ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH KAMOJANG
KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT
POPPY OKTADIYANI
E 34101006
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
Poppy Oktadiyani. E 34101006. Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc.
Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Kamojang merupakan salah satu TWA yang berlokasi di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang ada penggunaan kawasan oleh pihak lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi Eksplorasi dan Produksi (EP) Kamojang dan penggunaan kawasan di sekitar TWA Kawah Kamojang, yaitu PT. Indonesia Power. Permasalahan yang ada diantaranya adalah banyaknya stakeholder yang mengelola dan menggunakan kawasan, informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi yang terdapat di TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui masyarakat luas dan pendapatan TWA Kawah Kamojang yang selama ini relatif kecil, padahal untuk pengembangan kawasan wisata alam memerlukan biaya yang tidak sedikit. Agar TWA Kawah Kamojang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, berdasarkan permasalahan yang ada, penggunaan kawasan oleh pihak lain dan belum adanya sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata untuk kawasan konservasi, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat untuk pengelolaannya yang selama ini belum ada Rencana Pengelolaan TWA Kawah Kamojang secara tertulis. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menyusun alternatif strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan potensi TWA, pengelolaan, potensi pasar wisata dan penggunaan kawasan oleh pihak lain. Penelitian dilaksanakan di TWA Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, selama dua bulan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2005. Bahan-bahan yang diperlukan yaitu kuesioner, panduan wawancara dan peta lokasi TWA Kawah Kamojang. Alat-alat yang digunakan yaitu kamera, binokuler, Geografis Position System (GPS) dan alat tulis. Data dan informasi yang dikumpulkan yaitu kondisi umum, potensi TWA, pengelolaan, perawatan dan pelayanan, kebijakan, potensi pasar wisata, pengunjung dan penggunaan kawasan oleh pihak lain. Metode pengambilan data melalui studi pustaka dan survei pendahuluan, wawancara dan penelaahan lapang. Analisis data menggunakan skoring modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi Daya Tarik Wisata Alam Tahun 2003 dari Dirjen PHKA dan analisis SWOT. Potensi TWA Kawah Kamojang terdiri dari daya tarik nilai bobot 780 (sedang), kadar hubungan nilai bobot 1.000 (baik), keadaan penginapan nilai bobot 30 (buruk), sarana dan prasarana nilai bobot 105 (sedang), sarana dan prasarana penunjang nilai bobot 165 (baik), ketersediaan air bersih nilai bobot 720 (sedang) dan hubungan dengan obyek wisata lain nilai bobot 90 (buruk). Pengelolaan, perawatan dan pelayanan nilai bobot 460 (sedang). Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang lebih bersifat pasar lokal. Pasar wisata lokal yang berpotensi yaitu daerah Kamojang, Paseh, Majalaya, Ciparay, Samarang, Garut Kota dan Cicalengka. Pihak pengguna kawasan (Pertamina Area Panas Bumi EP
Kamojang) dan pengguna kawasan di sekitar TWA Kawah Kamojang (PT. Indonesia Power) cukup mendukung terhadap pengembangan TWA Kawah Kamojang. Strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan analisis SWOT adalah dalam bentuk diversifikasi pengelolaan yang berinti pada kolaborasi pengelolaan. Strategi meliputi perlindungan aspek ekologis, identifikasi flora, fauna dan geologi, sistem pergantian pimpinan, pengembangan sumberdaya manusia, sistem pendanaan, pengembangan kegiatan wisata, pembuatan paket wisata, pengaturan pengunjung, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran serta komunikasi dan koordinasi antar stakeholder. Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang terdiri dari instansi pemerintah (BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut), swasta (Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power), masyarakat (Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dan masyarakat sekitar) dan lembaga pendukung (Perguruan Tinggi, LSM, pencinta alam, pemerhati lingkungan dan peneliti).
ALTERNATIF STRATEGI PENGELOLAAN
TAMAN WISATA ALAM KAWAH KAMOJANG KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT
POPPY OKTADIYANI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS.
131 124 017
Anggota
Ir. Arzyana Sunkar, MSc.
132 133 962
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS.
131 430 799
Tanggal Lulus :
Judul
Skripsi
: Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah
Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat
Nama : Poppy Oktadiyani
NRP : E 34101006
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul “Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah
Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana Sunkar, MSc. selaku
dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahannya.
2. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. dan Ir. Kasno, MS. sebagai dosen
penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Departemen Manajemen Hutan.
3. BKSDA Jawa Barat II dan Perum Perhutani KPH Bandung Selatan atas
ijin, fasilitas dan bantuannya selama penelitian berlangsung.
4. Keluarga tercinta : Papap, Mimih dan Eva atas segala kasih sayangnya.
5. Teman-teman Lab. Rekreasi Alam : Tri, Ayu, Siam, Bety, Novita, Erick
dan Bapak Iteng atas inspirasi dan dukungannya.
6. Mba Eva, Mba Resti dan Mba Yun atas masukan dan dukungannya.
7. Teman-teman Lab. SDAF : Aji, Ambang dan Arin atas bantuan pemetaan.
8. Dini, Ichey, Nanang, Andi, Ade, Ari, Aie, Eka, Galuh dan Inggar atas
dukungan, bantuan, dan waktunya.
9. Rekan-rekan seperjuangan KSH ’38 atas segala cerita dan kenangannya.
10. “Kemuning 25 Crew” : Iar, Ayu, Maya, Ima, Bellen, Nawang, Nia dan
Fitri atas kebersamaannya.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran membangun sangat diharapkan oleh
penulis. Akirnya semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Bogor, Januari 2006
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 15 Oktober 1982,
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Yoyo
Wartoyo, S.Pd dan Euis Komariah. Pendidikan formal penulis
dimulai pada tahun 1988 di TK Merpati Ciamis. Pada tahun 1989
melanjutkan ke SD Negeri IX Ciamis dan lulus pada tahun 1995.
Penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun 1998.
Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMU Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun
2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di
Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Prenjak Himpunan Mahasiswa Konservasi
Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA).
Penulis pernah mengikuti magang di Taman Nasional Gunung Halimun-
Salak (TNGHS) pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis mengikuti kegiatan
Surili HIMAKOVA di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan
Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H). Praktek Pengenalan Hutan
dilaksanakan di BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat dan BKPH Gunung
Slamet Barat, KPH Banyumas Timur. Praktek Pengelolaan Hutan dilakukan di
KPH Ngawi. Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) dilaksanakan di Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) pada tahun 2005. Pada tahun yang sama
menjadi volunteer dalam acara Asia Europe Environment Forum.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,
penulis melakukan penelitian dengan judul “Alternatif Strategi Pengelolaan
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa
Barat”, di bawah bimbingan Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS. dan Ir. Arzyana
Sunkar, MSc.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Tujuan ........................................................................................................ 2 C. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Wisata Alam .................................................................................. 3 B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata ..................................... 3 C. Kebijakan Pembangunan dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam
C.1. Kebijakan Pembangunan Taman Wisata Alam ................................. 6 C.2. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam ........................................ 7
D. Wisata Alam .............................................................................................. 10 E. Kegiatan Wisata Alam ............................................................................... 10 F. Potensi Pasar Wisata .................................................................................. 10 G. SWOT ....................................................................................................... 11
III. KONDISI UMUM A. Sejarah Kawasan ....................................................................................... 13 B. Kondisi Fisik
B.1. Letak .................................................................................................. 14 B.2. Tanah, Geologi dan Topografi ........................................................... 14 B.3. Iklim ................................................................................................... 15
C. Kondisi Biologi C.1. Flora ................................................................................................... 15
C.1.1. Vegetasi Hutan Alam .............................................................. 15 C.1.2. Vegetasi Hutan Tanaman ........................................................ 16
C.2. Fauna .................................................................................................. 16 D. Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
D.1. Kependudukan .................................................................................. 16 D.1.1. Kepadatan Penduduk ............................................................. 16 D.1.2. Pendidikan ............................................................................. 16
D.2. Ekonomi ............................................................................................ 17 D.2.1. Mata Pencaharian .................................................................. 17
D.3. Budaya .............................................................................................. 18
IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 19 B. Bahan dan Alat
B.1. Bahan ................................................................................................. 19 B.2. Alat .................................................................................................... 19
C. Metode C.1. Kategori Data ..................................................................................... 19 C.2. Parameter dan Variabel ...................................................................... 20 C.3. Prosedur Kerja Penelitian .................................................................. 25
D. Metode Pengambilan Data D.1. Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan ............................................. 25 D.2. Wawancara ........................................................................................ 26 D.3. Pengamatan/Penelaahan Lapang ....................................................... 28
E. Metode Analisis Data E.1. Metode Skoring .................................................................................. 30 E.2. Analisis Deskriptif dan Analisis SWOT ............................................ 32
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
A.1. Daya Tarik ......................................................................................... 34 A.1.1. Sumberdaya Alam yang Menonjol ......................................... 36 A.1.2. Keunikan Sumberdaya Alam .................................................. 39 A.1.3. Kepekaan Sumberdaya Alam ................................................. 41 A.1.4. Jenis Kegiatan Wisata ............................................................. 42 A.1.5. Ruang Gerak Pengunjung ....................................................... 43 A.1.6. Kebersihan Kawasan .............................................................. 44 A.1.7. Keamanan Kawasan ............................................................... 45
A.2. Kadar Hubungan ................................................................................ 47 A.2.1. Hubungan Lokal ...................................................................... 47 A.2.2. Hubungan Nasional ................................................................. 50
A.3. Keadaan Penginapan ......................................................................... 50 A.4. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 52 A.5. Sarana dan Prasarana Penunjang ....................................................... 57 A.6. Ketersediaan Air Bersih .................................................................... 59 A.7. Hubungan dengan Obyek Wisata Lain di Sekitar
TWA Kawah Kamojang ..................................................................... 60 B. Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan
B.1. Pengelolaan ........................................................................................ 64 B.1.1. Struktur Organisasi .................................................................. 64 B.1.2. Kemantapan Organisasi ........................................................... 65 B.1.3. Personal ................................................................................... 68 B.1.4. Kegiatan Pokok ....................................................................... 69 B.1.5. Sikap Masyarakat .................................................................... 69 B.1.6. Permasalahan Pengelolaan ...................................................... 71
B.2. Perawatan ........................................................................................... 76 B.3. Pelayanan ........................................................................................... 77
C. Kebijakan Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang C.1. Kebijakan BKSDA Jawa Barat II ...................................................... 77 C.2. Kebijakan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
(KPH Bandung Selatan) ..................................................................... 78 C.3. Kebijakan Pertamina Panas Bumi EP Kamojang dan
PT. Indonesia Power .......................................................................... 78 C.4. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung ...................................... 79 C.5. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut ............................... 81
D. Potensi Pasar ............................................................................................. 82 E. Pengunjung Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
E.1. Keadaan Pengunjung ......................................................................... 84 E.2. Karakteristik Pengunjung ................................................................... 85 E.3. Motif Pengunjung .............................................................................. 86 E.4. Penilaian Pengunjung terhadap Pelayanan ........................................ 87 E.5. Penilaian Pengunjung terhadap Keberadaan Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ............... 87 E.6. Harapan dan Saran Pengunjung ......................................................... 89
F. Penggunaan Kawasan oleh Pihak Lain F.1. Surat Ijin Pinjam Pakai Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ............................................ 94 F.2. Kondisi Kawasan ............................................................................... 96 F.3. Dampak terhadap Lingkungan ........................................................... 96
G. Analisis Pendekatan SWOT ...................................................................... 99 H. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kamojang .............................. 104
H.1. Inti Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ................. 105 H.2.Unsur-unsur Strategi Pengelolaan
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang ............................................ 107 H.2.1 Perlindungan Aspek Ekologis ............................................... 107 H.2.2. Identifikasi Flora, Fauna dan Geologi ................................... 109 H.2.3. Sistem Pergantian Pimpinan ................................................. 109 H.2.4. Pengembangan Sumberdaya Manusia .................................. 110 H.2.5. Sistem Pendanaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang . 111 H.2.6. Pengembangan Kegiatan Wisata ........................................... 112 H.2.7. Pembuatan Paket Wisata ....................................................... 113 H.2.8. Pengaturan Pengunjung ......................................................... 113 H.2.9. Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ............. 114 H.2.10. Promosi dan Pemasaran ........................................................ 116 H.2.11. Komunikasi dan Koordinasi Antar Stakeholder ................... 117
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 120 B. Saran .......................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122 LAMPIRAN ....................................................................................................... 126
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004........................... 16
Tabel 2. Persentase tingkat pendidikan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004................................................................ 17
Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004................................................................ 17
Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004 .............................................................. 18
Tabel 5. Kondisi umum ..................................................................................... 20 Tabel 6. Potensi TWA Kawah Kamojang .......................................................... 21 Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan ............................................... 23 Tabel 8. Kebijakan ............................................................................................ 24 Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang .................................... 24 Tabel 10. Pengunjung TWA Kawah Kamojang ................................................. 24 Tabel 11. Penggunaan kawasan oleh pihak lain ................................................. 25 Tabel 12. Matrik SWOT ..................................................................................... 32 Tabel 13. Penilaian kriteria daya tarik TWA Kawah Kamojang ........................ 34 Tabel 14. Daya tarik TWA Kawah Kamojang ................................................... 35 Tabel 15. Penilaian kriteria kadar hubungan TWA Kawah Kamojang .............. 47 Tabel 16. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di
Kabupaten Garut Tahun 2004 ............................................................ 49 Tabel 17. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di
Kabupaten Bandung Tahun 2004 ....................................................... 49
Tabel 18. Frekuensi kendaraan umum dari berbagai asal pengunjung TWA Kawah Kamojang di Kabupaten Bandung menuju TWA Kawah Kamojang .................................................................... 49
Tabel 19. Penilaian kriteria penginapan radius 15 km dari arah
TWA Kawah Kamojang .................................................................... 52 Tabel 20. Fasilitas dan tarif penginapan dalam radius 15 km dari
TWA Kawah Kamojang ..................................................................... 52 Tabel 21. Penilaian kriteria sarana dan prasarana TWA Kawah Kamojang ..... 52 Tabel 22. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Perum Perhutani ............. 53 Tabel 23. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan
Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang ...................... 53 Tabel 24. Penilaian sarana dan prasarana penunjang TWA Kawah Kamojang .57 Tabel 25. Penilaian kriteria ketersediaan air bersih............................................ 59 Tabel 26. Penilaian kriteria hubungan dengan obyek wisata lain ...................... 60 Tabel 27. Obyek wisata sejenis dengan obyek wisata
TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km..................................... 61 Tabel 28. Obyek wisata tidak sejenis dengan obyek wisata
TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km..................................... 62 Tabel 29. Penilaian kriteria Pengelolaan, perawatan dan pelayanan
TWA Kawah Kamojang ..................................................................... 63 Tabel 30. Rencana pendapatan dan realisasi pendapatan dari
tahun 2000 sampai tahun 2005 ........................................................... 66 Tabel 31. Tarif masuk kawasan TWA Kawah Kamojang.................................. 67 Tabel 32. Tarif pungutan masuk kawasan konservasi........................................ 67 Tabel 33. Asal pengunjung hasil kuesioner pengunjung .................................... 82 Tabel 34. Jumlah penduduk asal pengunjung TWA Kawah Kamojang ............ 83 Tabel 35. Jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan daerah asal
pengunjung TWA Kawah Kamojang ................................................. 84 Tabel 36. Jumlah pengunjung per bulan TWA Kawah Kamojang dari
tahun 2000-bulan September tahun 2005 ........................................... 84
Tabel 37. Karakteristik pengunjung TWA Kawah Kamojang .......................... 86 Tabel 38. Motif pengunjung TWA Kawah Kamojang....................................... 87 Tabel 39. Pelayanan pengelola terhadap pengunjung TWA Kawah Kamojang 87 Tabel 40. Penilaian pengunjung terhadap keberadaan Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power ................ 88 Tabel 41. Harapan dan saran pengunjung TWA Kawah Kamojang .................. 90 Tabel 42. Matrik SWOT TWA Kawah Kamojang............................................. 100 Tabel 43. Matrik SWOT pengelolaan wisata alam
TWA Kawah Kamojang .................................................................... 102 Tabel 44. Peranan stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang .... 118
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan alir proses analisis strategi pengelola
TWA Kawah Kamojang ................................................................. 33 Gambar 2. Jenis-jenis flora yang ditemukan di TWA Kawah Kamojang ........ 37 Gambar 3. Hutan tanaman di TWA Kawah Kamojang .................................... 38 Gambar 4. Kawah-kawah di TWA Kawah Kamojang ..................................... 40 Gambar 5. Variasi kenampakan manifestasi panas bumi
di TWA Kawah Kamojang ............................................................. 41 Gambar 6. Jenis kegiatan wisata di TWA Kawah Kamojang .......................... 43 Gambar 7. Tempat sampah yang masih terbatas .............................................. 45 Gambar 8. Bentuk vandalisme pada batu dekat Kawah Hujan ........................ 45 Gambar 9. Tanggul pohon bekas penebangan liar di belakang pos tiket TWA Kawah Kamojang.................................................................. 46 Gambar 10. Kondisi jalan menuju TWA Kawah Kamojang .............................. 48 Gambar 11. Guest house TWA Kawah Kamojang ............................................ 52 Gambar 12. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Perum Perhutani ............ 55 Gambar 13. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh
Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang .................. 56 Gambar 14. Pangkalan angkutan pedesaan (angdes) Kamojang......................... 58 Gambar 15. Penggunaan air bersih di Bumi Perkemahan Kamojang ................. 60 Gambar 16. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang .................................. 64 Gambar 17. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang
menurut Rencana Karya Lima Tahun (RKLT) Tahap II ................ 64
Gambar 18. Pencinta wisata Karang Taruna Kamojang sedang bekerja bakti di Bumi Perkemahan Kamojang .................... 70
Gambar 19. Bumi Perkemahan Kamojang ......................................................... 72
Gambar 20. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang .................................... 88 Gambar 21. PT. Indonesia Power........................................................................ 88 Gambar 22. Sarana dan prasarana pengadaan pengguna kawasan pihak lain .... 89 Gambar 23. Papan aturan di TWA Kawah Kamojang ....................................... 91 Gambar 24. Kondisi jalur wisata TWA Kawah Kamojang................................. 92 Gambar 25. Papan petunjuk arah TWA Kawah Kamojang ................................ 93 Gambar 26. Papan peringatan Pertamina di Sumur KMJ-66 .............................. 96 Gambar 27. Strategi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang ............................... 105
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kriteria Penilaian Potensi TWA Kawah Kamojang,
Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan ....................................... 124 Lampiran 2. Jenis tumbuhan tingkat tinggi di TWA Kawah KAmojang.......... 130 Lampiran 3. Jenis tumbuhan bawah (herba) di TWA Kawah Kamojang ....... 131 Lampiran 4. Jenis tumbuhan epifit di TWA Kawah Kamojang ..................... 132 Lampiran 5. Jenis liana di TWA Kawah Kamojang ......................................... 132 Lampiran 6. Jenis burung di TWA Kawah Kamojang ..................................... 132 Lampiran 7. Jenis mamalia di TWA Kawah Kamojang .................................. 134 Lampiran 8. Jenis primata di TWA Kawah Kamojang .................................... 134 Lampiran 9. Jenis reptil di TWA Kawah Kamojang......................................... 135 Lampiran 10. Jenis amfibi di TWA Kawah Kamojang ...................................... 135 Lampiran 11. Panduan wawancara
11.1. Panduan wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung/Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Garut)..................................... 136 11.2.Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II .................................................................. 136 11.3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT Indonesia Power ........................................................................... 136 11.4. Panduan wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat.................................................................................... 137 11.5. Panduan wawancara dengan pengunjung ................................. 137
Lampiran 12. Kuisioner untuk para pengunjung ................................................ 138 Lampiran 13. Peta penyebaran kawah di TWA Kawah Kamojang ................... 142
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keputusan Dirjen PHPA No. 129/Kpts/DJ-IV/1996, menyatakan bahwa
Taman Wisata Alam (TWA) berfungsi sebagai kawasan yang terutama
dimanfaatkan sebagai kepentingan wisata alam, kawasan perlindungan sistem
penyangga kehidupan dan kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa
dan keunikan alam. Kemudian dikatakan pula bahwa dalam upaya pencapaian
tujuan pengelolaan kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok
pemanfaatan sesuai dengan potensinya. Sarana dan prasarana pengelolaan,
penelitian, pendidikan, dan wisata alam dapat dibangun di blok pemanfaatan yang
dalam pembangunannya harus memperhatikan arsitektur daerah setempat.
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang merupakan salah satu TWA yang
berlokasi di Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. Ditetapkan berdasarkan
surat keputusan Menteri Pertanian No. 110/Kpts-II/1990. Pengelolaan kawasan
oleh BKSDA Jawa Barat II, pengusahaan wisata alam oleh Perum Perhutani KPH
Bandung Selatan dan pengelolaan Bumi Perkemahan Kamojang oleh Kelompok
Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang. Penggunaan kawasan oleh pihak lain,
yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan penggunaan di sekitar TWA
Kawah Kamojang, yaitu PT. Indonesia Power.
Pengelolaan wisata alam di kawasan konservasi dengan pelibatan beberapa
stakeholder dapat menimbulkan berbagai masalah. Permasalahan yang ada
diantaranya adalah banyaknya stakeholder yang mengelola dan menggunakan
kawasan, informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi
yang terdapat di dalam TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui oleh
masyarakat luas dan pendapatan TWA Kawah Kamojang yang selama ini relatif
kecil, padahal untuk pengembangan kawasan wisata alam memerlukan biaya yang
tidak sedikit.
Agar TWA Kawah Kamojang dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
berdasarkan permasalahan yang ada, penggunaan kawasan oleh pihak lain dan
belum adanya sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata khusus untuk kawasan
konservasi, maka perlu disusun suatu strategi yang tepat untuk pengelolaannya
yang selama ini belum ada Rencana Pengelolaan TWA Kawah Kamojang secara
tertulis.
Strategi pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA) adalah usaha untuk
meningkatkan keberadaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan
kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun alternatif strategi
pengelolaan TWA Kawah Kamojang berdasarkan potensi TWA Kawah
Kamojang, pengelolaan, potensi pasar wisata dan penggunaan kawasan oleh pihak
lain.
C. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan bagi Perum Perhutani/KPH Bandung Selatan dan Balai
Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Barat II dalam mengelola TWA
Kawah Kamojang.
2. Memberikan informasi kepada pihak pengelola pengguna kawasan oleh pihak
lain, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power
dan masyarakat yang berminat untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan
pemanfaatan obyek wisata TWA Kawah Kamojang.
3. Bermanfaat bagi ilmu pengetahuan bidang wisata alam dan kepariwisataan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Taman Wisata Alam (TWA)
Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (PHKA, 2003a). Sedangkan
menurut PHPA (1996), fungsi TWA adalah sebagai kawasan perlindungan sistem
penyangga kehidupan dan sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan, satwa dan keunikan alam.
PHPA (1995) menyatakan, TWA dalam penyelenggaraannnya harus
didasarkan atas kelestarian dan merupakan usaha konservasi terhadap flora, fauna
serta ekosistemnya. Kehadiran pengunjung yang diharapkan sebagai sumber
pendapatan devisa dalam usaha pengembangan obyek wisata alam, perlu
perhatian dan pengelolaan yang baik dan benar. Hal ini demi terselenggarannya
obyek-obyek alamiah secara lestari dan tidak mengalami gangguan dan
kerusakan.
B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pariwisata
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
Pasal 5, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara
mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan
daya tarik wisata. Pasal 6, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan
dengan memperhatikan : a) kemampuan untuk mendorong peningkatan
perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, b) nilai-nilai agama, adat-
istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, c)
kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup dan d) kelangsungan usaha
pariwisata itu sendiri (PHKA, 2003a).
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,
meningkatkan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktivitas lainnya (Pendit, 1999). Sedangkan menurut Robert McIntosh dan
Shashikant Gupta (1980) dalam Pendit (1999), pariwisata adalah gabungan gejala
dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan
rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani
wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya.
Pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam. Di dalamnya juga
menyangkut usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (PHKA, 2003a).
Kebijaksanaan kepariwisataan dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu
yang mempengaruhi kehidupan kepariwisataan itu sendiri. Segala persoalan
ditimbulkan oleh adanya sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari
seseorang yang merasa asing oleh sebab keadaannya sendiri dipindahkan dari
keadaan sehari-harinya yang biasa di rumahnya sendiri ke tempat baru, di mana
kemudian kebutuhan-kebutuhan lain yang menyangkut paut peraturan dan
tindakan politik pemerintah dalam bidang pariwisata (Pendit, 1999).
Selain perhatian-perhatian pemerintah terhadap promosi dan
pengembangan pariwisata secara sistematis, sebagaimana tercermin dalam
pembentukan atau pengakuan terhadap Organisasi Pariwisata Nasional, perlu juga
perhatian ulang mengarahkan pariwisata ke dalam pengawasan dan kebijaksanaan
negara tanpa menghambat inisiatif swasta. Semua itu jika dilihat pentingnya
pariwisata dan sudut pandang ekonomi, sosial, budaya dan politik (Wahab, 1989).
Ruang lingkup kegiatan pemerintah dalam kepariwisataan dewasa ini
bervariasi menurut kepentingan keterlibatan negara dalam kepariwisataan dan
kondisi yang terjadi dalam negara itu (sistem politik, ekonomi, perundang-
undangan, perkembangan sosial ekonomi, tingkat perkembangan pariwisata,
tingkat kematangan badan usaha swasta serta kemampuan keuangan). Intervensi
negara dalam bidang pariwisata condong harus diperluas dan ditambahkan terus
dengan harapan utama untuk merumuskan dan merencanakan pertumbuhan
pariwisata dan membuka jalan untuk mencapai tujuan-tujuan utama dari kebijakan
pariwisata (Wahab, 1989).
Fungsi lain yang penting dari negara dalam pariwisata yaitu mengawasi
standar dan kualitas jasa-jasa wisata baik melalui Organisasi Pariwisata Nasional
maupun departemen-departemen yang lain. Perluasan pengawasan adalah
sebagian dari kebijakan pariwisata nasional yang harus diungkap dalam
ketentuan-ketentuan hukum, agar berbagai badan usaha pariwisata baik milik
negara, swasta dan asing, dapat melihat dengan jelas tempat mereka berada dan
memperbaiki kebijakan-kebijakan mereka sebagaimana mestinya. Suatu kebijakan
yang moderat, mantap, jelas, dan tegas sangat didambakan di seantero negara
pariwisata, tanpa memandang sistem ekonomi dan politiknya yang bermacam-
macam (Wahab, 1989).
Manajemen pariwisata tidak terbatas pada kawasan, obyek, dan daya tarik
wisatanya saja, tetapi juga para wisatawan dan berbagai unsur penunjangnya.
Nuansa pariwisata perlu sekali diciptakan, agar dapat meningkatkan gairah dan
suasana kegiatan pariwisata, hingga mudah untuk melaksanakan manajemennya
(Darsoprajitno, 2002).
Pengusahaan pariwisata alam bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan
gejala keunikan dan keindahan alam yang terdapat dalam zona pemanfaatan
taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Pengusahaan
pariwisata alam berupa usaha sarana pariwisata alam. Jenis-jenis usaha sarana
pariwisata alam meliputi usaha akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata
tirta, angkutan wisata, cinderamata, dan sarana wisata budaya (PHKA, 2003a).
Pengembangan ekowisata di Indonesia mempunyai kendala dan
kelemahan dalam hal pendanaan dan sumberdaya manusia. Mengatasi
permasalahan pengembangan ekowisata dibutuhkan suatu kerjasama dan
kemitraan yang bersifat lintas sektoral, baik di tingkat lokal, nasional, dan
internasional. Banyaknya negara yang terlibat dalam pengembangan ekowisata
dibutuhkan suatu bentuk kemitraan yang bersifat sinergis, saling menguntungkan,
tidak bersifat eksploitatif, adil dan transparan (Sudarto, 1999).
Guna membantu industri pariwisata, negara dapat mengambil berbagai
langkah mulai dari memantapkan suatu situasi yang layak bagi investasi swasta
sampai pada pengeluaran ketentuan-ketentuan yang menjamin kestabilan
ekonomi, dan secara aktif mempersiapkan para investor dalam pariwisata dengan
subsidi-subsidi yang luar biasa. Stabilitas ekonomi merupakan persyaratan pokok
untuk mendorong para investor dalam pariwisata. Persiapan suatu rencana
pengembangan pariwisata adalah indikasi baik tentang kesediaan negara untuk
menunjang dan membantu industri pariwisata (Wahab, 1989).
C. Kebijakan Pembangunan dan Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam
C.1. Kebijakan Pembangunan Taman Wisata Alam
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, taman wisata alam dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya (PHKA, 2003a).
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/Kpts-II/1989 tentang
Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Laut Pasal 11, dalam pembangunan sarana dan prasarana pengusahaan
obyek wisata alam serta pengelolaannnya, pemegang ijin wajib mendasarkan pada
Rencana Karya Pengusahaan (Perum Perhutani, 1994).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya dan Taman Wisata Alam Pasal 4, usaha sarana pariwisata alam
diselenggarakan dengan persyaratan sebagai berikut : a) luas kawasan yang
dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam
maksimum 10 % dari luas zona pemanfaatan, b) bentuk bangunan bergaya
arsitektur budaya setempat dan c) tidak mengubah bentang alam yang ada
(PHKA, 2003a).
Mackinnon et al. (1990), mengatakan bahwa dalam pembangunan
kawasan yang dilindungi, tiap negara memiliki pertimbangan kebijaksanaan yang
khas tersendiri. Ada kawasan yang ditetapkan terutama bagi kepentingan
penelitian ilmiah atau pengawetan suatu ekosistem atau spesies yang terancam
punah. Kawasan lain melayani kombinasi berbagai tujuan termasuk rekreasi dan
perlindungan nilai-nilai budaya.
Dasar-dasar kebijaksanaan dalam pembangunan TWA menurut PHPA
(1995), menyatakan bahwa dalam mewujudkan pembangunan TWA sebagai
kekayaan alam untuk dimanfaatkan guna kepentingan dan kebijaksanaan rakyat
semaksimal mungkin, atas dasar pelestarian alamnya. Obyek wisata alam tersebut
dengan keunikan dan keindahan alamnya baik flora maupun faunanya serta
kondisi alam sendiri, dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat dalam hal
rekreasi alam dan pendidikan serta sosial budaya.
Pengembangan integrasi dan koordinasi dapat dilakukan melalui,
koordinasi dengan lintas sektoral sejak penyusunan rencana pengelolaan sampai
pada tahap pelaksanaan pengelolaan kawasan dan pengembangannya. Bersama-
sama organisasi pemerintah dan non-pemerintah, baik dalam maupun luar negeri,
dan masyarakat mengembangkan suatu sistem kemitraan dalam upaya
pengelolaan maupun pengembangan TWA. Pembinaan daerah penyangga dititik
beratkan pada pengikutsertakan secara aktif masyarakat sekitar dalam
pengembangan wisata alam di kawasan tersebut (PHPA, 1996).
C.2. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam (TWA)
Strategi menurut Andrews (1980) dan Chaffe (1985) dalam Rangkuti
(2000) adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders
debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan
sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima
keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan.
Tujuan utama perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat
secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal (Rangkuti, 2000). Adapun tujuan
pengelolaan menurut PHPA (1996) adalah terjaminnya kelestarian kondisi
lingkungan kawasan TWA, terjaminnya potensi kawasan TWA dan optimalnya
pemanfaatan TWA untuk wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan,
menunjang budidaya, budaya, bagi kesejahteraan masyarakat. Begitu pula
menurut Jubenville et al. (1987), pengelolaan di kawasan yang digunakan sebagai
tempat rekreasi dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan
sumberdaya rekreasi, pengelolaan pengunjung dan pelayanan.
Pengelolaan rekreasi alam merupakan suatu sistem terbuka yang secara
langsung dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di luar sistem, organisasi dan
batas hukumnya. Menejemen rekreasi alam di dalamnya terdapat tiga input utama,
yaitu pengunjung, sumberdaya alam dan pengelolanya. Sumberdaya alam
merupakan media di mana kegiatan rekreasi tersebut dilaksanakan dan harus
dikelola agar dapat memberikan kepuasan bagi para pengunjung. Pengelolaan
mengkoordinasikan kegiatan dengan pelayanan dan sumberdaya yang ada dengan
kebutuhan para pengunjung (Jubnville et al, 1987).
Pengelolaan suatu obyek wisata alam merupakan bagian strategi
pelindungan alam. Tujuan pengelolaannya harus sejalan dengan tujuan
pengelolaan suatu kawasan konservasi. Hal ini berarti, bahwa pengelolaan harus
dilandasi peraturan ketat perihal konservasi. Asas inilah yang kurang diperhatikan
di banyak obyek wisata alam Indonesia khususnya yang berlokasi di luar kawasan
konservasi yang dikelola oleh Departemen Konservasi (Ko, 2001).
Menurut Riyanto (2004a), tujuan pengelolaan Kawasan Suaka Alam
(KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga
dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. Sedangkan pengelolaan kawasan dilakukan sesuai dengan
fungsi kawasan, yaitu :
a. Sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
b. Sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan atau satwa
beserta ekosistemnya.
c. Untuk pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Kawasan wisata alam berdasarkan PHPA (1996) dalam upaya pencapaian
tujuan pengelolaan, kawasan TWA ditata ke dalam blok perlindungan dan blok
pemanfaatan sesuai dengan potensinya. Blok perlindungan dapat dilakukan
kegiatan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta wisata
terbatas, dibangun sarana dan prasarana untuk kegiatan monitoring dan tidak
dilakukan kegiatan yang bersifat merubah bentang alam. Blok pemanfaatan dapat
dilakukan kegiatan pemanfaatan kawasan dan potensinya, pengusahaan wisata
alam, kegiatan penangkaran, dibangun sarana dan prasarana pengelolaan.
Menurut PHPA (1996), prinsip pengelolaan TWA, yaitu :
1. Pendayagunaan potensi TWA (tumbuhan, satwa, ekosistem, dan daya tarik
obyek wisata) untuk kegiatan wisata alam, penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, penyedia plasma nutfah untuk budidaya, diupayakan tidak
mengurangi luas dan merubah fungsi kawasan.
2. Dalam upaya pencapaian tujuan pengelolaan kawasan TWA ditata ke dalam
blok perlindungan dan blok pemanfaatan sesuai dengan fungsinya.
Menurut PHPA (1996), pengelolaan potensi kawasan TWA, meliputi
inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan serta penanganan hasil-hasil
melalui sistem database, pengembangan sistem pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan kondisi dan potensinya, pembinaaan habitat, pembinaan populasi
tumbuhan dan satwa, rehabilitasi kawasan, penyediaan plasma nutfah untuk
menunjang kegiatan budidaya, pengkayaan dan penangkaran jenis untuk
kepentingan penelitian. Sedangkan pengelolaan wisata alamnya meliputi
inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik wisata alam; inventarisasi,
identifikasi dan analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat, kecenderungan
pasar (pengunjung), kebijaksanaan sektor kepariwisataan daerah, dan ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung yang berada di sekitar kawasan; peningkatan
peran serta masyarakat sekitar kawasan dalam kesempatan dan peluang usaha dan
kerja peningkatan kesejahteraan; penjagaan keunikan dan keindahan alam serta
mutu kondisi lingkungan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya; pemasaran
obyek wisata alam dan pengusahaannya.
Tata laksana pengelolaan yang mengacu pada kualitas dan kuantitas
obyek, biasanya lebih menyakinkan dan hasilnya lebih mantap. Jika
pengelolaannya baik dan benar, kemungkinan timbulnya dampak negatif dapat
dengan mudah diperhitungkan (Darsoprajitno, 2002).
Perencanaan pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam
rangka pengelolaan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam yang disusun oleh menteri. Rencana karya pengusahaan pariwisata dalam
kawasan yang bersangkutan, yang dibuat oleh pengusaha pariwisata alam yang
didasarkan pada rencana pengelolaan alam hayati dan ekosistemnya (PHKA,
2003a).
Menurut PHKA (2003b), kriteria yang dipakai untuk menilai daerah
operasi obyek dan daya tarik wisata alam adalah daya tarik (potensi kawasan),
potensi pasar, kadar hubungan, kondisi lingkungan, pengelolaan dan pelayanan,
iklim, akomodasi, prasarana dan sarana penunjang, ketersediaan air bersih,
hubungan dengan obyek wisata lain, keamanan, daya dukung, pengaturan
pengunjung, pemasaran dan pangsa pasar.
D. Wisata Alam
Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati
pada keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya dan,
taman wisata alam (PHKA, 2003a). Begitu pula menurut Yoeti (2000), wisata
alam adalah kegiatan perjalanan sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara, untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan
alam. Sedangkan menurut Suwantoro (2002), wisata alam adalah bentuk kegiatan
wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Dan
menurut Rahardjo (2005), wisata alam adalah wisata yang didasarkan pada
kunjungan ke kawasan alami.
E. Kegiatan Wisata Alam
Kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan,
penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata
(Suwantoro, 2002). Hal serupa diungkapkan oleh Persatuan Peminat dan Ahli
Kehutanan (1987), kegiatan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan wisata,
pendidikan, penelitian, kebudayaan, serta cinta alam yang dilakukan di dalam
obyek wisata alam. Kegiatan-kegiatan wisata alam yang boleh dilakukan di taman
nasional dan hutan wisata adalah rekreasi biasa, berkemah, mendaki, berenang,
snorkeling, menyelam, berselancar air dan angin, penelusuran gua serta penelitian.
Menurut PHPA (1996), kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi
diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap
memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
pelestarian alam.
F. Potensi Pasar Wisata
Pasar wisata menurut Soekadijo (2000), adalah daerah sumber wisatawan.
Potensi pasar untuk menentukan jenis permintaan yang ada di pasar wisata,
berupa bentuk dan harga perjalanan wisata yang dikehendaki oleh pasar.
Sedangkan menurut Wahab et al. (1997), pasar wisata adalah permintaan yang
nyata atau yang masih potensial akan sesuatu produk wisata tertentu yang
didasarkan pada sesuatu motivasi perjalanan. Pasar wisata maksudnya adalah
mereka yang melakukan perjalanan atau bepergian ke suatu daerah tertentu
(negara atau kawasan) untuk memenuhi suatu kebutuhan yang mendorong untuk
bepergian atau menetapkan untuk bepergian sebagai suatu masalah pokok.
Pasar wisata dapat ditemukan dengan menggunakan indikator pasar yang
pertama, jauh-dekatnya letak suatu daerah dari daerah yang lain menunjukkan
bahwa daerah itu mudah atau sulit dikembangkan menjadi daerah sumber
wisatawan atau pasar wisata bagi daerah yang lain. Dekat dan jauh tidak diukur
dengan jarak, akan tetapi harus diukur berdasarkan kenyamanan (comfort), waktu
dan biaya (rate) yang diperlukan untuk perjalanan dari daerah yang satu ke daerah
yang lain. Kedua, untuk daerah-daerah yang sedikit banyak telah mendapat
kunjungan wisata. Ketiga, dapat dilihat adanya transferabilitas yang menunjukan
bahwa daerah yang satu dapat berinteraksi dengan daerah yang lain (Soekadijo,
2000).
Menurut PHKA (2003b), unsur-unsur potensi pasar meliputi jumlah
penduduk per propinsi dimana obyek berada dibandingkan dengan kepadatan
penduduk. Selain itu tingkat kebutuhan wisata yang meliputi tingkat pendaptan
per kapita, tingkat kesejahteraan, tingkat kejenuhan, kesempatan dan perilaku
berwisata.
G. SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats)
(Rangkuti, 2000). Begitu juga menurut Rahardjo (2005), SWOT adalah sebuah
metode analisis dengan mengkaji kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Strength atau kekuatan adalah kondisi, karakter, ciri, sumberdaya dan lain-
lain yang bernilai positif. Kekuatan juga bisa dimaknai sebagai hal-hal positif dari
dalam. Weakness atau kelemahan adalah kondisi yang menyangkut aspek-aspek
negatif atau kelemahan dari dalam. Opportunities atau peluang kondisi di luar
yang menyangkut aspek-aspek positif. Peluang juga menggambarkan suatu
keadaan dimana kalau tidak dimanfaatkan maka akan merasa rugi. Threat atau
ancaman adalah kondisi di luar yang menyangkut aspek-aspek negatif dan akan
mempengaruhi. Ancaman ini dapat berupa perilaku orang luar, kebijakan politik
pemerintah, konflik politik dan sebagainya (Rahardjo, 2005).
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan
Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi
dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportinities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2000).
Selanjutnya Rangkuti (2000), menyatakan alat yang dipakai untuk
menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi .
Beranekaragam faktor harus diperhitungkan dalam analisis yang bersifat
strategis, sehingga terpilihnya suatu alternatif tertentu yang diyakini merupakan
keputusan yang paling tepat. Para pakar sependapat bahwa instrumen untuk
menilai berbagai faktor yang layak diperhitungkan yakni analisis SWOT dan
pendekatan matriks (Siagian, 2002 dalam Winarno, 2004).
III. KONDISI UMUM
A. Sejarah Kawasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan masyarakat,
Kamojang merupakan nama lain dari Kampung Pangkalan. Pangkalan dapat
diartikan sebuah tempat untuk berkumpul. Pada masa pemerintahan Belanda,
kawasan ini dipergunakan oleh orang-orang Belanda sebagai tempat berkumpul
untuk beristirahat mencari ketenangan dan juga tempat melakukan berbagai
penelitian. Pada masa perang kemerdekaan, kawasan ini merupakan basis
pertahanan oleh para pemberontak Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia
(TII). Sedangkan menurut kuncen TWA Kawah Kamojang, Kamojang berasal
dari kata mojang cantik. Ceritanya, di kawasan ini pernah hidup seorang
perempuan yang cantiknya begitu kesohor di tatar Sunda.
Sejak dibukanya kawasan ini pada masa pemerintahan penjajahan Belanda
hingga era tahun 1970-an, kawasan ini merupakan tempat persinggahan dan
bermalam bagi orang yang melakukan perjalanan dari Bandung dan sekitarnya
menuju Garut, begitu pula sebaliknya.
Pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1926-1928 oleh Belanda
telah dilakukan penyelidikan yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber panas
bumi di Kamojang. Pada masa itu telah dilakukan eksplorasi dengan pemboran
lima sumur pemboran dangkal dengan kedalaman antara 66 m sampai dengan 128
m, karena situasi pada saat itu tidak memungkinkan maka usaha untuk
mengembangkan panas bumi di Kamojang dihentikan (Pertamina, 2003).
Sedangkan menurut hasil analisis dokumen surat keputusan, kronologis
pengelolaan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
170/Kpts/Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979, Kelompok Hutan Kawah Kamojang
ditunjuk sebagai Cagar Alam Kawah Kamojang seluas 7.500 Ha dan TWA
Kawah Kamojang seluas 500 Ha. Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan
batas tahun 1982 yang tertuang dalam Berita Acara Tata Batas tanggal 7 Agustus
1982, luas CA Kawah Kamojang adalah 7.805 Ha. Sedangkan penetapan menjadi
CA Kawah Kamojang dan TWA Kawah Kamojang seluas 8.286 Ha (CA : 7.805
Ha dan TWA : 481 Ha) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
110/Kpts-II/1990 tanggal 14 Maret 1990. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kahutanan nomor 433/Kpts-II/1994 tanggal 5 Agustus 1994 menetapkan lahan
kompensasi seluas 12,196 Ha menjadi bagian CA sehingga luas CA Kawah
Kamojang menjadi 7.817,196 Ha dan luas TWA Kawah Kamojang 481 Ha.
Ijin pengusahaan wisata alam di TWA Kawah Kamojang diberikan kepada
Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan),
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 284/Kpts-II/1990 tanggal 4
Juni 1990 (Perum Perhutani, 1994).
B. Kondisi Fisik
B.1. Letak
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang berdasarkan Peta Lokasi TWA
Kawah Kamojang skala 1 : 25.000 dan Perum Perhutani (1997), berada pada
koordinat 07000’12’’ – 07006’57’’ Lintang Selatan (LS) dan 107031’35’’ –
107053’50’’ Bujur Timur (BT). Menurut administrasi pemerintahan, kawasan
konservasi TWA Kawah Kamojang terletak dalam dua wilayah, yaitu Desa
Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan Desa Randukurung,
Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Berdasarkan Peta Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat skala 1 : 1.000.000 dan BKSDA Jawa Barat II (2003), batas-
batas kawasan TWA Kawah Kamojang adalah :
• Sebelah Utara : Kecamatan Paseh dan Ibun, Kabupaten Bandung
• Sebelah Barat : Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung
• Sebelah Timur : Kecamatan Leles dan Tarogong, Kabupaten Garut
• Sebelah Selatan : Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut
B.2. Tanah, Geologi dan Topografi
Jenis tanah di kawasan TWA Kawah Kamojang berdasarkan Peta Tanah
TWA Kawah Kamojang skala 1 : 25.000 dan Perum Perhutani (1997), seluruhnya
terdiri dari jenis tanah andosol yang berasal dari bahan batuan induk, basis dan
intermedia dengan fisiografi gunung berapi. Geologi kawasan TWA Kawah
Kamojang berdasarkan Peta Geologi TWA Kawah Kamojang dan Perum
Perhutani (1997), seluruhnya terdiri dari batuan kuarter hasil gunung api yang tak
teruraikan. Berdasarkan Peta Topografi TWA Kawah Kamojang skala 1 : 25.000
dan Perum Perhutani (1997), TWA Kamojang memiliki topografi lapang
sebagaian besar berbukit dengan lereng lapang terjal, pada beberapa tempat
terdapat areal dengan kelerengan lapangan datar, landai sampai bergelombang.
Daerah yang memiliki topografi yang datar terletak di blok pangkalan yang
merupakan areal pemukiman dan pusat pengelolaan TWA Kawah Kamojang.
TWA Kawah Kamojang berada pada ketinggian antara 1.400 – 1.800 meter di
atas permukaan laut (mdpl).
B.3. Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, daerah TWA Kawah
Kamojang termasuk ke dalam tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata 2.400 mm
per tahun atau rata-rata curah hujan harian 213 mm per hari. Musim hujan
berlangsung antara bulan September sampai bulan Maret dan musim kemarau
antara bulan April sampai bulan Agustus. Temperatur udara sepanjang tahun
cukup rendah yaitu antara 8,4 0C – 24,9 0C dan temperatur udara rata-rata 16,7 0C
dengan kelembaban udara rata-rata tahunan relatif tinggi yaitu 87 % (BMG, 2004
dalam BKSDA Jawa Barat II dan IPB, 2005).
C. Kondisi Biologi
C.1. Flora
TWA Kawah kamojang termasuk formasi hutan hujan tropika (tropical
rain forest) tipe hutan pegunungan (mountana forest) dan merupakan hutan
campuran. Terdapat dua kelompok tipe vegetasi, yaitu vegetasi hutan alam dan
vegetasi hutan tanaman.
C.1.1. Vegetasi Hutan Alam
Jenis flora di kawasan TWA Kawah Kamojang didominasi oleh jenis
Pasang (Quercus javanica), Saninten (Castanopsis argentea), Jamuju
(Podocarpus imbricatus), Kihujan (Engelhardtia spicata), Kitebe (Sloanea sigun)
dan Kitambaga (Eugenia cumini), Kiara (Ficus glabela), Kibeureum (Viburnum
sambucinum), Cangkuang (Pandanus sp.) dan Paku-pakuan (Dyplazzium sp.)
(BKSDA Jawa Barat II, 2003).
C.1.2. Vegetasi Hutan Tanaman
Hutan tanaman di kawasan TWA Kawah Kamojang seluas 10,5 Ha. Jenis
hutan tanaman ini yaitu jenis Rasamala (Altingia excelsa) yang ditanam tahun
1942 dan hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) yang ditanam tahun 1969 (Perum
Perhutani, 2004).
C.2. Fauna
Jenis satwa yang ada di TWA Kawah Kamojang, meliputi Macan tutul
(Panthera pardus), Musang (Paradoxurus hermaproditus), Trenggiling (Manis
javanica), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus) dan
Kutilang (Pycnonotus aurigaster) (BKSDA Jawa Barat II, 2003).
D. Masyarakat Sekitar Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
D.1. Kependudukan
D.1.1. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan tabel luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk, terlihat bahwa Kecamatan Samarang memiliki kepadatan penduduk
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Ibun. Pertumbuhan penduduk
dan kepadatan penduduk tersebut disebabkan oleh relatif besarnya pendatang
karena di Kecamatan Samarang lebih berpotensi untuk berbagai mata
pencaharian.
Tabel 1. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut
Tahun 2004
No Kecamatan Luas Wilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
1 Ibun 54,5653 68.104 1.248,12
2 Samarang 5,9710 65.201 10.919,61
Jumlah 60,5363 133.305 12.167,73
Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)
D.1.2. Pendidikan
Lulusan Sekolah Dasar (SD) atau pendidikan sederajatnya merupakan
lulusan yang paling dominan dalam masyarakat sekitar TWA Kawah Kamojang,
baik di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dengan persentase 70,3% maupun
di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut dengan persentase 61,15 %. Hal ini
terjadi karena masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat disamping untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang lanjutan harus ke luar kecamatan.
Tabel 2. Persentase tingkat pendidikan Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan
Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004
No Tingkat Pendidikan Kecamatan Ibun (%) Kecamatan Samarang (%)
1 SD/MI 70,33 61,15
2 SLTP/MTs 25,37 26,02
3 SMU/MA 4,30 12,83
4 PT - -
Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)
D.2. Ekonomi
D.2.1. Mata Pencaharian
Masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang rata-rata mata pencaharian
sebagai petani, buruh swasta, pedagang, buruh tani dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Dilihat dari jenis mata pencahariannya bertani merupakan mata
pencaharian utama. Sifat dari mata pekerjaan mereka ada yang sepanjang tahun
dan musiman. Pekerjaan sepanjang tahun seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS),
pedagang, dokter dan TNI/POLRI. Sedangkan untuk pekerjaan musiman, seperti
petani, buruh tani dan buruh swasta. Khusus untuk masyarakat Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung banyak pekerja musiman dengan sistem
kontrak. Hal ini disebabkan karena adanya Pertamina Area Panas Bumi EP
Kamojang dan PT. Indonesia Power yang merekrut tenaga kerja masyarakat
sekitar untuk kegiatan musiman seperti pembersihan mesin-mesin, supir untuk
kegiatan pemboran panas bumi dan tenaga pemboran panas bumi.
Tabel 3. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung dan
Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Tahun 2004
No Mata Pencaharian Kecamatan Ibun (Orang) Kecamatan Samarang (Orang)
1 Petani 3.281 4.117
2 Buruh tani 1.284 1.682
3 Buruh swasta 3.894 42
4 Pegawai Negeri Sipil 241 586
5 Pengrajin 146 31
6 Pedagang 1.363 2.439
7 Peternak 128 2
8 Nelayan - -
9 Montir 34 7
10 Dokter - 2
11 Guru swasta 15 6
12 Penjahit 16 9
13 Supir 53 42
14 TNI/POLRI 6 237
15 Pertukangan 73 -
16 Pertambangan - -
17 Pensiunan - -
Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)
D.3. Budaya
Adat istiadat masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang pada
umumnya sama dengan masyarakat Suku Sunda lainnya di Jawa Barat. Di
Kamojang tidak ada kesenian, upacara adat dan kerajinan yang khas. Hubungan
antara masyarakat desa pada umumnya sangat erat. Hal ini ditunjukkan masih
hidupnya kelembagaan gotong royong, terutama dalam pekerjaan kerja bakti
dalam pembangunan sarana ibadah (mesjid dan langgar), membangun rumah
penduduk, kantor desa, membuat saluran air serta jalan desa. Pola hidup sehari-
hari mereka juga masih kuat dipengaruhi oleh norma agama Islam karena
mayoritas beragama Islam.
Agama yang dianut oleh masyarakat sekitar TWA Kawah Kamojang
adalah Islam (100%), baik di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung maupun di
Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut (Tabel 4).
Tabel 4. Agama yang dianut masyarakat Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung
dan Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut tahun 2004
Jumlah Pemeluk Agama (Jiwa) No Agama
Kecamatan Ibun Kecamatan Samarang
1 Islam 68.104 65.201
2 Protestan - -
3 Katolik - -
4 Hindu - -
5 Budha - -
6 Konghucu - -
7 Lainnya - -
Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan PBS Kabupaten Garut (2004)
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, selama dua bulan, yaitu dari bulan Juli
sampai bulan Agustus 2005.
B. Bahan dan Alat
B.1. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner, panduan
wawancara (Pemerintah Daerah Garut/Pemerintah Daerah Bandung, pengelola
TWA Kawah Kamojang, pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang
serta PT. Indonesia Power, tokoh masyarakat, masyarakat dan pengunjung) dan
peta lokasi TWA Kawah Kamojang.
B.2. Alat
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kamera, binokuler,
Geografis Position System (GPS) tipe Magellan GPS 4000 XL dan alat tulis
menulis.
C. Metode
C.1. Kategori Data
Data dan informasi yang dikumpulkan (Tabel 5 – Tabel 11). Data dan
informasi tersebut dapat dikelompokan menjadi tujuh kategori, yaitu :
1. Kondisi umum, meliputi sejarah kawasan, kondisi fisik, kondisi biologi
serta sosial, ekonomi dan budaya masyarakat (Tabel 5).
2. Potensi TWA Kawah Kamojang, meliputi daya tarik, kadar hubungan,
keadaan penginapan, sarana dan prasarana, sarana dan prasarana
penunjang, tersedianya air bersih dan hubungan dengan obyek wisata lain
di sekitar kawasan (Tabel 6).
3. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan, meliputi struktur organisasi,
kemantapan organisasi, personal, kegiatan pokok, perawatan sarana dan
prasarana serta mutu pelayanan (Tabel 7).
4. Kebijakan, meliputi kebijakan dari BKSDA Jawa Barat II, Perum
Perhutani KPH Bandung Selatan, Pertamina Area Panas Bumi EP
Kamojang, PT. Indonesia Power, Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Tabel 8).
5. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang, meliputi daerah asal
pengunjung, jumlah penduduk dan lokasi (jarak, waktu perjalanan dan
biaya perjalanan ) (Tabel 9).
6. Pengunjung, meliputi keadaan pengunjung, karakteristik pengunjung,
motif pengunjung, penilaian pengunjung serta harapan dan saran (Tabel
10).
7. Penggunaan kawasan oleh pihak lain, meliputi administrasi, kondisi
kawasan dan dampak terhadap lingkungan (Tabel 11).
C.2. Parameter dan Variabel
Kategori data tersebut dapat disajikan melalui beberapa parameter dan
lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan antar variabel dengan
sumber informasi dan teknik pengambilan data.
Tabel 5. Kondisi umum
Parameter Variabel Komplek
Variabel Spesifik Sumber Teknik
Sejarah kawasan
Asal-usul Luasan (Ha) Waktu penetapan
Dokumen, panduan wawancara Dokumen Dokumen
Analisis data, wawancara Analisis data Analisis data
Kondisi fisik
Letak Tanah Geologi Topografi Iklim
Letak astronomis Letak administrasi Batas wilayah Jenis Batuan Kelerengan Ketinggian Tipe iklim Curah hujan Bulan basah dan kering Suhu
Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen
Analisis data Analisis data Analisis data Analisis data Analisis data
Kelembaban
Kondisi biologi
Flora Fauna
Tipe ekosistem Jenis Jenis
Lapang, Dokumen, panduan wawancara Lapang, Dokumen, panduan wawancara
Penelaahan lapang, analisis data, wawancara Penelaahan lapang, analisis data, wawancara
Masyarakat sekitar
Penduduk Ekonomi Budaya
Kepadatan penduduk Pendidikan Mata pencaharian Kesenian Religi Upacara adat Kerajinan
Dokumen Dokumen Dokumen, panduan wawancara Dokumen,
panduan
wawancara
Analisis data Analisis data Analisis data, wawancara Analisis data,
wawancara
Tabel 6. Potensi Taman Wisata Alam Parameter Variabel
Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik
Daya tarik Sumberdaya alam yang menonjol Keunikan Kepekaan sumberdaya alam Kegiatan rekreasi Ruang gerak Kebersihan lokasi
Flora Fauna Gejala alam (kawah) Bentuk Nilai ilmu pengetahuan Nilai pengobatan Nilai kepercayaan Jenis kegiatan Luas (Ha) Pengaruh dari alam, industri, jalan ramai kendaraan, pemukiman penduduk, sampah, satwa dan corat-coret (vandalisme)
Lapang Lapang Lapang kuesioner, panduan wawancara Lapang, kuesioner, panduan wawancara Lapang, dokumen, panduan wawancara Lapang
Penelaahan lapang Penelaahan lapang Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, analisis data, wawancara Penelaahan lapang
Keamanan kawasan
Penebangan liar Perambahan Kebakaran Gangguan terhadap flora dan fauna Masuknya flora/fauna eksotik
Lapang, panduan wawancara
Penelaahan lapang, wawancara
Kadar hubungan
Transportasi
Kondisi jalan Frekuensi kendaraan umum Jarak Jumlah kendaraan umum Waktu tempuh
Lapang, dokumen,
Penelaahan lapang, analisis data
Keadaan penginapan (radius 15 km)
Jumlah Kapasitas
Lapang, dokumen Lapang, dokumen
Penelaahan lapang, analisis data Penelaahan lapang, analisis data
Sarana dan prasarana
Sarana Prasarana
Jenis Jumlah Kondisi Pengada Jenis Jumlah Kondisi Pengada
Lapang Lapang
Penelaahan lapang Lapang
Sarana dan prasarana penunjang (radius 2 km)
Sarana penunjang Prasarana penunjang
Ketersediaan Jenis (rumah makan/minum, bank, pusat belanja dan toko cinderamata) Ketersediaan Jenis (kantor pos, telepon umum, Puskesmas, jalan, jembatan, areal parkir, jaringan listrik dan jaringan air minum)
Lapang Lapang
Penelaahan lapang Penelaahan lapang
Tersedianya air bersih
Ketersediaan Kemudahan Lokasi Kelayakan dikonsumsi
Volume Waktu Proses mendapatkannya Sumber air Jarak
Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang
Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang
Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan (radius 50 km)
Obyek wisata sejenis Obyek wisata tidak sejenis
Jumlah Jumlah
Lapang, dokumen Lapang, dokumen
Penelaahan lapang, analisis data Penelaahan lapang, analisis data
Tabel 7. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan
Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik Pengelolaan Struktur organisasi
Kemantapan organisasi Personal Kegiatan pokok Sikap masyarakat
Pembuatan struktur organisasi Hubungan tata kerja Status pengelolaan Dana anggaran Sumber dana Rencana dan realisasi pendapatan Pergantian pimpinan Asal instansi Jumlah petugas Status petugas Tingkat pendidikan Instansi yang mengurus Jenis Partisipasi masyarakat Jumlah Jenis kegiatan (formal/non formal)
Dokumen Dokumen, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara Lapang, panduan wawancara
Analisis data Analisis data, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara Penelaahan lapang, wawancara
Perawatan Sarana dan prasarana
Jenis Kondisi Frekuensi
Lapang, panduan wawancara
Penelaahan lapang, wawancara
Pelayanan Mutu pelayanan Bentuk pelayanan Kemampuan petugas
Lapang, panduan wawancara
Penelaahan lapang, wawancara
Tabel 8. Kebijakan
Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik
Sumber Teknik
Kebijakan Kebijakan dari : BKSDA Jawa Barat II Perum Perhutani KPH Bandung Selatan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang PT. Indonesia Power Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan)
Dokumen, panduan wawancara
Analisis data, wawancara
Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan)
Tabel 9. Potensi pasar wisata TWA Kawah Kamojang
Parameter Variabel Komplek
Variabel Spesifik Sumber Teknik
Potensi pasar
Daerah asal pengunjung Penduduk Lokasi
Jumlah pengunjung Jumlah penduduk Jarak Waktu Biaya
Panduan wawancara, kuesioner Dokumen Lapang, dokumen, panduan wawancara dan kuesioner
Wawancara Analisis data Penelaahan lapang, analisis data, wawancara
Tabel 10. Pengunjung TWA Kawah Kamojang
Parameter Variabel Komplek Variabel Spesifik Sumber Teknik Pengunjung Keadaan pengunjung
Karakteristik pengunjung Motif pengunjung Penilaian pengunjung Harapan dan saran pengunjung
Jumlah Umur Jenis kelamin Asal Pendidikan Pekerjaan Tujuan Obyek yang disukai Kegiatan rekreasi yang disukai Pelayanan Keberadaan pengguna kawasan oleh pihak lain
Dokumen Kuesioner, panduan wawancara Kuesioner, panduan wawancara Kuesioner, panduan wawancara Kuesioner, panduan wawancara
Analisis data Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Tabel 11. Penggunaan kawasan oleh pihak lain
Parameter Variabel Komplek
Variabel Spesifik Sumber Teknik
Administrasi Surat perjanjian pinjam pakai
Jenis Ketentuan Kewajiban
Dokumen Analisis data
Kondisi kawasan
Sarana fisik dan bangunan
Perkantoran Perumahan Perhubungan (jalan) Penggunaan lahan
Lapang Penelahan lapang
Dampak terhadap
Luas kawasan TWA
Dokumen
Analisis data
lingkungan Flora Fauna Hidrologi Tanah
Gangguan terhadap flora Perubahan struktur dan komposisi jenis Gangguan terhadap fauna Perubahan struktur dan komposisi jenis Ketersediaan air Pembukaan lahan
Lapang, dokumen Lapang, dokumen Dokumen Dokumen
Penelaahan lapang, analisis data Penelaahan lapang, analisis data Analisis data Analisis data
C.3. Prosedur Kerja Penelitian
1. Studi pustaka dan survei pendahuluan.
2. Pengambilan data diperoleh melalui penelaahan lapang, analisis data dan
wawancara dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan TWA Kawah
Kamojang, pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT.
Indonesia Power, tokoh masyarakat, masyarakat dan pengunjung.
Pengisian kuesioner dilakukan juga kepada pengunjung.
3. Analisis terhadap data yang diperoleh melalui skoring, deskriptif dan
SWOT.
4. Pembuatan rencana strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang.
D. Metode Pengambilan Data
D.1. Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan
Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi
umum lokasi penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara
mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, majalah-majalah, brosur-
brosur, dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian (Singarimbun
dan Effendi, 1995).
Data yang diperoleh melalui studi pustaka diverifikasi di lapangan. Data
ini diperoleh dari kantor-kantor yang berhubungan dengan penelitian seperti
Perum Perhutani KPH Bandung Selatan, Balai Konservasi Sumberdaya Alam
(BKSDA) Jawa Barat II, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang, PT.
Indonesia Power, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut, Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut
serta pustaka-pustaka yang menunjang penelitian ini.
D.2. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul
data dengan responden. Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui
wawancara terpandu dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung. Wawancara
langsung secara terpandu dan penyebaran kuesioner dilakukan kepada :
• Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Garut)
Data yang dikumpulkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yaitu,
kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai pariwisata alam (Lampiran 11).
• Pengelola Kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH
Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II)
Data yang dikumpulkan meliputi kondisi biologi kawasan (flora dan
fauna), luasan gerak pengunjung di TWA Kawah Kamojang, keamanan
kawasan, asal daerah pengunjung, ketersediaan air bersih (ketercukupan,
lokasi sumber air, kemudahan mengalirkannya), pengelolaan (status
pengelolaan, dana anggaran, sumber dana dan sistem pergantian pimpinan,
jumlah petugas, status petugas, tingkat pendidikan petugas dan kegiatan
pokok), perawatan sarana dan prasarana (jenis dan frekuensi) serta
pelayanan (bentuk pelayanan dan kemampuan petugas) dan kebijakan-
kebijakan pengelolaan yang berlaku serta kebijakan pinjam pakai lahan
(Lampiran 11).
• Pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia
Power
Data yang dikumpulkan meliputi kebijakan dalam peranannya terhadap
kegiatan pengelolaan dan pengembangan TWA Kawah Kamojang.
(Lampiran 11).
• Tokoh masyarakat dan masyarakat
Wawancara tersebut dilaksanakan melalui wawancara terpandu kepada
beberapa tokoh masyarakat, sedangkan untuk jumlah responden dari
masyarakat yang dipilih untuk kegiatan wawancara ± 30 orang dengan
ketentuan dilakukan pada masyarakat yang mempunyai kontribusi terbesar
pada kawasan TWA Kawah Kamojang. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara
tersebut dilakukan untuk mengetahui sejarah kawasan, sikap masyarakat
atau dukungan masyarakat terhadap kegiatan dan pengelolaan wisata di
TWA Kawah Kamojang, jenis dan sifat mata pencaharian dan kebudayaan
(adat-istiadat, kesenian, upacara adat dan kerajinan khas daerah setempat)
dan saran serta harapan (Lampiran 11).
• Pengunjung
Wawancara terhadap pengunjung dilakukan dengan cara wawancara
terpandu (Lampiran 11) dan penyebaran kuesioner di lokasi obyek wisata
(Lampiran 12). Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui
karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan dan
pekerjaan), motif pengunjung (tujuan, obyek yang disukai dan kegiatan
rekreasi yang disukai), penilaian pengunjung terhadap pelayanan dan
keberadaan pengguna kawasan oleh pihak lain, harapan dan saran
pengunjung, kepekaan sumberdaya alam, jarak dari tempat tinggal ke
TWA Kawah Kamojang, waktu yang diperlukan untuk mencapai lokasi
dan biaya perjalanan menuju lokasi. Teknik pengambilan contoh dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Ukuran sample yang
dibutuhkan ditetapkan dengan menggunakan formula yang dikembangkan
oleh Slovin (1990) dalam Sugiarto dan Kusmayadi (2000), yaitu :
Keterangan :
n = ukuran sample yang dibutuhkan
N = ukuran populasi pada waktu tertentu, dan
e = batas ketelitian (margin error)
N n = 1+N(e)2
14.097 n = = 99,30 ≈ 100 responden 1+14.097(10 %)2
Besarnya ukuran populasi (N) digunakan data jumlah pengunjung TWA
Kawah Kamojang satu tahun sebelumnya, sedangkan besarnya prosentase
batas ketelitian karena kesalahan (e) yang digunakan adalah 10% karena
untuk mempermudah dalam penghitungan dan hasil yang didapat
mendekatan angka bulat.
D.3. Pengamatan/penelaahan lapang
• Kondisi biologi
Komponen yang diamati (Tabel 5). Kondisi biologi diamati di lapangan
dan dilengkapi dari dokumen yang sudah ada serta wawancara dengan
pengelola dan masyarakat.
• Daya tarik
Komponen daya tarik yang diamati (Tabel 6). Daya tarik dapat diamati
langsung di lapangan yang meliputi sumberdaya alam yang menonjol,
keunikan, kepekaan sumberdaya alam, jenis kegiatan yang dapat
dilakukan, ruang gerak, kebersihan lokasi dan keamanan kawasan.
• Kadar hubungan
Komponen dari kadar hubungan yang diamati (Tabel 6). Keadaan jalannya
dinilai dari penelaahan lapang. Jumlah kendaraan di sekitar obyek dapat
diperoleh dari data statistik BPS Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Garut serta informasi pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut. Frekuensi kendaraan yang menuju TWA Kawah
Kamojang diperoleh dari pengamatan di lapangan dan ditunjang oleh
informasi dokumen dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut.
• Keadaan penginapan
Komponen yang diamati (Tabel 6), yaitu jumlah penginapan dan kamar
dalam radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang.
• Sarana dan prasarana
Komponen yang diamati (Tabel 6), meliputi jenis, jumlah, kondisi dan
pihak yang mengadakannya. Sarana dan prasarana ini hanya yang berada
di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang.
• Sarana dan prasarana penunjang
Komponen yang diamati (Tabel 6). Sarana dan prasarana penunjang dapat
diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dalam radius 2 km dari
TWA Kawah Kamojang dan pengunjung dengan informasi dari
masyarakat dan petugas di lapangan.
• Ketersediaan air bersih
Komponen yang diamati (Tabel 6). Ketersediaan air bersih dapat diamati
di lapangan dengan melihat ketersediaan, kemudahan untuk
mendapatkannya dari sumber air dan kelayakan dikonsumsi.
• Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar kawasan
Komponen yang diamati (Tabel 6). Hubungan dengan obyek wisata lain
dipilah menjadi obyek sejenis dan tidak sejenis dari radius 50 km dari
TWA Kawah Kamojang. Informasi ini dapat dilihat langsung ke lokasi
dengan tambahan informasi dari dokumen.
• Pengelolan, perawatan dan pelayanan
Komponen yang diamati (Tabel 7). Keadaan pengelolaan tersebut
diperoleh dari diskusi dengan pihak pengelola. Mutu pelayanan dan
kemampuan bahasa petugas dapat dilihat langsung pada waktu petugas
melayani pengunjung. Sarana dan prasarana pelayanan dapat dilihat
langsung di lapangan dan informasi dari petugas di lapangan. Sikap
masyarakat dapat dilihat langsung di lapangan dan melalui wawancara.
• Potensi pasar
Komponen potensi pasar yang diamati (Tabel 9). Potensi pasar dilihat
terlebih dahulu dari daerah asal pengunjung dari data pengunjung hasil
kuesioner dan wawancara pengelola. Dari daerah asal pengunjung tersebut
dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui waktu dan biaya
perjalanan yang dibutuhkan untuk mencapai TWA Kawah Kamojang. Hal
ini dilengkapi dengan data dari dokumen Badan Pusat Statistik (BPS)
kabupaten yang bersangkutan mengenai jumlah penduduk.
• Sarana fisik dan bangunan yang digunakan oleh pihak lain
Komponen yang diamati (Tabel 11). Sarana fisik dan bangunan yang
berada di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang berupa jenis
bangunannya.
• Dampak terhadap lingkungan dari pengguna pihak lain
Komponen yang diamati (Tabel 11). Dampak terhadap lingkungan dapat
dilihat di lapangan seperti gangguan, perubahan struktur dan komposisi
jenis flora dan fauna dengan dilengkapi informasi dari dokumen. Dampak
terhadap hidrologi dan tanah dilihat dari dokumen. Dokumen untuk
melengkapi data tersebut dari Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
E. Metode Analisis Data
E.1. Metode Skoring
Metode skoring menggunakan modifikasi Pedoman Analisis Daerah
Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam Tahun 2003 dari Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA). Metode ini digunakan untuk
menilai potensi TWA Kawah Kamojang, pengelolaan, perawatan dan pelayanan
(Lampiran 1).
Penilaian kriteria daya tarik kawasan obyek meliputi unsur-unsur
banyaknya jenis sumberdaya yang menonjol, keunikan sumberdaya, kepekaan
sumberdaya alam, jenis kegiatan wisata alam, ruang gerak pengunjung,
kebersihan lokasi dan keamanan kawasan. Bobot kriteria daya tarik diberi angka
tertinggi yaitu 6, hal ini mengingat daya tarik merupakan modal utama yang
memungkinkan datangnya pengunjung.
Penilaian kadar hubungan meliputi unsur-unsur kondisi dan jarak jalan
darat dari ibu kota propinsi, pintu gerbang udara nasional/internasional, waktu
tempuh dari pusat kota, frekuensi kendaraan dari pusat kota ke obyek wisata dan
jumlah kendaraan umum di kabupaten obyek berada. Bobot nilai kriteria kadar
hubungan adalah 5, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam
mendorong potensi pasar.
Unsur yang digunakan dalam menilai kriteria akomodasi didasarkan pada
jumlah kamar yang berada pada radius 15 km dari obyek wisata. Bobot nilai
kriteria akomodasi adalah 3, karena akomodasi merupakan salah satu faktor yang
diperlukan dalam kegiatan wisata, khususnya pengunjung dari tempat yang cukup
jauh, namun kurang dimanfaatkan bagi pengunjung yang berasal dari daerah
sekitar.
Unsur-unsur yang terkandung dalam penilaian kriteria sarana dan
prasarana meliputi sarana dan prasarana yang berada di dalam kawasan TWA
Kawah Kamojang. Bobot nilai kriteria sarana dan prasarana adalah 3, karena
peranan sarana dan prasarana untuk kemudahan dan kenikmatan pengunjung di
dalam kawasan.
Unsur-unsur yang terkandung dalam penilaian kriteria sarana dan
prasarana penunjang meliputi sarana dan prasarana penunjang yang berada pada
radius 2 km dari obyek wisata. Bobot nilai kriteria sarana dan prasarana
penunjang adalah 3, karena peranan sarana dan prasarana penunjang untuk
menunjang kemudahan dan kenikmatan pengunjung dan pengadaannnya tidak
terlalu sulit.
Unsur-unsur yang digunakan dalam menilai kriteria ketersediaan air bersih
meliputi volume, jarak lokasi air bersih terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya air
dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan ketersediaannya. Bobot yang
diberikan untuk penilaian kriteria ini 6, karena adanya air bersih merupakan faktor
yang harus tersedia dalam suatu obyek, baik untuk pengelolaan maupun
pelayanan.
Unsur-unsur yang digunakan dalam penilaian kriteria hubungan dengan
obyek wisata lain di sekitar TWA Kawah Kamojang meliputi jumlah obyek wisata
sejenis dan obyek wisata tidak sejenis dalam radius 50 km dari TWA Kawah
Kamojang. Bobot yang diberikan untuk penilaian kriteria ini adalah 1, karena
dalam pengelolaan suatu obyek disatu pihak perlu memperhatikan ada obyek
wisata lain (sejenis/tidak sejenis) di lingkungannya yang dapat mencerminkan
paket wisata sehingga menunjang kunjungan, tetapi di lain pihak dapat merupakan
saingan.
Kriteria pengelolaan dan pelayanan meliputi unsur-unsur pengelolaan,
mutu pelayanan dan sarana perawatan dan pelayanan. Dalam penilaian
pengelolaaan dan pelayanan diberi bobot 4, karena pengelolaan obyek dan
pelayanan pengunjung merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam
pemanfaaatan suatu obyek daya tarik wisata alam karena berpengaruh langsung
dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri.
E.2. Analisis Deskriptif dan Analisis SWOT
Analisis data strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang dilakukan
dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan analisis SWOT
terhadap keberadaan TWA Kawah Kamojang melalui penelaahan data yang
bersifat kualitatif. Analisis deskriptif merupakan cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data
saja, namun meliputi analisis dan interpretasi data sampai pada kesimpulan
dengan berdasarkan penelitian.
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menjelaskan potensi TWA
Kawah Kamojang, pengelolaan, perawatan dan pelayanan, kebijakan, potensi
pasar wisata, pengunjung, penggunaan oleh pihak lain dan kondisi umum.
Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengelolaan
TWA Kawah Kamojang sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi
pengelolaan. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan alinea.
Tabel 12. Matrik SWOT (Rangkuti, 2000) Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strenghts (S) ¬ Menentukan faktor-faktor
kekuatan internal.
Weaknesses (W) ¬ Menentukan faktor-
faktor kelemahan internal.
Opprtunities (O) ¬ Menetukan faktor-faktor
peluang eksternal.
Strategi SO ¬ Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO ¬ Ciptakan situasi yang
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
Treaths (T) ¬ Menentukan factor-faktor
ancaman eksternal.
Strategi ST ¬ Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WT ¬ Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Secara sistematis alir proses analisis strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan alir proses analisis strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang
Potensi TWA • Daya tarik • Kadar hubungan • Keadaan akomodasi • Sarana dan prasarana • Sarana dan prasarana
penunjang • Tersedianya air
bersih • Hubungan dengan
obyek wisata lain di sekitar kawasan
Pengelolaan, Perawatan dan
Pelayanan • Pengelolaan • Perawatan • Pelayanan
Kondisi Umum • Sejarah kawasan • Kondisi fisik • Kondisi biologi • Keadaan masyarakat
Potensi Pasar • Daerah asal • Jumlah penduduk • Lokasi
Kebijakan • BKSDA Jawa Barat II • Perum Perhutani KPH Bandung
Selatan • Pertamina Area Panas Bumi EP
Kamojang • PT. Indonesia Power • Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Garut
Penggunaan oleh Pihak Lain • Administrasi • Kondisi kawasan • Dampak terhadap lingkungan
Pengumpulan Data • Survei pendahuluan • Penelaahan lapang • Analisis data • Wawancara
• Skoring • Deskriptif • SWOT
Stretegi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang
Pengunjung • Keadaan pengunjung • Karakteristik • Motif • Penilaian • Harapan dan saran
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
Unsur-unsur potensi TWA Kawah Kamojang terdiri dari daya tarik, kadar
hubungan, keadaan penginapan, saran dan prasarana, sarana dan prasarana
penunjang, tersedianya air bersih dan hubungan dengan obyek wisata lain.
A.1. Daya Tarik
Daya tarik merupakan suatu faktor yang dapat membuat orang
berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang
mempunyai daya tarik tersebut, sehingga bobot nilai untuk daya tarik diberi nilai
tertinggi yaitu 6, dasar dan cara penilaian dapat dilihat pada Lampiran 1. Begitu
pula menurut PHKA (2003b), daya tarik merupakan modal utama yang
memungkinkan datangnya pengunjung. Unsur-unsur yang menjadi daya tarik itu
adalah sumberdaya alam yang menonjol, keunikan sumberdaya alam, kepekaan
sumberdaya alam, kegiatan rekreasi, ruang gerak pengunjung, kebersihan lokasi
dan kemanan kawasan. Hasil penilaian terhadap daya tarik TWA Kawah
Kamojang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penilaian kriteria daya tarik TWA Kawah Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol 20 2 Keunikan sumberdaya alam 10 3 Kepekaan sumberdaya alam 20 4 Jenis kegiatan wisata alam 30 5 Ruang gerak pengunjung 15 6 Kebersihan lokasi 20 7 Keamanan kawasan 15 Jumlah (ΣΣ) 130 Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (130 X 6) 780
Nilai bobot daya tarik TWA Kawah Kamojang adalah 780, dikategorikan
sedang. Selang nilai daya tarik kategori sedang antara 520 sampai 890 (Lampiran
1). Adapun unsur-unsur yang menyusun daya tarik TWA Kawah Kamojang dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Daya tarik TWA Kawah Kamojang
No Unsur Daya Tarik Daya Tarik TWAKK 1 Sumberdaya alam yang
menonjol • Flora :
1. Tumbuhan tingkat tinggi : a. Puspa (Schima wallichi) b. Kihujan (Engelhardtia spicata) c. Mara (Macaranga tanarius) d. Kitebe (Sloanea sigun) e. Kibeureum (Viburnum sambucinum)
2. Tumbuhan bawah : a. Saliara (Lantana camara) b. Teklan (Eupathorium riparium)
• Fauna : 1. Primata :
a. Surili (Presbytis comata) 2. Burung :
a. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) b. Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) c. Walet gunung (Collocalia vulcanorum) d. Walet sapi (Collocalia esculenta) e. Kutilang (Pycnonotus aurigaster)
• Gejala alam : kawah 2 Keunikan sumberdaya alam Kawah :
1. Kawah Berecek 2. Kawah Manuk 3. Kawah Sakarat 4. Kawah Kamojang 5. Kawah Gendang 6. Kawah Kereta Api 7. Kawah Stick Gas 8. Kawah Hujan 9. Kawah Leutak 10. Kawah Baru 11. Kawah Saar 12. Kawah Cibuliran 13. Kawah Beureum
3 Kepekaan sumberdaya alam 1. Nilai pengetahuan 2. Nilai pengobatan 3. Nilai kepercayaan
4 Jenis kegiatan wisata 1. Mandi uap 2. Berendam air panas 3. Berkemah 4. Menikmati pemandangan alam 5. Fotografi 6. Wisata pendidikan 7. Tracking 8. Hiking
5 Ruang gerak pengunjung (10-20) Ha 6 Kebersihan lokasi Bebas dari pengaruh :
1. Alam 2. Jalan ramai motor/mobil 3. Pemukiman penduduk 4. Binatang pengganggu
7 Keamanan kawasan Bebas dari pengaruh : 1. Kebakaran hutan 2. Masuknya flora/fauna eksotik
A.1.1. Sumberdaya Alam yang Menonjol
Sumberdaya alam yang menonjol merupakan sumberdaya alam atau obyek
yang mudah dilihat oleh pengunjung karena jumlahnya yang masih banyak, obyek
tersebut dapat beradaptasi, kebutuhannnya dapat terpenuhi di lokasi bersangkutan
dan dukungan dari gejala alam. Sumberdaya alam di TWA Kawah Kamojang
terdiri dari flora (Lampiran 2 – Lampiran 5), fauna (Lampiran 6 – Lampiran 10)
dan gejala alam (Lampiran 13) sehingga diberi nilai 20 (Tabel 13 dan Lampiran
1).
Flora yang menonjol di TWA Kawah Kamojang dapat dilihat pada
Gambar 2 (a) sampai Gambar 2 (e). Jenis flora lainnya yang ada di TWA Kawah
Kamojang dapat dilihat pada Gambar 2 (f) sampai Gambar 2 (i). Vegetasi hutan
tanaman yang terdapat di TWA yaitu tanaman Rasamala (Altingia excelsa)
(Gambar 3 (a)) dan hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) (Gambar 3 (b)).
(a) (b) (c)
(d) (e)
(f) (g) (h) (i)
Gambar 2. Jenis-jenis flora yang ditemukan di TWA Kawah Kamojang : (a) Puspa
(Schima wallichi), (b) Kihujan (Engelhardtia spicata) dan Kibeureum
(Viburnum sambucinum), (c) Kibeureum (Viburnum sambucinum), (d)
Saliara (Lantana camara), (e) Teklan (Eupathorium riparium), (f)
Kirinyuh (Chromolaena odorata), (g) Kiara (Ficus glabela), (h)
Cangkuang (Pandanus sp.) dan (i) Paku-pakuan (Dyplazzium sp.)
(a) (b)
Gambar 3. Hutan tanaman di TWA Kawah Kamojang : (a) hutan tanaman
Rasamala (Altingia excelsa) dan (b) hutan tanaman Pinus (Pinus
merkusii)
Hasil pemantauan Universitas Padjadjaran (2004), menunjukkan hanya
tiga jenis mamalia yang terlihat secara langsung ataupun jejak dan fecesnya, yaitu
Surili (Presbytis comata), Musang (Paradoxurus hermaproditus) dan Tupai
(Tupaia javanica). Primata jenis Surili (Presbytis comata) banyak dijumpai di atas
pohon jalur pintu masuk TWA Kawah Kamojang terutama pada sore hari pada
pohon-pohon sekitar gapura masuk TWA Kawah Kamojang dan sepanjang jalur
dari gerbang sampai sebelum pertigaan menuju Sumur KMJ-7. Populasi Surili
(Presbytis comata) di lokasi tersebut masih cukup banyak didukung oleh kondisi
habitatnya dengan vegetasi yang masih rapat, ketersediaan bahan makanan serta
minimalnya gangguan dari luar.
Selain primata, fauna yang juga dominan di TWA Kawah Kamojang yaitu
bangsa burung terutama untuk jenis Tekukur biasa (Streptopelia chinensis),
Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Walet gunung (Collocalia vulcanorum),
Walet sapi (Collocalia esculenta) dan Kutilang (Pycnonotus aurigaster). Burung-
burung tersebut banyak muncul pada pagi dan sore hari pada pohon-pohon
sepanjang jalur wisata, untuk jenis Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) lebih
banyak terlihat di tanah sehingga dengan mudah untuk melihatnya.
Sumberdaya alam lainnya yang menonjol di TWA Kawah Kamojang
berupa gejala alam kawah yang akan lebih dijelaskan di sub bab A.1.2. Kawah-
kawah ini merupakan obyek wisata yang utama di TWA Kawah Kamojang.
Kawah-kawah tersebut jumlahnya ada 13 kawah (Tabel 14).
A.1.2 Keunikan Sumberdaya Alam
Keunikan sumberdaya alam merupakan obyek-obyek yang memiliki ciri
khas sumberdaya dalam suatu lokasi yang tidak dimiliki oleh lokasi lain.
Keunikan sumberdaya di TWA Kawah Kamojang berupa kawah-kawah yang
terpisah-pisah (Lampiran 13) dimana nama-nama setiap kawah disesuaikan
dengan karakteristik, lokasi dan kejadian yang pernah terjadi pada kawah tersebut
(Tabel 14). Hal ini berbeda dengan lokasi wisata kawah seperti TWA Gunung
Tangkuban Perahu, Jawa Barat dan TWA Kawah Ijen, Jawa Timur. Kawah di
kedua lokasi tersebut tidak terpisah-pisah seperti di TWA Kawah Kamojang.
TWA Kawah Kamojang hanya memiliki satu macam keunikan sumberdaya alam
sehingga diberi nilai 10 (Tabel 14 dan Lampiran 1). Kawah-kawah di TWA
Kawah Kamojang dapat dilihat pada Gambar 4.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g)
(h)
Gambar 4. Kawah-kawah di TWA Kawah Kamojang : (a) Kawah Manuk, (b)
Kawah Sakarat, (c) Kawah Kamojang, (d) Kawah Leutak, (e) Kawah
Baru, (f) Kawah Saar, (g) Kawah Cibuliran dan (h) Kawah Kereta Api
Variasi kenampakan manifestasi panas yang muncul di TWA Kawah
Kamojang (Gambar 5) berupa kawah (Kawah Berecek dan Kawah Manuk),
lumpur panas (Kawah Sakarat dan Kawah Leutak), semburan uap (Kawah Kereta
Api, Kawah Stick Gas dan Kawah Baru), bau gas belerang (Kawah Kamojang,
Kawah Gendang dan Kawah Saar), fumarol (Kawah Hujan) dan mata air panas
(Kawah Kawah Cibuliran dan Kawah Beureum).
(a) (b)
(c)
Gambar 5. Variasi kenampakan manifestasi panas bumi di TWA Kawah
Kamojang : (a) lumpur panas (mudpool), (b) mata air panas
(hotspring) dan (c) gas gunung api dengan kadar uap air tinggi
(Fumarol)
A.1.3. Kepekaan Sumberdaya Alam
Kepekaan sumberdaya alam merupakan kepekaan sumberdaya alam untuk
dimanfaatkan oleh pengunjung. TWA Kawah Kamojang memilki tiga kepekaan
sumberdaya alam sehingga diberi nilai 20, yaitu nilai pengetahuan, nilai
pengobatan dan nilai kepercayaan. Nilai pengetahuan TWA Kawah Kamojang
dapat dikembangkan menjadi wisata pendidikan berupa pengenalan flora, fauna
dan terutama pengetahuan gejala geologi yang dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil listrik. Sebagian pengunjung yang datang ke TWA Kawah Kamojang
selain menikmati pemandangan alam juga untuk pengobatan sebesar 14 % hasil
kuesioner pengunjung (Tabel 38). TWA Kawah Kamojang memiliki nilai
kepercayaan, dimana di Kawah Kamojang ada beberapa pengunjung yang
melakukan ritual dengan menyediakan sesaji pada malam-malam tertentu untuk
meminta sesuatu. Menurut hasil kuesioner sebanyak 3 % pengunjung datang
dengan tujuan kepercayaan (Tabel 38).
A.1.4. Jenis Kegiatan Wisata
Jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan di TWA Kawah Kamojang
cukup banyak (Gambar 6), diantaranya mandi uap di Kawah Hujan (Gambar 6
(a)), berendam air panas, berkemah di Bumi Perkemahan Kamojang yang dikelola
oleh Karang Taruna Pencinta Wisata Kamojang (Gambar 6 (b)) maupun
perkemahan di kawasan TWA Kawah Kamojang yang dikelola oleh Perum
Perhutani, bermain ketangkasan (Gambar 6 (c)), menikmati pemandangan
pegunungan, hutan dan kawah, fotografi flora, fauna dan fenomena gejala alam,
wisata pendidikan pengenalan geothermal, flora dan fauna, tracking serta hiking.
Selain itu juga pengunjung dapat melihat atraksi Mang Koko (kuncen TWA
Kawah Kamojang) dengan Kawah Kerata Api (Gambar 6 (d)). Jenis kegiatan
wisata yang dapat dilakukan di TWA Kawah Kamojang lebih dari lima macam
sehingga diberi nilai 30 (Tabel 14 dan Lampiran 1).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6. Jenis kegiatan wisata di TWA Kawah Kamojang : (a) aktivitas mandi
uap di Kawah Hujan, (b) kegiatan perkemahan, (c) bermain
ketangkasan dan (d) atraksi Mang Koko di Kawah Kereta Api
A.1.5. Ruang Gerak Pengunjung
Ruang gerak pengunjung merupakan luasan dari obyek atau lokasi yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata beserta pemenuhan sarana dan
prasarananya. Ruang gerak pengunjung di TWA Kawah Kamojang seluas ± 15
Ha, yaitu 10 Ha dikelola oleh Perum Perhutani dan 5 Ha oleh Kelompok Pencinta
Wisata Karang Taruna Kamojang, sehingga ruang gerak pengunjung diberi nilai
15 untuk ruang gerak seluas antara 10 sampai 20 Ha. Penilaian dapat dilihat pada
Tabel 13 dan Lampiran 1.
A.1.6. Kebersihan Kawasan
Kebersihan kawasan tidak hanya dilihat dari kebersihan sampah, tetapi
dari beberapa aspek seperti dari alam, industri, jalan ramai kendaraan, pemukiman
penduduk, binatang pengganggu dan corat-coret (vandalisme). Kebersihan TWA
Kawah Kamojang tidak terpengaruh alam dimana tidak banyak terlihat tumbuhan
yang menggugurkan bagian tumbuhannya dan dari gejala alam seperti kawah,
jalan ramai kendaraan, pemukiman penduduk dan binatang pengganggu, karena
ada empat faktor yang tidak berpengaruh sehingga diberi nilai 20 (Tabel 13 dan
Lampiran 1).
Jarak TWA Kawah Kamojang dari jalur jalan kendaraan umum cukup jauh
yaitu ± 2 km sehingga kebisingan dan polutan asap kendaraan tidak berpengaruh.
Begitu juga dengan limbah dari pemukiman penduduk yang jaraknya ± 2 km dari
TWA tidak dibuang ke TWA melainkan langsung dibakar di sekitar pemukiman,
begitu juga dengan limbah kotoran langsung dibuang ke septictank tidak ke
sungai-sungai. Binatang pengganggu dapat dikatakan tidak ada, walaupun di
TWA Kawah Kamojang masih terdapat binatang buas seperti Macan dahan
(Neofelis nebulosa) dan Kucing hutan (Felis bengalensis) yang sering muncul
pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB di sekitar Bumi Perkemahan Kamojang.
Binatang-binatang buas tersebut menurut para pengunjung yang berkemah tidak
mengganggu.
Kebersihan lokasi TWA Kawah Kamojang dipengaruhi oleh industri,
sampah dan corat-coret (vandalisme). Terdapat dua industri besar di dalam dan di
sekitar kawasan TWA, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesia Power. Sehingga dari kedua industri tersebut yang berpengaruh nyata
adalah polusi suara karena sumur-sumur pemboran gas bumi mengeluarkan suara
yang cukup keras. Sampah-sampah banyak berserakan di dalam kawasan.
Sampah-sampah ini merupakan sampah pengunjung yang kurang sadar akan
kebersihan. Banyak pengunjung yang tidak ramah lingkungan dan dipengaruhi
lagi karena di dalam TWA Kawah Kamojang penyediaan sarana kebersihan masih
sangat kurang (Gambar 7 dan Tabel 22). Menurut Ko (2001), kemunduran mutu
lingkungan fisik (kualitas sarana dan prasarana) maupun pelayanan disebabkan
karena dibiarkannya timbunan sampah dan rusaknya sarana pembuangan limbah
sampah.
Gambar 7. Tempat sampah yang masih terbatas
Banyak pengunjung juga yang melakukan aksi corat-coret (vandalisme)
pada dinding kamar mandi pemandian air panas, warung, kursi dan batu-batuan
dekat Kawah Hujan (Gambar 8).
Gambar 8. Bentuk vandalisme pada batu dekat Kawah Hujan
A.1.7. Keamanan Kawasan
Keamanan kawasan di TWA Kawah Kamojang diberi nilai 15 karena tidak
ada pengaruh dari kebakaran hutan dan masuknya flora dan fauna eksotik (Tabel
14 dan Lampiran 1). Berdasarkan informasi dari pihak BKSDA Jawa Barat II di
TWA Kawah Kamojang belum pernah terjadi kebakaran hutan hanya saja di CA
Kawah Kamojang pernah terjadi kebakaran hutan pada tahun 1997. Begitu juga
dengan flora dan fauna di TWA Kawah Kamojang pada umumnya merupakan
jenis endemik daerah setempat. Meskipun demikian, kawasan TWA Kawah
Kamojang masih rawan terhadap penebangan liar dan perambahan. Menurut
BKSDA Jawa Barat II (2003), selaku pengelola kawasan dihadapkan pada
berbagai masalah berupa gangguan hutan dalam bentuk penebangan liar dan
perambahan. Kayu yang menjadi sasaran pencuri adalah jenis Saninten
(Castanopsis argentea), Kibeureum (Viburnum sambucinum), Kitebe (Sloanea
sigun), Puspa (Schima wallichi), Rasamala (Altingia excelsa) dan Hamerang
(Ficus toxicaria) yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Terdapat tunggul bekas penebangan liar yang berlokasi di belakang pos
tiket (Gambar 9) dan perambahan di hutan tanaman Pinus (Pinus merkusii) TWA
Kawah Kamojang, pada sela-sela tanaman tersebut oleh penduduk sekitar
ditanami sayuran dan di belakang warung-warung di lokasi wisata TWA Kawah
Kamojang ditanami sayuran dan kacang tanah oleh pemilik warung. Sebenarnya
hal tersebut tidak diperbolehkan karena ditakutkan akan merubah fungsi kawasan,
seperti halnya menurut PHPA (1996), prinsip pengelolaan TWA yaitu
pendayagunaan potensi TWA diupayakan tidak mengurangi luas dan merubah
fungsi kawasan.
Gambar 9. Tanggul pohon bekas penebangan liar di belakang pos tiket TWA
Kawah Kamojang
A.2. Kadar Hubungan
Kadar hubungan adalah suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya
suatu obyek untuk dijangkau. Kadar hubungan merupakan faktor yang tidak dapat
dipisahkan dalam mendorong potensi pasar wisata sehingga diberi bobot nilai 5.
Unsur-unsur yang dinilai dalam kadar hubungan adalah kondisi jalan, jarak pintu
gerbang udara nasional/internasional, waktu perjalanan, frekuensi kendaraan
umum dari pusat kota ke obyek, jumlah kendaraan umum di kabupaten obyek
berada. Nilai bobot kadar hubungan bernilai 1.000. Artinya, kadar hubungan
TWA Kawah Kamojang dikategorikan baik. Selang nilai kadar hubungan kategori
baik antara 750 sampai 1.050 (Lampiran 1). Penilaian kriteria kadar hubungan
dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Penilaian kriteria kadar hubungan TWA Kawah Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Kondisi dan jarak jalan darat dari ibu kota propinsi 80 2 Pintu gerbang udara nasional/internasional 35 3 Waktu tempuh dari pusat kota 30 4 Frekuensi kendaraan dari pusat kota ke obyek wisata 30 5 Jumlah kendaraan umum di kabupaten obyek berada 25 Jumlah (ΣΣ) 200 Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (200 X 5) 1.000
Jarak TWA Kawah Kamojang ke ibu kota propinsi ± 43 km dengan
kondisi jalan baik, sehingga diberi nilai 80. Jarak dari TWA Kawah Kamojang ke
pintu gerbang udara nasional/internasional di Jakarta ± 163 km sehingga diberi
nilai 35. Waktu tempuh dari pusat kota ke obyek wisata TWA Kawah Kamojang 2
jam, sehingga diberi nilai 30 (Lampiran 1).
Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi, tidak mungkin suatu
obyek mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan
wisata serta harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan.
Oleh karena itu merupakan jalan akses ke obyek, dan jalan akses itu harus
berhubungan dengan jalan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses
menentukan aksesibilitas sesuatu obyek wisata. Aksesibilitas ini merupakan syarat
yang penting sekali untuk obyek wisata (Soekadijo, 2000). Namun untuk obyek
wisata di kawasan konservasi kemudahan akses tidak begitu penting mengingat
dengan mudahnya akses dapat mengancam kelestarian sumberdaya alam.
A.2.1. Hubungan Lokal
TWA Kawah Kamojang dapat ditempuh dari arah Kota Bandung dan
Garut dengan rute sebagai berikut :
1. Bandung – Dayeuh Kolot – Ciparay – Majalaya – Paseh – Ibun – TWAKK
dengan jarak ± 43 km dan dapat ditempuh selama ± 2,5 jam, dengan
kondisi jalan cukup baik (aspal) (Gambar 10 (a)).
2. Bandung – Tarogong – Garut - Samarang – TWAKK dengan jarak ± 65
km dan dapat ditempuh selama ± 3 jam, dengan kondisi jalan sangat baik
(aspal) (Gambar 10 (b)).
(b)
(a)
Gambar 12. Kondisi jalan menuju TWA Kawah Kamojang : (a) dari arah
Bandung dan (b) dari arah Garut
Jumlah kendaraan umum di Kabupaten Garut menurut BPS Kabupaten
Garut (2004), sebanyak 3.078 kendaraan (Tabel 16). Menurut Dinas Perhubungan
Kabupaten Garut (2002), frekuensi kendaraan umum jurusan Terminal Guntur
Garut – Samarang 720 kendaraan/hari. Frekuensi kendaraan umum jurusan
Samarang – Kamojang menurut hasil pengamatan lapang dan wawancara dengan
sopir Angkutan Pedesaan (Angdes) Samarang – Kamojang sebanyak 45
kendaraan/hari.
Tabel 16. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di Kabupaten Garut
Tahun 2004
No Jenis Kendaraan Jumlah (Kendaraan) 1 Angkutan Kota 976 2 Angkutan Kecamatan 388 3 Angkutan Desa 265 4 Otolet 272 5 Otobus 312 6 Mikrobus 47 7 Minibus 818 Jumlah 3.078
Sumber : BPS Kabupaten Garut (2004)
Jumlah kendaraan umum di Kabupaten Bandung menurut BPS Kabupaten
Bandung (2004), sebanyak 7.477 kendaraan (Tabel 17), sehingga diberi nilai 25.
Frekuensi kendaraan umum dari beberapa daerah asal pengunjung TWA
Kamojang menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung (2004) dapat dilihat
pada Tabel 18.
Tabel 17. Jumlah kendaraan umum menurut jenis kendaraan di Kabupaten
Bandung Tahun 2004
No Jenis Kendaraan Jumlah (kendaraan) 1 Angkutan Desa 607 2 Bus besar 201 3 Bus mikro 343 4 Bus mini 250 5 Angkutan Kota 6.076 Jumlah 7.477
Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004)
Tabel 18. Frekuensi kendaraan umum dari beberapa daerah asal pengunjung
TWAKK di Kabupaten Bandung menuju TWAKK Tahun 2004
No Jurusan Frekuensi (kendaraan/hari) 1 Cicalengka – Cikancung 298 2 Cikancung – Majalaya 365 3 Rancaekek – Majalaya 267 4 Ciparay – Majalaya 741 5 Majalaya – Paseh 177 6 Majalaya – Kamojang, Ibun 274
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung (2004)
Frekuensi kendaraan umum dari pusat kota ke obyek wisata TWA Kawah
Kamojang di atas 50 kendaraan/hari, maka frekuensi kendaraan ini diberi nilai 30.
Sehingga dapat disimpulkan menuju TWA Kawah Kamojang dari arah barat lebih
baik melalui jalur Bandung karena lebih dekat. Jumlah kendaraan di Kabupaten
Bandung lebih banyak daripada di Kabupaten Garut (Tabel 16 dan Tabel 17),
begitu juga frekuensinya lebih banyak di Kabupaten Bandung (Tabel 18). Hal ini
menggambarkan kemudahan akses dari arah Bandung. Namun dilihat dari kondisi
fisik jalan lebih baik dari arah Garut.
A.2.2. Hubungan Nasional
Hubungan nasional adalah hubungan antar kota atau antar propinsi.
Hubungan nasional menuju TWA Kawah Kamojang bisa dilihat dari beberapa
kota yang berhubungan dengan potensi pasar wisata nasional, diantaranya yaitu
Bandung, Garut, Tasikmalaya dan Jakarta, dengan rute perjalanan :
1. Bandung : sama dengan hubungan lokal
2. Garut : sama dengan hubungan lokal
3. Tasikmalaya : Tasikmalaya – Singaparna – Cilawu – Garut – Samarang –
TWAKK, dengan jarak ± 47 km dan dapat ditempuh selama ± 4 jam, dengan
kondisi jalan baik (aspal).
4. Jakarta : Jakarta – Bandung – Tarogong – Garut - Samarang –
TWAKK, dengan jarak ± 165 km dan dapat ditempuh selama ± 8 jam, dengan
kondisi jalan baik (aspal).
Frekuensi kendaraan umum jurusan Garut – Bandung 8.505,99
kendaraan/hari dan frekuensi kendaraan umum jurusan Garut – Tasikmalaya
13.740 kendaraan/hari (BPS Kabupaten Garut, 2004).
A.3. Keadaan Penginapan
Penginapan merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan
wisata, khususnya pengunjung dari tempat yang jauh. Namun untuk pengunjung
lokal yang berasal dari daerah sekitar Kamojang tidak terlalu membutuhkan
fasilitas tersebut sehingga diberi bobot nilai 3. Unsur-unsur yang digunakan dalam
menilai keadaan penginapan didasarkan pada jumlah kamar penginapan yang
berada pada radius 15 km dari obyek TWA Kawah Kamojang. Hasil penilaian
dapat dilihat pada Tabel 19. Menurut Soekadijo (2000), dalam kegiatan pariwisata
dewasa ini, kebutuhan hidup wisatawan di lokasi wisata tidak hanya ditampung
dalam akomodasi yang berbentuk hotel. Ada akomodasi-akomodasi non hotel,
seperti tempat berkemah (camping site), tempat karavan (caravan site), rumah
penduduk biasa dan sebagainya.
Tabel 19. Penilaian kriteria penginapan radius 15 km dari TWA Kawah
Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Jumlah kamar 10 Jumlah (ΣΣ) 10 Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (10 X 3) 30
Jumlah penginapan yang terdapat di dalam kawasan TWA Kawah
Kamojang satu guest house (Gambar 11) dengan jumlah kamar dua buah. Jumlah
penginapan pada radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang ke arah Garut, hanya
terdapat satu Hotel Kampung Sampireun dengan jumlah kamar tujuh buah.
Sedangkan radius 15 km ke arah Bandung tidak terdapat penginapan, baru
terdapat penginapan di daerah Ciparay yang jaraknya lebih dari 15 km. Bagi
pengunjung yang ingin menginap dengan suasana alam, pihak Kelompok Pencinta
Wisata Alam Karang Taruna Kamojang telah menyediakan bumi perkemahan
dengan kapasitas 100 orang. Fasilitas dan tarif dari masing-masing penginapan
dapat dilihat pada Tabel 20. Nilai bobot keadaan penginapan bernilai 30, artinya
keadaan penginapan di TWA Kawah Kamojang buruk. Selang nilai keadaan
penginapan kategori buruk antara 30 sampai 50 (Lampiran 1). Kondisi penginapan
yang buruk bagi obyek wisata di kawasan konservasi tidak begitu
dipermasalahkan, mengingat fungsi taman wisata alam sebagai kawasan
konservasi yaitu dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam dengan tidak merubah
bentang alam.
Gambar 11. Guest house TWA Kawah Kamojang
Tabel 20. Fasilitas dan tarif penginapan dalam radius 15 km dari TWA Kawah
Kamojang No Nama Hotel/Penginapan Fasilitas Tarif
(Rp/malam) Jumlah
Kamar (Unit) 1 Hotel Kampung Sampireun 1. Kalapalua Suite
2. Kurjati Suite 3. Waluran Suite 4. Manglayang Suite
600.000 800.000
1.100.000 1.200.000
1 1 2 3
2 Guest house TWAKK 1 rumah (2 kamar) 150.000 2 Jumlah 9
Dilihat dari besar tarif, Hotel Kampung Sampireun untuk masyarakat
ekonomi atas, sedangkan guest house TWA Kawah Kamojang relatif dapat
terjangkau masyarakat. Pada kenyataannya yang menginap di Hotel Kampung
Sampireun banyak wisatawan mancanegara, sedangkan yang menginap di guest
house TWA Kawah Kamojang selain wisatawan mancanegara, pegawai-pegawai
Pertamina dan PT. Indonesia Power serta masyarakat yang sedang menjalankan
pengobatan berbagai penyakit kulit dan tulang (reumatik) dari daerah jauh.
A.4. Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana merupakan fasilitas yang secara langsung dapat
menunjang kegiatan wisata di dalam kawasan wisata, sedangkan prasarana
merupakan fasilitas yang tidak langsung menunjang kegiatan wisata atau dapat
juga dikatakan sebagai penunjang dari sarana. Kriteria sarana dan prasarana diberi
bobot nilai 3. Hasil penilaian kriteria sarana dan prasarana di TWA Kawah
Kamojang dapat dilihat pada Tabel 21. Nilai bobot sarana dan prasarana bernilai
105, artinya sarana dan prasarana dikategorikan sedang, selang nilai kategori
sedang antara 100 sampai 140 (Lampiran 1).
Tabel 21. Penilaian kriteria sarana dan prasarana di TWA Kawah Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Sarana 20 2 Prasarana 15 Jumlah (ΣΣ) 35 Nilai Bobot (ΣΣ X Bobot Nilai) (35 X 3) 105
Sarana dan prasarana yang telah ada di TWA Kawah Kamojang dapat
dilihat pada Tabel 22 dan Tabel 23 berikut ini.
Tabel 22. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Perum Perhutani
No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi Pengada 1 Gapura masuk TWAKK 1 Buruk BKSDA 2 Pos tiket 1 Sedang Perhutani 3 Pos jaga/pusat informasi 1 Sedang Perhutani 4 Guest house 1 (2 kamar) Baik Perhutani 5 Mushola 1 Sedang Perhutani 6 Kamar pemandian air panas 3 Buruk Perhutani 7 WC 2 Buruk Perhutani 8 Kios permanen 4 Baik Pedagang 9 Kios tidak permanen 3 Buruk Pedagang 10 Areal parkir TWAKK 1 Baik Perhutani 11 Jembatan pengaman 1 Baik Pertamina 12 Jalan masuk 1 Baik Pertamina 13 Tempat duduk 2 Baik Pertamina 14 Papan nama obyek 13 Baik Pertamina dan Indonesia
Power 15 Papan interpretasi 1 Baik Pertamina 16 Pagar pengaman besi 2 Baik Pertamina 17 Pagar pengaman kayu 2 Buruk Perhutani 18 Tempat sampah 3 Sedang Perhutani 19 Papan peringatan 2 Sedang Perhutani 20 Papan nama lokasi 1 Baik Perhutani
Tabel 23. Kondisi sarana dan prasarana pengelolaan Kelompok Wisata Karang
Taruna Kamojang
No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi Pengada 1 Areal bumi perkemahan 1 Baik Karang Taruna 2 Saung riung 1 Baik Karang Taruna 3 Menara pandang/saung baladewa 1 Baik Karang Taruna 4 Saung informasi 1 Baik Karang Taruna 5 Mushola putra 1 Baik Karang Taruna 6 Mushola putri 1 Baik Karang Taruna 7 WC putra 1 Baik Karang Taruna 8 WC putri 2 Baik Karang Taruna 9 Tempat wudhu putra 1 Baik Karang Taruna 10 Tempat wudhu putri 1 Baik Karang Taruna 11 Area outbond 1 Baik Karang Taruna 12 Bak api unggun 1 Sedang Karang Taruna 13 Papan peringatan 1 Baik Karang Taruna 14 Papan nama lokasi 1 Baik Karang Taruna 15 Area parkir bumi perkemahan 1 Baik Karang Taruna
Kelengkapan sarana dan prasarana di TWA Kawah Kamojang yang
dikelola Perum Perhutani masih belum lengkap dan kurang baik karena tidak
dilakukan perawatan rutin (Gambar 12). Berbeda halnya dengan sarana dan
prasarana di Bumi Perkemahan Kamojang yang dikelola oleh Kelompok Pencinta
Wisata Karang Taruna Kamojang yang sudah cukup lengkap. Sarana dan
prasarana dari segi jumlah ada yang masih kurang mencukupi, seperti penginapan,
kamar pemandian air panas, papan interpretasi, sumber informasi dan tempat
sampah. Begitu juga kondisinya, sarana dan prasarana di Bumi Perkemahan
Kamojang kondisinya masih sangat baik (Gambar 13) karena bumi perkemahan
ini baru dibuat.
Sarana dan Prasarana yang kurang terpelihara tersebut yaitu gapura masuk
TWA Kawah Kamojang catnya sudah melepuh (Gambar 12 (e)), pos jaga yang
dijadikan sebagai pusat informasi dan pos tiket dari hari Senin sampai hari Sabtu,
pusat informasi yang dijadikan penginapan/guest house, mushola dengan
perlengkapan sholat yang kurang memadai, kamar pemandian air panas dengan
lantai yang kusam, beberapa buah tempat sampah yang rusak, tempat duduk
penuh dengan coretan-coretan dan shelter banyak yang rusak.
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 14. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Perum Perhutani : (a)
warung makan dan minum, (b) areal parkir, (c) papan TWA Kawah
Kamojang, (d) loket karcis TWA Kawah Kamojang dan (e) gapura
TWA Kawah
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (i)
(h)
Gambar 13. Sarana dan prasarana yang dikelola oleh Kelompok Pencinta Wisata
Karang Taruna Kamojang : (a) saung riung, (b) saung informasi, (c)
mushola putra, (d) kamar mandi putra, (e) kamar mandi dan tempat
wudhu putri, (f) tempat wudhu putra, (g) area outbond, (h) menara
pandang atau Saung Baladewa dan (i) bak api unggun Bumi
Perkemahan Kamojang
Pihak yang mengadakan sarana dan prasarana tidak hanya dari Perum
Perhutani, Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dan BKSDA
Jawa Barat II saja tetapi pihak Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesia Power sebagai pengguna kawasan TWA Kawah Kamojang dan CA
Kawah Kamojang ikut membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana.
Penyediaan sarana dan prasarana di kawasan TWA Kawah Kamojang merupakan
salah satu kewajiban mereka sebagai pengguna kawasan, yaitu membantu dalam
membangun sarana dan prasarana wilayah. Kewajiban tersebut tercantum dalam
Surat Persetujuan Menteri Kehutanan Nomor 341/Menhut-VII/1996 tanggal 15
Maret 1996.
Fasilitas khusus yang diperuntukan untuk anak-anak, orang tua dan orang
cacat tidak terdapat di TWA Kawah Kamojang. Sedangkan untuk fasilitas
kegiatan, pihak Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang membuat
Bumi Perkemahan Kamojang di TWA Kawah Kamojang dengan berbagai fasilitas
(Tabel 23). Seperti halnya menurut Soekadijo (2000), di negara-negara maju
tempat berkemah disediakan secara komersil oleh perusahaan dan dilengkapi
dengan beberapa fasilitas umum yang sederhana. Fasilitas lain yang diberikan
pengelola Bumi Perkemahan Kamojang, yaitu penyewaan tenda dan tikar, lintasan
outbond, sarana ketangkasan, bibit pohon, pengenalan teknologi geothermal
(kunjungan ke Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia
Power).
A.5. Sarana dan Prasarana Penunjang
Sarana dan prasarana penunjang merupakan sarana dan prasarana yang
berada pada radius 2 km dari batas luar obyek yang dapat menunjang kegiatan
wisata. Peranan dari sarana dan prasarana penunjang adalah untuk menunjang
kemudahan dan kenikmatan pengunjung. Kriteria sarana dan prasarana penunjang
diberi bobot nilai 3. Hasil penilaian kriteria sarana dan prasarana penunjang dapat
dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Penilaian sarana dan prasarana penunjang TWA Kawah Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Sarana penunjang 25 2 Prasarana Penunjang 30 Jumlah (ΣΣ) 55 Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (55 X 3) 165
Gambar 14. Pangkalan angkutan pedesaan (angdes) Kamojang
Sarana penunjang yang ada di dekat obyek TWA Kawah Kamojang
bernilai 25, terdiri dari rumah makan/minum, penginapan dan sarana angkutan
umum (Gambar 14). Menurut Soekadijo (2000), restoran juga harus memenuhi
persyaratan lokasi, baik mengenai sentralitas, aksesibilitas maupun
lingkungannya. Menurut aksesibilitasnya restoran harus mudah ditemukan dan
dicapai dari tempat-tempat di mana wisatawan masuk atau di mana mereka
menginap. Rumah makan/minum dalam radius 2 km dari TWA Kawah Kamojang
berupa warung makan, di sekitar TWA Kawah Kamojang tidak terdapat rumah
makan besar. Warung makan yang terdapat di dalam kawasan sebanyak empat
warung makan, sedangkan yang berada di luar kawasan ke arah Garut (radius 2
km) terdapat lima warung makan dan ke arah Bandung (radius 2 km) terdapat
beberapa warung makan yang berada di Pasar Paseh.
Sedangkan prasarana penunjang yang ada di dekat obyek TWA Kawah
Kamojang bernilai 30 terdiri dari telepon umum, Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), jalan, jembatan, jalur listrik dan jaringan air minum. Telepon umum
dalam radius 2 km hanya ada di Koperasi Pertamina yang buka hanya pada jam
dan hari kerja. Puskesmas di Kamojang sudah cukup lengkap dengan adanya satu
dokter Puskesmas. Selain itu juga pihak Pertamina Area Panas Bumi EP
Kamojang menyediakan pelayanan kesehatan gratis dengan seorang dokter.
Kondisi jalan menuju kawasan sudah cukup baik (aspal). Jalan ke arah Bandung
dibuat oleh PT. Indonesia Power, sedangkan ke arah Garut dibuat oleh Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang. Di dalam TWA Kawah Kamojang terdapat satu
jembatan pengaman yang dibuat oleh Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang,
jembatan pengaman ini dibuat untuk keselamatan pengunjung dari pasir panas.
Jalur listrik radius 2 km dari TWA Kawah Kamojang sudah ada tetapi hanya
untuk pemukiman penduduk, sedangkan di dalam kawasan obyek belum ada.
Penerangan di guest house TWA Kawah Kamojang menggunakan mesin diesel
tetapi dalam waktu dekat akan dibuat tenaga listrik dari Sumur KMJ-3 (Kawah
Kereta Api) oleh Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang. Jaringan air minum
di dalam kawasan dialirkan dari Sungai Cikaro yang dialirkan melalui pipa.
Selang nilai sarana dan prasarana penunjang kategori baik antara 140
sampai 180 (Lampiran 1), sehingga nilai bobot sarana dan prasarana penunjang di
TWA Kawah Kamojang yang bernilai 165 dikategorikan baik.
A.6. Ketersediaan Air Bersih
Air bersih merupakan faktor yang perlu tersedia dalam pengembangan
suatu obyek wisata baik untuk pengelolaan maupun untuk pelayanan pengunjung,
sehingga bobot nilai kriteria ketersediaan air bersih adalah 6. Terdiri dari
ketercukupan air, jarak lokasi air bersih terhadap lokasi obyek, mudah tidaknya air
dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan ketersediannya. Hasil penilaian
kriteria ketersediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Penilaian kriteria ketersediaan air bersih TWA Kawah Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Volume/ketercukupan 25 2 Jarak lokasi air bersih terhadap obyek 15 3 Dapat tidaknya air dialirkan ke obyek 25 4 Kelayakan dikonsumsi 25 5 Ketersediaan 30 Jumlah (ΣΣ) 120 Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (120 X 6) 720
Volume air di TWA Kawah Kamojang diberi nilai 25 karena cukup
memenuhi beberapa keperluan kegiatan wisata, seperti mandi air panas, WC,
wudhu dan warung dapat dikatakan cukup. Jarak lokasi sumber air ke pusat
kegiatan wisata bernilai 15 karena jaraknya > 4 km. Air dapat dialirkan ke kamar
mandi, WC, tempat wudhu dan warung-warung dengan mudah melalui pipa,
sehingga nilainnya 25. Air untuk keperluan minum dialirkan dari Sungai Cikaro,
sedangkan untuk mandi air panas, WC dan wudhu dialirkan dari air Kawah Hujan.
Air tersebut tidak dapat langsung dikonsumsi, perlu perlakuan sederhana sehingga
diberi nilai 25 yaitu dengan cara dimasak terlebih dahulu. Ketersediaan air di
TWA Kawah Kamojang diberi nilai 30 karena ada sepanjang tahun. Selang nilai
tersedianya air bersih kategori sedang antara 600 sampai 750 (Lampiran 1).
Sehingga ketersediaan air bersih di TWA Kawah Kamojang dikategorikan sedang
dengan nilai bobot 720.
Gambar 15. Penggunaan air bersih di Bumi Perkemahan Kamojang
A.7. Hubungan dengan Obyek Wisata Lain di Sekitar TWA Kawah
Kamojang
Keberadaan obyek lain akan mempengaruhi kunjungan pada suatu obyek,
di satu sisi dapat meningkatkan kunjungan namun di sisi lain dapat merupakan
saingan. Unsur-unsur yang termasuk dalam penilaian dengan obyek wisata lain
adalah jumlah obyek wisata sejenis dan jumlah obyek wisata tidak sejenis. Bobot
untuk kriteria hubungan dengan obyek lain adalah 1. Hasil penilaian dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Penilaian kriteria hubungan dengan obyek wisata lain
No Unsur/Sub Unsur Nilai 1 Sejenis 40 2 Tidak sejenis 50 Jumlah (ΣΣ) 90 Nilai Bobot (ΣΣ X bobot nilai) (90 X 1) 90
Obyek wisata yang sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang
pada radius 50 km dari obyek diberi nilai 40 karena hanya terdapat tiga obyek
sejenis lihat pada Tabel 27 dan Lampiran 1. Obyek wisata tidak sejenis dengan
obyek wisata TWA Kawah Kamojang pada radius 50 km diberi nilai 50 karena
terdapat lebih dari enam obyek tidak sejenis (Tabel 28) dan Lampiran 1. Nilai
bobot hubungan dengan obyek wisata lain adalah 90, artinya hubungan dengan
obyek wisata lainnya dikategorikan buruk. Selang nilai hubungan dengan obyek
wisata lain kategori buruk antara 50 sampai 100 (Lampiran 1). Hal ini
dikarenakan dalam radius 50 km terdapat tiga obyek sejenis yang merupakan
pesaing bagi TWA Kawah Kamojang. Obyek wisata tidak sejenis dalam radius 50
km terdapat 31 obyek wisata dan hal ini juga dapat menjadi pesaing karena jika
dibandingkan dengan obyek wisata lain terutama yang dikelola oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan dengan masyarakat maupun perorangan, obyek-obyek
wisata tersebut lebih berkembang terutama sarana dan prasarananya. Sehingga
pengunjung akan lebih memilih obyek wisata lain yang menyediakan fasilitas
lebih lengkap dan baik.
Pengadaan sarana dan prasarana wisata alam di dalam kawasan konservasi
menurut Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/94 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam yaitu
sarana dan prasarana hanya dapat dibangun di blok pemanfaatan maksimum 10 %
dari luas areal ijin pengusahaan serta bentuk sarana dan prasarana harus
memperhatikan kondisi fisik kawasan dan tidak mengubah karakteristik bentang
alam yang ada.
Tabel 27. Obyek wisata sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km
No Nama Obyek Wisata Lokasi Jarak dengan TWAKK (km)
Status Pengelolaan
1 Kawah Papandayan Cisurupan, Garut 28 BKSDA, Perhutani dan Disparbud
2 Kawah Darajat Pasirwangi, Garut
26
3 Kawah Talaga Bodas Wanaraja, Garut 37 BKSDA, Perhutani
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut (2004)
Tabel 28. Obyek wisata tidak sejenis dengan obyek wisata TWA Kawah Kamojang dalam radius 50 km
No Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Lokasi
Jarak dengan
TWAKK (km)
Status Pengelolaan
1 Situ Bagendit Alam Banyuresmi, Garut
35 Disparbud
2 Cagar Budaya Ciburuy Budaya Bayongbong, Garut
21 Disparbud
3 Arum Jeram Sungai Cimanuk
Alam, minat khusus
Bayongbong, Garut
21 Disparbud
4 Curug Orok Alam Cikajang, Garut
34 Disparbud, Perkebunan
5 Lapangan Golf Ngamplang
Alam, minat khusus
Cilawu, Garut 34 Korem
6 Curug Cihanyawar Alam Cilawu, Garut 46 Perkebunan 7 Perkebunan Dayeuh
Manggu Agro Cilawu, Garut 46 Perkebunan
8 Curug Cimandi Racun Alam Kadungora, Garut
37 Disparbud, Desa
9 Para Glaiding Gunung Haruman
Alam, minat khusus
Kadungora, Garut
35 Disparbud, Desa
10 Makan Keramat Gadog Budaya, minat khusus
Karangpawitan, Garut
32 Disparbud, Kompepar
11 Linggaratu Budaya, minat khusus
Karangpawitan, Garut
32 Disparbud, Kompepar
12 Situ Cangkuang Alam, budaya, minat khusus
Leles, Garut 34 Disparbud, Desa
13 Makam Keramat Jafar Sidik
Budaya, minat khusus
Leuwigoong, Garut
42 Disparbud, Desa
14 Air Panas Pasirwangi Alam Pasirwangi, Garut
26
15 Kampung Sampireun Alam Samarang, Garut
15 Perorangan
16 Cipanas Alam Tarogong, Garut
2 Disparbud, Perorangan
17 Curug Citiis Alam Tarogong, Garut
25 BKSDA, Perhutani
18 Para Glaiding Gunung Guntur
Alam, minat khusus
Tarogong, Garut
25
19 Makam Keramat Cinunuk
Budaya, minat khusus
Wanaraja, Garut
37 BKSDA, Perhutani
20 Dago Pakar/Taman Juanda, Dago Atas
Alam Cimenyan, Bandung
44 Perhutani
21 Taman Bunga Cihideung
Agro Parongong, Bandung
35 Masyarakat
22 Wana Wisata Gunung Tangsi
Alam, buper Cimaung, Bandung
33 Perhutani
23 Wana Wisata Gunung Puntang
Alam Banjaran, Bandung
42 Perhutani
24 Situ Sipatahunan Wisata tirta Baleendah, Bandung
20 Desa
25 Bumi Alit Budaya Banjaran, Bandung
28 Disparbud
Lanjutan Tabel 28. 26 Kampung Mahmud Wisata ziarah Margaasih,
Bandung 45
27 Curug Sinulang Alam Cicalengka, Bandung
18 Desa
28 Wana Wisata Oray Tapa
Alam Cimenyan, Bandung
49 Desa
29 Wana Wisata Batu Kuda
Alam Cilengkrang, Bandung
49 Desa
30 Curug Eti Alam Majalaya, Bandung
8 Desa
31 Bojong Menje Budaya Rancaekek, Bandung
18 Masyarakat
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung (2004) dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut (2004)
B. Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan
Kepuasan pengunjung dipengaruhi langsung oleh kegiatan pengelolaan,
perawatan dan pelayanan yang diberikan pada suatu obyek wisata. Adanya potensi
obyek dan fasilitas yang lengkap tanpa pengelolaan yang mantap, perawatan
teratur dan pelayanan yang baik tidak akan dapat dimanfaatkan secara optimal
potensi obyek wisata tersebut. Oleh karena itu, dalam penilaian pengelolaan,
perawatan dan pelayanan ini diberi bobot nilai 4. Nilai bobot dari kriteria
pengelolaan, perawatan dan pelayanan TWA Kawah Kamojang bernilai 460.
Artinya, pengelolan, perawatan dan pelayanan TWA Kawah Kamojang
dikategorikan sedang. Selang nilai pengelolaan, perawatan dan pelayanan kategori
sedang antara 276 sampai 488 (Lampiran 1). Adapun perincian penilaian tersebut
dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Penilaian kriteria pengelolaan, perawatan dan pelayanan TWA Kawah Kamojang
No Unsur/Sub Unsur Nilai A 1 2 3 4 5 6
Pengelolaan Status pengelolaan Jumlah pegawai Dana anggaran Sumber dana Status pegawai (lebih 50 %) Pergantian pimpinan 5 tahun terakhir
Perum
5 20 15 20 15
B 1 2
Mutu Pelayanan Mutu pelayanan Kemampuan berbahasa
15 10
C 1
Sarana Perawatan dan Pelayanan Sarana perawatan dan pelayanan
15
Jumlah (ΣΣ) 115 Nilai Bobot (ΣΣ X Bobot Nilai) (115 X 4) 460
B.1. Pengelolaan
B.1.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang dapat dilihat pada Gambar 16.
Sedangkan struktur menurut Rencana Karya Lima Tahunan (RKLT) Tahap II
dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 16. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang
Gambar 17. Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang menurut Rencana Karya
Lima Tahunan (RKLT) Tahap II
Keterangan : ………. : garis koordinasi
_______ : garis komando
Administratur
Ajun
Asper Wilayah
TU BKPH
Mantri Mantri Kepala Pengelola TWA Kawah Kamojang
Bidang Kebersihan Bidang Keamanan Bidang Tiket
Kepala Pengelola
TWA Kawah Kamojang
Kep Bag TU
Kep Bag Rencana dan Program
Kep Bag Pembinaan
Kep Bag Pengamanan
Kep Bag Promosi dan Pemasaran
Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang dibuat sesuai dengan kondisi
dan situasi wilayah kerja (Gambar 16), karena kondisi TWA Kawah Kamojang
belum memungkinkan menggunakan struktur organisasi seperti Gambar 17,
dimana Kepala Bagian Tata Usaha (TU) masih menyatu dengan Tata Usaha
Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (TU BKPH). Bidang rencana dan program,
bidang pembinaan dan bidang pemasaran masih dipegang oleh Asper Wilayah.
Struktur organisasi TWA Kawah Kamojang hanya dibagi ke dalam tiga bidang,
yaitu bidang tiket, keamanan dan kebersihan karena keterbatasan personil dalam
bidang tersebut.
Taman Wisata Alam Kawah Kamojang masuk ke dalam pengelolaan
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Bandung Selatan, Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciparay
dan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandalawangi.
B.1.2. Kemantapan Organisasi
Status pengelolaan TWA Kawah Kamojang berupa Perusahaan Umum
(Perum), yaitu dipegang oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
(KPH Bandung Selatan). TWA Kawah Kamojang tidak masuk ke dalam Unit
Kelola Mandiri (UKM) di bawah Asisten Perhutani (Asper) Wisata, melainkan di
bawah Asisten Perhutani (Asper) Wilayah Ciparay. Obyek wisata di Bandung
Selatan yang masuk ke dalam UKM KPH Bandung Selatan, yaitu Pemandian Air
Panas Cimanggu, Wana Wisata Cibolang, Wana Wisata Gunung Puntang, Kawah
Putih, Wana Wisata Ranca Upas, Pusat Pengembangan Agribisnis dan Wisata
(Patuha Resort). Syarat menjadi UKM, yaitu kalau sudah mencapai target 50,
artinya dalam satu tahun pendapatannya mencapai 50 juta. Pendapatan TWA
Kawah Kamojang belum mencapai 50 juta per tahunnya (Tabel 30) dan lokasinya
terlalu jauh dari KPH Bandung Selatan sehingga sulit dalam pemantauannya.
Maksud dari UKM sendiri yaitu unit yang khusus mengelola wisata, tidak
tercampur dengan kegiatan rutin Perum Perhutani seperti penanaman dan
penebangan dengan maksud supaya lebih profesional.
Dana anggaran bernilai 20, meliputi dana administrasi, perawatan,
pengembangan dan operasional atau pemasaran. Dana anggaran ini yang
mengatur KPH. Semua kebutuhan operasional dan pemeliharaan di lapangan
diajukan ke KPH dalam bentuk proposal, kemudian dari KPH dilakukan
pengecekan ke lapangan. Dana anggaran ini tidak rutin disesuaikan dengan
kebutuhannya di lapangan. Menurut Riyanto (2004a), kendala dan hambatan
dalam pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam
(KPA) salah satunya yaitu pendanaan dalam bidang pengelolaan KPA masih
minim, sehingga perlu adanya dukungan dana untuk mendukung program
tersebut.
Sumber dana pengelolaan bernilai 15, yaitu sebagian dari pendapatan
pengunjung yang disetorkan terlebih dahulu ke KPH. Penyetoran dan pelaporan
pendapatan dilakukan setiap dua minggu sekali melalui BKPH yang kemudian
diserahkan kepada KPH. Begitu pula untuk mendapatkan sumber dana
pengelolaan dari KPH melalui BKPH.
Rencana pendapatan dan realisasi pendapatan TWA Kawah Kamojang
dari tahu 2000 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 30. Realisasi
pendapatan hampir setiap tahunnya tercapai, hanya pada tahun 2001 tidak dapat
mencapai target pendapatan, meskipun pada tahun 2001 jumlah pengunjung
mengalami peningkatan sebesar 37,86 % (Tabel 36). Hal ini disebabkan karena
penetapan rencana pendapatan terlampau tinggi yaitu dari Rp. 11.250.000,00
menjadi Rp. 18.000.000,00 (Tabel 30) atau sebesar 60 %, sedangkan peningkatan
pengunjung dari tahun 2000 ke tahun 2001 sebesar 37,86 %.
Tabel 30. Rencana pendapatan dan realisasi pendapatan dari tahun 2000 sampai tahun 2005
No Tahun Rencana Pendapatan (Rp)
Realisasi Pendapatan (Rp)
Persentase Realisasi Pendapatan (%)
1 2000 11.250.000 11.806.930 109,95 2 2001 18.000.000 16.889.800 93,83 3 2002 26.000.000 26.484.625 101,86 4 2003 27.709.296 37.454.125 135,17 5 2004 40.000.000 44.468.225 111,17 6 2005 50.000.000 - -
Sumber : KPH Bandung Selatan (2005)
Hasil penjualan karcis masuk harus cukup untuk menggaji pegawai dan
menanggung biaya pengobatan mereka jika sakit, memelihara supply air bersih,
menjaga kebersihan lingkungan, membina masyarakat setempat, membayar listrik
atau menjalankan dan memelihara alat pembangkit listrik, merawat atau
memperbaiki bangunan dan isinya, memberi insentif kepada pegawai dan bagi
investor yang diutamakan adalah keuntungan yang cukup besar untuk waktu yang
lama. Ini sebabnya harga jual tiket memasuki suatu obyek wisata alam selalu
disesuaikan dengan nilai keindahan dan keunikan bentuk alam tersebut.
Dikompensasi dengan fasilitas pelayanan yang memadai (Ko, 2001). Tarif tiket
masuk TWA Kawah Kamojang (Tabel 31) dan tarif masuk kawasan konservasi
menurut SK Menhut No. 878/Kpts-II/1992 dan PP No. 59 Tahun 1998 (Tabel 32).
Tabel 31. Tarif masuk kawasan TWA Kawah Kamojang No Jenis Tarif Masuk Tarif (Rp) 1 Pengunjung 2.500,00 2 Mandi air panas 2.500,00 3 Kendaraan :
Sepeda motor Mobil Truk
1.000,00 2.000,00 3.000,00
Tabel 32. Tarif pungutan masuk kawasan konservasi SK Menhut No 878/Kpts-II/1992 Tarif Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut
Tarif Sekali Masuk No Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Nusantara (Rp) Mancanegara (Rp)
1 Pengunjung 1.000,00 1.000,00 2 Kendaraan :
• Roda dua • Roda empat
1.000,00 2.000,00
1.000,00 2.000,00
PP No. 59 Tahun 1998 Tarif Atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Departemen Kehutanan 1 Pengunjung 2.000,00 2.000,00 2 Peneliti :
• 1-15 hari atau ½ bulan • 16-30 hari atau 1 bulan • 1-6 bulan atau ½ tahun • ½ -1 tahun • > 1 tahun
25.000,00 50.000,00
100.000,00 150.000,00 200.000,00
75.000,00
150.000,00 300.000,00 450.000,00 600.000,00
3 Kendaraan : • Roda dua • Roda empat • Kuda/sepeda
1.000,00 2.500,00 1.000,00
1.500,00 1.500,00 1.500,00
4 Pengambilan/Snapshot : • Film komersil • Video komersil/dokumen cerita • Handycam/non komersil • Foto/non komersil
1.500.000,00 1.000.000,00
15.500,00 3.000,00
2.500.000,00 2.000.000,00
125.000,00 30.000,00
5 Olahraga/rekreasi alam bebas : • Kemah
50.000,00/hari
150.000,00/hari
Sumber : BKSDA Jawa Barat II dan IPB (2005)
Tarif masuk di TWA Kawah Kamojang relatif rendah jika dibandingkan
dengan tarif masuk di TWA lainnya. Hal ini dikarenakan fasilitas yang diberikan
di TWA Kawah Kamojang masih terbatas baik dari jenisnya maupun
kapasitasnya. Tarif pengunjung TWA Kawah Kamojang dibandingkan dengan
tarif masuk berdasarkan SK Menhut No. 878/Kpts-II/1992 dan PP No. 59 Tahun
1998 lebih besar sedikit, hal tersebut wajar disesuaikan dengan keadaan
perekonomian sekarang.
Pergantian pimpinan bernilai 15 karena sistem pergantian pimpinan/Asper
Wilayah selama lima tahun terakhir ini sebanyak dua kali. Sistem pergantian
pimpinan berdasarkan periode waktu sesuai dengan sistem pergantian Asper di
Perum Perhutani yaitu setiap dua tahun sekali. Sistem pergantian pimpinan
sebaiknya jangan terlalu sering, idealnya per lima tahun sekali dilakukan
pergantian karena dengan sering mengganti pimpinan, maka sistem atau strategi
pengelolaan yang digunakan akan berlainan sesuai dengan tipe kepemimpinannya
sehingga sistem atau strategi tersebut tidak akan mantap.
B.1.3. Personal
Sukses tidaknya suatu obyek wisata dikelola, betul-betul tergantung pada
kualitas personalia yang berdedikasi, memiliki wawasan luas dan kreatif (Ko,
2001). Petugas di TWA Kawah Kamojang semuanya berasal dari Perum Perhutani
KPH Bandung Selatan. Masyarakat tidak dilibatkan dalam pengelolaan wisata.
Pihak BKSDA Jawa Barat II hanya bertugas sebagai pengawas, pemantau dan
menjaga keamanan kawasan.
Jumlah petugas lapang bernilai 5, yaitu berkisar antara 3 – 10 orang
petugas. Jumlah petugas untuk hari-hari biasa (sedikit pengunjung) sebanyak tiga
orang terdiri dari satu orang berstatus pegawai dan dua orang berstatus tenaga
borongan dengan tingkat pendidikan satu orang Sarjana (S1) dan dua orang
setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Menurut Ko (2001), pengelola
obyek wisata alam di Indonesia jarang sekali yang lulusan suatu akademi
pariwisata atau perguruan tinggi lainnya yang terkait dengan masalah pengelolaan
obyek wisata alam. Jumlah petugas untuk hari libur (banyak pengunjung)
sebanyak enam sampai tujuh orang terdiri dari satu orang pegawai, dua orang
tenaga borongan, satu orang pegawai harian tetap dan dua sampai tiga orang
Patroli Tunggal Mandiri (PTM).
Petugas BKSDA Jawa Barat II yang bertugas di Wilayah Resort
Kamojang Barat berjumlah tiga orang mencakup wilayah CA Kawah Kamojang
dan TWA Kawah Kamojang dengan luas wilayah 8.286 Ha. Tingkat
pendidikannya setingkat dengan SLTA. Kondisi personil di lapangan ini sangat
terbatas. Seperti dikatakan Riyanto (2004a), pengelolaan Kawasan Suaka Alam
(KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) mengalami banyak kendala,
diantarnya kurangnya sumberdaya manusia yang profesional di bidang konservasi
sumberdaya alam.
B.1.4. Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok Perum Perhutani dalam pengelolaan TWA Kawah
Kamojang yaitu hanya pengusahaan wisata. Kegiatan rutinnya penjagaan lokasi
wisata dari pukul 09.00 sampai pukul 16.00 untuk hari-hari biasa (sepi
pengunjung), sedangkan untuk hari-hari libur (ramai pengunjung) dari pukul
08.00 sampai pukul 17.00. Kegiatan hariannya meliputi penjagaan tiket masuk,
penjagaan tiket kamar mandi air panas, kebersihan dan keamanan pengunjung.
Sedangkan untuk keamanan kawasan dari penebangan dan pemburuan liar masih
sangat kurang diperhatikan, hal ini dikarenakan keterbatasan personil di lapangan.
Kegiatan dari petugas BKSDA sendiri yaitu mengadakan pengawasan,
pemantauan dan patroli keamanan kawasan. Petugas BKSDA yang bertugas di
Wilayah Resort Kamojang Barat sebanyak tiga orang dengan luas wilayah Taman
Wisata Alam 481 Ha, maka dalam melakukan kegiatan patroli sering mengadakan
gabungan dengan petugas BKSDA wilayah kerja lain.
B.1.5. Sikap Masyarakat
Masyarakat di sekitar TWA Kawah Kamojang tidak banyak dilibatkan
dalam pengelolaan wisata alam oleh Perum Perhutani KPH Bandung Selatan.
Masyarakat yang dilibatkan hanya empat orang yaitu sebagai penjual di dalam
kawasan wisata. Masyarakat yang berjualan di TWA Kawah Kamojang bukan
masyarakat sekitar Kamojang melainkan dari Patrol, Kabupaten Bandung.
Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang Desa Laksana,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung terlibat dalam pengelolaan Bumi
Perkemahan Kamojang di TWA Kawah Kamojang di bawah naungan BKSDA
Jawa Barat II, bukan di bawah naungan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten (KPH Bandung Selatan).
Gambar 18. Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang sedang berkerja bakti
Anggota Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang berjumlah
40 orang yang merupakan pemuda-pemudi daerah setempat. Mereka mempunyai
keinginan untuk mengembangkan potensi obyek wisata di Kamojang dengan
didukungnya oleh dua industri besar yang berada di Kamojang, yaitu Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power. Masyarakat di sekitar
TWA Kawah Kamojang, khususnya masyarakat Desa Laksana, Kecamatan Ibun
sangat mengharapkan keterlibatnya dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang.
Seperti halnya berjualan di lokasi wisata, menjadi tenaga kebersihan, pemandu
wisata dan menjadi tenaga keamanan.
Masyarakat sekitar kawasan seharusnya dilibatkan dalam pengelolaan
TWA Kawah Kamojang, seperti halnya menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun
1990 pasal 34 ayat (3), yaitu untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi,
pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas blok pemanfaatan TWA
dengan mengikutsertakan rakyat. Pengertian mengikutsertakan disini adalah
memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitarnya untuk berperan dalam
usaha di kawasan tersebut. Juga dikatakan menurut Riyanto (2004b), guna
memperoleh manfaat yang optimal dari kawasan TWA sebagai obyek wisata,
maka pelaksanaan pemanfaatannya perlu dilakukan dalam bentuk pengusahaan
dengan mengikutsertakan masyarakat. Keberadaan masyarakat di sekitar Kawasan
Pelestarian Alam (KPA) diharapkan dapat mendukung fungsi kelestarian
kawasan. Kegiatan kepariwisataan di KPA diharapkan dapat memberikan
alternatif peluang bekerja dan berusaha sehingga sedikit demi sedikit
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan mulai berkurang dan bahkan di
kemudian hari mereka dapat dimanfaatkan untuk mejaga pelestarian alam.
B.1.6. Permasalahan Pengelolaan
Pembuatan Bumi Perkemahan Kamojang yang dikelola oleh Kelompok
Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang (Gambar 19) masih dalam
permasalahan antara pengelola kawasan yaitu BKSDA Jawa Barat II dan Pencinta
Wisata Karang Taruna Kamojang dengan pengelola pengusahaan wisata yaitu
Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan). Pihak
Perum Perhutani sebagai yang mempunyai hak dalam pengusahaan wisata di
TWA Kawah Kamojang sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
284/Kpts-II/1990 tanggal 4 Juni 1990, yaitu ijin pengusahaan pariwisata alam
diserahkan kepada Perum Perhutani. Maka pihak BKSDA Jawa Barat II sebaiknya
koordinasi terlebih dahulu dengan Perum Perhutani. Sehingga walaupun ada
kerjasama dengan pihak Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang
dalam pengusahaan wisata di TWA Kawah Kamojang harus ada koordinasi
dengan pihak Perum Perhutani melaui tembusan dari pihak Kelompok Pencinta
Wisata Karang Taruna Kamojang dengan BKSDA Jawa Barat II. Sebenarnya
Perum Perhutani bisa melakukan kerjasama dengan Pencinta Wisata Karang
Taruna Kamojang dalam pengelolaan bumi perkemahan tersebut, maka
kesepakatan Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang bersama BKSDA Jawa
Barat II, pihak Perum Perhutani perlu tahu.
Di lain pihak, BKSDA Jawa Barat II dengan berbagai pertimbangan
seperti dengan melihat Perum Perhutani sebagai pemegang ijin pengusahaan
pariwisata di TWA Kawah Kamojang, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 284/Kpts-II/1990, dalam pelaksanaan pengusahaan kawasan hutan wisata,
Perum Perhutani mempunyai kewajiban untuk menyusun Rencana Karya Lima
Tahun (RKLT) dan Rencana Karya Tahunan (RKT), membuat AMDAL,
membuat sarana dan prasarana pengusahaan hutan wisata sesuai dengan Rencana
Karya yang telah disyahkan, mempekerjakan tenaga ahli dalam bidang konservasi,
membantu melaksanakan pengamanan kawasan hutan wisata dan memberikan
laporan pengusahaan hutan wisata setiap tahun kepada Departemen Kehutanan.
Namun pada kenyataannya, hanya RKL saja yang dibuat, pembuatan sarana dan
prasarana pengusahaan hutan wisata belum sesuai dengan Rencana Karya yang
ada. Menurut Riyanto (2004b), di lain pihak pemegang ijin pengusahaan
pariwisata alam di dalam penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata
Alam harus mengacu kepada rencana pengelolaan kawasan, sedangkan dokumen
tersebut belum banyak disusun oleh Pemerintah. Hal tersebut sangat dilematik dan
kondisi tersebut perlu segera dilakukan percepatan oleh Pemerintah dalam
menyusun rencana pengelolaan di setiap Kawasan Pelestarian Alam (KPA).
(b)
(a)
Gambar 19. Bumi Perkemahan Kamojang : (a) papan Bumi Perkemahan
Kamojang dan (b) Bumi Perkemahan Kamojang
BKSDA Jawa Barat II dengan melihat kenyataan seperti itu, maka
berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 Pasal 34 ayat (3) tentang
Konsevasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa untuk
kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak
pengusahaan atas zona pemanfaatan TWA dengan mengikutsertakan rakyat. Maka
daripada itu, pihak Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Jawa Barat II melakukan
perjanjian kerjasama kemitraan dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang
Taruna Kamojang dengan Surat Perjanjian yang ditanda tangani pada tanggal 21
Maret 2005. Pemberian ijin pembuatan bumi perkemahan tersebut di luar area
pengusahaan TWA oleh Perum Perhutani, yaitu di lokasi pinjam pakai Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang yang tidak dipergunakan dan akan dikembalikan
kepada BKSDA Jawa Barat II. Adanya kerjasama dengan Karang Taruna
setempat diharapkan dapat membantu dalam pengawasan keamanan TWA Kawah
Kamojang karena mengingat petugas lapang BKSDA Jawa Barat II untuk Resort
Kamojang Barat terbatas. Kerjasama kemitraan ini merupakan implementasi dari
program Pengelolaan Kawasan Konservasi Bersama Masyarakat (PKKBM).
Inti dari permasalahan pengelolaan TWA Kawah Kamojang yaitu
kurangnya komunikasi dan koordinasi antara pengelola kawasan (BKSDA Jawa
Barat II) dengan pengusaha wisata alam (Perum Perhutani KPH Bandung
Selatan). Seakan-akan setiap kegiatan di dalam Kawasan TWA Kawah Kamojang
berjalan sendiri-sendiri.
Selain itu juga adanya kecurigaan dari masing-masing pihak. Perum
Perhutani KPH Bandung Selatan merasa takut melakukan pengembangan di TWA
Kawah Kamojang karena kalau dilakukan pengembangan, pengelolaan
pengusahaan wisata di TWA Kawah Kamojang takut diambil alih oleh BKSDA
Jawa Barat II, terlebih lagi dengan kejadian pembuatan Bumi Perkamahan
Kamojang yang bekerjasama dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna
Kamojang. Sehingga dalam pengembangannya tidak begitu diperhatikan, berbeda
halnya dengan kawasan wisata lain yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH
Bandung Selatan, seperti Pemandian Air Panas Cimanggu, Wana Wisata
Cibolang, Wana Wisata Gunung Puntang, Kawah Putih, Wana Wisata Ranca
Upas, Pusat Pengembangan Agribisnis dan Wisata (Patuha Resort) yang
pengawasannya di bawah Asisten Perhutani (Asper) Wisata. Menurut Riyanto
(2004b), sikap yang ditunjukkan oleh pemegang ijin pengusahaan pariwisata alam
umunya merupakan cerminan dari hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
menjalankan usahanya. Pihak BKSDA Jawa Barat II juga menilai, bahwa Perum
Perhutani KPH Bandung Selatan kurang begitu memperhatikan dalam
pengembangan TWA Kawah Kamojang.
Pihak Perum Perhutani KPH Bandung Selatan seharusnya tidak khawatir
melakukan pengembangan di TWA Kawah Kamojang asalkan memenuhi
kewajiban-kewajibannya sebagai pemegang ijin pengusahaan pariwisata alam di
kawasan konservasi. Selain itu juga menurut (Ko, 2001 dan Perum Perhutani,
1994) peraturan perundang-undangan yang melandasi izin penyelenggaraan usaha
kepariwisataan pada Kawasan Pelestarian Alam (KPA), yaitu terdiri dari :
1. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
3. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
4. UU No. 41 Tahun 1991 tentang Pokok-pokok Kehutanan.
5. UU No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.
6. UU No. 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan.
7. UU No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
8. PP No. 59 Tahun 1998 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
9. Keputusan Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1989 tentang Pengusahaan
Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut.
10. Keputusan Menteri Kehutanan No. 688/Kpts-II/1989 tentang Tatacara
Permohonan Ijin Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya dan Taman Wisata Laut.
11. Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1990 tanggal 4 Juni 1990
tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Wisata kepada Perum Perhutani.
12. Keputusan Menteri Kehutanan No. 441/Kpts-II/1990 tanggal 24 Agustus 1990
tentang Pengenaan Iuran dan Pungutan Usaha di Hutan Wisata, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut.
13. Keputusan Menteri Kehutanan No. 878/Kpts-II/1992 tanggal 8 September
1992 tentang Tarif Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut.
14. Keputusan Menteri Kehutanan No. 104/Kpts-II/1993 tanggal 20 Februari 1993
tentang Pemberian Hak Pengusahaan Pariwisata Alam pada 13 lokasi
Kawasan Pelestarian Alam di Pulau Jawa kepada Perum Perhutani.
15. Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/1994 tanggal 25 April 1994
tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan
Pelestarian Alam.
16. PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
17. Keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Inonesia No.
KEP.11/MENLH/3/94 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
18. Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/Kpts-II/1996 tanggal 23 Agustus 1996
tentang Tata Cara Permohonan Pemberian, Pencabutan Ijin Pengusahaan
Pariwisata Alam.
19. Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/1996 tanggal 23 Agustus 1996
tentang Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata Alam.
20. Keputusan Menteri Kehutanan No. 448/Kpts-II/1996 tanggal 23 Agustus 1996
tentang Pengalihan Kepemilikan Sarana dan Prasarana Kepariwisataan
Negara.
21. Keputusan Menteri Kehutanan No. 248/Kpts-II/1997 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata Cara
Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam.
22. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 602/Kpts-II/1998 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
23. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep.39/MENLH/8/1996
tentang Jenis Usaha Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
24. Keputusan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan No. 45/Kpts/II-
Kum/1992 tanggal 16 Juli 1992 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,
Pembagian dan Tata Usaha, Pungutan Usaha dan Iuran Usaha Pariwisata
Alam di Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata Alam Laut.
25. Keputusan Direktur Jenderal PHPA No. 46/Kpts/DJ-VI/1992 tanggal 1 Juli
1992 tentang Tarif Pungutan Usaha Pariwisata Alam di Hutan Wisata, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut.
26. Keputusan Direktur Jenderal PHPA No. 77/Kpts/DJ-VI/1992 tentang Tata
Cara Pengenan, Pemungutan, Penyetoran dan Penatausahaan Pungutan Masuk
ke Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Laut.
Seperti halnya menurut Riyanto (2004b), salah satu pokok masalah
pengusahaan pariwisata alam di Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yaitu belum
adanya komunikasi secara institusional yang harmonis antara pihak pembina
dengan pemegang ijin pengusahaan pariwisata alam maupun dengan instansi
lainnya terutama Pemerintah Daerah. Hal tersebut cenderung akan menimbulkan
konflik kepentingan dalam peruntukkan obyek wisata alam maupun
ketidakpedulian terhadap daya dukung kawasan pelestarian alam. Idealnya pihak
pembina lebih pro-aktif dalam menyebarkan informasi dan melaksanakan
pembinaan terhadap kegiatan pariwisata alam.
B.2. Perawatan
Sarana perawatan dan pelayanan bernilai 15, yaitu terdiri dari tempat
peristirahatan, tempat parkir dan MCK. Tetapi dalam pengelolaan TWA Kawah
Kamojang terlihat bahwa sarana dan prasarana yang ada belum terpelihara dengan
baik sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak enak
dipandang.
Kurangnya perawatan terhadap sarana dan prasarana yang ada karena sulit
dan panjangnya proses turunnya dana pemeliharaan dari KPH. Permohonan dana
perawatan harus dengan proposal yang diserahkan kepada KPH melalui BKPH.
Dana tersebut tidak langsung turun tetapi harus melalui pengecekan lapang dari
KPH terlebih dahulu. Apabila disetujui dana perawatan baru dapat turun melalui
BKPH tidak langsung ke pengelola lapang, sehingga perawatan di TWA Kawah
Kamojang tidak dilakukan secara rutin.
B.3. Pelayanan
Pelayanan suatu kegiatan menyangkut penjualan jasa membutuhkan suatu
pelayanan yang baik. Mutu pelayanan bernilai 15, terdiri dari tiga bentuk
pelayanan yang diberikan kepada pengunjung yaitu keramahan petugas,
kemampuan berkomunikasi dan kerapian berpakaian. Namun kemampuan petugas
dalam berkomunikasi masih kurang sehingga diberi nilai 10. Dengan demikian
perlu mengikutsertakan petugas lapang TWA Kawah Kamojang dalam kursus
bahasa asing karena pengunjung yang datang ke TWA Kawah Kamojang ada
pengunjung mancanegara. Pengunjung mancanegara ini biasanya tamu-tamu dari
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power, pengunjung
dari Kampung Sampireun dan pengunjung mancanegara yang sengaja
mengunjungi TWA Kawah Kamojang.
C. Kebijakan Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
C.1. Kebijakan BKSDA Jawa Barat II
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 pasal 34 ayat (1), yaitu
pengelolan TWA dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini adalah BKSDA
Jawa Barat II. Ayat (2), yaitu di dalam blok pemanfaatan TWA dapat dibangun
sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan dalam hal ini Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan) selaku pihak
yang diberikan ijin pengusahaan hutan wisata. Ayat (3), yaitu untuk kegiatan
kepariwisataan dan rekerasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan atas
blok pemanfaatan TWA dengan mengikutsertakan rakyat dalam hal ini yaitu
Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dalam pengusahaan bumi
perkemahan.
Kerjasama pengelolaan dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna
Kamojang ini berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Seksi
Wilayah II BKSDA Jawa Barat II dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang
Taruna Kamojang Desa Laksana Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung tanggal 21
Maret 2005 tentang program pembangunan bumi perkemahan di kawasan TWA
Kawah Kamojang di luar wilayah pengusahaan oleh Perum Perhutani. Kerjasama
tersebut merupakan realisasi dari Pengelolaan Kawasan Konservasi Bersama
Masyarakat (PKKBM). Gagasan implementasi PKKBM ini didasarkan pada nilai-
nilai positif, artinya mencoba untuk lebih berfikir praktis dalam melaksanakan
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi sesuai dengan undang-undang
serta perlindungan dan pengamanan dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat
sumberdaya hutan sekarang dan ke depan. Maka dengan adanya kerjasama dengan
Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang akan membantu dalam
pengamanan kawasan dari penebangan dan perburuan liar di TWA Kawah
Kamojang, karena petugas BKSDA untuk wilayah Resort Kamojang Barat sangat
terbatas.
C.2. Kebijakan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (KPH
Bandung Selatan)
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
170/Kpts/Um/3/1979 tanggal 13 Maret 1979 telah menunjuk kawasan Kawah
Kamojang seluas 500 Ha sebagai TWA. Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah
dalam upaya peningkatan sumber devisa negara dari sektor non migas, maka
dalam rangka pemanfaatan potensi TWA Kawah Kamojang secara optimal dan
lestari, Departemen Kehutanan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.
284/Kpts-II/1990 telah memberikan kepercayaan kepada Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan) untuk mengembangkan lokasi
tersebut sebagai obyek wisata.
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan)
dengan segera mengambil langkah-langkah kebijaksanaan operasional dan
pengembangan TWA Kawah Kamojang yaitu berupa pembangunan sarana dan
prasarana fisik sebagai fasilitas pelayanan wisata.
C.3. Kebijakan Pertamina Area Panas Bumi Eksplorasi dan Produksi (EP)
Kamojang dan PT. Indonesia Power
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power tidak
mempunyai kewenangan dan kebijakan secara langsung berhubungan dengan
pengembangan dan pengelolaan TWA Kawah Kamojang karena pengelolaan
wisata alam TWA Kawah Kamojang diserahkan pengusahaannya kepada Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (KPH Bandung Selatan) dan pengelola
kawasannya oleh BKSDA Jawa Barat II.
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang hanya sebagai pengguna
kawasan pinjam pakai di CA Kawah Kamojang dan TWA Kawah Kamojang,
sedangkan PT. Indonesia Power hanya sebagai pengguna lahan pinjam pakai di
CA Kawah Kamojang. Sebagai pengguna lahan pinjam pakai, Pertamina Area
Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power memberikan kebijakan
membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum untuk masyarakat maupun untuk
pengembangan TWA Kawah Kamojang. Fasilitas yang dibuat dan kerjasama yang
dilakukan untuk pengembangan TWA Kawah Kamojang yaitu pembuatan jalan
aspal ke arah Garut oleh Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan untuk
jalan aspal ke arah Bandung dibuat oleh PT. Indonesia Power, pemasangan pagar
pengaman dan jembatan pengaman serta papan nama obyek.
PT. Indonesia Power pada tanggal 5 sampai 7 Agustus 2005, bekerjasama
dengan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang mengadakan
kegiatan Jambore Rimba Alam Raya (JAMBALAYA) yang diadakan di Bumi
Perkemahan Kamojang. JAMBALAYA merupakan kegiatan kepedulian dari PT.
Indonesia Power terhadap lingkungan dan memperkenalkan potensi wisata alam
dan teknologi khususnya kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) di
sekitar TWA Kawah Kamojang (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut).
Kegiatan JAMBALAYA diikuti oleh 100 peserta tingkat SMU.
Kegiatan paket wisata Bumi Perkemahan Kamojang di dalamnya ada
kegiatan kunjungan ke Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan Indonesia
Power. Walaupun sampai saat ini belum ada Memorandum of Understanding
(MoU) tentang kerjasama ini, pihak Pertamina Area Panas Bumi EP Kawah
Kamojang dan PT. Indonesia Power bersedia membantu kegiatan tersebut dalam
perijinan masuk dan penyediaan tenaga interpretasi di kawasan eksplorasi dan
produksi Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power.
C.4. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
Kemauan dan keinginan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung
menjadikan pariwisata sebagai sumber penghasilan baik pusat, daerah maupun
lokal merupakan modal besar. Hal ini akan menjadi dorongan yang sangat kuat
dalam pengembangan TWA Kawah Kamojang, sehingga pihak pengelola tidak
harus bersusah payah meyakinkan semua orang bahwa pariwisata mampu menjadi
motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Namun
demikian semuanya sangat tergantung dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
dalam mengoptimalkan potensinya. Sejalan dengan itu, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPDA) Kabupaten Bandung tahun 2004.
Kebijakan pengembangan dan pengelolaan pariwisata Kabupaten Bandung
secara umum, yaitu pariwisata berbasiskan religius dan budaya, lingkungan alam,
ekonomi kerakyatan, pemberdayaan dan pelibatan masyarakat pada seluruh tahap
pengembangan pariwisata. Kebijakan secara khusus untuk wilayah Bandung
Selatan, yaitu diarahkan pada pengembangan agrowisata atau wisata alam dan
peranan lebih besar diberikan kepada swasta dan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan pelibatan masyarakat
secara optimal.
Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 tahun 2001
tentang Rencana Strategi (RENSTRA) Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2001 –
2005, juga dijelaskan strategi bidang pengelolaan sumberdaya alam yaitu
memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki secara optimal dan
berwawasan lingkungan, melalui kebijakan pengembangan potensi-potensi
sumberdaya alam yang dimiliki daerah yang mempunyai keunggulan komperatif
menjadi keunggulan kompetitif seperti kepariwisataan sebagai landasan
pengembangan ekonomi unggulan di daerah dan daya tarik daerah dengan
meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
melalui program pengembangan kepariwisataan. Hal tersebut dijelaskan juga
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 14 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) tahun 2001 – 2005.
Pemerintah berfungsi sebagai fasilitator, dalam arti memberikan fasilitas
yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan kepariwisataan,
seperti dalam hal investasi di bidang pariwisata dan peningkatan kedatangan
wisatawan (Riyanto, 2004b). Sayangnya di dalam Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Bandung tersebut, TWA Kawah
Kamojang belum masuk ke dalam Satuan Kawasan Wisata (SKW). Hanya di
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung periode 2001
– 2005 dikemukakan Kawasan Hutan Pelestarian di Bandung Selatan yang telah
dimanfaatkan sebagai obyek dan daya tarik wisata, salah satu diantaranya adalah
Kawah Kamojang seluas 10 Ha.
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bandung mengenai pajak pendapatan
wisata alam TWA Kawah Kamojang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pajak Hiburan Bab III tentang Dasar
Pengenaan Pajak yaitu 70 % untuk Perum Perhutani dan 30 % untuk kabupaten.
C.5. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
Pemerintah Daerah Kabupaten Garut tidak mempunyai kebijakan secara
langsung dalam pengelolaan dan pengembangan TWA Kawah Kamojang karena
secara administrasi blok pemanfaatan TWA Kawah Kamojang berada di
Kabupaten Bandung. Hanya saja, Pemerintah Daerah Kebupaten Garut
mempunyai kebijakan secara tidak langsung dalam mendukung pengembangan
TWA Kawah Kamojang, yaitu dengan membangun sarana dan prasarana di jalur
ke arah TWA Kawah Kamojang seperti pembangunan hotel/penginapan, restoran,
papan petunjuk arah serta melakukan promosi melalui internet, leaflet dan
pameran.
Kebijakan kepariwisataan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut secara
umum, yaitu terdiri dari kebijakan pokok, kebijakan spasial pengembangan
pariwisata, kebijakan pengembangan produk wisata, kebijakan pengembangan
obyek dan daya tarik wisata, kebijakan pengembangan sarana dan promosi
pariwisata (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2005). Dalam Rencana Strategi
Kabupaten Garut 2001 – 2005, dijelaskan dengan misi mewujudkan Garut sebagai
daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal
melalui kebijakan meningkatkan recruitment investor bidang pariwisata,
meningkatkan sistem perencanaan berdasarkan tata ruang Satuan Kawasan Wisata
(SKW) serta meningkatkan penyelenggaraan wisata dan atraksi wisata.
D. Potensi Pasar
Potensi pasar adalah suatu faktor yang menentukan berhasil tidaknya
pemanfaatan suatu obyek wisata (PHKA, 2003b). Unsur-unsur yang menjadi
potensi wisata yaitu daerah asal pengunjung, jumlah penduduk, jarak, waktu dan
biaya perjalanan. Menurut Soekadijo (2000), suatu daerah di mana terdapat
sejumlah atraksi wisata, di mana telah dibangun akomodasi kepariwisataan seperti
hotel dan restoran dan telah tersedia angkutan wisata yang akan mengangkut
wisatawan dari daerah asalnya, mengandung potensi untuk menjadi ‘daerah tujuan
wisata’ ( tourist destination area).
Dilihat dari asal pengunjung TWA Kawah Kamojang hasil kuesioner
pengunjung (Tabel 33) potensi pasar masih bersifat pasar lokal, tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk potensi pasar nasional karena pengunjung ada yang
berasal dari kota besar lainnya, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit jika
dibandingkan dengan pengunjung lokal (sekitar Bandung dan Garut).
Tabel 33. Asal pengunjung hasil kuesioner pengunjung No Asal Pengunjung Persentase (%) 1 Majalaya, Bandung 23 2 Paseh, Bandung 18 3 Ciparay, Bandung 14 4 Garut Kota 10 5 Samarang, Garut 7 6 Kamojang/Ibun, Bandung 5 7 Tarogong, Garut 4 8 Cicalengka, Bandung 4 9 Rancaekek, Bandung 3 10 Baleendah, Bandung 3 11 Cilawu, Garut 2 12 Dayeuh Kolot, Bandung 1 13 Kadungora, Garut 1 14 Tasikmalaya 1 15 Majalengka 1 16 Subang 1 17 Tangerang 1 18 Jakarta 1
Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
potensi pasar wisata, semakin banyak jumlah penduduk maka semakin besar
peluang menjadi daerah potensi pasar wisata. Jumlah penduduk asal pengunjung
TWA Kawah Kamojang (Tabel 33) dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Jumlah penduduk asal pengunjung TWA Kawah Kamojang No Daerah Asal Pengunjung Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Baleendah, Bandung 164.983 2 Rancaekek, Bandung 140.095 3 Majalaya, Bandung 137.340 4 Ciparay, Bandung 130.674 5 Garut Kota 120.044 6 Paseh, Bandung 102.628 7 Dayeuh Kolot, Bandung 101.790 8 Cicalengka, Bandung 93.254 9 Cilawu, Garut 91.926 10 Tarogong, Garut 86.379 11 Kadungora, Garut 78.303 12 Kamojang/Ibun, Bandung 66.294 13 Samarang, Garut 65.201 Sumber : BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)
Potensi pasar wisata juga dapat dilihat dari unsur lokasi. Unsur lokasi ini
meliputi jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Soekadijo (2000), jauh-dekatnya letak suatu daerah dari daerah
yang lain menunjukkan bahwa daerah itu mudah atau sulit dikembangkan menjadi
daerah sumber wisatawan atau pasar wisata. Dekat dan jauh disini dapat diukur
dari jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan. Semakin dekat jarak ke TWA
Kawah Kamojang, semakin besar peluang sebagai pasar wisata.
Jarak ini juga akan berpengaruh terhadap waktu perjalanan, namun waktu
ini tidak hanya dipengaruh oleh jarak, tetapi dipengaruhi juga oleh kondisi fisik
jalan dan kelancaran berlalu lintas. Semakin sedikit waktu perjalanan, semakin
besar peluang daerah tersebut sebagai pasar wisata karena lama perjalanan
mempengaruhi kenyamanan pengunjung. Seperti yang dikemukakan Soekadijo
(2000), semakin singkat waktu perjalanan yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan semakin baik, artinya makin besar harapannya bahwa orang akan
mengadakan perjalanan.
Menurut Soekadijo (2000), di samping kenyamanan dan waktu yang juga
mempengaruhi potensi pasar wisata yaitu biaya perjalanan. Tinggi-rendahnya
biaya perjalanan ikut menentukan apakah seseorang mengadakan perjalanan atau
tidak. Semakin kecil biaya perjalanan yang dikeluarkan, semakin besar peluang
daerah tersebut menjadi pasar wisata. Tinggi rendahnya biaya perjalanan juga ikut
menentukan seseorang mengadakan perjalanan.
Tabel 35. Jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan daerah asal pengunjung TWA Kawah Kamojang
No Daerah Asal Pengunjung TWAKK
Jarak ke TWAKK (km) 1)
Waktu Perjalanan
Biaya Perjalanan Pulang-Pergi
(Rp) 1 Kamojang/Ibun, Bandung 0,5 30 menit - 2 Paseh, Bandung 2 1 jam 6.000 3 Majalaya, Bandung 8 1 jam 15 menit 9.000 4 Ciparay, Bandung 15 1 jam 30 menit 13.000 5 Samarang, Garut 15 1 jam 15 menit 6.000 6 Cicalengka, Bandung 18 2 jam 15 menit 13.000 7 Rancaekek, Bandung 18 2 jam 15 menit 15.000 8 Baleendah, Bandung 20 2 jam 15 menit 14.000 9 Garut Kota 26 2 jam 10.000
10 Dayeuh Kolot, Bandung 28 2 jam 30 menit 15.000 11 Tarogong, Garut 23 2 jam 10.000 12 Cilawu, Garut 34 2 jam 30 menit 14.000 13 Kadungora, Garut 37 2 jam 30 menit 14.000
Sumber : 1) BPS Kabupaten Bandung (2004) dan BPS Kabupaten Garut (2004)
Dilihat dari asal pengunjung TWA Kawah Kamojang, jumlah penduduk,
jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan, potensi pasar wisata TWA Kawah
Kamojang lebih bersifat pasar wisata lokal. Pasar wisata lokal TWA Kawah
Kamojang yang berpotensi yaitu daerah Kamojang, Paseh, Majalaya, Ciparay,
Samarang, Garut Kota dan Cicalengka. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
potensi pasar nasional, yaitu untuk daerah Bandung, Garut, Tasikmalaya dan
Jakarta.
E. Pengunjung
E.1. Keadaan Pengunjung
Dari data pengunjung dari tahun 2000 sampai bulan September tahun 2005
untuk setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Jumlah pengunjung per bulan TWA Kawah Kamojang dari tahun 2000 – Bulan September tahun 2005
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Jml Kenaikan (%)
2000 4.375 403 625 716 486 814 596 446 430 638 388 1.322 11.238 2001 2.904 363 603 569 739 502 885 781 558 806 548 6.199 15.493 37,86 2002 958 498 842 1.239 1.163 500 1.628 947 730 1.032 574 5.449 15.560 0,43 2003 905 642 708 1.005 978 762 1.284 1.307 1.092 948 1.516 3.028 14.175 - 8,90 2004 1.114 666 965 1.024 1.303 1.042 1.406 1.146 838 630 3.437 526 14.097 -0,55 2005 1.037 564 704 671 1.227 1.187 1.249 1.285 950
Sumber : KPH Bandung Selatan (2005)
Keadaan pengunjung TWA Kawah Kamojang kenaikan jumlah
pengunjungnya sangat kecil yaitu rata-rata 7,21 % per tahun. Dari tahun 2002
jumlah pengunjung cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena kurangnya
promosi, obyek wisata dalam radius 50 km ke arah Garut terdapat tiga obyek
wisata sejenis sehingga dapat merupakan persaingan dan fasilitas yang dimiliki
TWA Kawah Kamojang tidak mengalami pengembangan. Menurut Soekadijo
(2000), penurunan pengunjung dapat disebabkan karena suatu produk mempunyai
umur tertentu. Produk yang semula menarik makin lama makin turun mutunya
dan menjadi kurang menarik, oleh karena itu harus selalu dijaga mutunya.
Promosi baru dilaksanakan di tingkat lokal yaitu dengan mengadakan
kunjungan langsung oleh pengelola Perum Perhutani ke sekolah dan perguruan
tinggi di daerah Bandung dan Garut. Tahun ini pihak Perum Perhutani tidak
melakukan kegiatan promosi ke sekolah dan perguruan tinggi, sehingga untuk
jumlah kunjungan tahun 2005 pihak pengelola sangat pesimis. Agar lebih
meningkat jumlah kunjungan wisata ke TWA Kawah Kamojang perlu
meningkatkan promosi baik melalui selebaran, media cetak, media elektronika
maupun mengikuti pameran-pameran wisata.
Adanya obyek wisata sejenis dengan TWA Kawah Kamojang dalam
radius 50 km, hal ini dapat menjadi saingan. Oleh karena itu, TWA Kawah
Kamojang perlu ditingkatkan dari segi pengelolaan, pengembangan sarana dan
prasarana serta kegiatan wisata, pelayanan dan perawatan.
E.2. Karakteristik Pengunjung
Karakteristik pengunjung merupakan karakteristik wisatawan yang
mengunjungi TWA Kawah Kamojang meliputi umur, jenis kelamin, asal,
pendidikan dan pekerjaan. Karakteristik pengunjung TWA Kawah Kamojang
dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Karakteristik pengunjung TWA Kawah Kamojang No Karakteristik Persentase (%) 1 Umur (tahun)
a. 13 – 25 b. 26 – 35 c. 36 – 45 d. > 46
62 23 9 6
2 Jenis kelamin a. Pria b. Wanita
73 27
3 Asal/tempat tinggal a. Bandung b. Garut c. Di luar Bandung dan Garut
71 24 5
4 Pendidikan terakhir a. SD b. SLTP c. SMU d. Diploma/Sarjana
7
11 63 19
5 Pekerjaan a. PNS/Swasta b. Wiraswasta c. ABRI/POLRI d. Tani e. Mahasiswa/pelajar
34 23 7 8
28
Dari Tabel 37 dapat disimpulkan bahwa karakteristik pengunjung TWA
Kawah Kamojang pada umumnya berumur antara 13 – 25 tahun, berjenis kelamin
pria, berasal dari Bandung, tingkat pendidikan SMU dan pekerjaannya
PNS/swasta.
E.3. Motif Pengunjung
Pengunjung yang mengadakan perjalanan mempunyai motif perjalanan
atau motif wisata. Motif pengunjung merupakan latar belakang pengunjung untuk
melakukan kunjungan ke suatu tempat dengan daya tarik atau atraksi wisata yang
dimiliki tempat tersebut. Motif wisata secara tidak langsung menunjukkan potensi
yang dimiliki oleh TWA Kawah Kamojang. Menurut Soekadijo (2000), motif
perjalanan atau motif wisata adalah hasrat pembawaan dalam bentuk yang
kongkrit, berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu. Dari Tabel 38
dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pengunjung adalah untuk menikmati
keindahan alam. Tujuan-tujuan lainnya adalah untuk penelitian dan pengobatan,
contohnya mandi uap di Kawah Hujan dan berendam air panas.
Tabel 38. Motif pengunjung TWA Kawah Kamojang No Kriteria Persentase (%) 1 Tujuan
a. Menikmati keindahan alam b. Pengobatan c. Mengisi waktu luang d. Kepercayan e. Penelitian f. Lainnya
70 14 6 3 1 6
2 Obyek yang disukai a. Kawah b. Pepohonan c. Air panas d. Panorama alam
58 21 12 9
3 Kegiatan yang disukai a. Mandi uap b. Berendam air panas c. Menikmati pemandangan d. Lintas alam e. Berkemah f. Pendidikan g. Pendakian h. Photografi i. Lainnya
32 23 22 15 4 1 1 1 1
E.4. Penilaian Pengunjung Pelayanan
Pelayanan terhadap pengunjung pada umumnya cukup memuaskan (Tabel
39), yaitu berupa keramahan, kemampuan komunikasi, kerapihan berpakaian
(berseragam), mampu berbahasa daerah dan Indonesia dengan baik. Pelayanan
yang diberikan petugas dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petugas karena
menyangkut pengetahuan dan penguasaan materi.
Tabel 39. Pelayanan pengelola terhadap pengunjung TWA Kawah Kamojang No Kepuasan Pengunjung Persentase (%) 1 Sangat memuaskan 13 2 Cukup memuaskan 46 3 Biasa saja 36 4 Kurang memuaskan 2 5 Tidak menjawab 3
E.5. Penilaian Pengunjung Terhadap Keberadaan Pertamina Area Panas
Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power
Di dalam kawasan TWA Kawah Kamojang ada penggunaan kawasan oleh
pihak lain yaitu oleh Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang (Gambar 20).
Sedangkan jarak ± 2 km dari obyek wisata terdapat industri listrik panas bumi
(PT. Indonesia Power) (Gambar 21). Pada umumnya pengunjung tidak merasa
terganggu dengan keberadaan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesia Power dalam kegiatan wisata, malah dengan keberadaanya dapat
menunjang kegiatan wisata. Tetapi ada juga sebagian kecil pengunjung yang
merasa terganggu dengan alasan polusi dan kebisingan. Pendapat pengunjung
terhadap keberadaan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesia Power dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Penilaian pengunjung terhadap keberadaan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power
No Pendapat Pengunjung Persentase (%) 1 Tidak terganggu 89 2 Terganggu, karena :
a. Polusi b. Kebisingan
4 3
3 Tidak menjawab 4
Peranan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia
Power terhadap kegiatan wisata menurut pengunjung, yaitu dapat lebih menambah
wawasan pengetahuan, terutama bagi para pelajar sebagai wisata pendidikan dan
teknologi. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang membantu dalam
pembuatan jalan menuju kawasan obyek wisata TWA, sehingga mempermudah
pengunjung mencapai lokasi. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesia Power membantu dalam penyebaran informasi tentang kawasan karena
karyawan kedua instansi tersebut berasal dari berbagai kota. Selain membantu
dalam pembuatan jalan, pihak Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Gambar 20. Pertamina Area Panas
Bumi EP Kamojang
Gambar 21. PT. Indonesia Power
Indonesia Power membantu dalam pengadaan sarana dan prasarana di dalam
kawasan TWA Kawah Kamojang, seperti penyediaan jembatan pengamanan,
tempat duduk, papan nama obyek, papan interpretasi dan pagar pengaman,
sehingga akan membantu kelancaran dan kenyamanan kegiatan wisata.
(b)
(a)
Gambar 22. Sarana dan prasarana pengadaan pengguna kawasan pihak lain : (a)
jembatan pengaman pengadaan Pertamina dan (b) kursi pengadaan
Pertamina
E.6. Harapan dan Saran Pengunjung
Pengunjung TWA Kawah Kamojang mengharapkan dan menyarankan
dalam hal pengelolaan sebesar 46 %, yaitu dalam hal kerjasama pengelolaan (10
%), keamanan (8 %), kelestarian (7 %), pengaturan pengunjung (7 %), retribusi (7
%) dan asuransi (7 %). Pengembangan sebesar 31 %, yaitu pengembangan sarana
dan prasarana (21 %) dan pengembangan secara keseluruhan (10 %). Sedangkan
untuk pelayanan 14 % dan perawatan sebesar 9 %.
Tabel 41. Harapan dan saran pengunjung TWA Kawah Kamojang No Harapan dan Saran Persentase (%) 1 Pengelolaan :
a. Kerjasama pengelolaan TWAKK b. Keamanan c. Kelestarian d. Aturan pengunjung e. Retribusi f. Asuransi
10 8 7 7 7 7
2 Pengembangan : a. Sarana dan prasarana b. TWAKK secara umum
21 10
3 Pelayanan 14 4 Perawatan 9
Pengelolaan yang diharapkan dan disarankan pengunjung yaitu dalam hal
kerjasama pengelolaan TWA Kawah Kamojang sebaiknya bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah yaitu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Selama ini
pengelolaan TWA Kawah Kamojang dipegang oleh Perum Perhutani dan
Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang, kerjasama dengan
Pemerintah Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan masih sangat minim. Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan berperan hanya sebatas sebagai pemberi penyuluhan
dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) hanya memberikan
informasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mengenai luasan
penggunaan lahan yang digunakan sebagai obyek wisata, bahkan dalam Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Bandung, TWA
Kawah Kamojang belum ada perencanaan pengembangannnya.
Pengelolaan keamanan yaitu penjagaan keamanan TWA Kawah Kamojang
tidak hanya dilakukan oleh Polisi Hutan (Polhut) tetapi adanya kerjasama dengan
Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan pengamanan kelestarian lingkungan
ditingkatkan dengan melakukan patroli rutin agar penebangan liar dan perburuan
liar dapat dicegah. Pada kenyataannnya Perum Perhutani sering mengadakan
kerjasama dengan POLRI dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)
tetapi hanya dalam pengamanan pengunjung pada hari-hari besar nasional dan
hari libur.
Papan tata tertib perlu ditempatkan pada lokasi mudah terlihat, sehingga
dalam pengaturan pengunjung tidak menyulitkan petugas. Di lapangan hanya
terdapat tiga buah papan peringatan, yaitu papan peringatan kebersihan (Gambar
23 (a)), papan larangan kendaraan bermotor masuk (Gambar 23 (b)) dan papan
aturan memasuki Bumi Perkemahan Kamojang (Gambar 23 (c)). Penempatan
papan peringatan kebersihan dan papan kendaraan bermotor dilarang masuk
ditempatkan di tempat yang kurang jelas terlihat pengunjung sehingga masih
banyak pengunjung yang membawa kendaraan bermotor sampai mengelilingi
jalur wisata, sehingga mengganggu pengunjung yang berjalan kaki di jalur wisata
yang cukup untuk pejalan kaki saja (Gambar 24). Begitu juga dikatakan Ko
(2001), pengelola obyek wisata di Indonesia pada umumnya tidak peka terhadap
polusi suara lingkungan wisata alam. Seperti diperkenankannya kendaraan
bermotor memasuki kawasan inti kunjungan obyek wisata. Zona inti kunjungan
harus bebas total dari kendaraan maupun suara-suara tidak alamiah. Tidak boleh
ada suara kendaraan bermotor, musik, nyanyian atau orang yang menyiarkan
pengumuman. Tanpa pengertian dan dipatuhinya azas zona ini, pencemaran dan
pengotoran lingkungan, polusi suara dan debu akan terjadi dengan akibat
mundurnya kualitas sumberdaya alam, menurunnya daya tarik obyek wisata,
berkurangnya jumlah wisatawan akibat kecewa atau merasa terganggu.
(a) (b) (c)
Gambar 23. Papan aturan di TWA Kawah Kamojang : (a) papan peringatan
kebersihan, (b) papan larangan kendaraan bermotor masuk jalur
wisata dan (c) papan tata tertib
Gambar 24. Kondisi jalur wisata TWA Kawah Kamojang
Retribusi dirasakan terlalu mahal, sehingga masyarakat mengharapkan
adanya penyesuaian fasilitas yang diberikan sehingga dapat meningkatkan jumlah
kunjungan. Pengelolaan asuransi harus jelas, kalau ada yang mengajukan klaim
asuransi harus dilayani jangan sampai hanya tertera di dalam karcis saja. Pada
kenyataannya Perum Perhutani melayani asuransi kepada pengunjung yang
mendapat kecelakaan, seperti kematian pengunjung yang terjadi tahun 2004.
Pengembangan yang diharapkan dan disarankan yaitu pengembangan
secara umum TWA Kawah Kamojang, baik dalam hal pengelolaan, fasilitas,
pelayanan dan perawatan. Tetapi sebagian besar pengunjung mengharapkan
pengembangan dalam hal pengembangan sarana dan prasarana, seperti
pembenahan dan perbaikan fasilitas yang ada serta sesuaikan dengan kondisi alam
yang ada, pengadaan fasilitas hiburan, penginapan, rumah makan, sarana dan
prasarana kebersihan, kamar mandi air panas yang lebih baik lagi, papan petunjuk
arah menuju lokasi (Gambar 25), shelter, warung telekomunikasi (wartel), kolam
renang air panas, angkutan khusus dari Pangkalan Kamojang menuju TWA
Kawah Kamojang, perluasan mushola dan adanya jaringan listrik ke dalam lokasi
obyek TWA Kawah Kamojang.
Perum Perhutani selaku pihak yang diberi ijin pengusahaan pariwisata
alam di TWA Kawah Kamojang sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 284/Kpts-II/1990, dalam melaksanakan pengusahaan setiap kawasan hutan
wisata, Perum Perhutani mempunyai kewajiban untuk membangun sarana dan
prasarana pengusahaan hutan wisata sesuai dengan rencana karya yang telah
disyahkan. Pada kenyataan di lapangan pengembangan yang dilakukan oleh
Perum Perhutani masih belum optimal dan belum sesuai dengan Rencana Karya
Lima Tahunan (RKLT).
Gambar 25. Papan petunjuk arah TWA Kawah Kamojang
Pelayanan yang diharapkan dan disarankan pengunjung TWA Kawah
Kamojang yaitu peningkatan pelayanan dalam pemberian informasi kepada
pengunjung, pelayanan informasi mengenai obyek-obyek wisata di TWA Kawah
Kamojang, pelayanan wisata pendidikan lingkungan kepada pelajar dan
mahasiswa dan pelayanan pemanduan. Pelayanan pemberian informasi terutama
mengenai kawah-kawah atau gejala geologi secara keilmuan, petugas masih
belum tahu, seperti proses terbentuknya kawah, pemanfaatan dari panas bumi
menjadi tenaga listrik. Sehingga perlu dilakukan kerjasama dengan Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power dalam
menginterpretasikan obyek-obyek di TWA Kawah Kamojang.
Perawatan yang diharapkan dan disarankan pengunjung TWA Kawah
Kamojang yaitu perawatan kebersihan lingkungan dari sampah pengunjung,
penghijauan dan perawatan sarana dan prasarana secara rutin jangan sampai
menunggu sampai rusak. Sampah-sampah di TWA Kawah Kamojang masih
berserakan karena sikap pengunjung yang kurang peduli terhadap lingkungan dan
tempat sampah yang ada tidak mencukupi serta penempatannya kurang menyebar.
Petugas melakukan kegiatan kebersihan setiap sore, sehingga pada siang hari
sampah-sampah masih berserakan terutama di dekat tempat duduk. Lahan di dekat
Sungai Cibuliran sudah cukup rawan erosi dan tidak enak dilihat karena sudah
gundul, sehingga perlu dilakukan penghijauan. Perawatan sarana dan prasarana
tidak dilakukan secara rutin oleh petugas karena proses turunnya dana operasional
perawatan tidak langsung turun ke pengelola lapang, sehingga banyak sarana dan
prasarana yang kondisinya tidak baik lagi.
F. Pengguna Kawasan oleh Pihak Lain
F.1. Surat Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan TWA Kawah Kamojang
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertambangan dan Energi
dan Menteri Kehutanan No.969.K/08/MPE/1989 dan No.492/Kpts-II/1989 tentang
Pedoman Pengaturan Pelaksanaan Usaha Pertambangan dan Energi dalam
Kawasan Hutan, menyatakan bahwa dalam TWA dengan fungsi khusus,
mengingat fungsi, sifat dan keberadaannya tidak dapat dilakukan untuk kegiatan
usaha pertambangan, kecuali kegiatan tersebut telah ada sebelum penetapan
kawasan (Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia dan Natural
Resources Management Program, 1999). Penetapan TWA Kawah Kamojang
dilakukan pada tanggal 14 Maret 1990, sedangkan pelaksanaan kegiatan
pemboran panas bumi telah dilakukan sebelum dilakukan penetapan kawasan
sebagai TWA yaitu pada tahun 1926, maka kegiatan pemboran panas bumi di
TWA Kawah Kamojang boleh dilakukan.
Surat perijinan atas pinjam pakai lahan TWA Kawah Kamojang oleh
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang terdiri dari :
1. Surat Persetujuan Menteri Kehutanan Nomor 341/Menhut-VII/1996 tanggal 15
Maret 1996 perihal persetujuan kegiatan pengembangan Lapangan Panas Bumi
kapasitas 80 Mega Watt (MW) di TWA Kawah Kamojang Jawa Barat, seluas ±
12 Ha.
2. Surat Perjanjian Pinjam Pakai dengan Kompensasi antara Departemen
Kehutanan dengan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang Nomor
45/KWL-6/1997 tanggal 30 Januari 1997 untuk pengembangan Area Panas
Bumi Kamojang kapasitas 80 Mega Watt (MW) dengan jangka waktu lima
tahun sampai dengan 29 Januari 2002.
Ketentuan pinjam pakai tersebut berdasarkan Surat Persetujuan Menteri
Kehutanan Nomor 341/Menhut-VII/1996 tanggal 15 Maret 1996, Pertamina Area
Panas Bumi EP Kamojang berkewajiban memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Kewajiban-kewajiban tersebut, yaitu :
1. Membayar biaya proses pinjam pakai :
a. Biaya peninjauan dalam rangka pertimbangan teknis.
b. Biaya evaluasi dan pengkajian.
c. Biaya penegasan batas kawasan TWA Kawah Kamojang.
d. Biaya pematokan dan inventarisasi tegakan.
e. Biaya Iuran Hasil Hutan (IHH), Dana Reboisasi (DR), pengukuran,
pemancangan pal, pengawasan dan pemeriksaan hasil pekerjaan,
pelaporan dan lain-lain kepada kawasan hutan yang dipinjam pakai.
2. Menyerahkan lahan pengganti (kompensasi) dan membayar biaya proses
penyerahan lahan pengganti :
a. Biaya peninjauan lapangan.
b. Biaya pemeriksan clean & clear.
c. Biaya pengukuhan, pengukuran dan pemetaan batas.
3. Membayar biaya reboisasi lahan pengganti.
4. Menjaga dan mengamankan kawasan hutan :
a. Memasang fortal.
b. Memasang rambu-rambu peringatan/larangan (Gambar 26).
c. Memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam hal penanggulangan
kebakaran.
d. Penanggulangan kebakaran hutan secara dini.
e. Melakukan pencegahan kebakaran hutan secara dini.
5. Melakukan reboisasi kawasan hutan pada dan di sekitar lokasi pinjam
pakai.
6. Membantu saran/fasilitas pengamanan kawasan hutan.
7. Membantu membangun sarana dan prasarana wilayah.
8. Memajukan dan memperdayakan masyarakat melalui program Community
Development (CD) dan Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK).
Gambar 26. Papan peringatan Pertamina di Sumur KMJ-66
F.2. Kondisi Kawasan
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang di dalam kawasan TWA
Kawah Kamojang tidak mendirikan perkantoran dan perumahan, untuk sarana
perhubungan dibuat jalan yang diperkeras dan penggunan lahan sesuai dengan
peruntukan dalam perjanjian di kawasan TWA Kawah Kamojang. Kondisi secara
umum kawasan hutan yang dipinjam pakai, vegetasinya terbuka sebagai akibat
dari kegiatan eksplorasi panas bumi (jalur pemasangan pipa dan lokasi
pengeboran/sumur). Lokasi yang digunakan untuk pemasangan jalur pipa atau
instalasi sebagian terbuka, namun di kanan kiri jalur pipa sudah dilakukan
rehabilitasi oleh pihak Pertamina. Sedangkan untuk lokasi pembangunan sumur
bor vegetasinya terbuka karena digunakan untuk penempatan mesin dan
mekanik/instalasi.
F.3. Dampak terhadap Lingkungan
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang menggunakan kawasan seluas
12 Ha dari 481 Ha luas TWA Kawah Kamojang. Jadi dampak terhadap luasan
TWA Kawah Kamojang berkurang. Tetapi berdasarkan Surat Persetujuan Menteri
Kehutanan Nomor 341/Menhut-VII/1996 tanggal 15 Maret 1996, pihak Pertamina
Area Panas Bumi EP Kamojang berkewajiban menyediakan lahan kompensasi
seluas 24 Ha (ratio 1:2) yang bebas dari pemilik pihak ketiga dan dalam jangka
waktu paling lama satu tahun sudah diserahkan kepada Departemen Kehutanan
atau Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Lahan kompensasi seluas 24 Ha sudah terealisasi yaitu terletak di Desa
Karangwangi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat.
Lahan kompensasi tersebut telah diserah terimakan kepada Departemen
Kehutanan Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Barat sesuai
Berita Acara Serah Terima tanggal 30 Januari 1997 (BKSDA Jawa Barat II,
2003).
Kegiatan pembangunan lokasi pengeboran dan instalasi tidak dapat
menghindarkan dari penebangan pohon dalam kawasan, maka hal tersebut dapat
mengakibatkan dampak negatif terhadap flora dan fauna. Menurut Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) yang dilakukan oleh pihak Pertamina Area Panas
Bumi EP Kamojang tahun 1993, dijelaskan bahwa dampak tidak langsung
kegiatan eksplorasi dan produksi Pertamina berupa gangguan terhadap flora dan
fauna langka yang dilindungi, perubahan struktur dan komposisi jenis flora dan
fauna. Intensitas gangguan terhadap flora dan fauna langka yang dilindungi relatif
sulit diukur. Namun secara kualitatif gangguan tersebut dikategorikan ringan
sampai sedang. Perubahan struktur flora yang ditinjau berdasarkan perubahan
nilai penting relatif sulit diklasifikasikan. Namun dapat dikategorikan sangat
ringan. Intensitas perubahan struktur fauna berdasarkan nilai keanekaragamannya
diperhitungkan 57 % yaitu perubahan dari 144 jenis menjadi 48 jenis. Menurut
hasil Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) tahun 1993 tersebut menyimpulkan
bahwa evaluasi dampak terhadap fungsi kawasan TWA Kawah Kamojang
intensitasnya dikategorikan sangat ringan, sedangkan nilai derajat dampaknya
dikategorikan kurang penting.
Begitu pula menurut hasil Pemantauan Lingkungan Aspek Biologi yang
dilakukan oleh Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran (2004)
yang melakukan pemantauan lingkungan di TWA Kawah Kamojang, menjelaskan
bahwa kerapatan tumbuhan berkayu berkisar antara 3.000-5.000 individu pohon
berkayu per hektar. Jenis tumbuhan berkayu kategori pancang (seedling)
merupakan jumlah yang paling dominan yaitu sekitar 80 % dari seluruh penutupan
vegetasi. Kisaran jumlah tersebut relatif sama dengan hasil pemantauan pada
tahun 2000. Hal tersebut menunjukan telah terjadi kestabilan ekosistem yang
berarti gangguan terhadap ekosistem terutama penebangan kayu ilegal yang
terjadi relatif kecil.
Sedangkan pengaruh terhadap aktivitas kehidupan satwa di dalam kawasan
TWA Kawah Kamojang telah terjadi polusi suara atau kebisingan terutama di
lokasi pemboran yang mengeluarkan suara cukup bising sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan satwaliar. Tetapi di luar lokasi pemboran masih cukup
banyak berbagai jenis satwaliar secara langsung di lapangan, terutama untuk jenis
burung (Lampiran 6) dan primata jenis Surili (Presbytis comata). Primata jenis ini
merupakan salah satu primata endemik Jawa Barat dan satwa dilindungi yang
masih cukup banyak populasinya. Keberadaan Surili (Presbytis comata) di TWA
Kawah Kamojang didukung oleh kondisi habitatnya yang masih cukup rapat dan
ketersediaan bahan makanan merupakan faktor pendukung masih bertahannya
Surili (Presbytis comata) di kawasan TWA Kawah Kamojang.
Menurut hasil pemantauan lingkungan aspek biologi yang dilakukan oleh
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran (2004), bahwa hasil
pemantauan terhadap keberadaan burung endemik dilindungi yang dijadikan
sebagai tolak ukur pemantauan yaitu Burung-madu gunung (Aethopyga eximia),
Ese-nangka gunung (Lhopozos javanicus) dan Kipas ekor merah (Rhipidura
phoenicura) menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut saat ini masih eksis, namun
memiliki kelimpahan relatif rendah bekisar antara 0,565 % - 1,130 %. Rendahnya
kelimpahan relatif kemungkinan besar disebabkan karena adanya aktivitas
penangkapan, peningkatan intensitas kebisingan akibat kendaraan bermotor yang
masuk dan kebiasaan burung itu sendiri yang sering soliter dan berpasangan,
sehingga dijumpai dalam jumlah yang relatif sedikit.
Apabila dijumpai adanya kerusakan habitat dan penurunan populasi satwa
yang dilindungi undang-undang atau satwa penting lainnya dalam TWA maka
dapat dilakukan kegiatan pembinaan habitat yang rusak dan atau pembinaan
populasi, rehabilitasi dengan jenis tumbuhan asli yang diambil dari TWA yang
bersangkutan atau diambil dari kawasan konservasi lain yang masih berada pada
zona biogeografi dan ekosistem yang sama dan reintroduksi satwa sejenis dan asli
dari kawasan konservasi lain yang berada pada zona biogeografi dan ekosistem
yang sama (PHPA, 1996).
Dampak terhadap hidrologi dari penggunaan sumberdaya air yang
digunakan dalam proses eksplorasi dan produksi, yaitu intensitas terhadap
penurunan cadangan air Sungai Cikamojang yang berada di kawasan TWA
Kawah Kamojang dan nilai peruntukan air diperhitungkan sebesar 7,86 %.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi dampak terhadap fungsi kawasan
TWA Kawah Kamojang intensitasnya dikategorikan sangat ringan, sedangkan
nilai derajat dampaknya dikategorikan kurang penting (Pertamina, 1993).
Dampak terhadap tanah pasti ada yaitu akibat adanya pembangunan lokasi
pemboran dan instalasi tidak dapat dihindarkan dari penebangan pohon sehingga
terjadi pembukaan lahan yang akan berakibat terhadap kesuburan tanah dan
meningkatnya laju arus air permukaan (run off), tetapi pihak Pertamina telah
melakukan usaha rehabilitasi kawasan yang vegetasinya terbuka terutama di
kanan kiri pipa-pipa penyaluran gas panas bumi, sedangkan lahan terbuka di
lokasi sumur pemboran tidak dapat dilakukan rehabilitasi karena diletakan mesin
pemboran dan mekanik/instalasi.
G. Analisis Pendekatan SWOT
Berdasarkan faktor internal (strength dan weaknes) dan faktor eksternal
(opportunities dan threats) maka dapat dibuat empat kemungkinan pengelolaan
TWA Kawah Kawah Kamojang, yaitu pengelolan berdasarkan strength dan
opportunities (S-O), weaknes dan opportunities (W-O), strength dan threats (S-T)
dan weaknes dan threats (W-T).
Startegi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang. Startegi W-O merupakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Startegi S-T merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Sedangkan strategi W-T
merupakan startegi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
(Rangkuti, 2000).
Hasil kriteria penilaian potensi TWA Kawah Kamojang, pengelolaan,
perawatan dan pelayanan serta analisis deskriptif kondisi umum, kebijakan,
potensi pasar, pengunjung dan penggunaan kawasan oleh pihak lain, maka dapat
dibuat analisis pendekatan SWOT untuk TWA Kawah Kamojang yang disajikan
pada Tabel 42 dan analisis pendekatan SWOT untuk pengelolaan (Perum
Perhutani) pada Tabel 43.
Tabel 42. Matrik SWOT TWA Kawah Kamojang Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strength)
Kelemahan (Weaknes)
Potensi TWA : • Kondisi fisik (geologi,
topografi dan iklim) • Kondisi biologi (flora dan
fauna) yang beraneka ragam • Keunikan sumberdaya alam • Nilai pengetahuan,
pengobatan dan kepercayaan • Air bersih dapat mencukupi
Keamanan : • Bahaya gejala alam • Bahaya erosi
Ruang Gerak : • Ruang gerak pengunjung
sebatas jalur wisata yang sudah ada
Peluang (Opportunities)
Sarana dan Prasarana
Penunjang : • Sarana dan prasarana
penunjang cukup lengkap Masyarakat :
• Masyarakat (Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang) peduli terhadap pengembangan obyek wisata di Kamojang
• Masih hidupnya kelembagaan gotong-royong di masyarakat sekitar
Pemda dan Pengguna
Kawasan : • Dukungan pengembangan
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut serta pengguna kawasan di dalam dan sekitar TWA Kawah Kamojang
Identifikasi flora, fauna dan geologi Kolaborasi Pengelolaan : • Pemberdayaan masyarakat
sekitar untuk peningkatan pendapatan
• Pengelolaan bersama antar pihak terkait
Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan
wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi
Promosi dan pemasaran : • Promosi TWA Kawah
Kamojang dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam
Perlindungan aspek ekologis: • Kegiatan penghijauan • Keamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan
himbauan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat Pengembangan kegiatan wisata : • Track/jalur baru untuk
wisata minat khusus Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung
untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA
• Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan
• Pemasangan papan himbauan
Ancaman (Threats)
Sarana dan Prasarana :
• Sarana dan prasarana masih kurang
• Penginapan terbatas pada radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang
Perlindungan aspek ekologis: • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan
himbauan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat Identifikasi flora, fauna dan geologi
Perlindungan aspek ekologis: • Kegiatan penghijauan • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan
himbauan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat
Pengelolaan : • Kualitas dan kuantitas
pengelola kurang memadai • Pergantian pimpinan dalam
lima tahun terakhir sebanyak dua kali
• Mutu pelayanan masih kurang
• Kemampuan berbahasa asing petugas rendah
• Kegiatan pengamanan kawasan masih kurang
• Kegiatan perawatan sarana dan prasarana tidak rutin
• Sistem turunnya dana operasional lama
• Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara pihak terkait
Keamanan : • Keamanan kawasan masih
rawan Potensi Pasar :
• Potensi pasar wisata masih bersifat lokal
• Hubungan dengan obyek wisata lain di sekitar TWA Kawah Kamojang masih sangat buruk
Pengunjung : • Kurangnya kesadaran
pengunjung untuk menjaga lingkungan
Masyarakat : • Tingkat pendidikan
masyarakat sekitar masih rendah
Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan
masyarakat dalam pengadaan akomodasi (penginapan)
Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya koordinasi dan
komunikasi antara pihak terkait
Sistem pergantian pimpinan: • Pergantian pimpinan lima
tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas
lapang • Pembagian tugas di lapangan Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung
diberikan kepada pengelola lapang tanpa perantara BKPH untuk efisien waktu
Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan
wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi
Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket
wisata dengan obyek wisata lain baik obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis
• Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung
untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA
• Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan
• Pemasangan papan himbauan
Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana : • Pengadaan sarana dan
prasarana yang memadai • Pemeliharaan dan perbaikan
sarana dan prasarana secara rutin Promosi dan pemasaran :
• Promosi dan publikasi untuk menciptakan permintaan
Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan
masyarakat dalam pengadaan akomodasi (penginapan)
Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya komunikasi dan
koordinasi antara pihak terakait
Sistem pergantian pimpinan : • Pergantian pimpinan lima
tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas
lapang • Pembagian tugas di lapangan Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung
diberikan kepada pengelola lapang tanpa perantara BKPH untuk efisien waktu
Pengembangan kegiatan wisata : • Track/jalur baru untuk
wisata minat khusus Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket
wisata dengan obyek wisata lain baik obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis
• Paket wisata dalam kawasan
Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung
untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA
• Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan
• Pemasangan papan himbauan
Pengadaan sarana dan prasarana : • Pengadaan sarana dan
prasarana yang memadai • Pemeliharaan dan perbaikan
sarana dan prasarana secara rutin Promosi dan pemasaran :
• Promosi dan publikasi untuk menciptakan permintaan pasar wisata untuk masyarakat nasional maupun
pasar wisata untuk masyarakat nasional maupun internasional
internasional
Tabel 43. Matrik SWOT Pengelolaan Wisata Alam TWA Kawah Kamojang Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (Strenght)
Kelemahan (Weaknes)
Pengelolaan : • Status petugas (50 %)
sebagai pegawai tetap • Tingkat pendidikan petugas
setingkat SLTA dan S1
Pengelolaan : • Kualitas dan kuantitas
pengelola masih kurang • Pergantian pimpinan dalam
lima tahun terakhir sebanyak dua kali
• Mutu pelayanan masih kurang
• Kemampuan berbahasa asing petugas sangat rendah
• Kegiatan pengamanan kawasan masih kurang
• Kegiatan perawatan sarana dan prasarana tidak rutin dilakukan
• Sistem turunnya dana operasional lama
Peluang (Opportunities)
Potensi TWA : • Kondisi fisik (geologi,
topografi dan iklim) • Kondisi biologi (flora dan
fauna) yang beraneka ragam • Nilai pengetahuan,
pengobatan dan kepercayaan • Banyaknya jenis kegiatan
wisata yang dapat dilakukan • Air bersih dapat mencukupi
Sarana dan Prasarana Penunjang :
• Sarana dan prasarana penunjang cukup lengkap
Masyarakat : • Masyarakat (Kelompok
Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang) peduli terhadap pengembangan obyek wisata di Kamojang
• Masih hidupnya kelembagaan gotong-royong di masyarakat sekitar
Pengelolaan : • Rencana pendapatan dapat
terealisasi selama tiga tahun terakhir
Identifikasi flora, fauna dan geologi Kolaborasi Pengelolaan : • Pemberdayaan masyarakat
sekitar untuk peningkatan pendapatan
• Pengelolaan bersama antar pihak terkait
Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan
wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi
Promosi dan pemasaran : • Promosi TWA Kawah
Kamojang dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam
Perlindungan aspek ekologis: • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan
himbauan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat Identifikasi flora, fauna dan geologi Kolaborasi Pengelolaan : • Pemberdayaan masyarakat
sekitar untuk peningkatan pendapatan
• Kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan akomodasi (penginapan)
Sistem pergantian pimpinan: • Pergantian pimpinan lima
tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas
lapang • Pembagian tugas di lapanagn Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung
diberikan kepada pengelola lapang tanpa perantara BKPH untuk efisien waktu
Pemda dan Pengguna Kawasan :
• Dukungan pengembangan TWA Kawah Kamojang dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut serta pengguna kawasan di dalam dan sekitar TWA Kawah Kamojang
Pengembangan kegiatan wisata : • Pengembangan kegiatan
wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi
Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana : • Pemeliharaan dan perbaikan
sarana dan prasarana secara rutin
Promosi dan pemasaran : • Promosi TWA Kawah
Kamojang dengan menonjolkan keunikan dan kepekaan sumberdaya alam
Ancaman (Threats)
Keamanan :
• Bahaya gejala alam • Bahaya erosi • Keamanan kawasan
Ruang Gerak : • Ruang gerak pengunjung
sebatas jalur wisata yang sudah ada
Potensi Pasar : • Potensi pasar wisata masih
bersifat lokal • Hubungan dengan obyek
wisata lain di sekitar TWA Kawah Kamojang masih sangat buruk Sarana dan Prasarana :
• Penginapan terbatas pada radius 15 km dari TWA Kawah Kamojang
Pengunjung : • Kurangnya kesadaran
pengunjung untuk menjaga lingkungan
• Jumlah pengunjung yang semakin menurun dari tahun ke tahun
Masyarakat : • Tingkat pendidikan
masyarakat sekitar masih rendah
Pengelolaan : • Kurangnya koordinasi antar
pihak terkait
Perlindungan aspek ekologis: • Kegiatan penghijauan • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan
himbauan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan
masyarakat dalam pengadaan akomodasi (penginapan )
Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya komunikasi dan
koordinasi antar pihat terkait Pengembangan kegiatan wisata : • Track/jalur baru untuk
wisata minat khusus Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket
wisata dengan obyek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis
• Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung
untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA
• Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan
• Pemasangan papan himbauan
Perlindungan aspek ekologis: • Pengamanan kawasan • Penyuluhan • Pemasangan papan
himbauan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat Kolaborasi pengelolaan : • Kerjasama dengan
masyarakat dalam pengadaan akomodasi (penginapan )
Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder : • Adanya komunikasi dan
koordinasi antar pihat terkait Sistem pergantian pimpinan : • Pergantian pimpinan lima
tahun sekali Pengembangan sumberdaya manusia : • Pelatihan bagi petugas
lapang • Pembagian tugas di lapangan Sistem pendanaan : • Dana operasional langsung
diberikan kepada pengelola tanpa perantara BKPH untuk efisiensi waktu
Pengembangan kegiatan wisata : • Mengembangkan kegiatan
wisata pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi, kesehatan, jelajah alam dan interpretasi
• Track/jalur baru untuk wisata minat khusus
Pembuatan paket wisata : • Mengembangkan paket
wisata dengan obyek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis
• Paket wisata dalam kawasan Pengaturan pengunjung : • Pengaturan pengunjung
untuk keselamatan pengunjung, keamanan dan kelestarian SDA
• Monitoring pengunjung untuk meminimalisir kerusakan kawasan
• Pemasangan papan himbauan
H. Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Strategi yang sesuai untuk pengelolaan TWA Kawah Kamojang melalui
kolaborasi pengelolaan tidak dilihat hanya dari unsur tertentu saja, tetapi melalui
strategi pengelolaan beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut terdiri dari
perlindungan aspek ekologis, identifikasi flora, fauna dan geologi, sistem
pergantian pimpinan, pengembangan sumberdaya manusia, sistem pendanaan,
pengembangan kegiatan wisata, pembuatan paket wisata, pengaturan pengunjung,
pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran serta
komunikasi dan koordinasi antar stakeholder.
Gambar 27. Bagan strategi pengelolaan TWA Kawah Kamojang
H.1. Inti Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
Inti pengelolaan TWA Kawah Kamojang yaitu melalui kolaborasi
pengelolaan antar pihak terkait (pemerintah, swasta, masyarakat dan lembaga
pendukung). Manajemen kolaborasi merupakan pengelolaan bersama yang
merujuk pada sebuah proses dan alat pemecahan masalah, penanganan peluang
atau pengelolaan kepentingan bersama dalam pengelolaan sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya. Setiap pihak yang sepakat untuk melakukan pengelolaan
bersama ini bersama-sama menentukan perjanjian untuk melakukan pengelolaan,
termasuk cakupan, mandat dan fungsi pengaturan. Tujuan kolaborasi pengelolaan
Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestraian Alam (KPA) adalah
terwujudnya pelestraian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistem
KSA dan KPA, sehingga lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
• Perlindungan aspek ekologis • Identifikasi flora, fauna dan geologi • Sistem pergantian pimpinan • Pengembangan sumberdaya manusia • Sistem pendanaan TWA Kawah
Kamojang • Pengembangan kegiatan wisata • Pembuatan paket wisata • Pengaturan pengunjung • Pengadaan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana • Promosi dan pemasaran • Komunikasi dan koordinasi antar
stakeholder
• Potensi TWA Kawah Kamojang
• Kondisi umum • Pengelolaan, perawatan
dan pelayanan • Kebijakan pengelolaan • Potensi pasar wisata • Pengunjung • Penggunaan kawasan oleh
pihak lain
SWOT Kolaborasi
Pengelolaan
Diversifikasi Pengelolaan
masyarakat dan mutu kehidupan serta tercapainya pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem KSA dan KPA (Nitibaskara, 2005). Kolaborasi dalam pengelolaan
kawasan konservasi termuat dalam Peraturan Menteri No : P 19/2004. Kebijakan
ini tentu saja menjadi motivasi bagi para pihak untuk terlibat dalam pengelolaan
kawasan konservasi (Rahardjo, 2005).
Sistem kolaborasi pengelolaan TWA Kawah Kamojang diharapkan dapat
menyelesaikan masalah yang ada selama ini terutama masalah pengelolaan.
Pemerintah, masyarakat, swasta dan lembaga penyangga secara bersama-sama
memberikan kontribusi sesuai dengan peran kemampuannya dalam pengelolaan
TWA Kawah Kamojang. Seperti halnya menurut Setiawan dan Rahmi (2000),
kemitraan dapat dikembangkan dengan kelompok klien, asosiasi sukarela,
kelompok komunitas, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, bisnis
dan industri, penduduk lokal serta berbagai lembaga pemerintah.
Pemerintah disini adalah lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah
yang berfungsi untuk memberikan pelayanan yang maksimum agar interaksi antar
stakeholder lain dapat berjalan dengan lancar. Sebagai contoh instansi pemerintah
adalah BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Garut.
Swasta merupakan perusahaan atau instansi swasta yang usahanya berada
di dalam kawasan seperti Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan sekitar
kawasan yaitu PT. Indonesia Power. Pihak swasta ini diharapkan sebagai sponsor
pendanaan untuk pengembangan. Seperti yang dikatakan Setiawan dan Rahmi
(2000), contributory partnership atau kemitran melalui kontribusi merupakan
suatu kesepakatan yang mana sebuah organisasi swasta atau publik setuju
memberikan sponsor atau dukungan umumnya berupa dana.
Masyarakat yang dimaksud adalah penduduk yang tinggal di sekitar
kawasan TWA Kawah Kamojang, antara lain Kelompok Pencinta Wisata Karang
Taruna Kamojang, penduduk yang berada di Desa Laksana, Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung. Seperti halnya dikemukakan oleh Rahardjo (2005), untuk
bisa memaksimalkan keuntungan dari sisi konservasi maka penting untuk
mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk partisipasi stakeholder lokal sejak awal.
Lembaga pendukung merupakan lembaga yang mempunyai kepedulian
terhadap keberadaan kelestarian TWA Kawah Kamojang. Sebagai contoh
Perguruan Tinggi, LSM (Forum Peduli Ibun), Kelompok Pencinta Wisata Karang
Taruna Kamojang, pencinta alam, pemerhati lingkungan, para peneliti, asosiasi
sukarela, kelompok komunitas, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain.
Manajemen kolaborasi merupakan suatu kebutuhan dalam rangka
mengurangi atau menghilangkan konflik serta menampung berbagai aspirasi atau
keinginan berbagai pihak ikut berbagi peran, manfaat dan tanggung jawab dalam
pengelolaan KSA dan KPA (Nitibaskara, 2005).
H.2. Unsur-unsur Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah
Kamojang
H.2.1 Perlindungan Aspek Ekologis
Pemeliharaan aspek ekologis tujuannya untuk melindungi dan
mengamankan sumberdaya alam TWA Kawah Kamojang dari gangguan baik
pengunjung, masyarakat sekitar kawasan maupun masyarakat yang jauh dari
kawasan tetapi mempunyai akses yang tinggi terhadap kawasan TWA Kawah
Kamojang. Seperti yang dikemukakan oleh Jubenville et al. (1987), dalam suatu
sistem terbuka kondisi alamiah, keseimbangan tidak saja dipengaruhi secara
internal oleh hubungan timbal balik populasi alamiah, tetapi juga secara eksternal
oleh perubahan dalam lingkungan, seperti kegiatan manusia. Secara ringkas,
pengelolaan ekosistem alami terdiri dari perlindungan terhadap pengaruh
eksternal kegiatan manusia modern, misalnya menjaga keutuhan lansekap dan
perlindungan terhadap pengaruh internal kegiatan manusia modern, seperti
rekreasi.
Meminimalkan gangguan dan tekanan dari pengunjung maupun
masyarakat terhadap kawasan TWA Kawah Kamojang, salah satu upaya yang
perlu dikembangkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan yang
dilakukan secara preventif dan kuratif.
a. Pengamanan Preventif
Pengamanan secara preventif, karena keterbatasan personil lapang baik
dari BKSDA Jawa Barat II maupun dari Perum Perhutani maka dilakukan dengan
kegiatan atau tindakan yang dapat menumbuhkan kesadaran dan peran serta
masyarakat dalam pengamanan kawasan TWA Kawah Kamojang. Kegiatan yang
dilakukan bisa dengan melakukan kegiatan pendidikan lingkungan dan konservasi
kepada pengunjung dan masyarakat. Tindakan dan kegiatan pengamanan preventif
yang dilakukan antara lain :
• Patroli keamanan di kawasan TWA Kawah Kamojang dilakukan dengan
intensitas yang lebih sering dan kontinyu. Patroli ini dilakukan secara
kerjasama antara Perum Perhutani, BKSDA Jawa Barat II, Pertamina Area
Panas Bumi EP Kamojang, PT. Indonesia Power dan masyarakat yang
dipercaya dalam memberikan informasi penebangan liar, perburuan satwa dan
perambahan.
• Penyuluhan dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran dan peran serta
masyarakat sehingga terlibat dalam pengamanan kawasan TWA Kawah
Kamojang. Materi penyuluhan lebih diarahkan kepada pentingnya keberadaan
TWA Kawah Kamojang bagi kehidupan dan pemasyarakatan hukum kehutanan
dan lingkungan hidup.
• Pemasangan papan-papan himbauan atau ajakan menjaga kelestarian TWA
Kawah Kamojang pada tempat-tempat yang strategis. Papan pengumuman
yang selama ini berisi larangan perlu ditinggalkan dan digantikan dengan
ajakan sehingga dapat menghargai dan menempatkan pengunjung serta
masyarakat pada kedudukan yang lebih penting dalam kegiatan pelestarian
kawasan TWA Kawah Kamojang.
• Peningkatan kesejahteraan melalui program Community Development (CD)
yaitu dengan sistem pemberian kredit ringan untuk usaha pembibitan,
peternakan, perikanan, perbengkelan, perdagangan dan usaha kecil lainnya.
Program Community Development dapat dilakukan kerjasama antara BKSDA
Jawa Barat II, Perum Perhutani, Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan
PT. Indonesia Power. Melalui kerjasama semua pihak modal untuk perkreditan
masyarakat akan lebih banyak dan kuat sehingga diharapkan dapat berjalan
secara terus-menerus. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan
yang relatif rendah dikhawatirkan akan mendorong terjadinya perusakan
terhadap kawasan TWA Kawah Kamojang.
b. Pengamanan Kuratif
Pengamanan kuratif dapat dilakukan melalui penegakan hukum. Segala
macam tindakan yang melawan hukum dan berakibat rusaknya fungsi kawasan
TWA Kawah Kamojang perlu diproses dan diambil tindakan tegas walaupun
pelakuknya dari petugas Perum Perhutani maupun BKSDA Jawa Barat II. Proses
hukum diharapkan dapat menimbulkan rasa takut masyarakat yang lain agar tidak
melakukan tindakan merusak lingkungan.
H.2.2. Identifikasi Flora, Fauna dan Geologi
Informasi mengenai sumberdaya alam terutama flora, fauna dan geologi
yang terdapat di TWA Kawah Kamojang belum banyak diketahui oleh
masyarakat luas sebagai daya tarik wisata. Identifikasi dan pemetaan lokasi flora,
fauna dan geologi di TWA Kawah Kamojang perlu dilakukan karena hal tersebut
untuk menjaga kelestariannya. Sehingga tahu jenis flora dan fauna yang sudah
terancam punah dan yang perlu dijaga keberadaannya, begitu juga dengan geologi
(kawah). Informasi jenis dan pemetaan lokasi flora, fauna dan geologi juga akan
membantu dalam pembuatan program interpretasi dan pengembangan pembuatan
jalur wisata agar tidak mengganggu keberadaan flora, fauna dan geologi tersebut.
Seperti halnya, banyak masyarakat sekitar kawasan yang melihat merak hijau
(Pavo munticus) di petak 48 TWA Kawah Kamojang. Menurut informasi yang
didapat dari masyarakat jumlah merak hijau (Pavo munticus) ini sekitar tiga
sampai lima ekor. Maka dengan adanya hal tersebut, sangat perlu dilakukan
penyelidikan dan penelitian lebih lanjut mengenai keberadaan merak hijau (Pavo
munticus) di petak 48.
H.2.3. Sistem Pergantian Pimpinan
Sistem pergantian pimpinan, idealnya dilakukan lima tahun sekali. Kalau
terlalu sering dilakukan pergantian pimpinan sistem pengelolaan yang dibuat atau
dirancang oleh pimpinan akan mentah terus. Biasanya setiap pergantian pimpinan
sistem pengelolaan pun akan ikut berubah sesuai dengan tipe kepemimpinannya.
Sistem pergantian pimpinan TWA Kawah Kamojang dilakukan dua tahun sekali
sesuai dengan pergantian Asper Wilayah BKPH Ciparay karena pimpinan
pengusahaan pariwisata dipegang oleh Asper Wilayah Ciparay, bukan oleh Asper
Wisata tersendiri. Sebaiknya yang menjadi pimpinan pengusahaan pariwisata
memiliki keahlian selain pada bidang kehutanan juga ahli dalam bidang
kepariwisataan. Sehingga dia akan tahu strategi apa yang harus dilakukan dalam
pengelolaan TWA Kawah Kamojang.
H.2.4. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Peningkatan sumberdaya pengelola erat kaitannya dengan pelayanan
pengunjung. Penambahan jumlah pengelola hendaknya dari latar belakang
pendidikan kepariwisataan terutama wisata alam dan geologi. Sedangkan
pengadaan pelatihan sangat dibutuhkan bagi petugas yang masih belum mengerti
tentang kepariwisataan geologi dan teknologi pemanfaatan panas bumi untuk
pembangkit listrik. Kegiatan kursus-kursus bahasa asing pun perlu dilakukan
mengingat pengunjung yang datang ada juga pengunjung mancanegara. Kualitas
petugas yang baik diharapkan pelayanan pengunjung akan lebih bermutu.
Pelatihan petugas hendaknya dilakukan secara periodik, serta adanya evaluasi dari
pimpinan. Menurut Ko (2001), pengelola wisata kebanyakan tidak menaruh
perhatian dan menyediakan dana untuk mendidik personil pengelola obyek wisata
dan pemandu wisatanya.
Pembagian kerja yang jelas juga diperlukan untuk menghindari
overlapping pekerjaan. Seperti halnya sekarang ini di lapangan, sebenarnya sudah
dilakukan pembagian tugas, yaitu terdiri dari penjaga tiket masuk, penjaga tiket
pemandian air panas dan penjaga keamanan dan kebersihan kawasan. Tetapi
kadang-kadang petugas saling menggantikan tugasnya karena keterbatasan
personil.
Keberadaan pihak kedua di TWA Kawah Kamojang, yaitu Kelompok
Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang yang berasal dari masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga membutuhkan perhatian dari
BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bandung, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut,
Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power. Pelatihan
singkat perlu diperlukan untuk mengoptimalkan kegiatan wisata. Pelatihan-
pelatihan yang dimaksud seperti pelatihan identifikasi flora dan fauna,
pengetahuan tentang proses terjadinya gejala alam kawah, teknologi pemanfaatan
panas bumi untuk pembangkit listrik, teknik interpretasi dan kursus bahasa asing.
Para pemuda-pemudi ini memiliki keinginan ke arah itu, tetapi sarananya belum
ada untuk mendukung kegiatan pelatihan-pelatihan tersebut. Sebenarnya dengan
ada dua industri besar di Kamojang, yaitu Pertamina Area Panas Bumi EP
Kamojang dan PT. Indonesia Power, peluang ke arah kegiatan pelatihan ada.
Pihak Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang beserta Perum
Perhutani dan BKSDA Jawa Barat II harus kreatif membuat proposal usulan
kegiatan pelatihan-pelatihan kepada Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang
dan PT. Indonesi Power serta melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi,
LSM, pencinta alam dan peneliti. Peluang tersebut dapat dikatakan besar karena
mengingat selama ini kepedulian Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan
PT. Indonesia Power terhadap masyarakat di Kamojang cukup tinggi.
H.2.5. Sistem Pendanaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang
Sistem pendanaan TWA Kawah Kamojang, khususnya untuk kegiatan
operasional di lapangan untuk pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana
sebaiknya langsung diberikan dari pusat (KPH) kepada pengelola lapang tanpa
harus melalui BKPH terlebih dahulu karena akan memperlambat proses turunnya
dana dan kemungkinan dana yang turun dari KPH akan berkurang jumlahnya.
Tetapi kalau penurunan dana operasional langsung kepada pengelola lapang akan
lebih cepat sehingga kegiatan operasional di lapangan akan berjalan lancar serta
perbaikan sarana dan prasarana tidak perlu menunggu sampai rusak.
Pengelola lapang harus bertanggung jawab langsung tehadap penggunaan
dana operasional kepada KPH. Begitu juga untuk sistem penyetoran pendapatan
TWA Kawah Kamojang, sebaiknya langsung disetorkan kepada KPH untuk
mempercepat proses sistem keuangan. Tetapi pihak pusat (KPH) harus dengan
rutin melakukan audit atau pemeriksaan keuangan karena ditakutkan adanya
penyelewengan dana pendapatan. Seperti halnya menurut Ko (2001), diakui
bahwa hasil penjualan tiket masuk ke obyek wisata adalah sektor yang paling
rawan dikorupsi. Merupakan kenyataan, bahwa ada oknum penjual tiket yang
tidak melapor dengan jujur jumlah tiket yang terjual. Pihak pengelola wajib
mempekerjakan orang-orang yang jujur di loket penjual tiket dan diawasi secara
berkala. Di TWA Kawah Kamojang hasil pengamatan di lapangan penyelewengan
dari tiket tidak terlihat jelas, hanya saja kemungkinan itu mungkin saja terjadi
dilihat dari indikasi ada sebagian pengunjung yang datang banyak tetapi mereka
hanya mau membayar untuk beberapa orang saja dan biasanya mereka tidak diberi
tiket masuk.
H.2.6. Pengembangan Kegiatan Wisata
Atraksi wisata yang dapat dikembangkan lagi di TWA Kawah Kamojang,
adalah :
a. Wisata Edukasi
Wisata yang dikembangkan ini merupakan jenis wisata yang mengandung
misi pendidikan dan lingkungan. Kegiatan ini lebih difokuskan untuk menambah
wawasan pengunjung tentang teknologi pemanfaatan panas bumi sebagai
pembangkit listrik dan tentang lingkungan sehingga selanjutnya pengunjung
diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan.
b. Wisata Kesehatan
Wisata kesehatan dapat dikembangkan di TWA Kawah Kamojang karena
di lokasi ini memiliki potensi gejala alam berupa kawah yang mengandung
belerang. Pengunjung dengan tujuan pengobatan dapat diarahkan dalam program
pengobatan seperti mandi uap di Kawah Hujan dan berendam air panas dengan
pemijatan alternatif. Hal ini didukung oleh motif pengobatan pengunjung TWA
Kawah Kamojang sebesar 14 % (Tabel 38). Motif pengobatan ini menduduki
urutan kedua setelah motif menikmati keindahan alam.
c. Jelajah Alam/Tracking
Kegiatan ini memungkinkan untuk dikembangkan mengingat pengunjung
yang didomonasi oleh kaum remaja dan orang dewasa (62 %) dapat dilihat pada
Tabel 37, serta kondisi alam yang cukup menantang, tracking merupakan pilihan
kegiatan yang sesuai dilakukan pengunjung usia remaja dan dewasa.
d. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang menggali nilai-
nilai obyek. Obyek yang dapat dipaki bahan interpretasi di TWA Kawah
Kamojang cukup banyak, diantaranya gejala alam (kawah-kawah yang terpisah-
pisah), lokasi pemboran panas bumi, pipa-pipa penyaluran panas bumi,
keanekaragaman flora dan fauna, keindahan panorama dan kesejukan udara
pegunungan.
H.2.7. Pembuatan Paket Wisata
Hubungan TWA Kawah Kamojang dengan obyek wisata sejenis maupun
tidak sejenis di sekitar kawasan yang buruk menurut hasil penilaian (Tabel 26),
maka perlu dilakukan pembuatan paket wisata baik dengan obyek sejenis maupun
tidak sejenis untuk menghindari terjadinya persaingan. Dari arah Garut menuju
TWA Kawah Kamojang banyak obyek wisata di sekitar TWA Kawah Kamojang
baik sejenis maupun tidak sejenis yang jaraknya tidak terlalu jauh (Tabel 27 dan
Tabel 28), hal ini memungkinkan untuk dilakukan pembuatan paket wisata
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Dari
arah Bandung bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Bandung. Selain itu juga dapat dilakukan pembuatan paket wisata pendidikan
TWA Kawah Kamojang untuk tingkat SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi.
Paket wisata pendidikan ini khusus untuk obyek di TWA Kawah Kamojang
selama dua sampai tiga hari.
H.2.8. Pengaturan Pengunjung
Masih adanya pengunjung TWA Kawah Kamojang yang kurang peduli
terhadap lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, vandalisme
(Gambar 8) dan membawa kendaraan bermotor ke jalur wisata, maka perlu
dilakukan pengaturan pengunjung. Mengingat keterbatasan personil di lapangan,
pengaturan pengunjung dapat dilakukan dengan cara membuat papan-papan
ajakan dan himbauan yang ditempatkan pada tempat yang strategis, jangan sampai
ditempatkan pada tempat yang terhalang pohon-pohon sehingga tidak terlihat oleh
pengunjung seperti pada Gambar 23 (b) sehingga masih banyak pengunjung yang
membawa kendaraan bermotor ke jalur wisata jalan setapak.
Selain itu perlu dilakukan monitoring pengunjung oleh petugas. Petugas
tidak boleh segan-segan menegur pengunjung yang kurang peduli terhadap
lingkungan. Petugas juga harus bersikap tegas terhadap pengunjung yang tidak
mau membayar tiket masuk.
Pengaturan pengunjung dari bahaya gejala alam perlu dilakukan. Bentuk
manifestasi gejala yang ada bersuhu di atas 100 oC, sehingga dapat
membahayakan pengunjung. Mengantisipasi hal tersebut , di sekitar obyek gejala
alam dipasang pagar pengaman dari kayu-kayu agar kelihatan alami, pemasangan
papan peringatan dan monitoring pengunjung. Seperti halnya yang dikemukakan
oleh Jubenville et al. (1987), pengelolaan bahaya (hazard) adalah program yang
ditujukan pada pengurangan resiko bahaya dari alam atau buatan manusia pada
pengunjung. Pengelolaan bahaya (hazard) merupakan suatu kegiatan dengan
maksud tertentu yang dilaksanakan oleh pengelola untuk mengurangi
kemungkinan terluka, meninggal atau kehilangan hak milik yang terjadi pada
partisipan dari sebab yang telah ditentukan atau yang masih diperkirakan, baik
hazard alami atau buatan manusia yang terdapat di dalam lingkungan rekreasi.
Menurut Ko (2001), untuk menjaga ketertiban, pengelola obyek wisata
alam perlu mengadakan peraturan pengunjung. Peraturan ini diperlukan untuk
mewujudkan suasana wisata yang aman, nyaman, menyenangkan dan sekaligus
dibutuhkan pula untuk menjaga kelestarian obyek wisata tersebut. Hal ini memang
perlu pengertian, baik dari pengunjung maupun masyarakat pada umumnya.
Menurut Jubenville et al. (1987), fungsi pengelolaan pengunjung untuk
penyebaran penggunaan, keamanan, program interpretasi dan program informasi.
H.2.9. Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana wisata merupakan kebutuhan dasar untuk
terselenggaranya kegiatan pariwisata yang baik. Pembangunan sarana dan
prasarana di TWA Kawah Kamojang harus mempertimbangkan aspek lingkungan,
sosial, ekonomi dan budaya serta perundang-undangan yang telah ada. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Kehutanan No.167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam yaitu
maksimal 10 % dari luas areal ijin pengusahaan pariwisata alam, Perum Perhutani
belum optimal dalam pengembangan sarana dan prasarana karena dihadapkan
dengan kendala terbenturnya dana dan adanya kekhawatiran pengambil alihan
pengusahaan pariwisata dari pihak Perum Perhutani kepada pihak lain. Tetapi
kalau pengelolaan dilakukan secara kolaborasi tidak perlu adanya rasa
kekhawatiran.
Berdasarkan hasil penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana,
sarana dan prasarana yang diharapkan pengunjung yaitu berupa pusat informasi,
penginapan, tempat sampah, kamar pemandian air panas, papan dan media
interpretasi, warung/kios cinderamata, shelter, kolam renang, angkutan khusus
dan wartel. Maka di TWA Kawah Kamojang perlu dilakukan pengadaan sarana
dan prasarana secara skala prioritas dengan mendahulukan jenis sarana dan
prasarana yang sangat penting tanpa merusak fungsi kawasan. Penjagaan
kebersihan lingkungan, melalui penyediaan tempat pembuangan sampah dan
limbah dalam bentuk dan jumlah memadai serta dibentuk petugas kebersihan yang
direkrut dari masyarakat sekitar.
Sarana dan prasarana yang sudah ada perlu dilakukan pemeliharan untuk
kelangsungan keberadannya. Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak boleh
menunggu sampai rusak, seperti gapura yang tidak pernah dicat lagi (Gambar 12
(e)) dan shelter-shelter sudah tidak ada karena rusak tidak dipelihara.
Pemeliharaan sarana dan prasarana harus rutin dilakukan jangan menunggu
sampai rusak. Seperti yang dikemukakan oleh Jubenville et al. (1987), manajemen
pemeliharaan lebih ditekankan pada pelaksanaan pemeliharaan kontinyu untuk
memastikan jasa-jasa yang disediakan tapak menghasilkan pengalaman
pengunjung yang aman dan berkualitas tinggi. Artinya bahwa segala fasilitas dan
sarana prasarana harus terus menerus disediakan dengan kualitas standar yang
memenuhi harapan pengunjung, intitusi pengambil kebijakan dan persyaratan
keamanan untuk lokasi tapak berdasarkan spektrum kesempaatn rekreasi.
Kegagalan pemeliharan akan menyebabkan penurunan kualitas pengalaman
pengunjung.
Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang baik harus dibuat
perencanaan, penganggaran dana dan penyususnan program terlebih dahulu.
Begitu juga yang dikemukakan oleh Jubenville et al. (1987), penyusunan program
operasi pemeliharaan diperlukan untuk dapat melaksanakan rencana pemeliharaan
dan melaksanakan pekerjaan prioritas tinggi secara efisien dan tepat waktu.
Komponen yang diperlukan yaitu jadwal dasar persyaratan pemeliharaan dan
operasi rutin, analisis biaya persyaratan pemeliharan dan operasi rutin serta
membuat spread sheet yang menunjukkan distribusi dana operasi untuk tahun
anggaran.
H.2.10. Promosi dan Pemasaran
Pemasaran merupakan syarat memadai wisata agar dapat mengundang
pengunjung untuk datang ke suatu obyek. Promosi dan publikasi merupakan
bentuk pemasaran yang memegang peranan penting. Soekadijo (2000),
menjelaskan bahwa promosi merupakan kegiatan untuk lebih menyesuaikan
permintaan dengan produk pariwisata. Begitu pula menurut Wahab (1989),
penekanan dalam pemasaran yaitu pada permintaan karena pariwisata harus
dimaklumi terutama konsumen pelanggan wisata merupakan unsur yang sangat
penting.
Kegiatan promosi dan pemasaran TWA Kawah Kamojang yang dapat
dilakukan pengelola, seperti :
a. Promosi langsung ke sekolah dan Perguruan Tinggi (PT) di Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Garut. Dapat ditawarkan paket dalam promosi ini
yaitu wisata pendidikan untuk berbagai tingkatan pendidikan.
b. Promosi kerjasama dengan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesi Power kepada tamu-tamu dalam negeri maupun luar negeri yang
datang ke kedua industri besar tersebut.
c. Promosi melalui pengunjung sendiri, pengunjung yang merasa puas serta
pulang dengan membawa leaflet dan cinderamata dapat diharapkan akan
meneruskan informasi kepada lingkungannya. Promosi ini menurut Soekadijo
(2000) disebut promosi intern dan merupakan promosi yang paling efektif dan
murah.
d. Melakukan kebijakan produk wisata sesuai dengan apa yang dicari dan disukai
oleh konsumen. Apa yang dicari dan disukai pengunjung itu tergantung dari
motif perjalanan wisata. Motif pengunjung TWA Kawah Kamojang yaitu
tujuannya untuk menikmati keindahan alam, pengobatan dan mengisi waktu
luang dengan obyek yang disukai berupa kawah, air panas dan panorama alam
serta kegiatan yang disukai yaitu mandi uap, berendam air panas, menikmati
pemandangan dan berkemah (Tabel 38), maka yang harus ditonjolkan dalam
menawarkan produk wisata melalui promosi dan publikasi yaitu berupa motif-
motif tersebut.
e. Mengikutsertakan dalam pameran-pameran kepariwisataan, berupa foto-foto
yang akan memberikan citra obyek TWA Kawah Kamojang maupun profil-
profil pendukung seperti Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT.
Indonesia Power.
f. Mengadakan workshop tentang obyek wisata yang ada di Perum Perhutani
KPH Bandung Selatan, khususnya obyek wisata TWA Kawah Kamojang.
g. Memberikan citra produk wisata yang sesuai dengan apa yang diharapkan
pengunjung, sehingga pengunjung yang datang tidak kecewa. Menurut Wahab
(1997), minat calon wisatawan dipengaruhi salah satunya oleh citra atau
kebanggaan yang sangat mengikat dari produk yang ditawarkan.
h. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, terutama biro-biro perjalanan serta
pihak-pihak yang terkait dalam bidang pariwisata.
i. Memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung.
j. Penyebaran leaflet, booklet, stiker atau brosur pada tempat-tempat strategis,
seperti di pusat kedatangan wisata, biro perjalanan dan sebagainya.
k. Publikasi juga dapat dilakukan melalui media cetak (koran dan majalah)
maupun media elektronika (televisi, radio dan internet). Upaya ini ditempuh
melalui membangun hubungan personal dengan beberapa wartawan media
cetak dan elektronik. Membuat tulisan-tulisan, film dokumenter dan website
yang dimuat di media massa. Film dokumenter didistribusikan ke berbagai
pihak yang terkait dengan pemasaran paket-paket wisata, media elektonik dan
biro-biro perjalanan. Melalui website diharapkan wisatawan dapat mengakses
situs TWA Kawah Kamojang melalui internet. Informasi-informasi ini harus
sedapat mungkin menunjukkan keunggulan obyek TWA Kawah Kamojang.
l. Pemasangan billboard dan poster pada tempat-tempat strategis.
H.2.11. Komunikasi dan Koordinasi antar Stakeholder
Perlu ditingkatkan komunikasi dan pembinaan serta konsultasi baik teknis
maupun hukum kepada para pemegang ijin pengusahaan pariwisata alam.
Sehingga terjalin hubungan timbal balik bagi berbagai pihak. Pemerintah perlu
mengusahakan penyempurnaan dan peningkatan koordinasi antar berbagai pihak
yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan wisata alam, sehingga potensi
obyek wisata yang terdapat di kawasan konservasi dimanfaatkan secara optimal.
Begitu juga Ko (2001) menyatakan, perlu ditingkatkan koordinasi dalam
pengelolaan obyek wisata alam. Lemahnya koordinasi antar-instansi (lintas
sektoral) disebabkan karena belum adanya “aturan main” secara rinci dan
menyeluruh. Hal ini penting dalam hubungannya dengan azas keterpaduan dalam
pengelolaan obyek wisata alam atau kawasan konservasi.
Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang
terdiri dari instansi pemerintah (BKSDA Jawa Barat II, Perum Perhutani KPH
Bandung Selatan, Pemerintah Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut), swasta (Pertamina Area Panas Bumi
EP Kamojang dan PT. Indonesia Power), masyarakat (Kelompok Pencinta Wisata
Karang Taruna Kamojang) dan lembaga pendukung (Perguruan Tinggi, LSM,
pencinta alam, pemerhati lingkungan dan peneliti).
Setiap stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang
mempunyai peranan masing-masing. Keterlibatan stakeholder tersebut dapat
dilihat pada Tabel 44.
Tabel 44. Peranan stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah Kamojang Perana Stakeholder
No
Unsur-unsur Strategi
Tujuan BKSDA
Perum
Perhutani
Pemda
Pertamina dan PT.
Indonesia Power
Karang
Taruna
Lembaga
Pendukung
1 Perlindungan ekologis
Perlindungan dan pelestarian SDA
√ √ √ √ √
2 Identifikasi flora, fauna dan geologi
Mengetahui potensi dan menjaga kelestarian flora dan fauna
√ √ √ √ √
3 Sistem pergantian pimpinan
Pemantapan sistem pengelolaan
√ √
4 Pengembangan SDM
Pelayanan pengunjung √ √ √ √ √ √
5 Sistem Pendanaan
Efisiensi proses sistem pendanaan sehingga kegiatan operasional dapat rutin dilakukan
√ √ √
6 Penge Variasi √ √ √ √ √ √
mbangan kegiatan wisata
bentuk kegiatan wisata dan pemanfaatan optimal obyek wisata
7 Pembuatan paket wisata
Menghindari persaingan dengan obyek wisata sejenis maupun tidak sejenis di sekitar TWAKK
√ √ √ √
√ √
8 Pengaturan pengunjung
Menjaga keselamatan pengunjung, ketertiban dan kelestarian SDA
√ √ √ √
9 Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
Pemenuhan kebutuhan dan pelayanan pengunjung
√ √ √ √ √ √
10
Promosi dan pemasaran
Peningkatan pendapatan √ √ √ √ √ √
11
Komunikasi dan koordinasi antar stakeholder
Terjalin hubungan timbal balik bagi berbagai pihak
√ √ √ √ √ √
Pemerintah Daerah tidak dilibatkan dalam perlindungan ekologis dan
identifikasi flora, fauna dan geologi karena akan sulit mengajak Pemerintah
Daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) dan yang lebih berperan dalam hal ini
yaitu BKSDA, Perum Perhutani dan lembaga pendukung. Sistem pergantian
pimpinan pengusahaan wisata alam dilakukan oleh Perum Perhutani karena
pengusahaan wisata alam diserahkan kepada Perum Perhutani atas sepengetahuan
BKSDA Jawa Barat II sebagai pengelola kawasan. Sistem pendanaan yang lebih
berperan yaitu Perum Perhutani dan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna
Kamojang karena keterlibatannya dalam pengelolaan Bumi Perkemahan
Kamojang. Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power
ikut terlibat dalam pendanaan yaitu sebagai sponsor dana. Pemerintah Daerah dan
lembaga pendukung tidak dilibatkan dalam pengaturan pengunjung karena tidak
terlibat langsung di lapangan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Potensi Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Kamojang berupa daya tarik
berkategori sedang, sedangkan unsur potensi lainnya yang lebih mengarah
kepada ketersediaan sarana dan prasarana cenderung berkategori sedang dan
buruk. Hal ini disebabkan TWA merupakan salah satu bentuk kawasan
konservasi yang diperuntukkan untuk kegiatan wisata dan pada umumnya di
kawasan konservasi kondisi sarana dan prasarana masih terbatas. Pengelolaan,
perawatan dan pelayanan berkategori sedang. Potensi pasar wisata masih
bersifat lokal. Pengguna kawasan pihak lain cukup mendukung terhadap
pengembangan TWA Kawah Kamojang.
2. Strategi yang sesuai untuk pengelolaan TWA Kawah Kamojang adalah
kolaborasi pengelolaan dalam bentuk diversifikasi yang meliputi perlindungan
aspek ekologis, identifikasi flora, fauna dan geologi, sistem pergantian
pimpinan, pengembangan sumberdaya manusia, sistem pendanaan TWA
Kawah Kamojang, pengembangan kegiatan wisata, pembuatan paket wisata,
pengaturan pengunjung, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana,
promosi dan pemasaran serta komunikasi dan koordinasi antar stakeholder.
B. Saran 1. Menyamakan persepsi setiap stakeholder dalam pengelolaan TWA Kawah
Kamojang merupakan hal yang utama untuk terciptanya jalinan kerjasama dan
koordinasi antar stakeholder yang terlibat melalui kolaborasi pengelolaan
(pemerintah, swasta, masyarakat dan lembaga pendukung) sehingga tidak
adanya saling kecurigaan.
2. Pelibatan Kelompok Pencinta Wisata Karang Taruna Kamojang dalam
pengembangan potensi wisata minat khusus (special interest), seperti kegiatan
pengamatan satwa, identifikasi flora, fauna dan geologi serta tracking/jelajah
alam. Maka untuk itu perlu diadakan kegiatan pelatihan identifikasi flora,
fauna dan geologi serta teknik interpretasi bagi Kelompok Pencinta Alam
Karang Taruna Kamojang.
3. Sebaiknya ada informasi mengenai peta penyebaran potensi biologi (flora dan
fauna) dan potensi fisik (gejala alam) dalam penyusunan Rencana Pengelolaan
TWA Kawah Kamojang.
4. Perlu disusun sistem penilaian obyek dan daya tarik wisata alam khusus untuk
kawasan konservasi yang selama ini sistem penilaian cenderung mengarah
untuk wisata umum.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Bandung. 2004. Kabupaten Bandung dalam Angka (Bandung in Figures) 2004. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. Bandung.
Badan Pusat Statistik [BPS] Kabupaten Garut. 2004. Garut dalam Angka 2004.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. Garut. Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jawa Barat II. 2003. Laporan
Hasil Perpanjangan Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan Kompensasi antara Departemen Kehutanan dengan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang untuk Pengembangan Area Panas Bumi Kamojang Kapasitas 80 MW Luas 12 HA Lokasi TVV-D, E, F, G. Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat II. Ciamis.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Jawa Barat II dan Institut
Pertanian Bogor [IPB]. 2005. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Kawah Kamojang Tahun 2005-2030 (Buku I Data dan Informasi). Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat II dan Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Darsoprajitno, S. 2002. Ekologi Pariwisata. Angkasa-Bandung. Bandung. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung. 2004. Data Potensi
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung Tahun 2004. Pemerintah Kabupaten Bandung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung. Bandung.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. 2004. Data Statistik
Pariwisata dan Kebudayaan Tahun 2004. Pemerintah Kabupaten Garut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Garut.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. 2005. Penelitian Basis Data
Kepariwisataan Kabupaten Garut (Buku Data). Pemerintah Kabupaten Garut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut. Garut.
Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung. 2004. Laporan Hasil Survey Pencacahan
Lalu Lintas Terklasifikasi (Classified Traffic Countiny) di Wilayah Kabupaten Bandung. Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung. Bandung.
Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. 2002. Kumpulan SK dan Perda Tentang
Perizinan/Trayek di Wilayah Kabupaten Garut. Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. Garut.
Jubenville, A; B.W. Twight dan R.H. Becker. 1987. Outdoor Recreation Management : Theory and Application. Venture Publishing Inc. Oxford Circel State.
Ko, R.K.T. 2001. Obyek Wisata Alam : Pedoman Identifikasi, Pengembangan,
Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pemasarannya. Yayasan Buena Vista. Bogor.
Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia dan Natural Resources
Management Program. 1999. Kajian Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia Menuju Pembangunan Desentralisasi dan Peningkatan Peranserta Masyarakat. US Agency for International Development. Jakarta.
Mackinnon, J; K. Mackinnon; G. Child dan J. Thorsell. 1990. Pengelolaan
Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nitibaskara, T.U. 2005. Dilema Dikotomi Konservasi dan Pemanfaatan. Pusat
Studi Lingkungan Universitas Nusa Bangsa. Bogor. Pemerintah Kabupaten Bandung. 2001a. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
No. 14 Tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Tahun 2001-2005. Pemerintah Kabupaten Bandung. Bandung.
Pemerintah Kabupaten Bandung. 2001b. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
No. 15 Tahun 2001 Tentang Rencana Strategi Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2001-2005. Pemerintah Kabupaten Bandung. Bandung.
Pemerintah Kabupaten Bandung. 2001c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bandung. Pemerintah Kabupaten Bandung. Bandung. Pemerintah Kabupaten Garut. 2001. Rencana Strategi Daerah Kabupaten Garut.
Pemerintah Kabupaten Garut. Garut. Pendit, N.S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2003a. Kumpulan Peraturan
Perundangan Terkait dengan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. CV. Maestro Nusantara. Jakarta.
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2003b. Pedoman Analisis
Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam [PHPA]. 1995. Informasi dan Promosi
Obyek Wisata Alam di Kawasan Taman Wisata Alam (Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur). Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor.
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam [PHPA]. 1996. Pola Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Wisata dan Hutan Lindung. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor.
Persatuan Peminat dan Ahli Kehutanan. 1987. Buku Induk Wisata. Jakarta. Pertamina. 1993. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Pengembangan
Lapangan Panasbumi Kamojang-Jawa Barat. Pertamina Area Geothermal Kamojang. Kamojang.
Pertamina. 2003. Perjalanan 20 Tahun Area Geothermal Kamojang 1983-2003 (20
Years Long Journey of Kamojang Geothermal Area). Pertamina Area Geothermal Kamojang. Kamojang.
Perum Perhutani. 1992. Peta Geologi TWA Kawah Kamojang. Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat. Bandung. Perum Perhutani. 1992. Peta Lokasi TWA Kawah Kamojang. Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat. Bandung. Perum Perhutani. 1992. Peta Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat. Bandung. Perum Perhutani. 1992. Peta Tanah TWA Kawah Kamojang. Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat. Bandung. Perum Perhutani. 1992. Peta Topografi TWA Kawah Kamojang. Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat. Bandung. Perum Perhutani. 1994. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang
Kepariwisataan Perum Perhutani. Perum Perhutani. Jakarta. Perum Perhutani. 1997. Rencana Karya Lima Tahun Tahap II Pengusahaan
Pariwisata Alam di Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Propinsi Jawa Barat (1 Januari 1997 s/d 31 Desember 2001). Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Bandung.
Perum Perhutani. 2004. Kawah Kamojang.
http://www.bandungselatan.com/paketwisata.htm [21 Mei 2005]. Rahardjo, B. 2005. Ekoturisme Berbasis Masyarakat dan Pengelolaan
Sumberdaya Alam. LATIN. Bogor.
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Riyanto, B. 2004a. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam. Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Bogor.
Riyanto, B. 2004b. Pokok-Pokok Masalah Pengusahaan Pariwisata Alam di
Kawasan Pelestarian Alam. Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Bogor.
Setiawan, B dan D.H. Rahmi. 2000. [Resource and Environmental Management]
[dalam bahasa Indonesia]. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Singarimbun, M dan S. Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. PT. Pustaka
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
Soekadijo, R.G. 2000. Anatomi Pariwisata : Memahami Pariwisata sebagai
“Systemic Linkage”. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudarto, G. 1999. Ekowisata Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi
Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari. Jakarta.
Sugiarto, E dan Kusmayadi. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang
Kepariwisataan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suwantoro, G. 2002. Dasar-dasar Pariwisata. Andi-Yogyakarta. Yogyakarta. Universitas Padjadjaran. 2004. Pemantauan Lingkungan Aspek Biologi Tahun
2004. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran. Bandung.
Wahab. S. 1989. Manajemen Kepariwisataan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Wahab S; L.J. Crampon dan L.M. Rothfield. 1997. Pemasaran Pariwisata. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta. Winarno, G.D. 2004. Kajian Pengembangan Wisata di Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman Propinsi Lampung [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yoeti, O.A. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. PT.
Pertja. Jakarta.
Lampiran 1.
Kriteria Penilaian Potensi TWA Kawah Kamojang,
Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan
(Modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam
Tahun 2003 dari Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam)
I. Daya Tarik
Bobot : 6
No Unsur/Sub Unsur Nilai
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
1
Keunikan sumberdaya
alam :
a. Kawah b. Sumber air panas c. Air terjun d. Flora e. Fauna
30 25 20 15 10 1
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
2
Banyaknya jenis
sumberdaya alam yang
menonjol :
a. Batuan b. Flora c. Fauna d. Air e. Gejala alam
30 25 20 15 10 1
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
3
Kepekaan sumberdaya
alam :
a. Ada nilai pengetahuan
b. Ada nilai kebudayaan
c. Ada nilai pengobatan
d. Ada nilai kepercayaan
e. Ada nilai sejarah
30 25 20 15 10 1
4 Jenis kegiatan wisata
alam :
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
a. Tracking b. Berendam air
hangat c. Mandi uap d. Berkemah e. Pendidikan f. Hiking g. Menikmati
pemandangan h. Photografi
30 25 20 15 10 1
> 40 31 – 40 21 - 30 10 - 20 < 10 5
Ruang gerak
pengunjung (Ha) 30 25 20 15 10
Ada 7 Ada 5 - 6 Ada 3 - 4 Ada 1 - 2 Tidak
Ada
6
Kebersihan lokasi
(tidak ada pengaruh)
dari :
a. Alam b. Industri c. Jalan ramai
motor/mobil d. Pemukiman
penduduk e. Sampah f. Binatang
(pengganggu) g. Coret-coret
(vandalisme)
30 25 20 15 10
Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
7
Keamanan kawasan
(tidak ada pengaruh
dari) :
a. Penebangan liar b. Perambahan c. Kebakaran d. Gangguan terhadap
flora e. Gangguan terhadap
fauna f. Masuknya
flora/fauna eksotik
30 25 20 15 10 1
Jumlah 130 Keterangan : keunikan SDA, SDA yang menonjol, keunikan SDA, jenis kegiatan wisata dan keamanan kawasan (tidak ada =1, ada 1
= 10, ada 2 = 15, ada 3 = 20, ada 4 = 25 dan ada 5 = 30), kebersihan lokasi (tidak ada = 10, ada 1-2 = 15, ada 3-4 = 20,
ada 5-6 = 25 dan ada 7 = 30) dan ruang gerak (< 10 ha = 10, 10-20 ha = 15, 21-30 ha = 20, 31-40 ha =25 dan > 40 ha
= 30)
II. Kadar Hubungan/Aksesibilitas
Bobot : 5 No Unsur/Sub Unsur Nilai
Kondisi dan jarak jalan
darat dari ibu kota
propinsi
Baik Cukup Sedang Buruk
< 75 km 80 60 40 20
76 – 150 km 60 40 25 15
151 – 225 km 40 20 15 5
1
> 225 km 20 10 5 -
Pintu gerbang udara
internasional/nasional Jarak (km)
S/d 150 151 - 300 301 - 450 451 - 600 > 600
Jayapura/Pekan
Baru/Ambon/Kupang 15 20 5 1 -
Medan/Manado 25 20 15 10 5
Denpasar 30 25 20 15 10
2
Jakarta 40 35 30 25 20
1 - 2 2 - 3 3 - 4 4 - 5 > 5 3
Waktu tempuh dari
pusat kota 30 25 20 15 10
50 40 - 49 30 - 39 20 - 29 0 - 19
4
Frekuensi kendaraan
dari pusat kota ke
obyek wisata
(buah/hari)
30 25 20 15 10
> 8.000 6.001 – 8.000 4.001 – 6.000 2.001 – 4.000 <2.000
5
Jumlah kendaraan
bermotor di Kabupaten
obyek berada
30 25 20 15 10
Jumlah 200 Keterangan : Kondisi dan jarak jalan 75 km (buruk = 20, sedang = 40, cukup = 60 dan baik = 80), pintu gerbang udara Jakarta (600
km = 20, 451-600 km = 25, 301-450 km = 30, 151-300 km =35 dan 150 km = 40), waktu tempuh (5 jam = 10, 4-5 jam
= 15, 3-4 jam = 20, 2-3 jam = 25 dan 1-2 jam = 30) dan frekuensi kendaraan (< 2.000 = 10, 2.001-4.000 = 15, 4.100-
6.000 = 20, 6.100-8.000 = 25 dan > 8.000 = 30)
III. Akomodasi
Bobot : 3
No Unsur/Sub Unsur Nilai
> 100 76 - 100 51 - 75 31 - 50 < 30 Jumlah kamar (buah)
30 25 20 15 10
Jumlah 10 Keterangan : Akomodasi dalam radius 15 km dari obyek
Jumlah kamar (< 30 = 10, 31-50 = 15, 51-75 = 20, 76-100 = 25 dan > 100 = 30)
IV. Sarana dan Prasarana
Bobot : 3
Macam
>> 30 21 - 30 11 - 20 1 - 10 Tidak
Ada No Unsur/Sub Unsur
Nilai
1
Sarana :
a. Gapura masuk b. Pos tiket c. Pos jaga/pusat
informasi d. Guest house e. Mushola f. Kamar pemandian
air panas g. WC h. Kios i. Areal parkir j. Tempat duduk k. Tempat sampah l. Bumi perkemahan m. Saung n. Menara pandang o. Area outbond
30 25 20 15 10
2
Prasarana :
a. Jembatan b. Jalan c. Papan nama obyek d. Papan interpretasi e. Pagar pengaman f. Papan peringatan g. Papan lokasi
30 25 20 15 10
Jumlah 35
Keterangan : Sarana dan prasarana (tidak ada = 10, ada 1-10 = 15, ada 11-20 = 20, ada 21-30 = 25 dan > 30 = 30)
V. Sarana dan Prasarana Penunjang
Bobot : 3
Macam
>> 4 Macam 3 Macam 2 Macam 1 Macam Tidak
Ada No Unsur/Sub Unsur
Nilai
1
Sarana penunjang :
a. Rumah makan/minum
b. Bank c. Pusat belanja d. Toko cinderamata e. Akomodasi f. Sarana angkutan
umum
30 25 20 15 10
2
Prasarana penunjang :
a. Kantor pos b. Telepon umum c. Puskesmas d. Jalan e. Jembatan f. Areal parkir g. Jaringan listrik h. Jaringan air
minum
30 25 20 15 10
Jumlah 55 Keterangan : Sarana dan prasarana penunjang dalam radius 2 km dari obyek
Sarana dan prasarana penunjang (tidak ada = 10, ada 1-10 = 15, ada 11-20 = 20, ada 21-30 = 25 dan > 30 =
30)
VI. Ketersediaan Air Bersih
Bobot : 6 No Unsur/Sub Unsur Nilai
Banyak Cukup Sedikit Sangat
Sedikit 1
Volume
30 25 20 15
0 – 1 km 1,1 – 2 km 2,1 – 4 km > 4 km 2
Jarak lokasi air bersih
terhadap lokasi obyek 30 25 20 15
Sangat Mudah Mudah Agak Sukar Sukar 3
Dapat tidaknya air
dialirkan ke obyek 30 25 20 15
4
Kelayakan dikonsumsi Dapat Langsung
Dikonsumsi
Perlu
Perlakuan
Sederhana
Perlakuan
dengan Bahan
Kimia
Tidak Layak
30 25 20 15
Sepanjang
Tahun
6 – 9 Bulan 3 – 6 Bulan < 3 Bulan
5
Ketersediaan
30 25 20 15
Jumlah 120
Keterangan : Volume (sangat sedikit = 15, sedikit = 20, cukup = 25 dan banyak = 30), jarak sumber air bersih ke obyek (>
4 km = 15; 2,1-4 km = 20; 1,1-2 km = 25 dan 0-1 km = 30), kemudahan dialirkan (sukar = 15, agak sukar =
20, mudah = 25 dan sangat mudah = 30), kelayakan dikonsumsi (tidak layak = 15, perlakuan dengan bahan
kimia = 20, perlakuan sederhana = 25 dan langsung dikonsumsi = 30), ketersediaan (3 bln = 15, 3-6 bln = 20,
6-9 bln = 25 dan sepanjang thn = 30)
VII. Hubungan dengan Obyek Wisata di Sekitarnya
Bobot : 1
Jumlah Obyek Wisata
0 1 2 3 4 5 6 No
Jarak
(Km)
Obyek
Wisata
Nilai
1 S/d 50 Sejenis 100 80 60 40 20 1 -
Tak
Sejenis 100 95 90 80 70 60 50
2 51 – 100 Sejenis 80 100 80 60 40 20 1
Tak
Sejenis 70 80 90 100 90 80 70
3 101 – 150 Sejenis 60 80 100 80 60 40 20
Tak
Sejenis 50 60 70 80 90 100 90
4 151 - 200 Sejenis 40 60 80 100 80 60 40
Tak
Sejenis 30 40 50 60 70 80 90
Jumlah 90
Keterangan : Hubungan dengan obyek wisata lain dalam radius 50 km
Obyek sejenis 50 km (ada 6 = 0, ada 5 = 1, ada 4 = 20, ada 3 = 40, ada 2 = 60, ada 1 = 80 dan tidak ada =
100) dan obyek tidak sejenis (ada 6 = 50, ada 5 = 60, ada 4 = 70, ada 3 = 80, ada 2 = 90, ada 1 = 95 dan tidak
ada = 100)
VIII. Pengelolaan, Perawatan dan Pelayanan
Bobot : 4
A. Pengelolan No Unsur/Sub Unsur Nilai
1
Status pengelolaan a. Pemerintah b. Perusahaan pemerintah :
1) Persero; 2) Perum; 3) Perjan; 4) PD; 5) Lain-lain c. Perusahaan swasta d. Desa e. Adat f. Klub g. Organisasi h. Komersil i. Perorangan j. Lain-lain k. Belum ada pengelola
> 45 31 - 44 16 - 30 3 – 15 3 2
Jumlah pegawai
20 15 10 5 1
Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada 3
Dana anggaran :
a. Administrasi b. Perawatan c. Pengembangan d. Operasional/pemasaran
20 15 10 5 1
100 %
Pendapatan
Pengunjung
Sebagian
Pendapatan
Pengunjung
50 %
Subsidi
50 %
Iuran
Tidak
Ada
Sumber
Dana
4
Sumber dana
20 15 10 5 1
Tetap Harian Sambilan Musiman 5
Status pegawai (lebih 50
%) 20 15 10 5
S/d 1 X 2 X 3 X 4 X > 4 X
6
Pergantian pimpinan
harian dalam 5 tahun
terakhir 20 15 10 5 1
Jumlah 75
Keterangan : Jumlah pegawai (ada 3 = 1, ada 3-15 = 5, ada 16-30 = 10, ada 31-45 = 15 dan > 45 = 20), dana anggaran
(tidak ada = 1, ada 1 = 5, ada 2 = 10, ada 3 = 15 dan ada 4 = 20), sumber dana (tidak ada = 1, 50 % iuran = 5,
50 % subsidi = 10, sebagian pendapatan pengunjung = 15 dan 100 % = pendapatan pengunjung = 20), status
pegawai (musiman = 5, sambilan = 10, harian = 15 dan tetap = 20) dan pergantian pimpinan 5 thn terakhir (>
4 kali = 1, 4 kali = 5, 3 kali = 10, 2 kali = 15 dan 1 kali = 20)
B. Mutu Pelayanan No Unsur/Sub Unsur Nilai
Ada 6 Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
1
Mutu Pelayanan :
a. Kelancaran pelayanan
b. Keramahan staf c. Kemampuan
komunikasi d. Penguasaan materi e. Kerapian
berpakaian f. Petugas penerangan
30 25 20 15 10 5 1
≥ 3 Ada 2 Ada 1
2
Kemampuan berbahasa
a. Daerah asal b. Indonesia c. Inggris d. Lain-lain
15 10 5
Jumlah 25 Keterangan : Mutu pelayanan (tidak ada = 1, ada 1 = 5, ada 2 = 10, ada 3 = 15, ada 4 = 20, ada 5 = 25 dan ada 6 = 30) dan
kemampuan berbahasa (ada 1 = 5, ada 2 = 10 dan > 3 = 15)
C. Sarana Perawatan dan Pelayanan No Unsur/Sub Unsur Nilai
> 6 Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak
Ada
1
a. Kemudahan komunikasi
b. Tempat peristirahatan
c. Tempat parkir d. MCK e. Fasilitas kebersihan f. Sumber penerangan g. Catatan penunjang
30 25 20 15 10 5 1
Jumlah 15 Keterangan : Sarana perawatan dan pelayanan (tidak ada = 1, ada 1 = 5, ada 2 = 10, ada 3 = 15, ada 4 = 20, ada 5 = 25 dan
> 6 = 30)
Klasifikasi Penilaian Klasifikasi Penilaian No Unsur Penilaian Buruk Sedang Baik
1 Daya tarik 150 – 520 520 – 890 890 – 1260 2 Kadar hubungan/aksesibilitas 150 – 450 450 – 750 750 – 1050 3 Akomodasi 30 – 50 50 – 70 70 – 90 4 Sarana dan prasarana 60 - 100 100 - 140 140 - 180 5 Sarana dan prasarana penunjang 60 - 100 100 - 140 140 - 180 6 Ketersediaan air bersih 450 - 600 600 - 750 750 - 900 7 Hubungan dengan obyek wisata
lain 50 - 100 100 - 150 150 - 200
8 Pengelolaan, perawatan dan pelayanan
64 - 276 276 - 488 488 - 700
Keterangan :
S maks : nilai skor tertinggi K : banyaknya klasifikasi penilaian
S min : nilai skor terendah Selang : nilai selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian
Lampiran 2. Jenis tumbuhan tingkat tinggi di TWA Kawah Kamojang No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lap
ang Dokumen
Wawancara
1 Cerem Macropanax dispermum
Araliaceae √ √ √
2 Kibeureum Viburnum sambucinum
Caprifoliaceae √ √ √
3 Kitebe Sloanea sigun Elaeocarpaceae √ √ √
4 Talingkup Claoxylon polot Euphorbiaceae √ √ √
5 Mara Macaranga tanarius
Euphorbiaceae √ √ √
6 Hiur Castanopsis acuminata
Fagaceae √ √
7 Saninten Castonopsis argentea
Fagaceae √ √ √
8 Pasang Quercus javanica
Fagaceae √ √ √
9 Rasamala Altingia excelsa Hammamelidaceae √ √
10 Kihujan Engelhardtia spicata
Juglandaceae √ √ √
11 Huru Litsea sp. Lauraceae √ √ √
12 Manglid Magnolia velutina
Magnoliaceae √ √ √
13 Hamerang Ficus toxicaria Moraceae √
14 Beunying Ficus fistulosa Moraceae √
15 Kiara Ficus glabela Moraceae √ √ √
16 Walen Ficus ribes Moraceae √
17 Kitambaga Eugenia cumini Myrtaceae √ √ √
18 Cangkuang Pandanus furcatus
Pandanaceae √
19 Jamuju Podocarps imbricatus
Podocarpus √ √ √
20 Kikopi Plectronia glabra
Rubiaceae √
21 Hantap anjing Sterculia fortida
Sterculiaceae √
22 Puspa Schima wallichi Theaceae √ √ √
23 Kuray Trema orientale Ulmaceae √ √ √
S maks – S min
Selang =
K
24 Pulus Laportea stimulans
Urticaeae √ √
25 Nangsi Villebrinea rubescens
Urticaeae √
Sumber : Pengamatan lapangan
Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003; Perum Perhutani, 1997 dan Universitas Padjadjaran, 2004)
Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 3. Jenis tumbuhan bawah (herba) di TWA Kawah Kamojang
No Nama Lokal
Nama Ilmiah Famili Lapang
Dokumen Wawancara
1 Tapak dara Catharanthus roseus
Apocynaceae √
2 Paku andam
Glichenia linearis
Araliaceae √ √ √
3 Paku sayur Diplazzium esculentum
Araliaceae √ √
4 Bubuay Calamus sp. Arecaceae √
5 Babadotan Ageratum conyzoides
Asteraceae √ √ √
6 Sintrong Gynura crepieoides
Asteraceae √
7 Teklan Eupathorium riparium
Asteraceae √ √ √
8 Kirinyuh Chromolaena odorata
Asteraceae √ √
9 Teki Cyperus rotundus
Cyperaceae √ √
10 Alang-alang
Imperata cylindrica
Graminae √ √ √
11 Jukut kawat Cynodon dactylon
Graminae √
12 Gelagah Sacharum spaontaneum
Graminae √
13 Harendong Melastoma malabahtricum
Melastomataceae √ √
14 Seureuh hutan Piper aduncum
Piperaceae √
15 Antanan/pegagan
Centella asiatica
Umbellirae √
16 Saliara Lantana camara
Verbenaceae √ √ √
17 Tepus Achasma megalocheilos
Zingiberaceae √ √
18 Honje Nicolaia solaris
Zingiberaceae √ √
Sumber : Pengamatan Lapangan
Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003 dan Universitas Padjadjaran, 2004)
Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 4. Jenis tumbuhan epifit di TWA Kawah Kamojang
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara
1 Anggrek merpati
Dendrobium erumenatum
Orchidaceae √
2 Kadaka Asplenium nidus
Polypodiceae √ √
Sumber : Pengamatan lapangan Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003)
Lampiran 5. Jenis liana di TWA Kawah Kamojang No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara 1 Canar Smilax sp. Smilaceae √
Sumber : Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003)
Lampiran 6. Jenis burung di TWA Kawah Kamojang No Nama
Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara
1 Elang-alap nipon
Accipiter gularis Accipitidae √
2 Elang hitam Ictinaetus malayensis
Accipitidae √ √
3 Elang borontok
Spizaetus cirrhatus
Accipitidae √
4 Elang jawa Spizaetus bartelsi Accipitidae √ 5 Elang-ular
bido Spilornis cheela Accipitidae √ √ √
6 Alap-alap asia
Falco mollucensis
Accipitidae √
7 Raja-udang biru
Alcedo coerulescens
Alcedinidae √
8 Cekakak jawa
Halcyon cyanoventris
Alcedinidae √
9 Cekakak sungai
Alcedinidae √
10 Walet gunung
Collocalia vulcanorum
Apodidae √ √
11 Walet sapi Collocalia esculenta
Apodidae √ √
12 Kapinis rumah
Apus affinis Apopidae √ √
13 Sepah kecil Pericricotus cinnamomeus
Campephagidae √
14 Sepah hutan Pericrocotus Campephagidae √
flameus 15 Jinjing batu Hemipus
hirundinaceus Campephagidae √
16 Takur bututut
Megalaima corvine
Capitonidae √ √
17 Walik kembang
Ptilinopus melanospila
Columbidae √
18 Tekukur biasa
Streptopelia chinensis
Columbidae √ √ √
19 Uncal kouran
Macropygia ruficeps
Columbidae √
20 Bubut alang-alang
Centropus bengalensis
Cuculidae √ √
21 Kadalan birah
Phaenicophaeus curvirostris
Cuculidae √
22 Tuwur asia Eudynamys scolopacea
Cuculidae √
23 Wiwik uncuing
Cacomantis sepulclaris
Cuculidae √ √
24 Srigunting hitam
Dicrurus macrocerus
Dicruridae √ √ √
25 Srigunting gagak
Dicrurus annectans
Dicruridae √
26 Srigunting kelabu
Dicrurus leucophaeus
Dicruridae √
27 Kipasan ekor merah
Rhipidura phoenicura
Muscicapidae √ √
28 Sikatan bodoh
Ficedula hyperythia
Muscicapidae √
29 Sikatan-kepala abu
Culicicapa ceylonensis
Muscicapidae √
30 Pijantung kecil
Arachnothera longirostra
Nectariniidae √ √
31 Burung-madu gunung
Aethophyga eximia
Nectariniidae √
32 Burung-madu kelapa
Anthrepthes malacensis
Nectariniidae √
33 Puyuh gonggong jawa
Arborophila javanica
Phasianidae √
34 Ayam-hutan hijau
Gallus varius Phasianidae √ √
35 Puyuh batu Coturnix chinensis
Phasianidae √ √
36 Caladi ulam Dendrocopus macei
Picidae √
37 Bondol jawa Lonchura leucogastroides
Ploseidae √ √
38 Kutilang Pycnonotus aurigaster
Pycnonotidae √ √
39 Gelatik gunung
Sitta azurea Sittidae √
40 Celepuk kalung
Otus lempiji Stigiformes √
41 Cicakoreng jawa
Megalurus polustris
Sylviidae √
42 Cikrak daun Phyllocoeus trivirgatus
Sylviidae √
43 Cinenen jawa
Orthothomus sepium
Sylviidae √ √
44 Cinenen pisang
Orthothomus sutorius
Sylviidae √
45 Anis merah Zoothera citrina Timaliidae √ 46 Berencet
kerdil Pnoepyga pusilla Timaliidae √
47 Berencet wergam
Alsippe pyrrhoptera
Timaliidae √ √
48 Meninting besar
Enicurus leschenaulti
Turdidae √
49 Cingcoang biru
Brachypteryx Montana
Turdidae √
50 Kucica kampung
Copsychus saularis
Turdidae √
51 Puyuh tegalan loreng
Turnix suscitator Turnicidae √
52 Kacamata biasa
Zosterops palpebrosus
Zosteropidae √ √ √
53 Ese-nangka gunung
Lhopozos javanicus
Zosteropidae √
Sumber : Pengamatan lapang Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003 dan Universitas Padjadjaran, 2004) Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 7. Jenis mamalia di TWA Kawah Kamojang No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara 1 Kijang Muntiacus muntjac Cervidae √ √ 2 Macan tutul Panthera pardus Felidae √ √ 3 Macan dahan Neofelis nebulosa Felidae √ √ 4 Kucing hutan Felis bengalensis Felidae √ 5 Trenggiling Manis javanicus Manidae √ 6 Jelarang Ratufa bicolor Scuiridae √ 7 Bajing tanah Lariscus insignis Scuiridae √ 8 Babi hutan Sus scrofa Siudae √ √ 9 Musang Paradoxurus
hermaphroditus Viveridae √
10 Kalong Pteropus vampyrus
√
11 Landak Acanthion brachurum
√
12 Tupai Tupaia javanica √ √ Sumber : Pengamatan lapang
Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003; Perum Perhutani, 1997 dan Universitas Padjadjaran, 2004)
Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 8. Jenis primata di TWA Kawah Kamojang No Nama
Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara
1 Monyet-ekor panjang
Macaca fascicularis
Ceropithecidae √ √
2 Surili Presbytis comata Ceropithecidae √ √ √ 3 Lutung Trachypitecus
auratus √ √
Sumber : Pengamatan lapang Dokumen (BKSDA Jawa Barat II, 2003; Perum Perhutani, 1997 dan Universitas
Padjadjaran, 2004) Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 9. Jenis reptil di TWA Kawah Kamojang No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara 1 Bunglon Colotus jubatus Agamidae √ √ 2 Sanca bagedor Phyton sp. Boidae √ 3 Ular-sanca
bodo Phyton molurus Boidae √
4 Haphap Draco volans Scincidae √ √ 5 Kadal Mabouya
multifasciata Scincidae √ √
Sumber : Pengamatan lapang Dokumen (Universitas Padjadjaran,2004) Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 10. Jenis amfibi di TWA Kawah Kamojang No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Lapang Dokumen Wawancara 1 Kodok buduk Bufo
melanosticus Bufonidae √ √ √
2 Katak bertanduk
Megophrys Montana
Megophryidae √ √
3 Bancet hijau/belentuk
Occidozyga lima
Ranidae √
4 Kongkang gading
Rana erythraea
Ranidae √
Sumber : Pengamatan lapang Dokumen (Universitas Padjadjaran, 2004) Wawancara dengan pengelola TWA Kawah Kamojang
Lampiran 11.
Panduan Wawancara
11.1. Panduan Wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung/Pemerintah Daerah Kabupaten Garut (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Garut)
• Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berlaku mengenai pariwisata alam
11.2. Panduan Wawancara dengan Pihak Pengelola Kawasan TWA Kawah Kamojang (Perum Perhutani KPH Bandung Selatan dan BKSDA Jawa Barat II)
• Kondisi biologi (flora dan fauna)
• Luasan ruang gerak pengunjung di TWA Kawah Kamojang
• Keamanan kawasan
• Daerah asal pengunjung
• Ketersediaan air bersih (ketercukupan, lokasi sumber air dan kemudahan
mengalirkannya)
• Pengelolaan (status pengelolaan, dana anggaran, sumber dana, sistem
pergantian pimpinan, jumlah petugas, tingkat pendidikan petugas, status
petugas dan kegiatan pokok)
• Perawatan sarana dan prasarana serta pelayanan (bentuk pelayanan dan
kemampuan petugas)
• Kebijakan-kebijakan pengelola yang berlaku serta kebijakan pinjam pakai
lahan
11.3. Panduan Wawancara dengan Pihak Pengelola Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang dan PT. Indonesia Power
• Kebijakan dalam peranannya terhadap kegiatan pengelolaan dan
pengembangan TWA Kawah Kamojang
11.4. Panduan Wawancara dengan Tokoh Masyarakat dan Masyarakat
• Sejarah kawasan
• Sikap masyarakat (dukungan masyarakat terhadap kegiatan pengelolaan
wisata alam)
• Jenis dan sifat mata pencaharian
• Kebudayaan (adat-istiadat, kesenian, upacara adat dan kerajinan khas)
• Harapan dan saran
11.5. Panduan Wawancara dengan Pengunjung
• Karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan dan
pekerjaan)
• Motif Pengunjung (tujuan, obyek yang disukai dan kegiatan rekreasi yang
disukai)
• Penilaian pengunjung terhadap pelayanan dan keberadaan pengguna
kawasan oleh pihak lain
• Kepekaan sumberdaya alam
• Jarak dari tempat tinggal ke TWA Kawah Kamojang
• Waktu yang diperlukan untuk mencapai TWA Kawah Kamojang
• Biaya perjalanan menuju TWA Kawah Kamojang
• Harapan dan saran
Lampiran 12.
Kuesioner
Strategi Pengelolaan TWA Kawah Kamojang
Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat
Salam sejahtera,
Sebelumnya saya mohon maaf apabila menggangu aktivitas rekreasi anda untuk
mengisi kuesioner ini. Data dari kuesioner ini diperlukan dalam rangka
penyusunan skripsi penelitian saya yang berjudul “Strategi Pengelolaan Taman
Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Oleh karena itu diharapkan
kesediaannya mengisi kuesioner ini dengan senang hati, benar, dan jujur.
Sehingga data tersebut akan sangat membantu dalam menghasilkan sebuah hasil
penelitian yang bagus dan bisa dipertanggungjawabkan. Atas perhatian dan
partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Hari/Tanggal :
A. Karakteristik Pengunjung
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : Pria/wanita*)
4. Asal/tempat tinggal :
5. Pendidikan terakhir : SD/SLTP/SMU/S1/S2/S3*)
6. Pekerjaan :
B. Motif Pengunjung
1. Apa tujuan anda datang ke kawasan ini ?
a. menikmati keindahan alam
b. tugas sekolah
c. menambah pengetahuan
d. menikmati kebudayaan masyarakat
e. pengobatan
f. kepercayaan
g. mengetahui sejerah
h. lainnya……………………………
2. Obyek yang disukai ?
a. kawah
b. pepohonan
c. satwa
d. udara segar
e. lainnya……….
3. Kegiatan yang disukai ?
a. berendam air hangat
b. mandi uap
c. lintas alam
d. berkemah
e. pendidikan
f. pendakian
g. menikmati pemandangan
h. photografi
i. penelitian
j. lainnya……….
C. Penilaian Pengunjung
1. Sarana dan prasarana apa yang anda harapkan tersedia di kawasan ini ?
a. pusat informasi
b. penginapan
c. kamar mandi
d. papan dan media interpretasi
e. warung/kios
f. tempat sampah
g. lainnya……………………………
2. Bagaimana pelayanan dari pengelola TWA Kawah Kamojang terhadap
pengunjung ?
a. sangat memuaskan
b. cukup memuaskan
c. biasa saja
d. kurang memuaskan
3. Bentuk wisata yang diinginkan ?
a. fasilitas lengkap dan pelayanan intensif
b. fasilitas sederhana dan pelayanan intensif
c. tanpa fasilitas
4. Apakah anda merasa terganggu dengan adanya Pertamina Area Panas Bumi
EP Kamojang serta PT. Indonesia Power ?
a. Ya, karena………………………..
b. Tidak
5. Peranan Pertamina Area Panas Bumi EP Kamojang serta PT. Indonesia
Power terhadap kegiatan wisata yang dapat anda rasakan di TWA Kawah
Kamojang ?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………
D. Potensi Pasar Wisata
1. Jarak dari tempat tinggal ke TWA Kawah Kamojang ?
a. < 75 km
b. 76 – 150 km
c. 151 – 225 km
d. > 225 km
2. Waktu yang diperlukan untuk menuju TWA Kawah Kamojang ?
a. 1 – 2 jam
b. 2 – 3 jam
c. 3 – 4 jam
d. 4 – 5 jam
e. > 5 jam
3. Biaya perjalanan untuk melakukan kunjungan ke TWA Kawah Kamojang ?
a. < Rp. 10.000,- per orang
b. Rp. 10.000,- s/d Rp. 20.000,- per orang
c. > Rp. 20.000,- per orang
E. Harapan dan Saran
Harapan dan saran anda mengenai pelayanan dan pengelolaan wisata alam yang
sebaiknya dilakukan di TWA Kawah Kamojang
Lampiran 13. Peta penyebaran kawah di TWA Kawah Kamojang