnya.
Kepuasan terhadap tanggung jawab dari kepala sekolah.
Dari ketiga indikator ini dapat diberikan penilaian.
X5: Aktualisasi diri
Yang dimaksudkan dengan aktualisasi diri adalah seberapa besar
organisasi yang bersangkutan dapat memberikan seseorang agar aktualisasi diri
orang tersebut dapat terpenuhi. Adapun indikatornya adalah:
Diberikan kebebasan untuk meningkatkan pendidikan formal kejenjang yang
lebih tinggi.
Diberikan keleluasaan untuk mengikuti DIKLAT(pendidikan dan latihan
dalam PNS).
Memperoleh promosi dari pimpinan.
Dari ketiga butir indikator tersebut, maka aktualisasi diri guru dapat dinilai.
Kemudian untuk penilaian pada masing-masing butir pertanyaan dilakukan
dengan skor skala Likert (1-5).
Jenis dan Sumber data
Jenis data serta sumber data hampir serupa, yaitu merupakan data primer,
yaitu data yang langsung diperoleh melalui wawancara serta jawaban yang
diperoleh dari kuesioner. Selanjutnya, data sekunder merupakan data yang sudah
ada sebagai kelengkapan untuk studi deskriptif.
Teknik Pengumpulan Data
Berbagai cara/metode untuk mengumpulkan data dalam kaitannya dengan
penelitian/riset. Sementara ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
Melalui daftar pertanyaan/kuesioner.
Melalui wawancara.
Melalui dokumentasi.
Yang jelas dari ketiga metode pengumpulan data tersebut dilakukan editing
sebelum dilakukan pemrosesan/analisis data untuk menguji hipotesis.
TeknikAnalisa Data dan Uji Hipotesis
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data tidak lain adalah tentang pemrosesan data. Dalam hal
ini untuk gambaran umum dianalisis secara deskriptif (uraian), kemudian untuk
data yang sudah diskor dengan Skala Likert dimasukkan ke dalam satuan variabel
masing-masing.
Pada penelitian apa saja pada akhirnya menggunakan bantuan teknologi
komputer. Di dalam aplikasinya mempergunakan statistika. Untuk penelitian yang
bersangkutan peneliti mempergunakan analisis regresi berganda dengan aplikasi
SPSS (Statistical Package for The Social Sciences). Proses data dengan SPSS
tentu saja lebih cepat dan hasilnya dapat dikategorikan lebih akurat. Secara
langsung aplikasi statistika dengan model regresi berganda menjelaskan tentang
berbagai uji, baik yang bersama-sama/ serentak/simultan maupun yang parsial. Uji
itu adalah sebagai berikut.
Uji Serempak (Uji F)
Uji serempak menggunakan uji F. Pada uji ini menjelaskan bahwa: Jika
Ftabel > Fhitung (dengan derajat kesalahan =α = 0,05), maka hipotesis yang
dikernukakan adalah diterima. Jadi, dianggap bahwa terdapat pengaruh secara
simultan dari seluruh variabel X terhadap variabel Y.
Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial atau setiap variabel X (variabel bebasnya) terhadap variabel
tergantungnya (Y). menggunakan uji t. Pada uji ini menjelaskan bahwa: Jika
thitung> ttabel (dengan derajat kesalahan = α= 0,05), maka hipotesis yang
dikernukakan adalah diterima. Jadi dianggap bahwa terdapat pengaruh secara
parsial dari variabel X terhadap variabel Y, yang thitung -nya lebih besar
dibandingkan dengan ttabel-nya.
Uji Asumsi Klasik
Pada dasarnya pada setiap model yang ada pada aplikasi statistika mempunyai
kelemahan atau penyimpangan. Untuk itu, menurut teori regresi berganda dimana
kelemahan yang terdapat pada model regresi berganda yang dipakai terdapat
penyimpangan. Penyimpangan itu terkondisikan ke dalam asumsi klasik. Yang
dimaksudkan dengan penyimpangan itu berupa:
Autokorelasi;
Heteroskedastisitas;
Multikolineritas; dan
Normalitas.
Dengan demikian, maka peneliti sudah sepantasnya untuk mendeteksi
adanya penyimpangan- penyimpangan itu pada model regresi yang dipakai.
Autokorelasi
Autokorelasi merupakan penyimpangan yang menunjukkan adanya
keterkaitan korelasi antar variabel sepanjang waktu ataupun saat data itu diambil.
Uji ada dan tidaknya autokorelasi dengan mempergunakan uji DW (Durbin
Watson). Data yang baik, jika dari hasil analisisnya tidak terjadi autokorelasi.
Heteroskedasitas
Heteroskedasitas pun juga merupakan penyimpangan data yang dianalisis.
Sebaiknya data itu terjadi dengan homokedastisitas (varians nya ajeg = tetap).
Untuk menguji ada dan tidaknya heterkedastisitas ini dengan menggunakan
rumus: korelasi product moment. Kemudian dari hasil perhitungan dengan uji
korelasi tersebut dilihat besarnya thitung dibandingkan dengan ttabel.
Mutikolinieritas
Bentuk penyimpangan yang lainnya adalah: Multikolinieritas. Adapun ada
atau tidaknya multikolinieritas pada model regresi tersebut ditandai dengan
adanya hasil uji statistik F dan koefisien determinasi (r2) yang signifikan, narnun
sebaliknya statistik t tidak signifikan. Dengan demikian, jika dari hasil
perhitungan aplikasi SPSS terjadi multikolinieritas, maka sebaiknya salah satu
variabelnya dapat dihilangkan.
Pengujian Validitas dan Realibilitas
Untukuji kualitasdatadipergunakan uji: validitas L dan reliabilitas. Pada
buku "Metodologi Penelitian Bisnis" yang dibuat oleh Indriantoro dan Supomo
(2002:181 ) dijelaskan bahwa:
Untuk realibilitas ada tiga macam alat ukur, yaitu:
Split half reliability coefficient
Kuder-Richardson
Cronbach's Alpha
Dari ketiga rumus tersebut dipakai salah satu saja untuk pembuktian
reliabelnya data yang dikumpulkan. Kemudian untuk pengujian validitas dengan
ukuran korelasinya (antara X terhadap Y). Sementara ini pengujian validitas
menggunakan alat ukur korelasi product moment sebagai berikut.
r =
HASIL
Gambaran Umum SDN di Kecamatan Waru
Kecamatan Waru tergolong salah satu wilayah Kecamatan dari 18 Kecamatan
yang berada di wilayah daerah tingkat II, Kabupaten Sidoarjo.
Adapun Kecamatan yang ada terdiri dari:
1. Sidoarjo
2. Buduran
3. Candi
4. Porong
5. Krembung
6. Tulangan
7. Tanggulangin
8. Jabon
9. Krian
10. Balongbendo
11. Wonoayu
12. Tank
13. Prambon
14. Taman
15. Waru
16. Gedangan
17. Sedati
18. Sukodono
Dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik tertera bahwa jumlah
SDN yang terpadat adalah pada wilayah Kecamatan Waru, yaitu : sebanyak 37
SDN serta 4 SD Swasta.
Dengan demikian, secara nyata peneliti berkesempatan untuk menganalisis
permasalahan pendidikan pada SDN yangjumlahnya amat cukup untuk mewakili
daerah Tingkat II Kabupaten Sidoarjo. Pada Tabel I data sekunder yang peneliti
dapat tuliskan posisi SDN dalam lingkungan wilayah Kecamatan Waru secara
keseluruhan. Data tersebut adalah sebagaimana tertera pada Tabel 1.
Dengan menelusuri berbagai SDN sebanyak 37 inilah dapat diketahui
posisi alamat yang ada, sehingga memudahkan para murid/siswa maupun para
orang tua serta masyarakat untuk menjelaskan keberadaan SDN di wilayah
Kecamatan Waru tersebut.
Tabel 1 Nama Sekolah danAlamatnva di Kecamatan Waru
1 SDN WARU
2 SDN WARU 11
3 SDN WARU III
4 SDNKEDUNGREJOI
5 SDN KEDUNGREJO II
6 SDN KEDUNGREJO III
7 SDN JANTI I
8 SDN JANTI II
9 SDN BUNGURASIHI
10 SDN BUNGURASIH II
I I SDN MEDAENG I
12 SDN MEDAENG II
13 SDN TAMBAK REJO I
14 SDN TAMBAK REJO II
15 SDNTROPODOI
16 SDNTROPODO II
17 SDN PEPELEGI I
18 SDN KUREKSARI
19 SDN WADUNG ASRI I
20 SDN BERBEK
21 SDN TAMBAK SAWAH
22 SDN KEDUNGREJO IV
23 SDN JANTI III
JL.JEND.S. PARMANV/1.10
JL LETJEN S PARMAN 23
JL. LETJEN S PARMAN 23
JL RAYA WARU 39
JL RAYA WARU 39
JL RAYA WARU 39
JL BRIGJEN KATAMSO 227 A
JL. BRIGJEN KATAMSO 227 A
JL BUNGURASIH BARAT 159
JL BUNCURASIH BARAT 159
JL JOYORONO 49 MEDAENG
JL NUGROHO Gg MEDAENG
DESA TAMBAKREJO
DESA TAMBAKREJO
JL. TROPODO 1. No. 201
JL. TROPODO I No 201
JL. ANJASMORO No 8
JL. ANGGREK
JL BLIMBINGPONDOKCANDRA
JL.KENARI REWIND
JL. JABON No 1-2
JL RAYA WARU No 39
JL. BRIGJEN KATAMSO Vl-234
24 SDN WEDOROI
25 SDN KEPUH KIRIMAN I
26 SDN NGINGAS
27 SDN TAMBAK OSO
28 SDN TAMBAK SUMUR
29 SDN TROPODO III
30 SDN WARU IV
31 SDN PEPELECI II
32 SDN WADUNG ASRI II
33 SDN KEPUH KIRIMAN II
34 SDN KEDUNG REJO V
35 SDN WEDORO II
36 SDN TROPODO IV
37 SDN MADAENG III
JL. PPWEDORO No 100
JL KENARI REWIND
DESA NGINGAS
JL. PASAK33
JL KH. ZAINAL ABIDIN 66
JL. ANGCREK I WISMA TROPODO
JL JEND. S. PARMAN V/130
JL. JATISARI PERMAI
JL. BLIMBING II PONDOK CANDRA
JL.KENARI REWIND
JL RAYA WARU 39
JL. PP WEDORO 100
JL. ANOGREK WISMA TROPODO
JL. JOYORONO 49
Sumber : Data Sekunder dari Dinas Pendidikan Kecamatan Waru 2004
Selanjutnya, sebagai data sekunder pelengkap adalah dikernukakan struktur
organisasi SDN, yaitu:
Struktur organisasi Dinas Pendidikan, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
PEMBAHASAN
Pembahasan dimulai dari berbagai penjelasan yang disesuaikan dengan
proposal (usulan penelitian), sehinggaterdapat kesinambungan antara isi proposal
itu dengan penelitian yang bersangkutan. Peneliti membahas dengan
mengetengahkan variabel bebas dan terikat, yaitu:
Variabel bebas (X), yaitu:
Prestasi;
Pengakuan akan keberhasilan;
Pekerjaan yang menantang;
Tingkattanggungjawab;dan
Aktualisasi diri.
Variabel terikat/tidak bebas (Y), yaitu:
Mutu pelayanan Sekolah DasarNegeri di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten
Sidoarjo.
Gambar2 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan, Kecamatan Waru
Sumber: Dinas Pendidikan, Kecamatan Waru, Sidoarjo
Uji Validitas dan Reliabilitas
Mengenai valid dan tidaknya data, seharusnya ada uji coba tentang
instrumen yang dipergunakan. Tetapi oleh karena instrumen yang dipakai sudah
mendapat persetujuan dari Dosen Pembimbing dan perlu diuji ke valid-an
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Umum
Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Kepegawaian
Sub bagian Perencanaan
dan Pengendalian
Sub Dinas Pra Sekolah dan Dasar
Sub Dinas Pendidikan Menengah
Umum
Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan
Sub Dinas Tenaga
Kependidikan
Sud Dinas Pendidikan
dan Perguruan
Agama
Sub Dinas Pendidikan
Luar Sekolah
Kepala Dinas
Wakil Kepala Dinas
Kelompok Jabatan Fungsonal
datanya. Dari hasil SPSS diketahui bahwa hasil signifikan harus < 0,05
(persyaratan), sebab tingkat kesalahan terendah adalah 5°/o. Hasil sig XI = 0,000
< 0,05 ; kemudian sig X2 = 0,000 < 0,05; sig X3 = 0,000 < 0,05; sig X4 = 0,000 <
0,05 dan sig X5 = 0,000 < 0,05. Jadi, data ini adalah valid menurut teori.
Untuk mengetahui reliabilitasnya dapat membanding nilai α dengan alpah
Cronbach atau membandingkan α hitung > 0,7. Menurut hasil dari SPSS diperoleh
hasil α = 0,91 > 0,7. Untuk itu data yang didapat adalah dapat dikatakan reliabel.
Uji Hipotesis
Hipotesis sudah barang tentu dilaksanakan, agar hipotesis yang dikemukakan
dapat dibuktikan secara ilmiah.
Kriteria hipotesis :
Hi diterima apabila Fhitung > Ftabel atau thitung > ttabel
Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel atau thitung < ttabel
Adapun hipotesis yang diajukan adalah:
Diduga bahwa faktor dari variabel prestasi; pengakuan akan keberhasilan;
pekerjaan yang menantang; tingkat tanggungjawab; aktualisasi diri secara
bersama-sama atau parsial berpengaruh terhadap mutu pelayanan sekolah
SDN, di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Diduga bahwa variabel prestasi dominan dalam mempengaruhi mutu
pelayanan sekolah, di Kecamatan Waru, Kahupaten Sidoarjo.
Selanjutnya, bila diamati secara lebih cermat pada Hipotesis I yang
dikernukakan oleh peneliti sengaja ditentukan dengan dua dugaan, yaitu
membuktikan pengaruh variabel secara simultan serta ada dengan cara menguji
dengan cara parsial. Untuk lebih mudahnya adanya analisis SPSS yang digunakan
oleh peneliti dalam mengolah datanya, maka langsung dapat dilihat hasil
perhitungan pada Tabel 3.
Dengan melihat angka-angka yang tertera pada Tabel 3 tersebut daoat dituliskan
persamaan regresi sebagaimana :
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5x5
Y = 2,4 + 0,72X1 + 0,686X2 + 0,307X3 + 0,456X4 + 0,192X5
Tabel 3 HasilAnalisis Varial
Variabel B Thitung Ttabel
KeteranganX1 0.728 33.2 1.64 PengaruhX2 0.686 9.78 1.64 PengaruhX3 0.307 3.16 1.64 PengaruhX4 0.456 3.9 1.64 PengaruhX5 0.192 2.55 1.64 PengaruhR square = 0.992 α = 0.05
Fhitung = 1667.15
Sumber Data Primer dengan analisis SPSS
Persamaan ini bisa disebut dengan model statistik regresi berganda (multiple
regression).
Untuk menguji maupun membuktikan adanya pengaruh dari variabel-
variabel: XI; X2; X3; X4; X5 terhadap/pada faktor/variabel (Y) mutu pelayanan
sekolah (SDN) di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo secara bersama-
sama/simultan dapat diketahui dari hasil hitungan dengan SPSS yang dihasilkan.
Adapun kriteria uji atau analisisnya adalah:
Bila Fhitung > Ftabel (0,05); terima Hi dan tolak Ho Kemudian dengan mengacu pada
tabel yang sudah ada yaitu Tabel 2, tertulis bahwa:
Fhitung = 5438.2 > Ftabel maka Hi diterima.
Berarti terima Hi. Jika Hi diterima, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap mutu pelayanan sekolah (Y).
Untuk menguji maupun membuktikan adanya pengaruh dari variabel-variabel:
XI; X2; X3; X4; X5 terhadap/pada faktor/variabel (Y) mutu pelayanan sekolah
(SDN) di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo secara parsial dapat
diketahui dari hasil hitungan dengan SPSS yang dihasilkan.
Adapun kriteria uji atau analisisnya adalah:
Bila thitung > ttabel (0,05); terima Hi dan tolak Ho Yang mana thitung > ttabel
(0,05) dilakukan satu per satu. t X1 dengan ttabel; t X2 dengan ttabel ; t X3 dengan
ttabel; t X4 dengan ttabel sampai kepada t X5 dengan ttabel.
Dari tabel terlihat bahwa:
t XI = 33,2 > 1,64 (terima Hi tolak Ho)
t X2 = 9,78 > 1,64 (terima Hi tolak Ho)
t X3 = 3,l6> 1,64 (terima Hi tolak Ho)
tX4 =3,91>l,64(terimaHitolakHo)
t X5 = 2,55 > 1,64 (terima Hi tolak Ho)
Untuk uji parsial inipun dapat diperoleh bahwa masing-masing thitung yang
ada > dari ttabel-nya, sehingga keadaan tersebut menunjukkan adanya pengaruh
terhadap mutu pelayanan sekolah (SDN) di Kecamatan Waru.
Uji Asumsi Klasik
Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah korelasi berganda yang sangat tinggi. Dapat pula
bahwa Multikolinieritas diartikan sebagai adanya korelasi yang bermacam-
macam, sehingga mengganggu alat analisis. Untuk itu alat untuk menguj i adanya
multikolinieritas adalah bila nilai VIF > 1.
Menurut hasil perhitungan nilai VIF yang didapat adalah sebesar 4-10. Jadi,
dengan demikian pada analisis ini tidak terjadi multikolinieritas.
Autokorelasi
Autokorelasi adalah terjadinya korelasi di antara, data pengamatan atau
munculnya suatu data yang dipengaruhi oleh data sebelumnya. Selain itu, Autoko-
relasi diartikan dengan adanya korelasi secara terkait satu variabel X dari bagian
data, sehingga dianggap mengganggu perhitungan yang dihasilkan. Untuk menguj
i ada dan tidaknya autokorelasi adalah dengan melalui Durbin Watson (DW) < 2.
Menurut hasil pada SPSS, yaitu nilai DW hitung = 0,772. Jadi, betui < dari 2,
sehingga model regresi dianggap tidak terganggu, karena gejala ini tidak
dijumpai.
Heterokedastisitas
Heterokedastisitas dapat terjadi atas adanya ketidaksamaan data, atau
terlalu besarnya variasi data. Apabila p > 0,05, maka data itu terjadi
heterokedastisitas. Sebaliknya, apabila hasil data p < 0,05, maka tidak terjadi
heterokedastisitas. Artinya, data itu homogen.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas konsep instrumen penelitian dengan mengkorelasikan skor-skor
dengan total skornya. Hal ini dapat dilihat melalui korelasi bivariate ( ada tanda
bintang ** pada program SPSS ). Dengan hasil banyak tanda bintang pada
masing-masing variabel, maka data itu termasukdata yang sudah valid.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas setiap variabel diukur
dengan metode Alpha Cron-bach dengan ketentuan bahwa korelasi α lebih
besar(>) dari 0,7 dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
Dari hasil perhitungan didapat α = 0,91 > 0,7, jadi reliabel data yang dikumpulkan
tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan hasil analisis yang telah dilakukan dan telah dilakukan
pembahasan, maka dalam bab ini peneliti menyampaikan kesimpulan yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu:
Hipotesis I yang pertama, yang menyatakan terdapat/ada pengaruh secara
bersama-sama/ sirnul- tan antara variabel bebas (X I; X2; X3; X4; X5) pada
variabel tidak bebasnya ( Y ). Hal ini didasarkan pada hasil uji F yangdiketahui
bahwa Fhitung = 1667,15 temyata lebih besar Ftabel = 2,53. Dengan demikian,
hipotesis ini dapat peneliti buktikan. Koefisien determinasinya = 0,991 (99,1%).
Artinya, data itu dapat dijelaskan sebesar 99% mewakili populasi.
Hipotesis I yang kedua, yang menyatakan terdapat/ada pengaruh secara
parsial antara variabel bebas (XI; X2; X3; X4; X5) pada variabel tidak bebasnya
(Y) dapat dibuktikan lewat besarnya nilai thitung yang dianalisis. Sesuai kenyataan
dari hasil perhitungan:
thitung XI = 332 > 1,64; thitung, X2 = 9,7 > 1,64; thitung, X3 = 3,16 > 1,64; thitung X4
= 3,91 > 1,64; thitung X5 = 2,55 > 1,64. Jadi, secara parsial dapat peneliti
buktikan.
Hipotesis 2, yang menjelaskan bahwa terdapat variabel yang dominan
(pengaruhnya terbesar) adalah terletak pada t X1, yaitu variabel prestasi guru.
Masalah ini dapat dimengerti bahwa dengan menjadikan guru berprestasi inilah,
maka mutu pelayanan sekolah (SDN) dapat lebih baik. Sesuai hasil yang didapat
maka pada model analisis itu tidak terdapat multikolinieritas; autokorelasi serta
heterokedastisitas.
Data yang dipakai itupun valid (nilai sig = 0.000 < 0.05); dan juga reliabel
(shahih) dimana α = 0.91 > 0,7.
Saran
Peneliti dapat memberikan saran kaitannya dalam hal mutu pelayanan
SDN di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo bahwa perlunya memotivasi
kepada para guru untuk berprestasi. Maksudnya dengan guru berprestasi inilah
yang akan mengangkat mutu pelayanan SDN sesuai dengan profesionalisme
pendidikan dasar.
DAFTAR RUJUKAN
Alex, S.N. 1986. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Aihusin. 2002. Aplikasi Statistik Praklis dengan SPSS for Windows. Yogyakarta: J & J Learning.
Dajan, A. Pengantar Metode Statistik, Jilid 1. Jakarta: LP3ES.
Djarwanto. 1985. Statistik Induktif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Gibson, et al. 1996. Organisasi Jilid I, Edisi Kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Gibson, et at. 1996. Organisasi Jilid II, (Peritaku-Struktur—Proses), Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Handoko, T.H. 1996. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Heidjrachman, dan Husnan, S. Manajemen Personalia, Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Keena dan Beech. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kuncoro,M. 2001. Metode Kuantitatif (Teori dan Aplikasi Uniuk Bisnis dan Ekonomi). Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Miftah, T. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Hlm.79. Jakarta: CV Rajawali Pers.
Nazir, M. 1998. Metode Penelitian, Edisi Pertama, Jakarta.
Prawirosentono. Manajemen Sumberdaya Manusia: Kebijakan Kinerja Karyawan, Kiat Membangun Organisasi Kompetitif menjelang Perdagangan Bebas Dunia, Edisi Pertama Yogyakarta : BPFE.
Ridliwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Singarimbun, dan Effendi, 1985. Metode Survai. Jakarta: LP3ES.
Soerjono, S. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindoPersada.
Soetrisno, H. 1982. Metodologi Reserach. Penerbit Psikologi UGM,-5.
Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sumodiningrat,G 1996. Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE.
Sutarto. 1984. Dasar-dasarOrganisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Terry, G 2003. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Penerbit Penelitian. Bumi Aksara.
Umar, H. 1999. Studi Kelayakan Bisnis, (Manajemen Metode& Kasus). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winamo, S. 1985. Metode Penelitian, Jakarta.
Wursanto. 1989. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Zainun, B. 1994. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Penerbit Balai Aksara, Ghalia Indonesia.
Zainun, B. 1995. Administrasi dan Manajemen Kepegawaian Pemerintah Negara Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Toko Gunung Agung.