MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
12
ANALISIS DAYA SAING PRODUK KULIT OLAHAN PADA INDUSTRI
PENYAMAKAN KULIT DI KABUPATEN MAGETAN
Oleh
H. Rustam
Universitas Soerjo Ngawi
Abstract:
Research on the Competitiveness Analysis Prepared On Leather Products
Leather Tanning in Magetan a downstream industry that is still growing by relying on
processed leather tanned cow leather. Leather products in olehan Magetan able to
compete because of the quality not so good that its price is relatively cheap and has the
advantage of more flexible, resilient, not easily torn and the texture more interesting.
The problem is how to par-sector actors in thetannery industry in Magetan able to
compete and grow.
Obtaining samples of this study purposively based on the location of tanneries in
3 (three) locations of the Technical Service Center of Dermatology and Environmental
Industries Small Industries Ringinagung village, leather tanning environment in the
rural village Mojopurno and Banjarejo District Ngariboyo. Comparative Advantage
Analysis shows Domistik Resource Cost value of Rp. 7878.698, - less than the
prevailing exchange rate today is Rp. 9400, -. This result is also supported by Koefiisen
Resource Cost Domistik (KBSD) of Rp. 0.837 smaller than one. Sensitivity analysis
with raw material price increases of raw skin of 10% and 20%, labor 10% and 20%
and the price of H2SO4 and paint solvents, 10% and 20% did not cause changes in
BSD and KBSD significantly.
Key Word: Skin refined, excellence, competitiveness.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri hilir berbahan baku kulit
(contohnya: sepatu, tas, jaket, sabuk,
dompet, jok mobil, asesoris dll) telah
berkembang cukup lama di Jawa
Timur yaitu di Tanggul Angin,
Ngingas dan wedoro Sidoarjo,
Mojokerto dan Magetan.Industri hilir
berbahan baku kulit memerlukan
dukungan adanya industri hulu yang
dapat menyediakan kulit olahan yang
telah disamak. Industri hulu terbesar
penghasil kulit olahan yang telah
disamak di Jawa Timur adalah ada di
Magetan Jawa Timur. Daerah
penghasil kulit olahan yang lain
adalah Kabupaten Garut. Kulit olahan
yang telah disamak yang dihasilkan di
Kabupaten Magetan mayoritas berasal
dari kulit sapi sedangkan dari Garut
berasal dari kulit domba sehingga
pesaing dari dalam negeri hampir
dikatakan tidak ada. Sedangkan pabrik
besar sepatu seperti PT. Ecco,
mengolah kulit untuk kebutuhan
mereka sendiri. Akan tetapi kulit
olahan yang telah disamak hasil
produksi dalam negeri (Kabupaten
Magetan maupun Kabupaten Garut)
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
13
dianggap masih memiliki kualitas yang
tidak/ belum terlalu bagus, sehingga
harganyapun murah.
Pasar ekspor untuk hasil kulit
olahan yang telah disamak sangat
terbuka lebar bagi produk hulu industri
karena kulit asli sapi Indonesia dikenal
memiliki beberapa keunggulan yaitu
lebih lentur, ulet, tidak mudah sobek
dan teksturnya yang lebih menarik jika
dibandingkan dari Australia, Jepang
dan RRC. Memiliki daya saing yang
tangguh merupakan kunci sukses untuk
dapat bersaing di pasar domestik
maupun pasar internasional. Daya
saing yang kuat hanya bisa dihasilkan
apabila proses produksinya efisien,
hasilnya berkualitas, memiliki
kekhasan serta produktivitasnya tinggi.
Hal ini merupakan tantangan bagi para
pengrajin dan UKM di sektor industri
hulu penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan.
1.2.Perumusan Masalah
Sektor industri kulit olahan yang
disamak di Kabupaten Magetan
merupakan sektor industri yang cukup
banyak menyerap tenaga kerja yang
menjadi andalan sehingga memiliki
multiplayer effect yang cukup besar
dan menyangkut kehidupan
masyarakat luas. Untuk itu perlu
adanya upaya-upaya agar sektor
industri penyamakan kulit mampu
bertahan dan bahkan diharapkan
mampu bersaing dan berkembang.
Permasalahannya adalah bagaimana
agar para pelaku di sektor industri
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan tersebut mampu bersaing dan
berkembang?.
1.3.Tujuan
Tujuan dari adanya penelitian/
pengkajian ini adalah :
a. Menganalisis daya saing prduk
kulit olahan pada industri
penyamakan kulit di kabupaten
Magetan–Jawa Timur berdasarkan
keunggulan komparatifnya.
b. Menganalisis sensitivitas hasil
analisi keunggulan komparatif
terhadap perubahan input dan
output.
II. TINJAUAN PUSTAKA.
2.1.Daya Saing
Daya saing adalah kemampuan
produsen untuk memproduksi suatu
komoditi dengan mutu yang cukup
baik dan biaya produksi yang cukup
rendah, sehingga pada harga-harga
yang terjadi pada pasar internasaional
dapat diproduksi dan dipasarkan oleh
produsen dengan memperoleh laba
yang mencukupi dan dapat
mempertahankan kelanjutan kegiatan
produksinya. Faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya daya
saing suatu komoditas adalah:
a. Segi produksi
b. Segi pemasaran produk
c. Segi kebijakan pemerintah
2.2.Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif merupa-
kan kemampuan suatu wilayah/
daerah/negara dalam memproduksi
suatu unit dari beberapa komoditi
dimana biaya imbangan sosialnya
relatif lainnya. Teori keunggulan
komparatif pertamakali diungkapkan
oleh Ricardo (1772-1823). Ia
menyatakan suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan
internasional jika melakukan spesiali-
sasi produk dengan mengekspor
barang yang dapat diproduksi relatif
kurang atau tidak efisien selama ratio
harga antara negara berbeda. Teori ini
didasari oleh tenaga kerja (theory of
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
14
labor value) yang menyatakan bahwa
nilai atau harga suatu produk
ditentukan oleh jumlah waktu atu jam
kerja yang diperlukan untuk
memproduksi suatu komoditi.
Teori Ricardo kemudian
diterangkan dengan konsep biaya
alternatif (opportunity Cost Theory).
Teori ini menyatakan bahwa biaya dari
suatu komoditi adalah jumlah komoditi
kedua yang dikorbankan sehingga
diperoleh faktor-faktor produksi atau
sumber daya yang memadai untuk
menghasilkan suatu unit tambahan dari
komoditi pertama. Selanjutnya dalam
perkembangan teori tersebut terdapat
teori Hekscher-Ohlin (H-O),
membahas mengenai keunggulan
komparatif. Teori H-O menekan pada
perbedaan faktor pemberi alam (factor
endowment) dan harga faktor produksi
antar negara sebagai determinasi
perdagangan yang penting. Teori ini
menganggap bahwa setiap negara akan
mengekspor komoditi yang secara
relatif mempunyai faktor produksi
berlimpah dan murah, serta
mengimpor komoditi yang faktor
produksinya relatif langka dan mahal.
Menurut Asian Development
Bank (1991) keunggulan komparatif
merupakan suatu konsep yang
diterapkan oleh suatu negara untuk
membandingkan beragam aktivitas dan
perdagangan di dalam negeri terhadap
perdagangan dunia. Dari definisi
tersebut, terlihat bahwa biaya produksi
dinyatakan dalam nilai sosial, dan
harga komoditi diukur pada tingkat
harga di pelabuhan yang berarti juga
berupa harga sosial.
Analisis keunggulan komparatif
adalah analisis ekonomi (sosial).
Komoditi yang memiliki keunggulan
komparatif berarti pula efisien secara
ekonomi, dimana perhitungan dengan
nilai ekonomi selalu memakai harga
bayangan (shodow price) yang
menggambarkan nilai ekonomi
sebenarnya dari unsur biaya atau hasil.
Salah satu alat ukur keunggulan
komparatif / komoditas adalah
Domestic Recource Cost (DCR) atau
Biaya Sumberdaya Domestik
(BSD).Biaya Sumberdaya Domestik
(BSD) merupakan ukuran biaya
alternatif sosial (Social Opportunity
Cost) dari penerimaan satu unit
margianl devisa bersih suatu aktivitas
ekonomi dimana pengukurannya
dilakukan didalam bentuk input
domestik langsung dan tidak langsung
digunakan. Rumusan BSD merupakan
penurunan dari Keuntungan Sosial
Bersih (KSB). KSB yaitu keuntungan
bersih dari suatu aktivitas dinilai
berdasarkan harga bayangannya
sehingga efek distorsi pasar dan
eksternalitas lainnya dapat
diminimumkan pengaruhnya. Dalam
hal ini seluruh output dan input dinilai
berdasarkan harga bayangannya.
Keuntungan Sosial Bersih (KSB) dapat
dinyatakan dalam rumusan matematis
sebagai berikut (Pearson, et, al, 1976) :
Keterangan :
o qj = Jumlah output ke-q yang
dihasilkan dari aktivitas j.
p q = Harga bayangan tiap satuan
output o.
a ij = Jumlah input antara ke-I yang
digunakan dalam aktivitas j.
p j = Harga bayangan input antar ke-1
yang digunakan dalam aktivitas j
tiap satuan a ij .
n
q
n
i
m
s
jssjjijqajj EvfPaPoKSB1 1 1
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
15
fsj
= Jumlah input primer ke-s yang
langsung digunakan dalam
aktivitas j.
v s = Harga bayangan tiap satuan input
primer
Ej
= Efek eksternalitas aktivitas
Apabila nilai KSB lebih besar dari
nol, maka ekonomi di dalam negeri
dinyatakan mempunyai keunggulan
komparatif, sedangkan nilai KBSD
lebih kecil dari nol maka aktifitas
ekonomi di luar negeri yang memiliki
keunggulan komparatif. Persatuan (1)
dapat disesuaikan menjadi persamaan
(2) apabila output dapat diperdagang-
kan di pasar internasional (tradeable
good) dan seluruh input yang
digunakan dapat dibagi kedalam
komponen biaya domestik dan asing.
u j = Nilai total output dari aktivitas j
pada tingkat harga pasar dunia
(US$)
i j = Nilai total input antara yang
impor, baik langsung maupun
tidak langsung yang digunakan
dalam aktivitas (US$)
r j = Nilai total penerimaan pemilik
input luar negeri yang
digunakan dalam aktivitas j baik
langsung maupun tidak
langsung (US$)
v i = Harga bayangan nilai tukar uang
(Rp/ US$)
f sj = Total input domestik ke-s yang
digunakan dalam aktivitas j.
v s = Harga bayangan tiap satuan
input primer yang digunakan
dalam aktivitas j (Rp)
Ej
= Efek eksternalitas dari aktivitas j
Pada persamaan (2),
adalah keuntungan sosial tradeable,
sedangkan (
m
s
f2
sj v s + E
j) adalah
biaya input domestik. Dengan
demikian bila keuntungan sosial bersih
tradeable lebih besar dari pada biaya
domestik maka aktivitas ekonomi
tersebut mempunyai keunggulan
komparatif.
Jika nilai KSB sama dengan nol
ini berarti aktivitas ekonomi yang
dilakukan akan mendapatkan
keuntungan normal, dalam hal ini
keuntungan sosial bersih tradeable
sama dengan biaya input domestik.
Pada keadaan tersebut, harga bayangan
nilai tukar uang sama dengan
penambahan biaya sosial input
domestik terhadap eksternalitas dibagi
dengan pengurangan total penerimaan
sosial terhadap total input asing.
Adapun rumus matematisnya adalah
sebagi berikut :
(u j - i j - r j ) v i =
m
s
f2
sj v s + E j
Ratio persamaan (5) diatas adalah
rumus Biaya Sumber daya Domestik,
dengan demikian :
m
s
jssjijjjj EvfvriuKSB2
ijjj vriu
02
m
s
jssjijjjj EvfvriuKSB
jjj
m
s
jssj
iriu
Evf
v 2
jjj
m
s
jssj
jriu
Evf
BSD 2
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
16
Ratio antara nilai BSD dengan
harga bayangan nilai tukar uang (v i )
disebut koefisien BSD (KBSD),
sehingga :
Atas dasar persamaan diatas
diperoleh hubungan matematis KSB
dan BSD pada persamaan (2) dan (1)
yang dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
Dari persamaan (9) hubungan antara
KSB dan BSD adalah :
a. Jika KSB = 0 maka BSD = v i ,
sehingga KBSD = 1
b. Jika KSB > 0, maka BSD < v i ,
sehingga KBSD < 1
c. Jika KSB < 0, maka BSD < v i ,
sehingga KBSD > 1
Seringkali tidak ada rumusan pasti
dalam mengkuantifikasi dalam
eksternalisasi suatu aktivitas ekonomi
(E). Penelitian positif atau negatif
sangat tergantung dari sudut pandang
penilaian aktivitas tersebut. Akibatnya
banyak didapat nilai eksternalitas
positif atau negatif yang timbul dari
aktivitas ekonomi tersebut. Sehingga
diasumsikan memiliki nilai yang sama
sehingga efeknya saling meniadakan
dan tidak diperhitungkan di dalam
penelitian karena tidak mempengaruhi
aktivitas ekonomi yang dilakukan,
dengan demikian rumusan BSD
menjadi :
Penggunaan KSB dalam
menganalisa keunggulan komparatif
sering menimbulkan ambiguity, hal
initerjadi karena aktifitas ekonomi
berskala besar akan memberikan KSB
yang besar dan sebaliknya.Untuk
menghindarinya digunakan koefisien
BSD yang mempunyai makna:
a. Jika KBSD < 1, maka aktivitas
ekonomi mempunyai keunggulan
komparatif,
b. Jika KBSD > 1, maka aktivitas
ekonomi didalam negeri tidak
memiliki keunggulam komparatif,
c. Jika KBSD = 1, artinya aktivitas
tersebut memberikan keuntungan
sumberdaya nol atau suatu
aktivitas ekonomi berada pada
titik impas.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian
Lokasi pengambilan sampel
penelitian ini adalah : 1).Balai
Pelayanan Teknis Industri Kulit &
Lingkungan Industri Kecil (BPTIK-
LIK) di Desa Ringinagung; 2). Ling-
kungan penyamakan kulit rakyat di
Desa Mojopurno dan 3); Lingkungan
penyamakan kulit rakyat di Desa
Banjarejo, Kecamatan Ngariboyo,
Kabupaten Magetan
Ke 3 lokasi pengambilan sampel
tersebut merupakan sentra
penyamakan kulit dan pemilihannya
dilakukan secara purposive
berdasarkan lokasi kegiatan
penyamakan kulit dan berdasarkan
asal/ tempat tinggal para pelaku
penyamakn kulit. Penentuan sampel
dilakukan secara simple random
sampling sebanyak 30 responden.
3.2.Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer
iv
NilaiBSDKBSD1
KSB1 = (uj - ij - rj) vi – (uj - ij - rj) BSD
KSB1 = (uj - ij - rj) - (vi – BSD1)
jjj
m
s
ssj
jriu
vf
BSD 2
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
17
diperoleh dengan melakukan wawan-
cara langsung. Untuk menunjang
kelengkapan digunakan data sekunder
dari BPS Jawa Timur, BPS Kabupaten
Magetan, Dinas Perindustrian &
Perdagangan Jawa Timur, Dinas
Perindustrian & Perdagangan Kabupa-
ten Magetan, Balai Pelayanan Teknis
Industri Kulit & Lingkungan Industri
Kecil (BPTIK-LIK) Kabupaten
Magetan dan industri lain yang terkait
serta buku-buku referensi yang relevan
dengan penelitian ini.
3.3. Definisi Operasional dan
Pengukuran Variabel
a. Keunggulan komparatif adalah
penggunaan sumber daya domestik
yang efisien secara ekonomi yang
diceminkan dari nilai Koefisien
Biaya Sumberdaya Domestik
(KBSD).
b. Biaya Sumberdaya Domestik
(BSD) merupakan salah satu alat
analisis ekonomi yang digunakan
untuk mengetahui efisiensi dalam
suatu aktifitas ekonomi.
3.4. Metode Analisa
3.4.1. Keunggulan Komparatif
Analisa keunggulan komparatif
yang digunakan Biaya Sumberdaya
Domestik (BSD), Nilai BSD dapat
dirumuskan dengan persamaan berikut
ini:
Pendugaan nilai BSD secara riil
dapat dilakukan dengan melihat
besarnya nilai koefisien BSD (KBSD)
yaitu perbandingan antara Biaya
Sumberdaya Domestik (BSD) dengan
harga bayangan nilai tukar, yang secar
sedarhana dapat ditulis dalam bentuk :
Kriteria yang diajukan adalah :
1. Jika KBSD < 1 berarti aktivitas
usaha penyamakan kulit mempunyai
keunggulan komparatif
2. Jika KBSD > 1 berarti aktivitas
usaha penyamakan kulit tidak
memiliki keunggulan komparatif
3. Jika KBSD = 1 berarti aktivitas
usaha penyamakan kulit tersebut
memberikan keuntungan dari
penggunaan sumberdaya nol atau
suatu aktivitas tersebut berada pada
titik impas.
3.4.2. Alokasi Komponen Biaya
Domestik dan Asing
Penentuan alokasi biaya ke dalam
komponen biaya domestik dan
komponen biaya asing dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan langsung dan pendekatan
total (pearson et.al, dalam Serlina,
2001). Pendekatan langsung, semua
biaya input tradeable baik impor
maupun produksi dalam negeri, dinilai
sebagai komponen biaya asing.
Sedangkan pendekatan total, membagi
biaya input tradeable produksi
domestik menjadi komponen biaya
domestik dan asing.
Pendekatan langsung ini, diasum-
sikan bahwa seluruh biaya input
tradeable, baik impor maupun
produksi domestik sebagai komponen
biaya asing. Untuk input non tradeable
yang sebagian besar dipenuhi di pasar
domestik ditetapkan sebagai
komponen biaya domestik.
3.4.3. Alokasi Biaya Produksi
Biaya produksi adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan baik secara
$) (US Asing Biaya - $) (USoutput Nilai
(Rp)Domestik BiayaBSD
Tukar NilaiBayangan Harga
domestik dayaSuber Biaya NilaiKBSD
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
18
tunai maupun yang diperhitungkan
sampai menghasilkan komoditi akhir
yang siap dipasarkan atau dikonsumsi.
Definisi biaya produksi adalah nilai
input yang digunakan dalam suatu
proses produksi. Biaya produksi dalam
penelitian ini meliputi input produksi
yang terbagi atas input tradeable dan
non tradeable.
Input tradeable pada penelitian ini
adalah H 2 SO 4 dan cat; hal ini
dikarenakan sebagian besar kebutuhan
dalam negeri atas H 2 SO 4 dan cat
yang digunakan dalam penyamakan
kulit dipenuhi dari impor, sehingga
input tersebut dimasukkan ke dalam
komponen biaya asing. Input non
tradeable adalah kulit mentah dan
tenaga kerja. Berdasarkan pendekatan
langsung maka seluruh input non
tradeable tersebut dialokasikan 100 %
sebagai komponen biaya domestik.
Di samping itu terdapat input
yang tidak diperdagangkan secara
internasional (indirectly tradeable)
tetapi di dalamnya terkandung
komponen yang dapat diperdagangkan
secara internasional adalah peralatan.
Dalam penelitian ini alokasi komponen
peralatan dalam proses penyamakan
kulit terdiri dari 50 % biaya domestik
dan 50 % biaya asing (mengacu pada
keterangan Balai Pelayanan Teknis
Industri Kecil Dan Lingkungan
Industri Kecil (BPTIK-LIK)
Kabupaten Magetan).
Alokasi biaya produksi ke dalam
komponen biaya domestik dan asing
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
3.4..4. Alokasi Biaya Tataniaga
Biaya tataniaga adalah tambahan
biaya akibat adanya perubahan
kegunaan tempat, bentuk dan waktu.
Biaya tataniaga dihitung dari seluruh
biaya yang dikeluarkan dari aktifitas
yang ditujukan untuk menyalurkan
barang-barang atau jasa-jasa dari
daerah produsen sampai ke pelabuhan
ekspor atau dari daerah pelabuhan
impor sampai ke daerah konsumen.
Biaya tataniaga meliputi biaya
pengangkutan dan penanganan
(penyimpanan, bongkar muat dan
pngepakan) yang dihitung berdasarkan
data primer.
3.4.5.Penentuan Harga Bayangan
Untuk menentukan keunggulan
komparatif didasarkan pada harga
ekonomi. Harga ekonomi ditentukan
berdasarkan harga bayangan (Shadow
Price) atau harga sosial. Menurut
Gittenger (1986) harga bayangan
adalah harga yang terjadi dalam satu
perekonomian apabila pasar berada
dalam persaingan sempurna dan dalam
keadaan kesetimbangan. Harga
finansial atau harga pasar tidak
semuanya dapat dipergunakan sebagai
harga ekonomi, karena nilai tersebut
sering terjadi pada kondisi pasar yang
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
19
tidak bersaing sempurna akibat adanya
distorsi pasar. Oleh karena itu harga
bayangan dihitung dari harga pasar
dengan menghilangkan distorsi akibat
adanya kebijakan seperti pajak, subsidi
dan penentuan upah minimum regional
serta kebijakan lainnya. Maka di dalam
analisis ekonomi semua sumberdaya
yang dievaluasi harus dihitung harga
bayangannya. Perhitungan harga
bayangan ini dilakukan baik terhadap
input maupun output dapat diuraikan
sebagai berikut:
3.4.5.1.Harga Bayangan Input:
a. Harga Bayangan Sarana
Produksi
Dalam menentukan harga
bayangan sarana produksi yang
termasuk komoditi tradeable ditentu-
kan dengan harga border price,
sedangkan untuk input non tradeale
digunakan harga domestik dengan
asumsi harganya terjadi dalam keadaan
pasar persaingan sempurna. Yang
termasuk input tradeable H2SO4 dan
cat, sedangkan input non tradeable
yaitu kulit mentah.
Dalam penelitian ini harga
bayangan H2SO4dan cat yang
digunakan untuk penyamakan kulit
sebagian besar kebutuhan tersebut
dipenuhi dari impor sehingga harga
bayangan untuk H2SO4 dan cat
ditentukan berdasarkan harga cif
(harga franco sampai pelabuhan atau
sampai tujuan di Indonesia).
Kulit mentah merupakan input
non tradeable diperoleh dari
pembelian, sehingga penentuan harga
bayangan kulit mentah didekati dari
harga bayangan outputnya. Kerana
kulit mentah Indonesia mempunyai
kualitas yang lebih baik, maka harga
bayangan kulit mentah tersebut lebih
besar dibandingkan dengan harga
bayangan output. Perhitungan harga
bayangan kulit mentah akan dibobot
berdasarkan pada harga aktual kulit
mentah dan harga outputnya. Untuk
mencari harga bayangan kulit mentah
dapat dirumuskan persamaan berikut
ini:
Keterangan :
HB : Harga bayangan
HA : Harga aktual HB
b. Harga Bayangan Tenaga Kerja
Perhitungan harga bayangan
tenaga kerja bertujuan untuk mengukur
produktifitas tenaga kerja, yaitu output
marginal yang hilang dari tenaga kerja
karena digunakan di tempat yang lain.
Bila pasar tenaga kerja bersaing
sempurna, maka tingkat upah yang
berlaku mencerminkan opportunity
cost-nya. Dengan kata lain, tingkat
upah yang berlaku merupakan nilai
output marginal, sehingga besarnya
upah dapat dipakai sebagai harga
bayangan tenaga kerja ( Gittinger,
1986). Akan tetapi, tidak demikian
halnya dengan keadaan pasar tenaga
kerja di Indonesia terutama untuk
tenaga kerja tidak terdidik; tingkat
upah yang diberikan sering kali
melebihi biaya imbangnya, sehingga
tingkat upah pasar tidak dapat dipakai
sebagai harga bayangan.
Adanya pengangguran tenaga
kerja tak terdidik akan memberikan
indikasi tingkat upah yang berlaku
lebih tinggi dari tingkat upah
imbangannya. Sehingga berdasarkan
asumsi tersebut, di dalam penelitian ini
harga bayangannya tenaga kerja
ditetapkan dari tingkat upah yang
berlaku setimbang dengan pengang-
Output
Output
xHBHa
mentahKulit mentahKulit
HAHB
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
20
guran yang ada yaitu sebesar 80% dari
tingkat upah yang berlaku di pasar.
c. Harga Bayangan Sewa Alat
Peralatan dalam usaha penyama-
kan kulit digunakan pada proses
pengolahan/penyamakan kulit mentah.
Menurut Nuryantono (1992) harga
peralatan yang ada di pasar domestik
mendekati persaingan sempurna dan
tidak ada kebijakan pemerintah yang
secara langsung mengatur harga
peralatan; oleh karena itu harga
bayangan peralatan dihitung mendekati
harga aktualnya. Berdasarkan hal di
atas harga bayangan untuk peralatan di
dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan nilai sewa alat per
pemakaian.
d. Harga Bayangan Nilai Tukar
Adanya berbagai kebijakan per-
dagangan internasional menjadikan
harga barang yang diperdagangkan
menjadi terdistorsi dan tidak meng-
gambarkan nilai yang sesungguhnya;
sehingga perlu dilakukan shadow price
atas premi devisa atau shadow
exchange rate (Gittenger, 1986).
Penentuan harga bayangan nilai
tukar uang dapat dihitung dengan
pendekatan harga bayangan harus
berada tingkat keseimbangan dengan
nilai tukar uang. Keseimbangan terjadi
apabila dalam pasar uang semua
pembatas dan subsidi terhadap ekspor
dan impor dihilangkan (Bacha dan
Taylor, 1971 dalam Suryana 1980).
Penentuan harga bayangan nilai
tukar yang dikemukakan oleh
Rosegant (1987) dilakukan dengan
mencari faktor konversi terhadap nilai
tukar resmi atau dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
X t = Total nilai ekspor pada tahun t
M t = Total nilai impor pada tahun t
Tx t = Total nilai pajak ekspor pada
tahun t
Tm t = Total nilai pajak impor pada
tahun t
Selanjutnya untuk penentuan
harga bayangan nilai tukar uang asing
dapat ditentukan dengan melihat
hubungan antara SFC dengan SER
pada rumus berikut :
Keterangan :
SER = shadow exchange rate (harga
bayangan nilai tukar)
OER = official exchange rate
SCF = standart convertion factor
3.4.5.2.Harga Bayangan Output :
Dalam penelitian ini harga
bayangan output dihitung dengan
menggunakan border price, yaitu f.o.b.
(free on bord) untuk output yang
diekspor, sedangkan untuk output yang
diimpor digunakan harga c.i.f. (cost
insurance freight). Mengingat
komoditas kulit olahan yang telah
disamak merupakan subsitusi impor,
maka harga bayangan output yang
digunakan adalah harga c.i.f. di
pelabuhan impor.
3.5. Pengujian
1. Jika Koefisien Biaya Sumberdaya
Domestik (KBSD) < 1, menun-
jukkan bahwa kulit olahan yang
telah disamak memiliki keung-
gulan komparatif jika dibanding-
kan dengan kulit olahan yang
telah disamak produk dari luar
negeri dan lebih efisien dalam
)()( tttt
tt
TmMTxX
MXSCF
SCF
OERSER
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
21
memanfaatkan sumber daya
domestik.
2. Jika Koefisien Biaya Sumberdaya
Domestik (KBSD) > 1, menun-
jukkan bahwa komoditas kulit
olahan yang telah disamak tidak
memiliki keunggulan komparatif
jika dibandingkan dengan kulit
olahan yang telah disamak
produk dari luar negeri dan tidak
efisien dalam memanfaatkan
sumberdaya domestik.
3.6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan
untuk melihat bagaimana hasil analisis
keunggulan komparatif, bila terjadi
perubahan atas variabelnya atau
mengkombinasikan antara variabel-
variabelnya dan menemukan pengaruh
atas perubahan tersebut, terhadap hasil
analisis semula.
Dalam penelitian ini variabel yang
digunakan untuk menguji hasil analisis
adalah harga kulit mentah, upah tenaga
kerja, harga bahan kimia (H2SO4) &
cat serta harga output; dengan asumsi
variabel lain yang mempengaruhinya
adalah tetap. Dalam penelitian ini
analisis sensitivitas yang akan
dilakukan:
1. Kenaikan harga kulit mentah
sebesar 10 % dan 20 %.
2. Kenaikan upah tenaga kerja sebesar
10 % dan 20 %.
3. Kenaikan harga bahan kimia
(H2SO4) dan cat sebesar 10 % dan
20%.
4. Penurunan harga output kulit olahan
yang telah disamak sebesar 10 %
dan 20 %.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menganalisis daya saing
produk kulit olahan pada industri
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan digunakan: 1) Analisis
keunggulan komparatif diukur dengan
alat analisis Biaya Sumberdaya
Domestik (BSD). 2). Analisis Biaya
Sumberdaya Domestik (BSD)
merupakan salah satu alat analisis
ekonomi yang digunakan untuk
mengetahui efisiensi dalam suatu
aktivitas ekonomi. Adapun aktivitas
ekonomi yang diteliti adalah struktur
biaya dan penerimaan baik secara
ekonomi maupun finansial dari
penyamak sampai ketingkat agen kulit
olahan yang telah disamak sehingga
dapat diketahui besarnya pendapatan
ekonomi dan finansial dalm sistem
usaha tani kulit olahan yaitu produsen,
pedagang. Dengan diketahuinya
struktur biaya dan penerimaan tersebut
maka dapat ditentukan besarnya nilai
Biaya Sumberdaya Domestik (BSD)
dan Koefisien Biaya Sumberdaya
Domestik (KBSD).
4.1.Karakteristik Penyamak Kulit di
Kabupaten Magetan
Karakteristik merupakan cerminan
individu pengelola usaha penyamakan
kulit di Magetan. Karakter penyamak
kulit meliputi umur, tingkat pendidikan
dan jumlah anggota rumah tangga.
Umur penyamak kulit rata-rata sekitar
38 tahun yang berarti termasuk dalam
kategori produktif. Hal tersebut juga
terlihat dari responden yang
menjadikan usaha penyamakan kulit
sebagai usaha utama dalam mata
pencahariannya.
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
22
Dlihat dari tingkat pendidikannya,
rata-rata pengrajin/ pengusaha
berpendidikan SMP dengan presentase
sebesar 43,3 %; ini berarti bahwa
kategori pendidikan termasuk dalam
pendidikan rendah/ dasar. Mereka
menganggap usaha penyamakan kulit
tidak memerlukan pendidikan yang
tinggi/ lebih lanjut.
Dilihat dari lama usahanya,
penyamakan kulit di Kecamatan
Ngariboyo bervariasi antara 5 tahun
sampai 25 tahun dengan rata-rata 12
tahun. Semakin lama usaha yang
dijalankan, maka tingkat usaha
semakin besar dan usaha juga semakin
berkembang.Penyamak kulit yang
paling lama dimulai 1983 dengan
produksi rata-rata setahun 25.000 kg
(25ton)
4.2.Analisis Pendapatan Ekonomi
Analisis pendapatan ekonomi
dihitung berdasarkan harga bayangan
dari masing-masing faktor input dan
outputnya. Pendapatan ekonomi komo-
ditas kulit dengan tujuan perdagangan
di Jawa Timur menghasilkan penda-
patan ekonomi yang bernilai positif,
yaitu Rp. 33.944.246,- per unit usaha
pada tahun 2007. Hal ini berarti
komoditas kulit di Kabupaten Magetan
secara ekonomi menguntungkan untuk
diusahakan. Dalam analisis pendapatan
secara ekonomi, terdapat 2 komponen
utama dalam penyusunan biaya
komoditas kulit olahan yang telah
disamak yaitu :
1. Biaya Produksi. adalah kulit men-
tah, tenaga kerja, biaya bahan
kimia, biaya cat, dan sewa alat.
2. Biaya Tata niaga adalah biaya yang
digunakan untuk mengangkut hasil
produksi penyamakan kulit dari
Kabupaten Magetan ke pelaku/
pengusaha/ perusahaan yang mem-
butuhkannya dan sebagian besar
berada di wilayah Propinsi
JawaTimur.
Perincian biaya produksi komo-
ditas kulit dapat dilihat pada tabel 5.4
dimana biaya untuk membeli bahn
baku memberi kontribusi terbesar bagi
biaya produksi, yaitu 71,83 %.
Besarnya biaya bahan baku ini karena
sumber kulit mentah memang mahal
yaitu Rp. 16.000,- / lembarnya. Hal ini
dikarenakan supply kulit mentah (sapi)
lebih sedikit dibandingkan dengan
demand-nya. Utilitas produksi
penyamakan kulit sekarang ini baru
sekitar 60 % dari kapasitas
terpasangnya; hal ini berarti baru 60
%-nya kapasitas tepasang yang dipakai
untuk berproduksi melaksanakan
kegiatan penyamakan kulit, seangkan
sisanya (40 %-nya) idle alias nganggur
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
23
atau tidak terpakai. Hal ini terjadi
karena tidak seimbangnya sisi supply-
demand dalam sektor industri
penyamakan kulit (supply kulit mentah
(sapi) lebih sedikit dibandingkan
dengan demand-nya) sehingga
akibatnya harga bahan baku utamanya,
yaitu kulit mentah (sapi), mengalami
lonjakan kenaikan harga yang tinggi.
Rata-rata pengusaha mengguna-
kan jasa Lembaga Industri Kulit (LIK)
yang dikelola Balai Pelayanan Teknis
Industri Kulit & Lingkungan Industri
Kecil (BPTIK-LIK). Prosesnya
dimulai dari pencucian kulit mentah
sampai dngan kulit olahan yang telah
disamak siap untuk dipasarkan. Biaya
yang dikenakan untuk pemprosesan
tersebut selama setahun adalah sebesar
Rp. 40.425.720,- atau dengan
persentase sebesar 13,01 % dari total
biaya proses tersebut dengan bahan
baku sebanyak 14.647 lembar.
Tabel 5.4 Persentase Struktur Biaya Produksi terhadap Total Biaya Komoditas Kulit Olahan
yang Telah Disamak Secara Ekonomi Per unit usaha di Kabupaten Magetan tahun
2007
No. Komponen Biaya Produksi Jumlah Biaya Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
Kulit Mentah
Tenaga Kerja
H 2 SO 4 dan bahan kimia lain
Cat
Sewa alat
223,190,204
18,000,000
16,875,000
6,750,000
40,425,720
71,83
5,79
5,43
2,17
13,01
Total 305,240,924 98,23
Sumber : Lampiran 7, Data Primer diolah, 2007
Dalam tata niaga usaha penyama-
kan kulit besarnya biaya pengangkutan
adalah sebesar 1,77 % (berasal dari
100 % - 98,23 %) dari biaya yang
dibutuhkan untuk usaha penyamakan
kulit di Kabupaten Magetan.
Rata-rata penerimaan secara
ekonomis usaha penyamakan kulit di
Magetan sebesar Rp. 344.677.741,-
dengan produksi rata-rata pertahun
sebanyak 36.617 sheet (sekitar 2 m2
/
sheet) dari bahan baku sebanyak
14.647 lembar kulit mentah. Harga jual
yang berlaku untuk analisis ekonomi
adalah Rp. 9.413 yang berasal dari
harga bayangan berdasarkan ekspor
dan impor produk kulit di Jawa Timur.
4.3.Analisis Pendapatan Finansial
Analisis finansial adalah menghi-
tung penerimaan dan pendapatan usaha
kulit di Magetan berdasarkan harga
yang dikeluarkan oleh pengusaha.
Dalam analisis pendapatan finansial,
penerimaan dan biaya dihitung
berdasarkan harga pasar (harga aktual)
yang diterima penyamak kulit olahan
di Kabupaten Magetan. Biaya yang
digunakan untuk memproduksi kulit
olahan terdiri dari biaya kulit mentah,
biaya tenaga kerja, biaya untuk
pembelian H 2 SO 4 dan bahan kimia
lain, biaya untuk pembelian cat dan
biaya sewa alat.
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
24
Tabel 5.5. Persentase Struktur Biaya Produksi terhadap Total Biaya Komoditas Kulit Olahan
yang Telah Disamak Secara Finansial Per unit usaha di Kabupaten Magetan Tahun
2007
No. Komponen Biaya Produksi Jumlah Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kulit Mentah
Tenaga Kerja
H 2 SO 4 dan bahan kimia lain
Cat
Sewa alat
Bunga Bank
234.349.714
18.000.000
18.000.000
7.500.000
50.532.150
10.000.000
68,15
5,23
5,23
2,18
14,69
2,91
Total 338.381.864 98,91
Sumber : lampiran 7, Data Primer diolah, 2007.
Berdasarkan tabel 5.5. di atas,
setelah memperhitungkan biaya bunga
bank diketahui bahwa struktur biaya
produksi mencapai 98,39%; sehingga
sisanya untuk biaya tata niaga yang
berupa biaya pengangkutan (dengan
tujuan pemasaran ke daerah Kabupaten
Magetan, Mojokerto dan Sidoarjo)
sebesar 1,61% (100%-98,39% =
1,61%) dari total biaya untuk
memproduksi produk kulit olahan yang
telah disamak.
Pendapatan merupakan perkalian
antara output yang berupa kulit yang
telah disamak dengan harga aktual
yang berlaku dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan. Hasil analisis
terangkum dalam tabel 5.6 bahwa
pengusahaan komoditas kulit olahan di
Kabupaten Magetan, menghasilkan
pendapatan finansial yang positif
sebesar Rp. 40.605.564,- per unit usaha
pada tahun 2007. Hal ini berarti
komoditas kulit olahan di Kabupaten
Magetan finansial layak untuk
diusahakan. Kondisi ini disebabkan
karena penerimaan yang diterima
sebesar Rp. 384.480.000,- lebih besar
jika dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan Rp. 343.874.436.
Tabel 5.6. Pendapatan Finansial Komoditas Kulit Olahan yang Telah Disamak Per Unit
Usaha di Kabupaten Magetan Tahun 2007.
Komponen Jumlah
(Rp)
Biaya Produksi 338.381.864
Biaya Tataniaga 5.492.571
Total Biaya 343.874.436
Penerimaan 384.480.000
Pendapatan 40.605.564
Sumber : Lampiran 7, Data Primer diolah, 2007.
Dalam analisis pendapatan secara
finansial komoditas kulit olahan yang
telah disamak, terdapat 2 komponen
utama penyusun biaya, yaitu:
1. Biaya produksi : untuk
pengadaan Kulit Mentah, Tenaga
Kerja, H2SO4, Cat, Sewa Alat,
dan Bunga Bank.
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
25
2. Biaya tata niaga terdiri dari biaya
pengangkutan.
4.4.Analisis Keunggulan Komparatif
Analisis Biaya Sumberdaya
Domestik (BSD) dihitung berdasarkan
harga bayangan. Suatu komoditas
dikatakan mempunyai keunggulan
komparatif jika nilai Koefisien Biaya
Sumberdaya Domestik (KBSD) yang
dihitung berdasarkan nilai sosialnya
lebih kecil dari satu. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa Biaya Sumber
daya Domestik (BSD) dari komoditas
tersebut yang dihitung berdasarkan
nilai sosial lebih kecil dari harga
bayangan nilai tukar uang, sehingga
secara ekonomi dapat dikatakan bahwa
komoditas tersebut menguntungkan
aoabila diusahakan dan efisien dalam
memanfaatkan sumberdaya domestik.
Tujuan pemasaran komoditas kulit
olahan yang telah disamak dari
Kabupaten Magetan dipasarkan di
Kabupaten Magetan sendiri, Mojokerto
dan Sidoarjo. Jika nilaiKBSD lebih
kecil dari satu, maka dapat dikatakan
bahwa secara ekonomi usaha penya-
makan kulit di Kabupaten Magetan
tersebut menguntungkan atau
mempunyai keunggulan komparatif.
Perhitungan Biaya Sumberdaya
Domestik (BSD) dan Koefisien Biaya
Sumberdaya Domestik (KBSD) untuk
komoditas kulit olahan yang telah
disamak dari Kabupaten Magetan
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7. Nilai BSD dan KBSD Komoditas Kulit Olahan yang Telah Disamak di Kabupaten
Magetan Tahun 2007
Komoditas BSD
(Rp/ $) KBSD
Kulit olahan yang telah disamak 7.878,698 0,837
Sumber : Lampiran 8, (Analisis Data Primer, 2007)
Data tabel 5.7. di atas, terlihat
bahwa nilai BSD dari komoditas kulit
olahan yang telah disamak yang
dihasilkan oleh Kabupaten Magetan
tersebut mempunyai nilai sebesar Rp.
7.878,698 yang lebih kecil dari harga
bayangan nilai tukar uang; dimana
harga bayangan nilai tukar uangnya
sebasar Rp. 9.413,016 per Dollar
Amerika. Nilai KBSD-nya adalah
sebesar 0,837 yang berarti kurang dari
satu; hal ini menunjukkan bahwa
komoditas kulit olahan yang telah
disamak mempunyai keunggulan
komparatif serta efisien secara
ekonomi dan finansial dalam
memanfaatkan sumberdaya domestik.
Berdasarkan hasil analisis di atas,
di Kabupaten Magetan memiliki
keunggulan komparatif jika
dibandingkan dengan kulit olahan yang
telah disamak dari hasil impor dan
layak diusahakan lebih lanjut.
Koefisien Biaya Sumberdaya
Domestik (KBSD) yang lebih kecil
dari satu disebabkan biaya domestik
yang diperlukan untuk menghasilkan
komoditas kulit olahan yang telah
disamak lebih kecil dari keuntungan
sosial bersih dari komoditas kulit
olahan yang telah disamak yang
bersifat tradeable.
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
26
4.5.Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas (kepekaan)
dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kepekaan keunggulan
komparatif usaha penyamakan kulit
dengan melihat adanya Biaya
Sumberdaya Domestik (BSD) yang
diperoleh secar ekonomi apabila terjadi
perubahan-perubahan yang berhubung-
an dengan input dan output.
Apabila sensitivitas dilakukan
dengan menaikkan harga input bahan
baku kulit mentah, tenaga kerja,
larutan H2SO4 dan cat sebagai bahan
baku dan bahan pendukung dalam
penyamakan kulit tersebut sebesar 10
% dan 20 %; dengan pertimbangan
kenaikan tertinggi bahan baku dalam
beberapa tahun terakhir ini.
Selanjutnya analisis sensitivitas juga
dilakukan dengan menurunkan harga
output sebesar 10 % dan 20 %. Hal ini
dengan pertimbangan fluktuatifnya
permintaan produk kulit yang
berpengaruh pada fluktuatifnya harga
kulit disamak di pasaran.
4.5.1. Analisis Sensitivitas dengan
Kenaikan Harga Bahan Baku
Kulit Mentah 10 % dan 20
%
Berdasarkan tabel 5.8. analisis
sensitivitas dengan menaikkan harga
bahan baku akan berpengaruh terhadap
keunggulan komparatif usaha
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan. Kenaikan harga bahan baku
akan berpengaruh terhadap kenaikan
biaya produksi penyamakan kulit.
Kenaikan harga kulit mentah sebesar
10 % akan meningkat harga bahan
baku menjadi Rp. 16.762,- yang
sebelumnya harganya hanya sebesar
Rp. 15.238,- per lembar kulit mentah.
Naiknya harga bahan baku tersebut
mengakibatkan turunnya penerimaan
yang diterima oleh pengusaha
penyamak kulit. Selanjutnya naiknya
harga bahan baku akan berpengaruh
pada naiknya nilai BSD untuk analisis
keunggulan komparatif pengusahaan
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan menjadi Rp. 8.491,166.
naiknya nilai BSD menyebabkan
naiknya nilaiKBSD tersebut, tetapi
nilai KBSD masih di bawah 1, artinya
penggunaan sumberdaya lokal masih
tetap efisien.
Selanjutnya, kenaikan harga bahan
baku kulit mentah sebasar 20 % akan
meningkatkan nilai BSD menjadi Rp.
9.103,634 (masih dibawah nilai tukar
yang berlaku yaitu Rp. 9.400,-) dan
nilai KBSD 0,967 < 1; hal ini
menandakan bahwa usaha penyamakan
kulit tersebut layak untuk diusahakan
dan dikembangkan serta cukup efisien
dalam memanfaatkan sumberdaya
domestik. Hasil analisis sensitivitas
tersebut adalah sbb :
Tabel 5.8. Hasil Analisis Sensitivits Kenaikan dan Penurunan Nilai Input dan Output.
No. Kondisi Nilai BSD Nilai
KBSD
1. Normal (tidak ada harga kenaikan input dan output) 7.878,698 0,837
2. Kenaikan input bahan mentah 10 % 8.491,166 0,902
3. Kenaikan input bahan mentah 20 % 9.103,634 0,967
4. Kenaikan upah tenaga kerja 10 % 7.928,093 0,842
5. Kenaikan upah tenaga kerja 20 % 7.977,488 0,847
6. Kenaikan harga larutan H 2 SO 4 dan cat 10 % 7.933,414 0,843
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
27
No. Kondisi Nilai BSD Nilai
KBSD
7. Kenaikan harga larutan H 2 SO 4 dan cat 20 % 7.988,895 0,849
8. Penurunan harga output kulit hasil samakan 10 % 8.821,711 0,937
9. Penurunan harga output kulit hasil samakan 20 % 10.021,16 1,065
Sumber : Lampiran 9, (Analisis Data Primer, 2007)
4.5.2. Analisis Sensitivitas dengan
Kenaikan Upah Tenaga Ker-
ja Sebesar 10 % dan 20 %
Berdasarkan tabel 5.8. di
atas,maka analisis sensitivitas yang
kedua dilakukan denga menaikkan
tingkat upah tenaga kerja sebesar 10 %
dan 20 %. Kenaikan tingkat upah
tersebut akan meningkatkan nilai BSD
sebesar Rp. 7.928,093 dan Rp.
7.977,488; dan juga meningkatkan
nilai KBSD menjadi sebesar 0,842 dan
0,847. Nilai BSd yang masih dibawah
nilai tukar yang berlaku (yaitu Rp/
9.400,-) dan nilai KBSD < 1 tersebut
menunjukkan bahwa dengan adanya
kenaikan upah tenaga kerja sebesar 10
% dan 20 %; ternyata hal itu tidak
berpengaruh terhadap kelayakan usaha
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan dan usaha penyamakan kulit
di Kabupaten Magetan tersebut tetap
efisien dan masih layak untuk
diusahakan.
4.5.3. Analisis Sensitivitas dengan
Kenaikan Harga Larutan
Kimia dan Cat Sebesar 10 %
Dan 20 %.
Berdasarkan tabel 5.8. di atas,
maka analisis sensitivitas yang ketiga
dilakukan/ digunakan adalah menaik-
kan harga larutan kimia H 2 SO 4 dan
cat sebesar 10 % dan 20 %. Dengan
adanya kenaikan harga larutan dan cat
tersebut, maka nilai BSD-nya
mengalami kenaikan sebesar Rp.
7.933,414 dan Rp. 7.988,895. Di
samping itu juga terjadi kenaikan nilai
KBSD-nya sebesar 0,843 dan 0,849.
Nilai BSD yang masih dibawah nilai
tukar yang berlaku (yaitu Rp/ 9.400,-)
dan nilai KBSD < 1 tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan harga
larutan kimia H 2 SO 4 dan cat sebesar
10 % maupun 20 % ternyata tidak
berpengaruh terhadap kelayakan usaha
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan dan usaha penyamakan kulit
tersebut tetap layak diusahakan dan
efisien dalam memanfaatkan
sumberdaya domestik.
Jika dibandingkan dengan
kenaikan harga bahan baku, kenaikan
harga larutan kimia dan cat 10 % dan
20 % kurang sensitif. Hal ini
dikarenakan besarnya biaya larutan
H 2 SO 4 dan cat masih lebih murah/
kecil jika dibandingkan dengan
besarnya biaya bahan baku kulit
mentah.
4.5.4.Analisis Sensitivitas dengan
Penurunan Harga Output
Kulit Olahan sebesar 10 %
dan 20 %.
Berdasarkan tabel 5.8. di atas,
analisa sensitivitas selain dilakukan
dengan menaikkan harga input maka
analisis sensitivitas juga dapat
dilakukan dengan menurunkan harga
output berupa kulit hasil olahan
sebesar 10 % dan 20 %.
Penurunan harga output tersebut
akan berpengaruh terhadap nilai BSD
yaitu naiknya nilai BSD menjadi Rp.
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
28
8.821,711 dan Rp. 10.021,16. kenaikn
nilai BSD tersebut didukung dengan
kenaikn nilai KBSD menjadi 0,937 dan
1,065. Penurunan harga output sebesar
10 % menaikkan BSD dan KBSD,
tetapi usaha penyamakan kulit di
Kabupaten Magetan tersebut masih
layak untuk diusahakan dan
dikembangkan; akan tetapi ketika
kenaikan harga output sebesar 20 %
maka hal itu menyebabkan usaha
penyamakan kulit di Kabupaten
Magetan tersebut tidak layak lagi
untuk diusahakan karena nilai BSD
melebihi nilai tukar yang berlaku
(yaitu Rp. 10.021,16 > Rp. 9.400,-)
dan nilai KBSD lebih besar dari satu
(1,065 > 1). Analisis sensitivitas
dengan penurunan harga output
sebesar 10 % dan 20 % paling
berpengaruh (sensitif) terhadap nilai
BSD dan KBSD dibandingkan
kenaikan harga input bahan mentah,
upah tenaga kerja maupun kenaikan
harga larutan H 2 SO 4 dan cat.
4.5.5.Usaha Sampingan Lain dalam
Bisnis Penyamakan Kulit
Dalam usaha penyamakan kulit,
selain menghasilkan produk kulit
olahan juga dihasilkan krupuk
rambak. Krupuk rambak berasal dari
sisi kulit bagian dalam (yang biasanya
harus di buang dan tidak digunakan
lagi).Rata-rata penerimaan penjualan
krupuk rambak ini bagi pelaku/
pengrajin/ pengusaha penyamakan
kulit mencapai Rp. 4.000.000,- untuk
tiap ton bahan baku kulit mentah.
Pendapatan ini relatif besar dan dapat
digunakan untuk mengisi kekurangan
pada saat usaha penyamakan kulit
mengalami tekanan dan kelesuhan.
Selain itu mampu menyerap tenaga
kerja yang cukup banyak bagi
masyarakat di sekitarnya.
4.5.6.Usaha untuk Meningkatkan
Daya Saing Kulit Olahan yang
Dihasilkan Oleh Industri
Penyamakan Kullit di
Kabupaten Magetan.
Berdasarkan hasil analisis di atas,
diketahui bahwa baik secara ekonomi
dan finansial, usaha penyamakan kulit
di Kabupaten Magetan menguntungkan
dan layak untuk diusahakan dan
dikembangkan. Hasil analisis menye-
butkan bahwa nilai BSD masih di
bawah kurs nilai tukar Rupiah terhadap
US Dollar yang berlaku (Rp. 9.400,-)
dan nilai KBSD lebih kecil dari satu,
yang berarti bahwa usaha penyamakan
kulit di Kabupaten Magetan masih
layak untuk diusahakan dan dikem-
bangkan; dan disamping itu peng-
gunaan sumberdaya lokalnya masih
cukup efisien jika dibandingkan
mengimpor dari luar negeri.
Hasil analisis sensitivitas dengan
menaikkan biaya produksi sebesar 10
% dan 20 % juga masih menghasilkan
nilai BSD masih di bawah kurs nilai
tukar Rupiah terhadap US Dollar yang
berlaku (Rp. 9.400,-) dan nilai KBSD
lebih kecil dari satu, yang berarti
bahwa usaha penyamakan kulit di
Kabupaten Magetan masih layak untuk
diusahakan dan dikembangkan; dan
disamping itu penggunaan sumberdaya
lokalnya masih cukup efisien jika
dibandingkan mengimpor dari luar
negeri.Usaha penyamakan kulit telah
lama diusahakan di Kabupaten
Magetan, namun dalam perjalanannya
sering menghadapi berbagai rintangan
agar dapat maju, berkembang dan
memiliki daya saing yang kuat. Hal-hal
krusial adalah :
1. Perlu adanya solusi untuk mengatasi
kelangkaan bahan baku yang berupa
kulit mentah. Salah satu jalan yang
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
29
mungkin dapat ditempuh adalah
dengan mendatangkan/ mengimpor
kulit mentah dari negara lain agar
supply kulit mentah di Indonesia
mencukupi.
2. Perlu adanya solusi untuk meng-
ganti/ menekan komponen biaya
bahan kimia dan cat dalam penya-
makan kulit, karena kebanyakan
bahan kimia dan cat tersebut masih
impor (sehingga harganya mahal).
Misalnya dengan adanya substitusi-
nya/ penggantinya dari produk
Indonesia sendiri (dengan syarat
mutu dari bahan kimia dan cat yang
digunakan dalam penyamakan kulit
tersebut minimal sama dan harganya
harus lebih terjangkau).
3. Perlu adanya upaya untuk lebih
meningkatkan mutu produk kulit
olahan yang telah disamak karena
selama ini hasil penyamakan kulit
mutunya kurang bagus, sehingga
kurang mampu bersaing di pasaran
dan harganya menjadi rendah. Ada
3 upaya yang bisa dilakukan dan
saling terkait, yaitu :
Meningkatkan kemampuan tek-
nik pengolahan/ penyamakan
kulit.
Menekan biaya bahan kimia dan
cat; hal ini bisa dilakukan dengan
pemberian subsidi, pembebasan
bea masuk, menggantinya
dengan produk dalam negeri
yang lebih murah harganya tetapi
tetap berkualitas.
Meningkatkan supply bahan
baku kulit mentah agar dapat
mencukupi kebutuhan dalam
negeri dan juga agar harganya
turun.
4. Perlu dibentuknya suatu kelem-
bagaan yang mewakili kepentingan
para pelaku/ pengrajin/ pengusaha
agar memiliki kekuatan tawar yang
lebih tinggi terutama dalam
kaitannya dengan pengadaan bahan
baku, sewa alat pengolahan, mutu
produk dan pemasaran produknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Baik secara ekonomi dan finansial,
pendapatan dari usaha penyamakan
kulit di Kabupaten Magetan bernilai
positif baik, sehingga layak untuk
terus dikembangkan dan diusahakan
agar dapat mendatangkan keun-
tungan yang cukup baik.
Analisis keunggulan komparatif
menunjukkan nilai Biaya Sumber
daya Domestik sebesar Rp.
7.878,698 lebih kecil dari nilai tukar
yang berlaku saat ini yaitu Rp.
9.400,-. Hasil ini juga didukung
dengan Koefisien Biaya Sumber
daya Domestik (KBSD) sebesar
0,837 lebih kecil dari satu. Hal ini
berarti komoditas kulit olahan yang
telah disamak dan dihasilkan di
Kabupaten Magetan efektif dalam
memanfaatkan sumberdaya domes-
tik untuk menghemat satu satuan
devisa dan memiliki keunggulan
komparatif dibandingkan komoditas
kulit olahan yang telah disamak
yang diimpor dari luar negeri.
2. Analisis sensitivitas dengan naiknya
harga bahan baku kulit mentah
sebesar 10% dan 20%, upah tenaga
kerja 10% dan 20% dan harga
larutan H 2 SO 4 dan cat 10% dan
20% tidak menyebabkan perubahan
BSD dan KBSD secara berarti;
artinya dalam usaha penyamakan
kulit di Kabupaten Magetan
ternyata usaha tersebut masih layak
untuk diusahakan & dikembangkan
serta masih efisien & efektif dalam
memanfaatkan sumberdaya
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
30
domestik yang ada jika
dibandingkan dengan mengimpor
dari luar negeri. Akan tetapi
turunnya harga output berupa kulit
olahan sebesar 20% ternyata
membuat nilai BSD-nya naik
menjadi Rp. 10.021,16 > Rp.
9.400,- ( lebih besar daripada nilai
tukar Rupiah terhadap US Dollar
yang berlaku yaitu sebesar Rp.
9.400,-) dan nilai KBSD-nya
sebesar 1,065 > 1; dengan demikian
dapat dikatakan bahwa dengan
adanya penurunan harga output
sebesar 20% tersebut ternyata
menjadikan usaha penyamakan
kulit di Kabupaten Magetan
menjadi tidak layak dan tidak
efisien.
6.2 Saran
Adanya keunggulan komparatif
sebenarnya membuktikan bahwa usaha
tersebut layak untuk diandalkan dan
dikembangkan lebih lanjut. Untuk itu
perlu adanya bimbingan, pengarahan,
dan pemberian sarana penunjang dari
Pemerintah Daerah Kabupaten
Magetan, Propinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Pusat supaya penyamakan
kulit di Kabupaten Magetan mampu
bersaing dan mensejahterakan
masyarakat para pelaku dan pihak-
pihak yang terkait lainnya.
Sektor-sektor yang terkait perlu
ditingkatkan lagi efisiensi, produkti-
vitas dan hasil kerjanya; agar usaha
penyamakan kulit ini dapat maju
seiring, karena kemajuan antara sektor
yang saling terkait tidak bisa hanya
sepihak saja; sebagai contoh industri
penyamakan kulit akan dapat
berkembang jika sektor peternakan
sapi dan konsumsi daging sapi
dimasyarakat meningkat serta pengra-
jin tas, sepatu, asesoris, jok mobil,
dompet, dll. Juga meningkatkan pula
aktivitas bisnisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Potensi, Prospek dan
Peluang Nuah Tropika Nusantara
Dalam Menghadapi Pasar Global.
Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2000. Tabel
Input-Output Propinsi Jawa Timur
2000. Badan Pusat Statistik.
Surabaya
-----2003. Statistik Harga Produsen
(Pertanian Tanaman Pangan dan
Perkebunan Rakyat). Badan Pusat
Statistik. Surabaya
-----2007. Magetan Dalam Angka
2000-2007. Badan Pusat Statistik.
Magetan
Bishop and Tousaint. 1986. Pengantar
Analisa Ekonomi Pertanian. Cet.
Kedua, Mutiara Sumber Widya.
Jakarta
Gitternger, J. Price, 1986. Analisis
Ekonomi Proyek-Proyek Perta-
nian. Cetakan Kedua, Terjemahan.
Universitas Indonesia Press,
Jakarta
Kadariah, L. Karlina, C. Gray, 2001,
Evaluasi Proyek: Analisis Ekono-
mi, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta
Musyafak, A. Sahari, D. Dan Suyatno,
A. 2003. Analisis Keunggulan
Komparatif Tanaman Pangan di
Kalimantan Barat, Meristem.
Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian
Univ. Tanjungpura, Pontianak
Nutrisia, C.N. 2004. Keunggulan
Komparatif Usahatani Bawang
Merah di Kabupaten Brebes. Tesis
Program Pasca Sarjana UGM.
Yogyakarta
Person, S.R.N. Akrasanee, and G.C.
Nelson, 1976. Comparatif Advan-
tage in Rice Produktion; A
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
31
Metodologocal Introduction. Food
Reseacrh Institute Studies, Vol
XV, No. 2 Stanford University.
California.
Rosegrant, M.W., F. Kasryno, L.A.
Gonzales, C. Rasahan, and Y.
Saefudin. 1987. Price and Inves-
ment Policies in the Indonesian
Food Crop Sektor. International
Food Policy Research Institut,
Washington D.C ang center for
Agro Economic Research, Bogor.
Suprihatini, R. 1998. Analisis Daya
Saing Nenas Kaleng Indonesia.
Jurnal Agro Ekonomi Volume 17.
Pusat Penelitian Agro Ekonomi
Badan Penelitian dan Pengem-
bangan Jakarta. Jakarta.
Suryana, A., 1981. Keuntungan
Komparatif Usahatani di Daerah
Produksi Utama di Lampung dan
Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi
Volume I, Pusat Penelitian Agro
Ekonomi Badan Penelitian dan
Pengembangan Jakarta
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
32
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
33
Lampiran 2.
Karakteristik Responden
Frequency Table
K_umur
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 29 tahun
30 – 39 tahun
40 – 49 tahun
50 – 59 tahun
Total
5
5
18
2
30
16.7
16.7
60.0
6.7
100.0
16.7
16.7
60.0
6.7
100.0
16.7
33.3
93.3
100.0
K_jart
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 4 orang
4 – 6 orang
> 6 orang
Total
1
18
11
30
3.3
60.0
36.7
100.0
3.3
60.0
36.7
100.0
3.3
63.3
100.0
K_umur_usaha
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 10 tahun
11 – 15 tahun
> 15 tahun
Total
10
15
5
30
33.3
50.0
16.7
100.0
33.3
50.0
16.7
100.0
33.3
83.3
100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid sarjana
SD
SLTA
SMP
Total
4
6
7
13
30
13.3
20.0
23.3
43.3
100.0
13.3
20.0
23.3
43.3
100.0
13.3
33.3
56.7
100.0
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
34
Lampiran 3.
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar
Tahun Rp / US$
1994 2.205,-
1995 2.305,-
1996 2.385,-
1997 5.700,-
1998 8.100,-
1999 7.160,-
2000 9.483,-
2001 10.400,-
2002 8.940,-
2003 8.413,-
2004 9.200,-
2005 9.400,-
Lampiran 3. Perhitungan Standar Conversion Factor Dan Shadow Price Exchange
Rate 1994 – 2003 (Dollar)
Tahun Xt Mt TXt TNt SCFt SER
2002 18,557,604 494,143
2003 16,872,120 1,720,961
2004 13,750,057 944,316
2005 16,008,389 790,272
Sumber : BPS Jawa Timur, 2005 (diolah) * Departemen Keuangan, 2004
Lampiran 3. Perhitungan Standar Conversion Factor Dan Shadow Price Exchange
Rate 1994 – 2003 (Milyar Rupah)
Tahun Xt Mt TXt TNt SCFt SER
2002 165,945 4,418 185 69.28119 1.000681 8933.914
2003 141,945 14,478 121 404.6697 0.998191 8428.248
2004 126,501 8,688 50 323.0061 0.997981 9218.612
2005 150,479 7,429 88 306.5291 0.998617 9413.016
Sumber : BPS Jawa Timur, 2005 (diolah) * Departemen Keuangan, 200
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
35
Lampiran 4. Haraga Bayangan dan Harga Aktual Persatuan Input – Output yang
Digunakan dalam Peusahaan Penyamakan Kulit Kabupaten Magetan
Bahan Satuan
Harga
Bayangan
Harga
Aktual
A. Input Usaha Penyamakan
1. Kulit mentah
2. Tenaga Kerja
3. H 2 SO 4 dan kimia lain
4. Cat
5. Sewa lahan
6. Bunga bank
Rp/lembar
Rp/hari
Rp/Sheet
Rp/liter
Rp/proses
%/Th
15238
12000
11250
4500
2760
16000
15000
12000
5000
3450
10
B. Output Rp/Sheet 10000 10500
C. Nilai Tukar Rp/US$ 9413 9400
Sumber : Analisis Data Primer
Lampiran 5. Produksi dan Struktur Fisik dalam Pengusahaan Penyamakan Kulit di
Kabupaten Magetan
A. Input Fisik Satuan Jumlah
1. Kulit mentah
2. Tenaga Kerja
3. H 2 SO 4 dan kimia lain
4. Cat
5. Sewa Alat
Lembar
Orang
Lt
Lt
Lembar
14,647
1,500
1,500
1,500
14,647
C. Output Sheet 36,617
Sumber : Analisis Data Primer
Lampiran 6. Biaya Tata Niaga Penyamakan Kulit di Kabupaten Magetan Tahun 2007
No Tujuan Perdagangan Biaya Tata Niaga
1. Perdagangan antar daerah di Jawa
Timur
Pengangkutan Resiko Total
50 100 150
MEDIA SOERJO Vol. 5 No. 2. Oktober 2009
ISSN 1978 – 6239
H. Rustam, Analisis Daya Saing Produk Kulit Olahan Pada
Industri Penyamakan Kulit Di Kabupaten Magetan
36
Lampiran 7. Analisis Pendapatan Ekonomi dan Finansial Penyamakan Kulit Tahun
2007 untuk Tujuan Perdagangan di Daerah Jawa Timur
A.
B.
C.
D.
Biaya Produksi
1. Kulit Mentah
2. Tanaga Kerja
3. H2SO4dan Kimia lain
4. Cat
5. Sewa Alat
6. Bunga Bank
Total Biaya Produksi
Biaya Tata Niaga
Pengangkutan
Total biaya
Penerimaan
Pendapatan
Ekonomi
223,190,204
18,000,000
16,875,000
6,750,000
40,425,720
305,240,924
5,492,571
310,733,496
344,677,741
33,944,246
Finansial
234,349,714
18.000.000
18.000.000
7.500.000
50.532.150
10.000.000
338.381.864
5492571.429
343,874,436
384,480,000
40,605,564
Sumber : Analisis Data Primer
Lampiran 8. Perhitungan BSD dan KBSD Industri Penyamakan Kulit di Kabupaten
Magetan untuk Tujuan Perdagangan di Jawa Timur
Komponen fsj.Vs Uj Mj
A. Biaya Produksi
1. Kulit mentah
2. Tenaga kerja
3. H2SO4
4. Cat
5. Sewa alat
223,190,204
18,000,000
40,425,720
1795.213
718.0850
B. Biaya Tata Niaga Pengangkutan 5,492,571
Total 287,108,496 2,513.30
C. Penerimaan 36,668
BSD
KBSD
8406.15734
0.89303552