JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
30
ANALISIS COST VOLUME PROFIT
SEBAGAI ALAT BANTU EVALUASI PENCAPAIAN LABA
PADA PT NAUMAN LANDMARK GROUP JAKARTA
Oleh: 1Lasimun,
2Riska Apriani,
3Rony Setiawan
1Program Studi Komputerisasi Akuntansi, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung Sentra Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021-31904598 Fax. 021-31904599
2Mahasiswa Program Studi Komputerisasi Akuntansi, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung Sentra Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021-31904598 Fax. 021-31904599
3Program Studi Manajemen Informatika, Politeknik LP3I Jakarta
Gedung Sentra Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450
Telp. 021-31904598 Fax. 021-31904599
Email: [email protected],
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan laporan laba rugi yang telah sesuai
dengan ilmu akuntansi, perhitungan penjualan minimal agar perusahaan tidak menderita
kerugian, dan mengevaluasi pencapaian laba perumahan Amanila Residence Depok secara
keseluruhan dengan menggunakan analisis cost-volume-profit (CVP) pada tahun 2017,
dengan bertitik tolak dari latar belakang persaingan dan pertumbuhan perumahan cluster
yang semakin menjamur di Depok. Objek dari penelitian ini adalah PT Nauman Landmark
Group yang beralamat di Jalan Pejaten Barat II Nomor 23A Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Penelitian ini menitikberatkan pada penentuan laba serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan perencanaan laba seperti break even point, margin of safety, dan sales minimal
perusahaan. Dalam penyusunan penelitian ini, analisis yang digunakan yaitu dengan
menggunakan metode matematik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT Nauman
Landmark Group pada tahun 2017 mendapatkan laba sebesar Rp.14.996.255.337,50, jika
tidak terjadi perubahan harga jual dan tidak mengalami kenaikan biaya. PT Nauman
Landmark Group Jakarta harus memperhatikan dan melakukan tindakan sesuai ramalan
atau estimasi, untuk total biaya Rp.5.393.444.663,00 dengan biaya variabel sebesar
Rp.4.443.202.163,00 dan biaya tetap sebesar Rp.950.242.500,00. Berdasarkan hasil
perhitungan analisis cost-volume-profit (CVP), menunjukkan bahwa perumahan Amanila
Residence Depok telah melakukan evaluasi pencapaian laba dengan baik karena jumlah
laba yang terealisasi lebih besar dibandingkan dengan jumlah laba yang direncanakan.
Kata Kunci : Laba, Break Even Point, Margin of Safety, cost-volume-profit (CVP).
ABSTRACT
This study aims to determine the calculation of income statements that are in accordance
with accounting science, the calculation of minimal sales so that the company does not
suffer losses, and evaluate the achievement of the overall profit of the housing Amanila
Residence Depok by using a cost-volume-profit (CVP) analysis in 2017, with a starting
point from the background of competition and cluster housing growth that is increasingly
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
31
mushrooming in Depok. The object of this research is PT Nauman Landmark Group which
is located at Jalan Pejaten Barat II Number 23A Pasar Minggu, South Jakarta. This
research focuses on determining profits and other matters related to earnings planning
such as break even points, margin of safety, and the company's minimum sales. In the
preparation of this study, the analysis used is to use mathematical methods. The results of
this study indicate that PT Nauman Landmark Group in 2017 earned a profit of
Rp.14,996,255,337.50, if there were no changes in selling prices and no increase in costs.
PT Nauman Landmark Group Jakarta must pay attention and take action according to
predictions or estimates, for a total cost of Rp.5,393,444,663.00 with a variable cost of
Rp.4,443,202,163.00 and a fixed cost of Rp.950,242,500.00. Based on the calculation of
cost-volume-profit analysis (CVP), it shows that the Amanila Residence Depok housing
estate has evaluated the achievement of profit well because the amount of realized profit is
greater than the planned profit amount.
Keywords: Profit, Break Even Point, Margin of Safety, cost-volume-profit (CVP).
PENDAHULUAN
PT Nauman Landmark Group yang
menjadi objek penelitian ini merupakan
perusahaan yang salah satu usahanya
bergerak dibidang developer yang saat ini
sedang berkembang. Salah satu tujuan
utama perusahaan adalah mendapatkan
laba maksimal. Terdapat tiga faktor yang
sangat mempengaruhi besarnya laba
perusahaan yaitu biaya, harga jual, dan
volume produksi. Pengaruh perubahan
ketiga faktor tersebut tidak dapat dilihat
di dalam budget perusahaan karena
budget biasanya hanya merencanakan
laba untuk satu tingkat kapasitas produksi
tertentu.
Oleh karena itu, budget perlu
dilengkapi dengan teknik analisa lain
yang menyertakan hubungan antara laba
dengan biaya, harga jual, dan volume
produksi. Salah satu teknik analisa
tersebut adalah analisa Break Even.
Break Even adalah kondisi di mana
perusahaan mencapai titik impas yaitu
kondisi operasi perusahaan tidak
menghasilkan laba namun tidak
menderita kerugian (total pendapatan =
total biaya).
Perkembangan usaha pembangunan
properti khususnya di daerah Depok
meningkat dari tahun ke tahun. Dengan
banyaknya jumlah perumahan yang ada
di Depok dan mulai lahir dan
berkembangnya developer-developer
baru, maka menjadi persoalan tersendiri
bagi pihak manajemen perusahaan dalam
melakukan kegiatan operasionalnya.
Selain kualitas, permainan hargapun
sangat berpengaruh terhadap penjualan.
Amanila Residence Depok menerapkan
tema Bali terhadap detail rumahnya.
Terdiri dari 21 unit untuk rumah lantai
satu, dan 7 unit untuk rumah lantai dua.
Selain harga dan kualitas, manajer
perusahaan sangat berpengaruh dalam
mengelola perusahaan yang dipimpinnya.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan
adalah tujuan utama yang hendak dicapai
oleh perusahaan. Berhasil atau tidaknya
suatu perusahaan, ditentukan oleh
kemampuan manajer dalam mengelola
perusahaan yang dipimpinnya tersebut.
Ukuran keberhasilan manajer dalam
memimpin sebuah perusahaan dapat
dilihat dari laba yang dihasilkan selama
periode tertentu.
Perumahan Amanila Residence
memiliki daya tarik tersendiri bagi
penulis untuk dijadikan sebagai objek
penelitian, karena PT Nauman Landmark
Group belum sepenuhnya melakukan
analisis CVP untuk membantu dalam
evaluasi pencapaian laba jangka pendek
maupun jangka panjang.
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
32
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka permasalahan yang akan diangkat
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengetahui penjualan
minimal perusahaan agar tidak
menderita kerugian dengan
menggunakan anaisis Cost Volume
Profit?
2. Bagaimana cara mengevaluasi
pencapaian laba pada PT Nauman
Landmark Group?
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Biaya
Menurut Dewi Utari dkk (2016:20)
menjelaskan bahwa “Biaya ialah kas
dan setara kas yang dikorbankan
untuk memproduksi atau memperoleh
barang atau jasa yang diharapkan
akan memperoleh manfaat atau
keuntungan di masa mendatang”.
Sedangkan menurut Mulyadi
(2015:8) menjelaskan bahwa “Dalam
arti luas biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang yang telah terjadi atau
yang kemungkinan terjadi untuk
tujuan tertentu”.
2. Penggunaan Data Biaya
Manajer perusahaan menggunakan
data biaya dalam pengambilan
keputusan, mengevaluasi kinerja dan
dalam mengendalikan operasi
perusahaan. Kegiatan teersebut
merupakan hal penting bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Oleh
karena itu, perlu pemahaman lebih
lanjut mengenai penggunaan biaya-
biaya tersebut. Apakah sudah
digunakan dengan baik atau terjadi
penyalah gunaan terhadap biaya-
biaya tersebut.
Data biaya tersebut dapat diguanakan
oleh manajer untuk tujuan:
a. Perencanaan
Perusahaan menggunakan data
biaya untuk memilih metode atau
program pencapaian tujuan yang
terbaik masa akan dating yang
ingin dicapai pada saat menelaah
alternative pelaksanaan tindakan.
Perusahaan juga menggunakan
data biaya untuk pembuatan
anggaran (budget) yang
digunakan untuk memperkirakan
bahan baku, tenaga kerja, dan
teknologi. Hal tersebut di atas
dapat dilakukan dalam tahapan
perencanaan. Perencanaan
tersebut berorientasi kepada masa
akan dating dan dapat berbentuk
perencanaan jangka pendek dan
jangka panjang.
b. Pengawasan
Pengawasan diperlukan untuk
membandingkan dan
mengevaluasi, apakah anggaran
atau program yang dibuat sudah
dilaksanakan dengan benar sesuai
dengan fungsi
perencanaan.Tahapan ini
merupakan tahapan pemantauan
terhadap pelaksanaan dari rencana
yang sudah dibuat, baik yang
berhubungan dengan pencapaian
harga pokok standar digariskan
pada anggaran (budget), tetapi
juga masalah-masalah
penyesuaian terhadap anggaran.
Membandingkan anggaran dan
standar dengan actual dapat
digunakan untuk pengendalian
sehingga kinerja masing-masing
divisi atau departemen dapat
dinilai.
c. Penetapan Harga
Pertimbangan yang diperlukan
dalam penetapan biaya selain
permintaan dan penawaran adalah
biaya. Oleh karena itu,
pertimbangan yang baik bagi
seorang manajemen dalam
keputusan penetapan harga yaitu
dengan memastikan pemulihan
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
33
atas semua biaya dalam mencapai
laba.
d. Menentukan Laba
Akuntansi biaya dimulai dari
proses produksi sehingga
terbentuk output atau produk yang
dihasilkan. Pada akhirnya produk
yang dihasilkan tersebut ditujukan
untuk dapat menghasilkan laba.
Laba yang dihasilkan dapat
ditentukan dengan
mengumpulkan seluruh biaya
yang dikeluarkan kemudian akan
dibandingkan dengan biaya-biaya
lain. Penentuan laba tersebut tidak
hanya dapat digunakan untuk
seluruh perusahaan saja, tetapi
juga dapat digunakan untuk
pelaporan segmen dan lini
produk.
e. Pengambilan Keputusan
Akuntansi biaya dapat digunakan
untuk memilih berbagai macam
alternative dalam pengambilan
keputusan. Misalnya keputusan
apakah suatu perusahaan akan
menghentikan atau meneruskan
suatu segmen yang secara terus
menerus mengalami kerugian.
Membuat atau membeli suku
cadang, memproses suatu lini
produk untuk diproses lebih
lanjut, perencanaan laba,
memasuki pasar, mengembangkan
suatu produk baru, membeli
mesin baru. Berdasarkan
informasi biaya maka perusahaan
dapat mengambil keputusan baik
yang bersifat jangka pendek
maupun yang bersifat jangka
panjang.
3. Klasifikasi Biaya
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela
dalam bukunya yang berjudul
Akuntansi Biaya (2013:12)
menjelaskan bahwa
“Klasifikasi biaya atau penggolongan
biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara
sistematis atas keseluruhan elemen
biaya yang ada ke dalam golongan-
golongan tertentu yang lebih
ringkasuntuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan
penting”.
Klasifikasi biaya yang umum
digunakan adalah biaya dalam
hubungan dengan :
1. Biaya Dalam Hubungan dengan
Produk
Biaya dalam hubungan dengan
produk dapat dikelompokkan
menjadi biaya produksi dan biaya
non produksi.
a. Biaya Produksi, Biaya
produksi adalah biaya yang
diguanakan dalam proses
produksi. Biaya ini disebut
juga dengan biaya produk
yaitu biaya-biaya yang dapat
dihubungkan dengan suatu
produk, dimana biaya ini
merupakan bagian dari
persediaan. Biaya ini terdiri
dari biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead
pabrik.
b. Biaya Non Produksi Biaya
non produksi adalah biaya
yang tidak berhubungan
langsung dengan proses
produksi. Biaya non produksi
ini disebut dengan biaya
komersial atau biaya operasi.
Biaya komersial atau biaya
operasi ini juga digolongkan
sebagai biaya periode yaitu
biaya-biaya yang dapat
dihubungkan dengan interval
waktu. Termasuk dalam biaya
ini adalah biaya pemasaran,
biaya administrasi, biaya
keuangan dll.
2. Biaya Dalam Hubungan dengan
Volume Produksi
Biaya dalam hubungan dengan
volume biaya atau perilaku biaya
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
34
dapat dikelompokan menjadi
elemen biaya variabel yaitu, biaya
yang berubah sebanding dengan
perubahan volume produksi dalam
rentang relevan, tetapi secara per-
unit tetap.
Biaya Tatap yaitu biaya tetap
adalah biaya yang secara totalitas
bersifat tetap dalam rentang
relevan tertentu, tetapi secara per-
unit berubah.
Biaya semi adalah biaya yang di
dalamnya mengandung unsur tetap
dan mengandung unsur variabel.
Biaya semi ini dapat
dikelompokkan dalam dua elemen
biaya yaitu biaya semi variabel dan
biaya semi tetap.
3. Biaya Dalam Hubungannya
dengan Departemen Produksi
Perusahaan pabrik dapat
dikelompokkan menjadi segmen-
segmen dengan berbagai nama
seperti; departemen kelompok
biaya, pusat biaya, unit kerja yang
dapat digunakan dalam
mengelompokkan biaya menjadi
biaya langsung departemen dan
biaya tidak langsung departemen.
4. Biaya Dalam Hubungannya
dengan Periode Waktu
Dalam hubungannya dengan
periode waktu dapat
dikelompokkan menjadi biaya
pengeluaran modal dan biaya
pengeluaran pendapatan.
Biaya pengeluran modal adalah
biaya yang dikeluarkan untuk
memberikan manfaat di masa
depan dan dalam jangka waktu
yang panjang dan dilaporkan
sebagai aktiva.
Biaya pengeluaran pendapatan
adalah biaya yang memberikan
manfaat untuk periode sekarang
dan dilaporkan sebaga beban.
5. Biaya Dalam Hubungannya
dengan Pengambilan Keputusan
Biaya dalam rangka pengambilan
keputusan dapat dikelompokkan
menjadi biaya relevan dan biaya
tidak relevan.
Biaya Relevan Biaya relevan adalah biaya masa
akan datang yang berbeda dalam
beberapa alternative yang berbeda.
Biaya relevan meliputi biaya
deferensial, biaya kesempatan,
biaya bersama, biaya nyata, dan
biaya yang dapat dilacak. Biaya
deferensial adalah selisih biaya
dalam beberapa alternatif pilihan.
Biaya kesempatan adalah
kesempatan yang dikorbankan
dalam memilih suatu alternatif.
Biaya tersamar adalah biaya yang
tidak kelihatan dalam catatan
akuntansi tetapi mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan.
Biaya nyata adalah biaya yang
benar-benar dikeluarkan akibat
memilih suatu alternative. Biaya
yang dapat dilacak adalah biaya
yang dapat dilacak kepada produk
selesai.
Biaya Tidak Relevan
Biata tidak relevan adalah biaya
yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan apapun.
Biaya tidak relevan dapat
dikelompokkan menjadi elemen,
biaya masa lalu, dan biaya
terbenam.
4. Pengertian Pendapatan
Menurut PSAK 23 revisi 2017
menjelaskan bahwa pengertian
pendapatan adalah “Pendapatan
adalah arus kas masuk bruto dari
manfaat ekonomik yang timbul dari
aktivitas ormal entitas selama suatu
periode, jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
35
tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal”.
Sedangkan menurut Muhammad Nuh
dan Suhajar Wiyoto (2011:36) adalah
“Pendapatan adalah penghasilan yang
diperoleh perusahaan selama satu
periode. Sedangkan pendapatan itu
sendiri ada dua macam yaitu
pendapatan yang benar-benar
merupakan pendapatan pokok (usaha)
dan pendapatan yang bukan
merupakan pendapatan pokok
(usaha).
5. Sumber-Sumber Pendapatan
Secara umum, perusahaan dapat
memperoleh pendapatan (arus kas
masuk) melalui 3 cara, yaitu:
Penjualan barang, penjualan jasa,
bunga royalty dan deviden.
6. Analisis Laba
Menurut Darsono dan Ari Purwanti
(2010:177) berkata bahwa “Laba
adalah prestasi seluruh karyawan
dalam suatu perusahaan yang
dinyatakan dalam bentuk angka
keuangan yaitu selisih positif antara
pemdapatan dikurangi beban
(expenses).
Sedangkan menurut Mahmud M.
Hanafi (2010:32) menjelaskan bahwa
laba adalah ukuran keseluruhan
prestasi perusahaan, yang
didefinisikan laba adalah selisih dari
penjualan dan biaya.
7. Karakteristik Laba
Adapun beberapa karakteristik laba
diantaranya :
a. Laba didasarkan pada transaksi
yang benar-benar terjadi.
b. Laba didasarkan pada postulat
periodisasi, artinya prestasi
perusahaan pada periode tertentu.
c. Laba didasarkan pada prinsip
pendapatan yang membutuhkan
pemahaman khusus tentang
definisi, pengukuran, dan
pengakuan pendapatan.
d. Laba membutuhkan pengukuran
tentang biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan
perusahaan untuk mendapatkan
pendapatan tertentu.
e. Laba didasarkan pada prinsip
perbandingan antara pendapatan
dan biaya yang relevan dan kaitan
dengan pendapatan tersebut.
8. Manfaat Analisis Laba
Masih menurut. Kasmir (2015:309)
menjelaskan secara umum manfaat
yang dapat diperoleh dari analisis
laba adalah
a. Untuk mengetahui penyebab
turun dan naiknya harga jual,
b. Untuk mengetahui penyebab naik
dan turunnya Harga Pokok
penjualan,
c. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban bagian
penjualan akibat naik dan
turunnya harga jual,
d. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban bagian
penjualan akibat naik dan
turunnya harga pokok penjualan,
e. Sebagai salah satu alat ukur untuk
menilai kinerja manajemen dalam
suatu periode.
f. Sebagai bahan untuk menentukan
kebijakan manajemen ke depan.
9. Pengertian Cost-Volume-Profit
Analysis
Menurut Dewi Utari dkk (2016:85)
menjelaskan bahwa “Analisis CVP
atau BEP ialah alat untuk
perencanaan dan pengambilan
keputusan yang sangat penting karena
ia menekankan pada saling
ketergantungan antara biaya, unit
yang terjual, dan harga”.
Sedangkan menurut Hansen dan
Mowen (2011:472) Analisis CVP
merupakan alat untuk
mengidentifikasi kondisi ekonomi
dan bisnis, dan suatu divisi atau
department dalam mengatasi masalah.
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
36
10. Manfaat Cost-Volume-Profit
Analysis
Manfaat dari cost-volume-profit
analysis ini bisa digunakan dalam :
a. Untuk perkiraan laba dengan
mempertimbangkan hubungan
antara biaya dan keuntungan di
satu sisi, dan volume produksi di
sisi yang lain.
b. Untuk menyiapkan anggaran
fleksibel yang bisa menunjukan
biaya-biaya pada berbagai tingkat
produksi.
c. Untuk mengevaluasi kinerja
untuk tujuan pembandingan dan
kontrol perusahaan.
d. Untuk mengatur kebijakan harga
oleh memproyeksikan pengaruh
struktur harga yang berbeda
terhadap biaya dan keuntungan
pada periode bersangkutan.
11. Analysis Break Event
Kasmir (2015:333) mengungkapkan
“Analisis titik impas adalah suatu
keadaan di mana perusahaan
beroperasi dalam kondisi tidak
memperoleh pendapatan (laba) dan
tidak pula menderita kerugian”.
Sedangkan menurut Bambang
Hermanto dan Mulyo Agung
(2015:154) mengungkapkan “Analisis
break even atau disebut analisa titik
impas/ analisa pulang pokok
merupakan sarana untuk menentukan
titik di mana perusahaan tidak
mengalami keuntunngan ataupun
kerugian dalam mencapai usahanya”.
12. Tujuan Analysis Break Event
Secara umum analisis titik impas
digunakan sebagai alat untuk
mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan,dan
produksi.
Penggunaan analisis titik impas
memiliki beberapa tujuan yang ingin
dicapai, yaitu mendesain spesifikasi
produk, mnentukan harga jual per
satuan, menentukan jumlah produksi
atau penjualan minimal agar tidak
mengalami kerugian, memaksimalkan
jumlah produksi, dan merencanakan
laba yang diinginkan
13. Kelemahan Analysis Break Event
Disamping mempunyai tujuan dan
mampu memberikan manfaat yang
cukup banyak bagi pemimpin
perusahaan, analisis titik impas juga
memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan analisis break event mau
tidak mau pasti ada dan tidak dapat
dihindari.
Berikut ini kelemahan dari analisa
break event:
a. Perlu asumsi. terutama mengenai
hubungan antara biaya dengan
pendapatan. Padahal terkadang
asumsi yang digunakan sudah
tidak sesuai dengan realita yang
terjadi ke depan.
b. Bersifat statis, Artinya hanya
digunakan pada titik tertentu,
bukan pada suatu periode tertentu.
c. Tidak digunakan untuk
mengambil keputusan akhir, jika
ada penentuan kegiatan lanjutan
yang dapat dilakukan.
d. Tidak menyediakan penguji aliran
kas yang baik
e. Kurang mempertimbangkan
resiko-resiko yang terjadi selama
masa penjualan
14. Perhitungan Break Event Point
(BEP)
Guna mendapatkan rumus-rumus
break event point, kita gunakan
symbol berikut ini
Q (Quantity) = Jumlah unit
P (Price ) = Harga Jual
V (Variable cost) = Total biaya
variabel
F (Fixed cost) =Biaya tetap
keseluruhan
TR (Total Revenue) = Total
penghasilan
TC (Total Cost) = Biaya
keseluruhan
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
37
TVC (Total Variable Cost)= Biaya
variable keseluruhan
Titik break even adalah titik di mana
total penghasilan (TR) sama dengan
total biaya (TC), sehingga dapat
dikatakan laba nol (tidak ada laba),
jadi :
Dalam persamaan total penghasilan
sama dengan total biaya, dengan
menggunakan rumus aljabar
(matematika) lebih dapat
disederhanakan dalam mencari
jumlah Q, yaitu dengan cara sebagai
berikut :
Untuk mendapatkan Break event
point dengan jumlah unit/satuan
telah kita dapatkan rumusnya, akan
tetapi masih diperlukan metode untuk
memperoleh titik impas dengan hasil
rupiah, maka dapat dilakukan dengan
cara mengembangkan persamaan di
atas.
F
Break Event Point = 1 -
V
S
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Penjualan Minimal Perusahaan
agar Tidak Menderita
Kerugian dengan mengunakan
Analisis Cost-Volume-Profit
Sebelum menentukan laba, PT
Nauman Landmark Group harus
terlebih dulu menghitung total
penjualan perumahan Amanila
Residence. Penulis mengolah data
perusahaan melalui harga jual
rumah yang telah ditetapkan
perusahaan sebelumnya.
Untuk menghitung penjualan
minimal, terlebih dahalu penulis
harus menentukan besarnya
penjualan. Dari data yang penulis
peroleh, penjualan dapat disajikan
melalui tabel di bawah ini :
Volume Penjualan Rumah
Amanila Residence Depok
Sumber : PT. Nauman Landmark Group
Volume Penjualan yang didapatkan oleh
Perumahan Amanila Residence atas dasar
Rupiah adalah sebagai berikut :
a. Blok A yang memiliki luas tanah 63,5
m2 dan luas bangunan 40 m
2. Harga
rumah blok A relative lebih tinggi
dibandingkan harga rumah blok B
dan C, padahal tipenya sama dan
memiliki tingkat yang sama. Itu
dikarenakan blok A memiliki pagar di
halamannya. Oleh sebab itu, harga
yang ditawarkan lebih tinggi daripada
harga rumah satu lantai yang terdapat
pada perumahan Amanila Residence.
Harga yang ditawarkan adalah
sebesar Rp. 761.525.000,00 per unit,
blok A memiliki 5 unit rumah dengan
kualitas yang sama.
b. Blok B yang memiliki luas tanah
78,95 m2 dan luas bangunan 40 m
2
dengan 6 total unit rumah. Harga jual
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
38
per unit adalah sebesar Rp.
679.782.500,00.
c. Blok C yang memiliki luas tanah
64.50 m2
dan luas bangunan 40 m2
dengan 10 total unit rumah. Harga
jual per unit adalah sebesar Rp.
563.207.500,00.
d. Blok D yang memiliki luas tanah
yang paling luas di antara semua blok
adalah dengan luas 107,80 m2 dan
luas bangunan 85 m2
dengan total unit
yang tersedia adalah 7 unit rumah
berlantai dua. Harga jual per unit
adalah sebesar Rp. 981.615.000,00.
Dari semua volume penjualan yang
telah diterima oleh PT Nauman
Landmark Group atas proyeknya
yaitu perumahan Amanila Residence,
maka penulis dapat membuat
prosentase penjualannya sebagaimana
tersaji pada tabel di bawah ini :
Biaya yang terjadi pada Perumahan
Amanila Residence Depok.
Untuk dapat menghitung Break Even
biaya harus dipisahkan menjadi dua
golongan, yaitu biaya tetap dan biaya
variable. Penulis mendapatkan
kemungkinan biaya-biaya yang timbul
dari perhitungan rugi laba yang telah
disajikan sebelumnya. Kemudian, Penulis
memisahkan biaya-biaya tersebut ke
dalam masing-masing blok guna
mendapatkan besar biaya yang terjadi
pada masing-masing blok.
PT Nauman Landmark Group
membutuhkan biaya-biaya guna
kelancaran operasionalnya, biaya-biaya
yang terjadi dapat dilihat melalui tabel
dibawah ini
Biaya yang terjadi pada Blok A adalah
sebagai berikut:
Sumber : PT. Nauman Landmark Group
Biaya yang terjadi pada Blok B adalah
sebagai berikut :
Sumber : PT. Nauman Landmark Group
Biaya yang terjadi pada Blok C adalah
sebagai berikut :
Sumber : PT Nauman Landmark Group
Biaya yang terjadi pada Blok D adalah
sebagai berikut
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
39
Sumber : PT. Nauman Landmark Group
Jika diperhitungkan biaya per unit untuk
masing-masing kavling adalah sabaga
berikut :
Untuk dapat menghitung break even,
biaya harus dipisahkan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost) yaitu biaya
yang jumlah totalnya tetap dan tidak
berubah meskipun terjadi perubahan
di dalam volume produksi. Pada PT
Nauman Landmark Group,
komponen biaya tetap adalah terdiri
dari biaya plotting tanah, biaya
penggabungan tanah, biaya
pembuatan IMB, biaya pemecahan
tanah, dan biaya komisi agent.
2. Biaya Variabel (Variabel Cost) yaitu
biya yang jumlah totalnya berubah-
ubah sesuai dengan volume
produksinya. Komponen biaya
variabel yang terjadi pada PT
Nauman Landmark Group adalah
terdiri dari biaya upah borongan
tukang, biaya material, biaya alat
bantu kerja, biaya sub kontraktor,
biaya transportasi, biaya kontribusi,
biaya legalitas lainnya, biaya iklan,
biaya lain-lain, biaya listrik, dan
biaya PPh.
Penggolongan Biaya operasional Blok
A
Sumber : Data Diolah
Penggolongan Biaya Operasional Blok
B:
Sumber : Data Diolah
Penggolongan Biaya Operasional Blok
C:
Sumber : Data Diolah
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
40
Penggolongan Biaya Operasional Blok
D:
Sumber : Data Diolah
Jika dilakukan rekapitulasi Biaya
sesuai golongan pada setiap blok sebagai
berikut :
Perhitungan Laba untuk masing-masing
blok adalah :
Total Laba = Total Penjualan – Biaya
Operasional
= 20.389.700.000,00 –
5.394.043.525,00
= 14.996.255.337,50
Untuk proyek Amanila Residence
Depok, laba yang dapat diperoleh adalah
sebesar Rp. 14.994.255.337,50. Total
laba bisa kita ketahui dengan cara selisih
antara total penjualan rumah pada blok
keseluruhan dengan biaya operasional
keseluruhan.
ANALISIS BREAK EVENT
BEP merupakan salah satu alat
untuk membuat perencanaan laba. Jika
suatu perusahaan diketahui BEPnya,
manajemen mudah untuk membuat
rencana laba dan prediksi kerugian jika
kondisi bisnis buruk. Laba merupakan
dasar ukuran kinerja bagi kemampuan
manajemen dalam mengoperasikan harta
perusahaan. Laba harus direncanakan
dengan baik agar manajemen dapat
mencapainya secara efektif.
Titik impas atau titik break even
adalah titik dimana total penghasilan
sama dengan total biaya. Sehingga, dapat
dikatakan laba nol (tidak ada laba), jadi
1. Break Event Blok A
Setelah menemukan nilai BEP
dalam unit (Q), maka BEP dalam rupiah
dapat dihitung, perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Jadi dapat disimpulkan bahwa
break even point pada kavling A atas
dasar rupiah adalah :Rp. 211.621.931,87
dengan ini berarti untuk besarnya BEP
blok A adalah Rp. 211.621.931,87 x 5
unit = Rp. 1.058.109.659,37
Hal ini dapat dibuktikan dengan
format perhitungan rugi laba di bawah
ini :
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
41
2. Break Event Blok B
Setelah menemukan nilai Q, maka
BEP dalam rupiah dapat dihitung,
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Jadi dapat disimpulkan bahwa
break even point pada kavling B atas
dasar rupiah adalah Rp. 245.197.962,39
dengan ini berarti untuk besarnya BEP
blok B adalah Rp. 245.197.962,39 x 6
unit = Rp. 1.471.187.774,33
Hal ini dapat dibuktikan dengan
format perhitungan rugi laba di bawah
ini :
3. Break Event Blok C
Setelah menemukan nilai Q, maka
BEP dalam rupiah dapat dihitung,
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Jadi dapat disimpulkan bahwa
break even point pada kavling C atas
dasar rupiah adalah Rp. 392.698.085,42
dengan ini berarti untuk besarnya BEP
blok C adalah Rp. 392.698.085,42 x 10
unit = Rp. 3.926.980.854,22
Hal ini dapat dibuktikan dengan
format perhitungan rugi laba di bawah
ini :
4. Break Event Blok D
Penjualan = 0.05557846 x 3,807,625,000 211,621,931.87
B. variabel = 0.05557846 x 679,590,491.07 37,770,592.59
B. tetap = 173,851,339.29
211,621,931.87
Laba 0.00
Kavling B BEP (Rp) = FC
1 - VC
s
= 196,360,232.14
1 - 812,381,164.29
4,078,695,000.00
= 196,360,232.14
0.80
= 245,197,962.39
Penjualan = 0.060116768 x 4,078,695,000 245,197,962.39
B. variabel = 0.060116768 x 812,381,164 48,837,730.25
B. tetap = - 196,360,232.14
245,197,962.39
Laba 0.00
Kavling C BEP (Rp) = FC
1 - VC
s
= 298,123,303.57
1 - 1,356,391,294.64
5,632,075,000.00
= 298,123,303.57
0.76
= 392,698,085.42
Penjualan = 0.069725294 x 5,632,075,000 392,698,085.42
B. variabel = 0.069725294 x 1,356,391,295 94,574,781.85
B. tetap = 298,123,303.57
392,698,085.42
Laba 0.00
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
42
Setelah menemukan nilai Q, maka
BEP dalam rupiah dapat dihitung,
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Jadi dapat disimpulkan bahwa
break even point pada kavling D atas
dasar rupiah adalah Rp. 367.115.670,07
dengan ini berarti untuk besarnya BEP
blok D adalah Rp. 367.115.670,07 x 7
unit = Rp. 2.569.809.690,52
Hal ini dapat dibuktikan dengan
format perhitungan rugi laba di bawah
ini :
5. Break Event Multi Produk
PT Nauman Landmark Group
dalam proyeknya Amanila Residence
Depok akan menghasilkan jenis
perumahan terdiri dari Blok A, B, C, dan
D. Penulis telah menyajikannya sebagai
berikut :
Mencari titik impas secara total (4 Blok
bersamaan)
MARGIN OF SAFETY
Informasi yang dapat
dikembangkan dari Analisa BEP adalah
Margin of Safety (margin pengaman).
Margin of Safety adalah jumlah
penjualan di atas BEP. Jumlah ini
menunjukan berapa banyak penjualan
boleh turun dari jumlah penjualan
tertentu sebelum perusahaan mengalami
keadaan impas, yaitu sebelum perusahaan
mengalami kerugian.
Perhitungan Margin of Safety
Rumah per Blok Amanila Residence
Depok adalah sebagai berikut
1. Margin of Safety kavling A
=761.525.000,00– 11.621.931,87
761.525.000,00
= 72,211%
Angka margin of safety sebesar
72,211% menunjukkan kalau jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau
menyimpang lebih besar dari
72,211% (dari penjualan yang
direncanakan) perusahaan akan
menderita kerugian. Untuk
membedakan batas penyimpangan
yang dapat menimbulkan kerugian
dinyatakan dalam angka absolut dan
dalam angka relative, kadang-kadang
digunakan istilah “Margin of Safety”
dan untuk penyimpangan dalam
angka yang relatif (dalam persentase
dari sales) digunakan istilah “Margin
of Safety Ratio”. Untuk perumahan
Amanila Residence pada kavling A,
besarnya margin of safety adalah
549,904,817.75 per kavling,
Kavling D BEP (Rp) = FC
1 - VC
s
= 281,907,625.00
1 - 1,594,839,212.50
6,871,305,000.00
= 281,907,625.00
0.77
= 367,115,670.07
Penjualan = 0.053427358 x 6,871,305,000 367,115,670.07
B. variabel = 0.053427358 x 1,594,839,213 85,208,045.07
B. tetap = 281,907,625.00
367,115,670.07
Laba 0.00
Blok A Blok B Blok C Blok D Total
Penjualan (Unit) 5 unit 6 unit 10 unit 7 unit 28 unit
3,807,625,000 4,078,695,000 5,632,075,000 6,871,305,000 20,389,700,000
Biaya Variabel 679,590,491 812,381,164 1,356,391,295 1,594,839,213 4,443,202,163
Biaya Tetap 173,851,339 196,360,232 298,123,304 281,907,625 950,242,500
Total Cost 853,441,830 1,008,741,396 1,654,514,598 1,876,746,838 5,393,444,663
Laba Bersih 2,954,183,170 3,069,953,604 3,977,560,402 4,994,558,163 14,996,255,338
TOTAL BEP (Rp) = FC
1 - VC
s
= 950,242,500
1 - 4,443,202,163
20,389,700,000
= 950,242,500
0.782
= 1,215,010,324
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
43
2.749.524.088,75 (margin of safety x
5 unit ) untuk blok A, dan besarnya
margin of safety ratio adalah
72,211%.
2. Margin of Safety kavling B
=679.782.500,00 – 245.197.962,39
679.782.500,00
= 63,93%
Angka margin of safety sebesar
63,93% menunjukkan kalau jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau
menyimpang lebih besar dari 63,93%
(dari penjualan yang direncanakan)
perusahaan akan menderita kerugian.
Untuk membedakan batas penyimpangan
yang dapat menimbulkan kerugian
dinyatakan dalam angka absolut dan
dalam angka relative, kadang-kadang
digunakan istilah “Margin of Safety” dan
untuk penyimpangan dalam angka yang
relatif (dalam persentase dari sales)
digunakan istilah “Margin of Safety
Ratio”. Untuk perumahan Amanila
Residence pada kavling B, besarnya
margin of safety adalah 434.584.952,25
per kavling, 2.607.509.713,50 (margin of
safety x 6 unit ) untuk blok B, dan
besarnya margin of safety ratio adalah
63,93%.
3. Margin of Safety kavling C
= 563.207.500,00 – 392.698.085,42
563.207.500,00 = 30,275%
Angka margin of safety sebesar
30,275% menunjukkan kalau jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau
menyimpang lebih besar dari 30,275%
(dari penjualan yang direncanakan)
perusahaan akan menderita kerugian.
Untuk membedakan batas penyimpangan
yang dapat menimbulkan kerugian
dinyatakan dalam angka absolut dan
dalam angka relatif, kadang-kadang
digunakan istilah “Margin of Safety” dan
untuk penyimpangan dalam angka yang
relatif (dalam persentase dari sales)
digunakan istilah “Margin of Safety
Ratio”. Untuk perumahan Amanila
Residence pada kavling C, besarnya
margin of safety adalah 170.511.070,63
per kavling, 1.705.110.706,25 (margin of
safety x 10 unit ) untuk blok C, dan
besarnya margin of safety ratio adalah
63,93%.
4. Margin of Safety kavling D
= 981.615.000,00 – 367.115.6670,07
981.615.000,00 = 62,601%
Angka margin of safety sebesar
62,601% menunjukkan kalau jumlah
penjualan yang nyata berkurang atau
menyimpang lebih besar dari 62,601%
(dari penjualan yang direncanakan)
perusahaan akan menderita kerugian.
Untuk membedakan batas penyimpangan
yang dapat menimbulkan kerugian
dinyatakan dalam angka absolut dan
dalam angka relative, kadang-kadang
digunakan istilah “Margin of Safety” dan
untuk penyimpangan dalam angka yang
relative (dalam persentase dari sales)
digunakan istilah “Margin of Safety
Ratio”. Untuk perumahan Amanila
Residence pada kavling D, besarnya
margin of safety adalah 614.500.806,15
per kavling, 4.301.505.643,05 (margin of
safety x 7 unit ) untuk blok D, dan
besarnya margin of safety ratio adalah
62,601%.
Penentuan Penjualan Minimal
Setelah penulis menetapkan
besarnya keuntungan atau profit margin
yang diinginkan, maka penulis
menentukan berapa besarnya penjualan
minimal yang harus dicapai untuk
memungkinkan diperolehnya keuntungan
yang diinginkan tersebut.
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
44
1. Penjualan Minimal Rumah Blok A
Besarnya keuntungan didapat
selisih total penjualan blok A yang telah
direncanakan dengan titik impas blok A,
dengan begitu didapat penjualan minimal
blok A adalah 3.558.491.449,77 dengan
penjualan minimal per kavling adalah
711.698.289,95.
2. Penjualan Minimal Rumah Blok B
Besarnya keuntungan didapat
selisih total penjualan blok B yang telah
direncanakan dengan titik impas blok B,
dengan begitu didapat penjualan minimal
blok B adalah 3.501.231.282,73 dengan
penjualan minimal per kavling adalah
583.538.547,12.
3. Penjualan Minimal Rumah Blok C
Besarnya keuntungan didapat
selisih total penjualan blok C yang telah
direncanakan dengan titik impas blok C,
dengan begitu didapat penjualan minimal
blok C adalah 2.638.705.688,62 dengan
penjualan minimal per kavling adalah
263.870.568,86.
4. Penjualan Minimal Rumah Blok D
Besarnya keuntungan didapat
selisih total penjualan blok D yang telah
direncanakan dengan titik impas blok D,
dengan begitu didapat penjualan minimal
blok D adalah 5.968.760.296,96 dengan
penjualan minimal per kavling adalah
852.680.042,42
Pencapaian Laba PT Nauman
Landmark Group Setelah penentuan jumlah
penjualan minimal, maka dapat
ditentukan perhitungan labanya adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan di atas,
Blok A akan memperoleh laba sebesar
2.705.049.619,42, Blok B
2.492.489.886,31, Blok C
984.191.090,41, dan Blok D
4.092.013.459,46.
Perbandingan penjualan per blok
dan target penjualan perblok dari
perhitungan-perhitungan yang telah
LABA BLOK A = Total Penjualan - Biaya Operasional
= 3,558,491,449.77 - 853,441,830.36
= 2,705,049,619.42
LABA BLOK B = Total Penjualan - Biaya Operasional
= 3,501,231,282.73 - 1,008,741,396.43
= 2,492,489,886.31
LABA BLOK C = Total Penjualan - Biaya Operasional
= 2,638,705,688.62 - 1,654,514,598.21
= 984,191,090.41
LABA BLOK D = Total Penjualan - Biaya Operasional
= 5,968,760,296.96 - 1,876,746,837.50
= 4,092,013,459.46
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
45
penulis lakukan sebelumny sebagai
berikut :
Dari tabel tersebut di atas dapat
penulis ketahui :
a. Blok A mengalami kenaikan
penjualan sebesar 7,001% dari
target penjualan yang telah
ditetapkan. Target penjualan yang
telah ditetapkan adalah
3.558.491.449,77 dengan harga
jual per unit sebesar
711.698.289,95. Sedangkan
penjualan yang akan terealisasi
oleh PT Nauman Landmark
Group apabila menggunakan
harga jual 761.525.000,00 per
unit adalah sebesar
3.807.625.000,00.
b. Blok B mengalami kenaikan
penjualan sebesar 16,493% dari
target penjualan yang telah
ditetapkan. Target penjualan yang
telah ditetapkan adalah
3.501.231.282,73 dengan harga
jual per unit sebesar
583.538.547,12. Sedangkan
penjualan yang akan terealisasi
oleh PT Nauman Landmark
Group apabila menggunakan
harga jual 679.782.500,00 per
unit adalah sebesar
4.708.695.000,00.
c. Blok C mengalami kenaikan
penjualan sebesar 113,441% dari
target penjualan yang telah
ditetapkan. Target penjualan yang
telah ditetapkan adalah
2.638.705.688,62 dengan harga
jual per unit sebesar
263.870.568,86. Sedangkan
penjualan yang akan terealisasi
oleh PT Nauman Landmark
Group apabila menggunakan
harga jual 563.207.500,00 per
unit adalah sebesar
5.632.075.000,00.
d. Blok D mengalami kenaikan
penjualan sebesar 15,121% dari
target penjualan yang telah
ditetapkan. Target penjualan yang
telah ditetapkan adalah
5.968.760.296,96 dengan harga
jual per unit sebesar
852.680.042,42. Sedangkan
penjualan yang akan terealisasi
oleh PT Nauman Landmark
Group apabila menggunakan
harga jual 981.615.000,00 per
unit adalah sebesar
6.871.305.000,00.
Jadi, Total laba yang akan di
dapatkan PT Nauman Landmark Group
adalah :
Penjualan Blok A = 3.807.625.000,00
Penjualan Blok B = 4.078.695.000,00
Penjualan Blok C = 5.632.075.000,00
Penjualan Blok D = 6.871.305.000,00
Total Penjualan = 20.389.700.000,00
Grafik yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut :
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan terhadap data Amanila
Residence Depok, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. PT Nauman Landmark group masih
belum menggunakan perhitungan rugi
laba sebagaimana yang seharusnya
digunakan dalam ilmu akuntansi. PT
BLOK PENJUALAN TARGET PENJUALAN %
A 3,807,625,000.00 3,558,491,449.77 107.001%
B 4,078,695,000.00 3,501,231,282.73 116.493%
C 5,632,075,000.00 2,638,705,688.62 213.441%
D 6,871,305,000.00 5,968,760,296.96 115.121%
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
46
Nauman Landmark Group masih
menggunakan akun-akun sederhana
untuk mencatat penjualan dan
pengeluaran berupa biaya-biaya
Berdasarkan perhitungan rugi laba
yang sudah diperbaiki, PT Nauman
Landmark Group akan memperoleh
laba sebesar 14.996.255.337,50 untuk
proyek perumahan Amanila
Residence Depok.
b. PT Nauman Landmark Group
mempunyai besarnya penjualan
impas sebesar 1.058.109.659,37
untuk blok A, 1.471.187.774,33
untuk blok B, 3.926.980.854,22 untuk
blok C, dan 2.569.809.690,52 untuk
blok D. Sedangkan Margin of Safety
PT Nauman Landmark Group adalah
2.749.524.008,75 untuk blok A,
2.607.509.713,50 untuk blok B,
1.705.110.706,25 untuk blok C, dan
4.301.505.643,05 untuk blok D.
Penentuan penjualan minimal PT
Nauman Landmark Group ditetapkan
sebesar 3.558.491.449,77 untuk blok
A, 3.501.231.282,73 untuk blok B,
2.638.705.688,62 untuk blok C, dan
5.968.760.296,96 untuk blok D.
Angka penjualan minimal dapat
digunakan sebagai acuan target yang
harus dicapai PT Nauman Landmark
Group atas proyeknya yaitu
perumahan Amanila Residence
Depok untuk memperoleh laba yang
direncanakan.
c. PT Nauman Landmark Group telah
melampaui batas nilai penjualan dari
penjualan yang telah ditargetkan.
Naiknya nilai penjualan, tentu akan
berdampak pada kenaikan laba yang
akan diperoleh. Ini terbukti melalui
perhitungan, tabel, dan grafik yang
telah penulis buat untuk mengukur
pencapaian laba yang telah dicapai
oleh PT Nauman Landmark Group,
Saran 1. Sebaiknya PT Nauman Landmark
Group menggunakan format rugi laba
berdasarkan penyusunan rugi laba
secara akuntansi, agar lebih mudah
dipahami mengenai penjualan-
penjualan, biaya yang dikelurakan,
besarnya laba sebelum dan sesudah
pajak.
2. Apabila PT Nauman Landmark Group
ingin menerapkan discount pada
penjualan rumah untuk kepentingan
pemasaran, angka penjualan tidak
boleh turun lebih dari angka margin of
safety untuk menghindari terjadinya
kerugian pada perusahaan.
3. Agar evaluasi pencapaian laba dapat
terealisasikan PT Nauman Landmark
Group harus memperhatikan biaya
variabel. Karena biaya variabel sangat
berpengaruh pada besar kecilnya
target laba perusahaan. Oleh karena itu
dalam evaluasi labanya proyek
perumahan Amanila Residence Depok
diharapkan lebih efisien dalam
mengeluarkan biaya variabel. Perlu
menekan biaya-biaya variabel tertentu
agar tidak terjadi pemborosan seperti
biaya listrik, air, dan biaya lain-lain
yang tidak terlalu mempengaruhi
pembangunan perumahan Amanila
Residence Depok. Contoh lainya pada
biaya bahan baku. Pihak perusahaan
dapat meminimalisir biaya bahan
tersebut dengan cara mencari vendor
yang menawarkan harga lebih murah
tetapi mutu dan kualitasnya sangat
baik, dan apabila terdapat pemasok
maka perusahaan dapat melakukan
tender terhadap pemasok-pemasok
terlebih dahulu, mana yang murah
tetapi kualitas. Semakin besar biaya
variabel yang dikeluarkan semakin
besar pula target yang harus dicapai
perusahaan. Begitu juga sebaliknya,
biaya variabel yang dikeluarkan
semakin kecil perusahaan akan mudah
mencapai target tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Lutfi. 2012 Akuntansi Biaya 2.
Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia.
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Volume 4 Nomor 2, November 2019
47
Bustami, Bastian., dan Nurlela. 2013.
Akuntansi Biaya, Edisi 4. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Hanafi, Mahmud M. 2010. . Manajemen
Keuangan, Cetakan ke lima.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hermanto, Bambang., dan Mulyo Agung.
2015. Analisa Laporan Keuangan.
Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia..
Kasmir. 2015. Analisa Laporan
Keuangan. Jakarta: RajaGrafindo
Persada..
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Nuh, Muhammad. 2011. Accounting
Principles. Jakarta: Lentera Ilmu
Cendekia.
Prawironegoro, Darsono., dan Ari
Purwanti. 2010. Penganggaran
Perusahaan, Edisi 2. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar Dasar
Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung. Alfabeta
Utari, Dewi., Ari Purwanti., Darsono
Prawironegoro. 2016. Akuntansi
Manajemen, Edisi 4. Jakarta: Mitra
Wacana Media.