1. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia,Edisi III,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
2. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia,Edisi IV,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
3. Hugo, W.B., Russel, A.D.,Pharmaceutical Microbiology, BSP London
4. Rossi, G.V., 1980, Biologycal Testing in Remington’s Pharmaceutical Sciences, 16th
5. Tallarida RJ., Jacob, Ls, 1979, The Dose Response Relation in Pharmacology, Berlin
6. United States Pharmacope, 20th, 891-900.
ANALISA : tindakan penyelidikan, penetapan, pengukuran, suatu obat dalam suatu sistem tertentu.
Sistem non hayati analisa obat secara fisikokimiawi. Contoh: kadar obat, disolusi dll.
Sistem hayati analisa obat dalam sistem hayati. Contoh : penetapan efek obat pada sistem hayati.
Analisa obat secara fisikokimiawi
Penetapan kadar (kuantitatif) dan kualitatif
kadang tidak mencerminkan potensi.
Analisa hayati dapat menetapkan
potensi atau efek suatu obat (hubungan
konsentrasi obat vs respon).
Menggambarkan langsung aktivitas
biologis suatu sediaan.
1. Dapat menetapkan suatu zat aktif yang belum jelas identitasnya atau struktur kimianya. Contoh: hormon paratiroid.
2. Dapat menetapkan suatu senyawa (struktur sudah diketahui), namun belum ada cara analisis fisikakimia yang memadai atau terlalu kompleks.
Gugus aktif fisika ≠ gugus aktif biologi/farmakologi. Contoh : insulin.
3. Dapat menetapkan obat/sediaan yg berupa campuran kompleks dengan berbagai struktur dan aktivitas. Contoh: tincture digitalis (> senyawa aktif yang berbeda kecepatan absorbsi, afinitas terhadap reseptor & metabolisme) kardiotonik.
4. Analisa fisikakimiawi sulit dilaksanakan karena belum ada cara yang memadai untuk memurnikan suatu senyawa. Contoh : vit D pada minyak ikan.
5. Pada beberapa metode F.K tidak mampu membedakan isomer aktif & tidak aktif (yang ditetapkan isomer total) hasil F.K tidak menggambarkan aktivitas biologis yang sebenarnya.
Contoh : Ca-d-Pantotenat (aktif)
Ca-l-Pantotenat (tidak aktif)
AH hanya zat aktif saja yang ditetapkan.
6. Analisa hayati dapat menggambarkan QSAR (Quantitatif Structure Activity Relationship)
1. Presisi dan akurasi lebih rendah dibanding
analisa fisikokimia.
2. Teknik pelaksanaan lebih rumit dan
membutuhkan keahlian.
3. Biasanya lebih mahal daripada metode F.K.
4. Waktu analisa lebih lama.
1. Pengendalian variabel pada sistem hayati
↓ faktor variabel dalam subyek.
2. Penggunaan baku hayati (senyawa yang
digunakan sebagai standar/pembanding).
3. Penggunaan rancangan uji yang sesuai.
Mengacu pada metodologi penelitian ilmiah.
1. Mikrobiologi & Farmakologi. Menentukan potensi & efikasi obat. Menentukan nilai ED suatu obat. Diagnosa (kehamilan).
2. Farmakokinetika. Menetapkan nilai MEC, MTC, MIC
(antibiotik). Menetapkan nilai parameter
farmakokinetika (Vd, Kel, t½, dsb). Analisa obat dalam material biologis, bila
analisa F.K tidak memadai.
3. Toksikologi.
Mencari toksisitas obat.
Menetapkan dosis toksik, misal : TD50, LD50.
4. QSAR. Hubungan struktur obat dengan aktivitas
biologis (potensi).
Tujuan : mencari obat dengan efek ↑,
toksisitas ↓.
Suatu tindakan penyelidikan,
penetapan, pengukuran baik secara
kualitatif maupun kuantitatif suatu
senyawa (obat), sediaan obat atau
wadah obat yang melibatkan sistem
hayati.
Sistem hayati : media hidup
Hewan utuh (Whole Animal) atau organ terisolasi (Isolated organ).
Mikroorganisme Enzim atau antibodi (pada reaksi
antigen-antibodi) Hormon Bagian dari hewan/subyek (pada analisa
obat dalam analisa hayati)
Hewan utuh : strain, jenis kelamin, biakan murni, berat badan.
Organ terisolasi : satu binatang, biakan murni.
Mikroorganisme: sesuai tujuan penelitian, biakan murni, strain, pembiakan, pemeliharaan & penyimpanan baku.
Cuplikan hayati (untuk analisa obat) = hewan utuh
Jenis hewan uji Kesehatan hewan uji Pertumbuhan hewan uji Berat badan (± 10 %) Suhu badan normal Tinja normal (tidak ada parasit) Makanan dan minuman Cara memegang stres (lembut & kasih sayang),
mengubah metabolisme (kucing, kelinci, marmut di tengkuk), tikus, mencit di ekor.
Kandang : ventilasi, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, bersih dari debu & kotoran, tidak bising.
Penempatan per individu atau kelompok individu (kapasitas kandang & tujuan penelitian).
Ukuran dan jenis bahan. Alas kandang :
grajen (sawdust) zat pengawet
sekam padi pestisida
kawul (woodchips) Alas diganti (minimal 3 hari sekali). Jumlah hewan uji dalam kandang.
Komposisi komponen penyusunnya harus
sesuai dengan syarat ideal pertumbuhan
hewan uji.
Jumlah dan jenis makanan disesuaikan:
mencit : pelet 5-7 g/hari
tikus : pelet 15-20 g/hari
kelinci: sayuran, wortel (cuci dg KMnO4 2%
b/v). Perhatikan adanya tapak-tapak
pestisida.
Direbus
Jumlah cukup
Wadah dicuci (3 hari sekali)
Dasar : memisahkan obat dari komponen2 suatu cuplikan hayati dengan menjaga stabilitas, reprodusibilitas suatu obat.
Cuplikan hayati : Cairan : cairan serebospinal, keringat, air mata,
saliva, urin, empedu. Campuran : plasma, serum, darah, feses. Padatan : otak, hati, jantung, ginjal, paru, otot,
tulang.
Perhatikan : (error)
Kontaminan
Waktu sampling dari cuplikan hayati
Tempat sampling
Statistika
Material cairan : Memindahkan senyawa khusus yg
mengganggu/kontaminan. Mencegah perubahan senyawa/obat akibat
senyawa2 khusus/material biologis: albumin
Penyimpanan pada suhu 4°C atau -20°C (mencegah perubahan yg cepat,faktor bakteri/mikroorganisme)
Material padatan: Harus segera dipreparasi setelah
pengambilan untuk memisahkan bagian yang tidak dibutuhkan.
Penyimpanan pada suhu rendah (4°C). Pemisahan senyawa dari jaringan (setelah
homogenasi) dengan ekstraksi solvent.
Darah uji farmakokinetika obat
↓
Mengandung protein, lemak, sel tersuspensi,
solid
cara pemisahan ?
1. Sentrifugasi mengendapkan protein,
sel darah merah dll. serum / plasma.
(eritrosit pecah mengganggu
separasi & analisis). Penyebab:
pemanasan, pendinginan, pengadukan,
penambahan cairan, pengambilan
sampel.
2. Ekstraksi (jarang dilakukansel
pecah).
Plasma / serum mengandung protein plasma; mengganggu analisa obat / molekul kecil.
Pengatasan:1. Ultrasentrifugasi atau dialisis.
Dapat mengeliminasi jumlah tertentu obat. Memutuskan ikatan obat-protein total obat yg
tertetapkan.
2. Ekstraksi dengan solvent organik pemisahan protein bagus. Dasar : pengendapan & denaturasi protein.
Contoh reagen: Asam trikloroasetat, asam perklorat, asam tungstat.
Reagen asam kuat kelemahan (obat tertentu dapat rusak, menurunkan pH sehingga obat tertentu tidak stabil).
Alternatif lain : metanol, etanol.
3. Penggunaan enzim proteolitik.Dasar: denaturasi protein.Metode lebih komplek, yang tertetapkan adalah total obat karena denaturasi protein yg mengikat obat.
Stabil
Perubahan kasar dapat dihindari
pH berkisar 7,30 - 7,50
Konsentrasi garam & protein total dapat
dijaga dengan baik.
Bebas protein & lipid dapat diekstraksi langsung dengan solvent.
Problem: Komposisi urin tergantung makanan
warna urin. Volume urin yang diproduksi pada saat
tertentu tidak stabil. pH urin bervariasi
Metode sampling yang sesuai.
Memperhatikan jumlah cuplikan.
Mengurangi faktor dalam subyek,
misal : umur, puasa, pengosongan lambung.
Tidak berwarna, transparan, viskositas rendah.
Mudah diekstraksi dg solvent organik. Obat yg tertetapkan obat bebas (tidak
terikat protein). Dapat diekstrapolasikan ke kadar obat di
plasma (obat bebas). Tidak semua obat dapat ditetapkan (kadar
obat dalam saliva sangat rendah dibanding plasma)
Analisis untuk obat yg dapat melintasi dari
ibu ke janin dg route tertentu.
Problem: cuplikan mengandung lemak
konsetrasi tinggi.
Pengatasan : hidrolisis lemak menggunakan
lipase; pelarut organik (n-hexane).
Analisis paling mudah
Pengambilan cuplikan sulit
Hewan uji faktor koreksi manusiaPemilihan hewan uji :1. Kesesuaian / kesamaan dg manusia
sal. Pencernaan anak babi susunan kulit katak Sistem enzim : anjing (tidak punya asetilasi),
kucing (tidak punya sistem enzim glukuronida).
2. Kepraktisan : jumlah & harga ekonomis, analitik.
Ekstrapolasi hasil – variasi antar spesies. Cara ekstrapolasimetode Laurence &
Bacharach (1964).
Faktor penyebab variasi antar spesies:1. Absorpsi:
waktu transit pH dari tempat absorpsi (sal.cerna). Makanan/keadaan puasa Mikrobial Aliran darah Jenis hewan (karnivora/herbivora)
2. Distribusi:Aliran darah organSolubilitas lipidDerajat ionisasi Ikatan dengan protein plasma
3. Metabolisme:Aliran darah organ-cardiac output & liver
menerima darah lebih banyakDefisiensi enzim tertentu
4. Ekskresi:Aliran darah organpH urin
5. Faktor lain